H. 0085/ 010/t
11/, '()~
KUALITAS PELAYA NANINS EMINAS IBUATA NPADA DINAS PETERNA KAN KABUPA1EN MALANG DI KABUPATEN MALANG Thesis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-2 Progran Studi Magister Administras i Publik
Kepada
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GADJAHM ADA YOGYAKA RTA 2003
Tesis Kualitas Pelayanan lnseminasi Buatan pada Dinas Peternakan Kabupaten Malang di Kabupaten Malang dipersiapkan dan disusun oleh
Heridji Sutardjo telah dipertahankan eli depan Dewan Penguji pada tanggal 05 Juni 2003
Susunan Dewan Penguji
Pembimbing Utama
Anggota Dewan Penguji Lain
~
Dr. Agus Dwiyanto
~~~--~-~-~-~-~;.~-~--~-~-~-~~······························
....
~-Drs. Yuyun Purb~, M.Si . ......................................................... ........., ................. Pembimbing Pendam ping II
..!r-.. M.~~-~./~.ry~_W..i.9.~.~~~--~~---················ .
~If ... Drs....Ratminta. ~MPA. ..............................
Tesis ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister
PROF. DR. SOFIAN EFFENDI. MPIA.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah digunakan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya-karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebuah dalam daftar pustaka.
Yogyakarta,
Juni 2003
HERIDJI SUTARDJO
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan Tesis dengan judul " Kualitas Pelayanan lnseminasi Buatan Pada
Dinas Petemakan Kabupaten Malang Di Kabupaten Malang. Tujuan penulisan tesis ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pencapaian derajat strata dua (S2) pada Program Studi
~agister
Administrasi
Publik- Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Dalam penyelesaian tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Bupati Kabupaten Malang, melalui Bapak Sekretaris Wilayah Daerah Kabupaten Malang yang telah memberikan ijin mengikuti tugas belajar di MAPUGM. 2. Bapak Drh. I. Suharyanto, selaku Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Malang yang memberikan ijin dan rekomendasi tugas belajar di MAP -UGM Yogyakarta. 3. Ketua Bappenas melalui proyek OTO-Bappenas yang telah menugaskan penulis untuk menempuh pendidikan pada Program Pasca Sarjana MAPUGM Yogyakarta. 4. Bapak Pro£ Dr. Sofian Effendi, selaku Rektor dan Ketua Pengelola Program Studi Magister Administrasi Publik- Program Pascasarjana
Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta. 5.
Bapak Dr. Agus Dwiyanto,
selaku Dosen Pembimbing utama yang telah
meluangkan waktu dan memberikan bimbingan penulisan tesis ini dengan penuh kesabaran.
lV
6. Bapak Drs. Yuyun Purbokusumo, M.Si, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran yang sangat berharga bagi penulis dalam penulisan tesis ini. 7. Bapak Dr. Muhadjir Darwin, Bapak Ir. Made Arya Wiguna, SU., Bapak Drs. Ratminto, MP A. selaku Dewan Penguji tesis ini yang telah meluangkan waktunya mulai dari pengujian sampai pada penyelesaian tesis ini. 8. Istri dan ketiga anakku yang tercinta, yang setia dan membantu dalam memberikan dorongan, semangat dalam penyelesaian tugas akhir ini. 9. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan dorongan, dan
do a untuk
menyelesaikan tugas akhir ini. 10. Rekan-rekan angkatan ke XXVI dan XXVII Tahun 2001 MAP dan sahabat tercinta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang semuanya ikut membantu dalam penulisan tesis ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna, masih jauh dari yang diharapkan, hal ini dikarenakan terbatasnya kemampuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini bennanfaat bagi semua pihak
yang memerlukan. Amin
Yogyakarta, Juni 2003 ttd Penulis
v
ABSTRACT
The world economy shock and crisis that hits Indonesia should remind us to develop people-oriented economy. One sector which has great potency in frame of developing the people-oriented economy is livestock sector because it need less capital and can absorp more manpowers. In improving the livestock sector it will be needed artificial insemination as an instrument to increase the livestock quality. This research is aimed to describe the service quality of artificial insemination in Local Agency of Livestock in Malang District from customer perspectives and know the factors power that affect them during this time. These are very important because those factors are efforts to improve the service quality of artificial insemination in future, where artificial insemination itself is the crucial factor in developing people livestock quality as a basis in empowering of people economy. This research is using a natur:alistic approach and survey with descriptive explanation degree. While data collection is used by deep interview technique, questionnaire and documentation. Furtherly, type of data is used is qualitative and supported by quantitative data. Based on SERVQUAL concept from Parasuraman et.al ( 1985) it is taken five dimensions from the service quality those are: tangibility, reliability, sensitivity, guarantee, empathy and accompanied by psychological dimension that is satisfactory as dependent variable. Profesionalism, facility avalaibility an field condition as independent variable. 'fhe research also find that the service quality of artificial insemination in Malang District has been in good-condition in various its indicator those are tangibility, reliability, sensitivity, guarantee, empathy, and satisfactory in good level. The such good service quality level of artificial insemination is caused by avalaibality of facility in sufficient number, which supported by good profesionalism level of personnel. While field condition factor not have significant effect to service quality level of artificial insemination in Malang District. Upon result of such research it is suggested to Local Government/Local Agency of Livestock for: maintaining and increasing availability of service facility. Continuously improving capability and skill of personnel. Making better selection in frame ofpersonnel recruitment. Personnel need to maintain the service quality.
Keywords: Service quality, prefesionalism, facility availability, field condition, artificial insemination.
vi
INTI SARI
Gejolak ekonomi dunia dan krisis yang melanda Indonesia mengingatkan kita untuk mengembangkan ekonomi yang berbasis pada rakyat. Salah satu sektor yang mempunyai potensi besar dalam rangka pengembangan ekonomi kerakyatan adalah sektor petemakan karena memerlukan modal yang kecil dan mampu menyerap tenaga kerja yang besar. Untuk memperbaiki sektor petemakan diperlukan Inseminasi Buatan sebagai sarana untuk meningkatkan mutu temak. Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan Kualitas Pelayanan Inseminasi Buatan pada Dinas Petemakan Malang dari pandangan pelanggan dan mengetahui kekuatan faktor- faktor yang selama ini dianggap mempengaruhinya. Hal ini penting sekali karena merupakan usaha untuk meningkatkan Kualitas Pelayanan lnseminasi Buatan dimasa datang, dimana Inseminasi Buatan me'rupakan faktor yang penting dalam meningkatkan mutu temak sebagai salah satu basis pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Penelitian menggunakan pendekatan Naturalistik dan survey dengan tingkat eksplanasi deskripti£ Sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam, kuisioner dan dokumentasi. Kemudian jenis data yang digunakan adalah kualitatif yang di dukung dengan data kuantitatif Berdasar konsep SERVQUAL dari Parasuraman et.al.(1985) diambil lima dimensi dari kualitas pelayanan yaitu : Tangibilitas, Keandalan, Daya tanggap, Jaminan, Empati dan ditambah dengan dimensi psikologis yaitu kepuasan sebagai variabel terikat. Profesionalisme, Ketersediaan sarana dan Kondisi lapangan sebagai variabel bebas. Penelitian juga menemukan bahwa Kualitas pelayanan Inseminasi Buatan di Kabupaten Malang sudah dalam kondisi yang baik dalam berbagai indikatomya yaitu tangibilitas , keandalan,daya tanggap, jaminan,empati dan kepuasan sudah berada pada tingkat yang baik. Tingkat kualitas pelayanan lnseminasi Buatan yang baik tersebut disebabkan tersedianya sarana pelayanan dalam jumlah yang cukup, yang ditunjang oleh tingkat profesionalisme yang baik dari petugas. Sedangkan faktor kondisi lapangan tidak mempunyai pengaruh yang berarti terhadap . kualitas pelayanan Inseminasi Buatan di Kabupaten Malang. Berdasar hasil penelitian tersebut disarankan kepada Pemerintah Daerah/Dinas Petemakan untuk : Menjaga dan meningkatkan ketersediaan sarana pelayanan. Senantiasa meningkatkan kemampuan dan ketrampilan petugas. Mengadakan seleksi yang lebih baik dalam rangka pengadaan petugas. Bagi petugas supaya menjaga mutu pelayanan. Kata Kunci : Kualitas Pelayanan, Profesionalisme, Ketersediaan sarana, Keadaan lapang dan Inseminasi Buatan
Vll
DAFfARISI
KATAPENGANTAR
iv
ABSTRACT
vi
INTI SARI
vii
DAFTARISI
viii
DAFTAR TABEL
X
DAFTAR GAMBAR
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Perumusan Masalah
15
C. Tujuan Penelitian
15
KERANGKA KONSEPTUAL
16
A. Konsep Kualitas Pelaya'nan Inseminasi Buatan
16
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan
30
C. Kerangka Berpikir
35
D. Definisi Konsep
36
E. BAB III
37
Definisi Operasional
40
METODE PENELITIAN A.
Jenis Penelitian
40
B.
Fokus Populasi Dan Sampel Penelitian
41
C.
Lokasi Dan Situs Penelitian
45 45
D. Jenis Dan Sumber Data E.
Teknik Pengumpulan Data
46
F.
Keabsahan Data
50
viii
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
53
A. Diskripsi Umum
53
B.
Temuan dan Analisis Tentang Kualitas Pelayanan
c.
Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan
65
82
Inseminasi Buatan D. Hubungan Faktor-Faktor yang Berpengaruh dengan Kualitas Pelayanan Inseminasi Buatan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
89
95
A.
Kesimpulan
95
B.
Saran
95
DAFTAR PUSTAKA LAMPI RAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabell.l
Data sapi potong di 18 kecamatan sentra sapi potong di Kabupaten Malang
3
Hasil survai kebutuhan daging local,regional dan nasional di Malang
5
Tabel1.3
Perkembangan Populasi Sapi Potong di Kabupaten Malang
12
Tabel3.1
Perhitungan Sampel Untuk Responden Berdasar Data Tahun 2002
44
Tabel3.2
Matriks Indikator dan Pertanyaan
51
Tabel4.1
Tingkat Pendidikan Petugas Inseminasi Buatan di Kabupaten Malang
60
Perkembangan Inseminasi Buatan Sapi Potong di Kabupaten Malang
63
Realisasi Kegiatan IB dan Kelahiran Sapi Potong di Kabupaten Malang
64
Persepsi responden terhadap Tangibilitas pelayanan Inseminasi Buatan.
66
Perkembangan pendapatan Petemak di Kabupaten Malang tahun 1998 s/d 2002
68
Persepsi responden terhadap Kehandalan pelayanan Inseminasi Buatan.
69
Persepsi responden terhadap Daya tanggap pelayanan Inseminasi Buatan.
71
Persepsi responden terhadap Jaminan pelayanan Inseminasi Buatan.
73
Tabel1.2
Tabel4.2
Tabel4.3.
Tabel4.5
Tabel4.6
Tabel 4.7
Tabel4.8
Tabel4.9
X
Tabel4.10
Tabel4.11
Tabel4.12
Tabel4.13
Tabel4.14
Tabel4.15
Persepsi responden terhadap Empati pelayanan Inseminasi Buatan
75
Persepsi responden terhadap Kepuasan pelayanan Inseminasi Buatan
76
Persepsi responden terhadap Kualitas pelayanan Inseminasi Buatan
78
Persepsi responden terhadap Profesionalisme petugas Inseminasi Buatan
83
Persepsi responden terhadap Ketersediaan sarana. Inseminasi Buatan
85
Persepsi responden terhadap Kondisi lapangan
88
xi
DAFTAR GAMBAR
The Conseptual Model of Service Quality (Konseptual Model Kualitas Pelayanan)
25
Gambar 2.2.
Kerangka Berpikir
35
Gambar 3.1
Skema Tahap Analisa Data Kualitatif
49
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Dinas Petemakan Kabupaten Malang
58
Gambar 2.1
xu
BABI PENDAHULUAN
A. La tar Belakang Jatuhnya petemakan rakyat terutama petemakan unggas adalah sebagai akibat dari berlakunya pasar bebas dan kurang berpihaknya kebijakan pemerintah kepada
petemakan rakyat
berskala kecil.
Keadaan
ini
diawali
dengan
membanjimya produk-produk hasil petemakan dari luar negeri yang memiliki kualitas baik dan harga yang jauh lebih murah dibanding produk dalam negeri. Produk hasil petemakan dari luar memiliki mutu yang lebih baik dan harga yang lebih murah karena teknologi yang digunkan untuk memproduksi
hasil petemakan lebih baik dan diusahakan dalam skala besar, sehingga lebih efisien dan biaya produksinya jauh lebih rendah. Sedangkan di Indonesia usaha peter'nakan dilaksanakan dengan teknologi tradisional dan dalam skala kecil, sehingga biaya produksi (input) menjadi besar. Akibatnya produk petemakan rakyat tidak dapat bersaing dengan produk luar negeri. Keadaan ini diperparah dengan peraturan import · yang tidak ketat, sehingga produk-produk yang sebenamya merupakan waste product di luar negeri dapat masuk ke Indonesia dengan mudah. Keadaan ini menyebabkan daya saing petemak kecil semakin terpuruk akibatnya mengalami kebangkrutan.
2
Peternakan rakyat yang semula diharapkan dapat menjadi penolong bagi rakyat kecil untuk menambah pendapatan dan mengentas kemiskinan, maka dengan adanya persaingan dengan pasar luar negeri men)adi terpuruk, sehingga berpotensi untuk menambah jumlah penduduk miskin karena modal yang digunakan semula berasal dari pinjaman kredit, dengan runtuhnya petemakan rakyat maka para peternak kecil sekarang terlilit hutang kepada bank. Dalam kondisi negara yang lemah terhadap tekanan luar negeri sehingga tak dapat memproteksi usaha rakyatnya disertai dengan keadaan birokrasinya yang tidak sehat maka keadaan ini memperparah nasib rakyat kecil. Persyaratan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup dalam menghadapi persaingan global, suatu negara harus memiliki suatu keunggulan komparatif dibanding negara lain. Menurut pendapat
David Ricardo dalam
kuliah Mulyarto (200 1) menjelaskan bahwa apabila semua negara melakukan produksinya sesuai dengan comparative advantage maka dalam perdagangan intemasionl /global semua pihak akan diuntungkan. Indonesia sebagai negara agraris dan memiliki lahan yang sangat luas, sumber lokal, tenaga kerja yang besar, peluang budaya agraris potensi tersebut merupakan
k~unggulan
tersendiri
untuk mengembangkan spesialisasi dibidang produk pertanian dan peternakan. Potensi peternakan di Kabupaten Malang merupakn modal untuk mengembangkan bidang agribis peternakan terutama bidang agiribis petemakan sapi potong karena selama ini Kabupaten Malang dikenal sebagai salah satu daerah penghasil sapi potong terkeinuka di Jawa Timur. Populasi sapi potong di
3
Kabupaten Malang tersebar di seluruh kecamatan dengan konsentrasi terletak pada 18 kecamatan sentra penghasil sapi potong. Sebagai gambaran data sapi potong di 18 kecamatan sentra penghasil sapi potong sebagai berikut : Tabel 1.1 Data sapi potong di 18 kecamatan sentra sapi potong di Kabupaten Malang
No. 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 1}; 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Kecamatan
Jumlah populasi sapi potong (ekor)
Wajak Kalipare Poncokusumo Gedangan Bantur Pagak Surnbermanjing wetan Damp it Pagelaran Turen Donomulyo Singosari Lawang Ngajum Turnpang Karang ploso Pakis Dau Jumlah
7.086 6.337 5.222 5.092 4.969 4.922 4.839 4.650 4.522 4.070 4.058 3.950 3.905 3.546 3.485 3.446 3.362 2.266 79.727
Surnber : Dinas Peternakan Kabupaten Malang (200 1)
Dilihat dari potensi ternak sapi potong dan wilayah Kabupaten Malang yang luas serta potensi tenaga kerja di bidang pertanian /peternakan yang yang besar serta didukung oleh kultur masyarakat yang agraris maka sangat memungkinkan pengembangan peternakan sapi potong sebagai faktor unggulan Kabupaten Malang dalam menghadapi era persaingan global.
4
Sifat usaha peterrtakan sapi potong yang dapat diusahakan secara intensif dengan memanfaatkan limbah pertanian yang ada merupakan usaha yang sangat prospektif untuk menggerakkan perekonomian rakyat dimana petani di pedesaan pada umumnya adalah petani penggarap I buruh tani yang tidak memiiki 1ahan sendiri sehingga usaha peternakan sapi potong dapat menjadi salah satu solusi untuk mengentaskan kemiskinan di wilayah pedesaan. Kondisi di Kabupaten Malang terutama pada masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan hutan dan perkebunan memiliki penghasilan yang rendah, hal tersebut menyebabkan terjadinya penjarahan hutan dan perkebunan
sehingga
mengakibatkan kerusakan hutan dan perkebunan di banyak wilayah di Kabupaten Malang. Untuk mencegah berlanjutnya keadaan tersebut maka perlu adanya pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya lingkungan yang ada agar berpola pikir ke arah usaha yang berorientasi ekonomi produktif melalui usaha peternakan. Tenaga kerja dibidang peternakan adalah potensi tenaga kerja yang dapat memnfaatkan peternakan sebagai sumber kehidupannya. Gambaran tenaga kerja di bidang peternakan di Kabupaten Malang seperti yang tercermin dalam data angkatan kerja penduduk Kabupaten Malang yang memiliki komposisi umur produktif sebesar 64,02 % yang sebagian besar berada pada bidang pertanian sebagai petani penggarap dengan penghasilan yang rendah. Melalui gambaran tersebut dapat diperkirakan bahwa peran sektor peternakan sangat potensial untuk
5
menciptakan peluang kerja dan peluang usaha bagi tenaga kerja di pedesaan yang selanjutnya dapat menghidupkan ekonomi kerakyatan yang tangguh. Pemenuhan daging nasional selama ini masih dibantu melalui impor sapi bakalan untuk digemukkan.
Jumlah sapi yang diimpor menurut data produsen
daging dan Feedloter Indonesia (APFINDO) adalah total sebesar 200.000 ekor sampai akhir desember 2000 dengan nilai sebesar
Rp. 600 milyar per tahun.
Keadaan ini menunjukkan bahwa dalam negeri kekurangan daging , dan untuk memenuhinya dilakukan import sapi, kejadian ini sangat ironis jika indonesia sebagai negara agraris akan terus bertahan sebagai importir sapi bakalan. Dari data tahun 2000 produksi daging di Kabupaten Malang masih dapat memenuhi kebutuhan untuk Kabupaten Malang dan Kota Malang. Namun pada kenyataan di pasar saat ini sudah mulai dirasakan kesulitan untuk mendapatkan sapi bakalan maupun sapi yang siap potong sehingga harga sapi di pasar lokal menjadi tinggi Hal ini disebabkan karena menurunnya tingkat populasi ternak akibat pemotongan yang tidak diimbangi dengan jumlah kelahiran yang cukup. Tabel 1.2. Hasil Survai kebutuhan daging lokal, regional dan nasional di Malang No 1.
2. 3.
Uraian Pemotongan sapi (ekor) Pengiriman sapi keluar _propinsi (ekor) Pengiriman sapi keluar kabupaten dalam propinsi (ekor)
1996
1997
1998
1999
2000
25.550
23.725
20.845
17.875
18.157
6.647
4.168
8.485
2.545
2.301
25.512
27.901
29.036
26.734
27.010
Swnber : Dinas Peternakan Kabupaten Malang (200 1)
.
6
Dari hasil survai · didapat kan bahwa kebutuhan sapi potong dari tahun 1996 sampai tahun 2000 relatif stabil dan bahkan cenderung menurun namun dilapangan didapati suatu kenyataan bahwa semakin sulit untuk mencari bibit sapi potong untuk di gemukkan dan juga semakin sulit mencari sapi potong yang siap potong.
Keadaan ini menunjukkan bahwa semakin menurunnya populasi sapi
potong di Kabupaten Malang sebagai akibat dan rendahnya produktivitas sapi potong yang ada di Kabupaten Malang. Program pemerintah yang mencanangkan swasembada daging pada tahun 2005 merupakan program yang dalam upaya untuk mengurangi ketergantungan pasokan daging sapi dari luar negeri dengan meningkatkan produktivitas ternak sapi potong dalam negeri. program tersebut memiliki tujuan untuk menghemat devisa dan meningkatkan kesejahteraan peternak sapi potong. Dalam mengadopsi program tersebut Kabupaten Malang memiliki beberapa kendala teknis yang berhubungan dengan mutu dan produktivitas ternak sebagai berikut: 1. Sebagai akibat dari pemeliharaan yang kurang baik (sebagai sambilan), maka produktivitas dari ternak sapi potongpun juga menjadi rep.dah karena kondisi sapi yang jelek dan pakan yang kurang baik. Hal ini mengakibatkan rendahnya angka kebuntingan. 2. Produktivitas ternak selain dipengaruhi oleh management pemeliharaan dan mutu pakan yang baik juga dipengaruhi oleh mutu bibit yang baik.
