KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DUSUN II DESA JATI KESUMA WILAYAH KERJA PUSKEMAS NAMORAMBE TAHUN 2015
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Diploma-III Ahli Madya Kebidanan
Oleh: RIZKI MEILIDIA GINTING 12/AB/075
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMATERA UTARA PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN MEDAN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DUSUN II DESA JATI KESUMA WILAYAH KERJA PUSKEMAS NAMORAMBE TAHUN 2015
Oleh:
RIZKI MEILIDIA GINTING 12/AB/075
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMATERA UTARA MEDAN 2015
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
RIWAYAT INDIVIDU Nama
: Riski Meilidia Ginting
Nim
: 12/AB/075
Tempat / Tanggal Lahir
: Tebing Tinggi 04 Mei 1994
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Suku
: Batak Karo
Anak Ke
: 2 dari 3 Bersaudara
Alamat
: Desa Binjai Baru Kabupaten Batu Bara
RIWAYAT HIDUP KELUARGA Nama Ayah
: Erwandi Ginting SPd.
Nama Ibu
: Barus Keliat Am.Keb.
Pekerjaan Ayah
: PNS
Pekerjaan Ibu
: Karyawati
Alamat
: Desa Binjai Baru Kabupaten Batu Bara
RIWAYAT PENDIDIKAN 2000 - 2006
: SD Negeri
2006 - 2009
: MTS Pondok Pesantren Muhammadyah Modern Kuala Madu
2009 - 2012
: SMA Negeri 1 Talawi
2012 - 2015
: D III Kebidanan STIKes SU Lulus Tahun 2015
ABSTRAK
Menurut WHO (2013) diare merupakan penyebab utama kematian pada balita. Setiap tahun diare membunuh sekitar 760.000 balita. Berdasarkan SDKI tahun 2012 diperoleh angka kematian balita (AKABA) di Sumatera Utara sebesar 54/1.000 kelahiran hidup, diperkirakan kasus diare 559.011 ditemukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku hidup bersih dan sehat ibu dengan kejadian diare pada balita didusun II desa jati kesuma wilayah kerja puskesmas namorambe tahun 2015. Diare adalah buang air besar yang tidak normal, bentuk tinja cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Gejala diare frekuensi ≥3 kali sehari, berlendir terdapat darah dalam kotoran disertai demam, sakit kepala, badan lesu, panas, mual, muntah, tidak nafsu makan. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ibu yang mempunyai balita sebanyak 42 orang dan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total populasi. Pengambilan data menggunakan kuisioner yang kemudian diolah dengan uji Chis-sguare dengan α = 0,05. Hasil penelitian dengan uji Chi Square menunjukkan bahwa ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif (p=0,020), cara mencuci tangan (p=0,00) dengan kejadian diare pada balita dan tidak ada hubungan antara air bersih (p=0,246), penggunaan jamban (p=0,269) dengan kejadian diare pada balita. Disarankan kepada instansi kesehatan Puskesmas Namorambe untuk melakukan program penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), bagi masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan sedini mungkin terhadap kejadian diare pada balita.
Kata Kunci
: PHBS, Diare, Balita.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis penjatkan kehadirat Tuhan Allah SWT oleh karena berkat dan rahmat-Nya dan cinta-Nya penulis telah menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Adapaun judul Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Ibu Dengan Kejadian Diare pada Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015” Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Diploma pada Program Studi D-III Kebidanan STIKes Sumatera Utara. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah peneliti telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Baik yang bersifat moril maupun materil sehingga Karya Tulis Ilmiah dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti mengucapakan banyak terima kasih kepada : 1. Drs. Asman R. Karo-karo, MM selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. 2. Dr. H. Paul Sirait, SK, MM, M. Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. 3. Ibu Evawani Martalena Silitonga SKM, M.Si selaku Pembantu Ketua I Bidang Akademi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara.
i
4. Bapak Donal Nababan SKM, M.Kes selaku Pembantu Ketua II Bidang Administrasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. 5. Bapak Dian Fajariadi, S.Kep, Ners, M. Kep selaku Pembantu Ketua III Bidang Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. 6. Ibu Vera Christina Hulu, S. Psi, M.Kes Psikolog selaku Ka. Prodi D-III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara selaku Penguji II Karya Tulis Ilmiah. 7. Ibu Serly Monika Sembiring, SST, M.Kes selaku dosen Pembimbing dan ketua penguji yang selalu memberikan dukungan semangat, membimbing dengan sabar dan mendoakan hingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan terima kasih atas saran dan masukan yang telah diberikan selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8. Ibu Agusanna Dewi Silangit SST, M.Kes. selaku penguji I yang selalu Membimbing dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. 9. Ibu Noni Eriska Sipahutar, SST selaku wali kelas Bidan B yang selama 3 tahun telah menjadi orang tua yang selalu memberikan kasih sayang, arahan, dukungan serta motivasi dan membimbing kami dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah. 10. Seluruh Staf dosen D-III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis dalam mnyelesaikan Karya Tulis
ii
Ilmiah berupa ilmu pendidikan selama masa perkuliahan sehingga penulis dapat memperoleh ilmu yang berharga. 11. Bapak Panggung Warsito, selaku kepaa desa jati kesuma yang telah banyak membantu saya dalam pengumpulan data dan mengizinkan saya melakukan penelitian diDusun II Desa Jati Kesuma. 12. Ibu Meli Dolok Saribu, Am. Keb dan Ibu Lasmaria Sipayung, S. Kep selaku Ibu Asrama D-III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara telah membimbing dan megarahkan serta memberi dukungan kepada penulis. 13. Kedua Orang Tua tercinta ayahanda Erwandi Ginting dan Ibunda Barus br.Keliat serta Kakak Reni Kartika Ginting, Kakak Meilinda Keliat dan Adik saya Reza Ahmad Fahmi Ginting, terimakasih tak terhingga untuk berjuta perhatian, kasih sayang, serta doa dan dukungan yang telah diberikan baik moril maupun materil terutama pada saat penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. 14. Keluarga angkat saya di Namobintang Bapak Ridwan Sinulingga, ibu Eneng Ginting, Rizki, Onald, Govinda, Dani yang banyak membantu serta memberikan dukungan dan semangat terutama saat penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. 15. Teman-teman satu bimbingan yang selalu memberikan motivasi dalam menyelesaikan Proposal dan teman-teman Stambuk 2012 yang senantiasa memberikan semangat serta dukungan kepada penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan. iii
16. Terima kasih untuk teman-teman tersayangku Kamar Renal Dewi Hariaty, Hotni Sari Haloho, Juraidah Manurung, Melli Sarana Sembiring, Murni Astuti, Rupina Pasaribu, Rode Sinta, dan Yulia Ningsih yang selalu memberikan motivasi untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. 17. Terima kasih pada sahabat-sahabat saya Nova Julianti Lubis, Rida Wati Siagian, Ismailia Rahma, Dian Permata Sari, selvi yang telah memberikan saya banyak motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. 18. Terima kasih pada kakak angkat saya Jesika Marlina Ginting, Ardestaria Singarimbun dan adek angkat saya Mei Lewi Debora, Oniati waruwu yang telah memberikan saya banyak motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan Berkat dan RahmatNya kepada kita semua dan mudah-mudahan ilmu yang selama ini penulis peroleh dapat menjadi amal bukti untuk Nusa, Bangsa dan Agama, Amin. Akhir kata penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini dan semoga bermanfaat khusunya bagi penulis dan pemabaca pada umumya. Medan, Agustus 2015 Penulis RISKI MEILIDIA GINTING 12/AB/075
iv
DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... ABSTRAK ............................................................................................................... KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................................................... v DAFTAR TABEL ..................................................................................................v DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1.2. Perumusan Masalah .......................................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 1.3.1. Tujuan Umum .......................................................................................... 1.3.2. Tujuan Khusus ......................................................................................... 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................................
1 1 7 7 7 7 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 9 2.1. Konsep PHBS ................................................................................................... 9 2.1.1. Pengertian Perilaku ................................................................................. 9 2.1.2. Pengertian PHBS .................................................................................... 9 2.1.3. Manfaat PHBS ........................................................................................ 9 2.1.4. Program PHBS ....................................................................................... 10 2.1.5. PHBS di Rumah Tangga ........................................................................ 10 2.1.6. Sasaran PHBS ........................................................................................ 18 2.2. Konsep Balita ................................................................................................... 18 2.2.1. Pengertian Balita .................................................................................... 18 2.3. Konsep Diare Balita ......................................................................................... 19 2.3.1. Pengertian Balita .................................................................................... 19 2.3.2. Jenis-Jenis Diare .................................................................................... 19 2.3.3. Gejala Diare ........................................................................................... 20 2.3.4. Konsistensi Feses ................................................................................... 21 2.3.5. Etiologi Diare ......................................................................................... 21 2.3.6. Pencegahan Diare ................................................................................... 23 2.3.7. Faktor-Faktor Risiko Diare .................................................................... 27 2.3.8. Mekanisme Diare ................................................................................... 29 2.3.9. Komplikasi Diare ................................................................................... 30 2.4 Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kejadian Diare pada Balita ....................................................................................................... 31 2.5. Hipotesa ........................................................................................................... 34 2.6. Kerangka Teori................................................................................................. 35
v
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 3.1. Kerangka Teori................................................................................................. 3.2. Definisi Operasional......................................................................................... 3.3. Jenis dan Desain Penelitian .............................................................................. 3.3.1. Jenis Penelitian....................................................................................... 3.3.2. Desain Penelitian ................................................................................... 3.4. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian .......................................................... 3.4.1. Lokasi Penelitian .................................................................................... 2.4.2. Waktu Penelitian .................................................................................... 3.5. Populasi dan Sampel ........................................................................................ 3.5.1. Populasi .................................................................................................. 3.5.2. Sampel.................................................................................................... 3.6. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................................... 3.6.1. Jenis Data ............................................................................................... 3.6.2. Cara Pengumpulan Data ........................................................................ 3.7. Aspek Pengukuran Data ................................................................................... 3.7.1. Aspek Pengukuran Diare ....................................................................... 3.7.2. Aspek Pengukuran Memberi ASI Eksklusif .......................................... 3.7.3. Aspek Pengukuran Air Bersih................................................................ 3.7.4. Aspek Pengukuran Cuci Tangan ........................................................... 3.7.5. Aspek Pengukuran Penggunaan Jamban................................................ 3.8. Pengolahan Data dan Analisis Data ................................................................. 3.8.1. Pengolahan Data .................................................................................... 3.8.2. Analisa Data .......................................................................................... 3.9. Jadwal Penelitian..............................................................................................
37 37 38 39 39 39 39 39 39 40 40 40 41 41 42 42 42 43 43 44 44 45 45 46 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................50 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian ...............................................................50 4.1.1. Data Geografi ................................................................................................50 4.1.2. Data Demografi .............................................................................................51 4.1.3. Analisa Univariat ..........................................................................................51 4.1.4. Analisa Bivariat .............................................................................................62 4.2. Pembahasan .......................................................................................................66 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 73 5.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 73 5.2. Saran ................................................................................................................ 74 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 75
vi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1. Distribusi Responden Menurut Karakteristik Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe ...................................... 49 Tabel 4.2. Disstribusi Frekuensi Kejadian Diare Pada Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015............ 51 Tabel 4.3. Distribusi Kategori Kejadian Diare Pada Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015............ 53 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif Pada Balita DiDusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015............................................................................................................ 53 Tabel 4.5. Distribusi Kategori Pemberian ASI Eksklusif Pada Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015 ........................................................................................................... 54 Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Penyediaan Air Bersih Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015 .................. 55 Tabel 4.7. Distribusi Kategori Penyediaan Air Bersih Pada Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015 .......................................................................................................... 56 Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Cara Mencuci Tangan Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015 .................. 57 Tabel 4.9. Distribusi Kategori Cara Mencuci Tangan Pada Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015…58 Tabel4.10.Distribusi Frekuensi Penggunaan Jamban Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015 ................. 58 Tabel4.11.Distribusi Kategori Penggunaan Jamban Pada Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015…59 Tabel4.12.Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Diare pada vii
Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015........................................................................... 60 Tabel 4.13.Hubungan Penyediaan Air Bersih Dengan Kejadian Diare pada Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015 ................................................................................................ 61 Tabel 4.14.Hubungan Cara Mencuci Tangan Dengan Kejadian Diare pada Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015 ............................................................................................... 62 Tabel 4.15.Hubungan Penggunaan Jamban Dengan Kejadian Diare pada Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015 ............................................................................................... 63
viii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Teori.....................................................................................................35 3.1 Kerangka Kosep ...................................................................................................37
ix
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I
Lembar Persetujuan menjadi Responden ..................................... 77
LAMPIRAN II
Petunjuk Pengisian ....................................................................... 78
LAMPIRAN III Master Tabel ................................................................................. 84 LAMPIRAN IV Hasil SPSS ................................................................................... 87 LAMPIRAN V
Surat Survey Pendahuluan ........................................................... 93
LAMPIRAN VI Surat Balasan Survey Pendahuluan Dari Puskesmas .................... 94 LAMPIRAN VII Surat Izin Penelitian ...................................................................... 95 LAMPIRAN VIIISurat Balasan Penelitian Dari Puskesmas .................................... 96 LAMPIRAN IX Lembar Konsul KTI ..................................................................... 9
x
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Menurut World Health Organisation (2013), Penyakit diare merupakan
penyebab utama kematian pada balita adalah diare. Setiap tahun diare membunuh sekitar 760 000 balita. Diare dapat dicegah melalui sanitasi yang memadai dan kebersihan. Secara global, ada hampir 1,7 miliar kasus diare setiap tahun. Diare merupakan penyebab utama gizi buruk pada anak balita. Penyakit diare merupakan penyebab utama kedua kematian pada anak di bawah lima tahun. Diare bisa bertahan beberapa hari, dan dapat menyebabkan kekurangan cairan tubuh yang diperlukan untuk bertahan hidup. Kebanyakan orang yang meninggal karena diare dari dehidrasi berat dan kehilangan cairan. Penyakit diare di Indonesia masih merupakan salah satu masalah kesehatan anak yang utama, hal ini dapat dilihat dari angka morbiditas dan mortalitas pada golongan bayi dan anak masih tinggi. Sebagian besar faktor penyebabnya merupakan bidang kesehatan masyarakat, diantaranya yaitu faktor lingkungan kurang menunjang, tingkat pendidikan rendah, kesadaran terhadap kesehatan masih kurang, maka akan dijumpai banyak penyakit infeksi.
