PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA MA AL- ASROR PATEMON GUNUNG PATI SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (SI) Dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh: UMI KHOLIFAH 073111034
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 18 Juli 2011 Deklarator
Umi Kholifah NIM. 073111034
ii
iii
iv
v
ABSTRAK Judul
Penulis NIM
: Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kedisiplinan Siswa MA Al-Asror Patemon Gunungpati Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011. : Umi Kholifah : 073111034
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Tingkat kecerdasan emosional siswa MA Al- Asror Patemon Gunungpati Semarang. 2. Tingkat kedisiplinan siswa MA Al- Asror Patemon Gunungpati Semarang. 3. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap kedisiplinan siswa MA Al-Asror Patemon Gunungpati Semarang. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan atau field research. Penelitian ini merupakan penelitian sampel karena responden yang berjumlah 55 siswa diambil dari populasi yang berjumlah 403 dengan menggunakan rumus alokasi sampel ala Neyman. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode angket untuk memperoleh data variabel X yaitu kecerdasan emosional dan variabel Y yaitu kedisiplinan siswa MA Al-Asror Patemon Gunungpati Semarang. Data penelitian yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik statistik inferensial, pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis regresi satu prediktor dengan skor deviasi. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa: 1. Tingkat kecerdasan emosional siswa MA Al-Asror Patemon Gunungpati Semarang tahun pelajaran 2010/2011 dalam kategori cukup. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis yang menunjukkan nilai mean 79 yaitu terdapat antara interval 78-80. 2. Tingkat kedisiplinan siswa MA Al-Asror Patemon Gunungpati Semarang tahun pelajaran 2010/2011 dalam kategori cukup. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis yang menunjukkan nilai mean 75 yaitu terdapat antara interval 75-77. 3. Kecerdasan emosional mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap kedisiplinan siswa MA Al-Asror Patemon Gunungpati Semarang. Hal itu terbukti dengan hasil perhitungan analisis regresi satu prediktor dengan metode skor deviasi sebesar 69,482 dan db = 53. Berdasarkan tabel regresi diketahui bahwa untuk derajat kebebasan (db) = 53, Ftabel pada taraf signifikansi 5% = 4,03 dan 1% = 7,17. Maka nilai Freg sebesar 69,482 lebih besar daripada Ftabel, baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1%. Oleh karena itu, hasilnya dinyatakan signifikan dan hipotesis yang diajukan peneliti diterima. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para civitas akademika, para mahasiswa, para tenaga pengajar mata kuliah jurusan dan progam studi di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang terutama dalam memberi dorongan kepada mahasiswa agar senantiasa meningkatkan motivasi berprestasi secara lebih memadai. vi
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam senantiasa tetap terlimpahkan kepada beliau Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya serta orang-orang mukmin yang senantiasa mengikutinya. Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, peneliti sampaikan bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada: 1. Dr. Suja'i, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 2. Nasirudin, M. Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan selaku dosen wali yang senantiasa sabar dalam memberi pengarahan demi kelancaran dalam perkuliahan. 3. Dr. Abdul Wahib, M. Ag. selaku pembimbing I dan Drs. Shodiq, M.Ag. selaku pembimbing II yang telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi. 4.
Bapak dan ibu dosen serta segenap civitas akademik Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
5. Segenap keluarga, terutama ayah bunda dan kakak dan adik tersayang yang selalu mencurahkan kasih sayang, perhatian, kesabaran, ketabahan serta untaian do’a yang tulus sepanjang waktu demi keberhasilan peneliti. 6. Guru-guru yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan dasar akhlaqul karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan. Semoga jasa-jasa beliau mendapat balasan yang sebaik-baiknya oleh Allah. 7. Sahabat-sahabat seperjuangan yang selalu memberikan bantuan, motivasi, inspirasi, nasehat semangat hidup, pelajaran hidup, dan dukungan untuk selalu vii
bangkit dan keputusasaan dan keterpurukan yang selalu datang melanda. Semoga dapat meraih segala impian dan kesuksesan hidup yang dicita-citakan. Kepada mereka semua peneliti tidak dapat memberikan apa-apa, hanya ucapan terima kasih dengan tulus serta iringan doa, semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dan melimpahkan Rahmat, Taufiq, Hidayah dan Inayah-Nya. Pada akhirnya peneliti menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk mengevaluasi dan memperbaikinya. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Amiiin... Semarang, Peneliti,
Juli 2011
Umi Kholifah NIM. 073111034
viii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. ..............................................................................................i PERNYATAAN KEASLIAN.................................................................................ii PENGESAHAN.....................................................................................................iii NOTA PEMBIMBING .........................................................................................iv ABSTRAK .............................................................................................................v TRANSLITERASI..................................................................................................vi KATA PENGANTAR .........................................................................................vii DAFTAR ISI ......................................................................................................viii BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................................1 B. Penegasan Istilah................................................................................3 C. Rumusan Masalah ……….................................................................5 D. Tujuan dan Manfaat penelitian…………..................................…….5 BAB 11 : LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka....................................................................................6 B. Kerangka Teoritik 1. Kecerdasan Emosional..................................................................8 a. Pengertian Kecerdasan Emosional ………................…...….8 b. Unsur-unsur Kecerdasan Emosional.....................................11 c. Usaha-usaha Pengembangan Kecerdasan Emosional...........15 d. Manfaat Kecerdasan Emosional...........................................18 2. Kedisiplinan Sekolah…...............................................................20 a. Pengertian Kedisiplinan Sekolah............................…..........20 b. Bentuk-bentuk Kedisiplinan ..……......................................21 c. Fungsi dan Tujuan Kedisiplinan...........................................22 d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Siswa.....................................................................................24 C. Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Kedisiplinan Siswa.................................................................................................31
ix
D. Pengajuan Hipotesis..........................................................................32 BAB III : METODE PENELITIAN… A. Jenis Penelitian ………….....................................................….…34 B. Waktu dan Tempat Penelitian ………….......................…..…......34 C. Variabel Penelitian.........................................................................35 D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel …….……...35 E. Teknik Pengumpulan Data.............................................................37 F. Teknik Analisis Data......................................................................38 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Umum Hasil Penelitian.........................................................43 1. Sejarah Singkat Berdirinya MA Al-Asror Semarang.............43 2. Visi dan Misi MA Al-Asror Semarang.....…………..…….....44 3. Letak Geofrafis MA Al-Asror Semarang ...............................44 4. Keadaan Guru dan Siswa MA Al-Asror Semarang................ 45 5. Sarana Prasarana MA Al-Asror Semarang............................ 46 B. Data Khusus Hasil Penelitian........................................................48 1. Deskripsi Data Hasil Penelitian...............................................48 2. Analisis Data Hasil Penelitian ................................................49 a.
Analisis Pendahuluan………………………..…….49
b.
Analisis Uji Hipotesis ..............................................59
c.
Analisis Lanjut...................................................................66
BAB V : KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP A. Kesimpulan……......……………......................................………67 B. Saran …………………….....................................................……67 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pada umumnya orang berpendapat bahwa anak yang pintar atau dikatakan
memiliki
IQ
tinggi
pasti
akan
sukses
dalam
menjalani
kehidupannya, terutama dalam kehidupan akademiknya. Anggapan tersebut dipatahkan oleh Daniel Goleman seorang Profesor dari Harvard University yang telah mempopulerkan kecerdasan emosional. Menurutnya peranan IQ menempati posisi kedua sesudah kecerdasan emosional dalam peraihan puncak prestasi di dunia kerja.1 Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan potensi kita untuk mempelajari ketrampilan, yaitu keterampilan praktis yang didasarkan pada lima unsur kecerdasan emosional, yang terdiri dari; mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, empati dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain.2 Oleh karena itu, emosi sangat penting bagi rasionalitas. Dalam liku-liku perasaan dengan pikiran, kemampuan emosional membimbing keputusan kita dari saat ke saat, bekerja bahu-membahu dengan pikiran yang rasional, mendayagunakan atau tidak mendayagunakan pikiran itu sendiri. Demikian juga, otak nalar memainkan peran eksekutif dalam emosi kita, kecuali pada saat-saat emosi mencuat lepas kendali dan otak emosional berjalan tak terkendalikan. Dalam artian tertentu kita mempunyai dua otak, dua pikiran dan dua jenis kecerdasan yang berlainan yaitu kecerdasan rasional dan kecerdasan emosional. Jadi keberhasilan kita dalam kehidupan ditentukan oleh kedua-duanya tetapi kecerdasan emosionallah yang memegang peranan. 3
1
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, Terj. T. Hermaya, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama), 2002, hlm. 58 2
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi, Terj. Alex Tri Kentjono Widodo, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 39 3
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, hlm. 38.
1
Di dalam dunia pendidikan, kita menyadari bahwa untuk meraih prestasi di sekolah maupun di luar sekolah, ada beberapa faktor yang harus dimiliki oleh anak didik. Selain anak didik harus unggul dalam kecerdasan akademik dan kecerdasan emosionalnya, anak didik juga harus mempunyai perilaku disiplin yang kuat. Hal itu dikarenakan disiplin merupakan suatu aturan pendidikan yang menunjuk pada sejenis keterlibatan aturan dalam mencapai standar yang tepat atau mengikuti peraturan yang tepat dalam berperilaku atau melakukan aktifitas.4 Tulus Tu’u dalam bukunya yang berjudul Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, menyatakan bahwa disiplin merupakan salah satu sarana pendidikan dan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesuksesan anak didik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
Karena
dalam mendidik disiplin berperan mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku-perilaku taat terhadap nilai-nilai yang telah diajarkan dan diteladankan oleh pendidik.5 Kedisiplinan merupakan ketaatan dan kepatuhan seseorang terhadap tata tertib, kaidah-kaidah serta aturan-aturan yang berlaku. Disiplin merupakan hal yang sangat penting dalam berbagai aktifitas manusia sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan. Kedisiplinan yang ditetapkan di sekolah bertujuan untuk
membina,
mendorong,
dan
melatih
anak
didik
agar
dapat
mengendalikan dan mengarahkan tingkahlaku dirinya dalam lingkungan sekolah maupun di lingkungan luar
sekolah,
sehingga timbul rasa
tanggungjawab dan kematangan diri, yang menjadikan proses belajar siswa berjalan dengan lancar. Jadi kedisiplinan merupakan salah satu sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap individu demi kelancaran dalam menjalankan berbagai aktifitas kehidupan.
4
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hlm. 118. 5
Tulus Tu’u, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: PT. Grasindo, 2004), hlm. Viii
2
Berdasarkan teori atau pendapat-pendapat yang dikemukakan diatas dapat diambil pengertian bahwa, kecerdasan emosional dan kedisiplinan merupakan hal yang sangat penting dalam berbagai aktifitas manusia, sebagai salah satu alat untuk mempermudah mencapai tujuan. Jadi adakah pengaruh kecerdasan emosional siswa dalam kemampuan mengendalikan keinginankeinginannya, membatasi berbagai macam hasratnya, dan menetapkan berbagai sasaran aktivitasnya terhadap kedisiplinan siswa dalam menaati berbagai macam peraturan yang diterapkan di sekolah, khususnya di Madrasah Aliyah Al-Asror Patemon Gunungpati Semarang. Oleh karena itu ingin dikaji lebih jauh tentang seberapa besar kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kedisiplinan siswa MA Al-Asror, sebagaimana tertuang dalam judul skripsi "Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kedisiplinan Siswa MA Al-Asror Patemon Gunungpati Semarang Tahun Pelajaran 2010/ 2011".
B. Penegasan Istilah Untuk menghindari agar tidak salah pengertian tentang judul ini, maka penulis akan menjelaskan masing-masing istilah yang dipakai dalam skripsi ini, yaitu: 1. Kecerdasan Emosional Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang berawalan ke dan berakhiran an yang berarti sempurna akal budi untuk berpikir, mengerti, dan tajam pikiran. 6 Kecerdasan adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu.7 Kecerdasan juga merupakan kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi
yang
baru
dengan cepat
dan efektif,
mengetahui
atau
6
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. 3, hlm. 209. 7
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), hlm. 52.
3
menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.8 Emosional dengan kata dasar emosi dalam Oxford English Dictionary mendefinisikan sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental yang hebat atau meluapluap. 9 Sedangkan emosional, berkaitan dengan aspek apapun dari emosi yaitu mencirikan keadaan, proses, dan ekspresi yang mengandung kualitas emosi. Mencirikan seorang individu yang mengalami sebuah emosi atau seseorang yang menampilkan sebuah kecenderungan bagi reaksi-reaksi emosi. 10 Jadi definisi istilah kecerdasan emosional adalah kemampuan mengindra, memahami dan daya efektif menerapkan kekuatan dan ketajaman emosi sebagai sumber energi, informasi dan pengaruh. 2. Kedisiplinan Kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang berawalan ke dan berakhiran an, yang berarti tata tertib atau ketaatan kepada peraturan. 11 Kata ”disiplin” menunjuk pada sejenis keterlibatan aturan dalam mencapai standar yang tepat atau mengikuti peraturan yang tepat dalam berperilaku atau melakukan aktifitas.12 Jadi kedisiplinan yang dimaksud pada penelitian ini adalah perilaku taat, dan tepat dalam mengikuti maupun melaksanakan aktifitas-aktifitas belajar, peraturan-peraturan dan tata tertib yang ditetapkan di sekolah.
8
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 56. 9
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, hlm. 411.
10
Arthor S. Reber dan Emily S. Reber, Kamus Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 313. 11
WJS. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hlm.321. 12
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hlm. 118.
4
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dikemukakan permasalahannya sebagai berikut : 1. Bagaimana tingkat kecerdasan emosional siswa MA Al- Asror Patemon Gunungpati Semarang Tahun Pelajaran 2010/ 2011 ? 2. Bagaimana tingkat kedisiplinan siswa MA Al- Asror Patemon Gunungpati Semarang Tahun Pelajaran 2010/ 2011 ? 3. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap kedisiplinan siswa MA Al- Asror Patemon Gunungpati Semarang Tahun Pelajaran 2010/ 2011 ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional siswa MA Al- Asror Patemon Gunungpati Semarang tahun pelajaran 2010/ 2011. 2. Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan siswa MA Al- Asror Patemon Gunungpati Semarang tahun pelajaran 2010/ 2011. 3. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap kedisiplinan siswa MA Al-Asror Patemon Gunungpati Semarang Tahun Pelajaran 2010/ 2011. Sedangkan Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi penulis, untuk menambah wawasan dan pemahaman tentang pentingnya
kecerdasan
emosional
dalam
pengaruhnya
terhadap
kedisiplinan siswa disekolah maupun diluar sekolah. 2. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan sebagai bahan tambahan dalam
membentuk
kedisiplinan,
sebagai
upaya
pengoptimalan pelaksanaan peraturan dan tata tertib sekolah 3. Penelitian ini sebagai bagian dari usaha untuk memperkaya ilmu pengetahuan di Fakultas Tarbiyah umumnya, dan jurusan PAI khususnya.
