ROBERT KING MERTON (Ermila Susilo/201310270211006) Masgister Sosiologi Pasca Sarjana UMM
BIOGRAFI TEORITISI ROBERT K MERTON Robert K Merton Robert King Merton (biasa disingkat Robert K. Merton) lahir pada tanggal 4 Juli 1910 di pemukiman kumuh di Philadelphia Selatan. Awal mengubah namanya adalah pada usia 14 tahun, dari Meyer R. Schkolnick ke Robert Merlin kemudian menjadi Robert K. Merton. Ayahnya bekerja sebagai tukang kayu dan sopir truk. Keluarganya adalah imigran yahudi. Merton dibesarkan dengan semangat belajar yang sangat tinggi. Sebagai seorang anak, Merton selalu ditemukan sedang membaca buku di Carnegie Library. Karena kepandaian Merton, ia mendapatkan beasiswa di Universitas Temple. Dari universitas tersebut, ia mendapatkan gelar B.A, dan menjadi tertarik dengan sosiologi. Dengan bantuan beasiswa pulalah, ia mendapatkan gelar MA dan Ph.D dari Universitas Harvard. Robert K Merton memulai karir sosiologis di bawah bimbingan George E. Simpson di Temple University di Philadelphia (1927-1931) ,mulai bekerja sebagai asisten peneliti untuk Sorokin (1931-1936), Dia mengajar di Harvard sampai tahun 1938, ketika ia menjadi profesor dan ketua Departemen Sosiologi di Tulane University , Pada tahun 1941 ia bergabung dengan Columbia University dan di penelitian-penelitian empiris, menjadi Giddings Profesor Sosiologi pada tahun 1963. Pada tahun 1974 menjadi Profesor Layanan Khusus, judul dilindungi oleh Wali Amanat untuk fakultas emeritus yang "memberikan jasa khusus ke Universitas," setelah pensiun pada tahun 1979, Dia adalah direktur dari Universitas Biro Penelitian Sosial Terapan 1942-1971, Dia menarik diri dari pengajaran pada tahun 1984. Sebagai penghargaan atas kontribusi yang langgeng untuk beasiswa dan University, Columbia didirikan Robert K. Merton Professor dalam Ilmu Sosial pada tahun 1990. mertom sangat aktif dalam penelitian-penelitian empiris sejak tahun 1941. Merton pernah menjadi pimpinan Jurusan Sosiologi di Tulane, sebelum ulang tahunnya yang ke-31 dan datang ke Columbia tahun 1941. Pada tahun 1957, merton terpilih sebagai presiden American Socology Society. Hal yang cukup membanggakan ketika Merton menjadi Page 1
Sosiolog Amerika pertama yang mendapatkan penghargaan berupa National Medal of Science dari presiden Amerika pada tahun 1994. Lebih dari 20 universitas besar juga memberikan kepadanya gelar kehormatan, termasuk Harvard, Yale, Columbia dan Chicago, Universitas Leiden, Wales, Oslo dan Kraków, Universitas Ibrani Yerusalem dan Oxford.In 1994, Merton dianugerahi US National Medal of Science dan sosiolog pertama untuk menerima hadiah. Merton sudah menikah dua kali, pertama dengan Suzanne Carhart, dan yang ke dua dengan sesama sosiolog Harriet Zuckerman. Dari pernikahnnya dengan Suzanne Carhart Robert C. Merton punya satu putra dan dua putri dari perkawinan pertama, yaitu Robert C. Merton, pemenang tahun 1997 Hadiah Nobel di bidang ekonomi dan putrinya, Vanessa Merton, dia adalah Professor of Law at Pace University School of Law .Vanessa Merton, yang kini telah menjadi Guru Besar Hukum di Pace University School of Law. Robert K. Merton wafat pada tanggal 23 Februari 2003 dengan usia 93 tahun.
