BAB IV PENDAPAT MAŻHAB HANAFI DAN MAŻHAB SYĀFI‘Ī TENTANG HUKUM JUAL BELI KULIT HEWAN KURBAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
A. Kedudukan Hukum Jual
Beli Kulit Hewan Kurban dalam Perspektif
Mażhab Hanafi dan Mażhab Syāfi‘ī Perbedaan pendapat (masalah khilafiyah dalam fikih) dalam lapangan hukum sebagai hasil penelitian (ijtihād), tidak perlu dipandang sebagai faktor yang melemahkan kedudukan hukum Islam, bahkan sebaliknya bisa memberikan kelonggaran kepada orang banyak. Menurut Ali Hasan di antara sebab-sebab pokok terjadi perbedaan dikalangan para ulama (mujtahid) adalah: berbeda perbendaharaan hadis masing-masing mujtahid, kedudukan suatu hadis, perbedaan dalam penggunaan hukum dan perbedaan pemahaman. 1.
Kedudukan Hukum Jual Beli Kulit Hewan Kurban Perspektif
Mażhab Hanafi Jual beli kulit hewan kurban dalam tinjauan mażhab Hanafi adalah boleh. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya sebagai berikut:
ُﱠﻪُ ﺑـ َ ﻐَﻪ ََﻮِ َْﻧد (؛ﻷ ﺎﻋًَ ﺎﻴ ْﺖ ِ ﻟ ﻴﱠﺔِ ﺘَﻟِ ﻠْﺒـ َ َﺸَْنْﱰ َ ِيﲜَِِاﻷﻠ ْْﺪُِﺿْ ﺤ ِ ﻣ ﻗَﺎلَو َ)ﺑ َﻻَﺄْس ﻳَ ﺑِﺄ ﺑِﻪَِﰲﻴ ِْ ﺘِ ﻪِ؛ﻷ ِ َنﱠ ﻨْﺘَﻔِ ﻊ ُ ﺑـ ﺑِﻪِ ﻣ َ ﺎ َى إذَاﺘـَ ﺮ َ ﻳـ َْﻛَﺬَﻟِﻚَ اﺷ ، َﺑِﻪَِﰲﻴ ِْ ﺘِﻪِﺟ َو ﺎز و َ اﻧـْ ﺘـَ ﻔَﻊ َ ﺑـ َذَﻛَﺮ َ ﻧﰲـَﻮِ َ ادِﻫِرِ ﺸَ ﺎمٍ ﻗَﺎل ْ ﻗَﺪ،ٌﺎن َ ﺘِﺤ ْ ﺴ َ و اﺳﻫَْ ﺬَ ا،َ ِل ْﻢ َُ ﺒ ْ ﺪَ و ﻟِ ﻠْﺒ َ ﺪَ ﺣلُِ اﻜﻟْﻤ
44
45
اﳋَْﻞﱠْﻤ َ ﺮِيﱠ َﺸْ ﱰ َ ِيﺑِﻪِ و َ اﻟ َﻳ ﻻ،َ َﺷْﺎﺒ َ ﻪ َذَﻟِﻚَو َ أﻣ،َ ﺑِﻪِوْ َﺑ َاﳉْﺎلَِﺮ َ اب َو ْﻐِﺮ ﻳ َﺸْ ﱰ َ اﻟِي ﺘَﺤ ْ ﺴ َ ﻦ َﻓـَﻘَ ﺎلَﻣ َ ﺎ َُﻜِ ﻨﱠﻪ ْ اﺣَِ ﻟﺪٌاﺳ ُﻞﱢ و َ ذَﻟِﻚَ ﻴ َ ﺎس ُﰲ ِاﻟْﻜو َِﺷْ ﺎﺒ َ ﻪوََ اﻟْﻘ َ أﻣ،َ َو َ اﻟْﻤِ ﻠْﺢو ِﻗَﺼ ْ ﺪ ﱠﺼ َ ﺮﱡف ِ ﻋَ ﻠَﻰ ِﺎب ـَﻨَﺎو اﻟُْﻌلَُﲔﻓ ْـَﻬُِ ﻮ َﻣِ ﻦ ﺑْ َ اﻟﺘ ِﺎعِﺑِﻪ ﻃَﺮِﻳﻖُِ ﻧْﺘِﻔَ ﺗ ﻳ َ ﻜُﻮنُ اﻻ ِ ﰲ َِ ﻴ ْﺖ ﺑِﻪِﻟْﺒـ ﻣﻨْ ﺘَـَﺎﻔَﻊ ُ ا،َُِﻴﱠﺔ َنْ َ ﻞ َذَﻟِﻚَﰲﺟِِاﻷﻠ ْْﺪُِﺿْ ﺤِ ﻳوـ َﻪُ أﻔْﻌ َ ﻮﱡلِ ْﺲ َ ﻟ ﻳـ اﻟﺘﱠﻤ َ ﻓـَ ﻠَﻴ 92
. ََنْ َ ﻞ َذَﻟِﻚ َﻪُ أﻔْﻌ َ ﺎنَﻳـ ﻋَﲔ ْاﳉِْ ِ ﻠوْﺪَِﻛَ ﻟ ُ ﻧَﻈِ ﲑ َ ﻣ َ ﺑـﻊََﻘَاﻟْﻌﺎء َِﲔﻓ ْـَﻬ ُِ ﻮ
Artinya: Berkata (Imam Hanafi): “ Tidak apa-apa membeli benda-benda rumah dengan kulit hewan kurban, karena jika menyamak dan menggunakan didalam rumah maka diperbolehkan, begitu juga jika membeli sesuatu untuk digunakan didalam rumah, karena pengganti itu menempati yang diganti.dan inilah istihsan “. Dalam kitab nawadhir Al-hisyam disebutkan “ kulit hewan kurban boleh untuk membeli ghirbal dan jarab. Dan yang menyerupainya. Dan tidak boleh membeli cuka, jamu dan garam (makanan) serta yang menyerupainya dengan kulit hewa kurban, adapun persamaannya satu, akan tetapi Hisyam beristihsan dan berkata “ sesuatu yang penggunaannya dengan efektifitas barang maka itu termasuk tasharruf dengan tujuan tamawwul. Maka tidak boleh itu dipakai pada kulit hewan kurban.
