Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (1) April 2009: 8 – 18
ISSN: 0853-4489
PEMANFAATAN GETAH PAPAYA (Carica papaya L.) KERING SEBAGAI SUMBER ENZIM PROTEOLITIK UNTUK MENINGKATKAN DERAJAT PEMBUAHAN DAN DERAJAT PENETASAN TELUR IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) Application of dried papaya (Carica papaya L.) latex as a proteolytic enzymes source for increasing on the fertilizing rate and the hatching rate of the carp,s (Cyprinus carpio L.,s) eggs Ahmad Ghufron Mustofa1 1)
Jurusan Teknologi Perikanan Budidaya – Politeknik Pertanian Negeri Pangkep Diterima: 11 Agustus 2008; Disetujui: 10 Januari 2009
ABSTRACT This experiment was conducted to study on the effect of carp,s eggs washing by using crude papain solution in several concentration on the fertilization rate and the hatching rate. There were ten treatments with tree replications each as the eggs washing by using crude papain solution in 0 ppm, 0.01 5 second-EC0, 0.1 5 second-EC0, and 5 second-EC0, and tannin solution in 500 ppm that each was combined with eggs rearing in methylene blue solution in 0 ppm or 2 ppm. The experimental result showed that crude of papaya latex of the variety semangka paris has proteolytic activity as much as 1,068.67 U/g. The optimum concentration of crude papain solution for five-second washing on the eggs was 22.8191 ppm. Washing of carp,s for five seconds by using crude papain solution in 0.2281 ppm, 2.2819 ppm, and 22.8191 ppm (the 5 second-EC0) significantly increased the fertilization rate from 48.994% on the control (without crude papain, tannin, or methylene blue) to 49.057%, 49.632%, and 55.383%, and the hatching rate from 51.314% on the control to 51.424%, 52.404%, and 62.194% respectively. On the other hand the treatment significantly lowered the percentage of S. megasperma-infected eggs from 10.403% on the control to 10.352%, 9.898%, and 5.359% respectively. Effectiveness of the crude papain solution on the fertilization rate and the hatching rate was lower compared with that of the 500 ppm of tannin’s. Key words: dried papaya latex, the proteolytic enzymes, mucous layer, the 5-second EC0, the percentage of S. megasperma-infected eggs, the fertilization rate, the hatching rate.
PENDAHULUAN Tingkat mortalitas telur ikan mas (Cyprinus carpio L.) yang dipijahkan secara alami umumnya relatif tinggi dan dapat mencapai 80% (Bardach et al., 1972). Hal ini antara lain disebabkan oleh kekeruhan, predator, dan adanya lapisan lendir telur (Bardach et al., 1972; Alabaster dan Lloyd, 1980; Woynarovich dan Horvath, 1980; Noga, 1996). Lapisan lendir telur ikan mas bersifat lengket yang menyebabkan telur-telur menggumpal sehingga poripori tertutup sehingga menyebabkan kekurangan oksigen hingga menyebabkan kematian. Lapisan lendir ini merupakan media ideal bagi pertumbuhan cendawan patogen. Kematian telur ikan mas dapat ditekan dengan pembuahan buatan melalui pembuangan lapisan lendir telur setelah terbuahi dengan cara pencucian dengan larutan tannin atau larutan papain murni (Woynarovich dan Horvath, 1980; Noga, 1996). Namun kelemahan bahan-bahan 1)
Korespondensi Jurusan Teknologi Perikanan Budidaya Politeknik Pertanian Negeri Pangkep Jl. Poros Makassar – Parepare km 83, Mandalle, Kab.Pangkep, Sulawesi Selatan Telp./fax: 0410-2312704 /0410-2312705
Pemanfaatan Getah Papaya (carica papaya l.) Kering sebagai Sumber Enzim Proteolitik
9
Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (1) April 2009: 8 – 18
ISSN: 0853-4489