Pada
dasarnya sapi lokal (peranakan Ongole) memiliki mutu genetis yang kurang
7
baik, sehingga sapi potong lokal kurang pruduktif selain itu adanya inbreeding juga memperburuk keadaan mutu genetis dari sapi potong di
Kabupaten Malang. Usaha seleksi bibit dan usaha pemuliaan bibit masih kurang dimengerti oleh peternak-peternak tradisional di Kabupaten Malang. 3. Usaba dari pemerintah untuk meningkatkan mutu genetik dari temak sapi potong melalui pelaksanaan teknologi Inseminasi Buatan masih mengalami kendala teknis maupun sosial yang masih perlu untuk dibenahi sehingga pelaksanaan Inseminasi Buatan masih belum memasyarakat secara luas. 4. Sebagai akibat dari berkurangnya jwnlah populasi, maka menimbulkan harga sapi potong menjadi mahal, terutama sapi potong jantan yang siap potong. Mahalnya harga sapi potong jantan mengakibatkan pemotongan terhadap sapi betina produktif cenderung meningkat, karena harganya relatif lebih murah. 5. Dalam usaha untuk meningkatkan mutu pakan temak dilakukan upaya pemasyarakatan teknologi pakan temak.
Namun dalam prakteknya masih
menemui banyak kendala teknis maupun kendala finansial. adalah belum terdapatnya
Kendala teknis
system pengolahan pakan yang praktis dan
berbiaya murah. Sedangkan kendala finansial adalah terpatasnya biaya yang dimiliki oleh petemak untuk membuat sarana pengolahan pakan sesuai dengan teknologi yang ada. 6. Sistem pemeliharaan sapi potong yang umwn terjadi di masyarakat Kabupaten Malang masih bersifat tradisional. Hal ini disebabkan kurangnya
8
penerapan teknologi· oleh para peternak, serta belum tercapainya efisiensi
dalam usahata ternak potong. 7. Belum adanya kawasan usaha peternakan sapi potong sebagai percontohan pola usaha terpadu, serta belum berfungsinya secara optimal tenaga teknis peternakan di wilayah kecamatan, juga merupakan kendala dalam memenuhi kebutuhan sapi potong di Jawa Timur. 8. Usaha ternak sapi potong di Kabupaten Malang sering menemui kesulitan dalam mendapatkan sapi bakalan untuk usaha penggemukkan /fattening. Hal
ini disebabkan di Kabupaten Malang belum ada usaha pembibitan untuk sapi potong. Selama ini sapi bakalan didapatkan dari usaha sampingan masyarakat yang mutu maupun kuantitasnya sulit untuk diharapkan.
Sehingga usaha-
usaha yang mengarah ke agrobis sapi potong selalu terbentur pada pengadaan sapi bakalan, akibatnya usaha sapi potong mengalami hambatan dan usaha pengembangan populasi juga terhambat. 9. Petani peternak pada umumnya adalah petani peternak yang kondisi kehidupannya sangat sederhana, mereka tidak memiliki sawah I tanah dan hanya sebagai buruh tani dengan sampingan memelihara .ternak sapi potong. Oleh sebab itu jumlah pemilikan ternak kecil, yaitu rata-rata antara 2 - 3 ekor per peternak.
Secara perhitungan usaha jumlah ini tidak efisien dan tidak
menguntungkan, tetapi secara sosial beternak sapi potong dapat meningkatkan pendapatan kepada buruh tani tersebut, dilain pihak pemilikan 2 - 3 ekor sapi potong secara teknis sulit berkembang.
9
Melihat kenyataan atau kondisi sistim usaha petemakan beserta tingkat perkembangannya di atas, maka dirasa perlu untuk menata kembali program pengembangan dan peningkatan efisiensi produksi yang berorientasi kepada ekonomis produktif. melalui perbaikan mutu temak lokal dengan menggunakan bioteknologi yang sederhana Implementasi dari kebijakan perbaikan dibidang perbaikan mutu genetik temak sampai saat ini hasilnya nampak belwn optimal. Berbagai kendala dan faktor penyebab perlu diinventarisir di masyarakat dan pemerintah, agar program untuk membentuk bibit breed khusus sapi potong indonesia dengan mutu genetik unggul dan mampu beradaptasi secara optimal di lingkungan tropis indonesia. Inseminasi Buatan adalah suatu tehnik perkawinan buatan dengan cara memasukkan semen I sperma jantan unggul kepada aseptor betina produktif untuk mendapatkan mutu keturunan yang lebih baik. semen diambil dari bibit jantan yang memiliki kwalitas genetis unggul sedangkan betina diambil dari sapi betina lokal sehingga diharapkan keturunan yang terjadi akan memiliki setengah dari genetik jantan yang unggul dan setengah dari genetik induk betina lokal metode
ini dimaksudkan untuk memperbaiki mutu genetis temak lokal yang selanjutnya akan memperbaiki produktivitas dari temak lokal. dan sebagai konsekuensi logis dari perbaikan mutu dan produktivitas temak akan menaikkan keuntungan dan pendapatan petani yang selanjutnya akan berdampak pada perkembangan usaha agribis petemakan dan meningkatnya populasi sapi potong di Kabupaten Malang. Inseminasi Buatan ini akan memberikan keuntungan sebagai berikut :
.
10
1. Inseminasi Buatan mempertinggi penggunaan pejantan- pejantan unggul. 2. Bagi petemak kecil seperti umum ditemukan di Kabupaten Malang, penggunaan Inseminasi Buatan sangat menghemat biaya di samping dapat menghindari biaya dan menghemat tenaga pemeliharaan pejantan, yang belum tentu merupakan pejantan terbaik untuk diternakkan sebagai bibit. 3. Pejantan - pejantan yang dipakai dalam Inseminasi Buatan telah diseleksi secara teliti dan ilmiah dari hasil perkawinan induk yang unggul. 4. Penularan penyakit dapat dicegah melalui Inseminasi Buatan dengan cara hanya menggunakan pejantan-pejantan yang bebas penyakit. 5. Semen yang diberikan kepada petemak hanya yang memiliki fertilitas tinggi sehingga calving interval dapat diperpendek. Dalam penggunaan teknologi lnseminasi Buatan ini juga terdapat kerugiannya yang harus disadari dan diperhatikan yaitu : 1. Diperlukan pelaksana yang terlatih baik dan terampil untuk mengawasi pembuatan
semen beku tidak karena jika tidak
berhati-hati dalam
memproduksi semen beku maka penularan penyakit kelamin menular akan dapat merugikan petani secara luas. 2. Diperlukan pelaksana yang terlatih dan trampil untuk melakukan Inseminasi Buatan, karena hila prosedur inseminasi tidak dilakukan secara wajar akan mengakibatkan efisiensi reproduksi rendah sehingga merugikan petani karena petani harus menunggu siklus berikutnya.
11
3. Bila inseminator ceroboh dapat merupakan faktor penyebar penyakit kelamin menular dari satu peternakan ke peternakan yang lain. 4. Kemungkinan Inseminasi Buatan dapat merupakan alat penyebar abnormalitas genetik. 5. Apabila persediaan pejantan unggul terbatas , peternak tidak dapat memilih pejantan yang dikehendaki untuk mengikuti program peternakan yang diinginkan. Menggunakan seekor pejantan secara terus menerus, kemungkinan besar akan terjadi inbreeding yang merugikan. Pelayanan Inseminasi Buatan selama ini dilakukan oleh petugas dinas petemakan melalui kelembagaan Organisasi Pelayanan Inseminasi Buatan. Melalui SK dirjen Nomor: 52/0T.210/Kpts/0896 dibentuk pelayanan IB swadaya yaitu suatu bentuk privatisasi pelayanan IB guna meningkatkan mutu pelayanan IB kepada Pengguna jasa IB pelayanan ini sudah berlangsung sejak tahun 1975 dengan hasil yang masih jauh dari harapan program tersebut. Pada awalnya program tersebut diharapkan dapat memperbaiki mutu genetik ternak sapi potong melalui cross breeding dengan temak bermutu tinggi sehingga anak hasil perkawinan kualitasnya semakin baik. Namun saat ini dari beberapa pengamatan dari dinas peterakan dan survey kepada para pedagang ternak yang mengaku kesulitan untuk memperoleh sapi dari jenis crossing tersebut, yang menjadi pertanyaan bagaimana keberhasilan program IB yang sebenamya. Turunnya populasi temak sapi potong di Kabupaten Malang disebabkan oleh turunnya minat peternak untuk memelihara sapi potong.
Pada era tahun
12
1980-an Kabupaten Malang merupakan salah satu sentra temak potong di Jawa Timur yang terpusat di Malang selatan, dan merupakan pemasok temak potong ke Jakarta, Surabaya dan kota besar lainnya. Namun pada tahun 1990-an generasi muda pedesaan di Kabupaten Malang mulai enggan memelihara sapi potong, karena dirasa kurang menguntungkan dan tidak segera dirasakan hasilnya. Selanjutnya para generasi muda lebih suka bekerja di kota atau pergi ke luar negeri untuk menjadi TKI/TKW, yang mereka rasa hasilnya lebih besar dan dapat segera dinikmati harilnya. Akibatnya hanya generasi tuanya saja yang tinggal di desa dan meneruskan kehidupan bertani dan betemak, karena keterbatasan tenaga untuk memelihara sapi potong, maka jumlah temak yang dipeliharapun hanya sedikit dan hanya sekedar untuk mengisi waktu luang I sebagai sambilan setelah kerja disawah, akibatnya populasi sapi potong di wilayah Kabupaten Malang semakin menurun. Jumlah temak sapi potong yang ada di Kabupaten Malang tahun 2002 adalah 109.298 ekor. Rincian populasi sapi potong dari tahun 1997 sampai tahun 2002 seperti pada tabel4 berikut: Tabel 1.3. Perkembangan Populasi Sapi Potong di Kabupaten Malang Tahun
1997
1998
1999
2000
Populasi 152.450 154.556 153.821 108.568 (ekor) Sumber: Dinas Petemakan Kabupaten Malang (2002)
2001
2002
110.123
109.298
13
Dari tabel 1.3 dapat dilihat bahwa populasi sapi potong di Kabupaten Malang mengalami penurunan dari tahun ke tahun. sedangkan jumlah kebutuhan sapi potong dari Kabupaten Malang relatiftetap. Kebutuhan sapi potong dari Kabupaten Malang mengalami penurunan selama masa krisis ekonomi terjadi namun mulai menunjukkan kenaikan pada masa satu tahun terakhir, demikian juga halnya dengan produksi sapi potong di Kabupaten Malang mengalami penurunan. Untuk mengetahui masalah ini perlu diadakan penelitian masalah keberhasilan pelayanan IB dalam rangka menaikkan produksi/ populasi sapi potong, sehingga Kabupaten Malang dapat mendukung program swasembada daging sapi di tahun 2005. Seiring dengan makin membaiknya kondisi perekonomian masyarakat dan semakin sadamya masyarakat akan manfaat gizi dan kebutuhan protein hewani, maka kebutuhan daging pun semakin meningkat. Dilain hal dengan makin tingginya nilai dollar terhadap rupiah, menyebabkan daging import/import sapi semakin mahal maka permintaan terhadap sapi lokal meningkat. Hal ini menyebabkan menurunnya populasi sapi di Kabupaten Malang karena tingginya permintaan tidak disertai dengan meningkatnya jumlah kelahir&n sapi potong. Untuk memecahkan masalah tersebut Pemerintah Kabupaten Malang mencanangkan
Progam
Inseminasi
melaksanakan program tersebut
Buatan
sampai
untuk
sapi
potong.
Untuk
tahun 2002 Pemerintah Kabupaten
Malang telah mendidik 48 orang menjadi inseminator, yang saat ini telah beroperasi di Kabupaten Malang dengan sasaran menginseminasi sapi potong.
14
Program tersebut rupanya sejalan dengan harapan masyarakat peternak untuk memiliki sapi dengan kualitas yang baik. Hal ini terlihat dari
beberapa
wawancara pendahuluan sebagai berikut : . Saya sekarang ini memiliki dua sapi dengan jenis sapi jawa biasanya sapi tersebut saya jual hila ada keperluan. Meskipun hasilnya tidak seberapa tapi cukup membantu kehidupan saya. Saya berharap dapat memiliki sapi yang cepat besar agar saya dapat memperoleh hasil yang lebih tinggi. Sebenarnya saya ingin ternak saya kawin dengan kawin suntik seperti dulu karena kawin suntik dapat menghasilkan pedet yang bagus sesuai keinginan saya. Namun karena biaya yang cukup tinggi dan pada waktu itu saya tidak punya uang yang cukup , sementara sapi saya sudah bengah maka terpaksa saya kawinkan dengan sapi biasa Wawancara di atas menunjukkan bahwa ternak yang berkualitas merupakan harapan peternak, dan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas ternak adalah dengan Inseminasi Buatan. Untuk mewujudkan harapan peternak tersebut Pemerintah Kabupaten Malang melalui Dinas Peternakan Kabupaten Malang berusaha meningkatkan kualitas pelayanan Inseminasi Buatan dengan berbagai langkah. Hasilnya sampai dengan tahun 2002 jumlah akseptor Inseminasi Buatan di Kabupaten Malang mencapai 28.266 ekor atau 86,02% dari jumlah populasi sapi betina dewasa yang berjumlah 32.859 ekor. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa tingkat pelayanan Inseminasi Buatan di Kabupaten Malang berada pada kondisi yang baik.
15
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di depan, mendorong keinginan peneliti untuk mengkaji lebih dalam kualitas pelayanan Inseminasi Buatan yang ada di Kabupaten Malang. Untuk keperluan tersebut maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana kualitas pelayanan Inseminasi Buatan . di Dinas Peternakan Kabupaten Malang ? 2. Faktor- faktor apa yang mempengaruhi kualitas pelayanan Inseminasi Buatan di Dinas Peternakan Kabupaten Malang ?
C. Tujuan Penelitian Berdasar pada pertanyaan terse but maka penelitian ini bertujuan : 1. Mengetahui kualitas pelayanan Inseminasi Buatan di Satuan Pelayanan Inseminasi Buatan Kabupaten Malang 2. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas lnseminasi Buatan di Satuan Pelayanan Inseminasi Buatan Kabupaten Malang. Dengan mengetahui jawaban dari kedua pertanyaan tersebut penulis berharap dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada · Pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan Inseminasi Buatan khususnya dan kualitas pelayanan pelayanan publik pada umumnya di Kabupaten Malang.
BABII KERANGKA KONSEPTUAL
A. Konsep Kualitas Pelayanan Inseminasi Buatan 1. Inseminasi Buatan · Inseminasi Buatan adalah terjemahan dari artificial insemination,
artificial artinya tiruan atau buatan, insemination berasal dari kata lain inseminatus; in artinya memasukkan, menyampaikan atau deposisi, sedangkan semen adalah cairan yang mengandung sel kelamin jantan yang diejakulasikan melalui penis pada waktu kopulasi atau penampungan. Jadi menurut definisi, Inseminasi Buatan adalah pemasukan atau penyampaian semen kedalam saluran kelamin betina dengan menggunakan alat buatan manusia, jadi bukan secara alam (Toelihere, 1981;10-11). Dalam praktek, prosedur Inseminasi Buatan tidak hanya meliputi deposisi atau penyampaian semen kedalam saluran kelaminm betina tetapi mencakup juga seleksi
dan pemeliharaan pejantan,
penampungan,
penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan
penlaian,
pe~bekuan),
pengenceran, pengankutan
semen, inseminasi, pencatatan dan penentuan hasil inseminasi pada hewan betina ; bimbingan penyuluhan pada peternak.
16
17
2. Pelayanan publik Pelayanan menurut Yandianto (2000,309) yaitu perihal atau cara melayani, servis; jasa dan kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa. Adapun yang dimaksud dengan publik atau umum berarti orang banyak, orang ramai (Yandianto,2000:460). Pengertian lain menyebutkan bahwa arti dari publik adalah masyarakat umum, orang banyak atau masyarakat ramai. Sedangkan pengertian publik adalah masyarakat atau sekelompok manusia yang telah lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu (Ndraha, 1997,73) . Jadi pelayanan publik merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang atau institusi tertentu untuk memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu (Henry 1988:55). Munir ( 1995: 17) mendefinisikan pelayanan sebagai proses pemenuhan
melalui aktifitas orang lain secara langsung.
Dalam pengertian tersebut
terkandung aspek pelaksanaan atau penyelenggaraan dalam bentuk aktifitasaktifitas atau kegiatan yang dinamakan pelayanan.
Dalam pemyataannya
Ndraha (1995:17) mengatakan:
Pelayanan (service) meliputi jasa, dan pelayanan jasa adalah kondisi, sedangkan layanan pemerintah kepada masyarakat terkait dengan hak dasar dan lepas dari persoalan apakah pemegang hak itu dapat dibebani suatu kewajiban atau tidak. Dalam hubungan ini dikenal adanya hak bawaan dan hak pemberian. Hak bawaan selalu bersifat individual dan pribadi sedangkan hak pemberian meliputi hak sosial politik dan hak individual.
18
Lembaga yang berkewajiban memenuhi hak-hak pemberian, adalah pemerintah dan sebagian adalah swasta. kegiatan pemerintah untuk memenuhi hak bawaan dan hak pemberian inilah yang disebut layanan publik. Pada prinsipnya misi utama birokrasi pemerintahan itu diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan masyarakat.
kepentingan
masyarakat,
termasuk pelayanan
Keterlibatan pemerintah dalam kegiatan ~ pelayanan masyarakat
hendaknya tanpa keinginan untuk mendapat keuntungan, namun lebih didasarkan kepada pertimbangan sosial. Dari sini dapat dipahami bahwa pelayanan publik merupakan suatu tugas yang harus dikerjakan dengan lebih baik oleh aparatur pemerinah untuk meningkatkan kepuasan publik. Dari beberapa pendapat diatas tentang pengertian pelayanan dapat disimpulkan sebagai berikut : Pelayanan adalah suatu perlakuan untuk memenuhi kebutuhan orang lain, sedangkan bentuknya bisa jasa atau barang.
Dikaitkan dengan konsep Inseminasi Buatan pelayanan berarti
pemberian bantuan kepada orang lain berupa jasa untuk melakukan teknik Inseminasi Buatan dan bantuan barang berupa semen (bibit sapi) kepada masyarakat yang sedang membutuhkan. Dengan demikian dimaksud pelayanan Inseminasi Buatan adalah pemberian bantuan melakukan pekerjaan teknik Inseminasi Buatan dan memberikan bantuan pengadaan semen (bibit sapi) nya kepada petani pemilik ternak sapi potong yang mencari atau membutuhk an dengan cara membayar sejumlah uang sebagai imbalannya.
19
3. Konsep kualitas
Dalam menjalankan misinya kerapkali suatu organisasi publik hanya berorientasi pada produktifitas dan profitabilitas tanpa menghiraukan faktor kualitas. Menurut Goetsh dan Davis yang dikutip dalam Tjiptono (1996:51) kualitas merupakan " suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa; manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Adapun yang dimaksud kualitas menurut Yandianto (2000:288) adalah tingkat baik buruknya sesuatu; kadar, derajat atau taraf; mutu. Sedangkan pengertian yang lain dari kualitas atau quality adalah mutu atau sifat. Konsep kualitas menurut Tjiptono (1996:51) diberi pengertian sebagai berikut: Kualitas sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu pruduk atau jasa yang terdiri atas kualitas, desain dan kualitas kesesuaian, kualitas desain merupakan fungsi speci:fik dari suatu produk, sedangkan kualitas kesesuaian adalah suatu ukuran seberapa jauh suatu produk mampu memenuhi persyaratan atau spesi:fikasi kualitas yang ditetapkan. Walaupun pada kenyataannya aspek ini bukanlah satu-satunya aspek kualitas. Menurut pendapat Garvin dalam tulisan Pawitan (1995:46) menyatakan demensi kualitas terdiri dari 8 demensi yaitu : (1). penampilan (performance), feature,
keteladanan
(reliability),
kesesuaian
.