5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka Sebuah buku ilmiah yang berjudul "Kecerdasan Emosional" karya Daniel Goleman seorang profesor Harvard University yang diterjemahkan oleh T. Hermaya yang diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, tahun 2002, menjadi referensi utama bagi penulis dalam mengkaji kecerdasan emosional. Buku ini mengupas tentang hasil penelitian atau teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli psikologi tentang kecerdasan emosional, yang mempunsyai 5 kemampuan dasar yaitu kemampuan mengenali emosi diri (kesadaran diri), kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri sendiri, kemampuan mengenali emosi orang lain (empati), dan kemampuan membina hubungan. Buku yang berjudul "Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi" karya Suharsimi Arikunto yang diterbitkan oleh PT. Rineka Cipta, Jakarta, tahun 1993 menjadi salah satu referensi penulis dalam mengkaji variabel kedisiplinan. Menurut Suharsimi Arikunto kedisiplinan digambarkan dengan perilaku menaati peraturan dan tata tertib di sekolah, selalu teratur dalam melaksanakan aktifitas baik aktifitas belajar di sekolah maupun aktifitas lain dalam kehidupan. Skripsi saudari
Nurul Hamidah mahasiswi Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang tahun 2006 yang berjudul " Konsep Kecerdasan Emosi Menurut Daniel Goleman Dan Implikasinya Terhadap Pembentukan Akhlak Anak Dalam Keluarga". Dalam skripsi ini dijelaskan tentang konsep kecerdasan emosional menurut Daniel Goleman serta implikasinya terhadap pembentukan akhlak anak dalam keluarga, dengan hasil penelitian bahwa ternyata kecerdasan emosional ikut berperan penting dalam pembentukan akhlak anak. Hal ini karena emosi merupakan pusat jiwa manusia yang pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, atau rencana seketika untuk mengatasi masalah, dan untuk menjadikan anak dapat menguasai dirinya, serta
6
mempunyai kecakapan bergaul dalam konteks sosial. Semua itu dibutuhkan kesadaran diri, yang merupakan kompetensi dasar kecerdasan emosional dan peran keluarga serta masyarakat sebagai basic pendidikan. Jadi dengan dilatih untuk peka dalam mengenal emosi, maka akan semakin mudah ketika menyesuaikan sikapnya dengan situasi emosi yang ada. Skripsi saudari Roichatul Usriyah mahasiswi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang tahun 2007 yang berjudul "Pengaruh Kecerdasan Emosional Guru PAI Terhadap Kecerdasan Emosional Anak Didik (Studi Tentang Persepsi Anak Didik Di SMAN 1 Welahan Jepara". Berdasarkan dari uraian hasil penelitiannya, diperoleh kesimpulan bahwa
kecerdasan
emosional guru PAI yang diukur dengan angket berada pada interval 51,553,5 yang masuk pada kategori cukup dengan nilai rata-rata 53,5.
Dan
kecerdasan emosional siswa berada pada interval 49,5-53,5 yang masuk pada kategori baik dengan nilai rata-rata 53,9. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara dua variabel tersebut. Skripsi saudara Ainur Rofiq mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang tahun 2009 yang berjudul ”Efektifitas Ta’zir dalam Meningkatkan Kedisiplinan Santri di Pondok Pesantren Daarun Najaah Jrakah Tugu Semarang”. Penerapan ta’zir di pondok pesantren Daarun Najaah Tugu Semarang masih dalam batas kewajaran, bersifat edukatif, dan masih sesuai dengan konsep pendidikan Islam dan berorientasi pada tuntunan dan perbaikan yang lebih baik. Hasil penelitian skripsi ini adalah bahwa Ta’zir yang ada di pondok pesantren daarun Najaah sangat efektif untuk meningkatkan kedisiplinan santri, misalnya kedisiplinan dalam belajar di pondok, kedisiplinan dalam beribadah, dan
peraturan-peraturan yang
ditetapkan di pondok pesantren.
7
B. Kerangka Teoritik 1. Kecerdasan Emosional a. Pengertian Kecerdasan Emosional Emosional dengan kata dasar emosi diambil dari bahasa latin emovere, yang diterjemahkan sebagai bergerak, menyenangkan, mengendalikan, atau mengagitasi. Sedangkan emosional sendiri dimaknai sebagai sesuatu yang berkaitan dengan aspek apapun dari emosi; mencirikan keadaan, proses, dan ekspresi yang mengandung kualitas emosi. 1 Dalam buku Psycology Al-Hayah Al-Ruhiyah Fil Masyikhiyah Wal Islam, karangan Muhammad Jalal Syaraf dan Abdur Rahman Muhammad Astawi, menyebutkan emosi sebagai berikut:
, انفرح, انغضة,فاء ن اال نفعا الخ تشير انى تعض انظواهر مثم انخوف , وانقهق انسائد اوانحصر, وانحسان, انكراهيح, وانحة, انعطف, انشفقح,انتقسز وانفعال انغرور, وانغيرج, وانتوتر, وانعار, واال نتقاو, وانرغثح,وانقهق انخفيف . واال عجاب,اوانفخر Emosi adalah gerakan isyarat sebagian anggota tubuh seperti contoh: takut, marah, senang, hina, kasihan, sayang, cinta, benci, sedih, gelisah, khawatir, keinginan, malu, cemburu, bangga, dan kagum. Kecerdasan emosional atau emotional intelligence merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain. Kecerdasan emosional mencakup kemampuan-kemampuan yang berbeda, tetapi saling melengkapi dengan kecerdasan akademik. Sebuah teori yang komprehensif tentang kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New 1
Arthor S. Reber dan Emily S. Reber, Kamus Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 313. 2
Muhammad Jalal Syaraf dan Abdul Rahman Muhammad Astawi, Psycology Al-Hayah AlRuhiyah Fil Masikhiyah Wal Islam, (Iskandariyah: Mansya’ah Al Ma’arif, 1972), hlm. 6.
8
Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya
penting
bagi
keberhasilan.3
Salovey
dan
Mayer
mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai ”kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan”. 4 Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi
dalam
pembentukan
kecerdasan
emosional.
Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan.5 Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik yang penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada spektrum kecerdasan yang lebar dengan tujuh varietas utama yaitu linguistik, matematika/logika, spasial, kinestetik, musik, interpersonal dan intrapersonal. Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh Daniel Goleman disebut
sebagai
kecerdasan emosional. 6 Menurut Gardner, kecerdasan pribadi terdiri dari kecerdasan antar pribadi yaitu kemampuan untuk memahami orang lain, apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerja 3
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi, Terj. Alex Tri Kentjono Widodo, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000), hlm. 513 4
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi, hlm. 513.
5
Lawrence E. Shapiro, Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 10 6
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, Terj. T. Hermaya, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 50.
9
bahu membahu dengan kecerdasan. Sedangkan kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Kemampuan tersebut adalah kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk menggunakan modal tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif.7 Dalam rumusan lain, Gardner menyatakan bahwa inti kecerdasan antar pribadi itu mencakup “kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain”. Kecerdasan antarpribadi merupakan kunci menuju pengetahuan diri, dan akses menuju perasaan-perasaan diri seseorang dan kemampuan untuk membedakan perasaan-perasaan tersebut serta memanfaatkannya untuk menuntun tingkah laku. 8 Berdasarkan kecerdasan yang dinyatakan oleh Gardner tersebut, Salovey memilih kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal untuk dijadikan sebagai dasar mengungkap kecerdasan emosional pada diri individu. Yaitu kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain. 9 Daniel Goleman, dalam bukunya yang berjudul Emotional Intelligence, Why It Can Matter More Than IQ menyebutkan bahwa: "Emotional Intelligence is abilities such as being able to motivate one self and persist in the face of frustations; to control impulse and delay gratification; to regulate one’s moods and keep distress from swamping the ability to think, to empathize and to hope". 10
7
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, hlm. 52.
8
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, hlm. 53.
9
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, hlm. 58.
10
Daniel Goleman, Emotional Intelligence: Mengapa EI Lebih Penting daripada EQ, terj. T. Hermaya, (Jakarta: Gramedia,1996), hlm. 36.
10
Kecerdasan
emosional
adalah
kemampuan-kemampuan
seperti
kemampuan memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebihi batas, mengatur suasana hati agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdo’a. Menurut Daniel Goleman, koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Lebih lanjut Goleman mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Berdasarkan uraian diatas, kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat. Menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, serta merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain (keterampilan sosial). Hal ini menyiratkan bahwa emosi bisa menjadi cerdas. Emosi yang cerdas inilah yang disebut kecerdasan emosional. b. Unsur-unsur Kecerdasan Emosional Sementara para pakar teori kecerdasan emosional mempertajam teorinya, Goleman mengadaptasinya menjadi 5 unsur kecerdasan emosional, yaitu:
11
1). Kemampuan mengenali emosi diri Kemampuan mengenali emosi diri sendiri (kesadaran diri) merupakan pondasi utama dari semua unsur-unsur emotional intelligence sebagai langkah awal yang penting untuk memahami diri dan berubah menjadi lebih baik. Mengenali emosi diri sangat erat kaitannya dengan kemampuan untuk mengenali perasaan diri ketika perasaan itu timbul, dan merupakan hal penting bagi pemahaman kejiwaan secara mendalam.
Para ahli psikologi
menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Ada tiga kemampuan yang merupakan ciri-ciri mengenali emosi diri sendiri (kesadaran diri), yaitu: a)
Kesadaran emosi, yaitu mengenali emosi diri dan mengetahui pengaruh emosi itu terhadap kinerjanya.
b) Penilaian diri secara teliti, yaitu mengetahui kelebihan dan kekurangan diri dan mampu belajar dari pengalaman. c)
Percaya diri, yaitu keberanian yang datang dari keyakinan diri terhadap harga diri dan kemampuan sendiri. 11
2). Kemampuan mengelola emosi diri Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. 12 Tujuannya untuk menjaga keseimbangan emosi, bukan untuk menekan dan menyembunyikan gejolak perasaan serta bukan pula untuk langsung mengungkapkan perasaan. 13
11
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional untuk Mencapai Puncak Prestasi, hlm.42.
12
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional untuk Mencapai Puncak Prestasi, hlm. 58.
13
Harry Alder, Boost Your Intelligence: Pacu Prianingsih, (Jakarta: Erlangga,, 2001) ,hlm. 125.
EQ dan
IQ Anda, terj.
Christina
12
Ada lima kemampuan utama yang merupakan ciri-ciri mengelola emosi (pengendalian diri), yaitu: a)
Kendali diri, yaitu menjaga agar emosi dan impuls yang negatif tetap terkendali.
b) Dapat dipercaya, yaitu menunjukkan integritas dan kejujuran. c)
Kewaspadaan, yaitu dapat diandalkan dan bertanggung jawab dalam memenuhi kewajiban.
d) Adaptasi, yaitu keluwesan dalam menghadapi tantangan dan perubahan serta dapat beradaptasi dengan mudah. e)
Inovasi, yaitu bersikap terbuka terhadap gagasan-gagasan, pendekatan-pendekatan dan informasi baru.
3). Kemampuan memotivasi diri sendiri Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam kaitannya untuk memberi perhatian, memotivasi diri sendiri, menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional, menahan diri terhadap kepuasan, dan mengendalikan dorongan hati adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan. 14 Ada empat kecakapan utama dalam kemampuan memotivasi diri sendiri dan orang lain, yaitu: a)
Dorongan berprestasi, yaitu dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan.
b) Komitmen,
yaitu
menyelaraskan
diri
dengan
sasaran
kelompok/ lembaga. c)
14
Inisiatif, yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan.
Harry Alder, Boost Your Intelligence: Pacu EQ dan IQ Anda, hlm. 125.
13
d) Optimis, yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran meskipun ada halangan dan kegagalan. 15 4). Kemampuan mengenali emosi orang lain (empati) Empati dapat dipahami sebagai kemampuan mengenali perasaan orang lain dan memahami perspektif orang lain. Empati adalah kemampuan merespon perasaan orang lain dengan respon emosi yang sesuai keinginan orang tersebut. Berempati terhadap perasaan orang lain dijadikan dasar untuk membangun hubungan interpersonal yang sehat. Menurut Daniel Goleman ciri-ciri dari empati meliputi: a)
Memahami orang lain, yaitu memahami perasaan dan perspektif orang lain dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka.
b) Orientasi pelayanan, yaitu mengenali dan berusaha memenuhi kebutuhan orang lain. c)
Mengembangkan orang lain, yaitu merasakan kebutuhan orang lain untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan mereka.
d) Mengatasi keragaman yaitu menumbuhkan keragaman melalui pergaulan dengan banyak orang. e)
Kesadaran politik, yaitu mampu membaca arus-arus emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan kekuasaan. 16
5). Simpati Simpati adalah suatu proses seseorang merasa tertarik terhadap pihak lain, sehingga mampu merasakan apa yang dialami, dilakukan, dan diderita orang lain, situasi ini disebut feeling with another person.
15
Daniel Goleman, Working With Emotional Intelligence, Hlm. 43.
16
Daniel Goleman, Working With Emotional Intelligence, Hlm.219.
14
Simpati merupakan perasaan yang memegang peranan penting. Simpati akan berlangsung apabila terdapat pengertian pada kedua belah pihak. Seseorang merasa simpati kepada orang lain karena sikap, penampilan, wibawa, atau perbuatannya. Misalkan seseorang memberi ucapan selamat kepada temanya yang sedang berulang tahun. 17 6). Kemampuan berinteraksi sosial Interaksi sosial dapat dipahami sebagai kemampuan untuk mengelola emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain. Seseorang dengan kemampuan ini pandai merespon tanggapan orang lain sesuai dengan yang dikehendaki, orang yang tidak memiliki ketrampilan ini akan dianggap angkuh, sombong, tidak berperasaan dan akhirnya akan dijauhi orang lain. Adapun ciri-ciri dari ketrampilan sosial yaitu: a)
Pengaruh, yaitu ketrampilan menggunakan perangkat persuasi secara aktif untuk mempengaruhi orang lain ke arah yang positif.
b) Komunikasi, yaitu mendengarkan secara terbuka dan mengirim pesan secara lugas, padat dan meyakinkan. c)
Manajemen konflik, yaitu merundingkan dan menyelesaikan ketidaksepakatan.
d) Kepemimpinan yaitu mengilhami dan membimbing individu atau kelompok. e)
Katalisator perubahan yaitu mengelola dan mengawali perubahan.
f)
Kolaborasi dan kooperasi, yaitu bekerja bersama orang lain menuju sasaran bersama. Keterampilan ini meliputi kecakapan seseorang dalam menyeimbangkan pemusatan perhatian,
17
Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas, http://id.m. wikipedia.org/w/index.php, diakses 20 Desember 2011.
