,1.1,1
.
.1.1t».
<
,1
efts
INDIKATOR SOSIAL BUDAYA KOTA LUBUKLINGGAU
KATA PENGANTAR Buku
Indikator
Sosial
dan
Budaya
Kota
Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang sosial dan budaya di Kota Lubuklingau yang disajikan secara ringkas, strategis namun mencakup berbagai sendi kehidupan sosial budaya di Kota Lubuklinggau. Data
yang
disajikan
dalam
buku
ini
menggambarkan kondisi sosial budaya Kota Lubuklinggau yang meliputi data kependudukan, kesehatan, Pendidikan, Ketenagakerjaan,
kemiskinan,
Indek
Pembangunan
Manusia serta capaian program tujuan pembangunan
Millennium Development Goal’s di Kota Lubklinggau. Terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah
memberikan
dukungan
dan
bantuannya
sehingga buku ini dapat disajikan. Kritik dan saran akan sangat kami hargai untuk penyempurnan buku ini di edisi berikutnya. Semoga publikasi-publikasi berikutnya akan lebih baik. Lubuklinggau,
September 2014
WALIKOTA LUBUKLINGGAU
H. SN. PRANA PUTRA SOHE
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
i
DAFTAR ISI Kata Pengantar...........................................................
i
Daftar Isi .....................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................
1
1.1. Latar Belakang ..............................................
1
1.2. Tujuan ............................................................
3
1.3. Sistematika Penulisan...................................
3
BAB II KEPENDUDUKAN ........................................
5
2.1. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk ...........
6
2.2. Pesebaran dan Kepadatan Penduduk ...........
10
2.3. Struktur Umur ..............................................
11
2.4. Rasio Ketergantungan ...................................
15
2.5. Rasio Jenis Kelamin ......................................
17
BAB III KESEHATAN ...............................................
20
3.1. Fasilitas Kesehatan .......................................
20
3.2. Mortalitas ......................................................
23
3.3. Keluarga Berencana ......................................
27
3.4. Kartu Linggau Bisa Sehat .............................
31
BAB IV. PENDIDIKAN ..............................................
33
4.1 Rasio Murid-Sekolah & Rasio Murid-Guru ..
35
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
ii
4.2. Angka Partisipasi Kasar ...............................
37
4.3. Angka Partisipasi Murni ...............................
39
4.4. Angka Partisipasi Sekolah ............................
40
4.5. Angka Buta Huruf .........................................
45
4.6. Pendidikan yang Ditamatkan .......................
47
4.7. Rata-rata Lama Sekolah ...............................
48
4.8. Kartu Linggau Bisa Pintar ............................
50
BAB V. KETENAGAKERJAAN .................................
52
5.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ............
54
5.2. Tingkat Kesempatan Kerja ...........................
58
5.3. Pengangguran Terbuka .................................
59
5.4. Distribusi Sektoral Tenaga Kerja ................
62
5.5. Upah Minimum Pekerja ................................
63
5.6. Produktivitas Pekerja ....................................
65
5.7. Pelatihan Kerja ..............................................
66
BAB VI. KEMISKINAN .............................................
68
6.1 Jumlah Penduduk Miskin.............................
69
6.2. Garis Kemiskinan ..........................................
70
6.3. Indeks Kedalaman Kemiskinan ....................
71
6.4. Indeks Keparahan Kemiskinan ....................
73
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
iii
BAB VII. INDEK PEMBANGUNAN MANUSIA.......
76
7.1 Angka Harapan Hidup ..................................
82
7.2. Angka Melek Huruf .......................................
84
7.3. Daya Beli Penduduk ......................................
86
BAB VIII. MILLENIUM DEVELOPMENT GOAL’S.
88
8.1 Tujuan 1 ........................................................
90
8.2. Tujuan 2 .........................................................
92
8.3. Tujuan 3 .........................................................
93
8.4. Tujuan 4 .........................................................
96
8.5 Tujuan 5 ........................................................
97
8.6. Tujuan 6 .........................................................
99
8.7. Tujuan 7 .........................................................
101
8.8. Tujuan 8 .........................................................
104
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
iv
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Dalam
rangka
perencanaan,
pemantauan
dan
penentuan sasaran serta pengukuran keberhasilan suatu tahapan pembangunan khususnya di bidang sosial dan budaya diperlukan data sosial yang diharapkan mampu menggambarkan fenomena sosial yang terjadi. Setiap data dapat digunakan sebagai acuan atau gambaran suatu keadaan dimana masing-masing data merupakan indikator akan sesuatu hal tertentu ataupun beberapa hal secara bersama.
Dengan
perkembangan dianalisa
dari
atau
demikian, evaluasi
perubahan
untuk
mengamati
suatu
kegiatan
indikator
yang
dapat terkait.
Keterbandingan tahapan capaian pembangunan antar wilayah/daerah dapat pula dicerminkan oleh indikatorindikator tersebut sehingga pada gilirannya gambaran secara
menyeluruh
tentang
capaian
suatu
tahap
pembangunan dapat diperoleh. Penduduk atau masyarakat sebagai sumber daya manusia (SDM) merupakan pusat kegiatan yaitu pelaku Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
1
PENDAHULUAN
pembangunan dan sekaligus sasaran pembangunan. Oleh karenanya, penduduk juga merupakan mahluk hidup yang saling berinteraksi dengan sesamanya dan lingkungan sekitar.
Keadaan
tersebut
dapat
direkam
kedalam
aktivitas sosial dan budaya. Gambaran utuh
kegiatan
tersebut dapat dirangkum kedalam suatu indikator sosial dan budaya yang dapat mencerminkan keadaan dan situasi wilayah. Hal tersebut dapat berguna sebagai bahan dasar acuan kebijakan dalam perencanaan dan evaluasi program pemerintah disemua level Berbagai program pembangunan yang mengarah pada bidang sosial budaya selama ini telah dilaksanakan. Namun, disisi lain perlu dilakukan suatu pengumpulan data yang dapat mengukur sejauh mana keberhasilan program pembangunan, khususnya bidang sosial dan budaya yang telah dicapai dan sebagai acuan program yang akan dicapai pada waktu yang akan datang. Sehubungan dengan hal tersebut sangat dipandang perlu untuk menyusun indikator yang menggambarkan keadaan sosial budaya masyarakat di Kota Lubuklinggau.. Dengan demikian, publikasi ini dapat diharapkan akan menjadi basis data di dalam melihat kondisi sosial daerah, khususnya sebagai bahan evaluasi dan acuan dalam
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
2
PENDAHULUAN
menata wilayah dengan alasan pijakan yang tepat dan dapat bertanggung jawab.
1.2 Tujuan Tujuan dari penyusunan buku Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau ini adalah sebagai informasi mengenai
potret
Lubuklinggau tercapainya
sosial
yang kualitas
dan
merupakan
budaya
daerah
Kota
faktor
penting
agar
perencanaan
dan
pengendalian
pembangunan di bidang sosial dan budaya.
1.3 Sistematika Penulisan Sistematika penyajian buku Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014 adalah sebagai berikut: Bab I
Pendahuluan, menjelaskan secara ringkas latar
belakang,
tujuan
dan
sistematika
penulisan Buku Indikator Sosial Budaya kota Lubuklingau Tahun 2014. Bab II
Kependudukan,
menyajikan
tentang
informasi situasi kependudukan di Kota Lubuklinggau. Bab III
Kesehatan, menyajikan tentang informasi dari aspek kesehatan di Kota Lubuklinggau.
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
3
PENDAHULUAN
Bab IV
Pendidikan, menyajikan tentang informasi dari aspek pendidikan di Kota Lubuklinggau
Bab V
Ketenagakerjan,
menyajikan
tentang
informasi dari aspek ketenagakerjaan di Kota Lubuklinggau Bab VI
Kemiskinan, menyajikan tentang informasi ruang
lingkup
kemiskinan
di
Kota
Lubuklinggau Bab VII
Indek Pembangunan Manusia, menyajikan tentang informasi ruang lingkup kemiskinan di Kota Lubuklinggau
Bab VIII
Millenium Development Goal’s, menyajikan tentang
capaian
millenium
indikator
pembangunan
development goal’s di Kota
Lubuklinggau
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
4
KEPENDUDUKAN
BAB II KEPENDUDUKAN Masalah kependudukan yang antara lain meliputi jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk merupakan salah satu masalah yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi tetapi dapat pula menjadi beban dalam proses pembangunan jika berkualitas rendah. Oleh karena itu, untuk menunjang keberhasilan pembangunan, dalam menangani permasalahan penduduk, pemerintah tidak saja mengarahkan pada upaya pengendalian jumlah penduduk, tapi juga menitikberatkan pada peningkatan kualitas
sumber
daya
manusianya.
Disamping
itu,
program perencanaan pembangunan sosial di segala bidang harus dapat mendapat prioritas utama yang berguna untuk peningkatan kesejahteraan penduduk. Suatu
analisis
kependudukan
menjadi
penting
mengingat sifat profil penduduk yang selalu mengalami perubahan sejalan dengan perjalanan waktu. Perubahan tersebut terjadi karena perubahan komponen penduduk yaitu
kelahiran,
kematian
dan
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
migrasi.
Dengan
5
KEPENDUDUKAN
tersedianya dilakukan
data suatu
kependudukan analisis
memungkinkan
mengenai
keadaan
kependudukan di suatu daerah saat ini. Dengan demikian akan dapat diketahui bagaimana perubahan yang terjadi antar waktu. Tersedianya analisis kependudukan
akan sangat
berguna terutama dalam kaitan dengan kebutuhan akan informasi kependudukan yang baru bagi perencana pembangunan di daerah. Terlebih lagi di era otonomi daerah
saat
ini,
informasi
kependudukan
yang
menyajikan data sampai level kabupaten/kota sangat diperlukan. 2.1
Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Salah satu ciri kependudukan di negara berkembang
adalah jumlah penduduk yang banyak dengan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi. Demikian pula di Kota Lubuklinggau, jumlah penduduk terus bertambah. Pada awal terbentuk tahun 2001 jumlah penduduk sebanyak 164.508 jiwa dan tahun 2013 menjadi 213.018 jiwa Salah satu ciri kependudukan di negara berkembang adalah jumlah penduduk yang banyak dengan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi. Demikian pula di Kota Lubuklinggau, jumlah penduduk terus bertambah. Pada Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
6
KEPENDUDUKAN
tahun 2012 jumlah penduduk sebanyak 209.593 jiwa dan tahun 2013 menjadi 213.018 jiwa. Dengan kata lain penduduk Kota Lubuklinggau jika dibandingkan dengan tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 1,63 persen. Tabel 2.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk per Km2
Tahun
Luas Wilayah
Penduduk
(1) 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
(2) 401.50 401.50 401.50 401.50 401.50 401.50 401.50 401.50 401.50 401.50 401.50 401.50 401.50 401.50
(3) 160 709 164 508 168 377 172 315 176 325 180 446 184 551 188 726 192 972 197 289 203 004 206 419 209 593 213.018
Kepadatan Penduduk per Km2 (4) 400 410 419 429 439 449 460 470 481 491 506 514 522 531
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin adalah 106.709 orang laki-laki dan 106.309 orang perempuan,
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
7
KEPENDUDUKAN
yang berarti seks rasio sebesar 100,38. Dengan kata lain, jumlah penduduk laki-laki hampir sama dengan jumlah penduduk perempuan. Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Kota Lubuklinggau Menurut Jenis KelaminTahun 2008-2012 2009
2010
2011
2012
2013
-
Jenis Kelamin (1) Laki-laki
(2) 99 838
(3) 100 924
(4) 103 510
(5) 104 996
(6) 107 709
-
Perempuan
97 451
100 384
102 909
104 597
106 309
-
Total
197 289
201 308
206 419
209 593
213 018
Tabel 2.3 Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun Menurut Kecamatan di Kota Lubuklinggau Tahun 2010-2012
Kecamatan
Laju Pertumbuhan 2011-2012
2012-2013
(1) 1. Lubuklinggau Barat I
(2) 1,74
(3) 1,25
2. Lubuklinggau Barat II
1,52
1,01
3. Lubuklinggau Selatan I
2,02
1,55
4. Lubuklinggau Selatan II
2,89
2,52
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
8
KEPENDUDUKAN
Laju Pertumbuhan
Kecamatan
2011-2012
2012-2013
(1) 5. Lubuklinggau Timur I
(2) 3,39
(3) 2,82
6. Lubuklinggau Timur II
1,67
0,79
7. Lubuklinggau Utara I
1,38
0,44
8. Lubuklinggau Utara II
2,60
1,89
Kota Lubuklinggau
2,37
1,63
Perubahan
jumlah
penduduk
selain
sebagai
konsekuensi logis dari kejadian kelahiran dan kematian, juga
sangat
dipengaruhi
oleh
faktor
perpindahan
penduduk baik penduduk yang datang (migrasi masuk) maupun penduduk yang pindah (migrasi keluar). Bagi Kota Lubuklinggau faktor migrasi tampaknya mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi dinamika kependudukan di daerah ini. Hal ini dikarenakan Kota Lubuklinggau sebagai daerah perkotaan, pusat aktivitas ekonomi dan pendidikan. Faktor-faktor inilah yang menjadi daya tarik Kota
Lubuklinggau
sehingga
menyebabkan
kecerendungan penduduk untuk memilih menetap di wilayah ini
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
9
KEPENDUDUKAN
2.2
Persebaran dan Kepadatan Penduduk Tidak meratanya persebaran penduduk juga terlihat
dari tingkat kepadatan penduduk di masing-masing kecamatan yang ada. Dengan luas wilayah 401,5 km2, maka pada tahun 2013 tingkat kepadatan penduduk Kota Lubuklinggau adalah 520 orang per km2. Kecamatan terpadat adalah Lubuklinggau Timur II, yaitu
3.126
jiwa per km2. Sedangkan tingkat kepadatan terendah adalah di Kecamatan Lubuklinggau Utara I dengan 102 jiwa per km2. Tabel 2.4 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun dan Kepadatan penduduk per Km2 Menurut Kecamatan di Kota Lubuklinggau Tahun 2013
Kecamatan
Luas Wilayah (Km2)
Penduduk
Kepadatan Penduduk per Km2
(1)
(2)
(3)
(4)
Lubuklinggau Barat I
54.81
31 791
580
Lubuklinggau Barat II
10.84
22 177
2 047
Lubuklinggau Selatan I
85.15
14 680
172
Lubuklinggau Selatan II
37.26
28 724
771
Lubuklinggau Timur I
13.90
33 611
2 417
Lubuklinggau Timur II
10.12
31 939
3 155
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
10
KEPENDUDUKAN
Kecamatan
Luas Wilayah (Km2)
Penduduk
Kepadatan Penduduk per Km2
(1)
(2)
(3)
(4)
Lubuklinggau Utara I
152.30
15 648
103
Lubuklinggau Utara II
37.11
34 448
928
401.50
213 018
531
Jumlah
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lubuklinggau 2.3
Struktur Umur Dalam
analisis
kependudukan,
perubahan
demografis yang penting adalah perubahan struktur umur. Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari perubahan tingkat fertilitas, mortalitas, dan migrasi. Dengan kemajuan sosial ekonomi suatu daerah akan terjadi kecenderungan persentase penduduk umur muda akan
mengalami
penurunan,
sebaliknya
persentase
penduduk umur tua akan mengalami peningkatan. Struktur
umur
penduduk
Kota
Lubuklinggau
tergolong penduduk “muda” karena proporsi penduduk di bawah 15 tahun masih cukup tinggi, mencapai 30 persen dan penduduk tua (umur di atas 60 tahun) hanya sekitar 5 persen.
