SERIAL KAJIAN PRAKTIS
ﭣﭤ ﭥ ﭦ ﭧ ﭨ ﭩ ﭪ ﭫﭬﭭﭮ ﭯﭰﭱ “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Qs. Al-Baqarah: 183)
TANYA JAWAB
SERIAL KAJIAN PRAKTIS
TANYA JAWAB RAMADAN Disusun, dicetak dan Ditata ulang oleh Tim Ontheway
Diterbitkan oleh ONTHEWAY Publisher
Saran/Masukan:
[email protected]
Cetakan Pertama Sya’ban 1437 H / Juni 2016
DAFTAR ISI 1. 2.
APA HIKMAH DIWAJIBKAN PUASA? APA YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN OLEH ORANG YANG SEDANG BERPUASA? 3. BENARKAH PUASA BISA MENJADI PERISAI DARI API NERAKA? 4. APA MAKNA HADITS: RAMADHAN DATANG, SETAN-SETAN DIBELENGGU? 5. APA ANCAMAN MENINGGALKAN PUASA RAMADHAN TANPA UDZUR (ALASAN)? 6. BAGAIMANA MENENTUKAN AWAL RAMADHAN? 7. APAKAH WAJIB BERNIAT SHAUM DI BULAN RAMADHAN SETIAP HARINYA ATAUKAH CUKUP SATU KALI NIAT SAJA UNTUK SEBULAN PENUH? DAN KAPAN SEMPURNANYA HAL ITU ?\ 8. BENARKAH PUASA DENGAN SAHUR LEBIH UTAMA? 9. APA YANG HARUS DILAKUKAN SAAT SAHUR KETIKA TERDENGAR ADZAN SUBUH? 10. APAKAH ADA SYARI’AT IMSAK DALAM IBADAH PUASA?
11. APA HUKUM MENUNGGU BUKA PUASA DENGAN NGABUBURIT? 12. BAGAIMANA HUKUM TIDUR SESEORANG KETIKA BULAN PUASA? 13. BAGAIMANA DOA BERBUKA SESUAI TUNTUNAN NABI MUHAMMAD ? 14. APA PAHALA YANG DIDAPAT BAGI YANG MEMBERI BUKA ORANG PUASA? 15. ADAKAH DOA KHUSUS BAGI SESEORANG YANG DIUNDANG BERBUKA PUASA OLEH SAUDARANYA? 16. APAKAH “MARAH” ATAU “MENGGUNJING” DAPAT MEMBATALKAN PUASA? APA MAKSUD MAKNA HADITS “DIA TIDAK MENDAPAT APAAPA KECUALI LAPAR DAN DAHAGA”? 17. APAKAH PERKATAAN KOTOR/KESAKSIAN PALSU DI SIANG HARI DAPAT MEMBATALKAN PUASA? 18. BAGAIMANA HUKUM BERPUASA TAPI TIDAK SHALAT? 19. BAGAIMANA HUKUM PUASA BAGI WANITA HAMIL & MENYUSUI? 20. ADA SEORANG GADIS KECIL BERPUASA PADA WAKTU HAID KARENA TIDAK TAHU, APA YANG HARUS DILAKUKANNYA?
21. BAGAIMANA HUKUM BERBEKAM ATAU DONOR DARAH KETIKA BERPUASA? 22. APA HUKUM SESEORANG YANG MENINGGALKAN QODHO’ PUASA RAMADHAN HINGGA MASUK RAMADHAN BERIKUTNYA? 23. APAKAH QODHO‘ ITU HARUS BERTURUT-TURUT ATAU BOLEH TIDAK? 24. JIKA SESEORANG MENINGGAL DENGAN MEMPUNYAI UTANG PUASA RAMADHAN, BAGAIMANA HUKUMNYA? 25. APAKAH SESEORANG BOLEH PUASA SEMENTARA IA JUNUB KARENA TIDAK SENGAJA? 26. MANAKAH YANG LEBIH UTAMA ANTARA SHALAT TARAWIH BERJAMAAH DAN SHALAT SENDIRI? 27. BAGAIMANA HUKUM IMAM TARAWIH SHALAT DENGAN MEMBACA MUSHAF (ALQURAN)? 28. APA SAJA TANDA-TANDA LAILATUL QADAR ITU? 29. APAKAH SEORANG JURU MASAK BOLEH MENCICIPI MASAKANNYA UNTUK MEMASTIKAN KETEPATAN RASANYA, SEMENTARA IA SEDANG BERPUASA? 30. APA HUKUMNYA MENGGUNAKAN PASTA GIGI DI SIANG BULAN RAMADHAN BAGI YANG SEDANG BERPUASA?
