ETIKA PROFESI HAKIM DALAM ISLAM Khusnul Khotimah Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Bengkulu Abstract: Professional Ethics of Judges in Islam.Judge is a position that is noble in the sight of Allah, but full of risks and challenges, because the risks are so great, the islamic scholars has set the conditions that must be fulfilled in order to occupy the post of judge, and formulate particular ethics as a references of the judges so that it do not disobey Allah in al-Qur'an and Hadith. A judge must have ethical values that will support the profession and show the authority of the law in the eyes of the public, to then be justified On God and society. Thus upholding the supremacy and rule of law is not merely wishful thinking and rhetoric. Keywords: Ethics, Judges Profession, Islam Abstrak: Etika Profesi Hakim Dalam Islam. Hakim adalah jabatan yang mulia di sisi Allah namun penuh resiko dan tantangan, Karena resiko yang begitu besar, para intelektual hukum Islam telah menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat menduduki jabatan hakim,dan merumuskan etika-etika tertentu sebagai pegangan para hakim sehinga tidak keluar dari rambu-rambu yang telah digariskan oleh Allah dalam al-Qur`an dan Hadis. Seorang hakim harus memiliki nilai-nilai etis yang akan mendukung profesinya dan menunjukkan wibawa hukum dimata masyarakat, untuk kemudian dipertanggungjawabkan Pada Allah dan masyarakat.Sehingga penegakan supremasi dan kepastian hukum tidak hanya sebatas anganangan dan retorika semata. Kata kunci: Etika, Profesi Hakim, Islam.
Pendahuluan
yang masuk surga. Yang pertama seorang hakim yang telah mengetahui
رﺟﻞ ﻋﺮف: اﺛﻨﺎن ﻓﯩﺎﻟﻨﺎروواﺣﺪ ﻓﯩﺎﳉﻨﺔ: اﻟﻘﻀﺎة ﺛﻼ ﺛﺔ اﳊﻖ ﻓﻘﻀﻰ ﺑﻪ ﻓﻬﻮﰱ اﳉﻨﺔ ورﺟﻞ ﻋﺮف اﳊﻖ ﻓﻠﻢ ﻳﻘﺾ ﺑﻪ وﺟﺎر ﻓﯩﺎﳊﻜﻢ ﻓﻬﻮا ﰱ اﻟﻨﺎر ورﺟﻞ ﱂ ﻳﻌﺮف اﳊﻖ 1
ﻓﻘﻀﻰ ﻟﻠﻨﺎس ﻋﻠﻰ ﺟﻬﻞ ﻓﻬﻮا ﰱ اﻟﻨﺎر
mana pihak yang benar dan pihak yang salah kemudian menetapkan keputusan sesuai dengan kebenaran tersebut Allah menjanjikannya baginya imbalan surga. Sedangkan dua yang
masuk neraka
karena: salah seorang dari keduanya
Secara sederhana, dari hadis ini
menghukum tidak sesuai dengan yang
dipahami bahwa terdapat tiga
sebenarnya meskipun dia tahu mana
jenis hakim, dua masuk neraka dan satu
yang benar dan mana yang salah.
dapat
Adapun 1
Al-Hafizh BinHajar al-Asqolani, BulughulMaram, Kitab al-Qodho, Hadisnomor 1, (Semarang : Toha Putra, tt), hal.315.
yang satu lagi memberikan
keputusan secara membabi buta karena dia belum tahu mana diantara para pihak yang benar dan yang salah.
MIZANI Vol. 25, No. 2, Agustus 2015 Hadis ini mengisyaratkan bahwa
rambu yang telah digariskan oleh Allah
menjadi hakim bukanlah pekerjaan yang
dalam al-Qur`an dan Hadis.
gampang dan mudah, akan tetapi berat
Dengan demikian etika profesi
dan penuh resiko. Seorang hakim yang
hakim mempunyai peranan penting
tidak
karena berkaitan dengan pelaksanaan
mampu
menunjukkan
performance-nya
secara
baik
dan
hukum
(syari’ah).
proporsional tentu akan mendapatkan
Lebihjauhlagimerupakanaspekpentingba
konsekwensi logisnya. Sehingga tidak
gipenegakhukum,
mengherankan
hakim.Karenamoralitasatauetikasebagai
Hanifah
jikalau
menolak
Imam
jabatan
Abu hakim
khususnyaprofesi
doronganterhadapkeadaanjiwa
yang
meskipun kapasitas dan kababilitasnya
diwujudkandalammelaksanakanprofesin
sanyat cakap untuk menduduki jabatan
ya.Tulisan ini akan menguraikan etika
tersebut2
profesi hakim dalam Islam. Islamsecara tegas menjelaskan
bahwa hakim adalah seorangyang diberi
Gambaran Umum Profesi Hakim.
amanah untuk menegakkan keadilan
1. Pengertian Hakim
dengan nama Tuhan atassumpah yang telah
diucapkansehingga
Hakim dalam terminologi Islam
setiap
merupakan sumber hukum, yaitu Allah
putusannya benar – benar mengandung
SWT.
keadilan dan kebenaran.
pembahasan kalangan usuliyyin, yaitu:
Jabatan
ini
terlihat
dalam
hakim
Khitab (titah) Allah yang berhubungan
merupakan jabatan yang mulia disisi
dengan perbuatan mukallaf3 Pengertian
Allah.
ini menunjukkan bahwa sumber hukum
Namun
seorang
Hal
untuk
mewujudkan
kemuliaan tersebut tidaklah mudah,
tersebut adalah Allah SWT.
penuh dengan tantangan dan godaan.
karena itu dalam Islam Allah SWT-lah
Untuk mengatasi hal tersebut para
yang
intelektual muslim telah menetapkan
sebenarnya.
