ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS VI SD NEGERI II PULOSARI KEBAKKRAMAT TAHUN AJARAN 2011/2012 DALAM MENYELESAIKAN SOAL UASBN 2009/2010 DAN 2010/2011 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika
DisusunOleh : TIPUK MARTIYASTUTI A 410 080 348
PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012
PENGESAIIAN ANALISIS KESALAIIAN SISWA KELAS VI SD I\EGERI II PULOSARI
KEBAKKRAMAT TAHT]N AJARAN z0trINAI2 DALAM MEI\TYELESAIKAN SOAL UASBN
2OO9I2OIO
DAN 2O1O/2Orr
Dipersiapkan dan Disusun Oleh :
TIPLiK }IARTIYASTUTI A {10 080 34E Telatr dipertahanlon di depan flewan Penguji Pada Bulan Agustus 2012
Dar d=yaiakan rciah memenuhi syarat Sris:nan Deran 1.
Drs. Sumardi. -\[Si
2. Dra. N.Setyaningsih, ilLSi
3. Dre. Slamet IfW, M.Pd
Surakart4..... *,'...... Agustus 20 12 Universitas Muhammadiyah Surakarta
ffi
Fakultas Kegunran dan llmu Pendidikan
t@
P
NII( iii
403
ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS VI SD NEGERI II PULOSARI KEBAKKRAMAT TAHUN AJARAN 2011/2012 DALAM MENYELESAIKAN SOAL UASBN 2009/2010 DAN 2010/2011
Oleh Tipuk Martiyastuti1, Sumardi2, dan N. Setyaningsih 3 1
Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UMS,
[email protected] 2
Staf Pengajar UMS Surakarta,
[email protected]
3
Staf Pengajar UMS Surakarta,
[email protected]
ABSTRACT This study aims to determine the percentage of students experienced learning difficulties in solving the matter of the geometry of space in terms of cognitive aspects of attitudes and to determine the percentage of students in the lecture in terms of affective aspects. Informants in this study were students of a class D class the second semester 2011 Surakarta Muhammadiyah University. Data collected through the test method, interview method, method of observation and documentation methods. Analysis of qualitative data through 3 plot the data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results showed that: 1. Learning difficulties experienced by students in solving problems in terms of the geometry of space cognitive aspects, namely: a) the percentage of trouble in a matter of objective include: 1) difficulty in understanding the concept of 72.22% is high, 2) the difficulty in applying the concept of 80.34% belong to the very high criteria, 3) difficulty in describing the concept of 64.25 % is high. b) the percentage of difficulty on essay questions include: 1) difficulty in understanding the concept of 95% classified as very high, 2) the difficulty in applying the concept of 62% is high, 3) difficulty in describing the concept of 62.4% is high. 2. Attitudes of students in the lecture in terms of the affective aspects include: a) the percentage of student attitudes in respect to the time course of 94% classified as very high, b) the percentage of student attitudes in responding to lectures as very low at 13%, c) the percentage of student attitudes evaluate an object, phenomenon or behavior by 74% belong to the high criteria, d) the percentage of student
attitudes compare, connect, and synthesize the values of 50% belong to the criteria fairly, e) the percentage of the attitude control behavior in college students by 65% is high. This study concludes that the difficulty in describing the difficulties that the concept is mostly done by the students because students tend to be less thorough in the work on the problems and a lack of mastery of concepts and attitudes of students in responding to increased. Keywords: learning disabilities, cognitive, affective, the geometry of space PENDAHULUAN Pelajaran matematika tidak semata-mata disajikan sebagai latihan menghafal rumus dan definisi, tetapi harus lebih ditekankan pada kemampuan memahami soal dan mencoba menerapkannya dalam kehidupan sehingga dapat menyelesaikan
suatu
masalah.
