KORELASI ANTARA KEWIBAWAAN KEPALA SEKOLAH DENGAN DISIPLIN KERJA GURU DI SMK TRIGUNA UTAMA CIPUTAT TANGERANG Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Islahwati NIM. 108018200068
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 M/1434 H
ABSTRAK Islahwati. 2013. NIM: 108018200068. Korelasi antara Kewibawaan Kepala Sekolah dengan Disiplin Guru di SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang. KI-MP. FITK. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kata kunci
: Kewibawaan Kepala Sekolah, Disiplin Guru
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat hubungan antara Kewibawaan Kepala Sekolah dengan Disiplin Guru. Metode yang digunakan adalah metode korelasional. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi teknik angket dengan menggunakan skala likert untuk guru dengan 4 alternatif jawaban dan wawancara kepada Kepala Sekolah. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru yang berjumlah 36 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperoleh r hitung sebesar 0,6069. Kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan r tabel dengan df= 34 taraf sisnifikansi 5% adalah 0,339, berarti r hitung lebih besar dari pada r tabel. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan adanya hubungan kewibawaan kepala sekolah dengan disiplin guru diterima. Dari koefisien korelasi product moment sebesar 0,6069 menghasilkan koefisien determinasi 36,83%, ini berarti kewibawaan kepala sekolah dalam menerapkan disiplin guru memberikan kontribusi terhadap disiplin guru sebesar 36,83%. Sedangkan selebihnya 63,17% adalah pengaruh dari faktor lain.
i
ABSTRACT Islahwati. 2013. NIM: 108018200068. The Correlation between Headmaster’s Authority and Teachers’ Discipline at SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang. KI-MP. FITK. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Key words : Headmaster’s authority, Teachers’ discipline This research is aimed to know the level of correlation between headmaster’s authority and teachers’ discipline. The method used is correlational method. The data collecting technique used comprises questionaire technique by using likert scale for the teachers’ by a alternative choices and interview with the headmaster’s. The population in this reseach is all of the 36 teachers’ in that school. Result of the reseach showed that it is achieved rcount : 0.6069. Then, that result is compared tu the r table with the df : 34, significance level 5% is 0.339 it means r count is more than r table. Authority and teachers’ discipline is accepted. From the coefficient of product moment correlation 0.6069 produced determination cefficient 36,83%. That means that headmaster’s authority in applying the teachers’ discipline gave the contribution to the teachers’ discipline 36,83%. Meanwhile, more 63,17%, is the influence from other factors.
ii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, satu-satunya Dzat yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat dan salam sejahtera kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW berserta keluarganya dan para sahabatnya. Atas berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi pada Prodi Manajemen Pendidikan Jurusan Kependidikan Islam dengan judul “Korelasi antara Kewibawaan Kepala Sekolah dengan Disiplin Guru di SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang”. Setelah perjuangan yang begitu berat dan melelahkan sepenuhnya penulis menyadari, bahwa suksesnya penulisan skripsi ini bukan semata atas usaha penulis pribadi. Namun, adanya bantuan motivasi yang konstruktif dari berbagai pihak. Sehubungan hal tersebut, penulis merasa perlu untuk menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA. 2. Ketua Jurusan Kependidikan Islam, Drs. Rusydi Zakaria, M.Ed, M.Phill. 3. Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan, Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd. 4. Dosen pembimbing skripsi, Zahruddin, Lc, M.Pd, yang telah memberikan arahan dan motivasinya kepada penulis. Kesabaran dan ketelitian beliau membuat penulis semangat serta berusaha menghasilkan skripsi yang baik. 5. Seluruh Dosen Prodi Manajemen Pendidikan yang telah memberikan ilmu pengetahuan dalam perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini. 6. Kepala SMK Triguna Utama yaitu Winarno, S.Pd, dan wakasek bidang kurikulum yaitu Syamsu Rijal, S.Pd, MM, serta guru-guru SMK Triguna
iii
Utama yang telah menerima Penulis untuk melakukan penelitian. Terimakasih banyak atas bantuannya. 7. Kedua orang tua tercinta, yaitu H. Ubaidillah dan Hj. Maisuri yang banyak mendo’akan Penulis untuk menyelesaikan skripsi penelitian ini. Serta untuk adik-adikku tersayang Dian Amalia dan Wulan Apriani, karena kalian Penulis menjadi semangat untuk menyelesaikan skripsi dengan baik. 8. Maulana Ibrahim, yang telah membantu penulis baik secara moril maupun materil. Kasih sayang yang diberikan membuat Penulis bersemangat untuk menuntaskan penelitian, serta selalu menemani Penulis dalam suka dan duka. Terima kasih ya. 9. Rekan-rekan Manajemen Pendidikan 2008, yaitu Salwa Ismail, Juhairiah dan Zahrotul Munawaroh dan juga teman-teman kosan (ka Ika, Soul Herni, Ika dan Sopi) yang telah membantu dan memotivasi penulis dalam pembuatan skripsi ini. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis sedikit banyak mengalami kesulitan. Hal ini tidak lain disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, Penulis menyadari betul bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan baik dari segi penyajian, pengkajian materi, bahasa maupun tata cara penulisan, karenanya penulis dengan lapang hati menanti kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sehingga dapat menjadi lebih baik lagi.
Jakarta, 04 Januari 2013
Islahwati
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN PENGUJI ABSTRAK ................................................................................................... i ABSTRACT .................................................................................................. ii KATA PENGANTAR ................................................................................. iii DAFTAR ISI ................................................................................................ iv DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................... 6 C. Pembatasan Masalah .................................................................. 7 D. Perumusan Masalah .................................................................... 7 E. Tujuan Penelitian......................................................................... 7 F. Kegunaan Penelitian ................................................................... 8
BAB
II
KAJIAN
TEORI,
KERANGKA
BERPIKIR
DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS .......................................................... 10 A. Deskripsi Teori ........................................................................... 10 1. Disiplin Kerja Guru ............................................................... 10 a. Pengertian disiplin kerja guru ........................................... 10 b. Macam-macam disiplin guru ............................................ 19 c. Fungsi disiplin guru dalam pendidikan ............................ 20 d. Faktor-faktor yang memengaruhi disiplin guru ................ 23 2. Kewibawaan Kepala Sekolah ................................................ 24 a. Pengertian kewibawaan .................................................... 24 v
b. Pengertian kepala sekolah ................................................. 28 c. Pengertian kewibawaan kepala sekolah ............................ 31 d. Macam-macam kewibawaan ............................................. 36 e. Fungsi kewibawaan kepala sekolah dalam pendidikan .... 40 B. Kerangka Berpikir ...................................................................... 43 C. Hipotesis Penelitian .................................................................... 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 45 A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 45 B. Metode Penelitian ....................................................................... 46 C. Populasi dan Teknik Sampling ................................................... 46 D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 46 E. Instrumen Penelitian ................................................................... 47 F. Uji validitas dan Reliabilitas Intrumen ....................................... 53 G. Teknik Pengolahan Data ............................................................ 54 H. Teknik Analisa Data .................................................................... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................. 59 A. Gambaran Umum SMK Triguna Utama .................................... 59 B. Deskripsi Data ............................................................................. 68 C. Uji Prasyarat Data ....................................................................... 77 D. Pengujian Hipotesis ..................................................................... 77 E. Pembahasan ................................................................................. 82
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 84 A. Kesimpulan ................................................................................. 84 B. Saran ........................................................................................... 85 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 86 LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 : Kumulasi Ketidakhadiran guru SMK Triguna ............................. 6 Tabel 3.1 : Kegiatan Penelitian di SMK Triguna Utama ............................... 44 Tabel 3.2 : Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 46 Tabel 3.3 : Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel X ................................... 47 Tabel 3.4 : Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Y ................................... 50 Tabel 3.5 : Indeks Korelasi Product Moment ................................................ 55 Tabel 4.1 : Keadaan Guru SMK Triguna Utama ........................................... 60 Tabel 4.2 : Tenaga Kependidikan .................................................................. 62 Tabel 4.3 : Sarana dan Prasarana SMK Triguna Utama ................................ 63 Tabel 4.5 : Hasil Skoring Angket Kewibawaan Kepala Sekolah................... 67 Tabel 4.6 : Disitribusi Frekuensi .................................................................... 69 Tabel 4.7 : Interpretasi Kategori Kewibawaan Kepala Sekolah .................... 70 Tabel 4.8 : Hasil Skor Angket Disiplin Guru ................................................. 71 Tabel 4.9 : Distribusi Frekuensi ..................................................................... 73 Tabel 4.10: Intrerpretasi Kategori Disiplin Guru ........................................... 74 Tabel 4.11: Hasil Skoring Angket Variabel X dan Y .................................... 76 Tabel 4.12: Indeks Korelasi Product Moment ............................................... 78
vii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16 Lampiran 17
: Angket Penelitian Sebelum Uji Validitas : Angket Penelitian Setelah Uji Validitas : Pernyataan Positif dan Negatif Angket Variabel X : Pernyataan Positif dan Negatif Angket Variabel Y : Uji Validitas : Perhitungan Uji Validitas Manual Variabel X : Perhitungan Uji Validitas Manual Variabel Y : Hasil Analisis Butir Instrumen Variabel X : Hasil Analisis Butir Instrumen Variabel Y : Uji Reliabilitas Variabel X : Uji Reliabilitas Variabel Y :Perhitungan standar deviasi, rata-rata, distribusi frekuensi Variabel X :Perhitungan standar deviasi, rata-rata, distribusi frekuensi Variabel Y : Uji Normalitas Data Variabel X : Uji Normalitas Data Variabel Y : Gambaran Umum SMK Triguna Utama
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penerapan kedisiplinan yang efektif bukan merupakan suatu yang baru lagi bagi lembaga pendidikan seperti sekolah. Setiap kegiatan memiliki tenggang waktu yang ditentukan baik bagi peserta didik, guru, karyawan bahkan bagi seorang kepala sekolah. Kedisiplinan ini diterapkan agar segala perencanaan yang telah ditentukan berjalan sesuai dengan target yang diharapkan. Disiplin menjadi penting karena disiplin merupakan kunci keberhasilan organisasi dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Salah satunya tujuan dari penerapan disiplin guru menurut Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi yang dikutip oleh Nani Maesaroh yaitu sebagai berikut: 1. Membantu guru agar dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya. 2. Membuat guru agar patuh terhadap peraturan dan kepentingan serta kelancaran tugas di sekolah. 3. Membiasakan guru agar terbiasa hidup dengan baik, positif dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.
1
2
4. Mengontrol tingkah laku guru agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan secara makasimal.1 Bayangkan saja sekolah yang tidak menerapkan kedisiplinan pasti akan banyak ditemukan pelanggaran-pelanggaran, seperti peserta didik yang bolos sekolah, karyawan yang berpakaian asal-asalan, guru yang datang terlambat dan lain sebagainya. Sehingga itu mencerminkan pendidikan yang tidak beraturan, tidak berkualitas dan lain-lain. Tentunya untuk mengatasi hal-hal tersebut, sekolah memutuskan untuk memiliki peraturan dan
menerapkan hukuman sebagai salah satu alat
pendisiplinan. Pada dasarnya, disiplin yang harus diterapkan pertama kali adalah kepada para pendidik yaitu guru dan kepala sekolah. Karena ukuran keberhasilan guru secara sederhana ialah apabila peserta didik bertambah gairah belajar, hasil belajar peserta didik meningkat, disiplin sekolah membaik.2 Selain itu, seorang guru sebagai tauladan secara nyata dilihat tingkah lakunya, tata bicaranya, profesionalitasnya oleh peserta didik. Jika guru didapati akan melakukan hal yang tercela dan tidak memiliki integritas maka peserta didik tidak mau mematuhi peraturan yang telah dibuat sekolah. Begitu pula seorang kepala sekolah yang menjadi sorotan bagi setiap bawahannya, tentu saja harus lebih mendominasi guru dan peserta didik dalam hal disiplin. Karena, kinerja kepala sekolah akan memengaruhi motivasi guru untuk melaksanakan tugas profesinya. Pada sisi lain faktor disiplin dapat pula meningkatkan kinerja guru. Simamora menyatakan bahwa : Disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin merupakan bentuk pengendalian diri karyawan dan pelaksanaan yang teratur dan menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja di dalam suatu organisasi.3 1
Nani Maesaroh, “Disiplin Kerja Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran Di MAN 2 Kota Bekasi”, Skripsi, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), hal 12, tidak dipublikasikan. 2 Departemen Agama. Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan. Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. 2005., hal 12. 3 Rahman at all. Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jatinangor: Alqaprint.2006., hal 610
3
Keith Davis
menyatakan disiplin kerja sebagai pelaksanaan manajemen
untuk memperteguh pedoman-pedoman dipandang erat keterkaitannya dengan kinerja.4 Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Malthis dan Jackson bahwa disiplin kerja berkaitan erat dengan perilaku karyawan dan berpengaruh terhadap kinerja.5 Kepemimpinan kepala sekolah adalah motivator bagi kepatuhan diri pada disiplin kerja para guru. Walaupun disiplin ini hanya merupakan salah satu bagian dari ciri kinerja guru dan berkaitan dengan prosentasi kehadiran, ketidakpatuhan pada aturan, menurunnya produktivitas kerja dan apatis, tetapi ternyata hal ini membawa dampak yang sangat besar terutama pada sistem pendidikan kita yang masih memerlukan keberadaan guru secara dominan dalam proses pembelajaran. Pada tahap inilah kepemimpinan kepala sekolah dituntut untuk mampu memimpin atau mengelola sekolah, juga dituntut untuk mampu menciptakan suasana yang kondusif di lingkungan kerja (climate-maker) sehingga dapat mencegah timbulnya desintegrasi dan mampu memberikan dorongan agar semua komponen yang ada di sekolah bersatu mencapai tujuan yang ingin dicapai. Karena, kepala sekolah adalah seorang pemimpin di dunia kependidikan. Dengan jabatan ini, ia dapat menjalankan segala peran dan fungsinya di sekolah. Kepala sekolah mempunyai tanggung jawab penuh atas setiap kegiatan kependidikan, mulai dari adanya kegiatan belajar mengajar, pengendalian pelaksanaan peraturan, kurikulum dan lain sebagainya. Seorang pemimpin dipilih atas dasar kualifikasi yang dimilikinya yang memang dipercayakan untuk mengemban tugas sebagai pemimpin. Di era reformasi ini banyak tuntutan masyarakat menginginkan mutu sekolah yang baik. Untuk itu diperlukan seorang kepala sekolah yang handal pula untuk mengatur segala aspek kependidikan dan administrasi di sekolah. Kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi oleh orangorang tanpa pertimbangan-pertimbangan. Siapa pun yang akan diangkat menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui prosedur serta persyaratan-persyaratan 4
Davis, Keith dan John W. Newstrom. 1995. Perilaku dalam Organisasi. (Terjemahan Agus Darma), Jakarta: Erlangga., hal 129 5 Fathoni Abdurrahmat. 2006. Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT Rineka Cipta., hal 88.
4
tertentu seperti: latar belakang pendidikan, pengalaman, usia, pangkat, dan integritas.6 Selain itu, diperlukan juga kewibawaan seorang kepala sekolah untuk memaksimalkan pelaksanaan tanggung jawabnya terhadap guru, karyawan, dan peserta didik. Kewibawaan adalah segala perintah, larangan dan nasihat kepala sekolah kepada para bawahan untuk dipatuhi dengan secara tidak terpaksa. Sehingga tugas dan program kerja serta kedisiplinan masing-masing guru terlaksana dengan mudah. Berbeda dengan kepala sekolah yang tidak memiliki kewibawaan maka setiap perintah, larangan dan nasihat tidak dihiraukan karena guru dan karyawan merasa tidak hormat kepadanya. Seperti dalam buku Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati kewibawaan atau gezag adalah suatu daya mempengaruhi yang terdapat pada seseorang, sehingga orang lain yang berhadapan dengan dia, secara sadar dan sukarela menjadi tunduk dan patuh kepadanya.7 Ini penting bagi seorang kepala sekolah dalam memengaruhi guru dan karyawan untuk menyelesaikan kewajibannya. Para guru dan karyawan akan secara sukarela mengerjakan tugas apabila diperintah oleh kepala sekolah yang memiliki wibawa, bukan dikerjakan karena takut atau merasa kesal tetapi merasa kerelaan sendiri dalam pengerjaannya. Potensi kewibawaan ini harus diterapkan pada setiap kepala sekolah dan pemimpin untuk mencapai tujuan bersama. Karena ketika mereka tidak memiliki kewibawaan, maka ia akan sulit menggerakkan guru dan karyawan untuk bekerja. Mereka merasa terbebani dengan adanya perintah dan larangan yang dilontarkan kepala sekolah. Sebenarnya, kewibawaan bukan satu-satunya faktor yang dapat memengaruhi rendahnya kedisiplinan guru. Ada hal-hal lain yang memengaruhi kedisiplinan guru seperti kompensasi rendah. Karena, hal tersebut berkenaan dengan kesejahteraan guru yang mampu memenuhi kebutuhan guru. Seandainya saja tidak tercukupi dengan baik maka akan memengaruhi guru untuk bertindak tidak disiplin. 6
Wahjosimidjo. 2010. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Cet ke-7, hal 84. 7 Abu Ahmadi , Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan. 2007. Jakarta: PT Rineka Cipta., hal 57
5
Selain itu, peraturan yang tidak tegas dijalankan menjadi faktor penyebab lainnya. Memang sudah tertera secara tertulis dalam tata tertib sekolah, namun hanya sebatas tulisan tidak ada tindakan yang berorientasi pada disiplin. Misalnya diberlakukan hukuman berupa surat peringatan bagi guru yang melanggar aturan dilarang merokok di kelas. Namun, masih ada guru yang melakukan hal tersebut. Ini berarti hukuman yang ada tidak dijalankan dan tentu saja berdampak kepada perilaku-perilaku warga sekolah yang tidak berdisiplin yang lain. Karena adanya peraturan yang tidak dijalankan. Di samping itu faktor penyebab lain adalah kepribadian guru itu sendiri yang tidak memiliki disiplin pribadi yang baik. Walaupun telah tercantum dalam tata tertib secara tertulis, namun guru tersebut tetap saja selalu tidak mendisiplinkan diri yang berimbas pada tujuan pembelajaran yang direncanakan. Disiplin pribadi memang harus dipupuk sejak dini agar ketika masuk dunia kerja akan terbiasa untuk mentaati segala peraturan yang berlaku. Ini merupakan salah satu faktor adanya kedisiplinan guru yang rendah. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa rendahnya kedisiplinan guru disebabkan oleh kewibawaan kepala sekolah yang rendah pula. Kepala sekolah adalah pemimpin di dunia kependidikan yang memiliki tugas dan fungsi lebih banyak porsinya dibandingkan guru. Para guru melihat kinerja yang dilakukan oleh kepala sekolah. Jika, kepala sekolah tersebut dianggap tidak memiliki integritas maka bawahannya akan kurang menghormati kepala sekolah tersebut. Terlebih ketika kepala sekolah memerintahkan guru untuk melakukan sesuatu. Maka akan timbul ketidakrelaan bagi guru untuk melakukan perintah kepala sekolah. Ini akan sangat bermasalah jika hal ini terjadi. Karena, pemimpin seharusnya mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar untuk menggerakkan bawahannya. Ketika kepala sekolah tidak memiliki kemampuan tersebut, maka apa yang dipimpinnya akan mengalami masalah berupa manajemen yang tidak berjalan, terjadi perselisihan antar guru, peserta didik yang demonstrasi. Ini semua dapat berdampak pada mutu sekolah yang diragukan oleh masyarakat. Tentunya, tidak ada sekolah yang menginginkan hal yang seperti itu.
6
Sesuai dengan pendapat Sedarmayanti, faktor yang mempengaruhi disiplin guru adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Besar kecilnya pemberian kompensasi. Ada tidaknya keteladanan kepala sekolah. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan. Ada tidaknya pengawasan pimpinan. Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin. Pengembangan struktur organisasi yang sehat. Adanya suatu program yang lengkap atau baik untuk memelihara semangat dan disiplin guru.8
Fenomena yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Triguna Utama tahun ajaran 2011/2012 yang telah bersertifikat ISO 9001:2008, adalah guru yang masih terlihat enggan dalam melaksanakan tugas, seperti tugas penjaga piket masih belum optimal, guru yang bertugas sebagai piket kadang-kadang tidak terlihat berada di tempatnya, dan tidak mencatat peserta didik yang terlambat sekolah dan tidak memberitahukan ke kelas jika ada peserta didik yang izin serta menekan bel dengan tepat waktu. Hal ini telah disampaikan oleh Winarno S.Pd selaku kepala sekolah Triguna Utama dalam pidatonya saat upacara hari senin tanggal 17 Oktober 2011 yang mengingatkan para guru dan karyawan untuk melaksanakan tugas secara disiplin. Namun, himbauan tersebut rupanya terlihat tidak menjadi motivasi bagi guru untuk bertindak disiplin. Selain itu, dari ketidakhadiran guru juga terlihat pada bulan februari-maret 2012 yang penulis observasi, yang mana menunjukkan bahwa kedisiplinan guru dapat dikatakan rendah. Untuk lebih jelas lagi penulis merangkumnya dalam tabel berikut ini:
8
Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV Mandar Maju. Hal 89
7
Tabel 1.1 Kumulasi ketidakhadiran guru SMK Triguna BULAN Jumlah Ketidakhadiran Guru
Februari 2012
Maret 2012
S
I
A
S
I
A
3
3
106
3
8
172
* keterangan: S : Sakit I : Izin A : Alfa/Absen Ada 36 guru di SMK Triguna Utama, yang penulis lihat dalam daftar hadir guru di bulan februari dan maret. Hal ini menunjukkan adanya disiplin yang rendah ditandai dengan jumlah kumulasi antara kedua bulan tersebut. Di tabel tersebut terlihat adanya peningkatan ketidakhadiran guru dalam jumlah yang cukup mengejutkan. Tentunya menimbulkan pertanyaan tentang tindakan dan peran dari kepala sekolah dalam kasus tersebut. Karena itulah, berdasarkan hal-hal di atas
penulis tertarik untuk
mengetahui pengaruh kewibawaan kepala sekolah dalam meningkatkan disiplin guru dan diharapkan penelitian ini menjadi pembuktian apakah dengan kewibawaan kepala sekolah memiliki hubungan dengan disiplin guru. Sehingga, penulis ingin mengetahui atas pertanyaan tersebut serta menjadikan judul skripsi yaitu “Korelasi antara Kewibawaan Kepala Sekolah dengan Disiplin Guru di SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang.”
B. Identifikasi Masalah Berangkat dari latar belakang di atas, masalah-masalah yang dapat diidentifikasi menjadi faktor-faktor penyebab ketidakdisiplinan adalah sebagai berikut: 1) Disiplin rendah guru disebabkan oleh rendahnya kewibawaan yang dimiliki oleh kepala sekolah.
8
2) Disiplin rendah guru disebabkan oleh faktor adanya peraturan yang hanya ada dalam tulisan tetapi tidak dijalankan. 3) Disiplin rendah guru disebabkan oleh rendahnya pengawasan kepala sekolah. 4) Disiplin rendah guru disebabkan oleh kompensasi yang rendah.
C. Pembatasan Masalah Berangkat pada identifikasi di atas dan untuk membatasi masalah agar lebih spesifik dan untuk memperjelas dan menghindari terjadinya tumpang tindih dengan masalah lain di luar wilayah penelitian, maka penelitian ini penulis hanya membatasi pada “Korelasi antara Kewibawaan Kepala Sekolah dengan Disiplin Guru SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang”.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka permasalahan ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1) Bagaimana tingkat kewibawaan kepala sekolah di SMK Triguna Utama? 2) Bagaimana tingkat kedisiplinan guru SMK Triguna Utama? 3) Apakah terdapat hubungan antara kewibawaan kepala sekolah dengan disiplin guru?
E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan: 1) Untuk mengungkapkan tingkat guru tentang kewibawaan kepala sekolah SMK Triguna Utama. 2) Untuk mengungkapkan tingkat kedisiplinan guru SMK Triguna Utama. 3) Untuk mengungkapkan hubungan antara kewibawaan kepala sekolah dengan disiplin guru.
9
F. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu: 1) Melengkapi dan atau memperluas teori yang sudah diperoleh melalui penelitian yang dilakukan sebelumnya. 2) Menyajikan suatu wawasan khusus tentang kewibawaan kepala sekolah bagi peningkatan disiplin guru. 3) Memberikan peluang kepada siapa saja untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam tentang hal yang sama dengan menggunakan teori-teori yang belum digunakan dalam penelitian ini.
BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. DESKRIPSI TEORI 1. Disiplin Kerja Guru a. Pengertian Disiplin Kerja Guru Disiplin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang menunjuk kepada kegiatan belajar mengajar.1 Tulus Tu‟u mengutip dari kamus MacMillan Dictionary mengenai disiplin dalam istilah bahasa Inggris yaitu berasal dari kata “Discipline”, berarti: 1) tertib, taat, atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri, kendali diri; 2) latihan membentuk, meluruskan, atau menyempurnakan sesuatu, sebagai kemampuan mental atau karakter moral; 3) hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki; 4) kumpulan atau sistem peraturan-peraturan bagi tingkah laku.2 Dalam kamus manajemen, disiplin (dicipline) berarti peratran tata tertib untuk mencapai perbaikan pekerjaan, atau perubahan perilaku.3
1
Tulus Tu‟u. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. (Jakarta: PT Grasindo. 2004). Cet Ke- .,hal 30 2 Ibid., hal 30-31 3 Marbun. Kamus Manajemen. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002) Cet Ke-II., hal 65.
10
11
Sedangkan dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), disiplin memiliki arti tata tertib, kepatuhan kepada peraturan.4 Sedangkan menurut The Liang Gie yang dikutip oleh Ali Imron bahwa pengertian disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati.5 Menurut Ali Imron disiplin adalah suatu keadaan di mana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib, teratur dan semestinya, serta tiada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsung.6 Menurut Abdurrahmat Fathoni, kedisiplinan adalah kesadaran dan ketersediaan seseorang menaati semua peraturan organisasi dan normanorma sosial yang berlaku.7 Kesadaran yang dimaksud adalah sikap, tingkah laku dan perbuatan sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Sedangkan kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan organisasi baik yang tertulis maupun tidak. Berdasarkan pendapat itu, kita dapat memahami bahwa disiplin merupakan bagian dalam hidup seseorang yang ditimbulkan dengan adanya tingkah laku ketertiban dan ketaatan terhadap peraturan dengan rasa senang hati. Dalam Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 1 Ayat 1: Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
4
Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Departemen Pendidikan Nasional. 2007). Cet Ke-4 Hal 268 5 Ali Imron. Pembinaan Guru di Indonesia. (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. 1995). Cet Ke- 1., hal 182 6 Ibid., hal 183 7 Abdurrahmat Fathoni. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta: PT Rineka Cipta. 2006)., hal 126
12
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.8 Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.9 Menurut Abdul Wahab guru adalah sebuah profesi sebagaimana profesi lainnya yang merujuk pada pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan.10 Dalam Undang-undang tersebut diterangkan bahwa seorang pendidik adalah tenaga profesional dalam arti “mendapatkan pendidikan khusus dan memiliki keahlian khusus”.11 Sehingga mampu melakukan pekerjaan kependidikan dengan maksimal. Karena pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional maka untuk menjadi guru harus pula memenuhi persyaratan yang berat, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Harus memiliki bakat sebagai guru, Harus memiliki keahlian sebagai guru, Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi, Memiliki mental yang sehat, Berbadan sehat, Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas, Guru adalah manusia berjiwa pancasila, Guru adalan seorang warga Negara yang baik.12
Maka dari itu, seseorang yang ingin menjadi guru dan dapat menempuh persyaratan tersebut harus terlebih dahulu menyelesaikan pendidikan khusus bidang keguruan. Dari pendidikan tersebut akan diberi pembinaan, pengetahuan dan pengalaman yang membekali seseorang di keadaan real sekolah. Berdasarkan pekerjaan profesional sudah barang tentu guru memiliki tanggung jawab yang besar sebagai berikut. 8
Undang-undang R.I Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. (Surabaya: Kesindo Utama.2009)., hal 68. 9 Tim Penyusun, log.cit., hal 377 10 Abdul Wahab., Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual. (Yogyakarta: ArRuzz Media. 2011). Cet Ke-1., hal 117. 11 Departemen Agama. Wawasan dan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan.(Direktrorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam._____)., hal 65. 12 Ibid., hal 66.
13
1. Guru harus menuntut para peserta didik belajar. Guru bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan-kegiatan belajar peserta didik, karena melalui proses inilah guru membimbing peserta didik untuk mengembangkan keterampilanketerampilan, pemahaman, kebiasasaan-kebiasaan yang baik, dan perkembangan sikap yang serasi. 2. Guru turut serta membina kurikulum sekolah. Guru merupakan orang yang mengetahui kebutuhan kurikulum yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Karena, guru dalam proses belajar mengajar menyampaikan isi dari kurikulum tersebut melalui proses pembelajaran. Sehinga, dapat dikatakan bahwa guru merupakan seorang key person dalam kurikulum. Paling tidak guru memberi saran-saran yang berguna demi penyempurnaan kurikulum kepada pihak yang berwenang. Dalam hubungan ini guru dapat melakukan menyarankan ukuran-ukuran yag mungkin dapat digunakan dalam bahan-bahan kurikulum, berusaha menemukan minat, kebutuhan dan kesanggupan peserta didik, berusaha menemukan cara yang tepat agar sekolah dan masyarakat terjalin hubungan seimbang. 3. Melakukan pembinaan terhadap diri (kepribadian, watak, dan jasmaniah) peserta didik. Guru melakukan pembinaan kepribadian dan watak (karakter) agar peserta didik memiliki kebiasaan, sikap, cita-cita, berpikir dan berbuat, berani dan bertanggung jawab, ramah dan mau bekerjasama, bertindak berdasarkan nilai-nilai moral yang tinggi, semuanya menjadi tanggung jawab guru. 4. Memberikan bimbingan kepada peserta didik. Bimbingan ini diberikan agar peserta didik mampu mengenal dirinya
sendiri,
memecahkan
masalahnya
sendiri,
mampu
menghadapi kenyataan dan memiliki stabilitas emosi yang baik.
14
Artinya, peserta didik dibimbing ke arah terciptanya hubungan pribadi yang baik dengan teman dan masyarakat. 5. Melakukan diagnosis atas kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemauan belajar. Guru bertanggung jawab menyesuikan semua situasi belajar dengan minat, latar belakang, dan kematangan peserta didik. Selain itu, guru juga bertanggung jawab atas penilaian terhadap hasil belajar dan kemajuan belajar serta mendiagnosis dengan cermat terhadap kesulitan dan kebutuhan peserta didik. 6. Menyelenggarakan penelitian. Seorang guru juga bergerak dalam bidang keilmuan yang senantiasa diperbaiki cara bekerjanya. Bukan hanya mengerjakan pekerjaan rutin saja, melainkan harus menghimpun banyak data melalui penelitian. 7. Mengenal masyarakat dan aktif ikut serta di dalamnya. Guru juga harus mengenal pola kehidupan, kebudayaan, minat, dan kebutuhan masyarakat. Karena, dengan mengenal masyarakat guru lebih mudah untuk menyesuaikan pelajaraanya secara efektif. 8. Tanggung jawab meningkatkan peranan professional guru. Profesional adalah keahlian khusus yang tanpa itu tidak adanya kecakapan yang maksimal yang dimiliki guru sehingga sulit kiranya untuk mengemban dan melaksanakan dan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya.13 Peranan guru dalam pendidikan adalah mampu mendidik dan mengajar apabila ia mempunyai kestabilan emosi, memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk memajukan peserta didik, bersikap realistis, bersikap jujur, serta bersikap terbuka dan peka terhadap inovasi pendidikan.14 13
Ibid., hal 76-84 Oemar Hamalik. Pendidikan Guru berdasarkan Pendekatan Kompetensi.(Jakarta: PT Bumi Aksara. 2002). Cet Ke-1., hal 43. 14
15
Berdasarkan definisi di atas, guru merupakan suatu pekerja yang membutuhkan keahlian dan kematangan seseorang serta tanggung jawab yang tinggi untuk amanah pendidikan. Untuk memenuhi tanggung jawab dan peran sebagai guru harus memiliki disiplin pribadi agar menunjang kelancaran tugas. Karena tanpa disiplin guru akan lebih sulit mengarahkan dan mengendalikan perilakunya. Disiplin memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia terutama guru dalam hal mengajar. Dengan disiplin akan memudahkan guru dalam mengatur
peserta didik untuk belajar
secara tearah dan teratur. Selain itu, hasil yang didapat dari penerapan disiplin pribadi yang baik ditandai dengan kebersihan, ketertiban, semuanya berjalan sesuai dengan peraturan tanpa terlihat adanya paksaan, teguran atau hukuman. Untuk memiliki disiplin diri dilakukan dengan adanya kemauan dan kemampuan tingkah laku pribadi dan cara berpikirnya. Seperti yang dikemukakan oleh Artomo yang menyebutkan bahwa pada prinsipnya untuk memiliki disiplin pribadi ini adalah kemampuan dan kemauan untuk merubah perilaku dan cara berpikir.15 Selain itu, seseorang memiliki pembinaan jangka panjang terhadap pola perilakunya untuk membentuk menjadi kedisiplinan. Pembinaan ini dilakukan seperti halnya di sekolah yang menuntut adanya tata tertib sebagai peraturan. Seorang anak di sekolahkan untuk menuntut ilmu dengan baik diiringi oleh aturan-aturan sekolah untuk membentuk pribadi anak tersebut dengan perilaku yang teratur. Tentu saja, peralihan demi peralihan yang dilalui anak membentuk siapa dirinya dan kebiasaannya. Dengan demikian, disiplin diri terbentuk secara bertahap dan memerlukan waktu yang panjang.
15
Artomo. Displin Pribadi Menaati Peraturan dan Larangan Melaksanakan Tugas dan Kewajiban Tanpa Memikirkan Hukuman ataupun Penghargaan yang akan diberikan. (Jakarta: Perpustakaan Nasional. 2002) hal 106
16
Menurut Sondang P. Siagian bahwa disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut.16 Disiplin biasanya diterapkan dalam dunia pendidikan, di mana peraturan diberlakukan kepada pendidik dan pelajar. Disiplin berperan penting dalam keberlangsungan secara manajerial dan operasional sekolah. Karena, tanpa disiplin akan terjadi hambatan-hambatan kelancaran kegiatan, misalnya beberapa guru datang terlambat sedangkan peserta didik telah hadir tepat waktu. Tentu ketuntasan belajar peserta didik akan terganggu dan memengaruhi aspek penilaian peserta didik. Pada akhirnya, mutu kelulusan akan rendah di mata masyarakat. Setiap akan mengajar, guru perlu membuat persiapan mengajar dalam rangka melaksanakan sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan. Dalam persiapan itu sudah terkandung tentang: tujuan mengajar, pokok yang diajarkan, metode mengajar, bahan pelajaran, alat peraga, dan teknik evaluasi yang akan digunakan.17 Hal ini dikemukakan oleh Tim penyusun departemen agama. Karena itu harus memahami benar tentang tujuan pengajaran, cara merumuskan metode mengajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, memahami bahan pelajaran sebaik mungkin dengan menggunakan dengan berbagai sumber, cara membuat tes dan menggunakannya, dan pengetahuan tentang alat-alat evaluasi. Guru memang memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar, beberapa aspek dalam komponen sekolah sangat bersentuhan dengan kinerja guru. Seperti, guru mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan kurikulum yang ada dan diaplikasikan secara kreatif dan inovatif. Hal itu bertujuan agar kegiatan pembelajaran berjalan lancar, tertib, tertatur, dan mencapai tujuan pendidikan sekolah.
16
Sondang P. Siagian. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta: Bumi Aksara. 2008) Ed, ke-2. Cet Ke- 15., hal 305 17 Departemen Agama. Loc.cit., hal 63
17
Kemampuan guru mengelola kelas juga secara langsung menunjang keefektifan dan efisiensi pengelolaan pendidikan dan proses pembelajaran. Mengkondisikan peserta didik adalah upaya dalam pengelolaan kelas, sehingga terciptanya disiplin kelas ke arah yang lebih baik. Selain guru bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah dalam arti memberikan bimbingan dan pengajaran kepada peserta didik. Menurut Oemar Hamalik guru juga bertanggung jawab dalam bentuk melaksanakan pembinaan kurikulum, menuntun para peserta didik belajar, membina pribadi, watak, dan jasmaniah peserta didik, menganalisa kesulitan belajar, serta menilai kemajuan belajar peserta didik.18 Agar guru mampu mengemban dan melaksanakan tanggung jawabnya ini, maka setiap guru harus memiliki kompetensi yang relevan dengan tugas dan tanggung jawab tersebut. Ia harus menguasai cara belajar yang efektif, harus membuat model satuan pelajaran, mampu memahami kurikulum dengan baik, mampu mengelola kelas, mempunyai kestabilan emosi, bersikap jujur, mampu menjadi teladan bagi peserta didik, mampu memberi nasihat, mampu menyusun dan melaksanakan prosedur penilaian kemajuan belajar, dan sebagainya. Untuk melaksanakan tanggung jawab guru turut serta memahami semua yang bertalian dengan nasional, misalnya suku bangsa, adat istiadat, kebiasaan,
norma-norma,
kebutuhan,
dan
kondisi
lingkungan.19
Selanjutnya, ia harus mampu menghargai suku bangsa lainnya, menghargai agama yang dianut peserta didik, menghargai permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik serta bersikap bijaksana terhadap permasalahan yang dihadapi orang lain. Guru juga mempunyai peranan dalam proses pembelajaran yang ditandai dengan keberhasilan pada kemampuannya melaksanakan peranan yang dalam pembelajaran. Menurut Adams dan Dickey yang dikutip oleh Oemar Hamalik peran guru adalah: 18
Oemar Hamalik. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. (Jakarta: Bumi Aksara. 2002), hal 40 19 Ibid, hal 41
18
1. Guru sebagai pengajar, menyampaikan ilmu pengetahuan, perlu memiliki keterampilan memberikan informasi di kelas. 2. Guru sebagai pemimpin kelas, perlu memiliki keterampilan cara memimpin kelompok-kelompok peserta didik. 3. Guru sebagai pengatur lingkungan, perlu memiliki keterampilan mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran. 4. Guru sebagai perencana, perlu memiliki keterampilan cara memilih, dan membuat bahan pelajaran secara professional. 5. Guru sebagai supervisor, perlu memiliki keterampilan mengawasi kegiatan peserta didik dan ketertiban kelas. 6. Guru sebagai evaluator, perlu memiliki keterampilan cara menilai peserta didik secara objektif, kontinu, dan komprehensif. 7. Guru sebagai konselor, perlu memiliki keterampilan cara membantu peserta didik yang mengalami kesulitan tertentu.20 Semua itu, tidak terlepas dari profesional seorang guru. Tentu harus melalui proses yang panjang dengan keahlian khusus. Serta ditunjang dengan kedisiplinan yang tinggi agar tugas dan tanggung jawabnya terpenuhi dengan maksimal. Maka dari itu, disiplin guru harus diterapkan
karena disiplin
merupakan suatu sikap moral seseorang yang terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban berdasarkan acuan nilai moral. Pendidik atau guru, seharusnya lebih memiliki disiplin akan menunjukkan ketaatan, dan keteraturan terhadap perannya sebagai seorang pendidik dan pengajar yaitu mendidik dan mengajar secara terarah dan teratur. Dengan demikian guru yang berdisiplin akan lebih mampu mengarahkan dan mengndalikan perilakunya. Disiplin memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia terutama guru dalam hal mengajar. Dengan disiplin akan memudahkan guru dalam mengatur peserta didik untuk belajar secara tearah dan teratur. Selain itu, hasil yang didapat dari penerapan disiplin pribadi yang baik ditandai dengan kebersihan, ketertiban, semuanya berjalan sesuai dengan peraturan tanpa terlihat adanya paksaan, teguran atau hukuman.21 20
Ibid., hal 49
19
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin guru adalah kesadaran diri untuk berperilaku teratur kepada peraturan-peraturan yang berlaku di mana seseorang tinggal melalui pembinaan jangka panjang sesuai dengan nilai dan norma yang ada guna mendorong kelancaran kegiatan yang dilakukan.
b. Macam-macam Disiplin Guru Ada tiga macam disiplin. Pertama, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep ototarian. Konsep ini guru di sekolah dikatakan mempunyai disiplin tinggi manakala mau menurut saja terhadap perintah dan anjuran pejabat dan atau pembina tanpa banyak menyumbangkan pikiran-pikirannya. Artinya, terpusat pada kekuasaan para pemimpin yang memiliki kewenangan terhadap guru untuk menerima dan mengiyakan segala tugas yang diberikan oleh pemimpin. Karena di pandang pemimpin mempunyai kekuasaan untuk itu. Dalam disiplin otoritarian, peraturan di buat sangat ketat dan rinci. Orang yang berada dalam lingkungan disiplin ini diminta dan menaati peraturan yang telah disusun dan berlaku di tempat itu. Apabila gagal menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, akan menerima sanksi dan hukuman yang berat.22 Kedua, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permissive. Menurut konsep ini, guru haruslah diberikan kebebasan seluas-luasnya di dalam kelas dan sekolah. Dalam konsep ini sangat bertolak belakang dengan konsep disiplin yang pertama, karena dalam konsep ini membebaskan
guru
untuk
melakukan
kegiatan
yang
dapat
mengembangkan potensi dan guru berada dalam peraturan yang tidak mengikat, sehingga guru dapat mengeksplorasi pendapat dan potensi yang ada. 21 22
Artomo, loc.cit., hal 107 Tulus Tu‟u, loc.cit., hal 44
20
Karena dibebaskan mengambil keputusan. Guru yang berbuat sesuatu, dan ternyata membawa akibat melanggar norma atau aturan yang berlaku, tidak diberi sanksi dan hukuman. Dampaknya menimbulkan kebingungan karena tidak tahu mana yang tidak dilarang dan mana yang dilarang.23 Ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang terkendali, atau kebebasan yang bertanggung jawab.24 Macam disiplin ini di sebut dengan disiplin demokratis. Dalam konsep ini guru diberikan kebebasan dalam hal apa pun. Namun, perlu diingat bahwa setiap tindakan tentu ada konsekuensinya, guru harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukan. Pertanggungjawaban tersebut menjadi batasan guru dalam melakukan sesuatu, jadi sebelum bertindak tentu sudah terpikirkan akibat apa yang ditimbulkan. Sehingga guru masih dapat mengontrol tindakan yang akan dilakukan.
c. Fungsi Disiplin Guru dalam Pendidikan Keberhasilan sekolah dapat dilihat dari prestasi-prestasi yang digapai. Prestasi yang diraih tersebut didapat dengan kerja keras antar warga sekolah. Menyatukan persepsi, visi dan misi dalam warga sekolah akan sulit jika tidak ada rasa saling memiliki antar mereka. Meskipun telah menyamakan tujuan tapi tanpa tindakan yang teratur dan terarah akan sangat sulit dalam menggapai prestasi apapun. Tentunya menuntut produktivitas tenaga kependidikan di sekolah dengan mengikuti aturan dan tata tertib sekolah, hingga dalam melaksanakan tugas yang sangat erat dengan disiplin. Oleh karena itu, disiplin memiliki fungsi sebagai berikut: 1. Menata kehidupan bersama, yaitu mengatur tata kehidupan manusia dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat. Dengan begitu, hubungan antara individu satu dengan yang lain menjadi baik dan lancar. 2. Membangun kepribadian, yaitu dengan disiplin seseorang dapat membiasakan mengikuti, mematuhi, menaati aturan-aturan yang 23 24
Ibid.,hal 45 Ibid.,hal 46
21
berlaku. Kebiasaan itu, lama kelamaan masuk dalam kesadaran dirinya sehingga akhirnya menjadi milik kepribadiannya. 3. Melatih kepribadian, yaitu dengan disiplin dapat melatih kepribadian menjadi tertib, teratur, taat, patuh. Hal ini memerlukan waktu dan proses yang memakan waktu. 4. Pemaksaan, yaitu disiplin sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan itu. 5. Mencipta lingkungan kondusif, yaitu dengan disiplin tercipta suasana kondusif yang aman, nyaman, tenang, tentram tertib dan teratur.25 Pada nomor satu disebutkan dapat menata kehidupan bersama. Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Terlebih jika telah memasuki lingkup organisasi seperti sekolah, sudah tidak asing lagi dalam sekolah menerapkan disiplin yang efektif. Dimaksudkan menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati peraturan. Sama halnya, dengan kepala sekolah dengan jabatan dan kekuasaan yang dimiliki, namun tetap pada koridor yang dibatasi melalui aturan-aturan yang berlaku untuk menghindari terjadi ketidakpahaman antara kepala sekolah dengan guru dan stafnya. Sehingga, perlu adanya disiplin yang meletakkan porsi perannya dengan membatasi dirinya untuk tidak merugikan orang lain yang ada di sekitar. Begitu pula dengan guru terhadap peserta didik, tentunya sangat berdekatan antar keduanya. Agar kepentingan guru dan kepentingan peserta didik tidak berbenturan maka perlu adanya peraturan dan norma yang mengatur kegiatan masing-masing berjalan dengan harmonis. Selanjutnya, nomor dua yang menyebutkan fungsi disiplin dapat membangun kepribadian. Kepribadian ini mencakup perilaku, pola hidup yang terlihat dari keseharian baik perkataan, perbuatan, sifat. Seorang guru dapat dengan mudah terbaca kepribadiannya di sekolah dan di kelas. Guru menjadi sorotan bagi peserta didiknya, jika terjadi kekeliruan dari tingkah
25
Tulus Tu‟u, op.cit., hal 38
22
lakunya yang tidak disiplin maka peserta didik dengan mudah mengecap guru tersebut malas dan sebagainya. Maka dari itu, adanya disiplin dapat membiasakan seseorang untuk berperilaku taat, patuh, dan tertib terhadap peraturan. Dengan kebiasaan ini menciptakan kepribadian lebih teratur karena kesadaran yang dimulai dengan pembiasaan. Melatih kepribadian terdapat pada nomor tiga, yaitu kepribadian yang dilatih adalah kepribadian yang tidak terarah, tidak taat, tidak patuh, dan tidak tertib akan berubah dengan adanya latihan yang terus menerus. Latihan ini diperoleh dari lingkungan di mana ia berada, seperti guru mengajar di sekolah unggulan yang menuntut untuk tepat waktu dalam segala hal. Bagi guru yang tidak terbiasa akan hal itu pasti merasa beban dalam menjalankan pekerjaan tersebut. Namun, hal itu dapat ditangani dengan mengadakan latihan pribadi untuk awal pembiasaan diri. Sehingga, dengan disiplin guru dapat melatih kepribadiannya menjadi lebih baik yang berawal dari mencoba, berusaha keras, tempaan pahit, dan dengan waktu yang panjang. Dengan demikian, fungsi disiplin ini dapat memaksimalkan proses pembelajaran yang efektif dan membangun kerjasama antar warga sekolah dalam mencapai keberhasilan. Selain itu, kedisiplinan guru juga akan membawa pada ketercapaian tujuan pendidikan dengan hasil yang maksimal.26
d. Faktor-faktor yang Memengaruhi Disiplin Guru Untuk terjadinya disiplin yang baik dalam suatu lingkungan dapat dilihat faktor-faktor yang memengaruhi adanya disiplin guru dapat disebutkan sebagai berikut:
26
Abdul Hasim. Landasan Pendidikan: Menjadi Guru yang Baik. (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. 2010). Cet Ke-1., hal 17.
23
1. Kesadaran diri, yaitu pemahaman diri tentang pentingnya penegakan disiplin bagi dirinya. Sehingga, perlakuan disiplin sangat terlihat bagi orang memiliki kesadarn diri. 2. Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya. Maksudnya, seseorang dapat berlaku disiplin karena adanya kemauan dalam diri kemudian dipraktikkan sebagai penerapannya. Namun, biasanya memang orang dapat berdisiplin jika ada tekanan dari luar dirinya yang menggerakkan orang tersebut dapat menaati peraturan. 3. Alat pendidikan, yaitu dengan berbagai macam alat pendidikan yang digunakan sebagai suatu tindakan mengubah, membentuk, dan menjadikan disiplin diri yang diinginkan. 4. Hukuman, yaitu sebagai penyadaran diri tentang kesalahan yang diperbuat, kemudian menjadi bahan untuk mengoreksi diri terhadap kesalahan yang telah dibuat sehingga orang tersebut dapat mematuhi peraturan dan tidak melanggar kembali.27 Selain itu, terdapat faktor lain yang dapat memengaruhi pembentukan disiplin guru sebagai berikut: 1. Teladan, seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa peserta didik dapat melihat langsung tingkah laku guru di sekolah dan di kelas. Begitu pula dengan guru kepada kepala sekolah. Apabila kepala sekolah melanggar peraturan dan tidak ditindaklanjuti, maka guru pun akan menganggap peraturan tersebut sia-sia diberlakukan. Akibatnya, guru pun meniru akan perbuatan kepala sekolah tersebut. Karena kepala sekolah dianggap teladan bagi bawahannya. Maka akan tercipta iklim sekolah yang sangat tidak menyenangkan.
