PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI TATA USAHA SMK NEGERI DI KOTA PAYAKUMBUH
Oleh Vevi Gusrini Vionita 2008/00458
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda Periode Maret 2013
2
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI TATA USAHA SMK NEGERI DI KOTA PAYAKUMBUH Vevi Gusrini Vionita Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang Email :
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan dan motivasi kerja tehadap kinerja pegawai Tata Usaha SMK Negeri Di Kota Payakumbuh. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif asosiatif. Sampel penelitian ini adalah 40 orang pegawai Tata Usaha SMK Negeri di Kota Payakumbuh. Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu total sampling. Data primer penelitian dikumpulkan melalui wawancara dan angket yang disebarkan kepada sampel/responden penelitian. Data sekunder diperoleh dari dokumentasi dan studi kepustakaan, peraturan perundang-undangan dan penelitian yang ada kaitannya dengan bahan penelitian. Data yang telah terkumpul tersebut lalu dianalisis secara statistik dengan analisis korelasi berganda dengan menggunakan program SPSS versi 16.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Terdapat pengaruh yang signifikan tingkat pendidikan terhadap kinerja (2) Terdapat pengaruh yang signifikan motivasi kerja terhadap kinerja. (3) Terdapat pengaruh yang signifikan tingkat pendidikan dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kinerja. Kata kunci : tingkat pendidikan, motivasi kerja, kinerja. ABSTRACT This study aimed to determine the effect of educational level and motivation employee performance on the Administration SMK In Payakumbuh. This study used a descriptive approach associative. The sample of this study were 40 employees in the Administrative SMK Payakumbuh. The sampling method used is total sampling. Primary data were collected through interviews and questionnaires were distributed to a sample / respondents of the study. Secondary data were obtained from the documentation and study of literature, legislation and research that are related to materials research. Data that have been collected are then analyzed statistically by multiple correlation analysis using SPSS version 16.0. The results showed that (1) There is significant education level on the performance. (2) There is a significant effect motivation on the performance by working. (3) There is a significant effect level of education and motivation to work together on the performance.
Key word : education, motivation, performance.
PENDAHULUAN Sumber daya manusia mempunyai peran penting dalam menentukan keberhasilan suatu organisasi. Semua potensi sumber daya manusia sangat berpengaruh terhadap upaya organisasi dalam mencapai tujuannya. Untuk menciptakan kinerja yang diharapkan, dibutuhkan adanya motivasi kerja yang optimal dan kemampuan kerja yang baik. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Stoner dalam Soekidjo (2009:125) kinerja seorang tenaga kerja atau pegawai dipengaruhi oleh motivasi, kemampuan dan faktor persepsi. Kemampuan didapatkan dari pendidikan yang gunanya untuk mencapai suatu keberhasilan yang diharapkan. Kinerja merupakan hasil dari kemampuan karyawan yang ditimbulkan dari motivasi dalam melakukan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Veithzal (2009:548) menyatakan kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Kinerja merupakan hasil kerja dari pegawai yang ditimbulkan dari motivasi dan tingkat pendidikan yang memadai dalam upaya perusahaan (kantor) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam meningkatkan kinerja pegawai dan untuk memotivasi pegawai dalam bekerja adalah melalui pendidikan. Tingkat pendidikan yang ditempuh dan dimiliki oleh seseorang pada dasarnya merupakan usaha yang dilakukan dapat memperoleh kinerja yang baik. Menurut Hasbullah (2009:1) menyatakan bahwa “Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai nilai-nilai kebudayaan dan masyarakat.” Lebih lanjut Hasbullah (2009:1) menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat
hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.” Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha yang sengaja dilakukan baik langsung maupun tidak langsung yang dijalankan seseorang untuk mencapai tingkat hidup yang lebih tinggi. Rendahnya kinerja pegawai Tata Usaha SMK N di Kota Payakumbuh dilihat dari tingkat pendidikan pegawai Tata Usaha SMK N di Kota Payakumbuh. Tingkat pendidikan pegawai yang terbanyak adalah tamatan SMA/SMK yaitu sebanyak 65% (26 orang), sementara tamatan D4/S1 hanya sekitar 12.5% (5 orang) dan bahkan masih ada pegawai yang tamatan SMP yaitu 10% (4 orang). Jadi tingkat pendidikan pegawai Tata Usaha SMK Negeri di Kota Payakumbuh masih didominasi oleh tamatan SMA/SMK. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, ditemukan indikasi tingkat pendidikan pegawai yang mengungkapkan kurangnya kemampuan pegawai dalam penguasaan penggunaan teknologi komputer, seperti pegawai tidak bisa memindahkan data dari komputer ke flashdisk. Agar kinerja pegawai meningkat, perlu diperhatikan faktorfaktor yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai, yang salah satunya adalah motivasi kerja. Motivasi kerja merupakan keinginan yang terdapat dalam diri seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu guna mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh organisasi atau perusahaan, karena menurut Malayu (2010:141) motivasi berasal dari bahasa latin “Moreve” yang berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku. Pengertian motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan atau “needs” atau “want”. Kebutuhan adalah suatu
1
potensi dalam diri manusia yang perlu ditanggapi atau direspon. Motivasi kerja yang tinggi dapat meningkatkan kinerja pegawai, sesuai yang diungkapkan oleh Gibson dan Stoner dalam Sudarwan (2004:15) motivasi kerja merupakan alasan-alasan, dorongandorongan yang ada dalam diri manusia yang menyebabkan ia melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu. Oleh sebab itu, dalam rangka upaya meningkatkan kinerja organisasi maka intervensi terhadap motivasi sangat penting dan dianjurkan. Rendahnya motivasi kerja pegawai untuk bekerja terlihat dari tingkat absensi pegawai mengalami pasang surut atau fluktuatif. Tingkat absensi pegawai yang berfluktuasi mengindikasikan kurangnya motivasi kerja pegawai untuk datang bekerja. Adanya beberapa pegawai yang tidak datang bekerja berdampak pada penurunan kinerja. Tingkat absensi ketidakhadiran pegawai lebih didominasi oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hal ini dapat terlihat pada data absensi pegawai tersebut. Sedangkan untuk pegawai honorer lebih rajin datang bekerja karena tingkat ketidakhadirannya lebih sedikit dibandingkan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Jadi dapat disimpulkan bahwa pegawai honorer lebih termotivasi unuk datang bekerja dibandingkan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan, ditemukan beberapa indikasi yang mengungkapkan gejalagejala rendahnya motivasi kerja pegawai, hal ini terlihat pada kurangnya disiplin kerja dimana masih terdapat budaya kerja santai dalam waktu kerja produktif. Kerja santai hendaknya tidak berada dalam jam kerja tetapi diluar jam kerja normal seperti jam istirahat. Namun masih banyak pegawai yang santai dalam bekerja serta mengobrol dengan pegawai lain dalam waktu kerja produktif.
Selain itu diindikasikan juga sebagai penyebab rendahnya motivasi kerja pegawai terlihat dari gaya kepemimpinan pimpinannya seperti kurangnya kerjasama antara pimpinan dengan pegawai baik berupa komunikasi dengan pimpinan dan kurangnya pengawasan dari pimpinan terhadap kerja pegawai. Fenomena lain yang mengindikasikan motivasi kerja pegawai masih rendah, terlihat dari kurangnya tanggung jawab dan ketekunan pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya, seperti banyak tugas-tugas yang terbengkalai dan tidak selesai dengan tepat waktu. Hal inilah yang perlu diperhatikan oleh organisasi untuk meningkatkan kinerja pegawainya, agar mendapatkan hasil kerja yang optimal sesuai yang diinginkan. Untuk meningkatkan kinerja pegawai perlu diperhatikan tingkat pendidikan pegawainya dan sesuai dengan bidang atau jenis pekerjaan yang diampunya. Selain tingkat pendidikan, juga perlu diperhatikan mengenai motivasi kerja pegawai. Jika motivasi kerja pegawai tinggi maka akan berdampak baik kepada kinerjanya dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik. Melihat kenyataan yang dihadapi tersebut, diduga ada pengaruh antara tingkat pendidikan dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian tentang “Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Tata Usaha SMK Negeri Di Kota Payakumbuh”. TEORI 1. Kinerja Kinerja sering juga disebut dengan Performance yang berarti prestasi kerja. Menurut Wibowo (2007:2) ”Kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya yang menyatakan sebagai hasil 2
kerja, tetapi juga bagaimana proses kerja berlangsung.” Amstong dan Baron dalam Wibowo (2007:2) menyatakan “Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan yang strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi.” Veithzal (2009:548) menyatakan bahwa “Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan (kantor).” Sedangkan Anwar (2009:67) mengatakan “Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.” Faktor-faktor kinerja.
