1. Pendahuluan Belajar merupakan suatu upaya yang dilakukan secara sadar untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baru [1]. Adapun hasil yang diperoleh dalam suatu kegiatan belajar mengajar, baik pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik disebut sebagai hasil belajar [2]. Kaitannya dengan hal tersebut, berdasarkan observasi yang telah dilaksanakan terhadap siswa kelas VIII di SMP N 2 Tuntang, diperoleh suatu masalah yaitu rendahnya hasil belajar siswa pada materi Ms.Excel. Nilai rata-rata kelas VIII A, B, C, D, E, F, G pada tahun ajaran 2012/2013 berturut-turut adalah 70.2, 69.3, 68.75, 72.3, 67.0, 74.8, 76.5. Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa banyak rerata kelas yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 75.0 untuk materi Ms.Excel. Selain itu, data tersebut juga menunjukkan bahwa proporsi ketuntasan hasil belajar siswa ternyata belum memenuhi ketuntasan klasikal. Hasil belajar siswa merupakan parameter yang dapat digunakan oleh guru untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep siswa terhadap materi yang dipelajari. Dalam hal ini, hasil belajar yang tinggi menunjukkan bahwa pemahaman konsep siswa terhadap materi yang dipelajari tinggi, sedangkan hasil belajar yang rendah menunjukkan bahwa pemahaman konsep siswa terhadap materi yang dipelajari rendah. Tinggi rendahnya hasil belajar siswa tersebut dipengaruhi oleh adanya faktor-faktor penyebab yang ternyata dibedakan menjadi dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal [2]. Salah satu faktor eksternal yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa adalah metode pembelajaran. Menurut Widodo, metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru untuk menyajikan materi dan menumbuhkan interaksi dalam proses pembelajaran dengan tujuan agar siswa termotivasi dalam belajar serta dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitasnya sehingga mencapai kompetensi yang diharapkan, baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik [3]. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru TIK SMP N 2 Tuntang, diperoleh informasi bahwa metode pembelajaran yang digunakan oleh guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di SMP N 2 Tuntang adalah metode ceramah. Metode ceramah adalah suatu metode pembelajaran yang bertumpu pada guru, yang artinya bahwa semua pengetahuan berasal dari guru sehingga siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Dampaknya, siswa belum dapat mengembangkan pengetahuannya secara maksimal. Berkaitan dengan permasalahan tersebut, diperlukan adanya suatu metode pembelajaran baru yang dapat mengaktifkan dan menarik minat siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Ms.Excel. Metode pembelajaran yang dipilih adalah metode cooperative tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) berbantuan video tutorial. Metode tersebut diharapkan dapat memberikan peningkatan yang signifikan pada hasil belajar siswa kelas VIII SMP N 2 Tuntang, khususnya untuk materi Ms.Excel.
1
2. Tinjauan Pustaka Penelitian Gelora sebagaimana dikutip oleh Lubis [4] yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil Belajar Siswa di SMA Swasta Santo Thomas 3 pada Materi Pokok Besaran dan Satuan” diperoleh perbedaan hasil belajar siswa yang cukup signifikan antara pembelajaran metode ceramah dengan metode pembelajaran cooperative tipe STAD. Hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative tipe STAD lebih tinggi dibandingkan dengan metode ceramah. Hasil penelitian terdahulu mengenai video tutorial dalam artikel berjudul “Efektifitas Penggunaan Media Video untuk Meningkatkan Pengenalan Alat Musik Daerah pada Pembelajaran IPS bagi Anak Tunagrahita Ringan di SDLB 20 Kota Solok” menunjukkan bahwa video merupakan alat yang cocok untuk pembelajaran di kelas, berkelompok, maupun belajar sendiri. Video tidak hanya dapat dilihat tapi juga dapat didengar. Manfaat yang lain dari video adalah menarik perhatian, memperjelas dan mengilustrasikan materi pembelajaran sehingga siswa tidak cepat lupa. Selain itu secara ekonomis, video termasuk alat yang mudah untuk ditemukan dan murah [5]. Perbedaan penelitian ini dengan kedua penelitian tersebut adalah pemberian perlakuan atau treatment yang dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode pembelajaran yang juga digunakan oleh Gelora namun tidak digunakan oleh Putri, yaitu metode pembelajaran cooperative tipe STAD. Selain itu juga menggunakan media yang digunakan oleh Putri namun tidak digunakan oleh Gelora, yaitu video tutorial. Diharapkan dengan menggunakan keduanya yaitu metode pembelajaran cooperative tipe STAD dan media video tutorial dapat lebih meningkatkan hasil belajar siswa. Maisaroh & Rostrieningsih mengemukakan bahwa hasil yang diperoleh seseorang dalam proses kegiatan belajar mengajar pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, yang selanjutnya dinilai melalui test, disebut sebagai hasil belajar [2]. Sedangkan Suharsimi menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa dalam mengikuti suatu proses pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk angka dan huruf [6]. Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh dari proses belajar kognitif, afektif dan psikomotorik yang dinilai melalui tes, kemudian dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar, baik faktor internal dan eksternal [1]. Salah satu contoh faktor eksternal yaitu metode pembelajaran. Metode pembelajaran menurut Widodo adalah cara yang digunakan guru untuk menyajikan materi dan menumbuhkan interaksi dalam proses pembelajaran dengan tujuan agar siswa termotivasi dalam belajar serta dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitasnya sehingga mencapai kompetensi yang diharapkan, baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotor [3]. Sebagai salah satu contoh metode pembelajaran adalah metode pembelajaran cooperative tipe Student Teams Achievement Divisons (STAD). Pembelajaran cooperative merupakan suatu metode pembelajaran dengan adanya pembentukan kelompok-kelompok kecil pada suatu kelas. Adapun tujuan dari metode pembelajaran ini adalah agar siswa bekerjasama untuk belajar dan bertanggungjawab terhadap kemajuan teman-temannya. Dengan demikian,
2
kesuksesan kelompok hanya dapat dicapai apabila semua anggota kelompok menguasai materi yang sedang dipelajari [7]. Kaitannya dengan metode pembelajaran cooperative, ada beberapa tipe yang termasuk di dalamnya. Salah satunya adalah tipe Student Teams Achievement Divisons (STAD). Metode pembelajaran cooperative tipe Student Teams Achievement Divisons (STAD) adalah suatu metode pembelajaran yang dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Adapun desain metode tersebut yaitu siswa belajar secara berkelompok untuk memahami materi yang sedang dipelajari dan meraih penghargaan bersama [8]. Unsur dasar pembelajaran tipe STAD ini adalah bahwa siswa dituntut untuk mempertanggungjawabkan materi yang telah dibahas dalam suatu kelompok kooperatif [9]. Pembelajaran cooperative tipe STAD memiliki beberapa komponen utama yang menjadi dasar dalam setiap pembelajaran. Komponen STAD menurut Slavin [10]
adalah sebagai berikut: a. Presentasi kelas Pada tahap pertama pendidik menyajikan materi pelajaran secara garis besar. Pada tahap ini penyajian dapat berupa ceramah atau presentasi menggunakan audiovisual. Peserta didik harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh agar memahami uraian pendidik, karena dengan begitu akan membantu mereka dalam diskusi kelompok, sehingga mampu menjalani kuis dengan baik, b. Belajar dalam tim Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang dimana mereka mengerjakan tugas yang diberikan. Jika ada kesulitan siswa yang merasa mampu membantu siswa yang kesulitan. c. Tes individu Setelah pembelajaran selesai ada tes individu (kuis). d. Skor pengembangan individu Skor yang didapatkan dari hasil tes, yang selanjutnya dicatat oleh guru untuk dibandingkan dengan hasil prestasi sebelumnya. Skor tim diperoleh dengan menambahkan skor peningkatan semua anggota dalam 1 tim. e. Penghargaan tim Penghargaan didasarkan nilai rata-rata tim dimana dapat memotivasi mereka. Penggunaan suatu media dalam penerapan metode pembelajaran merupakan hal penting untuk menunjang keberhasilan metode pembelajaran tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, media pembelajaran diperlukan untuk menyampaikan materi secara efektif dan efisien, serta dapat menarik minat siswa sehingga berdampak pada lebih meningkatnya hasil belajar para siswa. Adapun media pembelajaran yang dimaksud dalam hal ini adalah video tutorial. Video termasuk dalam multimedia, sementara multimedia dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang mengintegrasikan penyajian materi dengan penggunaan komputer. Penyajian tersebut dapat berupa teks, gambar, audio, dan video atau animasi [11]. Video tutorial adalah susunan gambar yang hidup dan ditayangkan oleh pengajar yang berisi pembelajaran untuk membantu memahami suatu materi pembelajaran sebagai suatu pengajaran tambahan kepada siswa [12],