1
Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah menjelaskan lebih rinci tentang bentuk ketakwaan yang diperoleh dengan berpuasa, setelah menyebutkan firman Allah,
ون َ َل َع َّلك ُْم َت َّت ُق
“Agar kalian bertakwa”, dengan mengatakan,
فإن الصيام من أكرب أسباب التقوى ألن فيه امتثال أمر اهلل واجتناب هنيه “Sesungguhnya puasa termasuk salah satu sebab terbesar diraihnya ketakwaan, karena di dalam ibadah puasa terdapat bentuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya”
أن الصائم يرتك ما حرم اهلل عليه من األكل والرشب واجلامع:فمام اشتمل عليه من التقوى فهذا من التقوى، ونحوها التي متيل إليها نفسه متقربا بذلك إىل اهلل راجيا برتكها ثوابه. “Yang termasuk dalam cakupan takwa (yang terdapat dalam ibadah puasa ini, pent.) adalah bahwa seorang yang berpuasa meninggalkan perkara yang diharamkan oleh Allah berupa makan, minum, bersetubuh, dan lainnya yang disenangi oleh nafsunya, dengan niat mendekatkan dirinya kepada Allah, mengharap pahala-Nya dengan meninggalkan perkara-perkara tersebut, maka ini termasuk bentuk ketakwaan.”
أن الصائم يدرب نفسه عىل مراقبة اهلل تعاىل فيرتك ما هتوى نفسه:ومنها ،مع قدرته عليه لعلمه باطالع اهلل عليه Dan diantara bentuk-bentuk ketakwaan dari ibadah puasa ini adalah bahwa orang yang berpuasa melatih dirinya untuk senantiasa merasa diawasi oleh Allah Ta’ala, sehingga ia meninggalkan sesuatu yang disukai dirinya, padahal ia memiliki kemampuan untuk melakukannya, karena ia meyakini bahwa Allah mengawasinya.
أن الصيام يضيق جماري الشيطان فإنه جيري من ابن آدم:ومنها ،جمرى الدم فبالصيام يضعف نفوذه وتقل منه املعايص “Dan diantaranya juga bahwa orang yang berpuasa berarti menyempitkan jalan-jalan setan dalam tubuhnya, karena setan berjalan dalam diri keturunan Nabi Adam -‘alaihis salam- di tempat aliran darah. Maka dengan puasa melemahkan kekuatan setan dan menjadi sedikit kemaksiatan karenanya.”
أن الصائم يف الغالب تكثر طاعته والطاعات من خصال التقوى:ومنها “Di antaranya pula bahwa orang yang berpuasa pada umumnya banyak melakukan ketaatan, sedangkan ketaatan adalah bagian dari ketakwaan”
أن الغني إذا ذاق أمل اجلوع أوجب له ذلك مواساة الفقراء املعدمني:ومنها وهذا من خصال التقوى “Di antaranya adalah orang yang kaya jika merasakan lapar (saat berpuasa), hal itu mendorongnya untuk meringankan kesulitan orangorang fakir yang tak berharta, dan ini adalah bagian dari ketakwaan” (Tafsir As-Sa’di)
2
Diantaranya dengan cara: 1. Menjaga shalat kita. Diantara orang-orang yang berpuasa ada orang yang menelantarkan shalat padahal shalat merupakan tiangnya agama dan meninggalkannya termasuk kekufuran. 2. Menjaga kualitas puasa Ramadhan kita. Latihlah anak-anak kita untuk berpuasa kapan saja mereka mampu dan hendaknya kita berhati-hati dari berbuka (membatalkan puasa) di bulan Ramadhan tanpa ada udzur.
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam pernah melihat di dalam mimpinya sebuah kaum “yang digantung terbalik dengan kepala di bawah, mulutmulut mereka robek dan dari mulut mereka darah bercucuran. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam berkata: ”Siapakah mereka ini?” (Malaikat) menjawab, ”Mereka adalah orang yang berbuka sebelum halal puasa mereka.” [Sebelum halal puasa mereka yaitu sebelum waktu berbuka]. (Dishahihkah al-Hakim dan disepakati oleh adz-Dzahabi). Barangsiapa yang membatalkan puasanya sehari dengan sengaja maka wajib atasnya menggantinya dan bertaubat.
3. Berhati-hati dari berbuka puasa di hadapan manusia, Hal ini merupakan implementasi terhadap sabda Nabi
ِ ُك ُّل ُأمتِي معاىف إِالَّ ا ُملج اه ِر ْي َن َ ً َ ُ ْ َّ
”Seluruh umatku terampuni kecuali mujahirin (orang yang menampakkan kemaksiatan).” (Muttafaq ’alayhi). Ath-Thibi berkata, ”Setiap umatku diampuni dari ghibah kecuali orang-orang yang menampakkan (dosa). Membatalkan puasa adalah suatu keberanian atas Alloh, meremehkan Islam dan kelancangan terhadap manusia. 4. Menjadi orang yang berakhlak baik. Menjauhi kekufuran,yang mencela agama serta yang bermu`amalah buruk terhadap manusia. Nabi bersabda :
ِ ان يوم صو ِم َأح َ ْ ُ َ َ ب َفإِ ْن َسا َّب ُه َأ َح ٌد َأ ْو َقا َت َل ُه َف ْل َي ُق ْل إِ يِّن ْام ُرؤٌ َصائِ ٌم خ ص ي ال و ث ف ر ي ال ف م ك د ُ َ ْ ْ َ َ َْ ْ َ ْ َ ُ ْ َ َ إِ َذا َك
”Apabila salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah mengumpat (yarfuts) dan jangan pula membentak-bentak (yaskhob). Apabila ada seorang yang mencela atau menganiayanya, maka katakanlah, “Sesungguhnya aku seorang yang sedang berpuasa.” (Muttafaq ’alaih).
