ALAT UKUR KECEPATAN FLUIDA DENGAN EFEK DOPPLER MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER AT89S51 Muhammad Andang Novianta Jurusan Teknik Elektro Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Kampus IST AKPRIND Jl. Kalisahak No. 28 Kompleks Balapan Yogyakarta Telp 0274-563029, Fax 0274-563847, Email :
[email protected] ABSTRACT Electronics technology has been applied in a lot of measurement system, the mentioned very assistive work in research or seeking a data which is being perceived. Actually the equipments still semi automatically so that still needed the energy and time in its performance. This research design a prototype exploiting ultrasonic wave as a measure instrument of fluid’s velocity with the method of effect doppler base on the microcontroller AT89S51. The result of this research indicate that the appliance scheme doing well, based on ultrasonic censor sensitivity to fluid’s velocity flowing in a pipe. Keywords: fluid’s velocity, measure instrument, effect doppler, microcontroller
INTISARI Teknologi elektronika telah banyak diterapkan dalam sistem pengukuran, hal tersebut sangat membantu pekerjaan dalam penelitian atau pencarian suatu data yang sedang diamati. Hanya saja peralatan tersebut banyak yang masih bersifat semi otomatis sehingga masih memerlukan tenaga dan waktu dalam pengerjaannya. Penelitian ini merancang suatu prototipe yang memanfaatkan gelombang ultrasonik sebagai alat ukur kecepatan fluida dengan metode efek doppler berbasis mikrokontroller AT89S51. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perancangan alat berfungsi dengan baik, dengan berdasarkan sensitivitas sensor ultrasonik terhadap kecepatan fluida yang mengalir di dalam suatu pipa. Kata kunci: kecepatan fluida, alat ukur, efek doppler, mikrokontroller
PENDAHULUAN Alat ukur yang ada di Indonesia pada umumnya merupakan produk dari luar negeri dan lebih difungsikan untuk industri maupun instalasi pengukuran yang lain. Desain alat dibuat permanen dan kurang fleksibel untuk dibawa kemana-mana, jika alat ukur tersebut mengalami masalah atau kerusakan maka ditemui kesulitan dalam perbaikan maupun pengadaan komponen pengganti. Salah satu dari sekian banyak alat ukur yang ada adalah pengukur kecepatan fluida. Alat ukur fluida ini sendiri memiliki ragam yang bermacam-macam, hal ini tergantung pada prinsip pengukuran yang dipergunakan. Salah satu prinsip pengukuran yang dipakai adalah efek doppler dari suatu gelombang ultrasonik. Sistem pengukurannya yaitu pada perubahan frekuensi gelombang ultrasonik yang dipancarkan ke aliran fluida dengan yang diterima transduser. Perubahan dari frekuensi inilah yang besarnya sebanding dengan kecepatan fluida. Untuk mewujudkan pembuatan alat ukur kecepatan fluida tentunya harus mengerti terlebih dahulu
tentang teknik pengukuran dan perancangan peralatan alat ukur itu sendiri. Perumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana merancang dan membuat suatu alat ukur untuk memantau tingkat aliran (rotameter) dengan variasi daerah untuk cairan pada suatu unit satuan tetap tertentu, setelah itu pengukuran aliran piston dan spring serta unjuk kerja gelombang ultrasonik (non-intrusif atau doppler) untuk cairan. Tujuan penelitian ini adalah merancang alat ukur laju aliran fluida dengan sistem efek doppler dari gelombang ultrasonik berbasis mikrokontroler AT89S51, yang akan digunakan sebagai penentuan tingkat kecepatan aliran permukaan fluida pada suatu tempat aliran fluida seperti saluran pembuangan limbah cair, sungai dan lain-lain. Terdapat beberapa kajian-kajian terkait yang sudah dilaksanakan oleh para peneliti sebelumnya dengan hipotesis yang berbeda pada tiap penelitian yang pernah dilakukan. Pada dasarnya ada suatu diversifikasi penelitian yang masih memiliki satu kaitan masalah yang merupakan mata rantai untuk
Jurnal Teknologi, Volume 3 Nomor 1 , Juni 2010, 1-9
