Majalah ICT All about ICT in Indonesia
No. 01 • 1-15 Januari 2013
Kiamat Internet Mengintip
2013,Tahun Layanan Data Awas Malware di Software Bajakan
Merasakan Kemewahan Samsung Galaxy Note 2 E-Magazine|Free
Dari Editor
T
ahun 2012 sudah meninggalkan kita, dan kita kini memasuki tahun baru 2013. Tentunya banyak harapan yang ingin terealisir. Termasuk bagi kami, Redaksi Majalah ICT. Kepuasan Anda sebagai pembaca lah harapan terbesar kami. Untuk tujuan besar itulah, kami terus berbenah dan memperbaiki diri, terutama dari sisi konten dan tampilan. Edisi sebelumnya kami anggap sebagai barometer kinerja kami. Melalui simulasi yang tak kenal lelah bersama tim, akhirnya edisi ke-2 Majalah ICT kembali terbit dan menyapa pembaca sekalian di manapun berada, baik di dalam maupun luar negeri. Kami merasa bahwa karya yang sempurna belum pernah kami ciptakan. Karena itu, kami terus mengharapkan masukan dari pembaca sekalian demi peningkatan kualitas dan performa Majalah ICT. Termasuk membangun website yang menaungi dan sarana mengakses majalah ini. Akhirnya, kami berharap edisi kali ini bisa menyajikan isu terhangat seputar teknologi informasi dan komunikasi yang ditunggu-tunggu pembaca. • Heru Sutadi
TENTANG Indonesia ICT Institute
I
ndonesia ICT Institute merupakan lembaga yang hadir untuk bersamasama memajukan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) Indonesia melalui penelitian, pemberdayaan dan diskusi yang melibatkan stakeholder ICT. Sebab betapapun, ICT telah memberi dampak yang signifikan dalam kegiatan berbisnis, cara berkomunikasi baru serta perkembangan teknologi yang mau tidak mau membuat kebijakan dan pengaturan haruslah dinamis. Di sinilah Indonesia ICT Institute ingin menjadi bagian dari perjalanan pemanfaatan ICT yang pada gilirannya memberi manfaat bagi perkembangan ICT di Tanah Air dan masyarakat Indonesia. Untuk mewujudkan visi dan misi ikut membangun ICT Indonesia yang bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat global, Indonesia ICT Institute menjalankan beberapa strategi dengan melakukan penelitian terkait dengan ICT, memberikan pemberdayaan, edukasi dan sosialisasi bagi stakeholder terkait dengan perkembangan dan kemajuan ICT serta melakukan berbagai diskusi yang bermanfaat bagi pengembangan ICT di Tanah Air, sehingga ICT bukanlah menjadi tujuan akhir melainkan alat untuk perubahan dan mendapatkan kehidupan serta peradaban yang lebih baik. Majalah ICT No.01• 1 Januari-15 Januari 2013
HOT NEWS
Kasus IM2
Kiamat Internet Mengintip I Arif Pitoyo
ndosat Mega Media (IM2), tengah tertimpa sial. Kasus yang awalnya dilaporkan oleh Denny AK dari LSM Konsumen Telekomunikasi terus melaju seperti bola liar. Mengejutkan karena mengapa baru kali ini pola kerja sama antara IM2 dengan Indosat dipermasalahkan, padhal kerja sama tersebut sudah terjadi sejak IM2 baru berdiri, yaitu pada 2000, bahkan bila dirunut lagi, kerja sama seperti itu sudah terjadi sejak 1994, saat kemunculan ISP pertama di Indonesia, IPTEKNET. Kasus-kasus hukum di sektor telekomunikasi selalu ditempaatkan di wilayah abu-abu. Hal ini bukan tanpa sebab, mengingat perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat cenderung kurang diimbangi dengan regulasi, baik regulasi teknis maupun hukum. Demikian pula tidak diimbangi dengan kemampuan SDM nya dalam mengikuti perkembangan teknologi itu Majalah ICT No.01• 1 Januari-15 Januari 2013
HOT NEWS
”
Banyak sekali kesalahan penafsiran yang dilakukan Kejaksaan dalam kasus ini.