(conformance),
kekuatan
(durability), kemampuan pelayanan (service ability), keindahan (aestethics) dan popularitas kualitas (perceived quality). Dimensi-dimesi kualitas ini memegang peran yang penting juga dalam menyusun strategi menejemen kualitas. Dimensi-
20
dimesi tersebut memberikan suatu tuntunan dalam menetapkan suatu kerangka kerja untuk mengukur dan menentukan ukuran kualitas. Sedangkan Pawitan (1995:41) dalam tulisannya pada jurnal Fisip UNP AR mendefinisikan kualitas sebagai berikut : Kualitas dapat dipandang dari 2 sisi, yaitu sisi konsumen dan sisi produsen, yang kadang-kadang antara konsumen dan produsen mempunyai persepsi yang sating berlawanan. Sisi konsumen, kualitas didefinisikan sebagai ni1ai ataupun kegunaan yang ditawarkan oleh produk atau jasa pada harga yang ditawarkan oleh produk. Ukuran ni1ai ataupun kegunaan dari pruduk atau jasa, biasanya dinyatakan sebagai ukuran atribut untuk menunjukkan ukuran terhadap kualitas produk atau jasa, seperti kesesuaian, penampilan variasi, dan lain sebagainya. Sisi produsen, kualitas berarti kesesuaian terhadap rancangan spesifikasinya. Pendekatan ini menunjukkan bahwa ukuran kualitas adalah seberapa dekat produk tersebut terhadap spesifikasinya. Kualitas pelayanan merupakan salah satu aspek yang memberikan kontribusi pada keberhasilan organisasi masyarakat atau pengguna jasa akan memberikan penilaian terhadap pelayanan yang diterimanya. Penilaian pengguna jasa akan mempengaruhi sikap dalam memilih produk atau layanan yang tersedia. Apabila pengguna jasa menganggap bahwa produk atau layanan yang dipilihnya tidak baik maka ia akan memilih produk lain atau organisasi lain.
Dengan
demikan dampak kepuasan pelanggan terhadap pemintaan kembali untuk berbisnis dan terjadinya pelanggan setia adalah berbeda untuk setiap pelayanan. Pelailggan setia tidak selalu pelanggan yang merasa puas, tetapi pelanggan yang merasa puas akan berusaha menjadi pelanggan setia, jadi kualitas pelayanan mempengaruhi kesetiaan (loyalty) konsumen terhadap produk atau barang yang dibutuhkan (FomeU dalam Holloway, 1995 :96)
21
Sedang kualitas pelayanan menurut Wyckof dalam Tjiptono (1996:59) adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atau tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pengguna. Dengan demikian ada faktor utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan yaitu expected service dan
perceived service.
Definisi ini ·sejalan dengan yang dikemukakan oleh
Parasuraman, Zithaml dan Berry ( 1985) bahwa jika pelayanan yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang dfu.arapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Jadi kualitas pelayanan tergantung pada kemampuan penyedia pelayanan dalam memenuhi harapan pengguna secara konsisten. Kualitas merupakan " the totality of features of
product or services that beers on its ability to satisfy given needs" (Morgan dan
Murgatroyd, 1994:8). Kualitas adalah menunjukkan keseluruhan keistimewaan produk atau layanan yang sanggup untuk diberikan kepada pelanggan untuk dapat memuaskan masyarakat sesuai dengan keinginannya. Jadi dapat dikatakan bahwa kualitas adalah kesesuaian antara pelayanan yang diberikan
dengan harapan
layanan yang diinginkan oleh customer Untuk selanjutnya istilah customer atau masyarakat yang dilayani biasa disebut dengan pengguna atau pelanggan yang selanjutnya kedua kata tersebut dipergunakan oleh penulis secara bergantian dalam tesis ini. Dari beberapa pendapat tersebut nampak bahwa tinggi rendahnya kualitas pelayanan tergantung pada bagaimana bagaimana pengguna merasakan pelayanan yang nyata dalam konteks apa yang mereka harapkan.
Kualitas
pelayanan tercermin dalam kepuasan (satisfaction) dari pelanggan yang dilayani. Persepsi terhadap pelayanan yang diterima menunjukkan kualitas pelayanan dari
22
suatu organisasi. Apabila organisasi mampu memberikan kepuasan terhadap kebutuhan pelanggan maka pelanggan mempunyai persepsi yang baik terhadap pelayanan yang diterima. Kualitas pelayanan merupakan faktor kunci bagi keunggulan organisasi dan keunggulan organisasi merupakan strategi untuk memenangkan kompetisi. Pelayanan yang baik akan meningkatkan produktivitas memberikan kesan positif yang bermanfaat dalam advertensi dari mulut ke mulut (word-of-mouth advertinsing) (Parasuraman, 1990:2). Bagi organisasi publik, kualitas pelayanan
yang baik menunjukkan bahwa organisasi mampu memenuhi misi organisasi yang didirikan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Menurut Zeithal et.al (1990) dimensi kualitas pelayanan dibagi dalam 5 (lima) dan 10 (sepuluh) dimensi. Dimensi-dimensi yang dimaksud bekerja saling mempengaruhi dan berinteraksi sehingga merupakan
sebuah kesatuan yang
saling mendukung dalam kualitas pelayanan. Kelima dimensi kualitas pelayanan tersebut adalah: a. Tangibles (bentuk fasilitas fisik). b. Reliabilitas (kemampuan memenuhi pelayanan yang dijanjikan) c. Responsivitas (keinginan untuk membantu pengguna jasa dan memberikan pelayanan dengan cepat) . d. Jaminan (pengetah~ rasa hormat, kemampuan dalam meyakinkan pengguna dan dapat dipercaya) e. Empati (perhatian terhadap pengguna secara individual tanpa melakukan diskriminasi) Sedangkan 10 dimensi kualitas pelayanan meliputi : a. Reliabilitas (konsisten dari kinerja dan sesuai dengan apa yang dijanjikan, diucapkan, dan disampaikan)
23
b. Responsivitas (kemampuan, kesiapan dan kesigapan petugas dalam memberikan pelayanan) c. Kompetensi (memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan) d. Akses (kemudahan dihubungi, didekati dan kepada siapapun bersedia melayani tanpa ada diskriminasi) e. Courtesy (kesopanan, rasa honnat dan keramahan) f. Komunikasi (selalu memberi informasikepada pengguna dengan jelas) g. Kredibilitas (dapat dipercaya, jujur dan meyakinkan) h. Keamanan (bebas dari rasa bahaya, resiko dan keraguan) 1. Pengertian terhadap konsumen (senantiasa berusaha memahami kebutuhannya dan berusaha untuk memenuhinya J. Bukti fisik (ada yang terlihat dari pelayanan yang disajikan) Berbagai dimensi tersebut merupakan ukuran ideal dalam arti ukuran yang diharapkan oleh masyarakat dalam pelayanan publik. Menurut Osborne dan Plastrik (2000: 182-183) ada beberapa prinsip yang menjadi harapan masyarakat dalam hal mutu pelayanan seperti yang tercantum dalam Citizen's Charter yaitu : a. Standar : menetapkan, memantau dan mempublikasikan standart eksplisit jasa yang bisa diharapkan oleh pengguna . Mempublikasikan kinerja aktual dibandingkan dengan standart tersebut. b. Informasi dan Keterbukaan: informasi yang akurat dan lengkap mengenai bagaimana pelyanan publik dilakukan, berapa biayanya, seberapa baik mereka akan melakukannya, dan siapa yang bertanggung jawab, tersedia dalam bahasa yang tersedia. c. Pilihan dan Konsultasi:· sektor pemerintah harus menyediakan pilihan apabila memang praktis. Harus ada konsultasi yang teratur dan sistimatis dengan pengguna jasa. Pandangan pengguna mengenai jasa, dan prioritas untuk perbaikannya, harus dipertimbangkan dalam keputusan final mengenai standart. d. Ketulusan dan Keramahan : Pelayanan yang tulus dan ramah dari pegawai negeri yang biasanya menggunakan tanda nama. Pelayanan yang ramah dan tulus harus tersedia bagi siapa saja yang datang kepadanya. e. Meletakkan Secara Tepat : Jika ada sesuatu yang salah, perlu ada permintaan maaf, penjelasan yang lengkap dan ketangkasan serta pemulihan yang efekti£ Prosedur keluhan yang dipublikasikan dengan jelas serta mudah diikuti dengan kajian dari orang yang indipenden, apabila mungkin.
24
f.
Nilai Untuk Uang : Penyampaian pelayanan publik yang efisien dan ekonomis dalam batas-batas sumber daya yang bisa disediakan oleh negara. Perlu ada validasi kinerja terhadap standar.Dalam kenyataan pelayanan yang baik tidak akan tercapai apa hila persepsi konsumen dan persepsi provider I organisasi tidak s~. Ketidakmampuan organisasi untuk memenuhi harapan masyarakat
tersebut akan menimbulkan gap dalam pelayanan yang akan menyebabkan manajemen pelayanan yang baik sulit diwujudkan. Menurut Zeithaml et.al (1990)
ada lima Gap yang dapat timbul yang menyebabkan manajemen
pelayanan yang baik sulit diwujudkan, kelima gap tersebut adalah : a. Gap persepsi manajemen yaitu terjadi apabila terdapat perbedaan antara harapan konsumen dengan persepsi manajemen terhadap harapan-harapan konsumen. b. Gap persepsi kualitas adalah gap yang terjadi apabila terdapat perbedaan antara persepsi manajemen tentang harapan -harapan konsumen terhadap kualitas pelayanan. c. Gap penyelenggaraan pelayanan adalah gap yang terjadi apabila kualitas pelayanan yang diberikan berbeda dengan spesifikasi kualitas pelayanan yang di janjikan. d. Gap komunikasi pasar adalah gap yang terjadi sebagai akibat dari adanya perbedaan antara
pelayanan yang diberikan dengan pelayanan yang
dijanjikan e. Gap kualitas pelayanan adalah gap yang terjadi akibat perbedaan harapan konsumen dengan pelayanan yang diberikan oleh organisasi
25
Visualisasi interaksi dari gap-gap tersebut dapat dilihat pada konseptual model kualitas pelayanan berikut :
Customer Word-of-mouth commWlication
Past experience
Personal needs
,,. ~--------~~~
~~~--------~ !. . . . . . . . . . . .-4j.___E_xpec-r---ted __S--.el"Vl,--.c_e___, . . .
GapS
t
t
•
Perceived Service
........___________---i 14
.....
~~
--- ~- -
-.------------1--------.-
Provider
Service delivry Gap 1
Gap3
t
:ap:- -
•····························•
-
-
-
L...........
~~
•
i" •
Management perception of customer expectation
Gambar 2.1 The Conseptual Model of Service Quality (Konseptual Model Kualitas Pelayanan) Sumber: Zeithaml, et.al. (1990: 46)
-
External commWlication to customers
Service quality specifications
Gap2
-
26
4. Kualitas pelayanan Inseminasi Buatan Berdasar dari beberapa konsep diatas dapat diambil pengertian antara lain : a. Adanya ukuran demensi yang digunakan untuk menentukan kualitas pelayanan
Inseminasi buatan
yaitu misalnya Kepuasan pelanggan yang
menjadi tujuan dari suatu pelayanan Inseminasi buatan selain dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Zeithaml dan Parasuraman dalam menilai kualitas pelayanan. b. Dalam menentukan pelayanan
inseminasi buatan terdapat beberapa faktor
yang dapat berpengaruh yaitu profesionalisme dari inseminator, fasilitas yang dimiliki dan kondisi lapangan. Kualitas Pelayanan Inseminasi Buatan yang diberikan kepada pelanggan akan menentukan pandangan pelanggan terhadap program Inseminasi Buatan. Dalam hal ini kemampuan Inseminator sebagai petugas yang melaksanakan pelayanan inseminasi buatan merupakan faktor yang sangat penting karena perannya yang langsung berhubungan dengan pelanggan dan peran tersebut sangat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan yang diberikan, sehingga persepsi pelanggan terhadap program inseminasi akan terbentuk. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Kualitas pelayanan Inseminasi Buatan dalam penelitian ini yaitu suatu ukuran yang menpnjukkan tingkat kebaikan pelayanan oleh petugas kepada pelanggan
27
4. Pengukuran Kualitas Pelayanan Pengukuran kualitas pelayanan sangat penting karena kepuasan pelanggan ditentukan oleh banyak faktor yang tidak berwujud. Pada dasarnya pengertian kepuasanlketidakpuasan pelayanan Inseminasi Buatan merupakan perbedaan antara harapan dan kenyataan yang didapat. Dengan demikian Kepuasan pelayanan Inseminasi Buatan berari kenyataan pelayanan yang diberikan sekurang-kurangnya sama dengan yang diharapkan. Dengan dasar tersebut menjadi alasan mengapa Kualitas pelayanan Inseminasi Buatan harus diukur. Dalam tulisannya tentang menejemen jasa Fandy Tjiptono (1996:97) langkah awal untuk menilai kualitas suatu jasa adalah menentukan dahulu indikator apa yang harus diukur dan selanjutnya menentukan bagaimana cara mengukurnya. Dalam menentukan indikator apa yang harus diukur berarti dihadapkan pada demensi-demensi yang dapat diukur dari kualitas pelayanan. Dalam menentukan dimensi kualitas pelayanan yang akan diukur perlu dipahami bahwa pelayanan (service) memiliki karakteristik yang berbeda dengan barang (goods). Menurut Parasuraman ada 5 demensi dan 10 demensi yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan. Namun dalam penelitian ini akan digunakan 5 demensi yang akan digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan yang metode
ini disebut dengan SERVQUAL yang dikembangkan oleh Parasuraman (1985). Kelima demensi tersbut adalah (1). Tangibel (2). Reliabelity (3). Responsiveness
28
(4). Assurance dan (5). Emphaty. Alasan menggunakan kelima dimensi ini adalah karena konsep 10 demensi yang juga dikembangkan oleh Parasuraman sebenarnya sudah tercakup dalam 5 demensi tersebut.
Fandi Tjiptono (1999 :32) mengutip pendapat Swan dan Bowers (1988) bahwa kepuasan total lebih banyak ditentukan oleh pengalaman keseluruhan dalam mengkonsumsi jasa, ketimbang penilaian atas aspek-aspek individual jasa tersebut. Dalam pandangannya, Swan dan Bowers berpendapat bahwa ada tiga keterbatasan yang dimiliki oleh SERVQUAL Pertama, Model SERVQUAL hanya berfokus pada individu tanpa mempertimbangkan arti penting sebuah proses, misal interaksi sesama konsumen. Kedua, Model
SERVQUAL Menganggap bahwa pelanggan sebagai
attribut accountants yang selalu menilai kualitas jasa berdasar atribut-atribut terukur yang dibuat oleh peneliti, namun pada kenyataannya kualitas jasa dan kepuasan pelanggan meliputi berbagai macam intepretasi atas semua pengalaman pelanggan selama mengkonsumsi jasa, yang tidak tercakup dalam atribut yang diukur oleh SERVQUAL. Ketiga, model SERVQUAL hanya merupakan potret parsial atas proses jasa yang sebenarnya serta hanya berorientasi pada hasil akhir. Jadi menurut Swan dan Bowers ( 1988) model terse but hanya berorientasi pada output yang menekankan penilaian atas kualitas jasa sesudah proses konsumsi jasa yang
29
bersangkutan, padahal ja8a merupakan proses sosial yang melibatkan interaksi antara manusia. Untuk mengatasi tiga keterbatasan model SERVQUAL Swan dan Bower (1988) memiliki konsep Symbolic Interaction dan Ethnographic method yang berasal dari disiplin psikologi dan antropologisosial sebagai perspektip baru dalam penilaian kepuasan pelanggan dan kualitas pelayanan. Dengan menggabungkan SERVQUAL dan kepuasan pelanggan maka peneliti akan lebih dapat memahami cara berpikir pelanggan dalam mengintepretasikan pengalamannya. Selain itu diharapkan gabungan dari kedua metode tersebut dapat memberikan perspektip holistik terhadap jasa sebagai obyek yang dijadikan acuan dan bukan semata-mata sebagai efek dari kinerja (perfomance) Dari dasar metode pengukuran kualitas pelayanan diatas dapat dibuat definisi operasional kualitas pelayanan inseminasi buatan sebagai berikut :
Kualitas pelayanan Inseminasi Buatan dalam penelitian ioi yaitu suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kebaikan pelayanan oleh petugas kepada pelanggan inseminasi buatan terhadap bentuk pelayanan menyangkut tangibilitas, reabilitas, responsivjtas , assurance, emphaty dan kepuasan pelanggan.
30
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan Keberhasilan pencapaian tujuan suatu organisasi sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sedang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan dapat dipersamakan dengan faktor pendukung keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya. Steers (I985: 9 ) dalam bukunya efektifitas organisasi mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mendukung keberhasilan akhir suatu organisasi dalam hal ini adalah keberhasilan dalam memberikan kualitas pelayanan adalah : I. Karakteristik Organisasi yang terdiri : a. Struktur, yaitu berupa besarnya organisasi rentang kendall, spesialisas~ formalisasi dan desentralisasi. · b. Teknologi, yaitu berupa laban operasi dan pengetahuan. 2. Karakteristik Lingkungan, yang terdiri dari: a. Aspek ekstern, yaitu kompleksitas, kestabilan, dan ketidak tentuan. b. Aspek intern (iklim), yaitu orientasi pada moralitas pekerja sentries, orientasi pada imbalan/hukuman 3. Karakteristik pekerja, terdiri dari : a. Aspek keterikatan pada organisasi b. Aspek prestasi kerja. 4. Kebijakan dan praktek manajemen yang akan memperhatikan variasi gaya kepemimpinan dan penyusunan kebijakan. Selanjutnya menurut Munir (I992:88) mengungkap beberapa faktor yang menjadi pendukung aktivitas pelayanan yaitu : I. 2. 3. 4. 5. 6.
Faktor kesadaran para pejabat serta petugas yang melayani. Faktor sistem kerja yang menjadi panduan kerja. Faktor organisasi yang merupakan wadah dari kegiatan pelayanan. Faktor pendapatan yang memadai. Faktor ketrampilan petugas. Faktor sarana pelayanan.
31
Pendapat diatas sejalan dengan pendapat Silalahi ( 1996) tentang komponen pokok bagi organisasi dan manajemen yang terdiri dari : 1. Sumberdaya manusia, yaitu: orang yang melakukan aktivitas. 2. Sumberdaya finansial, yaitu : model yang dibutuhkan untuk aktivitas. 3. Sumber teknik, yaitu : peralatan dan teknologi untuk melaksanakan kegaiatan 4. Fisik dan perlengkapan, yaitu : segala fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung efisiensi dan efektifitas kerja. 5. Sumberdaya alam., yaitu berbagai bahan yang dibutuhkan. 6. Informasi, yaitu : gambaran tentang pelaksanaan aktivitas maupun pendukungnya. 7. Ide-ide, yaitu: kreativitas untuk mencapai tujuan. Dari pendapat-pendapat diatas garis besarnya dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya faktor manusia merupakan faktor yang sangat penting, karena memiliki
peran
sentral
dalam
kegiatan
pelayanan.
Sedangkan
faktor
fasilitas/sarana merupakan faktor yang memperlancar jalan untuk mencapai tujuan (faktor pendukung). Berdasar faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut dan mendukung Kualitas pelayanan
Inseminasi Buatan, maka tidak semua faktor tersebut
digunakan dalam penelitian ini karena menurut konsep yang dikemukan oleh Lawless (1984:47) dalam konsep tersebut dikatakan bahwa dalam suatu penelitian
tidak perlu mencari seluruh hubungan variable yang ada. Jadi yang perlu dipilih adalah variable-variabel yang memiliki hubungan yang sangat kuat dan paling selaras dengan permasalahan dalam penelitian..
Berdasar dari sifat pelayanan
Inseminasi Buatan yang merupakan pelayanan aktif atau pelayanan lapangan maka faktor manusia , sarana dan kondisi lapangan merupakan faktor yang sangat
32
dominan dalam menentukan keberhasilan pelayanan kepada pelanggan, maka dari itu variabel yang akan digunakan sebagai variabel bebas adalah variabel
profesionalisme petugas Inseminasi Buatan,
ketersediaan sarana pelayanan
Inseminasi Buatan dan kondisi lapangan Inseminasi Buatan . 1. Profesionalisme Petugas Inseminasi Buatan /Inseminator Dari pendapat Atmadi dalam Seri Kertas Kerja yang berjudul Manajer Profesional mendefinisikan Profesional berarti : tahu, bisa, mau atau secara mendasar memiliki sikap mental positif, bertanggung jawab, peduli dan mau berkembang. Sedang menurut kamus besar bahasa Indonesia profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang profesional. dari definisi diatas maka dapat didefinisikan bahwa dalam penelitian ini yang dimaksud dengan profesionalisme petugas adalah tingkat
mutu, kualitas ketrampilan petugas yang diukur dengan menggunakan tolok ukur standar kinerja, teknik penanganan akseptor dan kemampuan dalam melakukan pelayanan. 2.
