KHUTBAH IDUL ADHA 1434/2013 Masjid Adz-Dzikri, Pesona Khayangan Depok (PENGORBANAN: JALAN MENUJU KEJAYAAN UMAT) Oleh: Abdul Rouf
السالم عليكم ورمحة اهلل وبركاتو اهلل أكرب وهلل احلمد، واهلل أكرب، ال إلو إال اهلل9× اهلل أكرب ِ احلم َد لِلَّ ِو َحَنم ُده ونَستَعِي نُو ونَستَ حغ ِفره ونَستَ ه ِدي ِو ونَعوذُ بِاهللِ ِمن ُشروِر أَنح ُف ِسنَا وِمن سيِّئ ات ََ َ ح ُ َ َ ُ َ ح ح ُ َ ح ُح َ ح ح ح ح ُح إِ َّن حَ ح ِ ِ ِ ِ ِ َّ أَ حش َه ُد أَ حن الَ إِلَوَ إِالَّ اهلل َوأَ حشوَ ُا أ. ُي لَو َن َ َم حن يَ حهد اهللُ َالَ ُم َّ لَوُ َوَم حن يُ ح ل ح َالَ َىاا،أ حَع َمالنَا ِ ِ اَللَّه َّم ص ِّ وسلِّم وبا ِرحك علَى سيِّ ِدنَا ُ َّم ٍد وعلَى آلِِو و. ُ َّم ًدا ع ُده ورسولُو ََ َ ُص ححِو َوَم ِن حاىتَ َدى ِبُ َداه ََ َ َ َ َ َ َح ُ َ َ ُ ح ُ ُ َ َ َ ح .إِ َ يَ حوِم الح ِ يَ َام ِة Allahu Akbar 3x Walillah al-Hamd Hadirin, kaum Muslimin jamaah Idul Adha yang berbahagia
Pengantar Pada empat belas abad yang silam tepatnya pada hari Arafah 9 Zulhijjah, Rasulullah pernah menyampaikan pidatonya dihadapan 140 ribu sahabatnya. Marilah kita renungkan sebagian khutbah Nabi pada haji wada‟, yang kemudian dikenal dengan khutbah wada‟. Rasulullah SAW mengingatkan kita untuk menjaga persaudaraan di antara kaum muslimin. “Wahai manusia,” begitu kata Rasul selanjutnya, "Hendaknya yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir. Tahukah kalian hari apakah sekarang ini? (ayyu yaumin hadza?) - yaumun haram (ayyu baladin hadza?) - baladun haram (fa ayyu syahrin hadza?) - syahrun haram. Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, kehorrnatan kalian, sama sucinya seperti hari ini, di negeri ini pada bulan ini. Sesungguhnya kaum mukmin itu bersaudara. Tidak boleh ditumpahkan darahnya. Tuhan kalian satu. Bapak kalian 1
Adam dan Adam dari tanah. Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah ialah yang paling takwa. Tidak ada kelebihan orang Arab di atas orang asing, kecuali karena taqwanya. “Hal balaghtu, apakah aku sudah menyampaikan kepada kalian?” Suara gemuruh terdengar lagi “Na‟am, benar”. Allahu Akbar 3x Walillah al-Hamd Hadirin, kaum Muslimin jamaah Idul Adha yang berbahagia Sejarah Pengorbanan Nabi Ibrahim AS Pada Idul Adha 1434 H ini, secara khusus kita memperingati dan berusaha meneladani pengalaman Nabi Ibrahim a.s. dan keluarganya yang penuh dengan cobaan, ketabahan, pengorbanan dan keikhlasan. Aktivitas pengorbanan yang disyari‟atkan oleh Islam adalah aktivitas pengorbanan yang diniatkan karena Allah. Dalam konteks ini, Imam Ghazali mengemukakan dalam kitab Ihya-nya bahwa qurban seseorang tidak sampai kepada Allah atau amal ibadahnya tidak akan diterima oleh Allah) kecuali apabila orang itu memenuhi syarat berikut ini: a. Sanggup membebaskan diri dari pengaruh hawa nafsu. b. Mampu mengendalikan diri sehingga ia tidak terjerumus ke dalam perilaku hidup hedonistic. c. Di dalam melakukan sesuatu perbuatan, ia hanya melakukan perbuatan yang benar-benar perlu dan diperlukan dan selalu peduli terhadap lingkungan dalam rangka memupuk kesadaran dan solidaritas. d. Seluruh aktivitasnya harus diniatkan karena Allah SWT. Rasul bersabda;
لن ينال اهلل حلومها والاماؤىا ولكن ينالو الت وى منكم كذلك سخرىالكم لتكربو اهلل على ماىد كم وبشر احملسنني “Tidak sampai kepada Allah daging-dagingnya dan darahnya, akan tetapi sampai kepada Allah kebaktian dari padamu. Demikianlah Allah memudahkan qurban untuk kamu. Supaya kamu membesarkan Allah atas pimpinanNya akan kamu. Dan gembirakanlah orang-orang yang berbuat kebajikan.” 2