27
Tulus Tu‟u , loc.cit., hal 48-49
24
2. Lingkungan berdisiplin, yaitu lingkungan yang memengaruhi guru tersebut dapat berdisiplin atau sebaliknya. Kadang, seseorang dapat terbawa dengan lingkungan yang ia tinggali. Begitu juga dengan guru, mungkin saja pada awalnya ia berasal dari lingkungan keluarga dan sekolah yang tidak disiplin. Tetapi ia hidup dan bekerja di lingkungan disiplin yang kuat. Maka bisa saja guru tersebut berubah perilakunya dengan disiplin pribadi yang tinggi. Ini disebabkan pembiasaan terus menerus membuat perubahan tingkah laku karena tuntutan lingkungan kerja tersebut. Ada pula sebaliknya, pada awalnya guru tersebut disiplin tinggi tetapi berpindah ke lingkungan lain yang disiplinnya rendah, maka akan terbawa karena merasa perlunya adaptasi dengan individu lainnya. 3. Latihan disiplin, yaitu kedisiplinan dapat diperoleh melalui latihan dan pembiasaan diri dengan berusaha, mencoba, membuat jadwal, dan bergaul dengan individu berdisiplin tinggi. Maka, secara perlahan membentuk pribadinya mampu memiliki disiplin tinggi.28 Jadi, Kedisiplinan kerja guru di sekolah dapat dilihat dari sikap dan tingkah lakunya. Sikap dan tingkah laku guru berpatokan pada kepatuhan dalam melaksanakan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Mematuhi peraturan berarti memberi dukungan positif pada organisasi dalam melaksanakan program-program yang telah ditetapkan, sehingga akan lebih memudahkan tercapainya tujuan organisasi. Guru yang tertib dan disiplin, mentaati norma-norma dan peraturan yang telah ditetapkan dalam suatu organisasi akan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas. Sebaliknya apabila guru dalam suatu organisasi tidak disiplin, maka akan sulit sekali melaksanakan program-programnya,
sulit
meningkatkan
produktivitas
merealisasikan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. 28
Ibid., hal 51
dan
sulit
25
Abdurrahmat
Fathoni
mengatakan bahwa kedisiplinan adalah
kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.29 Guru dalam melaksanakan disiplin harus seusai dengan peran yang dijalankan. Menurut Adams dan Dickey yang dikutip oleh Oemar Hamalik peran guru adalah: 1. Guru sebagai pengajar, menyampaikan ilmu pengetahuan, perlu memiliki keterampilan memberikan informasi di kelas. 2. Guru sebagai pemimpin kelas, perlu memiliki keterampilan cara memimpin kelompok-kelompok peserta didik. 3. Guru sebagai pengatur lingkungan, perlu memiliki keterampilan mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran. 4. Guru sebagai perencana, perlu memiliki keterampilan cara memilih, dan membuat bahan pelajaran secara professional. 5. Guru sebagai supervisor, perlu memiliki keterampilan mengawasi kegiatan peserta didik dan ketertiban kelas. 6. Guru sebagai evaluator, perlu memiliki keterampilan cara menilai peserta didik secara objektif, kontinu, dan komprehensif. 7. Guru sebagai konselor, perlu memiliki keterampilan cara membantu peserta didik yang mengalami kesulitan tertentu.30 Uraian di atas mengandung arti bahwa disiplin kerja guru adalah sikap dan perbuatan guru dalam mentaati semua tugas, pedoman dan peraturan yang telah ditentukan untuk tercapainya tujuan organisasi. Selanjutnya Fathoni menyatakan bahwa : ”Kedisiplinan diartikan bilamana karyawan selalu datang dan pulang tepat waktu, mengerjakan semua pekerjaan dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan (organisasi) dan norma-norma sosial yang berlaku.”31 Pernyataan di atas mengandung arti bahwa indikator keberhasilan pelaksanaan disiplin pegawai pada suatu organisasi terlihat dari tingkat ketepatan waktu, tingkat kesadaran dalam bekerja dan tingkat kepatuhan kepada peraturan. Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi, maka salah satu faktor yang sangat menentukan adalah 29
Fathoni Abdurrahmat. 2006. Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT Rineka Cipta., hal 172. 30 Ibid., hal 49 31 Ibid.,
26
terciptanya disiplin kerja para guru dengan asumsi bahwa dalam suasana disiplinlah organisasi akan dapat melaksanakan program-program kerjanya untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka dimensi pengukuran disiplin kerja guru pada penelitian ini mengacu pada teori Fathoni dan teori Adams dan Dickey yang menjadikan lima kriteria pengukuran disiplin yaitu disiplin dalam ketepatan waktu, disiplin dalam mengelola kelas, disiplin dalam bersikap dan bijaksana kepada peserta didik, disiplin dalam memenuhi beban tugas mengajar dan disiplin dalam sikap dan tingkah laku. 2. Kewibawaan Kepala Sekolah a. Pengertian Kewibawaan Kepala Sekolah Kewibawaan atau gezag berasal dari kata Zaggen yang berarti “berkata”. Siapa yang perkataannya mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain, berarti mempunyai kewibawaan atau gezag terhadap orang lain.32 Sedangkan menurut Kartini Kartono kewibawaan berasal dari kata-kata “kawi” dan “bhawa”. Kawi itu berarti kuasa, kekuasaan yang lebih kuat, kelebihan. Sedangkan bhawa berarti kekuasaan, keutamaan, kelebihan, keunggulan. Jadi, kewibawaan berarti kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga dengannya seseorang mampu “ambawani” ; yaitu mampu mengatur, membawa, memimpin, memerintah, dan mendidik pribadi lain.33 Menurut
Karl
D.
Jackson
memberikan
definisi
mengenai
kewibawaan, adalah suatu jenis kekuasaan. Kekuasaan diterjemahkan secara perilaku sebagai interaksi antara pribadi-pribadi atau kelompokkelompok di mana pada saat tertentu pelaku mengubah dan memengaruhi perilaku orang lain.34 32
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosydakarya, 2009), Cet. Ke-19, hal 48 33 Kartini Kartono. Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis, (Bandung: Mandar Maju, ____),Cet Ke- ,hal 183 34 Karl D. Jackson. Kewibawaan Tradisonal Islam dan Pemberontakan. (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1990)., hal 201.
27
Menurut Kartini Kartono di atas kewibawaan melekat pada kekuasaan yang didapati melalui kelebihan seseorang atau dengan keistimewaan yang ada dalam diri seseorang. Sedangkan menurut Karl, kewibawaan dianggap tradisional dengan menggunakan komunikasi antar individu. Artinya, seseorang (komunikator) memberi pesan kepada orang lain (komunikan), interaksi yang dilakukan keduanya mengubah perilaku komunikan dan melakukan sesuai apa yang diinginkan oleh komunikator. Maka, itu yang dikatakan sebagai kewibawaan. Namun, menurut penulis antara pendapat keduanya memiliki persamaan, yaitu pada aspek „memengaruhi‟. Karena kemampuan seseorang untuk memengaruhi orang lain dapat dinyatakan kewibawaan sesuai apa yang telah dinyatakan pada pendapat Kartini Kartono di muka. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia wibawa berarti pembawaan untuk dapat menguasai dan memengaruhi orang lain melalui sikap dan tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan penuh daya tarik. Sedangkan berwibawa berarti mempunyai wibawa yang disegani dan dipatuhi. Kemudian arti dari kewibawaan adalah hal yang menyangkut wibawa, yang mempunyai sifat wibawa yang telah disebutkan di atas.35 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diungkapkan pula bahwa wibawa berarti “keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan kemampuan yang luar biasa dalam kepemimpinan seseorang untuk membangkitkan kepercayaan dan rasa kagum dari masyarakat terhadap dirinya, dengan kata lain wibawa berarti atribut kepemimpinan yang didasarkan atas kualitas kepribadian individu”.36 Penulis mengutip dari sumber yang sama tentang istilah yang sama pada masa yang berbeda ini agar mengetahui pergeseran makna yang dilalui beberapa tahun sebelumnya. Sehingga, menjadi penambahan pengetahuan bagi penulis untuk mengidentifikasi makna wibawa secara mendalam. 35
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka. 1988) cet ke-1., hal 1011. 36 Tim Peyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. Ke-II, h. 1272.
28
Ja‟cuba Karepesina memberi definisi kewibawaan sebagai kekuatan yang memancar dari diri seseorang karena kelebihan yang dimilikinya sehingga mendatangkan kepatuhan tanpa paksaan kepadanya.37 Jadi, dapat disimpulkan bahwa wibawa adalah ciri khas yang asli melekat pada diri seseorang kemudian disahkan melalui jabatan yang didudukinya sehingga ia memiliki kekuasaan atau kemampuan untuk memegang peranan dan fungsinya dalam suatu organisasi. Dan perlu diketahui bahwa banyak juga yang menyebutkan wibawa dengan istilah lain seperti kharisma, pengaruh, dan otoritas. Hal ini termasuk dalam keberhasilan pemimpin melalui pendekatan pengaruh kewibawaan yang berada dalam buku Wahjusumijdo yang berjudul “Kepemimpinan Kepala Sekolah” yang menyebutkan bahwa keberhasilan pemimpin dipandang dari segi sumber
dan terjadinya
sejumlah kewibawaan yang ada pada para pemimpin, dan dengan cara yang bagaimana para pemimpin menggunakan kewibawaan tersebut terhadap bawahan.38 Kewibawaan seorang pemimpin dapat diperoleh melalui beberapa aspek, menurut Daniel Ronda mengungkapkan beberapa sumber seorang pemimpin memperoleh kewibawaannya, yaitu sebagai berikut: Pertama, wibawa datang dari posisi yang diterimanya. Posisi ini bisa berupa penempatan atau pemberian jabatan dari pimpinan atau terpilih menjadi anggota Dewan, dan seterusnya. Posisi ini juga didapat karena pendidikan yang diterimanya atau keahlian kerja yang telah dimilikinya. Jadi posisi seseorang dapat membuat dia memiliki wibawa. Namun ini baru wibawa awal, karena banyak juga bawahan dan komunitas menentang posisi kita. Mereka tidak bersedia dipimpin kalau tidak kompeten. Jadi wibawa karena posisi masih lemah atau lebih tepatnya baru awal dari wibawa.
37
Ibid., hal 16. Wahjosumijdo. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Permasalahannya. (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2010). Cet Ke- 7., hal 20 38
Teoritik
dan
29
Kedua, wibawa diperoleh karena bawahan atau pengikut dari satu organisasi mau dipimpin atau memilih orang tersebut sebagai pemimpin. Itu didapat lewat relasi yang baik antara pemimpin dengan rekanrekannya, karyawannya atau masyarakat yang memilihnya bila dia anggota Dewan. Ketika pengikut merasa bahwa kita adalah orang yang tepat di posisi itu dan mereka mau bekerja untuk kita, maka itulah yang menghasilkan
wibawa.
Pada
level
ini
pemimpin
diharapkan
mengembangkan relasi dan kehumasan dengan baik. Bentuk pecitraan diri juga baik, namun kemampuan berelasi jauh akan menambah wibawa pemimpin. Namun ini masih belum cukup hanya karena bawahan mulai menerima kepemimpinan. Ketiga, wibawa akan meningkat karena ada hasil yang terlihat setelah seseorang memegang posisi yang diberikan. Keempat, pemimpin mendapat wibawa dengan orang-orang yang dikembangkannya. Kepemimpinan itu sejalan dengan waktu, dan wibawa akan terus bertambah jika pemimpin berhasil mengembangkan orang lain di bawahnya untuk menjadi pemimpin sesuai dengan bakatnya. Kelima, wibawa pemimpin didapat karena pengembangan dirinya lewat integritasnya. Sejalan dengan waktu maka pemimpin harus terus memelihara karakternya, relasinya, dan integritasnya.39 Bila kita telah memahami lima level kepemimpinan ini, maka setiap kita
harus
memberikan
refleksi
pribadi.
Pertama,
kita
harus
memaksimalkan potensi yang ada pada kita sehingga menjadi kompetensi. Kedua, kita harus memiliki kemampuan menjalin relasi dengan sesama karena kepemimpinan adalah relasi. Ketiga, kita harus memiliki karakter yang baik, budi pekerti luhur dalam kata dan perbuatan. Dari beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa kewibawaan adalah daya memengaruhi seseorang dengan kelebihan dan keistimewaan yang melekat pada diri seseorang dengan kemampuan berkomunikasi kepada orang lain untuk patuh tanpa keterpaksaan dan rasa 39
Daniel ronda. Kepemimpinan dan Kewibawaan. 2012. (www.blogspot.com)
30
takut dalam melaksanakan perintah dan larangan yang datang dari orang lain guna mencapai tujuan bersama. Sedangkan pengertian kepala sekolah berasal dari dua kata adalah „kepala‟ dan „sekolah‟. Kata kepala dapat diartikan „ketua‟ atau „pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang „sekolah‟ adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran.40 Kepala sekolah adalah pemimpin resmi (formal leader) atau pemimpin sebagai kedudukan (status leader). Dalam kedudukannya sebagai pimpinan kedudukannya sebagai pemimpinan pendidikan yang resmi kepala sekolah diangkat dan ditetapkan secara resmi sehingga dia bertanggung jawab dalam pengelolaan pengajaran, ketenagaan, kesiswaan, gedung, dan halaman, keuangan, serta hubungan lembaga pendidikan dan masyarakat, di samping tugasnya dalam supervisi pendidikan dan pengajaran.41 Sedangkan menurut Wahjosumijdo definisi kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana di selenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.42 Kepala sekolah merupakan jabatan karir yang diperoleh seseorang setelah sekian lama menjabat sebagai guru.43 Seseorang diangkat dan dipercaya menduduki jabatan kepala sekolah harus memenuhi kriteriakriteria yang disyaratkan untuk jabatan dimaksud. Berdasarkan tersebut di atas, jabatan kepala sekolah memerlukan orang-orang yang mampu memimpin sekolah dan professional dalam bidang kependidikan. Salah satunya, kepala sekolah mampu memimpin sekolah dengan kewibawaan. Namun kenyataan kadang kala tidak semua kepala sekolah memenuhi krtiteria yang ditentukan, tetapi lebih 40 41
Tim Peyusun Kamus Pusat Bahasa, op.cit., hal 420 dan 796. Syafaruddin. Kepemimpinan Pendidikan.(Ciputat: Quantum Teaching, 2010), Cet Ke-
1., hal 86 42
Wahjosumijdo, loc.cit., hal 83 Wahyudi. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar. (Bandung: Alfabeta, 2009), cet ke-1., hal 68. 43
31
mengutamakan pada golongan ataupun kepangkatan yang dilalui masa kerja. Namun tentu seorang kepala sekolah harus mampu memenuhi tugas (job) menstimulasi dan membimbing pertumbuhan guru-guru secara berkelanjutan sehingga guru mampu melaksanakan tugas pengajaran dengan baik yang kemudian mereka menstimulusi dan membimbing peserta didik untuk dapat berpartisipasi di masyarakat. 44 Selain itu tugas (job) kepala sekolah yang berkaitan dengan manajemen yaitu tanggung jawab atas tugas-tugas yang harus dilaksanakan dengan operasional sekolah yang lancar. Kegiatannya menangani pengajaran dan sumberdaya untuk kelancaran proses pengajaran, melakukan program supervisi, dan proses pengajaran memerlukan kantor lingkungan di sekolah. Kewajiban utama kepala sekolah menurut Roe dan Drake yang dikutip oleh Syafaruddin, yaitu: 1. Memelihara secara baik rekor sekolah bagi semua bidang, 2. Mempersiapkan laporan bagi semua kantor pusat (Dinas Pendidikan) dan lembaga lain, 3. Pengembangan anggaran dan pengawasannya, 4. Administrasi personil, 5. Disiplin pelajar, 6. Menyusun jadwal dan memelihara pelaksanakan kegiatan, 7. Mengembangkan administrasi, 8. Administrasi penyediaan sumberdaya, 9. Data murid, 10. Memantau program dan proses pengajaran sebagaimana diatur oleh kantor pusat (Dinas Pendidikan), 11. Komunikasi kepada pelajar, staf dan warga sekolah sebagai juru bicara bagi kantor pusat (Dinas Pendidikan).45 Dari tugas utama di atas dapat diketahui bahwa keberhasilan kepala sekolah dalam organisasi pendidikan formal sangat bergantung dengan keterampilan memimpin. Dalam menjalankan kepemimpinannya kepala sekolah menetapkan suatu tindakan melalui pengambilan keputusan 44
Hendiyat Soetopo. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. (Jakarta: PT Bina Aksara. 1988). Cet Ke-II., hal 19. 45 Syafaruddin. Kepemimpinan Pendidikan.(Ciputat: Quantum Teaching, 2010), Cet Ke1., hal 103
32
pendidikan,
berkomunikasi,
melakukan
koordinasi,
memberikan
keteladanan membagi tugas dan memberikan insentif bagi personilnya. Dalam hal ini, kepala sekolah mengambil keputusan secara tepat pada permasalahan yang terjadi di sekolah. Kemampuan kepala sekolah dalam mengambil keputusan didasari oleh ketegasan yang mampu menentukan arah mana permasalahan ini ditindaklanjuti. Selain itu, kepala sekolah mampu berkomunikasi dengan baik agar terciptanya kebersamaan sosial. Semua staf dan peserta didik bekerjasana secara harmonis dan saling pengertian dalam membangun tujuan sekolah, mengembangkan kurikulum dan melaksanakan proses yang dapat menciptakan dorongan lingkungan pembelajaran yang produktif bagi setiap peserta didik. Adapun kewajiban kepala sekolah menurut Roe dan Drake yang dikutip oleh Syafaruddin, yaitu: 1. Mendorong dan memotivasi staf untuk kinerja maksimal, 2. Mengembangkan staf secara realistik dan bertujuan dari akuntabilitas pengajaran (memonitor program pengajaran dan proses pengajaran), 3. Mengembangkan kerjasama dalam menilai prosedur bagi kelangsungan program untuk mengidentifikasi dan mengajukan alternatif untuk perbaikan kelemahan, 4. Bekerja dengan staf dalam mengembangkan dan melaksanakan evaluasi staf, 5. Bekerja dengan staf dalam menyususn rencana untuk evaluasi dan pelaporan kemajuan pelajar, 6. Menyediakan jaringan untuk keterlibatan masyarakat dalam operasional sekolah, 7. Mendorong kajian berkelanjutan terhadap kurikulum dan inovasi pengajaran serta memberi pertolongan dan sumberdaya untuk memajukan sekolah, 8. Menyediakan kepemimpinan untuk pelajar dalam membantu mereka mengembangkan diri penuh tanggung jawab, 9. Membangun pusat sumber belajar dan menata penggunannya, 10. Mengembangkan kerjasama dengan staf dalam pengembangan keprofesionalan yang dinamis dan program pelayanan pendidikan sendiri.46
46
Ibid., h. 105
33
Kepala sekolah memiliki peranan sebagai pemimpin memengaruhi perilaku sumber daya personil sekolah dalam bekerja. Pengetahuan, keterampilan, bakat, sifat dan pengalaman menjadi penunjang kefektifan dalam
organisasi
keterampilan
sekolah.
kepemimpinan
Keterampilan seperti
yang
dimaksud
keterampilan
adalah
konseptual,
keterampilan berhubungan dengan manusia, dan keterampilan teknik. Dalam kamus manajemen terdapat tiga arti wibawa yaitu sebagai berikut: 1. Wibawa jabatan (positional authority), yaitu pengaruh dan gengsi seseorang yang ditimbulkan oleh kedudukannya. 2. Wibawa karismatik (charismatic authority), yaitu pengaruh atau gengsi seseorang yang ditimbulkan oleh kepribadiannya dan nama baiknya. 3. Wibawa kearifan (sapiential authority), yaitu pengaruh atau gengsi seseorang yang ditimbulkan oleh pengetahuannya atau kebijaksanaannya.47 Untuk bahasa „authority’ di atas, penulis mencari pembenaran dalam kamus bahasa Inggris Jhom Echols dan ternyata „authority‟ memiliki tiga arti pula. Pertama, berarti wibawa; kedua, berarti wewenang; ketiga, berarti kekuasaan.48 Namun, biasanya istilah kekuasaan dalam bahasa inggris adalah „power‟. Terdapat perbedaan antara kekuasaan dan wewenang adalah kekuasaan merupakan daya dan kemampuan, sedangkan wewenang merupakan hak untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar tugas dan tanggung jawab dapat dilaksanakan dengan baik. Sedangkan authority adalah suatu tipe khusus dari kekuasaan yang asli melekat pada jabatan yang diduduki oleh pemimpin.49 Antara
kekuasaan,
wewenang
dan
kewibawaan
mempunyai
keterkaitan. Kekuasaan akan mempunyai arti jika didukung oleh
47
Marbun. loc.cit., hal 393. Jhon M. Echols dan Hassan Shadily. Kamus Inggris Indonesia. (Jakarta: PT Gramedia, 2006) Cet Ke-XXVIII., hal 46. 49 Husaini Usman. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2010). Ed. III. Cet Ke-II., hal 365 48
34
wewenang yang berupa hak untuk mengambil tindakan tertentu dalam rangka kekuasaan yang dimiliki. Seseorang yang mempunyai wewenang bertindak sebagai orang yang memimpin dan membimbing orang banyak. Untuk memimpin dengan baik, orang harus berwibawa, bukan karena kekuasaan atau ditakuti. Namun, menurut Ja‟cuba Karepesina bahwa kekuasaan tidak perlu mengandung kekerasan jika dihubungkan dengan wibawa. Karena wibawa menimbulkan rasa segan, bukan takut, rasa hormat bukan kecut. Wibawa mendatangkan kepatuhan tanpa paksaan dari pihak lain.50 Di antara kedua pendapat membedakan tiga istilah di atas. Namun, penulis mempunyai anggapan yang sama mengenai kekuasaan tidak dapat digunakan tanpa adanya wewenang, begitupun sebaliknya. Kemudian, untuk menjadi seorang pemimpin yang baik diperlukan pula wibawa yang menunjang keefektifan keberhasilan suatu organisasi. Karena, wibawa dapat menimbulkan rasa segan dan bawahan merasa sadar atas apa yang diperintahkan pemimpin. Sehingga, memperoleh interaksi organisasi yang efektif dan saling bekerja sama antar keduanya. Berbeda dengan pendapat Koentjaranningrat, ia membagi-bagi kekuasaan kepemimpinan dengan bagan berikut ini:
50
Ja‟cuba Karesipena. Mitos, Kewibawaan, dan Perilaku Budaya. (Jakarta: PT Pustaka Grafika Kita, 1988)., hal 16.
35
Kewibawaan
Popularitas, memiliki kapasitas rasional untuk memecahkan masalah sosial ekonomi dan politik dan kecendekiawanan. Memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan cita-cita dan keyakinan dari sebagian besar masyarakat.
Wewenang
Memiliki legitimasi melalui prosedur adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
Kharisma
Memiliki ciri-ciri rohaniah yang disegani.
Kekuasaan dalam arti khusus
Kemampuan mengerahkan kekuatan fisik dan mengorganisasi orang banyak atas dasar suatu sistem sanksi.
Kekuasaan dalam arti luas
Sumber: Miriam Budiardjo. Aneka Pemikiran tentang Kuasa dan Wibawa. Jakarta: 1984.
Menurutnya,
kekuasaan
memiliki
empat
komponen
yaitu
kewibawaan, wewenang, kharisma dan kekuasaan fisik. Seorang guru yang berilmu agama yang terpelajar dan dianggap tokoh terkenal di dalam komunitasnya. Seorang guru tersebut memiliki kewibawaan dan kharisma dan kekuatan fisik tetapi tidak memiliki wewenang untuk memerintah orang yang dipengaruhi.51 Kecuali, seseorang tersebut memiliki jabatan yang diangkat secara formal sehingga mendapatkan kekuasaan, diberi wewenang dalam bertindak serta menggunakan kewibawaannya untuk dapat memerintah 51
Koentjaraningrat. Aneka Pemikiran Tentang Kuasa dan Wibawa. (Jakarta: Sinar Harapan, 1986). Cet Ke-II., hal 140 dan 142.
