SEJARAH PERTUMBUHAN PERS ISLAM INDONESIA STUDI KASUS PANJI MASYARAKAT PADA MASA KEPEMIMPINAN PROF. DR. HAMKA (1959-1981)
Oleh:
Aprini Erlina NIJ\1: 102022024355
JURUSAN SEJARAH PE.RADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1427H/2006M
SEJARAH PERTUMBUHAN PERS ISLAM INDONESIA STUDI KASUS PANJI MASYARAKAT PADA MASA KEPEMIMPINAN PROF. DR. HAMKA (1959-1981)
SKRIPSI
Diajukau Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Mememihi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Humaniora
Oleh: Aprini Erliua NIM.102022024355
Dibawah Bimbingan:
Dr:.
~din AR, M. Ag NIR 150 734 507
JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA l427H/2006M
PENGESAHAN PANITJA UJJAN
Skripsi yang berjudul: SEJARAH PERTUMBUHAN PERS ISLAM INDONESIA STUD! KASUS PANJI MASYARAKAT PADA MASA KEPEM!MPINAN HAMKA (1959-1981) telah diujikan dalam sidang Mrn1aqosah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 November 2006. Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S l) pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam.
Jakarta, 20 November 2006
Sidang Munaqosa11
Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Af/ /'
~lc~vr-/ l
A
A
Ors. H. M. !Vla'rufMisbah, MA NIP. 150 236 276
NIP. 150 247 010
Anggota
Penguji
r. H. Budi Snlistiono, M. Hrnn NIP. 150 236 276
iroiuddin AR,M.Ag NIP. l 0 734 507
flA LAMAN PE'RSEM13AflAN
S~,ripsi ini
ftupersem6alifi.g,n untuf<..:
1. 1{/aua ora11f} tuaftu tersaya11f} tfan tercinta ya11f} 6etjasa mefalii~n/tu ~ aunia tfan ya11fj 6etjasa
~cif serta ya11f} senantiasa
mentfwt{ftu seja{
menanti ~su~esan/W
2. 'XftR.!i/&R.!zfta{tfan)lat{{u tercinta ya11f} tefali. menantiR.!in R.f.prali.{u 6a9i ~{uar9a, ya11fj sefa{u mem6eri/i.gn tfu{ungan tfan perli.atian
3. Se{uruli. salia6at-salia6at S
atfafali. cerita li.Ulupftu tfan aR.!znJtu {ena11fi sefa[u.
4.
%man-teman qoUen :Jfouse ya11f} sefafu menemani R.!ifa suR.!z maupun aufta.semoga persalia6atan lijta tetap tetjaga.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayal1-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini be1judul "Sejarah Pertumbuhan Pers Islam Indonesia Studi Kasus Panji Masyarakat pada Masa Kepemimpinan Prof. Dr. Hamka (19591981)", disusun untuk melengkapi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Strata
Satu (SI) pada Fakultas Adab dan Hwnaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa karya ini bukanlah suatu usaha yang sempurna, namun mempakan usaha maksimal yang penulis bisa capai untuk saat ini. Penulisan skripsi ini juga tidak akan terwujud dengan baik tanpa adanya dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar·besarnya kepada: I. Bapak Prof. Dr. Abd. Chair, MA Dekan Fakultas Adab dan Hwnaniora UIN Syarif Hidayatullah. 2. Bapak Ors. H. Budi Sulistiono, M Hum Ketua Jumsan Sejaral1 Peradaban Islam, yang selalu memberikan motivasi dalarn menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Ors. H. M. Ma'mf Misbach, MA Sekretaris Jumsan Sejarah Peradaban Islam.
IO. Seluruh teman-teman SPI Angkatan 2002-2003 yang tercinta, Tita, Tika, Yuli, Diana, Adhoe~ kalian semua telah menjadi bagian dari cerita bidupku di UIN.
11. Ucapan terima kasih juga Penulis srunpaikan untuk M. Guntur Fruiki, keluarga besar Forkalis (Forum Komunikasi Wali Songo) clan LS-ADI (Lingkar Studi Aksi-Demokrasi untuk Indonesia) yang telah mernberikan banyak pelajaran yang berarti untuk Penulis. 12. Semua pihak yang telah memberikan dukungan baik moral maupun materil dalam rnenyelesaikan skripsi ini. Akhimya hanya kepada Allah jualah semua 1m Penulis serahkan, semoga semua pihak yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah S.W.T, dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi Penulis kl1ususnya clan bagi pembaca umumnya.
l 0 November 2006
Penulis
DAFTARISI
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... . KATA PEN GANT AR...................................................................
ii
DAFT AR ISi.... ..... ... ...... ....................................... ............ .........
iii
BAB I
1
PENDAHULUAN ..................................................................... .
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... .
BAB II.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................
6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..........................................
6
D. Metocle Penelitian dan Penulisan ..........................................
7
E. Sistematika Penulisan ...........................................................
8
SEJARAH PERS ISLAM INDONESIA ................................ .
10
A. Definisi Pers Islam................................................................
10
B. Latar Belakang Kelahiran Pers Islam Indonesia ...................
12
C. Pers Islam; Pers Nasional Masa Pergerakan
BAB Ill.
Kebangsaan clan Pers Islam Masa Kemerclekaan ..................
15
BIOGRAFI HAMKA .............................................................. ..
26
A. Latar Belakang Keluarga clan Penclidikan ............................ .
26
B. Latar Belakang Sosial dan Intelektual...................................
29
C. Hamka Sebagai Penulis Dan Karya-karyanya.......................
32
BAB IV.
PERTUMBUHAN PAN JI MASY ARAKA T PADA MASA KEPEMIMPINAN HAMKA ...................................................
35
A. Latar Belakang Kelahiran Panj i Masyarakat.........................
35
B. Rubrik dan Artikel ................................................................
38
C. Masalah yang Dihadapi Panji Masyarakat ............................
40
D. Panji Masyarakat dan Gerakan Modernisasi Indonesia........
42
PENUTUP ................................................................................. .
47
Kesimpulan ····················································-··········-············-····
47
DAFT AR PUST AKA........................................................................................
48
BAB V.
BABI PENDAHULUAN
A, Latar Belakang Masalah
Dewasa ini infonnasi merupakan komoditas primer yang dibutuhkan orang seiring dengan semakin canggihnya telmologi komunikasi sehingga lazim dikatakan, peradaban pada masa ini merupakan peradaban masyarakat infonnasi. Memang telah meajadi pendapat umum, siapa yang menguasai infomll!si dialah penguasa masa depan. Pada dasamya komm1ikasi merupakan eksistensi awal suatu masyarakat dan sekaligus menentukan pula struktur masyarakat itu. Memang t11juan utanra dalam komunikasi antara manusia ialah tercapai pengertian yang luas dan mendalam. 1 Tanpa komunikasi mustahil bagi seseorang dapat memperoleh infonnasi. Tentu dalaru pengablikasiannya, infonnasi memerlukan suatu media penunjang. Salah satu media infonnasi yang tennasuk kategori paling efektif untuk mengadakan perubahan atau mempertahankan intitusi, juga sistem sosial adalah Pers.2 Ensiklopedi Pers Indonesia menyatakan, bahwa yang dimaksud dengan Pers secara
lllllnm
adalal1
sebuaI1 sebutan bagi penerbitan, Perusaliaan atau kalangan yang berkaitan dengan media massa atau wartawan.
1
D. Lawrence Kincaid dan Wilburscran1n1, Asas-asas Ko11n111ikasi antar Manusia, (Jakarta:
LP3ES, 1977), ha!. 6
2 Muchtar Lubis, Catalan Subversif, (Jakarta: Sinar Harapan, 1980). hal. 125
2
Dalam perkembangannya istilah ini diberi pengertian dengan penerbitan Pers. Bahkan pengertiannya, dalam arti yang sempit yaitu media cetak seperti swat kabar, majalah tabloid dan dalarn arti luas adalah kegiatan yang berlmbllllgan dengan media massa elektronik antara lain radio siaran dan televisi siaran, dan tennasnk internet sebagai media yang menyiarkan karya jumalistik. 3 Fungsi Pers itu sendiri adalah : fungsi menyiarkan infonnasi, fungsi mendidik, fungsi menghibur, fungsi mempengaruhi.4 Dilihat dari fungsinya temyata pers cukup efektif untuk mensosialisasikan suatu gagasan dan ide tertentu. Gagasan politik, sosial, maupun gagasan keagamaan. Pers pun dianggap telah menggeser bahkan merubah pola komunikasi tradisional (lisan) menjadi tertulis dalarn bentuk surat kabar dan majalah. Di samping itu media cetak telah menampilkan sistem komw1ikasi terbuka, siapa saja dapat membacanya, sehingga aliran infonnasi bisa meningkat intensitasnya, meski saluran itu lebih bersifut satu arah, tetapi mempunyai potensi membangkitkan kesadaran kolektif. 5 Dengan demikian penggunaan media massa sebagai media yang dapat memberikan pengaruh bagi pembacanya, pada akhimya digunakan sebagai keknatan politik, keagamaan sebagai sarana untuk mengaktualisasikan ide-ide dan koudisikondisi yang ingin dicapainya. 3
Ensiklopedi Pers Indonesia, (Jakarta, Gramedia, 1999), hal. 206
4
http://ibnusalam.tripod.com, tanggal 20 April 2006
' Sartono Kartodirdjo, Pergerokan Sejarall Indonesia Bant; Sejarah Pergerakan Nasional dari Kolonia/ sampai Nasional, Jilid 2, (Jakarta: Gramedia, 1990), ha!. 30
3
Sebetulnya sudah abad ke-19 M, media cetak seperti surat kabar atau majalah merupakan bahan dokumenter yang sangat berharga, karena sebagai sumber informasi, surat kabar tidak hanya memuat data yang menunjukkan fukta suatu peristiwa tetapi juga membuat opini, interprestasi dan pikiran-pikiran spekulatif. Dari fungsi-fimgsi yang berakhir inilah surat kabar tidak hanya sebagai penyebar informasi tetapi menjadi medium yang baik lll!tuk meletakkan pengarnh pada publik atau pembaca.6 Dari fimgsi di atas, pers akan mampu menampilkan suatu pemikiran dan wacana yang berkembang pada suatu masa tertentu, kemunculan suatu gagasan sampru hancumya gagasan itu. Pers telah menjadi sumber sejarah yang dapat direkontrnksi, demikian halnya dengan pers Islrun. Pers Islrun muncul seiring dengan menguatnya semangat Nasionalisme. Para perintis Pers Islam Indonesia, pada awalnya tmnbuh sebagai akibat dari keterlibatan mereka dalam penerbitan-penerbitan milik Belanda. Proses ini dimulai sejak munculnya kebijakan politik etis, suatu politik balas budi yru1g ditawarkan oleh kelompok etis di Kerajaan Belanda. 7 Kemunculan pers Islam dimulai pada awal abad ke-20, bersamaan dengru1 lahir dan menyebamya ide-ide reformasi yang berkembru1g di Tinlur Tengah, terutama dari Mesir. Ide-ide tentang refonnasi itu setidaknya menyebar melalui dua majalah terkemuka Mesir, Al-Urwatul Wutsqo dan Al-Manar. Penyebaran ide ini 6
