Edisi No. 17/Tahun IX/Minggu III November/2011
Liputan Utama KM STAN Terancam Ala Dosen STAN Masih Perlu D3 Wawancara Tidak Lulus Psikotes = 30 juta Lintas Kampus Penjaga Student Center Pukul Mahasiswa
ISSN: 1829-6106
9777829 670602
9777829 670602
Edisi No. 17/Tahun IX/Minggu III/November/2011
1
>>
Suara Bengkel
> Kini, rapat redaksi hanya dilaksanakan di awal dan di akhir periode pembuatan tabloid. Harapannya, waktu dan tenaga yang kami korbankan lebih efektif dan efisien. Memberikan ruang bagi para reporter untuk melakukan pekerjaannya cukup berhasil meminimalisasi ketegangan karena diburu deadline. Suasana kerja yang tidak terlalu membuat urat syaraf naik membuat proses pembuatan tabloid ini menyenangkan. Lebih sering melakukan diskusi informal yang kadang diselipi obrolan keseharian menambah keakraban di antara kami.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Hasilnya lumayan. Meskipun ada sedikit hambatan karena beberapa narasumber Rasa syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, dengan anugerah-Nya kami dapat menghadirkan tabloid Civitas edisi 17 ini ke tangan para pembaca. Sebagai sulit ditemui. Selain itu, beberapa narasumber sempat menolak untuk dimintai produk perdana dalam kepengurusan angkatan 13 dan 14, sudah tentu kami keterangan. Berbagai pernyataan mereka mengharapkan adanya perbaikan dibanding produk sebelumnya. ungkapkan sebagai alasan keengganan mereka memberikan informasi. Tak ada Pengerjaan tabloid ini dimulai sekitar satu setengah bulan lalu. Ada beberapa yang salah. Mereka pun punya hak untuk perubahan yang kami terapkan agar kinerja kami lebih efektif. Rapat redaksi menolak menjawab. Hal ini membuat kami yang semula diadakan pada hari Rabu tiap minggunya tak lagi kami jalankan.
Susunan Redaksi
Pemimpin Umum Aditya Hendriawan Sekretaris Umum Milki Izza Kepala Kesekretariatan Euis Kurniasih Staf Kesekretariatan Novia Fatma Ratwindayati Bendahara Umum Siti Armayani Ray Pemimpin Redaksi Reza Syam Pratama Redaktur Pelaksana Majalah Hanifah Muslimah Sekretaris Redaktur Pelaksana Majalah Tendi Aristo Redaktur Pelaksana Civitas Online Tri Hadi Putra Sekretaris Redaktur Pelaksana Civitas Online Ericha Putri Utami Redaktur Pelaksana Tabloid Irfan Syofiaan Sekretaris Redaktur Pelaksana Tabloid Muamaroh Husnantiya Editor Bahasa Sarah Khaerunisa Manager Art Center Annisa Fitriana Staff Art Center Grandis Pradana Muhammad Layouter Annisa Fitriana, Luthfian Hanif Fauzi Web Master Nadia Rizqi Cahyani Reporter Aditya Hendriawan, Annisa Fitriana, Euis Kurniasih, Ericha Utami P., Hanifah Muslimah, Irfan Syofiaan, Mila Karina, Milki Izza, Muamaroh Husnantiya, Nadia Rizqi Cahyani, Novia Fatma R., Reza Syam Pratama, Rizki Saputri, Salsabila Ummu S., Sarah Khaerunisa, Siti Armayani Ray, Tendi Aristo, Tri Hadi Putra, Tyas Trimur W.S.R. Kepala Penelitian dan Pengembangan Galuh Chandra Pengembangan Sumber Daya Manusia Salsabila Ummu Syahidah Pusat Data dan Riset Mila Karina Pimpinan Perusahaan Nuris Dian Syah Bendahara Perusahaan Rizki Saputri Manajer Produksi Tyas Trimur Wahyu SetyoRini Alamat Redaksi Kampus Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Jl. Ikan Terbang No. 4, Jurangmangu Timur, Tangerang Selatan, Banten. Telepon : (021) 91274205, E-mail :
[email protected]
2
w w wEdisi . mNo.e17/Tahun d i a cIX/Minggu e n t III/November/2011 erstan.com
bercermin pada diri sendiri dan mengoreksi kesalahan yang kami buat, tentu kesalahan itu harus dilihat dari sudut pandang kode etik yang kami pegang. Kami sadar, dalam menjalankan hak dan kewajiban sebagai pers mahasiswa, kami tak akan bisa lepas dari jaring kritik dan sikap curiga. Benturan kepentingan antara narasumber dan reporter dapat menambah runcing suasana. Tak ayal sikap-sikap seperti itu membuat kami mengeluarkan usaha ekstra keras agar kami tetap berada di jalur yang kami perjuangkan. Akhirnya, setelah melewati berbagai hambatan, terselip harapan bahwa kami tetap memberikan informasi yang bermutu. Berusaha mewujudkan visi kami: Mencerdaskan dan Mencerahkan. Salam Pers Mahasiswa! Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Editorial “Ini adalah era tsunami informasi,” kata Andreas Harsono, wartawan senior, pada kegiatan Media Camp yang beberapa bulan lalu diselenggarakan oleh Media Center. Istilah “tsunami informasi” menggambarkan begitu banyaknya informasi yang masuk ke ruang duduk kita, hingga kita kesulitan memilah berita yang berkualitas kemudian mencernanya, atau bahkan untuk sekadar mengingat informasi apa yang datang pada kita beberapa bulan yang lalu. Usaha melawan lupa ini yang sedikit demi sedikit kami bangun. Berangkat dari data yang kami sajikan dalam Oven News mengenai investasi BEM pada Juli lalu, kami mengajak pembaca untuk mengingat kembali sekaligus memasok informasi: apa yang sudah dilakukan demi memperbaiki hal yang kurang baik di masa lalu? Tujuannya sederhana. Supaya kita mulai membiasakan diri untuk mengingat apa yang terjadi di masa lalu sehingga hal serupa tak terulang—atau paling tidak, agar janji berupa kesepakatan bersama tak dilanggar hanya karena sedikit orang yang memberikan perhatian padanya. Kini, tugas kita adalah mengawasi bagaimana hal-hal ini dilaksanakan. Hari ini, kita menyorot masalah investasi yang belum terselesaikan dengan sempurna. Esok, bisa jadi kita mengarahkan perhatian pada kontrol atas kinerja lainnya. Satu demi satu, semampu kita, ada hal-hal dalam KM STAN yang perlu diamati dan diawasi bersama. Sebab, tanpa kontrol yang cukup dan pelaporan yang transparan, risiko penyalahgunaan wewenang semakin terbuka lebar, siapa pun yang memikul tanggung jawab itu.
Ada juga kisah setelah diputuskannya penerimaan mahasiswa baru untuk D3 STAN. Ada beberapa suara terkait kehidupan organisasi kampus yang perlu kita simak untuk mengambil sikap. Mengambil sikap pun berarti tak semata kecewa lantas berbisik diam-diam di belakang, tetapi juga mengambil sikap positif sekaligus menata ulang rencana kerja untuk periode berjalan. Di lingkungan lain kampus, kabar-kabar terkait perubahan kurikulum mulai terdengar. Lembaga sudah melakukan sosialisasi kepada perwakilan mahasiswa atas perubahan ini. Alasannya, menambah pengalaman sekaligus kontribusi bagi pemerintah daerah. Menarik disimak bagaimana realisasi serta respon mahasiswa atas perubahan kebijakan yang melibatkan salah satu spesialisasi dengan jumlah mahasiswa terbanyak di STAN ini. Beragam liputan lain, seperti pesta perpisahan bagi alumni di tiap spesialisasi, respon mahasiswa mengenai transparansi nilai, sampai kuliah mahasiswa Bea Cukai yang—dalam kesempatan yang teramat jarang—mengunjungi kampus Ali Wardhana untuk menambah jam perkuliahan bisa dicermati dalam tabloid edisi ini. Akhirnya, di tengah suasana ujian yang sudah menjelang, kami mengucapkan selamat menempuh UTS semester ganjil tahun ini. Semoga hanya usaha terbaik yang kita kerahkan, hingga tinggal senyuman yang menghias wajah kita di akhir perjalanan.
Keluarga Besar Media Center Mengucapkan
Selamat Menempuh UTS Ganjil , Semoga Sukses!
<<
>>
<
Surat Pembaca Mempertanyakan Ketidaklaziman Investasi BEM Seorang pemimpin tentunya tidak akan mengambil sebuah kebijakan tanpa pertimbangan yang matang. Kita percaya siapapun yang menjadi pemimpin memiliki mental tersebut. Juga pemimpin BEM. Selama perkuliahan di STAN, kita diajari tata kelola pemerintahan yang baik. Setidaknya, materi tersebut dapat diaplikasikan pada sebuah organisasi berskala kampus seperti BEM.
Sistem Administrasi yang Tidak Amanah
Investasi laptop, lele, reksadana, ataupun paperbooks yang dilakukan BEM pastilah dilandasi oleh keputusan yang matang dari seorang decision maker. Dari perspektif positif, keputusan investasi ini pasti memiliki satu tujuan yang baik; KM STAN mandiri yang tidak melulu menarik ‘pajak’ dari mahasiswa baru.
Analoginya, lucu apabila seorang investor besar di negeri ini mau menanamkan modalnya di sebuah proyek besar hanya dengan perjanjian hitam di atas putih yang dilandasi asas kekeluargaan saja. Dimanakah letak kredibilitas BEM STAN pada saat melakukan investasi jika mau menerima sebuah perjanjian dengan asas kekeluargaan, bukan berasaskan bisnis yang harus dikelola secara profesional?
Yang menjadi sorotan dalam permasalahan ini bukan masalah jenis investasi yang selama ini menjadi bahan guyonan. Investasi apapun itu --baik lele, patin, ikan buntal maupun ikan arwana sekalipun, jika dilaksanakan dengan perjanjian dan pelimpahan tanggung jawab yang jelas, tentunya akan menghasilkan investasi yang tidak hanya menguntungkan, tetapi juga bisa dipertanggungjawabkan.
Hal lain yang tidak lazim, tetapi terjadi dalam kasus investasi BEM STAN adalah ‘perjanjian dilakukan dengan asas kekeluargaan’. Menjadi sebuah tanda tanya besar ketika sebuah organisasi seperti BEM STAN melakukan kerjasama bisnis dilandasi dasar kekeluargaan.
Dokumen yang menghilang juga menjadi sebuah poin penting yang tidak boleh dilewatkan. Poin ini mempercantik pertunjukan sulap investasi. Dalam pertunjukan sulap, ada benda yang menghilang dengan hanya mengucapkan sim salabim. Pada sulap investasi, giliran dokumen yang raib. Jika dokumen saja bisa menghilang, tentu barang bernilai lainnya juga bisa menghilang bukan?
Menyangkut Akuntabilitas Dalam Oven News Edisi 8/Tahun VII/Minggu IV/Juli 2011, diberitakan bahwa Menteri Keuangan BEM STAN 2010/2011, Ariyati Dianita, mengklarifikasi bahwa ia telah menerima dana imbal hasil investasi sebesar Rp 750 ribu/bulan dari proyek investasi lele. Namun, dana imbal hasil tersebut hanya diterima sebanyak dua kali di awal kepengurusan BEM 2010/2011. Berdasarkan angka tersebut, setidaknya kita dapat membuat hitungan kasarnya. Jika imbal hasil ini diterima secara rutin, maka seharusnya setiap tahun BEM kita menerima Rp 9 juta/tahun.
Dokumen perjanjian --walaupun bentuknya hanya ‘perjanjian yang berasaskan kekeluargaan’-- memiliki kekuatan hukum. Jika terjadi wanprestasi oleh salah satu pihak, maka pihak lain berhak menuntut haknya untuk dikembalikan. Sayang, dengan hilangnya dokumen investasi, sudah pasti BEM STAN tidak memiliki kekuatan hukum untuk menuntut haknya yang tercantum dalam perjanjian di saat pihak lain melakukan wanprestasi. Inikah bentuk pengelolaan administrasi KM STAN yang amanah? Rasanya kita bisa menilai sendiri. Beratnya Tugas Bendahara Umum KM STAN (?)
Penerimaan imbal hasil sebesar Rp 9 juta/ tahun bila dibandingkan dengan besarnya biaya investasi awal sebesar Rp 90 juta yang dikeluarkan menunjukkan bahwa sebenarnya investasi ini cenderung merupakan ‘investasi bunuh diri’. Jika kita melanjutkan perhitungan di atas dengan mengabaikan inflasi dan future value atau present value of money, maka investasi tersebut akan mencapai titik impas pada tahun ke-10. Jika investasi baru impas pada tahun ke-10, kapan BEM akan menarik untung? Apakah kebijakan ini benar-benar telah diperhitungkan secara matang? Bagaimana perhitungan di awal sebelum memutuskan untuk melakukan investasi? Hendaknya ada klarifikasi mengenai hal ini. Sebagai mahasiswa yang belajar Akuntansi dan Manajemen Keuangan, setidaknya kita pun memahami dasar-dasar pengambilan keputusan untuk menggelontorkan uang dalam jumlah besar dalam berinvestasi. Akuntabilitas dan transparansi termasuk pondasi utama dalam pengelolaan organisasi yang mengelola uang rakyat. Lalu, mengapa permasalahan investasi ini baru terendus sekarang? Apakah selama ini masalah ini menjadi sebuah rahasia ‘negara’ KM STAN? Atau selama ini investasi lele ini merupakan investasi yang berhasil dan baru bermasalah akhirakhir ini? BEM sebagai pengelola uang mahasiswa sebaiknya menjadikan akuntabilitas dan transparansi sebagai prioritas.
Indikasi kelalaian juga terendus ketika diketahui ada penarikan dana sejumlah Rp 50 juta yang luput dari perhatian Menteri Keuangan BEM STAN 2010/2011, Ariyati Dianita. Penarikan dana ini baru diketahui setelah adanya audit oleh Badan Audit Kemahasiswaan (BAK) STAN. Persoalannya, apakah menteri keuangan tidak melakukan cross check antara nilai aset lancar dalam laporan keuangan dan nilai yang berada di tabungan saat terjadi pengalihan aset lancar? Apakah selama setahun kepengurusan, tugas seorang menteri keuangan terlalu berat sehingga tidak sempat memverifikasi nilai aset lancar sehingga kesalahan baru diketahui setelah ditemukan oleh tim auditor? Mengapa pihak yang pertama kali tahu adalah pihak auditor eksternal, bukan tim auditor internal yang telah memiliki job description yang jelas selama setahun kepengurusan? Lalu, bagaimana jika tidak ada audit terhadap laporan keuangan BEM STAN? Apakah hal ini akan terkubur seperti kabar investasi ikan lele yang sempat tenggelam?
atas defisit suatu kepanitiaan. Pada akhirnya, ketiga petinggi terkait meminjam uang KM STAN melalui BEM. Baru saja kabar tersebut mereda, kini muncul kabar serupa yang nominalnya lebih besar dan atas nama pribadi, bukan karena force majeur. Jika memang dibolehkan melakukan pinjaman pribadi, artinya seluruh anggota KM STAN juga boleh melakukan pinjaman kepada BEM STAN? Atau ini berarti seseorang yang memiliki jabatan bisa meminjam uang kepada negara? Pernahkah kita mendengar ada negara, antah berantah sekalipun, yang meminjamkan uang kepada menterinya untuk melakukan investasi? Bukankah platform investasi organisasi harus dilakukan oleh investasi tersebut dengan pelimpahan tanggung jawab, bukan melalui inisiatif pribadi? Uang pinjaman sejumlah Rp 50 juta tersebut kemudian diinvestasikan ke sebuah lembaga pembiayaan dan tidak jelas peruntukannya, untuk kepentingan BEM atau kepentingan pribadi? Anehnya, piutang ini kemudian direklasifikasi menjadi investasi BEM karena dianggap tak tertagih, padahal piutang ini telah dijamin dengan aset yang ‘katanya’ saat ini nilainya mencapai Rp 140 juta tetapi tidak terbukti keberadaan jaminannya. Bagaimana caranya piutang ini bisa direklasifikasi menjadi investasi, padahal piutangnya sudah dijamin dengan aset? Kalaupun memang investasi tersebut sudah diakuisisi BEM, bagaimanakah kabar dari hasil investasi tersebut dan bagaimanakah sistem keuntungan dari investasi tersebut serta kapankan investasi tersebut kembali? Poin-poin dalam masalah ini mungkin sulit sekali dijelaskan secara runtut karena sudah menjadi benang kusut yang saling mengikat satu sama lain. Hendaknya pihak-pihak yang bertanggungjawab melakukan klarifikasi, melakukan pelaporan kepada publik tentang apa yang sebenarnya terjadi. Jika permasalahan ini diterus dipendam, maka akan menjadi bara dalam sekam yang lama kelamaan akan membakar lumbung padi. Mungkin teman-teman bisa memaklumi bahwa semua investasi, bahkan yang aman sekalipun, memiliki resiko yang tidak dapat terelakkan. Saat ini titik berat permasalahan tidak terletak pada permasalahan uang itu kembali atau tidak, tetapi adanya itikad baik untuk melakukan pertanggungjawaban dan klarifikasi secara terang benderang untuk menghindari fitnah. Semoga kejadian ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita dalam mengemban amanah.
Yudha Pradana Alumnus STAN 2011
Menteri yang Meminjam Uang kepada Negara Hal lain yang patut dipertanyakan dalam masalah investasi ini adalah: bolehkah perseorangan melakukan pinjaman terhadap uang rakyat atas nama pribadi? Masih hangat kabar mengenai adanya tiga petinggi KM STAN yang ketiban tanggung jawab
Edisi No. 17/Tahun IX/Minggu III/November/2011
3
>>
Lentera Pesan Seorang lelaki kurus sambil terengah-engah berteriak dengan lantang, “Kita menang! Kita menang!” Warga yang sudah dilanda kecemasan keluar dari tempat persembunyian mereka dari balik bangunanbangunan indah dan megah kota Athena. Mereka menyambut Pheidippides yang membawa kabar baik nan menyejukkan itu. Akan tetapi, Pheidippides tiba-tiba jatuh tersungkur sesaat setelah berhadapan dengan dewan kota. Ternyata itu adalah hal terakhir yang dapat ia lakukan. Setelah menyampaikan pesan kemenangan pasukan Yunani di Lembah Marathon, Pheidippides meregang nyawa. *** Raja Darius I adalah Raja Persia yang obsesif dan ingin menguasai seluruh pelosok Asia, mulai dari timur dekat Pakistan sampai daerah Ionia yang sekarang dikenal dengan Turki, tak terkecuali peradaban Yunani yang ketika itu sedang memasuki masa-masa emas. Pada tahun 490 SM, ia membawa pasukan yang besar untuk menguasai Yunani. Ambisi itu ditantang oleh pasukan Yunani yang dipimpin oleh Miltiades. Pertempuran terjadi di Lembah Marathon, di antara sempitnya celah-celah perbukitan. Dengan strategi perang kilat, Miltiades dan pasukannya dapat menumbangkan Raja Darius I dan pasukannya dari Persia. Miltiades segera memerintahkan salah satu prajuritnya, Pheidippides, untuk mengabari kemenangan mereka kepada penduduk Athena. Pheidippides berlari tanpa henti meskipun telah seharian bertempur melawan pasukan Raja Darius I. Ia tetap menjalankan tugas itu karena ia tahu: kabar baik harus segera disampaikan. Kebanggaan sebagai prajurit sejati yang dapat membawa kabar baik bagi kaum yang dibela ia tancapkan ke dalam hatinya dan sedikit pun ia tidak mengeluh atas tugas mulia itu. Ia berlari dan terus berlari menempuh 42 kilometer jalan terjal dengan bukit kapur dan hutan lebat.
Kakinya mulai terluka dan berdarah, napas pun terasa sakit untuk menghirup udara. Namun, semua itu ia lalui agar rakyat yang ia cintai merasa aman dan luput dari ketakutan penjajahan. Sebelum menuju Athena, Pheidippides sudah berlari ke Sparta yang 262 km jauhnya dari barat daratan Yunani sebagai sekutu Athena untuk memohon bantuan. Ternyata hasilnya tak seperti yang diharapkan Pheidippides. Pasukan Sparta yang telah ia mohon bantuannya tak kunjung tiba sampai perang di Lembah Marathon itu usai. Ternyata Leonidas sang Pemimpin Sparta tak dapat langsung memenuhi permohonan Pheidippides. Ia harus menunggu sampai bulan purnama agar terhindar dari kutukan. Ketika mereka sampai di Lembah Marathon, Pheidippides sudah berlari menuju Athena dan tidak peduli lagi akan bantuan itu. Konon pasukan Sparta merasa berdosa telah mengabaikan permohonan Pheidippides dan kelak berperang dengan anak Raja Darius I, Raja Xerxes. Pengorbanan yang Pheidippides lakukan membuat penduduk Athena terhenyak. Seorang prajurit rela berlari tanpa henti hingga akhirnya mati kelelahan hanya untuk membawa kabar baik yang menyejukkan itu. Jenazah Pheidippides akhirnya disemayamkan lalu dimakamkan dengan layak dan diperlakukan bagai bangsawan. Warga Athena menyematkan rangkaian daun dafnah untuk menghormati perjuangan kurir pembawa pesan itu. Pheidippides menjadi kebanggaan Athena dan penduduknya. Kesatriakesatria Yunani pun tak kuasa untuk tidak menaruh rasa hormat pada Pheidippides. *** Hampir tak pernah terlintas di pikiran, nasib seorang pembawa pesan harus berakhir seperti itu. Apa yang Pheidippides lakukan adalah hal yang luar biasa. Ia rela mati tersungkur demi menyampaikan kabar baik. Teladan tekadnya untuk menyebarkan kabar baik saja sudah merupakan hal yang begitu mulia. Ditambah lagi kabar itu sendiri memberikan ketenteraman bagi pendengarnya. Tak dapat ditakar lagi ukuran
kebahagian warga Athena saat mendengar kemenangan pasukan Yunani di Lembah Marathon. Mungkin ada yang bertanya akan seberapa pentingnya sebuah pesan dibandingkan dengan nyawa. Meski pesan tak sampai, toh kehidupan masih tetap berlangsung, waktu terus bergulir. Cepat atau lambat, pesan yang tak sampai tersebut nantinya akan diantar juga oleh angin meski pesan tersebut tiba pada waktu yang tidak tepat. Pandangan Pheidippides akan sebuah pesan berbeda dengan orang kebanyakan. Sebuah pesan baginya begitu istimewa karena memiliki nilai. Kabar baik atau buruk yang terkandung dalam sebuah pesan selalu bernilai manfaat jika sampai ke orang yang tepat pada saat yang tepat. Nilai kebaikan yang ia bawa akan menjadi napas perlindungan dan rasa bahagia bagi orang yang menerimanya. Pesan yang mengandung kabar buruk akan membuat si penerima bersiap-siap menghadapi kemungkinan terburuk dan berusaha menghindari diri dari bencana. Andai semua orang seperti Pheidippides. Tak hanya menyampaikan, tetapi juga menciptakan kabar baik. Setelah bertempur habis-habisan membela pasukan Yunani, Pheidippides masih juga berusaha memberikan kebahagiaan agar kaumnya tidak perlu merasa takut lagi. Selain itu, ia tak berharap apa-apa selain kepastian bahwa kaumnya dapat merasakan aman dan tenteram tanpa harus dibayangi prasangka buruk. Sebuah pesan akan bernilai ratusan kali lipat dari sebongkah berlian yang paling mengilap sekali pun. Tentu saja, sekali lagi, jika pesan tersebut sampai ke sasaran yang tepat. Itu sudah cukup menjadi alasan mengapa kita perlu memiliki tekad untuk menyampaikan pesan yang diamanahkan kepada kita, berapa pun kadar kepentingannya. Kabar baik akan membawa ketenteraman, kabar buruk akan memimpin sikap kita untuk mengambil langkah kesigapan. Keduanya sama-sama penting untuk disampaikan.
