BOM BUNUH DIRI ATAS NAMA JIHAD DALAM PRESPEKTIF ISLAM Oleh : Anshoruddin
I.
PENDAHULUAN Melakukan pembunuhan terhadap diri sendiri dengan alat apapun berarti ia telah melakukan pembunuhan terhadap jiwa yang diharamkan Allah SWT.1 Oleh karena itu nikmat Allah SWT yang berupa kesehatan badan, dianjurkan untuk dijaga dan jangan sampai disalahgunakan apalagi dianiaya dan dilakaukan pertumpahan darah. Karena Allah berfirman dalam surat Annisa’ ayat 29 :
وﻻ ﺗﻘﺘﻠﻮاا ﻧﻔﺴﻜﻢ ا ن ﷲ ﻛﺎ ن ﺑﻜﻢ رﺣﯿﻤﺎ Artinya : “Janganlah kalian membunuh kalian sendiri, sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepada kalian”.2 Ibnu Abbas dan jumhur ulama dalam menafsirkan ayat diatas dengan pengertian; “ Jangan saling membunuh antara sesama muslim “. Sedang Amr Ibn ‘Ash memahami ayat diatas dengan pengertian; “ Jangan bunuh diri !“. penafsiran Amr Ibn ‘Ash ini dibenarkan oleh Nabi SAW. Bunuh membunuh atau bunuh diri, kedua-duanya tidak dibenarkan oleh ajaran Islam walaupun penyebabnya berbeda.3 Dalam beberapa hadits juga disebutkan, “ Dari Tsabit bin Adh-Dhahak ra katanya : Rasulullah SAW bersabda, siapa yang membunuh dirinya sendiri dengan sesuatu, maka ia dineraka dan akan disiksa dengannya “. HR Ath-Thabari (CD Hadits) “ Dari Abu Hurairah ra katanya, “ Rasulullah bersabda, orang yang mencekik dirinya sendiri akan dicekiknya didalam neraka, dan orang yang menikam dirinya sendiri maka ia akan menikamnya di neraka “ HR Al- Bukhaty (CD Hadits) “ Dari Abu Hurairah ra katanya, “ Barang siapa yang membunuh dirinya sendiri dengan pisau, maka pisau ditangannya akan ditikamkan kedalam perutnya di neraka jahanam, kelak selama-lamanya. Barang siapa yang meminum racun lalu terbunuh
1
Qardhawi, Yusuf, Al Halalu – Wa Alharomu Fi Al Islam, Darl Al Ma’arifah, 1985, Hal. 318. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta, 1992, Hal. 122. 3 Hasan, Ali, Masail Fiqhiyyah Al Haditsah, Hal. 131. 2
dengannya maka ia akan merasakannya didalam neraka jahanam kelak selama-lamanya. Barang siapa yang menjatuhkan dirinya dari atas gunung hingga membunuh dirinya sendiri, maka ia akan jatuh di neraka jahanam kekal abadi “ HR Ahmad, Al-Bukhary dan Muslim, Al-Thurmudzi, Ibnu Majah dan Al- Nasa’iy (CD Hadits). Hadits diatas memberikan keterangan bahwa, bunuh diri dengan alasan apapun tidak dibenarkan dalam ajaran Islam, hal ini mengindikasikan bahwa pembunuhan adalah sesuatu hal yang tidak boleh gampang dilakukan oleh siapapun, karena jiwa dan kehormatan harus dilindungi dan dijaga agar jangan sampai dizalimi dan dilukai. Bunuh Diri Berbeda Dengan Istisyhaad. Penamaan Istisyhaad tersebut dengan bunuh diri adalah penamaan yang salah dan menyesatkan. Karena praktik tersebut merupakan pengorbanan dan kepahlawanan dalam mencari syahid. Praktik tersebut berbeda sekali dengan bunuh diri, dan pelakunya ber beda sekali dengan orang yang melakukan bunuh d