PELAKSANAAN KEGIATAN EKSPLORASI, ELABORASI, DAN KONFIRMASI DALAM PEMBELAJARAN PADA GURU PAI DI MTs NEGERI 1 SEMARANG TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana S1 Dalam Pendidikan Agama Islam
Oleh : NURUL SEPTIYANI NIM: 073111157
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
PERNYATAAN KEASLIAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NIM Jurusan/Program Studi
: Nurul Septiyani : 073111157 : Pendidikan Agama Islam
menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil dari penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 23 November 2011 Saya yang menyatakan,
Nurul Septiyani NIM: 073111157
ii
KEMENTERIAN AGAMA R.I. INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang Telp. 024-7601295 Fax 7615387 PENGESAHAN Naskah skripsi dengan: Judul : PELAKSANAAN KEGIATAN EKSPLORASI, ELABORASI, DAN KONFIRMASI DALAM PEMBELAJARAN PADA GURU PAI DI MTs NEGERI 1 SEMARANG TAHUN AJARAN 2010/2011 Nama : Nurul Septiyani NIM : 073111157 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam. Semarang, 15 Desember 2011 DEWAN PENGUJI Ketua,
Sekretaris,
Dr. Hj. Nur Uhbiyati, M.Pd. NIP: 19520208 197612 2001
Hj. Nur Asiyah, M.S.I. NIP. 19710926 199803 2002
Penguji I,
Penguji II,
Dr. Hj. Sukasih, M.Pd. NIP: 19570202 199203 2001
Drs. Mahfud Junaedi, M.Ag. NIP: 19690320 199803 1004
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dra. Hj. Muntholi’ah, M.Pd. NIP: 19670319 199303 2001
H. Amin Farih, M.Ag. NIP: 19710614 200003 1002
iii
Semarang, 23 November 2011
NOTA PEMBIMBING Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang Assalamu’alaikum wr. wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul :Pelaksanaan Kegiatan Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi dalam Pembelajaran pada Guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011 Nama
: Nurul Septiyani
NIM
: 073111157
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam Sidang Munaqosyah.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Pembimbing I,
Dra. Hj. Muntholi’ah, M.Pd 19670319 199303 2001
iv
Semarang, 23 November 2011
NOTA PEMBIMBING Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang Assalamu’alaikum wr. wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul :Pelaksanaan Kegiatan Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi dalam Pembelajaran pada Guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011 Nama
: Nurul Septiyani
NIM
: 073111157
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam Sidang Munaqosyah.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Pembimbing II,
H. Amin Farih, M.Ag 19710614 200003 1002
v
ABSTRAK Judul
: Pelaksanaan Kegiatan Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi dalam Pembelajaran pada Guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011 Penulis : Nurul Septiyani NIM : 073111157
Skripsi ini membahas pelaksanaan kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dalam pembelajaran. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan “Bagaimana pelaksanaan kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi pada pembelajaran di MTs Negeri 1 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011.” Permasalahan tersebut di atas dibahas melalui studi lapangan. Data diperoleh dengan metode observasi, metode wawancara, dan dokumentasi. Semua data dianalisis dengan metode perbandingan tetap atau Constant Comparative Methode yang ditemukan oleh Glaser dan Strauss. Kajian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi oleh guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah cukup baik. Hal tersebut dibuktikan dengan rata-rata skor penilaian yang mencapai 4,0 yang berarti baik. Pelaksanaan kegiatan eksplorasi mencapai skor 4,4; kemampuan guru-guru PAI dalam melaksanakan kegiatan eksplorasi dapat terlihat pada kemampuan guru dalam mengelola kelas sehingga mampu menggali kemampuan peserta didik. Pelaksanaan kegiatan elaborasi mencapai skor 3,5; kemampuan guru-guru PAI dalam melaksanakan kegiatan elaborasi dapat terlihat pada kemampuan guru dalam mengelola kelas sehingga mampu memunculkan gagasan baru serta menambah motivasi belajar untuk peserta didik. Sedangkan pelaksanaan kegiatan konfirmasi mencapai skor 4,1; kemampuan guru-guru PAI dalam melaksanakan kegiatan konfirmasi dapat terlihat pada saat guru melakukan penguatan, refleksi, maupun review. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan kepada guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang agar terus mengembangkan kemampuan dalam mengajar khususnya dalam membangkitkan semangat peserta didik agar tidak bosan di dalam kelas. Hendaklah guru selalu memberi motivasi kepada siswa akan pentingnya belajar ilmu-ilmu agama serta terus memberikan motivasi dan perhatian lebih kepada peserta didik yang kurang dapat mengikuti pelaksanaan pembelajaran agar tidak tertinggal dengan teman-temannya serta guru diharapkan agar memilih atau menggunakan metode yang tepat dan sesuai dengan materi yang diberikan. Kepada siswa hendaknya selalu memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh guru, juga mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru serta mempraktekan dan mengamalkan materi yang telah diterima di sekolah.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada rasulullah dan para pengikutnya, karena dengan semua itu penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Tidak ada kata yang pantas penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang membantu proses pembuatan skripsi ini, kecuali terimakasih sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Sujai, M.Ag selaku dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 2. Dra. Hj. Muntholiah, M.Pd dan H. Amin Farih, M.Ag selaku pembimbing skripsi yang dengan tulus, ikhlas dan tak henti-hentinya memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis. 3. Drs. Abdurrahman, M.Ag. selaku dosen wali yang selalu memberikan bimbingannya. 4. Kepala MTs Negeri 1 Semarang beserta jajaran guru dan staf karyawan tata usaha yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. 5. KH. Abdul Karim Assalawy, H. Lutfah Karim Assalawy beserta keluarga sebagai pembimbing spiritual yang senantiasa memberikan cucuran doa, ilmu, nasihat, dan semangatnya. 6. Kedua orangtuaku, Bapak Juwarno dan Ibu Sumrah, karya ini sebagai salah satu tanda terima kasihku atas segala do’a dan kasih sayang. 7. Ulfi Farikha dan Nurfauziyah sebagai sumber inspirasiku. 8. Teman-teman di Pondok Pesantren Annur khususnya rekan seperjuanganku (Riskiyani Jamilatun Nisa dan Sri Eli Umul Maghfiroh), teman-teman Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT), teman-teman PAI D Angkatan 2007 khususnya penyemangat inspiratifku (Qotriyatul Afroh dan Miftahul Ulum), teman-teman celotehku (Lili Aulia, Aris Rofiqi, Naskuriyah, Izza Fitriana dan Izzam Izzul Islami), dan lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
vii
Semoga amal baik yang telah diberikan dapat menjadi amal jariyah sekaligus mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna, baik dalam penyusunan maupun bahasanya. Karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua.
Semarang, 23 November 2011 Penulis
Nurul Septiyani NIM. 073111157
viii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................... PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................... PENGESAHAN ................................................................................................. NOTA PEMBIMBING ...................................................................................... ABSTRAK........................................................................................................... KATA PENGANTAR ........................................................................................ DAFTAR ISI .......................................................................................................
i ii iii iv vi vii ix
BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................... 3 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................... 4
BAB II
: LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka..................................................................... 5 B. Deskripsi Teoritik................................................................. 6 1. Pengertian Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi ........ 6 2. Manfaat Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi ………13 3. Komponen Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi ……17
BAB III
: METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ................................................................... 32 B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 32 C. Sumber Penelitian ............................................................... 32 D. Fokus Penelitian .................................................................. 33 E. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 34 F. Teknik Analisis Data Penelitian .......................................... 34
BAB IV
: Analisis Pelaksanaan Kegiatan Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi oleh Guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang A. Kondisi Umum MTs Negeri 1 Semarang ............................ 36 B. Pelaksanaan Kegiatan Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi .............................................................................................. 42 C. Analisis Kegiatan Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi .. 73
BAB V
: PENUTUP A. Simpulan .............................................................................. 95 B. Saran .................................................................................... 96 C. Penutup ............................................................................... 96
ix
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Guru mempunyai peran ganda sebagai pengajar dan pendidik. Kedua peran tersebut bisa dilihat perbedaannya, tetapi tidak bisa dipisahkan. Tugas utama sebagai pendidik adalah membantu mendewasakan anak. Dewasa secara psikologis, sosial, dan moral. Sedangkan tugas utama sebagai pengajar adalah membantu perkembangan intelektual, afektif, dan psikomotor, melalui meyampaikan pengetahuan, pemecahan masalah, latihan-latihan afektif dan keterampilan.1 Untuk dapat melaksanakan hal tersebut, seorang guru perlu memiliki kompetensi sebagai seorang pendidik. Hal tersebut dijelaskan secara tersirat dalam surat Al-Qalam ayat 1-4:
y7s9 ¨βÎ)uρ ∩⊄∪ 5βθãΖôfyϑÎ/ y7În/u‘ Ïπyϑ÷èÏΖÎ/ |MΡr& !$tΒ ∩⊇∪ tβρãäÜó¡o„ $tΒuρ ÉΟn=s)ø9$#uρ 4 úχ ∩⊆∪ 5ΟŠÏàtã @,è=äz 4’n?yès9 y7‾ΡÎ)uρ ∩⊂∪ 5βθãΖôϑtΒ uöxî #ô_V{ 1) Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis 2) berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila. 3) dan Sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. 4) dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. Ayat di atas menjelaskan tentang kompetensi yang harus dimiliki guru adalah memiliki kepribadian seperti yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sehingga dapat mengembangkan diri dan ilmu pengetahuan serta memilki kemampuan karya tulis sehingga dapat mengembangkan ilmu pengetahuan serta berkomunikasi dengan orang lain.
1
Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 252
1
Di samping itu, seorang guru juga perlu memiliki kemampuan dalam hal penalaran dan pemahaman artinya seorang guru harus menguasai materimateri dan metode yang akan diajarkan kepada anak didik. Dengan mengetahui materi dan metode pendidikan tentu seorang guru akan lebih mampu dan layak dalam melaksanakan proses pendidikan terhadap anak didik. Hal ini sesuai dengan firman Allah SuratAl-Baqarah ayat 247 :
ã&s! ãβθä3tƒ 4’‾Τr& (#þθä9$s% 4 %Z3Î=tΒ šVθä9$sÛ öΝà6s9 y]yèt/ ô‰s% ©!$# ¨βÎ) óΟßγ–ŠÎ;tΡ óΟßγs9 tΑ$s%uρ ¨βÎ) tΑ$s% 4 ÉΑ$yϑø9$# š∅ÏiΒ Zπyèy™ |N÷σムöΝs9uρ çµ÷ΖÏΒ Å7ù=ßϑø9$$Î/ ‘,ymr& ßøtwΥuρ $uΖøŠn=tã Ûù=ßϑø9$# …çµx6ù=ãΒ ’ÎA÷σムª!$#uρ ( ÉΟó¡Éfø9$#uρ ÉΟù=Ïèø9$# ’Îû ZπsÜó¡o0 …çνyŠ#y—uρ öΝà6ø‹n=tæ çµ8xsÜô¹$# ©!$# ∩⊄⊆∠∪ ÒΟŠÎ=tæ ììÅ™≡uρ ª!$#uρ 4 â!$t±o„ ∅tΒ “Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu”. Mereka menjawab: “Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak?” (Nabi mereka) berkata: “Sesunguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa”. Allah memberikan pemerintahan kepda siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui”. (Q.S. Al-Baqarah/2: 247).2 Dalam pasal 8 UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa syarat wajib seorang guru adalah memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.3 Dijelaskan pula dalam Pasal 10 tentang macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. 2
Al Quran Terjemah Indonesia, (Kudus: Menara Kudus, 2005), hlm. 41 UU RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2005UU.htm, hlm.3 3
Dosen,
2
Pada dasarnya, terdapat seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh guru berhubungan dengan profesinya sebagai pengajar. Tugas guru ini sangat berhubungan dengan kompetensi paedagogik yang harus dimiliki. Secara garis besar, tugas guru dapat ditinjau dalam tugas utamanya yaitu yang berhubungan dengan proses belajar mengajar. Seorang guru dikatakan kompeten bila ia memiliki khazanah cara penyampaian yang bervariasi serta dapat memilih cara-cara yang tepat dalam melaksanakan proses belajar mengajar.4 Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan guru dalam dalam memberikan melaksanakan
pemahaman
terhadap
proses
pembelajaran,
peserta
didik,
mengevaluasi
merancang hasil
dan
belajar,
mengembangkan serta mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik. Kompetensi paedagogik perlu dimiliki oleh guru untuk dapat berinteraksi dengan baik dengan peserta didik dalam proses pembelajaran. Interaksi yang baik dengan para siswa didasari oleh kemampuan guru untuk berkomunikasi dengan para siswanya, baik secara lisan, tertulis, menggunakan media pendidikan, maupun aktivitas-aktivitas kelompok. Proses pembelajaran itu sendiri merupakan implementasi dari RPP yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Berdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2007, pelaksanaan kegiatan inti dalam pembelajaran meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Apabila ketiga proses ini tidak terlaksana dengan baik maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik pula karena ketiga proses tersebut merupakan siklus minimal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran. Menurut Dr. Syafruddin Nurdin, M.Pd, bagaimanapun bagusnya rumusan tujuan pendidikan/pengajaran yang sudah tertuang di dalam kurikulum formal tidak akan memberikan sebuah jaminan bahwa output dari hasil
pembelajaran
tersebut
akan
baik
pula.
Karena
aktualisasi
4
J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), cet.13, hlm.11
3
kurikulum/pengajaran di kelas juga sangat menentukan keberhasilan sebuah proses pembelajaran. Peranan yang dimainkan oleh guru yang bertindak sebagai “the man behind the gun-nya” implementasi kurikulum/pengajaran tersebut. Guru memegang peranan penting dalam implementasi kurikulum.5 Jadi,
seorang
guru
perlu
memiliki
kemampuan
dalam
mengelola
kurikulum/pengajaran yang berlangsung di dalam kelas khususnya dalam mengelola kegiatan inti pembelajaran yang mencakup proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi untuk dapat menyampaikan materi secara sistematis dan menyeluruh kepada peserta didik. MTs Negeri 1 Semarang merupakan salah satu Madrasah Tsanawiyah berada di bawah naungan Kementerian Agama yang cukup ternama di Kota Semarang. Berdasarkan data yang ada, dari sembilan guru PAI yang ada di sekolah tersebut, tiga guru diantaranya sudah memperoleh gelar S2, yaitu Suwarno, S.Ag M. PdI sebagai guru mata pelajaran Qur’an Hadis sekaligus pembina agama di sekolah tersebut, Hj. Umi Fatkhiyah, M. PdI sebagai guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, dan Dra. Hj. Asmiah H. M. PdI sebagai guru mata pelajaran Akidah Akhlak dan Fiqh. Berdasarkan pendeskripsian di atas, peneliti akan mencoba meneliti pelaksanaan kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana pelaksanaan kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dalam pembelajaran pada guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011.
5
Syafruddin Nurdin dan Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 67
4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dalam pembelajaran pada guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011. 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti antara lain: a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan sekolah khususnya dalam pelaksanaan eksplorasi, konfirmasi, dan elaborasi dalam pembelajaran. b. Bagi sekolah, penelitian ini dapat memberikan informasi tentang bagaimana mengelola kegiatan pembelajaran yang lebih baik.
5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan kajian-kajian terhadap penemuan-ta penemuan terdahulu, baik buku-buku, skripsi, ataupun sumber lain yang relevan terhadap penelitian yang sedang dilaksanakan. Adapun kajian pustaka yang berkaitan dengan “PELAKSANAAN KEGIATAN EKSPLORASI, ELABORASI, DAN KONFIRMASI DALAM PEMBELAJARAN PADA GURU PAI DI MTs NEGERI 1 SEMARANG, adalah sebagai berikut : 1.
Skripsi dari Muhammad Aminuddin (3104344) yang berjudul “Studi Analisis tentang Kemampuan Guru dalam Pengelolaan Kelas di RA Islahussalafiyah Getassrabi Gebog Kudus”. Dalam karya tersebut dibahas mengenai penerapan pengelolaan kelas di RA Islahussalafiyah Getassrabi Gebog Kudus yang meliputi empat aspek yaitu setting kelas, pengelolaan siswa, materi, dan waktu. Di samping itu, dipaparkan pula beberapa solusi untuk mengatasi problematika yang ada dalam kegiatan belajar mengajar.
2.
Buku yang berjudul “Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum”, oleh Dr. H. Syafruddin Nurdin, M.Pd., yang mana dalam buku tersebut dijelaskan tentang apa, mengapa, dan bagaimana kinerja guru profesional dalam mengimplementasikan kurikulum dan pengajaran, terutama dalam mendisain/merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar di kelas.
3.
Buku yang berjudul “Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif”, oleh Syaiful Bahri Djamarah, yang mana dalam buku tersebut menjelaskan mengenai dua masalah pokok dalam kelas yang dihadapi oleh guru diantaranya masalah pengajaran dan masalah pengelolaan. Masalah pengajaran merupakan usaha membantu anak didik dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan masalah pengelolaan merupakan
6
usaha untuk menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga proses interkasi edukatif dapat berlangsung secara efektif. 4.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 mengenai Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yang mana di dalamnya memuat hal-hal yang harus dilakukan oleh guru dalam kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
B. Deskripsi Teoritik 1. Kompetensi Paedagogik a. Pengertian Kompetensi Paedagogik Dalam pasal 28 ayat 3 butir a pada Standar Nasional Pendidikan, dijelaskan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.1 Prof. Dr. Hamid Darmadi, M.Pd juga mengemukakan bahwa kompetensi paedagogik dapat diartikan sebagai kemampuan guru dalam
mengelola
pembelajaran
peserta
didik
yang
berupa
kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, kemampuan merancang dan melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan dalam mengevaluasi hasil belajar, serta kemampuan dalam mengembangkan serta mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik.2 Kompetensi Paedagogik juga dapat diartikan sebagai seperangkat kemampuan dan keterampilan (skill) yang berkaitan
1
Presiden RI, “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan”, http://www.bpkp.go.id/unit/hukum/pp/2005/019-05.pdf, hlm.33 2 Prof. Dr. Hamid Darmadi, M.Pd, Kemampuan Dasar Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 31
7
dengan interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa dalam kelas. Kompetensi menjelaskan
paedagogik materi,
meliputi
kemampuan
melaksanakan
metode
guru
dalam
pembelajaran,
memberikan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengelola kelas, dan melakukan evaluasi.3 Sedangkan menurut Dr. Syaiful Sagala, M.Pd, kompetensi paedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi pemahaman guru pada landasan dan filsafat pendidikan; pemahaman guru terhadap potensi dan keberagaman peserta didik sehingga dapat didesain strategi dan pelayanan belajar sesuai keunikan masing-masing peserta didik; kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum/ silabus baik dalam bentuk dokumen maupun implementasi dalam bentuk pengalaman belajar; kemampuan
guru
dalam
menyusun
rencana
dan
strategi
pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar; kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana dialogis dan interaktif sehingga pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan; kemampuan guru dalam melakukan evaluasi hasil belajar dengan memenuhi
prosedur dan
standar
yang dipersyaratkan
serta
kemampuan guru dalam mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstarakurikuler untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.4 E. Mulyasa mengemukakan bahwa secara operasional, kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar merupakan kesanggupan atau kecakapan guru dalam menciptakan suasana komunikatif yang edukatif antara guru dan peserta didik yang mencakup segi kognitif, afektif dan psikomotor, sebagai upaya 3
M. Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, (Semarang: Rasail Media Group, 2008), cet.1, hlm. 148 4 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2009), hlm. 32
8
mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar tercapai tujuan pengajaran.5 Jadi, kompetensi paedagogik merupakan kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, serta mengevaluasi pembelajaran. b. Ruang Lingkup Kompetensi pedagogik guru bukan merupakan sesuatu yang sederhana karena untuk dapat mencapai kompetensi ini, kualitas guru harus di atas rata-rata. Kualitas tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek yang meliputi aspek intelektual, kemampuan perseptual, kemampuan jasmani, gerakan terlatih, serta komunikasi. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:6 1) Aspek intelektual, meliputi: a) Aspek logika Aspek
logika
merupakan
aspek
sebagai
pengembangan dalam kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan. Yang mana hal tersebut diperinci dalam ranah kognitif (Bloom, dkk) yang terdiri atas enam macam jenis perilaku: (1) Pengetahuan, yang merupakan kemampuan mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari dan tersimpan di dalam ingatan. Pengetahuan tersebut dapat berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode. (2) Pemahaman, yang merupakan kemampuan menangkap makna atau arti sesuatu hal yang dipelajari. (3) Penerapan,
yang
merupakan
kemampuan
mempergunakan hal-hal yang telah dipelajari untuk mengahadapi
situasi-situasi
baru
dan
nyata.