36
bawahannya. Tentunya, hanya dalam lingkup jabatan apa yang diperoleh sehingga menentukan siapa saja yang diperintah. Seseorang yang memiliki kewibawaan akan dipatuhi terhadap orang lain atas dasar seseorang tersebut memiliki keistimewaan, baik dalam keahlian dalam bidang tertentu sehingga membuat ia di segani kepada orang lain, atau juga ia mempunyai jabatan yang mampu memengaruhi orang lain untuk melakukan tujuan pribadi dan tujuan bersama. Seperti kepala sekolah yang memiliki jabatan atau posisi yang tinggi di sekolah membuat dirinya memiliki kewenangan terhadap bawahannya untuk memerintah dan melarang mencakup tugas dan peraturan. Untuk mencapai tugas dan peraturan yang baik maka diperlukan seorang kepala sekolah bukan hanya memiliki jabatan saja, namun juga memiliki pengaruh kewibawaan. Karena dengan kewibawaan, bawahan akan merasa sukarela untuk melaksanakan tugas dan peraturan dengan baik, ini disebabkan adanya
ketidakpaksaan dan pembenaran atas apa yang
diperintahkan oleh kepala sekolah. Sehingga, segala tugas dan peraturan berjalan dengan lancar. Maka, dengan kemauannya sendiri bawahan akan mengikuti sekedar pengarahan dari atasannya. Bukan dengan ketakutan yang merangsang gerak jiwanya, melainkan rasa kasih, hormat dan ikatan batin dengan atasannya.52 Sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati yang menyebutkan bahwa kewibawaan ialah pengakuan dan penerimaan secara sukarela terhadap pengaruh dan anjuran yang datang dari orang lain.53 Selain itu, diperkuat oleh pendapat Wahjosumidjo yaitu kewibawaan mempunyai peranan menggerakkan dan mengubah perilaku bawahan ke arah
52
tercapainya
tujuan
organisasi
di
samping berbagai
teknik
Nashir Ali. Dasar-dasar Ilmu Mendidik: 100 Soal Pokok Pendidikan. ( : Kalam Mulia, 1993). Cet Ke-IV., hal 65. 53 Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007). Cet Ke- 2., hal 159
37
kepemimpinan diperlukan pula adanya daya dorong tertentu yang disebut kewibawaan.54 Dalam studi kepemimpinan, dikenal adanya teori karismatik atau kewibawaan (Theory of Charismatic Leadership). Teori ini dikemukakan oleh R.J. House yang dikutip oleh Wahjosumidjo.55 Teori ini menyebutkan bahwa
para
pengikut
memiliki
keyakinan
yang
kuat
terhadap
pemimpinnya. Pengikut juga menerima pemimpin tersebut sehingga patuh kepada pemimpin dan senang hati serta merasa sayang terhadap pemimpin tersebut.
56
Teori ini berhasil dalam memengaruhi rasa tanggung jawab
bawahan, hal ini sangat bermanfaat untuk mengetahui lebih dekat caracara pemimpin karismatik ini menggunakan kewibawaan pribadinya. Artinya, dengan kewibawaan memengaruhi keberhasilan kepala sekolah dalam hal saling bekerja sama, saling mengetahui dan memahami akan pentingnya pekerjaan yang dilakukan, sehingga antara pemimpin dan bawahan menaruh kepercayaan satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama. Jadi apabila kata kewibawaan dan kata kepala sekolah dipadukan menjadi “kewibawaan kepala sekolah” dapat diambil kesimpulan bahwa kewibawaan kepala sekolah berarti kemampuan kepala sekolah dalam memengaruhi dengan kelebihan dan keistimewaan serta kemampuan berkomunikasi untuk dituruti dan patuhi oleh bawahan terhadap perintah dan larangan tanpa adanya keterpaksaan dan rasa takut terhadap apa yang menjadi tujuan bersama.
b. Macam-macam Kewibawaan Menurut Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati membagi kewibawaan menjadi dua macam, yaitu:
54
Wahjosumijdo. Kepemimpinan dan Motivasi. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986). Cet Ke- ., hal 118 55 Wahjosumijdo. Op cit, hal 33. 56 Tim FISIP-UT. Kepemimpinan. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005). Cet Ke-1., hal 3.13
38
1. Kewibawaan pemimpin/kepala. Seperti kewibawaan pemimpin organisasi, baik organisasi politik atau organisasi massa, kewibawaan kepala kantor atau kepala sekolah dan sebagainya. Kewibawaan tersebut adalah karena jabatan dan kekuasaan. 2. Kewibawaan keistimewaan. Seperti kewibawaan seseorang yang mempunyai kelebihan atau keunggulan di bidang tertentu. Di antara kelebihan yang dapat menimbulkan kewibawaan seseorang ialah: a. Kelebihan di bidang ilmu pengetahuan, baik umum maupun agama. b. Kelebihan di bidang pengalaman, baik pengalaman hidup maupun pekerjaan. c. Kelebihan di bidang kepribadian, baik di bidang akhlak maupun sosial. d. Kelebihan di bidang harta baik harta tetap maupun harta berpindah-pindah. e. Kelebihan di bidang keturunan yang mewarisi charisma leluhurnya.57 Lain halnya dengan pandapat M. Ngalim Purwanto yang membagi kewibawaan menjadi dua macam, yaitu: 1. Kewibawaan pendidikan Kewibawaan yang didapat karena jabatan atau berkenaan dengan jabatan sebagai pendidik, diserahkan sebagian tugas orang tua kepada kepala sekolah dan guru untuk mendidik anak-anaknya. 2. Kewibawaan memerintah Kepala sekolah dan guru memiliki kekuasaan yang diperoleh dari pemerintah atau instansi yang mengangkat mereka. Sehingga kepala sekolah dan guru mempunyai kewenangan dalam memerintah dan kewibawaan yang dimiliki untuk memerintah peserta didik untuk mencapai pendewasaan.58 Adapun menurut Jhon R.P French dan Bertram Raven yang dikutip oleh Wahjosumijdo macam-macam kewibawaan yaitu sebagai berikut :
57 58
Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati, op.cit., hal 159-160 M. Ngalim Purwanto, loc.cit., hal 50.
39
1. Kewibawaan Formal Bawahan melakukan sesuatu karena pemimpin memiliki kekuasaan untuk meminta bawahan dan bawahan mempunyai kewajiban menuruti atau mematuhinya. Dapat diartikan bahwa seorang pemimpin dipilih secara formal dan resmi sehingga ia memiliki kekuasaan untuk memerintah, sehingga bawahan pun mempunyai kewajiban untuk menuruti, disebabkan adanya surat keputusan yang memberikan kewenangan atas jabatan yang diberikan kepada pemimpin. 2. Kewibawaan berdasarkan Hadiah Bawahan mengerjakan sesuatu agar memperoleh penghargaan yang miliki oleh pemimpin. Penghargaan yang ditawarkan dapat berupa kenaikan pangkat, pemberian uang, atau hanya sekedar ucapan terima kasih sebagai tanda penghargaan yang telah dicapai bawahan. 3. Kewibawaan yang dipaksakan Bawahan mengerjakan sesuatu agar dapat terhindar dari hukuman yang dimiliki oleh pemimpin. Seorang
pemimpin
harus
menjadi
pengendali
dalam
organisasinya, dalam hal ini pemimpin dapat pula memberlakukan hukuman, ancaman, pemecatan, dan mutasi kepada bawahannya agar menuruti peraturan yang telah ada dalam organisasi. 4. Kewibawaan berdasarkan keahlian Bawahan mengerjakan sesuatu karena bawahan percaya bahwa pemimpin memiliki pengetahuan khusus dan keahlian serta mengetahui apa yang diperlukan. Seorang pemimpin memiliki keahlian dalam bidang tertentu melalui pendidikan dan pengalaman. Karena dengan pengalaman yang luas memberikan tanggapan bahwa pemimpin tersebut mempunyai keistimewaan yang lebih dari pada yang lainnya.
40
Sehingga bawahan akan mematuhi instruksi yang diberikan oleh pemimpin tersebut. 5. Kewibawaan teladan Bawahan melakukan sesuatu karena bawahan merasa kagum terhadap pemimpin, bawahan merasa kagum atau membutuhkan untuk menerima restu pemimpin, dan mau berperilaku pula seperti pemimpin.59 Bawahan merasa kagum karena adanya keteladanan yang dimiliki pemimpin, setiap perkataan dan perbuatan pemimpin tersebut terasa patut dilaksanakan dan dijadikan anutan. Menurut Amitai Etzione yang dikutip oleh dalam buku Wajosumidjo membagi kewibawaan menjadi dua macam. Pertama, kewibawaan seorang pemimpin yang timbul karena kedudukan atau hirarki jabatan formal; kedua, kewibawaan seorang pemimpin yang menimbulkan kesadaran bawahan untuk menerima kewibawaannya, karena dirasakan benar dan baik. Sehingga bawahan merasa bersatu dengan atasan.60 Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati mengungkapkan beberapa
macam-macam
kewibawaan
ditinjau
dari
daya
yang
mempengaruhi, yaitu sebagai berikut: 1) Kewibawaan lahir Kewibawaan lahir adalah kewibawaan yang timbul karena kesan-kesan lahiriah seseorang, seperti : bentuk tubuh yang tinggi besar, pakaian lengkap dan rapi, tulisan yang bagus, suara yang keras dan jelas, akan menimbulkan kewibawaan lahir. 2) Kewibawaan batin Adalah kewibawaan yang didukung oleh keadaan batin seseorang seperti : a. Adanya rasa cinta, yaitu kewibawaan itu dapat dimiliki oleh seseorang, apabila hidupnya penuh kecintaan dengan atau kepada orang lain. b. Adanya rasa demi kamu, demi kamu atau you attitude yaitu sikap yang dapat dilukiskan sebagai suatu tindakan, perintah atau anjuran bukan untuk kepentingan orang yang memerintah, tetapi untuk kepentingan orang yang 59
Wahjosumijdo, op.cit., hal 20-21 Wahjosumidjo, op.cit., hal 118-119.
60
41
diperintah, menganjurkan demi orang yang menerima anjuran, melarang juga demi orang yang dilarang. c. Adanya kelebihan batin, yaitu seorang guru yang menguasai bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya, bisa berlaku adil dan obyektif, bijaksana, merupakan contoh-contoh yang dapat menimbulkan kewibawaan batin. d. Adanya ketaatan terhadap norma, yaitu menunjukan bahwa dalam tingkah lakunya dia sebagai pendukung norma yang sungguh-sungguh, selalu menepati janji yang pernah dibuat, disiplin dalam hal-hal yang telah digariskan.61 Lain halnya menurut Amir Daien Indrakusuma menyebutkan macammacam kewibawaan sebagai berikut: 1)
Kewibawaan pendidikan.
2)
Kewibawaan keluarga.62
c. Fungsi Kewibawaan Kepala Sekolah dalam Pendidikan Kepala sekolah mengemban jabatan tinggi di lembaga pendidikan, dengan jabatan tersebut kepala sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap sekolah yang dipimpin. Secara umum, kepala sekolah bertanggung jawab terhadap segala aspek keberhasilan sekolah. Untuk itu, kepala sekolah memiliki kontrak psikologis untuk menjalakan peran dan tugas sebagaimana mestinya. Menurut Roe dan Drake yang dikutip oleh Syafaruddin, analisis tugas dari kepala sekolah dibagi dalam dua kategori luas, yaitu: penekanan kepada manajemen atau administrasi, dan kegiatan yang menekankan kepada kepemimpinan pengajaran. Adapun tugas (job) yang berkaitan dengan manajemen atau administrasi yaitu tanggung jawab atas tugas yang harus dilaksanakan dengan operasional yang lancar. Meliputi kegiatan belajar mengajar, diadakan upacara setiap senin, diadakan ujian semester dan lain sebagainya. Sedangkan, kegiatan yang menangani pengajaran dan sumber daya untuk kelancaran proses pengajaran, melakukan program
61
62
Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati, loc.cit., hal 58-59 Amir Daien Indrakusuma. Pengantar Ilmu Pendidikan. 2012. (www.blogspot.com)
42
supervisi yang berkaitan dengan kinerja guru, yang dimaksud dengan kinerja guru yaitu performance memuaskan dan memberikan kontribusi yang maksimal terhadap pencapaian tujuan organisasi sekolah, dan proses pengajaran memerlukan kantor tertentu di lingkungan sekolah.63 Adapun fungsi atau kewajiban kepala sekolah menurut Roe dan Drake yang dikutip oleh Syafaruddin yaitu: 1) Mendorong dan memotivasi staf untuk kinerja maksimal. 2) Mengembangkan staf secara realistis dan bertujuan dari akuntabilitas pengajaran. 3) Mengembangkan kerjasama dalam menilai prosedur bagi kelangsungan program untuk mengidentifikasi dan mengajukan alternatif untuk perbaikan kelemahan. 4) Bekerja dengan staf dalam mengembangkan dan melaksanakan evaluasi staf. 5) bekerja dengan staf dalam menyusun rencana untuk evaluasi dan dan pelaporan kemajuan pelajar. 6) Menyediakan jaringan untuk keterlibatan masyarakat dalam operasional sekolah. 7) Mendorong kajian berkelanjutan terhadap kurikulum dan inovasi pengajaran serta memberikan pertolongan dan sumber daya untuk memajukan sekolah. 8) menyediakan kepemimpinan untuk pelajar dalam membantu mereka mengembangkan diri penuh tanggung jawab. 9) Membangun pusat sumber belajar dan menata penggunaannya. 10) Mengembangkan kerja sama dengan staf dalam pengembangan keprofesionalan yang dinamis dan program pelayanan pendidikan sendiri.64 Pada nomor satu disebutkan bahwa kepala sekolah memotivasi staf dan kinerja maksimal. Tentunya, seorang kepala sekolah mendorong setiap staf untuk bekerja secara prestatif, mengingat pada tugas dan peran masingmasing staf mendukung tercapainya keberhasilan sekolah. Untuk menjadikan sekolah yang bermutu, bukan hanya ditunjang pada aspek integritas kepala sekolah saja. Namun, kesiapan guru dalam mendidik dan mengemban tugas profesinya dijalankan dengan keikhlasan menjadi pendorong mencapai kinerja yang maksimal. Kinerja menurut Castetter
63 64
Syafaruddin, loc.cit., hal 102-103 Ibid., hal 105
43
yang dikutip oleh E. Mulyasa terdapat empat kriteria kinerja, yaitu 1). karakteristik individu, 2). proses, 3). hasil, 4). Kombinasi antara karakter individu, proses dan hasil.65 Kinerja yang maksimal bukan semata-mata hanya berdasarkan pada orientasi pendidik yang berhasil meningkatkan prestasi peserta didik saja. Tetapi,
diiringi
dengan
mengawali
ketepatan
dalam
bekerja,
mengembangkan yang sudah ada, mengimplementasikan cara mengajar yang baik. Tentunya, ini bermuara terhadap kedisiplinan guru dalam kegiatan. Ada beberapa indikator kinerja guru meliputi antara lain. 1. Kemampuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar. 2. 3. 4. 5. 6.
Penguasaan materi yang akan diajarkan kepada peserta didik. Penguasaan metode dan strategi mengajar. Pemberian tugas-tugas kepada peserta didik. Kemampuan mengelola kelas. Kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi.66
Kedisiplinan mengharuskan guru untuk bertindak secara tepat dalam ketentuan yang berlaku. Misalnya, pekerjaan akan selesai jika terdapat disiplin dalam pengerjaannya, menyusun jadwal dan melaksanakan kegiatan dengan kerja sama dan menaati peraturan yang telah disepakati bersama. Pekerjaan ini memang tidak mudah dilakukan tanpa ada keikhlasan dalam mengerjakannya. Keikhlasan yang dimaksud adalah guru mengerjakan tugas profesinya dengan secara sukarela tanpa adanya keterpaksaan dan rasa takut terhadap peraturan yang diberlakukan di sekolah. Ketika guru merasa tidak terpaksa dalam melakukan beratnya pekerjaan atau tugas maka pekerjaan atau tugas tersebut menjadi terasa ringan dan mudah. Untuk membangkitkan rasa segan, keikhlasan, dan sukarela dibutuhkan adanya kewibawaan kepala sekolah untuk memaksimalkan kinerja guru. Karena, kepala sekolah adalah pimpinan guru melalui jabatan dan 65
Abdul Wahab. Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual. (Yogyakarta: ArRuzz Media. 2011). Cet Ke-1., hal120. 66 Ibid., hal 122.
44
kekuasaan untuk mengatur guru dan staf dalam pencapaian keberhasilan sekolah. Tanpa adanya kewibawaan kepala sekolah, guru menganggap bahwa pekerjaan yang diperintahkan bukanlah sesuatu yang penting, melainkan beban pekerjaan yang dilimpahkan terhadapnya. Tentu sikap tersebut berakibat pekerjaan yang seharusnya terselesaikan dengan baik berganti menjadi keterpaksaan dan tidak ada kerjasama antara keduanya. Karena pada dasarnya kewibawaan sebagai salah satu konsep kepemimpinan
menyangkut
semua
aspek
yang
berkaitan
dengan
kepemimpinan seseorang atau sekelompok orang untuk memengaruhi orang lain.67 Jika kepala sekolah tidak berpengaruh terhadap guru, staf bahkan peserta didik. Maka, kualifikasi seorang kepala sekolah akan dianggap nihil. Selain itu, terdapat fungsi kewibawaan lainnya dalam pendidikan, yaitu membawa seseorang ke arah pertumbuhan yang kemudian dengan sendirinya mengakui wibawa orang lain dan mau menjalankannya juga.68 Begitu pula bagi guru, yang menganggap adanya kewibawaan yang dipunyai kepala sekolah sehingga ia sadar atas apa yang diperintahkan kepala sekolah dan menerima serta menjalankannya. Guru berusaha mendidik dan mengajar peserta didik dalam kelas, guru harus mampu menunjukkan kewibawaannya, artinya ia harus mampu mengendalikan, mengatur, dan mengontrol kelakuan anak. Dengan kewibawaan dapat menjalankan disiplin demi kelancaran proses belajar mengajar. Begitu pula kepala sekolah, bukan hanya berwibawa terhadap peserta didik namun harus berwibawa pula terhadap guru. Karena kewibawaan menimbulkan kepatuhan yang keduanya dapat menjamin adanya disiplin.69 Tentunya ini berkaitan kepada kualitas kepala sekolah yang mempunyai kepemimpinan yang efektif untuk menggerakkan setiap 67
Wahjosumijdo, op.cit., hal 118 M. Ngalim Purwanto, loc.cit., hal 51. 69 S. Nasution. Sosiologi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) Cet Ke- II., hal 93. 68
45
bawahannya. Ada beberapa aspek dalam pencapaian mutu kepemimpinan sehingga dapat dikatakan kepala sekolah tersebut dinyatakan bermutu. Salah satunya, seorang pemimpin dan atau kepala sekolah harus memiliki wibawa seperti yang dikemukakan oleh Manning dan Curtis yang dikutip oleh Husaini Usman, ia menyebutkan terdapat sepuluh mutu dalam kepemimpinan yaitu sebagai berikut: 1) memiliki visi, 2) mampu, 3) bersemangat, 4) stabil, 5) perhatian pada orang lain, 6) percaya diri, 7) kokoh, 8) daya tahan tubuh, 9) berwibawa, dan 10) integritas.70 Telah dinyatakan dimuka bahwa wibawa tersebut merupakan salah satu indikator kepemimpinan bermutu, maka kewibawaan termasuk memiliki peran penting dalam mencapai kualitas kepala sekolah. Artinya, kepala sekolah mampu menggerakkan bawahannya untuk mencapai pendidikan yang berkualitas dengan adanya kewibawaan. Jadi, kewibawaan kepala sekolah menjadi peran penting bagi keberhasilan sekolah untuk itu dapat ditinjau dari kompetensi yang dimiliki oleh kepala sekolah tersebut. Untuk itu, agar dapat dilakukan penelitian Penulis
merumuskan indikator kewibawaan kepala sekolah dengan
beberapa pendapat para ahli yaitu: Menurut Kartini Kartono kewibawaan berasal dari kata-kata “kawi” dan “bhawa”. Kawi itu berarti kuasa, kekuasaan yang lebih kuat, kelebihan. Sedangkan bhawa berarti kekuasaan, keutamaan, kelebihan, keunggulan. Jadi, kewibawaan berarti kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga dengannya seseorang mampu “ambawani” ; yaitu mampu mengatur, membawa, memimpin, memerintah, dan mendidik pribadi lain.71 Kewibawaan dapat timbul karena adanya keistimewaan yang dimiliki seseorang. Seperti pendapat Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati yaitu: Kewibawaan seseorang yang mempunyai kelebihan atau keunggulan di bidang tertentu. Di antara kelebihan yang dapat menimbulkan kewibawaan seseorang ialah:
70
Husaini Usman, loc.cit., hal 377 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosydakarya, 2009), Cet. Ke-19, hal 48 71
46
a. Kelebihan di bidang ilmu pengetahuan, baik umum maupun agama. b. Kelebihan di bidang pengalaman, baik pengalaman hidup maupun pekerjaan. c. Kelebihan di bidang kepribadian, baik di bidang akhlak maupun sosial. d. Kelebihan di bidang harta baik harta tetap maupun harta berpindah-pindah. e. Kelebihan di bidang keturunan yang mewarisi charisma leluhurnya.72 Menurut Karl D. Jackson memberikan definisi mengenai kewibawaan, adalah suatu jenis kekuasaan. Kekuasaan diterjemahkan secara perilaku sebagai interaksi antara pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok di mana pada saat tertentu pelaku mengubah dan memengaruhi perilaku orang lain.73 Sedangkan pengertian kepala sekolah menurut Wahjosumijdo adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana di selenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.74 Kewajiban utama kepala sekolah menurut Roe dan Drake yang dikutip oleh Syafaruddin, yaitu: a. Memelihara secara baik rekor sekolah bagi semua bidang. b. Mempersiapkan laporan bagi semua kantor pusat (Dinas Pendidikan) dan lembaga lain. c. Pengembangan anggaran dan pengawasannya. d. Administrasi personil. e. Disiplin pelajar. f. Menyusun jadwal dan memelihara pelaksanakan kegiatan. g. Mengembangkan administrasi. h. Administrasi penyediaan sumberdaya. i. Data murid. j. Memantau program dan proses pengajaran sebagaimana diatur oleh kantor pusat (Dinas Pendidikan).
72
Kartini Kartono. Op.cit., hal 183 Karl D. Jackson. Op.Cit., hal 201. 74 Wahjosumijdo. Op.Cit., hal 20 73
47
k. Komunikasi kepada pelajar, staf dan warga sekolah sebagai juru bicara bagi kantor pusat (Dinas Pendidikan).75 Dari ungkapan di atas dapat disimpulkan bahwa kawibawaan kepala sekolah adalah kemampuan kepala sekolah dalam memengaruhi guru berdasarkan kelebihan dan keistimewaan yang dimilikinya, sehingga guru menerima, tunduk, dan patuh terhadap perintahnya tanpa ketidakpaksaan untuk menjalankan tugas yang diberikan kepadanya. Berdasarkan beberapa penggabungan dari teori-teori di atas dapat diambil indikator kewibawaan kepala sekolah ada lima kriteria yaitu melakukan pengawasan terhadap kinerja guru, memberi alasan dan teguran ketika terdapat penyimpangan, memiliki daya memengaruhi kepada orang lain, bersikap jujur, tegas dan disegani, memiliki pembawaan komunikasi yang baik dengan orang lain.
B. KERANGKA BERPIKIR Sekolah unggulan menuntut disiplin yang sangat tinggi, ini disebabkan adanya beberapa faktor, antara lain: Pertama, tingkat kompensasi yang tinggi memacu kesadaran diri warga sekolah untuk berdisiplin tinggi. Kedua, pribadi masing-masing warga sekolah yang telah terbiasa berperilaku disiplin. Ketiga, peraturan dan hukuman (sanksi) yang ekstrim diterapkan di sekolah tersebut. Keempat, adanya kepemimpinan yang kuat dalam mengelola staf sekolah tersebut. Kepemimpinan yang dimaksud adalah kepemimpinan kepala sekolah yang mampu memobilisasi segala tugas dan peran sebagai pemimpin bagi guru, staf, dan peserta didik. Kemampuan memobilisasi tersebut memberikan kontribusi positif bagi kerjasama antar guru dan kepala sekolah, sehingga setiap tugas yang diberikan oleh kepala sekolah kepada guru dapat dilaksanakan dengan baik. Kepemimipinan kepala sekolah ini dapat ditunjang dengan kewibawaan atau yang dikenal sebagai karismatik terhadap bawahan yang memberikan kerjasama yang kuat, karena dalam pendekatan kewibawaan seorang pemimpin memiliki
75
Syafaruddin. Op.Cit., hal 103
48
kepribadian yang kuat, sehingga setiap ucapan-ucapan kepala sekolah akan mudah diperhatikan oleh guru-guru dan disiplin guru akan mudah pula dapat dilaksanakan di sekolah. Kewibawaan kepala sekolah adalah daya memengaruhi kepala sekolah kepada guru-guru untuk melaksanakan tugas tanpa keterpaksaan dan rasa takut dalam arti guru tersebut menerima, tunduk, patuh, dan menghormati terhadap kehendak kepala sekolah secara sukarela.