tersebut harganya mahal bagi sebagian orang dan tidak selalu tersedia di lapangan. Bahan aktif seperti yang dimiliki papain murni yang berasal dari tumbuhan seperti getah papaya kering atau papain kasar yang mudah didapat dan dapat diekstraksi sendiri oleh petani atau praktisi akuakultur diharapkan menjadi bahan alternatif lain yang lebih ideal untuk membuang atau melarutkan lapisan lendir telur. Getah papaya ini dapat dikeringkan dan dihaluskan menjadi papain kasar. Papain kasar ini dapat diproses menjadi papain murni melalui serangkaian proses di pabrik. Adanya aktivitas proteolitik dari enzim yang dimiliki papain murni dan papain kasar menyebabkan glukoprotein yang merupakan bagian dari lapisan lendir telur ikian mas terurai. Getah papaya yang mempunyai aktivitas proteolitik telah dibuktikan mampu melarutkan lapisan albumin dari telur cacing Ascaridia galli (Purwanti dan He, 1991) sehingga getah papaya kering kemungkinan dapat digunakan untuk melarutkan lapisan lendir telur ikan mas. Lapisan papain murni 2.000 ppm digunakan sebagai bahan pelarut lapisan lendir telur ikan untuk meningkatkan derajat pembuahan dan derajat penetasan (Noga, 1996). Papain kasar dapat diharapkan menjadi bahan pengurai protein pada lapisan lendir telur ikan mas karena aktivitas proteolitik yang dimilikinya. Larutan tannin 500 ppm biasa digunakan untuk melarutkan lapisan lendir telur ikan mas selama lima detik (Woynarovich dan Horvath, 1980). Tujuan percobaan ini ialah (1) mempelajari kemungkinan pemanfaatan papain kasar yang mempunyai enzim proteolitik untuk melarutkan lapisan lendir telur ikan mas sehingga dapat mencegah pertumbuhan cendawan patogen Saprolegnia megasperma yang pada akhirnya dapat meningkatkan derajat pembuahan dan derajat penetasan telur ikan mas; (2) menentukan konsentrasi optimum papain kasar dengan jangka waktu penggunaan lima detik yang dapat meningkatkan derajat pembuahan dan derajat penetasan telur ikan mas; (3) membandingkan efektivitas larutan papain kasar dan larutan tanin dalam meningkatkan derajat pembuahan dan derajat penetasan telur ikan mas. Diharapkan hasil percobaan ini dapat memberikan informasi tentang konsentrasi optimum larutan papain kasar untuk meningkatkan derajat pembuahan dan derajat penetasan telur ikan mas yang dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam penggunaannya di pembenihan ikan. Hipotesis percobaan adalah sebagai berikut: H0 : Penggunan larutan papain kasar untuk pencucian telur ikan mas dalam jangka waktu lima detik akan meningkatkan penguraian lapisan lendir telur ikan mas yang tercermin dari peningkatan derajat pembuahan dan derajat penetasan telur. H1 : Penggunaan larutan papain kasar konsentrasi optimum dalamjangka waktu lima detik dan larutan tanin 500 ppm dalam jangka waktu lima detik terhadap telur ikan mas menunjukkan efek sama terhadap derajat pembuahan dan derajat penetasan telur. METODE PENELITIAN Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetik Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, pada tanggal 5 Agustus 2000 – 14 Januari 2001. Pengukuran aktivitas proteolitik papain kasar dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Biokimia, Pusat Penelitian Bioteknologi, IPB. Penentuan Nilai Ambang Atas dan Nilai Ambang Bawah Nilai ambang atas ialah konsentrasi terendah larutan papain kasar uji yang menghasilkan persentase mortalitas telur terkoreksi sebanyak 100%. Nilai ambang bawah 10
Ahmad Ghufron Mustofa
Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (1) April 2009: 8 – 18
ISSN: 0853-4489