GURU-GURU MERTON Tokoh yang Mempengaruhi Robert K Merton. Pemikiran setiap orang pasti ada yang mempengaruhinya baik lewat orangnya secara langsung maupun buku yang perna dibacanya, begitu halnya dengan Robert K Merton. Orang yang mepengaruhi pemikirannya adalah P.A. Sorokin yang mengarahkan pada pemikiran sosial Eropa, Robert K Merton pernah putus hubungan meskipun Robert K Merton tidak dapat mengikutinya dalam hal penelitian yang dilakukannya sejak akhir 1930-an, kemudian Talcott Parsons yang lebih muda, yang pemikirannya berpuncak pada karya besarnya, Structure of Social Action; ahli biokimia dan juga sosiolog, L.J. Henderson yang mengajari tentang disiplin investigasi ideide yang menarik; sejarawan ekonom E.F. Gay, yang mengajari tentang pembangunan ekonomi sebagai sesuatu yang dapat direkonstruksi dari arsip, dan dekan ilmu sejarah sains, George Sarton, yang mengizinkan saya bekerja di bawah bimbingannya selama beberapa tahun di bengkel kerjanya yang terkenal di Widener Library of Harvard. Selain guru-guru langsung tersebut saya juga banyak belajar dari dua sosiolog terkemuka : Emile Durkheim dan Georg Simmel, yang hanya bisa mengajari saya melalui karya-karya peninggalan mereka, dan dari humanis yang sensitif secara sosiologis, Gilbert Murray. Selama periode terakhir hidup Robert K Merton belajar banyak dari rekannya, Paul F. Lazarsfeld, yang mungkin tak tahu betapa banyak yang telah diajarkannya kepada saya selama perbincangan dan kerjasama selama lebih dari sepertiga abad. (Ritzer,2012: 430)
KARYA-KARYA MERTON Sejak awal Robert K Merton setelah digembleng bertahun-tahun sebagai mahasiswa Robert K Merton bertekad untuk mengembangkan intelektual yang dimilikinya. Merton belajar dai guru secara langsung maupun tidak langsung untuk menghasilkan karyanya. Merton cukup banyak menghasilkan karya tulis baik dalam bentuk yang ditulis oleh Robert K Merton maupun di edit oleh orang lain, serta artikel yang tersebar diberbagai jurnal ilmiah diantaranya adalah sebagai beriku: 1. Science, Technology and Society in seventeenht Century England Osiris: Studies on the History and Philophy of Science and on the History of learning and Culture. Bruges, Page 2
Belgium: St. Chaterin Press, 1938. (New York: Harper and Row, 1980: New York: Howard Fertig, Inc,1980, 2002) 2. Social Theory and Social Structure. New York: The Free Press, 1949, 1957, 1968. 3. Continuities in Social Research: Studies in the Scope and Method of "The American Soldier" (edited with Paul F. Lazarsfeld). New York: The Free Press., 1950. [New York: Arno Press, 1974] 4. Patters of Social Life: Explorations in the Sociology of Housing ( with patricia S. West and Marie Johada). New York:Columbia 5. Continuities in Social Research: Studies in the Scope and Method of "The American Soldier" (edited with Paul F. Lazarsfeld). New York: The Free Press., 1950. [New York: Arno Press, 1974] 6. Patterns of Social Life: Explanation in the Sociology of Housing (with Patricia S West and marie jahoda). New York:Columbia. 7. Continuities in Social Research: Studies in the Scope and Method of "The American Soldier" (edited with Paul F. Lazarsfeld). New York: The Free Press, 1950.(New York: Arno Press, 1974) 8. University Bureau of Aplied Social Research Two Volume. Mimeographed, 1951. 9. Sociology Today: Problems and Prospect (edited with Leonnard Brown and Leonard S Cottrell, Jr.) New York: Basic Books, 1959. (New York:Happer and Row,1967) 10.On the Shoulders of Giants: A Shandean Postscript New York: TheFree Press.1965.(New York: Horcourt Brace Javanovich, 1967; San Diego, Chicago Press,1993) 11.On Theoretical Sociology: Five Essays, Old and New New York: The Free Press, 1967. 12.The Sociology of Science: Theoretical and Empirical Investigations .Edited by Norman Storer. Chicago: University of Chicago Press,1973. 13.Social Research and the Practicing Professions.Cambridge: AbtBooks, 1982.The Travels and Adventures of Serendipity: A Study in Sociological Semantics and Sociology of Science (with Elinor Barber). Bologna: II Mulino, 2002 (Italian)
TEORI STRUKTUR FUNGSIONAL Berbicara tentang pendekatan structural-fungsionalisme, maka kita terlebih dahulu memulai dari keanekaragaman yang terdapat dalam masyarakat sebagai fungsi-fungsi keanekaragaman ini dapat dilihat dalam struktur sosial masyarakat. Oleh sebab itu kita harus memulai dari struktur sosial. Struktur sosial merupakan sesuatu yang sering digunakan dalam ilmu-ilmu sosial yang didefenisikan sebagai sebuah konsep yang jelas Page 3
(Jary & Jary 1991, Abercrombie et al 2000). Istilah struktur sosial digunakan sebagai pandangan umum untuk menggambarkan sebuah entitas atau kelompok masyarakat yang berhubungan satu sama lain, yaitu pola yang relatif dan hubungannya di dalam sistem sosial, atau kepada isntitusi sosial dan norma-norma menjadi penting dalam sistem sosial tersebut sebagai landasan masyarakat untuk berperilaku dalam sistem sosial tersebut. Ahliahli fungsionalisme berpendapat bahwa masyarakat yang ada saat ini mempunyai keperluan-keperluan tertentu untuk memenuhi kehendaknya. Menurut Brinkerhoff dan White (1989), ada tiga asumsi utama para ahli fungsionalisme yaitu evolusi, harmoni dan stabilitas. Diantara ketiganya stabilitas adalah yang paling utama karena menentukan sejauhmana sebuah masyarakat dapat bertahan di alam semesta ini. Kedua evolusi, menggambarkan perubahan-perubahar. yang sebuah masyarakat melalui proses adaptasi struktur sosial menuju pembaharuan. la juga akan menghapuskan segala struktur yang tidak diperlukan lagi. Masyarakat yang berfungsi adalah masyarakat yang stabil, harmoni dan sempuma dari segala segi termasuk dari segi kerjasama. persatuan. hormat ., menghormati dan sebagainya. Singkatnya masyarakat fungsional adalah masyarakat yang mempunyai sikap positif. Kehidupan masyarakat fungsional senantiasa seimbang ., dan disenangi oleh yang lain. Mereka mudah gaul antara satu sama lain. Sebaliknya masyarakat tidak fungsional ialah masyarakat yang tidak berfungsi. Masyarakat tidak berfungsi merujuk kepada masyarakat yang senantiasa mempunyai masalah seperti tidak puas terhadap pemerintah, kacau balau, dan selalu porak poranda, Mereka mempunyai sikap individualistik. Masyarakat juga tidak menghormati orang tua maupun yang muda dan tidak memiliki nilai-nilai moral yang baik. Mereka senantiasa bersikap negatif sepanjang kehidupan di alam semesta. Pendekatan struktural-fungsional untuk menganalisis struktur sosial masyarakat muncul bersamaan dengan semakin mapannya ilmu biologi, terutama yang berkaitan dengan struktur biologi kehidupan. Struktur biologi organisme hidup terdiri dari elemen elemen yang saling terkait walaupun berbeda fungsi. Perbedaan fungsi-fungsi tersebut temyata diper1ukan, terutama untuk saling melengkapi agar suatu sistem kehidupan yang berkesinambungan dapat terwujud. Kerusakan atau tidak berfungsinya satu elemen dalam suatu struktur organisme hidup, dapat mempengaruhi elemen-elemen lainnya, sehingga suatu sistem kehidupan dapat tidak berfungsi dengan baik.
