PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI KELAS VIII-B MTs NURUL HUDA MANGKANG TAHUN AJARAN 2010/ 2011 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam
Oleh: ANAS MISBAKHUDIN NIM: 0 6 3 1 1 1 0 2 7
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
i
ABSTRAK Judul : Problematika Pembelajaran Aqidah Akhlak dan Pemecahannya di Kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang Tahun Ajaran 2010/ 2011. Penulis : Anas Misbakhudin. NIM : 063111027 Penelitian ini bertujuan mengetahui: (1) Apa saja problematika pembelajaran mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang, (2) Apa tindakan dan solusi yang dilakukan oleh MTs Nurul Huda Mangkang dalam rangka mengefektifkan proses pembelajaran. Penelitian ini adalah penelitian lapangan (Filed Research) dengan menggunakan pendekatan studi kasus (case study). Obyek penelitian adalah kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang tahun ajaran 2010/ 2011, data diambil dari kepala madrasah, wakakurikulum, guru, dan siswa. Sedang metode penelitian yang digunakan meliputi: observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan bertujuan untuk memberikan pandangan yang lengkap dan mendalam mengenahi subjek yang diteliti dan berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenahi subjek yang diteliti, berdasarkan kejadian-kejadian yang berupa problematika dan solusinya. Dari penelitian ini ditemukan bahwa, dalam pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak di kelas VIII-B MTs NU Nurul Huda Mangkang muncul beberapa problematika meliputi, problematika yang berhubungan dengan guru, problematika yang berhubungan dengan siswa dan problem yang berhubungan dengan saranaprasarana. Dalam menghadapi problematika tersebut MTs NU Nurul Huda Mangkang melakukan langkah-langkah sebagai berikut: Dengan menggunakan dan memodifikasi metode mengajar yang tepat dan disesuaikan dengan gaya belajar (learning style) masing-masing siswa, cara lain dilakukan dengan cara membentuk kelompok dalam belajar, bisa kelompok belajar dan kelompok diskusi, mencari bahan bandingan sebagai sumber pembelajaran dan mengembangkan materi sedemikian rupa, berusaha semaksimal mungkin memperbaiki proses pembelajaran dengan memberikan pengertian terhadap siswa baik dari sisi materi pendidikan maupun sisi keteladanan, melakukan koordinasi dan menyamakan visi dalam pendidikan akhlak antara Madrasah, keluarga, dan masyarakat sekitar, dan menjalin kekompakan diantara para guru dalam memantau perilaku siswa yaitu dengan diadakannya rapat koordinasi diantara para guru di bawah koordinasi kepala madrasah. Sedangkan langkah-langkah yang berhubungan dengan problem dari siswa: Memberikan sangsi berupa kredit point bagi siswa yang melanggarnya, mensosialisasikan arti disiplin dan pentingnya mematuhi peraturan madrasah baik di dalam kelas maupun di luar, serta mengarahkan untuk menghindari lingkungan pergaulan yang kurang baik dan berusaha memilih teman yang baik. ii
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH Alamat: Prof. Dr. Hamka Kampus II Telp. 7601295 Fak. 7615387 Semarang
PERSETUJUAN PEMBIMBING Semarang, 23 Mei 2011 Lamp : 4 (Empat) Eksemplar Hal : Naskah Skripsi An. Sdr. Anas Misbakhudin
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi saudara: Nama : Anas Misbakhudin NIM : 063111027 Judul : PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DAN PEMECAHANNYA DI KELAS VIII-B MTS NURUL HUDA MANGKANG TAHUN AJARAN 2010/ 2011 Dengan ini saya mohon kiranya skripsi dimunaqosahkan. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
saudara
tersebut
dapat
Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Pembimbing I
Pembimbing II
Dr.H. Ruswan, M.A.
Dra, Muntholi’ah M.Pd.
NIP. 19680424 199303 1 004
NIP. 19670319 199303 2 001
iii
17
iv
DEKLARASI
Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Anas Misbakhudin
NIM
: 063111027
Jurusan/ Program studi: Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/ karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya Semarang, 5 Juni 2011 Saya yang menyatakan,
Anas Misbakhudin 063111027
v
MOTTO
IJEK >? LM ?> إ?;اهC<@ أEP? أ، ازSDA;@<> ?> =<; اA اCD= EF;DGأ ، TUVWA;د اY >? [;ار، LM\F V? أEP] ، S^S\A اCD= >? T_= EP] ، >= ، نab= >? C
= ، راورديCA اC? S^S\A اCD= EP] لEg : لEg ، ه;^;ةT? => أ، iAEY T? => أ، LMW@ >? عEk\kAا : L_l وmM_= n اo_Y nل اVlر .(JKLMN وGHI اC)روا.« ْقa َG ْ xَ ْر َم اEِ Wَ Jَ Lَ
1
Drs. K.H. Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: PT Alma’arif, 1983), hlm. 45-46_ ٢٧١.opqr_ ا, ٤.lm_ا, قWdeرم اT[\ gHhe ijkN .بTZ_ا, J]T^K_ب اTL`_ اGab\ .WMHX YZU[\ بTUآ
vi
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur dan penuh keikhlasan hati, skripsi ini penulis persembahkan untuk:
Ayahanda Masnukin dan Ibunda Asrofah Pakde K.H. Nur Hamim dan pak Musyafak Adinda Ulya Halimatussa’diyah om Selamet Beserta semua keluarga besar mbah Asrori (Alm) dan mbah Kasipah (Alm). Dan seluruh keluarga besar mbah H. Akhadimusa dan si mbah Hj. Khusminah tercinta Yang tidak henti-hentinya memberikan motivasi dalam menyelesaian penulisan skripsi ini dan memberikan makna dalam hidup penulis.
\
vii
KATA PENGANTAR Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tetap terlimpahkan kepangkuan beliau Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya serta orangorang mukmin yang senantiasa mengikutinya. Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, peneliti sampaikan bahwa skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada: •
Bapak Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan baik selama masa penelitian
•
Bapak Dr. H. Ruswan, M.A dan Ibu Dra. Muntholi’ah, M.Pd., selaku pembimbing yang telah berkenan memberikan waktu, bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini
•
Bapak Nasirudin, M.Ag, selaku Kajur PAI dan Bapak Mursid, M.Ag selaku sekretaris jurusan PAI. Telah membimbing penulis selama dibangku perkuliahan.
•
Segenap Dosen fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang talah memberikan
bimbingan
dan
pengarahan
kepada
penulis
untuk
meningkatkan dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan maupun bimbingan selama dibangku perkuliahan.
viii
•
Bpk Dr. H. Syaifudin Zuhri, M.Ag selaku wali studi, yang telah membimbing penulis selama studi di IAIN Walisongo.
•
Segenap Civitas Akademik IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan layanan dan bimbingan kepada penulis untuk meningkatkan dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan.
•
Ayahanda Masnukin dan Ibunda Asrofah. Yang selalu mencurahkan do’anya, jiwa dan raga nya untuk memotivasi penulis dalam menyusun skripsi ini.
•
Adikku Ulya Halimatussa’diyah tersayang dan Pakde Hj. Nur Hamim, keluarga besar mbah Asrori (Alrhm) dan mbah Akhadi beserta saudara.
•
Kepala MTs NU Nurul Huda mangkang dan Bpk Nasrullah,S.Pd.I, selaku kolaborator penelitian (Guru Mapel Aqidah Akhlak). serta segenap masyarakat madrasah, yang telah berkenan memberi izin dan bantuannya selama penelitian.
•
Bpk Ahmad Muthohar, M.Ag. selaku Pembina Asrama dan sahabatsahabat Asrama mahasiswa IAIN Walisanga Semarang periode 2006/ 2007. Yang selalu memberikan motivasi penulis dalam mengerjakan skripsi ini, semoga talisilaturrahim kita tetap terjalin.
•
Keluarga besar UKM BITA Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Mas Maftukul Alim, S.Pd.I, mas Rouf, Mashudi. Dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
•
Sahabat-sahabat paket kelas PAI A angkatan 2006 terutama sahabat Khoiron Nuri, Ahmad Rohim.
•
Keluarga besar KOPMA Walisongo IAIN Walisanga Semarang, Mas Mustaqim, S.Pd.I, mas Muardi, S.Pd.I. mas Samsul, S.Pd.I, mas Mujaizin, mba Sugiatmi, mba Defi serta saudara Mamduh, Asep Sunarya dan lainlainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
ix
•
Keluarga besar masjid kampus 3 IAIN Walisongo Semarang, Mas Sutriono, S.Pd.I, Mas Harisun, saudara Ihsanudin, Ahmad Hanafi dan semuanya. Terima kasih atas motivasinya.
•
Keluarga besar UKM I. NAFILA IAIN Walisanga Semarang
•
Kepada semua, penulis mengucapkan terima kasih, turut serta do’a semoga budi baik semuanya diterima oleh Allah SWT dan mendapatkan balasan berlipat ganda dari Allah SWT. Amiin.
Akhirnya, semoga apa yang telah penulis rencanakan dan penulis kerjakan mendapat ridlo Allah SWT dan dapat bermanfaat bagi seluruh ummat pada umumnya dan diri penulis khususnya. Semarang, 5 Januari 2011 Penulis.
Anas Misbakhudin 063111027
x
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
i
HALAMAN ABSTRAKSI .................................................................................
ii
HALAMAN PERSTUJUAN PEMBIMBING .................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................
iv
HALAMAN PENYATAAN ...............................................................................
v
HALAMAN MOTTO .........................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................................
vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................
viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
xiv
BAB I
BAB II
: PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH ……………………….......
1
B. PENEGASAN ISLTILAH …………………………………….
5
C. PERUMUSAN MASALAH ……………………………….......
7
D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN …………………..
8
E. METODOLOGI PENELITIAN ……………………………….
12
:
LANDASAN
TEORI
(PEMBELAJARAN
AQIDAH
AKHLAK) A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK……. B. DASAR, TUJUAN DAN FUNGSI
18
PEMBELAJARAN
AQIDAH AKHLAK ………………………………………......
19
1. Dasar Yuridis Pembelajaran Mata Pelajaran Aqidah Akhlak.
19
2. Dasar Religius Pembelajaran Mata Pelajaran Aqidah Akhlak……………………………………………………….
19
3. Tujuan Pembelajaran ……………………………………….
21
4. Fungsi Pembelajaran ………………………………………..
22 13
xi
C. SISTEM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …………...
23
BAB III : KAJIAN OBJEK PENELITIAN (HASIL PENELITIAN) A. GAMBARAN UMUM MTS NURUL HUDA MANGKANG........
40
1. Sejarah dan Tujuan ....................................................................
40
2. Letak Geogfrafis dan Bangunan Fisik........................................
41
3. Visi dan Misi ............................................................................
42
4. Struktur Organisasi ....................................................................
44
B. KONDIDI KHUSUS KELAS VIII-B MTS NURUL HUDA MANGKANG .................................................................................
45
1. Pelaksanaan Pembealajaran Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di kelas VIII-B Mts Nurul Huda Mangkang ..................................
45
2. Problematika Pembelajaran Mapel Akidah Akhlak Di Kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang ..........................................
46
3. Upaya Pemecahan Problematika Pembelajaran Mapel Akidah Akhlak Di Kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang ..............
50
BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN AQIDAH KHLAK DI KELAS VIII-B MTs NU RUL HUDA MANGKANG ...................
55
B. ANALISIS PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MAPEL AKIDAH AKHLAK DI KELAS VIII-B MTS NURUL HUDA MANGKANG .................................................................................
56
1. Analisis Problematika Yang Berhubungan Dengan Guru Aqidah Akhlak di kelas VIII-B Dan Upaya Pemecahannya......
57
2. Analisis Problematika Yang Berhubungan Dengan Siswa kelas VIII-B Dan Upaya Pemecahannya ...................................
60
3. Analisis Problematika Yang Berhubungan Dengan Evaluasi dan Upaya Pemecahanya. ..........................................................
61
4. Analisis Problematika Yang Berhubungan Dengan Sarana dan Prasarana serta Upaya Pemecahanya.......................................... xii
63
BAB V : KESIMPULAN HASIL PENELITIAN A. KESIMPULAN …………………………………………………...
64
B. SARAN-SARAN ………………………………………………….
65
C. PENUTUP ………………………………………………………...
66
DAFTAR PUSTAKA
68
LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS
xiii
DAFTAR TABEL Halaman Table I
Struktur Kependidikan MTs Nurul Huda Mangkang........
Table II
Sarana dan Prasarana yang ada di MTs Nurul Huda
70
Mangkang ...................................................................
73
Table III
Daftar Guru MTs Nurul Huda Mangkang ........................
85
Table IV
Daftar nama siswa dan siswi kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang ...............................................................
xiv
80
1
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Madrasah Tsanawiyah merupakan Jenjang pendidikan atau tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Setingkat dengan sekolah lanjutan tingkat pertama (SMP). Yang didalamnya terdapat kurikulum agama Islam lebih banyak dari pada SMP. Aqidah akhlak merupakan satu dari komponen Pendidikan Agama Islam, yang mempunyai arahan dalam mendorong, membimbing, mengembangkan kompetensi peserta didik untuk berperilaku yang baik dan jujur. Menurut Zuhairini Akhlak merupakan bentuk proyeksi daripada amalan ihsan, yaitu sebagai puncak kesempurnaan dari keimanan dan ke-Isalaman seseorang. Dengan kata lain, taqwa dan akhlak sangat erat kaitannya, karena hakekat kemanusiaan yang tinggi dihadapan Allah SWT adalah karena taqwanya, sedangkan dihadapan semua manusia adalah karena akhlaknya. Sedangkan tujuan dari pembelajaran aqidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah
yaitu
untuk
membentuk
pribadi
muslim
yang
seutuhnya,
mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani.1 Dijelaskan pula Muhammad Athiyah Al Abrasi, tujuan Pendidikan Islam secara umum untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia.2 Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah adalah bagian integral dari pendidikan agama. Walaupun bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik tetapi secara subtansial, mata pelajaran akidah akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada
1
. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.46 2 . Zuhairini dkk, Metofologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), hlm.16
2
peserta didik untuk mengamalkan nilai-nilai keyakinan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan aqidah akhlak berperan penting untuk menopang para peserta didik supaya menjadi insan yang berbudi, berakhlakul karimah. Itu semua tidak luput dari menejemen pembelajaran yang dikelola dengan baik dan sistematis. Banyak lembaga pendidikan yang kurang memperhatikan proses pembelajaran yang terjadi di kelas, masih minimnya penguasaan model pembelajaran yang dikuasai oleh guru, kurangnya persiapan dalam mempersiapkan materi yang akan diajarkan, sehingga menjadikan peserta didik kurang berminat dan kegairahan atau mengalami kejenuhan dalam belajar, khususnya pembelajaran mata pelajaran akidah akhlak. Berdasarkan hasil pengamatan penulis dari kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang, penyebab timbulnya kejenuhan, kurang berminat dan tidak adanya kegairahan dari peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran karena antara lain: 1. Penggunaan metode pembelajaran yang konvensional atau tidak adanya variasi, sementara peserta didik hanya duduk diam, mendengarkan dan mengerjakan tugas dari guru. 2. Sistem pembelajaran yang menekankan pada hafalan-hafalan, sehingga peserta didik cepat bosan dan mudah lupa. 3. Proses pembelajaran yang belum terencana dan sedikitnya sumber dan media belajar, sehingga kegiatan pembelajaran terkesan apa adanya.3 Usaha mewujudkan pendidikan akidah akhlak, yang konsisten dengan visi mencetak generasi yang mutu, memerlukan langkah-langkah praktis. Lembaga pendidikan Islam seperti madrasah, pertama dituntut memiliki visi dan tanggung jawab, wawasan dan ketrampilan menejerial yang tangguh, hendaknya dapat
3
. Hasil observasi disaat proses pembelajaran mata pelajaran akidah akhlak kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang), Selasa, 4-11-18 Januari 2011.
