25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
PENDAHULUAN
Sumber
Kasih, muncul sebagai Jemaat GPIB ke 151, dilembagakan oleh Majelis Sinode GPIB dalam ibadah Jemaat pada tanggal 20 Mei 1982 pada Hari Raya Kenaikan. Kini Jemaat ini memasuki usia ke 25 tahun. Untuk itulah perlu ditulis sejarahnya. Generasi sekarang perlu mempunyai gambaran tentang Jemaat ini supaya mereka memiliki bekal untuk melayani menggapai masa depan. Menulis sejarah tidaklah mudah. Kita cenderung jatuh ke dalam perasaan bernostalgia, atau membanggakan diri dan emosional. Sebab suka-duka membangun pelayanan membuat kita terharu. Tawa dan airmata menatalayani mendorong kita berbangga hati. Keadaan seperti ini mungkin saja kita temukan dalam lembarlembar tulisan ini. Memang, pengorbanan dan sukses itu berjalan bersama-sama. Banyak orang yang telah berkorban untuk pelayanan di Jemaat ini, tetapi mereka tidak menikmati hasil pengorbanan tersebut. Mungkin kitalah yang menikmati hasil pengorbanan mereka. Lalu bertekad untuk melanjutkan pelayanan ini. Tetapi bila kita belum merasa puas dengan hasil pengorbanan mereka yang telah melayani di waktu yang lalu itu, kita jugalah yang harus bekerja keras saat ini untuk membangun iman mereka yang akan datang, teristimewa untuk kemuliaan TUHAN.
1
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Permasalahan muncul. Sejarah siapakah yang ditulis dalam buku ini? Apakah sejarah orang-orang yang telah melayani? Ataukah sejarah kita sebagai satu persekutuan? Kalau kita jujur, bukan sejarah orang-orang atau persekutuan kita. Tetapi sejarah adalah Sejarah TUHAN! Mengapa demikian? Karena TUHANlah yang berkarya, sehingga sejarah adalah Sejarah Keselamatan. TUHAN adalah Yang Awal dan Yang Akhir, Alfa dan Omega. Sejarah Keselamatan itu dimulai dari penciptaan dan berproses mencapai parousia yaitu penggenapan Kerajaan ALLAH, di dalamnya YESUS KRISTUS memerintah sebagai Raja. Untuk mewujudkan tanda-tanda Kerajaan ALLAH itu ALLAH memanggil umatNYA. Zaman Perjanjian Lama umatNYA Israel dituntun dan diutus untuk menjadi berkat bagi dunia dengan mewujudkan tanda-tanda Kerajaan ALLAH. Namun karena tidak mampu menjalankan peranannya sesuai kehendak ALLAH, maka ALLAH memanggil umatNYA dalam Perjanjian Baru melalui YESUS KRISTUS yaitu ALLAH Yang menjadi Manusia. IA memanggil para murid dan sesudah kebangkitan dan kenaikanNYA ke sorga, ROH KUDUS dicurahkan dan para murid itu diutus sebagai Rasul-rasul. Mereka memberitakan kabar kesukaan, Injil, sehingga lahirlah Gereja. Th. Van den End 1 menggambarkan Gereja itu dapat dibandingkan dengan pohon. Sama seperti pohon yang tumbuh dari satu tunas kecil, lama kelamaan menjadi batang yang besar, demikian juga halnya Gereja. Banyak dahan, cabang dan ranting yang keluar dari batang itu yang berbeda-beda besar dan bentuknya. Begitu pula halnya Gereja-gereja yang lahir dari Jemaat pertama di Yerusalem yang bertumbuh dan berkembang sampai ke ujung bumi. Mereka mempunyai bentuk yang berlain-lainan misalnya dalam hal Tata Gereja, Tata Kebaktian dan ajaran. Tetapi semua Gereja 2
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
itu hidup dan berakar pada tanah yang sama. GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) merupakan perwujudan dari Gereja Perjanjian Baru tersebut. Gereja ini lahir dan merupakan Gereja mandiri dari GPI (Gereja Protestan di Indonesia - de Protestantsche Kerk in Indonesié) pada tanggal 31 Oktober 1948 di Jakarta. GPIB, semula memiliki 53 jemaat dan 7 (tujuh) klasis pada saat berdiri sendiri tahun 1948 (dari GPI), kemudian bertumbuh menjadi 276 Jemaat pada saat ini. Di Jakarta, GPIB semula memiliki 7 Jemaat pada tahun 1965, kini menjadi 44 Jemaat dengan 5 (lima) Musyawarah Pelayanan (Mupel). Salah satunya adalah Jemaat Effatha di Jakarta Selatan di mana pada tahun 1961 wilayah Jemaat GPIB Sumber Kasih sekarang menjadi salah satu daerah pelayanannya. Jadi, menulis sejarah Sumber Kasih, berarti kita membuat kesaksian tentang satu perjalanan di mana TUHAN YESUS KRISTUS berkarya dan menyatakan keselamatanNYA di tengah masyarakat melalui GerejaNYA yang mewujudkan diri di berbagai tempat dari masa ke masa. Pertanyaan bagi kita: “Apakah Sejarah itu ?” Sejarah tidak hanya berarti kejadian-kejadian di masa lampau. Atau uraian-uraian terhadap fakta-fakta kejadian tersebut dan merupakan kisah tentang perkembangan dan perubahan-perubahan yang terjadi. Tetapi sejarah (dalam hal ini Sejarah Gereja) juga merupakan pergumulan antara Injil dengan bentuk-bentuk yang kita pakai untuk mengungkapan Injil tersebut 2. Dalam hubungan dengan Jemaat GPIB Sumber Kasih, hal itu berkaitan dengan 3
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
pergumulan warga Jemaat ini dalam membawa Injil YESUS KRISTUS sepanjang keberadaanNYA. Bukan hanya sejak dilembagakannya tetapi juga pergumulan warga Jemaat jauh sebelum pelembagaan. Pergumulan-pergumulan tersebut diungkapkan melalui sejarah ini untuk memberi arti bagi pelayanan dan kehidupan sekarang. Dengan kata lain sejarah merupakan upaya mempertanggungjawabkan perbuatan-perbuatan masa lampau untuk masa kini dan masa depan 3. Dengan demikian generasi sekarang dapat menjelaskan posisinya terhadap generasi yang lalu, sambil juga mengerti dirinya sendiri untuk menjalani masa depan. Katakanlah sebagai contoh. Bila kita merayakan 25 tahun perjalanan Jemaat GPIB Sumber Kasih, maka kita tidak hanya bersyukur atas apa yang telah terjadi. Lebih jauh kita melihat bagaimana pelayananpelayanan yang telah dilakukan dapat dipertanggung-jawabkan kepada TUHAN dan hal-hal itu membuat kita sekarang memahami kehidupan kita bersama TUHAN. Dengan begitu kita termotivasi untuk membangun pelayanan sebagai utusan TUHAN ke masa depan. Bahkan dengan penulisan sejarah kita belajar untuk melakukan aktifitas pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada TUHAN dan generasi mendatang. Selanjutnya perlu juga kita persoalkan: “Dari mana sejarah itu dimulai?” Bila kita sepakat bahwa sejarah adalah sejarah keselamatan di mana ALLAH berkarya, maka pertanyaan di atas dapat dijawab. Sejarah dimulai dari TUHAN. Hal itu juga 4
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
berlaku bagi Jemaat GPIB Sumber Kasih. Kapan TUHAN berkarya dalam Jemaat ini? Apakah pada saat pelembagaannya? Ataukah sebelumnya juga? Pertanyaan-pertanyaan ini dapat dijawab. Bahwa TUHAN telah berkarya waktu Injil diberitakan dan pada saat manusia menerimanya. Dengan kata lain, pada waktu Firman diberitakan dalam ibadah yang pertama dan saat sakramen dilayankan. Dalam hubungan dengan Jemaat GPIB Sumber Kasih, TUHAN berkarya pada saat keselamatan diterima melalui Baptisan pertama, atau Perjamuan Kudus pertama. Karena itu perlu ditelusuri pelaksanaan Baptisan pertama atau Perjamuan Kudus pertama pada saat pelaksanaan Ibadah Minggu yang masih berpindahpindah dari rumah ke rumah di Bagian Jemaat IX Jemaat Effatha. Kalaupun tidak dapat ditelusuri maka saat Ibadah Minggu atau ibadah keluarga-keluarga sebagai persekutuan orang-orang percaya yang pertama di wilayah itu dapat dijadikan sebagai patokan untuk menentukan dimulainya pelayanan Jemaat. Bila semuanya itu tidak diperoleh datanya maka pada saat pembentukan Majelis Jemaat dan sidang pertama dari para pelayan/ Majelis Jemaat atau sebagai alternatif terakhir ialah pelembagaan sebagai Jemaat yang diutus untuk melayani menjadi patokan. Jemaat GPIB Sumber Kasih telah bertumbuh dan berkembang dalam konteksnya. Jemaat ini ada sebagai wilayah pelayanan Jemaat Effatha di kecamatan Cilandak, Walikota Jakarta Selatan. Wilayah ini dikenal sebagai Bagian IX Jemaat Effatha. Jemaat ini 5
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
juga berada dalam masyarakat yang berkembang dengan dinamika kependudukan yang sangat cepat sebagai wilayah hunian baru di Jakarta Selatan. Selanjutnya Jemaat ini juga bergumul dengan aliran-aliran kerohanian dan gerakan keesaan yang memperkaya wawasan dan penampilannya. Konteks ini membuat Jemaat GPIB Sumber Kasih bertumbuh sebagai persekutuan yang dengan setia menggumuli pelayanannya dari masa ke masa. Sejarah perjalanan Jemaat GPIB Sumber Kasih dibagi atas 3 (tiga) periode, walaupun cara ini tidak selalu tepat karena lebih memperhatikan segi kelembagaan dari pada ajaran dan pembinaan iman warga atau tema-tema pergumulan Jemaat. Periode pertama kita sebut sebagai masa persiapan, tahun 1960–1982. Lalu yang kedua disebut masa pembangunan, tahun 1982–1992, dan yang ketiga disebut masa kemandirian, tahun 1992 – kini. Kita bersukacita karena diperkenankan TUHAN untuk membuat evaluasi terhadap 25 tahun perjalanan Jemaat GPIB Sumber Kasih. Untuk itulah sejarah Jemaat ini ditulis dalam sebuah buku untuk membangun komitmen kita melayani terus. Sebagaimana TUHAN berkarya melalui pelayan-pelayan dan warga Jemaat ini di masa lalu, begitulah IA menyertai kita menyongsong 25 tahun kedua Jemaat GPIB Sumber Kasih kelak.
6
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
BAB I JEMAAT
GPIB SUMBER KASIH DAN KONTEKSNYA
Pasal 1: Bagian Jemaat IX GPIB Effatha Jakarta Selatan. GPIB Sumber Kasih, keberadaannya berawal dari Jemaat pelayanan Jemaat GPIB Effatha . Sejak tahun 1960, pelayanan 4
Effatha sebagai ranting dari pelayanan Gereja Paulus dan Jemaat GPIB Jakarta, telah mengembangkan Ibadah-ibadah Minggu di kompleks-kompleks pemukiman baru. Wilayah Cilandak dijangkau dengan Ibadah-ibadah Minggu yang dilaksanakan di rumah-rumah warga secara bergantian, dimulai dari keluarga Sumual-Palar, Jalan Cilandak V. Kapan kegiatan ini dimulai, tidak ada catatan tertulis. Ibadah-ibadah seperti ini secara spontan dilaksanakan tanpa memperhitungkan bahwa akan mempunyai nilai sejarah. Pelayanan-pelayanan Ibadah Minggu dan ibadah-ibadah keluarga di pemukiman-pemukiman baru umumnya dilaksanakan atas inisiatif warga Jemaat. Kegiatan-kegiatan ini kemudian didukung oleh Majelis Jemaat dengan penjadwalan tenaga-tenaga pelayan (umumnya dari pendeta-pendeta yang bertugas di TNI dan POLRI) serta penyediaan fasilitas-fasilitas peribadahan seperti Tata Ibadah. Selanjutnya kegiatan ibadah-ibadah Minggu dan keluarga diikuti dengan pelayanan Sekolah Minggu dan katekisasi.
7
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Sesudah Jemaat GPIB Effatha dilembagakan oleh Majelis Sinode GPIB tanggal 1 April 1965 (bersama 6 Jemaat baru di Jakarta: Immanuel, Sion, Pniel, Paulus, Ebenhaezer dan Betlehem), maka diadakan perencanaan untuk pembentukan sektor-sektor pelayanan yang disebut dengan istilah “Ranting”. Kemudian istilah “Ranting” berubah menjadi “Jemaat Bagian”. Penataan Jemaat-jemaat Bagian ini dimulai tahun 1971 dan terus diintensifkan persiapannya menuju pendewasaan. Jemaat-jemaat Bagian yang diproyeksikan untuk pendewasaan sejak tahun 1975 disebut sebagai Bagian Jemaat, antara lain yaitu Bagian Jemaat IX, wilayah Cipete – Cilandak. Untuk itu Majelis Jemaat GPIB Effatha mengadakan studi tentang pengembangan wilayah yang dipelopori oleh Gerakan Pemuda. Proses pendewasaan Bagianbagian Jemaat ini dilakukan pada saat Jemaat GPIB Effatha merayakan ulang tahunnya yang ke-25, 10 Juni 1975. Proses pengembangan pelayanan ini tidak hanya didorong oleh kebutuhan warga untuk beribadah di daerah-daerah pemukiman baru. Tetapi juga dipengaruhi oleh Persidangan Sinode Istimewa GPIB pada tahun 1972 di tengah Jemaat GPIB Effatha. Persidangan sinodal tersebut mempunyai arti penting bagi warga Jemaat: Selain membahas dan menetapkan Tata Gereja GPIB (1972), Sidang Sinodal tersebut juga mendorong Majelis Jemaat GPIB Effatha untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan memberdayakan warga Jemaat untuk meningkatkan pelayanan. Disusunlah Pokok-pokok Rencana Pembangunan 8
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
4 (empat) tahun 1975 – 1979 untuk mempersiapkan pendewasaan bagian-bagian Jemaat yang akan dilembagakan, termasuk Bagian Jemaat IX – wilayah Cipete dan Cilandak. Secara keseluruhan Jemaat GPIB Effatha memiliki 13 (tiga belas) Bagian Jemaat yang dipersiapkan pendewasaannya. Konsep Jemaat Missioner yang telah menjadi bahan-bahan pembinaan GPIB saat itu juga mempengaruhi pemekaran pelayanan Jemaat GPIB Effatha. Hal ini terbukti dengan percepatan penataan wilayah-wilayah pelayanan Jemaat GPIB Effatha menjadi Bagian-bagian Jemaat yang berlomba-lomba menampil-kan diri untuk mendapat status sebagai Jemaat baru. Dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama yaitu antara 5-7 tahun sejak tahun 1972, muncullah Jemaat-jemaat baru di Jakarta Selatan yang ditetapkan oleh Majelis Jemaat GPIB Effatha dalam status pendewasaan dan diusulkan kepada Majelis Sinode untuk dilembagakan. Majelis Jemaat GPIB Effatha pada tahun 1979 menetapkan 13 Bagian Jemaat yang telah dipersiapkan untuk mendapat status sebagai Jemaat baru dalam lingkungan GPIB. Wilayah pelayanan yang menjadi Bagian Jemaat IX pada tahun 1976 ditetapkan dengan batas-batas: Jln. H. Nawi dan Jln. Nangka/ Abdul Majid dengan poros Jln. Raya RS Fatmawati menuju ke Selatan, yaitu daerah Cipete, Cilandak, Terogong, ke Pondok Labu dan Lebak Bulus. Arah ke Timur dari daerah Cipete dan Cilandak ke Jeruk Purut, Ampera, Kompleks Marinir bertemu
9
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
dengan Pondok Labu dan Kompleks TNI Angkatan Laut Pangkalan Jati. Wilayah ini berkembang dengan pesat. Tidak lebih dari 2 (dua) tahun (1978). Bagian Jemaat IX dibagi dua. Untuk wilayah pelayanan di Cipete, Cilandak Barat, Pondok Labu, Pangkalan Jati dan Lebak Bulus menjadi Bagian Jemaat IX. Sedangkan wilayah Cilandak Timur Kompleks Marinir ke arah Selatan menjadi Bagian Jemaat VII Jemaat GPIB Effatha. Secara keseluruhan, 10 Bagian Jemaat dari Jemaat GPIB Effatha yang dilembagakan oleh Majelis Sinode sebagai Jemaat baru. Tiga Jemaat yang lainnya diintegrasikan lagi ke dalam sektor pelayanan Jemaat GPIB Effatha, Kharisma dan Filadelfia. 10 (sepuluh) Jemaat baru yang dilembagakan oleh Majelis Sinode antara tahun 1979 sampai 1992 adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Jemaat GPIB
Dilembagakan pada tanggal:
Anugerah Sumber Kasih Kharisma Sejahtera Karunia Markus Gibeon Kasih Setia Filadelfia Setiabudi
9 September 1979 20 Mei 1982 22 Agustus 1982 17 November 1985 2 Maret 1986 14 September 1986 22 Maret 1987 23 Juni 1991 26 Januari 1992 5 Juli 1992
10
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Pasal 2: Masyarakat yang bertumbuh dan berkembang. Jemaat GPIB Sumber Kasih terkait erat dengan Perkembangan pengembangan Kebayoran Baru di Jakarta Selatan. Sekitar tahun 1948 pemerintah membangun kompleks-kompleks perumahan di Kebayoran Baru (sebelumnya dikenal dengan Kotabaru Kebayoran) yang meliputi kurang lebih 19 Blok yaitu Blok A sampai dengan Blok S. Kawasan ini makin menjadi penting ketika pemerintah membangun kompleks Olah Raga Senayan tahun 1960. Sebagai tindak lanjut perubahan status pemerintah DKI dari Walikota menjadi propinsi pada tahun 1962, maka pada tahun 1966 terbentuklah 5 (lima) Walikota, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Selatan dan Jakarta Barat. Wilayah Jakarta Selatan tahun 2005 terdiri dari 10 Kecamatan dan 65 Kelurahan dengan 575 RW dan 6124 RT. Luas wilayahnya adalah 145,75 km2 dengan jumlah penduduk 1.708.167 jiwa5. Data-data dari Walikota Jakarta Selatan6 menjelaskan bahwa pekerjaan utama penduduk adalah perdagangan dan jasa serta industri. Bila dihubungkan dengan warga Jemaat GPIB Sumber Kasih sejak tahun 1967, maka sebagian besar warga Jemaat adalah pegawai Negeri, TNI/POLRI dan jasa lainnya. Umumnya golongan menengah ke bawah. Jumlah penduduk Jakarta Selatan saat ini dilayani dengan fasilitas keagamaan, yaitu: 523 Mesjid, 1.434 Mushola, 70 Gereja 11
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Kristen Protestan, 8 Gereja Kristen Katolik, 5 Vihara, 6 Pura, 1.753 Majelis Taklim, 14 Pondok Pesantren dan 438 Madrasah. Struktur sosialnya memiliki kemajemukan dalam budaya, agama, adat istiadat dan profesi. Budaya tradisional dengan corak Betawi asli masih ditemukan dalam berbagai kantong wilayah ini. Di bidang pendidikan, prosentasi warga yang berpendidikan tinggi makin meningkat. Jumlah yang tidak berpendidikan SD makin ditekan dari 35,81% menjadi 13,03%. Mengacu pada peta wilayah administrasi Kotamadya Jakarta Selatan, pelayanan Jemaat GPIB Sumber Kasih sekarang berada di Kecamatan Cilandak yang meliputi 5 Kelurahan yaitu kelurahankelurahan: Gandaria Selatan, Cipete Selatan, Cilandak, Pondok Labu dan Lebak Bulus. Luas Kecamatan Cilandak adalah 1.820.28 ha atau 18,20 km2 dengan jumlah penduduk 153.109 jiwa meliputi 37.090 kepala keluarga dan berada dalam wilayah pengembangan Selatan Utara dan Selatan Selatan yang merupakan konservasi daerah resapan air. Pembangunan wilayah-wilayah ini memerlukan pengendalian yang sangat ketat. Penduduk Kecamatan Cilandak terdiri dari: 135.205 penganut agama Islam, 9.819 Kristen Protestan, 6.261 Kristen Katolik, 1.212 Hindu dan 612 Budha. Pelayanan terhadap penganut-penganut agama-agama tersebut dilaksanakan melalui: 49 Masjid, 115 Musholah, 132 Majelis Taklim, 6 Gereja Protestan, 4 Gereja Katolik dan 1 Pesantren 7. Kini wilayah pelayanan Jemaat GPIB Sumber Kasih tidak hanya terbatas pada Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan tetapi telah 12
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
juga memasuki wilayah-wilayah pemerintahan Kotamadya Depok, Jawa Barat, antara lain pemukiman-pemukiman baru di Cinere dan sekitarnya. Pada tahun 1950-an wilayah Cipete dan Cilandak masih merupakan daerah yang terisolir di Selatan Kebayoran Baru. Wilayah ini mulai terbuka ketika Ibu Fatmawati Soekarno pada tanggal 2 Oktober 1954 meletakkan Batu Pertama Rumah Sakit TBC Anak-anak di lokasi yang sekarang ini berdiri Rumah Sakit Fatmawati 8. Rumah Sakit ini semula menjadi Sanatorium untuk anak-anak penderita TBC. Kemudian pada tahun 1960 melayani kasus-kasus bedah Orthopedi untuk melanjutkan pelayanan Kapal Rumah Sakit “HOPE” yang berkeliling melayani berbagai wilayah Indonesia pada masa itu. Pada tanggal 15 April 1961 Rumah Sakit ini menjadi Rumah Sakit Umum Pemerintah dengan nama Rumah Sakit Umum Ibu Soekarno. Selanjutnya nama Rumah Sakit ini berubah menjadi Rumah Sakit Umum Fatmawati, yang diresmikan oleh Gubernur DKI Ali Sadikin bersamaan dengan peresmian Ruang Bersalin pada tanggal 23 Mei 1967. Sekaligus pada saat itu Gubernur meresmikan jalan yang membentang dari Blok A (terusan Panglima Polim Raya) sampai ke Rumah Sakit Fatmawati menjadi Jalan Rumah Sakit Fatmawati. Mengapa peran Rumah Sakit Fatmawati penting dalam sejarah Jemaat GPIB Sumber Kasih? Selain menjadi pusat pelayanan kesehatan dan membuka isolasi masyarakat di Jakarta Selatan, Rumah Sakit ini telah memberikan sumbangan berarti bagi pelayanan Jemaat GPIB Sumber Kasih. Tenaga-tenaga medis Rumah Sakit ini sering bersama Jemaat GPIB Sumber Kasih 13
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
melaksanakan pelayanan sosial bagi masyarakat. Selain itu salah satu bantuannya yang sangat bersejarah ialah pelaksanaan Ibadah Pelembagaan Jemaat GPIB Sumber Kasih pada hari Kamis 20 Mei 1982 dilaksanakan di Aula Rumah Sakit Fatmawati. Saat itu Direktur Rumah Sakit Fatmawati adalah Dr. H.E.Tardan. Di samping keberadaan Rumah Sakit Fatmawati di Jakarta Selatan, kompleks-kompleks perumahan pemerintah juga dibangun (antara lain Pendidikan dan Kebudayaan) dan TNI, khususnya Angkatan Laut di Pondok Labu / Pangkalan Jati, yang telah membuat wilayah Cipete dan Cilandak berkembang pesat sejak awal tahun 1960-an. Di Kompleks TNI-AL di Pangkalan Jati terorganisir Persekutuan Umat Kristen yang melakukan pelayanan rawatan rohani bagi anggota-anggota TNI-AL. Persekutuan Oikumene ini juga telah merintis pembangunan Gereja pada tahun 1975 dan diresmikan sebagai Gedung Gereja Bahtera Allah, Jalan Baros 1. Gedung Gereja ini kemudian dipergunakan juga oleh Jemaat GPIB Sumber Kasih sebagai tempat ibadah Minggu sejak persiapan pelembagaan tahun 1980. Sementara itu sejak tahun 1970-an berdiri kompleks-kompleks perumahan baru di daerah Lebak Bulus, Cinere, Pondok Labu dan sekitarnya dan Pondok Indah. Kompleks-kompleks ini telah menjadikan wawasan selatan Kecamatan Cilandak sebagai “satelit” baru dan mencerminkan kehidupan kota yang modern dan berbaur dengan penduduk asli setempat yang tradisional.
14
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Pasal 3: Aliran-aliran kerohanian dan gerakan Keesaan GPIB Sumber Kasih bertumbuh dalam alam kerohanian Jemaat baru di mana penghayatan iman tidak lagi dipengaruhi secara ketat oleh warisan-warisan dari GPI. Alam kerohanian baru yang dimaksud adalah penghayatan iman Kristiani yang dibangun oleh gerakan Kharismatik sejak tahun 1960-an. Gerakan ini melaksanakan kegiatannya mulai dari jaringan-jaringan doa kelompok, kebangunan rohani sampai kepada pembentukan yayasan-yayasan Pekabaran Injil. Aktifitasnya tidak hanya terbatas pada doa-doa harian dan mingguan tetapi juga ibadah-ibadah Minggu terlepas dari Gereja-gereja yang ada. Kerohanian baru ini tidak hanya mengulangi metode dan bentuk-bentuk pelayanan atau ibadah aliran pentakostal yang lebih dinamis dan menggairahkan. Gerakan baru ini juga mendidik kader-kadernya tidak hanya melalui Sekolah-sekolah Alkitab Malam atau kursus-kursus Alkitab, tetapi juga menyelenggarakan pelatihan-pelatihan praktis kepemimpinan, mulai dari fungsi dan peran dalam ibadah-ibadah, doa dan penggembalaan sampai kepada mengorganisir kegiatankegiatan dalam skala besar. Kegiatannya telah menggugah warga Jemaat untuk paling kurang mempertanyakan konsep-konsep ajaran yang telah diajarkan Gerejanya sendiri. Akibatnya antara lain tradisi-tradisi Gerejanya sendiri mulai dipersoalkan. Misalnya dalam bidang peribadahan, warga Jemaat mulai merasa tidak puas dengan ibadah-ibadah Gerejanya yang monolog, statis dan kaku. Ibadah-ibadah kharismatik yang lebih bebas dengan lagu-lagu
15
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
dan nyanyian-nyanyian yang penuh sukacita, dianggap lebih menarik. Begitu juga khotbah-khotbah yang lebih bersemangat dengan isinya yang sederhana dan menggugah perasaan dan komitmen lebih diminati. Suasana baru ini di satu pihak membawa gejolak, tetapi di lain pihak telah membawa dampak positif. Dikatakan positif karena Gereja-gereja lama (termasuk GPIB) harus meninjau kembali ajaran dan tradisi-tradisi yang dipegang sebelumnya. Tradisi sebagai Gereja yang mengandalkan peranan pendeta sebagai pusat kegiatan dan organisasi Gereja yang berpegang teguh aturan-aturan dan sistem, mulai bergeser pada pemberdayaan warga Gereja untuk berperan dalam pelayanan. Begitu pula tata ibadah Gereja mulai mengalami pengkajian ulang. Selanjutnya untuk mempertahankan identitas diri sebagai Gereja mulai diadakan studi dan perumusan ajaran dan teologi Gereja sebagai pegangan warga tetapi sekaligus berfungsi apologetis (= pembelaan ajaran). Selain Kharismatik, warga GPIB juga sangat dipengaruhi oleh Gerakan Keesaan yang dipelopori oleh DGI, khususnya di bidang Pekabaran Injil dan hubungan Gereja dan Masyarakat. Sebagai contoh dampak positif dari gerakan keesaan dapat kita lihat dari keterbukaan GPIB tidak hanya dalam hal menerima anggota-anggota baru tetapi juga ikut serta mempelopori kegiatan keesaan warga-warga Gereja khusus di kawasan-kawasan pemukiman baru. Tahun 1960-an GPIB memperkenalkan konsep Jemaat Missioner, yaitu pemberdayaan Jemaat untuk hidup bagi lingkungannya. Disusunlah perencanaan yang diikuti dengan mobilisasi warga 16
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
untuk melayani melalui Bidang-bidang Pelayanan Khusus/ Kategorial (KA/KR, GP, PW dan PKB). Langkah yang lain adalah GPIB membarui Tata Gereja pada tahun 1972 dan 1982 dan Tatatata Ibadah tahun 1978 serta menyusun Pemahaman Iman GPIB tahun 1982 dan 1986. Sejak pertengahan tahun 1960-an, warga GPIB yang berada di wilayah Cipete dan Cilandak telah mengikuti kelompok-kelompok doa yang dibina oleh YPPII Batu Malang. Pergumulan dengan Kharismatik secara jelas nampak dalam dinamika pelayanan Jemaat GPIB Sumber Kasih pada tahun 1988 yang mengakibatkan munculnya persekutuan baru di daerah pelayanan ini dengan nama: Pancaran Kasih Allah. Pengaruh gerakan Keesaan Oikumene sejak tahun 1960-an juga terasa di daerah-daerah pemukiman baru di Jakarta Selatan dengan adanya ibadah-ibadah oikumenis. Ibadah-ibadah ini muncul dari kebutuhan warga untuk berkumpul, berdoa dan mendalami Firman TUHAN secara bersama. Kebutuhan warga tersebut tidak hanya disambut oleh Gereja-gereja di wilayah ini tetapi juga oleh tenagatenaga dan pejabat-pejabat dari Dewan Gereja Indonesia (=DGI, sekarang Persekutuan Gereja Indonesia = PGI) dan Rawatan Rohani dari TNI dan POLRI.
17
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
BAB II : MASA
PERSIAPAN
1960 - 1982
Pasal 1: Latar belakang antara tahun 1960 – 1982 ini disebut Masa Persiapan Masa karena tiga alasan pokok. Pertama, keberadaan Gereja (Jemaat GPIB Sumber Kasih) tidak dapat dilepaskan dari pemahamannya sebagai persekutuan orang percaya yang dipanggil dan diutus ALLAH. Perjalanan Gereja, baik sebagai Tubuh KRISTUS maupun sebagai institusi, mempunyai kaitan erat dengan tindakan ALLAH untuk menyelamatkan manusia dan dunia. Tindakan mana diwujudkan dalam perjanjian (covenant) ALLAH yang memuncak pada hidup, karya dan peranan YESUS KRISTUS melalui kematian dan kebangkitanNYA. Tindakan ALLAH itu juga nampak dalam persekutuan orang-orang percaya yang berhimpun di sekitar Firman dalam rangka menjawab panggilanNYA itu dengan melayani sehingga terbentuklah Jemaat GPIB Sumber Kasih. ALLAH telah mempersiapkan orang-orang percaya yang kemudian dipersekutukan dalam GerejaNYA (Jemaat GPIB Sumber Kasih) supaya mereka bertemu dengan keselamatan dalam YESUS KRISTUS, beribadah dan menjawab keselamatan itu dan mengantar atau memberitakan keselamatan itu kepada
18
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
sesama dan masyarakat. Mereka mengimani Karya ROH KUDUS dan bertindak secara rasional mengatur partisipasi warga Jemaat serta mengarahkannya untuk tujuan-tujuan yang dapat terjangkau. Kedua, keberadaan Gereja (Jemaat GPIB Sumber Kasih) dipengaruhi oleh konteksnya, mulai dari cara menghayati iman sampai kepada cara dan bentuk kelembagaan dan organisasinya. Konteks masyarakat turut menciptakan dinamika pelayanan, justru karena tantangan-tantangan dari masyarakat yang harus dijawab oleh Gereja. ALLAH tidak hanya memanggil umatNYA untuk menggereja, tetapi juga mempersiapkan lahan dan medan juang bagi Gereja untuk menabur benihbenih Injil. Jakarta Selatan, tepatnya wilayah Kecamatan Cilandak dengan segala tantangan dan kesempatan merupakan ladang yang dipersiapkan bagi GerejaNYA. ALLAH mempersiapkan ladangNYA ini melalui pembangunan masyarakat oleh pemerintah, kemajemukan agama, budaya dan berbagai latar belakang masyarakat serta permasalahan-permasalahan yang muncul untuk dihadapi oleh Gereja dan orang-orang percaya. Dinamika kehidupan dalam masyarakat telah menciptakan tata ruang bagi warga Jemaat sehingga mereka berpikir dan bertindak sebagai komunitas beriman. Terbangun pula relasi-relasi tanpa paksaan antar warga Jemaat dan juga dengan masyarakat sekitar. Hal ini menciptakan komunikasi terbuka yang memungkinkan warga Jemaat dapat berkembang menurut apa adanya.