KONDISI YANG MELATARBELAKANGI TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL Kondisi sosial yang melatar belakangi Struktural Fungsional Pada abad ke-19 di Eropa telah terjadi proses urbanisasi dan industrialisasi yang memberikan kontribusi terhadap ketidakstabilan tatanan masyarakat. Kritikan kritikan terhadap paham utilitarianism juga mulai marak dipertanyakan kebenarannya pada saat itu. Paham utilitarianism menganggap manusia sebagai mahluk rasional dan bebas. Kalau manusia dibiarkan bersaing secara bebas dan tanpa peraturan yang mengekang, maka manusia akan dapat menjadi wirausahawan yang berhasil. Selain itu, paham ini juga beranggapan bahwa masyarakat yang tertib akan tercapai kalau kompetisi antar individu dibiarkan berlangsung tanpa Page 4
campur tangan pemerintah. Ketidaksetujuan para pemikir sosial abad ke-19 terhadap paham ini timbul karena melihat kenyataan yang sebaliknya, dimana ketertiban sosial justru semakin kacau setelah pengaruh paham utilitarianism semakin besar mewarnai kehidupan masyarakat. Kenyataan yang demikian telah membuka peluang timbulnya pemikiran baru tentang bagaimana tatanan masyarakat yang tertib dan harmonis dapat diwujudkan. Teori Fungsional diperkenalkan oleh Comte, Spencer dan E. Durkheim. Spencer dalam teorinya menyatakan bahawa masyarakat adalah satu. Disamping itu, ia juga mengkategorikan keluarga sebagai satu. 8aik masyarakat maupun keluarga memer1ukan kemudahan seperti tempat tinggal, tempat ibadah dan sebagainya. Ringkasnya teori ini mengikut Spencer dimana masyarakat terdiri dari dua kumpulan yaitu masyarakat berfungsi dan tidak berfungsi. Merton yang merupakan seorang ahli fungsionalisme menyatakan bahwa terdapat perbedaan terhadap fungsi dan disfungsi. Perubahan dalam sebuah masyarakat, jika memberikan hasil positif, dikatakan fungsional (fungsi). Jika perubahan sosial dalam sesuatu masyarakat membuahkan hasil negatif maka dianggap Disfungsional. Kesimpulannya, hal-hal yang mempertahankan status quo disebut Fungsional, sedangkan yang tidak mempertahankan status quo disebut disfungsional. Pendekatan strukturalfungsional untuk menganalisis struktur sosial masyarakat muncul bersamaan dengan semakin mapannya ilmu biologi, terutama yang berkaitan dengan struktur biologi kehidupan. Struktur biologi organisme hidup terdiri dari elemen elemen yang saling terkait walaupun berbeda fungsi. Perbedaan fungsi-fungsi tersebut ternyata diperlukan, terutama untuk saling melengkapi agar suatu sistem kehidupan yang berkesinambungan dapat terwujud. Kerusakan atau tidak berfungsinya satu elemen dalam suatu struktur organisme hidup, dapat mempengaruhi elemen-elemen lainnya, sehingga suatu sistem kehidupan dapat tidak berfungsi dengan baik.