15
kolaborasi, mempromosikan kerjasama yang bersahabat, dan menumbuhkan peluang-peluang untuk kolaborasi. g) Kemampuan tim, yaitu menciptakan sinergi dalam upaya meraih sasaran kolektif. Orang dalam kecakapan ini mampu menjadi teladan dalam tim, mendorong setiap anggota agar berpartisipasi secara aktif, dan membangun identitas tim dengan semangat kebersamaan dan komitmen. 18 c. Usaha-Usaha Pengembangan Kecerdasan Emosional Kecerdasan Emosional tidak berkembang secara alamiah, artinya kematangan seseorang tidak didasarkan pada perkembangan usia biologisnya. Oleh karena itu, EQ harus dipupuk dan diperkuat melalui proses pelatihan dan pendidikan yang berkesinambungan. Banyak para pakar yang merumuskan kiat-kiat mengembangkan kecerdasan emosional. Diantaranya adalah pendapat Claude Steiner yang mengemukakan tiga langkah utama dalam mengembangkan kecerdasan emosional, yaitu: 1). Membuka hati Hati adalah simbol pusat emosi yang dapat merasakan nyaman atau tidak nyaman. Oleh karena itu, kita dapat memulai dengan membebaskan hati kita dari impuls pengaruh yang membatasi kita untuk menunjukkan kasih sayang satu sama lain. 2). Menjelajahi daratan emosi Setelah membuka hati, kita dapat melihat kenyataan dan menemukan peran emosi dalam kehidupan, sehingga kita akan menjadi lebih bijak dalam menanggapi perasaan kita dan perasaan orang lain disekitar kita. 3). Bertanggung jawab Untuk memperbaiki dan mengubah kerusakan hubungan, kita harus mengambil tanggung jawab. Setelah dapat membuka hati dan 18
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional untuk Mencapai Puncak Prestasi, hlm. 271
16
memahami perasaan emosi orang disekitar kita. Dan ketika terjadi permasalahan antara kita dan orang lain, sangat sulit melakukan perbaikan tanpa ada tindak lanjut. Setiap orang harus memahami permasalahan dan memutuskan bagaimana memperbaikinya. 19 John Gottman dan Joan De Claire menawarkan lima langkah penting dalam mendidik emosi anak, yaitu: 1)
Menyadari emosi anak. Dalam hal ini terlebih dahulu orang tua harus sadar secara emosional sehingga siap menjadi pelatih emosi. Kesadaran emosi berarti orang tua mengenali kapan anak mereka merasakan emosi, mengidentifikasi perasaan dan peka akan hadirnya emosi pada orang lain. Orang tua tidak mudah memahami emosi anak karena mereka sering mengungkapkan emosi secara tidak langsung.
2)
Mengakui emosi sebagai peluang untuk kedekatan dan mengajar. Orang tua harus mengenali emosi negatif anak mereka sebagai peluang untuk menjalin ikatan dan mengajar. Ketika anak dalam masa krisis yang menyulut emosi negatif mereka, orang tua harus memanfaatkannya sebagai peluang untuk berempati, membangun kedekatan dengan mereka dan mengajarkan mereka menangani perasaan mereka.
3)
Mendengarkan dengan empati dan meneguhkan emosi anak. Dalam hal ini orang tua dapat mengamati petunjuk fisik emosi anak dan menggunakan imajinasi mereka untuk melihat situasi yang dihadapi dari sudut pandang anak itu. Namun yang paling penting orang tua menggunakan hatinya untuk merasakan apa yang dirasakan oleh anak mereka.
4)
Menolong anak memberi nama emosi dengan kata-kata.
19
Agus Nggermanto, Quantum Quotient, Kecerdasan Quantum, Cara Cepat Melejitkan IQ, EQ, dan SQ secara Harmoni, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2001), hlm. 100-102
17
Membantu anak menemukan kata-kata untuk melukiskan apa yang sedang dirasakan berarti membantu anak menyusun kata-kata untuk mengungkapkan emosi mereka. 5) Menentukan batas-batas sambil membantu anak menyelesaikan masalah. Ada lima tahap yang harus dilalui orang tua dalam membantu anak memecahkan masalahnya meliputi: menentukan batas-batas, menentukan
sasaran,
memikirkan
solusi
dari
masalah,
mengevaluasi solusi yang disarankan berdasarkan nilai yang dijunjung keluarga, dan membantu anak memilih solusi yang tepat.20 Sebagai salah satu usaha-usaha dalam pengembangan kecerdasan emosional, di sekolah guru senantiasa melakukan komunikasi dengan peserta didik. Menurut Mansyur Isna, ada beberapa cara untuk meningkatkan kecerdasan emosional peserta didik, yaitu: 1). Sekolah harus menciptakan rasa nyaman bagi peserta didik, yaitu atmosfer yang demokratis dan guru yang memahami kondisi peserta didik. 2). Sekolah
harus
menciptakan
self
efficacy
(rasa
mampu
melaksanakan tugas dari guru) kepada peserta didik, langkahlangkahnya adalah: a) Guru harus menjaga perasaan peserta didik. b) Guru tidak boleh mengejek peserta didik. c) Guru harus memberi kesempatan peserta didik menjawab pertanyaan. d) Guru harus memberi kesempatan peserta didik mengungkapkan perasaan (emosi) yang sedang dirasakan. e) Guru harus bersedia dikritik peserta didik tanpa menunjukkan rasa marah atau jengkel. Peserta didik akan memiliki 20
John Gottman dan Joan De Claire, Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional, terj. T. Hermaya, (Jakarta: Gramedia, 2001), hlm. 73-104
18
kemampuan mengendalikan emosi apabila guru terlebih dahulu memilikinya. 3). Guru harus dapat membantu peserta didik menyalurkan emosi mereka lewat kegiatan yang positif dan membangun.21 Mendidik anak agar memiliki kecerdasan emosional yang tinggi dibutuhkan kesadaran diri, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Kemudian upaya pendidikan lebih ditekankan pada pendidikan yang membebaskan peserta didik dalam mengembangkan emosionalnya secara arif dan bijaksana. d. Manfaat Kecerdasan Emosional Para ahli psikologi menyebutkan bahwa IQ hanya mempunyai peran sekitar 20% dalam menentukan keberhasilan hidup, sedangkan 80% sisanya ditentukan oleh faktor-faktor lain. Diantara yang terpenting adalah kecerdasan emosional (emotional quotion). Dalam kehidupan banyak sekali masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan semata dengan menggunakan kemampuan intelektual seseorang. Kematangan emosi ternyata sangat menentukan keberhasilannya. Dengan kata lain, kecerdasan emosi mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam mencapai keberhasilan hidup. Utsman Najati dalam bukunya yang berjudul Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, mengatakan bahwa emosi-emosi yang ada pada manusia sangat bermanfaat apabila dalam pengekspresiannya dimunculkan dengan tepat. Misalnya emosi marah, marah merupakan suatu emosi penting yang mempunyai fungsi esensial bagi kehidupan manusia, yakni membantu dalam menjaga dirinya. Emosi marah yang menguasai diri seseorang bisa membuat seseorang tersebut kehilangan kemampuan berpikir sehatnya, karena ketika seseorang sedang marah, dia melakukan tindakan-tindakan fisik untuk mempertahankan diri atau
21
Mansyur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2001), hlm. 90-91
19
menaklukkan hambatan-hambatan yang menghadang dalam upaya merealisasikan tujuannya.
22
Emosi-emosi yang ada pada diri manusia sangat beragam, meliputi emosi marah, takut, cinta, malu, kegembiraan, kebencian, cemburu, penyesalan, sedih, dan emosi-emosi lainya. Semua emosiemosi tersebut bisa menjadi sebuah dorongan positif apabila dimunculkan dengan terkendali.23 Apabila manusia menjalani kehidupan tanpa adanya emosi merupakan kehidupan tanpa kesan, karena suatu peristiwa tentu disertai emosi, maka peristiwa tersebut mempunyai kesan yang kuat dalam diri seseorang. Akan tetapi apabila ledakan emosi berlebihan, sehingga mengalahkan nalar yang rasional, maka kurang baik bagi kehidupan dan itulah yang perlu dilatih, dicerdaskan sebagaimana teori kecerdasan emosional.
2. Kedisiplinan Sekolah a.
Pengertian Kedisiplinan Sekolah Kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang berawalan ”ke” dan berakhiran ”an”, yang berarti tata tertib atau ketaatan kepada peraturan.24 Istilah disiplin berasal dari bahasa Latin “disciplina” yang menunjuk kepada kegiatan belajar dan mengajar. Istilah tersebut sangat dekat dengan istilah dalam bahasa Inggris “disciple” yang berarti mengikuti orang untuk belajar di bawah pengawasan seorang pemimpin. 25
22
Usman Najati, Al-Qur'an dan Ilmu Jiwa, terj. Ahmad Rofi Usmani, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hlm.77. 23
24
Usman Najati, Al-Qur'an dan Ilmu Jiwa, terj. Ahmad Rofi Usmani, hlm. 66. WJS. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995),
hlm.321 25
Tulus Tu’u, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: PT. Grasindo, 2004), hlm.30
20
Disiplin merupakan suatu aturan pendidikan yang menunjuk pada sejenis keterlibatan aturan dalam mencapai standar yang tepat atau
mengikuti peraturan yang tepat dalam berperilaku atau
melakukan aktifitas.26 Secara konsepsional, Keith Davis mengemukakan bahwa ”disiplin adalah suatu pengawasan terhadap diri sendiri untuk memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh pimpinan organisasi/lembaga untuk mencapai tujuan atau sebagai suatu tanggung jawab”. 27 Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pengajaran secara Manusiawi, menjelaskan bahwa disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan. Kedisiplinan merupakan bentuk kepatuhan seseorang terhadap aturan-aturan atau tata tertib yang berlaku karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya.28 Kemudian jika ditinjau dari sudut pandang agama, seorang cendekiawan muslim Nurcholis Madjid mengatakan bahwa disiplin sebagai sejenis perilaku taat dan patuh yang sangat terpuji. Kepatuhan tersebut merupakan keikutsertaan yang bertanggung jawab dalam melaksanakan hal-hal yang terpuji dan tidak melanggar larangan Allah SWT. 29 Ketaatan tersebut dilakukan secara sadar, ikhlas, lahir dan batin, sehingga timbul rasa malu untuk melanggarnya. Dan apabila melanggarnya akan terkena sanksi, baik sanksi terhadap sesama 26
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hlm. 118. 27
R. A. Santoso Sastropoetro, Partisipasi, Komunikasi, Persuasi, dan Disiplin dalam Pembangunnan Nasional, (Bandung: Penerbit Alumni, 1988), hlm. 288. 28
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, hlm. 114.
29
Nurcholis Madjid, Masyarakat Religius, (Jakarta: Paramadina, 2000), hlm. 61
21
manusia maupun sanksi dari Tuhan. Oleh karena itu ada rasa takut untuk melanggar peraturan dan norma yang berlaku tersebut, sehingga seseorang akan selalu bersikap disiplin untuk tidak meninggalkan peraturan-peraturan yang telah ada. Dari beberapa pendapat tentang kedisiplinan tersebut di atas, dapatlah diambil suatu pengertian bahwa kedisiplinan merupakan perilaku taat dan patuh terhadap tata aturan yang berlaku, yang didasarkan atas kesadaran diri terhadap tanggung jawab untuk mencapai suatu tujuan. Perilaku teratur dalam menjalankan tata tertib dan aturan yang berlaku di sekolah maupun dimanapun ia berada, baik berupa peraturan tertulis maupun tidak tertulis, dan semua itu dilakukan sebagai tanggung jawab yang bertujuan untuk mawas diri. b. Bentuk-bentuk Kedisiplinan Kedisiplinan sebagai perilaku konsisten mempunyai beberapa macam bentuk, yaitu disiplin dalam belajar, menaati peraturan dan tata tertib sekolah. Untuk lebih jelasnya akan penulis uraikan jenisjenis kedisiplinan sebagai berikut : 1) Disiplin dalam belajar Disiplin dalam belajar ini penting, karena itu perlu diberikan penanaman disiplin bagi para siswa. Caranya dengan memberikan teladan yang baik oleh guru atau pendidik yang lain dan kemudian teladan yang baik itu diusahakan agar jangan sampai dilanggar oleh guru atau pendidik itu sendiri. Dengan demikian kesadaran berdisiplin anak akan selalu tertanam dan tumbuh di hatinya sehingga akan menjadi disiplin diri sendiri. Adapun cara belajar yang efisien dan mendukung kedisiplinan belajar adalah dengan cara belajar sungguh-sungguh selamalamanya 2 - 4 jam sehari dengan teratur.30
30
S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1982), hlm. 57
22
2) Disiplin dalam menaati peraturan dan tata tertib sekolah Untuk menjamin kelancaran dan ketertiban proses pendidikan, pendidik di sekolah menyusun tata tertib yang berisi peraturanperaturan yang harus ditaati oleh seluruh siswa yang ada. Peraturan yang ada harus dipahami dan ditaati oleh semua pihak disekolah, misalnya siswa tidak boleh bercakap-cakap atau mondar-mandir dalam kelas karena dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.31 Tanpa disiplin kegiatan pembelajaran tidak dapat berjalan dengan baik. Jadi, seorang siswa dapat dikatakan menaati peraturan sekolah jika ia selalu taat pada tata tertib dan peraturan sekolah. c.
Fungsi dan Tujuan Kedisiplinan 1) Fungsi kedisiplinan Fungsi utama disiplin adalah untuk mengendalikan diri dengan mudah, menghormati dan mematuhi otoritas. Disiplin merupakan salah satu cara untuk mengendalikan segala perbuatan seseorang, sehingga sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada. Gunarsa mengatakan bahwa disiplin sangat diperlukan dalam pendidikan, agar anak didik dengan mudah: a). Meresapkan pengertian dan pengetahuan antara lain mengenai hak milik orang lain. b). Mengerti dan segera menurut untuk menjalankan kewajiban dan secara langsung mengerti larangan-larangan. c). Mengerti mengendalikan diri (keinginan) tanpa merasa terancam oleh hukum. d). Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang lain. :32
31
S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Bandung: Bumi Aksara, 1995), hlm. 68.
32
Singgih D. Gunarsa, Psikologi untuk Membimbing, (Jakarta: Gunung Mulia, 1987), hlm.
137.