Ketersediaan sarana pelayanan Inseminasi Buatan
Dalam Standardisasi pedoman pelaksanaan Pelayanan Inseminasi Buatan di Jawa Timur, ditetapkan bahwa sarana pelaksanaan pelayanan Inseminasi Buatan. untuk inseminator adalah :
Bahan-bahan : •
Nitrogen cair minimal
=
200 liter/tahun
33
•
Mani beku
=I 000 dosis/tahun
•
Alat tulis
= I2 unit /thun
•
Kartu model
=I unit /tahun
•
Buku register Inseminator
=I buku
•
Buku kegiatan Inseminator
=1buku
•
Buku laporan rekap kelahiran IB
=
•
Kartu Akseptor
= 666lembar
1 buku
Peralatan: •
Container operasional 7-I 0 liter
= 1unit
•
Plastik sheath
= 1000 batang I tahun
•
Plastik glove
= 250 lembar /tahun
•
Gunting straw
= 1 buah
•
Pinset
= 1 buah
•
Insemination gun
= 1 unit
•
Termos nitrogen cair 0,8 liter
= 1 unit
•
Pakaian lapangan
= 1 steVtahun
•
Sepatu lapangan
= 1 pasang
•
Sabun
= 12 buah /tahun
•
Handuk
= 6lembar
•
Tas
=
•
Jas hujan
= 1 buah
1 bUah
34
Alat untuk mobilitas : •
Sepeda motor
=
1 unit
Dari standar sarana dan prasarana tersebut dapat disimpulk:an bahwa peralatan tersebut merupakan peralatan/ fasilitas
yang harus dimiliki oleh
inseminator dalam rangka melaksanakan tugas pelayanan.
Jadi Ketersediaan
Sarana, adalah ketersediaan kelengkapan kerja yang harus dimiliki oleh petugas agar dapat melayani pelanggan dengan baik dan apabila sarana tersebut tidak tersedia akan mempengaruhi pelayanan yang diberikan. 3. Kondisi lapangan Faktor kondisi lapangan sangat berperan dalam pelayanan Inseminasi Buatan karena pelayanan Inseminasi Buatan
bersifat pelayanan lapangan aktif dengan
kata lain petugas Inseminasi Buatan mendatangi lokasi pelanggan secara individu atau kelompok. Kondisi lapangan dimaksud meliputi : a. Jumlah populasi, adalah jumlah temak yang berada pada wilayah kerja petugas. Idealnya menurut SK Direktur jenderal petemakan nomor : 52/0T.210/Kpts/0896 setiap petugas menangani tidak lebih dari 2000 ekor temak dalam wilayah binaannya. b. Jarak tempuh lokasi, adalah jarak antara tempat tinggal pelanggan dengan pos Inseminasi Buatan yang berada pada wilayah kerja petugas idealnya setiap P.etugas melayani wilayah dengan radius 5 kilometer c. kondisi medan, adalah kondisi geografis tempat dimana pengguna jasa berada atau pelayanan dilakukan. Kondisi geografis yang semakin sulit (berbukit )
35
akan mengurangi akses layanan. keadaan tersebut dapat mempengaruhi mutu layanan yang diberikan oleh petugas d. Prasarana jalan, adalah kondisi jalan yang menghubungkan antara lokasi pelanggan dan pos lnseminasi Buatan. Kondisi jalan yang baik akan memudahkan akses layanan.
Kondisi lapangan adalah karakteristik lingkungan ekstemal yang mempengaruhi keberhasilan akhir suatu pelayanan.
B. Kerangka Berpikir Variabel Independen Profesionalisme petugas
Ketersediaan Sarana pelayanan IB
Kualitas Pelayanan m
Kondisi Lapangan
Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Dalam konsep kerangka berfikir studi Kualitas pelayanan Inseminasi Buatan pada topik tersebut penulis mengadakan penelitian tentang Kualitas pelayanan Inseminasi Buatan di Dinas Peternakan Kabupaten Malang. Kualitas
pelayanan Inseminasi Buatan oleh penulis ditentukan sebagai variabel terpengaruh, atau Dependent variable. Sedang yang diangkat menjadi variabel
36
yang mempengaruhi atau independent variable yaitu profesionalisme Petugas
Inseminasi Buatan, Ketersediaan sarana pelayanan lnseminasi Buatan , dan kondisi lapangan lnseminasi Buatan . D. Definisi Konsep Berkaitan dengan penelitian ini, maka definisi konsep dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Kualitas pelayanan inseminasi buatan dalam penelitian ini yaitu pandangan pelanggan Inseminasi Buatan terhadap bentuk pelayanan menyangkut tangibilitas, reabilitas, responsivitas , assurance, emphaty dan kepuasan pelanggan yang diberikan oleh petugas dalam pelayanannya. 2. Profesionalisme petugas adalah tingkat mutu, kualitas ketrampilan petugas yang diukur dengan menggQnakan tolok ukur standar kinerja, teknik penanganan akseptor dan kemampuan dalam melakukan pelayanan. 3. Ketersediaan Sarana pelayanan, adalah ketersediaan kelengkapan kerja yang harus dimiliki oleh petugas agar dapat melayani pelanggan dengan baik dan apabila sarana tersebut tidak tersedia akan mempengaruhi pelayanan yang diberikan. 4. Kondisi Lapangan, adalah kondisi wilayah kerja petugas yang mencakup populasi ternak sapi potong, medan kerja, jarak lokasi dan prasarana jalan .
37
A. Definisi operasional Definisi operasional adalah unsur pengukur yang menunjukkan bagaimana cara mengukur variabel, atau dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksana bagaimana cara mengukur suatu variabel. 1. Dalam penelitian ini Kualitas Pelayanan Inseminasi Buatan akan diukur dengan menggunakan indikator sebagai berikut :
Tangibilitas layanan Inseminasi Buatan. Reliabilitas layanan Inseminasi Buatan. Responsibilitas layanan Inseminasi Buatan. Assurance layanan Inseminasi Buatan. Emphaty petugas dalam melayani Inseminasi Buatan. Kepuasan layanan yang diterimanya 2. Profesionalisme petugas Profesionalisme petugas adalah tingkat mutu,kualitas ketrampilan prtugas yang diukur dengan menggunakan tolok ukur standar kinerja, teknik penanganan akseptor dan kemampuan dalam melakukan pelayanan. Indikator yang akan diukur untuk menilai profesionalisme adalah : a. Indikator ketrampilan teknis Ketrampilan melakukan inseminasi Ketrampilan menghandel ternak Ketrampilan identiflkasi ternak
38
Ketrampilan menangani semen beku Pengetahuan tentang Inseminasi Angka Service per Conseption SIC b. Ketrampilan pelayanan publik Keramahan terhadap pelanggan Kemampuan mengkoordinasi kegiatan Penampilan professional Kemampuan dalam Recording dan Reporting Ketrampilan
dalam
memberikan
penjelasan/informasi
kepada
pelanggan 3. Ketersediaan Sarana Pelayanan Inseminasi Buatan Ketersediaan Sarana Pelayanan Inseminasi Buatan adalah ketersediaan kelengkapan kerja yang harus dimiliki oleh inseminator agar inseminator tersebut dapat melayani pelanggan dengan baik dan apabila sarana tersebut tidak tersedia akan mempengaruhi pelayanan yang diberikan. Indikator untuk mengukur ketersediaan sarana adalah tersedianya fasilitas sebagai berikut :
I) Bahan: Nitrogen Cair SemenBeku 2) Peralatan: Mobilitas: Sepeda motor
39
Perlengkapan lapangan: Pakaian lapangan Plastik Sheath Plastik gloves Gunting Pinset Tennos dan Kontainer lapangan Tas inseminasi Kertas tisue Insemination Gun Alat Komunikasi 4. Kondisi Lapangan Kondisi Lapangan, adalah kondisi wilayah kerja petugas yang mencakup populasi ternak, medan kerja, jarak lokasi dan prasarana jalan. Indikator untuk mengukur kondisi lapangan adalah : 1. Jumlah populasi Jumlah populasi di wilayah kerja 2. Kondisi geografis Radius layanan /jarak lokasi Kondisi medan di wilayah kerja 3. Kondisi prasarana Prasarana jalan di wilayah kerja
BABill METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian Penelitian gambaran
yang
tentang
akan
kualitas
dilaksanakan pelayanan
bertujuan
program
untuk
lnseminasi
memperoleh Buatan
dan
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan Inseminasi Buatan untuk itu pendekatan penelitian yang akan digunakan adalah jenis pendekatan kualitatif yang dikombinasikan dengan pendekatan kuantitatif sebagai pendukung.
Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) dalam Moleong
(2000:3) metode kualitatif adalah sebuah prosedur metode penelitian yang dapat menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau 1isan dari basil wawancara orang dan mengamati perilaku orang-orang.
Metode ini dapat
digunakan untuk mengkaji kejadian-kejadian nyata dilapangan juga dapat mengungkap nilai-nilai yang tersmbunyi (hidden value), dalam penelitian ini peneliti berada pada posisi sebagai insrtumen kunci (Lincoln dan Guba, 1985:198) kemudian metode ini juga lebih peka terhadap informasi-informasi yang bersifat diskriptif dan berusaha mempertahankan keutuhan obyek studi. Pendapat lain dari Kirk dan Miner (dalam Moleong 2000:3) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan kepada
40
41
manusia dalam kawasanya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Dalam penelitian ini penelitian kualitatif dipandang lebih cocok untuk dapat menjelaskan secara detail terhadap kejadian-kejadian yang berkembang dalam masyarakat, sehingga diharapkan dapat menggali informasi-informasi yang diharapkan yang berkaitan dengan kualitas pelayanan inseminasi buatan di Dinas Petemakan Kabupaten Malang. Sedangkan metode kuantitatif digunakan sebagai pendukung terhadap data kualitati£
B. Fokus Penelitian, Populasi dan Sampel
1. Fokus penelitian Dalam melakukan penelitian, hal yang pokok adalah menetapkan fokus penelitian karena hal tersebut berhubungan dengan perumusan masalah. Selain itu sesuai dengan metode kuantitatif yang memiliki sifat fleksibel dan mengikuti pola pikir induktif empiris, fokus penelitian akan memberikan arahan kepada peneliti akan jalannya penelitian dan
agar peneliti tidak melakukan
pengambilan data yang tidak ada manfaatnya. Menurut Moleong (2000:237) fokus penelitian digunakan untuk membatasi studi kualitatif dan sekaligus membatasi penelitian agar dapat dipilah dan dipilih data yang relevan dan yang tidak relevan.
42
Dari pendapat diatas maka fokus penelitian ini secara tentatif dapat difonnulasikan sebagai berikut : a.
Pelaksanaan pelayanan inseminasi buatan di wilayah Kabupaten Malang
b.
Kualitas pelayanan IB yang diberikan kepada peternak
c.
Faktor -faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan IB kepada peternak
d.
Kepuasan peternak terhadap pelayanan IB yang dilakukan
2. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian dan semua elemen yang ada di dalamnya (Arikunto,1997:15). Berdasar pengertian tersebut, populasi dalam penelitian ini adalah para pelanggan inseminasi buatan di Kabupaten Malang yang menurut data dari Dinas Peternakan Kabupaten Malang sebanyak 32.859 orang peternak pelanggan inseminasi buatan. Menurut petunjuk teknis Pelayanan Inseminasi Buatan pada ternak potong dan sapi perah, kegiatan inseminasi buatan merupakan rekayasa teknososial ekonomis yang memerlukan waktu untuk proses adopsi, sehingga kegiatan pelayanan IB dilaksanakan melalui tiga kategori perwilayahan inseminasi buatan atas dasar tahapan pelayanan IB meliputi : tahapan IB introduksi, tahapan IB pengembangan dan tahapan IB Swadaya. Dari pembagian di atas maka kelas sampel penelitian diambil berdasarkan perwilayahan yaitu wilayah introduksi, wilayah pengembangan dan wilayah swadaya.
43
Mengingat terbatasnya waktu, dana dan tenaga rnaka tidak semua jumlah peternak pelanggan inseminasi buatan tersebut diteliti sebagai obyek penelitian. untuk itu digunakan sampel dengan menggunakan teknik sampling daerah (cluster sampling), sampling daerah digunakan untuk menentukan sample bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas misalnya penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten(Sugiono, 2001). Pengambilan sampelnya diperleh dengan cara sebagai berikut : 1. Populasi dipecah menjadi populasi yang lebih kecil yang disebut klaster/ daerah. 2. Pembentukan kluster diusahakan homogen atau relatifhomogen. 3. Setiap kluster kemudian diambil sample kluster secara acak dan dibuat perkiraan untuk mewakili kluster yang bersangkutan 4. Pengambilan sample individu dari setiap kluster menggunakan prosentase sample,
yaitu
untuk
wilayah
introduksi
sebanyak
20%,
wilayah
pengembangan 60% dan wilayah swadaya 20% perimbangan ini diambil dari perimbangan populasi dari setiap wilayah. Alasan menggunakan sample kluster berlapis dengan pertimbangan bahwa setiap kluster adalah homogen atau relatif homogen,sehingga akan memberikanperkiraan yang dapat
mewakili kluster yang
bersangkutan.
Perkiraan gabungan yang dipero leh berdasar perkiraan dari setiap kluster akan memberikan perkiraan menyeluruh yang mewakili populasi. Berdasar tabel yang dibuat oleh Pagoso et.al dalam Sevilla (1993:162) dengan batas kesalahan
44
10% maka jumlah sampel ditetapkan sebesar I 00 sampel. Hasil penghitungan sampel dapat dilihat sebagai berikut : Tabel3.I Perhitungan Sampel untuk Responden Berdasar Data Tahun 2002 No I
Wilayah introduksi
2
Wilayah Pengembangan
3
Wilayah swadaya
Jumlah sampel
Jumlah wilayah
Jumlah populasi
300-599
20
6941
20
600-1199
23
I9200
60
5
6718
20
48
32859
IOO
Kriteria
Status wilayah
~
1200
TOTAL Swnber : diolah dan data dinas petemakan
Dari rincian di atas pengambilan sample dilakukan : 1. untuk wilayah introduksi diainbil wilayah SP-IB Jabung sebanyak 10 responden, wilayah SP-IB Tajinan II sebanyak I 0 responden dengan total 20 responden. 2.
untuk wilayah pengembangan
diambil wilayah SP-IB Singosari I sebanyak
Ip responden, SP-IB Tumpang I sebanyak
IO responden, SP-IB Poncokusumo
II sebanyak I 0 responden, SP-IB Kalipare II sebanyak 10 responden , SP-IB
Kepanjen I sebanyak 10 responden, SP-IB Kromengan II sebanyak IO responden dengan total 60 responden. 3. Untuk wilayah Swadaya diambil wilayah SP-IB Ngajum I sebanyak IO responden, SP-IB Pakis sebanyak 10 responden dengan total 20 responden
45
4. Untuk sampel wawancara mendalam diambil dari key person pada setiap wilayah SP-IB
sebanyak satu orang yaitu ketua kelompok peternak sapi
potong atau tokoh yang berpengalaman sebagai pelanggan Inseminasi Buatan.
C. Lokasi dan Situs Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Inseminasi Buatan Kabupaten Malang karena dengan alasan sebagai berikut : 1. Peneliti mengenal dengan baik wilayah penelitian karena Kabupaten Malang merupakan wilayah tempat peneliti bekerja. 2. Kabupaten Malang merupakan salah satu wilayah sumber ternak potong di Jawa Timur. Situs penelitian adalah tempat dimana peneliti dapat mengungkap keadaan sebenamya dari obyek yang diteliti. Dalam hal ini yang menjadi situs penelitian antara lain : 1. Di Kantor Dinas Peternakan 2. Di Rumah /Tempat tinggal Peternak pengguna jasa
D. Jenis dan Sumber Data
Sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Data Primer Yaitu data yang digunakan peneliti langsung dari sumbemya yang berupa jawaban responden yang diwawancarai dan jawaban Kuisioner. penelitian ini sumber data primer,
Dalam
pelanggan Inseminasi Buatan untuk
46
jawaban kuisioner dan ketua kelompok temak sapi potong untuk jawaban wawancara mendalam. 2. Data Sekunder Merupakan data tertulis yang diperoleh dari dokumen yang ada dan terkait dengan obyek yang dihadapi dalam penelitian. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah laporan dinas petemakan, laporan basil kegiatan petugas IB,
buku Kabupaten dalam angka dan laporan tahunan Dinas Petemakan
Kabupaten Malang.
E. Teknik pengumpulan data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data melalui 3 tahap yang dilewati yaitu : 1. Proses memasuki lokasi penelitian (getting in) Dalam tahapan ini peneliti lebih dahulu melapor dan memohon ijin kepada pejabat yang berwenang dengan disertai surat ijin penelitian yang selanjutnya mengungkapkan maksud dan tujuan penelitian sekaligus meminta ijin untuk melakukan penelitian. 2. Berada di lokasi penelitian (Getting a long) Dalam tahap ini peneliti berusaha membaur dengan situasi tempat penelitian yang diteliti dan melakukan hubungan secara pribadi untuk menjaga keakraban dengan responden guna menghindari adanya rasa curiga dan agar responden dapat dengan terbuka menjawab wawancara dengan rasa yang santai tanpa dilandasi rasa curiga. dengan demikian informasi yang diperoleh
47
selengkap-lengkapnya
sesuai
dengan
fokus
penelitian
yang
sudah
direncanakan. 3. Mengumpulkan data (logging the data) Pada tahap ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang meliputi : a. Wawancara mendalam (Indepth Interview) Wawancara jenis ini tidak dilaksanakan dengan struktur yang ketat tetapi dengan pertanyaan yang semakin memfokus pada permasalahan sehingga informasi yang dikumpulkan cukup mendalam. Kelonggaran semacam ini mampu menggali kejujuran responden untuk memberikan informasi yang sebenarnya terutama yang berkenaan dengan perasaan, sikap pandangan mereka terhadap pelaksanaan kerjanya. Dalam penelitian ini wawancara mendalam dilakukan kepada Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Malang dengan mendatangi kantor Dinas Peternakan Kabupaten Malang, karena beliau dipandang sebagai orang yang paling mengetahui tentang permasalahan dan rencana strategis pelayanan inseminasi buatan di Kabupaten Malang. b. Kuisioner Menurut pendapat Arikunto (1977:140) kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan utuk memperoleh data dari responden dalam arti laporan tentang pribadi responden atau hal-hal yang diketahui oleh responden. Kuisioner juga merupakan suatu instrumen untuk mendapatkan data secara benar, untuk itu sebelum digunakan instrumen
48
perlu di uji Validitas dan reliabilitasnya agar data yang didapat valid dan reliabel. Dalam penelitian ini penulis menggunakan kuisioner untuk mendapatkan informasi atau data primer dari para responden.
Jenis
kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner tertutup dan wawancara pertanyaan tertutup dengan menggunakan lima alternatif jawaban ditujukan kepada sampel yang telah ditentukan. c. Observasi Teknik observasi baik secara langsung maupun tidak langsung atau secara formal maupun informal digunakan untuk mengamati berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan IB di Kabupaten Malang. d. Dokumentasi Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data data dari laporan suratsurat
arsip-arsip dan dokumen-dokumen di kantor Dinas Peternakan
Kabupaten Malang. 4. Analisa Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dengan menggunakan model interakti£ Dari model
analisi~
jenis ini terdapat 3
tahap kegiatan yaitu reduksi, sajian data, penarikan kesimpulan (Miles dan Huberman, 1984).
49
Adapun proses analisis interaktif dirnaksud dapat disajikan dalam bentuk skema sebagai berikut :
Gambar 3.1
Swnber : Miles dan Huberman ( 1984)
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan data transformasi, data kasar yang muncul dari catatan penulis di lapangan. Dengan demikian reduksi data merupakan suatu bentuk usaha analisis yang bertujuan menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan,
membuang
yang
tidak
perlu
dan
mengorganisasikan data dengan sedemikian rupa sehingga kesimpulan dapat ditarik dan diverifikasi.
Penyajian data atau display merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Dengan melihat penyajian-penyajian data dapat
dipahami apa yang sedang terjadi
dan apa yang harus dilakukan. Hal ini
50
dilakukan untuk memudahkan bagi peneliti untuk melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian, sehingga dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan. Menarik kesimpulanNerivikasi adalah penarikan kesimpulan dari
konfigurasi yang utuh selama penelitian berlangsung.
Sedangkan verifikasi
merupakan kegiatan pemikiran kembali yang melintas dalam pemikiran penganalisis selama peneliti mencatat atau suatu tinjauan ulang pada catatancatatan lapangan atau peninjauan kembali serta tukar pikiran diantara ternan sejawat untuk mengembangkan kesempatan intersubyektif dengan kata lain makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya.