PROPOSISI TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL MERTON Teori Robert K Merton dan Proposisi teori Salah satu seorang fungsionalis Robert K. Merton (1911-2003) menggunakan terminologi fungsionalisme taraf menengah. Secara teoretis, Merton memiliki perspektif yang sama dengan sosiolog fungsionalisme pendahulunya, namun yang menjadi sorotan utamanya adalah pengembangan teori sosial taraf menengah. Dalam pengertian Merton, teori taraf menengah adalah teori yang terletak di antara hipotesis kerja yang kecil tetapi perlu, yang berkembang semakin besar dari hari ke hari, dan usaha yang mencakup semuanya untuk mengembangkan suatu teori terpadu yang akan menjelaskan semua keseragaman yang diamati dalam perilaku sosial, organisasi, sosial, dan perubahan sosial. Hal ini adalah responnya terhadap semangat Parsons yang hingga akhir hidupnya ingin menyelesaikan teori tunggal tentang sistem sosial teori ini dikemukakan oleh Robert. K. Merton dan berorientasi pada kelas. Konsep anomi sendiri diperkenalkan oleh seorang sosiolog Perancis yaitu Emile Durkheim (1893), yang mendefinisikan sebagai keadaan tanpa norma (deregulation) di dalam masyarakat. Keadaan deregulation atau normlessness tersebut kemudian menimbulkan perilaku Page 5
deviasi. Oleh Merton konsep ini selanjutnya diformulasikan untuk menjelaskan keterkaitan antara kelas sosial dengan kecenderungan adaptasi sikap dan perilaku kelompok. Salah satu teori Robert K Merton adalah Struktural Funsional. Robert K Merton adalah murid dari Telkot Parson yang juga dikatakan sebagai Struktural Fungsional, akan tetapi antara parson dan Merton ada perbedaanya. Parson lebih menganjurkan pada menciptakan teoriteori besar dan luas cakupannya, sedanhgkan merton lebih memilih teori terbatas dan teori menengah. Secara keseluruhan, karya Merton mancerminkan suatu kepekaan yang lebih besar terhadap hubungan dinamis antara penelitian empiris dan proses berteori daripada karya parsons. Tetapi dari segi teoritis, karya merton sudah membuatnya menjadi terpandang sebagai seorang penganalisa fungsional terkemuka dalam sosiologi masa kini yang pendekatannya merupakan suatu altrernatif yang jelas terhadap gaya berteori parsons. Fungsionalisme struktural Robert K. Merton. Model structural – fungsional Merton berdasarkan pada ( 3 ) tiga postulat dasar analisis fungsional, yaitu : 1. Postulat tentang kesatuan fungsional masyrakat, suatu keadaan dimana dari sistem sosial bekerja sama postulat ini berpendirian bahwa semua keyakinan dan praktek kultural dan sosial yang sudah baku adalah fungsional untuk masyarakat sebagai satu-kesatuan maudalam satu tingkat keselarasan atau konsistensi internal yang menandai, tanpa menghasilkan konfllik yang berkepanjangan yang tidak dapat diatasi atau di anulir. Merten juga menegaskan bahwa kesatuan fungsional yang sempurna dari suatu masyarakat adalah bertentangan dengan fakta. 2. Fungsionalisme Universal, bahwa seluruh bentuk kultur, sosial, dan struktur yang sudah baku mempunai fungsi positif. Akan tetapi Merton berkata lain bahwa postulat ini bertentangan dengan apa yang ditemukannya dikehidupan nyata. Tidak setiap struktur, budaya, adat, gagasan, kepercayaan, dan sebagainya mempunyai fungsi positif. 3. Postulat indispensability yakni dalam setiap perdapan, setiap kebiasaan, ide, objek materiil, dan kepercayaan memenuhi beberapa fungsi penting, memiliki sejarah, menyatakan semua aspek masyarakat yang sudah baku tidak hanya mempunyai fungsi positif melainkan encerminkan bagian-bagian yang sangat diperlukan berfungsinya masyarakat sebagai satu kesatuan. Struktur ini mengarah pada pemikiran bahwa semua struktur dan secara fungsional adalah penting untuk masyarakat. Dengan mengikuti person, Menurut Merton mengikuti Parsons, adalah paling tidak kita harus mengakui bahwa ada alternative structural dan fungsional dimasyarakat. (Poloma, 2004:36-37). Argumentasi Merton dijelaskan kembali bahwa seluruh postulat yang dijabarakan tersebut berstandar pada pernyataan non empiris yang didasarakan sistem teoritik. Merton mengungkap bahwa seharusnya postulat yang ada didasarkan empiric bukan teoritika. Sudut pandangan Merton bahwa analsisi structural fungsional memusatkan pada organisasi, kelompok, masyarakat dan kebudayaan, objek-objek yang dibedah dari structural fungsional harsuslah terpola dan berlang, merespresentasikan unsure standard. Page 6
