EFFISIENSI PENGGUNAAN FASILITAS PRAKTIK PROGRAM KEAHLIAN MEKANIK OTOMOTIF SMK MARSUDILUHUR II YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 Oleh :1. Rabiman, 2. Tjiptono ABSTRACT The purpose of this study was to determine the relevance of the practice facilities owned by the Automotive Mechanic Vocational Expertise program On SMK Marsudiluhur II Yogyakarta compared to the standard minimum workshop equipment that must be owned by the Automotive Mechanic Vocational Expertise program On SMK established by the government based on the check list in 2006 and the efficiency of its utilization in academic year 2010/2011. This study is an evaluation study used a survey approach and is ex-post facto. Research conducted at the Automotive Mechanic Vocational Expertise program On SMK Marsudiluhur II Yogyakarta. The population of this research is the workshop facility at the Automotive Mechanic Vocational Expertise program on SMK Marsudlihur II Yogyakarta. Data collected by the questionnaire method, direct observation and documentation. As a source of data is the automotive technician and workshop head. Validation of instruments in this study was conducted by means of test validation by experts. Statistical data analysis techniques using deskriptip Based on data analysis can be concluded that the relevance of the workshop facility of the Automotive Mechanic Vocational Expertise program On SMK Marsudiluhur II Yogyakarta viewed of its kind included in the category very well with the the coefficient is 0.96. Relevance of the practice facility of the Automotive Mechanic Vocational Expertise program On SMK Marsudiluhur II Yogyakarta viewed of the amount included in the category very well with the coefficient is 0.96. The average efficiency of use of practice facilities based on a group of subjects is 0.23% including the very low category. Key Words : efficiency, relevance, stndard minimum, workshop facility, utilization, automotive mechanic, SMK A . PENDAHULUAN Di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) perbaikan kualitas hidup dan peningkatan ketrampilan masyarakat diusahakan melalui sistem pendidikan. Dalam kondisi demikian pendidikan dituntut yang efektif dan efisien terutama dalam penyelenggaraan pendidikan dengan penggunaan sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai. Dengan penyelenggaraan pendidikan yang efektif dan effisien ini diharapkan akan dihasilkan lulusan yang berkualitas dengan biaya yang relatif murah. Penyelenggaraan
1
pendidikan tingkat menengah di Indonesia dilaksanakan melalui dua jalur, yaitu pendidikan umum dan pendidikan kejuruan. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada penjelasan pasal 15 di sebutkan bahwa pendidikan kejuruan di Indonesia merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Dari pernyataan tersebut dapat diartikan
bahwa pendidikan
kejuruan bertujuan untuk menghasilkan manusia yang produktif, yakni manusia kerja, bukan manusia beban bagi keluarga, masyarakat, dan bangsanya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu ciri pendidikan kejuruan adalah mempunyai tujuan utama mempersiapkan peserta didik memasuki dunia kerja. Peran ini sejalan dengan era industrialisasi yang direncanakan oleh pemerintah yang membawa konsekuensi logis terhadap meningkatnya kebutuhan tenaga kerja tingkat menengah, baik dalam jumlah maupun kualitas. Namun sampai saat ini kualitas lulusan SMK masih banyak dipermasalahkan. Seperti dikemukakan oleh M Akhsin Shaff yang menyebutkan bahwa lulusan SMK tahun 2006 di Indonesia mencapai 628.285 orang, sedangkan proyeksi penyerapan tenaga kerja lulusan SMK tahun 2007 hanya 385.986 orang atau sekitar 61,43%. Ada 38,57% lulusan SMK yang tak terserap. Menurut Akhsin, hal itu terjadi karena adanya ketidak sesuaian antara kompetensi lulusan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja (Republika Online http://202.155.15.208/koran detail.asp?id=334383&kat_id=41)). Hal ini didukung oleh pendapat Martina Endah Setyaningsih bahwa terjadi gap antara ketersediaan tenaga kerja tamatan SMK dengan kebutuhan pasar kerja, yang mengisyaratkan bahwa pendidikan SMK di Kota Surabaya, perlu mengambil peran aktif dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja sesuai dengan potensi wilayah untuk masa
