KAJIANKRITIS ATAS ~
T E R I A KESAHIHAN HADIS-HADIS
AL-
JAMI' AL-SHAHLH Oleb: Dr. H. Mubibbin, MA.
I A-JAMI'AL-SHAHIHyang disusun oleh Imam al-Bukhari' diakui oleh sebagian besar umat Islam (ulama ahli hadis) sebagai kitab paling sahih setelah Alquran2. Penilaian tersebut didasarkan kepada penelitian yang telah berulang kali dilakukan oleh para ularna yang hasitnya sama-sama menunjukkan bahwa hadishadis (segala informasi mengenai diri Nabi, baik perkataan, perbuatan maupun
sesuatu yang didiamkan oleh Nabi Muhammad SAW.) yang terhimpun dalarn kitab al-Jami'al-Sbabibmerupakan hadis-hadis yang sahih dan dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya berasal dari Nabi Muhammad SAWm3. Kesahihan hadis-hadis al-JamiCal-Sbabib tersebut didasarkan kepada seleksi yang dilakukan oleh penyusunnya yang dinilai oleh para ulama sangat ketat. Kriteria yang digunakannya sebagai ukuran,
Al-Bukhari adalah seorang ahli hadis terkernukadan bahkan dipandang oleh pada ularna sebagai ahli hadis nornor satu di atas dunia. Dia terrnasuk ularna yang cukup produktif dan sekaligus sebagai ularna yang paling ketat dalarn menilai hadis. Narna dia adalah Muhammad bin Isrna'il bin lbrahirn bin al-Mughirah bin Bardizbah Abu 'Abd Allah bin Abi al-Hasan al-Bukhari, lahir pada tahu 194 H dan wafat pada tahun 256 H dalarn usia 62 tahun. Lihat rnisalnya Yusuf bin al-Zaki 'Abd al-Rahrnan Abu al-Hajaj al-Mizzi (654-742), Tahdzib al-Kamal fi asma' al-RJal, XVI, Naskah ditahqiq oleh Dr. Basyar 'Awwad Ma'ruf, Beirut: Mu'assasah al-Risalah, Cet. I., 198011400, h. 84 dan 85; Juga Syihab al-Din Abi al-Fad1 Ahrnad bin 'Ali bin Hajar al-'Asqalani (773-852), Tahdzib al-Tahdzib, IX, Hindia: Majlis Da'irah al-Ma'arif al-Nidhamiyyah, 1326 H., h.48. dan lainnya. Sedangkan narna lengkap kitabnya adalah: al-Jami'al-Musnadal-Sahihal-Mukhtashar Min Umur RasulAllah saw. wa Sunanih wa Ayyamih. Dan kitab ini adalah merupakan kitab pertarna yang disusun khusus rnernuat hadis-hadis sahih. Kitab ini disusun selarna 16 tahun diberbagai tempat; Makkah, Madinah, Bashrah, Bukhara dan lainnya. Lihat rnisalnya Badr al-Din Abi Muhammad Mahrnud bin Ahrnad al-'Ayni, 'Umdat al-Qari, I, Beirut: Dar al-Fikr, t.t.., h. 5; juga al'Asqalani, Hady al-Sari, MuqaddimahFath al-Bari, Beirut: Dar al-Ma'rifah, t.t.., h. 8. dan lainnya Menurut al-'Asqalani ,al-Nawawi dan ularna lainnya rnernandang bahwa al-Jami'al-Sahih bersamadengan kitab Sahih Muslimrnerupakan kitab yang paling sahih setelah Alquran. Lihat al-'Asqalani,Hadyal-Sari, Muqaddimah Fath al-Ban, h. 10; juga Abi Zakaria Yahya bin Syaraf al-Nawawi (w. 676 H), Sahih Muslim biSyarh al-Nawawi,l, Beirut: Dar al-Fikr, 1995/1410H., h. 24. dan lainnya. Mernang lrnarn Syafi'i pernah rnengatakan bahwa dia tidak pernah melihat kitab diatas burni ini yang lebih banyak benarnya dari pada ( atau dengan ungkapan yang lain al-Muwaththa'nya imam Malik, akan tetapi ha1 ini bahwa kitab yang paling sahih setelah Alquran adalah) diucapkan oleh al-Syafi'i sebelurn rnunculnya kitab alJami'a1 Sahih dan Sahih Muslim. Lihat misalnya al-'Asqalani, Hady al-Sari MuqaddimahFath al-Ban, h. 10. dan lainnya. Barangkali penelitian yang dilakukan oleh para ularna pada saat itu rnasih rnenggunakan standard yang sama, disarnpingdi"hantuin oleh kebesaran narna al-Bukhari sendiri, yang dikenal sebagai tokoh hadis ternarna dan disegani oleh ularna lainnya. Karena itu rneskipun di dalarn al-Jami'al-Shahih, karya al-Bukhari tersebut diternukan banyak hadis mu'allaq, rnisalnya, tetapi mereka rnasih rnenganggapnyasebagai hadis yang bernilai sahih. Padahalsudah jelas, bahwa hadis mu'allaqterrnasuk salah satu bagian dari hadis dla'if.
JURNAL
TARJIH EDISI7, Januari 2004
43
Muhibbin, Kajian Kritis atas Kreiteria Kesahihan Hadis ...
melebihi kriteria yang digunakan oleh ularna lain dalarn bidang ini4 Dan melalui kriteria itulahAl-Jami'al-Shahih, menurut Ibnu Shalah (w. 642 H.) hanya memuat tujuh ribu dua ratus tujuh puluh lima ribu hadis termasuk yang diulang-ulang dari hasil seleksi sekitar enam ratus ribu hadis5. Bahkan dalam rangka penyusunannyapunal-Bukharijugamelakukan ikhtiyar dengan cara memohon petunjuk dari Allah SWT. melalui shalat dua raka'at sebelum meletakkan setiap hadis ke dalam kitab Al-Jami' al-Shahihnya tersebut6. Sehingga tidak heran apabila banyak ulama hadis yang memujinya7. Kriteria kesahihan hadis-hadis AlJami ' al-Shahih tern yata lebih ban yak diarahkan kepada sanad (rangkaian perawi) hadis, meskipun tidak meninggalkan dan mengabaikan sarna sekali dalam bidang matn (materi) hadis.
Namun porsi yang diberikan kepada sanad lebih besar, bahkan menjadi andalan utarnanya. Ini wajar, manakala didasarkan kepada teori dalam ilmu sejarah bahwa apabila suatu berita (hadis) telah benar-benar dapat dipercaya sumber dan rangkaian pembawanya, maka penerima berita tersebut tidak memiliki a l a s a n u n t u k menolak kebenaran berita tersebut8. Namun teori dalam ilmu sejarah tersebut tidak dapat diterapkan sepenuhnya dalarn menilai hadis, sebab dalam kenyataannya hadis yang sanadnya sahib/ dapat dipercaya, tidak akan selalu menjamin bahwa matnnya juga sahih. Hal ini disebabkan oleh kemungkinankemungkinan sebagai berikut: 1. Sanad yang dinilai sahih oleh para ulama tersebut dimanipulasi dan dirnanfaatkan oleh orang-orang yang
Sebenarnya kreteria-kreteriayang digunakan oleh imam al-Bukhari harnpir sarna dengan yang digunakan oleh Muslim, hanya saja Bukhari rnensyaratkan a/-Liqal(perternuan) antara perawi dengan gurulrnuridnyaatau antara perawi terdekat, rneskipun hanya sekali saja, sedangkan Muslim hanya rnensyaratkan mu'asharah(hidup sezarnan) saja. Untuk masalah ini, lihat rnisalnya al-'Asqalani, Hadya/-SariMuqaddimahFatha/-Bari, h. 12; juga Muhammad 'Ajaj al-Khatib, Ushulal-Hadis 'Ulumuh wa Mushthalahuh, Beirut: Dar al-Fikr, 198911409 H., h. 313. dan lainnya. Mernang al-Bukhari sendiri rnengakui bahwa rnasih ada hadis-hadis sahih selain dalarn kitabnya tersebut. Dia pernah rnengatakan bahwa dirinya hafal 100.000 hadis yang sahih dan 200.000 hadis lainnya yang tidak sahih. Dan alasan kenapa hadis-hadis sahih tersebut tidak dirnasukkan kedalarn kitab a/-Jami' a/-Shahihnya adalah karena supaya tidak terlalu panjang. Lihat rnisalnya al-Mizzi, Tahdzibal-KamalfiAsma'al-Rijal,XVI,h.92; juga al-'Asqalani, Tahdzib a/-Tahdzib, IX, h.49. Narnun yang jelas hadis-hadis yang dirnasukkkan kedalarn a/Jami'al-Shahih rnerupakan pilihan dari sekitar 600.000 hadis yang pernah dia temukan. Lihat al-Mizzi, Tahdzib a/Kamal fi Asma'al-Rijal, XVI, h. 91. Lihat rnisalnya al-Mizzi Tahdzib a/-Kamalfi Asma'al-Rijal, XVI, h. 91;juga at-'Asqalani,Tahdzib a/-Tahdzib, IX.' h. 49. dan lainnva. Perlu diketahui bahwa hampir semua kitab yang rnenyebutkantentang biografi 31-Bukha", selalu menyisihkan bebera~ahalaman khusus untuk menvebutkantentana kebaikan diri dan iuaa kitabnva tersebut. Lihat rnisalnya atMizzi (654-742), ~ahdrib a/-~amal fi~sma'al-~ijal, X ~ I yang , rnenyebutki dalarn halaman91-108; al-'~s~&ani, Tahdzib al-Tahdzib, IX, yang rnengernukakandalarn halarnan 49-55. juga yang lainnya. Lihat apa yang diutarakan oleh M. Suhudi Isrnail, Kaidah Kesasihan Sanad Hadis, Telaaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Sejarah, Jakarta, Bulan Bintang, Cet. 11,1995, h. 7.
