MENTERI KttSEHAttAN
REPUBL:K INDONESIA
PERATURAN IИ ENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 84 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
melaksanakan ketentuan Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, telah ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 180/PMK.O7 12013 tentang Pedoman Umum dan Alokasi Dana Alokasi Khusus
: a. bahwa untuk
Tahun Anggaran 2Ol4;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2Ol4 dengan Peraturan Menteri Kesehatan; Mengingat
: 1.
2.
Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a2861;
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2OO4 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a355);
3.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2OO4 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor aaOO\
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
-24.Undang-UndangNomor25Tahun2oo4tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2oo4 Nomor lO4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor aa2l);
5.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO4 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4 Nomor t25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 44371 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a8a4l;
6。
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2OO4 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 36371;
7.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2OO9 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO9 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
8.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol3 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2Ol4 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol3 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
9。
10。
5a6\;
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 20O5 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a5751; Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2OO5 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO5 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a5781;
MENTERI KESEHAIAN REPUBLIK INDONESIA
-311. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2OO7 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah KabupatenlKota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO7 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a7371; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2OOT tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO7 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a7all; 13. Keputusan Presiden Nomor
42 Tah,un
2OO2 tentang Pendapatan dan
Pedoman Pelaksanaan Anggaran Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO2 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4212l. sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun 2OlO;
39 Tahun 2Ol3 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2Ol4 (Lembaran
14. Peraturan Presiden Nomor
Negara Republik Indonesia Tahun 2OI3 Nomor 91);
Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2OIO tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2OO9 Pedoman
15. Peraturan
Pengelolaan Keuangan Dana Alokasi Khusus (DAK) di Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2OlO Nomor 59al;
ll44lMenkes/ PerlVIll2OlO tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2OlO Nomor 585), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2Ol3 (Berita Negara Republik
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
Indonesia Tahun 2Ol3 Nomor 7aI); MEMUTUSKAN:
Menetapkan
: PERATURAN MENTERI KESEHATAN
TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2014.
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
-4Pasal
1
Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2Ol4 yang selanjutnya disebut DAK Bidang Kesehatan diberikan kepada daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan bidang kesehatan yang merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas pembangunan kesehatan nasional tahun 2Ol4 yang ditetapkan melalui Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2014. Pasal 2
DAK Bidang Kesehatan diarahkan untuk kegiatan: a. subbidang pelayanan kesehatan dasar;
b. subbidang pelayanan kesehatan rujukan; dan
c. (2)
subbidang pelayanan kefarmasian.
Penggunaan DAK Bidang Kesehatan untuk kegiatan Subbidang Pelayanan Kesehatan Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a digunakan untuk pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan bagi Poskesdes, Puskesmas dan jaringannya yang meliputi: a. pembangunan puskesmas pembantu (Pustu) dan puskesmas di Daerah Tertinggal, Perbatasan, dan Kepulauan (DTPK); b. peningkatan puskesmas menjadi puskesmas perawatan di wilayah terpencil/sangat terpencil di DTPK dan peningkatan puskesmas menjadi mampu Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PoNED);
c. pembangunan sarana instalasi pengolahan limbah; d. rehabilitasi karena rusak berat atau rehabilitasi total puskesmas/puskesmas perawatan, termasuk rumah dinas dokter dan paramedis; e. penyediaan alat kesehatan; f. penyediaan puskesmas keliling (pusling roda 4 dan pusling perairan); dan g. pembangunan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)/Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu).
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
-5(3)
Penggunaan DAK Bidang Kesehatan untuk kegiatan subbidang pelayanan kesehatan rujukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b digunakan untuk pemenuhan/pengadaan sarana, prasarana
dan peralatan bagi rumah sakit provinsi/kabupaten/kota
yang
meliputi: a. pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan tempat tidur kelas III; b. pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit; C. Pemenuhan Sarana, Prasarana Dan Peralatan Intensiue Care Unit (rcu); d. Pemenuhan Sarana, Prasarana Dan Peralatan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK); e. Pemenuhan Sarana, Prasarana Dan Peralatan Instalasi Pengolahan Limbah (IPL) rumah sakit; f. Pemenuhan Sarana Prasarana Unit Transfusi Darah (UTD) di rumah sakit atau Bank Darah Rumah Sakit (BDRS); dan g. Pemenuhan peralatan kalibrasi di rumah sakit.
(4)
Penggunaan DAK Bidang Kesehatan untuk kegiatan subbidang pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c digunakan untuk: a. penyediaan obat dan perbekalan kesehatan untuk fasilitas pelayanan kesehatan dasar untuk kabupatenlkota yang mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN); b. pembangunan baru/rehabilitasi dan/atau penyediaan sarana pendukung instalasi farmasi kabupaten/kota; dan c. pembangunan baru/rehabilitasi dan/atau penyediaan sarana pendukung instalasi farmasi provinsi. Pasal 3
Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2Ol4 dilaksanakan sesuai Petunjuk Teknis sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
MENTER:KESEHATAN
REPUBLiK INDONES:A -6-
Pasa1 4
Petuttuk Tcknis sebagaiinana diinaksud dalam Pasa1 3 agar digunakan sebagai acuan oleh Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dalam pengelolaan dan penggunaan DAK Bidang Keschatan Tahun 2014. Pasal 5
Penghitungan alokasi DAK Bidang Kesehatan, dilakukan melalui 2 (dua) tahapan, yaitu: a. penentuan daerah tertentu yang menerima DAK Bidang Kesehatan; dan
b. penentuan besaran alokasi DAK Bidang Kesehatan masing-masing daerah. (2)
Penentuan kelayakan daerah penerima DAK Bidang Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a menggunakan Indeks Fiskal Wilayah (IFW) dengan bobot 5Oo/o dan Indeks Teknis (IT) dengan bobot
(3)
5Oo/o.
Penentuan besaran alokasi DAK Bidang Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menggunakan IFW dengan bobot 2Ooh dan IT dengan bobot 8Oo/o.
Pasal 6
Kepala SKPD penerima DAK Bidang Kesehatan sebagai penanggung jawab anggaran sarana pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan, dan pelayanan kefarmasian harus menyampaikan laporan triwulan yang memuat laporan pelaksanaan kegiatan dan penggunaan DAK Bidang Kesehatan kepada Dinas Kesehatan Provinsi untuk dikompilasi dan Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan hasil rekapan kompilasi tersebut kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan up. Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran. (2)
Kepala daerah menyampaikan laporan triwulan pelaksanaan kegiatan dan penggunaan DAK kepada: a. Menteri Keuangan; b. Menteri Dalam Negeri; dan c. Menteri Kesehatan.
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
-7
(3)
-
Penyampaian laporan triwulan kegiatan DAK Bidang Kesehatan dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari setelah triwulan yang bersangkutan berakhir. Pasal 7
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2014.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Peraturan Menteri
pengundangan
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan di」 akarta
pada tanggal 16 Desember 2013
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, ttd
NAFSIAH MBOI Diundangkan di」 akarta pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN
NOMOR
-8LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 84 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2014 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2014 A.
Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Pembangunan yang dilaksanakan harus dapat menjamin bahwa manfaatnya dapat diterima oleh semua pihak, berdampak adil bagi perempuan dan laki-laki (responsif gender). Di dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pada pasal 2 dan 3 dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif dan normanorma agama. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.
-9Pembangunan bidang kesehatan juga menjadi perhatian penting dalam komitmen internasional, yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs). Dalam MDGs terdapat tujuan yang terkait langsung dengan bidang kesehatan yaitu target 4 (menurunkan angka kematian anak), target 5 (meningkatkan kesehatan ibu) dan target 6 (memerangi HIV dan AIDS, TB dan Malaria serta penyakit lainnya), serta 2 target lainnya yang tidak terkait langsung yaitu target 1 (menanggulangi kemiskinan dan kelaparan) dan target 3 (mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan). Kementerian Kesehatan telah menyusun strategi untuk pencapaian target-target tersebut. Dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan, perlu adanya pembiayaan kesehatan, yang bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, telah menetapkan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi daerah dalam pelaksanaan desentralisasi, diantaranya untuk meningkatkan pembangunan kesehatan, sehingga pemerintah baik pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau dan berkualitas. Melalui Dana Alokasi Khusus (DAK), Pemerintah Pusat memberikan anggaran pada daerah untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional. DAK Bidang Kesehatan, diberikan kepada daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan bidang kesehatan yang merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas pembangunan kesehatan nasional tahun 2014 yang ditetapkan melalui Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2014. RKP Tahun 2014 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2013, merupakan acuan bagi Kementerian, Lembaga Pemerintah Non Kementerian dan Pemerintah Daerah maupun masyarakat termasuk dunia usaha sehingga tercapai sinergi dalam pelaksanaan program pembangunan.
- 10 DAK Bidang Kesehatan tahun 2014 difokuskan pada Pelayanan Kesehatan Dasar untuk Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas dan jaringannya) serta Pos Kesehatan Desa; Pelayanan Kefarmasian untuk Provinsi/Kabupaten/Kota; dan Pelayanan Kesehatan Rujukan (Rumah Sakit Provinsi/Kabupaten/Kota). Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2014 berisi penjelasan rinci pemanfaatan DAK, dilengkapi informasi dalam pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan di daerah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Menteri Keuangan tentang Alokasi dan Pedoman Umum Dana Alokasi Khusus Tahun Anggaran 2014. Selanjutnya petunjuk teknis ini menjadi pedoman pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2014.
B.
Arah Kebijakan Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan pelayanan kefarmasian dalam rangka akselerasi pencapaian MDGs yang difokuskan untuk menurunkan angka kematian ibu, angka kematian bayi dan anak, penanggulangan masalah gizi serta pengendalian penyakit (menular dan tidak menular) dan penyehatan lingkungan terutama bagi penduduk miskin dan penduduk di Daerah Tertinggal, Perbatasan, dan Kepulauan (DTPK) melalui peningkatan sarana prasarana dan peralatan kesehatan di Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), Puskesmas dan jaringannya, RS Provinsi/Kabupaten/Kota serta penyediaan dan pengelolaan obat, perbekalan kesehatan, vaksin, yang berkhasiat, aman dan bermutu untuk mendukung pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Bidang Kesehatan Tahun 2014.
C.
Tujuan 1. Umum Membantu merupakan kesehatan Pemerintah
mendanai kegiatan fisik bidang kesehatan yang urusan daerah sesuai dengan prioritas pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Kerja (RKP) Tahun 2014.
- 11 2. Khusus Mendukung percepatan pencapaian MDGs yang terkait dengan kesehatan, pelaksanaan SJSN bidang kesehatan, melalui pembangunan/perbaikan/peningkatan sarana prasarana dan peralatan di Poskesdes, Puskesmas dan jaringannya, pemenuhan fasilitas sarana prasarana dan peralatan di RS Provinsi/Kabupaten/Kota dan peningkatan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat, perbekalan kesehatan untuk pelayanan kesehatan dasar, terutama bagi pelayanan untuk masyarakat miskin dan DTPK. D.
Ruang Lingkup DAK Bidang Kesehatan Tahun 2014 diarahkan untuk kegiatan: 1.
Subbidang Pelayanan Kesehatan Dasar Pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan bagi Poskesdes, Puskesmas dan jaringannya, meliputi: a. Pembangunan Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Puskesmas di DTPK. b. Peningkatan Puskesmas menjadi Puskesmas Perawatan di wilayah terpencil/sangat terpencil di DTPK dan peningkatan Puskesmas menjadi mampu PONED. c. Pembangunan sarana Instalasi Pengolahan Limbah. d. Rehabilitasi karena rusak berat atau rehabilitasi total Puskesmas/Puskesmas Perawatan, termasuk rumah dinas dokter dan paramedis. e. Penyediaan Alat Kesehatan. f. Penyediaan Puskesmas Keliling (Pusling Roda 4 dan Pusling Perairan). g. Pembangunan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)/Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu).
2.
Subbidang Pelayanan Kesehatan Rujukan Pemenuhan/pengadaan sarana, prasarana dan peralatan bagi Rumah Sakit Provinsi/Kabupaten/Kota, meliputi: a. Pemenuhan Sarana, Prasarana Dan Peralatan Tempat Tidur Kelas III. b. Pemenuhan Sarana, Prasarana Dan Peralatan IGD RS. c. Pemenuhan Sarana, Prasarana Dan Peralatan ICU RS.
- 12 d. e. f. g. 3.
Pemenuhan Pemenuhan Pemenuhan Pemenuhan
Sarana, Prasarana Dan Peralatan PONEK RS. Sarana, Prasarana Dan Peralatan IPL RS. Sarana Prasarana UTD di RS/BDRS. Peralatan Kalibrasi di RS.
Subbidang Pelayanan Kefarmasian, meliputi: a. Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan untuk fasilitas pelayanan kesehatan dasar untuk Kabupaten/Kota yang mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN). b. Pembangunan baru/Rehabilitasi dan/atau Penyediaan sarana pendukung Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota. c. Pembangunan baru/Rehabilitasi dan/atau Penyediaan sarana pendukung Instalasi Farmasi Provinsi.
E.
Pengalokasian Dan Penyaluran DAK Proses pengalokasian dan penyaluran DAK meliputi: 1.
