1
MENDIDIK KELUARGA BAHAGIA By : H. Mitakul Huda, S. Ag, M. Pd. I ABSTRAK
السعادة لديهم. ولنيلها البد بالتعلم و الرياضة.إن للمرء كلو إرادة سعادة احلياة وميكن، قادرة على التأمل، بسيطة يف احلياة، لطيف يف اجلمعية،ميل إىل الدين الزوج لزوجتوالبد لو إطعام وكساء واحرتام.أن يتوب من أخطائو ،الزوجةلزوجوالبد ذلا التزام للحفاظ على شرفو واطاعة لو. ومعاشرةبادلعروفلو
واجبات اآلباء ألطفاذلم ىي ان يعطيو امسا مجي ا ولقمة.وممتنة للطف من زوجها وعندما يكون ىناك صراع يف األسرة جيب.العيش وتكرميا وتعليما لو وتزوجتو عليها أن يعاجلها باحلكمة والرشيدة بوسيلة ث اث وىى "تعفوا وتصفحوا وتغفروا"والصرب والص اة ويف وقت الحق يف السجدة األخرية يف الص اة يصلي سوف يتم حل ادلشكلة الصعبة قريبا اهلل والصراع يستكمل،من أجل بعون اهلل .قريبا A. Pendahuluan Fitrah makhluk hidup di alam dunia adalah hidup selalu berpasangpasangan. Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan, ada pria ada juga wanita, keduanya diciptakan untuk saling melengkapi karena keduanya saling membutuhkan. Kehadiran keduanya akan saling menolong dan saling menentramkan. Tanpa wanita, pria akan kesepian,begitu juga sebaliknya. Pria membutuhkan wanita sebagai perhiasan kehidupan danwanita memerlukan pria karena memberikan perlindungan. Ada daya tarik menarik yang sangat kuat antara pria dan wanita,ini adalah sunnatullah. Pria sangat menginginkan wanita,, wanita pun sangat mendambakan pria. Hanya saja keduanya memiliki sifat dan karakter yang berbeda.Masing-masing mempunyai kelebihan tersendiri.Bagi pria, wanita
2
adalah makhluk yang paling menarik hati. Allah menjelaskan hal ini dalam AI-Quran;
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”1 (QS. Ali Imran : 14) Pria menyukai wanita adalah hal yang wajar. Bila ada pria tidak menyukai wanita, maka dipertanyakan sifat kepriaannya.Pria memiliki kecendrungan tinggi terhadap wanita.Karena itu, Allah membolehkan pria memiliki empat orang Istri.Kecenderungan tersebut tidak hanya dari segi seksual saja, tetapi juga dari ketentraman hati.Ada ketentraman hati tersendiri bagi pria dengan memiliki wanita. Sebuah ketentraman hati yang tidak bisa 1
diperoleh dengan cara selainnya. Satu-satunya cara untuk memperoleh ketentraman tersebut yaitu dengan cara menikahi wanita. Dengan pernikahan, hubungan antara seorang pria dan wanita akan menjadi halal.Hubungan dalam ikatan pernikahan inilah yang mampu menentramkan hati. Sehingga antara keduanya akan terjalin rasa kasih dan sayang. Imam Al Ghazali dalam Abdul Rachman Hussein mengatakan bahwa pernikahan adalah penenang jiwa. Dan kesenangan kepada istri adalah ketika bersanding bersamanya, memandang dan bercanda.Perkawinan juga menenteramkan hati dan menambah kekuatan untuk beribadah.2
1
Anonim, Al Qur’an dan Terjemahannya; Edisi Baru Revisi, ( Semarang : CV Thaha Putra, 1989), hal. 73 2 Abdul Rachman Hussein, Seri Membangun Keluarga Sakinah; Kado Terindah Untuk Istriku Tercinta, (Jakarta : Gramedia, 2009), hal. 15
3
Hanya saja suasana indah dalam berumah tangga tersebut tidak selamanya indah seperti yang diungkapkan Al Qur‟an, Hadis Nabi SAW, dan para ulama‟ yang telah mumpuni kefakihannya dalam Al Qur‟an dan Hadis. Kadang bisa terjadi setelah pernikahan dan memiliki beberapa orang anak, keluarga tersebut tidak bahagia dan tidak ada ketentraman. Berdasarkan fenomena ini penulis akan membahas cara Membangun Keluarga Bahagia agar setelah pernikahan dan memiliki beberapa orang anak mereka bisa meraih ketentraman dan kebahagiaan hidup berkeluarga. Mengawali pembahasan ini penulis ingin mengungkapkan, Pertama, Pengertian Keluarga Bahagia, Kedua, Ciri-ciri Keluarga Bahagia, Ketiga, Kewajiban dan Hak Suami-Istri, Keempat, Kewajiban Orang Tua dan Anak, dan Kelima, Ikhtiar Menjadikan Keluarga yang Rukun. B. Mendidik Keluarga Bahagia Setiap orang pasti
memiliki harapan dalam hidupnya untuk
memperoleh hidup bahagia, sehingga laki-laki berjuang keras untuk memperoleh istri yang dicintainya dan wanita mendambakan suami yang mampu melindunginya hanya karena merindukan hidup bahagia. Namun tidak semua harapan bisa tercapai semua, kadang tersandung ditengah jalan karena ketidaktahuan mereka. Untuk itu penulis mencoba mengungkapkan cara menggapai hidup bahagia. 1. Pengertian Keluarga Bahagia Keluarga bahagia menurut psikologi kesehatan mental, dikutip Saparinah Sadli dalam Berbeda Tetapi Setaraadalah suami-istri mengisi masing-masing perannya dengan rasa senang sesuai dengan harapan masing-masing dan lingkungannya agar kehidupan berumah tangga dapat berlangsung dengan konflik minimal.3 Konflik tidak bisa dihindarkan dalam kehidupan berkeluarga, hanya bisa diminimalisir, sebab logikanya tumpukan piring bila bersentuan pasti akan berbunyi dan bahkan bisa sampai pecah. 3
Saparinah Sadli, Berbeda Tetapi Setara; Pemikiran Tentang Kajian Perempuan ,(Jakarta : Kompas Media Nusantara, 2010), hal. 170.
