Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan Juni 2015 Vol. 4 No.1 Hal : 57-62 ISSN 2302-6308
Available online at: http://umbidharma.org/jipp E-ISSN 2407-4632
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KERANG LOKAN (Batissa sp.) (Antibacterial Activity Extract of Lokan Batissa sp.) Aris Munandar1*, Sakinah Haryati1 1Jurusan
Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Raya Jakarta Km. 4 Pakupatan Serang Banten *Korespondensi:
[email protected] Diterima: 03 Februari 2015 / Disetujui: 28 Maret 2015
ABSTRACT Lokan is the shellfish which can live in the river and estuary waters with low salinity of 2-4 ‰. Lokan also remove water from the body to adapt. Fluid emitted by lokan as a means of self-defense is a type of bioactive compounds. The bioactive compounds may include alkaloids, steroids and flavonoids which can be used as antibacterial pathogen. Yield results lokan extract with hexane solvent at 0.56384%, 0.65896% ethyl acetate extract and methanol extract of 2.54056%. Phytochemical test of results contained in the extract lokan is steroids, flavonoids, saponins, and phenolic hydroquinone. Lokan extract with ethyl acetate solvent has antibacterial activity to E. coli bacteria (medium), S. thyphimurium (weak), S. aureus (medium) and B. cereus (strong). Keywords: antibacterial, lokan, extracts, phytochemical ABSTRAK Kerang lokan (Batissa sp.) termasuk hewan sungai dan dapat hidup pada perairan estuari dengan salinitas rendah yaitu 2-4‰. Kerang lokan mengeluarkan cairan dari dalam tubuh untuk beradaptasi. Cairan yang dikeluarkan oleh kerang lokan sebagai alat pertahanan diri tersebut merupakan jenis senyawa bioaktif. Senyawa bioaktif tersebut dapat berupa alkaloid, steroid dan flavonoid yang dapat dijadikan sebagai antibakteri patogen. Penelitian ini bertujuan untuk komponen bioaktif dan aktivitas antibakteri dari ekstrak kerang lokan (Batissa sp.). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen ekstrak kerang lokan dengan pelarut heksana sebesar 0,56384%, ekstrak etil asetat 0,65896%, dan metanol 2,54056%. Komponen bioaktif yang terdeteksi pada kerang lokan adalah steroid, flavonoid, saponin, dan fenol hidrokuinon. Uji aktivitas antibakteri paling tinggi terdapat pada ekstrak etil asetat. Ekstrak kerang lokan dengan pelarut etil asetat memiliki daya hambat lemah terhadap bakteri S. thyphimurium, sedang terhadap bakteri E. coli, sedang terhadap bakteri S. Aureus, dan kuat terhadap bakteri B. cereus. Kata kunci: antibakteri, ekstrak, lokan, komponen bioaktif PENDAHULUAN Kerang lokan (Batissa sp.) merupakan hewan yang dapat ditemukan di sungai dan estuari dengan salinitas rendah yaitu 2-4‰. Ciri utamanya
memiliki dua cangkang yang berwarna coklat tua hingga ungu kehitamhitaman, berbentuk besar, sedikit pipih, dan membulat (Jabang et al. 2000). Kerang tersebut banyak ditemukan di
58
MUNANDAR DAN HARYATI
perairan Panimbang, dan dalam bahasa daerah disebut toe. Nelayan biasanya menangkap kerang lokan menggunakan tangge. Masyarakat biasanya memanfaatkan kerang lokan sebagai bahan makanan dengan cara direbus dan digoreng. Menurut Riska (2005), kerang lokan juga dimanfaatkan untuk peng-obatan seperti penyakit kuning, malaria, asma, menurunkan tekanan darah, dan demam. Kerang lokan memiliki silia (bulu) yang terdapat pada silia luar (silia lateral). Silia tersebut berfungsi sebagai penolak benda-benda asing yang tidak diperlukan oleh tubuh kerang. Selain itu, kerang lokan juga mengeluarkan cairan dari dalam tubuh untuk beradaptasi (Jabang et al. 2000). Cairan yang dikeluarkan oleh kerang lokan berfungsi sebagai alat pertahanan diri. Cairan tersebut dapat berupa senyawa bioaktif. Senyawa bioaktif tersebut dapat berupa alkaloid, steroid dan flavonoid yang dapat dijadikan sebagai antibakteri. Antibakteri adalah senyawa kimia yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Antibakteri sebagai substansi dapat