2
yang akan datang (http://endahgf.blogspot.com/2008/11/konsep-pendidikan-smkdalam.html). Kondisi SMK seperti yang telah diuraikan di atas banyak mengundang kritik banyak pihak. Salah satu kritik mengenai SMK berkaitan dengan efisiensi pendidikan. Hal ini seperti yang dikemukakan Juwono Sudarsono (1998) yang menyatakan bahwa sekolah
kejuruan
ditemukan
sebagai
investasi
pendidikan
yang
kurang
menguntungkan karena aspek biaya yang terlalu mahal dan membebani anggaran pemerintah ketimbang aspek manfaatnya. pendapat di atas didukung oleh pendapat Ace Suryadi (1998) yang mengatakan bahwa pemerintah telah melakukan perluasan kesempatan pendidikan di SMK secara intensif, namun demikian sejumlah penelitian menunjukkan bahwa dengan biaya pendidikan yang mahal, SMK belum memperlihatkan keberhasilan bagi peningkatan lulusannya. Ini berarti mutu lulusan SMK masih perlu ditingkatkan agar sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Menurut Soenarto (1994:4) rendahnya kualitas pendidikan kejuruan ini disebabkan karena banyaknya sekolah-sekolah yang didirikan kurang memenuhi syarat antara lain: (1). tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai; 2) banyaknya tenaga pengajar yang tidak sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki; 3) tidak dikelola dengan baik dan 4) orientasi pendirian sekolah adalah bukan untuk mencetak calon tenaga kerja yang berkualitas, tetapi menurut misi organisasi atau agama tertentu. SMK Marsudiluhur II Yogyakarta adalah SMK swasta menyelenggarakan Program Keahlian Mekanik Otomotif sejak tahun 2000, dan telah mendapatkan akreditasi A pada tahun 2009. Sebagai lembaga pendidikan swasta yang tentunya SMK Marsudiluhur II Yogyakarta juga menghadapi permasalahan sebagaimana
3
yang dihadapi oleh SMK Swasta yang salah satunya.kualitas lulusanya yang merupakan salah satu indikator kesehatan suatu lembaga pendidikan. Rendahnya kualitas lulusan ini salah satunya dapat dilihat dari kenyataan bahwa masih adanya siswa SMK ini tidak lulus pada ujian akhir yang diselenggarakan tahun 2009/2010 sebanyak 1 siswa dan pada
tahun 2010/2011 tidak lulus sebanyak 2 siswa.
Disamping itu dari sebanyak 120 siswa yang diluluskan pada tahun ajaran 2010/2011 ini ternyata nilai rata-rata kompetensi keahliannya baru baru mencapai rata-rata 71, dengan nilai teori kejuruan sebesar 65. Berbagai upaya peningkatan kualitas dapat dilakukan SMK antara lain dengan pembenahan sarana dan prasarana, peningkatan kualitas maupun kuantitas guru, meningkatkan relevansi bidang keahlian guru dengan mata pelajaran yang diampunya, peningkatan kesejahteraan guru dan karyawan, peningkatan kualitas teknisi, peningkatan kemampuan tenaga administrasi, menjalin hubungan dengan dunia usaha dan dunia industri serta lebih gencar melakukan pengenalan diri ke masyarakat agar potensinya lebih dikenal disamping itu sekolah juga terus melakukan perbaikan dalam pelaksanaan Proses Belaiar Mengajar (PBM) yang pada gilirannya semua usaha tersebut bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas. Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas lulusan SMK. Diantara faktorfaktor tersebut adalah peserta didik, tenaga pengajar, fasilitas praktik, lingkungan sekolah, dukungan masyarakat, pelaksanaan PBM dan
kurikulum.
