PEMANFAATAN PERS SEBAGAI MEDIA DAKWAH DI ERA INFORMASI Ahmad Sampurno Dosen Fakultas Dakwah IAIN - SU Jl. Williem Iskandar Pasar V Medan Estate, 20371
ﻟﺘﻄﻮﺭ ﺍﻟﺴﺮﻳﻊ ﻟﻠﻌﻮﳌﺔ ﻭﺍﳌﻌﻠﻮﻣﺎﺕ ﺍﻟﱵ ﺗﺘﺨﻠﻞ ﲨﻴﻊ ﺟﻮﺍﻧﺐ ﺍﳊﻴﺎﺓ ﺗﻘﺪﱘ:ﲡﺮﻳﺪﻱ ﻭﻣﻦ ﻧﺎﺣﻴﺔ ﺃﺧﺮﻯ ﻛﺎﻥ ﻣﻄﻠﻮﺑﺎ ﺃﻥ ﺗﻌﺎﻟﻴﻢ.ﺍﳉﻮﺍﻧﺐ ﺍﻹﳚﺎﺑﻴﺔ ﻭﺍﳉﻮﺍﻧﺐ ﺍﻟﺴﻠﺒﻴﺔ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﺍﻟﱵ ﳚﺐ ﻭﺿﻌﻬﺎ ﺍﻟﻮﻋﻆ ﻟﺘﻜﻮﻥ ﻗﺎﺩﺭﺓ ﻋﻠﻰ ﺍﻻﺳﺘﺠﺎﺑﺔ ﳌﺴﺘﻘﺒﻞ ﺍﻹﺳﻼﻡ ، ﻭﺑﻄﺒﻴﻌﺔ ﺍﳊﺎﻝ، ﺭﺅﻳﺔ ﺍﳉﻮﺍﻧﺐ ﺍﻟﺴﻠﺒﻴﺔ ﻟﻠﻌﻮﳌﺔ ﻭﺍﳌﻌﻠﻮﻣﺎﺕ.ﺣﱴ ﻻ ﺗﺎﺭﻳﺦ ﺍﳌﻐﺎﺩﺭﺓ ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻌﺎﱂ ﺍﻹﺳﻼﻣﻲ ﻟﻴﺲ ﺑﺎﻟﻀﺮﻭﺭﺓ ﺍﻟﺘﺸﺎﺅﻡ ﻭﻓﺘﻮﺭ ﻋﻦ ﻣﺴﺘﻘﺒﻞ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﻃﻮﻝ ﺭﺩﺍ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺪﻋﻮﺓ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﳚﺐ ﺃﻥ ﺗﻜﻮﻥ. ﻭﺍﻟﻮﻋﻆ ﻋﻠﻰ ﻭﺟﻪ ﺍﳋﺼﻮﺹ،ﺍﻟﻌﻤﺮ ﺍﻟﺼﺤﺎﻓﺔ ﺃﻭ ﻭﺳﺎﺋﻞ ﺍﻹﻋﻼﻡ ﻛﻤﻜﻮﻥ.ﻗﺎﺩﺭﺓ ﻋﻠﻰ ﳓﻮ ﻣﺘﺰﺍﻳﺪ ﻟﺘﻠﻮﻳﻦ ﺍﳊﻴﺎﺓ ﺍﻟﺒﺸﺮﻳﺔ ﻭﺫﻟﻚ ﻷﻥ ﺗﻠﻚ ﺍﻟﺪﻭﻟﺔ ﺑﻴﺎﻥ ﻣﻦ ﻳﺴﻴﻄﺮ ﻋﻠﻰ ﺍﳌﻌﻠﻮﻣﺎﺕ ﺍﻟﱵ،ﺭﺋﻴﺴﻲ ﻟﻠﻌﺼﺮ ﺍﻟﻘﺎﺩﻡ ﻓﺈﻥ ﺍﻟﺼﺤﺎﻓﺔ ﻫﻲ ﺃﻳﻀﺎ ﺃﻥ، ﰒ ﺑﻄﺒﻴﻌﺔ ﺍﳊﺎﻝ. ﻭﻛﺎﻥ ﺫﺍﺕ ﺍﻟﺼﻠﺔ،ﺍﻟﺬﻱ ﺣﻜﻢ ﺍﻟﻌﺎﱂ . ﰲ ﻫﺬﻩ ﺍﳊﺎﻟﺔ ﺑﺎﻟﺘﺄﻛﻴﺪ ﺍﻟﺪﻋﻮﺓ ﺑﺎﻟﻜﺎﺑﺔ.ﺎ ﻓﺮﺻﺔ ﻟﺘﻄﻮﻳﺮ ﺍﻟﺪﻋﺎﻳﺔﻳﻨﻈﺮ ﺇﻟﻴﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﺃ Abstrak: Pesatnya perkembangan era globalisasi dan informasi yang merasuki seluruh sendi-sendi kehidupan memberikan aspek positif dan juga aspek negative. Disisi lain ajaran Islam yang harus terus dikembangkan dengan dakwahnya juga dituntut untuk mampu merespon masa depan agar ajaran Islam jangan sampai out date. Melihat aspek negatif era globalisasi dan informasi, tentunya dunia Islam tidak lantas pesimis dan apatis dengan masa depan umat terutama kelanggengan dakwahnya. Dalam merespon hal itu dakwah Islamiyah harus semakin mampu mewarnai kehidupan umat manusia. Dunia pers atau media massa sebagai komponen terdepan pada era mendatang, karena statemen yang menyatakan siapa yang menguasai informasi dia yang menguasai dunia, terasa relevan. Maka tentunya dunia pers juga harus dilihat sebagai peluang dalam mengembangkan dakwah. Dalam hal ini tentunya dakwah bil kitabah. Kata Kunci : Pers, Media Dakwah, Era Informasi.
276
Ahmad Sampurno: Pemanfaatan Pers Sebagai Media Dakwah…
A. Pendahuluan
P
enyelenggaraan dakwah merupakan tugas religius dalam kehidupan umat Islam. Dakwah sebagai proses internalisasi dan sosialisasi nilai-nilai ajaran Islam agar terintegrasi dengan kepribadian umat merupakan cita ideal dari Islam sebagai rahmatan lil alamin. Islam sebagai agama dakwah menekankan akan pentingnya peran dakwah dalam menentukan corak perubahan masa depan kehidupan umat dalam berbagai dimensi baik menyangkut hablumminannas maupun hablumminallah sehingga operasionalisasi dakwah akan menentukan corak kepribadian muslim yang dinginkan dan sekaligus sebagai gerakkan kultural yang berdampak pada kwalitas masyarakat muslim itu sendiri. Tema pokok dakwah yang berintikan gerakan amar ma’ruf nahi munkar merupakan misi agama yang harus dilaksanakan kapan, dimana danoleh siapapun juga sebagai aplikasi nilai keimanan dan keislaman seseorang, sehingga dakwah bukanlah semata-mata timbul dari pribadi atau golongan, walaupun setidaktidaknya harus ada golongan yang melaksanakannya (Shihab, 1993). Dakwah Islamiyah dituntut pelaksanannya secara terpadu yaitu dakwah bil lisan, bil hal maupun bil kitabah sebagaimana yang diisyaratkan Prof H.M. Arifin M. Ed dalam mengungkap term dakwahnya (Arifin, 1994). Namun akan halnya bil kitabah fenomena dikalangan umat menunjukkan kurangnya termanfaatkan, hal ini terlihat lebih dominannya dakwah bil lisan dalam bentuk opini umat, sehingga dakwah terlihat mengalami kepincangan, padahal dunia pers sangat digandrungi saat ini.