23
Dengan demikian dapat dipahami bahwa fungsi disiplin adalah untuk mencapai keteraturan pribadi dan sosial, dalam bermasyarakat dan berinteraksi dengan orang lain dan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan seseorang dalam menjalani kehidupan. 2) Tujuan kedisiplinan Setiap perbuatan manusia mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan tujuan dari disiplin menurut para ahli adalah sebagai berikut; Menurut Ellen G. White disiplin memiliki tujuan sebagai pemerintahan atas diri, menaklukan kuasa kemauan, perbaiki kebiasaan-kebiasaan, hancurkan benteng setan, ajar menghormati orang tua dan Illahi, penurutan atas dasar prinsip, bukan paksaan. 33 Emile Durkheim menyebutkan bahwa disiplin mempunyai tujuan ganda, yaitu mengembangkan suatu keteraturan dalam tindak-tanduk manusia dan memberinya suatu sasaran tertentu yang sekaligus membatasi cakrawalanya. 34 Charles Schaefer membagi tujuan disiplin menjadi 2 (dua) yaitu tujuan dekat dan tujuan jangka lama. Tujuan dekat disiplin adalah untuk membuat anak-anak terlatih dan terkontrol, dengan mengajarkan mereka bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas atau yang masih asing bagi mereka. Sedangkan tujuan jangka lama dari disiplin ialah perkembangan dari pengendalian diri sendiri dan pengarahan diri sendiri (self control dan self direction). Pengendalian diri berarti menguasai tingkah laku diri sendiri dengan berpedoman norma-norma yang jelas, standar-standar, dan aturan-aturan yang sudah menjadi milik diri sendiri. 35 33
Ellen G. White, Mendidik dan Membimbing Anak, (Bandung; Indonesia Publishing House, 1998), hlm. 213-214 34
Emile Durkheim, Pendidikan Moral; Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 1990), hlm. 35. 35
Charles Schaefer, Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, (Medan; Monora,1979), hlm. 3.
24
Kedisiplinan membentuk perilaku sedemikian rupa hingga sesuai dengan peran-peran yang telah ditetapkan oleh suatu kelompok, budaya, dan tempat dimana seseorang tinggal. Jadi pada dasarnya tujuan dari kedisiplinan adalah agar siswa terlatih dalam mengendalikan dan mengarahkan tingkahlaku dirinya dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan luar sekolah, sehingga timbul rasa tanggungjawab dan kematangan diri, yang menjadikan proses belajar siswa berjalan dengan lancar. d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Siswa Kedisiplinan dalam pengamalannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, di bawah ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan siswa antara lain : 1) Faktor Intern Faktor intern merupakan segala sifat dan kecakapan yang dimiliki seseorang dalam perkembangannya, diperoleh dari hasil keturunan.36 Jadi merupakan faktor dari dalam diri individu itu sendiri yang meliputi: a). Faktor Emosi Emosi adalah pengalaman affektif yang menyertai penyesuaian batin secara menyeluruh, keadaan mental dan fisiologis yang meluap-luap pada diri
individu,
yang
memperlihatkan sendiri pada tingkahlaku yang jelas dan nyata. Emosi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkahlaku/perilaku individu.37 Manusia
mempercayai
bahwa
tingkahlakunya
itu
didasarkan bukan kepada tingkahlaku emosional akan tetapi didasarkan kepada bekerjanya faktor intelektual. Sebenarnya 36
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Pendidikani, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 44 37
Lestar D. Crow dan Alice Crow, Psikologi Pendidikan, terj. Abd. Rachman Abror, (Yogyakarta: Nur Cahaya, 1989), hlm. 98
25
banyak respon individu itu ditentukan dan diatur oleh penalaran dari keputusan-keputusan yang objektif, akan tetapi pada sebagian besar kehidupan kita ada dorongan dan rangsangan
emosional
yang
hampir
sepenuhnya
mempengaruhi pikiran dan tingkahlaku. 38 Jadi untuk mengontrol dan menghasilkan tingkahlaku atau perilaku, khususnya perilaku disiplin di sekolah atau dimanapun individu itu berada, emosi-emosi yang ada dalam diri harus dicerdaskan supaya tidak menjadi penghambat dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas dalam kehidupan, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. b). Faktor Pola Pikir Ahmad Amin dalam bukunya yang berjudul Etika, mengatakan bahwa ahli ilmu jiwa menetapkan bahwa pikiran itu tentu mendahului perbuatan, maka perbuatan berkehendak itu dapat dilakukan setelah pikirannya. 39 Pola pikir yang telah ada terlebih dahulu sebelum tertuang dalam perbuatan sangat berpengaruh dalam melakukan suatu kehendak atau keinginan. Pola pikir seseorang atau masyarakat suatu daerah dapat mempengaruhi pada sikap hidup seseorang, karena pola pikir atau cara pandang seseorang atau masyarakat suatu daerah yang satu berbeda dengan cara pandang seseorang masyarakat suatu daerah yang lainnya. Contohnya saja orang jawa mempunyai prinsip “alon-alon waton kelakon” atau “pelanpelan asal tercapai”. Prinsip ini akan berpengaruh, khususnya dalam menggunakan waktu. Orang yang mempunyai prinsip seperti di atas, apabila dalam mengerjakan suatu pekerjaan, ia akan menggunakan waktu dengan santai, yang penting selesai
38
Lestar D. Crow dan Alice Crow, Psikologi Pendidikan, hlm. 98
39
Ahmad Amin, Etika, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm. 30.
26
dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukannya, walaupun dalam jangka yang lama. Lain lagi orang yang mengikuti prinsip orang-orang barat, yaitu prinsip “time is money”. Orang yang berprinsip seperti ini, biasanya akan lebih memanfaatkan waktu sebaik dan seefisien mungkin. Pelajar akan menggunakan waktu dengan sebaik
mungkin
untuk
belajar,
pengusaha
juga
akan
memanfaatkan waktu seefisien mungkin untuk bekerja. Jadi pola pikir atau cara pandang seseorang atau masyarakat suatu daerah mempengaruhi kedisiplinan seseorang itu sendiri. c). Faktor Motivasi Motivasi menurut Sumadi Suryabrata adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan. Sementara itu, Greenberg menyebutkan bahwa motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan perilaku ke arah suatu tujuan. 40 Motivasi mempunyai peranan yang strategis dan sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Motivasi seseorang dapat bersumber dari dalam diri seseorang atau intrisik yang dikenal sebagai motivasi internal, dan dari luar seseorang atau ekstrinsik, yang dikenal sebagai motivasi eksternal. Yang dimaksud dengan motivasi intrisik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik,
40
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 101.
27
yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. 41 Sebagai ilustrasi misalnya, seorang anak membaca sebuah buku, karena ia ingin mengetahui kisah seorang tokoh, bukan karena tugas sekolah. Dalam hal ini motivasi intrisik telah mengarah pada timbulnya motivasi berprestasi. Jadi penguatan terhadap motivasi intrinsik ini perlu diperhatikan oleh para pendidik, baik itu guru, maupun orang tua. Sebab disiplin merupakan kunci keberhasilan belajar. 42 Contoh motivasi ekstrinsik adalah orang berbuat sesuatu karena dorongan dari luar seperti adanya hadiah dan menghindari hukuman. Motivasi ini banyak dilakukan di sekolah dan di masyarakat. Hadiah dan hukuman sering digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar. Jika anak belajar dengan hasil memuaskan, maka ia memperoleh hadiah dari guru atau orang tua, sebaliknya jika hasilnya tidak baik, maka ia akan memperoleh peringatan atau hukuman. 43 Jadi, diharapkan dengan adanya motivasi yang kuat atau kemampuan memotivasi diri sendiri yang dimiliki seseorang, baik itu motivasi instrisik maupun motivasi ekstrinsik, akan dapat meningkatkan kedisiplinan, terutama kedisiplinan dalam mematuhi peraturan dan tata tertib sekolah dan kedisiplinan belajar. 2) Faktor Ekstern Faktor ekstern merupakan faktor dari luar diri seseorang yang sering disebut faktor lingkungan. Lingkungan dalam pengertian
41
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 137
42
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hlm.
43
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, hlm. 91-92.
90-91
28
umum, artinya di sekitar kita. Lingkungan ini mengitari manusia sejak manusia dilahirkan sampai dengan meninggalnya. Antara lingkungan dan manusia ada pengaruh yang timbal balik, artinya lingkungan mempengaruhi manusia, dan sebaliknya, manusia juga mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Sebagai faktor eksternal, lingkungan terdiri atas dua macam yakni faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial. Lingkungan sosial anak dalam sekolah adalah guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas. Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial anak dalam masyarakat adalah tetangga, temanteman sepermainan disekitar perkampungan anak tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh dan anak-anak penganggur, misalnya akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar anak. Sedangkan yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah dan letaknya, alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar.44 Tetapi lingkungan disini cakupannya adalah lingkungan keluarga,
lingkungan
sekolah
dan
lingkungan
masyarakat.
Keluarga, dimana anak di asuh dan dibesarkan, akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Misalnya keadaan ekonomi rumah tangga, tingkat kemampuan orang tua merawat dan mendidik, serta tingkat pendidikan orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan pendidikan anak, khususnya tingkat kedisiplinan dalam belajar.45 Di dalam keluarga, seorang anak banyak menghabiskan waktunya. Disinilah tempat pendidikan yang pertama bagi anak, maka
sudah seyogyanya
sebagai
orang
tua
harus
dapat
44
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 137-138 45
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hlm. 59.
29
menanamkan dan melatih sang anak untuk terbiasa hidup disiplin. Karena nilai-nilai disiplin dapat ditanamkan sejak dini oleh orang tua kepada anak-anaknya dalam lingkungan keluarga. Dan seorang anak juga harus dapat memanfaatkan dan membagi waktu dengan sebaik-baiknya, kapan waktu istirahat dan kapan waktu untuk belajar. Bila perlu orang tua harus dapat mengawasi dan membimbing anak saat belajar. Lingkungan sekolah merupakan tempat pendidikan kedua bagi anak setelah lingkungan keluarga. Bentuk kedisiplinan di lingkungan sekolah misalnya, dalam hal menaati peraturan sekolah, apabila pihak sekolah tidak menaati peraturan itu sendiri maka disiplin akan sulit diterapkan. 46 Contohnya tata tertib mengenai “ketepatan datang ke sekolah”. Apabila peraturan ini dilanggar oleh pihak sekolah sendiri, maka sudah dipastikan anak didikpun akan berperilaku yang sama, yaitu tidak disiplin, karena seorang pendidik yang seharusnya sebagai suri tauladan tidak memberikan contoh kepada anak didiknya. Masih berpijak pada hal di atas, contoh lain misalnya guru sering terlambat dan sering pula tidak masuk kelas tanpa alasan, kalaupun mengajar hanya beberapa kali pertemuan saja. Maka hal ini akan mempengaruhi proses belajar mengajar dan dapat dipastikan anak didik pun akan mengikuti kebiasaan sang guru. Hal tersebut juga dapat berpengaruh pada kedisiplinan belajar. Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal atau lingkungan sekitar anak. Mereka juga termasuk teman-teman anak tapi di luar sekolah.
Keadaan
masyarakat
juga
menentukan,
dalam
mempengaruhi sikap dan perilaku anak didik. Yakni jika anak berada dalam keadaan masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang berpendidikan tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak untuk menjadi disiplin dan giat belajar. Tetapi 46
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, hlm. 59
30
sebaliknya, apabila anak tinggal di lingkungan masyarakat yang banyak anak-anak nakal, pengangguran, dan tidak bersekolah, maka hal ini akan mengurangi semangat belajar dan kedisiplinan anak. 47 Pengaruh yang diterima anak dari lingkungan sekitarnya, dapat berupa pengaruh baik dan dapat pula pengaruh buruk, kelompok atau masyarakat dapat mempengaruhi kedisiplinan. Contohnya seseorang akan bisa disiplin apabila ia menjadi bagian dari suatu kelompok yang mempunyai sikap disiplin, begitu juga sebaliknya. Karena kelompok atau masyarakat yang dimasuki seorang anak akan mempengaruhi tingkat perkembangan jiwanya, termasuk sikap kedisiplinan.
C. Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Kedisiplinan Siswa Kecerdasan emosional merupakan suatu bentuk kemampuan yang memahami, memantau, mengendalikan perasaan dan emosi diri sendiri maupun orang lain serta menggunakan perasaan-perasaan tersebut untuk memandu pikiran dan tindakan seseorang. Emosi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan pikiran positif dengan cara-cara tertentu. Diantaranya dengan memberikan harapan dalam diri seseorang. Menurut peneliti modern, harapan merupakan sebuah kekuatan dalam berpikir positif dan bermanfaat daripada memberikan sedikit hiburan ditengah kesengsaraan dan penderitaan. Karena pada dasarnya emosi menggerakkan kita untuk meraih sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Emosi dapat menjadi bahan bakar untuk memotivasi kita dan selanjutnya membentuk persepsi dan menggerakkan tindakan-tindakan kita.48 Dalam kecerdasan emosional dikenal istilah flow, yang merupakan inti dan puncak dari emotional intelligence. Flow adalah keadaan ketika seseorang 47
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, hlm. 60
48
Daniel Goleman, Working With Emotional Intelligence, hlm.170.
31
sepenuhnya terserap kedalam apa yang sedang dikerjakan, perhatiannya hanya terfokus pada pekerjaan yang harus diselesaikan dan kesadarannya menyatu dengan tindakan. Dalam flow, emosi tidak hanya ditampung dan disalurkan tetapi juga bersifat konstruktif (mendukung), memberi tenaga dan selaras dengan tugas yang sedang dihadapi dan menjadi pendukung bagi setiap aktifitas seseorang. Flow merupakan keadaan yang bebas dari gangguan emosional yang negatif, jauh dari paksaan, dan perasaan penuh motivasi untuk mencapai kesuksesan dalam hidup.49 Kecerdasan emosional memliki relevansi yang positif dengan perilaku disiplin. Karena kecerdasan emosional membantu seseorang dalam mengelola emosi dan memotivasi diri untuk berperilaku tepat atau disiplin dalam menjalani kehidupan. Disiplin dalam berperilaku menaati peraturan dan tata tertib sekolah merupakan salah satu alat dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah memiliki peraturan-peraturan yang tentunya mengandung tujuan yang ingin dicapai, tujuan tersebut bisa tercapai dengan maksimal apabila semua komponen sekolah menaati peraturan yang berlaku. Cerminan kedisiplinan sangat dipengaruhi oleh kesadaran diri dan kemampuan memotivasi diri. Al-Qur’an menyebutkan bahwa dasar kehidupan yang benar adalah “taqwa kepada Allah”, yang wujudnya ialah sikap menjalani hidup dengan kesadaran diri bahwa Allah menyertainya disetiap saat dan tempat. Kesadaran tersebut akan membimbingnya kepada perilaku yang baik. Dasar taqwa itu diperlukan karena disiplin yang sejati tidak tergantung kepada pengawasan lahiriyah. Ketulusan dalam berperilaku disiplin mengharuskan adanya keyakinan bahwa semua perbuatan manusia ada yang mengawasi secara ghaib dan mutlak, yaitu Tuhan. 50 Dari uraian-uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan emosional yang memiliki lima dasar kemampuan yaitu; mengenali emosi diri, 49
Daniel Goleman, Emotional Intelligence, hlm 129.
50
Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius, hlm. 62.
32
mengelola emosi diri, memotivasi diri, empati, dan keterampilan sosial, berpengaruh terhadap perilaku kedisiplinan siswa di sekolah. Kemampuan mengenali emosi diri atau bisa disebut sebagai kesadaran diri yang di AlQur’an menganalogkan dengan dasar “taqwa kepada Allah”, yaitu kesadaran dalam menjalani hidup. Kesadaran bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan senantiasa dipantau oleh Allah, oleh karena itu perilaku disiplin yang tercermin diharapkan adalah perilaku patuh dengan sendirinya karena kesadaran, bukan karena pengawasan dari luar diri.