(Sumadi
Suryabrata,1989: 6-14). Kurikulum SMK 2004 menentukan perbandingan 20% pelajaran umum, 40% dasar kejuruan, 40% praktik kejuruan/bengkel. Dengan proporsi yang demikian besar pada pelajaran praktik dalam proses belajar mengajar yang dilakukan, maka ketersediaan
4
fasilitas praktik bagi sekolah kejuruan merupakan faktor utama yang menentukan berhasil atau tidakmya seluruh proses belajar mengajar praktik yang dilakukan. Ini berarti fasilitas praktik akan menentukan prestasi kejuruan siswa. Keberadaan fasilitas praktik tidak menjamin peningkatan kualitas hasil pendidikan, bila perencanaannya kurang tepat atau efektifitasnya rendah. Begitu pula sebaliknya, jika pada saat peserta didik melakukan praktik masih terdapat sebagian peserta didik yang tidak menerima peralatan tersebut, berarti target belajar peserta didik tidak t erca pa i. Dengan de mi ki an a ga r da pat m e ndukung implementasi kurikulum, fasilitas praktik dituntut harus relevan dengan yang dibutuhkan kurikulum. Persyaratan minimal ini diatur dalam instrumen pemantau dan pengendalian terpadu sarana dan prasarna SMK yang berupa check list standar peralatan minimal jurusan mekanik otomotif yang dikeluarkan tahun 2006 oleh Inspektorat jendral Depdiknas. Dalam check list ini sudah
dirinci
jenis alat minimal apa saja yang harus dimiliki dan jumlah
minimalnya. Terkait dengan hal ini dapat diajukan pertanyaan seberapa besar tingkat relevansi fasilitas praktik yang ada di SMK Marsudiluhur II Yogyakarta dengan yang dipersyaratkan oleh check list 2006 ? Fasilitas praktik yang lengkap tidak menjamin pencapaian tujuan kurikulum. Hal ini sesuai dengan pendapat Edy Supriyadi (1995) yang mengatakan bahwa penyebab rendahnya kualitas lulusan SMK di samping keterbatasan pembiayaan pendidikan, sesungguhnya terdapat inefisiensi dalam pengelolaan pendidikan, antara lain dalam pengelolaan sarana dan prasarana peralatan praktikum yang tidak optimal, baik dari segi fungsi, waktu dan pemanfaatannya. Penyediaan fasilitas praktik membutuhkan biaya yang mahal, karena itu agar pendidikan dapat berjalan secara efisien, maka keberadaan fasilitas praktik harus dimanfaatkan secara optimal. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kir
5
Haryana(1994) yang menyatakan bahwa penggunaan masukan fasilitas praktik lebih efisien dibanding masukan guru. Hal ini berarti semakin sering siswa menggunakan peralatan praktik semakin tinggi pula prestasi kejuruan mereka. Dengan semakin tinggi prestasi kejuruannya berarti semakin tinggi pula kualitas lulusannya. Sehubungan dengan hal ini dapat diajukan pertanyaan seberapa besar tingkat efisiensi penggunaan fasilitas praktik di SMK Marsudiluhur II Yogyakarta? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanana relevansi fasilitas praktik yang ada di SMK Marsudiluhur II Yogyakarta dengan kebutuhan yang dipersyaratkan dari jenis dan jumlah fasilitas praktiknya dan efisiensi pemanfaatanya. B . Kajian Teori Finch dan Crunkilton (1979) menyatakan bahwa untuk mendukung PBM fasilitas merupakan sesuatu hal yang utama dan penting. Menurut Suharsimi Arikunto (1988) fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan sesuatu. Fasilitas dapat berwujud benda maupun uang. Fasilitas praktik di suatu sekolah dikatakan memadai apabila semua jenis peralatan dan bahan yang tersedia dapat melayani kebutuhan praktik siswa, baik ditinjau dari jumlah maupun jenisnya (Bustami Achir, 1983). Jumlah alat dan bahan yang dimaksud disini harus disesuaikan dengan perbandingan jumlah siswa dan waktu pemakaian alat. Jenis alat dan bahan harus disesuaikan dengan materi praktik yang dimaksud dalam kurikulum. Dalam menentukan rasio jumlah alat dengan jumlah Siswa/ regu kerja pada perhitungan di atas ada tiga hal penting yang harus diperhatikan yaitu : 1) penyajian pelajaran praktik harus dilaksanakan dengan cara bergilir/rotasi, baik untuk perorangan maupun kelompok. 