PENGAJIAN MALAM RABU
PRM GIRIPENI II GIRI PENI, WATES, KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Menuju Masa Depan Kejayaan Islam (Tafsir QS An-Nûr/24: 55) BEBERAPA kali saya baca, kemudian mencermati kajian para ulama tafsir terhadap QS An-Nûr/24: 55, dan akhirnya saya temukan satu simpulan penting, yaitu: “janji Allah terhadap orang-orang yang beriman dan beramal shalih, bahwa mereka – pada saat yang tepat – akan menjadi pemimpin umat manusia karena karena ketakwaan mereka kepada Allah.” Dan sebaliknya bisa difahami, bahwa pada saat mereka tidak bertakwa, maka mereka pun akan ‘gagal’ untuk menjadi pemimpin umat manusia, bahkan bisa jadi terpuruk menjadi orangorang yang terpimpin dengan ‘arahan’ orang lain. Allah berfirman,
َ َ َ ه ذ ه َ َ ه ََ َ َذ ه ذ َ ه َ َ َف َ ِ َ َات َليستخ ِلفنهم َ ِ اِل َ َ ين َ اَّل َ َ وع َد ِ َ الل ِ آمنوا َ ِمنكمَ َوع ِملوا َالّص َ َه ه ذ َ ََ ذ َ ََهَ ّ َذ َ َ ه َ َ َاَّلي َ ك َ اَّل َ ض َكما َاستخل َ ِ اْلر ِ َ َن َلهمَ َ ِدينه َم ِ َف ِ ين َ ِمن َقب ِل ِهمَ َوَلم َ َ ً َ هه َ َ ه ه َ ّ َ َ ى َه َ َهَ ّ َذ ه َ َب َ ِ َ ون َ ْش َك َ َن َ ِ ض َلهمَ َوَلب ِدنَلهم َ ِمن َبع َِد َخوفِ ِهمَ َأمنا َۚ َيعبدون َ ارت ِ ل َي َ َ َ َ َ َ َ َ َ َه َى َ ه ه َ ه َون َ اسق َ كَفأول َـ ِئ َ ِ شيئًا ََۚ َو َمنَكف َرَبع َدَ َٰىذل ِ كَه َمَالف “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan mengerjakan amal shalih, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai (Islam). Dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tidak memersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orangorang yang fasik.” (QS An-Nûr/24: 55), saya pun mendapatkan beberapa pelajaran yang sangat berharga. Dari ayat tersebut, Ibnu Jarîr ath-Thabari rahimahullâh (wafat tahun 310 H.) – misalnya --- mengatakan:
ه َوذكر َأن َهذه َاآلية َنزلت َىلع َرسول َالل َصىل َالل َعليه َوسلم َمن
َأجل َشاكية َبعض َأصحابه َإَله َف َبعض َاْلوقات َاليت َاكنوا َفيها َمن 1
َ َوما َيلقون،العدو َف َخوف َشديد َمما َهم َفيه َمن َالرعب َواخلوف َّ
بسببَذلكَمنَاْلذىَواملكروه
“Disebutkan bahwa ayat ini turun kepada Rasulullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam dikarenakan keluh kesah sebagian sahabat beliau pada beberapa kejadian memilukan yang menimpa mereka dari pihak musuh, berupa rasa takut yang mencekam dan meneror, berupa gangguan dan hal-hal menyusahkan yang mereka jumpai karena kejadian-kejadian memilukan tersebut.”1 Semrentara itu Imâm as-Sam’âni asy-Syâfi’i rahimahullâh (wafat tahun 489 H.), mengatakan:
َ َ َ َ ه َ َ َأن َأصحاب َرسول َالل َتمنوا َأن َيظهروا:اتلف ِسري ََوذكر َبعض َأهل َ ذ َ ََ َ َّ َ َالَ َهذهَاآلية ِ َ َفأنزلَاللَتع،ىلعَمكة “Sebagian ahli tafsir menyebutkan bahwa para Sahabat Rasulullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam berangan-angan untuk menguasai Makkah (yang saat itu tengah dikuasai oleh orang-orang musyrik), maka Allah menurunkan ayat ini.”2 Para ulama tafsir lain juga menjelaskan bahwa dalam ayat yang mulia ini, sebenarnya terdapat sumpah Allah yang tersirat dari ungkapan “layastakhlifannahum … Dan seterusnya” yang diistilahkan oleh pakar bahasa al-Qur’an sebagai jawâbul-qasm (jawab atas sumpah). Lalu apa sumpah Allah