C. HIPOTESIS PENELITIAN Peneliti memandang perlu adanya untuk memberikan gambaran tentang dugaan serta jawaban sementara dan cara-cara memecahkan permasalahan yang ada pada penelitian ini. Dugaan sementara ini berdasarkan pada teori-teori yang telah dikemukakan adalah sebagai berikut: a. Hipotesis Nihil (Ho), tidak adanya hubungan yang signifikan antara kewibawaan kepala sekolah dengan disiplin guru. b. Hipotesis Alternatif (Ha), adanya hubungan yang signifikan antara kewibawaan kepala sekolah dengan disiplin guru.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Triguna Utama yang beralamat di Jl. Ir. H Juanda Ciputat Tangerang Selatan. Adapun waktu penelitian dimulai dari bulan April sampai dengan bulan Oktober 2012. Berikut jadwal kegiatan penelitian di sekolah tersebut: Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian di SMK Triguna Utama Tanggal
Kegiatan Izin penelitian di SMK Triguna Utama
16 April 2012
Mengumpulkan data-data sekolah yang terkait dengan penelitian
3 Oktober 2012 24 Oktober 2012
Uji coba instrumen penelitian (angket) Menyebarkan angket yang sudah diuji ke populasi penelitian
45
46
B. Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian korelasional. Artinya, penelitian ini dilakukan untuk menentukan atau memperjelas hubungan antara dua variabel yaitu; kewibawaan kepala sekolah (variabel X), dan disiplin guru (sebagai variabel Y).
C. Populasi dan Teknik Sampling Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMK Triguna Utama, baik laki-laki maupun perempuan yang tercatat secara administrasif dan pendidikan tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 36 orang. Dengan demikian, menurut Suharsimi Arikunto apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi.1 Maka seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian, sehingga penelitian ini termasuk dalam penelitian populasi (sensus) atau disebut juga sebagai sampel jenuh.
D. Teknik Pengumpulan Data Di dalam pengumpulan data, Penulis menggunakan pedoman angket untuk guru dalam bentuk skala likert dan pedoman wawancara untuk kepala sekolah. Adapun untuk mendapatkan data-data tersebut Penulis menempuh dengan dua, yaitu: 1. Angket yaitu penyebaran daftar pernyataan kepada guru untuk mengukur tingkat kewibawaan kepala sekolah dan disiplin guru. Pernyataan tersebut diisi secara tertutup, artinya guru mengisi 70 daftar pernyataan dengan rentang nilai yang telah disediakan yaitu selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah. Pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori, yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. 1
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekata Praktik. (Jakarta: PT Asdi Mahasatya. 2006) cet Ke-13, hal 134
47
2. Dokumen yaitu proses pengumpulan data atau informasi mengenai kedisiplinan di SMK Triguna Utama. Data ini untuk melengkapi angket yang berisi tentang gambaran tata tertib yang jalankan sebagai disiplin kerja guru di sekolah tersebut. Untuk mempermudah penjelasan di atas dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data untuk setiap Variabel No. Variabel
Teknik Pengumpulan Data
Model Skala
Rentang Skor
Sumber Data
1.
X
Angket
Likert
1-4
Guru
2.
Y
Angket
Likert
1-4
Guru
E. Instrumen Penelitian Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh penelitian dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.2 Berdasarkan definisi tersebut suatu instrumen berfungsi untuk menjaring data-data hasil penelitian. Untuk membuat instrumen penelitian ini terlebih dahulu membuat matriks variabel agar diketahui indikator-indikator apa saja yang menjadi instrumen yang sesuai dengan variabel pada penelitian ini. Matriks variabel ini didapat melalui studi penulis mengenai uraian teori-teori yang telah dikemukakan di bab sebelumnya, sehingga penulis dapat menentukan dimensi variabel dan indikator-indikator variabel yang dijadikan sebagai instrumen penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti yaitu, kewibawaan kepala sekolah (X) dan disiplin guru (Y), yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Variabel Kewibawaan Kepala Sekolah (X). a. Definisi Konseptual. Kewibawaan Kepala Sekolah adalah kemampuan kepala sekolah dalam memengaruhi guru berdasarkan kelebihan dan keistimewaan 2
Trianto.. Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2010). Cet, 1., hal 263
48
yang dimilikinya, sehingga guru menerima, tunduk, dan patuh terhadap perintahnya tanpa ketidakpaksaan untuk menjalankan tugas yang diberikan kepadanya. b. Definisi Operasional. Secara operasional Kewibawaan Kepala Sekolah (X) adalah skor yang diperoleh dari angket yang diisi oleh guru memuat dimensi-dimensi, yaitu: 1) Melakukan pengawasan terhadap kinerja guru. 2) Memberi alasan dan teguran ketika terdapat penyimpangan. 3) Memiliki daya memengaruhi kepada orang lain. 4) Bersikap jujur, tegas dan di segani oleh orang lain. 5) Memiliki pembawaan komunikasi yang baik kepada orang lain. c. Kisi-kisi Instrumen Penelitian. Berikut ini terdapat bagan matriks variabel kewibawaan kepala sekolah (X) yaitu: Tabel. 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Kewibawaan Kepala Sekolah (X) No
Variabel
1.
Dimensi 1. Melakukan
Indikator
Butir Soal
a. Melakukan tindakan
1,2,3,
pengawasan terhadap
pengawasan terhadap
kinerja guru.
kemampuan merencanakan
Kewibawaan
pembelajaran.
Kepala
b. Melakukan tindakan
Sekolah
pengawasan terhadap kemampuan melaksanakan pembelajaran. c. Melakukan tindakan pengawasan terhadap
4,5,
49
kemampuan mengevaluasi pembelajaran. 2. Memberi alasan dan a. Mengekspresikan teguran
ketika
6,7,8,9,14
sikap teguran yang
terdapat
tepat ketika terdapat
penyimpangan.
penyimpangan. b. Memberikan alasan yang benar ketika terdapat kesalahan.
3. Memiliki
daya a. Memerintah
dan
memengaruhi
melarang
secara
kepada orang lain.
tepat setiap tindakan yang
10,11,18, 25,29,
dilakukan
seseorang. b. Menampilkan integritas
yang
dimiliki diri sendiri. 4. Bersikap jujur, tegas a. Menunjukkan dan di segani oleh
keselarasan
orang lain.
perkataan
13,17,18, antara 12,19,15,16, dan
perbuatan.
20,21,22, 26,27,
b. Menampilkan sikap
28,30.
tegas terhadap suatu permasalahan. c. Menampilkan sikap patut di segani di lingkungan sekolah. 5. Memiliki pembawaan
a. Menggunakan bahasa
dan
31,32,24 gaya
50
komunikasi
yang
baik kepada orang lain.
bicara yang baik dan sopan. b. Berperilaku
terpuji
dalam pergaulan. c. Memimpin
rapat
dengan baik.
Berdasarkan hasil uji validitas dari 41 butir pernyataan, dinyatakan valid sebanyak 32 butir dan yang drop sebanyak 8 butir. Sedangkan, dari perhitungan uji reliabilitas diketahui rhitung sebesar 0.949 lebih besar dari rtabel yang sebesar 0.514. maka, angket dinyatakan reliabel. 2. Variabel Disiplin Kerja Guru (Y). a. Definisi Konseptual. Disiplin Kerja guru adalah ketaatan guru dalam menjalankan peraturan dengan merasa sadar atas tindakan yang dilakukan serta dapat mengendalikan diri secara tidak emosional atas peraturan di mana guru itu berada. b. Definisi Operasional. Secara operasional variabel Disiplin Kerja Guru (Y) adalah skor yang diperoleh dari mengisi angket yang diisi oleh guru memuat dimensidimensi, yaitu : 1) Disiplin dalam menggunakan waktu yang ditentukan. 2) Disiplin dalam mengelola kelas dengan baik. 3) Disiplin dalam bersikap bijaksana terhadap siswa. 4) Disiplin dalam memenuhi beban tugas mengajar. 5) Disiplin dalam sikap dan tingkah laku yang baik.
51
c. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel (Y). Berikut ini terdapat bagan matriks variabel disiplin kerja guru (Y) yaitu: Tabel. 3.4 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Disiplin Kerja Guru (Y) No
Variabel
1.
Dimensi 1. Disiplin
Indikator dalam a. Melaksanakan
menggunakan waktu
Butir Soal
yang
ditentukan.
1,2,3,4,
pembelajaran
8,9,10,
sesuai
dengan
12,13,
waktu
yang
ditentukan. b. Melaksanakan kegiatan administratif sesuai jadwal. c. Mengisi
daftar
Disiplin
hadir sesuai dengan
Kerja
kedatangan secara
Guru
real. 2. Disiplin
dalam a. Mengkondisikan
mengelola kelas.
siswa dengan baik. b. Menyediakan belajar bervariasi
11,18,20,33,
alat
21,14,15,
yang
24,29,37
dalam
pembelajaran. c. Menggunakan strategi pembelajaran dalam pembelajaran.
5,6,7,16,17,
52
d. Menyediakan program
penilaian
untuk kemampuan semua siswa 3. Disiplin
dalam a. Menunjukkan sikap
bersikap bijaksana
menghormati
terhadap siswa.
dalam
25,26,27, 28,
perbedaan
daya serap siswa. b. Menunjukkan sikap menghargai dalam permasalahan yang dihadapi siswa. 4. Disiplin memenuhi
dalam a. Mentuntaskan beban
tugas mengajar.
beban
30,31,32, mata
pelajaran
33,38
dalam
setiap semester. b. Mengidentifikasi hasil beban mata pelajaran
setiap
semester. 5.
Disiplin
dalam a. Mengidentifikasi
sikap dan tingkah
pakaian
laku.
sopan,
yang rapi
dan
bersih. b. Memberikan contoh
teladan
kepada siswa. c. Mematuhi kode etik sebagai guru.
seorang
22,23,34,35 19,36,
53
Berdasarkan hasil uji validitas dari 41 butir pernyataan, dinyatakan valid sebanyak 25 butir dan yang drop sebanyak 16 butir. Diketahui bahwa angket yang valid belum mewakili indikator disiplin kerja guru, maka Penulis membuat kembali untuk dapat disebar sebagai angket penelitian. Sedangkan, dari perhitungan uji reliabilitas diketahui rhitung sebesar 0.938 lebih besar dari rtabel sebesar 0.514. maka, angket dinyatakan reliabel.
F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Uji validitas instrumen adalah untuk mengetahui kesahihan instrumen, dalam hal ini penulis menggunakan validitas konstruk yang mana insrumen tersebut sudah sesuai dengan aspek yang akan diukur. Ini dimaksudkan mengembangkan indikator-indikator kewibawaan kepala sekolah dan disiplin guru. Penyusunan instrumen ini dengan menggunakan kisi-kisi mengenai variabel penelitian yang akan melahirkan beberapa dimensi dan indikator, sehingga dapat ditentukan butir-butir soal yang dapat mewakili pengukuran indikator variabel tersebut. Pengujian validitas menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut: n XY X Y
r xy
n X
2
X
2
nY
2
Y
2
2. Reliabilitas instrumen untuk mengetahui tingkat keajegan dari instrumen. Ini dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha. Langkah-langkah perhitungan reliabilitas instrumen kedua variabel adalah sebagai berikut: 1. Membuat lembar kerja berdasarkan skor butir yang diperoleh. 2. Menghitung varians tiap butir dengan menggunakan rumus: ∑X2 – (∑X)2 σ2 b = N N–1
54
3. Menghitung varians total dengan rumus:
2
σ t=
∑Y2 – (∑Y)2 N N–1
4. Menghitung reliabilitas dengan rumus:
r11 =
k
1
k1
σ b2 σ t2
dengan keterangan: r11
: reliabilitas instrumen
k
: banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
σ b 2 : jumlah varians butir σ t 2 : varians total
G. Teknik Pengolahan Data Data yang diperoleh dari skor tiap instrumen dan wawancara digunakan sebagai teori yang dijadikan pedoman oleh penulis untuk melakukan penelitian lapangan. Adapun data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini selanjutnya diolah dan dianalisa untuk mengungkapkan pokok masalah yang diteliti, sehingga dapat diperoleh kesimpulan dalam menganalisa hasil penelitian berupa “Korelasi antara Kewibawaan Kepala Sekolah dengan Disiplin Guru”, digunakan analisa kuantitatif yaitu analisa yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka, dengan cara menjumlahkan, mengklasifikasi, mentabulasikan, dan selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan data statistik. Dalam pengelolaan data peneliti menggunakan teknik sebagai berikut: 1. Editing, yaitu kegiatan yang dilaksanakan setelah penulis selesai menghimpun data di lapangan. Penulis memeriksa kelengkapan dan pengisian angket atau kuesioner yang berhasil dikumpulkan.
55
2. Coding, yaitu data yang telah diedit diberi identitas sehingga memiliki arti tertentu pada saat dianalisis. 3. Skoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket sebagai berikut: dalam skala ini terdapat empat kategori jawaban, yaitu Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-Kadang (KK), dan Tidak Pernah (TP). Itemitem diberi skor berdasarkan jawaban yang dipilih dan jenis pernyataan positif dan negatif untuk pernyataan positif penulis memberikan skor nilai 4 untuk jawaban selalu, 3 untuk jawaban sering, 2 untuk jawaban kadangkadang, dan 1 untuk jawaban tidak pernah. Adapun untuk pernyataan negatif penskoran bergerak sebaliknya. (berlaku untuk variabel X dan Y). 4. Tabulating, yaitu memasukkan data pada tabel-tabel tertentu dan mengatur angka-angka serta menghitungnya. Penulis menggunakan tabel data untuk mendeskripsikan data sehingga memudahkan penulis dalam memahami struktur dari sebuah data.
H. Teknik Analisa Data 1. Pengujian Prasyarat Analisis Data dengan Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalat taksiran dilakukan dengan uji Lilliefors. Hipotesis statistik dalam uji normalitas adalah: Ho : populasi galat taksiran berdistribusi normal Ha : populasi galat taksiran tidak berdistribusi normal Dengan uji Lillifors, untuk menerima atau menolak hipotesis nol, dibandingkan dengan Lo atau L hitung dengan nilai kritis L tabel untuk taraf nyata yang dipilih, kriterianya adalah: Ho diterima jika L hitung ≤ Ltabel Ha diterima jika Lhitung ˃ L tabel
56
2. Pengujian Hipotesis Kemudian untuk mengetahui bagaimana korelasi kewibawaan kepala sekolah (variabel X) dengan disiplin guru (variabel Y), peneliti menggunakan rumus product moment dari Carl Pearson sebagai teknik pengujian hipotesis. Cara operasional data dilakukan melalui tahap sebagai berikut: a. Mencari angka korelasi dengan rumus: rxy
n XY X Y n X
2
Keterangan:
X
2
nY
2
Y
2
r xy
= Angka indeks korelasi “r” product moment
XY
= Mean dari hasil pemakaian antara skor variabel X skor variabel Y
N
= number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
2 X = Jumlah seluruh skor X 2 Y = Jumlah seluruh skor
b. Memberikan interpretasi terhadap ( r xy ) yaitu: 1) Memberikan interpretasi sederhana dengan cara mencocokkan hasil perhitungan dengan indeks korelasi “r” product moment seperti di bawah ini: Tabel. 3.5 Indeks Korelasi Product Moment Besarnya “r” Product
Interpretasi
Moment (r ) 0,00-0,20
Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y).
57
0,20-0,40
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah.
0,40-0,70
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang.
0,70-0,90
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang tinggi.
0,90-100
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat tinggi.
2) Interpretasi terhadap indeks korelasi product moment dengan berkonsultasi pada tabel nilai “r” product moment. Apabila cara ini akan ditempuh maka prosedur yang akan dilalui adalah sebagai berikut: a) Merumuskan Hipotesis Alternatif (Ha) dan Hipotesis Nol (Ho). b) Menguji kebenaran dan hipotesa yang telah dirumuskan dengan jalan membandingkan besarnya “r” product moment dengan “r” yang tercantum dalam tabel (r) pada taraf signifikansi 5 % namun terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau Degrees or Freedomnya (df). Rumusnya :
df = N-nr
Keterangan: DF
: Degree of Freedom (derajat bebas)
N
: Jumlah subjek penelitian (sampel)
Nr
: Jumlah variabel
Karena jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 36, maka df nya adalah (36 – 2 = 34), jika r
hitung
> dari r
tabel
maka korelasi dianggap
signifikan atau Ho ditolak dan Ha diterima, namun jika hasil r hitung < dari r tabel
maka korelasi tidak signifikan atau Ho diterima Ha ditolak. Setelah memberikan interpretasi secara kasar atau sederhana maupun
dengan menggunakan nilai rtabel. Langkah selanjutnya yakni mencari
58
beberapa kontribusi yang diberikan variabel X dan variabel Y, dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut: KD = r2 X 100%
Keterangan : KD
: Kontribusi variabel X terhadap variabel Y.
r2
: Koefisien korelasi antara variabel X terhadap variabel Y.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMK Triguna Utama 1. Profil SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang Lokasi SMK Triguna Utama berada di jalan Ir. H. Djuanda Ciputat Tangerang dengan bantuan masyarakat dan swadaya murni, SMK Triguna Utama dibangun di atas lahan seluas 2800 m2 dengan luas bangunan sebesar 1291 m2. SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang adalah sekolah menengah kejuruan yang memakai KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pengajaran), ini dikarenakan pemerintah telah menetapkan KTSP di Indonesia, jadi SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang memakai kurikulum tersebut. Disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri pada saat ini. Ada lima jurusan yang dibuka, yaitu jurusan Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik, Teknik
Mekanik
Otomotif,
Teknik
Mekanik
Industri,
Administrasi
Perkantoran dan Akuntansi. SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang merupakan sekolah kejuruan yang mempunyai sistem pendidikan yang berbeda dengan sekolah-sekolah lain yang ada disekitarnya, hal ini dikarenakan SMK Triguna Utama Ciputat
59
60
Tangerang adalah sekolah kejuruan dalam bidang teknologi dan industri. Yang mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang terampil dalam bidang teknologi dan industri yang pada saat itu sangat dibutuhkan oleh dunia usaha dan usaha industri. Karena SMK Triguna Utama itu mempunyai arti tiga manfaat, yaitu: manfaat pertama untuk diri sendiri, yang kedua manfaat untuk Agama, dan yang ketiga manfaat untuk bangsa. Adapun prestasi yang telah diraih sekolah Triguna Utama Ciputat Tangerang adalah:1 a) Juara 1 lomba pidato bahasa Inggris b) Juara 1 basket, volly tingkat provinsi c) Juara 1 futsal SEJABODETABEK d) Juara 3 sepak bola sejak-sel dan tangerang e) Juara 3 debat bahasa Inggris f) Masuk 9 besar tingkat provinsi LKC tingkat provinsi g) Juara 1 LKS tingkat Kabupaten h) Juara 1 LKS tingkat provinsi i) Juara 1 putra/i lomba PBB HUT RI tingkat kabupaten 2. Visi, Misi dan Strategi SMK Triguna Utama 1) VISI SMK Triguna Utama : “Menghasilkan tenaga menengah yang terampil, unggul dan berakhlak mulia dalam era globalisasi yang penuh kompetitif.” 2) Misi SMK Triguna Utama : a) Mendidik dan melatih siswa menjadi tenaga terampil yang siap bersaing b) Memiliki kemampuan yang unggul dalam persaingan pasar. c) Menjadikan sekolah sebagai kebanggan masyarakat. d) Menjadikan lingkungan sekolahcermin dunia usaha dan industri. 1
Wawancara kepada kepala SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang pada tanggal 24
Oktober 2012
61
e) Berbudi luhur, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa. 3) Strategi SMK Triguna Utama : Untuk merealisasikan Visi dan Misi diatas, SMK Triguna Utama menerapkan strategi sebagai berikut : a) Menciptakan situasi keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME b) Pemantapan Komitmen dan Budaya Manajemen By Fact c) Penerapan organisasi pembelajaran d) Kontrol Proses (Audit Mutu) e) Pengembangan dan Peningkatan SDM dan Sumber Daya Pendidikan f) Sederhana dalam Proses. 3. Keadaan guru SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang Guru merupakan faktor penting dalam suatu lembaga pendidikan karena figur guru baik dalam bidang ruang geraknya maupun aktivitasnya selalu diperhatikan oleh peserta didik. Oleh karena itu, guru merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan program pendidikan. Jumlah guru di sekolah SMK Triguna Utama
terdapat 36 orang.
Terdapat beberapa guru yang berhasil meneruskan jenjang pendidikannya sampai kepada jenjang yang lebih tinggi lagi.
Data ini diperlukan unutk
mengetahui keadaan guru dari segi latar belakang pendidikan sampai dengan bidang keahlian mengajar mata pelajaran. mengenai guru-guru SMK Triguna Utama.
Berikut data-data guru yang
62
Tabel 4.1 Keadaan guru SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang
No.
NAMA
Tugas / Jabatan
1
2
15
Ijazah dan Tahun
Keahlian/ Mengajar Mata Pelajaran 7 Kelistrik./Cha sis, Power Train 2 PDTLE 1 , RPD, PLC, Perlis,
1
Winarno,S.Pd.
Kepala Sekolah
S1 Pendidikan Teknik Otomotif IKIP Padang Tahun 1994
2
Syamsu Rizal, S.Pd, MM.
Wakasek Bidang Kurikulum
S1 Teknik Elektro IKIP Padang Tahun 1993
3
Choirudin,S.Pd.
Wakasek Bidang Kesiswaan
S1 Pendidikan Ekonomi (PDU / Administrasi Perkantoran) STKIP Jakarta Tahun 1999
Kewirausaha an
4
Ir. Ferial Gunawan
Wakil Kepala Program Mesin dan Otomotif
S1 Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknologi Jakarta Tahun 1995
PPMI, Permesinan
5
Drs. Mardias
Wakasek bidang pengendali mutu
S1 Pendidikan Teknik Mesin IKIP Padang Tahun 1992
Injeksi Diesel, Engine
6
Nirachmat,S.Pd
Guru
S1 Pendidikan Teknik Mesin IKIP Yogyakarta Tahun 1994
Pneumatik & Hidrolik, PDTM
7
Drs. Bambang Tri Agus
Guru
S1. Teknik Elektro IKIP Padang Tahun 1991
Instalasi Listrik Industri
8
Ahyadi, S.Pd.
Guru
UNJ Rawamangun, Teknik Mesin
Pendingin, Power Train
9
Budi Utomo,S.Ag.M. Pd.
Guru
S1 PAI Universitas Setyagama Jakarta Tahun 2000
Fisika
10
Drajad Sapto Wahono
Guru
D3 Pendidikan Jasmani IKIP Jakarta Tahun 1990
Penjaskes
11
Duma Morita N,S.Pd.
Guru
S1 Pend. Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Tahun 2003
Bahasa Inggris
12
Dede Sumarna,SPd.
Guru
S1 Teknik Mesin Universitas Trisakti Tahun 2000
Komputer
13
Drs. Dwi Rohmei Gunawan
Guru
S1 IKIP Yogyakarta Pendidikan Matematika Tahun 1981
Matematika,
14
Devitri Andri,S.Pd.
Guru
S1 Bahasa Inggris UIN Syahid Jakarta Tahun 2004
Bahasa Inggris (Lab)
15
Elibahtra Sitepu,BA.
Guru - Pembina Osis
D3 Pendidikan Kimia IKIP Medan Tahun 1990
Kimia
16
Ir. Eriyon Levino,MM.
Guru
S1 Informatika Manajemen Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Tahun 1988
Matematika
17
Holid,S.Pd.
Guru
S1 Teknik Mesin Universitas Negeri Surabaya Tahun 2001
Kelistrikan Body / Kel. Otomotif
63
Pendingin, Power Train 1, Kemudi Suspensi Gambar Teknik Mesin
18
Hamdan,A.Md.
Guru
D3 Politeknik TEDC Bandung Tahun 2005
19
Drs. Hartono SW.
Guru
S1 Pendidikan Teknologi dan Kejuruan IKIP Jakarta Taun 1988
20
Haryono,B.Sc.
Guru
21
Ismanto,S.Pd.
Guru
22
Kardiman MDJ,S.Pd.
Guru
S1 Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Jakarta Tahun 1989
23
Koko Supardi,S.Pd.
Guru
S1 Pendidikan Bahasa & Seni Universitas Muhammadiyah Prof. DR HAMKA Tahun 2000
Bahasa Indonesia
24
Mahfudzi,S.Ag.
Guru
S1 Pendidikan Agama Islam Institut PTIQ Jakarta Tahun 2002
Pendidikan Agama Islam
25
Pardjono
Guru
PGSMTP Olahraga & Kesehatan Negeri 1 Jakarta Tahun 1986
Penjaskes
26
Drs. Robani AR.
Guru
S1 Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 1992
Pend. Agama Islam, Al Qur'an
27
Siti Rubiyatin,BA.
Guru
D3 Bahasa & Sastra Indonesia IKIP Bandung Tahun 1979
Bahasa Indonesia
28
Drs. Sofyan Azwary,MA.