D. Pengajuan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian yang harus diuji kebenarannya dengan jalan riset.51 Termasuk penelitian ini, juga memerlukan sebuah hipotesa agar penelitian ini lebih terarah dan memberikan tujuan yang jelas. Menurut Ibnu Hadjar, hipotesa merupakan syarat penting yang diperlukan dalam penelitian kuantitatif karena hipotesa secara logis menghubungkan kenyataan yang telah diketahui dengan dugaan tentang kondisi yang tidak diketahui.52 Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh positif kecerdasan emosional terhadap kedisiplinan siswa MA AlAsror Patemon Gunungpati Semarang tahun pelajaran 2010/2011.
51
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 1990), Cet. 6, hlm 78 52
Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm 62
33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu proses penelitian untuk menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.
1
Dan menggunakan teknik statistik inferensial, yaitu teknik statistik
yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya berlaku untuk populasi. 2 Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis Regresi. Teknik analisis Regresi ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi antara variabel (ubahan) kriterium dan prediktor.3 Yaitu kecerdasan emosional dan kedisiplinan siswa, dengan menggunakan angket sebagai instrument penelitian. Sedangkan teknik analisis Regresi yang digunakan adalah teknik analisis Regresi satu prediktor dengan skor deviasi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Al-Asror, Jl. Legoksari Raya No. 02 Patemon Gunungpati Semarang.
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 12. 2
Soegiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2006), ,hlm. 148.
3
Sutrisno Hadi, Analisis Regresi, (Yogyakarta: Andi , 2009), hlm.1.
34
2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dimulai tanggal 5 Maret 2011 sampai dengan tanggal 22 Maret 2011
C. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati.4Dalam penelitian ini digunakan dua variabel, yaitu : 1. Variabel kecerdasan emosional (variabel independen) dengan indikator sebagai berikut: a. Mengenali emosi b. Mengelola emosi c. Memotivasi diri d. Empati e. Simpati f. Kemampuan berinteraksi sosial 2. Variabel kedisiplinan (variabel dependen) dengan indikator sebagai berikut: a. Tepat waktu ke sekolah b. Menaati tata tertib di sekolah c. Teratur dalam belajar di sekolah.
D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek/obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan peniliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. 5 Sampel adalah bagian dari jumlah
4
Sugiyono, Statistika untuk P enelitian, hlm. 2.
5
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), Cet ke 5, hlm. 80.
35
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila populasi besar, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulanya dapat diberlakukan untuk populasi. Oleh karena itu sampel yang diambil dari populasi harus representatif (mewakili). 6 Teknik pengambilan sampel menggunakan probability sampling dengan proporsionate stratified random sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
7
Teknik ini digunakan karena
populasi berstrata secara proporsional. Adapun populasi dalam penelitian ini, semua siswa MA Al-Asror Patemon Gunungpati Semarang yang berjumlah 403 terdiri dari 141 siswa kelas X, 113 siswa kelas XI, dan 149 siswa kelas XII. Penentuan jumlah sampel menggunakan teknik alokasi ala Neyman dengan rumus:
n= Keterangan: N = besar populasi n = besar sampel = besar subpopulasi stratum ke-i = variance subpopulasi stratum i. 8
6
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, hlm. 81.
7
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, hlm. 82
8
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 302
36
Strata X
141
4
282
564
XI
113
3
195,7
339
XII
150
4
300
556
777,7
1459
403
n=
=
= 53,9
alokasi besar sampel untuk tiap strata adalah:
=
.n
X=
. 53,9 = 19,5
XI =
. 53,9 = 13,6
XII =
. 53,9 = 20,8
20
14
21
Dalam pembulatanya, besarnya sampel n = 20 + 14 +21 = 55. Jadi besar sampel keseluruhan adalah 55 dengan pembagian sebagai berikut: Kelas X
: 20 siswa
Kelas XI : 14 siswa Kelas XII : 21 siswa
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Kuesioner Teknik kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
37
responden untuk dijawab.
9
Teknik ini digunakan untuk mencari data tentang
kondisi atau tingkat kecerdasan emosional dan kedisiplinan siswa. Adapun yang menjadi responden adalah siswa MA Al-Asror Patemon Gunungpati Semarang. 2. Teknik Dokumentasi Yaitu jumlah besar data yang telah tersedia berupa data-data verbal seperti terdapat dalam surat-surat, catatan harian, memori, laporan-laporan dan sebagainya. 10 Teknik dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh keterangan atau data yang bersifat dokumentatif, misalnya: foto, arsip, surat, letak geografis, catatan-catatan sekolah seperti daftar siswa, struktur organisasi, personalia guru, dan keadaan siswa MA Al-Asror Patemon Gunungpati Semarang.
F. Teknik Analisis Data Dalam menganalisa data yang terkumpul, penulis menggunakan teknik statistik, karena jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Tujuan analisis ini adalah menyederhanakan data dalam bentuk yang lebiih mudah dibaca dan diinterpretasi. Adapun yang dilakukan penulis dalam menganalisis data ini meliputi tiga tahap: a. Analisis Pendahuluan Analisis pendahuluan meliputi beberapa kegiatan yang saling berkaitan. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1)
Menghitung nilai hasil angket kecerdasan emosional dan kedisiplinan siswa MA Al-Asror
9
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, hlm. 142.
10
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1983), hlm. 46.
38
Analisa kuantitatif digunakan untuk menganalisa dalam bentuk angka-angka. Pada analisis pendahuluan ini diperoleh angka-angka dari hasil angket yang diajukan kepada responden, kemudian memberikan penilaian dengan memberikan skor sebagai berikut : a) Untuk alternatif jawaban a dengan skor 5 b) Untuk alternatif jawaban b dengan skor 4 c) Untuk alternatif jawaban c dengan skor 3 d) Untuk alternatif jawaban d dengan skor 2 e) Untuk alternatif jawaban e dengan skor 1.11
2) Mencari jumlah interval kelas dengan rumus: K= 1+3,3 log n Dimana : K= Jumlah Kelas Interval n= Jumlah data log= Logaritma. 12 3)
Menentukan kualifikasi dan interval nilai dengan cara menentukan Range dengan rumus:
R=H–L+1 Dimana : R = Total Range H = Nilai Tertinggi (Highest Score) L = Nilai Terendah (Lowest Score) 1 = Bilangan Konstan13
11
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, hlm. 94.
12
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, hlm. 35.
13
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008),
hlm 52.
39
4) Menentukan Interval dengan rumus:
R K Dimana : i = Nilai Interval i
R = Range (batas nilai tertinggi – nilai terendah) K = Jumlah kelas yang dikehendaki 14 5) Menentukan rata-rata (Mean) Dari Variabel X dan Y dengan rumus:
M
fX N
Keterangan : M = Mean f = frekuensi X = nilai tengah kelas interval N = Jumlah responden15 b. Analisis Uji Hipotesis Analisis ini sifatnya adalah melanjutkan dari analisis pendahuluan. Analisis ini dimaksudkan untuk menguji data tentang pengaruh antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Dalam hal ini menggunakan rumus Regresi satu prediktor dengan skor deviasi. Adapun untuk menganalisis data dengan tahapan sebagai berikut : 1).
Mencari hubungan antara prediktor dan kriterium melalui teknik korelasi product moment, dengan rumus:
=
Keterangan:
14
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, hlm 53
15
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, hlm 87
40
: indeks korelasi yang dicari : jumlah nilai deviasi X kali Y dikuadratkan : deviasi variabel X kuadrat : deviasi variabel Y kuadrat16 2).
Uji signifikan hubungan dengan tabel r
3).
Mencari persamaan regresi:
Yˆ aX k Keterangan: Yˆ = kriterium
X = prediktor a = bilangan koefisien prediktor k = bilangan konstan. 17 4).
Analisis varian garis regresi = Keterangan: : harga bilangan F untuk garis regresi : rerata kuadrat garis regresi : rerata kuadrat residu Adapun ringkasan langkah-langkahnya dibawah ini dengan menggunakan skor deviasi sebagai berikut:
Sumber variabel
16
17
DB
JK
RK
Sutrisno Hadi, Analisis Regresi, (Yogyakarta: ANDI, 2009), hlm. 4. Sutrisno Hadi, Analisis Regresi, hlm. 5.
41
Regresi
1
Residu
N-2
Total
N-1
c. Analisis Lanjut Setelah
memperoleh
membandingkan harga
maka
langkah
selanjutnya
adalah
dengan F pada tabel baik taraf signifikansi 5%
maupun 1% dengan kemungkinan: 1. Jika
lebih besar daripada
1% atau 5% maka signifikan (hipotesis
diterima) 2. Jika
lebih kecil daripada
1% atau 5% maka non signifikan
(hipotesis ditolak).
42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Data Umum Hasil Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Aliyah Al-Asror Semarang MA Al-Asror Gunungpati Semarang adalah sebuah lembaga pendidikan tingakat menengah atas yang di selenggarakan oleh yayasan pondok pesantren Al-Asror yang berdiri tahun 1986, dibawah pengelolaan lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdhotul Ulama (NU) cabang kota Semarang. Lembaga ini didirikan sebagai tindak lanjut jenjang pendidikan yang telah ada, yakni Madrasah Tsanawiyah Al-Asror disamping sebagai jembatan bagi masyarakat Gunungpati yang ingin menempuh jenjang pendidikan yang lebih atas dengan tambahan pelajaran agama. Pada tanggal 15 Juli 1990 didirikan MA Al-Asror Gunungpati Semarang diatas tanah wakaf milik keluarga Kyai Zubaidi, seorang pemuka masyarakat dan ketua pengurus Nahdotul Ulama ranting Patemon kec. Gunungpati Kota Semarang. Dalam rangka menggagas berdirinya MA Al-Asror Gunungpati Semarang di bentuklah panitia yang terdiri dari: Ketua
: K.Zubaidi
Sekretaris
: Khosim
Bendahara
: Tamim
Sie Tata Usaha
: Kasnadi
Sie Pembantu Umum
: Mukayadi
Anggota
: Idris Mukhaeromin Chumaidi Sujianto
Pada tahun ajaran pertama
dengan kepala
sekolah
bapak
Mukhaeromin, MA Al-Asror Gunungpati Semarang menyelenggarakan pendidikan hanya mempunyai siswa sebanyak 26 siswa, yang terdiri dari 17 laki-laki dan 9 perempuan, dengan tenaga pendidik sebanyak 16 Guru.
43
2. Visi dan Misi Madrasah Aliyah Al-Asror Visi merupakan tujuan universal sebuah institusi/lembaga untuk mengarahkan dan menjadi barometer keberhasilan tujuan yang ingin dicapai. Madrasah Aliyah Al-Asror Gunungpati Semarang menetapkan visi, “Menjadikan lembaga pendidikan yang berwawasan, punya prestasi, disiplin, terampil, bertanggungjawab, berakhlaqul karimah dalam bersikap dan bertindak serta berorientasi kebutuhan global” Maka untuk memperjelas visi tersebut, kemudian dijabarkan dalam sebuah misi, yakni : a. Mengembangkan iklim belajar yang kondusif, berakar pada norma dan nilai hidup bangsa. b. Menyiapkan
tamatan
yang
memiliki
pengetahuan
dan
keterampilan sesuai dengan standar keahlian dan kejujuran c. Mewujudkan
pelayanan
dalam
upaya
memaksimalkan
pemberdayaan Sumber Daya Manusia sekolah d. Mencetak tamatan agar mampu dan memiliki kemampuan untuk berwira usaha dan melanjutkan studi secara professional dan berwawasan masa depan e. Menggali potensi sekolah dengan memberdayakan lingkungan guna menunjang program pemerintah. 3. Letak Geografis Madrasah Aliyah Al-Asror Secara geografis MA Al-asror Semarang, berada di pinggiran kota, sehingga
terlepas dari hiruk pikuk kehidupan pusat kota. Walaupun
letaknya dipinggir kota, akan tetapi mudah dijangkau sebab posisinya cukup strategis, sehingga orang mudah menemukannya dengan mudah dan tidak perlu susah-susah karena berada tidak jauh dari pinggir jalan. Sebelah timur
: Berbatasan dengan kebun buah milik warga
Sebelah utara
: Berbatasan dengan Mts Al-Asror
Sebelah barat
: Berbatasan dengan Rumah Penduduk
Sebelah selatan : Berbatasan dengan kebun buah
44
Kemudian jika dilihat dari sudut pandang lingkungan sekitarnya, maka MA Al-Asror Semarang mempunyai beberapa keuntungan. Diantaranya adalah berada di daerah pesantren dan jauh dari keramaian kota, sehingga sangat menguntungkan dalam proses belajar-mengajar. 4. Keadaan Guru dan Siswa Madrasah Aliyah Al-Asror Semarang a. Guru Guru merupakan salah satu faktor penentu dalam Proses Belajar Mengajar. Maka ketersediaan tenaga pendidik dalam suatu lembaga pendidikan yang berkualitas dan mempunyai dedikasi yang tinggi sangat penting adanya. Di Madrasah Aliyah Al-Asror Gunungpati Semarang, memiliki tenaga pendidik dan karyawan sebanyak 32 orang, terdiri dari guru sebanyak 23 orang dan karyawan sebanyak 9. b. Siswa Berkenaan dengan kondisi siswa di Madrasah Aliyah Al-Asror Gunungpati Semarang sangat variatif, ada yang pintar secara akademis, ada yang mempunyai kelebihan yang lain seperti kemampuan menjalin hubungan sosial, ada yang aktif ada yang pendiam, dan masih banyak karakter siswa yang tidak bisa teridentifikasi secara lengkap, sebab butuh waktu yang lebih panjang untuk mempelajari mereka. Keragaman tersebut ada karena mereka berasal dari latar belakang atau background keluarga yang tidak sama.
45
Tabel 1 Keadaan Siswa Madrasah Aliyah Al-Asror Gunungpati Semarang Tahun Ajaran 2010/2011
NO.
Kelas
Jumlah Kelas
Jumlah Murid Putra
Putri
Jumlah Seluruhnya
1.
X
4
56
85
141
2.
XI
3
46
67
113
3.