sendiri, terutama pada para penegak hukum. Termasuk kasus yang menimpa IM2 yang sudah berlangsung setahun terakhir. Dipermasalahkaannya kontrak kerja sama antara Indosat M2 dengan induk usahanya sendiri Indosat merupakan salah satu bukti kurang pahamnyaa aparat penegak hukum pada regulasi telekomunikasi. Menurut Sofyan Djalil, mantan Menteri BUMN, banyak sekali kesalahan penafsiran yang dilakukan Kejaksaan dalam kasus ini, yang berbeda sama sekali dengan penafsiran dari MenKominfo. Kesalahan penafsiran itu, menurut Sofyan, karena Kejaksaan tidak bisa membedakan antara jaringan dan frekuensi. “Kejaksaan menilai ada tindak pidana, karena dianggap IM2 menggunakan frekuensi Indosat tanpa izin pemerintah. Mereka tidak bisa membedakan, mana jaringan dan mana frekuensi. Padahal logikanya bukan begitu. Ini perlu diluruskan biar tidak terjadi salah tafsir terus-menerus,” tukas Sofyan. Anggota BRTI Nonot P. Harsono beropini senada. Menurut dia, sejak awal, kasus IM2 penuh kejanggalan. Logika bisnisnya, perusahaan yang membangun jaringan menginginkan jaringannya dipakai banyak pelanggan. Oleh karena itu, bila ada perusahaan yang membuat strategi dengan menyerahkan layanannya kepada pihak lain, apalagi anak perusahaan, itu merupakan bisnis yang lumrah. Dalam kaitan ini, katanya, IM2 sama sekali tidak menggunakan frekuensi, karena yang menggunakan frekuensi itu pemancarnya. Sementara itu, Ketua Maasyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Setyanto P. Santosa menjelaskan, tuduhan yang dialamatkan ke IM2 ini bisa berdampak luas kepada industri. Karena saat ini, ada sekitar 280 ISP yang pola kerja samanya sama dengan yang dilakukan IM2 dengan Indosat. Akibat kasus ini, bisa jadi nantinya 280 ISP ini bisa dituduh hal yang sama, bila kasus IM2 tersebut mulus sampai ke pengadilan dan diputuskan bersalah, maka akan mematikan 280 penyelenggara jasa internet dan terhentinya seluruh usaha pelayanan yang terkait internet di Indonesia. (majalahICT/ap) Majalah ICT No.01• 1 Januari-15 Januari 2013
HOT NEWS
siap-siap pulsa kena cukai
Tarif Telepon Bisa Naik
Arif Pitoyo
D
alam dua pekan terakhir, jagad telekomunikasi diraamaikaan oleh adanya wacana dari Kementerian Keuangaan untuk menerapkan cukai pada pulsa. Tak pelak, tanggapan sinis dan bernada tida setuju diteriakkan oleh kalangan industri. Mengatasnamakan pelanggan, mereka pun kompak menolaknya. Wacana mengenai pengenaan cukai pada pulsa pertama kali dilontarkan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro. Menurutnya, pengenaan cukai pada pulsa telepon seluler dimaksudkan untuk membatasi penggunaannya karena berdampak negatif pada kesehatan. Selama ini kita mengenal cukai dikenakan pada rokok atau produk minuman keras yang jelas-jelas membahayakan kesehatan. Bila pulsa kemudian disamakan dengan kedua produk di atas, maka hal itu bukan pada tempatnya. Pulsa sama sekali berbeda dengan rokok. Pulsa banyak manfaatnya, yaitu untuk berkomunikasi. Jangan ditanya apa manfaat komunikasi. Boleh dibilang, tidak akan ada suatu bangsa tanpa komunikasi. Komunikasi selain bisa meningkatkan perekonomian daerah setempat, rumah tangga, dan negara,juga dimanfaatkan sehari-hari untuk komunikasi pekerjaan, kesehatan, dan lainnya. Secara ekstrem, bila ingin tahu perbedaan antara rokok dan pulsa, coba sesekali digelar hari tanpa pulsa nasional dan hari tanpa rokok nasional. Hari Majalah ICT No.01• 1 Januari-15 Januari 2013
HOT NEWS yang manakah yang memberi dampak signifikan bagi kehidupan bernegara?
