I'ERANAN BAHASA TBU TERHADAP PENGEMBANGAN MORAL BANGSA t.
Farikah
t
FKIP Jurusaft ltaho-la tngris
UiilITirfrVgei;&
ABSTRACT Mothcr tongtc has a v4, i0tportant rolc itl sccn in il. Moitcr kngk and
nnral vhte can hc Kdla kunci: llohasa
Ih , Moral,
: l)eranah, Rangsa
A. PENDAHULUAN . .Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam berbagai perjalanan hidup manusia. Dapat dikatakan bahwa bahasa melekat pida setiap. aspek kehidupan. Namun yang lebih penting lagi. ba'hasa drpandang sebagai salah satu ala( utama bagi pentembangan manusia lndonesia
baik sebagai individu maupun sebagai bangsa secara
keseluruhan.
It
Menurut Madya (1994 : l), ada tiga jenis bahasa yang dapat rnembantu pengembangan manusia Indonesia dari lingkungan paling dekat sampai lingkungan pali:rg jauh atau rnancanegara. tiahasi daeralr scbagai bahasa lbu me:,.riliki sc.r.:,oan yang sangat menentukan dalanr pengernbangan awal tncre[?. Dengan bahasa -daerah nrereka berkeirrharrg_rreialui komuni' asi jlengan lingkungan lerdekai, yang ikut rrernl:crtrrk kpribadian merekh 1,ang mencakut, iau prkrr dan tarl rasa. Maka jcvoglanyalsh jika balidsa Caerah dilestarrkan antara lain dcngan diajarkan di jcnjang pendidikan Casar dan dipergunakan sebagai bahasa oengantar di kelas-ketas arval Sekolah Dasir, terutama cii pedesaan. Pcrkcmbangan nrereka di lingkungan yang lebih luas, yaitu lingkungan nasional. didukung oleh peranar bahisa indoncsia. Dengan
li'l :1.,\',1.'. li lf't:nLt:n!6 tlitl ut At ll) bahasa nasional
ini
I--
mereka dapat bcrkornunikasi dengan lingkungan
nasional bersama semua unsumya, mencruskan perkembangan kepribadian dan memperluas cakrasala pikir dan msa sampai menembus batas kedaerahan sehingga tumbuh rasa persatuan dan kesatuan mereka. Perkembangan seperti ini masih belum cukup. Sebagai anggota masyarakat intemasional, mereka perlu bergaul dengan bangsa-bangsa lain dengan berbagai tujuan, rnisalnya tujuan politik,
tujuan sosial budaya, tujuan iptek dan tujuan ekonomi. Dalam kont€ks inilah bahasa asing seperti bahasa Inggris memiliki peranan yang menentukan dalam proses komunikasi antar bangsa. Singkatnya. dengan penguasaan ketiga jenis bahasa tersebut, manusia Indonesia dapat mengembangkan diri dari ringkat lokal sampai tingkat internasional. Dahana (2002), mengungkapkan scbagai anak sah peradaban yang
p€rtama, bahasa tentu saja rnenyimpan seluruh rvarisan sebuah komunitas atau kelompok manusia, baik yang generik maupun nurtural. Jika kita cennati sejarah purba sebuah bangsa. dimanapun ia, ke dalarn bahasalah bangsa tersebut menitipkan seluruh harapan, obsesi / mimpi, kenyataan, ketakutan, maupun proses-proses dalam kehidupan. Selaras dengan pendapat Dahana, Brown ( 1987 : -10), menyatakan bahasa adalah jalan hidup, berada pada dasar keberadaan kita, dan berinteraksi secara simultan dengan pikiran dan perasaan. Dengan dernikian, dapat dikatakan bahrva dalam bahasa tersimpan berbagai nilai kehidupan manusia Dengan bahasanya, seseorang akan nampak keaslian watak dan kepribadiannya. Sebagaimana pepatah yang sudah tidak asing lagi di telinga kita bahwa hahasa nrcnunjukkan bargsa Dengan bahasalah. rr<)ral scseoaanq xkail nampak_ Dari latar belakang oennasaiahan di aras. rraka dalarr ;nakalah ini, penulis mernbaiasi pembahasaannva pada peranan bahasa khususnya bahasa ibu teihadap f,engembanltan moral bangsa.