2) efisiensi pemakaian alat adalah sama dengan : 6
Jumlah Siswa di bengkel x Waktu pemakaian alat Jumlah alat x Lama alat dapat dipakai 3) agar masing masing siswa dalam satu kelompok dapat berpraktik, maka jumlah working station tunggal dalam satu ruangan praktik sama dengan jumlah siswa praktik , sedang working station ganda dalarr, ruangan sama dengan jumlah regu kerja dalam ruangan praktik tersebut (Bustami Achir, 1983 : 23) SMK mempunyai Standar minimal fasilitas pra kt i k yang dipersyaratkan kurikulum 2004. Standar kebutuhan fasilitas praktik menurut Kurikulum 2004 ditetapkan oleh inspektorat jendral Depdiknas tahun 2006 yang berbentuk chek list standar peralatan minimal bidang keahlian mekanik otomotif yang ditindak lanjuti oleh peraturan menteri pendidikan nasional republik indonesia nomor 40 tahun 2008 tentang standar sarana dan prasarana untuk sekolah menengah kejuruan/ madrasah aliyah kejuruan(SMK/MAK). Termasuk di dalamnya, mengatur tentang kebutuhan minimal untuk Bidang Keahlian Mekanik Otomotif. Standar tersebut menetapkan untuk kapasitas praktik sebanyak 36 siswa. Dalam standart tersebut SMK Program Bidang keahlian mekanik otomotif harus memiliki peralatan minimal sebanyak 923 buah yang terdiri dari 161 jenis. Dari 161 jenis peralatan tersebut terdiri dari 8 kelompok yaitu 46 jenis alat tangan, 5 jenis alat tangan bertenaga, 20 jenis peralatan service khusus, 32 jenis alat ukur, 17 jenis peralatan praktek, 19 jenis peralatan umum, 15 jenis peralatan pendukung dan 7 jenis perabot bengkel. Fasilitas praktik yang relevan akan mendukung pel aksanaan PBM. Dengan fasilitas praktik yang relevan guru akan lebih mudah dalam menyampaikan pelajaran, karena apa yang disampaikan guru dalam teori kemudian dapat dibuktikan dalam pelaksanaan praktik sehingga memperoleh pengetahuan
7
yang lebih mendalam dan siswa tidak mengalami kejenuhan dalam belajar. Fasilitas praktik yang relevan juga akan meningkatkan gairah guru dalam mengajar, karena dengan fasilitas p r a k t i k ya n g r e l e va n gu r u a k a n l e b i h m u d a h d a l a m mentransfer ilmunya kepada siswa. Dengan fasilitas praktik yang relevan guru tidak terlalu terbebani dengan pikiran bagaimana membuat siswa mengerti. Efisiensi penggunaan fasilitas praktik menurut Bustami Achir(1983) adalah perbandingan antara waktu penggunaan alat yang sebenarnya dengan waktu lamanya alat dapat digunakan. Jadi semakin besar frekuensi penggunaan alat maka semakin besar efisiensi penggunaanya. Alat menurut statusnya dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu alat berstatus Working Station tunggal dan alat berstatus working station ganda. Efisiensi penggunaan fasilitas praktik juga dapat dibedakan menjadi dua yaitu 1) efisiensi penggunaan alat yang berstatus
working
station
tunggal
dapat