Pengalokasian Penghitungan alokasi DAK Bidang Kesehatan Tahun 2014, dilakukan melalui 2 (dua) tahapan, yaitu: a. Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK Penentuan kelayakan daerah penerima DAK menggunakan Indeks Fiskal Wilayah (IFW) dengan bobot 50% dan IT (Indeks Teknis) dengan bobot 50%. b.
Penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah 1)
Penentuan besaran alokasi daerah penerima DAK menggunakan IFW dengan bobot 20 % dan IT dengan bobot 80%.
2)
IFW ditentukan berdasarkan Kriteria Umum merupakan kewenangan Kementerian Keuangan dan Kriteria Khusus merupakan kewenangan dari Kementerian/Lembaga terkait, sedangkan kriteria teknis merupakan kewenangan dari Kementerian Kesehatan.
3)
Usulan ruang lingkup kegiatan dan besaran alokasi DAK kemudian dibahas dan diputuskan bersama antara pemerintah dengan Panitia Kerja Belanja Transfer ke Daerah DPR RI.
- 13 4)
2.
Kaidah-kaidah mengenai mekanisme pengalokasian DAK dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005.
Penyaluran DAK Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2014 disalurkan melalui mekanisme transfer yang diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan dan ketentuan peraturan yang berlaku lainnya. a.
Penyediaan Sarana, Prasarana Pelayanan Kesehatan Dasar untuk Kabupaten/Kota, disalurkan melalui SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
b.
Penyediaan Obat, BMHP dan Sarana Prasarana Pelayanan Kefarmasian untuk Kabupaten/Kota, disalurkan melalui SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sedangkan penyediaan Sarana Prasarana Pelayanan Kefarmasian untuk Provinsi, disalurkan melalui SKPD Dinas Kesehatan Provinsi.
c.
Penyediaan Sarana Prasarana Dan Peralatan Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan Rujukan disalurkan melalui SKPD Rumah Sakit Umum atau Khusus Provinsi/Kabupaten/Kota.
- 14 BAB II PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN TEKNIS DAK BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2014 A.
Perencanaan Sesuai dengan Pasal 162 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah dan Pemerintah Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) harus saling berkoordinasi dalam penyusunan kegiatannya. Dalam rangka menjaga sinkronisasi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program kesehatan Kabupaten/Kota dengan Provinsi, SKPD yang memperoleh alokasi DAK Bidang Kesehatan agar berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi. Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA) yang disusun mengacu kepada Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2014.
B.
Pelaksanaan Teknis 1. Pagu anggaran DAK Bidang Kesehatan Tahun 2014 terdiri dari anggaran Subbidang Pelayanan Kesehatan Dasar untuk Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota; anggaran Subbidang Pelayanan Kesehatan Rujukan untuk RS Provinsi/Kabupaten/Kota; dan anggaran Subbidang Pelayanan Kefarmasian untuk Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota. 2. Penggunaan anggaran DAK Bidang Kesehatan Tahun 2014 harus mengacu pada Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan TA 2014. Ruang lingkup kegiatan DAK dalam juknis ini sifatnya pilihan sesuai dengan subbidang masing-masing dan disesuaikan dengan prioritas nasional. 3. Penggunaan anggaran DAK Bidang Kesehatan 2014 yang tidak sesuai dengan Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan 2014 menjadi tanggung jawab Kepala Daerah dan SKPD yang bersangkutan. 4. Tidak diperkenankan pengalihan anggaran ataupun kegiatan antar subbidang karena besaran alokasi per subbidang mempunyai keterikatan dengan Undang – Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (UU APBN) Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 180/PMK.07/2013 tentang Pedoman Umum dan Alokasi DAK Tahun Anggaran 2014.
- 15 5. Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan anggaran transfer daerah termasuk DAK Bidang Kesehatan mengikuti ketentuan yang telah diatur oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri dan Peraturan Menteri Keuangan. 6. Daerah penerima DAK wajib menganggarkan dana pendamping dalam APBD sekurang-kurangnya 10% (sepuluh persen) dari besaran alokasi DAK yang diterima sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan pasal 61. Pengunaan Dana Pendamping ini merupakan satu kesatuan dengan pagu DAK dan penggunaannya untuk kegiatan fisik yang mengacu pada Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2014. 7. DAK tidak dapat digunakan untuk mendanai administrasi kegiatan, penyiapan kegiatan fisik, penelitian, pelatihan, perjalanan dinas, biaya operasional, biaya pemeliharaan/perawatan dan biaya konsultan/jasa/tenaga pelaksana ataupun aspek lainnya sebagai akibat pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan. 8. Kepala SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan RS Provinsi/Kabupaten/Kota melaporkan pelaksanaan kegiatan DAK Bidang Kesehatan sesuai dengan subbidangnya yang meliputi jenis kegiatan, lokasi kegiatan, realisasi keuangan dan realisasi fisik kepada Dinas Kesehatan Provinsi, paling lambat 14 hari setelah triwulan selesai (Maret, Juni, September, Desember). 9. Dinas Kesehatan Provinsi melakukan kompilasi dan merekap laporan pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan di wilayah kerjanya, kemudian hasil rekapan kompilasi per subbidang meliputi jenis kegiatan, lokasi kegiatan, realisasi keuangan dan realisasi fisik tersebut dikirimkan ke Menteri Kesehatan melalui Sekretaris Jenderal up. Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran, paling lambat 14 hari setelah triwulan selesai (Maret, Juni, September, Desember). 10. Dalam pelaksanaan kegiatan yang dibiayai oleh DAK Bidang Kesehatan dan dana pendampingnya tidak boleh duplikasi dengan sumber pembiayaan lainnya dari APBN maupun APBD.
- 16 BAB III SUBBIDANG PELAYANAN KESEHATAN DASAR A.
Pembangunan Puskesmas Pembantu/dan Puskesmas di DTPK 1.
Pembangunan Puskesmas Pembantu (Pustu) Di era desentralisasi terjadi pengembangan Kabupaten/ Kota diikuti oleh pengembangan kecamatan dan desa. Disetiap kecamatan harus memiliki Puskesmas. Dalam mendekatkan akses pelayanan kesehatan, Puskesmas dibantu oleh keberadaan Puskesmas Pembantu. Puskesmas Pembantu melayani 2 - 3 desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas. Pembangunan Puskesmas Pembantu juga diperlukan untuk hal-hal khusus seperti Puskesmas Pembantu yang rusak akibat bencana alam, relokasi Pustu yang disebabkan adanya perubahan tata ruang wilayah, dan lain-lain. Pembangunan Puskesmas Pembantu diprioritaskan untuk Kabupaten/Kota yang memiliki jumlah penduduk yang besar dan Angka Kematian Ibu yang tinggi. Persyaratan pembangunan Puskesmas Pembantu adalah sebagai berikut : a.
Persyaratan Umum 1) Adanya telaah kebutuhan akan adanya Pustu, antara lain karena: a) Mendukung peningkatan pelayanan Puskesmas. b) Mengganti Pustu yang rusak karena bencana alam. c) Relokasi Pustu, yang disebabkan adanya jalur hijau, perubahan tata ruang wilayah, terjadinya masalah hukum pada lokasi fisik bangunan. d) Pustu diharapkan dapat melayani 2 – 3 desa yang ada. 2) Lokasi: a) Berada di tengah pemukiman penduduk. b) Kepadatan penduduk berkisar antara 3.000 – 5.000 penduduk, atau terdapat pertimbangan lain. c) Jarak lokasi pembangunan baru Pustu dengan sarana kesehatan lain, dengan kisaran 3 – 5 km, atau terdapat pertimbangan lain.
- 17 3)
Ada surat pernyataan yang ditandatangani Kepala Daerah, yang berisi: a) Kesanggupan daerah untuk memenuhi ketenagaan dan biaya operasional. b) Tersedia tanah yang tidak bermasalah untuk pembangunan. c) Pembangunan belum pernah diusulkan dari sumber dana lainnya.
4)
Tersedia rumah dinas bagi petugas bila berada di daerah terpencil atau sangat terpencil.
5)
Usulan disertai sarana prasarana penunjang yang harus disediakan seperti pagar, listrik, air, perlengkapan mebeulair, dan perlengkapan kesehatan yang dibutuhkan.
b. Persyaratan Teknis:
c.
1)
Luas ruangan/bangunan sesuai dengan kondisi setempat dengan memperhatikan kebutuhan minimal pelayanan/kegiatan. Sedangkan jumlah sarana dan ruangan tergantung jenis pelayanan/kegiatan yang dilaksanakan. Pembangunan baru Pustu dapat menggunakan bahan bangunan yang dihasilkan oleh wilayah setempat.
2)
Denah tata ruang agar memperhatikan fungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan. Denah kebutuhan tata ruang mengacu pada buku Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007 serta lampiran pedoman yang disempurnakan dan pedoman program.
3)
Peralatan kesehatan Kebutuhan minimal peralatan kesehatan pembangunan Pustu mengacu pada buku Pedoman Peralatan.
Acuan: 1)
Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007.
2)
Pedoman Peralatan, Direktorat Kesehatan Masyarakat tahun 2008.
Jenderal
Bina
- 18 2.
Pembangunan Puskesmas dan Kepulauan (DTPK)
di Daerah Tertinggal, Perbatasan
Pembangunan Puskesmas ditujukan untuk peningkatan jangkauan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat. a. Persyaratan Umum: 1)
Adanya telaah kebutuhan akan adanya Puskesmas di DTPK , antara lain karena : a) Kecamatan pemekaran yang tidak mempunyai Puskesmas. b) Kepadatan penduduk tinggi, jumlah penduduk lebih dari 30.000 penduduk per kecamatan. c) Wilayah kerja sangat luas
2)
Lokasi: a) Didirikan pada area yang mudah terjangkau baik dari segi jarak maupun sarana transportasi umum dari seluruh wilayah kerjanya. b) Pertimbangan lainnya yang ditetapkan oleh daerah.
3)
Ada surat pernyataan yang ditandatangani Kepala Daerah, yang berisi: a) Kesanggupan daerah untuk memenuhi ketenagaan dan biaya operasional. b) Tersedia tanah yang tidak bermasalah untuk pembangunan c) Pembangunan belum pernah diusulkan dari sumber dana lainnya.
4)
Dilengkapi rumah dinas bagi petugas bila berada di daerah terpencil atau sangat terpencil. Rumah dinas berada satu lokasi dengan Puskesmas.
5)
Usulan disertai sarana prasarana penunjang yang harus disediakan seperti pagar, listrik, air, perlengkapan mebeulair, SPAL/IPAL, sarana pembuangan sampah, dan peralatan kesehatan yang dibutuhkan.
- 19 b. Persyaratan Teknis: 1) Luas lahan dan bangunan tergantung jenis pelayanan kesehatan/kegiatan yang dilaksanakan guna memberikan pelayanan yang optimal. 2) Denah tata ruang a) Denah tata ruang Puskesmas mengacu pada buku Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007 serta lampiran pedoman yang disempurnakan dan pedoman program. b) Setiap pembangunan Puskesmas perlu memperhatikan ruang penyimpanan obat, ruang laboratorium, adanya ruang laktasi/pojok ASI (standar ruang laktasi terlampir), dan memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan gender. 3) Peralatan Kesehatan Kebutuhan minimal peralatan pembangunan Puskesmas mengacu Pedoman Peralatan.
kesehatan pada buku
c. Acuan
B.
1)
Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007.
2)
Pedoman Peralatan, Direktorat Kesehatan Masyarakat tahun 2008.
Jenderal
Bina
Peningkatan Puskesmas Menjadi Puskesmas Perawatan di DTPK dan Peningkatan Puskesmas Menjadi Puskesmas Mampu PONED 1.
Peningkatan Puskesmas Menjadi Puskesmas Perawatan di DTPK Peningkatan Puskesmas menjadi Puskesmas Perawatan di DTPK, ditujukan untuk meningkatkan jangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada pelayanan rawat inap. Sasaran utama Puskesmas yang ditingkatkan menjadi Puskesmas Perawatan adalah Puskesmas yang berada di perbatasan dengan negara tetangga dan Puskesmas yang
- 20 berada di daerah terpencil / sangat terpencil (daftar terlampir). a.
Persyaratan Umum 1) Adanya telaahan kebutuhan akan adanya Puskesmas Perawatan, antara lain karena: a) Puskesmas di wilayah terpencil, tertinggal, kepulauan, perbatasan dengan negara lain sesuai dengan target (101 Puskesmas terlampir). b) Kabupaten pemekaran yang belum tersedia Rumah Sakit. 2) Lokasi Puskesmas: a) Wilayah terpencil/sangat terpencil, tertinggal, perbatasan dan kepulauan. b) Waktu tempuh lebih dari 2 jam dengan menggunakan sarana transportasi yang tersedia. 3) Ada surat pernyataan yang ditandatangani Kepala Daerah yang berisi: a) Kesanggupan daerah untuk memenuhi ketenagaan dan biaya operasional. b) Tersedia tanah yang tidak bermasalah untuk pembangunan c) Pembangunan belum pernah diusulkan dari sumber dana lainnya. 4) Dilengkapi rumah dinas bagi petugas bagi Puskesmas yang membutuhkan. Rumah dinas harus satu lokasi dengan Puskesmas. 5) Usulan disertai sarana prasarana penunjang yang harus disediakan seperti pagar, listrik, air, perlengkapan mebeulair, SPAL/IPAL, sarana pembuangan sampah, dan peralatan kesehatan yang dibutuhkan.
b.
