PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sastra adalah sebuah istilah yang sangat sulit untuk didefenisikan, sebab istilah sastra dipakai untuk menyebutkan gejala budaya yang dapat dijumpai pada semua masyarakat baik secara sosial, ekonomi, maupun keagamaan. Kata “sastra” berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “sas” yang berarti mengarahkan, mengajarkan, memberi petunjuk atau instruksi. Dan juga kata “tra” yang berarti alat maupun sarana. Sehingga sastra dapat diartikan sebagai sarana atau alat yang dapat digunakan untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran. (Teeuw, 1984: 23). Kata sastra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah bahasa yang dipakai di dalam kitab-kitab (1988:786). Sedangkan kata sastra dalam bahasa Arab dikenal dengan kata ﺍﻻﺪ ﺐ/ al-adabu/ (Yunus, 1990:37). Sementara Mahmud Ad- Dairi (1999: 8) memberikan gambaran tentang adab sebagai berikut :
ﺍﻷﺪﺐ ﻫﻮ ﺇﻧﻌﻛﺎﺲ ﺍﻠﺣﻳﺎﺓ ﻔﻲ ﻧﻔﺲ ﺍﻻﺪﻳﺐ ﺒﺎﻠﺗﻌﺒﻴﺭ ﺍﻟﺠﻤﻳﻞ ﻤﻥ ﺧﻼﻞ ﺼﻴﺎﻏﺔ ﻓﻧﻴﺔ ﺠﻤﺎﻠﻴﺔ ﺗﺆﺛﺮ ﻔﻲ ﺍﻟﻮﺠﺪﺍﻦ ﻮ ﺗﺜﻴﺮ ﺍﻟﻤﺷﺎ ﻋﺮ ﺍﻹﻧﺳﻧﻳﺔ ﺍﻟﻤﺨﺘﻠﻔﺔ / al-adabu huwa in’ikāsu al-ḥayāti fī nafsi al-adībi bi at-ta’bīri al-jamīli min khilāli ṣiyāgatin fanniyyatin jamāliyyatin tu`aṡṡiru fī al-wijdāni wa tuṡīru al-masyā’ira al-
insaniyyati al-mukhtalifatin/ “ Sastra adalah pantulan kehidupan yang ada dalam jiwa penyair dengan mengibaratkan sesuatu yang indah dari sisi keindahan seni yang dapat memberikan kesan emosional dan mengarahkan perasaan manusia yang berbeda-beda”.
Mahmud Ad-Dairi (1999:10) juga memberikan defenisi sastra yang berbeda dengan defenisinya yang pertama. Defenisi lainnya tentang sastra berbunyi:
Universitas Sumatera Utara
،ﺍﻷﺪﺐ ﻫﻮ ﻜﻼﻢ ﺍﻹﻧﺸﺎﺌﻰ ﺍﻠﺒﻠﻴﻎ ﺍﻟﺬﻯ ﻳﻗﺼﺪ ﺑﻪ ﺇﻠﻰ ﺍﻠﺗﺄﺛﻳﺮ ﻔﻰ ﻋﻮﺍﻄﻑ ﺍﻠﻗﺮﺍﺀ ﻮﺍﻠﺳﺍﻤﻌﻳﻦ ﺳﻮﺍﺀ ﺃﻜﺎﻥ ﺸﻌﺮ ﺍﺃﻢ ﻧﺛﺮﺍ / al-adabu huwa kalāmu al-insyā-ī
al-balīgu al-lażī
yuqṣadu bihi ila at-ta`sīri fī
‘awātifi al-qurrā`i wa as-sāmi’īna, sawā`un akāna syi’ran am naṡran / “ sastra adalah ungkapan yang indah dan jelas, yang dimaksudkan untuk menyentuh jiwa mereka yang mengucapkan atau yang mendengarnya baik berupa sya’ir maupun prosa”. Sedangkan kata ”sosiologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu dari akar kata “soio/socius” yang berarti masyarakat dan kata ”logo/logos” yang berarti ilmu. Jadi sosiologi berarti ilmu mengenai asal-usul dan pertumbuhan (evolusi) masyarakat, atau ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antarmanusia dalam masyarakat yang bersifat umun, rasional dan empiris (Nyoman,2003:1) Jadi sosiologi sastra adalah pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannnya. Sastra merupakan institusi sosial yang memakai medium bahasa yang terdiri dari kenyataan sosial. Oleh karena itu sastra sering disebut sebagai cermin masyarakat pada waktu tertentu. Sastra merupakan cerminan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di dalamnya. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sangat menentukan nilai karya sastra yang hidup di suatu zaman, sementara sastrawan sendiri adalah anggota masyarakat yang terikat status sosial tertentu dan tidak dapat mengelak dari adanya pengaruh yang diterimanya dari lingkungan yang membesarkan dan membentuknya. Lebih lanjut Damono mengungkapkan bahwa sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antar masyarakat, antar masyarakat dengan orangseorang, antarmanusia, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang (2003:1). Bagaimanapun juga, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang yang sering menjadi bahan sastra, adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau
Universitas Sumatera Utara
