ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG Nugroho Utomo ( L2F008072) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jln. Prof. Soedarto,SH, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah
[email protected]
Abstrak- Dalam bisnis perhotelan, energi sangatlah penting, terutama dalam penggunaan energi baik energi listrik maupun nonlistrik, porsi pemakaian serta alokasi dana untuk penyediaannya adalah yang terbesar. Hal ini dapat dilihat bahwa peralatan seperti lampu-lampu, lift, lemari es, laundry, pemanas, pompapompa, water heater, dan genset sampai pada sistem pengkondisian udara adalah beberapa alat yang dominan dalam operasional di dunia perhotelan. Usahausaha penghematan energi telah dilaksanakan oleh pihak hotel seperti melakukan penjadwalan operasional peralatan, penggantian lampu-lampu dengan lampu hemat energi, pemasangan kapasitor bank, dsb. Dalam makalah ini, penulis membahas mengenai Analisa dan Perancangan Audit Energi pada penggunaan lampu hotel Ciputra Semarang. Dari hasil analisa yang dilakukan, diperoleh bahwa perancangan penghematan ini sangat berpengaruh terhadap besarnya energi listrik maupun nonlistrik yang dikonsumsi. Kata kunci :lampu, audit energy, penghematan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Ciputra merupakan suatu instansi yang bergerak dalam bidang bisnis, yaitu bisnis perhotelan. Dalam bidang ini, penggunaan energi, baik energi listrik maupun nonlistrik sangatlah penting untuk menunjang kenyamanan tamu / konsumennya. Pemakaian energi ini merupakan salah satu hal terbesar yang sangat menentukan biaya operasional hotel tsb. semakin besar pemborosan energi yang dilakukan, maka semakin kecil profit/ keuntungan yang didapatkan pihak hotel. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya - upaya untuk meminimalkan konsumsi energi guna memaksimalkan profit, misalkan dengan memakai lampu hemat energi. Contoh yang lain adalah dengan melakukan perancangan audit energi pada penggunaan lampu. Makalah ini mempresentasikan mengenai modifikasi rancangan penerangan untuk mendapatkan penghematan energi yang dikehendaki. Penting untuk dimengerti bahwa lampu-lampu yang efisien, belum tentu merupakan sistim penerangan yang efisien. 1.2
Tujuan
Mampu mengidentifikasi permasalahan dan menganalisa permasalahan yang berhubungan dengan
pengefisiensian keilmuan elektro
lampu
yang
sesuai
bidang
1.3
Batasan Masalah Dalam laporan kerja praktek ini hanya membahas pengefisiensian lampu yang digunakan pada Hotel Santika Semarang II.
2.1
DASAR TEORI
Iluminasi (Iluminance)
Iluminasi sering disebut juga intensitas penerangan atau kekuatan penerangan atau dalam BSN di sebut Tingkat Pencahayaan pada suatu bidang adalah fluks cahaya yang menyinari permukaan suatu bidang. Lambang iluminasi adalah E dengan satuan lux (lx). Keterangan : E : Intensitas penerangan (lux) F : Fluks cahaya (luman) A : Luas bidang kerja (m2) 2.2
Efikasi Adalah rentang angka perbandingan antara fluks cahaya (lumen) dengan daya listrik suatu sumber cahaya (watt), dalam satuan lumen/watt. Efikasi juga disebut fluks cahaya spesifik. Tabel berikut ini menunjukkan efikasi dari macam-macam lampu. Efikasi ini biasanya didapat pada data katalog dari suatu produk lampu. Tabel 1 Daftar Efikasi Lampu
2.3 Fluks Cahaya (Luminous Flux) Adalah jumlah cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Lambang fluks cahaya adalah F atau Ø dan
satuannya dalam lumen (lm). Satu lumen adalah fluks cahaya yang dipancarkan dalam 1 steradian dari sebuah sumber cahaya 1 cd pada pemukaan bola dengan jarijari R = 1m. Jika fluks cahaya dikaitkan dengan daya listrik maka: Satu watt cahaya dengan panjang gelombang 555mµ sama nilainya dengan 680 lumen. Jadi dengan = ג 555mµ, maka 1 watt cahaya = 680 lumen. 2.4
Luminasi (Luminance) Adalah suatu ukuran terangnya suatu benda baik pada sumber cahaya maupun pada suatu permukaan. Luminasi yang terlalu besar akan menyilaukan mata (contoh lampu pijar tanpa amatur). Luminasi suatu sumber cahaya dan suatu permukaan yang memantulkan cahayanya adalah intensitasnya dibagi dengan luas semua permukaan. Sedangkan luas semua permukaan adalah luas proyeksi sumber cahaya pada suatu bidang rata yang tegak lurus pada arah pandang, jadi bukan permukaan seluruhnya.