Pesatnya perkembangan era globalisasi dan informasi yang merasuki seluruh sendi-sendi kehidupan aspek positif namunjuga aspek negatif, disisi lain ajaran Islam yang harus terus dikembangkan dengan dakwahnya juga dituntut untuk mampu merespon era mdantang ajaran Islam jangan sampai out date. Melihat aspek negatif era globalisasi dan informasi tentunya dunia Islam tidak lantas pesimis dan apatis dengan masa depan umat terutama kelanggengan dakwahnya. Dalam merespon era informasi dan abad XXI mendatang dakwah Islamiyah harus semakin mampu mewarnai kehidupan umat manusia sebagai wujud rahmatan lil’alaminnya ajaran Islam.
275
إ ء اVol. I No. 2, Juli – Desember 2011
Dunia pers atau media masa sebagai komponen terdepan, pada era mendatang karena statemen yang menyatakan siapa yang menguasai informasi dia yangmenguasai dunia, terasa relevan. Maka tentunya dunia pers juga harus dilihat sebagai peluang dalam mengembangkan dakwah. Dalam hal ini tentunya dakwah bil kitabah. Kegiatan pers atau media masa sesungguhnya merupakan potensi terbesar bagi penyebaran dakwah. Jaringan informasi dunia yang pada umumnya dikuasai serta dikendalikan Zionis Yahudi dan kaum Nasrani terasa sering menyudutkan perjuangan umat Islam. Isu Islam fundamentalis, ekstrismis, serta Islam fanatik sering diekspos media barat yang nota bene menguasai jaringan informasi dunia tersebut. Sehingga barat (Yahudi dan Nasrani) sangat dominan dalam membentuk opini dunia, termasuk kalangan Islam sendiri. Akhirnya timbul kecurigaan dunia terhadap perjuangan umat Islam. Apalagi sesudah hancurnya kekuatan komunis Soviet sebagai salah satu adi daya pada waktu itu maka dunia barat melihat dunia Islamlah sebagai salah satu ancaman baru dan tesis ini juga diperkuat oleh pendapat Samuel P.Huntington. Sehingga dunia pers terasa ikut andil memperkuat image publik terhadap Islam, yang sering disebut Gazwul fikri (perang pemikiran). B. Kalasifikasi Dakwah Dakwah pada dasarnya merupakan rekonstruksi masyarakat sesuai dengan ajaran Islam dan thema pokoknya adalah amar ma’ruf nahi munkar. Usaha tersebut menuntut penanganan secara terpadu, yaitu dakwah bil lisan, bil kitabah (tulisan) dan dakwah bil hal. Bila ketiga bentuk tersebut dapat diupayakan sehingga berjalan secara baik, maka arah kepada pencapaian tujuan dakwah, yakni agar manusia memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat tentu ada dasar optimis. Hal itu dapat tercapai. Namun sebaliknya kalau kegiatah dakwah berjalan secara pincang, maka usaha rekonstruksi masyarakat sesuai dengan cita-cita sosial Islam tampaknya sulit terwujud. Berangkat dari asumsi ini serta diperkuat pendapat prof. Arifin, M.Ed tentang term dakwah, maka klasifikasi dakwah secara gambling meliputi : dakwah bil lisan, bil hal dan bil kitabah, berikut diuraikan.
276
Ahmad Sampurno: Pemanfaatan Pers Sebagai Media Dakwah…
a. Dakwah bil hal Dakwah bil hal pada hakekatnya adalah seruan yang dilakukan untuk menyeru ke jalan Tuhan melalui praktek nyata, gerakan aksi nyata atau sering juga disebut melalui uswatun hasanah. Dakwah bil hal pada hakekatnya juga merupakan wujud pengaplikasian dakwah bil lisan maupun dakwah bil kitabah. Hal ini berarti dakwah yang dilakukan melalui lisan dan kitabah (pers) bermuara pada dakwah bil hal. Sehingga terlihat sekali bahwa dakwah bil hal perwujudannya tidak teralalu memerlukan teknik maupun keahlian khusus sebagaimana yang terdapat pada pelaksanaan klasifikasi dakwah yang lain tersebut. Dakwah bil hal menurut catatan sejarah telah dipraktekkan oleh Rasulullah Saw, sejak awal kerisahalahannya dan prakteknya lebih meningkat lagi sejak Rasulullah hijrah ke Madina, yakni dalam bentuk persaudaraan Muhajirin dan Ansar, mendirikan mesjid dan membangun kehidupan ekonomi umat. Disamping itu keteladanan dan kepribadian Rasulullah saw dalam berbagai aspek, kondisi dan tempat merupakan dakwah bil hal yang cukup besar pengaruhnya dalam pengetahuan agama Islam sebagai agama dakwah. Untuk tingkat nasional istilah dakwah bil hal menjadi semakin popular sejak Majelis Ulama Indonesia mengadakan Munas pada tahun 1985 dan programnya disusun pada rapat kerja MUI tahun 1987. Dalam salah satu rumusan program disebutkan bahwa tujuan dakwah bil hal antara lain untuk meningkatkan harkat dan martaba, terutama kaum dhuafa atau kaum berpenghasilan rendah (Rousydiy, 1985). Dakwah bil hal mencakup makna yang sangat luas yaitu : dakwah pembangunan, dakwah bil amal, dakwah dengan keteladanan dan berbagai kegiatan nyata lainnya yang memerlukan aksi sosial. Makna di atas menjadi lebih penting dalam memadukan peran yang diemban oleh manusia terutama peran sebagai khalifah di permukaan bumi. Dalam tugas kekhalifaan itu, dakwah bil hal menjadi bagian yang paling esensial, karena pembangunan manusia seutuhnya dan model kehidupan masyarakat sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT hanya dapat terwujud melalui dakwah bil hal (Rais, 1999). Jadi dakwah bil hal menyentuh aspek nyata kehidupan umat baik meliputi bindang ekonomi, pendidikan, dan realitas sosial lainnya.