3
sehingga dapat disimpulkan bahwa video tutorial adalah suatu bentuk visual dari susunan gambar bergerak yang ditayangkan oleh pengajar dan berisi materi ajar sebagai media untuk memahami suatu materi pembelajaran. 3. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen, dengan desain penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest control group design, yaitu penelitian dengan melihat perbedaan pretest maupun posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol [13]. Desain tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. E
01
X1
02
K
03
X2
04
Gambar 1. Desain Penelitian
Keterangan : E : Kelas eksperimen (menggunakan metode pembelajaran cooperative tipe STAD berbantuan video tutorial) K : Kelas kontrol (menggunakan metode ceramah) 01 : Pretest kelas eksperimen 02 : Posttest kelas eksperimen 03 : Pretest kelas kontrol 04 : Posttest kelas kontrol X1 : Perlakuan dengan metode pembelajaran cooperative tipe STAD berbantuan video tutorial X2 : Perlakuan dengan metode ceramah Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran. Variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa kelas VIII G SMP N 2 Tuntang tahun ajaran 2013/2014 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII F N 2 Tuntang tahun ajaran 2013/2014 sebagai kelas kontrol, pada materi Ms.Excel. Sementara variabel kontrol pada penelitian ini adalah guru, materi pelajaran, jumlah jam mata pelajaran dan kurikulum yang digunakan. Alur penelitian dilaksanakan dalam beberapa tahapan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.
4
Observasi
Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data Awal
Penyusunan Instrumen
Pengadaan Posttest
Pemberian Perlakuan
Pengadaan Pretest
Penentuan Kelas Sampel
Pemberian Angket
Pengolahan data dan analisis
Penarikan kesimpulan
Penulisan Laporan
Gambar 2. Alur Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan identifikasi masalah yang ditentukan berdasarkan hasil observasi pada mata pelajaran TIK kelas VIII di SMP N 2 Tuntang. Adapun data awal yang diambil adalah nilai siswa kelas VIII tahun ajaran 2012/2013 pada materi Ms.Excel. Kaitannya dengan penelitian tersebut, diperlukan adanya penyusunan instrumen berupa perangkat pembelajaran yang mencakup penggalan silabus, RPP, bahan ajar, alat evaluasi atau soal tes, media pembelajaran, dan angket. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP N 2 Tuntang tahun ajaran 2013/2014. Kelas sampel yang digunakan ditentukan menggunakan teknik cluster random sampling, dengan syarat populasi harus berdistribusi normal dan memiliki homogenitas yang sama. Berdasarkan teknik sampling tersebut, artinya bahwa penentuan kelas sampel yang terdiri dari satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol harus dilakukan secara acak. Adapun hasilnya, kelas VIII G ditentukan sebagai kelas eksperimen, sedangkan kelas VIII F sebagai kelas kontrol. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, tes, angket, dokumentasi. Metode tes (soal pretest dan posttest) bertujuan untuk mengukur pencapaian penguasaan terhadap materi yang diajarkan. Adapun kisi-kisi soal pretest-posttest dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kisi-kisi Soal Tes
No. 1 2 3 4 5
Indikator Mengenal tanda operator aritmatika Mengenal fungsi matematik Mengenal fungsi statistic Mengenal fungsi logika Mengenal fungsi pembacaan tabel
No. Soal 9, 10, 13, 14, 15, 16 4, 5, 12, 17 1, 2, 3, 11, 23, 24 21, 22,25 6, 7, 8, 18, 19, 20
Pengolahan data angket menggunakan skala likert dengan kriteria jawaban : SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju), 5
dengan bobot SS = 4; S = 3; TS = 2; STS = 1 [14]. Besarnya persentase tanggapan siswa dihitung dengan rumus :
Persentase (%) =
x 100%