Guru
S1 Pendidikan MIFA STKIP PGRI Jakarta Tahun 2000
Matematika
29
Sumiati,S.Pd.
Guru
S1 Pendidikan Sejarah Universitas Muhammadiyah. Prof. DR.HAMKA Tahun 2003
Pend. Kewarganega raan (PKN)
30
Sumiyati S.Pd,Si.
Guru
S1 Pendidikan Saint MIPA Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2005
Kimia
31
Syamsu,S.Pd.
Kepala Program Listrik
S1 Pendidikan Teknik Elektro IKIP Ujung Pandang Tahun 1993
ILB, PDTR. Inst. Listrik
32
Desminanto, S.Pd.
Guru
S1 IKIP Jogjakarta , Pendidikan Teknik Otomotif
Engine
Guru
D3 Teknik Mesin Univ. Proklamasi Yogyakarta Tahun 1977
Maintenance, PDTM
Guru
S1 FMIPA Matematika Terpadu, Univ. As-Syafi’ah Jakarta
Matematika
33 34
Wilson Simanjuntak,B. Sc. Abdul Latif, S.Pd.
D3 Las & Fabrikasi Logam Pusat Pengembangan Penataran Guru Teknologi Bandung Tahun 1985 S1 Teknik Elektro Universitas Sarjana Wiyata Tamansiswa Yogyakarta Tahun 1998
Fabrikasi Logam PDTLE 2, Panel, PKK, Tekpen Pend. Kewarganega raan (PKN)
35
Didit Sutanto, S.Si
Guru
S1 FMIPA Matematika
Fisika
36
Sajiko, S.Pd
Guru
S1
Bhs. Indonesia
64
4. Tata Tertib Guru Di SMK Triguna Utama Tata tertib merupakan sederetan peraturan-peraturan yang harus ditaati dalam situasi atau dalam suatu tata kehidupan tertentu. Tata tertib sekolah disusun dalam proses penegakan disiplin guru di sekolah, dengan harapan dapat tercapainya proses belajar mengajar yang baik sehingga keadaan pembelajaran di sekolah dapat dikondisikan. Tata tertib yang sudah disusun oleh pihak sekolah terdiri dari kewajibankewajiban yang harus dilaksanakan oleh guru SMK Triguna Utama yang meliputi dalam disiplin beribadah, guru wajib melaksanakan ajaran agama, terutama di sekolah seperti Shalat zhuhur berjamaah, Shalat Dhuha, Tadarus sebelum jam pelajaran di mulai, dan gerakan Amal Jum’at. Tata tertib di SMK Triguna meliputi empat bagian yaitu tata tertib kehadiran guru, tata tertib berpakaian, tata tertib dalam bertata karma, dan tata tertib kegiatan belajar mengajar. Adapun tata tertib guru dalam kehadiran adalah : a. Guru hadir di sekolah pada setiap hari kerja paling lambat 10 (sepuluh) menit sebelum jam belajar dimulai. b. Guru wajib mengisi daftar hadir/presensi pada setiap hari kerja. c. Guru wajib mengikuti upacara bendera pada setiap hari senin dan harihari besar lainnya. d. Guru yang berhalangan hadir karena alasan penting harus mengirim surat kepada kepala sekolah. e. Guru yang berhalangan hadir karena sakit lebih dari tiga hari kerja harus mengirim surat yang dilengkapi dengan surat keterangan dokter. Dalam tata tertib berpakaian juga diatur, setiap hari kerja guru harus mengenakan pakaian harian yang disertai label nama. Adapun ketentuan mengenai pakaian diatur sesuai dengan ketetapan yang ada, yaitu:
65
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at
Baju Hijau muda coklat Bebas Batik Laki2: Koko Putih perempuan: Baju muslimah Jilbab putih (kerudung)
Tata tertib bertata karma juga berada dalam ketentuan sekolah, di dalamnya memuat cara bersikap dan bergaul yang baik dalam sehari-hari. Kesopanan dalam uacapan termasuk tata karma. Berikut tata tertib tata karma guru di SMK Triguna Utama: a. Guru harus dapat membudayakan ucapan salam apabila bertemu sesama guru atau siapa saja yang patut dihormati. b. Dalam pergaulan sehari-hari setiap guru hendaklah bertata krama yang baik dengan mengucapkan kalimat thoyibah sebagai ciri umat beragama. c. Guru harus bisa menjadi teladan yang baik terutama bagi peserta didik sebagai anak didiknya. d. Guru wajib mematuhi kebijakan-kebijakan sekolah yang telah disepakati dan diketahui bersama: hadir sepuluh menit sebelum KBM berlangsung, tidak meninggalkan kelas sebelum menyerahkan tugas, dan lain-lain. e. Guru wajib/berhak menegur peserta didik yang terlambat, berpakaian seronoh, memakai aksesoris yang berlebihan dan berambut panjang (bagi siswa putra) Adapun tata tertib dalam kegiatan belajar mengajar diatur pula, diharapakn dengan adanya tata tertib ini akan mengatur ketertiban pembelajaran di sekolah, untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik, berikut tata tertib kegiatan belajar mengajar SMK Triguna adalah :
66
a. Menyusun dan melaksanakan program pengajaran secara efektif sesuai dengan RP dan RPP yang dibuat. b. Guru harus berada di kelas tepat pada waktunya. c. Guru yang mengajar pada jam pertama. Waktu bel persiapan hendaknya sudah berjalan menuju kelas masing-masing. d. KBM di usahakan tepat pada waktunya baik pada waktu masuk maupun keluar. e. Sebelum dan sesudah KBM berlangsung guru menerima ucapan salam dan diakhiri dengan doa bersama. f. Setiap melaksanakan KBM harus membawa administrasi guru ke dalam kelas. g. Setiap melaksanakan KBM harus tepat pada waktunya. h. Mengusahakan agar siswa dapat mengembangkan keterampilan. i. Membina peserta didik untuk bertindak sopan. j. Tidak dibenarkan menerima tamu di dalam kelas k. Guru yang berhalangan hadir karena alasan penting atau sakit lebih dari 3 hari kerja harus mengirim surat/keterangan dokter.
B. Deskripsi Data Penelitian yang dilakukan di SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang, bertujuan untuk melihat secara umum mengenai korelasi kewibawaan kepala sekolah dengan disiplin kerja guru. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui angket, angket yang disebarkan berjumlah 70 butir soal yang valid dan disebarkan kepada seluruh guru SMK Triguna Utama yang berjumlah 36. Angket terdiri dari 32 butir soal untuk variabel X (kewibawaan kepala sekolah) dan 38 butir soal untuk variabel Y (disiplin kerja guru). Untuk deskripsi data setiap variabel dapat dilihat pada uraian sebagai berikut: 1. Data Kewibawaan Kepala Sekolah (Variabel X) Kewibawaan kepala sekolah merupakan variabel independen atau dikenal dengan variabel X. Data kewibawaan kepala sekolah yang
67
diperoleh dari pengisian angket oleh responden sebanyak 36 guru dapat diungkap dalam tabel berikut:
Tabel 4.5 Hasil Skoring Angket Kewibawaan Kepala Sekolah No
Jumlah Skoring Angket
Responden
Kewibawaan Kepala Sekolah
1
61
2
109
3
92
4
84
5
103
6
73
7
92
8
103
9
98
10
92
11
94
12
86
13
94
14
98
15
83
16
83
17
114
18
100
19
110
20
89
21
116
22
89
68
23
93
24
98
25
106
26
72
27
89
28
72
29
65
30
96
31
70
32
73
33
68
34
88
35
86
36
116
3249
Berdasarkan data dengan indikator kewibawaan kepala sekolah yang diteliti dengan kuesioner yang terdiri dari 32 item pernyataan mengenai kewibawaan kepala sekolah diperoleh skor tertinggi 116 dan terendah 61, dengan rata-rata 90.41 dan simpangan baku (standar deviasi) 14.58 dari jumlah responden sebanyak 36 orang. Distribusi frekuensi data kewibawaan kepala sekolah dapat dilihat pada Tabel Distribusi kewibawaan kepala sekolah, di mana rentang skor adalah 55 dengan banyak kelas interval 7 dan panjang kelas adalah 8. Nilai interval kelas dari 61-116, dengan frekuensi absolut 36 dan relatif 100%.
69
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Angket Kewibawaan Kepala Sekolah No
Interval Kelas
Fi
Frekuensi
Batas
Batas
relatif
Bawah
Atas
1
61 – 68
3
8,3 %
60.5
68.5
2
69 – 76
5
14 %
68.5
76.5
3
77 – 86
5
13,8 %
76.5
86.5
4
87 – 94
10
28 %
86.5
94.5
5
95 – 102
5
13,8 %
94.5
102.5
6
103 – 110
5
13,8 %
102.5
110.5
7
111 – 118
3
8,3 %
110.5
118.5
36
100 %
Jumlah
Untuk mempermudah penafsiran data kewibawaan kepala sekolah dapat dilihat pada tabel histogram sebagai berikut: 12 10 8 6 4 2
0
60.5
68.5
76.5
86.5
94.5
102.5
110.5
70
Berdasarkan tabel grafik histogram, frekuensi kelas tertinggi variabel kewibawaan kepala sekolah yaitu terletak pada interval kelas ke-4 dengan rentang nilai 86.5 – 94.5 dan frekuensi relatif kelas terendah yaitu terletak pada interval ke-1 dengan rentang nilai 60.5 – 68.5. Untuk menentukan tinggi rendahnya rata-rata dari kewibawaan kepala sekolah dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut: a. Mencari rentang nilai untuk kategori sedang diperoleh dengan cara ratarata skor kewibawaan kepala sekolah
dikurangi simpangan baku
sampai dengan rata-rata ditambah simpangan baku. 90.41 – 14.58 = 75.83 90.41 + 14.58 = 104.99 Jadi, untuk kategori sedang rentang nilainya 75.83 – 104.99 b. Menentukan rentang nilai untuk kategori tinggi yaitu skor yang berada pada 116 sampai dengan batas atas 118.5. c. Menentukan rentang nilai untuk kategori rendah yaitu dengan menentukan skor yang berada dibawah 75.83 sampai skor terendah yang diperoleh. Dengan demikian skor untuk kategori rendah berada antara 61 – 75.83. Lebih jelasnya diinterpretasikan sebagai berikut: Tabel 4.7 Interpretasi Kategori Kewibawaan Kepala Sekolah No
Interval
Frekuensi
Persentase
Kategori
1
61 – 75.83
8
22.22%
Rendah
2
75.83 – 104.99
20
55.55%
Sedang
3
104.99 – 116
8
22.22%
Tinggi
Berdasarkan ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kewibawaan kepala sekolah (90,41) termasuk kategori sedang. Ini menunjukkan bahwa tingkat kewibawaan kepala sekolah di SMK Triguna Utama sudah mencapai tingkat kewibawaan kepala sekolah yang baik. Kepala sekolah sebaiknya mempertahankan hal tersebut, lebih bagus lagi
71
ditingkatkan kompetensinya, agar mampu mengayomi bawahannya untuk mencapai tujuan sekolah secara maksimal. Karena, kepala sekolah sangat memiliki peranan penting dalam proses pencapaian keberhasilan sekolah, maka dari itu harus diberikan kontribusi-kontribusi lebih yang terkait dengan pembentukan kewibawaan kepala sekolah. 2. Data Disiplin Kerja Guru (Variabel Y) Disiplin Kerja Guru merupakan variabel dependent atau dikenal dengan variabel Y. Variabel Y diperoleh dari angket yang terdiri dari 38 butir pernyataan yang diberikan kepada 36 responden. Data selengkapnya terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.8 Hasil Skor Angket Disiplin Kerja Guru (Variabel Y) Nomor
Jumlah Skor
Responden
Angket Disiplin Guru
1
124
2
124
3
106
4
114
5
129
6
110
7
113
8
116
9
108
10
107
11
109
12
128
13
122
14
134
15
155
72
16
127
17
127
18
117
19
128
20
116
21
123
22
118
23
120
24
119
25
119
26
132
27
110
28
85
29
100
30
111
31
109
32
99
33
103
34
96
35
99
36
113
4170
Berdasarkan dari hasil olah data penelitian diperoleh skor tertinggi 155 dan terendah 85, dengan rata-rata 115.8, standar deviasi sebesar 12.95 dan jumlah responden sebanyak 36 orang. Distribusi frekuensi data disiplin kerja guru dapat dilihat pada Tabel Distribusi Disiplin Kerja Guru, dimana rentang skor adalah 70 dengan banyak kelas interval 7 dan panjang kelas adalah 10. Nilai interval kelas dari 85-115, dengan frekuensi absolut 36 dan relatif 100%.
73
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Hasil Angket Disiplin Kerja Guru
No
Interval Kelas
F
Frekuensi
Batas
Batas
Relatif
bawah
atas
1
85 94
1
3%
84.5
94.5
2
95 – 104
5
14%
94.5
104.5
3
105 – 114
10
28%
104.5
114.5
4
115 – 124
12
33%
114.5
124.5
5
125 – 134
7
19.4%
124.5
134.5
6
135 144
0
0%
134.5
144.5
7
145 154
0
0%
144.5
154.5
8
155 164
1
2.7%
154.5
164.5
36
100%
Jumlah
Untuk mempermudah penafsiran data dapat dilihat dalam grafik histrogram, yaitu sebagai berikut:
14 12 10 8 6 4 2 0
84.5
94.5
104.5
114.5
124.5
134.5
164.5
74
Berdasarkan tabel grafik histogram, frekuensi kelas tertinggi variabel disiplin guru yaitu terletak pada interval kelas ke-4 dengan rentang nilai 114.5 – 124.5 dan frekuensi relatif kelas terendah yaitu terletak pada interval ke-1 dengan rentang nilai 84.5 – 94.5. Untuk menentukan tinggi rendahnya rata-rata dari disiplin kerja guru dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut: a. Mencari rentang nilai untuk kategori sedang diperoleh dengan cara rata-rata skor disiplin kerja guru dikurangi simpangan baku sampai dengan rata-rata ditambah simpangan baku. 115.8 – 12.95 = 102.95 115.8 + 12.95 = 128.75 Jadi, untuk kategori sedang rentang nilainya 102.95 – 128.75 b. Menentukan rentang nilai untuk kategori tinggi yaitu skor yang berada pada 155 sampai dengan batas atas 164.5. c. Menentukan rentang nilai untuk kategori rendah yaitu dengan menentukan skor yang berada dibawah 102.95 sampai skor terendah yang diperoleh. Dengan demikian skor untuk kategori rendah berada antara 85 – 102.95. Lebih jelasnya diinterpretasikan sebagai berikut: Tabel 4.10 Interpretasi Kategori Disiplin Kerja Guru No
Interval
Frekuensi
Persentase
Kategori
1
85 – 102.95
6
16.66%
Rendah
2
102.95 – 128.75
29
80.55%
Sedang
3
128.75 – 155
1
2.77%
Tinggi
Berdasarkan ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata disiplin kerja guru (115.8) termasuk kategori sedang. Ini menunjukkan bahwa tingkat disiplin guru di SMK Triguna Utama sudah mencapai tingkat disiplin kerja guru yang baik, dengan mempertahankan kedisiplinannya serta berkonsisten terhadap peraturan sekolah. Sehingga,
75
diharapkan dapat meningkatkan lagi agar lebih mampu menciptakan suasana sekolah menjadi lebih tertib dan menjadi teladan bagi peserta didik.
C. Uji Prasyarat Analisis Data Untuk memenuhi perhitungan korelasi product moment, harus dilakukan perhitungan uji prasyarat analisis data yaitu dengan menggunakan teknik uji Lillifors pada masing-masing variabel. Pehitungan pada n : 36 dengan taraf signifikan 5% pada variabel X diketahui Lhitung terbesar adalah 0.1052 dengan ̅ sebesar 90.41 dan simpangan baku (S) sebesar 14.58 serta untuk variabel Y diketahui Lhitung terbesar adalah 0.085 dengan ̅ sebesar 115.8 dan simpangan baku (S) sebesar 12.95,
sedangkan kriteria
perhitugan adalah (Lhitung ≤ Ltabel) yang diketahui Ltabel yang diujikan sebesar 0.148. Berdasarkan hasil hitung pada variabel tersebut menunjukkan bahwa Lhitung lebih kecil dari Ltabel, sehingga dapat disimpulkan data kedua variabel tersebut merupakan data dari populasi berdistribusi normal. Dengan demikian, syarat data dari populasi berdistribusi normal ialah dapat dilakukan perhitungan korelasi product moment.
D. Pengujian Hipotesis Setelah melakukan uji prasyarat analisis data, langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis. Data yang diperoleh dari skor angket pada variabel X dan variabel Y, maka selanjutnya dicari angka korelasi kedua variabel tersebut dengan menggunakan rumus product moment, untuk memperjelas skor yang telah diperoleh melalui angket akan ditampilkan dalam tabel berikut ini.
76
Tabel 4.11 Hasil skoring angket variabel X dan variabel Y No
X
Y
X2
Y2
X.Y
1
61
124
3721
15376
7564
2
109
124
11881
15376
13516
3
92
106
8464
11236
9752
4
84
114
7056
12996
9576
5
103
129
10609
16641
13287
6
73
110
5329
12100
8030
7
92
113
8464
12769
10396
8
103
116
10609
13456
11948
9
98
108
9604
11664
10584
10
92
107
8464
11449
9844
11
94
109
8836
11881
10246
12
86
128
7396
16384
11008
13
94
122
8836
14884
11468
14
98
134
9604
17956
13132
15
83
155
6889
24025
12865
16
83
127
6889
16129
10541
17
114
127
12996
16120
14478
18
100
117
10000
13689
11700
19
110
128
12100
16384
14080
20
89
116
7921
13456
10324
21
116
123
13456
15129
14268
22
89
118
7921
13924
10502
23
93
120
8649
14400
11160
24
98
119
9604
14161
11662
25
106
119
11236
14161
12614
26
72
132
5184
17424
9504
77
27
89
110
7921
12100
9790
28
72
85
5184
7225
6120
29
65
100
4225
10000
6500
30
96
111
9216
12321
10656
31
70
109
4900
11881
7630
32
73
99
5329
9801
7227
33
68
103
4624
10609
7004
34
88
96
7744
9216
8448
35
86
99
7396
9801
8514
36
116
113
13456
12769
13108
3249
4170
292907
488902
379046
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa n = 36, X = 3249, Y = 4170, X2 = 292907, Y2 = 488902 dan X.Y = 379046. Setelah itu, dilakukan operasi hitung melalui rumus product moment berikut ini.
√(
( ) ( ) ( ) ) (
( √(
(
)
) (
( ) )(
)(
√(
√(
( ) )
)(
)
)(
(
)
)
(
) )
)
78
√ √
Di ketahui bahwa indeks korelasi product moment sebesar 0.424 pada signifikansi 5% sebesar 0.329. Nilai tersebut kemudian dikonsultasikan ke dalam tabel interpretasi koefisen korelasi untuk mengetahui tingkat kategori korelasi variabel X dan variabel Y pada tabel berikut ini. Tabel. 4.12 Indeks Korelasi Product Moment Besarnya “r” Product
Interpretasi
Moment (r ) 0,00-0,20
Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan
(dianggap
tidak
ada
korelasi antara variabel X dan variabel Y). 0,20-0,40
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah.
0,40-0,70
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup.
0,70-0,90
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi.
0,90-100
Antara variabel X dan variabel Y
79
terdapat korelasi yang sangat tinggi.
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 0.329 termasuk dalam interval koefisien 0.20 -0.40. Artinya bahwa korelasi kewibawaan kepala sekolah dan disiplin kerja guru dalam kategori rendah. Setelah dilakukan interpretasi dengan sederhana, kemudian dilakukan interpretasi r
hitung
yang dikonsultasikan melalui r
tabel.
Namun, sebelum itu
dihitung terlebih dahulu derajat bebasnya (degree of freedom). Karena jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 36, maka df nya adalah (36 – 2 = 34) jika pada taraf signifikan 5% berarti df sebesar 0.339 sedangkan pada taraf 1% df sebesar 0.436, kriteria pengajuan adalah jika r
hitung
> dari r
tabel
maka korelasi dianggap signifikan atau H0 ditolak dan Ha diterima, namun jika hasil r hitung < dari r tabel maka korelasi tidak signifikan atau H0 diterima Ha ditolak. Ternyata nilai r
hitung
sebesar 0.6069 yaitu lebih besar dari r
tabel,
sehingga
dapat disimpulkan korelasi dianggap signifikan atau H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya, jika Ha diterima maka terdapat hubungan positif antara kewibawaan kepala sekolah dengan disiplin kerja guru. Setelah memberikan interpretasi secara kasar dan sederhana. Langkah selanjutnya yakni mencari beberapa kontribusi yang diberikan variabel X dan variabel Y, dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut: KD
= r2 x 100% = 0.606959632 x 100% = 36.83 % Dari penghitungan koefisien di atas sebesar 36.83%. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel X (Kewibawaan Kepala sekolah) mempengaruhi dan memberi kontribusi variabel Y (Disiplin Kerja Guru) sebesar 36.83%. Adapun sisanya sebesar 63,17% adalah dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi variabel Y (Disiplin Kerja Guru). Dengan demikian, kesimpulan yang dapat ditarik adalah tinggi rendahnya disiplin guru yang diterapkan dipengaruhi oleh sikap kewibawaan kepala sekolah dalam kepemimpinannya di sekolah. Sehingga
80
semakin tinggi kewibawaan yang dimiliki kepala sekolah semakin tinggi pula disiplin guru bahkan sebaliknya.
E. Pembahasan Telah diketahui di atas bahwa penghitungan korelasi product moment antara variabel X (kewibawaan kepala sekolah) dan variabel Y (disiplin kerja guru) di SMK Triguna Utama adalah diterimanya hipotesis alternatif (Ha). Dengan demikian, terdapat korelasi yang signifikan antara kewibawaan kepala sekolah dengan disiplin kerja guru SMK Triguna Utama. Berdasarkan penghitungan kofisien korelasi (r) sebesar 0.424 pada signifikansi 5 % sebesar 0.329 ini berarti rhitung ˃ rtabel yang artinya hubungan antara kewibawaan kepala sekolah dengan disiplin kerja guru dalam kategori rendah. Adapun kontribusi yang diberikan oleh variabel kewibawaan kepala sekolah terhadap disiplin kerja guru adalah 36.83% dan sisanya sebesar 63.17%. hal ini menunjukkan bahwa kewibawaan kepala sekolah memberi pengaruh terhadap disiplin kerja guru sebanyak 36.83%. sedangkan sisanya 63.17% adalah hal-hal lain yang memengaruhi disiplin guru. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa kewibawaan kepala sekolah memiliki peranan penting dalam membangun disiplin kerja guru, sehingga faktor kewibawaan kepala sekolah disarankan untuk tidak diremehkan. Mengingat dari pembahasan di atas menunjukkan bahwa korelasi yang diberikan termasuk dalam kategori sedang. Artinya, kemampuan seorang kepala sekolah dalam mempimpin bawahannya diperlukan adanya wibawa. Dengan kewibawaan menjadi salah satu upaya yang mampu mendisiplinkan guru. Sehingga, tercipta suasana belajar yang tertib, teratur, dan terkontrol. Jika kedua faktor ini berjalan dengan baik dan harmonis tidak menutup kemungkinan para peserta didik pun akan ikut mendukung kedisiplinan sekolah. Karena, warga sekolah yang berperan penting seperti kepala sekolah dan guru berdisiplin maka peserta didik akan merasa termotivasi untuk bersikap disiplin.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah : 1. Kewibawaan kepala sekolah termasuk dalam kategori sedang. 2. Disiplin guru di SMK Triguna Utama termasuk dalam kategori sedang. 3. Pengujian hipotesis menyatakan bahwa terdapat korelasi posistif dan signifikan terhadap kewibawaan kepala sekolah dan disiplin guru SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang. Hasil presentase yang ditunjukkan dari kontribusi kewibawaan kepala sekolah terhadap disiplin guru sebesar 36.83% dan sisanya sebesar 63.17% merupakan faktor dari luar kewibawaan kepala sekolah itu sendiri, misalnya fakor kompensasi rendah, peraturan yang tidak dijalankan, pribadi guru yang tidak baik, dan lingkungan masyarakat.
84
85
B. Saran-saran Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran kepada pihak yang bersangkutan, yaitu: 1. Kepala sekolah diharapkan terus memotivasi guru untuk bertindak disiplin dengan pengawasan yang lebih intens, agar tingkat kedisiplinan guru semakin meningkat. 2. Kepala sekolah diharapkan untuk bertindak tegas dalam menghadapi permasalahan disiplin guru, karena imbasnya akan ada penurunan suasana pembelajaran. 3. Hendaknya guru senantiasa selalu mematuhi peraturan sekolah. Sehingga akan tercipta suasana belajar yang nyaman dan kelak akan meningkatkan hasil belajar bagi peserta didik SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang. 4. Meskipun hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang positif, namun perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai korelasi kewibawaan kepala sekolah dengan disiplin guru atau yang berhubungan dengan variabel lain.