5
B. Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hlm. 19 6 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, hlm. 32
9
Kemampuan ini misalnya tampak dalam kemampuan menggunakan prinsip. (4) Analisis, yang merupakan kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagian-bagian sehingga struktur organisasinya dapat difahami. Analisis juga dapat diartikan sebagai kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. (5) Sintesis, yang merupakan kemampuan memadukan bagian-bagian menjadi satu keseluruhan yang berarti. Sintesis juga dapat diartikan sebagai kemampuan dalam membentuk suatu pola baru, kemampuan ini dapat dilihat di dalam kemampuan menyusun suatu program kerja. (6) Penilaian, yang merupakan kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Penilaian juga dapat diartikan
sebagai
kemampuan dalam memberikan harga sesuatu hal berdasarkan kriteria intern, kelompok, ekstern, atau yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Sebagai contoh menilai hasil praktek sholat peserta didik. Keenam jenis perilaku tersebut di atas bersifat hirarkis, artinya
perilaku
tersebut
menggambarkan
tingkat
kemampuan yang dimiliki seseorang.7 b) Aspek etika Aspek pengembangan
etika
merupakan
aspek
afektif
yang mencakup
sebagai
kemampuan
emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal. Menurut Krathwohl dan Bloom dkk, terdapat lima macam kemampuan emosional antara lain: 7
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet. 3, hlm. 49
10
(1) Kesadaran,
merupakan
kemampuan
untuk
ingin
memperhatikan suatu hal yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut. (2) Partisipasi, merupakan kemampuan untuk turut serta atau terlibat dalam sesuatu hal yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. (3) Penghayatan nilai, merupakan kemampuan untuk penerimaan terhadap suatu nilai, menghargai, mengakui dan menetukan sikap. (4) Pengorganisasian nilai, merupakan kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. (5) Karakterisasi diri, merupakan kemampuan untuk memiliki pola hidup dimana sistem nilai yang terbentuk dalam dirinya mampu mengawasi tingkah lakunya c) Aspek estetika Aspek
etika
merupakan
aspek
sebagai
pengembangan psikomotorik yaitu kemampuan motorik menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan, yang terdiri dari:8 (1) Gerakan refleks, merupakan kemampuan melakukan tindakan-tindakan yang terjadi secara tak sengaja menjawab sesuatu perangsang (2) Gerakan dasar, merupakan kemampuan melakukan pola-pola gerakan bersifat pembawaan, terbentuk dari kombinasi gerakan-gerakan refleks. 2) Kemampuan
perseptual,
merupakan
kemampuan
menterjemahkan perangsang yang diterima melalui alat indera 8
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, hlm. 33
11
menjadi gerakan-gerakan yang tepat. Kemampuan ini dapat dilihat ketika terjadi interaksi antara guru dan peserta didik, guru hendaknya dapat menangkap dan merespon dengan baik, stimulus dari peserta didik berupa pendapat, pertanyaan maupun permasalahan yang mereka sampaikan baik secara langsung maupun tidak. 3) Kemampuan jasmani, merupakan kemampuan dan gerakangerakan dasar yang merupakan inti memperkembangkan gerakan-gerakan terlatih 4) Gerakan terlatih, merupakan kemampuan melakukan gerakangerakan canggih dan rumit dengan tingkat efisiensi tertentu 5) Komunikasi nondiskursif, merupakan kemampuan melakukan komunikasi dengan isyarat gerakan badan. c. Komponen Kompetensi Paedagogik Sebagai pengelola proses pembelajaran, guru harus memiliki kompetensi paedagogik. Penjelasan mengenai komponen pada kompetensi paedagogik bermacam-macam. Menurut Syaiful Sagala, kompetensi
paedagogik
meliputi
kemampuan
guru
dalam
pengelolaan peserta didik yang meliputi (1) pemahaman wawasan guru akan landasan filsafat pendidikan; (2) guru memahami potensi dan keberagamaan peserta didik, sehingga dapat didesain strategi pelayanan belajar sesuai keunikan masing-masing peserta didik; (3) guru mampu mengembangkan kurikulum/silabus baik dalam bentuk dokumen maupun implementasi dalam pengalaman belajar; (4) guru mampu menyusun rencana rencana dan strategi pembelajaran berdasarkan SKKD; (5) mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana dialogis dan interaktif; (6) mampu menilai hasil belajar peserta didik dengan memenuhi prosedur serta standar yang dipersyaratkan; (7) mampu mengembangkan bakat dan minat
12
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.9 Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2008, penjelasan pasal 3 pada ayat 2 dikemukakan bahwa kompetensi paedagogik
meliputi
pemahaman
terhadap
peserta
didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.10 Sedangkan menurut pendapat Prof. Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd, seorang guru yang memiliki peran sebagai pengelola proses pembelajaran harus memiliki kompetensi profesional mengajar yang mana dalam hal ini adalah kompetensi paedagogik yang meliputi kemampuan guru dalam merencanakan sistem pembelajaran, melaksanakan
sistem
pembelajaran,
mengevaluasi
sistem
pembelajaran dan mengembangkan sistem pembelajaran.11 Adapun penjelasan dari komponen-komponen yang ada dalam kompetensi paedagogik tersebut adalah sebagai berikut: 1) Merencanakan sistem pembelajaran, yang meliputi kemampuan guru dalam: a) Merumuskan tujuan Kemampuan
guru
dalam
merumuskan
tujuan
pembelajaran merupakan suatu hal yang penting karena dengan tujuan yang telah dirumuskan akan membantu guru dalam mencari bahan yang akan diajarkan dan memperlancar proses pembelajaran. Sebuah operasional
tujuan
apabila
pembelajaran
memenuhi
empat
dapat syarat
dikatakan sebagai
berikut:12menjelaskan hal apa saja yang harus ditunjukkan 9
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, hlm. 32 DPR RI, Undang-Undang Guru dan Dosen, (Bandung: Fokus Media, 2009), hlm. 65 11 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm.19 12 Ad. Rooijakers, Mengajar dengan Sukses, (Jakarta: PT Grafindo, 1993), hlm. 103 10
13
oleh siswa setelah suatu proses pembelajaran selesai dilaksanakan, menunjukkan terhadap bahan pelajaran apa siswa dapat mencapai tujuan tersebut, menunjukkan kapan hal tersebut harus dicapai, dan menunjukkan dengan sarana apa hal tersebut dapat dicapai. Di
samping
itu,
dalam
merumuskan
pembelajaran, harus terdapat tiga jenis tujuan tercantum, diantaranya:
tujuan yang
13
(1) tujuan kognitif, merupakan tujuan yang berkaitan dengan pengetahuan siswa; (2) tujuan afektif, merupakan tujuan yang berhubungan dengan usaha mengubah minat, sikap dan nilai; (3) tujuan psikomotor, merupakan tujuan yang berkaitan dengan
keterampilan
menggunakan
tangan,
mata,
telinga, dan alat indera lainnya. b) Memilih dan menggunakan metode Apabila telah ditetapkan satu tujuan khusus, maka permasalahan
selanjutnya
bagi
seorang
guru
adalah
menetapkan suatu cara agar tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. Untuk memilih suatu metode mengajar, perlu mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya:14 (1) Sesuai dengan tujuan Antara tujuan, bahan dan metode dituntut adanya keserasian. Karena salah satu prinsip pengembangan kurikulum dan pengajaran adalah bahwa kurikulum harus memiliki relevansi di dalam yaitu adanya kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian, 13
Ad. Rooijakers, Mengajar dengan Sukses, hlm. 127 Syafruddin Nurdin, Kinerja Guru dalam Mendisain PBM, (Jakarta: Ciputat Press, 2003), hlm. 94-95 14
14
dan penilaian.15 Jadi dalam memilih suatu metode pengajaran yang mana merupakan salah satu elemen dalam proses penyampaian, harus berpedoman pada tujuan yang akan dicapai. (2) Sesuai dengan peserta didik Setiap guru harus menyadari bahwa banyak perbedaan pada masing-masing individu peserta didik, sehingga guru harus mempertimbangkan keadaan yang dimiliki peserta didik dalam memilih metode pengajaran. Setidaknya terdapat empat hal yang harus dipahami oleh seorang guru dari peserta didiknya, yaitu tingkat kecerdasan, kreativitas, cacat fisik dan perkembangan kognitif.16 c) Memilih dan menggunakan bahan ajar Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran yang meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Prinsip relevansi artinya keterkaitan bahwa materi pelajaran yang diajarkan hendaknya relevan atau ada keterkaitan atau hubungan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya keajegan bahwa jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik adalah empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Prinsip kecukupan artinya materi yang yang diajarkan hendaknya cukup
memadai
dalam
membantu
siswa
menguasai
kompetensi dasar yang diajarkan, materi yang diajarkan tidak boleh terlalu sedikit dan tidak boleh terlalu banyak, karena materi yang terlalu sedikit akan kurang membantu dalam
16
Mulyasa, E., Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, hlm.75
15
mencapai
standar
kompetensi
dan
kompetensi
dasar,
sedangkan materi yang terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.17 d) Memilih dan menggunakan media pembelajaran Dalam menggunakan media, hendaknya didasarkan pada prinsip-prinsip pemilihan media, prinsip-prinsip tersebut antaralain:18 (1) Tujuan pemilihan Tujuan dalam memilih media harus jelas dan spesifik. Misalnya guru harus menentukan tujuan penggunaan media yang akan digunakan untuk informasi bersifat umum atau hanya untuk sekedar hiburan dalam mengisi waktu kosong, media yang akan digunakan untuk pengajaran kelompok atau pengajaran individual, dan sebagainya. (2) Karakteristik media pengajaran Setiap
media
pengajaran
mempunyai
karakteristik tertentu, baik dari segi keefektifannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya. (3) Alternatif pilihan Guru dapat menentukan pilihan media mana yang akan digunakan jika terdapat beberapa pilihan media yang dapat dibandingkan. 2) Melaksanakan sistem pembelajaran. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, kemampuan yang dituntut pada diri seorang guru adalah keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun dalam perencanaan. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat, 17 18
Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 214 Syafruddin Nurdin, Kinerja Guru dalam Mendisain PBM, hlm. 97
16
apakah kegiatan belajar mengajar dihentikan ataukah diubah metodenya, apakah mengulang dulu pelajaran yang lalu manakala siswa belum dapat mencapai tujuan pembelajaran. Pada tahap ini, diperlukan pengetahuan mengenai teori belajar mengajar, tentang pelajar serta kemahiran dan keterampilan teknik mengajar.19 Dalam
melaksanakan
sistem
pembelajaran,
guru
diharapkan dapat mendorong dan mengoptimalkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. Jadi, siswa tidak hanya dijadikan sebagai subjek atau objek pembelajaran, akan tetapi siswa harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran tersebut. Guru berperan sebagai pembimbing atau fasilitator yang memberikan stimulus atau rangsangan kepada siswa agar terus mengeksplorasi materi atau pengetahuan yang diajarkan. Kegagalan pelaksanaan pembelajaran sebagian besar disebabkan untuk penerapan metode konvensional, anti dialog, proses penjinakan, pewarisan pengetahuan dan tidak bersumber pada realitas masyarakat.20 Terdapat dua hal yang dapat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar, diantaranya yaitu pengaturan proses belajar mengajar dan pengajaran itu sendiri, yang mana keduanya memiliki saling ketergantungan satu sama lain. Kemampuan mengatur proses belajar yang baik akan menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar sehingga hal ini dapat menjadi sebuah titik awal keberhasilan pengajaran. Siswa dapat belajar dengan baik dalam suasana yang nyaman, tanpa tekanan dan dalam kondisi yang merangsang untuk belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa memerlukan sesuatu yang memungkinkan dia berkomunikasi secara baik dengan guru, teman, maupun
19
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005), hlm.1 20 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, hlm. 102
17
dengan lingkungannya. Kebutuhan akan bimbingan, bantuan dan perhatian guru yang berbeda untuk setiap individu siswa.21 Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik jika ada komunikasi yang terbuka antara guru dan peserta didik. Agar kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik, guru perlu melihat kondisi peserta didik, baik dalam hal pengetahuan maupun pengalaman
yang
dimiliki.
Kegiatan
pembelajaran
perlu
dikondisikan sedemikian rupa sehingga membuat peserta didik dapat belajar dengan nyaman, tanpa tekanan, atau tidak monoton. Sehingga strategi belajar yang diterapkan harus bervariasi agar dapat membuat peserta didik bergairah dalam belajar.22 Beberapa prinsip umum yang harus dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, diantaranya sebagai berikut: a) Harus berdasarkan pengalaman yang dimiliki peserta didik Apa yang telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan yang akan diajarkan. Oleh sebab itu, tingkat kemampuan peserta didik sebelum proses belajar mengajar harus diketahui oleh guru. Tingkat kemampuan seperti ini disebut entry behavior. Entry behavior dapat diketahui dengan melakukan pre test. Hal ini sangat penting agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan efektif b) Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis Bahan
pelajaran
yang
diajarkan
bersifat
praktis
berhubungan dengan situasi kehidupan yang mana dapat menarik minat sekaligus dapat memotivasi belajar. c) Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap peserta didik 21
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm.37-38 22 Ramayulis, Metodologi PAI, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hlm. 118-119
18
Setiap individu memiliki kemampuan potensial seperti bakat dan intelegensi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Apa yang dapat dipelajari secara cepat, mungkin tidak dapat dilakukan oleh peserta didik yang lain. Oleh sebab itu, mengajar harus memperhatikan perbedaan tingkat kemampuan masing-masing peserta didik. d) Kesiapan (readiness) Kesiapan merupakan kapasitas (kemampuan potensial) baik bersifat fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu. Apabila
peserta
didik
siap
untuk
mengikuti
proses
pembelajaran, maka akan dapat dipeeroleh hasil yang baik. Oleh karena itu, pengajaran dilaksanakan apabila peserta didik mempunyai kesiapan. e) Tujuan pengajaran harus diketahui peserta didik Tujuan
pengajaran
merupakan
rumusan
tentang
perubahan perilaku apa yang diperoleh setelah proses belajar mengajar. Apabila tujuan pengajaran diketahui, peserta didik akan
memiliki
motivasi
untuk
belajar.
Agar
tujuan
pembelajaran mudah diketahui oleh peserta didik, maka guru harus merumuskannya secara khusus. f) Mengajar harus mengikuti prinsip psikologi tentang belajar. Para ahli psikologi merumuskan prinsip bahwa proses belajar harus berlangsung secara bertahap dan meningkat. Oleh karena itu, guru harus mempersiapkan bahan yang bersifat gradual dalam mengajar, diantaranya yaitu: dari sederhana kepada yang kompleks atau rumit, dari konkret kepada yang abstrak, dari umum (general) kepada yang kompleks atau khusus, dari yang sudah diketahui (fakta) kepada yang tidak diketahui (abstrak), dengan menggunakan prinsip induksi
19
kepada
deduksi,
(penguatan).
sering
menggunakan
reinforcement
23
3) Mengevaluasi sistem pembelajaran Seorang guru dipersyaratkan untuk memiliki kompetensi dalam melaksanakan penilaian selama proses belajar mengajar berlangsung, diantaranya penilaian pada permulaan (pretest) proses belajar mengajar dimaksudkan agar guru mampu mengetahui kesiapan siswa terhadap bahan pelajaran yang akan diajarkan, yang hasilnya akan dipakai untuk memantapkan strategi mengajar. Penilaian pada proses belajar mengajar dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana materi yang telah dipelajari dapat dipahami oleh siswa, apa penyebab kegagalan dalam memahami suatu materi tertentu, metode atau bahan ajar mana yang dapat lebih efektif untuk digunakan dalam proses belajar mengajar, dan sebagainya. Penilaian pada akhir proses belajar mengajar dilaksakan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap seluruh materi yang telah dipelajari, sehingga nantinya dapat ditindaklanjuti apakah masih perlu untuk diberikan ulangan kembali, atau latihan reinforcement bagi siswa tertentu. Dalam penilaian berbasis kelas, seorang guru perlu memperlihatkan tiga ranah dalam menyusun evaluasi yang akan diberikan kepada peserta didik. Ketiga ranah tersebut diantaranya yaitu ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), ranah psikomotorik (keterampilan). Ketiga ranah ini sebaiknya disajikan secara proporsional sesuai dengan sifat mata pelajaran yang bersangkutan.24 4) Mengembangkan sistem pembelajaran Dalam mengembangkan sistem pembelajaran, seorang guru perlu melaksanakan pengoptimalisasian potensi peserta 23
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, hlm. 7 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran “Mengembangkan Standar Kompetensi Guru”, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm.87 24
20
didik. Pengoptimalisasian potensi peserta didik merupakan bagian dari kompetensi paedagogik yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Hal tersebut dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara antaralain melalui kegiatan ekstrakurikuler, pengayaan dan remidial serta Bimbingan dan Konseling (BK).25 Di samping itu, seorang guru perlu meningkatkan wawasan diri sendiri untuk dapat mengembangkan sistem pembelajaran dengan selalu mengikuti perkembangan teknologi dan informasi yang berkembang dalam masyarakat. Menurut Slamet PH, salah satu bagian dari kompetensi paedagogik
yang
dimiliki
manajemen
pembelajaran
oleh
guru
adalah
dan
manajemen
merancang kelas
serta
melaksanakan pembelajaran yang pro-perubahan (aktif, kreatif, inovatif, eksperimentatif, efektif dan menyenangkan).26 Hal ini diperlukan oleh seorang guru untuk dapat mengembangkan sistem pembelajaran. d. Keterampilan dasar mengajar Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan guru dalam merencanakan,
melaksanakan,
dan
mengevaluasi
proses
pembelajaran. Dalam melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu memiliki beberapa keterampilan dasar mengajar, diantaranya yaitu: 1) Keterampilan bertanya Keterampilan bertanya perlu dikuasai oleh seorang guru karena dengan mengajukan pertanyaan, baik guru maupun siswa akan mendapatkan umpan balik dari materi serta dapat menggugah perhatian siswa. Kegiatan tanya jawab yang terjadi
25 26
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, hlm.111 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, hlm. 31-32
21
antara guru dan siswa akan menunjukkan adanya interaksi di kelas yang dinamis dan multiarah.27 Dalam bertanya, seorang guru perlu memperhatikan karakteristik
dan
latar
belakang
peserta
didik.
Dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang, peserta didik akan terangsang untuk berimajinasi sehingga dapat mengembangkan
gagasan-gagasan
barunya.
Pertanyaan-
pertanyaan yang baik perlu memiliki kriteria khusus seperti: jelas, informasi yang lengkap, terfokus pada satu masalah, terdapat waktu yang cukup, pertanyaan tersebar terlebih dahulu kepada seluruh siswa, terdapat respon yang menyenangkan dan yang terakhir siswa tetap dituntun sampai dia menemukan jawabannya sendiri. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, terdapat empat jenis pertanyaan yang dapat digunakan oleh guru, diantaranya yaitu (1) pertanyaan permintaan (2) pertanyaan mengarahkan atau menuntun (3) pertanyaan yang bersifat menggali dan (4) pertanyaan retoris. Di samping itu, ada juga pertanyaan inventori yang terdiri dari tiga jenis pertanyaan, diantaranya yaitu (1) pertanyaan yang mengungkap perasaan dan pikiran
(2)
pertanyaan
yang
menggiring
siswa
untuk
mengidentifikasi pola-pola perasaan pikiran dan perbuatan (3) pertanyaan yang menggiring peserta didik untuk mengidentifikasi akibat-akibat dari perasaan, pikiran, dan perbuatan. Pertanyaanpertanyaan yang disampaikan dapat memacu gagasan peserta didik dalam memecahkan masalah.28 2) Keterampilan memberi penguatan Teknik
pemberian
penguatan
dalam
kegiatan
pembelajaran terdiri dari penguatan verbal dan penguatan non 27 28
Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, hlm.1 Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, hlm.2
22
verbal. Penguatan verbal merupakan pemberian penguatan berupa pujian yang dinyatakan dengan ucapan kata atau kalimat, sedangkan penguatan nonverbal dinyatakan dengan bahasa tubuh (body language). Penggunaan penguatan dilakukan dalam proses belajar mengajar untuk mendorong siswa agar mau belajar lebih giat lagi dan lebih bermakna.29 3) Keterampilan mengadakan variasi Keterampilan mengadakan variasi terdiri dari tiga kelompok pokok, yaitu variasi gaya mengajar, variasi pengalihan penggunaan indera, dan variasi pola interaksi. Dalam proses belajar mengajar, penggunaan variasi ditunjukkan dengan adanya perubahan dalam gaya mengajar, media yang digunakan, dan perubahan dalam pola interaksi.30 4) Keterampilan menjelaskan Keterampilan menjelaskan merupakan keterampilan guru dalam memberikan informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan sebab akibat, antara yang sudah dialami dan belum dialami, antara generalisasi dan konsep, antara konsep dengan data, atau sebaliknya. Keberhasilan guru dalam menjelaskan ditentukan oleh tingkat pemahaman yang ditentukan anak didik.31 Keterampilan merencanakan
dan
menjelaskan menyajikan
mencakup
keterampilan
penjelasan.
Keterampilan
merencanakan penjelasan mencakup (1) isi pesan yang dipilih dan disusun secara sistematis disertai dengan contoh-contoh (2) halhal yang berkaitan dengan siswa. Sedangkan keterampilan menyajikan penjelasan mencakup (1) kejelasan (2) penggunaan
29
Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, hlm.3 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), cet.3, hlm. 125 31 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, hlm.131 30
23
contoh dan ilustrasi yang mengikuti pola induktif dan deduktif, (3) pemberian tekanan pada bagian-bagian penting, (4) balikan.32 5) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran Keterampilan membuka pelajaran adalah keterampilan guru untuk menciptakan sikap mental dan menimbulkan perhatian peserta didik agar mereka fokus pada apa yang akan dipelajari yang dilaksanakan dalam kegiatan awal pembelajaran. Membuka pelajaran dilakukan dengan set induction, yaitu usaha atau kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan prakondisi peserta didik untuk menimbulkan minat serta memusatkan perhatian mereka pada hal-hal yang akan dipelajari. Sedangkan
keterampilan
menutup
pelajaran
adalah
keterampilan guru dalam mengakhiri kegiatan inti pelajaran untuk memberi gambaran menyeluruh tentang materi yang telah dipelajari peserta didik, mengetahui tingkat pencapaian peserta didikserta tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar.33 Komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran meliputi
meningkatkan
perhatian,
menimbulkan
motivasi,
memberi acuan melalui berbagai usaha, membuat kaitan atau hubungan diantara materi-materi yang akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik, review atau meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan, serta mengevaluasi.34 6) Keterampilan mengelola kelas Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru dalam melaksanakan kegiatan untuk mengembangkan 32 33
Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, hlm.5 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, hlm. 139-
140 34
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, hlm. 139
24
tingkah laku siswa yang diinginkan, mengulang atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan, dengan hubungan-hubungan interpersonal dan iklim sosio emosional yang positif serta mengembangkan dan mempermudah organisasi kelas yang efektif.35 Secara garis besar, terdapat dua komponen utama dalam pengelolaan kelas yaitu keterampilan yang berhubungan dengan tindakan preventif berupa penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar serta keterampilan yang bekembang dengan tindakan kreatif berupa pengembalian kondisi belajar yang optimal.36 7) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil Diskusi kelompok merupakan sebuah proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah. Diskusi kelompok kecil memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut: melibatkan sekitar tiga sampai lima orang peserta dalam setiap kelompok, berlangsung secara informal sehingga setiap anggota dapat berkomunikasi langsung dengan anggota lain, memiliki tujuan yang dicapai dengan kerja sama antar anggota kelompok, dan berlangsung secara sistematis.37 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membimbing diskusi antara lain sebagai berikut (1) memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topik diskusi, (2) memperluas masalah atau urunan pendapat, (3) menganalisis pandangan peserta didik, (4) meningkatkan partisipasi peserta didik, (5) menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dan (6) menutup diskusi.38
35
Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, hlm. 6 Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, hlm. 6 37 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), cet.7, hlm. 89-90 38 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, hlm. 89 36
25
2. Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi a. Pengertian 1) Eksplorasi Eksplorasi merupakan langkah awal dalam membangun pengetahuan
melalui
peningkatan
pemahaman
atas
suatu
fenomena (American Dictionary). Strategi yang digunakan dalam siklus ini adalah memperluas dan memperdalam pengetahuan dengan menerapkan strategi belajar aktif. Melalui siklus eksplorasi, siswa diharapkan dapat membangun pengetahuannya sendiri melalui stimulus-stimulus yang diberikan oleh guru. Pada kegiatan eksplorasi, proses pembelajaran tidak hanya berfokus pada apa yang peserta didik temukan, namun sampai pada bagaimana
mereka
mengeksplorasi
pengetahuan
tersebut.
