AAJ 3 (4) (2014)
Accounting Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aaj
REPUTASI AUDITOR, UKURAN PERUSAHAAN DAN OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA DALAM MEMPREDIKSI PEMBERIAN OPINI AUDIT GOING CONCERN Fitria Octari Hidayanti
Sukirman
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Info Artikel
Abstrak
________________
___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Diterima Oktober 2014 Disetujui Oktober 2014 Dipublikasikan November 2014
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis mengenai reputasi auditor, ukuran perusahaan serta opini audit tahun sebelumnya dalam memprediksi pemberian opini audit going concern. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur periode 2010-2012. Metode pemilihan sampel penelitian ini menggunakan purposive sampling, sehingga diperoleh 58 perusahaan manufaktur. Simpulan penelitian ini variabel reputasi auditor dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern,sedangkan variabel opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. Masukan bagi peneliti berikutnya agar menambah jangka waktu sebagai tahun pengamatan lebih dari dua (2) tahun serta menggunakan proksi lain untuk mengukur reputasi auditor seperti lamanya bekerja auditor sebagai akuntan publik.
________________ Keywords: audit opinion of going concern ; auditor reputation; size of company; audit opinion __________________
Abstract ___________________________________________________________________ The purpose of this research were to analyze the effect of auditor reputation, size of company, and audit opinion of previous year on the provision of the audit opinion of going concern. This research population was manufacturers listed in the Indonesian Stock Echange. Sampling method in this research with purposive sampling. There are 58 manufacturers. The conclusion of the result of auditor reputation variable and size of company had no effect on the provision of the audit opinion of going concern, while the audit opinion of previous year had effect on the provision of the audit opinion of going concern. It is recommended to the subsequent researchers in order to extend the period as the observational year to be more than 2 (two) years, and to use the another proxy to auditor reputation like time periode an auditor to be public accountant.
© 2014 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi: Gedung C6 Lantai 2 FE Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail:
[email protected]
ISSN 2252-6765
420
Fitria Octari Hidayanti / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)
PENDAHULUAN Manajemen perusahaan wajib untuk membuat laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban kepada stakeholder atau para pemakai laporan keuangan. Gambaran mengenai keberadaan perusahaan serta prestasi kerja manajemen terdapat pada laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan informasi penting dalam mengkomunikasikan keadaan perusahaan dan sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi serta kegiatan keuangan dari suatu perusahaan. Pihakpihak yang berkepentingan (stakeholder) terhadap laporan keuangan diantaranya adalah pemilik perusahaan (shareholder), kreditur, lembaga keuangan, investor, pemerintah, masyarakat dan pihak-pihak berkepentingan lainnya. Diantara manajer dan stakeholder memiliki kepentingan yang berbeda terhadap laporan keuangan tersebut, sehingga menimbulkan masalah yaitu masalah agensi. Auditor adalah pihak independen yang dianggap mampu untuk menengahi perbedaan kepentingan antara manajemen perusahaan dan para stakeholder tersebut untuk kemudian betugas melakukan audit. Sebelumnya kita perlu mengetahui tentang apa itu auditing, auditing adalah suatu proses yang sistematis, mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif sehubungan dengan asersi atas tindakan dan peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara asersiasersi tersebut dan menetapkan kriteria serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihakpihak yang berkepentingan (Hill and Irwin, 2006). Auditor dalam memberikan opini audit going concern memiliki beberapa pertimbangan atas kondisi dan peristiwa yang bisa memunculkan opini audit going concern kepada suatu entitas, diantaranya: (a) tren negatif antara lain kerugian operasi yang berulang kali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio keuangan penting yang jelek; (b) petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan misalnya penolakan oleh
pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, penunggakan pembayaran deviden, restrukturisasi utang; (c) masalah intern sebagai contoh pemogokan kerja atau kesulitan perburuhan yang lain, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis; (d) masalah luar yang terjadi, diantaranya adalah kehilangan franchise, kehilangan pelanggan atau pemasok lainnya, pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang. (SPAP, 2011). Berdasarkan kondisi dan peristiwa di atas, seorang auditor harus berhati-hati jika akan memberikan opini audit going concern terhadap klien. Reputasi seorang auditor pada kantor akuntan publik dipertaruhkan ketika auditor memberikan opini pada kondisi keuangan yang sesungguhnya. Auditor harus bertanggungjawab pada profesinya sehingga pendapat yang disampaikan auditor objektif dan memiliki integritas yang kuat. Auditor harus berani dalam mengungkapkan permasalahan kelangsungan hidup perusahaan klien. Auditor yang berskala besar dapat menyediakan laporan audit yang berkualitas daripada auditor yang berskala kecil, termasuk dalam pengungkapan opini audit going concern. Reputasi seorang auditor biasanya diproksikan dengan seorang auditor yang bekerja pada KAP yang berafiliasi dengan KAP Big Four. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Januarti dan Ella (2008) menguji kualitas antara KAP Big Four dan KAP non-Big Four hasilnya menunjukkan bahwa tingkat kesalahan tipe I dan tipe II yang dihasilkan oleh KAP Big Four lebih rendah daripada KAP nonBig Four. Dalam kenyataannya suatu entitas yang menggunakan KAP dalam skala besar lebih banyak menerima opini going concern. Karena KAP yang berskala besar akan lebih teliti dalam melaksanakan prosedur audit terhadap kliennya,karena hal itu terkait dengan reputasi auditor tersebut beserta nama baik KAP tempat auditor tersebut bekerja. Hasil analisis penulis dari peneliti-peneliti sebelumnya adalah ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif, yakni apabila ukuran perusahaan besar maka kecenderungan
421
Fitria Octari Hidayanti / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)
pemberian opini audit going concern oleh auditor akan kecil karena perusahaan yang besar semakin besar pula pengendalian internalnya, hal itu akan memperkecil resiko perusahaan untuk terindikasi bangkrut karena dengan sendirinya perusahaan akan memperbaiki kondisi perekonomiannya. Di sisi lain, ukuran perusahaan yang besar dan kompleks akan semakin besar pula resiko manipulasi, kecurangan yang timbul didalamnya maka akan semakin besar pula peluang pemberian opini audit going concern dari auditor, sehingga dari asumsi ini akan menimbulkan hubungan positif antara ukuran perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern. Maka dari itu peneliti tertarik untuk menguji kembali hubungan antara ukuran perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern. Selain reputasi auditor dan ukuran perusahaan, peneliti juga ingin meneliti hubungan antara opini audit tahun sebelumnya terhadap pemberian opini audit going concern. Apabila pada tahun sebelumnya auditor memberikan opini audit going concern kepada auditee maka kemungkinan pada tahun berikutnya juga akan memberikan kembali opini audit going concern. Karena apabila auditor pada tahun sebelumnya memberi opini audit going concern kepada auditee maka akan menurunkan nilai perusahaan (auditee) di mata kreditur, investor dan pasar sehingga kalau tidak dinyatakan bangkrut atau tidak beroperasi lagi maka auditor akan memberikan kembali opini audit going concern. Beberapa peneliti terdahulu telah meneliti mengenai reputasi auditor, ukuran perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya. Atas dasar tidak konsistennya hasil temuan beberapa peneliti sebelumnya serta ingin menguji sekali lagi reputasi auditor, ukuran perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya dalam memprediksi pemberian opini audit going concern maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kembali mengenai reputasi auditor, ukuran perusahaan, dan opini audit tahun sebelumnya dalam memprediksi diberinya opini audit going concern.