86
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Cet Ke- 2. 2007. Ali, Nashir. Dasar-dasar Ilmu Mendidik: 100 Soal Pokok Pendidikan. Kalam Mulia. Cet Ke-IV. 1993. Artomo. Displin Pribadi Menaati Peraturan dan Larangan Melaksanakan Tugas dan Kewajiban Tanpa Memikirkan Hukuman ataupun Penghargaan yang akan diberikan. Jakarta: Perpustakaan Nasional. 2002. Departemen
Agama.
Wawasan
dan
Tugas
Guru
dan
Tenaga
Kependidikan.(Direktrorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam._____). Departemen Agama. Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan. Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. 2005. Echols, Jhon M. dan Hassan Shadily. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT Gramedia, Cet Ke-XXVIII. 2006. Fathoni, Abdurrahmat Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2006. Hamalik, Oemar. Pendidikan Guru berdasarkan Pendekatan Kompetensi.Jakarta: PT Bumi Aksara. Cet Ke-1. 2002. Hasim, Abdul. Landasan Pendidikan: Menjadi Guru yang Baik. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. Cet Ke-1. 2010. Imron, Ali. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. Cet Ke- 1. 1995.
87
Indrakusuma,
Amir
Daien.
Pengantar
Ilmu
Pendidikan.
2012.
(www.blogspot.com) Jackson, Karl D. Kewibawaan Tradisonal Islam dan Pemberontakan. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti. 1990. Karesipena, Ja’cuba. Mitos, Kewibawaan, dan Perilaku Budaya. Jakarta: PT Pustaka Grafika Kita. 1988. Kartono, Kartini. Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis, Bandung: Mandar Maju.
.
Koentjaraningrat. Aneka Pemikiran Tentang Kuasa dan Wibawa. Jakarta: Sinar Harapan. Cet Ke-II. 1986. Maesaroh, Nani, “Disiplin Kerja Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran Di MAN 2 Kota Bekasi”, Skripsi, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), , tidak dipublikasikan. Marbun, Kamus Manajemen. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, Cet Ke-II. 2002. Nasution, S. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Cet Ke- II., 1995 . Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT. Remaja Rosydakarya. Cet. Ke-19. 2009. Ronda, Daniel. Kepemimpinan dan Kewibawaan. 2012. (www.blogspot.com) Siagian, Sondang P. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Ed, ke-2. Cet Ke- 15. 2008. Soetopo, Hendiyat. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT Bina Aksara. Cet Ke-II., hal 19. 1988. Syafaruddin. Kepemimpinan Pendidikan. Ciputat: Quantum Teaching. Cet Ke-1. 2010
88
Tim FISIP-UT. Kepemimpinan. Jakarta: Universitas Terbuka. Cet Ke-1. 2005. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka. cet ke-1. 1988. Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional. Cet Ke-4. 2007. Tim Peyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesi. Jakarta: Balai Pustaka. Cet. Ke-II. 2002. Tu’u, Tulus. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT Grasindo. 2004. Undang-undang R.I Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Surabaya: Kesindo Utama. 2009. Usman, Husaini. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Ed. III. Cet Ke-II. 2010. Wahab,
Abdul.
Kepemimpinan
Pendidikan
dan
Kecerdasan
Spiritual.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Cet Ke-1. 2011. Wahjosimidjo.
Kepemimpinan
Kepala
Sekolah
Tinjauan
Teoritik
dan
Permasalahannya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Cet ke-7. 2010. Wahjosumijdo. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Cet Ke- . 1986. Wahyudi. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar. Bandung: Alfabeta. Cet ke-1. 2009.
89
LAMPIRAN-LAMPIRAN
90
Lampiran 1 Angket Penelitian Sebelum Uji Validitas ANGKET PENELITIAN
Kepada Yth Bapak/Ibu Guru Di Tempat Dalam rangka penyelesaian laporan penelitian ini, penulis sangat mengaharapkan bantuan Bapak/Ibu untuk menjawab pernyataan dalam angket ini secara objektif sesuai kenyataan di lapangan. Tujuan penyebaran angket ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang kewibawaan kepala sekolah dan disiplin guru di SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang, dengan judul penelitian “ Korelasi antara Kewibawaan Kepala Sekolah dengan Disiplin Kerja Guru di SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang”. Data yang Bapak/Ibu berikan semata-mata hanya digunakan untuk penelitian dan tidak ada hubungannya dengan nama baik atau hal-hal yang dapat merugikan berkenaan dengan tugas Bapak/Ibu. Atas bantuan dan partisipasinya, Saya ucapkan terima kasih.
91
A. Identitas Responden Jenis Kelamin
:
Pendidikan Terakhir
:
Masa Kerja
:
Mata Pelajaran yang Diajarkan
:
B. Petunjuk Pengisian Angket Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan pengalaman Bapak/Ibu mengenai Kewibawaan Kepala Sekolah dan disiplin dengan ketentuan sebagai berikut: Alternatif Jawaban SL
: Selalu
SR
: Sering
KK
: Kadang-kadang
TP
: Tidak Pernah
A. Kewibawaan Kepala Sekolah No. 1.
Pernyataan Kepala sekolah melakukan pengawasan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai peraturan.
2.
Kepala sekolah mengontrol penyesuaian materi pelajaran setiap guru.
3.
Dalam setiap semester, kepala sekolah hanya mengontrol satu kali penyusunan RPP guru.
4.
Kepala sekolah tidak sempat mengawasi laporan evaluasi guru.
5.
Meskipun sibuk, kepala sekolah masih mengontrol perekapan laporan evaluasi guru.
6.
Kepala sekolah mengontrol intensitas pelaksanaan pembelajaran di kelas.
SL
SR
KK
TP
92
7.
Ketika
terdapat
kekurangan,
kepala
sekolah
melakukan pembinaan terhadap guru-guru. 8.
Selain tidak melakukan pembinaan, kepala sekolah tidak juga memberikan penilaian.
9.
Kepala sekolah menegur dengan cara yang kasar.
10.
Kepala sekolah melakukan tindakan peneguran jika terjadi penyimpangan.
11.
Kepala sekolah bersedia memberi alasan jika terdapat guru melakukan penyimpangan.
12.
Kepala sekolah menegur kesalahan guru dengan alasan yang tidak tepat.
13.
Saya merasa terpaksa diperintah walaupun sesuai dengan apa yang menjadi tanggung jawab Saya.
14.
Kepala
sekolah
melarang
apa
yang menjadi
tanggung jawab Saya. 15.
Kepala sekolah sangat menonjolkan sikap eksklusif.
16.
Kepala
sekolah
menunjukkan
sikap
integritas
dengan sederhana. 17.
Kepala sekolah bersikap jujur di lingkungan sekolah.
18.
Kepala sekolah menerapkan sikap kejujuran hanya di sekolah.
19.
Kepala
sekolah
memberi
nasehat
jika
Saya
melanggar. 20.
Kepala sekolah menegur dengan kasar dan tegas ketika terjadi permasalahan.
21.
Kepala sekolah mengahadapi permasalahan dengan tindakan yang tepat.
22.
Saya takut kepada kepala sekolah.
23.
Kepala sekolah memang pantas disegani.
93
24.
Kepala sekolah bersikap sabar ketika Saya tidak memperbaiki kesalahan.
25.
Ketika kepala sekolah memberi perintah, Saya langsung mengerjakannya.
26.
Saya hanya takut ketika di depan kepala sekolah.
27.
Kepala sekolah tidak memberikan Saya kebebasan untuk mengambil keputusan sendiri.
28.
Kepala
sekolah
memiliki
kompetensi
dalam
kepemimpinan pendidikan. 29.
Saya merasa segan dengan kepala sekolah.
30.
Kepala sekolah merupakan sosok teladan setiap saat.
31.
Saya memberikan umpan balik kepada kepala sekolah saat rapat.
32.
Kepala sekolah berkontribusi memberi pendapat saat rapat.
33.
Kepala sekolah memimpin rapat dengan kondusif.
34.
Kepala sekolah menunjukkan sikap integritas tinggi di sekolah.
35.
Kepala sekolah tidak tegas dalam menghadapi permasalahan di sekolah.
36.
Kepala sekolah menetapkan sanksi-sanksi bagi guru yang melangar peraturan.
37.
Saya menghormati kepala sekolah.
38.
Saya merasa terpaksa
ketika kepala sekolah
memberi perintah. 39.
Kepala sekolah menunjukkan keselarasan antara perkataan dan perbuatan.
40.
Dalam kesehariannya, kepala sekolah berperilaku terpuji dalam pergaulan.
41.
Dalam berbicara kepala sekolah menggunakan gaya
94
bahasa yang baik dan sopan.
B. Disiplin Kerja Guru No.
Pernyataan
1.
Saya datang ke sekolah jam 07:46 WIB.
2.
Saya memulai pelajaran sesuai dengan waktu yang ditentukan.
3.
Saya mengakhiri pelajaran tepat waktu bel berbunyi.
4.
Saya suka keluar meninggalkan kelas pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
5.
Saya melebihi waktu beberapa menit saat bel istirahat sudah berbunyi.
6.
Menurut Saya mengkondisikan siswa itu tidak penting.
7.
Sebelum memulai pelajaran Saya membiarkan siswa mengobrol dahulu.
8.
Selain pembelajaran, Saya juga melaksanakan kegiatan administratif sesuai jadwal.
9.
Menurut Saya, mengumpulkan soal ujian tidak perlu dijadwalkan.
10.
Selain datang tepat waktu, Saya juga mengisi daftar hadir sesuai dengan kedatangan real.
11.
Saya memanipulasi kedatangan real di dalam daftar hadir.
12.
Saya mengikuti upacara bendera setiap hari senin.
13.
Saya membuat perencanaan pengajaran pada awal semester.
SL
SR
KK
TP
95
14.
Saya
membuat
satpel/Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran dalam setiap pertemuan di kelas. 15.
Saya merencanakan metode mengajar sesuai dengan pokok materi.
16.
Dalam mengajar Saya tidak pernah menggunakan strategi pembelajaran.
17.
Saya senang menggunakan metode ceramah dalam setiap pembelajaran.
18.
Saya
memberikan
tugas
kepada
siswa
yang
menuntut kreativitas. 19.
Saya menyediakan alat belajar yang sama dalam proses pembelajaran.
20.
Saya memberikan umpan balik kepada siswa dalam proses pembelajaran.
21.
Saya melakukan apersepsi terlebih dahulu sebelum menyampaikan materi pelajaran.
22.
Saya memberikan pretest kepada siswa sebelum menyampaikan materi pelajaran yang baru.
23.
Saya
menyediakan
program
penilaian
yang
memungkinkan semua siswa mampu untuk unjuk kemampuannya sebagai hasil belajar. 24.
Saya membedakan program penilaian siswa sesuai tingkat kemampuan siswa.
25.
Saya memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca materi yang akan dijelaskan.
26.
Saya bertindak arif dalam mengahadapi perbedaan daya serap dan tingkat kecerdasan setiap murid.
27.
Ketika ada siswa yang tidak cepat menyerap materi pembelajaran Saya kesal dan memarahinya.
28.
Saya senantiasa menciptakan suasana kondusif,
96
sehingga siswa tidak pernah takut gagal/susah pada saat belajar. 29.
Di dalam kelas, Saya mencoba tidak mengungkit permasalahan yang dihadapi siswa.
30.
Terdapat materi pelajaran yang tidak selesai dalam setiap semester.
31.
Berusaha menuntaskan materi pelajaran dalam setiap pertemuan.
32.
Sebagian besar siswa melaksanakan remedial pada tiap semester.
33.
Setiap hasil evaluasi semester prestasi siswa meningkat.
34.
Saya mengenakan pakaian yang berlebihan.
35.
Saya sangat menjaga penampilan dengan mengganti pakaian setiap hari.
36.
Saya mengajarkan siswa apa yang tidak patut dicontoh.
37.
Saya mematuhi kode etik sebagai seorang guru yang baik.
38.
Berpakaian rapih untuk menunjang penampilan sebagai pendidik yang menjadi teladan.
39.
Memiliki stabilitas emosi dalam berinteraksi di kelas maupun di luar kelas.
40.
Saya tidak memperhatikan evaluasi yang bersifat normatif.
41.
Kesuaian pencapaian hasil belajar dengan target yang diharapkan.
97
Lampiran 2 Angket Penelitian Setelah Uji Validitas ANGKET PENELITIAN
Kepada Yth Bapak/Ibu Guru Di Tempat Dalam
rangka
penyelesaian
laporan
penelitian
ini,
penulis
sangat
mengaharapkan bantuan Bapak/Ibu untuk menjawab pernyataan dalam angket ini secara objektif sesuai kenyataan di lapangan. Tujuan penyebaran angket ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang kewibawaan kepala sekolah dan disiplin guru di SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang, dengan judul penelitian “ Korelasi antara Kewibawaan Kepala Sekolah Dengan Disiplin Kerja Guru di SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang”. Data yang Bapak/Ibu berikan semata-mata hanya digunakan untuk penelitian dan tidak ada hubungannya dengan nama baik atau hal-hal yang dapat merugikan berkenaan dengan tugas Bapak/Ibu. Atas bantuan dan partisipasinya, Saya ucapkan terima kasih.
98
C. Identitas Responden Jenis Kelamin
:
Pendidikan Terakhir
:
Masa Kerja
:
Mata Pelajaran yang Diajarkan
:
D. Petunjuk Pengisian Angket Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan pengalaman Bapak/Ibu mengenai Kewibawaan Kepala Sekolah dan disiplin dengan ketentuan sebagai berikut: Alternatif Jawaban SL
: Selalu
SR
: Sering
KK
: Kadang-kadang
TP
: Tidak Pernah
C. Kewibawaan Kepala Sekolah No. 1.
Pernyataan
SL
Kepala sekolah melakukan pengawasan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai peraturan.
2.
Kepala sekolah mengontrol penyesuaian materi pelajaran setiap guru.
3.
Dalam setiap semester, kepala sekolah hanya mengontrol satu kali penyusunan RPP guru.
4.
Kepala sekolah tidak sempat mengawasi laporan evaluasi guru.
5.
Ketika
terdapat
kekurangan,
kepala
sekolah
melakukan pembinaan terhadap guru-guru. 6.
Kepala sekolah menegur dengan cara yang kasar.
7.
Kepala sekolah melakukan tindakan peneguran jika
SR
KK
TP
99
terjadi penyimpangan. 8.
Kepala sekolah bersedia memberi alasan jika terdapat guru melakukan penyimpangan.
9.
Kepala sekolah menegur kesalahan guru dengan alasan yang tidak tepat.
10.
Saya merasa terpaksa diperintah walaupun sesuai dengan apa yang menjadi tanggung jawab Saya.
11.
Kepala sekolah sangat menonjolkan sikap eksklusif.
12.
Kepala sekolah bersikap jujur di lingkungan sekolah.
13.
Kepala sekolah menerapkan sikap kejujuran hanya di sekolah.
14.
Kepala sekolah menegur dengan kasar dan tegas ketika terjadi permasalahan.
15.
Kepala sekolah mengahadapi permasalahan dengan tindakan yang tepat.
16.
Saya takut kepada kepala sekolah.
17.
Kepala sekolah bersikap sabar ketika Saya tidak memperbaiki kesalahan.
18.
Ketika kepala sekolah memberi perintah, Saya langsung mengerjakannya.
19.
Kepala sekolah tidak memberikan Saya kebebasan untuk mengambil keputusan sendiri.
20.
Kepala
sekolah
memiliki
kompetensi
dalam
kepemimpinan pendidikan. 21.
Saya merasa segan dengan kepala sekolah.
22.
Kepala sekolah merupakan sosok teladan setiap saat.
23.
Kepala sekolah berkontribusi memberi pendapat saat rapat.
24.
Kepala sekolah memimpin rapat dengan kondusif.
100
25.
Kepala sekolah menunjukkan sikap integritas tinggi di sekolah.
26.
Kepala sekolah tidak tegas dalam menghadapi permasalahan di sekolah.
27.
Kepala sekolah menetapkan sanksi-sanksi bagi guru yang melangar peraturan.
28.
Saya menghormati kepala sekolah.
29.
Saya merasa terpaksa
ketika kepala sekolah
memberi perintah. 30.
Kepala sekolah menunjukkan keselarasan antara perkataan dan perbuatan.
31.
Dalam kesehariannya, kepala sekolah berperilaku terpuji dalam pergaulan.
32.
Dalam berbicara kepala sekolah menggunakan gaya bahasa yang baik dan sopan.
D. Disiplin Kerja Guru No. 1.
Pernyataan Waktu yang diberikan untuk mata pelajaran Saya masih kurang.
2.
Saya memulai pelajaran sesuai dengan waktu yang ditentukan.
3.
Saya langsung bergegas masuk ke kelas kettika bel masuk berbunyi.
4.
Saya suka keluar meninggalkan kelas pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
5.
Saya masih kesulitan dalam mengatur siswa saat
SL
SR
KK
TP
101
belajar. 6.
Terlalu banyak siswa di kelas sehingga sulit untuk dikondisikan.
7.
Saya membuat soal-soal berdasarkan kemampuan siswa.
8.
Selain pembelajaran, Saya juga melaksanakan kegiatan administratif sesuai jadwal.
9.
Menurut Saya, mengumpulkan soal ujian tidak perlu dijadwalkan.
10.
Selain datang tepat waktu, Saya juga mengisi daftar hadir sesuai dengan kedatangan real.
11.
Guru-guru
lebih
baik
membedakan
program
penilaian sesuai tingkat kemampuan siswa. 12.
Saya membuat perencanaan pengajaran pada awal semester.
13.
Saya
membuat
satpel/Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran dalam setiap pertemuan di kelas. 14.
Saya merencanakan metode mengajar sesuai dengan pokok materi.
15.
Dalam mengajar Saya tidak pernah menggunakan strategi pembelajaran.
16.
Saya senang menggunakan metode ceramah dalam setiap pembelajaran.
17.
Saya
memberikan
tugas
kepada
siswa
yang
menuntut kreativitas. 18.
Saya menyediakan alat belajar yang sama dalam proses pembelajaran.
19.
Saya memakai pakaian yang sama selama 2 hari.
20.
Saya melakukan apersepsi terlebih dahulu sebelum menyampaikan materi pelajaran.
102
21.
Saya memberikan pretest kepada siswa sebelum menyampaikan materi pelajaran yang baru.
22.
Saya kurang mampu menyelaraskan pakaian yang Saya kenakan.
23.
Saya menghindari kotoran-kotoran
yang akan
menodai pakaian Saya. 24.
Saya memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca materi yang akan dijelaskan.
25.
Saya bertindak arif dalam mengahadapi perbedaan daya serap dan tingkat kecerdasan setiap murid.
26.
Ketika ada siswa yang tidak cepat menyerap materi pembelajaran Saya kesal dan memarahinya.
27.
Saya senantiasa menciptakan suasana kondusif, sehingga siswa tidak pernah takut gagal/susah pada saat belajar.
28.
Di dalam kelas, Saya mencoba tidak mengungkit permasalahan yang dihadapi siswa.
29.
Saya suka mengantuk saat mengajar.
30.
Berusaha menuntaskan materi pelajaran dalam setiap pertemuan.
31.
Sebagian besar siswa melaksanakan remedial pada tiap semester.
32.
Setiap hasil evaluasi semester prestasi siswa meningkat.
33.
Siswa yang sulit diatur patut dimarahi.
34.
Saya memukul siswa untuk sebagai pelajaran.
35.
Banyak siswa yang tidak sopan terhadap Saya.
36.
Memiliki stabilitas emosi dalam berinteraksi di kelas maupun di luar kelas.
37.
Saya tidak memperhatikan evaluasi yang bersifat
103
normatif.
38.
Kesuaian pencapaian hasil belajar dengan target yang diharapkan.
104
Lampiran 3 Pernyataan Positif dan Negatif pada Angket Kewibawaan Kepala Sekolah (Variabel X)
No. 1
2 3 4 5 6 7 8 9
Pernyataan Positif Kepala sekolah melakukan pengawasan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai peraturan. Kepala sekolah mengontrol penyesuaian materi pelajaran setiap guru. Ketika terdapat kekurangan, kepala sekolah melakukan pembinaan terhadap guru-guru. Kepala sekolah melakukan tindakan peneguran jika terjadi penyimpangan. Kepala sekolah bersedia memberi alasan jika terdapat guru melakukan penyimpangan. Kepala sekolah bersikap jujur di lingkungan sekolah. Kepala sekolah menghadapi permasalahan dengan tindakan yang tepat. Ketika kepala sekolah memberi perintah, Saya langsung mengerjakannya. Kepala sekolah memiliki kompetensi dalam kepemimpinan pendidikan.
10
Saya merasa segan dengan kepala sekolah.
11
Kepala sekolah merupakan sosok teladan setiap saat.
12
Kepala sekolah berkontribusi memberi pendapat saat rapat.
13
Kepala sekolah memimpin rapat dengan kondusif.
14
Kepala sekolah menunjukkan sikap integritas tinggi di sekolah.
15
Kepala sekolah menetapkan sanksi-sanksi bagi guru yang melangar peraturan.
16
Saya menghormati kepala sekolah.
17
Kepala
sekolah
menunjukkan
perkataan dan perbuatan.
keselarasan
antara
105
18
Dalam kesehariannya, kepala sekolah berperilaku terpuji dalam pergaulan.
19
Dalam berbicara kepala sekolah menggunakan gaya bahasa yang baik dan sopan.
No.
Pernyataan Negatif
1
Dalam setiap semester, kepala sekolah hanya mengontrol satu kali penyusunan RPP guru.
2
Kepala sekolah tidak sempat mengawasi laporan evaluasi guru.
3
Kepala sekolah menegur dengan cara yang kasar.
4
Kepala sekolah menegur kesalahan guru dengan alasan yang tidak tepat.
5
Saya merasa terpaksa diperintah walaupun sesuai dengan apa yang menjadi tanggung jawab Saya.
6
Kepala sekolah sangat menonjolkan sikap eksklusif.
7
Kepala sekolah menerapkan sikap kejujuran hanya di sekolah.
8
Kepala sekolah menegur dengan kasar dan tegas ketika terjadi permasalahan.
9
Saya takut kepada kepala sekolah.
10
Kepala sekolah bersikap sabar ketika Saya tidak memperbaiki kesalahan.
11
Kepala sekolah tidak memberikan Saya kebebasan untuk mengambil keputusan sendiri.
12
Kepala
sekolah
tidak
tegas
dalam
menghadapi
permasalahan di sekolah. 13
Saya merasa terpaksa ketika kepala sekolah memberi perintah.
106
Lampiran 4 Pernyataan Positif dan Negatif pada Angket Disiplin Kerja Guru (Variabel Y)
No. 1
Pernyataan Positif Saya memulai pelajaran sesuai dengan waktu yang ditentukan.
2
Saya langsung bergegas masuk ke kelas kettika bel masuk berbunyi.
3
Saya masih kesulitan dalam mengatur siswa saat belajar.
4
Terlalu banyak siswa di kelas sehingga sulit untuk dikondisikan.
5
Saya membuat soal-soal berdasarkan kemampuan siswa.
6
Selain pembelajaran, Saya juga melaksanakan kegiatan administratif sesuai jadwal.
7 8
Selain datang tepat waktu, Saya juga mengisi daftar hadir sesuai dengan kedatangan real. Saya membuat perencanaan pengajaran pada awal semester.
9
Saya
membuat
satpel/Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran dalam setiap pertemuan di kelas. 10
Saya merencanakan metode mengajar sesuai dengan pokok materi.
11
Saya memberikan tugas kepada siswa yang menuntut kreativitas.
12
Saya melakukan apersepsi terlebih dahulu sebelum menyampaikan materi pelajaran.
13
Saya
memberikan
pretest
kepada
siswa
sebelum
menyampaikan materi pelajaran yang baru. 14
Saya menghindari kotoran-kotoran yang akan menodai pakaian Saya.
107
15
Saya memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca materi yang akan dijelaskan.
16
Saya bertindak arif dalam mengahadapi perbedaan daya serap dan tingkat kecerdasan setiap murid.
17
Saya senantiasa menciptakan suasana kondusif, sehingga siswa tidak pernah takut gagal/susah pada saat belajar.
18
Di dalam kelas, Saya mencoba tidak mengungkit permasalahan yang dihadapi siswa.
19
Berusaha menuntaskan materi pelajaran dalam setiap pertemuan.
20
Setiap hasil evaluasi semester prestasi siswa meningkat.
21
Saya memukul siswa untuk sebagai pelajaran.
22
Memiliki stabilitas emosi dalam berinteraksi di kelas maupun di luar kelas.
