rssN-1410-9s9X
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Volume 12 Nomor 3, Nopember 2009
Terakreditasi A Nomor: 85/Alred-LIPyP2MBV 5 12007
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANlAN DEPARTEMEN PERTANIAN
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Volume 12 Nomor 2,htni2009
Penanggung Jawab
Muhrizal Sarwani Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertani'an
Dewan Redaksi Darman M. Arsyad Errzal Jamal
Argono Rio Setioko Abubakar Benny Rachman Ismeth Inounu Rachmat Hendayana
Mitra Bestari Tjeppy D. Soedjana
ZuJkrfliZaini Redaksi Pelaksana Achmad Subaidi Ume Humaedah
Roslita
Alamat Redaksi Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Jalan Tentara Pelajar No.10 Bogor, Lndonesia Telepon : (0251) 8351277 Fax : (0251) 8350928 E-mail :
[email protected] Website : http ://www.bbp2tp.litbang.deptan. go-id JURNAL PENGKAJIA}.I DAN PENGEMBA}{GA},I TEIC{OLOGI PERTAMAN (JPPTP) AAAIAiT penyebaran hasil penelitran dan pengkajian teknologi pertanian untuk menunjang pembangunan ilmiah media pertanian wilayah. Jurnal ini memuat hasil penelitian d"n pe"*ajian primer inovasi pertanian, khususnya yang
t.*rru.rr,
,pesifik lokasi dan penelitianterapan. Jurnal ini diterbitkan secaraperiodik tiga kali dalam satu tahun.
r ISSN-1410-959X
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Volume 12 Nomor 3, Nopember 200g
SK Kepala LIPI Nomor: 536tD12007, Tanggal 26 Juni2007
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAI\ PENGEMBANGAI\ TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAI\ PENGEMBANGAII PERTAI\IAN DEPARTEMEN PERTAI\IAN
ISSN-1410-959X
Jurnal Penqkaiian dan Pengeiirbdngan Teknolofi Pertan-ian Volume 12 Nomor 3, Nopember 2009 ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL US$ATANI KERBAU RAWA (Bubalus bubalis) DI KABUPATEN HULU SLTNGAI UTARA, KALIMANTAN SELATAN Retna Qomariah, Eni Siti Rohaeni , yanti Rina 162_l\l
PENINGKATAN KEUNTTINGAN USAHATANI PADI MELALUI PENDEKATAN PTT DI
LOKASI PRIMATANI PROVINSI BANTEN Mewa Ariani, Andy Saryoko dan Syahrial Muttakin
fiz_llg
AKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAHAMAN MATERI PENYULUHAN HAMA PENYAKIT JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN Bambang Murdolelono dan Helena Da Silva tg0_lg6 PENGKAJIAN USAHATANI PADI VARIETAS UNGGUL BARU MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) DI LAHAN SAWAH IRIGASI PROVINSI
JAMBI
Julistia Bobihoe
187-t94
ANALISIS KEUNTI.INGAN DAN SENSITIVITAS USAHA BENIH PADI DI PROVINSI BANTEN
Andy Saryoko dan Benny Rachnan
PENGKAJIAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KABUPATEN CIREBON Yati Haryati dan Agus Nurawan
I
95-200
201_209
ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPIKELAPA DALAM MENGHADAPI BIAYA TRANSAKSI DI KABUPATEN BOLAANG
MONGONDOW
Femi Hadidjah Elly
210-2t9
E
ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-KELAPA DALAM MENGHADAPI BIAYA TR.ANSAKSI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Femi Hadidjah Elly Jurursan Sosial Ekonomi, Fakultas Peternakan Universitas Sam Raulagi Manado
ABSTRACT Analysis of The Economic Behavior of Coconut-Cattle Farmer Households in Facing The Transaction Cost in Bolaang Mongondow. A number of households in Bolaang Mongondow raise cattle-integrated in their coconut plants. A farmer household farmer as an analysis unit plays the roles of a producer, a consumer and a labor provider. The phenomenon faced is the existence of transaction costs during thi trades of cattle and copra. The objective of the study was to analyze the factors influencing the input, output, farmer household income and expenditures in Bolaang Mongondow related to the transaction cost. The research method carried out was the survey method. The 233 household respondents were determined by using simple random sampling. The analysis method used simultaneous equations model with two SLS. The .esultt show that higher transactions costs cause the decrease on the household economic activities especially in the production side and labor allocation for the cattle- and coconul farm operations. The intermediary cost as a cost component in cattle transaction is influenced by the caftle price, cattle selling and the distance to the market. The transportation cost as a cost component in copra selling is affected by the copra price, the use of cattle labors to carry copra.
Key words : Transaction cost, household economics, coconut-cattlefarming system
ABSTRAK Sebagian rumahtangga di Bolaang Mongondow memelihara temak sapi diintegrasikan dengan tanaman Rumahtangga. petani peternak sapi sebagai suatu unit analisis selain berperan sebagii produsen, konsumen juga sangat berperan sebagai penyedia tenaga kerja. Fenomena yang dihadapi adalahldanyabiaya
kelapa.
transaksi dalam penjualan.ternak sapi dan penjualan kopra. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi penggunaan input, produksi, pendapatan dan pengelua.un ru-ihtangga petani petemak sapi di Bolaang Mongondow berkaitan dengan biaya transaksi. Metode penelitian yuog-dilakukan adalah metode survai. Jumlah responden 233 rumahtangga yang ditentukan secara simple ,oiao* sampling. Metode analisis menggunakan 2SLS. Hasil penelitian menunjukkan biaya transaksi yang semakin iingli
mengakibatkan penurunan aktivitas ekonomi rumahtangga terutama sisi produksi dan aloliasi ienaga terja pacL usahaternak sapi maupun usahakebun kelapa. Biaya perantara sebagai komponen biaya transa[si penjualan sapi dipengaruhi harga ternak sapi, penjualan sapi dan jarak pasar. Biaya transpor se6agai komponen-biaya transaksi penjualan kopra dipengaruhi harga kopra dan penggunaan tenaga kerja ternak sapi untuk angkut kopia.