syarat-syarat dan merumuskan etika-
dinamakan
Hakim
Oleh
yang
Dalam pengertian lain: hakim
etika tertentu sebagai pegangan para
berasal darikata : ﺣﻜﻢ – ﯾﺤﻜﻢ – ﺣﺎﻛﻢ
hakim sehinga tidak keluar dari rambu-
sama artinya dengan qodi yang berasal dari kata ﻗﻀﻰ – ﯾﻘﻀﻰ – ﻗﺎ ضartinya
2
3
Muhammad Salam Madkur, Peradilan Dalam Islam, alih bahasa: Imron AM, (Surabaya, Bina Ilmu 2003), hal. 25
Abd al-Wahab Khalllaf, Ilm Usul alFiqh; (Kairo, Maktabah al-Dakwah alIslamiyah, 1996), hal. 96
71
Khusnul Khotimah: Etika Profesi Hakim Dalam Islam memutus. Sedangkan menurut bahasa
Bani
adalah orang yang bijaksana atau
dikarenakan semakin luasnya wilayah
orang yang memutuskan perkara dan
Islam dankompleknya masalah yang
menetapkannya4. Atau dikatakan juga
terjadi
sebagai pelaksana UU atau hukum di
diperlukanhakim
dunia Islam. Untuk itu hakim dikatakan
menyelesaikan perkara yang terjadi.
sebagai "yang menyelesaikan persoalan
1. Syarat- syarat Hakim dalam
hukum yang dihadapkan padanya, baik
Umayah
pada
–
sehingga
hakim
untuk
Islam. Hakim
maupun yang berkaitan dengan pribadi
hukum-hukum
Menurut
Abbasiah,
masyarakat,
yang menyangkut hak-hak Allah SWT
secara individual"
danBani
5
sebagai
pelaksana
Allah
mempunyai
kedudukan yang sangat penting dan
Tengku
Muhammad
strategis, tetapi
juga mengandung
Hasbi Ash Shidiqi, hakim yaitu orang
resiko yang berat. Dikatakan penting
yang diangkat oleh kepalanegara untuk
dan strategis karena produk hukum
menjadi hakim dalam menyelesaikan
yang ditetapkannya diharapkan dapat
perkara,
mencegah segala bentuk kezaliman
gugatan,
danperselisihan-
perselisihan dalam bidang hukum oleh
yang
karenapenguasa sendiri
masyarakat,
tidak dapat
terjadi atau
menyelesaikan tugas peradilan secara
meminimalisir
langsung.6
sehingga
Sebagaimana
Nabi
di
tengah-tengah
setidaknya
kezaliman
ketentraman
dapat tersebut
dalam
suatu
Muhammad SAW telah mengangkat
masyarakat dapat direalisasikan. Dibalik
qodi
itu, resiko yang dihadapi hakimpun
untuk
sengketa
di
bertugasmenyelesaikan antara
masyarakat
di
berat di dunia maupun di akhirat nanti.
tempat-tempat yang jauh , Rasulullah
Di dunia akan berhadapan dengan
SAW telah melimpahkan wewenang ini
mereka
pada sahabatnya7. Hal demikian terjadi
keputusannya, sedangkan di akhirat
pada sahabat dan terus berlanjut pada
diancam dengan hukuman sebagai ahli
yang
tidak
puas
dengan
neraka jika tidak mampu menetapkan 4
Muhammad Salam Madkur, Peradilan Dalam...., hal 25. 5 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, II;( Jakarta, Ictiar baru Van Hoeve, 2004), hal. 70 6 Tengku Muhammad Hasbi Ash Shidiqi, Peradilan Dan Hukum Acara Islam cet. ke-1, (Semarang : PT Pustaka Rizki Putera, 1997), hal.39. 7 Muhammad Salam Madkur, Peradilan Dalam...., hal. 26
keputusan
sesuai
dengan
yang
seharusnya. Karena resiko yang begitu besar, para intelektual hukum Islam telah menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi 72
untuk
dapat
menduduki
MIZANI Vol. 25, No. 2, Agustus 2015 jabatan hakim, yaitu8: laki-laki9, baligh,
keilmuannnya, Sunnah, ijma ulama
berakal, merdeka, Islam, adil dan tidak
salaf, ilmu ketatabahasaan dan qiyas12
rusak
pendengaran
dan
Persyaratan
tersebut
diatas
penglihatannya.1011Al-San`ani
diperlukan
menambahkan seorang hakim harus
peradilan yang berwibawa, objektif, dan
memiliki pengetahuan yang memadai
berorientasi kepada tegaknya supremasi
tentang al-Qur`an dan seluk beluk
hukum, sehingga akan mewujudkan kepastian
guna
hukum
terselenggaranya
dalam
komunitas
Islam. Persyaratan baligh dan berakal 8
Muhammad Ibn Ismail al-Kahlani alSanani, Subul al-Salam, IV; (Indonesia, maktabah Dahlan, 1996), hal. 116. 9 Persyaratan harus laki-laki untuk memangku jabatan hakim masih menjadi polemik dikalangan ualma. Ada yang mengharuskan laki-laki, ada juga yang membolehkan wanita menjadi hakim. Di antara yang membolehkan wanita menjadi hakim adalah: Imam Abu Hanifah, Ibn Jarir al-Thabari. Lihat Abu Ya`la Muhammad ibn Husain alFarra al-Hanbali; Al-Ahkam al-Sultaniyah; (Bairut, Dar al-Fikr 1998), hal. 71 10 Abu al-Walid Muhammad ibn Ahmad ibn Muhammad ibn Rusyd al-Qurtubi al-Andalusi; Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtasid, II; (Bairut, Dar al-Fikr, tt)., hal. 344
dikedepankan karna seorang hakim tidak hanya dituntut sebagai seorang yang telah dewasa, lebih dari itu dapat mengolah
rasio
berdasarkan
logika
formil di mana dibutuhkan. Kemudian diisyaratkan seorang yang merdeka, karena seorang budak dipandang tidak cakap secara hukum dan tidak sempurna kesaksiannya, termasuk dalam point ini tidak boleh menjadi hakim orang yang dibawah tekanan kekuasaan orang lain.