Persyaratan Teknis 1) Luas lahan dan bangunan tergantung jenis pelayanan kesehatan/kegiatan yang dilaksanakan guna memberikan pelayanan yang optimal.
2)
Denah tata ruang:
- 21 -
3)
c.
2.
a) Denah tata ruang Puskesmas mengacu pada buku Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007 serta lampiran pedoman yang disempurnakan dan pedoman program. b) Setiap pembangunan Puskesmas perlu memperhatikan ruang penyimpanan obat, ruang laboratorium, adanya ruang laktasi/pojok ASI (standar ruang laktasi terlampir), dan memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan gender. Peralatan Kesehatan Kebutuhan minimal peralatan kesehatan pembangunan Puskesmas mengacu pada buku Pedoman Peralatan.
Acuan 1)
Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007.
2)
Pedoman Peralatan, Direktorat Kesehatan Masyarakat tahun 2008.
Jenderal
Bina
Peningkatan Puskesmas Menjadi Puskesmas Mampu PONED Dalam rangka mendekatkan akses penanganan gawat darurat obstetrik dan neonatal, Puskesmas Perawatan perlu di lengkapi dengan PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar). Prioritas peningkatan Puskesmas menjadi Mampu PONED adalah Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk yang besar dan Angka Kematian Ibu yang tinggi. a.
Persyaratan Umum 1)
Adanya telaahan kebutuhan Puskesmas Perawatan mampu PONED dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2)
Lokasi: a) Letak strategis dengan Puskesmas lain dan Rumah sakit atau ketentuan khusus. b) Berada dalam waktu tempuh lebih dari 2 jam ke Rumah Sakit. c) Dapat dilalui dilalui oleh sarana trasportasi umum.
- 22 -
b.
3)
Ada surat pernyataan yang ditandatangani Kepala Daerah, yang berisi: a) Tersedianya tanah yang tidak bermasalah. b) Kesanggupan daerah untuk memenuhi ketenagaan dan biaya operasional. c) Belum pernah diusulkan dari sumber dana lainnya.
4)
Usulan disertai sarana prasarana penunjang yang harus disediakan, seperti pagar, listrik, air, SPAL/IPAL, mebeulair, sarana pembuangan sampah, peralatan kesehatan dan rumah dinas petugas kesehatan Puskesmas, penyediaan sarana dan peralatan PONED (Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar).
Persyaratan Teknis 1)
Luas lahan dan bangunan Jumlah sarana dan luas ruangan PONED sesuai ketentuan. Puskesmas Perawatan mampu PONED, rumah dokter dan rumah petugas kesehatan harus berada dalam satu lokasi.
2)
Denah tata ruang Rancangan tata-ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan. Puskesmas Perawatan mampu PONED harus dilengkapi dengan Dapur Gizi dan peralatannya serta UGD yang dapat memberikan pelayanan PONED. Pelayanan PONED mengacu pada buku acuan Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar.
3)
Peralatan kesehatan Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas perawatan mampu PONED, maka Puskesmas diperkenankan melengkapi peralatan Puskesmas sesuai standar peralatan Puskesmas.
- 23 4)
c.
C.
Dalam rangka pengembangan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) dimungkinkan untuk pengadaan Pusling bagi Puskesmas.
Acuan 1)
Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007.
2)
Pedoman Peralatan, Direktorat Kesehatan Masyarakat tahun 2008.
Jenderal
Bina
Pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah (IPL) Penyediaan Instalasi Pengolahan Limbah (IPL) dan Pengadaan Peralatan Pendukungnya di Puskesmas Kabupaten/Kota dari Dana Alokasi Khusus dimaksudkan untuk menjamin keamanan kualitas lingkungan khususnya limbah cair dan padat dari hasil kegiatan Puskesmas terhadap masyarakat sekitarnya. Instalasi pengolahan air limbah adalah termasuk pengolahan pendahuluan (pre treatment). Hal ini dilakukan untuk melindungi kualitas lingkungan sekitar dari kegiatan Puskesmas agar tidak terjadi pencemaran lingkungan. Instalasi Pengolahan Limbah berfungsi untuk mengolah air buangan dan mengolah limbah padat yang berasal dari kegiatan yang ada di Puskesmas agar memenuhi peraturan perundangundangan yang berlaku. Peralatan pendukung adalah peralatan yang berfungsi mendukung dan memperlancar proses pengolahan air buangan baik pengolahan secara fisik, biologis maupun kimiawi, alat pendukung lainnya pengolah limbah padat. 1.
Persyaratan Umum a.
Puskesmas tersebut belum mempunyai Intalasi pengolahan Limbah atau sudah mempunyai Instalasi Pengolahan Limbah tapi tidak dapat berfungsi yang diadakan sebelum tahun 2002.
b.
Mempunyai lahan siap bangun, lahan tidak dalam sengketa, mempunyai sertifikat tanah, sudah dilakukan perataan, pemadatan dan pematangan tanah.
- 24 -
2.
c.
Perhitungan pengadaan Instalasi Pengolahan Limbah dilakukan berdasarkan analisa kebutuhan, pertimbangan operasional serta kondisi dan letak geografis/topografi daerah.
d.
Pengelolaan limbah Puskesmas harus memenuhi persyaratan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1428/Menkes/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.
e.
Garansi Instalasi pengolahan limbah minimal 1 (satu) tahun.
f.
Garansi purna jual instalasi pengolahan limbah minimal 5 (lima) tahun.
g.
Penyedia jasa wajib melakukan Pelatihan pengoperasian dan pemeliharaan IPL bagi petugas Puskesmas.
h.
Penyedia jasa wajib Memberikan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Standar Minimal Pemeliharan (SMP) Instalasi Pengolahan Limbah dalam bahasa indonesia.
i.
Penyedia jasa atau Puskesmas wajib mengurus ijin operasional IPAL (ijin pembuangan limbah cair) ke kantor/badan lingkungan hidup setempat sesuai dengan peraturan yang berlaku.
j.
Puskesmas yang menghasilkan limbah cair atau limbah padat yang mengandung atau terkena zat radioaktif, pengelolaannya dilakukan sesuai ketentuan BATAN (tidak dimasukan ke IPAL).
Persyaratan Khusus a.
Luas lahan dan bangunan IPAL disesuaikan dengan kapasitas IPAL yang di butuhkan Puskesmas yang didapat dari data pemakaian rata-rata air bersih per hari.
b.
Kapasitas IPAL minimal dapat mengolah limbah cair sebanyak 100% dari jumlah pemakaian air bersih di Puskesmas tiap harinya.
c.
Puskesmas membuat Perencanaan Detail Engineering Design (DED) IPAL dan jaringannya serta RAB, unit cost yang ditetapkan oleh kepala Puskesmas dengan rekomendasi Dinas PU Pemda setempat diketahui oleh Bupati/Walikota.
- 25 d.
Perencanaan Detail Engineering Design (DED) IPAL dan jaringannya serta RAB tersebut dibiayai dari APBD Kabupaten/Kota.
e.
Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai Pelaksanaan Operasional dan Pemeliharaan yang ditandatangani oleh Kepala Puskesmas dan diketahui oleh Bupati/Walikota sebelum Pekerjaan Pembangunan dimulai.
f.
Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai uji laboratorium lingkungan terhadap influen dan efluen air limbah yang masuk dan keluar dari IPAL yang ditandatangani oleh Kepala Puskesmas dan diketahui oleh Bupati/Walikota selama minimal 3 bulan sekali dan melaporkannya ke Kementerian Kesehatan.
g.
Membuat surat pernyataan kesanggupan menjaga agar efluen air limbah yang keluar dari instalasi tersebut memenuhi Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit atau peraturan daerah setempat, yang ditandatangani oleh Kepala Puskesmas dan diketahui oleh Gubernur/Bupati/Walikota sebelum Pekerjaan Pembangunan dimulai.
h.
Rencana peletakan Instalasi pengolahan limbah agar memperhatikan denah tata ruang di Puskesmas agar memudahkan operasional, pemeliharaan, dan keamanan IPL.
i.
Semua air limbah Puskesmas dialirkan ke IPAL, dan untuk air limbah dari ruang laboratorium, laundry dan instalasi gizi/dapur harus dilakukan pengolahan pendahuluan (pre treatment) terlebih dahulu sebelum dialirkan ke IPAL.
j.
Komponen yang bisa dicakup dari Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah meliputi: 1)
Pekerjaan persiapan: bouplank, direksi kit, mobilisasi.
2)
Pekerjaan struktur pondasi.
3)
Pekerjaan konstruksi IPAL.
4)
Plester, acian IPAL dan water proofing.
5)
Fasilitas IPAL antara lain ruang panel, blower dan ruang operator.
- 26 -
k.
l.
6)
Finishing IPAL.
7)
Pekerjaan equipment, mekanikal dan elektrikal antara lain pemasangan blower dan pompa, pembuatan panel listrik, dengan kapasitas daya minimal serta pemasangan peralatan listrik lainnya.
8)
Pagar Pelindung lokasi IPAL.
9)
Jaringan Air Limbah dan Bak Pengumpul.
Dalam pemilihan jenis dan teknologi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) harus memperhatikan: 1)
Kekuatan konstruksi bangunan.
2)
Teknologi IPAL yang dipilih harus sudah terbukti efluen (keluaran) air limbah hasil pengolahannya telah memenuhi Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit atau Peraturan Daerah Setempat.
3)
Disarankan pihak Puskesmas mencari referensi dengan peninjauan ke Puskesmas yang telah memakai produk teknologi IPAL yang terbukti minimal 3 tahun effluentnya masih memenuhi Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 1995 atau peraturan daerah setempat dengan dibuktikan dengan hasil uji laboratorium lingkungan (yang terakreditasi) terhadap influent dan effluent air limbah.
4)
Teknologi IPAL yang dipilih harus mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaannya.
5)
Mudah mencari suku cadangnya.
6)
Biaya operasional IPAL yang tidak besar (listrik, pemeliharaan alat, dll).
7)
IPAL dapat digunakan untuk pengolahan air limbah dengan konsentrasi rendah maupun konsentrasi tinggi.
8)
Lumpur yang dihasilkan IPAL sedikit.
9)
IPAL tahan terhadap fluktuasi jumlah air limbah maupun fluktuasi konsentrasi.
Harus dipasang alat pengukur debit pada influent dan efluent IPAL untuk mengetahui debit harian limbah yang dihasilkan.
- 27 m.
Pemerintah Daerah dan Pihak Puskesmas harus menyediakan dana untuk tenaga operator dan biaya operasional lainnya.
3.
Persyaratan khusus alat penghancur jarum suntik dan syringe nya a. Alat ini mampu menghancurkan jarum suntik dan syringe nya. b. Alat penghancur jarum suntik dan syringe nya harus teregistrasi di Kementerian Kesehatan. c. Hasil olahan alat maksimal 10,0 mm (lebih kecil hasil olahan lebih baik) d. Kapasitas alat minimal dapat menghancurkan jarum suntik dan syringe nya 300 buah/jam.
4.
Acuan a.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
tentang
b.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
c.
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
d.
Keputusan Bapedal Nomor 3 Tahun 1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
e.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.
f.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.
g.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1428/Menkes/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.
h.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1190/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Izin Edar Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
i.
Instruksi Menteri Lingkungan Hidup Nomor 1 Tahun 2013 tentang Persyaratan dan kewajiban dalam ijin Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
- 28 D.
Rehabilitasi Gigi/Paramedis 1.
Puskesmas/Rumah
Dinas
Dokter/Dokter
Rehabilitasi Puskesmas Pembantu Untuk meningkatkan akses serta meningkatkan pelayanan kesehatan oleh Puskesmas di wilayah kerjanya, keberadaan Puskesmas Pembantu sebagai jejaring pelayanan sangat dibutuhkan. Di beberapa daerah perlu ada rehabilitasi fisik pada bangunan Puskesmas Pembantu yang mengalami kerusakan. Rehabilitasi Pustu diprioritaskan untuk Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk yang besar dan Angka Kematian ibu yang tinggi. Pelaksanaan rehabilitasi fisik Puskesmas Pembantu harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a.
b.
Persyaratan Umum 1)
Puskesmas Pembantu dengan kondisi rusak berat atau rusak total.
2)
Belum pernah diusulkan dari sumber dana lainnya.
Persyaratan Teknis 1)
Denah tata ruang Denah tata ruang Puskesmas Pembantu mengacu pada buku Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007 serta lampiran pedoman yang disempurnakan dan pedoman program
2)
c.
Tersedia bukti pernyataan Dinas Pekerjaan Umum (PU) setempat tentang kondisi bangunan (rusak berat atau rusak total) sehingga perlu di perbaiki/rehabilitasi. Biaya penghancuran dibebankan pada APBD (dengan memanfaatkan dana pendamping DAK).
Acuan 1)
Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007.
2)
Pedoman Peralatan, Direktorat Kesehatan Masyarakat tahun 2008.
Jenderal
Bina
- 29 2.