ialah konsentrasi tertinggi larutan papain kasar uji yang menghasilkan persentase mortalitas telur terkoreksi pada akhir percobaan sebanyak 0%. Persentase mortalitas telur terkoreksi (Pc) yakni rasio dalam persen antara selisih antara persentase mortalitas telur teramati pada perlakuan (Pt) dengan persentase mortalitas telur teramati pada perlakuan dengan konsentrasi bahan uji 0 ppm (Pu) dan selisih antara 100% dengan persentase mortalitas telur teramati pada perlakuan dengan konsentrasi bahan uji 0 ppm (Pu). Persentase mortalitas telur teramati pada perlakuan ialah rasio dalam persen antara jumlah kumulatif telur yang mati pada akhir percobaan(m butir) dan jumlah telur yang terbuahi semula (n butir). Nilai-nilai Pc dan Pt dapat dirumuskan sebagai berikut: Pc = = Pt = =
Persentase mortalitas telur terkoreksi Pt Pu x100% 100% Pu Persentase mortalitas telur teramati m x100% n
Telur-telur yang telah dicampur dengan sperma dan telah dicuci dengan larutan pembuahan (3.000 ppm urea dan 4.000 ppm garam dapur) dipindah ke 30 unit wadah pencucian telur yang telah berisi masing-masing satu liter larutan papain kasar dengan menggunakan mangkok plastik volume 0,3 ml yang memuat sekitar 180 butir. Tiga puluh unit wadah pencucian telur tersebut terbagi menjadi sepuluh kelompok perlakuan yang masing-masing terdiri atas tiga ulangan. Sepuluh perlakuan tersebut adalah pencucian atau perendaman telur dengan larutan papain kasar dengan konsentrasi yang berbeda berdasarkan log pangkat sepuluh yakni T-1 0 ppm papain kasar, T-2 0,0001 ppm, T-3 0,001 ppm, T-4 0,01 ppm, T-5 0,1 ppm, T-6 1 ppm, T-7 10 ppm, T-8 100 ppm, T-9 1.000 ppm, dan T-10 10.000 ppm. Setelah telur dicuci atau direndam selama lima detik, kain furing diangkat dan telur di dalamnya dibilas dengan air tawar. Kemudian dari setiap ulangan telur ditebar merata ke tiga unit cawan Petri berdiameter sembilan cm dengan menggunakan wadah plastik volume 0,1 ml yang memuat sekitar 60 butir telur sehingga setiap unit cawan berisi sekitar 60 butir telur. Padat penebaran telur sekitar 0,9427 butir/cm2. Menurut Schaperclaus (1967), padat penebaran maksimum telur dalam wadah sebaiknya 1 – 2 butir/cm2. Lalu setiap tiga unit cawan ditempatkan dalam satu akuarium pemeliharaan telur yang berukuran 20x20x20 cm3 dengan volume 6.800 cm3 atau berkedalaman air 17 cm dan beraerasi dengan kandungan oksigen tujuh ppm. Setelah enam hingga delapan jam dari pembuahan dilakukan pengamatan telur untuk memperoleh telur yang terbuahi. Telur yang terbuahi berciri transparan, telur yang tidak terbuahi berwarna putih keruh. Setiap 50 butir telur yang telah terbuahi ditebar merata ke akuarium pemeliharaan telur semula. Setiap enam jam sekali sejak pembauahn dilakukan pengamatan telur yang mati untuk dibuang hingga jam ke-27 setelah pembuahan. Jumlah kumulatif telur yang hidup dan yang menjadi larva dihitung pada jam ke-72. Parameter kualitas air yang diamati terdiri atas (1) suhu air, (2) konsentrasi O2 terlarut, (3) pH air, (4) konsentrasi CO2 bebas terlarut, dan (5) konsentrasi NH3 diamati di setiap akuarium pemeliharaan telur (ulangan) pada awal dan akhir percobaan, kecuali suhu air yang terpantau oleh termometer maksimum-minimum (Rand et al., Pemanfaatan Getah Papaya (carica papaya l.) Kering sebagai Sumber Enzim Proteolitik
11
Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (1) April 2009: 8 – 18
ISSN: 0853-4489