2
Lima provinsi dengan insiden dan period prevalen diare tertinggi adalah Papua (6,3% dan 14,7%), Sulawesi Selatan (5,2% dan 10,2%), Aceh (5,0% dan 9,3%), Sulawesi Barat (4,7% dan 10,1%), dan Sulawesi Tengah (4,4% dan 8,8%). Insiden diare balita di Indonesia 6,7 persen. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%). Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok yang paling tinggi menderita diare. Insiden diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan (7,6%), laki-laki (5,5%), tinggal di daerah perdesaan (5,3%), dan kelompok kuintil indeks kepemilikan terbawah (6,2%) (Riskesdas, 2013). Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 diperoleh bahwa Angka Kematian Balita (AKABA) di Sumatera Utara sebesar 54/1.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka rata-rata nasional pada tahun 2012 sebesar 43 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2012, dari 559.011 perkiraan kasus diare yang ditemukan dan ditangani adalah sebanyak 216.175 atau 38,67%, sehingga angka kesakitan diare per 1.000 penduduk mencapai 16,36%. Dari 33 kabupaten/kota yang ada, penemuan dan penanganan kasus diare tertinggi di 3 (tiga) Kabupaten yang melebihi perkiraan kasus yaitu Samosir (118,33%), Nias Utara (117,66%) dan Karo (112,73). Penemuan dan penanganan kasus diare terendah di Kabupaten Sergei yaitu 0,52% dan Kabupaten Tapanuli Tengah yaitu 7,61% (Profil Kesehatan Sumatera Utara, 2012).
3
Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya, melainkan terdapat pemicunya. Diare disebabkan oleh rotavirus dan adenovirus, virus ini melekat pada sel-sel mukosa usus, akibatnya sel mukosa usus menjadi rusak sehingga kapasitas resorpsi menurun dan sekresi air maupun elektrolit meningkat. Akibat infeksi rotavirus, yaitu muntah, demam, mual, dan diare cair akut. Akibat diare akut yaitu kehilangan air dan elektrolit sehingga timbul dehidrasi, gangguan gizi, gangguan absorpsi (Wijoyo, 2013). Faktor yang dapat menurunkan insiden diare balita adalah penerapan perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga dilakukan untuk mencapai rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat. Rumah tangga yang ber-perilaku hidup bersih dan sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 Perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga yaitu: persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi ASI ekslusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah sekali seminggu, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktifitas fisik setiap hari, tidak merokok dalam rumah (Proverawati, 2012). Berdasarkan 10 indikator perilaku hidup bersih dan sehat hanya 4 indikator yang diteliti karena 4 indikator tersebut ada kaitan dengan kejadian diare pada balita. Perilaku hidup bersih dan sehat yang indikatornya berkaitan dengan kejadian diare
4
adalah memberikan ASI eksklusif, menggunakan air bersih, mencuci tangan harus dilakukan dengan menggunakan air bersih dan sabun, dan menggunakan jamban (Maryunani, 2013). Memberikan ASI eksklusif, ASI mempunyai preventif secara imunologi dengan adanya antibodi dan zat-zat yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung empat kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare (Wijoyo, 2013). Penggunaan air bersih merupakan salah satu mengurangi risiko diare, masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil daripada masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Mengurangi risiko terhadap serangan diare, yaitu menggunakan air bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah. Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare ialah mencuci tangan dengan menggunakan sabun (Wijoyo, 2013). Selain penggunaan air bersih, Penggunaan jamban sehat mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare, jamban dibersihkan secara teratur, jamban sehat bila dilengkapi dengan proses pembuangan tinja yang sesuai dengan pemeliharaan kesehatan lingkungan. Jangan biarkan anak-anak pergi ketempat buang air sendiri, hindari buang air bersih tanpa alas kaki (Wijoyo, 2013).
5
Menurut Triatmodjo (2008), faktor risiko terjadinya diare balita yang harus diperhatikan adalah dampaknya apabila kejadian diare balita tidak segera diatasi. Diare yang tidak segera diatasi akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Dampak lebih lanjut yang dialami balita akan terhambat proses tumbuh kembang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup bayi. Penyakit diare di masyarakat Indonesia dikenal dengan istilah “Muntaber”. Penyakit ini menimbulkan kecemasan dan kepanikan apabila tidak segera diobati, dalam waktu singkat (± 48 jam) tidak segera diatasi akan menyebabkan kematian. Hasil penelitian Pada Hamzah tahun 2012, jenis penelitian menggunakan random sampling, jumlah sampel 136 balita. Diketahui berdasarkan uji statistic pada 5 variabel menunjukkan bahwa ada hubungan antara penggunaan air bersih (p=0,017), kebiasaan ibu mencuci tangan dengan air bersih dan sabun (p=0,009), penggunaan jamban (p=0,000), pengelolaan sampah (p=0,001), dan pengelolaan air limbah (p=0,000), dengan kejadian diare pada balita. Hasil penelitian Edwin tahun 2013, pada hasil pengumpulan data didapatkan 39 orang responden memiliki pengetahuan baik, 37 orang responden memiliki pengetahuan sedang, 40 responden memiliki Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) baik, 51 orang berperilaku sedang dan 9 orang berperilaku buruk. Hasil analisis bivariat mengenai hubungan pengetahuan ibu mengenai perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare pada anak p=0,000, dan hubungan perilaku hidup bersih dan sehat ibu dengan kejadian diare pada anak p=0,000.
6
Hasil penelitian Melitia pada tahun 2014, berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi square atau fisher’s exact test sebagai alternative menunjukkan bahwa sumber air minum p= 0,010 (p<0,05), kepemilikan jamban p= 0,019 (p<0,05), jenis lantai rumah p= 0,002 (p<0,05), dan kualitas fisik air bersih p= 0,120 ( p>0,05). Terdapat hubungan antara sumber air minum, kepemilikan jamban, dan jenis lantai rumah dengan kejadian diare pada balita dan tidak ada hubungan antara kualitas fisik air bersih dengan kejadian diare pada balita. Berdasarkan survey awal yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Namorambe Kecamatan Namorambe diperoleh data dari Rekapitulasi Laporan Penyakit Diare Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang tahun 2014 desa yang mengalami angka kejadian diare pada balita tertinggi yaitu desa Jati Kesuma sebanyak 65 balita yang menderita diare pada tahun 2014. Berdasarkan data persentase rumah bersih dan sehat yang dilakukan puskesmas namorambe setiap triwulannya, pada desa jati kesuma jumlah yang ada sebanyak 987, yang di pantau sebanyak 900 (91,1%), dan jumlah rumah bersih dan sehat di desa jati kesuma sebanyak 462 (51,3%). Dan ketika dilakukan wawancara pada 10 ibu yang mempunyai balita, 4 diantaranya mengetahui tentang perilaku hidup bersih dan sehat, sedangkan 6 diantaranya tidak mengetahui tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai “Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015”.
7
1.2.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi perumusan masalah
dalam penelitian diatas adalah “ Bagaimanakah Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Kejadian Diare pada Balita di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015?”.
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Ibu dengan kejadian Diare pada Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015. 2. Untuk mengetahui hubungan cuci tangan dengan kejadian diare pada balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015. 3. Untuk mengetahui hubungan penggunaan air bersih dengan kejadian diare pada balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015.
8
4. Untuk mengetahui hubungan penggunaan jamban dengan kejadian diare pada balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015.
1.4.
Manfaat Penelitian 1. Bagi Instansi Prodi D-III Kebidanan Stikes Sumatera Utara Sebagai referensi dan bahan bacaan di perpustakaan STIKes Sumatera Utara, sehingga dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa tentang diare pada balita serta sebagai bahan masukan kepustakaan untuk menjadi referensi dalam penelitian lebih lanjut tentang diare pada balita. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dalam melakukan penelitian kesehatan khususnya tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Ibu dengan kejadian diare serta sebagai bahan masukan dalam menerapkan metode penelitian yang telah dipelajari. 2. Bagi Desa Jati Kesuma Sebagai referensi terhadap desa jati kesuma, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Ibu dengan kejadian diare serta sebagai bahan masukan dan informasi bagi ibu yang memiliki balita tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Ibu terhadap kejadian diare pada balita di desa kecamatan Namorambe Tahun 2015.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 2.1.1. Pengertian Perilaku Menurut Maryunani (2013), Perilaku adalah merupakan perbuatan / tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, di gambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya. Perilaku diatur oleh prinsip dasar perilaku yang menjelaskan bahwa ada hubungan antara perilaku manusia dengan peristiwa lingkungan. 2.1.2. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah cerminan pola hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga. Semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesahatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dalam masyarakat (Proverawati, 2012). 2.1.3. Manfaat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Keluarga yang melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat maka setiap rumah tangga akan meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit. Rumah tangga yang sehat dapat meningkatkan produktivitas kerja anggota keluarga. Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya
10
dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga. Salah satu indikator menilai keberhasilan pemerintah daerah kabupaten/kota dibidang kesehatan adalah pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Maryunani, 2012). 2.1.4. Program Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Menurut Maryunani (2013), adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat dapat menerapkan cara hidup sehat sehat dengan menjaga kesehatan, memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Terdapat lima (5) tatanan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu: rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat tempat umum. 2.1.5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga Menurut Proverawati (2012), adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Rumah tangga yang berperilaku hidup berish dan
11
sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga yaitu : 1. Persalinan Di Tolong oleh Tenaga Kesehatan Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan adalah persalinan atas kesadaran dan permintaan si Ibu di tolong oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan para medis lainnya) di rumah atau di sarana kesehatan. Sertiap persalinan harus di tolong oleh tenaga kesehatan, karena tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan, sehingga keselamatan ibu dan bayi lebi terjamin. Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera di tolong atau di rujuk ke puskesmas atau rumah sakit. Persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya (Maryunani, 2013). 2. Memberi Bayi Asi Eksklusif Bayi di beri ASI eksklusif adalah bayi usia 0-6 bulan hanya di beri ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan atau minuman lain. ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik. Air susu ibu pertama berupa cairan bening berwarna kekuningan (kolostrum), sangat baik untuk bayi karena mengandung zat kekebalan terhadap penyakit (Maryunani, 2013).
3. Menimbang Bayi dan Balita
12
Menimbang bayi dan balita adalah menimbang bayi / balita setiap bulan dan mencatat berat badan bayi / balita dalam Kartu Menuju Sehat (KMS). Penimbangan bayi dan balita di maksudkan untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan. Penimbangan balita di lakukan setiap bulan mulai dari umur 1 tahun sampai 5 tahun di Posyandu (Maryunani, 2013). Menurut Proverawati (2012), setelah balita ditimbang di buku kesehatan Ibu dan Anak (KIA) atau Kartu Menuju Sehat (KMS) maka akan terlihat berat badan naik atau tidak naik (lihat perkembangannya). Naik, bila garis pertumbuhannya mengikuti salah satu pita warna pada kartu menuju sehat atau garis pertumbuhannya pindah ke pita warna atasanya. Tidak naik, bila garis pertumbuhannya mendatar garis pertumbuhannya naik tetapi warna yang lebih tua. Bila balita mengalami kurang gizi maka akan di jumpai tanda-tanda, berat badan tidak naik selama 3 bulan berturut-turut, badanya kurus, mudah sakit, tampak lesu dan lemah, mudah menangis dan rewel. 4. Menggunakan Air Bersih Air adalah kebutuhan dasar yang di pergunakan sehari-hari untuk minum, memasak mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya, agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar dari sakit. Air bersih secara fisik dapat di bedakan melalui indra, antara lain dapat dilihat, dirasa, dicium, dan di raba seperti air tidak berwarna harus bening/jernih, air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran, air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak berasa asam tidak payau dan tidak pahit
13
harus bebas dari bahan kimia beracun, air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau belerang, menggunakan air bersih dapat terhindar dari gangguan penyakit diare, kolera, disentri, thypus, kecacingan, penyakit mata, penyakit kulit atau keracunan, setiap anggota keluarga dapat terpelihara kebersihan dirinya. Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah paling sedikit 10 meter. Air bersih harus dimasak apabila hendak di minum meski terlihat bersih, air belum tentu bebas kuman penyakit. Kuman penyakit dalam air mati pada suhu 100C (saat mendidih) (Proverawati, 2012). Menurut Maryunani (2013), cara menjaga kebersihan sumber air bersih yaitu: dengan jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah paling sedikit 10 meter, sumber mata air harus di lindungi dari pencemaran, sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus di jaga bangunannya tidak rusak seperti lantai sumur tidak boleh retak, bibir sumur harus plester dan sumur sebaiknya di beri penutup, harus dijaga kebersihannya seperti tidak ada bercak-bercak kotoran, tidak berlumut pada lantai/lantai dinding sumur. Ember/gayung pengambil air harus tetap bersih dan di diletakan di lantai (Maryunani, 2013). 5. Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun Kedua tangan sangat penting untuk membantu menyelesaikan berbagai pekerjaan, makan dan minum sangat membutuhkan kerja dari tangan. Jika tangan bersifat kotor, maka tubuh sangat berisiko terhadap masuknya mikroorganisme. Cuci tangan dapat berfungsi menghilangkan/mengurangi mikroorganisme yang
14
menempel di tangan. Cuci tangan harus dilakukan dengan menggunakan air bersih dan sabun. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun, maka kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan (Proverawati, 2012). Menurut Maryunani (2013), waktu harus mencuci tangan: setiap kali tangan kotor (setelah; memegang uang, memegang binatang, berkebun), setelah buang air bersih, setelah menceboki bayi atau anak, sebelum makan dan menyuapi makan, sebelum memegang makanan, sebelum menyusui. Manfaat mencuci tangan: membunuh kuman penyakit yang ada di tangan, Mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera disentri, tipus, kecacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernapasan Akut, Flu Burung atau savere acute respiratory syndrome. Cara mencuci tangan yang benar: cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun, bersihkan telapak pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung tangan, setelah itu keringkan dengan lap bersih. 6. Menggunakan Jamban Sehat Menurut Maryunani (2013), jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa (cemplung) yang di lengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya.