Informasi tidak hanya disusun oleh guru akan tetapi perlu ada keterlibatan siswa untuk memperluas, memperdalam, atau menyusun informasi atas inisiatif siswa sendiri.39 Siswa tidak dianggap sebagai gelas kosong yang tidak memiliki potensi atau modal dasar apapun. Seperti yang dijelaskan dalam hadis berikut :
ﻻ ﻴﺯﺍل ﺍﻝﻌﺒﺩ ﻴﺘﻘﺭﺒﺎﻝﻲ ﺒﻨﻭﺍ ﻓل ﺤﺘﻲ ﺍﺤﺒﻪ ﻓﺎﺫﺍ ﺍﺤﺒﺒﺘﻪ ﻜﻨﺕ ﺴﻤﻌﻪ ﺍﻝﺫﻱ ﻴﺴﻤﻊ ﻭﺒﺼﺭﻩ ﺍﻝﺫﻱ ﻴﺒﺼﺭ ﺒﻪ ﻭﻝﺴﺎﻨﻪ ﺍﻝﺫﻱ ﻴﻨﻁﻕ ﺒﻪ ﻭﻴﺩﻩ ﺍﻝﺫﻱ ﻴﺒﻁﺱ ﺒﻬﺎ ﻭﺭﺠﻠﻪ ﺍﻝﺫﻱ ﻴﻤﺱ ﺒﻬﺎ ﻓﺒﻰ ﻴﺴﻤﻊ ﻓﺒﻰ ﻴﻨﻁﻕ ﻭﺒﻰ ﻴﻌﻘل ﻭﺒﻲ ﻴﺒﻁﺱ ﻭﺒﻰ ﻴﻤﺱ “Senantiasalah seorang hamba itu mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan Sunnah sehingga Aku mencintainya. Maka apabila mencintainya maka jadilah Aku pendengarannya yang di pakai muntuk melihat dan lidahnya untuk berbicara dan tangannya yang dia pakai untuk mengepal dan kakinya yang dia pakai untuk
39
Rebecca Columbo, “Elaborasi, Eksplorasi, dan http://gurupembaharu.com/home/?p=187, diakses 3 Februari 2011
Konfirmasi”,
dalam
26
berusaha : maka dengan-Kulah dia mendengar, berbicara, berfikir, mengepal dan berjalan”.40 Jadi, dalam kegiatan eksplorasi siswa dilatih untuk aktif membangun pengetahuannya sendiri dengan modal potensi yang ada pada diri mereka masing-masing. Kegiatan eksplorasi dalam kegiatan belajar mengajar senada
dengan
konsep
paradigma
konstruktivisme
dan
behaviorisme. Dalam pandangan konstruktivis, pengetahuan merupakan
kegiatan
aktif
siswa
meneliti
lingkungannya
sedangkan pandangan behavioris lebih merupakan aktivitas pengumpulan informasi yang diperkuat oleh lingkungannya.41 Aunurrahman mengutip sebuah pendapat dari Von Glasefeld yang menjelaskan bahwa konstruktivisme merupakan suatu filsafat pengetahuan
yang
menekankan
bahwa
pengetahuan
kita
merupakan konstruksi (bentukan) kita sendiri, pengetahuan selalu merupakan akibat dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang. Melalui proses belajar mengajar yang dilakukan, peserta didik dapat membentuk skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk suatu pengetahuan tertentu.42 Pendekatan belajar yang digunakan tidak hanya berfokus pada bagaimana mentransfer pengetahuan tersebut, Dalam kegiatan eksplorasi, guru memberikan stimulus kepada peserta didik agar dapat mencari dan membangun pengetahuannya sendiri. Guru bertindak sebagai seorang fasilitator, guru sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas. Guru senantiasa 40
Jalaluddin Abdul Rahman Abi Bakar as-Suyuti, Al- Jamius Shoghir, Juz I. Bandung : Syarkah al-Ma’arif, t.t, hlm. 71. 41 Pendapat Bettencourt yang dikutip oleh Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet. 3, hlm.16 42 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, hlm.16
27
mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan peserta didik untuk membantu mencapai tujuan mereka. Di samping itu, guru perlu menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel bagi peserta didik serta menanggapi dan menerima dengan baik pendapat-pendapat yang bersifat intelektual yang disampaikan di dalam kelas baik individual maupun kelompok.43 Guru melibatkan siswa mencari dan menghimpun informasi, menggunakan media untuk memperkaya pengalaman mengelola informasi, memfasilitasi siswa berinteraksi sehingga siswa aktif, medorong siswa mengamati berbagai gejala, menangkap tanda-tanda yang membedakan dengan gejala pada peristiwa lain, mengamati objek di lapangan dan labolatorium. Kegiatan eksplorasi bertolak dari anggapan bahwa siswa memiliki potensi yang hanya dapat diwujudkan apabila mereka diberi banyak kesempatan untuk berpikir sendiri. Guru tidak serta merta langsung memberikan informasi terkait materi yang sedang dipelajari, akan tetapi guru terlebih dahulu memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencari pengetahuan itu sendiri terlebih dahulu. 2) Elaborasi Abdul Mu’ti mengutip pendapat Anderson mengenai konsep elaborasi, dia menyatakan bahwa elaborasi merupakan suatu proses dimana informasi yang baru diterima dan dikaitkan sedemikian rupa dengan pengetahuan atau informasi lama yang telah tersimpan di dalam Long-term memory. Dengan elaborasi, pengetahuan lama yang telah tersimpan dalam memori dapat
43
Abu Ahmadi, dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), cet. 2, hlm.236
28
dikembangkan menjadi pengetahuan baru, dimodifikasi atau diralat.44 Menurut Charles Reigeluth dari Indiana University, elaborasi merupakan bentuk desain pembelajaran dengan dasar argumen bahwa pelajaran harus diorganisasikan dari materi yang sederhana menuju langkah pembelajaran. Dalarn
kegiatan
elaborasi,
guru
mendorong siswa
membaca dan menuliskan hasil eksplorasi, mendiskusikan, mendengar
pendapat,
untuk
lebih
mendalami
sesuatu,
menganalisis kekuatan atau kelemahan argumen, mendalami pengetahuan tentang sesuatu, membangun kesepakatan melalui kegaitan kooperatif dan kolaborasi, membiasakan peserta didik membaca
dan
menulis,
menguji
prdiksi
atau
hipotesis,
menyimpulkan bersama, dan menyusun laporan atau tulisan, menyajikan hasil belajar. Secara garis besar, terdapat dua teknik dalam elaborasi, yaitu verbal rehearsal dan mnemonic. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: a) Teknik verbal rehearsal dilakukan dengan membaca kembali informasi yang baru diterima dengan keras dan berulang-ulang. Pengulangan
yang
dilakukan
dengan
membaca
keras
menghasilkan apa yang disebut articulatory loop. Kekuatan dan tingkat kemudahan penggunaan teknik ini dipengaruhi oleh dua hal, yaitu intensitas articularly loop dan panjang serta kompleksitas informasi baru yang diterima. Semakin sering informasi baru diulang, maka semakin kuat tersimpan di dalam memori. Semakin pendek suatu kata atau kalimat yang dipelajari atau diterima, maka akan semakin mudah diingat.
44
Abdul Mu’ti, “Proses Belajar: Pendekatan Kognitif”, dalam Chabib Thoha dan Abdul Mu’ti (eds.), PBM-PAI di Sekolah, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang & Pustaka Pelajar Offset, 1998), Cet.1, hlm. 101-102
29
Semakin kompleks suatu kata atau kalimat yang dipelajari atau diterima, maka akan semakin sulit untuk diingat.45 b) Teknik Mnemonic Mnemonic merupakan teknik elaborasi yang dilakukan dengan mengelompokkan informasi ke dalam bentuk lain yang lebih sederhana tetapi penuh makna. Beberapa teknik mnemonic yang sering digunakan diantaranya yaitu chunking, rhyming, key word, inventing story, acronym.46 Pertama teknik chunking. Teknik ini dapat dilakukan dengan menyederhanakan informasi yang berbentuk urutan kata atau nomor-nomor ke dalam unit kelompok atau chunk. Misalnya angka 00161882769879 dapat dikelompokkan menjadi 00-11-88-276-98-79. Kedua, teknik rhyming, yaitu teknik menyusun informasi baru ke dalam bentuk rima. Contoh-contoh rima banyak terdapat di dalam Al-Qur’an misalnya dalam Surat Al-Mu’minun dan Ar-Rahman, dapat juga dijumpai dalam metode nadhaman yang digunakan untuk menghafal kitab di Pesantren maupun Madrasah.47 Ketiga, keyword atau kata kunci yang digunakan untuk memudahkan menghafal. Misalnya keyword yang terdapat pada kata Naas dalam semua akhir dari surat An-Naas. Keempat, inventing story, teknik ini dilakukan dengan menyusun sebuah informasi secara berangkai seperti urutan sebuah
cerita.
Misalnya,
untuk
memudahkan
dalam
menghafalkan urutan surat-surat dalam Al-Qur’an dapat digunakan teknik sebagai berikut: Setelah dibuka dengan AlFatihah, sapi betina yang dinamai Al-Baqarah masuk dengan 45
Abdul Mu’ti, “Proses Belajar: Pendekatan Kognitif”, dalam Chabib Thoha dan Abdul Mu’ti (eds.), PBM-PAI di Sekolah, hlm. 102 46 Abdul Mu’ti, “Proses Belajar: Pendekatan Kognitif”, dalam Chabib Thoha dan Abdul Mu’ti (eds.), PBM-PAI di Sekolah, hlm. 102 47 Abdul Mu’ti, “Proses Belajar: Pendekatan Kognitif”, dalam Chabib Thoha dan Abdul Mu’ti (eds.), PBM-PAI di Sekolah, hlm. 103
30
paksa ke dalam Ali Imran, anak tertua dari keluarga Imran, menyeruduk perempuan bernama An-Nisa dan memporak porandakan hidangan yang terletak di meja Al-Maidah dan seterusnya. Kelima, acronym, tenkin ini dilakukan dengan menyusun informasi baru ke dalam bentuk singkatan yang berupa kata. Misalnya, urutann waktu sholat dapat disingkat menjadi DAMIS (Duhur, Asar, Maghrib, Isya’, Subuh), Angkatan
Bersenjata
Republik
Indonesia (ABRI),
dan
sebagainya.48 Seorang guru harus aktif menciptakan atau memilih sendiri teknik elaborasi yang tepat untuk dirinya. Dan tentunya hal ini harus disesuaikan dengan jenis materi yang dipelajari serta ketepatan dan keefektifitasan penggunaannya. Teknik-teknik elaborasi tersebut digunakan untuk mempermudah peserta didik dalam proses pembelajaran. Mempermudah peserta didik dalam proses belajar juga dianjurkan oleh agama, sebagai hadist nabi:
: ﻋﻦ ﺍﻧﺲ ﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﺊ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﻞ ٤٩ ﻳﺴﺮﻭﺍﻭﻻﺗﻌﺴﺮﺍﻭﺑﺸﺮﻭﺍﻭﻻﺗﻨﻔﺮ Dari Anas bin Malik ra.: Nabi Muhammad SAW barsabda: ”Ringankanlah mereka dan janganlah membuatnya menjadi sukar bagi mereka dan berilah kabar gembira dan janganlah membuat mereka melarikan diri”. 3) Konfirmasi Pada kegiatan konfirmasi, peserta didik mendapat penguatan dari berbagai sumber sehingga siswa tahu mana yang salah/mana yang benar. Kegiatan ini dilaksanakan pada akhir 48
Abdul Mu’ti, “Proses Belajar: Pendekatan Kognitif”, dalam Chabib Thoha dan Abdul Mu’ti (eds.), PBM-PAI di Sekolah, hlm. 103-104 49
Imam Abdi Abdilah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al-Maghirah Bardizbah al-Bukhori al-Ja’fi, Shahih al-Bukhori, (Beirut Libanon: Darul Kitab al-Alamiah, 1992), hlm.31.
31
proses pembelajaran kegiatan inti. Kegiatan ini diadakan untuk mengetahui apa yang telah mereka kuasai setelah mengikuti proses pembelajaran, apa yang tidak berhasil mereka kuasai, apakah masih perlu diberi ulangan materi maupun latihan reinforcement bagi peserta didik tertentu. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya yaitu melalui tes tertulis, tanya jawab tak formal, wawancara kelompok, wawancara individual, observasi oleh pengajar, proyek peserta didik, laporan, lembar kerja, permainan peran, simulasi, dan sebagainya.50 Dalam kegiatan konfirmasi, guru memberikan umpan balik terhadap hasil belajar peserta didik yang didapatkan melalui pengalaman belajar, memberikan apresiasi terhadap kekuatan dan kelemahan hasil belajar dengan menggunakan teori yang guru kuasai, menambah informasi yang seharusnya peserta didik kuasai, mendorong siswa untuk menggunakan pengetahuan lebih lanjut dari sumber tertentu untuk lebih menguatkan penguasaan kompetensi belajar agar lebih bermakna. Kemudian, setelah memperoleh
keyakinan
pemahaman
terhadap
pengetahuan
tersebut, maka peserta didik mencoba mengerjakan tugas-tugas untuk
menghasilkan
produk
belajar
yang
kongkrit
dan
kontekstual. Guru membantu siswa menyelesikan masalah dan menerapkan ilmu dalam aktivitas yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. b. Manfaat Secara umum, manfaat dengan adanya ketiga kegiatan ini dalam proses pembelajaran adalah siswa tidak hanya mendengarkan keterangan dari guru tetapi dapat berperan aktif untuk menggali dan memperkaya pemahaman mereka terhadap konsep-konsep yang dipelajari.
50
Syafruddin Nurdin, Kinerja Guru dalam Mendisain PBM, hlm. 114-115
32
Sedangkan secara rinci, manfaat dari ketiga kegiatan tersebut adalah: 1) Kegiatan Eksplorasi Beberapa manfaat yang dapat diambil dari kegiatan eksplorasi diantaranya yaitu: a) Peserta didik dapat mengembangkan pengalaman belajar Pada kegiatan eksplorasi, peserta didik diharapkan dapat mencari pengetahuannya sendiri. Hal ini sejalan dengan konsep
pada
pembelajaran
pendekatan merupakan
inquiry sebuah
yang stimulus
mana yang
proses dapat
menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Guru lebih memiliki peran sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator belajar sehingga siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru.51 Stimulus yang diberikan guru akan membuat peserta didik melakukan kegiatan-kegiatan diantaranya membaca tentang,
mendengar
tentang,
berdiskusi
tentang,
dan
sebagainya. Sehingga peran guru sebagai sebuah fasilitator hanya mengarahkan peserta didik untuk memperoleh atau mengkonstruksi pengetahuan. Melalui kegiatan ini, diharapkan peserta didik dapat mengembangkan pengalaman belajarnya secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. b) Peserta
didik
dapat
meningkatkan
penguasaan
ilmu
pengetahuan serta menerapkannya untuk menjawab fenomena yang ada c) Peserta didik juga dapat mengeksploitasi informasi untuk memperoleh manfaat tertentu sebagai produk belajar. d) Guru dapat mencari dan menilai pendapat siswa 51
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995), hlm. 154
33
Dalam proses belajar mengajar, karakteristik peserta didik sangat perlu diperhatikan, karena hal ini dapat memengaruhi jalannya proses dan hasil pembelaan peserta didik yang bersangkutan. Pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan yang dimiliki peserta didik sangat tergantung pada pengalaman dan perspektif yang dipakai peserta didik dalam meningkatkan prestasinya. e) Dapat memotivasi peserta didik bahwa belajar merupakan tanggung jawab mereka sendiri f) Dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri jawabannya g) Dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pengertian atau pemahaman konsep secara lengkap h) Dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menjadi pemikir yang mandiri.52 Belajar dengan memahami akan lebih baik dari pada hanya dengan menghafal, apalagi tanpa pengertian. Dalam kegiatan ini, tugas guru adalah menunjukkan hubungan antara apa yang akan dipelajari dengan apa yang teleh diketahui sebelumnya.53 2) Kegiatan Elaborasi Menurut Reigeluth, teori elaborasi mengandung beberapa nilai lebih, seperti di bawah ini : a) Dapat meningkatkan motivasi dan kebermaknaan karena terdapat urutan instruksi yang mencakup keseluruhan b) Memberi kemungkinan kepada pelajar untuk mengarungi berbagai hal dan memutuskan urutan proses belajar sesuai dengan keinginannya. c) Memfasilitasi
pelajar
dalam
mengembangkan
proses
pembelajaran dengan cepat. 52
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Prenata Media, 2010), Cet.
2, hlm. 156 53
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, hlm. 45
34
d) Mengintegrasikan berbagai variabel pendekatan sesuai dengan desain teori. e) Peserta didik lebih kreatif dalam memunculkan ide-ide terkait pengetahuan yang dipelajari Secara filosofis, belajar menurut teori konstruktivisme adalah membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan tidak hanya seperangkat fakta-fakta, konsepkonsep atau kaidah yang siap untuk dipelajari. Manusia harus mengkonsruksi pengetahuan tersebut dan memberi makna melalui pengalaman nyata.54 Pada kegiatan elaborasi, guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pameran, festival, membuat produk, maupun kegiatan yang lain. Dengan bentuk pengalaman nyata yang dilaksanakan
dalam
proses
pembelajaran,
peserta
didik
diharapkan dapat mentransformasikan suatu informasi kompleks berupa teori-teori ke dalam situasi lain berupa pengalaman nyata. f) Hasil belajar akan maksimal MenurutThorndike, salah satu prinsip atau hukum dalam belajar adalah law of exercise bahwa belajar akan berhasil apabila banyak latihan atau ulangan. Pembiasaan
yang
dikondisikan guru kepada peserta didik pada kegiatan elaborasi, untuk membaca dan menulis yang beragam, pemberian tugas dan sebagainya akan membuat peserta didik terus terlatih sehingga hasil belajar yang dicapai dapat maksimal.55 g) Peserta didik lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu karena pembelajaran disusun berdasarkan pola dan logika tertentu.56 54
Baharuddin, dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media Group, 2010), Cet.3, hlm. 116 55 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, hlm. 252 56 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, hlm. 45
35
3) Kegiatan Konfirmasi Beberapa manfaat yang dapat diambil dari kegiatan ini antaralain: a) Peserta didik dapat mengembangkan ulang pengetahuan yang telah didapatkan karena pada kegiatan konfirmasi guru memfasilitasi peserta didik untuk dapat melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar yang telah dilakukan. b) Peserta didik dapat mengerti pengetahuan mana yang salah dalam memahami serta mendapatkan kebenarannya karena dalam guru memberikan konfirmasi serta acuan untuk dapat mengecek hasil eksplorasi dan elaborasi c) Peserta didik lebih termotivasi lagi untuk meningkatkan prestasi belajar Bentuk kegiatan pada kegiatan konfirmasi berupa umpan balik
positif,
penguatan
(reinforcement),
refleksi,
dan
sebagainya akan membuat peserta didik lebih rajin belajar. Teori
penguatan
(reinforcement)
merupakan
pengembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme. Pada teori penguatan, respon dari peserta didik akan semakin diperkuat. Seorang anak belajar dengan giat sehingga dapat menjawab semua pertanyaan dalam ulangan atau ujian. Setelah itu, guru memberikan penghargaan kepada anak tersebut dengan nilai tinggi, pujian atau hadiah. Karena penghargaan ini, maka anak tersebut akan lebih rajin lagi untuk dapat meningkatkan atau mempertahankan prestasinya. Jadi, suatu respon dapat diperkuat dengan penghargaan atau hadiah.57 d) Dapat menjawab permasalahan yang dialami oleh peserta didik selama proses pembelajaran
57
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. 5, hlm. 169
36
e) Dapat memperbaiki proses pembelajaran yang selanjutnya, karen melalui kegiatan konfirmasi, seorang guru dapat mengetahui kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam proses pembelajaran yang telah berlangsung, misalnya terkait dengan metode atau strategi yang digunakan. Karena ada kemungkinan bahwa peserta didik tidak menyukai metode maupun strategi yang diterapkan oleh guru. Seorang guru harus memahami hal tersebut, sehingga peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.58 c. Komponen Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Berdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang standar proses, pelaksanaan kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. a. Kegiatan eksplorasi yang dilakukan guru meliputi :59 1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang/potensi jadi guru dan belajar dari aneka sumber. Guru diharapkan dapat selalu melibatkan peserta didik dalam mencari atau mengkonstruksi pengetahuan. Jadi, 58
Asef Umar Fakhrudin, Menjadi Guru Favorit, hlm. 239 Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”, 59
37
peserta didik tidak hanya mengetahui sebuah pengetahuan secara instan, akan tetapi lebih pada proses bagaimana pengetahuan tersebut disusun atau ditemukan. Peserta didik dapat belajar dari berbagai sumber yang ada di lingkungan, tidak hanya sebatas buku teks atau proses pembelajaran di dalam kelas. Seorang guru dikatakan sudah cukup mampu dalam melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang/potensi jadi guru dan belajar dari aneka sumber ketika guru mampu dengan baik dalam memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari sendiri materi yang sedang dipelajari, guru tidak menganggap peserta didik tidak mengerti
apapun
dan
tidak
mampu
melaksanakan
pembelajaran tanpa bantuan guru. 2) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain. Beberapa pendekatan pembelajaran
yang dapat
digunakan antara lain pendekatan ekspository, pendekatan inquiry,
pendekatan
behaviour.60
Meskipun
kegiatan
eksplorasi lebih menekankan pada siswa belajar aktif, akan tetapi tidak menutup kemungkinan guru penggunaan
pendekatan
ekspository
menerapkan
dalam
proses
pembelajaran, dengan catatan bahwa guru tetap melibatkan peserta didik secara aktif di dalamnya. Menurut
Hamid
Darmadi,
terdapat
dua
cara
penggunaan sumber belajar, diantaranya yaitu membawa sumber belajar ke dalam kelas dan membawa kelas ke 60
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995), hlm. 152
38
lapangan di mana sumber berada. Membawa sumber belajar ke dalam kelas dapat dilakukan dengan membawa tape recorder, alat peraga dan sebagainya atau menghadirkan seorang tokoh sebagai sumber. Penjelasan ini akan lebih bermakna dari pada ceramah yang dilakukan oleh guru atau diskusi yang kurang jelas arahnya. Sedangkan membawa kelas
ke
lapangan
dapat
karyawisata atau yang lainnya. Seorang
guru
dilakukan
dengan
metode
61
dikatakan
sangat
baik
dalam
menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain apabila guru menggunakan lebih dari satu pendekatan, media, serta sumber belajar. Seorang guru dikatakan baik dalam melaksanakan kegiatan tersebut apabila guru menggunakan satu pendekatan, media, serta sumber belajar; dikatakan cukup baik dalam melaksanakan kegiatan tersebut apabila guru tidak menggunakan salah satu dari pendekatan, media, serta sumber belajar; tidak baik dalam melaksanakan kegiatan tersebut apabila guru hanya menggunakan salah satu dari pendekatan, media, maupun sumber belajar; dan sangat tidak baik
apabila
guru
tidak
menggunakan
sama
sekali
pendekatan, media, maupun sumber belajar. 3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. Interaksi dalam pembelajaran merupakan kata kunci menuju keberhasilan suatu proses pembelajaran, baik interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan guru, lingkungan, maupun sumber belajar lainnya. Timbulnya interaksi 61
dalam
proses
pembelajaran
ditentukan
oleh
Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, hlm. 75
39
beberapa faktor, diantaranya yaitu guru, peserta didik, tujuan pembelajaran, materi/ isi pembelajaran, metode penyajian, media yang digunakan, situasi dan kondisi kelas serta sistem evaluasi. 62 Seorang
guru
dikatakan
sangat
baik
dalam
melaksanakan kegiatan tersebut jika guru memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya; baik jika guru tidak memfasilitasi salah satu dari terjadinya macam-macam interaksi peserta didik tersebut; cukup baik jika guru tidak memfasilitasi dua dari macam-macam interaksi peserta didik tersebut; tidak baik jika guru hanya memfasilitasi salah satu dari terjadinya macam-macam interaksi peserta didik tersebut; dan sangat tidak baik jika guru sama sekali tidak memfasilitasi terjadinya interaksi peserta didik. 4) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran Keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa tidak secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi. Seorang
guru
dikatakan
sangat
baik
dalam
melaksanakan kegiatan tersebut jika seluruh peserta didik dapat berperan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; baik jika sebagian peserta didik dapat berperan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; cukup baik jika hanya beberapa 62
Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, hlm. 7
40
peserta didik yang dapat berperan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; tidak baik jika hanya satu peserta didik yang aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan sangat tidak baik jika tidak ada sama sekali peserta didik yang aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. 5) Memfasilitasi
peserta
didik
melakukan
percobaan
di
laboratorium, studio, atau lapangan Seorang
guru
dikatakan
sangat
baik
dalam
melaksanakan kegiatan tersebut jika guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan serta mampu mengondisikan peserta didik untuk mengerti aplikasi dari teori yang dipelajari di lapangan; baik jika guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan, akan tetapi hanya mampu mengondisikan sebagian peserta didik untuk mengerti aplikasi dari teori yang dipelajari di lapangan; cukup baik jika guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan akan tetapi hanya mampu mengondisikan beberapa peserta didik untuk mengerti aplikasi dari teori yang dipelajari di lapangan; tidak baik jika guru hanya memfasilitasi peserta didik untuk melakukan percobaan di laboratorium, studio, maupun lapangan, akan tetapi seluruh peserta didik tidak memahami arti dari pelaksanaan kegiatan tersebut; dan sangat tidak baik jika guru sama sekali tidak memfasilitasi peserta didik untuk melakukan percobaan di laboratorium, studio, maupun lapangan. b. Kegiatan elaborasi yang dilakukan guru meliputi :63
63
Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”
41
1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna Dalam kegiatan ini, seorang guru tidak hanya dituntut untuk membiasakan membaca dan menulis kepada peserta didik melalui pemberian tugas, akan tetapi tugas tersebut harus memiliki makna yang mampu membekas pada diri peserta didik. Seorang
guru
dikatakan
sangat
baik
dalam
melaksanakan kegiatan ini jika guru membiasakan peserta didik untuk membaca dan menulis yang bermakna; baik jika guru hanya membiasakan peserta didik untuk melaksanakan salah satu dari kegiatan ini (membaca atau menulis saja) namun bermakna; cukup baik jika guru membiasakan peserta didik untuk membaca dan menulis akan tetapi tidak bermakna; tidak baik jika guru membiasakan peserta didik untuk melaksanakan salah satu dari kegiatan ini (membaca atau menulis saja) serta tidak bermakna; sangat tidak baik jika guru sama sekali tidak membiasakan peserta didik untuk membaca dan menulis yang bermakna. 2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain- lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis. Pemberian tugas oleh guru maupun diskusi yang dilaksanakan serta tugas yang diberikan kepada peserta didik tidak hanya sekedar bertujuan untuk menjawab teori yang sudah ada, akan tetapi lebih dari itu adalah untuk membuat peserta didik memiliki pendapat atau gagasan baru mengenai materi yang dipelajari. Seorang
guru
dikatakan
sangat
baik
dalam
melaksanakan kegiatan tersebut jika pemberian tugas kepada peserta didik mampu memunculkan gagasan baru secara lisan
42
dan tertulis; baik jika pemberian tugas kepada peserta didik hanya mampu memunculkan gagasan baru secara lisan dari peserta didik; cukup baik jika pemberian tugas kepada peserta didik hanya mampu memunculkan gagasan baru secara tertulis dari peserta didik; tidak baik jika pemberian tugas kepada peserta didik tidak mampu memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis dari peserta didik; sangat tidak baik jika guru tidak pernah memberikan tugas
kepada
peserta
didik
pada
setiap
kegiatan
pembelajaran. 3) Memberi
kesempatan
untuk
berpikir,
menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut. Dalam kegiatan elaborasi, guru diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik tidak hanya untuk berpikir, akan tetapi juga menjabarkan atau merinci sesuatu
pengetahuan,
yang
kemudian
dia
dapat
menyelesaikan permasalah yang sejalan dengan materi yang telah dipelajari kemudian dapat bertindak secara nyata. Seorang
guru
dikatakan
sangat
baik
dalam
melaksanakan kegiatan ini jika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dapat memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, sehingga dapat bertindak tanpa rasa takut; baik jika kegiatan pembelajaran
yang
dilaksanakan
hanya
memberikan
kesempatan berpikir kepada peserta didik, menganalisis, menyelesaikan masalah tetapi tidak sampai pada kemampuan untuk bertindak tanpa rasa takut; cukup baik jika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan hanya dapat memberikan kesempatan berpikir kepada peserta didik dan menganalisis masalah tanpa mampu menyelesaikan masalah dan bertindak tanpa rasa takut; baik jika kegiatan pembelajaran yang
43
dilaksanakan hanya memberikan kesempatan berpikir kepada peserta didik tanpa mampu menganalisis, menyelesaikan masalah dan bertindak tanpa rasa takut; tidak baik jika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan tidak memberikan kesempatan berpikir kepada peserta didik, menganalisis, menyelesaikan masalah serta bertindak tanpa rasa takut. 4) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif Gagasan utama dari belajar kooperatif adalah peserta didik bekerja sama untuk belajar dan bertanggungjawab pada kemajuan belajar temannya. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Peserta didik secara rutin bekerja
dalam
kelompok
untuk
saling
membantu
memecahkan masalah-masalah yang kompleks.64 Seorang
guru
dikatakan
sangat
baik
dalam
melaksanakan kegiatan ini jika pembelajaran kooperatif dan kolaboratif diterapkan semua oleh guru serta mampu memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang materi yang disampaikan melalui kedua pembelajaran tersebut; baik jika guru hanya menerapkan salah satu dari pembelajaran tersebut serta mampu memberikan pemahaman tentang materi yang disampaikan melalui pembelajaran tersebut; cukup baik jika guru hanya menerapkan salah satu dari pembelajaran tersebut serta mampu memberikan pemahaman kepada peserta didik mengenai materi yang disampaikan melalui pembelajaran
tersebut; tidak baik jika guru
menerapkan pembelajaran kooperatif dan kolaboratif akan 64
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), Cet.2, hlm. 56
44
tetapi tidak mampu memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang materi yang ingin disampaikan melalui kedua pembelajaran tersebut; sangat tidak baik jika guru tidak dapat menerapkan kedua pembelajaran tersebut. 5) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar Dengan berkompetisi, peserta didik akan lebih termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajar mereka karena tingkat persaingan ukuran pengetahuan mereka akan telihat di depan peserta didik yang lain. Hal ini dapat diaplikasikan dalam bentuk metode-metode pembelajaran yang bervariatif, misalnya metode TGT (Team Game Tournament). Seorang
guru
dikatakan
sangat
baik
dalam
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar jika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru dapat memacu semangat seluruh peserta didik untuk berkompetisi secara sehat; baik jika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru dapat memacu semangat sebagian peserta didik untuk berkompetisi secara sehat; cukup baik jika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru hanya dapat memacu semangat beberapa peserta didik untuk berkompetisi secara sehat; tidak baik jika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru tidak dapat memacu semangat seluruh peserta didik untuk berkompetisi secara sehat; sangat tidak baik jika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru dapat memacu semangat peserta didik untuk berkompetisi secara tidak sehat. 6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok.