yang
mempengaruhi
Menurut Daves (dalam Anwar, 2009:67) faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah: (1) faktor kemampuan (ability) dan (2) faktor motivasi (motivation). Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dibawah ini: 1. Faktor Kemampuan (ability) Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill), artinya pegawai yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai harus ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the right man in the right place, the right man on the right job). 2. Faktor Motivasi (motivation) Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi
(situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Sikap mental merupakan kondisi yang mendorong diri sendiri untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental seorang pegawai harus sikap mental yang siap secara psikis (siap secara mental, fisik, tujuan dan situasi), artinya seorang pegawai harus siap mental, mampu secara fisik, memahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai, mampu memanfaatkan dan menciptakan situasi kerja. Aspek Kinerja Menurut Anwar (2009:75) mengemukakan bahwa aspek kinerja adalah sebagai berikut: 1. Kualitas kerja yang terdiri dari ketetapan, ketelitian, keterampilan dan kebersihan. 2. Kuantitas yang diperhatikan adalah output rutin dan output pekerjaan ekstra. 3. Dapat tidaknya diandalkan yang diperhatikan apabila mengikuti instruksi, inisiatif, hati-hati dan kerajinan. 4. Sikap yang diperhatikan adalah terhadap perusahaan, pegawai dan lingkungan organisasi. 2. Tingkat Pendidikan Dalam meningkatkan kinerja pegawai dan untuk memotivasi pegawai dalam bekerja adalah melalui pendidikan. Tingkat pendidikan yang ditempuh dan dimiliki oleh seseorang pada dasarnya merupakan usaha yang dilakukan dapat memperoleh kinerja yang baik. 3
Pengertian pendidikan menurut Hasbullah (2009:1) menyatakan bahwa “Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai nilai-nilai kebudayaan dan masyarakat.” Lebih lanjut Hasbullah (2009:1) menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.” Menurut Undang-undang No. 20 tahun 2003 (dalam Hasbullah, 2009:4) menyatakan bahwa pendidikan adalah “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan utuk dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” Pengaruh Tingkat Terhadap Kinerja.