Muhibbin, Kajian Kritis atas Kreiteria Kesahihan Hadis...
tidak bertanggung jawab, demi tujuan yang bersifat pribadi atau tujuan lainnya. 2. Kemungkinan adanya kelalaian dan kekhilafan para perawi tsiqah9 yang tidak terdeteksi oleh para ulama. 3. Kenyataan adanya periwayatan hadis dengan makna (tidak dengan lafadh aslinya, tempi maksudnya sama) pada hampir seluruh hadis abad0yang ada pada saat ini. 4. Tingkat akurasi pemahaman terhadap suatu berita (hadis) yang berbeda antara seseorang dengan lainnya, meskipun orang-orang tersebut secara umum dinilai tsiqab oleh para ulama". Tidak dapat diterapkannya seratus persen teori mengenai kebenaran berita yang ditentukan oleh kebenaran pembawanya tersebut dalam menilai hadis, didukung oleh kenyataan tentang adanya sejumlah hadis yang terdapat di dalam afjami'al-Sbabib yang digugat dan dikritik oleh sebagian ulama dan cendekiawan, karena dinilai tidak sesuai
dengan tujuan Alquran dan hasil kajian empirik ilmiah. Sementara itu di sisi lain, umat Islam ( dan para ulama ) menganggap bahwa semua hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, utamanya yang terdapat di dalam Afjami'al-Sbabib, bernilai sahih dan dapat dijadikan b~ab.12 Atas dasar kenyataan inilah, maka beberapa masalah segera muncul, diantaranya ialah: 1. Seperti apakah kriteria kesahihan hadis-hadis afjami' af-Sbabib? 2. Apakah dengan kriteria tersebut akan dapat dihasilkan hadis-hadis yang benar-benar bernilai sahih? Tulisan ini sengaja membahas masa-lah tersebut dengan menekankan kepada verifikasi langsung kepada afjami' af-Sbabib.
I1 Kriteria kesahihan hadis-hadis alJami'af-Sbabib ternyata tidak hanya satu rurnusan, namun terdiri dari beberapa rumusan yang dilalukan oleh beberapa
Maksud Tsiqah adalah terpercaya, dan sifat ini rnerupakan kumpulan dari sifat adil dan kuat ingatan atau hafalanrnnya yang disebabkan kecerdasan ataupun ketekunan rnencatat. lo Hadis ahad ialah hadis yang diriwayatkan oleh sejurnlah perawi yang tidak rnencapaiderajat hadis rnutawatir ( rneyakinkan), rnisalnya hanya diriwayatkan oleh satu dua orang saja. l1Kasus ini dapat dilihat misalnya kritik Urnrn al-Mukrninin 'A'isyah RA, terhadap beberapa sahabat atas kesalahan atau kelalaian dalarn rnenangkap hadis Nabi saw.; juga kritik 'Urnar dan 'Ali RA. terhadap beberapa sahabat lainnya. Lihat rnisalnya Shalah al-Din bin Ahmad al-Id-libi, Manhaj Naqd a/-Matn 'inda ulama a/-HadisalNabawi, Beirut: Dar al-Afaq al-Jadi>dah,Cet. 1,19831 1403 H., h. 108-144, dan lainnya. l2Lihat rnisalnya Yusuf Qardlawi dengan bahasa rnenolak hadis sahih sarna dengan rnenerirna hadis palsu,
Muhibbin, Kajian Kritis atas Kreiteria Kesahihan Hadis...Muhibbin, Kajian Kritis atas Kreiteria Kesahihan Hadis ...Kaif Nata'amal rna'a a/-~unnaha/-Nabawiyyah, diterjemahkan oleh Muhammad al-Baqir, Bagaimana Memahami Hadis N a b i S ~ k V 'Bandung: , Karisrna, 1993, h. 31 dst.; juga lihat Mushthafa al-Siba'i, a/-Sunnah wa Makanatuha fial-Tasyri'al-lslami,Beirut: al-MaMab al-lslarni, Cet. 11,197611396 H., h. 248-249 dan 447.
JURNAL TARJIHEDISI7, Januari 2004
45
-LS-1s 'q 'yesweyn-ieyeurw!,v,-~ey~nmnks'!lu!wH-le i e w i pi '8 C-L1 .q '!U!ZEH-le esnyy u!q peluueqnyy Jyeg !q'yehey 'ymureyy-/ey8IUIU!,v,-/e y ~ n m n a ue6uap nles !pel qeyseN ' y e u ! ~ - /yeurur!,v.-le~nmnAs e '!s!pbeyy-le~ ! q e qu!q 1 peluueqnyy lpej nqy )eq!i 'qeA!zneple ~u!Meo u!qlyeg nqy u!q peuueqnyy u!a-le sueAS e.hey )!,ela-le @A y!yes-le !jjunm-le~euely-leue6uuap nies !pe! qeyseN '0s1 .q '.uqr) 'qeA!lull-le qn~ny-lel e a lnl!aa 's!pe~-,e lnusn /I l e ~ ~ p e m - l'!~nqesAe~-~e e ~P!PH-~ I ~ ~ I'pqtl, I V u!q peulueqnw U ~ I I V ' P ~ v!qv , u!yeH u ~ e l u~~w ! i
ansepuaw 8 u d uar@waIay8unpm8uaw JnqassaJ ueysnumsp 8uad a u e ~ e q a s y.1qvys-l~, ? ~ f SIP~Y-sIP~q /" u"wZsa3 ayaJ!ry my auasax .ueyFqe!p qa1oq yep? edurrlas yaps usp '8unuad awes -awes 8md yadsa anp sae p~pxa:,m! srpey emr@q mymaw auew~Szqaspyspad . s p y u p u yadsa my?eysadwaw yep? ueyr@qnma 8usmy m p 'a!aspvuvs yadsa mypaysadwaw aduey e ~ d u s JnqassaJ a~ em!ur$hqas e m p e n d yalo uqsnumrrp 8ued sypey uay!yasay aIxaJ!s>I -JnqasxaJ srpeq ~adem!xad edueur!xa~!p uadw -auad ~uatauauru~yy~sqasxad~p yepn msas '~[ess p y anp rues edmy yepp m p 'speq yedmq u q e d e ~ u a wImp e d u n d ua8uap 1neSxaq ewel uep ' u ? b ~ n ~ 'ypgvy 8uad 8umo yalo ueyedem~!p snseq ye~e!s ~ p a yuayde~auawurqep peyyng-p ends emr@qf?l(ugrvsI.~pey J E ~ E M ! ueyIxaqmam ~ Sued na& pep py-w peiuaw / pe8saq a m 1m p u?b~nu 'yp$vy S u d pesad e n d ya1o mq~d-emu 8ued srpey yep! payyng-p ~ a n d samr@q ~ s T ! u a w(.H P8s nUrmH-W p , . p p ~ rqrqa18Imd p my y w '~eqeyesmes uep qrqal ape epqeda unuraN -su.rpaJTp ~ a d a p eyew 'sqa! ua8uap !nyajay!p n ~ !y n ~ u nuqe! lase ' n ~ s sB ~ U nJ! E ~
~sqeyesm8uepy pep pesad undnepd .8unqursssaq snsey e8ni JnqassaJ spay pvuvs m! 8 y d m s r a - ~ d ~ v b 6 z s ~ a y uada~auadleua8uaw uay!s!1assad apa a d u a ~ua8uap IauaysaJ Jeqeyas apaday !adwas edulyynuad ueyvb?stay !~eyadas!p 8uad s!pey-s~pey :yele! peqng-1e ~ e s ~ damyaq s uay sqa[uaw ('H LOS 'M ) !spbap~-panJuawaS cl.u?b~nu m p 'yp@y 2'myfivu e8n! 8md edusnsa~asuap 8 .zqv~yv, vqp $! lqv~ uaSue1q pep spay !masad 8 u a ~ oenp p u g w yalo uapedempp snsey e8n! edmn!m1as 'yvbzsl8md Jeqeqas m8uepy pep Sueso enp sme yr!pxaJ 1ew!u!ur uap ' r ~ a x a die8sqas ~nydsew 8uad
%VS P E m V N!VN J e q E Fa n d +'lo u q a d e ~ ~ r8md l p s p e y - s p y pqad 'pay -edasp edwqppsay 2 n d s p y - s p e ~ :yqa! !seyyng-p etxaJ!Jy nem ~aseds ends emyeq uesela[uad umpaqwaw CN P I 0 1 /H SOP 'M) " ~ ~ S ~ Z N - P : q ~ JnqasxaJ p spey ueylrfesay e!saJ!xy uesnwns-uesnwna T.X.IJE~ 8md yadqo depeysa~ uapgauad s e ~ euayxesap!p undqsaur 'spaqsaq IeTsueJsqns aae3as JnqassaJ apalpy uasnwna .y.zyvy~-p,?uvfp m p p p spy-sTpeq depaqxa~qaxaur uepqauad epeday u q n s e p ~ 8md p emp
Muhibbin, Kojion Kritis otos Kreiteria Kesohihon Hodis.. .