Awalnya aliran fungsionalis membatasi dirinya dalam mengkaji makamirakat secara keseluruhan, namun Merton menjelaskan bahwa dapat juga diterapkan pada organisasi, institusi dan kelompok. Dalam penjelasan ini Merton memberikan pemikiran tentang the middle range theory. Merton mengemukakan bahwa para ahli sosiologi harus lebih maju lagi dalam peningkatan kedisiplinan dengan mengembangkan “teori-teori taraf menengah” daripada teori-teori besar. Teori taraf menengah itu didefinisikan oleh Merton sebagai : Teori yang terletak di antara hipotesa kerja yang kecil tetapi perlu, yang berkembang semakin besar selama penelitian dari hari ke hari, dan usaha yang mencakup semuanya mengembangkan uato teori terpadu yang akan menjelaskan semua keseragaman yang diamati dalam perilaku social. Teori taraf menengah pada prinsipnya digunakan dalam sosiologi untuk membimbing penelitian empiris. Dia merupakan jembatan penghubung teori umum mengenai istem social yang terlalu jauh dari kelompok-kelompok perilaku tertentu, organisasi, ddan perubahan untuk mempertanggungjawabkan apa yang diamati, dan gambaran terinci secara teratur mengenai hal-hal tertentu yang tidak di generaliasi sama sekali. Teori sosiologi merupakan kerangka proposisi yang saling terhubung secara logis dimana kesatuan empiris bisa diperoleh. Dari awal Robert K Merton berpendapat bahwa analisis Struktural Fungsional memusatkan perhatian pada kelompok, organisasi, masyarakat, dan kultur. Ia menyatakan bahwa setiap objek yang dapat dijadikan sebagai analisis strukturak fungsional tentu mencerminkan hal yang standart (artinya terpola dan berulang). Selain teori utama Kontribusi Robert K Merton adalah hubungan antara kebudayaan, struktur, dan anomi. Merton mendefinisikan kebudayaan sebagai “serangkaian nilai normative” teratur yang mengendalikan perilaku yang diberikan sama kepada seluruh anggota masyarakat atau kelompok tertentu, dan struktur sosial sebagai “serangkaian hubungan social teratur” yang mempengaruhi anggota masyarakat atau kelompok tertentu dengan satu atau lain cara. Sedangkan anomi terjadi ketika terdapat disfungsi antara norma – norma dan tujuan kultural yang terstruktur secara sosial dengan kemampuan anggota untuk bertindak menurut norma dan tujuan tersebut ( Merton, 1968 : 216 ). Argumen lain fungsionalis adalah bahwa kejahatan diperlukan untuk kemajuan sosial. Dengan demikian Durkheim berpendapat bahwa masyarakat tidak harus terlalu represif: ia harus memberikan kebebasan yang cukup tindakan untuk kriminal untuk berperilaku dengan cara yang terluka itu, dalam rangka memberikan ruang yang cukup untuk "jenius" untuk bertindak dengan cara-cara yang menguntungkan. Salah satu langkah di depan kami semua, jenius dan progresif mengembangkan cara – cara baru hidup, demikian kurang toleransi masyarakat perilaku tersebut akan menjadi satu stagnan. Karena kedua tindakan mereka menentang harapan normal, namun tindakan jenius mungkin sulit dibedakan dari pidana Seperti Durkheim, Merton berpendapat bahwa penyimpangan dan kejahatan adalah "normal" aspek masyarakat, tetapi ia tidak membantah tindak pidana yang diperlukan untuk menghasilkan solidaritas atau untuk mencapai kemajuan sosial. Sebaliknya, Merton menunjukkan bahwa ada sesuatu tentang Amerika struktur sosial-sini, distribusi kekayaan dan kesempatan-yang membutuhkan kejahatan untuk mempertahankan masyarakat sangat. stabilitas dalam menghadapi ketimpangan struktural. Gambaran masyarakat seperti mesin besar, Merton berpendapat bahwa masyarakat yang Page 7
terbaik harus dipertimbangkan sebagai lintas antara "budaya" tujuan dari masyarakat-apa yang berlaku anggotanya harus berjuang untuk-dan "berarti" yang diyakini, hukum atau moral , untuk menjadi cara yang sah bahwa individu harus mencapai tujuan ini. Dalam masyarakat idealnya, berarti akan tersedia untuk memberikan seluruh anggotanya pada tujuan mereka. Anomi adalah dimana disfungsi dari structural fungsional ini membuat Robert K Merton mengemukakan bahwa ini menjadi penyebab terjadinya perilaku menyimpang (deviasi social) yang merupakan bentuk adaptasi terhadap situasi tertentu. Berdasarkan pendapat Robert K. Merton ada 5 (lima) tipe adaptasi yang termasuk penyimpangan sosial, yaitu ritualisme, rebellion, retreatisme, dan inovasi : a. Inovasi, yaitu perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat tetapi memakai cara yang dilarang oleh masyarakat (dengan melakukan tindak kriminal). b. Ritualisme, yaitu perilaku seseorang yang telah meninggalkan tujuan budaya, namun masih tetap berpegang pada cara-cara yang telah digariskan masyarakat. c. Pengunduran/pengasingan diri (retreatisme), yaitu meninggalkan baik tujuan konvensional maupun cara pencapaian yang konvensional sebagaimana dilakukan oleh para pelaku penyimpangan sosial. d. Pemberontakan (rebellion), yaitu penarikan diri dari tujuan dan cara-cara konvensional yang disertai upaya untuk melembagakan tujuan dan cara baru. e. Konformitas, yaitu perilaku mengikuti tujuan dan cara yang ditentukan oleh masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut Robert K.Merton juga memperkenalkan konsep fungsi nyata (manifest) dan fungsi tersembunyi (laten). Kedua istilah ini memberikan analisis penting bagi perkembangan fungsional. Fungsi nyata adalah fungsi yang diharapkan, sedangkan fungsi laten adalah fungsi tang tidak diharapkan. Akibat yang tidak diharapkan tidak sama dengan fungsi yang tersembunyi. Fungsi yang tersembunyi adalah akibat yang tidak diharapkan, suatu jenis fungsional untuk sistem tertentu. Tetapi ada dua tipe lain dari akibat yang tidak diharapkan yang disfungsionalis tertentu dan ini terdiri dari disfungsi tersembunyi, dan tidak relevan dengan sistem yang dipengaruhinya baik secara fungsional maupundisfungsional.