dihitung dengan rumus Jumlah Siswa di bengkel x Waktu pemakaian alat Efisiensi = Jumlah alat x Lama alat dipakai 2) efisiensi penggunaan alat yang berstatus working station ganda dapat dihitung dengan rumus: Jumlah regu di bengkel x Waktu pemakaian alat Efisiensi = Jumlah alat x lama alat dipakai (Bustami Achir : 1983) Penggunaan fasilitas praktik yang diteliti adalah penggunaan fasilitas praktik berdasarkan mata pelajaran yang melaksanakan praktik di bengkel selama 1 tahun pelajaran yaitu dari semester 1 dan 2 dari kelas X, XI,dan XII.. Seluruhnya ada 9 mata pelajaran praktik yaitu Proses dasar pembentukan (PDPL), PMKE, MP6, Menggunakan
8
alat ukur (MAU), Memelihara baterai (MB), Peralatan dan perlengkapan tempat kerja (PPTK) dan memperbaiki system hidroulik dan Kompresor (MSHKU), Pekerjaan Motor dan Kelistrikan (PMK) dan Casis dan Pemindah Tenaga(CPT). Mata Pelajaran Proses dasar pembentukan (PDPL), PMKE, MP6 dilaksanakan pada tingkat X semester 1. Mata pelajaran Menggunakan alat ukur (MAU), Memelihara baterai (MB), Peralatan dan perlengkapan tempat kerja (PPTK) dan memperbaiki system hidroulik dan Kompresor (MSHKU) dilaksanakan pada tingkat X semester 2. Mata Pelajaran MPK dan CPT dilaksanakan pada tingkat II dan III semester 1 dan 2.
C. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi dengan menggunakan metode pendekatan survei yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau mencari fakta dan keterangan secara faktual. Penelitian ini bersifat ex-post facto, dimana tidak dilakukan kontrol te rh a da p fa si lit a s pra kt i k SMK . 2. Tempat Dan Waktu Penelitian Tempat
Penelitian
adalah di
SMK Marsudiluhur II Yogyakarta yang
menyelenggarakan Program studi keahlian mekanik otomotif Bidang Keahlian Otomotif pada Tahun Ajaran 2010/2011. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan 25 April 2011 sampai dengan 13 Juli 2011. 3. Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini adalah penelitian populasi. Sebagai unit analisis adalah fasilitas praktek SMK Marsudiluhur II Yogyakarta Program studi Keahlian Otomotif di SMK Marsudiluhur II Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 yang menyangkut ketersediaan fasilitas praktik dan efisiensi penggunaanya. 9
4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket, observasi langsung dan dokumentasi. 5. Teknik Analisis Data a. Relevansi Fasilitas Praktik Data ini berupa angka 0 dan 1, menurut Suharsimi (1991) data ini bersifat dikotomi sehingga data tersebut dianalisis dengan teknik diskriptif kuantitatif dengan menentukan nilai koefisiennya. Adapun langkah analisis yang dilakukan sebagai berikut 1) angka -angka yang sudah tersusun dijumlah kemudian dibandingkan, dan 2) diperoleh persentase. Selanjutnya data ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif. Rekomendasi yang diberikan dari persentase merupakan status berupa :“sangat baik, baik, buruk dan sangat buruk“ (suharsimi,1991:196). b. Efisiensi Penggunaan Fasilitas Praktek Analisis data tentang efisiensi penggunaan fasilitas praktik, digunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif dengan teknik persentase. Proses perhitungan persentase d i l a k u k a n d e n ga n c a ra m e m b a n di n gk a n a n t a r a a n gk a pemanfaata n peral atan ya ng sebenarnya dengan angka pemanfaatan yang seharusnya (standar). Dalam penelitian ini standar pemanfaatan fasilitas praktik diambil 40 jam per minggu dan persemester terdapat 24 minggu. Untuk proses belajar mengaiar terdapat 21 minggu efektif.
