Oleh: Farid Nu’man Hasan Pada malam kamis, kami mendapatkan SMS dari beberapa ikhwah bahwa di TV ONE ada dialog antara Al Ustadz Ja‟far Umar Thalib – saddadallahu khuthahu- dengan redaksi TV ONE, bertemakan Terorisme di Indonesia. Dalam dialog itu, ada pernyataan Al Ustadz Ja‟far Umar Thalib – saddadallahu khuthahu- yang perlu disorot dan terkesan berbau fitnah, khususnya terhadap Syahidul Islam Sayyid Quthb Rahimahullah. Saat itu, Al Ustadz Ja‟far Umar Thalib –hadaanallah wa iyyah- menyebutkan bahwa Sayyid Quthb adalah biang keladi semua bentuk terorisme saat ini, khususnya melalui pengaruh bukunya yang berjudul Ma‟alim Fith Thariq (Petunjuk Jalan), yang memang sudah lama beredar di Indonesia. Pertamakali diterjemahkan –sejauh yang kami ketahui- oleh penerbit Media Dakwah yang dimiliki oleh Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII). Menurutnya, garis perjuangan Sayyid Quthb adalah menghancurkan semua negara-negara yang ada, kemudian mendirikan Negara Islam. Kita tidak mengetahui apa motivasi Al Ustadz Ja‟far berbicara seperti itu, apakah dia hendak mengalihkan perhatian intelijen yang memang belakangan sangat curiga dengan pemahaman wahabi yang vulgar ditampilkan oleh kelompoknya ini, sehingga bebaslah ia, dan berkata: “Kami bukan teroris, mereka itulah yang teroris.” Kesan cuci tangan sangat kuat dalam dialog tersebut. Biarlah Al Ustadz Ja‟far dengan gaya lamanya seperti itu, yang jelas Allah Ta‟ala berfirman:
َٕ اِال ًَ ٌِرًخَُُُٞٞو٣ ِْٕ ْْ اِٜ ِٛ حَٞ ًَزُ ََصْ ًَِِ َٔشً ط َْو َُ ُؽ ِْٖٓ أَ ْك “ Alangkah buruknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta.” (QS. Al Kahfi (18): 5) ***** Sekarang, kita lihat bagaimana pandangan para ulama berorientasi Salafi, khususnya di Saudi Arabia terhadap Sayyid Quthb dan karya-karyanya. Kita dapatkan bahwa mereka bersikap tidak seperti Al Ustadz Ja‟far yang penuh fitnah dan kebohongan. Mereka menilai dengan sangat objektif dan tidak childist sebagaimana kaum ar ruwaibidhah saat ini. 1.
Sayyid Quthb Di Mata Syaikh Abdullah bin Hasan Al Qu’ud Hafizhahullah
Tentang kitab Sayyid Quthb, Ma‟alim fith Thariq (Petunjuk Jalan), berkatalah Syaikh Abdullah bin Hasan Al Qu’ud –anggota Hai‟ah Kibaril Ulama kerajaan Saudi Arabia- dalam kitabnya, Majmu‟ Ar Rasail wa Maqalat, beliau menasihati Syaikh Rabi‟ bin Hadi Al Madkhali yang berkali-kali mencela Syaikh Sayyid Quthb:
ٌحٛ :"ن٣َ حُط٢ "ٓؼخُْ ك: ًظخد٢ُي كْٞ ًٌُي هٜخٍ ٗلٔز٤ حؿظٔخع أه٢ُي كٞحكي هٝ َ٤ ؿ٢ ُ َٗو . ِٕٞٓؼ ًظخد ٖ ُـٔخٍ ًٔخ٤٤ػٞ٤ُّ٘ حََُٝ هللا ريحكغ ٖٓ ح٤ ٓز٢ كٚ هظالً ٗلٔزٚ٘ٔ ػٚخكزٛ ٌٓزلخٕ هللا!! ًظخد أه حصٞ٘ٓ ٍهالٝ ، حٌُِٔٔش٢يس ك٣خص ػيٌٜح حٌُظخد ؿٛ غ٣ُٞهخٓض رظٝ ،ش٤٠ٕ ُِوَٝٛؼَف ًُي حُٔؼخ٣ ُٚٞٓخ ٓٔؼ٘خ كٝ ،وي٣ن ُٔ٘خ٣ْ ٓ٘خٜ٘ٓ َ٤ًؼٝ ، هللا٠ُس اٞىػٝ َِْ ػٛخص أٜ حُـٌٙٛ َٛأٝ ،يس٣ػي :ػخصُٟٞٞٔش حٛهخٝ ،ذ٠ هزَ إٔ طـٚ٤ ُْ طٔؼٖ حُ٘ظَ ك-ِْهللا أػٝ – ٌُ٘ي،ؿذ ٓخ هِضٞٔظ٣ ْ ٓخٜ٘ٓ ٞٛ ٌحٛ ،ٕٔخ٣ حٓظؼالء حإل،ٚيط٤ش حُِْٔٔ ػو٤ٔ٘ ؿ،خس٤ؾ كٜ٘ٓ اال هللاُٚ ال ا،خىٜ حُـ،ي٣َ ك٢َٗ هَآ٤ؿ هللا١ي٣ ٖ٤هلض رٝ ق ري اًح٤ٌ ك،ٖٚ هللا ر٣ حُـِٔش ٓغ ٓخ طي٢ كٚ٤ٗ ٓؼخ٢خ ٓٔخ طِظوَٛ٤ؿٝ ..ن٣َحُط ّي حإلٓال٤ٜ٘ش ر٤ُحٞحص ٓظٞ٘ٓ ٍش هال٣ىٞ حإلًحػش حُٔؼٚلظٛٝ ١ٌُ حٌٚح حُ٘وٛ كخؿيٝ
“Telah berkata kepadaku lebih dari satu orang tentang ucapanmu dalam sebuah perkumpulan baikbaik – saya berharap memang demikian-, ucapanmu bahwa kitab Ma’alim fith Thariq adalah kitab terlaknat. Subhanallah! Kitab yang telah dibayar mahal oleh penulisnya dengan mati di jalan Allah karena menentang penguasa komunis Mesir Jamal Abdun Nashir, sebagaimana diketahui oleh orang-orang pada masa itu. Padahal buku tersebut telah disebarkan oleh banyak pihak dikerajaan Saudi sejak bertahun-tahun lamanya, dan mereka adalah para ahli ilmu dan para da‟i ilallah, dan banyak di antara mereka adalah syaikh dari syaikh-syaikhmu sendiri. Dan tidak satu pun di antara mereka mengatakan seperti yang engkau katakan. Tetapi engkau ini – wallahu a‟lam- tidak mau memahami lebih mendalam apa yang engkau bicarakan sebelum marah, khususnya pada tema-tema kitab itu seperti: Jil Qur‟ani farid (Generasi Qurani Yang Istimewa), Al Jihad, Laa Ilaha Illallah Manhajul Hayah (Laa Ilaaha Illallah sebagai Konsep Hidup), Jinsiyyatul Muslim wa „Aqidatuhu (Identitas seorang Muslim dan Aqidahnya), Isti‟la Al Iman (Ketinggian Iman), Hadza Huwa Thariq (Inilah Jalan Itu) ... dan tema lain, dimana secara global adalah bermakna nilai keberagamaanmu kepada Allah. Bagaimana denganmu nanti jika di hadapan Allah, jika orang ini mendebatmu? Padahal orang ini telah bertahun-tahun lamanya oleh media massa Saudi sebagai syahidul Islam?” (sumber: http://www.islamgold.com/view.php?gid=7&rid=156) 2.
