Nida Umun Sulistia/ Accounting Analysis Journal 2 (2) (2013)
PENDAHULUAN AAJ 2 (2) (2013)
Accounting Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aaj
ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL (SPI) KLIEN TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS AUDIT LAPORAN KEUANGAN Nida Umun Sulistia Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Info Artikel
Abstrak
Sejarah Artikel: Diterima Desember 2012 Disetujui Januari 2013 Dipublikasikan Mei 2013
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Sistem Pengendalian Internal (SPI) klien terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di wilayah provinsi Jawa Tengah dan DIY sebanyak 31 KAP. Pengambilan sampel menggunakan teknik convenience sampling. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensial dengan Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sistem Pengendalian Internal (SPI) klien berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan. Simpulan dari penelitian ini yaitu Sistem Pengendalian Internal (SPI) klien berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan.
Keywords: Consideration of Materiality; Internal Control Systems of Client
Abstract The purpose of this study was to determine the effect of internal control systems of client to consideration of materiality level in the audit of financial statements. The population in this study were all auditors working in Public Accounting Firms in the province of Central Java and Yogyakarta which were 31 firms. Sampling method used in this study is convenience sampling. The method of data analysis is using descriptive analysis and inferential analysis. The results showed that the internal control systems of client significantly affect the level of materiality considerations in the audit of financial statement. Conclutions from this research that the internal control systems of client significantly affect the level of materiality consideration in the audit of financial statements. © 2012 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi: Gedung C6 Lantai 1 FE Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail:
[email protected]
ISSN 2252-6765
Tujuan audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat (opini) atas kewajaran suatu laporan keuangan dalam semua hal yang material, dan posisi keuangan hasil usaha serta arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Dalam menyatakan pendapatnya auditor harus sangat berhati-hati, ia harus melaksanakan semua tahap audit sesuai dengan standar auditing yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Kesalahan dalam pernyataan opini audit akan menimbulkan kerugian baik bagi klien, auditor, Kantor Akuntan Publik (KAP) dimana auditor tersebut bekerja, serta seluruh pihak yang meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan auditan tersebut. Jangan sampai perusahaan yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) justru mengalami kebangkrutan setelah opini audit diterbitkan. Misalnya, seperti kasus Enron yang melibatkan KAP Arthur Andersen di Amerika Serikat yang berakibat pada menurunnya kepercayaan investor terhadap integritas penyajian laporan keuangan. Kesalahan dalam pernyataan pendapat dapat diminimalisir, salah satunya dengan ketepatan auditor dalam mempertimbangkan tingkat materialitas. Menurut Messier, Steven, dan Douglas (2006: 122) materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya mungkin dapat merubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut. Materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing, terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Pertimbangan tingkat materialitas sangat penting dalam audit laporan keuangan karena auditor tidak dapat memberikan jaminan (guarantee) mutlak bahwa auditor akan menemukan semua salah saji (Mulyadi, 2002:158). The Financial Accounting Standard Board (FASB) dalam Pratama (2010) menerbitkan pedoman dan issue yang membahas tentang materialitas. Dalam issue tersebut dijelaskan bahwa tidak ada standar umum untuk materialitas yang dapat diformulasikan dalam rekening, semua pertimbangan yang masuk ke dalam kebijakan karena pengalaman auditor (FASB, 1980 : para 131). Statement on Auditing (SAS) No.47 menyatakan tentang materialitas sebagai berikut : kebijakan materialitas dibuat dalam kaitannya dengan kegiatan sekelilingnya dan melibatkan pertimbangan kualitatif dan kuantitatif. Tingkat materia-