19
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Ketiga, keberadaan Gereja (Jemaat GPIB Sumber Kasih) adalah peristiwa iman. Karena Gereja ini baik sebagai persekutuan atau individu bahkan keluarga menjawab panggilan ALLAH dan memperhatikan konteks masyarakat. Peristiwa iman yang pertama-tama muncul dalam diri pribadi-pribadi yang mempelopori pelayanan di kawasan ini. Iman mereka telah menjadi kekuatan yang menghimpun warga Kristiani untuk berkumpul, beribadah dan melayani sebagai satu persekutuan. Juga menjadi kekuatan untuk menggerakkan generasi selanjutnya meneruskan pelayanan. Pada gilirannya peristiwa iman yang semula bersifat perorangan ini berkembang menjadi kekuatan bersama khususnya melalui GPIB Effatha yang kemudian mempersiapkan pelembagaan Jemaat GPIB Sumber Kasih. Imanlah yang mendorong pemberdayaan persekutuan sebagai Gereja untuk perencanaan pelayanan yang terpadu. ALLAH adalah subyek pelayanan. Sebagai subyek, ALLAH bekerja sedemikian rupa sehingga warga Jemaat dibangun oleh ROH KUDUS untuk berpartisipasi dalam rencana ALLAH. Karena itu iman yang digerakkan ROH KUDUS itulah yang menjadikan warga Jemaat juga menjadi subyek pelayanan. Mereka tidak hanya menjadi obyek tetapi juga subyek meskipun tidak harus mengambil alih peran ALLAH sendiri. Walau dalam proses pelayanan Jemaat sering terjadi ketegangan dalam diri warga Jemaat dalam menempatkan diri sebagai obyek dan subyek sekaligus. Namun hal itu justru membuat pelayanan itu menjadi hidup, bertumbuh dan berkembang, bahkan berbuah.
20
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Pasal 2 : Perintisan (1960–1967) perintisan pelayanan tentu tidak terbatas pada jangka Masa waktu 7 (tujuh) tahun saja (1960 – 1967). Malah telah terjadi sebelumnya tatkala wilayah Kebayoran dimekarkan dengan perumahan-perumahan baru sejak tahun 1948. Kegiatan pelayanan, khususnya ibadah-ibadah Minggu yang dimulai sekitar tahun 1960 mungkin banyak dilatar-belakangi oleh kerinduan (karena iman) untuk berkumpul sebagai orangorang Kristen di pemukiman baru seperti yang berlangsung di daerah Cilandak dan Cipete. Mungkin juga diilhami oleh pengalaman Jemaat GPIB Effatha yang dimulai pelayanannya dari 10 (sepuluh) keluarga tanggal 10 Juni 1950. Data-data yang dikumpulkan oleh PW Naomi Bagian Jemaat IX GPIB Effatha 9, memberikan gambaran kepada kita bagaimana pelayanan di wilayah Cipete dan Cilandak dirintis sejak awal. Pada masa perintisan ini muncul 2 (dua) kelompok kegiatan : Pertama, Ibadah-ibadah yang dilaksanakan secara oikumenis di wilayah Cilandak. Ibadah-ibadah Minggu semula dilaksanakan di rumah keluarga Sumual-Palar, Jalan Cilandak V. Kemudian berpindah ke rumah keluarga Quiko, Jalan Cilandak V No.20, lalu ke Aula Rumah Sakit Fatmawati dan Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) di Jalan Raya Rumah Sakit Fatmawati. (Sejak tahun 1970 Jemaat GBIS tersebut beralih menjadi Jemaat Gereja Betel 21
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Indonesia = GBI). Tidak ada data yang jelas mengenai kapan penggunaan tempat-tempat tersebut. Apakah berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain ataukah ibadah dilaksanakan secara bergiliran setiap Minggu. Namun yang penting bahwa ibadahibadah dilaksanakan secara oikumenis dan menghimpun warga Gereja untuk mengungkapkan imannya di tengah lingkungan yang baru merupakan usaha yang bersejarah bagi Gereja-gereja, khususnya Jemaat GPIB Sumber Kasih. Persekutuan Oikumene umat Kristen ini dipelopori oleh pribadi-pribadi dari 3 (tiga) Gereja anggota Dewan Gereja Indonesia (DGI), yaitu : Willy Kuhu (anggota GPIB), Susilaradeya (anggota GKI) dan Pendeta Th. Ibrahim (anggota GBIS). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan tidak terbatas pada Ibadah Minggu (dengan tempat-tempat ibadah yang disebutkan sebelumnya), tetapi juga dilaksanakan ibadah-ibadah Keluarga. Ibadah-ibadah ini dilayani oleh para pelayan dari DGI, antara lain pendeta S. Marantika (Sekretaris Umum DGI – sekarang PGI) dan Nn. A.L. Frans, SH (Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan DGI); dan dari GPIB Effatha, seperti pendeta J. H. Kaligis, pendeta W. J. Rumambi (menjabat menteri zaman Presiden Sukarno), penatua S. A. Polii dan F. Berhitu; dan dari GBIS, pendeta Th. Ibrahim. Tidak tercatat jumlah warga Gereja yang dilayani saat itu, tetapi diperkirakan jumlahnya cukup banyak sehingga DGI sebagai lembaga oikumenis secara nasional turut memperhatikan perawatan terhadap warga Gereja yang berhimpun dalam persekutuan oikumene tersebut. 22
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Kedua, Ibadah-ibadah yang dilaksanakan secara khusus oleh warga GPIB (sebelumnya berasal dari berbagai Jemaat GPIB) di wilayah Cipete. Semula pelayanan ini juga bersifat oikumenis yang mencakup warga-warga GPIB, HKBP dan GKJ. Perintis-perintisnya antara lain Wim Rompis (GPIB), Harahap (HKBP) dan Kusuma (GKJ). Ibadah-ibadah Minggu dilaksanakan di keluarga Wim Rompis, Jalan Cipete IV No.6. Kemudian hari pelayanan tersebut beralih ke GPIB. Kapan hal itu terjadi, tidak ada data yang mengungkapkannya. Kemungkinan besar karena Gereja Kristen Jawa sudah melayani warganya yang menjadi awal berdirinya GKJ Nehemia di Pondok Indah. Begitu juga HKBP telah melayani warganya yang dilanjutkan dengan berdirinya HKBP Jalan Asam di Cipete. Selanjutnya warga GPIB beribadah pada hari Minggu berpindahpindah. Mulai dari rumah keluarga Wim Rompis, Jalan Cipete IV No.6 dan keluarga Quiko di Jalan Cilandak V/20, kemudian keluarga Sri Rahardi, Jalan Cilandak III Blok F No.8 dan keluarga Wayong, Jalan Palm No.1. Perkembangan pelayanan di dua wilayah tersebut menarik perhatian, karena cukup pesat berkembang. Sehingga Majelis Jemaat GPIB Effatha melibatkan Willy Kuhu dan Wim Rompis dalam rapat-rapat dan pelayanan Jemaat GPIB Effatha. Willy Kuhu diberikan tanggung jawab untuk mengkoordinir wilayah pelayanan Cilandak, sedangkan Wim Rompis untuk 23
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
wilayah pelayanan Cipete. Dengan langkah tersebut Majelis Jemaat GPIB Effatha mulai mengadakan konsolidasi pelayanan di wilayah Cipete dan Cilandak dan sekitarnya. Sementara itu Bidang-bidang Pelayanan Khusus (kemudian tahun 1974 disebut Bidang Pelayanan Kategorial – BPK) telah melakukan kegiatan-kegiatan pelayanan masing-masing. Kebaktian Anak/Kebaktian Remaja melayani anak-anak dalam ibadah-ibadah Minggu dan Gerakan Pemuda melaksanakan kegiatan-kegiatannya di bawah BPK KA/KR dan Gerakan Pemuda Cabang Jemaat GPIB Effatha. Kegiatan Persatuan Wanita segera mengambil bentuk dibanding BPK yang lainnya. Tahun 1966 ibu-ibu telah mengadakan pertemuan dan kegiatan secara oikumenis. Pelopor-pelopor kegiatan ibu-ibu antara lain ibu Tupamahu, ibu Hanna Kuhu, ibu Olga Pusung, ibu Juul Quiko, ibu Pauline Soewargo. Persekutuan ibu-ibu ini mengambil nama “Naomi”, atas usul ibu Olga Pusung. Arti “Naomi”: ‘Kesayanganku, manisku’ (lihat Kitab Ruth). Kegiatan Pemuda-pemuda dimulai tahun 1966 dalam bentuk Gerakan Pemuda Seiman, dengan jumlah 30 orang dan dipimpin oleh B. Piris. Kemudian dilebur ke dalam GPIB sebagai ranting dari GP-GPIB Effatha, dengan nama GP Maranatha, dipimpin Hans Rotty.
24
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Kegiatan KA/KR dimulai tahun 1967 dengan 4 (empat) pelayan dan 2 (dua) pos pelayanan, yaitu di rumah keluarga Wim Rompis (wilayah Cipete) dan di rumah keluarga Mantiri (wilayah Cilandak), dipimpin oleh Evie Bakarbessy-Mustamu. Muncul pertanyaan: Apakah yang telah mendorong kegiatankegiatan pelayanan secara oikumenis maupun secara GPIB di wilayah-wilayah tersebut? Pertanyaan ini dapat dijawab dengan melihat perkembangan-perkembangan teologis secara oikumenis oleh Gereja-gereja dan secara khusus di GPIB sendiri. Faktor-faktor yang perlu dilihat adalah : 1. Penghayatan iman Kristiani yang diungkapkan dalam bentukbentuk yang kelihatan seperti pertemuan, ibadah, doa dan pembacaan Alkitab serta percakapan-percakapan, merupakan hal yang menarik. Namun perlu diteliti lebih mendalam apakah bentuk-bentuk penghayatan iman seperti ini merupakan kelanjutan dari cara-cara zendeling sebelumnya? Ataukah merupakan cara yang khas Indonesia 10, yang didorong oleh rasa kekeluargaan yang kemudian diisi dengan kegiatankegiatan pelayanan Gereja. 2. Pengaruh dari Gerakan Oikumene dengan berdirinya Dewan Gereja-gereja di Indonesia pada tahun 1950 cukup menonjol. Sejak tahun 1950-an sampai 1970-an upaya memasyarakatkan keesaan Gereja-gereja di Indonesia dilakukan secara intensif
25
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
oleh Gereja-gereja. Warga Gereja, terutama di kota-kota seperti Jakarta telah memahami pentingnya keesaan, walaupun bentuknya masih dipersoalkan oleh para pemimpin Gereja11. Berbagai bentuk keesaan dalam kegiatan bersama, khusus di wilayah-wilayah pemukiman baru dipelopori oleh wargawarga Gereja. 3. Pengaruh konsep Jemaat Misioner, yang diterjemahkan dalam berbagai aktifitas GPIB sejak 1960 juga memberikan warna tersendiri bagi pelayanan. Konsep ini yang dipelopori oleh Pdt. D. R. Maitimoe (Ketua Umum Majelis Sinode GPIB 1964 - 1974) dimaksudkan untuk memobilisir warga GPIB untuk menjawab berbagai kebutuhan masyarakat di sekitarnya sambil memberitakan Injil KRISTUS 12. Mobilisasi warga GPIB dilakukan melalui Bidang-bidang Pelayanan Khusus (Kategorial) yang berhubungan langsung dengan warga Jemaat dan karena itu berfungsi menggerakkan untuk melakukan pelayanan secara intern maupun ekstern 13.
26
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Pasal 3 : Konsolidasi (1967 –1982) pelayanan dan organisasi di wilayah Cipete dan Konsolidasi Cilandak mulai dilaksanakan sejak pertemuan Majelis Jemaat GPIB Effatha dengan warga GPIB di kedua wilayah tersebut pada bulan Februari 1967. Pertemuan tersebut berhasil membuat keputusan 14 sebagai berikut : Pertama: Umat Kristen GPIB di wilayah Cipete dan Cilandak dimasukkan ke dalam wilayah pelayanan GPIB Effatha. Kedua: Umat Kristen GPIB di wilayah Cipete dan Cilandak akan diikut-sertakan dalam pemilihan anggota Majelis Jemaat GPIB Effatha periode 1967 – 1971. Ketiga: Kepada kedua Koordinator: Wim Rompis dan Willy Kuhu ditugaskan untuk melaksanakan pendaftaran anggota sidi umat Kristen GPIB dan menyelenggarakan pemilihan anggota Majelis Jemaat di wilayah Cipete dan Cilandak. Berdasarkan keputusan bersama tersebut, konsolidasi dilaksanakan dalam bidang-bidang : 1. Pelayanan Berdasarkan hasil sensus tahun 1967, jumlah warga GPIB yang dilayani di wilayah Cipete dan Cilandak adalah 50 keluarga. Pelayanan terhadap warga dilaksanakan oleh Majelis Jemaat
27
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
GPIB Effatha Ranting IX. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah ibadah Minggu, ibadah Keluarga (hari Kamis), kunjungan keluarga, kunjungan ke Rumah Sakit Fatmawati, Diakonia, juga melalui latihan-latihan Paduan Suara Hosana. Karena makin bertambahnya warga maka perayaan-perayaan Natal dilaksanakan di berbagai gedung Pertemuan / Aula, misalnya Perayaan Natal tahun 1972 di Wisma Tan Miat, tahun 1973 di gedung Institut Ilmu Kesehatan, tahun 1974 di Aula Rumah Sakit Fatmawati dan 1977 di Aula PDK. Pertambahan jumlah warga terus meningkat. Pada tahun 1970, jumlah warga Jemaat telah bertambah menjadi 100 keluarga, tahun 1975 menjadi 200 keluarga dan tahun 1979 menjadi 300 keluarga. Pada saat pelembagaan tahun 1982 bertambah lagi menjadi 408 keluarga terdiri dari 788 warga sidi dan 1924 jiwa. Pelayanan Majelis Jemaat ditopang dan dilengkapi oleh pelayanan Bidang-bidang Pelayanan Khusus. Pada tahun 1967 Persatuan Wanita, Gerakan Pemuda dan Kebaktian Anak /Kebaktian Remaja telah melakukan kegiatan pelayanan, masing-masing sebagai ranting dari BPK Jemaat GPIB Effatha: Persatuan Wanita, melaksanakan pertemuan-pertemuan rutin, giat dalam ibadah Keluarga, pelayanan diakonia-sosial, kunjungan Keluarga, kunjungan Rumah Sakit, Pantipanti dan Penjara. Selain itu Persatuan Wanita juga membantu Majelis Jemaat dalam usaha-usaha dana dan Panitia
28
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Pembangunan serta dalam melaksanakan perayaan-perayaan Hari-hari Raya Kristiani. Untuk memperlengkapi para anggotanya, maka diadakan pembinaan-pembinaan dalam kerjasama dengan Persatuan Wanita GPIB Effatha. Gerakan Pemuda, bertumbuh pertama-tama melalui Vocal Group / Paduan Suara. Dari pelayanan ini kemudian dikembangkan bentuk-bentuk pelayanan yang baru seperti: Ibadah Keluarga dua kali sebulan (bersifat oikumenis), kegiatan pembinaan kepemimpinan, kegiatan olahraga, kegiatan sosial ke masyarakat, perayaanperayaan Hari-hari Raya Kristiani, usaha-usaha dana dan acaraacara retreat. Kebaktian Anak / Kebaktian Remaja, melakukan kegiatan belajar mengajar anak-anak warga Jemaat. Semula kegiatan belajar mengajar ini dilaksanakan di dua tempat yaitu di keluarga Wim Rompis (Cipete) dan keluarga Mantiri (Cilandak), kemudian pada tahun 1970 di tambah lagi satu tempat ibadah yaitu di Aula Rumah Sakit Fatmawati. Selain itu mereka juga melakukan kunjungan-kunjungan keluarga (anak-anak), orang sakit, latihan-latihan dan pelayanan melalui Paduan Suara / Vocal Group serta terlibat dalam kegiatan Perayaan Hari-hari Raya Kristiani.
29
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
2. Majelis Jemaat Konsolidasi kepemimpinan dimulai sesudah pertemuan Warga Sidi, bulan Februari 1967, yaitu penetapan wilayah pelayanan Cipete dan Cilandak sebagai Ranting IX dari Jemaat GPIB Effatha. Selanjutnya dipilih penatua dan diaken dari Ranting IX tersebut, sebagai berikut : Pertama: Masa bakti 1967–1971 (melayani sekitar 50 keluarga), terdiri dari 7 (tujuh) penatua dan 4 (empat) diaken, yaitu : Penatua:
Diaken:
1. Ny. E.Ticoalu-Kaunang (koord.) 2. Wim Rompis 3. Ny.Tupamahu 4. P. Hasibuan 5. J.W.Adnan 6. A.L.Wenno 7. Masengi
1. 2. 3. 4.
Ny. H.C.Kuhu-Latuharhary Ny. A.P.G.Quiko-Supit Nn. A.L.Fanggidaej A. Manoppo
Kedua: Masa bakti 1971 – 1975 (melayani sekitar 200 keluarga, istilah Ranting berubah menjadi Bagian Jemaat), terdiri dari 6 (enam) penatua dan 8 (delapan) diaken, yaitu :
30
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Penatua:
Diaken:
1. Ny. E.Ticoalu-Kaunang 2. A.L.Wenno
1. Nn. A.L.Fanggidaej (koord.) 2. Ny. H.C.Kuhu-Latuharhary
3. J.W.Adnan 4. E.M. Tambunan 5. Hasibuan 6. C.J. Seba -
3. 4. 5. 6. 7. 8.
Ny. A.P.G.Quiko-Supit Ny. P.O. Pusung L.L. Kusoy A. Manoppo J.K. Rondonuwu Ny. W.H.I.ToumahuManubulu
Ketiga: Masa bakti 1975 – 1979 (melayani sekitar 300 keluarga) terdiri dari 9 (sembilan) penatua dan 9 (sembilan) diaken, yaitu : Penatua: 1. Nn. A.L.Fanggidaej (koord) 2. Ny. P.O. Pusung 3. E.M. Tambunan 4. C.J. Seba 5. S.B. Ferdinandus 6. J.W.Adnan 7. H.R. Momor 8. L.L. Kusoy
Diaken: 1. Ny. H.C.Kuhu-Latuharhary 2. Ny. A.P.G.Quiko-Supit 3. Ny.W.H.I.ToumahuManubulu 4. Ny. I.S. Helling-Jonathans 5. J.K. Rondonuwu 6. Sumardjo 7. A.T. Dotulong 8. Rudy Supardjo
31
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
9. Ny. M.Sumanti-South 9. A.L. Waworuntu 3. Bidang Pelayanan Khusus/Kategorial (BPK) 3.1. Persatuan Wanita Ranting/Bagian Jemaat IX Pertama : Masa Bakti 1967 – 1971 Penasehat : Ny. Sumual-Palar Ny. M.W. Adnan-Fanggidaej Ketua : Ny. P.O. Pusung Wakil Ketua : Ny. E. Masengi Penulis I : Nn. A.I. Fangidaej Penulis II : Ny. Radjahaba Bendahara I : Ny. Pangemanan Bendahara II : Ny. B.Zaini Musa Sie Sosial Diakonia : Ny. H.C.Kuhu-Latuharhary Sie Usaha : Ny. J. Rompas Sie Perayaan : Ny. S.I. Adnan-Sardjono Kedua : Masa Bakti 1971 – 1975 Ketua I : Ketua II : Penulis I : Penulis II : Bendahara : Pembantu-pembantu :
Ny. F. Tambuwun-Mandey Ny. D. Moeljono-Watulangkow Ny. H.J. Awuy-Matulandi Ny. W.H.I. Toumahuw-Manubulu Ny. E.S.F. Siahaya-Tupan Ny. J.I. Rompis-Lengkong Ny. D.J. Latuharhary Nn. A.I. Fanggidaej Ny. P.O. Pusung Ny. M.E. Masengi-Namboh
32
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Ny. S.I. Adnan-Sardjono Ny. Hiskia Ketiga : Masa Bakti 1975 – 1979 Penanggungjawab : Ny. T.R.M. Sampouw-Paat Wakil : Ny. M. Tambuwun-Rompas Pembantu-pembantu : Ny. M.G.R. Joseph-Tetelepta Ny. A. Megawe-Makahekung Ny. E.S.F. Siahaya-Tupan Ny. Edhykusumo Ny. Y.J.Ch. Momor-Manoppo
3.2. Gerakan Pemuda Bagian Jemaat IX Masa Bakti 1975 – 1979 Penanggungjawab I: Penanggungjawab II Sie Administrasi : Sie Keuangan :
Eddy Pradono : Rudy Pelupessy S. Teddy P.N. Gina Ferdinandus
3.3. Kebaktian Anak/Kebaktian Remaja Bagian Jemaat IX Masa Bakti 1975 – 1979 Koordinator
: Ny. Evie Bakarbessy-Mustamu.
33
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Pasal 4 : Pengadaan Tempat Ibadah awal, warga GPIB di wilayah Cipete dan Cilandak telah Sejak menggumuli kebutuhan adanya tempat ibadah Hari Minggu. Pada tahun 1960 dan selanjutnya sampai pendewasaan, Ibadah Minggu dilaksanakan dari rumah ke rumah beberapa warga Jemaat. Dalam periode 1975 – 1979 pelaksanaan Ibadah-ibadah Minggu diatur sebagai berikut : Hari Minggu 1 dan 5 di rumah keluarga Quiko, Jl. CilandakV/20 Hari Minggu 2 di rumah keluarga Wim Rompis, Jl. Cipete IV/6 Hari Minggu 3 di rumah keluarga Sri Rahadi, Jl.Taman Cilandak III/F.8 Hari Minggu 4 di rumah keluarga Wayong-Rumambi, Jl. Palm 1. Kemudian, Majelis Jemaat Bagian Jemaat IX GPIB Effatha ditugaskan juga untuk melayani Ibadah Minggu di kompleks Marinir (sebagai Sektor V dari Bagian Jemaat IX), yang akan dikembangkan menjadi Jemaat yang didewasakan oleh Majelis Jemaat GPIB Effatha. Mengingat kebutuhan akan adanya tempat ibadah yang tetap, maka dibentuk Panitia yang menghubungi berbagai pihak untuk
34
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
mendapatkan lokasi dan izin pembangunan, di wilayah Cipete atau Cilandak. Panitia Pembangunan yang pertama telah dibentuk pada masa bakti kemajelisan 1967 – 1971, yang diketuai oleh Penatua J.W. Adnan. Panitia ini telah berhasil mengumpulkan sejumlah dana, namun karena Majelis Jemaat GPIB Effatha tengah membangun Gedung Pertemuan yang juga diperuntukkan bagi pelaksanaan Sidang Sinode Istimewa GPIB, bulan Oktober 1972, maka dana yang telah terkumpul dialihkan ke pembangunan gedung pertemuan tersebut. Hal ini merupakan salah satu bukti bahwa persekutuan Jemaat terbina dalam kedewasaan dan Bagianbagian Jemaat tidak hanya bertanggung-jawab untuk dirinya sendiri tetapi juga keseluruhan pelayanan Jemaat sebagai Tubuh KRISTUS. Pada masa bakti kemajelisan 1971 – 1975, dibentuk Panitia Pembangunan yang kedua yang terdiri dari : K e t u a
:
Mulyono
Wkl. Ketua/Bidang Operasi
:
S.B. Ferdinandus
Wkl. Ketua/Bidang Administrasi
:
J.J. Tahapary (merangkap Keuangan)
Sekretaris
:
E.M. Suwargo
Humas
:
Wiwoho Alexander
Panitia Pembangunan ini bekerja sampai tahun 1978 dengan mengusahakan dana dan menghimpun sumbangan tiap bulan dari warga Jemaat. Selain itu berusaha mengumpulkan informasi 35
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
mengenai lokasi yang dapat dijadikan tempat pembangunan gedung Gereja, sekaligus juga proses perizinannya. Perhatian utama diarahkan untuk mendapat lokasi di wilayah Cipete dan Cilandak. Selanjutnya pada bulan Agustus 1978, Majelis Jemaat GPIB Effatha mengangkat Panitia Pembangunan baru yang tugasnya melanjutkan tugas Panitia yang sebelumnya, yaitu terdiri dari : Pelindung
:
Prof. Dr. G.A. Siwabessy Pdt. M.D. Suitela, MRE
Penasehat
:
Pengurus Harian K e t u a Wkl. Ketua Sekretaris I Sekretaris II Sekretaris III Bendahara I Bendahara II
: : : : : : : :
Majelis Jemaat GPIB Effatha Bagian IX. Pendeta J.E. Mirah Ir. A.R.Dendeng (Wakil Anggota Jemaat IX) Ny. R.L.W.Sapulete-Pattipeilohy Ny. A.L.Waworuntu-van Kampen Ny. M. A. Rampen-Umboh Ny. D. Persulessy Ny. M.S. Basoeki Ny. A.B. Ferdinandus-Nayoan Ny. O. Waworuntu-Pantow
Panitia Pembangunan yang baru ini melanjutkan usaha-usaha dana, juga mengurus pengadaan lokasi serta perizinannya. Setelah
36
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Pelembagaan 1982, Panitia ini disempurnakan dan diperlengkapi untuk melanjutkan tugas-tugasnya sampai tahun 1988. Karena kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan sulit mencari lokasi di wilayah Cipete dan Cilandak, maka panitia ini mulai mengarahkan perhatian ke daerah-daerah Real Estate di Lebak Buluk dan sekitarnya. Pasal 5 : Pendeta-pendeta Pembina Pelayanan secara tetap masa persiapan, selain pendeta-pendeta Jemaat GPIB Selama Effatha yang membina Bagian Jemaat IX seperti Pendeta J.H.Kaligis, Pendeta M.P. Gabriel dan Pendeta M.D. Suitela, juga para Pendeta Pelayanan Umum yang berdomisili di wilayah pelayanan ini berperan sebagai tenaga-tenaga Pembina/ Pembimbing. Pendeta yang menjadi tenaga Pembina tetap pada masa persiapan pelembagaan Jemaat GPIB Sumber Kasih adalah: Pendeta J.E. Mirah yang berasal dari GMIM (Gereja Masehi Injili Minahasa) dan melayani sebagai Rohaniawan di TNI Angkatan Laut. Ia diangkat oleh Majelis Jemaat GPIB Effatha sebagai pendeta Pembina untuk mendampingi Majelis Jemaat Bagian IX yang mempersiapkan pendewasaannya. Kemudian setelah pelembagaan Jemaat GPIB Sumber Kasih tahun 1982, Majelis Jemaat GPIB Effatha memberikan tugas baru bagi Pendeta J.E. Mirah sebagai pendeta Pembina mendampingi Majelis Jemaat Bagian VII (Marinir) Jemaat GPIB Effatha, mempersiapkan pelembagaannya yaitu menjadi Jemaat GPIB Markus tahun 1986. 37
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Untuk membantu pelaksanaan pelayanan Jemaat, sejak tahun 1981 Majelis Jemaat GPIB Effatha juga menugaskan Pendeta Ny. A.J.M. Loppies-Mustamu, yang berasal dari GPM (Gereja Protestan Maluku); saat itu ia sedang melayani sebagai pendeta dalam lingkungan Gereja-gereja anggota GPI (Gereja Protestan di Indonesia: GMIM, GPM, GMIT dan GPIB). Pada saat Pdt. J.E. Mirah ditugaskan melayani Bagian Jemaat VII, Marinir (kemudian berubah menjadi Bagian Jemaat Jemaat IX menjelang pelembagaannya), Pdt. Ny. A.J.M. Loppies-Mustamu secara penuh waktu melayani Jemaat GPIB Sumber Kasih. Pendeta-pendeta Pelayanan Umum yang juga melayani dan membantu secara rutin dalam masa persiapan pelembagaan Jemaat GPIB Sumber Kasih ini, adalah : Pdt. Ny. M. Dharma-Angkuw (Pelum GPIB di RS PGI Tjikini) Pdt. I. H. Laiskodat (Pelum dari GMIT di TNI Angkatan Darat) Pdt. D. E. Liman (Pelum dari GMIT di TNI Angkatan Darat) Pdt. D. Kawet (Pelum dari GPIB di TNI Angkatan Darat) Pdt. Harmin (Pelum dari GKSS di PGI) Pdt. A.M.L. Bakhu (Pelum dari GMIT di TNI Angkatan Darat) Pdt. N.W. Aipassa (Pelum dari GPM) Pendeta-pendeta Pelayanan Umum tersebut, melaksanakan tugastugasnya dengan pengaturan dan penjadwalan oleh Majelis Jemaat GPIB Effatha. Penugasannya meliputi juga Bagian-bagian Jemaat lainnya yang sedang dipersiapkan untuk dilembagakan oleh Majelis Sinode. Hal ini dilakukan tidak hanya karena kebutuhan 38
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
pelayanan Jemaat setempat tetapi juga dalam rangka mewujudkan keesaan di lingkungan Gereja-gereja anggota GPI dan PGI. Jemaat GPIB Effatha secara keseluruhan telah melibatkan pendetapendeta Pelayanan Umum dalam mengembangkan pelayanan Jemaatnya. Pasal 6 : Rangkuman Persiapan ini ditandai dengan tanda-tanda penyertaan, Masa karya dan anugerah ALLAH yang disambut oleh warga Jemaat dengan iman serta komitmen untuk melayani. Inisiatif mereka ini disambut pula oleh Majelis Jemaat GPIB Effatha, yang telah menyusun rencana induk 4 tahun (1975 – 1979) untuk pengembangan wilayah pelayanan Bagian Jemaatnya. Warga Jemaat setempat bersama para pelayan dan pembina bergumul sungguh-sungguh untuk mengembangkan keberadaannya sebagai Gereja. Sekalipun tatkala pelembagaan belum mempunyai tempat ibadah yang tetap dan belum memiliki pendeta Jemaat, bahkan beribadah dalam “pengembaraan” tetapi Jemaat ini telah bertumbuh karena iman, pengharapan dan kasih KRISTUS.