a. Syarat –syarat jamban yang sehat yaitu:
15
1. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter) 2. Tidak berbau, kotoran tidak dapat di jamah oleh serangga dan tikus 3. Tidak mencemari tanah sekitarnya 4. Mudah dibersihkan dan aman digunakan 5. Di lengkapi dinding dan atap pelindung 6. Penerangan dan ventilasi yang cukup 7. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai 8. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih. b. Menurut Proverawati (2012), jenis-jenis jamban yang digunakan : 1. Jamban cemplung Adalah jamban yang penampungnya berupa yang berfungsi menyimpan kotoran/tinja kedalam tanah dan mengendapkan kotoran kedasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau. 2. Jamban tangki septik/leher angsa Jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapan. Cara memilih jenis jamban yaitu: jamban cemplung digunakan unutk daerah yang sulit air, jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk: daerah yang cukup air, daerah yang padat penduduk, karena dapat menggunakan air “multiplelatrine” yaitu satu lubang penampungan tinja/tangki septik
16
digunakan oleh beberapa jamban (satu lubang dapat menampung kotoran/ tinja dari 3-5 jamban), daerah pasang surut tempat penampungan kotoran/tinja hendaknya ditinggikan kurang lebih 60 cm dari permukaan air pasang. 7. Memberantas Jentik Di Rumah Sekali Seminggu Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk. Pemberantasan jentik bermaksud untuk membebaskan rumah dari jentik-jentik yang dapat mengganggu kesehatan. Pemeriksaan Jentik dilakukan secara Berkala (PJB). Pemeriksaan jentik berkala adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat penampungan air) yang ada didalam rumah seperti bak mandi/WC, vas bunga, tatakan kulkas, dan diluar rumah seperti talang air, alas pot kembang, ketiak daun, lubang pohon, pagar bambu, yang dilakukan secara teratur sekali dalam seminggu. 8. Makan Buah dan Sayur Setiap Hari Semua sayur bagus dimakan, terutama sayuran yang berwarna hijau tua, kuning, dan oranye seperti bayam, kangkung, daun katuk, wortel, selada hijau atau daun singkong. Semua buah bagus untuk dimakan, terutama yang berwarna merah, kuning seperti mangga, pepaya, jeruk, jambu biji, atau apel lebih banyak mengandung vitamin dan mineral serta seratnya. Setiap anggota rumah tangga sebaiknya mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari. Makan sayur dan buah setiap hari sangat penting, karena
17
mengandung
vitamin
dan
mineral,
yang
mengatur
pertumbuhan
dan
pemeliharaan tubuh dan mengandung serat yang tinggi (Proverawati, 2012). 9. Melakukan Aktivitas Fisik Setiap Hari Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari (Maryunani, 2013). Menurut Proverawati (2012), aktivitas dilakukan secara bertahap hingga mencapai 30 menit, jika belum terbiasa dapa dimulai dengan beberapa menit setiap hari dan di tingkatkan secara bertahap. Lakukan aktivitas fisik sebelum makan atau 2 jam sesudah makan. Awali aktivitas fisik dengan pemanasan dan perengangan. Lakukan gerakan ringan dan perlahan di tingkatkan sampai sedang. Jika sudah terbiasa melakukan aktivitas tersebut, lakukan secara rutin paling sedikit 30 menit setiap hari. Keuntungan melakukan aktivitas fisik secara teratur, terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah tinggi, kencing manis dan lain-lain, berat badan terkendali, otot lebih lentur dan tulang lebih kuat, bentuk tubuh menjadi bagus, lebih percaya diri, lebih bertenaga dan bugar, secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik. 10. Tidak Merokok Di Dalam Rumah Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok. Rokok ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokok yang di hisap akan di keluarkan sekitar 4.000 bahan
18
kimia berbahaya, diantaranya
yang paling berbahaya adalah Nikotin,
Tar, Carbon Monoksida. Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusak jantung dan aliran darah. Tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker. Gas karbon monoksida menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan mati (Proverawati, 2012). 2.1.6. Sasaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Menurut Proverawati (2012), sasaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga adalah seluruh anggota keluarga yaitu : a. Pasangan Usia Subur b. Ibu Hamil dan Menyusui c. Usia Lanjut d. Pengasuh Anak
2.2.
Konsep Balita
2.2.1. Pengertian Balita Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita karena pada masa ini merupakan pertumbuhan dasar yang akan memengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini kemampuan berbahasa, kreativitas, sosial, emosional, dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (Sitorus, 2011). Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas 1 tahun atau lebih populer dengan pengertian usia anak di bawah 5 tahun. Anak balita merupakan masa
19
kritis, masa emas bagi kelangsungan tumbuh kembang anak. Istilah golden age (masa emas), atau fase tumbuh kembang otak anak digunakan untuk menggambarkan betapa pentingnya masa tersebut. Kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan, stimulasi motorik, dan psikis untuk perkembangan harus dipenuhi. Jika, tidak tumbuh kembang otak anak tidak akan optimal (Septiari, 2012).
2.3.
Konsep Diare Balita
2.3.1. Pengertian Diare Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Buangan air besar yang tidak normal dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya. Untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan bila frekuensinya lebih dari 3 kali sedangkan pada anak lebih dari 4 kali buang air besar (Sudarti, 2013), menurut Banister dalam Wijoyo (2013), diare adalah pengeluaran kotoran (tinja) dengan frekuensi yang meningkat (tiga kali dalam 24 jam) disertai dengan perubahan konsistensi tinja menjadi lembek atau cair, dengan atau tanpa darah/ lendir dalam tinja. 2.3.2. Jenis-Jenis Diare Menurut Maryanti (2011), jenis-jenis diare yaitu : a. Diare akut : dimulai dengan keluarnya tinja yang cair tanpa terlihat adanya darah dan berakhir dalam 14 hari dan biasanya kurang dari 7 hari. b. Diare dengan terlihat darah di dalam tinja, keluar tinja sedikit-sedikit dan sering, anak yang lebih besar akan mengeluh sakit perut, sakit waktu BAB. Efek yang
20
lama anorexia, kehilangan berat badan yang cepat dan kerusakan mukosa usus karena invasi bakteri. c. Diare persisten : diare yang berakhir 14 hari atau lebih. Episodenya dapat dimulai dengan diare akut atau disentri, kehilangan BAB yang nyata sering terjadi dehidrasi. 2.3.3. Gejala Diare Menurut Wijoyo (2013), gejala diare atau mencret ialah tinja yang encer dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak nafsu makan dan terdapat darah dan lendir dalam kotoran. Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Secara tiba-tiba infeksi dapat menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan, atau kelesuan. Selain itu, dapat menyebabkan sakit perut dan kejang perut serta gejala-gejala lain seperti flu, misalnya agak demam, nyeri otot, atau kejang dan sakit kepala. Gejala diare umumnya terjadi pada anak-anak ialah Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badannya meninggi, tinja bayi encer, berlendir, atau berdahak, warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu, anus dan sekitarnya lecet, gangguan gizi akibat intake asupan makanan yang kurang, muntah, baik sebelum maupun sesudah diare, hipoglikemia (menurunnya kadar gula dalam darah), dehidrasi yang ditandai dengan berkurangnya berat badan, ubun-ubun besar cekung, tonus, dan turgor kulit berkurang, dan selaput lendir, mulut, dan bibir kering, nafsu makan berkurang.
21
2.3.4. Konsistensi Feses Menurut Wijoyo (2013), Konsistensi feses yang dikeluarkan selama Buang Air Besar (BAB) memiliki berbagai variasi bentuk. Sebagai penentu adanya diare, terdapat berbagai konsistensi feses sebagai berikut: a. Tipe 1: gumpalan keras terpisah, seperti kacang (keras sekali saat keluar). b. Tipe 2: bentuknya seperti sosis tetapi bergumpal-gumpal. c. Tipe 3: bentuknya seperti sosis tetapi ada retakan dipermukaanya. d. Tipe 4: bentuknya seperti sosis atau ular, lembut dan lunak. e. Tipe 5: bergumpal lunak, tepinya tumpul (keluarnya lancar atau mudah) f. Tipe 6: potongan-potongan lunak dengan tepi bergerigi, tinja seperti bubur. g. Tipe 7: cair, tidak ada potongan-potongan padat, semuanya encer. Berdasarkan uraian di atas terdapat berbagai kondisi feses sebagai berikut: 1. Kondisi normal, yaitu konsistensi feses tipe 3 dan 4. 2. Kondisi konstipasi, yaitu konsistensi feses tipe 1 dan 2 3. Kondisi diare, yaitu konsistensi feses tipe 5, 6, dan 7 2.3.5. Etiologi Diare Menurut Banister (2006) dalam Wijoyo (2013), diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya, melainkan terdapat pemicunya. Secara umum, berikut ini beberapa penyebab diare. 1. Diare karena infeksi oleh bakteri, virus, atau parasit a. Diare karena virus
22
Diare karena virus disebabkan oleh rotavirus dan adenovirus. Virus ini melekat pada sel-sel mukosa usus, akibatnya sel mukosa usus menjadi rusak sehingga kapasitas resorpsi menurun dan sekresi air maupun elektrolit meningkat. Diare yang terjadi bertahan terus sampai beberapa hari (3-6 hari), sesudah itu virus yang paling umum sebagai virus yang paling umum sebagai virus patogen yang menyebabkan 7075%
viral
gastroenteritis,
sedangkan
rotavirus
menyebabkan
12%
viral
gastroenteritis. Anak dengan usia 3-24 bulan paling banyak mengalami kasus infeksi rotavirus. Gejala yang biasa timbul akibat infeksi rotavirus, yaitu muntah, demam, mual dan diare cair akut. Kondisi ini dalam waktu 5-8 hari. Diare karena virus norovirus biasanya disertai dengan gejala muntah tiba-tiba, mual, sakit kepala, badan pegal-pegal (myalgia), demam, dan diare cair. b. Diare karena bakteri invasif Memiliki tingkat kejadian yang cukup sering, tetapi akan berkurang dengan sendirinya seiring dengan peningkatan sanitasi lingkungan di masyarakat. Mekanisme terjadinya, yaitu bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke dalam mukosa, terjadinya perbanyakan diri sambil membentuk toksin. Enterotoksin ini dapat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan gejala hebat, seperti demam tinggi, nyeri kepala, dan kejang-kejang. Selain itu, mukosa usus yang telah dirusak mengakibatkan mencret berdarah dan berlendir. Penyebab utama pembentukan enterotoksin ialah bakteri escherichia coli, shigella, salmonella, dan campylobacter. Diare ini dalam waktu kurang lebih lima hari tanpa pengobatan, setelah sel-sel yang rusak diganti dengan sel-sel mukosa yang baru.
23
c. Diare karena parasit Diare karena parasit disebabkan oleh protozoa seperti entamoeba histolytica dan giardia lamblia, yang terutama terjadi di daerah subtropis. Diare karena infeksi parasit ini biasanya bercirikan mencret cairan yang berkala dan bertahan lama lebih dari satu minggu. Gejala lainnya dapat berupa nyeri perut, rasa letih umum (malaise), demam, anoreksia, nausea, dan muntah-muntah. 2. Diare karena makanan Adanya intoleransi terhadap makanan dapat memicu diare. Alergi terhadap laktosa, banyak terjadi pada bayi dan balita karena tubuhnya tidak mempunyai atau hanya sedikit memiliki enzim laktose yang berfungsi mencerna laktosa yang terkandung dalam susu sapi. Makanan yang mengandung lemak tinggi, dan makanan terlalu pedas atau mengandung terlalu banyak serat dan kasar. 2.3.6. Pencegahan Diare Menurut Wijoyo (2013), cara pencegahan diare yang benar dan efektif ialah sebagai berikut: 1. Memberikan ASI Eksklusif a. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan paling baik untuk bayi karena terdiri dari atas komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. Pemberian air susu ibu saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan, tidak diperlukan makanan lain selama masa ini. Setelah enam bulan
24
dari kehidupannya, pemberian air susu ibu harus diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain. b. Sifat Air Susu Ibu (ASI) steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau cairan lain, yang harus disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian air susu ibu saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. c. Air susu ibu mempunyai khasiat preventif secara imunologi dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. Air susu ibu turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir pemberian air susu ibu secara penuh mempunyai daya lindung empat kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian air susu ibu yang disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare. d. Pada bayi yang tidak diberi air susu ibu secara penuh, pada enam bulan pertama kehidupan, risiko terserang diare 30 kali lebih besar. Penggunaan botol untuk susu formula biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga mengakibatkan terjadinya gizi buruk. 2. Memperbaiki Makanan Pendamping Air Susu Ibu Diberikan pada saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping air susu ibu dapat menyebabkan meningkatnya risiko terjadinya diare atau penyakit lain yang menyebabkan kematian. Pemberian makanan pendamping air
25
susu ibu yang baik meliputi perhatian kapan, apa, dan bagaimana makanan pendamping air susu ibu diberikan. Ada beberapa saran dalam pemberian makanan pendamping air susu ibu yang lebih baik, yaitu sebagai berikut. a. Perkenalkan makanan lunak dan macam makanan ketika anak berumur 4-6 bulan atau lebih (walau ASI tetap diberikan). Berikan makanan lebih sering (empat kali sehari) setelah anak berumur satu tahun. b. Tambahkan minyak, lemak, dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian untuk energi. Tambahkan pula hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacng-kacangan, buah-buahan, dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya. Cucilah tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak. c. Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin, dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak. 3. Memberikan Imunisasi Campak Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu, beri anak imunisasi campak segera setelah berumur sembilan bulan. 4. Menggunakan Air Bersih Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekaloral. Kuman-kuman tersebut dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, dan makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air bersih mempunyai risiko menderita diare lebih
26
kecil daripada masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare, yaitu menggunakan air bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah. 5. Mencuci Tangan Kebiasaannya yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare ialah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan/menyuapi makanan anak, dan sebelum makan mempunyai dampak positif dalam penurunan kejadian diare. 6. Menggunakan Jamban Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan semua anggota keluarga harus buang air besar di jamban. 7. Membuang Tinja Bayi dengan Benar Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi tidak berbahaya, hal ini tidak benar karena tinja bayi juga dapat menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar. 2.3.7. Faktor-Faktor Risiko Diare Menurut Wijoyo (2013), faktor-faktor risiko diare yaitu: 1. Faktor Pendidikan
27
Berdasarkan hasil penelitian, kelompok ibu dengan status dengan status pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) keatas mempunyai kemungkinan 1,25 kali memberikan cairan rehidrasi oral lebih baik pada balita daripada kelompok ibu status pendidikan Sekolah Dasar (SD) kebawah. Pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap morbiditas anak balita. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin baik tingkat kesehatan yang diperoleh. 2. Faktor Pekerjaan Saat ini banyak orang tua yang bekerja di luar rumah sehingga anak diasuh oleh orang lain/pembantu. Anak yang diasuh oleh orang lain/pembantu mempunyai risiko lebih besar untuk terpajan penyakit diare. 3. Faktor Umur Balita Sebagian besar diare menjadi pada anak usia di bawah dua tahun. Balita yang berumur 12-24 bulan mempunyai risiko 2,23 kali lebih besar terserang diare daripada anak umur 25-59 bulan. 4. Faktor Lingkungan Diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor lingkungan yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare dan berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan diare.
