13
3 EKSPLORASI Chili veinal mottle virus ISOLAT LEMAH DARI PERTANAMAN CABAI (Exploration of Weak Isolates of Chili veinal mottle virus from Chili Pepper) Abstrak Salah satu virus utama yang menginfeksi tanaman cabai adalah Chili veinal mottle virus (ChiVMV) yang potensial menyebabkan kehilangan hasil. Strategi pengendalian virus melalui proteksi silang mengandalkan kemampuan virus strain lemah untuk melindungi tanaman dari infeksi virus strain kuat. Penelitian dilakukan untuk mengeksplorasi ChiVMV isolat lemah dari pertanaman cabai di provinsi Jambi, Sumatera Barat, dan Jawa Barat. Isolat-isolat ChiVMV yang diperoleh berhasil ditularkan dan diperbanyak pada tanaman cabai (Capsicum annuum L.) di rumah kaca. Berdasarkan gejala penyakit isolat ChiVMV dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu isolat lemah (KAR, SPR, EAK, SKT, LGM, SKR, CSR, PGL, KRS, KMT, KRD, STG, KLT, SLO, BTL, dan WTE), isolat sedang (CGN dan NSI) , dan isolat kuat (CKW, CKB, dan BLG). Isolatisolat lemah ChiVMV selanjutnya dapat digunakan sebagai kandidat agens proteksi silang dalam pengendalian penyakit belang yang disebabkan oleh ChiVMV. Kata kunci : Chili veinal mottle virus, isolat lemah, tanaman cabai
Abstract Chili veinal mottle virus (ChiVMV) is known as an important virus infecting chili pepper and may cause significant yield loss. Management strategy of virus diseases using cross protection relies on the ability of mild strain of virus to protect plant from infection by severe strain of the same virus. Initial exploration was conducted in several chili pepper growing areas in West Sumatera, Jambi, and West Java to obtain mild isolates of ChiVMV. Field isolates of ChiVMV were propagated in chili pepper (Capsicum annuum L.) in the screenhouse. Based on symptom development ChiVMV isolates can be differentiated into 3 groups, i.e. weak isolates (KAR, SPR, EAK, SKT, LGM, SKR, CSR, PGL, KRS, KMT, KRD, STG, KLT, SLO, BTL, and WTE), mild isolates (CGN and NSI), severe isolates (CKW, CKB, and BLG). Further characterization of promising ChiVMV isolates is required to confirm the potency of virus isolates to be used in cross protection strategy to suppress disease incidence. Keywords : chili pepper, Chili veinal mottle virus, weak isolate
14
Pendahuluan Penyakit yang disebabkan oleh Chili veinal mottle virus (ChiVMV) diketahui hanya menyebar di wilayah tertentu saja. Distribusi geografi ChiVMV mencakup Indonesia, Malaysia, Papua New Guinea, Korea, Filipina, Taiwan, Thailand, Australia (Nono-Wondim et al. 2001), Afrika Timur (Moury et al. 2005), China (Wang et al. 2006), Pakistan (Shah et al. 2009). Ledakan penyakit yang disebabkan oleh ChiVMV pada pertanaman cabai terjadi di China selama tahun 2003 sampai 2004 (Wang et al. 2006). Infeksi ChiVMV dapat menurunkan kualitas buah, dan menyebabkan kehilangan hasil mencapai 50% di Pakistan (Shah et al. 2011), dan Malaysia (Ong et al. 1980). Tanaman cabai yang terinfeksi ChiVMV menunjukkan gejala tunggal atau kombinasi (Ong et al. 1979) yaitu belang hijau tua, penebalan tulang daun, malformasi daun, dan daun menjadi kecil (Ong et al. 1979; Siriwong et al. 1995; Weeraratne dan Yapa 2002). Berbagai isolat ChiVMV yang diinokulasikan ke C.annuum dapat menimbulkan gejala yang