Content
Harga:
9 paket soal bahas:
Cash (Tunai)
- soal bahas crash Program D1 BC 2009
1-30 buku = Rp18.000,00
- soal bahas USM STAN 2009-2010
31-50 buku = Rp15.000,00
- 5 paket prediksi soal bahas USM STAN 2012
> 51 buku = Rp13.000,00
- info-info penting STAN
Konsinyasi (min 51 buku) = Rp15.000,00
DP KONSINYASI HINGGA 0% KUALITAS TERBAIK, CONTENT TERLENGKAP, HARGA BERSAING!!
DAPATKAN SEKARANG JUGA!!
4
Edisi No. 17/Tahun IX/Minggu III/November/2011 CP: Tyas (085274121450), Didin (085755747308)
Diproduksi oleh
>>
Liputan Utama Strategi Bertahan KM STAN Tidak adanya penerimaan mahasiswa program diploma tiga juga berarti tidak adanya arus kas masuk bagi KM STAN. Meski demikian, Elkam punya banyak cara untuk bertahan.
Pengumuman resmi yang dikeluarkan oleh Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan bulan Juli lalu terkait penerimaan mahasiswa baru STAN cukup menggelisahkan. Pasalnya, STAN hanya akan menerima mahasiswa program Diploma 1 spesialisasi Administrasi Perpajakan dan Bea Cukai. Dengan kata lain, pemasukan untuk membiayai aktivitas Keluarga Mahasiswa (KM) STAN akan terpotong satu periode.
Regenerasi Kepengurusan Terputus Tidak adanya penerimaan mahasiswa D3 pada Tahun Akademik 2011/2012 memaksa setiap Elkam untuk memikirkan berbagai strategi untuk bertahan, baik dari segi pendanaan maupun kepengurusan. Aang telah memiliki solusi atas terputusnya regenerasi untuk periode ini. Ia berinisiatif mengajak teman-teman D3 Khusus untuk ikut berkiprah di organisasi kampus sehingga mereka memiliki sense of belonging terhadap KM STAN. “Program magang tetap ada. Dan kami nggak hanya melibatkan D1, mungkin nanti D3 Khusus akan kami libatkan dalam keanggotaan KM STAN, karena selama ini kan seolaholah tersendiri, D3 Khusus Akuntansi sama Pajak,” jelas Aang.
mempengaruhi jalannya proker yang dibuat oleh tiap organisasi. “Program kerja, tidak ada masalah. Mungkin yang berpengaruh adalah kaderisasi dari PPSDM untuk teman-teman tingkat I,” kata Aang. Hal senada juga disampaikan oleh Aulia dan Soraya, mereka menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang cukup signifikan terkait proker mereka. Di sisi lain, Galuh mencoba berpikir positif untuk menyesuaikan keadaan ini dengan FOKMA. “Kita mencoba memaksimalkan apa yang ada. Lebih baik fokus ke apa yang kita punya, daripada kita mikir kok ini nggak ada, kok itu nggak ada. Untuk proker kita menyesuaikan, buatlah yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa,” katanya.
Sebagai ketua HIMAS, Ichsan menyatakan bahwa masalah regenerasi adalah masalah bersama. Karena itu, ia menawarkan kepada para Ketua Himpunan Mahasiswa Spesialisasi (HMS) untuk mencari solusi terbaik. Sementara itu, Galuh optimis dapat melakukan transfer kepengurusan dengan baik. “Yang penting kita bina juga, jadi yang berkewajiban untuk membina itu adalah tingkat III untuk membina tingkat I. Yang sudah lulus juga akan membantu. Sharing pengalaman itu juga penting,” kata Galuh.
Tanggapan Badan Kelengkapan KM STAN Menanggapi perubahan ini, Presiden Mahasiswa BEM STAN 2011/2012, Teguh Hartato, berpendapat bahwa yang terkena dampak yang paling besar atas perubahan ini adalah bidang kaderisasi. Tiap Elemen Kampus (Elkam) akan mengalami kesulitan dalam merekrut anggota baru sebagai penerus. Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa pendanaan yang terbatas tidak akan terlalu berpengaruh terhadap BEM. Namun, jika SDM yang tersedia terlalu sedikit, maka program kerja (proker) akan sulit untuk dilaksanakan. Sependapat dengan Aang --begitu Teguh biasa disapa, Presiden STAN English Club (SEC), Mochamad Fadli Kurniawan, menambahkan bahwa ia berkomitmen tetap membuka Open Recruitment SEC dan meneruskan kepengurusan meski dana yang dimiliki terbatas. Di lain kesempatan, ketua Himpunan Mahasiswa Akuntansi (HIMAS), Achmad Noor Ichsan, menyayangkan tidak adanya penerimaan mahasiswa D3 tahun ini. “Sebenarnya kami menyayangkan tidak adanya D3 di angkatan tahun ini, mungkin ke depannya regenerasi dari kepengurusan akan sedikit mandeg,” tuturnya. Tidak jauh berbeda, ketua Forum Komunikasi Mahasiswa Anggaran (FOKMA), Galuh Hijaz Syam, mengaku kecewa dengan penerimaan mahasiswa STAN tahun ini, karena harapan siswa SMA untuk mengikuti kuliah Diploma 3 di STAN terpaksa pupus. Terkait kebijakan penerimaaan mahasiswa baru, Sekretaris Jenderal Korps Suka Rela (KSR), Soraya Putri Aprilia, dan Ketua Spesialisasi Anti Korupsi (SPEAK), Aulia Ihsan Aminullah, juga menyatakan kecewa.
Terkait penerimaan mahasiswa baru yang mundur menjadi bulan November, Soraya menyatakan tidak terlalu terpengaruh dengan kondisi itu. Jadwal re-organisasi KSR yang lebih awal memberikan keuntungan tersendiri bagi KSR. Kabar Dana Elkam BEM tengah merancang alternatif pendanaan khusus untuk D1. Selama ini, iuran kemahasiswaan yang ditarik dari mahasiswa D3 berlaku untuk enam semester. Namun, iuran yang ditarik dari mahasiswa D1 akan berjumlah lebih kecil, karena D1 hanya aktif di kampus sekitar enam bulan. Aang menyampaikan bahwa mahasiswa yang akan ditarik iuran hanya mahasiswa yang kuliah di kampus Ali Wardhana. Berkurangnya dana kemahasiswaan tak pelak membuat Elkam bertahan dengan berbagai cara. Aulia menuturkan, “Kalau dari SPEAK sendiri ya, kita sebisa mungkin tidak meminta dana dari BEM.” Menurutnya, kondisi ini adalah suatu latihan agar SPEAK dapat mandiri, mengingat tahun depan SPEAK akan dijadikan Badan Otonom. Mengenai sumber pendanaan, Aulia optimis SPEAK akan cukup mudah jika harus mencari dana dari luar, entah itu dari sponsor, donatur, ataupun LSM.
HIMAS sebagai HMS yang menaungi spesialisasi dengan jumlah mahasiswa terbanyak, memiliki proker National Accounting Challenge (NAC) pada tahun ini. “Sebenarnya pengaruhnya ke SDM. Dengan tidak adanya tingkat I otomatis SDMnya cuma ada dua angkatan. Untuk mencari SDM yang mau dan bisa, itu agak sulit,” ungkap Ichsan.
[Aditya Hendriawan/Ericha Utami P.]
KSR juga memiliki cara tersendiri untuk mengatasi minimnya dana. Soraya menyampaikan bahwa selain dana dari BEM, selama ini KSR juga memperoleh dana dari iuran kas anggota aktif dan iuran kas Kobra (Korps Brigade Rayon Alumni), yaitu perkumpulan alumni KSR. Lain halnya dengan SEC yang menerapkan sistem pajak disamping iuran anggota. Pajak ini didapatkan dari member yang mendapatkan reward atas prestasi yang mengatas namakan SEC. Reward biasanya didapatkan dari perlombaan maupun undangan untuk menjadi pengisi acara. Efek terhadap Proker Penerimaan mahasiswa D1 --yang hanya akan berkuliah selama setahun-- tidak banyak
Edisi No. 17/Tahun IX/Minggu III/November/2011
5
>>
Liputan Utama USM STAN 2011: Empat Kali Penyaringan Banyak yang berbeda dengan penyelenggaraan Ujian Saringan Masuk Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (USM STAN) tahun 2011. Salah satunya, pengumuman resmi mengenai USM STAN tahun ini baru dikeluarkan pada bulan Juli, padahal tahun lalu pengumuman sudah dikeluarkan sejak bulan April.
Pihak Sekretariat STAN tidak dapat memberikan keterangan secara pasti alasan mundurnya jadwal penerimaan mahasiswa baru tahun ini. Yang perlu digarisbawahi, STAN hanya bertugas menyelenggarakan pendidikan. Mengenai kebijakan, semuanya diatur oleh para pejabat Eselon I dan keputusan tertinggi tentu saja ada di tangan Menteri Keuangan, Agus Martowardojo.
tahun sebelumnya yang manggunakan acuan tahun lulusan, pada peraturan USM STAN 2011 terdapat batas rentang usia pendaftar, yakni 17—20 tahun. Dari total peserta yang mengikuti seleksi administrasi, terdapat 42.516 orang yang berhak mengikuti tes tertulis.
Daftar peserta yang lulus tes kesehatan dan kebugaran diumumkan tanggal 17 Oktober 2011. Dari keseluruhan peserta yang mengikuti tes tersebut, terdapat 1.700 peserta yang dinyatakan lulus dan berhak mengikuti tes terakhir, yakni assessment test.
Metode Baru Pelaksanaan Tes Tertulis
Assessment Test Uji Kepribadian Peserta
Hanya D1
Tes tertulis tahun ini dilaksanakan tanggal 21 Agustus 2011 di 26 kota. Serupa dengan tahun-tahun sebelumnya, tes tertulis terdiri dari dua materi, yakni Tes Potensi Akademik (TPA) dan Tes Bahasa Inggris (TBI). Namun, metode pelaksanaan tes tertulis tahun ini berbeda. Bila pada tahun-tahun sebelumnya peserta dapat mengerjakan 180 soal ujian—120 soal TPA dan 60 soal TBI—dalam waktu 150 menit tanpa jeda, tahun ini peserta diberi batasan waktu antara pengerjaan soal TPA dan TBI. Pada seratus menit pertama, peserta hanya boleh mengerjakan soal TPA. Lima puluh menit berikutnya, peserta baru diizinkan mengerjakan soal TBI tanpa boleh mengerjakan soal TPA lagi.
Assessment test diadakan pada 24—27 Oktober 2011 di Balai Diklat Keuangan di beberapa kota, di antaranya Jakarta, Medan, Palembang, Yogyakarta, Malang, Denpasar, Makassar, dan Jayapura. Bentuk tes ini adalah wawancara tatap muka.
Berbeda dari biasanya, untuk Tahun Ajaran 2011/2012, STAN hanya menerima mahasiswa baru Program D1 spesialisasi Pajak dan Kepabeanan dan Cukai. Alasannya tidak dapat dijelaskan secara pasti. Disebut-sebut, salah satu penyebabnya adalah pengurangan jumlah pegawai negeri di lingkungan Kementerian Keuangan, seperti yang dilansir oleh beberapa media nasional beberapa waktu lalu. Pihak STAN sendiri hanya memberikan keterangan bahwa STAN hanya mengikuti keputusan Menteri Keuangan. “Sebenarnya kita sudah siap. Kebutuhan tahun lalu kan sesuai dengan yang direncanakan, D3 tetep ada. Tapi kemudian menterinya meminta, ‘Jangan D3 lagi, ya’,” tutur Baihaki, Kepala Sekretariat STAN. Empat Tahap Seleksi USM STAN 2011 diselenggarakan dalam empat tahap. Tahap pertama adalah seleksi administrasi, dilanjutkan dengan tes tertulis, tes kesehatan dan kebugaran, dan assessment test. Dari keterangan Kepala Subbidang Pengembangan Pendidikan Pembantu Akuntan, Chairul Denyl Setiawan, yang juga merupakan Wakil Sekretaris USM STAN 2011, diperoleh informasi bahwa STAN hanya memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan USM. Prosedur penyelenggaraannya diatur oleh Dewan Pengarah yang ditunjuk langsung melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan. “Kalo yang menentukan prosedur-prosedur itu, ada yang namanya Dewan Pengarah Ujian Saringan Masuk. Baik D3, D1, D4. Itu anggotanya di luar STAN. Dewan Pengarah itu ‘di-SK-kan’ oleh Menteri Keuangan,” tutur Denyl. USM STAN 2011 yang terdiri dari empat tahap ini mendekati pola perekrutan pegawai pada umumnya, khususnya seleksi CPNS. Dengan metode ini, diharapkan ada peningkatan kualitas mahasiswa yang diterima, tak hanya baik dalam kemampuan akademis, tetapi juga dalam hal fisik dan kepribadian. Seleksi Administrasi Mensyaratkan Rentang Usia Pendaftaran calon peserta USM STAN 2011 dilakukan secara online. Calon peserta dapat melakukan registrasi dari tanggal 8 hingga 17 Juli 2011. Untuk penyelenggaraan e-registration ini, Tim IT STAN bekerja sama dengan Pusat Informasi dan Telekomunikasi (Pusintek). Proses selanjutnya, peserta diminta mengirimkan berkas pendaftaran kepada Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru STAN tahun 2011 via pos kilat khusus. Tata cara ini juga berbeda dengan USM STAN tahun-tahun sebelumnya di mana peserta diminta menyerahkan berkas di lokasi pendaftaran secara langsung, umumnya di Balai Diklat Keuangan Daerah. Peserta yang gugur dalam tahap ini sebagian besar disebabkan oleh ketidaklengkapan berkas dan tidak terpenuhinya syarat rentang usia. Berbeda dari tahun-
6
Edisi No. 17/Tahun IX/Minggu III/November/2011
Daftar peserta yang lulus tes tertulis diumumkan tanggal 29 September 2011. Tercatat ada 2.699 peserta yang dinyatakan lulus. Peserta yang dinyatakan lulus pada tahap ini masih harus mengikuti tes lagi, yakni tes kesehatan dan kebugaran. Tes Kesehatan dan Kebugaran: Tak Lagi Hanya Milik Bea Cukai Tahun ini, tes kesehatan dan kebugaran tak hanya diwajibkan bagi peserta yang memilih spesialisasi Kepabeanan dan Cukai, tetapi juga bagi seluruh peserta USM STAN. Tes kesehatan dan kebugaran diselenggarakan pada tanggal 3—8 Oktober 2011 di Balai Diklat Keuangan Jakarta, Medan, Palembang, Yogyakarta, Malang, Denpasar, Makassar, dan Jayapura. Pada tes kesehatan dan kebugaran ini, peserta diperiksa oleh dokter-dokter dari Rumah Sakit Umum Daerah setempat atau dokter-dokter dari Departemen Kepabeanan dan Cukai maupun kepolisian. Tahap pertama, peserta mengikuti tes kesehatan terlebih dahulu. Setidaknya ada sembilan belas jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter pemeriksa, di antaranya adalah pemeriksaan jantung, paru-paru, THT, dan mata. Hasil tes kesehatan ini dinyatakan dalam tiga kriteria: sehat, kurang sehat, dan gagal. Peserta yang dinyatakan gagal tidak diperkenankan untuk mengikuti tes kebugaran. Namun pada praktiknya, ada beberapa peserta yang memaksakan diri untuk tetap mengikuti tes kebugaran meski ia tidak lulus tes kesehatan. “Kalo anak itu enggak lulus (tes) kesehatan, dia itu enggak bisa ngelanjutin (ke tes) kebugaran. Kecuali kalo dia maksa, silakan maksa. Tapi menggunakan pernyataan, kalau ada apa-apa, ya dia yang nanggung,” tutur salah satu anggota tim pelaksana tes kesehatan dan kebugaran. Tes kebugaran sendiri terdiri dari dua jenis tes, Samapta A dan Samapta B. Untuk Samapta A, peserta diminta berlari mengelilingi lapangan selama dua belas menit. Semakin jauh jarak yang dapat ditempuh, kebugaran peserta dinyatakan semakin baik. Untuk Samapta B, peserta diminta berlari zig-zag. Pada tes ini, yang diukur adalah kecepatan lari peserta. Semakin cepat peserta menyelesaikannya, kebugaran peserta dianggap semakin baik.
Menurut Lies Sunarmintyastuti, Ketua Divisi Pendaftaran dan Pelaksanaan Ujian yang juga salah satu penguji, tes ini bertujuan untuk menggali potensi perkembangan diri tiap in D4 idu ke depannya. Para penguji sendiri sebelumnya telah mendapatkan pelatihan khusus sehingga ketika melakukan wawancara, penguji dapat memberikan penilaian terhadap peserta sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Tes wawancara ini menekankan pada poin-poin yang diadopsi dari nilai-nilai Kementerian Keuangan, yakni integritas, profesionalisme, sinergi, pelayanan, dan kesempurnaan. Kelima poin tersebutlah yang diharapkan dimiliki oleh calon mahasiswa yang nantinya akan bekerja di lingkungan Kementerian Keuangan dan bertugas melayani masyarakat. “Harapannya, semua unit di Kemenkeu mempunyai pola kerja, style, dan pengelolaan organisasi yang sama. Punya integrity, profesionalisme, sinergi, kerja sama. Jadi, di mana pun nanti kita berkarier, itu yang dijunjung,” tutur Denyl. Jumlah Peserta Lulus 1.592 Orang Berdasarkan Pengumuman Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Republik Indonesia Nomor: PENG-596/SJ/2011 tanggal 4 November 2011 tentang Kelulusan Ujian Saringan Masuk Penerimaan Mahasiswa Baru Program Diploma I Keuangan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Tahun Akademik 2011/2012, seperti yang disebutkan pada laman resmi STAN, terdapat 1.592 peserta yang dinyatakan lulus USM STAN 2011. Dari 1.592 calon mahasiswa, 426 di antaranya akan berkuliah di Jakarta. Jumlah tersebut terbagi dalam dua lokasi pendidikan. Sebanyak 255 calon mahasiswa D1 Pajak akan berkuliah di Bintaro, sedangkan 171 calon mahasiswa D1 Kepabeanan dan Cukai akan berkuliah di Rawamangun. Sisanya, 1.166 calon mahasiswa, akan menjalani pendidikan di Balai Diklat Keuangan Daerah. Berdasarkan pengumuman tersebut pula, diketahui terdapat dua belas lokasi pendidikan: Jakarta, Medan, Pekanbaru, Palembang, Cimahi, Yogyakarta, Malang, Denpasar, Pontianak, Balikpapan, Makassar, dan Manado. Pengumuman Lebih Awal Daftar peserta yang lulus USM STAN 2011 diumumkan tanggal 4 November 2011. Pengumuman ini keluar lebih awal dari jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya, yakni tanggal 17 November 2011. Hal ini disebabkan proses penilaian assessment test berlangsung dalam jangka waktu yang lebih singkat. Berdasarkan prinsip Dewan Pengarah, jika proses penilaian sudah selesai dan hasil final telah diketahui, hasil tersebut harus segera dipublikasikan. Di samping
>>
Liputan Utama itu, Denyl mengungkapkan bahwa bila hasil final tidak segera dipublikasikan, kemungkinan penyalahgunaan data hasil final USM STAN akan lebih besar. “Kalau (tanggal) 17, di tengah-tengah bisa ada kebocoran. Itu nanti lebih buruk lagi citranya,” jelas Denyl. Walaupun pengumuman hasil USM STAN 2011 dipercepat, hal tersebut tidak berpengaruh pada jadwal daftar ulang. Pendaftaran ulang mahasiswa baru sendiri akan diadakan pada 23-25 November 2011. Kebijakan tersebut diambil untuk mengantisipasi peserta USM STAN yang baru melihat pengumuman tepat pada tanggal 17 November 2011. Jadwal orientasi mahasiwa baru juga tidak berubah, tetap dimulai tanggal 27 November 2011. Mahasiswa Program Diploma I ini akan menjalani masa perkuliahan selama dua semester. Hari pertama perkuliahan dimulai tanggal 5 Desember
2011, berbarengan dengan dimulainya kuliah tahap II Semester Ganjil bagi mahasiswa Program D3. Rentang waktu tiap semesternya sama dengan Program D3 Reguler, yakni satu semester terdiri dari 16 kali pertemuan dengan pelaksanaan ujian setiap 8 kali pertemuan (8 minggu).
