I’JÂZ AL – QUR’AN (Arah Baru Memahami Kemu’jizatan Al-Qur’an) Dedi Masri Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN - SU Jl. Williem Iskandar Pasar V Medan Estate, 20371 e-mail:
[email protected]
ﻫﻨﺎﻙ ﺍﻟﻌﺪﻳﺪ ﻣﻦ ﺍﻵﻳﺎﺕ ﺍﻟﱵ ﺗﻮﺿﺢ ﻣﻌﺠﺰﺍﺕ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻭﺍﳉﻮﺍﺏ ﺍﷲ:ﲡﺮﻳﺪﻱ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﲝﻴﺚ.ﻟﻼﻋﺘﺮﺍﺽ ﰎ ﺇﺣﻀﺎﺭﻫﺎ ﺇﱃ ﺍﻟﻮﺛﻨﻴﲔ ﺇﱃ ﺍﻟﻨﱯ ﳏﻤﺪ ، ﻭﺍﻟﺴﺆﺍﻝ ﻣﺎﺫﺍ ﳝﻜﻦ ﺃﻥ ﺟﻮﺍﻧﺐ ﻣﻦ ﻣﻌﺠﺰﺍﺕ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﺃﻥ ﻳﻌﺎﺩ ﺍﻟﻨﻈﺮ ﻓﻴﻬﺎ،ﻳﺘﻢ ﲝﻴﺚ ﻳﻘﻮﻝ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﺍﳌﻌﺠﺰﺍﺕ؟ ﻫﺬﺍ ﻫﻮ ﺑﺎﻟﻀﺒﻂ ﺍﳌﻮﺿﻮﻉ ﺍﻟﺮﺋﻴﺴﻲ ﰱ ﻫﻪ ﺍﳌﻘﺎﻟﺔ ﻭﺳﻴﻨﺎﻗﺶ ﺍﻟﻜﺎﺗﺐ ﻣﻔﻬﻮﻡ، ﻣﻦ ﺃﺟﻞ ﻣﻨﻬﺠﺔ ﻭﺭﻗﺔ ﺍﳌﻨﺎﻗﺸﺔ،ﻭﻣﻊ ﺫﻟﻚ. ﺍﻟﺒﺴﻴﻄﺔ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻭﺟﻮﺍﻧﺐ ﺍﻹﻋﺠﺎﺯ ﰲ، ﻭﺃﳘﻴﺔ ﺍﻟﻌﻨﺎﺻﺮ ﻣﻌﺠﺰﺍﺕ،ﺍﻹﻋﺠﺎﺯ ﰲ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ . ﻭﺍﲡﺎﻩ ﺟﺪﻳﺪ ﰲ ﻓﻬﻢ ﻣﻌﺠﺰﺍﺕ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ،ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ Abstrak: Sangat banyak ayat yang menjelaskan tentang kemukjizatan Al-Qur’an sebagai jawaban Allah terhadap bantahan yang dilontarkan kepada orang–orang kafir kepada Nabi Muhammad SAW. Lantas pertanyaannya adalah, dari aspek apa saja kemukjizatan Al-Qur’an dapat ditinjau, sehingga Al-Qur’an dikatakan mukjizat ? Inilah sebenarnya yang menjadi tema sentral dari pembahasan makalah sederhana ini. Namun, untuk meruntutkan pembahasan makalah ini, penulis mencoba membahas tentang pengertian mukjizat Al-Qur’an, signifikansi I’zat Al-Qur’an, unsur– unsur dan segi kemukjizatan Al-Qur’an, dan arah baru dalam memahami kemukjizatan Al-Qur’an. Kata Kunci : I’jâz, Mu’jiz, Mu’jizat. A. Pendahuluan
K
itab suci Al-Qur’an bagaikan laksana samudera luas, keajaiban dan keunikannya tidak akan sirna ditelan masa. Keberadaan Al-Qur’an di tengah – tengah umat Islam dengan segala kesempurnaan yang syarat dengan isyarat – isyarat ilmiah di dalamnya, telah memunculkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang pembahasannya bersentuhan langsung dengan Al-Qur’an,
306
Dedi Masri : I’jâz Al – Qur’an (Arah Baru Memahami Kemu’jizatan …
seperti ‘ulum Al-Qur’an dan tafsir Al-Qur’an yang dikarang oleh ulama-ulama besar Islam dengan beraneka ragam metode. Banyaknya corak kitab–kitab yang membahas tentang AlQur’an memenuhi perpustakaan–perpustakaan adalah merupakan salah satu bukti betapa tinggi keinginan para pakar untuk memahami petunjuk dan mukjizat–mukjizatnya, sehingga AlSyuyuti menyebutkan, lebih dari seratus cabang ilmu pengetahuan yang bersumber dari Al-Qur’an. (As-Syuyuti, t.t.: 10). Paling tidak, ini dapat dijadikan sebagai argumentasi dan indikator betapa tingginya semangat dan besarnya perhatian para ulama dan para pakar untuk mengagali dan memahami makna– makna yang terkandung dalam Al-Qur’an. Namun sejauh ini, hemat penulis tidak tidak satu pun di antara para pakar yang membantah kemukjizatan Al-Qur’an. Sebagai mana yang pernah dibantahkan oleh orang–orang kafir kepada Rasullullah, ketika Rasulullah SAW menyampaikan risalah Islamiyah kepada kuffar