berupa senyawa kimia sintetik atau produk alami. Berdasarkan aktivitas, antibakteri dapat dibedakan atas senyawa yang bersifat bakterisidal (membunuh bakteri) seperti penisilin dan basitrasin serta senyawa yang bersifat bakteristatik (menghambat pertumbuhan bakteri) seperti kloramfenikol (Pelczar dan Chan 1986). Senyawa antibakteri pada beberapa jenis kerang telah diteliti. Antibakteri dari ekstrak Oliva vidua dapat menghambat Staphylococcus aureus dengan zona hambat sebesar 4,3 mm (Harmawan 2012). Ekstrak kerang hijau (Perna viridis) dapat menghambat S. aureus (Annamalai et al. 2007). Penelitian tentang aktivitas antibakteri pada kerang lokan belum pernah dilakukan. Penelitian untuk mengetahui aktivitas antibakteri pada ekstrak kerang lokan perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komponen
JIPP bioaktif dan aktivitas antibakteri dari estrak kerang lokan (Batissa sp.). METODE PENELITIAN Alat yang digunakan adalah timbangan digital (Boeco), gelas ukur, Erlenmeyer, corong kaca, kertas saring, vacuum rotary evaporator (Eyela), tabung reaksi, otoklaf (Wiseclave), inkubator (Eyela), laminar air flow (Airegard), cawan petri dan paper disc (diameter 6 mm). Bahan yang digunakan adalah kerang lokan (Batissa sp.) kloramfenikol, Triptic Soy Broth (TSB), Triptic Soy Agar (TSA), bakteri uji (Escherichia coli, Salmonella thyphimurium, Staphylococcus aureus dan Bacillus cereus.), Dimenthyl Sulfoxida (DMSO), akuades, H2SO4 2N, pereaksi Dragendorff, pereaksi Meyer, pereaksi Wagner, kloroform, H2SO4 pekat, anhidrida asetat, serbuk magnesium amil alkohol, alkohol, HCl 2N, pereaksi FeCl3 dan etanol 70%. Penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu ekstraksi, uji fitokimia, dan uji aktivitas antibakteri ekstrak kerang lokan. Ektraksi kerang lokan dilakukan secara bertingkat menurut Darusman et al. (1994) dengan tiga pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya yaitu heksana (non polar), etil asetat (semi polar) dan metanol (polar). Sebelum diekstrak, kerang dipreparasi, dicuci, dan dicacah. Sampel ditimbang sebanyak 125 g dan dimasukkan dalam Erlenmeyer kemudian dimaserasi dalam 500 mL pelarut. Ekstrak yang dihasilkan kemudian dihitung rendemennya. Selain itu, uji fitokimia juga dilakukan pada ekstrak kerang lokan untuk mengetahui komponen bioaktifnya. Uji fitokimia dilakukan berdasarkan metode Harborne (1987). Uji fitokimia yang dilakukan pada setiap ekstrak meliputi alkaloid, steroid, flavonoid, saponin, dan fenol hidrokuinon. Uji aktivitas antibakteri pada ekstrak kerang lokan dilakukan berdasarkan
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kerang Lokan
metode Noer dan Nurhayati (2006). Uji tersebut meliputi persiapan media padat, media cair, dan uji aktivitas antibakteri. Bakteri uji yang digunakan adalah Escherichia coli, Salmonella thyphimurium, Staphylococcus aureus dan Bacillus cereus. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan paper disc. Penentuan aktivitas antibakteri dilakukan dengan ekstrak sebanyak 20 µL pada setiap paper disc. Paper disc yang telah diberi ekstrak diletakkan pada cawan petri yang telah dituang agar dan bakteri. Cawan petri tersebut disimpan dalam inkubator dengan suhu 37 0C selama 18-20 jam. Aktivitas antibakteri dapat dilihat dengan mengamati zona hambat yang terbentuk disekeliling paper disc. HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstrak kerang lokan yang dihasilkan dari ekstraksi ini berupa pasta kental yang berwarna kuning kecoklatan sampai merah tua. Gambar ekstrak kerang lokan yang terbentuk dapat dilihat pada Gambar 1. Karakteristik ekstrak kasar yang dihasilkan pelarut heksana berupa pasta kental, berbau amis dan berwarna kuning kecoklatan. Ekstrak kasar yang dihasilkan pelarut etil asetat berupa pasta kental, berbau amis, berwarna hitam kecoklatan. Ekstrak kasar yang dihasilkan pelarut metanol berupa pasta kental, berbau amis, berwarna merah tua.