Imam Hanafi membolehkan jual beli kulit hewan kurban dengan ketentuan menyedekahkan uang dari hasil penjualannya kulit kurban tersebut, atau juga dengan uang itu juga boleh dibelikan sesuatu yang dapat dimanfaatkannya dirumah atau perkakas rumah, seperti kapak, belangga, timbangan dan sebagainya, Imam Abu Hanifah mengemukakan alasannya membolehkannya jual beli kulit kurban bahwa pertukaran dengan barang dagangan itu termasuk dalam bab pengambilan manfaat yang telah
92
Abi Bakar Muhammad bin Ahmad bin Sahal as-Sarakhsi, al-Mabsūth, Mesir: al-Maktabah asy-Syāmilah, 2008, h. 188 juz 14
46
disepakati oleh para fuqaha kebolehan memanfaatkannya. 93Pendapat ini juga didukung oleh
pendapatnya An-Nakah’i dan Al-Auza’i, Ishak dan Abu
Tsaur.94 Menurut pendapat Atha’ adalah tidak apa-apa menjual ataupun membeli kulit hewan kurban atau hadiah, baik dengan uang maupun dengan lainnya.
Dalam
memisah-misahkan
antara
dirham
(dinar)
dengan
selainnya.95 Dalam kitab fikih wanita disebutkan bahwa diperbolehkannya menjual kulit kurban dan menyedekahkan uang hasil penjualannya tersebut, serta diperbolehkannya membelanjakannya untuk sesuatu yang bermanfaat baginya dirumah. oleh karena itu jual beli kulit hewan kurban adalah boleh. Adapun dasar dari mażhab Hanafi yang membolehkan jual beli kulit kurban sebagai berikut: Hadis yang Diriwayatkan oleh Nasa’i.
ِ ﻪِ ﺑ ْﻦ ُ ﺳ َ ﻌِ ﻴﺪٍ ﻗَﺎلَ ﺣ َ ﺪﱠ ﺛـَﻨَﺎ ﳛَْﲕ َ ﻋَﻦ ْ ﻣ َ ﺎﻟِﻚٍ ﻗَﺎلَ ﺣ َ ﺪﱠ ﺛَﲏ
ِﺪُ ْ ا ﻋَ ﺎﺋِﺸَ ﺔَ ﻗَﺎﻟَﺖ ْ دَ ﻓﱠﺖ ْ دَ اﻓﱠﺔٌ ﻣِ ﻦ ْ أَﻫ ْ ﻞِ اﻟْﺒ َ ﺎدِ ﻳ َ ﺔ ْ ﻋَ ﻤ ْ ﺮ َ ةَﻋَ ﺒ ْﻋَﻦ ﺻ َﺳﻠﱠَ ﻠﱠﻢ َ ﻛُ ﻠُﻮا و َ ادﱠﺧ ِ ﺮ ُ وا ﺛَﻼَ ﺛًﺎ َ اﻟﻠﱠﻪِ و ِﻮلُﻠَﻴ ْ ﻪ َاﻟﻠﱠﻪُُﺎلَﻋ َـَﻘ ﺤ َر ﻓَﻰﺳ ﺣ َ ﻀْ ﺮ َ ةَ اﻷ ْ َﺿْ ﻰ ْ ذَﻟِﻚَ ﻗَﺎﻟُﻮا ﻳ َ ﺎ ر َ ﺳ ُ ﻮلَ اﻟﻠﱠﻪِ إِنﱠ اﻟﻨﱠﺎس َ ﻛَ ﺎﻧُﻮا ﻳـ َ ﻨْﺘَﻔِ ﻌ ُ ﻮنَ ﻣِ ﻦ 93
Syaraf an-Nawawi Ad-Dimasyqi, Imam Abu Zakariyya Yahya, Raudhatuth Thalibin,h. 704. Syaikh al-‘Allamah Muhammad bin ‘Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqh Empat Mażhab, diterjemahkan oleh Abdullah Zaki Alkaf, Bandung: Hasyimi Press, 2004, h. 198. 95 Ibid. 94
47
َﻬ َ ﺎ اﻟْﻮ َ دَ كَ و َ ﻳـ َ ﺘﱠﺨِ ﺬُونَ ﻣِ ﻨـْ ﻬ َ ﺎ اﻷ ْ َﺳ ْ ﻘِ ﻴ َ ﺔَ ﻗَﺎلَ و َ ﻣ َ ﺎ كَذَا ﻗَﺎل ْ َ ﺎكِ ﳊُُ ﻮم ِ اﻷ ْ َﺿَ ﺎﺣِ ﻲﱢ ﻗَﺎلَ إِﳕﱠ َﺎ ﻧـَﻬ َ ﻴ ْﺖ ُ ﻟِ ﻠﺪﱠاﻓﱠﺔِ اﻟﱠﱵِ دَ ﻓﱠﺖ ﺗَﺼ َ ﺪﱠﻗُﻮا َﻛُ ﻠُﻮا و َ ادﱠﺧ ِ ﺮ ُووا
96
Artinya:“Telah mengabarkan kepada kami 'Ubaidullah bin Sa'id, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Yahya dari Malik, ia berkata; telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Abu Bakar dari 'Amrah dari Aisyah, ia berkata; sekelompok orang dari penduduk badui datang dengan terburu-buru pada waktu idul adha, kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Makan dan dan simpanlah selama tiga hari." Kemudian setelah itu mereka berkata; wahai Rasulullah, sesungguhnya orang-orang memanfaatkan dari kurban mereka mencairkan lemaknya dan darinya mereka membuat geriba. Beliau bersabda: "Ada apa dengan hal tersebut?" Ia berkata; yang telah anda larang yaitu menyimpan daging kurban. Beliau bersabda: "Sesungguhnya saya melarang sekelompok orang yang datang terburu-buru, makan, simpan dan bersedekahlah.".97 Dari hadis Aisyah r.a. bahwa orang-orang Arab Badui pernah datang berombongan minta daging kurban pada saat ‘Idul Adha. Rasulullah SAW lalu bersabda, ”Simpanlah sepertiga dan sedekahkanlah sisanya. ”Setelah itu ada yang berkata kepada Rasulullah SAW, ”Wahai Rasululah sesungguhnya orang-orang bisa memanfaatkan kurban-kurban mereka, mereka membuat lemak darinya, dan membuat wadah-wadah penampung air darinya.” Rasulullah menjawab, ”Apa masalahnya?” Mereka menjawab, ”Wahai Rasulullah, Anda telah melarang menyimpan daging-daging kurban 96
Abu Abd al-Rahman Ahmad bin Ali bin Syuaib bin Ali bin Sinan bin Bahr al-khurasani alQadi, Sunan An-Nasa’i Jilid VIII, LebanonDar Al-Fikr, Lebanon ‘. 1138. h.269-270 97 Muhammad Nashiruddin Al-bani, Terjemah Shahih Sunan An-Nasa’i Jilid III, diterjemahkan oleh: Kamaluddin Sa’diyatul Haramain, Jakarta: CV. Pustaka Azam’, 2007, h. 31.