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Teoritis Reputasi auditor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemberian opini audit going concern, yaitu auditor dengan reputasi yang lebih baik akan cenderung memberikan opini audit going concern apabila perusahaan (auditee) memiliki masalah yang berkaitan dengan kelangsungan usahanya karena auditor yang bereputasi tinggi (auditor yang bergabung dengan KAP yang berafiliasi dengan KAP Big Four) tentunya akan lebih independen daripada auditor yang memiliki reputasi rendah. Sehingga auditor yang mempunyai reputasi lebih baik akan lebih berpeluang memberikan opini audit going concern dalam laporan audit auditee. Hubungan antara Reputasi Auditor dan Pemberian Opini Audit Going Concern dapat dihipotesiskan sebagai berikut: H1 : Reputasi Auditor berpengaruh Positif terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern. Ukuran perusahaan yang besar dilihat dari total aset, total penjualan dan nilai pasar saham akan berpengaruh negatif terhadap pemberian opini audit going concern, karena perusahaan yang berukuran besar akan mampu mengatasi masalah keuangan yang besar serta memiliki pengendalian internal yang sangat bagus dan kompleks sehingga kecenderungan penerimaan opini audit going concern akan sangat kecil. Pemikiran tersebut diperkuat oleh hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Alichia (2013) yang menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap opini audit going concern, artinya semakin besar perusahaan maka akan semakin kecil perusahaan akan mendapatkan opini going concern. Mutchler (1985) dalam Alichia (2013)
422
Fitria Octari Hidayanti / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)
menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going concern terhadap perusahaan kecil, karena auditor percaya bahwa perusahaan yang besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan kecil. Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari kreditur pun akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki kesempatan yang lebih besar pula untuk bertahan dalam industri. Di sisi lain, perusahaan yang memiliki skala kecil lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Oleh karena itu, memungkinkan perusahaan besar tingkat leveragenya akan lebih besar daripada perusahaan yang berukuran kecil (Wikipedia, 2013). Hubungan antara ukuran perusahaan dengan pemberian opini audit going concern dapat dihipotesiskan sebagai berikut: H2 : Ukuran Perusahaan berpengaruh Negatif terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern Opini audit tahun sebelumnya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemberian opini audit going concern, yaitu apabila pada laporan audit tahun sebelumnya auditor memberikan opini audit going concern maka besar kemungkinan di tahun berikutnya akan berpeluang untuk memberi kembali opini audit going concern. Hal tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Muthahiroh (2013) telah menunjukkan hasil yang signifikan positif bahwa opini audit tahun sebelumnya yang diberikan auditor kepada auditee akan berpeluang atas pemberian opini audit going concern dari auditor kepada auditee pada tahun berikutnya. Pemberian opini audit going concern pada tahun sebelumnya menjadikan perusahaan kehilangan kepercayaan atas kelangsungan usahanya, dikarenakan harga saham mengalami penurunan, dalam meningkatkan pinjaman modal akan mengalami kesulitan sehingga kepercayaan publik akan hilang (Solikhah, 2007). Sehingga pada tahun selanjutnya tidak dapat