Tarif Telekomunikasi Bakal Naik
” Operator kecil sulit bersaing dengan operator besar apabila tidak bisa bersaing dalam hal tarif murah.
Operator telekomunikasi sudah dari jauh hari berancang-ancang membebankan cukai pulsa tersebut ke pelanggan. Otomatis artinya, tarif telepon dan SMS pun bisa menjadi naik. Operator yang dalam tiga tahun terakhir terpuruk menjadi semakin galau karena ancaman ditinggal pelanggan, terutama operator baru atau kecil. Operator kecil tentunya bakal sulit bersaing dengan operator yang lebih mapan infrastrukturnya bila tidak bisa bersaing dalam hal tarif murah. Pada akhirnya, operator kecil dan medioker bakal kesulitan dan bisa jadi akan merugi dan tutup atau merger atau diakuisisi. Masyarakat pun, karena tarif naik, akan mengurangi pemakaian pulsa signifikan dan ke arah layanan data Internet sehingga boleh jadi email dan chatting akan jadi booming. Namun, minimnya penetrasi Internet menyebabkan masyarakat perdesaaan tetap harusmembeli pulsa sehingga karena malas membeli pulsa, perekonomian secara makroakan menurun. Dalam pandangan Indonesia ICT Institute, wacana pulsa kena cukai layak ditolak. Ada beberapa alasan penolakan. Terutama adalah jaminan UUD 1945 untuk berkomunikasi melalui media apapun. Selain itu, pada 2011, pemerintah telah menyedot uang masyarakat pengguna telekomunikasi sebesar Rp. 12 trilyun-an. Dengan penambahan cukai, artinya masyarakat kembali dibebani 'setoran' jasa telekomunikasi kepada negara. Padahal, saat membeli pulsa, konsumen sudah dibebani PPN 10%, baik untuk kartu prepaid maupun postpaid. Asosiasi Teekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) pun mengungkapkan sektor telekomunikasi sebagai sektor yang mandiri, harusnya diberikan insentif, bukan diberikan hambatan. Apalagi, ke depan banyak target pembangun broadband khususnya yang harus dicapai. Wacana pengenaan cukai pada pulsa diyakini hanya lah pintu awal bagi pengenaan cukai pada bandwidth. Bila itu terjadi, maka kiamat kecil pun terjadi.
(majalahICT/ap)
Majalah ICT No.01• 1 Januari-15 Januari 2013
TELEKOMUNIKASI
O
perator telekomunikasi menilai keberadaan Over The Top (OTT) seperti Google, Microsoft, Apple, Yahoo, Facebook, dan Research In Motion bukan merupakan ancaman bagi industri, akan tetapi sebagai mitra yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatannya. “OTT itu bukan sekedar layanan nilai tambah (VAS). Tetapi lebih dari itu OTT merupakan suatu peluang bisnis yang bertumpu pada pelanggan operator seluler,” kata Direktur Sales PT Axis Telecom Syakieb A Sungkar, dalam Diskusi Akhir 2012 bertajuk “OTT, Friend or Foe?”.