Pendidikan
Pendidikan yang dilalui oleh pegawai sangat berpengaruh dalam menentukan kepribadiannya. Dengan bekal pendidikan yang dimiliki oleh pegawai akan mampu menghadapi persoalanpersoalan yang dihadapi yang berkaitan dengan profesinya. Pegawai yang memiliki pendidikan yang baik dapat dijadikan sebagai pengembangan dimasa akan datang karena tanpa pendidikan sulit bagi seseorang untuk berkembang dan secara tidak langsung akan mempersulit berkembangnya organisasi. Tingkat pendidikan yang tinggi dari seorang pegawai akan mempengaruhi kemampuannya dalam mencapai kinerja secara optimal, sesuai yang diungkapkan oleh Soekidjo (2003:28) juga menyatakan bahwa “Pendidikan didalam organisasi adalah suatu proses pengembangan kemampuan kearah yang diinginkan oleh organisasi yang bersangkutan”. Semakin
tinggi pendidikan seseorang, diharapkan sumber daya manusianya semakin tinggi. Tanpa bekal pendidikan mustahil orang akan mudah mempelajari hal-hal yang bersifat baru didalam cara atau suatu sistem kerja. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan sangat diperlukan oleh seorang pegawai, karena akan dapat membawa pengaruh yang baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap organisasi tempat dia bekerja. Tingkat pendidikan juga akan berpengaruh kuat terhadap kinerja para pegawai untuk melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan yang telah ditetapkan dengan baik, karena dengan pendidikan yang memadai pengetahuan dan keterampilan pegawai tersebut akan lebih luas dan mampu untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi. 3. Motivasi Kerja Menurut Malayu (2010:141) motivasi berasal dari bahasa latin “Moreve” yang berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku. Pengertian motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan atau “needs” atau “want”. Kebutuhan adalah suatu potensi dalam diri manusia yang perlu ditanggapi atau direspon. Menurut Stanford dalam Anwar (2009:93) motivasi adalah “Suatu kondisi yang menggerakkan manusia kearah suatu tujuan tertentu.” Motivasi juga dikatakan sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri. Sedangkan Terry (dalam Soekidjo, 2009:114) menyatakan motivasi adalah “ Keinginan yang terdapat pada diri seseeorang individu yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan (perilaku).” Motivasi menurut Veithzal (2009:837) adalah “Serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu.” Motivasi meliputi perasaan unik, pikiran dan pengalaman masa lalu yang merupakan bagian dari 4
hubungan internal dan eksternal perusahaan (kantor). Anwar (2009:93) juga mendefinisikan motivasi yaitu: “Kondisi yang menggerakkan pegawai agar mampu mencapai tujuan yang telah di tentukan.” Suatu motivasi individu dapat timbul dari dalam diri individu (motivasi instrinsik) dan dapat timbul dari luar diri individu (motivasi ekstrinsik), keduanya mempunyai pengaruh terhadap perilaku dan prestasi kerja (kinerja). Faktor-faktor yang motivasi kerja.
mempengaruhi
Menurut Faustino (2003:180) motivasi seorang pekerja untuk bekerja biasanya merupakan hal yang rumit, karena motivasi melibatkan (1) faktorfaktor individual dan (2) faktor-faktor organisasional. Faktor-faktor individual terdiri dari : kebutuhan-kebutuhan (needs), tujuan-tujuan (goals), sikap (attitudes) dan kemampuan-kemampuan (abilities). Sedangkan faktor-faktor yang berasal dari organisasional meliputi : pembayaran atau gaji (pay), keamanan pekerjaan (job security), sesama pekerja (co-workers), pengawasan (supervision), pujian (praise) dan pekerjaan itu sendiri (job it self). Teori Motivasi Kreitner dan Angelo (dalam Wibowo, 2010:391) menyatakan ada lima teori motivasi, diantaranya adalah: (1) Teori Kebutuhan, (2) Teori Kepuasan, (3) Teori Keadilan dan (4) Teori Harapan. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja. Seorang pegawai atau karyawan harus memilki motivasi kerja karena akan berpengaruh pada kinerjanya sendiri. Seperti yang diungkapkan Muchdarsyah (2008:137) karyawan didalam proses produksi adalah sebagai manusia (individu) sudah tentu memilki identifikasi tersendiri antara lain sebagai berikut:
1. 2. 3. 4. 5.
Tabiat/watak Sikap laku/penampilan Kebutuhan Keinginan Cita-cita/kepentingan-kepentingan lainnya 6. Kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk oleh keadaan aslinya 7. Keadaan lingkungan dan pengalaman karyawan itu sendiri. Jadi dapat disimpulkan, karena setiap karyawan atau pegawai memilki identifikasi yang berlainan sebagai akibat dari latar belakang pendidikan, pengalaman dan lingkungan masyarakat yang beraneka ragam, maka ini akan terbawa juga dalam hubungan kerjanya sehingga akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku karyawan tersebut dalam melaksanakan pekerjaannya. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini dapat digolongkan pada penelitian deskriptif dan asosiatif. Penelitian deskriptif merupakan salah satu bentuk penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan peristiwa atau kejadian variabel-variabel penelitian. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri Di Kota Payakumbuh. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni 2012. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai tata usaha di SMK Negeri Kota Payakumbuh, dimana jumlah sekolah SMK Negeri di Kota Payakumbuh berjumlah 3 sekolah dan jumlah pegawainya adalah 40 orang. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pegawai Tata Usaha SMK Negeri di Kota Payakumbuh. 5
Teknik pengambilan sampel penelitian ini yaitu Total Sampling.