45
Seorang
guru
dikatakan
sangat
baik
dalam
melaksanakan kegiatan ini jika laporan eksplorasi dapat dibuat dengan baik secara lisan dan tertulis oleh setiap peserta didik; baik jika laporan eksplorasi hanya dapat dibuat oleh peserta didik secara lisan saja maupun tulisan saja; tidak baik jika lapporan eksplorasi secara kelompok yang hanya dapat dilakukan oleh beberapa peserta didik saja; sangat tidak baik jika guru tidak pernah memfasilitasi peserta didik untuk membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok. 7) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan Seorang
guru
dikatakan
sangat
baik
dalam
melaksanakan kegiatan ini jika guru mampu memfasilitasi peserta didik dalam melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan; baik jika guru tidak mampu melaksanakan salah satu dari kegiatan tersebut; cukup baik jika guru hanya mampu melaksanakan dua dari kegiatan tersebut; tidak baik jika guru hanya mampu melaksanakan satu dari kegiatan tersebut; sangat tidak baik jika guru tidak mampu melaksanakan seluruh kegiatan tersebut. 8) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. Seorang
guru
dikatakan
sangat
baik
dalam
melaksanakan kegiatan tersebut jika kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan
oleh
guru
dapat
menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri seluruh peserta didik; baik jika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dapat menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri sebagian
peserta
didik;
cukup
baik
jika
kegiatan
46
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru hanya dapat menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri beberapa peserta didik; tidak baik jika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan
oleh
guru
tidak
dapat
menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik; sangat tidak baik jika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru justru menghilangkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. c. Kegiatan konfirmasi yang dilakukan guru meliputi :65 1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik Seorang guru dikatakan sangat baik dalam melakukan hal tersebut jika umpan balik dan penguatan diberikan baik dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, serta ditambah dengan hadiah; baik jika guru memberikan umpan balik dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, dan isyarat saja; cukup baik jika guru memberikan umpan balik dan penguatan dalam bentuk lisan dan tulisan; tidak baik jika guru memberikan umpan balik dan penguatan hanya dalam bentuk isyarat saja; sangat tidak baik jika guru tidak pernah memberikan umpan balik dan penguatan serta penghargaan atas keberhasilan peserta didik. 2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber Seorang
guru
dikatakan
sangat
baik
dalam
melaksanakan kegiatan ini jika konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik diberikan melalui berbagai sumber; baik jika konfirmasi terhadap hasil 65
Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidiikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”
47
eksplorasi dan elaborasi peserta didik diberikan melalui satu sumber; cukup baik jika konfirmasi hanya diberikan terhadap salah satu dari hasil eksplorasi maupun elaborasi peserta didik; tidak baik jika konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik diberikan tanpa adanya sumber; sangat tidak baik jika guru tidak pernah memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik. 3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan Refleksi dilaksanakan untuk mengulas serta menilai apa saja yang telah didapatkan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hal ini dilaksanakan agar peserta didik mengetahui pengalaman apa saja yang telah mereka dapatkan dalam proses pembelajaran. Seorang
guru
dikatakan
sangat
baik
dalam
melaksanakan kegiatan ini jika refleksi yang dilakukan dapat membuat peserta didik mengerti tentang pengalaman belajar yang telah dilakukan serta mampu memahami lebih mudah materi yang akan dipelajari pada kegiatan pembelajaran selanjutnya; cukup baik jika refleksi yang dilakukan hanya dapat membuat peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan; tidak baik jika refleksi yang dilakukan membuat peserta didik semakin tidak memahami kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan; sangat tidak baik jika guru tidak melakukan refleksi pada kegiatan pembelajaran. 4) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar: a) Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi
48
kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar Seorang guru dikatakan sangat baik dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan jika guru menggunakan bahasa yang baku dan benar, artikulasi yang jelas serta jeda yang tepat; baik jika guru hanya menggunakan bahasa yang baku dan benar tanpa memperhatikan artikulasi yang jelas maupun jeda yang tepat; tidak baik jika guru hanya menggunakan bahasa yang benar saja maupun sebaliknya; sangat tidak baik jika guru tidak menggunakan bahasa yang baku dan benar dalam menjawab pertanyaan peserta didik. b) Membantu menyelesaikan masalah Seorang guru dikatakan sangat baik dalam membantu menyelesaikan masalah peserta didik jika guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkonsultasi tentang masalah pembelajaran tidak hanya di dalam kelas; baik jika guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkonsultasi tentang masalah pembelajaran hanya di dalam atau di luar kelas saka; tidak baik jika guru berhenti untuk membantu
menyelesaikan
masalah
peserta
didik
meskipun peserta didik belum dapat menyelesaikannya; sangat tidak baik jika guru tidak dapat menyelesaikan permasalahan peserta didik. c) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi Seorang guru dikatakan sangat baik dalam melaksanakan kegiatan ini jika peserta didik dapat menjelaskan hasil dari pelaksanaan eksplorasi secara lisan dan tertulis; baik jika peserta didik dapat
49
menjelaskan hasil eksplorasi secara lisan saja; cukup baik jika peserta didik dapat menjelaskan hasil eksplorasi secara tertulis saja; sangat tidak baik jika peserta didik tidak dapat menjelaskan hasil eksplorasi baik secara lisan maupun tertulis. d) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh Seorang guru dikatakan sangat baik dalam melaksanakan kegiatan ini jika informasi yang diberikan menggunakan bahasa yang baik dan benar, artikulasi yang jelas dan intonasi yang tepat, serta dapat membangkitkan
semangat
peserta
didik
untuk
bereksplorasi lebih jauh; baik jika informasi yang diberikan guru tidak menggunakan bahasa yang baik dan benar maupun artikulasi yang jelas dan intonasi yang tepat, akan tetapi infomasi yang diberikan dapat membuat peserta didik untuk bereksplorasi lebih jauh; tidak baik jika informasi yang diberikan guru tidak membuat peserta didik bereksplorasi lebih jauh; sangat tidak baik jika guru tidak memberikan informasi kepada peserta didik untuk bereksplorasi lebih jauh. e) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif Seorang guru dikatakan sangat baik dalam melaksanakan kegiatan tersebut jika suasana kelas yang sepi dapat menjadi ramai karena keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran; baik jika motivasi yang diberikan dapat membangkitkan semangat maupun rasa percaya diri pada peserta didik untuk dapt lebih aktif; tidak baik jika suasana kelas yang sepi tetap sepi karena motivasi
yang
diberikan
guru
tidak
dapat
membangkitkan semangat maupun rasa percaya diri pada
50
peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif; sangat tidak baik jika guru tidak memberikan motivasi kepada
peserta
didik
yang
kurang
atau
belum
berpartisipasi aktif.
51
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu menganalisa data yang telah dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan tetapi bukan angka, kepustakaan, wawancara, observasi dan dokumentasi. Data tersebut dianalisis sehingga dapat memberikan kejelasan terhadap kenyataan atau realitas menyeluruh pda objek penelitian.1 Yang penulis maksudkan di sini adalah menggambarkan serta menganalisis data-data yang telah diperoleh melalui observasi, dokumentasi dan wawancara berupa pelaksanaan kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi oleh guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini adalah MTs Negeri 1 Semarang dan dilakukan pada tanggal 22 Maret sampai 24 April 2011.
C. Sumber Penelitian Adapun mengenai sumber penelitian yang digunakan dalam metode penelitian, penulis membaginya dalam dua bagian: 1. Sumber Primer Sumber primer adalah data otentik atau data langsung dari tangan pertama tentang masalah yang diungkapkan. Secara sederhana data ini disebut juga data asli.2 Data primer yang dimaksud adalah buku-buku atau bentuk karya tulis lain yang berisi tentang teori-teori yang berkaitan dengan
kegiatan
eksplorasi,
elaborasi,
serta
konfirmasi
dalam
pembelajaran. 1
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002),
hlm. 18 2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Yogyakarta, 1996, hlm. 80.
32
2. Sumber Sekunder Sumber sekunder pada penelitian ini berupa hasil observasi peneliti terhadap pelaksanaan kegiatan eksplorasi, elaborasi, serta konfirmasi dalam pembelajaran.. Data sekunder juga berupa hasil wawancara peneliti pada guru-guru PAI terkait dengan pengalaman maupun pelatihanpelatihan yang telah diikuti.
D. Fokus Penelitian Adapun fokus penelitian ini adalah pelaksanaan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dalam pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang.
E. Tehnik Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan dua macam teknik, yaitu: 1. Observasi Observasi
adalah
penelitian
yang
dilakukan
dengan
cara
mengadakan pengamatan terhadap objek. Baik secara langsung maupun tidak langsung.3 Observasi yang peneliti gunakan adalah observasi terus terang atau samar, yaitu peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian, jadi obyek yang sedang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir aktivitas peneliti.4 Teknik
observasi
ini
peneliti
gunakan
untuk
mengamati
pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang. 2. Wawancara Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam 3 4
Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993), hlm. 72 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 66
33
suatu topik tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara semi terstruktur di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.5 Wawancara ini peneliti gunakan untuk meneliti lebih mendalam mengenai sejarah sekolah tersebut, sarana dan prasarana, latar belakang pendidikan serta pengalaman guru dan menambah keterangan/informasi tentang bagaimana pelaksanaaan kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi yang ada dalam KBM. Peneliti melakukan wawancara antaralain dengan Kepala Madrasah, Waka Kurikulum dan guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang 3. Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger agenda dan sebagainya.6 Teknik ini peneliti gunakan untuk mendapatkan keterangan mengenai keadaan MTs Negeri 1 Semarang, yang meliputi tinjauan historis, letak geografis, struktur organisasi, keadaan para pengajar dan siswa, serta sarana dan prasarana.
F. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dari mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang di sarankan data.7 Dalam penelitian ini, penulis menganalisis data dengan menggunakan metode perbandingan tetap atau Constant Comparative Methode yang ditemukan oleh Glaser dan Strauss. Inti dari model analisis tersebut terletak pada tiga proses
yang berkaitan
yaitu
mendeskripsikan
fenomena,
mengklasifikasikannya, dan melihat bagaimana konsep-konsep yang muncul 5
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm.73 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 236. 7 Lexy j. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, ), hlm. 103 6
34
berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Secara umum, proses analisis data mencakup:8 1. Reduksi Data Proses reduksi data ini mencakup dua hal, yaitu identifikasi satuan (unit) dan membuat koding (memberikan kode pada setiap satuan). Pada mulanya, diindetifikasikan adanya bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna jika dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian.
Fenomena-fenomena
yang
ada
dideskripsikan
secara
komprehensif dan teliti. 2. Kategorisasi Kategorisasi merupakan upaya memilah-milah setiap satuan ke dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan sehingga data lebih mudah untuk dipahami. Jadi, setelah dilakukan pendeskripsian mengenai fenomena yang ditangkap di lapangan, data yang ada diklasifikasikan. 3. Sintesisasi Mensintesiskan berarti mencari kaitan antara satu kategori dengan kategori lainnya. Setelah mengklasifikasikan data, informasi tentang kaitan antara beberapa bagian data akan hilang sehingga perlu adanya pengaitan data. 4. Menyusun hipotesis kerja Penyusunan hipotesis kerja dilakukan dengan merumuskan suatu pernyataan yang proporsional. Hipotesis kerja yang dimaksudkan dalam penelitian ini terkait dan sekaligus menjawab pertanyaan penelitian.
8
Lexy j. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 288-289
35
BAB IV
ANALISIS KOMPETENSI PAEDAGOGIK DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN EKSPLORASI, ELABORASI, DAN KONFIRMASI
A. Kondisi Umum MTs Negeri 1 Semarang 1. Latar Belakang Berdirinya MTs Negeri 1 Semarang Berdirinya Madrasah Tsanawiyah Negeri I Semarang bermula dari PGAN 6 tahun Semarang. Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Semarang berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama RI No. 74 Tahun 1976 tanggal 29 Desember 1976 tentang kurikulum Madrasah Tsanawiyah Negeri, No. 16 Tahun 1978 tanggal 16 Maret 1978 tentang susunan organisasi dan tata kerja Madrasah Tsanawiyah Negeri Semarang, No. 48 Tahun 1978 tanggal 8 Juni 1978 tentang susunan organisasi tata kerja PGAN dan No. 113 Tahun 1978 tanggal 7 Desember 1978 tentang susunan dan perubahan cap dinas untuk pelaksanaan teknis Depag RI. PGAN 6 tahun Semarang berdiri secara resmi pada tanggal 1 Juni 1979. Dengan
berdasarkan
beberapa
Surat
Keputusan
tersebut,
mengakibatkan beberapa perubahan status sekolah, yaitu : PGAN 6 tahun kelas I, II, dan III, menjadi MTs Negeri sederajat dengan SMP Negeri (SLTP); PGAN 6 tahun kelas IV, V, VI, menjadi PGAN sederajat SPG Negeri (SLTA), Tersebut No. 1, 2, dengan alamat Jl. Sisingamangaraja No. 5 Semarang. Masing-masing dinas menggunakan cap yang baru yaitu: Madrasah Tsanawiyah Negeri dan Pendidikan Guru Agama Negeri. Untuk cap PGAN 6 tahun yang lama dinyatakan tidak berlaku lagi dan sambil menunggu petunjuk lebih lanjut maka kepala MTs Negeri 1 Semarang dirangkap oleh pimpinan PGAN Semarang yaitu Soebari Mustaq, B.A.1
1
Dokumentasi MTs Negeri 1 Semarang
46
Dalam perkembangannya, MTs Negeri 1 Semarang telah mengalami enam kali periode kepemimpinan, diantaranya adalah : a. Periode pertama (Soebari Mautaq, BA), beliau menjabat mulai tahun 1976 – 1980. b. Periode Kedua (Drs. H. Muhammadi), beliau menjabat mulai 1980 – 1988. c. Periode Ketiga (Drs. Haryono), beliau menjabat dari 1988 – 1994 Dengan program kerja : d. Periode Keempat (Drs. H. Muhammad Asyiq), beliau menjabat mulai 1994 – 1998 e. Periode Kelima (Drs. H. Istichsan) beliau menjabat mulai 1998 – 2002 f. Periode Ketujuh (Drs. H. Sukron ) pada tahun 2003 diangkat sebagai PLT Kepala MTsN Semarang, berdasar pada SK. Menteri Agama RI nomor. WK / 1.b / KP.07.6 / 4673 / 2003 tertanggal 27 Agustus 2003 dan pada tahun ini pula diangkat (Drs. H. Firdaus Faishol) sebagai kepala MTsN Semarang berdasar SK. Menteri Agama RI nomor. WK / 1.b / KP.07.6 / 5989 / 2003 tanggal 30 Oktober 2003. beliau menjabat dari tahun 2003 hingga sekarang. 2. Visi dan Misi Visi merupakan tujuan universal sebuah institusi/ lembaga untuk mengarahkan dan menjadi barometer keberhasilan tujuan yang ingin dicapai. Visi dari MTS Negeri 1 Semarang adalah “Berakhlak terpuji, bersaing dalam prestasi.” Adapun untuk memperjelas visi tersebut, dijabarkan beberapa misi, antara lain: a. Uswah Hasanah Nabi Muhammad menjadi suri tauladan. b. Bangga terhadap agamanya. c. Berdedikasi tinggi. d. Disiplin dan bersahaja. e. Memiliki tanggung jawab keilmuan 47
f. Out put unggul 3. Letak Geografis Madrasah Tsanawiyah Negeri I Semarang terletak di desa Sendang Mulyo Kecamatan Tembalang, Kota Semarang tepatnya terletak ± 1 Km dari jalan besar Majapahit dan dari Pedurungan arahnya ke Selatan menuju jalan Ketileng. MTs. N 1 Semarang terletak di daerah yang sangat transit sekali, yang berhadapan dengan rumah sakit umum Sendang Mulyo Dati II Semarang. Dengan batasan-batasan sebagai berikut : a. Sebelah Selatan dibatasi dengan Desa Nggendong, dan Perumnas Bukit Sendang Mulyo. b. Sebelah Barat dibatasi dengan Perumnas Ngrumpun Diponegoro. c. Sebelah Utara dibatasi dengan Perumnas PSIS, Perumnas Bumi Wana Mukti, Ketileng dan Perumnas Polda. d. PGRI, dan Pucang Gading. Dengan lokasi yang demikan ini, menjadikan MTs. N 1 Semarang berada dalam posisi yang strategis, apalagi jalan raya ada banyak angkutan umum sebagai sarana yang sangat vital bagi masayarakat kota Semarang. 4. Struktur Organisasi MTs N 1 Semarang saat ini dipimpin oleh Drs. Amiruddin Aziz dan dibantu olah WaKaMad Bidang Kurikulum, Drs. Sugiyanto. Sebagai WaKaMad Bidang Kesiswaan, Suyikto, S.Pd.I. WaKaMad Bidang Humas, Marjoko, S.Pd. I. WaKaMad Bidang Sarana Prasarana, M. Junaidi, S.Ag. Struktur personalia tata usaha MTs N 1 Semarang dipimpin oleh Arif Budiman, SH. Koordinator Bagian Bendahara dipegang oleh Dewi Asriyah, Koordinator Perpustakaan dipegang oleh RM. Setya Sad Puspa DWH. Drs. Sugiyarto sebagai koordinator Lab. Komputer. Sebagai Koordinator Lab. Bahasa Agus Muhadjir, S. Pd. I. 5. Keadaan Guru, Siswa, dan Karyawan Guru merupakan salah faktor penentu dalam Proses Belajar Mengajar. Maka ketersediaan tenaga pendidik dalam suatu lembaga pendidikan yang berkualitas dan mempunyai dedikasi yang tinggi sangat
48
penting adanya. MTs Negeri 1 Semarang memiliki tenaga pendidik dan karyawan sebanyak 73 orang, terdiri dari guru tetap sebanyak 44 orang dan guru tidak tetap 11 serta pegawai dan karyawan-karyawan ada 18 orang. Untuk guru lulusan S2 sebanyak 2 orang, S1 sebanyak 54 orang, D3 sebanyak 2 orang, PGAN ada 2 orang, SMA sebanyak 12 orang dan SD ada 1 orang. Lebih lengkapnya bisa dilihat dalam lampiran daftar guru. (lampiran I). Selain itu guru juga mengajar dan menjadi wali murid dari siswa MTs Negeri 1 Semarang serta menjadi pembina dari kegiatankegiatan ekstrakurikuler di madrasah. Di MTs Negeri 1 Semarang, terdapat dua macam kelas, yaitu kelas unggulan dan kelas reguler. Kelas unggulan terdapat di kelas VIIA, VIIIA, dan IXA. Adapun keadaan peserta didik di MTs Negeri 1 Semarang dijelaskan dalam tabel di bawah ini. TABEL KEADAAN PESERTA DIDIK DI MTS N 1 SEMARANG TAHUN AJARAN 2010/2011
NO. Kelas
Jumlah
Jumlah Murid
Jumlah
Kelas
Putra
Putri
Seluruhnya
1.