di Kota Makkah. (As-Syuyuti, t.t.: 4-5) Kalaupun ada, barang kali hal tersebut sangat keliru, atau barang kali mereka belum menggali sepenuhnya akan kebenaran isi Al-Qur’an. Oleh karena itu, sangat tidak mengherankan jika dalam AlQur’an, sangat banyak ayat–ayat yang menjelaskan tentang kemukjizatan Al-Qur’an sebagai jawaban Allah terhadap bantahan yang dilontarkan kepada orang–orang kafir kepada Nabi Muhammad SAW. Lantas pertanyaannya adalah, dari aspek apa saja kemukjizatan Al-Qur’an dapat ditinjau, sehingga Al-Qur’an dikatakan mukjizat ? Inilah sebenarnya yang menjadi tema sentral dari pembahasan makalah sederhana ini. Namun, untuk meruntutkan pembahasan makalah ini, maka dengan pemahaman yang penulis miliki dan beberpa referensi yang ada, penulis akan mencoba membahasnya dan segera mengikuti pendahuluan ini dengan: pengertian mukjizat Al-Qur’an, signifikansi I’jaz Al-Qur’an, unsur–unsur dan segi kemukjizatan Al-Qur’an, dan arah baru dalam memahami kemukjizatan AlQur’an. B. Pengertian Mukjizat Al-Qur’an Berdasarkan sudut pandang kebahasaan, I’jâz asal katanya dari ajaz (lemah), hilangnya kemampuan untuk membuat sesuatu,
307
إ ء اVol. I No. 2, Juli – Desember 2011
baik dari segi perbuatan, ide (pendapat), maupun sekedar berpikir atau merenungkan. (Abdurrahman ‘Al ak, 1994: 307). Secara global, mu’jizat dapat dibagi kepada tiga pengertian, yaitu: mengadakan yang tidak ada, meniadakan yang sudah ada, dan merubah wujud sesuatu yang sudah ada. Mengadakan yang tidak ada contohnya: keluarnya unta dari gunung dengan berkat do’a Nabi Saleh As, meniadakan yang sudah ada contohnya: menyembuhkan penyakit kusta dan barash berkat do’a Nabi Isa As, sedangkan merubah wujud sesuatu yang sudah ada contohnya: berubahnya tongkat Nabi Musa menjadi ular besar. Sedangkan menurut pengertian yang lain kata mukjizat berasal dari bahasa Arab, yaitu dari akar kata I’jâz yang artinya adalah melemahkan atau menjadikan tidak mampu. (Shihab, 2001: 23). Dalam kitab Lisân al-Arab dijelaskan, bahwa kata I’jâz berasal dari kata A’jaz yang berarti tidak mempunyai kemampuan, kekuatan (lemah). Dengan demikian, pelaku yang melemahkan disebut dengan mukjiz. Lantas, bila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan, maka dinamakan dengan mukjizat Pada akhir kata ditambahi dengan ta’ marbuthah yang mengandung makna mubalaghah (superlatif). (2001: 23). Dalam kitab Dirasat fi ulumi Al-Qur’an Bakar Ismail (1999: 395) menyatakan bahwa mukjizat adalah :
ﺍﻻﻣﺮ ﺍﳋﺎﺭﻕ ﻟﻠﻌﺎﺩﺓ ﺍﳌﻘﺮﻭﻥ ﺑﺎﻟﺘﺤﺪﻯ ﻳﻮﻗﻌﻪ ﺍﷲ ﻋﻠﻰ ﻳﺪﻱ ﱐ ﻟﻴﻜﻮﻥ ﺣﺠﺔ ﻟﻪ ﰲ ﺩﻋﻮﺗﻪ ﻭ ﺑﺮﻫﺎﻧﺎ ﻋﻠﻰ ﺻﺪﻗﻪ ﻓﻴﻤﺎ ﻳﺒﻠﻎ ﻋﻦ ﺭﺑﻪ ﻋﺰ ﻭ ﺟﻞ Artinya: “Mukjizat adalah suatu kejadian luar biasa yang terjadi pada diri Rasul, disertai dengan tantangan sebagai bukti kenabiannya dan bukti kebenaran apa yang disampaikan dari Tuhan yang maha kuasa.” Menurut Deedat, (2003:2) mukjizat diartikan sebagai: 1. Sebuah kejadian yang tidak dapat dijelaskan oleh hukum alam, dan kejadian tersebut dianggap sebagai gaib dari sumbernya atau sebuah perbuatan Tuhan. 2. Seseorang, sesuatu atau kejadian yang mengakibatkan perasaan kagum.