Penentuan Nilai EC0-5 Detik Papain Kasar Nilai EC0-5 detik papain kasar dalam hal ini ialah konsentrasi maksimum papain kasar dalam jangka lima detik yang menghasilkan efek persentase mortalitas kumulatif telur ikan mas dengan respon sebesar 0% pada jam ke-72. Metode Percobaan Metode percobaan sama dengan di atas, yang berbeda adalah konsentrasi dari setiap perlakuannya, yang mana digunakan 10 konsentrasi papain kasar yaitu konsentrasi 0 ppm pada T-1, nilai ambang bawah pada T-2, nilai ambang atas pada T-10, dan delapan konsentrasi terpilih di antara nilai ambang atas dan nilai ambang bawah yang diperoleh dari penghitungan berikut ini: ( I) Log N/n = k (log a/n) (II) a/n = b/a = c/b = d/c = e/d = f/e = g/f = h/g = N/h Keterangan: N = Nilai ambang atas n = Nilai ambang bawah k = Jumlah terpilih konsentrasi uji antara n dan N; terpilih k = 8 dengan urutan konsentrasi dari yang terkecil ke yang terbesar: a, b, c, d, e, f,g, dan h Setelah dilakukan pengolahan data diperoleh konsentrasi papain kasar pada T-1 = 0 = 0 ppm, T-2 = n = 10 ppm, T-3 = a = 17 ppm, T-4 = b = 31 ppm, T-5 = c = 56 ppm, T-6 = d = 99 ppm, T-7 = e = 177 ppm, T-8 = f = 316 ppm, T-9 = g = 562 ppm, T-10 = h = N = 1.000 ppm. Parameter kualitas air diamati seperti sebelumnya. Analisis Data Peubah yang diamati adalah persentase mortalitas telur terkoreksi. Untuk mengetahui hubungan antara perlakuan konsentrasi papain kasar dan persentase mortalitas telur terkoreksi digunakan rancangan percobaan faktorial dengan pola acak lengkap. Untuk mengetahui nilai EC0-5 detik papain kasar digunakan analisis probit menurut Busvine (1971), Finney (1971), dan Komisi Pestisida Departemen Pertanian (1983). Pengaruh Perlakuan Papain Kasar terhadap Derajat Pembuahan dan Derajat Penetasan Telur Ikan Mas Metode Percobaan Telur-telur yang telah dicampur dengan sperma dan telah dicuci dengan larutan pembuahan dipindah ke 30 unit wadah pencucian telur yang telah berisi larutan bahan uji (papain kasar atau tannin) dengan menggunakan mangkok plastik volume 0,3 ml yang memuat sekitar 180 butir. Tiga puluh unit wadah pencucian telur tersebut terbagi menjadi sepuluh kelompok perlakuan (T-1 s.d. T-10) dan setiap perlakuan terdiri atas tiga ulangan. Setiap ulangan berisi satu liter larutan papain kasar atau larutan tanin dengan susunan konsentrasi seperti tercantum pada Tabel 1. Setelah telur direndam selama lima detik, telur dibilas dengan air tawar. Kemudian dari setiap ulangan telur ditebar merata ke tiga unit cawan Petri berdiameter sembilan cm dengan menggunakan wadah plastik volume 0,1 ml yang memuat 12
Ahmad Ghufron Mustofa
Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (1) April 2009: 8 – 18
ISSN: 0853-4489
sekitar 60 butir telur sehingga setiap unit cawan berisi sekitar 60 butir telur. Lalu ketiga unit cawan ditempatkan dalam satu akuarium pemeliharaan telur yang telah tersedia sesuai dengan perlakuannya yang telah ditebari dengan 6.800 spora S.. megasperma per akuarium. Akuarium-akuarium T-1, T-2, T-3, T-4, dan T-5 menganduing 2 ppm methylene blue, sedangkan akuarium-akuarium T-6, T-7, T-8, T-9, dan T-10 tidak mengandung methylene blue. Pada jam ke-6 hingga jam ke-8 dari saat pembuahan dilakukan pengamatan telur untuk memperoleh data jumlah telur yang terbuahi dan jumlah telur semula. Setiap lima puluh butir telur yang telah terbuahi ditebar merata ke akuarium semula. Pada jam ke-48 hingga jam ke-72 dilakukan pengamatan telur menetas untuk memperoleh data kumulatif telur yang menetas dan jumlah kumulatif telur terinfeksi cendawan. Parameter kualitas air diamati seperti pada percobnaan sebelumnya. Tabel 1. Perlakuan-perlakuan yang digunakan pada percobaan untuk mengetahui pengaruh perlakuan papain kasar terhadap derajat pembuahan dan derajat penetasan telur ikan mas
0 ppm Perlakuan
Faktor II*) (Methylene Blue) Ket. :
2 ppm
T-1
0 ppm
T-6
Faktor I*) (Papain Kasar atau Tanin) 0,01 0,1 EC0-5 detik EC0-5 EC0-5 detik Papain detik Papain Kasar Papain Kasar Kasar T-2 T-3 T-4 T-7
T-8
T-9
500 ppm Tanin T-5 T-10
*) Penggunaan faktor II setelah penggunaan faktor I.
