HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN KEKAMBUHAN KEMBALI PASIEN PENYALAHGUNA NAPZA DI PANTI REHABILITASI INABAH 24 KABUPATEN TASIKMALAYA Luthfi Hadi Rahman1, Anto Purwanto2*, Lilik Hidayanti2 1)Mahasiswa 2)Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Siliwangi Ilmu Kesehatan, Universitas Siliwangi. Jl. Siliwangi, Tasikmalaya
ABSTRAK Masalah penyalahgunaan NAPZA merupakan masalah yang sangat kompleks. Meskipun seorang penyalahguna NAPZA mengikuti program rehabilitasi, masih banyak yang kembali menggunakan NAPZA (kambuh) dengan estimasi sebesar 80%. Hal ini disebabkan situasi yang merangsang mereka untuk kembali menggunakan NAPZA. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan case control. Jumlah sampel yaitu sebanyak 11 orang kasus dan 11 orang kontrol pasien penyalahguna NAPZA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor internal dan faktor eksternal dengan kekambuhan kembali pasien penyalahguna NAPZA di Panti Rehabilitasi Inabah 24 Kabupaten Tasikmalaya. Analisis data menggunakan uji statistik chi-square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan proporsi tertinggi pasien penyalahguna NAPZA di panti rehabilitasi inabah 24 kabupaten tasikmalaya adalah 16-20 tahun, rata-rata pendidikan SMA dengan (81,8%), lama menggunakan napza (54,5%), pengetahuan kategori baik (50,0%), sikap kategori cukup (50,50%), motivasi (54,5%), jenis NAPZA yang digunakan adalah alkohol (77,3%). Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna umur, pengetahuan, motivasi, lama pemakaian NAPZA, jenis NAPZA yang digunakan, sikap dan tidak ada hubungan yang bermakna dukungan keluarga dengan kekambuhan kembali. Variabel yang paling berhubungan dengan kekambuhan kembali adalah motivasi. Disarankan kepada pihak rehabilitasi agar dapat memperkuat program yang ada di pusat rehabilitasi, yang mampu membekali pasien untuk mengatasi trigger factor serta meningkatkan motivasi pasien penyalahguna NAPZA agar mereka tetap bertahan tanpa menggunakan NAPZA, setelah mereka selesai mengikuti kegiatan rehabilitasi. Kepada Dinas Kesehatan hendaknya mampu menjalin kerjasama dengan Dinas Pendidikan melakukan sosialisasi yang terus menerus mengenai penyalahgunaan NAPZA, untuk pencegahan dini serta memberikan pendidikan kepada anak usia sekolah. Bagi mantan penyalahguna NAPZA agar tidak melakukan komunikasi dengan teman sesama pecandu dan membentengi dirinya dengan melakukan kegiatan yang positif. Kepada masyarakat hendaknya waspada terhadap penyalahgunaan NAPZA, yang mungkin bisa terjadi pada anggota keluarganya. Kata kunci : Relapse NAPZA, Inabah 24.
ABSTRACT
The problem that is the abuse of narcotics, psychotropic, and addictive substances (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif/NAPZA) is a very complex one. Even though a NAPZA abuser had participated in a rehabilitation program, there are still a high number of them who returned to abusing NAPZA (relapse), estimated at about 80%. This is caused by the situation, which stimulate them to return to NAPZA abuse. This research is an analytic survey research with case control approach. The amount of sample are 11 people as case and 11 people as control, and they are NAPZA abuse patients. This research is intended to discover the connection between internal and external factors with NAPZA abuse patients’ relapse in the Inabah 24 Rehabilitation House, Tasikmalaya Regency. Data analysis utilizes chi-square statistic test and logistic regression. The result of the research shows that the highest proportion of NAPZA abuse patients in the Inabah 24 Rehabilitation House, Tasikmalaya Regency is between the ages of 16-20 years old, the majority of them are high school educated (81.8%), long-time NAPZA user (54.5%), with good knowledge (50.0%), fairly good attitude (50.50%), motivated (54.5%) and alcohol as the type of NAPZA used (77.3%). The result of the chi-square test shows that there is a meaningful connection between age, knowledge, motivation, duration of NAPZA usage, types of NAPZA used, and attitude, and that there is no meaningful connection between family support and relapse. The variable most highly connected with relapse is motivation. It is advised to the rehabilitating parties to strengthen the program in the rehabilitation center to help patients in overcoming trigger factor, and also to improve the NAPZA abuse patients’ motivation so that they can withstand not using NAPZA after they finish up the rehabilitation activities. To the Health Office, it is expected to establish a cooperation with the Education Office to perform continuous socializations about NAPZA abuse, for early prevention and also to provide education for school-age children. For former NAPZA abusers, it is advised that they cut off all communications with fellow abusers and to protect themselves by engaging in positive activities. For the society, it is expected to be aware of NAPZA abuse which can happen to their own family member. Keywords: Relapse NAPZA, Inabah 24.