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
11
KEPENDUDUKAN
Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Lubuklinggau Tahun 2013
Kelompok Umur
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(1) 0-4 5–9 10 – 14 15 - 19 20 - 24
(2) 11 141 10 595 10 432 10 209 10 005
(3) 10 709 9 916 9 970 10 453 10 555
(4) 21 850 20 511 20 402 20 662 20 560
25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54
9 812 9 267 8 226 6 786 5 870 5 013
10 216 9 303 8 192 6 831 5 793 4 780
20 028 18 570 16 418 13 617 11 663 9 793
55 - 59 60 - 64 65 +
3 780 2 206 3 367
3 433 2 213 3 945
7 213 4 419 7 312
106 709
106 309
213 018
Jumlah/Total
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lubuklinggau Tabel 2.6 Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Lubuklinggau Tahun 2013 Jenis Kelamin
Kelompok Umur
Laki-laki
Perempuan
(1) 0-4 5–9
(2) 10.44 9.93
(3) 10.07 9.33
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
Jumlah (4) 10.26 9.63
12
KEPENDUDUKAN
Jenis Kelamin
Kelompok Umur
Jumlah
(1) 10 – 14
Laki-laki (2) 9.78
Perempuan (3) 9.38
15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44
9.57 9.38 9.20 8.68 7.71 6.36
9.83 9.93 9.61 8.75 7.71 6.43
9.70 9.65 9.40 8.72 7.71 6.39
45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 +
5.50 4.70 3.54 2.07 3.16
5.45 4.50 3.23 2.08 3.71
5.48 4.60 3.39 2.07 3.43
(4) 9.58
Jumlah/Total 100.00 100.00 100.00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lubuklinggau
Dalam analisis kependudukan, perubahan demografis yang penting adalah perubahan struktur umur. Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari perubahan tingkat fertilitas, mortalitas, dan migrasi. Dengan kemajuan sosial ekonomi suatu daerah akan terjadi kecenderungan persentase penduduk sebaliknya
umur
muda
persentase
akan
mengalami
penduduk
umur
penurunan, tua
akan
mengalami peningkatan. Analisis mengenai struktur umur penduduk sangat penting untuk perencanaan dalam segala bidang maupun
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
13
KEPENDUDUKAN
dunia
bisnis.
Kebutuhan
penduduk
terhadap
suatu
pelayanan atau produk tertentu sangat bervariasi menurut umur. Misalnya, fasilitas pelayanan kesehatan bagi balita dan lansia sangat berbeda. Fasilitas kesehatan balita cenderung
kearah
peningkatan
gizi
dan
imunisasi,
sedangkan pelayanan kesehatan lansia seharusnya lebih cenderung kearah perawatan penyakit kronis. Untuk bisnis, segmen pasar bagi produk tertentu juga berbeda menurut umur. Perubahan pada struktur umur penduduk akan lebih jelas dengan menggunakan piramida penduduk. Piramida
penduduk
menggambarkan
perkembangan
penduduk pada setiap kelompok umur yang berbeda. Perubahan
pada
bentuk
piramida
penduduk
akan
dipengaruhi oleh tingkat kelahiran, tingkat kelangsungan hidup
setiap
perpindahan
kelompok penduduk.
umur,
serta
Penduduk
oleh
dengan
proses tingkat
kelahiran tinggi biasanya ditandai dengan bentuk piramida yang alasnya lebar kemudian berangsur mengecil hingga ke puncak piramida. Tingkat kelahiran yang rendah ditandai oleh bentuk piramida dengan alas yang tidak begitu
lebar
dan
tidak
langsung
mengecil
hingga
puncaknya. Sedangkan tingkat kelangsungan hidup dan
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
14
KEPENDUDUKAN
tingkat perpindahan penduduk pada setiap kelompok umur akan mempengaruhi fluktuasi dalam piramida. Gambar 2.1 Piramida Penduduk Kota Lubuklinggau Tahun 2013
60 - 64 50 - 54 40 - 44
30 - 34 20 - 24 10 – 14 0-4 (15000) (10000)
(5000)
Laki-laki/Male
0
5000
10000
15000
Perempuan/Female
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lubuklinggau
2.4
Rasio Ketergantungan Rasio ketergantungan didefinisikan sebagai jumlah
orang yang tidak aktif secara ekonomi per 100 penduduk yang aktif secara ekonomi. Secara sederhana biasanya digunakan rasio antara penduduk kelompok umur 0-14
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
15
KEPENDUDUKAN
tahun dan 65 tahun ke atas terhadap penduduk kelompok umur 15-64 tahun. Tingginya rasio ketergantungan akan menyita lebih banyak pendapatan yang dihasilkan oleh penduduk
yang
bekerja.
Keluarga-keluarga
yang
mempunyai jumlah anak banyak cenderung tidak mampu untuk menabung, akibatnya tingkat penanaman modal akan rendah. Penduduk dengan beban tanggungan anak tinggi harus membagi dana investasi yang besar untuk penggunaan yang kurang produktif segera, misalnya untuk memenuhi konsumsi makanan dan non makanan dan bukan untuk investasi. Lebih jauh lagi, angka beban tanggungan yang besar, akan memaksa pemerintah untuk lebih memprioritaskan penyediaan fasilitas sosial yang cukup besar daripada memperhatikan kualitasnya. Tabel 2.7 Rasio Ketergantungan Menurut Jenis Kelamin di Kota Lubuklinggau Tahun 2013 Kelompok Umur (1) YDR
Jenis Kelamin LakiPerempuan laki (2) (3)
45.20 42.63 ODR 4.73 5.50 DR 49.93 48.13 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lubuklinggau
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
Total (4) 43.91 5.12 49.02
16
KEPENDUDUKAN
2.5
Rasio Jenis Kelamin Rasio Jenis Kelamin
(RJK) adalah perbandingan
antara penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan. Secara empiris RJK pada saat lahir umumnya 105, artinya bahwa setiap 100 bayi perempuan terdapat sekitar 105 bayi laki-laki. Karena faktor-faktor tertentu RJK kemudian perlahan-lahan menurun sehingga umumnya berkisar antara 98 sampai 103. Rasio jenis kelamin penduduk Kota Lubuklinggau tahun 2013 adalah sebesar 100,38, artinya setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat sekitar 100-101 orang penduduk laki-laki. Artinya, jumlah penduduk laki-laki hampir sama banyaknya dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Jika dilihat menurut kecamatan, pada tahun 2012 Kecamatan Lubuklinggau Barat II memiliki rasio jenis kelamin tertinggi, yaitu mencapai 105,86. Artinya, setiap 100 penduduk perempuan terdapat 105-106 penduduk lakilaki. Berdasarkan rasio jenis kelamin, diketahui bahwa penduduk laki-laki di Kecamatan Lubuklinggau Barat I dan Kecamatan Lubuklinggau Timur I lebih sedikit
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
17
KEPENDUDUKAN
daripada penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin kedua kecamatan tersebut masing-masing 97,71 dan 96,20. Tabel 2.8 Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun Menurut Kecamatan, jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin di Kota Lubuklinggau Tahun 2013
(1) Lubuklinggau Barat I Lubuklinggau Barat II Lubuklinggau Selatan I
(2) 15 711 11 404 7 422
(3) 16 080 10 773 7 258
Rasio Jenis Kelamin (4) 97.71 105.86 102.26
Lubuklinggau Selatan II Lubuklinggau Timur I Lubuklinggau Timur II Lubuklinggau Utara I Lubuklinggau Utara II
14 453 16 480 15 985 7 974 17 280
14 271 17 131 15 954 7 674 17 168
101.28 96.20 100.19 103.91 100.65
2013
106 709
106 309
100.38
2012
104 996
104 597
100.38
2011 103 510 102 909 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lubuklinggau
100.58
Kecamatan
Jumlah/Total
Laki-laki
Perempuan
Apabila dilihat berdasarkan kelompok umur, rasio jenis
kelamin
cenderung
kelompok
lebih
besar
umur
muda
dibanding
(0-14
kelompok
tahun) umur
intermediate (15-64 tahun) dan kelompok umur tua (65 tahun ke atas). Hal yang menarik adalah rasio jenis kelamin kelompok umur tua selalu di bawah 100. Hal ini
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
18
KEPENDUDUKAN
mengindikasikan bahwa penduduk laki-laki kelompok umur tua banyak sudah meninggal. Atau dengan kata lain, umur penduduk perempuan lebih panjang daripada penduduk laki-laki. Ini berkaitan dengan angka harapan hidup
di
mana
angka
harapan
hidup
penduduk
perempuan lebih tinggi daripada penduduk pria. Salah satu faktor penyebabnya adalah pola hidup penduduk perempuan relatif lebih baik daraipada penduduk lakilaki. Tabel 2.9 Persentase Penduduk Kota Lubuklinggau Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 Kelompok Umur
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
(1) (2) (3) 0 - 14 30.15 28.78 15-64 66.7 67.51 65+ 3.16 3.71 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lubuklinggau
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
Total (4) 29.46 67.1 3.43
19
KESEHATAN
BAB III KESEHATAN Aspek kualitas
kesehatan sangat berpengaruh terhadap
sumber
daya
manusia
sebagai
pelaku
pembangunan. Manusia yang sehat baik mental maupun fisik akan menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap taraf kesejahteraannya. Sasaran
pembangunan
kesehatan
adalah
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan kualitas dan pelayanan kesehatan yang makin menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Beberapa indikator untuk melihat derajat kesehatan masyarakat 3.1
Fasilitas Kesehatan Salah satu usaha pemerintah dalam meningkatkan
derajat dan status kesehatan penduduk, yaitu dengan melakukan peningkatan ketersediaan fasilitas kesehatan dan mempermudah jangkauan pelayanan kesehatan. Selain itu, tenaga kesehatan yang merupakan ujung
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
20
KESEHATAN
tombak pelayanan kesehatan masyarakat jumlahnya harus terus ditingkatkan dan persebarannya semakin diperluas
sampai
ke
tingkat
kecamatan
maupun
desa/kelurahan. Bagaimana pertambahan jumlah tenaga kesehatan dibandingkan pertambahan jumlah penduduk dapat dilihat dari rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk, seperti diperlihatkan data pada Tabel 4.1. Secara umum dapat dikatakan bahwa pertambahan jumlah penduduk lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan jumlah tenaga kesehatan, yaitu dengan penurunan atau sedikit kenaikan angka rasio jumlah tenaga kesehatan terhadap penduduk. Tabel 3.1 Rasio Tenaga Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan di Kota Lubuklinggau Tahun 2012 dan 2013 Rasio terhadap 10.000 Penduduk
Tahun 2012
Tahun 2013
- Pemerintah
2
2
- Swasta
1
1
2
Puskesmas
9
9
0.42
3
Pustu
21
21
0.99
4
Puskesmas Keliling Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeslur)
10
10
0.47
41
41
1.92
No 1
5
Sarana Kesehatan Rumah Sakit
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
0.14/
21
KESEHATAN
Rasio terhadap 10.000 Penduduk
Tahun 2012
Tahun 2013
3
6
- Pemerintah
0
0
0.00
- Swasta
13
13
0.61
- Pemerintah
1
1
- Swasta
3
3
9
Apotik
28
32
1.50
10
Toko Obat
14
14
0.66
11
Optikal
6
6
0.28
11
Laboratorium Klinik 1
1
No
Sarana Kesehatan
6
Rumah Bersalin
7
Klinik
8
Sekolah Kesehatan
- Pemerintah
- Swasta 3 3 Gudang Farmasi Kota 13 1 1 (GFK) Praktek dokter 14 4 4 bersama Praktek dokter 15 61 61 perorangan Pengobatan 16 182 195 Tradisional Sumber: Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau.