277
إ ء اVol. I No. 2, Juli – Desember 2011
b. Dakwah bil lisan Dakwah bil lisan sering juga disebut dengan dakwah melalui kemampuan berbicara /berpidato sehingga dakwah ini memerlukan kealhian khsusus dalam berbicara melalui kemampuan retorika. Bentuk lain pengklasifikasian dakwah Islam yang disebut dakwah bil lisan. Dalam operasionalnya dakwah bil lisan dapat dilakukan dalam dua cara pertama, dalam bentuk tatap muka (face to face) , yaitu antara da’i dan mad’u dapat berkomunikasi secara langsung. Kedua, dengan menggunakan seperti radio, televisi dan film. Hakekat dakwah Islam adalah upaya sosialisasi ajaran Islam dan rekonstruksi masayarakat sesuai dengan cita-cita sosial Islam (Hamka, 1989). Intinya adalah amar ma’ruf nahi munkar. Dalam konteks ini dakwah berkaitan dengan komunikasi, bahkan dakwah disebut sebagai suatu bentuk komunikasi khusus, berkaitan dengan hal ini dakwah bil lisan yang terasa sangat menonjol dilakukan para da’i dalam realitas sosial sebenarnya menuntut kwalitas dan kemampuan para da’i disamping itu juga diharapkan para da’i mampu menarik perhatian para mad’u, (komunikan) untuk mendengar, menghayati bahkan mengamalkan apa yang disampaikan. Namun dalam hal ini dakwah bil lisan terasa sering menimbulkan kontradiktif di kalangan da’i, yakni antara kemampuan berbicara (mengajak orang ke jalan Tuhan) terasa bertentangan dengan realitas sosial yang dilakukan para da’i tersebut, atau bertolak belakang antara pernyataan antara teori dan praktek, namun terhadap para da’i semacam ini Allah SWT telah memberikan ultimatum yang sangat keras sebagaimana yang termuat dalam QS. Ash Shaf : 2-3. Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat, amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa – apa yang tidak kamu kerjakan “ (Departemen Agama, 1989). c. Dakwah Bil Kitabah Dakwah bil kitabah sering juga disebut dakwah melalui karya tulisan. Dakwah bil kitabah ini sering tentu dikembangkan lebih lanjut melalui saran pers yang ada. Kondisi dakwah ini yang menjadi fokus utama pembahasan penelitian ini, kalau kita perhatikan kenyataan ditengah-tengah kehidupan umat Islam, terlihat dakwah secara lisan seperti diuraikan di atas lebih dominan dilakukan dibandingdua bentuk lainnya. Fenomena munculnya hal
278
Ahmad Sampurno: Pemanfaatan Pers Sebagai Media Dakwah…
ini diduga keras karena budaya lisan lebih menonjol di kalangan masyarakat awam, tapi juga terlihat dikalangan tenaga pengajar, da’i dan mahasiswa muslim. Dalam konteks ini jika kita telusuri perjalanan sejarah dakwah Nabi Muhammad SAW, beliau telah menempuh Dakwah bil kitabah ini, di samping Dakwah bil lisan dan Dakwah bil hal. Hal ini terlihat dengan banyak Rasul mengirimkan surat kepada penguasa/raja – raja di sekitar daerah pernaklukan Islam untuk beriman kepada Allah. Demikian juga hal yang sama dilakukan oleh sejumlah ulama terkemuka, seperti para imam mazhab, pada abad ke 19 dan 20 kita kenal sebagian ulama sangat tangkas menggunakan penanya, antara lain Rasyid Ridha, Abul A’la AlQur'an Maududi dan Hasan Al Banna. Mereka adalah ulama bertaraf internasional. Sedangkan yang bersifat nasional kita kenal sederetan nama antara lain, Buya HAMKA, Hasbi ash – Shiddieeqy dan M. Natsir. Karena Kepiawaian mereka dalam menulis sehingga kita masih dapat membaca karya –karyanya hingga saat ini. Dakwah bil kitabah yang dikembangkan dengan menggunakan sarana media cetak memerlukan bakat mengarang karena pers merupakan sarana komuniaksi tulisan (arti sempit), banyak da’i yang mampu berbicara memikat di mimbar tetapi tidak mampu menuangkannya dalam sebuah karya tulis. Berbicara tentang dakwah bil kitabah yang tentu juga tidak lepas dengan dunia media cetak (pers), media cetak yang berisi pesan dakwah memang sudah, walaupun kondisinya belum teralalu menggembirakan. Majalah di tanah air tercatat antara lain Panji Islam, Pedoman Masyarakat, Pebela Islam, Suluh Islam, Semangat Islam dan Al Lisan. Pada zaman kemerdekaan pernah pula ada majalah-majalah Islam seperti Gema Islam. Dewasa ini ada majalah Risalah, Suara Mesjid, ALMuslimun, Panji Masyarakat, Amanah, Kiblat, Risalah Ulumul Qur’an, Suara Muhammadiyah, Media dakwah, bahkan tahun-tahun pers dunia Islam seprtinya mendapat warna baru, yang kalau boleh diakatakan selangkah lebih maju dari yang terdahulu seprti Majalah Umat, Tabloid Adil bahkan untuk surat kabar terbitan dan berhasilnya republika (surat kabar yang dikelola Yayasan Abdi Bangsa /ICMI) cukup memberi nuansa baru bagi perkembangan pers Islam di tanah air, yang sedikit dirasakan mampu memberikan informasi yang objektif perjuangan Islam dan dunia Islam, yang sebelumnya lebih sering dijadikan sarana empuk berita dalam
279
إ ء اVol. I No. 2, Juli – Desember 2011
merebut oplag yang banyak serta keuntungan komersial semata, dengan sering mengabaikan aspirasi umat Islam. Namun bagai lembaga pers Islam seperti disebut di atas masih belum sebanding tiras masing-masing lembaga pers Islam tersebut jika dibangingkan dengan jumlah umat Islam yang hidup di Indonesia (Abidin, 1996). Jadi konkritisasi dakwah bil kitabah yang dikembangkan melalui dakwah lewat tulisan (pers), sebagai bentuk ketimpangan jika dibangingkan dengan bentuk dakwah lainnya disebut di atas serta berbagai prospek, tantangan dan kendala yang diahdapi serta intinya bagaimana peran pers Islam itu sendiri dalam mengaplikasikan dakwah bil kitabah lebih lanjut diuraikan pada bab selanjutnya. Namun inti segala bentuk pengklasifikasian dimaksud menuntut kita untuk bisa secara terpadu dan utuh menjalankan ketiga bentuk dakwah dimaksud (bil lisan – kitabah dan bil hal). C. Aplikasi Dakwah Melalui Pers Islam Dakwah yang merupakan kewajiban umat Islam senantiasa harus tetap dijaga kelestariannya, kesan yang tampak dakwah masih berkutit di sekitar bil lisan yang seprtinya kurang menyentuh masalah-masalah umat, bahkan cenderung membingungkan umat dengan berbagai materi yang disampaikan para da’i yang saling kontradiktif, menuntut kita untuk lebih jeli dan berfikir maju. Disisi lain masih snagat minimnya permanfaatan sarana pers yang ada sangat jelas kita rasakan. Pakar komunikasi Jalaluddin Rahmat menyatakan dalam sebuah wawancara yang diliputi majalah Visa TV mengatakan bahwa harus dipoleh untuk tidak membuat gep (jarak atau jurang pemisah dengan mad’u) justru segala potensi yang sangat digandrungi umat, selayaknya dakwah harus ditampilkan disana, lebih jauh katanya, dakwah dapat disisipi iklan, hal ini didasarkan betapa umat Islam saat ini sangat ganderung dengan kecanggihan yang ada, dan akan terus jauh dari agama, jika Islam tidak dapat memanfaatkan peluang tersebut (Rahmat, 1991). Lebih jauh lagi analisis Kontowijoyo yang menyatakan jika agama tidak mengintervensi hal tersebut, khususnya Islam dengan format dakwah yang perlu dikembangkan lagi termasuk memanfaatkan srana pers, maka tentunya manusia akan menjadi tawanan dari hasil
280
Ahmad Sampurno: Pemanfaatan Pers Sebagai Media Dakwah…
ciptaannya sendir dan (Kontowijoyo, 1991).