1
dapat menentukan dari kesempurnaan hasil sehingga terdapat wujud berupa sistem yang nyata dan dapat langsung diterapkan pada masyarakat. Menurut Lathief C (2007), pemakaian dari efek doppler untuk mengukur kecepatan aliran fluida pada cahaya terhambur oleh suatu partikel yang bergerak dengan fluida tersebut, maka untuk analisis sinyal yang keluar dari detektor cahaya ialah memakai suatu analisis spektrum atau disebut juga diskriminator. Dari hasil penelitiannya didapat bahwa nilai frekuensi diperoleh mempunyai kesalahan sebesar 3% dari harga dihitung. Menurut Mustain A (2002), aliran fluida yang melintasi sebuah elemen penghalang akan terbentuk medan aliran. Medan aliran ini dapat berupa distribusi kecepatan dan tekanan. Dari hasil penelitian ini didapatkan kesimpulan dengan bertambahnya distribusi kecepatan aliran fluida maka tinggi tekanan di depan penghalang semakin besar. Gelombang Bunyi Berdasarkan medium, gelombang akan dibagi menjadi dua bagian, yaitu gelombang mekanik dan elektromagnetik. Berdasarkan arah getar gelombang dibagi jadi dua bagian, yaitu gelombang tranversal dan gelombang longitudinal. Gelombang bunyi timbul dari terjadinya perubahan mekanik terhadap gas, zat cair atau padat yang merambat dengan nilai kecepatan yang tertentu. Gelombang bunyi merupakan vibrasi atau getaran dari molekulmolekul zat yang saling beradu satu sama lain, namun zat tersebut terkoordinasi yang menghasilkan suatu gelombang serta dapat mentransmisikan energi. Bunyi memiliki hubungan antara suatu kecepatan perambatan (C) dalam m/det, dan frekuensi (f) dalam Hertz, serta dari panjang gelombang (λ) dalam m. Secara matematis hubungan tersebut dinyatakan sebagai: C=f.λ (1) Kecepatan perambatan radiasi gelombang elektromagnetik berupa konstanta C = 3x108 m/det, akan tetapi kecepatan perambatan gelombang ultrasonik bervariasi tergantung dari dua faktor media yang dilaluinya yaitu kerapatan media dan tekanan media. Efek Doppler Efek doppler yaitu perubahan frekuensi gelombang elektromagnetik atau gelombang akustik sebagai akibat dari pergerakan emitter ataupun receptor. Jika sebuah transduser akan memancarkan gelombang dengan frekuensi (fe) dan kecepatan bunyi (c) di dalam medium dan suatu target
(receptor) bergerak dengan kecepatan (v), maka target akan memantulkan gelombang parsial jika impedansi akustiknya berbeda dari impedansi akustik mediumnya. Prinsip Doppler Doppler diambil dari nama seorang ahli fisika dan matematika Austria, yakni Christian Johann Doppler (1803-1853). Tahun 1842 dia memprediksikan bahwa frekuensi gelombang bunyi yang diterima tergantung pada gerakan sumber bunyi atau pengamat relatif terhadap media perambatan. Untuk menggunakan efek doppler dalam pengukuran kecepatan aliran fluida, transduser ultrasonik mentransmisikan gelombang ultrasonik ke dalam aliran fluida. Gelombang ultrasonik yang ditransmisikan ke fluida akan diterima oleh receiver ultrasonik. Pergeseran frekuensi akibat dari aliran fluida sebanding dengan kecepatan aliran fluida. Dasar dari efek doppler merupakan fakta bahwa pantulan dari permukaan gelombang ultrasonik yang bergerak dapat mengalami pergeseran frekuensi (Frequency shift). Pada umumnya, magnitudo serta arah pergeseran mengandung informasi yang dapat dinyatakan gerakan dari pemukaan. Untuk memahami hal ini harus diketahui hubungan antara frekuensi dari sumber bergerak (fS) dan frekuensi yang diterima penerima (fR). Frekuensi terukur oleh penerima yang bergerak menjauh dari sumber akan lebih kecil dari frekuensi terukur di sumber, sedangkan frekuensi terukur oleh penerima yang bergerak mendekati sumber akan lebih besar dari nilai frekuensi terukur di sumber. Pada sistem pengukuran kecepatan dari fluida, persamaan (2) dipergunakan sebagai rumus untuk menghitung kecepatan alir:
fD =
vF fS c
(2)
vF =
fD c fS
(3)
atau
vF = K fD
(4)