308
Dedi Masri : I’jâz Al – Qur’an (Arah Baru Memahami Kemu’jizatan …
3. Sebuah perbuatan yang tidak mampu dibahas oleh logika manusia, karena berada di luar kekuasaan manusia dan mengandung kemustahilan. Secara akal semakin besar kemustahilan, semakin besar pula mukjizatnya. Contohnya, seseorang seharusnya meninggal di hadapan mata kita sendiri dan telah dinyatakan mati oleh seorang paramedis yang berhak melakukannya, kemudian dengan sebuah kekuatan gaib atau sebuah perintah seorang suci, mayat tersebut ‘bangkit’ dan membuat setiap orang keheranan, karena orang yang telah meninggal tersebut bangun dan pergi, kita akan menyebutnya sebagai mukjizat. Tetapi jika proses menghidupkan kembali orang mati tersebut terjadi telah mayat berada di kamar jenazah selama 3 hari, maka kita akan menyebut dengan gembira hal ini sebagai sebuah mukjizat yang lebih besar. Jika orang mati tersebut dibuat bangkit dari kuburan, satu dekade atau satu abad sesudah tubuhnya membusuk, maka menyebutnya mukjizat yang paling besar dari semuanya. Shihab (2001: 25). menjelaskan ada empat unsur yang harus menyertai sesuatu supaya dikatakan mukjizat. Keempat mukjizat tersebut adalah : 1. Hal atau peristiwa luar biasa. Luar biasa maksudnya adalah, sesuatu yang berada diluar kemampuan dan jangkauan sebab akibat yang diketahui secara umum hukum–hukumnya. 2. Terjadi atau dipaparkan oleh seorang Nabi. 3. Mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian. Tantangan tersebut harus berbarengan dengan pengakuannya sebagai Nabi, bukan sebelumnya. 4. Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani. Bila yang ditantang berhasil melakukan hal yang serupa, maka hal ini berarti bahwa pengakuan penantang tidak terbukti. Secara garis besar mukjizat dibagi kepada dua bahagian, yaitu: Pertama, mukjizat yang bersifat hissiyah (material inderawi) dan mukjizat yang bersifat aqliyah (rasional). Mukjizat yang pertama adalah mukjizat yang dapat disaksikan sedangkan mukjizat kedua adalah mukjizat yangsifatnya bukan material melainkan mukjizat aqliyah (dapat dipahami dengan akal).
309
إ ء اVol. I No. 2, Juli – Desember 2011
Dengan demikian, mukjizat dapat dipahami bukan semata– mata untuk melemahkan, tetapi untuk membenarkan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah dan Al-Qur’an sebagai kalam Allah. Lantas kaitan mukjizat dengan Al-Qur’an adalah, jika dikatakan mukjizat Al-Qur’an, maka maksudnya adalah, hal–hal luar biasa yang dimiliki Al-Qur’an disertai dengan tantangan dan tidak ada yang sanggup untuk manjawab tantangan tersebut. Jadi bukan mukjizat yang datang dari luar atau faktor – faktor lain di luar Al-Qur’an. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Charisma, bahwa AlQur’an merupakan kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai mukjizat dengan menggunakan bahasa Arab, diriwayatkan dengan mutawatir, diawali dengan surah AlFatihah, diakhiri dengan surat An-Nas dan membacanya adalah ibadah. (Charisma, 1991:2). Sedangkan Shihab menjelaskan, bahwa salah satu fungsi AlQur’an adalah, sebagai bukti kebenaran Nabi Muhammad SAW. Kebenaran tersebut dikemukakan dalam tantangan bersifat terhadap, dan tahapan tersebut adalah: Pertama, menantang siapa saja yang meragukannya diperintahkan untuk menyusun ayat semacam Al-Qur’an secara keseluruhan. Kedua, menentang untuk menyusun sepuluh macam surah semacam Al-Qur’an. Ketiga, menentang untuk menyusun satu surah seperti Al-Qur’an. Keempat, menentang mereka untuk menyusun paling tidak sama dengan satu surah dari Al-Qur’an. (Shihab, 1994:27). Demikian Allah telah menentukan keabadian mukjkizat Islam, sehingga kemampuan manusia tidak berdaya untuk menandingi AlQur’an, meskipun telah terjadi perkembangan pembahasan – pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an. Sehingga dalam salah satu surat yang terdapat di dalam Al-Qur’an, yaitu pada surat Al-Isra’ ayat 88:
ﻪﺜﹾﻠﻮﻥﹶ ﺑﹺﻤﻳﺄﹾﺗ ﻻﹶﺁﻥـﺬﹶﺍ ﺍﻟﹾﻘﹸﺮﺜﹾﻞﹺ ﻫﻮﺍﹾ ﺑﹺﻤﻳﺄﹾﺗ ﻠﹶﻰ ﺃﹶﻥ ﻋﺍﻟﹾﺠﹺﻦ ﻭ ﺍﻹِﻧﺲﺖﻌﻤﺘ ﹺﻦ ﺍﺟﻗﹸﻞ ﻟﱠﺌ ﺍﺾﹴ ﻇﹶﻬﹺﲑﻌﺒ ﻟﻢﻬﻀﻌ ﻛﹶﺎﻥﹶ ﺑﻟﹶﻮﻭ Artinya: “Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia,
310
Dedi Masri : I’jâz Al – Qur’an (Arah Baru Memahami Kemu’jizatan …
sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (Q.S. Al-Isra:88). Allah menegaskan bagaimana pun hebatnya keilmuan manusia dan meskipun seluruh jin dan manusia berkumpul untuk membuat ayat serupa dengan Al-Qur’an, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Al-Qur’an. Sementara para ulama Muhaqqiqin dari gologan Ahli Sunnah waljamaah telah menetapkan dan menguatkan bahwa Al-Qur’an itu sungguh tidak dapat dicontoh, baik dari segi susunan (nazm), makna, maupun redaksi (lafaz) nya. Bahasa yang dipakai Al-Qur’an benar-benar tidak sama dengan bahasa yang dipakai manusia sehari-hari. C. Signifikansi I’jâz Al-Qur’an Al-Qur’an merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW yang paling tinggi, paling besar dan paling ampuh untuk menaklukkan orang–orang yang ingkar terhadap kenabian beliau. Sekalipun Nabi Muhammad memiliki banyak mukjizat, akan tetapi beliau tidak menggunakan mukjizat – mukjizat yang lain sebagai tantangan terhadap orang–orang yang mengingkari kenabian beliau tidak menggunakan mukjijzat-mukjizat yag lain sebagai tantangan terhadap orang-orang yang mengingkari kenabian beliau. Oleh karena itu kemukjizatan Al-Qur’an merupakan bukti kenabian Muhammad SAW, semenjak turunya Al-Qur’an sampai hari kiamat nanti. Sebab mukjizat Al-Qur’an adalah mukjizat yang dapat diindera dan dibuktikan oleh seluruh manusia di setiap hari kiamat. Hal ini memang telah dijalaskan oleh Rasulullah SAW dalam sebdanya :