4
Arif AliArif, dkk, dalam Masailu Ma’ashiratin fi Al Fiqhi Al Islamy menjelaskan bahwa,
كغريه- واجلاوي ادلسلم,ان االسرة السعيدة ىي غاية كل انسان ىف احلياة الزوجية يسعى اىل بناء االسرة الىت حتقق العضائها الراحة- من اجملتمعات االخرى اذ, فكل من الزوج و الزوجة يؤدى دورا مهما ىف حتقيق ذلك. والسعادة ىف احلياة ومها اللذان يقودان سفينة احلياة الزوجية اىل.اهنما عضوان اساسيان ىف االسرة فان ص اح االسرة ىف ص اح, وعليو.حتقيق السعادة والس امة ىف الدين والدنيا . وص احهما يبدأ من الصفات الىت حيت ان هبا,الزوجني Ungkapan diatas bisa dipahami bahwa keluarga bahagia adalah tujuan setiap manusia dalam kehidupan perkawinan, orangjawa muslim, dan yang lainnya, berusaha membangun keluarga bahagia untuk anggota keluarganyademi kenyamanan dan kebahagiaan di dalam kehidupan.Baik suami dan istri berperan penting dalam mencapai kebahagiaan ini, karena suami istri adalah pondasi yang penting dalam keluarga. Keduanya adalah yang mengendalikan kapal kehidupan pernikahan untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan di dalam agama dan dunia. Dengan demikian, baiknya keluarga adalah baiknya suami dan istri, dan baiknya suami dan istri adalahdiawalidari karakter-karakter yang ada pada mereka.4 Menurut Hasan Basri dalam Merawat Cinta Kasih ia mengatakan bahwa keluarga bahagia yaitu keluarga yang rukun, tertib, disiplin, saling menghargai, penuh pemaaf, tolong menolong dalam kebajikan, memiliki etos kerja yang baik, bertetangga dengan saling menghormati, taat mengerjakan ibadah, berbakti pada yang lebih tua, mencintai ilmu pengetahuan dan memanfaatkan waktu luang dengan hal yang positif dan mampu memenuhi dasar keluarga.5
4
Arif, Arif Ali, dkk, Masailu Ma’ashiratin fi Al Fiqhi Al Islamy, (Kuala Lumpur : Fajar Ulung, 2014), hal. 149. 5 Hasan Basri, Merawat Cinta Kasih, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hal 111.
5
Membangun keluarga dengan benar menetentraman hati bagi pelakunya,sehingga Nabi SAW memerintahkan orang bila sudah mampu, untuk segera nikah agar hatinya tentram dan hidupnya terarah, sebagaimana sabdanya;
قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وآلو وسلم يا معشر الشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوجفإنو أغض للبصر وأحصن للفرج ومن مل يستطع فعليو بالصوم فإنو 6 .لو وجاء Rasulullah SAW telah bersabda,“Wahai para pemuda, siapa di antara kalian yang telah memperoleh kemampuan (menghidupi rumah tangga), menikahlah,karena sesungguhnya, perhikahan itu lebih mampu menahan pandangan mata dan menjaga kemaluan,dan barangsiapa belum mampu melaksanakannya, hendaklah ia berpuasa karena puasa itu akan meredakan gejolak hasrat seksual”. Ketentraman hidup terwujud bila kebutuhan hidup
terpenuhi.
Kebutuhan hidup bisa terpenuhi hanya melalui pernikahan karena itu Thalhah bin Mathraf dalam Tafsir Al Siraj Al Munir memberi fatwa agar manusia mau menikah.
تزوجوا فإنو أوسع لكم يف رزقكم وأوسع يف أخ اقكم ويزيد اهلل يف ولقد كان عندنا رجل رازح احلال مث رأيتو بعد سنني: ثروتكمقالالزخمشري كنت يف أول أمري على ما علمت: فسألتو فقال، وقدانتعشت حالو وحسنت فلما رزقت بكر ولدي تراخيت عن الفقر فلما ولد يل، ًوذلك قبل أن أرزق ولدا . فأصبحت إىل ما ترى، صب اهلل علي اخلري َّ الثاين ازددت خرياً فلما تتاموا ث اثة
Ungkapan di atas bisa dipahami bahwa menikah itu bisa melapangkan
rizki, meluaskan akhlak, dan menambah kebaikan. Lalu Al Zamakhsyary menjelaskan bahwa ia menemui orang yang hidupnya jatuh bangun, setelah beberapa tahun hidupnya membaik, lalu Al Zamakhsyary bertanya
6
Muhammad Bin Futuh Al Hamidy, Al Jam’u Baina Al Shahihaini Al Bukhory wa Muslim, (Bairut : Dar Al Nasyr, 2002, Cet. II, Juz I), hal. 110.
6
kepada orang tersebut dan ia menjelaskan bahwa sebelumnya ia hidup susah sebelum dikaruniai anak dan setelah ia dikaruniai anak, sedikit demi sedikit ia meninggalkan kefakiran dan setelah memiliki anak yang ke dua hidupnya lebih baik dan sempurna kebaikannya setelah memiliki anakyang ke tiga.