dimana: vF = kecepatan alir fluida K = faktor kalibrasi fD = pergeseran frekuensi doppler c = kecepatan suara di udara fS = frekuensi transmiter Persamaan (4) menunjukkan kecepatan aliran merupakan fungsi linier dari pergeseran frekuensi doppler. Transduser Ultrasonik Transduser merupakan alat yang dapat mengubah suatu bentuk besaran energi ke
2 Andang, Alat Ukur Kecepatan Fluida Dengan Efek Doppler Menggunakan Mikrokontroller AT89S51
bentuk besaran energi yang lain. Umumnya transduser bekerja mengubah energi listrik menjadi mekanik atau mengubah besaran bukan listrik (seperti temperatur, bunyi dan cahaya) akan menjadi suatu sinyal listrik. Transduser ultrasonik terdiri dari dua buah kristal piezoelectric yang digunakan sebagai pemancar serta penerima dari gelombang ultrasonik. Kristal piezoelectric ditemukan C.Piere dan Jacques pada tahun 1880. Bila Kristal piezoelectric diberi tegangan listrik, maka lempengan kristal akan mengalami vibrasi sehingga timbul frekuensi ultra, dan vibrasi kristal menimbulkan arus listrik. Berdasarkan prinsip tersebut maka kristal piezoelectric dapat dijadikan transduser ultrasonik. Bahan-bahan yang mempunyai efek piezoelectric dibagi menjadi tiga kelompok, bahan alamiah (misalnya quartz dan rochelle salt), kristal buatan (misalnya litrium sulfate dan amonium dihydrogen phosphate) serta keramik feroelectric yang memiliki polarisasi (misalnya barium titanate). Bentuk alami dari quartz yaitu suatu prisma heksagonal yang bentuknya seperti piramid dikedua ujungnya. Untuk kebutuhan pemakaiannya kristal diiris menjadi bentuk lempengan seperti pada Gambar 1. Kristal piezoelectric
I/O ALU
Register Array System Bus
Control
Memory RAM/ROM
Gambar 2. Perangkat Pendukung Sistem Berbasis Mikrokontroller METODE PENELITIAN Pada penelitian ini, alat ukur kecepatan fluida dengan efek doppler dirancang dengan memanfaatkan sebuah keping mikrokontroler ATMEL AT89S51 yang nampak pada diagram blok Gambar 3: Pembangkit Pulsa (Oscillator)
Pembentuk gelombang (Schmittt Trigger)
Mikrokontroler AT89S51
Amplifier
Ultrasonic Transmitter
Amplifier
Ultrasonic Receiver
Penampil LCD 16x2
Gambar 3. Blok Diagram Rangkaian Pengukur Kecepatan Aliran Fluida Elektroda Gambar 1. Kristal Piezoelectric Pengolah Data Berbasis Pengendali Mikro (mikrokontroller) Mikrokontroller merupakan komponen semikonduktor yang didalamnya sudah ada sistem mikroprosesor seperti: ALU, ROM, RAM, dan Port I/O. Untuk membentuk suatu sistem komputer yang utuh maka sebuah mikroprosesor harus ditambah dengan piranti yang mendukungnya seperti pada Gambar 2.
Gelombang ultrasonik dibangkitkan oleh pembangkit gelombang (oscillator) sebesar 40 KHz. Gelombang ini kemudian dikuatkan oleh pre-Amp untuk menggetarkan kristal rangkaian transmitter piezoelektrik. Gelombang ultrasonik yang dipancarkan transmitter ke permukaan fluida yang mengalir dipantulkan dan diterima kembali oleh receiver. Karena adanya efek doppler, gelombang ultrasonik diterima oleh receiver yang mengalami perubahan frekuensi (frequency shift). Suatu Gelombang ultrasonik yang diterima receiver akan menggetarkan kristal piezoelektrik sehingga menghasilkan suatu sinyal listrik. Sinyal yang dihasilkan dari penerima ini masih lemah sehingga diperlukan penguatan dahulu oleh rangkaian amplifier.
Jurnal Teknologi, Volume 3 Nomor 1 , Juni 2010, 1-9
3
Pada sistem perangkat kerasnya ditinjau perbagian atau perblok secara terpisah yang selanjutnya digabungkan menjadi satuan alat yang utuh. Bagian-bagian alat dari beberapa bagian, yaitu: pemancar gelombang ultrasonik, penerima gelombang ultrasonik, pembentuk gelombang atau schmitt trigger, dan rangkaian sistem minimum mikrokontroller dan rangkaian penampil LCD 16x2. Dalam perancangan dan pembuatan alat ukur kecepatan aliran fluida ini perlu dilakukan langkah-langkah, dari tahap awal hingga akhir seperti nampak pada diagram alir Gambar 4.