10
F. Hasil Penelitian 1. Data kelengkapan fasilitas praktek Tabel. 1. Rekapitulasi Kelengkapan Fasilitas Praktek program keahlian Mekanik Otomotif SMK Marsudiluhur 2 Yogyakarta. JUMLAH Total
KONDISI Kf
Rusak 3a/3b (%) skor
Ada (3a)
Std (3b)
Baik (4a)
(4b)
46
417
523
417
0
84.2%
44
0.96
5
8
9
8
0
90.0%
5
1.00
3 Peralatan service khusus
20
38
43
38
0
99.2%
19
0.95
4 alat ukur
32
99
140
99
0
No
No. Indikator
No Item
1 Alat tangan 2
Alat tangan bertenaga
28 70.7%
5 Peralatan Praktek
17
47
47
47
0
6 Peralatan Umum
19
65
47
65
0
15
7 Peralatan Pendukung
7
8 Perabot Bengkel Jumlah Total/ Rerata Prosentase total
161
86
71
71
118.6%
17
125.8%
19
75.6%
14
0
0.88 1.00 1.00 0.93
28
28
28
0
100.0%
7
1.00
773
923
773
0
95.5%
153
0.96
2. Data efisiensi penggunaan fasilitas praktik Tabel 2. Pemanfaatan fasilitas praktik SMK Marsudi Luhur 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2010/2011 Waktu pemanfaatan fasilitas praktek (jam) Kelas X Kelas XI Kelas XII Jumlah 1 2 1 2 1 2 PDPL 108 108 PMKE 108 108 MP6 216 216 MAU - 108 108 MB - 108 108 PPTK - 216 216 MSHKU - 216 216 PMK 243 243 283.5 283.5 1053 CPT 283.5 283.5 243 243 1053 432 648 526.5 526.5 526.5 526.5 3186 Mapel
11
G. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Relevansi Fasilitas Praktik Hasil penelitian relevansi kelengkapan fasilitas praktik pada SMK Marsudiluhur 2 Yogyakarta, bila ditinjau dari jenisnya dari kedelapan aspek yang diukur diperoleh rerata yang menunjukkan kriteria relevansi sangat baik. Artinya sebagian besar jenis peralatan yang dipersyaratkan kurikulum 2004 untuk diimplementasikan dalam bentuk pengajaran telah tersedia di bengkel. Meskipun telah menunjukkan kategori relevansi sangat baik, bila dicermati lebih jauh ternyata angkanya belum mencapai 1, artinya untuk peralatan tertentu masih kurang. I ni artinya masih ada beberapa jenis alat yang perlu untuk ditambahkan. Bi l a di l i ha t dari j uml a hnya re ra t a koe fi si e n
kelengkapan
fasilitas praktik SMK Marsudiluhur 2 Yogyakarta termasuk dalam kategori sangat baik. Walupun termasuk dalam kategori sangat baik ternyata bila dicermati lebih teliti menurut peraspek alat, ternyata masih ada 5 aspek yang koefisiennya belum mencapai 1, yaitu alat tangan (0.84) , alat tangan bertenaga(0.90) , peralatan service khusus (0.99) , alat ukur (0.7) dan peralatan pendukung (0.75). Ini artinya jumlah fasilitas praktik yang ada di SMK Marsudiluhur 2 Yogyakarta masih banyak yang kurang. Sedangkan untuk aspek peralatan praktek dan peralatan umum jumlahnya sudah lebih dari cukup Alat tersebut.dievaluasi berdasarkan standar minimal kebutuhan fasilitas praktik untuk program studi keahlian mekanik otomotif dengan standar jumlah siswa tiap kelas 36 orang. Dengan kondisi alat yang ada bila pelajaran praktik dilaksanakan sesuai dengan Standar kelas dengan jumlah siswa 36 orang,
12