Sayyid Quthb Di Mata Mufti Saudi Arabia, Syaikh Abdul Aziz Alu Asy Syaikh Hafizhahullah Komentar Syaikh Abdul Aziz Alu Asy Syaikh tentang Fi Zhilalil Quran dan Sayyid Quthb:
ي٤ٓ ٖش ػ٣ىٞش حُٔؼ٤ حٌُِٔٔش حُؼَر٢ن ٓلظ٤ُِ٘ آٍ ح٣ِن ػزيحُؼ٤ُ٘ ٓٔخكش حٟٞكظ أكٖٔ هللا:َحُٔخث2005-8-2 ٟٞن حُلظ٣ٍ طخ.. ٕ ظالٍ حُوَآ٢ كًٚظخرٝ هللاٚٔهطذ ٍك كيسٝ كٌَسٝ ٍَ حُظال٤ٔ طل٢ى كٞؿُٞش ح٣ٖ أكي٤ن ٓخُلَم ر٤ٍُ٘ ٓٔخكش حٞو٣ ٌْ٤ُا خُش ؟٠ُى حٞؿُٞح ٖ ؟٤ق ؟ ٓخُلَم ر٤ً ق ؟٤ً : ٢حُٔلظ خُش ؟٠ُى حٞؿُٞكيس حٝ كٌَسٝ ٍَ حُظال٤ٔ طل٢ى كٞؿُٞش ح٣ٖ أكي٤ ٓخُلَم ر: َحُٔخث ٍ هخٌُٚ٘ َ٤ْٔ طل٤ُ ًظخدٞٛ ٕ ظالٍ حُوَآ٢ي هطذ ك٤ٓ َ٤ٔ طل٢ٗحٞخ اه٣ : ٢حُٔلظ ٝ ُٚ ظال٢ٖ ك٤ٌح حُوَإٓ ٗظخّ حألٓش طؼٛ ٖ٤ُِِٔٔٔ ٍٞو٣ ٚٗ ًؤ٢٘ؼ٣ ٕطلض ظالٍ حُوَآ ٚ٤ح كٝ حُوَإٓ ُظـي٠ِرٌْ ػِٞح روِٞأهزٝ ٢خكُٜ حٚ٘٤ح ٖٓ ٓؼِٜٞٗ حٝ ٚح ٖٓ آىحرٞحٓظو َٙ آه٠ٌُْٓ اٞٔٛ ؾ٣َطلٝ ًْخ٣خ٠ كَ هٝ ًٌِْػالؽ ُٔ٘خ ي٤ُٔ حٚ ًظذ ر١ٌُد حٌِٞٓح حألٛ ، ٍد ػخِٞٓخم أ٤ُٔ ح٢د ػخٍ كِٞٓ أُٚ حٌُظخدٝ خ هيكخٜ٤ إٔ كٝخ ًَٗخ أٜ٤ حُؼزخٍحص إٔ كٞ حُ٘خّ رخىة ريء ٖٓ رؼٞظٖ رؼ٣ هيًٚظخر خ٤ُخ ػخ٤خ ٍحه٤رخ أىرِٞٓخ أٛؿيُٞ حُؼزخٍس٢ أػخى حُ٘ظَ كُٞٝ ، .. ٕأٝ ٕ أٝخء أ٤ حألٗز٢ك ]لشٟحٝ َ٤حٌُظخد [ًِٔش ؿٝ ، ٚ هَحءس ًظخر٢د اال ٖٓ طَّٔ كٌِٞٓح حألٛ ْٜل٣ ٌُٖ ال حُـِٔش٢ ٖٓ أهطخء ٌُٖ كِٞو٣ الٝ ٖٓ ٓالكظخصِٞو٣ الَٙ٤ ٖٓ ٓالكظخص ًـِٞو٣ال ش٤ّ ػوخكِٞػٝ ش٤خكذ طَرٛ ٞٛ َحَُؿٝ ، ّش ُإلٓال٤ٔكٝ َس٤ ٓ٘طِن ؿٚإٔ حٌُخطذ ًظز ]لشٟحٝ َ٤َ [حُـِٔشحُٔخروش ؿ٤جخ ًؼ٤ٗ َؼظز٣ َ٤ٌٔح حُظلٛ ٖٓ ٚ٘ٓ َٜٓخكٝ ػخٓش َ٤ [ؿ٠ِؼ٣ خٜ٤ أهطؤ ك٢خء حُظ٤ٗحألٝ يس٤حهق حُـُٞٔحٝ غ حُ٘خكؼش١ حُٔوخٞ رؼٚ٘ٓ ٌئه٤ك ٚػزخٍحطٝ خكذ ػوخكش ػخٓشٛ ٌُٚ٘ َ٤َٔ حُظلْٛ ٖٓ أ٤ُ ٚٗأٝ ِْ هِش حُؼٌٍٙلش] ػٟحٝ
َ أػخى حُ٘ظِٞ ك، ٙوَأ٣ ٖٓ دِٞٓم أٞ كٚرِٞٓ هطؤ ألٕ أٞخ حُزؼٜ٘ٓ ْٜل٣ خٗخ٤أك ٢ش حُظ٤ُذ حُؼخ٤ُد ٖٓ حألٓخِٞٓ أٞٛ اٗٔخٝ ىٞؿُٞٔ حالكظٔخالص حٌٙٛ ـي٣ ُْ َٓحٍح َ٤ [ًِٔش ؿ٢٘زـ٣ حُِْٔٔ الٝ ، ٖ حُ٘خّ كَرٔخ أٓخء حُظْٞ رؼٜ كَٚ٘ ػٛظوخ٣ َؼخ ٓل٤ٔؼِْ إٔ حُزَ٘ ؿ٣ٝ ، ٚؤهٌ حُلن ٖٓٔ ؿخء ر٤ِ ك، ذ٣ى حُٔؼخٞؿٝ ٠ِلش] ػٟحٝ هللا٠ِٛ ٍ ٓلٔيٞ ُوٝ ٔش ٌُظخد هللاٜحُؼٝ] لشٟحٝ َ٤ [ًِٔش ؿ، حُوطؤٝ َ٤ٜحُظو ٢ٔخ ٖٓ اٗٔخٕ ػخٕ ك٤ٓ الٚ٤حُٔ٘ش كخُوطؤ ٓلظَٔ كٝ حٌُظخدٟٞٓ ٓخ، ِْٓٝ ٚ٤ِػ ٌحٛ ٢ؿي كٝ ٓخٚ٘ٓ ٌُٖ ًلخٗخ، َٙ آه٠ُاٝ ٖ٤٘ٓ ٓخكَ ُِـَدٝ خُٜخ ٓخُٜ ٓـظٔؼخص َح٤خ هٜ٤ كٟخ حإلٗٔخٕ َٓحٍح َُأٛ هَأُٞ ٢حٌُِٔخص حُ٘خكؼش حُظٝ غ١ حُٔوخٞحُٔلَ ٖٓ رؼ ّحُيٍّ حُٔخى-ي٤كٞ ًظخد حُظ- ش٣َ٤س حُوٞهغ حُيػٞٓ ٖٓ َس ًخِٓشٟ حُٔلخ.َ٤ًؼ “Wahai saudara-saudaraku, tafsir Sayyid Quthb – Fi Zhilal al-Quran- ialah sebuah kitab, ia bukannya tafsir (yang sebenarnya). Sayyid Quthb menamakannya sebagai ( ٕ“ )طلض ظالٍ حُوَآdibawah lembayung Al Quran” yakni seolah-olah dikatakan kepada semua muslimin, Al-Quran ini ialah peraturan untuk ummah yang mana mereka hidup di bawah naungannya. Mereka meminum dari sasteranya sesuatu yang jernih bersih dan mereka mengambil Al-Quran dengan hati mereka, pasti mereka mendapati padanya ada penyembuh kepada masaalah-masalah, penyelesaian kepada tuntutan-tuntutan, dan pemusnah keluh kesah mereka hinggalah ke akhirnya. Kitab (Fi Zhiilal al-Quran) itu memiliki uslub (metode bahasa) yang tinggi. Uslub yang ditulis oleh Sayyid Quthb menyebabkan sebahagian orang menyangka pada permulaan kalimat-kalimatnya adanya kesyirikan, adanya celaan kepada para anbiya‟ dan sebagainya… Kalaulah diulangi meneliti kalimatkalimatnya pasti akan didapati uslubnya adalah uslub sastra yang tinggi. Akan tetapi uslub ini tidak difahami melainkan bagi orang-orang yang mendalami membaca kitabnya. Kitab (Fi Zhilal Al-Quran itu) – [Rakaman tidak jelas] - tidak sunyi dari perkara-perkara yang memerlukan kajian dan pelurusan, sama seperti kitab-kitab yang lain yang juga tidak sunyi dari perkara-perkara yang memerlukan kajian dan pembetulan demikian juga kesalahan. Akan tetapi secara keseluruhannya bahawasanya penulis (Sayyid Quthb) telah menulisnya (Fi Zhilal al-Quran) dalam keadaan rasa ghirah (cemburu) dan cinta terhadap agama Islam. Disamping itu Penulis (Sayyid Quthb) itu, dia seorang pendidik dan peradaban umum. Maka apa yang terhasil darinya dalam tafsir ini (Fi Zhilal Al-Quran) perumpamaan-perumpamaan yang banyak – [Rakaman tidak jelas]. Maka diambil darinya (Sayyid Quthb dan kitabnya) potongan-potongan yang bermanfaat dan titik-titik yang baik, adapun kesalahan dan kekeliruan yang ada padanya – [Rekaman tidak jelas]- dimaafkan disebabkan kekurangan ilmu, memandangkan beliau bukanlah seorang ahli tafsir, sebaliknya beliau adalah seorang ahli dalam peradaban umum, maka perumpamaan-perumpamaan yang dibuatnya kadang-kala difahami daripadanya sebahagian manusia sebagai satu kesalahan, karena uslub (metode) perumpamaannya tinggi daripada uslub orang yang membacanya. Seandainya diulang-ulang perhatian terhadapnya, tidak didapati padanya (Fi Zhilal Al Quran) sangkaan-sangkaan (buruk) yang ada, sebaliknya itu adalah uslub dari uslub-uslub yang tinggi yang dapat mengurangkan (menyukarkan) pemahaman sebagian manusia terhadapnya, barangkali juga (salah faham itu terjadi) disebabkan buruk sangka. Maka seorang muslim tidak sepatutnya – {Rekaman tidak jelas]- atas adanya berbagai aib. Maka ambillah kebenaran dari siapa saja yang mendatangkannya. Sepatutnya seseorang mengetahui bahwasanya setiap manusia (Basyar) semua mereka adanya kekurangan dan kesalahan – [Rekaman tidak jelas]- Adapun kemaksuman itu (al „Ishmah) hanyalah untuk kitab Allah dan perkataan Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, Apa pun selain kitab Allah dan As Sunnah, maka kesalahan pasti terjadi padanya, terutama kesalahan manusia yang telah hidup dalam masyarakat, melihat apa yang telah terjadi, dan telah bermusafir ke Barat beberapa tahun. Cukuplah kepada kita darinya (Sayyid Quthb) apa yang telah dia dapatkan dalam perjalanannya, sebahagian darinya penggalan kalimat yang bermanfaat (ada di dalam kitab Fi Zhilal) kalau seseorang manusia membacanya berulang kali, pasti dia
akan melihat di dalamnya (Fi Zhilal Al Quran) http://www.islamgold.com/view.php?gid=7&rid=155)
kebaikan
yang
banyak.”