dengan masyarakat dan menumbuhkan sikap sosial tertentu atau bahkan untuk mencetuskan peristiwa sosial tertentu. Sosiologi dan sastra merupakan dua bidang ilmu pengetahuan yang berbeda, namun keduanya saling melengkapi. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang objek studinya berupa aktivitas sosial manusia. Sedangkan sastra adalah karya seni yang merupakan ekspresi kehidupan manusia (Fananie :132). Sesungguhnya sosiologi dan sastra berbagi masalah yang sama. Seperti halnya sosiologi, sastra juga berurusan dengan manusia dalam masyarakat sebagai usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat itu. Dengan demikian, karya sastra dapat dianggap sebagai usaha untuk menciptakan kembali dunia sosial yaitu hubungan manusia dengan keluarga, lingkungan, politik, negara, ekonomi dan sebagainya yang juga menjadi urusan sosiologi. Dapat disimpulkan bahwa sosiologi dapat memberi penjelasan yang bermanfaat tentang sastra, dan bahkan dapat dikatakan tanpa sosiologi, pemahaman kita tentang satra belum lengkap. Sosiologi adalah telaah tentang lembaga dan proses sosial manusia yang objektif dan ilmiah dalam masyarakat. Sosiologi mencoba mencari tahu bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung, dan bagaimana ia tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah ekonomi, agama, politik dan lain-lain, yang kesemuanya itu merupakan struktur sosial, kita mendapatkan gambaran tentang cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tentang mekanisme sosialisasi, proses pembudayaan yang menempatkan anggota masyarakat di tempatnya masing-masing. Karya sastra tidak dapat dilepaskan dari masyarakat karena karya sastra merupakan cerminan suatu bangsa yang menggambarkan budaya bangsa serta dapat membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lain. Karya sastra juga tidak ditulis dalam suatu kondisi masyarakat yang mengalami kekosongan budaya, karena karya sastra merupakan bagian dari kebudayaan manusia yang mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kehidupan manusia. Karya sastra mampu membuka tabir realitas kehidupan manusia. Karya sastra memiliki makna sosial budaya serta falsafah, baik dalam tataran religius maupun kehidupan sosial.
Universitas Sumatera Utara
Moral dalam karya sastra dapat dipandang sebagai amanat maupun pesan. Unsur amanat merupakan gagasan yang mendasari suatu karya sastra, dan gagasan yang mendasari diciptakannya sebuah karya sastra berperan sebagai pendukung pesan. Pesan moral sastra lebih mengarah pada sifat manusia yang hakiki, bukan pada aturan-aturan yang dibuat, ditentukan dan dihakimi oleh manusia. Bahkan pesan moral ini adakalanya tampak seperti bertentangan dengan ajaran agama. Kesusasteraan Arab oleh ahli-ahli bahasa Arab dibagi menjadi 5 masa yaitu : •
Masa jahiliyyah. Masa ini berakhir hingga agama Islam muncul(abad VI M)
•
Masa Permulaan Islam (khulafaur rasyidin) sampai masa bani Umayyah(623-750)
•
Masa Dulat Abbasiah.(750-1517 M)
•
Masa kebangunan bangsa Turki(daulat Usmaniah 1517-1924 M)
•
Masa Kebangunan terakhir (zaman baru), dimulai dari pemerintahan keluarga Muhammadiyah Al-Alawiah di Mesir(1924) sampai dewasa ini. Dalam sejarah kesusasteraan Arab terdapat bermacam-macam karya sastra dan
karya sastra yang paling digemari adalah syair karena mereka menganggap bahwa syair merupakan sebuah karya seni yang paling indah yang harus dihargai dan dimuliakan. Walaupun demikian tidak tertutup kemungkinan mereka juga memiliki karya sastra lain yang sangat mereka butuhkan, seperti halnya khutbah ( retorika ). Khutbah juga tidak kalah pentingnya dengan syair. Jika syair bisa mengangkat derajat suatu kaum atau golongan, maka khutbah bagaikan kekuatan yang amat sangat hebat bagi suatu golongan terutama ketika sedang menghadapi musuh di medan perang. Maka bisa dikatakan khutbah bagaikan minuman segar yang sangat di butuhkan di tengah kehausan jiwa mereka dan sebagai alat penyemangat ketika mereka lemah. Khutbah merupakan suatu karya sastra yang tergolong dalam bentuk prosa dan termasuk bagian dari ilmu bahasa, khususnya ilmu bina bicara. Walaupun khutbah merupakan bagian dari bidang ilmu bahasa namun khutbah juga tidak bisa dilepaskan dari sastra karena bahasa dan sastra itu sendiri saling mengikat. Khutbah sebagai seni bicara menggunakan bahasa sebagai media untuk menarik minat dan mempengaruhi para pendengar.