VII
8
143
168
311
2.
VIII
8
150
165
315
3.
IX
9
158
178
336
25
451
511
962
JUMLAH
6. Sarana dan Prasarana Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah, selain ditentukan oleh sumber daya manusia, juga tidak akan terlepas dari fasilitas dan media belajar yang tersedia, termasuk bangunan dan fasilitas fisik. Beberapa fasilitas fisik yang terdapat di MTs N 1 Semarang diantaranya adalah ruang kepala sekolah, ruangan bagian tata usaha (TU), ruangan guru, aula, ruang kelas, lapangan olah raga (volly, futsal, dan sepak bola) ruang
49
pramuka, ruang OSIS, ruangan UKS, ruang BK, ruangan multimedia, mushola, dan lain sebagainya. a. Ruang Kelas Di MTs Negeri 1 Semarang, terdapat 25 ruang kelas yang setiap hari digunakan proses pembelajaran. Ruang tersebut terdiri dari kelas VII, VIII dan IX. Untuk kelas VII terdiri dari 8 kelas, yaitu kelas VII A sampai dengan kelas VII H. Kemudian kelas VIII terdiri dari 8 kelas, yaitu kelas VII A sampai dengan kelas VII H. Dan untuk kelas IX terdiri dari 9 kelas, yaitu kelas IX A sampai dengan IX I. Kelas VII A, VIII A, dan IX A merupakan kelas unggulan. Setiap kelasnya rata-rata terdapat kurang lebih 40 peserta didik. Menurut aturan tata ruang, di setiap kelas terlihat cukup sehat, karena ada ventilasi udara dan pencahayaan yang cukup. Seperti lazimnya sebuah kelas, di dalamnya terdapat perlengkapan dan aksesoris ruang kelas, misalnya bangku, papan tulis, papan informasi peserta didik, meja guru, lampu penerangan, stop kontak, gambar Presiden dan Wakil Presiden, serta lambang negara burung garuda. Ada beberapa variasi kelas yang lain seperti regu piket maupun gambar-gambar yang mengandung pesan edukatif juga terlihat di sana, hanya saja aksesoris itu beragam/tidak sama antara kelas satu dengan kelas lainnya, sebab selera penghuni berlainan. Dari beberapa gambaran itu setidaknya menunjukkan bahwa pada masing-masing kelas cukup representatif untuk proses pembelajaran di kelas. b. Ruang Kepala Madrasah dan Ruang Guru Ruang kepala madrasah berada di lantai dasar bersebalahan dengan ruang BK (Bimbingan Konseling) dan berhadapan dengan aula. Sedangkan ruang guru berada di lantai dua tepat di atas aula. Di dalam ruang guru dilengkapi dengan fasilitas antara lain: meja, kursi guru, almari, dispenser dan sebuah TV. c. Kantor Tata Usaha dan Administrasi
50
Lokasi ruang tata usaha terdapat di lantai dua di atas ruang BK yang berhadapan dengan ruang guru yang disekat oleh ruang lobi. Seluruh administrasi sekolah dikerjakan oleh staf tata usaha dalam ruang tersebut. Urusan Tata Usaha dikoordinatori oleh H. Arif Budiman S.H. d. Laboratorium Ruang laboratorium yang ada di MTsN 1 Semarang terdiri dari 5 ruang, yaitu laboratorium kimia, laboratorium bahasa,
dan
laboratorium
komputer/internet.
IPA, laboratorium Dalam
setiap
laboratorium memiliki kepengurusan yang terdiri dari koordinator laborat, laboran, dan beberapa anggota laboratorium yang bertanggung jawab penuh atas terselenggaranya kegiatan praktikum di ruang laboratorium tersebut. e. Musholla Tempat ibadah di madrasah merupakan bangunan sentral untuk menanamkan nilai-nilai agama pada peserta didik. Jadi keberadaan dan eksistensinya sebagai tempat ibadah juga mutlak diperlukan. Musholla yang ada di MTs Negeri 1 Semarang, cukup representatif untuk melaksanakan kegiatan keagamaan maupun kegiatan pembelajaran, misalnya shalat jama’ah dan praktik shalat. Berdasarkan pengamatan, mushola tersebut sering dipakai sholat oleh seluruh warga sekolah, termasuk guru, staf karyawan dan para peserta didik. Setiap waktu dhuha digunakan oleh sebagaian peserta didik untuk mengerjakan sholat dhuha dan setiap siang terdapat agenda sholat dzuhur berjamah. f. Perpustakaan Sekolah Perpustakan adalah mata air ilmu pengetahuan. Kualitas dan mutu sekolah bisa tercermin dari kondisi dan keadaan perpustakaan. Artinya pengelolaan dan penyediaan media belajar/sumber belajar berupa perpustakaan akan sangat menentukan proses belajar peserta didik. Sebab penanaman kebisaaan membaca harus dimulai sejak dini,
51
termasuk peserta didik MTs Negeri 1 Semarang haruslah mulai dikenalkan dan dipahamkan bahwa buku merupakan gerbang ilmu pengetahuan. Peserta didik harus disadarkan bahwa cara mendapatkan ilmu bukan hanya ketika proses pengajaran di dalam kelas. Penanaman motivasi agar peserta didik menjadi manusia pembelajar harus digalakkan. Maka salah satu langkah yang urgen bagaimana sekolah dapat menyediakan bahan bacaan pada peserta didiknya buku-buku yang diminati oleh peserta didik, untuk pembisaaan dan membangkitkan hobi baca. Dalam perpustakaan tersebut, terdapat banyak sekali pajangan di dinding diantaranya papan tata tertib di perpustakaan, visi dan misi perpustakaan dan semboyan perpustakaan MTsN 1 Semarang. Di samping itu, buku-buku yang ada dikumpulkan dalam klasisifikasi dengan aturan DDC yang sederhana. Data yang kami dapatkan mengenai jumlah buku koleksi perpustakaan di MTsN 1 Semarang berjumlah 7.339 exemplar. Selain buku, disana juga ada beberapa media massa seperti koran Kompas, Suara Merdeka, dan majalahmajalah lain. Adapun pengelola perpustakaan di MTsN 1 Semarang di bawah tanggung jawab langsung kepala sekolah, dan dibantu oleh koordinator yang lain, diantaranya yaitu RM. Setya Sad Puspa DWH sebagai pelaksana teknis dan Hj Rupiah, BA. Di samping dilengkapi dengan tempat membaca, perpustakaan MTsN 1 Semarang juga digunakan sebagai penunjang pelajaran yang dilengkapi dengan TV dan VCD.
B. Pelaksanaan Kegiatan Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi 1. Guru Quran Hadis Guru Quran Hadis di MTs Negeri 1 Semarang yang diteliti adalah Suwarno, M.Ag dan Asyhar Ulinnuha, S.Ag. Adapun pelaksanaan kegiatan pembelajarannya adalah sebagai berikut:
52
a. Kegiatan eksplorasi yang dilakukan guru meliputi :2 1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang/potensi jadi guru dan belajar dari aneka sumber. Hasil
penelitian
yang
dilakukan
peneliti
dengan
mengobservasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran oleh guru Quran Hadis di MTs Negeri 1 Semarang menunjukkan bahwa guru Quran Hadis sudah dapat melibatkan peserta didik untuk mencari informasi yang luas dan dalam mengenai materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip potensi jadi guru dan belajar dari aneka sumber. Hal tersebut dapat diindikasikan dengan perolehan skor rata-rata pada kedua guru pada saat observasi yang mencapai 3,5 yang berarti cukup baik. Pelaksanaannya dapat terlihat antaralain sebelum memasuki materi yang akan dipelajari, peserta didik terlebih dahulu diberikan tugas untuk mengerjakan soal yang diberikan oleh guru agar guru mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki peserta didik terkait materi yang akan dipelajari serta peserta didik dapat terlebih dahulu mencari informasi yang luas terkait materi yang akan dipelajari. 2) Menggunakan
beragam
pendekatan
pembelajaran,
media
pembelajaran, dan sumber belajar lain. Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan, guru Quran Hadis di MTs Negeri 1 Semarang sudah sering menggunakan
beragam
pembelajaran,
serta
pendekatan
sumber
belajar.
pembelajaran, Hal
tersebut
media dapat
diindikasikan dengan perolehan skor pada saat observasi yang mencapai 3,5 yang berarti cukup baik. Salah satu media yang 2
Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidiikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”
53
dipergunakan oleh guru Quran Hadis adalah LCD. Salah satu penggunaanya adalah pada saat guru Quran Hadis mengajar materi tentang hukum bacaan tanwin atau nun sukun dan mim sukun.3 3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap kegiatan tersebut menunjukkan bahwa guru Quran Hadis mampu dengan cukup baik dalam memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik dengan berbagai sumber belajar. Hal tersebut dapat diindikasikan berdasarkan skor observasi yang mencapai 4,0 yang berarti baik. 4) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran Dalam kegiatan belajar mengajar, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru hanya sebagai fasilitator. Berdasarkan observasi peneliti, guru Quran Hadis di MTs Negeri 1 Semarang sudah cukup mampu dalam melibatkan peserta didik untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, hal tersebut diindikasikan melalui perolehan skor observasi yang mencapai 4,0. Kegiatan ini dapat dilihat pada saat guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca ayat alquran maupun hadis yang sedang dipelajari baik dibaca secara individu maupun bersama-sama. Kegiatan tersebut juga dapat dilihat pada saat guru Quran Hadis memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan pendapat mereka pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. 5) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan Kegiatan ini tidak pernah dilakukan oleh guru Quran Hadis dalam pelaksanaan pembelajaran. b. Kegiatan elaborasi yang dilakukan guru meliputi :4 3
Observasi pada mata pelajaran BTA pada tanggal
54
1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Quran Hadis dengan sangat baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 5,0. Guru Quran Hadis di MTs Negeri 1 Semarang selalu membiasakan peserta didik untuk membaca dan menulis yang beragam. Sebagai contoh, dalam pelaksanaan pembelajaran, guru Quran Hadis selalu melatih peserta didik untuk membaca ayat-ayat alquran maupun hadis secara bersama-sama dan berulang-ulang. Kemudian guru Quran Hadis memberi tugas kepada peserta didik untuk menuliskan kembali ayat-ayat alquran maupun hadis yang telah dipelajari tersebut.5 2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain- lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis. Kegiatan ini dilakukan oleh guru Quran Hadis dengan tidak cukup baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 2,0. Berdasarkan pengamatan peneliti, tugas yang diberikan oleh guru Quran Hadis dalam pelaksanaan pembelajaran hanya sebatas pemberian tugas untuk menjawab teori-teori yang sudah ada. Dalam memberikan tugas, guru Quran Hadis di MTs Negeri 1 Semarang memberikan tugas melalui Lembar Kerja Siswa yang mana hanya sebatas menjawab pilihan ganda serta menjawab soal isian dan uraian. Adapun jawabanjawaban dari soal-soal tersebut sudah merupakan sebuah konsep teori yang ada pada uraian materi di Lembar Kerja Siswa tersebut maupun buku panduan peserta didik, tanpa memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memunculkan gagasan baru.
4
Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah” 5 Hasil Observasi Pembelajaran Quran Hadis pada tanggal 3 April 2011
55
3) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut. Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Quran Hadis dengan sangat baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 5,0. Pada saat guru Quran Hadis menyampaikan materi, guru Quran Hadis memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk secara aktif ikut memikirkan serta menganalisis materi yang disampaikan kepada peserta didik, guru Quran Hadis melakukannya dengan cara melakukan tanya jawab di sela-sela penyampaian materi. Pertanyaan yang diberikan guru Quran Hadis secara lisan pada saat pelaksanaan tanya jawab tersebut, secara tidak langsung juga telah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertindak tanpa rasa takut dalam menjawab pertanyaan dari guru Quran Hadis. 4) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Quran Hadis dengan cukup baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 3,5. Guru Quran Hadis di MTs Negeri 1 Semarang sering menerapkan pembelajaran kooperatif dan kolaboratif dalam proses pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat pada saat mempelajari materi dalam Surat Al-Mujadalah ayat 11. Guru Quran Hadis membagi kelas menjadi beberapa kelompok untuk mendiskusikan materi tersebut. Pada saat berdiskusi, baik penyaji maupun peserta diskusi saling memberikan respon dalam bentuk masukan pendapat maupun pertentangan pendapat. 5) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Quran Hadis dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor
56
observasi yang mencapai 4,0. Pemfasilitasan yang dilakukan oleh guru Quran Hadis agar peserta didik berkompetisi untuk meningkatkan prestasi belajar dapat dilihat pada saat guru Quran Hadis memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menghafalkan ayat AlQuran maupun hadis yang sedang dipelajari kemudian maju satu persatu ke depan kelas untuk menuliskan ayatayat AlQuran secara hafalan, kemudian memberikan nilai tambahan bagi peserta didik yang dapat menuliskan ayat tersebut. 6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Quran Hadis dengan cukup baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 3,5. Pembuatan laporan eksplorasi oleh peserta didik dapat dilihat pada saat guru mengharuskan peserta didik untuk mengumpulkan PR yang diberikan guru pada pertemuan sebelumnya berkaitan dengan materi yang akan dibahas. Akan tetapi, guru Quran Hadis tidak selalu melaksanakan hal tersebut. 7) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan Kegiatan ini tidak pernah dilakukan oleh guru Quran Hadis dalam pelaksanaan pembelajaran. Penskoran pada kegiatan ini hanya mencapai 1,0. 8) Memfasilitasi
peserta
didik
melakukan
kegiatan
yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Quran Hadis dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,5. Rasa bangga dan percaya diri sangat diperlukan dalam diri peserta didik. Guru Quran Hadis di MTs Negeri 1 Semarang selalu berusaha untuk menumbuhkan rasa
57
bangga dan percaya diri dalam diri peserta didik karena menurut mereka hal tersebut mutlak diperlukan untuk meningkatkan semangat serta prestasi belajar mereka. Berdasarkan observasi peneliti, hal tersebut diaplikasikan dengan cara guru Quran Hadis tidak sering menyalahkan dan selalu memberikan apresiasi terhadap semua hal yang telah peserta didik laksanakan sekecil apapun. c. Kegiatan konfirmasi yang dilakukan guru meliputi :6 1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Quran Hadis dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,0. Umpan balik dan penguatan sangat diperlukan agar guru mengetahui seberapa besar peserta didik dapat menyerap materi yang telah dipelajari. Penguatan yang diberikan oleh guru Quran Hadis dapat dilihat pada saat guru Quran Hadis memberikan pertanyaan kepada peserta didik pada akhir kegiatan pembelajaran terkait dengan materi yang telah dipelajari untuk mengukur seberapa jauh materi yang dapat diserap oleh peserta didik. Guru Quran Hadis selalu memberikan apresiasi terhadap semua hal yang telah peserta didik laksanakan sekecil apapun. 2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber Dari hasil observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran oleh guru Quran Hadis di MTs Negeri 1 Semarang mengenai kemampuan guru Quran Hadis dalam memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi, dapat dideskripsikan bahwa 6
Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidiikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”
58
guru Quran Hadis dapat melakukan kegiatan tersebut dengan cukup baik, hal tersebut dapat terindikasikan melalui penskoran pada kegiatan ini yang mencapai 3,5. Kemampuan dalam melaksanakan kegiatan ini dapat terlihat pada saat guru Quran Hadis dalam melakukan ulasan mengenai hasil dari tugas-tugas yang telah diberikan kepada peserta didik sebelum mulai memasuki materi pembelajaran serta hasil dari tugas yang diberikan kepada peserta didik berupa hasil dari latihan mereka dalam menulis dan membaca.7 3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Quran Hadis dengan sangat baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 5,0. Refleksi selalu dilaksanakan oleh guru Quran Hadis pada akhir kegiatan pembelajaran. Guru Quran Hadis melaksanakannya dengan cara guru mengulas serta menilai apa saja yang telah dibahas dan didapatkan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. 4) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Quran Hadis dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,0. Setelah kegiatan pembahasan materi selesai, guru Quran Hadis memberikan sejumlah pertanyaan secara lisan kepada peserta didik terkait dengan materi yang telah dipelajari. Jika peserta didik tidak dapat menjawab pertanyaan dari guru Quran Hadis maka pelaksanaan pembelajaran sudah dianggap berhasil dan jika tidak maka guru Quran Hadis berusaha mencari penyebab dari ketidakfahaman peserta didik dalam meyerap materi yang telah dipelajari kemudian menjelaskan kembali materi yang 7
Hasil Observasi Pembelajaran Quran Hadis pada tanggal 3 April 2011
59
kurang
difahami
tersebut.
Kemudian
guru
Quran
Hadis
memberikan motivasi kepada peserta didik yang belum aktif untuk dapat lebih berpartisipasi aktif pada pertemuan mendatang. Namun hal tersebut tidak selalu dilaksanakan dalam setiap akhir kegiatan pembelajaran.
2. Guru Akidah Akhlak Guru Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Semarang yang diteliti adalah Mughniatun, BA dan Dra. Hj. Asmiah, M.PdI. Adapun pelaksanaan kegiatan pembelajarannya adalah sebagai berikut: a. Kegiatan eksplorasi yang dilakukan guru meliputi :8 1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang/potensi jadi guru dan belajar dari aneka sumber. Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak dengan sangat baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 5,0. Pelaksanaan dari kegiatan tersebut dapat terlihat antaralain pada awal pelaksanaan pembelajaran kegiatan inti, guru Akidah Akhlak terlebih dahulu memberikan beberapa soal terkait dengan materi yang akan dipelajari kemudian membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan. Setelah selesai berdiskusi, perwakilan dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. 2) Menggunakan
beragam
pendekatan
pembelajaran,
media
pembelajaran, dan sumber belajar lain.
8
Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidiikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”
60
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,0. Salah satu pendekatan yang dipakai oleh guru Akidah Akhlak pada saat pelaksanaan pembelajaran adalah pendekatan realita. Pada saat menjelaskan materi tentang rukun Iman, materi yang dibahas dikaitkan dengan hal yang ada di lapangan. Misalnya dalam membahas mengenai Iman kepada Allah dapat dijelaskan dengan cara mengetahui penciptaan Allah yang mana dapat dinalar secara akal maupun secara dalil.9 Sedangkan penggunaan beragam sumber belajar dapat dilihat pada saat guru Akidah Akhlak memberikan tugas kepada peserta didik. Dalam membuat makalah, peserta didik tidak hanya menggunakan satu sumber saja yaitu dari dalam buku, akan tetapi juga dari sumber yang lain, misalnya dari internet atau tokoh-tokoh agama.10 3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak dengan cukup baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 3,5. Pemfasilitasan oleh guru Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Semarang agar peserta didik dapat berinteraksi secara aktif dengan guru dapat dilihat pada saat guru Akidah Akhlak melakukan tanya jawab dengan peserta didik. Interaksi secara aktif dengan lingkungan dapat dilihat pada saat guru memberi tugas kepada peserta didik untuk mengamati lingkungan sekitar tempat tinggal peserta didik dengan cara guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk melakukan wawancara dengan tokoh agama di tempat tinggal mereka terkait 9
Wawancara dengan Ibu Mughniyatun pada tanggal 24 Maret 2011 10 Observasi pada tanggal 22 Maret 2011
61
dengan materi yang sedang dipelajari. Sedangkan interaksi secara aktif dengan sumber belajar yang lain dilaksanakan dengan cara guru Akidah Akhlak memberi tugas kepada peserta didik untuk mencari buku di perpustakaan yang relevan dengan materi yang sedang dipelajari ataupun memberi arahan kepada peserta didik untuk ke perpustakaan secara mandiri melalui pemberian tugas. 4) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,0. Dalam kegiatan belajar mengajar, keterlibatan aktif peserta didik merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru hanya sebagai fasilitator. Berdasarkan observasi peneliti, guru Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Semarang selalu melibatkan peserta didik untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, kegiatan tersebut selalu dapat dilihat pada saat guru melakukan tanya jawab di sela kegiatan pembelajaran. Meskipun guru Akidah Akhlak sering menggunakan metode ceramah, akan tetapi guru Akidah Akhlak selalu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat aktif dalam kegiatan pembelajaran. 5) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan Kegiatan ini tidak pernah dilakukan oleh guru Akidah Akhlak dalam pelaksanaan pembelajaran. Penskoran pada kegiatan ini hanya mencapai 1,0. b. Kegiatan elaborasi yang dilakukan guru meliputi :11 1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna
11
Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”
62
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,0. Guru Akidah Akhlak di MTs Negeri1 Semarang dalam kegiatan pembelajaran, guru Akidah Akhlak selalu membiasakan peserta didik untuk membaca dan menulis yang beragam. Berdasarkan penelitian, salah satu kegiatan pembelajaran yang mengindikasikan pelaksanaan kegiatan ini adalah penugasan pembuatan makalah oleh guru Akidah Akhlak kepada peserta didik untuk dipresentasikan di depan kelas. 2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis. Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,5. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, pemfasilitasan guru Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Semarang kepada peserta didik untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis sering dilakukan oleh guru Akidah Akhlak. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan membagi kelas menjadi beberapa kelompok diskusi untuk mendiskusikan materi yang sedang dipelajari. Salah satu pelaksanaan kegiatan ini adalah pada saat guru Akidah Akhlak membahas materi Iman kepada kitab Allah. Guru Akidah Akhlak menggunakan metode Small Group Discussion dengan terlebih dahulu membagi kelas menjadi 3 kelompok kemudian memberikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk membuat makalah dan bentuk presentasinya dalam microsoft power point. Penugasan guru untuk membuat makalah membuat peserta didik memiliki kesempatan untuk memunculkan gagasan mereka secara tertulis di dalam makalah tersebut.