59
Rendemen merupakan perbandingan antara bobot ekstrak yang dihasilkan dengan bobot awal sampel yang digunakan dan dinyatakaan dalam persen (%). Nilai rendemen ekstrak heksana adalah 0,5638%, etil asetat 0,6590% dan metanol 2,5406%. Nilai rendemen ekstrak kasar kerang lokan (Batissa sp.) dapat dilihat pada Gambar 2. Perbedaan nilai rendemen disebabkan oleh perbedaan jenis kepolaran pelarut yang digunakan. Pelarut polar memiliki kemampuan dalam mengikat komponen-komponen dari kerang lokan lebih baik dibandingan pelarut etil asetat dan heksana. Hart (1987) menyatakan bahwa pelarut metanol memiliki berat molekul yang rendah sehingga memudahkan pembentukan ikatan hidrogen air pada jaringan sampel, sehingga pelarut metanol banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam karena dapat melarutkan seluruh senyawa golongan metabolik sekunder (Lenny 2006). Perbedaan rendemen yang dihasilkan sangat tergantung pada kondisi alamiah suatu senyawa, metode ekstraksi yang digunakan, ukuran partikel sampel, kondisi dan waktu ekstaksi, serta perbandingan sampel dengan pelarut (Harborne 1987).
Nilai Rendemen ekstrak (%)
Vol. 4, 2015
3 2,5 2 1,5 1 0,5 0
2,5406
0,5638
0,6590
Heksana Etil Asetat Metanol Pelarut
Gambar 2 Nilai rendemen ekstrak kasar kerang lokan (Batissa sp.)
Gambar 1 Ekstrak kerang (Batissa sp.)
lokan
Uji fitokimia dapat digunakan untuk menganalisa struktur kimia suatu bahan, biosintesis, perubahan metabolisme dan fungsi biologi dari suatu bahan yang sedang dianalisis (Harborne 1987). Hasil analisis fitokimia
60
MUNANDAR DAN HARYATI
JIPP
kerang lokan (Batissa sp.) dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil tersebut menunjukkan bahwa seluruh ekstrak kerang memiliki steroid, flavonoid, dan saponin. Fenol hidrokuinon hanya terdeteksi pada ekstrak metanol. Uji steroid terhadap ekstrak kerang lokan dengan pelarut heksana, etil asetat dan metanol menunjukkan hasil positif yang ditunjukkan dengan terbentuknya larutan berwarna merah atau hijau. Steroid hampir ada pada semua makhluk hidup kecuali bakteri (Fessenden dan Fessenden 1997). Fungsi dari steroid yaitu sebagai pelindung untuk menolak serangan dari mikroba (Harborne 1987). Uji flavonoid terhadap ekstrak kerang lokan dengan pelarut heksana, etil asetat dan metanol menunjukkan hasil yang positif karena lapisan amil alkohol menunjukkan perubahan warna merah. Sukadana (2009) menjelaskan bahwa senyawa flavonoid memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri dengan mekanisme yang berbeda, antara lain flavonoid menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel sebagai hasil interaksi antara flavonoid dengan DNA bakteri.