Sementara itu dari aspek sanad saja, kreteria kesahihan hadis-hadis al-Jami'alSbabib tersebut masih menyisakan kelemahan, yaitu: * Bahwa unsur kriteria perawi harus bersifat tsiqab atau adil dan dlabith, ternyata tidak konsisten diterapkan. Atau setidak-tidaknya kalau hal itu diterapkan, maka yang menjadi standard adalah penilaian subyektif, padahal sebuah kriteria itu mestinya harus di dasarkan kepada penilaian obyektif. Sebagai contoh dapat disebutkan disini beberapa perawi yang digunakan oleh al-Bukhari dalam alJami' a/-Sbabib, yang ternyata lemah, yaitu:
1. Asbath Abu al-Yasa' al-Bashri. Perawi ini dinilai oleh para ulama sebagai perawi yang tidak diketahui identitasnya atau majhul, dan menyalahi riwayat orang-orang tsiqab.16 2. Isma'il bin Mujalad. Perawi ini dikritik oleh para kritikus hadis sebagai orang yang dla'if , dan tidak termasuk orang yang kuat.17 3. Hisyam bin Hajir. Perawi ini dikritik oleh para kritikus hadis dikarenakan kondisinya sangat dla'if. Imam Ahmad, Yahya bin Ma'in dan lainnya menganggapnya sebagai perawi yang sangat dla'if.18
l8 Lihat misalnya, 'Abd al-Rahman bin Ibn Hatim Muhammad bin ldris Abu Muhammad al-Razi al-Tamimi ( (w.227), alJerh wa a/-Ta'dil, Juz 11, Beirut: Dar Ihya' al-Turats al-'Arabi, Cet. 1, 195211371, h. 333; Lihat juga 'Abd al-Rahman bin 'Ali bin Muhammad bin alJawzi Abu al-Farj (ibnu al-Jawzi)(510-579), a/-Dlu'afa' wa a/Matrukin lilbn al-Jawzi,Juz I, Naskah ditahqiq oleh 'Abd Allah al-Qadli, Beirut: Dar Kutub al-llmiyyah, 1406, h. 96; Lihat juga Abu Hatim Muhammad bin Hiban al-Busti (w. 354), a/-Majruhin,Juz I, Naskah ditahqiq oleh lbrahim Zayid, Halb: Dar al-Wa'i, t.thn., h. 181. j7 Untuk lebihjelasnya lihat dan baca Muhammad bin Ahmad bin 'Utsman bin Qaymaz al-Dzahabi Abu 'Abd Allah (al-Dzahabi)(673-748), Man Tukallam Fih, Juz I,Naskah ditahqiq oleh MuhammadSyakur Amrir al-Mayadini, al-Zarqa': Maktabah al-Manar, Cet. 1, 1406, h. 47.; Lihat juga Ahmad bin 'Abd Allah bin Shalih Abu al-Hasan al'Ajli al-Kufi (182-261), Ma'rifatal-Tsiqah,Juz II, Naskahditahqiq oleh 'Abd al-'Alim 'Abd at-'Adhim al-Basturi, alMadinah al-Munawwarah: Maktabah al-Dar, Cet. l, 198511405, h. 226; Lihat juga Ahmad bin Syuayb al-Nasa'i (215-301), a/-Dlu'afa' wa a/-Matrukinlial-Nasa'i, Juz I,Naskah ditahqiq oleh Mahmud lbrahim Zayid, Halb: Dar al-Wa'i, Cet. 1, 1369, h.16; Lihat juga lbnu alJawzi, a/-Dlu'afa'wa a/-MatrukinIiIbnalJawzi, Juz 11, 1406, h. 205; Lihat al-Dzahabi, Mizan a/-/'tidal ti Naqdal-Rijal, Juz I,. h. 406; Lihat juga 'Abd Allah bin 'Adi bin 'Abd Allah bin Muhammad Abu Ahmad alJurjani (277-365), a1 Kamilfi Dlu'afa'al-RMl, Juz I, Naskah ditahqiq oleh Yahya Mukhtar Ghazawi, Beirut: Dar al-Fikr, Cet. 111, 198811409, h. 319; Lihat juga Abu Ja'far Muhammad bin 'Umar bin Musa al-'Aqili (w.222), Dlu'afa'al-'Aqili, Juz I, Naskah ditahqiq oleh 'Abd al-Mu'thi Amin Qal'aji, Beirut: Dar al-Maktabah al-llmiyyah, Cet. 1,198411404, h. 94; Lihat juga al-Dzahabi, a/-Mughnifial-Dlu'afa',Juz I,Naskah ditahqiq oleh Nur al-Din 'Itr, t.tnp.,t.thn., h. 86; Lihatjuga al-'Asqalani, Tahdzibal-Tahdzib,Juz I,h. 285; Lihat juga al-'Asqalani, Taqribal-Tahdzib, Juz I, Naskah ditahqiq oleh Muhammad 'Awwamah, Surya: Dar alRasyid, Cet. l, 198611406, h. 109. l8 Lihat misalnya al-Mizzi, Tahdzibal-Kamal,Juz XXII, h. 244; Lihat juga Sulayman bin Khalaf bin Sa'd Abu al-Walidal-Baji (403-474), al-Ta'dil waal-Tajrih,Juz Ill, Naskah ditahqiq oleh Dr. Abu Lubabah Husayn, Riyadl: Dar al-Liwa' li al-Nasyr wa al-Tawzi', Cet. 1,198611406, h. 1169; Lihat juga Ahmad bin Hanbal Abu 'Abd Allah alSyaybani,(164-241), al-'llal wa Ma'rifat al-Rijal, Juz l, Naskah ditahqiq oleh Wahy Allah bin Muhammad
JURNAL
TARJIH EDISI7, Januari 2004
47
Muhibbin, Kajian Kritis atas Kreiteria Kesahihan Hadis...
*
4. Salarnah bin Raja'. Perawi ini juga dikritik oleh para kritikus hadis, seperti Ibnu Ma'in, al-Nasa'i dan lainnya sebagai perawi yang dlacif dan tidak layak untuk diterima riwayamya.'" 5. Ubay bin 'Abbas. Perawi ini juga dikritik oleh para kritikus hadis seperti Ibnu Ma'in, Ahmad bin Hanbal, al-Nasa'i dan lainnya sebagai perawi yang tidak kuat dan munkir al-Hadi~.~' 6. Ahmad bin Yazid bin Ibrahim Abu al-Hasan al-Harani (Wartanis). Dia ini dinilai oleh kritikus hadis, seperti Abu Hatim, sebagai orang yang lemah hadi~nya.~' Dan lainnya. Bahwa unsur kriteria sanad harus bersambung, ternyata juga tidak diterapkan secara konsisten. Bukti yang paling gamblang adalah adanya sejurnlah hadis mu'allaq di dalam al-
*
Jami' al-Shahih. Sebagaimana diketahui bahwa hadis mu'allaq adalah hadis yang sanadnya tidak disebutkan sejak awal hingga akhir. Disamping itu di dalam al-fami' alShahih juga terdapat hadis-hadis yang mursal ( tidak disebutkan perawi sahabat) dan hadis munqathi' (hadis yang salah satu perawinya tidak disebutkan dan tidak pada perawi sahabat). Sehingga dengan dernikian unsur kriteria sanadharus besambung tidak berlaku di sini. Bahwa unsur kriteria terhidar dari s_yudxudg yang berarti tidak ada kontradiksi secara substansial antara satu hadis dengan hadis lainnya, juga tidak lterapkan secara konsisten. Sebagai bukti bahwa di dalam algami' al-Shahih, ternyata banyak dijurnpai beberapa hadis yang materinya bertentangan secara substansial.