tersebut? Dia bersumpah akan menjadikan orang-orang yang beriman dan beramal shalih sebagai khalifah (penguasa) di muka bumi yang akan mengatur dunia dengan syari’at-Nya.3 Dia (Allah) telah membuktikan sumpah tersebut pada umat-umat sebelumnya, saat Dia menganugerahkan kekuatan dan kekuasaan kepada Sulaiman dan Daud ‘alaihimas salâm, dan kepada Bani Isrâîl pada saat mereka berhasil mengambil alih kekuasaan dari tangan-tangan Raja yang zalim di Mesir dan Syam.4 Dia juga bersumpah akan menjadikan Islam sebagai agama yang kokoh dan mengungguli agama-agama lainnya.5 Rasa aman akan tercipta, dan akan menggantikan ketakutan yang menyelimuti kaum muslimin. Namun janji Allah tersebut – ternyata – menghendaki prasyarat. Dalam QS an-Nûr/24: 55 ini, setidaknya disebutkan bahwa ada 3 prasyarat yang harus 1
Ibnu Jarir ath-Thabari, Jâmi’ al-Bayân Fî Ta’wîl al-Qurân, juz XIX, hal. 209. As-Sam’ani, Tafsîr al-Qurân, juz III, hal. 544. 3 Lihat makna “istakhlafa” dalam Ibrahîm Madkûr (ed.), Al-Mu’jam Li Alfâzh alQur’ân al-Karîm, juz I, hal. 369. 4 Al-Baghawi, Tafsîr al-Baghawi , juz III, hal. 425. 5 Ibid. 2
2
terpenuhi agar janji-janji Allah di atas bisa terwujud: pertama: iman dan amal shalih, kedua: beribadah hanya untuk Allah (bertauhid), dan ketiga: menjauhi syirik dengan segala ragamnya, termasuk tidak beramal dengan niat untuk selain Allah. Kemudian barangsiapa yang kufur nikmat (dengan meninggalkan prasyarat di atas) setelah anugerah kejayaan dan keamanan umat tersebut diraih, maka merekalah orang-orang yang fasik, yang telah keluar dari ketaatan kepada Allah dan telah berbuat kerusakan.6 Apakah Janji Allah Tersebut Sudahkah Terwujud? An-Nahhâs rahimahullâh menjelaskan bahwa janji Allah dalam ayat tersebut sudah ditunaikan di masa hidup Rasulullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Terbukti dengan penaklukan kota Makkah dan berbondong-bondongnya manusia di jazirah Arab memeluk Islam.7 Mufassir yang lain mengatakan bahwa ayat ini adalah sebagai dalil atas kekhalifahan Khulafâu-r Râsyidîn radhiyallâhu ’anhum. Dengan kata lain, janji Allâh dalam ayat ini telah terwujud dan eksis pada masa kekhalifahan mereka. Karena merekalah kaum yang telah beriman kepada Allâh dengan sebenar-benar Iman, merekalah generasi terbaik dalam menegakkan ibadah dan amal shalih, menyembah hanya kepada Allâh secara totalitas lahir dan batin. Demikianlah pendapat Adh-Dhahhâk rahimahullâh. Sehingga tidak salah jika Abul ‘Âliyah rahimahullâh mengatakannya, ketika menafsirkan siapa orang-orang yang dimaksud dalam ayat ini,
ه َ َ ه هَذ َ ذ ىلَ َه َ.اللَ َعلَي َِهَ َو َس َلذ َم َ ابَُم َمدََص َ همََأصح
“Mereka adalah para Sahabat Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam.”8 ‘Abdurrahmân bin ‘Abdil Hamîd al-Mishri rahimahullâh mengatakan:
َ ََ َ َذ َ َذ َ َ ه ََ َ َ ه َ ه َ َ َ َ،ل َ لل َع َز َوج َِ اب َا َ ِ ف َ ِكت َ ِ َ الل َعنهما َ َض َ ِ ب َبكرَ َوعم َر َر َ ِ أرى َ ِولي َة َأ ه ذ ه َ َ ه َه ه َ َ َ َ َََ َ َ ََ ه ه َ َ َكمَ َوع ِملوا َ ين َآمنوا َ ِمن َ اَّل َِ َ الل َ َ َوع َد:ال َ ك َوتع َ الل َتبار َ َ ول َ يق َ َ َ ذ َذ ََاآلية-َض َ ِ فَاْلر َ ِ ََاتَليَستَخ ِلف َن ههم َ ِ اِل َ ِ الّص “Saya berpendapat bahwa kekhilafahan Abu Bakar dan ‘Umar radhiyallâhu ’anhumâ termaktub dalam Kitâbullâh ‘Azza Wa Jallâ, yaitu ketika Allah 6