Sinyal yang telah menjadi penguatan oleh amplifier masih berupa besaran analog. Agar sinyal dapat diolah oleh mikrokontroller maka sinyal analog dari amplifier dibentuk terlebih dahulu menjadi sinyal digital oleh rangkaian schmitt trigger. Sinyal yang dari rangkaian schmitt trigger kemudian dicacah dalam mikrokontroller dalam waktu satuan detik. Mikrokontroller sebagai penghitungan hasil cacahan dari schmitt trigger menjadi kecepatan fluida dalam satuan cm/detik dan hasil perhitungan ditampilkan pada sebuah display seven segment.
Mulai
Perumusan Masalah
Studi Pustaka
Perancangan Alat
Perancangan Hardware
Perancangan Software
Implementasi Hardware
Implementasi Software
Pengujian Hardware
Pengujian Software
Integrasi Sistem
Pengujian alat
Proses pengujian
Akhir
Gambar 4. Blok Diagram Perancangan Alat 4 Andang, Alat Ukur Kecepatan Fluida Dengan Efek Doppler Menggunakan Mikrokontroller AT89S51
Pemancar Ultrasonik
Penerima Ultrasonik
Rangkaian dari pemancar gelombang ultrasonik digunakan IC LM555 sebagai IC timer sebagai sumber sinyal kotak dengan frekuensi 40 KHz. LM555 dipilih karena IC ini mudah diperoleh dipasaran, harganya murah dan stabil jika dioperasikan pada frekuensi yang tidak terlalu tinggi. Sinyal pulsa kotak yang mempunyai frekuensi 40 KHz dikontrol oleh IC LM555 untuk menentukan panjang pulsanya. Rangkaian pemancar gelombang ultrasonik nampak pada Gambar 5.
Sinyal ultrasonik yang dipancarkan oleh transmitter diterima oleh receiver, kemudian dikuatkan penguat tegangan sebesar 1000 kali (60 dB). Penguat penerima adalah penguat Op-Amp inverting yang di-cascade sehingga menghasilkan penguatan sebesar 1000 kali. Penguatan pertama didesain sehingga menghasilkan penguatan dengan nilai sebesar 100 kali (40 dB) dan oleh penguat tegangan kedua sinyal yang telah dikuatkan diperkuat kembali sebesar 10 kali (20 dB).
TP2
TP1 U1B 4
5 MC14049UB U1C
tranceiver 6 C1 transduser 1 0.1uF
R1 10K RPot U2 3 OUT
U1D 7
10
MC14049UB
9 MC14049UB
7 8
U1E 12
R2 1K5
11 MC14049UB
DISC VCC
U3 GND
1
3
2 TRIG 5 CVOLT 6 THR 4 RST
7 8 C2 0.01uF
LM555
+5
C3 0.1uF
R3 9M1
1
OUT
GND
DISC
2 TRIG 5 CVOLT 6 THR 4 RST
VCC
C4 0.01uF
LM555
C5 0.1uF
+5
U1A
U1F
2
15
R4 150K
3
14 MC14049UB MC14049UB
Gambar 5. Rangkaian Pemancar Ultrasonik TP3 TP4
R7 1M receiver
4
4
R9 100K
2 3
1 U4A LM358
6 C8 1nF
R8 10K
5
2
+5
C7 100nF
7 U4B LM358
60dB 1
U5A
U5B 2
3
74LS14
4 74LS14
8
R5 10K
1
8
transduser 2
C6 1nF
R6 10K
R10 10K
R11 10K +5
Gambar 6. Rangkaian Penerima dan Penguat Awal Sinyal Ultrasonik
Jurnal Teknologi, Volume 3 Nomor 1 , Juni 2010, 1-9
5
Pembentuk Gelombang (Schmitt Trigger)
pergeseran frekuensi yang diterima gelombang ultrasonik. Rangkaian ini terdiri dari rangkaian osilator serta power on reset seperti nampak pada Gambar 8. Sistem mikrokontroller AT89S51 memiliki frekuensi kerja 1/12 dari frekuensi kristal yang dihubungkan. Dengan kristal 12 MHz, maka frekuensi kerja dari mikrokontroller AT89S51 adalah 1 MHz atau disebut dengan periode 1 mikrodetik sehingga dapat untuk mengukur frekuensi rendah dengan ketelitian yang tinggi.