'Abbas, Beirut: al-Maktabah al-lslarniyyah, Cet. 1, 198811408, h. 385, Juz Ill, h. 30; Lihat juga al-Dzahabi, Man Tukallam Fih, Juz 1, h. 187; Lihat juga Ibn alJawzi, a/-Dlu'afa' wa a/-Matrukin lilbn al-rlawzi,Juz Ill, h. 174; Lihat juga al-Dzahabi, Mizan a/-l'tidal, Juz VII, h. 77;Lihat juga alJurjani, a/-Kamil fi Dlu'afa'al-Rijal, Juz VII, h. 111, ; Lihat juga al-'Aqili. Dlu'afa'al-'Aqili,Juz IV, h. 337; Lihat juga at-'Asqalani, Tahdziba/-Tahdzib,Juz XI, h. 32. Lihat al-Dzahabi, al-Kasyif,Juz I,Naskah ditahqiq oleh Muhammad 'Awwamah, Jeddah: Dar al-Qiblat li alTsiqafah al-lslarniyyah Mu'assasah 'Alawi, Cet. l, 1993/1413, h. 452; Lihat juga Ibn at-Jawzi, al-Dlu'afa' wa a/Matrukin li Ibn aldawzi, Juz 11, h. 11; Lihat juga al-Dzahabi, Mizan a/-l'tdal, Juz Ill, h. 270; Lihat juga alDzahabi, al-Mughni wa al-Dlu'afa'Juz I,h. 275; Lihat juga al-'Asqalani, Tahdzibal-Tahdzib, Juz IV, h. 127. Lihat rnisalnya Ahrnad bin bin Hanbal, Kitab Bahral-Dam, Naskah ditahqiq oleh Dr. Abu Usamah Wahy Allah Muhammad bin 'Abbas, Riyadl: Dar al-Rayah, Cet. 1, 1989, h. 60; Lihat juga al-Dzahabi, Man Tukallam Fih, Juz I, h. 34; Lihatjuga al-Dzahabi, Mizan a/-IYdalfi Naqdal-Rijal,Juz I, h. 208; Lihat juga al-'Aqili, Dlu'afa' a/-'Aqili,Juz I, h. 16; Lihat juga al-Dzahabi, a/-Kasyic Juz I, h. 228. 21 Untuk lebih jelasnya lihat al-Dzahabi, Man Tukallm Flh, Juz I , h. 40; Lihat juga al-'Asqalani, Taqrib alTahdzib,Juz I, h. 86; Laihat juga al-Miui, Tahdzib al-Kamal, Juz I, h. 520; Lihat juga al-Baji, al-Ta'dil waalTajrih,Juz I, h. 339; dan lainnya.
48
JURNAL TARJIH EDISI 7, Januari 2004
Muhibbin, Kajian Kritis atas Kreiteria Kesahihan Hadis.. .
Sementara itu dari aspek matn hadis, kriteria kesahihan hadis sebagaimana yang dirumuskan para ulama tersebut sama sekali tidak menyentuh. Sebagai akibatnya banyak hadis yang telah diseleksi melalui kriteria tersebut ternyata apabila dipandang dan diperhatikan dari aspek matn, menjadi tidak layak, dan karena itu dihukumi sebagai hadis yang tidak sahih. Perlu ditegaskan di sini bahwa standar untuk menilai matn hadis digunakan ketentuan22, bahwa materi hadis: 1. Tidak bertentangan secara substansial dengan nas yang jelas, seperti Alquran maupun sunnah mutawatirah, serta Sirah Nabawiyyah. 2. Tidak bertentangan dengan akal, bukti empirik dan juga kenyataan seiarah. 3. Harus layak sebagai sabda Nabi 4. Secara tekstual, matn hadis harus dapat dihubungkan dengan zaman Nabi, dan tidak mengandung istilah yang saat itu belum muncul dan belum dikenal. Di samping itu juga tidak mengandung prediksi-prediksi secara rinci mengenai kehidupan umat di masa setelah Nabi Melalui standard ini ternyata cukup banyak hadis-hadis di dalam al-JamiCal-
Shahih yang kemudian menjadi lemah. Di antara hadis-hadis tersebut dapat disebutkan di sini anatara lain: * Hadis yang materinya bertentangan dengan Alquran:
, + , ~ : l r g t h ~ ~ ~ ~ + ~ ~ b ~Ii~*&~.GGhl@,,.s J
Ii
j $J~
d L-, p
LJ,L Jb k(3 1 s
~,kh
Ju 1 . JG 4;+L
, i &a .
Y
$1
&h $ I,
!;I
cIQL crp1i.1
Iilj
J!
&
~,J+'&%W&~,.s++i~ 4 u $Id,s ., ~15 I, o l d 0l.pL.0
$1
J-,
Jb A, yL &-iw 41~!+,4&I&
v+
&iC~
yang artinya: Ibn al-2bbas RA.mengatakan suatu &ti& aku kluar bersama dengan Umar bin al-Khaththab RA.dan' Makkah, hinga k t i k a sampai di daerah Bayda; dia kemudian naik (kendaraannya/ kudanya) di bawah lindungan Samurah, bl. dia mengatakan: pergi dan khatlah si@a saja mereka yang naik hndaraan it.?. Kemudian aku mehhatn_yadan saya temukan di sana Shubayb, blu memben'
Ini sesungguhnya merupakan kerangka teoritik yang penulis bangun dengan mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk aspek keberadaan Nabi sendiri. 23 Lihat al-Bukhari, aIJemi'a1-Shahih,Juz I, Naskah ditahqiq oleh Mushthafa Dayb al-Bagha, Beirut: Dar Ibn Katsir al-Yamamah, cet. 111, 196711407., h.432
JURNAL TARJIHEDISI7, Januari 2004
49
Muhibbin, Kajian Kritis atas Kreiteria Kesahihan Hadis.. .
tabu kepada Umar, lalu dia mengatakan undanghb dia untukku., kemudian aku kembak kepada Sbubqb dan mengatakan ke sanalab, lalu dia menemui Amir alMukminin Umar bin al-Kbatbtbab. Dan ketika 'Umar sakit dalam kematiannya, Sbubqb menjenguknya sambil menangis dan mengatakan Oh saudaraku dan temanku. Lalu Umar RA. mengatakan wabai Sbubqb qbakab k a m menangis karena aku zpadabal Ra.4 S AW. tehb bersabda: sestlngguhnya mqat itu akan dsiha disebabkan karena sebagian tangis keluarganya terbadqb mqat tersebut. Hadis ini meterinya jelas berten-tangan dengan ayat Alquran, yaitu:
yang artinya: Babwa seseorangyang memikul beban itu tidak akan memikul beban orang lain. Dan manusia itu tidak punya apa-@a, kecualiyang mereka usabakan. Dan sesunggtlbn_ya usaba mereka itu akan d$erbbatkan. Kemudian dia akan dibakzs denganpembahsanyang pen& Adalah sangat tidak mungkin dan terasa tidak add, manakala hanya
24 25
50
karena tangisan orang yang masih hidup kemudian orang yang mati akan disiksa. Dan memang tidak ada hubungan sama sekali antara siksaan di akhirat dan di alam barzah dengan tangisan. Dan ini yang sesuai dengan ayat Alquran, sebagaunana disebutkan di atas. Di sarnping itu kalau hal ini benar, kenapa ketika Rasul SAW menerima musibah, yakni kematian atas diri putranya, Ibrahim, beliau juga menangis?. Di dalam al-Jami' aGSbabib sendiri juga diriwayatkan tentang keberatan 'A'isyah mengenai materi hadis ini dan menganggap bahwa perawi hadis tersebut khilaf, yakni hadis yang berbunyi:
+ i ~ h ~ b ! + , & h \ & hjyJ
&
$1
Jy $, & ~ i C~
~ I+I L +.!
Y,
sT41+
ire$\
PI dl Jl+ i , + PI cJs, & h i sL 25L5
i >jj Jjl,
Jj;
yang artinya: Ibn al-Hbbas RA. mengatakan :ketika Umar telab meningal dunia, kemudian aku mencetitakan bal (kata ZTmar kepada
Lihat Alquran at-Karim, Surat al-Najm, ayat 38-41. Lihat al-Bukhari, alJami'a1-Shahih,juz I, h. 432.
JURNAL TARJIH EDISI7, Januari
2004
Muhibbin, Kaiian Kritis atas Kreiteria Kesahihan Hadis.. .