Sartono Kartodirdjo, Pen1ildran dan Perke111bangan Historiografi Indonesia: Suatu Altemat(f, (Jakarta: Gramedia, 1982), hal. 75 7
SPS (Serikat Penerbit Surat Kabar), Garis-garis Besar Perkemhangan Pers lndanesia, (Jakarta, SPS 1976, hal. 75
4
begitu luas, hingga ke Jawa, clan melahirkan gerakan Jami'at Khair. Para anggota organisasi ini kemudian menyebar dan mendirikan organisasinya sendiri, seperti KH Ahmad Dahlan yang mendirikan Muhammadiyah. Selain Muhammadiyah, berdiri pula beberapa perkumpulan lain seperti Sarekat Oagang !slam, Persatuan !slam. Organisasi-organisasi ini membangun iklim diskusi bagi pemikiran Islam mutakhir. Dalam skala yang lebih luas, ini memunculkan kebutuhan akan pers Islam. 8 Dalam ensiklopedi pers Indonesia, dikatakan bahwa yang dimaksud dengan pers Islam adalah penerbitan yang bemafaskan atau melakukan syiar Islam dan dalam artian juga pers Islam merupakan orang-orang Islam yang terjun ke dalam bidang perusahaan pers, yang memperjuangkan cita-cita !slam agar dapat dilaksanakan. Pers Islam, sebagai bagian dari pers pribumi yang bertujuan menyebarkan semangat kebangsaan dan cita-cita kemerdekaan, awalnya tampak sebagai media "partisan", karena kecenderungan untuk menyebarkan ideologi kelompok penerbitnya. Media yang tercatat sebagai pers Islam pertama adalah majalah Al-Afunir (1911), terbit di Padang, dan dikelola oleh para ulama muda Sumatra Barat. Setelahnya, kebanyakan pers Islam muncul sebagai bagian dari organisasi Islam, misalnya Sarekat Islam (SI) Surakarta menerbitkan Sarotama (19 l 4 ), ST Semarang menerbitkan Sinar .!awa (1914), SI Banjannasin menerbitkan Persatoean (1930), SI Bandung menerbitkan Simpai (1916), SI Palembang menerbilkan Teroqjo (1919), Muhanunadiyah Solo
menerbitkan Adil (1932), Muhanunadiyah Semarang menerbitkan Swara Islam 8
htlp:llwww.kunci.or.id, 20 April 2006
5
(1931), clan NU menerbitkan Swara Nadhatul Ulama (1928). Keberadaan pers Islam menjadi mitra bagi pers umum. Proses tumbuh dan berkembangnya, serta kendala yang dihadapinya, boleh jadi tak jauh berbeda dengan pers umwn. Kalaupw1 ada yang berbeda, itu lebih pada substansi media pers Islam. 9 Dan pada tahun 1959, di saat pers fslam masih menjadi pers partisan, Hamka bersama beberapa tokoh fslam lainnya menerbitkan sebuah majalah Islam yang independen. Artinya tidak bemaung di bawah organisasi Islam tertentu, yaitu Panji
Masyarakat (Panjimas). Majalah yang telal1 memposisikan dirinya sebagai corong dari gerakan pembaharuan di Indonesia. Yang ingin membawa semacam gerakan pencerahan terhadap umat Islam klmsusnya dan bangsa Indonesia pada umumnya, mencoba membentengi umat Islam dari paham-paham materialisme dan komunisme dengan konsepsi Islam modem dan berdiri bersama ulama-ulama modemis, dan juga Reformasi clan Modemisasi. Gagasan pembaharuannya adalah kembali kepada AlQur'an dan Hadits. Yang pada masanya memiliki peredaran yang luas di selurnh Indonesia.
10
Di sinilah ketertarikan Penulis untuk mengkaji Sejarah Pettwnbuhan Pers Islam Indonesia, beffi!aksud untuk meneliti pertwnbuhan Panji Masyarakat pada masa kepemimpinan Hamka sebagai bagian dari Pers Islam Indonesia yang sangat
9
]bid
JO Subhan Afifi, Segn1e11tasi Religius dala111 Pasar Media: Studi tentang segn1e11tasi Pers Islam di Indonesia, Tesis Sarjana Ilmu Politik dan Sosial, (Jakarta: Univernitas Indonesia, 2002), ha!.
39
6
berkembang pada masanya. Posisi dan perannya sebagai pembawa misi amar makruf
nahi munkar diakui oleh Indonesia.
B. Pembatasan dan Peromusan Masalah Topik tulisan ini mengenai Sejarah Pertumbuhan Pers Islam Indonesia merupakan pembahasan yang masih sangat umum dan luas sekali. Penulis mencoba mengidentifikasi beberapa masalah terkait dengan topik tersebut diantaranya adalah: I. Pers Islam, Sejarah dan Pertumbuhannya di Indonesia 2. Biografi Hamka 3. Sejarah Panji Masyarakat 4. Masalah-masalah yang dihadapi Panji Masyarakat Dari identifikasi di atas, penulis akan membatasi penelitian ini pada Sejarah Pertumbuhan Pers Islam Indonesia Studi kasus Panji Masyarakat pada masa Kepemimpinan Harnka. Maka dari pernbatasan rnasalah tersebut akan dibuat perumusan rnasalah, yaitu: Bagairnana Perturnbuhan Panji Aiasyarakat pada rnasa kepemimpinan Hanlk:a sebagai Pers Islam Indonesia?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian AdapUII tujuan penelitian mengenai Sejarah Pertumbuhan Pers Islam Indonesia adalah tmtuk mengetahui Pertwnbuhan Panji Masyarakat pada masa Kepemimpinan Hamka sebagai Pers Islam Indonesia Selain tnjuan tersebut diatas,
7
penelitian ini juga bertujuan untuk menambah khazanah pengetahuan, dan riset lebih lanjut mengenai Pers Islam Indonesia. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menambah bahan pustaka mengenai Sejarah Pertmnbuhan pers Islam Indonesia 2. Menambah wawasan mengenai Petumbuhan Panji Masyarakat Pada Masa Kepemimpinan Hamka
D. Metode Penelitian dan Penulisan
Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan historis, dengan tahap-tahap sebagai berikut I. Pengumpulan data, dalam metode pengumpulan data dalam penulisan skripsi
mt,
penulis
menggunakan
Library
Research
(penelitian
Kepustakaan ), yaitu dengan cara mengumpulkan, membaca, mempelajari serta menelaah buku-buku dan dokumen yang
berkaitan dengan
pembahasan yang penulis teliti. Dalrun usaha mendapatkrui data, penulis melakukan klllljungan ke beberapa Perpustakaan antara lain: Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Nasional, dan internet. Baru setelah itu data-data terhimpun dan di seleksi untuk mencari datadata yang relevan dengan penulisan. Dan metode wawancara, di mana wawancara ini dipandang sebagai metode pengumpulan data tanya jawab dengan tokoh Rusjdi Hamka, Ketua Umum Yayasan Pesantren al-Azhar
8
Jakarta, tanggal 20 September 2006 yang sangat berkaitan dengan judul ini, dan wawancara ini merupakan sumber primer. 2. Analisa data, setela11 dilakukan klasifikasi data penulis melakukan analisa dengan menggunakan Pendekatan Sejaral1. Pendekatan sejaral1 ini lebih menekankan pada sejarah pertumbuhan Panji Masyarakat Pada masa kepemimpinan Hamka. Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman Penu/isan
Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press, Jakarta: 2002.
E. Sistematika Penulisan Untuk lebih terarahnya pembal1asan pada penulisan ini, penulis membuat sistematika sesuai dengan masing-masing bab. Adapun sistematika penyusunan sebagai berikut : Bab I
Pendahuluan, berisi tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Pemmusan Masalal1, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Bab II
Membalms tentang Sejarah Pers Islam Indonesia yang meliputi Definisi Pers Islam, Latar Belakang Kelahiran Pers Islam Indonesia, Pers Islam; Pers masa Pergerakan Kebangsaan, dm1 Pers Islmn masa Kemerdekaan
BABII SEJARAH PERS ISLAM INDONESIA
A. Definisi Pers Islam Ensiklopedi pers fndonesia menyatakan, bahwa yang dimaksud dengan pers secara umum adalah sebutan bagi penerbitan perusahaan )"dllg berkaitan dengan media massa atau wartawan. Sebutan ini berawal dari cara bekerjanya media cetak yang menekankan huruf-huruf di atas kertas yang akan dicetak. Dengan demikian segala barang yang dikerjakan dengan media cetak disebut pers. Pengertiannya terdiri
dari dua ha! yaitu sempit yaitu media cetak seperti surat kabar, majalah tabloid, dan dalam arti luas meliputi semua cetakan yang dih1jukan untuk umum atau disebut juga kegiatan yang berhubungan dengan media massa elektronik anta.ra lain radio siaran dan televisi siaran, dan termasuk internet sebagai media yang menyiarka.n ka.rya juma.listik. 1 Buktt, majalah, surat kabar, dan tabloid tennasuk dalam kategori media cetak umwn yang mengala.mi perkembangan yang pesat. tidak ha.nya menjadi media infonnasi tetapi juga telah menjadi lahan bisnis yang menguntungkan. Pada awalnya memang pers lebih menitik beratkan pada unsur ceta.k-mencetak, namUll dalam perkembangan selanjutnya, seiring dengan perkembangan teknologi media umum
1
Ensik/opedi Pers Indonesia, (Jakarta, Gramcdia, 1999), hal. 206
11
telah mampu memanfaatkan teknik penyiaran yang cuknp efektif, cepat, dan lebih Iuas jangkauannya. Tapi pers seperti apakah yang dirujuk ketika berbicara tentang pers Islam? Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Litbang Republika dan The
A~ia
Foundation tentang
Islam and Civil Society, dengan tema khusus "Pers Islam dan Negara Orde Barn'', mendefmisikan pers Islam sebagai: "Pers yang dalam kegiatan jumalistiknya melayani kepentingan umat Islam, baik yang berupa materi (misalnya kepentingan politik) maupun nilai-nilai". 2 Dalam ensiklopedi pers Indonesia dikatakan bahwa yang dimaksud dengan pers Islam adalah penerbitan yang bernafaskan atan yang melakukan syiar Islam. 3 Selain itu yang disebut pers Islam ialah orang-orang Islam yang terjun ke dalam bidang perusahaan pers, yang memperjuangkan cita-cita Islam agar dapat dilaksanakan. Sementara menurut Dedy Djamaluddin Malik (1989) Pers Islam adalal1 menerapkan kaidah jumalistik yang memiliki karateristik tertentu bila dibandingkan dengan jumalistik umum, sehingga lahirlah istilah jumalistik Islami. Jumalistik Islami yang dipraktekkan pers Islam digolongkan dalam Crnsade Journalism, yaitu jumalistik yang memperjuangkan nilai-nilai tertentu, dalam ha! ini adalah nilai-nilai Islam.