PENDAHULUAN NAPZA adalah singkatan untuk narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lain. Menurut UU RI Nomor 35 tahun 2009, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Angka pengguna dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau narkoba sangat memprihatinkan. Masalah penyalahgunaan narkoba di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan berbagai kalangan dan telah menjadi ancaman nasional yang perlu mendapatkan perhatian serius dari segenap elemen bangsa. Ancaman nasional tersebut berpotensi besar mengganggu kelangsungan hidup bangsa dan negara serta menggangu ketahanan diri, keluarga dan masyarakat baik secara fisik, mental, dan sosial ekonomi. Permasalahan penyalahgunaan narkoba di Indonesia menunjukkan adanya kecenderungan yang terus meningkat, hal tersebut terlihat dari peningkatan angka kejahatan narkoba yang ada di tengah masyarakat (Buletin Nafza, 2014) Ketergantungan narkoba merupakan penyakit kompleks yang ditandai oleh dorongan tidak tertahankan dan sukar dikendalikan untuk mengulang kembali penyalahgunaan narkoba. Penyakit ini sering menjadi kronik dengan adanya episode “sembuh dan kambuh” walaupun kadang-kadang dijumpai abstensi yang lama. Oleh karena itu, kecenderungan untuk mendapatkan dan menyalahgunakan atau memakai kembali sangat tinggi, walaupun secara sadar mengetahui resiko dan akibatnya (Mardani, 2008). Salah satu penyebab sulitnya penanggulangan narkoba dilakukan adalah tingginya tingkat kekambuhan kembali. Menurut kamus narkoba (2006) relapse istilah lainnya adalah kambuh artinya kembali lagi nge-drugs karena “rindu”. Definisinya adalah mantan pengguna narkoba yang sudah sempat “bersih” namun kembali mengkonsumsi narkoba. Kekambuhan kembali merupakan perilaku penggunaan kembali narkoba setelah menjalani penanganan secara rehabilitasi yang ditandai dengan adanya pemikiran, perilaku, dan perasaan adiktif setelah periode putus zat (e.g. Hubbard et. al, 2001). Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya relapse yaitu hal-hal yang mengingatkan pecandu pada narkoba yang biasa dipakainya, status emosi yang negatif atau mengalami stres, status emosi yang riang gembira, tidak adanya aktivitas, perasaan rendah diri atau direndahkan, bergaul karib dengan pecandu aktif, pada saat craving terjadi biasanya diperberat dengan aktifnya mekanisme pertahanan mental sehingga akhirnya pecandu memutuskan kembali berperilaku adiksi atau kembali menggunakan narkoba. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri seseorang meliputi emosional dan sikap yang diketahui memiliki pengaruh terhadap terjadinya kekambuhan kembali yakni efikasi diri, motivasi, craving, coping, emotional states, dan outcome expetancies (Witkiewitz & Marlatt, 2004); stres (Sinha, 2001); conduct problem (Brown et al, 1996); depresi dan gangguan kecemasan (Cornelius et al; Bradizza, Stasiewics, Pass, 2006); serta Mood (Imani, Sabetimani, Ghojur, 2012). Motivasi dalam faktor internal memainkan peranan penting dalam pembentukan perilaku kekambuhan kembali, dimana motivasi membantu individu untuk keluar dari kondisi stres yang akut sehingga individu bisa menahan dan mengendalikan diri untuk tidak relaps dalam penyalahgunaan zat adiktif (Sinha, 2001). Motivasi berhubungan dengan proses terbentuknya relaps dalam dua cara yaitu motivasi perubahan perilaku positif dan motivasi untuk keluar dari perilaku yang bermasalah, perbedaan motivasi ini menggambarkan keinginan dan usaha individu untuk mengubah perilaku adiktif (Miller & Rollnick, 2002). Craving yaitu keinginan untuk dapat sembuh dari diri sendiri tanpa dapat kembali lagi (Witkiewitz & Marlatt 2006).