39
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
BAB III MASA
PEMBANGUNAN
1982 - 1992
Pasal 1 : Latar belakang
Istilah pembangunan diterjemahkan dari kata Yunani: Oikodome atau oikodomein dan dihubungkan dengan: mendirikan Gereja atau Jemaat15. Karena itu yang dimaksud dengan Pembangunan di sini adalah Pembangunan Jemaat. Masa Pelayanan Jemaat GPIB Sumber Kasih tahun 1982 – 1992 disebut Masa Pembangunan Jemaat dengan alasan sebagai berikut : 1. Kegiatan antar warga Jemaat adalah satu ungkapan iman. Dalam Kisah Para Rasul dikatakan bahwa Jemaat dibangun dan hidup dengan takut akan TUHAN. Jumlah mereka bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus (Kis.PR 9:31) – [Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus.]. Dalam rangka pembangunan Jemaat,
Paulus menetapkan para Tua-tua di Efesus dan menyerahkan mereka kepada Kasih Karunia TUHAN yang berkuasa untuk membangun Jemaat serta menganugerahkan bagian yang ditentukan bagi semua orang yang dikuduskanNYA (Kis.PR 20:32) – [Dan sekarang aku menyerahkan kamu kepada TUHAN 40
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
dan kepada firman kasih karunia-Nya, yang berkuasa membangun kamu dan menganugerahkan kepada kamu bagian yang ditentukan bagi semua orang yang telah dikuduskan-Nya.]. Dalam surat kepada Jemaat di
Tesalonika, Paulus menegaskan bahwa pembangunan Jemaat adalah kegiatan antar warga, satu dengan yang lain, untuk saling meneguhkan, membangun, menegur (I Tes.5:11-14) [5:11 Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan. 5:12 Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu; 5:13 dan supaya kamu sungguh-sungguh menjunjung mereka dalam kasih karena pekerjaan mereka. Hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain. 5:14 Kami juga menasihati kamu, saudarasaudara, tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang.]
Dengan jelas Firman TUHAN menegaskan bahwa kegiatan antar warga Jemaat sebagai pembangunan merupakan karunia Roh . Kegiatan itu antara lain memiliki kemampuan menerjemahkan Firman dengan secara komunikatif tetapi juga bernubuat dalam arti mengajar dan menyampaikan Firman ALLAH (I Kor. 14:4). - [Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat.] Dengan demikian tidak boleh ada yang mengatakan
bahwa kegiatan-kegiatan yang terjadi dalam Jemaat, walau itu sangat sederhana, bukanlah kegiatan ROH KUDUS. Bahkan kasih satu terhadap yang lain yang dilakukan warga Jemaat adalah juga dalam rangka membangun Jemaat
41
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
(I Kor. 8 : 1) - ["kita semua mempunyai pengetahuan." Pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun]. Membangun Jemaat bukan untuk kepentingan perorangan, tetapi kepentingan Jemaat dan Gereja seluruhnya. Warga Jemaat aktif satu dengan yang lain untuk pembangunan Rumah Rohani yang adalah karya ROH KUDUS (I Petrus 2:5) - [Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.]
Warga Jemaat GPIB Sumber Kasih berada dalam proses ini melanjutkan pelayanan sebelumnya (1960 – 1982) sebagai peristiwa iman. Warga Jemaat yang menjadi subyek pembangunan karena ALLAH bekerja. Mereka aktif. Kadang-kadang kurang sabar terhadap pelayan yang kurang menghayati pelayanan. Tetapi kadang-kadang begitu aktif lalu berbenturan satu dengan yang lain akibat pemahaman ajaran yang berseberangan. Itu semua adalah dinamika dalam pembangunan Jemaat sebagai ungkapan iman. 2. Kegiatan warga Jemaat sebagai ungkapan iman membutuhkan identitas. Perjalanan pengembaraan sepanjang tahun 1962 – 1982 dengan jelas mengungkapkan kerinduan tersebut. Banyak cara untuk menampilkan identitas Jemaat. Bentuknya bermacam-macam, misalnya: Persekutuan yang penuh kasih, penginjilan yang meluas atau organisasi yang matang dan 42
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
sebagainya. Identitas itu sangat tergantung juga dari tantangan dan kebutuhan yang dihadapi. Umat Israel tatkala telah menetap di Tanah Perjanjian, sesudah meliwati kepemimpinan para Hakim, mereka segera ingin memiliki raja atau kerajaan (I Samuel 8:6) – [Waktu mereka berkata: "Berikanlah kepada kami seorang raja untuk memerintah kami," perkataan itu mengesalkan Samuel, maka berdoalah Samuel kepada TUHAN].
Walau keinginan itu merupakan penolakan atas kedaulatan ALLAH sebagai Raja, tetapi akhirnya ALLAH mengabulkan juga permintaan mereka. Sebab umat membutuhkan identitas. Begitu pula tatkala Daud ingin mendirikan Bait bagi ALLAH di Yerusalem sebagai wujud identitas umat milik ALLAH (II Samuel 7) - [7:12 Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. 7:13 Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selamalamanya.]. Walau ditolak tetapi akhirnya ALLAH merestui,
namun bukan Daud tetapi Salomo, anaknya yang akan membangun Bait ALLAH. Sekalipun Bait Allah yang dibangun manusia itu tidak dapat menangkap kehadiran ALLAH dan tidak dapat menampung KemuliaanNYA (bdg. Yesaya 66:1) – [Beginilah firman TUHAN: Langit adalah takhtaKu dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku; rumah apakah yang akan kamu dirikan bagi-Ku, dan tempat apakah yang akan menjadi perhentian-Ku?],
tetapi ia merupakan identitas umat untuk bersekutu dan
43
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
mengalami kehadiran ALLAH, dan sebagai pusat kegiatan ibadah dan pembinaan umat. Dalam hubungan ini, kita memahami pergumulan Jemaat GPIB Sumber Kasih. Bahwa pada masa pembangunan (1982 – 1992) ini perjuangan identitas Jemaat untuk ingin memiliki Rumah Ibadah sangat tinggi bahkan mendominasi seluruh kegiatan Jemaat. Panitia-panitia yang telah dibentuk pada masa sebelumnya disempurnakan dan melanjutkan usaha-usaha memperoleh lokasi dan dana sampai akhirnya membangun gedung Gereja sekarang. Pergumulan dan kesulitan baik umum maupun khusus tidak pernah mematahkan semangat juang untuk membangun Rumah Ibadah untuk mewujudkan identitas umat yang beriman kepada KRISTUS. 3. Pembangunan Jemaat untuk menjawab perubahan-perubahan masa kini. Upaya ini sangat nyata pada masa persiapan (1960 – 1982). Pembangunan Jemaat merupakan upaya yang aktual dalam situasi yang beraneka ragam. Kita dapat menyebut 2 (dua) saja diantaranya. Pertama, ada situasi di mana warga Jemaat berkurang. Kedua, ada pula situasi di mana warga Jemaat bertambah. Ambil saja contoh kecil yaitu pengunjung ibadah pada hari Minggu atau ibadah-ibadah keluarga pada hari-hari tertentu. Ada saat tertentu di mana jumlah warga Jemaat berkurang dan pada saat lain warga banyak. Partisipasi warga turun dan naik dalam kegiatan-kegiatan Gereja.
44
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Contoh yang besar misalnya, Jemaat GPIB Sumber Kasih sebagai Jemaat yang melayani di daerah pemukiman baru di pinggir kota, semakin banyak warga Jemaatnya. Tetapi Jemaat-jemaat di tengah kota Jakarta seperti Immanuel, atau juga Yahya, makin lama makin berkurang. Jemaat-jemaat di pusat kota banyak yang melayani warga tamu atau pengunjung saja. Pertanyaannya ialah bagaimana Jemaat GPIB Sumber Kasih mengantisipasi perubahan-perubahan seperti ini baik dalam skala kecil maupun yang besar dengan pembangunan Jemaat yang konseptual? Bagaimana Jemaat ini tidak hanya melakukan pelayanan untuk pertambahan warga Jemaat, tetapi juga secara kualitas mengantisipasi perubahan-perubahan di dalam dirinya dan di sekitarnya dengan memberdayakan warga Jemaat. Masa pembangunan (1982 – 1992) agaknya berusaha menyentuh kebutuhan untuk menjawab perubahan-perubahan tersebut, walaupun belum membuat terobosan-terobosan baru yang signifikan. Terbentuknya pos pelayanan baru di Cinere mungkin dilihat sebagai upaya menyentuh perubahanperubahan yang ada walaupun kelihatannya belum secara konseptual.
45
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Pasal 2 : Pelembagaan Jemaat GPIB Sumber Kasih pelembagaan Bagian Jemaat IX GPIB Effatha menjadi Persiapan Jemaat GPIB Sumber Kasih telah dilakukan secara formal organisatoris melalui Sidang Pleno ke-3 tahun 1979. Sidang tersebut menetapkan bahwa terhitung 1 April 1980 Bagian Jemaat IX tersebut ditempatkan dalam status didewasakan. Majelis Jemaat GPIB Effatha menindak-lanjuti dengan mengeluarkan Surat Keputusan No.010/SK/EFF/V/1980 tanggal 12 Mei 1980. 1. Perangkat-perangkat Pelayanan Dalam rangka mewujudkan umat yang beribadah dengan salah satu identitas sebagai Gereja menuju pelembagaan maka pelaksanaan ibadah-ibadah Minggu ditata kembali. Hal ini sangat penting dan mendesak, mengingat Bagian Jemaat IX GPIB Effatha tersebut belum mempunyai tempat ibadah yang tetap. Pengaturan tempat ibadah sejak 1979 sampai 1982 dilaksanakan setiap bulan sebagai berikut : Minggu 1, 3 dan 5
: di Gereja Oikumene Bahtera Allah, Pangkalan Jati.
Minggu 2
: di rumah keluarga Wim Rompis, Jl.Cipete IV No.6.
Minggu 4
: di rumah keluarga Wayong-Rumambi, Jl.Palm No.1, Cipete.
46
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Pengaturan seperti ini tidak mudah bagi warga Jemaat yang tersebar di wilayah yang luas. Karena itu Majelis Jemaat harus bekerja keras dalam hal membina, menuntun dan memberikan motivasi agar warga Jemaat tetap setia mengikuti kegiatan pelayanan. Untuk memudahkan pelayanan maka wilayah pelayanan di bagi atas 5 (lima) sektor. Sektor 1 :
wilayah Cipete sampai ke Pondok Indah
Sektor 2 :
wilayah Cilandak sampai ke Pondok Indah
Sektor 3 :
wilayah Lebak Bulus, Pangkalan Jati sampai ke Cinere
Sektor 4 :
wilayah RS Fatmawati sampai ke Pondok Labu ke Selatan
Sektor 5 :
wilayah Kompleks Marinir sampai ke Ragunan
Dengan catatan Sektor 5 dipersiapkan tersendiri oleh Majelis Jemaat GPIB Effatha untuk dilembagakan pada waktunya yang tepat. Batas-batas wilayah pelayanan ditetapkan sebagai berikut : Utara : Jl. Sawo sampai Jln. Kemang Raya Timur : Jl. Kemang Raya ke selatan sampai Kompleks Marinir Selatan : Daerah Pondok Labu, Pangkalan Jati dan Cinere Barat : Jl. Metro Pondok Indah, memutar ke Jl. H.Nawi. Jumlah warga Jemaat yang dilayani adalah 408 keluarga terdiri dari 788 warga sidi dan 1.924 jiwa. 47
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Dalam melaksanakan pelayanan untuk masa bakti 1979 – 1983, penatua dan diaken terpilih adalah sebagai berikut : Penatua : 1.S.B. Ferdinandus
10. Kusyono
2.Nn. A.L.Fanggidaej
11. A.L. Waworuntu
3.Ny. E.M. Seba-Timbuleng
12. J.K. Rondonuwu
4.Ny. H.C.Kuhu-Latuharhary 13. Sumardjo 5.Ny. M.Sumanti-South
14. A.N. Sorongan
6.C.J. Seba
15. Ny.H.A.N.Tentua-Pelupessy
7.W. Malingkas
16. Suparyanto
8.H.R. Momor
17. P. Rande
9.Ny. P.O.Pusung
18. K.F. Montong Diaken :
1.Ny. T.R.M. Sampouw-Paat
8. Abraham Wijiyatno
2.Ny. A.P.G.Quiko-Supit
9. L.J. Moleong
3.Ny. I.S. Helling-Jonathans
10. G.J. Atihuta
4.A.T. Dotulong 5.J.J. Sapulete
11. Ny.A.P.Waworuntu-van Kampen
6.V.Ch. Quiko
12. Unggul Nugroho
7.Rudy Supardjo
13. F. E. Wenas
48
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Sebelum acara pelembagaan tahun 1982, dilakukan penambahan anggota Majelis Jemaat dengan 10 orang diaken baru yaitu : 1. 2. 3. 4. 5.
Ny. W.H.I.ToumahuManubulu H. Henjan M. Tumangger H.L. Wayong J.W. Wattimury
6. 7.
J.B. Thenu Ny. J.M.G. BrohetUndap 8. Soeprijo Kartono 9. Sesman Jalimun 10. Ny. C.E. MogotLantang
Pada bulan Juli 1980, terbentuklah Pengurus Harian Majelis Jemaat Bagian Jemaat IX dan BPK-BPK, sekaligus menjalankan kepemimpinan pada saat pelembagaan Jemaat GPIB Sumber Kasih, sampai tahun 1984. (1)
Pengurus Harian Majelis Jemaat Ketua Ketua I Ketua II Sekretaris I Sekretaris II Bendahara I Bendahara II Koord. Sektor 1 Sektor 2 Sektor 3
: : : : : : : : : :
sementara dirangkap oleh Ketua I Pen. S.B. Ferdinandus Pen. H.R. Momor Pen. Nn. A.I. Fanggidaej Pen. A.T. Dotulong Pen. A.L. Waworuntu Dkn. Ny. T.R.M. Sampouw-Paat Pen. A.N. Sorongan Dkn. L.J. Moleong Dkn. Ny. A.P.G. Quiko-Supit 49
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Sektor 4 : Sektor 5 :
Pen. Sumardjo Pen. Koesjono
Untuk menghadiri Persidangan Sinode XIII GPIB di Pandaan di Jawa Timur tahun 1982, Majelis Jemaat GPIB Sumber Kasih mengutus: Pen. S.B.Ferdinandus dan Pen. A.L.Waworuntu. (2)
BPK Persatuan Wanita Naomi Ketua I : Ny. L. Rahadi Ketua II : Ny. H. Tentua Sekretaris I : Ny. H. Lengkong Sekretaris II : Ny. E. Sahertian Bendahara : Ny. A. Wayong Anggota-anggota: Ny. C. Wenas Ny. D. Tendean Ny. F. Takaley Ny. A.Ch. Mirah Penanggung-jawab : Sektor 1 : Ny. A.P. Waworuntu; Sektor 2 : Ny. J. Matius Sektor 3 : Ny. L. Loppies; Sektor 4 : Ny. Hiskia Sektor 5 : Ny. Koesyono
(3)
BPK Gerakan Pemuda Maranatha Ketua : Henny Nelwan Wakil Ketua : Engkus Komara Djalimun Sekretaris : Emmiel Seba 50
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Wk. Sekretaris : Marlijne Siahaya Bendahara : Nona Noya Wk. Bendahara : Lilies Rostati Djalimun Bidang–bidang: - Kepemudaan : Johny Ayal - Kerohanian : Abraham Mirah - Humas : Perry J.M. Wenas - Pembinaan : J. Apelles Korompis Penanggung-jawab : Sektor 1 : Novara Sorongan; Sektor 2 : Marcky Radjahaba Sektor 3 : Jeftry Iwan Helling; Sektor 4 : T. Anthony Wenas Sektor 5 : Gently Maksum Pengurus inti GP disempurnakan kembali menjadi : Ketua I : J. Apelles Korompis Ketua II : Wisnu Hadiwinoto Sekretaris I : Wemmy J. Tandayu Sekretaris II : Marlijne Siahaya Bendahara : Lisbeth Simanjuntak (4)
BPK Kebaktian Anak/ Kebaktian Remaja Ketua I : Roos Hasibuan Ketua II : Tom Burnama Sekretaris I : Shanti Saprijo Sekretaris II : Gently S. Bendahara I : Gina Alexander Wiwoho
51
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Bendahara II Koordinator: Sektor 1 Sektor 2 Sektor 3 Sektor 4 (5)
: Singal Lefrana : : : :
Benny Rosidi; Ny. I. Helling-Jonathans Carla Quiko Frangky Wenas
BPK Persekutuan Kaum Bapak Hosea Ketua : Willy Kuhu – Karena bertugas ke luar daerah, diganti oleh:: G.J. Atihuta Wakil Ketua : Sudibjo Sekretaris : M. Tumangger Bendahara : J. Sahertian Pembantu Umum: C. Nanlohy
(6) Perangkat-perangkat pelayanan yang lainnya adalah : - Panitia Pembangunan Gedung Gereja yang telah terbentuk tahun 1978 - 5 Komisi Pelayanan Jemaat - 5 Paduan Suara dan 1 Vocal Group (7) Panitia Pelembagaan. Untuk mempersiapkan acara Pelembagaan, Majelis Jemaat GPIB Effatha membentuk Panitia Penyelenggara Peresmian Pelembagaan Bagian Jemaat IX:
52
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Pelindung : 1. 2. 3. 4.
Prof. Dr. G.A. Siwabessy May.Jen. E.J. Kanter, SH F. Mugama F.J. Tumbelaka
Penasihat : 1. Pdt.M.D.Suitela, MRE, Ketua Majelis Jemaat GPIB Effatha 2. PHM Bagian Jemaat IX Pelaksana : Ketua Umum : Pen. Sumardjo Ketua I
:
Dkn. G.J. Atihuta
Ketua II
:
Dkn. L.J. Moleong
Sekretaris I
:
R. Iskandar
Sekretaris II
:
Emil Seba
Bendahara I
:
Ny. J.Th. Ferdinandus-Soselisa
Bendahara II
:
Ny. A. Wayong
:
Pen. C.J. Seba
Rumah Gereja
:
C.J. Ferdinandus
Sie Dokumentasi Sie Usaha Dana
: :
Pen. Nn. A.L.Fanggidaej Rudy Rampen Ny. Z. Tumbelaka Ny. F.Turalakay
Sie Keamanan
:
Arie Kaligis
Sie Adminiatrasi & Organisasi Sie Pembangunan
53
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
2. Pelaksanaan Pelembagaan Majelis Jemaat GPIB Effatha dalam Sidang Pleno ke tiga, tahun 1979, telah menetapkan untuk mendewasakan Bagian Jemaat IX. Keputusan ini dituangkan dalam SK Majelis Jemaat Nomor 010/SK/Eff/V/1980 tanggal 12 Mei 198016. Berdasarkan itulah Bagian Jemaat IX dikembangkan ke arah pelaksanaan pelembagaannya. Majelis Jemaat Bagian Jemaat IX diberikan wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan pelayanan di tengah wilayah yang telah ditentukan dengan membuat laporan berkala kepada Majeis Jemaat GPIB Effatha. Boleh dikatakan sejak 1980, Bagian Jemaat IX sebagai cikal bakal Jemaat GPIB Sumber Kasih mengelola sendiri pelayanannya secara teknis operasional. Pelayanan BPK dikoordinir dan dibina oleh Majelis Jemaat Bagian Jemaat IX. Begitu pula keuangan diatur sendiri dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh GPIB. Sehingga sejak 1980 sebenarnya Bagian Jemaat IX GPIB Effatha berada dalam masa peralihan untuk berproses menjadi Jemaat yang berdiri sendiri dalam lingkungan GPIB. Masa peralihan ini disebut sebagai masa pendewasaan. Hal tersebut nampak dalam surat Majelis Jemaat GPIB Effatha No. 049/Eff/003/V/82, tanggal 7 Mei 1982 yang menyebutkan bahwa Bagian Jemaat IX telah melampaui masa pendewasaan dalam persekutuan, kesaksian dan pelayanan serta kedewasaan 54
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
di bidang organisasi, administrasi dan keuangan selama hampir dua tahun lamanya. Karena itu Majelis Jemaat GPIB Effatha dengan sukacita menyampaikan ketetapan untuk pelembagaan Bagian Jemaat IX menjadi Jemaat GPIB. Melalui surat tersebut, Majelis Jemaat juga menyampaikan nama Jemaat yaitu Jemaat GPIB Sumber Kasih, disertai penjelasan tentang batas-batas wilayah pelayanan, daftar nama penatua dan diaken, pengurus BPK serta usulan tentang pendeta Jemaat yang dijabat sementara oleh Pdt. J. E. Mirah sekaligus menjadi pendeta Pembina. Bertolak dari surat dan laporan Majelis Jemaat tersebut, Majelis Sinode mengeluarkan Surat Keputusan Nomor: 1073/82/MS.XII/Kpts. tanggal 19 Mei 1982. Ibadah peresmian pelembagaan tersebut dilaksanakan pada Hari Kenaikan TUHAN YESUS KRISTUS, Kamis tanggal 20 Mei 1982, jam 09.00 bertempat di Aula Rumah Sakit Fatmawati. Hari Raya Kenaikan memberikan makna bagi Jemaat bahwa KRISTUS adalah Raja dan TUHAN atas segala tuan dan memerintah dunia ini. Siapa yang percaya kepadaNYA diberikan mahkota kemuliaan. IA mendatangkan KerajaanNYA di tengah dunia, dan mengutus Gereja dan JemaatNYA untuk mewujudkan tanda-tanda Kerajaan itu di tengah masyarakat. Dalam rangka itu Jemaat GPIB Sumber Kasih diresmikan pelembagaannya. Selain itu pilihan tanggal 20 Mei juga dimaksudkan untuk dikaitkan dengan Hari Raya Kebangkitan Nasional, yaitu perjuangan kemerdekaan yang 55
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
juga merupakan bagian dan wujud dari keberadaan dan perjuangan umat Kristen dalam kehidupan bangsa Indonesia yang sedang membangun. Ibadah peresmian pelembagaan itu dipimpin oleh Pdt. A.J. Sahetapy Engel, Ketua Umum Majelis Sinode GPIB, dengan mempergunakan Tata Ibadah Pelembagaan Jemaat GPIB. Penetapan pelembagaan ditandai dengan Pembacaan Surat Keputusan Majelis Sinode GPIB, dan penetapan 16 penatua dan 24 diaken (yang sebelumnya telah ditahbiskan sebagai Anggota Majelis Jemaat GPIB Effatha masa bakti 1979 – 1984) sebagai Anggota Majelis Jemaat GPIB Sumber Kasih. Pdt. M.D. Suitela17, Ketua Majelis Jemaat GPIB Effatha mengajak untuk mengucap syukur kepada ALLAH BAPA TUHAN YESUS KRISTUS, yang oleh ROH KUDUSNYA telah mengembangkan Jemaat GPIB Effatha baik melalui pemadatan penduduk maupun perluasan daerah Jakarta Selatan. Sehingga mau tidak mau Jemaat GPIB Effatha harus mengembangkan beberapa Bagian Jemaat demi efisiensi pelayanan dan kesaksian. Kini tiba saatnya Bagian Jemaat IX merasakan hidup dan kegiatan berjemaatnya bukan lagi sebagai Bagian Jemaat Effatha, melainkan sebagai Jemaat yang dewasa. Apa yang telah dimulai dalam Jemaat GPIB Effatha adalah kelanjutan dari apa yang telah dimulai lebih dahulu oleh Jemaat di Jakarta dan malah sebelumnya lagi. Sehubungan dengan itu, apa yang telah dimulai di Jemaat GPIB Effatha
56
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
juga akan dilanjutkan oleh pelayanan Jemaat GPIB Sumber Kasih. Selanjutnya Pdt. Suitela, menyatakan penyesalannya karena usaha pengadaan lokasi dan pembangunan gedung Gereja belum terwujud sebelum pelembagaan tersebut. Ada berbagai hambatan yang dialami oleh panitia yang telah dibentuk oleh Majelis Jemaat sehingga dengan sangat terpaksa harus mendahulukan acara pelembagaan ini. Diharapkan usaha pembangunan dapat dilanjutkan dan segera dimulai. Pdt. Sahetapy Engel18, Ketua Umum Majelis Sinode dalam sambutannya mengangkat pertimbangan pokok pelembagaan satu Jemaat. Pelembagaan tersebut bermaksud untuk menentukan wilayah pelayanan sedemikian rupa sehingga setiap keluarga/anggota Jemaat dapat dijangkau oleh pelayanan secara teratur dari Majelis Jemaat dan BPK-BPK. Karena dalam terang Efesus 4:11-12 – [4:11 Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, 4:12 untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus,]; semua anggota harus diperlengkapi bagi pekerjaan
pelayanan dan untuk bersaksi kepada sesama di dalam masyarakat bahwa begitu besar kasih ALLAH kepadanya, sehingga Anak TunggalNYA telah dikaruniakan untuk mati tersalib (Yoh. 3:16).
57
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Majelis Sinode menyampaikan terima kasih atas persiapanpersiapan yang telah dilakukan terutama Majelis Jemaat GPIB Effatha, Bagian Jemaat IX dan BPK-BPK yang telah bekerja tanpa mengenal lelah. Digarisbawahi, bahwa pelembagaan ini dilaksanakan di Aula RS Fatmawati, karena Jemaat GPIB Sumber Kasih belum memiliki gedung Gereja sendiri. Hal ini mendorong Jemaat untuk berjuang dengan kepercayaan penuh bahwa di dalam Negara yang berdasar Pancasila dan UUD 1945, pemerintah menjamin sepenuhnya kebebasan beragama, sehingga usaha Jemaat akan dapat terpenuhi. 3. Nama “Sumber Kasih” Majelis Sinode GPIB meresmikan nama “Sumber Kasih” sebagai nama Jemaat GPIB yang ke 151 di lingkungan GPIB. Nama ini muncul sebagai hasil refleksi terhadap nilai-nilai Kekristenan yang dihubungkan dengan konteks masyarakat. Nilai-nilai Kekristenan berdasar pada prinsip utama yang diajarkan TUHAN YESUS KRISTUS yaitu Kasih yang mewarnai setiap gerak pelayanan dan kesaksian Jemaat. Kasih merupakan tindakan ALLAH yang membebaskan dari kebinasaan (Yohanes 3:16) – [Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.], dan kekuatan ALLAH yang menyelamatkan semua
orang (Roma 1:16,17) –[1:16 Sebab aku mempunyai keyakinan yang
58
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. 1:17 Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup
oleh iman."] Pengertian tentang Kasih dijelaskan oleh
Paulus dengan kata-kata dalam I Koristus 13. TUHAN YESUS sendiri tidak banyak menjelaskan Kasih dengan kata-kata, tetapi dengan perbuatan dan tindakan. DIA mengungkapkan Kasih itu melalui seluruh pelayanan, karya dan perbuatanNYA yang akhirnya memuncak pada Kematian (salib) dan Kebangkitan serta Kenaikan ke Surga. Sebagaimana TUHAN YESUS mengurbankan DiriNYA sebagai wujud KasihNYA, begitulah Gereja yang adalah Tubuh KRISTUS mewujudkan pola hidup yang sama. Gereja dan Jemaat terpanggil untuk menyatakan Kasih itu secara nyata, tidak hanya dengan kata-kata tetapi juga dalam perbuatan, pola hidup dan keberadaannya. Kasih menjadi gaya hidup Gereja. TUHAN YESUS adalah Sumber Kasih itu bahkan IA adalah Kasih itu sendiri bagi dunia, bagi manusia dan seluruh ciptaanNYA. Pada waktu menentukan nama bagi Jemaat ini, ada 2 (dua) pertimbangan yang mencuat: Pertama, nama yang diusulkan agar dipahami oleh masyarakat. Istilah-istilah asing yang diangkat dari Alkitab hendaknya diterjemahkan dalam bahasa yang dimengerti oleh konteks di mana Jemaat berada.
59
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Kedua, nama yang dimaksud juga hendaknya menjelaskan kehidupan Jemaat yang melayani masyarakat. Dengan kata lain nama itu memberikan arti bagi penampilan Jemaat sebagai persekutuan yang melayani dan menyaksikan pesan Firman secara mendasar dan utuh. Berdasarkan pertimbangan itu, maka muncul usulan beberapa nama19 yaitu: “Sejahtera, Sumber Damai, Pancaran Kasih, Tunas Kasih, Pancaran Kasih ALLAH, Rukun, Kasih Sejahtera dan Sumber Kasih”. Nama-nama ini disampaikan kepada warga Jemaat melalui angket dan 90% dari warga Jemaat yang hadir memilih nama “Sumber Kasih”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia20, kata “Sumber” adalah kata benda yang artinya “tempat keluar” (air atau zat cair), “mata air”. Secara umum “sumber” berarti tempat yang dengan kekuatan tertentu membuat keluarnya sesuatu, atau tempat dari mana sesuatu keluar dan mengalir. Dapat juga berarti tempat yang mengeluarkan atau menghasilkan sesuatu yang tidak pernah habis. Dari tempat itu dapat ditemukan asal muasal dari sesuatu, entah air, bunyi, berita, dana, kegiatan, kekuatan, kuasa, hidup, kebenaran, keadilan, damai sejahtera dan “kasih”. Dengan uraian di atas, “Sumber Kasih” berarti tempat berasalnya Kasih. Atau tempat yang memiliki kekuatan tertentu yang aktif membuat Kasih itu mengalir keluar dan dialami oleh sekitarnya. Jadi “Sumber Kasih”, adalah nama, tetapi juga 60
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
peristiwa, dan sekaligus Sejarah. Karena dengan nama itu terjadi sesuatu, dan kejadian itu merupakan pertanggungjawaban. Dalam hubungan dengan Jemaat, nama ini menjelaskan tentang karakter persekutuan yang menjadi tempat di mana iman itu hidup sehingga Kasih KRISTUS mengalir dan melimpahi sekitarnya supaya pengharapan terwujud dalam damai sejahtera.