Rangkaian schmitt trigger mempunyai fungsi untuk mempersegikan sinyal masukan sehingga mempunyai waktu naik dan turun yang cepat. Bentuk gelombang keluaran dari Op-Amp masih berupa gelombang sinus dengan waktu naik dan turun lambat. Jika langsung dimasukkan ke pancacah maka akan dapat menimbulkan simpangan dalam pencacahan karena cacahan secara digital akan lebih baik pada bentuk gelombang yang memiliki waktu naik dan turun yang cepat. Rangkaian schmitt trigger memiliki dua buah gerbang inverter yang dirangkai secara seri seperti pada Gambar 7. Digunakannya dua buah gerbang ini agar gelombang output yang dihasilkan tidak mengalami pembalikan fasa.
Rangkaian Penampil LCD 16x2 Untuk menampilkan datanya dari sistem mikrokontroller AT89S51 digunakan LCD 16x2 karakter. Pada kaki Rs dan Enable (E) LCD dihubungkan ke P2.1 dan P2.0 mikrokontroller. Data dari LCD (DB0-DB1) akan dihubungkan ke port 1 (P1.0–P1.7). Untuk mengatur kontras LCD, pin VEE LCD dihubung ke potensiometer. Rangkaian penampil LCD 16x2 nampak pada Gambar 9.
Sistem Mikrokontroller AT89S51 Rangkaian sistem dari mikrokontroller AT89S51 digunakan sebagai penghitung dari
U5A 1
LM358 dari pre-Amp
U5B 2
3
74LS14
4
P3.4/T0 ke mikrokontroller
74LS14
Gambar 7. Rangkaian Pembentuk Gelombang (Schmitt Trigger) U2
C9 30pF C10
2
1
VCC 19 18 XTAL1
P0. 0/AD0 P0. 1/AD1 P0. 2/AD2 P0. 3/AD3 P0. 4/AD4 P0. 5/AD5 P0. 6/AD6 P0. 7/AD7
XTAL1 XTAL2
12 MHZ
30pF R12 10K
C11 10uF
reset
+5
74LS14 dari IC 74LS14
9 31 29 30 10 11 12 13 14 15 16 17
20
RST EA/VPP PSEN ALE P3. 0/RxD P3. 1/TxD P3. 2/INT0 P3. 3/INT1 P3. 4/T0 P3. 5/T1 P3. 6/WR P3. 7/RD
P1. 0/T2 P1. 1/T2EX P1. 2 P1. 3 P1. 4 P1. 5 P1. 6 P1. 7
VSS
P2. 0/A8 P2. 1/A9 P2. 2/A10 P2. 3/A11 P2. 4/A12 P2. 5/A13 P2. 6/A14 P2. 7/A15
40 39 38 37 36 35 34 33 32
+5
ke LCD 1 2 3 4 5 6 7 8 21 22 23 24 25 26 27 28
DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB0 E RS
AT89S51
Gambar 8. Rangkaian Sistem Minimum Mikrokontroller AT89S51
6 Andang, Alat Ukur Kecepatan Fluida Dengan Efek Doppler Menggunakan Mikrokontroller AT89S51
16LED15LED+ 14DB7 13DB6 12DB5 11DB4 10DB3 9 DB2 8 DB1 7 DB0 6 EN 5 R/W 4 RS 3 VEE 2 VCC 1 VSS
2x16 DOT MATRIK
+5
P2.1
50K RPot P1.0 P1.1 P1.2 P1.3 P1.4 P1.5 P1.6 P1.7 P2.0
R14
RPot
+5
R13 50K
dari mikrokontroller
Gambar 9. Rangkaian Penampil LCD 16x2 Untuk mengetahui hasil pengujian dari alat dengan function generator, yaitu dengan rasio simpangan yang terjadi seperti Tabel 1. Data kecepatan aliran dalam hitungan didapat menggunakan persamaan (5).
PEMBAHASAN Untuk mengetahui unjuk kerja dari alat ukur ini dilakukan beberapa pengujian yang nantinya dapat diambil suatu kesimpulan dari hasil penelitian ini.
100 v F = K.f D = [39965 − f RX ] 165
Pengujian dengan Function Generator
dengan frekuensi sumber sebesar 39,965. Dari Tabel 1, dapat dilihat bahwa rasio simpangan terbesar adalah 0,84% yang terjadi pada saat pemberian input frekuensi sebesar 39,57 KHz.