ﻣﺎ ﻣﻦ ﺍﻻ ﻧﱯ ﺍﻻ ﺍﻋﻄﻰ ﻣﺎ ﻣﺜﻠﻪ ﺍﻣﻦ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺒﺸﺮ ﻭ ﺍﳕﺎ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺪﻱ ﺍﻭ ﺗﻴﺘﻪ ﻭﺣﻴﺎ (ﺍﻭﺣﺎﻫﺎ ﷲ ﺍﱄ ﻓﺎﺭﺟﻮﺍﻥ ﺍﻛﺜﺮﻫﻢ ﺗﺎﺑﻌﺎ ) ﺭ ﻭﺍ ﻫﺎ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ Artinya: “Setiap nabi pasti diberi sesuatu (mu’jzat) yang serupa dengannya, manusia akan meyakininya, tetapi yag diberikan kepadaku adalah wahyu yang diturunkan Allah kepadaku. Maka atau berhadap menjadi nabi yang paling banyak pengikutnya.” (HR Bukhari) Iman As-Suyuti memberikan syarah (penjelasan) Hadis tersebut, bahwa mukjizat para Nabi telah hilang dengan berlalunya masa mereka, tidak dapat disaksikan kecuali oleh orang – orang
311
إ ء اVol. I No. 2, Juli – Desember 2011
semasa dengannya. Dalam pada itu mukjizat Al-Qur’an senantiasa pada sampai hari kiamat.(As-Suyuti, t.t.:3). Signifikansi kemukjizatan Al-Qur’an adalah sebagai dalil untuk melemahkan pendapat orang–orang yang membantah kebenaran Al-Qur’an dan menyakinkan manusia yang ragu atas keRasulan Nabi Muhammad SAW. Tujuan dari mukjizat pada hakikatnya adalah untuk menyakinkan manusia bahwa orang yang membawa mukjizat adalah benar–benar seorang Nabi, dan bahwa risalah yang dibawanya adalah berasal dari sisi Allah SWT. Oleh karena itu, kemukjizatan Al-Qur’an merupakan bukti nyata dan meyakinkan dan memperteguh keimanan manusia, bahwa Muhammad bin Abdullah adalah benar – benar seorang Nabi dan Rasul, sekaligus membuktikan bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah yang mutlak kebenarannya. Keimanan terhadap Al-Qur’an memiliki konsekeunsi yang lebih jauh lagi, yakni menerapkan dan mengamalkan Al-Qur’an. Allah berfirman surat An Nisa ayat 65:
ﻲ ﺃﹶﻧﻔﹸﺴِﻬﹺﻢﻭﺍﹾ ﻓﻳﺠﹺﺪ ﻻﹶﻢ ﺛﹸﻢ ﻬﻨﻴ ﺑﺮﺠﺎ ﺷﻴﻤ ﻓﻮﻙﻜﱢﻤﻳﺤ ﻰﺘﻮﻥﹶ ﺣﻨﻣﻳﺆ ﻻﹶﻚﺑﺭﻓﹶﻼﹶ ﻭ ﺎﻴﻤﻠﺴﻮﺍﹾ ﺗﻠﱢﻤﻳﺴ ﻭﺖﻴﺎ ﻗﹶﻀﻤﺎ ﻣﺟﺮﺣ Artinya: “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (Q.S. An Nisa: 65). Dalam ayat lain Allah SWT berfirman pada surat Al-Hasyr ayat 7:
ﻰﺎﻣﺘﺍﻟﹾﻴﻰ ﻭﺑﻱ ﺍﻟﹾﻘﹸﺮﺬﻟﻮﻝﹺ ﻭﺳﻠﺮﻟ ﻭﻠﱠﻪﻯ ﻓﹶﻠ ﹺﻞ ﺍﻟﹾﻘﹸﺮ ﺃﹶﻫﻦ ﻣﻪﻮﻟﺳﻠﹶﻰ ﺭﻪ ﻋ ﺎ ﺃﹶﻓﹶﺎﺀ ﺍﻟﻠﱠﻣ ﺎﻛﹸﻢﺎ ﺁﺗﻣ ﻭﻨﻜﹸﻢﺎﺀ ﻣ ﺍﻟﹾﺄﹶﻏﹾﻨﹺﻴﻦﻴﻭﻟﹶﺔﹰ ﺑﻳﻜﹸﻮﻥﹶ ﺩ ﻲ ﻟﹶﺎ ﺒﹺﻴﻞﹺ ﻛﹶﻦﹺ ﺍﻟﺴﺍﺑﻛﲔﹺ ﻭ ﺎﺴﺍﻟﹾﻤﻭ ﻘﹶﺎﺏ ﺍﻟﹾﻌﻳﺪﺪ ﺷ ﺇﹺﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠﻪﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟﻠﱠﻪﺍﺗﻮﺍ ﻭﻬ ﻓﹶﺎﻧﺘﻪﻨ ﻋﺎﻛﹸﻢﻬﺎ ﻧﻣ ﻭﺬﹸﻭﻩﻮﻝﹸ ﻓﹶﺨﺳﺍﻟﺮ Artinya: “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orangorang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta
312
Dedi Masri : I’jâz Al – Qur’an (Arah Baru Memahami Kemu’jizatan …
itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (Q.S. Al-Hasyr :7). Berdasarkan hal ini, kaum Muslimin harus memiliki sikap yang benar terhadap Al-Qur’an. Hal ini menimbulkan konsekuensi bahwa mereka harus pula mampu memahami cara yang benar dalam menafsirkan Kalamullah ini. Cara yang benar dalam menafsirkan ini harus berlaku sepanjang jaman. D. Unsur-Unsur dan Segi Kemukjizatan Al-Qur’an