Pengadaan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelas sampel sebelum diberikan perlakuan yang berbeda. Pembelajaran di kelas eksperimen menggunakan metode cooperative tipe STAD berbantuan video tutorial, sedangkan di kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada kedua kelas sampel diadakan posttest mengenai materi yang telah diajarkan. Selain itu, dalam penelitian ini juga diberikan angket bagi seluruh siswa kelas ekperimen yang dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode cooperative tipe STAD berbantuan video tutorial terhadap minat siswa. Pembuatan dan pengembangan video dilakukan dengan langkah-langkah yang disampaikan oleh Pramudito [12] pada Gambar 3. Concept Penyusunan materi
Pembuatan Produk
Testing Validasi Ahli
Membuat video Valid
Revisi
Distribution Video Tutorial
Video
Gambar 3. Langkah Pembuatan Video Penyusunan concept merupakan tahap mencari dan menyusun materi pembelajaran, yang dilanjutkan dengan pembuatan produk berupa video. Pembuatan video tersebut menggunakan program powerpoint, proses printscreen menggunakan Camtasia dan dubbing. Pada tahap berikutnya yaitu tahap testing dilaksanakan dengan validasi dari ahli media dan ahli materi. Berkaitan dengan hal tersebut, telah dilaksanakan revisi sebanyak 5x mengenai topografi video yang mencakup beberapa hal, diantaranya (1) animasi yang kurang menarik; (2) background yang terlalu mencolok; (3) gambar yang tidak sesuai; serta (4) tulisan yang terlalu kecil atau tidak jelas. Sedangkan tahap akhir dalam pembuatan video ini adalah distribution atau pembagian video tutorial yang sudah divalidasi oleh ahli media dan ahli materi kepada siswa. Hasil pretest-posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dianalisis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada kedua kelas sampel
6
tersebut. Metode analisis data yang digunakan adalah uji hipotesis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 16.0. 4. Hasil dan Pembahasan Pengambilan sampel dari populasi kelas VIII SMP N 2 Tuntang menggunakan teknik cluster random sampling, yang berarti harus diawali dengan uji normalitas dan homogenitas populasi terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan penggunaan teknik cluster random sampling hanya dapat dilakukan apabila populasi berdistribusi normal dan memiliki homogenitas yang sama. Data yang digunakan untuk uji normalitas dan homogenitas dalam penelitian ini adalah data nilai UTS (Ulangan Tengah Semester) seluruh siswa kelas VIII SMP N 2 Tuntang pada tahun ajaran 2013/2014. Adapun hasilnya menunjukkan bahwa populasi berdistribusi normal dan memiliki homogenitas yang sama sehingga dapat dilakukan pengambilan sampel secara acak. Berdasarkan pengundian, kelas VIII G ditentukan sebagai kelas eksperimen, sedangkan kelas VIII F sebagai kelas kontrol. Pengadaan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada kedua kelas sampel sebelum diberikan perlakuan atau treatment yang berbeda. berikut disajikan grafik data nilai pretest antara kelas eksperimen dan kelas sampel pada Gambar 4. 100 80 60
Kontrol
40
Ekperimen
20 0 Jumlah
Mean
Max
Min
Gambar 4. Grafik Data Nilai Pretest
Grafik mengenai data pretest pada Gambar 4 menunjukkan bahwa perbedaan nilai rata-rata kedua kelas sampel tidak jauh berbeda, yaitu sama-sama belum memenuhi presentase ketuntasan belajar secara klasikal. Hal ini disebabkan karena penggunaan metode pembelajaran yang sama yaitu metode ceramah. Metode ceramah merupakan suatu metode pembelajaran yang berpusat kepada guru sehingga memiliki beberapa kelemahan, seperti : (1) kurangnya penguasaan kelas karena guru sibuk menulis/menggambar di papan tulis; (2) kurangnya ketertarikan siswa dalam memperhatikan pelajaran dikarenakan tulisan/gambar yang kurang bagus di papan tulis; dan (3) kurangnya pemahaman konsep siswa terhadap materi yang diajarkan [15]. Oleh karena kemampuan awal siswa pada kedua kelas sampel adalah sama, maka dapat diterapkan penggunaan metode pembelajaran yang berbeda
7