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
0.19
0.19 0.05 0.19 2.86 9.15
22
KESEHATAN
Ketersediaan tenaga kesehatan ini dapat dikatakan tidak
ada
peningkatan
berarti
dibanding
tahun
sebelumnya. Hal ini menunjukkan pertambahan jumlah tenaga kesehatan tidak signifikan apabila dibandingkan dengan pertambahan jumlah penduduk. Dengan kata lain, pertambahan
jumlah
penduduk
jauh
lebih
cepat
dibandingkan pertambahan jumlah tenaga kesehatan. Apabila memeperhatikan kondisi seperti diuraikan di atas, maka dapat dikatakan bahwa fasilitas kesehatan baik
sarana
maupun
tenaga
kesehatan
di
Kota
Lubuklinggau belum memadai. Hal ini harus menjadi perhatian
dan
pembangunan
dimasukkan Kota
dalam
Lubuklinggau.
prioritas Dengan
utama fasilitas
kesehatan yang memadai berikut aksesnya yang mudah, maka pembangunan manusia di bidang kesehatan dapat berhasil optimal. 3.2
Mortalitas Salah satu ciri dari keberhasilan pembangunan di
suatu daerah atau negara adalah menurunnya tingkat kematian (mortalitas). Penurunan tersebut biasanya disebabkan
oleh
keberhasilan
pemerintah
dalam
meningkatkan kualitas gizi, penyediaan sarana kesehatan dan peningkatan pendapatan serta peningkatan kualitas Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
23
KESEHATAN
sosial ekonomi penduduk secara keseluruhan. Karenanya data kematian penduduk merupakan salah satu indikator penting untuk menggambarkan kemajuan pembangunan bidang kesehatan khususnya dan peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat pada umumnya. Angka Kematian Bayi (IMR) Angka kematian bayi merupakan indikator yang sangat berguna, tidak saja terhadap status kesehatan anak, tetapi juga terhadap status penduduk keseluruhan dan kondisi ekonomi masyarakat di suatu daerah. Karena bayi yang baru lahir sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat orang tua si bayi tinggal dan sangat erat kaitannya dengan status sosial orang tua si bayi. IMR tidak hanya merefleksikan besarnya masalah kesehatan yang bertanggungjawab langsung terhadap kematian bayi, seperti diare, infeksi saluran pernafasan, masalah gizi, penyakit-penyakit spesifik dan kondisi prenatal, tetapi juga merefleksikan tingkat kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan dan secara umum tingkat perkembangan sosial ekonomi masyarakat. Baik di negara maju, maupun di negara sedang berkembang, terdapat hubungan terbalik antara tingkat kematian bayi dengan status ekonomi orang tua (Mantra, 2000). Dengan demikian
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
24
KESEHATAN
angka kematian bayi merupakan tolok ukur yang sensitif dari
semua
upaya
intervensi
yang
dilakukan
oleh
pemerintah khususnya di bidang kesehatan. Berdasarkan angka kasus dari Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau, Angka Kematian Bayi (IMR) Kota Lubuklinggau pada tahun 2013 mencapai angka 10,34. Artinya
bahwa dari
1000 kelahiran hidup
bayi di
Lubuklinggau terdapat sekitar 10-11 bayi yang mati sebelum mencapai umur satu tahun selama tahun 2013. Kondisi ini relatif baik dan termasuk kategori hard rock (UNDP, 1994), yang berarti tingkat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan bayi relatif baik. Namun pada level ini sangat sulit untuk menurunkan angka IMR. Angka Harapan Hidup Angka harapan hidup memberikan banyak arti dalam
kaitannya
dengan
berbagai faktor
kehidupan
masyarakat. Angka harapan hidup atau yang dikenal dengan istilah “Life Expectancy at Birth” merupakan ratarata peluang hidup penduduk. Dari angka harapan hidup tersebut tercermin tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya kualitas kesehatan penduduk di suatu wilayah. Angka
harapan
hidup
penduduk
di
Kota
Lubuklinggau mengalami peningkatan dari tahun ke
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
25
KESEHATAN
tahun. Secara perlahan peluang hidup penduduk di Kota Lubuklinggau menunjukkan perbaikan pada tahun 2013. Angka harapan hidup penduduk kota ini pada tahun 2013 mencapai 66,05 tahun, Hal ini berarti pada tahun tersebut penduduk Kota Lubuklinggau memiliki harapan hidup antara usia 66 sampai 67 tahun. Gambar 3.1 Angka Harapan Hidup di Kota Lubuklinggau Tahun 2008-2013 66.2 65.99
66
65.84
65.8
65.69 65.54
65.6 65.4
66.05
65.39
65.2 65 2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lubuklinggau.
Proporsi Anak Masih Hidup Proporsi anak masih hidup seringkali digunakan sebagai pendekatan dari indikator angka kematian. Proporsi tersebut menunjukkan perbandingan antara
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
26
KESEHATAN
jumlah anak yang masih hidup (AMH) dengan jumlah anak yang dilahirkan hidup (ALH). Secara umum proporsi anak masih hidup pada wanita kelompok umur muda lebih tinggi dibanding kelompok wanita yang lebih tua. Dengan kata lain, angka kematian anak dari wanita yang lebih tua lebih tinggi dibanding pada kelompok wanita umur muda. Hal ini antara lain berkaitan dengan faktor umur anak, tingkat pendapatan, dan tingkat kesehatan. Anak-anak dari wanita yang lebih tua memang dilahirkan terlebih dahulu sehingga anak-anak ini menghadapi resiko meninggal yang lebih besar daripada anak-anak dari wanita yang lebih muda. Apalagi ditambah dengan tingkat pendapatan orang tua dan tingkat kesehatan yang makin baik yang dirasakan masyarakat, maka anak yang bertahan hidup lebih banyak dibanding kondisi sebelumnya.
3.3
Keluarga Berencana Sebagai negara yang sedang membangun, Indonesia
cenderung mempunyai masalah kependudukan yang serius, yaitu jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang relatif tinggi dan penyebaran secara geografis yang tidak merata. Dengan kondisi tersebut,
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
27
KESEHATAN
jumlah penduduk bagi Indonesia bukan hanya merupakan modal, tapi juga merupakan beban dalam pembangunan. Oleh
karena
itu,
untuk
pembangunan,
yang
kesejahteraan
rakyat,
diarahkan
pada
menunjang bertujuan
keberhasilan meningkatkan
perkembangan
pengendalian
penduduk
kuantitas
demi
peningkatan kualitas penduduk. Salah satu upaya untuk mengendalikan kuantitas adalah dengan menekan laju pertumbuhan
penduduk
yaitu
dengan
menurunkan
tingkat kelahiran. Sampai
saat
ini
program
KB
masih
terus
dilaksanakan meskipun pelaksanaannya tidak seketat pada masa awal dilaksanakannya program tersebut, karena tingkat kesadaran masyarakat tentang KB sudah relatif tinggi. Dewasa ini pelaksanaan program KB tidak hanya sekedar upaya untuk menekan tingkat kelahiran, tetapi lebih diarahkan kepada pembentukan kualitas keluarga, yaitu Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS). Tabel 3.2 menunjukkan bahwa dari seluruh peserta KB
aktif
di
menggunakan
Kota alat
Lubuklinggau kontrasepsi
sebagian
berupa
suntik
besar KB
dibanding alat kontrasepsi lainnya. Terbanyak ke dua adalah menggunakan pil KB. Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
28
KESEHATAN
Tabel 3.2 Jumlah Peserta KB Aktif Menurut Metode Kontrasepsi di Kota Lubuklinggau Tahun 2013 Macam Alat Kontrasepsi
Kecamatan
PPM PA
IUD
(1) Lubuklinggau
(2) 4367
(3) 106
MOP+ MOW (4) 189
3088
39
2622
IMP
Suntik
Pil
(5) 473
(6) 2785
(7) 706
Kondom (8) 107
94
336
1694
739
133
104
67
601
969
531
301
4492
82
145
478
2676
782
21
4838
105
102
377
2809
1165
150
5886
122
148
830
2393
2234
124
2278
36
81
1025
5333
475
95
4334
273
138
883
1443
1325
193
20102
7957
1124
Barat I Lubuklinggau Barat II Lubuklinggau Selatan I Lubuklinggau Selatan II Lubuklinggau Timur I Lubuklinggau Timur II Lubuklinggau Utara I Lubuklinggau Utara II Kota 31905 867 964 5003 Lubuklinggau Sumber : BKB dan PP Kota Lubuklinggau.
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
29
KESEHATAN
Tabel 3.3 Jumlah Peserta KB Baru Menurut Metode Kontrasepsi di Kota Lubuklinggau Tahun 2013 Macam Alat Kontrasepsi
Kecamatan
PPM PB
IUD
(1) Lubuklinggau
(2) 1179
(3) 9
MOP+ MOW (4) 0
1041
59
1110
IMP
Suntik
Pil
(5) 82
(6) 776
(7) 428
Kondom (8) 64
22
171
479
294
118
2
2
221
363
282
165
1116
11
3
137
454
314
146
1125
33
0
100
570
418
97
1125
2
0
93
476
386
66
1131
10
2
106
432
290
113
1148
41
0
188
619
299
107
4169
2711
876
Barat I Lubuklinggau Barat II Lubuklinggau Selatan I Lubuklinggau Selatan II Lubuklinggau Timur I Lubuklinggau Timur II Lubuklinggau Utara I Lubuklinggau Utara II Kota 8975 167 29 1098 Lubuklinggau Sumber : BKB dan PP Kota Lubuklinggau.
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
30
KESEHATAN
3.4
Kartu Linggau Bisa Sehat Kartu Linggau Bisa Sehat (KLBS) merupakan
Sebagai salah satu terobosan Walikota Lubuklingau didalam fokus pembangunan kota Lubuklinggau bidang kesehatan dalam rangka mewujudkan visi dan misi Kota Lubuklinngau di tahun 2013-2017 yakni “Terwujudnya Lubuklinggau
Sebagai
Kota
Jasa,
Industri
dan
Perdagangan yang Unggul untuk Menjadi Role-model Masyarakat Madani”. Kartu ini berfungsi sebagai bentuk pelayanan kesehatan gratis sebagai pelengkap program nasional Jamkesmas,
yang
menjangkau
seluruh
lapisan
masyarakat kurang mampu, walaupun belum/ tidak terakomodasi program Jamkesmas, yang diharapkan dapat membantu dan mempermudah masyarakat kurang mampu untuk berobat sehingga secara bertahap pola hidup mayarakat Kota Lubuklingau dibidang kesehatan dapat meningkat.
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
31
KESEHATAN
Tabel 3.4 Jumlah Penerima KLBS di Kota Lubuklinggau Tahun 2013
Kecamatan
Jumlah Penerima
(1) Lubuklinggau Barat I
(2) 4868
Lubuklinggau Barat II
1743
Lubuklinggau Selatan I
1197
Lubuklinggau Selatan II
2820
Lubuklinggau Timur I
1599
Lubuklinggau Timur II
2892
Lubuklinggau Utara I
3031
Lubuklinggau Utara II
1850
Total
20000
Sumber : Bappeda Kota Lubuklinggau.
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
32
PENDIDIKAN
BAB IV PENDIDIKAN Pembangunan Sumber Daya Manusia memegang peranan yang cukup penting dalam pembangunan ekonomi. Paling
tidak
menempatkan
ada
dua
alasan
pembangunan
mengapa
sumber
pemerintah
daya
manusia
sebagai isu pokok dalam pembangunan nasional bersamasama
dengan
isu
pembangunan
ekonomi.
Pertama,
pendekatan pertumbuhan ekonomi nampaknya kurang berhasil dalam mengurangi tingkat kemiskinan absolut maupun relatif. Sebaliknya, pendekatan pembangunan sumber daya manusia menjanjikan adanya pertumbuhan ekonomi yang diiringi oleh pemerataan pendapatan. Kedua, pada era globalisasi saat ini keberhasilan suatu bangsa di ajang internasional tidak lagi ditentukan oleh keunggulan komparatif seperti kekayaan sumber daya alam yang dimiliki,
akan
tetapi
akan
lebih
ditentukan
oleh
keunggulan kompetitif, yang dalam hal ini akan sangat ditentukan
oleh
kualitas
Karenanya
pendidikan
sumber
sebagai
daya
suatu
manusianya. upaya
untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia menjadi instrumen yang sangat penting. Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
33
PENDIDIKAN
Peningkatan kualitas SDM bertitik tolak pada upaya
pembangunan
pendidikan
bidang
diharapkan
akan
pendidikan. terbentuk
Melalui
SDM
yang
berkualitas bagi pembangunan. Mengenai pentingnya pendidikan ada suatu teori yang cukup terkenal yaitu teori Human Capital. Teori ini berangkat dari suatu anggapan bahwa seseorang dapat meningkatkan pendapatannya melalui peningkatan pendidikan. Sejak tahun 1970-an pemerintah Indonesia mulai memperlihatkan perhatiannya secara lebih terencana terhadap bidang pendidikan. Anggaran pendidikan selalu mengalami peningkatan setiap Pelita. Berbagai upaya telah
dilakukan
oleh
pemerintah
dalam
rangka
mengembangkan pendidikan di Indonesia, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. demikian pula partisipasi masyarakat
dalam
Kesemuanya
itu
pendidikan
berangkat
dari
terus
meningkat.
kesadaran
akan
pentingnya pendidikan baik bagi pemerintah maupun masyarakat. Bagi pemerintah keuntungan yang akan diperoleh dari investasi di bidang pendidikan antara lain bahwa pendidikan merupakan salah satu cara dalam rangka memerangi kemiskinan, mengurangi ketimpangan pendapatan dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
34
PENDIDIKAN
Sedangkan bagi masyarakat, pendidikan yang semakin baik merupakan modal dalam memperebutkan kesempatan kerja,
sehingga
pada
akhirnya
akan
meningkatkan
pendapatan mereka. Bertolak mengetahui
dari
hal
sampai
tersebut
sejauh
di
mana
atas,
Untuk
perkembangan
pembangunan pendidikan di Kota Lubuklinggau, pada bab ini
akan
penduduk
diuraikan Kota
mengenai
Lubuklinggau
keadaan
pendidikan
melalui
pendekatan
indikator-indikator pendidikan, seperti angka partisipasi sekolah, angka melek huruf, pendidikan yang ditamatkan, angka putus sekolah, dan rata-rata lama sekolah. Namun, sebelumnya akan dilihat bagaimana ketersediaan fasilitas pendidikan yang ada di Kota Lubuklinggau saat ini. 4.1
Rasio Murid-Sekolah dan Rasio Murid-Guru Untuk
mendukung
diperlukan sarana dan
kegiatan
belajar
mengajar
prasarana pendidikan
yang
memadai. Fasilitas pendidikan yang paling utama adalah gedung sekolah dan guru/pengajar. Jumlah sekolah dikatakan memadai apabila dapat menampung seluruh penduduk pendidikan.