Allahu Akbar 3x Walillah al-Hamd Hadirin, kaum Muslimin jamaah Idul Adha yang berbahagia
Idul Adha adalah hari peringatan manusia besar, seorang nabi Allah, lbrahim as, yang sedang menapaki jalan terjal menuju ketinggian; menjalani detik-detik paling menggetarkan dalam kehidupan jiwanya dan dalam segenap gelombang sejarah kemanusiaan; saat-saat ketika ia melampaui batas keraguannya dan memasuki wilayah keyakinan baru dimana ia benar-benar memutuskan untuk menyembelih puteranya tercinta, Ismail as. Dengarlah dialog antara kedua anak manusia itu seperti dijelaskan dalam al-Qur‟an;
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS: al-Shafat/37: 102).
Tidakkah engkau melihat betapa lbrahim memanggil anaknya dengan sebutan “Bunayya; anakki tersayang?” Tidakkah engkau melihat betapa Ibrahim bertanya kepada anaknya dengan hati- hati; “Cobalah pertimbangkan! Bagaimanakah pendapatmu tentang itu?” Tidakkah engkau merasakan betapa Ibrahim menyembunyikan pergolakan besar yang berkecamuk di relung hatinya? Tapi lihatlah, betapa agungnya sang anak masih sanggup memanggil ayahnya dengan panggilan sayang; “Wahal ayahku teersayang!” Tapi alangkah agungnya sang anak ketika ia menjawab dengan tenang; “Lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu!” Dan betapa tegarnya sang anak ketika ia mengatakan; “Niscaya kan kau dapati aku,Insya Allah, sebagai orang-orang yang sabar.”
3
ltulah momentum pengorbanan paling besar dalam sejarah manusia. Dan itulah momentum kebesaran paling agung dalam sejarah manusia. Maka
dengarlah Allah berkata tentang lbrahim;
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim”. Dan denganlah Allah berkata tentang lsmail as,
بٌ َزس ا ُىًل ََبٍِّاب َ ق ْان َى ْع ِد َو َك َ صب ِد َ ٍم إََِّهُ َك َ ٌب َ ة إِ ْس ًَب ِع ِ َو ْاذ ُكسْ فًِ ْان ِكتَب Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Qur‟an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Allahu akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar! Sejarah Pengorbanan Manusia-Manusia Besar dalam Al-Qur’an Begitulah kisah pengorbanan itu terus bergulir dalam penggung sejarah kemanusiaan. Sebab untuk menuju iman yang sempurna dan sebuah kejayaan selalu disertai dengan ujian berat. Karena itulah; yang dapat mengantar setiap pribadi menuju muara kebesaran dan kesuksesannya. Dan hanya itulah yang dapat mengantar setiap umat menuju muara kejayaannya. Demikianlah akhirnya pengorbanan menjadi kisah panjang dalam panggung sejarah kemanusiaan. Lihatlah bagaimana putera Adam, Habil, mempersembahkan hewan terbaik yang ia miliki sebagai persembahan kepada Allah untuk membuktikan kedalaman takwanya.
“… ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). (Q.S Al Maidah:27)
4
Lihatlah betapa mirisnya perasaan ibunda Nabi Musa saat ia memutuskan untuk melepaskan bayi laki-lakinya terapung di atas sungai;
“…yaitu ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu suatu yang diilhamkan, Yaitu: „Letakkanlah ia (Musa) di dalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Fir`aun) musuh-Ku dan musuhnya‟. Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku. (QS Thaha/20: 38-39) Lihatlah bagaimana Nabi Yusuf harus mengorbankan masa mudanya di dasar sumur yang gelap, lalu dalam penjara yang begitu melelahkan.
Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS. Yusuf /12: 33) Lihatlah bagaimana Nabi Nuh mengorbankan 950 tahun dan masa hidupnya untuk dakwah dan akhirnya hanya mendapat 12 pasang pengikut;
5
“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan memerintahkan): “Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih”. Nuh berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu, (yaitu) sembahlah olehmu Allah, bertakwalah kepada-Nya dan ta`atlah kepadaku, niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui”. Nuh berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan, kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam.” (QS. Nuh/71: 1-9) Lihatlah bagaimana Nabi Musa as dan Harun as melewati jalan terjal untuk menyampaikan dakwah dan harus menghadapi seorang thagut besar yang mengklaim diri jadi Tuhan yaitu Fir‟aun? Lihatlah bagaimana Ashabul kahfi harus mengorbankan masa muda mereka dan meninggalkan kota mereka untuk mempertahankan agama mereka dan meminta kenyataan bahwa rnereka harus hidup dalam gua. Lihatlah bagaimana Nabi kita, Muhammad saw, harus berkorban demi dakwahnya sepanjang 22 tahun, 2 bulan dan 22 han? Lihat pula bagaimana sahabat-sahabat beliau dan kaum Muhajirin harus meninggalkan tanah asalnya, anak isterinya, serta semua harta benda mereka, demi mempertahankan dan melebarkan sayap agama mereka? Lihat pula bagaimana orang-orang Anshar di Madinah yang notabene miskin harus menyambut saudara-saudara mereka kaum Muhajirin dari Mekkah yang datang tanpa apa-apa? Dan Allah berkata tentang Kaum Muhajirin.
6
(Juga) bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan (Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. Al Hasyr /59: 8 ) Dan Allah berkata tentang kaum Anshar;
orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS Al Hasyr /59: 9) Dan tentang mereka semua:
َّ ٍم صسُوا َ َّللاِ َوانَّ ِر َ َوانَّ ِر َ ََاو ْوا َو َ ٌٍَ َءا َيُُىا َوه َ ٌٍ َء ِ ِبجسُوا َو َجبهَ ُدوا فًِ َسب ٌ ىٌ َحقّاب نَهُ ْى َي ْغفِ َسةٌ َو ِز ْش ٌي ق َك ِس و َ ُُأُونَئِ َك هُ ُى ْان ًُ ْؤ ِي “Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (ni`mat) yang mulia.” (QS. AL Anfaal ayat 74)
7
َّ ُي َح ًَّ ٌد َزسُى ُل ُح ًَب ُء بَ ٍَُْهُ ْى تَ َساهُ ْى ُز َّكعاب َ َّللاِ َوانَّ ِر َ بز ز ِ ٌٍَّ َي َعهُ أَ ِش َّدا ُء َعهَى ْان ُكف َّ ٍَ ىٌ فَ ْ ا ِي َّللاِ َو ِز ْ َىاَاب ِسٍ ًَبهُ ْى فًِ ُوجُى ِه ِه ْ ِو ٌْ أَثَ ِس َ ُس َّ ادا ٌَ ْبتَ ُغ ان ُّسل ُى ِد Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.” (QS. Al Fath : 29) Allahu Akbar, Allahu Akbar! Mengambil Pelajaran dari Sebuah Pengorbanan Dalam jiwa kita mungkin tcrsimpan satu pertanyaan; “Mengapa panggung sejarah kemanusian selalu harus dialiri oleh darah dan air mata? Mengapa kita harus selalu berkorban? Tidak bisakah Allah menjadikan hidup ini tenang, dimana manusia hanya menyembah-Nya, dimana manusia hanya punya satu agama, dimana manusia tidak berbeda dalam pikiran, jiwa dan watak, dimana dunia ini menjelma taman kehidupan yang indah?” Allah mengetahui dengan baik bahwa setiap manusia menyimpan pertanyaan itu dalam batinnya. Sama seperti Allah juga mengetahui bahwa Ia bisa melakukan semua itu; Ia bisa membuat manusia hidup (damai dengan hanya satu agama, Tanpa pertentangan diantara mereka, tanpa konflik, tanpa darah dan air mata, dimana hanya ada kegembiraan, dimana hanya ada cinta, dimana hanya ada lagu-lagu kehidupan yang indah. Maka dengarlah Allah berfirman;