Melalui
pembelajaran
matematika
siswa
diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, cermat, efektif dan efisien dalam memecahkan masalah dalam kehidupan seharihari. Namun kenyataannya, siswa lebih sering cukup menghafalkan rumusnya tanpa sering latihan mengerjakan soal-soal. Soal merupakan salah satu bentuk instrumen untuk mengukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Soal digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, dan kemampuan yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Untuik itu, soal yang digunakan untuk tujuan evaluasi harus berkualitas baik sehingga menghasilkan hasil pengukuran yang diandalkan. Melalui soal, guru dapat melakukan evaluasi pembelajaran dan mengetahui kemampuan akhir siswa setelah proses pembelajaran. Tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan dan pembelajaran matematika adalah salah satunya dapat dinilai dari keberhasilan siswa dalam memahami matematika dan memanfaatkan pemahaman ini untuk menyelesaikan persoalanpersoalan matematika maupun ilmu-ilmu yang lain. Untuk itu, perlu dilakukan evaluasi atau tes hasil belajar siswa. Hasil belajar ini merupakan prestasi belajar siswa. Wajib belajar 9 tahun menjadi kebutuhan mendasar bangsa Indonesia dalam rangka mencerdaskan bangsa dan kurikulum nasional merupakan standar
acuan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional dan menentukan arah kebijakan pengembangan pendidikan. Pemerintah menggunakan Ujian Nasional sebagai salah satu tolak ukur untuk mengidentifikasi ketercapaian standar pendidikan nasional dan standar kompetensi lulusan. Dalam Permendiknas Nomor 82 Tahun 2008, menyebutkan bahwa UASBN adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Ujian ini bertujuan untuk mengukur kompetensi lulusan pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Hasil UASBN digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk pemetaan mutu suatu pendidikan, dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, serta sebagai penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, dan dasar pembinaan kepada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Berdasar hasil dari observasi di sekolah kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal UASBN Tahun Ajaran 2010 dan 2011 yang terjadi di kelas VI SD Pulosari II ditemukan letak kesalahan siswa diantaranya penggunaan proses yang keliru dan salah dalam perhitungan. Faktor lain yang mempengaruhi kesalahan siswa yaitu soal-soal UASBN yang diberikan termasuk katagori soal yang cukup sulit sehingga siswa cenderung kurang memahami dan sulit mengerjakan soal tersebut. Kesalahan siswa dalam mengerjakan soal tersebut juga dapat menjadi salah satu petunjuk untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi. Oleh karena itu, adanya kesalahan-kesalahan tersebut perlu dicari faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya dan dicari solusi penyelesaiannya. Dengan demikian, kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal matematika tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar dan akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Untuk itulah perlu adanya usaha-usaha untuk mengurangi kesalahankesalahan yang ada. Peranan guru dalam memberikan konsep-konsep matematika sangat menentukan keberhasilan anak dalam memahami konsep matematika pada tingkat yang lebih tinggi. Guru harus berani merubah konsep yang salah dan
terlanjur diajarkan kepada siswa sehingga pemahaman konsep yang salah tidak berlarut-larut, yang berakibat fatal bagi anak dalam memahami konsep pada tingkat yang lebih tinggi khususnya tentang bagaimana menyelesaikan soal UASBN Tentunya guru telah menganalisis kesalahan-kesalahan siswa. Akan tetapi, guru belum dapat melakukannya secara mendetail mengingat banyaknya siswa yang dipegang. Analisis kesalahan secara mendetail dibutuhkan agar kesalahankesalahan siswa dan faktor-faktor penyebabnya dapat diketahui lebih jauh untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut. Berdasarkan
latar
belakang
tersebut,
penulis
berusaha
untuk
mengidentifikasi butir soal dan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa kelas VI SD dalam mengerjakan soal UASBN 2010 dan 2011, sehingga prestasi belajar matematika dapat ditingkatkan. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan tindakan secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah (Moleong, 2008: 6). Untuk mengetahui jenis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal UASBN matematika kelas VI SD menggunakan analisis deskriptif. Data yang diperoleh akan didiskripsikan atau diuraikan kembali kemudian dianalisis. Data dalam penelitian ini adalah jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa kelas VI SD Tahun Ajaran 2011/2012 dalam mengerjakan soal matematika UASBN Tahun Ajaran 2009/2010 dan 2010/2011 yang terdiri dari kesalahan pada materi aritmatika, geometri, dan pengolahan data. Sumber data pada penelitian ini adalah soal-soal dan jawaban UASBN yang dikerjakan siswa kelas VI SD Tahun Ajaran 2011/2012. Metode pengumpulan data yaitu metode tes dan metode dokumentasi. Metode analisis data merupakan cara yang digunakan untuk menganalisis atau mengolah data yang telah terkumpul. Teknik yang digunakan adalah teknik non
statistik karena penelitian ini merupakan penelitian diskriptif. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan persentase kesalahan untuk jenis kesalahan yang dilakukan siswa dan iteman untuk mengetahui butir soal.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Butir Soal 1.