dipungkiri kalau tidak perusahaan mengalami kebangkrutan maka auditor akan memberikan opini audit going concern kembali. Atas dasar pemahaman diatas maka dapat disimpulkan jika opini audit tahun sebelumnya merupakan opini audit going concern maka besar kemungkinan bahwa akan auditor akan memberikan kembali opini audit going concern pada tahun selanjutnya. Hubungan antara opini audit tahun sebelumnya dengan pemberian opini audit going concern dapat dihipotesiskan sebagai berikut: H3 : Opini Audit Tahun Sebelumnya berpengaruh Positif Terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern. METODE Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang listing di BEI dari tahun 2010 sampai 2013. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling Pertimbangan tertentu yang digunakan sebagai pengambilan sampel penelitian ini antara lain: (1) Perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010 sampai 2013; (2) Menerbitkan laporan keuangan periode 2010 sampai dengan 2012; (3) Terdapat laporan auditor independen atas laporan keuangan perusahaan. Berdasarkan teknik pengambilan sampel diatas maka diperoleh 58 perusahaan manufaktur sebagai sampel penelitian. Variabel Penelitian Variabel Dependen Opini Audit Going Concern Opini audit going concern dalam penelitian ini merupakan variable dependen. Opini audit going concern adalah opini audit selain opini audit wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion). Variabel opini audit going concern diukur dengan menggunakan variabel dummy (variabel boneka) yaitu dengan cara memberi kode 1 pada perusahaan yang mendapat opini audit going concern (GCAO) dan kode 0 pada perusahaan yang tidak mendapat opini
423
Fitria Octari Hidayanti / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)
audit going concern atau biasa dikenal non-going concern (NGCAO). Variabel Independen Reputasi Auditor Reputasi auditor adalah pandangan atas nama baik, prestasi dan kepercayaan publik yang disandang auditor dan KAP dimana auditor bekerja. Penilaian reputasi auditor menggunakan proksi KAP yang berafiliasi dengan KAP Big Four. Variabel reputasi auditor diukur dengan menggunakan variabel dummy, dimana KAP yang mengaudit laporan keuangan perusahaan dinilai berdasarkan reputasi KAP tersebut, apabila KAP termasuk KAP yang berafiliasi dengan KAP Big Four atau tergolong baik diberi kode 1, sedangkan apabila KAP tidak berafiliasi dengan KAP Big Four atau tergolong kurang diberi kode 0. Ukuran Perusahaan Total aset digunakan sebagai proksi dalam mengukur ukuran perusahaan, dikarenakan diantara proksi lainya seperti total penjualan dan nilai kapitalisasi pasar, total aset dianggap lebih stabil jumlahya. Untuk mengukur variabel ini menggunakan logaritma dari total aset. Alasan penggunaan logaritma dalam pengukuran total aset karena ukuran perusahaan yang dilihat dari total asetnya dinyatakan dalam jutaan rupiah sehingga membuat digit data, nilai dan sebarannya terlalu besar dari variabel lainnya sehingga dapat menyebabkan fluktuasi data yang berlebihan atau dengan kata lain untuk memperhalus data dalam pengolahan data terkait total aset perusahaan sebagai ukuran dalam menentukan variabel ukuran perusahaan. Opini Audit Tahun Sebelumnya Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diberikan oleh auditor kepada auditee pada tahun sebelum atau 1 tahun sebelum tahun penelitian. Mutchler (1985) dalam Solikhah (2007) menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap prediksi opini going concern, menggunakan discriminant analysis dengan memasukkan tipe opini audit tahun
sebelumnya sebagai akurasi prediksi. Opini audit tahun sebelumnya memiliki akurasi prediksi paling tinggi sebesar 89,9% dibanding model yang lain. Variabel opini audit tahun sebelumnya khususnya opini audit selain opini audit wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion). Pada penelitian ini merupakan variabel opini audit tahun sebelumnya merupakan variabel dummy sehingga pengukurannya dengan memberikan kode 1 pada perusahaan yang pada tahun sebelumnya menerima opini audit going concern (GCAO) dan memberi kode 0 pada perusahaan yang non going concern (NGCAO) pada laporan auditan tahun sebelumnya. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Dokumentasi dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan auditan perusahaan manufaktur tahun 2010 sampai dengan 2012 yang terbit antara tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah dan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial dengan analisis regresi logistik. Analisis deskriptif penelitian ini digunakan untuk menggambarkan reputasi auditor, dimana reputasi auditor yang berafiliasi dengan Big-4 dan reputasi auditor Non Big-4 dikategorikan reputasi auditor Big 4 adalah auditor yang bekerja pada KAP yang berafiliasi dengan KAP Big-4 sedangkan reputasi auditor Non Big-4 adalah auditor yang bekerja pada KAP Non Big-4. Analisis deskriptif juga digunakan untuk menggambarkan variabel ukuran perusahaan yang diukur menggunakan logaritma dari total aset perusahaan. Serta menggambarkan variabel opini audit tahun sebelumnya dengan melihat apakah pada tahun sebelumnya mendapat opini going concern atau non going concern. Analisis statistik inferensial digunakan untuk pengujian hipotesis yang dilakukan, dalam penelitian ini pengujian hipotesis menggunakan
424
Fitria Octari Hidayanti / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)
analisis multivariate dengan regresi logistik (logistic regression). Alasan penggunaan analisis regresi logistik (logistic regression) dalam penelitian ini adalah karena variabel dependennya bersifat dikotomi (opini audit going concern dan bukan opini audit going concern). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif menunjukkan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 dan tahun 2012 hanya 12,1 % dari 100 % diberi opini audit going concern sedangkan sisanya 87,9 % perusahaan tidak diberi opini audit going concern oleh auditornya Prosentase reputasi auditior yang mengaudit perusahaan di Indonesia ada 52,6% auditor berasal dari KAP Big-4 dan sisanya 47,4 % berasal dari KAP non Big-4. Dari diskripsi Tabel 1 Estimasi Parameter dan Interpretasinya Variables in the Equation B REPUT -1,965 SIZE -0,246 Step 1a OTS 5,591 Constant -0,946
tersebut dapat disimpulkan bahwa, perusahaan manufaktur go public selama tahun 2011-2012 cenderung menggunakan auditor yang berasal dari KAP Big-4 untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan mereka. Variabel ukuran perusahaan yang dihitung dari logaritma total aset diperoleh nilai minimum 10,21 yaitu senilai dengan Rp. 16.074.263.630 yang dimiliki oleh PT. Karwell Indonesia Tbk tahun 2011. Sedangkan untuk nilai maksimal 14,26 yaitu senilai dengan Rp. 182.274.000.000.000 yang dimiliki oleh PT. Astra Internasional Tbk tahun 2012. Serta diperoleh nilai rata-rata diperoleh 12,2211 senilai dengan Rp. 8.859.136.994.395. Sedangkan untuk variabel opini audit tahun sebelumnya bahwa ada 99 unit analisis atau 85,3 % yang tidak menerima opini audit going concern untuk tahun sebelumnya, sedangkan sisanya ada 17 unit analisis atau 14,7 % menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya.
S.E. 1,172 0,761 1,247 9,154
Variabel reputasi auditor pada hasil penelitian memiliki koefisien negatif yang menunjukkan hubungan yang tidak searah dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian opini audit going concern. Hasil penelitian auditor yang memiliki reputasi baik atau kurang belum tentu memberikan opini audit going concern kepada auditee. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), 2011, seksi 341 PSA No.30 paragraf 02 menyebutkan bahwa auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu yang pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit.
Wald 2,813 0,104 20,109 0,011
df 1 1 1 1
Sig. 0,094 0,747 0,000 0,918
Exp(B) 0,140 0,782 268,015 0,388
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Noormalasari (2012) dan Muthahiroh (2013) yang tidak menemukan pengaruh antara reputasi auditor dengan peluang pemberian opini audit going concern kepada auditee. Noormalasari (2012) menyatakan, ketika sebuah KAP yang mengklaim dirinya sebagai KAP besar seperti yang dilakukan oleh big four firms, maka mereka akan berusaha keras untuk menjaga nama besar tersebut, mereka akan menghindari tindakan-tindakan yang akan mengganggu nama besar mereka. Hasil penelitian tersebut mendukung hasil penelitian ini, karena dilihat dari kenyataan dalam proses pengambilan data rata-rata pemberian opini audit oleh auditor yang memiliki reputasi Big-4, selalu wajar tanpa pengecualian. Hal ini dikarenakan