28
5. Faktor Sosial Ekonomi Keadaan sosial ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap penyebab diare. Kebanyakan anak yang mudah menderita diare berasal dari keluarga besar dengan daya beli rendah, kondisi rumah buruk, dan tidak mempunyai penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan. 6. Faktor Makanan/Minuman yang Dikonsumsi Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air minum yang tidak dimasak, sewaktu mandi, dan berkumur. Kontak kuman pada kotoran dapat langsung ditularkan pada orang lain apabila melekat pada tangan kemudian dimasukkan ke mulut, misalnya untuk memegang makanan. Kontaminasi alat-alat makan dan dapur juga merupakan sumber penularan diare. 7. Faktor terhadap Laktosa (Susu Kopi) Tidak memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara penuh 4-6 bulan pertama kehidupan dapat menyebabkan diare. Air susu ibu mengandung antibodi yang dapat melindungi bayi dari berbagai kuman penyebab diare, seperti shigella dan v. Cholerae. Bayi yang tidak diberi air susu ibu, risiko menderita diare lebih besar dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar daripada bayi yang diberi air susu ibu penuh. Penggunaan botol susu memudahkan pencemaran oleh kuman sehingga menyebabkan diare. 2.3.8. Mekanisme Diare Menurut Sudarti (2013), Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
29
1. Gangguan osmotik Terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. 2. Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan akhirnya diare timbul karena terdapat peningkatan sekresi air eletrolit kedalam rongga usus. 3. Gangguan motilitas usus Gangguan motilitas dapat menimbulkan diare dengan tiga mekanisme, yaitu pengurangan waktu kontak antara makanan dan dinding usus dalam duodenum,
pengosongan
kolon/peristaltik
kolon
yang
terlalu
cepat
(hiperperistaltik), dan pertumbuhan bakteri menyebabkan konsistensi feses menjadi cair. Gangguan motilitas dapat disebabkan oleh rangsangan kuman, toksin, zat kimia/makanan, psikologis, diabetes neuropati, dan irritable bowel syndrome. Diare yang disebabkan oelh gangguan motilitas dapat diterapi menggunakan obat-obatan antimotilitas (Wijoyo, 2013). 2.3.9. Komplikasi Diare Menurut Sudarti (2013), dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, yang di bagi menjadi: 1. Dehidrasi ringan apabila < 5% berat badan.
30
2. Dehidrasi sedang apabila <5% berat badan -10% berat badan. 3. Dehidrasi berat apabila <10% berat badan -15% berat badan. a. Diare dehidrasi berat Kategori dehidrasi berat, yakni apabila cairan tubuh yang hilang lebih dari 10%, terdapatnya tanda letargis atau mengantuk atau tidak sadar, mata cekung serta turgor kulit jelek (Hidayat, 2009). b. Diare dehidrasi sedang Menurut Wijoyo (2013), kategori dehidrasi sedang, apabila cairan tubuh yang hilang sebesar 6-10%. Ditemukan tandanya yaitu: 1. Gelisah dan cengeng. 2. Kehausan, mata cekung 3. Kulit keriput, misalnya dicubit kulit dinding perut, kulit tidak segera kembali posisi ke semula. c. Diare dehidrasi ringan Kategori dehidrasi, yakni apabila cairan tubuh yang hilang sebesar 3-5% dan tidak ada keluhan atau gejala yang mencolok. Tandanya pada anak, yaitu bibir kering, terlihat agak lesu, haus, dan agak rewel.
31
2.4. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Kejadian Diare pada Balita. Gaya hidup sehat yang berhubungan dengan kejadian diare adalah bayi diberi ASI eksklusif, menggunakan air bersih, mencuci tangan memakai sabun, dan menggunakan jamban (Proverawati, 2012). 1. Bayi diberi ASI eksklusif Bayi di beri ASI eksklusif adalah bayi 0-6 bulan hanya di beri air susu ibu saja tanpa memberikan tambahan makanan atau minuman lain, bayi di beri ASI eksklusif, yaitu yang ibu berikan dengan kesadaran penuh memberi bayinya ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan (Maryunani, 2013). Masa bayi merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebab meningkatnya risiko terjadinya diare atau penyakit lain yang menyebabkan kematian (Wijoyo, 2013). 2. Menggunakan air bersih Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekaloral. Kuman dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, dan makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dari pada masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih, masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare, menggunakan air bersih dan
32
melindungi air dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan dirumah (Wijoyo, 2013). 3. Mencuci tangan pakai sabun Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare ialah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah buang tinja anak, sebelum menyiapkan / menyuapi makanan anak, dan sebelum makan mempunyai dampak positif dalam penurunan kejadian diare (Wijoyo, 2013). 4. Menggunakan jamban Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan semua anggota keluarga harus buang air besar di jamban. Jamban harus dibersih secara teratur (Wijoyo, 2013). 2.4.1. Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Kejadian Diare Pada Balita Menurut Hamzah (2012), Di Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 82 reponden yang mengunakan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan, terdapat 30 (36,6%) responden yang memiliki balita menderita, hal ini disebabkan penyakit diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh multifactor, responden yang menggunakan air bersih yang sudah memnuhi syarat kesehatan, namun masih memiliki balita menderita diare. Dari 52 ibu
33
yang mempunyai kebiasaan baik dalam hal mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, terdapat 16 (30,8%) ibu yang memiliki balita menderita diare. Didapatkan bahwa 56 responden yang penggunaan jambannya memenuhi syarat kesehatan terdapat 9 (16,1%) responden yang memiliki balita menderita diare. Menurut Melitia Elias (2014), Diwilayah Kerja Puskesmas Tahuna Timur Kabupaten Kepulauan Sangihe. Hubungan antara sumber air minum dengan kejadian diare pada balita bahwa 29 (29%) responden yang memiliki sumber air minum yang tidak terlindungi dan 71 (71%) responden memiliki sumber air minum yang terlindungi. Dari hasil uji statistik bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sumber air minum yang digunakan dengan kejadian diare. Hubungan antara kualitas fisik air bersih dengan kejadian diare pada balita bahwa 5 (5%) responden menggunakan air bersih yang kualitas fisiknya tidak memenuhi syarat dan 95 (95%) responden menggunakan air bersih yang kualitas fisiknya memebuhi syarat. Diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan antara kualitas fisik air bersih dengan kejadian diare pada balita. Berdasarkan hasil wawancara dilakukan responden yang menggunakan air bersih yang tidak memenuhi syarat (keruh dan berasa) namun air bersih yang tidak memenuhi syarat tersebut tidak langsung dikonsumsi oleh responden melainkan di diamkan terlebih dahulu dalam sebuah wadah agar kototran – kotoran yang ada di dalam air dapat terendap ke dasar wadah lalu kemudian air dimasak hingga mendidih setelah itu air baru dapat di konsumsi.
34
2.5.
Hipotesa Hipotesa adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Biasanya
hipotesa ini dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel, variabel bebas dan variabel terikat (Notoatmodjo, 2010). Dengan nilai p value ≤ 0,05 jika Ha diterima, nilai p value > 0,05 jika Ho ditolak. Ha = Ada hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare pada balita. Ho = Tidak ada hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare pada balita.
35
2.6. Kerangka Teori Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Diare Diare balita Tidak Diare
10 indikator PHBS 1. Persalinan ditolong oekh tenaga kesehatan 2. Memberi ASI eksklusif 3. Menimbang balita setiap bulan 4. Menggunakan air bersih 5. Mencucui tangan dengan sabun 6. Menggunakan jamban sehat
Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Kejadian Diare pada Balita. 1. Memberi ASI eksklusif 2. Menggunakan air bersih 3. Mencucui tangan dengan sabun 4. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik nyamuk seminggu sekali 8. Makan buah dan sayur setiap hari 9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari 10. Tidak merokok didalam rumah
Sumber: Proverawati (2012), Maryunani (2013), Wijoyo (2013).
36
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau
kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan tinjauan dan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Variabel independent
Variabel dependent
Faktor Perilaku Hidup Bersih dan Sehat : a. Bayi ASI Eksklusif
Diare
b. Air Bersih c. Cuci Tangan d. Pengunaan Jamban
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Kejadian Diare Pada Balita
37
3.2.
Definisi Operasional Adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang
diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010). 1. Bayi ASI Eksklusif adalah bayi mulai usia 0-6 bulan yang diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan atau minuman apapun, sejak lahir sampai usia 6 bulan. 2. Air bersih adalah air yang tidak berasa, bau, dan berwarna, kebutuhan dasar yang di
perlukan
sehari-hari
seperti
minum,
memasak,
mandi,
berkumur,
membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya tidak terkena penyakit atau terhindar dari sakit. 3. Cuci tangan adalah untuk membersihkan tangan tangan menggunakan sabun dengan air yang mengalir untuk menghilangkan kotoran. 4. Penggunaan jamban adalah suatu tempat pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. 5. Diare adalah pengeluaran kotoran yang meningkat tiga kali atau lebih dalam 24 jam disertai dengan perubahan kotoran menjadi lembek atau cair, dengan atau tanpa darah/lendir dalam tinja.
38
3.3.
Jenis dan Desain Penelitian
3.3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah yang digunakan adalah bersifat analitik yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena yang terjadi dalam populasi tertentu (Notoatmodjo, 2010). 3.3.2. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan yaitu Cross Sectional, yaitu metode yang digunakan bertujuan untuk mengambarkan adanya hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare pada balita di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kkerja Puskesmas Namorambe.
3.4.
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
3.4.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe pada ibu yang mempunyai balita, dengan alasan angka kejadian kejadian diare yang masih tinggi dan belum pernah dilakukan penelitian oleh siapapun dengan judul yang sama di lokasi dan menurut data yang diperoleh pada bulan desember 2014. 3.4.2. Waktu Penelitian Waktu yang dipilih dalam penelitian ini dilakukan mulai bulan November 2014 sampai dengan Juni 2015.
39
3.5.
Populasi dan Sampel
3.5.1. Populasi Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita yang sebanyak 42 orang yang berada di dusun II desa jati kesuma wilayah kerja puskesmas Namorambe. 3.5.2. Sampel Menurut Notoatmodjo (2012), sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Besar sampel dalam penelitian sebanyak 42 ibu yang mempunyai balita. Pengambilan sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah total population, yaitu bahwa bagi penelitian yang menggunakan seluruh populasi penelitian, maka seluruh unit penelitian menjadi sampel penelitian. Kriteria responden inklusi dan eksklusi yaitu : a. Kriteria Inklusi 1. Ibu dan anak balita yang tinggal di desa jati kesuma sekurang-kurangnya 1 tahun. 2. Ibu yang mempunyai anak yang berumur 1-5 tahun. 3. Memahami bahasa indonesia. 4. Sehat jasmani dan rohani. 5. bersedia diwawancarai.
40
b. Kriteria Eksklusi 1. Ibu yang tinggal di desa jati kesuma kurang dari 1 tahun. 2. Ibu yang mempunyai anak balita yang berumur kurang dari 1 tahun, dan lebih dari 5 tahun. 3. Tidak memahami bahasa Indonesia. 4. Ibu anak balita yang sedang sakit. 5. Tidak bersedia diwawancarai.
3.6.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
3.6.1. Jenis Data Data yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Dalam penelitian jenis data yang digunakan ada dua (2) macam yaitu : 1.
Data Primer Data primer yaitu data diperoleh dari responden dengan menggunakan kuesioner berupa daftar pertanyaan sebagai alat bantu, dimana terlebih dahulu memberi penjelasan singkat tentang kuesionernya, dibandingkan diisi oleh responden, kemudian dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya.
2.
Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh berdasarkan data diare atau laporan pihak Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe.
41
3.6.2. Cara Pengumpulan Data Sebelum kuesioner dibagikan kepada responden, peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner terlebih dahulu. Kemudian kuesioner dibagikan dan setelah selesai, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dilanjutkan dengan proses editing dan tabulating.
3.7.
Aspek Pengukuran Data
3.7.1. Aspek Pengukuran Diare Menurut Wijoyo (2013), pengeluaran kotoran dengan frekuensi yang meningkat tiga kali dalam 24 jam) disertai dengan perubahan konsistensi kotoran menjadi lembek atau cair, dengan atau tanpa darah/ lendir dalam kotoran. Aspek pengukuran yang dilakukan berdasarkan jawaban responden dari semua pernyataan yang diberikan yaitu 5 pernyataan. Masing-masing benar diberi bobot 1 dan jawaban yang salah diberi bobot 0. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh dari responden (jumlah yang bebar dibagi jumlah pernyataan dikali 100%). 1. Diare
: apabila pengeluaran tinja dengan frekuensi ≥ 3 kali dalam 24 jam.
2. Tidak diare
: apabila pengeluaran tinja dengan frekuensi < 3 kali dalam 24 jam.