pada kedua kelas sampel tersebut. Hal ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh penggunaan metode ceramah dengan metode cooperative tipe STAD berbantuan video tutorial terhadap hasil belajar siswa, khususnya pada materi Ms.Excel. Perbedaan mendasar diantara kedua metode tersebut terletak pada langkah-langkah pembelajarannya. Apabila metode ceramah berpusat pada guru sehingga menyebabkan siswa menjadi kurang tertarik dan kurang aktif, metode cooperative tipe STAD justru berpusat pada siswa sehingga dapat meningkatkan ketertarikan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Mengacu pada tahap-tahap penerapan metode pembelajaran cooperative tipe STAD seperti yang diungkapkan oleh Slavin [10], berikut adalah tahapan metode pembelajaran yang dilaksanakan dalam penelitian ini 1. Presentasi guru dengan media video tutorial Pada tahap pertama ini, guru mengenalkan materi pembelajaran yang akan diajarkan secara garis besar. Penyajian materi berupa presentasi dengan menggunakan media video tutorial. Siswa memperhatikan dengan sungguhsungguh agar memahami materi. Dengan demikian, nantinya siswa akan terbantu dalam diskusi kelompok sehingga mampu menyelesaikan kuis dengan baik. 2. Pembagian kelompok dan latihan soal Pembagian kelompok dilakukan oleh guru secara acak. Setiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Namun, dikarenakan jumlah siswa yang hanya 31 maka ada satu kelompok yang hanya terdiri dari 3 siswa saja. Saat berkelompok siswa diberikan materi menggunakan media video tutorial yang didalamnya terdapat latihan soal. Fungsi utama dari kelompok adalah memastikan bahwa setiap anggota kelompok memahami masalah yang didiskusikan oleh kelompok tersebut sehingga saat diadakan kuis, setiap anggota kelompok mampu meraih skor maksimal. Peran anggota kelompok disini adalah kerjasama dalam artian jika ada teman kelompoknya yang belum menguasai materi atau belum bisa mengerjakan soal latihan, siswa yang lain dalam kelompok tersebut akan mengajarkan kepada siswa yang belum menguasai materi tersebut sehingga nantinya semua siswa dapat memahami materi dan dapat mengerjakan latihan soal yang diberikan dengan baik. Peran video tutorial juga berada pada tahap kedua ini. Setiap kelompok diberikan satu komputer yang telah diberi video tutorial. Saat mengerjakan soal latihan secara berkelompok, mungkin ada siswa yang belum memahami materi. siswa tersebut dapat mengulang kembali video tutorial dalam komputer kelompoknya. Dengan video tutorial, siswa dapat memilih menjalankan hanya pada bagian yang siswa tersebut belum memahami saja dan tidak perlu mengulang materi dari awal. Hal tersebut dapat mengefisienkan waktu pembelajaran. 3. Pemberian kuis Guru mengevaluasi hasil belajar siswa melalui kuis tentang materi yang telah dipelajari. Setiap kelompok diberikan 2 soal kuis. Kuis diberikan secara lisan dan dijawab langsung oleh para siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, setiap kelompok mendapatkan 2 butir pertanyaan. Pertanyaan pertama dijawab oleh siswa secara sukarela, sedangkan pertanyaan kedua
8
harus dijawab oleh siswa yang ditunjuk oleh guru. Para siswa tidak diperkenankan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis yang diberikan. Dokumentasi kelas pada saat pemberian kuis dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Siswa Menjawab Kuis
4. Penskoran kuis Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini. Skor untuk jawaban benar adalah 5, sedangkan untuk jawaban salah adalah 0. 5. Pemberian penghargaan kelompok Kelompok akan memperoleh suatu penghargaan jika skor kelompok tersebut sesuai dengan kriteria yang disajikan pada Tabel 3.
No 1 2 3 4
Tabel 3. Kriteria Skor Kelompok [16] Skor Kelompok Kriteria 0
Pemberian perlakuan atau treatment dilakukan dua kali. Perlakuan pertama dengan materi rumus fungsi sedangkan perlakuan kedua dengan materi pembacaan tabel. Dari pemberian perlakuan yang pertama dengan materi rumus fungsi, didapatkan suatu permasalahan yaitu: (1) pembentukan kelompok yang membutuhkan cukup banyak waktu; (2) saat berkelompok untuk mengerjakan soal latihan, siswa yang sudah menguasai materi tidak langsung mengerjakan, tetapi malah ikut melihat temannya yang mengulang video tutorial di komputer, sehingga waktu untuk mengerjakan soal berkurang; (3) sifat egois siswa dalam kelompok yang tidak mau mengajarkan kepada temannya agar semua siswa menguasai materi Untuk mengatasi permasalahan yang muncul pada pemberian perlakuan atau treatment pertama, dilakukan penyelesaian yaitu: (1) penentuan kelompok sama seperti saat treatment yang pertama; (2) diberikan penjelasan sebelum memulai pembelajaran mengenai bagaimana menggunakan waktu sehingga lebih efisien, yaitu dengan mengulang video tutorial hanya pada penjelasan yang dirasa belum dipahami dan tidak bersifat egois karena jika ada siswa yang tidak