berbeda-beda, mulai dari gejala ringan (belang ringan, tidak terjadi malformasi daun atau malformasi daun ringan) sampai gejala berat (belang berat, malformasi daun) (Opriana 2009). Pengendalian ChiVMV melalui pengendalian serangga vektor dinilai tidak efektif. Hal tersebut berkaitan dengan sifat retensi virus (lamanya vektor dapat menularkan virus) dan waktu untuk akuisisi dan inokulasi virus. ChiVMV tergolong bersifat non persisten (keberadaan virus hanya terbatas pada stilet serangga) sehingga virus dapat diakuisisi dan ditularkan dalam waktu singkat yaitu beberapa detik, dan kemampuan vektor menularkan virus berlangsung selama beberapa menit (Shah et al. 2008). Pengendalian melalui perakitan varietas tahan mengalami kendala karena terbatasnya sumber ketahanan terhadap ChiVMV (Rashid et al. 2007). Salah satu strategi pengendalian yang belum banyak dievaluasi adalah melalui pendekatan proteksi silang (cross protection). Proteksi silang adalah strategi untuk melindungi tanaman dengan memanfaatkan virus strain lemah untuk mencegah infeksi virus strain kuat pada virus yang sekerabat (Bonilha et al. 2009). Virus strain lemah tidak menimbulkan gejala atau menimbulkan gejala sangat lemah pada tanaman sepanjang musim tanam, virus strain lemah tidak berbahaya terhadap ekosistem seperti tanaman, serangga, dan mamalia, serta tidak menyebabkan polusi terhadap lingkungan dan efektif untuk lingkungan pertanian berkelanjutan. Jika virus strain lemah aman pada segala kondisi maka virus strain lemah dapat digunakan untuk skala luas (Tsuda 2005). Proteksi silang merupakan salah satu komponen pengendalian penyakit terpadu dan dapat dikombinasikan dengan teknik pengendalian yang lain. Proteksi silang telah dilakukan untuk mengendalikan beberapa penyakit penting seperti penyakit-penyakit yang disebabkan oleh PRSV (Bonilha et al. 2009), Tobacco mosaic virus (TMV) (Lu et al. 1998), Citrus tristeza virus (CTV) (Costa dan Muller 1980), Cacao swollen shoot virus (CSSV) (Ollennu dan Owusu 2003), dan Zucchini yellow mosaic virus (ZYMV) (Kosaka et al. 2006). Dilaporkan bahwa proteksi silang telah dilakukan lebih dari 10 tahun dan memberikan hasil yang memuaskan untuk menekan infeksi ZYMV pada melon (Bonilha et al. 2009). Proteksi silang belum pernah dilaporkan pada kasus ChiVMV.
15
Upaya menerapkan proteksi silang untuk mengendalikan ChiVMV diawali dengan kegiatan eksplorasi ChiVMV isolat lemah dari pertanaman cabai. Adanya informasi tentang ChiVMV isolat lemah dapat bermanfaat dalam pemilihan ChiVMV isolat lemah yang akan digunakan untuk proteksi silang. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah mendapatkan ChiVMV isolat lemah melalui eksplorasi pada pertanaman cabai. Bahan dan Metode Penelitian dilakukan di beberapa daerah pertanaman cabai, Laboratorium Virologi Tumbuhan dan Rumah Kaca, Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor, Bogor dari bulan Februari sampai Juli 2011. Pengumpulan Sampel dari Pertanaman Cabai Daun sampel tanaman cabai diambil dari beberapa pertanaman di daerah Jambi, Sumatera Barat, dan Jawa Barat selama musim tanam. Daun cabai yang diambil ialah daun yang menunjukkan gejala belang ringan atau daun yang tidak bergejala dari tanaman yang berada di sekitar tanaman