“Tergantunglah, tergantung kebutuhan menterinya itu. STAN itu kan hanya mendidik, ya. Artinya, selama ini kebutuhan itu dari kementerian. Berapa kebutuhan penerimaan pegawai, itu tergantung kebutuhan mereka,” jelasnya.
“Mereka lulus itu hanya jeda beberapa minggu dari Yudisium D3,” jelas Denyl, “Yudisium itu akhir Agustus atau September awal. Lha, yang di sini itu (mahasiswa D1) lulusnya September akhir atau awal Oktober. Jadi, wisudanya masih bisa bareng.”
[Ericha utami P.]
Kebijakan USM STAN 2012 Belum Pasti Ketika dikonfirmasi mengenai kemungkinan penerimaan mahasiswa baru Program D3 pada USM STAN tahun depan, Baihaki, Kepala Sekretariat STAN, belum dapat memberikan keterangan secara pasti. Alasannya, lagi-lagi, terkait kebijakan yang berada di tangan Menteri Keuangan.
Sedikit Maba, Minim Laba Jumlah mahasiswa STAN yang mengikuti perkuliahan menurun drastis. Hal ini berdampak pada kegiatan perekonomian di sekitar Kampus STAN.
Sedikitnya mahasiswa baru yang akan berkuliah di Kampus STAN Bintaro untuk setahun ke depan membuat para warga sekitar yang kebanyakan pemilik usaha barang dan jasa merasa resah. Pasalnya, mahasiswa STAN adalah konsumen utama atas barang dan jasa yang mereka tawarkan. Biasanya, ketika mahasiswa tingkat III sudah diwisuda, mahasiswa baru akan masuk menggantikan mereka sebagai pelaku ekonomi sehingga warga yang menggantungkan mata pencaharian kepada mahasiswa STAN tetap dapat menjalankan usahanya secara normal. Saat ini, ketika mahasiswa baru yang akan berkuliah di Kampus STAN Bintaro belum juga masuk, usaha di sekitar kampus pun meredup. Warga sekitar yang kebanyakan pemilik usaha mengaku kecewa, terutama pemilik usaha warung makan. Omzet Warung Makan Melorot Ditinjau dari waktu penerimaan yang mundur dan jumlah mahasiswa baru yang menurun drastis, para pemilik warung makan di daerah Kalimongso mengaku sudah mulai merasakan dampak USM STAN 2011 sejak September lalu. “Yang keluar kan banyak, tapi masukannya enggak ada,” ujar pemilik Warung Jatim. Warung-warung makan yang biasanya ketika sore sudah mulai habis, sekarang banyak yang baru bisa tutup setelah malam. “Apalagi kalau sekarang, Sabtu Minggu sepinya parah,” tambah seorang penjual. Pemilik Usaha Tetap Optimis Banyak rumah kos yang baru dibangun, tetapi sampai sekarang masih kosong karena tidak ada yang menempati. Kita bisa menilik kos At-Taqwa 2 yang baru di bangun di daerah Kalimongso. Dari 22 kamar yang tersedia, yang baru terisi hanya 3 kamar.
“Kalo saya, lantaran saya tidak selalu berpatokan kamar penuh, ya saya menunggu aja. Kalo misalnya terisi, ya syukur. Kalo enggak terisi, ya sudah, ditunggu lagi. Suatu saat pasti akan terisi,” tutur Syaiful Bahri, pemilik Indekos At-Taqwa.
“mengalir”, para pemilik usaha ini mengakui bahwa mereka akan tetap mengikuti arus. Meski begitu, besar harapan mereka agar kebijakan yang diterapkan jangan sampai membuat usaha mereka merugi.
Berbeda kondisi, indekos Griya Soegi yang juga baru dibangun di daerah Kalimongso tidak mengalami nasib seperti kos At-Taqwa 2. Kamar-kamarnya kini sudah terisi penuh. Pemiliknya, yang akrab disapa Bu Mai, menuturkan bahwa ia tidak hanya membidik mahasiswa STAN, tetapi juga karyawan atau karyawati sekitar. Selain itu, harapannya juga tidak tergantung pada mahasiswa D3 Reguler STAN karena mahasiswa D4 dan D3 Khusus masih ada.
“Selama STAN tidak ditutup, kemungkinan (usaha) untuk berjalan, ya tetap ada,” ujar Bu Mai.
Di sisi lain, pemilik usaha fotokopi tidak merasakan pengaruh yang signifikan atas sedikitnya mahasiswa baru yang diterima melalui USM STAN 2011. Hal ini disebabkan permintaan akan fotokopi buku dan modul yang diperlukan oleh mahasiswa masih cukup tinggi. Para pemilik usaha fotokopi itu mengaku sempat khawatir, tapi hingga kini belum merasakan pengaruh yang signifikan seperti kebanyakan pebisnis lain. “Masih belum terasa sampe saat ini. Masih biasabiasa, ya masih kayak tahun-tahun kemarin,” ujar pemilik usaha fotokopi Lexie 2. Tetap Bersyukur dan Menerima Walaupun sempat mengeluhkan turunnya omzet bisnis mereka, para pemilik usaha tersebut menuturkan bahwa mereka tidak memiliki antisipasi apa-apa. Para penjual makanan memang mengakui bahwa mereka harus pintar-pintar menerapkan strategi agar makanannya tidak tersisa dan terbuang, tetapi selebihnya tidak ada strategi khusus.
Di luar itu semua, mereka mengaku tetap bersyukur karena masih ada mahasiswa tingkat II dan tingkat III serta D4 dan D3 Khusus yang masih ramai beraktivitas dan membuat dapur keluarga mereka tetap mengepul. Mahasiswa STAN, diakui mereka, memang menjadi tempat bergantung warga untuk masalah perekonomian. Mulai dari bisnis makanan, fotokopi, kontrakan dan kos, hingga jasa mencuci pakaian, semuanya menjadikan mahasiswa STAN sebagai sasaran utama. Di samping itu, mereka bertutur bahwa mahasiswa STAN, selain berperan dalam meningkatkan perekonomian warga sekitar, juga sedikit banyak membawa pengaruh baik bagi lingkungan di sekitarnya. “Dan memang di Kalimongso itu keamanan dan kebersihannya dijaga. Jadi mereka (warga) berpikiran, ‘Kalo daerah saya tidak aman, berarti mahasiswa tidak akan mau masuk, tidak akan berani untuk ngontrak.’ Karena itu, mereka (warga) benar-benar saling menjaga lingkungan,” ungkap Syaiful Bahri. [Rizki Saputri]
Saat diwawancara, semua pemilik usaha di sekitar Kampus STAN Bintaro serempak menjawab untuk menerima apa pun kebijakan STAN menyoal penerimaan mahasiswa baru. Memakai istilah
Edisi No. 17/Tahun IX/Minggu III/November/2011
7
>>
Liputan Utama Keberlangsungan KM STAN Terancam
Perekrutan mahasiswa baru STAN tahun 2011 yang hanya membuka Program Diploma 1 menuai tanggapan beragam dari berbagai pihak, baik itu calon mahasiswa baru, orangorang di sekitar Kampus STAN, maupun mahasiswa STAN sendiri. Bagaimana dengan alumni? Simak tanggapan mereka berikut ini.
Budi Setiawan, Kepala Balai Diklat Keuangan Manado (Alumnus D3 STAN Tahun 1991)
Kita semua berharap tahun depan penerimaan D3 dibuka kembali. Tentunya ini membutuhkan effort yang maksimal dari Lembaga dan juga alumnus STAN yang sudah menduduki jabatan Eselon I (Ditjen/Itjen) serta Eselon II (Direktur dan yang setara) untuk meyakinkan Pak Menkeu akan masih dibutuhkannya lulusan STAN untuk menggerakkan roda Kementerian Keuangan.
strategis alumnus STAN di masa yang akan datang. Kita pahami bahwa mayoritas lulusan D1 nantinya akan ditempatkan di daerah-daerah ‘terpencil’, walaupun memang mereka diproyeksikan menjadi ujung tombak Kemenkeu dalam memberikan pelayanan publik di daerahdaerah tersebut. Kita ketahui sulit sekali di daerah-daerah tersebut mencari peluang untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, kecuali universitas terbuka. Pegawai-pegawai lulusan D1 di daerah tersebut terancam akan “tenggelam” di sana untuk waktu yang cukup lama, di atas tiga tahun. Hal inilah yang akan sangat memperlambat karier mereka nantinya, bahkan untuk sekadar mencapai Eselon IV. Untuk lembaga-lembaga kemahasiswaan, hal ini merupakan tantangan tersendiri, yaitu bagaimana membuat desain kegiatan yang (dapat) menyesuaikan dengan lamanya kuliah mereka (mahasiswa D1) di kampus.
Dengan tidak diterimanya D3, tentunya (ini) akan berdampak pada peran
[Sarah Khaerunisa]
Salim Darmadi, Staf Biro Riset dan Teknologi Informasi Bapepam-LK (Alumnus D3 STAN tahun 2004) dari kaderisasi organisasi hingga pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar. Saya memahami kerisauan pengurus organisasi mengenai kelangsungan hidup organisasi mereka. Bagi saya, KM STAN memiliki urgensi tersendiri karena mewadahi kepentingan mahasiswa di kampus kita.
Saya pribadi, sebagaimana berbagai pihak yang termasuk di kalangan alumni, berkeyakinan bahwa D3 STAN merupakan penyuplai SDM andal di Kemenkeu. Besar harapan saya Kemenkeu melakukan kajian komprehensif atas hal ini (penerimaan mahasiswa baru STAN) ke depannya agar D3 (Reguler) STAN dapat dibuka kembali pada tahun depan.
Karena STAN memiliki karakteristik unik, secara pribadi saya menyarankan elemen-elemen kampus untuk mengakomodasi kemungkinankemungkinan perubahan kebijakan penerimaan mahasiswa dalam AD/ ART-nya. Organisasi-organisasi level kampus seperti BEM, BLM, LPM, dan BO, saya rasa tidak akan terputus pasokan SDM-nya karena kampus kita tetap menerima mahasiswa baru untuk D4 dan D3 Khusus. [Sarah Khaerunisa]
Banyak aspek yang terkena dampak dari perubahan kebijakan ini, mulai
Agus Fredy Muthi’ul Wahab, Presiden Mahasiswa BEM STAN 2010/2011 (Alumnus D3 STAN tahun 2006) STAN sebagai perguruan tinggi kedinasan tentu saja menerima mahasiswa sesuai dengan kebutuhan piramida pegawai pada tahun perkiraan lulus mahasiswa tersebut. Apabila kebutuhan pegawai (pada) tiga tahun mendatang memang dirasa sudah mencukupi dan sementara tidak membutuhkan pegawai dengan kualifikasi lulusan D3, tentu kita tidak bisa memaksakan.
Terakhir, jangan pernah lupakan mahasiswa tugas belajar. Sekarang program D3 Khusus memiliki waktu kuliah selama enam semester, yang tadinya hanya sekitar empat semester. Artinya, selama tiga tahun mereka akan ada di kampus ini. Selama ini, mahasiswa tugas belajar, khususnya D3 Khusus kan seperti belum tune in sepenuhnya terhadap kehidupan kampus karena beberapa pihak masih memandang sebelah mata. Itu tak boleh terjadi lagi. Maka, review lagi AD/ART, bisa tidak mahasiswa D3 Khusus menjadi presma atau wapresma, misalnya. Jangan hanya terpaku pada D3 Reguler saja. [Sarah Khaerunisa]
Ellen Maharani, Staf Keuangan BPPK (Alumnus D3 STAN tahun 2007)
Mengenai KM STAN, kebijakan ini tentu akan berimbas pada regenerasi organisasi di kampus. Bisa dibilang kita akan kehilangan satu generasi. Akan tetapi, hal utama yang harus dilakukan oleh KM STAN periode ini adalah tidak memandang sebelah mata akan kehadiran kawan-kawan program D1 ini. Jangan sampai karena hanya kuliah selama dua semester, mereka mendapat perlakuan berbeda dengan mabamaba tahun-tahun sebelumnya yang kuliah enam semester.
Jangan terlalu reaktiflah dalam menyikapi sesuatu. Segala wacana yang muncul dapat diartikan macam-macam oleh pihak eksternal. Berbicara soal ancaman, bukankah sebenarnya selalu ada peluang dan kekuatan di sana? Jadi, menurut saya, sampai saat ini belum ada yang perlu dikhawatirkan. Lembaga tidak hanya mempertimbangkan “penting” atau “tidak penting”-nya KM STAN selanjutnya. Banyak pertimbanganpertimbangan lain yang menjadi penyusun keputusan-keputusan tertentu.
Kawan-kawan yang D1 juga merupakan bagian dari KM STAN yang mendapatkan hak dan kewajiban yang sama dengan anggota KM STAN yang lain. Makanya, semua organisasi yang merupakan bagian dari KM STAN harus pandai-pandai agar waktu antara November 2011—Agustus 2012 ini dapat dimanfaatkan secara baik sehingga kondisi saling menguntungkan antara mahasiswa baru dan organisasi-organisasi di KM STAN dapat tercipta. Sampai saat ini, saya rasa mengenai reorganisasi dan kaderisasi belum begitu terganggu. Terlebih kita masih memiliki (mahasiswa) Program D3 tingkat II dan tingkat III sehingga untuk reorganisasi tahun depan pun masih bisa menggunakan pola lama. Misalnya, Wapres (BEM STAN) dan Ketua HMS harus tingkat II. Akan tetapi, tentu saja BLM sebagai badan tertinggi di KM STAN harus sudah mulai memikirkan alternatif solusi untuk tahun ke depannya apabila kondisinya masih seperti saat ini, yaitu hanya menerima (mahasiswa baru) Program D1. Pemikiran untuk merevisi AD/ART untuk menghadapi kemungkinan terburuk ini harus segera dimulai, bahkan diselesaikan pada BLM periode ini. Jangan membayangkan KM STAN hanya akan dapat exist apabila STAN diisi oleh mahasiswa. Program D3 seperti yang selama ini terjadi. Kalaupun kenyataannya tidak sesuai dengan harapan kita dan ternyata STAN kembali hanya menerima D1, jangan sampai diartikan bahwa KM STAN akan bubar. Simpelnya, tinggal ubah AD/ ART KM STAN yang mengakomodasi kondisi apabila kampus STAN Jurangmangu hanya diisi oleh mahasiswa Program D1 tanpa D3, selesai. KM STAN akan tetap exist. Hanya mungkin pola regenerasi tidak akan sama persis dengan tahun-tahun sebelumnya.
8
Saya menyayangkan keputusan Kementerian Keuangan untuk merekrut (mahasiswa) D1 tahun 2011 ini. Tetapi memang pada dasarnya keputusan tersebut muncul didasari kebutuhan Kementerian Keuangan. Sebenarnya, jika beberapa pihak dapat menyediakan data kebutuhan Kementerian Keuangan dan instansi pengguna lainnya seperti BPK, BPKP, KBUMN, atau bahkan Pemda, atas kebutuhan D3, perekrutan D3 untuk tahun selanjutnya tidak lagi menjadi hal yang dipertanyakan.
Jika KM STAN ingin menjadi solusi di tengah beberapa tantangan yang muncul baru-baru ini atas proses perekrutan Program Diploma, KM STAN dan proses kaderisasi akan menjadi jauh lebih solutif jika KM STAN dapat menjadi inisiator maupun fasilitator bersama beberapa pihak lainnya untuk menyediakan data statistik atas kebutuhan lulusan D3 STAN spesialisasi apa pun di Kementerian Keuangan, BPK, BPKP, dan instansi terkait lainnya. Informasi data statistik inilah yang kemudian dapat sebenarbenarnya menjadi dasar proses perekrutan Program Diploma di STAN. Being reactive is mediocre. Just try to be extraordinary by being the solution. [Sarah Khaerunisa]
Edisi No. 17/Tahun IX/Minggu III/November/2011
>>
Liputan Khusus
Wisuda STAN 2011 Aman Terkendali Rabu (12/10) lalu, STAN menggelar wisuda untuk mahasiswa Program D3 Khusus Akuntansi, D4 Akuntansi, D3 Akuntansi, Kebendaharaan Negara, PPLN, Pajak, PBB, Kepabeanan dan Cukai, serta D1 Kepabeanan dan Cukai Balai Diklat Keuangan (BDK) Cimahi.
Mengenai keikutsertaan BDK Cimahi, Rizki Aulia, Koordinator Pelaksana Panitia Wisuda (Panwis) STAN 2011, menjelaskan, “Memang mereka ikut. Tadinya semua (BDK) mau ikut, tapi enggak bisa karena keterbatasan tempat. Pak Kusmanadji akhirnya memperkenankan cuma yang dari Cimahi aja. Sisanya, ya di daerah masing-masing.” Salah satu kendala yang dialami Panwis adalah masalah wanprestasi yang dilakukan oleh beberapa penyuplai barang-barang kebutuhan wisuda. Sebenarnya penyuplai telah diseleksi terlebih dahulu. Panitia tidak bekerja sama lagi dengan para penyuplai yang memiliki kinerja buruk pada pelaksanaan wisuda tahun-tahun sebelumnya. Meski penyeleksian tersebut telah dilaksanakan sedemikian rupa, masalah wanprestasi tetap tidak dapat terhindarkan. Wanprestasi yang terjadi adalah keterlambatan penyuplai dalam menyerahkan barang. Barang yang dijanjikan penyuplai akan datang tepat waktu, ternyata mengalami keterlambatan. “Yang harusnya mereka janji menyerahkan barang pada tanggal sekian, ternyata pada saat tanggal itu barang mereka yang datang belum sampai seratus persen. Ada keterlambatan selama empat hari,” jelas Rizki. Wanprestasi lain adalah banyaknya barang yang tidak memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan oleh panitia. “Banyak yang reject. Kan setiap ada barang masuk, kita quality control. Yang tidak memenuhi standar kualitas kita balikin. Nah, itu dia yang buat mereka (penyuplai) harus kerja ekstra untuk memasok lagi,” tambah Rizki. Masalah wanprestasi yang dilakukan oleh beberapa penyuplai ini dapat diselesaikan dengan baik. Semua
barang yang masuk berkualitas baik, meski untuk itu harus memakan waktu lebih lama. Penyuplai yang melakukan wanprestasi pun telah dikenakan denda akibat keterlambatan yang dilakukan. Proses Wisuda Lancar Acara wisuda yang dilaksanakan pada hari Rabu (12/10) di Plenary Hall Jakarta Convention Center berjalan cukup baik. Tidak seperti acara wisuda tahun lalu yang mengalami keterlambatan cukup lama, penyelenggaraan acara wisuda tahun ini cukup tepat waktu. Hal ini diakui oleh salah satu wisudawati D3 Akuntansi, Fitria Anggraeni, “Semua panitia sigap, acaranya lumayan on time dan enggak terlalu ngaret.”
bebas dari kesemrawutan. Proses wisuda dimulai dari peraih IPK tertinggi dari Prodip D4 Akuntansi, D3 Khusus Akuntansi, kemudian D3 Kepabeanan dan Cukai, PPLN, Kebendaharaan Negara, Pajak, PBB, Akuntansi, dan terakhir D1 Kepabeanan dan Cukai BDK Cimahi. Hiburan-hiburan, seperti pembacaan puisi dan tari-tarian menjadi penutup acara wisuda yang berakhir sekitar pukul 13.00 WIB. Selamat jalan para punggawa keuangan negara. Semoga alumni STAN 2011 dapat menjadi pegawai Kementerian Keuangan yang jujur dan berintegritas. [Mila Karina]
Acara dibuka dengan sambutan dari para pejabat Kementerian Keuangan RI. Di antaranya adalah Agus Martowardojo selaku Menteri Keuangan RI, Ahmad Kodir, M. Simamora, dan Heri Waluyo. Ceramah singkat yang disampaikan secara garis besar mengenai perbandingan antara lulusan STAN yang menjadi agen perubahan di Kementerian Keuangan RI dan yang menjadi koruptor. Pilihan karier ada di tangan para wisudawan. Imbauan-imbauan agar alumni STAN menjadi penerus yang baik dalam dunia birokrasi keuangan di Indonesia disampaikan oleh pejabat lainnya. Acara dilanjutkan dengan tampilnya perwakilan wisudawan yang menunjukkan kemampuan masingmasing. Di antaranya adalah Talisa Noor, wisudawati D3 Akuntansi yang membacakan syair dalam bahasa Inggris. Acara inti, yaitu wisuda mahasiswa-mahasiswi STAN, berlangsung dengan baik. Pengarahan yang diberikan oleh panitia kepada para peserta wisuda membuat acara berjalan dengan tepat waktu dan
Edisi No. 17/Tahun IX/Minggu III/November/2011
9
>>
Selidik Tekankan Privasi pada Transparansi Nilai Sebuah langkah baru di bidang akademis mulai diberlakukan pada semester genap kemarin, yakni transparansi nilai. Sebelum kebijakan tersebut berlaku, mahasiswa STAN biasanya hanya menerima Indeks Prestasi (IP) atau Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mereka tanpa mengetahui nilai mereka di tiap-tiap mata kuliah yang diberikan. Setelah adanya transparansi, mahasiswa dapat mengetahui nilai mereka di setiap mata kuliah secara spesifik. Kertas yang berisikan pengumuman nilai per mata kuliah beserta nilai IPK dipasang di lobi Gedung L dan pelataran Gedung G. Sebagai yang perdana, tranparansi nilai pada semester kemarin adalah hal menarik untuk disimak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini Selidik akan meminta pendapat para mahasiswa STAN mengenai jalannya transparansi nilai. Selidik juga akan membahas penilaian mahasiswa terhadap kegiatan ini. Selain itu, juga akan dibahas pengaruh transparansi terhadap kegiatan akademis mahasiswa serta saran mahasiswa untuk transparansi nilai di masa selanjutnya. Metode yang Selidik yang digunakan adalah dengan metode survei kepada beberapa kelas tingkat II dan tingkat III sebagai sampel. Penyebaran kuesioner dilakukan pada 7-14 Oktober 2011. Dari 400 kuesioner yang disebar, sebanyak 300 kuesioner berhasil dihimpun kembali dari mahasiswa sebagai data.