48
lebih dari tiga hari.” Rasulullah SAW menjawab, ”Sesungguhnya aku melarang hal itu karena adanya orang Baduwi yang datang berombongan minta daging kurban (min ajli ad-daafah). Sekarang makanlah, dan simpanlah”.98 Hadis ini menunjukkan bolehnya memanfaatkan kulit kurban misalnya untuk dijadikan wadah-wadah penampung air dan sebagainya. (Imam
Asy-Syirazi,
Al-Muhadzdzab,
ada
sebagian
ulama
yang
membolehkan menjual kulit kurban. Menurut Imam Abu Hanifah, boleh menjual kulit kurban tapi bukan dengan dinar dan dirham (uang). Maksudnya, boleh menjual kulit kurban dengan menukarkan kulit itu dengan suatu barang dagangan. Dalam memisah-misahkan antara dirham (dinar) dengan selainnya, Imam Abu Hanifah mengemukakan alasan bahwa pertukaran dengan barang dagangan itu termasuk dalam bab pengambilan manfaat yang telah disepakati oleh fuqaha kebolehan memanfaatkannya. 99 Hadis diatas menunjukkan dalil ulama yang membolehkan menjual kulit kurban, adalah hadis yang membolehkan memanfaatkan (intifa’) kurban, yaitu hadis riwayat Ibnu Majjah di atas. Dalam pandangan Imam Abu Hanifah, atas dasar hadis itu, boleh melakukan pertukaran (mu’awadhah) kulit kurban asalkan ditukar dengan barang dagangan (al‘uruudh), bukan dengan uang (dinar dan dirham). Sebab pertukaran kulit 98
Ibid.,h. 428. Ibnu Rusyd, Bidayatu’l-Mujtahid, diterjemahkan oleh M.A. Abdurrahman, A. Haris Abdullah, Semarang: cv Asy Syifa’, 1990, h. 99
49
kurban dengan barang dagangan termasuk dalam pemanfaatan kurban (intifa’) yang dibolehkan hadis menurut semua ulama. 100 Selain dalil dari hadis tersebut mażhab Hanafi pada khususnya serta golongan yang mendukung pendapat ini pada umumnya mengatakan adanya dalil lain yang digunakan untuk memperkuat pendapat mereka, yaitu dalil aqli (hukum akal). Dalam hukum akal, jual beli kulit kurban memberikan suatu pandangan kepada masyarakat agar bisa memanfaatkan kulit kurban dengan bermuamalah. Menurut imam Syāfi‘ī hadis diatas menunjukkan bahwa kulit kurban boleh dimanfaatkan sebagai tempat, air, sajadah dan peralatan rumah dan lain-lain, yang bisa dimanfaaatkan dirumah, namun bukan untuk dijual, Pendapat Imam Hanafi ini bertolak belakang dengan pendapat Imam Syāfi‘ī yang telah melarang adanya jual-beli kulit kurban dengan alasan semua hasil sembelihan kurban harus disedekahkan semua kepada fakir miskin, Imam Syāfi‘ī juga mengomentari pendapat Imam Hanafi yang membolehkan jual beli kulit kurban dengan cara barang ditukar barangdidalam kitabnya Kifayatul Akhyar menukar barang dengan barang itu termasuk juga jual beli. 101 Pendapat Imam Abu Hanifah mengenai menukar kulit kurban dengan barang lainnya didalam fikih muammalah dijelaskan bahwa barang 100
http://alveesyukri. blogspot.com/2011/01/hukum-menjual-kulit-hewan-kurban. html Online tanggal, 16/07/2011. 101 Imam Taqiyuddin Abubakar bin Muhammad al-Husaini, Kifayatul Akhyar, h. 504.
50
ditukar dengan barang termasuk jual beli Muqayyadhah (barter). Oleh karena itu pendapat Imam Hanafi yang membolehkan jual beli kulit kurban ditukar dengan barang lain itu termasuk juga jual beli. 2.
Hukum Jual Beli Kulit Kurban Persepektif Mażhab Syāfi‘ī Pandangan Imam Syāfi‘ī terhadap hukum jual beli kulit kurban
adalah tidak boleh atau haram, Pendapat Imam Syāfi‘ī
ini dijelaskan
didalam kitabnya Al-Umm sebagai berikut:
: َُﻼ اﻟﺬﱠْﺢِﻟِﻮﻘَﻟِْﻪِﻋَﻴﻠَْﻪِ اﻟﺼﱠﻼَوةُ َاﻟﺴﱠ م ﺤَِﺔِﺑـ َﻌ ْﺪَ ﺑ نْ َﻴﺒِﻊْ َﺟ ِ ﻠْﺪَاﻷ ْ ُﺿْ ﻴ ﻳَُﺮ َﻜﻩُْ أَ ﻳ:ﻗَﺎلَو " : ُﺿِ َ اﷲ ُ ﻋَﻨْﻪ ﻪُ و" َ ﻗَﺎلَ ﻌﻟِ َﻠِ رﻲَﻲ َﻣ َ"ﻦ ْ ﺑ َﺎعَﺟ ِ ﻠْﺪَ أُﺿْﺤِ ﻴﱠﺘِﻪِ ﻓَﻼَ أُﺿْﺤ ِ ﻴﱠﺔَ ﻟ ْﻪُ أَن َﺷَْﺌً ﺎ" ﻓَﻤﻜََ ﻳﺎُﺮ َﻜﻩُْ ﻟ ﻤِ َوﺎَﻻَ ﺗﻌـُ ْﻂِاﳉْﺰََار َ ﻣِﻨﻬـَْ ﺎ ﻴ ﺗَﺼ َ ﺪﱠﲜقِْ ﳍَ ِﻼَ َوﺎَﺧ َ ﻄْﻬ ْنْ َﻴﺒِﻊْ َاﳉْ ِ ﻠْﺪَ ﻓَﺈِنْ ﻓﻌـَﻞَ َ ذﻟِﻚَ ﺗَﺼ َ ﺪﱠق ﻪُ أَ ﻳ َاﳉْﺰََار َ ﻓَﻜَﺬﻟِﻚَﻳ ُﺮ َﻩﻜُْ ﻟ ﻳـ ُﻌ ْﻲﻄِ َ ﺟ ِ ﻠْﺪَﻫَ ﺎ 102
.ﻤِ َ ﺎ ﺷَْﺌً ﺎﻣِﻦ ْﳊَْﻬ ﻤﺑِﺜَ َﻨِﻪِ ﻤﻛََ ﺎﻮ ﻟَْﺑ َﺎعَ ﻴ
Artinya : Berkata Imam Syāfi‘ī :“ dimakruhkan (dibenci) menjual kulit kurban sesudah disembelih berdasarkan hadis Rasullullah SAW, Barang siapa menjual kulit hewan kurban maka tidak ada kurban baginya. Dan Rasullullah SAW, berkata kepada ‘Ali dan janganlah kamu berikan sedikitpun kepada tukang jagal seperti dimakruhkan kepada yang berkurban memberikan kulit kepada tukang jagal, seperti itulah dimkruhkan kepada sikurban untuk menjual , jika demikian masih menjual kulit maka juallah seperti daging kurban.