litas laporan keuangan suatu entitas tidak sama dengan entitas lain , tergantung pada ukuran entitas tersebut. Faktor-faktor kuantitatif dan kualitatif yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan tingkat materialitas sangat dipengaruhi keefektivan oleh sistem pengendalian internal klien itu sendiri.The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission’s (COSO) yangdidirikan pada tahun 1985 mendefinisikan sistem pengendalian internal sebagai suatu proses, yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil lainnya dari sebuah entitas, yang dirancang untuk memberikan keyakinan/jaminan yang wajar berkaitan dengan pencapaian tujuan dalam kategori efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan laporan keuangan, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Jika pengendalian efektif, maka transaksi kemungkinan akan didapat dan diringkas dengan benar yang berarti bahwa saldo akun kemungkinannya akan bebas dari salah saji material (Messier, Steven, dan Douglas (2006: 24). Hal itu didukung dengan pernyataan dalam SA Seksi 312 paragraf 16 yang juga menyebutkan bahwa pemahaman auditor tentang pengendalian intern mungkin meningkatkan atau menurunkan kepedulian auditor tentang resiko salah saji material. Ada lima komponen sistem pengendalian internal menurut The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission’s (COSO) yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan. Lingkungan pengendalian menentukan kualitas entitas dengan mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orangorang disekitarnya. Lingkungan pengendalian merefleksikan keseluruhan sikap, kesadaran, dan tindakan dewan direksi, manajemen, karyawan, serta pihak-pihak lainnya mengenai pentingnya pengendalian tersebut dan penekanan yang diberikannya dalam sebuah entitas Penilaian risiko adalah identifikasi, analisis, dan pengelolaan risiko entitas yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan , sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum. Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh manajemen untuk mengantisipasi risiko yang dapat menghalangi entitas mencapai tujuannya.Informasi dan komunikasi dalam sistem pengendalian internal merupakan sistem informasi yang digunakan untuk menghasilkan informasi keuangan dan bagaimana mengkomunikasikan informasi tersebut.Komponen terakhir dalam sistem pengendalian internal yaitu pemantauan. Pemantauan merupakan proses
117
Nida Umun Sulistia / Accounting Analysis Journal 2 (2) (2013)
penilaian kinerja sistem pengendalian internal dari waktu ke waktu karena untuk berbagai alasan entitas dapat memperluas atau memperkecil operasinya, personel baru dapat bergabung dengan entitas, atau keefektifan pelatihan dan pengawasan mungkin bervariasi (Guy, C.Wayne, dan Alan :2002). Buruknya kualitas sistem pengendalian internal entitas di Indonesia nampak ketika kasus L/C fiktif bank BNI Cabang Kebayoran Jakarta yang dianggap merugikan negara sebesar Rp 1,7 triliun. Kasus ini mulai terungkap pada pertengahan bulan Oktober 2003 dan diduga terjadi karena adanya kongkalikong antara debitur, pimpinan, dan penguasa. Blokdijk et.al (2003) juga melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi auditor dalam merencanakan materialitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan tingkat materialitas akan meningkat seiring dengan kualitas dari lingkungan pengendalian klien dan akan menurun seiring dengan kompleksitas bisnis klien. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh Blokdijk, et.al (2003).Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penulis tidak menggunakan lingkungan pengendalian sebagai variabel independen, peneliti menggunakan lingkungan pengendalian sebagai indikator dari sistem pengendalian internal. Dengan asumsi bahwa lingkungan pengendalian saja tidak cukup dijadikan sebagai dasar penilaian efektif atau tidaknya sistem pengendalian internal suatu entitas, sistem pengendalian internal yang baik dan efektif tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan pengendalian yang baik namun juga dipengaruhi oleh penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan yang baik pula. Selain itu, kasus-kasus yang terjadi di Indonesia seperti dijelaskan diatas juga memicu auditor untuk lebih berhati-hati dalam menilai dan memahami sistem pengendalian internal klien agar auditor
Nida Umun Sulistia/ Accounting Analysis Journal 2 (2) (2013)