11
DalamUndang-undang No 49 Tahun 2009 Tentang Peradilan Umum Pasal 14 Ayat ( 1 ) disebutkan: Warga Negara Indonesia, bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Setia Pada Pancasila dan Undang-undang, ukan anggota organisasi terlarang,Pegawai Negeri, Sarjana hukum,Berumur serendah-rendahnya 25 tahun,Berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan baik. Ketentuan tersebut dipakai secara umum di lingkungan peradilan Indonesia dari tingkat pertama sampai Mahkamah Agung, tetapi ada persyaratan khusus atau persyaratan lain yang ditentukan oleh masing–masing undang-undang di tingkat peradilan masing.Pada Peradilan Agama mensyaratkan hakimharus beragama Islam dan sarjana Syari’ah atau sarjana Hukum yangmempunyai kehlian dalam bidang hukum Islam. Dan pada peradilan TinggiAgama minimal berumur 40 tahun dan minimal harus 5 tahun menjadi ketuaPeradilan Agama dan 15 Tahun menjadi hakim pada Peradilan Agama. Lihat Undang-undangNomor 7 Tahun 1989 TentangPeradilan AgamaPasal 13 Ayat (1). Dan lihatjugaPasalPasal 14 Ayat (1) Butir (a-c).
Sedangkan
persoalan
keharusan
seorang hakim beragama Islam adalah karena
untuk
menetapkan
dan
menerapkan hukum terhadap komunitas Islam haruslah seorang yang muslim dan memahami hukum Islam. Adapun persoalan orang Islam yang fasiq masih diperselisihkan
ulama
tentang
kebolehannya menjadi hakim. Namun yang lebih utama dalam mengatasi polemik
yang
terjadi
ditetapkanlah
persyaratan lain, yaitu seorang hakim 12
Muhammad Ibn Ismail al-kahlani alSanani,Subul...., hal 116.
73
Khusnul Khotimah: Etika Profesi Hakim Dalam Islam harus bertindak dan mamiliki sifat adil
Dengan berbagai macam syarat
meskipun terhadap keluarga dan dirinya
tersebutdiharapkan
sendiri.
bermoral
Demikian juga halnya dengan persyaratan
tinggi
hakim dan
dapat
tidak
boleh
melakukanperbuatan tercela, melanggar
tidak rusak pendengaran
sumpah
jabatan
atau
dan penglihatannya, karena bagaimana
larangan,
jika seorang yang
rusak mata dan
tersebuttermasuk dalam ajaran yang
telingganya dapat menjalankan fungsi
menuntut moral dan tanggungjawab
dan kompetensinya
sebagaiseorang hakim.
sebagai
hakim,
Karena
melanggar syarat-syarat
sedangkan mata dan telinga menjadi alat vital bagi hakim dalam melihat,
2. Tugas, FungsidanTanggungJawab
mengamati, dan mendengar berbagai
Hakim
alat bukti dan peristiwa yang terjadi selama persidangan. Adapun
Mengenai
tentang
persyaratan
tugas,
fungsi,
kedudukan dan kompetensi hakim di
hakim dalam Islam harus laki-laki,
dunia
meskipun
salaf
perkembangan. Jika di awal Islam
mencantumkan laki-laki sebagai salah
hakim memiliki tugas yang terbatas
satu syarat untuk menjadi
karena adanya Nabi SAW dan para
mayoritas
ulama
seorang
Islam
mengalami
hakim, dengan alasan karena wanita
Shahabat
dipandang
untuk
kapabilitasnya tidak diragukan lagi.
kekurangan
Pada masa dinasti Umayyah telah ada
lainnya seperti dalam rasio dan logika.