3.7.2. Aspek Pengukuran Memberi ASI Eksklusif Balita diberikan air susu ibu secara penuh sampai umur 6 bulan tanpa diberikan tambahan makanan lain, pemberian air susu ibu secara penuh mempunyai
42
daya lindung empat kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian air susu ibu yang disertai dengan susu botol. Jumlah pernyataan kuesioner yang diberikan yaitu 5 pernyataan. Untuk jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh dari responden (jumlah yang benar dibagi jumlah pernyataan dikali 100%). a. ASI eksklusif
: Pemberian ASI ≥ 6 bulan
b. Tidak ASI eksklusif
: Pemberian ASI < 6 bulan
3.7.3. Aspek Pengukuran Air Bersih Air Bersih adalah air tidak berwarna harus bening/jernih, air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran lainnya, air tidak berasa dan tidak berbau. Air minum yang dimasak sampai mendidih. Jumlah pernyataan kuesioner yang diberikan yaitu 5 pernyataan. Untuk jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh dari responden (jumlah yang benar dibagi jumlah pernyataan dikali 100%). a. Memenuhi syarat
: apabila air tidak berwarna, tidak keruh, tidak berasa dan bau.
b. Tidak memenuhi syarat
: apabila air berwarna, keruh, berasa dan bau.
43
3.7.4. Aspek Pengukuran Cuci Tangan Air bersih yang mengalir dan memakai sabun, bersihkan telapak tangan pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung tangan setelah itu keringkan dengan lap bersih. Cuci tangan pada waktu setiap kali tangan kita kotor. Jumlah pernyataan kuesioner yang diberikan yaitu 5 pernyataan. Untuk jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh dari responden (jumlah yang benar dibagi jumlah pernyataan dikali 100%). a. Baik : menggunakan air bersih yang mengalir dengan mengunakan sabun, bersihkan telapak tangan pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung tangan setelah itu keringkan dengan lap bersih, cuci tangan setiap kotor. b. Buruk : tidak menggunakan air bersih yang mengalir, tidak pakai sabun, tidak dibersihkan telapak tangan pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung tangan dan tidak menggunakan lap yang bersih tidak mencuci tangan saat tangan kotor. 3.7.5. Aspek Pengukuran Penggunaan Jamban Tempat pembuangan kotoran manusia yang terdiri: tempat jongkok/tempat duduk dengan leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya, jenis jamban: jamban cemplung di gunakan untuk daerah yang sulit air. Jamban tangki septik/leher angsa di gunakan untuk daerah yang cukup air, daerah yang padat penduduk, karena dapat menggunakan “multiple latrine”
44
yaitu satu lubang penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa jamban (satu lubang dapat menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban) (Maryunani, 2013). Jumlah pernyataan kuesioner yang diberikan yaitu 5 pernyataan. Untuk jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh dari responden (jumlah yang benar dibagi jumlah pernyataan dikali 100%). a. Memenuhi syarat
: apabila tempat jongkok / duduk dengan leher angsa, dilengkapi dengan penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya.
b. Tidak memenuhi syarat : apabila tempat jongkok / duduk tidak dengan leher angsa, tidak dilengkapi penampungan kotoran dan air untuk membersihkan.
3.8.
Pengolahan Data dan Analisis Data
3.8.1. Pengolahan Data Data yang dikumpulkan merupakan data mentah yang masih harus diolah sedemikian rupa agar dapat disajikan dalam bentuk tabel atau grafik sehingga mudah untuk dianalisa. Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan perangkat lunak computer. Menurut Notoatmodjo (2010), terdapat beberapa tahapan pengolahan data : 1. Editing
45
Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner. 2. Coding Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. 3. Data Entry Data entry maksudnya yaitu masukkan data. Data atau jawaban-jawaban responden yang sudah dalam bentuk kode dimasukkan program komputer. 4. Cleaning Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan data atau cleaning. 3.8.2. Analisa Data 1. Univariat Analisa data ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel yaitu perilaku hidup bersih dan sehat meliputi Asi eksklusif, air bersih, mencuci tangan dengan sabun, penggunaan jamban, dengan kejadian diare pada balita.
46
2. Bivariat Analisa ini dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Untuk mengetahui hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare pada balita. Dalam menganalisa data secara bivariate, pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square, yaitu untuk mengetahui hubungan antara dua variabel antara variabel independen dan variabel dependen pada derajat kemaknaan 95% (α = 0,05). Apabila p value ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan apabila p value > 0,05 maka Ho diterima.
47
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
Okt
Nov
Des
Januari
Feb
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agust
2014
2014
2014
2015
2015
2015
2015
2015
2015
2015
2015
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. 2. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pengajuan Judul ACC Judul Survai Awal Bimbingan Proposal Sidang Proposal Penelitian Bimbingan Hasil Sidang Hasil Bimbingan Hasil Penyerahan
50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Gambaran Umum Tempat Penelitian
4.1.1. Data Geografi Puskesmas Rawat Inap Namorambe Terletak di jalan Medan – Namorambe Desa Kuta Tengah Kecamatan Namorambe secara goegrafis terletak di kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatra Utara yaitu dengan luas Wilayah 62 Ha persegi yang terdiri dari 36 165 dusun (RW) dan 83 RT. Terletak pada 20’50 lintan utara dan 90 bujur timur. 4 batasan - batasan wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan gedung Johor (Kota Medan). 2. Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Sibolangit. 3. Sebelah Selatan Berbatasan dengan kecamatan Pancur Batu. 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sibiru-biru dan Deli Tua. Desa Jati Kesuma terletak dijalan Namorambe di kabupaten deli serdang dengan luas wilayah ± 8 Ha, yang terdiri tiga (3) dusun. Batasan – batasan wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Jaba 2. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kuta Tengah 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kuala Simei-Mei 4. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tualah
51
4.1.2. Data Demografi Jumlah penduduk Kecamatan Namorambe menurut sensus penduduk tahun 2014 adalah 38.536 jiwa yang terdiri dari 9.452 kepada keluarga dan jumlah bidan yang bekerja di wilayah puskesmas Namorambe menurut data yaitu sebanyak 37 orang. 4.1.3. Analisa Univariat Setelah dilakukan penelitian tentang hubungan perilaku hidup bersih dan sehat ibu dengan kejadian diare pada balita di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015, maka hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Distribusi Responden Menurut Karakteristik Responden Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Karakteristik ibu yang mempunyai balita dengan kejadian diare di dusun II desa jati kesuma wilayah kerja puskesmas namorambe tahun 2014, dapat dilihat pada table dibawah ini: Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Karakteristik Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe No. Karakteristik Frekuensi Presentase % Umur Balita 1 12-18 bulan 4 9,5 2 19-25 bulan 5 11,9 3 26-32 bulan 13 31,0 4 33-39 bulan 10 23,8 5 40-46 bulan 4 9,5 6 47-53 bulan 6 14,3 Jumlah 42 100,0
52
Tabel 4.1 (Lanjutan) No.
Karakteristik
1 2 Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah 1 2 3 4 5 Jumlah
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Umur Ibu 17-20 tahun 21-24 tahun 25-28 tahun 29-32 tahun 33-36 tahun 37-40 tahun 41-48 tahun Pendidikan Ibu Tidak Sekolah SD SMP/Sederajat SMA/Sederajat D III/Sarjana
Frekuensi
Presentasi (%)
24 18 42
57,1 42,9 100,0
0 1 6 13 12 8 2 42
0 2,4 14,3 31,0 28,5 19,0 4,8 100,0
0 0 14 27 1 42
0 0 33,3 64,3 2,4 100,0
Dari 42 responden bahwa mayoritas berdasarkan umur balita 26-32 bulan sebanyak 13 orang (31,0%), dan minoritas responden 12-18 bulan sebanyak 4 orang (9,5%). Berdasarkan jenis kelamin balita yaitu mayoritas laki-laki sebanyak 24 orang (57,1%), minoritas perempuan sebanyak 18 orang (42,9%). Berdasarkan umur ibu mayoritas responden umur 29-32 tahun sebanyak 13 orang (31,0%) dan minoritas responden 21-24 tahun sebanyak 1 orang (2,4%). Dilihat mayoritas pendidikan ibu yaitu responden yang berpendidikan SMA sebanyak 27 orang (64,3%) SMP sebanyak 14 orang (33,3%) dan minoritas D III/Sarjana sebanyak 1 orang (2,4%).
53
2. Distribusi Frekuensi Kejadian Diare Pada Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015 Melalui perhitungan maka hasil distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pernyataan kejadian diare pada balita dapat dilihat pada tabel 4.2. dibawah ini: Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kejadian Diare Pada Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015
JAWABAN NO.
1.
PERTANYAAN
Balita ibu mengalami diare selama 1 bulan terakhir ?
Bagaimana perubahan kotoran balita ibu? a. lembek, cair, 2. b. cair berlendir, c. cair berlendir campur darah, d. padat. Total Berapa kali balita ibu buang air besar dalam sehari ? a. <3 kali sehari 3. b. >3 kali sehari, c. 4 kali sehari, d. >4 kali sehari. Total
Ya
TOTAL
Tidak F %
F
%
42
100
F
%
33
78.6
9
21.4
23 10 0 0
54.8 23.8 -
-
-
33
78.6
9
21.4
42
100
2 24 6 1 33
4.8 57.1 14.3 2.4 78.6
9
21.4
42
100
54
Tabel 4.2 (Lanjutan) JAWABAN NO.
PERTANYAAN
Selama berapa hari balita ibu mengalami diare? a. > dari 3 hari 4. b. < dari 3 hari c. 7 hari d. 14 hari. Total Gejala yang dialami balita ibu selama diare ? a. muntah, badan lesu lemah panas, tidak nafsu makan 5. b. mual muntah c. demam, kejang dan sakit kepala d. cengeng, gelisah, bibir kering. Total
Ya
TOTAL
Tidak F %
F
%
20 9 4 0
47.6 21.5 9.5 -
-
33
78.6
9 21.4
10
23.8
-
-
13 0
31 -
-
-
10
23.8
-
-
33
78.6
9 21.4
F
%
42
100
42
100
-
Dari 42 responden dapat diketahui bahwa mayoritas balita responden yang menjawab Ya pada soal No 1 sampai No 5 sebanyak 33 orang (78.6%) dan mayoritas yang mejawab soal No. 2 “perubahan kotoran menjadi lembek, cair” sebanyak 23 orang soal No. 3. “Buang air besar dalam sehari >3 kali sehari” sebanyak 24 orang No. 4. “Berapa hari balita mengalami diare > dari 3 hari” sebanyak 20 orang dan minoritas balita responden yang menjawab Tidak pada soal No 1 sebanyak 9 orang (21.4%).
55
3. Kejadian Diare pada Balita Melalui perhitungan data yang diperoleh dari responden kejadian diare pada balita dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.3 Distribusi Kategori Kejadian Diare Pada Balita di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015 Kejadian Diare Diare Tidak Diare Total
F 33 9 42
% 78.6 21.4 100.0
Dari 42 responden diketahui bahwa mayoritas responden balita mengalami diare sebanyak 33 orang (78.6%) dan minoritas responden balita yang tidak mengalami diare sebanyak 9 orang (21.4%). 4. Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif Pada Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015 Melalui perhitungan maka hasil distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pemberian ASI eksklusif pada balita dapat dilihat pada tabel 4.3. dibawah ini:
56
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif Pada Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015
NO. 1
NO. 2 3
4 5
PERNYATAAN
Ya
JAWABAN Tidak % F % 78.6 9 21.4
F Ibu memberikan air susu (ASI) 33 mulai dari usia 0-6 bulan. Tabel 4.4 (Lanjutan) PERNYATAAN Ibu memberikan tambahan makanan mulai usia 2 bulan Ibu memberikan makanan tambahan pada balita saya mulai usia 6 bulan. Ibu mulai memberikan makanan tambahan pada balita saya mulai usia 6 bulan. Ibu memberikan ASI hingga balita umur 2 tahun
JAWABAN Ya Tidak F % F %
TOTAL F 42
% 100
TOTAL F
%
24
57.1
18
42.9
42
100
20
47.6
22
52.4
42
100
23
54.8
19
45.2
42
100
17
40.5
25
59.5
42
100
Dari 42 responden dapat diketahui bahwa mayoritas ibu yang menjawab pernyataan Ya pada soal No 1. “Ibu memberikan air susu (ASI) mulai dari usia 0-6 bulan” sebanyak 33 orang (78.6%) dan minoritas yang menjawab Ya pada soal No 5. “Ibu memberikan ASI hingga balita umur 2 tahun” sebanyak 17 orang (40.5%). Ibu yang menjawab Tidak pada soal No 1. “Ibu memberikan air susu (ASI) mulai dari usia 0-6 bulan” sebanyak 9 orang (21.4%).
57
5. Pemberian ASI Ekslusif Melalui perhitungan data yang diperoleh dari responden pemberian ASI eklusif pada balita dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.5 Distribusi Kategori Pemberian ASI Eksklusif Pada Balita di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015 Pemberian Asi Eksklusif F % ASI Eksklusif 23 54.8 Tidak ASI Eksklusif 19 45.2 Total 42 100.0 Dari 42 responden diketahui bahwa mayoritas responden balita diberikan ASI ekslusif sebanyak 23 orang (54.8%) dan minoritas responden balita yang tidak diberikan ASI eksklusif sebanyak 19 orang (45.2%). 6. Distribusi Frekuensi Penyediaan Air Bersih Pada Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015 Melalui perhitungan maka hasil distribusi frekuensi jawaban responden terhadap penyediaan air bersih dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini: Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Penyediaan Air Bersih Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015
NO.
PERNYATAAN
1
Ibu menggunakan air yang jernih, tidak berwarna, tidak keruh, tidak berasa,tidak berbau.
F
JAWABAN Ya Tidak % F %
F
%
25
59.5
42
100
17
40.5
TOTAL
58
2 3 4
5
Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah paling sedikit 10 meter. Ibu memasak air minum keluarga sampai mendidih. Ibu menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Ibu menjaga kebersihan sumber air bersih dengan tidak ada genangan air disekitar sumber, tidak ada bercak kotor, tidak berlumut, dan ember atau gayung untuk mengambil air tidak diletakkan dilantai.