Pasal 3 : Pelaksanaan Panggilan Gereja merupakan persekutuan orang percaya yang dipanggil Gereja dan diutus untuk melaksanakan Amanat Agung TUHAN YESUS KRISTUS melalui pemberitaan dan pengajaran (Matius 28: 18-20) – [28:18 Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. 28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 28:20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."], pelayanan nyata dan pembebasan secara
menyeluruh sebagai pernyataan kuasa ALLAH yang mengalahkan segala kuasa (Lukas 4 : 18 - 21) – [4:18 "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orangorang miskin; dan Ia telah mengutus Aku 4:19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." 4:20 Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya
61
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. 4:21 Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."]. Untuk itu secara nyata
Gereja berusaha mewujudkan persekutuan (koinonia), pelayanan (diakonia), kesaksian (marturia) dan pembinaan agar semuanya berlangsung dengan teratur dan tertib menjadi Tubuh KRISTUS 21. Panggilan Gereja disadari juga sebagai panggilan Jemaat GPIB Sumber Kasih yang sejak pelembagaannya diterjemahkan dalam program-program dan kegiatan Jemaat. 1. Persekutuan Persekutuan Jemaat dinampakkan dalam berbagai kegiatan warga Jemaat baik secara bersama maupun yang terpencar di sektor-sektor bahkan di rumah-rumah keluarga dan masyarakat 22. Wujud persekutuan itu dialami dalam bentuk ibadah-ibadah : a. Ibadah-ibadah Minggu Ibadah-ibadah Minggu dilayani secara rutin. Semula di 3 (tiga) tempat ibadah, yaitu di Gereja Oikumene Bahtera Allah, Pangkalan Jati, (Minggu 1, 3 dan 5), di rumah keluarga Rompis, Jln. Cipete IV No. 6, (Minggu 2) dan di rumah keluarga Wayong-Rumambi, Jln. Palm No.1, Cipete, (Minggu 4). Setelah diadakan kesepakatan dan pengaturan dengan Pengurus Oikumene Pangkalan Jati, maka sejak Maret 62
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
1982 seluruh kegiatan Ibadah Minggu dilaksanakan di Gereja Bahtera Allah. Mengingat bahwa gedung tersebut dipergunakan juga oleh persekutuan Oikumene serta gereja-gereja HKBP, GPdI dan GBI, maka jadwal Ibadah Minggu Jemaat GPIB Sumber Kasih diatur sebagai berikut: Minggu 1, 3 dan 5 pada jam 09.00 dan 18.00; Minggu ke 2 dan 4 pada jam 18.00. Jadwal Ibadah Minggu seperti ini berlangsung sampai tahun 1992. Ibadah Minggu berlangsung sesuai Tata Ibadah yang ditetapkan Persidangan Sinode XII (1978) dan XIII (1982). Materi Pemberitaan Firman yang disampaikan adalah sesuai Rancangan Khotbah yang dirancangkan secara Sinodal. Pada Minggu ke 4, dua bulan sekali diadakan pertukaran mimbar sesuai jadwal MUPEL DKI dan GKI Jabar. Selain itu para presbiter diberikan kesempatan untuk melayani Firman dalam Ibadah-ibadah Minggu. Ibadah Minggu anak-anak diselenggarakan oleh Pelayanan Anak di 15 pos pelayanan. Ibadah Minggu taruna diselenggarakan Persekutuan Teruna di 3 pos pelayanan.
63
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
b. Ibadah Sakramen Ibadah-ibadah Sakramen dilaksanakan secara rutin untuk : b.1. Baptisan Kudus yang diselenggarakan dalam Ibadah Minggu ke-3 setiap bulan, jam 09.00. Selama kurun waktu ini (1982 – 1992) telah dilaksanakan baptisan untuk anak-anak dan orang dewasa. Didahului dengan penggembalaan untuk keluarga. b.2. Perjamuan Kudus diselenggarakan 4 kali dalam tiap tahun di semua jam ibadah, yaitu pada : Jumat Agung (bulan Maret/April); bulan Juli; bulan Oktober (Perjamuan Kudus Sedunia) dan bulan Desember. c. Ibadah Peneguhan Sidi Ibadah Peneguhan Sidi dilaksanakan dalam Ibadah Minggu sesuai jadwal yang ditetapkan, setahun 3 kali pada bulan Maret, Juli dan Oktober. Selama periode ini telah dilakukan peneguhan sidi untuk warga Jemaat yang telah mengikuti katekisasi. d. Ibadah Peneguhan Pelayan Ibadah Peneguhan Pelayan dilaksanakan dalam Ibadah Minggu, untuk: d.1. Penatua dan diaken pada tanggal 16 Desember 1984 (40 penatua dan 36 diaken) untuk masa bakti 1984 – 1988; dan pada bulan Oktober 1988 (37 penatua dan 30 diaken), untuk masa bakti 1988 – 1992. 64
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
8 (delapan) orang penatua dan diaken dari sektor 5 diteguhkan menyusul pada tanggal 30 April 1989. d.2. Pelayan-pelayan ke-5 BPK (PA, PT, GP, PW dan PKB) dan perkenalan 6 (enam) komisi, dilaksanakan dalam Ibadah-ibadah Minggu April 1985 dan 16 April 1989. e. Ibadah pada Hari-hari Raya Kristen, Gerejawi dan Nasional e.1. Hari-hari Raya Kristen: Natal, Jumat Agung, Paskah, Kenaikan, Pentakosta, dilaksanakan dengan Tata-tata Ibadah Khusus. Natal dan Paskah dirayakan dengan kegiatan-kegiatan khusus. e.2. Hari-hari Raya Gerejawi: HUT GPIB 31 Oktober dan Hari Reformasi, HUT PGI 25 Mei, HUT Jemaat GPIB Sumber Kasih 20 Mei, dan HUT masingmasing BPK secara Sinodal. e.3. Hari-hari Raya Nasional : HUT RI 17 Agustus, Sumpah Pemuda 28 Oktober, Hari Ibu 22 Desember. f. Ibadah Peneguhan dan Pemberkatan Nikah Ibadah Peneguhan dan Pemberkatan Nikah dilaksanakan untuk calon-calon pengantin yang membentuk keluarga baru. Ibadah ini dilaksanakan sekaligus dengan pencatatan sipil oleh Pejabat dari Kantor Catatan Sipil Jakarta Selatan. Pelaksanaannya didahului dengan percakapan penggembalaan dan persiapan bersama Majelis Jemaat dan 65
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
keluarga. Ibadah peneguhan dan pertama kali dilaksanakan tanggal di tempat ibadah rumah keluarga R.W.Manusama dengan Maryati, Pdt. Ny. A.J.M. Loppies-Mustamu
pemberkatan Nikah 20 November 1982, Wim Rompis, untuk yang dipimpin oleh
g. Ibadah-ibadah Keluarga / Rumah Tangga Ibadah-ibadah Keluarga / Rumah Tangga dilaksanakan serentak di semua sektor pelayanan 1 sampai dengan 6, pada hari Kamis jam 19.30. Isi dan bentuk-bentuk Ibadah-ibadah Keluarga / Rumah Tangga tiap bulan diatur sebagai berikut : Kamis 1, 3 dan 5 bersifat ibadah biasa, Kamis 2 Ibadah PA dan Kamis 4 Ibadah Persekutuan Doa. Ibadah-ibadah ini dilayani oleh para penatua, diaken dan pendeta dengan bahan Alkitab sesuai jadwal yang disusun oleh Santapan Harian/PPA. Ibadah-ibadah Pengucapan Syukur dilayani sesuai permintaan dan kebutuhan dari keluarga-keluarga Jemaat. h. Ibadah-ibadah Keluarga oleh BPK-BPK Ibadah-ibadah diselenggarakan oleh pengurus-pengurus BPK sesuai jadwal mingguan masing-masing. i. Ibadah Subuh para Presbiter Ibadah Subuh para Presbiter diselenggarakan setiap hari Sabtu subuh di rumah para presbiter secara bergilir untuk
66
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
membangun persekutuan para pelayan Jemaat dan sebagai wadah pelatihan pelayanan Firman. j. Ibadah-ibadah lainnya Ibadah-ibadah lainnya dilayani sesuai kebutuhan, misalnya kematian, penghiburan. 2. Pelayanan Pelayanan Jemaat dinampakkan dalam bentuk kegiatankegiatan yang langsung menyentuh kebutuhan-kebutuhan warga dan masyarakat dengan segala permasalahannya.23 a. Diakonia Kegiatan ini merupakan membutuhkan, yaitu :
santunan
bagi
yang
a.1. Warga Jemaat, berupa santunan : kesejahteraan keluarga, pengobatan, kedukaan dan pendidikan. a.2. Warga masyarakat : pelayanan RUTAN Polres, pelayanan Nasi Murah dan bantuan kepada korbankorban bencana alam. b. Penggembalaan Kegiatan ini merupakan pelayanan rutin untuk memelihara iman maupun menolong warga Jemaat yang berada dalam pergumulan.
67
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
b.1. Kunjungan keluarga oleh pelayan-pelayan (pendeta, penatua, diaken dan pengurus-pengurus BPK) b.2. Konseling untuk warga Jemaat. b.3. Pelayanan orang sakit. b.4. Pelayanan konsultasi khusus. 3. Kesaksian Kesaksian Jemaat dinampakkan dalam kegiatan-kegiatan dalam bentuk kepedulian sebagai wujud dari keselamatan yang diberitakan oleh Injil YESUS KRISTUS. Kegiatan ini dilaksanakan untuk membuat masyarakat mengalami damai sejahtera ALLAH.24 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam bentuk : a. Bantuan antar Jemaat : Jemaat memberikan bantuan program dan supervisi untuk Jemaat Long Lame di Kalimantan Timur. Selain itu beasiswa untuk 3 (tiga) tenaga yang dipersiapkan sebagai pelayan dan gaji untuk penginjil setempat. b. Membangun hubungan dengan aparat-aparat pemerintah dan instansi-instansi terkait dalam rangka pengadaan lokasi di pembangunan gedung Gereja. Interaksi dengan aparat-aparat tersebut dan masyarakat untuk menciptakan pemahaman yang lebih berkembang mengenai kerukunan dan tanggung jawab bersama membangun masyarakat 68
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
yang pluralis. Interaksi seperti ini dapat disebut sebagai satu kesaksian dengan tujuan membebaskan dari situasi yang beku. 4. Pembinaan Pembinaan Jemaat dinampakkan dalam kegiatan-kegiatan untuk memperlengkapi warga Jemaat agar terjadi peningkatan mutu warga dan keluarganya. Selain itu untuk membangun kesadaran tentang keesaan dan kehidupan bersama dalam masyarakat dan bangsa.25 Kegiatan pembinaan diwujudkan oleh Jemaat dalam bentuk : a. Katekisasi Setiap tahun dibuka kelas katekisasi untuk kategori: pemuda, keluarga dan Kristen Baru. Selama periode ini diteguhkan sidi warga Jemaat yang telah dibina. Katekisasi diberikan dengan memakai bahan/pedoman dari GPIB. b. Musik Gereja dan Paduan Suara Dalam rangka menopang ibadah-ibadah, kegiatan pembinaan musik gereja dan paduan suara dilaksanakan sekaligus untuk meningkatkan mutu : b.1. Organis dan Prokantor b.2. Paduan suara : Jemaat, Sektor dan BPK- BPK.
69
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
b.3. Mengadakan Pesparani tingkat Jemaat maupun mengikuti kegiatan-kegiatan Mupel, Sinodal, PGIS dan PGIW. c. Ibadah-ibadah Penyegaran Iman Selama periode ini berlangsung ibadah-ibadah penyegaran iman dalam kerjasama Majelis Jemaat dengan badan-badan lain, seperti YPPII, Batu Malang. d.
Ceramah-ceramah Umum dan Pekan Keluarga Ceramah umum diselenggarakan untuk membangun wawasan warga Jemaat. Dalam masa ini warga Jemaat dituntun untuk memahami ajaran-ajaran iman GPIB. Juga peranan keluarga sebagai persekutuan gereja, khusus menghadapi narkoba dan yang sejenis. Pekan-pekan Keluarga dilaksanakan untuk menghayati Firman dalam persekutuan keluarga.
e. Kelengkapan para pelayan Untuk memperlengkapi para pelayan (Majelis Jemaat, BPK, Komisi dan Panitia), dilaksanakan pembinaan untuk mendalami Pemahaman Iman GPIB, kelembagaan GPIB, serta bahan-bahan untuk mengasah keterampilan dalam pelayanan. Misalnya: Ibadah dan Liturgi, penggembalaan, khotbah dan cerita, Sakramen-sakramen, hakekat pelayan dan pelayanan, mengenal anak, menggunakan alat peraga dan sebagainya. 70
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
f. Persiapan pelayan Persiapan pelayan dilaksanakan secara khusus melayani ibadah-ibadah Minggu dan Keluarga : -
Majelis Jemaat pada hari Jumat, jam 19.00
-
Pelayan Anak dan Persekutuan Teruna pada hari Jumat, jam 19.00.
g. Buku Renungan untuk Keluarga Jemaat Majelis Jemaat menyampaikan Buku Santapan Harian (PPA) untuk mendorong keluarga-keluarga Jemaat untuk melakukan Ibadah di keluarga masing-masing setiap hari. Penggunaan Buku Renungan tersebut disertai pemantauan Majelis Jemaat di sektor masing-masing. h. Persekutuan Oikumene Kegiatan persekutuan oikumene merupakan proses pembinaan yang dijalani oleh Majelis Jemaat dan BPKBPK dengan berbagai kegiatan atas prakarsa PGIS, PGIW, maupun Persekutuan-persekutuan Oikumene setempat. Sejak 1975 warga GPIB turut berpartisipasi dalam kegiatan Persekutuan Oikumene di Kompleks TNI AL – Pangkalan Jati. Kepengurusan Persekutuan Oikumene tersebut mengelola pemakaian gedung Gereja Bahtera Allah sejak diresmikan 16 April 1980 oleh KASAL Laksamana Waluyo Sugito. Penatua Sumardjo merupakan anggota
71
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
GPIB dan Pdt. M. Sitaniapessy dari TNI AL yang sejak awal aktif dalam kepengurusan oikumene tersebut. Keaktifan warga-warga GPIB di persekutuan Oikumene itu menciptakan relasi timbal balik sehingga pengurus Persekutuan tersebut turut serta menggumuli kesulitankesulitan Jemaat, antara lain mengenai tempat ibadah. Terbangun kerja sama yang baik sehingga Ibadah-ibadah Minggu GPIB dapat berlangsung di gedung Gereja Bahtera Allah. Kegiatan PGIS umumnya diikuti oleh PW dan PGIW oleh Majelis Jemaat. Di dalamnya terjadi interaksi pembinaan untuk memantapkan kebersamaan sebagai Gereja-gereja yang melayani. Pasal 4 : Organisasi dan Kepemimpinan membutuhkan perangkat-perangkat yang berfungsi untuk Gereja mewujudkan keberadaannya dengan jelas dalam masyarakat. Perangkat-perangkat itu merupakan alat yang memungkinkan misi dan tugas Gereja agar berlangsung dengan baik, benar dan terarah pada tujuan ynag ditetapkan ALLAH. Salah satunya adalah organisasi. Masyarakat modern dewasa ini sangat mengandalkan organisasi dalam berbagai aktifitas untuk mencapai tujuan. Begitu pentingnya sehingga sering dianggap menentukan. Karena itu organisasi harus 72
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
dinamis dan fleksibel supaya juga mengalami pembaruan demi tujuan yang harus dicapai. Sehubungan dengan itu dibutuhkan kepemimpinan yang bertanggungjawab. Kepemimpinan selalu berhubungan dengan manusia yang membuat organisasi menjadi alat dan bukan tujuan. Secara teologis, kepemimpinan tidak berorientasi pada jabatan apalagi kekuasaan, tetapi sebaliknya kepemimpinan adalah pelayanan. Karena itu TUHAN YESUS berbicara tentang pemimpin sebagai gembala (Yohanes 10:14-15) - [10:14 Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku 10:15 sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.] dan sebagai hamba (Markus 10:44-45
dan Yohanes 13:14-15) -[Markus 10:44 dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. 10:45 Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.]
– [Yohanes 13:14 Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; 13:15 sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.],
atau kepemimpinan sebagai seni mempengaruhi seperti garam (Matius 5:13, banding Imamat 2:13 dan Bilangan 18:19) – [Matius 5:13 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. -Imamat 2:13 Dan tiap-tiap persembahanmu yang berupa korban sajian haruslah kaububuhi garam, janganlah kaulalaikan garam perjanjian Allahmu dari korban sajianmu; beserta segala persembahanmu
73
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
haruslah kau persembahkan garam. –Bilangan 18:19 Segala persembahan khusus, yakni persembahan kudus yang dipersembahkan orang Israel kepada TUHAN, Aku berikan kepadamu dan kepada anak-anakmu laki-laki dan perempuan bersama-sama dengan engkau; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya; itulah suatu perjanjian garam untuk selama-lamanya di hadapan TUHAN bagimu serta bagi keturunanmu."]
Berpedoman pada uraian di atas, selanjutnya ditinjau organisasi dan kepemimpinan di Jemaat GPIB Sumber Kasih. Sesudah pelembagaan, Jemaat ini mengembangkan juga perangkatperangkat organisasi dan kepemimpinan-nya. Hal ini tidak hanya terdesak oleh kebutuhan pelayanan, tetapi juga oleh keputusankeputusan Persidangan Sinode GPIB yang perlu diterapkan dalam hidup dan pelayanan Jemaat.
1. Kepemimpinan Jemaat 1984 – 1988 a. Pembentukan Majelis Jemaat Dalam rangka persiapan pelembagaan, telah terpilih Penatua dan Diaken masa bakti 1979 – 1984, yang kemudian membentuk Majelis Jemaat yang sesuai Tata Gereja 1982. Peraturan Pokok No.1 tentang Jemaat, pasal 10 ayat 1, adalah Pimpinan Jemaat. Pasal 12 dalam Peraturan Pokok yang sama, menjelaskan tentang pengadaan Pengurus Harian Majelis Jemaat sebagai pelaksana sehari-hari. Dengan ditempatkannya Pendeta Jemaat yang baru, yaitu Pdt. C. Ch. Hursepuny, maka 74
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
dibentuklah Pengurus Harian yang baru pada bulan Maret 1984 yang bertugas sampai pemilihan Penatua dan Diaken masa bakti 1984 – 1988. Susunan Pengurus Harian (masa bakti Maret 1984 – Oktober 1984) sebagai berikut : Ketua : Pdt. C. Ch. Hursepuny Ketua I : Pen. S. B. Ferdinandus Ketua II : Dkn. L. J. Moleong Ketua III : Pen. Sumardjo Ketua IV : Pen. A. L. Waworuntu Sekretaris : Pen. A. T. Dotulong Sekretaris I : Dkn. Ny. W.H.J.Toumahu-Manubulu Sekretaris II : Dkn. J. B. Thenu Bendahara : Dkn. H. L. Wayong Bendahara I : Dkn. H. Henjan Dalam masa yang singkat ini PHMJ tersebut melanjutkan persiapan pemilihan Penatua dan Diaken masa bakti 1984 – 1988 (daftar nama Penatua dan Diaken masa bakti 1984– 1988 Lampiran 1). Pemilihan Penatua dan Diaken tersebut berpedoman pada Tata Gereja GPIB 1982, Peraturan 1 tentang Pemilihan Penatua dan Diaken. Kepemimpinan Majelis Jemaat yang baru tersebut memilih anggota-anggota PHMJ yang bertugas 2 (dua) tahun masing-masing :
75
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
(1)
Masa bakti 1984 – 1986 Ketua : Pdt. C. Ch. Hursepuny Ketua I : Dkn. L. J. Moleong Ketua II : Pen. Sumardjo Ketua III : Pen. F. B. Langitan Ketua IV : Pen. S. B. Ferdinandus Sekretaris : Dkn. Ny. W.H.J.Toumahu-Manubulu Sekretaris I : Dkn. Soepryo Kartono Sekretaris II : Dkn. J. B. Thenu Bendahara : Pen. H. L. Wayong Bendahara I : Dkn. H. Henjan
(2)
Masa bakti 1986 – 1988 Ketua : Pdt. C. Ch. Hursepuny Ketua I : Dkn. L. J. Moleong Ketua II : Dkn. H. Henjan Ketua III : Pen. F. B. Langitan Ketua IV : Pen. W. A. Nayoan, kemudian dalam perjalanan diganti oleh: Pen. H.W. Kesek Sekretaris : Dkn. Soepryo Kartono, kemudian dalam perjalanan diganti oleh : Pen. P. L. Rompas Sekretaris I : Pen. W. R. Ticoalu Sekretaris II : Pen. S. B. Ferdinandus Bendahara : Pen. H. L. Wayong Bendahara I : Pen. H. W. Kesek, kemudian dalam perjalanan dirangkap oleh: Pen. P.L. Rompas. 76
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Untuk menghadiri Persidangan Sinode XIV, bulan Oktober 1986 di Denpasar Bali, Majelis Jemaat mengutus: Pdt. C. Ch. Hursepuny, Pen. F. B. Langitan, dan Dkn. H. Henjan. b. Penataan Wilayah Pelayanan Segera setelah pelembagaan Majelis Jemaat mengadakan penataan wilayah pelayanan Jemaat Sektor 5 di daerah Cilandak Marinir dan Ragunan yang sebelumnya secara administratif bergabung dengan Bagian Jemaat IX, oleh Majelis Jemaat GPIB Effatha dipersiapkan untuk didewasakan. Statusnya berubah menjadi Bagian Jemaat IX Jemaat GPIB Effatha. Dengan demikian Jemaat GPIB Sumber Kasih memiliki 4 sektor, yaitu : Sektor 1 : Cipete – Pondok Indah Sektor 2 : Cilandak – Lebak Bulus Sektor 3 : Pangkalan Jati – Cinere Sektor 4 : RS Fatmawati – Pondok Labu Pada tahun 1984, komisi Litbang Jemaat GPIB Sumber Kasih mengadakan studi dan mengusulkan penataan ulang wilayah-wilayah pelayanan Jemaat26. Penataan wilayah-wilayah ini tidak hanya memperhatikan perkembangan yang pesat di daerah Real Estate baru di selatan, tetapi terutama untuk memudahkan pemilihan Penatua dan Diaken Oktober 1984. Dengan perkembangan itu, maka wilayah sektor-sektor mengalami penataan ulang menjadi 6 sektor yaitu : 77
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Sektor 1 : Sektor 2 : Sektor 3 : Sektor 4 :
H.Nawi ke selatan (kel.Gandaria Selatan) Cipete (kel. Cipete Selatan) Cilandak (kel. Cilandak Barat) Komp.: RS Fatmawati, Dalam Negeri, Kesehatan, Pondok Labu (Timur jl. RS Fatmawati) Sektor 5 : Pondok Labu (Barat Jl.RS Fatmawati), Bona Indah, AL Pangk.Jati, Cirendeuw, Villa Cinere Mas, Lebak Bulus Sektor 6 : Megapolitan Cinere, Kampung Limo, Bukit Cinere, Pondok Cabe, Maruyung, Gandul. Sektor 4, 5 dan 6 melayani kompleks-kompleks perumahan baru yang sangat cepat berkembang. Dengan demikian pelayanan Jemaat GPIB Sumber Kasih memasuki daerah pemerintahan Propinsi Jawa Barat yaitu Kotamadya Depok. Hal ini membawa konsekwensi bahwa Majelis Jemaat perlu menghimpun data-data mengenai kependudukan dan peta pemerintahan yang dibuat oleh pemerintah Kotamadya Depok. c. Badan-badan Pembantu dan Pelaksana Pelayanan Pengadaan Badan-badan Pembantu dan Badan-badan Pelayanan dibentuk oleh Majelis Jemaat masa bakti 1984 – 1988, sesuai dengan amanat Tata Gereja dan kebutuhan pelayanan : (1) Pengurus-pengurus Bidang Pelayanan Kategorial:
78
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Tata Gereja 1982 Peraturan No.6 – masa tugas 4 tahun. Pengurus-pengurus BPK masa bakti 1984 – 1988 terdiri dari : - Pelayanan Anak (PA) - Persekutuan Teruna (PT) - Gerakan Pemuda (GP) - Persatuan Wanita (PW) - Persekutuan Kaum Bapak (PKB) (2) Komisi-komisi: Tata Gereja 1982 Peraturan No.9. Pengurus Komisi masa bakti 1984 – 1988 terdiri dari : - Musik dan Lagu Gerejawi (Muslager) - Pembinaan dan Pendidikan (Bindik) - Diakonia - Penelitian, Perencanaan dan Pembangunan (Litnabang) - Daya dan Dana (KDD) - Pelayanan dan Kesaksian (Pelkes) (3) Kantor Majelis Jemaat Alamat : Jln. Cipete II No.7, Jakarta Selatan Pegawai : Kepala Kantor Tata Usaha Pembukuan Pemegang Kas Petugas Kebersihan Koster
: Nn. D. Thenu : Nn. C. Noya ; Irwan Noer : A.J. Wabang; Leo Djarangga : R. Sugarwo : Ny. Annie : Soepriyo Kartono; Slamet 79
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
d. Badan Pemeriksa Perbendaharaan Jemaat (BPPJ) Badan Pemeriksa Perbendaharaan Jemaat (BPPJ) : Tata Gereja 1982 Peraturan No.8. (1)
Masa tugas : 1983 - 1984 Ketua/Anggota : E. J. Brohet Anggota : A.L. Waworuntu Ny. Zus Tumbelaka
(2)
Masa tugas : 1984 - 1988 Ketua/Anggota : A.L. Waworuntu Anggota : E. J. Brohet A.S. Kansil J.W. Piga A. Jonathan
2. Kepemimpinan Jemaat 1988 – 1992 a. Pembentukan Majelis Jemaat Sebelum pemilihan Penatua dan Diaken tahun 1988, Pdt. C.Ch. Hursepuny dialihtugaskan oleh Majelis Sinode dari Jemaat GPIB Sumber Kasih ke Jemaat GPIB Yahya di Jakarta Barat. Sementara itu Jemaat Jemaat GPIB Sumber Kasih diselumuti keprihatinan akibat “kemelut dan goncangan dan mengalami keretakan dalam persekutuan yang terjadi pada akhir tahun 1988” 27.
80
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Upaya-upaya penggembalaan dan penyelesaian dilakukan oleh Majelis Jemaat sehingga persekutuan Jemaat semakin tenang dan baik sejak Mei 1989. Walau ada gejolak, pemilihan Penatua dan Diaken tetap dilaksanakan. Untuk itu Majelis Sinode menempatkan Pdt. Shirato Syafei sebagai Ketua Panitia Pemilihan Penatua dan Diaken. Proses pemilihan ini menjadi pengalaman yang sangat berharga, terutama dalam memahami keberadaan Gereja secara utuh dalam pola pemahaman GPIB. Dalam proses ini, meski ada ketegangan-ketegangan, namun terlewati dengan penuh ketabahan. Akhirnya terpilihlah Penatua dan Diaken masa bakti 1988 – 1992 (daftar nama Penatua dan Diaken, terlampir dalam lampiran 2). Jumlah keluarga saat itu 630 kepala keluarga, dilayani oleh 41 Penatua dan 41 Diaken. Sekalipun pemilihan tersebut berhasil dilaksanakan namun perlu dicatat bahwa pada saat itu persekutuan menjadi retak dan berdiri persekutuan Pancaran Kasih ALLAH oleh beberapa mantan Penatua dan Diaken Jemaat Jemaat GPIB Sumber Kasih. Hal ini juga merupakan konsekwensi dari pemberlakuan peraturan secara sinodal bahwa warga sidi Jemaat yang akan dicalonkan sebagai Penatua dan Diaken GPIB harus membuat pernyataan loyalitas secara tertulis. (Keputusan Persidangan Sinode XIV, 1986 di Denpasar). Warga sidi Jemaat yang sementara
81
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
menjabat juga sebagai pelayan-pelayan di kelompokkelompok atau persekutuan-persekutuan yang tidak sejalan dengan GPIB, dinyatakan gugur oleh peraturan tersebut. Selanjutnya kepemimpinan Majelis Jemaat baru tersebut memilih Pengurus Harian Majelis Jemaat (PHMJ) yang bertugas 2 (dua) tahun, masing-masing: (1) Masa bakti 1988 – 1990 (SK Majelis Sinode: No.1385/89/ MSXIV/Kpts., tgl. 31 Oktober 1988). Ketua
: lowong untuk diisi Pendeta baru
Ketua I
: Pen. S. Oediargo
Ketua II
: Pen. W.J.B. Lalamentik
Ketua III
: Pen. N.A. Mbouw
Ketua IV
: Pen. Haryono Tri Rahardjo
Sekretaris
: Pen. Ny.C.M.Lalamentik- Mawengkang
Sekretaris I : Pen. W.R. Ticoalu Sekretaris II : Pen. F. E. Wenas Bendahara : Dkn. J.M. Pandjaitan Bendahara I : Dkn. A. Paulus. Pada tahun 1989, Majelis Sinode GPIB menempatkan Pdt. Junus Beeh sebagai pendeta Jemaat Jemaat GPIB Sumber Kasih, sekaligus menjabat sebagai Ketua Majelis Jemaat.
82
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
(2) Masa bakti 1990 – 1992 (SK Majelis Sinode: No.2715/90/ MSXIV/Kpts., tgl. 31 Oktober 1990). Ketua : Pdt. Junus Beeh Ketua I : Pen. N.A. Mbouw Ketua II : Pen. S. Oediargo Ketua III : Pen. Haryono Tri Rahardjo Ketua IV : Pen. A.L. Kaligis Sekretaris : Pen. Ny. C.M. Lalamentik-Mawengkang Sekretaris I : Dkn. S.A. Mamesah Sekretaris II : Pen. F. E. Wenas Bendahara : Dkn. J.M. Pandjaitan Bendahara I: Dkn. A. Paulus. Pada bulan Oktober 1990, berlangsung Persidangan Sinode XV di Makasar dan Majelis Jemaat mengutus Pdt. J. Beeh, didampingi oleh 2 (dua) anggota Majelis Jemaat untuk mengikuti Sidang tersebut. Dalam Sidang Sinode tersebut Pendeta Junus Beeh terpilih sebagai Sekretaris I Majelis Sinode GPIB. Karena itu pada tahun 1991, Majelis Sinode menempatkan Pendeta S.Th. Kaihatu menjadi pendeta Jemaat, sekaligus Ketua Majelis Jemaat Jemaat GPIB Sumber Kasih. Sementara itu dalam perjalanan PHMJ tersebut, terjadi pergantian sebagai berikut: Dkn. J.M. Pandjaitan diganti oleh Dkn. A. Paulus sebagai Bendahara dan Dkn. J.J. Thenu menjabat sebagai Bendahara I.
83
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
b. Badan-badan Pembantu dan Badan-badan Pelaksana (masa tugas 4 tahun) : (1)
Bidang Pelayanan Kategorial (BPK) (daftar nama pengurus-pengurus BPK, lampiran 3)
(2)
Komisi-komisi (daftar nama penguruspengurus Komisi, lampiran 4)
(3)
Kantor Majelis Jemaat - Alamat : Jln. Cipete II No.7, Jakarta Selatan. - Formasi pegawai, sama seperti periode 1984–1988.
c. Badan Pemeriksa Perbendaharaan Jemaat (BPPJ) (1) Masa tugas 1988 – 1990: Ketua : Eric Brohet Anggota : R.A. Salaki A.S. Kansil (2) Masa tugas 1990 – 1992: Ketua Anggota
: R.A. Salaki : R. J. Musa T. T. Boham
d. Peraturan Pelaksanaan Majelis Jemaat (PPMJ) Dalam rangka ketertiban pelayanan dan organisasi Majelis Jemaat menyusun Peraturan Pelaksanaan Majelis Jemaat. Peraturan ini ditetapkan 12 April 1991, sebagai penjabaran dari Tata Gereja GPIB 1982 dan Keputusan-keputusan Persidangan Sinode GPIB. 84
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
e. Pertemuan Warga Sidi dan Penyusunan Program Majelis Jemaat setiap awal tahun menyelenggarakan Pertemuan warga sidi Jemaat untuk evaluasi program yang telah berlangsung dan menerima usul-usul untuk program baru. Dilanjutkan dengan Loka Karya Penyusunan Program tahunan berdasarkan kebutuhan setempat dan penjabaran GBKUPG GPIB. Penyusunan Program berpatokan pada Kebijakan Umum Panggilan Gereja GPIB, yang dijabarkan dalam 10 (sepuluh) bidang yaitu : (1)
Iman, Ajaran dan Ibadah
(2)
Organisasi, Komunikasi dan Personalia
(3)
Gereja dan Masyarakat
(4)
Pelayanan, Kesaksian dan Diakonia
(5)
Musik Gereja
(6)
Pendidikan
(7)
Pembinaan
(8)
Penelitian, Perencanaan dan Pengembangan
(9)
Pelayanan Kategorial (BPK)
(10) Umum (termasuk Dana dan Keuangan).