i : .a
' ]'cr.unD ltoj'lav lhu [dlkklap
I'u,t:!nhd
xLu]
Ahnl Ba gs l.d
ikoh)
B. PEMBAHASAN Bahass lbu Hartmann and Stork (1975 : 149), menSarakan bahiva bahasa ibu adalah bahasa pertama yang biasanya diperoleh seseorang pada awal masa kanak-kanak melalui interaksi dengan anggota-anggota masyarakat ajarannya. lstilah lain untuk.bahasa Ibu adalah first language, mother tongue, primary language dan native languagePengertian first language sering kali dipakai dalam pembahasiran belajar bahasa, dikontraskan dengan bahasa kedua, yaitu bahasa lain vang dipelajari selelah menguasai bahasa tersebut. Kalau mengikuti definisi ini, maka bagi kebanyakan orang Indonesia bahasa Indoncsia adalah bahasa kedua (yang dipelajari), sedangkan bahasa pertamanya adalah bahasa daerah masing-masing. Berkaitan dengan bahasa pertama, Subhan (2003 : 2), mengatakan
pembelajaBn bahasa p€nama diberi istilah khusus oleh para linguis dengan nama "language acquisition" yang artinya "pemerolehan, penguasaan, atau akuisisi bahasa penama atau bahasa ibu oleh anak". Istilah baku dalam buku-buku ljnguistik adalah language acquisition; namun tidaklah salah apabila ada yang membakukan dengan istilah children language acquisilion. Lebih lanjut Subhan (2003 :3), mengatakan sebelum mencapai tingkatan atau tataran bahasa orang dervasa (adult's language atau adult's granmar) bahasa anak mengalami perkenibangan (developmen|. Pada usia bayi, bahasa anak masih terpadu atau menyatu dengan tangis. Tangis bayi tidak hanya Cianggap sebagai ungkapan rasa sakit xtarr rasa tidak nyaman (seperti rasa leiah, pcnat, panas ata takut) tetapi juga sekaligur sebagai "bahasa".lnal pada tahal, arval. Pada iahap berikutnya bayi berbahasir dcngan lnenggunakan kata-kala (vocabulary) yang tcrpenggal-penggal (tldak gramrnatikal) ial masih kurang jelas
: .!
pelafalannya (pronunciationnya). Dari definisi-definisi di atas dapat kila simpulkan bahwa bahasa ibu aiau bahasa pertama adalah bzrhasa yalg tliperoleh pertaria kali biasanya pada masa kanal-kanak mcialui interaksi dcngan sckelilingn)"a (sekilarnya). Jadi dapat dikatakan Ja\\'a Tedgah adalah bahasa .rawa,
1
.,1.
2l . No. 1.
I5Atnstns:005(lt n k! t I): !-7
bahasa lbu bagi sebagian besar masyarakat Jawa Barat adalah bahasa Sunda dan sebagianya.
MorAl Homby ( 1989 : 804) menyatakan bahwa mo.al adalah sesuatu yang berkaitan dengan prinsipprinsip tingkah laku benar salah. Agus Salim (2004 : 8l) menyatakan etika dalam ilmu pendidikan adalah sejumlah pr:nilaian moral terhadap diri manusia (honum morale), yang pcrkembangannya akan mengamati nranusia dalam totalitas unsur kebaikan yang ada dalam diri manusia (the general quality recognized in character or conducl)Tatnpaknya filsafat etika dan ilmu pendidikan memiliki dasar moral yang seiajar, setara dan saling melengkapi. lndividu dewasa ini, atau mereka yang tengah beranjak menuju kedewasaan, membutuhkan proses yang memberinya peluang untuk mengenal nilai-nilai peradaban, kebaikan yang ada pada tingkatan akal / pikiran (budi), p€rilaku (pekerti) dan pada tataran pemahaman (penilaian dari perilaku yang sudah dilakukan). Perilaku bennoral harus memenuhi krileria yang pada ketiga konsep tersebul (AW Masri, 1977).
Kaitan antare Bxhes, dan Morrl Bahasa adalah sesuatu yang unik karcrra dalam bahasa tersimpan berbagai nilai kehidupan manusia. Dengan bahasanya pula, seseorang akan lebih mudah lntuk dikenal. Karcna dalam bahasanya, rvalak seseorang akan terlihat. Bahasa dan moral adalah hal yang saling berkaitan. Sepeni dikatakan olch Hinnan 120C2). beberapa filosof berpendapat bah\va masalah-masaiah moral (mcraliti's seseorang) dicirikan oleh jenis bahasa yang digunakarr - istilah-islilah seDerti tugas. kewajiban. benar dan baikDari ciefinisi di atas dapat disimpulkan bah\\a moralitas seseorang dapat dilihat dari bahasa yang digunakan Jadi trahzrsa dan moral adalah dua hal yang saling berkaitan.