Keinginan kaum terpelajar Muslim yang mempelajari AlQur’an, antara lain didorong keinginan untuk memahami petunjuk, informasi dan mukjizat Al-Qur’an. Kareana Al-Qur’an berbicara tentang berbagai aspek kehidupan serta mengemukakan beraneka ragam masalah, yang merupakan pokok-pokok bahasan berbagai disiplin ilmu. Syaikh Muhammad Abduh menegskan, sebagaimana ditulis oleh muridnya, Rasyid Ridha dalam Muqaddimah Tafsir Al Manar: “saya tidak mengetahui bagaimana seseorang dapat menafsirkan firman Allah SWT dalam suart Al Baqarah ayat 213:
ﻢ ﻬﻌ ﹶﻝ ﻣﺃﹶﻧﺰ ﻭﺭﹺﻳﻦﻨﺬﻣ ﻭﺮﹺﻳﻦﺸﺒ ﻣﲔﺒﹺﻴ ﺍﻟﻨﺚﹶ ﺍﻟﻠﹼﻪﻌﺓﹰ ﻓﹶﺒﺪﺍﺣﺔﹰ ﻭ ﺃﹸﻣﺎﺱﻯ ﻛﹶﺎﻥﹶ ﺍﻟﻨﺪﻓﹶﻬ ﻳﻦ ﹺﺇﻻﱠ ﺍﻟﱠﺬﻴﻪ ﻓﻠﹶﻒﺘﺎ ﺍﺧﻣ ﻭﻴﻪﻠﹶﻔﹸﻮﺍﹾ ﻓﺘﺎ ﺍﺧﻴﻤﺎﺱﹺ ﻓ ﺍﻟﻨﻦﻴ ﺑﻜﹸﻢﺤﻴ ﻟﻖ ﺑﹺﺎﻟﹾﺤﺎﺏﺘﺍﻟﹾﻜ ﻦ ﻣﻴﻪﻠﹶﻔﹸﻮﺍﹾ ﻓﺘﺎ ﺍﺧﻤﻮﺍﹾ ﻟﻨ ﺁﻣﻳﻦ ﺍﻟﱠﺬ ﺍﻟﻠﹼﻪﻢﻬﻨﻴﺎ ﺑﻴﻐ ﺑﺎﺕﻨﻴ ﺍﻟﹾﺒﻢﻬﺎﺀﺗﺎ ﺟ ﻣﺪﻌﻦ ﺑ ﻣﻮﻩﺃﹸﻭﺗ ﻴﻢﻘﺘﺴ ﻣﺍﻁﺮﺎﺀ ﺇﹺﻟﹶﻰ ﺻﻳﺸ ﻦﻱ ﻣﺪﻳﻬ ﺍﻟﻠﹼﻪ ﻭ ﺑﹺﺈﹺﺫﹾﻧﹺﻪﻖﺍﻟﹾﺤ Artinya: “Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan
313
إ ء اVol. I No. 2, Juli – Desember 2011
itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (Q.S Al Baqarah: 213). Dalam hal ini, sungguh tepat penegasan Malik bin Nabi, pemikir Muslim kontemporer asal Aljazair, bahwa “tidak seorang Muslimpun dewasa ini lebih-lebih yang bukan dari negara-negara berbahasa Arab yang dapat memahami kemukjizatan Al-Qur’an dengan membandingkan satu ayat dengan sepenggalan kalimat berbentuk prosa atau puisi pra-Islam”. Penegasan tersebut berarti tidak seorangpun dewasa ini yang dapat merasakan secara sempurna keindahan bahsa Al-Qur’an yang merupakan salah satu mukjizat sejak lunturnya kemampuan dan rasa kebahasaan orang-orang Arab sendiri. Oleh karena itu, para ulama telah sepakat tentang kemukjizatan Al-Qur’an itu sendiri, karena tidak adanya kemampuan seorang manusia pun untuk menciptakan ayat yang serupa dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Demikian halnya dengan ketidak mampuan akal manusia untuk menjangkau aspek-aspek kemukjizatan Al-Qur’an secara keseluruhan. Dalam permasalahn I’jâz Al-Qur’an, telah terjadi perbedaan perdapat di antara ulama, diantaranya adalah pendapat Abu Ishaq An Nizam dari kaum Syi’ah berpendapat, bahwa kemukjizatan AlQur’an adalah dengan cara sirfah (pemalingan), artinya Allah memalingkan orang-orang Arab telah mencabut terlebih dahulu dari mereka tidak mampu membuat yang sama, paling tidak percis dengn Al-Qur’an. (Al-Qattan, 2001:375). As-Sayuti dalam kitab Al-Itaqan fi Ulum Al-Qur’an menjelaskan, bahwa I’jâz Al-Qur’an dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu, I’jâzun yata’allaqu bi nafsihi (aspek yang berhubungan langsung dengan Al-Qur’an sendiri) dan sharfi an nasi’an Mu’aritdhatihi (aspek yang berhubungan dengan yang datang dari luar Al-Qur’an). Sama halnya dengan apa yang disampaikan oleh Adz Zarkasyi, bahwa I’jâz Al-Qur’an dapat dibuktikan sekaligus dapat ditinjau dari dua aspek yaitu berhubungan dengan Al-Qur’an sendiri dan pendapat-pendapat manusia yang bermaksud membantah kebenarannya. Badaruddin bin Abdullah (Az-Zarkasyi, 1998: 104-105).