pembidangan hakim dengan kompetensi
Namun dalam kenyataannya para ulama
khusus untuk bidang-bidang tertentu
kontemporer
saja, misalnya: hakim masalah perdata,
bertindak
kurang hukum
dan
dan
cakap
didukung
dengan
yang
juga
realitas di dunia Islam saat ini, ulama
hakim
masalah
tidak lagi menempatkan wanita dalam
sebagainya.13
kredibilitas
pidana
dan
dan
lain
posisi sub-ordinat di mata hukum,
Masih dizaman Dinasti Umayyah,
sehingga di era posmodern sekarang ini
muncul jabatan baru yang lebih tinggi
tidak sedikit –termasuk diPengadilan
kedudukannnya dari hakim yang disebut
Agama
yang
qadi al-quda, yaitu sejenis hakim agung
menjadi hakim di pengadilan resmi
dalam istilah sekarang. Qadi al-quda ini
Indonesia—wanita
negara. 13
Muhammad Salam Madkur, Peradilan Dalam..., hal.47
74
MIZANI Vol. 25, No. 2, Agustus 2015 bertugas
mengorganisir
ان ﷲ ﻳﺄ ﻣﺮﻛﻢ ان ﺗﺆدوااﻵ ﻣﻨﺖ اﱃ اﻫﻠﻬﺎ واذا ﺣﻜﻤﺘﻢ
lembaga-
lembaga peradilan yang berafiliasi di bawah
yurisdiksinya,
mengangkat
dan
termasuk 15
memberhentikan
seseorang dari jabatan hakim. Orang "Sesungguhnya
pertama yang menduduki posisi hakim
menyuruhkamumenyampaikanamanatke
agung tersebut adalah Imam Abu Yusuf
pada yang berhakmenerimanya, dan
ya`qub ibn Ibrahim al-Ansari (113-182
(menyuruhkamu)
H/7731-798M). Di Andalusia dan di
apabilamenetapkanhukum
Maroko hakim agung ini dinamakan
enganadil.Sesungguhnya
pertama kali dijabat oleh Yahya ibn
memberipengajaran
Yazid al-Tajibi.14
dibentuk
pada
militer
zaman
Dalam
kekuasaan hakim
memangku jabatan ini adalah Ismail ibn Ishaq (200-282H/ 815-895M). Dan pada Ayuyubiyah,
jabatan
keputusan
pengaruh
pemerintah
pihak
menjadi bagi
untuk
terlepas
dari
danpengaruh tumpuan
pencari
dan
keadilan,
pejabat
yang
perkara yang kongkrit baikterhadap
amanah untuk menegakkan keadilan
hukum tertulis maupun tidak tertulis,
dengan nama Tuhan atassumpah yang
dilain pihak sebagaipenegak hukum dan
setiap
keadilan dituntut untuk dapat menggali,
putusannya benar – benar mengandung kebenaran.Dalam
merupakan
ditugasimenerapkan hukum terhadap
bahwa hakim adalah seorangyang diberi
dan
tugasnya,
mempunyai kewajiban ganda, disatu
Islamsecara tegas menjelaskan
keadilan
membuat
harapan
al-Subr (707-777H/1307-1375M).
diucapkansehingga
menjalankan
memilikikebebasan
lainnya16Ia
ini
pertama kali dijabat oleh Baha` al-Din
telah
sebaik-
".
ini
Mamalik di Mesir. Orang pertama yang
Dinasti
yang
adalahMahamendengarlagiMahamelihat
muncul jabatan qadi al-`askar, yaitu Hakim
Allah
baiknyakepadamu.Sesungguhnya Allah
Kemudian pada masa Abbasiyah
militer.
di
antaramanusiasupayakamumenetapkand
qadi al-jama`ah (hakim kolektif), untuk
hakim
Allah
memahami,nilai-nilai yang ada dalam
al-
masyarakat.
Qur’an diperintahkan:
15
Secara
makro
dituntut
Al-Quran, Surah An-Nisa` (4):58 CikHasanBisri, Peradilan Islam DalamTatananMasyarakat Indonesia, (Bandung: RosdaKarya, 1997), hal. 104. 16
14
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, ,
hal. 71
75
Khusnul Khotimah: Etika Profesi Hakim Dalam Islam untukmemahami
rasa
hukum
yang
"dan
tolong-menolonglah
kamu
hidup di dalam masyarakat.Karnanya
dalam (mengerjakan) kebajikan dan
peranan hakim sebagai penegak hukum
takwa, dan jangan tolong-menolong
dan keadilan dapat dilihat dari tugasnya
dalam berbuat dosa dan pelanggaran".
yaitu:
d. Pembawa kemaslahatan.
a.PenggaliHukum
Dalam kaidah ushul fiqh hakim
إذاﺣﻜﻢ اﳊﺎﻛﻢ ﻓﺎﺟﺘﻬﺪ ﰒ اﺻﺎب ﻓﻠﻪ اﺟﺮان واذاﺣﻜﻢ ﻓﺎﺟﺘﻬﺪ 17
sebagai pemegang amanah harus dapat membawa kemaslahatan
ﰒ أﺧﻄﺎء ﻓﻠﻪ أﺟﺮ
20
"Bila seorang hakim memutuskan
ﺗﺼﺮف اﻹﻣﺎم ﻋﻠﻰ اﻟﺮ ﻋﻴﺔ ﻣﻨﻮط ﺑﺎﳌﺼﻠﺤﺔ
perkara setelah ia berijtihad, lalu ia "Perlakuanpemimpimterhadaprakyatnya
putuskan sesuai dengan hasilijtihadnya
harusdisesuaikandengankemaslahatan".
itu, maka ia mendapatkan dua pahala. Dan
apabila
setelah
berijtihad
Sedangkanfungsi
itu
adalahmenegakkankebenaransesungguh
ternyata keliru, maka mendapat satu
nyadariapa
pahala".
yang
dikemukakandandituntutolehparapihakt
b.PemutusPerkara
anpamelebihiataumenguranginyateruta
اﻧﺎاﻧﺰﻟﻨﺎ اﻟﻴﻚ اﻟﻜﺘﺐ ﺑﺎﳊﻖ ﻟﺘﺤﻜﻢ ﺑﲔ اﻟﻨﺎس ﲟﺎ ارك ﷲ 18
"Sesungguhnya
hakim
ma
وﻻ ﺗﻜﻦ ﻟﻠﺨﺎءﻧﲔ ﺧﺼﻲ Kami
yang
berkaitandenganperkaraperdata, sedangkandalamperkarapidanamencarik
telah
ebenaransesungguhnyasecaramutlaktida
menurunkan kitab kepadamu dengan
kterbataspadaapa
membawa kebenaran, supaya kamu
yang
telahdilakukanolehterdakwa,
mengadili antara manusia dengan apa
harusmelakukanpenyelidikikanterhadapl
yang telah Allah wahyukan kepadamu,
atarbelakangperbuatanterdakwa21Artiny
dan janganlah kamu menjadi penantang
a
(orang yang tidak bersalah), karena
hakim
mengejarkebenaranmaterilsecaramutlak
(membela) orang-orang yang khianat".
dantuntas.