penyembahan
terhadap
diri
sendiri
Wujud konkrit dakwah melalui pers yang saat ini masih sangat minim kita lihat, tentunya memicu kita untuk memikirkan hal ini, memoles dakwah menguasai jaringan percetakan, untuk tidak memonopoli, kekalahan dan kecolongan umat dalam hal ini harus dapat diantisipasi adanya, sehingga pers yang merupakan salah satu asset atau kekuatan yang ada tidak cenderung memojokkan Islam, betapa masih sedikit surat kabar yang mampu memoles dakwah. Sebut saja beberapa majalah yang saat ini, masih berkutik di sekitar dana, dan perizinan, betapa majalah seperti sabili,ummi,muslimin hidayatullah dan yang lainnya sering disinyalir orang dengan hidup segan mati tak ondak betapa surat kabar yang mampu untuk ini masih minim, persoalana ini adalah persoalan umat yang akan mendapat informasi, untuk tidak memuki kita akan salut dengan berbagai harisan yang akan muncul dan berbagai mingguan serta majalah bulanan yang muncul jika mampu mendobrak hal ini. Dakwah melalui media pers sebagai wujud konkrit dari pengaplikasian dakwah bil khitabah (dakwah melalui tulisan) merupakan sesuatu yang tidak dapat ditolak lagi keharusannya, sebab kemajuan media komunikasi massa yang satu ini cukup kuat pengaruhnya khsusu terhadap lapisan masyarakat pembaca, baik dari lapisan elite (the have), middle dan hingga ke masyarakat lower. Dakwah melalui pers sebagai salah satu sarana media komunikasi massa yang sangat berperan dalam membentuk opini komunikasi di samping media lainnya berarti dakwah harus dikembangkan dan dipelajari serta diekspose melalui pers itu sendiri baik surat kabar, majalah, bulletin dan berkala lainnya. Keberadaan pers yang mampu untuk mentransper nilai-nilai Islam ini dalam sebuah muktamar pers Islam pernah disampaikan, dan memicu umat untuk lebih menignkatkan semangat menulis sebagai wujud nyata dakwah bil kitabah yang sering kita dengan, kendala yang ada terutama dana, dan banyaknya pers Islam yang tidak dapat dan tidak mempunyai SIUP, serta system mendesain majalah atau berkala lainnya, dan kurang mantapnya system manajerial yang dipakai dibicarakan dalam muktamar pers Islam yang diadakan di Jakarta pada tahun 1973, yang bersifat muktamar pers se-dunia
281
إ ء اVol. I No. 2, Juli – Desember 2011
Islam yang sampai saat ini terus diadakan. Pertemuan antar Menteri Penerangan negara-negara Islam tahun 1997 mengagendakan hal ini, agar Islam tidak terlalu dipojokkan dalam percaturan global. Bertitik tolak dari defenisi pers yang digolongkan kepada arti pers secara sempit dan luas, dari sana terlihat jelas bahwa bentuk – bentuk pers Islam itu bisa diholongkan kepada dua kelompok yaitu kegiatan pers pada media cetak dan kegiatan pers pada media elektronik (karena media elektronik bauk TV maupun radio memiliki kegiatan peliuputan berita). Namun berangkat dari arti pers secara sempit yang hanya meliputi media cetak juga dari batasan istilah yang penulis paparkan pada bab awal penelitianini maka yang dimaksud bentuk-bentuk pers Islam, di sini hanya meliputi media cetak surat kabar dan majalah. a. Surat Kabar Salah satu media yang digolongkan media massa adalah surat kabar. Surat kabar (newspaper) juga sering disebut koran. Sedangkan menurut T.A. Lathief Rosydiy istilah lain yang cukup popular adalah pers (Saefuddin, 1996). Berbeda dengan majalah. Surat kabar umumnya terbit setiap hari, ada yang terbit pagi hari, siang maupun sore hari. Ucahyana (1993) menjelaskan media lainnya surat kabar mempunyai tiga peran yaitu : 1. Menyiarkan informasi (to inform) 2. Mendidik (to educate) 3. Mengibur (to entertaint) Maka bagi kalangan da’i tentunya memanfaatkan surat kabar sebagai sarana pengembangan dakwah tentunya sangatlah penting sekali apalagi orang sering beralngganan surat kabar untuk mencari berita, apakah tajuk, informasi dunia keilmuan, maupun artikel, bahkan kecenderungan yang ada juga jika dilihat dari jumlah penduduk Indonesia, lahan untuk pengembangan surat kabar masih cukup luas. Menurut kalangan dunia komunikasi, idealnya surat kabar itu dibaca 1 surat kabar untuk 10 orang dan di dunia maju (negara – negara maju) hal ini telah terbukti, namun bagi masyarakat Indonesia hal itu belum bercapai, maka bagi kalngan dunia surat kabar tentunya hal ini masih menjadi peluang besar untuk
282
Ahmad Sampurno: Pemanfaatan Pers Sebagai Media Dakwah…
memanfaatkan pangsa pasar yang ada, terlebih umat Islam yang merupakan jumlah penduduk terbesar dari komponen bangsa ini. (lebih dari 80 %), tentu hal ini bisa memotivasi dunia persuratkabaran untuk mampu melahirkan surat kabar yang memperjuangkan nilai Islam, atau paling tidak bersifat adil dalam pemberitaan dan tidak keliru dalam menilai perjuangan dan ajaran Islam, seperti saat ini kita lihat banyaknya surat kabar yang keliru jika menganalisa Islam, dan bahkan umat Islam sering mendemo surat kabar dimaksud, seperti yang dialami kompas dalam pemberitaan Muslim Aljazair, Surabaya pos, dalam menilai sosok Amin Rais sebagai tokoh Islam. Karena memang kita akui siapa yang menguasai media pers dimaksud sangat bisa memasukkan kepentingannya dalam pemberitaan, seperti kasus pemerkosaan yang marak belakangan ini (peristiwa pertenngahan bulan Mei 1998), kita bisa melihat bagaimana hebatnya dunia pers Barat dalam menilai dan memojokkan bangsa dan umat Islam di dunia Internasional, hal ini terlihat banyaknya kantor kedutaan besar Indonesia yang didemo seperti Taiwan, Hongkong, RRC dan sebagainya. Ini hanyalah contoh bagaimana hebatnya surat kabar menyampaikan misinya. Adanya surat kabar semisal republika, pelita dan yang lainnya merupakan kredit point tersendiri di hati umat, bahkan kehadiran mereka jujur kita akui banyak memberikan andil bagi perjuangan umat, yang sering harian lain justru memojokkan umat Islam. Hadirnya berbagai surat kabar Islam lainnya merupakan cambuk dan prestasi tersendiri bagi umat ini. b. Majalah Berbeda dengan surat kabar yang terbitnya setiap hari, majalah justru terbit secara berkala (relatif lebih lama ) ada yang majalah mingguan, dwi mingguan, bulanan, bahkan dwi bulanan. Jika surat kabar kecenderungannya dalam menganalisa atau memberikan sesuatu relatif lebih dangkal atau apa yang terjadi, maka majalah disamping memberitakan apa yang terjadi juga diiringi dengan analisa yang lebih mendalam. Bahkan bisa diiringi dengan polemik yang lebih luas. Karena majalah ketika menangkap suatu berita masih memiliki waktu yang cukup lama sebelum mengeksposnya untuk dikonsumsi masyarakat, jadi sumber berita