425
Fitria Octari Hidayanti / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)
auditor yang berasal dari KAP yang memiliki reputasi Big-4 lebih menjaga nama baik KAP dimana dia bekerja sehingga tidak jarang auditor akan bersikap tidak objektif dan tidak independen. Menurut Mulyadi (2002) keadaan yang sering kali mengganggu sikap mental independen auditor adalah sebagai berikut: 1. Sebagai seseorang yang melaksanakan audit secara independen, auditor dibayar oleh kliennya atas jasanya tersebut. 2. Sebagai penjual jasa seringkali auditor mempunyai kecenderungan untuk memuaskan keinginan kliennya. 3. Mempertahankan sikap mental independen seringkali dapat menyebabkan auditor akan kehilangan kliennya. Opini auditor sangat dibutuhkan oleh klien dan pihak berkepentingan khususnya investor yang akan menanamkan modalnya pada perusahaan, pemberian opini audit yang tidak tepat akan berdampak pada keputusan investor dalam menanamkan modalnya. Auditor seharusnya tidak menguntungkan salah satu pihak saja, karena auditor dijadikan mediator antara manajemen perusahaan dan pihak berkepentingan (stakeholder). Sebagai mediator baik auditor meskipun ia bekerja pada KAP yang berafiliasi dengan big four ataupun non-big four tidak akan mempengaruhi pemberian opini audit going concern. Variabel ukuran perusahaan (SIZE) pada Tabel 4.9 memiliki nilai signifikansi 0,747 yang berarti H2 ditolak, karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Jadi ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. Variabel ukuran perusahaan menunjukkan nilai koefisien sebesar -0,246 yang memiliki arti bahwa satu persen kenaikan ukuran perusahaan akan menurunkan peluang auditor dalam memberikan opini audit going concern dengan nilai eksponensial 0,782. Fany dan Sylvia (2005) menyatakan ketika sebuah Kantor Akuntan Publik sudah memiliki reputasi yang baik, maka ia akan berusaha mempertahankan reputasinya itu dan menghindarkan diri dari hal-hal yang bisa merusak reputasinya tersebut,sehingga mereka akan selalu bersikap objektif terhadap
pekerjaannya, apabila memang perusahaan tersebut mengalami kerugian akan kelangsungan hidupnya maka opini yang akan diberikan oleh seorang auditor adalah opini audit going concern, tanpa memandang perusahaan tersebut besar atau tidak. Auditor akan lebih berhati-hati dalam memberikan opininya terutama yang berkaitan dengan keberlangsungan usaha perusahaan (Auditee). Manajemen perusahaan saat ini sudah banyak perusahaan yang mengenal konsep pengendalian internal. Sistem pengendalian internal yang handal dapat mencegah timbulnya kerugian karena penggunaan sumber daya yang boros, keputusan manajemen yang tidak akurat (Krismiaji, 2005). Hal tersebut yang merupakan salah satu penyebab auditor yang mengaudit perusahaan (auditee) sekarang ini jarang memberikan opini audit going concern, karena baik perusahaan kecil ataupun besar saat ini sudah mengenal juga menerapkan sistem pengendalian internal guna mengurangi resiko kebangkrutan usahanya. Jadi, baik perusahaan kecil ataupun perusahaan besar tidak ada pengaruhnya dalam pemberian opini audit going concern. Berdasarkan hasil analisis dengan logistic regression , menunjukkan bahwa variabel opini audit tahun sebelumnya ditemukan bukti empiris bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh secara positif dan signifikan pada nilai 0,000 yang berarti H3 diterima, karena nilai signifikansi lebih kecil dari nilai (α) 0,05 dengan nilai koefisien positif 5,591, angka ini berarti bahwa log of odds auditor dalam memberikan opini audit going concern searah dengan opini audit tahun sebelumnya. Apabila dalam opini tahun sebelumnya auditor memberikan opini audit going concern, maka auditor akan berpeluang untuk memberikan kembali opini audit going concern pada tahun selanjutnya kepada auditee. Temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa dalam memberikan opininya auditor sangat memperhatikan hasil opini audit tahun sebelumnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muthahiroh (2013), Alichia (2013) dan Zulfikar (2013).