bergejala belang berat. Pada penelitian ini juga digunakan isolat koleksi dari Laboratorium Virologi Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB untuk optimalisasi seleksi isolat virus. Deteksi dengan Double Antibody Sandwich Enzyme-linked Immunosorbent Assay (DAS-ELISA) Daun sampel yang diperoleh dari pertanaman cabai diberi kapas yang dibasahi akuades pada bagian tangkai daun, dimasukkan kedalam plastik polythene lalu disimpan dalam kotak pendingin sebelum dibawa ke laboratorium. Sampel tersebut selanjutnya diuji dengan metode DAS-ELISA menggunakan tiga jenis antiserum secara terpisah, yaitu antiserum ChiVMV, CMV, dan TMV. Metode DAS-ELISA dilakukan mengikuti Clark dan Adam (1977). Pertama-tama antiserum dilarutkan dalam coating buffer (1.59 g sodium carbonate, 2.93 sodium bicarbonate, 0.2 g sodium azide dilarutkan dalam 1000 ml H2O, pH 9.6) dan dimasukkan kedalam tiap sumuran plat mikrotiter sebanyak 100 μl, kemudian diinkubasi pada 37 oC selama 2 jam sampai 4 jam. Plat dicuci dengan phosphate buffer saline tween-20 (PBST) ( 8 g NaCl, 0.2 g KH2PO4, 1.15 g Na2HPO4, 0.2 g KCl, 0.2g NaN3, 0.5 ml Tween 20, pH 7.4) sebanyak 2 sampai 3 kali. Daun tanaman yang akan diuji digerus dalam sample extraction buffer (2 g polyvinyl pyrrolidone yang dilarutkan dalam 100 ml PBST, pH 7.4) dengan perbandingan 1:5 (b:v). Sap tanaman diambil 100 μl dimasukkan ke dalam sumuran platmikrotiter, selanjutnya platmiktotiter diinkubasi semalam pada suhu 4 oC. Platmikrotiter dicuci 3 sampai 4 kali dengan PBST. Enzim konjugat dilarutkan dalam conjugate buffer ( 2 g polyvinyl pyrrolidone, 0.2 g egg albumin, dilarutkan dalam 100 ml PBST) dimasukkan 100 μl ke dalam tiap sumuran platmikrotiter, diinkubasi selama 2 jam pada suhu 37 oC, kemudian dibilas 3 sampai 4 kali dengan PBST. Sebanyak 10 mg (2 tablet) p-nitrophenyl-phosphte (PNP) dilarutkan dalam 10 ml substrate buffer (97 ml diethanolamine, 600 ml H2O, 0.2 g sodium azide, dilarutkan dalam 1000 ml H2O, pH 9.8) dan dimasukkan sebanyak 100 μl kedalam sumuran platmikrotiter dan diinkubasi
16
pada suhu ruang, sambil diamati terjadinya perubahan warna menjadi kuning pada sumuran platmikrotiter. Nilai absorbansi secara kuantitatif dibaca dengan spektrofotometer Microplate reader BIO-RAD Model 550 pada panjang gelombang 405 nm. Reaksi dihentikan dengan penambahan 3 M NaOH sebanyak 50 μl tiap sumuran. Penularan ChiVMV ke Tanaman Cabai Berdasarkan hasil DAS-ELISA dilakukan seleksi untuk tahapan penelitian selanjutnya. Sampel yang dipilih adalah sampel yang positif terinfeksi hanya oleh ChiVMV dengan titer DAS-ELISA tertinggi atau terendah dari setiap daerah pengambilan sampel. Sampel daun tersebut digunakan untuk inokulasi ke tanaman cabai (C. annuum) genotipe IPB C13 dengan metode inokulasi mekanis menggunakan cairan perasan tanaman sakit (sap). Berdasarkan hasil penelitian Opriana (2009) genotipe IPB C13 sangat rentan terhadap ChiVMV. Sap dibuat dengan cara daun tanaman cabai digerus yang sebelumnya ditambah larutan penyangga fosfat (0.01 M, pH 7) dengan perbandingan 1:5 (b/v). Tanaman cabai yang akan diinokulasi ditaburi carborundum 600 mesh pada permukaan atas daun yang berguna untuk membuat pelukaan kecil tanpa mematikan sel daun yang akan diinokulasi ChiVMV. Sap