Analisis Data Peubah yang diamati meliputi derajat pembuahan, derajat penetasan, dan persentase telur terinfeksi cendawan S. megasperma. Derajat Pembuahan =
Jumlah telur terbuahi x100% Jumlah telur semula
Derajat Penetasan =
Jumlah telur menetas x100% Jumlah telur terbuahi
Persentase Telur Cendawan S. megasperma Terinfeksi=
Cendawan S. megasperma x100% Jumlah telur terbuahi
Untuk mengetahui hubungan antar perlakuan dan derajat pembuahan, hubungan antar perlakuan dan persentase telur terinfeksi cendawan, dan hubungan antar perlakuan dan derajat penetasan digunakan rancangan percobaan faktorial dengan pola acak lengkap. HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Nilai Ambang Atas dan Nilai Ambang Bawah Hasil analisis laboratorium terhadap papain kasar uji menunjukkan bahwa aktivitas proteolitik papain kasar uji sebesar 1.068,87 U/g. Pada konsentrasi papain kasar uji 1.000 Pemanfaatan Getah Papaya (carica papaya l.) Kering sebagai Sumber Enzim Proteolitik
13
Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (1) April 2009: 8 – 18
ISSN: 0853-4489
ppm, aktivitas proteolitiknya menyebabkan cangkang telur bocor sehingga proses perkembangan telur terganggu hingga menyebabkan kematian. Namun pada konsentrasi 10 ppm intensitas proteolitiknya hanya sampai menipiskan selaput lendir telur dan tidak sampai merusak cangkang telur (Gambar 1). Peruraian cangkang telur ikan yang menetas terutama melalui proses proteolitik (Blaxter, 1969). Hasil analisis ragam persentase mortalitas terkoreksi telur ikan mas menunjukkan bahwa konsentrasi papain kasar sangat nyata mempengaruhi persentase mortalitas telur terkoreksi telur ikan mas(P < 0,01). Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa kelompok konsentrasi 1.000 ppm dan 10.000 ppm, kelompok konsentrasi 100 ppm, dan kelompok konsentrasi 0 – 10 ppm menunjukkan beda nyata. Konsentrasi 1.000 ppm ditetapkan sebagai nilai ambang atas dan konsentrasi 10 ppm ditetapkan sebagai nilai ambang bawah.
Gambar 1.
Garis hubungan antara konsentrasi papain kasar dan persentase mortalitas telur ikan mas terkoreksi menurut nilai rata-rata
Penentuan Nilai EC0- 5 Detik Papain Kasar Dengan analisis probit dapat diketahui EC0-5 detik papain kasar lebih tepat (Hartung, 1987). Hasilnya menggambarkan persamaan probit garis regresi linier Y' = - 14,679 + 10,806x yang merupakan persamaan hubungan antara log konsentrasi papain kasar (x) dengan probit mortalitas telur (Y') yang nilainya antara 0—10 (Gambar 2). Jika Y' = 0, maka 0 = -14,679 + 10,806x dan x = 1,358. EC0-5 detik = 10x ppm = 22,8191 ppm, artinya 22,8191 ppm merupakan konsentrasi maksimum papain kasar yang dalam jangka waktu perlakuan lima detik terhadap telur ikan mas menghasilkan respon berupa persentase kumulatif mortalitas telur sebanyak 0% pada jam ke-72 ( = 0,05). Nilai 0,01— 0,1 LC0 atau 0,01— 0,1 EC0 mortalitas digunakan sebagai dosis atau konsentrasi calon obat untuk uji perlakuannya (Baggot, 1982).