Sedangkan
diskusi
yang
dilaksanakan
memberikan
63
kesempatan kepada peserta didik untuk memunculkan gagasan atau pendapat mereka secara lisan.12 3) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut. Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,5. Berdasarkan observasi peneliti, guru Akidah Akhlak selalu berusaha untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut. Salah satu bentuk pengaplikasian dari kegiatan tersebut adalah pada saat pelaksanaan diskusi. Tanya jawab yang terdapat dalam pelaksanaan diskusi, secara tidak langsung juga telah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertindak tanpa rasa takut dalam mengemukakan pendapat di depan umum.13 4) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak dengan cukup baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 3,5. Pemfasilitasan oleh guru Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Semarang kepada peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif tidak selalu dilaksanakan. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, salah satu bentuk pengaplikasian kegiatan tersebut adalah pada saat guru Akidah Akhlak membagi kelas menjadi beberapa kelompok diskusi untuk mendiskusikan materi Iman kepada kitab Allah. Cara yang dilakukan oleh guru Akidah Akhlak tersebut merupakan bentuk pembelajaran kooperatif dan kolaboratif dimana antar peserta didik yang satu dengan yang telah terbentuk dalam 12
Observasi pada tanggal 22 Maret 2011 Observasi pada tanggal 22 Maret 2011
13
64
beberapa kelompok bekerjasama untuk mendiskusikan materi tersebut.14 5) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,5. Guru Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Semarang selalu memfasilitasi peserta didik agar dapat berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar. Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, guru Akidah Akhlak selalu melaksanakan kegiatan tersebut di sela-sela penyampaian materi. 6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,0. Berdasarkan penelitian, guru Akidah Akhlak tidak selalu memfasilitasi peserta didik untuk membuat laporan eksplorasi. Salah satu bentuk pelaksanaan dari kegiatan tersebut adalah pembuatan makalah serta laporan dari hasil pelaksanaan diskusi. 7) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan Berdasarkan observasi yang telah dilakukan peneliti, kegiatan ini tidak pernah dilakukan oleh guru Akidah Akhlak dalam pelaksanaan pembelajaran. Penskoran pada kegiatan ini hanya mencapai 1,0. 8) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik 14
Observasi pada tanggal 22 Maret 2011
65
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,5. Pemfasilitasan oleh guru Akidah Akhlak di MTs Negeri1 Semarang dalam melakukan kegiatan yang dapat menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik selalu dilakukan. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, guru Akidah Akhlak memberikan penghargaan berupa tepuk tangan untuk peserta didik yang dapat secara aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran dan terus memberikan motivasi kepada peserta didik yang masih pasif. c. Kegiatan konfirmasi yang dilakukan guru meliputi :15 1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,0. Setelah
kegiatan
pembelajaran
berakhir,
guru
selalu
memberikan umpan balik positif dan penguatan. Guru Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Semarang selalu memberikan feedback mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan, guru memberikan penjelasan terkait materi yang belum difahami oleh peserta didik, kemudian memberikan pertanyaan untuk menguji tingkat kefahaman masingmasing peserta didik. 2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 3,5.
15
Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidiikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”
66
Setelah
mendengarkan
presentasi
dari
masing-masing
kelompok, barulah guru Akidah Akhlak memberikan feedback atas apa yang telah dipresentasikan. Guru memberikan penjelasan mengenai materi yang belum dapat dipahami oleh peserta didik dengan baik. 3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak dengan sangat baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 5,0. Berdasarkan
penelitian,
guru
Akidah
Akhlak
selalu
melaksanakan refleksi pada akhir kegiatan pembelajaran. Guru Akidah Akhlak melaksanakannya dengan cara mengulas serta menilai apa saja yang telah dibahas dan didapatkan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. 4) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Akidah Akhlak dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,5. Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, guru Akidah Akhlak memberikan tugas akhir yang dikerjakan di rumah masing-masing terkait dengan materi yang telah didiskusikan untuk benar-benar dapat mengukur
sejauh
mana
pemahaman
masing-masing
individu
mengenai materi tersebut.
3. Guru Sejarah Kebudayaan Islam Guru Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Negeri 1 Semarang yang diteliti adalah M. Junaidi, S.Ag, Hj. Muniroh, S.Ag, dan Hj. Umi Fatkhiyah, M.Ag. Adapun pelaksanaan kegiatan pembelajarannya adalah sebagai berikut:
67
a. Kegiatan eksplorasi yang dilakukan guru meliputi :16 1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang/potensi jadi guru dan belajar dari aneka sumber. Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,5. Berdasarkan observasi peneliti, pada awal penyampaian materi, guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang tidak langsung menyampaikan serangkaian materi, akan tetapi guru terlebih dahulu membangkitkan semangat peserta didik kemudian memberikan stimulan kepada peserta didik mengenai
materi
yang akan
disampaikan dengan cara memberikan pertanyaan pengantar seputar materi yang akan dibicarakan. Guru SKI tidak serta merta menyampaikan secara menyeluruh materi yang dipelajari. Guru SKI terlebih dahulu memberikan tugas kepada peserta didik untuk membaca materi yang akan dipelajari di rumah, kemudian guru hanya memberikan tambahan materi-materi yang tidak terdapat dalam buku. 2) Menggunakan
beragam
pendekatan
pembelajaran,
media
pembelajaran, dan sumber belajar lain. Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,0. Dalam pelaksanaan pembelajaran, pada umumnya guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang menerapkan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang tidak jarang menggunakan LCD pada saat menjelaskan, khususnya ketika mengajar di kelas unggulan. Pada saat 16
Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidiikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”
68
memberikan materi mengenai Kesenian dan Adat Nusantara, guru SKI menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Guru terlebih dahulu menjelaskan mengenai peranan Adat Sunda dalam pengembangan dakwah di Jawa dengan diberikan selingan berupa tanya jawab kepada peserta didik. Beberapa sumber belajar yang dipakai dalam kegiatan pembelajaran SKI di MTs Negeri 1 Semarang antara lain Buku Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam (Tiga serangkai) dan Buku Sejarah Peradaban Islam oleh Dr. Jail Mubaroq , M. Ag. 3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan cukup baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 3,5. Pemfasilitasan oleh guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang agar peserta didik dapat berinteraksi secara aktif dengan guru dapat dilihat pada saat guru melakukan tanya jawab dengan peserta didik. Interaksi secara aktif dengan lingkungan tidak pernah dilakukan oleh guru SKI, sedangkan interaksi secara aktif dengan sumber belajar yang lain dilaksanakan dengan cara guru memberi tugas kepada peserta didik untuk mencari buku di perpustakaan yang relevan dengan materi yang sedang dipelajari ataupun memberi arahan kepada peserta didik untuk ke perpustakaan secara mandiri melalui pemberian tugas. 4) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,5. Berdasarkan penelitian, guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang terkadang berusaha untuk melibatkan peserta didik untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, meskipun keaktifan tersebut tidak dalam tataran fisik. Kegiatan tersebut dapat dilihat pada saat guru
69
menggunakan metode ceramah plus dalam menyampaikan materi. Jadi, peserta didik tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja, akan tetapi mereka juga diajak untuk aktif menjawab pertanyaan dari guru terkait dengan materi yang seang diajarkan. 5) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan, pemfasilitasan oleh guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang dalam melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan tidak pernah dilakukan oleh guru SKI dalam pelaksanaan pembelajaran. Penskoran pada kegiatan ini hanya mencapai 1,0. b. Kegiatan elaborasi yang dilakukan guru meliputi :17 1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,5. Jika dicermati dari setiap tindakan dan langkah yang diambil pada setiap pelaksanaan pembelajaran, guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang sering membiasakan peserta didik untuk membaca melalui tugas-tugas tertentu, akan tetapi tidak sampai pada pembiasaan untuk menulis. Guru SKI sering memberikan tugas kepada peserta didik untuk mencari informasi terkait materi yang sedang dipelajari melalui internet maupun bahan bacaan yang lain. 2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis.
17
Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”
70
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan cukup baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 3,0. Berdasarkan pengamatan peneliti, tugas yang diberikan oleh guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang dalam kegiatan pembelajaran hanya sebatas pemberian tugas untuk menjawab teori-teori yang sudah ada. Dalam memberikan tugas, guru SKI memberikan tugas melalui Lembar Kerja Siswa yang mana hanya sebatas menjawab pilihan ganda serta menjawab soal isian dan uraian. Adapun jawaban-jawaban dari soal-soal tersebut sudah merupakan sebuah konsep teori yang ada pada uraian materi di Lembar Kerja Siswa tersebut maupun buku panduan peserta didik, tanpa memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memunculkan gagasan baru. 3) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut. Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 3,5. Berdasarkan penelitian, pada saat guru SKI menyampaikan materi, guru SKI memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk secara aktif ikut memikirkan serta menganalisis materi yang disampaikan kepada peserta didik, guru SKI melakukannya dengan cara melakukan tanya jawab di sela-sela penyampaian materi. Pertanyaan yang diberikan guru SKI secara lisan pada saat pelaksanaan tanya jawab tersebut, secara tidak langsung juga telah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertindak tanpa rasa takut dalam menjawab pertanyaan tersebut. 4) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar.
71
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,0. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang selalu berusaha untuk memfasilitasi peserta didik agar dapat berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar. Guru SKI melaksanakan kegiatan tersebut dengan cara terus memberikan motivasi kepada peserta didik agar rajin belajar untuk meningkatkan prestasi mereka. Di samping itu, bentuk pengaplikasian dari kegiatan tersebut adalah guru selalu mengadakan tanya jawab di sela-sela penyampaian materi dan memberikan nilai lebih bagi peserta didik yang dapat ikut terlibat aktif dalam tanya jawab tersebut. 5) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,0. Pemfasilitasan oleh guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang kepada peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif sering dilaksanakan. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, salah satu bentuk pengaplikasian kegiatan tersebut adalah pada saat guru
SKI
memberikan
mendiskusikan materi
tugas
kepada
peserta
didik
untuk
yang sedang dipelajari dengan teman
sebangkunya. 6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan sangat baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 5,0.
72
Pembuatan laporan eksplorasi oleh peserta didik dapat dilihat pada saat guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang mengharuskan peserta didik untuk mengumpulkan PR yang diberikan guru pada pertemuan sebelumnya berkaitan dengan materi yang akan dibahas. Akan tetapi, guru SKI tidak selalu melaksanakan hal tersebut. 7) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan Kegiatan ini tidak pernah dilakukan oleh guru SKI dalam pelaksanaan pembelajaran. Penskoran pada kegiatan ini hanya mencapai 1,0. 8) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan cukup baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 3,5. Berdasarkan observasi serta wawancara yang dilakukan penulis kepada peserta didik, guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang selalu berusaha untuk melakukan sesuatu yang dapat menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. Hal tersebut dilaksanakan dengan cara guru SKI memberikan penghargaan berupa tepuk tangan untuk peserta didik yang dapat secara aktif terlibat dalam proses tanya jawab dan terus memberikan motivasi kepada peserta didik yang masih pasif. c. Kegiatan konfirmasi yang dilakukan guru meliputi :18 1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,0. 18
Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidiikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”
73
Guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang selalu memberikan umpan balik positif dan penguatan. Penguatan yang diberikan oleh guru Quran Hadis dapat dilihat pada saat guru SKI memberikan pertanyaan kepada peserta didik pada akhir kegiatan pembelajaran terkait dengan materi yang telah dipelajari untuk mengukur seberapa jauh materi yang dapat diserap oleh peserta didik. Guru SKI selalu memberikan apresiasi terhadap semua hal yang telah peserta didik laksanakan sekecil apapun. 2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 3,5. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang selalu memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik. Adapun beberapa kegiatan yang dapat penulis deskripsikan mengenai kegiatan tersebut adalah guru SKI selalu melakukan ulasan mengenai hasil dari tugas-tugas yang telah diberikan kepada peserta didik sebelum kegiatan pembelajaran berakhir. 3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,0. Refleksi selalu dilaksanakan oleh guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang
pada
akhir
kegiatan
pembelajaran.
Guru
SKI
melaksanakannya dengan cara guru mengulas serta menilai apa saja yang telah dibahas dan didapatkan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.
74
4) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru SKI dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,5. Berdasarkan observasi penulis, sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, guru SKI memberikan tugas akhir yang dikerjakan di rumah masing-masing terkait dengan materi yang telah didiskusikan untuk benar-benar dapat mengukur sejauh mana pemahaman masing-masing individu mengenai materi tersebut.
4. Guru Fiqh Guru Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Negeri 1 Semarang yang diteliti adalah Dra. Hj. Taufiq Farida dan Dra. Hj. Asmiyah, M.PdI. Adapun kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan antaralain: a. Kegiatan eksplorasi yang dilakukan guru meliputi :19 1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang/potensi jadi guru dan belajar dari aneka sumber. Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,5. Sebelum guru Fiqh di MTs Negeri 1 Semarang menjelaskan materi yang akan dipelajari, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari. Setelah itu, barulah guru menanyakan satu persatu mengenai materi yang telah dipelajari oleh peserta didik. Guru baru
19
Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidiikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”
75
memberikan penjelasan apabila terdapat materi yang tidak dapat difahami dengan baik oleh peserta didik. Peserta didik sering diarahkan untuk menemukan atau menciptakan cara sendiri, misalnya menemukan bagaimana cara mereka untuk dapat dengan mudah menghafalkan suatu ayat ataupun menganalisis alasan Allah mensyariatkan suatu hukum (misalnya pembelajaran dalam materi makanan dan minuman halal).20 2) Menggunakan
beragam
pendekatan
pembelajaran,
media
pembelajaran, dan sumber belajar lain. Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan sangat baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 5,0. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru Fiqh di MTs Negeri 1 Semarang menggunakan berbagai pendekatan belajar, media belajar, dan sumber belajar. Berdasarkan observasi peneliti, salah satu materi fiqh yang mana dalam penyampaiannya menggunakan pendekatan serta media yang bervariasi adalah dalam menyampaikan materi istinja. Guru Fiqh yang ada di MTs Negeri 1 Semarang menggunakan metode diskusi dan demonstrasi dalam menyampaikan materi istinja. Dalam mendemonstrasikan cara beristinjak, guru menggunakan media pembelajaran berupa batu untuk digunakan sebagai alat beristinjak. Sedangkan bentuk aplikasi seseorang yang akan diistinjak adalah boneka. Adapun pelaksanaannya adalah dengan cara peserta didik terlebih dahulu membentuk kelompok berdasarkan potongan gambar kemudian mencari pasangan gambar. Setelah peserta didik membaca dan memahami materi istinjak dalam buku paket fiqih, mereka bersama kelompoknya mendiskusikan materi istinjak. Setelah itu, salah satu anggota kelompok maju mengambil nomor urut praktik dan bersama anggota kelompoknya secara bergantian menentukan alat yang bisa dipakai istinjak dan 20
Observasi pada tanggal 2 April 2011
76
yang tidak (batu apung, batu hitam, daun kering, ranting kering, plastic, kaca, uang, tissue, kertas) sekaligus alasannya. Kemudian peserta didik mendemonstrasikan cara beristinjak dengan boneka dan alat yang bisa dipakai untuk istinjak selain air.21 3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan cukup baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 3,5. Pemfasilitasan yang dilakukan oleh guru Fiqh di MTs Negeri 1 Semarang agar peserta didik dapat berinteraksi secara aktif dengan peserta didik lain dapat dicermati pada saat guru membentuk kelompok di dalam kelas untuk mendiskusikan materi yang sedang dipelajari (misalnya materi istinja).22 Sedangkan interaksi secara aktif antara guru dengan peserta didik dapat dilihat pada saat guru melakukan tanya jawab dengan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan interaksi secara aktif dengan lingkungan dapat dilihat pada saat guru memberi tugas kepada peserta didik untuk mengamati lingkungan sekitar tempat tinggal peserta didik, pelaksanaan kegiatan tersebut dapat dilihat pada saat guru Fiqh menggunakan batu dan benda keras sejenisnya yang ada di lingkungan tempat tinggal mereka yang digunakan untuk melaksanakan istinjak.23 4) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,5.
21
Observasi pada tanggal 10 April 2011 Observasi pada tanggal 10 April 2011 23 Observasi pada tanggal 10 April 2011 22
77
Apabila dicermati dalam setiap kegiatan pembelajaran, guru fiqh di MTs Negeri 1 Semarang selalu berusaha untuk melibatkan peserta didik agar dapat berperan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Beberapa usaha guru yang dapat dilihat antara lain peserta didik terkadang diajak untuk bertanya jawab dengan guru Fiqh dalam kegiatan pembelajaran berlangsung. 5) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,0. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh penulis, guru Fiqh tidak pernah melaksanakan percobaan di laboratorium, studio, maupun lapangan. Akan tetapi, berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis, guru Fiqh di MTs Negeri 1 Semarang pernah melakukan praktek haji di lapangan sekolah. Praktek tersebut meliputi serangkaian tata cara pelaksanaan ibadah haji.24 b. Kegiatan elaborasi yang dilakukan guru meliputi : 1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,5. Penerapan konsep elaborasi yang dapat dilihat dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru Fiqh di MTs Negeri 1 Semarang adalah guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk menghafalkan sebuah ayat mengenai makanan dan minuman yang diharamkan oleh Allah SWT. Guru terlebih dahulu memberikan tugas kepada peserta didik untuk menulis ayat tersebut sebanyak 3 kali kemudian menghafalkannya dan menyuruh peserta 24
Wawancara dengan guru Fiqh pada tanggal 13 April 2011 dan dokumentasi RPP
78
didik untuk menuliskan ayat tersebut secara satu persatu di depan kelas.25 2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis. Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan cukup baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 3,0. Berdasarkan observasi, guru Fiqh di MTs Negeri 1 Semarang jarang memberikan tugas yang dapat memunculkan gagasan baru baik lisan maupun tertulis, guru Fiqh hanya memberikan tugas secara teoritis atau tugas yang hanya berkisar menjawab pertanyaanpertanyaan yang sudah terdapat pada LKS. 3) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut. Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,5. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis, guru Fiqh di MTs Negeri 1 Semarang selalu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut. Hal tersebut dapat dilihat pada saat penyampaian materi, guru Fiqh selalu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk secara aktif ikut memikirkan serta menganalisis materi yang disampaikan kepada peserta didik, guru Fiqh melakukannya dengan cara melakukan tanya jawab di sela-sela penyampaian materi. Pertanyaan yang diberikan oleh guru Fiqh secara lisan pada saat pelaksanaan tanya jawab tersebut, secara tidak langsung juga telah memberikan kesempatan kepada peserta didik
25
Observasi pada tanggal 2 April 2011
79
untuk bertindak tanpa rasa takut dalam menjawab pertanyaan dari guru Fiqh. 4) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,0. Berdasarkan penelitian, guru Fiqh di MTs Negeri 1 Semarang tidak selalu memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif. Salah satu bentuk pengaplikasian dari pembelajaran kooperatif dan kolaboratif yang dapat ditangkap oleh penulis selama melakukan observasi adalah penugasan yang dilakukan oleh guru agar peserta didik melakukan mendiskusikan materi istinjak dengan teman sekelompoknya. 5) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,0. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, guru Fiqh di MTs Negeri 1 Semarang selalu berusaha untuk memfasilitasi peserta didik agar dapat berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar. Guru Fiqh melaksanakan kegiatan tersebut dengan cara terus memberikan motivasi kepada peserta didik agar rajin belajar untuk meningkatkan prestasi mereka. Di samping itu, bentuk pengaplikasian dari kegiatan tersebut adalah guru selalu mengadakan tanya jawab di sela-sela penyampaian materi dan memberikan nilai lebih bagi peserta didik yang dapat ikut terlibat aktif dalam tanya jawab tersebut. 6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok
80
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan sangat baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 5,0. Berdasarkan penelitian, guru Fiqh di MTs Negeri 1 Semarang tidak selalu memfasilitasi peserta didik untuk membuat laporan eksplorasi. Salah satu bentuk pelaksanaan dari kegiatan tersebut adalah pembuatan laporan dari hasil pelaksanaan diskusi pada materi istinjak. 7) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan Kegiatan ini tidak pernah dilakukan oleh guru Fiqh di MTs Negeri 1 Semarang dalam kegiatan pembelajaran. Penskoran pada kegiatan ini hanya mencapai 1,0. 8) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan cukup baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 3,5. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan penulis, guru Fiqh di MTs Negeri 1 Semarang selalu berusaha untuk melakukan sesuatu yang dapat menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. Hal tersebut dilaksanakan dengan cara guru Fiqh memberikan penghargaan berupa tepuk tangan maupun nilai tambahan bagi peserta didik yang dapat secara aktif terlibat dalam proses tanya jawab serta terus memberikan motivasi kepada peserta didik yang masih pasif. c. Kegiatan konfirmasi yang dilakukan guru meliputi :26 1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik
26
Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidiikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”
81
Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,0. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, penguatan yang diberikan oleh guru Fiqh dapat dilihat pada saat guru Fiqh memberikan pertanyaan kepada peserta didik pada akhir kegiatan pembelajaran terkait dengan materi yang telah dipelajari untuk mengukur seberapa jauh materi yang dapat diserap oleh peserta didik. Di samping itu, guru Fiqh juga selalu memberikan apresiasi terhadap semua hal yang telah peserta didik laksanakan sekecil apapun. 2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan cukup baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 3,5. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, guru Fiqh di MTs Negeri 1 Semarang selalu memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik. Cara guru Fiqh dalam melaksanakan kegiatan tersebut adalah dengan melakukan ulasan mengenai hasil dari tugas-tugas yang telah diberikan kepada peserta didik sebelum kegiatan pembelajaran berakhir. 3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,0. Refleksi selalu dilakukan oleh guru Fiqh di MTs Negeri 1 Semarang di setiap akhir kegiatan pembelajaran. Guru fiqh selalu mengulas serta menilai apa saja yang telah didapatkan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.
82
4) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar Kegiatan ini sudah dapat dilakukan oleh guru Fiqh dengan baik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor observasi yang mencapai 4,5. Pada akhir proses pembelajaran, guru memberikan pertanyaan terkait materi yang telah dipelajari kemudian memberikan kesempatan kepada peserta didik yang ingin bertanya. Setelah itu, guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk menjawab soal mengenai materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
C. Analisis Kompetensi Paedagogik Dalam Pelaksanaan
Kegiatan
Eksplorasi, Elaborasi, Dan Konfirmasi 1. Kegiatan Eksplorasi Kegiatan eksplorasi pada kegiatan pembelajaran menekankan pada bagaimana seorang guru melaksanakan sebuah kegiatan pembelajaran yang dapat menggali pengetahuan maupun kemampuan dari peserta didik secara mandiri. Guru tidak selalu menganggap peserta didik sebagai gelas kosong yang selalu menunggu untuk diberikan materi-materi secara kompleks, akan tetapi guru hanya memfasilitasi peserta didik untuk dapat mengeksplorasi pengetahuan maupun kemampuan mereka masing-masing. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, kemampuan guruguru PAI di MTs Negeri 1 Semarang dalam melaksanakan kegiatan eksplorasi sudah cukup baik. Hal tersebut dapat diindikasikan melalui hasil penskoran angket observasi pada kegiatan eksplorasi guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang yang mencapai skor 4,2 (baik). Beberapa aspek yang terdapat dalam pelaksanaan kegiatan eksplorasi berdasarkan UU No 41 Tahun 2007, meliputi : a. Peserta didik dilibatkan dalam mencari informasi yang luas dan dalam dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan
83
menerapkan prinsip alam takambang/potensi jadi guru dan belajar dari aneka sumber. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru-guru PAI yang ada di MTs Negeri 1 Semarang, maka dapat disimpulkan bahwa semua guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah cukup mampu dalam melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang/potensi jadi guru serta belajar dari berbagai sumber. Hal tersebut dapat disimpulkan berdasarkan hasil penskoran angket yang mencapai 4,37 yang berarti baik. Untuk guru akidah akhlak memperolah skor 5,0; untuk guru al-Qur’an hadist memperoleh skor 3,5; untuk guru fiqih memperoleh skor 4,5; sedangkan untuk guru SKI memperoleh skor 4,5. Menurut analisa penulis, pada dasarnya semua guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang memiliki cara yang sama untuk melibatkan peserta didik dalam mencari pengetahuan terkait materi yang akan dipelajari. Adapun seperti yang telah dibahas pada bab tiga, sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru Quran Hadis memberikan tugas untuk mencari materi yang relevan dengan materi yang sedang dipelajari di lingkungan tempat tinggal mereka. Tugas yang diberikan oleh guru Quran Hadis tersebut merupakan salah satu bentuk stimulan yang diberikan kepada peserta didik. Seperti yang telah dibahas pada bab dua bahwa guru diharapkan dapat selalu melibatkan peserta didik dalam mencari atau mengkonstruksi pengetahuan yang dimiliki peserta didik sehingga mereka tidak hanya mengetahui sebuah pengetahuan secara instan, akan tetapi lebih pada proses bagaimana pengetahuan tersebut disusun atau ditemukan. Penugasan yang diberikan oleh guru Quran Hadis tersebut telah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk secara aktif mengkonstruksi pengetahuan yang ada di lingkungan sekitar mereka.