lebih tepat dalam menetapkan tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan agar tujuan audit laporan keuangan dapat tercapai. METODE Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di provinsi Jawa Tengah dan DIY sebanyak 31 Kantor Akuntan Publik (KAP). Teknik pengambilan sampel menggunakan convenience sampling. Dari 31 Kantor Akuntan Publik (KAP) di provinsi Jawa Tengah dan DIY hanya 14 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang bersedia menerima kuesioner. Devinisi Operasional Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pertimbangan materialitas. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi , yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu (Mulyadi, 2002: 158). Materialitas dijabarkan dalam dua indikator yaitu: 1. Pertimbangan awal materialitas 2. Materialitas dalam mengevaluasi temuan audit
Gambar 1. Hasil Uji First Order Variabel Sistem Pengendalian Internal (SPI) Klien
Tabel 2. Descriptive Statistics Variabel Pertimbangan Materialitas N M Valid N (listwise)
Minimum Maximum
Statistic
Statistic
Statistic
66
64
90
Mean
Std. Deviation
Statistic Std. Error
Statistic
75.50
.810
Sumber : Data primer yang diolah, 2012
Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah Sistem Pengendalian Internal klien.Menurut COSO Sistem Pengendalian Internal (SPI) merupakan suatu proses, yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil lainnya dari sebuah entitas, yang dirancang untuk memberikan keyakinan/jaminan yang wajar ber-
Tabel 1. Descriptive Statistics Variabel Sistem Pengendalian Internal (SPI) Klien N SPI
Valid N (listwise)
Minimum Maximum
Statistic
Statistic
Statistic
66
58
90
Mean
Std. Deviation
Statistic Std. Error
Statistic
73.59
1.104
8.972
66 Gambar 2. Hasil Uji First Order Variabel Pertimbangan Materialitas
Sumber : Data primer yang diolah, 2012 118
119
6.583
Nida Umun Sulistia / Accounting Analysis Journal 2 (2) (2013)
kaitan dengan pencapaian tujuan dalam kategori efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan laporan keuangan, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Sistem Pengendalian Internal (SPI) dijabarkan dalam lima indikator yaitu : 1. Lingkungan Pengendalian 2. Penilaian risiko 3. Aktivitas pengendalian 4. Informasi dan komunikasi 5. Pemantauan Jenis dan Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunkan dalam penelitian ini adalah data primer. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Metode survei merupakan metode pengumpulan data primer yang menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis (Indriantoro, 1999 :152). Metode Analisis Data Statistik Deskriptif Statistik deskriptif merupakan statistik yang mencakup cara-cara pengumpulan, menyusun atau mengatur, mengolah, menyajikan dan menganalisis data angka agar dapat memberikan gambaran yang teratur, ringkas dan jelas mengenai keadaan, peristiwa, atau gejala tertentu sehingga dapat ditarik pengertian tertentu. Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai variabel penelitian dan demografi responden. Analisis Inferensial Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode Partial Least Square (PLS). Partial Least Square (PLS) merupakan metode analisis yang powerfull karena tidak didasarkan banyak asumsi (Ghozali :2008). Ada dua pengukuran yang dilakukan dalam metode Partial Least Square (PLS), yaitu : Menilai Outer Model (Measurement Model). Outer model (measurement model) digunakan untuk mendefinisikan hubungan antara variabel laten dan indikatornya. Dalam penelitian ini outer model diukur dengan permodelan second order confirmatory factor analisys sehingga ada dua pengukuran yaitu : First Order First order digunakan untuk menilai hubungan antara butir soal dengan indicator (Ghozali, 2008). Second Order Second order digunakan untuk mengukur
hubungan antara indikator dengan konstruk (Ghozali : 2008). Menilai inner model (structural model) Pengujian inner model (structural model) dilakukan untuk melihat hubungan antar variabel laten. Inner model (stuctural model) dievaluasi dengan melihat path coefficient (Mean, STDEV, TValues) (Ghozali :2008). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tabel 1 menunjukkan nilai rata-rata (mean) sebesar 73,59 dengan standar deviasi 8,972 yang berarti bahwa Sistem pengendalian Internal (SPI) Klien termasuk dalam kategori baik. Tabel 2 menunjukkan nilai rata-rata (mean) sebesar 75,50 dengan standar deviasi 6,583 yang berarti bahwa pertimbangan materialitas auditor termasuk dalam kategori tinggi. Analisis Inferensial Menilai Outer Model (Measurement Model). First Order First Order Variabel Sistem Pengendalian Internal (SPI) Klien Gambar 1 menunjukkan bahwa dari keseluruhan soal SPI memiliki nilai convergent validity tinggi karena memiliki nilai factor loading diatas 0,50. First Order Variabel Pertimbangan Materialitas. Gambar 1 menunjukkan bahwa dari keseluruhan soal pertimbangan materialitas memiliki nilai convergent validity tinggi karena memiliki nilai factor loading diatas 0,50. Karena permodelan