5. Menjaga lisan dari ghibah (menggunjing), berdusta dan selainnya. Nabi bersabda,
ِ ِالزو ِر وع ِم َل ب َ ََ اج ًة ِىف َأ ْن َي َد ْع َط َع َام ُه َو َ َشا َب ُه ح هلل ِ س ي ل ف ه َ َ َ ْ َ َ ْ ُّ َم ْن َمل ْ َي َد ْع َق ْو َل
”Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta atau melakukan kedustaan, maka Alloh tidak butuh akan (puasanya yang) meninggalkan makan dan minum.” (HR Bukhari) Dan sabda beliau,
َك ْم ِم ْن َصائِ ٍم َل ْي َس َل ُه ِم ْن ِص َي ِم ِه إِالَّ ال َّظ َمأ ”Betapa banyak orang yang berpuasa, namun dia tidaklah mendapatkan dari puasanya melainkan hanya dahaga.” [Shahih, HR ad-Darimi] 6. Menambah pengetahuan kita tentang Islam. Bacalah artikel seputar masalah puasa dan selainnya, supaya kita dapat mengetahui hukum-hukum seputar puasa sehingga kita dapat mengetahui bahwa makan dan minum karena lupa tidaklah membatalkan puasa, jinabah (berkumpul dengan isteri atau mimpi) pada malam hari tidaklah mencegah puasa, walaupun yang wajib adalah menghilangkan junub-nya untuk berthoharoh dan sholat, dan seterusnya.
ِ الصيام جنَّ ٌة ِ ار َك ُجنَّ ِة َأ َح ِد ُكم ِم ْن ا ْل ِق َت ِ م ن ال ن ال َّ ُ ُ َ ي ْ ْ Puasa adalah perisai dari api neraka bagaikan perisai salah seorang dari kalian dalam peperangan.”
[Sunan Ibnu Maajah no. 1639; Musnad Ahmad no. 15844] – Sanadnya shahih. Dishahihkan Syaikh Muqbil Al-Waadi’iy dalam Shahiihul Musnad no. 929,dan Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahiih At-Targhiib no. 982]
3
َ َع ْن َأبِى ُه َر ْي َر َة – رىض اهلل عنه – َأ َّن َر ُس اء َ َق َال « إِ َذا َج-صىل اهلل عليه وسلم- َِّول اهلل ِالشياط ِ ار وص يف َد ِ َّاجلن ِ َ ي َ ُ َّ .» ني ت ن ال اب و ب أ ت ق ل غ و ة َّ ْ ْ ان ُف يت َح ُ َر َم َض ُ َ ُ َ ُ َْ َ َْ اب ُ ت َأ ْب َو Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Ketika Ramadhan datang maka dibukalah pintu-pintu surga, dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan dirantailah syetan-syetan. (Hadits Riwayat Al-Bukhari nomor 1899, dan Muslim nomor 1079). Di antara mereka ada yang berkata: Sesungguhnya diikatnya syetan itu khusus marodatus syayathien (syetan yang durhakanya kuat) bukan yang lainnya, untuk mengurangi kejahatan di bulan (Ramadhan) ini. Sebagian ulama berkata: keutamaan ini hanyalah diperoleh oleh orang-orang yang puasanya dijaga syaratsyaratnya dan dijaga adab-adabnya…
4
Ulama yang lain berkata, dan yang ini lebih dekat pada kebenaran insya Allah: bahwa diikatnya syetan-syetan itu adalah sebenarnya, dan tidak mesti dari diikatnya seluruh syetan-syetan akan tidak terjadi kejahatan dan maksiat; karena hal itu ada pula sebab-sebab dari selain syetan, seperti hawa nafsu yang jahat dan kebiasaan-kebiasaan yang buruk, dan syetan-syetan (dari jenis) manusia; maka maksud dari itu adalah bagaimanapun sesungguhnya bulan (Ramadhan) ini adalah kesempatan bagi orang yang diberi pertolongan oleh Allah dan dibuka hatinya untuk menerima ketaatan kepada-Nya, dan menjauhi dari maksiat-maksiat karena banyaknya sebab-sebab dan faktorfaktor yang mendorongnya (untuk taat kepada Allah dan menjauhi maksiat)… Allaahu ta’aala a’laam
Puasa Ramadhân merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima, maka orang yang meninggalkannya atau meremehkannya akan mendapatkan siksa yang pedih di akhirat. Di antara hadits dan riwayat tentang bab ini adalah :