As-Sa’di, Tafsîr as-Sa’di, hal. 573. Lihat: Al-Qurthubi, Jâmi’ al-Bayân Fî Ta’wîl al-Qurân, juz XII, hal. 297. 8 Ibnu Abi Hatim, Tafsir ibn Abî Hâtim, juz VIII, hal. 2627. 7
3
berfirman (dalam ayat al-Quran): ‘Wa’adallâhulladzîna âmanû minkum wa ‘amailush shâlihâti layastakhlifannahum fil ardhiَ - dan seterusnya.”9 Ibnul ‘Arabî rahimahullâh mengatakan:
َ َ َ َ ه َ َفَف، َ َو َعلَيهمَ َ َو َر َد، َ َوفيهمَ َ َن َف َذ،كنَ َ َه َذا َال َوع هَد َل َ ههمَ َ ََنَ َز ََيمن و ِإذا َلمَ َي ِ ِ ِ ِ هه َ َ َ َ َ ََ َ ه ه َ ه ه ً ََ َ َ َ ه ََون َفيما َ َو،ل َيو ِمنا َهذا َ س َبعدهمَ َ ِمثلهمَ َ ِإ َ ون َ ِإذا؟ َولي َ يك ِ َ ل َيك َ َبعد هَه “Jikalau janji (dalam ayat) ini bukan untuk mereka (para Sahabat), tidak tertunaikan pada mereka, dan tidak datang untuk mereka, maka kepada siapa lagi kalau begitu? Sementara tidak ada satupun yang mampu menyamai mereka sampai hari ini, dan tidak pula di masa depan.”10 Apakah Janji Allah Tersebut Masih Berlaku? Para ulama ahli tafsir -- seperti al-Qurthubi rahimahullâh (wafat tahun 671 H.) --- berpendapat, bahwa janji Allâh dalam ayat tersebut berlaku umum untuk seluruh umat Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Dalam kitab tafsirnya, beliau mengatakan:
َ َ َ ه ََه ََ ََ َ َ ه َ ه َ ذ ه َ ّ َ ذ َّصوا َ ّت َُي َ الل َعنهمَ َح َ َض َ ِ ص َ َبِاخللفا َِء َاْلربع َِة َر َ ال َلمَ ََتت َ ه ِذهَِ َاِل َ َ َ يع َال هم ار َك ه ك َ ََج ه َ َبَلَ َ َش،ب َها َ ِمنَ َ هع همومَِ َاآليَة ََين َبَل ََ اج ِر ه َ َ ل ذ َ َ ف َ م َ ه ِ ِ ِ ِ ِ ِ َ ه َ َذ هَذ َ ذ ه َ َ َ َ ذ َ َ هه َ َ ذ َّ َ َ َ ذ ريَه َ اللَعلي َِهَوس َل َمَغ َ َىل َ نَاآلي َةََع َمةََ ِْل َم َِةَُم َمدََص َٰ حَأ َ وغريهم َفّص َ ََم هّص .َوصة “Janji Allâh ini tidak terbatas hanya untuk Khulafâ-ur Râsyidîn radhiyallâhu yang (berjumlah) empat radhiyallâhu ’anhum saja, sampai harus dikhususkan dari keumuman ayat. Bahkan segenap Muhâjirîn dan kaum muslimin yang lain juga masuk dalam janji-janji ayat ini (tentu saja jika syarat-syaratnya terpenuhi, pen.) … sampai pada ucapan beliau … Maka pendapat yang shahih adalah bahwa ayat ini berlaku umum untuk umat Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam, tidak bersifat khusus (untuk generasi tertentu dari umat ini, pen.).”11 9
Ibid., hal. 2628 Al-Qurthubi, Al-Jâmi’ Li Ahkâm al-Qurân, juz XII, hal. 297. 11 Ibid., hal. 299 10
4
Al-Imâm as-Sa’di rahimahullâh (wafat tahun 1376 H.) mengatakan:
َ،َمهماَقامواَباإليمانَوالعملَالّصالح،ولَيزالَاْلمرَإلَقيامَالساعة
َ َوإنما َيسلط َعليهم َالكفار،فال َبد َأن َيوجد َما َوعدهم َالل َ ه،واملنافقني َ َبسبب َإخالل َاملسلمني،ويديلهم َف َبعض َاْلحيان .باإليمانَوالعملَالّصالح
“Janji Allâh dalam ayat ini) akan senantiasa berlaku sampai hari kiamat, selama mereka (kaum muslimin) menegakkan iman dan amal shalih. Diraihnya apa yang telah dijanjikan Allâh, adalah sebuah kepastian. Kemenangan orang-orang kafir dan munafik pada sebagian masa, serta berkuasanya mereka di atas kaum muslimin, tidak lain disebabkan oleh pelanggaran kaum muslimin dalam iman dan amal shalih.”12 Makna Kalimat: “Wa’amilush shâlihât …” Ibnu Jarîr ath-Thabari menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan “wa’amilush shâlihât” dalam ayat ini adalah; (;)وأطاعوا َالل َورسوهل َفيما َأمراه َونهياه