first order merupakan permodelan refleksif maka harus dilihat nilai composite reliability dan cronbach alpha untuk menilai apakah butir soal reliabel atau tidak. Tabel 3 menunjukkan bahwa masing-masing butir soal memiliki nilai composite reliability dan cronbachs Alpha cukup tinggi yaitu di atas 0,50 dan menunjukkan bahwa reliabilitasnya sangat baik. Second Order Second Order Variabel Sistem Pengendalian Internal (SPI) Klien Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa konstruk Sistem Pengendalian Internal (SPI) Klien dipengaruhi oleh lima indikator yaitu lingkungan pengendalian (LP), Penilaian Risiko (PR), aktivitas pengendalian (AP), informasi dan komunikasi (IK), dan yang terakhir pemantauan (P) yang masing-masing indikator memiliki nilai t-statistik 64.198001, 37.05357, 60.418546, 34.742711 dan 48.398605. Kelima indikator yang
120
Nida Umun Sulistia/ Accounting Analysis Journal 2 (2) (2013)
Tabel 3. Nilai Composite Reliability
SPI
AP IK LP P PR SPI
MATERIALITAS
Composite Realibility 0,865952 0,907698 0,911958 0,892120 0,920771 0,946139
Cronbach Alpha 0,767068 0,846865 0,884906 0,815876 0,869299 0,939000
PAM MMTA
Composite Realibility 0,891865 0,915293
Cronbach Alpha 0,865977 0,891120
M
0,928750
0,918088
Sumber : Output PLS, 2012
Gambar 3. Hasil Uji Second Order Variabel Sistem Pengendalian Internal (SPI) Klien Tabel 4. Hasil Uji Second Order Variabel Sistem Pengendalian Internal (SPI) Klien
AP -> SPI IK -> SPI LP -> SPI P -> SPI PR -> SPI
Original Sample (O) 0,198228 0,168162 0,375795 0,204303 0,235691
Sample Mean (M) 0,198293 0,167917 0,375493 0,205012 0,236489
Standard Deviation (STDEV) 0,003281 0,004840 0,005854 0,004221 0,006267
Standard Error (STERR)
T Statistics (|O/ STERR|)
0,003281 0,004840 0,005854 0,004221 0,006267
60,418546 34,742711 64,198001 48,398605 37,605357
Sumber : Output PLS, 2012 membentuk konstruk SPI merupakan indikator yang valid sebab memiliki nilai t-statistik di atas 1,9966 ( p = 0,05 two tailed).
Second Order Variabel Sistem Pengendalian Internal (SPI) Klien Hasil uji second order pada Gambar 4 secara
121
Nida Umun Sulistia / Accounting Analysis Journal 2 (2) (2013)
Nida Umun Sulistia/ Accounting Analysis Journal 2 (2) (2013)
Menilai Inner Model (Structural Model). Gambar 5. Hasil Uji Inner Model Gambar 4. Hasil Uji Second Order Variabel Pertimbangan Materialitas
Tabel 6. Hasil Uji Inner Model
Tabel 5. Hasil Uji Second Order Variabel Pertimbangan Materialitas
MMTA -> M PAM -> M
Original Sample (O) 0,507472 0,576771
Sumber : Output PLS, 2012
Standard Deviation (STDEV) 0,015328 0,010648
Sample Mean (M) 0,509672 0,576327
detail dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa konstruk pertimbangan tingkat materialitas dipengaruhi oleh dua indikator yaitu pertimbangan awal materialitas (PAM) dan materialitas dalam mengevaluasi temuan audit (MMTA) dimana masing-masing indikator tersebut memiliki nilai t-statistik sebesar 54.165196 dan 33.107043. Kedua indikator yang membentuk konstruk pertimbangan materialitas merupakan indikator yang valid sebab memiliki nilai t-statistik di atas 1,9966 ( p = 0,05 two tailed). Hasil uji inner model seperti yang tersaji dalam Gambar 5 beserta penjelasannya secara detail dapat dijelaskan oleh Tabel 6 berikut ini : Berdasarkan Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa Sistem Pengendalian Internal (SPI) Klien berpengaruh positif dalam pertimbangan materialitas auditor. Adapun nilai t-statistics yang dihasilkan adalah sebesar 756,898431 yang signifikan pada p = 5%. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang mengatakan bahwa Sistem
Standard Er- T Statistics ror (STERR) (|O/STERR|) 0,015328 0,010648
33,107043 54,165196
Pengendalian Internal (SPI) Klien berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialias dalam audit laporan keuangan dapat diterima. Besarnya pengaruh Sistem Pengendalian Internal (SPI) Klien terhadap pertimbangan tingkat materialitas dapat dilihat dari Tabel 7 berikut ini : Tabel 7. Nilai R-Square
M SPI
R Square 0,977386
Sumber : Output PLS, 2012 Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa pengaruh Sistem Pengendalian Internal (SPI) Klien terhadap pertimbangan tingkat materialitas menghasilkan nilai R-Square sebesar 0,977386 yang artinya bahwa variabel SPI mampu menjelaskan variabel pertimbangan materialiatas sebe-
122
SPI -> M
Original Sample (O)
Sample Mean (M)
Standard Deviation (STDEV)
Standard Error (STERR)
T Statistics (|O/ STERR|)
0,988628
0,989402
0,001306
0,001306
756,898431
Sumber : Output PLS, 2012