283
إ ء اVol. I No. 2, Juli – Desember 2011
dan tanggapan atas persitiwa itu dari berbagai kalangan bisa dimuat lebih luas. Disisi lain majalah juga memiliki halaman yang lebih luas dan informasi yang lebih beragam, yang tentunya juga harga majalah relatif lebih mahal. Namun jika dihubungkan dengan kecepatan berita maka surat kabar tentu lebih cepat menyebar kepada khalayak. Namun disisi lain dalam penyampaian informasi maka majalah relatif lebih tahan, karena bentuknya yang lebih luks. Jadi dikaitkan dengan peran pers, maka majalah juga memiliki peran yang sama dengan media lainnya yakni to inform, to educate dan to entertain. Karenanya keberadaan majalah juga begitu penting dalam usaha penyebaran dakwah Islamiyah. Majalah Al-Urwatul Wutsqa yang dirintis Jamaluddin Al-Afgani dan M. Abduh terlihat begitu besar pengaruhnya dalam perjuangan umat Islam yang dirintis mereka dalam menghadapi kolonialisme dan imperialisme dimana saat itu umat sangat mundur. Di Indonesia terdapat majalah Sabili, media dakwah, Al Muslimin. Soeloeh Islam, Umat, Panji Masyarakat, Ulumul Qur’an dan lain sebagainya. D. Peran Pers Islam di Era Informasi Menurut Zainuddin Sardar, beliau pernah mengatakan bila kita mengamati secara serius di era informasi dalam dunia Islam yang ada kaitannya dengan pers Islam, dengan datangnya dunia peradaban komputer yang melimpah bakal menimbulkan rusaknya nilai-nilai tauhid, karena komputer akan menggantikan kekuasaan Tuhan lewat otak supernya, di lain sisi iapun akan menghacurkan konsep khalifah, lantaran komputer dapat membinasakan tauhid manusia, dapat di kategorikan bahwa media komputer tersebut zhalim tidak bersifat secara adil (Sardar : 1988 : 13). Dari uraian di atas, apa sebenarnya yang dilakukan oleh pers Islam dewasa ini? peran dan peran pers Islam akan menggambarkan posisi strategisnya dalam menghadapi era informasi sekarang, untuk lebih jelasnya dapat penulis terangkan peran pers Islam seperti yang diungkapkan oleh Bapak H. Alamsyah Ratu Perwira Negara, sebagai berikut : 1. Pers Islam itu harus bersifat kritis terhadap lingkungan luar, sanggup menyaring informasi barat yang tidak relevan dengan ajaran Islam itu sendiri. Sebab ajaran Islam tidak menginginkan,
284
Ahmad Sampurno: Pemanfaatan Pers Sebagai Media Dakwah…
bila orang fasik membawa berita, maka selidikilah berita itu dahulu (Al-Hujarat 6). 2. Pers Islam harus mampu menjadi penerjemah dan “frontier spirit” bagi pembaharuan dan gagasan-gagasan yang dinamis dan kontemporer. Maka di saat itulah Islam diperlukan agar sanggup berbicara dengan berbagai problematika sosia agar mampu menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. 3. Pers Islam hendaknya sanggup melaksanakan sosialisasi dan integrasi, sebagai upaya untuk memelihara dan mengambangkan khasanah intelektual muslim. 4. Pers Islam itu harus sanggup mempersatukan berbagai kelompok dalam sebuah ummat, sambil memberikan persiapan untuk bersikap terbuka bagi perbedaan paham. (1989 : 168). Peran pers Islam dalam mengembangkan misi dakwah sebagai pemersatu gerakan Isalam di abad informasi ini, esensinya harus berupaya sekuat tenaga agar tidak muncul saling mencurigai, yang akhirnya akan mendatangkan perpecahan di hari kemudian. Sebagaimana Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur’an dalam Surat Ali Imran 103 sebagai berikut : “Dan berpegang teguhlah kamu kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai” (Depag RI : 1974 : 93). Selain peran tesebut di atas, seperti apa yang dikatakan oleh Jalaluddin Rahmat: “ Pers Islam itu harus berperan sebagai pendidik atau muaddib, kemudian peran pers Islam itu harus pelurus atau Musaddid, Mujaddid (Pembaharu) dan muwabbid (pemersatu). Sehingga sunyalemen yang diungkapkannya agar peran pers Islam berjalan dengan optimal diperlukan jurnalis Islam yang mujaddi (pejuang), agar nuansa dan citra Islam hidup di mata orang secara positif”. (Alamsyah dalam Rusdy : 1989 : 169). Sebagai salah satu dari efektivitas dakwah yang dirangkaikan dengan pers Islam pemanfaatannya sangat dibutuhkan dalam suasana era globalisasi sekarang. Sebagai sarana manusia modern di era informasi. Pemenfaatan pers Islam dalam menyampaikan dakwah terasa semakin urgen dalam mengelola komunikasi dalam dimensi dakwah Islam dengan bil kitabah. Sedangkan prioritas dari nilai dakwah tersebut dalam mengahadapi era informasi, maka
285
إ ء اVol. I No. 2, Juli – Desember 2011
materi dakwah dan sasarannya tepat guna, guna mencapai tujuan yang dimaksud, oleh karena itu perlu dibentuk formulasi dakwah : -
Memfungsikan pers Islam, untuk mengajak orang yang belum masuk Islam untuk menerima kebenaran Islam Amar Ma’ruf perbaikan dan pembangunan masyarakat Dan memfungsikan pers Islam sebagai nahi munkar agar mencegah orang bila melakukan perbuatan yang munkar (Hatta, 1995 : 78)