REALITAS DAN RUANG LINGKUP STRUKTURAL FUNGSIONAL Realitas dalam Teori Struktural Fungsional memahami sebagai realitas obyektif menurut teori ini masyarakat merupakan suatu sistem yang terdiri atas bagian-bagian atau elemem-elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada satu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian yang lain. Asumsi dasarnya adalah setiap struktur dalam sistem sosial, fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya jika tidak fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau akan hilang Page 8
dengan sendirinya. Penaganut teori ini cenderung untuk melihat hanya kepada sumbangan pada satu sistem atau peristiwa atau suatu sistem dapat beroperasi menentang fungsifungsi lainya dalam satu sistem sosial. Secara ekstrim teori ini beranggapan bahwa semua peristiwa dan semua struktur adalah fungsional bagi suatu masyarakat. Dengan demikian pada tingkat tertentu umpamanya peperangan, ketidaksamaan sosial, perbedaan ras, bahkan kemiskinan “diperlukan” oleh suatu masyarakat. Perubahan dapat terjadi secara berlahan-lahan pada masyarakat. Jika terjadi konflik penganut teori struktural fungsional memusatkan perhatianya pada masalah bagaimana caranya menyelesaikan supaya masyarakat tetap berapa Pada keseimbangan. Realitas yang dikaji pada teori fungsional struktural adalah realitas secara objektif. Keobjektifan realiatas pada teori fungsional struktural dibuktikan bahwa setiap individu itu teratur (order) dalam menjalankan aktifitas sehari-harinya. Karena individu masuk pada struktur yang ada. Hal ini juga terlihat dengan jelas seperti gambaran watak birokrasi yang dikemukakan oleh Robert K. Merton sebagai berikut: a. Birokrasi merupakan struktur sosial yang teroganisir secara rasional dan formal b. Ia meliputi suatu pola keguatan yang memiliki bataan yang jelas c. Kegiatan tersebut berhubungan dengan tujuan-tujuan organisasi d. Jabatan dalam organisasi diintegtrasikan kedalasm keseluruhan struktur birokratis e. Status dalam birokrasi tersusun dalam susunan yang bersifat hierarkis f. Hak dan kewajiban birokrai dibatai oleh aturan yang terperinci g. Otoritas pada jabatan, bukan pada orang h. Hubungan antar orang dibatai secara formal
Realitas Teori Structural Fungsional dalam Lingkup Makro Teori Fungsional Struktural, masuk dalam teori yang makro. Dalam Fungsional Struktural individu itu tidak bebas dalam menjalankan aktifitas-aktifitas. Semua aktifitas yang dilakukan oleh individu sudah diatur oleh struktur yang menaungi individu tersebut, terlepas apakah nantinya struktur tersebut itu fungsi maupu disfungsi. Semua yang dilakukan oleh Fungsional Struktural untuk menjadikan masyarakat itu menjadi seimbang (equilibrium). Selain itu dalam kaca mata Fungsional Struktural masyarakat senantiasa berada dalam keadaan berubah secara berangsur-angsur dengan tetap memelihara keseimbangan. Setiap peristiwa dari struktur yang ada fungsional bagi sistem tersebut. Demikian pula setiap institusi yang ada, diperlukan oleh sitem sosial tersebut, sehinggga masyarakat itu akan berada dalam dinamisasi dalam keseimbangan (equilibirium) .
Page 9
Fungsional Struktural Memandang Aktor dan Lokus Realitas Dalam teori struktural fungsional ini, aktor dipengaruhi oleh struktur, karena masyarakat selalu diatur dengan aturan-aturan yang ada, dan jika dalam masyarakat ada salah satu fungsi struktur yang tidak berfungsi makan akan menyebankabkan struktur tersebut disfungsi. Perhatian struktural fungsional harus lebih banyak ditunjukkan pada fungsi-fungsi dibandingkan dengan motif-motif. Fungsi adalah akibat-akibat yang adapat diamati yang menuju adaptasi atau penyesuaian dalam suatu sistem. Masyarakat merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan sehingga membentuk struktur sosial. Masyarakat terbentuk dari sebuah pola tindakan yang kemudian dirasa nyaman dan pola itu saling beriteraksi satu sama lain serta pola yang terjadi dilakukan secara berulang-ulang sehingga membentuk sebuah kebiasaan di dalam kehidupan dan terbentuklah suatu kebudayaan. Contohnya budaya mencium tangan kedua orang tua ketika akan bepergian dari rumah. Sejak awal, anak dibiasakan untuk mencium tangan kedua orang tua terlebih dahulu ketika akan bepergian dari rumah. Ketika suatau individu itu sudah dibiasakan dan hal itu dilakukan berulang-ulang maka yang terjadi ketika akan bepergian dia akan selalu mencium tangan kedua orangtuanya terlebih dahulu, dan akan merasa aneh dan tidak wajar ketika tidak melakukan hal tersebut. Budaya itu tumbuh dari hasil interaksi individu terhadap individu lain, yang kemudian kebudayaan itu terjadi dan tumbuh di dalam sistem kehidupan karena di dalam interaksi tersebut terdapat status dan peran yang memiliki struktur didalamnya atau biasa disebut sebagai struktur sosial. Misalnya di dalam suatu keluarga, kenapa kemudian seorang anak memanggil kedua orang tuanya dengan sebutan ibu atau ayah sedangkan orang-orang yang lain tidak dipanggil demikian, karena ada status yang melekat di dalamnya yang sudah menjadi kebiasaan dan diterima di dalam kehidupan tersebut. atau kenapa ketika bepergian dari rumah bukan ibu atau ayah yang mencium tangan anaknya melainkan anaknyalah yang sudah seharusnya mencium tangan kedua orangtuanya, karena ada status dan peran yang terdapat di dalamnya. Kemudian setelah struktur sosial itu muncul dan melekat ke dalam kehidupan masyarakat, maka akan timbul yang namanya keteraturan sosial. Keteraturan sosial tumbuh karena fungsi yang dijalankan di dalam struktur sosial itu berjalan sesuai dengan fungsinya. Contoh saja keteraturan di dalam lembaga keluarga, seorang ayah yang menjalankan fungsinya dengan mencari nafkah, kemudian ibu yang menjalankan fungsi sebagai ibu rumah tangga yang kemudian semuanya berjalan teratur sesuai denga fungsinya. Namun ketika di dalam struktur sosial itu sendiri ternyata fungsi-fungsi yang seharusnya dijalankan tidak berjalan atau terlaksana dengan baik.