“mereka menaati Allah dan Rasul-Nya pada perkara yang diperintahkan dan perkara yang dilarang oleh keduanya.”13 Dalam konteks kekuasaan, ada 4 jenis amalan lahiriyah yang dijadikan indikasi oleh para ulama atas kekhalifahan Islam yang termasuk dalam janji ayat ini. Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyyah rahimahullâh mengatakan:
َ َ َ ه َه ذ َ َ َ َ ه ه َ ّ َ َ َوهل َِ ِ لل َوس َن َِة َرس َِ اب َا َ ِ كت َِ ان َبِتج ِر َِ السلط َ َ ح َأم َِر َ َوصال ِ يد َال َمتابع َِة َ ِل َ َ َ َ ََ َ ََ َ َ َ ذه ه َ َه َ َ ذ َني َِ ك َ َل َِ ح َأه َ لَصال َ ك َف ِإ َن َه َسبحان َه َجع َ ِ ىلع َذل َ َاس َ ِ انَل َل َ ذ َِ َون ِب ِيّ َِه َ َوَح ِ اتلم َ َ َ ََ َ َ َ َ ه ذ َ َ َ ه ذ َ ذ َ َ ه ه هَه َ انَل َ وف َو َ ِ الزاك َِة َواْلم َر َبِالمعر َ َ اء الّصال َِة َو ِإيت ٰه َ َ ام َ َإق:اء َ ف َأربع َِة َأشي َِ َ َ عنََال همنك َِر “Kebaikan seorang penguasa adalah dengan memurnikan ittibâ’ pada Kitabullâh dan Sunnah Rasul-Nya, serta menjadikan orang-orang untuk melakukan hal yang sama. Karena Allâh telah menjadikan kebaikan bagi Ahlut Tamkîn14 dengan 12
As-Sa’di, Tafsîr as-Sa’di, hal. 573. Ath-Thabari, Jâmi’ al-Bayân Fî Ta’wîl al-Qurân, juz XIX, hal. 209. 14 Orang-orang yang dianugerahi kekuasaan oleh Allâh, karena mereka benar13
5
adanya 4 perkara; penegakan shalat, penunaian zakat, amar ma’ruf dan nahi munkar.”15 Apa yang diungkapkan oleh Ibnu Taimiyyah tersebut, didasarkan pada firman Allah:
َ َ َ ذ َ َ َه ذ َ َّ ََ َ ذذ ه َ ه َ َ َ ه َالزاك َة َوأمروا َ َ الّصال َة َوآتوا َ َ ض َأقاموا َ ِ ف َاْلر َ ِ َ َين َإنَ َمك َناهم َ ال ِذ َٰ َ َ نَال همنك َِر َِ وفَ َون َهواَ َع َ ِ بِال َمع هر “(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar…”16 Apakah Kriteria Amal Shalih Itu? Perlu digarisbawahi bahwa suatu amalan yang dilakukan oleh setiap orang yang beriman bisa dikategorikan sebagai amal shalil bila telah memenuhi dua syarat. Pertama, amal tersebut harus dilakukan dengan ikhlas karena Allâh; dan kedua, amal tersebut memunyai landasan syar’i dari sunnah Rasulullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang shahîh. Dengan demikian, amalan-amalan seseorang yang mengaku beriman, yang berseberangan dengan sunnah Rasulullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam, tidak termasuk dalam lingkup definisi “amal yang shâlih”. Perilaku orang yang berseberangan dengan sunnah Rasulullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang saat ini banyak merebak di tengah-tengah kaum muslimin, sedikitpun tidak memberikan saham dalam membangun kekuatan umat Islam. Bahkan, justeru sebaliknya, amalan itu bisa menjadi racun yang melemahkan persatuan kaum muslimin. Perilaku yang bisa mewujudkan janjijanji Allah dalam ayat di atas adalah amalan yang benar, amalan yang sesuai dengan selarsa dengan tuntunan Rasulullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Bukan amalan-amalan yang menyimpang dari (tuntunan) syari’at Islam, sekalipun mayoritas manusia menganggapnya sebagai perilaku yang baik. Makna Kalimat“Ya’budûnanî…” َ َ Dalam Tasîr ath-Thabari disebutkan bahwa makna (َ )يعبه هدون ِنadalah (“ ;)ُيضعون َيل َبالطاعة َويتذللون َْلمري َونهييMereka menundukkan diri pada-Ku dengan