4
Pers Islam dalarn kajian ini dimaknakan sebagai pers yang dikelola oleh muslim dengan visi dan misi untuk mengembangkan Islam dengan isi yang relevan dengan 2
Alia Swastika, Media Massa Islam Indonesia, www.Kunci.co.id, 11 September 2006
3
Ibid., hal. 207
Subhan Afifi, Seg1nentasi Religius dala111 Pasar Media: s,~tudi tentang seg111entasi Pers Jsfatn di Indonesia, Tesis Sarjana Ilmu Politik dan Sosial, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2002), hal. 34 4
12
nilai-nilai keislaman, clan menjadikan pembaca muslim dan uon-muslim sebagai sasaran pasar.
5
Dalam defmisi di atas, penambal1a.11 kata Islam lebih menunjukkan kepada misi
dan muatan yang dibawa oleh suatu penerbitan. Dalam pers Islam ajaran-ajaran Islam menjadi patokan bagi insan pers yang ada di dalamnya. Di lihat dari obyeknya pers Islam ditujukan khusus untuk kalangan Islam, sementara diiihat dari subyek (pelaku, pemilik modal) adalah juga orang-orang Islam. Beberapa contoh penerbitan Islam, antara lain majalah Suara Pembaharuan milik organisasi pendidikan dan dakwah Muhammadiyah, Sabili, dan lain-lain.
B. Latar Belakang Kelahiran Pers Islam Indonesia Kenumculan pers Islam di Indonesia dimulai pada awal abad ke-20, bersamaan dengan lahir dan menyebarnya ide-ide reformasi yang berkembang di Timur Tengah, terutama dari Mesir. Ide-ide tentang reformasi itu setidaknya menyebar melalui dua majalah terkemuka, Al-Urwatul Wutsqo dan Al-Manar yang bukan saja mendapatkan perhatian Muslimin dari berbagai benua, tapi juga dari tokoh-tokoh bangsa Eropa yang terkemuka Penyebaran ide ini begitu luas, hingga ke Jawa, dan melal1irkan gerakan Jami'at Khair. Para anggota organisasi ini kemudian menyebar dan mendirikan organisasinya sendiri, seperti KH Ahmad Dahlan yang mendirikan Muhammadiyal1. Selain
'Ibid
13
Muhammadiyah, berdiri pula beberapa perkumpulan lain seperti Sarekat Dagang Islam, Persatuan Islam. Organisasi-organisasi ini membangun iklim diskusi bagi pemikiran Islam mutakhir. Dalam skala yang lebih luas, ini memw1culkan kebutul1an akan pers Islam Pers Islam, sebagai bagian dari pers pribumi yang bertujuan menyebarkan semangat kebangsaan dan cita-cita kemerdekaan, awalnya tampak sebagai media "partisan",
karena
kecendernngan
untuk
menyebarkan
ideologi
kelompok
penerbitnya. Media yang tercatat sebagai pers Islam pertama di Indonesia adalah majalah Al-Munir (1911), terbit di Padang, dan dikelola ol.eh para ulama muda Sumatra Barat. Setelalmya, kebanyakan pers Islam muncul sebagai bagian dari organisasi Islam, misalnya Sarekat Islam (SI) Surakarta menerbitkan Sarotama (1914), SI Semarang menerbitkan Sinar Jawa (1914}, SJ Banjarmasin menerbitkan
Persatoean (1930), SI Bandung menerbitkan Simpai (1916), SI Palembang menerbitkan Terodjo (1919), Muhammadiyah Solo menerbitkan Adil (1932), Muhammadiyal1 Semarang menerbitkan Swara
!.~lam
(193 l}, dan NU menerbitkan
Swara Nadhatul Ulama (1928). Selain mewartakan ajaran Islam, Pembela Islam bersama Medan Muslimin bersikap keras menentang Pemerintah Kolonia!. Biasanya, mereka menggunakan dalil-dalil Islam sebagai dasar untuk menunjuk kejahatan yang dilakukan Pemerintah Kolonial. 6
6
Alia Swastika, Op. cit
14
Yang dimaksud dengan insan pers di sini adalah mereka yang paling terlibat 7
dalam kegiatan intelektual: para jumalis atau wartawan. Para perintis pers Islam Indonesia, pada awalnya tnmbub sebagai akibat dari keterlibatan mereka dalam penerbitan-penerbitan milik Belanda. Perusahaan penerbitan pers di Indonesia diperkenalkan pertama kali oleh orangorang Belanda yang membuka usaha-usaha penerbitan pada pertengal1an abad 18. nama penerbitan pertama adalall Bataviasche Nouvellees, terbit pada ta11un 1744 yang dikelola oleh J.E. Jordens.
8
Kebutuhan akan tenaga-tenaga profesional dan terlatil1 dibutuhkan pula dalam bidang pers. Proses ini secara langsung tela11 menjadi sarana penting bagi para penduduk pribumi untuk melatih diri dan mencari pengalaman dalam merintis dan mengelola sebuah penerbitan. Temyata bagi kalangan pribrnni hal ini tidak disiasiakan, para tokoh pergerakan terbukti adalah para pengelola penerbitan dan para jurnalis yang handal untuk melakukan propaganda kebangsaan lewat bidang tersebut. Di tahun 1924 sampai talmn 1930-an usaha penerbitan bemafoskan Islam semakin merata di berbagai daeral1 seperti : di Jakarta terbit Pemandangan, di Solo ada harian
Adil, Islam Raya, dan As-Siasah. Di Surabaya terbit Soara Oemoem. Di Kalimantan terbit Felita Islam (Banjannasin), di Bandung terbit Lajnah Bendera Islam. Pada periode ini di Padang juga dikenal majala11 yang cukup berpengaruh yang diterbitkan oleh haji karim Amrullall, ayahnda Buya Hamka : Al-Munir (1911 ). 1
Ibid
8
Edward Smith, Pembreidelan Pers di !11do11esia, (Jakarta: Grafiti Pers, l 986). ha!. 52
15
Di medan,
tal1W1
I 934 juga terbit majalah Pedoman Masyarakat yang dipimpin
Hamka, dan Pedoman Islam yang dipimpin oleh Zaenal Abidin Ahmad. Majalah ini memiliki peredaran yang Juas di seluruh Indonesia, bahkan sampai ke Singapw-a, SemanjWlg Malaya (Malaysia), Kairo (Mesir) dan Mekkah (Arab Saudi). 9
C. Pers Islam; Pers Nasional masa Pergerakan Kebangsaan dan Pers Islam masa Kemerdekaan Masa pergerakan nasional merupakan titik sejarah paling penting bagi bangsa Indonesia, karena masa itu mulai lahir kesadaran kebangsaan. Menurut Anderson, suatu kebetulan yang aneh bahwa sejak dasawarsa I 920-an bahwa Indonesia telah "mengada dengan penuh kesadaran diri". Selain itu yang berperan memupuk rasa kete1ikatan ini adalah sekolah-sekolah yang dibangun oleh rezim penjajah di Batavia, yang kian banyak jumlahnya sesudah pergantian abad. Secara ketat dan secara struktural analog dengan birokrasi negara sendiri.
10
Dari pendapat Anderson dapat disimpulkan bahwa media cetak telah ikut melahirkan, menyebarkan dan membentuk bahasa Indonesia, bahasa nasional yang meajadi unsur penting dalam gerakan kebangsaan. Perkembangan penting Iainnya pada masa ini adalah lahimya orgamsas1organisasi kebangsaan yang modem. Organisasi ini tidak mengatasnamakan primodialisme, tetapi lebih mengarah kepada semangat ke-Indonesiaan. Tercatat 9
Subhan Afifi, op. cit., hal. 35
10
Benidict Anderson, Ko1nunitas-ko1nunltas bnajiner Nasionafisn1e, ('\Togyakarta: fnsist Press dan Pustaka Pelajar, I 999), ha!. I 83
16
dalam sejarah bahwa pelopor gerakan kebangsaan adalah Dr. Budi Utomo, Dr. Cipto Mangunkusumo, Dr. Radjiman Wedjoyodiningrat dan Setia Budi. Menyusul kemudian muncullah Sarekat Dagang Islam (SDI) yang selanjutnya berubah menjadi Sarekat Islam (SI) yang lahir pada l l Nopember 1912. Sarekat Islam berkembang dengan luar biasa melebihi Budi Utomo. Ia tidak hanya memiliki cabang di Jawa, tetapi hampir di seluruh kepulauan nusantara. Masa ini terntama terjadi di masa kepemimpinan Cokroaminoto seorang pemimpin kharismatik dan handal. Dalam tahun 19 l 0-1940-an, SI banyak menerbitkan majalah maupun surat kabar. Penerbitan itu antara lain Simpai terbit tahun 1916, oleh kaum muda Sarekat Islam Bandung, Benih Merdeka yang dipimpin o!eh Muhammad Samin ketua SI cabang Medan, al-Islam di Solo editomya adalah Cokroaminoto dan Haji Abdullah Ahmad dari Padang. 11 Pada periode ini pun Muhammadiyah telah banyak mengeluarkan sendiri penerbitannya, antara lain: Rosia Alam (l 925) Muhammadiyah cabang Pasar Gede Yogyakarta, al-Choir Surakarta (l 926), dan lain-Iainu Sementara kalangan tradisional yang banyak diwakili o!eh NU, yang berdiri sejak tahun 1926, agak terlambat melakukan penerbitan pada tahun ! 928 antara lain Swara Nad/atul Ulama,
" Dalier Noer, Parlai Islam da/am Pen/as Nasional, (Jakarut: Grafiti, 1987), haL 115 12 Tribuana Said, Sejarah Pers Nasional dan Pe111bangunan Pers Pancasila, (Jakarta: CV. Haji Masagung, 1988), hal. 250
17
Utusan Nadlatul Ulama yang memuat mengenai masalah-maslah keagamaan clan perkembangan NU. 13 Perjalanan pers Islam pada periode Kebangkitan Nasional, mengalami pasang surut, penerbitan yang mlltlcul memiliki misi yang cukup berat yaitu menyuarakan gerakan kebangsaan. Pers Islam yang lal1ir tidak bersifat independen tetapi ia muncul
dari organisasi keagamaan, sehingga muatan beritanya tidak lepas dari visi dan misi organisasi, perkembangannya akan sangat dipengamhi oleh dinamika organisasi tersebut, apabila organisasi ini mengalarni masa keemasan akan tercermin dalam penerbitannya, demikian pula jika terjadi sebaliknya. Kontribusi pers pada periode
ini, cukup besar yaitu membantu menyebarkan gagasan nasionalisme Indonesia yang barn lahir, menjadi corong pergerakan nasional. Pers Islam dan pers nasional banyak menyerang dan menghantam kebijakan-kebijakan pemeri11tal1 kolonial. Banyak pula diantara wartawannya adalah sebagai pemimpin gerakan kebangsaan sekaligus pemimpin penerbitan. Bila disebut nania salah seorang tokoh masa itu, pastilah ia pemah berkecimpung dalam dunia pers dan jumalistik bangsanya. Pers nampak bukan hanya bagian drui gerakan kebangsaan, nrunun pers adalal1 gerakan kebangsaan itu sendiri. 14 Dalam sejarah perkembangan pers nasional sebelum dan sesudah kemerdekaan, pers Islam mempllllyai tempat dan peranan penting. Seiring dengan gerak dan arus
" Dalier Noer. op. cit., hal. 246 14
SPS (Serilrat Peoorbit Surat Kabar), Garis-gari< Besar Perkemhangan Pers Indonesia, (Jakarta: SPS, 1976), hal. 85
18
kebangkitan nasional di tanah air, pers Islam berkembang melanjutkan risalah Pan Islamisme yang dirintis Jamaluddin
Al-Afghani dan Mohammad Abduh lewat
majalah Al-Unvatul Wutsqa (terbit di Paris akhir abad ke-19). Tercatat nama-nama seperti majalah Al-Munir (1911) di Sumatra pimpinan Dr. H. Abdullah Ahmad, Utusan Hindia (1912) terbit di Surabaya dipimpin HOS Tjokroaminoto, Panji Islam
(1934) pimpinan H. Zainal Abidin Ahmad, Pedoman Masyarakat pimpinan Hamka dan H.M. Yunan Nasution. Dua majalah terakhir mempunyai pengaruh cukup luas. Panji Islam yang lebih mengarahkan perhatiannya pada politik Islam, dikenal karena
memuat polemik dua penulis terkemuka yakni Ir. Soekarno dan M.Natsir. Sebnah polemik
yang
mencerahkan
pemikiran dan mempunyai
nilai
historis
bagi