c. PemberiNasehat
وﺗﻌﺎوﻧﻮا ﻋﻠﻰ اﻟﱪ واﻟﺘﻘﻮى وﻻ ﺗﻌﺎوﻧﻮا ﻋﻠﻰ اﻻﰒ.… 19
19
Al-Quran Surah Al-Maidah (5): 2 Muhtar Yahya dan Faturrahman, Dasar-dasar Pembinaan Hukum Fiqih Islam, (Bandung: Al-Ma`arif, 1993) hal. 527 21 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1992), hal. 38
واﻟﻌﺪوان
20
17
Alhafis Ibn Hajar al-Asqolani, Bulughul....t.,, hal. 315 18 Al-Quran Surah An-Nisa`(4):105
76
MIZANI Vol. 25, No. 2, Agustus 2015 Dengan
demikian
fungsi
tugas
hakim
melaksanakansemua menjadi
tanggung
dan
hukum dan keadilan. Karena hakim
adalah tugas
yang
jawabnya
untuk
satu-satunya
penegakhukum
yang
berani mengatasnamakan Tuhan pada setiap
putusannya.23Sehingga
memberikan kepastianhukum terhadap
keputusan
semua perkara yang masuk. Dalam
berorientasi kepadapenegakan nilai-nilai
menjalankan tanggung jawabnya hakim
kebenaran dan keadilan.
harus bersifat obyektif ,karena harus
hakim
setiap
benar-benar
Kode Etik Hakim dalam Islam.
berdiri di atas kedua belah pihak yang
Etikadalam Islam
berperkara dan tidakboleh memihak
disebutdenganakhlak.Akhlakberasaldari
salah satu pihak.
bahasaarab yang artinyaperangai, tabiat,
Dalamhadisdijelaskan:
rasa
)اذاﺗﻘﺎﺿﻰ اﻟﻴﻚ رﺟﻼن ﻓﻼ ﺗﻘﺾ ﻟﻶول ﺣﱴ
maludanadatkebiasaanataudalampengert iansehari-haridisebutbudipekerti,
(ﺗﺴﻤﻊ ﻛﻼ م اﻵﺧﺮ ﻓﺴﻮف ﺗﺪرى ﻛﻴﻒ ﺗﻘﻀﻰ 22
kesusilaanatausopansantun.
ﻓﻤﺎ زﻟﺖ ﻗﺎ ضﻳﺎ ﺑﻌﺪ: ﻗﺎل ﻋﻠﻰ
Dengandemikianahklakmerupakangamb aranbentuklahirmanusia.24
"Jika datang dua orang yang
Menurut
minta diadili kepadamu, maka
MustofaakhlakdalamIslam
janganlah kamu adili dahulu yang
merupakansistem
pertam, sehingga kamu dengar dahulu
yang
yang lainnya, siapa tahu kamu besok
Nya
itu aku tidak henti-hentinya mengadili
yang
yang
kidahtersebutdiwujudkanmenjaditabiata demikian
hakim
posisiistimewa.
Hakim
tausifatseseorang, yaknitelahbiasanyadalamjiwaseseorang
merupakan kongkritisasi hukum dan yang
Islam,
kemudiandisampaikanpadaumatnya.25A
(menjadi hakim)”.
keadilan
berdasarkan
atauakhlak
diwahyukan Allah padaNabiatauRasul-
harus mengadili . Ali berkata : “sesudah
mempunyai
moral
yaknibertitiktolakdariakidah
kamu akan mengerti, bagaimana kamu
Dengan
A.
bersifatabstrak,
yang benar-benartelahmelekatsifat-sifat
dan
digambarkan bahwa hakim sebagai
23
Pada setiap putusan hakim selalu diawali dengan kata "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa" 24 Salihun A Nasir, Tinjauan Akhlak, (Surabaya: al-Ikhlas, 1991), hal. 14. 25 A. Mustofa, Akhlak Tasauf, (Bandung: Pustaka Setia,1997), hal. 149
wakil Tuhan di bumi untukmenegakkan
22
Al-Hafizh Ibn Hajar al-Asqolani, Bulugh...., hal. 316
77
Khusnul Khotimah: Etika Profesi Hakim Dalam Islam yang
melahirkanperbuatan-
Dengandemikianetikaprofesi
perbuatandenganmudahdanspontantanp
hakim
adipikirkan.Perbuatantersebutterkadang
mempunyaiperananpentingkarenaberkai
berbentukbaikdanterkadangjugaberbent
tandenganpelaksanaanhukum
ukburuk.Hinggadapatdikatakanakhlakm
(syari’ah).Lebihjauhlagimerupakanaspe
erupakanmanifestasiiman,
Islam
kpentingbagipenegakhukum,
danihsan
yang
khususnyaprofesi
merupakanrepleksisifatdanjiwasecarasp
hakim.Karenamoralitasatauetikasebagai
ontan
doronganterhadapkeadaanjiwa
yang
yang
terpolapadadirisendirisendirisehinggada
diwujudkandalammelaksanakanprofesin
patmelahirkanperilakusecarakonsistenda
ya.
ntidaktergantungpadapertimbanganinter
Penolakan Imam Abu Hanifah
estertentu.
untuk
Persoalanetikadalam
Islam
memangku
jabatan
hakim
mengindikasikan bahwa jabatan itu memiliki
m al-Qur’an dan al-Hadis.Namun al-
Seorang hakim harus memiliki nilai-
Qur’an
nilai
yang
menerangkantentangkehidupan
moral,
tanggung
besar27.
sudahbanyakdibicarakandantermuatdala
etis
yang
jawab
akan
mendukung
profesinya dan menunjukkan wibawa
keagamaandansosialmuslimtidakmenjel
hukum
askanteori-teorietikadalamarti
kemudian dipertanggungjawabkan pada
yang
dimata
masyarakat.