'P.run
Ralmsa
lh lc
xkLr? I,a"gcDhungd
lhnd BanKse(li
ikoh)
B. PEMBAHASAN I
I
.
Bahasa lbu Hartmann and Stork (1975 : 149), mengatakan bah-wa bahasa ibu adalah bahasa penama yang biasanya diperoleh scscorang pada awal masa kanak-kanak melalui interaksi dengan anggota-anggota masyarakat ajarannya. lstilah lain untuk bahasa lbu adalah first language, mother tongue, prirnary language dan native language. Pengertian first language sering kali dipakai dalam pembahasaan belajar bahasa, dikontraskan dengan bahasa kedua, yaitu bahasa lain yang dipelajari setelah menguasai bahasa tersebut. Kalau mengikuti definisi ini, maka bagi kebanyakan orang lndonesia bahasa Indonesia adalah bahasa kedua (yang dipelajari), sedangkan bahasa pertamanya adalah bahasa daerah masing-masing. Berkaitan dengan bahasa penama, Subhan (2003 : 2), mengatakan pembelajaran bahasa pertama diberi istilah khusus oleh para linguis *pemerolehan,
dengan nama "language acquisition" yang artinya penguasaan, atau akuisisi bahasa pertama atau bahasa ibu oleh anak". lstilah baku dalam buku-buku linguistik adalah language acquisition I namun tidaklah salah apabila ada yang mernbakukan dengan istilah children language acquisition. Lebih lanjut Subhan (2003 :3), mengatakan sebelum mencapai tingkatan atau tataran bahasa orang dervasa (adult's language atau adult's grammar) bahasa anak mengalami perkel.rbangan (development). Pada usia bayi, bahasa anak masih terpadu atau menyatu dengan tangis. Tangis bayi tidak hanya Cianggap sebagai ungkapan rasa sakit etau rasa tidak nyam3n (seperti rasa leiah, pcnat, panas aia takut) tetapi juga sekaligus sebagai "bahasir".anak pada tahaP awal Pada'.ahdp berikLitnya bayi berbahasii dengan nenggunakan kala-kata (vocJbulary) yairg tcrpenggal-penggal (trdak tramrnarikal) ian mdsih kurang jelas pelairlannya (pronunciationnya). Dari definisi-definisi di atas ciapat kita simpulkan bahrva bahasa ibu aiau bahasa pertana adalah birhasa yairg diperoleh pertar.ra kali biasanya pada masa kanak-kanak meialui intcraksi dcngan sckclilingnya (sekitamya). .,'adi dapat dikatakan Ja\\" lengah adalah bahasa .lasa.
l'.Mnun hdl4et Ihtu
C.