pertumbuhan bangsa. 15 Kedatangan Jepang pada awalnya memberikan harapan kepada bangsa Indonesia. Jepang yang memiliki banyak kepentingan politik datang sebagai saudara. Jepang bennaksud mencari dukungan politik untuk melawan kekuatan Sekutu yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Dalam bidang pers Jepang melakukan kontrol yang kuat. Segala penerbitan yang pemal1 ada masa Belanda dan masih terbit masa itu, berusaha dikendalikan oleh Jepang, kehidupan pers Islam semakin sulit. Tekanan penjajahan Jepang, kelangkaan kertas, kekurangan modal, dan kelemal1an manajemen serta profesionalisme
"M. Syafi'i Anwar, Republika 19 Februari 1994, www.Google.com, l l September 2006
19
pengelola. Pada zaman pendudukan Jepang, pers Indonesia dirnanfaatkan sebagai propaganda perang. 16 Setelah Jepang mengalami kemunduran dan menyeral1 kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945 dan tiga hari kemudian Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Sejak proklamasi pers Indonesia mengalami kebangkitan kembali. Beberapa bulan setelah proklaniasi, dengan bekal pengalaman kerja pada pemerintah Belanda dan Jepang para tokoh pers mulai menerbitkan surat kabar. 17 Pada periode perjuangan kemerdekaan organisasi-organisasi kelslaman memiliki media sendiri-sendiri : Organisasi Sarekat Islam menerbitkan beberapa surat kabar seperti Sinar Jawa (Semarang), Panjaran
Warta (Betawi), dan Saroetomo
(Surakarta). Di bandung, Persatuan Islam (Persis) menerbitkan Al-Li.man, Pembela
Islam, serta Al-Fatwa (huruf Arab Melayu) dan At-Taqwa (bahasa Sunda). Di Yogyakarta
Muhammadiyah selain
menerbitkan Suara lvfuhammadiyah, juga
memiliki Suara Aisyiyah dan Mutiara. PB NU menerbitkan Al-Jihad, Al-Islam, dan
Berila NU. 18 Pada periode 1962, peta ideologi pers Indonesia dibagi menjadi dua bagian, yaitu pers komunis dan pers sinlpatisannya dari kalangan nasionalis sayap kiri, yang menduduki posisi dominan dalam menciptakan opini publik serta mempengarul1i kebijaksanaan pemerintah. Pers yang masuk dalam posisi ini adalah pers non atau anti
16
Subhan Afifi, foe. c;1., hal. 37
11
lbid.
18
Ibid., hal. 36
20
komunis yang terdiri dari pers agama
yaitu pers yang berafiliasi dengan partai
agama, pers kelompok BPS (Badan Pendukung Soekarnoisme ), dan pers militer yaitu yang dikelola sejumlah perwira Angkatan Darat. Pers yang masuk dalam pers agama adalah Duta Masyarakat, Sinar Harapan, dan
Kompas. Sedangkan pers kelompok BPS, di antaranya adalah Harian Merdeka, Berita Indonesia, Suara Merdeka, Pikiran Rakyat, dan beberapa koran daerah lainnya. Harian Berila Yudha dan Angkatan Bersenjata adalah contoh dari pers militer. 19 Pers pada masa ini lebih banyak berkonsentrasi pada masalah politik dan menjadi ajang 'konteks ideologi' antar berbagai ideologi yang ada pada masa itu yaitu Islam, Nasionalis, Komunis. Pada masa kebangkitan nasional, pers Indonesia memiliki visi dan misi yang sama yaitu kemerdekaan Indonesia, dan memiliki musuh bersama yaitu pers kolonial. Namllll paska proklamasi, mw1cullah kepentinga.n politik masingmasing, pers Indonesia mulai berhadapan secara frontal satu san1a lain. Ketika sejarah Indonesia memasuki babak barn dengan adanya era yang disebut era refom1asi, kalangan Islam juga memanfaatkan momentum dengan berlombalomba mendirikan pemsahaan pers. Pers barn mempakan masa ketika pers Islam mulai berhadapan dengan pasar. Sebagai bagian dari gerak dinamis sebuah generasi yang tumbuh dalam iklim intelektual yang riuh, menunjukkan gejala kuatnya artikelartikel teoritis dan akademis. Selain berpartisipasi dalam pers-pers Islani besar,
19
Ibid., hal. 41
21
beberapa kelompok anak muda mulai membangun media mereka sendiri, misalnya Amanah, Sabili, Ummi, dan Annida dan masih banyak lagi benmmculan meramaikan
bursa pasar mediaw Amanah (1986) rnengawali era pers Islam yang ringan, populer dan meriah,
dengan orientasi bisnis yang kuat. Hanya sepertiga dari isi rnajalah Amanah yang rnenurunkan artikel ajaran Islam, sernentara sisanya merupakah artikel populer .21 Majalal1 Sabili mengimplementasikan pemilihan segmentasi "kaum muda, ak1ivis dakwah .yang ingin menerapkan Islam secara kaffah" dengan bahasan dan gaya bahasa yang sesuai. Keinginan pengelola Sabili untuk membidik segmen kaurn rnuda Islam yang memiliki komitmen tinggi dalam berlslam. 22 Majalah Ummi yang bersegmen wanita rnuslim. Majalah ini cukup populer di kalangan wanita rnuslirn dewasa, karena para pengelolanya menyapa pembaca tidak dengan "bentakan yang tajarn", melainkan dengan "bisikan yang bersahabat".
Untuk segmen remaja,
kelompok Ummi juga rnenerbitkan Annida. Awalnya Annida juga memuat artikelartikel dakwah, namun terbukti strategi semacam ini tidak bisa merangkul rernaja. Selanjutnya, kebijakan keredaksian diubah dan diputuskan memuat kisal1-kisal1 Islarni. Selain dimaksudkan sebagai bentuk lain dari dakwah, kisah·kisah Islami juga dipandang marnpu menyuguhkan kepada rernaja realitas yang terjadi dalarn
20
Ibid., hal. 45
21
Alia Swastika, Media Massa Islam Indonesia, www.Kunci.co.id, l l September 2006
22
Subhan Afifi, Op. cit., ha!. 159
22
kehidupan sehari-hari seorang muslim. Strategi ini justru mencuatkan nama Annida di kalangan remaja Islam, meskipun popularitas majalah remaja seperti Hai dan Gadis masih tak tergoyahkan. Seperti halnya majaiah remaja lain, Annida juga tampil khas remaja: ceria, semarak dan bahasanya ringan. Selain tiras penjualannya yang tinggi, pendapatan Annida juga banyak ditopang oleh iklan-iklan dari perusahaanperusahaan yang segmentasinya remaja muslim seperti iklan kosmetik, butik busana muslim, kaset kelompok nasyid, dan sebagainya. Pada sisi lain, kemunculan Annida dengan porsinya besar pada pemuatan cerita islami telah melahirkan generasi-generasi muda Islam yang dekat dengan kebiasaan menulis. Para penulisnya bahkan kemudian membentuk kclompok Forum Lingkar Pena (FLP) yang hingga tahun 2000 telah memiliki anggota lebih dari 6 ribu orang di seluruh Indonesia. Novel-novel islami yang ditulis anggota FLP ini tennasuk laris manis di kalangan buku-buku remaja. Fonnula "menyuguhkan Islam dengan senyum" kemudian menginspirasi banyak kelompok lain buat menerbitkan majalah bernuansa senada. Semakin mudahnya izin untuk mendirikan penerbitan setelah 1998 juga menjadi faktor penting yang menyebabkan muncul semakin banyak rnajalah Islami. Sebagian besar dari rnajalal1 Islam populer mernbidik perempuan dan remaja. Sebut saja majalah
Nikah, Noor, Karima, Puteri, Muslimah, Permata, dan beberapa
lainnya. Se.lain menggw1akan fonnula U111111i dan A1111ida, majalah-majalah Islami yang baru muncul juga mulai menjadikan para selebritis sebagai salah satu sumber
23
berita, terutama dalam kaitannya dengan pengalaman spiritual mereka sebagai
. 23 seorang mus l1m. Banyak pula yang menceritakan kisah nyata tentang petualangan manusia mencari kebenaran dalam Islam. misal.nya Majalah Hidayah di Jakarta yang selama ini lekat dengan pembaca sebagai majalah yang sejuk, membimbing orang untuk belajar agama, belum lagi rubrik-rubrik lain yang sangat disenangi p<:mbaca. Seperti: Kisah Kitab (rujukannya pada kitab-kitab klasik yang memuat kisah-kisah yang patut direnungi), Kisah Qur'an (kisah yang tidak asing lagi yang dinukilkan dari ayat-ayat al-Qur'an dan kitab-kitab tafsir), profil dai (menampilkan dai-dai yang sudal1 malang melintang di tanah air), tokoh-tokoh Islam, Syiar (lembaga Islam yang lebih mengedepankan pengembangan keislaman), serta artikel-artikel keagamaan yang diminati banyak orang. 24 Sejak pertengahan tahun 2004 televisi di Indonesia banjir dengan sinetron relib>ius bertajuk "Haiti". Diawali dengan sukses TPI menayangkan serial Rahasia Ilahi, yang konon diilhami dari kisah-kisah nyata dalam majalah Hidayah dan Allah Maha Besar didasarkan pada pengalaman nyata penceritanya sebnah kesaksian didasarkan atas narasi atau kesaksian orang-orang yang mengalami atau meuyaksikan langsuug kejadian yang dituturkan dalam sinetron tersebut. Sinetron··sinetron itu dapat
" Alia Swastika, Op. cit. "Herry Munhanif, Penjelasan dari Majalah Hidayah, http:llwww.111ail-archive.com, tanggal 9 November 2006
24
memberi semacam kelegaan terhadap dahaga robani yang mungkin dialami oleh sebagian orang Indonesia. 25 Mulai muncul pula rubrik-rubrik gerai mode (menampilkan aneka macam model busana muslim), konsultasi mode atau konsultasi kecantikan. Meskipun tampak menonjolkan sisi "pop", sebagian pers Islam generasi baru ini tetap berusaha untuk memberikan alternatif lain bagi remaja dalam berhadapan dengan industri hiburan dalam lingkup yang lebih luas. Annida bahkan terang-terangan dirnaksudkan sebagai media yang berusaha mengajak remaja untuk melawan penyebaran hedonisme clan konsumerisme. Selain memberikan nuansa !slami pada budaya pop (misalnya dengan menampilkan profil kelompok nasyid), pernilihan remaja Islam berprestasi, clan sebagainya, media-media ini juga mulai memasukkan isu-isu politik. Di media-media rernaja lainnya, perbincangan tentang politik dan hal-hal yang terlalu serius cenderung dihindari. Selain pada pilihan isi dan bahasanya, perbedaan yang cukup tajam dengan media Islam pada era-era sebelumnya adalah sistem manajemen yang lebih tertata clan orientasi bisnis yang lebih kuat. Pada masa lalu, kebanyaka.t1 pers Islam dikelola dengan manajemen kekeluargaan. Belum banyak pengelola pers Islam yang mempraktekkan konsep-konsep manajemen dan pemasaran modem. Ketika pers Islam memutuskan untuk rnernperluas pasar clan menggunakan strategi-strategi
25
Ruslani, http:1/www.kompas.co.id, tangga! 9 November 2006
25
seperti yang dipakai oleh media massa lai1U1ya, dengan sendirinya ada kebutuhan untuk menerapkan konsep manajemen dan pemasaran modern. 26 Pada periode ini mulai terlihat beberapa pers Islam yang diperhitungkan sebagai sebuah industri yang mengMtungkan. Kesadaran keberagamaan masyarakat dan kebutuhan informasi alternative dalam perspektif Islam ikut melambungkan tiras media-media Islam. Media-media Islam yang berkembang sekarang juga semakin berani untuk menampilkan kharateristik yang semakin beraneka ragam. Pers saat ini selain berfungsi sebagai media informasi, pendidikan, dan hiburan juga tidak boleh dilupakan sebagai salah satu media dakwah. Kenyataan ini jelas berbeda dengan kehidupan pers pada awal-awal abad 20 di mana pers berfungsi sebagai media perjuangan.