3
memainkan peran sebagai lokomotif perubahan menuju terciptanya madrasah yang berkualitas. Sedangkan isi dari kurikulum mata pelajaran aqidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah kelas VIII adalah: 1. Meningkatkan keimanan kepada kitab-kitab Allah SWT 2. Menerapaka akhlak terpuji kepada diri sendiri 3. Menhindari akhlak tercela kepada diri sendiri 4. Meningkatakan keimanan kepada Rasul Allah 5. Memahami mukjizat dan kejadian luar biasa lainnya (karomah, ma’unah, dan irhash) 6. Menerapkan akhlak terpuji kepada sesama 7. Menghindari akhlak tercela kepada sesama Pembelajaran aqidah akhlak yang diajarkan di madrasah harus dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh peserta didik, namun pada kenyataannya, selama ini peserta didik terkadang menyepelekan pelajaran aqidah akhlak karena dianggap kurang penting, hal itu dimungkinkan karena penyampaianya kurang begitu mengena kepada diri peserta didik. Berlangsungnya proses
pembelajaran
aktif,
inovatif, kreatif dan
menyenangkan tidak lepas dengan model-model mengajar yang digunakan. Pembelajaran dengan model pengajaran yang berfariasi menghapuskan kejenuhan peserta didik. Sehingga manfaat keberhasilan pembelajaran akan terasa, manakala apa yang diperoleh dari pembelajaran dapat diimplementasikan dalam kehidupan. Ini salah satu sisi positif yang melatar belakangi pengajaran dengan menggunakan pendekatan/ model-model pembelajaran.4 Sedangkan langkah-langkah yang paling urgen dalam proses belajar adalah menciptakan proses pembelajaran yang efektif, karena pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. Guru memegang 4
. Sofan Amri. S.pd, Iif Khoiru Ahmadi, M.pd, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif Dalam Kelas, (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2010), hlm13
4
peranan utama dan perbuatan siswanya atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, dimana interaksi timbal balik antara guru dan siswa merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar.5 Disini guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun ranah psikomotorik peserta didik. Untuk mengoptimalkan proses pembelajaran ada beberapa teori belajar dan pembelajaran yang digunakan, antara lain; 1. Teori behaviorisme Dalam perspektif behaviorisme, pembelajaran diartikan pembentukan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan balas respon, pembelajaran merupakan proses pembiasaan. Hasil pembelajaran yang diharapkan adalah perubahan perilaku berupa pembiasaan. Behaviorisme ini menekankan sebuah arti penting bagaimana siswa membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku. 2. Teori kognitif Dalam perspektif kognitif menyebutka bahwa belajar merupakan proses mental dan aktifitas yang melibatkan proses berfikir yang sangat komplek. 3. Teori konstruktif Teori ini menekankan ahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur
pengetahuanya berdasarkan
kematangan
kognitif yang dimilikinya. Pemberian pendidikan, khususnya pembelajaran akhlak sangat penting bagi pembentukan sikap dan tingkah laku anak, agar menjadi anak yang baik dan bermoral karena pembentukan moral yang tinggi adalah tujuan utama dari
5
hlm. 4
. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000),
5
pendidikan Islam.6 Kendati demikian penting materi akhlak bagi pengembangan kepribadian suatu bangsa, namun dalam realitanya sering kurang disadari, sehingga mata pelajaran akidah akhlak kurang diminati. Mata pelajaran akidah akhlak justru dipandang sebagai mata pelajaran pelengkap. Terbukti dengan jam pelajaran untuk akidah akhlak di kelas VIII-B MTs Nurul Huda hanya 1 jam pelajaran dalam seminggu, padahal materi akidah cukup banyak. Dalam kaitannya dengan persoalan pemberian pendidikan akhlak kepada anak di sekolah, orang tua tidak boleh lepas tangan begitu saja sebab masalah yang dihadapi tidaklah mudah disebabkan keterbatasan waktu yang tersedia. Oleh sebab itu diperlukan kerjasama antara guru dan orang tua disamping diperlukan adanya guru yang profesional yang dapat memberikan pengetahuan dan pendidikan akhlak yang baik. Dalam hal ini yang paling berperan adalah guru dibidang studi aqidah akhlak, sehingga dengan profesionalismenya dapat memecahkan dan mengatasi problematika pendidikan akhlak pada anak. Dalam proses pembelajaran akidah akhlak di kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang, masih ditemukan problem-problem, ini tidak hanya bersumber pada guru saja akan tetapi beberapa faktor lain ikut mempengaruhinya, misalnya faktor lingkungan, peserta didik, orang tua, teman sepermainan, media elektronik dan sebagainya. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini diarahkan untuk mencari problematika apa yang muncul dalam pembelajaran mata pelajaran aqidah akhlak dan mencarikan solusinya. B. PENEGASAN ISTILAH Untuk memperjelas dan untuk memepermudah pokok masalah yang dibahas dalam penulisan sekripsi ini serta sebagai batasan ruang lingkupnya, maka penulis mencoba menjelaskan beberapa istilah pokok yang ada dalam judul 6
M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. Djohar Bustami, Aghani, dan Johar Bahri, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hlm. 24.
6
sekripsi ini. Adapun judul sekripsi ini berjudul: “Problematika Pembelajaran Mata Pelajaran Akidah Akhlak Di Kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang”. untuk lebih jalasnya akan penulis jelaskan sebagai berikut: 1. Problematika Problematika adalah persoalan yang belum terungkap sampai diadakan penyelidikan ilmiah dan metode yang tepat. Sehingga problematika itu merupakan suatu masalah yang terjadi dan menuntut adanya perubahan dan perbaikan, serta belum dapat dipecahkan.7 Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen pendidikan dan kebudayaan,edisi ke.II, 1994) kata “Problematika” adalah sesuatu yang masih menimbulkan masalah atau belum dapat dipecahkan”. Jadi yang dimaksud problematika disini adalah suatu masalah yang terjadi dan menuntut adanya perubahan atau perbaikan. 2. Pembelajaran Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada satu lingkungan belajar. Dalam penelitian ini secara implisit dalam pembelajaran, terdapat pembelajaran memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan.8 Senada dengan pendapat E. Mulyasa, dalam bukunya, Implementasi Kurikulum
2004
Panduan
Pembelajaran
KBK,
dijelaskan
bahwa
Pembelajaran adalah aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan.9 Pembelajaran
merupakan
kegiatan
yang
diarahkan
untuk
memperdayakan semua potensi peserta didik untuk mengasahi kompetensi 7
. Eko Endarmoko, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), hlm.738. 8 . Hamzah B. Uno, M. Pd, Perencanaan Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hlm.2 9 . E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung: Remaja Rosda Karya,2004), hlm.117
7
yang diharapkan kegiatan pembelajaran mengembangkan kemampuan untuk mengetahui, memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan dan mengaktualisasikan diri.10 3. Akidah akhlak Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia mata pelajaran berarti pelajaran yang harus diajarkan (dipelajari) untuk sekolah dasar atau sekolah lanjutan.11 Aqidah akhlak salah satu mata pelajaran yang diajarkan di MTs Nurul Huda Mangkang. Akidah secara etimologi yakni keimanan, keyakinan (tabiat). Sedangkan secara istilah yakni tabiat atau sifat seseorang, dimana keadaan jiwa yang telah terlatih sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan yang mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan di angan-angan lagi. 4. Pemecahannya Pemecahan yang dimaksudkan adalah mencari suatu jalan keluar dari suatu masalah atau kendala yang ada. Atau suatu usaha untuk memecahkan suatu masalah. Eko Endarmoko (2007), menyebutkan bahwa pemecahan ialah jalan keluar, penanggulangan, penyelesaian dan solusi. Dalam Depdiknas (2005), pemecahan ialah suatu proses, cara, perbuatan memecah atau memecahkan suatu masalah.12 C. RUMUSAN MASALAH Supaya pembatasan sekripsi ini dapat terfokus pada pokok permasalahan, maka penulis telah merumuskan beberapa pokok permasalahan yang perlu mendapat pembahasan dan pemecahan dalam penelitian sekripsi. 10
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Jakarta: PT Rosda Karya: 2008), hlm. 24 11 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), hlm.722 12 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia ed. IV, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 1034
8
Masalah juga diperoleh dari kehidupan sehari-hari karena menjumpai halhal yang aneh atas dorongan untuk meningkatkan hasilnya.13 Harapan dari pembelajaran akidah akhlak terciptanya kondisi yang komunikatif disaat pembelajaran berlangsung. Dampak yang dapat dilihat secara langsung yaitu pada tingkah laku yang mereka lakukan. Maka hendaknya dengan pembelajaran akidah akhlak yang diterapkan, menjadikan mereka memiliki kualitas akhlak dan keimanan akidah yang baik. Hal ini diduga karena ada kesulitan dan problem belajar dan juga proses pembelajaran. Anggapan bahwa penurunan akhlak dan prestasi peserta didik mutlak ditangan guru, juga menyebabkan permasalahan semakin rumit dan ruwet, karena keberadaan guru disamping peserta didik sangat terbatas dalam arti guru tidak setiap waktu ada untuk peserta didik. Dari sinilah mulai diperlukannya peran serta yang aktif orang tua dan lingkungan dalam mendidik anak. Mulyono Abdurrahman (1996), menyebutkan bahwasannya lingkungan adalah faktor yang sangat menentukan prestasi belajar peserta didik disamping faktor lain yang mendukung, faktor lain yang dimaksudkan adalah peran guru.14 Dari uraian latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Problematika apa yang muncul dalam pembelajaran mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas VIII- B MTs Nurul Huda Mangkang? 2. Bagaimana usaha MTs Nurul Huda Mangkang dalam rangka mengefektifkan proses pembelajaran Aqidah Akhlak di kelas VIII-B? D. TUJUAN dan MANFAAT PENELITIAN Berdasarkan dari perumusan masalah di atas tujuan yang ingin dicapai dalam perumusan seperti ini adalah:
13
Ibid, hlm 27. Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm.1 14
9
1. Untuk mengetahui problematika pembelajaran mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang. 2. Untuk mengetahui tindakan dan solusi yang dilakukan oleh MTs Nurul Huda Mangkang dalam rangka mengefektifkan proses pembelajaran. Adapun manfaat atau nilai guna yang diharapan dari pelaksanaan ini adalah: 1. Bagi Penulis. Penelitian (Sekripsi) ini merupakan sebuah wahana untuk menambah wawasan ilmu serta menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat dari bangku perkuliahan, terutama yang berkaitan dengan masalah pembelajaran aqidah akhlak bagi peserta didik. 2. Bagi Guru Bidang Studi Aqidah Akhlak Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan informasi yang positif dan inovatif dalam meningkatkan mutu yang baik, kualitas maupun kuantitas pendidikan, khususnya dalam pembelajaran mata pelajaran Aqidah Akhlak. 3. Bagi Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Mangkang Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan feed back dan bahan informasi serta wacana untuk menumbuhkan pengetahuan khususnya tentang pembelajaran Aqidah Akhlak bagi para guru secara umum dan khususnya bagi semua guru yang melakukan pembelajaran aqidah akhlak. 4. Bagi Fakultas Tarbiyah Tulisan ini diharapkan memberikan kontribusi bagi fakultas Tarbiyah sehingga dapat dijadikan sebagai panduan, bacaan/ keputakaan bagi mahasiswa untuk mencetak calon guru yang professional dan menjadi pelengkap dari tulisan yang telah ada selama ini. 5. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan memberikan dorongan atau motivasi kepada masyarakat untuk lebih berperan dalam menciptakan suatu lingkungan yang
10
bermoral, berbudi luhur, sekaligus dapt dijadikan sebagai acuan untuk penelitian lain. E. KAJIAN PUSTAKA Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam latar belakang dan perumusan masalah, bahwa penelitian ini akan dipusatkan perhatiannya pada problematika pembelajaran mata pelajaran aqidah akhlak di kelas VIII-B Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Mangkang. Sehingga telaah pustaka ini dimaksudkan untuk menentukan teori-teori konsep dan generalisasi untuk dijadikan landasan teoritis bagi peneliti yang akan dilakukan. Landasan ini penting bagi peneliti agar menjadi dasar yang mantap. Dalam penelitian ini, penulis menitik beratkan pada problematika pembelajaran mata pelajaran aqidah akhlak di kelas VIII-B Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Mangkang. Menunrut Didin Abdul Muiz Lidinillah dalam bukunya Heurmenetik Pemecahan Masalah Dan Pembelajaran, dijelaskan bahwa Problematika/ masalah adalah suatu situasi yang dihadapi seseorang atau kelompok yang memerlukan suatu pemecahan, tetapi individu atau kelompok tersebut tidak mempunyai cara yang langsung dapat menentukan solusinya. Sedangkan Problematika Pembelajaran yakni masalah-masalah yang menjadi penghalang tercapainya tujuan pembelajaran, dan perlu diketahui untuk mencari solusinya.15 Suharsimi Arikunto (1998), problem adalah kesenjangan antara apa yang ada dalam kenyataan sekarang, antara apa yang diperlukan dan apa yang tersedia, antara harapan dan kenyataan dan yagn sejenis dengan itu.16
15
.Didin Abdul Muiz Lidinillah, Heurmenetik Pemecahan Masalah Dan Pembelajaran. http://www.docstoc.com/does/25616440/heuristik-pemecahan-masalah-dan-pembelajarannya-di-SD. Selasa, 3-08-2010 16
. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Sebagai Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), cet. IV, hlm. 10
11
Oleh karena itu, untuk membuat proses penulisan skripsi ini, peneliti menelaah sebuah sekripsi yang berjudul: 1. Skripsi yang ditulis oleh saudari Mariyati, dengan judul: Problematika Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Belajar Mengajar Mata Pelajaran Fiqih Dan Upaya Pemecahannya di Kelas III MIS Desa Lempuyang Kec. Candiroto Kab. Temanggung Tahun Ajaran 2004-2005 Metode
penelitian
menggunkan
penelitian
tindakan
dengan
menggunakan dua kelas sebagai kelas yang diberi tindakan dan kelas control atau pembanding. Tindakan yang dilakukan
dengan mengubah metode
ceramah ke metode demontrasi pengumpulan, data dengan menggunakan jurnal, hasil evaluasi belajar dan sharing dengan rekan sesama, guru. sedangkan analisis datanya menggunakan deskriptif kualitatif. 2. Sekripsi yang ditulis oleh Badi’atus Shalihah. Problematika Pendidikan Ahklak Dan Upaya Pemecahannya di MTs Negeri Lasem Rembang. Dalam penelitian ini di temukan beberapa problematika dalam proses pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri Lasem Kab. Rembang, problematika tersebut terbagi dalam dua kelompok besar yakni: pertama adalah problematika yang dihadapi oleh peserta didik
di MTs Negeri Lasem Rembang, kedua
problematika yang dihadapi oleh guru di MTs Negeri Lasem Rembang, dalam mengajar akidah akhlak yang sesuai dengan kondisi psikologi dan karakteritik universal peserta didik. Beberapa karya diatas tidak ditemukan pembahasan yang secara khusus tentang problematika pembelajaran mata pelajaran aqidah akhlak, dalam skripsi tersebut akan diuraikan beberapa problematika yang berkenaan dengan proses pembelajaran serta upaya yang dicapai guna untuk memecahkan problematika tersebut, maka dalam kesempatan kali ini saya tertarik untuk melakukan penelitian dalam pembahasan tentang problematika model pembelajaran mata pelajaran aqidah akhlak di kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang.
12
F. METODE PENELITIAN 1. Fokus Penelitian Berdasarkan judul penelitian diatas, maka yang menjadi fokus penelitian adalah problematika pembelajaran aqidah akhlak di kelas VIII-B Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Mangkang dan solusinya. 2. Pendekatan Penelitian Penelitian
ini
adalah
penelitian
kualitatif
lapangan
dengan
menggunakan pendekatan studi kasus (case study) dan dengan menggunakan pendekatan penelitian fenomelogis yaitu berusaha memahami makna dari suatu peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap manusia dalam situasi tertentu, dan relevan dengan tujuan penelitian.17 Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penulis berusaha memahami subjek, dengan segala aktifitasnya secara sistematis, faktual dan aktual mengenai fakta-fakta, tidak untuk menemukan hukum-hukum, dan tidak untuk membuat generalisasi melainkan membuat ekstraplorasi. Penelitian ini digunakan untuk mengetahui problematika serta solusi atau pemecahannya dalam pelaksanaan pembelajaran Aqidah Akhlak di kelas VIIIB Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Mangkang. 3. Sumber Data Sumber data yang penulis peroleh dari lapangan dan kepustakaan, pada dasarnya dapat diklasifiksikan kedalam dua sumber yaitu sumber primer dan sumber skunder; a. Sumber Primer Data primer yaitu data yang dikumpulkan, diperoleh dan disajikan oleh peneliti. Adapun data primer dalam penelitian ini meliputi data-data yang didapat dari
17
hlm. 9
pertama hasil observasi penulis, kedua wawancara
. Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (bandung: remaja Rosda Karya, 2001),
13
penulis dengan para responden antara lain kelapa madrasah, waka kurikulum, guru dan siswa kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang. b. Sumber Sekunder Sedangkan sumber sekunder penelitian ini bersumber dari kepustakaan maupun dokumentasi yang berkorelasi erat dengan perubaan objek penelitian, data sekunder sebagai pendukung dari data primer. 4. Metode Pengumpulan Data Penggunaan metode yang jelas, sistematis dan terarah merupakan suatu keharusan dalam proses pengumpulan dan pengolahan data suatu penelitian agar data yang dihasilkan dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya. Untuk pengumpulan data dilakukan dengan cara menggunakan metode: a. Metode Observasi Observasi
adalah
penelitian
yang dilakukan
dengan
cara
mengadakan pengamatan terhadap objek baik secara langsung maupun tidak langsung.18 Ciri khas metode kualitatif adalah tidak dapat dipisahkan dari sebuah
pengamatan.
Observasi
mengadakan
pengamatan
dan
mendengarkan secara cermat tertang situasi di lapangan (kelas) dengan cara berperan serta dalam kegiatan sehari-hari subjek, pada setiap situasi yang diinginkan peneliti. Dalam penelitian kualitatif, pengamatan dimanfaatkan sebesarbesarnya, karena tekhnik ini dibesarkan secara langsung. Dalam observasi ini menggunkan observasi langsung, oleh karenanya observasi ini dilakukan di kelas pada saat belajar mengajar atau pembelajaran berlangsung, untuk mengetahui secara langsung mengenahi problematika
18
hlm. 85
. Hadeli, M.A, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Padang: PT Quantum Teaching, 2006),
14
pembelajaran mata pelajaran aqidah akhlak di kelas VIII-B Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Mangkang. b. Metode Interview (wawancara) Wawancara adalah alat tukar menukar informasi, percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.19 Wawancara harus dilaksanakan dengan efektif, artinya dalam kurun waktu yang sesingkat-singkatnya dapat diperoleh data yang sebanyak-banyaknya. Bahasa harus jelas terarah. Susunan harus tetap rileks agar data yang diperoleh adalah data yang obyektif dan dapat dipercaya.20 Metode ini digunakan oleh peneliti untuk menggali informasi dari subjek penelitian, yaitu peserta didik, guru yang dalam hal ini sebagai mitra kerja atau kolaborator peneliti dan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Dalam penelitian ini, penulis mengadakan wawancara untuk mengetahui problematika dalam pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak di kelas VIII-B Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Mangkang. Wawancara ini dilakukan dengan Kepala Sekolah, Wakakurikulum dan Guru yang mengajarkan mata pelajaran aqidah akhlak. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi dilakukan guna mencari data mengenai halhal atau variabel-variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
19
. Djuju Sudjana Prof.., Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 194 20 . Suharsimi Arikunto, Op. Cit , hlm. 233.