pada
Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan cara melakukan : 1. Angket Adalah pengumpulan data dengan cara memberikan atau menyebarkan daftar pernyataan yang diajukan secara tertulis kepada sampel penelitian tentang masalah yang diteliti. 2. Dokumentasi Yaitu pengumpulan data – data yang berhubungan dengan permasalahan penelitian yaitu data tentang adalah seluruh pegawai tata usaha di SMK Negeri Kota Payakumbuh. Instrumen Penelitian Instrumen adalah sarana untuk memperoleh data, maka instrumen yang digunakan untuk penelitian adalah penyusunan angket yang diajukan kepada pegawai tata usaha di SMK Negeri Kota Payakumbuh. Uji Coba Instrumen Penelitian Uji coba instrumen pada penelitian ini menggunakan 2 (dua) uji coba yaitu : uji validitas dan uji reliabilitas. Pada uji coba validitas yang dilakukan perhitungan dengan bantuan program SPSS (statistical product and servise solution) versi 16,0 dapat diketahui suatu pernyataan dikatakan valid atau tidak. Untuk mengetahui dapat dilihat Corrected item total Correlation yang dihasilkan. Selanjutnya dari 37 pernyataan yang diuji cobakan untuk motivasi kerja pegawai dan 20 pernyataan untuk kinerja, di dapat r tabel sebesar 0,361 (dengan responden sebanyak 30 orang pegawai). Dari hasil pengolahan data di dapat 5 pernyataan yang tidak valid dari variabel motivasi kerja 2 pernyataan
yang tidak valid dari variabel kinerja, dan karena hasil yang di dapat dibawah dari r tabel yaitu sebesar 0,361 dan setelah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing pernyataan yang tidak valid tersebut dibuangdari daftar pernyataan yang selanjutnya daftar pernyataan tersebut di gunakan untuk penelitian. Sedangkan uji reliabilitas adalah derajat ketetapan, ketelitian dan keakuratan. Menurut Suharsimi (2002:154) reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Suharsimi (2000:226) mengemukakan skor untuk angket atau skala biasanya bukan 1 dan 0 tetapi bertingkat dari 0 atau 1 sampai 3, 5 atau berapa saja menurut kemauan dan pertimbangan peneliti. Berdasarkan hasil perhitungan yang di dapat, untuk variabel motivasi kerja di peroleh Croanbach’s Alpha nya yaitu sebesar 0,905 dan untuk variabel kinerja di peroleh Croanbach’s Alpha nya yaitu sebesar 0,889. Berarti masing-masing variabel mempunyai kehandalan dan konsisten bila dilakukan pengukuran terhadap aspek yang sama pada alat ukur yang sama. Teknik Analisis Data 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan kecendrungan penyebaran masingmasing variabel. Analisis secara deskriptif mencakup pencarian mean dan standar deviasi dari masing-masing variabel. 2. Uji Prasyarat Analisis Dalam uji prasyarat analisis menggunakan 3 (tiga) uji prasyarat, yaitu : uji normalitas, uji homogenitas dan uji multikolinearitas. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan uji Kolmogorov6
Smirnov. Pada uji homogenitas untuk menentukan apakah keempat ketiga kelompok data mempunyai varian yang homegen, maka dilakukan uji Homogenitas yang dilakukan dengan uji Kolmogrov-Smirnov. Sedangkan untuk uji multikolinearitas menyatakan bahwa variambel bebas (independen) harus terbebas dari gejala multikolinearitas (gejala korelasi antar variabel bebas). Untuk menguji tidak adanya multikolinearitas dapat dilihat melalui Variance Inflation Faktor (VIF) < 10 dan tolerance > 0.1. 3. Analisis Regresi Linear Berganda Dalam analisis regresi linear berganda perhitungannya menggunakan 2 (dua) uji, yaitu : uji analisis regresi linear berganda dan uji analisis determinasi. Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y). Dalam penelitian ini yang akan dilihat adalah pengaruh tingkat pendidikan (X1) dan motivasi kerja (X2) terhadap kinerja (Y). Sedangkan uji dterminasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: y = a + b1X1 + b2X2 Keterangan: = Variabel dependen ( kinerja) a = Konstanta (nilai Y’ apabila X1 dan X2 = 0) b = Koefisien regresi X1 = Tingkat Pendidikan X2 = Motivasi Kerja 4. Uji Hipotesis Didalam pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan 2 (dua) uji hipotesis, yaitu uji F dan uji t. Uji F dilakukan