lt'tit q' l'.ry1.nhunsan
Bdntta
^totn
l.i
ikuh)
PEMBAII/TSAN Analisis Secara umum bahasa dan moral adalah dua hal 1,arg saling berkaitan I-ebih spesifik lagi bahasa lbu beqoengaruh terhadap pembcntukaD moral sescorang. Sebagainrar,a disebutkarr oleh UNESCO bahwa kehrulelan durr! tlau ntanusia banlal disebabkan oleh lersingkirnya nilai-nilai (value) kebudayaan etnis. Nilai-niiai in; hanya direkam oleh bahasa daerah atau bahasa ibu sehingga bila ingin peradaban berkenlbanlr secam baik, kembalilah kc budaya asal dan memakai bahasa ibu. Selanjutnya PBB juga nlenghimbau bahrva kita harus mengusaliakan agar anak-anak selama mungkin menggunakan bahasa lbunya dan hal itu yang kita lupakan sekarang. Jadi, kalau mau memperbaiki moral ban$a harus dimulai dari bahasa lbunva baik bahasa Ciribcn,.larva, Sunda, Bali dan sebagainya. Hidayat (2002) mcnYebutkan pentingnya bahasa lbu karena di dalarr bahasa Ibu itu ada nilai perasaan- Rasa itulah yang mcngantarkan spirit. tQ dan EQ iuga dimulai dari bahasa lbu, tidak dari bahasa lainnya. Ketika lbu nrenyapa menj,anYi dengan bahasa halus, akan meniorbulkan suatu pemsaan yang indah. Jadi, jangan harap moral bangsa diperbaiki bila dihilangkrn bahasa lbunya. Lebih lanjut Hidayat mengatakan bahrva kerusakan masyarakat Jabar sekarang ini antara Iain juga disebabkan masvarakatnya lidak rn.rmpu menggunakan bahasu Sunda dengan baik sehingga cara berpiliimya juga menjadi tidak run1u1. Jadi pendidikan nroral dimulai dari bahasa daerah sebab bahasa daeralr nr.lnpunyai nilai-nilai pcrasaan. Uahasa scndiri terrnasuk dalanr budala dan isi dalam budaya adalah morai. Jadi, antara bahasa darr rnoral itu tidak dapat dipisahkrn Alat rekam tcnt:urrr moral adal.rh 'D'tdava Yang p!'rlu dicatal lagi, bctana penringnra baitasa itu. Faicna siltu-satun)'a asml: buCeya yang oleh SrVf, cksplisil le(ulis hanye bahasa ^,llah (Arrum : 22) .ladi, licuajiban kita rrernelihara bahasa itu sehingta y..ng wergbilargkan bahase dacrahnya ,' dialek, dia scbcnarn!-a benola!: bclakang dengar: QS Arruft aval 22
da
l'ol.2l.No.2. t5
Agtlshi]. 2Oo5
(lahu
ke
It): l-7
Dari u.aian di atas dapat disimpulkan bah$a bahasa dan budaya adalah hal yang saling berkaitan. Dan dalam budaya itulah tercermin nilai-nilai rnorel suatu bangsa.
D.
SI \,t
PTILAN
l)ari unian di atas dapat kita tarik simpulan
bahrva bahasa rnerriliki peranan yang sangat p€n1ing. Dalam bahasa itu tercermin suatu budaya. Dan isi dari budaya itu adr.lah nilai-nilai moml. Lebih khusus lagi adalah bahasa ibu (bahasa daerah). Dalam bahasa daerah ada nilai pcrasaan. IQ dan EQ atau kecerdasakan intelektual se(a kecerdasan emosional dimulai dari bahasa ibu. Bahasa ibu memiliki andil yang cukup besar dalarn pcngem'oangan moral bangsa-
DAFTAR PUSTAKA Alwasilah, Chaedar, 1985, Sosiolotrli Buhusa. Angkasa, Bandung. Brown, H.C, 1981, I'rirtciples ol l,anguage Leurhi,tg an.J lhuchin!!. Bnglewood Clilfs, NJ : Prentice - Hall. Duska, R and Whelan, M. 1981, I'crkenfiangatl Mtr.al, Kanisius, Yogyakarta. llanman, l-, 2002, I he Lunguuge o/ Mrral. Harhnann and Stork, 1973, DictiuMty ol Lu,tgua::c and Lin!:istics.-- ADplied Scicncc Publishers i,TD. London. ilornh\ A.S. 1989. ilil;11l.Lr'r..r,, *l !..rnuo':: l)htnnt)n t) t tt.\,nt ( ,rr,rglr.rl, Oxf'orci Univcrsit) Press, Oxford. lvfadya, Survarsih. 1994, llunbangun Kcpcru)itlikt n I'enjeklmn Kt)t tnikurrl lalunt l'!tt!:up 1!n lldhasu di lndoncsiu, FPBS IKIP YK. Yoglakarta ------. 200j, IJN/.,S( O lnfidu utiruk kLnihili kc lldhu.\a lhu. Bandrng Ilaya : Rabu. l7 September 20Ci.
)
Pcmta4 RalvLv
Ib
lertn np I'erycn,hdt'x.ut Moru! Ratft t (t.ltikt'h)
Radat Panca Dahana, 2002, Mencari .Ji$,a tfulan Ruhasa, Komps, Minggu 18 Agustus 2002. Salim, Agus, 2002, Ifudonesia llelajartah Menbangun I'cndi.tikan lndonesia, GerbangMadani Indonesia, Semarang. Subhan Bustarni. 2003. Children Languuge ,4c(luisit.ion uul linglish language Teachin&. LPPDMF, Yogyakana.