Universitas Sumatera Utara
Khutbah terdiri dari beberapa unsur penting yang harus ada dalam sebuah khutbah yaitu, al-muqaddimah (pembukaan), al-‘ardu (tampilan), ad-tadlīlu (keterangan) dan alkhatimah (penutup) (Mahmud, Ad-Dairi,1999:162) Khutbah terdiri dari beberapa alinea. Kalimat khutbah pada zaman jahilyyah pendek- pendek, kata-katanya jelas dan mempunyai arti yang dalam. Setiap dua kalimat atau lebih kadang-kadang diakhiri dengan huruf yang sama, ringkas dan di dalamnya terdapat kata- kata hikmah, peribahasa dan bait-bait puisi. Dalam khutbahnya para khatib (juru pidato) tidak jarang mengisi semua pidatonya dengan ayat-ayat Al-Qur`an saja. Pidato dalam bahasa Arab dihiasi dengan ayat-ayat AlQur`an baik sebagai perumpamaan
maupun peringatan. Kaum muslimin juga
mencemoohkan khutbah yang tidak ada ayat- ayat Al-Qur`annya sebagai suatu yang paling jelek (syuha’), lebih- lebih jika tidak dimulai dengan pujian terhadap Allah (AlMuhdar, 1983:100). Munculnya prosa jenis ini disebabkan oleh banyaknya perang antarsuku, adanya peristiwa-peristiwa dalam masyarakat, seperti pengucapan rasa sukacita, rasa dukacita atau permintaan bantuan, adanya kekacauan dan kebebasan politik pada zaman jahiliyyah, masih adanya orang- orang yang buta huruf, sehingga tradisi lisan lebih banyak diterima daripada tulisan, dan juga masih adanya kebiasaan yang saling membanggakan asal-usul suku dan kemuliaan ahlaknya. Pada masa Bani Umayyah khutbah juga sangat berkembang. Perkembangan khutbah ini disebabkan oleh beberapa hal yang berbeda diantaranya adalah pengaruh politik, pengaruh agama, dan juga pemikiran yang berkembang pada saat itu. Dalam bahasa Arab prosa dikenal dengan naṡr
() ﺍﻟﻨﺜﺮ. Dan defenisi naṡr dalam
bahasa Arab adalah : ۰ﺍﻟﺘﻔﻜﻴﺮ
ﺍﻟﻨﺜﺮ ﻫﻮ ﻟﻐﺔ ﺍﻟﻌﻘﻞ ﻭ ﻣﻈﻬﺮ ﻣﻦ ﻣﻈﺎﻫﺮ
/ an-naṡru huwa lugatu al-‘aqli wa maẓharun min maẓāhiri al-tafkīri/ “ Prosa adalah bahasa akal yang merupakan salah satu bentuk bahasa pemikiran”. Pada masa Bani Umayyah terdapat beberapa jenis nasr, diataranya : khutbah (pidato) merupakan serangkaian perkataan yang jelas dan lugas yang disampaikan kepada halayak ramai dalam rangka menjelaskan suatu perkara penting.