Shuhqbyang menangii Umar) tersebut kepada Hjisyah R.A., lalu dia mengatakan: Mudah-mudahan Allah menyqangz' Umar, Demi Allah, bahwa Rasul SAW. tidak pernah mencen'takan bahwa seorang mukmin itu akan disiksa oleh Allah (dalam kuburnya) hanya disebabkan tangisan keluar-ganya kepadanya. Akan tetapi Nabi SAW. bersabda: sesungguhva Allah akan menambah siksaan kepada orang kafir, disebabkan tangisan keluarganya. h l u H'is_ah mengata-kan : cukuplah bagi kaban A h r a n yang mengatakan: Dan tiadalah orang yang berdosal memikul beban itu, menanggung dosalbeban orang bin. Untuk menguatkan keberatannya atas materi hadis ini, 'A'isyah menje-laskan mengenai asbab alwurudnya. Dia mengatakan bahwa Hadis tersebut tidak sebagaimana yang diriwayatkan oleh 'Umar bin alKhaththab atau pun lainnya itu. A h tetapi hadis ini bermula dari suatu ketika Rasul SAW lewat pada salah satu rumah orang Yahudi yang kebetulan sedang mendapatkan
musibah kematian. Keluarga Yahudi tersebut sedang menangisi atas kematian tersebut. Lalu Nabi mengatakan: mereka menangisijenapb itt/ dan sesungubya ia itu akan & i k a ohhAlbb Sm.26
*
Hadis yang matnnya bertentangan dengan sirah Nabi antara lain:
C U+&+\ A+ i41 9iGJS ,yC4J d i p r h &JSycljJV\ G b
A' & &la1 27ry=p j
~i A81 &aJ&,,
z ecjj;
+j
s!
elE
yang artinya: Abu al-Mughirah Hbd al-Qudus bin al-HajqaJ tehb mencen'takan h p a h kami, (dia mengatakan): al-A wpa 'i telah mencen'takan kepadaku, (dia mengataRan): Htha' bin A b i Rabah telah mencen'takan k@adaku,dan' Ibnu Hbbas M.: sesunggubnya Nabi Muhammad S A W . menikahi Mymunab dalam keadaan ihram. Hadis ini jelas tidak sesuai dan bahkan bertentangan dengan hadis lain yang diriwayatkan oleh imam
26 Lihat al-Bukhari, a1Jamid al-Shahih, Juz I, h. 433; Lihat juga lbnu Hibban, Sahih Ibn Hiban, Juz VII, Naskah ditahqiq oleh Syu'ayb al-Arnu'uth, Beirut: Mu'assasah al-Risalah, 199311414,h. 393; Lihat juga alBayhaqi, Sunan al-Bayhaqial-Kubra,Juz IV, h. 72; Lihat juga Abu Nu'aym Ahmad bin 'Abd Allah bin Ahmad bin lshaq alAshbihani (w.430), al-Musnad al-Mustakhraj 'ala Sahih Muslim, Juz Ill, Naskah ditahqiq oleh Muhammad Hasan MuhammadHasan Isma'ilalByafi'i, Beirut: Daral-Kutubal-llmiyyah, Cet. 1,1996, h. 17; Lihatjuga Muhammad bin ldris Abu 'Abd Allah al-Syafi'i (150-204), Musnadal-SyafI'i,Juz I, Beirut: Dar al-Kutub al-llmiyyah, t.thn., h. 182, dan lainnya. Lihat al-Bukhari, alJami6al-Shahih,Juz II, h. 652.
JURNAL T ~ J IEDISI H 7, Januari 2004
51
Muhibbin, Kajian Kritis atas Kreiteria Kesahihan Hadis.. .
Muslim, Abu Dawud ( 202- 275 H.) dan lainnya, yang berbunyi: &91 +s U.b 41 a b 9T&b, LC && 3 2 5 +Ik;LI
J,
&.b,
+>~G.b+YGriyir!&
jYJ
a1 a&
;Ic.a-
3-
a ~ i
r + ~ & ~ JG +,&&I& AI Y, &-Y, 28+.
yang artinya: A b u Ghassan al-Masma 'i telah men'wayatkan kepadaku, (dia mengatakan): Abd al-A 'la telah mencen'takan kqadaku, bindah sanad) Dan Abu alKhaththab Ziyad bin Yalya telah men'wayatkan ktpadaku, (dia mengatakan): Muhammad bin Sawa' telah mencen'takan & a h kami,yang keduanya lyaitu Abd al-A'la dan Muhammad bin Sawa 3 mengatakan: Sa 'id tehb menceritakan ktpadaku, dan' Mathr dan Ya 'la bin Hakm, hn' Naj hn' Nab2 bin Wahb, dan' Aban bin Utsman, dan' Utsmanbin Xflan, sesungguhnya Rasul S A W . mengatakan: orangyang sedang berihram itu tidak boleh menikahkan dan tidak boieh menikah serta tidzk boieh meminang.
:
Lantas bagaimana mungkin Nabi SAW. melarang orang yang berihram melakukan pernikahan, sementara Nabi sendiri melakukannya?. Ini jelas tidak benar, dan salah satu dari riwayat tersebut dapat dipastikan mengan-dung kesalahan dan wahrn. Menurut hemat peneliti bahwa hadis yang menceritakan bahwa Nabi menikah dalam keadaan ihram itu lemah dan tidak dapat dibenarkan, dengan alasan bahwa, hadis yang memberitakan Nabi melarang orang yang sedang berihram melakukan pernikahan itu lebih kuat, karena diriwayatkan oleh banyak perawi yang cukup kuat dan handal, yang naskahnya antara lain berbunyi:
l jli&lir! ~ ~&ir!~i~iei
v Y
U JjJ
p.03
> &lJ,Il Jk-. U
&,
')lpjl
b JG +j 3 2CZ- UJS
Jk&au>*,Jl-d12+J L?,
?I\ &$I JfrJdeIIIJil/>
YY-4&,%z)eE,$+, 29
bJyP
f;(j
yang artinya:
28 Lihat imam Muslim bin alHajjaj Abu al-Hasan al-Qusyayri al-Naysaburi, Sahih Muslim, Juz II, Naskah ditahqiq oleh Muhammad Fu'ad 'Abd al-Baqi, Beirut: Dar Ihya' al-Turats al-'Arabi, t.thn., h. 1031; Lihat juga Sulayman bin aldsy'ats Abu Dawud al-Sijistani al-Azdi, Sunan Abu Dawud, Juz II, Naskah ditahqiq oleh Muhammad Muhy al-Din 'Abd al-Hamid, Beirut: Dar al-Fikr, t.thn., h. 169, hadis nomor 1841 dan 1842. Lihat IbnuHiban, Sahih lbnu Hiban,Juz IX, h. 438 dan 442; Lihat juga 'Ali bin Abi Bakr al-Haytsami Abu alHasan ( 735-807). Mawaridal-Dham'an, Juz I, Naskah ditahqiq oleh Muhammad 'Abd al-Haqq Hamzah, Beirut: Dar al-Kutub al-llmiyyah, t.thn., h. 310; Lihat juga Ahmad bin al-Husayn bin 'Ali bin Musa Abu Bakr al-Bayhaqi (384-458), Sunanal-Bayhaqial-Kubra,Juz VII, Naskah ditahqiq oleh Muhammad 'Abd al-Qadir 'Atha, Makkah
JURNAL TARJIH EDISI7, Januari 2004
Muhibbin, Kajian Kritis atas Kreiteria Kesahihan Hadis.. .
Pbnu Hiban mengatakan); Abmad bin Hi? bin al-M~tsannatelab memberikan kabar kqbada &mi, dia mengatah: A b u al-Rabi' al-Zabrani dan Kbalaf bin H i y a m al-Baxxar telab menceritakan kepada kami, keduanya mengatakan: Hammad bin Zayd telab menceritakan kepada kami, dia mengatakan: Matbr alWaraq tehb menceritakan kepada kami, dari Rabi'ab bin Abi Xbd al-Rahman dari Sulayman bin Yassar dari A b u Rafi' sesungguhnya Rasul S A W . menikahi Maymnah dalam keadaan halal (tidak berihram) dan membangun bersama dengannya dalam kondjsi halal, dan sqa pada saat itu metajadi uutusan keduanya.