7
Berdasarkan pendapat diatas bisa dipahami bahwa keluarga bahagia adalah keluarga yang anggota keluarganya mengerti dan menjalankan perannya masing-masing. Dengan demikian keluarga bahagia adalah keluarga yang rukun seluruh anggota keluarganya, penuh kasih dan sayang sesuai dengan perannya masing-masing. 2. Ciri-ciri Keluarga Bahagia Membentuk keluarga bahagia tidak semudah mengatakannya dan tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi memerlukan badzlul juhdi, mencurahkan segala kesungguhan, dalam meraih sebuah keluarga bahagia.Jalaluddin Abdurrahman Bin Aby Bakrin Al Suyuthy dalam Al Fath Al Kabir fi Dhommi Al Ziyadah ila Al Jami’i Al Shaghiri, mengungkapkan ciri-ciri keluarga bahagia dengan mengangkat Hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Dailami, ia mengatakan;
ٍ الرفْ َق ِّ صغِريُُى ْم َكبِ َريُى ْم َورَزقَ ُه ْم َ ووقَّ َر َ إذا أر َاد اهلل بِ ْأى ِل بَْيت َخ ْرياً فَق َ َّه ُه ْم يف الدِّي ِن ِ َ يف م صَرُى ْم عُيُوبَ ُه ْم فَيَتُوبُوا منها وإذا أر َاد هبِِ ْم َغْي َر َّ َص َد يف نَ َفقاِتِِ ْم َوب ْ عيشت ِه ْم وال َق َ 8 .ًذلك تَ َرَك ُه ْم َمهَ ا
Jika Allah menghendaki keluarga menjadi keluargayangbaik maka Allah memberikan lima perkara; (I) memiliki kecenderungan kepada agama, (2)yang muda menghormatiyang tua, {3) lemah lembut dalam pergaulau, (4)sederhana dalam hidup, dan (5) mampu introspeksi dan dapat bertobat
7
Muhammad Bin Ahmad Al Syarabaini, Tafsir Al Siraj Al Munir, (Bairut : Dar Al Kutub Al „Ilmiah, 1979, Juz II), hal. 488. 8 Jalaluddin Abdurrahman Bin Aby Bakrin Al Suyuthy,Al Fath Al Kabir fi Dhommi Al Ziyadah ila Al Jami’i Al Shaghiri, (Bairut : Dar Al Nasyr, 2003, Juz I), hal. 69.
7
dari kesalahan-kesalahannya. Jika Allah tidakmenghendakidemikian, maka merekadibiarkan tanpa hal-hal tersebut." (HR Dailami). Hadis ini menunjukkah bahwa sebuah rumah tangga tidak akan meraih kebahagiaan dan ketentraman bila anggota keluarganya tidak menjadi orang yang taat beribadah. Taat beribadah dalam sebuah keluarga sulit dicapai kalau tidak diawali oleh suami sebagai kepala rumah tangga dan diikuti istri sebagai ibu rumah tangga. Suami istri yang sama-sama taat beribadah kepada Allah SWT akan melahirkan generasi yang taat juga, sebab orang yang taat senantiasa melazimkan do‟a dalam setiap gerak dan langkahnya bahkan sampai tidurnya suami istri pun diiringi dengan do‟a sehingga ketika lahir seorang anak, anak tersebut sudah berada dalam lindungan Allah SWT lantaran do‟a kedua orang tuanya. Orang tua yang taat beribadah akan dilihat oleh anak-anaknya sehingga dengan kecenderungan anak biasanya ia pun menirukan apa yang dilakukan orang tuanya.Ketika kebiasaan ini berlangsung, dengan hidayah Allah SWT, anak tersebut akan manjadi anak yang taat juga dan bisa menghormati orang tuanya. Terbentuknya jiwa tawadhu‟,diawali dari ketaatan kedua orang tua,dan sikap lemah lembut dalam pergaulan, baik pergaulan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Berangkat
dari
keta‟atan
yang
membentuk
sifat
tawadhu‟
memunculkan kesederhanaan dalam hidup, karena keluarga yang ta‟at mengerti indahnya kesederhanaan hidup dan ia berhati-hatiterhadap bujuk rayu setan karena ia memahami firman Allah SWT;
... ... dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara
8
syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. 9 (QS. Al Isro‟: 26-27) Kekuarga bahagia mampu introspeksi diri.Ia lebih suka mencari aib dan kekurangan diri sendiri, tidak mau mencari aib orang lain apa lagi mengada-adakan aib orang lain,ia paham hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Anas r.a.,
عن أنس رضي اهلل عنو قال قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلمطو ى دلن شغلو 10 .عيبو عن عيوب الناس Dari Anas r.a. ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “beruntunglah orang yang sibuk terhadap aibnya sendiri dari pada aib orang lain”. Keluarga bahagia memiliki kecenderungan kepada agama, yang muda menghormati yang tua, lemah lembut dalam pergaulau, sederhana dalam hidup, dan mampu introspeksi diri maka keluarga seperti ini mudah menyadari kesalahan bila ia melakukan kesalahan.Perintah Allah SWT,
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.11 Syahrin Harahap mengungkapkan kriteria keluarga bahagia dengan mengatakan bahwa keluarga bahagia setidaknya memiliki sepuluh ciri, yaitu: (1) Saling menghormati dan saling menghargai antara suami isteri, sehingga terbina kehidupan yang rukun dan damai, (2) Setia dan saling mencintai sehingga dapat dicapai ketenangan dan keamanan lahir dan batin, (3) Mampu menghadapi segala persoalan dan segala kesukaran dengan arif dan bijaksana, (4) Saling mempercayai, (5) Saling memahami 9
Anonim, Al Qur’an dan Terjemahannya, hal. 426. Muhammad Bin Ismail Al Amir Al Kahlany Al Shan‟any, Subulu Al Salam, (Bandung : Dahlan, tt, Juz IV), hal. 200. 11 Anonim, Al Qur’an dan Terjemahannya, hal. 94. 10
9
kelebihan dan kekurangan, (6) Konsultatif dan musyawarah, tidak segan minta maaf jika bersalah, (7) Tidak menyulitkan dan menyiksa pikiran tetapi secara lapang dada dan terbuka, (8) Dapat mengusahakan sumber penghasilan yang layak bagi seluruh keluarga, (9) Semua anggota keluarga memenuhi kebahagiaannya, (10) Menikmati hiburan yang layak.12 Ala Al Din Ali Bin Hisam Al Din Al Muttaqy Al Hindy Al Burhany Faury menyebutkan ciri-ciri keluarga bahagia dalam Kitab Kanzu Al ‘Amal fi Sunan Al Aqwal wa Al Af’al, dengan mengungkapkan riwaya dari Aby Hurairah r.a.