14
Ahmad Ghufron Mustofa
Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (1) April 2009: 8 – 18
14
Probit Mor-talitas
12
ISSN: 0853-4489
Y’ = - 14,6799 + 10,8069 x α = 0,05
10 8 6 4 2 0 1,3583
1,8210
1,8210
Log Konsentrasi Papain Kasar (ppm)
Gambar 2. Garis hubungan antara log konsentrasi papain kasar dan probit mortalitas telur ikan mas
Derajat Pembuahan Dari Gambar 3 dapat diketahui adanya kenaikan derajat pembuahan rata-rata bersama kenaikan konsentrasi papain kasar dari 0 ppm hingga 22,8191 ppm, baik pada kelompok taraf 2 ppm methylene blue maupun pada kelompok 0 ppm methylene blue . Derajat pembuahan adalah rasio dalam persen antara jumlah telur terbuahi dan jumlah telur semula. Pada kelompok taraf 2 ppm methylene blue terjadiu kenaikan derajat pembuahan rata-rata dari 48,48% pada T-1 naik menjadi 48,88%, 49,17%, dan 49,90% masing-masing pada T-2, T-3, dan T-4. Pada kelompok taraf 0 ppm methylene blue terjadi kenaikan derajat pembuahan rata-rata dari 48,90% pada T-6 naik menjadi 49,12%, 49,66%, dan 55,38% masing-masing pada T-7, T-8, dan T-9. Dengan bertambahnya konsentrasi papain kasar bertambah pula konsentrasi enzim proteolitik yang terkandung dalam papain kasar yang menyebabkan bertambah intensifnya penguraian glukoprotein lapisan lendir telur ikan mas yang menyebabkan semakin menipisnya lapisan lendir hingga batas aman atau EC0-5 detik atau 22,8191 ppm papain kasar. Dengan semakin menipisnya lapisan lendir, semakin kecil kemungkinan telur tertempeli benda lain seperti kotoran dan spora cendawan. Di samping itu semakin banyak pori-pori telur terbuka untuk keperluan pernafasan telur. Hal tersebut menyebabkan peningkatan nyata pada derajat pembuahan. Persentase Telur Terinfeksi Cendawan S. megasperma Hubungan antara konsentrasi papain kasar (X) dan persentase telur terinfeksi cendawan S. megasperma (Y) dari percobaan dapat digambarkan sebagai persamaan regresi Y = 10,403 – 0,221 X. Setiap kenaikan satu ppm kasar sangat nyata menurunkan persentase telur terinfeksi cendawan sebesar 0,2210% (P < 0,01). Dari perhitungan dengan menggunakan persamaan ini larutan papain kasar 0,2281 ppm, 2,2819 ppm, dan 22,8191 ppm berturut-turut menghasilkan persentase telur terinfeksi cendawan 10,352%, 9,898%, dan 5,359%. Kontrol (0 ppm) menghasilkan persentase telur terinfeksi cendawan 10,403%. Terjadi kenaikan persentase telur terinfeksi cendawan bersamaan dengan kenaikan konsentrasi papain kasar hingga mencapai maksimum pada konsentrasi 22,8191 ppm.
Pemanfaatan Getah Papaya (carica papaya l.) Kering sebagai Sumber Enzim Proteolitik
15
Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (1) April 2009: 8 – 18
ISSN: 0853-4489
Gambar 3. Grafik derajat pembuahan rata-rata telur ikan mas pada berbagai perlakuan T-1: 0 ppm, 2 ppm methylene blue T-6: 0 ppm, 0 ppm methylene blue T-2: 0,2281 ppm papain kasar, 2 ppm methylene blue; T-7: 0,2281 ppm papain kasar, 0 ppm methylene blue; T3: 2,2819 ppm papain kasar, 2 ppm methylene blue; T-8 : 2,2819 ppm papain kasar, 0 ppm methylene blue; T-4 : 22,8191 ppm papain kasar, 2 ppm methylene blue; T-9: 22,8191 ppm papain kasar, 0 ppm methylene blue T-5 : 500 ppm tanin, 2 ppm methylene blue T-10: 500 ppm tanin, 0 ppm methylene blue.
Derajat Penetasan Dari Gambar 4 terlihat bahwa derajat penetasan cenderung naik bersamaan dengan bertambahnya konsentrasi papain kasar dan dengan menurunnya persentase telur terinfeksi cendawan. Konsentrasi papain kasar meningkat berarti konsentrasi enzim proteolitik meningkat sehingga penguraian glukoprotein lapisan lendir telur meningkat hingga lapisan lendir semakin menipis. Akibatnya semakin sedikit cendawan yang tumbuh, semakin banyak telur yang hidup, semakin tinggi derajat penetasan. Hubungan antara derajat penetasan dan persentase telur terinfeksi cendawan S. megasperma dapat dirumuskan sebagai Y = 73,754 – 2,157X dengan nilai R2 0,837. Setiap ada kenaikan persentase telur terinfeksi cendawan 1% maka terjadi penurunan derajat penetasan 2,157%.
16
Ahmad Ghufron Mustofa
Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (1) April 2009: 8 – 18
ISSN: 0853-4489
Gambar 4. Grafik derajat penetasan rata-rata telur ikan mas pada berbagai perlakuan dan hubungannya dengan persentase telur terinfeksi cendawan S. megasperma T-1: 0 ppm, 2 ppm methylene blue T-6: 0 ppm, 0 ppm methylene blue T-2: 0,2281 ppm papain kasar, 2 ppm methylene blue; T-7: 0,2281 ppm papain kasar, 0 ppm methylene blue; T3: 2,2819 ppm papain kasar, 2 ppm methylene blue; T-8 : 2,2819 ppm papain kasar, 0 ppm methylene blue; T-4 : 22,8191 ppm papain kasar, 2 ppm methylene blue; T-9: 22,8191 ppm papain kasar, 0 ppm methylene blue T-5 : 500 ppm tanin, 2 ppm methylene blue T-10: 500 ppm tanin, 0 ppm methylene blue.