Begitu signifikannya peran pers Islam dalam menghadapi dunia saat ini, sampai – sampai pers Islam harus dituntut agar bergerak maju dalam mempertahankan status Islam ya’lu wala yu’la alaihi yang dimilikinya. Dalam artian mampu memunculkan sifat kedinamisan dalam memfilter informasi dari luar yang tidak sesuai dengan ajaran-ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Pers Islam dijadikan sebagai corong dalam menunjukkan sosok dan figur masa depan umat sebaga pembawa informasi yang murni, besih dari sifat kemunafikan, kefasikan dan kezhaliman serta penindasan. Dalam rangka mengantarkan nilai dakwah yang termaktub di dalam peran pers tersebut, agaknya perlu diadakan pembenahan – pembenahan yang bersifat konstributif (membangun) demi pengembangan materi dakwah menghadapi era informasi yang terus semakin maju keberadannya. Peran pers Islam dalam membangung peradaban era informasi menjelang abad 21 akan datang, memang membutuhkan pekerjaan yang tidak mudah, memerlukan penguasaan IPTEK dalam memahami pernyataan dan gempuran – gempuran yang dahsyatnya terutama datangnya dari pers dunia barat yang sengaja ingin menghantam nilai-nilai Islam lewat sebuah media dengan pers. Untuk itu media masa Islam lewat Pers Islam harus mampu memainkan peran strategisnya dalam menangkis informasi yang merugikan umat Islam, menumbuh kembangkan suasa diri dalam menjawab peluang dan tantangan yang bakal terjadi. Secara praktis pernyataan tersebut di atas, pers Islam mutlak harus memiliki peran sebagai counter balance (menyaring informasi) yang datang dari luar. Peran ini sangat berguna dalam mempersembahkan proses dinamis pers Islam itu sendiri. Sehingga kekuatan dalam menyatukan komunikasi dari beberapa unsur berita dari dunia barat dapat tersaring dengan baik. Peran pers Islam
286
Ahmad Sampurno: Pemanfaatan Pers Sebagai Media Dakwah…
sebagai central dari penyaringan berita dan informasi dapat teridentifiksai secara konstruktif. Di dalam kajian ke-Indonesiaan pers Islam kurang dapat bergerak dalam rangka menyahuti aspirasi umat Islam, hal ini disebabkan oleh minimnya penyaringan informasi dari bebagai media massa Islam, maka terjadilah apa yang disebut rapuhnya moral manusia di berbagai daerah. Khususnya akhlak dari kaum remaja sebagai genarasi penerus di masa akan datang, serta kerancuan terhadap citra Islam itu sendiri E. Prospek Pers Islam Dalam Mengembangkan Dakwah Isamiyah Apabila kita berbicara mengenai media massa Islam khususnya yang berkaitan dengan pers Islam, maka umat Islam memiliki potensi yang banyak. Apalagi pers Islam yang sedang berkembang di negara Indonesia sebenarnya memiliki prospek yang relatif cerah. Namun demikian sudah barang tentu prospek kecerahan tersebut tergantung kepada kita bagaimana mengelolanya secara propesional dan manajemen yang tersusun rapi. Pesoalannya adalah pers Islam yang kita miliki sekarang ini belum maksimal berbuat terutama dalam mebela kepentingan umat Islam sendiri. Selama ini kita sama-sama melihat umat Islam cenderung lebih menggandrungi pers Umum dalam menyampaikan berita dan informasi yang datangnya dari luar. Atau yang datangnya dari belahan dunia barat. Sehingga prospek yang sebenarnya dapat dimanfaatkan secara baik, malah terjadi apa yang tidak diinginkan oleh umat Islam. Selain beberapa persoalan di atas, kita juga sama-sama mengakui bahwa pers Islam belum mengenal atau meresap dengan kondisi sosio kultural masyarakat pembaca dan di negara Indonesia. Kemandulan ini mengakibatkan fatal bagi perkembangan dan prospek pers Islam dalam mengembangkan sayapnya di persada nusantara yang tercinta ini. Dapat kita ambil sebuah contoh kecil di dalam pers Islam, harian Republika, Tabloid Mingguan Adil dan lain sebagainya. Media Islam yang seperti ini belum meresap bagi kalangan pembacanya. Karena nuansa Ke-Islamannya cenderung dibatasi dengan berita-berita politik Islam, masalah ibadah tanpa memikirkan efek yang terjadi sesudahnya. Kurangnya minat pembaca dalam mengembangkan dakwah Islamiyah di dakwah bil kitabah, nuansanya informasi di media Islam tersebut melupakan
287
إ ء اVol. I No. 2, Juli – Desember 2011
nilai konstruktifnya. Dan minim sekali ditemukan tentang berita yang berkaitan dengan kawasan-kawasan intelaktual yang bepijak kepada ajaran Islam dan menyetuh pada kepada lapisan kalangan bawah. Terutama masyarakat desa yang terpencil yang jauh dari keramaian kota. 1. Pers Islam dan eksistensinya dewasa ini Saat ini pers Islam, kini mengalami kemunduran dan kelambanan, demikian bunyi sebuah media massa yang sempat terbaca dua tahun yang silam. Terlepas dari validnya dan reliblenya atau tidaknya statement itu, maka jika kita bijak dalam menggapai persoalan itu, dapat kita mereleksi sama – sama tentang profil pers Islam saat ini. (Alamsyah dalam Rusdy : 1989 : 43). Maka bila kita kaitkan dengan jumlah penduduk yang ada di Indonesia, sudah mencapai 200 juta orang, sehingga dari jumlah yang sebanyak 200 juta tersebut, sekitar 165 juta menganut agama Islam, berarti sekitar 84 % penduduknya yang beragama Islam. Dari konteks ini dapat kita memprediksi jumlah dari pers mana yang lebih banyak keberadaannya. Maka jelas pers Islam terutama media massa, surat kabar tabloid, jurnal, majalah, buletin dan lain sebagainya lebih banyak keberadaanya. Namun sangat menyayangkan kepada kita media Islam banyak namun hidupnya segan tapi mati tak mau, artinya hidupnya banyak terkatung – katung karena ingin mempertahankan status quonya saja. Apabila dibandingkan dengan media non – Islam, media yang ada di Indonesia dapat memasuki pangsa pasar yang sangat mengembirakan seperti halnya harian “kompas” dan tabloid-tabloid lainnya, media masa mereka ini dapat mengena kepada semua kalangan baik yang beragama Islam maupun yang tidak beragama Islam. Di sisi lain media massa Islam yang menyebut dirinya sebagai media Islam plus, jika dilihat dari isinya memang Islami, meskipun media tersebut tidak menyebut dirinya sebagai media yang Islam. Secara kuantitatif di pasaran sangat kurang memadai, masih jauh tertinggal dengan media masa yang non- Islam. Salah satu diantaranya adalah media masa yang independen yang tidak memihak kepada siapapun. Bila kita mengamati kelender al-Manak tentang media massa Islam sekitar tahun 1990 an, seperti halnya Panjimas, Kiblat, Amanah, Pelita, Al-Muslimin, Panggilan, Harmonis, oplahnya
288
Ahmad Sampurno: Pemanfaatan Pers Sebagai Media Dakwah…