(sumber:
Komentar ini ternyata tidak diterima oleh sebagian orang yang memang sangat benci terhadap Sayyid Quthb. Maka, Syaikh Abdul Aziz Alu Asy Syaikh akhirnya ditanya lagi:
٠ُس اٞ حُيػَٙ ٓؼ٘خٛٝ ي هطذ٤ٓ َ٤َٔ ػٖ طل٤ِ ًالٌْٓ هزَ ه٠ِؼوذ ػ٣ ٌحٛ ٌْ٤ُ أكٖٔ هللا ا: َحُٔخث ِذ حُؼِْ ؟١ ٢ٖ ك٤ ٖٓ هزَ حُٔزظيثٚهَحءط خُذ حُؼِْ اًح هَأ١ ، ]قٟحٝ َ٤ِ [ؿ٤ٔ٤ حُطخُذ ر، ي٤ٔظل٣ ٚخُذ حُؼِْ إ هَأ ر١ ٍٞهللا أٗخ أهٝ : ٢حُٔلظ ٖٓ ِْٔ٣ٍ ٓخٞق] حألهطخء ٓخأهٟحٝ َ٤ [ؿ، يح٤خ ًظخرخ ؿٜ٤غ كٟحُٞٔ حٞوش رؼ٤غ كوٟحُٞٔ حٞ رؼ٢ك مٞ ٓخٗلَٔ حألُلخظ ك، ِٚٔلظ٣م ٓخٞ كٚإٔ ال ٗلَٔ أُلخظٝ ٍحالػظيحٝ خفٜٗ حإل٢٘زـ٣ ٌُٖ ، حُوطؤ . ٖحُظ ت٤ٔٗالٝ ، ِٚٔٓخطلظ خٜ٘خ أهطخء كظَحؿغ ػٜ٤ ًظذ ًخٕ كُٚٝ ، هللاٚٔيح ٍك٤ٜٗ َ هظٝي أٜ٘ حٓظٕٚٗ أِٞٔخى طؼٜ ؿُٚ َحَُؿٝ ٖٓ َأًؼٝ ٚ ر٠٘حُوَإٓ الٗي إٔ ٖٓ حػظٝ ، حُٔخرنٚـٜ٘ٓ َ حُوَإٓ ػيُض٤ٔ ألٕ حُوَإٓ ٍرٔخ ًظخرش طل، ٍكخ ٠ُا ٍكخ ٖٓ ِٚ٘و٣ ٚهَحءط ْ ٗؼ: َحُٔخث Penanya: “Semoga Allah memberikan kebaikan kepada Anda, komentar Anda terhadap Sayyid Quthb sebelumnya telah dikomentari. Apakah maknanya Anda menyeru kepada penuntut ilmu pemula agar membaca kitab Sayyid Quthb? Mufti menjawab: Demi Allah, aku katakan bahwa jika seorang penuntut ilmu membacanya maka dia akan mendapatkan manfaatnya. Seorang penuntut ilmu dengan kemampuan membedakan (rekaman tidak jelas), penuntut ilmu jika ia membaca sebagian temanya yang hakiki yang terdapat di dalamnya sebagai kitab yang baik, (rekaman tidak jelas) kesalahan seperti yang aku katakan tidaklah ada yang selamat dari kesalahan. Tetapi hendaknya bersikap objektif dan adil, dan tidak menafsirkan perkataan di luar maksudnya. Kita tidaklah menafsirkan kata-kata di luar maksudnya, dan janganlah kita berburuk sangka. Dia adalah seorang laki-laki berjihad yang kalian ketahui dan dia telah mendapatkan kesyahidan atau dibunuh menjadi syahid –rahimahullah. Dia telah menyusun buku-buku yang memiliki kesalahan yang dia telah rujuk darinya (sudah direvisi, pen). Al Quran dan juga barang kali tulisan tafsir Al Quran memiliki manhajnya yang adil, Al Quran –tidak ragu lagi- bagi orang yang benar-benar memperhatikan dan banyak pengkajian, maka dia bisa memiliki perubahan pandangan dari satu keadaan ke keadaan lain. Penanya: Ya. (sumber: http://www.islamgold.com/view.php?gid=7&rid=154) Mufti Kerajaan Saudi Arabia –dengan kedalaman ilmu dan bijaknya- menyebut Sayyid Quthb sebagai Syahid, sementara Al Ustadz Ja‟far menyebutnya sebagai teroris. Subhanallah! 3.
Sayyid Quthb Di Mata Syaikh Hamud ‘Uqla Asy Syu’aibi Rahimahullah
Syaikh Hamud adalah ulama salafi yang sangat perhatian dengan jihad dan nasib mujahidin. Oleh karena itu dia sering disebut sebagai bapaknya Mujahidin. Fatwa beliau tentang Syaikh Sayyid Quthb ini, kami dapatkan beberapa tahun lalu dari Fatawa Asy Syu‟aibi, kami mendownloadnya dari Maktabah Al Misykah. Berikut ini fatwa Beliau yang berisi pembelaan terhadap pihak yang menikam kehormatan Sayyid Quthb Rahimahullah:
ًؼَص حألهٞحٍ ك٤ٓ ٢ي هطذ ٍكٔ ٚهللا ،كٌٜح ًَ ٖٓ ِٚٛ٘٣هطؤًٝ ،حى ٣ـؼِ ٚك ٢ػيحى حُلخؿَ ٖ٣رَ حٌُخكَ ٖ٣كٔخ ٞٛحُلن كًُ ٢ي ؟ حُـٞحد : حُلٔي هلل ٍد حُؼخُٔٝ ٖ٤حُٜالس ٝحُٔالّ ػِ ٖٓ ٠ال ٗز ٢رؼيٝ ٙرؼي كبٕ حُٔلٌَ حألى٣ذ ٓ٤ي هطذ ٍكٔ ٚهللا ُ ٚأػيحء ًؼ٣ ،َٕٝ٤وظـِل ٕٞك٤ً ٢ل٤ش حُ٘وي ٝأٛيحكٝ ٚحُـخ٣خص ٓ٘٣ٝ ،ٚظـلـو ٕٞكٜٓ ٢خُق ٓ٘ظًَشٝ ،هزَ إٔ أً٘ق رطالٕ ٓؼخُذ حُـَحكٝ ٖ٤حُٔطخػٖ حُٔٞؿٜش اُ٤ٓ ٠ي ٍكٔ ٚهللا ،أر ٖ٤أٝال ُٔخًح ٔ٣ظٜيف ٓ٤ي هطذ هخٛش ؟ ٖٓٝحُٔٔظل٤ي ٖٓ آوخ ٚ١؟ إ ٓ٤يح ٍكٔ ٚهللا ٣ؼي ك ٢ػ َٜٙػِٔخ ٖٓ أػالّ أٛلخد ٜٓ٘ؾ ٓوخٍػش حُظخُٖٔ٤ ٝحٌُلَ ر ٖٓٝ ، ْٜأكٌحً حُيػخس اُ ٠طؼز٤ي حُ٘خّ َُرٝ ْٜحُيػٞس اُ ٠طٞك٤ي حُظلخًْ اُ٠ هللا ،كِْ ٣و ٞاال ٓ٠خؿغ أػيحء هللا ً ٍُٚٞٓٝـٔخٍ ػزيحُ٘خٝ َٛأٓؼخُٓٝ .. ٚخ كَف أكي روظًِٔ ٚخ كَف أُٝجيُٝ ،وي ٟخم أُٝجي حألًٗخد رٌٜح حُزطَ ًٍػخ ،كِٔخ ظ٘ٞح أْٜٗ هي هظِ ٙٞاًح ريٓ٣ ٚلٜ٘ٓ ٢٤ـ٘٣ٝ ٚؼَ ًِٔخط ٚكٔخٓخ ،كِحى هز ُٚٞر ٖ٤حُُِٔٔٔٝ ٖ٤حى حٗظ٘خٍ ًظز ،ٚألٗ ٚىَُ رٜيهٝ ٚاهيحٓ ٚػِ ٠هٞس ٜٓ٘ـ ،ٚكٔؼٞح اُ ٠اػخىس حُطؼٖ كٚ٤ ٍؿزش ُٓ٘ ْٜوظَ ٜٓ٘ـ ٚأ٠٣خ ٝأًُٗ ُْٜ ٠ي. كخٓظٜيحف ٓ٤ي هطذ ٍكٔ ٚهللا ُْ ٌٖ٣حٓظٜيحكخ ٓـَىح ُ٘و ،ٜٚك ْ٤ُ ٜٞحُٞك٤ي ٖٓ حُؼِٔخء حٌُٝ ١ؿيص ُ ٚحُؼؼَحص ،كؼ٘ي ٙأهطخء ال ٌَٗ٘ٛخ ٌُٖٝ ،حُطؼٖ كْ٤ُ ٚ٤ إلٓوخ ٞٛ ٚ١رٌحط ٚكوي هيّ اٍُ ٠رٔٗٝ ٚؤٍ هللا ُ ٚحُٜ٘خىس ٌُٖٝ ،حٌُ ١ال ُحٍ ٣وِن أػيحءٝ ٙأطزخػٜ٘ٓ ٞٛ ْٜـ ٚحٌُ٣ ١و٘ ٕٞإٔ ٘٣ظَ٘ ر ٖ٤أر٘خء حُِٔٔٔ. ٖ٤ ٝاٗ ٢اً حٓٔغ حُطؼٖ ك٤ٓ ٢ي هطذ ٍكٔ ٚهللا ال أٓظـَد ًُي ُو ُٚٞهللا طؼخًٌُُٝ { :٠ي ؿؼِ٘خ ٌَُ ٗز ٢ػيٝح } كٌَ ٖٓ ٓؼ ٖٓ ٍٞٗ ٚحُ٘زٞس أ٠٣خ ُ ٚأػيحء ٖٓ أ َٛحُزخ َ١رويٍ ٓخ ٓؼَ٤ٓ ٖٓ ٚحع ٗز٘٤خ ٓلٔي ػِ ٚ٤حُٜالس ٝحُٔالّ ،كٔخ ٤ٓ َ٤٠٣يح ١ؼٖ حُطخػ٘،ٖ٤ رَ ٍ ٞٛكؼش ُ٣ُٝ ٚخىس ك ٢كٔ٘خط ٌُٖٝ ،ٚحٌُ٣ ١ؼ َ٤حالٓظـَحد ٞٛكؼَ أُٝجي حُوّٞ حٌُ٣ ٖ٣يّػ ٕٞحطزخع حُلن ٓٝغ ًُي ٘٣و ٕٜٞحُِٔ٤حٕ ٝال ِٕٞٗ٣رخُؤطخّ حُٔٔظوْ٤ ٝهللا ٣ؤُِ َ٣ٝ { :ٍٞطلل ٖ٤حٌُ ٖ٣اًح حًظخُٞح ػِ ٠حُ٘خّ ٔ٣ظٞكٝ ٕٞاًح ًخُ ْٛٞأٝ ٣ ُْٛٞٗٝؤَ , } ٕٝكؤُٝجي اًح أٍحىٝح ٓيف أكي ػِ ٖٓ ٚ٤حُٔآهٌ ٓخ ٣لٞم ٓ٤يح رؤٟؼخف هخُٞح ًِٔظ ْٜحٍُٜٔ٘ٞس "طـْٔ أهطخإ ٙك ٢رلَ كٔ٘خطٝ "ٚهخُٞح "اًح رِؾ حُٔخء هِظ٣ ُْ ٖ٤لَٔ حُوزغ" ٝؿًُ َ٤يٝ ،اًح أٍحىٝح ًّ آهَ ًٔ٤ي ٍكٔ ٚهللا حٌُ٣ ١ؼي ٓـيىح ك ٢رخد ( إ حُلٌْ اال هلل ) ٌِٓٞح ٓؼ٣َ١ ٚن حُوٞحٍؽ ًٝلَ ٙٝرخُٔؼخ٢ٛ ٝحُِالص .