ir i. Seseorang yang melakukan bunuh diri hanya untuk kepentingan dirinya sendiri. Sedangkan, orang melakukan Istisyhaad mengorbankan dirinya demi agama dan umatnya. Orang yang melakukan bunuh diri adalah orang yang putus asa dari dirinya sendiri dan putus asa dari pertolongan Allah. Sedangkan, pelaku Istisyhaad adalah orang yang sepenuh hati mengharapkan pertolongan dan kasih sayang Allah. Orang yang melakukan bunuh diri adalah orang yang lari dari kenyataan yang menimpanya. Sedangkan. Mujahid yang melakukan Istisyhaad memerangi musuh Allah dan musuhnya sendiri dengan cara baru tersebut, yang telah ditakdirkan untuk digunakan oleh orang-orang lemah.4 II. DALAM PRESPEKTIF ISLAM Bom bunuh diri / Istisyhaad yang dilakukan sebagai strategi perang dengan mengorbankan jiwa seseorang sebagai bom untuk menyerang musuh “dibolehkan” jika dilakukan didaerah perang (dar al-harb) dan dengan tujuan untuk menimbulkan kerugian yang lebih besar dipihak musuh. Hal ini dilakukan dalam suasana perang dan termasuk siayasah yang dapat ditempuh.5
4
Qordhawi, Yusuf. Fatawii Mu’ashirah, juz 2, Hal. 347 Abdurrahman, Asjmuni, Fatwa MUI Tentang Bom Bunuh Diri, (Suara Muhammadiyah, Vol. 3/Th. Ke89) Hal. 24. 5
Di Indonesia bukan daerah perang ( dar al- harb ) dan tidak dalam suasana perang ,maka bom bunuh diri seperti itu sangat dilarang keras dan bukan Istisyhaad namanya. Dalam konteks jihad, bom bunuh diri / Istisyhaad justru dianjurkan agar dapat menyerang dan melumpuhkan musuh, sebagaimana yang termaktub dalam firman Allah surat Al-Hajj ayat 39 :
ا ذ ن ﻟﻠﺬ ﯾﻦ ﯾﻘﺎ ﺗﻠﻮن ﺑﺎ ﻧﮭﻢ ظﻠﻤﻮا وان ﷲ ﻋﻠﻰ ﻧﺼﺮھﻢ ﻟﻘﺪ ﯾﺮ Artinya : “ Telah diizinkan berperang bagi orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa menolong agama mereka ”.6 Jihad dalam konteks bom bunuh diri / Istisyhaad mengandung Pengert ian : 1.
Segala upaya dan usaha sekuat tenaga serta menanggung segala kesulitan dalam memerangi dan menahan agresi musuh dalam rangka menegakkan agama Allah (lii’lai kalimatillah).
2.
Segala upaya yang sungguh-sungguh dan berkelanjutan untuk meningkatkan atau menjaga akidah, syari’ah, harta benda, keadilan, kehormatan dan kemashlahatan bagi diri, keluarga dan masyarakatnya.
Perbedaan Jihad dengan Terorisme : Jihad memiliki ciri-ciri : 1.
Sifatnya melakukan perbaikan (ishlah) sekalipun dengan cara perang.
2.
Tujuannya menegakkan agama Allah atau membela hak-hak yang dizolimi.
3.
Dilakukan dengan mengikuti aturan yang ditentukan syar’i.
Sedangkan terorisme adalah: 1.
Sifatnya merusak.
2.
Tujuanya untuk menciptakan rasa takut dan menghancurkan pihak lain.
3.
Dilakukan tanpa aturan. Oleh karena itu berangkat berjihad, kemudian gugur di medan perang, apakah
gugurnya karena dibunuh atau dengan bom bunuh diri / Istisyhaad atau terbunuh, maka hal itu termasuk kategori jihad fisabillilah, seperti dalam hadits : 6
Departemen Agama RI, Op Cit, Hal. 518.