sekitar 200.000 an banyaknya. Jumlah ini ternyata lebih kecil bila dibangingkan dengan media massa yang tidak beragama Islam. (Alamsyah dalam Rusdy : 1989 : 44) Menurut keterangan yang diberikan oleh Rusdy Hamka skala bandingan antara media massa Islam dengan media massa nonIslam jauh lebih banyak, umpamanya media massa yang non Islam setiap minggunya itu baik dalam bentuk surat kabar maupun buletin oplahnya mencapai 7 juta eksemplar. Jadi dapat kita skalakan bahwa minat pembaca media massa Islam itu hanya sekitar 0.00012% banyaknya. Atau 0.00014 % dari jumlah penduduk Islam. Sementara itu minat pembaca media masa Islam kepada media masa non Islam sekitar 0,42% dari jumlah penduduk yang ada. Sedangkan bila dilihat dari segi oplahnya, maka media masa Islam hanya mencapai sekitar 0,0028% dari jumlah media massa non – Islam. Dari uraian di atas, nampak bahwa media masa Islam jauh ketinggalan dan lamban dalam berbuat. Tapi satu hal yang dapat menggembirakan yaitu, percetakan-percetakan buku yang bernota bene agma Islam lebih dominan adalah percetakan yang Islami. Oleh karenanya melihat kenyataan di atas, sebenarnya faktor apa yang menyebabkan media massa melempem tidak agresif dalam perkembangannya. Padahal jika ditilik dari kacamata kapasitas umat, maka Islam jauh lebih banyak jumlahnya di negara Indonesia ini. Persoalannya adalah bagaimana saat ini media masa Islam mampu menghadirkan dirinya dan mengena di hati masyarakat pembacanya. Dari sederetan pertanyaan di atas, kiranya sangat perlu direfleksi jalan alternatif apa yang cocok untuk memajukan media masa Islam khususnya pers Islam agar dapat bersaing dengan media massa non Islam. Dengan demikian eksistensi pers Islam dewasa ini secara gamblang dapat kita katakan dari sisi kapasitas oplahnya masih perlu untuk ditinggalkan. Tapi bila dilihat dari sisi kualitasnya pers Islam yang ada di media massa tidak ketinggalan, namun dapat bersaing dengan media massa yang berstatus non-Islam. 2. Pers Islam dalam mengemban dakwah Islamiyah Jika ditelusuri potensi umat Islam yang terbesar di alam Indonesia ini, maka pers Islam sebenarnya memiliki sederetan potensi yang tersimpan di tubuh umat Islam itu. Prospek cerah yang
289
إ ء اVol. I No. 2, Juli – Desember 2011
dimiliki oleh umat Islam tersebut bila diabaikan dan tidak dimanfaatkan secara optimal maka kita akan terus ketinggalan dengan pers yang lainnya. Prospek pers Islam dalam era informasi untuk mengembangkan nilai dakwah Islamiyah, dapat diambil beberapa komponen sebagai catatan pers Islam di masa akan datang sebagai berikut : a. Pers Islam sebagai media komunikasi Islam yang bernuansa keagamaan, hendaknya mampu memerankan dirinya sebagai media dan corong kemajuan bangsa, memiliki kontrol sosial yang objektif, konstruktif, penyalur aspirasi masyarakat dan mobilisator dan motivator pembangunan untuk membantu pemerintah dalam mengembangun bangsa. (Alamsyah dalam Rusdy : 1989 : 48). b. Media massa Islam (pers Islam) hendaknya sanggup menjadi media yang profetik, artinya ia harus mampu membawa risalah atau amanah yang berorientasi amar ma’ruf nahi munkar, menegakkan keadilan dan kebenaran. Jadi apapun dalilnya pers Islam harus menjalankan peran profetiknya, dalam membangun umat dan bangsa ini. Peran profetik yang digambarkan di atas, dimaksudkan bahwa pers Islam mampu menjadi suara rakyat dalam menyampaikan risalah dakwah Islam, dan mengemukakan pemikiran-pemikiran yang kritis di media massa sebagai salah satu dakwah bil kitabah. Sekaligus ikut berperan serta dalam mensosialisasikan nilai-nilai Islam di tengah-tengah masyarakat yang heterogen keberadaannya. c. Sebagai pelanjut dakwah bil kitbah, pers Islam sebagai media komunikasi massa yang Islami, harus mampu mengambil ‘agen’ pemersatu (infikator) bangsa Indonesia. Terutama dalam mensukseskan pembangunan kerukunan antar umat beragama, disinilah pers Islam sebagai lembaga keislaman berperan dalam menyampaikan missi dakwahnya di tengah-tengah umat. d. Pers Islam, sebagai komunikasi dan penyambung bahasa kepada masyarakat, perlu memiliki bahasa yang bersifat komunikatif dan dialogis, bertujuan untuk menggugah perasaan dan tindakan masyarakat secara halus dan lembut, menarik dan indah di dengar. (Alamsyah dalam Rusdiy : 1989 : 49).
290
Ahmad Sampurno: Pemanfaatan Pers Sebagai Media Dakwah…
3. Pers Islam dan dakwah bil kitabah Berdakwah dengan menggunakan sarana media cetak memerlukan bakat mengarang, karena media cetak merupakan sarana komunikasi dalam bentuk tulisan. Banyak da’i yang mampu berbicara di podium, namun ketika da’i tersebut dihadapkan dengan tulisan untuk menuangkan pikirannya di media cetak sangat sulit untuk menuangkannya. (Abidin Ass : 1996 : 128). Jadi, kekuatan dakwah bil lisan kekuatan yang digaungkannya tidak berapa kuat, karena dakwah yang dialaksanakan di mimbar kekuatan telingalah yang merekamnya, bila telinga tidak kuat dalam menganalisa pembicaraan yang dituangkan oleh soerang da’i di mimbar, maka hilanglah kekuatan umat untuk merekam pembicaraannya. Lain halnya dengan dakwah melalui tulisan frekwensi yang dihasilkannya akan hidup sepanjang zaman, bahkan generasi kegenerasi pun akan turut membacanya. Dalam lintasan sejarah da’i yang padai berbicara sekaligus mampu menuangkan pembicaraannya tersebut banyak didapatkan di kalangan kita, seperti Buya Hamka, Mohammad Natsir adalah diantara da’i yang menggeluti dakwah bil kitabah sejak beliau masih berusia muda. Pers Islam jelas sangat berkaitan dengan perilaku tulis menulis, faktor tulisan dan menulis ini merupakan media awal untuk mengingatkan kembali bahwa dakwah bil kitabah jauh lebih penting dibandingkan dengan dakwah bil lisan, karena ganjaran yang didapatkan dari Allah SWT sama derajatnya yaitu sama-sama menyampaikan dakwah Islam melalui media massa yang terkait denga pers Islam. Pers Islam dalam mengaplikasikan dakwah Islam dengan tulisan perlu untuk dikembangkan agar seluruh masyarakat terkena makna-makna rohani, sehingga segala bentuk hidupnya akan berubah dari tidak baik kepada yang baik. Pers Islam yang ada di Indonesia cukup berkembang dengan pesatnya, perkembangan media massa Islam yang ada di tanah air kita cukup banyak. Seperti halnya Panji Islam, Pedoman Masyarakat, Pembela Islam, Al-Lisan dan lain sebagainya. Semua dari majalah tersebut beredar ketika masih di zaman kemerdekaan. Tapi dewasa ini media massa Islam semakin banyak seperti majalah Suara Mesjid, Panji Masyarakat, Al-Muslimun, Amanah, Kiblat, Ulumul Qur’an dan lain-lain sebagainya. Namun sangat