KESIMPULAN Papain kasar uji yang berasal dari getah papaya varietas semangka paris mempunyai aktivitas proteolitik 1.068,87 U/g. Konsentrasi optimum larutan papain kasar untuk pencucian telur ikan mas selama lima detik guna meningkatkan derajat pembuahan dan derajat penetasan adalah sebesar 22,8191 ppm. Pencucian telur ikan mas selama lima detik dengan larutan papain kasar pada konsentrasi 0,2281 ppm, 2,2819 ppm, dan 22,8191 ppm sangat nyata meningkatkan derajat pembuahan dari 48.994% pada kontrol berturutturut menjadi 49,05%, 49,632%, dan 55,383%, dan sangat nyata meningkatkan derajat penetasan dari 51,314% pada kontrol berturut-turut menjadi 51,424%, 52,404%, dan 62,194%. Pencucian dengan larutan-larutan tersebut sangat nyata menurunkan persentase telur terinfeksi cendawan S. megasperma dari 10,403% pada kontrol berturut-turut menjadi 10,352%, 9,898%, dan 5,359%. Efektivitas larutan papain kasar 22,8191 ppm untuk pencucian telur ikan mas selama lima detik guna meningkatkan derajat pembuahan dan derajat penetasan lebih rendah dari efektivitas larutan tanin 500 ppm. DAFTAR PUSTAKA Alabaster, J.S. & R. Lloyd. London. 361p.
1980. Water Quality Criteria for Freshwater Fish. Butterworths,
Baggot, J.D. 1982. Mechanisms of Drug Action. In: Veterinary Pharmacology and Therapeutics. (eds.: N.H.Booth & L.E. McDonald). The Iowa State University Press, Iowa. Pp. 23 – 35. Pemanfaatan Getah Papaya (carica papaya l.) Kering sebagai Sumber Enzim Proteolitik
17
Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (1) April 2009: 8 – 18
ISSN: 0853-4489
Bardach, J.E., J.H.Ryther, W.O.McLarney. 1972. Aquaculture. The Farming and Husbandry of Freshwater and Marine Organisms. Wiley Interscience, Toronto. 528p Blaxter, J.H.S. 1969. Development: Eggs and Larvae. In: Fish Physiology. Volume 3. Reproduction and Growth. (eds.: W.S.Hoar & D.J.Randall). Academic Press, New York. Pp. 187 – 197. Busvine, J.R. 1971. A Critical Review of the Techniques for Testing Insecticides. Commonwealth Agricultural Bureaux, London. 87p. Finney, D.J. 1971. Probit Analysis. Cambridge University Press, London.123p Hartung, R. 1987. Dose–Response Relationships. In: Toxic Substances and Human Risk. (eds.: R.G. Tardiff , J.V. Rodricks). Plenum Press, New York. Pp. 29 – 46. Komisi Pestisida Departemen Pertanian. 1983. Pedoman Pengujian Laboratorium Toksisitas Letal Pestisida pada Ikan Untuk Keperluan Pendaftaran. Departemen Pertanian, Jakarta. 35h. Noga, E.J. 1996. 367p.
Fish Disease.
Diagnosis and Treatment. Mosby-Year Book, St. Louis.
Purwanti, S. & S.He. 1991. Pengaruh Papaya (Carica papaya L.) terhadap Infektivitas Telur Ascaridia galli pada Ayam. J. Hemere Zoa 74: 1-5. Rand, M.C., A.E.Greenberg & M.J. Taras. 1976. Standard Methods for the Examionation of Water and Wastewater. American Public Health Association – Water Pollution Control Federation, Washington. 626p. Schaperclaus, W. 1967. Lehrbuch der Teichwirtschaft. Verlag Paul Parey, Berlin. 582p. Woynarovich, E. & L. Horvath. 1980. The Artificial Propagation of Warm-Water Finfishes. A Manual for Extension. Food and Agricultural Organization of the United Nations, Rome. 183p.
18
Ahmad Ghufron Mustofa