، وخلطاؤه صاحلني، وأوالده أبرارا، أن تكون زوجتو صاحلة:أربع من سعادة ادلرء 13
)(رواه الطرباين عن ابن عباس.وأن يكون رزقو يف بلده
Hadis ini menjelaskan bahwa: ada empat hal akan menjadi faktor yang mendatangkan kebahagiaan keluarga, yakni ; (a) Suami/isteri yang setia (saleh/salehah), (b) Anak-anak yang berbakti, (c) Lingkungan sosial yang sehat, (d) Dekat rizkinya. Berdasarkan pendapat-pendapat
dapat diketahui bahwa ciri-ciri
keluarga bahagia adalah keluarga yang didalamnya terdapat suami yang soleh, istri yang solehah, dan anak-anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya. Dengan keserasian suami, istri, dan anak,memunculkan keluarga rukun, karena anggota keluarga mengerti perannya masing-masing, sehingga bahtera keluarga mudah melaju ke depan menyongsong gelombang kehidupan yang berwarna-warni dengan arif dan bijaksana. 3. Kewajiban dan Hak Suami-Istri Membangun rumah tangga bahagia pasangan suami-istri harus mengetahui kewajiban dan haknya masing-masing. Suami menjalankan kewajibannya dan istri juga menjalankan kewajibannya, maka rumah tangga berjalan sesuai dengan sistemnya. Untuk menjalankan kewajiban, 12
Shahrin Harahap, Islam Dinamis: Menegakkan Nilai-Nilai Ajaran al-Qur’an dalam Kehidupan Modern Di Indonesia, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1996), hal. 164. 13 Ala Al Din Ali Bin Hisam Al Din Al Muttaqy Al Hindy Al Burhany Faury, Kanzu Al ‘Amal fi Sunan Al Aqwal wa Al Af’al, (Bairut : Mu‟assasah Al Risalah, 1981, Juz XI), hal. 93.
10
suami harus memahami apa yang seharusnya ia lakukan. Rasulullah SAW menjelaskan tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang suami agar bisa membangun keluarga bahagia, sebagaimana yang diungkapkan Muhammad Bin Jarir Bin Yazid Bin Katsir Bin Ghalib Al Amaly, yang terkenal dengan Abu Ja‟far Al Thabary dalam kitab Jami’ Al Bayan fi Ta’wil Al Qur’an, melalui riwayat Hakim Bin Mu‟awiyah, dari ayahnya,
: أنو جاء إىل النيب صلى اهلل عليو وسلم فقال: عن أبيو،عن حكيم بن معاوية وال، وال يضرب الوجو، ويكسوىا، يطعمها:ما حق زوجة أحدنا عليو؟ قال . وال يهجر إال يف البيت،يقبِّح Dari Hakim Bin Mu‟awiyah, dari ayahnya, bahwasannya ia mendatangi
Nabi SAW, kemudian ia bertanya, apa hak istri kami atas suaminya ? Nabi SAW menjawab: “Memberi makankepadanya, memberikan pakaian
kepadanya,
jangan
memukul
wajahnya,
jangan
menghinakannya, dan jangan meninggalkannya kecuali di dalam rumah”.
14
Kebahagiaan keluarga terbangun melalui usaha suami memberi nafkah kepada istri dengan memenuhi kebutuhan makanannya. Suami yang saleh mengerti bahwa memberi nafkan pada istri adalah ibadah yang besar pahalanya. Abu Abdullah Muhammad Bin Ahmad Bin Abi Bakr Bin Farh Al Anshary Al Khazrajy Syamsu Al Din Al Qurthuby dalam Al Jami’ Li Ahkam Al Qur’an Imam Muslim meriwayatkan,
دينار أنفقتو ٌ روى مسلم عن أيب ىريرة قال قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم يف سبيل اهلل ودينار أنفقتو يف رقبة ودينار تصدقت بو على مسكني ودينار 15 .أنفقتو على أىلك أعظمها أجراً الذي أنفقتو على أىلك 14
Muhammad Bin Jarir Bin Yazid Bin Katsir Bin Ghalib Al Amaly, Abu Ja‟far Al Thabary,Jami’ Al Bayan fi Ta’wil Al Qur’an,(Bairut : Mu‟assasah Al Risalah, 2000, Juz VIII), hal. 309. 15 Abu Abdullah Muhammad Bin Ahmad Bin Abi Bakr Bin Farh Al Anshary Al Khazrajy Syamsu Al Din Al Qurthuby, Al Jami’ Li Ahkam Al Qur’an, (Al Riyadh : Dar Ilm Al Kutub, 2003, Juz I), hal. 179.
11
Imam Muslim meriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. ia berkata, Rasulullah SAW bersabda,“Satu dinar yang kamu belanjakan di jalan Allah, satu dinar yang kamu belanjakan untuk memerdekakan budak, satu dinar yang kamu belanjakan untuk orang miskin, dan satu dinar yang kamu belanjakan untuk keluargamu, yang paling besar pahalanya adalah satu dinar yang kamu belanjakanuntuk keluargamu”. Memberi nafkah kepada keluarga termasuk di dalamnya adalah istri dengan cara memberi makan, pakaian, dan kebutuhan hidup lainnya merupakan kewajiban suami. Dan menafkahi keluarga membuahkan pahala yang cukup besar. Untuk itu suami yang mengerti tentang buah dari menafkahi keluarga, dia akan menjadi orang yang dihormati dalam keluarga tersebut dan menjadi pemimpin keluarga yang keberadaannya dirindukan keluarganya. Membangun keluarga bahagia, suami harus bisa menghindari kekerasan. Kekerasan dalam keluarga hanya menimbulkan kebencian, dan kebencian menimbulkan keretakan. Untuk itu suami harus tahu bahwa suami yang paling baik adalah suami yang paling baik pada keluarganya. Abu Al Hasan Ali Bin Khalf Bin Abd Al Malik Bin Bathal Al Bakry Al Qurthuby dalam Syarh Shahih Bukhary meriwayatkan hadis dari Hisam Bin Urwah,
أن النىب صلى اهلل عليو وسلم، عن عائشة، عن أبيو، روى ىشام بن عروة 16 . وأنا خريكم ألىلى، قال خريكم خريكم ألىلو Hisam Bin Urwah meriwayatkan dari ayahnya dari „Aisyah r.a. bahwa Nabi
SAW
bersabda,“Sebaik-baik
kalian
adalah
yang
terbaik
perlakuannya terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik di antara kalian terhadap keluargaku”. Dengan demikian memukul wajah istri, menghinakannya, dan menelantarkannya adalah perbuatan yang hanya menimbulkan keluarga menjadi keluarga tidak harmonis. 16
Abu Al Hasan Ali Bin Khalf Bin Abd Al Malik Bin Bathal Al Bakry Al Qurthuby, Syarh Shahih Bukhary, (Al Riyadh : Maktabah Al Rusyd, 2003, Juz VII), hal. 309.