85
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
f. Pendeta-pendeta yang melayani : (1) Pendeta J. Beeh (2) Pdt. Ny. A.J.M. Loppies-Mustamu (3) Pdt. Ny. D. Loblobly-Lulu (4) Pdt. Ny. F. Matulandi-Kandioh (5) Pdt. Ny. M. Dharma-Angkuw. Pasal 5 : Pembangunan Fisik fisik dilaksanakan dalam rangka pembangunan Pembangunan Jemaat. Warga Jemaat diberdayakan untuk mengungkapkan imannya dengan merencanakan, mengorganisir, menopang dan mewujudkan pembangunan fisik. Dalam arti yang luas, pembangunan fisik mencakup juga kehidupan ekonomi dan kesejahteraan warga yang dilandaskan pada iman dan ketaatan kepada ALLAH. Konsep ini dianut oleh umat ALLAH dalam Perjanjian Lama tatkala dibawah pimpinan Yosua masuk Tanah Kanaan. Kesejahteraan umat dibangun melalui pembagian tanah dan membangun suatu masyarakat yang menetap.28 Umat membangun kota dan desa, ladang dan kebun serta tata kehidupan yang tertib, aman dan damai. Negeri menjadi komunitas pembinaan, di mana ibadah-ibadah dilaksanakan, persekutuan digalang dan hidup yang setia kepada ALLAH diwujudkan. Umat menjadi persekutuan di mana ALLAH hadir dengan tuntunannya
86
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
sebagai kelanjutan dari tindakan pembebasan dari Mesir. Dalam pembangunan inilah Paulus menyebut Jemaat sebagai Bait Allah dan ROH ALLAH diam di dalam Jemaat (I Korintus 3:16) – [Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?]. Bait Allah dalam arti fisik baru dibangun jauh
kemudian, zaman Raja Salomo (959 seb.M). Konsep pembangunan fisik umat seperti ini juga diterapkan sesudah pembebasan dari pembuangan (538 seb.M), di mana umat mengutamakan pembangunan kesejahteraan masing-masing dan menunda-nunda pembangunan fisik Bait Allah. Lalu muncul Hagai dan Maleakhi yang mengingatkan agar juga memperhatikan pembangunan fisik Bait Allah (Hagai 1:4; Maleakhi 3:9) – [Hagai 1:4 "Apakah sudah tiba waktunya bagi kamu untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani dengan baik, sedang Rumah ini tetap menjadi reruntuhan? - Maleakhi 3:9 Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa!].
Pembangunan Bait Allah dilaksanakan serentak dengan pembangunan kesejahteraan umat dan pembangunan persekutuan dengan ALLAH. Bait Allah sebagai tempat persekutuan dengan ALLAH mempunyai fungsi khusus yaitu: sebagai tanda kehadiran ALLAH di tengah umat, tempat pertemuan ALLAH dan umat, tempat pemberitaan/pernyataan Firman dan tanda-tanda keselamatan, tanda perwujudan persekutuan umat ALLAH 29. Perjanjian Baru tidak menjelaskan tentang fungsi Bait Allah, karena YESUS KRISTUS adalah Bait Allah itu dan Persekutuan orang percaya berpusat pada YESUS KRISTUS. UMAT Kristen selalu beribadah di Bait Allah Yerusalem atau Sinagoge-sinagoge 87
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Yahudi sampai tahun 70M. Sesudah itu mereka beribadah di rumah-rumah keluarga Jemaat dengan menghadap (kiblat) ke Timur, matahari terbit sebagai tanda (symbol) kemenangan KRISTUS30. Sehingga Rumah-rumah Ibadah saat itu dibangun dalam posisi Timur ke Barat. Pintu gerbang menghadap ke Barat dan Altar berada di posisi Timur. Dengan demikian umat selalu beribadah dengan menghadap ke Timur. Pada abad pertengahan (500 – 1500) prinsip ini tidak ditinggalkan, hanya dari segi arsitektur dikembangkan model Rumah Doa yang disimbolkan dengan menara (= tangan yang menyatu ke langit) dan kubah (= tubuh yang membungkuk). Pemahaman ini masih ditemukan di Jakarta, yaitu gedung Gereja Immanuel Gambir atau Kathedral di Lapangan Banteng. Arsitektur Gereja tersebut tidak hanya memperhatikan konteks budaya, tetapi juga pengembangan pemikiran teologi Gereja. Sepanjang periode pembangunan ini (1982 – 1992) Jemaat Jemaat GPIB Sumber Kasih lebih mengembangkan pembangunan fisik pada upaya pengadaan lokasi, pengurusan izin, penggalangan dana dan pembangunan gedung Gereja sebagai tempat Ibadah. Sebagai Jemaat GPIB yang diresmikan pelembagaannya oleh Majelis Sinode GPIB tahun 1982, ia ingin mewujudkan amanat Tata Gereja GPIB 1982 yaitu Peraturan No.10 tentang Pendewasaan dan Pelembagaan Jemaat, khusus pasal 4 ayat 1b. Peraturan tersebut memberikan syarat bagi pendewasaan dan pelembagaan
88
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Jemaat, antara lain telah memiliki lokasi dan pembangunan gedung Gereja, pastori dan kantor Jemaat. 1. Pemahaman Jemaat tentang gedung Gereja Apa sesungguhnya fungsi gedung Gereja? Pada waktu peresmian gedung Gereja GPIB Sumber Kasih 20 Mei 1993, Majelis Jemaat menjelaskan sebagai berikut :31 Ada 2 (dua) jawaban : Pertama, agar di sana, manusia “naik” menghadap ALLAH. Kedua, agar di sana ALLAH “turun” untuk bertemu manusia. Di Israel kuno, bangunan Kemah Suci dan Kaabah nyaris merupakan sebuah kotak, tanpa salah satu kemungkinan yang disebut tadi. Hal ini bertolak dari “kesalehan” umat sendiri, yang berangkat dari kesadaran bahwa TUHAN berjalan bersama umat itu. Nampaknya dalam iman Kristen, peristiwa Natal dan peristiwa Kenaikan dan Pentakosta, memberikan aksentuasi tentang kepentingan kesadaran bahwa ALLAH ada di atas dan manusia ada di bawah. Hasilnya adalah pilihan teologis seperti dikatakan tadi. Tantangannya adalah, membuat suatu interior gedung Gereja yang baik, menunjukkan bahwa manusia datang untuk bertemu dengan ALLAH, akan tetapi juga ALLAH dalam kemurahanNYA datang bertemu dengan manusia. Sebab hanya dengan yang terakhir inilah mamusia dapat mengenal ALLAH dan kehendakNYA. Dengan demikian, mesti ada
89
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
paling tidak dua aspek dalam perhitungan tentang interior gedung Gereja. Aspek pertama adalah “persekutuan”. Yang dimaksud adalah persekutuan antara manusia dengan sesama dan persekutuan antara manusia dengan ALLAH. Aspek kedua adalah efisiensi. Yang dimaksud adalah ruangan harus ditata sedemikian rupa dengan memperhitungkan simbol-simbol Kristiani sehingga ruangan ibadah tidak menggoda orang untuk berpikir bahwa ini hanya sebuah aula yang karena terpaksa disulap menjadi ruangan ibadah. 2. Kegiatan Pra Pembangunan32 Sesuai program yang telah disusun bersama Majelis Jemaat dan ketetapan-ketetapan Majelis Sinode, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk pembangunan fisik gedung Gereja adalah: a. Pengadaan Lokasi Upaya pengadaan lokasi telah dirintis sejak tahun 1972 oleh panitia pembangunan. Pendekatan-pendekatan dilakukan untuk membeli lokasilokasi di seputar wilayah Cipete dan Cilandak. Namun banyak kendala yang dialami, khususnya dari masyarakat sekitar yang menolak pembangunan gedung Gereja. Alasan-alasan penolakan didasarkan pada SKB Menteri Agama K.H. Moh. Dahlan dan Menteri Dalam Negeri Amir Machmud, tentang pengadaan tempat-tempat Ibadah (Sk. No. 1, 1969, tanggal 13 September 1969, yang dituangkan lebih lanjut dalam SK Gubernur DKI, Nomor 60 tahun 90
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
1969 dan Nomor 648 dan 649 tahun 1979). Di dalam keputusan-keputusan pemerintah tersebut diatur persyaratan-persyaratan pembangunan tempat-tempat Ibadah; salah satunya adalah harus mendapat persetujuan dari masyarakat sekitar (dibuktikan dengan tandatangan warga masyarakat tersebut). Panitia dan Majelis Jemaat mencari jalan dengan mengadakan percakapan bersama pejabat-pejabat pemerintah (Gubernur, Walikota, Camat dan Kelurahan) dan TNI-Polri (Kodam dan Kodim dan Koramil). Dalam interaksi itulah timbul keputusan untuk mengupayakan lokasi di daerah Real-Estate, dengan pertimbangan untuk memanfaatkan lokasi-lokasi fasilitas umum yang disediakan oleh perusahaan-perusahaan Real-Estate. Sebab lokasi-lokasi fasilitas umum tersebut diwajibkan oleh pemerintah agar Real-Estate menyediakannya. Dengan pertimbangan itulah pengalihan sasaran dan Cipete/Cilandak ke Lebak Bulus dan sekitarnya. Selanjutnya panitia yang dibentuk tahun 1978 mulai bekerja dan pilihan jatuh pada Real-Estate Bona Uli, pemukiman Bona Indah Gardens di kelurahan Lebak Bulus. Tahun 1981 Real-Estate Bona Uli menetapkan lokasi 3.600 m2 untuk Gereja di Blok A Bona Indah Gardens, dengan harga Rp.22.000 per m2. Harga tersebut merupakan harga potongan dari harga resmi Rp.44.000 per m2. Panitia menebusnya dengan uang sejumlah Rp.79.200.000.- (Tujuh puluh sembilan juta, dua ratus ribu rupiah).
91
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Sementara status tanah tersebut diproses dan pengurusan izin diupayakan dari pemerintah, muncul permasalahan lain yaitu masyarakat sekitar tidak menyetujui keberadaan Gereja di lokasi tersebut. Melalui pergumulan yang panjang disertai usaha-usaha untuk meyakinkan masyarakat sekitar, akhirnya panitia menerima saran dari Real-Estate agar lokasi Gereja dipindahkan. Relokasi dilaksanakan tahun 1987, ke bagian selatan Bona Indah Gardens di tempat yang sekarang Gereja berada. Relokasi ini dilakukan dengan luas tanah dari 3.600 m2 menjadi 4000 m2. b. Pengurusan Izin Pengurusan izin untuk membangun gedung Gereja di lokasi baru yang telah disiapkan Real-Estate dilakukan kegiatan secara simultan sebagai berikut : (1) Konsolidasi pelayanan secara intern dalam rangka memberdayakan warga untuk menunjang kegiatankegiatan pembangunan. Konsolidasi ini khusus ditujukan untuk memekarkan sektor 4 menjadi 3 (tiga) sektor (4, 5 dan 6)33. Terbentuklah sektor 5 yang berada di sekitar lokasi yang diharapkan untuk membangun interaksi pelayanan di antara warga Jemaat dan dengan masyarakat sekitar.
92
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
(2) Pelayanan dan bakti sosial bersama dan untuk masyarakat sekitar. Kegiatan ini dilakukan para dokter dari warga Jemaat, Tim Medis dari Rumah Sakit Fatmawati sebagai salah satu bentuk kepedulian di bidang kesehatan. Upaya menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif untuk membangun kerukunan dan saling menerima kehadiran, telah dibangun bersama aparat pemerintah dan pimpinan TNI-POLRI. (3)
Pengurusan semua persyaratan-persyaratan penggunaan tanah dan perizinan pembangunan gedung Gereja. Dengan surat-surat penunjukan hak atas tanah dari Real-Estate, diadakan proses pengurusan hak guna bangunan dari Agraria atas tanah tersebut. Pengurusan surat-surat yang berhubungan dengan pembangunan gedung Gereja dimulai lingkungan masyarakat, RT, RW, Kelurahan sampai ke Gubernur DKI. Sejak tahun 1981 proses pengurusan izin telah dijalani dan semua persyaratan administrasi telah dipenuhi kecuali persetujuan lingkungan (Surat Panitia 14 Juli 1981). Tanggal 8 Agustus 1983, Tim Pertimbangan dari DKI meninjau lokasi di Bona Indah Gardens Blok A. Oleh Tim tersebut kondisi lingkungan ditangani tersendiri yaitu oleh Laksusda Jaya. Namun pada 93
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
tahun 1985, masih muncul hambatan-hambatan, sehingga panitia harus mengajukan lagi kelengkapan administrasi pengurusan izin. Hambatan-hambatan ini mendorong panitia untuk menerima saran pemindahan lokasi ke selatan dari Blok A pada tahun 1987. Dimulailah proses pengurusan izin yang baru, yaitu saat kunjungan Gubernur DKI, R. Suprapto, atas undangan Pengurus PKB Jemaat GPIB Sumber Kasih. Ketua Pengurus PKB, R.Y. Pello, yang juga sebagai ketua Tim Dana Panitia Pembangunan, berperan penting sebagai penghubung sehingga pertemuanpertemuan dengan Gubernur DKI dapat berlangsung di tengah-tengah Jemaat. Tanggal 18 Januari 1987, Gubernur DKI hadir dalam acara syukur awal tahun dan memberikan ceramah tentang Pemilu 1987. Pertemuan ini dilanjutkan dengan diterbit-kannya izin prinsip (pendahuluan) selang 4½ bulan setelah pertemuan Januari 1987, yaitu tanggal 6 Juni 1987. (4)
Penanaman Pohon Kerukunan. Sebagai tanda Pemerintah merestui pembangunan gedung Gereja sesuai izin prinsip yang telah dikeluarkan, maka Gubernur DKI mengambil bagian dalam Acara Penanaman Pohon Kerukunan
94
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
di lokasi yang akan di bangun gedung Gereja (700 meter kearah selatan lokasi yang lama). Acara tersebut berlangsung tanggal 26 Juli 1987. Dengan izin dan peristiwa kunjungan Gubernur DKI tersebut, panitia bergerak lebih lanjut antara lain pematangan tanah oleh Real-Estate, pengurusan IMB dan persiapan untuk pembangunan secara teknis. Dengan Izin Prinsip dari Pemerintah maka Tata Kota DKI mengeluarkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) tanggal 8 November 1991. Dengan demikian pembangunan gedung Gereja secara resmi dimulai. Selanjutnya Badan Pertanahan Nasional DKI mengeluarkan Hak Guna Bangunan (HGB) No.2897, sesuai SK No. 1.711.2/4017/1997 tanggal 1 April 1997 atas nama Majelis Sinode GPIB. c.
Usaha Dana Penggalangan dana telah diusahakan sejak panitia yang pertama terbentuk tahun 1970 dan berlangsung terus sampai terlaksananya pembangunan fisik gedung Gereja. Usaha dana pada dasarnya bertolak dari swadaya warga Jemaat. Kegiatan-kegiatan dana itu diarahkan untuk menebus tanah yang disediakan oleh Real Estate Bona Indah Uli tahun 1981 sebesar Rp.79.200.000.- (tujuh puluh sembilan juta dua ratus 95
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
ribu rupiah) dari anggaran pembangunan gedung Gereja yang dirancangkan tahun 1987 sebesar Rp.500.000.000.- (lima ratus juta rupiah). Pada waktu pembangunan dimulai tahun 1991, anggaran mencapai Rp.876.452.000.- (delapan ratus tujuh puluh enam juta empat ratus lima puluh dua ribu rupiah), sedangkan dana awal tersedia Rp.150.000.000.- (seratus lima puluh juta rupiah). Dicatat ada 4 kegiatan besar menghimpun dana : (1) Persembahan warga Jemaat sebesar satu bulan pendapatan yang diangsur tiap bulan selama satu tahun. (2) Persembahan-persembahan secara spontan baik dari warga Jemaat maupun warga masyarakat dan pemerintah (Depsos dan Depag). (3) Malam Dana dan Pekan Sukacita. (4) Pemutaran Film dan Bazar. Hasil pengumpulan dana tergambar dalam presentasi sebagai berikut : * Potensi warga Jemaat 37% * Tim Dana /Panitia 36% * Donatur langsung 25,70% * Pemerintah 1,30% 34
96
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
3. Arsitektur Gedung Gereja Arsitektur Gedung Gereja ditangani oleh PT. Topas Lestari, penanggung jawab: Ir. Djarot Irwanto. Dari luar gedung ini berbentuk Joglo (konteks budaya Jawa – Jogya- Solo) sebagai simbol doa. Letaknya dari Utara ke Selatan, dengan pintu gerbang masuk dari Selatan dan letak altar di sebelah Utara. Umat beribadah dengan menghadap ke Utara. Bangunan yang terletak di Jalan Raya Lebak Bulus III/50 ini, terdiri dari 2 (dua) lantai. Lantai Basement seluas 850 m2 berfungsi sebagai Ruang Pertemuan. Lantai Dasar seluas 650 m2 berfungsi sebagai ruang perkantoran/ sekretariat dan ruangan-ruangan untuk rapat, konsistori, pendidikan, penggembalaan, dan lain-lain. Lantai Dua seluas 850 m2 dan balkon seluas 276 m2, berfungsi sebagai tempat Ibadah dengan daya tampung 750 orang. Dari dalam gedung ini, khusus tata ruang ibadah, dirancang untuk menghadirkan perasaan sejuk dan khidmat. Warnawarni dinding, lantai dan plafond serta peralatan-peralatan lainnya ditata untuk mewujudkan suasana sejuk dan khidmat tersebut. Pusat ibadah adalah mimbar dan Meja Sakramen (Baptis dan Perjamuan Kudus). Penempatan bangku sebagai perwujudan aspek persekutuan (ketimbang kursi) mengarah ke pusat ibadah sesuai pemahaman liturgi Reformasi. Podium terdiri dari 3 (tiga) undapan yang melambangkan Trinitas.
97
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Meja yang ditempatkan di depan adalah lambang Kurban atau Pengucapan Syukur. Simbol Alfa dan Omega diimani bahwa YESUS KRISTUS adalah Sumber Kasih Karunia dari awal sampai akhir. IA adalah Sang Pencipta dan Pemelihara. Mimbar dirancang sedemikian rupa, sehingga mempunyai efek seolah-olah keluar dari dalam mengarah ke umat. Tangga mimbar terdiri dari 10 (sepuluh) anak tangga dan mimbar itu sendiri dari 4 (empat) bidang, yang berarti lewat 10 (sepuluh) Hukum/Taurat orang percaya tiba pada 4 (empat) Injil. Salib, simbol yang tidak terpisahkan dari kesalehan umat, karena itu ditempatkan di belakang atas mimbar. Salib Kosong (tanpa gambar YESUS yang terpaku) melambangkan Kemenangan. Langit-langit ruang ibadah tidak rata tetapi mengikuti atap naik ke atas untuk memberikan kesan umat sedang “naik ke atas”. Di sekeliling ruang ibadah ditempatkan simbol-simbol GPIB sesuai warna dan logo liturgi tahun-tahun Gerejawi – (Adventus, Natal, Epifania, Pra Paskah, Jumat Agung, Paskah, Kenaikan, Pentakosta, Trinitatis dan Minggu-minggu Pentakosta). Lonceng Gereja ditempatkan tersendiri di luar bangunan gedung Gereja. Letaknya strategis dan berfungsi memanggil umat dan untuk mewartakan waktu bagi lingkungan sekitar. Lonceng tersebut ditempatkan pada sangkar di puncak Joglo, dirancang dan digerakkan secara elekronik. 98
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
4. Pelelangan dan Peletakan Batu Pertama Dalam rangka pelaksanaan pembangunan fisik, Majelis Jemaat dan Panitia Pembangunan membuka kesempatan kepada para kontraktor untuk berpartisipasi dalam membangun gedung Gereja. Sejak tahun 1987 Tim Tehnik yang dipimpin oleh P. Waroka telah membuat pra-rencana dan telah mengundang beberapa kontraktor untuk mengajukan penawaran. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan pada tahun 1991 dengan terbentuknya Panitia Lelang Pembangunan Fisik Gedung Gereja. Panitia terdiri dari unsur-unsur Majelis Jemaat sebagai Ketua merangkap Anggota, Panitia Pembangunan dan warga Jemaat, masing-masing sebagai Anggota. Panitia Lelang terdiri dari: Ketua
: Pen. J. W. Piga
Wakil Ketua: Pudjo Prihadi Santoso Anggota
: Ny. L. Luhukay Robby Mogot Subroto
Panitia bertugas mengadakan pra kualifikasi dan menyelenggarakan lelang. Berdasarkan pengumuman panitia, 11 perusahaan kontraktor mengikuti lelang tersebut. Setelah diseleksi, 7 perusahaan yang dianggap layak. Akhirnya ditetapkan P.T. Parama Dharma dan P.T. Parama Loka sebagai pelaksana pembangunan fisik gedung Gereja. 99
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Kegiatan selanjutnya adalah peletakan batu pertama gedung Gereja, sebagai tanda dimulainya proses pembangunan. Acara Peletakan Batu Pertama dilaksanakan dengan Ibadah yang dipimpin oleh Pdt. Ny. A.J.M.Loppies-Mustamu pada tanggal 22 November 1991, dengan pelayanan Firman berdasarkan Kejadian 28:16-22 dan Mazmur 127:2. Dilanjutkan dengan pengecoran pondasi pertama yang dilakukan oleh Sekwilda DKI, M. Sinurat, mewakili Gubernur DKI. Pembangunan dimulai dengan dana Rp.150.000.000.(seratus lima puluh juta rupiah), dari anggaran yang direncanakan Rp.876.452.000.- (delapan ratus tujuh puluh enam juta empat ratus lima puluh dua ribu rupiah). 5. Panitia Pembangunan Seperti yang diuraikan dalam Bab II tentang Masa Persiapan, khususnya Pasal 4 mengenai Pengadaan Tempat Ibadah, sejak awal Majelis Jemaat telah membentuk Panitia Pembangunan Gedung Gereja. Panitia yang terakhir sebelum pelembagaan, dipimpin oleh Ny. R.L.W. Sapulete-Pattipeilohy telah bekerja terus sampai tahun 1988. Panitia ini dilengkapi dan disempurnakan dengan Tim Tehnik dan Tim Dana. Panitia menerima penugasan dari Majelis Sinode dengan Surat Keputusan No.1499/MS/XIII/Kpts., tanggal 9 September 1985 dengan masa kerja sampai tahun 1987. (Personalia Panitia – Lampiran 5).
100
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Setelah mengakhiri tugasnya, kegiatan pembangunan dilanjutkan oleh Panitia baru yang diketuai oleh Satia M. Sitorus, sesuai Surat Keputusan Majelis Sinode No.123/ 87/MSXIV/Kpts., tanggal 11 Februari 1987. Panitia ini dilengkapi dengan 2 (dua) Seksi dan diperpanjang masa tugasnya dengan pembaruan personalia melalui Surat Keputusan Majelis Sinode No. 1821/89/MS.XIV/Kpts., tanggal 20 Juli 1989. (Personalia Panitia: Lampiran 6). Setelah bekerja selama 2 (dua) masa kerja yaitu tahun 1987 – 1989 dan tahun 1989 – 1991; Majelis Jemaat membentuk Panitia terakhir yang diketuai oleh W.M.Th. Nayoan yang dilengkapi dengan 4 (empat) bidang yaitu: Umum, Dana, Tehnik dan Interior, dan diberikan Surat Keputusan dari Majelis Sinode (Personalia Panitia : Lampiran 7). Pekerjaan Panitia ini adalah mempersiapkan dan melaksanakan Peletakan Batu Pertama serta Pembangunan Fisik Gedung Gereja sampai diresmikan tahun 1993. 6. Pengadaan Pastori Guna menopang pelayanan, Majelis Jemaat mewujudkan pengadaan Pastori yang berlokasi di Bona Indah Garden A1/25 pada tahun 1990. Pengadaan Pastori tidak hanya dimaksudkan sebagai tempat kediaman pendeta Jemaat, tetapi juga dari sana pendeta dan keluarganya menggembalakan warga Jemaat.
101
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Fungsi Pastori sebagai rumah gembala adalah tempat atau rumah yang terbuka siang dan malam untuk menerima kehadiran warga Jemaat dengan berbagai kebutuhan mereka. Walaupun pendeta dapat menggunakan Kantor Majelis Jemaat dan Ruang Penggembalaan di lokasi gedung Gereja untuk tugas-tugas administrasi dan percakapan pastoral (konseling), namun rumah pendeta sebagai Pastori, tetap menjadi Rumah Gembala atau tepatnya Rumah Penggembalaan. Penampilan fisik, apalagi kegiatan di dalamnya berfungsi menggembalakan umat atau warga Jemaat, bahkan masyarakat sekitarnya. Pasal 6 : Rangkuman pembangunan ini ditandai dengan Pembangunan Jemaat Masa secara keseluruhan, walau porsi ke dalam lebih besar dari pada ke luar. Seluruh potensi Jemaat ini diarahkan untuk pembangunan fisik gedung Gereja. Baik pelayanan yang dilakukan oleh Majelis Jemaat maupun Sektor, BPK, dan Komisi diarahkan untuk menopang pembangunan tersebut. Begitu juga kepemimpinan dalam Jemaat, baik dalam diri pendeta dan semua jajaran-jajaran pelayanan dinilai kemampuannya dengan sejauh mana menopang pembangunan gedung Gereja. Namun perlu dicatat bahwa administrasi Majelis Jemaat, khususnya data-data warga Jemaat tahun 1982 – 1988 tidak tertata dengan baik. Dalam periode ini pembangunan gedung Gereja telah merupakan ekspresi iman yang membuat persekutuan sebagai satu 102
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
kekuatan untuk bersaksi dan melayani. Expresi iman ini pula mendatangkan pendamaian, tidak hanya di kalangan warga Jemaat sebagai umat ALLAH tetapi juga dengan masyarakat dan pemerintah. Gedung Gereja GPIB Sumber Kasih menjadi Pohon Kerukunan!
103
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
BAB IV : MASA PROSES KEMANDIRIAN :
1992 - 2007
Pasal 1: Latar belakang antara tahun 1992 – 2007, disebut sebagai masa ‘proses Masa kemandirian’ berdasarkan 3 (tiga) pertimbangan : Pertama: Jemaat GPIB Sumber Kasih, sebagai satu persekutuan telah dituntun oleh TUHAN, Kepala Gereja melewati berbagai tantangan memasuki era baru. Tantangan-tantangan itu baik datangnya dari dalam maupun dari luar persekutuan, telah menjadi batu penguji kesetiaan dalam melayani dan memimpin maupun dalam berinteraksi dengan masyarakat dan pemerintah. Berbagai pengalaman itu telah menimbulkan ketekunan dan ketekunan itu juga menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan (banding Roma 5:4) – [5:4 dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.] Semua proses ini mematangkan iman Jemaat untuk mandiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa ‘kemandirian’ adalah keadaan atau hal dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang atau pihak lain.35 Secara Kristiani ‘kemandirian’ tidak pernah diartikan sebagai bebas menentukan sendiri apa yang dilakukan. Tidak juga dalam arti tidak
104
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
mempunyai hubungan dan tanggung jawab lagi dengan pihak lain. Tetapi ‘kemandirian’ dalam arti teologis adalah memiliki karakter atau kepribadian yang dapat berdiri sendiri dalam hubungan secara langsung dengan KRISTUS sebagai Sumber segalanya.36 ‘Kemandirian’ adalah ketergantungan kepada YESUS KRISTUS yang membawa setiap warga Jemaat pada kesatuan iman untuk saling membantu dan melayani baik antar pribadi, Gereja dan masyarakat. Dengan begitu ‘kemandirian’ mendorong pribadi atau persekutuan untuk lebih mewujudkan tanggung jawab kepada sesama dan masyarakat sebagai ungkapan kesetiaan kepada panggilan dan pengutusan ALLAH. Kedua: ‘Kemandirian’ merupakan sesuatu yang diusahakan terusmenerus dan berkelanjutan. ‘Kemandirian’ Gereja adalah suatu upaya bersama terus-menerus untuk memperkembangkan semua kemampuan (potensi) dan pemberian TUHAN secara bebas dan bertanggung-jawab bagi persekutuan, pelayanan dan kesaksian.37 Melalui proses kebersamaan itu, Gereja menuju kedewasaannya secara penuh dan tingkat pertumbuhan sesuai dengan kepenuhan KRISTUS (banding Efesus 4:13) – [sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan KRISTUS]. ‘Kemandirian’
bukan sesuatu yang dengan sendirinya ada, tetapi berhubungan erat dengan pembinaan. Artinya, ‘kemandirian’ diperoleh melalui pembinaan yang berlangsung terus-menerus, berkesinambungan
105
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
dan dievaluasi untuk ditingkatkan supaya mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sebab itu bila masa 1992 – 2007 disebut masa kemandirian maka yang dimaksud adalah masa pembinaan yang berkelanjutan. Pembinaan yang telah dimulai pada ‘Pembangunan Jemaat’ (1982 – 1992) tak berhenti, tetapi dilanjutkan dan dilaksanakan secara terpadu oleh semua unsur dalam Jemaat. Tujuannya supaya pemberdayaan warga Jemaat terarah dengan tepat mewujudkan persekutuan yang memuliakan TUHAN. Selama periode ini pembinaan telah berlangsung dengan visi dan misi yang menggerakkan warga Jemaat untuk aktif menumbuhkan persekutuan. Sejauh mana hal itu telah membangun kepribadian warga Jemaat untuk mencapai kedewasaan penuh, menjadi bahan evaluasi dalam perjalanan Jemaat ini. Ketiga: ‘Kemandirian’ Gereja meliputi 3 (tiga) unsur, yaitu: teologi, daya dan dana.38 Ketiga unsur ini merupakan mata rantai yang saling berkaitan erat. Yang satu dapat menghambat yang lain bila tidak diperhatikan. Yang satu sangat mendorong bila dikaitkan dengan yang lainnya. Ketiganya merupakan unsur-unsur yang saling bersinergi untuk menghasilkan kekuatan membangun Jemaat. Namun dalam pelaksanaan-nya, daya atau kualitas manusia sangat strategis untuk mengembangkan ‘kemandirian’. Sejak awal abad 20, faktor ‘kemandirian’ ini sangat diperjuangkan oleh Gereja-gereja di Indonesia. Tokoh yang sangat penting adalah Dr. Hendrik Kraemer yang terkenal dengan gagasannya untuk menjadikan pelayanan di
106
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
daerah-daerah pekabaran Injil menjadi Gereja-gereja muda yang mandiri. Ia berkeliling Indonesia pada tahun 1927 – 1935 untuk mendorong orang-orang Kristen Indonesia supaya menyambut rencana Kemandirian Gereja.39 Walaupun ia menyadari bahwa banyak faktor akan menghalang, tetapi ia melihat bahwa sudah tiba saatnya Gereja-gereja itu mandiri. Dan ia mulai dengan pendidikan tenaga-tenaga sebagai kekuatan yang menggerakkan. Faktor manusia sangat strategis, maka dibentuknya lembaga-lembaga pendidikan dalam rangka mewujudkan kemandirian. Bahkan Kraemer menekankan bahwa kemandirian bukan terletak pada menterengnya organisasi dan kelembagaan Gereja, tetapi pada Pemberitaan Firman dan Sakramen yang menyatakan Injil YESUS KRISTUS,40 yang dijabarkan secara luas dan berkualitas dalam pelayanan Gereja. Sehubungan dengan itu, periode pelayanan Jemaat GPIB Sumber Kasih 1992 – 2007, disebut sebagai periode Kemandirian untuk mengingatkan warga Jemaat bahwa mereka berperan aktif memberitakan Injil dalam hidup mereka sebagai bukti bahwa mereka telah mengalami kedewasaan dalam kepenuhan KRISTUS. Juga untuk mengingatkan para pelayan/pejabat bahwa pemberitaan Firman dan Sakramen merupakan inti hidup mereka dan dinampakkan dalam berbagai tindakan dan perilaku.