XII
4
58
91
149
JUMLAH
11
160
244
403
5. Sarana Prasarana Madrasah Aliyah Al-Asror Semarang Bagunan fisik menjadi salah satu bagian penting untuk dalam suatu sekolah. Kondisi yang nyaman tentunya akan menambah semangat peserta didik dalam proses belajar-mengajar. Beberapa tahun ini sekolah MA AlAsror terus berbenah, hal ini dapat terlihat ketika memasuki lingkungan MA Al-Asror. Diantara bangunan yang sudah ada yaitu, ruang kepala sekolah, ruangan bagian tata usaha (TU), ruangan guru, aula, ruang kelas, perpustakaan, lapangan olah raga (volly, futsal, ruang pramuka, OSIS, UKS, ruang BK, masjid, dan lain sebagainya. Dari kesekian banyak fasilitas fisik tersebut, hanya beberapa saja yang sedikit akan kami uraikan, untuk mendapatkan gambaran tentang sarana, prasarana dan media pembelajaran di MA Al-Asror Patemon Gunungpati Semarang. a. Ruang Kelas Ada 11 ruang kelas yang setiap hari digunakan untuk proses pembelajaran. Ruang tersebut terdiri dari kelas X, XI dan XII yang masing-masing tingkat kelas paralel yang berbeda. Untuk kelas X terdiri dari 4 kelas, yaitu kelas X.A s/d X.D. Kemudian kelas XI terdiri dari 3 lokal, untuk kelas IPA 1 kelas (XI.IPA 1), dan jurusan IPS ada 2
46
kelas (XI.IPS 1 dan XI.IPS 2). Dan untuk kelas XII terdiri dari 4 kelas; 2 kelas untuk program IPA (XII.IPA 1 dan XII.IPA 2). Sedangkan untuk jurusan IPS terdapat 2 ruang kelas (XII IPS 1 dan XII IPS 2). Setiap kelasnya rata-rata terdapat kurang lebih 30 s/d 40 peserta didik. Menurut aturan tata ruang, di setiap kelas terlihat cukup sehat, karena ada ventilasi udara dan pencahayaan yang cukup. Seperti
lazimnya
sebuah
kelas,
di
dalamnya
terdapat
perlengkapan dan aksesoris ruang kelas, misalnya bangku, papan tulis, papan informasi peserta didik, meja guru, lampu penerangan, stop kontak, gambar Presiden dan Wakil Presiden, serta lambang negara burung garuda. Ada beberapa variasi kelas yang lain seperti regu piket maupun gambar-gambar yang mengandung pesan edukatif juga terlihat di sana, hanya saja aksesoris itu beragam/tidak sama antara kelas satu dengan kelas lainya, sebab selera warga kelas berbeda. Dari beberapa gambaran itu setidaknya menunjukkan bahwa pada masing-masing kelas cukup representatif untuk proses pembelajaran di kelas. b. Ruang Guru dan Ruang kepala sekolah Ketika memasuki gerbang sekolah akan langsung dihadapkan pada ruang Guru. Sedangkan ruang Kepala Sekolah berada dipojok samping ruang kelas XII IPA I. c. Kantor Tata Usaha dan Administrasi Lokasi ruang tata usaha terdapat di samping ruang guru. Seluruh administrasi sekolah dikerjakan oleh staf tata usaha dalam ruang tersebut. d. Laboratorium Ruang laboratorium yang ada di MA Al-Asror terdiri dari 3 ruang, satu ruang untuk laboratorium IPA yaitu laboratorium kimia, laboratorium biologi, laboratorium fisika, satu ruang laboratorium bahasa, dan satu ruang laboratorium komputer/internet. Dalam setiap laboratorium memiliki kepengurusan yang terdiri dari koordinator laborat dan beberapa anggota laboratorium yang bertanggung jawab
47
penuh atas terselenggaranya kegiatan praktikum di ruang laboratorium tersebut. e. Masjid Tempat ibadah di madrasah merupakan bangunan sentral untuk menanamkan nilai-nilai agama pada peserta didik. Jadi keberadaan dan eksistensinya sebagai tempat ibadah juga mutlak diperlukan. Masjid di MA Al-Asror cukup representatif untuk melaksanakan kegiatan keagamaan, maupun kegiatan pembelajaran. Misalnya shalat jama’ah, praktik shalat, ektrakulikuler qira’ah dan kaligrafi. f. Perpustakaan Sekolah Perpustakan adalah mata air ilmu pengetahuan. Kualitas dan mutu sekolah bisa tercermin dari kondisi dan keadaan perpustakaan. Artinya pengelolaan dan penyediaan media belajar/sumber belajar berupa perpustakaan akan sangat menentukan proses belajar peserta didik. Sebab penanaman kebisaaan membaca harus dimulai sejak dini, termasuk peserta didik MA Al-Asror haruslah mulai dikenalkan dan dipahamkan bahwa buku adalah gerbang ilmu pengetahuan. Peserta didik harus disadarkan bahwa cara mendapatkan ilmu bukan hanya ketika proses pengajaran di dalam kelas. Dalam ruang yang cukup luas tersebut, terdapat banyak sekali pajangan di dinding diantaranya papan tata tertib di perpustakaan, visi dan misi perpustakaan dan semboyan perpustakaan MA Al-Asror.
B. Data Khusus Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Hasil Penelitian Penelitian tentang pengaruh kecerdasan emosional terhadap kedisiplinan siswa MA Al-Asror Patemon Gunungpati Semarang tahun pelajaran 2010/2011, dengan jumlah sampel 55 siswa yang terdiri dari 20 siswa kelas X, 14 siswa kelas XI, dan 21 siswa kelas XII menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kedua variabel, hal itu dibuktikan dengan hasil angket penelitian.
48
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, dengan jumlah item angket yang terdiri dari 20 item soal variabel X (Kecerdasan Emosional) dan 20 item soal variabel Y (Kedisiplinan Siswa) keduanya menempati kategori kualitas cukup. Variabel X (kecerdasan emosional) siswa menempati kategori kualitas cukup dengan nilai mean (rata-rata) 79 pada interval 78-80, dan variabel Y (kedisiplinan siswa) menempati kategori kualitas cukup juga dengan nilai mean (rata-rata) 75 pada interval 75-77. 2. Analisis Data Hasil Penelitian a. Analisis Pendahuluan Pada analisis pendahuluan ini, akan dideskripsikan pengaruh kecerdasan emosional terhadap kedisiplinan siswa MA Al-Asror Semarang. Berdasarkan data yang diperoleh dari jawaban responden melalui angket atau kuesioner. Adapun data hasil penelitian tentang pengaruh kecerdasan emosional terhadap kedisiplinan siswa MA Al-Asror diperoleh dari instrumen penelitian angket yang diberikan kepada 55 responden. Masing-masing variabel terdiri dari 20 pertanyaan dan setiap pertanyaan terdapat 5 alternatif jawaban yaitu SS, S, R, TS, STS dengan nilai 5, 4, 3, 2, 1. Oleh karena itu, berikut ini disajikan hasil angket tentang kecerdasan emosional dan kedisiplinan siswa MA Al-Asror. a.
Hasil angket kecerdasan emosional dan kedisiplinan siswa Table 2 Alokasi Jawaban Angket Pada Setiap Variable dan Indikator
No.
Variable dan Indikator
Jawaban SS
S
R
TS STS
Jumlah
1. Kecerdasan Emosional a. Mengenali emosi diri
77 120
58
16
6
277
b.Mengelola emosi diri
47
45
27
12
195
64
49
c. Memotivasi diri
95
94
16
1
1
207
d.Empati
40
119
44
4
1
208
e. Membina hubungan
49
119
44
1
-
213
516 207
49
20
1100
71
146
78
29
6
330
89
169
94
35
7
394
84
156
89
39
8
376
244 471 261 103
21
1100
Jumlah
308
2. Kedisiplinan Siswa a. Tepat waktu datang ke sekolah b.Menaati tatatertib di sekolah c. Teratur dalam belajar di sekolah. Jumlah
b.
Hasil angket kecerdasan emosional Tabel 3
Data Skor Mentah Variabel X (Kecerdasan Emosional) No.
Jawaban
Nilai
Resp. SS S R TS STS 5
4
3
2
1
Jumlah
1
1 12 7
-
-
5
48
21
0
0
74
2
12 5
-
2
1
60
20
-
4
1
85
3
1 16 3
-
-
5
64
9
0
0
78
4
8 8 3
-
1
40
32
9
0
1
82
5
3 11 6
-
-
15
44
18
0
0
77
6
1 13 4 2
-
5
52
12
4
0
73
7
2 11 6 1
-
10
44
18
2
0
74
8
6 8 5 1
-
30
32
15
2
0
79
9
7 5 3 4
1
35
20
9
8
1
73
10
2 15 2 1
-
10
60
6
2
0
78
11
10 9
1
-
50
36
0
2
0
88
12
12 6 1 1
-
60
24
3
2
0
89
-
50
13
4 13 2 1
-
20
52
6
2
0
80
14
2 10 4 4
-
10
40
12
8
0
70
15
3 13 3 1
-
15
52
9
2
0
78
16
7 11 -
2
-
35
44
0
4
0
83
17
13 5 1
-
1
65
20
3
0
1
89
18
1 12 7
-
-
5
48
21
0
0
74
19
9 6 2 1
2
45
24
6
2
2
79
20
1 12 6 1
-
5
48
18
2
0
73
21
2 10 7 1
-
10
40
21
2
0
73
22
10 4 5 1
-
50
16
15
2
0
83
23
7 9 2 2
-
35
36
6
4
0
81
24
4 15 1
-
-
20
60
3
0
0
83
25
8 7 3 2
-
40
28
9
4
0
81
26
- 10 9 1
-
0
40
27
2
0
69
27
6 10 2 2
-
30
40
6
4
0
80
28
7 3 5 2
3
35
12
15
4
3
69
29
8 11 -
1
-
40
44
0
2
0
86
30
10 7 1 1
1
50
28
3
2
1
84
31
6 12 1 1
-
30
48
3
2
0
83
32
- 13 6 1
-
0
52
18
2
0
72
33
8 10 1 1
-
40
40
3
2
0
85
34
3 10 6 1
-
15
40
18
2
0
75
35
4 9 6 1
-
20
36
18
2
0
76
36
1 13 3 3
-
5
52
9
6
0
72
37
3 9 7
-
1
15
36
21
0
1
73
38
7 11 -
-
2
35
44
0
0
2
81
39
7 8 5
-
-
35
32
15
0
0
82
40
9 8 2 1
-
45
32
6
2
0
85
41
6 3 11 -
-
30
12
33
0
0
75
42
10 9
1
50
36
0
0
1
87
-
-
51
43
2 12 6
-
-
10
48
18
0
0
76
44
4 12 4
-
-
20
48
12
0
0
80
45
11 5 4
-
-
55
20
12
0
0
87
46
2 12 6
-
-
10
48
18
0
0
76
47
6 8 5
-
1
30
32
15
0
1
78
48
13 4 2
-
1
65
16
6
0
1
88
49
6 8 5 1
-
30
32
15
2
0
79
50
4 10 6
-
-
20
40
18
0
0
78
51
- 11 9
-
-
0
44
27
0
0
71
52
7 9 2 2
-
35
36
5
4
0
81
53
9 4 5
-
2
45
16
15
0
2
78
54
5 10 2 1
2
25
40
6
2
2
75
55
8 9 3
-
40
36
9
0
0
85
-
Berdasarkan data pada tabel tersebut, maka langkah selanjutnya adalah mencari rata-rata (Mean) dan kualitas variabel x (kecerdasan emosional) yaitu, sebagai berikut: Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosional No
X
f
fX
1
89
2
178
2
88
2
176
3
87
2
174
4
86
1
86
5
85
4
340
6
84
1
84
7
83
4
332
8
82
2
164
9
81
4
324
10
80
3
240
11
79
3
237
52
12
78
6
468
13
77
1
77
14
76
3
228
15
75
3
225
16
74
3
222
17
73
5
365
18
72
3
216
19
71
1
71
20
70
1
70
21
69
1
69
f = 55
fx = 4346
1) Mencari Mean (rata-rata) nilai kecerdasan emosional M
fx
=
N 4346 55
=
= 79,01 2) Mencari jumlah interval K
= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 55 = 1 + 3,3 (1,740) = 1 + 5,7432 = 6,7432 dibulatkan menjadi 7
3) Menentukan interval kelas i
=
R K
keterangan : i
= Interval Kelas
R
= Rentang Nilai (Nilai Tertinggi-Nilai Terendah)
K
= Jumlah Kelas
53
i
=
(89 69 ) 7
=
20 7
= 2,8 dibulatkan menjadi 3 Jadi jumlah interval adalah 7 dan interval kelas adalah 3. Untuk memberikan penafsiran terhadap nilai rata-rata (Mean) variabel x yaitu kecerdasan emosional, maka digunakan pedoman kategori kualitas kecerdasan emosional sebagai berikut: Tabel 5 Kategori Kualitas Kecerdasan Emosional Interval Kelas
Kategori
87 – 89
Istimewa
84 – 86
Sangat Baik
81 – 83
Baik
78 – 80
Cukup
75 – 77
Kurang
72 – 74
Sangat Kurang
69 – 71
Buruk
Berdasarkan hasil perhitungan Mean tersebut, diketahui bahwa Mean dari variabel x (kecerdasan emosional) adalah 79. hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional siswa MA Al-Asror termasuk dalam kategori cukup, yaitu pada interval 78 – 80. c. Hasil angket variabel kedisiplinan Tabel 6 Data Skor Mentah Variabel Y (Kedisiplinan Siswa) No.