Kata kunci : Rumahtangga, biaya transal<si, ternak sapi, kelapa
Jurnal Pengkaiian dan Pengembangan khtologi Perkrnian Vol.l2 No. 3 Nopember 2009 : 210-219
210
Iain harga input terus meningkat disebabkan
PENDAHULUAN
kondisi perekonomian Negara kita.
Kelapa merupakan sumber -pendapatan utama sebagian iumahtangga di- Bolaang Mongondow.* Ternak sapi di daerah tersebut m"rr-ftukan usaha sambilan dan diusahakan seca.i terpadu dengan kelapa. Menurut Dutilly.Diane, eial. (20C i. temalidan tanaman adalah saling' melengkapi. Pengelolaan usaha ternak peran rumahtangga. sapi iepenuhnya iergantung -
Pengelolaan' ini mencakup- pengambilan kepltusan dalam hal : jumlah temak yang
di6el ihara, cara pemeliharaan dan perkandangan' cara memberi pakan, jenis pakan yang diberikan, pemeliharaan kesehatan ternak, cara penanganan
irasil ternak, pemasaran, pengaturan reproduksi dan tenaga kerja.
Rumahtangga petani usaha temak sapikelapa sebagai suliu uirit analisis selain berperan sebaeai pr6dusen, konsumen juga penyedia tena[a lerja. Sebagai produsen bertujuan
medaksimumkan keuntungan dari aktivitas ekonomi yang dilakukannya. Sebagai konsumen
bertujuar memaksimumkan kepu^asan dalam
menjkonsumsi barang dan pemanfaatan waktu l"u"g. Peran rumahtangga dalam pengambilan keputusan pengaturan tenaga kerja menyangkut pengaturan peluang kerja dan pengalokasian
waktu kerja. Kemampuan
rumahtangga
peternak sapi dalam meningkatkan produksi iernak sebagai sumber pendapatan ditenrukan oleh faktor internal dan ekstemal rumahtangga. Faktor intemal dimaksud adalah luas lahan, skala ternak, bibit, pakan, jumlah dan kualitas tenaga kerja, modal lerla penguasaan tehnologi. Juga termasuk umur, pengalaman, pendidikan formal dan informal (penyuluhan). Sedangkan faktor eksternal merupakan kebijakan pemerintah seperti penyediaan infrastruktur dan regulasi terhadap output dan input produksi ternak. Rumahtangga sebagai produsen berupaya meningkatkan produktivitas ternak sapi dengan tujuan- peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapalan berkaitan dengan peningkatan
konsumsi. Semakin tinggi
pendapatan
rumahtangga maka ada kecenderungan peningkatan pengeluaran untuk konsumsi' Peningkatan pendapatan juga sangat berkaitan dengan harga output maupun harga input. H-gq yang diterima diientukan oleh pedagang, disisi
Fenomena yang dihadapi rumahtangga petani peternak sapi di Bolaang Mongondow adalah adanya biaya transaksi dalam penjualan ternak sapi. Biaya transaksi menurut Benham and Benham (2001) seringkali menjelaskan tentang fenomena ekonomi. Biaya transaksi yahg ditanggung rumahtangga diantaranya biaya perantara, lranspor, retribusi dan administrasi. Sebagian besar penjualan sapi dilakukan melalui perantara mengakibatkan rumahtangga harus mengeluarkan upah sebagai
itu,
j asa
perantara. Selain
pedagang mendatangi peternak sehingga
harga jual dikurangi dengan biaya transpor. Beiapa besar biaya transpor yang merupakan biaya transaksi tidak diketahui oleh petemak, selingga harga yang diterima lebih murah dibanding apabila peternak menjual sendiri. lmplikasinya biaya transaksi adalah masalah yang mempengaruhi keputusan rumahtangga dalam produksi, alokasi tenaga kerja maupun keputusan konsumsi. Peningkatan biaya transaksi menyebabkan terjadinya kegagalan pasar (market failure). Menurut Matttngul, et al. (2006), biaya transaksi yang sangat tinggi dapat mempengaruhi pasar input dan pasar output. Selanjutnya Dutilly-Diaoe, et al. (2003) dalam penelitiannya menggunakan biaya transaksi iebagai salah satu variabel yang menyebabkan kegagalan pasar.
ini
Berdasarkan pemikiran di atas, penelitian secara umum bertujuan untuk mempelajari
perilaku ekonomi rumahtangga petani usaha iemak sapi-kelapa di Kabupaten Bolaang Mongondow. Tujuan khusus: menganalisis pengaruh biaya transaksi terhadap penggunaan input, produksi dan pengeluaran rumahtangga petani peternak sapi di Kabupaten Bolaang Mongondow.
METODOLOGI Penelitian menggunakan metode survei terhadap petani usaha temak sapi-kelapa peternakan rakyat. Jenis data : cross section dan Vime series, dengan sumber data:
primer
dan
sekunder yang mengacu pada Sinaga (1996).