usia
sekolah
Demikian
yang
juga,
akan
jumlah
melanjutkan
guru
dianggap
memadai apabila mencapai tingkat perbandingan tertentu Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
35
PENDIDIKAN
terhadap murid sehingga proses belajar mengajar berjalan efektif. Untuk itu indikator yang sering digunakan untuk melihat tingkat kecukupan sekolah adalah rasio muridsekolah dan rasio murid-guru. Tabel 4.1 Rasio Murid-Sekolah dan Rasio Murid-Guru di Kota Lubuklinggau Tahun Ajaran 2013/2014 Rasio Murid-Sekolah (2) 267.21
Rasio Murid-Guru (3) 16.28
SMP/Sederajat
338.16
11.13
SMA/Sederajat
318.13
9.59
Jenjang Pendidikan (1) SD/Sederajat
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lubuklinggau
Rasio murid-guru menggambarkan rata-rata jumlah murid yang diajar oleh seorang guru. Semakin besar angka rasio, berarti secara rata-rata semakin banyak murid yang diajar oleh seorang seorang guru. Dari data pada Tabel 4.1 tampak bahwa perbandingan jumlah guru dengan jumlah murid di Kota Lubuklinggau cukup baik. Pada tahun 2013 1 guru SD/Sederajat rata-rata mengajar 16 sampai 17 murid, 1 guru SMP/Sederajat rata-rata mengajar 11 sampai 12 murid, dan 1 guru SMA rata-rata mengajar 9 sampai 10 murid. Kondisi ini sangat efektif dalam proses belajar mengajar. Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
36
PENDIDIKAN
4.2
Angka Partisipasi Kasar (APK) Angka partisipasi kasar menurut jenjang pendidikan
mengukur banyaknya penduduk yang bersekolah dalam suatu jenjang pendidikan dari setiap 100 penduduk usia sekolah. APK untuk Sekolah Dasar (penduduk usia 7-12 tahun), Untuk jenjang SMP (penduduk usia 13-15 tahun), Angka partisipasi kasar untuk jenjang SMA (penduduk usia 16-18 tahun). Tabel 4.2 Angka Partisipasi Kasar Menurut Jenjang Pendidikan di Kota Lubuklinggau Tahun 2008-2013 Jenjang Pendidikan SD SMP SMA
Tahun (1) 2008 2009 2010 2011
(2) 106.08
(3) 90.25
(4) 72.34
116.22
71.63
73.77
111.42
81.47
71.70
107.44
86.72
88.61
98.1
99.91
77.64
109.63
100.73
65.38
2012 2013
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lubuklinggau
Angka
partisipasi
kasar
untuk
jenjang
SMP
(penduduk usia 13-15 tahun), APK tahun 2013 sebesar
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
37
PENDIDIKAN
100,73. Hal ini dikarenakan cukup banyaknya penduduk usia 13-15 tahun yang sudah SMA atau justru ada juga yang masih SD. Meskipun ada juga penduduk usia 7-12 tahun yang telah duduk di bangku SMP ataupun penduduk usia 16-18 tahun yang masih SMP, namun jumlahnya tidak sebanyak kondisi pertama. Selain itu, adanya penduduk usia 13-15 tahun yang belum pernah bersekolah atau tidak bersekolah lagi sehingga jumlah penduduk yang bersekolah di SMP lebih kecil dibanding jumlah penduduk usia 13-15 tahun. Angka
partisipasi
kasar
untuk
jenjang
SMA
(penduduk usia 16-18 tahun) tahun 2013 sebesar 65,38. Meskipun ada penduduk usia 13-15 tahun yang sudah SMA atau penduduk usia 19-24 tahun yang masih SMA, namun jumlahnya tidak sebesar penduduk usia 16-18 tahu yang masih
SMP
atau
sudah
menempuh
pendidikan
di
perguruan tinggi. Selain itu, adanya penduduk usia 16-18 tahun yang belum pernah bersekolah atau tidak bersekolah lagi. Oleh karena itu, jumlah penduduk yang bersekolah di SMA lebih kecil dibanding jumlah penduduk usia 16-18 tahun.
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
38
PENDIDIKAN
4.3
Angka Partisipasi Murni (APM) Angka Partisipasi Murni (APM) untuk tiap jenjang
pendidikan pada umumnya lebih rendah bila dibanding dengan angka partisipasi kasar (APK). Karena APM merupakan perbandingan antara banyaknya murid pada masing-masing
jenjang
pendidikan
dengan
jumlah
penduduk kelompok umur untuk jenjang pendidikan yang bersangkutan (7-12 untuk SD, 13-15 untuk SMP dan 1618 untuk SMA). Tabel 4.3 Angka Partisipasi Murni Menurut Jenjang Pendidikan di Kota Lubuklinggau Tahun 2008-2013
Tahun (1) 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jenjang Pendidikan SD
SMP
SMA
(2) 87.49
(3) 69.91
(4) 52.71
94.97
61.20
43.03
92.31
64.57
52.34
89.51
59.79
60.50
87.75
70.68
54.88
92.77
80.15
61.54
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lubuklinggau
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
39
PENDIDIKAN
Pada tahun 2013 APM untuk Sekolah Dasar sebesar 92,77, artinya sekitar 92 sampai 93 persen dari jumlah anak usia 7-12 tahun masih bersekolah di SD. Sedangkan sisanya, yaitu 7 sampai 8 persen kemungkinan sudah bersekolah di SMP, belum pernah sekolah, atau tidak sekolah lagi. APM untuk tingkat SMP sebesar 80,15. Artinya, sekitar 80 sampai 81 persen dari jumlah anak usia 13-15 tahun masih bersekolah di SMP, sedangkan sisanya (19 sampai 20 persen) kemungkinan masih SD, sudah SMA, belum pernah sekolah, atau tidak sekolah lagi. Adapun APM untuk SMA 61,54. Hal ini berarti 61 sampai 62 persen dari anak usia 16-18 tahun masih bersekolah di SMA. Selebihnya (38 sampai 39 persen) kemungkinan masih SMP, sudah kuliah, belum pernah sekolah, atau tidak sekolah lagi. 4.4
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Angka Partisipasi Sekolah menggambarkan secara
umum tentang banyaknya anak kelompok umur tertentu yang sedang bersekolah tanpa memperhatikan jenjang pendidikan yang sedang diikuti. Indikator ini sangat relevan
untuk
mengukur
sejauh
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
mana
pelaksanaan
40
PENDIDIKAN
program wajib belajar sembilan tahun, yaitu dengan melihat APS penduduk usia 7-12 tahun (usia SD) dan 13-15 tahun (usia SLTP). Dengan adanya program wajib belajar tersebut seharusnya anak-anak usia 7-15 tahun sedang berada di bangku sekolah.
APS Kelompok Umur 7-12 Tahun APS kelompok umur 7-12 tahun menggambarkan
persentase penduduk berumur 7-12 tahun yang masih bersekolah, baik di SD maupun SLTP. Angka partisipasi sekolah dasar di Kota Lubuklinggau disajikan pada tabel 4.4 di bawah ini. Terlihat bahwa periode 2008-2013, APS sekolah dasar di Kota Lubuklinggau cenderung meningkat dan telah mencapai 100%. Peningkatan APS di atas tentu saja tidak bisa dipisahkan
dari
pelaksanaan
berbagai
program
pembangunan pendidikan yang terus digalakkan oleh pemerintah. Bila dikaitkan dengan program wajib belajar 9 tahun, sangat disayangkan APS SD pada tahun 2013 menunjukkan bahwa program wajib belajar untuk jenjang pendidikan SD kembali belum sepenuhnya berhasil karena masih ada sekitar 1,45 persen anak usia 7-12 tahun yang tidak/belum sekolah.
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
41
PENDIDIKAN
Tabel 4.4 Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kelompok Umur 7-12 Menurut Jenis Kelamin di Kota Lubuklinggau Tahun 2013
Tahun (1) 2008 2009 2010
Kelompok Umur 7-12 L P (2) (3) 96.35 98.76 98.61 97.39 98.06 97.96
L+P (4) 97.51 98.06 98.01
2011 100.00 100.00 100.00 2012 100.00 99.13 99.50 2013 100.00 100.00 100.00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lubuklinggau
Berbagai upaya terus digalakkan oleh pemerintah untuk meningkatkan angka partisipasi sekolah penduduk, khususnya dalam kaitannya dengan pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun, antara lain melalui program Walikota Lubuklinggau kartu bisa pintar dan pemberian bea siswa kepada siswa dari keluarga kurang mampu. Melalui program tersebut diharapkan anak usia 7-15 tahun yang tidak mampu bersekolah karena alasan ekonomi, dapat terus bersekolah minimal sampai tamat pendidikan dasar (SLTP)
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
42
PENDIDIKAN
APS Kelompok Umur 13-15 Tahun Dengan diberlakukannya program wajib belajar 9
tahun, maka penduduk kelompok usia 13-15 tahun termasuk dalam usia wajib belajar. Dengan demikian, anak-anak usia 13-15 tahun seharusnya sedang duduk di bangku sekolah setara SMP. Tabel 4.5 Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kelompok Umur 13-15 Menurut Jenis Kelamin di Kota Lubuklinggau Tahun 2013
Tahun (1) 2008 2009 2010
Kelompok Umur 13-15 L P (2) (3) 90.54 86.79 81.54 89.86 85.38 90.97
L+P (4) 88.96 85.85 88.34
2011 88.66 90.12 89.42 2012 88.55 89.92 89.22 2013 92.18 95.83 94.12 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lubuklinggau
Data tabel 4.5 menunjukkan bahwa APS penduduk kelompok usia 13-15 tahun pada tahun 2013 sebesar 94,12 persen. Berarti ada sekitar 5,88 persen anak/remaja usia 13-15 tahun yang tidak bersekolah. Perlu penelitian lebih lanjut mereka yang tidak bersekolah ini apakah semuanya karena masalah ekonomi, yaitu karena ketidakmampuan Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
43
PENDIDIKAN
orangtua
menyekolahkan
anaknya
atau
dikarenakan
semangat anak/remaja kita yang memang rendah untuk sekolah. Bila dilihat perkembangan selama lima tahun terakhir angka partisipasi sekolah kelompok usia 13-15 tahun cukup fluktuatif. Adapun pola perkebangan APS penduduk kelompok umur 13-15 tahun menurut jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan sama dengan pola APS SMP total selama lima tahun terakhir.
APS Kelompok Umur 16-18 Tahun Angka partisipasi sekolah penduduk semakin kecil
sejalan dengan pertambahan usia. Hal ini berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, antara lain mereka yang memasuki usia produktif dituntut partisipasinya dalam aktivitas ekonomi. Selain itu, semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin mahal pula biaya yang dibutuhkan. Sehingga tidak semua penduduk mampu menjangkaunya. Tabel 4.6 Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kelompok Umur 16-18 Menurut Jenis Kelamin di Kota Lubuklinggau Tahun 2013
Tahun 2008
Kelompok Umur 16-18 L P L+P 53.97 52.72 53.37
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
44
PENDIDIKAN
Kelompok Umur 16-18 L P L+P 54.84 59.62 57.04
Tahun 2009
2010 65.07 64.69 64.88 2011 65.26 77.29 71.91 2012 55.48 68.15 62.12 2013 70.77 75.38 73.08 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lubuklinggau
Dari data-data angka partisipasi sekolah dapat disimpulkan bahwa pembangunan bidang pendidikan yang dilaksanakan selama ini belum mencapai hasil maksimal. Terbukti dalam setahun terakhir APS menurun pada semua
jenjang
pendidikan.
Namun
demikian,
dari
perspektif gender, data-data di atas menjunjukkan hal positif
tidak
ada
lagi
diskriminasi
gender
dalam
pendidikan. Laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama untuk menikmati pendidikan pada semua jenjang pendidikan. 4.5
Angka Buta Huruf Pada tingkat makro ukuran yang sangat mendasar
dari pendidikan adalah kemampuan baca tulis penduduk. Minimal
penduduk
harus
mempunyai
kemampuan
membaca dan menulis agar dapat menerima informasi secara tertulis, dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
45
PENDIDIKAN
pembangunan,
dan
dapat
menikmati
hasil-hasil
pembangunan secara wajar. Dengan kata lain, kemampuan baca
tulis
dibutuhkan sejahtera.
merupakan penduduk Dalam
keterampilan untuk
dapat
penghitungan
minimum
yang
menuju
hidup
IPM,
kemampuan
penduduk dalam membaca dan menulis dilihat dari angka melek huruf (Literacy Rate) penduduk umur 15 tahun ke atas Gambar 4.1 Angka Buta Huruf (Literacy Rate) Penduduk Kota Lubuklinggau Tahun 2008-2013
1.97 1.67
2008
2009
1.6
2010
1.5
1.49
1.45
2011
2012
2013
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lubuklinggau
Pada tahun 2013 angka buta huruf penduduk Kota Lubuklinggau umur 15 tahun ke atas mencapai 1,45 persen (belum atau tidak dapat membaca dan menulis). Namun, Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
46
PENDIDIKAN
dapat dimaklumi karena pada umumnya penduduk yang belum
atau
tidak
membaca
dan
menulis
tersebut
terkonsentrasi pada penduduk kelompok umur tua. Jika perhatikan disetiap tahun sejak 2008 sampai 2013 terus terjadi penurunan angka buta huruf, Hal ini menunjukkan
adanya
perbaikan
kualitas
pendidikan
selama tahun 2013 dari segi kemampuan baca tulis. Dari kondisi
tersebut
diasumsikan
kemampuan
penduduk
dalam menyerap informasi juga meningkat. 4.6
Pendidikan yang Ditamatkan Kualitas sumber daya manusia secara spesifik dapat
dari tingkat pendidikan penduduk. Komposisi penduduk menurut gambaran
pendidikan
yang
tentang
kualitas
ditamakan
memberikan
sumberdaya
manusia.
Kebutuhan akan tenaga kerja berpendidikan tinggi dirasakan
sangat
penting
bagi
kepentingan
pembangunan. Hal ini berkaitan dengan daya saing SDM antar daerah dalam menghadapi era kompetisi global di masa mendatang
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
47
PENDIDIKAN
Tabel 4.7 Persentase Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi dan Jenis Kelamin di Kota Lubuklinggau Tahun 2012 2012 Pendidikan Tertinggi L (1)
P
L+P
(2) 9,93
(3) 13,20
(4) 11,58
SD Sederajat
26,17
25,55
25,86
SMP Sederajat
21,20
22,26
21,73
SMA Sederajat
33,28
29,12
31,18
9,42
9,89
9,65
Tidak memp. Ijazah
PT
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lubuklinggau
4.7
Rata-rata Lama Sekolah Ukuran lain dari pendidikan adalah rata-rata lama
sekolah (Mean Years School). Secara umum indikator ini menunjukkan jenjang pendidikan yang telah dicapai oleh penduduk dewasa (15 tahun ke atas). Semakin tinggi angka rata-rata lama sekolah penduduk, berarti semakin baik tingkat pendidikan tersebut
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
48
PENDIDIKAN
Gambarl 4.2 Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Kota Lubuklinggau Tahun 2008-2013 9.44 9.36
9.37
2011
2012
9.24 9.11 8.98
2008
2009
2010
2013
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lubuklinggau
Pada tahun 2012 rata-rata lama sekolah penduduk umur 15 tahun ke atas di Kota Lubuklinggau sudah mencapai 9,44 tahun. Artinya, mayoritas penduduk dewasa di kota ini pernah mengenyam pendidikan formal 9 tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa rata-rata penduduk Kota Lubuklinggau umur 15 tahun ke atas sudah menamatkan pendidikan SMP sederajat. Program wajib belajar sembilan tahun yang dicanangkan oleh pemerintah sudah mulai terwujud. Dengan kata lain, rata-rata ijazah tertinggi yang dimiliki penduduk umur 15 tahun ke atas setingkat SMP.