untuk
khusus.meskipunmenjelaskankonsepeti
Allah
ka
penegakan supremasi dan kepastian
Islam,
dan
masyarakat,
Sehingga
tetapihanyadalambentukdasaretika
hukum tidak hanya sebatas angan-angan
Islam,
dan retorika semata.
bukanteori-
teorietikadalambentukbaku,Etikaprofesi hakim
Untuk itu dalam hukum Islam
merupakanbagiandariperbuatan
telah digariskan aturan-aturan, prinsip-
yang harusdisandarkanpada Al-Quran
prinsip dan kode etik yang dapat
danHadits.26
menunjang pelaksanaan tugas hakim dalam memproses perkara. Dengan
26
Kode Etik profesi hakim di Indonesia diciptakan olehanggota profesi hakimitu sendiri, sehingga merupakan pengaturan sendiri (selfregulation). Karena kalau di ciptakan dari luar instansi ataupemerintah, maka tidak akan dijiwai oleh nilai-nilai yang hidup dikalangan profesi. LihatBadanPembinaanHukumNasionalDeparte menKehakiman R I,Analisis
begitu, persoalan yang diselesaikannya
EvaluasiTentangKodeEtikAdvokatdanKonsulta nHukum, (Jakarta : 1997),hlm 18 27 . Selain juga karena persoalan politik yang terjadi waktu. Lihat Muhammad Salam Madkur, Peradilan Dalam...., hal. 25
78
MIZANI Vol. 25, No. 2, Agustus 2015 dapat menjadi landasan yuridis bagi
bersengketa dalam keadaan sedang
para pihak yang berperkara. Selanjutnya
marah" hadis riwayar Muslim29
eksekusi putusan pengadilan terhadap
Dalam mamperlakukan pihak-pihak
para pihak yang berperkara dapat
yang berperkara harus selalu adil dan
berjalan sebagaimana mestinya.
sama, hususnya selama persidangan,
Di antara prinsip-prinsip yang harus
sehingga seorang hakim harus duduk di
diperhatikan tersebut adalah hakim
tengah-tengah di antara kedua belah
harus betul-betul memahami hakikat
pihak.
persoalan
simbolistik
yang
dipersengketakan
Meskipun
termasuk dialog dan peristiwa yang
mengandung
terjadi
dalam.
dalam
dan
persidangan,
atau
selama
hakim
harus
dan
formalistik
filosofis
Hakim
ini
dalam
yang
terkesan namun cukup
menjalankan
mendengarkan penjelasan kedua belah
profesinya, yaitu
pihak
hanya
(Judgement ) bukan menghadiahkan,
mendengarkan dari satu pihak saja.
keadilan dan keputusan yang diberikan
Kemudian
harus berdasarkan hukum.
artinya
tidak
seorang
boleh
hakim
harus
antara
para
pihak28
Konsep
profesi dalam Islam tersebut adalah :30
mengupayakan terjadinya perdamaian di
memberi keputusan
karena
1. Meletakkan kerja sebagai sebuah
penyelesaian secara damai lebih utama
amal shaleh yang dilakukan dalam
dan
dan
kontek dan tahapan yang runtut atas
dendam
iman, ilmu, dan amal. Disini kerja
dapat
meminimalisir
mengeliminir
timbulnya
kesumat.
terorientasi kepada dua pandangan :
Kemudian
hakim
tidak
aktifitas yang bernilai ibadah dan
dibenarkan melakukan persidangan jika
sebuah aktifitas untuk memperoleh
kondisinya
keuntungan financial.
tidak
juga
kondusif,
seperti
dalam keadaan pikiran kacau, gelisah
2. Menunuaikan kerja sebagai suatu
dan marah. Sabda Rasulullah:"Dari
penunaian
Abdurrahman
dilakukan secara professional.
ibn
Abu
Bakar
r.a,
amanah
yang
harus
berkata, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: jangan lah seseorang 29
H.A.Razak dan H Rais Lthief, Terjemah Shahih Muslim jld II; (Jakarta, pustaka al-Husna 1993), hal 320 30 Sidik Tono, dkk,ed. Ainur Rahim Faqih dan Amir Muallim, Ibadah dan Akhlak dalam Islam, (Yogyakarta:UII Press, 1998), hal. 138-139.
mengadili antara dua orang yang
28
Ali Ahmad al-Jurjawi, Hikmah alTasyri` wa Falsafatuhu, II; (Bairut, Dar a-Fikr, tt.), hal.177
79
Khusnul Khotimah: Etika Profesi Hakim Dalam Islam 3. Melakukan kerja dengan wawasan
menuntut
masa depan dan wawasan ukhrawi
menyelesaikan perkara secara objektif,
artinya
sedangkan
dalam
melakukan
kerja,
kemampuannya
aspek
dalam
intelektualitas
seseorang harus mengingat kepentingan
berkaitan dengan kapabilitas seorang
akan hari depannya.
hakim yang menuntut keahliaan dan
Dari uraian di atas etika profesi
kapasitas keilmuan yang dimilikinya.
dalam Islam adalah merupakan aktivitas
Secara
ilustratif
aspek
moral
yang bukan hanya bersifat duniawi,
dipolarisasi menjadi beberapa bagian,
melainkan juga sangat ukhrawi. Artinya
yaitu seorang hakim hendaklah seorang
Islam melibatkan aspek transendental
muslim
dalam beribadah, sehingga bekerja tidak
bijaksana,
yang
adil,
taqwa,
berwibawa 31
dan
jujur, berbudi
hanya bisa dilihat sebagai prilaku
pekerti luhur
ekonomi tetapi juga ibadah, sehingga
dan masih banyak ditemukan –secara
profesi hakim yang dijalani adalah suatu
kasuistik—kemampuan seorang hakim
profesi
untuk melihat persoalan secara objektif,
yang
profesi
yang
harus
dipertanggung jawabkan di akhirat.