ketaatan, dan mereka menghinakan diri di bawah perintah-Ku dan laranganَ Ku.” Mujahid rahimahullâh mengatakan: (َ )يعبه هدونَ ِنyaitu (“ ;)ل َُيافون َغرييMereka tidak takut kepada selain-Ku.” benar telah bersedia untuk menegakkan syari’at Allâh. 15 Ibnu Taimiyyah, Majmû’ al-Fatâwâ, juz XXVIII, hal. 242. 16 QS Al-Hajj/2: 41.
6
َ َ ه ه Sedangkan makna (ب َشيئًا َ ِ َ ون َ ْشك ِ )ل َيadalah (َ ل َيْشكون َف َعبادتهم َإياي َاْلوثان إيل َدون َلك َما َعبد َمن َيشء َغريي ََّ َ َبل َُيلّصون َيل َالعبادة َفيفردونها،“ ;)واْلصنام َول َشيئا َغريهاMereka
tidak menyekutukan Aku dalam peribadatan mereka kepada-Ku dengan sesuatu apapun seperti berhala dan patung-patung, akan tetapi mereka memurnikan peribadatan hanya untuk-Ku. Mereka mengkhususkan ibadah tersebut hanya untuk-Ku, tidak untuk segala macam sesembahan selain-Ku.” Jika kita renungkan hakikat makna “ya’budûnanî” lalu kita bandingkan dengan realitas umat Islam saat ini, maka mau tidak mau kita akan mengakui bahwa umat di zaman ini masih jauh dari kemurnian tauhid. Masih banyak di antara saudara-saudara kita yang terjerembab dalam kubangan lumpur kesyirikan; mereka thawaf di kuburan, meminta-meminta di kuburan orang shalih (berharap agar shâhibul kubûr bisa memberikan “uluran tangan” dari alam ghaib, sebagai mediator untuk mereka kepada Sang Khâliq atas segala hajat sekaligus musibah dan kesedihan mereka). Belum lagi maraknya praktik klenikperdukunan, menjamurnya orang-orang yang terbuai oleh janji-janji ramalan bintang, trend Feng-shui, dan kepercayaan akan kekuatan alam yang mandiri dan lepas dari Qudrâtullâh (kuasa Allâh). Di sisi yang lain, manusia-manusia moderen yang skeptis (tidak percaya) pada hal-hal yang berbau klenik dan mistik, malah jatuh pada bentuk kesyirikan yang lain, yaitu ketidakpercayaan terhadap perkara-perkara ghaib yang termaktub dalam al-Qur’ân dan hadits-hadits yang shahih17. Sehingga lahirlah keangkuhan, berupa sikap atheis (yang mengingkari eksistensi Allâh), padahal fitrah mereka meyakini keberadaan-Nya18. Penyebab Utama Rasa Takut dan Ketidakamanan Al-Qur’ân menegaskan bahwa penyebab utama rasa takut yang merasuki orang-orang yang tidak beriman kepada Allâh adalah semata-mata karena kesyirikan mereka. Allâh berfirman:
17
Sehingga muncullah agama sesat baru bernama Sciencetology yang dibuat oleh L. Ron Hubbard (1911-1986). Dianut oleh mereka yang mengaku sebagai manusiamanusia hi-tech. Mereka beranggapan bahwa Iptek adalah tokoh utama yang menentukan takdir manusia dan alam semesta. Dalam bahasa yang lebih sederhana, sejatinya mereka telah menjadikan Iptek sebagai “Tuhan”. [lih. http://id.wikipedia.org/wiki/Scientology 18 Guru kami, Al-Ustadz al-Fâdhil Masyhuri Badran hafizhahullâhu Ta’âlâ menambahkan: “Ini dikarenakan mereka berpaling dari ayat-ayat kauniyyah Allâh (bukti-bukti keberadaan dan kekuasaan-Nya) di alam semesta, sebagaimana yang diungkapkan oleh Syaikh Shâlih Fauzan dalam Kitâbut Tauhid, jilid yang pertama.”