9
menguasai materi, maka saat diberikan kuis dan siswa tersebut tiak dapat menjawabnya, akan berpengaruh terhadap nilai kelompoknya. Sementara hasil perhitungan kriteria skor kelompok siswa dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kriteria Hasil Skor Kelompok kelompok Skor Kelompok Kriteria 1 20 Tim istimewa 2 20 Tim istimewa 3 15 Tim baik sekali 4 20 Tim istimewa 5 20 Tim istimewa 6 20 Tim istimewa 7 20 Tim istimewa 8 20 Tim istimewa Berdasarkan hasil skor kelompok pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa dari 8 kelompok yang terbentuk, 1 kelompok termasuk dalam kriteria baik sekali, sedangkan 7 kelompok termasuk dalam kriteria istimewa. Hasil kriteria skor tersebut menunjukkan bahwa proses belajar dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative tipe STAD berbantuan video tutorial dianggap cukup berhasil karena siswa dapat memahami materi Ms Excel yang diajarkan dengan baik. Selain memuat materi pembelajaran, video tutorial yang diberikan kepada siswa sebagai media penunjang metode cooperative tipe STAD ini juga mencakup latihan-latihan soal mengenai Ms.Excel yang harus dikerjakan oleh siswa. Ketika terdapat materi yang masih kurang dipahami, siswa dapat mengulang lagi video turorial yang terdapat di komputer masing-masing kelompok. Hal ini sangat bermanfaat untuk mengefektifkan waktu pembelajaran sehingga guru tidak kesulitan untuk memberikan penjelasan ulang mengenai materi Ms.Excel apabila terdapat siswa yang masih kurang paham terhadap materi tersebut. Waktu yang disediakan oleh sekolah untuk setiap mata pelajaran di SMP N 2 Tuntang setiap jamnya adalah 35 menit. Sementara mata pelajaran TIK mendapatkan dua jam pelajaran setiap minggunya. Alokasi waktu yang digunakan dalam penerapan metode pembelajaran cooperative tipe STAD berbantuan video tutorial di kelas eksperimen pada materi Ms.Excel dapat dilihat pada Tabel 5.
10
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tabel 5. Alokasi Waktu Pembelajaran Kelas Eksperimen Keterangan Waktu Pertemuan 1 Pengadaan pretest 20 Menit Pemberian materi rumus dan fungsi secara teori 5 Menit Pembagian kelompok dan penyajian materi dengan 15 Menit metode cooperative tipe STAD berbantuan video tutorial Pengerjaan latihan soal 15 Menit Pemberian kuis 15 Menit Pertemuan 2 Pemberian materi pembacaan tabel secara teori 5 Menit Pembagian kelompok dan penyajian materi dengan 15 Menit metode cooperative tipe STAD berbantuan video tutorial Pengerjaan latihan soal 15 Menit Pemberian kuis 15 Menit Posttest 20 Menit Pertemuan 3 Pemberian angket siswa 10 Menit
Video tutorial diberikan selama pembelajaran berlangsung yaitu pada pertemuan pertama dan kedua. Peran video tutorial dalam pembelajaran adalah untuk menarik minat siswa sehingga nantinya siswa mau mempelajaari materi dengan serius dan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa nantinya. Selain itu juga dapat mengefisienkan waktu pembelajaran karena dengan media video tutorial ini siswa yang belum menguasai materi, dapat mengulang video tutorial tersebut dan mengulang hanya pada bagian dimana siswa belum memahami. Jika tidak menggunakan media video tutorial, guru akan kesulitan mengulang kembali materi yang telah diajarkan, sementara setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyerap materi. Hal tersebut akan mengurangi waktu pembelajaran yang seharusnya digunakan untuk latihan soal atau pemberian kuis, digunakan untuk mengulang materi pembelajaran. Tampilan video tutorial untuk materi rumus dan fungsi dapat dilihat pada Gambar 6, sedangkan untuk materi pembacaan tabel dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 6. Tampilan Video Materi Rumus dan Fungsi
11
Gambar 6 menunjukkan tampilan video tutorial yang secara detail menyajikan materi mengenai langkah-langkah penggunaan rumus (*) dalam perhitungan. Setiap langkah dijelaskan dengan petunjuk berupa tampilan lingkaran merah dan anak panah. Selain itu, video tutorial ini juga dilengkapi dengan dubbing sehingga siswa juga dapat mendengar penjelasan terkait isi video.