26
Alia Swastika, Joe. Cit.
BABUI BIOGRAFI HAMKA
A. Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) adalah putera dari Syekh Abdul Karim Amrullah tokoh dari pelopor gerakan-gerakan Ishun "kaum muda" di Minangkabau. Panggilan kecil Hamka ialal1 Abdul Malik, ia dilahirkan pada tanggal 16 Februari 1908 di Manijuratau lebih tepatnya lahir pada tanggal 13 Muharram 1362 sebuah desa tanah sirah, di tepi danau Maninjau Sumatra Barat. 1 Berbicara tentang Hamka, maka tidak lepas pembicaraan kita tentang latar belakang di mana tokoh tersebut dilahirkan, baik dari kondisi sosial masyarakat ataupun letak geografisnya. Kalau di perhatikan keberhasilan Han11rn sebagai seorang yang pandai dan terkenal tidaklah mengherankan, seperti kata pepatah, "buah jatuh tidak jauh dari pohonnya". Seperti itulah kiranya Hamka dikenal, Hamka dilahirkan dari keluarga yang memiliki pengetahuan keagamaan yang kuat serta disegani dalam lingkungannya.
Kakeknya
Muhammad
A111rullal1
seorang
nlama
dan
tokoh
masyaralrnt yang dihormati begitu juga dengan ayahnya yang juga seorang ulama dan tokoh masyarakat yang memiliki pengetahuan dan pemikiran yang luas. Ini dapat dilihat dari aktivitasnya dalam berbagai organisasi yang diikutinya. 2 Oleh karena itu
1
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: lchtiar Barn Van Hoeve, 1993), hal. 75 2
Ibid., hal. 78
27
Hamka diharapkan oleh ayahnya menjadi seorang ulama juga. Harapan ayahnya ini terucap saat Hamka dilahirkan ketika itu ayahnya berkata bahwa Malik akan dikirim belajar ke Makkah selama l 0 talmn agar ia menjadi orang alim seperti dirinya dan seperti kakeknya. 3 Ketika usianya mencapai 4 tahun ibu dan ayalmya pindah ke Padang Panjang. Di kota gerimis ini ia dimasukkan ke sekolah desa di Padang Panjang pada pagi hari
selama 3 tahun, sore haii pergi ke sekolah Diniyyah, dan pada malam harinya berada di Surau bersama teman-teman sebayanya. Begitu usianya mencapai l 0 tahun, Hamka dipindahkan dari sekolah desa ke Madrasah Thawalib. Pada malam harinya ia sempat belajar bahasa inggris. Kondisi belajar yang masih memakai cara-cara lama serta keharusan menghafal membuat Haiuka sempat bosan dan meminjam istilal1 Hainka sendiri memusingkan kepala.
4
Keadaan seperti ini yang membuat Hamka lebih senang
berada dalam Perpustakaan untuk membaca buku-buku cerita dan sejarah. Kegemaran membaca inilah yang membuatnya menjadi seorang yang otodidak, ia memperoleh pengetalman yang banyak dan luas dengan belajar sendiri tanpa jenjang pendidikan formal. Sebagai seorang anak tokoh pergerakan, sejak kanak-kanak sudal1 menyaksikan dan mendengar langsung pembicaraan tentang pembal1aruan melalui ayal1 dan rekan-rekan ayahnya.
'Hamka, Ke11a11g-kenanga11 Hidup, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991 }, hal. 6 4
Ibid., hal. 44
28
Sejak usia sangat muda Hamka sndah dikenal sebagai seorang kelana, ayahnya bahkan menamakannya "Si Bujang Jauh". Pada tahun 1924, dalam usia 16 tahun ia pergi ke Jawa. Dengan kepergiannya tersebut dimulailab fase baru dalam kehidupannya, yaitu merantau. Sebagian besar hidupnya dilalui di luar tanab kelabirannya. Rantau pengembaraan pencarian ilmu di tanab Jawa, ia mulai dari kota Jogjakarta. Dalarn kesempatan ini Hamka bertemu denga Ki Bagus Hadikusumo, yang dari dia Harnka mendapatkan pelajaran tafsir al-Qur'an. Ia juga bertemu dengan H.O.S Cokroarninoto dan mendengar ceramalmya tentang Islam dan sosialisme. Di sarnping itu ia berkesempatan pula bertukar pikiran dengan beberapa tokoh penting lainnya, seperti H. Fakhruddin dan Syarnsul Ridjal, tokoh Jong Islamieten Bond. Yogjakarta kelihatannya mempunyai arti penting bagi pertumbulian Hamka sebagai seorang pejuang dan penganjur Islam. Kota tersebut telab memberikan sesuatu yang baru bagi Harnka. Ia sendiri menyebut babwa di Yogjakarta ia menemukan "Islam sebagai sesuatu yang hidup, yang menyodorkan suatu pendirian dan perjuangan yang dirtamis". 5 Setelah beberapa lama di tanal1 Jawa, Hamka pw1 kembali ke Minangkabau dalam usia tujuh belas tahun, Harnka telall tumbuh menjadi peminlpin di tengahtengah lingkungannya, ia sering berpidato di tengah-tengah masyarakat Minangkabau yang telah melahirkan dan membesarkamiya itu. Ia juga membuka knrsus pidato bagi teman-teman sebayanya di surau jembatan besi, kemudian basil pidato teman-
'Ibid., ha!. I 02
29
temannya dikumpulkan dan diterbitkan dalam majalah yang diberi nama Khatibul
Ummah. 6 Hamka telah pulang ke ralnnatullah pada 24 Juli 1981, namun Jasa dan pengaruhnya masih terasa sehingga kini dalam memartabatkan agama Islam. Beliau bukan sahaja diterima sebagai seorang tokoh ulama dan sasterawan di negara kelahirannya, malah jasanya di seluruh alam Nusantara, termasuk Malaysia dan Singapura, turut dihargai.
7
Demikianlah Hamka dalam menempuh hidupnya dengan pasti, penguku11an diri sebagai tokoh dan pengajar Islam telal1 ia guratkan dengan yakin dalam jiwanya, sehingga Hamka selalu tampil sebagai pembicara atau pemberi ceramal1.
B. Latar Belakang Sosial dan lntelektual Ranah Minang tanah kelahiran Hamka merupakan daerah yang paling banyak mendapat pengaruh dari pikiran-pikiran reformasi Islam dan mertiadi daerah utama penghasil intelektual. Pendidikan agama mernpakan komponen terpenting bagi orang Minang. Islam mernpakan kelo.iatan roh orang Minang, sementara adat adalah baju orang Minang dalam bertingkah laku. Keberadaan Islamlah yang merubal1 pemikiran akan adat, dimana muncul pemikiran untuk meyatukan konsep agama sebagai dasar konsep demokrasi dan pemerintahan di Minang. 8 6
7
Ibid., ha!. 63 http:/l\t1ll1lt'.islamhadhari.net, 20 April 2006
'Dr. B. Setiawan, Ensiklopedi Nasiorui/ flldonesia, (Jakarta: PT. Cipta Asri Pustaka, 1990), hal. 332
30
Kuatnya Islam di Minangkabau terjadi aktbat menguatnya pemusatanpemusatan kegiatan dan aktivitas para pendak-wah Islam atau pelajar Islam yang selesai belajar dari luar Minang. Surau dan mesjid menjadi swnber utama pendidikan bagi orang Minang. 9 Ranah Minang di penghujung abad ke-19 dan paruh abad ke-20, tengah mengalami kebangkitan yang dikenal dengan sebutan kaum muda. Berbeda dengan kebangkitan sebelumnya, kebangkitan kali ini ditandai oleh berbagai publikasi sekolah serta organisasi yang dikelola secara modem. Panji··panji kebangkitan tersebut dikibarkan oleh empat tokoh, masing-masing : Syeikh Taber Jalaluddin, Syeikh Muhammad Jamil Jambek, Syeikh Abdullah Ahmad clan Syeikh Karim Amrullah. Melalui majalah al-Iman dan kemudian digerakkan oleh dasar intelektual mereka yang bersentul1an dengan pikiran-pikiran pembaharuan di Saudi Arabia dan Mesir, mereka melakukan langkah-langkah pemba11aruan Islam. Langkab-langkab pembaharuan ini mendapat reaksi yang cukup keras, terutama dari kalangan kaum tua. Tindakan mereka dalam memberantas praktek-praktek keagamaan yang menurut mereka bid'a11 serta telab bercampur dengan tahayul dan khufarat, dipandang oleh kaum tua mendesak posisi mereka ke kawasan pinggiran.