Rehabilitasi Puskesmas Guna menunjang serta meningkatkan pelayanan Puskesmas secara optimal, perlu adanya rehabilitasi fisik pada bangunan Puskesmas yang mengalami kerusakan. Rehabilitasi Puskesmas juga diperlukan untuk hal-hal khusus seperti, relokasi Puskesmas yang disebabkan adanya perubahan tata ruang wilayah, dan lain-lain. Khusus bagi Puskesmas yang membutuhkan rumah dinas dokter, diperkenankan untuk menambah rumah dinas dokter Puskesmas. Rehabilitasi Puskesmas diprioritaskan untuk Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk yang besar dan Angka Kematian Ibu yang tinggi. Pelaksanaan rehabilitasi fisik Puskesmas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a.
b.
Persyaratan Umum 1)
Puskesmas atau Puskesmas Perawatan kondisi rusak berat atau rusak total.
dengan
2)
Puskesmas yang mengalami relokasi yang disebabkan adanya perubahan tata ruang wilayah dan hal lain.
3)
Belum pernah diusulkan dari sumber dana lainnya.
Persyaratan Teknis 1)
Denah tata ruang a) Denah tata ruang Puskesmas mengacu pada buku Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007 serta lampiran pedoman yang disempurnakan dan pedoman program b) Setiap perbaikan/rehabilitasi Puskesmas perlu memperhatikan ruang penyimpanan obat, ruang laboratorium tersedianya ruang laktasi/pojok ASI jika dibutuhkan (standar ruang laktasi terlampir), dan memperhatikan kebutuhan gender.
2)
Tersedia bukti pernyataan Dinas Pekerjaan Umum (PU) setempat tentang kondisi bangunan (rusak berat atau rusak total) sehingga perlu di perbaiki/rehabilitasi. Biaya penghancuran dibebankan pada APBD (diluar anggaran DAK dan dana pendampingnya).
- 30 3)
c.
3.
Tidak dilakukan registrasi baru Puskesmas yang direhabilitasi.
pada
bangunan
Acuan 1)
Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007.
2)
Pedoman Peralatan, Direktorat Kesehatan Masyarakat tahun 2008.
Jenderal
Bina
Rehabilitasi Rumah Dinas Dokter/ Dokter Gigi/ Paramedis/ Perawat Guna menunjang pelayanan kesehatan secara optimal, telah dialokasikan kegiatan rehabilitasi rumah dokter/dokter gigi/paramedis dengan persyaratan sebagai berikut : a.
b.
Persyaratan Umum 1)
Kondisi kerusakan bangunan rusak berat dan rusak total.
2)
Rehabilitasi rumah dinas dokter/dokter gigi/paramedis yang berada pada lokasi dalam wilayah kerja yang sama dengan Puskesmas.
3)
Belum pernah diusulkan dari sumber dana lainnya
Persyaratan Teknis 1)
Persyaratan teknis rehabilitasi peraturan yang berlaku.
sesuai
dengan
2)
Tersedia bukti pernyataan Dinas Pekerjaan Umum (PU) setempat tentang kondisi bangunan (rusak berat atau rusak total) sehingga perlu di perbaiki/ rehabilitasi. Biaya penghancuran dibebankan pada APBD (diluar anggaran DAK dan dana pendampingnya).
3)
Rencana tata ruang Rancangan tata ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan. Tataruang dan jenis ruangan mengacu pada buku Pedoman Tata Ruang Puskesmas.
- 31 c.
E.
Acuan 1)
Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007.
2)
Pedoman Peralatan, Direktorat Kesehatan Masyarakat tahun 2008.
Jenderal
Bina
Penyediaan Alat Kesehatan Pengadaan alat kesehatan di Puskesmas ini terdiri dari (1) alat laboratorium; (2) alat poliklinik set; dan (3) alat gawat darurat/Life Saving (4) Sanitarian Kit (5) Food Contamination Kit. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi adalah: 1.
Untuk alat kesehatan di Puskesmas yang harus dipenuhi adalah: a.
Persyaratan Umum Kebutuhan akan adanya alat kesehatan Puskesmas diharapkan mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:
b.
1)
Diperuntukkan bagi Puskesmas yang alat kesehatan tidak lengkap, Puskesmas yang akan berfungsi sebagai gatekeeper dalam mempersiapkan Jaminan Kesehatan Nasional, Puskesmas di Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk yang besar dan Angka Kematian Ibu yang tinggi, Puskesmas yang berada di daerah jalur mudik, rawan bencana dan kecelakaan, dan Puskesmas lain yang dianggap perlu.
2)
Sarana penunjang agar alat kesehatan dapat berfungsi optimal telah tersedia (listrik, air, genset, bangunan penunjang, dll).
3)
Tersedia SK Bupati/Walikota tentang nama Puskesmas yang akan menerima alat kesehatan.
4)
Tersedia tenaga yang mampu mengoperasikan alat kesehatan.
Persyaratan Teknis Peralatan kesehatan mengacu pada buku Pedoman Peralatan Puskesmas, Ditjen Bina Kesmas Tahun, 2008.
- 32 c.
Alat Laboratorium 1) Rincian Alat No 1 2 3 4
Jenis Mikroskop Binokuler+ Kit Rotator Refrigerator (suhu 2-8oC) Haemoglobinometer + Reagen Urine Analizer + Strip (3 parameter : Glukosa, Protein, PH) Blood Lancet Set Hemocytometer Set + Reagen Westergreen Set Sentrifuge Mikrohematokrit Kotak penyimpanan (Box Slide) Bunsen Pipet Rak Pengering Slide Alat Fit Test (Tipe FT 30) Sharp bin Container (Kotak tahan tusukan untuk spuit bekas)
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
2)
Kriteria a) Sumber Daya Manusia Mempunyai petugas yang memiliki kualifikasi pendidikan dan pengalaman yang memadai serta memperoleh/ memiliki kewenangan untuk melaksanakan kegiatan dibidang yang menjadi tugas atau tanggung jawabnya. Jenis, kualifikasi dan jumlah tenaga laboratorium adalah sebagai berikut: No Jenis Tenaga 1 Penanggung jawab 2 Tenaga Teknis 3
Tenaga non Teknis
Kualifikasi Dokter Analis Kesehatan (DIII) Minimal SMU/ sederajat
Jumlah 1 1 1
- 33 b) Sarana dan Prasarana Mempunyai sarana dan prasarana laboratorium yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan fisik bangunan/ruangan laboratorium dan jaringan/instalasi yang membuat suatu sarana yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Persyaratan sarana dan prasarana adalah sebagai berikut: (1) Ukuran ruang laboratorium minimal 3 x 4 m2, kebutuhan luas ruang disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang diselenggarakan oleh Puskesmas. (2) Listrik harus mempunyai aliran tersendiri dengan tegangan stabil, kapasitas harus cukup. (3) Ruangan harus mempunyai sirkulasi udara yang baik (ventilasi silang/cross ventilation), sehingga pertukaran udara dari dalam ruangan dapat mengalir ke luar ruangan. (4) Suhu ruangan tidak boleh panas, dengan sirkulasi udara yang baik maka disarankan suhu dipertahankan antara 220C s/d 260C. (5) Tersedia fasilitas air bersih yang mengalir dan debit air yang cukup pada bak cuci. Air tersebut harus memenuhi syarat kesehatan. (6) Mempunyai wadah (tempat sampah) khusus/terpisah yang dilengkapi dengan penutupnya untuk pembuangan limbah padat medis infeksius dan non infeksius pada laboratorium. Pengelolaan (pewadahan, pengangkutan dan pemusnahan) limbah padat dilakukan sesuai prosedur dan peraturan yang berlaku. (7) Mempunyai sistem/instalasi pengolahan air limbah Puskesmas.
- 34 d.
Poliklinik Set
No. Nama Alat
No. Nama Alat
1
Bingkai Kaca Mata
33
2
Diagnostik set, lengkap 34
36 37
Skalpel, tangkai pisau operasi Sonde pengukur dalam luka Sterilisator (pemanas alkohol) Celemek Plastik Duk bolong
38
Sarung tangan
8
EKG (Daerah Perkotaan) Kaca Kepala Kaca Pembesar Kartu Tes Penglihatan Dekat Lensa Pemeriksaan Visus Manset anak
9
Meteran
41
10
Palu pengukur reflex
42
11
Stopwatch
43
12
Snellen Chart
44
13
Spekulum mata
45
14 15
Stethoskop Sudip lidah Tempat tidur periksa dan perlengkapannya Tensimeter, air raksa Thermometer klinis Tes Buta Warna (Ishihara)
46 47
Baki logam, tempat alat steril Lampu senter Mangkok untuk larutan Meja instrumen/alat Silinder korentang steril Standar waskom, tunggal Toples kapas/kasa steril Torniket karet Tromol kasa/kain steril
48
Waskom bengkok
49 50
Waskom cekung Waskom cuci Tas alat
20
Timbangan Dewasa
52
21
Tonometer
53
22
Gelas pengukur
54
3 4 5 6 7
16 17 18 19
35
39 40
51
Klem/pemegang jarum jahit Korentang, penjepit Kuret untuk membersihkan hordeolum
- 35 No. Nama Alat 23 24
e.
No. Nama Alat
Alat melebarkan punctum lakrimalis Alat untuk mengeluarkan benda asing
55
Pinset
56
Retraktor
25
Benang cat gut
57
26 27
Benang sutera 58 Gunting bedah standar 59
28
Gunting untuk mata
60
29
Gunting Pembalut
61
30
Jarum Jahit
62
31
Kateter
63
32
Klem arteri, lurus
64
Selang karet untuk anus Semprit, gliserin Disposable spuit Semprit karet untuk mengeringkan telinga Semprit untuk telinga dan luka Sikat tangan Skalpel, mata pisau bedah Sharp bin Container (Kotak tahan tusukan untuk spuit bekas)
Alat Gawat Darurat/Life Saving NO 1
JENIS
NAMA ALAT
UKURAN
Airway Management a. Laryngoscop
semua ukuran
b. Stylet c. Endo Tracheal Tube d. Nasopharyngeal tube/Mayo tube e. Suction unit (elektrik dan manual) f. Tracheostomy set g. Needle Cricothyrotomi set
semua ukuran semua ukuran
- 36 NO 2
JENIS
NAMA ALAT
Breathing Management a. Oksigen tabung
3
4
UKURAN besar dan kecil
b. Bag Mask Valve berbagai (Ambu bag) untuk ukuran dewasa dan anak c. Regulator untuk tabung oksigen dan flowmeter d. Nasal canule oksigen dewasa dan e. Masker oksigen anak f. Film viewer (melihat foto X-ray) Circulation Management a. Pulse oxymeter b. Peralatan untuk vena sectie(minor surgery set) berbagai c. I.V cathether ukuran d. Infuse set untuk dewasa dan bayi (microdrip set) berbagai e. Intraosseus needle ukuran f. Manset untuk infusion pressure g. Tensimeter & stetoskop Drug for Emergency a. Epinephrine b. Sulfas atropine c. Xylocain d. Amidaron e. Anti Hipertensi f. Anti Konvulsan g. Magnesium sulfat h. Analgetik
- 37 NO
5
JENIS
NAMA ALAT
UKURAN
i. Antipiretik j. Cairan kristaloid, koloid Set Bedah/Trauma a. Minosurgery set termasuk tempat peralatannya b. Collar neck/collar splint c. Pneumosplint
6
2.
d. Long spine board/short spine board e. Alat sterilisator sederhana f. Lampu emergensi (batere) Set untuk Pertolongan Kelahiran a. Speculum b. Partus set c. Curretage set d. Vaccum Extractie Set e. Tampon f. Penghangat Bayi
Penyediaan Sarana Tingkat Puskesmas a.
berbagai ukuran semua ukuran
Pengawasan
Penyehatan
Lingkungan
Persyaratan Umum Penyediaan sanitarian kit untuk Sanitarian Puskesmas dikhusukan untuk kegiatan pengujian kualitas air minum dan alat deteksi cepat cemaran makanan siap saji dengan persyaratan: 1)
Wilayah Puskesmas nasional DTPK.
terutama
wilayah
prioritas
2)
Memiliki tenaga sanitarian berlatar belakang D3 Kesehatan Lingkungan.
- 38 3)
b.
Menyelenggarakan kegiatan penyehatan lingkungan melalui dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) atau APBD pada satu tahun terakhir.
Sanitarian Kit 1)
Belum memiliki sanitarian kit atau telah rusak.
2)
Sanitarian kit dikhususkan untuk kegiatan pengawasan kualitas air minum secara lapangan.
3)
Sarana Surveilan Penyehatan Lingkungan untuk Sanitarian Puskesmas yaitu satu kit mobile portable water test yang mampu memeriksa parameter wajib kualitas air berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
4)
Sanitarian kit mampu menyediakan informasi hasil uji kualitas air dalam bentuk tercetak yang sesuai dengan format surveilan kualitas air.
5)
Jenis sarana Surveilan Penyehatan Lingkungan untuk sanitarian dengan rincian: a) Satu set mobile portable yang dilengkapi dengan : tempat penyimpan media dan water test kit untuk analisa parameter kimia, fisika dan mikrobiologi untuk sampel air minum. b) Buku manual dalam bahasa Indonesia c) Sertifikat kalibrasi
6) Spesifikasi alat: Peralatan tersebut harus mampu telusur sesuai angka batas minimal dan maksimal parameter dalam persyaratan kualitas air minum. c.