Indeks Kesukaran Butir Hasil analisis dari 40 butir soal UASBN Butir soal nomor 33 berkriteria sulit dengan indeks kesukaran > 0,30, butir soal nomor 3, 6, 9, 15, 17, 22, 23, 24, 28, 29, 30, 32, 34, 40 berkriteria sedang dengan indeks kesukaran antara 0,30 – 0,70, dan butir soal nomor 1, 2, 4, 5, 7, 8, 10, 11,12, 13, 14, 16, 18, 19, 20, 21, 25, 26, 27, 31, 35, 36, 37, 38, 39 berkriteria mudah dengan indeks kesukaran > 0,70. Butir soal dinyatakan baik bila indeks kesukaran berada dalam kategori sedang dan dinyatakan buruk bila terlalu mudah atau sulit. Dengan demikian 14 butir soal yaitu nomor 3, 6, 9, 15, 17, 22, 23, 24, 28, 29, 30, 32, 34, dan 40 berkriteria baik. Dapat dikatakan 35% butir soal dinyatakan baik dan 65% butir soal dinyatakan tidak baik berdasarkan analisis indeks kesukaran. Hal ini menunjukkan bahwa kategori indeks kesukaran kurang baik karena hanya 35% butir soal yang berkriteria IK baik sementara 65% butir soal berkriteria tidak baik. Butir soal yang memiliki indeks kesukaran tidak baik harus diperbaiki sesuai dengan kategorinya.Bila IK berkategori mudah, maka soal diperbaiki agar tidak terlalu mudah bagi siswa dan bila IK berkategori sulit, maka soal diperbaiki agar tidak terlalu sulit bagi siswa. Dari 40 soal UASBN 2010/201, berdasarkan tabel UASBN 2010/2011, dari 40 butir soal terdapat 6 butir soal (15%) berkategori sulit, 11 butir soal (27,5%) berkategori sedang, dan 23 butir soal (57,5%) berkategori mudah. Butir soal nomor15, 16, 29, 30, 32, 36 berkriteria sulit dengan indeks kesukaran > 0,30, butir soal nomor 3, 4, 5, 7, 13, 18, 19, 26, 31, 35, 40 berkriteria sedang dengan indeks kesukaran antara 0,30 – 0,70, dan butir soal nomor1, 2, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 17, 20, 21, 22,
23, 24, 25, 27, 28, 33, 34, 37, 38, 39 berkriteria mudah dengan indeks kesukaran > 0,70. Butir soal dikatakan baik apabila indeks kesukaran berada dalam kategori sedang dan tidak baik apabila butir soal berada dalam kategori mudah atau sulit.Dengan demikian 14 butir soal berkriteria baik.Dapat dikatakan sebanyak 35% butir soal dikatakan baik dan 65% butir soal dinyatakan tidak baik berdasarkan analisis indeks kesukaran.Bila IK berkategori mudah, maka soal diperbaiki agar tidak terlalu mudah bagi siswa dan bila IK berkategori sulit, maka soal diperbaiki agar tidak terlalu sulit. Dapat disimpulkan secara keseluruhan, butir soal UASBN 2009/2010 masih terlalu mudah dibandingkan dengan soal UASBN 2010/2011 bagi siswa sehingga pengukuran masih belum maksimal. Apabila indeks kesukaran butir soal sesuai dengan kemampuan siswa, maka butir soal tersebut dapat digunakan sebagai alat perbaikan atau peningkat program pembelajaran.Hal ini disebabkan butir soal yang terlalu sulit atau mudah tidak dapat membedakan siswa pandai dan siswa kurang pandai sehingga tidak mempunyai daya diskriminasi yang baik. 2.