٤ٓٝي ٍكٔ ٚهللا ال ٗيػ ُٚ ٢حُؼٜٔش ٖٓ حُوطؤ ،رَ ٗو ٍٞإ ُ ٚأهطخء ٌُٛ ْ٤ح ٓـخٍ طلِٜ٤ٜخٌُٜ٘ٝ ،خ ال طوَ رؤ َٛىػٞطٜ٘ٓٝ ٚـًٔ ،ٚخ إٔ ػ٘ي ؿ ٖٓ َٙ٤حألهطخء حُظُْ ٢ طويف ك٘ٓ ٢ـُِظٝ ْٜػِٓ ٠ز َ٤حُٔؼخٍ حرٖ كـَ ٝحُ٘ٝ ١ٝٞحرٖ حُـٝ ١ُٞحرٖ كِّ، كٜئالء ُ ْٜأهطخء ك ٢حُؼو٤يس اال إٔ أهطخء ُْ ْٛطـؼَ أكيح ٖٓ أر٘خء حألٓش ٝال أػالٜٓخ ٔ٣ظـ٘غ ٖٓ حالٓظلخىس ٓ٘ ْٜأ ْٜٔ٠ٜ٣ ٝكو ٌَ٘٣ٝ ْٜك٠خثِ ، ْٜك ْٜأثٔش اال كٔ٤خ أهطجٞح كٌٛٝ ،ٚ٤ح حُلخٍ ٓغ ٓ٤ي ٍكٔ ٚهللا كؤهطخإ ُْ ٙطويف ك ٢أٜ٘ٓ َٛـٝ ٚىػٞطٚ ُظٞك٤ي حُلخًٔ٤ش ٝطؼز٤ي حُ٘خّ َُر.ْٜ ٝحُوخػيس حُظ٣ ٢ـذ إٔ طوٍَ كٓ ٢ؼَ ٌٙٛحُلخالص ٓ ٢ٛخ ٔ٣ظلخى ٖٓ ه ٍٞهللا طؼخُ٠ { ٔ٣ؤُٗٞي ػٖ حُؤَ ٝحُٔ َٔ٤هَ كٜٔ٤خ اػْ ًز٘ٓٝ َ٤خكغ ُِ٘خّ ٝاػٜٔٔخ أًزَ ٖٓ ٗلؼٜٔخ } كٌَ ٖٓ كون ٓخ ٣ـذ طلو٤و ٖٓ ٚأ َٛحُي٘٣ ،ٖ٣ظَ رؼي ًُي كٓ ٢خثَ ٜٓ٘ـٚ كبٕ ًخٕ هطئ ٙأًؼَ ٖٓ ٞٛحر٣ َٙٗٝ ٚـِذ ػِٗ ٠لؼ ٚكبٗ َٜٔ٣ ٚهٝ ُٚٞططً ٟٞظزٚ ٝال طَٝ ، ٟٝػًُِ ٠ي كخُو ٍٞحُل َٜك٤ٓ ٢ي ٍكٔ ٚهللا إٔ أهطخءٓ ٙـٍٔٞس ك ٢ؿخٗذ ك٠خثِٝ ٚىكخػ ٚػٖ ( ال اُ ٚاال هللا ) ،ال ٓٔ٤خ أٗ ٚكون أ ٍٞٛحُٔؼظوي حُٜل٤ق ٝ ،إ ًخٕ ػِ ٚ٤رؼ ٞحُٔآهٌ ٝػزخٍحص أِ١وٜخ ال ٗٞحكو ٚػِٜ٤خ ٍكٔ ٚهللا . ٝهظخٓخ ال ٔ٣ؼ٘ ٢اال إٔ حًًَ أٗ٘ ٢أكٔذ ٓ٤يح ٝهللا كٔ٤ز ِٚٔ٘٣ ٚه ُٚٞػِ ٚ٤حُٜالس ٝحُٔالّ ( ٓ٤ي حُٜ٘يحء كِٔسٍٝ ،ؿَ هخّ ػ٘ي ِٓطخٕ ؿخثَ كؤَٜٓٗٝ ٙخ ٙكوظِ) ٚ ك٘لٔذ إٔ ٓ٤يح ٍكٔ ٚهللا هي كون ًُي حَُ٘ ١ك٤غ هخٍ ًِٔش كن ػ٘ي ِٓطخٕ ؿخثَ كوظِٝ .. ٚأٗوَ ًِٔش ٍُ ٚكٔ ٚهللا هزَ اػيحٓ ٚروِ َ٤ػ٘يٓخ أػـذ أكي حُ٠زخ ١رلَف ٓ٤ي هطذ ٓٝؼخىط ٚػ٘ي ٓٔخػٗ ٚزؤ حُلٌْ ػِ ٚ٤رخإلػيحّ "حُٜ٘خىس" ٝطؼـذ ألٗ٣ ُْ ٚلِٕ ٌ٣ٝظجذ ٜ٘٣ٝخٍ ٣ٝلز ٢كٔؤُ ٚهخثال :أٗض طؼظـوي أٗي ٓظٌ٤ٜٗ ٕٞيح كٔخ ٓؼ٘٤ٜٗ ٠ي ػ٘يى؟ أؿخد ٍكٔ ٚهللا هخثال :حُ٘٤ٜي ٞٛحٌُ٣ ١ويّ ٜٗخىس ٖٓ ٍٝكٝ ٚىٓ ٚإٔ ى ٖ٣هللا أؿِ ٠ػ٘ي ٖٓ ٙك٤خطٌُُٝ ،ٚي ٣زٌٍ ٍٝكٝ ٚك٤خط ٚكيحء ُي ٖ٣هللا . ٍ ُٚٝكٔ ٚهللا ٖٓ حُٔٞحهق ٝحألهٞحٍ حُظ ٢ال ٘٣ي ػخٍف رخُلن أٜٗخ ٛخىٍس ػٖ هِذ هي ِٓ٢ء رلذ هللا ٝكذ ٍٓ ٠ِٛ ُٚٞهللا ػِٝ ،ِْٓٝ ٚ٤كذ حُظ٠ل٤ش ُئٗ ،ٚ٘٣ؤٍ هللا ٝا٣خ.ٙ ػ٘خ ٣ٝؼلٞ َ٣كٔ٘خ إٔ ٠ِٛٝهللا ػِٗ ٠ز٘٤خ ٓلٔي ٝػِ ٠آُٛٝ ٚلز ٚأؿٔؼٖ٤ هخُ / ٚكٔٞى رٖ ػوالء حُ٘ؼ٤ز٢ ٛ1421/5/16ـ Banyak komentar tentang Sayyid Quthb Rahimahullah, di antara mereka ada yang mensucikannya dari segala kesalahan, dan ada pula yang mejadikannya sebagai orang fajir bahkan ?menganggapnya kafir. Mana yang benar di antara ini
Jawab: Alhamdulillahi rabbil „alamin ash shalatu was salam „ala man laa nabiya ba‟dahu, amma ba‟du: Sesungguhnya pemikir ulung, Sayyid Quthb Rahimahullah, memiliki banyak musuh. Mereka berbeda dalam cara, target, dan tujuan mengkritiknya. Tetapi mereka sama dalam kepentingannya. Maka, sebelum saya bongkar kebatilan celaan kaum pencela dan penyerang Sayyid Quthb Rahimahullah ini, pertama saya akan jelaskan dulu kenapa mereka menjadikan Sayyid Quthb sebagai target khusus serangan mereka? Dan siapa yang diuntungkan dari hal ini? Pada masanya, Sayyid Quthb menjadi salah seorang yang mengetahui manhaj yang mampu menggoncangkan kaum zhalim dan kekufuran yang ada pada diri mereka. Ia termasuk manusia yang paling bersemangat menyeru manusia agar menyembah Rabbnya dan mengajak untuk mentauhidkan hukum kepada hukum Allah Ta‟ala. Tidak ada yang menentangnya kecuali sekumpulan musuh-musuh Allah dan RasulNya seperti Jamal Abdun Nashir….Dan tidak ada manusia yang bahagia dengan terbunuhnya Sayyid Quthb sebagaimana kebahagiaan mereka. Ekor mereka menjadi pendek dengan kebatilan ini menjadi sehasta, maka ketika mereka menyangka bahwa mereka telah membunuhnya, padahal dengan darahnya dia (sayyid) menghidupkan manhajnya dan dia menyalakan ucapan-ucapannya dengan menggelora, dan bertambahlah penerimaan kaum muslimin terhadapnya dan bertambah luas pula penyebaran kitab-kitabnya. Karena hal ini menunjukkan kebenaran dirinya dan pendiriannya yang kuat terhadap manhajnya. Mereka melakukan upaya lagi untuk menyerangnya, sebagian mereka berharap agar manhajnya juga mati, dan saya pun di mata mereka juga demikian. Sayyid Quthb Rahimahullah bukan satu-satunya target dalam hal ini, dan dia bukanlah seorang di antara ulama yang saya temukan memiliki berbagai ketergelinciran. Dia memiliki kesalahan, kita tidak mengingkarinya. Tetapi, serangan yang menimpanya, hendaknya bukan untuk menjatuhkan dirinya. Dia telah berpulang menghadap Rabbnya, kita minta kepadaNya agar dia diberikan kesyahidan. Tetapi, musuhmusuhnya dan orang yang mengikuti mereka, senantiasa gelisah dengan tersebarnya manhajnya diantara para abna‟ul muslimin (pemuda Islam). Sesungguhnya saya tidak merasa heran jika mendengar adanya orang yang mencela Sayyid Quthb, karena Allah Ta‟ala berfirman: (Dan demikianlah Kami jadikan bagi setiap nabi adanya musuh). Maka, setiap orang yang bersamanya ada cahaya kenabian, dia akan memiliki musuh-musuh dari kalangan pelaku kebatilan, sesuai kadar pewarisan yang diterimanya dari Nabi kita Shallallahu „Alaihi wa