12
Membangun keluarga bahagia, istri juga harus menjalankan kewajibannya disamping suami menjalankan kewajibannya, kewajiban istri terhadap suami,Abd Al Rahman Bin Al Kamal Jalal Al Din Al Suyuthy dalam kitab Al Dar Al Mantsurmengungkapkan riwayat Anas Bin Malik r.a.,
" إذا صلت ادلرأة: قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم: عن أنس قال 17 .مخسها وصامت شهرىا وحفظت فرجها وأطاعت زوجها دخلت اجلنة Dari Anas Bin Malik r.a. berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang perempuan telah menjalankan shalat lima waktu, puasa bulan ramadhan, menjaga kemaluannya, dan menta‟ati suaminya niscaya ia masuk surga”. Dalam riwayat lain Rasulullah SAW menjelaskan sebagaimana yang dikatakan Muhammad Bin Thahir Al Muqaddasy dalam kitab Dzakhirah Al Khuffadh, riwayat Muhammad Bin Abban Al Kindy, dari Abdullah Bin Umar r.a. Rasulullah SAW bersabda; 18
. وىي ال تستغين عنو، الينظر اهلل إىل امرأة ال تشكرلزوجها
“Allah tidak akan melihat seorang istri yang tidak mau berterima kasih atas kebaikan suaminya padahal ia selalu butuh kepada suaminya”. Suami istri yang menjalankan perannya, yakni suami memberi makan dan pakaian kepadaistrinya, bersifat pemaaf dan kasih sayang, mampu menghargai,tidak meninggalkannya kecuali di dalam rumah dan istri bisa menjalankan shalat lima waktu, puasa bulan ramadhan, menjaga kemaluannya, menta‟ati suaminya, serta mampu berterima kasih atas kebaikan suaminya, keluarga seperti ini dengan sendirinya terbentuk keluarga bahagia.
17
Abd Al Rahman Bin Al Kamal Jalal Al Din Al Suyuthy, Al Dar Al Mantsur, (Bairut : Dar Al Fikr, 1993, Juz II), hal. 516. 18 Muhammad Bin Thahir Al Muqaddasy,Dzakhirah Al Khuffadh, (Al Riyadh : Dar Al Salaf, 1996, Juz V), hal. 2740.
13
4. KewajibanOrang Tua dan Anak Keluarga lazimnya terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Membangun keluarga bahagia tidak terlepas dari tiga komponen tersebut yang kemudian tiga komponen itu menjadi dua tingkatan yakni orang tua dan anak. Menjadikan keluarga bahagia harus memposisikan posisi orang tua pada posisinya dan posisi anak pada posisinya. Muhammad Sholikhin dalam Ritual dan Tradisi Islam Jawa menyebutkan bahwa kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah memberinya nama, nafkah, dan menikahkannya.19 Sementara itu Anas Bin Malik dalam kitab Musnad Al Syihab,muallif Muhammad Bin Salamah Bin Ja‟far Abu Abdullah Al Qadha‟iy, meriwayarkan,
قال مسعت رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم يقول أكرموا أوالدكم وأحسنوا 20
.آداهبم
Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,“Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah adabnya”. Memberi nama adalah kewajiban orang tua, untuk itu orang tua harus pandai memilih nama yang baik untuk anaknya karena nama yang melekat pada anak merupakan do‟a bagi dirinya. Memberi nama dengan nama yang buruk dilarang oleh Islam, sebagai mana yang diungkapkan Muhammad Bin Futuh Al Hamidy dalam Al Jami’ Baina Al Shahihain Al Bukhary wa Muslim, riwayat dari Al Rabi‟ Bin Amilah dari Samrah ia berkata, Rasulullah SAW bersabda;
عن الربيع بن عميلة عن مسرة قال قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم أحب الك ام إىل اهلل أربع سبحان اهلل واحلمد هلل وال إلو إال اهلل واهلل أكرب ال يضرك
19
Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa, (Yokyakarta : Narasi, 2010), hal.
160. 20
Muhammad Bin Salamah Bin Ja‟far Abu Abdullah Al Qadha‟iy, Musnad Al Syihab, (Bairut : Muassasah Al Risalah, 1986, Juz I), hal. 109.