107
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Pasal 2: Peresmian Gedung dan Lonceng Gereja Gedung Gereja menjadi peristiwa penting sebagai Peresmian titik berangkat masa kemandirian. Karena salah satu buah pemberitaan Firman dan pelayanan Sakramen selama masa pengembaraan adalah dibangunnya gedung Gereja ini. Dengan kata lain pembangunan gedung Gereja adalah hasil tindakan ALLAH melalui pelayanan GerejaNYA. Sebaliknya peresmian gedung Gereja ini juga menjadi tonggak penting masa pembangunan (Jemaat) dan masa kemandirian karena dari gedung Gereja ini Firman TUHAN diberitakan dan Sakramen dilayani dan kasih mengalir di tengah Jemaat dan masyarakat. Gedung Gereja menjadi pusat kegiatan membangun kemandirian Jemaat. 1. Peresmian Gedung Gereja Pembangunan fisik gedung Gereja dilaksanakan dalam waktu yang relatif singkat. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) yang diterbitkan oleh Pemerintah (Tata Kota DKI) tanggal 8 November 1991, langsung ditindaklanjuti oleh Panitia Pembangunan. Pembangunan dimulai dengan Ibadah dan pelaksanaan peletakan batu pertama tanggal 22 November 1991. Dan sekali pun gedung Gereja masih beratapkan langit, Jemaat telah merayakan Paskah di dalam gedung tersebut yaitu pada hari Paskah 1992. Demikian juga perayaan Natal 1992 dilaksanakan di dalam bangunan dan kompleks gedung Gereja
108
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
yang masih dalam tahap penyelesaian. Tepat pada ulang tahun yang ke 11 (sebelas) tanggal 20 Mei 1993 pada Hari Raya Kenaikan TUHAN YESUS, diresmikanlah pemakaian gedung Gereja sebagai Rumah Ibadah dan kegiatan-kegiatan Gerejawi. Menteri Agama Republik Indonesia : Dr. H.Tarmizi Taher menghadiri acara ini dan meresmikan gedung Gereja GPIB Sumber Kasih. Selanjutnya Ketua Umum Majelis Sinode GPIB Pdt. O.E.Ch. Wuwungan, memimpin Ibadah Pentahbisan Gedung Gereja sesuai Tata Ibadah Peresmian Gedung Gereja GPIB. Nats Pembimbing dari Mazmur 100 dan khotbah berdasarkan Efesus 1:15-22. Ketua Panitia Pembangunan, W. M. Th. Nayoan,41 dalam laporannya menjelaskan proses yang ditempuh mulai dari izin prinsip oleh pemerintah (6 Juni 1987), penanaman pohon kerukunan oleh Gubernur DKI, R. Suprapto (26 Juli 1987), dilanjutkan dengan peletakan batu pertama oleh Sekwilda DKI, M. Sinurat (22 November 1991). Pembangunan ini dimulai dengan swadaya dari warga Jemaat dan sumbangan-sumbangan lainnya. Dilaporkan juga bahwa sedang dipersiapkan tempat/menara untuk lonceng yang dipesan khusus dari Negeri Belanda.
109
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Pendeta S.Th.Kaihatu,42 Ketua Majelis Jemaat, dalam sambutannya menekankan tentang Karya ALLAH dalam pertumbuhan Jemaat GPIB Sumber Kasih. Jemaat mengalami proses pergumulan yang panjang. Mulai dari membangun diri sebagai Pos Pelayanan sampai menjadi Jemaat. Pembangunan Jemaat tidak terlepas dari pembangunan masyarakat sambil memberi perhatian kepada begitu banyak tantangan yang dihadapi Gereja. Peresmian Gedung Gereja ini merupakan awal dari satu babak baru perjalanan Jemaat GPIB Sumber Kasih. Babak baru membangun, memelihara dan mengembangkan pelayanan dan kesaksian menuju Jemaat Misioner. Lebih lanjut Pendeta Kaihatu menyatakan bahwa Pembangunan gedung ini hanyalah salah satu facet pembangunan multidimensional dalam masyarakat. Sebab kehidupan spiritual masyarakat adalah asset bagi pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Ini adalah bagian dalam proses perjalanan bangsa ini menuju masyarakat sejahtera sesuai dengan cita-cita kemerdekaan. Suatu mutu masyarakat yang sejak awal sangat dianjurkan dalam Alkitab. Sambil mengucap terima kasih atas kehadiran Menteri Agama, para donator dan pelaksana pembangunan, Pdt. Kaihatu menekankan bahwa seluruh proses pembangunan ini memberikan kepastian bahwa rencana TUHAN tetap menjadi kenyataan. Dalam rencana dan penugasan yang TUHAN berikan, Jemaat melangkah memasuki hari-hari
110
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
pelayanan dan kesaksian untuk membangun, memelihara dan mengembangkan masyarakat, Negara dan Bangsa Indonesia. Ketua Umum Majelis Sinode GPIB, Pdt.O.E.Ch.Wuwungan,43 menyambut peristiwa ini dengan sukacita dan syukur kepada TUHAN karena pembangunan gedung Gereja ini diselesaikan dalam waktu singkat. Bahwa pembangunan seperti ini membuat kita menyadari dan menghayati keaneka-ragaman hasil ciptaan TUHAN dan yang merangkum segala kebhinekaan di alam semesta ke dalam rahmat dan berkatNYA. Semuanya bersumber dari TUHAN Yang Esa, Sang Kepala Gereja. Gedung ini menjadi lambang kehadiran dan pelayanan Jemaat di tengah masyarakat, dan wujudnya adalah hasil kerja dan buah karsa kebersamaan. Karsa dan tekad yang mesti ada lebih dulu sedang dana dan segala sarana yang lain merupakan konkretisasi dari pada apa yang dicita-cita, yang kemudian dituangkan dalam rancangan. Ada sesuatu yang immaterial berupa perpaduan kemauan, pikiran dan bayangan. Dan semua itu yang tadinya tidak dapat di jamah, kini berbentuk dan ada di depan mata kita. Kita bersyukur kepada TUHAN atas kemampuan yang IA karuniakan untuk berkarya cipta seperti ini, dan di segi ini kita telah mengambil bagian dalam Pembangunan Nasional. Selanjutnya Pendeta Wuwungan menggaris-bawahi bahwa pembangunan bukan hanya menyangkut hal-hal material saja. Kemampuan berkarya cipta, rasa kebersamaan dan integritas pribadi perlu dipelihara, dikembangkan dan diwariskan karena kekokohan iman dan 111
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
rasa kebersamaan akan mengalami tantangan dan godaan yang bisa menggoyahkan dan melenturkan semangat “koinonia, marturia dan diakonia”. Setiap karya cipta tidak perlu membuat kita bersikap introvert dan eksklusif tetapi mendorong untuk menghayati ungkapan YESUS: “AKU datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani, sebagai tolak ukur setiap karya orang beriman. Sebab YESUS sendiri menjadi “batu hidup” untuk pembangunan rumah rohani yang tahan terhadap terpaan zaman. TUHAN yang adalah “Sumber Kasih” melimpahi Jemaat dengan rahmat dan berkat. 2. Peresmian Lonceng Gereja Sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan gedung Gereja Sumber Kasih, maka pada tanggal 12 Juni 1994 diresmikan pemakaian Lonceng Gereja. Peresmian ini sekaligus merupakan puncak seluruh kegiatan HUT ke-12 Jemaat GPIB Sumber Kasih. Lonceng mempunyai cerita tersendiri. Disponsori oleh warga Jemaat sebagai sumbangan bagi pelayanan Gereja. Dipesan khusus dari Koninklijke Klokkengieterij Petit & Fritsen B.V., Negeri Belanda. Dikerjakan secara modern dan unik. Melalui “Carillon Station” yang dikendalikan dengan computer dan dimainkan secara otomatik serta terintegrasi antara lonceng, jam diding dan keyboard elektronik. Sinergi ini menghasilkan
112
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
melodi sesuai lagu dan bunyi atau irama yang telah diprogramkan. Perangkat lonceng terdiri dari : 12
lonceng terbuat dari perunggu (bronze) digantung pada menara yang terdiri dari 3 (tiga) tiang, masing-masing 8m, 8,5m dan 9,5m dengan diameter 300mm dan ketebalan 10mm.
Lonceng
yang terberat adalah 250kg sedangkan yang teringan, 24kg. seluruhnya 1.107kg.
Jam
dinding berdiameter 100cm dan dapat digerakkan secara terpadu dengan lonceng.
Ada 24 melodi lagu-lagu yang diprogramkan, yaitu: Auld Lang Syne, Ave Maria, Berkibarlah Benderaku, Di Muka TUHAN YESUS, Di tepinya Sungai Serayu, Dirgahayu Indonesia, Hark the Herald Angels Sing, Het Avondklokje, Holy-Holy-Holy, Hymne Kemerdekaan, We Wish You A Merry Christmas, Indonesia Negaraku, Indonesia Pusaka, Indonesia Raya, Kasiang Si Patokaan, Onward Christian Soldiers, Rayuan Pulau Kelapa, Sarinande, Saule, Stille Nacht, Tanah Airku, TUHAN Betapa Banyaknya, Yerusalem bersoraklah, dan YESUS Memanggil. Selain itu ada 19 bunyi dentang dan denting untuk menunjukkan tanda-tanda waktu.
113
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Makna rohani di balik sarana pelayanan ini adalah persekutuan. Baik persekutuan Jemaat maupun dengan masyarakat. Sesuai inskripsi yang tertera pada 3 lonceng besar, maka sarana ini ingin menjelaskan Firman TUHAN, yaitu: Yesaya 26:2 – [Bukalah pintu-pintu gerbang, supaya masuk bangsa yang benar dan yang tetap setia!]; Mazmur 100:2 - [Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!] dan Mazmur 84:5 - [Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau.]. Dengan kutipan ayat-ayat tersebut keberadaan dan bunyi lonceng ini juga mengandung makna panggilan dari TUHAN kepada umat untuk hadir beribadah, memuji dan membesarkan NamaNYA. Di sisi lain ketika lonceng itu berdentang, hal itu mengandung makna rohani, yaitu pernyataan tentang keberadaan Gereja yang melayani masyarakat dan sesama di sekitarnya. Peresmian pemakaian lonceng Gereja ini dilakukan oleh Sekretaris Jenderal Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi (Parpostel) RI, Dr. Jonathan Parapak dan Ketua Umum Majelis Sinode GPIB Pdt. O.E.Ch. Wuwungan.
114
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Pasal 3: Pengembangan Pelayanan tahun 1988 pengembangan pelayanan Jemaat telah Sejak mengacu kepada keputusan-keputusan Persidangan Sinode GPIB, khususnya tentang Garis-garis Besar Kebijakan Umum Pelayanan Gereja (GBKUPG) dan keputusan Konsultasi tahunan Mupel-Mupel dan Majelis Sinode. Tema-tema Sinodal mewarnai seluruh program dan pelaksanaan pelayanan di Jemaat. Di samping itu Majelis Jemaat juga menggali kebutuhan-kebutuhan Jemaat dan masyarakat dan memadukannya dengan kebutuhan regional dan Sinodal melalui Pertemuan-pertemuan Warga Sidi dan Loka Karya Program setiap tahun. Setiap 3 (tiga) bulan, Majelis Jemaat membuat evaluasi dan penilaian atas program-program dan merumuskan masalah-masalah yang dihadapi melalui pelaporan secara berkala. Dari proses ini dibuat gambaran tentang pengembangan pelayanan Jemaat sebagai berikut : 1. Tema-tema Pelayanan Sinodal Pada masa pelayanan 1992 – 2007, berlangsung Persidanganpersidangan Sinode GPIB, tahun 1990 di Makasar, 1995 dan 1996 di Bandung, 2000 dan 2002 di Caringin Bogor dan 2005 di Denpasar Bali. Tema-tema Persidangan Sinode tersebut dijadikan sebagai benang merah dalam pelayanan Jemaat. Karena itu perlu ditampilkan tem-tema tersebut sebagai berikut:
115
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
a. Persidangan Sinode ke 15 tahun 1990 mengangkat tema : “YESUS KRISTUS Terang Dunia”, (Yohanes 8:12)- [Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."] sebagai
kelanjutan dari tema Persidangan Sinode 1986. Sub Tema: “Dengan Pembinaan Warga Gereja, kita meningkatkan pelayanan dan peranserta Gereja menuju era tinggal landas”. Sesuai Sub Tema tersebut, maka hal-hal yang mendapat penekanan khusus adalah peningkatan pembinaan warga Gereja. Sebagai tindak lanjutnya, Majelis Sinode menerbitkan buku-buku dan bahan-bahan pembinaan untuk Warga Jemaat, termasuk untuk anak-anak dan teruna. Buku-buku tersebut adalah Sabda Bina Umat (untuk keluarga-keluarga dan warga), Sabda Guna Krida (bahan-bahan PA dalam ibadah-ibadah keluarga), Sabda Guna Dharma (bahan-bahan khotbah), Kurikulum PA (Sabda Bina Anak) dan PT (Sabda Bina Taruna), serta Tata Ibadah. Pengolahan bahan-bahan tersebut sekaligus merupakan penjabaran dari Pemahaman Iman yang telah ditetapkan tahun 1986. Bahan-bahan pembinaan tersebut menjadi pedoman penting dalam pengembagan pelayanan Jemaat-jemaat. b. Persidangan Sinode ke 16 1995 dan Persidangan Sinode Istimewa 1996 merupakan satu kesatuan. Tema Persidangan Sinode 1995: “YESUS KRISTUS adalah 116
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Sumber Hidup”, dengan Sub Tema: “Meningkatkan kualitas Sumber Daya Insani dan meningkatkan serta melestarikan segala sumber daya alam demi kesejahteraan bersama”. Tema yang ditonjolkan Persidangan Sinode Istimewa 1996 adalah: “AKUlah Jalan, Kebenaran dan Hidup” (Yohanes 14:6) – [Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa,
kalau
tidak
melalui
Aku.]
dengan Sub Tema: “Memperkokoh Jalinan Pelayanan Guna meningkatkan Kualitas Kebersamaan”. Persidangan-persidangan Sinode ini menetapkan perangkat peraturan sebagai upaya perelevansian Tata Gereja GPIB khususnya Tata Dasar dan Peraturan-peraturan Pokok serta Kepegawaian. Di dalamnya termasuk perubahan masa bakti Majelis Sinode dan Majelis Jemaat, dari 4 tahun menjadi 5 tahun. Hasil-hasil dan keputusan Persidangan tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya penataan perangkat-perangkat peraturan dalam Jemaat-jemaat GPIB. c. Persidangan Sinode ke 17, 2000 dan Persidangan Sinode Istimewa 2002, juga merupakan satu kesatuan dengan tema: “YESUS KRISTUS adalah Sumber Pembaruan (II Kor 5:17) – [Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah
datang.].
Sub tema Persidangan Sinode 17: “Meningkatkan kualitas Sumber Daya Insani dalam menghadapi Tantangan dalam abad XXI” menekankan 117
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
pada pembinaan warga Gereja. Hal ini dilakukan sebagai konsolidasi menghadapi tantangan di era post modern dan tehnik informatika yang berkembang pesat. Sub Tema Persidangan Sinode Istimewa 2002, “Memantapkan Kehadiran Gereja sebagai satu Tubuh guna memenuhi panggilan dan pengutusanNYA”, mengarahkan warga Gereja untuk melakukan tugas panggilan Gereja dengan perangkat-perangkat yang telah disediakan oleh GPIB. Untuk itu Pokok-pokok Kebijakan Umum Panggilan dan Pengutusan Gereja (PKUPPG) ditetapkan sebagai pedoman bagi semua komponen untuk melakukan pelayanan. d. Persidangan Sinode ke 18, 2005, dengan tema : YESUS KRISTUS Sumber Damai Sejahtera (Yohanes 14:27), menetapkan Visi GPIB 2006-2026: GPIB menjadi Gereja yang mewujudkan Damai Sejahtera bagi seluruh ciptaanNYA. Tema dan Visi ini dijabarkan melalui PKUPPG 5 (lima) tahunan dan diuraikan dalam Tema-tema Alkitab Tahunan. Tema dan Visi tersebut mengarahkan GPIB dan warganya untuk mengembangkan Sektor Misioner yang didukung oleh Sektor institusional dan Sektor penunjang. Keputusan Persidangan-persidangan Sinode tersebut telah dijabarkan dalam konsultasi-konsultasi Sinodal serta Persidangan-persidangan Sinode Tahunan untuk dijadikan sebagai pedoman dan perangkat dalam pelayanan GPIB baik di
118
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
lingkungan Jemaat, Mupel maupun Sinodal. Jemaat GPIB Sumber Kasih menerapkannya dalam pengembangan pelayanan dengan memperhatikan konteks pergumulan setempat. Hal itu tercermin dalam pembinaan-pembinaan melalui Ibadah dan Liturgi, Khotbah Serial, Katekisasi, penggembalaan dan perangkat-perangkat peraturan tahun 2002 untuk meningkatkan penghayatan iman serta pemberdayaan warga dalam pembangunan Jemaat. 2. Bidang-bidang Pengembangan Pelayanan Pengembangan pelayanan Jemaat didasarkan pada rumusan visi dan misi Jemaat yang diangkat dari pergumulan Firman TUHAN diperhadapkan dengan konteks pelayanan, baik lingkungan Jemaat, Mupel dan Sinodal. Sejak tahun 2000 Majelis Jemaat merumuskan visi Jemaat GPIB Sumber Kasih yaitu “Menjadi Jemaat yang bertumbuh dan berkembang sebagai murid YESUS KRISTUS”. Untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan misi sebagai berikut : Pertama: Membawa orang kepada YESUS dan membawakan ke dalam Jemaat untuk menjadi bagian dari keluarga ALLAH. Kedua : Mengembangkan anggota Jemaat menuju ke kedewasaan untuk menyerupai YESUS KRISTUS. Ketiga : Melengkapi anggota Jemaat dalam pelayanan. Keempat: Mengutus anggota Jemaat dalam kesaksian di tengah-tengah dunia. 119
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Dalam rangka itu warga Jemaat diarahkan dengan arahan komitmen yaitu mengambil keputusan iman untuk membangun persekutuan yang melayani dan bersaksi. Dengan visi dan misi tersebut ditentukan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran bahkan komitmen yang akan dicapai dalam setiap program dalam satu masa pelayanan. Semuanya ini mengalami peninjauan dan evaluasi dalam Pertemuan Warga Sidi dan Loka Karya Program Kerja Tahunan Jemaat. Mengacu PKUPPG GPIB maka seluruh rencana dan program Jemaat dilakukan berdasarkan pembidangan-pembidangan penyesuaian sebagai berikut : a. Bidang I: Iman, Ajaran dan Ibadah Fungsinya meningkatkan kualitas iman warga Jemaat melalui ibadah-ibadah dengan memberlaku-kan ajaranajaran Gereja. Kegiatan-kegiatan ini meliputi ibadah-ibadah pada hari Minggu (umum, pemuda, PA, PT), Pelayanan Firman dan Sakramen, Hari-hari Raya Kristiani dan Gerejawi, Peneguhan Sidi, Peneguhan dan Pemberkatan Nikah, Kedukaan, Keluarga, Pekan Keluarga, dan sesuai kebutuhan. Untuk meningkatkan kualitasnya, diadakan pembinaan-pembinaan para pelayan dan latihan-latihan bagi pelaksana, persiapan bahan-bahan, serta pendalaman ajaran-ajaran GPIB dan sosialisasinya. Tata Ibadah yang dipergunakan dalam setiap ibadah adalah sesuai Ketetapan
120
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
GPIB. Ibadah Hari Minggu dilaksanakan di Gereja Sumber Kasih, pada jam 06.00, 09.00 dan 18.00; Kapel Cinere, jam 07.00 dan 17.00. Ibadah Hari Minggu bahasa Jepang dan Jerman dua kali sebulan jam 12.00. Pada periode 1992 – 2007 telah dilayani baptisan untuk …. Orang dan peneguhan dan pemberkatan Nikah untuk …… pasang pengantin. Ibadah-ibadah Minggu merupakan kekuatan yang menggerakkan aktifitas-aktifitas pelayanan. Sebaliknya semua aktifitas pelayanan menuntun warga Jemaat ke Ibadah-ibadah Minggu. Perjumpaan dengan TUHAN adalah suatu dorongan untuk melayani dan sebaliknya pelayanan menggerakkan untuk berjumpa dengan TUHAN. Dalam rangka itu khotbah-khotbah disampaikan dengan tema-tema serial yang dikemas untuk menggerakkan sekaligus menarik Jemaat untuk berjumpa dengan KRISTUS. Peran serta warga Jemaat dalam ibadah-ibadah diwujudkan dalam berbagai bentuk antara lain : Paduan-paduan Suara / Vocal Group dari Sektor-sektor Pelayanan, BPK-BPK : antara lain Nafiri, Gloria, Sektor 6, Shalom, Solagratia, Kasih, Ekklesia, Sektor 11, Kezia, G Voice, Antique, Kolintang, Sumber Kasih, Anak, GP, PW, PKB, Lansia. b. Bidang II: Pastoral Fungsinya, meningkatkan kualitas hidup warga Jemaat melalui pendampingan para pelayan. Kegiatan-kegiatan 121
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
ini meliputi perkunjungan-perkunjungan, percakapan persiapan baptisan, pernikahan, sidi, keluarga-keluarga berduka. Secara khusus dilaksanakan konseling terhadap warga Jemaat yang mengalami pergumulan dan masalahmasalah diakonia. Untuk itu dirintis pengadaan Biro Konsultasi dan Pelayanan Penggembalaan. Supaya pelayanan ini berkelanjutan dan berkualitas, diadakan pembinaan dan pelatihan bagi para pelaksana dan kelompok-kelompok support kedukaan. c. Bidang III: Katekisasi Fungsinya, memperlengkapi warga Jemaat untuk memahami dan mengaku imannya sebagai pengikut YESUS KRISTUS sebagai TUHAN dan Juruselamat . Kegiatannya meliputi proses belajar dan mengajar dengan mempergunakan kurikulum dan bahan yang ditetapkan GPIB. Para pesertanya dikelompokkan sesuai latar belakang masing-masing, yaitu: Muda-mudi, Kristen baru (dari agama lain), Profesional (Pilot, Pelaut, Pramugari, TNI, Polri dll). Kegiatan ini dilakukan secara berkala dan kemudian dievaluasi bersama Majelis Jemaat, sebelum diadakan acara Retreat. Pada Masa ini telah dilayani peneguhan Sidi untuk ...orang. d. Bidang IV: Pelayanan dan Kesaksian Fungsinya, memelihara iman warga Jemaat dengan memberikan berbagai jenis bantuan; mendukung rencana122
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
rencana dan kegiatan Pelkes Sinodal dan sesama Gereja; berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhan warga masyarakat : - Kegiatan membantu warga Gereja (diakonia) dilakukan dalam bentuk: santunan bagi keluarga pra-sejahtera, pendidikan, pengobatan, kebutuhan lansia, kunjungan dan santunan ke panti-panti, atensi pendeta-pendeta emeritus dan kedukaan. - Kegiatan mendukung Pelkes GPIB dan sesama Gereja, dilakukan dalam bentuk: adopsi Pos Pelkes di Air Abik Lampung (kebon Coklat dan Kelapa Hibrida) dan Sambas (ternak babi), dan kegiatan Sinodal lainnya, serta mendukung program pelayanan Lembaga Kemasyarakatan yang dilakukan PGI. - Kegiatan dalam bentuk partisipasi dengan masyarakat, dilakukan melalui kepedulian terhadap masyarakat yang mengalami bencana dan masyarakat pra-sejahtera. - Kegiatan pelayanan Kesehatan pada setiap hari Minggu dan Rabu untuk warga Jemaat, santunan pra-sejahtera dan warga masyarakat: Secara tetap para tenaga medis dari warga Jemaat yang melayani kegiatan tersebut. e. Bidang V: Gereja dan Masyarakat Fungsinya, memelihara komunikasi dan kepedulian dengan masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan masyarakat seperti Hari123
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
hari Raya Nasional, pelayanan Posyandu, Donor Darah, Pasar Murah, perlayanan terhadap penyandang masalahmasalah sosial, dan Bakti Sosial serta dialog antar umat beragama untuk mewujudkan kerukunan yang baik dan kerjasama yang bermanfaat (menghadapi kenakalan remaja, anti narkoba, HIV/AIDS dan pengangguran). Kerjasama dengan pemerintah setempat (Lurah, RW dan RT serta perangkat-perangkatnya), TNI, POLRI dan lingkungan sekitarnya dalam bentuk-bentuk pembinaan dan penyuluhan, khususnya menghadapi peristiwa-peristiwa pemboman dan teror-teror pada tahun 1998 yang terjadi di berbagai tempat di Tanah Air, khususnya terhadap Gerejagereja. Gereja GPIB Sumber Kasih sendiri mendapat ancaman bom melalui tilpon pada bulan Agustus 1998. Mengantisipasi ancaman tersebut Majelis Jemaat mengadakan koordinasi dengan aparat keamanan dan bersama warga Jemaat dalam kesadaran iman membangun Posko Bersama selama kurang lebih 1 (satu) bulan. Kesadaran warga Jemaat dibangunkan untuk memahami dan waspada terhadap apa yang sedang terjadi secara nasional yang mengancam kehidupan bangsa dan Negara. f. Bidang VI:
Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Insani
Fungsinya, meningkatkan kualitas pelayan dan memberdayakannya untuk pelayanan Jemaat.
124
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah: menyelenggarakan kursus-kursus Alkitab, latihan-latihan keterampilan kepemimpinan dan pelayanan, pemuridan dan kemampuankemampuan lainnya untuk para pelayan dalam Jemaat. g. Bidang VII: Pendidikan Fungsinya, membantu secara selektif warga Jemaat, khusus usia sekolah dan kerja untuk memperoleh pendidikan yang memadai dan pelatihan yang cukup untuk siap bekerja di dalam masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah dukungan untuk anak-anak yang sedang belajar untuk program Diploma dan Strata Satu, membantu pendidikan anak-anak pendeta (TK-SMA) dan pendeta-pendeta GPIB studi S2 dan S3. Selain itu mempersiapkan tenaga-tenaga untuk guru-guru Agama Kristen. h. Bidang VIII: Pelayanan Kategorial (BPK) Fungsinya, meningkatkan peranan Bidang-bidang Pelayanan Kategorial (PA, PT, GP, PW, PKB, Persekutuan Lansia) dalam membina dan memberdayakan warga Jemaat sesuai kategori masing-masing. Kegiatannya adalah mendorong dan membantu BPK-BPK sehingga melaksanakan program-programnya masingmasing untuk meningkatkan kualitas warga Jemaat. Program-program itu meliputi ibadah-ibadah: Minggu (PA,
125
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
PT), Keluarga, Kunjungan-kunjungan, Pembinaan/latihan, Retreat, Diakonia, Kemasyarakatan, Paduan Suara/Vocal Group, dan partisipasi Kegiatan-kegiatan Mupel, Sinodal, PGIS (setempat), PGIW (wilayah) dan PGI. i. Bidang IX: Penelitian dan Pengembangan Fungsinya, merencanakan dan mempresentasikan data-data yang akurat mengenai perkembangan dan pertumbuhan Jemaat. Kegiatannya meliputi: menciptakan sistem data base, mengelola hasil penelitian untuk konsumsi pelayanan, membuat evaluasi dan proyeksi program, memelihara perangkat-perangkat, merekruit tenaga pelatihan dan membangun jejaring (network) dalam bidangnya. j. Bidang X: Organisasi dan Komunikasi Fungsinya, membangun kebersamaan dan meningkatkan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi (KIS) serta mengembangkan sistim informasi dalam Jemaat. Kegiatannya meliputi: pelaksanaan pertemuan-pertemuan antar unsur-unsur pelayanan (sidang, rapat, seminar, loka karya dll), mengelola laporan-laporan dan hasil evaluasi, pelaksanaan pemilihan dan penetapan-penetapan pelayan, pemberdayaan kantor Majelis Jemaat, penerbitanpenerbitan Warta dan Bulletin.
126
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
k. Bidang XI: Daya dan Dana Fungsi : mendorong peningkatan pemasukan dana dan pengelolahan pemakaian keuangan sesuai anggaran dan kebutuhan pelayanan. Kegiatan-kegiatannya meliputi: membangun kesadaran untuk memberi melalui persembahan-persembahan dan keterlibatan dalam usaha-usaha penggalangan dana dalam Jemaat agar mencapai anggaran berimbang.. l. Bidang XII: Rumah Tangga Fungsinya: Pemeliharaan/perawatan sarana dan prasarana dan pengaturan penggunaannya untuk pelayanan intern maupun ekstern serta proyeksi pengadaan yang baru. Kegiatannya meliputi perawatan Gedung Gereja, Kapel, Pastori, tanah. Inventaris-inventaris lainnya, perbaikan dan rencana-rencana penambahannya. Majelis Jemaat mengurus pengelolaan status tanah Gereja dari HGB menjadi Hak Milik dengan SK BPN No. 014/04.520.2.09.02.2005, tanggal 17 Maret 2005 dengan luas 4.010 m2 dan akan terkena rencana jalan 668 m2, sehingga tanah Gereja akan tersisa: 3.342 m2. m. Bidang XIII: Umum Fungsinya: menyelenggarakan kesejahteraan para pendeta dan karyawan, pengadaan kebutuhan-kebutuhan kantor dan
127
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
sarana-sarana penunjang serta kewajiban-kewajiban keuangan secara Mupel dan Sinodal. Kegiatannya meliputi: penggajian, tunjangan-tunjangan dan transport pelayanan, biaya-biaya kantor, buku-buku dan pembiayaan-pembiayaan rutin lainnya. 3. Bidang-bidang Kegiatan yang mencerminkan upaya kemandirian Mengacu pada pemahaman tentang kemandirian seperti terurai dalam Pasal 1, bab IV ini, maka bidang kegiatan yang menonjol adalah : a. Bidang Iman, Ajaran dan Ibadah Bidang kegiatan ini merupakan proses kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menjadikan warga Jemaat mengalami perjumpaan dengan KRISTUS dan selanjutnya efektif dalam pelayanan. Dengan begitu muncul ketergantungan kepada YESUS KRISTUS dan membangun komitmen untuk berdayaguna dalam pelayanan. Melalui ibadah-ibadah yang dikemas secara khusus upaya ini berproses dalam Jemaat. Walaupun mengalami pasang surut, tetapi upaya di bidang ini telah dengan sadar direncanakan untuk mewujudkan kemandirian.