15
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.21 Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh dokumen-dokumen yang berada di MTs Nurul Huda Mangkang yang terkait dan menunjang dalam penelitian ini. Dokumentasi merupakan metode yang digunakan dengan mencari data melalui peningkatan tulisan, seperti arsip yang berupa catatancatatan, buku agenda dan lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian dan topik permasalahan. Metode ini digunkan untuk mendapatkan data tentang gambaran umum MTs Nurul Huda Mangkang. Data
itu
berupa
brosur,
foto-foto
pembelajaran,
arsip,
laporan
perkembangan tiap semester tiap semester dan inventaris MTs Nurul Huda Mangkang. 5. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang
diperoleh
setelah
mengumpulkan
data,
dengan
cara
mengorganisasikan data kedalam katagori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.22 Pelaksanaan analisis pada saat masih dilapangan dan setelah data terkumpul. Analisis studi kasus menunjukkan kombinasi pandangan, pengetahuan dan kretifitas dalam mengidentifikasi dan membahas isu-isu relevan dalam kasus yang dianalisisnya, dalam menganalisis isu-isu yang relevan ini dari sudut pandang teori dan riset yang relevan, dan dalam merancang strategi
21
Ibid , hlm. 231. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007), cet. 3, hlm. 335. 22
16
yang realistik dan layak untuk mengatasi situasi problematik yang teridentifiksikan dalam kasus.23 Disamping itu, peneliti menggunakan tehnik triangulasi data, yang berarti membahas keterhandalan data yang diperoleh selam penelitian, baik cara memperoleh maupun hasil perolehannya, a. Triangulasi penggunaan sumber Menggunakan berbagai sumber data seperti dokument, arsip, hasil wawancara, hasil obeservasi atau juga dengan mewancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda. b. Triangulasi pengamat Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dosen pembimbing studi kasus bertindak sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap pengumpulan data. c. Triangulasi teori Penggunaan berbagai teori yang beralainan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat, pada penelitian ini
berbagai teori dijelaskan pada bab dua untuk dipergunakan dan
menguji terkumpulnya data tersebut. d. Triangulasi metode Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawwancara dan metode observasi. Peneliti melakukan metode wawancara yang ditunjang denganmetode observasi pada saat wwancara dilakukan. Mengingat keterbatan penelitian ini baik dari segi biaya, tenaga dan waktu peneliti hanya menggunakan triangulasi sumber, dilakukan dengan cara mengumpulkan semua informasi yang diperoleh dari berbagai sumber atau 23
hlm. 202
. Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003),
17
subjek
penelitian.
Sedangkan
triangulasi
motode
dilakukan
dengan
menggunakan lebih dari satu strategi penelitian untuk memperoleh sebuah informasi.
18
BAB II LANDASAN TEORI
(PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK) A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang komplek, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.24 Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (Transfer) yang intern dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya. Senada dengan pendapat Dr. Mukhtar, M.Pd, dalam bukunya Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dijelaskan pembelajaran adalah seperangkat kejadian yang mempengaruhi siswa dalam situasi belajar.25 Sedangkan Aqidah Ahklak atau budi pekerti merupakan tingkah laku manusia yang disadari oleh kesadaran berbuat baik yang didorong keinginan hati yang selaras dengan perkembangan akal. Dan usaha yang dilakukan secara sadar untuk dapat menyiapkan peserta didik agar beriman terhadap ke-Esa-an Allah SWT. Serta sebagai pokok-pokok atau dasar-dasar keyakinan hidup yang intinya keyakinan kepada Allah SWT yang menciptakan dan mengatur kehidupan ini. 26 24
. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), cet. II, hlm.17 25 . Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Misaka Gazila, 2003), cet. II, hlm. 14 26 . Jamaludin Darwis, Dinamika Pendidikan Islam,( Sejarah, Ragam Dan Kelembagaan), (Semarang: Rasa’il, 2006), hlm. 80
19
Yang berupa pendidikan, yang mengajarkan masalah keimanan, ke-Islaman, kepatuhan, dan ketaatan dalam menjalankan syari’at Islam menurut ajaran agama Islam. Sehingga akan terbentuk pribadi muslim yang sempurna iman dan Islam serta dapat mengamalkan akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari. B. DASAR, TUJUAN DAN FUNGSI PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK 1. Dasar Yuridis Pembelajaran Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Dasar
merupakan
peraturan
perundang-undangan
yang
secara
langsung dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan pendidikan akhlak. Dasar yang bersifat operasional, dasar yang secara langsung mengatur tentang pendidikan, terutama pendidikan aqidah akhlak adalah undangundang tentang system pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pada bab II pasal 3 yaitu tercantum dalam rumusan pendidikan nasional.27 Rumusan
pendidikan
nasional,
berfungsi
mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan anak bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman. Setelah lahirnya UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003. menuntut kembali penyesuaian yakni pengembangan pada aspek life skill atau kecakapan hidup. Karena itu diperlukan kurikulum sekolah yang berbasis kompetensi peserta didik. Kompetensi ini dikembangkan mulai kelas 1 sampai kelas IX yang menggambarkan suatu rangkaian kemampuan yang bertahap, berkelanjutan dan konsisten seiring dengan perkembangan dan psikologi anak. 2. Dasar Religius Pembelajaran Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Dalam pandangan Islam, ilmu akhlak adalah suatu ilmu pengetahuan yang mengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk, berdasarkan ajaran 27
. Departemen Pendidikan Nasional Republic Indonesia, Undang-Undang Republic Indonesia, (Jakarta: 2003), hlm. 10-11.
20
Allah SWT dan Rasul-Nya. Definisi lain, dalam Islam disebutkan bahwa ilmu akhlak adalah ilmu yang mempelajari fenomena sikap mental dan laku perbuatan yang luhur yang mempunyai hubungan dengan Zat Allah Yang Maha Kuasa. 28 Dasar pendidikan akhlak adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits, karena akhlak merupakan sistem moral yang bertitik pada ajaran Islam. Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam, menjelaskan kriteria baik dan buruknya suatu perbuatan. Al-Qur’an sebagai dasar menjelaskan tentang kebaikan Rasulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat manusia. Allah berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 21:
ﺮ ﺧ ﻡ ﺍﻟﹾﺂ ﻮ ﻴﺍﹾﻟﻪ ﻭ ﻮ ﺍﻟﻠﱠﺮﺟ ﻳ ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻤ ﻟ ﻨﺔﹲﺴ ﺣ ﻮ ﹲﺓ ﺳ ﻪ ﹸﺃ ﻮ ﹺﻝ ﺍﻟﻠﱠﺭﺳ ﻲﻢ ﻓ ﺪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟ ﹸﻜ ﹶﻟ ﹶﻘ ٢٩
. ﲑﹰﺍﻪ ﹶﻛﺜ ﺮ ﺍﻟﻠﱠ ﻭ ﹶﺫ ﹶﻛ
Artinya: ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak meningat Allah”. (QS. AlAhzab: 21) Sebagai suri tauladan yang baik, Rasulullah telah dibekali akhlak yang mulia dan luhur. Rasulullah memiliki kepribadian yang agung dan patut ditiru dalam segala bidang, terutama dalam hal akhlak beliau. Hal ini dapat kita jumpai dalam firman Allah SWT yang lain yaitu surat Al-Qalam ayat: 4
. ﻴ ﹴﻢﻋﻈ ﺧ ﹸﻠ ﹴﻖ ﻌﻠﹶﻰ ﻚ ﹶﻟ ﻭﹺﺇﻧ Artinya: ”Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (QS. Al-Qalam: 4).
28
. Nasruddin Razak, Op,Cit, hlm.50. . R.H.A. Soenarjo, SH., dkk., Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang CV.Toha Putera, 2005), hlm.654 29
21
Dua ayat tersebut menunjukkan bahwa akhlak sangat penting sekali, sehingga dianjurkan untuk berakhlak mulia dan mencontoh atau mengambil suri tauladan dari Rasulullah SAW. Dasar pendidikan Islam identik dengan ajaran Islam itu sendiri, keduanya bersumber dari firman Allah yakni Al-Qur’an dan sunnah Rasullah SAW (Al-Hadits), demikian pula dengan pendidikan Akhlak bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasullah SAW (Al-Hadits), jikalau pendidikan itu diibaratkan bangunan maka Al-Qur’an merupakan isinya dan sunnah Rasullah SAW (Al-Hadits) merupakan pondasinya. Sehingga Akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat paling tinggi dan terpenting, sebagai individu maupun sebagai masyarakat. Apabila akhlaknya baik, dapat mengangkat status derajat yang tinggi lagi mulia bagi dirinya, bila akhlaknya rusak, maka rendahlah derajatnya melebihi hewan. Karena kemuliaan seseorang terletak kepada akhlaknya, bila berakhlak baik dapat membuat seseorang menjadi aman, tenang, tentram dan tidak tercela. Seseorang yang berakhlak mulia, melakukan kwajiban yang menjadi hak dirinya terhadap Tuhannya, terhadap makhluk lain, dan terhadap sesama manusia.
Sebagai
misi
ke-Rasulannya
untuk
memperbaiki
akhlak,
menunjukkan akan pentingnya akhlak juga dapat diambil sebuah hikmah bahwa penyempurnaan akhlak memerlukan sebuah bimbingan, pengarahan, dan teladan. 3. Tujuan pembelajaran Aqidah Akhlak Dalam pendidikan dan pembelajaran, tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapakan dari siswa/ subjek belajar, setelah menyelesaikan dan memperoleh pengalaman belajar. Adapun
tujuan
pembelajaran/
belajar Aqidah
Akhlak untuk
menambah dan meningkatkan keimanan peserta didik, yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, serta pengalaman peserta didik tentang aqidah
22
akhlak Islam, sehingga menjadi menusia muslim yang terus berkembang, meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, serta masyarakat berbangsa dan bernegara kemudian untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dalam tujuan pendidikan akhlak, segala sesuatu yang dilakukan seseorang dengan sengaja pasti mengandung tujuan tertententu demikian pula dengan pendidikan Akhlak. Pembelajaran Aqidah dan Akhlak memiliki tujuan yang sudah barang tentu tidak dapat dipisahkan dengan tujuan pendidikan pada umumnya, sebab apa yang ingin dicapai dalam pendidikan akhlak tidak beda dengan tujuan pendidikan Islam. Maka tujuan dari pembelajaran akhlak dalam Islam adalah untuk membimbing dan menuntun anak agar hidup dan bergaul di sekolah, keluarga dan di masyarakat dengan baik, sesuai dengan norma-norma yang berlaku sopan-santun, tegas, berakhlak mulia dalam rangka mencapai kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat. Yakni menjadi seorang muslim yang bertaqwa dan berakhlak mulia, menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya.30 4. Fungsi pembelajaran Aqidah Akhlak Pembelajaran/ belajar aqidah akhlak berfungsi untuk memberikan kemampuan dan ketrampilan dasar kepada peserta didik untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, pengahayatan dan pengalaman khususnya dibidang etika keagamaan secara Islami dan nilai-nilai keteladanan dalam kehidupan sehari-hari, membina dan memupuk rohaniah manusia, membina insaniyah serta membentuk tingkah laku mengarahkan individu kearah kebaikan supaya masing-masing berusaha menjauhkan diri daripada tejebak dari pengaruhpengaruh sifat negatif.31 Secara jelas fungsi dari pembelajaran Aqidah Akhlak antara lain: 30
. Zakiyah Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm.108 . http://gudang ilmu-uang-amal. Blogspot.com/2009/05/konsep-akhlak-dalam-islam 24. Html, (April senin: 25-04 2011) 31
23
a. Penanaman nilai dan ajaran Islam (Akhlak al-karimah) sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. b. Peneguhan
keimanan
dan
ketaqwaan
kepada Allah
SWT, serta
pengembangan akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, untuk melanjutkan pendidikan akhlak telah lebih dahulu dilakukan dalam keluarga. c. Penyesuaian mental dan diri peserta didik terhadap fisik dan sosial dengan bekal aqidah akhlak. d. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan pengalaman ajaran agama Islam khususnya akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari. e. Pencegahan peserta didik dari hal-hal negative dari lingkungan atau dari budaya asing yang akan dihadapi sehari-hari. f. Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan Akhlak mulia. g. Menyinari orang dalam memecahkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi manusia dalam hidup sehari-hari yang berkaitan dengan perilaku.32 C. SISTEM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub-sub sistem yang saling terkait, yang bertujuan untuk menghasilkan out put yang berkualitas. Sub sistem pembelajaran adalah sebagai berikut; 1. Kurikulum Istilah kurikulum sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 1820. kata “kurikulum” berasal dari bahasa latin currere yang berarti to ru (menyelenggarakan) atau to run the course (menyelenggarakan suatu pengajaran). Selanjutnya pengertian kurikulum berkembang menjadi the
32
. Zahruddin AR, Pengantar Study Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.16
24
course of study (materi yang dipelajari). Namun, pengertian ini hanya melihat kurikulum sebagai produk atau hasil, sementara informasi dan pengetahuan yang terangkai dalam satu disiplin keilmuan akan selalu bertambah sehingga mustahil dapat dimuat dalam satu wujud dokumen kurikulum yang berbentuk the course of study.33 Kurikulum merupakan suatu rencana untuk menyediakan perangkat belajar bagi siswa yang mengikuti pendidikan. Definisi lainnya, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenahi isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Kurikulum mempunyai peranan sentral karena menjadi arah atau titik pusat dari proses pendidikan. Kurikulum dalam pendidikan Islam dikenal dengan kata “Manhaj” yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap mereka. Selain itu kurikulum juga dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan.34 Pada hakikatnya tujuan kurikulum merupakan tujuan dari setiap program pendidikan yang akan diberikan kepada anak didik, karena kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan secara umum dijabarkan dari falsafah bangsa, yakni pancasila. Pendidikan nasional berdasarkan pancasila bertujuan meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yakni manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.35 33
. Mukhtar,M.Pd, Op.Cit , hlm. 29 . Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: ciputat Press, 2002), hlm. 30 35 . H. Syafruddin Nurdin, Guru Professional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), cet.III, hlm. 50-51 34
25
Selain mempunyai tujuan, kurikulum harus terkonsep secara jelas. Kurikulum lembaga pendidikan Islam harus dirancang dan dikembangkan berdasarkan kompetensi dasar. Artinya, kurikulum harus disusun berdasarkan kemampuan dasar minimal yang dikuasai oleh seorang siswa setelah ia menyelesaikan satu mata pelajaran dalam suatu proses pendidikan. Dengan demikian, diharapkan dapat menjamin tercapainya kompetensi atau standar kualitas tamatan lembaga sekolah tertentu dalam sistem pendidikan nasional secara menyeluruh. Disamping itu, kurikulum juga harus menerapkan konsep belajar tuntas dan membangkitkan sikap kreatif, inovatif, dan mandiri bagi para siswa.36 2. Guru (peranan pendidik) Guru adalah seseorang yang mendidik, membimbing, mengajarkan dan mentransferkan ilmunya kepada perserta didik. Menurut Keputusan Menpan No. 26/MENPAN/1989, tanggal 2 Mei 1989 dikemukakan. Guru terlibat langsung dalam proses pendidikan, oleh karena itu guru memegang peranan yang sangat menentukan bagi tujuan pendidikan. Dan guru harus selalu meningkatkan kemampuan profesinya agar dapat melaksanakan tugas dengan baik.37 Disebutkan pula dalam UU No. 14 tahun 2005 bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Serta dibuktikan dengan sertifikat pendidik. 36 37
. Mukhtar, Op.Cit , hlm. 49 . Trianto, Op.Cit , hlm. 245
26
Kedudukan guru berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Dan bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Menurut prinsip profesionalitas, Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur halhal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
27
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Perilaku guru tidak hanya menentukan kesuksesan atau kegagalan sebuah kurikulum, tetapi secara independen juga memiliki pengaruh terhadap efektifitas sekolah. Secara khusus seorang guru hendaknya: •
Sesering mungkin memanfaatkan pertanyaan dengan memperhatikan kemampuan anak yang beragam.