Alat deteksi cepat cemaran makanan siap saji 1)
Belum memiliki alat deteksi cepat atau ada tetapi telah rusak berat (tidak berfungsi)
2)
Alat deteksi cepat cemaran makanan siap saji ini digunakan untuk pengujian secara kualitatif dan kuantitatif makanan siap saji yang bersifat mobile (lapangan). Sasaran adalah Tempat Pengelolaan Makanan yang menjadi target pengawasan indikator program lingkungan sehat dalam pengelolaan higiene sanitasi pangan yang terstandar.
- 39 3)
Uji kualitas terhadap pangan siap saji dilaksanakan dengan didahului melalui inspeksi higiene sanitasi terhadap Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang menjadi sasaran pengawasan. Bila hasil inspeksi higiene sanitasi TPM memenuhi syarat, maka dapat dilakukan uji kualitas makanan siap saji. Bila kualitas makanan belum memenuhi syarat, maka dilakukan pembinaan melalui perbaikan di setiap jalur proses pengelolaan makanan. Inspeksi higiene sanitasi TPM mengacu kepada: a. Peraturan Menteri Kesehatan 1096/Menkes/Per/VI/2011 tentang Sanitasi Jasaboga.
Nomor Higiene
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran. c.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan.
d. Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Higiene Sanitasi Depot Air Minum.
4)
e.
Kantin Sekolah dapat mengacu kepada Pedoman Pengendalian Faktor Risiko di Lingkungan Sekolah.
f.
Untuk sasaran lainnya seperti (1) Pasar, (2) Event khusus dilaksanakan uji petik bahan baku olahan pangan siap saji.
Parameter pada alat deteksi cepat cemaran makanan siap saji ini meliputipemeriksaan: a. Mikrobiologi: Total kuman, E. coli, Salmonella atau jenis bakteri lainnya.
Coliform,
b. Kimia yang tidak dipersyaratkan: boraks, formalin, rhodamin B, methanyl yellow, pestisida dan kandungan logam berat lainnya nitrit dan nitrat, arsenic, mercury). c.
Fisika: suhu (termometer makanan)
d. Parameter lainnya seperti kandungan babi atau sesuai kebutuhan
- 40 -
F.
5)
Pemerintah daerah mengalokasikan dana kebutuhan reagensia atas alat tersebut.
untuk
6)
Hasil uji lapangan ini merupakan bukti kualitas sesaat di TPM terhadap pengelolaan makanan yang telah memenuhi syarat. Untuk pengajuan sertifikat layak higiene sanitasi TPM, uji kualitas makanan tetap harus dilaksanakan uji di laboratorium yang terakreditasi atau laboratorium yang diberikan kewenangan oleh aturan hukum yang berlaku.
7)
Alat deteksi cepat ini memiliki dukungan kalibrasi yang terstandar dan memiliki dukungan masa expired reagensia serta memberikan dukungan jaminan kemudahan dan dapat dijangkau untuk perbaikan alat ataupun penyediaan regensia.
8)
Tersedia aplikasi pengolahan data atas hasil uji kualitas dalam bentuk (software dan hardware) yang up to date dalam pembacaan hasilnya yang mampu telusur sesuai batas minimal dan maksimal parameter dalam persyaratan kualitas makanan siap saji.
9)
Tersedia buku manual dalam bahasa Indonesia.
Penyediaan Puskesmas Keliling Roda Empat (Pusling R-4) dan Puskesmas Keliling Perairan Dalam rangka peningkatan pemerataan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas serta menunjang pelaksanaan rujukan medis dan kesehatan, perlu dilaksanakan upaya penyediaan prasarana penunjang pelayanan kesehatan salah satunya yaitu Puskesmas Keliling (Pusling) baik roda 4 (empat) maupun perairan. 1.
Puskesmas Keliling Roda Empat (Pusling R-4) Standar (Single Gardan) a.
Persyaratan Umum 1)
Kebutuhan akan adanya Pusling R-4 Standar diharapkan mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:
- 41 a) Diperuntukkan bagi Puskesmas yang wilayah kerjanya luas dengan kondisi medan jalan yang tidak sulit. b) Pusling berfungsi sebagai sarana transportasi petugas dan pasien berikut peralatan kesehatan penunjangnya untuk melaksanakan program Puskesmas dan memberikan pelayanan kesehatan dasar serta melakukan penyelidikan Kejadian Luar Biasa (KLB). c) Sarana transportasi rujukan pasien. d) Mendukung pelaksanaan penyuluhan kesehatan.
b.
c.
2)
Ada surat pernyataan yang ditandatangani Kepala Daerah, yang berisi tentang: a) Kesanggupan memenuhi biaya operasional Pusling R-4 (biaya bahan bakar, biaya pemeliharaan) dll. b) Tidak mengalihfungsikan Pusling R-4 menjadi kendaraan penumpang/pribadi. c) Tersedia tenaga yang mampu menyelenggarakan kegiatan Pusling R-4.
3)
Tersedia SK yang ditandatangani oleh Kepala Daerah tentang nama Puskesmas yang akan menerima Pusling R-4 Standar.
Persyaratan Teknis 1)
Jenis kendaraan dapat menjangkau masyarakat di wilayah kerja Puskesmas, dan kendaraan dilengkapi dengan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi, serta media penyuluhan.
2)
Kendaraan pusling harus memenuhi fungsi transportasi petugas, rujukan pasien, dan dilengkapi dengan peralatan untuk pelayanan kesehatan dasar, program Puskesmas, dan penyuluhan kesehatan.
Acuan Pedoman Peralatan, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, tahun 2008.
- 42 2.
Puskesmas Keliling Roda Empat (Pusling R-4) Double Gardan a.
Persyaratan Umum 1)
Kebutuhan akan adanya Pusling R-4 Double Gardan diharapkan mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut: a) Diperuntukkan bagi Puskesmas yang wilayah kerjanya luas dengan kondisi medan jalan yang sulit. b) Pusling berfungsi sebagai sarana transportasi petugas dan pasien berikut peralatan kesehatan penunjangnya untuk melaksanakan program Puskesmas dan memberikan pelayanan kesehatan dasar serta melakukan penyelidikan KLB. c) Sarana transportasi rujukan pasien. d) Mendukung pelaksanaan penyuluhan kesehatan.
2)
Ada surat pernyataan yang ditandatangani Kepala Daerah, yang berisi tentang: a) Kesanggupan memenuhi biaya operasional Pusling R-4 (biaya bahan bakar, biaya pemeliharaan) dll. b) Tidak mengalihfungsikan Pusling R-4 menjadi kendaraan penumpang/pribadi. c) Tersedia tenaga yang mampu menyelenggarakan kegiatan Pusling R-4.
3)
b.
Tersedia SK yang ditandatangani oleh Kepala Daerah tentang nama Puskesmas yang akan menerima Pusling R-4 Double Gardan.
Persyaratan Teknis 1)
Jenis kendaraan dapat menjangkau masyarakat di wilayah kerja Puskesmas, terutama di daerah terpencil dan sangat terpencil, dan kendaraan dilengkapi dengan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi, serta media penyuluhan.
2)
Kendaraan pusling harus memenuhi fungsi transportasi petugas, rujukan pasien, dan dilengkapi dengan peralatan untuk pelayanan kesehatan dasar, program Puskesmas, dan penyuluhan kesehatan.
- 43 c.
3.
Acuan Pedoman Peralatan, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, tahun 2008.
Puskesmas Keliling Perairan a.
Persyaratan Umum 1)
Kebutuhan akan adanya Pusling Perairan diharapkan mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut: a) Diperuntukkan bagi Puskesmas yang wilayah kerjanya sebagian besar hanya bisa dijangkau dengan transportasi air. b) Pusling berfungsi sebagai sarana transportasi petugas dan pasien berikut peralatan kesehatan penunjangnya untuk melaksanakan program Puskesmas dan memberikan pelayanan kesehatan dasar serta melakukan penyelidikan KLB. c) Sarana transportasi rujukan pasien. d) Mendukung pelaksanaan penyuluhan kesehatan.
2)
Ada surat pernyataan yang ditandatangani Kepala Daerah, yang berisi tentang: a) Kesanggupan memenuhi biaya operasional Pusling Perairan (biaya bahan bakar, biaya pemeliharaan) dan lain-lain. b) Tidak mengalihfungsikan Pusling kendaraan penumpang/pribadi.
menjadi
c) Tersedia tenaga yang mampu menyelenggarakan kegiatan Pusling 3)
b.
Tersedia SK yang ditandatangani oleh Kepala Daerah tentang nama Puskesmas yang akan menerima Pusling Perairan. Persyaratan Teknis 1)
Jenis kendaraan dapat menjangkau masyarakat di wilayah kerja Puskesmas, dan kendaraan dilengkapi dengan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi, serta media penyuluhan.
2)
Kendaraan pusling harus memenuhi fungsi transportasi petugas, rujukan pasien, dan dilengkapi dengan peralatan untuk pelayanan kesehatan dasar, program Puskesmas, dan penyuluhan kesehatan.
- 44 c.
G.
Acuan Pedoman Peralatan, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, tahun 2008.
Pembangunan Pos Kesehatan Desa (POSKESDES)/Pos Pembinaan Terpadu PTM (POSBINDU PTM) Kegiatan pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2014 diarahkan untuk meningkatkan dukungan promosi kesehatan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dasar dalam rangka mendukung pelaksanaan persalinan normal di Poskesdes serta mendukung pencapaian target kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan untuk meningkatkan dukungan promosi program prioritas pembangunan kesehatan nasional khususnya terkait upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi di daerahnya masing – masing. Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) adalah kegiatan yang diselenggarakan secara integrasi oleh kelompok aktif masyarakat dalam upaya preventif dan promotif pengendalian PTM. Kegiatan monitoring dan peningkatan pengetahuan pencegahan dan pengendalian faktor risiko dilakukan oleh kelompok masyarakat selektif dari masing-masing anggota yang telah dilatih untuk melakukan monitoring faktor PTM (Kader Monitor) untuk menjadi penyuluh dan pelaksana konseling faktor risiko PTM utama (Kader Konselor/Edukator). 1.
Pembangunan Poskesdes Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) adalah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan. Namun karena kemampuan masyarakat sebagian besar terbatas, maka pemerintah membantu pembangunan fisik Poskesdes, dengan mempertimbangkan persyaratan sebagai berikut : a.
Persyaratan Umum Pembangunan baru Poskesdes adalah pada setiap desa yang belum ada bangunan Poskesdes dengan persyaratan: 1)
Masyarakatnya swadaya.
tidak
mampu
membangun
secara
- 45 2)
Tersedia tanah/lahan yang tidak bermasalah bukan lahan sengketa.
3)
Beberapa pertimbangan lokasi, antara lain:
4)
b.
atau
a)
Ketersediaan lahan di tengah pemukiman warga.
b)
Mudah dijangkau oleh masyarakat (transportasi).
c)
Keamanan petugas kesehatan terjamin.
d)
Tidak berdekatan kesehatan lainnya.
dengan
fasilitas
pelayanan
Adanya kesepakatan dalam pembangunan Poskesdes yang didasari oleh musyawarah masyarakat desa.
Persyaratan Teknis 1)
Luas bangunan: a) Luas ruangan/bangunan disesuaikan dengan ketersediaan lahan dengan memperhatikan kebutuhan minimal pelayanan/ kegiatan dan halhal yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan baik perempuan maupun laki-laki, termasuk ibu hamil, usia lanjut, dan penyandang cacat. b) Mudah dijangkau oleh masyarakat (transportasi). c) Keamanan petugas kesehatan terjamin. d) Tidak berdekatan kesehatan lainnya.
dengan
fasilitas
pelayanan
e) Jumlah ruangan dan sarana yang dibutuhkan disesuaikan dengan jenis pelayanan/kegiatan yang dilaksanakan. f)
Pembangunan baru Poskesdes diprioritaskan menggunakan bahan bangunan yang berasal dari daerah setempat.
g) Bentuk luar dari Poskesdes dapat disesuaikan dengan model rumah adat setempat. 2)
Denah tata ruang Rancangan tata ruang/bangunan Poskesdes disesuaikan dengan fungsi sarana pelayanan kesehatan dan memperhatikan pemenuhan kebutuhan, baik perempuan maupun laki-laki, termasuk ibu hamil, usia lanjut, dan penyandang cacat. Pada pelaksanaan pelayanan kesehatan di
- 46 dalam Poskesdes, ruangan atau tempat yang ada dapat berfungsi sebagai: a) Tempat pendaftaran. b) Tempat tunggu. c) Ruang pemeriksaan. d) Ruang tindakan (persalinan). e) Ruang rawat inap persalinan. f)
Ruang petugas.
g) Tempat konsultasi (gizi, sanitasi, dll). h) Tempat obat.
3)
i)
Pojok ASI.
j)
Kamar mandi dan toilet.
Peralatan Poskesdes a) Peralatan medis sesuai dengan jenis pelayanannya. b) Peralatan non medis, seperti sarana pencatatan, meubelair, sarana komunikasi, wireless meeting amplifier, megaphone, dan lain-lain sesuai kebutuhan c) Membuat surat pernyataan untuk tidak mengalihfungsikan Poskesdes Kit yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan dan diketahui oleh Bupati/Walikota.
c.
Acuan 1)
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1529/MENKES/SK/X/2010 tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
2)
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 140.05/292/2011 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Operasional dan Sekretariat Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Tingkat Pusat.