7
ّ َ َ َ َه هه ََ َ ذ ََ َ ه ّ ه ََنل َِ لل َما َلمَ َي َِ ب َبِما َأْشكوا َبِا َا َ الرع َ َ ين َكفروا َ اَّل َِ َ وب َ ِ ف َقل َ ِ َق َ ِ َسنهل ذ ً ه ََ الظال ِ ِم ني َ َسَ َمث َوى َ َ ارَ َوبِئ َانَل ه َبِ َِهَ هسل َطاناَ َو َمأ َواه هَمَ ذ “Kami akan campakkan rasa takut ke dalam hati orang-orang kafir, disebabkan mereka telah berbuat syirik kepada Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak pernah menurunkan keterangan tentangnya. Tempat kembali mereka adalah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal bagi orang-orang yang zhalim.”19
َ ه ه َىلعَال َع هد ِّو َ َ َب َ ِ الرع َّ ِتَب َ ن ِِص “Aku (Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam) ditolong (oleh Allah dengan dicampakkannya rasa takut di hati) musuh-musuhku.” 20 Maka jangan sampai kondisi tersebut berbalik justeru menimpa diri kita, gara-gara kesyirikan yang tumbuh marak di tengah-tengah kaum muslimin. Penutup Demikian penjelasan singkat atas tafsir QS an-Nûr/24: 55, yang berisi tentang janji kemenangan terhadap kaum muslimin yang benar-benar beriman dan beramal shalih, kapan pun, di mana pun dan ketika berhadapan dengan siapa pun. Sehingga kita – kaum muslimin – harus bersikap optimis dengan husnu zhan (prasangka baik) kita terhadap (janji) Allah tersebut.
Husnus-zhân billâh (prasangka baik terhadap ketentuan Allâh) dan optimisme haruslah senantiasa tertanam di dalam dada setiap orang Islam dan kaum muslimin. Karena pada akhirnya roda kejayaan akan berhenti berputar tepat, pada saat Islam dan kaum muslimin berada di titik puncak, menjadi khairu ummah (ummat yang terbaik), karena mereka telah memenuhi janji mereka untuk beriman dan beramal shalih dengan (sikap) istiqamah, dan bersedia untuk beramar ma’ruf-nahi mungkar dengan landasan iman dan sikap istiqamahnya. Selanjutnya, mati kita renungkan sabda Rasulullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam berikut ini:
َ ذ ّ َ ذ ه ََ ََ ذ ََ َ َ َ َ َ َ ََالل َعلي َِه َوس َل َم َ ِإذ َ َ ىل َ ب َص َ ِ ِ انَل َ َ َبينا ََأنا َ ِعن َد:ال َ َق،ن َ َحاتِم َِ ي َب َِّ عنَ َ َع ِد َ َ َ َ ََ ه َ ه َ ََ َ َ َ َ َ َ ََ ه ذ ََ ه َ ه َ ذ َ:ال َ َفق،يل َ َاكَ ِإَل َِهَقط َع َ َث َمَأت َاهَآخ َرَفش،اكَ ِإَل َِهَالفاقة َ أت َاهَرجلََفش ِ الس ِب 19
QS Āli ‘Imrân/3: 151 Hadits Riwayat Muslim dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu, Shahîh Muslim, juz II, hal. 64, hadits no. 1199 20
8