14
بأيهن بدأت وال تسمني غ امك يساراً وال رباحاً وال جنيحاً وال أفلح فإنك 21 .... تقول أمث ىو ف ا يكون فيقول ال Dari Al Rabi‟ Bin Amilah dari Samrah ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: Ucapan yang paling disukai Allah SWT ada empat yaitu, (1) Subhanallah, (2) Al Hamdulillah, (3) La ilaha illallah, (4) Allahu Akbar, tidak akan membahayakanmu dari manapun kamu memulainya, dan janganlah kalian menamai anak dengan nama Yasar, Ribah, Najih, dan Aflah, karena sesungguhnya jika engkau menanyakannya, apakah ia memang demikian, jangan sampai ada yang menjawab tidak. Memberi nafkah kepada anak kewajiban orang tua. Karena anak adalah anggota keluarga, dan ia termasuk orang yang paling berhak mendapat nafkah dari orang tuanya. Ibnu Mas‟ud r.a. telah dibenarkan oleh Rasulullah SAW perihal anak adalah orang yang paling berhak menerima nafkah dari orang tuanya.Riwayat Imam Muslim,
صدق ابن مسعود زوجك و ولدك أحق: فقال لو النيب صلى اهلل عليو و سلم 22 .من تصدقت بو عليهم Maka Nabi SAW bersabda, “Benar apa yang dikatakan Ibnu Mas‟ud, istrimu dan anakmu adalah orang yang paling berhak kamu beri nafkah”. Muhammad Bin Ismail Abu Abdullah Al Bukhary Al Ja‟fy dalam Al Adab Al Mufrad mengemukakan riwayat Hayawah Bin Syarih,
حدثنا حيوة بن شريح قال حدثنا بقية عن حبري عن خالد عن ادلقدام بن معدى ما أطعمت نفسك فهو: كرب أنو مسع رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم يقول لك صدقة وما أطعمت ولدك فهو لك صدقة وما أطعمت زوجك فهو لك 23 .صدقة وما أطعمت خادمك فهو لك صدقة 21
Muhammad Bin Futuh Al Hamidy,Al Jami’ Baina Al Shahihain Al Bukhary wa Muslim, (Lubnan : Dar Al Nasyr, 2002, Juz IV), hal. 445. 22 Muhammad Bin Ishaq Bin Khuzaimah Abu Bakr Al Sulamy Al Naisabury, Shahih Ibnu Khuzaimah, (Bairut : Al Maktab Al Islamy, 1970, Juz IV), hal. 107. 23 Muhammad Bin Ismail Abu Abdullah Al Bukhary Al Ja‟fy,Al Adab Al Mufrad, (Bairut : Dar Al Basyair Al Islamiyah), hal.42.
15
Hayawah Bin Syarih telah berbicara kepada kami ia berkata,Baqiyah telah berbicara kepada kami ia berkata, dari Bahir dari Khalid dari Muqaddam dari Ma‟dy Karib bahwasannya ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Kamu memberi makan pada dirimu sendiri adalah sedekah, Kamu memberi makan pada anakmu adalah sedekah, Kamu memberi makan pada istrimu adalah sedekah,Kamu memberi makan pada pembantumu adalah sedekah”. Mendidik anak juga kewajiban orang tua.Orang tua yang mendidik anaknyaseperti bersedekah setiap hari, bahkan lebih baik dari bersedekah satu Shaa‟.Riwayat Jabir Bin Samurah,
قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم ألن يؤدب: عن جابر بن مسرة قال 24 .الرجل ولده خري من أن يتصدق بصاع Dari Jabir Bin Samurah ia berkata Rasulullah SAW bersabda, “ Sungguh, orang tua yang mendidik anaknya lebih baik dari bersedekah satu shaa‟”. Orang tua setelah mendidik anaknya kewajiban akhirnya adalah menikahkannya. Menikah merupakan salah satu hak yang diterima anak dari orang tuanya, Jalaluddin Abdurrahman Bin Aby Bakrin Al Suyuthy dalam Al Fath Al Kabir fi Dhommi Al Ziyadah ila Al Jami’i Al Shaghir, menjelaskan riwayat Abi Hurairah r.a.,
ِ على والِ ِدهِ أ ْن ي علِّمو امسَوُ وأ ْن يَُزِّو َجوُ إذا ْ الكتابَةَ وأ ْن ُحيَ ِّس َن ُ َ َُ َ 25 .عن أيب ىريرة
الولَ ِد ِّ إ ّن ِم ْن َ حق ابن النجار. بَلَ َغ
Sesungguhnya salah satu hak anak terhadap orang tuanya adalah orang tua
mengajarinya
menulis,
memberi
nama
yang
bagus,
dan
menikahkannya bila sudah waktunya. Hadis dari Ibn Al Najjar dari Abi Hurairah r.a. Anak juga memiliki kewajiban terhadap orang tuanya. Hak dan kewajiban mereka saling mendukung antara satu sama lain. Rasulullah 24
Abu Al Ula Muhammad Abd Al Rahman Bin Abd Al Rahim Al Mubarakfury, Tuhfah Al Ahwadzy Bi Syarh Jami’ Al Tirmidzy, (Al Qahirah : Dar Al Hadis, 2001, Juz V), hal.364. 25
Jalaluddin Abdurrahman Bin Aby Bakrin Al Suyuthy,Al Fath Al Kabir fi Dhommi Al Ziyadah ila Al Jami’i Al Shaghir, Juz I, hal. 390.
16
SAW sangat senang bila ada keserasian hidup antara orang tua dan anak, sehingga dalam riwayat Abdullah Bin Amr disebutkan,
يح َع ْن َعْب ِد اللَّ ِو بْ ِن ٍ َحدَّثَنَا َعلِ ُّي بْ ُن َعْب ِد اللَّ ِو َحدَّثَنَا ُس ْفيَا ُن َحدَّثَنَا ابْ ُن أَِيب َِجن ِ ِ ِ ِ ِ َّ َِعام ٍر َع ْن َعْبد اللَّو بْ ِن َع ْم ٍرو يَْب لُ ُغ بِو الن ْصلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم قَ َال َم ْن َمل َ َّيب 26 ِ ِِ .س منَّا ْ صغِ َرينَا َويَ ْع ِر َ يَ ْر َح ْم َ ف َح َّق َكبرينَا فَلَْي Ali Bin Abdillah telah berbicara kepada kami, Sufyan telah berbicara kepada kami, Ibn Aby Najih telah berbicara kepada kami dari Abdillah Bin Amir dari Abdillah Bin Amr dan sampai kepada Nabi SAW beliau bersabda, “Orang tua yang tidak menyayangi anaknya dan anak tidak yang tidak tahu hak orang tuanya, menghormatinya, bukanlah golongan kami”. 5. Mendidik Kerukunan Keluarga. Laki-laki menikah menginginkan bahagia bersama wanita yang dicintainya demikian juga wanita. Tetapi sayangnya keluarga bahagia, membangunnya tidak semudah membayangkannya. Konflik terkadang muncul ditengah-tengah perjalanan hidup mereka. Konflik ini terjadi diantaranya karena secara hukum istri harus taat kepada suaminya, sedangkan suami harus merawat orangtuanya atau sebaliknya. Belum lagi masalah yang terjadi pada anak-anak mereka. Kondisi seperti ini sebenarnya sudah disetel oleh Allah SWT, firmanNya, Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi
26
Ahmad Bin Hambal, Musnad Al Imam Ahmad Bin Hambal, (Bairut : Muassasah Al Risalah, 1999, Juz XI), hal. 644.