Metode lumen adalah menghitung penerangan rata-rata pada bidang kerja
intensitas
Keterangan : E = intensitas penerangan (luman /m2 atau lux) p = Panjang ruangan (m) l = lebar ruangan (m) 1,25 = Faktor pengali, karena E lampu lebih besar sekitar 1,25 kali E nominal akibat pengaruh pengotoran dan umur pemakaian Fa = Fluks cahaya tiap armatur (luman) FL = Fluks cahaya tiap lampu (luman) Kp = Efisiensi Penerangan Kd = faktor depresiasi na = jumlah armatur nL = jumlah lampu 3.2
Macam Lampu
Macam lampu yang dianalisa adalah sebagai berikut Keterangan : L = Luminasi (cd/ ) I = Intensitas (cd) As = Luas semua permukaan (
1. Lampu Halogen )
III. 3.1
Metode Penelitian Metode Perancangan Penerangan Buatan Perancangan penerangan buatan secara kuantitas dapat dilakukan perhitungan dengan 2 metode yaitu : a. Metode titik demi titik (point by point method) b. Metode lumen a
Metode Titik Demi Titik Metode ini hanya berlaku untuk cahaya langsung, tidak memperhitungkan cahaya b.
Metode Lumen Metode lumen adalah menghitung intensitas penerangan rata-rata pada bidang kerja. Fluks cahaya diukur pada bidang kerja, yang secara umum mempunyai tinggi antara 75 – 90 cm diatas lantai. Besarnya intensitas penerangan (E) bergantung dari jumlah fluks cahaya dari luas bidang kerja yang dinyatakan dalam lux (lx). 3.2
Lampu Halogen dibuat untuk mengatasi masalah ukuran fisik dan struktur pada lampu pijar dalam penggunaannya sebagai lampu sorot, lampu projector, lampu projector film. Dalam bidang-bidang ini diperlukan ukuran lampu yang kecil sehingga sistem pengendalian arah dan focus cahaya dapat dilakukan lebih presisi. Lampu halogen bekerja pada suhu 2.800 oC jauh lebih tinggi dari kerja lampu pijar yang hanya 400 oC, karena adanya tambahan gas halogen, seperti io dium oleh karena itu, walaupun lampu halogen termasuk jenis lampu pijar tetapi mempunyai efikasi sekitar 22 lumen/watt. Cahaya lampu halogen dapat memunculka n warna asli obyek yang terkena cahaya, karena cahaya yang dihasilkan lampu halogen umumnya lebih terang dan lebih putih dibanding cahaya lampu pijar (pada daya yang sama) lampu halogen pada umumnya ukuran fisiknya kecil, rumit pembuatanya sehingga harganya relatif lebih mahal dibanding lampu pijar dan neon.
Metode Penghitungan
Dalam Kerja Praktek saya menggunakan metode penghitungan dengan Metode Lumen.