( ) رواه اﻟﺒﺨﺎرى و ﻣﺴﻠﻢ: ﻣﻦ ﻗﺎ ﺗﻞ ﻟﺘﻜﻮن ﻛﻠﻤﺔ ﷲ ھﻰ اﻟﻌﻠﯿﺎ ﻓﮭﻮﻓﻰ ﺳﺒﯿﻞ ﷲ.... “Barang siapa yang berperang untuk menjujung tinggi kalimat Allah, maka dia itulah yang dinilai fisabililah “HR Bukhary dan Muslim (CD Hadits). Dengan demikian bom bunuh diri / Istisyhaad dalam konteks berjihad posisinya sangat mulia di sisi Allah karena tujuannya untuk menegakkan ajaran Allah dan menumpas kedzaliman di muka bumi ini. Dalam konteks jihad, penyerangan kepada musuh memang harus dilakukan sedemikian rupa, agar pihak lawan menjadi takluk dan lumpuh. Hal ini sangat dianjurkan oleh Allah didalam firman-Nya Surat Anfal ayat 39:
ﻓﺎ ن اﻧﺘﮭﻮ
وﻗﺎﺗﻠﻮ ھﻢ ﺣﺘﻰ ﻻ ﺗﻜﻮن ﻓﺘﻨﺔ وﯾﻜﻮ ن اﻟﺪ ﯾﻦ ﻛﻠﮫ - ﻓﺎن ﷲ ﺑﻤﺎﯾﻌﻤﻠﻮن ﺑﺼﯿﺮ
Artinya : Dan perangilah mereka, supaya jangan ada lagi fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.7 Diantara yang wajib diperangi adalah para penguasa, rezim, pemerintahan yang sudah kufur, dengan melakukan upaya rekayasa untuk menghancurkan umat Islam. Dan bahkan Ibnu Katsir telah mengutip sebuah ijma’ yang menyatakan kewajiban memerangi para penguasa tersebut.8 Hal ini juga disebutkan dalam firman Allah Surat At Taubah ayat 12 :
وان ﻧﻜﺜﻮا ا ﯾﻤﺎ ﻧﮭﻢ ﻣﻦ ﺑﻌﺪ ﻋﮭﺪ ھﻢ وطﻌﻨﻮا ﻓﻰ د ﯾﻨﻜﻢ ﻓﻘﺎ ﺗﻠﻮا اﺋﻤﺔ اﻟﻜﻔﺮ اﻧﮭﻢ ﻻ اﯾﻤﺎ ن ﻟﮭﻢ ﻟﻌﻠﮭﻢ ﯾﻨﺘﮭﻮن Artinya : jika mereka merusak sumpah (janji)nya sesudah mereka berjanji, dan mencela agamamu maka perangilah pemimpin-pemimpin orang kafir itu, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang (yang tak dapat dipegang) janjinya agar supaya mereka berhenti.9
7
Departemen Agama RI, Op Cit, Hal. 266 Shodiq Sholih, Muhammad, Al-Intihar wal Istihar wa Istisyhad fil Islam, Hal. 11 9 Departemen Agama RI, Op Cic, Hal. 279. 8
Pemimpin mewakili sebuah tatanan yang memiliki otoritas kekuasaan, kedaulatan, pencipta rekayasa dan konspirasi yang apabila mereka bertujuan untuk merusak, melakukan kekufuran dengan berbagai kezaliman, maka hal itu wajib diserang dan diperangi dengan berbagai kekuatan yang dimilikinya. Namun salah satu kekuatan yang dimiliki dengan taktik perang adalah melalui bom bunuh diri / Istisyhaad sebagai alternatif untuk menandingi kekuatan musuh, sehingga pihak lawan akan melakukan perhitungan dan pertimbangan dalam melakukan serangan balasan. Apabila musuh sudah takut atau nyalinya semakin surut, maka akan gampanglah melakukan serangan yang lebih ofensif lagi. III. ISTINBATH HUKUM Di dalam menyelesaikan status hukum bom bunuh diri / Istisyhaad menurut tinjauan Islam, dapat menggunakan qaedah-qaedah sebagai berikut: Qaedah pertama :