ََ َ ّ َ َ َ َ َ َ ََ ه ه َ َََ ََ ه ه َ َال َ َق،ت َعنها َ َوقدَ َأن ِبئ،َلمَ َأرها:ت َ ِلرية؟»َقل َ َهلَ َرأي،ي َ «يا َع ِد ِ ت َا َ َ َ َ َ َ َ ذ َ َ َ ََََ ذ ذ ََ َ َ ه َ َوف َ ّت َت هط َ َح،ِلري ِة ا َ َ ن م َ َ ل َت ر ت َ َ ة ين ع َ الظ َ َ ن ي َت ل َ ، اة ي ح َ َ ك ب َ ت َ ِ ِ ِ ِ ِ «ف ِإنَ َطال ََ َ َ َ ََ ه َ َ ً ذ ه َ َ ََ َ ه َ َ ََن َ س َفأي َ ِ ني َنف َ ن َوب َ ِ ت َ ِفيما َبي َ َ َقل،الل َ َل َ اف َأحدا َ ِإ َ ل ََت َ َ بِالكعب َِة َ ََ َ َ َ ََ َ َ َّ ّ َ ه ذ ه ََ َ ذ َ َ نَذ ه ه َ ك َحياةَ َتلفتح َ ِئ َطالتَ َب َ ِ َ َول، -ابلال َد َ اَّل َ د ِ َ ََع َر َط ِيئ ِ َ ين َقدَ َس َعروا َ َ َه ه ه ه ه ه ه ه ه َ َ َ َ َ،ن َهرمز َِ َ”َ ِكْسى َب:ال َ ن َهرمز؟ َق َِ ِكْسى َب: ت َ َقل،َ»وز َ ِكْسى َ كن َ َ َ َ َ َّ َ َ َ ََََ ذ ذ ه َ ه ََج َ ِمل ََء َك ِف َِه َ ِمنَ َذهبَ َأو َل َُي ِر ه َ الرج َ َن َ َلَتي،ك َحياة َ ِئ َ َطالتَ َب َ ِ َول َ َ ذ َ ه ه َ َ َهه ه َ َ َ ه َ َ ً َ َهه ه َ ّ َ:ي َ ال َع ِد َ َي َد َأحدا َيقبل َه َ ِمن َه َ َق َ ب َمنَ َيقبل َه َ ِمنَ َه َف َ َيطل،ضة َ ِف ِ َ ال َ َ َ ََ ه ذ َ َ َ ذ َه َََ ه ذ ََ َ َ ه َ َل َ اف َ ِإ َ ل ََت َ َ وف َبِالكعب َِة َ ّت َتط َ ِلري َِة َح َ ل َ ِم َ َت َ َت َ فرأي ِ ن َا ِ الظ ِعين َة َتر َ ََ َ ه ه َ ت َف َ َو هكن ه،]٨٩١:الل َ[ص َ وز َ ِك َئ َ ِ ن َهر هم ََز َ َول َِ ْسى َب ََ ح َكنه َ ن َافتت َِ يم َ ََ ِ َ َ ََ ه َ ذ َ ه َ َ َََ ه ذ َ َ َ ذ ّ َه َالل َعلي َِه َ َ ىل َ َص:اس َِم َ ِ انَل َ َ ال َ ن َما َق َ َلَتو،طالتَ َبِكمَ َح َياة ِ ب َأبو َالق َّ ذ ه جَ ِمل ََءَك ِف َِه ََو َس َل ََمَُي ِر ه “Dari ‘Adiy bin Hâtim dia menceritakan: ‘Suatu ketika aku berada di sisi Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam tiba-tiba seorang pria menghampiri beliau seraya mengeluhkan kefakiran yang menimpanya. Kemudian datang pria lain mengeluhkan maraknya perampokan di jalan (tidak ada rasa aman)’. Lantas beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Wahai ‘Adiy, pernahkah engkau melihat Hîrah (sebuah tempat di Iraq, dekat Kûfah)’. Aku katakan: ‘Aku belum pernah melihatnya, namun aku pernah dikabari tentangnya’. Beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Jika umurmu panjang, sungguh engkau akan melihat seorang wanita akan melakukan perjalanan dari Hîrah untuk thawaf di Ka’bah, dia tidak merasa takut kepada siapa pun kecuali hanya pada Allâh’. Aku berkata dalam hati: ‘Lantas kemana perginya, orang-orang bejat yang membuat fitnah dan huru-hara di negeri-negeri?’ Beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Jika usiamu panjang, sungguh suatu saat akan dibuka perbendaharaan Raja Kisrâ’. Aku berkata: ‘Kisrâ bin Hurmuz’? Beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Ya, Kisrâ bin Hurmuz. Andaikata umurmu masih panjang, engkau akan menyaksikan seorang mengeluarkan segenggam penuh emas atau perak di tangannya, dia mencari orang yang sudi menerimanya, namun ia tidak mendapatkan seorang pun yang mau menerimanya’… … ‘Adiy berkata: ‘Aku telah menyaksikan ada seorang wanita yang bepergian dari Hîrah sampai ia thawaf di Ka’bah, tidak ada seorang pun yang ia takuti kecuali hanya Allah. Dan aku (kata ‘Ady) adalah termasuk orang yang menaklukkan Kerajaan Kisrâ dan