F. Keabsahan data
Dalam setiap penelitian memerlukan standart untuk melihat derajat kepercayaan atau kebenarannya dari basil penelitian. dalam penelitian kualitatif standart tersebut disebut keabsahan data. Menurut Moleong (2000: 173) untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sifat kriteria yang digunakan yaitu derajat kepercayaan
(Credebility),
Keteralihan
(Transferbility),
(dependability) dan kepastian (convormability).
ketergantungan
51
Tabel3.2 Matriks Indikator dan Pertanyaan lndikator
Variabel y
Kualitas Pelayanan IB
1. Tangibilitas Bukti basil Pelayanan IB Produktifitas basil ill Peningkatan Populasi Peningkatan Pendapatan "'"' 2. Keandalan Kecepatan Pelayanan Ketersediaan semen beku Kesesuaian harapan pelanggan Pengetahuan tentang pelayanan Kehandalan dalam melayani Bebas masalah "'"' 3. Daya Tanggap Ketepatan Janji Kejelasan dalam memberikan informasi Perhatian terhadap pelanggan Tanggungjawab terhadap pekerjaan Mengutamakan pelayanan "'"' Fleksibel 4. Jaminan Trampil dalam melaksanakan ill Jujur dalam memberikan pelayanan Aman sewaktu memberikan pelayanan Kepastian dalam pelayanan Sopan dalam melayani "'"' Kebersihan dalam pelayanan 5. Empati Kemudahan untuk dihubungi Perhatian terhadap kepentingan pelanggan Perhatian terhadap keluhan pelanggan Kejujuran dalam memberikan informasi Kesediaan untuk memberikan konsultasi "'"' Perlakuan secara adil 6. Kepuasan Puas terhadap basil Puas terhadap biaya Puas terhadap kecepatan pelayanan "'"' Puas terhadap keramahan petugas Puas terhadap hubungan dengan petugas
--
--
-
-
--
No. Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
52
XI Profesionalisme Inseminator
1. Ketrampilan Teknis Ketrampilan melakukan inseminasi Ketrampilan menghandel ternak Ketrampilan identifikasi ternak Ketrampilan menghandling semen beku Angka servis per conseption (S/C) Kemampuan rekording dan reporting 2. Ketrampilan Sosial Pengetahuan tentang inseminasi Keramahan terhadap pelanggan Kemampuan mengkoordinasi kegiatan Penampilan profesional "" Ketrampilan dalam memberikan P~ielasan/informasi kepada pelanggan 1. Bahan Nitrogen Cair Semen beku 2. Peralatan Mobilitas Kendaraan Perlengkapan Lapangan Pakaian lapangan Plastik sheath Plastik glove Gunting Pinset Termos dan kontainer lapangan Tas inseminasi Kertas tisu Inseminator gun Alat komunikasi 1. Kondisi Populasi Jumlah populasi di wilayah kerja 2. Kondisi Geografis Radius layanan/jarak lokasi Kondisi medan di wilayah kerja 3. Kondisi Prasarana Jalan Prasarana jalan di wilayah kerja
--
-
-
X2 Ketersediaan Sarana
X3 Kondisi Lapangan
-
-
-
.
34 35 36 37 42 43 38 39 40 41 44
45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61
BABIV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum I. Dinas Peternakan Kabupaten Malang a.
Latar Belakang Keberadaan Instansi Memperhatikan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, disertai dengan pelimpahan kewenangan di bidang peternakan dari Pemerintah Pusat ke Kabupaten/Kota, maka sebagai konsekuensi dari kebijakan tersebut akan membawa akibat dalam pengurusan bidang peternakan di daerah. Guna mendukung kelancaran pelaksanaan tugas yang efektif dan efisien serta dalam rangka pelaksanaan kewenangan Daerah Otonom, perlu dilakukan upaya melalui peningkatan kemampuan sumberdaya manusia dan alam, kemampuan keuangan daerah, potensi masyarakat, peningkatan pengawasan serta pelaksanaan analisa fungsi dan organisasi. Untuk dapat mewujudkan harapan tersebut diatas perlu penataan suatu sistem dan kelembagaan yang dapat menunjang serta memperlancar tugas dan fungsi Dinas Peternakan yang dituangkan dalam Peraturan Daerah.
53
54
b. Landasan Hukum Keberadaan Dinas Peternakan Kabupaten Malang diatur berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat II Malang Nomor 20 Tahun 1991. Keluarnya Perda tersebut dilandasi oleh Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 6 Tahun 1989 mengenai Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Popinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur dalam bidang Peternakan kepada Daerah Tingkat II dan Keputusan Gubenur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 588 Tahun 1990 mengenai Petunjuk Pelaksanaannya. Dalam
rangka
pelaksanaan
Otonomi
Daerah
sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah serta penjabaran dari Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, dibentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Peternakan yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 8 Tahun 2001.
c.
Tugas dan Fungsi Instansi
1) Tugas Dinas Petemakan: a) Melaksanakan dan menyelenggarakan sebagian urusan rumah tangga daerah dibidang petemakan; b) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah sesuai dengan bidang tugasnya;
55
2) Fungsi Dinas Petemakan: a) Perumusan
kebijakan
dan
penyusunan
perencanaan
dalam
pembangunan bidang petemakan; b) Pelaksanaan pembinaan umum dibidang petemakan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah; · c) Pelaksanaan bimbingan teknis dibidang petemakan; d) Pelaksanaan pemberian ijin dan pembinaan usaha petemakan; e) Pelaksanaan pengamanan dibidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner; Pelaksanaan penyuluhan petemakan;
f)
g) Penyelenggaraan dan pengawasan standart pelayanan minimal yang wajib dilaksanakan dalam bidang petemakan; h) Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD). Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebQt Dinas petemakan dibagi menjadi
4 Sub Dinas dan satu Bagian Tata Usaha. Keempat Sub Dinas
tersebut adalah Sub Dinas Bina Produksi, Sub Dinas Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner, Sub Dinas Bina Usaha dan Sub Dinas Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan Penyuluhan. Tugas pokok masing masing bagian tersebut adalah sebagai berikut :
56
Bagian Tata Usaha mempunyai tugas: a.
Melaksanakan urusan umum dan perlengkapan,kepegawaian, keuangan serta evaluasi dan pelaporan;
b.
Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.
Sub Dinas Bina Produksi mempunyai tugas: a.
Melaksanakan sebagian tugas Dinas Peternakan dibidang produksi peternakan;
b.
Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.
Sub Dinas Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner, mempunyai tugas: a.
Melaksanakan sebagian tugas Dinas Peternakan dibidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner;
b.
Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.
Sub Dinas Bina Usaha mempunyai tugas: a.
Melaksanakan sebagian tugas Dinas Peternakap. dibidang usaha peternakan;
b.
Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.
57
Sub Dinas Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan Penyuluhan mempunyai tugas : a.
Melaksanakan sebagian tugas Dinas Peternakan dibidang pengembangan sumber daya manusia dan kelembagaan penyuluhan;
b.
Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.
d. Visi Dan Misi Dinas Peternakan Visi dan Misi Dinas Peternakan Kabupaten Malang adalah sebagai berikut:
Visi
Terwujudnya petemakan yang tangguh dengan berbasis sumber daya lokal
Misi
e.
1.
Menyediakan pangan asal ternak yang cukup
2.
Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak
3.
Memberdayakan sumber daya petemak dan sumber daya alam
Struktur Organisasi Dinas Peternakan Kabupaten _Malang Struktur Organisasi Dinas Petemakan Kabupaten Malang disajikan
dalam gambar sebagai berikut :
58 BAGAN SUSUNAN ORGANISASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG T ANGGAL : 1 Maret 2001 NOMOR 8 TAHUN 2001
DINAS PETERNAKAN KABUPATEN MALANG
KEPALA DINAS Drh.LSUHARYANTO
BAGIAN TATA USAHA Ir.DWI RIENINGSni
··········································-····································-······························-···
.
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
I
l
I
I
SUBAG KEPEGAWAIAN
SUBAG UMUMDAN PERLENGKAPAN Dra.SUSI AllYAHA
SUBAG KEUANGAN
SUBAG EVALUASI& PELAPORAN Ir.NURZ.
DWI MAHARTI, SH
~-····-·······-··
................................................................................... ...··················-······-· ··-··-·····························..···,···· : :
SUBDINAS BINA PRODUKSI
SUBDINAS BINA USAHA
Ir.MNATSIRPABETA
Ir. WIRATNA KUSUMA
1--
SEKSI PERBffiiTAN Ir.SUDJONO
1-
SEKSI SUMBERDAYA DAN PEI.AYANAN USAHA Ir.ENDAH S
-
SEKSI PENGEMBANGAN BUDIDAYA TERNAK DANPAKAN Ir. SUDARSIANTO
w
"---
UPTD
SEKSI PEMASARAN DAN PENGOI.AHAN HASIL TERNAK Drh. LE.SUKESI
Dra.MUJIA.
-·-·-··-·-·-··························--··-····················-·-··~
:
SUBDINAS PENGEMBANGAN SDM DAN KELEMBAGAAN PENYULUHAN Ir. ENDY KUSAERI
SUBDINAS KESEHATAN HEWAN DAN KESMAVET Drh. JOKO PRAYriNO
SEKSI PENGAMATAN, PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN Drh. YUNIARTI S.
SEKSI KESMAVET DAN OBATHEWAN
-
SEKSI PENGEMBANGAN PRASARANA DAN SARANA
PENYULUHAN Ir. MAHANTARAD.S.
....__
SEKSI PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM
Dih. LULUK S.
I
Keterangan : Garis komando Garis koordnasi
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Dinas Peternakan Kabupaten Malang
lr.MIEKEA.
59
2. Diskripsi umum Pelayanan lnseminasi Buatan Pada Dinas Peternakan
Kabupaten Malang a. Sejarah dan perkembangannya
Inseminasi
buatan
di
Kabupaten
Malang
mulai
dirintis
dan
diperkenalkan sejak tahun 1974 yang selanjutnya dilaksanakan sebagai proyek Inseminasi buatan sampai tahun 1996. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Peternakan nomor 52/0T.210/Kpts/0896 tanggal 29 Agustus 1996 tentang tatacara syarat-syarat pelatihan serta penyelenggaraan inseminasi buatan. Surat keputusan ini mulai mengatur tentang pengorganisasian kegiatan inseminasi buatan mulai dari tingkat propinsi hingga ke tingkat petani. Dalam peraturan ini mulai diperkenalkan bahwa kegiatan IB merupakan kebutuhan masyarakat yang harus di kelola secara swadaya oleh masyarakat dan pemerintah yang dalam hal ini Dinas Peternakan hanya berlaku sebagai instansi pembina dan pengawas.
b. Petugas Inseminasi
Petugas Inseminasi Buatan
yang stap memberikan layanan kepada
pelanggan saat ini berjumlah 32.859 orang yang tersebar di 48 unit pelayanan wilayah IB yang berada di 29 Kecamatan yang ada di Kabupaten Malang. Keadaan petugas Inseminasi Buatan di Kabupaten Malang dari tingkat pendidikannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
60
Tabel 4.1. Tingkat Pendidikan Petugas Inseminasi Buatan d"1 Kabupat en Malan_g_ No. Pendidikan Jumlah SLTP 1. 2 2. SLTA 39 3. DIPLOMA 2 S1 4. 5 Jumlah 48 Sumber data : Data Sekunder Disnak Kab Malang
c.
Fasilitas Inseminasi Buatan Fasilitas inseminasi buatan dalam penelitian
lll1
dibagi menjadi 3
bagian yaitu: bahan, alat dan kendaraan. 1) Bahan Yang dimaksud dengan bahan pada pelayanan Inseminasi Buatan adalah semen beku (frozen semen) dan Nitrogen cair sebagai media penyimpan, kebutuhan bahan untuk melaksanakan pelayanan Inseminasi Buatan selama satu tahun di Kabupaten Malang adalah : -Semen beku
= 32.859 do sis
- Nitrogen Cair
= 10.368 liter
2). Alat -Thermos lapangan
=
48 buah
- Pinset
=
48 buah
- Gunting
=
48 buah
- Tas Lapangan
=
48 buah
- Sepatu lapang
=
48 buah
- Pakaian lapangan
=
48 buah
- Plastik Sheet (habis pakai)
= 32.000 buah
-Hand Glove (habis pakai)
= 37.000 pack
6I
3). Kendaraan Kendaraan
petugas
Inseminasi
Buatan
yang
digunakan
dalam
melaksanakan tugas pelayanannya adalah sepeda motor, dari 48 orang petugas inseminator sepeda motor yang disediakan oleh pemerintah hanya sebanyak 6 unit dan sisanya pengadaan sepeda motor diadakan secara swadaya oleh para inseminator.
d. Tugas dan fungsi petugas Inseminasi Buatan Petugas Inseminasi Buatan memiliki tugas dan fungsi sebagai motivator dan pemberdayaan masyarakat peternak, identi:fikasi ternak, melakukan pelayanan inseminasi terhadap ternak masyarakat, melakukan recording dan reporting terhadap ternak serta melaporkan pelaksanaan kegiatannya kepada atasannya dan Dinas Peternakan Kabupaten Malang.
e.
Stuktur Organisasi Penyelenggaraan lnseminasi Buatan secara teknis organisasi pelayanan
Inseminasi Buatan berdasarkan SK. Dirjen tersebut dibentuk dengan sistem pola Satuan Pelayanan Inseminasi Buatan
(SP-IB).
Petugas pada satuan
pelayanan Inseminasi Buatan (SP-IB) Tingkat Kabupaten terdiri dari: •
I (satu) orang supervisor- II
•
I (satu) orang Asisten Teknis Reproduksi (ATR)
•
Beberapa orang administrasi (Tingkat Kabupaten)
62
Sedangkan petugas pada satuan pelayanan IB (SP-IB) di Tingkat lapangan terdiri dari : •
1 (satu) orang Asisten Teknis Reproduksi (ATR)
•
1-2 orang pemeriksa kebuntingan (PKB)
•
3-6 orang Inseminator
•
12-24 orang Kelompok Tani binaan Seiring dengan perkembangannya dan dalam rangka meningkatkan
kinerja pelayanan Inseminasi
Buatan (IB) di Kabupaten Malang telah
dibentuk Tim Pembina Pelaksanaan lnseminasi Buatan
pada sapi potong
beserta satuan pelayanan Inseminasi Buatan (SP-IB) sapi potong dengan SK. Bupati Malang nomor 180/105/Klp/429.012/2002.
f.
Sistem pelayanan Inseminasi Buatan Pemerintah menyerahkan pelayanan kepada petugas swadaya (swasta)
dan petugas menarik biaya kepada pengguna jasa sedang pemerintah menentukan dan menetapkan aturan mainnya serta menetapkan prosedurnya dan arah program sesuai dengan program pemerintah. Sistem ini merupakan .
.
.
satu-satunya alternatif yang dipandang paling sesuai diterapkan pada sistem pelayanan Inseminasi Buatan di Daerah Malang. Dengan sistem layanan tersebut hasilnya cukup baik dilihat dari segi target pelaksanaan pelayanan Inseminasi Buatan. Berikut ini adalah data pelaksanaan inseminasi buatan.
63
Tabel 4.2 Perkembangan Inseminasi Buatan Sapi Potong di Kabupaten Malang No l.
2.
Uraian
1998
Perkembangan 2000 2001 1999
2002
Jwnlah Inseminator (orang) a. Dinas
12
15
15
15
19
b. Swadaya
21
22
26
26
29
Wilayah Inseminasi Buatan
24
25
27
27
29
21.812
24.547
27.012
33.185 •
32.859
b. Jumlah akscptor (ckor)
18.650
19.560
24.225
26.443
28.266
c. Kelahiran (ekor)
10.553
11.434
13.921
16.155
17.184
d. SIC
2.13
2.06
2.01
1.81
1.79
e. CR(%)
56.4
55
57.6
63.98
63.98
2.22
1.87 ••)
Kecamatan - (SP-Inseminasi Buatan) 3.
Hasil Pelaksanaan IB. a. Jumlah
m (dosis)
f Rata-rata prestasi Inseminator
1.81
1.82
1.87
(ekorlhari)
Keterangan : *) Reahsas1 termasuk lB Sap1 Perah non koperas1 **) Prestasi rata-rata turun karena tahun 2002 terdapat Iitseminator barn sebanyak 7 orang
64
Sedang pada tabel 8 berikut adalah data pelaksanaan Inseminasi Buatan rata-rata per inseminator tahun 2002 Tabel 4.3. Realisasi Kegiatan IB dan Kelahiran Sapi Potong di Kabupaten Malang No I 2 3 4
5 6 7 8 9 10 II 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
Inseminator SALIM ISWAJI SUJONO RUDIH. BAMBANGH. SUJARWADI SULIONO M. TOBARI Ir. SUDJONO HERUS. TITING R. SUBONO MUCHLIS Ir. SAMSUL H. BAMBANGS. SLAMETS. DIDIKH W. DIDIKEKOS. JUL I GUNAWAN H. SUMARDI SUHERMAN M. ARIFlN SUPRIJADI WAHYUDI MARDJOKOJ. DIDIKS. HARIS. WAGIMIN MADASIM M. FAUZI SUNYOTO AGUSS. ARIFW. BAMBANGA APRIONO HENDRIL WINARNO DWIL. MARSIN. ABADIS. SULIYANTO DWIADJIK. KADIS EDYSUYONO SUMARDIG. S. BUDIS. Sl.ITOWO JUMLAH
Wilayah Kasembon I Singosari I Singosari II Lawan_K Twnpangi Twnpangll Pc.kusumo I Pc.kusumo II Pakis Wonosari I Pglm!Gd.lcgi Ka1ipare II Wajaki Wajak II Wajakill Tajinani Tajinan II Turen I Turenii [Dampit Bululawanp; Sbr.manjing I Sbr.manjing II Kepanjcn I Wonosari II Wagirl Wagir II Ngajwni Kromcnganll Sbr.pucWlg Kromcngan I Pagak I Pagak II Kalipare I Jal>_IJII& Donomulyo I Donomulyo II Banturi Bantur II Banturill Gedangani Gedanganll Ngajumii Donomulyo Kasembonll Karangp1oso Pakisaji Kalipare m
Target
Realisasi
(dosis)
(dosis)
400 700 900 300 1000 650 900 700 1600
550 900 850 270 1200
550 800 400 1150 700 500 300 600
550 600 600 450 360 1300 1100 1200 600 850 1200 800 500 1000 600 850 600 360 800 1200 360 200 200 200 200 400 33000
----
367 696 991 242 938 665 904 753 1685 674 1002 828 97 1041 533 749 365 1204 678 526 213
556 506 647 878 408 357 1256 1085 1351 594 845 1142 778 501
959 151 813 608 273 769 1222 340 92 166 74 281 450 32859
Keterangan : (*) Insemmator baru belum menghasilkan kelahuan
%
Kelahiran Pedet (ekor) Jantan
91,8 99,4 110,1 80,7 93,8 102,3 100,4 107,6 105,3 122,5 111,3 97,4 35,9 86,8 96,9 93 6 91,3 104,7 96,9 105,2 71,0 92,7 92,0 107,8 146,3 90,7 99,2 96,6 98,6 112,6 99,0 99,4 95,2 97,3 100,2
95,9 126,2 95 6 101,3
15,8 96,I 101,8 94,4 46,0 83,0 37,0 140,5 112,5 96,6
Betina
Total
112 194 230
106 193 249
218 387 479
198 204 301 142 564 94 248 199 42 304 115 214 42 331 194 182 21 257 103 84 97 116
206 197 290 164 464 105 258 196
404 401 591 306 1028 199 506 "395 86 601 232 409 91 640 408 334 44 497 212 172 185 202 201 887 486 661 187 596 784 810 200 739 304 323 398 153 552 806
-
95 452 231 328 83 312 348 382 108 346 159 165 192 79 274 397 21
-
9 3 8572
-
44
297 117 195 49 309 214 152 23 240 109 88 88 86 106 435 255 333 104 284 436 428 92 393 145 158 206 74 278 409 29
-
2 6 8612
-{*)
50 -(• -{* -{*
11 9 17184
65
3. Deskripsi responden Dalam penelitian ini data primer diperoleh dengan melakukan penyebaran kuisioner kepada responden yaitu pengguna jasa lnseminasi Buatan yang berdomisili di wilayah yang program Inseminasi Buatan nya maju (wilayah IB Swadaya) yaitu dengan kriteria memiliki pelanggan lebih dari 1200 pelanggan per tahun per petugas inseminator, wilayah yang program Inseminasi Buatan nya sedang (wilayah IB pengembangan)
yaitu dengan kriteria memiliki pelanggan
antara 600 sampai 1199 pelanggan per tahun per petugas inseminator,
dan
wilayah yang program lnseminasi Buatan nya taraf pengenalan (wilayah IB introduksi). Dari kriteria tersebut selanjutnya dipilih secara acak tiga lokasi wilayah yang masing - masing mewakili ketiga kriteria tersebut. Jumlah sample yang dibutuhkan sebanyak I 00 responden yang
diambil dari ketiga karakter
wilayah secara proporsional. berdasarkan perhitungan jumlah pelanggan dalam waktu satu tahun terakhir.