dioleskan pada permukaan daun tanaman cabai menggunakan kapas steril. Inokulasi dilakukan pada dua helai daun bagian atas (daun termuda yang telah membuka penuh), kemudian daun tanaman disiram dengan air mengalir untuk membersihkan sisa carborundum yang masih melekat (Green 1991). Tanaman dipelihara dan ditempatkan dalam rumah kaca kedap serangga. Seleksi Isolat ChiVMV Pengamatan terhadap tanaman cabai yang sudah diinokulasi ChiVMV dilakukan setiap hari selama empat minggu setelah inokulasi mencakup pengamatan gejala, masa inkubasi, dan kejadian penyakit. Infeksi ChiVMV dideteksi dengan metode DAS-ELISA (seperti diuraikan sebelumnya). Kejadian penyakit dihitung dengan rumus : Jumlah tanaman terinfeksi Kejadian penyakit = ------------------------------------- x 100 % Jumlah tanaman di inokulasi Pengelompokan isolat ChiVMV didasarkan pada gejala yaitu isolat lemah (tidak ada gejala, belang ringan), isolat sedang (gejala belang sedang, malformasi), dan isolat kuat (gejala belang berat, malformasi, ujung daun meruncing, tanaman kerdil).
Hasil dan Pembahasan Eksplorasi dan Deteksi Virus dengan DAS-ELISA Adanya infeksi ChiVMV pada tanaman cabai di lapangan dapat diketahui berdasarkan gejala yang khas yaitu belang hijau tua, malformasi daun, daun menjadi kecil. Gejala infeksi ChiVMV yang sama dilaporkan oleh Weeraratne
17
dan Yapa (2002) di Sri Lanka dan Shah et al.(2009) di Pakistan yaitu belang, malformasi, daun menjadi kecil. Hasil pengamatan di lapangan di sekitar tanaman yang menunjukkan gejala belang berat ditemukan juga tanaman yang tidak bergejala dan kelihatan sehat serta tidak mengalami penghambatan pertumbuhan. Pada beberapa areal pertanaman cabai dapat dijumpai tanaman yang menunjukkan gejala belang ringan tetapi tidak mengalami penghambatan pertumbuhan. Sebanyak 223 sampel diperoleh dari pertanaman cabai dari 13 lokasi pengamatan. Sampel daun cabai terdiri atas daun yang menunjukkan gejala belang ringan dan daun yang tidak menunjukkan gejala. Semua sampel dari lapangan dideteksi dengan DAS-ELISA menggunakan antiserum ChiVMV dan menunjukkan infeksi ChiVMV pada 31 sampel (31/223). Selanjutnya 31 sampel tersebut dideteksi dengan DAS-ELISA menggunakan antiserum CMV dan infeksi CMV hanya terdeteksi pada satu sampel (1/31). Selanjutnya 30 sampel yang terinfeksi ChiVMV tanpa CMV dideteksi dengan DAS-ELISA menggunakan antiserum TMV dan ternyata tidak ada sampel yang terinfeksi TMV (0/30) (Tabel 3.1). Tabel 3.1 Deteksi Chili veinal mottle virus pada sampel tanaman cabai tidak bergejala atau bergejala belang ringan yang dikumpulkan dari berbagai daerah pertanaman cabai Asal sampel Propinsi/Kabupaten/ Kecamatan JAMBI KERINCI Kayu Aro SUMATERA BARAT AGAM Sungai Puar IV Angkek SOLOK Lembah Gumanti TANAH DATAR Sepuluh Koto JAWA BARAT BANDUNG Cimenyan Pangalengan BANDUNG BARAT Cikalong Wetan BOGOR Cisarua Mega Mendung CIANJUR Cipanas Cugenang SUKABUMI Sukaraja JUMLAH
Jumlah sampel
Jumlah sampel yang bereaksi positif pada DAS-ELISA ChiVMV CMV * TMV *
26
2
0
0
45 6
1 5
0 1
0 0
24
1
0
0
32
1
0
0
4 9
0 6
0 0
0 0
16
10
0
0
8 11
1 0
0 0
0 0
12 2
0 1
0 0
0 0
28 223
3 31
0 1
0 0
*Sampel tanaman cabai yang memberikan reaksi positif terhadap ChiVMV kemudian di lanjutkan dengan DAS-ELISA terhadap CMV dan TMV.
