AKUNTANSI SYARI’AT SEBUAH RESPON YANG TERLAMBAT ATAS PRAKTIK MUAMALAT DALAM MASYARAKAT* BANDI** FAKULTAS EKONOMI UNS ABSTRAK Masyarakat di tahun 2000 dan seterusnya semakin mengalami peningkatan semangat keagamaan (Naisbitt dalam Harahap, 2001). Seiring dengan kecenderungan tersebut, bisniss yang agamis juga semakin diminati, pada akhirnya akuntansi syari’at akan dibutuhkan dan dicari jati dirinya. Akuntansi syari’at mencoba mengadopsi konsep akuntansi umum dan mendasarkan pada syari’at (Qur’an dan Hadits). PENDAHULUAN Akuntansi (keuangan) adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan penafsiran peristiwa ekonomis suatu badan usaha. Akuntansi keuangan mendasarkan pada proses akuntansi keuangan, sementara itu akuntansi syari’at relatif baru, dan dalam wacana yang berkembang, didasarkan pada proses akuntansi keuangan dan syari’at. Proses akuntansi keuangan adalah urutan prosedur yang meliputi: bukti, (pencatatan), buku jurnal (penggolongan) buku besar dan buku besar pembantu (peringkasan), dan laporan keuangan (pelaporan), serta laporan audit (penafsiran) peristiwa ekonomis /transaksi suatu badan usaha. Gambar proses akuntansi dapat dilihat pada gambar 1. (sisipkan gambar 1 di sini) Dalam syari’at perkumpulan dan hubungan antara manusia dengan manusia lainnya disebut muamalat. Akuntansi syari’at mencoba menggunakan kaidah akuntansi keuangan untuk melaporkan semua peristiwa ekonomis. Peristiwa yang berdimensi ekonomi dalam syari’at antara lain: hibah, sedekah (shadaqah), wakaf, sewa-menyewa (ijarah), jual beli (bai’a), pinjam-meminjam (ariyah), penitipan/konsinyasi (wadi’ah), penjaminan (rahn), penemuan (luqathah), pengalihan utang (hiwalah), persekutuan/ perseroan (syirkah), patungan bagi hasil (mudharabah), opsi aqod/ urung (khiyar), riba (riba’=dilarang), keterpaksaan (qoidah), bank ( ), jual beli dalam tanggungan/ hanya sifat barang (salam), menjualkan barang (qiradh), paroan sawah/ladang dengan benih penggarap (muzara’ah), paroan sawah/ladang dengan benih pemilik (mukhabarah), paroan hasil kebun (musaqah), penggarapan sawah (mugharasah) (Basyir, 1987; Rasjid, 1976; Haroen, 2000). .LAPORAN KEUANGAN BADAN USAHA ISLAM MENURUT SYARI’AT Organisasi/ Perusahaan dalam hubungannya dengan syari’at dapat dikelompokan menjadi: (1) organisasi Islam dengan syari’at Islam, (2) organisasi Islam dengan model barat (non Islam), (3) organisasi/ perusahaan non Islam dengan syari’at Islam, (4) organisasi non Islam dengan model Barat (non Islam). Secara umum prinsip etika Islam berbeda dengan hukum komersial modern dari Barat yang melandasi laporan keuangan perusahaan. Namun mayoritas organisasi bisnis Islam menerapkan metode dan bentuk akuntansi yang diimpor dari Eropa (Western Financial accounting statements/ WFAS) (Baydoun dan Willett, 1997). Pertanyaannya adalah “Pengembangan teori tentang bentuk dan isi yang bagiamana yang seharusnya dimuat dalam laporan keuangan Islam” dan “Apa yang seharusnya dimuat dalam Laporan Badan hukum Islam (Islamic Corporate Report/ IRC)”. Pada tahun 1986 Robert Arnold Russel mengemukakan bahwa sebelum dikenal double entry oleh Pacioli sudah ada sistem double entry Arab yang lebih canggih yang merupakan dasar kemajuan bisnis di Eropa pada abad pertengahan (Harahap, 2001).