Sallam. Celaan itu tidaklah merugikan Sayyid Quthb, justru kedudukannya meninggi dan bertambah kebaikannya. Namun orang yang terpengaruh oleh keanehan orang yang mengklaim dirinya mengikuti kebenaran, tapi saat yang bersamaan mereka telah berbuat curang dalam timbangan dan menimbang dengan timbangan yang tidak adil. (kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orangorang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi). Jika mereka hendak memuji orang yang kelemahan-kelemahannya lebih parah dari Sayyid Quthb, akan mengucapkan perkataan yang terkenal: “Kesalahan-kesalahannya tenggelam oleh lautan kebaikan yang dibuatnya.” Dan perkataan:” Jika air sudah dua kullah maka najis tidaklah berpengaruh.” Tetapi jika mereka hendak mencela yang lain –seperti Sayyid Quthb Rahimahullah- yang mencoba menyegarkan kembali makna tema (Innil Hukmu Illa Lillah/Hukum itu hanyalah milik Allah), mereka yang berjalan bersamanya disebut khawarij, mereka mengkafirkannya karena maksiat dan ketergelincirannya. Sayyid Rahimahullah tidak pernah mengklaim dirinya ma‟shum dari kesalahan, bahkan kami katakan bahwa Beliau punya kesalahan dan bukan di sini tempatnya untuk membahasanya. Tetapi kesalahannya itu tidaklah menodai dasar-dasar da‟wah dan manhajnya. Sebagaimana yang lainnya pun memiliki kesalahan yang tidak menodai kedudukan mereka, contohnya: Ibnu Hajar, An Nawawi, Ibnul Jauzi, dan Ibnu Hazm. Mereka semua memiliki kesalahan dalam aqidah, tetapi tidaklah itu menghalangi
kaum muslimin dan ulamanya untuk mengambil manfaat dari mereka, merampas hak mereka, dan mengingkari keutamaan mereka. Maka, mereka adalah para imam walau mereka memiliki kesalahan. Dan, keadaan Sayyid Quthb juga demikian bersama kesalahan-kesalahannya, bahwa itu tidaklah menodai dasardasar manhajnya, dan da‟wahnya kepada manusia untuk mengesakan Al Hakimiyah dan peribadatan kepada Rabb mereka. Kaidah yang harus diketahui dalam mengungkapkan masalah ini adalah sebagaimana kita ambil faidah dari firmanNya: (Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi, katakanlah bahwa keduanya memiliki dosa besar dan manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dibanding manfaatnya). Maka, setiap orang yang melakukan penelitian atas sesuatu yang wajib diteliti pada dasar-dasar agama, maka hendaknya setelah itu ia melihat pada semua manhajnya, bahwa jika kesalahan orang itu lebih banyak dari benarnya, yang buruk lebih banyak dari manfaatnya, maka acuhkan saja perkataannya, lipat saja buku-bukunya, dan jangan dilihat. Oleh karena itu, perkataan yang membedakan benar atau salah tentang Sayyid Quthb adalah bahwa kesalahan-kesalahannya tersebut tertutupi oleh keutamaankeutamaannya dan oleh pembelaannya terhadap kalimat (laa Ilaha Illallah). Apalagi justru yang dibelanya adalah aqidah yang shahih, dan seandainya sebagian sumber pengambilan dari perkataannya masih mutlak, maka kami tidak menyepakatinya. Terakhir, yang saya lakukan hanyalah menyangka kepada Sayyid bahwa Allah Ta‟ala menghisabnya termasuk dalam golongan yang disabdakan Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam: (Sayyidusy Syuhada, penghulu para syuhada adalah Hamzah dan seseorang yang berdiri menentang penguasa zalim, dia memerintah dan melarang, lalu dia dibunuh) saya menyangka bahwa Sayyid Quthb telah memenuhi syarat dalam hadits itu, dia mengutarakan kalimat yang haq di depan penguasa yang zalim. Aku pernah mengutip ucapannya sebelum datang hukuman mati baginya, dan seorang hakim merasa heran atas rasa senang dan bahagia Sayyid Quthb ketika mendengar kabar berita hukuman mati baginya yang mengantarnya pada kesyahidan tersebut. Yang mengherankan, dia tidak sedih, tidak menolak, dan tidak menganulirnya. Ada orang yang bertanya: “Anda merasa yakin akan menjadi syahid, memangnya apa makna syahid menurut Anda?” Beliau Rahimahullah menjawab: “Syahid adalah orang yang mempersembahkan jiwa dan darahnya, bahwa agama Allah lebih tinggi dari jiwa dan darahnya, oleh karena itu ia mengorbankan jiwa dan hidupnya sebagai tebusan bagi agama Allah.” Dan Sayyid Quthb Rahimahullah memiliki sikap dan perkataan yang tidak ragu lagi sebagai orang yang faham kebenaran, karena itu berasal dari hati yang penuh cinta kepada Allah Ta‟ala dan cinta kepada Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam, dan cinta kepada pengorbanan terhadap agamanya. Kita mohon kepada Allah, semoga Allah merahmati dan memaafkan kita dan dia. Shallalahu „ala Nabiyyina wa „ala aalihi wa ashhabihi ajma‟in. Hamud „Uqla. 16/5/1421H 4.
Sayyid Quthb Di Mata Syaikh Muhammad Hasan Hafizhahullah Beliau ditanya:
؟٢ٗٞٓي هطذ ُٔخًح أػي٤ٓ -ربًٕ هللا- ي٤ُٜ٘ ٓوخالص ح٢ٌْ ك٣ٓخ ٍأ Pertanyaan : Apakah pandangan Anda tentang tulisan-tulisan Asy Syahid - biidznillah -Sayyid Quthb ?