Analisis perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Kelapa dalam Menghadapi Biaya Transaksi di Kabttpaten
Bolaang Mongondow (Femi Hadidiah Elly) 211
Kabupaten Bolaang Mongondow ditentukan secara "purposive sampling" yaitu daerah _yang populasi ternak sapi terbanyak sebagai basis petemakan s-api. Tingkat 9u, kecamatan dan desa juga ditentukan secara ."pttrposive santpling",
yaitu
dan Dumoga Barat 93 rurnahtangga.
Untuk menjawab tu juan I
penelitian
akukan anal isis peri I aku eko nbmi rumahtan gga
petani petemak sapi di .Bolaaug Mongondi-w yaitu analisis estimasi parameter -dengan menggunakan program SAS 9.0. perilaku ekonomi rumahtangga dipelajari berdasarkan usaha ternak sapi-kelapa yang mencakup perilaku (l) produksi; (2) penggunaan input proOutsi; 1:; penggunaan tenaga kerya; (4) biaya transaksi, d.un (5) pengeluarad rumahtangga. Modei ekonomi rumahtangga dibangun Grdasarkan model persarnaan simultan (Kusnadi, 2005 Asmarantaka,2007; Bakir, 2007; dan priyanti, 2007) dengan beberapa kali respesifikasi. Model tersebut merupakan model bermakna sesuai kriteria ekonomi yaitu dengan memperhatikan arah (sign) dan besaran (size) dali parameter yang diduga (Koutsoyiannis, 1977).
HASIL DAN PEMBAHASAI{
Perilaku Produksi
Hasil estimasi perilaku produksi rumahtangga petani usaha temak sapi-kelapa
dapat dilihat.pada Tabel 1. Harga 6ayangan merupakan seliiih antara liarga tenrik rupi nitup dan biaya transaksi. Harga- bayangan iersebut bila rumahtangga surplui (Minot, 1999). !_erJ.adi Dalam penelitian ini rurnahtangga petani peternak
htrnal Pengkajian
dctn Pengembangan
rumahtangga surplus.
,harga,Biaya
transaksi dapat mempengaruhi "hiaya .bayangan. Semaliin tinggi transaksi, harga bayangan semfii, t<eill yang menyebabkan. rumahtangga cenderung
berdasarkan
jumlah ternak sapi terbanyak dengan komoditas dominan kelapa. Dari desa terpilih ditentukan secara "purposive sampling" petani peternak yang mempunyai sapi minimal 2 ekor dan pernah menjual ternak. Rumahtangga petani petemak sapi ditentukan secara "simple rindont rymgling" yang mengacu pada Sinaga (1995). Total responden sebesar 233 rumahtangga, terdiii dali Kecamatan Bolaangltang 34 ruriihtangga, Lolak 36 rumahtangga, Lolayan 70 rumahtangga
di
sebagai penjual temak sapi, sehingga dinyatakan
mengurangi produksi dan penjuil"an sapi. UsahI temak sapi. rnerupakan usaha sambilan'seh ingga naiknya biaya transaksi dapat menvebab[fn harga yang diterinra sernakin kecil." Kondisi ini mengakibatkan kemauan berusaha semakin menurun selanjutnya rumahtangga tidak berus.aha meningkatkan junrlah te-r-nak yang
dipelihara. Sebaliknya, [enaikan harga "sapl bayangan masih bisa. mendo.ong ,r.uitangga meningkatkan produksi dan pe"njualan teriik
walaupun pengaruhnya_ l<ecil. produksi sapi dan penjualarr sapi tidak responsif terhadap
biaya transaksi yang disebabkan penjualan sapi dilakukan bila terdapar kebutuhan merrdesak. '
. Produksi sapi sangat responsif terhadap permrntaan rumput karena rumput adalah pakan utaml lugi lemak sapi. Berbeda dengan penelitian .Priyanti (2007), bahwa produlksi ternak sapi tidak responsif terhadap iumlah jerami segar. Perubahan produksi sapi dan total biaya prod_uksi untuk usahatani juga sangat berpengaruh terhadap peniualan ieirat< s$i, walaupun penjualan sapi tidak responsif.
. .Produksi kglapa dipelajari dari perilaku produktivitas kelapa. Perilaku penqpunaan lahan unruk kelapa tidak dipelajari kirenl"dalam jangka ryalq pendek dianggap rumahtangga tidak melakukan ekspansi i-alan kelapa yang butuh modal besar. Berbeda dengan pbn"iitlai '
Bakir (2007) yang mempelaJari perilaku produktivitas kelapa sawit dan iuas arealnya. bayangan merupakan selisih harga flarga kopra .dan biaya. transaksi penjualan kopra. Semakin-tinggi biaya transakii, Iiarga semakin kecil akibatnya ada kecenderungan penurullan produktivitas kelapa. Biaya tranlaksi dihitung berdasarkan biaya transpor penjualan kopra dai braya.penyrmpanan kopra. Brithal, et al. 120061 mengkuantitatifkan biaya transaksi pada tingkat produsen termasuk biaya penyimpanan ilan penurunan kualitas suatu produk. peningkatan biaya. transaksi pengaruhnya cukup -besar terhadap penurunan produktivitas kelapa.
khctlogi pertdnian Vol.l2
No.
j
Nopember 2009; 2tA-2t9
212
Tabel
l.