Imam Syāfi‘ī
mengharamkan jual beli kulit kurban berdasarkan
hadis rasullullah SAW, kemudian dalam kitab kifayatul akhyar disebutkan 102
25 juz 1
Abu Abdullah Muhammad bin Idris, al-Umm, Mesir : al-Maktabah asy-Syāmilah, 2008, h
51
bahwa: fungsi utama binatang kurban itu adalah untuk diambil manfaatnya, oleh sebab itu tidak boleh dijual kurban itu, kulitnya juga tidak boleh dijual, dan tidak boleh dijadikan ongkos untuk si penyembelih, sekalipun pada kurban sunat atau wajib, tetapi disedekahkan oleh yang berkurban, atau dimanfaatkan untuk membuat kasut, sandal, timba atau lainnya. Dan barangbarang tersebut tidak boleh disewakan selepas itu.103 Tidak boleh menjual daging kurban, baik kurban nadzar maupun kurban sunah. Seluruh daging kurban nadzar dan hewan yang telah dikhususkan untuk kurban, misalnya orang yang berkurban berkata “ ini adalah hewan kurban,” dan kurban wajib yang menjadi tanggungan, wajib disedekahkan kepada orang-orang fakir. Hukum anak hewan kurban sama seperti induknya dan wajib disembelih. Orang yang berkurban dan orangorang yang berada dibawah tanggung jawabnya tidak boleh memakan daging kurban (nadzar) tersebut. Apabila dia memakannya, dia harus mengganti sebanding dengan daging kurban yang dimakan.104 Adapun dasar mażhab Syāfi‘ī yang menunjukkan larangan jual-beli kulit hewan kurban yaitu: a. Alquran: QS. Al-hajj [22] : 28
103
Imam Syāfi‘ī Abdullah Muhammad bin Idris, Mukhtashar Kitab al Umm Fiil, diterjemahkan oleh Mohammad Yasir Abd Muthalib, Andi Arlin, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, h. 740. 104 Imam Taqiyuddin Abubakar bin Muhammad al-Husaini, Kifayatul Akhyar ,h. 504.
52
Artinya: “Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir”.105 Ayat diatas menggunakan bentuk redaksi persona kedua pada firman-Nya, ada ulama yang menyisipkan kalimat: “maka wahai Nabi Ibrahim katakanlah kepada mereka bahwa makanlah”dan seterusnya. Ada juga yang mengatakan pengalihan redaksi itu ditunjukan kepada umat Nabi Muhammad SAW. Dengan tujuan menekankan bolehnya memakan daging kurban, karena masyarakat jahiliyah enggan memakannya, atau karena Nabi SAW.Pernah melarang memakan daging kurban. Dengan demikian, perintah makan itu, bukanlah perintah wajib. 106 Sementara ulama menjadikan ayat ini sebagai dasar untuk membagi tiga daging kurban, sepertiga dimakan oleh orang yang menyembelih bersama keluarganya, sepertiga disedekahkan dagingnya, dan sepertiga lagi dibuat makanan bagi yang butuh. Ada juga yang berpendapat dibagi dua saja, seperdua bagi yang berkurban, dan seperdua dibagikan kepada yang butuh dan fakir yang merupakan satu kelompok saja.107
105
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya. h.517 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah,h. 195. 107 Ibid. 106
53
Menurut Imam Syāfi‘ī dalam ayat ini Allah menjadikan kurban dibagi dua, inilah yang ditentukan Imam Syāfi‘ī dalam qaul qadimnya. Dan ada yang mengatakan dia makan sepertiga, menghadiahkan sepertiga, dan menyedekahkan sepertiga,108 karena Firman Allah: QS. Al-hajj [22] : 36