Pemain OTT, Friend or Foe? Arif Pitoyo
Menurut Syakieb, sinergi antara OTT dan operator telekomunikasi menjadi sangat penting karena saling mengisi. “Sinergi bisa merupakan kombinasi antara `revenue sharing, retention program, co-branding dan up-lift brand`, ujar Syakieb. Karena itu, menurut dia, OTT bukan lawan yang harus diperangi tetapi kawan yang harus diajak berkolaborasi. Masa kejayaan operator telekomunikasi belakangan dalam menyediakan jasa layanan tradisional seperti voice dan SMS makin turun sejak akses internet kian mudah didapat dan menjamurnya layanan media sosial. Pelanggan telekomunikasi seluler lebih mudah dan cepat mengakses Internet, condong beralih ke layanan messaging yang disediakan OTT seperti Whatsapp, BlackBerry Messenger, Skype, Line, Yahoo Messenger, Gtalk, textPlus, Pinterest, bahkan Facebook dan Twitter. Majalah ICT No.01• 1 Januari-15 Januari 2013
TELEKOMUNIKASI
”
Indonesia harus mendorong adanya OTT lokal agar menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Alhasil, pendapatan operator dari segmen voice dan SMS jadi tergerus karena sebagian pelanggan lebih mengutamakan komunikasi via OTT messenger. Direktur Utama Telkomsel Alex J Sinaga mengatakan, operator telekomunikasi yang akan mengalami dampak paling besar adalah operator dari Eropa dan Asia Pasifik, termasuk Indonesia yang memiliki pasar telekomunikasi sekitar 250 juta pelanggan. Alex menjelaskan, masa kejayaan operator telekomunikasi dalam menyediakan jasa layanan tradisional seperti voice dan SMS diakui sudah lewat sejak akses internet kian mudah didapat dan menjamurnya layanan media sosial dan “instant messaging” yang ditawarkan pemain OTT seperti Google, Microsoft, Apple, Yahoo, Facebook, dan Research In Motion. Ditambahkan Alex, berdasarkan data Proyeksi Informa WCIS, Q-IV 2012, pada tahun 2012 devisa dari Indonesia yang keluar ke perusahaan OTT global seperti Facebook saja diperkirakan mencapai 252 juta dolar AS, belum termasuk dari layanan sosial media lainnya. “Untuk itu Indonesia harus mendorong adanya OTT lokal agar menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ujar Alex. Sementara itu, Deputy CEO Commercial Smartfren, Djoko Tata Ibrahim mengatakan, OTT tidak bisa ditolak karena telah menjadi kebutuhan komunikasi. “Ini ibarat kehadiran supermarket yang ditolak sama pedagang tradisional. Walau ditolak, tapi konsumen butuh sebagai tuntutan zaman,” tegas Djoko. Ditambahkan Djoko, tantangan yang dihadapi ke depan dengan hadirnya OTT adalah isu kecepatan dan kapasitas jaringan yang masih perlu ditingkatkan. Senada dengan itu, Director & Chief Commercial Officer PT Indosat, Erik Meijer mengatakan, bahwa sinergi antara pemain OTT dan operator seluler harus dibangun. “Tanpa ada konten, data tidak diperlukan. Karena itu jangan pula sampai bisnis ada model tetapi kita tidak sanggup ekspansi jaringan,” ujar Erik. (majalahICT/ap)
Majalah ICT No.01• 1 Januari-15 Januari 2013
TEKNOLOGI INFORMASI
Awas Malware di Software Bajakan
Arif Pitoyo
S
tudi baru Microsoft yang mengungkapkan 63% dari DVD perangkat lunak palsu dan komputer dengan copy illegal Windows mengandung infeksi malware berisiko tinggi dan virus. Studi ini dilakukan oleh Microsoft’s Security Forensics team pada 118 sampel yang dibeli dari penjual di Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Secara keseluruhan, dalam studi awal ini menemukan 2.000 kasus infeksi malware dan virus - termasuk varietas yang sangat berbahaya seperti backdoors, hijackers, droppers, bots, cracker, pencurian password, dan trojan. Penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa dari 77 % komputer yang diperiksa, Windows Update telah dinonaktifkan atau kembali dialihkan ke layanan pihakketiga. Dengan Windows Update yang dinonaktifkan, system komputer tidak melewati pengecekan keaslian software asli dan juga ditolak untuk mengakses pembaharuan system keamanan yang kritis, sehingga system menjadi tidak berdaya terhadap serangan cyber berbahaya, infeksi virus dan hacking. Para kriminal di dunia maya menggunakan malware untuk berbagai kegiatan ilegal invasive yang menghasilkan keuntungan dari mencuri kegiatan perbankan konsumen dan informasi Majalah ICT No.01• 1 Januari-15 Januari 2013
TEKNOLOGI INFORMASI
Waspada Cybercrime
M
asyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP) mengungkapkan menggunakan PC dengan perangkat lunak palsu adalah seperti pindah ke lingkungan yang tinggi tingkat kejahatan dan meninggalkan pintu terbuka.sehingga sangat berisiko. “Konsumen dengan perangkat lunak bajakan tidak memiliki jaminan bahwa data sensitive mereka, kegiatan dan komunikasi akan aman dari kriminal di dunia maya yang berniat untuk melakukan kejahatan. Sebagai hasil dari penelitian ini menunjukkan, bahaya perangkat lunak palsu adalah nyata dan konsumen harus bersikeras meminta perangkat lunak asli saat membeli PC baru,” kata Widyaretna Buenastuti, Ketua MIAP. MIAP menyarankan kepada konsumen untuk memainkan peran proaktif dalam mengurangi kejahatan digital, dengan cara memperkaya diri mengenai pengetahuan tentang Hak Cipta dan Hak Kekayaan Intelektual. “Untuk menyimpan informasi yang aman dari kriminal di dunia maya, orang perlu berpikir dua kali tentang di mana mereka membeli PC. Jika Anda tidak tahu di mana produk digital Anda berasal, Anda tidak pernah tahu apa yang menunggu di balik keamanan informasi Anda.”, tambah Widya. (MajalahICT/ap)
kartu kredit, melakukan spamming e-mail ke konsumen dan kontak social media dengan melakukan permintaan palsu untuk sumbangan amal atau penawaran palsu (misalnya, untuk obat resep palsu). Belakangan, kegiatan ini dilakukan oleh atau dengan arahan yang terorganisir, untuk keuntungan pelaku usaha kriminal. Bagi pelaku bisnis, risiko yang terkait dikarenakan menggunakan komputer yang terinfeksi malware, software bajakan yaitu termasuk rendahnya produktivitas TI, kegagalan system kritis dan gangguan pelayanan, dan pencurian data rahasia perusahaan menyebabkan kerugian finansial yang parah dan membahayakan reputasi. “Studi ini jelas menunjukkan bahwa menggunakan perangkat lunak palsu adalah situasi yang berbahaya,” kata Astrid S. Tuminez, Regional Director Corporate and Legal Affairs Microsoft Southeast Asia. “Software bajakan merupakan tempat berkembang biak bagi cybercrime, dan biaya menggunakannya berpotensi jauh lebih tinggi dari harga beli software asli. Kami ingin membantu konsumen memahami risiko yang terlibat dan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memastikan penggunaan PC yang aman.” Menurut Laporan Norton Cybercrime 2012, biaya konsumen global dari cybercrime adalah US$100 miliar per tahun, dengan dampak per-korban rata-rata US$197. (majalahICT/ap) Majalah ICT No.01• 1 Januari-15 Januari 2013
PROFIL
Herdy Harman
Menciptakan
Orang Hebat
M
emulai karier di PT Telkom Tbk sejak 25 tahun yang lalu, nama Herdy Harman justru kondang secara nasional berkat kiprahnya di berbagai asosiasi dan organisasi. Jabatan sebagai Ketua Asosiasi Kliring Telekomunikasi (Askitel) membuatnya harus selalu berkoordinasi dengan pejabat dari operator lain, dan terutama sering dihubungi media. Majalah ICT No.01• 1 Januari-15 Januari 2013
PROFIL
Selain di Askitel, pria satu putra ini juga aktif sebagai Sekjen Mastel dan Wakil Komtap Telekomunikasi Kadin Indonesia. Herdy yang saat ini menjabat sebagai Human Capital Management Director memiliki cita-cita membentuk manusiamanusia hebat di operator terbesar di Indonesia itu. Pria yang selalu tampil rapi dan ramah pada siapa saja itu memiliki alat ukur sendiri untuk menilai seseorang itu hebat atau tidak, diantaranya strong personal values dan high achievement orientation, dengan tujuan agar pelanggan merasa puas, baik dari sisi teknis maupun pelayanan, serta unggul dalam berkompetisi. (majalahICT/ap)
Majalah ICT No.01• 1 Januari-15 Januari 2013
REGULASI
PP No. 82/2012
Perlu Direvisi? Heru Sutadi
O
ktober lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menandatangani Peraturan Pemerintah mengenai Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik No. 82/2012 sebagai penjabaran dari Undang-Undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. PP yang harus menunggu waktu empat tahun sejak UU ITE diundangkan ini, meski baru seumur jagung, banyak kalangan yang masih bertanya-tanya mengenai isinya. Ada yang menganggap tidak jelas dan tegas, ada juga yang menilai PP ini tumpang-tindih dengan aturan lain, seperti Undang-Undang No. 36/1999 tentang Telekomunikasi dan aturan-aturan di bawahnya. Sebagaimana diketahui, dalam PP setebal 41 halaman yang berisikan 90 pasal ini mengatur tujuh amanat UU ITE yang perlu dijabarkan dalam PP, yang meliputi: Penyelenggaraan Sistem Elektronik, Penyelenggaraan
Majalah ICT No.01• 1 Januari-15 Januari 2013
REGULASI
”
Efektivitas dan optimalisasi PP No. 82/2012 ini dipertanyakan.