ِ ولَو َشاا اللَّو َ ع ُكم أ َُّمةً و اا َد ًة َ َ ح َ ُ ََ َ ح “…Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja),..(QS:5: 48). Jawaban untuk semua itu, karena memang Allah menciptakan hidup dan kehidupan ini sebagai ujian. Simaklah firmian Allah;
ِ الَّ ِذي خلَق الحموت و ح ور احلَيَا َة ليَح لَُوُك حم أَيُّي ُك حم أ ح ُ َا َس ُن َع َم ًال َوُى َو الح َع ِي ُيي الحغَ ُف َ َ َ َ َح 8
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar! Marilah kita menyimak diaolog antara Saad Bin Abi Waqqas dengan Rasulullah saw berikut ini; Dan Saad binAbi Waqqas; is berkata; “Wahai Rasulullah, siapakah yang mendapat cobaan paling berat?” Rasulullah menjawab; “Para Nabi, lalu yang paling menyamai (kualitas) nabi. Dan seseorang akan diuji sesuai dengan kemampuannya. Jika di dalam keagamaan terdapat kekuatan, maka cobaannya akan semankin keras. Dan Jika ada kelemahan dalam agamannya, ia hanya akan diuji sesuai dengan kadar keagamaannya itu. Maka cobaan tidak akan pernah meninggalkan seorang hamba, hingga ia membiarkan hamba itu berjalan di muka bumi tanpa sedikitpun dosa.”HR Ibnu Najah dari Saad bin Abi Waqqas; sebagaian maknanya terdapat juga dalam shahih Bukhari dan Muslim) Begitulah para hadirin, pengorbanan menjadi harga mati bagi iman; dimana kualitas imanmu hanya akan terlihat pada seberapa banyak yang engkau korbankan, pada seberapa banyak yang engkau berikan, pada seberapa banyak engkau lelah, pada seberapa banyak engkau menangis; dan puncak dari segalanya adalah saat dimana engkau menyerahkan harta dan jiwamu sebagai persembahan total kepada Allah swt.? Begitulah para hadirin, pengorbanan menjadi harga mati bagi kemenangan. Setiap mimpi kemenangan dan kejayaan selalu diawali dengan kisah panjang pengorbanan. Maka Nabi lbrahim dinobatkan sebagai pemimpin umat manusia setelah Ia menyelesaikan kisah pengorbanannya yang begitu panjang dan begitu mengharubiru. Dan Rasulullah SAW mencapai kemenangan akhirnya setelah melalui masa-masa pengorbanan yang penuh darah dan air mata. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar! Para nabi dan sahabat-sahabatnya telah menggariskan jalan kemenangan itu bagi kita; bahwa harga yang harus dibayar untuk itu adalah pengorbanan. Dan kita, kaum muslimin, yang kini terpuruk dalam semua bidang kehidupan, kalah dalam semua medan tempur, dan harus rela untuk hanya berada di pinggiran sejarah; harus benar-benar menyimak pelajaran itu dengan baik dan merealisasikannya dalam kehidupan ini. Manusia-manusia besar selalu hadir di tengah krisis, dan setiap krisis besar dalam sejarah sebuah masyarakat atau bangsa, pada mulanya selalu diselesaikan oleh sentuhan tangan dingin manusia-manusia besar itu. Dan
9
begitulah pengorbanan menjadi jalan menuju kebesaran dan kejayaan umat. Membudayakan Semangat Pengorbanan Nabi Ibrahim AS Dari berbagai media, kita bisa melihat betapa budaya korupsi masih merajalela. Demi menumpuk kekayaan rela menanggalkan ”baju” ketakwaan. Ambisi untuk meraih jabatan telah memaksa untuk rela menjebol ”benteng-benteng” agama. Dewasa ini, tata kehidupan telah banyak yang menyimpang dari nilai-nilai ketuhanan. Dengan semangat Idul Adha, mari kita teladani sosok Nabi Ibrahim. Berusaha memaksimalkan rasa patuh dan taat terhadap ajaran agama. Di samping itu, ada pelajaran berharga lain yang bisa dipetik dari kisah tersebut. Sebagaimana kita ketahui bahwa perintah menyembelih Nabi Ismail ini pada akhirnya digantikan seekor domba. Pesan tersirat dari adegan ini adalah ajaran Islam yang begitu menghargai