Riwayat tersebut jelas menggambarkan bahwa ketika Nabi menikah dengan Maymunah, keduanya dalam keadaan halal dan tidak sedang berihrarn. Di sarnping itu, riwayat yang menjelaskan bahwa ketika Nabi menikahi Maymunah dalam keadaan halal, ternyata diriwayatkan oleh Maymunah, sebagai orang yang menjalani pernikahan itu sendiri, yang sudah barang tentu lebih mengetahui kondisi dirinya pada saat menikah dengan Nabi Muhammad SAW., yaitu:
al-Mukarramah: Maktabah Dar al-Baz, 199411414, h. 211; Lihatjuga 'Ali bin 'Umar Abu al-Hasan al-Dar Quthni alBaghdadi (306-385), Sunan al-Dar Quthni, Juz Ill, Naskah ditahqiq oleh Sayid 'Abd Allah Hasyim Yamani alMadani, Beirut: Dar al-Ma'rifah, 196611386, h. 261 dan 262; Lihat juga Ahmad bin Hanbal, Musnadal-Imam Ahmad bin Hanbal, Juz VI, Mesir: Mu'assasah Qurthubiyyah, t.thn., h. 333 dan 392; Lihat juga Sulayman bin Ahmad bin Ayyub Abu al-Qasim al-Thabrani (260-360), al-Mu'jam al-Kabir, Juz I, Naskah ditahqiq oleh Hamdi bin 'Abd al-Majid al-Salafi, al-Mushal: Maktabah al-'Ulum wa al-Hikam, Cet. 11, 198311414., h.310; Lihat juga Muhammad bin Sa'd bin Muni' Abu 'Abd Allah al-Bashri al3uhri (168-230), al-Thabaqat aCKubra, Juz VIII, Beirut: Dar al-Nasyr, t.thn., h. 133 dan 134; Lihatjuga 'Abd Allah bin 'Ali bin al-Jarud Abu Muhammad al-Naysaburi (w. 207), al-Muntaqa IiIbnalJarud, Juz I, Naskah ditahqiq oleh 'Abd Allah 'Umar al-Barudi, Beirut: Mu'assasah al-Kitab al-Tsiqafiyyah, Cet 1, 198811408, h.174; Lihat juga Ahmad bin Syu'ayb Abu 'Abd al-Rahman al-Nasa'i (210-303), al-Sunan al-Kubra,Juz Ill, Naskah ditahqiq oleh DR. 'Abd al-Ghaffar Sulayman al-Bandaridan Sayid Kasrawi Hasan, Beirut: Dar al-Kutub al-llmiyyah, Cet 1, 199111411, h. 288; Lihat juga Malik bin Anas Abu 'Abd Allah al-Ashbuhi ( (93-179), Muwaththa' Malik, Juz 11, Naskah ditahqiq oleh Muhammad Fuad 'Abd al-Baqi, Mesir: Oar Ihya' al-Turats al-'Arabi, t.thn., h. 534; Lihat juga Ahmad bin 'Ali bin al-Mutsanna Abu Ya'la al-Mushili alTamimi (210-307), MusnadAbu Ya'la, Juz VIII, Naskah ditahqiq oleh Husayn Salim Asad, Damsyiq: Dar alMa'mun li al-Turats, cet. l, 198411404, h. 22; Lihat juga al-Dzahabi, Siyar a'lam al-Nubala', Juz II, Naskah ditahqiq oleh Syu'ayb al-Arnu'uth dan Muhammad Nu'aym al-'Urqususi, Beirut: Mu'assasah al-Risalah, cet. IX, 1413, h. 240,241, dan 242; Lihat juga Abu al-Qasim Sulayman bin Ahmad Al-Thabrani, al-Mu'jamal-Awsath, Juz VII, Naskahditahqiqoleh Thariq bin 'Awdl Allah bin Muhammad dan 'Abd al-Muhsin bin lbrahim al-Husayni, alQahirah: Dar al-Haramayn, 1415, h.103; Lihat juga Ahmad bin Muhammad bin Salamah bin 'Abd al-Malik bin Salamah Abu Ja'far al-Thahawi (229-321), Syarh Ma'ani al-Atsar, Juz II, Naskah ditahqiq oleh Muhammad Zuhri al-Najjar, Beirut: Dar al-Kutub al-llmiyyah, Cet. 1,1399, h. 270 dan 271; Lihat juga Muhammad bin 'Abd Allah Abu 'Abd Allah al-Hakim al-Naysaburi, al-Mustadrak 'Alaal-Sahihayn, Juz IV, Naskah ditahqiq oleh Mushthafa 'Abd al-Qadir 'Atha, Beirut: Dar al-Kutub al-llmiyyah, Cet. 1,199011411, h. 33; Lihat juga Muhammad bin 'Isa Abu 'Isa al-Tirmidzi , Sunan al-Tirmidzi, Juz Ill, Naskah ditahqiq oleh Ahmad Muhammad Syakir dkk., Beirut: Dar Ihya' al-Turats al-'Arabi, t.thn., h. 202 dan 203.
JURNAL TARJIH EDISI 7, Januari 2004
53
'69 1 '4 '11 znr 'pnfiea nqv ueuns 'PnMlea nqv l w ! i .€OZ -q 'Ill zny 'pp!uuu-le ucluns '!zp!w~~-lle e6n!leq!l'6gl'q '11 znr pnfieanqvueun~'pnMlea nqy le6n!leq!l :ZEOL 'q '11znyur!lsnly y!yus 'ur!lsnpj urleulle6n!lleq!1 ! ~ ~ 1'1'znr 4 'pnleple uqlg ebwunw-18'pruey-lie uql~leq!l oc
* ';f!,arP -vw U!"Ua-3 m p Tura1 lpe[uaw w ~ mepaay y ~ urapp y a u n u r d e ~ yayyuaur ! q a ~ aypay amyaq uey8ua;lauaur 8uad (4?yUyS-/U,?CU~F/U UIE1BP P E ~ n ~ - I E JELZMU spay q a u r 'Em n q w 8 mp uesa1a!uad Jeyqaur ue8uaa
' y a u n u r L a ~ua8uap qay!u ay!lay amyaq uaya~e8uaur8uaL !Ma;lad) saqqv, nuqI !u! yalaseur malap " M Z @ '~P w E a n q v ya10 w n q a s p 8uad aueur!a8eqas 'qaddesn~-1a uq! p!,as IELEMU ueyqnurayyp ndap 'pqay uaapeay malap y a u n u r d a ~ ua8uap .AVS !qeN uau!mey;lad 8 u e ~ u as!pey ~ y8a1 uay~an8uaur y!qaI ynwn m! Su!duras !a
Muhibbin, Kaiian Kritis atas Kreiteria Kesahihan Hadis.. .
yang artinya: Xbd al-Xxix bin Xbd Allah telab menceritakan kepada kami) (dia mengatakan); Sufayman telab mencen'takanhpaahku, dan' Syurayk bin XbdAlhb, sesungunya dia mengatakan: A k u telab mendengar Anas bin Malik: yang mengatakan:Babwa dimalam dimana Rasul SAW. di isra'kan dun' Masjid Ka 'bah wasjid al-Haram), dia didatangi oleb &a mahikat,paah saat itu dia belum menerima wabyyu, ahn dia dalam hadaan tidur di Masjid al-Haram ..... Hadis tersebut menggarnbarkan bahwa terjadinya peristiwa isra' dan mi'raj yang dijalani oleh Nabi adalah sebelurn dia menerirna wahyu. Ini jelas tidak dapat dibenarkan, karena sejarah mencatat bahwa Nabi menerima wahyu itu pada usia 40 tahun, sementara itu Nabi melakukan isra7dan mi'raj pada usia 52
tahun. Isra' dan mi'raj Nabi SAW itu dilakukan setelah Nabi SAW. mengalami berbagai gangguan yang amat sangat, terutama setelah kematian Khadijah., Isterinya, dan juga Abu Thalib, pelindungnya. Dan pada saat Nabi SAW akan melakukan hijrah kurang satu tahun itulah peristiwa isra' dan mi'raj ini terjadi.33
I11 Dengan melihat kenyataan ini dan beberapa kelemahan mendasar lainnya, maka kriteria kesahihan hadis-hadis alJami' al-Sahib yang telah terumuskan sebagaimana disebutkan di depan, jelasjelas mengandung kelemahan mendasar yang tidak memungkinkannya untuk dipertahankan sebagai kriteria untuk menyeIeksi dan menghasilkan hadis yang benar-benar sahih. Kelemahan mendasar tersebut terutama dalam hal tidak adanya perhatian dalam masalah matn hadis. Akibatnya sebagaimana ditunjukkan di depan, cukup banyak hadis-hadis yang telah terseleksi melalui kreteria tersebut ternyata masih mengandung cacat yang sangat jelas, dan tidak memungkinkan untuk disebut sebagai hadis sahih. Oleh karena itu berikut ini akan dirumuskan kriteria kesahihan hadis yang
32 Lihat al-Bukhari, aldami'al-Shahih,
Juz VI, h. 2730. Lihat misalnya A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid I, Jakarta: Pustaka al-Husna. Cet. VI, 1990, h. 100; Lihat juga MuhammadHusayn Haykal, Hayat Muhammad, diterjemahkan oleh Ali Audah, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: lintamas, Cet. IX, 1984, h. 169, dan lainnya. 33
JURNAL TARJIH EDISI7, Januari 2004
55
Muhibbin, Kaiian Krifis afas Kreiferia Kesahihan Hadis...