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
49
PENDIDIKAN
4.8
Kartu Linggau Bisa Pintar Kartu Linggau Bisa Pintar merupakan Sebagai
salah satu terobosan Walikota Lubuklingau didalam fokus pembangunan kota Lubuklinggau bidang Pendidikan dalam
rangka
mewujudkan
visi
dan
misi
Kota
Lubuklinngau di tahun 2013-2017 yakni “Terwujudnya Lubuklinggau
Sebagai
Kota
Jasa,
Industri
dan
Perdagangan yang Unggul untuk Menjadi Role-model Masyarakat Madani”. Kartu ini berfungsi menjamin setiap siswa SD-SMPSMA dari keluarga kurang mampu secara ekonomi yang tidak terakomodir di program Beasiwa Siswa Miskin (Nasional)
di
kota
Lubuklinggau
dapat
mengikuti
pendidikan SD hingga SMA. Tabel 4.8 Jumlah Penerima Kartu Linggau Bisa Pintar di Kota Lubuklinggau Tahun 2013
Sekolah
Jumlah Penerima
(1) Sekolah Dasar
(2) 3780
Sekolah Menengah Pertama
1525
Sekolah Menengah Atas
944
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
50
PENDIDIKAN
Sekolah
Jumlah Penerima
(1) Sekolah Menengah Kejuruan
(2) 385
Total
6634
Sumber : Bappeda Kota Lubuklinggau.
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
51
KETENAGAKERJAAN
BAB V KETENAGAKERJAAN Ketenagakerjaan penting
dalam
merupakan salah satu aspek
mengukur
tingkat
kesejahteraan
masyarakat. Karena bekerja tidak hanya untuk mencapai kepuasan
individu,
tetapi
juga
untuk
memenuhi
perekonomian rumah tangga dan kesejahteraan seluruh masyarakat. Selain itu, jenis, status, dan lapangan pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang akan berkaitan dengan tingkat pendapatan yang dihasilkan, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Pada suatu kelompok masyarakat, sebagian besar dari mereka, utamanya yang telah memasuki usia kerja, diharapkan terlibat di lapangan kerja tertentu atau aktif dalam kegiatan perekonomian. Problematika Lubuklinggau
dan
ketenagakerjaan Propinsi
Sumatera
di
Kota
Selatan
pada
umumnya tidak jauh berbeda dengan permasalahan ketenagakerjaan di
Indonesia.
Baik
itu menyangkut
tingkat pengangguran yang relatif tinggi, demikian juga
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
52
KETENAGAKERJAAN
dengan tingkat pemanfaatan tenaga kerja yang masih kurang termanfaatkan secara otimal. Untuk
mengetahui
bagaimana
kondisi
ketenagakerjaan di Kota Lubuklinggau, pada bab ini akan diuraikan beberapa indikator ketenagakerjaan seperti tingkat partisipasi angkatan kerja, angka pengangguran dan distribusi sektoral penyerapan tenaga kerja. Dalam analisis ini digunakan batasan umur penduduk usia kerja adalah penduduk 15 tahun keatas, sesuai dengan Konvensi ILO No. 138 yang membatasi usia minimum yang diperbolehkan untuk bekerja adalah 15 tahun ke atas. Sebagai catatan, sejak tahun 2002 ada perubahan konsep ketenagakerjaan yang digunakan BPS. Perubahan ini menyangkut
perluasan
dari
konsep
penduduk
yang
menganggur. Menurut konsep lama, penduduk yang menganggur adalah penduduk yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan. Sedangkan menurut konsep baru, pengangguran adalah
penduduk yang sedang
mencari pekerjaan (belum bekerja) ditambah penduduk yang
sedang
mempersiapkan
usaha
(tidak
bekerja),
ditambah penduduk yang sudah mendapat pekerjaan tetapi belum mulai bekerja serta penduduk yang merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan (putus asa) Dengan konsep Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
53
KETENAGAKERJAAN
baru ini penduduk yang menganggur lebih tinggi, namun dirasakan lebih realistis dalam menggambarkan kondisi ketenagakerjaan di Indonesia. 5.1
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Pertambahan
Lubuklinggau
jumlah
berakibat
penduduk
pada
di
Kota
meningkatnya
jumlah
penduduk usia kerja (tenaga kerja). Dengan demikian jumlah penduduk yang memasuki angkatan kerja juga akan meningkat. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk yang akan memasuki pasar kerja, maka penciptaan dan perluasan lapangan kerja produktif diupayakan dapat terlaksanan secara mantap seirama dengan pertumbuhan ekonomi yang dicapai. Dalam rangka memperluas lapangan kerja produktif dan
mengurangi
pengangguran,
Pemerintah
Kota
Lubuklinggau harus mengupayakan berbagai kegiatan melalui beberapa program di bidang ketenagakerjaan. Program-program tersebut diharapkan dapat memperluas lapangan kerja maupun meningkatkan kualitas pekerja. Namun,
upaya-upaya
tersebut
harus
dilakukan
berkesinambungan karena pertumbuhan tenaga kerja baru yang memasuki pasar kerja ke depan akan semakin tinggi. Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
54
KETENAGAKERJAAN
Tabel 5.1 Jumlah Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja di Kota Lubuklinggau Tahun 2013 Jenis Kelamin Jenis Kegiatan Utama
Jumlah
(2) 59 912 56 193
Perempua n (3) 34 988 31 898
(4) 94 900 88 091
3 719
3 090
6 809
14 048
39 825
53 873
9 304
10 733
20 037
692
27 123
27 815
4 052
1 969
6 021
73 960
74 813
148 773
Laki-laki (1) Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran (Mencari pekerjaan, Mempersiapkan usaha, Merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, Sdh memp. pekerjaan, tetapi blm mulai bekerja) Bukan Angkatan Kerja/Non
Economically Active Sekolah
Mengurus Rumah Tangga Lainnya Sumber: BPS Kota Lubuklinggau
Pada tahun 2013 jumlah penduduk usia kerja di Kota Lubuklinggau mencapai 148.773 jiwa. Secara rinci, penduduk yang bekerja sebanyak 88.091 jiwa, penganggur sebanyak 6.806 jiwa, penduduk bersekolah sebanyak 20.037, penduduk yang mengurus rumah tangga sebanyak 27.815, dan penduduk dengan kegiatan lainnya sebanyak 6.021 jiwa.
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
55
KETENAGAKERJAAN
Dari data di atas dapat diketahui tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK). TPAK merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang termasuk angkatan kerja dengan penduduk usia kerja atau tenaga kerja. Ukuran ini
secara
kasar
dapat
menerangkan
tentang
kecenderungan tenaga kerja untuk aktif bekerja atau mencari kerja yang sifatnya mendatangkan kesempatan berpenghasilan baik berupa uang atau barang. Makin tinggi angka TPAK merupakan indikasi meningkatnya kecenderungan penduduk usia ekonomi aktif untuk mencari atau melakukan kegiatan ekonomi. Jumlah penduduk usia kerja, kebutuhan penduduk untuk bekerja, dan berbagai faktor sosial, ekonomi dan demografis merupakan besaran-besaran yang mempengaruhi angka TPAK. Tabel 5.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut Jenis Kelamin di Kota Lubuklinggau Tahun 2010-2013 Tahun
Laki-laki
Perempuan
L+P
(1)
(2) 81,48
(3) 43,99
(4) 62,61
82,59
51,39
66,89
80,81
49,68
65,13
81.01
46.77
63.79
2010 2011 2012 2013
Sumber: BPS Kota Lubuklinggau Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
56
KETENAGAKERJAAN
TPAK penduduk Kota Lubuklinggau tahun 2013 sebesar 63,79 artinya dari setiap 100 orang penduduk usia 15 tahun ke atas, sebanyak 63 orang telah aktif dalam aktivitas
ekonomi,
selebihnya
mereka
mempunyai
kegiatan seperti sekolah, mengurus rumah tangga atau lainnya (pensiun, jompo). Menelaah masalah TPAK, yang menarik adalah melihat TPAK penduduk perempuan. TPAK laki-laki bersifat universal karena setiap laki-laki dewasa dituntut untuk
mencari
nafkah
baik
bagi
dirinya
maupun
keluarganya. Sedangkan TPAK perempuan dipengaruhi oleh
beberapa
faktor,
antara
lain
meningkatnya
pendidikan perempuan, terbukanya kesempatan kerja bagi
perempuan,
meningkatnya
kebutuhan
ekonomi
keluarga, dan kemajuan sosial ekonomi masyarakat, seperti pandangan terhadap perempuan yang bekerja di luar rumah dan sebagainya. TPAK penduduk perempuan di Kota Lubuklinggau tahun 2013 menurun bila dibanding tahun sebelumnya. Hal tersebut kemungkinan berkaitan dengan
meningkatnya partisipasi sekolah penduduk
perempuan dan meningkatnya perempuan yang memilih aktivitas mengurus rumah tangga. Selain itu, penurunan jumlah angkatan kerja perempuan kemungkinan juga disebabkan karena terbatasnya lapangan kerja bagi Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
57
KETENAGAKERJAAN
perempuan sehingga mereka memilih untuk keluar dari angkatan kerja. 5.2
Tingkat Kesempatan Kerja Perkembangan indikator ketenagakerjaan di suatu
wilayah tidak cukup hanya dilihat dari pertumbuhan jumlah penduduk bekerja saja. Indikator lain yang tak kalah penting untuk diamati adalah tingkat kesempatan kerja.
Indikator
ini
menggambarkan
kemampuan
perekonomian wilayah dalam menyediakan daya tampung bagi penduduk yang memasuki pasar kerja. Pada tahun 2013 tingkat kesempatan kerja di Kota Lubuklinggau mencapai 92,83 persen. Hal ini berarti 92 sampai 93 dari 100 orang yang termasuk dalam angkatan kerja telah memperoleh pekerjaan, sementara 7 sampai 8 orang masih menganggur. Kondisi ini menunjukkan bahwa pesatnya peningkatan jumlah penduduk yang terserap pasar kerja pada tahun 2013 belum mampu mengimbangi pertumbuhan angkatan kerja.
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
58
KETENAGAKERJAAN
Tabel 5.3 Tingkat Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin di Kota Lubuklinggau Tahun 2010-2012 Tahun (1) 2010
Laki-laki (2) 95,60
Perempuan (3) 81,51
L+P (4) 90,62
2011
94,22
90,00
92,59
2012
95,24
89,79
93,15
2013
93,79
91,17
92,83
Sumber: BPS Kota Lubuklinggau
5.3
Pengangguran Terbuka Salah
satu
permasalahan
ketenagakerjaan
di
Indonesia demikian pula Sumatera Selatan dan Kota Lubuklinggau adalah angka pengangguran yang terus meningkat. Di negara-negara berkembang umumnya tingkat pengangguran yang tinggi utamanya di daerah pedesaan belum dianggap masalah yang serius, karena masih adanya sektor alternatif (pertanian). Padahal jika dicermati, akibat yang ditimbulkan dari tingginya angka pengangguran
ini
sangat
kompleks,
bahkan
dapat
membawa dampak ke daerah perkotaan. Lebih jauh tingkat pengangguran yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya stabilitas kamtibmas di suatu daerah. Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
59
KETENAGAKERJAAN
Tabel 5.4 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Jenis Kelamin di Kota Lubuklinggau Tahun 2010-2013 Tahun
TPT P (3) 18.49 10.00 10.21 8.83
L (2) 4.40 5.78 4.76 6.21
(1) 2010 2011 2012 2013
L+P (4) 9.38 7.41 6.85 7.17
Sumber: BPS Kota Lubuklinggau
Tingkat pengangguran terbuka di daerah perkotaan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daerah perdesaan. Tingginya angka pengangguran terbuka di kota selain karena
pengaruh
pertumbuhan
alamiah
penduduk,
kemungkinan juga karena dipengaruhi oleh arus masuk angkatan kerja dari daerah perdesaan dan banyaknya pencari kerja pertama kali sebagai konsekuensi dari meningkatnya
pendidikan
penduduk
di
perkotaan.
Sementara itu kesempatan kerja sektor-sektor produktif di perkotaan yang tersedia tidak mampu menampung para pencari kerja, maka berakibat pada tingginya angka pengangguran. Berbeda dengan daerah perdesaan yang pada umumnya tingkat pendidikan penduduknya relatif masih rendah sehingga angkatan kerja yang ada tidak mempunyai banyak tuntutan terhadap jenis pekerjaan
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
60
KETENAGAKERJAAN
yang diinginkan dan mau menerima pekerjaan-pekerjaan di sektor tradisional. Angka
pengangguran
penduduk
perempuan
terutama di perkotaan jauh lebih tinggi dibandingkan penduduk laki-laki. Sebagaimana halnya dengan angka TPAK
perempuan
di
perkotaan
pada
bahasan
sebelumnya, bahwa salah satu faktor pendorong kaum perempuan untuk memasuki angkatan kerja adalah faktor pendidikan. Pendidikan yang lebih baik akan meningkatkan aspirasi dan harapan akan penghasilan dan kehidupan yang lebih baik sehingga mendorong mereka
untuk
bersaing
memperebutkan
dengan
kesempatan
kaum
kerja.
laki-laki Sementara
terbatasnya lapangan kerja sektor modern di perkotaan menyebabkan
mereka
yang
tidak
tertampung
oleh
kesempatan kerja yang ada terpaksa harus menganggur. Selain itu, pada momen-momen tertentu atau jenis-jenis pekerjaan
tertentu
penduduk
laki-laki
lebih
besar
peluangnya untuk memasuki pasar kerja dibandingkan perempuan sehingga angka pengangguran wanita menjadi tinggi.