3)
Petunjuk Teknis Pengembangan dan Penyelenggaraan Pos Kesehatan Desa, Pusat Promosi Kesehatan tahun 2012.
- 47 BAB IV SUBBIDANG PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
A.
Pemenuhan Sarana, Prasarana dan Peralatan Tempat Tidur Kelas III Rumah Sakit RS yang mendapatkan paket peningkatan fasilitas tempat tidur kelas III adalah Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah Provinsi maupun milik Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dengan mempertimbangkan: a) Bed Occupancy Rate (BOR) kelas III RS; b) Rasio tempat tidur yang dipergunakan untuk kelas III dibandingkan dengan total tempat tidur RS; c) Jumlah tempat tidur yang digunakan untuk kelas III RS; d) Jenis menu yang diusulkan oleh RS (untuk tempat tidur set kelas III saja, atau untuk bangunan fisik ruang rawat inap kelas III saja, atau kedua-duanya); dan e) Sudah pernah atau belum pernah RS memperoleh alokasi DAK untuk menu fasilitas tempat tidur kelas III RS. 1.
Persyaratan Umum Masih tersedianya lahan untuk peningkatan fasilitas tempat tidur kelas III RS.
2.
Persyaratan Teknis a.
Luas Lahan dan Tata Ruang Bangunan Pembangunan/rehabilitasi ruang rawat inap kelas III RS harus memperhatikan fungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan serta alur pelayanan untuk kelancaran dalam pelayanan pasien. Oleh karena itu setiap pembangunan/rehabilitasi ruang rawat inap kelas III yang baik, berisi 8 (delapan) set tempat tidur yang dilengkapi fasilitas penunjang antara lain: selasar, 2 (dua) kamar mandi, 2 (dua) wasthafel, serta 2 (dua) kipas angin/ceiling fan. Bila direncanakan membangun/merehabilitasi lebih dari 4 (empat) ruang rawat inap kelas III, pada setiap pembangunan/rehabilitasi 4 (empat) ruang rawat inap (dengan jumlah tempat tidur 32) atau kelipatannya, maka perlu dibangun 1 (satu) ruang perawat (Nurse Station) yang dilengkapi dengan ruang-ruang pendukungnya.
- 48 Adapun contoh ukuran luas ruangan bangunan tersebut di atas adalah sebagai berikut: 1) Ruang Rawat Inap Kelas III Ruang rawat inap kelas III 8 x 9 m2 2 kamar mandi @ 2 x 3 m2 Selasar 8 x 2.5 m2 Total luas bangunan yang dibutuhkan 2)
= = = =
72 m2 12 m2 20 m2 104 m2
Ruang Perawat (Nurse Station) 1 Ruang kerja perawat
3 x 3 m2
1 Ruang istirahat petugas 3 x 3 m2 1 Kamar mandi petugas 2 x 1.5 m2 Total luas bangunan yang dibutuhkan 1 Ruang kerja perawat 3 x 3 m2 1 Ruang istirahat petugas 3 x 3 m2 1 Kamar mandi petugas 2 x 1.5 m2 Total luas bangunan yang dibutuhkan
= 9 m2 = 9 m2 = 3 m2 = 21 m2 = = = =
9 m2 9 m2 3 m2 21 m2
Apabila luas lahan yang dimiliki rumah sakit terbatas, maka pembangunan/rehabilitasi tersebut disesuaikan dengan kondisi setempat dan tetap memperhatikan acuan ketentuan pembangunan ruang pelayanan kesehatan. b.
Spesifikasi Teknis Bangunan 1)
Ruang Rawat Inap Kelas III a) Lantai terbuat dari keramik kualitas satu (KW–1). b) Dinding tembok ½ bata berplester dan dicat. c) Atap dari genting dengan plafon. d) Besaran ventilasi alami setiap ruangan minimal 15% dari luas lantai ruangan, ambang bawah jendela minimal 1,5 meter dari lantai. e) Ruang rawat inap dilengkapi dengan 2 buah wasthafel dari keramik serta 2 buah keran dan saluran pembuangan.
- 49 f)
2)
Kamar mandi berlantai keramik kasar (tidak licin) dilengkapi 1 bak mandi, 1 closet duduk dan 1 gantungan infus.
Ruang Perawat (Nurse Station) a) Lantai terbuat dari keramik kualitas satu (KW–1) b) Dinding tembok ½ bata berplester dan dicat. c) Atap dari genting dengan plafon. d) Ruang kerja perawat dilengkapi dengan 1 buah wasthafel dari keramik serta 1 buah kran dan saluran pembuangan. e) Kamar mandi berlantai keramik kasar (tidak licin). dilengkapi 1 bak mandi dan 1 closet duduk.
3)
Peralatan kesehatan Peralatan kesehatan yang ada pada setiap ruang rawat inap kelas III RS berisi 8 set tempat tidur, di mana setiap set tempat tidur terdiri dari: a) 1 buah tempat tidur dengan kelengkapannya (matras, bantal dan selimut). b) 1 buah nakas. c) 1 buah tiang infus. d) 1 buah meja makan pasien
Dengan pertimbangan khusus, rumah sakit dapat mengadakan peralatan kesehatan lainnya untuk mendukung pelayanan kesehatan di ruang rawat inap kelas III. Misalnya pengadaan tempat tidur ginekologi untuk bangsal kandungan dan kebidanan kelas III. B.
Pemenuhan Sarana, Prasarana dan Peralatan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit 1.
Persyaratan Umum Peningkatan fasilitas di Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit, adalah rumah sakit umum atau rumah sakit khusus milik pemerintah daerah (Provinsi atau Kabupaten/Kota), dengan mempertimbangkan data sebagai berikut: a.
RSUD prioritas kelas D dan C di seluruh Indonesia (sudah penetapan kelas).
b.
Rumah sakit sudah teregistrasi.
- 50 2.
3.
Persyaratan Teknis a.
Kebijakan tidak ada uang muka bagi pasien kegawatdaruratan.
b.
Pelayanan IGD harus dapat memberikan layanan 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu
c.
Ada dokter jaga yang terlatih di UGD untuk mengatasi kasus emergency
d.
Dokter dan perawat telah mengikuti pelatihan penanganan kegawatdaruratan di rumah sakit
e.
Mempunyai Standar Operating Procedure (SOP) penerimaan dan penanganan pasien kegawatdaruratan
f.
Mempunyai standar response time di IGD selama 5 menit
Kriteria Teknis Peralatan Peningkatan fasilitas Instalasi Gawat Darurat rumah sakit mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 856/MENKES/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit.
4.
Pembangunan/Penyesuaian Bangunan IGD Rumah sakit dapat melakukan pembangunan baru atau penyesuaian bangunan IGD sehingga memenuhi persyaratan sebagai berikut: a.
Luas bangunan IGD disesuaikan dengan beban kerja rumah sakit dengan memperhitungkan kemungkinan penanganan korban massal/bencana.
b.
Lokasi gedung harus berada dibagian depan rumah sakit, mudah dijangkau oleh masyarakat dengan tanda–tanda yang jelas dari dalam dan dari luar rumah sakit.
c.
Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda dengan pintu utama (alur masuk kendaraan/pasien tidak sama dengan alur keluar) kecuali pada klasifikasi IGD level 1 dan 2.
d.
Ambulans/kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di depan pintu yang areanya terlindung dari panas dan hujan (catatan: untuk lantai IGD yang tidak sama tinggi dengan jalan ambulans harus membuat ramp).
e.
Pintu IGD harus dapat dilalui oleh brankar.
- 51 -
C.
f.
Memiliki area khusus parkir ambulans yang bisa menampung lebih dari 2 ambulans (sesuai dengan beban rumah sakit)
g.
Susunan ruang harus sedemikian rupa sehingga arus pasien dapat lancar dan tidak ada “cross infection”, dapat menampung korban bencana sesuai dengan kemampuan rumah sakit, mudah dibersihkan dan memudahkan kontrol kegiatan oleh perawat kepala jaga.
h.
Area dekontaminasi ditempatkan di depan/di luar IGD atau terpisah dengan IGD.
i.
Ruang triase harus dapat memuat minimal 2 (dua) brankar.
j.
Harus mempunyai ruang tunggu untuk keluarga pasien.
k.
Memiliki ruang perawat).
untuk
istirahat
petugas
(dokter
dan
Pemenuhan Sarana, Prasarana dan Peralatan Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit 1.
Persyaratan Umum Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia, maka diperlukan Intensive Care Unit (ICU) yang perlu di dukung kemampuan sarana, prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medik. Peningkatan fasilitas di ICU rumah sakit adalah rumah sakit umum atau rumah sakit khusus milik pemerintah daerah (Provinsi atau Kabupaten/Kota), dengan mempertimbangkan data sebagai berikut: a. b.
RSUD prioritas kelas C dan B di seluruh Indonesia (sudah penetapan kelas). Rumah sakit sudah teregistrasi.
- 52 2.
3.
Persyaratan Teknis a.
Pengelolaan pasien langsung dilakukan secara primer oleh dokter intensivis dengan melaksanakan pendekatan pengelolaan total pada pasien sakit kritis.
b.
Pelayanan ICU harus dapat memberikan layanan 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu
c.
Ada Tim jaga yang terlatih di ICU yang terdiri dari dokter yang mempunyai dasar pengetahuan, keterampilan, teknis, komitmen waktu dan secara fisik selalu berada di suatu tempat untuk melakukan perawatan
d.
Dokter dan perawat telah mengikuti pelatihan critical care medicine berkelanjutan
e.
Mempunyai Standar Operating Procedure (SOP) penerimaan dan penanganan pasien ICU
Kriteria Teknis Peralatan Peningkatan fasilitas Intensive Care Unit (ICU) rumah sakit mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit.
4.
Pembangunan/Penyesuaian Bangunan ICU Pelayanan ICU yang memadai ditentukan berdasarkan disain yang baik dan pengaturan ruang yang adekuat. Disain berdasarkan klasifikasi pelayanan ICU.
D.
Pemenuhan Sarana, Prasarana dan Peralatan Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) Rumah Sakit 1.
Persyaratan umum a.
Ada dokter jaga yang terlatih di UGD untuk mengatasi kasus emergensi baik secara umum maupun emergency obstetrik-neonatal.
b.
Dokter, bidan dan perawat telah mengikuti pelatihan tim PONEK di rumah sakit meliputi resusitasi neonatus, kegawat-daruratan obstetrik dan neonatus.
c.
Tersedia kamar operasi yang siap (siaga 24 jam) untuk melakukan operasi, bila ada kasus emergensi obstetrik atau umum.
- 53 -
2.
d.
Adanya dukungan semua pihak dalam tim pelayanan PONEK, antara lain dokter kebidanan, dokter anak, dokter/petugas anestesi, dokter penyakit dalam, dokter spesialis lain serta dokter umum, bidan dan perawat (telah memiliki minimal 1 dokter kebidanan dan 1 dokter anak).
e.
Tersedia pelayanan darah yang siap 24 jam.
f.
Mempunyai prosedur pendelegasian wewenang tertentu.
Persyaratan Teknis a.
Peningkatan Sarana dan Prasarana 1)
Rancangan denah dan tata ruang maternal dan neonatal harus memenuhi beberapa persyaratan teknis sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1051/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 Jam di Rumah Sakit.
2)
Persyaratan yang harus diperhatikan: a) Ruang Maternal (1)
Kamar bersalin: (a)
Lokasi berdekatan dengan kamar operasi dan IGD.
(b)
Luas minimal 6 m2 per orang.
(c)
Paling kecil, ruangan berukuran 12 m2.
(d)
Harus ada tempat untuk isolasi ibu di tempat terpisah.
(e)
Tiap ibu bersalin harus punya privasi agar keluarga dapat hadir.
(f)
Ruangan bersalin tidak boleh merupakan tempat lalu lalang orang.
(g)
Bila kamar operasi juga ada dalam lokasi yang sama, upayakan tidak melintas pada ruang bersalin.
(h)
Minimal 2 kamar bersalin terdapat pada setiap rumah sakit umum.
- 54 (i)
Kamar bersalin terletak sangat dekat dengan kamar neonatal, untuk memudahkan transportasi bayi dengan komplikasi ke ruang rawat.
(j)
Idealnya sebuah ruang bersalin merupakan unit terintegrasi: kala 1, kala 2 dan kala 3 yang berarti setiap pasien diperlakukan utuh sampai kala 4 bagi ibu bersama bayinya secara privasi. Bila tidak memungkinkan, maka diperlukan dua kamar kala 1 dan sebuah kamar kala 2.
(k)
Kamar bersalin harus dekat dengan ruang jaga perawat (nurse station) agar memudahkan pengawasan ketat setelah pasien partus sebelum dibawa ke ruang rawat (post partum). Selanjutnya bila diperlukan operasi, pasien akan dibawa ke kamar operasi yang berdekatan dengan kamar bersalin.
(l)
Harus ada kamar mandi/toilet yang berhubungan dengan kamar bersalin.
(m) Ruang post partum harus cukup luas, standar 8 m2 per tempat tidur (bed). (n)
Ruang tersebut terpisah dari fasilitas: toilet, kloset, lemari.
(o)
Pada ruang dengan banyak tempat tidur, jarak antar tempat tidur minimal 1 meter.