dapat dianggap sebagai kriteria ideal bagi kesahihan hadis. Kriteria ini merupakan rumusan yang didasarkan kepada kriteria-kriteria yang telah ada, kemudian diberikan penambahan yang dianggap sangat perlu dan vital atau pun pengurangan terhadap hal-ha1 yang dipandangtidak perlu, serta memberikan pengertian dan pemaknaan yang berbeda dengan kriteria yang telah ada. Kriteria yang dirumuskan ini tentunya didasarkan atas beberapa hal, setelah meneliti dan mengujikan beberapa kriteria yang telah dirumuskan oleh para ulama tempo dulu. Hal-hal yang men-dasari perurnusan kriteria ini adalah: 1. Bahwa dengan kriteria kesahihan hadis yang telah dirumuskan oleh para ulama, ternyata masih menyisakan beberapa kelemahan, seperti yang telah dijelaskan dalam pembahasan di atas. 2. Bahwa penekanan kriteria kesahihan hadis yang telah dirumuskan tersebut, lebih banyak kepada masalah sanad hadis. 3. Bahwa pengertian dan definisi mengenai g u d p d ~dalam kriteria para ulama, ternyata hanya mengikuti pendapat imam Syafi'i, yang hanya berkonotasi adanya pertentangan antara dua hadis atau lebih yang samasama sahihatau bahkan dengan yang lebih sahih.
4. Bahwa mengingat posisi Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan RasuI, yang mempunyai sifat fathanah, sehingga pandangan dan pendapatnya, di samping dibimbing oleh Allah swt. dapat dipastikan atau setidak-tidaknya harus dianggap tidak akan bersifat na'if dan semacamnya. 5. Bahwa Hadis Nabi SAW. itu merupakan penjelas terhadap Alquran, yang karenanya tidak boleh ada pertentangan antara hadis dan Alquran. 6. Bahwa hadis Nabi SAW itu termasuk bagian dari fakta sejarah, karena itu hadis tidak boleh bertentangan dengan fakta sejarah itu sendiri. Atas dasar pertimbanganpertirnbangan itulah, kriteria alternatif berikut ini disusun dengan rumusan: 1. Perawi yang meriwayatkan hadis, secara obyektif harus bersifat adil. Sedangkan batasan untuk dapat disebut sebagai orang yang adil, adalah (1). Beragama Islam, (2). Mukallaf, (3). Melaksanakan ketentuan syaricat Islam, dan (4). Memelihara mt/nr'ab. 2. Perawi yang meriwayatkan hadis, secara obyektif hams bersifat dlabith. Artinya perawi tersebut harus dapat mengungkapkan atau menyampaikan riwayat/hadis sebagaimana ia
Muhibbin, Kajian Kritis atas Kreiteria Kesahihan Hadis...
menerimanya dari orang lain/ Punya3. Sanad hadis harus bersambung. Artinya antara perawi terakhir dan membukukan hadis dengan perawi sebelumnya/ gurunya haruslah ada pertalian yang jelas dan memungkinkan untuk trasfer riwayat/hadis. Dernikian juga antara perawi yang menjadi gurunya tersebut dengan perawi gurunya lagi, atau antara perawi dengan perawi terdekatnya itu harus juga ada pertalian yang jelas dan memungkinkan untuk terjadinya sebuah komunikasi penyampaian riwayat/hadis. 4. Terhindar dari g u d v d /~kejanggalan. Artinya bahwa di samping hadis, baik sanad maupun matnnya itu secara substansial tidak bertentangan dengan materi hadis lain yang lebih kuai materi hadis yang dimaksud juga tidak mengandung kejanggalan,yang berupa: (1).Bertentangan dengan nas qath'i, seperti Alquran dan Sunnah Mutawatirah, (2). Bertentangan dengan dald-dalil yang meyakinkan dan tidak dapat dita'wilkan, seperti kesimpulan-kesimpulan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan,
baik medis, astronomi, maupun yang lain, (3). Bertentangan dengan perbuatan Nabi sendiri (4). Bertentangan dengan fakta sejarah yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW. atau pun pada zaman sebelurn dan sesudahnya, (5). Bertentangan dengan kesimpulankesirnpulan yang dihasilkan oleh aka1 sehat. Misalnya materi hadis tersebut harus tidak cenderung memihak kepada salah satu madzhab yang ada, tidak menyerupai sty1 atau gaya bahasa fiqh yang muncul jauh setelah masa N ~ ~ ~ S Atidak W ,mengandung hal-ha1 yang bertentangan dengan keadilan, dll., dan (6) Bertentangan dengan keadaan pada zaman Nabi, rnisalnya membicarakan mengenai kelompok-kelompok Y ang munculnya belakangan, membicarakan masalah politik secara detail, 0, Mengandung ungkapan atau istilah yang belum dikenal pada saat Nabi, dan lainnya. Sedangkan untuk syarat terhindar dari 'iiiat, sebagairnana yang di syaratkan oleh para ulama hadis, kiranya tidak perlu dicanturnkan secara eksplisit. Alasannya karena di sarnping penerapannya sangat s ~ l i t dan , ~ ~ini bertentangan dengan
3" Kesulitan penerapan kriteria ini tidak saja diungkapkan oleh orang awam, namun justru dikemukakan oleh para 'ulama' dalam bidang ilmu hadis sendiri. Misalnyaapa yang dikatakan oleh 'AM al-Rahman bin Mahdi, yang menyatakan bahwa untuk mengetahui'illat hadis diperlukan intusi atau ilham. Lihat misalnya Jalal al-Din 'AM alRahman bin Abi Bakr al-Sayuthi, Tadzribal-RawifiSyarh Taqribal-Nawawi,,Juz I , Beirut: Dar Ihya' al-Sunnah al-Nabawiyyah, Cet. 11, 1979, h. 252; Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa orang yang mampu meneliti
JURNAL TARJIH EDISI7, Januari 2004
57
Muhibbin, Kajian Kritis atas Kreiteria Kesahihan Hadis...
variabel sebuah kriteria atau syarat, juga sesungguhnya secara substantif telah terwadahi dalam variabel syarat atau kriteria yang telah d i ~ e b u t k a n . ~ ~ Kriteria kesahihan hadis ini*sekilas rumusannya memang seperti rumusan kriteria keshaihan hadis yang hanya memperhatikan aspek sanad saja, akan tetapi kalau diperhatikan keseluruhan unsur dan pemaknaannya, akan tampak jelas perbedaannya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dengan jelas dalam ha1 pemaknaan unsur "tidak terdapat ytldxtldx" Dalam rumusan kriteia ini maksud unsur ini adalah keseluruhan matn hadis harus tidak janggal yang disebabkan oleh beberapa ha1 mendasar sebagaimana disebutkan di atas. Dengan kriteria kesahihan hadis seperti ini, tentunya akan dapat diperoleh hasiI maksirnal sebagai wujud dari hadis sahih yang dikehendaki. Kriteria kesahihan hadis ini juga sekaligus akan dapat mengungkapkan beberapa hadis yang selama ini dianggap sebagai hadis sahih, yang ternyata bernilai sebaliknya, yakni dlacif.
Daftar Pustaka Abu Dawud, Sulayrnan bin al-Asy'ats alSijistani al-Azdi (202-275), Sunan Abu Dawud, Juz IV, Naskah ditahqiq oleh Muhammad Muhy al-Din 'Abd al-Hamid, Beirut: Dar al-Fikr, t.thn. Abu Zakarya, Muhy al-Din Yahya bin Syaraf bin Muri bin Hasan bin Husayn bin Hizam, Tahdzib alAsma', Juz 11, Beirut: Dar alFikr, Cet. I, 1996. Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin 'Abd Allah bin Hayyan bin 'Abd Allah bin Anas al-Syaybani (164-241), Musnad al-Imam A h m a d bin Hanbal, I, Mesir: Mu'assasah Qurthubiyyah, t.thn. , al-'Ilal w a Ma'rifat al-Rijal, Juz I, Naskah ditahqiq oleh Wahy Allah bin Muhammad 'Abbas, Beirut: al-Maktabah alIslamiyyah, Cet. I, 1988/1408. al-'Ajli, Ahrnad bin 'Abd Allah bin Shalih Abu al-Hasan al-Kufi (182-261),
'illat hadis hanyalah orang yang cerdas, memiliki hafalan hadis yang banyak, paham atas hadis yang dihafalnya, mendalam pengetahuannya'tentangberbagai tingkat kedlabithan perawi dan ahli dalam bidang sanad dan matn hadis. Lihat misalnya Abu 'Amr 'Utsman bin 'Abd al-Rahman (Ibn Shalah), Muqaddimah Ibn Shalahfi 'Ulum alHadis, Beirut: Dar al-Kutub al-llmiyyah, 197811398, h. 42; Lihat juga Muhammad Mahfudh bin 'Abd Allah atTarmisi, Manhaj Dzawi al-Nadhar, Surabaya: Ahmad bin Sa'ad bin Nabhan, Cet. Ill, 197411394, h. 86, dan lainnya. 35 Syuhudi Ismail juga menganggap bahwa syarattidak terhindar dari illat itu sudah cukup terwakili dalam syarat lainnya. Bahkan karena beliau juga masih memandang dan mengikuti pandangan para ulama terdahulu, syarat terhindar dari syudzdudz pun dianggapnya tidak diperlukan lagi, karena telah termasuk ke dalam syarat lainnya, yakni perawi bersifat adil, dlabith dan bersambung sanadnya. Lihat Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan sanadhadis, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. 11, 1995, h. 146- 150.