10
Beberapa pergerakan Islam yang muncul di telab mencatat berbagai upaya reformasi Islam yang dipelopori oleh kaum rnuda bukan hanya dalam masalah
9
Ibid
'°
M. Yunan Yusuf, Corak Penafsiran Ka/am Taftir Al-Azhar, (Jakarta: Perpustakaan IAIN, 1982), hal. 58
31
ibadah, tetapi juga yang sangat penting adalah implikasinya dala!n proses kreasi berpikir menyangkut kehidupan sosial dan politik. Refonnasi Islam mulai marak selepas para ulama pulang dari proses belajarnya atau melakukan ibadah haji di Mekkah. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa proses empirik dan edukasi para ulama di Makkah ini telah membuka mata akan adanya gerakan pembaharnan Islam. Gagasan barn yang dibawa kaum muda mengakibatkan segala pandangan yang dipegang lcaum tua dengan sendirinya tersudut dan dianggap semakin ketinggalan. Ketegangan sosial dalam bentuk polirsasi kaum tua dan muda serta diramu dengan konflik bersama dengan kaum adat, telah memunculkan sikap kritis yang begitu tajam dalam pemikiran kaum agama di Minangkabau dan tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa kondisi ini pulalah yang menirnbulkan sikap kultural yang mengidentifikasikan Minangkabau dengan Islam. Namun bukanlah beraJti yang dipertentaugkan itu inti ajaran adat dengan Isl31TI. Sebab dalam adat Minangkabau sendiri, tergambar jalinan erat antara adat deng311 Islam.
11
Saat itu di Sumatera Barat ada tiga corak orientasi keagamaan : pertama, tradisi agaJna lan1a yang mengakomodasi adat. Kedua, aliraJJ barn tetapi bersifat ortodoks. Ketiga, modemisasi atau refonnasi Islam yang dimotori oleh kaum muda. Benturan tradisi adat dengan pemikiran barn ulaJna refonnasi menjadi fenomena yang
11
Ensik!opedi Nasional Indonesia, Op. cil.
32
menyolok. Minangkabau ketika itu jadi terbelah dua dan menjadi puncaknya sejak tahun 1914 sampai tahun 1918. 12
C. Hamka sebagai Penulis dan Karya-karya
Tidaklah berlebihan kiranya jika dikatakan bahwa Hamka adalah seorang pemikir Islam modemis yang paling subur di Indonesia. Beliau bukanlah seorang sarjana dengan pendidikan fonnal yang memadai, melainkan seorang otodidak. Namun beliau adalah seorang pribadi yang memiliki kemampuan kognitif yang sedemikian tingginya sehingga hanya dengan beberapa bekal pendidikan masa kecilnya saja beliau sanggup menghimpun dan kemudian memprodnksi sedemikian luas ilmu pengetahuan agama melebihi kebanyakan mereka yang berpendidikan fonnal. Ketrampilan Hamka dalam menulis tidak lepas dari pengalarnan dan keterlibatannya dalam dunia pers. Keuletannya dalam menulis dan menerbitkan majalah ataupun harian nampaknya lebih didorong oleh semangat keagamaan. Apalagi bagi kaum pembal1aru penyebaran gagasan pembal1aruan sangat penting dilakukan, salah satu caranya adalah lewat penerbitan. Hal ini nampak sangat disadari oleh Hamka. Hamka adalal1 pendiri dan pemimpin Redaksi Panji Masyarakat pada masa awal, selain seorang jumalis ia pun dikenal sebagai seorang ulama yang sangat produktif
12
Hamka, Ayahku, (Jakarta·. Umminda, 1982), ha!. 105
33
da!am menulis. Se!ain aktif dalam soal keagamaan clan politik, Hamka merupakan seorang wartawan, penulis, editor dan penerbit. Sejak tahun 1920-an lagi, Hamka menjadi wartawan beberapa buah akhbar seperti Pelita Ando/as, Seruan Islam,
Bintang Islam dan Seruan
Muhammad~yah.
Pada tahun 1928, beliau menjadi editor
majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, beliau menjadi editor dan menerbitkan majalah Al-Mahdi di Makasar. Hamka juga pernah menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat, dan Pan.Ji Masyarakalu Dengan pendidikan formal yang sangat terbatas, yang terpenting di antaranya ber!angsung di madrasah kaum muda di mana ia belajar bahasa Arab dan menemukan bacaan barn yang merangsang mengenai pembaharnan Islam dari Mesir dan Timur Tengah. Dengan diawali pengalaman inilah, Hamka memulai se(f-studi nya secara efek'1if sepanjang hidupnya.
Se!F~tudi
ini meliputi bacaan yang luas dan intensif
(melalui edisi-edisi Arab, pan1,'l!II1atan yang tajam dan pengalaman !angsung sebagai peserta dan pemimpin dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa hidupnya). Produktivitas tidak hanya konstan tapijuga berfariasi. Dal am tahun I 928 keluarlah buku romanya yang pertama berjudul Si Sabariah. Dalam tahun 1929 keluarlah buku-bukunya Agama dan Perempuan, Pembe/a Islam,
Adat Minangkabau dan Agama Islam, Kepentingan Tabligh, dan lain-lain. Di zaman Jepang, banyak terbit karangan-karangannya dalam !apangan agama, tasawuf, filsafat dan roman. Pada waktu itulal1 keluar romal!llya Tenggelamnya Kapa/
13
http://www.wikipedia.org, 20 April 2006
34
Van Der Wick, Di Bawah Lindungan Ka'bah, Merantau ke Delli, Keadilan Jlahi. Dalam lapangan agama dan filsafat ia menulis Tasawwuf Modern, Falsafah Hidup,
Lembaga Budi, Lembaga Hidup, dan lain-lain.
14
Sesudah Revolusi, dikeluarkan buku-buku yang menggunjang, seperti Revolusi
Pikiran, Revolusi Agama, Ada/ Minangkabau Menghadapi Revolusi, Negara Islam, Islam dan Demokras". Tahun 1950 beliau pindah ke Jakarta, di Jakarta keluar bukubukunya: Ayah/at, Kenang-kenangan Hidup, dan Perkembangan Tasawuf Dari Abad
ke Abad, dan lain-lain. 15 Sebagai seorang yang luas pengetahuannya di bidang taiikh (Sejarah Islam) Harnka pun menulis buku Sejarah Umat !slain yang terdiri dari empat jilid yang ditulis sejak tahun 1938 diangsur sainpai tahun 1955. Karya tulis Hamka berpuncak dengan terbitnya Tafsir al-Azhar sebanyak 30 juz. 16 Tafsir ini dikenal sebagai karya tulis monumental Hainka, yang semakin memperkokoh dirinya sebagai jum dakwah yang tidak kenal lelah, sekalii,>us seorang ulaina yang sarat dengan karya-karyannya.
14
Hamka, Tasaw11fModern, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000), hal. IO
"Ibid 16
Hamka, Taftir al-Azhar, ha!. 48
BAB IV PERTUMBUHAN PANJI MASYARAKATPADA MASA KEPEMIMPINAN HAM KA
A. Latar Belakang Kelahiran Panji Masyarakat Panji Masyarakat, yang biasa disingkat Panjimas, salah satu majalah
berorientasi Islam yang tua di Indonesia, yang dalam pertumbuhannya bemsalia meuyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Panji masyarakat terbit pertama kali pada tanggal 15 Juni 1959, oleh K.H. Faqih Usman, FL Abdul Malik Karim Amrullah, Yusuf Abdullah Puar dan H. M. Yusuf Ahmad. 1 Nama Panji Masyarakat diambil dari dua majalah terkenal yang terbit di Medan, yaitu Pedomm1 Masyarakat yang terbit tahtm 1935 dan Panji Islam yang terbit pada tahun 1930. kedua majalah ini beredar secara nasional. Pedoman lvfa.1yarakat dikelola oleh Hamka dan Yunan Nasution, sementara Panji Islam
dikelola oleh Zainal Abidin Ahmad dan Yusuf Alnnad. Pada masa Jepang kedua majalah ini berhenti terbit, karena pemerintah Jepang melaknkan kontrol yang ketat terhadap bidang jurnalistik. Pada zaman revolusi keempat orang ini hijrah ke Jakarta. Hamka menjadi anggota DPR dan pengurus Muliamma.diyah, Zaenal Abidin Ahmad menjadi anggota
1
Vol. 12
Dr. B. Setiawan, Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Asri Pustaka, 1990),
37
keadaan perjuangan telah banyak meminta agar para pengarang, penulis, dan sastrawan Islam lebih konsentrasi pikiran dan tenaganya dalam bidang pekerjaan yang suci itu". Narnpaknya Harnka menginginkan para tokoh Islam untuk mencurahkan gagasan-gagasan dan pikirannya kedalam tulisan tersebut."
Kedua merarnaikan kembali dunia jurnalistik Islam, memunculkan majalah Islam yang bermutu dan taban uji yang menyirami dan mempertinggi kesadaran dan kecerdasan umat dari segala ancarnan, dan terakhir untuk memperkokob barisan frontal dalam mencapai basil-basil perjuangan yang diridboi oleh llahi. Sedangkan motto dari
majalah Panji Masyarakat adalah
''Penyebar
Kebudayaan dan Pengetabuan Selaras dengan Peijuangan Refonnasi dan Modemisasi Islam''. Artinya bahwa rnajalah Panji A1asyarakat akan lebih menitikberatkan dalarn lapangan kebudayaan dan pengetahuiln umum populer yang diselaraskan dengan perjuangan yang membawa modal reformasi dan modemisasi dalam· Islam, dan akan berdiri di sisi para ulama dan cerdik pandai beraliran baru, dalam ikatan pembangunan. Visi dan rnisi rnajalah Panji masyarakat ini adalah Pertama, ingin membawa semacam gerakan pencerahan terlmdap umat Islam khususnya dan bangsa Indonesia pada urnurnnya, Kedua, rnencoba rnernbentengi umat Islam dari paham-pal1am materialisme dan komunisme dengan konsepsi Islam modem dan berdiri bersama ulama-ulama modemis, dan Ketiga, adalah Refonnasi dan Modemisasi. Mengenai segmentasi dari Panji Masyarakat mempakan majalah yang membidik segmen yang tajam dalam masyarakat Islam, yang memperhatikan
39
Rubrik Editorial berisikan sikap dan pandangan redaksi terhadap masalahmasalah dan kejadian-kejadian di masyarakat. Rubrik Pandangan Hidup Muslim, rubrik ini diasuh langsung oleh Hamka yang be1isi nasehat-nasehat untnk pegangan hidup muslirn dan pikiran-pikiran Hamka rnengenai kehidupan sosial yang dikaitkan dengan ajaran Islam. Rubrik Masyarakat Kita adalah rubrik yang lebih banyak rnengangkat rnasalah-rnasalah sekitar kemasyarakatan, dan yang lebih rnenonjol pada rnasanya adalah rnasalah-rnasalah kebudayaan. Rubrik bahasa dan Budaya yang rnernuat tulisan rnengenai perkernbangan sastera dan seni Islam. Rubrik Dunia Islam rnemuat basil peliputan mengenai perkembangan dunia Islam Internasional. dan terakhir adalah Suara Pembaca yang mernuat surat-surat dari para pernbaca, baik berupa kritikan maupun harapan-harapan terhadap Panji Masyarakat di rnasa depan. Selain mbrik, Panji Masyarakat secara rutin memuat artikel-artikel hasil tulisan para tokoh-tokoh Islam dan pemikir-pemikir Islam lainnya. Sebagian besar dari isi majalah ini membahas seputar tema-tema pernbaharuan Islam, modemisasi, kemasyarakatan, kebudayaan, politik, ilrnu pengetahuan dan pendidikan. Dalam Terna Masyarakat, masyaralrnt
bagi Panji Masyarakat mengandw1g konsep dan
makna yang baru. Bukan masyarakat yang telah ada, namun suatu model masyarakat Islami yang ideal. Terna Kebudayaan berkaitan dengan masala.h-masalah kebudayaan itu sendiri, pernuatan puisi-puisi, kaligrafi Islam, dan perkembangan seni sastra Islam. Modernisasi dan pernbaharuan merupalcan tema yang cukup menonjol sebagai majalah yang mengambil garis pemikiran pembaharuan, seperti aspek sejarah
40
perkembangannya,
pemikiran
tokoh-tokoh
pembaharu,
serta
biografi
tokoh
pembaharn. Masalah politik tak lepas dari pembahasan Panji Masyarakat. Artikel ini memuat berbagai topik sosial politik, mulai dari pemikiran dan gagasan politik Islam, demokrasi, sistem pemerintahan [slam, dan isu-isu lainnya yang sedang hangat chbicarakan pada saat
itu.