17
serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.27 (Q.S. Al Taghabun : 14). Dan dalam konflik itu Allah SWT memerintahkan untuk tetap minta penyelesaian kepadaNya. Orang yang paham, ketika konflik itu terjadi pasti segera mendekat dan berpegang kepadaNya, karena logikanya orang tidak akan mengambil pegangan kalau suasana tenang. Seperti orang naik bus yang berjalan di atas jalan mulus, mudah tertidur saat perjalanannya. Tetapi bila bus tersebut berjalan di atas jalan terjal dan naik turun serta dipenuhi dengan lobang maka orang tersebut pasti mencari perlindungan dengan memegang apa yang bisa dipegang. Oleh karena itu Allah SWT ciptakan kesulitan pada manusia dan diperintahkan untuk minta tolong kepadaNya. Allah SWT berfirman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.28 (QS: Al Baqarah : 45) Suami istri yang tidak sepaham biasanya secara lahiriah ditandai dengan kondisi marah dan anak yang tidak sepaham dengan orang tuanya juga ditandai dengan marah dan bahkan membangkang. Orang yang sedang marah hatinya keras, sulit untuk dinasehati, ibarat tanah, seperti tanah kering, kalau ingin menanam sesuatupada tanah kering, jangan langsung dicangkul, bisa mental dan berbalik mengenai dirinya sendiri, kalau ingin mencangkulnya, tanah itu harus digemburkan terlebih dahulu, disiram dengan air. Oleh karena itu bila seseorang ingin menasehati salah satu anggota keluarga yang sedang marah haruslah dilunakkan hatinya dulu baru dinasehati. Cara melunakkan hati yang sedang keras Al Syaikh Muhammad Al Thahir Bin „Asyur dalam Al Tahrir wa Tanwir menjelaskan, wa in ta’fuu wa tashfahuu wa taghfiruu fa innallaha ghafurun rahimun. Ta’fuu 27
Anonim, Al Qur’an dan Terjemahannya; Edisi Baru Revisi, hal. 930. Anonim, Al Qur’an dan Terjemahannya; Edisi Baru Revisi, hal. 12.
28
18
artinya memaafkan dan belum bisa bertemu, tashfahuu artinya memaafkan dan sudah bisa bertemu, dan taghfiruu artinya memaafkan dan sudah bisa bertemu serta melupakan semua kesalahannya sehingga muncul sifat kasih dan sayangnya. Orang tidak akan berhasil menasehati orang yang lain ketika belum mampu melakukan tiga hal tersebut.29 Setelah tiga hal tersebut dilakukan langkah selanjutnya minta tolong kepada Allah SWT dengan cara sabar dan shalat. Dengan cara sabar artinya bergerak mencari jalan keluar dan dengan cara shalat artinya berdo‟a. Rasululla SAW menjelaskan dalam riwayatkan Abi Hurairah,
عن أيب ىريرة أن رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم قاألقرب ما يكون العبد من 30 . فأكثروا الدعاء،ربو وىو ساجد Dari Abi Hurairah r.a. Rasulullah SAW bersabda, “Saat yang paling dekat bagi seorang hamba terhadap Tuhannya adalah saat orang sedang sujud, maka perbanyaklah do‟a”. Ta’fuu, tashfahuu, taghfiruu, bersabar, kemudian shalat dan dalam sujud terakhir saat shalat berdo‟a mohon pertolongan Allah SWT, maka permasalahan yang sulit segera diatasi Allah SWT dan konflik segera selesai. Dengan demikian membentuk keluarga bahagia, menggunakan cara seperti ini insya Allah bisa tercapai, karena ijabah Allah terhadap do‟a seseorang yang sering sujud dan dalam sujudnya ia memperbanyak do‟a kepadaNya. Do‟a saat sujud cepat diijabah lantaran sujud adalah saat diampunkannya dosa orang yang sujud tersebut, karena Abdullah Bin Umar r.a melihat seseorang yang ruku‟ dan sujudnya lama lalu ia menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
29
Al Syaikh Muhammad Al Thahir Bin „Asyur,Al Tahrir wa Tanwir, (Tunis : Dar Suhnun, 1997, Juz 28), hal. 285. 30 Abu Al Fida‟ Ismail Bin Umar Bin Katsir Al Qarsyy Al Dimisyqy, Tafsir Al Qur’an Al Adhim, (Al Riyadh : Dar Thaybah, 1999, Juz VIII), hal. 440.