Hasil Parameter Estimasi, Elastisitas Produksi Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Kelapa di Bolaang Mongondow Variabel
Kode
Produksi Sapi lntersep Harga Bayangan SaPi
PROS
Konsumsi Rumput Tenaga Keda Keluarga utk SaPi
JRUM TKDS
Penjualan Sapi Intersep Harga Bayangan SaPi Produksi Sapi
PROSJ
Total Biaya Produktivita KelaPa Intersep Harga Bayangan KoPra Jumlah Pohon KelaPa Pupuk Urea Tenaga Kerja Luar utk KelaPa Keria Sapi utk T
HTSB
Parameter
Elastisitas
Estimasi -89,799 0,00238 0,03697x 0,03604
0,1433 1,0003
0,0332
HTSB
-48,698 0,00094
PROS
0,12766*
0,3324 0,7471
TB PRODK
4,368-6*
0,4818
HKOB
2.52877* 347,096* 26,9665*
-32437,3
JPK JPUK
TKLK TKSK
0,0665
3,1216 564 0,3136 713 0,1
11,3689* 221.573
Keterangan:*:P<0,15
Naiknya biaya transaksi akan merugikan, disis i lain rumahtangga membutuhkan penerimaan lebih tinggi untuli-menanggulangi -kebutuhan mereka, iehingga mereka menyewakan pohon kelapa ke pedagang.
Semakin banyak pohon kelapa dikelola rumahtangga maka produksi kelapa yang dipanen -6anyak walaupun tidak responsif. semakin Berbeda dengan penelitian Bakir (2007), yang
menunjukkan jumlah pohon kglapa , sawit pengaruhnya kecil terhadap produktivitat .kgl.upa 3awit. Kenyataan di lapangan menunjukkan
produktivitas kelapa semakin menurun vane disebabkan tiilak ada perlakuan untuk men"ingkatkan kesuburan tariah. Selain itu umur pohon kelapa sebagian besar di atas 50 tahun sehingga produksi sedikit ataupun buah kelapanya kedil-kecil. Peningkatan produktivitas kelaira dapat dilakukan intEgrasi usaha ternak sapi-kelapa. Integrasi ini dapat bermanfaat bagi kesuburair I ahan. Kotoran ternak dij adikan sebagai
pupuk, disisi lain lahan di bawah pohon \elapl dapat ditanami hijauan (rumput dan legurninosa) yairg berfungsi sebagai pakan sekaligus dapat
menyuburkan lahan. Model integrasi ini belum
pernah diterapkan
di
Kabupaten Bolaang
Mongondow.
Perilaku Penggunaan Input Produksi dan Input Tenaga Kerja Hasil estimasi perilaku penggunaan input rumahtangga petani usaha temak sapikelapa dapat dilihat pada Tabel2. Rumput yang dikonsumsi berasal dari lokasi kebun. Pembelian rumput dilakukan pada waktu tertentu yaitu bila
terjadi musim kemarau yang panjang. Rumput yang dikonsumsi adalah mmput yang tumbuh liar ataupun limbah perlanian dan dianggap cukup sebagai konsumsi ternak namun kualitasnya tidak- memenuhi sandar gizi. Peningkatan harga rumput menyebabkan permintaan rumput cenderung menurun. Biaya transaksi dianggap tidak mempengaruhi permintaan rumput. Ternak dibiarkan merumput sendiri, tetapi dengan bertambahnya produksi maka ketersediaan rumput semakin tidak mencukupi. Untuk mengatasi hal ini rurya-htangga harus. membeli rumput atau mencan lokasl pertanlan yang
Analisis perilaku Elconomi Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Kelapa dalam Menghadapi Bialta Transaksi di Kabttpaten Bolaang Mongondow (F'emi Hadidiah EUy)
213
lebih jauh sebagai tempat merumput sapi. Konsumsi rumput seharusnya 10 persen dari berat badan ternak sapi namun belum menjadi perhatian petani.
biaya transaksi. Peni n gkatan tenaga kerjakel uarga
Dalam melakukan proses produksi, rumahtangga membutuhkan budger. Semakin tinggi penerimaan usaha sapi akan mendorong rumahtangga meningkatkan permintaan rumput-,
namun permintaan rumput tersebut tidak responsif. Penerimaan usaha kelapa merupakan sumber .penerimaan utama yang dialokdsikan selain untuk kebutuhan pokokjuga untuk proses produksi usaha sapi. Rumahtangga tetap berusaha memenuhi kebutuhan pakan yaitu dengan cara ternak sapi dilepas dikebun agak jauh. Pasar tenaga kerja menurut Evenson, el a/.
(2000), tergantung pada biaya transaksi. Jaleta and Gardebroek (2007) menjelaskan keputusan {o!gs,i tenaga kerja dengan memperhiirngkan ketidaksempurnaan pasar yang diseba6kan adanya biaya transaksi. Biaya transaksi dapat mempengaruhi upah tenaga kerja yang berlaku. Upah bayar rumahtangga dalam penelitian ini dinyatakan sebagai upah bayangan. Apabila biaya transaksi meningkat maka upah bayangan naik sehingga jam kerja keluarga untuk usaha temak sapi cenderung meningkat dan sangat responsif. Sejalan dengan teori, biaya transaksi dapat mempengaruhi pas ar tenagakerj a. Lanzona
and Everson (1997) mengukur pengaruh biaya transaksi penjualan beras terhadap partisipisi pasar tenaga kerja dan upah yang diperoleh. Rata-rata pemilikan ternak sapi hanya sekitar 3.93 ekor, sehingga jam kerja pemeliharaannya sudah teftenfu dan cenderung memanfaatkan tenaga kerja keluarga.