Indeks Daya Beda Indeks daya beda berkategori tidak baik apabila besarnya IDB ialah minus. Hal ini dikarenakan sekolah sudah menggunakan kurikulum KTSP sehingga besarnya IDB diabaikan.IDB bernilai minus berarti butir soal tersebut justru menjerumuskan siswa yang pintar untuk menjawab salah atau dapat dikatakan bahwa siswa kelompok bodoh justru menjawab benar lebih banyak dibandingkan kelompok siswa pandai. Indeks daya beda tidak baik disebabkan oleh indeks kesulitan yang terlalu rendah dan terlalu tinggi. Butir soal yang terlalu sulit atau mudah tidak dapat membedakan siswa yang pandai dan siswa kurang pandai sehingga tidak mempunyai daya beda yang baik. Rendahnya indeks daya beda juga dipengaruhi oleh faktor distraktor (pengecoh). Faktor tingkat kemampuan siswa juga mempengaruhi baik tidaknya indeks daya beda. Tingkat kemampuan siswa berkaitan dengan persamaaan
dan perbedaan penguasaan materi. Persamaan kemampuan siswa menurunkan indeks daya beda suatu butir soal. Tingkat penguasaan siswa terhadap penguasaan materi berpengaruh karena siswa yang pandai kemungkinan menjawab benar sangat tinggi sebaliknya bagi kelompok siswa yang kurang pandai, kemungkinan untuk menjawab soal dengan benar adalah rendah. Dapat disimpulkan hasil analisis dari 40 butir soal UASBN 2009/2010 ada 5 butir soal dengan IDB tidak baik karena bernilai negatif sementara 35 butir soal berkriteria baik. Untuk soal UASBN 2010/2011 terdapat 7 butir soal dengan IDB tidak baik karena bernilai negatif, sedangkan 33 butir soal berkriteria baik. B. Analisis dan Persentase Kesalahan Siswa Setelah menganalisis jawaban soal UASBN 2009/2010 dan UASBN 2010/2011 siswa kelas VI, maka penulis memperoleh data nilai yang berupa data skor atau banyaknya siswa yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal UASBN pada masing-masing jenis kesalahan. Kesalahan lebih banyak dilakukan siswa dalam materi geometri meliputi, salah dalam perhitungan, dan menggunakan rumus yang tepat dalam suatu soal. 1.
Kesalahan Tipe I (Materi Aritmatika) Kesalahan tipe I (kesalahan materi aritmatika) UASBN 2009/2010 sebanyak 22,01% dan UASBN 2010/2011 sebanyak 26,78%. Sesuai dengan jenis kesalahan pada topik aritmatika , siswa banyak melakukan kesalahan pada operasi hitung.Kebanyakan siswa kurang teliti dalam menghitung, yang ada dikarenakan kurang menguasai simbol matematika, kurang menguasai operasi hitung bilangan. Dapat disimpulkan siswa mengalami kesalahan yang tinggi pada soal nomor 18 soal UASBN 2009/2010 dan nomor 3 soal UASBN 2010/2011 karena memiliki tingkat kesukaran soal yang lebih tinggi. Kekeliruan dalam proses menghitung misalnya satuan dan puluhan dijumlahkan tanpa memperhatikan nilai tempat, dalam menjumlahkan puluhan digabungkan dengan satuan, bilangan besar dikurangi bilangan kecil tanpa memperhatikan nilai tempat, dan bilangan yang telah dipinjam nilainya tepat. Kurang teliti
dan tergesa-gesa sehingga dalam menyelesaikan soal dituntut adanya ketelitian dalam menghitung. 2.