٢٘زـ٣ الٚٗن ألٗ٘خ ًًَٗخ هزَ ًُي رؤ٤ي ىه٤٤حُظوٝ )ي رٌِٔش (ربًٕ هللا٤ هٞٛ (( : حدٞحُـ :ٍٞاٗٔخ ٗوٝ ،ٍيحٕ حُوظخ٤ٓ ٢٘خ ك٣ي٣ٖ أ٤ ٓخص رُٞٝ ًخىس ألكي أريحُٜ٘خ رخ٤ٗ حُي٢إٔ ٗلٌْ ك ٖٓ ٕٙ ػ٘يٌٞ٣ ٕ أٙٞربًٕ هللا َٗؿٝ يحءُٜٕ٘ ٖٓ حٌٞ٣ ٕ أ-َؿٝ ِػ- هللاَٞٗؿ
٢ ٓخص ك١ٌُٖ ح٤ل٤لُٜ ح٢ش حَُؿَ كٜؼِْ ه٣ ًٌِْ ْٕ ؿيحً؛ ألٜٓ ٌّح ًالٛ ،يحءُٜ٘ح ٠ِلخرش ػُٜ ح٠٘أػٝ -ِّْٓٝ ٚ٤ِ هللا ػ٠ِّٛ- ٍ هللاٍٞٓ ٕيح٤ًُٔخٕ هخثي حٝ ٍيحٕ حُوظخ٤ٓ ٍُٜٞ٘ٔغ ح٣ آهَ حُلي٠ُ حُ٘خٍ)) ا٢ كٞٛ( : -ّحُٔالٝ السُٜ حٚ٤ِػ- ٍ ػْ هخٚرالث .فَٝحُٔؼ Jawaban : Dia (Sayyid Quthb) dikaitkan dengan kalimat - biidznillah- dengan izin Allah - dan mengaitkannya dengan izin Allah itu (tentang syahidnya) adalah lebih baik, kerana kami telah sebutkan sebelum ini, bahawasanya tidak boleh kita berhukum di dunia dengan syahid (secara pasti) kepada seseorang sama sekali. Walaupun seseorang itu mati dihadapan kita dalam medan peperangan, sebaliknya hendaklah kita katakan : Kami mengharapkan Allah „Azza wa Jalla menjadikannya dari kalangan para syuhada‟, dan kami mengharapkan dia termasuk di kalangan syuhada‟ di sisi Allah. Perkara ini amat penting (untuk diambil perhatian). Ini karena setiap kamu semua mengetahui kisah seorag lelaki yang terdapat di dalam Shahih Bukhari dan Muslim yang mati di dalam medan peperangan. Dia berani di dalam peperangan, lalu para sahabat memuji keberaniannya, kemudian sabda Nabi Shallallahu „Alaihi wa Sallam : “Dia di dalam neraka” sehingga ke akhir hadits, seperti yang masyhur dan yang diketahui umum.
ٜٞيحء كُٜ٘ ٖٓ حٙ ػ٘ي- هللاٍٚٔك- ي هطذ٤ٓ ن٤ُ٘ـؼَ ح٣ ٕ أ-َؿٝ ِػ- ك٘ٔؤٍ هللا ٚ٘ٔ رُٚ٘ ػٝظـخ٣ ٕ ٗٔؤٍ هللا أ-َؿٝ ِػ- ٖ هللا٣ ُيِٚػوٝ ٌَٙكٝ ٚٓ هيّّ ى١ٌُحَُؿَ ح أكذ٢ٗي هللا أُٜٗأٗخ أٝ ،ٍخُق حألػٔخٛ ٚ٘ٓٝ ظوزَ ٓ٘خ٣ ٕأٝ ُٚٝ ـلَ ُ٘خ٣ ٕأٝ ،ًَٚٓٝ مٞ٤ٗ خ ٗزخد٣ ْ ػخِٓظُٞ :ٍٞأٗخ أهٝ أهطخءُٚ ٕ٘خ ً أ٤و٣ ٢ِٔ هللا ٓغ ػ٢ٌح حَُؿَ كٛ َٜ ظ٠ِوخ ً ػ٤ٗ ٌُْ حٝي هطذ كِٖ طـي٤ٓ ن٤ُ٘ حٚح رِٕٞٓ إٔ طؼخٝي٣َ رٔخ طٍَٝ حألٛأ ّٖ ٓلٔي رٜٞص حُٔؼٞٔ ر٠ٜٔش هي حٗظٜ ألٕ ُٖٓ حُؼٚ٣ي٣ ٠ِح حُؼِْ ػٞ ُظظِوٍٝحأل ٚ٤ح كٝؿيُٞ َ هللا٤ ًخٕ ٖٓ ػ٘ي ؿُٞٝ: َِ ُِوًََٝ ًظخد رؼي حُوَإٓ ٓؼٝ ػزيهللا َح٤حهظالكخ ً ًؼ Kita memohon kepada Allah untuk menjadikan Asy Syaikh Sayyid Quthb - Rahimahullah - di sisinya termasuk dari kalangan para syuhada‟. Beliau (Sayyid Quthb) seorang tokoh yang telah mempersembahkan darahnya, fikirannya dan akalnya untuk agama Allah „Azza wa Jallla kita memohon kepada Allah untuk memberi nikmat dan kemuliaan kepadanya (Sayyid Quthb), dan semoga Allah mengampunkan kita dan dia (Sayyid Quthb), dan menerima amal shalih kita dan dia.. Dan aku bersaksi kepada Allah, sesungguhnya aku mencintai beliau (Sayyid Quthb) karena Allah, dalam keadaan aku mengetahui dengan yakin bahawasanya bagi dia (Sayyid Quthb) ada beberapa kekeliruan , dan aku katakan kalau kamu semua lakukan wahai pemuda-pemuda kepada syaikh syaikh yang berada di bumi ini seperti apa yang kamu semua lakukan kepada Sayyid Quthb, pasti kamu tidak akan dapati walau seorang syaikh yang berada di atas muka bumi ini untuk kamu ambil ilmu darinya, ini karena zaman „ishmah telah berlalu pergi dengan wafatnya alma'shum Muhammad bin Abdillah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Dan setiap kitab selain dari Al Quran pasti terdapat kekurangan, firman Allah Ta‟ala : “Kalaulah Al Quran itu bukan daripada Allah, pastilah kamu akan mendapati di dalamnya pertembungan yang banyak.”
ٌَوطت؟ (ك٣ ُْ َ٘ َٖٓ ِٖٓ حُزٝ ٍٞأهٝ ٚ أهطخثٞ رزؼ٢ٌِٔح حَُؿَ ٓغ ػٛ ٌُح كؤٗخ أكذ (ٕٞحرٖٞ حُظ٤َ حُوطخث٤هٝ آىّ هطخء٢٘ر Aku mencintai Sayyid Quthb dalam keadaan aku tahu terdapat beberapa kekeliruannya, dan aku katakan, siapakah dari kalangan manusia yang tidak melakukan kekeliruan ? - Setiap anak Adam itu melakukan kesalahan, dan sebaik-baik yang melakukan kesalahan itu ialah yang bertaubat.”
Sumber: http://salafiharoki.wordpress.com/2008/01/23/fatwa-al-syeikh-muhammad-hasan-tentang-sayyidqutb/#more-18 Sayyid Quthb Di Mata Syaikh Masyhur Hasan Alu Sulaiman Hafizhahullah
5.