maka akan banyak siswa yang menganggur pada saat pelajaran praktik. Menurut hasil pengamatan diperoleh bahwa bahwa jumlah siswa SMK Marsudiluhur 2 Yogyakarta untuk kelas X sebanyak 144 orang yang terbagi dalam 4 kelas parallel (36 siswa tiap kelas). Untuk kelas XI jumiah siswa sebanyak 114 orang yang dibagi dalam 3 kelas parallel (36 siswa tiap kelas) dan kelas XII jumlah siswa sebanyak 144 orang yang terbagi dalam 4 kelas paralel (36 siswa tiap kelas). 2. Efisiensi Penggunaan Fasilitas Praktek Fasilitas praktik yang lengkap belum tentu menjamin pencapaian tujuan kurikulum. Hal ini sejalan dengan pendapat Edy Supriyadi (1995) mengatakan bahwa salah satu penyebab rendahnya kualitas pendidikan adalah adanya inefisiensi dalam pengelolaan pendidikan antara lain dalam pengelolaan sarana dan prasarana peralatan prakt.ik yang tidak optimal, Hal ini berarti sekolah disamping dituntut untuk melengkapi fasilitas praktiknya, mengahsilkan lulusan yang berkualitas juga dituntut untuk dapat memanfaatkan fasilitas fasilitas praktik yang dimiliki, atau boleh dikatakan bahwa penyelenggara pendidikan dituntut untuk seefisien mungkin. Karena itu agar pendidikan kejuruan dapat berjalan dengan efisien dan efektif fasilitas praktik yang ada harus dimanfaatkan secara optimal. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kir Haryana(2004) yang menemukan bahwa dalam menghasilkan keluaran pendidikan yang berupa jumlah kelulusan dan prestasi kejuruan peserta didik, ternyata penggunaan masukan fasilitas peralatan praktik adalah lebih efisien daripada penggunaan masukan guru. Hal ini berarti semakin sering siswa menggunakan peralatan praktik semakin tinggi prestasi kejuruan peserta didik. Hasil penelitian penggunaan fasilitas praktik di SMK Marsudiluhur 2
13
Yogyakarta menunjukkan angka pemanfaatan fasilitas praktik rata-rata 23,4% dengan efisiensi tertinggi yang dicapai oleh
mata pelajaran PMK dan CPT yang
menunjukkan kriteria efisiensi yang tinggi (69,92%).
Sedangkan untuk mata
pelajaran yang lain efisiensinya sangat rendah yaitu menunjukkan angka 7,14% (PDPL,PMKE,MAU,MB) dan 14,2% (MP6, PPTK,MSHKU) ini berarti dapat disimpulkan bahwa secara umum pemanfaatan fasilitas praktik untuk masing-masing mata pelajaran praktik kejuruan masih sangat rendah. Padahal untuk pengelolaan fasilitas praktik yang baik, Bustami Achir(1983) memberikan batasan efisensiantara 70% sampai 80%. H. Kesimpulan Pada bab ini akan dilaporkan mengenai simpulan hasil penelitian, implikasi, keterbatasan penelitian, saran yang diajukan. Berdasarkan basil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Relevansi kelengkapan fasilitas praktik SMK Marsudiluhur 2 Yogyakarta ditinjau dari jenisnya secara umum termasuk dalam kategori sangat baik hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisen yang dicapai yaitu 0,96. Ditinjau dari jumlahnya termasuk dalam kategori sangat baik dengan nilai koefisien 0,95
2.