اﻷ ﻣﻮر ﺑﻤﻘﺎ ﺻﺪ ھﺎ “ segala sesuatu tergantung kepada tujuannya “10 Bunuh diri adalah perbuatan yang memang dilarang oleh Allah apabila motif tujuannya karena putus asa atau stress, sehingga mengakhiri hidup dengan sia-sia. Tetapi bunuh diri / Istisyhaad dilakukan dengan menggunakan bom jenis manusia, yaitu dengan mengorbankan jiwa seseorang untuk “menyerang” musuh agar pihak lawan semakin ketakutan dan mundur dari peperangan, maka tujuan semacam ini dibolehkan. Karena niatnya bukan untuk membinasakan diri secara konyol dan membabi buta, tapi betul-betul dilakukan secara matang dan terencana untuk mencapai sasaran musuh. Qaedah kedua:
اﻟﻤﺸﻘﺔ ﺗﺠﻠﺐ اﻟﺘﯿﺴﯿﺮ “kesukaran itu menarik adanya kemudahan”11
10 11
Mudjib, Abdul, Kaidah-kaidah Ilmu Fiqh, Jakarta, Kalam Mulia, 2001, Hal. 10. Ibid, Hal. 29
Dalam peperangan dibolehkan menggunakan berbagai siasat dan taktik agar tercapai tujuan peperangan yang sesungguhnya, ialah melumpuhkan musuh dan mencapai kemenangan. Taktik yang digunakan harus semudah mungkin yang dapat dijangkau oleh kemampuan, peluang dan unsur-unsur yang menunjang. Salah satunya dengan menggunakan bom bunuh diri / Istisyhaad, dengan perhitungan dan pertimbangan sebagai berikut : 1). Musuh dapat dibunuh dalam jumlah besar. 2). Lebih efektif dalam tenaga, biaya dan pencapaian sasaran. 3). Dapat menekan jatuhnya korban dari pihak penyerang. Oleh karena itu, tingkat kesukaran yang relative lebih ringan harus ditempuh untuk mencapai tujuan yang lebih efisien, dengan menggunakan kemudahan-kemudahan strategi yang sekiranya dapat dilakukan dan mancakup berbagai hal yang akan dicapai. Qaedah ketiga :
ﻣﺎ ا ﺑﯿﺢ ﻟﻠﻀﺮورة ﯾﻘﺪ ر ﺑﻘﺪرھﺎ “Apa yang dibolehkan karena adanya kemadlorotan diukur menurut kadar kemadlorotan”12 Pada dasarnya bunuh diri dengan berbagai cara adalah dilarang. Tetapi karena ada motif dan tujuan yang lebih penting, yaitu demi menegakkan kalimat Allah dan membela hak-hak yang didholimi, maka bunuh diri dengan menggunakan jenis bom manusia menjadi boleh. Kebolehan ini tidak serta merta menurut kepentingan nafsu dengan secara brutal tanpa perhitungan, sehingga mengakibatkan salah sasaran maka hal yang demikian menjadi terlarang. Dibolehkanya bom bunuh diri / Istisyhaad masih dalam batas-batas ukuran tertentu, misalnya jangan sampai menimbulkan korban bagi pihak yang tak berdosa atau merusak sarana vital, sehingga kepentingan umum terganggu. Oleh karena itu bom bunuh diri diperbolehkan karena adanya kemadhorotan, artinya sesuatu hal yang harus dilakukan untuk menghancurkan musuh, tetapi jangan sampai melebihi ukuran kemadlorotan.