عن َأْب ُأمام َة ا ْلب ِ ول اهللَِّ َص َّىل اهللُ َع َل ْي ِه َو َس َّل َم َي ُق ُ ت َر ُس َ ول : اه ِ يىل َق َال َس ِم ْع ُ َ ْ ْ َ َ َ ال ِن َف َأ َخ َذا بِ َض ْب َع َّى َف َأ َت َيا بِى َج َب ً َب ْي َنا َأنَا نَائِ ٌم إِ ْذ َأ َتانِى َر ُج َ ت: اص َع ْد َف ُق ْل ُ ال َو ْع ًرا َف َقاالَ ِ َىل ْ : ت ِىف سو ِ ِ اء َْ إِنيى الَ ُأطِي ُق ُه َف َقاالَ :إِنَّا َسنُ َس يه ُل ُه َل َ اجل َب ِل إِ َذا َأنَا ك َف َصع ْد ُت َح َّتى إِ َذا ُكنْ ُ َ َ
ب َأصو ٍ ات َقا ُلوا َ :ه َذا ُع َو ُاء َأ ْه ِل النَّ ِ ار ُ ،ث َّم ا ْن ُطلِ َق بِى َفإِ َذا ت َ :ما َه ِذ ِه األَ ْص َو ُ ات َش ِد َيد ٍة َف ُق ْل ُ َ ْ َ ِ ني بِ َع َراقِيبِ ِه ْم ُم َش َّق َق ٌة َأ ْش َدا ُق ُه ْم َت ِس ُ ت َ :م ْن َه ُؤالَ ِء َق َال يل َأ ْش َدا ُق ُه ْم َد ًما َق َال ُق ْل ُ َأنَا بِ َق ْو ٍم ُم َع َّلق َ ون َقب َل َ ِ ِ ِ ِ َت َّل ِة َص ْو ِم ِه ْم ين ُي ْفط ُر َ ْ َ :ه ُؤالَء ا َّلذ َ
5
Dari Abu Umâmah al-Bâhili, dia berkata: Aku mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketika aku sedang tidur, tiba-tiba ada dua laki-laki yang mendatangiku, keduanya memegangi kedua lenganku, kemudian membawaku ke sebuah gunung terjal. Keduanya berkata kepadaku, “Naiklah!” Aku menjawab, “Aku tidak mampu”. Keduanya berkata, “Kami akan memudahkannya untukmu”. Maka aku naik. Ketika aku berada di tengah gunung itu, tiba-tiba aku mendengar suara-suara yang keras, maka aku bertanya, “Suara apa itu?” Mereka menjawab, “Itu teriakan penduduk neraka”. Kemudian aku dibawa, tiba-tiba aku melihat sekelompok orang tergantung (terbalik) dengan urat-urat kaki mereka (di sebelah atas), ujung-ujung mulut mereka sobek mengalirkan darah. Aku bertanya, “Mereka itu siapa?” Mereka menjawab, “Meraka adalah orang-orang yang berbuka puasa sebelum waktunya”. [HR. Nasâ’i dalam as-Sunan al-Kubra, no. 3273; Ibnu Hibbân; Ibnu Khuzaimah; al-Baihaqi, 4/216; al-Hâkim, no. 1568; ath-Thabarani dalam Mu’jamul Kabîr. Dishahihkan oleh al-Hâkim, adz-Dzahabi, al-Haitsami. Lihat: al-Jâmi’ li Ahkâmis Shiyâm, 1/60]
وموا لِ ُر ْؤ َيتِ ِه َو َأ ْفطِ ُروا لِ ُر ْؤ َيتِ ِه ُ ُص
Untuk mengurangi perpecahan yang terjadi di kalangan umat Islam dalam menyikapi perbedaan cara menentukan awal bulan tersebut, para ulama menfatwakan bahwa sebaiknya umat Islam mengikuti awal bulan Ramadhan dan Syawal yang telah ditentukan oleh pemerintah dalam negara masing-masing.
6
Nabi Muhammad bersabda:
إِ َّن َام ْاألَ ْع َام ُل بِالني َّي ِة َولِ ُك يل ْام ِر ٍئ َما َن َوى
“Setiap amalan bergantung pada niat dan bagi setiap seseorang (akan mendapatkan) apa yang dia niatkan.” Maka ini adalah dalil tentang keharusan niat dalam amalan-amalan. Dan yang jelas adalah seseorang harus berniat di setiap harinya. Dan bukan artinya ia harus mengatakan, “Nawaitu untuk berpuasa pada hari ini dan itu di bulan Ramadhan.”
Akan tetapi niat adalah maksud atau tujuan, bangunmu untuk melaksanakan sahur dianggap sudah berniat.
7
Rasulullah bersabda:
ٍ السحور َأ ْك ُله بر َك ٌة َف َال َت َدعوه و َلو َأ ْن َجيرع َأح ُد ُكم جرع ًة ِمن م اء َفإِ َّن اهللََّ َع َّز ْ َ ُ ُ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ َْ َ َ ُ ُ ُ َّ ِوج َّل وم َالئ ِ ْ ُ َ ُّ َ ين ر ح س ت مل ا ىل ع ون ل ص ي ه ت ك َ َ َ َ َ ي َ َ ُ ُ ََ َ َ Makan sahur semua adalah berkah, maka janganlah kalian meninggalkannya walaupun salah seorang dari kalian hanya sahur dengan seteguk air, karena sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla dan para malaikatNya bershalawat kepada orang-orang yang sahur.” [Musnad Ahmad no. 10702] Dihasankan Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahiih At-Targhiib no. 1070.