Semakin tinggi penawaran tenaga kerja keluarga untuk kelapa, penawaran tenaga ke{a keluarga untuk usaha sapi semakin beikurang
walaupun tidak responsif. Hal ini disebabkan alokasi tenaga kerja keluarga untuk setiap usahatani sudah tertentu. Fenomena tersebut sesuai dengan leori ekonomi, bahwa penawaran tenaga kerja keluarga untuk suatu usahatani tertentu saling bersubstitusi dengan tenaga kerja keluarga untuk usahatani lain. Biaya transaksi pada usaha kelapa yaitu
biaya transpor penjualan kopra dan penyimpanan kopra
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan
Ternyata penawaran tenaga kerja keluarga
untuk kelapa. sangat responsif terhadap upih tenaga kerja bayangan yang disebabkan'karena
khologi
'6iaya
untuk sapi menyebabkan turunnya penawaran tenaga kerja keluarga paqq kelapa, pengaruhnya s,angat besar. walaupun tidak respohsi fl Sejalin
dengan hasil analisis priyanti iZOOll, bihwa naiknya tenaga kerja keluarga pada usaha sapi menyebabkan penurunan tenaga keluarga untuk usaha tani padi. Naiknya tenaga kija luar keluarga menyebabkan turunny-a pedawaran tenaga kerja keluarga pada usaha kelapa namun tidak responsif. Fenomena ini sesuai dengan teori ekonomi, permintaan tenaga ke{a luar f,eluarga pada suatu usahatani bersu6stituii dengan tenaga kerja keluarga untuk usahatani tersebu-t.
Di
Bolaang Mongondow, rumahtangga
menggunakan tenaga kerja sewa dalam proses
produksi telapa apabila budget yang
ada
mencukupi. Kegiatan tenaga kerja sewa telrsebut diantaranya panjat, kumpul, kupas kelaoa dan panggang kopra fufu) serta angkut. Upahpanjat kelapa . sebesar Rp.1.000-Rp .1.256 4iofron. SuTprl llglapa Bp.Zs 000 /trari, kupas itp.20Fp?S /biji, pembuatan kopra Rp.25.000^/100 kg kopra, dan bagi hasil. Upah ini tergantung upah yang berlaku setiap daerah. Biaya tfunsaks'i naik,. upah bayangan juga naik menyebabkan
permintaan tenaga kerja sewa untuk kehpa turun, p^eng_arutnyq gukup besar dan sangat responsif. Produksi kelapa semakin banyak berarti membutuhkan tenaga sewa lebih besar. Tenaga kerj a ternak sapi di lokasi penel itian digunakan.untuk angkut buah kelapa dan kopra. Sewa angkut kelapa Rp.25.000 7hari, angkut kopra Rp.4.000 - Rp.5.000 /koti. niaya iransiksi me_ningkat makaupah tenaga kerja safi bayangan nai! menyebabkan. penawaran tenaga kerja sapi untuk usaha kelapa meningkat tetapi tiait responsif. Faktor surplus pasar kelapa meiupakan salah satu faktoryang mempengaruhi penawaran tenaga ]<erja temak sapi dan pengaruhnya sangat nyata. Kegiatan pengangkutan kopra dilakukan
oleh pedagang.
Di Bolaang Mongondow curahan kerja keluarga sebagai buruh tani dilakukan rumahtangga dalam rangka peningkatan pendapatan untuk memaksimumkan utilitas mereka. Biaya transaksi dapat mempengaruhi
Pertanian Vol.l2 No.3 Nopember 2009 : 210-219
214
Tabel2. Hasil Parameter Estimasi dan Elastisitas Penggunaan Input ProduksiRumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Kelapa di Bolaang Mongondow Kode
Variabel Jurnlah Rumput lntersep Harga Rumput
JRUM
Produksi Sapi
PROS
Penerimaan Usaha Temak Sapi Penerimaan Kelapa TK Kel utk Usaha Ternak Sapi Intersep Upah Bayangan Tenaga Kerja Tenaga Kerja Keluarga utk Kelapa Produksi Sapi
RUTS
Tenaga Kerja Keluarga utk Kelapa
TKDJ
lntersep Upah Bayangan Tenaga Kerja Tenaga Kerja Keluarga utk Usaha Ternak Sapi
UTKB TKDS
HRUM
RUK
TKDK PROS
TKIK PROK
Upah Bayagan Tenaga Kerja
UTKB
Produksi Kelapa Jumlah Angkatan Kerja
PROB
penawaran tenaga kerja sebagai buruh tani walaupun tidak responsif. Jumlah anggota keluarga berkaitan dengan strukfur demografi rumahtangga. Semakin tinggi rasio konsumsi dan pekerja (C/W), semakin tinggi kebutuhan rumahtangga untuk konsumsi. Rumahtangga berusaha memperoleh pendapatan dengan mengalokasikan tenaganya untuk pekerjaan
1752,0 -0,811
-0,027 0,5823 0,2614 0,0515
15,753* 0,0002* 0,0001* -6437,8
UTKB
Produksi Kopra Tenaga Keda Luar utk Kelapa lntersep
*:
Elastisitas
Estimasi
TKDS
Tenaga Kerja Luar utk Kelapa
Curahan Ke{a Keluarga TK Sapi utk Kelapa lntersep Upah Bayangan Sewa Sapi Surplus Pasar Kelapa Curahan Kerja Keluarga Upah Bayangan Tenaga Kerja Jumlah Anggota Keluarga Total Pengeluaran Produksi Sapi Keterangan : P<0, l5
Parameter
2,1697* -0,670x 0,1 067* -6,2339 0,0282* -0,1986x -0,0985x 0,01
14,809 -0,1557 0,1 I 59
2,0052 -0,8541 -0,310'1
l1*
0,2166
TKLJ 6729,34
JAKK CTDUO
-2,0071* 0,0003* -6,818 i 0,00901
-19,812 0,0003 -0,0108 0,0062
TKSJ USSB SPK
CTDUO UTKB ANG TP PROS
16,3798 0,00036 0,0001x
0,9138
0,0795
l6*
6,6561
289,739* 7,6118-6
0,0208
-0.273s
-0.1242
0,132
1,3483
apapun. Curahan kerja keluarga
sebagai
buruh tani responsif terhadap jumlah anggota keluarga.