25
59.5
17
40.5
42
100
42
100
0
0
42
100
42
100
0
0
42
100
15
35.7
27
64.3
42
100
Dari 42 responden dapat diketahui bahwa mayoritas ibu yang menjawab pernyataan Ya pada soal No 3. “Ibu memasak air minum keluarga sampai mendidih” dan 4. “Ibu menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari” sebanyak 42 orang (100%) dan minoritas yang menjawab Ya pada soal No 5. “Ibu menjaga kebersihan sumber air bersih dengan tidak ada genangan air disekitar sumber, tidak ada bercak kotor, tidak berlumut, dan ember atau gayung untuk mengambil air tidak diletakkan dilantai” sebanyak 15 orang (35.7%). Ibu yang mayoritas menjawab pernyataan tidak pada soal No 5 sebanyak 27 orang (64.3%). 7. Penyediaan Air Bersih Melalui perhitungan data yang diperoleh dari responden penyediaan air bersih dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
59
Tabel 4.7 Distribusi Kategori Penyediaan Air Bersih Pada Balita di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015 Penyediaan Air Bersih Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Total
F 31 11 42
% 73.8 26.2 100.0
Dari 42 responden diketahui bahwa mayoritas responden ibu yang mempunyai balita menggunakan air bersih memenuhi syarat sebanyak 31 orang (73.8%) dan minoritas responden ibu yang mempunyai balita yang mengunakan air bersih tidak memenuhi syarat sebanyak 11 orang (26.2%). 8. Cara Mencuci Tangan Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015 Melalui perhitungan maka hasil distribusi frekuensi jawaban responden terhadap cara mencuci tangan dapat dilihat pada tabel 4.8 dibawah ini: Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Cara Mencuci Tangan Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015 JAWABAN NO.
PERNYATAAN
1
Saya menggunakan sabun saat mencuci tangan. Saya mencuci tangan dengan air yang mengalir.
2
Ya F 2
% 4.8
7
16.7
TOTAL
F 40
Tidak % 95.2
F 42
% 100
35
83.3
42
100
60
3
4 5
Saya membersihkan telapak tangan pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung tangan sebelah tangan setelah itu keringkan dengan lap bersih. Saya mencuci tangan setiap tangan kotor. Saya mencuci tangan sebelum dan sesudah memberikan makan bayi/balita
3
7.1
39
92.9
42
100
42
100
0
0
42
100
37
88.1
5
11.9
42
100
Dari 42 responden dapat diketahui bahwa mayoritas ibu yang menjawab pernyataan Ya pada soal No 4. “Saya mencuci tangan setiap tangan kotor” sebanyak 42 orang (100%) dan minoritas yang menjawab Ya pada soal No 1. “Saya menggunakan sabun saat mencuci tangan” sebanyak 2 orang (4.8%). Ibu yang mayoritas menjawab pernyataan tidak pada soal No 1 sebanyak 40 orang (95.2%). 9. Cara Mencuci Tangan Melalui perhitungan data yang diperoleh dari responden cara mencuci tangan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.9 Distribusi Kategori Cara Mencuci Tangan Pada Balita di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015 Cara Mencuci Tangan Baik Buruk Total
F 7 35 42
% 16.7 83.3 100.0
61
Dari 42 responden diketahui bahwa mayoritas responden ibu yang mempunyai balita melakukan cuci tangan dengan baik sebanyak 7 orang (16.7%) dan minoritas responden ibu yang mempunyai balita yang melakukan cuci tangan buruk sebanyak 35 orang (38.3%).
10. Distribusi Frekuensi Penggunaan Jamban Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015 Melalui perhitungan maka hasil distribusi frekuensi jawaban responden terhadap penggunaan jamban dapat dilihat pada tabel 4.6. dibawah ini:
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Penggunaan Jamban Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015
NO.
1
2 3
PERNYATAAN Saya menggunakan jamban di rumah di lengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan dan ventilasi yang cukup, lantai kedap air. Saya menggunakan jenis jamban sehat yaitu jenis jamban cemplung dengan ketersedianya air bersih. Saya menggunakan jangki septic/leher angsa
JAWABAN Ya Tidak N % N %
TOTAL N
%
23
54.8
19
45.2
42
100
26
61.9
16
38.1
42
100
23
54.8
19
45.2
42
100
62
Tabel 4.10 (Lanjutan)
NO. 4 5
PERNYATAAN Ibu selalu menjaga kebersihan jamban secara teratur. Saya menggunakan jamban tidak mencemari tanah sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman.
Ya N
JAWABAN Tidak % N %
28
66.7
14
31
73.8
11
TOTAL N
%
33.3
42
100
26.2
42
100
Dari 42 responden dapat diketahui bahwa mayoritas ibu yang menjawab pernyataan Ya soal No. 5. “Saya menggunakan jamban tidak mencemari tanah sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman” sebanyak 31 (73,8%) dan minoritas ibu yang menjawab Ya soal No 1. “Saya menggunakan jamban di rumah di lengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan dan ventilasi yang cukup, lantai kedap air” dan 3. “Saya menggunakan jangki septic/leher angsa” sebanyak 23 (54.8%). 11. Penggunaan Jamban Tabel 4.11 Distribusi Kategori Penggunaan Jamban Pada Balita di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015 Penggunaan Jamban Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Total
F 26 16 42
% 61.9 38.1 100.0
Dari 42 responden diketahui bahwa mayoritas responden ibu yang mempunyai balita menggunakan jamban yang memenuhi syarat sebanyak 26 orang
63
(61.9%) dan minoritas responden ibu yang mempunyai balita menggunakan jamban tidak memenuhi sebanyak 16 orang (38.1%). 4.1.4. Analisa Bivariat Kejadian Diare merupakan bagian yang diteliti terhadap responden, dimana kejadian diare didalam penelitian ini dikategorikan yaitu diare dan tidak diare. Hasil tabulating dari kuesioner yang telah dikumpulkan dan dihitung diketahui dari variabel independen ada beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015, dimana hasil tersebut dapat dilihat pada tabel - tabel dibawah ini : 12. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Diare pada Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015 Berdasarkan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada balita yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan kepada responden dapat diperoleh dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 4.12 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Diare pada Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015 Pemberian ASI Eksklusif Asi Eksklusif
Kejadian Diare Diare Tidak Diare 15 8
Tidak Asi Eksklusif
18
1
Jumlah
33
9
Total 23 19 42
Nilai P 0,020
64
Dari 42 responden balita yang mengalami diare sebanyak 23 orang mayoritas balita responden pemberian ASI eksklusif yang mengalami diare sebanyak 15 orang (35.7%) dengan responden yang tidak diare dan tidak ASI eksklusif sebanyak 18 orang (42.8%) dan minoritas balita responden pemberian ASI eksklusif yang mengalami diare sebanyak 8 orang (19.0%) tidak ASI eksklusif yang tidak mengalami diare sebanyak 1 orang (2.3%). Hasil uji statistic Chi-Square diperoleh nilai p = 0,020 maka dapat disimpulkan adanya hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada balita di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015. 13. Hubungan Penyediaan Air Bersih Dengan Kejadian Diare pada Balita Berdasarkan penyediaan air bersih dengan kejadian diare pada balita yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan kepada responden dalam tabel di bawah ini: Tabel 4.13 Hubungan Penyediaan Air Bersih Dengan Kejadian Diare pada Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015
Penyediaan Air Bersih Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Total
Kejadian Diare Diare Tidak Diare
Total
23
8
31
10
1
11
33
9
42
Nilai P
0,246
65
Dari 42 responden bahwasannya mayoritas balita responden penyediaan air bersih memenuhi syarat yang mengalami diare sebanyak 23 orang (54.7%) dengan responden yang tidak diare dan tidak memenuhi syarat sebanyak 10 orang (23.8%) dan minoritas balita responden penyediaan air bersih yang memenuhi syarat yang mengalami diare sebanyak 8 orang (19.0%) tidak memenuhi syarat yang tidak mengalami diare sebanyak 1 orang (2.3%). Hasil uji statistic Chi-Square diperoleh nilai p = 0,246
maka dapat
disimpulkan tidak adanya hubungan antara pemyediaan air bersih dengan kejadian diare pada balita di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015. 14. Hubungan Cara Mencuci Tangan Dengan Kejadian Diare pada Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015
Berdasarkan cara mencuci tangan dengan kejadian diare pada balita yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan kepada responden dapat diperoleh dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
66
Tabel 4.14 Hubungan Cara Mencuci Tangan Dengan Kejadian Diare pada Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015
Dari 42 responden bahwasannya mayoritas balita responden cara mencuci tangan baik yang tidak mengalami diare sebanyak 5 orang (11,9%) dengan responden yang mencuci tangan buruk yang mengalami diare sebanyak 31 orang (73.8%) dan minoritas balita responden mencuci tangan baik yang mengalami diare sebanyak 2 orang (4.7%) yang tidak mengalami diare cara mencuci tangan yang buruk sebanyak 4 orang (9.5%). Hasil uji statistic Chi-Square diperoleh nilai p = 0,00
maka dapat
disimpulkan adanya hubungan antara cara mencuci tangan dengan kejadian diare pada balita di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015. 15. Hubungan Penggunaan Jamban Dengan Kejadian Diare pada Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Cara Mencuci Tangan Baik Buruk Total Tahun 2015
Kejadian Diare Diare Tidak Diare 2 5 31 4 33 9
Total 7 35 42
Nilai P 0,00
Berdasarkan penggunaan jamban dengan kejadian diare pada balita yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan kepada responden dapat diperoleh dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
67
Tabel 4.15 Hubungan Penggunaan Jamban Dengan Kejadian Diare pada Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015
Penggunaan Jamban Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Total
Kejadian Diare Diare Tidak Diare 19 7 14 2 33 9
Total 26 16 42
Nilai P 0,269
Dari 42 responden bahwasannya mayoritas responden yang menggunakan jamban yang memenuhi syarat mengalami diare sebanyak 19 orang (45.2%) dengan responden yang tidak memenuhi syarat mengalami diare sebanyak 14 orang (33.3%) dan minoritas responden memenuhi syarat yang tidak mengalami diare sebanyak 7 orang (16.6%) yang tidak mengalami diare tidak memenuhi syarat sebanyak 2 orang (4.7%). Hasil uji statistic Chi-Square diperoleh nilai p = 0,269
maka dapat
disimpulkan tidak adanya hubungan antara penggunaan jamban dengan kejadian diare pada balita di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015.
4.2.
Pembahasan Setelah melihat hasil penelitian Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma
68
Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015 diperoleh informasi sebagai berikut : 4.2.1. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 42 responden mayoritas responden memberian ASI eksklusif yang mengalami diare sebanyak 15 orang (35.7%) dengan responden yang tidak diare dan tidak ASI eksklusif sebanyak 18 orang (42.8%) dan minoritas balita responden pemberian ASI eksklusif yang mengalami diare sebanyak 8 orang (19.0%) tidak ASI eksklusif yang tidak mengalami diare sebanyak 1 orang (2.3%). Hasil uji statistic Chi-Square diperoleh nilai P value = 0,020 maka dapat disimpulkan adanya hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada balita. Pemberian ASI eksklusif adalah bayi usia 0-6 bulan hanya di beri ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan atau minuman lain. ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik. Air susu ibu pertama berupa cairan bening berwarna kekuningan (kolostrum), sangat baik untuk bayi karena mengandung zat kekebalan terhadap penyakit (Maryunani, 2013). Bayi yang mendapatkan ASI ekslusif mempunyai risiko terhadap penyakit diare jauh lebih rendah jika dibanding dengan bayi-bayinya, yang disebabkan
69
terhadap antigen penyakit infeksi dan adanya berbagai zat pelindung yang terdapat dalam ASI. Bayi eksklusif itu tetap dapat terkena penyakit diare, terutama diare yang disebabkan oleh inveksi virus. Tatalaksananya adalah harus dengan meningkatkan frekuensi menyusuinya dan melakukan perawatan payudara sanitasi pada diri dan lingkungan (Rahmawati, 2010). Hasil penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Nur Endah (2009), di Wilayah Kerja Puskesmas Kawali Kabupaten Ciamis menyatakan bahwa adanya hubungan kejadian diare dengan pemberian ASI eksklusif. Menurut asumsi peneliti, berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui tidak ada kesenjangan antara teori dengan hasil penelitian. Balita yang mendapatkan ASI eksklusif jarang terkena alergi, karena bekerja sebagai anti bakteri juga mencegah terabsorbsinya makromoleku asing. ASI memegang penting dalam peranan penting untuk pencegahan dan penatalaksanaan diare karena didalam ASI terdapat berbagai komponen penting baik dalam pencegahan. Sehingga balita yang ASI eksklusif lebih jarang terkena diare dari pada balita yang diberikan makanan tambahan. 4.2.2. Hubungan Penyediaan Air Bersih Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 42 responden mayoritas responden menyediaan air bersih memenuhi syarat yang mengalami diare sebanyak 23 orang
70
(54.7%) dengan responden yang tidak diare dan tidak memenuhi syarat sebanyak 10 orang (23.8%) dan minoritas balita responden penyediaan air bersih yang memenuhi syarat yang mengalami diare sebanyak 8 orang (19.0%) tidak memenuhi syarat yang tidak mengalami diare sebanyak 1 orang (2.3%). Hasil uji statistic Chi-Square diperoleh nilai P value = 0,246 maka dapat disimpulkan tidak adanya hubungan antara pemyediaan air bersih dengan kejadian diare pada balita. Berdasarkan kejadian diare pada balita dengan penyediaan air bersih adalah mata air yang secara alamiah timbul di desa-desa perlu dikelola dengan melindungi sumber mata air tersebut agar tidak tercemar oleh kotoran. Air dapat dialirkan ke rumah-rumah penduduk melalui pipa-pipa bambu atau penduduk dapat langsung mengambilnya sendiri ke sumber yang sudah terlindungi, penyaringan air yang sederhana dapat dilakukan dengan kerikil, ijuk dan pasir. Penyaringan pasir dengan teknologi tinggi dilakukan oleh PAM (Perusahaan Air Minum) yang hasilnya dapat dikonsumsi umum. Air untuk minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri patogen. Bila dari pemeriksaan E.coli maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan (Proverawati, 2012). Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Melitia Elias (2014), dengan judul Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tahuna Timur Kabupaten Kepulauan Sangihe menyatakan bahwa tidak ada hubungannya penyediaan air bersih dengan kejadian diare pada balita. Tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil
71
penelitian yang dilakukan oleh Hamzah (2012), dengan judul Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Kejadian Diare pada Balita Di Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo menyatakan bahwa ada hubungannya penyediaan air bersih dengan kejadian diare pada balita. Menurut asumsi peneliti, berdasarkan hasil penelitian diatas diketahui bahwa adanya kesenjangan antara teori dengan hasil penelitian. Pada hasil penelitian didapat bahwa lebih banyak responden yang menggunakan air bersih memenuhi syarat sebanyak 31 orang (73.8%). Hal ini disebabkan karena responden sudah menggunakan air PAM sehingga mendapatkan air bersih sangat mudah bagi responden dan memasak air sampai mendidih sebelum dikonsumsi.