•
Menjaga agar pembelajaran terfokus pada aspek tertentu.38 Guru profesional yakni yang memenuhi persyaratan ideal sebagai
pendidik, berikut adalah ciri-ciri ideal seorang guru antara lain; a. Guru dalam mengajar harus menguasahi sepenuhnya bahan pelajaran yang diajarkan. Menguasahi bahan pelajaran, selain guru hafal bahan pelajaran yang diajarkan dan mampu mengembangkannya (menjelaskannya). Dalam mengajar, guru hendaknya jangan hanya mengenal isi buku pelajaran, tatapi juga harus menyukai serta pemakaian dan manfaat bagi kehidupan anak dan manusia pada umumnya.39 b. Bahan pelajaran bisa disampaikan dengan metode tertentu, seperti ceramah, tanya jawab, diskusi dan lain-lain. Metode apa yang akan digunakan harus melihat bahan yang akan diajarkan. Guru yang baik tidak asal menggunakan metode dalam mengajar, tetapi ia akan menyesuaikan jenis metode dengan bahan yang akan diajarkan. Guru profesional harus bisa memilih metode apa yang akan digunakan untuk siswa, yang sesuai dengan situasi dan kondisi materi untuk peserta didik dan sekolah. Karena jika guru salah atau kurang tepat dalam menggunakan metode dalam
38
. Deprtemen Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pembelajaran yang Efektif Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Siswa (Jakarta: Depag RI, 2002), hlm. 37-38 39 . Thohirin. Ms, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006) edisi revisi, hlm. 173
28
mengajarnya, dapat dipastikan siswa tidak dapat mencapai kompetensi yang diharapakan.40 c. Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang melamar menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular, umpamanya,
sangat
membahayakan
kesehatan
anak-anak
didik.
Disamping itu, guru yang berpenyakit tidak akan bergairah mengajar. Kita tahu ucapan “mens sana in corpore sano” yang artinya dalam tubuh yang sehat terkandung jiwa yang sehat. Walaupun pepatah itu tidak benar secara keseluruhan, akan tetapi kesehatan badan sangat mempengaruhi semangat bekerja. Guru yang sakit-sakitan kerapakali terpaksa absen dan tentunya merugikan anak didik.41 d. Melalui proses pendidikan dan pengajaran, ada tujuan tertentu yang ingin dicapainya, oleh karena itu tujuan pengajaran itu harus jelas.42 e. Ketrampilan khusus yang dimaksud adalah ilmu dan ketrampilan yang diperolah melalui pendidikan di sekolah formal. Seseorang yang mempunyai kualitas profesional harus mempunyai substansi bidang keahliannya. Hal ini berarti sikap profesional mengisyaratkan akan pentingnya upaya peningkatan kualitas secara terus-menerus, agar mampu menghadapi persoalan yang berkaitan dengan bidang keahlian secara kontekstual.43 f. Peran guru sebagai suri tauladan atau model dalam pembelajaran sangat penting, tujuannya adalah dalam rangka membentuk akhlak mulia bagi peserta didik, karena karakteristik pendidik selalu diteropong dan
40
41
. Ibid. hlm. 173
. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005) cet II, hlm. 33 42 . Thohirin, Ms. Op. Cit, hlm 175 43 . Mukhtar, Op.Cit , hlm. 80
29
sekaligus dijadikan cermin oleh peserta didik. Oleh karena itu guru harus bisa menempatkan diri sebagai contoh yang baik bagi peserta didik. Lebih jauh lagi terlepas dari itu, harus adanya keselarasan dari seorang pendidik antara apa yang diucapkan dan dilakukan. Dengan demikian guru tidak hanya pandai berkata-kata akan tetapi guru juga melaksanakan ucapanya tersebut. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT surat Ash-Shaaf, ayat 3 yang berbunyi:
ﻌﻠﹸﻮ ﹶﻥ ﺗ ﹾﻔ ﺎ ﻻﺗﻘﹸﻮﻟﹸﻮﺍ ﻣ ﻪ ﹶﺃ ﹾﻥ ﺪ ﺍﻟﻠﱠ ﻨ ﻋ ﻣﻘﹾﺘﹰﺎ ﺮ ﺒﹶﻛ Artinya: Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apaapa yang tidak kamu kerjakan.(Q.S. Ash-Shaaf)44 3. Siswa Kedudukan siswa dalam kurikulum merupakan “produsen” artinya siswa sendiri yang mencari tahu pengetahuan yang dipelajarinya. Siswa dalam suatu kelas biasanya memiliki kemampuan yang beragam: pandai, sedang dan kurang. Karenanya guru perlu mengatur kapan siswa bekerja perorangan, berpasangan dan kelompok .45 Menurut teori Piaget, Siswa pada kelompok usia SLTP berada dalam tahap operasi formal atau mereka telah mampu untuk berfikir abstrak. Jadi pada tahap ini siswa sudah mampu menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih baik.46
44
. Depag, Syamil Al-Qur’an, (Jakarta: PT. Syaamil Cipta media, 2005), hlm.551 . Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), hlm 112 46 . Trianto, Op. Cit, hlm. 197 45
30
Siswa yang baik adalah siswa yang memenuhi kriteria ideal, antara lain: a. Siswa yang berakhlak mulia dapat dijadikan sebagai salah satu indikator terwujudnya sekolah yang berkualitas. selain itu juga tujuannya adalah dalam rangka membentuk akhlak mulia bagi peserta didik lainnya. Siswa yang belajar akidah akhlak diharapakan memiliki karakteristik tersendiri sebagai ciri khas dari akhlak yang dipelajari. Dengan demikian siswa yang belajar akidah akhlak akan memiliki sosok yang sopan-santun dan luhur dalam penampilan, bicara, pergaulan, ibadah serta aktivitas lainnya. b. Kesehatan jasmani badan dan rohani sangat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Siswa yang sakit-sakitan kerapakali terpaksa absen, sehingga mempengaruhi baik psikologis maupun prestasi belajar siswa c. Apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar sering disebut prestasi belajar. Sebagai peserta didik pencapaian prestasi belajar atau berprestasi itu merujuk pada aspek-aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap/ akhlak) dan psikomotorik (ketrampilan) keaktifannya di dalam dan diluar kelas. Oleh karena itu, ketiga aspek diatas juga menjadi indikator prestasi belajar/ siswa berprestasi. d. Disamping aktif, untuk mendukung (motivasi) siswa dalam belajar perlengkapan/ peralatan belajar siswa harus terlengkapi, sebab terkadang peralatan belajar dijadikan salah satu alasan gagalnya sebuah belajar. Sehingga sangat penting dan berpengaruh peralatan belajar terhadap prestasi belajar siswa. 4. Materi Yang dimaksud materi pelajaran atau pembelajaran adalah hasil analisis tujuan, yang dinyatakan dengan analisis konsep dan analisis tugas. Dengan materi memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi
31
atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasahi semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Materi merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/ istruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Materi yang dimaksud bisa berupa Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Berikut adalah tabel SK dan KD kelas VIII semester 1 dan 2: a. Kelas VIII, Semester 1 STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
Akidah 1. Meningkatkan
keimanan 1.1. Menjelaskan
kepada kitab-kitab Allah SWT
pengertian
beriman
kepada kitab-kitab Allah SWT 1.2. Menunjukkan bukti/ dalil kebenaran adanya kitab-kitab Allah SWT 1.3. Menjelaskan macam-macam , fungsi, dan isi kitab Allah SWT 1.4. Menampilkan
perilaku
yang
mencerminkan beriman kepada kitab Allah SWT Akhlak 1. Menerapaka akhlak terpuji 1.1 Menjelaskan pengertian dan pentingnya kepada diri sendiri
tawakal, ikhtiyar, shabar, syukur dan qana’ah 1.2 Mengidentifikasi bentuk dan contohcontoh
perilaku
tawakal,
ikhtiyar,
shabar, syukur dan qana’ah 1.3 Menunjukkan nilai-nilai positif
dari
tawakal, ikhtiyar, shabar, syukur dan
32
qana’ah dalam fenomena kehidupan 1.4
Menampilakn
perilaku
tawakal,
ikhtiyar, shabar, syukur dan qana’ah 2. Menhindari akhlak tercela 2.1 Menjelaskan pengertian ananiah, putus kepada diri sendiri
asa, ghadab, tamak dan takabur 2.2 Mengidentifikasi
bentuk dan contoh-
contoh perbuatan ananiah, putus asa, ghadab, tamak dan takabur 2.3 Menunjukkan nilai-nilai negatife akibat perbuatan ananiah, putus asa, ghadab, tamak dan takabur 2.4 Membiasakan diri menghindari perilaku ananiah, putus asa, ghadab, tamak dan takabur b. Kelas VIII, Semester 2 STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
Akidah 1. Meningkatakan keimanan 1.1 Menjelaskan pengertian dan pentingnya kepada Rasul Allah
beriman kepada Rasul Allah SWT 1.2 Menunjukkan bukti/ dalil kebenaran adanya Rasul Allah SWT 1.3 Menguraikan sifat-sifat Rasul Allah SWT 1.4Menampilkan
perilaku
yang
mencerminkan beriman kepdaa Rasul Allah dan mencintai Nabi Muhammd SAW dalam kehidupan
33
2. Memahami mukjizat dan 2.1 Menjelaskan pengertian mukjizat dan kejadian luar biasa lainnya
kejadian luar biasa lainnya (karamah,
(karomah, ma’unah, dan
ma’unah, dan irhash)
irhash)
2.2 Menunjukkan hikmah adanya mukjizat dan
kejadian
luar
biasa
lainnya
(karamah, ma’unah, dan irhash) bagi Rasul Allah dan orang-orang pilihan Allah Akhlak 1. Menerapkan akhlak terpuji 1.1 Menjelaskan pengertian dan pentingnya kepada sesama
husnuzh-dhan,
tawaadhu,
tasaamuh,
dan ta’aawun 1.2 Mengidentifikasi bentuk dan contoh perilaku
husnuzh-dhan,
tawaadhu,
tasaamuh, dan ta’aawun 1.3 Menunjukkan nilai-nilai positif dari husnuzh-dhan, tawaadhu, tasaamuh, dan
ta’aawun
dalam
fenomena
kehidupan 1.4 Membiasakan perilaku husnuzh-dhan, tawaadhu, tasaamuh, dan ta’aawun dalam kehidupan sehari-hari. 2. Menghindari akhlak tercela 2.1 Menjelaskan pengertian hasad, dendam, kepada sesama
ghibah, fitnah dan namiimah 2.2
Mengidentifikasi
bentuk
perbuatan
hasad, dendam, ghibah, fitnah dan namiimah 2.3 Menunjukkan nilai-nilai negatife akibat
34
perbuatan hasad, dendam, ghibah, fitnah dan namiimah 2.4 Membiasakan diri mengindari perilaku hasad, dendam, ghibah, fitnah dan namiimah dalam kehidupan sehari-hari. (Dikutip dari, permenag RI no.20 thn 2008, tentang standar kompetensi kelulusan dan standar ini di madrasah)
Sedangkan konsep materi adalah mengacu pada konsep Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. 5. Evaluasi Secara etimologi “evaluasi” berasal dari kata “to evaluate” yang berarti “menilai”.47 Evaluasi merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran. Artinya evaluasi adalah suatu kegiatan yang tidak mungkin dielakkan dalam setiap proses pembelajaran. Dan evaluasi ialah bagian integral yang tidak terpisahkan dalam kegiatan pendidikan atau pembelajaran. Karena evaluasi ini mencakup evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran, maka seorang pendidik harus dapat membedakan mana yang kegiatan evaluasi belajar dan mana yang evaluasi pembelajaran. Evaluasi belajar menekankan pada informasi tentang sejauh mana hasil belajar yang dicapai oleh siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sedang evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh informasi tentang keefektifan kegiatan pembelajaran dalam membantu siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara optimal.
47
. Armai Arief, M.A, Op. Cit, hlm.53
35
Dengan demikian, evaluasi hasil belajar akan menetapkan baikburuknya hasil dari kegiatan pembelajaran, sementara evaluasi pembelajaran menetapkan baik-buruknya proses dari kegiatan pembelajaran. Rangkaian akhir dari sistem pembelajaran adalah evaluasi. Lewat evaluasi akan bisa diketahui berhasil atau tidaknya dalam melaksanakan pembelajaran. Pada prinsipnya evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan yang berencana dan berkesinambungan, oleh karena itu ragamnya pun juga harus banyak, dari yang paling sederhana sampai bentuk yang paling rumit. Ada kalanya evaluasi belajar berdasarkan waktunya dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: •
Evaluasi penempatan yakni evaluasi jenis ini sebaiknya dilaksanakan sebelum siswa mengikuti proses pembelajaran, yang permulaan atau siswa tersebut baru akan mengikuti pendidikan disuatu tingkat tertentu. Hal ini untuk mengetahui keadaan siswa dan mengukur kesiapannya serta tingkat pengetahuan yang telah dicapai sehubungan dengan pelajaran yang akan diikutinya sehingga ia dapat ditempatkan pada posisinya yang tepat berdasarkan bakat, minat, dan keadaan lainnya agar ia tidak mengalami hambatan dalam mengikuti setiap program atau bahan yang disajikan
•
Evaluasi formatif, evaluasi ini dilakuakan ditangah-tengah program pembelajaran, yang bermaksud untuk memantau atau memonitor kemajuan belajar siswa guna memberikan umpan balik (feedback), baik kepada siswa maupun kepada pendidik.
•
Evaluasi sumatif, yakni evaluasi diberikan pada akhir tahun ajaran atau akhir suatu jenjang pendidikan yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Dan hal ini tentunya bergantung dari berbagai faktor, yaitu faktor pendidik, siswa, materi dan lain sebagainya
36
Evaluasi ini dilaksanakan pada peserta didik tingkat akhir. Dan tidak hanya pada hasil belajar namun juga pada komponen dalam kegiatan belajar mengajar, baik materi, alat/ media sarana-prasarana, metode, pemahaman siswa, materi dan akhlak siswa. Semua itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dari penjelasan evaluasi akhlak siswa diatas, untuk mengetahui tercapai tidaknya proses pendidikan yang diberikan terhadap anak yang mengalami kelainan tingkah laku. Evaluasi atau penilaian pada dasarnya memberikan pertimbangan atau harga nilai berdasarkan kriteria tertentu. Terkait dengan hal ini, evaluasi yang dimaksudkan adalah penilain terhadap perilaku anak yang ditunjukkan setelah anak tersebut mendapatkan pendidikan akhlak. Karena evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan incidental, merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan berdasarkan atas tujuan yang jelas.48 6. Penilaian dan Tujuan. Penilaian awal siswa dilakukan dengan cara memberikan tes, yang berupa pretest. Tes ini dilakukan untuk penjajakan atau pengukuran tentang penguasaan siswa terhadap tujuan yang harus dicapai. Agar para guru mengetahui, memahami dan terampil dalam mengadakan penilaian, berikut jenis alat penilaian tersebut; a. Test merupakan alat penilaian yang dijawab oleh siswa, dan untuk menyempurnakan penilaian dalam bentuk test, dilakukan pretest, yang gunanya untuk mengetahui aspek kognitif yang dimiliki siswa sebelum dilakuakan tes dan dilakukan test remidi yang tujuannya untuk membantu bagi siswa yang kurang memahami materi atau belum memenuhi standar kriteria ketuntasan minimum.
48
. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm. 221
37
b. Nontest, yang tergolong teknik nontes adalah: pengamatan (observasi), kuesioner dan lain sebagainya.49 Tujuan belajar adalah tujuan pembelajaran (khusus) yang diperoleh dari hasil analisis tujuan yang telah dilakuakan pada perumusan tujuan pembelajaran. 7. Motode dan Orientasitasi pembelajaran Menurut Isma’il SM dalam bukunya Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem, dijelaskan bahwa metode adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh yang sesuai dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai yang diharapkan. Pengetian lain adalah teknik pengajaran yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa didalam kelas, baik secara individual maupun kelompok agar pelajaran itu dapat diserap dan difahami oleh siswa dengan baik.50 Metode sebagai salah satu faktor untuk menentukan tujuan pendidikan, tanpa metode pendidikan segenap pengetahuan, pengalaman sikap dan ketrampilan akan sulit untuk ditransformasikan kepada peserta didik, sehingga pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran harus sesuai dengan materi pelajaran. Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran dan penggunaan metode yang berfariasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.51 Orientasi
pembelajaran
bertujuan
untuk
mengenalkan
dan
merencanakan kegiatan belajar berdasarkan bahan kajian yang sesuai dengan
49
. Syaiful bahri Djamarah, Op. Cit, hlm. 257 . Isma’il SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem, (Semarang: Rasail Media Group, 1997), hlm. 8 51 . E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan), (Bandung: remaja Rosda Karya, 2008), hlm. 107 50
38
tujuan pembelajaran yang sudah dibuat agar dapat dicapai hasil belajar yang maksimal. Pada pembelajaran konvensional, proses pembelajaran terpusat pada pendidik yang memberikan ide dan struktur pengetahuan yang bersifat analisis toeritis dalam memahami gejala dan informasi yang dibutuhkan oleh siswa. 8. Proses Pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, diharapakan adanya feedback antara pendidik dan peserta didik. Akivitas pengajaran berlangsung secara aktif, kondusif, menyenangkan tidak hanya menekankan pada sisi pendidik saja dalam memberikan pengajaran aqidah akhlak, tetapi menekankan juga pada siswa dan pendidik itu sendiri, sehingga proses pengajaran secara interaktif dan dialogis. Selain harus kondusif dan komunikatif proses pengajaran harus memperhatikan pengelolaan kelas, seperti pengalokasian waktu yang tersusun rapi, penataan ruang kelas dan pemanfaatan media dalam kelas. Menurut Made Pidarta, Dalam buku Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, dijelaskan bahwa pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas. Ini berarti guru bertugas menciptakan, memperbaiki dan memelihara sistem/ organisasi kelas. Sehingga anak didik dapat memanfaatkan kemampuannya.52 Dalam penataan ruang kelas, guru dan anak didik bekerja sama menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, perlu memperhatikan pengaturan dan penataan ruang kelas/ belajar. Dalam belajar ada proses mental yang aktif. Pada permulaan belajar aktifitas itu masih belum teratur, banyak hasil-hasil yang belum terpisahkan dan masih banyak kesalahan yang diperbuat. Tetapi dengan adanya usaha dan
52
. Syaiful bahri Djamarah, Op. Cit, hlm. 172
39
latihan yang terus menerus, adanya kondisi belajar yang baik, adanya dorongan-dorongan yang membantu, maka kesalan-kesalahan itu semakin lama semakin berkurang, proses nya semakin teratur.53
53
. Mustakim dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm.62
40
BAB III HASIL PENELITIAN A. GAMBARAN UMUM MTs NURUL HUDA MANGKANG 1.