Lokus dalam Fungsional Struktural adalah Body hal ini dikarenakan struktur tubuh sosial (Social body) mapun tubuh organisasi hidup (living body) setiap saat akan mengalami dinamika dan pertambahan. Semakin besar suatu struktur maka semakin banyak pula bagian-bagianya. Seperti halnya dalam sistem biologis yang menjadi semakin kompleks sementara ia tumbuh menjadi semakin besar. Binatang yang kecil misalnya
Page 10
bagian yang dapat dibedakan bila dibanding dengan makhluk yang lebih sempurna misalnya manusia.
Metodologi Penganut paradigma fakta sosial cenderung mempergunankan metode kuesioner dan interview dengan pendekatan penelitian kuantitatif dalam penelitian empiris yang dipergunakan. Walaupun kedua metode yang digunakan bukanlah monopoli yang digunakan. Metode observasi partisipan yang digunakan dalam metode ini tidak cocok dipergunakan. Karena sebagian besar dari fakta sosial merupakan sesuatu yang dianggap sebagai barang sesuatu (a think) yang nyata yang tidak dapat diamati secara langsung. Hanya dapat dipelajari melalui pemahaman (intepretative understanding). Selain dari itu metode observasi dinilai terlalu sempit dan kasar untuk metode penelitian fakta sosial. Informasi yang diperoleh individu melalui observasi selalu berbeda dengan informasi yang diperlukan oleh mereka yang menganut paradigma fakta sosial. Sebagaian besar fakta sosial tidak adapat diamati secara aktual. Padahal metode bservasi hanya cocok mempelajari gejala yang aktual saja. Metode eksperimen juga ditolak penggunaanya, alasannya karena terlalu sempit untuk dapat meneliti fakta sosial yang memang bersifat makroskopik, persoalan makroskopik ini justru tidak mudah dipelajari dilaboratorium dengan metode eksperimen. Pemakaian metode kuisioner dan intervie oleh penganut Fungsional Struktural (fakta sosial) sebenarnya mengandung suatu ironi. Ironinya karena kedua metode ini tidak mampu menyajikan informasi yang bersifat fakta sosial, yang mampu disajikannya hanyalah informasi yang dikumpulkan dari individu. Jawaban dari para individu memang dapat disimpulkan, tetapi itu baru merupakan kesimpulan dari bagianbagian parsial, yang sebenarnya bukan suatu hasil dalam bentuk fakta sosial seperti yang diinginkan semula. Memang mungkin juga individu diminati kesediannya untuk memberikan fakta sosial. Tetapi jawaban yang diberikan sudah diwarnai oleh kacamata individu itu sendiri. Kelemahan dalam pengumpulan informasi tersebut dapat diatasi melalui penyempurnaan teknis analisis sebagai berikut: a. Analisis hubungan suasana (contekstual analylis) Premis dasarnya adalah tanda-tanda hubungan sosial dari responden itu berhungan erta dengan tanda-tanda dari responden itu sendiri. Ini berarti bahwa karakteristik individu adalah hubungan dengan fakta sosial b. Pemisahan atas dasar kesamaan Mencoba membuat batas-batas kelompok dengan mengetahui cara pasti kepercayan-kepercayaan, kebiasaan-kebiasaan dan sikap-sikap individu yang mempunyai karakteristik sama yang dikelompokkan menjadi berbeda. c. Analisis pasangan Disini perhatian beralih dari seorang individu ke individu yang lain. Seorang individu dan kawan-kawanya menjadi satu analisis. Untuk mengetahui penyebab menjadi seorang pemabuk denagn menelusuri kepada dokter yang pertama kali yang merawatnya atau kepada kelauraga terdekatnya Page 11
d. Partiloning into cliques Teknik ini melibatkan sejumlah pertanyaan sosiometrik untuk dapat memisahkan satu kelompok tertentu kedalam suatu clik. Dimaksudkan untuk memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi fakta sosial, dalam hal ini adalah sebuah clik. Diakui bahwa teknik ini lebih bersifat penarikan kesimpulan dari jawaban-jawaban yang bersifat individual daripada menguji fakta sosial secara langsung.