18
Metode DAS-ELISA terbukti dapat digunakan untuk kegiatan eksplorasi isolat lemah karena mampu mendeteksi infeksi virus walaupun gejala penyakit sangat lemah atau bahkan tidak tampak. Metode ELISA telah banyak digunakan untuk mendeteksi berbagai virus tanaman karena sangat sensitif (Clark dan Adam 1977), dan dapat mendeteksi infeksi virus yang tidak menimbulkan gejala (Kositratana et al. 1991). Dilaporkan oleh Kosaka et al. (2006) bahwa ZYMV strain lemah (ZYMV-2002) menimbulkan gejala sangat lemah atau tidak bergejala pada tanaman, tetapi setelah dikonfirmasi dengan DAS-ELISA menunjukkan hasil yang positif. Metode ELISA menjadi salah satu teknik serologi yang populer karena selain sensitif juga mudah dilakukan, akurat, simpel dan tidak memerlukan biaya tinggi (Clark dan Adam 1977). Kadar virus pada tanaman yang terinfeksi ditunjukkan oleh nilai optical density (OD) pada 405 nm. Semakin tinggi nilai OD semakin tinggi pula kadar virus dalam jaringan tanaman (Pacheco et al. 2003). Sebanyak 15 isolat ChiVMV dengan nilai OD tertinggi atau terendah yaitu isolat KAR 1, KAR 2, SPR, EAK 1, EAK 4, SKT, LGM, SKR 1, SKR 2, CGN, CSR, CKW 7, CKW 9, PGL 2, PGL 5 (Lampiran 1) dipilih untuk disertakan dalam pengujian pengelompokan isolat ChiVMV. Pengelompokan Isolat ChiVMV Sebanyak 26 isolat ChiVMV yang terdiri dari 15 isolat lapangan (KAR 1, KAR 2, SPR, EAK 1, EAK 4, SKT, LGM, SKR 1, SKR 2, CGN, CSR, CKW 7, CKW 9, PGL 2, dan PGL 5) dan 11 isolat koleksi Laboratorium Virologi (CKB, KRS, KMT, KRD, STG, KLT, SLO, BTL, WTE, BLG, dan NSI) digunakan pada tahapan pengelompokan isolat ChiVMV. Inokulasi isolat-isolat ChiVMV pada cabai genotipe IPB C13 dilakukan secara mekanis dan gejala diamati selama empat minggu. Menurut Aguilar et al. (2000) waktu satu sampai empat minggu sudah cukup bagi virus untuk menginfeksi tanaman secara sistemik. Sebanyak 19 isolat tidak menunjukkan gejala sampai akhir pengamatan, sementara tujuh isolat menunjukkan gejala pada cabai IPB C13 (Tabel 3.2). Isolat ChiVMV menimbulkan infeksi sistemik dengan berbagai variasi gejala. Isolat PGL 5, CGN, dan NSI menimbulkan gejala belang sedang, dan malformasi daun. Isolat CKW 7, CKW 9, dan BLG menimbulkan gejala belang berat, malformasi, ujung daun meruncing. Isolat CKB menunjukkan gejala belang berat, malformasi, ujung daun meruncing, dan tanaman kerdil (Gambar 3.1). Gejala yang sama pada tanaman cabai yang terinfeksi ChiVMV dilaporkan oleh Weeraratne dan Yapa (2002), Siriwong et al. (1995), dan Wang et al. (2006) yaitu belang hijau tua, malformasi daun, dan daun menjadi kecil.