Dalain artikel Ilmu Pengetahuan mengangkat wacana
Islamisasi ilmu sepeli pandangan Islam tentang ilmu kedokteran, astronomi dan ilmuilmu lainnya. Artikel Masalah pendidikan yang muncul adalab masalah pendidikan agama, perkembangan pendidikan serta lembaga-lembaga pendidikan. 3
C. Massiah yang dihadapi Panji Masyarakat Keberadaan pers keagamaan menjadi mitra bagi pers umum. Proses tumbuh.
dan berkembangnya, serta kendala yang chnadapinya, boleh jadi tak jauh berbeda dengan pers umum. Kalaupun ada yang berbeda, itu lebih pada substansi media pers keagamaan. Masalah yang di hadapi Panji Masyarakat berawal dari masa Demokrasi Terpimpin di mana pada masa itu terjadi sernacam ketenganggan huh.ungan. Keteganggan ini diakibatkan tindakan repsesif pemerintal1 terhadap kebebasan pers. Kebijakan
ini
kemudian
dikomentari
oleh Panji Masyarakat,
yang hanya
mengingatkan pemerintahan bahwa ha! itu sangat berkaitan dengan pelanggaran hak
3
Ibid
41
asas1 manus1a. Hal ini terl.Jbat bahwa Panji Masyarakat bersikap kritis terhadap kebijakan yang otoriter tersebut. Sebagai klimaks yang antagonistik ini, Panji Masyarakat dianggap oleh Soekamo sebagai musuh-musu.h revolusi yang hams dibersihkan karena telah memuat tulisan Mohammad Hatta pada edisi no 22 tahun ke II 1960, yang berjudul "Demokrasi Kita". Tulisan ini berisi tentang penentangan Hatta terhadap Demokrasi Tcrpimpin. Isi tulisan Mohanunad Hatta secara keras mengritik praktck Demokrasi Terpimpin, yaitu Soekarno yang mengangkat dirinya sendiri menjadi formatir kabinet, membubarkan konstituante yang dipilih oleh rak-yat, dan tindakah Soekamo yang membubarkan DPR hasil dari pemilihan umum. Tulisan Hatta yang sangat kcras ini, dimuat olch Panji Afasyarakat. Mcmuat tulisan yang begitu keras mcncntang Dcmokrasi Tcrpimpin adalah suatu kcbcranian, karena akan langsung berhadapan dengan Soekamo, dan menjerat mereka dengan undang-undang pers. Akhirnya Panji Masyarakat dibreidel. 4 Namun Ok-tober talmn 1966, atas prakarsa Hamka, H. M Yusuf Ahmad dan Rusjdi Hamka, Panji Afasyarakat tcrbit kcmbali mencruskan khittahnya sebagai media Islam yang independen., tidak terikat pada salah satu partai atau golongan. Dibantu oleh para cendikiawan pengarang clan redaktur muda, Panji Masyarakat berkembang sebagai media Islam. 5
'Ibid ' Rusjdi hamka, Hamka da11 Pers L
42
D. Panji Masyarakat dan Gerakan Modernisme Indonesia Gagasan-gagasan
pembaharuan
Islam
semenjak
awal
telah
didukung
penyebarannya oleh kekuatan media massa. Malah media massa itu merupakan batu loncatan yang melompatkan semangat pembahaman itn dari satn negeri ke negeri yang lain, mengarungi samudera dan menerjang gunung-gunung terjal yang mencoba menghambat taufan pembaharuan. Dalam membicarakan pembahaman dan pembangunan Islam kembali pada
penghujung abad XIX M, yang dipelopori oleh Jamaluddin al-Afghani, maka media massa itn merupakan semacam peluru kendali di zaman moderen ini yang melontarkan semangat pembaharuan dan pembangunan itu ke berbagai benua, kemudian
tnmbuh
laksana
benih yang
memutik di
kawasan
benua yang
bersangkutan. 6 Hampir bisa dipastikan bahwa organisasi-organisasi yang menamakan dirinya kelompok .pembaharu berusaha untnk memiliki penerbitan sendiri. Di samping menggunakan cara-cara konvensional seperti ceramah, tabliq, atau debat terbuka. Yang bertempat di mesjid, surau, atau madrasah-madrasah .oleh para da'i-da'i mereka. Peranan media massa dalam penyebaran pembaharnan Islam cukup penting. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana gerakan pembahaman semilkin insentif dan meluas setelah didukung oleh suatu penerbitan. Penerbitan kaum modernis pada masa awal 6
M. Yunan Nasution, "Al-Un,.atu/ W11tsqa" perintis pers Islam, Panji Masyarakat No.
403/XXV, 1 agustus 1983, hal. 54
43
lebih banyak berupa majalah atau jumal, karena mungkin model surat kabar belum dikenal. Selain itu model jumal merupakan model yang tepat untuk memuat artikelartikel. Jrnnal Al-Urwatul Wusqo adalah jurnal paling awal yang terbit di Paris dikelola oleh Jamaluddin al-Afghani, tokoh pelopor gerakan pembaharuan. Jumal ini tidak hanya beredar di Mesir tetapi telah menyebar pula di Jazirah Arabia bahkan menurut Azyumardi Azra, telah menyebar ke Nusantara lewat para jama'al1 haji. Jrnnal itu adalah jumal Al-Manar, jumal ini terbit di Mesir yang dikelola murid Djamaluddin al-Afghani yaitu Muhammad Abduh. Proses penyebaran lewat jrnnal ini terns dilanjutkan oleh penerbitan-penerbitan berikutnya, yang disponsori oleh organisasi-organisasi pembaharuan. Seperti, Fajar Islam yang diterbitkan oleh Sarekat Islam, Suara Muhammadiyah dan Pemhe/a Islam diterbitkan oleh Persis.7 Bentuk-bentuk penerbitan Islam pllll terus mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan dalam bidang ini. Bentuk penerbitan Islam, tidak lagi dalam bentuk jumal, tetapi mulai mllllcul dalam bentuk surat kabar dan majalah. Dalam periode tiga dekade pada permulaan abad ke 20, saling kaitmengkaitkan dengan arus kebangkitan nasional
dan pembaharuan Islam, maka di
Indonesia terbit beberapa majalah yang besar pengaruhnya terhadap pembangunan urnat di antaranya majalah Al-Munir (yang memberikan cahaya) di Padang Panjang
Azyumardi Azra, The 1i·ansmission of the Idea of Islamic R~form, The Cases al-Manar, a/Imam and al-Munir, Jurnal Studia lslamika, (Jakarta, l 998) 7
45
" ... bahwa ijtihad adalah hukum kebudayaan Islam, hukum perubahan yang menghadapi tiap gejala atau tiap gerak perubahan kebudayaan. Ia adalah hukum gerak dalam cara hidup umat Islam dalam menghadapi perubahan alam., Islam menyediakan ijtihad sebagai sumber hukum ketiga (setelah Al-Qur'an dan Hadits) untuk perubahan demi perubahan yang dialami oleh kaum muslimin. IjtiI1ad memikirkan dan melakukan pembaharuan dengan hubungan manusia dan
manusia."
Oleh karena itu, sebagaimana yang telah dikemukakan terdahulu, bahwa motivasi didirikan Panji masyarakat adalah meneruskan perjuangan kemerdekaan melalui media massa dan meramaikan dunia jurnalistik Islam yang bermutu dan dapat mempertinggi kesadaran dan kecerdasan umat dari segala ancaman dan serta mencapai hasil perjuangan yang di ridhoi Ilahi. Sesuai dengan mottonya "Penyebar kebudayaan dan pengetahuan selaras dengan pe1juangan reformasi dan modernisasi Islam", Panji Masyarakat diliarapkan dapat memberikan jawaban terhadap persoalan modernisasi kaitannya dengan gerakan penceral1an terhadap wnat Islam. Gerakan pembaharuan dan modernisasi yang dilakukan Panji Masyarakat dapat dilihat daripada rubrik dan artikel-artikel Panji Masyarakat, yang tidak hanya memberikan sikap dan pandangan tentang berbagai kejadian di masyarakat, tetapi lebih dari itu, Panji Masyarakat telah memberikan solusi dan nasebat sebagai pegangan hidup kaum muslim mengenai kehidupan sosial yang berkenaan dengan ajaran Islam.
46
Maka tidaklah berlebihan jika dikatakan, bahwa Panji Masyarakat merupakan salah satu gerakan modemisme Indonesia dilihat dari peran dan partisipasinya dalam rangka memberikan gagasan-gagasan dan pembaharuan-·pembaharuan yang refonnis bagi umat mnslim dan Indonesia pada umumnya.
BABY PENUTUP A. Kesimpulau 1. Panji masyarakat sebagai majalah dwi mingguan terbit pada tanggal 15 Juni 1959 dan dikelola oleh Hamka dibantu Yusuf Ahmad dan anaknya Rusjdi Hamka. Majalah ini bersikap netral tidak berafiliasi kepada salah satu partai Islam. Mereka mengatasnamakan pribadi dan kepedulian mereka terhadap perkembangan pers Islam. Kepedulian ini tidak lepas dari pengalaman mereka dalam bidangjurnalistik. 2. Panji Masyarakat telah menjadi corong dari proses penyebaran gagasan pembaharuan.
Majalah ini memfokuskan pada agenda-agenda penting
pembaharuan Islam, seperti pembaharuan pemikiran dan praktek keagamaan, konsep dan cita-cita kemasyarakatan dan pembaharuan pendidikan. Konsep pembaharuannya adalah seruan untuk kembali kepada Al-Qur'an dan Hadits. 3. Pers dalam perkembangannya digunakan sebagai media baik berupa jurnal maupun majalah oleh dakwah Islam, untuk menyuarakan aspirasi dan pembentukkan publik-opini umat Islam. Demikian halnya Panji Masyarakat pada masa Hamka merupakan majalah yang berkembang sebagai salah satu pers Islam pembaharu yang mempunyai kualitas dan ciri tersendiri.