Transparansi Dinilai Cukup Baik. Mahasiswa STAN menilai transparansi nilai kali ini berjalan cukup baik. Hal ini ditunjukkan dari jawaban mahasiswa dari kuesioner yang diberikan, 173 mahasiswa (57,7%) menjawab cukup baik. Sebanyak 65 mahasiswa (21,6%) yang menjawab baik, sisanya (20,7%) menjawab kurang.
Mahasiswa yang menjawab baik beralasan bahwa nilai-nilai ujian mereka telah diberikan oleh dosen mereka. Mahasiswa yang menjawab seperti ini ada sejumlah 83 mahasiswa (47,9%). Selain itu 65 mahasiswa (37,5%) menjawab baik karena adanya kegiatan perbaikan nilai. Selebihnya, yang mengungkapkan alasan lain-lain sebanyak 25 mahasiswa (14,6%). Namun, ada 30 mahasiswa (43,3%) yang menjawab bahwa transparansi berjalan kurang baik. Pasalnya, publikasi nilai dianggap terlalu berlebihan. Mahasiswa dengan nilai di bawah rata-rata merasa tidak nyaman bila nilai mereka dipublikasikan secara umum. Oleh karena itu, mereka menilai perlunya privasi dalam transparansi nilai ini. Sementara itu, sebanyak 19 mahasiswa (29,9%) menilai transparansi nilai kurang baik, dengan alasan tidak adanya perbaikan nilai. Sebanyak 13 mahasiswa sisanya, mengungkapkan alasan lain-lain seperti informasi prosedur transparansi nilai yang kurang jelas atau tidak adanya informasi mengenai hasil ujian dari dosen. Ketika mahasiswa ditanyai tentang kejelasan informasi prosedur transparansi nilai sebanyak 169 mahasiswa (56,2%) menjawab cukup jelas. Hanya 23 mahasiswa (7,8%) mahasiswa yang memahami secara jelas informasi tersebut. Sisanya 108 mahasiswa (35,9%) menjawab kurang jelas. Sebagian mahasiswa mengaku ada dosen mereka yang tidak menjelaskan tentang transparansi nilai ini. Namun, ada juga dosen yang memberikan pengarahan secara jelas mengenai transparansi nilai dan juga memberikan perbaikan nilai bagi mahasiswa yang nilainya kurang. Selanjutnya, mahasiswa mengharapkan pengumuman yang lebih jelas mengenai prosedur transparansi nilai ini.
Pengaruh Transparansi terhadap Kegiatan Akademis Adakah pengaruh transparansi nilai terhadap akademis mahasiswa? Ketika mahasiswa ditanya tentang hal ini, ada sesuatu hal yang menarik. Ternyata tidak semua mahasiswa menganggap ada pengaruh transparansi niali terhadap akademis mereka. Hanya 213 mahasiswa (71%) yang menjawab ada pengaruh transparansi nilai. Mereka berargumen bahwa adanya transparansi memotivasi mereka untuk memperbaiki nilai karena malu bila nilai mereka jelek serta sebagai sarana introspeksi diri. Mahasiswa yang menjawab tidak ada pengaruh transparansi nilai terhadap akademis ada sebanyak 87 mahasiswa (29%). Sebagian mahasiswa menganggap bahwa transparansi nilai hanyalah sebuah kegiatan formalitas. Mereka merasa ada atau tidaknya transparansi nilai ini tidak mempengaruhi kegiatan belajar mereka. Mereka tetap belajar giat dengan atau tanpa adanya transparansi nilai.
Perbarui Media Publikasi Para mahasiswa banyak melontarkan berbagai macam saran atas jalannya kegiatan transparansi nilai selama ini. Pada umumnya mereka menginginkan agar media pengumuman nilai diperbarui. Mereka mengusulkan agar pihak Sekretariat menyediakan akun pribadi bagi setiap mahasiswa yang berfungsi untuk mengakses nilai. Hal ini dimaksudkan agar privasi atas nilai terjaga. Adapula saran lain, misalnya: rapat kelulusan mahasiswa tetap diadakan, proses perbaikan nilai dilakukan, serta advokasi nilai diperjelas. Transparansi nilai memang berbeda dengan publikasi nilai, bukan?
[Galuh Chandra Adrianur]
Komentar Mahasiswa: Menurut pendapatmu, apa yang dimaksud transparansi nilai? “Kejelasan perolehan nilai akademik mahasiswa untuk tiap mata kuliah selama mengikuti pendidikan dimana tiap mahasiswa hanya memiliki hak untuk mengetahui nilainya saja, bukan seluruh mahasiswa. Ada unsur privasi !” Amri, 3B Kebendaharaan “Pemaparan proses penilaian dosen terhadap prestasi yang dicapai mahasiswa sehingga mahasiswa dapat memprediksi nilai akhirnya “ M. Akhyat, 3H Akuntansi
10
Edisi No. 17/Tahun IX/Minggu III/November/2011
“Pemberitahuan hasil belajar yang diperoleh mahasiswa dari dosen serta detail nilai dan standar penilaian yang digunakan dalam penentuan nilai akhir.” Eka, 3H Akuntansi “Pemberitahuan nilai kepada masing-masing mahasiswa dengan tetap menjaga privasi dan memberi cara-cara memperbaiki nilai. Nilai yang diberitahukan adalah nilai asli.” Dimas, 3P Akuntansi
“Hasil dari ujian dibertahukan ke mahasiswa melauli media yang disediakan dan apabila ada keberatan mahasiswa dapat mengajukan keberatan ke dosen melalui sekretariat “ Dimas, 3B Kebendaharaan
>>
Lintas Kampus Kabar Investasi BEM: Penyelesaian Tetap Lanjut Investasi BEM senilai total Rp 187,2 juta yang berada di tangan pihak ketiga (pihak pengelola investasi), kecuali investasi pada reksadana, menjadi salah satu alasan kuat mengapa Badan Audit Kemahasiswaan (BAK) memberikan opini Tidak Wajar pada Laporan Keuangan (LK) BEM 2011. Sampai Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas LK BEM 2011 dilaporkan oleh BAK kepada BLM saat Rapat Akbar Keluarga Mahasiswa (RAKM) STAN (1/7), investasi itu masih tidak jelas kondisinya dan akhirnya menimbulkan perdebatan di kalangan eksekutif dan legislatif mahasiswa. BAK, seperti yang tertuang pada LHP LK BEM 2011 dan LHP atas Sistem Pengendalian Internal (SPI) BEM 2011, memberikan tempo selama sembilan puluh hari bagi BEM untuk menyelesaikan permasalahan piutang dan investasi mereka. Jika masa itu telah lewat dan masalah belum terselesaikan, BAK akan melaksanakan prosedur audit investigasi.
Tidak Perlu Audit Investigasi? Alih-alih melakukan tindak lanjut dengan melakukan audit investigasi, Refita mengonfirmasi bahwa mereka tidak akan meminta BAK melakukan audit investigasi. Pernyataan ini sejalan dengan yang diutarakan oleh Abdul Ghaffur A. Dama, Ketua BLM 2011/2012. Menurutnya, mereka tidak menemukan keharusan untuk melakukan audit investigasi atas masalah investasi BEM ini. Kenyataan ini seperti tidak mengindahkan pernyataan yang tertuang pada LHP SPI BEM 2011 yang bernomor LHP: LAP-06/BAK.07/2011. Ketiadaan penyelesaian atas masalah investasi itu seharusnya ditindaklanjuti BAK dengan melakukan audit investigasi.
dan BAK. Mereka belum sepakat siapa yang paling berhak untuk memublikasikannya. “LHP diserahkan ke BLM dan dipublikasikan, itu yang kami tahu. Kita kemarin baru saja membahas masalah siapa yang memublikasi ini dengan BLM. Kemungkinan masih fifty fifty ya, bisa BLM maupun BAK juga,” ujar Bayu. Sementara itu, Abdul Ghaffur dengan tegas mengatakan bahwa masalah publikasi LHP adalah tanggung jawab BAK. Setelah disampaikan di depan RAKM, LHP tersebut diserahkan kembali ke BAK untuk dipublikasikan kepada umum. “Publikasi LHP sebenarnya haknya BAK. Kita memublikasikan opininya saat RAKM itu. BLM hanya memberitahu, ini lho, opininya Tidak Wajar,” jelasnya. Secara informal, BLM sudah memberitahu BAK untuk memberikan LHP kepada setiap anggota KM STAN yang memintanya.
Kerja TPF Nihil
“Kalau butuh detail, ya datang aja ke BAK,” tambah Abdul.
Menindaklanjuti rekomendasi BAK tentang penyelesaian masalah investasi ini, BEM dan BLM membentuk Tim Pencari Fakta (TPF). Selama sembilan puluh hari itu, TPF diharapkan dapat menjembatani diplomasi antara pihak rekanan dan BEM. Kenyataannya, usaha TPF ini tidak menghasilkan apaapa. Sampai tulisan ini dibuat, BLM belum menerima laporan pertanggungjawaban dari TPF atas pekerjaan mereka. Maulana Reza, Ketua TPF, tidak memberikan keterangan apa pun kepada Civitas mengenai hasil kerja TPF walaupun telah beberapa kali dihubungi. Fakta ini diperkuat oleh pernyataan Harviandi Gustian, Ketua Komisi Pengawasan BLM yang mengawasi langsung kinerja TPF. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Refita Putriana, anggota Komisi Pengawasan BLM. Refita mengatakan upaya penyelesaian masalah oleh TPF hasilnya nihil. Sampai tulisan ini turun, mereka masih menunggu laporan dari TPF. “Kami tidak melakukan kontak terhadap mereka selama mereka kerja. Kita hanya menjalin kontak dengan BEM dan karena libur kita lose contact. Menghubungi TPF pun sulit meskipun udah masuk (masa perkuliahan),” tegas Refita.
Cuplikan LHP SPI BEM 2011, LHP: LAP-06/BAK.07/2011 Kristiyanto Bayu Saputro, Ketua BAK 2011/2012, membenarkan bahwa sampai saat berita ini turun, BAK masih belum menerima permintaan dari BLM untuk melakukan audit investigasi. Ia juga mengaku belum banyak mendapat transfer informasi mengenai investasi BEM dari pengurus tahun sebelumnya. Publikasi LHP Mandek
Romatan Alex Younaedi, Menteri Keuangan BEM 2011/2012 memberikan pernyataan yang lebih jelas mengenai investasi ini. Menurutnya, press release mengenai kondisi investasi BEM akan disampaikan pada minggu pertama bulan November. Pembahasan mengenai piutang dan investasi BEM sendiri telah dibuat resumenya. Sampai berita ini ditulis, resume tersebut sedang diedit oleh BLM. “Kami (BEM) dan BLM berusaha memberikan yang terbaik dan tidak mau memberikan angka-angka perkiraan, kami ingin semuanya full disclosure. Kami tidak ingin saling menghancurkan pihak lain,” pungkas Alex.
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, LHP LK BEM 2011 telah dilaporkan BAK kepada BLM saat RAKM STAN (1/7). Sayangnya, pertanggungjawaban atas LHP itu sendiri terbatas pada pengumuman opini yang diberikan BAK saja.
[Irfan Syofiaan]
Merujuk pada AD KM STAN, KM STAN berhak mengetahui isi LHP tersebut. Pada pasal 19 AD KM STAN huruf d tercantum salah satu kewajiban BAK, yakni “Melaporkan hasil pemeriksaan kepada Badan Legislatif Mahasiswa yang selanjutnya dipublikasikan kepada setiap anggota KM STAN”. Pasal ini ternyata menimbulkan persepsi ganda di antara pihak legislatif
KAMI MENANTANG ANDA! untuk berkarya di Tabloid Civitas
-> opini, wacana, artikel, surat pembaca, cerpen, karikatur, dll kirim ke
[email protected] dan hubungi 085258724441 (Reza) Bagi karya yang terpilh dan akan dimuat di produk selanjutnya, akan dihubungi lebih lanjut Edisi No. 17/Tahun IX/Minggu III/November/2011
11
>>
Lintas Kampus Kisah Wisuda dari BDK Daerah “Pengin banget (wisuda di Jakarta), karena kami STAN daerah, paling enggak pernah ke STAN pusat.” – A. Yazid, mahasiswa D1 Bea Cukai Makassar Angkatan 2010
Wisuda STAN 2011 yang digelar pada 12 Oktober lalu berjalan agak berbeda dengan tahun sebelumnya. Pihak yang diwisuda dalam perhelatan akbar ini hanya lulusan program Diploma 3 Kampus Ali Wardhana dan Diploma 1 Balai Diklat Keuangan (BDK) Cimahi. Lulusan BDK Pontianak dan Pekanbaru – yang tahun lalu diwisuda di Jakarta, tahun ini tidak turut serta. Hal ini terjadi karena kapasitas gedung yang dipilih sebagai tempat diselenggarakannya wisuda, yakni Jakarta Convention Center (JCC), tidak cukup untuk menampung seluruh mahasiswa STAN --baik yang berada di Kampus Ali Warhana maupun di daerah. Menyadari bahwa kapasitas gedung terbatas, panitia wisuda 2011 pun tidak mengundang lulusan BDK daerah untuk mengikuti prosesi wisuda di Jakarta. Kalau dari tempat (wisuda) cukup, nggak tertutup kemungkinan buat mengundang yang lain. Cuma di JCC tribunnya terbatas,” jelas Yustamar Koco Hatmanto, Wakil Koordinator Pelaksana Wisuda 2011. Wisuda 2011 kali ini memang sempat menuai protes dari wisudawan lantaran masalah tempat. Tribun JCC hanya dapat menampung sekitar 2500 orang. Kapasitas tersebut tidak dapat menampung para pendamping wisudawan yang ingin menyaksikan prosesi wisuda. “Buat D3 aja kurang, kalau kita masukin (BDK) nanti kasihan anak D3-nya,” kata Yusta. Akhirnya, diputuskan bahwa yang diwisuda di Jakarta hanya lulusan D1 Bea Cukai dari BDK Cimahi –karena jaraknya yang relatif dekat. Mahasiswa BDK lain yang tidak berkesempatan diwisuda di Jakarta mengambil alternatif lain. Ada yang menyelenggarakan wisuda sendiri, seperti BDK Makasar dan Yogyakarta. Beberapa yang lain,
semisal Pontianak dan Balikpapan, ditawarkan untuk bergabung dengan wisuda BDK STAN di Yogyakarta.
“Kita juga nggak enak, ini kan permintaan dari Lembaga juga.”
Di sisi lain, lulusan BDK Pekanbaru dan BDK Palembang bersikukuh agar tetap dapat diwisuda di Jakarta. Koordinator Pelaksana Wisuda BDK Pekanbaru dan BDK Palembang, Habibi Prabugumanda, menyampaikan permohonan kepada pihak Sekretariat agar dapat menyelenggarakan wisuda di Jakarta –meskipun dengan waktu dan tempat yang berbeda dengan wisuda 12 Oktober lalu.
Baihaki, Kepala Sekretariat STAN, menyampaikan alasan Lembaga mengabulkan permohonan BDK Palembang. “Daripada orangtuanya ke Palembang kan cost-nya dua kali. Jakarta – Palembang. Atau barangkali ke Pekanbaru. Lagi pula Pekanbaru kan hanya satu kelas, mereka bisa gabung dengan yang Palembang,” jelasnya.
Lain halnya dengan prosesi wisuda di Makasar. Argunadi Yazid, salah seorang lulusan D1 Bea dan Cukai BDK Makassar menuturkan bahwa ia telah diwisuda pada tanggal 10 Oktober. Acara wisuda tersebut dihadiri Direktur STAN, Kepala Kanwil Bea Cukai Makassar, Kepala BDK Makassar, dan Senat STAN Makassar. Adapun panitia wisuda adalah pegawai BDK setempat mengingat tidak adanya adik angkatan. Walaupun demikian, Yazid menuturkan bahwa sebenarnya ingin diwisuda di Jakarta. “Pengin banget (wisuda di Jakarta), karena kami STAN daerah, paling enggak pernah ke STAN pusat,” tuturnya. Permohonan Wisuda BDK Palembang Terkait permohonan BDK Palembang, Sekretariat mengamanatkannya kepada panitia Wisuda STAN 2011. Namun, permohonan tersebut dirasa terlalu mendadak sebab menurut rencana awal, wisuda BDK Pekanbaru dan BDK Palembang akan dihelat pada tanggal 24 Oktober, hanya berselang dua belas hari dari wisuda di JCC . “Dadakan juga sih. Sekitar tanggal 20, korlaknya nawarin ke saya kalau dari BDK Palembang pengin wisuda di sini,” tutur Yusta. Walaupun demikian, panitia wisuda tetap menerimanya dengan alasan
Namun pada akhirnya, wisuda BDK Pekanbaru dan BDK Palembang diundur menjadi tanggal 3 November 2011 karena berbagai alasan, antara lain karena adanya test assessment untuk calon mahasiswa baru di Palembang. Acara wisuda yang melibatkan 143 wisudawan –yang terdiri dari 26 mahasiswa lulusan D1 spesialisasi Kepabeanan dan Cukai dari BDK Pekanbaru dan 117 mahasiswa lulusan D1 spesialisasi Kepabeanan dan Cukai dari BDK Palembang-- diselenggarakan di Student Center. Adapun panitia yang melaksanakan, jumlahnya disesuaikan dengan jumlah wisudawan yang juga lebih sedikit. Mengenai mekanisme perekrutan panitia, diserahkan kepada tiap-tiap kepala bidang. Panitia yang kembali terlibat pun akan mendapatkan reward, belum ada kepastian mengenai jumlahnya, tetapi reward yang didapat sekitar 250ribu untuk staf dan 300ribu untuk Kepala Bidang serta BPH. Menurut Habibi, telah dibentuk pula panitia di Palembang untuk membantu persiapan penyelenggaraan wisuda mereka di STAN. Ia menjelaskan, “Karena penyelenggaraannya di sana, kami minta tolong panitia yang di JCC buat pelaksanaan di sana. Tapi ada sebagian perlengkapan seperti toga, suvenir, dan undangan kami siapkan dari sini.” [Euis Kurniasih/Muamaroh Husnantiya]
Si Lele Masih Licin, Lainnya Mudah Ditangkap Kondisi investasi BEM yang beberapa waktu lalu sempat mengalami kesimpangsiuran manajerial akhirnya kini menemui titik terang. Dengan alasan prinsip prospektif dan tidak retroaktif, BLM menyatakan keinginan mereka untuk menyelesaikan masalah investasi ini. Pertemuan Empat Generasi Presma BLM memulainya dengan memfasilitasi pertemuan empat generasi presiden mahasiswa pada 9 Oktober 2011 lalu guna membahas rencana penyelesaian investasi dan kelanjutan nasib investasi itu sendiri, apakah akan dilanjutkan atau tidak. Empat generasi presma yang hadir adalah Henderi Gunadi (Presma BEM 2008/2009), Haryanto (Presma BEM 2009/2010), Agus Freddy Muthi’ul Wahab (Presma BEM 2010/2011), dan Teguh Hartato (Presma BEM 2011/2012). Pertemuan itu menghasilkan rencana penyelesaian investasi bermasalah. Pembaruan sistem administrasi investasi akan diterapkan, termasuk penegasan kembali akan komitmen masing-masing pihak. Apakah akan melanjutkan investasi atau menariknya kembali, harus ada kejelasannya.
Menteri Keuangan BEM 2011/2012, Romatan Alex Younaedi
12
Edisi No. 17/Tahun IX/Minggu III/November/2011
Hingga kini masih ada investasi yang berada dalam kondisi yang belum realistis untuk ditarik kembali. Dokumen-dokumen yang dibuat ketika itu tidak menjelaskan secara gamblang pihak mana yang harus bertanggung jawab jika terjadi kerugian. Ini menunjukkan bahwa masalah investasi ini berkaitan dengan kekuatan hukum. Teguh pun berkomitmen BEM akan berupaya menarik investasi tersebut.
>>
Lintas Kampus
Dalam pertemuan, Teguh menggambarkan investasi ikan lele yang menurutnya lemah dari segi hukum, “Bahwa ada investasi yang tidak tertagih, kita harus realistis. Ada beberapa kontrak yang tidak dipegang Menteri Keuangan sekarang dan dari kontrak itu tidak disebutkan kalo rugi siapa yang harus bertanggung jawab, apakah dikembalikan atau tidak.” Untuk beberapa hal, investasi ikan lele ini tidak sepenuhnya dalam kondisi tersesat. Pihak pengelola investasi, Badru Tamam, telah melakukan kontak dengan BEM. Hasilnya, ia selaku pengelola mengakui adanya hak BEM di tangannya dan bersedia untuk mengembalikannya. Menteri Keuangan BEM 2011/2012, Romatan Alex Younaedi, pada bulan Agustus lalu mengonfirmasi bahwa ada tambahan sebesar Rp 500 ribu di rekeningnya sebagai retur atas investasi itu. “Yang pasti, dia (Badru Tamam) mengakui kalo dia memegang uang KM STAN. Kalaupun investasi ini akan dilanjutkan, perlu kejelasan bagaimana investasi ini dilakukan dan imbal hasilnya dan berapa lama,” tegasnya.
Investasi senilai Rp 45 juta ini berhasil ditarik kembali oleh BEM ditambah dengan retur sebesar Rp 12,057 juta. Total uang senilai Rp 57,057 juta tersebut sudah berada pada rekening Menteri Keuangan. Investasi pada Quantum Finance senilai Rp 50 juta yang sebelum dialihkan ke akun investasi dicatat sebagai piutang terhadap mantan Menteri Keuangan BEM, Izazi Mubarok, akan diusahakan cair pada bulan November. Kemungkinan cairnya investasi ini, menurut Alex, sangat besar mengingat BEM memegang jaminan berupa surat tanah dan emas. Menurutnya, nilai kedua jaminan tersebut melebihi nilai investasi Quantum Finance sendiri. Kondisi investasi pada usaha peminjaman buku Paper Books adalah yang paling stabil. Paper Books secara rutin memberikan retur kepada BEM. Meski begitu, Alex tidak menyebutkan jumlah retur yang diperoleh dari investasi ini. Dana Elkam Aman
Investasi Lain Lancar
Di lain pihak, BLM berbicara lebih hati-hati tentang kondisi investasi ini. Abdul Ghaffur A. Dama, Ketua BLM 2011/2012, mengatakan saat ini investasi tersebut akan tetap menjadi investasi sampai ada perubahan kontrak.