Pengujian ini dilakukan yaitu dengan membandingkan hasil perhitungan dan hasil pada tampilan alat. Pada pengujian diambil sinyal input dari function generator. Diagram blok pengujian nampak pada Gambar 10.
Penampil LCD
Mikrokontroler AT89S51
(5)
Schmitt trigger
Penerima Ultrasonik
Function generator
Gambar 10. Diagram Blok Pengujian Menggunakan Function Generator Tabel 1. Data Pengujian dengan Function Generator
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Function Generator (Hz) 38990 39110 39370 39570 39650 40370 40590 40810 40980 41630
Perhitungan (cm/s) 591 518 361 239 191 245 379 512 615 1009
Pengujian alat (cm/s) 590 516 362 237 191 246 378 512 612 1008
Jurnal Teknologi, Volume 3 Nomor 1 , Juni 2010, 1-9
Rasio Peyimpangan (%) 0.16 0.39 0.28 0.84 0.00 0.41 0.29 0.00 0.49 0.10
7
1200 1000 800 kecepatan (cm/s)
pengujian perhitungan
600 400 200 0 38000
39000
40000
41000
42000
frekuensi (Hz)
Gambar 11. Grafik Kecepatan Melalui Perhitungan dan Pengujian Alat Pengujian Alat Keseluruhan Pengujian ini dilakukan yaitu dengan mengalirkan gabus pada pipa sepanjang 100 cm dan dicatat waktu yang ditempuh oleh gabus tersebut kemudian dihitung kecepatan gerak pindah gabus dengan menggunakan persamaan v =
s . t
Diumpamakan aliran yang diukur adalah aliran laminer. Data pengujian nampak pada Tabel 2. Pada Tabel 2 nampak perbandingan dari kecepatan aliran air yang ditampilkan pada alat dengan kecepatan aliran air yang sebenarnya masih ada perbedaan pengukuran yang cukup besar.
Tabel 2. Perbandingan Kecepatan Aliran Alat dengan Kecepatan Aliran Gabus
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Waktu yang ditempuh (detik) 0,84 0,88 0,96 0,98 0,98 1,01 1,03 1,03 1,05 1,06
Kecepatan aliran gabus (cm/s) 119 113 105 103 103 99 95 95 91 91
Rasio penyimpangan (%) 8,40 6,19 9,52 8,74 8,74 8,08 6,32 8,42 6,59 7,69
Kecepatan aliran tampilan alat (cm/s) 109 106 95 94 94 91 89 87 85 84
140 120 100 kecepatan (cm/s)
80
alat
60
gabus
40 20 0 0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
waktu tempuh (s)
Gambar 12. Grafik Kecepatan Aliran Gabus dan Tampilan Alat 8 Andang, Alat Ukur Kecepatan Fluida Dengan Efek Doppler Menggunakan Mikrokontroller AT89S51
dan aplikasi)”, Edisi Pertama, Penerbit Gava Media, Yogyakarta, Hal 1-8.
KESIMPULAN Dari analisa yang telah dilaksanakan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: Secara teori alat yang dirancang ini mendekati kebenaran karena memiliki rasio penyimpangan antara kecepatan aliran yang berdasarkan frekuensi yang diterima dengan kecepatan aliran alat maksimal yaitu sebesar 0,84%. Pengukuran dari alat kecepatan aliran fluida yang terukur didapatkan nilai rasio penyimpangan yang besar hal ini disebabkan aliran fluida yang diukur merupakan aliran laminer atau aliran terbuka sehingga sangat sensitif terhadap pengaruh adannya derau seperti angin yang menyebabkan aliran air ini tidak stabil serta frekuensi penerimaan ultrasonik juga tidak stabil. DAFTAR PUSTAKA Agfianto, P. E., 2002, “Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 (teori
Lathief, C., 2007. “Pengukuran Kecepatan Fluida Dengan Efek Doppler Pada Laser”, Tesis S-2, Program Studi Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung, Bandung. Munson, B. R., and Young, D. F., 2003, ”Mekanika Fluida”, Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta, Hal 214-219. Mustain, A., 2002, “Distribusi Tekanan Aliran Udara Terhadap Penghalang Silinder”, Tesis S-2, Dept. of Mechanical Engineering, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang. Smallman, R.E. dan Bishop, R.J., 2000 “Metalurgi Fisik Modern & Rekayasa Material”, Edisi Keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta, Hal 210.
Jurnal Teknologi, Volume 3 Nomor 1 , Juni 2010, 1-9
9