Saat ini ada isu bekembang (Baydoun dan Willett, 1997), antara lain: (1) meningkatnya riset tentang hubungan agama dgn akuntansi; (2) ada masyarakat Islam Islam yang etika agamanya berbeda dengan etika Barat (contoh: Pakistan dan Saudi Arabia) tetapi mengadopsi penting praktek akuntansi barat (yang bukan Islam), dalam pelaporan keuangannya; (3) apakah ada “cross-cultural” tentang laporan akuntansi keuangan, yaitu karena: kekuatan ekonomi global masyarakat Islam tidak kuat, kolonialisme secara politis, atau penggunaan WFASs merupakan masalah etika? Ada tiga bidang literatur yang berbeda, dan relevan dengan topik akuntansi Islam, yaitu: (1) literatur yang membahas tentang hubungan antara agama, budaya, dan praktek akuntansi; (2) tulisan tentang sifat masyarakat Islam, yang menyebabkan munculnya pertanyaan akuntansi, (3) debat kerangka konseptual. Ada latar belakang untuk merumuskan tujuan akuntansi Islam, antar lain: (1) apa yang sebenarnya terjadi dan yang dipikirkan, telah menjadi suatu isu lebih penting daripada apa yang seharusnya terjadi; (2) pengukuran cost historic tertentu yang mendasari semua penghitungan akuntansi telah menjadi umum dan berlaku baik di sistem akuntansi Islam maupun sistem akuntansi Barat. Untuk itu tujuan akuntansi dalam Islam berbeda dengan akuntansi model barat dalam beberapa hal seperti berikut ini. • Mengutamakan kewajiban, bukan hak seperti model barat/kapitalis. • Lebih full disclosure, bukan dibatasi sebagai hal yang terlalu rahasia seperti barat. • Sikap percaya (tanpa prasangka) pada seluruh aspek dalam masalah bisnis lebih nampak daripada barat yang lebih sekuler. • Lebih didasarkan pada pentingnya moral daripada apa yang selayaknya (expediency) seperti barat (ada hal-hal yang dirahasiakan). Laporan Keuangan Untuk Badan Hukum Islam Laporan badan hukum Islam (Baydoun dan Willett, 1997) dapat dilihat di gambar 2, 3, dan 4. (sisipkan gambar 2,3, dan 4 di sini) Untuk membandingkan laporan model Barat (Western Financial Accounting Statement/ WFAS) dengan model Islam (Islamic Corporate Reports/ ICR) dapat dilihat di tabel 1. (sisipkan tabel 1 di sini) Islamic Corporate Reports (IRSs) seharusnya mencakup: (1) neraca dengan nilai sekarang (current value balance sheet); (2) laporan nilai tambah (value-added statement) seharusnya menggantikan (replace) laporan laba rugi, (3) atas dasar etika, pos tambahan tertentu seperti: zakat dan qard funds seharusnya juga dimasukan dalam laporan; (4) lebih mementingkan apa yang seharusnya ketimbang apa yang sungguh (expedient) dilaporkan, dari posisi etika yang didasarkan pada prinsip Islam. AKUNTANSI ZAKAT Dalam pandangan Islam akuntansi merupakan bagian dari muamalah (Harahap, 2001), yang mendasarkan pada Qur’an dan Hadits. Dalam syariat perintah zakat sering melekat pada perintah sholat, yang dalam pandangan ahli tafsir zakat sangat penting artinya, sebagaimana arti pentingnya sholat. Selain itu kata zakat sering digunakan secara substitusi dengan infaq dan shodaqah/ sedekah. Penulis mencoba mengimplementasikan konsep akuntansi “konvensional” untuk mengadopsi pencatatan zakat dan semacamnya. Pada konsep akuntansi keuangan umum (konvensional) kita mengenal lima kelompok besar rekening: (1) aset; (2) utang; (3) modal; (4) pendapatan; dan (5) biaya. Untuk itu penerimaan dan pengeluaran menurut syari’at diformulasikan ke dalam rekening-tersebut. Dasar Zakat Dasar zakat adalah Qur’an Surat dan Al Hadits. Al Qur’an yang membahas zakat antara lain: (a) 2/Al Baqarah: 3, 43, 83, 110, 177, 277; (b) 4/An Nisa’: 77, 162; (c) 5/Al Maa’idah: 55; (d) 6/Al An’am: 34, 141; (e) 9/At Taubah: 5, 11, 18, (58-60), 103; (f)