Transkasi Elektronik, Tanda Tangan Elektronik, Penyelenggaraan Sertifikasi Elektronik, Lembaga Sertifikasi Kendalan dan Pengelolaan Nama Domain. Kata “elektronik” inilah yang menjadi pertanyaan mengingat terminologi generik ini bisa menjadi ketentuan yang menyapu semua aturan yang ada dalam UU Telekomunikasi maupun termasuk UU Penyiaran karena tidak ada perangkat saat ini yang tidak berbasis elektronik seperti radio, televisi maupun telepon seluler. Terminologi sistem elektronik laksana payung dari segala aturan undang-undang karena diterjemahkan sebagai serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan Informasi Elektronik.
Diskursus
Selain perlunya batasan yang jelas dan tegas antara aturan ini dengan aturan yang menyangkut telekomunikasi dan penyiaran, diskursus yang mengemuka adalah pembagian antara Penyelenggaraan Sistem Elektronik (PSE) untuk pelayanan publik dan non pelayanan publik dimana penyelenggara Sistem Elektronik untuk pelayanan publik wajib melakukan pendaftaran. Soal batasan yang jelas mana PSE yang melayani publik dan mana yang nonpelayanan publik masih kabur. Apalagi, batasan itu mensandarkan pada UU No. 25/2009 tentang Pelayanan Publik. Dalam PP 92/2012 sebagai turunan UU tersebut dinyatakan bahwa ruang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang publik, pelayanan jasa publik, dan pelayanan administrasi. Adapun penyelenggara pelayanan menurut PP ini meliputi institusi negara, yang terdiri atas lembaga negara dan/atau lembaga pemerintah, korporasi berupa BUMN/BUMD atau satuan kerja, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan UU. Kemudian badan hukum lain yang menyelenggarakan pelayanan publik dalam rangka pelaksanaan misi negara. Batasan ini tentunya menjadi batasan yang tidak diharapkan pemerintah sendiri, terkait dengan kewajiban PSE untuk menempatkan Pusat Data dan Pusat Pemulihan Bencana di wilayah Indonesia untuk kepentingan penegakan hukum, perlindungan, Majalah ICT No.01• 1 Januari-15 Januari 2013
REGULASI
sabdaspace.org
dan penegakan kedaulatan negara terhadap data warga negaranya. Pemain dunia yang sering disebut dengan over the top (OTT), yang memanfaatkan jaringan telekomunikasi untuk memberikan layanan, yang digembar-gemborkan akan terkena kewajiban tersebut, bisa tidak jadi karena dibatasi dalam koridor pelayanan publik. Ada ketidakkonsistenan di sini. Memang soal ini, diamanatkan PP No. 82/2012 Pasal 17 ayat (3) akan diatur dalam Peraturan Menteri, namun nampaknya jika PP tidak mengikat hal itu, tentunya tidak ada landasan hukum yang mengikat bahwa penempatan data center di Indonesia sebuah keharusan. Apalagi, jika melihat sanksi yang tertuang di Pasal 84, hanya terkat dengan pelanggaran Pasal 17 ayat (1). Padahal kewajiban menempatkan Pusat Data dan Pusat Pemulihan Bencana di wilayah Indonesia ada di Pasal 17 ayat (2).