Namun yang terpenting
kemudian menetapkan hukum secara
Semua hal yang tersebut di atas
adil, terlepas dari intervensipihak lain
seharusnya telah dipahami oleh para
yang
praktisi
dalam
individu atau kelompok tertentu saja,
komunitas Islam karena secara langsung
termasuk harus bebas secara politis dari
maupun
intervensi penguasa sebagai lembaga
hukum
tidak
hususnya
turut
memperlancar
jalannya persidangan. Walau secara
hanya
akan
menguntungkan
eksekutif.
umum hampir semua prinsip di atas
Persoalan
adil
memang
bukan
telah mendekati "penyelesaian" namun
persoalan yang mudah dan bersifat
yang tetap
sangat relatif sesuai dengan visi yang
harus mendapat perhatian
mendalam untuk masa datang yang
dimiliki
masing-masing
secara global meliputi dua aspek utama,
Sesuatu yang adil menurut seseorang
yaitu aspek moral dan aspek intelektual.
belum tentu adil menurut orang lain,
Kedua aspek tersebut, lebih-lebih aspek
begitu
moral masih menjadi momok dan tetap
demikian, penampilan seorang hakim
meninggalkan persoalan di pengadilan
dalam keseharian sekurang-kurangnya
juga
sebaliknya.
personal.
Namun
manapun sekarang ini. Persoalan moral erat kaitannya
31
Dirjen Binbaga Islam, Pedoman Pengawasan Peradilan Agama; (Jakarta, Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama, hal 44-45
dengan kepribadian seorang hakim yang 80
MIZANI Vol. 25, No. 2, Agustus 2015 dapat menjadi parameter, karena sikap
kesalahan yang lain yang di luar
keseharian
kesengajaannya.
erat
kaitannya
dengan
ketaatan dalam menjalankan ajaran
Dari sudut pandang keadilan inilah
agama Islam.
banyak
kalangan
intelektual
Islam
Ketaatan menjalankan ajaran agama
diantaranya Ibnu Taimiyah, sedemikian
bukan hanya standar bagi sikap adil,
tegas dan kuat berpegang pada prinsip
tapi juga bagi sifat atau aspek moral
keadilan sebagai pembentuk tatanan
lainnya, seperti taqwa, bijaksana dan
sosial yang akan menjamin kekokohan
jujur, sehingga seorang hakim dapat
dan kelangsungan suatu komunitas.32
memberikan ketauladanan yang positif
Di samping aspek moral, seorang
bagi umat. Seorang hakim yang suka
hakim juga dituntut memiliki kapasitas
berbuat keonaran atau suka keluar dari
dan kababilitas intelektual. Kemampuan
zona
intelektual dalam hal ini terutama dalam
zona
larangan
secara
konstitusional,
berarti
telah
lapangan
ijtihad.
menampilkan contoh yang keliru bagi
etimologis
lingkungannya. Untuk menjaga semua
pengerahan
sifat
diatas,
seorang
hakim
harus
seseorang.
33
Ijtihad
dipahami daya
dan
secara sebagai
kemampuan
Secara umum dipahami
menjauhi segala sifat tercela yang
bahwa ijtihad merupakan usaha pikiran
merupakan
secara optimal dari orang yang memiliki
lawan
dari
sifat
adil
tersebut.
kompetensi dalam menemukan suatu
Dalam realitas masyarakat kadang
kebenaran
masih terlihat, seorang hakim yang telah
dalam
berbagai
bidang
keilmuan Islam.
melaksanakan fungsinya secara baik
Hususnya dalam bidang hukum
dan menetapkan keputusan secara adil
(fiqh), ijtihad diartikan sebagai usaha
dan benar –sesuai dengan alat bukti
pikiran secara optimal dari ahlinya, baik
yang
mendapat
dalam menyimpulkan hukum fiqh dari
gunjingan, makian bahkan ancaman,
al-Quran dan Sunnah maupun dalam
ada—masih
saja
intimidasi dan teror dari pihak yang merasa dirugikan. Apalagi jika hakim
32
Lebih lanjut Ibnu Taymiyah berpendapat "Sesungguhnya Allah SWT akan menegakkan/memelihara negeri yang adil meskipun kafir dan tidak akan menegakkan/memelihara negeri yang zalim meskipun Islam". Ibnu Taymiyah, al-Amr bi alMa`ruf wa al-Nahy `an al-Munkar, (Bairut: Dar al-Kitab al-jadid, 1976), hal. 40 33 Ibnu manzur, lisan al-Arab, (Bairut: Dar al-Sadr, tt,) hal. 133
tersebut memberikan keputusan yang salah dan keliru, baik karena pengaruh dan intervensi pihak lain, maupun karena keteledoran dan faktor-faktor
81
Khusnul Khotimah: Etika Profesi Hakim Dalam Islam penerapannya.34 Dari defenisi tersebut
ijtihad tathbiqi. Lapangan ijtihad dalam
terlihat bahwa dalam lapangan fiqh
bentuk ini adalah tempat penerapan
terdapat dua bentuk ijtihad, yaitu ijtihad
hukum, yaitu manusia dengan segala
untuk
ikhwalnya yang selalu berubah dan
menyimpulkan
hukum
dari
sumbernya dan ijtihad dalam penerapan
berkembang,
hukum. Ijtihad dalam bentuk pertama
perkembangan manusia, ijtihad dalam
disebut ijtihad isthinbati sedangkan
bentuk ini tidak pernah terputus selama
ijtihad dalam bentuk kedua disebut
umat Islam masih bertekad untuk
ijtihad tathbiqi.