(p)
Jumlah tempat tidur maksimum 4 buah.
(q)
Tiap ruangan harus mempunyai jendela sehingga cahaya dan udara cukup.
(r)
Harus ada fasilitas untuk cuci tangan pada tiap ruangan.
(s)
Tiap pasien harus punya akses ke kamar mandi privasi tanpa ke koridor.
(t)
Kamar
per
periksa/diagnostik
ruangan
harus
- 55 mempunyai luas sekurang-kurangnya 11 m2 dan berisi: tempat tidur pasien/obsgin, kursi pemeriksa, lampu sorot, troli alat, lemari obat kecil, USG mobile dan troli emergensi (u)
Ada ruang perawat (nurse station).
(v)
Ruang isolasi bagi kasus infeksi perlu disediakan seperti pada kamar bersalin.
(w) Ruang tindakan operasi/kecil darurat/one day care: untuk kuret, penjahitan dan sebagainya. (x) (2)
Ruang tunggu bagi keluarga pasien.
Unit Perawatan Intensif/Eklampsia/Sepsis (a)
Unit ini harus berada di samping ruang bersalin, atau setidaknya jauh dari area yang sering dilalui.
(b)
Paling kecil, ruangan berukuran 18 m2.
(c)
Di ruang dengan beberapa tempat tidur, sedikitnya ada jarak antara ranjang satu dengan ranjang lainnya.
(d)
Ruangan harus dilengkapi paling sedikit enam steker listrik yang dipasang dengan tepat untuk peralatan listrik.
b) Ruangan Neonatal (1)
Unit Perawatan Intensif (a)
Unit ini harus berada di samping ruang bersalin atau setidaknya jauh dari area yang sering dilalui.
(b)
Minimal ruangan berukuran 18 m2.
(c)
Di ruangan dengan beberapa tempat tidur sedikitnya ada jarak antar ranjang.
(d)
Harus ada tempat untuk isolasi bayi di area terpisah.
(e)
Ruang harus dilengkapi paling sedikit 6 steker yang dipasang dengan tepat untuk peralatan listrik.
- 56 (2)
Unit Perawatan Khusus (a)
Unit ini harus berada di samping ruang bersalin atau setidaknya jauh dari area yang sering dilalui.
(b)
Minimal ruangan berukuran 12 m2.
(c)
Harus ada tempat untuk isolasi bayi di tempat terpisah.
(d)
Paling sedikit harus ada jarak antara inkubator dengan tempat tidur bayi.
(3)
Area laktasi. Minimal ruangan berukuran 6 m2.
(4)
Area pencucian inkubator. Minimal ruangan berukuran 6-8 m2.
Dalam rangka penyelenggaraan PONEK, perlu mempertimbangkan kebutuhan bagi laki-laki dan perempuan, antara lain: Adanya pemisahan visual antara ruang bersalin satu dengan yang lainnya. Sarana, prasarana dan peralatan yang ada harus mempertimbangkan ergonomis dan kemudahan aksesibilitas bagi ibu hamil b.
Jenis Peralatan PONEK 1) PERALATAN NEONATAL
No.
Jenis Peralatan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Inkubator baby Infant Warmer Pulse Oxymeter Neonatus Phototherapy Syringe Pump Infant resuscitation dan Emergensi Set CPAP(Continuous Positive Airway Pressure) w/ Medical air Compressor Flow meter Infuse Pump Neonatus Resusitation and Emergensi Set
7. 8. 9. 10.
Jumlah minimal 5 2 3 2 4 1 1 1 1 1
- 57 2) PERALATAN MATERNAL No. 1.
Jenis Peralatan Kotak Resusitasi berisi: - Bilah Laringoskop
1
- Balon
1
- Bola lampu laringskop ukuran dewasa
1
- Batre AA laringoskop
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Jumlah Minimal 1
(cadangan)
untuk
bilah 1
- Bola lampu laringoskop cadangan
1
- Selang reservoar oksigen
1
- Masker oksigen
1
- Pipa endotrakeal
1
- Plester
1
- Gunting
1
- Kateter penghisap
1
- Naso gastric tube
1
- Alat suntik 1, 21/2, 3, 5, 10, 20, 50 cc
1
- Ampul Epinefrin / Adrenalin
1
- NaCL 0,9% / larutan Ringer Asetat / RL
1
- MgSO4
1
- Sodium bikarbonat 8,4%
1
- Kateter Vena
1
- Infus Set Ekstraktor vakum delivery Inkubator baby Infant Warmer Forceps naegele AVM (Aspirasi Vakum Manual) Pompa vakum listrik Monitor denyut jantung/pernapasan Foetal Doppler Set Sectio Saesaria
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
- 58 c.
Acuan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1051/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 Jam di Rumah Sakit.
E.
Pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah (IPL) Penyediaan Instalasi Pengolahan Limbah (IPL) dan Pengadaan Peralatan Pendukungnya di rumah sakit Provinsi/Kabupaten/Kota dari Dana Alokasi Khusus dimaksudkan untuk menjamin keamanan kualitas lingkungan khususnya limbah cair dan padat dari hasil kegiatan rumah sakit terhadap masyarakat sekitarnya. Instalasi pengolahan air limbah adalah termasuk pengolahan pendahuluan (pre treatment). Hal ini dilakukan untuk melindungi kualitas lingkungan sekitar dari kegiatan rumah sakit agar tidak terjadi pencemaran lingkungan. Instalasi Pengolahan Limbah berfungsi untuk mengolah air buangan dan mengolah limbah padat yang berasal dari kegiatan yang ada di rumah sakit agar memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peralatan pendukung adalah peralatan yang berfungsi mendukung dan memperlancar proses pengolahan air buangan baik pengolahan secara fisik, biologis maupun kimiawi, alat pendukung lainnya pengolah limbah padat. 1.
Persyaratan Umum Instalasi Pengolahan Limbah Rumah Sakit a.
Rumah sakit tersebut belum mempunyai Intalasi pengolahan Limbah atau sudah mempunyai Instalasi Pengolahan Limbah tapi tidak dapat berfungsi yang diadakan sebelum tahun 2002.
b.
Mempunyai lahan siap bangun, lahan tidak dalam sengketa, mempunyai sertifikat tanah, sudah dilakukan perataan, pemadatan dan pematangan tanah.
c.
Perhitungan pengadaan Instalasi Pengolahan Limbah dilakukan berdasarkan analisa kebutuhan, pertimbangan operasional serta kondisi dan letak geografis/topografi daerah.
- 59 -
2.
d.
Adanya Penanggung jawab kesehatan lingkungan rumah sakit yang memiliki kualifikasi sanitarian serendahrendahnya berijazah diploma (D3) di bidang lingkungan untuk rumah sakit kelas C atau D, dan serendahrendahnya berijazah sarjana (S1) di bidang lingkungan untuk RS kelas A atau B.
e.
Adanya dukungan semua pihak rumah sakit dalam pelaksanaan pengelolaan limbah rumah sakit baik limbah cair maupun limbah padat.
f.
Pengelolaan limbah rumah sakit harus memenuhi persyaratan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan RS.
g.
Garansi Instalasi pengolahan limbah minimal 1 (satu) tahun.
h.
Garansi purna jual instalasi pengolahan limbah minimal 5 (lima) tahun.
i.
Penyedia jasa wajib melakukan Pelatihan pengoperasian dan pemeliharaan IPL bagi petugas rumah sakit.
j.
Penyedia jasa wajib Memberikan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Standar Pemeliharan (SMP) Instalasi Pengolahan Limbah dalam bahasa indonesia.
k.
Penyedia jasa atau rumah sakit wajib mengurus ijin operasional IPAL (ijin pembuangan limbah cair) ke kantor/badan lingkungan hidup setempat sesuai dengan peraturan yang berlaku.
l.
Penyedia jasa atau rumah sakit wajib mengurus ijin operasional incinerator ke Kementerian Lingkungan Hidup sesuai dengan peraturan yang berlaku.
m.
Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair atau limbah padat yang mengandung atau terkena zat radioaktif, pengelolaannya dilakukan sesuai ketentuan BATAN (tidak dimasukan ke IPAL/incinerator).
Persyaratan Khusus Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) a.
Luas lahan dan bangunan IPAL disesuaikan dengan kapasitas IPAL yang dibutuhkan rumah sakit yang didapat dari data pemakaian rata-rata air bersih per hari.
- 60 b.
Kapasitas IPAL minimal dapat mengolah limbah cair sebanyak 100% dari jumlah pemakaian air bersih di rumah sakit tiap harinya. Bila tidak mempunyai dokumentasi pemakaian air bersih di rumah sakit dapat menggunakan asumsi bahwa tiap tempat tidur rumah sakit memakai air bersih minimal sebanyak 500 liter per hari.
c.
Rumah sakit membuat Perencanaan Detail Engineering Design (DED) IPAL dan jaringannya serta RAB, unit cost yang ditetapkan oleh Direktur rumah sakit dengan rekomendasi Dinas Pekerjaan Umum pemerintah daerah setempat diketahui oleh Gubernur/Bupati/Walikota.
d.
Perencanaan DED IPAL dan jaringannya serta RAB tersebut dibiayai dari APBD Provinsi/Kabupaten/Kota.
e.
Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai Pelaksanaan Operasional Dan Pemeliharaan yang ditandatangani oleh Direktur RS dan diketahui oleh Gubernur/Bupati/Walikota sebelum Pekerjaan Pembangunan dimulai.
f.
Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai uji laboratorium lingkungan terhadap influen dan efluen air limbah yang masuk dan keluar dari IPAL yang ditandatangani oleh Direktur rumah sakit dan diketahui oleh Gubernur/Bupati/Walikota selama minimal 3 bulan sekali dan melaporkannya ke Kementerian Kesehatan.
g.
Membuat surat pernyataan kesanggupan menjaga agar effluent air limbah yang keluar dari instalasi tersebut memenuhi Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit atau peraturan daerah setempat, yang ditandatangani oleh Direktur rumah sakit dan diketahui oleh Gubernur/Bupati/Walikota sebelum Pekerjaan Pembangunan dimulai.
h.
Rencana peletakan instalasi pengolahan limbah agar memperhatikan denah tata ruang di rumah sakit agar memudahkan operasional, pemeliharaan, dan keamanan IPL.
- 61 i.
Semua air limbah rumah sakit dialirkan ke IPAL, dan untuk air limbah dari ruang laboratorium, laundry dan instalasi gizi/dapur harus dilakukan pengolahan pendahuluan (pre treatment) terlebih dahulu sebelum dialirkan ke IPAL.
j.
Komponen yang bisa dicakup dari Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah meliputi:
k.
1)
Pekerjaan persiapan: bouplank, direksi kit, mobilisasi.
2)
Pekerjaan struktur pondasi.
3)
Pekerjaan konstruksi IPAL.
4)
Plester, acian IPAL dan water proofing.
5)
Fasilitas IPAL antara lain ruang panel, blower dan ruang operator.
6)
Finishing IPAL.
7)
Pekerjaan equipment, mekanikal dan elektrikal antara lain pemasangan blower dan pompa, pembuatan panel listrik, dengan kapasitas daya minimal serta pemasangan peralatan listrik lainnya.
8)
Pagar Pelindung lokasi IPAL.
9)
Jaringan Air Limbah dan Bak Pengumpul.
Dalam pemilihan jenis dan teknologi instalasi pengolahan air limbah (IPAL) harus memperhatikan: 1)
Kekuatan konstruksi bangunan.
2)
Teknologi IPAL yang dipilih harus sudah terbukti effluent (keluaran) air limbah hasil pengolahannya telah memenuhi Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit atau Peraturan Daerah Setempat.
3)
Disarankan pihak RS mencari referensi dengan peninjauan ke RS yang telah memakai produk teknologi IPAL yang terbukti minimal 3 tahun effluentnya masih memenuhi Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 1995 atau peraturan daerah setempat dengan dibuktikan dengan hasil uji laboratorium lingkungan (yang terakreditasi) terhadap influent dan effluent air limbah.
- 62 4)
Teknologi IPAL yang dipilih harus mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaannya.
5)
Mudah mencari suku cadangnya.
6)
Biaya operasional IPAL yang tidak besar (listrik, pemeliharaan alat, dll).
7)
IPAL Dapat digunakan untuk pengolahan air limbah dengan konsentrasi rendah maupun konsentrasi tinggi.
8)
Lumpur yang dihasilkan IPAL sedikit.
9)
IPAL Tahan terhadap fluktuasi jumlah air limbah maupun fluktuasi konsentrasi.
10) Harus dipasang alat pengukur debit pada influent dan effluent IPAL untuk mengetahui debit harian limbah yang dihasilkan. 11) Pemerintah Daerah dan Pihak Rumah Sakit harus menyediakan dana untuk tenaga operator dan biaya operasional lainnya. 3.
Persyaratan Khusus Incinerator a.
Lokasi incinerator merupakan daerah bebas banjir dan jarak aman antara lokasi incinerator dan fasiltas rumah sakit lainnya.
b.
Memiliki sistem penjagaan 24 jam yang memantau, mengawasi dan mencegah orang yang tidak berkepentingan masuk ke lokasi incinerator dan tempat penyimpanan limbah padat medis sementara.
c.
Mempunyai pagar pengaman atau penghalang lain yang memadai dan suatu sistem untuk mengawasi keluar masuk orang.
d.