23
Kesuaian pencapaian hasil belajar dengan target yang diharapkan.
No.
Pernyataan Negatif
1
Waktu yang diberikan untuk mata pelajaran Saya masih kurang.
2
Saya suka keluar meninggalkan kelas pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
3
Menurut Saya, mengumpulkan soal ujian tidak perlu dijadwalkan.
4
Guru-guru lebih baik membedakan program penilaian sesuai tingkat kemampuan siswa.
5
Dalam mengajar Saya tidak pernah menggunakan strategi pembelajaran.
6
Saya senang menggunakan metode ceramah dalam setiap pembelajaran.
7
Saya menyediakan alat belajar yang sama dalam proses
108
pembelajaran. 8
Saya memakai pakaian yang sama selama 2 hari.
9
Saya kurang mampu menyelaraskan pakaian yang Saya kenakan.
10
Ketika ada siswa yang tidak cepat menyerap materi pembelajaran Saya kesal dan memarahinya.
11
Saya suka mengantuk saat mengajar.
12
Sebagian besar siswa melaksanakan remedial pada tiap semester.
13
Siswa yang sulit diatur patut dimarahi.
14
Banyak siswa yang tidak sopan terhadap Saya.
15
Saya tidak memperhatikan evaluasi yang bersifat normatif.
109
Lampiran 7 Langkah-langkah Perhitungan Uji Validitas Variabel Kewibawaan Kepala Sekolah (X)
BUTIR 1 No Res
X
Y
3
138
1
3
128
3
132
2 3
2
97
3
91
2
84
4 5 6
3
85
3
104
7 8
2
96
3
94
9 10
3 2
94
2
76
12 13
2
88
4
131
14 15 40
Y2
XY
9
19044
414
9
16384
384
9
17424
396
4
9409
197
9
8281
273
4
7056
168
9
7225
255
9
10816
312
4
9216
192
9
8836
282
9
6400
240
4
8836
188
4
5776
152
4
7744
176
16 112
17161 140564
524 4153
80
11
X2
1518
1. Kolom ΣX
= Jumlah skor tiap butir
2. Kolom ΣX²
= Jumlah kuadrat skor tiap butir
3. Kolom ΣY
= Jumlah skor tiap butir
4. Kolom ΣY²
= Jumlah kuadrat skor tiap butir
110
5. Kolom ΣXY = Jumlah hasil kali skor tiap butir dengan skor total 6. Contoh pada pernyataan ke-1. Diketahui: ΣX = 40
ΣY = 1518
ΣXY = 4153 ΣX² = 112
ΣY² = 140564
N = 15 Perhitungan: Gunakan rumus product moment Karl Pearson
rxy =
rxy =
rxy =
rxy =
N
N X
2
XY ( X ) Y
X
2
N Y
2
Y
2
2
15 ( 4153 ) ( 40 )( 1518 )
15 (112 ) ( 40 ) 15 (140564 2
62295
1680
1600
80 195864
60720
2108460
51575
) (1518
=
2304324
51575
=
15669
51575 125 . 1
rxy = 0,571 7. Kolom kriteria lihat di rtabel 8. Kolom status Suatu butir dinyatakan valid apabila memiliki rbutir = 0,514 atau lebih jika respondennya 15 dan bila nilainya kurang dari 0,514 maka butir soal tersebut dinyatakan drop. Pada butir soal 1 lebih dari rbutir = 0,571 maka butir soal tersebut dinyatakan valid.
111
Lampiran 8 Langkah-langkah Perhitungan Uji Validitas Variabel Disiplin Kerja Guru (Y)
BUTIR 1 No Res
X
Y
3
107
1
1
109
4
89
2 3
4
100
3
80
2
77
4 5 6
3
75
4
71
7 8
3
76
2
63
9 10
1 2
71
4
95
12 13
4
91
4
106
14 15 44
Y2
XY
9
11449
321
1
11881
109
16
7921
356
16
10000
400
9
6400
240
4
5929
154
9
5625
225
16
5041
284
9
5776
228
4
3969
126
1
6084
78
4
5041
142
16
9025
380
16
8281
364
16 146
11236 113658
424 3831
78
11
X2
1288
1. Kolom ΣX
= Jumlah skor tiap butir
2. Kolom ΣX²
= Jumlah kuadrat skor tiap butir
3. Kolom ΣY
= Jumlah skor tiap butir
4. Kolom ΣY²
= Jumlah kuadrat skor tiap butir
112
5. Kolom ΣXY = Jumlah hasil kali skor tiap butir dengan skor total 6. Contoh pada pernyataan ke-15. Diketahui: ΣX = 44
ΣY = 1288
ΣXY = 3831 ΣX² = 146
ΣY² = 113658
N = 15 Perhitungan: Gunakan rumus product moment Karl Pearson
rxy =
rxy =
rxy =
rxy =
N
N X
2
XY ( X ) Y
X
2
N Y
2
Y
2
15 ( 3831 ) ( 44 )( 1288 )
15 (146 ) ( 44 ) 15 (113658 2
57465
2190
1936
254 45926
2
56672
1704870
793
) (1288 )
1658944
793
=
11665
=
793 108
rxy = 0,232 7. Kolom kriteria lihat di rtabel 8. Kolom status Suatu butir dinyatakan valid apabila memiliki rbutir = 0,514 atau lebih jika respondennya 15 dan bila nilainya kurang dari 0,514 maka butir soal tersebut dinyatakan drop. Pada butir soal nomor 1 dimana rbutir = 0,232 maka butir soal tersebut dinyatakan drop.
113
Lampiran 13 Proses Perhitungan standar deviasi, rata-rata, dan distribusi frekuensi pada Variabel X (Kewibawaan Kepala Sekolah) 1. Jumlah skor pada variabel X Hasil Skoring Angket Variabel X No
Jumlah Skoring Angket
Responden
Kewibawaan Kepala Sekolah
1
61
2
109
3
92
4
84
5
103
6
73
7
92
8
103
9
98
10
92
11
94
12
86
13
94
14
98
15
83
16
83
17
114
18
100
19
110
20
89
21
116
114
22
89
23
93
24
98
25
106
26
72
27
89
28
72
29
65
30
96
31
70
32
73
33
68
34
88
35
86
36
116
3249
2. Urutan data dari yang terkecil ke data yang terbesar. 61
84
93
106
65
86
94
109
68
86
94
110
70
88
96
114
72
89
98
116
72
89
98
116
73
89
98
73
92
100
83
92
103
83
92
103
115
Di ketahui : Yang terkecil
: 61
Yang terbesar
: 116
3. Mencari standar deviasi (simpangan baku)
No
Data (xi)
fi
Xi . fi
Xi2
Xi2 . fi
1
61
1
61
3721
3721
2
65
1
65
4225
4225
3
68
1
68
4624
4624
4
70
1
70
4900
4900
5
72
2
144
5184
10368
6
73
2
146
5329
10658
7
83
2
166
6889
13778
8
84
1
84
7086
7086
9
86
2
172
7396
14792
10
88
1
88
7744
7744
11
89
3
267
7921
23763
12
92
3
276
8464
25392
13
93
1
93
8649
8649
14
94
2
188
8836
17672
15
96
1
96
9216
9216
16
98
3
294
9604
28812
17
100
1
100
10000
10000
18
103
2
206
10609
21218
19
106
1
106
11236
11236
20
109
1
109
11881
11881
21
110
1
110
12100
12100
22
114
1
114
12996
12996
23
116
2
232
13456
26912
116
Jumlah
√
√
36
∑
(∑ )
(
(
) (
3255
292907
301743
)
(
) )
√
√
√
4. Rata-rata / mean kewibawaan kepala sekolah (Variabel X) dengan rumus sebagai berikut ̅
̅
5. Langkah dalam membuat distribusi frekuensi. 1. Menentukan r dengan rumus :
117
r = xn – xi = 116 – 61 = 55 2. Menentukan banyak kelas (k) K
= 1+3.322 log n
K
= 1+3.322 log 36
K
= 1+3.322 (1.5563)
K
= 6.726 dibulatkan 7
3. Menentukan panjang kelas (c)
No
Interval Kelas
Fi
Frekuensi
Batas
Batas
Relatif
bawah
Atas
1
61 – 68
3
8,3 %
60.5
68.5
2
69 – 76
5
14 %
68.5
76.5
3
77 – 86
5
13,8 %
76.5
86.5
4
87 – 94
10
28 %
86.5
94.5
5
95 – 102
5
13,8 %
94.5
102.5
6
103 – 110
5
13,8 %
102.5
110.5
7
111 – 118
3
8,3 %
110.5
118.5
36
100 %
Jumlah
118
Grafik Histogram Variabel X 12 10 8 6 4 2 0
49.5
56.6
63.5
70.5
77.5
84.5
90.5
119
Lampiran 14 Proses Perhitungan standar deviasi, rata-rata, dan distribusi frekuensi pada Variabel Y (Disiplin Kerja Guru)
1. Jumlah skor pada variabel Y Hasil Skoring Angket Variabel Y Nomor
Jumlah Skor
Responden
Angket Disiplin Kerja Guru
1
124
2
124
3
106
4
114
5
129
6
110
7
113
8
116
9
108
10
107
11
109
12
128
13
122
14
134
15
155
16
127
17
127
18
117
19
128
20
116
21
123
120
22
118
23
120
24
119
25
119
26
132
27
110
28
85
29
100
30
111
31
109
32
99
33
103
34
96
35
99
36
113
4170
2. Urutan data dari yang terkecil sampai yang terbesar. 85
109
118
128
96
110
119
128
99
110
119
129
99
111
120
132
100
113
122
134
103
113
123
155
106
114
124
107
116
124
108
116
127
109
117
127
121
Di ketahui : Yang terkecil
: 85
Yang terbesar
: 155
3. Mencari standar deviasi (simpangan baku) No
Data (xi)
fi
Xi . fi
Xi2
Xi2 . fi
1
85
1
85
7225
7225
2
96
1
96
9216
9216
3
99
2
198
9801
19602
4
100
1
100
10000
10000
5
103
1
103
10609
10609
6
106
1
106
11236
11236
7
107
1
107
11449
11449
8
108
1
108
11664
11664
9
109
2
218
11881
23762
10
110
2
220
12100
24200
11
111
1
111
12321
12321
12
113
2
226
12769
25538
13
114
1
114
12996
12996
14
116
2
232
13456
26912
15
117
1
117
13689
13689
16
118
1
118
13924
13924
17
119
2
238
14161
28322
18
120
1
120
14400
14400
19
122
1
122
14884
14884
20
123
1
123
15129
15129
21
124
2
248
15376
30752
22
127
2
254
16129
32258
23
128
2
256
16384
32768
122
24
129
1
129
16641
16641
25
132
1
132
17424
17424
26
134
1
134
17956
17956
27
155
1
155
24025
24025
36
4170
355181
488902
√
∑
(∑ )
( (
√
) (
)
(
) )
√
√
√
4. Mencari rata-rata/mean disiplin kerja guru (variabel Y) Dengan rumus sebagai berikut ̅
̅
5. Langkah dalam mencari disrtibusi frekuensi. 4.
Menentukan r dengan rumus : r = xn – xi = 155 – 85 = 70
5. Menentukan banyak kelas (k) K
= 1+3.322 log n
123
K
= 1+3.322 log 36
K
= 1+3.322 (1.5563)
K
= 6.726 dibulatkan 7
6. Menentukan panjang kelas (c)
Interval
No
f
Kelas
Frekuensi
Batas
Batas
Relatif
bawah
atas
1
85 94
1
3%
84.5
94.5
2
95 – 104
5
14%
94.5
104.5
3
105 – 114
10
28%
104.5
114.5
4
115 – 124
12
33%
114.5
124.5
5
125 – 134
7
19.4%
124.5
134.5
6
135 144
0
0%
134.5
144.5
7
145 154
0
0%
144.5
154.5
8
155 164
1
2.7%
154.5
164.5
36
100%
Jumlah
Grafik Hitrogram Variabel Y 14 12 10 8 6 4 2 0
49.5
56.6
63.5
70.5
77.5
84.5
90.5
124
Lampiran 15 Langkah uji normalitas data variabel X dengan menggunakan teknik uji Lillifors 1. Buat tabel distribusi frekuensi data tunggal dengan urutan kecil ke besar. 2. Tentukan nilai z dengan rumus :
̅
3. Tentukan besar peluang masing-masing nilai z berdasarkan tabel z yang disebut F(z). Catatan :
Jika z + maka F(z) = 0.5 + ztabel
Jika – z (z negatif) maka F(z) = 1- (0.5 + z tabel)
4. Hitunglah frekuensi kumulatif dari masing-masing nilai z yang disebut S(z). ( )
( )
( )
5. Tentukan nilai Lhitung = F(z) S(z) dan bandingkan dengan nilai tabel lillifors.
125
No
xi
F
fkb
̅
S
Zi
F(z)
S(z)
F(z) – s(z)
1
61
1
1
90.41
14.58
- 2.01
0.0222
0.0277
0.0355
2
65
1
2
90.41
14.58
- 1.74
0.0409
0.0555
0.0146
3
68
1
3
90.41
14.58
- 1.53
0.0630
0.0833
0.0203
4
70
1
4
90.41
14.58
- 1.39
0.0823
0.1111
0.0288
5
72
2
6
90.41
14.58
- 1.26
0.1036
0.1666
0.063
6
73
2
8
90.41
14.58
- 1.19
0.1170
0.2222
0.1052
7
83
2
10
90.41
14.58
- 0.50
0.3085
0.2777
0.0308
8
84
1
11
90.41
14.58
- 0.43
0.3336
0.3055
0.0281
9
86
2
13
90.41
14.58
- 0.30
0.3821
0.3611
0.021
10
88
1
14
90.41
14.58
- 0.16
0.4364
0.3888
0.0476
11
89
3
17
90.41
14.58
- 0.09
0.4641
0.4722
0.0381
12
92
3
20
90.41
14.58
0.10
0.5398
0.5555
0.0157
13
93
1
21
90.41
14.58
0.17
0.5675
0.5833
0.0158
14
94
2
23
90.41
14.58
0.24
0.5948
0.6388
0.044
15
96
1
24
90.41
14.58
0.38
0.6480
0.6666
0.0186
16
98
3
27
90.41
14.58
0.52
0.6985
0.75
0.0515
17
100
1
28
90.41
14.58
0.65
0.7422
0.7777
0.0355
18
103
2
30
90.41
14.58
0.86
0.8051
0.8333
0.0282
19
106
1
31
90.41
14.58
1.06
0.8554
0.8611
0.0357
20
109
1
32
90.41
14.58
1.27
0.8980
0.8888
0.0392
21
110
1
33
90.41
14.58
1.34
0.9099
0.9166
0.0367
22
114
1
34
90.41
14.58
1.61
0.9463
0.9444
0.0319
23
116
2
36
90.41
14.58
1.75
0.9599
1
0.0401
Berdasarkan tabel diperoleh harga Lo = 0.1052 Harga Ltabel = 0.148 (0.886 : √36) Keterangan : Lo ≤ Lt Kesimpulan : data kewibawaan kepala sekolah adalah berasal dari populasi berdistribusi normal.
126
Lampiran 16 Langkah uji normalitas data variabel Y dengan menggunakan teknik uji Lillifors 6. Buat tabel distribusi frekuensi data tunggal dengan urutan kecil ke besar. 7. Tentukan nilai z dengan rumus :
8. Tentukan besar peluang masing-masing nilai z berdasarkan tabel z yang disebut F(z). Catatan :
Jika z + maka F(z) = 0.5 + ztabel
Jika – z (z negatif) maka F(z) = 1- (0.5 + z tabel)
9. Hitunglah frekuensi kumulatif dari masing-masing nilai z yang disebut S(z). ( )
10. Tentukan nilai Lhitung = F(z) S(z) dan bandingkan dengan nilai tabel lillifors. No
xi
F
fkb
̅
S
Zi
F(z)
S(z)
F(z) – S(z)
1
85
1
1
115.8
12.95
- 2.37
0.0089
0.0277
0.0188
2
96
1
2
115.8
12.95
- 1.52
0.0643
0.0555
0.0388
3
99
2
4
115.8
12.95
- 1.29
0.0985
0.1111
0.0126
4
100
1
5
115.8
12.95
- 1.28
0.1003
0.1388
0.0385
5
103
1
6
115.8
12.95
- 0.98
0.1635
0.1666
0.0331
6
106
1
7
115.8
12.95
- 0.75
0.2266
0.1944
0.0322
7
107
1
8
115.8
12.95
- 0.67
0.7486
0.2222
0.0526
8
108
1
9
115.8
12.95
- 0.60
0.7257
0.25
0.0475
9
109
2
11
115.8
12.95
- 0.52
0.6985
0.3055
0.0393
10
110
2
13
115.8
12.95
- 0.44
0.6700
0.3611
0.0389
11
111
1
14
115.8
12.95
- 0.37
0.6443
0.3888
0.0255
12
113
2
16
115.8
12.95
- 0.21
0.5832
0.4444
0.0138
127
13
114
1
17
115.8
12.95
- 0.13
0.4483
0.4722
0.0239
14
116
2
19
115.8
12.95
0.01
0.5040
0.5277
0.0237
15
117
1
20
115.8
12.95
0.09
0.5359
0.5555
0.0196
16
118
1
21
115.8
12.95
0.16
0.5636
0.5833
0.0197
17
119
2
23
115.8
12.95
0.24
0.5948
0.6388
0.044
18
120
1
24
115.8
12.95
0.32
0.6255
0.6666
0.0411
19
122
1
25
115.8
12.95
1.47
0.7292
0.6944
0.0348
20
123
1
26
115.8
12.95
1.55
0.7394
0.7222
0.0172
21
124
2
28
115.8
12.95
1.63
0.8484
0.7777
0.0707
22
127
2
30
115.8
12.95
1.86
0.8686
0.8333
0.0353
23
128
2
32
115.8
12.95
1.94
0.9738
0.8888
0.085
24
129
1
33
115.8
12.95
1.01
0.8438
0.9166
0.0728
25
132
1
34
115.8
12.95
1.25
0.8944
0.9444
0.05
26
134
1
35
115.8
12.95
1.40
0.9192
0.9722
0.053
27
155
1
36
115.8
12.95
3.02
0.9887
1
0.0113
Berdasarkan tabel diperoleh harga Lo = 0.085 Harga Ltabel = 0.148 (0.886 : √36) Keterangan : Lo ≤ Lt Kesimpulan : data disiplin kerja guru berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
128
Lampiran 17 Gambaran Umum Tentang SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang 1. Tenaga Kependidikan SMK Triguna Utama Terdapat tenaga kependidikan yang berkecimpung dalam bidang administrasi di SMK Triguna Utama, yaitu: Tabel Tenaga kependidikan No
Nama
Ijazah
Jabatan
L/P
Ka.TU
L
S1 FMIPA Fisika Tahun 1994
Terakhir Tahun
1
Nasatyo Tri Widodo, SSI.
2
Dwi Astuti Hartini
Staf TU Pengarsipan
P
SMEA ( 1979 )
3
Ria Dias Fitri
Staf TU Adm. Umum
P
D3 Perpajakan
4
Narif
Staf TU Bendahara
P
SMEA Perkantoran/TU
5
Jaelani
Tollman Mesin
L
STM Th 1995
6
Rusdi
Tollman Listrik
L
STM ( 1998 )
7
Supriyadi
Tollman Otomotif
L
STM ( 1999 )
8
Pri Hasani
Tenaga Kebersihan
L
SD (1982)
9
Munadih
Tenaga Kebersihan
L
SMP (1990)
10
Agung Tugiono
Tenaga Kebersihan
L
SMA (2007)
2. Sarana dan prasarana Pada dasarnya setiap sekolah untuk mewujudkan tujuannya harus didukung oleh segala sarana dan prasarana yang memadai. Dengan sarana dan prasarana yang memadai proses belajar mengajar akan berjalan degan baik
129
dan berhasil sesuai dengan tujuan pembelajaran. SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang memilik sarana dan prasarana yang sangat mendukung yaitu sebagaimana berikut:
Tabel 4.3 Sarana dan prasarana SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang No. Nama Bangunan
Jumlah
1.
Ruang belajar
21 Ruang kelas
2.
Ruang kepala sekolah dan TU
1 Ruangan
3.
Ruang perpustakaan
1 Ruangan
4.
Ruang guru
1 Ruangan
5.
Ruang kantor
1 Ruangan
6.
Ruang koperasi
1 Ruangan
7.
Laboratorium bahasa
3 Ruangan
8.
Laboratorium komputer
1 Ruangan
9.
Ruang WC guru
9 Ruangan
10.
Ruang WC murid
3 Ruangan
11.
Mushola
1 Ruangan
12.
Bengkel
6 Ruangan
13.
Lapangan olahraga
1 Ruangan
14.
Kantin
3 Ruangan
15.
Ruang PMR
1 Ruangan
16.
Gudang sekolah
1 Ruangan
3. Fasilitas Yang Diberikan SMK Triguna Utama Ciputat Fasilitas yang diberikan SMK Triguna Utama adalah : 1. Workshop Elektro 2. Workshop Audio Video 3. Workshop Instalasi Listrik Penerangan
130
4. Workshop Instalasi Listrik Industri 5. Workshop Fabrikasi / Las 6. Workshop Pneumatik dan Hidrolik 7. Workshop Pemesinan 8. Workshop Kelistrikan Otomotif 9. Workshop Chasis & Pemindahan Tenaga 10. Workshop Engine / motor otomotif 11. Sepeda motor 12. Sarana dan Prasarana Internet 13. Laboratorium Komputer 14. Laboratorium Bahasa 15. Moving Class 16. Studio Musik 4. Struktur dan Bentuk organisasi yang di pakai Oleh SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang Adapun bentuk organisasi yang di pakai oleh SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang Selatan adalah bentuk organisasi lini dan fungsional di mana suatu bentuk organisasi yang wewenang dari pimpinan tertinggi dilimpahkan kepada para kepala unit bawahannya, khusus dalam bidang pekerjaan tertentu, selanjutnya pimpinan tetinggi tadi masih melimpahkan pula wewenangnya kepada pejabat-pejabat fungsional yang melaksanakan bidang pekerjaan operasional, akan tetapi yang karena tugas-tugasnya maka secara fungsional koordinasinya diserahkan kepada kepala-kepala unit tersebut terdahulu tanpa memandang tingkat atau jenjangnya. Berikut gambar atau struktur organisasi lini dan fungsional :
131
Tabel 4.4 Struktur Organisasi SMK Triguna Utama
Alasan SMK Triguna Utama memilih bentuk orgnisasi ini karena memiliki kelebihan seperti partisispasi pada para guru-guru dan karyawan yang sangat tinggi, sehingga memudahkan pimpinan melakukan komando pada para bawahannya dalam menyelesaikan tugas-tugas. Kemudian terciptanya kedisiplinan yang tinggi pada para guru dan pegawai (karyawan).
132
Selain itu, produktivitas kinerja pada masing-masing bagian fungsional dan operasional berjalan, sebab spesialisasi kinerja dimanfaatkan secara maksimal. Sekolah adalah sebuah organisasi pendidikan yang berfungsi untuk mencerdaskan bangsa. Dalam sekolah juga memeliki 2 bentuk struktur organisasi, yaitu struktur organisasi garis dan struktur organisasi fungsional. Kedua struktur organisasi itu dipakai karena sekolah merupakan fondasi dari suatu lembaga pendidikan. Sehingga dengan digunakannya struktur organisasi tersebut diharapkan dapat membuat sistem kepengurusan organisasi yang terpadu dan teladan. Dua struktur tersebut yaitu : 1) Struktur organisasi garis/staff adalah organisasi yang terencana, maksudnya semua keputusan dikaji secara detail. Pada organisasi ini wewenang atasan mutlak adanya, jadi atasan memiliki bawahan khusus yang menerima langsung perintah atasan tersebut. Kepada atasan bawahan tersebut harus bertanggung-jawab atas pelaksanaan pekerjaannya. Dalam hal ini terdapat satu atau beberapa staff yang bertugas memberi nasehat ataupun saran-saran yang sesuai dengan bidangnya kepada pimpinan dalam organisasi tersebut. Dalam hal ini Kepala Sekolah menugaskan kepada wakilnya dan wakilnya menugaskan kepada para guru dalam menjalankan suatu sistem pendidikan. 2) Struktur Organisasi Fungsional adalah fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi tersebut, seperti fungsi kesiswaan, kurikulum, tata usaha, administrasi dan sebagainya. Dalam organisasi fungsional, seorang staff tidak bertanggung-jawab kepada satu atasan saja. Pimpinan memiliki wewenang pada satuan-satuan organisasi di bawahanya untuk bidang pekerjaan tertentu. Pimpinan berhak memerintah semua karyawan di semua bagian selama masih ada hubungannya dengan bidang pekerjaan yang dimaksud.