128
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
b. Bidang Penggembalaan Bidang kegiatan ini juga merupakan upaya mempertemukan warga Jemaat dengan KRISTUS di bawah terang Firman. Kegiatan ini walau belum (seluruh periode) berlangsung dengan intensif dalam seluruh periode tetapi telah berusaha mendorong upaya kemandirian. Biro Konsultasi yang dirintis merupakan pertanda pentingnya kegiatan penggembalaan sebagai wujud kemandirian. Sehingga untuk hal-hal tertentu tampak pembaruan, antara lain terjadi kedewasaan spiritual. c. Bidang Daya dan Dana Bidang kegiatan ini cukup berhasil memberdayakan potensi warga Jemaat untuk menghimpun dana dan memanfaatkannya dalam rangka pembangunan Jemaat. Walaupun potensi warga Jemaat belum merata digalang, tetapi kegiatan di bidang ini cukup berkembang untuk mewujudkan kemandirian. Kesadaran memberi warga Jemaat cukup stabil dan dapat dipacu melalui kegiatan bersama dengan tujuan-tujuan pembangunan. Anggaran pelayanan per tahun pada masa ini (khususnya sesudah tahun 2000) yang mencapai 2 sampai 3 milyar
129
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
rupiah menunjukkan kemandirian daya dan dana dalam Jemaat. Pasal 4: Organisasi dan Kepemimpinan era modernisasi di mana kemandirian menjadi salah satu Difaktor yang menonjol, pemahaman tentang organisasi dan kepemimpinan mendapat penekanan yang baru. Organisasi tidak hanya dipahami sebagai struktur, tetapi lebih dari itu adalah sebagai perilaku, wadah dan suatu proses.44 Begitu pula dengan kepemimpinan yang tidak hanya berhubungan dengan kemampuan mempengaruhi secara individual untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, tetapi lebih dari itu menyangkut kemampuan membangun jejaring (networking) dan membangun dinamika kelompok supaya tercipta sinergi untuk mencapai hasil yang berlipat ganda dengan norma-norma yang baru sehingga ternyata pembaruan. 45 Gereja, merupakan salah satu lembaga yang sejak semula memberikan kontribusi yang penting bagi masyarakat untuk mempergunakan organisasi dan kepemimpinan untuk melayani masyarakat. Sumbangan itu juga merupakan bagian dari kemandirian Gereja terutama dalam meneruskan Injil itu bagi masyarakat dan dunia yang membutuhkan ketertiban menuju tujuan yang jelas dan bermanfaat.
130
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Secara praktis organisasi dan kepemimpinan Jemaat GPIB Sumber Kasih berada dalam perjalanan kemandiriannya. Perkembangan yang terjadi dalam bidang ini tidak terlepas dari ketetapanketetapan Sinodal, antara lain tentang Tata Gereja dan Personalia. 1. Kepemimpinan Jemaat masa bakti 1992 – 1996 a. Pembentukan Majelis Jemaat Kepemimpinan dalam Jemaat pada periode ini diawali dengan pemilihan penatua dan diaken pada bulan Oktober 1992. Pemilihan ini berdasarkan Tata Gereja GPIB 1982 Peraturan No.1 tentang Pemilihan Penatua dan Diaken GPIB dan Ketetapan-ketetapan Persidangan Sinode GPIB XIV 1986 dan XV 1990 yang berhubungan dengan hal tersebut (daftar nama Penatua dan Diaken masa bakti 1992–1996 – lampiran 8). Kepemimpinan Majelis Jemaat terbentuk dan memilih serta menetapkan Pengurus Harian Majelis Jemaat (PHMJ) yang bertugas selama 2 (dua) tahun, yaitu : 01.
Masa bakti 1992 – 1994 Ketua : Pdt. S.Th. Kaihatu Ketua I : Pen. J.W. Piga Ketua II : Pen. W. Pasla Ketua III : Pen. S.A. Mamesah Ketua IV : Dkn. H. Baramuli Sekretaris : Pen. F. Lapoliwa Sekretaris I : Dkn. F.P. Subrana
131
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Sekretaris II : Pen. Th.Z. Burnama Bendahara : Dkn. A.S. Kansil Bendahara I : Dkn. G.H. Pesik Catatan : Pada bulan September 1993, diadakan serah terima jabatan Ketua dari Pdt. S.Th.Kaihatu kepada Ketua I Pen. J.W.Piga karena Pdt. Kaihatu mendapat tugas belajar dari Majelis Sinode GPIB ke Edinburg, Skotlandia – Inggeris. Selanjutnya pada bulan Maret 1994 Pdt. A.Aryono ditempatkan oleh Majelis Sinode GPIB sebagai Pendeta Jemaat dan Ketua Majelis Jemaat GPIB Sumber Kasih. 02.
Masa bakti 1994 – 1996 Ketua Ketua I Ketua II Ketua III Ketua IV Sekretaris Sekretaris I Sekretaris II Bendahara Bendahara I
: : : : : : : : : :
Pdt. A. Aryono Pen. J.W. Piga Pen. W. Pasla Pen. P.R. Tewu Dkn. H. Baramuli Pen. F. Lapoliwa Dkn. F.P. Subrana Pen. Th.Z. Burnama Pen. P. Massie Dkn. A.S. Kansil
Catatan : Sesuai keputusan Persidangan Sinode GPIB XVI–1996, masa bakti Majelis Sinode dan Majelis Jemaat diperpanjang dari 4 (empat) tahun menjadi 5 (lima) tahun, termasuk BPK-BPK dan Badan-badan Pembantu lainnya. 132
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Sehingga masa bakti PHMJ yang sebelumnya 2 (dua) tahun berubah menjadi 2½ (dua setengah) tahun. Dengan demikian masa bakti Penatua dan Diaken dan BPKBPK/Badan-badan Pembantu menjadi 1992 – 1997, sedangkan untuk PHMJ sampai 1997 diadakan pemilihan baru. 03.
Masa bakti 1996 – 1997 Ketua Ketua I Ketua II Ketua III Ketua IV Sekretaris Sekretaris I Sekretaris II Bendahara Bendahara I
: : : : : : : : : :
Pdt. A. Aryono Pen. N.A. Mbouw Pen. E.M. Ruru Pen. R.O. Kussoy Pen. C.A. Pangemanan Pen. Ny. E.H.A. Sigar Pen. Ny. J.E. Chrisma-P. Pen. R. Iskandar Pen. Ny. E. Sugianto-P. Dkn. Ny. H. Pasla-van Unnik
Catatan : Pada bulan Oktober 1997 terjadi mutasi pendeta oleh Majelis Sinode. Pdt. L.Hidete, ditempatkan sebagai Pendeta Jemaat dan Ketua Majelis Jemaat GPIB Sumber Kasih menggantikan Pdt. A. Aryono. Selanjutnya Pdt. A. Aryono sebagai pendeta Jemaat dan Ketua Majelis Jemaat GPIB Bethel Bandung. Pdt. Hidete sekaligus bertugas mempersiap-kan pelaksanaan Pemilihan Penatua dan Diaken masa bakti 1997 – 2002.
133
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
b. Penataan Wilayah Pelayanan Dengan memperhatikan perkembangan pelayanan Jemaat, pada tahun 1995 Majelis Jemaat mengadakan penataan kembali wilayah pelayanan. Dari 6 Sektor tahun 1984, dikembangkan menjadi 11 Sektor Pelayanan. Sektor-sektor Pelayanan tersebut sebagai berikut : (1)
Sektor I: -
Batas Wilayah: Utara
(2)
Timur
: Jalan-jalan: Margaguna, H. Nawi, Sawo, Sawo 2, Damai 10, Mindi dan Cempaka. : Kali Krukut
Barat
: Jln. Metro Pondok Indah
-
Selatan : Jalan-jalan: Puri Sakti II, Buntu, H.Zaini, Asam II, menyusuri Jln. RS Fatmawati ke Bahari I kearah Bukit Golf dan berakhir di Metro Kencana IV, Pondok Indah. Jumlah warga : 60 kepala keluarga
-
Majelis Jemaat: 4 penatua dan 5 diaken
Sektor II: -
Batas Wilayah:
134
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Utara
Timur
(3)
: Jalan-jalan: Bahari menyusuri Jln.RS Fatmawati ke Jln.Asem II, H.Zaini, Puri Sakti II, Buntu, Bukit Golf dan Metro Kencan IV. : Kali Krukut
-
Barat : Jln. RS Fatmawati Selatan : Jalan-jalan: Cerme, Cilandak Tengah, Cilandak Dalam. Jumlah warga : 55 kepala keluarga
-
Majelis Jemaat: 3 penatua dan 3 diaken
Sektor III: -
Batas Wilayah: Utara
-
: Jalan-jalan: Metro Kencan IV, Bukit Golf, Bahari I, melintas Jln.RS Fatmawati ke Cerme, Cilandak Tengah, Cilandak Dalam terus melintas Antasari dan berakhir di Kali Krukut. Timur : Kali Krukut Barat : Jalan-jalan: Metro Pondok Indah ke Alam Asri dan Bukit Hijau Pondok Indah Selatan : Ring road Jln. T.B.Simatupang dan Lebak Bulus Jumlah warga : 53 kepala keluarga
-
Majelis Jemaat: 2 penatua dan 3 diaken
135
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
(4)
Sektor IV: -
(5)
Batas Wilayah: Utara Timur
: Jln. T.B.Simatupang : Kali Krukut
Barat
: Jln. RS Fatmawati Raya
-
Selatan : Jalan Margasatwa, Pondok Labu Jumlah warga : 72 kepala keluarga
-
Majelis Jemaat: 4 penatua dan 5 diaken
Sektor V: -
Batas Wilayah: Utara Timur
: Jalan Margasatwa, Pondok Labu : Kali Krukut
Barat
(6)
-
: Jalan-jalan: Pasar Pondok Labu, Litbang Hankam, Pangkalan Jati I dan II dan Kali Grogol Selatan : Jln. Mesjid Al-Ashyar dan perbatasan Pusdiklat Kehakiman/Kompleks BPK Gandul. Jumlah warga : 45 kepala keluarga
-
Majelis Jemaat: 3 penatua dan 3 diaken
Sektor VI: -
Batas Wilayah:
136
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Utara Timur
: Jln.Lebak Bulus Raya, Termimal Lebak Bulus, Pasar Jumat. : Jln. Raya RS Fatmawati
Barat
(7)
-
: Kali Pesanggrahan, Kompl.PdanK Cirendeau dan Kompl.Ciredeau Indah Ps.Jumat. Selatan : Jln. Lebak Bulus III, Kompl.Bumi Karang Indah, Jln.Puskesmas. Jumlah warga : 89 kepala keluarga
-
Majelis Jemaat: 4 penatua dan 6 diaken
Sektor VII: -
Batas Wilayah: Utara
(8)
-
: Jln.Lebak Bulus III, Kompl.Bumi Karang Indah, Jln.Puskesmas Timur : Jalan-jalan: RS Fatmawati,Ps. Pondok Labu, Hankam, Pangkalan Jati I, II dan Kali Grogol. Barat : Kali Pesanggrahan, Desa Cireundeau Pisangan. Selatan : Jln. Maribaya, Puri Cinere, Manggis Raya. Jumlah warga : 84 kepala keluarga
-
Majelis Jemaat: 5 penatua dan 6 diaken
Sektor VIII: (Cirendeau dan Pondok Cabe) -
Batas Wilayah: 137
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
(9)
Utara
: Kali Pesanggrahan Cirendeau, Kampung Poncol.
Timur
: Kali Pesanggrahan Lebak Bulus, Komp. Cinere Mas, Kali Pesanggrahan Cinere Barat.
Barat
: Universitas Terbuka, Jln. Pondok cabe Udik, Komp. Polri Airud, Kampung Poncol, Pondok Bulak, Komp. I.A.N., Kampung Gunung Pisangan Cirendeau.
-
Selatan : Jalur Pipa Gas Pertamina Pondok Cabe Udik. Jumlah warga : 35 kepala keluarga
-
Majelis Jemaat: 1 penatua dan 1 diaken
Sektor IX: (Cinere Utara) -
Batas Wilayah: Utara
-
: Jalan-jalan: Maribaya, RS Puri Cinere, Manggis Raya, Batas Selatan Pusdiklat Kehakiman Gandul/ Batas Utara Komp. BPK Gandul, Mesjid Raya Al Achyar Timur : Kali Krukut Barat : Kali Pesanggrahan Pondok Cabe Cireundeau Selatan : Jalan-jalan: Jakarta, Bukit Cinere, Gandul Radio Mustang. Jumlah warga : 55 kepala keluarga
-
Majelis Jemaat: 5 penatua dan 3 diaken 138
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
(10) Sektor X: (Cinere Tengah) -
Batas Wilayah: Utara
-
: Jalan-jalan: Jakarta, Bukit Cinere, Gandul Radio Mustang. Timur : Kali Krukut, Jln. Cinere Raya, Bukit Cinere Indah Barat : Kali Pesanggrahan Pondok Cabe Ilir dan Cabe Udik Selatan : Jalan-jalan Lereng Indah, Flamboyan, Kelapa Gading batas utara PLN Gandul Cinere. Jumlah warga : 55 kepala keluarga
-
Majelis Jemaat: 5 penatua dan 3 diaken
(11) Sektor XI: (Cinere Selatan, Desa Limo) -
Batas Wilayah: Utara
-
: Jalan-jalan Lereng Indah, Flamboyan, Kelapa Gading batas utara PLN Gandul Cinere. Timur : Kali Krukut Barat : Kali Pesanggrahan Pondok Cabe Udik Selatan : Desa Rangkapan Jaya Baru, Meruyung Sawangan Depok. Jumlah warga : 61 kepala keluarga
-
Majelis Jemaat: 3 penatua dan 3 diaken
139
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Catatan :
Jumlah keluarga : 663 Kepala Keluarga Majelis Jemaat: : 35 penatua dan 41 diaken
c. Badan-badan Pembantu dan Pelaksana Pelayanan Pengadaan Badan-badan Pembantu dan Pelaksana Pelayanan dibentuk oleh Majelis Jemaat masa bakti 1992 – 1996 sesuai Tata Gereja dan kebutuhan pelayanan: (1)
Pengurus-pengurus Bidang Pelayanan Kategorial: Tata Gereja 1982 Peraturan No.6 – masa tugas 4 tahun. (Daftar nama Pengurus BPK masa bakti 1992 – 1996 Lampiran 9)
(2)
Pengurus Komisi : Tata Gereja 1982 Peraturan No.9. (Daftar nama Pengurus Komisi masa bakti 1992 – 1996 Lampiran 10)
(3)
Kantor Majelis Jemaat : Alamat: Gereja GPIB Sumber Kasih Jln. Lebak Bulus III No.50,Jakarta Selatan. Pegawai dan tenaga-tenaga medis (lampiran 11)
d. Badan Pemeriksa Perbendaharaan Jemaat (BPPJ) Tata Gereja 1982 – Peraturan No. 8: Badan pemeriksa Perbendaharaan Jemaat (BPPJ) masa bakti 1992 – 1996. Ketua : R.A. Salaki Anggota : R.J. Musa ; T.T. Boham.
140
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
e. Pertemuan Warga Sidi Jemaat dan Penyusunan Program Kegiatan ini telah dilembagakan dalam pelayanan Jemaat sebagai satu proses pembelajaran tiap tahun bagi warga Jemaat dan unsur-unsur pelayanan. Pengolahan program kegiatan melibatkan warga Jemaat dan semua unsur membahasnya dalam Loka Karya. Pedoman Penyusunan Program adalah Kebijakan Umum Panggilan dan Pengaturan Gereja (KUPPG) GPIB. Pertemuan warga sidi Jemaat dan Loka Karya Penyusunan Program telah dilembagakan dalam Jemaat sejak tahun 1988 dan diteruskan sampai sekarang (2007). f. Pendeta-pendeta dan Vikaris yang melayani. (1) Pendeta-pendeta : S.Th. Kaihatu A. Aryono
(1991 – 1993) (1994 – 1997)
Ny. A.J.M. Loppies-Mustamu Ny. F. T. Matulandi-Kandioh Ny. D. Loblobly-Lulu (2) Vikaris
: S.A.Z. Karinda
(1991 – 1993)
Tri Esti Handaya
(1992 – 1994)
Ch. J. Wongkar
(1993 – 1995)
E.Vivi Sampelan
(1995 – 1997)
141
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
2. Kepemimpinan Jemaat masa bakti 1997 – 2002 a. Pembentukan Majelis Jemaat Masa bakti 1996 – 2002 diawali dengan pemilihan penatua dan diaken pada bulan Oktober 1996 sesuai Tata Gereja yang berlaku (daftar nama Penatua dan Diaken masa bakti 1996 – 2002 Lampiran 12). Para Penatua dan Diaken membentuk Majelis Jemaat dan dilanjutkan dengan pemilihan dan penetapan Pelaksana Harian Majelis Jemaat (sesuai Tata Gereja 1995, istilah Pengurus Harian diganti dengan Pelaksana Harian dengan masa bakti 2½ tahun). 01.
Masa bakti 1996 – 1999 Ketua : Pdt. L. Hidete Ketua I : Pen. A.J. Samboh Ketua II : Pen. E.J. Hatibie Ketua III : Pen. Ny. C.H. Lalamentik-M Ketua IV : Pen. Aprilano Joendarto Sekretaris : Pen. Ny. J.E. Chrisna-P. Sekretaris I : Dkn. Ny. Melva P. Pasaribu Sekretaris II : Pen. R.R. Rompas Bendahara : Dkn. Ny. K.Pasla-van Unnik Bendahara I : Pen. Ny. E.Soegiarto-P.
02.
Masa bakti 1999 – 2002 Ketua : Pdt. L. Hidete (sampai 2001) dilanjutkan: Pdt. P.A.J. Waney Ketua I : Pen. A.J. Samboh Ketua II : Pen. E.H. Sanger 142
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Ketua III Ketua IV Sekretaris Sekretaris I Sekretaris II Bendahara Catatan:
: : : : : :
Pen. Ny. C.H. Lalamentik-M Pen. Aprilano Joendarto Pen. Ny. J.E. Chrisna-P. Dkn. Ny. Melva P. Pasaribu Pen. R.R. Rompas Pen. Ny. E.Soegiarto-P
Pada bulan Mei 2001. Majelis Sinode menempatkan Pdt. P.A.J. Waney sebagai Pendeta dan Ketua Majelis Jemaat GPIB Sumber Kasih menggantikan Pdt. L. Hidete yang diangkat sebagai Ketua I Majelis Sinode.
b. Badan-badan Pembantu dan Pelaksana Pelayanan Badan-badan Pembantu dan Pelaksana Pelayanan dibentuk oleh Majelis Jemaat sesuai Tata Gereja dan kebutuhan pelayanan dengan masa tugas 5 (lima) tahun: (1) Pengurus-pengurus Bidang Pelayanan Kategorial (Daftar nama Pengurus BPK masa bakti 1996 – 2002 Lampiran 13) (2) Pengurus Komisi : (Daftar nama Pengurus Komisi masa bakti 1996 – 2002 Lampiran 10) (3) Kantor Majelis Jemaat : Jln. Lebak Bulus III No.50, Jakarta Selatan. Pegawai-pegawai dan tenaga medis (lampiran 11)
143
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
c. Badan Pemeriksa Perbendaharaan Jemaat (BPPJ) Ketua : J.F. Ngantung Anggota : Ny. Haryati H. Massie D.P. Theyssen d. Pendeta-pendeta dan Vikaris (1) Pendeta-pendeta : A. Aryono (1994 – 1997) L. Hidete (1997 – 2001) A.F. Lapodooh (1998 –1999) Ny. F. Pattipeilohy (1999 – 2001) Ny. A.J.M. Loppies-Mustamu Ny. F. T. Matulandi-Kandioh Ny. D. Loblobly-Lulu (2) Vikaris : Josias Tuanakotta (1997) Hasiholan Simangunsong (1998) Nerva Mangialu (1998 – 1999) Wendy Kakerissa (1999 – 2001)
3. Kepemimpinan Jemaat masa bakti 2002 - 2007 a. Pembentukan Majelis Jemaat Masa bakti 2002 – 2007 diawali dengan pemilihan penatua dan diaken pada bulan Oktober 2002 sesuai Tata Gereja GPIB (daftar nama Penatua dan Diaken masa bakti 2002 – 2007 Lampiran 14). Jumlah keluarga dalam Jemaat adalah 740 kepala keluarga. Jumlah ini bertambah menjadi 761 pada tahun 2006. Majelis Jemaat yang terbentuk 144
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
memilih Pelaksana Harian Majelis Jemaat untuk masa bakti 2½ tahun. 01.
Masa bakti 2002 – 2005 Ketua : Pdt. P.A.J. Waney Ketua I : Pen. S.E. Leimena Ketua II : Pen. E.H. Sanger Ketua III : Pen. J.W. Piga Ketua IV : Pen. A.J. Samboh, karena tugasnya, dialihkan pada Pen. Henry Budiman Sekretaris : Pen. Ny. Linda A.Ch.Kansil-Wulur Sekretaris I : Pen. R.R. Rompas Sekretaris II : Pen. A.A. Louhenapessy Bendahara : Pen. W.R. Tandayu Bendahara I : Pen. Ny. Inge L. Ekel.
02.
Masa bakti 2005 – 2007 Ketua : Pdt. P.A.J. Waney (sampai 2006) dilanjutkan: Pdt. Rudy. Safardan Ketua I : Pen. S.E. Leimena Ketua II : Pen. T. Tampubolon Ketua III : Pen. Mercy Mandagi Ketua IV : Pen. Henry Budiman Sekretaris : Pen. Ny. Linda A.Ch.Kansil-Wulur Sekretaris I : Pen. Ny. J.E. Chrisna-P. Sekretaris II : Pen. A.A. Louhenapessy Bendahara : Pen. W.R. Tandayu Bendahara I : Dkn. Ny. K.Pasla-van Unnik
145
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Catatan:
Sesuai ketetapan Majelis Sinode, Pdt. P.A.J. Waney ditugaskan sebagai pendeta Jemaat di Jemaat GPIB Karunia dan Pendeta R. Safardan menggantikannya sebagai Pendeta Jemaat dan Ketua Majelis Jemaat GPIB Sumber Kasih.
b. Badan-badan Pembantu dan Pelaksana Pelayanan Badan-badan Pembantu dan Pelaksana Pelayanan dibentuk oleh Majelis Jemaat dengan masa tugas 5 (lima) tahun: (1) Pengurus-pengurus Bidang Pelayanan Kategorial (Daftar nama Pengurus BPK masa bakti 2002 – 2007 Lampiran 15) (2)
Pengurus Komisi : (Daftar nama Pengurus Komisi masa bakti 2002 – 2007 Lampiran 16)
(3)
Kantor Majelis Jemaat : Jln. Lebak Bulus III No.50, Jakarta Selatan.
Pegawai-pegawai dan Tenaga Medis (lampiran 11) c. Badan Pemeriksa Perbendaharaan Jemaat (BPPJ) Ketua : John Fandoe Anggota : Ny. Annie H.Radjawane-Joesop Ny. Mona A. Wijaya-Mongula
146
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
d. Pendeta-pendeta dan Vikaris (1) Pendeta-pendeta : P.A.J. Waney (2001 - 2005) R. Safardan (2005 - kini) Ny. L.E.Wemay (2002 - 2006) Ny. Corry S-Rahasia (2006 - kini) M. I. Pingak (2006 - kini) Ny. A.J.M. Loppies-Mustamu Ny. F. T. Matulandi-Kandioh Ny. D. Loblobly-Lulu E.E. Rompas (2) Vikaris
: Devy Dantjie Vengky Lekahena Elizabeth Sihite Liat Sihotang
(2002-2003) (2002) (2003-2004) (2005-2006)
e. Pelayan-pelayan Jemaat yang aktif secara Sinodal dan Oikumenis (lampiran 17)
Pasal 5:
Perangkat Peraturan
sering dihubungkan dengan kedewasaan. Salah Kemandirian satu ciri kedewasaan adalah hidup tertib dan teratur. Segala sesuatu haruslah berlangsung dengan sopan dan teratur (I Kor.14:40) – [Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur.]. Untuk itulah peraturan-peraturan dalam Gereja disusun dan diberlakukan. Sebab ALLAH tidak menghendaki kekacauan tetapi damai sejahtera di dalam GerejaNYA (I Kor.14:33) – [Sebab 147
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera.] Peraturan-
peraturan Gereja harus memberikan jalan bagi berlangsungnya pelayanan. Peraturan diadakan untuk pelayanan dan bukan sebaliknya. Maksudnya supaya karunia-karunia Roh setiap warga berfungsi dengan benar dan tepat demi pelaksanaan dan peningkatan pelayanan. Dengan kata lain peraturan diciptakan untuk memberikan kesempatan bagi warga Jemaat melayani. Atau peraturan berfungsi untuk memberdayakan karunia-karunia yang dimiliki warga Jemaat agar Gereja sebagai Tubuh KRISTUS rapi tersusun untuk memuliakan ALLAH (Efesus 4:16) – [Efesus 4:16 Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, -- yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota -- menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.].
Dalam hubungan ini peraturan-peraturan mendatangkan sukacita melayani. Tidak boleh mendatangkan beban apalagi sebagai alat kekuasaan untuk memerintah. Pada tahun 1991, Majelis Jemaat telah menyusun Peraturan Pelaksanaan Majelis Jemaat (PPMJ) GPIB Sumber Kasih. PPMJ ini diberlakukan kurang lebih 10 (sepuluh) tahun, kemudian diperbaharui sesuai dengan perkembangan pelayanan dan perelevansian Tata Gereja GPIB hasil Persidangan Sinode GPIB 1995, 1996, 2000. Sidang Pleno Majelis Jemaat GPIB Sumber Kasih menetapkan PPMJ 2002 tersebut pada tanggal 23 Februari 2002.
148
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Peraturan tersebut terdiri dari : 1. Nomor 1 tentang Jemaat GPIB Sumber Kasih 2. Nomor 2 tentang Sidang Majelis Jemaat dan Pertemuan Warga Sidi Jemaat 3. Nomor 3 tentang Majelis Jemaat GPIB Sumber Kasih 4. Nomor 4 tentang Pelaksana Harian Majelis Jemaat 5. Nomor 5 tentang Badan Pelaksana Majelis Jemaat 6. Nomor 6 tentang Sumber Daya Harta Milik Gereja di Jemaat dan pengelolaannya. 7. Nomor 7 tentang Badan Pemeriksa Perbendaharaan Jemaat (BPPJ) 8. Nomor 8 tentang Kantor Majelis Jemaat dan Pegawai Kantor Majelis Jemaat 9. Nomor 9 tentang Bidang Pelayanan Kategorial (BPK) Pasal 6:
Penyelenggaraan Pos Pelayanan
Pos Pelayanan sebenarnya merupakan bagian dari Pembukaan pengembangan pelayanan untuk menjangkau warga Jemaat di tempatnya. Perkembangan masyarakat dan pembangunan perumahan yang muncul di daerah-daerah baru menarik perhatian Gereja untuk meningkatkan pelayanan baik secara kwantitatif maupun kwalitatif. Menyadari akan hal itu khususnya 149
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
perkembangan pelayanan di daerah Cinere mengarah ke Selatan, maka pada tanggal 25 November 2001 dibuka pos pelayanan di Blok M Jln. Jakarta No. 86 Cinere, Depok. Pembukaan Pos ini tidak hanya untuk menampung kebutuhan ibadah Minggu bagi warga sekitar, tetapi untuk mengantisipasi perkembangan di wilayah tersebut pada masa yang akan datang. Di wilayah ini, khususnya Pangkalan Jati, Cinere dan sekitarnya telah hadir berbagai Gereja dengan latar belakang yang berbedabeda. Selain GPIB, Gereja Katolik Roma, GKI dan HKBP telah muncul Gereja-gereja baru seperti GBI, GPdI, GKRI. Untuk mengkoordinir kegiatan Gereja-gereja ini secara oikumenis, telah terbentuk Forum Komunikasi Oikumene dengan sekretariat bertempat di GKRI Diaspora, Jln. Cinere Raya Blok M-1, Cinere, Depok. Penyelenggaraan kegiatan di Pos Pelayanan Cinere, tidak dimaksudkan untuk sekedar menambah banyaknya ibadah-ibadah Minggu Gereja-gereja di wilayah itu, atau hanya melayani warga GPIB yang menjalani berbagai hambatan untuk beribadah di Gereja GPIB Sumber Kasih, tetapi lebih jauh sebagai ujung tombak pembangunan Jemaat baru di masa depan. Pembukaan Pos Pelayanan ini dilakukan oleh Majelis Jemaat GPIB Sumber Kasih dengan Ibadah Minggu yang dipimpin oleh Pdt. J.W.B.P.Kokali, Ketua III Majelis Sinode GPIB. Direncanakan pada masa yang akan datang Pos Pelayanan Cinere ini menjadi 150
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
pusat aktifitas yang menggerakkan pelayanan GPIB dari Cinere kearah selatan. Begitu pentingnya Pos Pelayanan ini sebagai pusat gerakan di wilayah baru yang berkembang sehingga Majelis Sinode GPIB juga mengambil bagian dalam pembukaannya. Pasal 7: Perayaan 25 Tahun Pelayanan Jemaat GPIB Sumber Kasih 20 Mei 2007, Jemaat GPIB Sumber Kasih genap Tanggal berusia 25 tahun. Seperempat abad pelayanan Jemaat ini bertumbuh dan berkembang oleh Kasih Karunia ALLAH. Seluruh warga Jemaat mengucap syukur kepada TUHAN atas keberadaan Jemaat ini yang melayani sebagai Tubuh KRISTUS. Majelis Jemaat dan semua perangkat-perangkat yang melayani dengan kerendahan hati mengakui karya dan pimpinan TUHAN dalam pergumulan dan sukacita pelayanan Jemaat ini. Seluruh pengakuan dan pengucapan syukur kepada TUHAN, diwujudkan melalui berbagai kegiatan selama kurang lebih 6 (enam) bulan, sejak Desember 2006 dan memuncak pada bulan Mei 2007. Kegiatan tersebut meliputi 4 (empat) bidang, yaitu : (1) Daya dan Dana ; (2) Pelayanan (IAI); (3) Penulisan Sejarah; (4) Perlengkapan. Dalam rangka itu dilaksanakan visitasi/kunjungan, ibadah-ibadah keluarga, khotbah-khotbah Tematis, Penyegaran Iman, Serasehan dan Seminar Sejarah, penerbitan buku Sejarah, Bakti Sosial, usaha-
151
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
usaha dana, turnamen golf, pagelaran musik dan Ibadah Syukur 20 Mei 2007. Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan ini Majelis Jemaat membentuk Panitia Pelaksana Perayaan 25 tahun Pelayanan Jemaat GPIB Sumber Kasih. (lampiran 18) Pasal 8:
Rangkuman
masa Kemandirian ini Jemaat GPIB Sumber Kasih telah Pada menampilkan diri sebagai alat dalam tangan TUHAN untuk membangun dan melayani. Sebagai alat TUHAN, Jemaat ini menekankan pada ibadah dan penggembalaan yang mempertemukan warga Jemaat dengan TUHAN Yang empunya pelayanan. Dengan kegiatan ini telah muncul kedewasaan untuk menata pelayanan sebagai Tubuh KRISTUS. Persekutuan Jemaat terbina secara berkelanjutan. Pelayanan dan kesaksian digerakkan degan memberdayakan warga Jemaat. Walau demikian Jemaat ini diperhadapkan dengan pergumulan untuk membuat dirinya sebagai Jemaat Misioner. Begitu juga daya dan dana digalang dengan keyakinan bahwa warga Jemaat memiliki potensi yang merupakan karunia TUHAN. Hal itu semua tergambar dalam Visi, Misi dan Tujuan-tujuannya dan berkembang dengan komitmen warga Jemaat. Data-data tahun 1995 menunjukkan bahwa wilayah pelayanan Jemaat sangat luas. Terdiri dari 11 sektor terbentang dari Jln. Haji
152
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Nawi (Gandaria Selatan) dan Jln. Damai 10 (Cipete Utara) di Utara sampai ke Selatan menuju ke Limo dan perbatasan Sawangan. Untuk menjelajahnya dengan pelayanan, tidak hanya dibutuhkan penataan secara sektoral, tetapi juga perencanaan yang lebih terpadu dalam rangka mewujudkan Jemaat Misioner. Jemaat yang berbuah tidak cukup diukur dengan pelayanan ibadah dan penggembalaan tetapi bagaimana dari satu Jemaat muncul pelembagaan Jemaat yang baru. Atau tidak hanya diukur dengan banyaknya warga Jemaat yang melayani di dalam Gereja tetapi juga menjadi penting bila warga Jemaat berprestasi dalam masyarakat dan lingkungan pekerjaannya. Masa kemandirian tidak berhenti di tahun 2007 ini. Tetapi baru dimulai dan berproses ke masa depan. 25 tahun berikutnya di usia yang ke-50 kemandirian ini akan dinilai dan dijadikan sebagai titik berangkat yang baru.