56; (j) 27/An Naml: 3; (k) 30/Ar Rum: (37-40); (l) 31/Luqman: 4; (m) 58/Al Mujadalah: 13; (n) 73/Al Muzammil: 20; (o) 98/Al Bayyinah: 5. Al Hadits menyebutkan zakat sebagai berikut: “Islam itu ditegakkan di atas lima dasar: bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad itu utusan Allah; dan mendirikan sholat; dan membayar zakat; dan mengerjakan haji; dan puasa pada bulan Ramadhan (Mutafaq ‘alaih). Perintah Zakat 1. QS: An Nisa’: 77→ “… dirikanlah sholat dan bayarlah zakat…” 2. QS: At Taubah: 103→ “… ambilah dari harta mereka sedekah (zakat) untuk membersihkah mereka dan menghapuskan kesalahan mereka …” 3. QS: Al Baqarah: 277→ “… sesungguhnya orang-orang yang beriman serta mendirikan sholat dan membayar zakat…” Orang yang Wajib Zakat Yang diwajibkan zakat secara umum adalah orang beriman, sedangkan secara rinci (Rasyid, 1976): (1) Islam, (2) Merdeka (bukan hamba/ budak), (3) Kepemilikan yang sempurna, (3) Cukup nishob (batas wajib pembayaran zakat), (4) Satu tahun kepemilikan (bagian dari nishob), kecuali hasil pertanian. Harta yang dizakati Dalam syari’at harta yang harus dizakati adalah seperti berikut ini. 1. Binatang ternak: unta, sapi, kerbau, kambing Perkecualian: hewan yang tidak digembala, hewan untuk membajak (tidak wajib zakat). 2. Emas dan perak →Barang tambang lain tidak wajib zakat →Emas -- zakat: 20 mitsqal (=93,6 g) = 1/40 = 2,5% →Perak -- zakat: 200 dirham (=624 g) = 1/40 =2,5% 3. Biji makanan yang mengenyangi dan buah-buahan → zakat: 300 sha’ (=930 L) = 1/10 = 10% dengan air sungai/ hujan → zakat: 300 sha’ (=930 L) = 1/20 = 5% dengan air kincir/ dg biaya 4. Hasil tambang emas dan perak →Emas -- zakat: 1/40 = 2,5% →Perak -- zakat: 1/40 =2,5% 5. Harta RIKAZ (terpendam) → zakat: 1/5 = 20% Akuntansi Zakat Ada dua pihak yang akan mengaplikasikan akuntansi zakat, yaitu: pembayar zakat (muzaki), dan pengelola zakat (amil). Bagi pembayar, saat kewajiban zakat tiba dicatat: (1) debet: “biaya zakat atau dana zakat”, dan (2) kredit: “kas” atau “persediaan” apabila dibayar tunai, atau kredit: “utang zakat” apabila diakrualkan dan tidak tunai. Bagi pengelola/ badan zakat, meliputi dua hal, yaitu penerimaan dan pendistribusian. Saat menerima zakat, dicatat: (1) debet: “kas“ (2) kredit: “dana zakat” dan rekening ini merupakan “kewajiban” atau “modal” dalam akuntansi umum. Untuk pendistribusian menggunakan aturan yang tercantum dalam Al Qur’an Surat At Taubah: 60 (Depag, 1985) menyebutkan “…Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk: (1) orang-orang fakir, dan (2) orang-orang miskin, dan (3) pengurus zakat, dan (4) para mu’allaf yang dibujuk hatinya, dan (5) untuk memerdekakan budak, dan (6) orang yang berhutang, dan (7) untuk jalan Allah, dan (8) orang-orang yang sedang dalam perjalanan; sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana…” Fakir adalah orang yang amat sengsara hidupnya, atau tidak memiliki harta dan tenaga untuk memenuhi hidupnya. Miskin adalah orang yang tidak cukup