untuk membuktikan dengan tingkat keberartian tertentu. Seluruh hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 16.00. Sedangkan Uji t bertujuan untuk melihat pengaruh variabel terikat secara partial terhadap variabel terikat. HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
DAN
Pembahasan hasil penelitian dilakukan berdasarkan hasil analisis deskriptif dan analisis induktif serta analisis hasil penelitian tentang pengaruh tingkat pendidikan (X1), dan motivasi kerja (X2) terhadap kinerja (Y) pegawai Tata Usaha SMK Negeri Di Kota Payakumbuh. Berdasarkan hasil perhitungan tingkat capaian responden (TCR) terlihat secara umum kinerja pegawai Tata Usaha SMK N Di Kota Payakumbuh tergolong baik. Hal ini terlihat dari rerata yang diperoleh dari semua indikator sebesar 4,02 dengan tingkat capaian responden 80,5%. Kinerja yang baik ini terlihat dari sikap pegawai dalam bekerja dengan skor rata-rata 4,11 dan TCR 82,5%. Hal ini bermakna bahwa kinerja pegawai Tata Usaha SMK N Di Kota Payakumbuh dapat dikatakan baik. Untuk variabel motivasi kerja pegawai Tata Usaha SMK Negeri Di Kota Payakumbuh tingkat capaian responden (TCR) nya sebesar 78,45%, hal ini bermakna bahwa Motivasi kerja pegawai Tata Usaha SMK Negeri Di Kota Payakumbuh dikategorikan baik. Berdasarkan pengolahan data didapat bahwa tingkat pendidikan dan motivasi kerja mempunyai pengaruh yang berarti terhadap kinerja pegawai Tata Usaha SMK Negeri Di Kota Payakumbuh. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,554. Hal ini berarti kontribusi tingkat pendidikan dan motivasi
7
kerja terhadap kinerja adalah sebesar 55,4%. Sedangkan dari perhitungan uji F diperoleh Fhitung22.959dan Ftabel sebesar 3,252. Dengan demikian Fhitung ≥ Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang berarti antara tingkat pendidikan dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai Tata Usaha SMK Negeri Di Kota Payakumbuh. Dimana semakin tinggitingkat pendidikan dan motivasi kerjapegawai maka kinerja yang akan diperoleh juga akan meningkat dan sebaliknya. Terdapatnya pengaruh tingkat pendidikan dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai Tata Usaha SMK Negeri Di Kota Payakumbuh ini akan dapat meningkat hasil kerja pegawai agar tercapainya tujuan yang telah ditetapkan organisasi atau kantor. Dengan kata lain bahwa variabel tingkat pendidikan dan motivasi kerja dapat dijadikan faktor yang baik dan nyata ikut menentukan atau memberikan sumbangan terhadap peningkatan kinerja pegawai. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan menurut Stoner (dalam Soekidjo, 2009:125) kinerja seorang tenaga kerja atau pegawai dipengaruhi oleh : motivasi, kemampuan (pendidikan) dan faktor persepsi. Menurut Maier dalam Soekidjo (2009:124) kinerja adalah “Kesuksesan seseorang dalam melaksanakan dalam suatu pekerjaan yang dibebankan kepadanya.” Lebih lanjut Gilbert dalam Soekidjo (2009:124) menyatakan “Kinerja adalah apa yang dapat dikerjakan oleh seseorang sesuai dengan tugas dan fungsinya serta hasil kerja yang dapat ditampilkan atau penampilan kerja seorang karyawan (pegawai).” Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh tingkat pendidikan terhadap kinerja pegawai Tata