Jawaban
Nilai
Resp. SS S R TS STS 5
4
3
2
1
Jumlah
1
4 7 5 3
1
20
28
15
6
1
70
2
5 7 5 3
-
25
28
15
6
0
74
54
3
5 9 5 1
-
25
36
15
2
0
78
4
5 8 5 2
-
25
32
15
4
0
76
5
- 12 5 3
-
0
48
15
6
0
69
6
3 11 4 2
-
15
44
12
4
0
71
7
3 8 6 3
-
15
32
18
6
0
71
8
3 11 2 4
-
15
44
6
8
0
73
9
4 5 10 1
-
20
20
30
2
0
72
10
4 10 2 4
-
20
40
6
8
0
74
11
7 10 2 1
-
35
40
6
2
0
83
12
8 8 4
-
-
40
32
12
0
0
84
13
5 9 6
-
-
25
36
18
0
0
79
14
4 6 7 1
2
20
24
21
2
2
69
15
- 13 5 2
-
0
52
15
4
0
71
16
3 10 5 2
-
15
40
15
4
0
74
17
9 8 1 2
-
45
32
3
4
0
84
18
4 7 5 4
-
20
28
15
8
0
71
19
7 6 5 2
-
35
24
15
4
0
78
20
5 7 3 3
2
25
28
9
6
2
70
21
- 12 4 2
2
0
48
12
4
2
66
22
6 5 4 3
2
30
20
12
6
2
70
23
6 9 4 1
-
30
36
12
2
0
80
24
4 13 2 1
-
20
52
6
2
0
80
25
4 11 3 1
1
20
44
9
2
1
78
26
- 12 6 1
1
0
48
18
2
1
69
27
6 10 2 2
-
30
40
6
4
0
80
28
3 7 8
-
2
15
28
24
0
2
69
29
9 7 3
-
1
45
28
9
0
1
83
30
5 10 3 2
-
25
40
9
4
0
78
31
5 9 4 1
1
25
36
12
2
1
76
32
- 12 6 2
-
0
48
18
4
0
70
55
33
6 11 3
-
-
30
44
9
0
0
83
34
4 8 5 3
-
20
32
15
6
0
73
35
1 8 8 2
1
5
32
24
4
1
66
36
6 4 6 4
-
30
16
18
8
0
72
37
4 10 2 3
1
20
40
6
6
1
73
38
1 9 7 3
-
5
36
21
6
0
68
39
4 8 8
-
-
20
32
24
0
0
76
40
7 11 -
2
-
35
44
0
4
0
83
41
7 5 4 4
-
35
20
12
8
0
75
42
6 7 5 2
-
30
28
15
4
0
77
43
3 11 4 2
-
15
44
12
4
0
75
44
4 9 5 2
-
20
36
15
4
0
75
45
5 8 6 1
-
25
32
18
2
0
77
46
3 10 6 1
-
15
40
18
2
0
75
47
4 9 4 3
-
20
36
12
6
0
74
48
9 5 6
-
-
45
20
18
0
0
83
49
4 9 5 2
-
20
36
15
4
0
75
50
3 10 5 2
-
15
40
15
4
0
74
51
5 5 6 4
-
25
20
18
8
0
71
52
7 7 5 1
-
35
28
15
2
0
80
53
5 8 6 1
-
25
32
18
2
0
77
54
4 4 9 1
2
20
16
27
2
2
67
55
6 6 5 1
2
30
24
15
2
2
73
Berdasarkan data pada tabel tersebut, maka langkah selanjutnya adalah mencari rata-rata (Mean) dan kualitas variabel y (kedisiplinan siswa) yaitu, sebagai berikut:
56
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Kedisiplinan Siswa No
X
f
fX
1
84
2
168
2
83
5
415
3
80
4
320
4
79
1
79
5
78
4
312
6
77
3
231
7
76
3
228
8
75
5
375
9
74
4
296
10
73
4
292
11
72
2
144
12
71
5
355
13
70
4
280
14
69
4
276
15
68
2
136
16
67
1
67
17
66
2
132
f = 55
fx =4106
1) Mencari nilai Mean (Mean) tentang kedisiplinan siswa M
= =
fx N 4106 55
= 74,65 dibulatkan menjadi 75 2) Mencari jumlah interval K
= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 55
57
= 1 + 3,3 (1,740) = 1 + 5,7432 = 6,7432 dibulatkan menjadi 7 3) Menentukan interval kelas i
=
R K
keterangan : i
= Interval Kelas
R
= Rentang Nilai (Nilai Tertinggi-Nilai Terendah)
K
= Jumlah Kelas i
=
(84 66 ) 7
=
18 7
= 2,6 dibulatkan menjadi 3 Jadi interval kelasnya 3 dan jumlah intervalnya 7. Untuk memberikan penafsiran terhadap nilai rata-rata (Mean) variabel Y yaitu kedisiplinan siswa, maka digunakan pedoman kategori kualitas kedisiplinan siswa sebagaimana berikut: Tabel 8 Kategori Kualitas Kedisiplinan siswa Interval Kelas
Kategori
84 – 86
Istimewa
81 – 83
Sangat Baik
78 – 80
Baik
75 – 77
Cukup
72 – 74
Kurang
69 – 71
Sangat Kurang
66 – 68
Buruk
Berdasarkan hasil perhitungan Mean tersebut, diketahui bahwa Mean dari variabel Y (kedisiplinan siswa) adalah 75. Hal ini menunjukkan
58
bahwa kedisiplinan siswa di MA Al-Asror termasuk dalam kategori cukup, yaitu pada interval 75 – 77. 3. Analisis Uji Hipotesis Untuk membuktikan kuat lemahnya pengaruh dan diterima tidaknya hipotesa yang diajukan peneliti dalam penelitian ini, maka dibuktikan dengan mencari nilai koefisien korelasi antara variabel x (kecerdasan emosional) dengan variabel y (kedisiplinan siswa). Dalam hal ini, peneliti menggunakan rumus regresi sederhana (1 prediktor). Tetapi sebelumnya akan disajikan terlebih dahulu tabel koefisien korelasi untuk menghitung regresi linier sederhana (1 prediktor). Tabel 9 Tabel Kerja Regresi Variabel X (Kecerdasan Emosional) Terhadap Variabel Y (Kedisiplinan Siswa) No. Res
X
x = X- X
x2
Y
y = Y- Y
y2
xy
1
74
-4.98
24.8004
70
4.764
22.6956
23.7048
2
85
6.02
36.2404
74
-0.76
0,5776
-4.5752
3
78
-0.98
0.9604
78
3.24
10.4976
-3.1752
4
82
3.02
9.1204
76
1.24
1.5376
3.7448
5
77
-1.98
3.9204
69
-5.76
33.1776
11.4048
6
73
-5.98
35.7604
71
-3.76
14.1376
22.4848
7
75
-3.98
15.8404
71
-3.76
14.1376
14.9648
8
79
0.11
0.0121
73
-1.76
3.0976
-0.1936
9
73
-5.98
35.7604
72
-2.76
7.6176
16.5048
10
78
-0.98
0.9604
74
-0.76
0.5776
0.7448
59
11
88
9.02
81.3604
83
8.24
67.8976
74.3248
12
89
10.02
100.4004
84
9.24
85.3776
92.5848
13
80
1.02
1.0404
79
4.24
17.9776
4.3248
14
70
-8,98
80.6404
69
-5.76
33.1776
51.7248
15
78
-0.89
0.7921
71
-3.76
14.1376
3.3464
16
83
4.02
16.1604
74
-0.76
0.5776
-3.0552
17
89
10.02
100.4004
84
9.24
85.3776
92.5848
18
74
-4.98
24.8004
71
-3.76
14.1376
18.7248
19
79
0.02
0.0004
78
3.24
10.4976
0.0648
20
73
-5.98
35.7604
70
-4.76
22.6576
28.4648
21
73
-5.98
35.7604
66
-8.76
76.7376
52.3848
22
83
4.02
16.1604
70
-4.76
22.6576
19.1352
23
81
2.02
4.0804
80
5.24
27.4576
10.5848
24
83
4.02
16.1604
80
5.24
27.4576
21.0648
25
81
2.02
4.0804
78
3.24
10.4976
6.5448
26
69
-9.98
99.6004
69
-5.76
33.1776
57.4848
27
80
1.02
1.0404
80
5.24
27.4576
5.3448
28
69
-9.98
99.6004
69
-5.76
33.1776
57.4848
29
86
7.02
49.2804
83
8.24
67.8976
57.8448
30
84
5.02
25.2004
78
3.24
10.4976
16.2648
60
31
83
4.02
16.1604
76
1.24
1.5376
4.9848
32
72
-6.98
48.7204
70
-4.76
22.6576
33.2248
33
85
6.02
36.2404
83
8.24
67.8976
49.6048
34
75
-3.98
15.8404
73
-1.76
3.0976
7.0048
35
76
-2.98
8.8804
66
-8.76
76.7376
26.1048
36
72
-6.98
48.7204
72
-2.76
7.6176
19.2648
37
73
-5.98
35.7604
73
-1.76
3.0976
10.5248
38
81
2.02
4.0804
68
-6.76
45.6976
13.6552
39
82
3.02
9.1204
76
1.24
1.5376
3.7448
40
85
6.02
36.2404
83
8.24
67.8976
49.6048
41
75
-3.98
15.8404
75
0.24
0.0576
-0.9552
42
87
8.02
64.3204
77
2.24
5.0176
17.9648
43
76
-2.98
8.8804
75
0.24
0.0576
-0.7152
44
80
1.02
1.0404
75
0.24
0.0576
0.2448
45
87
8.02
64.3204
77
2.24
5.0176
17.9648
46
76
-2.98
8.8804
75
0.24
0.0576
-0.7152
47
78
-0.98
0.9604
74
-0.76
0.5776
0.7448
48
88
9.02
81.3604
83
8.24
67.8976
74.3248
49
79
0.02
0.0004
75
0.24
0.0576
0.0048
50
78
-0.98
0.9604
74
-0.76
0.5776
0.7448
61
51
71
-7.98
63.6804
71
-3.76
14.1376
30.0048
52
81
2.02
4.0804
80
5.24
27.4576
10.5848
53
78
-0.98
0.9604
77
2.24
5.0176
-2.1952
54
75
-3.98
15.8404
67
-7.76
60.2176
30.8848
55
85
6.02
36.2404
73
-1.76
3.0976
10.5952
4344
1582,8254
4112
1283,9274
1073,8
X
Mean X ( X ) =
Mean Y ( Y ) =
N 4344 55
=
=
= 78,9818
Y N 4112 55
= 74,7636
Untuk melakukan uji hipotesis dapat dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: a. Mencari nilai korelasi antara variabel x, yaitu kecerdasan emosional dan variabel y, yaitu kedisiplinan siswa MA Al-Asror, dengan menggunakan rumus: rxy
xy x y 2
2
1073 ,8
1583 1283 ,9274 1073 ,8 2.0312457 ,074
1073 ,8 1425 ,23
= 0,753422254 b. Menguji
apakah
korelasi
itu
signifikan
atau
tidak,
dengan
mengkonsultasikan hasil r xy pada tabel r.
62
Untuk mengetahui apakah hasil rxy = 0,753 itu signifikan atau tidak, kita dapat berkonsultasi dengan tabel r-teoritik dengan N = 55. Berdasarkan tabel r-teoritik, diketahui nilai rtabel pada taraf 5% = 0,266 dan pada taraf 1% = 0,355. Dengan demikian diketahui bahwa hasil rxy = 0,753 lebih besar daripada nilai r tabel baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1% dan dinyatakan signifikan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ada korelasi atau hubungan antara variabel x, yaitu kecerdasan emosional dan variabel y, yaitu kedisiplinan siswa MA Al-Asror. c. Mencari persamaan garis regresi linier sederhana
Yˆ aX k Keterangan: Yˆ = kriterium
X = prediktor a = bilangan koefisien prediktor k = bilangan konstan Untuk mencari nilai a dan k, kita dapat menggunakan metode skor deviasi dari persamaan y = ax yang mana y Y Y , x X X dan a
xy . x 2
Data yang diketahui adalah: xy = 1073,8 x2 = 1583 y2 = 1283,9274 a
xy x 2
1073 ,8 1582
= 0,678 y = 0,678x
63
Dari data yang dikumpulkan dapat dicari Y
Y
X
X
N
N
4112 74,7636 55
4344 78,9818 55
Karena itu untuk persamaan garis regresi y = ax atau Y Y aX X dapat diselesaikan sebagai berikut:
Y 74,7636 0,67833228 X 78,9818 Y 74,7636 0,67833228 x 53,575 Y 0,67833228 x 53,575 74,7636 Y 0,678 x 21,189
Dari perhitungan di atas, maka persamaan garis regresi adalah Y 0,678 x 21,189
d. Analisis varian garis regresi Analisis ini digunakan untuk mencari hubungan antara kriterium dan prediktor menggunakan rumus regresi satu prediktor dengan skor deviasi.
xy x
2
JK reg
2
2 1073 ,8
1582
1153046 ,44 1583
= 728,3522028
xy y x
2
JK res
2
2
= 1283,9274 – 728,352 = 555,5754 dbreg 1
64
dbres N 2 = 55 – 2 = 53 RK reg
JKreg dbreg 728 ,3522028 1
= 728,3522028 RK res
JK res dbres 555 ,575 53
= 10,483 JKtotal = y2 = 1284
Freg
RK reg RK res
728 ,3522028 10,483
= 69,482 Untuk mengetahui hasil perhitungan analisis regresi tersebut, dapat dilihat dalam tabel ringkasan hasil analisis regresi satu prediktor dengan metode skor deviasi. Tabel 10 Tabel Ringkasan Hasil Analisis Regresi dengan Metode Skor Deviasi Sumber
db
JK
RK
Regresi
1
728,352
728,352
Residu
53
555,575
10,483
Total
54
1283,927
Varian
Freg
69,482
Ftabel 5%
1%
4,03
7,17
65
4. Analisis Lanjut Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan analisis regresi satu prediktor dengan metode skor deviasi diperoleh nilai Freg = 69,482. Kemudian dikonsultasikan pada Ftabel, baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1% dengan kemungkinan: a. Jika Freg lebih besar daripada Ft, baik 1% maupun 5% maka hasilnya signifikan dan hipotesis yang diajukan diterima. b. Jika Freg lebih kecil daripada Ft, baik 1% maupun 5% maka hasilnya non signifikan dan hipotesis yang diajukan ditolak. Diketahui bahwa Ftabel pada taraf signifikansi 5% = 4,03 dan pada taraf signifikansi 1% = 7,17. Maka nilai Freg sebesar 69,482 lebih besar daripada Ftabel, baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1%. Dengan demikian, hasilnya dinyatakan signifikan dan hipotesis yang diajukan diterima. Artinya ada pengaruh positif antara kecerdasan emosional terhadap kedisiplinan siswa MA Al-Asror Patemon Gunungpati Semarang.
66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dari bab ke bab dalam skripsi yang berjudul "Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kedisiplinan Siswa MA Al-Asror Patemon Gunungpati Semarang Tahun Pelajaran 2010/201", maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Kecerdasan emosional siswa MA Al-Asror Patemon Gunungpati Semarang, termasuk dalam kategori cukup. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata (Mean) hasil angket tentang kecerdasan emosional sebesar 79,01. Nilai Mean tersebut termasuk dalam kategori cukup karena berada pada interval 78 – 80. 2. Kedisiplinan siswa MA Al-Asror Patemon Gunungpati Semarang, termasuk dalam kategori cukup. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata (Mean) hasil angket tentang perilaku sosial santri sebesar 74,65 dibulatkan menjadi 75. Nilai Mean tersebut termasuk dalam kategori cukup karena berada pada interval 75 – 77. 3. Kecerdasan emosional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kedisiplinan siswa MA Al-Asror Patemon Gunungpati Semarang. Hal itu terbukti dengan hasil perhitungan analisis regresi satu predictor dengan metode skor deviasi sebesar 69,482 dan derajat kebebasan (db) = 53. Diketahui bahwa Ftabel pada taraf signifikansi 5% = 4,03 dan 1% = 7,17. Maka nilai Freg sebesar 69,482 lebih besar daripada Ftabel, baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1%. Oleh karena itu, hasilnya dinyatakan signifikan dan hipotesis yang diajukan peneliti diterima. Dengan demikian, ada pengaruh positif yang signifikan antara kecerdasan emosional terhadap kedisiplinan siswa MA Al-Asror Patemon Gunungpati Semarang.