Artinya: “Maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak memintaminta) dan orang yang meminta”.109 Allah menjadikan kurban itu dibagi untuk tiga macam golongan orang, golongan kedua ialah orang yang meminta. Ada yang mengatakan lain dari yang tersebut itu. Inilah qaul jadid (baru) yang ashas. Berdasarkan qaul ini, lalu apakah patut dibuat dari hal apa yang hendak dihadiahkan kepada mereka? Ada yang mengatakan ada juga yang diberikan kepada orang-orang fakir yang tidak suka menyedahkan kefakirannya. sehingga hasil yang disedekahkan menjadi dua pertiga. Inilah yang diberitakan Abu Thayyib dari qaul jadid dan ia mensahkannya, dan ada yang mengatakan, mereka yang dihadiahi adalah orang-orang kaya. Dan ada yang mengatakan, mereka yang dihadiahi orang-orang kaya. Kata Syaikh Abu Hamid (Imam Ghazali), yang berkurban boleh makan sepertiga kurbannya, kemudian menyedekahkan sepertiga, dan menghadiahkan sepertiga lagi kepada orang108 109
Imam Taqiyuddin Abubakar bin Muhammad al-Husaini, Kifayatul Akhyar,h. 503. Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya. h.516
54
orang kaya dan orang fakir yang tidak menampakkan kefakiran. Dan kalau dia mau menyedekahkan dua pertiga itu lebih utama, adalah dari nash. 110 Menurut Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari dalam kitabnya “Sabilal Muhtadin”, beliau mengatakan “ haram bagi orang yang berkurban dan bagi ahli warisnya menjual sesuatu dari hewan kurban yang sunah dan melakukan seperti dijual. Perlu diketahui bahwa fungsi utama binatang kurban itu adalah untuk diambil manfaatnya. Oleh karena itu tidak boleh dijual kurban itu, kulitnya juga tidak boleh dijual, dan tidak boleh dijadikan ongkos untuk si penyembelih, sekalipun pada kurban sunah, tetapi disedekahkan oleh yang berkurban, atau dimanfaatkan untuk membuat kasut, sandal timba atau lainnya. Barang-barang tersebut tidak boleh disewakan selepas itu. Dan tanduk sama juga hukumnya dengan kulit. 111 Orang yang berkurban dianjurkan memakan, menghadiahkan, dan menyedekahkan
sebagian
dagingnya.Sepertiga
dimakan,
sepertiga
dihadiahkan, sepertiga lainnya disedekahkan. Namun, wajib menyedekahkan sebagian daging kurban sunah meskipun sedikit, kulit hewan kurban boleh disedekahkan atau dimanfaatkan sebagai perabot rumah, tidak boleh dijual, daging kurban juga tidak boleh dijual. 112 Imam Syāfi‘ī juga berkata didalam kitabnya Al-Umm bahwa: Apabila seseorang menjual hewan yang sudah diniatkan untuk berkurban, 110
Imam Taqiyuddin Abubakar bin Muhammad al-Husaini, Kifayatul Akhyar, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, Kitab Sabilal Muhtadin II, h. 451. 112 Ibid.,h. 452. 111
55
maka jual-beli tersebut tidak sah (harus dibatalkan). Oleh karena itu cara yang paling afdhal dalam memanfaakan hasil sembelihan hewan kurban yaitu dengan cara menyedekahkan semuanya baik daging, kulit maupun jilalnya kepada fakir miskin. 113 b. Hadis 1. Hadis riwayat Ahmad:
َﺣ َ ﺪَ ﺛﱠﲎ ِ أَﰉ ِ ﺛـَﻨَﺎ ﳏَُﻤﱠﺪُ ﺑ ْ ﻦِ ﺑ َ ﻜَﺮٍ ﻗَﺎلَ اَﻧَﺎ اﺑ ْﻦ ُ ﺣ َ ﺮِﻳ ْﺞ ُ ﻗَﺎل
َﳏَُﻤﱠﺪُﻰﺑ ْ ﻦِ ﺑ َ ﻜَﺮٍ ﻗَﺎل َ ﱠ أَﺑ َ ﺎ ﺳ َ ﻌِ ﻴ ْ ﺪٍ اﳋُْﺪْ رِى و َ ﻋَﻦ ْ ﺳ ُ ﻠَﻴ ْ ﻤاﺑ َْﻦِﺎنَﻣ ُ ﻮ ْ ﺳ ِاﷲِ ُ ﻮ ْ اﻟﺰﱠﺑِﲑ ْ ِ ﻫَ ﺬِ ﻩ ﻠﱢﻎْ اَﺑـ ِﻋَ ـﺒ َْ ﺪ ُ ﺎﺑِﺮِ ﺑ ْﱂَْﻦِ ﻳـ َ ْﺞ ُﻋَﻦ ْ ﺟ َ و ِ ْ اﻟﺰﱠﺑِﲑ اَﰉ ُِ ﺣ َ ﺮِﻳ اَﻧَﺎْ اﺑ ْﻦ ﻋَﻦ
ﺪِْ ﺪ ﺎَﺧﻌَْﺒـﺔََﻓَﺮ َ ﻩ ُ ﺛﺮﻳﺪ ﻣِﻦ ْ ﻗَﻳ ـَﺘَ ﺎدَ ةَ اَﺗَﻰ اَﻫ ْ ﻠَﻪ َ ﻓـَﻮ َ ﺟ َ ﺪَ ﻗِﺼ َاﻟﻘِﺼﱠﺔ ُﻠﱠﻬ َ ﺎ اَنﱠ اَﺑ َ ﺎ ﻗ