8
Apapun yang ada di mulutnya maka tidak boleh untuk mengeluarkannya akan tetapi tidak boleh memakan sesuatu apapun setelahnya kecuali air berdasarkan hadits dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda:
ِ َف َال ي َضعه ح َّتى ي ْق،اْلنَاء ع َىل ي ِد ِه ِ إِ َذا س َ ِ ْ اج َت ُه ِم ْن ُه و اء د ن ال م ك د ح أ ع م ُ َ ي ُ َ ِض َح َ ُ ْ َ َ َ َ َ َ َ ُ َ ُ َ َ
“Apabila salah seorang dari kalian mendengar panggilan (adzan) sedangkan bejana (minumnya) masih ada di tangannya, maka janganlah ia meletakkannya hingga menunaikan keinginannya dari bejana (tersebut)” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 2350].
Maka dengan hadits ini tidak mengapa seseorang untuk minum apabila telah dikumandangkan adzan oleh Muadzin dengan syarat air tersebut masih dipegang oleh tangannya.
9
Istilah ‘imsak’ yang sangat populer di negeri kita sebenarnya merupakan istilah yang agak salah kaprah. Sebab makna imsak adalah puasa, bukan ‘bersiap-siap untuk puasa 10 menit lagi’. ini yang perlu diluruskan, bahwa saat dimulai puasa itu bukan sejak masuknya waktu ‘imsak’, melainkan sejak masuknya waktu shubuh. Ini penting agar jangan sampai nanti ada orang yang salah dalam memahami. Dan merupakan tugas kita untuk menjelaskan hal-hal kecil ini kepada masyarakat. Adapun maksud dari jadwal imsakiyah adalah sebenarnya jadwal waktu-waktu shalat. Karena kebetulan dicantumkan juga waktu ‘imsak’ yang kira-kira 10 menit sebelum shubuh itu, akhirnya namanya jadi seperti itu.
10
Sesungguhnya Islam tak pernah mengajarkan menunggu buka puasa dengan bersenang-senang, berduaan, jalan-jalan, menyia-nyiakan waktu! Ada hadist Rasulullah yang berbunyi:
ِ ِور وا ْلعم َل ب ْ َ َ َ ََ اج ٌة ِيف َأ ْن َي َد َع َط َع َام ُه َو َ َشا َب ُه ح هلل َّ ِ س ي ل ف ، ل ه اجل و ه ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ ِ َم ْن َمل ْ َي َد ْع َق ْو َل ال ُّز Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta serta kejahilan maka Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan minum”. (HR. Al-Bukhari, Ahmad dan lainnya). Dalam hadist lain dikatakan :
ُْ ُر َّب َصائِ ٍم َح ُّظ ُه ِم ْن ِص َي ِام ِه وع َوا ْل َع َطش ُ اجل ”Betapa banyak orang puasa, bagian dari puasanya (hanya) lapar dan dahaga”. (HR. Ahmad, hasan shahih).
11 15
Orang yang berpuasa hendaklah menyibukkan dirinya dengan sholat, dzikir, doa, membaca al-qur’an dan sebagainya sehingga mengumpulkan banyak ibadah pada dirinya.
الصائِ ِم َت ْسبِ ْي ٌح َو َن ْو ُم ُه ِع َبا َد ٌة ُ َص ْم ًّ ت Adapun hadits yang berbunyi:
“Diamnya orang yang puasa adalah tasbih tidurnya adalah ibadah” Hadits ini derajatnya lemah sekali dan berdampak negatif yaitu menjadikan sebagian orang malas dan banyak tidur di bulan puasa dengan beralasan hadits ini.
12 15
Terdapat sebuah hadits shahih tentang doa berbuka puasa (dibaca setelah berbuka), yang diriwayatkan dari Rasulullah ,
ِ واب َت َّل،َذهب ال َّظم ُأ َ ِ ْ ْ َ ُ َ ُاءاهلل ش ن إ ر ج أل ا ت ب ث و ، وق ر ع ل ا ت َ ْ ْ َ ُ ْ َ َ ُ ُ َ َ “Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah.” [Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan, semoga ada pahala yang ditetapkan, jika Allah menghendaki] (Hadits shahih, Riwayat Abu Daud [2/306, no. 2357] dan selainnya; lihat Shahih alJami’: 4/209, no. 4678) Jadi Urutan yang tepat untuk doa ketika berbuka adalah: 1. Membaca basmalah sebelum makan kurma atau minum (berbuka). 2. Mulai berbuka 3. Membaca doa berbuka: Dzahaba-zh Zama’u, Wabtalati-l ‘Uruuqu…dst.