4.2.3. Hubungan Cara Mencuci Tangan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwasannya dari 42 responden mayoritas responden cara mencuci tangan baik yang tidak mengalami diare sebanyak 5 orang (11,9%) dengan responden yang mencuci tangan buruk yang mengalami diare sebanyak 31 orang (73.8%) dan minoritas balita responden mencuci tangan baik yang mengalami diare sebanyak 2 orang (4.7%) yang tidak mengalami diare cara mencuci tangan yang buruk sebanyak 4 orang (9.5%). Hasil uji statistic Chi-Square
72
diperoleh nilai p = 0,00 maka dapat disimpulkan adanya hubungan antara cara mencuci tangan dengan kejadian diare pada balita. Berdasarkan kejadian diare pada balita dengan cara mencuci tangan dapat berfungsi menghilangkan/mengurangi mikroorganisme yang menempel di tangan. Cuci tangan harus dilakukan dengan menggunakan air bersih dan sabun. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun, maka kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan (Proverawati, 2012). Hasil penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamzah (2012), di Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kejadian diare dengan cara mencuci tangan. Menurut asumsi peneliti, berdasarkan hasil penelitian diatas diketahui bahwa tidak ada kesenjangan antara tori dengan hasil penelitian. Hal ini dikarenakan ibu yang mempunyai kebiasaan baik dalam mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebanyak 2 orang (4.7%) ibu yang memiliki balita menderita diare. Masih ada ibu yang tidak mencuci tangannya dengan air bersih menggunakan sabun dengan air mengalir dan mencuci tangannya sebelum/sesudah memberikan makan balitanya. 4.2.4. Hubungan Penggunaan Jamban Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 42 responden mayoritas responden yang menggunakan jamban yang memenuhi syarat mengalami diare sebanyak 19
73
orang (45.2%) dengan responden yang tidak memenuhi syarat mengalami diare sebanyak 14 orang (33.3%) dan minoritas responden memenuhi syarat yang tidak mengalami diare sebanyak 7 orang (16.6%) yang tidak mengalami diare tidak memenuhi syarat sebanyak 2 orang (4.7%). Hasil uji statistic Chi-Square diperoleh nilai p = 0,269 maka dapat disimpulkan tidak adanya hubungan antara penggunaan jamban dengan kejadian diare pada balita. Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa (cemplung) yang di lengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Syarat jamban yang sehat yaitu: Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter), tidak berbau, tidak mencemari tanah sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan, dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan dan ventilasi yang cukup, lantai kedap air dan luas ruangan memadai (Maryunani, 2013). Hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hamzah (2012), Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kejadian diare dengan penggunaan jamban. Dari hasil penelitian Melitia Elias (2014), menyatakan ada hubungannya kejadian diare pada balita dengan kepemilikan jamban. Menurut asumsi peneliti, berdasarkan hasil penelitian diatas diketahui bahwa ada kesenjangan antara teori dengan hasil penelitian. Hal ini dikarenakan ibu yang
74
mempunyai balita menderita diare menggunakan jamban memenuhi syarat sebanyak 26 orang (61.9%). Responden yang memiliki jamban menggunakan jamban tidak membuang kotoran balita sembarangan, berjarak 10 meter dari sumber air bersih dan menjaga kebersihan jambannya.
75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Kejadian diare pada balita masih sering terjadi dan masih tinggi angka kejadiannya pada anak usia < 5 tahun. Kejadian diare salah satu penyebabnya yaitu perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang baik, yang terdiri dari 10 yaitu: persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi ASI ekslusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan, menggunakan jamban, memberantas jentik dirumah sekali seminggu, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok di dalam rumah. Dari 10 hanya 4 yang diambil dalam penelitian yaitu memberi ASI ekslusif, menggunakan air bersih, mencuci tangan, menggunakan jamban. Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan tentang hubungan perilaku hidup bersih dan sehat ibu dengan kejadian diare pada balita di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe, dapat disimpulkan bahwa dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dari 42 responden, adanya hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan nilai P value = 0,020 dan cara mencuci tangan dengan nilai P value = 0,00 dengan kejadian diare pada balita dan tidak ada hubungan antara penyediaan air bersih dengan nilai P value = 0,246 dan penggunaan jamban dengan nilai P value = 0,269 dengan kejadian diare pada balita.
76
5.2.
Saran
1. Bagi Instansi Prodi D-III Kebidanan Stikes Sumatera Utara Sebagai referensi dan bahan bacaan di perpustakaan STIKes Sumatera Utara, sehingga dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa tentang diare pada balita serta sebagai bahan masukan kepustakaan untuk menjadi referensi dalam penelitian lebih lanjut tentang diare pada balita. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dalam melakukan penelitian kesehatan khususnya tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Ibu dengan kejadian diare serta sebagai bahan masukan dalam menerapkan metode penelitian yang telah dipelajari. 2. Bagi Ibu yang Memiliki Balita Di Desa Jati Kesuma Diharapkan kepada ibu yang memiliki balita memberikan ASI ekslusif dan meningkatkan kebersihan lingkungannya lebih baik. Diharapkan kepada kepala desa untuk memberikan apresiasi pada ibu yang mempunyai anak sehat dengan pemberian ASI ekslusif agar meningkatkan ibu untuk semakin semangat memberikan ASI ekslusif. Sehingga hal ini dapat menurunkan angka kematian dan kesakitan pada balita. Kepala Desa berkolaborasi dengan petugas kesehatan untuk melakukan penyuluhan tentang hidup sehat dan pencegahan diare kepada masyarakat khususnya ibu yang mempunyai balita.
77
DAFTAR PUSTAKA Dinas Kesehatan Sumatera Utara. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012. Sumatera Utara. Diakses pada tanggal 18 Januari 2015. http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVIN SI_2012/02_Profil_Kes_Prov.SumateraUtara_2012.pdf. Hamzah, Arsunan Arsin, Jumriani Ansar. 2012. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Kejadian Diare pada Balita Di Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo Tahun 2012. Universitas Hasannudin Semarang. diakses pada tanggal 25 September 2014. Hidayat, Aziz, Alimul. 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Salemba Medika: Jakarta. Maryanti, Dwi, Sujianti, Tri Budiarti. 2011. Buku Ajar Neonatus, Bayi & Balita. TIM: Jakarta. Maryunani, Anik. 2013. Perilaku Hidup Berish dan Sehat (PHBS). TIM: Jakarta. Melitia Ch,Elias. 2014. Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare pada Balita Di Wilayah Kerja Puskemas Tahuna Timur Kabupaten Kepulauan Sangihe Tahun 2014. diakses pada tanggal 23 Februari 2015. Notoatmodjo, S. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. Proverawati, Atikah, Eni Rahmawati. 2012. Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS). Nuha Medika: Yogyakarta. Kementerian Kesehatan R.I. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. http://labmandat.litbang.depkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2013/L aporan_riskesdas_2013_final.pdf. Diakses pada tanggal 05 Maret 2015. Septiari, Bety Bea. 2012. Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua. Nuha Medika: Yogyakarta.
78
Sirait, Edwin Dermody. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Ibu dengan Kejadian Diare pada Anak Usia 1-4 Tahun Di Puskesmas Siantan Hilir Tahun 2013. Universitas TanjungPura Pontianak. Diakses 25 September 2014. Sitorus, Ronald. 2011. Pedoman & Perawatan Balita Agar Tumbuh Sehat dan Cerdas. Nuansa Aulia: Bandung. Sudarti. 2013. Kelainan dan Penyakit pada Bayi & Anak. Yogyakarta: Nuha Medika Wijoyo, Yosef. 2013. Diare Pahami Penyakit & Obatannya. Citra Aji Parama: Yogyakarta WHO. 2013. Global Health Observatory: Child Health. Available from: http://www.who.int/topics/diarrhoea/en/. Diakses pada tanggal 16 januari 2015.
79
Lampiran I LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DUSUN II DESA JATI KESUMA WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAMORAMBE TAHUN 2015 Saya adalah mahasiswa program D-III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. Penelitian ini dianjurkan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di program studi D-III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara, tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi “Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Ibu Dengan
Kejadian Diare Pada Balita Di Dusun II Desa Jati Kesuma Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2015”. Saya mengharapkan tanggapan yang diberikan tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Informasi yang diberikan ibu hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu kebidanan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud lain. Partisipasi dari saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, saudara bebas menjawab semua pernyataan tanpa sanksi apapun. Jika saudara bersedia menjadi peserta penelitian ini silahkan saudara menandatangani surat persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan dibawah ini sebagai bukti sukarela saudara. Responden
Medan, Mei 2015 Peneliti
(..............................)
(Riski MeiLidia Ginting)
80
Lampiran II
KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA JATI KESUMA KECAMATAN NAMORAMBE TAHUN 2015 I.
Petunjuk pengisian kuesioner responden 1.
Isilah data yang ada pada lembar kuesioner ini dengan benar
2.
Pilihlah salah satu jawaban yang telah disediakan sesuai dengan pendapat ibu
3.
Setiap pertanyaan diisi dengan 1 jawaban.
II. Nomor Responden : 1. No Responden
:
2. Umur Balita
:
3. Jenis Kelamin
:
1.
Umur Ibu
:
Laki-laki Perempuan Tahun
2.
Pendidikan Ibu
:
Tidak Sekolah SD SMP/sederajat SMA/sederajat Perguruan Tinggi
Pendidikan Terakhir
:
1. Tidak sekolah 2. Tidak Tamat SD 3. Tamat SD 4. SMP/Sederajat 5. SMU/ sederajat 6. D3/Sarjana
81
A. Kejadian Diare pada Balita Petunjuk Pengisian Pilih jawaban dengan cara menceklis/contreng ( ) pada kolom yang telah disediakan. 1. Apakah balita ibu mengalami diare diare selama 1 bulan terakhir? a. Ya b. Tidak Jika, Ya 2. Bagimana perubahan kotoran balita ibu? a. Lembek, cair b. Cair berlendir c. Cair berlendir campur darah d. Padat 3. Berapa kali balita ibu buang air besar dalam sehari? a. < 3 kali sehari b. > 3 kali sehari c. 4 kali sehari d. > 4 kali sehari 4. Selama berapa hari balita ibu mengalami diare? a. > dari 3 hari b. < dari 3 hari c. 7 hari d. 14 hari 5. Gejala apa saja yang dialami balita ibu selama diare? a. Muntah, lesu atau lemah, panas, tidak nafsu makan b. Mual muntah c. Demam, kejang dan sakit kepala d. Cengeng, gelisah, bibir kering
82
B. Pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian Diare Petunjuk Pengisian Pilih jawaban dengan cara menceklis/contreng ( ) pada kolom yang telah disediakan. NO
PERNYATAAN
1.
Ibu memberikan Air Susu Ibu (ASI) mulai dari usia 0-6 bulan Saya memberikan tambahan makanan mulai usia 2
2. bulan 3.
Saya memberikan ASI disertai dengan susu botol Saya mulai memberikan makanan tambahan pada
4. balita saya mulai usia 6 bulan. 5.
Saya memberikan ASI hingga balita umur 2 tahun.
YA
TIDAK
83
C. Ketersediaan Air Bersih dengan Kejadian Diare Petunjuk Pengisian Pilih jawaban dengan cara menceklis/contreng ( ) pada kolom yang telah disediakan. NO
PERNYATAAN Saya menggunakan air yang jernih, tidak berwarna,
1. tidak keruh, tidak berasa dan tidak berbau. Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat 2. pembuangan sampah paling sedikit 10 meter 3.
Saya memasak air minum keluarga sampai mendidih
4.
Saya menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari
5.
Ibu menjaga kebersihan sumber air bersih dengan tidak ada genangan air disekitar sumber, tidak ada bercak kotoran, tidak berlumut, dan ember atau gayung untuk mengambil air tidak diletakkan dilantai.
YA
TIDAK
84
D. Cara Mencuci Tangan dengan Kejadian Diare Petunjuk Pengisian Pilih jawaban dengan cara menceklis/contreng ( ) pada kolom yang telah disediakan. PERNYATAAN
NO
YA
1.
Saya menggunakan sabun saat mencuci tangan.
2.
Saya mencuci tangan dengan air yang mengalir. Saya membersihkan telapak tangan pergelangan
3.
tangan, sela-sela jari dan punggung tangan setelah itu keringkan dengan lap bersih.
4.
Saya mencuci tangan setiap tangan kotor. Saya
mencuci
tangan
sebelum
5. memberikan makan bayi/balita.
dan
sesudah
TIDAK
85
E. Penggunaan Jamban dengan Kejadian Diare Petunjuk Pengisian Pilih jawaban dengan cara menceklis/contreng ( ) pada kolom yang telah disediakan. NO
PERNYATAAN Saya menggunakan jamban di rumah di lengkapi
1.
dinding dan atap pelindung, penerangan dan ventilasi yang cukup, lantai kedap air. Saya menggunakan jenis jamban sehat yaitu jenis
2. jamban cemplung dengan tersedianya air bersih. 3.
Saya menggunakan jamban tangki septic/leher angsa
4.
Ibu selalu menjaga kebersihan jamban secara teratur. Saya menggunakan jamban tidak mencemari tanah
5. sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman.