Perilaku Biaya Transaksi
Biaya transaksi penjualan ternak sapi terdiri dari biaya perantara, transpor, retribusi dan administrasi. Biaya perantara yaitu
Analisis Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Kelapa dalam Menghadapi Biaya Transaksi di Kabupaten Bolaang Mongondow (Femi Hadidjah Elly)
215
uDah yang dikeluarkan rumahtangga sebagai
bilas iasi dalam penjualan sapi,
merupakan
komponen biaya teibesar. Biaya transpor yaitu biayi yang dikeluarkan apabila sapi dijual di tuai witayitr peternakan. Biaya retribusi adalah biaya yang dikeluarkan pada saat menjual sapi di Laiar llantik atau untuk retribusi kantor
desi. Biaya adminisffasi adalah biaya yang dikeluarkan apabila ternak dijual di pasar blantik, diantarproviniikan dan diantarpulaukan atau sebagai biaya surat jalan sapi. Biaya transaksi dalam penelitian ini dipelajari dari penjualan ternak sapi melalui pedagang pengumpuLtukang blantik, tukang potong serta petani lain. Berbeda dengan penelitian Collison, et al. (2005) -Vang meneanalisis biaya transaksi sepanjang saluran pemisaran dari tingkat usahatani. Hasil estimasi ferilaku biaya transaksi di Bolaang Mongondow dapat dilihat pada Tabel 3. Setiap peningkatan harga jual maka ada kecenderungan kenaikan biaya perantara penjualan sapi. Upah ditentukan oleh perantara tergantung liarga sapi yang terjual, sehingga semakin tinggi harga maka biaya perantara semakin tingfi dan tidak responsif' Sebagian besar ruma6tangga menjual temak di lokasi peternakan yai-tl rumahtangga dikunjungi pedagang dengan menggunakan jasa perantara walaupun tidak respons if. Sebagian rumahtangga menjual temak sapi di daerah lain misalnya Kecamatan Boroko untuk diantarprovinsikan ataupun diantarpulaukan. Jarak pasar dengan lokasi peternakan berpengaruh nyata terhadap biaya p-erantara penjualan sapi, walaupun tidak resfonsif. Pedagang mengunjungi rumahtangga
melalui perantara dan biaya
transpomya
dikurangi dari harga sapi, sehinggahatga seekor sapi iadi lebih murah. Pedagang membeli sapi dehgln harga Rp.35.000/kg berat hidup.
Biaya transaksi pada usaha
kelaPa
terdiri dari komponen biaya transpor penjualan kopra dan biaya penyimPan?n kopra. S.ebagian beiar rumahtangga menjual kopra dtjemput oedagang menyebabkan harga semaktn [.ecil" liarena sudah dikurangi biaya transpor. Semakin tinggi harga_kopra maka biavd transpor semakin besar dan responsif. Penjuatan kdpra di lokasi penelitan lebih murah
dibanding dijual di pabrik minyak goreng. Selain itu, apabila rumahtangga mengangkut sendiri kopranya dengan menggunakan gerobak maka biaya transpor lebih murah. Pedagang yang
di lokasi perkebunan kelapa menggunakan kendaraan pick up. Biaya transpor membeli kopra
yang ditanggung rumahtangga dihitung sebagai upah apabila temak sapi disewa rumahtangga lain, walaupun biaya transpor penjualan kopra tidak responsif.
Perilaku Pengeluaran Rumahtangga Konsumsi pangan merupakan pengeluaran yang harus dipenuhi karena menyangkut kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan pangan terdiri kebutuhan beras dan lauk pauk, kebutuhan non pangan seperti minyak tanah, kayu bakar, kebutuhan pemeliharaan tubuh, kesehatan dan sosial. Konsumsi pangan terutama berkaitan dengan struktur demografi rumahtangga. Hasil estimasi
untuk kebutuhan pokok rumahtangga
perilaku pengeluaran rumahtangga
dapat
dilihat pada Tabel 4. Jumlah anggota keluarga merupakan karakteristik rumahtangga yang dapaf mempengaruhi pengeluaran konsumsi dan pengaruhnya sangat nyata. Bertambahnya anggota keluarga maka kebutuhan Pqngan dan non pangan makin meningkat sehingga pengeluaran rumahtangga juga meningkat namun
iidak reponsif. Anggota keluarga tidak berubah dalam jangka pendek dan rumah-tangg? rasional
dalam- pengalokasian pengeluaran konsumsi pangan dan non pangan.
Kepala keluarga yang menyandang tingtat pendidikan lebih tinggi akan berusaha menaikkan pengeluaran konsumsi pangan dan non Pa_ngm: Pendidikan berperan penting terhadap alokasi pengeluaran konsumsi pangan yaitu menyangkut
iroli
konsumsi rumahtangga. Pengaruh tingkat
fendidikan sangat nyata terhadap konsumsi pangan dan non pangan, walaupun responnya -sangat
kecil. Semakin tinggi tingkat pe_ndidikan, rumahtangga semakln rasional mengalokasikan pengeluaran konsumsi pangan. Rumahtangga inulai menerapkan pola hidup sederhana dengan kons umsi panEan bukan berdasarkan kuantitasnya
tapi lebi h' me-mperhatikan kualitas.