Sejarah dan Tujuan Madrasah Tsanawiyah NU Nurul Huda Mangkang Kulon Tugu Kota Semarang adalah lembaga pendidikan yang didirikan pada tanggal 2 Februari tahun 1968 oleh Pengurus MWC NU Semarang Tugu dan Pengurus Ranting NU Mangkang Kulon yang sadar dan menaruh perhatian terhadap keadaan serta perkembangan pendidikan putra-putri Islam Indonesia. Pada perkembangan
selanjutnya
pengelolaan
penyelenggaraan
Lembaga
dilakukan oleh Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama Mangkang Kulon Ide pendirian MTs NU Nurul Huda ini bermula dari para Ulama dan para tokoh masyarakat Mangkang Kulon yang menginginkan agar masyarakat setempat dapat menyekolahkan anak-anaknya di sebuah lembaga pendidikan yang terdapat materi ilmu pengetahuan umum serta ilmu agama sekaligus dan juga para santri tidak hanya sekedar memiliki ilmu pengetahuan di bidang Agama saja melainkan perlu juga pendidikan di bidang ilmu pengetahuan umum, mengingat banyaknya pondok pesantren yang ada di Mangkang Kulon yang kebanyakan santrinya adalah anak usia Madrasah. Menyadari akan pentingnya makna pendidikan serta perkembangan wawasan kebangsaan, wawasan keislaman dan wawasan keilmuan, MTs NU Nurul Huda Mangkang Kulon melihat perlunya melibatkan diri ke dalam mekanisme sejarah perjuangan bangsa melalui proses pendidikan nasional Indonesia. Berdasarkan hal-hal tersebut, didorong oleh keinginan luhur, ikut bertanggungjawab mencerdaskan kehidupan bangsa, dan dalam mengisi
41
kemerdekaan yang telah dicapai, maka dengan tekad bulat dan motivasi dari berbagai pihak dalam situasi yang semakin dinamis, MTs NU Nurul Huda Mangkang Kulon Tugu Kota Semarang senantiasa membangun sebuah paradigma budaya toleransi serta budaya perdamaian dengan tetap mengedepankan dan menjungjung tinggi ajaran Islam ala Ahlussunnah Wal Jama’ah, mengusung nilai-nilai kejuangan Islam dan memper-erat persaudaraan antar manusia.54 2.
Letak Geografis MTs NU Nurul Huda beralamat lengkap di Jalan Irigasi Utara Mangkang Kulon 04/04 Tugu Semarang 50155, berlokasi di Kelurahan Mangkang Kulon Kecamatan Tugu Kota Semarang, dengan jarak kurang lebih 16 kilometer dari pusat Kota, dan hanya seratus meter dari jalan raya Semarang-Jakarta. Lokasinya berada di lingkungan Masjid dan Pondok Pesantren. Adapun tata letak MTs NU Nurul Huda adalah sebagai berikut: Sebelah selatan : Pon Pes Putra Putri Al Ishlah
3.
Sebelah Utara
: Rumah Penduduk
Sebelah Barat
: Masjid Attaqwiem
Sebelah Timur
: Jl. Irigasi Utara (PP Raudlatul Qur’an)
Bangunan Fisik Adanya bangunan fisik yang meliputi fasilitas gedung dan lainnya sangat mempengaruhi dalam menjalankan agenda pendidikan dan proses belajar-mengajar (PBM). Bangunan fisik di MTs NU Nurul Huda Semarang sudah memenuhi standar. Adapun rincian bangunan fisik yang dimiliki MTs NU Nurul Huda Semarang adalah sebagai berikut:
54
. Hasil wawancara dengan Drs. Ajma’in Yahya (kepala MTs Nurul Huda Mangkang), 25 Januari 2011.
42
No.
4.
Jenis
Volume
Keterangan
1.
Kantor Kepala Madrasah
1 Buah
Baik
2.
Ruang Guru dan TU
1 Buah
Baik
3.
Ruang perpustakaan
1 Buah
Baik
4.
Ruang kelas
14 Buah
Baik
5.
Gudang
1 Buah
Baik
6.
Kamar mandi dan toilet
4 Buah
Baik
7.
Lapangan basket
1 Buah
Baik
8.
Lapangan volley
1 Buah
Baik
9.
Lapangan sepak bola
1 Buah
Baik
10.
Lab. komputer
1 Buah
Baik
11.
Papan nama
1 Buah
Baik
12.
Masjid
1 Buah
Baik
13.
Lab. MIPA
1 Buah
Baik
14.
Ruang keterampilan
1 Buah
Baik
15.
Ruang UKS
1 Buah
Baik
16.
Ruang BK
1 Buah
Baik
17.
Ruang OSIS
1 Buah
Baik
18.
Koperasi
1 Buah
Baik
19.
Mading
1 Buah
Baik
20.
Aula
1 Buah
Baik
Visi dan Misi Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di MTs NU Nurul Huda Semarang mengacu pada visi dan misi di bawah ini. a.
Visi BELAJAR, BERJUANG, DAN BERTAQWA
43
b. Misi 1. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban generasi Islam yang bermartabat 2. Menciptakan kondisi yang mengarah pada peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT 3. Memprioritaskan kegiatan amal soleh dan estetika berbusana 4. Meningkatkan kwalitas out put siswa dengan pelajaran Agama dan pelajaran umum (sains) secara bersama-sama disertai dengan prakteknya 5. Memacu motivasi belajar siswa dengan menyediakan buku-buku yang di butuhkan 6. Pengembangan sarana pendidikan 7. Pengembangan potensi, intelektual, bakat dan minat para siswa dalam kegiatan ekstra kurikuler 8. Mengembangkan budaya toleransi, perdamaian, kritis dan demokratis 9. Mempersiapkan tenaga yang lebih professional dalam rangka meningkatkan mutu keluaran55
55
. Hasil wawancara dengan Drs. Ajma’in Yahya (kepala MTs Nurul Huda Mangkang), 25 Januari 2011.
44
5.
Struktur Organisasi STRUKTUR MTS NU NURUL HUDA PENGURUS MTs NU NURUL HUDA
KOMITE
KEPALA MADRASAH
WAKIL KEPALA MADRASAH
Ka. TU
TU Administrasi
Wakil Kepala Bidang Kesiswaan
Wakil Kepala Bidang Pengajaran
BP / BK
WALI KELAS
GURU OSIS
TU Keuangan
Pramuka
SISWA
TU Perpustakaan
45
B. KONDIDI KHUSUS KELAS VIII-B MTS NURUL HUDA MANGKANG 1.
Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Akidah Akhlak Di Kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti diketahui, dalam pembelajaran aqidah akhlak di kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang, berlangsung sebagai berikut: a. Pembukaan Sebagaimana lazimnya setiap proses pembelajaran, diawali dengan salam dan apersepsi oleh guru. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan singkat kepada siswa dan motivasi. Upaya ini dilakukan agar siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran serius dan kondusif.56 b. Metode Metode yang digunakan dalam pembelajaran akidah akhlak di kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang, yakni dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Metode ceramah digunakan guru untuk menjelaskan seluruh materi yang ada dalam mata pelajaran akidah akhlak. Sedangkan metode tanya jawab digunakan guru untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, dan siswa diberikan kesempatan untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat jika belum jelas. Metode ini menjadi metode utama dalam setiap pembelajaran materi akidah akhlak, hal ini karena materi-materi akidah akhlak selalu berkaitan dengan pemahaman dan aplikasi.57
56
. Hasil observasi, Proses Pembelajaran Aqidah Akhlak di Kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang, 4 & 11 Januari 2011. 57 . Hasil wawancara dengan Nasrullah, S.Pd.I, (Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang, Selasa 4 Januari 2011.
46
c. Media dan sumber belajaran Dalam rangka membantu guru untuk mempermudah pemahaman siswa akan materi yang diajarkan, maka media yang dipakai adalah papan tulis dan kapur. Sedangkan sumber belajarnya adalah guru dan buku paket/ pedoman akidah lainnya sebagai pendukung seperti LKS (lembar kerja siswa). Sedikitnya media dan sumber belajar yang digunakan dikarenakan sarana-prasarana yang dapat mendukung pembelajaran akidah akhlak sangat terbatas, seperti sedikitnya buku akidah akhlak yang tersedia di perpustakaan MTs Nurul Huda Mangkang. d. Evaluasi Sebelum pertemuan diakhiri, guru akidah akhlak melakukan kegiatan menyimpulkan pelajaran yaitu berupa tanya jawab. Hal ini sebagai upaya untuk mengetahui keberhasilannya dalam mengajar, tentang pemahaman siswa terhadap materi dan tercapainya tujuan pembelajaran.58 Sebagai tindak lanjut, dari hasil evaluasi akan diketahui berhasil tidaknya pembelajaran yang telah berlangsung. Maka dari itu guru akidah akhlak selalu melakukan program tindak lanjut berupa:
2.
-
Mengulas materi pada awal pertemuan
-
Melakukan tugas individu.
Problematika Pembelajaran Mapel Akidah Akhlak di Kelas VIII-B MTs NU Nurul Huda Mangkang Dalam proses pembelajaran aqidah akhlak terhadap siswa MTs NU Nurul Huda Mangkang ada beberapa problem yang muncul. Diantara yang muncul dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di kelas VIII-B adalah: 58
. Hasil observasi, Proses Pembelajaran Aqidah Akhlak di Kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang, Selasa, 4 & 11 Januari 2011.
47
a. Problematika yang berhubungan dengan guru aqidah akhlak. Problematika yang berhubungan dengan guru aqidah akhlak antara lain, Penguasaan dan pengembangan materi oleh guru. Hal ini dapat menjadi penghambat keberhasilan proses belajar mengajar. Guru semestinya mengupayakan jalan keluar agar guru lebih profesional dalam mengajar. Hal ini disebabkan terbatasnya jam/ waktu mengajar, terlalu banyak materi yang harus dipelajari, dan kurangnya buku-buku penunjang dan sarana fasilitas yang sangat terbatas juga kemampuan siswa yang berbeda. Di kelas VIII-B MTs NU Nurul Huda Mangkang, problem lain selain pengembangan materi oleh guru, yakni masalah pengelolaan kelas, diantaranya masalah jumlah siswa yang melebihi kuota kelas, kelas yang sempit diisi siswa yang berjumlah 47 siswa, sehingga kelas menjadi sulit untuk dikendalikan/ jauh dari kondusif. Kemudian yang menjadi masalah lain
yakni penggunaan metode pengajaran
yang monoton dan
konvensional (ceramah dan tanya jawab) tanpa diselingi dengan metode yang berfariasi, sehingga siswa cenderung merasakan bosan, ngantuk bahkan ngobrol sendiri disaat guru menjelaskan materi. Ditambah sumber-sumber belajar siswa sangat terbatas, siswa hanya memiliki buku lembar kerja siswa (LKS) tanpa buku paket/ pegangan aqidah akhlak. Sehingga kurangnya konsentrasi siswa kurang terfokus dalam materi pembelajaran.59 Metode pembelajaran akhlak yang kurang menyenangkan, dan penerapan metode yang hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Sehingga siswa menjadi bosan, sedang modifikasi metode misalnya metode diskusi, demontrasi dan yang lainnya jarang digunakan. Siswa merasa bosan bila hanya mendengarkan ceramah 59
. Hasil observasi pada saat pembelajaran akidah akhlak kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang, Selasa, 4 & 11 Januari 2011.
48
guru saja. karena setiap materi hanya disampaikan dengan metode ceramah dan tanya jawab tanpa dikombinasi dengan metode lain.60 Kemudian mengenai keteladanan dari para guru dan warga masyarakat madrasah dalam pendidikan akhlak masih kurang. Siswa melihat dari beberapa sikap guru yang kurang memberikan keteladanan terhadap siswa, seperti datang terlambat dan merokok di lingkungan madrasah. Kurang adanya kekompakan diantara para guru dalam memantau perkembangan perilaku siswa. Hal ini tercermin dari sikap atau tindakan dari para guru terhadap siswa yang melakukan pelanggaran atau berperilaku kurang sopan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.61 Adanya kecenderungan orang tua siswa yang menyerahkan sepenuhnya
pendidikan
anak-anaknya
kepada
Madrasah
(guru).
Sebagaimana yang disampaikan oleh guru mapel terhadap anak yang bermasalah baik dalam prestasi maupun perilaku, bahwa mereka kurang mendapatkan keteladanan dan pembiasaan dari orang tua di rumah. Misalnya kurangnya pengawasan dan pengontrolan perilaku siswa, sehingga anak dibiarkan tumbuh dengan sendirinya.62 b. Problematika yang berhubungan dengan siswa kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang. Berdasarkan
hasil
penelitian
tentang
problematika
yang
berhubungan dengan siswa kelas VIII-B meliputi, problematika tentang tingkat pengetahuan peserta didik yang tidak sama. Ini mengakibatkan semangat belajar dan pola belajar yang tidak berimbang. Hal ini terkait
60
. Hasil wawancara dengan siswa kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang, Selasa, 4 Januari 2011. 61 . Hasil wawancara dengan Nasrullah, S.Pd.I, (Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang), Selasa, 11 Januari 2011. 62 . Hasil wawancara dengan Nasrullah, S.Pd.I, (Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang), Selasa, 11 Januari 2011.
49
dengan latar belakang keluarga siswa, kesehatan/ kondisi fisik dan psikis siswa, makanan, usia dan keadaan sosial ekonomi orang tua siswa.63 Masalah yang berhubungan dalam lingkungan keluarga, yakni mengenahi ekonomi keluarga (orang tua) yang sebagian besar dari kalangan ekonomi kurang mampu, sehingga kurang mendukung proses belajar anak-anaknya dalam memberikan fasilitas/ perlengkapan kegiatan belajarnya. Tidak hanya itu ekonomi orang tua siswa yang sebagian besar dari kalangan menengah-kebawah, maka kurangnya bimbingan bahkan tidak ada kesempatan orang tua untuk menemani belajar anak-anaknya, itu semua dikarenakan kesibukan untuk bekerja dan lebih diutamakan dari pada mengawasi kegiatan belajar putra-putrinya.64 Dari hasil observasi, terlihat masih adanya siswa yang kurang disiplin atau kurang mematuhi peraturan madrasah baik di dalam kelas maupun di luar kelas misalnya siswa yang terlambat masuk sekolah, dan dalam berpakaian seragam dan kaos kaki. Selanjutnya masih kurangnya sopan santun pada diri siswa MTs Nurul Huda Mangkang baik dalam perbuatan maupun perkataan. Hal tersebut dapat dilihat dari sikap siswa yang suka memotong perkataan guru yang sedang berbicara, dalam berkomunikasi siswa masih ada yang menggunakan bahasa jawa (ngoko) terhadap guru, masih sering dijumpai siswa yang lewat di depan guru tanpa salam.65 Dan pengaruh teman yang kurang baik akhlaknya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh siswa bahwa teman yang kurang baik akhlaknya
63
. Hasil wawancaradengan Nasrullah, S.Pd.I, 9Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang), Selasa, 11 Januari 2011 64 . Hasil wawancara dengan siswa mata pelajaran akidah akhlak kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang, Selasa, 11 Januari 2011. 65 . Hasil observasi disaat pembelajaran mata pelajaran akidah akhlak kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang), Selasa, 4-11-18 Januari 2011.
50
sangat mempengaruhi bagi teman yang lain seperti berkata kotor dan suka membuat gaduh, serta berkelahi.66 c. Problematika yang berhubungan dengan evaluasi. Evaluasi yang sering dilakukan pada siswa adalah penilaian hasil belajar, biasanya dilakukan di setiap akhir pembahasan satu pokok bahasan/ materi. Selain itu test mid semester dan semesteran. Sedangkan yang menjadi problem yakni, evaluasi dari ranah afektif (perilaku) dan psikomotorik (keterampilan) jarang dilakukan disebabkan keterbatasan waktu dan fasillitas yang ada. Evalusai ini seringkali hanya berdasarkan apa yang tergantung dalam lembar kerja siswa (LKS) cetakan penerbit, sehingga aspek life skill (keterampilan hidup) kurang tersentuh sehingga terjadi verbalisme dan akibatnya guru tidak mengetahui kemampuan siswa yang sesungguhnya.67 3.