harapan masuk Islam, dan arang yang baru masuk Islam. Memerdekakan budak meliputi pembebasan orang muslim yang ditawan musuh. Pencatatan pendistribusian zakat, dicatat debet: “dana zakat”; dan kredit: (1) “dana orang-orang fakir”, dan (2) “dana orang-orang miskin”, dan (3) “dana pengurus zakat”, dan (4) “dana para mu’allaf”, dan (5) “dana memerdekakan budak”, dan (6) “dana gharim” dan (7) “dana jihad”, dan (8) “dana musyafir” dan rekening ini merupakan “kewajiban” atau “acrual” atau “penyisihan dana” dalam akuntansi umum. Saat pembayaran atau realisasi dana yang disisihkan tersebut, dicatat debet: (1) “dana orang-orang fakir”, dan (2) “dana orang-orang miskin”, dan (3) “dana pengurus zakat”, dan (4) “dana para mu’allaf”, dan (5) “dana memerdekakan budak”, dan (6) “dana gharim” dan (7) “dana jihad”, dan (8) “dana musyafir” dan kredit: kas. AKUNTANSI MUAMALAT SELAIN ZAKAT Akuntansi untuk praktik muamalat (bisnis) selain zakat: wakaf, sewa-menyewa (ijarah), jual beli (bai’a), pinjam-meminjam (ariyah), penitipan/konsinyasi (wadi’ah), penjaminan (rahn), penemuan (luqathah), pengalihan utang (hiwalah), persekutuan/ perseroan (syirkah), patungan bagi hasil (mudharabah), opsi aqod/ urung (khiyar), riba (riba’=dilarang), keterpaksaan (qoidah), bank ( ), jual beli dalam tanggungan/ hanya sifat barang (salam), menjualkan barang (qiradh), paroan sawah/ladang dengan benih penggarap (muzara’ah), paroan sawah/ladang dengan benih pemilik (mukhabarah), paroan hasil kebun (musaqah), penggarapan sawah (mugharasah) pada hakekatnya sama dengan akuntansi umum dalam pencatatan, kecuali harus dikenakan zakat pada muamalat tertentu, misalnya penemuan harta. KESIMPULAN Akuntansi syari’at mencoba mengadopsi konsep akuntansi umum dan mendasarkan pada syari’at (Qur’an dan Hadits). Dalam banyak hal akuntansi syari’at sama dengan akuntansi umum, misalnya: pencatatan transaksi, penggunaan debet dan kredit. Secara filosofis akuntansi syari’at berbeda dengan akuntansi umum, laporan akuntansi syari'’at mengutamakan moral dan akuntabilitas, dan bukan taktik untuk mengarahkan pemakai laporan untuk membuat keputusan tertentu. Dalam mengadopsi konsep akuntansi umum, akuntansi syari’at seyogianya lebih mendasarkan pada syari’at apabila memang berbeda dengan prinsip akuntansi umum.
RERERENSI Adnan, M. Akhyar. 2001. Workshop “Tinjauan Publik Terhadap Exposure Draft Standar Akuntansi Perbankan Syariah”. Pusat Pengembangan Akuntansi FE UII. Tidak dipublikasikan. Basyir, Ahmad Azhar. 1987. Hukum Islam Tentang Wakaf Ijarah Syrikah, cetakan kedua. Badung: Penerbit PT ALMA’ARIF. Baydoun, Nabil dan Roger Willett. 1997. Islamic orporate Reports. Australia: Northern Territory University. Unpublished. Departemen Agama Republik Indonesia. 1985. Al Qur’an Dan Terjemahnya. Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an. Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Akuntansi Islam. Cetakan ketiga. Jakarta: Bumi Aksara. Haroen, Nasrun. 2000. Fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama. Ikatan Akuntan Indonesia. 1999. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
LAMPIRAN Gambar 1.1: Proses Akuntansi keuangan BUKTI
Buku Jurnal
Buku besar
Laporan Keuangan: Neraca, Laba rugi, Perubahan Modal, dan Arus kas
BB. Pembantu