sar 97,7%, sedangkan sisanya sebesar 2,3% dijelaskan oleh variabel lain. Pembahasan Hipotesis dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa Sistem Pengendalian Internal (SPI) klien berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan dapat diterima. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-statistic sebesar 756,898431 yang signifikan pada nilai p=5%, dan nilai R-square sebesar 0,977386. Hasil ini bermakna bahwa Sistem Pengendalian Internal (SPI) klien berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas sebesar 97,7% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Pertimbangan auditor mengenai materialitas dalam audit laporan keuangan adalah masalah pertimbangan profesional. Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apa-
bila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi pertimabngan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut. Materialitas ditentukan dalam artian efek potensial dari salah saji atas keputusan yang dibuat oleh pengguna laporan keuangan. Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang merupakan panduan bagi auditor dalam melaksanakan audit, pertimbangan materialitas harus dilaksanakan baik dalam merencanakan prosedur audit maupun dalam mengevaluasi temuan audit. Hal ini dikarenakan bahwa pertimbangan materialitas pada saat perencanaan bias saja tidak sama dengan pertimbangan materialitas pada saat mengevaluasi temuan audit. Dalam melakukan pertimbangan tingkat materialitas audit laporan keuangan, auditor
123
Nida Umun Sulistia / Accounting Analysis Journal 2 (2) (2013)
juga harus mempertimbangkan keefektifan sistem Sistem Pengendalian Internal (SPI) klien. Sistem Pengendalian Internal (SPI) merupakan suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yaitu keandalan laporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi, serta kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Sistem Pengendalian Internal (SPI) terdiri dari beberapa komponen yang saling mendukung satu sama lain yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta yang terakhir adalah pemantauan. Kelima komponen Sistem Pengendalian internal (SPI) harus dilaksanakan dengan baik oleh entitas, ketidakefektivan salah satu komponen tersebut dapat menyebabkan keseluruhan Sistem Pengendalian Internal (SPI) menjadi tidak efektif pula. Dengan memahami Sistem Pengendalian Internal (SPI) klien auditor menjadi lebih mudah dalam mengidentifikasi jenis-jenis salah saji yang material yang akan terjadi dalam laporan keuangan. Jika Sistem Pengendalian Internal (SPI) klien efektif maka auditor akan memiliki keyakinan yang memadai bahwa transaksi kemungkinan akan didapat dan diringkas dengan benar yang berarti bahwa saldo akun kemungkinannya akan bebas dari salah saji material, selain itu kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hukum, kemungkinan terjadinya salah saji material yang disebabkan kecurangan dan kekeliruan yang dilakukan oleh manajemen dalam laporan keuangan juga dapat diminimalisir. PENUTUP Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan sebagaimana telah disajikan dalam bab sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Sistem Pengendalian Internal (SPI) klien berpengaruh signifikan terhadap
pertimbangan tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan. DAFTAR PUSTAKA Blokdijk, et.al. 2003. “Factors Affecting Auditor’s Assessment of Planning Materiality”. Dalam Auditing: A Journal of Practice and Theory, Vol.22, No.2, September 2003, pp. 297-307 Ghozali, Imam. 2008. Structural Equation Modeling Metode Alternatif Dengan Partial Least Square (PLS). Semarang :Badan Penerbit Universitas Diponegoro Guy, Dan M.,C. Wayne Alderman, dan Alan J. Winters. 2002. Auditing. Jakarta: Erlangga Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntan Publik.2001. Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Jakarta: Salemba Empat Indriantoro, Nur, dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi & Manajemen. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta Messier, William F., Nonna Martinov-Bennie, dan Aasmund Eilifsen. 2005.” A Review And Integration of Empirical Research on Materiality: Two Decades Later”.Dalam Auditing: A Journal of Practice and Theory (November 2005) Messier, William F., Steven M.Glover, dan Douglas F. Prawitt. 2006. Auditing & Assurance Services A Systematic Approach. Jakarta: Salemba Empat Mulyadi. 2002. Auditing, Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat Pratama, Andika Erik. 2010. “Pengaruh Profesionalisme Auditor dan Etika Profesi Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan (Studi Empiris Pada Auditor di KAP Semarang)”.Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang
124