A
B
C
D
Gambar 3.1 Gejala infeksi Chili veinal mottle virus pada tanaman cabai genotipe IPB C13. A) tidak menunjukkan gejala, B) belang sedang, malformasi, C) belang berat dan malformasi, D) ujung daun meruncing dan lamina menyempit.
19
Tabel 3.2 Pengelompokan isolat Chili veinal mottle virus berdasarkan respon tanaman cabai IPB C13 Asal isolat (Propinsi/ Nama isolat Kabupaten atau Kota/Kecamatan JAMBI KERINCI Kayu Aro Kayu Aro SUMATERA BARAT AGAM Sungai Puar Sungai Puar IV Angkek IV Angkek SOLOK Lembah Gumanti TANAH DATAR Sepuluh Koto JAWA BARAT BANDUNG Pangalengan
Kode isolat
Masa inkubasi (hari)
KAR 1 KAR 2
NA NA
TM TM
Lemah Lemah
SPR EAK 1 EAK 4
NA NA NA
TM TM TM
Lemah Lemah Lemah
Lembah Gumanti
LGM
NA
TM
Lemah
Sepuluh Koto
SKT
NA
TM
Lemah
Pangalengan
PGL 2 PGL 5
NA 14-17
TM BS, M
Lemah Sedang
CKW 7 CKW 9 CSR CKB
5-17 4-7 NA 3-7
BB, M, U BB, M, U TM BB, M, U, K
Kuat Kuat Lemah Kuat
CGN
15-20
BS,M
Sedang
SKR 1 SKR 2
NA NA
TM TM
Lemah Lemah
Keradenan
KRD
NA
TM
Lemah
Kersana Kemukten Sitanggal
KRS KMT STG
NA NA NA
TM TM TM
Lemah Lemah Lemah
BANDUNG BARAT Cikalong Wetan Cikalong Wetan BOGOR Cisarua Cisarua Dramaga Cikabayan CIANJUR Cugenang Cugenang SUKABUMI Sukaraja Sukaraja JAWA TENGAH BLORA Grobogan BREBES Kersana
Gejala
Kelompok isolat
Larangan KLATEN Klaten Tengah Klaten KLT NA TM Lemah SOLO Solo Solo SLO NA TM Lemah DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BANTUL Bantul Bantul BTL NA TM Lemah KULON PROGO Wates Wates WTE NA TM Lemah JAWA TIMUR MALANG Ponco Kusumo Belung BLG 11-12 BB, M, U Kuat KALIMANTAN SELATAN TANAH LAUT Bati-Bati Nusa Indah NSI 13-14 BS,M Sedang NA, tanaman tidak menunjukkan gejala sampai selesai pengamatan. TM, tidak muncul; BB, belang berat; M, malformasi; U, ujung daun meruncing dan lamina menyempit; K, tanaman kerdil
20
Tabel 3.3 Akumulasi virus direpresentasikan dengan nilai OD 405 nm hasil DASELISA dari daun tanaman cabai IPB C13 pada 28 hari setelah inokulasi dengan berbagai isolat Chili veinal mottle virus Kode isolat KAR 1 KAR 2 SPR 1 EAK 1 EAK 4 LGM SKT PGL 2 PGL 5 CKW 7 CKW 9 CSR CKB CGN SKR 1 SKR 2 KRD KRS KMT STG KLT SLO BTL WTE BLG NSI Tanaman sehat
Rata-rata nilai OD 0.550 ± 0.193 0.516 ± 0.012 0.503 ± 0.032 0.483 ± 0.075 0.444 ± 0.018 0.289 ± 0.035 0.558 ± 0.024 0.437 ± 0.032 0.508 ± 0.053 0.469 ± 0.009 0.847 ± 0.029 0.563 ± 0.041 3.211 ± 0.220 2.946 ± 0.075 0.466 ± 0.051 0.445 ± 0.129 0.410 ± 0.032 0.467 ± 0.010 0.223 ± 0.010 0.568 ± 0.007 0.342 ± 0.027 0.531 ± 0.056 0.510 ± 0.050 0.508 ± 0.064 2.944 ± 0.104 1.543 ± 0.021 0.105 ± 0.010