Kesalahan Tipe II (Materi Geometri dan Pengukuran) Kesalahan tipe II (kesalahan materi
geometri dan pengukuran)
UASBN 2009/2010 sebanyak 35,09% dan UASBN 2010/2011 sebanyak 37,80%. Pada topik geometri dan pengukuran siswa banyak melakukan kesalahan konsep. Dalam soal ini siswa masih bingung menggambar titik koordiat, menentukan titik koordinat sumbu x dan sumbu y. Dalam soal ini siswa masih bingung membedakan antara sumbu x dan sumbu y. Dapat disimpulkan siswa mengalami kesalahan yang tinggi pada soal nomor 33 soal UASBN 2009/2010 dan nomor 32 soal UASBN 2010/2011 karena memiliki tingkat kesukaran soal yang lebih tinggi. Pada topik geometri bisa dikatakan siswa kurang paham dalam menentukan pencerminan bangun datar, menghitung keliling dan luas bangun datar, dan menyelesaikan soal yang berhubungan dengan bangun datar dikarenakan siswa kurang memahami dan hafal rumus yang tepat untuk menyelesaikan soal, kurang menguasai pengukuran, kurang menguasai simetri putar, dan kurang menguasai menggambar bangun pada bidang cartesius. 3.
Kesalahan Tipe III (Materi Pengolahan Data) Kesalahan tipe III (kesalahan materi pengolahan data) UASBN 2009/2010 sebanyak 13,41% dan UASBN 2010/2011 sebanyak 18,9%. Pada materi pengolahan data siswa banyak melakukan kesalahan dalam aspek bahasa, yaitu kurang memahami soal yang ada, kurang cermat dalam membaca diagram batang maupun lingkaran selain itu siswa masih bingung alam menentukan median, modus, dan mean. Kesalahan ini banyak dilakukan siswa pada nomor 38 soal UASBN 2009/2010 dan nomor 37 soal UASBN 2010/2011, karena memiliki tingkat kesukaran yang lebih tinggi.
SIMPULAN
Kesimpulan
yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan
adalah sebagai berikut: A. Analisis Butir Soal 1.
Indeks Kesukaran Dalam soal UASBN 2009/2010 sejumlah 26 butir soal (65%) tidak baik dan soal UASBN 2010/2011 sejumlah 29 butir soal (72.5%) tidak baik. Semakin tinggi indeks kesukaran butir soal, maka butir soal semakin mudah.Sebaliknya, apabila semakin rendah indeks kesukaran, maka semakin sulit butir soal.Indeks kesukaran yang tergolong tinggi menunjukkan bahwa soal pada kelompok kelas terlalu mudah untuk digunakan.
2.
Indeks Daya Beda Secara keseluruhan, indeks daya beda tergolong sangat baik. Akan tetapi, dalam penelitian ini indeks daya bedadiabaikan karena sekolah sudah menggunakan kurikulum KTSP. Berapa pun nilai indeks daya beda, dikatakan baik apabila tidak bertanda minus. Dalam soal UASBN 2009/2010 terdapat 5 butir soal dan UASBN 2010/2011 terdapat 7 butir soal yang memiliki IDB tidak baik karena bertanda minus. Indeks daya beda tidak baik disebabkan oleh indeks kesukaran yang terlalu rendah dan tinggi.