314
Dedi Masri : I’jâz Al – Qur’an (Arah Baru Memahami Kemu’jizatan …
I’jâz yang berhubungan lansung dengan Al-Qur’an, dapat ditinjau dari segi fashahahnya, kebalaghahannya maupun maknanya. Dari segi balaghah dan fashahahnya berkaitan dengan lafas dan makna Al-Qur’an yang terletak pada gaya pengungkapan (uslub) yang digunakan untuk mengungkapkan makna-makna. Gaya pengungkapan Al-Qur’an tersebut tampak dalam kefasihan (fashahah), keindahan (balaghah) dan ketinggian taraf pemikiran yang diungkapkan sampai ke derajat yang mengagumkan. Mukjizat Al-Qur’an dari sisi bahasa adalah hal yang berlakusepanjang masa. Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab saja yang semurni-murninya, tidak kemasukan bahasa asing apapun juga. Karena itu, siapapun yang hendak memahami Al-Qur’an ia harus memahami bahasa Arab. Gaya pengungkapan yang merupakan segi kemukjizatan itu tampak jelas dalam tiga aspek: pertama, lafazh-lafazh dan susunan kata (tarikh) yang digunakan. Al-Qur’an telah menggunakan lafazhlafazh dan susunan kata yang amat unik. Makna yang lembut diungkapkan dengan lafzh yang kasar dan seterusnya. Intinya, pemilihan lafazh disesuaikan dengan makna yang akan diungkapkan sehingga mudah dipahami secara mendalam oleh pendengarnya. Misalnya ayat yang mengungkapkan surga dilafazhkan dengan lembut dengan gaya pengungkapan yang indah sehingga membuat orang sangat merindukannya. Sebaliknya bila mengungkapkan neraka, maka lafazh yang digunakan adalah lafazh yang kasar sehingga membuat pendengarnya merinding karena sangat takutnya, dan membuat orang begitu membencinya serta terdorong kuat untuk menjauhinya. Kedua, irama kata yang digunakan. Susunan huruf dan katakata dalam Al-Qur’an tersusum dalam irama yang khas dan unik, yang tidak pernah dijumpai dalam percakapan manusia, baik dalam syair maupun prosa. Ketiga, lafazh dan susunan kata yang digunakan mencakup makna yang luas dan menyeluruh. Al-Qur’an telah menggunakan lafazh yang ringkas untuk makna yang luas dan mendalam. Misalnya firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah, 179:
315
إ ء اVol. I No. 2, Juli – Desember 2011
ﻘﹸﻮ ﹶﻥﺘ ﺗﻠﱠﻜﹸﻢﺎﺏﹺ ﻟﹶﻌ ﺍﻷَﻟﹾﺒﻲﻳﺎﹾ ﺃﹸﻭﻟ ﺎﺓﹲﻴﺎﺹﹺ ﺣﺼﻲ ﺍﻟﹾﻘ ﻓﻟﹶﻜﹸﻢﻭ Artinya: “Dan dalam kisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah: 179). Ayat tersebut di atas lafaznya singkat, namun bila diuraikan akan tergambar makna yang luas. Maknanya ayat tersebut adalah apabila seseorang mengetahui bahwa kalau ia membunuh, akan dibunuh, maka hal ini akan mencegahnya dari pembunuhan. Jadi dengan qishash, kejahatan pembunuhan tersebut akan lenyap dimasyarakat. Az-Zarkasi juga menjelaskan beberapa aspek lainnya dari kemukjizatan Al-Qur’an, yaitu Al-Qur’an mengandung berita-berita ghaib yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Kemudian, Al-Qur’an mengandung penjelasan mengenai berita yang telah lalu dan kejadian yang akan datang. Menurut Khalid Abdurrahman (1994:311) ke I’jâzan AlQur’an dapat dilihat juga dalam isi Al-Qur’an itu terdapat penginformasian tentang yang telah ada dan yang akan ada . Contoh yang pertama adalah seperti pemberitahuan Al-Qur’an tentang penciptaan Arasy dan kursi Allah SWT, berita tentang penanggung Arasy, perbendaharaan surga dan neraka, sideratul muntaha, perjalanan bintang-bintang, perputaran atau peredaran planet-planet, posisi langit yang di atas, penciptaan bumi-bumi dan gunung sebagai tiangnya , demikian juga dengan berita tentang alam manusia, jin, malaikat, dan setan (iblis). Kemudian termuat juga contoh tentang kejadian yang akan datang, seperti tentang kematian, alam kubur, hari perhitungan amal manusia, siksaan atau balasan, yang akan diterima oleh seseorang, pembentangan amal manusia, tentang telaga, timbangan amal manusia, titian shirat, surga dan neraka, serta balasan-balasan yang mereka terima masing-masing. Dalam menjelaskan semua itu AlQur’an memakai gaya bahasa yang Mujmal (global) dan Tafsil (terperinci). Kemujmalan nya tidak sampai mengurangi kualitas pemberitaannya, dan ketafsilan nya tidak sampai membuat orang yang membacanya bosan. Begitulah sebenarnya Al-Qur’an mengandung segala macam kelebihan dari segala sisi, yang tidak akan dapat ditandingi oleh siapa saja yang ingin menandinginya.