YA
TIDAK
HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DUSUN II DESA JATI KESUMA WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAMORAMBE TAHUN 2015
U. U. NO. J.K P BALITA IBU
KEJ. DIARE 1
2
3
4
5
P. ASI Eksklusif
J K
K. air bersih
J K
1
2
3
4
5
C. Men Tangan
J K
1
2
3
4
5
P. Jamban
J K
1
2
3
4
5
J K
1
2
3
4
5
1
5
2
5
4
1
1
1
1
1
5
1
1
0
0
0
1
2
2
1
1
1
1
1
5
1
0
1
0
1
1
3
1
1
1
1
0
1
4
1
2
6
2
4
4
1
1
1
1
1
5
1
0
0
0
0
1
1
2
0
0
1
1
0
2
2
0
0
0
1
1
2
2
0
0
0
0
0
0
2
3
3
1
2
4
1
1
1
1
1
5
1
1
0
0
0
0
1
2
1
0
1
1
1
4
1
0
0
0
1
1
2
2
1
1
1
1
1
5
1
4
4
1
5
4
1
1
1
1
1
5
1
1
0
0
0
0
1
2
0
0
1
1
1
3
1
0
0
0
1
1
2
2
1
1
1
1
1
5
1
5
1
1
4
4
1
1
1
1
1
5
1
1
1
1
1
0
4
1
0
0
1
1
0
2
2
0
0
0
1
1
2
2
0
0
0
1
1
2
2
6
1
2
3
5
1
1
1
1
1
5
1
0
0
0
0
1
1
2
1
1
1
1
1
5
1
0
0
0
1
1
2
2
1
1
1
1
1
5
1
7
4
1
6
3
1
1
1
1
1
5
1
1
0
0
0
1
2
2
1
1
1
1
0
4
1
0
0
0
1
1
2
2
1
1
1
0
1
4
1
8
5
1
4
4
1
1
1
1
1
5
1
1
1
1
1
0
4
1
0
0
1
1
1
3
1
0
0
0
1
1
2
2
0
0
0
1
0
1
2
9
6
1
7
3
1
1
1
1
1
5
1
1
1
1
1
1
5
1
1
1
1
1
0
4
1
0
0
0
1
1
2
2
1
1
1
1
1
5
1
10
2
2
4
4
1
1
1
1
1
5
1
1
1
0
1
0
3
1
1
1
1
1
0
4
1
0
1
1
1
1
4
1
1
1
1
1
1
5
1
11
4
1
3
3
1
1
1
1
1
5
1
0
0
0
0
0
0
2
1
1
1
1
0
4
1
0
0
0
1
1
2
2
1
1
1
0
1
4
1
12
3
1
5
4
1
1
1
1
1
5
1
1
0
0
0
0
1
2
0
1
1
1
0
3
1
0
0
0
1
1
2
2
1
1
1
1
1
5
1
13
2
2
5
4
1
1
1
1
1
5
1
1
0
0
0
1
2
2
1
1
1
1
0
4
1
0
0
0
1
1
2
2
1
1
1
0
0
3
1
14
3
2
5
4
1
1
1
1
1
5
1
1
1
1
1
0
4
1
1
1
1
1
1
5
1
0
0
0
1
1
2
2
1
1
1
1
1
5
1
15
3
1
6
3
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
1
1
2
1
1
1
1
1
5
1
0
1
1
1
1
4
1
1
1
1
1
1
5
1
16
4
2
4
3
1
1
1
1
1
5
1
1
1
1
1
0
4
1
1
1
1
1
0
4
1
0
0
0
1
1
2
2
0
0
0
1
0
1
2
17
1
2
6
3
1
1
1
1
1
5
1
0
0
0
0
0
0
2
0
0
1
1
0
2
2
0
0
0
1
1
2
2
0
0
0
1
1
2
2
18
2
1
3
4
1
1
1
1
1
5
1
1
1
1
1
1
5
1
0
0
1
1
0
2
2
0
0
0
1
0
1
2
0
0
0
1
0
1
2
19
3
2
6
4
1
1
1
1
1
5
1
1
1
1
1
0
4
1
1
1
1
1
0
4
1
0
0
0
1
1
2
2
1
1
1
1
1
5
1
20
4
2
3
4
1
1
1
1
1
5
1
0
0
0
0
0
0
2
0
0
1
1
0
2
2
0
0
0
1
0
1
2
0
0
0
1
1
2
2
21
4
1
5
3
1
1
1
1
1
5
1
1
1
1
1
0
4
1
0
0
1
1
0
2
2
0
0
0
1
1
2
2
0
0
0
1
0
1
2
84
22
6
1
7
3
1
1
1
1
1
5
1
1
0
0
1
0
2
2
0
0
1
1
1
3
1
0
0
0
1
1
2
2
0
0
0
1
0
1
2
23
4
2
4
3
1
1
1
1
1
5
1
1
1
1
1
0
4
1
1
1
1
1
1
5
1
0
0
0
1
1
2
2
1
1
1
1
1
5
1
24
3
1
4
4
1
1
1
1
1
5
1
1
0
0
0
1
2
2
0
0
1
1
0
2
2
0
0
0
1
1
2
2
0
0
0
0
0
0
2
25
5
1
5
4
1
1
1
1
1
5
1
1
1
1
1
0
4
1
0
0
1
1
0
2
2
0
0
0
1
1
2
2
0
0
0
0
0
0
2
26
6
2
3
4
0
0
0
0
0
0
2
1
1
1
1
0
4
1
0
1
1
1
1
4
1
0
1
0
1
1
3
1
1
1
1
0
0
3
1
27
3
1
5
4
0
0
0
0
0
0
2
1
1
1
1
0
4
1
1
1
1
1
1
5
1
0
1
0
1
1
3
1
1
1
1
1
1
5
1
28
4
2
5
3
0
0
0
0
0
0
2
1
1
0
0
1
3
1
1
1
1
1
0
4
1
0
0
0
1
1
2
2
0
0
0
0
1
1
2
29
3
1
6
4
1
1
1
1
1
5
1
1
1
0
1
1
4
1
0
0
1
1
0
2
2
0
0
0
1
1
2
2
0
1
0
1
1
3
1
30
4
1
5
4
1
1
1
1
1
5
1
1
1
1
1
1
5
1
0
0
1
1
1
3
1
0
0
0
1
1
2
2
0
1
0
1
1
3
1
31
3
2
6
4
1
1
1
1
1
5
1
1
0
0
0
1
2
2
1
1
1
1
1
5
1
0
0
0
1
1
2
2
0
0
0
0
0
0
2
32
6
2
4
4
0
0
0
0
0
0
2
1
1
1
1
0
4
1
0
0
1
1
0
2
2
0
0
0
1
1
2
2
0
0
0
1
1
2
2
33
5
2
3
4
0
0
0
0
0
0
2
1
1
1
1
1
5
1
1
1
1
1
1
5
1
0
1
0
1
1
3
1
1
1
1
1
1
5
1
34
2
1
6
4
0
0
0
0
0
0
2
1
1
1
1
0
4
1
1
1
1
1
1
5
1
0
0
0
1
1
2
2
1
1
1
1
1
5
1
35
3
1
4
4
0
0
0
0
0
0
2
1
1
1
1
0
4
1
1
1
1
1
0
4
1
0
0
0
1
1
2
2
1
1
1
0
1
4
1
36
3
1
4
3
1
1
1
1
1
5
1
1
1
1
1
1
5
1
1
1
1
1
0
4
1
0
0
0
1
1
2
2
0
1
1
1
1
4
1
37
3
1
5
3
1
1
1
1
1
5
1
0
0
0
0
1
1
2
1
1
1
1
0
4
1
0
0
0
1
1
2
2
1
1
1
1
1
5
1
38
2
1
6
3
1
1
1
1
1
5
1
1
0
0
0
0
1
2
1
1
1
1
0
4
1
0
0
0
1
1
2
2
1
0
0
0
1
2
2
39
4
1
4
4
0
0
0
0
0
0
2
1
1
1
1
0
4
1
1
1
1
1
0
4
1
0
1
0
1
1
3
1
0
1
0
1
1
3
1
40
3
1
4
4
1
1
1
1
1
5
1
0
0
0
0
0
0
2
0
0
1
1
0
2
2
1
0
0
1
0
2
2
0
0
0
0
1
1
2
41
6
2
5
3
1
1
1
1
1
5
1
0
0
0
0
1
1
2
1
0
1
1
0
3
1
1
0
0
1
0
2
2
1
1
1
0
1
4
1
1
2
4
4
1
1
1
1
1
5
1
1
1
1
1
0
4
1
1
1
1
1
0
4
1
0
0
1
1
0
2
2
1
1
1
1
1
5
1
42
85
KETERANGAN Umur. Balita
J. Kelamin
Umur Ibu
Pendidikan
K. Diare
P. ASI Eksklusif
1. 12-18 bulan
1. Laki-Laki
1. 17-20 tahun
1. Tidak Tamat
1. Diare
1. ASI Eksklusif
2. 19-25 bulan
2. Perempuan
2. 21-24 tahun
2. SD
2. Tidak Diare
2. Tidak ASI Eksk
3. 26-32 bulan
3. 25-28 tahun
3. SMP
4. 33-39 bulan
4. 29-32 tahun
4. SMA
5. 40-46 bulan
5. 33-36 tahun
5. D3/Sarjana
6. 47-60 bulan
6. 37-40 tahun 7. 41-44 tahun
P. Air Bersih
C.M. Tangan
P. Jamban
1. Memenuhi Syarat
1. Baik
1. Memenuhi Syarat
2. Tidak Memenuhi Syarat
2. Buruk
2. Tidak Memenuhi Syarat
86
87
Statistic
U. J. Balita Kelamin NValid Missing
U. Pendk. ASI Air C.M. Diare P. Jamban Ibu Ibu Eksklusif Bersih Tangan
42
42
42
42
42
42
42
42
42
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Umur balita U.Balita
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 12-18 bulan
4
9.5
9.5
9.5
19-25 bulan
5
11.9
11.9
21.4
26-32 bulan
13
31.0
31.0
52.4
33-39 bulan
10
23.8
23.8
76.2
40-46 bulan
4
9.5
9.5
85.7
47-53 bulan
6
14.3
14.3
100.0
Total
42
100.0
100.0
Jenis Kelamin J.Kelamin
Valid
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
laki-laki
24
57.1
57.1
57.1
Perempuan
18
42.9
42.9
100.0
Total
42
100.0
100.0
Pendidikan Ibu Pendk.Ibu Valid
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SMP
14
33.3
33.3
33.3
SMA
27
64.3
64.3
97.6
D3/Sarjana
1
2.4
2.4
100.0
Total
42
100.0
100.0
7
88
Umur Ibu U.IBU
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
21-24 tahun
1
2.4
2.4
2.4
25-28 tahun
6
14.3
14.3
16.7
29-32 tahun
13
31.0
31.0
47.6
Valid 33-36 tahun 37-40 tahun
12
28.6
28.6
76.2
8
19.0
19.0
95.2
41-48 tahun
2
4.8
4.8
100.0
Total
42
100.0
100.0
DIARE
Valid
K.DIARE
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
DIARE
33
78.6
78.6
78.6
TIDAK DIARE
9
21.4
21.4
100.0
Total
42
100.0
100.0
Asi eksklusif Pemberian ASI EKSKLUSIF
Frequency Percent
ValidASI EKSKLUSIF
Valid Percent
Cumulative Percent
23
54.8
54.8
54.8
TIDAK ASI EKSKLUSIF
19
45.2
45.2
100.0
Total
42
100.0
100.0
Air Bersih PENYEDIAAN AIR BERSIH Valid MEMENUHI SYARAT TIDAK MEMENUHI SYARAT
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
31
73.8
73.8
73.8
11
26.2
26.2
100.0
8
89
Air Bersih PENYEDIAAN AIR BERSIH
Frequency Percent Valid Percent
Valid MEMENUHI SYARAT
Cumulative Percent
31
73.8
73.8
73.8
TIDAK MEMENUHI SYARAT
11
26.2
26.2
100.0
Total
42
100.0
100.0
Cara Mencuci Tangan Cara Mencuci Tangan
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
BAIK
7
16.7
16.7
16.7
BURUK
35
83.3
83.3
100.0
Total
42
100.0
100.0
Penggunaan Jamban PENGGUNAAN JAMBAN
Frequency Percent Valid Percent
Memenuhi Syarat Valid Tidak Memenuhi Syarat Total
Cumulative Percent
26
61.9
61.9
61.9
16
38.1
38.1
100.0
42
100.0
100.0
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid
Asieksl * DIARE
Missing
Total
N
Percent
N
Percent
N
Percent
42
100.0%
0
.0%
42
100.0%
9
90
ASI Eklusif * DIARE Crosstabulation DIAREK Pemberian ASI EKSKLUSIF
Total
DIARE
TIDAK DIARE
ASI EKSKLUSIF
15
8
23
TIDAK ASI EKSKLUSIF Total
18 33
1 9
19 42
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
5.385a 3.774 6.089
1 1 1
.020 .052 .014
5.257
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.027
.023
.022
42 Case Processing Summary
Asieksl * DIARE
Valid N Percent
Cases Missing N Percent
N
Total Percent
42
0
42
100.0%
100.0%
.0%
Air Bersih* DIARE Crosstabulation DIAREK PENYEDIAAN AIR BERSIH DIARE TIDAK DIARE MEMENUHI SYARAT TIDAK MEMENUHI SYARAT Total
23 10 33
8 1 9
Total 31 11 42
0
91
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
Value
df
1.347a .537 1.539
1 1 1
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (2-sided) sided) (1-sided) .246 .463 .215 .403
1.315
1
.240
.251
42 Case Processing Summary Cases
Cara Mencuci Tangan * DIAREK
Valid N Percent
Missing N Percent
Total N Percent
42
0
42
100.0%
.0%
100.0%
Cara Mencuci Tangan * DIARE Crosstabulation
Cara Mencuci Tangan
DIARE TIDAK DIARE
DIARE
Total
BAIK
2
5
7
BURUK
31 33
4 9
35 42
Total
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
Value
df
12.473a 9.164 10.392
1 1 1
Asymp. Sig. Exact Sig. (2-sided) (2-sided) .000 .002 .001 .003
12.176
1
Exact Sig. (1sided)
.003
.000
42 1
92
Case Processing Summary Cases Valid
Penggunaan Jamban * DIARE
Missing
Total
N
Percent
N
Percent
N
42
100.0%
0
.0%
42
Percent 100.0%
Penggunaan Jamban * DIARE Crosstabulation DIARE PENGGUNAAN JAMBAN DIARE
TIDAK DIARE
Total
Memenuhi Syarat
19
7
26
Tidak Memenuhi Syarat
14
2
16
33
9
42
Total
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
b
Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
1.224a
1
.269
.517
1
.472
1.298
1
.254
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
1.195
N of Valid Casesb
42
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1sided)
.442
.240
.274
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.43. b. Computed only for a 2x2 table
2
93
3
94
4
95
5
96
6
97
7
98
8
99
9