Untungnya, kondisi investasi yang lain tidak serumit investasi ikan lele. Investasi reksadana misalnya.
BLM menjamin 50% investasi sudah dapat dianggap lancar. Lancar di sini berarti investasi tersebut dapat
cair dalam waktu dua belas bulan atau kurang. Kabar baiknya, 50% itu sudah termasuk cicilan piutang dari Forum Mahasiswa Kedinasan Indonesia (FMKI) sebesar Rp 8 juta yang mulai dibayar tahun ini. Tahun depan FMKI akan mencicil sebesar Rp 8 juta lagi. Disinggung mengenai pengaruh investasi ini terhadap uang KM STAN yang akan ditransfer kepada elkamelkam, BLM menegaskan bahwa investasi ini hanya berpengaruh sedikit terhadap uang yang akan didistribusikan. Abdul menjelaskan alasan teknis mengenai pernyataan ini. “Lihat di neraca. Investasi termasuk di bagian aset jangka panjang, perlakuannya sama dengan aset-aset tetap ini: sound system, peralatan listrik, furnitur, dan sebagainya. Itu semua kan tidak didistribusikan kepada kalian, begitu juga investasi,” jelasnya. Abdul menambahkan, nilai investasi BEM yang dapat direklasifikasi sebagai aset lancar berada pada rentang 140 hingga 168 juta rupiah. [Irfan Syofiaan]
Penjaga Student Center Pukul Mahasiswa Mulanya Student Center diharapkan menjadi center of excellence kegiatan mahasiswa. Namun nyatanya, untuk sekadar mengambil gambar gedung pun mahasiswa dilarang.
Dua Sistem Pengamanan Suparman, Kepala Regu II Satpam STAN, menjelaskan bahwa ada dua sistem pengamanan yang di Student Center, yakni empat orang satpam resmi STAN dan beberapa orang lainnya adalah “satpam” yang dipekerjakan oleh pihak kontraktor. Beberapa “satpam” yang direkrut pihak kontraktor merupakan warga sekitar kampus. Parman mengakui bahwa selama ini memang ada tumpang tindih dalam pembagian tugas antara dua kelompok pengamanan tersebut. Mengenai kasus pemukulan, Parman mengiyakan adanya laporan yang masuk kepadanya. Merujuk pada versi laporan yang diterimanya, kasus tersebut berawal ketika ada dua orang yang mengendarai satu motor masuk ke area Student Center tanpa meminta izin terlebih dahulu. Kebetulan, “satpam berseragam” yang sedang bertugas sedang menyantap makan malam sehingga kedua orang tersebut diurus oleh “satpam tanpa seragam”.
Kronologi Kejadian Selasa (11/10), sekitar pukul 19.45 WIB, dua orang mahasiswa berkendara motor bergerak dari arah gerbang Sarmili menuju gerbang Ceger. Kedua mahasiswa yang enggan disebutkan namanya ini baru saja kembali dari indekos salah satu rekan mereka yang terletak di daerah Sarmili. Mereka berencana terlebih dahulu mampir di Student Center sekadar untuk melihat-lihat dan mengambil gambar di sekitar bangunan baru tersebut. Salah satu dari mereka membawa kamera DSLR. Setelah menemukan lokasi yang layak diabadikan, mereka pun memotret tampak depan Student Center. Tiba-tiba, dari sisi timur Student Center, seseorang meneriaki mereka. Merasa ada yang tidak beres, kedua mahasiswa ini dengan mengendarai motor menghampiri orang yang berteriak tersebut. Dengan nada tinggi, orang tersebut menanyakan maksud mereka mengambil foto Student Center di malam hari. Mahasiswa yang memegang kamera mengatakan bahwa mereka tidak mengambil gambar Student Center. Namun naas, saat kamera diperiksa, orang itu menemukan gambar Student Center di dalamnya. Merasa dibohongi, “satpam tanpa seragam”
tersebut naik pitam dan langsung melayangkan beberapa pukulan ke arah mahasiswa pemegang kamera. Posisi mahasiswa saat itu sedang duduk di jok motor bagian belakang. Melihat kejadian tersebut, temannya yang duduk di belakang kemudi motor kebingungan. Keheranannya bertambah ketika ia melihat beberapa “satpam berseragam” sedang menyantap makan malam di dekat area konflik, tetapi mereka tidak mengambil tindakan apa pun atas peristiwa pemukulan yang baru saja terjadi. Tak ingin keadaan makin keruh, kedua mahasiswa ini memutuskan untuk langsung kembali ke rumah kos mereka. Kebingungan masih meliputi keduanya. Sesampai di rumah kos, mereka disambangi oleh Michael Angelo Halomoan Simbolon, Menteri Departemen Advokasi dan Relasi (Devosi) BEM STAN, serta beberapa rekannya. Michael menyatakan bahwa kejadian ini murni kesalahpahaman dan tidak ada unsur kesengajaan dari “pihak dalam” kampus. Devosi mengusulkan untuk melaporkan masalah ini ke Sekretariat agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Akan tetapi, dua mahasiswa yang bersangkutan menolak usulan tersebut karena enggan berurusan dengan Sekretariat.
Parman menambahkan bahwa konflik yang terjadi antara dua orang mahasiswa dan “satpam tanpa seragam” tersebut berlangsung dalam waktu singkat sehingga luput dari perhatian anggotanya yang sedang makan malam. Sejak kejadian itu, satuan pengamanan terkait sepakat untuk memperjelas pembagian wilayah kerja. “Satpam tanpa seragam” hanya menangani masalah yang terkait dengan pekerja-pekerja yang sedang merampungkan pembangunan Student Center, sementara “satpam berseragam” turun tangan untuk permasalahan yang berkaitan dengan mahasiswa. Mengenai hal ini, Parman mengutarakan bahwa sebenarnya diperlukan kerja sama dari semua pihak dalam mewujudkan keamanan kampus. Misalnya, bila mahasiswa memiliki keperluan di malam hari sehingga harus melewati gerbang kampus yang telah ditutup (di atas pukul 22.00 WIB), mahasiswa tersebut diharapkan memperkenalkan identitas serta melaporkan maksud dan tujuannya agar satpam yang bertugas mendapat kejelasan. Begitu pun ihwal Student Center. Jika mahasiswa ingin mengambil gambar atau berfoto di sana, mahasiswa tersebut diharapkan meminta izin terlebih dahulu kepada petugas yang berjaga. [Tri Hadi Putra]
Edisi No. 17/Tahun IX/Minggu III/November/2011
13
>>
Wawancara
>
Tes Lanjutan untuk Lulusan STAN Desas-desus mengenai penempatan lulusan STAN membuat kabar tersebut menjadi perhatian utama mahasiswa STAN, khususnya yang baru saja diwisuda oleh Menteri Keuangan beberapa waktu yang lalu.
Isu psikotes menjadi isu terpopuler, sebenarnya apa yang akan terjadi dengan lulusan ini nanti? Saya tidak bisa mengatakan kalau tesnya itu dalam bentuk psikotes. Bisa aja tes kesehatan, bisa aja tes-tes lain. Jangan khawatirlah dengan tes itu. Asumsikan saja tes itu adalah psikotes. Dengan itu saja, saya yakin 98% lulusan STAN bisa melewatkan itu. Tes itu sendiri (dilaksanakan) sekitar minggu pertama dan kedua bulan Desember. Masak kalian sudah kuliah tiga tahun di kampus (STAN) enggak bisa lolos, sih? Apa tujuan diadakannya tes itu? Ini semua karena peraturan, birokrasi reformasi, dan kita harus patuh dengan itu supaya enggak nyeleweng. KMK Nomor 472 dasarnya. Penerimaan CPNS akan diperlakukan sama untuk setiap prosedur. Penerimaan dari sekolah tinggi maupun dari umum akan diperlakukan sama. Peraturan ini sudah akan diterapkan sejak beberapa tahun yang lalu. Kebetulan pas di tahun ini mulai dilaksanakan. Kemudian tes ini juga berfungsi untuk pemetaan kemampuan kalian. Penempatan di mana dan di bagian apa, ini hanya salah satu dasar penilaian. IPK masih menjadi bahan pertimbangan kami. Untuk masalah penempatan di daerah, itu tergantung kebutuhan Eselon I. Kalau Dirjen Perbendaharaan butuh pegawaipegawai di daerah yang baru berkembang, menurut penilaian (mereka) kalian cocok, ya sudah, kalian akan ditempatkan di situ. Bertempat di Swiss Belhotel Mangga Besar, Jakarta, Civitas berkesempatan untuk bercakap-cakap dengan R. Danang Siswandono, Kepala Subbagian Penempatan Sumber Daya Manusia Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan. Beberapa hal penting mengenai kebijakan-kebijakan Kementerian Keuangan ia sampaikan dengan atmosfer yang sama sekali berbeda dari birokrat lain—yang umumnya suka dengan formalitas dan prosedur kompleks. “Jangan tegang-teganglah dengan saya. Santai aja, yang kaku-kaku itu birokrat lama,” ujarnya. Berikut petikan wawancara kami dengan R. Danang Siswandono. Berkaitan dengan isu yang berkembang di Kampus yang berawal dari jejaring sosial, masih ada beberapa poin yang belum dipahami oleh semua mahasiswa. Bagaimana sebenarnya proses penempatan oleh Setjen ini? Begini, seperti yang sudah saya sampaikan ke perwakilan lulusan STAN beberapa waktu lalu, bisa saja setelah lulus ini ada semacam tes lagi. Waktu itu saya sebut psikotes, tapi belum tentu, ya. Bisa aja kita sebut healthy test, atau tes-tes lain. Itu semua masih dalam tahap penggodokan. Anggaplah semua lulusan STAN itu tadi lulus psikotes semua. (Selanjutnya proses) pemberkasan, yang isinya banyak dokumennya. Ada CV, SKCK, kartu kuning, dan lain-lain. Pokoknya 1 Januari paling lama mereka sudah dapat penempatan magang. Dalam prosesnya, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi terlibat juga. Jadi ada dua proses, berkas-berkas tadi kita serahkan ke BKN (Badan Kepegawaian Negara) dan bersamaan kita juga koordinasi dengan Menpan mengenai formasi.
14
Edisi No. 17/Tahun IX/Minggu III/November/2011
Selain itu, tujuan utamanya untuk mengetes integritas. Kalian kan dididik untuk mengabdi pada negara. Tes itu untuk mengetahui perangai dasar kalian. Setidaknya dari situ kita tahu gambaran sekilas akan seperti apa kalian nanti. Tes itu dirancang untuk itu. Kami tidak ingin setelah tiga tahun dididik tapi akhirnya kalian pergi, dapat tawaran dari swasta sedikit langsung goyang. Integritas, ini untuk menguji integritas. Jangan samakan tes ini dengan tes Ujian Saring Masuk STAN, walaupun materi bisa saja sejenis, tetapi jelas tujuannya beda. Tes USM tes untuk masuk STAN, bukan untuk menjadi CPNS. Bedakan. Bagaimana dengan yang tidak lulus tes? Kalian dibiayai oleh negara kan? Biaya per mahasiswa per bulan itu besar sekali. Kalian sudah menandatangani kontrak kerja di awal perkuliahan
kan? Logikanya, jika kalian tidak lulus, kalian keluar dari ikatan kerja itu. Ya, benar, akan ada denda yang besarnya sekitar 2530 juta. Ada di PPDP, Peraturan Penegakan Disiplin Pegawai. (Itu) bukan denda sebenarnya, semacam uang penggantilah. Kalian masih bisa melanjutkan kuliah kalian, kalian (tetap) akan memperoleh ijazah. Tapi yakin sajalah, kalian akan lulus dari tes itu. Apa perbedaan antara tes yang akan kami hadapi itu dan tes CPNS yang biasa? Pada intinya kita akan mempersamakan semua jenis penerimaan CPNS, mau dari umum atau dari sekolah tinggi. Tidak cuma STAN, semua sekolah tinggi mengarah ke sana. Ini terkait peraturan itu tadi. Jangan langsung menuduh Menteri Keuangan, lho, ini Presiden yang buat. Kalian tenang aja, kami membuat semua prosedur ini (dengan) masih berpihak kepada kepentingan kalian. Walaupun peraturan moratorium sudah terbit, dalam artian wadah untuk PNS udah ditarik, Kementerian Keuangan masih butuh pegawai, Menkeu masih butuh STAN. Lulusan STAN terbukti berkualitas, kalian akan dikedepankan dalam penerimaan CPNS itu. Lulusan dari tes itu akan diterima seluruhnya oleh Kementerian Keuangan. Masalah isu kalian akan “dibuang” ke kementerian lain jangan dipikirkan. Memang ada tawaran dari banyak kementerian atau badan untuk meminta lulusan STAN, tetapi Kemenkeu masih perlu banyak. Dalam kondisi tertentu, seperti jumlah lulusan ternyata lebih banyak dari formasi yang tersedia, maka tawaran itu bisa menjadi pertimbangan kami. Bagaimana lulusan tahun-tahun selanjutnya? Secara prinsip sama, akan ada pembenahan dulu di sana-sini. Bisa jadi kalian akan menjalani beberapa tes. Tidak hanya psikotes, misalnya tes kesehatan, tes kebugaran, dan wawancara lanjutan. Semua masih diatur sedemikian rupa biar rapi dan sesuai dengan aturan. Saya tidak bisa berbicara banyak jika menyinggung kebijakan-kebijakan yang akan datang. Saya masih punya pimpinan dan pimpinan saya punya pimpinan lagi yang lebih berhak untuk menjawabnya. [Euis Kurniasih/Irfan Syofiaan]
>>
Ragam Mahasiswa
Serba-serbi Ekspedisi Elbrus Stapala Ekspedisi Elbrus Stapala STAN (EESS) adalah bukti bangkitnya Stapala dalam kancah pendakian internasional setelah tertidur selama hampir dua dekade. Keberhasilan Stapala dalam mengirimkan timnya untuk mendaki go international merupakan prestasi yang patut diapresiasi mengingat organisasi pencinta alam ini lahir dari rahim Perguruan Tinggi Kedinasan yang ruang geraknya tidak sama dengan perguruan tinggi pada umumnya.
Tim EESS yang terdiri dari Eko Santoso, Frassetto Dahniel, Hifzil Waldy Lahuda, dan Prabu Kusuma Nusa Putra ini gagal mencapai puncak Elbrus karena kondisi alam saat pendakian tidak bersahabat. Badai kencang mengharuskan mereka kembali turun saat berada pada ketinggian 5100 mdpl, padahal jarak menuju puncak Elbrus hanya tersisa 542 meter lagi. “Walau definisi keberhasilan menapakkan kaki di puncak (Elbrus) enggak dapet, tapi kita sudah mendaki. Tujuan pendakian Stapala ini, kalo dilihat dari sisi hobi, kami telah menyelesaikan seven summits,” ungkap Eko Santoso. Dukungan dari Berbagai Pihak Keberangkatan Tim EESS tidak hanya didukung oleh pihak internal Stapala saja, beberapa pihak luar pun turut berperan dalam kelangsungan kegiatan ini. “Pembina dari senior yaitu Pak Direktur STAN. Kalau Pak Direktur terlibatnya dalam keorganisasian dan administrasinya. Pembina satunya lagi adalah senior kita, yaitu Bang Doddy Taufik Wijaya, beliau Stapala juga. Sebagai pelindung adalah Kemenpora, Deputi bidang Pemberdayaan dan Olahraga,” ungkap Zaki Murtadho Dhiyaul Haq, Manajer EESS. Zaki menambahkan bahwa Kusmanadji selaku Direktur STAN memberikan beberapa pertimbangan dan pengarahan kepada Stapala terkait pelaksanaan EESS. Beliau sangat mendukung kegiatan nonakademis seperti pendakian ini, dengan catatan pelaksanaannya dilakukan saat masa liburan. “Cuma dari Pak Direktur sendiri, kalo kita dalam keadaan kuliah, beliau tidak mengizinkan karena akademis itu lebih penting,” papar Zaki.
???
Selain Lembaga, Kemenpora pun memberikan dukungan penuh kepada Tim EESS karena ekspedisi yang memiliki jargon “Asa Menapaki Puncak Tertinggi Eropa” ini tidak hanya membawa nama Stapala atau STAN, tetapi juga nama Indonesia. Satu Atlet Batal Berangkat Pada awalnya, misi EESS ini menganggarkan dana sebesar Rp 200 juta untuk lima pendaki. Namun, beberapa kondisi di luar kendali menyebabkan Stapala hanya berani memberangkatkan empat orang. Jika tetap memaksakan lima atlet berangkat ke Elbrus, dana sejumlah Rp 200 juta tersebut dikhawatirkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan para atlet. Kondisi force majeur disebabkan oleh ditutupnya jalur selatan pendakian normal Elbrus. Penutupan dilakukan sejak bulan April karena adanya sweeping teroris. Sweeping teroris tersebut menyebabkan banyak pendaki Elbrus yang ditembaki dan dirampok hingga akhirnya jalur selatan harus ditutup. “Akhirnya kita inisiatif untuk melalui jalur utara. Lewat jalur utara ini memakan waktu lebih lama dan jalurnya lebih sulit daripada jalur selatan. Pelatihan fisiknya lebih ditingkatkan. Akhirnya kita berani lewat jalur utara, tapi kita harus kurangi atlet karena masalah dana,” papar Zaki. Dana Sponsor Belum Cair
menjadi prioritas karena dana sebesar Rp 60 juta yang berasal dari sponsor belum dapat dicairkan. Salah satu sponsor adalah Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang bersedia membiayai seperempat dari total anggaran, yakni Rp 50 juta. Sponsor lain, Bank Mandiri, rencananya akan memberikan kucuran dana sebesar Rp 10 juta. Namun, hingga berita ini diturunkan, dana senilai total Rp 60 juta yang dijanjikan kedua sponsor tersebut masih berada dalam bentuk nota kesepahaman. Ketika ditanya apakah ketidakberhasilan Tim EESS dalam mencapai puncak Elbrus berpengaruh pada dana sponsor yang belum cair tersebut, Zaki menjelaskan, “Itu akan mengurangi biaya sponsorship atau enggak belum bisa diketahui secara pasti karena LPJ-nya juga belum sampai ke PLN. Kalo yang Mandiri insya Allah tetep, cuma dananya belum cair. Mungkin karena disposisinya juga agak lama.” Untuk menutupi dana PLN yang belum cair tersebut, pihak Stapala mengajukan pinjaman kepada alumninya. “Kita menyodorkan (bukti) kerja sama dengan PLN. Kan cairnya baru dua bulan, sekarang baru satu bulan, sedangkan kami butuh dana sekarang. Senior bisa bantu sana-sini, akhirnya bisa ketutup lima puluh juta itu,” jelas Zaki. [Nadia Rizqi C./Novia Fatma R.]
Satu bulan setelah kepulangan para atlet, Tim Manajemen EESS masih mempunyai banyak pekerjaan terkait penyelesaian laporan pertanggungjawaban dan realisasi anggaran. Hal ini
Beriklanlah dengan Cerdas melalui Tabloid Civitas yang mempunyai jangkauan pembaca yang luas HOTLINE PEMASANGAN IKLAN: 08571615950 (NURIS) Edisi No. 17/Tahun IX/Minggu III/November/2011
15
>>
Ragam Mahasiswa Konsep Baru Dinamika 2011
Walaupun tidak ada penerimaan mahasiswa baru untuk program DIII tahun ini, Studi Perdana Memasuki Kampus (Dinamika) tetap dilaksanakan bagi mahasiswa baru program DI spesialisasi Pajak dan Kepabeanan dan Cukai yang berkuliah di Jakarta. Hal di atas diungkapkan oleh Menteri PPSDM BEM, Marga Agung Guritno. Menurutnya, Lembaga telah mengomunikasikan hal ini dengan BEM agar Dinamika Lembaga dan Dinamika BEM dilaksanakan bersamaan. “Nantinya bakal ada lima hari Dinamika. Dari pagi sampai siang itu yang mengisi Lembaga, sedangkan siang sampai sore dipersilakan kepada BEM,” jelas Marga. Pernyataan ini berdasarkan keterangan yang diberikan Sekjen BEM, Jalu Restu Wisuda, yang telah berbicara dengan Chairul Denyl Setiawan, Kepala Subbidang Pengembangan Pendidikan Pembantu Akuntan. Terkait hal tersebut, dana Dinamika tahun ini tidak sepenuhnya dibebankan kepada mahasiswa baru. Presiden Mahasiswa, Teguh Hartato, memaparkan bahwa Lembaga bersedia menanggung sebagian biaya pelaksanaan Dinamika, maksimal 70%. Biaya yang ditanggung adalah biaya untuk pembicara, Kopasus, panggung, AC, dan perangkat lain. Waktu Pelaksanaan Jadi Kendala Lembaga telah menetapkan waktu pelaksaan Dinamika 2011, yakni mulai tanggal 27 November hingga 2 Desember 2011. Menurut kalender akademik, tanggal tersebut bertepatan dengan jadwal UTS Ganjil bagi mahasiswa DIII Reguler. Jadwal UTS Ganjil tidak dapat digeser karena akan berimbas pada jadwal PKL mahasiswa Tingkat III. Perizinan UTS susulan pun tak dapat diberikan bila yang menjadi alasan adalah keikutsertaan dalam panitia Dinamika 2011.
