BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Isu pemanasan global semakin marak di dunia. Berbagai aspek sering
dikaitkan dengan isu pemanasan global, mulai dari hal sederhana seperti penggunaan kertas dan tisu, hingga penggunaan bahan produksi yang tidak ramah lingkungan. Penggunaan bahan bakar juga sering diperbincangkan sebagai kontribusi terbesar dalam pemanasan global, dan sering dihubungkan dengan industrialisasi, transportasi, dan bangunan. Isu ini dapat menyimpulkan bahwa adanya permasalahan yang dihadapi dunia saat ini, dan tentunya terdapat hal-hal yang melatarbelakangi isu tersebut timbul dan semakin berlanjut. Penggunaan istilah pemanasan global pertama kali diperkenalkan pada tahun 1975 oleh Wallace Broecker seorang ilmuan kimia bumi dalam artikel sainsnya, dan para ilmuan menyetujui pernyataan Wallace Broecker yang menyatakan bahwa aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan iklim, salah satu penyebabnya adalah emisi industri.1 Dan pada Juni 1988, isu pemanasan global mulai berlanjut menjadi istilah populer yang diperbincangkan ketika James E. Hansen2 mengumumkan masalah iklim dunia khususnya mengacu pada pemanasan global dalam sebuah kongres. Dan sampai sekarang pemanasan global masih menjadi agenda pembahasan utama PBB dalam konferensinya dengan tema “United Nations Climate Change Conference” di berbagai negara hingga saat ini (2011), salah satu agendanya adalah konferensinya di Bali pada tahun 2007 yang lalu. Terdapat beberapa penyebab yang mengakibatkan pemanasan global dan perubahan iklim secara signifikan. Organisasi IPCC3 mengemukakan sebuah laporan pada tahun 2001 yang menyatakan, “terdapat bukti baru dan kuat bahwa sebagian besar pemanasan yang diamati selama 50 tahun terakhir disebabkan oleh 1
2 3
Eric Conway. 2008. Global Climate Change. http://www.nasa.gov/topics/earth/features/ climate_by_any_other_name.html Ilmuan NASA dalam Bidang Klimatologi. Intergovermental Panel on Climate Change.
1
aktivitas manusia”.4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pada permukaan, laut, dan atmosfer. Hal ini dapat kita hubungkan dengan penggunaan energi dan kebutuhan lahan akibat peningkatan populasi. Walaupun karbon dioksida sebagian besar dihasilkan oleh emisi kendaraan dan pembangkit tenaga listrik, bangunan juga berkontribusi terhadap penggunaan energi tersebut. Pernyataan tersebut diperkuat dengan teori bahwa energi diperlukan dalam konstruksi bangunan dan pengoperasian bangunan. Penggunaan energi pada bangunan mewakili 33 persen jumlah penggunaan energi nasional (Stein and Serber, 1979)5. Permasalahannya adalah jumlah kebutuhan energi yang digunakan oleh manusia akan semakin meningkat. Namun, selain dari penggunaan energi yang berlebihan yang menghasilkan karbon dioksida, penggundulan lahan hijau seperti hutan juga menjadi penyebab permasalahan tersebut. Penggundulan lahan untuk kawasan bermukim dan industri akan berpengaruh besar terhadap percepatan pemanasan global. Dalam pengamatan yang dilakukan oleh U.S EIA6 terjadi peningkatan konsumsi energi di Indonesia yang meningkat hingga 50 persen pada tahun 1999 hingga 2008. Penggunaan energi di Indonesia terdiri dari berbagai sektor, dengan penggunaan energi pada bangunan komersial dan rumah tinggal yang berada pada posisi ke-3 terbesar, disamping penggunaan pada sektor industri dan transportasi yang berada pada posisi teratas7. Jika dikaji lebih dalam pada sektor komersial, intensitas energi pada pusat perbelanjaan di Indonesia masih sangat tinggi, di atas hotel, rumah sakit dan perkantoran. Intensitas ini tidak menunjukkan jumlah energi melainkan perbandingan antara jumlah konsumsi energi per Produksi Domestik Bruto (PDB), dan semakin rendah angka intensitas tersebut
4
5
6 7
Union of Concerned Scientists. 2006. http://www.ucsusa.org/global_warming/science_and _impacts/science/global-warming-human.html Fuller Moore. 1993. Environmental Control Systems : heating cooling lighting. McGraw-Hill : Singapore, h. 4-5. U.S. Energy Information Administration. Badan Tenaga Nuklir Nasional. Statistik Energi Indonesia. http://www.batan.go.id/ppen/WEb2006/PSE/3_ENERGI_INDONESIA.pdf
2
menunjukkan semakin efisien penggunaan energi tersebut8. Berdasarkan data tersebut, dapat menunjukkan penggunaan energi pada pusat perbelanjaan di Indonesia masih belum mencapai tingkat efisiensi dibandingkan segi lainnya, dan juga jika dibandingkan dengan negara lainnya. Sehingga diperlukan langkah untuk meningkatkan nilai efisiensi, salah satunya dalam aspek arsitektural. Dalam perkembangan dunia arsitektural, telah ada beberapa penerapan yang seharusnya
dapat
menghemat
pemakaian
energi.