Tanaman yang tidak menunjukkan gejala ternyata memberikan reaksi positif terhadap antiserum ChiVMV berdasarkan DAS-ELISA dengan titer 0.223 sampai 0.568; sementara titer pada tanaman sehat adalah 0.105. Titer pada tanaman yang menunjukkan gejala belang sedang dan malformasi adalah 0.508 sampai 2.946. Tanaman dengan gejala belang berat, malformasi, lamina daun menyempit dan ujung daun meruncing menunjukkan titer 0.469 sampai 2.944. Gejala paling parah yaitu gejala belang berat, malformasi, lamina daun menyempit, ujung daun meruncing dan kerdil menunjukkan titer 3.211 (Tabel 3.3). Berdasarkan hasil DAS-ELISA tersebut, kejadian penyakit berkisar 40% sampai 100% (Gambar 3.2). Hasil tersebut menunjukkan bahwa beberapa isolat ChiVMV mampu menginfeksi genotipe cabai IPB C13 walaupun tanaman tidak menunjukkan gejala. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa titer ChiVMV cenderung lebih rendah pada tanaman yang tidak menunjukkan gejala dibandingkan pada tanaman yang bergejala. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian ZYMV yang dilaporkan sebelumnya. Nilai DAS-ELISA pada tanaman
21
ketimun menunjukkan replikasi strain lemah ZYMV-2002 sangat rendah dibanding strain kuat ZYMV Z5-1 (Kosaka et al. 2006). Strain lemah ZYMV-WK tetap bertahan walaupun titernya rendah pada tanaman labu (Lin et al. 2007), dan tanaman labu yang diinokulasi dengan isolat lemah ZYMV tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman (Lecog et al. 1991).
Gambar 3.2
Kejadian penyakit pada tanaman cabai genotipe IPB C13 yang diinokulasi dengan berbagai isolat Chili veinal mottle virus.
Berdasarkan gejala pada tanaman cabai genotipe IPB C13, maka isolatisolat ChiVMV dapat dibedakan menjadi isolat lemah (KAR, SPR, EAK, SKT, LGM, SKR, CSR, PGL, KRS, KMT, KRD, STG, KLT, BTL, SLO, dan WTE), isolat sedang (CGN dan NSI), dan isolat kuat (CKW, CKB, dan BLG). Isolatisolat lemah ChiVMV yang diperoleh pada penelitian ini selanjutnya dapat digunakan sebagai kandidat agens proteksi silang untuk melindungi tanaman dari infeksi virus strain kuat. Menurut Lin et al.(2007) kemampuan strain lemah untuk melindungi tanaman dari kerusakan yang ditimbulkan oleh strain kuat dari virus yang sekerabat telah diketahui. Beberapa tahapan penelitian perlu dilakukan untuk memilih isolat-isolat lemah ChiVMV yang potensial, diantaranya adalah melalui pengujian kisaran inang isolat ChiVMV (Shah et al. 2008), interaksi antara isolat lemah dan isolat kuat (Roossinck 2005), dan evaluasi proteksi silang (Kosaka et al. 2006). Kesimpulan Isolat-isolat lemah ChiVMV telah berhasil diperoleh dari beberapa daerah penanaman cabai di Sumatera dan Jawa. Berdasarkan respon genotipe cabai IPB C13 terhadap infeksi isolat ChiVMV didapatkan beberapa isolat lemah (KAR, SPR, EAK, SKT, LGM, SKR, CSR, PGL, KRS, KMT, KRD, STG, KLT, BTL, SLO, dan WTE). Isolat-isolat lemah ChiVMV tersebut perlu diteliti lebih lanjut untuk mempelajari potensinya sebagai agens proteksi silang.