16
Sementara itu, pada tanggal tersebut, mahasiswa DIV dan DIII Khusus sedang memasuki masa liburan. Sebagian besar mahasiswa DIV dan DIII Khusus tentu akan memilih pulang kampung pada momen tersebut. Saat dikonfirmasi ke pihak Lembaga, Denyl mengungkapkan bahwa kecil kemungkinan tanggal pelaksaan Dinamika 2011 dapat digeser. Hal ini disebabkan hasil final Ujian Saringan Masuk STAN 2011 baru keluar tanggal 4 November lalu, sedangkan jadwal perkuliahan bagi mahasiswa baru akan dilaksanakan mulai 5 Desember mendatang. Menurut Denyl, Dinamika Lembaga harus dilaksanakan sebelum perkuliahan dimulai karena kegiatan tersebut terkait dengan persiapan pembelajaran, akademis, perkuliahan, dan penilaian. Bila ternyata sumber daya manusia yang diperoleh BEM tidak cukup untuk memenuhi jumlah panitia yang dibutuhkan, ada kemungkinan Lembaga dan BEM akan melaksanakan Dinamika 2011 secara terpisah. Lembaga mengadakan Dinamika Lembaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan, sedangkan Dinamika BEM akan dilaksanakan di sela-sela masa perkuliahan. Konsep Berbeda Denyl menyatakan Lembaga telah menyiapkan tema untuk Dinamika 2011, yakni Profesional, Integritas, dan Religius. Departemen PPSDM BEM sendiri akan menanamkan sense of belonging mahasiswa baru terhadap kampus dan angkatan.
Selain dalam hal konsep, Dinamika 2011 juga akan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena akan melibatkan Kopasus dalam rangkaian acaranya. Rencananya, Kopasus akan memberikan pelatihan barisberbaris kepada mahasiswa baru serta menangani apel pembukaan dan penutupan setiap harinya. Dalam Public Hearing Dinamika 2011 yang dilaksanakan Jumat (14/10), Teguh menjelaskan bahwa keterlibatan Kopasus diperlukan untuk membentuk kedisiplinan mahasiswa baru. Menurutnya, metode penegakan kedisiplinan akan lebih tepat ditangani oleh Kopasus ketimbang ditangani oleh mahasiswa. Terobosan baru lain yang dirancang oleh Departemen PPSDM BEM ialah sistem pembagian kelompok Dinamika. Bila tahun-tahun sebelumnya kelompok mahasiswa dan mahasiswi dipisah, tahun ini pembagian kelompok tidak lagi berdasarkan jenis kelamin. Setiap kelompok terdiri dari mahasiswa dan mahasiswi baru dan akan didampingi oleh dua pendamping, laki-laki dan perempuan. Pembicara yang akan mengisi rangkaian acara Dinamika 2011 dipilih dari pegawai Kementerian Keuangan yang telah sukses dan kariernya dimulai sebagai lulusan DI STAN. Hal ini diharapkan dapat memotivasi mahasiswa baru dalam mengikuti perkuliahan mereka di STAN yang mungkin hanya berlangsung selama tujuh bulan. Sampai berita ini ditulis, rincian kegiatan Dinamika 2011 yang telah disusun oleh Departemen PPSDM BEM dan Lembaga adalah sebagai berikut:
“Kita pengin nyiptain orang yang benar-benar bangga sama STAN dan enggak sok-sok memberontak kalo misalnya ada kabar-kabar tentang STAN. Yang benar-benar bisa nerimalah. Kalaupun enggak setuju (setidaknya) jadi lebih solutif, enggak hanya menyalahkan kenapa kita beda sama kampus yang lain,” tutur Marga.
[Siti Armayani Ray/Tyas Trimur W.S.R.]
Tanggal
Acara
27 November
Pra-Dinamika
28 November
Dinamika Hari Pertama
29 November
Dinamika Hari Kedua
• Welcoming Maba dari BEM, BLM, dan HMS • Pengenalan kampus STAN
30 November
Dinamika Hari Ketiga
• Figuring oleh pejabat Kemenkeu dan mahasiswa STAN • Seminar • Dinamika kelompok
1 Desember
Dinamika Hari Keempat
• Social act • Seminar Training Motivation • Seminar Antikorupsi
2 Desember
Dinamika Hari Kelima
• Penjelasan peraturan akademik dan nonakademik oleh Lembaga
Edisi No. 17/Tahun IX/Minggu III/November/2011
Rincian Kegiatan • Pembagian kelompok • Penugasan kelompok dan atribut • Pembukaan • Pelatihan baris-berbaris oleh Kopasus • Dinamika kelompok
>>
>>
Ragam Mahasiswa Warna-warni Pesta Perpisahan Ucapan selamat tinggal kepada mahasiswa Tingkat III disampaikan dalam bentuk pesta. Pesta perpisahan per spesialisasi yang diselenggarakan sebelum wisuda ini berlangsung cukup meriah sekaligus mengharukan. Perpisahan bukanlah akhir masa pembelajaran, melainkan awal perjuangan di dunia yang sesungguhnya, dunia kerja.
Acara bertajuk Closing Entries ini memilih konsep tempat terbuka agar acara terkesan lebih santai. Di samping itu, panitia menilai Air Mancur STAN lebih bagus dan lebih mudah didesain daripada ruangan di dalam gedung. Selain panggung utama di depan Air Mancur STAN, panitia menyediakan dua titik di sekitar lokasi untuk tempat berfoto, yakni di samping Gedung P dan di dalam Gedung J.
SPT Tahunan Farewell party yang pertama kali diselenggarakan adalah SPT Tahunan, acara perpisahan bagi mahasiswa Tingkat III spesialisasi Administrasi Perpajakan. Selain berasal dari iuran peserta sebesar Rp 25 ribu per kepala, dana juga berasal dari kas tiap kelas mahasiswa Tingkat III dan uang rapel. Acara yang terselenggara pada 22 September lalu ini seharusnya dimeriahkan oleh grup band The Trees and The Wild dan bertempat di depan Air Mancur STAN. Akan tetapi, hujan yang lebat dan ketiadaan alternatif tempat membuat grup band tersebut batal tampil.
Bintang tamu yang diundang untuk memeriahkan acara ini adalah Adhitia Sofyan, musisi indie Indonesia yang setahun terakhir ini popularitasnya mencuat bersama lagu-lagu yang ia ciptakan di bedroom studio miliknya. Salah satu karya populer musisi beraliran akustik ini, Adelaide Sky, menjadi sound track film Kambing Jantan garapan sutradara terkenal, Rudi Sujarwo. “Kita milih Adhitia Sofyan karena dia artis terbaik yang bisa kita berikan dengan anggaran dana yang ada,” ungkap Ambrozka Ogilvy Damara selaku Koordinator Pelaksana. Dana Closing Entries sendiri berasal dari sponsor (BRI dan PSAK) dan juga biaya registrasi tiap peserta sebesar Rp 25 ribu.
menggelar acara farewell party bertema Grammy Award di Gedung I. Menurut panitia, acara tidak diadakan di tempat terbuka seperti dua farewell party sebelumnya guna mengantisipasi cuaca yang tidak bisa ditebak. Meski di dalam ruangan, hal tersebut tidak mengurangi antusias seluruh peserta. Acara ini merupakan farewell party pertama untuk spesialisasi Kebendaharaan Negara. Meski begitu, hanya dalam waktu dua minggu, panitia berhasil menyajikan pesta perpisahan yang sederhana namun tetap memberikan kesan mendalam bagi peserta. Mengenai pendanaan, M. Nur Febrianto selaku Koordinator Pelaksana menjelaskan bahwa dana didapat dari kontribusi tiap mahasiswa Kebendaharaan Negara sebesar Rp 10 ribu serta sokongan dari Forum Komunikasi Mahasiswa Anggaran. Total dana yang berhasil dihimpun senilai Rp 6,5 juta. “Kita enggak ngejual guest star, kita enggak ngejual sound yang mewah, tapi kita ngejual suasana aja,” ungkap Ferry Irwandi selaku Kabid Acara.
Closing Entries Farewell Party Kebendaharaan Negara Berlokasi di tempat yang sama dengan SPT Tahunan, farewell party untuk mahasiswa Tingkat III spesialisasi Akuntansi Pemerintahan digelar pada 1 Oktober lalu.
[Nadia Rizqi Cahyani/Novia Fatma R.]
Tak mau kalah, seminggu setelah Closing Entries, Sabtu (8/10), spesialisasi Kebendaharaan Negara juga
Motif Capoeira: Penyatuan Seni dan Bela Diri Setiap Minggu sore, sekelompok orang terlihat berkumpul di Lapangan A. Beberapa orang dari mereka memakai kaos bertuliskan bahasa Brazil yang dilengkapi dengan cordao, sabuk berbentuk jalinan tali berwarna. Mereka adalah capoeirista, para pegiat bela diri capoeira. Capoeira merupakan olah raga bela diri yang dikembangkan oleh para budak Afrika di Brazil sekitar tahun 1500-an. Gerakan dalam capoeira menyerupai tarian dan bertitik berat pada tendangan. Aksi capoeirista selalu diiringi musik yang berasal dari sebuah alat musik khas. Namanya berimbau, alat musik yang terdiri dari sebatang kayu melengkung (verga), dengan kedua ujung yang diikat kencang dengan kawat (arame) membentuk sebuah busur. Di bawah batang kayu tersebut diikatkan sebuah cabaça. Cabaça adalah istilah untuk mojo atau labu botol yang telah dikeluarkan isinya lalu dikeringkan kulitnya dan digunakan sebagai resonator berimbau. Sesi latihan capoeira dimulai dengan sebuah ritual, di mana semua peserta latihan membentuk lingkaran dengan menyilangkan tangan mereka di depan dan saling berpegangan satu sama lain. Seorang pemimpin mengawali latihan dengan memimpin doa. Setelah itu, para peserta mulai melakukan pemanasan sambil melakukan peregangan otot. Kekhasan capoeira tampak dalam gerakan kudakudanya yang disebut ginga. Gerakan ginga dimulai dari posisi seperti orang duduk, lalu kaki kanan ditarik ke belakang dan diikuti gerakan tangan kanan ke depan. Setelah itu kembali ke posisi awal dan gerakan serupa diulang dengan arah berlawanan, terus seperti itu. Ginga ini menjadi dasar dari variasi gerakan lainnya. Di ujung latihan, capoeirista akan melakukan jogo di mana mereka saling berdiri melingkar. Lingkaran ini disebut roda (baca: hohdah). Salah satu dari mereka, disebut batheria, berdiri di lingkaran tersebut
sambil memainkan berimbau. Capoeirista yang lain menyanyikan lagu-lagu berbahasa Brazil secara bersamaan. Sementara itu, dua orang dari mereka keluar dari lingkaran dan berlutut di depan batheria. Hal ini dilakukan sebagai bentuk “perizinan” agar kedua capoeirista tadi dapat beraksi di tengah lingkaran. Hal demikian dilakukan karena batheria merupakan pemegang strata tertinggi di dalam lingkaran tersebut. Ada sebuah filosofi yang terkandung dalam sesi jogo ini. Ketika yang lain bernyanyi, nyanyian itu akan memberi energi tersendiri bagi dinamika gerakan kedua capoeirista yang beraksi di tengah lingkaran. Dengan kata lain, nyanyian tersebut merupakan penyemangat agar kedua capoeirista yang beraksi dapat melakukan gerakannya dengan baik. Karena itu, berimbau yang dimainkan tidak boleh berhenti dan capoeirista yang berdiri membentuk lingkaran hendaknya terus bernyanyi dengan semangat. Selain itu, roda sendiri merupakan ilustrasi sebuah bumi yang bentuknya bulat. Manusia digambarkan oleh para capoeirista yang beraksi di tengahnya dan peran Tuhan dimainkan oleh batheria. Semua elemen itu digambarkan saling berinteraksi secara selaras. Grupo Cordão de Ouro (CDO) di STAN Capoeira terdiri dari beberapa aliran. Komunitas capoeira yang ada di STAN sendiri merupakan grup Cordão de Ouro (CDO). Grup ini didirikan pada tahun 1967 di São Paulo, Brazil, oleh Mestre Suassuna dan Mestre Brasilia. Arti dari Cordão de Ouro adalah ‘sabuk emas’.
Awal masuknya capoeira ke kampus STAN dimulai saat beberapa orang mahasiswa STAN mengikuti latihan capoeira di Hall D Lantai 2 Jalan Bulungan Blok C No. 1, Kramat Pela, Jakarta Selatan. Untuk wilayah Tangerang Selatan, mereka sering berlatih di area Komplek Deplu 74, Lapangan Sudarsa Blok I Komplek Deplu 74, Pondok Betung. Dengan berbagai pertimbangan, Kampus STAN akhirnya terpilih sebagai salah satu tempat latihan. Menurut jadwal, latihan rutin diadakan setiap hari Minggu pukul 16.00 WIB di Lapangan A. Namun untuk beberapa kegiatan besar seperti Batizado (pesta tahunan kenaikan tingkat), pelaksanaannya tetap di Bulungan. Tova Adyantara, salah seorang capoeirista STAN mengakui bahwa baginya capoeira adalah bela diri akrobatis sekaligus media pemersatu, yang karena itu dia tertarik mengikutinya. “Kalo dari gerakan fisiknya jelas, martial art sama akrobatik. Dan kalo sebagai media pemersatu, jelas terlihat dari permainan di dalam roda,” tuturnya. Hingga kini Tova berpendapat bahwa capoeira di STAN lebih baik tetap berformat sebagai komunitas, bukan UKM. “Masih ada beberapa faktor dari kita juga yang belum bisa menjadikan itu (capoeira) sebagai UKM, terutama masalah jadwal, pelatihnya, dan kesiapan kita sendiri,” jelasnya. Meski begitu, ia berharap pembaca Civitas dapat turut serta dalam komunitas capoeira di STAN agar persatuan antarindividu dapat lebih dieratkan. [Tri Hadi Putra]
Edisi No. 17/Tahun IX/Minggu III/November/2011
17
>>
Ala Dosen Masih Perlu Diploma Tiga Sumaryoto
Fitrah Syawal
Satria Hadi Lubis
Dosen Mikroekonomi
Dosen Akuntansi Keuangan Lanjutan
Dosen Etika Profesi
“Terkait penerimaan mahasiswa baru yang tidak membuka jalur diploma tiga ... saya rasa hal ini tidak perlu terjadi.”
“Penyebab moratorium salah satunya karena banyak PNS yang belum bisa memberikan kontribusi secara maksimal.”
“Lulusan yang berstatus D3 itu menurut saya masih diperlukan.”
Lulusan STAN yang bekerja di Kementerian Keuangan maupun instansi-instansinya baik secara kinerja maupun secara pencitraannya saya rasa cukup baik. Mungkin karena memang bibitbibit yang sudah dibentuk selama perkuliahan di STAN sudah cukup sesuai dengan profesi yang akan digeluti ketika menjadi pegawai negeri nanti.
Ada sisi positif dan negatif ketika STAN tidak menerima mahasiswa D3. Meskipun pada dasarnya lembaga pendidikan keuangan masih dibutuhkan, ternyata efek moratorium juga tetap berimbas ke STAN. Penyebab munculnya moratorium ini, menurut saya, salah satunya karena banyak PNS yang belum bisa memberikan kontribusi secara maksimal. Jadi boleh dibilang ada semacam pengangguran terselubung. Moratorium ini membuktikan bahwa ada niat dari pemerintah untuk mengurangi penerimaan PNS baik dari mahasiswa STAN maupun dari perguruan tinggi lain. Saya rasa ini hanya kebijakan sementara, karena tentu hal ini akan dievaluasi kembali efektifitasnya.
Permasalahan yang saya tangkap adalah kurangnya planning yang baik dalam pengelolaan sumber daya manusia. Hal ini perlu dibenahi, mengingat kebutuhan pegawai Kementerian Keuangan setiap tahunnya berbeda-beda. Hal ini merupakan efek dari perencanaan jangka panjang yang juga kurang baik. Jadi menurut saya, selain data kebutuhan pegawai yang kurang lengkap, permasalahan ini juga kurang mendapat penanganan yang layak. Tidak ada yang menangani secara serius masalah sumber daya manusia ini. Padahal setiap tahun pasti ada pegawai yang pensiun, itu berarti selalu ada sektor-sektor yang dibutuhkan tiap tahunnya. Terkait penerimaan mahasiswa baru yang tidak membuka jalur diploma tiga dan hubungannya dengan moratorium PNS, saya belum tahu bagaimana kejelasannya. Namun, kalau melihat tugas pokok Kementerian Keuangan saya rasa hal ini tidak perlu terjadi. Kecuali kalau memang karena penerimaan pegawai tahun ini melebihi formasi yang ada.
18
Edisi No. 17/Tahun IX/Minggu III/November/2011
Secara pribadi saya menyayangkan adanya kebijakan ini. Secara umum, mahasiswa STAN yang sudah bekerja di kantor itu memiliki nilai tambah cukup banyak. Mungkin STAN hanya terkena dampak sampingan atas jumlah pegawai yang terlalu banyak di instansi maupun departemen lain. Dengan adanya moratorium sampai tahun 2012, diharapkan pegawai negeri bisa lebih efektif dalam bekerja. Artinya, setiap orang melakukan pekerjaan sesuai dengan jatahnya masing-masing sehingga efektif. Kalau kita lihat realita sekarang, nilai tambah PNS dalam berkontribusi kepada bangsa masih belum signifikan, padahal mereka digaji. Bahkan masih banyak pegawai negeri yang ketika jam kantor malah jalan-jalan di mall. Hal itu tentu akan membebani anggaran, artinya negara memberikan gaji kepada orang yang tidak efektif. Hal-hal seperti itulah yang sekarang menjadi pertimbangan. Mungkin dengan jumlah yang lebih kecil Kementerian Keuangan bisa lebih efektif dalam melaksanakan fungsinya.
Sangat disayangkan tahun ini STAN tidak menerima mahasiswa D3. Kebijakan ini tentu memupuskan harapan para orang tua yang ingin melakukan mobilitas vertikal, artinya menyekolahkan anaknya dari desa ke kota, dari yang tidak mampu menjadi mampu. Ya mungkin salah satunya adalah pendidikan murah bahkan gratis tetapi memiliki prospek ke depan yang bagus. Sesungguhnya lulusan yang berstatus D3 itu menurut saya masih diperlukan karena mahasiswa D1 itu terlalu tanggung ilmunya. Jadi kalau D3 itu sudah pas untuk menjadi tenaga profesional tingkat menengah. Saya rasa seperti itulah yang dibutuhkan untuk Kementerian Keuangan, yaitu pegawai yang memiliki profesionalisme tingkat menengah bukan tingkat dasar. Kalau tingkat dasar, ambil saja dari SMA, tidak perlu membentuk dari D1 yang pada akhirnya akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sejajar dengan D3. Eksistensi STAN ini sangat penting karena ini adalah Lembaga yang khusus memasok SDM untuk Kementerian Keuangan dan instansinya. Tidak mungkin kita mendapatkan tenaga-tenaga yang khas dibutuhkan oleh Kementerian Keuangan dari perguruan tinggi umum, artinya mereka harus dididik kembali. Berbeda dengan lulusan STAN yang ready for use. Tinggal kalau masih ada kekurangan dari Lembaga itulah yang harus kita perbaiki bersama. Tidak adanya penerimaan D3 ini mungkin karena piramida kementerian ini menggelembung di tengah. Agar bentuk piramidanya sempurna maka perlu diperkuat struktur di tingkat bawah. Salah satu konsekuensi dalam reformasi birokrasi adalah perampingan struktur kepegawaian, efeknya adalah rasionalisasi atau pengurangan pegawai. Menurut saya jumlah pegawai negeri di Indonesia khususnya Kementerian Keuangan itu masih proporsional. Tinggal bagaimana Kementerian Keuangan mendesain jenjang karir semua tingkatan kepegawaian dengan baik.
>>
Motif
MAHAKAM (Mahasiswa Kalimantan) Kegiatan-kegiatan dalam HOE tersebut dibantu oleh Divisi Olahraga dan Seni. Ketua divisi ini adalah Rizki Dharma. Selain kegiatan HOE, divisi ini biasanya menyelenggarakan acara futsal bareng anggota Mahakam. Sedikitnya satu bulan sekali kegiatan futsal bareng ini diadakan.
Organisasi kedaerahan yang satu ini berbeda. Kalau biasanya organda-organda lain menaungi mahasiswa STAN yang berasal dari satu provinsi atau kabupaten/kota, organda ini meliputi mahasiswa STAN dari satu pulau. Empat provinsi di pulau tersebut tergabung dalam organda ini. Ya, organda yang dimaksud adalah Mahakam (Mahasiswa Kalimantan). Mahakam merupakan wadah silaturahmi mahasiswa STAN yang berasal dari pulau terbesar kelima di dunia, yaitu Pulau Kalimantan. Usia Mahakam terbilang muda karena baru terbentuk pada tahun 2000-an. Pembentukannya sendiri diprakarsai oleh para mahasiswa asal Kalimantan Selatan. Pada mulanya, organda ini dikhususkan bagi mahasiswa STAN asal Kalimantan Selatan. Kemudian dalam perjalanannya, Mahakam merangkul mahasiswa STAN dari provinsi-provinsi lain di Kalimantan agar jumlah anggotanya semakin banyak. Saat ini anggota Mahakam telah mencapai empat puluh delapan orang. Organda yang dinahkodai Reza Pranata Putra pada tahun kepengurusan 2010/2011 ini memiliki empat divisi, yaitu Divisi Acara, Divisi Olahraga dan Seni, Divisi Pendidikan, serta Divisi Sosial. Divisi Acara memiliki tugas untuk mengkoordinasi anggota Mahakam dalam mengikuti acara-acara yang diselenggarakan di kampus STAN. Acara yang pernah diikuti, misalnya HOE dan lomba permainan rakyat. Selain itu, Mahakam juga pernah menghadiri festival budaya di Taman Mini Indonesia Indah. Divisi ini diketuai oleh Satria Adiguna.
Mahakam juga memperhatikan sisi akademis para anggotanya. Divisi Pendidikan lah yang mengambil peran. Divisi ini dikomandoi Hwang Yi Raharja. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain kegiatan konsultasi pelajaran dan donasi bukubuku perkuliahan. Tak ketinggalan pula acara doa bersama menjelang ujian. Divisi terakhir adalah Divisi Sosial. Kegiatan yang biasanya dilakukan ialah kegiatan bakti sosial. Kepala Divisi Sosial yang menjabat sekarang ialah Tria Priadi.