Bioklimatik
arsitektur
merupakan salah satu penerapan tersebut. Menurut Ken Yeang, bioklimatik arsitektur
menggunakan
desain
pasif,
minimal
energi
teknik
dengan
memerhatikan konfigurasi bangunan, shading, peletakkan komponen, pemilihan material, orientasi terhadap cahaya dan angin, ventilasi alami, dan lansekap secara vertikal.
Ken
Yeang
berargumen
bahwa
penggunaan
iklim
dan
data
meteorologikal dari lahan, akan menghasilkan interasi antara bangunan dan alam yang dapat memberikan kenyamanan fisiologis yang lebih baik bagi penghuni.9 Namun selain bioklimatik arsitektur, terdapat pendekatan arsitektur lainnya seperti arsitektur berkelanjutan, arsitektur ekologikal, arsitektur hijau, dan arsitektur tropis yang secara umum menunjang penghematan energi secara optimal. Hal-hal tersebut yang melatarbelakangi penelitian ini, karena tingkat efisiensi penggunaan energi dapat mengacu pada pemanasan global dan pada akhirnya menyebabkan krisis sumber energi fosil di dunia. Penelitian ini terfokus pada pusat perbelanjaan di Indonesia, dikarenakan tingkat indeks efisiensinya yang masih jauh tertinggal dari aspek-aspek lainnya. Berdasarkan hal-hal tersebut prinsip bioklimatik arsitektur perlu dijadikan langkah utama dalam merancang bangunan.
8
9
Energy Efficiency and Conservation Clearing House Indonesia (EECCHI). http://konservasienergiindonesia.info/energy-conservation-and-efficie/energy-indicator James Steele. 2005. Ecological Architecture : A Critical History. Thames & Hudson Ltd : London, h. 193.
3
1.2
Perumusan Masalah Terdapat beberapa kendala yang mengakibatkan bangunan perbelanjaan di
Indonesia masih belum mencapai tingkat efisiensi yang optimal, beberapa uraiannya sebagai berikut : 1)
Sebagian besar bangunan perbelanjaan sangat bergantung pada teknologi dalam
memberikan
kenyamanan
ruang,
baik
pencahayaan
maupun
pengudaraan. 2) Perancangan pusat perbelanjaan yang semakin pesat tanpa disertai pemahaman desain bioklimatik. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan dalam penelitian, diantaranya: 1)
Seperti apa penerapan bioklimatik pada arsitektur di iklim tropis?
2) Apa saja penerapan bioklimatik yang tepat pada bangunan perbelanjaan?
1.3
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan arsitektur yang
memiliki inovasi dan keberlanjutan dalam penggunaan energi yang lebih efisien. Tertuju pada bangunan perbelanjaan yang menjadi salah satu faktor terbesar penggunaan energi, diharapkan tingkat indeks efisiensi penggunaan energi pada bangunan di Indonesia dapat meningkat dengan pesat. Selain itu, penelitian ini juga diutamakan untuk memberikan suatu respon terhadap permasalahan pemanasan global yang terjadi di dunia akhir-akhir ini, dan diharapkan dapat menciptakan perencanaan bangunan yang hemat dan ramah lingkungan bahkan sampai pada tingkat perencanaan kota.
1.4
Manfaat Penelitian ini dapat bermanfaat bagi perancang agar dapat mendesain
dengan baik, memiliki nilai keberlanjutan, efisiensi, optimasi, dan selaras dengan alam. Manfaat lainnya adalah arsitektur dapat semakin efisien dalam menggunakan energi, sehingga akan mempengaruhi pengeluaran biaya energi. Dalam konteks yang lebih besar, penelitian ini akan bermanfaat untuk perkembangan negara karena kebutuhan energi nasional bisa dioptimalkan. Selain
4
itu, dengan adanya penelitian ini secara tidak langsung akan bermanfaat bagi alam dan manusia, karena alam akan semakin terjaga dan terpelihara dengan adanya arsitektur-arsitektur yang ramah lingkungan dan selaras dengan alam. Manusia pun akan lebih optimis terhadap keberlangsungan hidup generasi mendatang, dengan kecukupan sumber energi yang kini dapat diminimalisir penggunaannya.