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Tel*tologi Pertanian Vol.12 No.3 Nopember 2009: 210-219
Tabel
3.
Hasil Parameter Estimasi, Elastisitas Biaya Perantara Penjualan Sapi, Biaya Transpor Penjualan Kopra Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Kelapa di Bolaang Mongondow
Variabel
Kode
Biaya Perantara Penjualan Sapi
BPER
Harga Ternak Sapi Penjualan Sapi Jarak Pasar Biaya Transpor Penjualan Kopra Intersep Harga Kopra Keria Temak
Parameter Estimasi
Elastisitas
PROSJ
0,1213* 2,7887*
0,9908 0,3305
JARP
-4,019*
-0,049
HTS
BTPK 4,5867
0,0205* -0.180
HKO
TKSK
1,7154
-0.142
Keterangan:x:P<0,15
Tabel
4.
Hasil Parameter Estimasi, Elastisitas Pengeluamn Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Kelapa di Bolaang Mongondow
Parameter Estrmasl Variabel
Kode
Konsumsi Pangan Intersep Jumlah Anggota Keluarga pendidikn kipala Keluarga Total Pendapatan Rumahtangga Konsmsi Non Pangan Intersep JumlaliAnggota Keluarga Pendidikan Kepala Keluarga Total Pendapatan Keluarga Investasi Pendidikan Total Pendapatan Rumahtangga JumlahAnik Sekolah Surplus Pasar Kelapa Intersep Harga Buah Kelapa Produksi Kelapa Total Pengeluaran Biava Transaksi koora
KP
Elastisitas
3 181763
ANG PFO TPRT
834881* 131392* 0,06114*
0,3144 0,1262 0,20'10
KNP
ANG PFO TPRT IPD
TPRT JAS
-1274999
627293* 139355* 0,06728x
0,5024
0,02204* 1293502*
0,4885
0,5211
0,2824
1,0547
SPK
HBK PROB TP BTRK
6050,961
4,42578* 0,00956* 0,00020* 9,37203*
0,1624 0,0097
0,2462 0,0204
Keterangan:*:P<0,15 Pendapatan merupakan faktor penentu besarkecilnyapengeluarankonsumsi pangan, non Dansan dah investasi pendidikan. Makin tinggi tingkat pendapatdn, rumahtangga dapat mengalokasi kannya untuk Pengeluaran kohsumsi pangan, non bangan dan investasi pendidikan untuk maksimisasi utilitas. Pengaruh
pendapatan sangat nyata terhadap konsumsi pangan, non pangan dan investasi pendidikan,
walaupun
tidak responsif. Rumahtangga
sudah berpikir rasional untuk mengalokasikan pendapatannya. Semakin banyak anak usia
sekolah dalam rumahtangga maka jumlah
pengeluaran untuk investasi pendidikan semakin
Analisis Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Ilsaha Tbrnak Sapi-Kelapa dalam Menghadapi Biaya Transaksi di Kabupaten Bolaang Mongondow (Femi Hadidjah Elly)
217
-: harga kopra dan penggunaan tenaga kerja ternlk sapi sebagai pengangkut kopra'
tinsei. oengaruhnya sangat nyata dan responsif' iirT"i" iiiii[ukan seba gii upava men i n gkatkan sumberdaya manusia.
Naiknva harga mendorong rumahtangga *"nlrui-'[.(upu d"alam bentuk- buah bukan
Implikasi Kebijakan L Biaya transaksi penjualan ternak sapi
ditanggung rumahtanggl.
proses a* pengaruh sangat besar, karenaproduksi biava *.*6rlukan ;;il;r;;;'io"piu i;i;;; b;;"t fiurgu buah kelapa vang berlaku kelapa
ii"riu
rir.r n
p.+i u rt gl
Pen in
gkatan p roduksi,
pasar kelapa' "iir *."r.u"tr"n nliknyu iurplus total Peningkatan ."tpontif" iiauk *"iJrp* syry!u.s o*ns,.irurun menye'babkan naiknya nyata tetapi tidak 5".iif..f .o^ dan pengaruhnya -bent "dal uk b uah k.el apa am L"i"riir.''pen iuaian
menghindari adanya naiknyg ;ii;kr# penj ual"an kopra. wal aupu n tidak i bi ;;;;;;t;k; rumahtangga.masih ;;;;;ii. S"bugiui, b"tut ,".'rirti o"tam ientuk kopra karena.pedagang
2.
membeli buah kelapa masih
sangat
kurang.
lal ini diperlukan
di
intervensi
pemerintah untuk pembangunan
pasar sapl' ternaK penJualan sebagai pengontrol
3.
Kebiiakan yang dicanangkan pemerintah pert J aipe tai a ri d'ampaknyalerhadap peri I aku
bkonomi rumahtangga petanr peternaK sapl' Dalam hat ini dipeifukan analisis kebijakan
untuk mempelaiari dampaknya
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
sangat
ternak sapi di Kabupaten Transaksi penjualan ^Mongondow bukan Pasar Bolaang
blantlk]Oalam
,ntirt
vr.g
. dan.
m"ruigi'kunl Dengan demikian diperlukan i"ie.u:*ul peme"rintah untuk perbaikan kelembagaan agar rurnahtangga. dapat *"*p"t51"h informasi pernbeli dan harga'
p"iltrt, "iionomi petemak saPi'
terhadap
rurnahtarigga petani
DAFTAR PUSTAKA Kesimpulan
Biava transaksi yang semakin .. tinggi rnenunjukkan harga Yang dlterlma rumahiangga sema"kin kecil' Semakin tecii ttatEi yang diterima mengakibatkan
t.