Usaha SMK Negeri Di Kota Payakumbuh. Berdasarkan perhitungan diperoleh thitung3,634 dan ttabel sebesar 1,687) dengan sig. 0,001 dimana thitung ≥ ttabel (3,634 ≥ 1,687) maka mengakibatkan hipotesis diterima. Dari hasil penelitian yang dilakukan terbukti bahwa tingkat pendidikan berpengaruh secara signifikan dengan kinerja pegawai Tata Usaha SMK Negeri Di Kota Payakumbuh, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula kinerja pegawainya. Meningkatnya kinerja pegawai disebabkan oleh tingginya tingkat pendidikan. Hal ini sesuai yang di ungkapkan Dewey dalam Abu (2007:69) juga mengatakan bahwa pendidikan adalah “Proses pembentukan kecakapankecakapan fondamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.” Dengan demikian, perbedaan pendidikan akan memberikan perbedaan pula dalam hal wawasan, pengetahuan dan pemahaman tentang sesuatu. Semakin tinggi pendidikan yang dicapai oleh pegawai, maka semakin mengerti dan paham akan bidang tugasnya sehingga pegawai akan lebih termotivasi untuk bekerja lebih baik. Dari pengolahan analisis data diperoleh koefisien variasi data sebesar 3,16 %. Artinya besarnya tingkat keragaman latar belakang pendidikan pegawai Tata Usaha SMK N Di Kota Payakumbuh tergolong rendah. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ini, penelitian yang relevan juga dilakukan oleh Rini Suharti (2010) yang berjudul “Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengalaman Kerja dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Sucofindo Cabang Padang.” Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan kompensasi terhadap kinerja karyawan
8
Analisis mengenai motivasi kerja pegawai, menunjukkan bahwa nilai thitung untuk variabel X2 (motivasi kerja) besar dari nilai ttabel (2,791 > 1,687) dengan sig. 0,008.Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja, artinya semakin tinggi motivasi kerja pegawai maka akan semakin tinggi pula hasil kerja atau kinerja pegawai tersebut. Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, hasil penelitian ini menunjukan adanya pengaruh yang berarti antara motivasi kerja terhadap kinerja pegawai Tata Usaha SMK Negeri Di Kota Payakumbuh. Berdasarkan perhitungan thitung diperoleh 2,791 dan ttabel sebesar 1,687 dengan sig. 0,008 dimana thitung ≥ ttabel (2,791 ≥ 1,687) akibatnya Ho ditolak dan Ha diterima. Dari penelitian yang dilakukan terbukti bahwa motivasi kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai Tata Usaha SMK Negeri Di Kota Payakumbuh. Hasil ini sesuai dengan pendapatAnwar (2009:94) motivasi kerja didefinisikan sebagai “Kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja. Tanpa motivasi yang tinggi sulit bagi organisasi/perusahaan dalam mencapai tujuannya dan motivasi juga merupakan kunci dari kesuksesan bagi seseorang dalam melakukan perkerjaanya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ini, penelitian yang relevan juga dilakukan oleh Engla Oktavera (2008) yang berjudul “Pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Solok.” Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi, disiplin kerja terhadap kinerja karyawan
Kinerja yang tinggi dapat diperoleh dengan motivasi kerja yang tinggi pula. Hal ini disebabkan oleh pengaruh motivasi kerja tinggi terhadap kinerja pegawai, sehingga dengan motivasi kerja yang tinggi dapat meningkatkan kinerja pegawai. Berarti jika motivasi kerja dimanfaatkan dengan baik maka akan dapat meningkatkan kinerja pegawai. Dan sebaliknya jika motivasi kerja kurang dimanfaatkan dengan baik maka kinerja akan menurun. Berdasarkan analisis diatas dan hasil penelitian terlihat jelas bahwa terdapat pengaruh tingkat pendidikan terhadap kinerja pegawai. Terdapat pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja. Berarti terdapat pengaruh pengaruh yang signifikan tingkat pendidikan dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kinerja. KETERBATASAN PENELITIAN Dalam melakukan penelitian masih terdapat berbagai kelemahan dan kekurangan, walaupun penulis telah berupaya semaksimal mungkin dengan berbagai usaha untuk membuat hasil penelitian