Pada awal 2011, Mahakam turut memeriahkan acara Heritage Organda Expo (HOE). Dalam acara tersebut, perwakilan Mahakam berhasil menyabet juara kedua untuk kategori Putra-Putri Daerah. Selain itu, Mahakam juga termasuk salah satu dari delapan organda yang lolos seleksi Heritage. Alhasil, Mahakam berhak untuk ikut menampilkan keseniannya dalam HOE. Pada kesempatan tersebut, Mahakam mempersembahkan tiga tarian. Tari-tarian yang ditampilkan adalah tari Kipas Lok Khai China, tari Jepin Melayu, serta tari Burung Enggang khas suku Dayak.
Seperti organda-organda lainnya, Mahakam juga menyelenggarakan try out Ujian Saringan Masuk (USM) STAN setiap tahunnya. Tidak tanggungtanggung, Mahakam mengadakannya di lima kota besar di Kalimantan, yaitu kota Pontianak, Banjarmasin, Palangkaraya, Samarinda, dan Balikpapan. Mahakam berharap dengan diadakan kegiatankegiatan tersebut mampu mempererat kekompakan para anggotanya. Sebagaimana visi yang diemban, Mahakam sebagai wadah keakraban dan persaudaraan mahasiswa Kalimantan STAN. Semoga!
www.mediacenterstan.com
“Temukan Kebebasan Pemberitaan Tanpa Intervensi”
Edisi No. 17/Tahun IX/Minggu III/November/2011
19
>>
Opini Campus Undercover Ada yang bilang, bukan mahasiswa namanya bila belum pernah demonstrasi, aksi turun ke jalan memprotes ini-itu terhadap kebijakan pemerintah yang dirasa tidak adil. Memang, ciri khas mahasiswa yang sering menjadi kebanggaan kita adalah keikutsertaan dalam pengawalan terhadap pemerintahan. Dengan aksi itu, mahasiswa menjadi bagian dari perubahan, sebagaimana jargon yang sering digembar-gemborkan oleh mahasiswa melalui media: mahasiswa adalah agen perubahan. Meski lebih baik bila jargon itu diubah menjadi: mahasiswa adalah agen perbaikan. Selain aksi, kegiatan-kegiatan ilmiah seperti diskusi, riset, debat, sampai hobi tulis-menulis karya ilmiah menjadi kebiasaan bagi para mahasiswa. Perpustakaan menjadi tempat berkumpul. Buku adalah teman duduk. Bisik-bisik yang terdengar adalah pertukaran pendapat mengenai permasalahan masa kini mulai dari skala lokal kampus hingga nasional. Koran menjadi sarapan pagi dan breaking news di TV tak pernah terlewati. Dengan kebiasaan yang demikian, kita dipercaya sebagai pemuda yang akan membawa negara mencapai tujuan-tujuannya yang mencerdaskan umat bangsa, menyejahterakan kehidupan bangsa, dan ikut serta dalam upaya perdamaian dunia. Begitulah mahasiswa. Lebih khusus lagi bagi mahasiswa STAN. Sebagai perguruan tinggi dengan jumlah peminat (pendaftar) mencapai 5000% dari jumlah mahasiswa yang dinyatakan diterima, adalah wajar bila kita curiga bahwa STAN adalah kampus terbaik di Indonesia, melebihi universitas-universitas ternama lainnya. Alihalih menyebutnya sebagai yang terbaik, demi sikap rendah hati yang tulus, mari sebut saja STAN sebagai kampus terfavorit di nusantara. Namun, mari kita lihat rekaman CCTV di pojokan ruang di Gedung P lantai dua sayap timur di kampus kita tercinta. Seharusnya ruang itu menjadi tempat yang diramaikan para calon punggawa keuangan negara. Nyatanya kita akan menemukan buku-buku yang lelap tidur karena tak ada yang mengajaknya berdialog. Suasana begitu sunyi; bukan karena kekhusyukan membaca, tapi karena tak ada pengunjung yang datang. Suhu ruangan tetap dingin karena kinerja AC yang memberi efek dingin tidak dilawan dengan kobaran semangat muda manusia pilihan. Mungkin bila disurvei, hanya segelintir orang saja yang memanfaatkan perpustakaan. Dan, hanya mereka-mereka saja pengunjungnya. Memang, perpustakaan kampus yang kecil itu tidaklah lengkap. Akan tetapi, dapat dipastikan bahwa dengan bahan bacaan yang seadanya itu tidaklah cukup waktu tiga tahun untuk membaca keseluruhan koleksinya. Bagaimana jika perpustakaannya besar dan lengkap?
>>
Selanjutnya, mari kita beralih ke ruang-ruang kelas tempat kita belajar. Pada beberapa kondisi yang sudah sama-sama kita pahami, ada kalanya dosen tidak bisa mengajar sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan sekretariat. Minggu-minggu mendekati ujianlah waktu-waktu sibuk mengganti kuliah yang ditinggalkan dulu. Ada saja dosen yang menawari kita untuk memberi dua tanda kehadiran untuk kuliah yang hanya satu kali pertemuan. Dalam kondisi itu, kita —berarti saya termasuk— lebih sering merasa senang daripada kecewa dengan waktu kuliah yang fiktif itu. Padahal, membiarkan terjadinya tindakan korupsi adalah tindakan korupsi, demikian kata salah satu pasal perkorupsian dalam undang-undang. Pun, bisik-bisik yang terdengar selama menunggu kehadiran dosen atau saat-saat berkumpul bersama teman di kantin jarang terdengar kosakata ilmiah. Bahkan cenderung candaan yang melenakan. Di luar megahnya gedung-gedung di kampus STAN, terdapat gedung yang menjadi tempat kumpul beberapa mahasiswa. Itulah ‘Gedung X’. Gedung X, yang dinamai demikian lantaran nama tempat itu sendiri sebenarnya adalah warnet Xtreme, menjadi tempat berkumpul bagi komunitas yang ingin bersama-sama beradu game online. Sepintas tak ada masalah dengan game online dan mahasiswa STAN. Misalnya bermain game online pada akhir pekan, meski tidak jarang terjadi juga pada waktu-waktu kuliah yang batal. Akan tetapi, itu menjadi masalah, bila dilakukan pada waktu dan tempat yang tidak tepat. Perlu diketahui bahwa ada pula yang dengan “profesional” bermain game bersama saat temanteman yang lain mempresentasikan materi kuliah. Bagi yang tidak tahu fakta ini, boleh bertanya pada teman sendiri yang Anda curigai berlaku demikian. Malahan, pernah ada kompetisi semacam itu yang mendapat persetujuan BEM. Bisa dimafhumi memang, ancaman drop out menjadi anomali yang lucu. Kebijakan itu bisa memacu kita agar rajin belajar. Namun, bisa juga membuat kita tertekan –karena itu perlu hiburan dengan bermain game online. Pada akhirnya, banyak di antara mahasiswa yang memilih cari aman. Alhasil, kita menomor duakan tujuan sejatinya menuntut ilmu, bahkan melupakannya. Bagaimanapun, sejujurnya, DO memang menakutkan. Pun bagi saya. Namun, mari ingat kembali, apakah kita datang ke kampus STAN untuk lulus dari DO? Bukankah kita datang untuk menimba ilmu dan mengamalkannya setelah itu? Dengan begitu, kita tidak akan merasa tertekan oleh DO beserta kesuramannya. Memang sih, untuk bisa mengamalkan ilmu yang kita dapat di kampus, kita harus memenuhi salah satu syaratnya, yaitu tidak DO.
Dan, kisi-kisi seperti surat ajaib dari Jibril yang dengan cukup baik memberi tahu trik-trik menghindari Izrail. Cukup berpentas ‘wayangan’ semalam suntuk, esoknya kita lancar mengerjakan soal ujian. Bahkan minta tambah lembar jawab. Materi setengahsemester kita kuasai dalam waktu dua minggu, yakni selama ujian. Ketika rakyat melalui APBN masih mempercayai kampus kita agar tetap menyelenggarakan pendidikan demi mencetak birokrat bidang keuangan yang begitu diimpikan, kita justru mementingkan diri sendiri selepas lulus dari STAN, yakni hidup pada level ‘aman’. Ke hadapan teman-teman kita dari kampus lain, kita membanggakan kepastian masa depan. Akan tetapi, apa yang kita pertanggungjawabkan ke hadapan rakyat yang membiayai kuliah kita? Bukankah itu sebuah pengkhianatan pada status kita yang ‘agen perubahan’? Berbondong-bondong manusia pencari masadepan-cerah mendaftar agar mendapat kesempatan mengikuti seleksi masuk ke kampus ini. Kita adalah bagian dari manusia itu yang dianggap beruntung karena dinyatakan diterima. Dengan kata lain, kita adalah yang terbaik dari para pendaftar itu. Lantas kehidupan di kampus menguji kembali apakah kita masih layak meneruskan niat suci yang diucapkan tatkala Studi Perdana Memasuki Kampus (Dinamika) bahwa kita akan menjadi punggawa keuangan negara yang baik. Atas niat suci yang diucapkan tadi, selalu ditunggu bukti nyata yang wajib kita tunaikan. Pepatah dalam bahasa Inggris “Don’t judge the book from its cover” turut benar bila diaplikasikan kepada kita. Sampul yang telah membungkus kita dengan rapi telah menutupi bagian dari isinya —yaitu kita. Alangkah bahagianya kita mempunyai sampul yang indah hingga keberadaan kita masih menjadi pesona di dunia pendidikan tinggi masa kini. Semoga “sampul” yang kita miliki mampu memberi pesan positif kepada “isi” untuk memperbaiki diri sehingga tidak ada kemunafikan di balik selembar sampul yang mudah sobek. Bagaimanapun, sampul tidak akan berkata apapun tanpa isi yang ada di dalamnya. Begitu juga isi yang tidak akan mempunyai daya tarik tanpa adanya sampul. Keseimbangan keduanya akan menjadi pilihan yang tidak bisa ditawar lagi bagi sebuah kepercayaan.
Abdullah Mabruri Mahasiswa Tingkat III Akuntansi Pemerintahan
Lintas Kampus Mahasiswa Akuntansi ‘Terjun’ ke Lapangan Karya Tulis Tugas Akhir digantikan dengan laporan Studi Lapangan. Perubahan besar untuk mahasiswa Akuntansi.
PadaTahun Ajaran 2011/2012, mahasiswa tingkat III spesialisasi Akuntansi Pemerintahan tidak lagi perlu menyusun Karya Tulis Tugas Akhir (KTTA) sebagai syarat kelulusan. Sebagai gantinya, mereka diwajibkan menyusun laporan atas Studi Lapangan (Stulap). Hal ini adalah dampak dari perubahan kurikulum, sebab user –instansi yang berkepentingan terhadap lulusan STAN-- ingin mahasiswa memiliki pengalaman kerja.
20
Edisi No. 17/Tahun IX/Minggu III/November/2011
Pada Kamis (27/10), Sekretariat mengadakan pertemuan dengan seluruh ketua kelas tingkat III spesialisasi Akuntansi. Pihak Sekretariat diwakili oleh Budi Waluyo, Kepala Bidang Pengembangan Pendidikan Ajun Akuntan. Salah satu agenda pertemuan adalah sosialisasi pelaksanaan studi lapangan untuk mahasiswa tingkat III. Menurut Budi, format studi lapangan untuk mahasiswa Akuntansi hampir sama seperti Praktek
Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan oleh spesialisasi lainnya. Aturan-aturan yang menaunginya pun sama, hanya terdapat tambahan satu nomenklatur, bahwa untuk Akuntansi dinamakan Studi Lapangan. “Penjadwalan dan penyusunan laporan itu hampir sama, teknis lapangan agak beda,” kata Budi, “Lebih memberikan kontribusi.” Budi melanjutkan, “Kalau PKL itu kan latihan kerja. Kalau Stulap, latihan kerja yang memberikan kontribusi. Jadi ada muatan akademis di sana,” tuturnya. Tujuan Stulap sendiri
>>
Lintas Kampus adalah menambah pengetahuan mahasiswa mengenai penyusunan laporan keuangan dan memberi kan kontribusi terhadap pemerintah daerah.
kelas, “Kalian boleh memilih dimana saja. Silakan kalian koordinasikan. Itu kewenangan ketua kelas, masalah rebutan, itu masalah kalian.”
Instansi untuk Stulap
Stulap Pemda Tak Berarti Penempatan Pemda
Stulap akan dilaksanakan pada Semester VI dengan bobot 4 SKS. Ada tiga instansi terkait tempat pelaksanaan Stulap, yakni: Direktorat Jenderal Pajak, Badan Pemeriksa Keuangan, dan Pemerintah Daerah. Setiap instansi hanya boleh diisi oleh lima orang mahasiswa, tidak lebih. Apabila terjadi kelebihan peminat atas suatu instansi, maka harus ada mahasiswa yang mengalah. Nantinya, Lembaga akan menyurati instansi terkait berkenaan permohonan menjadi tempat Stulap.
Ada lima ratus sembilan belas kantor pemerintah, baik di provinsi maupun kabupaten/kota. Jumlah tersebut menjadikan Pemda sebagai tempat Stulap yang paling memungkin bagi mahasiswa tingkat III Akuntansi yang berjumlah delapan ratus delapan puluh orang. Lebih lagi, hal tersebut ditambah kenyataan bahwa jumlah kantor BPK hanya sedikit dan Kantor Pelayanan Pajak sudah menjadi incaran mahasiswa Pajak. Akan tetapi, hal ini tidak berarti mahasiswa Akuntansi mendapat penempatan di Pemda.
Budi mengakui adanya kemungkinan bahwa ada instansi yang tidak menerima mahasiswa Stulap. Jika hal itu terjadi, mahasiswa yang tertolak harus mengulang kembali prosedur awal permohonan tempat Stulap. Oleh karena itu, kata Budi, “Kita tidak cuma bilang ‘Saya mau ke sana’, tapi harus komunikasi dulu dengan instansi yang diinginkan, misalnya dengan bantuan kakak kelas yang sudah bekerja di sana. Kalau perlu dia akan datang ke kantor dulu, nanya-nanya.”
“Itu urusan Setjen. Tidak pernah ada hubungan antara PKL dan penempatan,” tegas Budi dalam forum tersebut. “PKL hubungannya dengan SKS, perkuliahan, dan IPK. IPK pun tidak 100% berkorelasi dengan penempatan,” jelasnya.
Menjalin komunikasi informal sebagai ancang-ancang dapat mengurangi kemungkinan penolakan. Karena itu, hal ini lebih baik dilakukan segera. “Mungkin setelah UTS kalian harus mulai berkomunikasi mencari tempat PKL. Terserah kalian lah bagaimana mencari informasinya,” tutur Budi. Mengenai lokasi instansi tempat Stulap, wewenang penuh diserahkan Lembaga kepada para ketua kelas tingkat III Akuntansi. Kata Budi kepada para ketua
Lagipula, mahasiswa Akuntansi akan melakukan Stulap di dinas yang terkait dengan akuntansi dan pelaporan keuangan, misalnya Dinas Pendapatan Daerah. “Ngapain kalian PKL di Dinas Kebersihan?” tanya Budi sembari tersenyum, “Makanya, di suratnya akan kita cantumkan: mempelajari Akuntansi dan ditempatkan di bagian yang terkait akuntansi dan pelaporan keuangan.” Menurut rencana awal, tempat Stulap mahasiswa Akuntansi berada di luar Pulau Jawa. Sebab, daerah-daerah tersebut masih perlu bantuan dalam penyusunan laporan keuangan. Namun, hal ini terkendala biaya akomodasi. “Agak sulit kalau
kita mem-plot PKL akuntansi harus Pemda di luar Jawa. Untuk tahun pertama ini belum siap untuk menanggung biaya,” kata Budi. Ia melanjutkan, “PKL itu mengemban misi memberi kontribusi ke Pemda. Juga membawa nama STAN. Jika lebih dikenal pemerintah daerah, mereka tahu bahwa kita tidak hanya pintar di kandang sendiri.” Laporan Stulap vs KTTA Terkait perubahan syarat kelulusan ini, Dharma Putra, Ketua I Persatuan Solidaritas Akuntansi (PSAk) 2010/2011, menyatakan bahwa ia lebih memilih Laporan Stulap daripada KTTA. Alasannya, “Kalau KTTA itu kita nggak tahu dapet mata kuliah apa, pertama. Kemudian yang kedua misalnya kita dapet mata kuliah Audit Sektor Publik, nah kita harus belajar dulu karena belum dapat mata kuliahnya. Misalnya saya dapat ASP, kemudian saya datang ke inspektorat, di sana saya dikasih data, kemudian data itu saya olah sendiri. Tidak ada praktik nyata.” Dharma melanjutkan, “Kalau kalian kan PKL, bisa belajar dulu. Menyelami lebih dalam karakternya, oh data ini fungsinya sebagai ini, oh tim audit itu kerjanya begini begini. Jadi kita nggak ngarang sendiri.” Hal senada diungkapkan Beni Iskandar, Kepala Bidang Humas Tim Peduli Pajak (TPP) 2010/2011. “Lebih baik PKL karena yang kita rasakan benar-benar atmosfer sebagai pegawai Kementerian Keuangan. Jadi, kita sudah punya persiapan dan gambaran awal sebagai bekal buat bekerja nanti,” ungkapnya.
[Hanifah Muslimah/Milki Izza]
Alternatif Lembaga bagi Mahasiswa Cuti Mahasiswa Angkatan 2010/2011 yang tahun lalu mengambil cuti kuliah menghadapi keadaan di luar kebiasaan.Mereka tidak dapat mengulang karena program DIII untuk tahun ini ditiadakan. Lembaga pun menawarkan beberapa solusi alternatif.
Kebijakan Kementerian Keuangan untuk menghentikan penerimaan mahasiswa DIII di semua spesialisasi berdampak pada berbagai aspek. Salah satunya yaitu bagi mahasiswa yang mengambil cuti pada tahun ajaran lalu. Pasalnya, mahasiswa angkatan 2010 yang cuti kuliah tidak bisa mengulang kembali karena tidak ada mahasiwa DIII yang diterima pada tahun ini. Hingga kini, Lembaga masih belum bisa memastikan nasib mereka karena berbagai pertimbangan. Fadlil Usman, Kepala Bidang Akademis Pendidikan Ajun Akuntan, memberikan penjelasan mengenai kelanjutan pendidikan mereka. Menurutnya, khusus untuk mahasiswa angkatan 2010 yang tahun lalu mengambil cuti, mekanisme tahun ini tentu berbeda dengan tahun lalu. Pihak Lembaga tetap mengusahakan kelanjutan pendidikan mereka di STAN, dengan mempertimbangkan beberapa kemungkinan yang dapat diambil. Kemungkinan pertama, akan dilakukan sistem pengajaran satu kelas untuk satu mahasiswa. “Alternatif pertama, kuliah satu kelas satu orang. Kan nggak papa, nggak ada larangan kan. Tingkat satu sendiri, tingkat dua sendiri, tingkat tiga sendiri. Ya itu suatu alternatif,” tuturnya. Sedangkan kemungkinan kedua, mahasiswa angkatan 2010 yang cuti mau tidak mau menyesuaikan diri dengan kurikulum tahun ini. “Tahun ini yang paling logis adalah mereka ditawarkan untuk tingkat I yang sekarang, yaitu DI Pajak atau DI Bea Cukai.” Sekretariat juga masih menunggu pengumuman hasil Ujian Saringan Masuk (USM) Program DI tahun angkatan 2011. Menurut Fadlil, pihak Sekretariat belum
mengetahui lokasi pendidikan para mahasiswa baru tersebut. “Daerahnya belum tahu, kalau di sini tidak masalah. Tapi kalau DI-nya di daerah, ya mungkin dia (mahasiswa angkatan 2010 yang tahun ajaran lalu mengambil cuti—red.) akan diberi kesempatan untuk memilih daerah yang mana,” jelasnya. Menurut Fadlil, mahasiswa yang mengambil cuti pada Tahun Ajaran 2010/2011 hanya beberapa orang. “Nggak banyak tuh kayaknya, saya nggak hafal angkanya. Dua atau tiga orang.” Salah satunya adalah Ahmad Mustofa, mahasiswa kelas 1AB Program Diploma DIII Akuntansi Pemerintahan Angkatan 2010 yang tahun ajaran lalu mengambil cuti, menuturkan bahwa pihak Lembaga melalui seorang widyaiswara, Nur Aisyah Kustiani, telah menelepon dan memintanya memlilih antara Program DI jurusan Pajak dan Program Diploma DI Bea Cukai Tahun Ajaran 2011/2012. “Saya pilih DI Pajak, kalau Bea Cukai ada tes-tes khusus jadinya lebih lama lagi nanti prosesnya. Makanya saya pengin cepat saja, langsung ambil (Program Diploma DI) Pajak,” ujar Tofa. Berdasarkan keterangan yang diinformasikan Lembaga, Tofa akan memulai kuliah pada Desember ini, bersamaan dengan mahasiswa baru. Ia tidak perlu mengikuti Ujian Saringan Masuk STAN tahun ini --yang setara ujian CPNS-- dan akan lulus sebagai mahasiswa Program Diploma DI Pajak.
adanya batas maksimal absensi dan aturan di STAN yang mewajibkan minimal 80% kehadiran di setiap mata kuliah untuk dapat mengikuti ujian. Hal serupa juga dikatakan oleh Soraya, mahasiswi Program Diploma DIII Pajak Angkatan 2010/2011 yang juga mengajukan cuti kuliah. Ia mengungkapkan bahwa pada awalnya, Sekretariat memberinya pilihan antara DIII Akselerasi yang hanya dua tahun dan DI. Namun, pemberitahuan terakhir dari Lembaga menyatakan bahwa DIII Akselerasi ditiadakan. Menurutnya, tidak masalah jika harus melanjutkan pendidikan sebagai DI. Karena baik pendidikan maupun penempatan akan lebih cepat. Soraya menyatakan bahwa pihak Lembaga melalui Murniaty (pelaksana) memintanya untuk menyiapkan surat sehat untuk dibawa ke Lembaga pada bulan November. Alasan mahasiswi asal Makassar ini mengambil cuti adalah penyakit vertigo yang dideritanya serta rekomendasi Sekretariat. Ia menjalani cuti kuliah mulai Desember tahun lalu.