12
Ibid, Hal. 37
Istinbath hukum yang dapat kita telusuri dalam masalah bom bunuh diri ini ialah : Apabila merujuk dari dalil-dalil ayat diatas, menunjukkan bahwa bunuh diri adalah perbuatan yang terlarang. Dan sesama manusia dilarang menumpahkan darah, serta harus terjalin saling melindungi kehormatan dan menjaga harga diri masing-masing. Sehingga tidak terjadi saling merampas, mendzalimi dan menindas. Namun ketika menghadapi sebuah kedzaliman dan kekufuran sebuah rezim/pemerintah yang melakukan penjajahan, penindasan, kesewenang-wenangan, dan bahkan sampai melakukan pendudukan wilayah,seperti di Palestina oleh Israel , maka ada kewajiban untuk melakukan penyerangan sehingga fitnah dan kemunkaran ulah mereka segera terhenti. Ketika upaya itu dilakukan dengan berbagai kemampuan yang ada dan sarana yang dimiliki terbatas, maka disitulah taktik dan strategi perang berlaku. Maka dalam hal ini bom bunuh diri / Istisyhaad sebagai salah satu taktik perang sangat dimungkinkan untuk dilakukan, sepanjang itu dikerjakan secara terencana, sistimatis dan terarah. IV. Kisah Ashhaabul ukhduud ( Orang-orang yang membuat parit ) Dalam Al-Qur’an disebutkan pada surat Al Buruj, menurut Al Qurthubi dalam tafsirnya nama Ghulam yang tertulis dalam hadits shohih Muslim yaitu Abdullah bin Tsaamir, seorang anak laki-laki yang sangat kuat imannya , disiksa oleh Penguasa ( Raja ) saat itu, dengan berbagai macam siksaan , disamping disiksa badannya juga dilempar dari atas gunung dan dibuang ditengah lautan dengan menggunakan perahu , tapi Abdullah bin Tsaamir dengan selalu berdo’a kepada Allah SWT ,Ia selamat. Kejadian ini menurut Al Qurthubi terjadi di Najran ( Yaman ) pada masa Fatroh antara ‘Isa dan Muhammad SAW, Addhohak berpendapat 40 tahun sebelum diangkatnya Rosulullah SAW.Karena Raja (yang Musyrik ) itu tidak bisa atau kesulitan untuk membunuh Ghulam ( Abdullah bin Tsaamir ) , maka Raja tersebut diajari oleh Abdullah bin Tsaamir tentang tata cara agar berhasil membunuhnya, sebagaimana disebutkan dalam bagian akhir hadits Muslim,sebagai berikut :
: ﻣﺎ ﻫﻮ؟ ﻗﺎل: ﻗﺎل، إﻧﻚ ﻟﺴﺖ ﺑﻘﺎﺗﻠﻲ ﺣﺘﻰ ﺗﻔﻌﻞ ﻣﺎ أﻣﺮك ﺑﻪ:ﻓﻘﺎل اﻟﻤﻠﻚ ، ﺛﻢ ﺧﺬ ﺳﻬﻤﺎ ﻣﻦ ﻛﻨﺎﻧﺘﻲ،ﺗﺠﻤﻊ اﻟﻨﺎس ﻓﻲ ﺻﻌﻴﺪ واﺣﺪ وﺗﺼﻠﺒﻨﻲ ﻋﻠﻰ ﺟﺬع
ﻓﺈﻧﻚ، ﺛﻢ ارﻣﻨﻲ، ﺑﺴﻢ اﷲ رب اﻟﻐﻼم: ﺛﻢ ﻗﻞ،ﺛﻢ ﺿﻊ اﻟﺴﻬﻢ ﻓﻲ ﻛﺒﺪ اﻟﻘﻮس . إذا ﻓﻌﻠﺖ ذﻟﻚ ﻗﺘﻠﺘﻨﻲ Artinya : Abdullah bin Tsaamir berkata pada Raja : Tuan tidak dapat membunuh saya, sehingga Tuan suka melakukan apa yang Aku perintahkan, Raja bertanya apakah itu ? Ia menjawab Tuan kumpulkan semua orang dilapangan menjadi satu, dan Tuan salibkan saya dibatang pohon kemudian ambillah sebatang anak panah dari tempat panahku ini , lalu