Upaya Pemecahan Problematika Pembelajaran Mapel Akidah Akhlak Di Kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, bahwa upaya yang dilakukan oleh madrasah (guru) untuk mengatasi problematika dalam pembelajaran aqidah akhlak di kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang adalah sebagai berikut : a. Upaya pemecahan problematika yang berhubungan dengan guru aqidah akhlak. Upaya pemecahan terhadap problematika yang berhubungan dengan penguasaan dan pengembangan materi, yaitu guru lebih aktif lagi mencari pemecahannya. Adapun yang dilakukan oleh guru yaitu mencari bahan bandingan sebagai sumber pendukung sumber pembelajaran, 66
. Hasil wawancara dengan Siswa kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang, Mata Pelajaran Akidah Akhlak, Selasa, 11 Januari 2011 67 . Hasil observasi dalam pembelajaran aqidah akhlak di kelas VIII-B MTs Nurul Huda. 4-25 Januari 2011
51
misalnya guru harus memiliki lebih dari dua buku pegangan aqidah akhlak serta buku dari penerbit yang berbeda. Disamping itu untuk pengembangkan pribadi guru, adalah mengikuti kegiatan Kelompok Kegiatan Guru (KKG). Selain itu akan dilakukan sharing sesama guru Aqidah akhlak. Dari kegiatan tersebut, dengan harapan dapat diperoleh masukan baik materi pembelajaran maupun strategi pembelajaran. Dalam kegiatan itu juga berpeluang mengembangkan diri, sebab secara bergilir setiap guru diwajibkan tampil dengan strategi dari metode pengembangan pengajaran sesuai dengan tingkat kebutuhan siswa dan masalah yang sedang berkembang.68 Upaya pemecahan terhadap problematika yang berhubungan dengan pengelolaan kelas. Dalam hal ini yang dilakukan guru adalah membuat
rencana
pembelajaran
untuk
setiap
pengajaran
serta
menentukan strategi pengajaran yang berbeda untuk setiap pokok bahasan apa yang dirancangkan tersebut akan dilaksanakan secara benar.69 Untuk metode, guru mengadakan kombinasi metode misalnya metode caramah, tanya jawab, diskusi, disamping itu pengajaran dengan tutor sebaya/ belajar melalui tukar delegasi antar kelompok (Jigsaw learning) dilaksanakan. Maksudnya untuk setiap jam pertemuan guru meminta seorang siswa untuk mengantarkan pokok bahasan dan menjelaskan sesuai dengan kemampuan mereka (yang sebelumnya sudah diberi tahu materi yang akan dipelajari sekarang, di waktu akhir pertemuan yang lalu). Setelah itu dilanjutkan dengan penjelasan guru
68
. Hasil wawancara dengan Nasrullah, S.Pd.I, (Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang), Selasa, 18 Januari 2011 69 . Hasil wawancara dengan Nasrullah, S.Pd.I, (Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang), Selasa, 18 Januari 2011.
52
untuk mengembangkan bahasan tersebut.70 Berkaitan dengan metode pengajaran akhlak yang kurang menyenangkan, selama ini siswa masih bersikap pasif yaitu siswa hanya mendengarkan saja tanpa ada reaksi timbal balik antara siswa dan guru. Dari sikap siswa yang demikian ini menunjukkan bahwa siswa belum berusaha untuk mencari solusi atas permasalahannya. Berkenaan dengan solusi mengenai keteladanan dari para guru dan warga masyarakat madrasah dalam pemberian pendidikan akhlak, yang dapat dilakukan siswa yaitu mereka (siswa) mengharapkan dari sikap guru seharusnya dapat dijadikan panutan bagi siswa-siswinya. Mereka selama ini belum berani mengambil sikap untuk mengutarakan isi hatinya (menyampaikan saran) kepada guru yang belum menunjukkan sikap teladan sebagai guru.71 Kemudian terkait dengan kurangnya kekompakan diantara para guru dalam memantau perkembangan perilaku siswa, upaya yang dilakukan yaitu mencoba menjalin kekompakan diantara guru. Dalam hal ini telah diupayakan dengan mengadakan rapat koordinasi diantara para guru dibawah koordinasi kepala madrasah. Upaya tersebut telah terlaksana dengan terlibatnya semua guru dalam memantau perilaku siswa. Misalnya dalam setiap kelas disediakan buku catatan perilaku siswa yang melakukan pelanggaran, sehingga setiap guru berperan aktif memberikan informasi perkembangan perilaku siswa.72
70
. Hasil observasi pada saat pembelajaran akidah akhlak kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang, Selasa, 25 Januari 2011. 71 . Hasil wawancara dengan siswa kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang. 4 Januari 2011. 72 . Hasil wawancara dengan Nasrullah, S.Pd.I, (Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang), Selasa, 18 Januari 2011
53
b. Upaya pemecahan problematika yang berhubungan siswa kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang. Upaya pemecahan terhadap problematika yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan siswa. Disebabkan latar belakang keluarga siswa yang berbeda, maka yang dilakukan guru adalah dengan membuat jurnal kegiatan harian dan dikumpulkan setiap satu minggu sekali.73 Melihat masih adanya siswa yang kurang disiplin dan kurang mematuhi peraturan madrasah, upaya/ cara yang dapat ditempuh oleh guru
dan
anggota
masyarakat
madrasah
lainnya
yaitu
dengan
mensosialisasikan arti disiplin dan pentingnya mematuhi peraturan madrasah baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Hal ini dilakukan diantaranya melalui kegiatan ekstra kurikuler seperti kepramukaan, dan paskibra. Sebagai tindak lanjut dari upaya di atas yaitu dengan memberikan sangsi bagi siswa yang melanggar. Sebagai koordinator dalam pelaksanaan sangsi yaitu guru mapel aqidah akhlak bersama wali kelas dan hal tersebut sudah dikoordinasikan dengan MTs Nurul Huda Mangkang. Upaya yang ditempuh oleh pihak madrasah (guru) sudah terlaksana, akan tetapi masih ada juga siswa yang kurang disiplin atau kurang mematuhi peraturan madrasah.74 Berkaitan dengan masih kurangnya sopan santun pada diri siswa MTs Nurul Huda Mangkang baik dalam perbuatan maupun dalam perkataan. Upaya yang dilakukan oleh guru yaitu berusaha semaksimal mungkin dengan memperbaiki proses pembelajaran akhlak dengan memberikan pengertian terhadap siswa baik dari sisi materi pendidikan maupun sisi keteladanan. Misalnya siswa yang suka memotong perkataan guru, itu adalah perbuatan yang kurang terpuji dan sebaiknya dianjurkan 73
. Hasil observasi pada saat pembelajaran akidah akhlak kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang, Selasa, 25 Januari 2011 74 . Hasil observasi pada saat pembelajaran akidah akhlak kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang, Selasa, 25 Januari 2011
54
berbicara setelah mendapat izin dari guru. Upaya yang dilakukan ada yang berhasil dan ada yang belum berhasil, karena sangat dipengaruhi karakter masing-masing siswa. ada yang dinasehati satu kali kemudian sadar dan adapula yang dinasehati beberapa kali belum juga sadar dan berubah.75 Upaya yang dilakukan siswa dalam menghadapi pengaruh teman yang kurang baik akhlaknya yaitu siswa berusaha untuk menghindari lingkungan pergaulan yang kurang baik dan berusaha memilih teman yang baik. Misalnya dengan menjauhi teman yang sering berkata kotor, teman yang suka membuat kegaduhan dan mempunyai hobi berkelahi. Dan upaya ini sudah cukup berhasil dan efektif untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dengan berbagai upaya yang telah ditempuh baik oleh pihak madrasah (guru) maupun siswa ada yang sudah cukup berhasil, namun adapula yang belum berhasil secara maksimal. Untuk itu problem yang belum terselesaikan tersebut masih perlu dicarikan solusi, sehingga problem tersebut dapat teratasi. c. Upaya pemecahan problematika yang berhubungan evaluasi. Upaya pemecahan terhadap problematika yang berhubungan dengan evaluasi. Pemecahan problematika yang berhubungan dengan evaluasi yaitu dengan mengadakan pre-test dan apersepsi serta materi pengantar sebelum mengajar/ sebelum menjelaskan pokok bahasan tertentu dan mengadakan post test setiap selesai mengajar. Alat evaluasi disesuaikan dengan kemampuan anak didik disamping test secara tertulis juga test secara lisan dan ketrampilan ibadah.76
75
. Hasil observasi pada saat pembelajaran akidah akhlak kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang, Selasa, 25 Januari 2011 76 . Hasil observasi pada saat pembelajaran akidah akhlak kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang, Selasa, 25 Januari 2011.
55
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Proses Pembelajaran Mapel Akidah Akhlak Di Kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (Transfer) yang intern dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapakan sebelumnya. Sedangkan suatu pembelajaran bisa dikatakan efektif apabila prestasi belajar yang diinginkan dapat dicapai secara maksimal. Hasil pembelajaran yang baik haruslah bersifat menyeluruh, artinya bukan hanya sekedar penguasaan pengetahuan semata, akan tetapi harus tampak dalam perubahan sikap dan tingkah laku secara terpadu. Perubahan ini sudah barang tentu harus dapat dilihat dan diamati, dalam arti mudah diatur. Dalam proses pembelajaran, diharapakan adanya feedback antara pendidik dan peserta didik. Akivitas pengajaran berlangsung secara aktif, kondusif, menyenangkan tidak hanya menekankan pada sisi pendidik saja dalam memberikan pengajaran aqidah akhlak, tetapi menekankan juga pada siswa dan pendidik itu sendiri, sehingga proses pengajaran secara interaktif dan dialogis. Selain harus kondusif dan komunikatif proses pengajaran harus memperhatikan pengelolaan kelas, seperti pengalokasian waktu yang tersusun rapi, penataan ruang kelas dan pemanfaatan media dalam kelas. Menurut Made Pidarta, Dalam buku Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, dijelaskan bahwa pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas. Ini berarti guru bertugas menciptakan, memperbaiki dan memelihara sistem/organisasi kelas. Sehingga anak didik dapat memanfaatkan kemampuannya. Akan tetapi dari hasil analisis peneliti, peneliti menemukan kurangnya kesesuaian antara teori pembelajaran yang edukatif seperti dijelaskan diatas
56
dengan prakteknya di lapangan (pembelajaran dikelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang). Terbukti masih ditemukannya problematika-problematika yang muncul dalam pembelajaran yakni mengenai penguasaan dan pengembangan materi, penggunaan metode pembelajaran dan perancangan pembelajaran kurang tepat oleh guru dan problem yang muncul dari siswa seperti tingkat pengetahuan yang siswa berbeda dan kurangnya kedisiplinan, serta minimnya sarana-prasarana yang digunakan dalam mendukung pembelajaran. Dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Nurul Huda Mangkang hanya memanfaatkan satu jam pelajaran dalam setiap satu minggu (satu jam pelajaran) waktunya 75 menit, oleh karena waktu yang diberikan hanya sekitar satu jam setiap satu minggu, guru Aqidah Akhlak harus dapat memanfaatkan waktu, memilih materi pelajaran apa yang akan disampaikan terlebih dahulu, sehingga dalam satu semester dapat menyelesaikan dan mengajarkan materi aqidah akhlak sesuai yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Kemudian masalah penggunaan metode pengajaran. Agar metode yang akan digunakan dalam suatu pembelajaran bisa lebih efektif maka harus mampu melihat situasi dan kondisi siswa, termasuk perangkat pembelajaran. Kegiatan pembelajaran untuk siswa berkemampuan sedang tentu berbeda dengan siswa yang pandai. Kiat lain untuk lebih mengoptimalkan proses pembelajaran, dengan diawali dengan rancangan pembelajaran. Namun perlu ditegaskan bahwa bagaimanapun canggihnya suatu rancangan pembelajaran, hal itu bukan satusatunya faktor yang menentukan keberhasilan. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa proses pembelajaran tidak akan berhasil tanpa rancangan pembelajaran yang berkualitas. B. Analisis Problematika Pembelajaran Mapel Akidah Akhlak Di Kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang 1. Analisis Problematika yang Berhubungan dengan Guru dan Upaya Pemecahannya
57
a. Analisis problematika yang berhubungan dengan Penguasaan dan pengembangan materi. Penguasaan dan pengembangan materi lebih dititik beratkan pada kemampuan dan kreativitas guru. Guru sebagai pengajar
dituntut
untuk
selalu
menambah
pengetahuan
dan
ketrampilannya, supaya dalam mengajarkan ilmu pengetahuannya guru lebih menguasai dan pandai dalam mengembangkan materi.77 Maka
tuntutan
guru,
sebagai
pengajar
harus
pandai
mempersiapkan rancangan rencana pembelajaran. Tujuannya agar pembelajarannya lebih terarah, tersusun dan lebih efisien serta menyenangkan,
baik
dari
pengalokasian
waktu
maupun
cara
penyampaiannya. Disamping itu pembelajaran harus didukung dengan fasilitas atau media yang menunjang dalam mencapai keberhasilan pembelajaran, seperti buku-buku bacaan, media elektronik dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian dari lapangan, masih kurang sesuai dengan terori yang dijelaskan diatas, karena proses pembelajaran yang dilaksanakan guru aqidah akhlak di kelas VIII-B MTs Nurul Huda masih kurang maksimal. Problematika penguasaan dan pengembangan materi disebabkan kurangnya atau terbatasnya alokasi waktu serta ketidak aktif dan efektifnya perpustakaan, sementara materi yang disampaikan terlalu banyak. Bidang studi aqidah akhlak menjadi menjenuhkan, karna selalu menghafal dan memahami istilah-istilah dalam aqidah (syari’at) dan akhlak (akhlak baik dan buruk) sedangkan istilah-istilah itu sudah sering didengar, walaupun kurang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran aqidah akhlak ini banyak sekali materi didalamnya yang 77
. Sofan Amri, S.Pd. Ii khoiru Ahmadi, M.Pd. Proses Pembelajaran Kreatif Dan Inovatif Dalam, Kelas(metode, landasan teoritis,-praktis dan penerapannya), (Jakarta: Prestasi pustaka,2010), hlm.143
58
harus dipahami dan dijalankan oleh siswa. Begitu banyaknya materi sehingga mau tidak mau harus mempelajari dan selalu mengamalkannya pelajaran tersebut dengan baik. Meskipun pembelajaran aqidah akhlak bagi sebagian siswa menjenuhkan, namun masing-masing punya cara sendiri untuk mengatasi kejenuhan tersebut. Karena guru di sekolahnya mungkin sangat menjenuhkan dan kurang variatif dalam mengajar. Kurangnya buku-buku penunjang, fasilitas yang terbatas serta kemampuan siswa yang berbeda juga merupakan pengahmbat dari pengembangan materi. Upaya atau tindakan untuk mengatasi problem tersebut adalah dengan mencari bahan bandingan sebagai sumber pembelajaran. Guru mengembangkan materi sedemikian rupa, seakan materi itu bukan paket dari kurikulum. Dengan
mencari
bandingan
sebagai
sumber
pendukung,
menganalisa materi sebelum mengajar, dan menggunakan alat bantu atau peraga yang ada sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan. Maka guru senantiasa dapat mengembangkan potensi diri dengan banyak belajar dari orang lain untuk menambah pengetahuan. Kelompok Kerja Guru (KKG) salah satu ajang atau sarana untuk mengembangkan diri. Disana guru dapat bertanya, sharing dan tukar pikiran sesama guru mata pelajaran dalam pengalaman. Keterbatasan jam mengajar dapat diatasi dengan menambah jam pembelajaran. Ini lebih efektif dilakukan pada pagi hari sebelum kegiatan rutin disekolah dimulai. Namun karena hal ini tidak memungkinkan maka pelaksanaanya dilakukan setelah jam pelajaran usai. Dan supaya siswa tetap semangat dan tidak bosan maka disela-sela pelajaran diselingi humor-humor ringan. Sedangkan menurut hemat penulis upaya tersebut sudah dapat membawa perubahan. Terlihat dari sikap siswa yang mulai ada perhatian, mulai ada yang bertanya dan rasa ingin tahu terhadap apa yang disampaikan guru saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
59
b. Analisis problematika yang berhubungan dengan pengelolaan kelas dan metode mengajar. Proses pembelajaran yang inovatif bisa mengadaptasi model pembelajaran yang menyenangkan. Learning in fun merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini dipikirannya, maka tidak akan ada lagi siswa yang pasif dikelas, perasaan tertekan dengan tanggung jawab tugas, dan rasa bosan. Membuat atau membangun metode pembelajaran yang inovatif sendiri
ini
bisa
dilakukan
dengan
berbagai
cara
diantaranya
mengakomodir setiap karakteristik setiap diri siswa. Artinya mengukur daya kemampuan serap ilmu masing-masing siswa. Contohnya sebagian siswa ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar, dan kinestetik. Dan hal tersebut harus di sesuaikan pula dengan upaya penyeimbang fungsi otak kiri dan otak kanan yang mengakibatkan proses renovasi mental, diantaranya membangun rasa percaya diri siswa. Proses kreatif dimaksudkan agar menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga menemuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Sedangkan untuk menjadi menyenangkan adalah menciptakan suasana belajar-mengajar yang tidak membosankan, sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu tercurah secara komprehensif. Sedangkan dalam pemilihan metode pembelajaran ada yang harus dipertimbangkan, yakni keadaan murid yang mencakup pertimbangan tentang tingkat kecerdasan, tujuan yang hendak dicapai, alat-alat yang tersedia akan mempengaruhi pemilihan metode yang akan digunakan
60
kemudian
kemampuan
pengajaran
tentu
menentukan,
mencakup
78
kemampuan fisik keahlian.