B. Temuan dan Analisis Tentang Kualitas Pelayanan Dalam
hal
peningkatan
kualitas
pelayanan
kepada
masyarakat,
pemerintah telah mengeluarkan kebijakan konsep pelayanan prima di Indonesia , seperti Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 81 Tahun 1993 Tentang Pedoman Tata laksana Pelayanan Umum. Di dalam keputusan ini batasan pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan bagi pengguna jasa.
66
Seperti telah diuraikan dalam bah II bahwa kualitas pelayanan Inseminasi Buatan adalah. suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kebaikan pelayanan
oleh petugas kepada pelanggan inseminasi buatan terhadap bentuk pelayanan menyangkut tangibilitas, reabilitas, responsivitas , assurance, emphaty dan kepuasan pelanggan. Diskripsi basil penelitian keenam indikator kualitas pelayanan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tangibilitas Demensi pertama dari beberapa demensi kualitas pelayanan menurut Parasuraman et. al. (1985) adalah tangibilitas dalam pelayanan. Dalam penelitian ini tangibilitas dijaring dengan pertanyaan nomer 1, 2, 3, dan 4. Namun sebelum masuk pada kajian atas basil penelitian tentang tangibilitas, telah dilakukan pengumpulan data melalui kuisioner mengenai
1. Bukti
basil pelayanan Inseminasi Buatan 2. Prodiktifitas pelatanan lnseminasi Buatan 3. Peningkatan populasi dan 4. peningkatan pendapatan Di bawah ini adalah tabulasi basil analisis yang berupa frequensi dan persentase tentang indikator-indikator Kualitas pelayanan lnseminasi Buatan. Tabel4.5. Persepsi responden terhadap Tangibilitas pelayanan lnseminasi Buatan. · Tangibel (Y1)
FreQuency Valid
Sedang linggi Sangat linggi Total
3 43 54 100
Sumber : Data Primer yang diolah
Percent
3.0 43.0 54.0 100.0
Valid Percent
3.0 43.0 54.0 100.0
Cumulative Percent
3.0 46.0 100.0
67
Dari
tabel
4.5
basil
tersebut
memberikan
pandangan tingkat
Tangibilitas pelayanan Inseminasi Buatan sebagai berikut : Dari sebanyak 100 responden tersebut diperoleh basil analisis dengan 3 frequensi yaitu 3 % dari
selurub
responden
memberikan
pandangan
bahwa
Tangibilitas
pelayanan Inseminasi Buatan berada pada tingkat sedang dan sebanyak 43% dengan frequensi 43 memberi pandangan bahwa Tangibilitas pelayanan Inseminasi
Buatan pada
ti~gkat
tinggi.
sedangkan responden yang
mempersepsikan pelayanan Inseminasi Buatan pada tingkat yang sangat tinggi sebanyak 54 frequensi atau 54%. Dengan demikian total persepsi responden di ketiga
wilayah Inseminasi Buatan terhadap Tangibilitas
pelayanan Inseminasi Buatan di wilayahnya adalah sebesar 88,50 % perhitungan ini didapat dengan cara membandingkan nilai total skor indikator tangibilitas basil survey terbadap nilai skor ideal indikator tangibilitas dikalikan I 00%, yang artinya para responden mendapatkan tingkat Tangibilitas pelayanan Inseminasi Buatan sebesar 88,50 % dari tingkat tangibilitas yang diharapkan oleb pelanggan. Dari gambaran basil survey tersebut diperkuat dengan basil wawancara kepada ketua kelompok peternak pengguna jasa Inseminasi Buatan sebagai berikut: "setelab adanya program kawin suntik ini saya merasa lebih di mudah dalam mengawinkan sapi-sapi saya dan juga dari basil perkawinan kawin suntik pedet yang dihasilkan lebih baik, di pasaran harga pedet basil kawin suntik juga lebih mahal"
68
Dari data sekunder di Dinas Petemakan Kabupaten Malang didapat kan bahwa perkembangan penghasilan petemak sapi potong dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan meningkat, seperti terlihat pada tabel4.6 berikut: Tabel4.6 Perkembangan Pendapatan Peternak di Kab. Malang Th. 1998 - 2002 Tahun No
1
Uraian Petemak
Satuan
2000
1998
1999
Rp/Kap/Th
232.200
387.500
743.497
777.746
824.609
Rp/Kap/Th
918.500
1.169.500
1.530.995
1.625.156
1.727.133
Rp/Kap/Th
822.000
1.222.000
1.921.392
1.944.889
2.025.617
2001
2002
SapiPotong 2
Petemak Sapi Perah
3
Petemak Unggas
Sumber : Dmas Petemakan Kabupaten Malang
Dari gambaran diatas dapat dikatakan bahwa pelayanan Inseminasi Buatan di Kabupaten Malang memiliki nilai yang dirasakan manfaat bagi pelanggannya. Hal ini terlihat dari perkembangan pendapatan petemak sapi potong dari tahun 1998 sebesar Rp. 232.200,- perkapita per tahun menjadi Rp. 824.609,- perkapita pertahun.
2. Keandalan Telah disebutkan dalam metode SERVQUAL bahwa demensi kedua dari kualitas pelayanan adalah keandalan , dalam penelitian ini keandalan dijaring dengan pertanyaan survey no. 5,6,7,8,9,dan 10. keandalan adalah kemampuam dinas melalui petugas untuk memberikan pelayanan secara
69
benar dan akurat, dapat diandalkan dan kemampuan untuk mewujudkan pelayanan yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya Di bawah ini adalah tabulasi hasil analisis frequensi dan persentase tentang indikator-indikator Kualitas pelayanan Inseminasi Buatan. Tabel 4. 7 Persepsi responden terhadap Kehandalan pelayanan lnseminasi Buatan. Keandalan (Y2)
Frequency Valid
Sedang nnggi Sangat Tinggi Total
Percent
5 70 25 100
5.0 70.0 25.0 100.0
Valid Percent
5.0 70.0 25.0 100.0
Cumulative Percent
5.0 75.0 100.0
Sumber : Data Primer yang di olah
Dari tabel 4. 7 hasil tersebut
memberikan
pandangan tingkat
Kehandalan pelayanan Inseminasi Buatan sebagai berikut : Dari sebanyak 100 responden tersebut diperoleh hasil analisis dengan 5 (lima) frequensi yaitu 5 % dari seluruh responden memberikan pandangan bahwa Kehandalan pelayanan Inseminasi Buatan berada pada tingkat sedang dan sebanyak 70 % dengan frequensi 70 memberi pandangan bahwa Kehandalan pelayanan
Inseminasi Buatan pada tingkat yang tinggi. Sedangkan responden yang memiliki persepsi tingkat Kehandalan pelayanan sangat tinggi sebanyak 25% atau 25 frequensi. Dengan demikian total persepsi responden di ketiga wilayah Inseminasi Buatan terhadap Kehandalan pada pelayanan Inseminasi Buatan di wilayahnya adalah sebesar 83,23 % perhitungan ini didapat dengan cara membandingkan nilai total skor indikator Kehandalan hasil
70
survey terhadap nilai skor ideal indikator Kehandalan dikalikan 100%, yang artinya para responden mendapatkan tingkat Kehandalan pelayanan Inseminasi Buatan sebesar 88,5% dari tingkat Kehandalan yang diharapkan oleh pelanggan. Dari hasil survey diatas diperkuat oleh penuturan dari ketua kelompok peternak yang diwawancarai " ....... ketepatan waktu mengawinkan berpengaruh terhadap keberhasilan kebuntingan hal itu tidak menjadi masalah disini karena pak mantri selalu datang sewaktu sapi masih dalam keadaan bengah (birahi) kecuali ada halangan." " ..... hasil Inseminasi Buatan cukup baik sesuai dengan yang dijanjikan oleh petugas misalnya hila petugas mengatakan bibit yang disuntikkan adalah bibit simental maka pedet yang lahir juga peranakan simental meskipun kadang kadang juga muncul pedet yang tidak sesuai dengan yang dijanjikan kepada peternak " Dari pengakuan responden tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya petugas pelayanan telah memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan. Hal ini berarti tingkat reliabilitas pelayanan Inseminasi Buatan di Kabupaten Malang sudah baik.
3. Daya Tanggap Daya tanggap adalah kemampuan dan kemauan petugas untuk merespon permintaan atau keluhan dari pelanggan. Di bawah ini adalah tabulasi hasil analisis frequensi dan persentase tentang indikator-indikator Kualitas pelayanan Inseminasi Buatan.
71
Tabel4.8 Persepsi responden terhadap Daya tanggap pelayanan Inseminasi Buatan. Daya Tanggap (Y3)
Frequency Valid
Sedang Tinggi Sangat Tinggi Total
10 73 17 100
Percent
10.0 73.0 17.0 100.0
Valid Percent
10.0 73.0 17.0 100.0
Cumulative Percent
10.0 83.0 100.0
Sumber: Data Primer yang di olah Dari tabel tersebut memberikan pandangan tingkat Daya tanggap pelayanan Inseminasi Buatan sebagai berikut : Dari sebanyak 100 responden tersebut diperoleh hasil analisis dengan 10 (sepuluh) frequensi yaitu 10 % dari seluruh responden memberikan pandangan bahwa Daya tanggap pelayanan Inseminasi Buatan berada pada tingkat sedang dan sebanyak 73 % dengan frequensi 73 memberi pandangan bahwa Daya tanggap pelayanan Inseminasi Buatan pada tingkat tinggi. Sedangkan yang berpendapat bahwa Daya tanggap pelayanan Inseminasi Buatan
pada tingkat sangat tinggi
sebesar 17 % atau 17 frequensi . Dengan demikian total persepsi responden di ketiga wilayah Inseminasi Buatan terhadap tingkat Daya tanggap pada pelayanan Inseminasi Buatan di wilayahnya adalah · sebesar 82,72 % perhitungan ini didapat dengan cara membandingkan nilai total skor indikator Daya tanggap hasil survey terhadap nilai skor ideal indikator Daya tanggap dikalikan 100%, yang artinya para responden mendapatkan tingkat
72
paya tanggap pelayanan Inseminasi Buatan sebesar 82,72 % dari tingkat Daya tanggap yang diharapkan oleh pelanggan. Hasil survey diatas diperkuat oleh penuturan dari ketua kelompok peternak yang diwawancarai " pada umumnya petugas akan segera datang bila ada panggilan, atau secara rutin petugas selalu keliling ke wilayah kerjanya untuk mengecek sapi yang minta kawin" " Para petugas setiap hari selalu mendatangi pos-pos Inseminasi Buatan untuk mengetahui apakah ada sapi yang minta dikawin , biasanya petugas juga selalu membawa bibit yang cukup untuk melayani permintaan peternak " Dari hasil wawancara tersebut dapat di lihat bahwa pelanggan tidak mendapatkan masalah terhadap daya tanggap petugas dalam melayani peternak karena bila petemak memerlukan pelayanan, petugas selalu siap membantu.
.
Hal tersebut dimungkinkan karena bagi petugas sendiri
pelayanan merupakan sumber pendapatan untuk dirinya.
4. Jaminan Jaminan adalah pelayanan yang menunjukkan pada pengetahuan terhadap pelayanan, kemampuan melayani pelanggan, · dan sopan santun dalam melayani pelanggan. Pengetahuan, kemampuan dan sopan santun akan menimbulkan kepercayaan pelanggan terhadap Pelayanan Inseminasi Buatan.
73
Di bawah ini adalah tabulasi hasil analisis frequensi dan persentase tentang indikator-indikator Kualitas pelayanan Inseminasi Buatan. Tabel4.9 Persepsi responden terhadap Jaminan pelayanan Inseminasi Buatan. Jamlnan (Y4)
Frequen~
Valid
Sedang Tinggi Sangat Tinggi Total
1 39 60 100
Percent
Valid Percent
1.0 39.0 60.0 100.0
Cumulative Percent
1.0 39.0 60.0 100.0
1.0 40.0 100.0
Sumber: Data Primer yang di olah Dari
tabel
tersebut
memberikan
pandangan
tingkat
Jaminan
pelayanan Inseminasi Buatan sebagai berikut : Dari sebanyak 100 responden tersebut diperoleh hasil analisis dengan 1 (satu) frequensi yaitu 1 % dari seluruh responden memberikan pandangan bahwa
Jaminan
pelayanan
Inseminasi Buatan berada pada tingkat sedang dan sebanyak 39 % dengan frequensi 39 frequensi memberi pandangan bahwa Jaminan
pelayanan
Inseminasi Buatan pada tingkat tinggi. Sedangkan yang berpersepsi tingkat Jaminan pelayanan Inseminasi Buatan pada tingkat sangat tinggi adalah 60 % atau 60 frequensi. Dengan demikian total persepsi responden di ketiga wilayah Inseminasi Buatan terhadap tingkat Jaminan pada pelayanan Inseminasi Buatan di wilayahnya adalah sebesar 89,00 % perhitungan ini didapat dengan cara membandingkan nilai total skor indikator Jaminan dari hasil survey terhadap nilai skor ideal indikator Jaminan dikalikan 100%,
74
yang artinya para responden mendapatkan tingkat Jaminan pelayanan Inseminasi Buatan sebesar 89,00 % dari tingkat Jaminan yang diharapkan o leh pelanggan. Data hasil survey tersebut sesua.J. dengan penuturan responden sebagai berikut: "petugas Inseminasi Buatan yang sudah lama melayani masyarakat disini saya kira sudah cukup mengerti apa yang di kehendaki oleh masyarakat dan biasanya mereka juga sudah akrab dengan petemak disini karena memang sudah berkali kali melayani masyarakat dan sudah jadi langganan." Penuturan responden lain adalah sebagai berikut ''pak mantri dalam melayani petemak cukup sopan karena di lingkungan sini pak mantri sudah dianggap seperti keluarga sendiri" Dari hasil observasi, peneliti melihat bahwa keakraban hubungan antara petugas dengan pelanggan tersebut terjalin
karena pelayanan
Inseminasi Buatan merupakan pelayanan dengan pelanggan yang relatif tetap sehingga diantara keduanya terjalin sating pengertian.
5. Empathy Empati adalah pelayanan yang menunjukkan_ perhatian kepada pelanggan secara individu. Di bawah ini adalah tabulasi hasil analisis frequensi dan persentase tentatng indikator-indikator Kualitas pelayanan Inseminasi buatan.
75
Tabel4.1 0 Persepsi responden terhadap Empati pelayanan Inseminasi Buatan Empaty (Y5)
Frequency Valid
Sangat Rendah Tinggi Sangat Tinggi Total
2 21 77 100
Percent
Valid Percent
2.0 21.0 77.0 100.0
Cumulative Percent
2.0 21.0 77.0 100.0
2.0 23.0 100.0
Sumber: Data Primer yang di olah Dari tabel tersebut memberikan pandangan tingkat Empati pelayanan Inseminasi Buatan sebagai berikut : Dari sebanyak 100 responden tersebut diperoleh hasil analisis dengan frequensi 2 (dua) atau sebanyak 2 % dari seluruh responden memberikan pandangan bahwa Empati
pelayanan
Inseminasi Buatan berada pada tingkat sangat rendah dan sebanyak 21 % dengan frequensi 21 memberi pandangan bahwa Empati Inseminasi Buatan pada tingkat tinggi. Sedangkan dengan frequensi 77 berpendapat bahwa Buatan pada tingkat yang sangat tinggi. responden di ketiga
pelayanan
sisanya yaitu 77 %
Empati:- pelayanan Inseminasi Dengan demikian total persepsi
wilayah Inseminasi Buatan terhadap tingkat Empati
pada pelayanan Inseminasi Buatan di wilayahnya adalah sebesar 91,53 % perhitungan ini didapat dengan cara membandingkan nilai total skor indikator Empati dari hasil survey terhadap nilai skor ideal indikator Empati dikalikan 100%, yang artinya para responden mendapatkan tingkat Empati
76
pelayanan Inseminasi Buatan sebesar 91 ,53 % dari tingkat jaminan yang diharapkan oleh pelanggan. Pelayanan Inseminasi Buatan merupakan bentuk pelayanan rutin oleh sebab itu keterlibatan antara pelanggan dan petugas akan sangat erat hal tersebut yang menimbulkan perasaan kekeluargaan diantara mereka sehingga petugas
biasanya
berkunjung
kepelanggannya
untuk
mengetahui
perkembangan temak yang dilayaninya walaupun tidak ada laporan untuk pelayanan. Seperti apa yang diungkapkan oleh responden sebagai berikut : "setelah menyuntik pak mantri biasanya juga menyempatkan mampir ke tempat petemak terdekat yang pemah dilayaninya untuk menanyakan perkembangan temak milik petemak tersebut" 6. Kepuasan
Kepuasan pelayanan adalah semua aspek pelayanan yang melebihi atau sesuai dengan harapan dan keinginan dari pelanggan. Di bawah ini adalah tabulasi hasil analisis frequensi dan persentase tentatng indikatorindikator Kualitas pelayanan Inseminasi buatan Tabel4.11 Persepsi responden terhadap Kepuasan pelayanan Inseminasi Buatan. Kepuasan (Y6)
Freauencv Valid
Sedang Tinggi Sangat Tinggi Total
12 42 46 100
Sumber : Data Primer yang di olah
Percent
12.0 42.0 46.0 100.0
Valid Percent
12.0 42.0 46.0 100.0
Cumulative Percent
12.0 54.0 100.0
77
Dari tabel 4.11 tersebut memberikan pandangan tingkat Kepuasan pelayanan Inseminasi Buatan
sebagai berikut : Dari sebanyak 100
responden tersebut diperoleh basil analisis dengan frequensi 12 atau 12 % dari seluruh responden. Memberikan pandangan bahwa Kepuasan pelayanan Inseminasi Buatan berada pada tingkat sedang dan sebanyak 42 % dengan frequensi 42 memberi pandangan bahwa Kepuasan pelayanan lnseminasi Buatan pada tingkat yang tinggi. Sedangkan yang memiliki persepsi tingkat Kepuasan sangat tinggi sebanyak 46 responden atau 46 %. demikian total persepsi responden di ketiga
Dengan
wilayah Inseminasi Buatan
terhadap tingkat Kepuasan pada pelayanan lnseminasi Buatan di wilayahnya adalah sebesar
85,76 % perhitungan ini didapat dengan cara
membandingkan nilai total skor indikator Kepuasan dari basil survey terhadap nilai skor ideal indikator Kepuasan dikalikan 100%, yang artinya para responden mendapatkan tingkat Kepuasan pelayanan Inseminasi Buatan sebesar 85,76% dari tingkat Kepuasan yang diharapkan oleh pelanggan. Terjadinya harapan terhadap pelayanan tergantung dari keinginan pelanggan, komunikasi dari mulut kemulut, pengalaman masa lalu dan informasi pasar. Dari basil wawancara dengan responden menunjukkan bahwa pada dasarnya peternak merasa senang terhadap pelaksanaan Inseminasi Buatan namun ada beberapa hal yang yang perlu ditinjau yaitu tentang masalah tarif
78
Inseminasi Buatan yang dirasakan cukup berat bagi sebagian peternak yang kurang mampu seperti terungkap dalan wawancara berikut: " sebenarnya saya merasa cukup puas terhadap pelayanan IB walaupun masih ada kekurangannya ya... namanya manusia selalu ada kekurangannya tidak mungkin sempurna, tapi beberapa anggota kelompok saya ingin supaya biaya Inseminasi Buatan dapat diturunkan ..... " Kemudian sekarang bagaimana pandangan responden terhadap Kualitas pelayanan lnseminasi Buatan hila basil analisis dari masing-masing indikator tersebut di atas di tabulasikan kedalam kualitas pelayanan Inseminasi Buatan. Yang dimaksud adalah tabulasi frequensi untuk mempero leh persentase tidak lagi dari setiap indikator tetapi secara keseluruhan sehingga menggambarkan persepsi responden dari ketiga wilayah Inseminasi Buatan terhadap variabel kualitas pelayanan lnseminasi Buatan. Dengan demikian tabulasi akan terlihat sebagai berikut : Tabel4.12. Persepsi responden terhadap Kualitas pelayanan lnseminasi Buatan Kualltas Pelayanan
Frequency Valid
Sedang Tinggi Sangat Tinggi Total
1 65 34 100
Percent
1.0 65.0 34.0 100.0
M Valid Percent
.