291
إ ء اVol. I No. 2, Juli – Desember 2011
menyayangkan kebutuhannya tidak tergubris dengan keinginan para pembaca di seluruh Indonesia, bahkan diantara media massa yang bernuansa ke-Islaman bagaikan hidup tumbuh di atas batu, hidup segan mati tak mau. Kurang maraknya tiras dari wajah pers Islam di media massa ke-Islaman tersebut, diakibatkan oleh banyaknya persaingan buku-buku dan majalah yang datang dari luar negeri. Yang tanpa sadar sedikit demi sedikit mempengaruhi proses dari perkembangan media massa Islam. Memang di satu sisi jika kita menilik keberadaan pers Islam yang berkaitan dengan media massa keislaman prospek ke depan untuk mengembangkannya jauh lebih baik, jika sama antara satu dengan yang lainnya bekerja secara kolegial, dalam atian samasama menarik minat pembicara di seluruh khalayak ramai. (Abidin Ass) : 1996 : 129). Dengan berbagai macam bentuk uraian di atas jelaslah bahwa pers Islam prospeknya ke depan akan lebih baik, bila diatur secara baik pula untuk menyampaikan dakwah bil kitabah di tengahtengah masyarakat. F. Kesimpulan Pers Islam sebagai media komunikasi umat Islam dalam bentuk operasionalisasinya, kurang memberikan respon yang positif terhadap media masa yang berkembang, maka dakwah Islamiyah melalui tulisan (bil kitabah) lebih dominan dikuasai oleh umat non – Muslim. Pada hakekatnya pers Islam sebagaimana diuraikan di atas berperan sebagai: pendidik (muaddib), pelurus (musaddib), pembaharu (mujaddib), dan pemersatu (muwabbid). Di samping itu juga pers Islam dituntut harus bersifat kitis, mampu menjadi penerjemah bagi pembaharuan, dilaksanakan sosialisasi dan integrasi dalam kehidupan umat, namun fenomena berbagai lembaga pers Islam kecenderungannya saat ini lebih banyak melaksanakan peran sebagai counter attack terhadap berbagai informasi dari media masa non muslim. Prospek pers Islam di era informasi saat ini posisinya sangat strategis, potensi yang dimiliki leh pers Islam dan media massa Islam sangat besar, hanya saja, bagaimana umat Islam
292
Ahmad Sampurno: Pemanfaatan Pers Sebagai Media Dakwah…
mengelolanya, mengaturnya, agar mampu bersaing dengan media massa lain yang ada pada non muslim. Globalisasi dan era informasi yang menghancurkan umat Islam menyongsong abad 21, perlu adanya penanganan yang serius yang dimotivasi oleh pers Islam lewat media massa yang dimiliki oleh umat Islam, dalam rangka melaksanakan dakwah bil kitabah. Salah satu kendala yang dihadapi oleh pers Islam saat ini adalah kurang adanya sumber daya manusia (SDM) dan sebagian dari umat Islam masih memunculkan sifat sektarian atau kelompok, sehingga secara otomatis pers Islam terbelenggu begitu saja, maka dalam upaya penanggulangannya pers Islam harus dijadikan sebagai pemersatu umat melalui media tulisan yang proporsional. KEPUSTAKAAN Abidin, Jamalul Ass, 1996, Komunis dan Bahasa Dakwah, Jakarta : Gema Insani Press. Al-Bagdadi, Abdurrahman, DR, 1997, Dakwah Islam Dan Masa Depan Ummat, Bangil : Al-Izzah. Ali, Mahfuds, 1952, Hidayatul Mursyidin, Penerbit Darul Kitabah Amin, Abdul Aziz Jum’ah, 1997, Fiqh Da’wah Prinsip dan Kaidah Kasasi Dakwah Islam, Terjemah Abdus Salam Masykur, Solo: Citra Islami Press. Arifin, HM, 1994, Psikologi Dawah, Jakarta: Bumi Aksara. Departemen Agama RI., 1989, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: PT. Searjaya. Departemen P & K RI., 1997, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Gazalba, Sidi, 1978, Asasi Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang. Hamka, Rusjdi, 1989, Islam dan Era Informasi, Jakarta: Pustaka Panjimas. Hanafi, Ansari, HM, 1993, Pemahaman dan Pengalaman Dawah, Surabaya: Al-Ikhlas.
293
إ ء اVol. I No. 2, Juli – Desember 2011
Hasymy, A, 1974, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an, Jakarta : Bulan Bintang. Hatta, H.M, 1995, Citra Dakwah di Abad Informasi, Medan : Widyasarana. Husain, Fadullah Muhammad, 1997, Metodologi Dakwah Dalam Al-Qur’an, Terjemahan T. Ahmad Qosim, Jakarta: Lentera. Kurniawan, Junaedhie, 1991, Ensiklopedia Pers Islam, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Kuntowijoyo, 1991, Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi, Bandung: Mizan. Lubis, M. Solly, 1997, Ummat Islam Dalam Globalisasi, Jakarta: Gema Insani Press. Mansyur, Mustafa, Syeikh, 1994, Jalan Dakwah, Thahir, Jakarta : Pustaka Ihsan.
Terjemah M.
Rahmat, Jalaluddin, 1991, Islam Aktual, Bandung: Mizan. Rais, M. Amin, 1996, Islam di Indonesia (Suatu Ikhtiar Mencari diri), Jakarta: Sri Gunting. __________, 1991, Cakrawala Islam, Bandung : Mizan Rousydiy, T.A. Lathief, 1985, Dasar- Dasar Rethorika Komunikasi dan Informasi, Medan : Rimbow Saefuddin, U.A. 1996, Fiqhud Dakwah, Bandung : Al-Huda Shaleh, Rosyad, 1997, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang. Shihab, Quraish, 1993, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan. __________, 1996, Wawasan Al-Qur’an, Bandung : Mizan Susanto, Astrid, 1974, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Jakarta : Bina Cipta. Syukir, Asmuni, 1983, Dasar – dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya : Al-Ikhlas. Ucahyana, Onong, 1993, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, Bandung : Remaja Rosda Karya. Yaqub, Ali Mustafa, 1997, Sejarah dan Methode Dawah Nabi, Jakarta : Pustaka Firsdaus.
294
Ahmad Sampurno: Pemanfaatan Pers Sebagai Media Dakwah…
Yakan, Fathi, 1993, Benturan – Benturan Dakwah, Terjemahan Zeyd Ali Amar, Jakarta : Gema Insani Press. __________, 1996, Islam dan Era Global, Terjemah Abd. Wadud Nafis dan Buhul Ulum, Yogyakarta : Ababil.
295