Data pribadi
Memang dalam PP ini diatur juga mengenai kewajiban menggunakan tenaga ahli yang kompeten di bidang Sistem Elektronik atau Teknologi Informasi dimana khusus untuk PSE. Satu kemajuan tentunya untuk membatasi tenaga kerja asing yang tidak berkualitas. Selain itu juga PP ini memperkuat pentingnya perlindungan pengguna seperti dalam hal menjaga rahasia maupun keutuhan data pribadi, penggunaan data pribadi harus berdasar persetujuan pemilik data. Namun, dalam ketentuan peralihan diberikan masa transisi 1 tahun untuk mendaftarkan diri bagi Penyelenggara Sistem Elektronik, 3 tahun untuk menyesuaikan bagi Lembaga Sertifikasi Elektronik dan Sertifikasi Keandalan, serta 5 tahun untuk penyesuaian dengan aturan PP ini bagi Penyelenggara Sistem Elektronik yang sudah beroperasi sebelum PP ini diterbitkan. Sehingga, efektivitas dan optimalisasi PP ini dipertanyakan. Tambah lagi, ada rencana revisi UU ITE terutama diakibatkan sanksi dari Pasal 27 ayat (3) mengenai pencemaran nama baik jauh lebih tinggi dibanding KUHP. Revisi UU tentunya akan memerlukan PP baru mengacu pada UU yang baru. Dikhawatirkan, PP ini belum ditegakkan secara penuh 5 tahun ke depan, UU ITE nya ternyata direvisi. (majalahICT/ap)
Majalah ICT No.01• 1 Januari-15 Januari 2013
BEDAH GADGET
Merasakan kemewahan Samsung Galaxy S Note 2 amsung Galaxy Note 2 adalah penerus dari Galaxy Note generasi pertama yang lumayan mendapatkaan respon yang baik dari pasar. Samsung meningkatkan kinerja dan menambah sejumlah fitur ke dalam phablet (smartphone tablet) ini. Diantaranya adalah dukungan konektivitas LTE, layar 5,5” Super AMOLED HD, Android 4.1 Jelly Bean, 1,6 GHz Quad Core, 2GB RAM, dukungan NFC, baterai 3.100 mAh, kamera 8MP wide angle dan sebagainya. Kelebihannya: Android 4.1 Jelly Bean; Mendukung teknologi 4G LTE; Layar 5.5 inci Super AMOLED resolusi HD; Prosesor quad core 1.6GHz dengan RAM 2GB; Baterai 3100 mAh Kelemahannya: Kamera 8MP kalah dari pesaingnya yang rata-rata sudah membenamkan kamera
Arif Pitoyo
12MP keatas; Bodi berat mencapai 180 g (tapi ini wajar menginggat bodinya bongsor, untungnya ponsel ini termasuk tipis, tebalnya hanya 9.4mm) Meskipun namanya samsung galaxy Note, namun dari segi desain maupun yang lainnya justru lebih mirip dengan samsung galaxy SIII. Untuk teknologi prosesornya juga sudah membenamkan Teknologi Quad Core ditambah layar Corning Gorilla Glass yang memang terbukti ampuh dan tak mudah pecah. Penambahan lainnya juga ada pada teknologi 4G atau LTE yang memang sudah mensupport koneksi super cepat. disisi lain dukungan Pen Stylus ala Galaxy Note juga sangat mempermudah kita dalam mengkreasikan semua menu-menu dan aplikasi yang ada di dalam sebuah samrtphone mewah samsung Galaxy. (majalah ICT/ap)
Majalah ICT No.01• 1 Januari-15 Januari 2013
BEDAH GADGET
Spesifikasi Samsung Galaxy Note 2 • Jaringan: 2G, 3G, 4G GSM 850/900/ 1800/1900 , HSDPA 850/900/1900/2100, LTE 700 MHz Class 17/2100 • Dimensi: 151.1 x 80.5 x 9.4 mm, Berat 180 gr • Kamera: 8 MP 3264x2448 pixels, autofocus, LED flash, Geotagging, touch focus, face and smile detection, image stabilization, Depan : 1.9 MP, Video 1080p (1080p@30fps) • OS: Android 4.1 Jelly Bean. • Prosesor: quad-core Exynos 1.6 GHz, Chipset Exynos 4412 • Layar: LED 1280 x 720 piksel Supe AMOLED 5.5 Inchi, Stylus S Pen, Touch- sensitive controls.