Berdasarkan landasaan teori diatas, pengelolaan kelas dan pemilihan metode dalam proses pembelajaran di kelas VIII-B MTs Nurul Huda kurang tepat/ sesuai (masih konvesional), karena pemilihan metode kurang tepat pada fisik guru aqidah akhlak kelas VIII-B. ceramah misalnya, harus memerlukan kekuatan guru secara fisik. Guru yang mudah payah, kurang kuat berceramah dalam waktu yang lama. Dalam hal seperti ini sebaiknya menggunakan metode lain yang tidak memerlukan tenaga yang banyak. Sedangkan menurut penilaian penulis, upaya atau usaha oleh guru dalam mengatasi problem tentang pengelolaan kelas dan metode mengajar (Membuat atau membangun metode pembelajaran yang inovatif dan membuat pembelajaran yang menyenangkan Learning in fun) tersebut sudah dapat membawa perubahan. Terlihat dari sikap siswa yang mulai ada perhatian, mulai ada yang bertanya dan rasa ingin tahu terhadap apa yang disampaikan guru saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. 2. Analisis Problematika yang Berhubungan dengan Siswa dan Upaya Pemecahannya Dalam kaitannya problem tentang tingkat pengetahuan peserta didik yang berbeda, latar belakang keluarga mempunyai dampak dan pengaruh yang besar terhadap semangat dan motivasi mereka. Profesi orang tua juga membawa pengaruh yang sangat menentukan sebuah motivasi pola belajar dan kegiatan siswa. Bagi yang mempunyai orang tua seperti guru mereka senantiasa mengawasi kegiatan belajar anak-anaknya. Belajar bagi mereka tidaklah menjadi beban, namun bagi profesi lain mereka sedikit mempunyai 78
hlm.33
. Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Rosda karya, 2003),
61
peluang untuk memantau anaknya dalam belajar bahkan tidak sedikit yang tidak sempat memantau kegiatan belajarnya dan tidak bisa menjadi sumber atau tempat bertanya. Adapun pola pengetahuan yang berbeda, merupakan suatu hal yang lumrah apabila siswa dalam satu kelas mempunyai tingkat pengetahuan yang berbeda, sebagian siswa ada yang mudah dan cepat menerima maupun memahami materi pelajaran dan sebaliknya, ada pula yang kesulitan dan lambat menerima serta memahami pelajaran. Hal ini sangatlah berpengaruh terhadap semangat belajar dan pola belajar siswa tidak berimbang. Berdasarkan hasil penelitian dari lapangan, upaya pemecahan problematika tidak sesuai dengan terori yang dijelaskan diatas, karena proses pembelajaran yang dilaksanakan guru aqidah akhlak di kelas VIII-B MTs Nurul Huda belum maksimal. Karena melihat dari observasi dan wawancara penulis, sebelum mengadakan penelitian dikelas VIII-B belum adanya upaya/ tindakan telah dilakukan dari guru. Sedangkan upaya atau tindakan yang digunakan untuk mengatasi hal ini adalah dengan menggunakan metode mengajar tepat dan disesuaikan dengan gaya belajar (learning style) masing-masing siswa, cara lain yakni dengan membentuk kelompok, bisa kelompok belajar atau kelompok diskusi. Sedangkan menurut hemat penulis upaya tersebut sudah dapat membawa perubahan yang lebih komunikatif. Terlihat dari sikap siswa yang mulai ada perhatian, mulai aktif, partisipatif dan timbal balik anatara guru dengan siswa, serta rasa ingin tahu siswa terhadap apa yang disampaikan guru saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. 3. Analisis Problematika yang Berhubungan dengan Evaluasi dan Upaya Pemecahannya Evaluasi pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi. Selain istilah evaluasi, sering juga digunakan istilah-istilah lain seperti test, penilain dan lain-lain.
62
Sedangkan penilaian yang digunakan dalam lesson plan, biasanya menggunakan istilah test, misalnya dalam istilah pretest dan post-test. Dalam
kaitannya
dengan
evaluasi
pembelajaran,
Moekijat
mengemukakan tekhnik evaluasi yakni ada tiga yaitu; evaluasi belajar pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai berikut: (a). Evaluasi belajar pengetahuan/ kognitif, dapat dilakukan dengan ujian tertulis, lisan dan daftar isian pertanyaan, (b). Evaluasi belajar keterampilan/ psikomotorik, dapat dilakukan dengan ujian praktek, analisis keterampilan dengan analisis tugas serta evaluasi peserta didik itu sendiri, (c). evaluasi belajar sikap/ afektif, dapat dilakukan dengan daftar isian sikap dari diri sendiri.79 Berdasarkan landasan diatas berarti, evaluasi yang dilakukan guru/ madrasah kurang sesuai. Karena kurang memenuhi aspek evaluasi yang harus dilaksanakan setiap pembelajaran. Problem pembelajaran Aqidah akhlak yang terkait dengan evaluasi adalah kurangnya evaluasi proses ataupun skala sikap. Aspek life skill sebagaimana tuntunan kurikulum sekarang kurang tersentuh. Akhirnya yang terjadi adalah verbalisme, untuk mengetahui keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar, guru melakukan evaluasi dengan dua bentuk yaitu evaluasi formatif dan submatif. Evaluasi formatif dilakukan dengan melalui test tertulis dan test tidak tertulis. Test tertulis tidak dilakukan setiap hari, akan tetapi dilakukan setelah satu pokok bahasan atau sebelum test semesteran. Sedangkan test tidak tertulis berupa test lisan atau tanya jawab yang dilakukan setiap hari sebagai wujud konsekuensinya dari pretest dan post test. Evaluasi yang dilakukan oleh guru aqidah akhlak, baru mencakup aspek kognitif belum mencapai aspek afektif dan psikomotorik. Sehingga penilaian yang dilakukan oleh guru bidang studi tersebut baik penilaian belajar maupun penilaian hasil belajar belum dilaksanakan dengan baik. 79
. Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, Landasan Konsep Dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm175
63
Selain problem dari siswa, waktu evaluasi pun sangat terbatas, jam pertemuan yang hanya 75 menit perminggu tidak cukup melaksanakan evaluasi yang ideal. Waktu ini hanya cukup untuk memberikan atau menyampaikan materi. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah dengan mengadakan pre-test, post-test setelah selesai pembelajaran dan pemberian tugas-tugas terstruktur. Evaluasi dilakukan secara lisan maupun tertulis. Pemberian evaluasi disetiap pembelajaran meskipun sedikit membuat siswa akan selalu belajar. Upaya ini dipandang efektif baik dilihat dari evaluasi hasil maupun evaluasi proses. Dengan hal ini diharapkan akan terjalin komunikasi dan hubungan yang erat untuk mengatasi kegiatan belajar siswa. Sedangkang Analisis Problematika yang Berhubungan dengan Sarana-Prasarana dan Upaya Pemecahannya. Sarana-prasana dan media merupakan alat untuk mendukung dan menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai yang sesuai dengan yang diharapkan, dan tercapainnya berhasilnya pembelajaran. Tanpa media atau alat sarana dan prarana proses pembelajaran akan lebih lambat dan membosankan serta berpengaruh terhadap kecepatan dan ketepatan pemahaman siswa. Sementara berdasarkan hasil observasi, di kelas VIII-B MTs Nurul Huda sangat minim/ terbatas fasilitas, sarana dan prasarana sehingga proses pembelajaran terkesan apa adanya dan konvensional. Berkaitan dengan kurangnya sarana dan prasarana madrasah pihak madrasah berupaya untuk melengkapi sarana dan prasarana madrasah baik secara langsung maupun tidak langsung. Saat ini pihak madrasah masih mengupayakan untuk melengkapi sarana dan prasarana tersebut.
64
BAB V KESIMPULAN SARAN DAN PENUTUP A. KESIMPULAN Dari hasil penlitian dan analisa yang telah penulis paparkan, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: Dalam proses pembelajaran aqidah akhlak tersirat satu kegiatan yang utuh terpadu dan tidak terpisahkan antara guru dan siswa, serta faktor-faktor yang mendukung proses pembelajaran aqidah akhlak yang disebut dengan sistem pembelajaran mata pelajaran aqidah akhlak. Faktor pendukung itu antara lain pendidik (guru), peserta didik (siswa), tujuan pengajaran materi, metode mengajar dan evaluasi termasuk sarana dan prasarana. 1. Dalam pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak di kelas VIII-B MTs NU Nurul
Huda
Mangkang
muncul
beberapa
problematika.
Pertama,
problematika yang berhubungan dengan guru aqidah akhlak meliputi: metode pengajaran yang digunakan kurang variatif, kurangnya penguasaan dan pengembangan materi oleh guru, keteladanan dari para guru, dan adanya kecenderungan orang tua siswa menyerahkan sepenuhnya pendidikan anakanaknya kepada madrasah (guru). Serta kurang adanya kekompakan diantara para guru dalam memantau perkembangan perilaku siswa. Kedua, problematika yang berhubungan dengan siswa meliput: kurangnya sopan santun pada diri siswa baik dalam perbuatan maupun perkataan, masih adanya siswa yang kurang disiplin atau kurang mematuhi peraturan madrasah baik di dalam kelas maupun di luar kelas, dan rentannya siswa terhadap pengaruh teman yang kurang baik akhlaknya. Ketiga, problem yang berhubungan dengan sarana-prasarana yakni: Masih terbatasnya sarana-prasarana madrasah. 2. Dalam menghadapi problematika yang berhubungan dengan guru, MTs NU Nurul Huda Mangkang melakukan langkah-langkah sebagai berikut: Pertama, menggunakan dan memodifikasi metode mengajar yang tepat dan disesuaikan
65
dengan gaya belajar (learning style) masing-masing siswa, cara lain dilakukan dengan cara membentuk kelompok dalam belajar, bisa kelompok belajar dan kelompok diskusi, mencari bahan bandingan sebagai sumber pembelajaran dan mengembangkan materi sedemikian rupa, seakan materi itu bukan paket dari kurikulum, berusaha semaksimal mungkin memperbaiki proses pembelajaran dengan memberikan pengertian terhadap siswa baik dari sisi materi pendidikan maupun sisi keteladanan, melakukan koordinasi dan menyamakan visi dalam pendidikan akhlak antara Madrasah, keluarga, dan masyarakat sekitar, dan menjalin kekompakan diantara para guru yaitu dengan diadakannya rapat koordinasi diantara para guru di bawah koordinasi kepala madrasah. Sedangkan langkah-langkah yang berhubungan dengan problem dari siswa: MTs NU Nurul Huda Mangkang, memberikan sangsi berupa kredit point bagi siswa yang melanggarnya, mensosialisasikan arti disiplin dan pentingnya mematuhi peraturan madrasah baik di dalam kelas maupun di luar, serta mengarahkan untuk menghindari lingkungan pergaulan yang kurang baik dan berusaha memilih teman yang baik. Sedangkan solusi yang berhubungan dengan sarana-prasarana yakni, berusaha melengkapi sarana dan prasarana madrasah. B. SARAN Berdasarkan kesimpulan yang penulis peroleh, bahwa dalam pendidikan akhlak di kelas VIII-B MTs NU Nurul Huda Mangkang terdapat beberapa problematika yang perlu untuk dicari solusi pemecahannya. Maka saran-saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut : 1. Para guru dan warga masyarakat Madrasah Tsanawiyah NU Nurul Huda Mangkang tetap berupaya untuk meningkatkan dan mengembangkan upaya pendidikan akhlak terhadap siswa-siswinya, dapat menciptakan kondisi yang kondusif dalam proses pendidikan baik langsung maupun tidak langsung,
66
tanggap terhadap problematika-problematika yang muncul dan mencari solusi pemecahannya serta meningkatkan jalinan kerjasama dengan pihak-pihak lain. Hal ini dapat dilakukan dengan mengikutsertakan siswa dalam kegiatan keagamaan yang diadakan oleh masyarakat melalui buku pantauan. 2. Sebagai peserta didik hendaknya memahami dan menyadari pentingnya akhlak bagi kehidupannya dan secara sadar melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari baik di dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. 3. Para orang tua hendaknya ikut membantu menyukseskan program pendidikan akhlak di Madrasah dan menyadari bahwa pendidikan terutama pendidikan (pembelajaran) akhlak adalah tanggung jawab orang tua sepenuhnya. Karena orang tua adalah orang pertama yang dikenal oleh anak yang memberikan pendidikan pertama dan utama, sebagai peletak pondasi dalam membentuk kepribadian anak. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan memberikan perhatian, keteladanan, pembiasaan, dan hukuman terhadap anak-anak baik dalam hal ibadah maupun perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari. C. PENUTUP Puji syukur Alhamdulilallah hirabbil alamin, dengan rahmat, taufik dan hidayah Allah SWT, penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tersampaikan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW, yang telah diutus untuk menyampaikan risalah kebenaran kepada umat manusia melalui hadist atau sunnah Beliau sebagai pedoman hidup. Tulisan tentang Problematika Pembelajaran Aqidah Akhlak dan Solusi Pemecahannya di Kelas VIII-B MTs NU Nurul Huda Mangkang ini sebenarnya masih dapat ditingkatkan dan dikembangkan lagi, namun apa yang dituangkan dalam skripsi ini adalah hasil maksimal usaha penulis.
67
Tulisan ini diharapkan memberikan kontribusi bagi fakultas Tarbiyah sehingga dapat dijadikan sebagai panduan, bacaan/ keputakaan bagi mahasiswa untuk mencetak calon guru yang professional dan menjadi pelengkap dari tulisan yang telah ada selama ini. Dan yang pasti karya ini masih banyak kelemahan dan kekurangan yang perlu disempurnakan. Oleh sebab itu masih diperlukan saran dan kritik yang konstruktif. Semoga skripsi ini nantinya dapat bermanfaat, baik bagi penulis maupun bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi pembelajaran MTs NU Nurul Huda. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta meridhoi cita-cita yang mulia kepada umat-Nya yang selalu gigih dalam berusaha. Amin yaa rabbal ‘alamiin…
68
DAFTAR KEPUSTAKAAN Abbudin Nata. H, Tafsir Ayat-Ayar Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002) Al-Abrasyi. M. Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. Djohar Bustami, Aghani, dan Johar Bahri, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970) Amri. Sofan, Iif khoiru Ahmadi, M.Pd. Proses Pembelajaran Kreatif Dan Inovatif Dalam, Kelas (metode, landasan teoritis,-praktis dan penerapannya), (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya,2010) Arief. Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: ciputat Press, 2002) Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010) Daradjat. Zakiyah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996) Darmadi. Hamid, Kemampuan Dasar Mengajar, Landasan Konsep Dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2009) Darwis. Jamaludin, Dinamika Pendidikan Islam,( Sejarah, Ragam dan Kelembagaan), (Semarang: Rasa’il, 2006) Depag, Syamil Al-Qur’an, (Jakarta: PT. Syaamil Cipta media, 2005) Departemen Pendidikan Nasional Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia ed. IV, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) Deprtemen Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pembelajaran yang Efektif Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Siswa (Jakarta: Depag RI, 2002), Departemen Pendidikan Nasional Republic Indonesia, Undang-Undang Republic Indonesia, (Jakarta: 2003)
69
Djamarah. Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif , (Jakarta: Rineka Cipta, 2005) cet II E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004) Http://Gudang ilmu-uang-amal. Blogspot.com/2009/05/konsep-akhlak-dalamislam 24. Html, (April senin: 25-04 2011) Isma’il SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem, (Semarang, Rasail Media Group, 1997) Majid.
Abdul,
Perencanaan
Pembelajaran,
Mengembangkan
Standar
Kompetensi Guru, (Jakarta: PT Rosda Karya: 2008) , Perencanaan Pembelajarn Mengembangkan Standard Kompetensi Guru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006) Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Misaka Gazila, 2003), cet. II. Mulyasa, Menjadi Guru Professional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan), (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008) Mustakim dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) Nurdin H. Syafruddin, Guru Professional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), cet.III Poerwadarminta. W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982) Ramayulis. H, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008) Razak. K.H. Nasruddin. Dienul Islam, (Bandung: PT Alma’arif, 1983) Soenarjo, R.H.A, dkk, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang CV.Toha Putera, 2005)
70
Tafsir. Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Rosda karya, 2003) Thohirin, Ms, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005) edisi revisi Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), cet. II. Uno. Hamzah B, Perencanaan Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006) Usman. Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000) Zahruddin. AR, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004) Zuhairini dkk, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993)
, ٤.]^Kا, ;قSTرم اEBC W=XT YZ[\ .بE@Kا, GHEIJKب اEMNK اOPQC .بEA@? >=<; آABC ٢٧١.`abcKا
INSTRUMEN PENELITIAN
A. Pedoman Observasi Dalam melaksanakan observasi atau pengamatan, penulis mengamati baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap Problematika Pembelajaran Aqidah Akhlak dan Pemecahannya di Kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang tahun ajaran 2010/2011. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang valid dan lengkap sehingga keabsahannya dapat dipertanggung jawabkan. Adapun pelaksanaan obsevasi sebagai berikut : 1. Mengamati letak geografis dan kondisi umum MTs Nurul Huda Mangkang 2. Mengamati ruang belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran di Kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang. 3. Mengamati sarana dan prasarana yang tersedia dan pemanfaatanya dalam proses belajar mengajar di Kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang. 4. Mengamati media yang digunakan dalam proses belajar mengajar di Kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang. 5. Mengamati
interaksi-edukatif
antara
guru
dan
murid
dalam
proses
pembelajaran aqidah akhlak di Kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang.
Rincian Pedoman Observasi
No.
Komponen
1.
Proses pembelajaran
Aspek-aspek yang diteliti (ideal)
Responden
o Suasana PBM kondusif, Siswa–Guru
Obsrvs
Dkmnt
komunikatif, aktif dan menyenangkan o Pengalokasian yang
tersusun
waktu Guru dan
terstruktur o Penataan ruang kelas Siswa-Guru
yang nyaman o Tujuan
pembelajaran Guru
jelas 2.