Gambar 7. Tampilan Video Materi Pembacaan Tabel
Gambar 7 menunjukkan secara detail mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan pada penggunaan rumus (HLOOCKUP) dalam pengisian tabel. Setiap langkah dijelaskan dengan petunjuk berupa tampilan kotak merah dan anak panah. Sama halnya dengan video tutorial untuk materi rumus dan fungsi, video ini juga dilengkapi dengan penjelasan suara terkait isi video. Ada tidaknya pengaruh penggunaan metode pembelajaran cooperative tipe STAD berbantuan video tutorial terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada materi Ms.Excel dapat dilihat hasilnya dengan pengadaan posttest untuk kedua kelas sampel, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Metode analisis yang digunakan adalah uji t (independent sample t test) dengan program SPSS versi 16.0 yang sebelumnya diawali dengan uji normalitas dan homogenitas terlebih dahulu. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa data berditribusi normal dan memiliki homogenitas yang sama sehingga dapat dilaksanakan uji t. Adapun untuk hasil uji t data posttest secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Uji t Posttest
Data Posttest
Sig .834
thitung -3.645
tkritis 2.001
Berdasarkan Tabel 6, nilai |thitung| > tkritis yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan diantara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbandingan data nilai posttest diantara keduanya dapat dilihat pada Gambar 8.
12
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Kontrol Ekperimen
Jumlah
Mean
Max
Min
Gambar 8. Grafik Data Nilai Posttest
Grafik data nilai posttest materi Ms.Excel untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol yang disajikan pada Gambar 8 menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran cooperative tipe STAD berbantuan video tutorial memberikan peningkatan hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode ceramah. Oleh karena hasil uji t nilai posttest menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Adapun rumusan hipotesis yang diuji adalah Ho : penggunaan metode pembelajaran cooperative tipe STAD berbantuan video tutorial tidak dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi belajar Ms.Excel kelas VIII SMP N 2 Tuntang H1 : penggunaan metode pembelajaran cooperative tipe STAD berbantuan video tutorial dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi belajar Ms.Excel kelas VIII SMP N 2 Tuntang dengan kriteria uji dua pihak sebagai berikut. Jika thitung > tkritis, maka Ho ditolak, H1 diterima Jika thitung < tkritis, maka Ho diterima, H1 ditolak Berikut merupakan hasil uji hipotesis dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 yang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Uji Hipotesis Data
Pretest – Posttest
thitung -6.443
tkritis 2.001
Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa |thitung| > tkritis. Hal ini berarti Ho ditolak, H1
diterima. Dengan demikian, disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran cooperative tipe STAD berbantuan video tutorial dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi belajar Ms.Excel kelas VIII SMP N 2 Tuntang. Tingginya peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu penggunaan metode pembelajaran cooperative tipe STAD dan penggunaan media pembelajaran berupa video tutorial. Metode pembelajaran cooperative tipe STAD merupakan metode yang 13
bertujuan mengaktifkan siswa sehingga siswa dapat membangun pengetahuan dan keterampilan secara bersama, baik melalui diskusi kelompok maupun diskusi kelas [1]. Sehingga dapat dikatakan bahwa keunggulan metode cooperative tipe STAD dibandingkan dengan metode ceramah terutama terletak pada kemampuan metode tersebut dalam mengaktifkan siswa, yang kemudian berdampak pada hasil belajar siswa itu sendiri. Sedangkan penggunaan media pembelajaran berupa video tutorial dalam proses pembelajaran memiliki keunggulan-keunggulan, diantaranya : (1) tidak hanya dapat dilihat tetapi juga dapat didengar; (2) meningkatkan minat dan perhatian siswa dalam penyampaian materi karena video dapat memperjelas sajian teori, ide, dan ilustrasi sehingga siswa tidak cepat lupa; (3) secara ekonomis, video termasuk media yang relatif murah baik dari segi harga maupun pengoperasiannya [2]. Hasil angket tanggapan siswa dibagi ke dalam beberapa kriteria hasil tanggapan siswa [17] pada Tabel 10. Tabel 10. Kriteria Hasil Tanggapan Siswa Interval
Kriteria
85%<x≤100%
Sangat Baik
70%<x≤85%
Baik
55%<x≤70%
Cukup Baik
40%<x≤55%
Kurang Baik
25%<x≤40%
Tidak Baik
Mengacu pada kriteria tersebut, diketahui bahwa tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran cooperative tipe STAD berbantuan video tutorial yang digunakan dalam pembelajaran di kelas eksperimen tergolong baik. Berikut disajikan hasil analisis kriteria angket tanggapan siswa pada Gambar 9.