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
61
KETENAGAKERJAAN
5.4
Distribusi Sektoral Tenaga Kerja Selain beberapa indikator di atas, untuk melihat
pola penyerapan tenaga kerja di suatu daerah dapat diketahui melalui distribusi sektoral penyerapan tenaga kerja. Indikator ini dapat digunakan sebagai salah satu ukuran untuk mengetahui kemampuan sektor-sektor ekonomi dalam menyerap tenaga kerja dan juga sebagai tolok
ukur
kemajuan
perekonomian
suatu
daerah.
Tahapan kemajuan perekonomian suatu darah dari tradisional menuju industri salah satunya ditandai dengan adanya transformasi sektoral tenaga kerja dari sektor primer dengan produktivitas rendah ke sektorsektor dengan produktivitas lebih tinggi, yaitu sektor sekunder dan tersier. Persentase tenaga kerja di sektor primer akan menurun dan sebaliknya pada sektor sekunder dan tersier akan meningkat. Tabel 5.5 Distribusi Sektoral Tenaga Kerja di Kota Lubuklinggau Tahun 2012-2013 Tahun Lapangan Pekerjaan 2012 (1) Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
(2) 29 90 1.80
2013 (3) 26.31 1.54
62
KETENAGAKERJAAN
Tahun Lapangan Pekerjaan (1) Industri Pengolahan
2012
2013
(2)
(3) 2.70
3.25
Listrik, Gas, dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Komunikasi dan Transportasi Keuangan Jasa Kemasyarakatan
1 70 7.10 22.30 6.36 3.34 27.00
0.14 5.82 21.05 5.21 2.73 33.94
Jumlah Sumber: BPS Kota Lubuklinggau
100
100
Sesuai dengan ciri daerah perkotaan, penyerapan tenaga kerja di Kota Lubuklinggau tahun 2012 paling banyak terjadi di sektor tersier, mencapai 59,03 persen. Namun, yang perlu dicermati adalah penyerapan tenaga kerja di sektor primer cukup besar, 30,97 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor primer masih menjadi pilihan bagi penduduk sebagai lapangan usaha yang menjanjikan mengingat sektor ini lebih membutuhkan kegiatan produktif dengan sedikit skill. 5.5
Upah Minimum Pekerja Kebijakan pemerintah melalui Dinas Tenaga Kerja
mengenai penetapan Upah Minimum Pekerja (UMP) Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
63
KETENAGAKERJAAN
selama ini diyakini dapat menjadi instrumen guna mengendalikan penerimaan upah para pekerja sehingga mempunyai nilai wajar. Di satu sisi tidak merugikan pekerja dan di sisi lain tidak mengganggu kelancaran perusahaan. Namun, instrumen tersebut selama ini tidak lebih
hanya
perusahaan
digunakan saja
(safety
sebagai body).
pita
pengaman
Semestinya
bila
perusahaan memiliki kemampuan memadai, maka upah yang dibayarkan harus lebih tinggi dari penetapan UMP. Masalah lain adalah sampai saat ini pemberlakuan UMP belum
sepenuhnya
diterapkan
di
lapangan.
Pada
umumnya sebatas pada perusahaan-perusahaan besar, sementara para pekerja hanya sebagian kecil yang ditampung di perusahaan-perusahaan tersebut. Oleh karena itu, upah pekerja sering kali masih di bawah UMP yang ditetapkan pemerintah. Tabel 5.6 Perkembangan UMR dan KFM/KHM di Kota Lubuklinggau Tahun 2008-2013 (Rupiah)
Tahun
UMR
KFM/KHM
Persentase
(1)
(2) 743 000
(3) 876 740
(4) 18,00
2008
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
64
KETENAGAKERJAAN
Tahun
UMR
KFM/KHM
Persentase
(1) 2009
(2) 824 730
(3) 1 104 800
(4) 13,30
2010
927 825
1 060 921
12,00
2011
1 048 440
1 311 250
13,00
2012
1 195 220
1 999 526
13,00
2013
1 630 000
1 841 793
13,00
Sumber: BPS Kota Lubuklinggau
5.6
Produktivitas Pekerja Peningkatan kualitas pekerja yang dicerminkan
dengan
meningkatnya
pendidikan
memberi
dampak
terhadap produktivitas tenaga kerja. Demikian halnya upaya peningkatan pelatihan dan keterampilan tenaga kerja
yang
disertai
penerapan
teknologi
terapan
berdampak pada peningkatan produktivitas tenaga kerja.
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
65
KETENAGAKERJAAN
Tabel 5.7 Produktivitas Pekerja di Kota Lubuklinggau Tahun 2013 PDRB ADHB (Rp. Juta) (1) Dengan Migas
Tanpa Migas
Jumlah Pekerja (Orang) (2)
Produktivitas (Rp/Pekerja/Thn) (3)
3 176 922
88 091
36 064 092,81
3 176 922
88 091
36 064 092,81
Sumber: BPS Kota Lubuklinggau
5.7
Pelatihan Kerja Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia
diperlukan suatu spesialisasi dan spesifikasi keterampilan dan keahlian. Peranan lembaga pendidikan dan pelatihan (diklat) sangat menunjang untuk pencapaian tujuan peningkatan kualitas SDM tersebut. Di Dinas Tenaga Kerja Kota Lubuklinggau terdaftar tujuh lembaga pendidikan non formal swasta yang terdiri dari 9 program/kejuruan.
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
66
KETENAGAKERJAAN
Tabel 5.8 Lembaga Pelatihan Swasta yang Terdaftar di Dinas Tenaga Kerja Kota Lubuklinggau
No.
Nama Lembaga Pelatihan
Jumlah Instruktur (orang)
Program/ Kejuruan yang Dilaksanakan (4) Komputer Perhotelan
(1) 1.
(2) Bina Patria Indonesia
(3) 13
2.
Kursus Bahasa Inggris CS College
3
Bahasa Inggris Bahasa Perancis
3.
Ampera
7
Komputer Menjahit
4.
LPMIK Bina Nusantara
10
Komputer Administrasi Perkantoran
5.
Cipto Bhakti Husodo
10
6.
Keterampilan Perawatan Balita
7
Perawatan Balita dan Lansia
7.
LPMIK Sarana Sukses Utama
8
Kompter
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
Asisten Perawat Kesehatan Asisten Paramedis
67
KEMISKINAN
BAB VI KEMISKINAN Kemiskinan
merupakan masalah multi dimensi
yang tidak hanya menyangkut masalah pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, kondisi geografis, gender dan kondisi lingkungan merupakan dimensi kemiskinan yang juga mempengaruhi kondisi rumah tangga dalam status kemiskinan. Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok
orang,
laki-laki
dan
perempuan
tidak
terpenuhi kebutuhan dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan
kehidupan
yang
bermartabat.
Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipahami sebagai ketidakmampuan
memenuhi
kebutuhan
dasar
dan
perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Indonesia merupakan salah satu negara yang dianggap berhasil dalam upaya mengurangi kemiskinan sebelum terjadinya krisis ekonomi tahun 1997. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), proporsi penduduk yang
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
68
KEMISKINAN
hidup dibawah garis kemiskinan telah berkurang secara drastis dari sekitar 60% pada tahun 1970 menjadi sekitar 11% pada tahun 1996. Setelah krisis ekonomi tahun 1997 terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin. 6.1
Jumlah Penduduk Miskin Perkembangan jumlah penduduk miskin di Kota
Lubuklinggau
pada
periode
2004-2013
tampak
berfluktuasi dari tahun ke tahun. Selama periode tersebut jumlah penduduk miskin terbanyak terjadi pada tahun 2008, yaitu 31,8 ribu jiwa atau 17,36 persen. Sedangkan jumlah penduduk miskin paling sedikit pada tahun 2007, yaitu 25,6 ribu jiwa atau 14,25 persen. Secara umum, selama lima tahun terakhir jumlah penduduk miskin bertambah sebesar 4,1 ribu jiwa atu 15,96 persen.
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
69
KEMISKINAN
Gambar 6.1 Perkembangan Persentase Jumlah Penduduk Miskin Kota Lubuklinggau Tahun 2003-2013 17.8
17.36
16.42 16.11 16.01 14.25
15.12 15.3
14.43
13.89 14.37
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lubklinggau.
6.2
Garis Kemiskinan Sejak
tahun
2004
garis
kemiskinan
di
Kota
Lubuklinggau selalu naik setiap tahunnya. Terakhir pada tahun 2013 garis kemiskinan mencapai Rp 362.872,- per kapita per bulan.
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
70
KEMISKINAN
Gambar 6.2 Perkembangan Garis kemiskinan Kota Lubuklinggau Tahun 2004-2013
362,872.00 288,609.00
337,160.00 318,189.00
265,922.00 268,986.00 163,379.00
183,964.00 174,863.00
118,017.00
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lubklinggau.
6.3
Indeks Kedalaman Kemiskinan Indikator lain terkait dengan kemiskinan adalah
Indeks Kedalaman Kemiskinan. Indeks ini menunjukkan kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Indeks Kedalaman Kemiskinan yang tinggi menunjukan bahwa pengeluaran penduduk miskin jauh di bawah garis kemiskinan sehingga diperlukan
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
71
KEMISKINAN
usaha yang lebih besar untuk mengeluarkan mereka dari kondisi kemiskinan. Gambar 6.3 Perkembangan Indeks kedalaman Kemiskinan (P1) Kota Lubuklinggau Tahun 2003-2013
3.82
3.38 3.13
3.01
3.12
3.01 2.46
2.64
2.47
2.21 1.6
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lubklinggau.
Indeks
Kedalaman
Kemiskinan
(P1)
Kota
Lubuklinggau dari tahun 2003 sampai dengan 2013 mengalami fluktuatif, walaupun adanya penaikan yang drastis pada Tahun 2008. Dengan nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) pada tahun 2003 sebesar 3,13 meningkat pada tahun 2005 sebesar 3,38 dan kembali menurun lagi pada tahun 2006 sebesar 3,01 dan semakin menurun pada
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
72
KEMISKINAN
tahun 2007 sebesar 2,21 dan pada tahun 2008 Indeks Kedalaman
Kemiskinan
(P1)
Kota
Lubuklinggau
meningkat drastis menjadi 3,82 dan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kota Lubuklinggau tahun 2009 kembali menurun menjadi 2,46 dan pada tahun 2010 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kota Lubuklinggau kembali meningkat menjadi 3,12 dan pada tahun 2011 menurun sebesar 2,64. Pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 1.60 sedangkan pada tahun 2013 kembali meningkat menjadi 2,47 dengan pengertian bahwa Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kota Lubuklinggau semakin meningkat berarti tingkat kemiskinan semakin dalam (memburuk). 6.4
Indeks Keparahan Kemiskinan Indeks Keparahan Kemiskinan merupakan kuadrat
kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Indeks ini memberikan bobot lebih tinggi bagi mereka yang jauh berada di bawah garis kemiskinan. Perbaikan Indeks Keparahan Kemiskinan menunjukan perbaikan bagi mereka yang benar-benar miskin.
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
73
KEMISKINAN
Gambar 6.4 Perkembangan Indeks keparahan Kemiskinan (P2) Kota Lubuklinggau Tahun 2003-2013
1.25
0.96 0.83
0.96
0.91
0.8 0.72
0.61
0.6
0.47 0.28
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lubklinggau.
Indeks
Keparahan
Kemiskinan
(P2)
Kota
Lubuklinggau relatif menurun dari tahun 2003 sampai dengan 2012, walaupun adanya penaikan pada Tahun 2008. Dengan nilai indeks pada tahun 2003 sebesar 0.83 meningkat pada tahun 2005 sebesar 0.96. dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kota Lubuklinggau menurun pada tahun 2006 sebesar 0.91. semakin menurun pada tahun 2007 sebesar 0.47, dan pada tahun 2008 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kota Lubuklinggau kembali Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
74
KEMISKINAN
meningkat
drastis
menjadi
1.25,
dan
Keparahan
Kemiskinan (P2) Kota Lubuklinggau tahun 2009 kembali menurun menjadi 0.61, dan pada tahun 2010 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kota Lubuklinggau kembali meningkat menjadi 0.96 melebihi pada tahun 2004 sebesar 0.80 dan pada tahun 2011 kembali menurun sebesar 0.72 kemudian pada tahun 2012 kembali menurun sebesar 0.28 sedangkan pada tahun 2013 kembali terjadi kenaikan menjadi 0,6 dengan pengertian bahwa Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kota Lubuklinggau semakin meningkat
berarti
tingkat
Keparahan
kemiskinan
semakin parah (memburuk).