mengimplementasikan
Lapangan ijtihad isthinbati adalah
jadi
seiring
ajaran
dengan
Islam
dalam kehidupan nyata.
al-Quran dan Sunnah yang dijadikan
Untuk itu ijtihad tathbiki berkaitan
sumber oleh para hakim dan yuris Islam
erat dengan tugas hakim karena peran
lainnya dalam menarik rumusan hukum.
hakim sebagai penegak hukum tidak
Pada priode awal Islam ijtihad seperti
cukup hanya dengan penguasaan materi
ini diperlukan, disamping juga ijtihad
hukum belaka, tetapi juga memerlukan
tathbiqi, dan merupakan persyaratan
kemampuan
bagi seseorang yang akan diangkat
secara benar dan proporsional. Jadi,
menjadi hakim. Sedangkan dalam era
seorang
moderen bahkan posmoderen sekarang
sendirinya layak untuk menjadi hakim
ini ijtihad isthinbati tidak banyak terkait
karena seorang hakim tidak hanya
dengan tugas para hakim, hal ini
dilihat pada penguasaan hukumnya,
disebabkan karena aturan-aturan hukum
lebih dari itu juga pandangannya dalam
telah terkodifikasi secara baik dalam
melihat
kitab-kitab fiqh dan kitab kompilasi
belakangnya serta memiliki kemampuan
hukum islam, seperti Kitab Kompilasi
untuk membedakan mana pernyataan
Hukum Islam (KHI) di Indonesia.
yang benar dan yang bohong, yang hak
Namun hal ini tidak menafikan
untuk
ahli
suatu
fiqh
menerapkannya
tidak
kasus
dan
dengan
latar
dan yang batil.
pentingnya kapasitas dan kababilitas intelektual seorang hakim. Kemampuan
Kesimpulan.
intelektual seorang hakim untuk masa sekarang lebih banyak tercurah pada
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jabatan hakim adalah
34
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh II, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2005), hal. 266. Lihat juga Muhammad Abu Zahro, Ushul alFiqh, (tt, dar al-fikr al-Arabiyah,tt) hal.379
jabatan
yang
mulia
disisi
Allah
walaupun memang penuh resiko dan 82
MIZANI Vol. 25, No. 2, Agustus 2015 tantangan. Dalam mengemban tugas
dapat direalisasikan maka tindakan
mulia tersebut seorang hakim harus
"pelecehan
memiliki moralitas yang tinggi dan
diminimalisir dan upaya penegakan
tanggungjawab
supremasi
yang
besar
memiliki kecerdasan intelektual memahami secara baik
serta dan
hukum"
hukum
akan
akan
dapat
dapat
direalisasikan.
ketentuan-
ketentuan hukum dalamal-Quran dan
Referensi
Hadis. Jika seorang hakim memiliki
A Mustofa, Akhlak Tasauf, Bandung: Pustaka Setia,1997
moralitas dan intelektual yang tinggi maka
ia
akan
menyadari
Abd al-Wahab Khalllaf, Ilm Usul alFiqh; Kairo, Maktabah al-Dakwah al-Islamiyah, 1996
bahwa
tugasnya menjadi hakim bukan sebagai abdi negara semata, tetapi memiliki tanggung jawab moral
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1992
sebagai tugas
keagamaan yang didalamnya terkait masalah pahala dan dosa. Bila hal ini Abu al-Walid Muhammad ibn Ahmad ibn Muhammad ibn Rusyd alQurtubi al-Andalusi; Bidayah alMujtahid wa Nihayah alMuqtasid, II; Bairut, Dar al-Fikr, tt.
Indonesia, Bandung: RosdaKarya, 1997 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, II; Jakarta, Ictiar baru Van Hoeve, 2004
Alhafis Ibn Hajar al-Asqolani, Bulughul Maram, Kitab al-Qodho, Hadis nomor 4 (Semarang: toha Putra,tt
H.A.Razak dan H Rais Lthief, Terjemah Shahih Muslim jld II; Jakarta, pustaka al-Husna 1993 Muhammad Ibn Ismail al-Kahlani alSanani, Subul al-Salam, IV; Indonesia, maktabah Dahlan, 1996 Muhammad Salam Madkur, Peradilan Dalam Islam, alih bahasa: Imron AM, Surabaya, Bina Ilmu 2003
Ali Ahmad al-Jurjawi, Hikmah alTasyri` wa Falsafatuhu, II; Bairut, Dar a-Fikr, tt. Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh II, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2005
Muhtar Yahya dan Faturrahman, Dasardasar Pembinaan Hukum Fiqih Islam, (Bandung: Al-Ma`arif, 1993
BadanPembinaanHukumNasionalDepar temenKehakiman R I,Analisis EvaluasiTentangKodeEtikAdvoka tdanKonsultanHukum, Jakarta : 1997
Salihun A Nasir, Tinjauan Akhlak, (Surabaya: al-Ikhlas, 1991
CikHasanBisri, Peradilan Islam DalamTatananMasyarakat
Sidik Tono, dkk,ed. Ainur Rahim Faqih dan Amir Muallim, Ibadah dan 83
Khusnul Khotimah: Etika Profesi Hakim Dalam Islam Akhlak dalam Islam, Yogyakarta:UII Press, 1998 Tengku Muhammad Hasbi Ash Shidiqi, Peradilan Dan Hukum Acara a, 1997
Islam cet. ke-1, Semarang : PT Pustaka Rizki Puter
84