1.5
Metode Penelitian Metode penelitian diawali dengan studi-studi terhadap penggunaan energi
pada bangunan di Indonesia, terutama pada pusat perbelanjaan, kemudian diamati bagian-bagian apa saja yang mengkonsumsi energi dalam bangunan. Pendataan ini dapat menjadi gambaran dalam merancang dan memberikan prioritas dalam penelitian. Namun penelitian dipusatkan pada pencarian solusi, teknik-teknik dalam merancang arsitektur yang berkaitan dengan hemat energi, nilai efisiensi, optimasi, dan pemanfaatan potensi alam. Pencarian data-data tersebut dilengkapi dengan diagram-diagram dan studi kasus yang menjelaskan simulasi pemanfaatan keadaan iklim, cuaca, energi, dan teknologi. Data-data tersebut dikumpulkan dari berbagai buku-buku ilmiah, dan secara selektif diteliti berdasarkan iklim yang sesuai dengan iklim di Indonesia.
1.6
Asumsi Dalam menanggapi permasalahan pemanasan global, arsitektur menjadi
salah satu peran penting dalam menjawab permasalahan tersebut. Peranan tersebut yaitu dengan menghemat pemakaian energi. Namun dalam arsitektur, bangunan harus menciptakan pula kenyamanan bagi pengguna bangunan, sehingga perlu adanya keseimbangan antara kenyamanan dan pemakaian energi. Hal tersebut dapat dicapai dengan penerapan bioklimatik pada arsitektur. Desain bioklimatik menjadikan iklim sebagai konteks dalam menciptakan kenyamanan thermal dalam bangunan dan secara efektif dapat mengurangi pemakaian energi. Pada dasarnya penerapan tersebut merupakan respon terhadap iklim dan lingkungan sekitar, baik itu menerima atau pun menolak dampak dari iklim tersebut.
5
Indonesia sebagai negara yang memiliki iklim tropis memiliki potensi dan tekanan tertentu dalam menyingkapi bangunan hemat energi. Potensinya terdapat pada kecukupannya cahaya matahari, angin, dan curah hujan. Namun terdapat pula tekanan dari luar yaitu berupa radiasi matahari, temperatur yang panas dan kelembaban relatif yang cukup tinggi. Faktor-faktor tersebutlah yang perlu diketahui sebagai fokus dalam perancangan desain bioklimatik. Penelitian ini mengkaji secara sistematis yang perlu diperhatikan dalam merancang bangunan, yaitu massa dan orientasi bangunan sebagai langkah dasar, sistem selubung bangunan, dan terakhir yaitu perancangan sistem utilitas bangunan. Ketiga hal tersebut merupakan kajian yang diamati dari pembahasan penerapan desain bioklimatik salah satunya yang diungkapkan oleh M. David Egan, Cleveland Salmon, dan Jordan Parker William. Hal-hal tersebut yang berkaitan dengan prinsip-prinsip desain bioklimatik yang terdiri dari sistem pencahayaan, sistem pengudaraan, temperatur, kelembaban relatif, dan sistem konservasi energi yang dikaji secara khusus pada daerah yang beriklim tropis.
1.7
Sistematika Penulisan
Bab I membahas latar belakang yang meliputi isu pemanasan global dan permasalahan tingkat efisiensi bangunan perbelanjaan, perumusan masalah yang menjadi dasar dalam pencarian solusi, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian yang dipergunaan dalam menghasilkan solusi, serta asumsi sementara dalam penelitian. Bab II membahas tinjauan pustaka yang terdiri dari definisi bioklimatik arsitektur, prinsip yang terdapat dalam desain bioklimatik, definisi dan permasalahan pada pusat perbelanjaan, strategi perancangan bioklimatik pada pusat perbelanjaan, dan studi preseden dari penerapan bioklimatik di iklim tropis yang berkaitan dengan objek perbelanjaan. Bab III membahas pemilihan program dan tapak yang berkaitan dengan penelitian berserta analisanya. Pada bab ini secara spesifik dijelaskan alasan terhadap pemilihan program dan pemilihan tapak, dan analisa-analisa konteks maupun program ruang dalam membantu pelaksanaan proyek akhir.
6
Bab IV berisikan konsep perancangan desain yang dilakukan dalam kaitan sebagai penerapan dari tinjauan pustaka yang telah diteliti. Bab V berisikan kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan. Kesimpulan tersebut merupakan rangkuman dari proses penelitian yang disimpulkan melalui studi proyek tugas akhir.
7