13
Dari Zaid bin Kholid AL-Juhani berkata, Rasulullah bersabda:
ِ ِ ِ َ من َف َّطر صائِام َك الصائِ ِم َش ْي ًئا َّ ان َل ُه م ْث ُل َأ ْج ِره َغ ْ َْي َأ َّن ُه الَ َينْ ُق ُص م ْن َأ ْج ِر ً َ َ ْ َ
“Barangsiapa yang memberi buka orang puasa, maka baginya pahala semisalnya tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun.” (HR. Tirmizi, 807. Ibnu Majah, 1746. Dan dishohehkan oleh Ibnu Hibban, 8/216. Dan oleh Al-Bany di shoheh Al-Jami’, 6415). zhahir dari hadits ini adalah manusia apabila memberikan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa walau dengan sebutir kurma, maka dia akan mendapatkan pahala semisal pahala orang yang berpuasa tersebut.
14
Orang yang diundang disunnahkan mendo’akan yang mengundang setelah selesai makan dengan do’a-do’a dari Nabi , diantaranya
ِ الئِ َك ُة و َأ ْف َطر الصائِ ُم ْون م ك د ن ع ُ َ ْ ْ َأ َك َل َط َع َامك ُْم األَ ْب َر ُار َو َص َّل َّ ْ َ َ َ َت َع َل ْيك ُْم امل
“Telah makan makanan kalian orang-orang baik, dan para malaikat bershalawat (mendo’akan kebaikan) atas kalian, dan orang-orang yang berpuasa telah berbuka disisi kalian.” (HR. Abi Syaibah, Ahmad, Nasa’I dan Ibnu Sunni dan Abdurrazaq dan sanadnya shahih)
ِ َال ّلهم ا ْغ ِ َح ُه ْم َو َب َ ُ ار ْك فِ ْي َام َر َز ْق َت ُه ْم ار و م َل ر ف ْ َ ْ َ ْ ْ َّ ُ “Ya Allah, ampunilah mereka dan rahmatilah, berilah barokah pada seluruh rejeki yang Engkau berikan.” (HR. Muslim)
15
Marah dan menggunjing tidak membatalkan puasa karena tidak ada nash baik dari Al-Qur'an maupun Hadits yang menyebutkan bahwa keduanya bisa membatalkan puasa. Hanya saja bisa mengurangi atau menghapus pahala puasa.
Adapun maksud dari bunyi hadits: "Dia tidak mendapat apa-apa kecuali lapar dan dahaga” adalah puasa orang tersebut sah secara hukum, akan tetapi tidak mendapatkan pahala dari Allah. Yang didapatkannya hanya lapar dan dahaga. Sebab, dia berpuasa tetapi melangar perintah-perintah Allah yang lainnya, seperti menggunjing, mencuri, berkelahi, pacaran, dan lain-lain yang merupakan bentukbentuk maksiat. Wallahu A'lam
16
ِ إِ َّنام الصيام ِمن ال َّل ْغ ِو والر َف،ب ِ َليس الصيام َ ِ ِ ُّ ث الرش و ل ك األ ن م ْ َ ُ َ َ ي َ ُ َ ْ َ ي َّ َ ْ َ Puasa bukanlah hanya menahan diri dari makan dan minum, sesungguhnya puasa adalah menahan diri dari perkataan dan perbuatan kotor, [Shahiih Ibnu Khuzaimah no. 1872; Al-Mustadrak 1/430] Dishahihkan Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahiih Al-Mawaarid no. 741
17
18
Shalat itu tiangnya agama Islam, dan Islam itu tidak akan tegak kecuali dengan shalat. Orang yang meninggalkan shalat berarti kafir, keluar dari agama Islam, dan orang kafir itu, Allah tidak akan menerima puasanya, shadaqah-nya, hajinya dan amal-amal shalih lainnya.
Hal ini berdasarkan Firman Allah dalam Alqur’an Surah At-Taubah: 54.
ﯞ ﯟ ﯠ ﯡ ﯢﯣ ﯤ ﯥ ﯦ ﯧﯨ ﯩ ﯪﯫ ﯬ ﯭﯮ ﯯ ﯰ ﯱ ﯲﯳ Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan. Karena itu, jika Anda berpuasa tapi tidak shalat, berarti puasanya batal, tidak sah dan tidak berguna di hadapan Allah, serta tidak mendekatkan diri kepada- Nya.
Berdasarkan riwayat dari Ibnu ‘Abbas dalam Al Muhalla (4/251) milik Ibnu Hazm:
ٍ يق عب ِد الر َّز ِاق عن اب ِن جريجٍ عن ع َط ِ َكام روينَا: ِ ِ ٍ اء َع ْن ا ْب ِن َع َّب َ اس َق َال ر ط ن م َ ْ َ َُْ ْ ْ َ ْ َ ُ ي َّ ْ َ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َْ ُت ْفط ُر ان َو َي ْقض َيانه ص َي ًاما َوال إ ْط َعا َم َع َل ْي ِه َام َ َواملُْ ْرض ُع ِيف َر َم َض،اْلام ُل
“Sebagaimana yang kami riwayatkan, dari Abdurrazaq, dari Ibnu Juraij, dari ‘Atha, dari Ibnu ‘Abbas, beliau berkata: ‘Wanita hamil dan menyusui boleh berbuka di bulan Ramadhan, mereka berdua wajib meng-qadha tanpa fidyah‘”
19
Dia wajib meng-qadha' puasa yang dikerjakannya pada waktu haid itu, karena puasa pada waktu haid tidak diterima dan tidak sah walaupun tidak tahu, karena peng-qadha '-an puasa tidak terbatas waktunya. Di sini ada satu kasus lagi yang berbeda dengan masalah ini; ada seorang gadis kecil datang bulan, tetapi dia malu memberitahukan keluarganya, sementara dia tetap tidak berpuasa seperti biasanya. Maka, gadis ini harus meng-qadha ' seluruh bulan yang dia tidak berpuasa di dalamnya, karena wanita yang sudah haid sudah muklif/ (terbebani kewajiban) dan karena haid adalah salah satu tanda ke-baligh-an.