1.0 65.0 34.0 100.0
Cumulative Percent
1.0 66.0 100.0
Sumber : Data Primer yang di olah Dari tabel tersebut memberikan pandangan tingkat kualitas pelayanan Inseminasi Buatan sebagai berikut : Dari sebanyak 100 responden tersebut
79
diperoleh hasil analisis dengan
frequensi 1 (satu) yaitu 1 % dari seluruh
responden memberikan pandangan bahwa kualitas pelayanan lnseminasi Buatan berada pada tingkat sedang dan sebanyak 65% dengan frequensi 65 memberi pandangan bahwa kualitas
pelayanan Inseminasi Buatan pada
tingkat yang tinggi. Sedangkan yang berpersepsi tingkat kualitas pelayanan Inseminasi Buatan sangat tinggi adalah 34 % atau 34 responden. Dengan demikian total persepsi responden di ketiga
wilayah lnseminasi Buatan
terhadap tingkat kualitas pelayanan Inseminasi Buatan di wilayahnya adalah sebesar 86,84 % perhitungan ini didapat dengan cara membandingkan nilai total skor indikator-indikator kualitas pelayanan dari basil survey terhadap nilai skor ideal indikator kualitas pelayanan dikalikan 100%, yang artinya para responden mendapatkan tingkat kualitas pelayanan Inseminasi Buatan sebesar 86,84 % dari tingkat Kualitas pelayanan Inseminasi Buatan yang diharapkan oleh pelanggan. Tingkat Kualitas pelayanan yang dirasakan oleh pelanggan sebesar 86,84 % menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan oleh petugas menurut persepsi masyarakat telah mencapai tingkat
~6,84
%. Angka ini
.menggambarkan tingkat pemenuhan terhadap harapan masyarakat akan pelayanan Inseminasi Buatan yang berkualitas. Dalam persepsi masyarakat pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang dilakukan secara sempurna dalam arti realisasi pelayanan sesuai dengan service quality specifications yang dijanjikan oleh provider. Pada hal secara teoritis maupun
80
dalam praktek merupakan sesuatu yang sulit dipenuhi. Sebagai contoh masalah kebuntingan sapi, salah satu indikator untuk mengukur tangibilitas, dalam persepsi masyarakat pelayanan Inseminasi Buatan yang baik adalah pelayanan sekali Inseminasi Buatan dapat terjadi kebuntingan. Padahal baik dalam praktek maupun secara teoritis kebuntingan sapi dipengaruhi oleh banyak hal. Toelihere (1981) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi kebuntingan yaitu, fertilitas semen , kesuburan betina dan ketrampilan petugas. Untuk itu perlu adanya penyuluhan kepada peternak tentang pelayanan Inseminasi Buatan yang baik serta kendala-kendalanya agar diperoleh persepsi yang sama. Diskripsi di atas juga menunjukkan penilaian pelanggan terhadap kualitas pelayanan Inseminasi Buatan yang diberikan di Kabupaten Malang. Menurut salah satu responden seorang peternak di Kecamatan Singosari mengatakan bahwa setelah dirinya menjadi pelanggan Inseminasi Buatan pendapatannya meningkat karena harga anak sapi hasil Inseminasi Buatan dipasaran memiliki harga jual yang lebih tinggi.dan petugas dalam memberikan pelayanan Inseminasi Buatan baik, serta terhadap hasil lnseminasi Buatan pendapat responden lain :
~irinya
merasa puas
selama ini. Hal ini diperkuat dengan
81
"Temak basil Inseminasi Buatan yang saya miliki pertumhuhannya lehih cepat dari tenak lain yang hukan basil Inseminasi Buatan. Bapak petugas kawin suntik selalu datang hila saya panggil dan hahkan apahila saya tidak memiliki uang boleb ngutang dulu, hila sekali suntik tidak jadi Pak Mantri akan datang lagi dan banya memhayar sehagian atau ganti barga hihitnya saja" Pendapat yang senada juga disampaikan oleb responden lain yang dalam penuturannya tersehut mengatakan sehagai berikut: Secara keseluruban anggota di sini tidak mempunyai keluhan terbadap kawin suntik ........... banya masyarakat petemak disini ingin barga kawin suntik dapat diturunkan seperti dulu lagi " Ungkapan tersehut menunjukkan adanya harapan petemak yang belum terpenuhi barapan tersehut sangat berarti hagi petemak yang kondisi perekonomiannya lemah. Apahila
kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang
diharapkan dan pengendalian tingkat keunggulan untuk memenuhi keinginan pengguna. Menurut Parasuraman et.al. ( 1985) hahwa jika pelayanan yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsika11 sehagai kualitas yang ideal. Dari basil survey dan wawancara tersehut diatas didapatkan basil persepsi pengguna jasa Inseminasi Buatan terhadap · kualitas pelayanan Inseminasi Buatan sebesar 86,84 % basil tersehut sudah pada tingkat haik tetapi masih belum ideal karena belum sepenuhnya sesuai dengan harapan pelanggan Inseminasi
Buatan,
hal
tersehut
diperkuat
dengan basil
82
wawancara
yang menunjukkan masih ada harapan petemak yang belum
terpenuhi. C. Faktor yang mempengaruhi Kualitas pelayanan Inseminasi Buatan
Pada Bah II telah diuraikan bahwa Kualitas pelayanan lnserninasi Buatan dalam penelitian ini dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu Profesionalisme petugas (XI) Ketersediaan Sarana (X2) dan Kondisi lapangan (X3). 1. Profesionalisme petugas Inseminasi Buatan Data Profesionalisme petugas Inserninasi Buatan dijaring dengan item pertanyaan nomor 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40 dan 41. Data tentang profesionalisme petugas Inserninasi Buatan yang diperoleh melalui quisioner itu kemudian diskor dan selanjutnya di jumlah sehingga diperoleh skor total. Skor tersebut dibuat interval dan dikelompokkari menjadi lima tingkat kriteria yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Nilai skor baru diolah dengan bantuan program SPSS untuk memperoleh hasil analisis tabulasi berupa frequensi dan persentase persepsi pelanggan terhadap Profesionalisme petugas lnseminasi Buatan. Di bawah ini adalah tabulasi hasil analisis frequensi dan persentase tentang persepsi Profesionalisme petugas Inseminasi Buatan.
83
Tabel 4.13. Persepsi responden terhadap Profesionalisme petugas Inseminasi Buatan. Profeslonallsme (X1)
Fr~uen~
Valid
Sedang Tinggi Sangat Tinggi Total
7 78 15 100
Percent
7.0 78.0 15.0 100.0
Valid Percent
Cumulative Percent
7.0 85.0 100.0
7.0 78.0 15.0 100.0
Sumber : Data Primer yang di olah Dari tabel tersebut memberikan pandangan tingkat Profesionalisme pelayanan Inseminasi Buatan sebagai berikut : Dari 100 responden diperoleh hasil
analisis dengan
frequensi 7 yaitu 7 % dari seluruh responden
memberikan pandangan bahwa Profesionalisme petugas Inseminasi Buatan berada pada tingkat sedang,
sebanyak 78 % dengan frequensi 78 memberi
pandangan bahwa Profesionalisme petugas Inseminasi Buatan
pada tingkat
yang tinggi serta 15% atau 15 responden mengatakan bahwa tingkat Profesionalisme pada tingkat sangat tinggi. Dengan demikian total persepsi responden di ketiga wilayah lnseminasi Buatan terhadap Profesionalisme pelayanan Inseminasi Buatan di wilayahnya adalah sebesar 81,73 % perhitungan ini didapat dengan
~ara
membandingkan
nilai total skor indikator-indikator Profesionalisme pelayanan dari hasil survey terhadap nilai skor ideal indikator Profesionalisme pelayanan dikalikan 100%, yang artinya para responden mendapatkan tingkat Profesionalisme pelayanan
84
Inseminasi Buatan
sebesar 81,73 % dari tingkat Profesionalisme pelayanan
Inseminasi Buatan yang diharapkan oleh pelanggan. Profesionalisme dibutuhkan untuk melaksanakan tugas pelayanan dalam lnseminasi Buatan
baik tugas teknis maupun tugas pelayanan publik.
Profesionalisme sebagai tingkat mutu atau kualitas ketrampilan petugas memiliki dua indikator yaitu indikator ketrampilan teknis dan indikator ketrampilan pelayanan publik Dilihat dari tingkat pendidikan formal, petugas yang bekerja pada jasa pelayanan Inseminasi Buatan di SP-IB Kabupaten Malang terdiri dari 5 orang atau 10,42% sarjana, 2 orang atau 4,17 % D 1, 39 orang atau 81,25 % SLTA dan 2 orang atau 4,17% SLTP. Selain tingkat pendidikan petugas tingkat pengalaman petugas juga menentukan profesionalisme, semakin tinggi tingkat pengalaman petugas maka semakin tinggi pula tingkat kualitas pelayanan yang diberikan. Tingkat pengalaman tingkat pengalaman ini dapat dilihat dari masa kerja petugas lnseminasi Buatan.
2. Ketersediaa n sarana Inseminasi Buatan Data Ketersediaan sarana Inseminasi Buatan dijaring dengan item pertanyaan nomor 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51 dan 52 dalam kuisioner yang disebar kepada 100 responden. Data tentang Ketersediaan sarana Inseminasi Buatan yang
diperoleh melalui quisioner kemudian diskor
85
selanjutnya di jumlah sehingga diperoleh skor total kemudian agar lebih sederhana dalam melakukan analisa, dari skor tersebut dibuat skor baru dengan cara membuat interval dan dikelompokkan menjadi lima tingkat kriteria Ketersediaan sarana lnseminasi Buatan yaitu sangat kurang, kurang, cukup, lengkap dan sangat lengkap. Nilai skor baru diolah dengan menggunakan komputer program SPSS Windows versi 10 untuk memperoleh hasil analisis tabulasi berupa frequensi dan persentase persepsi pelanggan terhadap Ketersediaan sarana Inseminasi Buatan . Data persepsi Ketersediaan sarana di jaring dari pertanyaan nomor : 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51 dan 52.Di bawah ini adalah tabulasi hasil analisis yang berupa frequensi dan persentase tentang persepsi Ketersediaan sarana Inseminasi buatan. Tabel4.14. Persepsi responden terhadap Ketersediaan sarana Inseminasi Buatan. Ketersediaan Sarana (X2)
FreQuency Valid
Cukup Lengkap Sangatlengkap Total
4 78 18 100
Percent
4.0 78.0 18.0 100.0
Valid Percent
4.0 78.0 18.0 100.0
Cumulative Percent
4.0 82.0 100.0
Sumber : Data Primer yang di olah Dari tabel tersebut memberikan pandangan tingkat Ketersediaan sarana pelayanan Inseminasi Buatan sebagai berikut : Dari sebanyak 100 responden tersebut diperoleh hasil analisis dengan
frequensi 4 yaitu 4 % dari seluruh
86
responden memberikan pandangan bahwa Ketersediaan sarana pelayanan Inseminasi Buatan
berada pada tingkat cukup,
sebanyak 78 % dengan
frequensi 78 memberi pandangan bahwa Ketersediaan sarana pelayanan Inseminasi Buatan pada tingkat yang lengkap serta 18 % atau 18 responden berpandangan tingkat Ketersediaan sarana pelayanan sangat lengkap. Dengan demikian persepsi responden di ketiga wilayah Inseminasi Buatan terhadap Ketersediaan sarana pelayanan Inseminasi Buatan di wilayahnya adalah sebesar 84,85% perhitungan ini didapat dengan cara membandingkan nilai total skor indikator-indikator ketersediaan sarana pelayanan dari hasil survey terhadap nilai skor ideal indikator ketersediaan sarana pelayanan dikalikan 100%, yang artinya para responden mendapatkan tingkat ketersediaan sarana pelayanan Inseminasi Buatan sebesar 84,85 % dari tingkat Ketersediaan sarana pelayanan Inseminasi Buatan yang diharapkan oleh pelanggan. Ketersediaan sarana adalah ketersediaan kelengkapan kerja yang harus dimiliki oleh petugas dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari dalam persepsi pelanggan Inseminasi Buatan di
Kabupaten Malang ketersediaan sarana
Inseminasi Buatan masih memenuhi 84,85 % dari apa yang idealnya disediakan,
sedangkan 15, 15% masih bel urn terpenuhi. Hal ini dapat dilihat
dari kebutuhan semen beku untuk bibit jenis tertentu yang banyak di minati oleh peternak (Lemousin) sering kurang pengadaannya.
87
Hasil wawancara dengan staf bagian logistik berikut ini kiranya dapat mendukung fakta terbatasnya semen jenis tertentu. "setiap inseminator memiliki peralatan dan bahan yang cukup untuk kebutuhan pelayanan Inseminasi Buatan termasuk pengadaan semen beku berapapun kebutuhannya dapat disediakan meskipun semen beku tersebut bukan dari jenis tertentu yang banyak diminati oleh peternak, seperti lemosin jenis tersebut banyak diminati oleh petemak tetapi karena persediaan dari BIB terbatas maka koperasi tidak dapat menyediakan dalam jumlah yang cukup."
3. Kondisi Lapangan
Data Kondisi
lapangan dijaring
dengan item pertanyaan nomor
53,54,55,dan 56 dalam kuisioner yang disebar kepada 100 responden. Data tentang Kondisi lapangan yang diperoleh melalui kuisioner kemudian diskor selanjutnya di jumlah sehingga diperoleh skor total kemudian agar lebih sederhana dalam melakukan analisa, dari skor tersebut dibuat skor baru dengan cara membuat interval dan dikelompokkan menjadi lima tingkat kriteria Kondisi lapangan yaitu : sangat sulit, sulit, sedang, mudah dan sangat mudah. Nilai skor baru diolah dengan menggunakan komputer program SPSS Windows versi 10 untuk memperoleh hasil analisis tabulasi berupa frequensi dan persentase persepsi pelanggan terhadap Kondisi lapimgan data persepsi Kondisi lapangan dijaring dari pertannyaan nomor: 53,54,55,dan 56. Di bawah ini adalah tabulasi hasil analisis tentang persepsi Kondisi lapangan.
frequensi dan persentase
88
Tabel 4.15 Persepsi responden terbadap Kondisi lapangan Kondlsi Lapangan (X3)
Frequency Valid
Sulit Sedang Mudah Sangat Mudah Total
7 24 60 9 100
Percent
Valid Percent
7.0 24.0 60.0 9.0 100.0
7.0 24.0 60.0 9.0 100.0
Cumulative Percent
7.0 31.0 91.0 100.0
Sumber: Data Primer yang di olah Dari tabel tersebut memberikan pandangan tingkat Kondisi lapangan sebagai berikut : Dari sebanyak 100 responden tersebut diperoleb basil analisis dengan frequensi 7 yaitu 7 % dari seluruh responden berlokasi pada wilayah dengan Kondisi lapangan yang sulit sedangkan frequensi 24 berlokasi pada wilayah dengan
sebanyak 24 % dengan
Kondisi lapangan berada pada
tingkat yang sedang, selanjutnya 60 % atau frequensi 60 responden berada pada wilayah dengan Kondisi lapangan mudah dijangkau sedangkan sisanya yaitu sebanyak 9 frequensi atau 7 % mempunyai lokasi pada wilayah dengan kondisi lapangan sangat mudah di jangkau. Dengan demikian total persepsi responden di ketiga wilayah Inseminasi Buatan
terbadap Kondisi lapangan lokasi pelayanan Inseminasi Buatan di
wilayabnya adalab sebesar
71,85 % perhitungan ini didapat dengan cara
membandingkan nilai total skor indikator-indikator Ketersediaan sarana pelayanan dari basil survey terbadap nilai skor ideal indikator Kondisi lapangan lokasi pelayanan dikalikan 100%, yang artinya para responden mendapatkan
89
tingkat rata-rata kemudahan Kondisi lapangan pelayanan Inseminasi Buatan sebesar 71,85% dari tingkat Kondisi lapangan yang ada. Diskripsi di atas juga menunjukkanwa lokasi tempat tinggal pelanggan berada pada lokasi sulit sebanyak 7 % yaitu peternak pelanggan lnserninasi Buatan yang berdornisili di wilayah terpencil di perbukitan dengan sarana jalan masih berupa jalan tanah. berada pada lokasi sedang 24% yaitu peternak yang berdornisili diwilayah terpencil dengan sarana jalan makadam , yang berada pada lokasi yang mudah dijangkau sebanyak 60 % peternak yang berdomisili pada wilayah dengan kondisi jalan beraspal dan yang berada pada lokasi yang sangat mudah sebanyak 9 % yaitu peternak yang berdornisili disekitar pos pelayanan dengan kondisi jalan beraspal.
D. Hubungan antara faktor-faktor berpengaruh dengan kualitas pelayanan
Kualitas pelayanan adalah merupakan suatu fenomena yang muncul dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Keberadaannya sangat dipengaruhi
dan berhubungan faktor-faktor internal dan ekternal dimana penyelenggaraan pelayanan publik tersebut berlangsung. Dalam konteks penelitian ini faktor-faktor yang berpengaruh tersebut adalah Profesionalisme, ketersediaan sarana
dan
kondisi lapangan. Untuk menggambarkan hubungan ketiga faktor tersebut dengan kualitas pelayanan
berikut disajikan beberapa hasil wawancara dengan
masyarakat sebagai berikut :
90
"lebih dari 2 tahun petemak disini telah dilayani oleh pak mantri dengan baik, dan kelihatannya petemak cukup puas dengan pelayanan yang diberikan karena pak mantri cukup pandai dan trampil ini terlihat dari basil penyuntikan yang jarang mengulang." "Saya lebih suka I mantap dilayani oleh petugas yang berpengalaman karena selain hasilnya baik juga lebih ramah dan akrab" "... petugas biasanya selalu datang jika ada petemak yang memerlukan pelayanan, tetapi kadang-kadang kedatangannta mengecewakan petemak karena semen yang dibawa kurang sesuai dengan permintaan petemak. Menurut petugas semen yang tersedia untuk jenis tertentu sesuai permintaan petemak jumlahnya memang terbatas". "sebenamya petemak tidak terlalu mempermasalahkan apakah petugas lnseminasi Buatan tersebut baru atau sudah lama bertugas karena pada dasamya semua petugas sudah dilatih, yang menjadi masalah adalah apabila temyata semen permintaan petemak tidak dapat dipenuhi, hal tersebut sering kali membuat petemak kecewa". "petemak sudah cukup puas apabila semen beku yang dibawa oleh petugas sesuai dengan permintaannya, siapapun petugas yang melayani, baru atau lama bukan masalah". "Di lingkungan sini meskipun jalannya belum baik tapi pak mantri selalu datang apabila ada petemak yang memerlukan pelayanan" Dari wawancara diatas terlihat bahwa ketersediaan sarana merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas pelayanan dibanding dua faktor lainya. Hubungan secara parsial antara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pelayanan publik disajikan sebagai berikut : 1. Profesionalisme Pelayanan dengan Kualitas Pelayanan
Pengaruh profesionalisme terhadap kualitas pelayanan akan tampak dari jumlah akseptor yang dilayani. Kualitas pelayanan
yang baik akan
91
mengundang lebih banyak lagi pelanggan
yang berarti akan menambah
jumlah akseptor maka semakin tinggi profesionalisme maka semakin banyak akseptor yang dicapai. Salah satu indikator untuk mengukur profesionalisme adalah pegalamanatau masa kerja. Data sekunder menunjukkan bahwa petugas yang mampu mencapai dan melampaui target yang ditetapkan adalah petugas yang telah berpengalaman. Hasil wawancara dibawah ini kiranganya dapat mendukung fakta diatas "Saya lebih suka I mantap dilayani oleh petugas yang berpengalaman karena selain hasilnya baik juga lebih ramah dan akrab" "Kelompok saya ingin petugas yang ditempatkan disini sebaiknya petugas yang sudah pinter (trampil-pen), agar mampu memberikan pelayanan yang memuaskan"
2. Ketersediaan Sarana Pelayanan dengan kualitas pelayanan. Ketersediaan sarana mempunyai pengaruh yang besar terhadap kualitas pelayanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kekecewaan yang dialami oleh petemak disebabkan oleh karena ketersediaan sarana (semen Beku). Hasil wawancara berikut membuktikan kenyataan terse but. "... petugas biasanya selalu datang jika ada petemak yang memerlukan pelayanan, tetapi kadang-kadang kedatangannta mengecewakan petemak karena semen yang dibawa kurang sesuai dengan permintaan petemak. Menurut petugas semen yang tersedia untuk jenis tertentu sesuai permintaan petemak jumlahnya memang terbatas".
92
"sebenarnya petemak tidak terlalu mempennasalahkan apakah petugas Inseminasi Buatan tersebut baru atau sudah lama bertugas karena pada dasamya semua petugas sudah dilatih, yang menjadi masalah adalah apabila temyata semen pennintaan peternak tidak dapat dipenuhi, hal tersebut sering kali membuat petemak kecewa". "peternak sudah cukup puas apabila semen beku yang dibawa oleh petugas sesuai dengan pennintaannya, siapapun petugas yang melayani, baru atau lama bukan masalah".
Sarana lain yang cukup berpengaruh adalah ketersediaan nitrogen cair sebagai media penyimpan semen beku. Penyimpanan yang baik hanya dapat dilakukan apabila nitrogen cair
sebagai media penyimpan semen beku
tersedia dalam jumlah yang cukup. Penyimpanan ini sangat penting artinya karena akan berpengaruh terhadap fertilitas semen yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan yang diberikan.