Rata-rata efisiensi penggunaan fasilitas praktek setiap mata pelajaran adalah 23%. Dengan efisiensi tertinggi adalah penggunaan bengkel untuk praktek mata pelajaran CPT dan PMK dengan efisiensi sebsesar 69%
14
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (1988). Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud. Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Ace Suryadi. (1998). Keadaan, Permasalahan dan tantangan masa depan pendidikan di Indonesia. Kajian Pendidikan dan Kebudayaan (No.15 Tahun IV) Bustami Achir. (1983). Merencana kebutuhan Fasilitas Pelajaran Praktek dan Optimasi Pemakaiannya . Bandung: PPPGT. Depdikbud. (2004). Kurikulum SMK 2004. Jakarta: Ditjen Dikmenjur Depdiknas. (2001). Reposisi Pendidikan Kejuruan Menjelang 2020. Jakarta Ditjen Dikdasmen Dit Dikmenjur. Depdiknas. (2006). Instrumen Pemantau dan pengendalian Terpadu Sarana dan Prasarana SMK. Jakarta : Inspektorat Jenderal Edy Supriyadi. (1995). Penyelenggaraan Unit Produksi di SMK . Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (no.5 Th IV). Finch, Curtis R. and Crunkilton, John R., (1979), Curriculum Development in Vocational and Technical Education: Planning, Content, and Implementation. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Kir Haryana. 1993. "Effisiensi internal STM Program Studi Mekanik Umum Tahun Ajaran 1987/1988 – 1991/1992 di Propinsi Jawa Tengah. Tesis. Yogyakarta : PPS. IKIP Yogyakarta. Liston, B. & Whitcomb. 2008. Journal of teacher education (http://www.accessmylibrary.com/ coms.2/summary.0286-34137934 ITM). Diambil pada tanggal 18 September 2009. Martina Endah. S. Dkk (22 November 2008) Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja Untuk Mendukung Peningkatan Potensi Wilayah Di Surabaya . Diambil pada 8 Desember 2009, dari http://endahgf.blogspot.com/2008/11/konsep-pendidikan-smk-dalam.html Mulyani Sumantri (1989). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Ditjen Dikti LPTK Orlich, D C., at al. (2007). Teaching Strategies:A Guide to Effective Instruction. New York: Houghton Mifflin Company. Perketat, Pemberian Izin Operasional SMK Baru (07 Juni 2009). Pikiran Rakyat OnLine diambil pada tanggal 8 Desember 2009, dari http://122.200.145.230/ index.php?mib=news.detail&id=84544" katanya. (A-71) Sege, M.D. (2005). Pengaruh Motivasi,Pembelajaran, dan Fasilitas terhadap Kemampuan Kerja Las Siswa SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Tesis Magister, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Soemanto, W. (2003.) Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sumadi Suryabrata. (1989). Psikologi Pendidikan. Bandung : Sinar Bandung Soenarto dkk, (1994). Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Yogyakarta. FPTK IKIP Yogyakarta. Tukiman, 2009. Situasi Bengkel dan Kondisi Peralatan Praktik Pemesinan SMK Swasta di Wilayah Gerbangkertosusila http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/ disertasi/article/view/2778 tanggal 8 des 2009 Undang-Undang Republik Indonesia No. 30 Tahun 2003 Tentang system pendidikan Nasional. 2003. Jakarta. Secretariat Kabinet RI
15
BIODATA PENULIS 1. Rabiman S.Pd, lahir di klaten, 17 April 1975. Saat ini sedang menempuh pendidi kan S2 di Program Studi PT K Uni versita s Ne ge ri Yogyaka rta. Men yelesaikan S1 Pendidikan Teknik Otomotif di Uni versitas Ne ge ri Yogyakarta tahun 2000. Sejak tahun 2010 menjadi dosen DPK di Pro gram Studi Pendidikan Teknik Me sin FKIP UST dengan jabatan akademi k Asisten Ahli.
2. Drs. Tjiptono, M.Pd, Lahir di Klaten , 04 April 1956. Menyelesa ikan S1 Pendi dikan Teknik Me sin di IKIP Yogya karta. S2 Pa scasarjana UNY sele sai pada tahun 2003. Sejak tahun 1988 sampai saat ini menjadi dosen DPK di Pro gram Studi Pendidikan Teknik Me sin FKIP UST dengan jabatan akademi k Le ktor Kepala
16