20
Bekam dimakruhkan bagi orang yang lemah jika dibekam. Hal ini juga dikuatkan dengan riwayat lain dalam shohih Bukhari dari Anas bin Malik
ِ الضع ِ َّ إِال. َاْلجام َة لِلصائِ ِم َق َال ال ِْ ون َ ِ ف ل ج أ ن م َّ ْ ْ ْ َّ َ َ َ َأ ُكنْ ُت ْم َت ْك َر ُه “Apakah kalian tidak menyukai berbekam bagi orang yang berpuasa?” Anas mengatakan, “Tidak, kecuali jika bisa menyebabkan lemah.” (HR. Bukhari no. 1940) Dan pendapat mayoritas ulama dinilai lebih kuat yaitu bekam tidaklah membatalkan puasa. Akan tetapi, bekam dimakruhkan bagi orang yang bisa jadi lemas karena berbekam. Dan boleh jadi juga diharamkan jika hal itu menjadi sebab batalnya puasa orang yang dibekam. Hukum ini berlaku juga untuk donor darah. Wallahu a’lam.
21
Imam Malik dan Imam Asy Syafi’i mengatakan bahwa jika dia meninggalkan qodho’ puasa dengan sengaja, maka di samping mengqodho’ puasa, dia juga memiliki kewajiban memberi makan orang miskin bagi setiap hari yang belum diqodho’. Pendapat inilah yang lebih kuat sebagaimana difatwakan oleh beberapa sahabat seperti Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Namun apabila dia menunda qodho’nya karena ada udzur seperti sakit atau bersafar, atau pada wanita karena hamil atau menyusui dan sulit untuk berpuasa, maka tidak ada kewajiban bagi mereka selain mengqodho’ puasanya.” [Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, no. 15 hal. 347.]
22
Apabila kita memiliki kewajiban qodho’ puasa selama beberapa hari, maka untuk menunaikan qodho’ tersebut tidak mesti berturut-turut. Misal kita punya qodho’ puasa karena sakit selama lima hari, maka boleh kita lakukan qodho’ dua hari pada bulan Syawal, dua hari pada bulan Dzulhijah dan sehari lagi pada bulan Muharram. Dasar dibolehkannya hal ini adalah,
َف ِع َّد ٌة ِم ْن َأ َّيا ٍم ُأ َخ َر
“Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” (QS. Al Baqarah: 185). Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tidak mengapa jika (dalam mengqodho’ puasa) tidak berurutan”. [Dikeluarkan oleh Bukhari secara mu’allaq –tanpa sanad- dan juga dikeluarkan oleh Abdur Rozaq dalam Mushonnafnya (4/241, 243) dengan sanad yang shahih.]
23
Dalilnya sebagaimana fatwa Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
ٍ َع ِن ا ْب ِن َع َّبا ات َو َمل ْ َي ُص ْم ُأ ْط ِع َم َعنْ ُه َو َمل ْ َيك ُْن َ ان ُث َّم َم َ الر ُج ُل ِىف َر َم َض َّ س َق َال إِ َذا َم ِر َض ِ ع َلي َ ان َع َل ْي ِه ن َْذ ٌر َق ََض َعنْ ُه َولِ ُّي ُه ض ق ه َ َ اء َوإِ ْن َك ْ َ ٌ “Apabila ada orang sakit ketika ramadhan (kemudian dia tidak puasa), lalu dia meninggal, (dalam keadaan) belum melunasi utang puasanya, maka dia wajib dibayarkan fidyah dengan memberi makan orang miskin dan tidak perlu membayar qadha. Namun jika mayit memiliki utang puasa nadzar, maka walinya harus mengqadhanya. (HR. Abu Daud 2401 dan di shahihkan Al-Albani).
24
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,
ُ ان َر ُس ان َ ُي ْد ِر ُك ُه ا ْل َف ْج ُر ِىف َر َم َض-صىل اهلل عليه وسلم- َِّول اهلل َ َق ْد َك ِ ْ ب ِم ْن َغ .ْي ُح ُل ٍم َف َي ْغ َت ِس ُل َو َي ُصو ُم ٌ َو ُه َو ُج ُن “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjumpai waktu fajar di bulan Ramadhan dalam keadaan junub bukan karena mimpi basah, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi dan tetap berpuasa.” (HR. Muslim no. 1109) Mandi junub itu adalah sahnya shalat, sehingga tidak boleh menundanya, karena melaksanakan shalat Subuh itu harus pada waktunya. Tapi, jika ia tertidur dalam keadaan junub dan baru bangun waktu dhuha, maka saat itu ia harus segera mandi dan shalat Subuh, serta melanjutkan puasanya.