50
C. Majalah
Rusjdi Hamka, Hamka dan Pers Islam dalam Pe1juangan Tajdid, Panji Masyarakat No.568/XXIX, 10 Maret 1988
-----------------, Hamka da!am Dakwah dan Pembahruan Islam, Panji Masyarakat No. 403/tahun XXV, 1 Agustus 1983 M. Yunan Nasution, "Al-Urwatul Wutsqa" perintis pers Islam, Panji Masyarakat No. 403/XXV, 1 agustus 1983
D. Wawancara Rusjdi Hamka, Ketua Umum Yayasan Pesantren al-Azhar, Wawancara Pribadi, Jakarta, tanggal 25 Oktober 2006
DEPARTEIVIEN AGAMA UNIVERSITAS !SLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKl!LTAS ADAB DAN HUl\1ANIORA la No. 95 Ciputat 15412 I'.. !\/I' I'. IJIJ<J ..\/(i 79/V 11 /2 IJIJ(i Nu111or I ,;1111pira11 : I (satu) pruposal skripsi l\~n1hin1hing Skripsi I Ia I
Telp. 7443329 Fax. 7493364 Jakarta. I} Juli 200(> Kcpada Yth. llapak/Sdr. Ors. H.D. Sirojudclin AR, M.Ag. di Jakarta
J\ssai<11nu'alaikum Wr. Wb. Dcngan horniat kami bcritahukan bahwa 8apak/Sdr. ditetapkan menjacli Pen1bin1bing Skripsi atas natna: Saudara : Aprini Herlina 102022024355 NIM. Aclab clan Humaniora/Sejarah clan Pcradaban Islam l'ak./Jur.: Yang bc1juclul: ··sejarah Pertumbuhan Pers.Islam Indonesia (Stucli Kasus Panji ivlasyarakat pada Masa I<.epe1nin1pinan Han1ka'', dala111 n.1ngk;1 111enyclesaikan studi incncapai gelar Saijana Strata I. l(an1i bcrharap Dapak/Sclr bersedia 111c1nbuatka11 jachval bi1nbi11gan, 1nini1nal delapan kali konsultasi.
;\tas kesediac1n 13npak/Sdr. untuk inclaksanaknn 1nenyan1p;1ikan pcngJ1arg.ann clan tcrin1a kasih.
tugas
tcrscbut
kan1i
\~1 :1ssala111
1)1-:J<;\N,
Tembusan: I. Yth. Pudek I Fakultas Aclab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Mahasisvva yang bersangkutan. Catalan: Pcnulisan skripsi diharapkan sclcsai paling lainbat setahun dari tanggal surat pcnunjukan pcn1bin1bing skripsi.
DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKAR.TA FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA a No. 95 Ciputat 15412
Telp. 7443329 Fax. 7493364
SURAT KETERANGAN NO: EA/PP.009/ 598/VII/2006 Dckan Fakultas Adah dan Hunrnniora LJIN Syarif Hidayatullah .Jakarta, dcngan 111c11erangkan bah\va
Nania
Aprini Hcrlina
Nim
I 02022024355
Tcmpat: tgl lahir Semester /ju rUsan Kepcrluan Keterangan lain-lain
Tanjung Balai Karinrnn. 11 April 1984 IX! SPI
: Wawancara dengan Bapak Rusdi Harnka : Ybs, benar mahasiswa Jurusan
Sejarah Peradaban Islam
Fakultas Adab dan Hurnaniora UIN Syarif Hidayatullah .Jakarta. Demikian surat kcterangan Tgunakan sebagain1ana n1estinya.
1111
kami
buat
dengan
sebenarnya
agar
.Jakarta, 21 Juli 2006 An. Dekan, Kabag. Tata Usaha,
Ors. H. Burhanuddin Yusuf, MM NIP: 150 203 012 '7
dapat
SURAT PERNYATAAN
;aya yang bertanda tangan di bawah ini :
~ama
: H. Rusjdi Hamka
abatan
: Ketua Umum Yayasan Pesantren Islam AI-Azhar
\Jam at
: Komplek Mesjid Agung Al-Azhar Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru Jakarta 12210
vlenerangkan bahwa :
-Tama
: Aprini Herlina
~im
: 102022024355
'ak!Jur
: Adab dan Humaniora I Sejarah Peradaban Islam
~ama
diatas benar-benar telah melakukan wawancara langsung dengan saya tentang
'Sejarab Pertumbuban Pers Islam Indonesia (Studi Kasus Panji Masyarakat pada nasa kepemimpinan Prof. Dr. Hamka)." )emikian pemyataan ini dibuat dan dapat ditinjau ulang apabila diperlukan.
PERTANYAAN WAWANCARA
t. Bagaimana proses dan latar belakang berdirinya P1.1nji Masyarakat? 2. Ka pan majalah Panji Masyarakat dirintis? 3. Apa visi dan misi majalah Panji Masyarakat? 4. Apa motto majalah ini? 5. Bagaimana peran Hamka terhadap Panji Masyarakat? 6. Bagaimana sosokHamka sebagai penulis? 7. Berapa tahun Hamka memimpin Panji Masyarakat? tahun berapa sampai berapa? 8. Apa harapan Hamka menerbitkan majalah Panji Masyarakat? 9. Masalah-masaiah apa yang dihadapi majalah Panji Masyarakat pada masa kepemimpiuau Hamka? 10. Bisa bapak sebutkan dan jelaskan rubrik, artikel tentang apa saja yang dimuat majalah Pa11ji Masyarakat?
TRANSKRIP WA WAN CARA
Responden
Bapak H. Rusjdi Harnka
Jabatan
Ketua Umurn Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar
Koresponden
Aprini Erlina
Tempat/Waktu
Badan Pengurus Yayasan Pesantren Islam AlAzhar/ 20 September 2006
Alarnat
Komplek
Mesjid
Agung
Al-Azhar
JI.
Sisingamangraja. Kebayoran Baru Jakarta 12210 Koresponden
Bagaimana Proses dan Latar Belakang berdirinya Panji Ma.1yarakaf?
Responden
Sekitar tahun tiga puluhan sudah ada dua rnajalah Islam yaitu Pedoman Masyarakat dan Panji Islam terbit di Medan. Buya Hamka dan Yunan Nasution di Pedoman Masyarakat sedangkan di Panji Islam ada Zaenal Abidin dan Yusuf Ahmad, dua majalah ini terbit berskala Nasional. Kedua majalah ini terpaksa Jepang
berhenti karena
terbit
berhubung
melakukan
kontrol
masuknya yang ketat
terhadap bidang jurnalistik. Lalu .... Buya Hamka hijrah ke Jakarta bersama keempat temannya. Hamka
menjadi
anggota
DPR
dan
pengurus
Muhammadiyah, beserta kedua temannya yaitu Yunan Nasution dan Zaenal Abidin, sedangkan Yusuf Ahmad di penerbit ANTARA. Pada tahun 1959, Buya Hamka dan Yusuf Ahmad ingin menerbitkan majalah sama ketika mereka di Medan yang membawa misi pembaharuan pada masa itu dan ingin meneruskannya. Lalu .... Buya Hamka dan Yusuf
Ahmad
menggabungkan
dua
majalah
sebelumnya yaitu Pedoman Masyarakat dan Panji
Islam sehingga menjadi Panji Masyarakat karena Buya Hamka dari Pedoman Masyarakat dan Yusuf Ahmad dari Panji Islam Koresponden
Kapan majalah Panji Masyarakat dirintis?
Responden
Majalah ini terbit tahun 1959 tepatnya pada tanggal 15 Juni 1959
Koresponden
Apa visi dan misi majalah Panji Masyarakat?
Responden
Buya Hamka ingin semacam gerakan pencerahan terhadap
umat
Islam
dengan
konsep
modern
bersama ulama-ulama modernis dan yang pasti adalah Reformasi dan Modernisasi
Koresponden
Apa motto majalah ini?
Reponden
Motivasi 1-!amka dalam menerbitkan majalah ini sebagai Penyebar Kebudayaan clan Pengetahuan selaras dengan Perjuangan clan Modernisasi Islam
Koresponden
Bagaimana
peran
1-!amka
terhadap
Panji
Masyaraka? Respond en
Peran beliau sangat penting karena Buya 1-!amka merupakan sosok yang mempunyai andil penting dalam khazanah Pembaharuan Islam di Indonesia yang bergerak dalam berbagai kegiatan sebagai pengarang dengan rnenulis buku clan rnenerbitkan majalah sebagai caranya mengembangkan semangat pembaharuan Islam yang di terimanya di Sumatra Thawalib dan salah satunya di Panji Masyarakat
Koresponden
Bagaimana sosok 1-!amka sebagai penulis?
Responden
Beliau (Buya Hamka) merupakan sosok otodidak yang memiliki kemampuan clan gemar membaca dan menulis yang sangat produktif dan memiliki semangat yang tinggi
Koresponden
Berapa tahun Hamka memimpin Panji Masyarakat? Tahun berapa sampai berapa?
Responden
Mulai terbit tahun 1959 sampai akhir hayatnya 1981
Korcsponclen
Apa harapan Hamka menerbitkan majalah Panji Ma')!Ctrakat?
Responclen
Harapan beliau agar majalah ini dapat memberi solusi
terhadap
mempercepat
persoalan
lahirnya
satu
modernisasi
dan
kesadaran
yang
sungguh-sungguh di kalangan umat Islam Koresponclen
Masalah-masalah apa yang dihadapi majalah Panji Masyarakat?
Responden
Setiap proses dan berkembangnya majalah pasti mempunyai kendala. Kendala yang dihadapi Panji Masyurakat pada masa Hamka adalah ketika pada
masa Dernokrasi Terpirnpin dimana te1:jadi suatu ketegangan yang diakibatkan tindakan repsesif dari pemerintah terhadap kebebasan pers. Dan ketika itu Panji Masyarakat berani rnemuat tu!isan Hatta yang
be1:judul "Demokrasi Kita", yang isinya tentang penentangan Hatta terhadap Demokrasi Terpimpin, yang
mengkritik
Soekarno
yang
mengangkat
dirinya menjadi formatir kabinet, membubarkan DPR
dari
hasil
pemilihan
umum.
Hal
nu
mengakibatkan Panji Masyarakat di breidel. Tapi terbit lagi bulan Oktober 1966
Koresponden
Bisa bapak sebutkan dan jelaskan rubrik, artikel tentang apa saja yang dimuat majalah panji Masyarakar?
Responden
Rubrik pada masa Hamka yaitu Rubrik Editorial, berisi
sikap dan
pandangan
redaksi
terhadap
masalah-masalah masyarakat. Pandangan Hidup Muslim, berisi nasehat-nasehat untuk pegangan hidup muslim dan langsung di asuh oleh I-Iamka. Masyarakat Kita, berisi masalah-masalah sekitar kemasyarakatan tapi pada masa I-Iamka yang lebih menonjol adalah masalah kebudayaan. Bahasa dan Budaya, berisi perkembangan seni dan satra Islam. Dunia Islam. berisi perkembangan di dunia Islam. Suara Pembaca. berisi kritik dan harapan-harapan terhadap Panji Masyarakat ke depan. Kalau artikel terdiri
dari
Pembaharuan
Islam,
Kebudayaan,
Politik, Ilmu Pengetalman danPendidikan.