9
membuka perbendaharaannya.21 Sungguh jika umur kalian panjang, kalian akan menyaksikan kebenaran sabda Rasulullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam tentang laki-laki yang mencari-cari orang yang sudi menerima pemberian emasnya (inilah gambaran betapa makmur, aman dan tentramnya kehidupan umat Islam saat itu, dan ini merupakan janji yang bersifat pasti, pen.).”22 Abu Hurairah radhiyallâhu ’anhu meriwayatkan bahwasanya Rasulullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
َ َ َ ه ه َّ َ ه َ َّ ه َ َ ه ه َ َ ه َ َ َ ه ه ه ه ه ه َون َ َفيقتله َم َالمس ِلم،ون َاَلهود َ ل َالمس ِلم َ ِّت َيقات َ وم َالساع َة َح َ ل َتق َ َ َ َ ه ه َ َّ َ َّ َول َاِلَج هَر َأ َِو َ َفيَق،ي َ ِمنَ َ َو َرا َِء َاِل َ َج َِر َ َوالش َج ِر َّئ َاَلَ ههو ِد ه ََ ّت َُيتَ ِب َ ح َّ َ َ َ َ َ ه ه َّ َ ّ َ َ َه َ َ َل َ َ ِإ،ال َفاقتله َ َفتع،ي َخل ِِف َ لل َهذا َيهو ِد َِ َيَا َ همس ِل هَم َيَا َعب َد َا:الش َج هَر َ َفَإنَّ هَهَمنََ َش،ال َغرقَ َد ج َِرَاَلَ ههو َِد ِ ِ “Kiamat tidak akan terjadi sampai kaum muslimin memerangi Yahudi. Kaum muslimin membinasakan mereka sampai-sampai mereka bersembunyi di balik batu dan pepohonan, maka saat itulah batu dan pohon berkata: ‘Wahai muslim, wahai hamba Allâh, ini Si Yahudi bersembunyi di balikku, kemari! Bunuhlah dia! Kecuali pohon Gharqad, karena ia adalah pohon Yahudi.”23 Dalil-dalil di atas, sangat lugas dan jelas dalam menegaskan bahwa masa depan dunia ada di tangan Islam. Kemenangan, pada akhirnya akan menjadi milik orang Islam dan kaum muslimin. Namun yang menjadi inti permasalahan adalah: “Kapankah kita berupaya menggolongkan diri ke dalam Ahlut Tamkîn (Orang-orang yang dianugerahi kekuasaan oleh Allâh, karena benar-benar telah bersedia untuk menegakkan syari’at Allâh) yang dipuji oleh Allah dalam QS anNûr/24: 55 ini?”
Wallâhu A’lamu bish-Shawâb.َ Yogyakarta, 20 Desember 2016
21
Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyyah menyebutkan, bahwa penaklukan Kisrâ ini (termasuk Qaishar Romawi) terjadi pada masa kekhalifahan ‘Umar bin Khath-thab radhiyallâhu ’anhu, dan harta-harta Kisrâ serta Qaishar diinfakkan oleh ‘Umar di jalan Allâh. [Lihat: Majmû’ al-Fatâwâ, juz XXV, hal. 304] 22 Hadits Riwayat Al-Bukhari dari ‘Adiy bin Hatim radhiyallâhu ‘anhu, Shahîh al-Bukhâriy, juz IV, hal. 3595, hadits no. 3595. 23 Hadits Riwayat Muslim dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu, Shahîh Muslim, juz VIII, hal. 188, hadits no. 7523.
10