Bias/keperpihakan Keperpihakan fungsional struktural adalah pada lembaga atau institusi yang ada. Dalam fungsional struktural lebih menitikberatkan pada keteraturan (order) pada struktur yang ada di masyarakat. Supaya masyarakat akhirnya mencapai keseimbangan (equilibirium).
Kritik Utama Dari Fungsionalisme Struktural Sebaik-baik teori yang di munculkan ore para pakar pasti teori tersebut juga akan mendapat kritikan dari orang yang ingin memperbaruhi dan melengkapi teori tersebut. Misalnya Marx dikritik oleh para para pengikutnya sehingga muncullah aliran Neo-Marxian, Modern muncullan Post-Modernisme. Fungsional struktural juga tidak lupat dari kritikan penerus-penerusnya. Hal ini bertujuan supaya teori tersebut supaya bisa lebih kompleks. Fungsional struktural dikritik dari bebrapa hal mulai dari kritik subtansif, ini salah satu kritik yang menyatakan bahwa fungsionalisme structural tidak terlalu membahas sejarah – oleh karenanya secara inhern ia bersifat ahistoris, namun funsionalisme structural tidak mesti ahistoris ( Turner dan Maryanski, 1979 ). Sebaliknya, karya Parsons ( 1966, 1971 ) tentang perubahan social, seperti yang kita ketahui, mencerminkan kemampuan kalangan fungsionalis structural untuk lebih banyak berbicara tentang perubahan jika mereka mengkehendakinya Para fungsionalis structural juga dikritik karena tidak mampu menjelaskan proses perubahan social secara efektif ( Abrahamson, 1978; P Cohen, 1968 ; Mills, 1959; Turner, dan Maryanski; 1979 ). Kalau kritik – kritik sebelumya mengarah pada kesan ketidakmampuan funsionalisme structural untuk berbicara tentang masa lalu, kritik ini mengarah pada ketidakmampuan pendekatan ini untuk berbicara tentang proses perubahan social kontemporer. Kritik – kritik bahwa fungsional structural tidak mampu berbicara tentang sejarah, perubahan dan konflik mendorong banyak orang ( P. Cohen, 1968 ; Gouldner, 1970 ). Untuk memandang bahwa funsional structural mengandung bias konservatif. Terkait dengan focus kultural, terdapat kecenderungan fungsionalis structural untuk menyebut legitimasi elite dalam masyarakat sebagai realitas social ( Gouldner, 1970 ; Harre, 2002 ; Horowits, 1962/1967 ; Mills, 1959). Kritik – kritik subtansif ini mengarah pada dua hal. Pertama, tampaknya jelas bahwa funsionalisme structural memiliki focus yang agak sempit, sehingga menghambatnya membahas isu dan aspek – aspek penting dunia social. Page 12
Kedua, fokusnya cenderung memberi aroma konservatif, funsionalisme structural bergerak diatas dukungan status quo dan elite – elite dominan ( Huaco, 1986 ). Kritik metodologis dan logis merupakan salah satu kritik yang sering dikemukakan ( misalnya; Abrahamson, 1978 ; Mills, 1959 ). Adalah bahwa sering fungsionalisme structural pada dasarnya kabur, tidak jelas atau bahkan ambigu. Selain itu adalah masalah ada atau tidaknya metode yang cukup baik untuk mengkaji pertanyaan yang menjadi pokok perhatian fungsionalis structural dan juga mempersulit dalam analisis perbandingannya. Teleologi dan tautalogi ( Percy Cohen, 1968 ) serta ( Turner dan Maryanski, 1971 ) melihat teleology dan tautalogi sebagai masalah penting yang dihadapi oleh fungsionalisme structural, tidak hanya teleology saja akan tetapi teleology yang tidak legitim, dalam konteks ini didefinisikan sebagai suatu pandangan yang memandang masyarakat m( atau struktur social yang lain ) memiliki tujuan atau sasaran tertentu. Kemudian logika fungsionalisme structural bersifat tautalogis. Argument tentang tautalogis adalah yang kesimpulannya sekedar menyiratkan hal –hal yang sudah tersirat dalam premis atau sekedar pernyataan ulang atas premis tersebut. Jadi, dinyatakan bahwa system social didefinisikan oleh hubungan antar bagian komponen dan bahwa bagian – bagian komponen system masing – masing didefinisikan oleh tempatnya dalam sistem sosial yang lebih besar.
Page 13
DAFTAR PUSTAKA
Giddens, Anthony, dkk. Yogyakarta:Kreasi wacana
2004.
Sosiologi
Sejarah
dan
Berbagai
Pemikirannya.
Poloma, M Margaret. 2004. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT Radja Grafindo Persada Ritzer, Goerge dan Douglas J Goodman. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:Prenada Media Ritzer, Goerge. 2011. Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda. Jakarta: PT Radja Grafindo Persada. Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta:Pustaka Pelajar. http://doktorpaisal.wordpress.com/2009/12/18/biografi-robert-k-merton/ http://websncoo.blogspot.com/2010/11/robert-k.html http://www.columbia.edu/cu/news/03/02/robertKMerton.html http://en.wikipedia.org/wiki/Robert_K._Merton
Page 14
Page 15
Page 16