B. Analisis Kesalahan Siswa Kesalahan yang dilakukan siswa kelas VI SDN 02 Pulosari termasuk kategori rendah, dalam UASBN 2009/ 2010 sebanyak 22,01% dan UASBN 2010/2011 sebanyak 26,78% kesalahan dalam materi aritmatika, dalam materi geometri sebanyak 35,09% dan 37,80%, dan materi pengolahan data sebanyak 13,4% dan 18,9%. Dilihat dari hasil pekerjaan siswa kesalahan siswa lebih banyak pada saat mengerjakan soal UASBN 2010/2011 dibandingkan dengan mengerjakan soal UASBN 2009/2010. Terutama dalam materi geometri dan pengukuran. Dari hasil semuanya kesalahan siswa tergolong dalam kategori rendah.
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono. 2010. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara Blanco, Lorenzo J. 2006. Errors in Teaching/ Learning of The Basic Concepts of Geometry. (Http://www.cimt.plymouth.ac.uk/journal/lberrgeo.pdf. Diakses tanggal 6 maret 2012. Candrasari dkk, Astrid. 2008. Ujian Nasional: Dapatkah Menjadi Tolak Ukur Standar Nasional Pendidikan?. Artikel Internet. Tersedia di: http://ebookbrowse.com/18-astrid-candrasari-dkk-un-dapatkah-menjaditolak-ukur-pdf-d26752581. Diakses pada 6 Maret 2012. Karmawati. (2009). “Analisis kesalahan siswa kelas VI SD dalam menyelesaikan soal-soal matematika berdasarkan kompetensi yang sulit pada UASBN tahun pelajaran 2007/2008 di Kecamatan Limboto”. Thesis. Yogyakarta: Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Lestari, Rini Dwi. (2011). “Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Faktorisasai Suku Aljabar Kelas VIII SMP Negeri 1 Jaten Tahun Ajaran 2010/2011”. Skripsi. Surakarta: Studi S-1 FKIP Universitas Negeri Surakarta. Moleong. (2008). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muningah. 2006. “Analisis Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Pada Operasi Bilangan Pecahan Siswa Kelas I SMP”. Skripsi. Surakarta: Studi S-1 FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta. Ngalim, Purwanto. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Permendiknas Nomor 82 tahun 2008 tentang Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) untuk Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah/ Sekolah Dasar Luar Biasa (SD/ MI/ SDLB) tahun pelajaran 2008/2009. Prakitipong, Natcha and Nakamura, Satoshi. 2006. “Analysis of Mathematics Performance of Grade Five Studentsin Thailand Using Newman Procedure”. CICE Hiroshima University, Journal of International Cooperation in Education/ Vol.9, No.1 pp.111
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Wahyuningsih, Ari. 2011. “Karakteristik Soal Ujian Akhir Madrasah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia MAN Kabupaten Sleman Tahun Pelajaran 2010/2011”. Skripsi. Yogyakarta: Studi S-1 FKIP Universitas Negeri Yogyakarta. Yunengsih dkk, Yuyun. 2008. Ujian Nasional: Dapatkah Menjadi Tolak Ukur Standar Nasional Pendidikan?. Artikel Internet. Tersedia di: http://ebookbrowse.com/18-yuyun-yunengsih-dkk-un-dapatkah-menjaditolak-ukur-pdf-d26752581. Diakses tanggal 6 Maret 2012. Yusuf, Munawir. 2003. Pendidikan Bagi Anak dengan Problema Belajar. Solo. Tiga Serangkai. http://etd.eprints.ums.ac.id/13629/2/03. BAB I. PDF. Diakses tanggal 6 maret 2012. http://soalmatematika.com/tujuh-kesalahan-siswa-dalam-mengerjakan-soalmatematika/. Diakses tanggal 2 maret pukul 22.21. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2253245-metode-analisiskesalahan-newman/#ixzz1nwNjXt6a . Diakses tanggal 6 Maret 2012.