ُ ﺎنَِﺎَﻓَنﺮﱠ َاﻟﻨﻫُﱠﱯ ِ ﱠ ﺻ َ ﻠﱠﻰ اﷲ ﺎَﺧ ْ ﺒـ َ ﻰ ﻓَﺎَﰉ َ اَنْ ﻳاَْﻻَﺄﺿْْﻛُ ﻠَﻪُ ﻓَﺎﺗَﻰ ﻗـَﺘَ ﺎدَ ةَ ﺑ ْ ﻦِ اﻟﻨـﱡﻌ ْ ﻤ
َ ﺞﱟَ ﺮ ْ ﺗُﻜُﻢ ْ أَنْ ﻻَ ﺗَ ﺎْﻛُ ﻠُﻮ ْ ا ﳊُُ ﻮ ْ م ِﱏﱢَ ﻛُﰱ ِﻨْﺖ ُﺣ َ أَﻣ َﻴ ْ ﻪِ و َ ﺳﻓ َـَﻘَﻠﱠﻢﺎلََ اﻗَﺎم ﺗَﺒَِﻴـ ْﻻَﻌ ُ ﻮ ْ ا ِﱏﱢ أُﺣِ ﻠﱡﻪُ ﻟَﻜُﻢ ْ ﻓَﻜُ ﻠُﻮ ْ اﺷِﻣ َﺌْﺎﺘُﻢ ْو ﺛَﻼَﺛَﺔِ ا اَﻳﱠ َ قَُﻢ ْ و ﺎﺣِﻴﻰَﺴﻓ َـَﻮﻌْ َ ﻜ ِﺎمٍ ﻟ َاْﻻَﺿ
ْﻫَ اﺎ ِن َ ﻫَوﻴـﺎَْ ﻌﻻَُ ﻮ ْ و ِﺘَﻤ ْ اﺘـَ ﻌ ُ ﻮ ْ ا ﲜ ِ ُ ﻠُﻮ ْ دِﺗَﺒ َﻛُ ﻠُﻮ ْ ﺎﺣِ وﻰ َ واﺳ اْﻻَﺿَـُﻮ ْ ا ﺗَﺼ َ ﺪﱠ ﻗ َ ىِ َ و م َ اﳍَْﺪْ و 114
. ُ أَﲪ َْﺪ.ُ ﺌْﺘُﻢ ْاﻩ َ ﳊُُ ﯩﻮ ْ ﳏ ِ َ ﺎ ﺷَ ﻴ ْ ﺄًﻓَﻜُ ﻠُﺷﻮاِأَرﱏﱠَ و ْ ﺘُﻢ ْ ﻣِ ﻦأَْﻃْﻌ َﻤ
Artinya: Telah menceritakan Abdullah diriwayatkan mengatakan bahwa dia diberitahu bahwa AbuSa'id Al-Khudri dan Sulaiman bin Musa, Juraij Muhammad bin Bakr berkataAku adalah anak dari Abi Harij Zubair dari Jabir bin Abdullah dan Abu Zubair tidak diberitahu tentang seluruh cerita 113 114
Fikr, h. 15
Imam Syāfi‘ī Abdullah Muhammad bin Idris, Mukhtashar Kitab al Umm Fiil, h. 740. Al-Imam Ahmad bin Hanbal ,Musnad Ima>m Ah{mad Ibnu H{ambal, Lebanon : Dar Al-
56
ini bahwa Abu Qatada datang dan menemukan mangkuk keluarga buburnya dari Keded Adha dia menolak untuk makan kemudian Qatadah bin Nu’man datang memberitahukan kepadanya bahwasanya Nabi SAW. Pernah berdiri saat berhaji bersabda : “ sesungguhnya aku memang telah memerintahkan kepada kalian untuk tidak memakan daging kurban lebih dari tiga hari lamanya untuk memberikan kelonggaran kepada kalian. Tetapi aku halalkan ia kepada kalian. Maka makanlah dari padanya sesuka kalian. Dan janganlah kalian jual daging hadiyah (binatang yang disembelih buat membayar denda karena pelanggaran haji atau umrah ) dan daging kurban. Makanlah, sedekahkanlah dan nikmati kulitnya, namun jangan kalian jual, sekalipun sebagian dan dagingnya itu kalian bagikan . makanlah sesuka kalian.”( HR. Imam Ahmad ).115
Dari hadis diatas menunjukkan, kulit tidak boleh dijual, dan kalimat “janganlahlah kamu menjual daging kurban” ini mengandung petunjuk bahwa larangan menjual daging dan kulit kurban, dan secara lahiriah larangan tersebut bersifat haram. Sedangkan syaria’at sudah menjelaskan cara-cara memanfaatkan daging kurban, yaitu dimakan, disedekahkan, disimpan, dan dibuat sebagai bekal. 2. Hadis riwayat Al-baihaqi :
ُ أﺧَﺒـﺮَْْﺎﻧَ ﳏَُﻤﱠﺪُﺑﻦْ ُ ﺒﻋَْﺪُ اﷲِاﳊْ َﺎﻓِ ﻆُ ﺛـَﻨَ ﺎﺑـﻮأَُ ْ ﳏَُﻤﱠﺪُ ﺒﻋَْﺪُ اﷲِ ﺑﻦْ ُ ﳏَُﻤﱠﺪُﺑ ْﻦ اﻟﺰّ ُْ ﻗَﺎنِ ﺎﺛـَﻨَزَﻳِﺪُﺑ ْﻦ ُاﳊْ َ ﺒﱠﺎبٍ ﺛـَﻨَ ﺎ ﳛَْ َ ﺑﻦْ ُﺟ َﻌ ْﻔَ ﺑﺮِ ْﻦ ُ ﺑـﺮ إِﺳ ْﺤ َﺎقُ ﻌاﻟَْﺪْل ﺒـﺑَِﻐْﺪَادِ ﺎﺛـَﻨَ ﲕ َ ِﺿ ﺒﻋَْﺪُاﷲِﺑﻦْ ُ ﻴﻋََﺎشِﺑ ْﻦ ُ ﻋَﺒﱠﺎسٍﻋَﻦ ْ ﺒﻋَْﺪُاﻟﺮﱠﲪْ ﻦِاﻷ ْ َﻋﺮج ﻋَﻦ ْﰊ ِ أَْ ﺮﻫُﻳَﺮـ َْ رةَ َﻰ
115
Al-Imam Muhammad Asy Syaukani, Terjemah Nailul Authar Jilid V, h. 426.
57
َﺎلَ َﺳﻮُ ْ لُاﷲِﺻ َ ﻠﱠﻰ اﷲِ ﻋَﻴﻠَْﻪِو َﺳ َﻢﻠﱠَ ﻣ َﻦ ْ ﺑ َﺎعَﺟ ِ ﻠْﺪ ﻗَ ر. َاﷲ ُ ﺗﻌـََﺎﱃ ﻋَﻨْﻪُ ﻗَﺎل ُﻪ َﺤَِﺔَ ﻟ ﺤَِﺘِﻪِ ﻓَﻼَ أُﺿْ ﻴ أُﺿْ ﻴ
116
Artinya: Mengkhabarkan Muhammad bin ‘Abdullah Al-hafidz kepada kami Abu Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Ishaq Al-adli bagdad kepada kami Yahya bin Ja’far bin Zaburqhan kepada kami Zaid bin Habbab bin ‘ayasy bin Abbas dari Abdul Al-rahman Al-a’roj dari Abu Hurairah r.a. berkata : Rasullullah SAW. Bersabda: barang siapa menjual kulit kurban maka tidak ada kurban baginya.