58
JURNAL TARJIH EDISI7, Januari 2004
Muhibbin, Kajian Kritis atas Kreiteria Kesahihan Hadis.. .
Ma'rifat al-Tsiqah, Juz 11, Naskah ditahqiq oleh 'Abd al'Alirn 'Abd al-'Adhim al-Basturi, al-Madinah al-Munawwarah: Maktabah al-Dar, Cet. I, 1985/ 1405. al-'Asqalani, Syihab al-Din Abi al-Fadl Ahmad bin 'Ali bin Hajar (773852), Tahdzib al-Tahdzib,IX, Hindia: Majlis Da'irah al-Ma'arif al-Nidhamiyah, 1326 H. ; dan Heydar Abad India, Majlis alDa'irah al-Ma'arif Nidhamiyyah, Cet.I., 1326 H. , H a d y al-Sari, Muqaddimah Fath al-Bdri, Beirut: Dar alMa'rifah, t.t.. al-'Ayni, Badr al-Din Abi Muhammad Mahrnud bin Ahmad, 'Umdat dlQari, I, Beirut: Dar al-Fikr, t.t.. al-Baji, Sulayman bin Khalaf bin Sa'd Abu al-Walid (403-474), dlTa'dil wa al-Tajrih, Juz 111, Naskah ditahqiq oleh Dr. Abu Lubabah Husayn, Riyadl: Dar al-Liwa' li al-Nasyr wa al-Tawzi', Cet. I, 1986/1406. al-Bayhaqi, Abu Bakr Ahmad bin alHusayn bin 'Ali bin Musa Abu Bakr (384-458), S u n a n dlB a y h a q i al-Kubra, Juz X, Naskah ditahqiq oleh Muhammad 'Abd al-Qadir 'Atha, Makkah al-Mukarramah: Maktabah Dar al-Baa, 19941 1414.
JURNAL TARJIHEDISI7, Januari 2004
al-Bukhari, Muhammad bin 'Isma'il Abu 'Abd AUah al-Ja' fi (194-252), dlJami ' al-Shahih al-Musnad min Hadis Rasul Allah SAW. wa S u n a n i h wa Ayyamih, Naskah ditahqiq oleh Dr. Mushthafa Dayb al-Bagha, Beirut: Dar Ibnu Katsir alYamamah, Cet. III,1987/1407. al-Dzahabi, Syams al-Din Muhammad bin Ahmad bin 'Utsman bin Qayirnaz (673-748), dl-Mughni al-Dlu'afa', JUZ11, Naskah ditahqiq oleh Nur al-Din 'Itr, t.tmp., t.thn. , M a n T u k a l l a m F i b , Juz I, Naskah ditahqiq oleh Muhammad Syakur Amrir alMayadin, al-Zarqa': Maktabah alManar, Cet. I, 1406. , Kitab Tadzkirat al-Huffadh, Heyderabad, juz I: The Da'irat alMaCa>ifal Osmania, 1955. -, al-Kasyif, Juz I, Naskah ditahqiq oleh Muhammad 'Awwamah, Jeddah: Dar al-Qiblat li alTsiqafah al-I slamiyyah Mu'assasah 'Uluw, Cet. I, 1992/ 1413. al-Hazimi, Abu Bakr Muhammad bin Musa ( w.594), Syurut dlA 'immah al-Khamsah, Naskah menjadi satu dengan al-Maqdisi, Syurut al-A 'immah al-Sitah, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Cet. I, 1984/1405.
fi
59
Muhibbin, Kaiian Kritis afas Kreiteria Kesahihan Hadis...
Ibn Hibban, Muhammad bin Hiban bin Ahrnad Abu Hatirn al-Tarnimi alBusti (w. 354), Sahih I b n u Hiban, Juz IX, Naskah ditahqiq oleh Syuayb al-Arnu'uth, Beirut: Mu'assasah al-Risalah, Cet. 11, 1993/1414. , al-Majruhin, Juz 111, Naskah ditahqiq oleh Ibrahim Zayid, Halb: Dar al-Wa'i, t.thn. Ibn al-Jawzi, 'Abd al-Rahman bin 'Ali bin Muhammad Abu al-Farj (510579), al-Dlu'afa' w a alMatrukin li Ibn alfawzi, Juz 11, Naskah ditahqiq oleh 'Abd Allah al-Qadli, Beirut: Dar al-Kutub alIlmiyyah, Cet. I, 1406. al-Id-libi, Shalah al-Din bin Ahmad, M a n h a j Naqd al-Matn 'inda ulama al-Hadis al-Nabawi, Beirut: Dar al-Afaq alJadidah,Cet. I, 1983/ 1403 H.. al-Maqdisi, Abu Fadl Muhammad bin Thahir, Syurut al-'A'immah alSittah, Naskah jadi satu dengan Syuruth al-'~immahal-Khamsah, karya Abi Bakr Muhammad bin Musa al-Hazimi, Beirut: Dar alKutub al-Ilmiyyah, cet. I, 1984 M./1405 H. al-Mizzi, Yusuf bin al-Zaki 'Abd alRahman Abu al-Hajaj (654-742), Tahdiib al-Kamalfi Asma'alRijal, XVI, Naskah ditahqiq oleh Dr. Basyar 'Awad Ma'ruf, Beirut:
Mu'assasah al-Risalah, Cet. I., 1980/ 1400. ;dan Beirut: Dar alFikr, 1994 M./1414 H. Muslim al-Qus yayri, Abu al-Husayn Muslim bin al-Hajaj (206-261), Sahih Muslim, I , Naskah ditahqiq oleh Muhammad Fu'ad 'Abd al-Baqi, Beirut: Dar Ihya' alKutub al-'Arabi, t. thn. al-Nasa'i, Ahrnad bin Syu'ayb Abu 'Abd al-Rahman, ( 215-303), alDlu'afa' w a al-Matrukin li alNasa'i, Juz I, Naskah ditahqiq oleh Mahmud Ibrahim Zayid, Halb: Dar al-Wa'i, Cet. I, 1369. al-Nawawi,Abi Zakaria Yahya bin Syaraf ( w 676 H ), Sahih Muslim bi Syarh al-Nawawi~uzI, Beirut: Dar al-Fikr, 1995/1410H. ; dan Mesir: al-Mathba'ah alMishriyyah, 1924 M. al-Naysaburi, Hakim Abi 'Abd. Allah Muhammad bin Abd. Allah alHafidh, al-MadkhalfiUshul alHadis, Beirut, Dar al-Kutub alIlmiyah, t.thn. Qardlawi, Yusuf, KafNataCamalma'a al-Sunnah al-Nabawiyyah, diterjemahkan oleh Muhammad al-Baqir, Bagaimana Memahami Hadis N a b i SAW. , Bandung: Karisma, 1993. al-Razi, 'Abd al-Rahman bin Ibn Hatirn Muhammad bin Idris Abu Muhammad al-Tamimi ( (w.227),
Mu hibbin, Kaiian Kritis atas Kreiteria Kesahihan Hadis.. .
,alyarh wa al-Ta'dil, Juz II, Beirut: Dar Ihya' al-Turats al-'Arabi, Cet. I, 1952/1371. al-Siba'i, Mushthafa Husni, Dr., al-Sannah wa Mahnahrhaf al-Tasyn"al-Ishmi, Beirut: al-Maktab al-Islami, Cet. 11, 1976/ 1396 H. al-Syafi'i, Abu 'Abd Allah Muhammad bin Idris (150-204), al-Risalah, Juz 11, Naskahnya telah diteliti
JURNAL TARJIH EDISI7, Januari 2004
dan diberi syarh oleh Ahmad Muhammad Syakir, Kairo: Maktabah Dar al-Turats, 1399 H./ 1979. Syuhudi Ismail, Muhammad, Kaedah Kesahihan sanad Hadis, telaah kritis dan tinjauan dengan pendekatan ilmu sejarah, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. II, 1415 H./ 1995 M.
61