[Annisa Fitriana/Milki Izza]
Tofa menjelaskan bahwa ia mengajukan cuti karena mengalami dua kali opname di rumah sakit akibat penyakit demam berdarah dan tifus. Masa opname yang memakan waktu empat minggu membuatnya harus mengajukan cuti kepada Lembaga, mengingat
Edisi No. 17/Tahun IX/Minggu III/November/2011
21
>>
Opini Jangan Demonstrasi Melulu “Lebih baik menyalakan lilin dibandingkan mengutuk kegelapan” – pepatah Cina
Pemuda telah menorehkan tinta emas dalam sejarah Republik ini. Di tangan para pemuda, perubahan-perubahan terjadi dan kemerdekaan Indonesia berhasil diwujudkan. Masih ingatkah dengan sejarah kemerdekaan negara kita? Saat itu golongan pemuda yang diwakili oleh Chaerul Saleh dan Soekarni menculik Soekarno dan Mohammad Hatta ke Rengasdeklok agar Soekarno-Hatta terbebas dari pengaruh Jepang. Mereka juga mendesak agar kemerdekaan Indonesia segera diproklamasikan. Setelah kemerdekaan terwujud, muncul permasalahan baru: dominasi politik, ketimpangan sosial, dan kemiskinan yang belum juga bisa diatasi. Pemuda –yang kebanyakan berstatus mahasiswa-tidak tinggal diam. Pada tahun 1966, mahasiswa mendirikan suatu wadah bernama KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia). Para mahasiswa angkatan ’66 ini melakukan aksi demo terhadap presiden Soekarno dan memperjuangkan Tritura (tiga tuntutan rakyat). Gerakan mahasiswa, yang merupakan anak dari kegelisahan sosial, muncul kembali pada tahun 1998. Mendapatkan momentum saat krisis moneter, para mahasiswa turun ke jalan, mendesak Soeharto untuk turun, dilakukannya reformasi, dan dihapuskannya KKN. Presiden Soeharto berhasil diturunkan, tetapi harga yang harus dibayar untuk terwujudnya sebuah reformasi sangatlah mahal. Pemerintah melakukan aksi represif untuk meredakan gerakan mahasiswa dan terjadilah Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I serta II. Mahasiswa menjadi korban. Mahasiswalah yang berada di garis terdepan dalam menumbangkan rezim Soeharto. Sekali lagi, mahasiswa melakukan perubahan. Demo adalah Jawaban? Pertanyaan yang muncul di era reformasi ini adalah “Selanjutnya apa?”. Apa yang harus dilakukan mahasiswa setelah reformasi tercapai? Perhatikan, apa yang mahasiswa lakukan sejak awal masa reformasi hingga era pemerintahan SBY jilid II? Mahasiswa mengikuti jejak pendahulunya: demonstrasi. Dalam kurun waktu satu dekade ini, puluhan bahkan ratusan demo telah banyak dilakukan mahasiswa. Masalahnya, apakah demonstrasi tersebut efektif layaknya mahasiswa angkatan ’66 atau angkatan ’98? Bila jawabnya tidak, lantas apa yang harus dilakukan?
Saya termasuk pribadi yang membutuhkan waktu untuk berpikir berkali-kali ketika ada ajakan untuk berdemo. Demo pertama yang saya lakukan adalah ketika BEM Seluruh Indonesia melakukan demo secara besar-besaran di depan Mahkamah Agung (MA) untuk menuntut Akbar Tandjung segera diproses atas keterlibatannya dalam suatu kasus korupsi. Dalam peristiwa tersebut, beberapa mahasiswa terluka, termasuk teman saya dari BEM STAN 2003/2004. Sayang, demo kami tidak digubris MA alias tujuan kami berdemo tidak tercapai. Lucunya, Akbar Tandjung yang ketika itu saya demo, merupakan aktivis mahasiswa angkatan ’66 yang turut berdemo memperjuangkan Tritura. Gerakan mahasiswa tidak harus melulu demonstrasi. Lagipula, demonstrasi telah mengalami degradasi nilai. Masyarakat sudah apatis terhadap demonstrasi yang marak terjadi, demonstrasi tidak lagi dianggap sebagai gerakan mulia juga tidak lagi digubris pemerintah. Sejatinya, demonstrasi hanyalah cara –bukan tujuan. Jika kini demonstrasi tidak lagi efektif, maka mahasiswa harus mencari cara lain.
Social Enterpreneur Pemerintah mengklaim bahwa jumlah angka kemiskinan menurun, tetapi kenyataan di lapangan berkata sebaliknya. Saat ini, aksi social enterpreneurship dan social development sedang naik daun. Menurut saya, aksi tersebut adalah solusi yang tepat sasaran bila dibanding ‘hanya’ berdemonstrasi menuntut pemerintah untuk mengentaskan angka kemiskinan. Pelakunya, disebut social entrepreneur adalah ‘seseorang yang mengerti permasalahan sosial dan menggunakan kemampuan entrepreneurship untuk melakukan perubahan sosial, terutama meliputi bidang kesejahteraan, pendidikan dan kesehatan.’ (Santosa, 2007). Jadi, tujuan dari social entrepreneurship ini adalah mengentaskan permasalahan masyarakat seperti kemiskinan dengan melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat tersebut. Membuat bisnis usaha dengan tujuan memberikan mereka pekerjaan dan tujuan akhirnya adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat.
Sebagai mahasiswa STAN yang merupakan mahasiswa kedinasan, kita dilarang secara tegas untuk ikut serta berdemonstrasi. Lantas, apakah kita layak dianggap mahasiswa banci karena tidak berani ikut serta berdemonstrasi, seolah-olah demonstrasi adalah identitas utama seorang mahasiswa? Saya secara tegas menyatakan tidak. Demonstrasi bukanlah identitas utama seorang mahasiswa. Demonstrasi bukanlah satusatunya cara untuk menunjukan idealisme kita dan ketidaksetujuan kita atas kebijakan-kebijakan pemerintah yang dirasa tidak adil.
Social entrepreneur merupakan bagian dari gerakan social development, dimana masyarakat secara mandiri aktif dan menjadi solusi dari gerakan pengentasan kemiskinan. Gerakan ini juga menjadi jawaban atas tridarma perguruan tinggi poin ketiga.
Anies Baswedan saat menjadi pembicara kuliah umum di depan mahasiswa DIV menyampaikan bahwa mahasiswa STAN harus menjadi pengisi barisan antikorupsi di bidang keuangan negara. Mahasiswa STAN harus menjadi penjaga keuangan negara, bukan menjadi pihak yang menggerogoti keuangan negara dari dalam. Jangan sampai idealisme kita hanya bertahan di lingkungan kampus dan luntur begitu menjejakkan kaki di dunia kerja.
Mari kita menyalakan lilin dan berhenti mengutuk kegelapan.
Sekali lagi, apa yang kita lakukan untuk mengisi era reformasi ini? Tentu tidak sekadar demo, mahasiswa di era sekarang dituntut untuk menjadi solusi, agent of change --pembuat perubahan bukan sekedar penuntut perubahan.
Teguh Hartanto Presiden Mahasiswa BEM STAN 2011/2012
Lantas apa yang bisa kita lakukan selama menjadi mahasiswa? Mahasiswa di era sekarang dituntut untuk menjadi bagian dari solusi, bukan jadi bagian dari permasalahan sosial yang terjadi. Mahasiswa harus menjadi agen perubahan, bukan sekadar menuntut perubahan.
Mengapa Takut pada Pers Mahasiswa? Beberapa bulan belakangan adalah waktu kritis bagi Media Center untuk berbenah diri. Ada dua momen penting dalam hal ini. Pertama, pergantian kepengurusan dan pembenahan di beberapa bidang, terutama redaksi, yang menjadi bagian dari fokus kami tahun ini. Kedua, ini yang menarik: tak seperti biasanya, suara-suara ‘protes’ menghampiri ruang redaksi kami. Hal pertama tentu tak bisa dilepaskan dari dinamika di tiap organisasi mahasiswa tiap tahun. Ini bukan hal yang istimewa. Sementara peristiwa kedua jelas perlu diperhatikan. Ada bermacam suara yang sampai ke ruang redaksi kami, seperti keluhan mengenai beritaberita yang keburu basi akibat masa pengerjaan tabloid yang cukup memakan waktu, sampai tendensi Media Center untuk menampilkan ‘borok’ organisasi-organisasi mahasiswa, tanpa turut merekam jejak-jejak positif yang ditinggalkan warga kampus.
22
Edisi No. 17/Tahun IX/Minggu III/November/2011
Mari mengkajinya dari sudut pandang tugas pers sebagai watchdog (anjing penjaga). Maksudnya, salah satu fungsi pers adalah memantau kinerja pihak-pihak yang berkuasa supaya tetap berada dalam jalurnya. Bila ditemukan kesalahan, ingatkan. Bila ada hal positif dalam kinerjanya, berikan apresiasi. Bill Kovach dan Tom Rosenstiel dalam Elements of Journalism menulis rumusan sederhana mengenai hal ini. “Wartawan,” tulis mereka, “Harus bertindak sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan.” Setelah jelas bahwa kita perlu melacak tiap penyalahgunaan wewenang, perlukah memberikan perhatian khusus pada prestasi yang telah dicapai? Jawabnya, tetap perlu, tetap penting. Lalu mengapa Media Center terkesan memojokkan organisasi mahasiswa yang sedang punya hajat, yang kemudian diindikasikan timbul kesalahan di dalamnya? Ini terkait
dengan prioritas Media Center dalam menjalankan fungsinya. Di tengah terbatasnya tenaga dan jangkauan informasi, kami memprioritaskan untuk meliput hal-hal yang tak semestinya terjadi. Mengapa? Sebab hal-hal negatif cenderung akan berkembang jadi budaya bila tak ditanggulangi—atau paling tidak, dikenali—sejak dini. Di sini, Media Center mengambil perannya sebagai lembaga pers mahasiswa. Caranya, dengan mengangkat masalah ini ke permukaan agar perhatian pembaca produk-produk Media Center terfokus di masalah tersebut. Nah, masalah keterbatasan sumber daya manusia dan jangkauan informasi inilah yang menjadikan lembaga pers dimana pun memerlukan sistem komunikasi dua arah; komunikasi antara pers dengan audiensnya. Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, masih dalam buku yang
>>
Opini sama, memberikan contoh menarik mengenai hal ini. Joe Conason, penulis yang bekerja untuk majalah Salon menjumpai ketidakakuratan data yang ditampilkan situs online majalah Slate, suatu hari di tahun 1999. Ia lantas mengirimkan email yang mengoreksi pemberitaan tersebut. Email ini kemudian ditindaklanjuti dengan memuat berita yang telah direvisi—dengan menampilkan pemberitahuan bahwa tulisan itu telah direvisi—sambil menampilkan tautan yang memuat berita lama yang belum direvisi serta konten email yang dikirim oleh Conason. Di sinilah kita menjumpai adanya komunikasi dua arah antara wartawan dengan pembaca berita. Di sini pulalah kerja terpenting seorang wartawan— verifikasi; atau pengecekan kebenaran suatu data— lebih mudah dilakukan dengan sistem yang lebih fair dan lebih sehat. Akibatnya, wartawan lebih dituntut untuk menyediakan informasi yang bermutu—kalau tidak, reputasi kewartawanan mereka yang jadi taruhan; dan pembaca berita dituntut lebih aktif dalam memberikan respon berupa kritik maupun saran. Hasil akhirnya, berita yang ditampilkan pun akan jauh lebih dekat pada fakta yang terjadi di lapangan. Komunikasi dua arah ini menjadikan pers benar-benar berfungsi sebagai corong bagi suara audiensnya. Hal ini terkait erat pada elemen jurnalisme lainnya, bahwa loyalitas teringgi seorang wartawan adalah pada pembacanya, bukan yang lain. Artinya, wartawan perlu menyusun berita dengan motivasi memberikan informasi yang faktual, yang bermanfaat bagi pembacanya dalam menentukan sikap. Tapi, sekali lagi, komunikasi dua arah ini jelas membutuhkan pembaca sebagai mitra kerja. Arief Zulkifli, Redaktur Utama majalah Tempo, suatu hari pernah bercerita di akun twitter-nya, bahwa Tempo tiap hari kebanjiran surat-surat kaleng berisi pemberitahuan mengenai masalah-masalah yang terjadi. Tugas tim redaksi akhirnya menjadi jelas: verifikasi; membuktikan kebenaran berita dalam surat kaleng itu.
Peran seperti inilah yang sebenarnya kami harapkan dari mahasiswa: memberikan umpan sekaligus respon balik—tentu tanpa menafikan peran aktif mahasiswa yang selama ini turut bersuara melalui produkproduk jurnalistik Media Center. Bila ada suatu hal yang sekiranya perlu diketahui orang banyak, mahasiswa bisa meminta media untuk melakukan proses verifikasi. Bila ada berita yang dianggap ditulis dengan cara yang tak seimbang atau memiliki diksi tak sesuai, mahasiswa dapat meminta media untuk membenahinya melalui rubrik “Suara Pembaca” maupun “Opini” yang hari ini sudah terdapat di media massa mana pun. Dalam melakukan tugas reportase, ada satu prinsip yang selalu ditekankan setiap rapat redaksi: cover both side atau ‘pemberitaan berimbang’. Sayangnya, beberapa kali tim reporter Media Center menemui kondisi dimana prinsip ini tak terpenuhi sebab pihak-pihak terkait menolak memberikan tanggapan terhadap hal-hal yang kami temukan. Kalau satu pihak menolak menggunakan hak bicara, wajar kiranya bila reporter terpaksa menuliskan apa adanya. Sebab dalam prinsip verifikasi, ada aturan untuk tidak menambahi sesuatu yang tidak ada, tidak menipu audiens, bersikap transparan dalam liputan, mengandalkan reportase pribadi—bukan milik orang lain, dan bersikap rendah hati terhadap kesalahan liputan yang mungkin terjadi. Kami tentu tak ingin mengelabui pembaca dengan membuat atau menghapus pernyataan tertentu demi popularitas. Ini karena eksistensi kami tak tergantung dari seberapa populer berita yang tampil di produk jurnalistik Media Center, tapi terletak pada seberapa akurat berita yang tertulis di sana. Lembaga pers konvensional meletakkan pondasi bisnis mereka pada popularitas sebab ia begitu bergantung pada pemasukan dari iklan yang dipasang di media tersebut. Sementara Media Center tidak hidup dari iklan. Ia hidup dari ekspektasi mahasiswa—atau perwakilan mahasiswa—bahwa Media Center masih punya harapan untuk menampilkan data yang dapat dipercaya.
>>
Klithik & Civikom
Bila hal-hal di atas dianggap sebagai apologi kami atas hal-hal yang harusnya jadi tanggung jawab kami, izinkan saya mendudukkan masalah ini sekali lagi agar lebih jelas. Pertama, tanpa bermaksud mengalihkan tanggung jawab kami pada pembaca, saya berpendapat bahwa mahasiswa perlu turut lebih berpartisipasi dalam menyediakan budaya pers yang sehat. Caranya dengan memberikan masukan yang akan ditindaklanjuti oleh pegiat pers mahasiswa. Bentuknya bisa jadi berupa opini, surat pembaca, atau informasi yang diberikan secara lisan pada reporter yang dikenal. Kedua, dalam menjalankan fungsinya sebagai watchdog, pers berperan dengan membuka jalan bagi transparansi lebih lebar lagi. Caranya ialah dengan menuliskan artikel berdasarkan data yang dimiliki, bukan dengan berasumsi atau meniupkan propaganda tertentu. Pers, secara umum, memiliki tugas untuk menyediakan informasi yang faktual yang dibutuhkan masyarakat agar mereka bisa hidup bebas dan mengatur diri sendiri. Salah satu implementasinya adalah berperan sebagai watchdog, dengan memantau kuasa supaya tak jadi absolut. Harapannya, kewaspadaan yang timbul dari kontrol masyarakat melalui pers ini mampu membantu memperbaiki kinerja pihak-pihak yang sedang dipantau performanya. Nah, sesederhana itulah sebenarnya tujuan adanya pengawasan terhadap kinerja pihak yang punya wewenang. Jadi, mengapa masih takut pada pers mahasiswa?
Reza Syam Pratama Pemimpin Redaksi Media Center STAN
<<
Ada psikotes setelah lulus STAN >> Siap-siap merogoh kantong dalam-dalam
Publikasi LHP LK BEM 2011 segera diberikan
>> Di mana? Di mana? Ke mana?
Wisuda aman terkendali >> Lalu lintas lancar merayap
BDK Palembang dan Pekanbaru wisuda di gedung baru
>> Untung nggak ikut digebukin
USM STAN 2011 empat kali penyaringan >> Bebas kolesterol nggak?
Alam tak ramah, puncak Elbrus tak terjamah
>> Tetap prestasi, kok
Dinamika konsep baru >> Pesertanya emang ada?
Edisi No. 17/Tahun IX/Minggu III/November/2011
23
>>
Perspektif Mahasiswa
<<
Memaknai Hakikat Perjuangan Sebuah film hollywoodyang dirilis tahun 2007 dengan judul The Ultimate Gift, rasanya layak menjadi rekomendasi untuk ditonton. Film karya sutradara Michael O. Sajbel itu berkisah tentang seorang pemuda bernama Jason yang hidup bermewah-mewahan dengan kekayaan kakeknya. Sepeninggal kakeknya, ia mendapat sebuah warisan, the ultimate gift. Tidak wajar, warisan itu berupa sebuah alur teka teki yang harus dia ikuti. Warisan itu mengharuskannya menjalani berbagai hal, mulai dari memasang tiang pancang hingga tersesat di rimba perbatasan Spanyol. Ia diajarkan untuk belajar berusaha dan berjuang. Seiring waktu, ia pun mengerti bahwa pada hakikatnya, sebuah perjuangan tidaklah mudah – bahwa apa yang selama ini ia nikmati itu diawali dari kerja keras kakeknya. Pemuda identik dengan semangat dan idealisme. Kedua unsur tersebut tumbuh seiring dengan pesat. Dengan kontrol yang baik, keduanya bisa menjadi bekal yang luar biasa bagi seorang pemuda. Namun sayangnya, tak sedikit pemuda yang berpikir instan,ingin segera sampai di tujuan tanpa peduli proses. Visi untuk membangun tatanan madani memang terkesan mengagumkan. Idealisme khas pemuda. Namun faktanya, kita terkadang lupa mengalkulasi tantangan yang akan
dihadapi. Mari sedikit napak tilas perjuangan bangsa kita pada reformasi 1998. Rezim Soeharto runtuh di tangan mahasiswa. Kejatuhan itu dianggap sebagai kemenangan, tetapi mereka lupa bahwa akan ada fase memimpin setelahnya. Mental aktivis saat itu masih merupakan ‘mental berjuang’, belum akrab dengan ‘mental memimpin’yang merupakan tujuan awalnya. “Berikan aku sepuluh pemuda yang membara cintanya pada tanah airnya dan aku akan mengguncang dunia,” kata Soekarno. Saya jadi berpikir, sehebat itukahdaya pemuda? Padahal realita yang saya saksikan, lebih banyak pemuda yang menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, seperti tawuran atau nongkrong di pinggir jalan. Tawuran antara salah satu SMA di Jakarta dan wartawan beberapa waktu lalu cukup membuat saya bertanya-tanya. Bagaimana sanggup menguncang dunia kalau sekadar mengurus diri sendiri saja tak mampu. Kemana perginya semangat itu? Kemana larinya pemuda yang dimaksud Soekarno? Faktanya—tak jauh beda dengan Jason—kita terlalu terlena dengan hasil yang diupayakan pendahulu kita dan kurang menghargai hakikat perjuangan.
>>
Miris rasanya, melihat sekelompok anak bangsa dengan potensi luar biasa yang terabaikan. Mereka berjuang, membiayai kreativitas mereka secara mandiri. Mereka memiliki ide cemerlang yang siap direalisasikan, tetapi mengalami satu masalah: dana. Toh, mereka tetap berjuang mengatasi keadaan tersebut. Sebab, tujuan mereka adalah aktualisasi diri. Mereka, para pemuda yang memanfaatkan waktu mereka secara optimal, bukan menyia-nyiakannya. Televisi. Benda penemuan John Lodie Baird itu kini membuat saya berdecak keheranan. Melalui kotak ajaib itu, tak sedikit pemuda yang dibuat lupa jati diri. Kita sering merasa kagum dengan orangorang yang muncul di televisi dan merasa cukup bangga dengan sekedar bertemu dan berfoto bersama. Bila kita mampu menjadi seperti mereka, mengapa kita berhenti pada tahap mengagumi? Kita mampu berprestasi dalam bidang yang kita minati masing-masing.
minim. Tak perlu banyak alasan untuk bergerak maju. Tentang kesuksesan, itu berawal dari bagaimana kita memaknai hakikat perjuangan itu sendiri. Kinisaatnyamemilih, memanfaatkan waktu atau sekadar menghabiskan waktu yang ada. “Orang-orang hebat di bidang apa pun bukan bekerja karena mereka terinspirasi, tetapi mereka menjadi terinspirasi karena lebih suka bekerja. Mereka tidak menyianyiakan waktu menunggu inspirasi.” – Ernest Newman Aditya Hendriawan Pemimpin Umum Media Center STAN
Sering kita terjebak berjuta alasan untuk memulai. Apa lagi yang kita tuntut? Fasilitas lebih? Thomas Alfa Edison berhasil menemukan lampu pijar dengan fasilitas sangat sederhana di sebuah gudang tua. Ibnu Sina berhasil menemukan berbagai macam ilmu kedokteran yang dirangkum dalam kitab Al-Qanun, sekali lagi, dengan fasilitas
Bidik
<< Kuhayati hari ini dengan khidmat Dinaungi denyut nadiku yang lamat dan desir darahku yang menggelitik nadi Dinginnya telapak tanganku kontras dengan hangatnya senyum ibuku Sungguh.. Kelulusan ini terasa nikmat
Sumber Foto: Bidang Humas Publikasi dan Dokumentasi Panitia Wisuda STAN 2011
24
Teks: Annisa Fitriana
Edisi No. 17/Tahun IX/Minggu III/November/2011