Uji saponin terhadap ekstrak kerang lokan dengan pelarut heksana, etil asetat dan metanol menunjukkan hasil yang positif ditunjukkan dengan terbentuknya busa. Menurut Harborne (1987) menyatakan bahwa saponin merupakan larutan terbuih dan diklasifikasi oleh struktur aglikan ke dalam triterpenoid dan steroid saponin. Kandungan fenol hidrokuinon hanya terdeteksi pada ekstrak metanol. Pelarut metanol menunjukkan adanya kandungan senyawa fenol hidrokuinon, karena metanol cenderung mudah larut dalam air karena umumnya senyawa ini seringkali berikatan dengan gula sebagai glikosida, dan biasanya terdapat dalam vakuola sel. Ekstrak heksana, etil asetat dan metanol dari ekstrak kasar kerang lokan diuji aktivitas anti bakterinya terhadap empat bakteri patogen yaitu bakteri gram positif (Staphylococcus aureus dan Bacillus cereus) dan bakteri gram negatif (Escherichia coli dan Salmonella thyimurium). Pengukuran zona hambat kerang lokan (Batissa sp.) dapat pada Tabel 2.
Tabel 1 Hasil identifikasi kandungan fitokimia kerang lokan pada ekstrak heksana, etil asetat dan metanol Uji Fitokimia Alkaloid a. Wagner b. Meyer c. Dragendroff
Heksana
Ekstrak Etil Asetat
Metanol
-
-
-
Steroid
+
+
+
Flavonoid
+
+
+
Saponin Fenol Hidrokuinon
+ -
+ -
+ +
Standar (Warna) Endapan coklat Endapan putih kekuningan Endapan merah sampai jingga Perubahan dari merah menjadi biru/hijau Terbentuk merah merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol Terbentuk busa Warna hijau atau hijau muda
Vol. 4, 2015
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kerang Lokan
61
Tabel 2 Pengukuran zona hambat pada ekstrak kerang lokan (Batissa sp.) Diameter Zona Hambat (mm) Ekstrak Heksana -
Ekstrak Etil Asetat 6,5 0,71
Ekstrak Metanol -
Salmonella thyphimurium
-
4 0,00
1 0,00
19 0,00
Staphylococcus aureus
-
9,5 2,12
6 0,00
19 0,00
Bacillus cereus
-
12,5 0,71
5 1,41
21 0,00
Bakteri Escherichia coli
Kloramfenikol 16 0,00
Keterangan: konsentrasi ekstrak 1200 µg/disc
Ekstrak kasar kerang lokan pada pelarut heksana tidak memiliki zona hambat terhadap pertumbuhan Escherichia coli, Salmonella thyphimurium, Staphylococcus aureus dan Bacillus cereus. Hal ini dikarenakan heksana merupakan pelarut non polar yang mampu mengekstrak senyawa lilin, lemak, minyak dan senyawa fenolik (steroid, flavonoid dan saponin). Ekstrak heksana mengandung komponen bioaktif yang bersifat antimikroba, namun kontak antara senyawa antimikroba dan senyawa bioaktif terhalang oleh adanya lilin, lemak, minyak dalam ekstrak heksana. Ekstrak kasar kerang lokan dengan pelarut etil asetat memiliki aktivitas yang lemah (< 5 mm) terhadap bakteri S. thyphimurium dengan diameter zona hambat 4 mm. Ekstrak tersebut memiliki aktivitas sedang terhadap bakteri E. coli dan S. aureus dengan zona hambat 6,5 mm dan 9,5 mm. Daya hambat yang dihasilkan ekstrak kerang lokan dengan pelarut etil asetat lebih besar dibandingkan dengan pelarut heksana dan metanol. Hal tersebut dikarenakan pelarut etil asetat merupakan pelarut yang mampu mengekstrak fenol dan terpenoid. Senyawa tersebut berperan sebagai antibakteri disebabkan adanya senyawa fenol dan terpenoid yang dapat mengganggu proses pembelahan dan pertumbuhan sel yang menyebabkan terjadinya kerusakan sel pada bakteri (Harborne 1987). Ekstrak kasar kerang lokan dengan pelarut metanol tidak memiliki aktivitas