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
75
INDEK PEMBANGUNAN MANUSIA
BAB VII INDEK PEMBANGUNAN MANUSIA
Pembangunan
manusia
(human
development)
merupakan suatu paradigma yang menempatkan manusia sebagai titik sentral sehingga setiap upaya pembangunan mempunyai ciri dari, oleh, dan untuk rakyat. Dalam kerangka ini maka pembangunan daerah ditujukan untuk meningkatkan partisipasi penduduk dalam semua proses pembangunan. pemerintah
Untuk
mencapai
melakukan
upaya
tujuan
tersebut
peningkatan
kualitas
penduduk sebagai sumber daya baik dari aspek fisik (kesehatan), intelektualitas (pendidikan), kesejahteraan ekonomi (berdaya beli) maupun moralitas (iman dan takwa). Hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan yang termaktub
dalam
kesejahteraan bangsa”,
UUD
umum
secara
dan
implicit
1945,
yaitu
mencerdaskan juga
“memajukan kehidupan
mengandung
makna
pemberdayaan manusia. Dalam perspektif the United Nations Development
Programme (UNDP), pembangunan manusia (human development) dirumuskan sebagai perluasan pilihan bagi Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
76
INDEK PEMBANGUNAN MANUSIA
penduduk (enlarging the choices of people), yang dapat dilihat sebagai proses upaya ke arah “perluasan pilihan” dan sekaligus sebagai taraf yang dicapai dari upaya tersebut
(UNDP,
pembangunan
1990).
manusia
Pada
dapat
saat
dilihat
yang juga
sama sebagai
pembangunan (formation) kemampuan manusia melalui perbaikan taraf kesehatan, pengetahuan dan ketrampilan; sekaligus
sebagai
pemanfaatan
(utilization)
kemampuan/ketrampilan mereka tersebut. Konsep pembangunan di atas jauh lebih luas pengertiannya
dibandingkan
konsep
pembangunan
ekonomi yang menekankan pada pertumbuhan (economic
growth), kebutuhan dasar (basic needs),
kesejahteraan
masyarakat (social welfare), atau pembangunan sumber daya manusia (human resource development). Karena konsep pembangunan UNDP mengandung empat unsur yaitu: produktivitas (productivity), pemerataan (equity), kesinambungan
(sustainability),
dan
pemberdayaan
(empowerment). Pembangunan manusia dapat juga dilihat dari sisi pelaku atau sasaran yang ingin dicapai. Dalam kaitan ini UNDP melihat pembangunan manusia sebagai semacam “model”
pembangunan
tentang
penduduk,
untuk
penduduk, dan oleh penduduk: Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
77
INDEK PEMBANGUNAN MANUSIA
tentang penduduk; berupa investasi di bidang pendidikan,
kesehatan,
dan
pelayanan
sosial
lainnya;
untuk penduduk; berupa penciptaan peluang kerja melalui perluasan (pertumbuhan) ekonomi dalam negeri; dan
oleh
penduduk;
(empowerment)
berupa
upaya
penduduk
pemberdayaan
dalam
menentukan
harkat manusia dengan cara berpartisipasi dalam proses politik dan pembangunan. Untuk melihat sejauh mana capaian pembangunan manusia di suatu daerah, maka kehidupan masyarakat perlu dipantau perkembangannya. Pemantauan dimaksud adalah
untuk
pembangunan. akuntabilitas
mengevaluasi Selain
publik
itu,
juga
untuk
kemajuan sebagai
hasil
kerangka
mengevaluasi
kinerja
pemerintah daerah sebagai penyelenggara pemerintahan di tingkat kabupaten/kota. Bidang kehidupan yang perlu dipantau meliputi seluruh
aspek
kehidupan
masyarakat,
baik
yang
berkaitan dengan individu dalam hal kelangsungan hidup secara individu (kebutuhan dasar, kesehatan dan KB), tumbuh kembang (pendidikan, gizi), partisipasi (ketenagakerjaan, politik), perlindungan (kesejahteraan sosial, Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
78
INDEK PEMBANGUNAN MANUSIA
hukum dan ketertiban), maupun yang berkaitan dengan wilayah seperti kependudukan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi. Berbagai
indikator
dapat
digunakan
untuk
memantau kemajuan pembangunan di suatu daerah, baik indikator ekonomi maupun indikator sosial. Dalam konteks masyarakat sebagai obyek pembangunan, maka diperlukan
suatu
perkembangan
indikator
untuk
kehidupan/tingkat
mengukur kesejahteraan
masyarakat itu sendiri. Jika ingin melihat tingkat kesejahteraan dari segi ekonomi dalam arti umum, PDRB lebih tepat digunakan. Jika ingin melihat gambaran kesejahteraan gambaran tingkat kesejahteraan sosial dalam arti lebih sempit, IMH (Indeks Mutu Hidup) lebih tepat
digunakan,
mempertimbangkan Sedangkan
jika
karena
indikator
variabel-variabel ingin
melihat
IMH sosial
gambaran
hanya saja. tingkat
kesejahteraan sosial dan ekonomi dalam arti luas IPM (Indeks Pembangunan Manusia) tampaknya paling tepat digunakan, karena IPM mempertimbangkan variabelvariabel sosial dan ekonomi. UNDP sejak tahun 1990 menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) untuk mengukur keberhasilan atau kinerja Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
79
INDEK PEMBANGUNAN MANUSIA
(performence) suatu negara atau daerah dalam bidang pembangunan manusia. Konsep pembangunan manusia memiliki dimensi yang sangat luas. Menurut UNDP upaya ke arah “perluasan pilihan” hanya mungkin dapat direalisasikan jika penduduk paling tidak memiliki: peluang berumur panjang dan sehat, pengetahuan ketrampilan yang memadai,
dan
peluang
untuk
merealisasikan
pengetahuan yang dimiliki dalam kegiatan yang produktif (misalnya dapat bekerja dan memperoleh “uang” sehingga memiliki daya beli). Dengan kata lain, tingkat pemenuhan ketiga unsur tersebut minimal sudah dapat merefleksikan tingkat
keberhasilan
pembangunan
manusia
suatu
negara/daerah. Untuk mengukur tingkat pemenuhan ketiga unsur di
atas,
UNDP
berdasarkan pada
menyusun 3 (tiga)
suatu
indeks
indicator,
komposit
yaitu:
Angka
Harapan Hidup (life expectancy at age o: eo), Angka melek huruf penduduk dewasa (adult literacy rate: Lit) dan Rata-rata lama sekolah (mean years of schooling: MYS), serta Purchasing Power Parity (merupakan ukuran pendapatan yang sudah disesuaikan dengan paritas daya beli). Indikator pertama mengukur “umur panjang dan sehat”, dua indikator berikutnya mengukur “pengetahuan Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
80
INDEK PEMBANGUNAN MANUSIA
dan
ketrampilan”,
sedangkan
indikator
terakhir
mengukur kemampuan dalam mengakses sumber daya ekonomi dalam arti luas. Ketiga indikator inilah yang digunakan
sebagai
komponen
dalam
penyusunan
IPM/HDI. Pengukuran tingkat pemenuhan ketiga indikator di atas dilakukan dengan sistem pengukuran yang dipakai oleh UNDP dalam menyusun IPM global. Hal ini didorong harapan agar indeks yang dihasilkan terbanding secara nasional maupun internasional. Tabel 7.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Lubklinggau Tahun 2009-2013
Tahun
Indek Pembangunan Manusia (IPM)
(1) 2009 2010 2011 2012
(2) 70,18 70,56 71,10 71,46
2013 71,83 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota lubuklinggau
Angka IPM Kota Lubuklinggau relatif cukup baik. Selama kurun waktu 2008 sampai 2012 angka IPM kota ini menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Selain
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
81
INDEK PEMBANGUNAN MANUSIA
itu, selama kurun waktu tersebut status pembangunan manusia di Kota Lubuklinggau masuk dalam kategori menengah atas. Besar kecilnya angka IPM tidak terlepas dari unsurunsur pembentuknya, yaitu indeks harapan hidup, indeks pendidikan, dan indeks standar hidup layak. Dengan status yang disandang Kota Lubuklinggau tersebut, maka ada indikasi bahwa pembangunan manusia di bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi (daya beli) relatif baik. Peningkatan IPM terjadi karena peningkatan angka harapan hidup penduduk, rata-rata lama sekolah, angka melek huruf, dan tingkat daya beli masyarakat 7.1
Angka Harapan Hidup Angka harapan hidup memberikan banyak arti
dalam kaitannya dengan berbagai faktor kehidupan masyarakat. Angka harapan hidup atau yang dikenal dengan istilah “Life Expectancy at Birth” merupakan ratarata peluang hidup penduduk. Dari angka harapan hidup tersebut tercermin tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya
kualitas
kesehatan
penduduk
di
suatu
wilayah.
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
82
INDEK PEMBANGUNAN MANUSIA
Tabel 7.2 Angka Harapan Hidup Kota Lubuklinggau (AHH) Tahun 2010-2013
Tahun
Angka Harapan Hidup (AHH)
(1) 2010 2011 2012
(2) 65,70 65,80 66,00
2013 66,05 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota lubuklinggau
Angka
harapan
hidup
penduduk
di
Kota
Lubuklinggau mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Secara perlahan peluang hidup penduduk di Kota Lubuklinggau menunjukkan perbaikan. Angka harapan hidup penduduk kota ini pada tahun 2013 mencapai 66,05 tahun, lebih baik dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 66,00 tahun. Hal ini berarti pada tahun tersebut penduduk Kota Lubuklinggau memiliki harapan hidup antara usia 60 sampai 61 tahun. Terjadi peningkatan sekitar 0,6 tahun dari tahun sebelumnya. Ada indikasi bahwa kualitas kesehatan penduduk Kota Lubuklinggau meningkat.
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
83
INDEK PEMBANGUNAN MANUSIA
7.2
Angka Melek Huruf Pada tingkat makro ukuran yang sangat mendasar
dari pendidikan adalah kemampuan baca tulis penduduk. Minimal
penduduk
harus
mempunyai
kemampuan
membaca dan menulis agar dapat menerima informasi secara tertulis, dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembangunan,
dan
pembangunan
secara
kemampuan minimum
baca
dapat
menikmati
wajar.
tulis
Dengan
merupakan
hasil-hasil kata
lain,
keterampilan
yang dibutuhkan penduduk untuk dapat
menuju hidup sejahtera. Dalam penghitungan IPM, kemampuan penduduk dalam membaca dan menulis dilihat dari angka melek huruf (Literacy Rate) penduduk umur 15 tahun ke atas. Tabel 7.3 Angka Melek Huruf Kota Lubuklinggau (AMH) Tahun 2008-2013
Tahun
Angka Melek Huruf (AMH)
(1) 2008 2009
(2) 98,03 98,33
2010 2011
98,40 98,50
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
84
INDEK PEMBANGUNAN MANUSIA
Tahun
Angka Melek Huruf (AMH)
(1) 2012
(2) 98,51
2013 98,55 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota lubuklinggau
Pada tahun 2013 angka melek huruf penduduk Kota Lubuklinggau umur 15 tahun ke atas mencapai 98,55 persen. Dengan kata lain, sebesar 1,45 persen penduduk umur 15 tahun ke atas di kota ini belum atau tidak dapat membaca dan menulis. Namun, dapat dimaklumi karena pada
umumnya penduduk
yang belum atau tidak
membaca dan menulis tersebut terkonsentrasi pada penduduk kelompok umur tua. Jika dibandingkan dengan tahun 2012, angka melek huruf
di
Kota
Lubuklinggau
sedikit
mengalami
peningkatan. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan kualitas
pendidikan
selama
tahun
2013
dari
segi
kemampuan baca tulis. Dari kondisi tersebut diasumsikan kemampuan penduduk dalam menyerap informasi juga meningkat.
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
85
INDEK PEMBANGUNAN MANUSIA
7.3
Daya Beli Penduduk Berdasarkan
data
pengeluaran
per
kapita
penduduk, maka dapat dilihat bagaimana tingkat daya beli penduduk di Kota Lubuklinggau. Tingkat daya beli penduduk ini menggambarkan kondisi relatif daya beli antar wilayah dan antar waktu. Pada penghitungan IPM, daya
beli
komponen
penduduk lain,
(adjusted) dengan
disesuaikan
seperti
indeks
harga
dan
indeks
kemahalan melalui formula Atkinson. Oleh karena itu, angka
daya
beli
yang
dihasilkan
tidak
apat
diinterpretasikan berdasarkan angka nominal, melainkan harus
diinterpretasikan
secara
riil
dengan
membandingkan antar wilayah dan antar waktu. Angka daya beli ini dibaca sebagai nilai pada kondisi tahun 2000. Tabel 7.4 Perkembangan Daya Beli Penduduk Kota Lubuklinggau Tahun 2008-2013 Tahun
Tingkat Daya Beli (Rp)
(1)
(2)
2008
604.255
2009 607.640 2010 609,775 2011 614.342 2012 617.821 2013 621.440 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota lubuklinggau
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
86
INDEK PEMBANGUNAN MANUSIA
Perkembangan Lubuklinggau
daya
berangsur
beli
masyarakat
menunjukkan
Kota
peningkatan.
Setelah ditimbang dengan indeks harga konsumen, indeks kemahalan, dan disesuaikan dengan formula Atkinson, maka daya beli penduduk Kota Lubuklinggau tahun 2013 mencapai Rp 621.440,-. Artinya, karena daya beli telah ditimbang dengan faktor indeks harga (tahun dasar 2000), maka kemampuan penduduk membeli barang dan jasa selama satu tahun tersebut setara dengan nilai uang sebesar
Rp
621.440,-
di tahun 2000.
Besaran ini
meningkat apabila dibandingkan dengan tahun 2011 yang mencapai Rp 617.321,-.
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
87
MILLENIUM DEVELOPMENT GOAL’S
BAB VIII MILLENIUM DEVELOPMENT GOAL’S
Pada
September
2000,
saat
berlangsungnya
pertemuan Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) di New York, Kepala
Negara
menyepakati
dan
perwakilan
dari
189
Milenium
yang
menegaskan
Deklarasi
negara
kepedulian utama secara global terhadap kesejahteraan masyarakat dunia. Tujuan dari deklarasi yang disebut Tujuan
Pembangunan
Development sebagai
Milenimum
Goals-MDGs)
fokus
(Millenium
menempatkan
utama
pembangunan
manusia dan
mengartikulasikan satu gugus tujuan yang berkaitan satu sama lain ke dalam agenda pembangunan dan kemitraan global. Setiap tujuan dijabarkan ke dalam sasaran atau lebih dengan indikator yang terukur. Bagi Indonesia dan negara-negara berkembang, Tujuan Pembangunan Milenium digunakan sebagai acuan dalam
perumusan kebijakan, strategi dan program
pembangunan.
Pemerintah
indonesia
telah
mengarusutamakan MDGs dalam pembangunan sejak tahap
perencanaan
dan
penganggaran
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
hingga 88
MILLENIUM DEVELOPMENT GOAL’S
pelaksanaannya. Hal ini dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005 - 2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2005 - 2009 dan Tahun 2010 – 2014 dan Rencana Kerja Tahunan berikut dokumen anggarannya. Berdasarkan startegi pro-growth, pro-jobs, pro-poor anggaran
dan
pro-environment,
pusat
dan
alokasi
daerah
dana
untuk
dalam
mendukung
pencapaian berbagai sasaran MDGs terus meningkat setiap tahunnya. Di samping itu, kemitraan produktif pemerintah dan organisasi masyarakat madani dan sektor swasta
mempunyai
kontribusi
penting
terhadap
percepatan pencapaian MDGs. Millenium bahasa
Development
Indonesia
Goals
diterjemahkan
(MDGs) sebagai
dalam Tujuan
Pembangunan Milenium (TPM). Tujuan Pembangunan Millenium merupakan paradigma pembangunan global yang disepakati secara internasional oleh 189 negara anggota
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)
dalam
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium PBB bulan September 2000 silam. Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Nomor 55/2 tanggal 18 september 2000 tentang Deklarasi Millenium Perserikatan Bangsa
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
89
MILLENIUM DEVELOPMENT GOAL’S
Bangsa
(A/RES/55/2.
United
Nations
Millenium
Declaration) Secara ringkas, arah pembangunan yang disepakati secara global meliputi: (1). Menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2). Mewujudkan pendidikan dasar untuk semua; (3). Mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; (4). Menurunkan kematian anak;
(5).
Meningkatkan
kesehatan
maternal;
(6).