84
Hal tersebut senada dengan pelaksanaan awal kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru Akidah Akhlak. Pada awal pelaksanaan pembelajaran kegiatan inti, guru Akidah Akhlak terlebih dahulu memberikan beberapa soal terkait dengan materi yang akan dipelajari kemudian membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan. Setelah selesai berdiskusi, perwakilan dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Adapun pada awal pelaksanaan kegiatan pembelajaran SKI, guru SKI tidak langsung menyampaikan materi, tetapi terlebih dahulu membangkitkan semangat peserta didik, dengan menanyakan keadaan mereka dan terlebih dahulu memberikan stimulan kepada peserta didik mengenai materi yang akan disampaikan dengan cara memberikan pertanyaan pengantar seputar materi yang akan dibicarakan. Guru tidak serta merta menyampaikan secara menyeluruh materi yang dipelajari. Guru SKI terlebih dahulu memberikan tugas kepada peserta didik untuk membaca materi yang akan dipelajari di rumah, kemudian guru hanya memberikan tambahan materi-materi yang tidak terdapat dalam buku. Beberapa bentuk pelaksanaan kegiatan tersebut senada dengan konsep pendekatan inquiry. Menurut pendapat Nana Syaodih bahwa proses pembelajaran
merupakan
sebuah
stimulus
yang dapat
menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Guru lebih memiliki peran sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator belajar sehingga siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru.27 Penugasan yang telah diberikan oleh guru Quran Hadis maupun pembentukan
kelompok
oleh
guru
Akidah
Akhlak
untuk
mendiskusikan materi yang akan dipelajari merupakan sebuah stimulan 27
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995), hlm. 154
85
yang dapat menantang peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar, sehingga peserta didik tidak hanya menerima apa adanya serangkaian materi yang diberikan oleh guru secara pasif. Jadi, dapat dikatakan bahwa guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah mampu melibatkan peserta didik dalam mencari informasi yang luas dan dalam dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang/potensi jadi guru dan belajar dari aneka sumber. b. Menggunakan
beragam
pendekatan
pembelajaran,
media
pembelajaran, dan sumber belajar lain. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah menerapkan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, maupun sumber belajar. Di samping itu, berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru-guru PAI yang ada di MTs Negeri 1 Semarang, semua guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah cukup mampu dalam melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang/potensi jadi guru serta belajar dari berbagai sumber. Hal tersebut dapat disimpulkan berdasarkan hasil penskoran angket yang mencapai 4,25 yang berarti baik. Untuk guru akidah akhlak memperolah skor 4,0; untuk guru al-Qur’an hadist memperoleh skor 3,5, untuk guru fiqih memperoleh skor 5,0; sedangkan untuk guru SKI memperoleh skor 4,0. Berdasarkan pembahasan yang ada pada bab tiga, guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah cukup kreatif dalam menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, maupun sumber belajar. Dalam penggunaannya, tentunya harus memenuhi beberapa prinsip-prinsip agar dapat digunakan secara efektif.
86
Berdasarkan hasil observasi dengan guru Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Semarang, beberapa pendekatan yang biasanya digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran antaralain: 1) Pendekatan keteladanan Pendekatan keteladanan diterapkan pada materi yang berkaitan dengan akhlak. Hal tersebut dilaksanakan dengan cara guru memberikan contoh kepada peserta didik mengenai akhlak yang
baik,
misalnya
dengan
cara
guru
tidak
terlambat
(kedisiplinan), mengenakan pakaian yang rapi (kerapian dan kebersihan). Jadi, guru tidak hanya mengajar secara teori, akan tetapi juga dengan praktek secara langsung di lapangan. 2) Pendekatan keimanan Pendekatan
keimanan
diterapkan
pada
materi
yang
berkaitan dengan akidah. Materi yang dibahas dikaitkan dengan hal yang ada di lapangan. Misalnya dalam membahas mengenai Iman kepada Allah dapat dijelaskan dengan cara mengetahui penciptaan Allah yang mana dapat dinalar secara akal maupun secara dalil. Dalam menyampaikan materi, guru tidak jarang menggunakan beragam media pembelajaran yang mana penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan mengenai materi yang akan diajarkan. Dalam penggunaan media pembelajaran yang baik, tentunya harus didasarkan pada prinsip-prinsip pemilihan media yang mana prinsip-prinsip tersebut meliputi tujuan pemilihan media, karakteristik media pengajaran, dan alternatif pilihan. Media yang dipilih oleh guru Fiqh di MTs Negeri 1 Semarang untuk menunjang kegiatan pembelajaran sudah didasari oleh prinsipprinsip tersebut. Hal tersebut dapat dilihat antaralain pada saat guru fiqh mengajarkan materi tentang istinjak. Salah satu media yang digunakan adalah boneka dan batuan. Penggunaan media ini cukup efektif dan memenuhi prinsip-prinsip dalam pemilihan media. Di samping itu, penggunaan media tersebut dilaksanakan dengan sistem
87
pengajaran individual sehingga masing-masing peserta didik benarbenar mengetahui bagaimana cara beristinjak yang benar baik dengan air maupun benda-benda lainnya melalui metode demonstrasi yang dilakukan oleh guru dengan media boneka tersebut. Menurut
Syafrudin
Nurdin,
setiap
media
pengajaran
mempunyai karakteristik tertentu, baik dari segi keefektifannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya.28 Menurut analisa penulis, media boneka dan batuan yang dipilih guru fiqh untuk menyampaikan materi istinjak cukup tepat karena boneka dan batuan yang akan digunakan dapat diperoleh dengan mudah, cara mendemonstrasikannya di hadapan peserta didik juga tidak terlalu sulit, serta cukup efektif dalam memberikan pemahaman kepada peserta didik. Adapun mengenai penggunaan beragam sumber belajar, guruguru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah mampu menggunakan beragam sumber belajar dengan baik, penggunaan beragam sumber belajar
tersebut
disesuaikan
dengan
tingkat
kebutuhan
serta
keefisienannya. Menurut Hamid Darmadi, terdapat dua cara penggunaan sumber belajar, diantaranya yaitu membawa sumber belajar ke dalam kelas dan membawa kelas ke lapangan di mana sumber berada.29 Menurut analisa penulis dengan didasari oleh pembahasan pada bab tiga, pada umumnya guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah melaksanakan kedua cara tersebut dalam menggunakan sumber belajar. Hal tersebut salah satunya dilakukan dengan cara guru Fiqh membawa video tentang perawatan jenazah ke dalam kelas. Membawa video tentang perawatan jenazah ke dalam kelas merupakan langkah yang cukup efektif karena peserta didik dapat melihat secara langsung bagaimana cara merawat jenazah sehingga 28 29
Syafruddin Nurdin, op. cit, hlm. 97 Hamid Darmadi, op. cit, hlm. 75
88
tidak hanya membaca lewat tulisan saja maupun mendengarkan ceramah dari guru. Hal ini membuat peserta didik lebih memahami materi yang diajarkan daripada jika hanya dengan penyampaian secara ceramah saja tanpa mendatangkan sumber belajar lain ke dalam kelas. Menurut analisa penulis, hal tersebut senada dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru Quran Hadis. Guru Quran Hadis di MTs Negeri 1 Semarang mencoba untuk membawa kelas ke luar lapangan di mana sumber belajar berada. Hal tersebut dapat dilihat pada saat guru Quran Hadis memberikan tugas kepada peserta didik untuk mewawancarai tokoh agama di lingkungan sekitar tempat tinggalnya terkait dengan materi yang sedang dipelajari. Guru SKI tidak serta merta menyampaikan secara menyeluruh materi yang dipelajari. Guru SKI terlebih dahulu memberikan tugas kepada peserta didik untuk membaca materi yang akan dipelajari di rumah, kemudian guru hanya memberikan tambahan materi-materi yang tidak terdapat dalam buku. Dalam pelaksanaan pembelajaran, pada umumnya guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang menerapkan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang tidak jarang menggunakan LCD pada saat menjelaskan, khususnya ketika mengajar di kelas unggulan. Pada saat memberikan materi mengenai Kesenian dan Adat Nusantara, guru SKI menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Guru terlebih dahulu menjelaskan mengenai peranan Adat Sunda dalam pengembangan dakwah di Jawa dengan diberikan selingan berupa tanya jawab kepada peserta didik. Beberapa sumber belajar yang dipakai dalam kegiatan pembelajaran SKI di MTs Negeri 1 Semarang antara lain Buku Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam ( Tiga serangkai ) dan Buku Sejarah Peradaban Islam oleh Dr. Jail Mubaroq , M. Ag.
89
Jadi, dapat disimpulkan bahwa guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah mampu menggunakan beragam pendekatan, media serta sumber belajar dengan baik. c. Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru-guru PAI yang ada di MTs Negeri 1 Semarang, semua guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah cukup mampu dalam memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. Hal tersebut dapat disimpulkan berdasarkan hasil penskoran angket observasi yang mencapai skor 3,6 yang berarti cukup baik. Untuk guru akidah akhlak memperoleh skor 3,5; untuk guru al-Qur’an hadist memperoleh skor 4,0, untuk guru fiqih memperoleh skor 3,5; sedangkan untuk guru SKI memperoleh skor 3,5. Untuk dapat terjadi interaksi yang baik antara peserta didik dengan peserta didik yang lain, guru, lingkungan, maupun sumber belajar yang lain, seorang guru perlu mengetahui pengalaman yang dimiliki peserta didik, memperhatikan perbedaan individu setiap peserta didik, kesiapan peserta didik untuk menerima pelajaran, serta psikologi pengajaran.30 Menurut analisa penulis, pada dasarnya cara guru-guru PAI yang ada di MTs Negeri 1 Semarang dalam melaksanakan kegiatan tersebut adalah sama. Seperti yang telah dibahas pada bab tiga bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran Quran Hadis, Akidah Akhlak, Fiqh, maupun SKI, cara guru untuk memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik adalah dengan mengadakan diskusi baik dengan teman sebangku atau dengan membentuk kelompok kecil. Guru memberi tugas kepada peserta didik untuk mengamati lingkungan sekitar tempat tinggal peserta didik dengan cara guru 30
Hamzah B. Uno, op. cit, hlm. 7
90
memberikan tugas kepada peserta didik untuk melakukan wawancara dengan tokoh agama di tempat tinggal mereka terkait dengan materi yang sedang dipelajari. Sedangkan interaksi secara aktif dengan sumber belajar yang lain dilaksanakan dengan cara guru memberi tugas kepada peserta didik untuk mencari buku di perpustakaan yang relevan dengan materi yang sedang dipelajari ataupun memberi arahan kepada peserta didik untuk ke perpustakaan secara mandiri melalui pemberian tugas. Sedangkan interaksi secara aktif antara guru dengan peserta didik dapat dilihat pada saat guru melakukan tanya jawab dengan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan interaksi secara aktif dengan lingkungan dapat dilihat pada saat guru memberi tugas kepada peserta didik untuk mengamati lingkungan sekitar tempat tinggal peserta didik, pelaksanaan kegiatan tersebut dapat dilihat pada saat guru Fiqh menggunakan batu dan benda keras sejenisnya yang ada di lingkungan tempat tinggal mereka yang digunakan untuk melaksanakan istinjak. Dalam memfasilitasi peserta didik agar dapat berinteraksi secara aktif, guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang terlebih dahulu melihat kondisi peserta didik, seberapa besar antusias atau semangat peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal tersebut dilakukan dengan melakukan tanya jawab dengan peserta didik ataupun guru memberikan motivasi-motivasi kepada peserta didik. Jadi, guru terlebih dahulu mengetahui kesiapan maupun bekal pengalaman peserta didik sebelum menerima pelajaran sehingga mereka nantinya dapat berinteraksi secara aktif dalam pembelajaran. Sedangkan bentuk interaksi secara aktif dengan lingkungan, dapat dilihat pada saat guru memberikan tugas kepada masing-masing peserta didik untuk mengamati lingkungan sekitar tempat tinggal peserta didik, bentuk tugas yang diberikan dapat berupa wawancara dengan tokoh agama di tempat tinggal mereka terkait dengan materi
91
yang sedang dipelajari. Setelah itu, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempresentasikan hasil wawancara mereka. Dalam melaksanakan kegiatan ini yang mana merupakan tugas individu, tentunya guru perlu memperhatikan perbedaan pada diri masing-masing peserta didik, baik perbedaan secara psikis maupun perbedaan di lingkungan tempat tinggal mereka. Interaksi secara aktif dengan sumber belajar yang lain dilaksanakan dengan cara guru memberi tugas kepada peserta didik untuk mencari buku di perpustakaan yang relevan dengan materi yang sedang dipelajari ataupun memberi arahan kepada peserta didik untuk ke perpustakaan secara mandiri melalui pemberian tugas. d. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran Peran guru adalah sebagai fasilitator sedangkan keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan. Siswa tidak secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi.31 Salah satu bagian dari kompetensi paedagogik yang dimiliki oleh guru adalah merancang manajemen pembelajaran dan manajemen kelas serta melaksanakan pembelajaran yang properubahan (aktif, kreatif, inovatif, eksperimentatif, efektif dan menyenangkan). Hal ini diperlukan oleh seorang guru untuk dapat mengembangkan sistem pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru-guru PAI yang ada di MTs Negeri 1 Semarang, semua guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang cukup mampu melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut dapat disimpulkan berdasarkan hasil penskoran angket observasi yang mencapai skor 4,3 31
Refi Elfira Yuliani, http://www.Refi07'sWeblog.html
92
yang berarti baik. Untuk guru akidah akhlak memperoleh skor 4,0; untuk guru al-Qur’an Hadis memperoleh skor 4,0; untuk guru fiqih memperoleh skor 4,5; sedangkan untuk guru SKI memperoleh skor 4,5. Pada umumnya, guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang belum menerapkan hal ini, peserta didik lebih sering diberikan tugas secara terpimpin dari guru dengan mengerjakan LKS maupun menuliskan kembali ayat-ayat alquran mengenai materi yang terkait. Perumusan mengenai sebuah konsep dapat dilihat pada saat guru memberikan
pertanyaan-pertanyaan
terkait
materi
yang
akan
dipelajari, yang kemudian setelah itu guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyimpulkan jawaban dari pertanyaanpertanyaan tersebut setelah didiskusikan dengan teman kelompoknya. Partisipasi aktif dari peserta didik juga dapat dilihat pada saat guru SKI memberikan penjelasan mengenai peta penyebaran Islam di Indonesia. Pada kegiatan tersebut, indera penglihatan peserta didik diajak untuk aktif melihat penyebaran Islam di Indonesia yang terdapat pada peta yang terpampang di layar LCD, kemudian guru memberi kesempatan peserta didik untuk menjelaskan kembali yang telah disampaikan oleh guru SKI. e. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan. Percobaan di laboratorium tidak pernah dilakukan oleh guruguru PAI di MTs Negeri 1 Semarang. Hanya saja, pada saat membahas materi tentang haji pada kelas VIII, guru Fiqh membawa peserta didik ke luar lapangan untuk dapat mendemonstrasikan bagaimana tata cara pelaksanaan ibadah haji.32 Hal tersebut cukup efektif untuk memahamkan peserta didik karena mereka dapat mempraktekan secara langsung, tidak hanya sebatas membaca dan menghafal teori saja. 32
Wawancara dengan Guru Fiqh
93
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru-guru PAI yang ada di MTs Negeri 1 Semarang, semua guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang belum cukup mampu dalam memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. Hal tersebut dapat disimpulkan berdasarkan hasil penskoran angket observasi yang mencapai skor 1,5 yang berarti sangat tidak baik. Untuk guru akidah akhlak memperoleh skor 1,0; untuk guru al-Qur’an hadist memperoleh skor 2,0, untuk guru fiqih memperoleh skor 2,0; sedangkan untuk guru SKI memperoleh skor 1,0.
2. Kegiatan Elaborasi Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, kemampuan guruguru PAI di MTs Negeri 1 Semarang dalam melaksanakan kegiatan elaborasi sudah cukup baik. Hal tersebut dapat diindikasikan melalui hasil penskoran angket observasi pada kegiatan elaborasi guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang yang mencapai skor 4,8 (baik). Adapun kegiatan elaborasi yang dilakukan guru meliputi: a. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna Berdasarkan observasi peneliti yang didukung dengan hasil penskoran dari angket observasi pada guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang, maka dapat dikatakan bahwa guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang mampu membiasakan peserta didik untuk membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna. Rata-rata hasil penskoran seluruh guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang pada item kegiatan elaborasi poin pembiasaan peserta didik untuk membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna, rata-rata skor dari seluruh guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang mencapai skor 4,5 yang berarti baik. Untuk guru akidah akhlak memperoleh skor 4,0; untuk guru al-Qur’an Hadis
94
memperoleh skor 5,0; untuk guru fiqih memperoleh skor 4,5; sedangkan untuk guru SKI memperoleh skor 4,5. Adapun menurut analisa penulis, cara masing-masing guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang dalam melaksanakan kegiatan tersebut adalah beragam. Secara garis besar, terdapat dua teknik dalam elaborasi, yaitu verbal rehearsal dan mnemonic. Teknik verbal rehearsal dilakukan dengan membaca kembali informasi yang baru diterima dengan keras dan berulang-ulang. Pada dasarnya, kedua teknik ini diterapkan oleh guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang kepada peserta didik. Hal tersebut dapat terlihat ketika guru Quran Hadis memberi kesempatan peserta didik untuk membaca ayat alquran secara bersama-sama sampai 3 kali kemudian mempersilahkan mereka untuk menghafalkan ayat tersebut. Hal tersebut juga dapat dilihat pada saat guru Fiqh memberikan tugas kepada peserta didik untuk menuliskan ayat mengenai materi “Makanan dan Minuman Halal” sebanyak tiga kali kemudian guru memberi kesempatan kepada masing-masing peserta didik untuk menghafalkan bacaan dan tulisannya, kemudian mempersilahkan mereka untuk satu persatu menuliskan ayat tersebut di depan kelas. Pembiasaan membaca dan menulis juga dapat dilihat pada saat guru SKI memberikan tugas kepada peserta didik untuk mencari informasi mengenai materi yang sedang dipelajari, baik melalui bukubuku yang ada di perpustakaan maupun melalui internet. Hal serupa juga dilaksanakan oleh guru Akidah Akhlak, seperti yang telah dijelaskan pada bab tiga bahwa penugasan yang diberikan kepada peserta didik untuk membuat makalah juga membiasakan peserta didik untuk membaca beragam informasi baik dari internet maupun bukubuku lain yang relevan. Seperti yang telah dijelaskan pada bab dua bahwa semakin sering informasi baru diulang, maka semakin kuat tersimpan di dalam memori, sedangkan semakin pendek suatu kata atau kalimat yang
95
dipelajari atau diterima, maka akan semakin mudah diingat. Semakin kompleks suatu kata atau kalimat yang dipelajari atau diterima, maka akan semakin sulit untuk diingat. Jika dicermati, cara guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang untuk membuat peserta didik menghafalkan sebuah ayat maupun membenarkan cara peserta didik dalam membaca alquran serta melatih untuk membaca beragam sumber informasi adalah cukup efektif, dengan menulis dan membacanya secara berulang-ulang, tentunya akan membuat peserta didik lebih mudah untuk menghafalkannya dan memahaminya karena semakin sering suatu informasi diulang maka akan semakin kuat tersimpan di dalam memori. b. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis. Berdasarkan observasi peneliti yang didukung dengan hasil penskoran dari angket observasi pada guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang, maka dapat dikatakan bahwa guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang mampu memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain- lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis. Rata-rata hasil penskoran seluruh guruguru PAI di MTs Negeri 1 Semarang pada item kegiatan elaborasi poin pemfasilitasan peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis, mencapai skor 3,1 yang berarti baik. Hal tersebut dapat disimpulkan berdasarkan hasil penskoran angket observasi yang mencapai skor 4,0 yang berarti baik. Untuk guru akidah akhlak memperoleh skor 4,5; untuk guru al-Qur’an Hadis memperoleh skor 2,0; untuk guru fiqih memperoleh skor 3,0; sedangkan untuk guru SKI memperoleh skor 3,0. Guru Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Semarang selalu memberikan tugas baik melalui Lembar Kerja Siswa maupun tugas
96
presentasi atau diskusi. Akan tetapi, diskusi yang dilaksanakan serta tugas yang diberikan kepada peserta didik tidak hanya sekedar bertujuan untuk menjawab teori yang sudah ada, lebih dari itu adalah untuk membuat peserta didik memiliki pendapat atau gagasan baru mengenai materi yang dipelajari. Guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang selalu memberikan tugas maupun diskusi baik di akhir proses pembelajaran maupun di akhir penutupan suatu materi pembelajaran. Hanya saja tidak semua tugas maupun diskusi yang dilaksanakan selalu memunculkan gagasan yang baru. Misalnya, pada saat guru Quran Hadis memberikan pertanyaanpertanyaan yang mana jawabannya dapat dicari di luar kelas baik di perpustakaan maupun di luar lingkungan sekolah. Setelah itu guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyimpulkan jawaban
dari
pertanyaan-pertanyaan
tersebut
dan
mempresentasikannya di depan kelas. Dari jawaban tersebut, peserta didik sudah terlihat dapat memunculkan berdasarkan
gagasan
baru
gagasan-gagasan
baik
gagasan
orang
lain
tersebut
maupun
diperoleh
berdasarkan
pemikirannya sendiri. c. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut. Guru-guru PAI yang ada di MTs Negeri 1 Semarang sudah cukup
mampu
dalam
memberi
kesempatan
untuk
berpikir,
menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut. Hal tersebut dapat disimpulkan berdasarkan hasil penskoran angket observasi yang mencapai skor 4,4 yang berarti baik. Untuk guru akidah akhlak memperoleh skor 4,5; untuk guru al-Qur’an Hadis memperoleh skor 5,0; untuk guru fiqih memperoleh skor 4,5; sedangkan untuk guru SKI memperoleh skor 3,5.