• Konektivitas: WLAN Wi-Fi 802.11 a/b/g/n, dual-band, DLNA, Wi-Fi Direct, Wi-Fi hotspot, Bluetooth Yes, v4.0 with A2DP, HSDPA, 21 Mbps; HSUPA, 5.76 Mbps; LTE, Cat3, 50 Mbps UL, 100 Mbps DL; • Media Player: MP3/WAV/eAAC+/ AC3/FLAC dan MP4/ DivX/XviD/ H.264/H.263 • Memori: Internal 16/32/64 GB storage, 2 GB RAM, slot microSD, up to 32 GB • Fitur Lain: Radio Stereo FM radio with RDS, GPS with A-GPS support and GLONASS • Baterai: Li-Ion 3100 mAh • Harga: Rp.5.999.000,-
Majalah ICT No.01• 1 Januari-15 Januari 2013
GALERI
PT XL Axiata Tbk (XL) telah menyelesaikan tahap seleksi bagi para peserta program pendidikan leadership XL Future Leaders.
Hiro Whardana,
Deputy GM VAS & User Experience Tri (kiri) dan Bhuwan Kulshreshtha, Chief Commercial Officer Tri sedang mendemonstrasikan aplikasi pushnotification inovatif BimaTri pada gadget.
Daniel Horan,
Chief Marketing Officer AXIS (tengah) didampingi oleh Syakieb Sungkar (kanan), Prami Rachmiadi, GM Marketing Communications and Brand AXIS (kedua dari kiri) dan Anita Avianty, Head of Corporate Communications AXIS (kedua dari kanan) pada saat peluncuran program ‘Siap Kaya Mendadak’ di Jakarta (17/12).
Majalah ICT No.01• 1 Januari-15 Januari 2013
GALERI
Suasana antre iPhone 5
Telkomsel di mal Gandaria City makemac.com
Smartfren
sebagai partner resmi HTC Indonesia dalam meluncurkan smartphone Android dua kartu CDMA/GSM
President Director &
Repro
CEO Indosat, Alexander Rusli (kanan) bersama Director & Chief Commercial Officer Indosat, Erik Meijer (kiri) dan Anggun C. Sasmi, Brand Ambassador Indosat Mentari (tengah) saat acara peluncuran Indosat Mentari di Jakarta.
Majalah ICT No.01• 1 Januari-15 Januari 2013
OUTLOOK
I
2013, Tahun Layanan Data
ndustri telekomunikasi sepanjang 2012 ditandai dengan dua aturan yang signifikan dari regulator, yaitu diperketatnya keleluasaan content provider untuk meneguk revenue dari subscriber dan ditetapkannya tarif SMS off-net. Kedua hal tersebut menyebabkan menurunnya revenue Operator Telko secara keseluruhan. Karenanya sejak kedua aturan tersebut diberlakukan, operator mencari sumber revenue baru, yaitu Data. Tahun 2013 adalah tahun semua Operator fokus berjualan Data. 2012 juga merupakan tahun yang cukup baik industri telekomunikasi. Pertumbuhan industri yang diperkirakan antara 9%-11% disokong oleh komunikasi data. Pada 2012 jumlah pelanggan masih bertambah walau tidak banyak. Pada 2013, penambahan jumlah pelanggan diprediksi masih ada, setidaknya menyamai tahun ini. Operator banyak berharap industri sudah efisien tahun depan, sehingga sanggup memberikan tarif yang terjangkau, artinya tidak dibebani lagi dengan beban-beban lain yang akan mengakibatkan naiknya beban masyarakat. Harapan industri telekomunikasi pada 2013 adalah dibangunnya infrastruktur backbone serat optik oleh pemerintah, dibukanya kembali bisnis penyedia konten, lisensi akses gabungan (unififed access licensing), adanya insentif, dan pengurangan biaya regulasi.(majalahICT/ap)
Arif Pitoyo
Majalah ICT No.01• 1 Januari-15 Januari 2013
Majalah ICT All about ICT in Indonesia
Diterbitkan oleh:
Indonesia ICT Institute
ALAMAT REDAKSI & KOMERSIAL: VILLA CEMARA NO. 22 JL. SAWANGAN RAYA-DEPOK TELP: 021-7750301, FAX: 0217756782, HP: 081511510000 EMAIL:
[email protected] WWW.MAJALAHICT.COM