B. Saran Sehubungan dengan penelitian yang berjudul :Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kedisiplinan Siswa MA Al-Asror Patemon Gunungpati
67
Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011", maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut untuk ditindaklanjuti, yaitu: 1. Merubah paradigma tentang konsep inteligensi (kecerdasan). Maksudnya pemahaman tentang kecerdasan tidak hanya terbatas pada kecerdasan intelektual saja, tetapi ada kecerdasan emosional yang tidak kalah penting untuk dikembangkan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai kunci meraih prestasi dan kesuksesan dalam semua bidang kehidupan. 2. Kedisiplinan terbentuk dari adanya kesadaran diri atas perilaku menetapi dan menepati peraturan dan tata tertib yang ada. Dengan demikian ada baiknya jika kita lebih tepat dalam melakukan aktifitas-aktifitas kehidupan. Orangtua, guru, maupun anggota masyarakat hendaknya juga tepat dalam melakukan aktifitas, Sehingga menjadi teladan yang baik bagi individu lainya (anak didik). 3. Hendaknya orang tua memberikan perhatian dan latihan pada anaknya dalam upaya menanamkan sikap peduli kepada sesama, dan melatih perilaku disiplin dalam semua aktifitas kehidupan. Selain itu juga harus diperhatikan dalam pergaulan keseharian dan diharapkan ada hubungan yang positif dari semua pihak baik terhadap guru, teman maupun masyarakat sekitar sebagai wujud kepedulian dalam interaksi sosial. 4. Perlu disediakan kurikulum yang dinamis dan progresif bagi terselenggaranya pendidikan dan pengembangan kecerdasan emosional para peserta didik. 5. Tanggung jawab pengembangan kualitas kecerdasan emosional, kedisiplinan dan kepribadian anak tergantung pada sejauh mana tingkat kepedulian dan kerjasama antara orangtua, sekolah dan masyarakat sebagai basic pendidikan.
C. Penutup Alhamdulillah, puji syukur selalu terpanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Dengan disertai do’a, semoga skripsi yang cukup sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta bagi pembaca pada umumnya.
68
Sebagaimana pada umumnya karya setiap manusia, tentulah tidak ada yang sempurna secara total. Oleh karena itu penulis sangat menyadari hal tersebut, dengan mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca, mengingat skripsi yang penulis susun ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan ridho-Nya kepada kita semua dan memeberikan kemanfaatan yang besar pada skripsi yang penulis susun dengan segenap kemampuan ini. Amin ya Rabbal ‘Alamin.
69
DAFTAR PUSTAKA
Alder, Harry, Boost Your Intelligence: Pacu Erlangga,, 2001.
EQ dan
IQ Anda, Jakarta:
Amin, Ahmad, Etika, Jakarta: Bulan Bintang, 1975 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2006. ________, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: Rineka Cipta, 1993 Crow, Lestar D. dan Alice Crow, Psikologi Pendidikan, terj. Abd. Rachman Abror, Yogyakarta: Nur Cahaya, 1989 Dalyono,M., Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1993 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1994 Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008 Durkheim, Emile, Pendidikan Moral; Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Erlangga, 1990 Goleman, Daniel, Kecerdasan Emosional, Terj. T. Hermaya, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000 _______, Working with Emotional Intelligence: Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi, terj. Alex Trikantjono Widodo, Jakarta: Gramedia. 2000. Gottman, John, dan Joan De Claire, Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional, terj. T. Hermaya, Jakarta: Gramedia, 2001. Gunarsa, Singgih D., Psikologi untuk Membimbing, Jakarta: Gunung Mulia, 1987 Hadi, Sutrisno, Analisis Regresi, Yogyakarta: Andi, 2009 Hajar, Ibnu, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996. Hamidah, Nurul, Konsep Kecerdasan Emosi menurut Daniel Goleman dan Implikasinya terhadap Pembentukan Akhlak Anak dalam Keluarga, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2006.
Isna, Mansyur, Diskursus Pendidikan Islam, Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2001. Jalal, Muhammad Syaraf dan Abdul Rahman Muhammad Astawi, Psycology AlHayah Al-Ruhiyah Fil Masikhiyah Wal Islam, Iskandariyah: Mansya’ah Al Ma’arif, 1972 Kartono, Kartini, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung: Mandar Maju, 1990 Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia, 1982 Madjid, Nurcholis, Masyarakat Religius, Jakarta: Paramadina, 1995 Najati, Usman, Al-Qur'an dan Ilmu Jiwa, terj. Ahmad Rofi Usmani, Bandung: Pustaka Setia, 1999 Nasution, S., Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 1999. ________,S., Didaktik Asas-asas Mengajar, Bandung: Jemmars, 1982. Nazir, Moh., Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998. Nggermanto, Agus, Quantum Quotient, Kecerdasan Quantum, Cara Cepat Melejitkan IQ, EQ, dan SQ secara Harmoni, Bandung: Nuansa Cendekia, 2001. Poerwadarminta, WJS. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995 Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996 Reber, S. Arthor dan Emily S. Reber, Kamus Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010 Santoso, R. A. Sastropoetro, Partisipasi, Komunikasi, Persuasi, dan Disiplin dalam Pembangunnan Nasional, Bandung: Penerbit Alumni, 1988 Saphiro, Laurence E., Mengajarkan Emotional Intelligence pada Anak, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003. Schaefer, Charles, Bagaimana Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, Medan; Monora,1979 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 1995 Soegiyono, Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2006
Soegiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Alfabeta, 2008
kualitatif dan R&D, Bandung:
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008 Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosda Karya,2000. _____________, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999 Syaodih, Nana Sukmadinata, Landasan Psikologi Pendidikani, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1994. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005 Tu’u, Tulus, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta: PT. Grasindo, 2004 Usriyah, Roichatul, Pengaruh Kecerdasan Emosional Guru PAI terhadap Kecerdasan Emosional Siswa (Studi tentang Persepsi Siswa di SMAN 1 Welahan Jepara), Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2007. White, Ellen G., Mendidik dan Membimbing Anak, Bandung; Indonesia Publishing House, 1998 Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas, wikipedia.org/w/index.php, Diakses 20 Desember 2011
http://id.m.
DAFTAR TABEL Table 1
Keadaan siswa Madrasah Aliyah Al-Asror Patemon Gunungpati Semarang
Tabel 2
Alokasi Jawaban Angket pada Setiap Variabel dan Indikator
Tabel 3
Data Skor Mentah Variabel X (Kecerdasan Emosional)
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosional
Tabel 5
Kategori Kualitas Kecerdasan Emosional
Tabel 6
Data Skor Mentah Variabel Y (Kedisiplinan Siswa)
Tabel 7
Distribusu Frekuensi Kedisiplinan Siswa
Tabel 8
Kategori Kualitas Kedisiplinan Siswa
Tabel 9
Koefisien Korelasi antara Variabel X (Kecerdasan Emosional) dan Variabel Y (Kedisiplinan Siswa)
Tabel 10
Ringkasan Hasil Analisis Regresi dengan Metode Skor Deviasi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Angket Penelitian.
Lampiran 3
Surat Keterangan Hasil Perhitungan SPSS Laboratorium Komputer.
Lampiran 4
Surat Penunjukan Pembimbing.
Lampiran 5
Surat Ijin Riset.
Lampiran 6
Surat Keterangan Telah Melakukan Riset.
Lampiran 7
Surat Keterangan Melaksanakan Ko Kurikuler.
Lampiran 8
Transkip Ko Kurikuler.
Lampiran 9
Riwayat Hidup.
Lampiran 10 Piagam KKN.
Lampiran 11 Sertifikat PASSKA Fakultas.
Lampiran 12 Sertifikat PASSKA Institut.
Lampiran 13 Piagam Orientasi Akademik dan Orientasi Keagamaan.
xiii
ANGKET PENELITIAN
A. IDENTITAS Nama Lengkap : .................................................................................................. Kelas
: ..................................................................................................
Jenis Kelamin
: ..................................................................................................
B. PETUNJUK PENGISIAN 1. Isilah biodata anda diatas terlebih dahulu. 2. Kejujuran anda dalam menjawab pertanyaan tidak akan mempengaruhi nilai raport dan jawaban serta identitas responden akan dirahasiakan. 3. Baca dengan teliti, kemudian jawablah pertanyaan berikut dengan cara memberi tanda () pada kolom yang tersedia. 4. Jawaban dari angket ini merupakan sumbangan yang sangat berarti bagi kami, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih.
C. DAFTAR PERNYATAAN I. Variabel Kecerdasan Emosional Jawaban No.
1. 2. 3.
4. 5.
Pernyataan MENGENALI EMOSI Saya mengetahui alasan (penyebab) ketika merasa sedih ataupun bahagia. Saya menerima kritikan dari orang lain dengan lapang dada. Saya merasa takut ketika berada di lingkungan baru. MENGELOLA EMOSI Pikiran saya terganggu ketika mempunyai masalah. Saya meminta maaf ketika berbuat salah kepada orang lain.
SL
SR
KD
HTP
TP
6. 7. 8.
9.
10.
Saya bisa menahan amarah ketika terganggu. Saya tidak berbalik memusuhi ketika ada teman yang memusuhi saya. Saya berterimakasih ketika saya mendapat bantuan. MEMOTIVASI DIRI Ketika saya mengalami sebuah kegagalan, saya berusaha untuk bangkit kembali. Saya mendorong diri untuk meraih prestasi yang saya inginkan.
Saya optimis dalam usaha mewujudkan cita-cita, walaupun mengalami banyak rintangan. 12. Setelah mengetahui kekurangan dalam diri sendiri, saya berusaha memperbaikinya. EMPATI 13. Ketika teman saya mengungkapkan isi hatinya, saya berusaha menjadi pendengar yang baik. 14. Saya turut bersedih ketika ada teman yang mengalami musibah. 15. Ketika teman saya mengalami kesulitan, saya membantu menyelesaikannya. SIMPATI 16. Saya memberikan ucapan selamat ketika ada teman yang berprestasi. 17. Saya merasa sedih ketika ada teman yang terkena musibah KEMAMPUAN BERINTERAKSI SOSIAL 18. Saya bersikap baik dan ramah dengan siapapun di lingkungan sekolah. 19. Saya bisa menyesuaikan diri ketika berada dalam lingkungan yang baru. 11.
20.
Saya mampu mengatasi perbedaan pendapat, ketika berada dalam forum diskusi.
II. Variabel Kedisiplinan No. Pernyataan SL 1.
TEPAT WAKTU KE SEKOLAH Saya masuk sekolah tepat waktu.
Saya melapor kepada guru piket ketika terlambat masuk sekolah. Saya ikut berdoa di kelas ketika 3. pelajaran hendak dimulai. Ketika mendapatkan giliran tugas 4. piket di kelas, saya mengerjakannya. Saya melaksanakan sanksi ketika 5. melanggar peraturan sekolah. MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH Saya meminta izin ketika tidak masuk 6. sekolah. Saya membayar uang SPP dengan 7. tepat waktu. Saya memakai dan merawat peralatan 8. milik sekolah dengan baik. Saya memakai seragam sekolah sesuai 9. dengan ketentuan sekolah. Saya mengikuti upacara bendera tepat 10. waktu dan hikmat. Saya tidak membuang sampah 11. sembarangan. Saya tidak makan di kelas ketika 12. istirahat. Saya istirahat pada waktu yang 13. ditentukan sekolah. TERATUR DALAM BELAJAR DI SEKOLAH Saya memperhatikan pelajaran yang 14. disampaikan oleh guru di kelas. 2.
Jawaban SR KD HTP
TP
15. 16. 17. 18. 19. 20.
Saya meminta ijin kepada guru ketika hendak keluar kelas. Saya tetap masuk kelas pada mata pelajaran yang tidak saya sukai. Saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Saya tepat waktu dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Saya aktif bertanya pada saat kegiatan belajar mengajar di kelas. Saya menyiapkan buku dan peralatan belajar sebelum pelajaran dimulai.
Keterangan: SL : Selalu SR : Sering KD : Kadang-kadang HTP : Hampir Tidak Pernah TP : Tidak Pernah
DAFTAR RESPONDEN SISWA MA AL-ASROR PATEMON GUNUNGPATI SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011
No.
Nama
Kelas
1
Afifah Umi Lestari
XA
2
Ahmad Khairul Anwar
XA
3
Achmad Nasirudin
XA
4
Ahmad Faeshal
XA
5
Febriyana Ayu Kusuma
XA
6
Ainur Rohmah
XB
7
Nikmatul Khairiyah
XB
8
Ali Maftukhur Rozaq
XB
9
Dewi Wulandari
XB
10
Eka Aprilia Hariyanti
XC
11
Fatkhur Rohman
XC
12
Evi Endriyani
XC
13
Dwi Susilowati
XC
14
Eka Setyawati Anggraeni Ningrum
XC
15
Desylia Eka Nabela Putri
XC
16
Widya Apatma
XD
17
Lilistya Wahyu Dwi Untari
XD
18
Bayu Ahmad R.
XD
19
Farokhatul Hidayah
XD
20
Ika Ayu Dewi
XD
21
Suci Widiyana
XI IPA
22
Hidayati
XI IPA
23
Aslichatul Fuadah
XI IPA
24
Duroh Farhatin
XI IPA
25
Hermawan
XI IPS 2
26
Ernawati
XI IPS 1
27
Andi Hermawan
XI IPS 1
28
Ardi Wiro Diputra
XI IPS 1
29
Fitri Lestari
XI IPS 1
30
Denny Budianto
XI IPS 2
31
Anisaul Mu’asaroh
XI IPS 2
32
Imam Zaerofi
XI IPS 2
33
Ahmad Mushofa
XI IPS 2
34
Diyani Evitaningsih
XI IPS 2
35
Dalim Aenon Najib
XII IPA 1
36
Miftakhul Kurniawan
XII IPA 1
37
Iqon Qarnul M.
XII IPA 1
38
Ahmad Lukman
XII IPA 1
39
Dian Wulan Ningtyas
XII IPA 1
40
Tika Yunita
XII IPA 2
41
Rina Wati
XII IPA 2
42
Diyah Wijayanti
XII IPA 2
43
Nur Hidayah
XII IPA 2
44
Abdul Majid
XII IPA 1
45
Nur Fatimah Ummahatul Azizah
XII IPA 1
46
Kiki Wulandari
XII IPS 1
47
Eka Ismawati
XII IPS 1
48
M. Ahmad Abdul Ghofur
XII IPA 1
49
Adi Kurniawan
XII IPS 1
50
Niken Vania Anggraeni
XII IPA 1
51
Eva Kurniawati
XII IPA 1
52
Ahmad Abdul Hakim
XII IPS 2
53
Rustian
XII IPS 2
54
Rini Maziati
XII IPS 2
55
Umi Kulsum
XII IPS 2
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diria Nama Lengkap
: Umi Kholifah
NIM
: 073111034
Tempat & Tanggal Lahir : Kudus, 23 Agustus 1989 Alamat Asal
: Ds. Jekulo Karang RT 03 RW 07 Kec. Jekulo Kab. Kudus
Alamat Sekarang
: Jl. Segaran I Gang Buntu II No. 26 Purwoyoso Ngaliyan Semarang
No. HP
: 085740959060
B. Riwayat Pendidikan 1. SD Negeri V Jekulo Lulus Tahun 2001 2. MTs NU Mu’allimat Kudus Lulus Tahun 2004 3. MA NU Mu’allimat Lulus Tahun 2007 4. IAIN Walisongo Semarang Lulus Tahun 2012
Semarang, 6 Desember 2011 Peneliti,
UMI KHOLIFAH NIM : 073111034