153
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
BAB V : PEMBANGUNAN JEMAAT MISSIONER
Pasal 1: Latar belakang
Merayakan
ulang tahun pelayanan, kita tidak hanya menengok ke belakang, tetapi juga melihat ke depan. Ke belakang untuk menyaksikan karya-karya ALLAH tetapi juga melihat ke depan menyongsong karya-karya ALLAH. Dengan merayakan ulang tahun Jemaat GPIB Sumber Kasih, kita tidak hanya mengungkapkan perbuatan-perbuatan ALLAH yang besar lalu mensyukurinya dengan sukacita. Tetapi juga didorong menyambut masa depan bersama ALLAH yang terus bekerja mendatangkan keselamatan bagi manusia dan dunia. Kita menyambut masa depan dengan komitmen yang teguh dan benar dalam jalan ALLAH. Kemampuan untuk mengantisipasi masa depan tidak hanya bergantung pada kualitas sumber daya untuk membuat perencanaan-perencanaan dengan analisis-analisis yang akurat, tetapi ada segi lain yang perlu diperhatikan. Secara Kristiani kita menyambut masa depan dengan memohon Roh Hikmat dan Wahyu ALLAH supaya dapat membaca tanda-tanda zaman. Dengan begitu kita mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilanNYA terhadap Gereja
154
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
(Efesus 1:17,18) – [1:17 dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. 1:18 Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus,].
Kita akan menjalani masa depan dengan komitmen untuk bersama ALLAH mewujudkan Karya-karyaNYA dalam kurun waktu 25 tahun kedua perjalanan Jemaat GPIB Sumber Kasih. Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya, kita menyimpulkan bahwa pembangunan Jemaat ini telah berlangsung dalam kuasa ROH KUDUS, sehingga warga Jemaat dituntun untuk bertemu dan bergaul dengan KRISTUS. Pertemuan mana telah memunculkan tanggungjawab untuk memberlakukan kasih dan damai sejahtera ALLAH, khususnya secara intern dalam Jemaat. Pengalaman selama 25 tahun melayani, menunjukkan bahwa Jemaat ini telah bertumbuh dan berkembang oleh Kasih Karunia ALLAH Bapa. Hal tersebut tidak dapat diragukan lagi. Malahan telah menjadi pengakuan bersama dalam Jemaat. Tetapi soal Jemaat ini telah berbuah, agaknya tidak mudah merumuskannya, apalagi bila dihubungkan dengan Galatia 5:22-23 - [5:22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, 5:23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.]. Panggilan untuk berbuah
memang diamanatkan oleh YESUS seperti yang disaksikan
155
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
dalam Yohanes 15:16 – [15:16 Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.]. Panggilan untuk
berbuah memang telah diupayakan melalui pembinaan dan penjabaran visi dan misi Jemaat. Tetapi adalah sangat sulit untuk mengukurnya, apalagi dengan berpedoman pada Matius 5:48 – [5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."] Walau demikian Jemaat telah menunjukkan kemandiriannya sebagai wujud dari kehidupan yang bertumbuh dan berkembang. Kemandirian sebagai satu proses di mana persekutuan Jemaat mengalami kedewasaan karena perjumpaannya dengan YESUS. Perjumpaan itu membuat Jemaat memahami dan mengalami keselamatan ALLAH. Oleh ROH KUDUS mereka dimampukan untuk melaksanakan aktifitas baik dalam bentuk memelihara iman maupun pemberdayaan warga. Pemeliharaan iman dilaksanakan melalui Ibadah-ibadah, Pemberitaan Firman dan Pelayanan Sakramen, penggembalaan dan pembinaan. Sedangkan pemberdayaan warga dilakukan dengan menyediakan berbagai perangkat dan memberikan motivasi untuk ikut serta dalam pembangunan Jemaat. Jemaat GPIB Sumber Kasih telah bertumbuh dan berkembang sebagai Gereja yang merupakan perwujudan dari Tubuh KRISTUS. Secara dogmatis, Gereja sebagai Tubuh KRISTUS, keberadaannya mempunyai 3 (tiga) segi46.
156
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Pertama: Segi Objektif, yaitu Gereja sebagai persekutuan di mana anggota-anggotanya menerima keselamatan/Anugerah ALLAH. Gereja menjadi tempat di mana manusia bertemu dengan KRISTUS. Manusia mengenal KRISTUS bila mereka masuk ke dalam Gereja dan menjadi orang-orang yang percaya. Mereka datang ke Gereja untuk mendengar Firman dan Gereja berfungsi mengantar keselamatan kepada mereka. Kedua: Segi Subjetif, yaitu Gereja sebagai persekutuan di mana anggota-anggotanya beribadah sebagai jawaban atas Keselamatan yang diterimanya. Gereja tidak hanya menjadi tempat untuk mendengar dan menerima keselamatam, tetapi juga memberikan jawaban. Bentuk jawabannya adalah ibadah yang memuji, memuja dan menyembah serta memberi untuk TUHAN. Ketiga: Segi Apostoler/Misioner, yaitu Gereja sebagai persekutuan di mana anggota-anggotanya membawa/mengantar Keselamatan ke dalam masyarakat dan dunia dengan memberitakan Injil. Segi yang pertama dan yang kedua pada umumnya telah dilaksanakan oleh Jemaat. Tetapi segi yang ketiga masih menjadi pergumulan Jemaat. Sebab itu pokok tentang Apostoler atau Misioner perlu ditinjau dalam rangka membangun identitas Jemaat sebagai “buah sulung” panen ilahi atau ciptaan baru. Paling kurang menjalani 25 tahun kedua Jemaat GPIB Sumber Kasih. Jati diri sebagai Jemaat Misioner diwujudkan. Gereja menjadi alat untuk memberitakan Kerajaan ALLAH serta membawa manusia dan dunia untuk hidup dalam kebenaran dan Kasih. Gereja menjadi buah sulung untuk membut dunia mengalami damai sejahtera ALLAH.
157
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Pasal 2: Jemaat Misioner pokok tentang Jemaat Misioner, kita diperhadapkan Membahas dengan 3 (tiga) faktor pendukung utama, yaitu: Gereja sebagai komunitas umat. Gereja dan Tugas Pengutusan dan Gereja dengan struktur Misioner. 1. Gereja sebagai komunitas umat. Belakangan ini muncul pemahaman baru tentang Gereja, pada paruhan kedua abad 20, khususnya di kalangan Gereja Katolik Roma.47 Konsili Vatikan II – 1963 – 1965, mendorong pemahaman yang baru tersebut khususnya tentang Gereja yang diwujudkan mulai dari kepentingan akar rumput atau basis umat. Bagi Gereja-gereja Reformasi (di mana GPIB termasuk di dalamnya), pemahaman ini bukan hal baru. Karena peloporpelopor Reformasi seperti Luther dan Calvin sangat menekankan peran warga Jemaat (tanpa embel-embel jabatan) dalam melayani dan memimpin Gereja. Sehingga seluruh pelayanan dan pengorganisasian serta kepemimpinannya dimulai dari aras Jemaat setempat. Kemudian Jemaat-jemaat setempat di satu wilayah mengungkapkan kebersamaan dalam satu wadah di wilayah itu. Selanjutnya membentuk kebersamaan secara Sinodal. Tetapi yang menarik ialah Gereja sebagai komunitas umat tidak lagi dibatasi oleh “locus” atau batas-batas wilayah tetapi juga dikembangkan ke kategori baru. untuk mengantisipasi masalah-masalah kemasyarakatan.
158
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Kategori itu tidak saja dibatas pada kelompok umur atau fungsi dan profesi tetapi lebih jauh menjangkau kaum miskin, perempuan, penyandang cacat, penderita HIV/AIDS, buruh, korban kekerasan dan sebagainya. Kelompok inilah di Asia disebut sebagai “akar rumput” atau “basis”, karena tidak hanya berada dalam jumlah yang dominan (sekitar 90%) tetapi juga kualitas penderitaannya makin meningkat dan membahayakan. Namun perhatian terhadap komunitas ini tidak membuat kita meninggalkan Jemaat-jemaat lokal (parochial). Malah sebaliknya Jemaat-jemaat local didorong untuk membuka diri terhadap kenyataan-kenyataan baru seperti ini. Konsekwensinya ialah Gereja atau Jemaat tidak hanya dilayani oleh para pejabat yang cenderung “top-down”. Sudah saatnya warga Jemaat biasa melayani bahkan orang-orang miskin melayani kelompoknya atau orang-orang penderita HIV/AIDS berbicara tentang diri dan kebutuhannya. Mereka diberdayakan untuk melayani, minimal kelompoknya. Dengan begitu Gereja atau Jemaat tidak lagi menjadi komunitas pejabat tetapi umat dengan berbagai kategori yang ditampilkannya. Di sana kemisioneran Gereja diwujudkan terutama dalam berbagai kebutuhan masyarakat secara nyata. Masalah-masalah sosial kemasyarakatan yang luar biasa berbahaya saat ini menjadi jembatan bagi Gereja/Jemaat melayani melalui warga Jemaat biasa. Hal ini berarti Gereja/Jemaat termotivasi untuk mempersiapkan warganya sebagai “penginjil-penginjil” yang membawa berita sukacita di tengah berbagai masalah yang dihadapi masyarakat. 159
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
2. Gereja dan Tugas Pengutusan. Istilah yang popular untuk Gereja/Jemaat yang melaksanakan tugas pengutusan adalah Pekabaran Injil. Berdasarkan Matius 28:18-20 – [28:18 Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. 28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 28:20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."], Gereja/Jemaatmelakukan
tugas tersebut. Abad 19 ditandai dengan upaya Pekabaran Injil ke seluruh dunia. Zaman itu dikenal dengan istilah Zending (Belanda) dan Mission (Jerman dan Inggris). Di Indonesia, lebih disukai istilah Pengutusan (Yunani = Apostolat) karena lebih luas dari Pekabaran Injil atau Zending/Misi.48 Dalam istilah Apostolat atau Pengutusan terkandung 3 (tiga) aspek : a. Doksologis atau pemasyhuran, untuk menyatakan kemenangan Kerajaan ALLAH sehingga dunia memuliakan ALLAH. b. Soteriologis atau Penyelamatan untuk menyatakan keselamatan ALLAH bagi segenap ciptaan serta pembebasan dari maut untuk memperoleh hidup kekal. c. Eskatalogis atau penggenapan dalam pengharapan untuk menyatakan pembaruan bagi segenap ciptaan menuju langit baru dan bumi baru. 160
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Dengan 3 (tiga) aspek ini Syalom diwujudnyatakan melalui persekutuan, pelayanan dan kesaksian Getreja/Jemaat. Dalam pemahaman ini Gereja/Jemaat diutus sebagai komunitas umat, ia ditugaskan oleh ALLAH. Tugas Pengutusan itu didasarkan pada MISSIO DEI (Misi ALLAH) yaitu Aktifitas ALLAH sendiri yang kreatrif dan positif dalam perjalanan sejarah dunia. Dalam proses itu Kerajaan ALLAH digenapi mencapai pembentukan terakhir satu langit baru dan bumi baru. Karena melaksanakan tugas pengutusan yang demikian maka Gereja/Jemaat harus terbuka untuk masyarakat dan dunia. Gereja/Jemaat tidak boleh eksklusif untuk melayani diri sendiri. Bila demikian maka ALLAH akan memakai masalah-masalah yang ada di tengah masyarakat dan dunia untuk menarik Gereja/Jemaat keluar dari melayani diri sendiri dan menerjunkan diri dalam berbagai persoalan masyarakat dan dunia. Untuk itu Gereja/Jemaat harus selalu siap untuk melakukan tugas pengutusannya dengan benar. Tugas Gereja/Jemaat bukan semata mendirikan Gereja/Jemaat baru dan memperbanyak anggota, tetapi lebih dari itu, berpartisipasi dalam Karya ALLAH mewujudkan damai sejahtera (syalom) bagi manusia dan dunia. 3. Gereja dengan struktur Misioner. Pokok ini segera mengundang pertanyaan: Apakah yang dimaksud dengan struktur Misioner? Pertanyaan ini wajar 161
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
karena struktur Gereja pasti dihubungkan dengan sistem. Maksudnya sistem Pemerintahan Gereja. Lalu perhatian diarahkan pada sistem-sistem bergereja yang diwariskan selama ini, yaitu: Episkopal, Kongregasional dan Presbiterial. Sehingga perubahan sistem berarti membarui sistem-sistem bergereja tersebut. Pokok yang dibahas ini sungguh jauh berbeda. Tetapi akan berakibat juga pada sistem bergereja. Berbicara tentang struktur Misioner seharusnya dimulai dari pusat kehidupan Jemaat. Dan pusat kehidupan Jemaat adalah Ibadah49. Di dalam ibadah warga Jemaat sebagai persekutuan berjumpa dengan ALLAH. Dalam perjumpaan itu warga Jemaat memahami apa yang ALLAH katakan tentang dirinya, masyarakat dan dunia. Juga apa yang ALLAH katakan tentang GerejaNYA. Lalu warga Jemaat menyadari siapa dirinya, bagaimana Gerejanya, apa yang dialami oleh masyarakatnya dan ke mana dunia ini diarahkan. Karena itulah ibadah-ibadah Jemaat memegang peranan penting dalam membuat Gereja/Jemaat menjadi missioner. Sehubungan dengan itu ibadah-ibadah harus ditata dengan baik. Tidak hanya perubahan-perubahan tata ibadah atau mnyanyian-nyanyian dan khotbah serta doa-doa. Baik itu ibadah-ibadah Minggu dan keluarga-keluarga maupun kategori-kategori yang ada, semua ibadah-ibadah berfungsi menggerakkan warga Jemaat untuk keluar (sentrifugal) ke tengah masyarakat dan dunia, tetapi juga menarik mereka untuk bergerak masuk kembali ke dalam Gereja (centripetal). Singkatnya ibadah-ibadah memiliki 162
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
kekuatan untuk memutar keluar dan menarik ke dalam Gereja. Dengan demikian, penataan ibadah-ibadah kita bukan sekedar membuat sama dengan pihak lain, alias meniru atau menjiplak. Tetapi hal itu berhubungan erat dengan memberdayakan warga Jemaat untuk hadir dan mempraktekkan ibadah yang sejati (Roma12:1b) – [12:1b supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati..] di lingkungan di mana ia berada dan
bekerja atau belajar. Sering sekali Gereja/Jemaat sudah puas bila banyak warga Jemaat berhasil di jaring dan diberdayakan untuk melayani di dalam Gereja. Namun mereka sama sekali tidak mengenal apalagi menerjunkan diri ke dalam masalahmasalah masyarakat di sekitarnya. Sering kita mendengar uraian-uraian bahwa ibadah-ibadah kita harus kontekstual. Maksudnya tidak hanya dalam arti mengadopsi budaya-budaya dengan inkulturasi Tata ibadah, atau nyanyian, doa, dan arsitektur, tetapi maksudnya yang terutama ialah Gereja beribadah di tengah masyarakat dan dunia dengan menyatu dalam pergumulan-pergumulannya. Di situlah Gereja membawa Injil – kabar sukacita sebagai kekuatan ALLAH yang menyelamatkan. Ibadah-ibadah harus diterjemahkan di tengah masyarakat dengan pelayanan dan kesaksian di semua bidang kegiatan: pendidikan, kesehatan, pendampingan dan terobosanterobosan baru menanggulangi berbagai permasalahan sosial dan masyarakat.
163
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Bila hal ini dilakukan dengan tekun maka Tata-tata Ibadah kita akan mengalami pembaruan. Secara langsung hal ini akan mempengaruhi jabatan-jabatan yang ada dalam Gereja sebab makin banyak warga Jemaat biasa akan berperan aktif. Dengan begitu kesibukan Gereja/Jemaat bukan bergelut dengan hal-hal yang menyangkut organisasi belaka tetapi akan lebih banyak menggumuli pelayanan kepada masyarakat dan dunia dengan segala permasalahannya. Selanjutnya akan terjadi bahwa peraturan-peraturan Gereja lebih difokuskan pada meningkatkan ibadah dan pelayanan bukan ke dalam saja tetapi ke tengah masyarakat dan dunia. Akhirnya pada gilirannya pula sistem bergereja akan mengalami penataan ulang. Ibadah-ibadah kita harus mempunyai kekuatan yang juga membarui struktur-struktur Gereja sehingga menjadi struktur yang missioner. Misalnya jabatan-jabatan Gereja tidak hanya berfungsi liturgis tetapi juga memberdayakan warga untuk mengatasi pergumulannya serta mampu melaksanakan aktifitasnya dengan penuh tanggung jawab dalam masyarakat. Contoh lain juga adalah organisasi yang diterapkan terbuka terhadap perkembangan-perkembangan baru dan kebutuhankebutuhan masyarakat yang harus dijawab oleh Gereja dan warganya.
164
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Pasal 3: Jemaat Vital dan Menarik 50 ini sengaja dipakai, bukan untuk mempromosikan buku Judul karangan Jan Hendriks tentang Pembangunan Jemaat. Secara akademis, teori-teori yang diperkenalkan lewat buku ini (dan buku-buku lainnya tentang pembangunan Jemaat), menarik untuk diwacanakan dalam refleksi ini. Secara khusus Gereja-gereja/ Jemaat-jemaat kita di Indonesia sedang berada dalam era baru yang disebut era-reformasi yaitu era post-Orde Baru atau post Soeharto. Di era baru ini masyarakat kita sedang mencari identitas dan patokan-patokan yang baru sementara yang lama (=order Baru) tidak mudah dilepaskan. Di lain pihak kita berada dalam pengaruh luar biasa dari perkembangan Ilmu Pengetahuan dan tehnologi-tehnologi, modernisasi, globalisasi dan urbanisasi, di tengah kemiskinan dan bencanabencana yang mencekam. Gereja/Jemaat berada dalam keadaan itu dan karenanya Gereja/Jemaat perlu mengantisipasi perubahanperubahan itu. Yang dimaksud dengan “Vital dan Menarik” adalah pembangunan Jemaat dilaksanakan di mana warga Jemaat ikut serta dengan senang hati dan partisipasi mereka itu membawa hasil/efek/manfaat yang baik bagi mereka sendiri maupun bagi realisasi tujuan-tujuan Jemaat. Terjadi vitalisasi warga Jemaat sebagai subyek pelayanan. Sehingga keberadaan Jemaat menjadi menarik bagi semua pihak (di dalam maupun di luar warga Jemaat). Di lain pihak yang dimaksud dengan Jemaat adalah secara teritorial (wilayah), tetapi juga kategorial (usia,
165
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
fungsi, profesi dan sebagainya), atau kelompok-kelompok “akar rumput”/basis atau yang dalam bentuk baru (kaum miskin, penderita HIV/Aids, buruh, PSK dan sebagainya). Warga-warga Jemaat ini sebagai manusia pribadi-pribadi yang berelasi satu dengan yang lain dan bersekutu dalam perjanjian ALLAH beribadah dan berada di tengah masyarakat di dunia yang merindukan damai sejahtera. Pintu masuk untuk membangun Jemaat Vital dan Menarik adalah Jemaat lokal. Katakanlah seperti Jemaat GPIB Sumber Kasih yang merayakan ulang tahun yang ke 25. Ada 5 (lima) faktor yang perlu dikembangkan. Ke 5 (lima) faktor itu dapat diuraikan secara singkat demikian : Pertama : Iklim Yaitu suasana persekutuan dibangun sedemikian rupa sehingga setiap warga Jemaat dipandang sebagai subyek dan bukan obyek. Mereka adalah manusia yang mendapat panggilan untuk memikul tanggung jawab dalam kebebasan. Mereka diikutsertakan dalam semua kegiatan sesuai aturan-aturan yang dibahas dan ditetapkan bersama. Sebab itu perlu saling membuka diri, menjadikan yang lain itu sebagai rekan sekerja. Sehingga terjalin komunikasi yang akrab dan membangun persekutuan. Iklim seperti ini tidak hanya diciptakan dalam relasi-relasi dan pandangan/wacana tapi dituangkan dalam komitmen dan peraturan-peraturan.
166
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Kedua : Kepemimpinan Yaitu seni mempengaruhi untuk mencapai tujuan bersama. Mempengaruhi hanya dapat terjadi bila pemimpin melayani/ karakter sebagai pelayan mutlak dikembangkan. Sehingga mampu mengintegrasikan keprihatinan terhadap relasi-relasi dan keprihatinan terhadap persekutuan. Dalam menjalankan fungsinya, dilakukan dengan gaya yang membenarkan warga Jemaat sebagai manusia yang adalah subyek dalam pelayanan. Pemimpin tidak selamanya yang memegang jabatan, tetapi semua orang yang menggerakkan untuk mencapai tujuan. Mudah didekati, rela melepaskan kuasa, mendengar terbuka dan mampu. Ketiga : Struktur Yaitu keseluruhan relasi dan hubungan antara orang-orang yang memegang posisi organisatoris yang formal tetapi juga orangorang yang non formal berpengaruh. Juga yang institusional dan yang tidak institusional. Perlu dibangun dan dievaluasi relasi-relasi antar individu dan antar kelompok yang berperan dalam pelayanan. Ciri utama relasi dan hubungan tersebut adalah sebagai satu paguyuban atau persekutuan di mana kekeluargaan menjadi faktor penting. Dengan demikian setiap orang diberi kesempatan atau ruang untuk mengembangkan karunia-karunianya untuk tujuan bersama. Terjadi kontak yang melekat dengan warga Jemaat secara individual dan terfokus pada manusia dengan segala realitasnya. Hal ini menuntut jalinan hubungan yang sederhana, horizontal dan komunikatif. Dalam hubungan ini tekanan Struktur di sini adalah perilaku yang membangun relasi-relasi. 167
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Keempat : Tujuan dan Tugas Tujuan adalah cita-cita atau sesuatu yang rasional dan konkrit yang dikejar atau dicapai. Sedangkan tugas adalah pekerjaan yang disanggupi oleh seseorang atau kelompok. Tujuan dan Tugas berhubungan erat. Lewat tugas, orang atau kelompok mengejar sesuatu yaitu tujuan. Bila tujuan dikejar maka tugas-tugas harus dilaksanakan. Adanya tugas untuk mengejar tujuan dan sebaliknya adanya tujuan untuk memacu tugas. Tujuan dan tugas sangat berpengaruh dalam vitalisasi persekutuan. Tujuan harus dirumuskan dengan jelas, konkrit, bersama dan menggairahkan. Tujuan merupakan manifes (pernyataan terbuka dan menarik). Tugas harus dilaksanakan dengan memberikan ruang bagi warga untuk berfungsi sebagai subyek. Tujuan dapat memudar karena tugas tak jelas. Dapat juga karena kesibukan rutin organisasi terlalu meneuntut banyak waktu dan tenaga (energi). Kelima : Konsepsi Identitas Yaitu kekhasan persekutuan yang mencirikannya dan membedakannya dari persekutuan yang lain. Kekhasan itu selain membuat tampil berbeda, juga membuat persekutuan itu tetap ada walau terjadi perubahan-perubahan. Konsepsi identitas itu merupakan sesuatu yang dapat dialami dan membuat persekutuan itu hidup, walau di tengah berbagai perubahan. Dalam perkembangan Gereja/Jemaat dewasa ini konsepsi identitas ini semakin sulit ditemui. Contohnya Gereja-gereja kita cenderung menjadi sama saja dengan organisasi-organisasi lain di tengah masyarakat. Pada hal Gereja ada di dunia tetapi bukan berasal dari 168
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
dunia (Yohanes 15:19 – [15:19 Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.]. Jemaat-jemaat kita juga sering diupayakan seragam.
Padahal Jemaat di daerah pelabuhan pasti berbeda dengan Jemaat di daerah industri atau Real Estate. Konsepsi identitas masingmasing berbeda walaupun Injil diberitakan adalah satu.
Tujuan/Tugas
Struktur
Konsepsi
Iklim
Identitas
Kepemimpinan
169
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
Footnotes : 1 2 3
4
5 6 7
8 9 10
11
12
13 14
15
16 17 18 19
20
21 22 23 24 25 26
Th.Van den End; Harta dalam Bejana, BPK Gunung Mulia Jakarta 1997, h.2 Ibid. h.1. bdg. Christian de Jonge: Pembimbing ke dalam Sejarah Gereja; BPK Gunung Mulia Jakarta 1991. h.18 bdg. Pdt. H. Ongirwalu: 50 Tahun GPIB Effatha; Majelis Jemaat GPIB Effatha Jakarta, 2000, h.57, dan 67, dan 79-81) Buku Saku Kotamadya Jakarta Selatan 2005, h.26 Buku Saku Kotamadya Jakarta Selatan 1999, h.17 Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Wilayah 2006 Kecamatan Cilandak, h.1,2 dan 39. 40 Tahun RS Fatmawati, Jakarta 2001, h.20 Buku Peringatan 8 Tahun PW Naomi, 1975. Th. Van den End; Ragi Carita 2, Sejarah Gereja di Indonesia 1860-an – Sekarang; BPK Gunung Mulia, Jakarta 1988, h.314 Christiaan de Jonge; Menuju Keesaan Gereja; BPK Gunung Mulia, Jakarta 1990; h.86-87 Pdt. D.R.Maitimoe; Pembangunan Jemaat Missioner; Institut Oikumene Indonesia, DGI, 1978, h.30 Pdt. H.Ongirwalu; op.cit. h.54 Buku Acara Peresmian Pelembagaan Jemaat GPIB Sumber Kasih, 1982, h.17 P.G.van Hooijdonk; Batu-batu yang hidup’ Kanisius dan BPK Gunung Mulia, Jakarta 1996, h.8 Pdt. H. Ongirwalu, op.cit. h.80 Buku Acara, op.cit., h.4 ibid. h.2-3 Catatan-catatan dari: A.L.Waworuntu, 28 Februari 2003 dan Pen. Sumardjo, 5 Maret 2007. KBBI, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka Jakarta 1990, h.867 Bdg. Hasil Persidangan Sinode GPIB XIII, 1982, Buku III, h.40 ibid. h.43,44 ibid. h.44-46 ibid. h.46-47 ibid. h.55 Laporan Komisi Penelitian dan Pengembangan, 10 Oktober 1984. 170
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
27
28
29
30
31
32 33 34 35 36
37 38 39 40 41 42 43 44
45
46
47
48 49 50
Laporan Majelis Jemaat GPIB Sumber Kasih, pada pertemuan Warga Sidi tgl. 18 Maret 1990, h.1. Bdg. Chr. Barth, Theologia Perjanjian Lama 2, BPK Gunung Mulia Jakarta, 1985, h.15-54. Bdg. Chr. Barth, Theologia Perjanjian Lama 3, BPK Gunung Mulia Jakarta, 1985, h.61-125. Rasid Rahman: Ibadah Harian zaman Patristik; Bintang Fajar, Tanggerang 2000, h.96 Buku Acara Peresmian Gedung Gereja GPIB Sumber Kasih, 20 Mei 1993, h.24 Laporan Umum Panitia Pembangunan Masa Tugas 1978 - 1988 Laporan Komisi Litbang 1984 Buku Acara, op.cit. h.27 KBBI, op.cit. h.555 Lima Dokumen Keesaan Gereja, PGI; Keputusan Sidang Raya XII PGI, Jayapura 1994; BPK Gunung Mulia, Jakarta 1996; h.85 ibid. ibid. Th. Van den End; Ragi Carita 2, op. cit. h.295 ibid. Buku Acara, op.cit. h.2. Buku Acara, op.cit. h.3. Buku Acara, op.cit h.4. Gibson, Ivancevich, Donnelly; Organisasi, Jilid 1, Binarupa Aksara; Jakarta 1996, h.6-24 Sondang S. Siagian, Filsafat Administrasi; PT Gunung Agung Jakarta h.6-7; 36-38; 46-47. Chr.de Jonge dan Jan S.Aritonang: Apa dan Bagaimana Gereja?; P.T. BPK Gunung Mulia Jakarta, 1995; h.4 dan 5. Yanuarius Seran A; Pengembangan Komunitas Basis, Pustaka Nusatama, Yogyakarta, 2007, h.19 D.R. Maitimoe; Jemaat Misioner, IOI-DGI, Jakarta 1978, h.24. Ibid. h.203-204. Jan Hendriks: Jemaat Vital & Menarik; Kanisius Yogyakarta 2002.
171