97
Dalam kegiatan elaborasi, guru diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik tidak hanya untuk berpikir, akan tetapi juga menjabarkan atau merinci sesuatu pengetahuan, yang kemudian dia dapat menyelesaikan permasalahan yang sejalan dengan materi yang telah dipelajari kemudian dapat bertindak secara nyata. d. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif Semua guru PAI yang ada di MTs Negeri 1 Semarang sudah cukup mampu dalam memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif. Hal tersebut dapat disimpulkan berdasarkan hasil penskoran angket observasi yang mencapai skor 3,75 yang berarti cukup baik. Untuk guru akidah akhlak memperoleh skor 3,5; untuk guru al-Qur’an Hadis memperoleh skor 3,5; untuk guru fiqih memperoleh skor 4,0; sedangkan untuk guru SKI memperoleh skor 4,0. Belajar kooperatif merupakan bentuk pembelajaran di mana peserta didik bekerja sama untuk belajar dan bertanggungjawab pada kemajuan belajar temannya. Peserta didik secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks.33 Gagasan utama dari belajar kooperatif adalah peserta didik bekerja sama untuk belajar dan bertanggungjawab pada kemajuan belajar temannya. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Peserta didik secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks.34 Berdasarkan observasi penulis, guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah mampu memfasilitasi peserta didik dalam 33
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), Cet.2, hlm. 56 34 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), Cet.2, hlm. 56
98
Guru-guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang, terkadang mempergunakan pembelajaran kooperatif dan kolaboratif berupa pembentukan
kelompok-kelompok
belajar
maupun
kelompok-
kelompok diskusi. Misalnya pada saat membahas materi mengenai kebudayaan Islam, guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok kemudian memberikan mereka tugas untuk mendiskusikan bentukbentuk kebudayaan Islam.35 Guru Quran Hadis di MTs Negeri 1 Semarang sering menerapkan pembelajaran kooperatif dan kolaboratif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dilaksanakan dalam bentuk diskusi, misalnya pada saat mempelajari materi dalam Surat AlMujadalah ayat 11. Pembelajaran kolaboratif juga diaplikasikan pada saat peserta didik melakukan diskusi, baik penyaji maupun peserta diskusi saling memberikan respon dalam bentuk masukan pendapat maupun pertentangan pendapat. Konsep penggunaan pembelajaran ini didasari persepsi bahwa peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. e. Memfasilitasi
peserta
didik
berkompetisi
secara
sehat
untuk
meningkatkan prestasi belajar Dalam proses pembelajaran, rasa semangat diperlukan oleh setiap diri peserta didik, salah satu cara agar mereka dapat semangat dalam mengikuti proses pembelajaran adalah dengan adanya persaingan atau kompetisi. Bentuk kompetisi yang dapat dilihat oleh peneliti, antara lain kompetisi peserta didik dalam memperoleh nilai. Dalam proses pembelajaran, guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sering menjelaskan bagaimana peran setiap kegiatan pembelajaran (tugas, ulangan harian, dan sebagainya) dalam akhir sebuah penilaian, sehingga peserta didik akan semakin tertantang untuk meningkatkan prestasi belajar mereka untuk bersaing dengan peserta didik yang lain. 35
Dokumentasi RPP Guru SKI
99
Guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah cukup mampu melakukan kegian ini, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor rata-rata pada angket yang mencapai 4,2 yang berarti baik. Untuk guru akidah akhlak memperolah skor 4,5, untuk guru al-Qur’an hadist memperoleh skor 4,0, untuk guru fiqih memperoleh skor 4,0, sedangkan untuk guru SKI memperoleh skor 4,0. Jadi, menurut analisis meneliti semua guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah cukup mampu Memfasilitasi
peserta
didik
berkompetisi
secara
sehat
untuk
meningkatkan prestasi belajar. f. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok Perolehan skor rata-rata pada kegiatan ini mencapai 4,4 yang berarti baik. Untuk guru akidah akhlak memperolah skor 4,0; untuk guru al-Qur’an hadist memperoleh skor 3,5; untuk guru fiqih memperoleh skor 5,0; sedangkan untuk guru SKI memperoleh skor 5,0. Pembuatan laporan eksplorasi secara tertulis salah satunya dilaksanakan oleh guru fiqh pada saat mengadakan praktek beristinjak. Masing-masing
kelompok
diskusi
bersama
guru
melakukan
pengamatan dan memberikan penilaian pada lembar penilaian terhadap kelompok lain yang sedang maju mempraktekkan istinjak dengan menggunakan media yang telah disediakan. Pembuatan laporan eksplorasi oleh peserta didik dapat dilihat pada saat guru SKI di MTs Negeri 1 Semarang mengharuskan peserta didik untuk mengumpulkan PR yang diberikan guru pada pertemuan sebelumnya berkaitan dengan materi yang akan dibahas. Kegiatan yang dilaksanakan oleh guru SKI juga dilaksanakan oleh guru PAI yang lainnya. Kegiatan ini dapat melatih peserta didik untuk membuat sebuah laporan terkait dengan pembelajaran yang telah dilakukan. g. Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan
100
Perolehan skor rata-rata pada kegiatan ini mencapai 1,0 yang berarti sangat tidak baik. Untuk guru akidah akhlak memperolah skor 1,0; untuk guru al-Qur’an hadist memperoleh skor 1,0; untuk guru fiqih memperoleh skor 1,0; sedangkan untuk guru SKI memperoleh skor 1,0. Pameran, turnamen, maupun festival yang diselenggarakan adalah untuk meningkatkan kretivitas peserta didik serta untuk memotivasi semangat peserta didik dalam belajar. Guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang belum ada yang membuat ketiga kegiatan tersebut dalam rangkaian proses pembelajaran. h. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik Untuk menumbuhkan kebanggaan peserta didik, guru-guru PAI yang ada di MTs Negeri 1 Semarang biasanya memberikan hadiah berupa tepuk tangan, pujian, dan nilai tambahan bagi peserta didik yang aktif di kelas maupun yang memiliki prestasi bagus. Sedangkan untuk menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, guru selalu memberikan motivasi-motivasi untuk selalu dapat menjadi lebih baik dan terus rajin belajar, karena pada dasarnya semua peserta didik memiliki potensi yang sama jika ingin berusaha lebih keras lagi. Guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah cukup mampu Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik, hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor rata-rata pada angket yang mencapai 4,0 yang berarti baik. Untuk guru akidah akhlak memperolah skor 4,5, untuk guru al-Qur’an hadist memperoleh skor 4,5, untuk guru fiqih memperoleh skor 3,5, sedangkan untuk guru SKI memperoleh skor 3,5. 3. Kegiatan Konfirmasi Kegiatan konfirmasi yang dilakukan guru meliputi :36 36
Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidiikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”
101
a. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik Teknik pemberian penguatan dalam kegiatan pembelajaran terdiri dari penguatan verbal dan penguatan non verbal. Penguatan verbal merupakan pemberian penguatan berupa pujian yang dinyatakan dengan ucapan kata atau kalimat, sedangkan penguatan nonverbal dinyatakan dengan bahasa tubuh (body language). Penggunaan penguatan dilakukan dalam proses belajar mengajar untuk mendorong siswa agar mau belajar lebih giat lagi dan lebih bermakna. Dalam pelaksanaan pembelajaran PAI di MTs Negeri 1 Semarang, sebagian besar guru-guru PAI sudah mampu memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik. Hal tersebut di atas, diindikasikan dengan perolehan skor rata-rata pada angket yang mencapai 4,0 yang berarti baik. Untuk guru akidah akhlak memperolah skor 4,0, untuk guru al-Qur’an hadist memperoleh skor 4,0, untuk guru fiqih memperoleh skor 4,0, sedangkan untuk guru SKI memperoleh skor 4,0. Guru melakukan penguatan berupa pujian serta motivasi terhadap peserta didik meskipun hal tersebut hanya dilakukan secara lisan saja. Pada umumnya, guru-guru PAI yang ada di MTs Negeri 1 Semarang selalu melakukan kegiatan yang dapat menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. Hal itu dapat dilihat pada saat guru memberikan apresiasi berupa tepuk tangan dan pujian terhadap peserta didik yang dapat menjawab pertanyaan dengan baik, mendapatkan nilai terbaik di kelas, dan sebagainya. Salah satu hal yang bisa dilihat dalam pelaksanaanya adalah ketika guru mengukuhkan kelompok yang terbaik pada akhir pelaksanaan pembelajaran. b. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber Semua guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah cukup mampu melaksanakan Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan
102
elaborasi
peserta
didik
melalui
berbagai
sumber.
Hal
tersebut
diindikasikan dengan perolehan skor rata-rata pada angket yang mencapai 3,5 yang berarti cukup baik. Untuk guru akidah akhlak memperolah skor 3,5, untuk guru al-Qur’an hadist memperoleh skor 3,5, untuk guru fiqih memperoleh skor 3,5, sedangkan untuk guru SKI memperoleh skor 3,5. Konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi yang telah dilaksanakan dilakukan oleh guru dengan cara guru memberikan pertanyaan terkait materi yang telah dipelajari sehingga guru mengetahui sejauh
mana
keberhasilan
pelaksanaan
pembelajaran
yang
telah
dilaksanakan. Pada dasarnya, cara guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang dalam memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi adalah sama. Adapun cara yang dilakukan adalah dengan melakukan ulasan mengenai hasil dari tugas-tugas yang telah diberikan maupun ulasan singkat mengenai serangkaian materi yang dipelajari yang dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran berakhir. c. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan Guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah cukup mampu memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan. Hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor rata-rata pada angket yang mencapai 4,5 yang berarti baik. Untuk guru akidah akhlak memperolah skor 5,0; untuk guru al-Qur’an hadist memperoleh skor 5,0; untuk guru fiqih memperoleh skor 4,0, sedangkan untuk guru SKI memperoleh skor 4,0. Refleksi merupakan sebuah penyegaran yang dilaksanakan untuk mengulas serta menilai apa saja yang telah didapatkan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hal ini dilaksanakan agar peserta didik mengetahui pengalaman apa saja yang telah mereka dapatkan dalam proses pembelajaran. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang pada akhir proses pembelajaran, dengan cara
103
melakukan tanya jawab dengan peserta didik mengenai materi yang telah dipelajari bersama. Apabila ada permasalahan mengenai materi-materi yang telah dipelajari, maka guru berusaha membantu peserta didik untuk menyelesaikannya. d. Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar Guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah cukup mampu dalam memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar. Hal tersebut diindikasikan dengan perolehan skor rata-rata pada angket yang mencapai 4,4 yang berarti baik. Untuk guru akidah akhlak memperolah skor 4,5; untuk guru al-Qur’an hadis memperoleh skor 4,0; untuk guru fiqih memperoleh skor 4,5; sedangkan untuk guru SKI memperoleh skor 4,5. Kegiatan ini mencakup lima kegiatan, diantaranya menjadi narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar; membantu menyelesaikan masalah peserta didik; memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi; memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh; memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif. Guru Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Semarang mampu membantu menyelesaikan masalah yang dialami peserta didik dengan baik dengan cara menjawab pertanyaan peserta didik menggunakan bahasa yang jelas sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh peserta didik. Sedangkan guru Fiqh di MTs Negeri 1 Semarang merupakan sosok guru yang cukup komunikatif sehingga pada akhir pembelajaran, guru fiqh mampu memberikan motivasi dengan baik kepada peserta didik untuk bereksplorasi lebih jauh. Pada akhir pembelajaran, semua guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang tidak jarang memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif dengan baik.
104
105
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pada bab-bab sebelumnya dari hasil analisis yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut bahwa guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang memiliki sudah memiliki kompetensi paedagogik yang cukup baik dalam pelaksanaan kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Hal tersebut dibuktikan dengan rata-rata skor penilaian kompetensi paedagogik guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang mencapai 4,0 yang berarti baik. Penskoran kompetensi paedagogik pada kegiatan eksplorasi yang dilakukan oleh guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang mencapai 4,4 yang berarti baik. Guru Akidah Akhlak memperoleh skor 4,3; guru Quran Hadis memperoleh skor 4,3; guru SKI memperoleh skor 4,3; dan guru Fiqh memperoleh skor 4,6. Kompetensi paedagogik guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang dalam melaksanakan kegiatan eksplorasi dapat terlihat pada kemampuan guru dalam mengelola kelas sehingga mampu menggali kemampuan peserta didik. Penskoran kompetensi paedagogik pada kegiatan elaborasi yang dilakukan oleh guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang mencapai 3,5 yang berarti cukup baik. Guru Akidah Akhlak memperoleh skor 3,6; guru Quran Hadis memperoleh skor 3,8; guru SKI memperoleh skor 3,6; dan guru Fiqh memperoleh skor 3,6. Kompetensi paedagogik guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang dalam melaksanakan kegiatan elaborasi dapat terlihat pada kemampuan guru dalam mengelola kelas sehingga mampu memunculkan gagasan baru serta menambah motivasi belajar untuk peserta didik. Penskoran kompetensi paedagogik pada kegiatan konfirmasi yang dilakukan oleh guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang mencapai 4,1 yang berarti cukup baik. Guru Akidah Akhlak memperoleh skor 4,3; guru Quran Hadis memperoleh skor 4,3; guru SKI memperoleh skor 4,0; dan guru Fiqh memperoleh
99
skor 4,0. Kompetensi paedagogik pada kegiatan konfirmasi dapat terlihat pada kemampuan guru dalam melaksanakan penguatan, refleksi, maupun review. B. Saran-Saran Setelah sedikit banyak mengetahui kondisi MTs Negeri 1 Semarang, maka perkenankanlah penulis menyampaikan saran demi kebaikan bersama, antara lain: 1. Kepada guru-guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang agar terus mengembangkan kemampuan dalam mengajar khususnya dalam membangkitkan semangat peserta didik agar tidak bosan di dalam kelas. Khususnya dalam mata pelajaran SKI dan Quran Hadis yang membutuhkan keterampilan lebih dalam mengelola pelaksanaan pembelajaran. 2. Hendaklah guru selalu memberi motivasi kepada siswa akan pentingnya belajar ilmu-ilmu agama serta terus memberikan motivasi dan perhatian lebih kepada peserta didik yang kurang dapat mengikuti pelaksanaan pembelajaran agar tidak tertinggal dengan teman-temannya. 3. Kepada guru diharapkan agar memilih atau menggunakan metode yang tepat dan sesuai dengan materi yang diberikan, disamping itu hendaknya tidak menggunakan metode yang monoton melainkan metode yang bervariasi, sehingga tidak membosankan baik terhadap guru maupun terhadap peserta didik itu sendiri. 4. Kepada siswa hendaknya selalu memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh guru, juga mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru serta mempraktekan dan mengamalkan materi yang telah diterima di sekolah.
C. Penutup Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq dan hidayahNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dalam penulisan skripsi ini. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan meskipun penulis sudah berusaha semaksimal mungkin. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis dengan rendah hati 100
mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya sebagai penutup penulis mohon maaf, atas segala kekurangan dan kesalahan serta penulis berdo’a semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi diri penulis dan umumnya pagi para pembaca. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
101
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ahmadi, Abu, dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2004 Ali, Muhammad, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa, 1993 Arikunto, Suharsimi, Pengelolaan Kelas dan Siswa, Jakarta: CV Rajawali, 1992, Cet.3 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2005, cet.3 ___________________, dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2009, Cet. 3 Darmadi, Hamid, Kemampuan Dasar Mengajar, Bandung: Penerbit Alfabeta, 2009 Depdikbud., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Edisi Kedua, cetakan ketiga, 1994 Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik, Jakarta: Rineka Cipta, 2005, Cet.2 Fakhruddin, Asef Umar, Menjadi Guru Favorit, Jakarta: Diva Press, 2010, Cet.3 J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), Cet.13 Idris, M., dan Marno, Strategi dan Metode Pengajaran, Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2009, Cet.4 j. Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Kementrian Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 Majid,
Abdul, Perencanaan Pembelajaran “Mengembangkan Kompetensi Guru”, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008
Standar
Muchith, M. Saekhan, Pembelajaran Kontekstual, Semarang: Rasail Media Group, 2008, cet.1 Mulyasa, E., Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007 _______, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008, cet.7 Nasution, S. , Didaktik Asas-Asas Mengajar, Bumi Aksara: 2000 Nurdin, Syafruddin, Kinerja Guru dalam Mendisain PBM, Jakarta: Ciputat Press, 2003 ___________, dan Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta: Ciputat Pers, 2002 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004 Pendidikan Nasional, Menteri, Peraturan Menteri Pendidiikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 “Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah” Ramayulis, Metodologi PAI, Jakarta: Kalam Mulia, 2005 Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Prenata Media, 2010, Cet. 2 Rohani, Ahamad, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2004, Cet.2 Rooijakers, Ad., Mengajar dengan Sukses, Jakarta: PT Grafindo, 1993 Sadulloh, Uyoh, et. al., Pedagogik (Ilmu Mendidik), Bandung: Penerbit Alfabeta, 2010 Sagala, Syaiful, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung: Penerbit Alfabeta, 2009 Singarimbun, Masri, Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES, 1989, Cet. I Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1997
Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo, 2005 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2008 Suryobroto, B., Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997 Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: CV. Rajawali, t.th Syaodih Sukmadinata, Nana, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004 Thoha, Chabib, dan Abdul Mu’ti (eds.), PBM PAI di Sekolah, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan Pustaka Pelajar, 1998 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, Cet.2 DPR RI, Undang-Undang Guru dan Dosen, Bandung: Fokus Media, 2009 Uno, Hamzah B., Profesi Kependidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, Cet.3 Uzer Usman, Moh., Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. ke-13 Yusuf L.N., Syamsu, Buku Materi Pokok Pedagogik Pendidikan Dasar, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2007 Columbo, Rebecca, “Elaborasi, Eksplorasi, dan Konfirmasi”, http://gurupembaharu.com/home/?p=187, diakses 3 Februari 2011 UU
RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2005UU.htm,
dan
dalam
Dosen,
Presiden RI, “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan”, http://www.bpkp.go.id/unit/hukum/pp/2005/019-05.pdf, hlm.33 Pengembangan Kurikulum Siklus Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfimasi _ Guru Pembaharu.html
INSTRUMEN PENELITIAN KOMPETENSI PAEDAGOGIK
1. Nama Guru
:
2. Kelas
:
3. Mata Pelajaran
:
4. Materi Pokok
:
5. Jumlah peserta didik
:
6. Tanggal
:
7. Waktu
:
A. Eksplorasi
No 1
Aspek Yang Dinilai
Skor
Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan 1 2 3 4 5 dalam dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang/potensi jadi guru dan belajar dari aneka sumber.
2
Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media 1 2 3 4 5 pembelajaran, dan sumber belajar lain.
3
Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta 1 2 3 4 5 antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan 1 2 3 4 5
4
pembelajaran 5
Memfasilitasi
peserta
didik
melakukan
percobaan
di 1 2 3 4 5
laboratorium, studio, atau lapangan
B. Elaborasi
No
Aspek Yang Dinilai
Skor
1
Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang 1 2 3 4 5 beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna
2
Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, 1 2 3 4 5 dan lain- lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis.
3
Memberi
kesempatan
untuk
berpikir,
menganalisis, 1 2 3 4 5
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif 1 2 3 4 5
4
dan kolaboratif 5
Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk 1 2 3 4 5 meningkatkan prestasi belajar
6
Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang 1 2 3 4 5 dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok
7
Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, 1 2 3 4 5 festival, serta produk yang dihasilkan
8
Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang 1 2 3 4 5 menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik
C. Konfirmasi
No 1
Aspek Yang Dinilai
Skor
Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam 1 2 3 4 5 bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik
2
Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan 1 2 3 4 5 elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber
3
Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk 1 2 3 4 5
memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan 4
Menjadi
narasumber dan
fasilitator dalam
menjawab 1 2 3 4 5
pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar 5
Membantu menyelesaikan masalah peserta didik
1 2 3 4 5
6
Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan 1 2 3 4 5 pengecekan hasil eksplorasi
7
Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh
1 2 3 4 5
8
Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau 1 2 3 4 5 belum berpartisipasi aktif
Kriteria Skor Penilaian: 1 = sangat tidak baik 2 = tidak baik 3 = cukup baik 4 = baik 5 = baik sekali
Rekapitulasi Penilaian Nilai = Skor yang diperoleh pada tiap item Jumlah item No 1. 2. 3.
KOMPONEN YANG DINILAI Eksplorasi Elaborasi Konfirmasi
NILAI
Jumlah Total Nilai Rata-rata Nilai Akhir
/
PEDOMAN WAWANCARA II ( Untuk Guru PAI MTs N 1 Semarang)
1. Latar belakang subjek penelitian a. Nama Lengkap b. Latar belakang pendidikan c. Pengalaman mengajar 2. Pemahaman terhadap konsep eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi a. Menurut Bapak/Ibu, apakah karakteristik utama yang terdapat pada kegiatan eksplorasi? b. Menurut Bapak/Ibu, apakah karakteristik utama yang terdapat pada kegiatan elaborasi? c. Menurut Bapak/Ibu, apakah karakteristik utama yang terdapat pada kegiatan konfirmasi? d. Apa saja faktor pendukung dan penghambat penerapan konsep eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dalam pelaksanaan pembelajaran? Solusi apa yang Anda tempuh untuk mengatasi kendala tersebut? 3. Kompetensi paedagogik dalam pelaksanaan eksplorasi a. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk dapat mengeksplorasi pengetahuan peserta didik? b. Apakah Bapak/Ibu selalu menggunakan berbagai pendekatan, media serta sumber belajar dalam mengelola proses pembelajaran? Pendekatan, media serta sumber belajar apa saja yang biasanya digunakan dalam mengelola proses pembelajaran? c. Bagaimana cara Bapak/Ibu agar peserta didik dapat berinteraksi secara aktif dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya? 4. Kompetensi paedagogik dalam pelaksanaan elaborasi a. Apakah Bapak/Ibu selalu memberikan tugas kepada peserta didik berkaitan dengan materi yang diajarkan? Dalam bentuk apa saja Anda memberikan tugas tersebut? b. Apakah Bapak/Ibu sering menerapkan pembelajaran kooperatif dan kolaboratif dalam mengajar? Bagaimana cara Anda menerapkannya? c. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk dapat menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik? 5. Kompetensi paedagogik dalam pelaksanaan konfirmasi a. Apakah Bapak/Ibu selalu memberikan umpan balik dan penguatan dalam proses pembelajaran? Dalam bentuk apa hal tersebut diberikan?
PEDOMAN WAWANCARA I ( Untuk Kepala Sekolah MTs N 1 Semarang)
1. Pemahaman terhadap Elaborasi, Konfirmasi, dan Eksplorasi a. Menurut Bapak, apakah guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang memahami secara utuh penerapan konsep elaborasi, konfirmasi, dan eksplorasi? b. Apakah guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sering mengikuti pelatihan tentang pengelolaan kegiatan belajar mengajar? c. Sebagai kepala sekolah, upaya apa saja yang telah Bapak tempuh agar tenaga pengajar di MTs Negeri 1 Semarang mempunyai pemahaman yang mendalam tentang konsep elaborasi, konfirmasi, dan eksplorasi? 2. Kompetensi Paedagogik Guru PAI pada kegiatan Elaborasi, Konfirmasi, dan Eksplorasi a. Apakah guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang sudah menerapkan konsep elaborasi, konfirmasi, dan eksplorasi dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)? b. Bagaimana kompetensi paedagogik guru PAI di MTs Negeri 1 Semarang? Apakah sesuai dengan rencana yang telah disusun dan berlangsung secara efektif? c. Apakah fasilitas yang disediakan sekolah sudah cukup menunjang proses pembelajaran yang menerapkan konsep elaborasi, eksplorasi, dan konfirmasi?