25
Dalilnya adalah sabda Rasulullah :
ِف ُكت ِ َ ْاْل َما ِم َح َّتى َين ِ ْ َم ْن َق َام َم َع ب َل ُه قِ َي ُام َل ْي َلة َ َص َ "Barang siapa yang shalat (Tarawih) bersama imam sampai selesai, maka akan dihitung shalat malam secara penuh." (Hadits Shahih, riwayat Abu Daud, Tirmidzi , Nasai, Ibnu Majah).
26
Dalil-dalil syar'i dari al-Kitab dan as-Sunnah telah menunjukkan disyariatkannya membaca Alquran ketika shalat, hal ini berlaku umum baik membaca dengan melihat mushaf ataupun dengan hafalan. Imam Bukhari membawakan dalam kitab shahihnya,
ِ ان ِمن ا ُْملصح ِت عائ َ ُ َ ف و ك ذ ا ه د ب ع ا ه م ؤ ي ة ش ْ ُ ُ ُ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ُّ َ َ ْ َو َكا َن
“Aisyah pernah diimami oleh budaknya Dzakwan dan ketika ia membaca langsung dari mushaf.”
27
Beberapa tanda-tandanya dijelaskan dalam hadits:
ِ ِ ِ ُ ِه َى ال َّل ْي َل ُة ا َّلتِى َأ َم َرنَا ِ َِبا َر ُس يح ِة َس ْب ٍع َ ِ بِق َيام َها ه َى َل ْي َل ُة َصب-صىل اهلل عليه وسلم- َِّول اهلل ِ الشمس ِىف صبِيح ِة يو ِو َ َ ِ ْ ُ ْ َّ .اع ََلا ض ي ب ا ه م ع ل ط ت ن أ ا هت ار م أ و ين رش ع َ َ ُ ْ َ َ اء الَ ُش َع َ ْ َ َ ُ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ “Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke dua puluh tujuh (dari bulan Ramadhan). Dan tanda-tandanya ialah pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa memancarkan sinar ke segala penjuru.” (HR. Muslim no. 762)
ِ ِ َل ْي َل ُة ال َق َد ِر َل ْي َل ٌة َس ْم َح ٌة َط َل َق ٌة َال َح َار ًة َو َال َب َ ار َد ًة ُت ْصبِ ُح َح َراء ْ َ الش ْم ُس َصبِ ْي َح ُت َها َضع ْي َف ٌة “Lailatul qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan nampak kemerah-merahan.” (HR. Ath Thoyalisi dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, lihat Jaami’ul Ahadits 18: 361. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahihul Jaami’ no. 5475)
28
Ibnu ‘Abbas mengatakan,
َ َ الَ َب ْأ َس َأ ْن َي ُذ ْو َق الَّش َء َما َمل ْ َي ْد ُخ ْل َح ْل َق ُه َو ُه َو َصائِ ٌم ْ َّ اخل َّل أ ْو
“Tidak mengapa seseorang yang sedang berpuasa mencicipi cuka atau sesuatu, selama tidak masuk sampai ke kerongkongan.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnaf no. 9277. Syaikh Al Albani dalam Irwa’ no. 937 mengatakan bahwa hadits ini hasan)
29
Tidak apa-apa menggunakan pasta gigi bagi yang berpuasa jika tidak sampai ke lambungnya, tapi lebih baik tidak menggunakannya, karena pasta gigi itu mengandung zat-zat yang kuat yang bisa sampai ke lambung tanpa dirasakan oleh penggunanya. Karena itulah Nabi berkata kepada al-Qaith bin Shabrah,
ِ وبالِ ْغ ِيف ِ اال ْستِنْ َش اق إِالَّ َأ ْن َت ُك ْو َن َصائِ ًام ََ
"Dan mantapkanlah (hiruplah dalam-dalam) saat istinsyaq (membersihkan hidung dengan menghirup air), kecuali jika engkau sedang berpuasa. " (H.R. Abu Dawud)
15 30
Sumber: • Tuntunan Tanya Jawab Akidah, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji (Fatawa Arkanul Islam), Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Darul Falah, 2007 • Fatawa ash-Shiyam, Syaikh Ibnu Utsaimin. • Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 1, Darul Haq, Cetakan VI, 2009 • Tuntunan Tanya Jawab Akidah, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji (Fatawa Arkanul Islam), Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Darul Falah, 2007 • Fatawa Syaikh Bin Baaz Jilid 1 • Majmu’ Fatawa wa Rosa’il Ibnu Utsaimin • Risalah Ramadhan. Karya : Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim AlJarullah. Al. Sofwa, Jakarta • WWW.RUMAYSHO.COM • WWW.MUSLIMAH.CO.ID • WWW.KONSULTASISYARIAH.COM • WWW.ERAMUSLIM.COM
SERIAL KAJIAN PRAKTIS