betapa pentingnya nyawa manusia. Nabi Ismail rela mengorbankan dirinya tak lain hanyalah demi mentaati perintahNya. Berbeda dengan para teroris dan pelaku bom bunuh diri. Apakah pengorbanan yang mereka lakukan benar-benar memenuhi perintah Tuhan demi kejayaan Islam atau justru sebaliknya?. Para teroris dan pelaku bom bunuh diri jelas tidak sesuai dengan nilai universal Islam. Islam menjaga hak untuk hidup, sementara mereka— dengan aksi bom bunuh diri— justru mencelakakan dirinya sendiri. Di samping itu, mereka juga membunuh rakyat sipil tak bersalah, banyak korban tak berdosa berjatuhan. Lebih parah lagi, mereka bukan membuat Islam berwibawa di mata dunia, melainkan menjadikan Islam sebagai agama yang menakutkan, agama pedang dan sarang kekerasan. Akibat aksi nekat mereka ini justru menjadikan Islam laksana ”raksasa” kanibal yang haus darah manusia. Imam Ghazali dalam Ihya ‟Ulumuddin pernah menjelaskan tentang tata cara melakukan amar ma‟ruf nahi munkar. Menurutnya, tindakan dalam bentuk aksi pengrusakan, penghancuran tempat kemaksiatan adalah wewenang negara atau badan yang mendapatkan legalitas negara. Tindakan yang dilakukan Islam garis keras dalam hal ini jelas tidak prosedural. Sudah semestinya dalam melakukan amar makruf nahi munkar tidak sampai menimbulkan kemunkaran yang lebih besar. Bukankah tindakan para teroris dan pelaku bom bunuh diri ini justru merugikan terhadap Islam itu sendiri ?. Merusak citra Islam yang semestinya mengajarkan kedamaian dan rahmatan lil ‟alamin. Ajaran Islam yang bersifat humanis, memahami pluralitas dan menghargai kemajemukan semakin tak bermakna. Doa 10
Akhirnya, kita ucapkan selamat kepada mereka semua yang berkurban; karena niatnya yang tulus ikhlas, amal ibadahnya diterima oleh Allah; dosa dan kesalahan mereka diampuni; segala usaha dan aktivitasnya diberkati, sedang perniagaannya dengan Allah, yaitu pengorbanannya di jalan Allah yang berdimensi vertikal dan horizontal, yang berdampak kepada harmonisnya kehidupan sosial, mendapatkan anugerah dan ridha Allah. Di dunia mereka mendapatkan bimbingan dan tuntunan Allah. Sedang di akhiratnya nanti mereka dimasukkan ke dalam syurga dengan limpahan rahmat, maghfirah, dan ridha Allah SWT. Kepada mereka yang menunaikan ibadah haji, semoga hajinya diterima oleh Allah sebagi haji yang mabrur. Kepada mereka yang kini dilanda berbagai musibah dan kesulitan, terutama kesulitan yang diakibatkan oleh berbagai krisis seperti yang disebutkan sebelumnya, semoga Allah memberikan kesabaran dan segera menghindarkan mereka dari kesulitan-kesulitan yang mereka alami.
) 10 : 39 \ (انصيس. أجسهى بغٍس حلبة َ ٌإًَب ٌ َُىفَّى انصببسو “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. Kepada kita semua, kepada bangsa Indonesia, kepada kaum mukminin dan mukminat di manapun mereka berada, kepada ibu dan bapak kita, kepada para pemimpin kita, kepada anak, cucu dan keluarga kita, kepada generasi kita yang akan melanjutkan hidup kita, kiranya Allah berkenan memberikan ketetapan iman dan Islam, memberikan taufiq, hidayah dan „inayah-Nya, memberikan kemudahan dan keberkahan-Nya, sehingga kita dapat memperoleh kebahagian dan kesejahteraan di dunia dan akhirat kelak. Amin ya rabbal „alamin.
إنو قريب، األاياا منهم واألموات، وادلؤمنني وادلؤمنات، اللهم اغفر للمسلمني وادلسلمات برمحتك يا أرام،جميب الدعوات ويا قاضى احلاجات ويا غا ر الذنوب واخلطيئات . واحلمد هلل رب العادلني.الرامحني . والسالم عليكم ورمحة اهلل وبركاتو
Ciputat, 8-10-2013
11
Abdul Rouf
12