Universitas Sumatera Utara
Kitābat (prosa tulisan) yang terbagi menjadi, Rasāil diwaniyyat yakni surat-surat dari pemerintah pusat yang disampaikan kepada penguasa atau pemimpin di daerah. Rasāil ikhwaniyyat, yaitu surat-surat yang berisi ucapan suka cita, duka cita, teguran atau pengarahan yang ditulis oleh penulis kepada penulis lainnya. Tawqi`at, yaitu kata-kata ringkas berupa pendapat yang ditulis oleh khalifah atau penguasa atas permintaan rakyatnya untuk menjelaskan suatu masalah. Pada kesempatan ini penulis akan membahas khutbah Thariq bin Ziyad ketika beliau dan pasukannya yang ditugaskan untuk menaklukkan Andalusia, tepatnya pada bulan Rajab tahun 97 H (Juli 711 M), di selat Giblaltar, di atas perbukitan karang setinggi 425 m di pantai tenggara spanyol, dan nama Andalusia pada masa kini telah berganti nama dengan Spanyol. Penulis tertarik membahas tentang khutbah Thariq bin Ziyad yang ditinjau dari bidang sosiologi sastra karena objek pembahasan ini belum pernah diteliti khususnya di jurusan bahasa Arab Universitas Sumatera Utara. Penulis juga menganggap khutbah ini perlu diteliti terutama nilai moralnya karena khutbah Thariq ini mengandung nilai moral dan nilai religius yang sangat tinggi, serta kata-katanya banyak mengandung hikmah terutama jika dibandingkan dengan era global ini yang telah banyak terjadi tindak kriminal dan kejadian-kejadian yang disebabkan oleh krisis moral yang terjadi pada saat ini. Khutbah ini juga memiliki sejarah yang sangat membanggakan umat muslim. Namun pembahasan tentang sosiologi sastra terhadap karya sastra lain telah pernah diteliti sebelumnya. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendapat Wellek dan Werren serta Burhan Nurgiantoro dan buku Al-Qira’atu Ar-Rasyidatu(tanpa tahun) sebagai data utama. Adapun sumber-sumber lain yang berkaitan dengan judul penelitian ini serta kamus sebagai panduan terjemahan merupakan data sekunder dalam penelitian ini.
1.2 Perumusan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari pokok pembahasan yang dikehendaki maka perlu ada batasan masalah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Nilai moral apa sajakah yang terkandung dalam khutbah Thariq Bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia ? 2. Nilai religius apa sajakah yang terkandung dalam khutbah Thariq Bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia ? 3.
Kritik sosial apa sajakah yang terkandung dalam khutbah Thariq Bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia ?
4. Apakah yang menjadi tujuan dari nilai sosiologis yang tersirat dalam khutbah Thariq Bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia ?
1.3 Tujuan Penalitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai moral yang terkandung dalam khutbah Thariq Bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia. 2. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai religius yang terkandung dalam khutbah Thariq Bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia. 3. Untuk mendeskripsikan
kritik sosial yang terkandung dalam khutbah
Thriq Bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia. 4. Untuk mendeskripsikan tujuan dari nilai sosiologi sastra yang terkandung dalam khutbah Thariq Bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia. 5. Untuk melengkapi persyaratan ujian sarjana sastra dalam bidang ilmu bahasa Arab pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Untuk memperdalam pengetahuan penulis tentang sastra Arab khususnya yang berkaitan tentang sosiologi sastra.
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk meningkatkan pemahaman dan wawasan peminat bahasa dan sastra Arab. 3. Untuk menambah referensi ilmiah bagi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Bahasa Arab.
1.5 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan sosiologis yakni menganalisis manusia dalam masyarakat, dengan pemahaman mulai dari masyarakat ke individu. Dalam hal ini pendekatan sosiologis menganggap karya sastra merupakan milik mansyarakat (Nyoman, 2004:59). Penelitian ini berbentuk penelitian kepustakaan (library research) dan menggunakan analisis deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah yang dilakukan dengan cara mengumpul, mengklasifikasi, menganalisis dan mengimpretasikan data dalam fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya. Untuk memindahkan bahasa Arab kedalam bahasa Latin maka peneliti memakai sistem transliterasi
Arab Latin berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.158/1987 dan No.0543/ b/U/1987 tanggal 22 Januari 1988. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks khutbah Thariq bin Ziyad yang terdapat dalam buku Al-qirā`atu Ar-rasyīdu. Data-data lain yang berkaitan tentang Khutbah Thariq bin Ziyad yang terdapat di buku dan internet dijadikan sebagai data sekunder dalam penelitian ini. Adapun tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1. Mengumpulkan referensi atau buku-buku yang berkaitan dengan khutbah Thariq bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia dan sosiologi sastra. 2. Membaca dan mempelajari khutbah Thariq bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia secara berulang-ulang.
Universitas Sumatera Utara
3. Mengklasifikasikan khutbah Thariq bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia kepada penggolongan nilai sosiologi sastra yang terdiri dari nilai moral, nilai religius dan kritik sosial yang terkandung dalam khutbah Thariq bin Ziyad. 4. Menganalisis khutbah Thariq bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia. 5. Menyusun hasil penelitian secara sistematis yang akan disajikan dalam bentuk skripsi.
Universitas Sumatera Utara