Gambar 1 Halogen
2. Lampu Hemat Energi Kini terdapat lampu neon jenis terbaru yang mempunyai komponen listrik yang terdiri dari balast, starter dan kapasitor kompensasi yang terpadu dalam satu kesatuan. Lampu teknologi baru ini disebut sebagai ”Compact Fluorescence” dan beberapa produsen lampu menyebutnya sebagai lampu SL dan PL. Pada dasarnya lampu hemat energi merupakan lampu fluoresen dalam bentuk mini, yang dirancang strukturnya seperti lampu GLS. Lampu ini dibuat dalam berbagai macam bentuk dan ukuran, sehingga dapat dipasang pada suatu fitting lampu pijar. Gambar dibawah menunjukkan jenis lampu hemat energi dari suatu produk yang sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Lampu hemat energi yang berbentuk lubang akan memancarkan cahaya radial..
VI. 4.1
Analisa Pembahasan Perhitungan penghematan salah satu ruangan di hotel ciputra
Jenis Ruang Superior HE Philips 5 watt HE Philips 14 watt HE Philips 20 watt Halogen 20 watt
4 buah 5 buah 2 buah 1 buah
= 20 watt = 70 watt = 40 watt = 20 watt ∑ = 150 watt
Menggunakan lampu 20 watt Lobi Kamar buah Kamar Tidur buah Kamar Mandi buah
Gambar 2 Lampu Philips HE
Tabel 3 Jenis lampu pada tiap ruangan
HE Philips 20 watt Halogen 20 watt
4 buah 1 buah
∑
= 80 watt = 20 watt = 100 watt
Setelah dihitung menggunakan rumus diatas didapat hasil penghematan 150 watt - 100 watt = 50 watt Tabel 2 Penghematan dari setiap ruang Jenis Ruangan Superior Junior Suite Deluxe Suite Executive
Perhitungan Penghematan 50 watt 57 watt 89 watt 69 watt
Estimasi penghematan kelas Superior
Energy consumed (W) Electric cost (for 1600 KVA)
50 Rp.800/kWh
50 Rp.1200/kWh
300
250
kWh per day
0.3
0.3
daily payment
240.0
200.0
watt hours per month
9000
7500
9
8
7200
9000
Monthly payment
4.2 Estimasi Penghematan Kategori kamar yang ada pada Hotel Ciputra Semarang adalah sebagai berikut: Tabel 3 Kategori kamar di Hotel Ciputra Semarang
WBP
watt hours per day
kWh per month
Gambar 3 Layout Superior
LWBP
Penghematan per bulan kelas superior = (Biaya LWBP+ Biaya WBP) x Jumlah Ruangan = (7200+9000) x 10 = Rp 162.000 Tabel 4 Penghematan dalam Rupiah Penghematan dalam Jenis Ruangan Rupiah Superior Rp 162.000 Junior Suite
Rp 55.404
Deluxe Suite Executive
Rp 4.584.924 Rp 536.544
Jadi total penghematan per bulan dari semua ruangan = (Penghematan per bulan kelas superior + Penghematan per bulan kelas Executive + Penghematan per bulan kelas Deluxe + Penghematan per bulan kelas Junior) = (Rp 162.000 + Rp 536.544 + Rp 4.584.924 + Rp 55.404) = Rp 5.338.872
V. Kesimpulan 1.Setelah dianalisa menggunakan metode penghitungan lumen didapat kesimpulan bahwa pemasangan lampu di hotel ciputra masih terlalu boros karena hanya mementingkan faktor estetika saja 2. Dari hasil perhitungan penghematan dalam metode penghitungan lumen didapat penghematan sebesar Rp 5.338.872 per bulan
Daftar Pustaka Muhaimin, Instalasi Listrik 1, Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik, Bandung, 1995. www.google.com www.philips.com www.jurnalinsinyurmesin.com BIODATA PENULIS Nugroho Utomo ( L2F008072) lahir di Semarang 1 Juli 1990, pernah menenempuh pendidikan di SD N Krandegan 1 dan SMP N 1 Bawang, SMA N 1 Banjarnegara. Dan saat ini masih menempuh pendidikan di Teknik Elektro Universitas Diponegoro Semarang. Semarang, 8 Agustus 2012 Mengetahui dan Mengesahkan, Dosen Pembimbing
DR.Ir. Djoko Windarto , M.T NIP. 196405261989031002