19
رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم يقول إذا قام العبد يصلى أتى بذنوبو فجعلت 31 .على رأسو وعاتقيو فكلما ركع أو سجد تساقطت عنو Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang hamba berdiri melakukan shalat dosanya didatangkan dan diletakkan di atas kepala dan pundaknya, setiap kali ruku‟ atau sujud dosa-dosa itu berguguran darinya. Itulah sebabnya maka kenapa orang shaleh do‟anya mustajab. C. Kesimpulan Keluarga bahagia adalah keluarga yang rukun antara suami istri, yang tua menyayangi yang muda dan yang muda menghormati yang tua. Ciricirinya mereka memiliki kecenderungan kepada agama, lemah lembut dalam pergaulau, sederhana dalam hidup, mampu introspeksi diri dan dapat bertobat dari kesalahan-kesalahannya. Kewajiban suami terhadap istri memberi makan dan pakaian kepadanya, menghormatinya, dan memperlakukanya dengan baik. Kewajiban istri terhadap suami menjaga kehormatannya, dan menta‟atinya, dan berterima kasih atas kebaikan suaminya. Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah memberinya nama yang baik, nafkah, muliakannya, mendidiknya dan menikahkannya. Bila mana terjadi konflik dalam keluarga harus diatasi dengan arif dan bijaksana melalui ta’fuu, tashfahuu, taghfiruu, bersabar, kemudia shalat dan dalam sujud terakhir saat shalat berdo‟a mohon pertolongan Allah SWT, maka permasalahan yang sulit akan segera diatasi Allah SWT dan konflik segera selesai.
31
Ahmad Bin Muhammad Bin Salamah Bin Abd Al Malik Bin Salamah Abu Ja‟far Al Thahawy, Syarh Ma’any Al Atsar, (Bairut : Dar Al Kutub Al Ilmiyah, 1399 H., Juz I), hal. 477.
20
Daftar Pustaka Anonim, Al Qur’an dan Terjemahannya; Edisi Baru Revisi, Semarang : CV Thaha Putra, 1989. Abdul Rachman Hussein, Seri Membangun Keluarga Sakinah; Kado Terindah Untuk Istriku Tercinta, Jakarta : Gramedia, 2009. Abd Al Rahman Bin Al Kamal Jalal Al Din Al Suyuthy, Al Dar Al Mantsur, Bairut : Dar Al Fikr, 1993, Juz II. Abu Al Fida‟ Ismail Bin Umar Bin Katsir Al Qarsyy Al Dimisyqy, Tafsir Al Qur’an Al Adhim, Al Riyadh : Dar Thaybah, 1999, Juz VIII. Ala Al Din Ali Bin Hisam Al Din Al Muttaqy Al Hindy Al Burhany Faury, Kanzu Al ‘Amal fi Sunan Al Aqwal wa Al Af’al, Bairut : Mu‟assasah Al Risalah, 1981, Juz XI. Abu Abdullah Muhammad Bin Ahmad Bin Abi Bakr Bin Farh Al Anshary Al Khazrajy Syamsu Al Din Al Qurthuby, Al Jami’ Li Ahkam Al Qur’an, Al Riyadh : Dar Ilm Al Kutub, 2003, Juz I. Abu Al Hasan Ali Bin Khalf Bin Abd Al Malik Bin Bathal Al Bakry Al Qurthuby, Syarh Shahih Bukhary, Al Riyadh : Maktabah Al Rusyd, 2003, Juz VII. Abu Al Ula Muhammad Abd Al Rahman Bin Abd Al Rahim Al Mubarakfury, Tuhfah Al Ahwadzy Bi Syarh Jami’ Al Tirmidzy, Al Qahirah : Dar Al Hadis, 2001, Juz V. Ahmad Bin Hambal, Musnad Al Imam Ahmad Bin Hambal, Bairut : Muassasah Al Risalah, 1999, Juz XI. Al Syaikh Muhammad Al Thahir Bin „Asyur, Al Tahrir wa Tanwir, Tunis : Dar Suhnun, 1997, Juz 28. Arif, Arif Ali, dkk, Masailu Ma’ashiratin fi Al Fiqhi Al Islamy, Kuala Lumpur : Fajar Ulung, 2014. Hasan Basri, Merawat Cinta Kasih, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.
21
Jalaluddin Abdurrahman Bin Aby Bakrin Al Suyuthy, Al Fath Al Kabir fi Dhommi Al Ziyadah ila Al Jami’i Al Shaghiri, Bairut : Dar Al Nasyr, 2003, Juz I. Muhammad Bin Futuh Al Hamidy, Al Jam’u Baina Al Shahihaini Al Bukhory wa Muslim, Bairut : Dar Al Nasyr, 2002, Cet. II, Juz I. -----------, Al Jami’ Baina Al Shahihain Al Bukhary wa Muslim,Lubnan : Dar Al Nasyr, 2002, Juz IV. Muhammad Bin Ahmad Al Syarabaini, Tafsir Al Siraj Al Munir, Bairut : Dar Al Kutub Al „Ilmiah, 1979, Juz II. Muhammad Bin Ismail Al Amir Al Kahlany Al Shan‟any, Subulu Al Salam, Bandung : Dahlan, tt, Juz IV. Muhammad Bin Jarir Bin Yazid Bin Katsir Bin Ghalib Al Amaly, Abu Ja‟far Al Thabary, Jami’ Al Bayan fi Ta’wil Al Qur’an, Bairut : Mu‟assasah Al Risalah, 2000, Juz VIII. Muhammad Bin Thahir Al Muqaddasy, Dzakhirah Al Khuffadh, Al Riyadh : Dar Al Salaf, 1996, Juz V. Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa, Yokyakarta : Narasi, 2010. Muhammad Bin Salamah Bin Ja‟far Abu Abdullah Al Qadha‟iy, Musnad Al Syihab, Bairut : Muassasah Al Risalah, 1986, Juz I. Muhammad Bin Ishaq Bin Khuzaimah Abu Bakr Al Sulamy Al Naisabury, Shahih Ibnu Khuzaimah, Bairut : Al Maktab Al Islamy, 1970, Juz IV. Muhammad Bin Ismail Abu Abdullah Al Bukhary Al Ja‟fy, Al Adab Al Mufrad, Bairut : Dar Al Basyair Al Islamiyah. Shahrin Harahap, Islam Dinamis: Menegakkan Nilai-Nilai Ajaran al-Qur’an dalam Kehidupan Modern Di Indonesia, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1996. Saparinah Sadli, Berbeda Tetapi Setara; Pemikiran Tentang Kajian Perempuan ,Jakarta : Kompas Media Nusantara, 2010.