Salah satu tolok
ukur untuk melihat pengaruh ketersediaan sarana (nitrogen cair) terhadap kualitas pelayanan ini adalah nilai CR dan S/C yang dicapai oleh petugas. Semakin tinggi nilai CR dan semakin rendah ni1ai S/C maka semakin baik tingkat kualitas pelayanan.
Nilai CR dan S/C yang dicapai oleh pelayanan
Inseminasi Buatan di Kabupaten Malang pada tahun 2002 adalah sebesar 63,98 % untuk CR dan nilai S/C sebesar 1,79. Dibandingkan dengan standar pelayanan Inseminasi Buatan yang ditetapkan, yaitu pelayanan baik apabila nilai CR dan S/C mencapai 70 dan lebih kecil dari 2,0, maka nilai CR dan S/C yang dicapai oleh petugas Inseminasi Buatan di Kabupaten Malang termasuk dalam kategori cukup baik. Hal terjadi karena jumlah nityrogen cair
93
sebagai salah satu saraana pelayanan tersedia dengan cukup sesuai dengan jumlah semen beku yang ada. "Di koperasi sebagai penyedia sarana pelayanan selalu tersedia nitrogen cair dalam jumlah yang cukup, berapapun jumlah semen beku yang dibawa oleh petugas selalu disertai dengan jumlah nitogen cair yang cukup, tujuannya agar fertilitas semen beku yang dibawa tidak menurun kualitasnya". (Stafbagian Logistik) Beberapa fakta tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan sarana berpengaruh terhadap kualitas pelayanan Inseminasi Buatan yang diberikan petugas kepada peternak di Kabupaten Malang.
3. Kondisi Lapangan Pelayanan dengan Kualitas Pelayanan
Kondisi
lapangan sangat berperan dalam menentukan kualitas
pelayanan Inseminasi Buatan karena sifat pelayanan Inseminasi Buatan adalah pelayanan aktif yaitu petugas mendatangi pelanggan secara individu. Dalam kondisi tersebut faktor jumlah ternak yang harus dilayani, faktor medan tempat pelanggan tinggal dan faktor sarana jalan menuju tempat pelanggan sangat berpengaruh pada kualitas layanan. Pengaruh tersebut terletak pada lamanya waktu pelayanan dan secara teknis berpengaruh pula pada kondisi semen beku yang dibawa oleh petugas.
"Di lingkungan sini meskipun jalannya belum baik tapi pak mantri selalu datang apabila ada peternak yang memerlukan pelayanan" " Anggota kelompok saya ada yang tinggal di tempat terpencil tetapi tetap dapat menerima pelayanan seperti peternak lain yang berada di wilayah yang mudah dijangkau"
94
"semua petemak disini baik yang berada di lokasi yang sulit maupun yang mudah mendapat pelayanan yang sama dari petugas, meskipun untuk petemak yang berada di lokasi yang sulit harus menunggu lebih lama akan tetapi selama kedatangan petugas masih sapi masih dalam keadaan birahi hal itu tidak masalah dan hampir tidak pemah petugas datang lewat masa birahi kecuali petemak lapomya memang terlambat". Dari wawancara diatas dapat dilihat bahwa kondisi lapangan tidak berpengaruh terhadap kualitas pelayanan Inseminasi Buatan.
BABV KESII\1PULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasar basil pembahasan yang telah di uriakan di depan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Kualitas pelayanan Inseminasi Buatan di Kabupaten Malang kondisi yang
sudah dalam
baik dalam berbagai indikatomya yaitu tangibilitas ,
keandalan,daya tanggap, jaminan,empati dan kepuasan sudah berada pada tingkat yang baik.
2. Tingkat kualitas pelayanan lnseminasi Buatan yang baik tersebut disebabkan tersedianya sarana pelayanan dalam jwnlah yang cukup, yang ditunjang oleh tingkat profesionalisme yang baik dari petugas. Sedangkan faktor kondisi lapangan tidak mempunyai
pengaruh yang berarti terhadap kualitas
pelayanan lnseminasi Buatan di Kabupaten Malang.
B. Saran Dengan memperhatikan temuan-temuan sebagaimana diuraikan di depan, untuk menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan Inseminasi Buatan di Kabupaten Malang maka disarankan kepada Pemerintah Daerah (Dinas Peternakan) sebagai berikut :
95
96
1. Menjaga dan meningkatkan ketersediaan sarana pelayanan Inseminasi Buatan baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya agar selalu relevan dengan perkembangan teknologi dan permintaan konsumen (petemak). 2. Senantiasa meningkatkan kemampuan dan ketrampilan petugas melalui berbagai diklat teknis fungsional yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah. 3. Mengadakan seleksi yang lebih baik dalam rangka pengadaan petugas hal ini dilaksanakan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia. 4. Bagi petugas Inseminasi Buatan supaya menjaga mutu sarana (semen beku) agar tetap dalam kualitas yang baik ketika dipergunakan.
DAFf AR PUSTAKA
ArifinB.,1999, Atmad~
Strategi Pembangtman Pertanian Berkerakyatan pada Era Globalisasi, Bisnis dan Ekonomi Politik, Vol.3 (3), Juli 1999.
Ferry W. 2001, Manager Profesional , Seri Kertas Ketja , Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan Kepegawaian Negara, Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua,, Balai Pustaka, Jakarta. Holloway, Jacky, Jenny Lewis & Geuff Mallory (ed), 1995, Performance Measurment and Evaluation, London: Sage Publication. Juoro. U, 2001, Otonomi dan Pemulihan Ekonomi,. Warta Ekonomi Nomor 11ffHN.XII/1 9 Maret 2001. Kamaludin, R,
1999. Pembangunan Daerah Pedesaan dan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat. Perencanaan Pembangunan No. 15, Maret 1999.
Kerlinger, Fred N. 1990, Azas-azas Penelitian Behavioral, Gajah rnada University Press, Yogyakarta. Lawless,
David J. 1972, Effectiveness Management Social Psycological Approach, Prentice Hall.
Logothetis, 1992 , Managing for Total Quality : From Demin to Taquechi and Spc, Great Britain: Prentice Hall. Margon, Collin & Stephen Murgatoyd, 1994, Total Quality Management in the Public Sector, Great Britain : Golin Morgan Associates I Murgatroyd and Associates. Mas'oed.. M, Negara sebagai Agen Transtormasi; Peran Negara, Hand Out Ekonomi Politik Pembangunan., MAP - UGM Yogyakarta. ----~
Tata Perdagangan Intemasional Baru dan lmplikasinya terhadap Ekonomi Politik Negara-Negara Selatan. Hand Out Ekonomi Politik Pembangunan, MAP - UGM, Yogyakarta.
Miles, MS. Hubennan AM, 1984, Qualitative Data Analysis, A Shource Book of A New Methods, London, New Delhi, ditetjemahkan oleh Tjetjep Robadi Roc~ 1992, Ana1isa Data Kualitatif, UI Press, Jakarta
Moleong, Lexy J. , 2000, Metodologi Penelitian KualitatU: Remaja Rosdakarya, Bandtmg. Mubyarto, 1998, Ekonomi Rakyat dan Kapitalisme di Indonesia Perencanaan Pembangunan, No. 13/September 1998. Munir, H.A.S, 1995, Manajemen Pelayanan Umwn Di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta Ndraha , Talizidulu, 1995, " Budaya Pemerintah dan Dampaknya Terhadap Pelayanan Kepada Masyarakat ", Journal Ilmu Pemerintahan Edisi ketiga, Jakarta. Osborne, David & Plastrik, 2000, Memangkas
Birokras~
PPM, Jakarta
Parasuraman, Zeithaml, and Berry, 1985, A Conceptual Model of Service Quality and its Implications for Future Research, Journal of Marketing, 49 (fall) 41-50. _ _ _ _ ____,1988, SERVQUAL . A Multiple Item Scale for Measuring Consumer Perception of Service Quality, Journal of Retailing, 64 (Spring), 12-40. 1990 Delivering Quality Service : Balancing Customer Perception, USA: A Division of Masmillan, Inc. Pawitan, Gandhi, 1995, Ukuran dan Pengukuran Terhadap Kualitas, Journal FISIP UNPAR, Tahun VII Nomor 15, November 1995: Bandung. Sach. S., Ilmu Ekonomi Internasional : Mengungkap Misteri Globalisas~ Hand Out Ekonomi Politik Pembangtman, MAP- UGM, Yogyakarta. Setiadi,T
dan
Hutabarat P.M., 1999. Strategi Pembangunan Pertanian Mengantisipasi Perubahan Dunia, Bisnis dan Ekonomi Politik, Vol. 3 (3), Juli 1999.
Sevilla Consuelo G. et. al., 1993, Pengantar Metode PeneWian, penerjemah Alimudin Tuwu, UI -Press Jakarta Sherwood, Frank P. , 1997, Responding to The Decline in Public Service Professionalism, Public Administration Review (PAR), Vol 57,No. 3, Meiljtme 1997. HaL 211-217. Siagian. F,
1997, Kesiapan Indonesia menghadapi Globalisasi Liberalisasi Ekonomi perdagangan dalam kerangka WfO, Demensi Ekonomi dan Politik, Management Pembangtman No. 18NI Januari 1997. Hal.31-38.
Singarimb~
Masri dan Effendi Sofyan, 1989, Metode Penelitian Survei, LP2ES,
Jakarta Sugiyono,2001, Metode Penelitian Administrasi, Cetakan kedelapan, Alfabeta Bandung. Steers, Richard, M. 1985, Jakarta.
Efektivitas Organisasi, Cetakan kedua, Erlangga ,
Tjiptono, Fandi, 1996, Manajemen Jasa, Andi Yogyakarta. ·I]iptono, Fandi, 1999, Kualita"i Jasa : Pengukuran, Keterbatasan dan Implikasi Manajerial , Usahawan Indonesia , No. 03 , th. XXVIII, Maret 1999. I Ial. 30-33. Tjokrowinoto, Moeljarto, 2001, Modul Kuliah Konsep dan Isu Pembangunan, MAP-UGM Toelihere, Mozes,1981, Inseminasi Buatan Pada Temak, cetakan ke 10 Angkasa Bandung. Yandianto, 2000, Kamus Umwn Bahasa Indonesia, M2S, Bandung Zeitharnl, Vallarie AA Parasuraman & Leonard L Berry, 1990, Delivering Quality Service: Balancing Customer Perception and Expectation, USA: Division ofMasmillan, Inc.,
Peraturan Perundangan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 08 Taltun 2001 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Malang Surat Keputusan Dirjen Petemakan Nomor : 52/0T.1 0/Kpts/0896 Laporan Tahunan Dinas Peternakan Kabupaten Ma1ang Tahun 2001
LAMPIRAN
Kuisioner
Identitas Responden pelanggan Inseminasi Buatan sapi potong Nama
Jenis kelamin
Umm
Beri tanda silang (X) pada salah satu altematifjawaban yang tersedia I. Pertanyaan untuk pelanggan IB 1. Kualitas pelayanan
1.1 Tangibilitas 1.
Kegiatan pelayanan IB selama ini bennanfaat bagi kehidupan peternak sapi potong ?
a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju
2.
Sapi potong basil IB
selalu turnbuh lebih cepat dari pada sapi yang
bukan basil IB ? a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju
3.
Jwnlah pemilikan rata-rata sapi potong peternak naik akibat pelayanan IB a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju
1
4.
Dengan
pelayanan IB pendapatan bapak /ibulsdr
dari ternak sapi
potong bertambah a. sangat setuju
c. ragu-ragu
b. setuju
d. kurang setuju
e. tidak setuju 1.2 Keandalan
5. Apabila dipanggil inseminator pasti akan segera datang a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju 6. Inseminator selalu dapat menyediakan bibit/ semen beku yang sesuai dengan pilihan petrnak a. sangat setuju
c. ragu-ragu
b. setuju
d. kurang setuju
e. tidak setuju 7. Pelayanan inserninator sudah sesuai dengan keinginan peternak a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju 8. petugas pelayanan IB
selama
1Ill
selalu bersikap menyenangkan
kepada peternak a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju 9. Dalam melayani peternak,
petugas inseminator selalu berhsil
memuaskan peternak a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju
2
10. Dalam rnelakukan inseminasi petugas inseminator tidak pemah melakukan kesalahan b. setuju
a. sangat setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju 1.3 Daya tanggap
11. Petugas inseminator selalu menepati janji kepada bapak/ibu/sdr b. setuju
a. sangat setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju 12. Penjelasan/informasi ydllg diberikan oleh petugas inserninator sulit dimengerti a. tidak setuju
c. ragu-ragu
b. kurang setuju
d. setuju
e. sangat setuju 13. Petugas inserninator selalu memperhatikan terhadap setiap keinginan, harapan, aspirasi dan keluhan dari peternak a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju 14. Petugas
inseminator
akan
mengganti
apabila
kepada peternak
melakukan kesalahan dalam pelayanan a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju 15. Petugas bersifat kaku dalam melayani kepentingan bapak/ibu/sdr a. tidak setuju
b. kurang setuju
c. rdgu-ragu
d. setuju
e. sangat setuju
3
1.4 Jaminan
16. Petugas inseminator kurang meyakinkan dalam memberikan pelayanan a. tidak setuju
b. kurang setuju
c. ragu-ragu
d. setuju
e. sangat setuju 17. Petugas inseminator sudah bersikap jujur dalam melayani petemak a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju 18. Yang dilakukan petugas inseminator dalam melayani IB selama ini tidak membahayakan orang lain atau ternaknya a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju 19. Jika petemak rnelapor kepada petugas maka petugas inseminator pasti datang melayani a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju 20. Bapaklibu/sdr. pernah di perlakukan dengan tidak sopan oleh petugas inseminator pada saat melaksanakan tugas pelayanan IB a. tidak setuju
b. kurang setuju
c. ragu-ragu
d. setuju
e. sangat setuju 21. Petugas inseminator selalu mencuci peralatannya setelah atau sebelum menggunakannya a. sangat setuju
b. setuju
c. mgu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju
4
1.5 Empati
22. Dalam upaya mencari pelayanan bapak/ibu/sdr mengalami kesulitan dalam mencari petugas inseminator a. tidak setuju
b. kurang setuju
c. ragu-ragu
d. setuju
e. sangat setuju 23. Petugas inseminator kurang peduli terhadap kepentingan peternak a. tidak setuju
b. kurang setuju
c. ragu-ragu
d. setuju
e. sangat setuju 24. Jika petemak mengeluh tentang basil IB inseminator diam saja a. tidak setuju
b. kurang setuju
c. ragu-ragu
d. setuju
e. sangat setuju 25. Inseminator sering menyembtmyikan informasi yang penting kepada petemak a. tidak setuju
b. kurang setuju
c. ragu-ragu
d. setuju
e. sangat setuju 26. Apabila diminta pendapatnya petugas inseminator sering menghindar a. tidak setuju
b. kurang setuju
c. ragu-ragu
d. setuju
e. sangat setuju 27. Petugas inseminator lebih rrengutamakan rrelayani peternak yang kaya dari pada peternak yang miskin a. tidak setuju
b. kurang setuju
c. ragu-ragu
d. setuju
e. sangat setuju
5
1.6 Kepuasan 28. Petemak merasa puas terhadap basil dari pelayanan IB yang diberikan selama ini a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju 29. Tarip m yang berlaku saat ini sudah memuaskan petemak a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju 30. Peternak sudah merasa puas terhadap kecepatan pelayanan IB selama
ini a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju 3 1. Kerarnahan petuga~ inseminator selarna ini sangat memuaskan petemak a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju 32. Peternak merasa puas terhadap pelayarum petugas karena hubungan kekeluargaan yang dijalin petugas selama ini a. sangat setuju
b.
set~ju
c. ragu-ragu
d. kurang
set~ju
e. tidak set~ju
6
2. Profesionalisme Inseminator 33. Petugas inseminator untuk melakukan satu kali inseminasi memerlukan waktu lima menit a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju 34. Petugas inseminator dalam melaksanakan IB selalu kesulitan dalam menenangkanternaknya a. tidak setuju
b. kurang setuju
c. ragu-ragu
d. setuju
e. sangat setuju 35. Petugas inseminator selalu membawa semen beku dalam termos yang berisi nitrogen cair a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju 36. Petugas inseminator selalu melakukan inseminasi dengan lancar a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju 3 7. Petugas inseminator selalu melaksanakan tugasnya dengan senyum dan ramah kepada peternak dalam setiap melakukan pelayanannya a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju
7
38. Penampilan inseminator dalam memberikan pelayanan sering tampak
kumuh b. kurang setuju
a. tidak setuju
c. ragu-ragu
d. setuju
e. sangat setuju 39. Selama ini inseminator melakukan IB sekali Iangsung jadi a. sangat
set~ju
b.
set~ju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju 40. Setalah melakukan IB petugas selalu mencatan dalam kartu ternak milik peternak a. sangat setuju
b. sett.Yu
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju 41. Petugas kurang pandai dalam memberikan penyuluhan temtang inseminasi buatan b. kurang setuju
a. tidak setuju
c. ragu-ragu
d. setuju
e. sangat setuju
3. Ketersediaan sarana 42. Inseminator
sering mengatakan kehabisan bibit semen beku dalam
melaksanakan tugas pelayanannya a. tidak setuju
b. kurang setuju
c. ragu-ragu
d. setuju
e. sangat setuju
8
43. Petugas I imeminator sering tidak dapat melayani dengan alasan tidak
ada kendaraan a. tidak setuju
b. kurang setuju
c. ragu-ragu
d. setuju
e. sangat setuju 44. Petugas I inseminator
selalu mengenakan pakaian lapangan dalam
menjalankan tugas a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju 45. Petugas I inseminator selalu menggunakan pastik sheath yang baru dan steril? a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju 46. Dalam melakukan inseminasi petugas selalu menggunakan sarung tangan plastik ? a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju 47. Dalam membuka straw semen beku petugas I inseminator selalu menggunakan gunting yang bersih a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju
9
48. Dalam mengambil semen beku dari nitrogen cair petugas inseminator selalu menggtmakan penjapit straw ? a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju
49. Petugas I inseminator
sudah memiliki alat untuk menyimpan semen
beku dirumahnya a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju 50. Petugas I insminator selalu membawan tas untuk membawa peralatan IB pada saat melakukan pelayanan 113 a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju 51. Petugas I inseminator selalu menggunakan kertas tissue da1am setiap melakukan pelayanan IB a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju 52. Petugas I inseminator memiliki alat inseminasi yang dalam keadaan baik untuk melakukan pelayanan a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak set~ju
10
4. Kondisi lapangan
53. Selama
ini
petugas
inseminator
terlihat
kewalahan
menangani
permintaan pelayanan dari peternak a. tidak set4ju
b. kurang setuju
c. ragu-ragu
d. setuju
e. sangat setuju 54. Jarak antara rumah petugas inseminator dengan rumah bapak/ibu/sdr terlalu jauh a. tidak setuju
b. kurang setuju
c. ragu-ragu
d. setuju
e. sangat setuju 55. Kondisi lokasi ternpat tinggal bapak/ibu/sdr menyulitkan petugas untuk mencapainya a. tidak setuju
b. kurang setuju
c. ragu-ragu
d. setuju
e. sangat setuju 56. Prasarana jalan dari rumah petugas ke ternpat tinggal bapak/ibu/sdr adalah berupa Jalan aspal hotmix a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. kurang setuju
e. tidak setuju
11
PEDOMANWAWANCARA
1. Menurut Bapak/Ibu/Saudara apakah penyelenggaraan pelayanan Inseminasi Buatan di Kabupaten Malang sudah sesuai dengan keinginan peternak ? mengapa? 2. Apakah pelayanan Inseminasi Buatan memberikan manfaat kepada peternak ? 3. Bagaimana kemampuan pelayanan petugas dalam memberikan pelayanan ? apa pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan? Mengapa? 4. Bagaimana daya tanggap petugas pelayanan terhadap keinginan peternak? 5. Bagaimana sikap dan cara petugas dalam memberikan pelayanan? 6. Apakah petugas memiliki keperdulian terhadap pelanggan ? bagaimana bentuk keperdulian tersebut ? 7. Apakah Bapak/Ibu/Saudara sudah merasa puas terhadap pelayanan Inseminasi Buatan? mengapa? 8. Menurut Bapak/Ibu/Saudara, apakah pelayanan Inseminasi Buatan sudah mumpuni ? mengapa ? 9.
Menurut Bapak/Ibu/Saudara, apakah sarana pelayanan Inseminasi Buatan sudah cukup ? mengapa ?
10. Menurut Bapakllbu/Saudara, apakah kondisi lapangan mempengaruhi pelayanan Inseminasi Buatan? mengapa ?