Dari hadis diatas dapat dipahami bahwa apabila orang yang berkurban menjual kulitnya maka kurban tersebut akan sia-sia dan kurban tersebut dianggap tidak sah. Dalam hal ini, ketidak bolehan menjual kulit kurban juga dikarenakan kurban itu telah keluar dari kepemilikan pengkurban sebagai taqarrub kepada Allah, maka tidak boleh ada yang kembali kepadanya kecuali apa yang dibolehkan sebagai rukhsah yaitu dimakan. 3. Hadis riwayat Ibnu Majah :
. ٍ ﺪُﺒـُُ ﺮﺑ َْ ﻜﺳ َْﺮٍﺎﱏ ِ ﱡ اﺑ أَﻧْﻦـْﺒ َُ ﺄَﻧَﺎﺟ ُ ﺮ َ ﻳ ْﺞ ْﻦ ْﳏَُﻤﱠﻟ ﺑ ا.ﳏَُﻤﱠﺪُ ﻣ ُ ﻌ َ ﻤﱠﺮٍﺛﻨﺎ ُ َﻨَﺎْﻦ ﺣ َ ﺪﱠ ﺛـ ﺑ ﻋَ ﺒﻦِْ ﺑﺪَْﻦ َ أَﰉ ِ ْ ﻟَﻴ ْ ﻠﻰ ْاﻟﺮﱠﲪ : ﺪًأَانﱠ أَﺧ ْ ﺒـ َ ﺮ َ ﻩأَ ُنﱠ: ِﺎﻫ ٍﺧ ْاﳊْﺒـ ََﺴﺮ َ أَﻦﱏ ُِ ْﺑ ْﻦ ُ ﻣ ُ ﺴ ْﳎَُﻠِﻢ
116
Ahmad bin Al-husain bin Ali bin Musa Abu bakr Al-baihaqi. Sunan Albaihaqi Al-kubra Juz IX, Mekah : Maktabah Darul Baz, 1994, h. 294
58
َ ﻋَ َﻠَﻴﻠﱠْ ﻪِ و َ ﺳ َ ﻠﱠﻢ لَاﷲ ُاﷲِﺻ نﱠ ر َﻮﻰ ُﺳ:َِ ْ ﻃَﺎﻟِﺐٍ اَﺧ ْ ﺒـ َ ﺮ َ ﻩ ُ أ:اَﰉ ُ ﻋَ ﻠِﻰﱠﺧ ْ ﺑﺒـ َْﻦﺮَأََ ﻩ 117
. ِ ْ َ ﺟ ِ ﻼَﳍ َ ﺎ ﻟِ ﻠْﻤ َ ﺴ َ ﺎﻛِﲔ,ﻠﱠﻬﺎ َوﺎ ُﻧَﻪُﻫَﻛ َُﺪْ ْ د ﻘْﺴِوﻢَ َﺟ ﺑُ ﻠُﻮ َ ﻩ ُﳊُُأﻮَنْْ ﻳـﻣ َ ﻬ َ أَﺎ
Artinya:“Mewartakan kepada kami Muhammad bin Mua’ammar, mewartakan kepada kami Muhammad bin Bakr Al-Bursaniy, memberitakan kepada kami ibnu Juraij, mengkhabarkan kepadaku Al-Hasan bin Muslim, bahwasanya Mujahid mengkhabarkannya, bahwa Abdur-rahman bin Abu laila mengkhabarkannya, bahwa ‘Aliy bin Abu thalib mengkhabarkannya, bahwasannya Rasullullah SAW. Memerintahkannya untuk membagi hewan kurban smuanya , baik dagingnya, kulitnya, dan pakaiannya untuk orangorang miskin”.118
Ketiga hadis diatas yang dijadikan dalil oleh mażhab Syāfi‘ī sudah sangat jelas bahwa ketegasan larangan jual beli kulit kurban bersifat umum dan dikhususkan kepada orang yang berkurban baik kurban nadzar maupun kurban sunnah, dengan demikian pendapat mażhab Syāfi‘ī dan pengikutnya melarang jual beli kulit hewan kurban baik dijual dengan uang maupun ditukar dengan barang lainnya. Untuk memanfaatkan kulit kurban bukan dengan cara menjual melainkan dengan cara dibagikan atau disedekahkan kefakir miskin dan juga tidak boleh memberikan upah kepada penyembelih dari hasil sembelihanya.119
117
Abu Abdullah Muhammad bin yazid Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah II, Lebanon : Dar AlFikr, h. 247 118 Abu Abdullah Muhammad bin Yazid Ibnu Majah, Terjemah Sunan Ibnu Majah II, diterjemahkan oleh: Kamaluddin Sa’diyatul Haramain, Jakarta: CV. Pustaka Azam’, 2007h 324. 119
Abu Abdullah Muhammad bin yazid Ibnu Majah, Terjemahan Sunan Ibnu Majah jilid III, diterjemahkan oleh Abdullah Shonhaji, Semarang: CV. Asy Syifa’, 1993, h. 878
59
B. Faktor-faktor yang Membolehkan dan yang Melarang jual Beli Kulit Hewan Kurban Menurut Mażhab Hanafi dan Mażhab Syāfi‘ī 1. Faktor yang Membolehkan Jual Beli Kulit Hewan Kurban Pendapat yang membolehkan jual beli kulit kurban adalah mażhab Hanafi, faktor yang menyebabkan membolehkannya jual beli kulit kurban menurut mażhab Hanafi adalah: (intifa’) yaitu pemanfaatan kulit kurban, sebab alasan pertukaran kulit kurban dengan barang dagangan itu termasuk dalam bab pengambilan manfaat yang telah disepakati oleh fuqaha kebolehan memanfaatkannya. berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Nasa’i: Dari hadis Aisyah r.a. bahwa orang-orang Arab Badui pernah datang berombongan minta daging kurban pada saat ‘Idul Adha. Rasulullah SAW lalu bersabda, ”Simpanlah sepertiga dan sedekahkanlah sisanya. ” Setelah itu ada yang berkata kepada Rasulullah SAW, ” Wahai Rasululah sesungguhnya orangorang bisa memanfaatkan kurban-kurban mereka, kemudian mereka membuat lemak darinya, dan membuat wadah-wadah penampung air darinya.” Rasulullah menjawab, ” Apa masalahnya?” Mereka menjawab, ”Wahai Rasulullah, Anda telah melarang menyimpan daging-daging kurban lebih dari tiga hari.” Rasulullah SAW menjawab, ” Sesungguhnya aku melarang hal itu karena adanya orang Baduwi yang datang berombongan
60
minta daging kurban (min ajli ad-daafah). Sekarang makanlah, dan simpanlah”.120 Hadis ini menunjukkan bolehnya memanfaatkan kulit kurban misalnya untuk dijadikan wadah-wadah penampung air dan sebagainya. pandangan Mażhab Hanafi tentang bolehnya jual beli kulit kurban maksudnya disini adalah boleh jual beli kulit kurban ditukar dengan barang lainnya kemudian hasilnya dimanfaatkan kerumah. Dalam kitab Al-mabsuth Mażhab Hanafi mengatakan Bahwa: “ Tidak apa-apa membeli benda-benda rumah dengan kulit hewan kurban, karena
jika
menyamak
dan
menggunakan
didalam
rumah
maka
diperbolehkan, begitu juga jika membeli sesuatu untuk digunakan didalam rumah, karena pengganti itu menempati yang diganti.dan inilah istihsan “. Ungkapan Mażhab Hanafi diatas menjelaskan tentang memanfaat kulit kurban dengan cara menjualnya namun hasilnya harus digunakan didalam rumah, selain itu atas dasar hadis diatas Mażhab Hanafi membolehkan untuk melakukan pertukaran ( mu’awadhah ) kulit kurban berdasarkan ditukar dengan barang dagangan, bukan dengan uang (dinar dan dirham) karena seperti ini masuk kategori pemanfaatan hewan kurban menurut mażhab Hanafi. Jadi tidak memaksudkan jual beli di sini adalah menukar dengan uang. Karena menukar dengan uang secara jelas merupakan penjualan yang nyata. 120
Ibid.,h. 428.