ini bisa menjadi sempurna. Penulis menyadari bahwa keterbatasan penelitian ini antara lain : 1. Penelitian ini hanya membahas tingkat pendidikan da motivasi kerja terhadap kinerja. Sedangkan masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja. 2. Keterbatasan penelitian ini terdapat pada indikator pengembangan karir. Dimana peneliti menggunakan pernyataannya msih terbatas pada keinginan pegawai untuk mengikuti pelatihan-pelatihan agar meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya, belum mengarahkan kepada pernyataan apakah pegawai pernah mengikuti pelatihan-pelatihan dalam upaya mengembangkan karirnya. 3. Pengumpulan angket dalam penelitian ini masih ada kelemahan-kelemahan 9
seperti jawaban yang kurang cermat, respondenyang menjawab asal-asalan dan tidak jujur, responden kurang serius dalam membaca pernyataan, serta pernyataan yang kurang lengkap sehingga kurang dipahami oleh responden. 4. Penulis berharap kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kinerja dan populasi penelitian dapat diperluas. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Tata Usaha SMK Negeri Di Kota Payakumbuh. 2. Motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Tata Usaha SMK Negeri Di Kota Payakumbuh. 3. Tingkat pendidikan dan motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Tata Usaha SMK Negeri Di Kota Payakumbuh. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, ada beberapa saran yang hendaknya dipertimbangkan, yaitu: Hendaknya pimpinan Tata Usaha SMK Negeri Di Kota Payakumbuh memberikan pelatihan-pelatihan dan memberikan kesempatan pada pegawai untuk melanjutkan pendidikannya agar tingkat ketelitian, kemampuan dan keterampilan pegawai meningkat dalam proses administrasi sehingga kinerja pegawai tercapai sesuai tujuan organisasi. Disarankan kepada pegawai agar dapat lebih meningkatkan motivasi kerja dan mengurangi aktivitas diluar pekerjaan selama jam kerja. Meningkatkan kinerja
dalam melaksanakan pekerjaan yang diberikan dengan baik dan tepat waktu. Sehubungan dengan itu diharapkan kepada pimpinan juga lebih mengawasi pegawai dalam bekerja sehingga dengan pengawasan yang lebih ditingkatkan pekerjaan pegawai menjadi terkontrol dengan baik. Penelitian ini masih terbatas pada ruang lingkup yang kecil, diharapkan kepada peneliti berikutnya untuk meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja pegawai. DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati. (2007). Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rhineka Cipta. Anwar Prabu Mangkunegara. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Engla Oktavera. (2008). Pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Solok. FE UNP: Skripsi. Faustino Gomes Cardoso. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Ofset. Hasbullah. 2009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.
Malayu Hasibuan. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi. Jakarta: Sinar Grafika Ofset. Muchdarsyah Sinungan. (2008). Produktivitas Apa dan 10
Bagaimana. Jakarta: Bumi Aksara. Rini Suharti. 2010. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengalaman Kerja dan Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan PT Sucofindo Cabang Padang.FE UNP: Skripsi. Soekidjo Notoatmojo. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: RienekaCipta. Sudarwan
Danim. (2004). MotivasiKepemimpinandanEfe ktivitasKelompok. Jakarta: PT AsdiMahasatya.
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Rhineka Cipta. Veithzal Rivai dan Ella JauvaniSagala.2009 ManajemenSumberDayaManusi auntuk Perusahaan. Jakarta: Rajawali Press. Wibowo. 2007. Manajemen Kerja Edisi 1. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada. . 2010. Manajemen Kerja Edisi 3. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.
11