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri seseorang meliputi pendidikan, pengetahuan dan teman sebaya yang memiliki pengaruh terhadap kekambuhan kembali yaitu konflik interpersonal dan tekanan sosial (Imani, Sebetimani, Ghojur, 2012); dukungan sosial dan sejarah keluarga (Witkiewitz & Marlatt, 2004); serta sosial keluarga, dan economic employment environment (Sanchez Hervas, et al, 2012). Dari segi pendidikan, jika seseorang hanya menempuh jenjang pendidikan yang rendah akan lebih mudah terpengaruh berbeda hal nya dengan seseorang yang latar belakang pendidikan nya tinggi cenderung bisa memilih untuk tidak mudah dimana remaja mendapatkan pengetahuan, pembinaan, perilaku dan keterampilan. Transisi sekolah peralihan jenjang sekolah yang berakibat penurunan prestasi memberi andil dalam penyalahgunaan NAPZA, terutama remaja yang menjadi pelaku kenakalan seringkali memiliki harapan- harapan pendidikan yang rendah dan nilai rapor yang rendah. Kemampuan-kemampuan verbal mereka seringkali lemah. Kemudian dari pengetahuan juga berpengaruh terhadap pengambilan keputusan mana yang baik dan yang buruk untuk dirinya. Dari hal teman sebaya juga dapat mempengaruhi terhadap pengaruh penyalahgunaan NAPZA seperti halnya bujukan dan rayuan teman sebaya untuk senantiasa merujuk kedalam hal-hal yang merugikan diri sendiri. METODE Jenis rancangan penelitian inimerupakan penelitian Survei Analitik dengan menggunakan desain Case Control dengan sampel sebanyak 22 responden yaitu terbagi dalam 11 kasus dan 11 kontrol. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan observasi serta faktor eksternal dan internal yang mempengaruhinya di ukur. Analisa data menggunakan uji statistik Univariat dan kemudian dilanjutkan menggunakan uji Bivariat yang menggunakan Chi-square besar kemaknaan adalah nilai p≤0,05(sugiono, 2007) HASIL DAN PEMBAHASAN a. Gambaran Umum Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata umur 16-19 tahun,. Berdasarkan tingkat pendidikan responden terbanyak adalah SMA sebanyak 18 responden (81,8 %), lamanya pengguna mengkonsumsi NAPZA adalah <3 tahun sebanyak 12 responden (54,5%), jenis NAPZA yang dikonsumsi adalah alkohol sebanyak 17 responden (77,3%), berdasarkn hasil univariat dan bivariat dari wawancara terhadap responden diperoleh hasil sebagai berikut: b. Gambaran Khusus Penelitian 1). Pengetahuan Tabel 1 Distribusi frekuensi menurut kategori pengetahuan di inabah 24 suryalaya tahun 2016 Pengetahuan Baik (> 50%) Kurang Baik ( ≤ 50%) Total
Frekuensi 11 11 22
Presentase 50.0 50.0 100.0
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa responden memiliki pengetahuan dengan kategori baik sebanyak 11 orang (50%) dan kategori kurang baik sebanyak 11 orang (50%).
2). Sikap Tabel 2 Distribusi frekuensi menurut kategori sikap responden di inabah 24 suryalaya tahun 2016 Sikap Baik (> 50%) Tidak Baik ( ≤ 50%) Total
Frekuensi
Persentase 12 10 22
54.5 45.5 100
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa responden memiliki sikap dengan kategori baik sebanyak 12 orang (54.5%) dan kategori kurang baik sebanyak 10 orang (45.5%). 3). Motivasi Tabel 3 Distribusi frekuensi menurut kategori motivasi responden di inabah 24 suryalaya tahun 2016 Motivasi Baik (> 50%) Tidak Baik ( ≤ 50%) Total
Frekuensi 12 10 22
Persentase 54.5 45.5 100
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa responden memiliki motivasi dengan kategori baik sebanyak 12 orang (54.5%) dan kategori kurang baik sebanyak 10 orang (45.5%). 4). Dukungan Keluarga Tabel 4 Distribusi frekuensi menurut kategori dukungan keluarga responden di inabah 24 suryalaya tahun 2016 Dukungan Keluarga Baik (> 50%) Tidak Baik ( ≤ 50%) Total
Frekuensi
Persentase 11 11 22
50.0 50.0 100
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa responden memiliki dukungan keluarga dengan kategori baik sebanyak 11 orang (50.0%) dan kategori kurang baik sebanyak 11 orang (50.0%).