Beliau juga ditanya mengenai pendapatnya tentang Sayyid Qutb sebagaimana bisa dijumpai dalam website pribadi beliau Beliau hafidzahullah menjawab:
ٓخ ٍأ٣ي ك٤ٓ ٢ي هطذ؟ حُ٘٤ن ٓ٘ ٍٜٞكٖٔ حٍ ِٓٔخٕ حُٔئحٍ ٓ :363خ ٍأ٣ي ك٤ٓ ٢ي هطذ؟ حُـٞحد٤ٓ :ي هطذ أهطؤ ك ٚ٤حػ٘خٕٝ ،حهٌٛ ٍٞح ػزخىسٝ ،أػزي هللا ػِ ٝؿَ كٔ٤خ أه:ٍٞ كوي أهطؤ ك٤ٓ ٢ي هطذ ٖٓ ًلَٝ ،ٙهي ػخِٓٝ ٚكَٔ ػزخٍحطٓ ٚخ ال٣وطَ رزخُُٞٝ ٚحكي ًظخد ك ٢طٌل٤ٓ َ٤ي هطذٌٛٝ ،ح ظِْ ُ ،ٚكٖٔ حُظِْ ُ ٚإٔ ٗلَٔ أُلخظٓ ٚخ ال ٣وطَ ك٢ رخُ ،ٚرَ ٖٓ حُظِْ ُٔ٤ي هطذ إٔ ٗؼخِٓٝ ٚإٔ ٗلخًْ أُلخظٝ ٚػزخٍحط ٚرؼزخٍحص ٝحٛطالكخص حُؼِٔخءٝ ،اٗٔخ ٗلخًٜٔخ رؼزخٍحص ٝحٛطالكخص حالىرخء٘ٛٝ ،خى كَم ًزَ٤ ر ٖ٤حألَٖٓ٣ ٓ٤ي هطذ كً ٢ظز٣ ٚو ٍٞػٖ ٍر٘خ ػِ ٝؿَ “ٍ٘٣ش حٌُ ٕٞحُٔزيػش” ٣ٝو ٍٞأ٠٣خ ًػٖ ٍر٘خ “ٜٓ٘يّ حٌُ ٕٞحألػظْ” ك٤خ طَُٔ ٟخ ٣و٤ٓ ٍٞي ػٖ ٍر٘خ حَُ٘٣ش حُٔزيػشَٛ ، ٣ظٖ ٓ٤ي أ ٕ هللا ٍ٘٣ش؟ ٣ َٛٝظٖ حٜٗ٘ٓ ٚيّ ػ٘ي ٙأٜٗ٘ٓ ٚيّ ػ٘ي ٙأىٝحص ٘ٛيٓ٤ش؟ هطؼخ ً ال ،كٖٔ ٌ٣لَ ٓ٤ي ألٗ٣ ٚظٖ إٔ ٓ٤ي ٣ؼظوي إٔ هللا ٍ٘٣شٌٛ ،ح ظِْ ُٔ٤ي هطذٌُٝ ،ح ٖٓ ًلَ ٓ٤ي هطذ كبٗ٣ ٚلخًْ أُلخظ ٚرخٛطالكخص حُؼِٔخء٤ٓٝ ،ي هطذ ٖٓ حألىرخء ٖٓ ْ٤ُٝحُؼِٔخءٗ ُٞٝ ،ل ْٜكوٌٛ ٢ح حألَٓ الٍطل٘خٌٛٝ ،ح ٣و َٜػِ٘٤خ ٓٔخكش ٝحٓؼش، ٌٛٝح كَ٣ن ؿال ك ٢حُل ٢ػِ٤ٓ ٠ي. ٝػ٘يٗخ كَ٣ن آهَ حػظزَ ٓ٤ي هطذ ٓ٘طوش ٓلَٓشٝ ،حُ ًَ َ٣ٞحُ ُٖٔ َ٣ٞطٌِْ ػِ،ٚ٤ ك٤و٤ٓ : ٍٞي كؼَ ٝكؼَ…ٗ .وٓ :ٍٞخ كؼِٔٗٝ ،ُٚ ٚؤٍ هللا إٔ ٣ظوزِ ٞٛٝ ٚأك ٠٠اُ٠ أكٌْ حُلخًٔ.ٖ٤ ٌُٖ حُوطٍٞس كٔ٤خ ًظذ ٝكٔ٤خ ًظذ أٗ٤خء ٘٣زـ ٢إٔ طوٝ ،ّٞأٝؿذ حُٞحؿزخص ك ٢طوْ٣ٞ ٓخ ًظذ ِ٣و ٠ػخطن أه ٚ٤حألٓظخً ٓلٔي هطذ٣ٝ ،خُ٤ض ٓلٔي هطذ ٣طزغ ًظذ أهٝ ٚ٤ك٢ ٞٛحٓ٘ ٚطؼِ٤وخص كٜ٤خ ر٤خٕ ألهطخء ٓ٤ي هطذ٣ٝ ،ز ٖ٤أَٗٓ ْ٤ُ ٚحىًٌ ٙح ًٌٝح ،كل٘٤جٌ َٗطخف ٖٓ ؿِ ٞحٌُخكََٗٝ ٖ٣طخف ٖٓ طخ َ٣ٝحُٔؤ ٖ٤ُٝحٌُ ٖ٣ال ٣َ٣ي ٕٝإٔ ٣وُٞٞح إ ٓ٤ي هي ٝهغ كً ٢الٓ ٚهطؤٝ ،حٗخ أٍ ٟإٔ ٌٛح ٝحؿزخ ً كٜٔٔخ ًظذ حُؼِٔخء ك ٢أهطخء ٓ٤ي
هطذ ،طزوً ٠ظزٗ ٚخثؼشٝ ،ال َٜ٣حُظو ْ٣ٞحًٌُ ١ظز ٚأ َٛحُؼِْ ٖٓ ،أٓؼخٍ حُ٘٤ن ٍر٤غ ٝؿ ،َٙ٤رِـش حُؼِْ ٗٝوي حُؼِٔخء ،ال َٜ٣اُ ًَ ٠حُ٘خّ ،الٓٔ٤خ حُٔؼـز ٖ٤رٔ٤ي هطذ. كٔ٤ي هطذ ًظذ رؼخ١لش ًٝ،ظذ رظـًٝ ،ُٞظذ رؼزخٍحص حألىرخء ،كٞهؼض كً ٢ظز ٚأٗ٤خء َٓٝىٝسَٓ ،كٟٞش رِـش حُؼِٔخءٗٝ .لٖ ٗظٌِْ ػٖ حُظٞك٤ي كٔ٤ي ٌَ٘٣حٕ ٌٕٞ٣هللا حٓظ ٟٞػِ ٠ػَٗ٣ٝ ،ٚو ٍٞحٓظ ٟٞرٔؼ٘ ٠حٓظٌٛٝ ،٠ُٞح هطؤ ًز ،َ٤رَ ٌَ٘٣حُؼَٕ ٣ٝؤٞ٣ٝ، ُٚٝؿي كً ٢ظذ ٓ٤ي هطذ ػزخٍحص ٗي٣يس ك ٍٞحُٜلخرش ،الٓٔ٤خ ػَٔ ٝرٖ حُؼخٓٝ ٙؼخ٣ٝش ،كٔؼالً كً ٢ظخرً“ ٚظذ ٗٝو٤ٜخص” (٣ )242وٝ: (ٍٞكًَٖ٣ ٖ٤ ٓؼخ٣ٝش ِٚ٤ُٓٝاُ ٠حٌٌُد ٝحُـٖ ٝحُوي٣ؼش ٝحُ٘لخم ٝحَُٗٞس َٗٝحء حٌُْٓ الِٔ٣ي ػِ ٢إٔ ٣ظيُ ٠اٌُٛ ٠ح حُيٍى حألٓلَ) ،ك ٌٜٙػزخٍحص هطَ٤س ؿيحً ،ك ٢أٛلخد ٍٍٓٞ هللا ٠ِٛهللا ػِٝ ِْٓٝ ٚ٤ال ٣وُٜٞخ ٖٓ ٣ؼَف حُؼو٤يس٣ٝ ،ؼِْ إٔ حُٞحؿذ ػِ٘٤خ إٔ ٌٗق ػٔخ ٗـَ ر ٖ٤أٛلخد ٍٓ ٍٞهللا ٠ِٛهللا ػِ ِْٓٝ ٚ٤كٌٔخ ؿخء ك ٢حُلي٣غ{ :اًح ًًَ أٛلخر ٢كؤٌٓٔٞح} ،أٓخ إٔ ٛٞ٣ق ٓؼخ٣ٝش ٝػَٔ رخٌٌُد ٝحُـٖ ٝحُوي٣ؼش ك٘زَأ اُ٠ هللا ٖٓ ٌٛحٝ ،كً ٢ظخر“ ٚحُؼيحُش حالؿظٔخػ٤ش” (ٜ٣ )172ق كٌْ حُوِ٤لش حَُحٗي ػؼٔخٕ رؤٗ ٚكـٞس ر ٖ٤كٌْ أر ٢رٌَ ٝػَٔ ٝر ٖ٤ػِٝ ،٢ك٣ ،159 ٙ ٢و ٍٞػٖ كٌْ ػؼٔخٕ: (طـ٢ٗ َ٤ء ٓخ ػِ ٠ػٜي ػؼٔخٕٝ ،إ رو ٢ك٤ٓ ٢خؽ حإلٓالّ) ،رَ ٣و( :ٍٞؿخء ػِ٢ َُ٤ى حُظ ٍٜٞحإلٓالُِٓ ٢لٌْ اُٗ ٠ل ّٞحُلٌخّ ٝحُ٘خّ) كٌؤٕ ػؼٔخٕ ٓخ ًخٕ ٣لٌْ رخإلٓالّ ٌٙٛٝ ،ػزخٍحص ٗي٣يس ال َٟٗخٛخ. كٖٔ ٌ٣لَ ٓ٤ي هطذ ٓوطتٞٔ٣ ٖٓٝ ،ؽ ٣ٝزٍَ ُٔ٤ي أهطخإٓ ٙوطت٘٣ٝ ،زـ ٢حٕ ٌٕٗٞ ؿَ٣ج ٢ً ٖ٤ال ٗـَة حُٔلٜخء ،ػِ٤ٓ ٠ي ،كَٜ٘ف ٗٝوٌٛ :ٍٞح هطؤ ٌٛٝح هطؤ َٓٝحىٙ ًٌح ً ٢طٌ ٕٞكـَحً كٝ ٢ؿٌ٣ ٖٓ ٚلَ ٓ٤ي هطذ٠ٗٝ ،غ حألٗ٤خء ك ٢حٓخًٜ٘خ كل٤ٓ ٢ي ؿِ ٞك ٢حُلذ ٝؿِ ٞك ٢حُزـًٝ ،ٞؼٗ ٖٓ َ٤زخد حُُ ّٞ٤ألٓق ٣ظؼِٔ ٕٞى ٖ٣هللا ٘٘٣ٝؤ ٕٝػًِ ٠ظذ ٓ٤ي هطذًٝ ،ظذ ٓ٤ي هطذ ال ٞ٣ؿي كٜ٤خ ػِْ َٗػ ،٢كٜ٤خ هٞحَ١ ٝػٞح١ق ٝأىد ْ٤ُٝ ،ػِٔخ ً َٗػ٤خً ،كخأل َٛك ٢حُ٘زخد إٔ ٣ظؤ ِٕٞٛك ٢حُؼِْ حَُ٘ػ ٖٓ ،٢هالٍ ًظذ حألثٔش ٝحُلوٜخء ٝحُؼِٔخء ،ك٘٤زـ ٢إٔ ٌٕٞ٣حإلهزخٍ ػِ ٠حٌُظخد ٝحُٔ٘ش ٌٛٝح ٓخ ػ٘ي ١ك ٌٙٛ ٢حُٔٔؤُش ٝكو٘ ٢هللا ٝا٣خًْ ُِوَ٤حص ٝؿ٘ز٘ٝ ٢ا٣خًْ حَُ٘ٝ ٍٝحٌَُٔ٘حص ?Apa Pendapat Anda Tentang Sayyid Quthb Jawab: “Terdapat dua kesalahan pembicaraan mengenai Sayyid Quthb, dan ucapan ini adalah ibadah.Dan saya (meniatkan) ibadah dalam apa yang akan saya katakan.Sungguh telah salah orang yang mengkafirkan Sayyid Qutb dengan menginteraksinya yakni dengan membawa ungkapan-ungkapan beliau yang (sebenarnya) tidak merusak keadaan beliau.Dan sebuah buku berisikan pengkafiran Sayyid Qutb, maka ini adalah bentuk kedzaliman terhadap beliau.Dan diantara kedzaliman terhadapnya adalah membawa lafadzlafadz Sayyid Quthb padahal sesungguhnya tidak menciderai keadaan beliau. Bahkan dari kedzaliman juga
terhadap Sayyid Quthb dengan menginteraksi dan menghukumi lafadz-lafadz serta ungkapan Sayyid dengan ungkapan serta istilah-istilah para ulama (definisi keilmuan syariat).Hanya saja seharusnya kita menghukuminya dengan ungkapan dan istilah kesusasteraan. Disanalah ada dua perbedaan besar antara dua hal. Sayyid Quthb dalam bukunya berkata tentang Rabb kita „Azza wa Jalla dengan ungkapan “Risyatul Kauni Al-Mubdi‟ah” (Pena yang mencipta alam semesta). Dan berkata juga tentang Rabb kita dengan ungkapan “Muhandisul Kauni Al-A‟zham”(Arsitek alam yang maha agung). Maka engkau lihat bagaimana Sayyid Qutb mensifati Allah dengan “Pena yang mencipta”.Apakah Sayyid berkeyakinan bahwa Allah itu pena? Dan apakah Allah itu seorang arsitek yang disisinya ada peralatan teknik? Tentu tidak. Maka siapa yang mengkafirkan Sayyid Quthb karena menurut persangkaannya Sayyid itu mengatakan bahwa Allah adalah pena, ini adalah kedzaliman terhadapnya.Oleh karenanya siapa yang mengkafirkan Sayyid Quthb berarti dia menghukumi ungkapan-ungkapannya dengan istilah para ulama.Sayyid Quthb adalah seorang sastrawan dan bukan ulama.Dan pemahaman akan hal seperti ini cukup melegakan kita. Dan kami menyingkatnya dari pembahasan yang panjang serta luas. Dan (yang seperti diatas) ini kelompok yang dengki dalam mendudukkan Sayyid Qutb Dan menurut kami ada bagian lain dari anggapan terhadap Sayyid dengan ucapan yang diharamkan.Dan amat celaka bagi yang berbicara tentangnya, dengan berkata :Sayyid melakukan demikian dan demikian……Kami katakan, “Apa yang telah dilakukannya adalah bagi dirinya!?”