426
Fitria Octari Hidayanti / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik menunjukkan hasil bahwa variabel reputasi auditor tidak dapat memprediksi peluang pemberian opini audit going concern, berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik menunjukkan hasil bahwa variabel ukuran perusahaan tidak dapat memprediksi peluang pemberian opini audit going concern, berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik menunjukkan hasil bahwa variabel opini audit tahun sebelumnya masih bias digunakan untuk memprediksi peluang pemberian opini audit going concern pada tahun berikutnya. Bagi Peneliti selanjutnya sebaiknya memperpanjang waktu penelitian (lebih dari 2 tahun pengamatan). Melihat hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa reputasi auditor yang diukur dari ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern, maka diharapkan peneliti selanjutnya untuk menggunakan proksi lain untuk mengukur reputasi auditor seperti lamanya bekerja auditor sebagai akuntan publik.
Alichia, Yashinta Putri. 2013. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going Concern”. Jurnal Akuntansi. Padang:Universitas Negeri Padang. Bursa Efek Indonesia. 2013. Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur Periode 2010 sampai dengan 2012. http://www.idx.co.id. (5 Februari.2014). Eko, Budi Setyarno dan Indira Januati. 2006. “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern”. Simposium Nasional Akuntansi VI Surabaya.pp 1221-1233. Fany, Margaretta dan Sylvia Saputra. 2005. “Opini Audit Going Concern : Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan dan Reputasi KAP (Studi pada Emiten Bursa Efek Jakarta)”. SNA VIII. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Semarang:Badan Penerbit Diponegoro. Hill, McGraw Dan Irwin. 2006. Auditing & Assurance Services A System Approach. Jakarta:Salemba Empat. Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:Salemba Empat. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:Salemba Empat. Januarti, Indira, dan Ella Fitrianasari. 2008. “Analisis Rasio Keuangan dan Rasio Non Keuangan yang mempengaruhi Auditor dalam memberikan Opini Going Concern Pada Auditee (Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 20002005)”. Jurnal Akuntansi. UNDIP. Vol. 8 No.1:43-58 Jensen, M. Dan Meckling, W. 1976. “Theory Of The Firm, Managerial Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics. Vol.3 No.4. Junaidi dan Jogiyanto Hartono. 2010.” Faktor Non Keuangan pada Opini Audit Going Concern”. SNA XIII. Kantor Akuntan Publik Big Four di Indonesia. http://www.wikipedia.com.(15 Februari 2014). Krismiaji. 2005. Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta:STIE YKPN.
UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga artikel ini dapat terselesaikan. Artikel ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana. Penulisan artikel dapat terselesaikan berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu ucapan terima kasih untuk Alm, Papah, Mamah, Dek Uti serta keluarga saya yang selalu memberikan doa, Dosen wali bapak Drs. Asrori M.S dan segenap Dosen Fakultas Ekonomi yang selalu memberikan arahan selama menempuh ilmu dan seluruh teman-teman seperjuangan Akuntansi 2010.
427
Fitria Octari Hidayanti / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014) Mulyadi. 2002. Auditing. Buku 1. Yogyakarta:Salemba Empat. Muthahiroh. 2013. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Opini Going Concern Oleh Auditor Pada Auditee”. Skripsi. Semarang:Universitas Diponegoro. Noormalasari, Indah. 2012. “ Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan, Ukuran Perusahaan dan Reputasi Auditor terhadap Hasil Opini Audit Going Concern”. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Ramadhany, Alexander. 2004. “Analisis FaktorFaktor yang mempengaruhi Penerimaan Opini audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur yang mengalami Financial Distress di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Akuntansi .Vol 4.Universitas Diponegoro. Sari, Mardhiyah Ria. 2011. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Auditor Dalam
Memberikan Opini Going Concern”. Skripsi. Semarang:Universitas Diponegoro. Setiawan, Santy. 2006. “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini audit Going Concern”. Jurnal Akuntansi.Vol V No.1. Solikhah, Badingatus. 2007. “Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going Concern”. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Wedari, Linda Kesumaning dan Arga Fajar Sentosa. 2007. “Analisis Faktor yang mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern”. JAAI .Vol.11 No.2. Zulfikar, Muslim. 2013. “Pengaruh Faktor Non Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern”. Skripsi. Semarang:Universitas Diponegoro.
428