penghambatan terhadap bakteri E. coli. Ekstrak tersebut memiliki aktivitas yang lemah (< 5 mm) terhadap bakteri S. thyphimurium dengan diameter zona hambat 1 mm. Pada bakteri B. cereus dan S. aureus ekstrak tersebut memiliki aktivitas sedang dengan diameter zona hambat sebesar 5 mm dan 6 mm. Daya hambat sedang yang dimiliki pelarut metanol dise-babkan karena pelarut polar (metanol) hanya mampu mengekstrak alkaloid kuartener, komponen fenolik, karo-tenoid, dan tanin yang dapat mengh-ambat pertumbuhan bakteri. KESIMPULAN Komponen bioaktif yang terkandung pada ekstrak kerang lokan adalah steroid, flavonoid, saponin dan fenol hidrokuinon. Ekstrak kerang lokan memiliki daya hambat terbaik pada ekstrak etil asetat. Ekstrak etil asetat mampu menghambat bakteri E. coli (sedang), S. thyphimurium (lemah), S. aureus (sedang), dan B. cereus (kuat). DAFTAR PUSTAKA Annamalai N, Anburaj R, Jayalakshmi S dan Thavasi R. 2007. Antibakteri Activities of Green mussel (Perna viridis) and Edible Oyster (Crassostrea madrasensi). Research journal of Microbiology (12): 978-982.
62
MUNANDAR DAN HARYATI
Darusman LK, Sajuthi D dan Sutriah K. Pamungkas D. 1994. Ekstraksi Komponen Bioaktif Sebagai Bahan Obat dari Karang-Karangan, Bunga Karang, dan Ganggang di Perairan Pulau Pari Kepulauan Seribu (Tahap II: Fraksinasi dan Bioassay). Jurnal Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian (10): 18-29. Fessenden RJ dan Fessenden. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta: Binarupa Aksara. 383 hlm. Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: Penerbit Institut Teknik Bandung. 345 hlm. Hart H. 1987. Kimia Organik. Bandung: Institut Teknologi Bandung. 450 hlm. Harmawan A, Ridho A dan Pringgenies D. 2005. Uji Fitokimia dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Media Supernatan Bakteri Simbion Vibrio sp. Gastopoda Oliva vidua terhadap Bakteri Multi Drug Resistent. Journal of marine Researsh (1): 8489. Jabang NM, Suin dan Afdal. 2000. Laju Pertumbuhan Kerang Lokan (Batissa violacea L.) Berdasarkan Kecepatan Arus di Sekitar Kampus Biologi Limau Manis Padang. Jurnal Biologi. (1): 1-7.
JIPP Lenny S. 2006. Isolasi dan Uji Bioaktivitas Kandungan Kimia Utama Puding Merah (Graptophyllum pictum L. Griff) dengan Metode Uji Brine Shrimp. Jurnal Komunikasi Penelitian (17): 56-60. Noer IS dan Nurhayati L. 2006. Bioaktif Ulva reticulate Forsskal Asal Gili Kondo Lombok Timur Terhadap Bakteri. Biotika (5): 45-60. Pelczar MJJr dan Chan ECS. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi I. Jakarta: Universitas Indonesia Press. 443 hlm. Riska EP. 2005. Analisis Populasi dan Habitat Sebaran Ukuran dan Kematangan Gonad Kerang Lokan Batissa violacea Lamarck (1818) dimuara Sungai Batang Anai Kota Padang Sumatera Barat [TESIS]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. 139 hlm. Sukadana IM. 2009. Senyawa Antibakteri Golongan Flavonoid dan Buah Belimbing Manis (Averrhoa carambola Linn. L). Jurnal Kimia (3):109-116.