Melawan penyebaran HIV/AIDS dan penyakit kronis lainnya; (7). Menjamin keberlangsungan lingkungan; (8). Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. 8.1
Tujuan
1
:
Menanggulangi
Kemiskinan
dan
Kelaparan Target 1 : Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah US$ 1 per hari menjadi setengahnya dalam kurun waktu 1990-2015 Indikator : Proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan Indeks Keparahan Kemiskinan Proporsi konsumsi penduduk termiskin (kuantil pertama) Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
90
MILLENIUM DEVELOPMENT GOAL’S
Target 2 : Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya dalam kurun waktu 1990-2015 Indikator : Prevalensi balita kurang gizi Proporsi penduduk di bawah angka kecukupan gizi (AKG menurut WNPG 2004 : 2000 kkal per hari. Tabel 8.1 Tujuan 1 : Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan INDIKATOR
KONDISI SAAT INI
TARGET 2015
STATUS
Target 1 : Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah US$ 1 per hari menjadi setengahnya dalam kurun waktu 1990-2015 Indikator : 1
Proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan
14,37% (2013)
10,73%
Akan Tercapai
2
Indeks Kedalaman Kemiskinan
2,47 (2013)
menurun
Akan Tercapai
3
Indeks Keparahan Kemiskinan
0,60 (2013)
Menurun
Akan Tercapai
4
Proporsi konsumsi penduduk termiskin (kuantil pertama)
6,53% (2013)
meningkat
Akan Tercapai
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
91
MILLENIUM DEVELOPMENT GOAL’S
KONDISI SAAT INI
INDIKATOR
TARGET 2015
STATUS
Target 2 : Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya dalam kurun waktu 1990-2015 Indikator : 1
Prevalensi kurang gizi
balita
0,02% (2013)
2,43%
Akan Tercapai
2
Proporsi penduduk 67,21 35,32% Akan di bawah angka (2013) Tercapai kecukupan gizi (AKG menurut WNPG 2004 : 2000 kkal per hari. Sumber : Badan Pusat Statistik & Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau
8.2
Tujuan 2 : Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Target 3 :
Menjamin pada tahun 2015, semua anak
dimanapun baik laki-laki maupun perempuan dapat menyelesaikan pendidikan dasar. Indikator : Angka Partisipasi sekolah dasar Angka partisipasi sekolah lanjutan pertama Angka Melek Huruf Usia 15-24 tahun
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
92
MILLENIUM DEVELOPMENT GOAL’S
Tabel 8.2 Tujuan 2 : Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua
INDIKATOR
KONDISI SAAT INI
TARGET 2015
STATUS
Tujuan 2 : Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua.
Target 3 : Menjamin pada tahun 2015, semua anak dimanapun baik laki-laki maupun perempuan dapat menyelesaikan pendidikan dasar. Indikator : 1
Angka Partisipasi sekolah dasar
100% (2013)
100%
Akan Tercapai
2
Angka sekolah pertama
partisipasi lanjutan
94,12% (2013)
100%
Akan Tercapai
3
Angka Melek Huruf Usia 15-24 tahun
98,55% (2013)
100%
Akan Tercapai
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lubuklinggau
8.3
Tujuan 3 : Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan. Target 4 : Menghilangkan ketimpangan gender di
tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2015 dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015.
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
93
MILLENIUM DEVELOPMENT GOAL’S
Indikator : Rasio anak perempuan terhadap laki-laki di tingkat pendidikan dasar, lanjutan dan tinggi yang diukur
melalui
partisipasi
anak
perempuan
terhadap laki-laki. Rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki usia 15-24 tahun, yang diukur melalui angka melek huruf perempuan/laki-laki (Indeks Paritas Melek Huruf Gender) (%) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Proporsi
perempuan
dalam
lembaga-lembaga
public (legislatif, eksekutif, dan yudikatif) (%). Tabel 8.3 Tujuan 3 : Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua INDIKATOR
KONDISI SAAT INI
TARGET 2015
STATUS
Target 4 : Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2015 dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015. Indikator : Rasio anak perempuan 1 terhadap laki-laki di tingkat pendidikan
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
94
MILLENIUM DEVELOPMENT GOAL’S
KONDISI SAAT INI
TARGET 2015
100% (2013)
100%
Telah Tercapai
Rasio APS Perempuan terhadap Laki-Laki Anak Usia 13-15 Tahun
103,96% (2013)
100%
Telah Tercapai
Rasio APS Perempuan terhadap Laki-Laki Anak Usia 16-18 Tahun
106,51% (2013)
100%
Telah Tercapai
100% (2013)
100%
Telah Tercapai
46,77% (2013)
Meningkat
Akan Tercapai
INDIKATOR dasar, lanjutan dan tinggi yang diukur melalui partisipasi anak perempuan terhadap laki-laki. Rasio APS Perempuan terhadap Laki-Laki Anak Usia 7-12 Tahun
Rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki usia 15-24 tahun, yang diukur 2 melalui angka melek huruf perempuan/lakilaki (Indeks PAritas Melek Huruf Gender) (%) 3
Tingkat Angkatan (TPAK).
Partisipasi Kerja
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
STATUS
95
MILLENIUM DEVELOPMENT GOAL’S
INDIKATOR Tingkat 4 Pengangguran Terbuka (TPT). Proporsi perempuan dalam lembaga5 lembaga publik (legislatif, eksekutif, dan yudikatif) (%).
KONDISI SAAT INI
TARGET 2015
8,83% (2013)
Menurun
Akan Tercapai
19,65% (legis-latif) (2013)**
Meningkat
Akan Tercapai
STATUS
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lubuklinggau Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
8.4
Tujuan 4 : Menurunkan Angka Kematian Anak. Target 5 :
Menurunkan Angka Kematian BAlita
sebesar dua pertiganya dalam kurun waktu 1990-2015 Indikator : Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup Anak usia 12-23 bulan yang di imunisasi campak (%)
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
96
MILLENIUM DEVELOPMENT GOAL’S
Tabel 8.4 Tujuan 4 : Menurunkan Kematian Anak INDIKATOR
KONDISI SAAT INI
TARGET 2015
STATUS
Target 5 : Menurunkan Angka Kematian Balita sebesar dua pertiganya dalam kurun waktu 1990-2015 Indikator :
1
2
Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup
10,34% (2013)*
23%
Tercapai
Anak usia 12-23 bulan yang di imunisasi campak (%)
90,36% (2013)
100%
Akan Tercapai
Sumber : Badan Pusat Statstik dan Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
8.5
Tujuan 5 : Meningkatkan Kesehatan Ibu. Target 6 : Menurunkan angka kematian ibu sebesar
tiga perempatnya dala kurun waktu 1990-2015 Indikator : Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
97
MILLENIUM DEVELOPMENT GOAL’S
Proporsi kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan (%) Angka pemakaian kontrasepsi pada perempuan menikah usia 15-49 tahun (KB) Tabel 8.5 Tujuan 5 : Meningkatkan Kesehatan Ibu INDIKATOR
KONDISI SAAT INI
TARGET 2015
STATUS
Tujuan 5 : Meningkatkan Kesehatan Ibu.
Target 6 : Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya dalam kurun waktu 1990-2015 Indikator :
1
Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup
2
Proporsi kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan (%)
93,19% (2013)
67,28% (2013)
3
Angka pemakaian kontrasepsi pada perempuan menikah usia 15-49 tahun (KB)
98 (2013)
102
Meningkat
Telah Tercapai Telah Tercapai
Meningkat
Sumber : Badan Pusat Statistik & Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
98
MILLENIUM DEVELOPMENT GOAL’S
8.6
Tujuan 6 : Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penaykit Menular Lainnya. Target 7 : Mengendalikan penyebaran HIV/AIDS
dan mulai menurunnya jumlah kasus baru pada tahun 2015 Indikator : Prevalensi HIV dan AIDS (%) Penggunaan kondom pada pemakaian kontrasepsi (%). Persentase penduduk usia muda 15-24 tahun yang mempunyai pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS. Target 8 : Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah kasus malaria dan penyakit lainnya pada tahun 2015 Indikator : Prevalensi malaria per 1.000 penduduk. Prevalensi tuberkolosis per 1.000 penduduk. Angka penemuan pasien tuberkolosis BTA posistif baru (%) Angka
keberhasilan
pengobatan
pasien
tuberkolosis.
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
99
MILLENIUM DEVELOPMENT GOAL’S
Tabel 8.6 Tujuan 6 : Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penaykit Menular Lainnya KONDISI TARGET INDIKATOR STATUS SAAT INI 2015 Tujuan 6 : Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penaykit Menular Lainnya.
Target 6A : Mengendalikan peneybaran HIV/AIDS dan mulai menurunnya jumlah kasus baru pada tahun 2015 Indikator 0% (3 Kasus) (2013)
1
Prevalensi HIV dan AIDS (%)
2
Penggunaan kondom pada pemakaian kontrasepsi (%).
0,41 % (2013)
16.5% (2010)
3
Persentase penduduk usia muda 15-24 tahun yang mempunyai pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS.
Menurun
Sudah Tercapai
Meningkat
Akan Tercapai
Meningkat
Akan Tercapai
Target 6B : Mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan mulai menurunnya jumlah kasus baru pada tahun 2015 Indikator :
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
100
MILLENIUM DEVELOPMENT GOAL’S
INDIKATOR
KONDISI SAAT INI
TARGET 2015
STATUS
1
Prevalensi malaria per 1.000 penduduk.
0% (2013)
Menurun
Akan Tercapai
2
Prevalensi tuberkolosis per 1.000 penduduk.
1,50 (2013)
Menurun
Akan Tercapai
3
Angka penemuan pasien tuberkolosis BTA posistif baru (%)
12 (165 kasus) (2013)
Menurun
Akan Tercapai
4
Angka keberhasilan pengobatan pasien tuberkolosis.
26.43% (2009)
Meningkat
Akan Tercapai
Sumber : Badan Pusat Statistik & Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau
8.7
Tujuan 7 : Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup Target
pembangunan
9
:
Memadukan
berkelanjutan
dengan
prinsip-prinsip kebijakan
dan
program nasional serta mengembalikan sumber daya lingkungan yang hilang. Indikator : Proporsi lahan yang tertutup hutan (PLH). Rasio luas kawasan lindung (RKL) terhadap luas wilayah. Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
101
MILLENIUM DEVELOPMENT GOAL’S
Proporsi
penduduk
atau
rumah
tangga
menggunakan bahan bakar pada untuk memasak Target 10 : Menurunkan proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan
serta
fasilitas
sanitasi
dasar
sebesar
separuhnya pada 2015. Indikator : Proporsi rumah tangga dengan akses terhadap sumber air minum yang terlindungi. Proporsi rumah tangga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak. Target 11 : Mencapai perbaikan yang berarti dalam penduduk miskin di pemukiman kumuh pada tahun 2020 Indikator : Proporsi rumah tangga yang menempati rumah yang layak
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
102
MILLENIUM DEVELOPMENT GOAL’S
Tabel 8.7 Tujuan 7 : Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup INDIKATOR
KONDISI SAAT INI
TARGET 2015
STATUS
Tujuan 7 : Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup
Target 7A : Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumber daya lingkungan yang hilang. Indikator : 55,33 (2013)
Meningkat
1
Proporsi lahan yang tertutup hutan (PLH).
Akan Tercapai
21,19 (2013)
Meningkat
2
Rasio luas kawasan lindung (RKL) terhadap luas wilayah.
Akan Tercapai
10,12% (2013)
Menurun
Akan Tercapai
3
Proporsi penduduk atau rumah tangga menggunakan bahan bakar padat untuk memasak
Target 7B : Menurunkan proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar sebesar separuhnya pada 2015.
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
103
MILLENIUM DEVELOPMENT GOAL’S
Indikator : 96,19%* (2013)
Meningkat
Akan Tercapai
1
Proporsi rumah tangga dengan akses terhadap sumber air minum yang terlindung.
85,48% (2013)
Meningkat
2
Proporsi rumah tangga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak.
Akan Tercapai
Target 7C : Mencapai perbaikan yang berarti dalam penduduk miskin di pemukiman kumuh pada tahun 2020 Indikator :
1
Proporsi tangga menempati yang layak
rumah yang rumah
85.46%* (2013)
Meningkat
Akan Tercapai
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lubuklinggau Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
8.8
Tujuan 8 : Membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan Target 12 : Bekerjasama dengan Negara lain untuk
mengembangkan
dan
menerapkan
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
strategi
untuk
104
MILLENIUM DEVELOPMENT GOAL’S
menciptakan lapangan kerja yang baik dan produktif bagi penduduk usia muda Indikator : Tingkat pengangguran Usia Muda (15-24 tahun) menurut jenis kelamin. Target 13 : memanfaatkan
Bekerjasama dengan swasta dalam
teknologi
baru
terutama
teknologi
informasi dan komunikasi Indikator : Persentase rumah tangga yang memiliki telepon rumah. Persentase
penduduk
yang
memiliki
telepon
seluler. Persentase rumah tangga yang memiliki computer personal. Proporsi rumah tangga pengguna internet. Tabel 7.8 Tujuan 8 : Membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan INDIKATOR
KONDISI SAAT INI
TARGET 2015
STATUS
Target 12 : Bekerjasama dengan Negara lain untuk mengembangkan dan menerapkan strategi untuk menciptakan lapangan kerja yang baik dan produktif bagi penduduk usia muda
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
105
MILLENIUM DEVELOPMENT GOAL’S
INDIKATOR Tingkat Pengangguran Usia 1 15-24 Tahun Menurut Jenis Kelamin
KONDISI SAAT INI Laki Laki 21,57% Perempuan 29,57% (2013)
TARGET 2015
STATUS Perlu Perhatian
Menurun
Target 13 : Bekerjasama dengan swasta dalam memanfaatkan teknologi baru terutama teknologi informasi dan komunikasi Persentase rumah 1 tangga yang memiliki telepon rumah.
4,94% (2013)
Meningkat
Perlu Perhatian
Persentase penduduk 2 yang memiliki telepon seluler.
49,13% (2013)
100%
Akan Tercapai
Persentase rumah 3 tangga yang memiliki computer personal.
26,67% (2013)
Meningkat
Perlu Perhatian
Proporsi rumah 4 tangga pengguna internet.
49,34% (2013)
50%
Akan Tercapai
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lubuklinggau
Indikator Sosial Budaya Kota Lubuklinggau Tahun 2014
106