Tabel 1: (Baydoun dan Willett, 1997) Laporan model Barat (Western Financial Accounting Statement) dan model Islam (Islamic Corporate Reports) WFAS 1.Based upon secular modern commercial lawpermissive rather than ethical 2. Principles: Privacy of information subject to public interest. 3. Objectives: - Limitted disclosure - Personal accountability
ICR 1.Based upon etical laws originally in the Qur’an (Islamic law) 2. Principles: Unity of God undivided and the community 3. Objectives: - Full disclosure - Social accountability
Gambar 2: (Baydoun dan Willett, 1997) Form of Islamic corporate Reports recommended by FASB
Value added statement
Sources and Appplication of Zakat & Quard funds
Statement of changes in equity
Cashfolwo statement
Statement of changes in restricted investment
Financial position statement (historic cost)
Gambar 3: (Baydoun dan Willett, 1997) Form of Islamic corporatie Reports as amended
Income statement
Sources and Appplication of akat & Quard funds
Statement of changes in equity
Financial position statement historic cost
Income statement
Statement of changes in restricted investment
Financial position statement Current value
Gambar 4: (Baydoun dan Willett, 1997) Value Added Statement Sources of value added Revenues Bought-in-items Revaluation Distributions: Beneficiaries (e.g: Zakat) Government (e.g: Taxes) Employees(e.g: wages) Owners (e.g: dividends) Charities. Mosques (e.g. gifts) Reinvested funds Profit retained (*Note) Revaluations
$ x x x X x x x x x x x x X
*Notes: details of the traditional form of profit and loss account wuld be shown in the Notes to the Account.
Tabel 2: Nishob zakat ternak 1. Binatang ternak: Nishob Zakat ternak UNTA (1 thn kepemilikan): NISHOB
ZAKAT Bilangan (ekor) & jenis zakat 5–9 1 kambing biasa, atau 1 kambing domba 10 – 14 2 kambing biasa, atau 2 kambing domba 15 – 19 3 kambing biasa, atau 3 kambing domba 20 – 24 4 kambing biasa, atau 4 kambing domba 25 – 35 1 anak unta 36 – 45 1 anak unta 46 – 60 1 anak unta 61 – 75 1 anak unta 76 – 90 2 anak unta 91 – 120 2 anak unta 121 3 anak unta 1 anak unta > 121, tiap 40 1 anak unta > 121, tiap 50 e.g: 130 ekor→zakat: 2 ekor (2 thn) dan 1 ekor (3 thn)
Umurnya 2 thn lebih 1 thn lebih 2 thn lebih 1 thn lebih 2 thn lebih 1 thn lebih 2 thn lebih 1 thn lebih 1 thn lebih 2 thn lebih 3 thn lebih 4 thn lebih 2 thn lebih 3 thn lebih 2 thn lebih 2 thn lebih 3 thn lebih
Tabel 2: Nishob zakat ternak 2. Nishob Zakat ternak SAPI dan KERBAU (1 thn kepemilikan): NISHOB ZAKAT Bilangan (ekor) & jenis zakat Umurnya 30 – 39 1 anak sapi, atau 1 kerbau 2 thn lebih 40 – 59 1 anak sapi, atau 1 kerbau 2 thn lebih 60 – 69 2 anak sapi, atau 2 kerbau 1 thn lebih 70 – … 1 anak sapi, atau 1 kerbau dan 1 anak sapi 2 thn lebih atau 1 kerbau e.g: 80 sapi/ kerbau→zakat: 2 sapi/kerbau (2 thn) dan 1 ekor (3 thn) 100 sapi/kerbau→zakat: 2 sapi/kerbau (1 thn) dan 1 ekor (2 thn) Tabel 2: Nishob zakat ternak 3. Nishob Zakat ternak KAMBING (1 thn kepemilikan): NISHOB ZAKAT Bilangan (ekor) & jenis zakat 40 – 120 1 kambing betina biasa 1 kambing betina domba 121 – 200 2 kambing betina biasa 2 kambing betina domba 201 – 399 3 kambing betina biasa 3 kambing betina domba 400 – … 4 kambing betina biasa 4 kambing betina domba e.g: 500 atau 599 kambing (sama)→zakat: 5 kambing (2 thn)
Umurnya 2 thn lebih 1 thn lebih 2 thn lebih 1 thn lebih 2 thn lebih 1 thn lebih 2 thn lebih 1 thn lebih