.Dan kami memohon kepada Allah agar menerimanya dan Allah lah yang maha luas bijaknya dari seluruh hakim. Akan tetapi yang penting adalah apa yang dia telah tulis dan segala sesuatunya selayaknya diluruskan. Dan kewajiban terhadap pelurusan ini dapat ditemui pada saudara nya yakni Al Ustadz Muhammad Qutb. Beliau telah mencetak buku-buku saudaranya (Sayyid Quthb) dan dalam catatan-catatan kakinya dia berikan komentar-komentar akan penjelasan kesalahan-kesalahan Sayyid Quthb. Dan juga dijelaskan bahwa maksud Sayyid bukan demikian dan demikian. Maka sekarang kami lega dari extrimnya para kaum kafir dan dari takwilnya para pentakwil yang tidak mau (jujur) berkata bahwa Sayyid Quthb telah tersalah dalam perkataannya. Dan saya memandang bahwa hal seperti ini adalah hal yang wajib, meskipun para ulama telah menulis kesalahan-kesalahan Sayyid Quthb,kitab -kitab beliau masih tersebar dan tidak sampai pelurusanpelurusan yang disampaikan ahli ilmu. Diantaranya seperti apa yang ditulis Asy-Syaikh Rabi‟ dan selainnya dengan bahasa ilmu (syariat) serta kritikan para ulama tidak sampai (dimengerti) semua orang, terutama bagi para pengagum Sayyid Quthb. Sayyid Quthb menulis (kitab-kitabnya) dengan perasaannya, dan menulis dengan kiasan,dan menulis dengan ungkapan-ungkapan sastra sehingga (tentu) terdapat hal-hal yang berlawanan dengan bahasa ulama (definis syariat). Kita berbicara dalam (bahasan) tauhid, bahwa Sayyid Quthb mengingkari bahwa Allah ber-istiwa (bersemayam) diatas Arsy-nya. Dimana Sayyid berkata istiwa dengan makna istawlaa (menguasai). Dan ini adalah kesalahan besar. Bahkan dia ingkari dengan takwilnya. Juga dapat ditemui dalam kitab Sayyid Qutb ungkapan-ungkapan keras mengenai sahabat (Nabi Shalallahu „Alaihi wa Sallam) terkhusus Amr bin Ash dan Muawiyah, misalnya dalam “Kutub Syakhshiat” (hal 242) berkata “Tatkala Muawiyah dan sahabatnya cenderung kepada kedustaan, kecurangan, bertipu muslihat, nifaq, suap, jual beli darah, (maka) Ali tidaklah memiliki kemampuan sampai pada tingkatan terendah seperti ini”. Ini adalah ungkapan yang berbahaya sekali terhadap sahabat Rasulillah shalalllahu „alaihi wasalam dan tidak akan mengatakannya orang yang paham tentang aqidah serta mengetahui bahwa kewajiban kita adalah menahan diri dari perselisihan yang terjadi dikalangan sahabat Rasulillah shalallahu „alaihi wasalam sebagaimana datang dalam hadist “Idzaa dzakaro ashhabii fa amsikuu” (Apabila disebutkan tentang sahabatku maka tahanlah).Adapun disifatinya Muawiyah dan Anr dengan dusta dan curang serta penipu, maka kami berlepas diri menyerahkannya kepada Allah akan urusan ini.
Juga dalam kitabnya “Al-‟Adalah Al-Ijtimaiyah”(hal 172) Sayyid mensifati khalifah yang terbimbing Ustman bahwa dia celah antara hukum Abu Bakr ,Umar dan Ali. Dan dalam halaman 159, Sayyid berkata (Telah berubah keadaan pada zaman kekuasaan Ustman , meskipun masih dalam pagar islam). Bahkan juga Sayyid berkata ( Ali datang untuk membantah gambaran islam dalam hukum kepada jiwa-jiwa penguasa dan manusia) Maka pernyataan ini seolah-olah Ustman tidak berhukum dengan islam ,dan ungkapan seperti ini keras dan kami tidak menerimanya. Maka salahlah siapa yang mengkafirkan Sayyid Quthb dan juga salah orang yang membiarkan atau membaikkan kesalahannya. Dan selayaknya kita berani agar orang-orang yang bodoh tidak lancang terhadap Sayyid. Maka kita jelaskan dengan mengatakan, ini salah dan itu salah serta maksudnya demikian dan demikian agar batu di wajahnya bagi yang mengkafirkan Sayyid Quthb. Dan meletakkan sesuatu pada tempat-tempatnya. Maka dalam berlebihan terhadap Sayyid dan berlebihan dalam kebencian terhadapnya. Dan kebanyakan para syabab (pemuda) hari ini sangat disayangkan , dimana mereka belajar agama Allah dan tumbuh bersama kitab-kitab Sayyid Quthb padahal tidak didapati pada kitab-kitab Sayyid ilmu syar‟i (yang mencukupi). Maka adalah yang pokok bagi para pemuda ini agar mengokohkan diri dalam ilmu syariat. Maka selayaknya mereka menerima KItab dan Sunnah.Dan inilah menurut saya pada permasalahan ini. Semoga Allah memberikan taufiq kepada kalian akan kebaikan dan menjauhkan saya serta kalian kejelekan -kejelekan dan kemungkaran.” Sumber: http://almenhaj.net/makal.php?linkid=388 Demikianlah sikap sebagian ulama salafi masa kini terhadap Syahidul Islam Sayyid Quthb Rahimahullah, yang semuanya menampakkan sikap objektif dan amanah. Selain mereka ada pula pandangan Syaikh Ibnu Jibrin dan Syaikh Bakr Abu Zaid yang memberikan pandangan adil kepada Sayyid Quthb, bahkan Syaikh Bakr membuat makalah ilmiah tentang masyru‟nya istilah Asy Syahid, sebagaimana yang di muat dalam situs Islamgold.com. Amat berbeda dengan Al Ustadz Ja‟far Umar Thalib yang begitu sinis dan tendensius menyerang Sayyid Quthb di forum terbuka yang di tonton oleh jutaan pasang mata. Semoga Allah Ta‟ala memberikan balasan yang baik kepada para ulama rabbani dan mujahidin, dan Allah Ta‟ala memberikan hidayah kepada ahlul fitnah di mana pun berada. Wallahu A‟lam wa ilaihil Musytaka Depok, Jumat, 16 Oktober 2009, selesai dengan izin Allah pukul. 00.25