ANALISIS BIVARIAT Tabel 5 Tabel Bivariat Hubungan Pengetahuan Dengan Kekambuhan Kembali Pasien Penyalahgunaan NAPZA Kekambuhan Kembali Pengetahuan Kurang Baik Baik Total
Kasus F 9 2 11
% 81.8 18.2 100
Kontrol F 2 9 11
% 18.2 81.8 100
Total (%)
Nilai P
OR
CI
100 100 100
0.011
20.250
2.319176.792
Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa terdapat 11 responden dengan pengetahuan kurang baik yang memiliki proporsi pada kelompok kasus sebesar 9 responden (81.8%) sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 2 responden (18.2%). Perbedan proporsi tersebut bermakna secara statistik dengan nilai ρ < 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, atau ada hubungan pengetahuan dengan kekambuhan kembali. Nilai OR sebesar 20.250 (95% CI : 2.319-176.792) yang berarti responden yang pengetahuan kurang baik mempunyai risiko 20.250 kali mengalami kekambuhan kembali dibandingkan dengan responden yang pengetahuan baik. Tabel 6 Tabel Bivariat Hubungan Sikap Dengan Kekambuhan Kembali Pasien Penyalahgunaan NAPZA Kekambuhan Kembali Sikap Kurang Baik Baik Total
Kasus F 8 3 11
% 80.0 25.0 100
Kontrol F 2 9 11
% 20.0 75.0 100
Total (%)
Nilai P
OR
CI
100 100 100
0.010
12.000
1.58191.084
Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa terdapat 10 responden dengan sikap kurang baik yang memiliki proporsi pada kelompok kasus sebesar 8 responden (80%) sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 2 responden (20%). Perbedan proporsi tersebut bermakna secara statistik dengan nilai ρ < 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, atau ada hubungan sikap dengan kekambuhan kembali. Nilai OR sebesar 12.000 (95% CI : 1.581-91.084) yang berarti responden yang sikap kurang baik mempunyai risiko 12.000 kali mengalami kekambuhan kembali dibandingkan dengan responden yang sikap baik.
Tabel 7 Tabel Bivariat Hubungan Motivasi Dengan Kekambuhan Kembali Pasien Penyalahgunaan NAPZA Kekambuhan Kembali Motivasi Kurang Baik Baik Total
Kasus F 8 3 11
% 80.0 25.0 100
Kontrol F 2 9 11
% 20.0 75.0 100
Total (%)
Nilai P
OR
CI
100 100 100
0.010
12.000
1.58191.084
Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa terdapat 10 responden dengan motivasi kurang baik yang memiliki proporsi pada kelompok kasus sebesar 8 responden (80%) sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 2 responden (20%). Perbedan proporsi tersebut bermakna secara statistik dengan nilai ρ < 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, atau ada hubungan motivasi dengan kekambuhan kembali. Nilai OR sebesar 12.000 (95% CI : 1.581-91.084) yang berarti responden yang motivasi kurang baik mempunyai risiko 12.000 kali mengalami kekambuhan kembali dibandingkan dengan responden yang motivasi baik Tabel 8 Tabel Bivariat Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kekambuhan Kembali Pasien Penyalahgunaan NAPZA Kekambuhan Kembali
Dukungan
Kasus Kurang Baik Baik Total
F 7 4 11
% 63.6 36.4 100
Kontrol F 4 7 11
% 36.4 63.6 100
Total (%)
Nilai P
OR
100 100 100
0.201
3.062
CI 0.53917.401
Pada tabel 8 dapat dilihat bahwa terdapat 11 responden dengan dukungan kurang baik yang memiliki proporsi pada kelompok kasus sebesar 7 responden (63.6%) sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 4 responden (36.4%).Perbedan proporsi tersebut bermakna secara statistik dengan nilai ρ < 0,05 sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, atau tidak ada hubungan dukungan dengan kekambuhan kembali. Nilai OR sebesar 0.201 (95% CI : 0.53917.401) yang berarti responden yang dukungan kurang baik mempunyai risiko 0.201 kali mengalami kekambuhan kembali dibandingkan dengan responden yang dukungan baik. PENUTUP Simpulan 1. Faktor internal adalah segala sesuatu yang berada diluar diri individu yang keberadaannya mempengaruhi terhadap dinamika perkembangan.
2. Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu. responden memiliki sikap dengan kategori baik sebanyak 12 orang (54.5%) dan kategori kurang baik sebanyak 10 orang (45.5%). 3. motivasi adalah rangsangan, dorongan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang atau sekolompok masyarakat yang mau berbuat dan bekerjasama secara optimal dalam melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Responden memiliki motivasi dengan kategori baik sebanyak 12 orang (54.5%) dan kategori kurang baik sebanyak 10 orang (45.5%). 4. Faktor Eksternal adalah segala sesuatu yang berada diluar diri individu yang keberadaannya mempengaruhi terhadap dinamika perkembangan. 5. Dukungan keluarga adalah suatu bentuk perilaku melayani yang dilakukan oleh keluarga baik dalam bentuk dukungan emosi, penghargaan, informasi dan instrumental. Responden memiliki dukungan keluarga dengan kategori baik sebanyak 11 orang (50.0%) dan kategori kurang baik sebanyak 11 orang (50.0%). 6. Pengetahuan mengenai penyalahgunaan narkoba merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap informasi mengenai penyalahgunaan narkoba. Responden memiliki pengetahuan dengan kategori baik sebanyak 11 orang (50%) dan kategori kurang baik sebanyak 11 orang (50%). 7. Ada hubungan sikap dengan kekambuhan kembali pasien penyalahgunaan napza di panti rehabilitasi inabah Kabupaten Tasikmalaya (ρ = 0,010, OR 12.000) 8. Ada hubungan motivasi dengan kekambuhan kembali pasien penyalahgunaan napza di panti rehabilitasi inabah Kabupaten Tasikmalaya (ρ = 0,010, OR 12.000) 9. Ada hubungan pengetahuan dengan kekambuhan kembali pasien penyalahgunaan napza di panti rehabilitasi inabah 24 Kabupaten Tasikmalaya (ρ = 0,011, OR 20.250) 10. Tidak ada hubungan pengetahuan dengan kekambuhan kembali pasien penyalahgunaan napza di panti rehabilitasi inabah 24 Kabupaten Tasikmalaya (ρ = 0,201 Saran Berdasarkan kesimpulan diatas peneliti dapat mengajukan saran sebagai berikut: Ilmu Kesehatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan sebagai acuan dalam pemberian materi terkait faktor resiko yang memperberat atau memperparah penyebaran narkoba di indonesia. Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan dikembangkan lebih spesifik dalam penanggulangan narkoba khususnya untuk pecandu akut, Bagi INABAH 24 Lebih meningkatakan lagi Kerjasama lintas program dan sektoral untuk pemberdayaan remaja atau generasi muda dalam pencegahan penyebaran narkoba supaya tidak semakin menyebar di masyarakat khususnya di kalangan remaja, dan harus ditingkatkan lagi komunikasi intern dengan cara mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menerapkan komunikasi yang efektif sehingga mampu mewujudkan motivasi seorang pecandu untuk tidak kembali memakai napza.
DAFTAR PUSTAKA Danial, A., 2005. Faktor Penyebab Terjadinya Kekambuhan Kembali (Relaps) Pasca Pengobatan Medis Penyalahguna NAPZA di Pondok Pesantren Suralaya Tasikmalaya, Tesis : Universitas Diponegoro. Hukom,I.I.,2008.KembalikanCanduku.;http://www.mediaindonesia.com/webtorial/ycab_old/?ar_i d=MjY3. diakses 10 november 2015 Hubungan antara dukungan keluarga dengan keinginan untuk sembuh pada penyalahguna NAPZA di lembaga permasyarakatan wirogunan kota Yogyakarta. Jurnal psikolgi dan kemanusiaan Faktor internal dan intervensi pada kasus penyandang relapse narkoba. Jurnal pemberdayaan masyarakat Badan Narkotika Jawa Timur, (2006), (internet), Bersumber dari: http://bnp.jatimprov.go.id/mencegah-penyalahgunaan-narkoba-jangan- mudahmempercayai-mitos.html (diakses tanggal 5 mei 2015) Dinas Pendidikan (2012) (Internet) 29 Februari. Bersumber dari: http://bondowosokab.go.id (diakses tanggal 5 mei 2015) Siregar, M., 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Narkotik Pada Remaja. Jurnal Pemberdayaan Komunitas, 3(2) : 100-105. Soetjiningsih, 2004. Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya, Jakarta : CV.Sagung Seto. Somar, L., 2001. Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba, Jakarta : Visimedia. Sumiati, 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA, Jakarta : Trans Info Media (TIM).