*irg,rru'gi
produksi ternak iumahtan[gu' sapi baik--yang dipelihara maupun yang
dijual serta-produktivitas kelapa'
2.
Biavatransaksisemakintinggimengakibatkan tinggt' Upah yang "tinggi menyebabkan. rumahtangga .,i*.i.i" menaikkan penawaran tenaga kerJa keluarga baikuntuk usaha ternak sapi, kelapamaupun
uoah vans berlaku semakin
;;;d;;-k",ja sebagai 9q*h. tani', UPah tenasa keria yang semakin tinggt .karena biaya"transaksi mengakibatkan permintaan tenaga kerja sewa menurun'
p."iigt ri"i,
sapi . 3. Biaya perantara penjualan 1eryf tertinggi sebasai komponen biuyu ttuntuksi ;iffiil;hi6l*h hutgu itrnak sapi, penjualan tu"oi"?un iutut pa-sar' Sedangkan. biay3 ;;;tp;; pdrjualan kopra dipengaruhi oleh
R.W. 2A07. Analisis p.erilaku -Asmarantaka, ---ekonomi rumahtangga petani di ligq d"ru ouneun dan pei[ebunan di Provinsi t;i;ri;rg: Diser{asi Doktor' Sekolah
Pascasariaira Instutut Peftanian Bogoq Bogor.
Bakir. L.H. 2007. kinerja perusahaan inti rakyat f."[pu sawit di Sumatera Selatan : analisis
kemitraan dan ekonomi
rumahtangg-a
p.i"ri. Disertasi Doktor'
Sekolah
i'ascasarjana Instutut Pertanian Bogor' Bogor.
Benham,
A and L. Benham' 2001- Marketing
*bthods and income generation amongst small-scale farmers intwo communal areas Li- ii*arrtu-Nata1, South Africa' School oi ngricultural Sciences and Agribusines' Univ"ersity of Natal, Pietermaritz Burg' So"tf, Adi"u. Procceding' http://ifmaoline' org/pages/con-fu11 Articles php'
Pertanian Vol.l2 No.3 NoPember 2009: 210-219 Jurnal Pengkaiian dan Pengembangan Tehtologi
218
Birthal, P.S., P.K. Joshi and A. Gulati. 2006. Vertical coordination in high-value food
Institute Washington, D.C. http://www. cgiar.org/ifpri
commodities: implication for smallholder.
International Food Policy
Research
Institute (IFPRI) and National Centre for Agricultural Economics Policy Research (NCAP), New Delhi.
Collisson, C., U. Kleih., D. Butnett., A. Munganga., J. Jagwe and R.B. Fenis. 2005. Transaction cost analysis for selected crops with exporl potential in Uganda. International Institute of Tropical Ag;r
iculture, Nigeria.
Dutilly-Diane, C., E. Sadoulet and A. de Janvry. 2003. Household behavior under market
Koutsoyiannis, A. 1977 .Theory ofeconometrics: an introductory exposition of econometrics methods. Second Edition. The Macmillan Press Ltd, London.
Kusnadi,
N. 2005. Perilaku
ekonomi
rumahtangga petani dalam pasar persaingan tidak sempuma di beberapa provinsi di Indonesia. Disertasi Doktor.
Sekolah Pascasarjana [nstutut Pertanian Bogor, Bogor.
Lanzona, R and R.E. Evenson. 1997. The Effect of trnsaction costs on labor market
failures: hownatural resource management
participation and eamings: evidence
livestock production in the Sahel. Department of Agricultural and Resource Economics, University of California, Berkeley.
from rural Philippine markets. Economic Growth Center, Yale University. New Haven, Connecticut 06520-8269
in agriculture promotes
A. 2007. Dampak program sistem integrasi tanaman ternak terhadap alokasi waktu kerja, pendapatan dan pengeluaran
Priyanti, Evenson, R.E., A.Kimhi and S. DeSilva. 2000.
and
transaction costs: in Bicol, The Philippines. Economic Growth Center. Supervision
evidence from rice farms
Yale University. New Haven. http://www. econ.yale.edu /-egcenter/
rumahtangga petani. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
B.M. 1995. Metode sampling. Makalah Disampaikan pada Penataran DosenDosen Perguruan Tinggi Swasta. Materi Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi di Cisarua, Bogor 19-23 Juni 1995. Direktorat Perguruan Tinggi Swasta, Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi,
Sinaga, Jaleta,
M and C. Gardebroek. 2007. Land and
in the shift from subsistence to comercial agriculture. labour allocation decision
http ://. sls.wau. nl/M liResponsel Debello_revised.pdf
Matungul, P.M., G.F. Ortmann and M.C. Lyne.
2006. Marketing methods and income
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
generation amongst small-scale farmers in
two communal areas of Kwazulu-Natal, South Africa. School of Agricultural Sciences and Agribusiness. University of Natal, Pietermaritzburg.
Minot, N. 1999. Eff'ect of transaction cost on supply respone and marketed surplus: simulationsusingnon-separablehousehold
Sinaga, B.M. 1996. Metode pengumpulan data. Makalah Disampaikan pada Pelatihan Singkat Metodologi dan Manajemen Penelitian Bidang Peftanian, Cisarua Bogor 16-23 Desember 1996. Proyek Pengembangan Sebelas Lembaga
Pendidikan Tinggi Bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
model. lnternatioal Food Policy Researh
Analisis Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Kelapa dcrlam Menghadapi Biaya Transaksi di Kabupaten Bolaang Mongondow (Femi Hadidjah Elly)
219