61
Dalam pemanfaatan kulit kurban menurut mażhab Hanafi disini adalah dengan cara menjual kulit kurban dan hasilnya dimanfaatkan untuk kepentingan sosial yaitu dimasukkan ke kas masjid untuk pembangunan masjid dan untuk menyantuni anak yatim. hal ini yang menunjukkan bahwa bolehnya menjual kulit kurban dengan alasan memanfaatkan. 121jika dipahami dari dalil yang dijadikan hujjah oleh Mażhab Hanafi maka sudah jelas faktor yang menyebabkan bolehnya jual beli kulit hewan kurban.
2.
Faktor yang Melarang Jual Beli Kulit Hewan Kurban Pendapat yang melarang jual beli kulit kurban adalah Mażhab
Syāfi‘ī faktor-faktor yang melarang jual beli kulit kurban menurut Mażhab Syāfi‘ī adalah berdasarkan hadis Nabi yang menegaskan larangan jual beli kulit kurban yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan AlBaihaqi. Hadis tersebut bersifat umum, keumuman hadis tersebut, karena Rasulullah memberikan ketegasan larangan menjual kulit kurban dalam dua hadis itu. Kurban merupakan salah satu ibadah yang dagingnya boleh dimakan, didistribusikan, dan disimpan. Hal itu berlaku bagi seluruh anggota hewan yang dikurbankan, seperti kulit dan dagingnya, di dalam kitab AlUmm mazhab Syafi’I berkata “ aku tidak suka menjual daging kurban. Menukar daging kurban dengan barang lain, termasuk dalam kategori
121
198.
Syaikh al-‘Allamah Muhammad bin ‘Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqh Empat Mażhab, h.
62
menjual. Kemudian Mazhab Syafi’i melanjutkan, “ jika ada seseorang berkata, ‘mengapa kamu tidak suka menjual daging kurban, sedangkan kamu tidak keberatan memakan atau menyimpannya?’ akan aku katakana kepadanya, ketika berkurban menjadi salah satu ibadah, maka ketetapan Allah SWT. Dalam kambing atau sejenisnya yang dikurbankan tetaplah menjadi ibadah. Allah berfirman QS. Al-hajj [22] : 28
Artinya: “Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir”.122
Rasullullah SAW. membolehkan umatnya untuk memakan dan mendistribusikan daging kurban. Maka apa yang diperbolehkan Allah SWT, dan Rasul-Nya itulah yang boleh kita lakukan. Pada mulanya daging kurban tidak boleh didistribusikan kembali kepada pemiliknya
kecuali kepada
orang yang diperbolehkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad menunjukkan larangan jual beli kulit kurban. 123 “ Makanlah, sedekahkanlah dan nikmati
122 123
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya.h.517 Al-Imam Muhammad Asy Syaukani, Terjemah Nailul Authar Jilid V, h. 428.
63
kulitnya, namun jangan kalian jual, sekalipun sebagian dan dagingnya itu kalian bagikan. makanlah sesuka kalian.”( HR. Imam Ahmad ).124jika dipahami dan diamati dari hadis ini adalah bahwa anjuran Rasullullah SAW, yaitu memakan dan menyedekahkan daging dan kulit kurban kepada fakir miskin, selain itu larangan Rasullullah SAW, menjual kulit kurban. Dan yang paling tepat memanfaatkan hasil sembelihan kurban baik daging, kulit dan jilalnya harus di sedekahkan semua ke fakir miskin. Karena: fungsi utama dari binatang kurban itu adalah untuk diambil manfaatnya, oleh sebab itu tidak boleh dijual kurban itu, kulitnya juga tidak boleh dijual, dan tidak boleh dijadikan ongkos untuk si penyembelih, sekalipun pada kurban sunnat atau wajib, tetapi disedekahkan oleh yang berkurban. Selain dari hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad, ada hadis lagi yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi yaitu : “ barang siapa yang menjual kulit kurban maka tidak ada kurban baginya”. Hadis ini sudah sangat jelas jika dapat dipahami bahwa apabila orang yang berkurban menjual kulitnya maka kurban tersebut akan sia-sia dan kurban tersebut dianggap tidak sah. Dalam hal ini, ketidak bolehan menjual kulit kurban juga dikarenakan kurban itu telah keluar dari kepemilikan pengkurban sebagai taqarrub kepada Allah, maka tidak boleh ada yang kembali kepadanya kecuali apa yang dibolehkan sebagai rukhsah yaitu dimakan.
124
Al-Imam Muhammad Asy Syaukani, Terjemah Nailul Authar Jilid V, h. 426.
64
Menurut para Ulama bahwa orang yang berkurban hendaknya memanfaatkan kulit kurban dengan sebaik-baiknya, baik dengan cara menyedekahkannya
dan menghibahkannya dan tidak boleh menjualnya,
dengan demikian kulit hewan kurban dapat dihibahkan atau disedekahkan kepada orang fakir dan miskin yang sangat menantikan daging dan kulit kurban karena telah jarang memakan daging kurban. Jika kemudian orang fakir dan miskin itu menjualnya, hukumnya boleh. Sebab menurut larangan menjual kulit hewan kurban tertuju kepada orang yang berkurban saja, tidak mencakup orang fakir atau miskin yang diberi sedekah kulit hewan oleh orang yang berkurban. Dapat juga kulit hewan itu dimanfaatkan untuk kemaslahatan bersama, misalnya dibuat alas duduk dan sajadah di masjid, kaligrafi Islami, dan sebagainya. Dengan demikian faktor yang yang melarang jual beli kulit kurban berdasarkan hadis yang melarang menjual kulit kurban
Haramnya menjual kulit kurban dalam hadis di tersebut bersifat umum, artinya mencakup segala bentuk jual beli kulit kurban. Baik menukar kulit dengan uang, maupun menukar kulit dengan selain uang (misalnya dengan daging). Semuanya termasuk jual beli, sebab jual beli adalah menukarkan harta dengan harta (mubadalatu maalin bi maalin), selain itu cara memanfaatkan kulit kurban dengan cara yang paling tepat dengan menyedekahkan kulit kurban kepada fakir miskin.