316
Dedi Masri : I’jâz Al – Qur’an (Arah Baru Memahami Kemu’jizatan …
E. Arah Baru Dalam Memahami Kemukjizatan Al-Qur’an Adapun mengenai kreasi pengembangan terhadap pemahaman makna-makna yang tersirat dalam Al-Qur’an dapat diprediksi, akan berkembang dan berubah seiring dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan. Terutama jika pemahaman itu berikaitan dengan satu atau beberapa ayat yang berkaitan dengan kehidupan, seperti kemajuan corak peradaban. Hal-hal semacam itu tidak tetap dalam segala jaman akhibat perkembangan ilmu pengetahuan dan perubahan keadaan. Namun pemahaman terhadap kemukjizatan Al-Qur’an akan tidak tergoyahkan, dan dari segala sisi akan tetap berlaku, karena telah mendapat jaminan yang jelas bahkan jaminan yang sudah pasti. Untuk memahami lebih dalam tentang kemukjizatan AlQur’an, agaknya bagi setiap orang perlu untuk memahami bahasa Arab, karena Al-Qur’an dari sisi bahasa diturunkan dalam bahasa arab murni dan tidak dicamputi oleh bahasa asing. Barangkali sudah menjadi sebuah keyakinan, bahwa bahasa Arab akan berlaku sepanjang masa. Dengan demikian, dijaman kita ini, hal utama yang harus diperhatikan adalah meletakkan posisi Al-Qur’an di tempat yang seharusnya. Akal manusia dapat berkembang dalam memahami nash-nash Al-Qur’an sejalan dengan fenomena kemajuan peradabannya, namun ia harus tetap berada dalam batas-batas makna yang ditunjukkan oleh nash-nash itu sendiri dan dalam batas pengertin yang harus dijaga sebaik-baiknya agar jangan sampai terseret kepada makna atau pengertian yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan nash-nash Al-Qur’an. F. Penutup Mukjizat Al-Qur’an ada dua macam yaitu, mukjizat yang ada dalam Al-Qur’an itu sendiri dan mukjizat yang datang dari luar AlQur’an. Kemukjizatan Al-Qur’an adalah merupakan salah satu hal yang luar biasa, karena belum satupun dari para ahli yang berhasil untuk merubahnya atau bahkan untuk menandinginya, baik dari segi balaghahnya, makna-maknanya dan susunan dan uslubnya. Ketidak mampuan manusia untuk melampaui kemukjizatan Al-Qur’an,
317
إ ء اVol. I No. 2, Juli – Desember 2011
merupakan alasan yang argumentatif tentang kenabian Rasulullah SAW. Dengan demikian, tantangan orang kafir ataupun orang yang mengatakan Al-Qur’an adalah buatan Muhammad, dengan sendirinya telah terbantahkan oleh kemukjizatan Al-Qur’an yang tak akan pernah sirna. KEPUSPUSTAKAAN Abdurrahman Al ‘Ak, Khalid. Usuluttafsir Wa’ Qowaa’idun, cet 3. Bairut Libanon: Darunnafais Damsik, 1994. Al-Qattan, Manna’ Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, terj. Mudzakir AS. Jakarta:Litera Nusantara, 2001. Az-Zarkasyi, Badaruddin bin Abdullah. Al Burhanu fi Ulum AlQur’an Juz II. Bairut: Daral Kuttab Al Alamiyah, 1998. Charisma, Muhammad Chodziq. Tiga Aspek Kemukjizatan AlQur’an. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1991. Deedat, Ahmad. Al-Qur’an Mu’jizat Abadi Yang tak Tertandingi, terj. Imron Rosadi. Jakarta: Pustaka An Naba, 2003. Ismail, Muhammad Bakar. Dirasat al Ulumu Al-Qur’an. Mesir: Daru Al Manar, 1999. As-Syuyuti, Jalaluddin, Al Itqan Fi Ulumul Al-Qur’an. Mesir: Darat Tajariyah Al Kubra, t.t. Shihab, M. Quraish. Mu’jizat Al-Qur’an Ditnjau dari Aspek Kebahasaan Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Ghaib. Bandung: Mizan, 2001. __________. Membumikan Al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 1994.
318