letakkan anak panah itu pada busurnya , kemudian ucapkanlah DENGAN NAMA ALLAH TUHAN ANAK INI, terus lemparkanlah anak panah itu , sesungguhnya apabila Tuan mengerjakan semua itu, tentu Tuan dapat membunuhku. Akhirnya Raja melaksanakan advis dari anak tersebut kemudian Abdullah bin Tsaamir meninggal dunia . Orang-orang yang berkumpul dilapangan itu tadi semua berkata, sebagaimana diakhir hadits Muslim sebagai berikut :
أرأﻳﺖ ﻣﺎ ﻛﻨﺖ ﺗﺤﺬر؟: ﻓﺄﺗﻲ اﻟﻤﻠﻚ ﻓﻘﻴﻞ ﻟﻪ، آﻣﻨﺎ ﺑﺮب اﻟﻐﻼم:ﻓﻘﺎل اﻟﻨﺎس . ﻗﺪ آﻣﻦ اﻟﻨﺎس.ﻗﺪ واﷲ ﻧﺰل ﺑﻚ ﺣﺬرك Artinya : Orang-orang yang berkumpul itu semua berkata : KITA SEMUA BERIMAN KEPADA TUHANNYA ANAK INI, kemudian Raja didatangi dan kepadanya dikatakan : Adakah Tuan mengetahui apa yang selama ini Tuan takutkan ? Sungguh Demi Allah, apa yang Tuan takutkan itu telah tiba, yakni tentang keimanan seluruh rakyatnya, orang-orang semuanya telah beriman . Dari kisah mengorbankan
diri
diatas dapat diambil istimbat hukum, bahwa boleh manusia sendiri
dalam
bahaya,
kehancuran
untuk
agama,kemaslahatan ummat Islam, ternyata Dakwah anak tersebut berhasil.
kemaslahatan
V. KESIMPULAN Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa : 1.
Bom bunuh diri / Istisyhaad yang dilakukan sebagai strategi perang dengan mengorbankan jiwa seseorang sebagai bom untuk menyerang musuh “dibolehkan” jika dilakukan
didaerah
perang
(dar al-harb)
dengan maksud
untuk
menghancurkan musuh serta bertujuan untuk meninggikan kalimat Allah. 2.
Di Indonesia bukan daerah perang ( dar al-harb ) dan tidak dalam suasana perang ,maka bom bunuh diri seperti itu sangat dilarang keras dan bukan Istisyhaad namanya.
3.
Tindakan teroris sangat dilarang oleh Islam.
4. Dari kisah diatas ( Abdullah bin Tsaamir ) dapat diambil istimbat hukum, bahwa boleh manusia mengorbankan diri sendiri dalam bahaya, kehancuran untuk kemaslahatan agama, kemaslahatan ummat Islam, ternyata Dakwah anak tersebut berhasil.
Pontianak , Kamis 5 Januari 2017
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Madjid, Kaidah-Kaidah Ilmu Fiqih, Jakarta, Kalam Mulia, 2001.
Ali Hasan, Masail Fiqhiyyah Al-Haditsah,
CD Hadits.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, 1992.
Asjmuni Abdurrahman, Fatwah MUI Tentang Bom Bunuh Diri, Suara Muhammadiyah, Vol. 3 Yh Ke-89, 2004.
Yusuf Qardlawi, Al Halalu Wa Al Haramu Fi Al Islam
_____________, Fatawii Mu’ashiroh, Juz 2
Muhammad Shodiq Sholih, Al-Intihar wa Al-Istihar wa Al-Istisyhad fi Al-Islam,
Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi
Imam Muslim, Shohih Muslim
Muhammad bin Shoolih Al ‘Utsaimin, Syarah Riyaadhusshoolihiin
Abi Usamah Salim bin ‘Aid Al Hilaly, Bahjatun Nadziriin