Guru (pendidik)
akhlak Siswa
o Mempunyai mulia
(menjadi
suri
taulandan) materi Siswa
o Menguasahi
pelajaran (berilmu) o Pandai
memilih
menggunakan
dan Guru
metode
pembelajaran yang tepat Guru
tujuan Guru
o Memahami karakteristik anak didik o Mempunyai pembelajaran
3.
Siswa (anak didik)
o Berakhlak baik, sesuai Gurudengan materi
Kepsek Guru
o Aktif di dalam dan di Guru
o Berprestasi
luar kelas o Sehat
jasmani
dan Guru
rohani o Memiliki perlengkapan Siswa–Guru
belajar 4.
Kurikulum
o Kurikulum
terkonsep Guru -
secara jelas sistematis
wakakurikul
o Program pembelajaran Guru terkonsep
secara
sistematis o Memiliki
tujuan Guru -
kurikulum yang jelas o Adanya
wakakurikul
sarana- wakakurikul
prasarana
yang um
mendukung berhasilnya kurikulum 5.
Materi
o Materi
tepat
sesuai Siswa–Guru
dengan kurikulum Guru
dan Guru
o SK-KD terstruktur rapi o Memiliki
Prota
Promes materi pelajaran 6.
Evaluasi
o Melakukan
evaluasi Guru
penempatan
(awal),
formatif (tengah) dan sumatif (akhir) o Evaluasi
pemahaman Siswa–Guru
siswa o Evaluasi
materi Guru
pelajaran Guru
o Evaluasi pembelajaran Guru
o Evaluasi akhlak siswa
(PBM) 7.
Penilaian
Guru
penilaian Guru
o Adanya pretest dan Test o Adanya
menggunakan non test melalui
pengamatan
akhlak dll. o Adanya test remidi 8.
Metode
o Metode
Guru
pembelajaran Siswa–Guru
yang tepat dan sesuai o Menggunakan
media/ Siswa–Guru
sarana-prasarana
yang
tapat B. Pedoman Wawancara. Dalam melaksanakan wawancara penulis menggunakan pertanyaanpertanyaan yang telah disusun secara terarah dan sistematis sebagai upaya memperoleh informasi dan data yang obyektif. Penulis melakukan wawancara kepada Pimpinan Madrasah, tenaga Pendidik (mapel Aqidah Akhlak) dan Waka Kurikulum
tentang
permasalahan
yang
berkaitan
dengan
Problematika
Pembelajaran Aqidah Akhlak dan Pemecahannya di Kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang. Adapun Pertanyaan-pertanyaan yang penulis ajukan dalam wawancara sebagai berikut: Wawancara kepada Kepala Sekolah 1. Bagaimana latar belakang dan sejarah berdirinya MTs Nurul Huda Mangkang? 2. Siapa pendiri MTs Nurul Huda Mangkang? 3. Kapan MTs Nurul Huda Mangkang didirikan? 4. Apa visi dan misi terhadap peserta didik di MTs Nurul Huda Mangkang? 5. Bagaimana struktur organisasi MTs Nurul Huda Mangkang? 6. Guru (tenaga pendidik) a.
Berapa jumlah guru yang mengajar mata pelajaran Akidah Akhlak?
b.
Bagaimana akhlak guru mata pelajaran Akidah Akhlak ?
7. Siswa (peserta didik) a.
Berapa jumlah siswa yang belajar di MTs Nurul Huda?
b.
Bagaimana akhlak siswa-siswi MTs Nurul Huda?
8. Media Pembelajaran dan Sarana Prasarana Pendukung Pembelajaran. a.
Media dan sarana-prasarana apa saja yang ada dan digunakan sebagai pendukung pembelajaran?
b.
Bagaimana
kondisi
Media
dan
Sarana
Prasarana
Pendukung
Pembelajaran.? Wawancara kepada Waka Kurikulum 1. Kurikulum a. Apakah di MTs Nurul Huda Mangkang menggunakan Kurikulum KTSP? b. Apakah ada standar isi mapel aqidah akhlak dalam kurikulum KTSP di MTs Nurul Huda Mangkang? c. Apakah dalam kurikulum terdapat silabus dan RPP aqidah akhlak?. d. Apakah Kurikulum terkonsep secara jelas sistematis? e. Apa tujuan kurikulum pendidikan Akidah Akhlak di MTs Nurul Huda Mangkang? 2. Guru dan Siswa a. Bagaimana keadaan akhlak guru di MTs Nurul Huda Mangkang? b. Bagaimana keadaan akhlak siswa di MTs Nurul Huda Mangkang? 3. Sarana-prasarana Apa saja yang mendukung proses pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Nurul Huda Mangkang? Wawancara kepada Guru Aqidah Akhlak 1. Proses Pembelajaran a. Metode apa saja yang digunakan dalam pembelajaran Aqidah akhlak? b. Apa tujuan dan fungsi pembelajaran Aqidah akhlak di kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang? c. Sarana-prasarana atau media apa saja yang digunakan dalam pembelajaran Aqidah akhlak?
2. Siswa (peserta didik) a. Bagaimana akhlak siswa-siswi kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang? b. Bagaiamana prestasi siswa kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang? c. Bagaimana kondisi perlengkapan belajar siswa? d. Bagaimana kondisi fisik dan psikis siswa? 3. Kurikulum a. Bagaimana dan apa tujuan kurulukum b. Apa sajakah media/ sarana-prasarana yang digunakan dalam mendukung berhasilnya pembelajaran? c. Apakah dalam pembelajaran bapak membuat silabus dan RPP?. 4. Materi (bahan ajar) Apakah dalam pembelajaran guru membuat prota, promes dan SK-KD? 5. Evaluasi a. Evaluasi apa aja yang dilakukan guru dalan pembelajaran Aqidah Akhlak di kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang? b. Apakah guru melakukan evaluasi penempatan (awal), formatif (tengah) dan sumatif (akhir)? 6. Penilaian Apakah guru melakukan penilaian (pretest, post test, dan remidi) untuk mengukur prestasi/ hasil belajar siswa? Wawancara kepada peserta didik Aqidah Akhlak 1. Proses Pembalarajan a. Bagaimana kondisi/ suasana proses belajar mengajar di kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang? 2. Guru (pendidik) a. Bagaimana akhlak guru Akidah Akhlak di kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang? b. Apakah guru Akidah Akhlak menguasai materi pelajaran?
c. Apakah guru Akidah Akhlak menggunakan metode yang bervariasi dalam melakukan pembelajaran? d. Apakah materi aqidah akhlak sesuai dengan kurikulum/ bahan ajar? C. Pedoman Dokumentasi Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa dokumenter. Bentuk data tersebut dapat berupa; surat-surat, buku harian, naskah, atau dokument lainya. Dokumen-dokumen yang dibutuhkan: 1. Sejarah dan letak geografis Sekolah 2. Struktur Organisasi Sekolah 3. Keadaan siswa dan guru 4. Kegiatan pembelajaran.
DAFTAR NAMA SISWA Kelas : VIII-B Mapel : Aqidah Akhlak No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
Nama Ahmad Rochani Aenun Khalid Ahmad Sholeh Alvian Badrul millah Anom Wisnu Hermawan Ardi Purwanto Arif Maulana Budiyanto Atho’urrrahman Cholifah Novia Saputri Dayung Nasti Setiawan Dewi Ajeng Kartini Dhimas Kuncoro Adhi Didik Prastyo Dzikri Firmansyah Edi Sopiyan Eka Asih Wulandari Evi Handayani Ningsih Faiza Noor Shofiyani Faizul Khanafi Farkhah Mukrikhah Fitri Tahta Alvina Friska Dwi Septiani Hendrik Kurniawan Hikmah Arinan Naja Ifkhatul Shofa Ika Nur Hasanah Latifah M. Prasojo Muhammad eka Sektiarso Mukholifatun Mustafa Kamal Nilna Nindawati Nor Azmira Aryani Novan Riyanto Nor Fatikhati Baiti
Tahun Ajaran : 2010/2011 Semester : Genap
36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47.
Nur Hanifah Tsaniati Nur Kholis Nur Lailatus Sobah Nur Oktaviani Nurul Mufidah Rizki Wahyu Priyanto Rizky Hamidun Majid Rohmah Hidayati Sayidul Anam Sri Intan Puji Astuti Ahmad Rinto Bagio Nur Afifah
STRUKTUR MTs NU NURUL HUDA
PENGURUS MTs NU NURUL HUDA
KOMITE
KEPALA MADRASAH
WAKIL KEPALA MADRASAH
Ka. TU
TU Administrasi
Wakil Kepala Bidang Kesiswaan
Wakil Kepela Bidang Pengajaran
BP / BK
WALI KELAS
GURU OSIS
TU Keuangan
Pramuka
SISWA
TU Perpustakaan
SUSUNAN STAF MTs NU. NURUL HUDA SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
Kepala Madrasah
: Drs. H. Ajma’in Yahya
Wakil Kepala Madrasah
: Drs. H. Samsudin, S.Pd
Ka. TU
: M. Muhibuddin, S.Pd.I
Wakabid. Kurikulum
: Rif’an, S.Ag
Wakabid. Kesiswaan
: Mukhoyir, S.Ag
BK
: Sugeng, SE Dra. Hj. Sri Mulyati
Staf TU Bid. Administrasi
: Maskon
Staf TU Bid. Keuangan
: Drs. Syahir
Staf TU Bid. Perpust & Sar Pras
: Agus Nahtadi
Wali Kelas 7. A
: Istiadatus Solekah, S.Ag
Wali Kelas 7. B
: Moh. Rifa’i, S.Sos.I
Wali Kelas 7. C
: Nasrullah, S.Pd.I
Wali Kelas 7. D
: Roisyatun, S.Pd
Wali Kelas 7. E
: Dzikron Masyhadi, S.H.I
Wali Kelas 8. A
: Ummi Hani’ Iddah Murniasih, S.Ag
Wali Kelas 8. B
: Abdul Mukti, S.Ag
Wali Kelas 8. C
: Ali Murtadho, S.H.I
Wali Kelas 8. D
: Djasri Mustofa
Wali Kelas 9. A
: KH. Ali Hasan
Wali Kelas 9. B
: Masyhadi, S.Ag, SH
Wali Kelas 9. C
: Drs. Shobirin, M.Si
Wali Kelas 9. D
: Suryati, A.Md
Wali Kelas 9. E
: H. Mahbub Ghozaly
DAFTAR GURU DAN KARYAWAN MTs NU NURUL HUDA SEMARANG N O 1 2
NAMA
JABATAN
Drs. Ajma’in Yahya Drs. Syamsudin. S.Pd
Kepala Madrasah Wakil Kepala Wakabid. Pengajaran Wakabid. Kesiswaan
3
Rif’an, S.Ag
4
Ahmad Mukhoyyir. S.Ag
5
Sugeng Mustofa. SE
BP / BK
6
Drs. Syahir Hasan
Bendahara
7
Drs. H. Moch. Choironi
Guru
8
M. Muhibbudin,
Ka. TU
9 10 11 12 13 14 15 16 17
KH. Ali Hasan Drs. Shobirin Achirin Bacher Mudjito Sanusi H. Mahbub Ghozaly Suryati Roisyatun. S.Pd Masyhadi. S.Ag Djasri Mustofa
Wali Kelas Wali Kelas Guru Guru Wali Kelas Wali Kelas Wali Kelas Wali Kelas Wali Kelas
18
Aini Sa’adah, S.Ag
Wali Kelas
19
Istiadatus Solekah. S.Ag
Wali Kelas
20
Umi Hanik. S.Ag
Wali Kelas
21 22 23 24 25 26 27
Ali Murtadho. S.H.I Drs. H. Muftidin Sirojatul Lami’ah. S.Ag Abdul Mukti. S.Ag M. Maskon Bisri Agus Nahtadi Nasrullah, S.Pd.I
Wali Kelas Guru Guru Wali Kelas TU Administrasi TU Perpustakaan Wali Kelas
BIDANG MENGAJAR Bhs. Arab Bhs. Indonesia Matematika, Ekonomi, PKn
IPS
Fiqih, SKI IPS Ekonomi, Matematika IPS Ekonomi, IPS Geografi, IPA Biologi Ke-NU-an Teknologi Informasi & Komunikasi Bhs. Arab Bhs. Indonesia IPS Geografi IPA FISIKA Aqidah Akhlak IPS , Bhs. Jawa Bhs. Indonesia, Matematika, IPA Fisika Bahasa Inggris Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Geografi Qur’an Hadits PKN Seni Budaya, KeNU-an SKI, Fiqih Seni Budaya Penjaskes Fiqih. SKI , IPS Ekonomi Aqidah Akhlaq
28 29 30 31 32 33 34 35 36
Dzikron Masyhadi, S.Hi Muchidun Lilif Muallifatul Khorida. FS Agus Makmun M. Kholil Nidaul Khoiriyah Sodikin Soleh Rochani
Guru Pembina Pramuka
IPS Sejarah
Pembina Pramuka Pembina Pramuka Pembina Pramuka Pembina Pramuka Pembina Pramuka Pesuruh Pesuruh
DAFTAR PEMBINA KEGIATAN EKSTRA MTs NU Nurul Huda
NO 1 2 3 4 5 6 7 8
NAMA KEGIATAN MTQ PASKIBRA HADRAH ENGLIS CONVERSATION MARCING BAND VOLLY BALL MUSIK Pramuka
PEMBINA Istiadatus Solekah, S.Ag M. Kholil, Nidaul Ch, Lilif, MKFS Ahmad Mukhoyyir, S.Ag Aini Sa’adah, S.Ag M. Muhibbudin M. Maskon Bisri Sirajatul Lami’ah, S.Ag Satuan Gugus Depan
DAFTAR SARANA-PRASARANA MTS NURUH HUDA MANGKANG No.
Jenis
Volume
Keterangan
1.
Kantor Kepala Madrasah
1 Buah
Baik
2.
Ruang Guru dan TU
1 Buah
Baik
3.
Ruang perpustakaan
1 Buah
Baik
4.
Ruang kelas
14 Buah
Baik
5.
Gudang
1 Buah
Baik
6.
Kamar mandi dan toilet
4 Buah
Baik
7.
Lapangan basket
1 Buah
Baik
8.
Lapangan volley
1 Buah
Baik
9.
Lapangan sepak bola
1 Buah
Baik
10.
Lab. komputer
1 Buah
Baik
11.
Papan nama
1 Buah
Baik
12.
Masjid
1 Buah
Baik
13.
Lab. MIPA
1 Buah
Baik
14.
Ruang keterampilan
1 Buah
Baik
15.
Ruang UKS
1 Buah
Baik
16.
Ruang BK
1 Buah
Baik
17.
Ruang OSIS
1 Buah
Baik
18.
Koperasi
1 Buah
Baik
19.
Mading
1 Buah
Baik
20.
Aula
1 Buah
Baik
DOKUMENTASI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKLAK DI KELAS VIII-B MTs NURUL HUDA MANGKANG
Siswa dan siswi kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang
Siswa dan siswi kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang
Situasi dan kondisi siswa dalam proses pembelajaran aqidah akhlak, sebelum menerima pemecahan problematika yang berhubungan proses pembelajaran.
Situasi dan kondisi siswa dalam proses pembelajaran aqidah akhlak, sebelum menerima pemecahan problematika yang berhubungan metode pembelajaran.
Situasi dan kondisi siswa dalam proses pembelajaran aqidah akhlak, setelah menerima pemecahan problematika
Situasi dan kondisi siswa dalam proses pembelajaran aqidah akhlak, setelah menerima pemecahan problematika yang berhubungan pemahaman materi oleh siswa dan siswi
Situasi dan kondisi siswa dalam proses pembelajaran aqidah akhlak, setelah menerima pemecahan problematika yang berhubungan dengan metode pembelajan, siswa lebih bersemangat.
Situasi dan kondisi siswa dalam proses pembelajaran aqidah akhlak, setelah menerima pemecahan problematika yang berhubungan kedisiplinan
Situasi dan kondisi perpustakaan MTs Nurul Huda Mangkang, sebelum menerima pemecahan problematika
Situasi dan kondisi perpustakaan MTs Nurul Huda Mangkang, setelah menerima pemecahan problematika lebih rapi.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS Nama Tempat/Tgl lahir Agama Warga Negara Alamat Pendidikan
: Anas Misbakhudin : Demak, 28 Januari 1987 : Islam : Indonesia : Jl. Jatinegara Kaum Rt.06/ 03, Pulogadung, Jakarta Timur. : SDN Sidomulyo II Dempet Demak Lulus Tahun 2000. MTs “Miftahul Huda” Brakas Dempet Demak Lulus Tahun 2003. MA “Al-Wathoniyah Pusat” JL. Jalan Raya Bekasi timur.MAN 8 Cakung JAKTIM lulus Tahun 2006.
Pengalaman Organisasi o Pengalaman Organisasi Intra : Sekretaris I Unit Kegiatan Mahasiswa (BITA) Bimbingan Ilmu Tilawah AlQur’an Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Tahun 2008. Koordinator Lembaga (Legawa) Koperasi Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang Tahun 2007. Skretaris Sie-Penerbitan Buletin “SYAMELA” Unit Kegiatan Mahasiswa Institute (NAFILA) Nadi Filloghoh Al-Arobiyah IAIN Walisongo Semarang Tahun 2008. o Pengalaman Organisasi Ekstra : Koorninator Bidang Olah Raga di ASRAMA MAHASISWA IAIN Walisongo Semarang Tahun 2007.
Semarang, 11 Juni 2011
Anas Misbakhudin