20 15 10 5 0 SB
B
CB
KB
TB
Kriteria
Gambar 9. Hasil Analisis Kriteria Angket Siswa
14
SB B CB KB TB
: sangat baik : baik : cukup baik : kurang baik : tidak baik
Berdasarkan hasil analisis kriteria angket pada Gambar 9, dari total 31 siswa yang memberikan tanggapan, 4 siswa diantaranya memberikan tanggapan yang sangat baik, 19 siswa memberikan tanggapan baik, dan 8 siswa yang lainnya memberikan tanggapan cukup baik. 5. Simpulan Penerapan metode pembelajaran cooperative tipe STAD berbantuan video tutorial dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi belajar Ms.Excel kelas VIII SMP N 2 Tuntang tahun ajaran 2013/2014, yang ditunjukkan melalui hasil posttest dan Hasil uji hipotesis yang menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Penggunaan media video tutorial dapat menarik siswa untuk belajar dan mempermudah guru dalam penyampaian materi pembelajaran, yang dibuktikan dengan kriteria hasil analisis tanggapan siswa yang menunjukkan kriteria baik.
6. Daftar Pustaka [1] Smaldino, dkk. 2011. Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar. Jakarta: Kencana. [2] Maisaroh & Rostrieningsih. (2010, November). Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team pada Mata Pelajaran Keterampilan Dasar Komunikasi di SMK Negeri 1 Bogor, Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 8, Nomor 2. [3] Widodo, U. (2013, Juli). Penerapan Metode Pembelajaran Kolaboratif untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran Membaca Gambar Sketsa di SMK Negeri 2 Klaten, Jurnal Ilmiah. [4] Lubis, A. (2012, Juni). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada Materi Pokok Gerak Lurus di Kelas X SMA Swasta UISU Medan, Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 1 No 1. [5] Putri, N. (2012, Mei). Efektifitas Penggunaan Media Video untuk Meningkatkan Pengenalan Alat Musik Daerah pada Pembelajaran IPS bagi Anak Tunagrahita Ringan di SDLB 20 Kota Solok, Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus, Vol. 1 No. 2. [6] Suharsimi, A. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara. [7] Harmoko. 2013. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Student Teams Achivement Division (STAD) Ditinjau dari Keaktifan Siswa dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Menggunakan Alat Ukur Kelas X Jurusan Teknik Pemesinan di SMK Muhammadiyah Prambanan, Skripsi S1. Yogyakarta: Progdi Pendidikan Teknik Mesin, FT UNY. [8] Siregar, H. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1 Tanjungpura pada Pelajaran Kimia, Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, Vol. 2, No 1.
15
[9]
[10] [11]
[12]
[13]
[14] [15]
[16] [17]
Sunilawati, N. M. dkk. 2013. Pengaruh Model Pembelajarna Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Kemampuan Numerik Siswa Kelas IV SD, Jurnal Pendidikan Dasar. Vol.3. Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning Theory, Research, and Practice. USA: The Jhons Hopkins University. Hasani, N.I. (2013, Desember). Pengembangan Multimedia Pembelajaran Bahasa Jawa Mengenai Tokoh Wayang Pandawa Lima untuk Siswa Sekolah Dasar, Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Vol.1, No.3 Pramudito, A. (2013, Maret). Pengembangan Media Pembelajaran Video Tutorial pada Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan Standar Kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut di SMK Muhammadiyah 1 Playen, Jurnal Pendidikan Teknik Mesin, Edisi I No. 5. Febriastuti, Y.D. 2012. Pembelajaran Inkuiri Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa SMP N 2 Geyer, Skripsi S1. Semarang: Progdi Pendidikan Fisika, FMIPA UNNES. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta Harsono, Beni dkk. 2009. Perbedaan Hasil Belajar antara Metode Ceramah Konvensional dengan Ceramah Berbantuan Media Animasi pada Pembelajaran Kompetensi Perakitan dan Pemasangan Sistem Rem, Jurnal PTM. Vol. 9, No. 2. Isjoni. 2013. Cooperative LearningEfektifitas Pembelajaran Berkelompok. Bandung: Alfabeta Widiyanti. 2014. Penerapan Model Big Task Berbasis Modified Free Inquiry pada Praktikum Asam Basa guna Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa, Skripsi S1. Semarang: Progdi Pendidikan Kimia, FMIPA UNNES.
16