Mempunyai tanda yang mudah terlihat dari jarak 10 meter dengan tulisan “Berbahaya” yang dipasang pada unit/bangunan pengolahan dan penyimpanan, serta tanda “Yang Tidak Berkepentingan Dilarang Masuk” yang ditempatkan di setiap pintu masuk ke dalam instalasi.
e.
Mempunyai penerangan yang memadai di sekitar lokasi.
f.
Tersedianya sistem pemadam kebakaran.
g.
Incinerator mempunyai minimal dua ruang bakar.
- 63 h.
Spesifikasi incinerator, informasiantara lain:
sekurang-kurangnya
memuat
1)
Nama pabrik pembuat dan nomor model.
2)
Jenis incinerator.
3)
Dimensi internal dari unit incinerator termasuk luas penampang.
4)
zona/ruang proses pembakaran.
5)
Kapasitas udara penggerak utama (prime air mover).
6)
Uraian mengenai sistem bahan bakar (jenis/umpan).
7)
Spesifikasi teknis dan desain dari nozzle dan burner.
8)
Temperatur dan tekanan operasi di zona/ruang bakar.
9)
Waktu tinggal limbah dalam zona/ruang pembakar.
10) Kapasitas blower. 11) Tinggi dan diameter cerobong. 12) Uraian peralatan pencegah pencemaran udara dan peralatan. 13) Pemantauan emisi cerobong (stack/chimney). 14) Tempat dan deskripsi dari alat pencatat tekanan, aliran dan alat-alat pengontrol lain.
suhu,
15) Deskripsi sistem pemutus umpan limbah yang bekerja otomatis. 16) Efisiensi Penghancuran dan penghilangan (DRE), dan Efisiensi Pembakaran (EP). 17) Daftar suku cadang incinerator untuk garansi 1 tahun. 18) Gambar desain dan tata letak incinerator. 19) Perhitungan volume ruang bakar 1 dan ruang bakar 2 incinerator. i.
Suhu di ruang bakar kedua minimum 1.000 C.
j.
Kapasitas dan volume ruang bakar pertama disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit, melihat jumlah limbah padat medis yang dihasilkan tiap harinya.
k.
Tersedia minimal 2 (dua) thermocuple untuk mengetahui temperatur di ruang bakar pertama dan ruang bakar kedua.
l.
Waktu tinggal (residence time) gas di zona/ruang bakar kedua minimum 2 detik.
0
- 64 -
4.
5.
m.
Alat incinerator yang ditawarkan sudah termasuk pelindung incinerator sesuai dengan yang dipersyaratkan pabrikan incinerator.
n.
Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai uji laboratorium lingkungan terhadap emisi incinerator yang ditandatangani oleh Direktur rumah sakit dan diketahui oleh Gubernur/Bupati/Walikota minimal 1 tahun sekali dan melaporkannya ke Kementerian Kesehatan.
o.
Membuat surat pernyataan kesanggupan menjaga agar emisi incinerator memenuhi Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak yang ditandatangani oleh RS dan diketahui oleh Gubernur/Bupati/Walikota sebelum Pekerjaan Pembangunan dimulai.
Persyaratan Khusus Alat Penghancur Jarum Suntik Syringenya
dan
a.
Alat ini mampu syringenya.
dan
b.
Alat penghancur jarum suntik dan syringenya harus teregistrasi di Kementerian Kesehatan.
c.
Hasil olahan alat maksimal 10,0 mm (lebih kecil hasil olahan lebih baik).
d.
Kapasitas alat minimal dapat menghancurkan suntik dan syringenya 300 buah/jam.
menghancurkan
jarum
suntik
jarum
Acuan a.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
tentang
b.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
c.
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
d.
Keputusan Bapedal Nomor 3 Tahun 1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
e.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.
- 65 -
F.
f.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.
g.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1428/Menkes/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.
h.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1190/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Izin Edar Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
i.
Instruksi Menteri Lingkungan Hidup Nomor 1 Tahun 2013 tentang Persyaratan dan kewajiban dalam ijin Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Pelayanan Darah (Bank Darah Rumah Sakit dan Unit Transfusi Darah di Rumah Sakit) 1.
Pembangunan dan Pengadaan Peralatan Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) Sejalan dengan kebijakan Kementerian Kesehatan dalam peningkatan kualitas dan akses pelayanan darah, BDRS berperan dalam menjamin terlaksananya sistem pelayanan darah tertutup di rumah sakit. BDRS sebagai bagian dari pelayanan rumah sakit secara keseluruhan berperan sebagai pelaksana dan penanggung jawab pemenuhan kebutuhan darah di rumah sakit melalui jalinan kerjasama dengan UTD setempat sebagai pemasok darah yang aman. a.
Persyaratan Umum Pembangunan fasilitas BDRS mengacu pada persyaratan umum sebagai berikut 1)
Terdapat UTD yang dapat memasok kebutuhan darah aman di Kabupaten/Kota setempat.
2)
Terdapat rumah sakit Pemerintah di Kabupaten/Kota setempat.
3)
Dinas Kesehatan setempat pengawasan dan pembinaan darah.
mempunyai sistem pelayanan transfusi
- 66 4)
b.
Ada komitmen daerah untuk membantu operasionalisasi dan pemeliharaan BDRS melalui APBD.
Persyaratan teknis 1) Luas ruang Luas ruang BDRS didasarkan pada jenis ruang kegiatan yang dilaksanakan. Adapun luasnya itu adalah: a)
Ruang administrasi dan loket penerimaan sampel darah
Luas : 5 m²
b)
Ruang laboratorium
Luas : 9 m²
c)
Ruang penyimpanan darah
Luas : 6 m²
d)
Ruang kepala BDRS & ruang rapat
Luas : 6 m²
e)
Ruang jaga petugas
Luas : 5 m²
f)
Ruang gudang
Luas : 3 m²
g)
Ruang kamar mandi/WC
Luas : 3 m²
h)
Lorong
Luas : 3 m² Total Luas
2)
40 m²
Denah dan tata ruang Rancangan denah dan tata ruang pada BDRS harus mempertimbangkan aksesibilitas dan kemudahan dari kegiatan yang dilaksanakan. Adapun denah dan tata ruang BDRS harus memenuhi beberapa persyaratan teknis pelayanan kesehatan yang ada, diantaranya: a)
Bangunan berada di lingkungan/bangunan rumah sakit.
dalam
b)
Lokasi berada di tempat yang strategis dan mudah dijangkau dari ruang-ruang perawatan dan ruang emergensi serta ruang operasi.
c)
Luas minimal 40 m² dengan cahaya dan ventilasi yang cukup serta ber AC, termasuk ruang administrasi secara terpisah.
- 67 -
3)
d)
Fasilitas air mengalir dan listrik yang memadai, genset atau UPS yang mampu mem back up refrigerator agar stabilitas suhu tetap terjaga.
e)
Tersedia 2 bak cuci yang terdiri dari bak cuci tangan dan bak cuci alat.
f)
Lantai ruangan ada tanpa sambungan (vinyl), sudut lantai melengkung.
Peralatan BDRS (minimal) a) Blood bank refrigerator b) Serological centrifuge c) Serological rotator d) Dry incubator e) Microskop binokuler f) Plasma extractor g) Set peralatan uji silang serasi dengan metode gel
1 2 1 1 1 1
unit unit unit unit unit unit
1 unit
Peralatan laboratorium lainnya 1 paket (pasteur pipet plastic, set alat pemeriksaan uji silang serasi dengan metode gel test, labu semprot, rak tabung, tabung ukuran 12 x 75 mm, tabung ukuran 5 ml, hematokrit tube, beker glass, blood grouping plate, baskom cuci, gelas melamin, gunting stainless steel, klem lab, korentang, sarung tangan, jas laboratorium dan kacamata pelindung, object glass, timer, mikro pipete yellow tipe). 4) Cool box kapasitas 3 – 5 kantong darah: 3 unit 5) Bahan habis pakai a) coombs control cell : 1 vial b) NaCl 0,9% : 25 vial (@500ml c) Reagen golongan darah ABO, Rhesus dan Uji silang metode 3 fase dengan bovine albumin 22% dan coomb serum :10 vial @10cc) d) Reagen untuk pemeriksaan uji silang serasi metode gel test/mikroplate : 1 paket e) Cairan desinfectant : 1 paket 6)
Data rumah sakit yang belum memiliki UTD rumah sakit dan BDRS → untuk menu 2014
- 68 2.
Pemenuhan Peralatan Unit Transfusi Darah (UTD) di Rumah Sakit Dalam rangka meningkatkan kualitas dan akses pelayanan darah, pemerintah mengeluarkan kebijakan pendirian UTD rumah sakit yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 423/Menkes/SK/VI/2007. UTD di rumah sakit adalah salah satu instalasi di rumah sakit yang bertugas: a.
Menyusun perencanaan;
b.
Melakukan pengerahan dan pelestarian pendonor darah;
c.
Melakukan penyediaan darah mulai dari seleksi donor, penyadapan darah dan uji saring terhadap penyakit Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah (IMLTD);
d.
Melakukan penyimpanan darah;
e.
Melakukan pemeriksaan golongan darah dan uji silang serasi;
f.
Melakukan pendistribusian darah ke bagian/ruangan lain atau rumah sakit lain yang membutuhkan;
g.
Memantau reaksi transfusi dan melakukan pelacakan penyebab reaksi transfusi atau kejadian ikutan akibat transfusi darah;
h. i.
Melakukan pemusnahan darah yang tidak layak pakai; Melakukan pencatatan dan pelaporan.
Agar UTD di rumah sakit dapat beroperasi dengan peralatan yang memenuhi standar, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan darah di rumah sakit khususnya dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit pada umumnya, maka perlu didukung dengan peralatan UTD yang berkualitas dan memenuhi standar. a.
Persyaratan Umum Pemenuhan kebutuhan peralatan UTD di rumah sakit mengacu pada persyaratan umum yaitu diperuntukkan bagi pemenuhan peralatan : 1)
UTD yang telah operasional di rumah sakit dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan transfusi darah.
2)
UTD yang belum operasional di rumah sakit dalam
- 69 rangka pemenuhan standar peralatan UTD. b. NO 1.
Persyaratan Teknis JENIS KELENGKAPAN
Perlengkapan seleksi donor
Peralatan : Timbangan badan Haemoglobinometer AC/DC atau Baker glass ukuran 30 ml dan wadah CuSO4 Tempat kapas Stainles steel 1.1 Termos, wadah untuk menyimpan antisera Wadah limbah infeksius Wadah limbah non infeksius Tensimeter untuk dokter Bahan Habis Pakai Blood lancet 1.2 Capilary tube Desinfektan kulit dengan spray Kaca obyek Kapas steril Bio plate Ice pack untuk reagen termos Kantong limbah infeksius Kantong limbah non infeksius
JUMLAH Di Gedung Mobile Unit UTD 1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah 1 buah 1 buah
1 buah 1 buah 1 buah
Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya 1 btl 1 btl Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya
Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya
Sabun desinfektan untuk cuci tangan Reagensia. Larutan CuSO4 BJ 1.052 1.3 Antisera anti A, anti B monoklonal Anti D monoklonal IgM Reagen Hemoglobinometer
1 btl
1 btl
Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya
Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya
2.
Di Gedung
Mobile Unit
Perlengkapan pengambilan darah
- 70 NO
JENIS KELENGKAPAN
JUMLAH UTD
Peralatan : Tempat tidur statis Tempat tidur lipat Tensimeter Blood bank refrigerator (kapasitas kecil) Klem / pean Haemoscale (electric) Hand sealer 2.1 Gunting Tempat gunting dan pean Tempat kapas steril Rak tabung 40 lobang Electric sealer Wadah limbah infeksius Wadah limbah non infeksius Tempat limbah padat infeksius (tajam) Bahan Habis Pakai : Kantong darah 350 ml single Spidol artline 70 Sarung tangan uk. S,M.L Desinfektan kulit dalam botol spray Kassa steril 2.2 Tabung reaksi dengan tutup ulir untuk contoh darah Handyplast/ sejenisnya Kantong limbah infeksius Kantong limbah noninfeksius
3.
Perlengkapanpenyimpanandarah Blood bank refrigerator Peti pendingin darah / cool box untuk mobile unit (25 – 50 kantong) Peti pendingin darah/cool box untuk ruangan (2 – 5 kantong) Termometer Termometer digita
2 buah 2 buah 1 buah 2 buah 2 buah 2 buah 2 buah 2 buah 2 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah Secukupnya Secukupnya 1 botol Secukupnya Secukupnya Secukupnya
2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1
buah buah buah buah buah buah buah buah buah buah buah buah buah
Secukupnya Secukupnya Secukupnya 1 botol Secukupnya Secukupnya
Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya
1 buah 1 buah 2 buah 2 buah 1 buah
- 71 NO
JENIS KELENGKAPAN Perlengkapan Laboratorium 4. Pemeriksaan Konfirmasi Golongan Darah dan Uji Silang Serasi Peralatan : Serological centrifuge untuk tube 12 x 75 mm Table top centrifuge Reagen refrigerator 4.1 Sampel refrigerator Centrifuge (gel test) Inkubator ( Dry incubator) Inkubator (gel test) Water bath Mikroskop Rak tabung ( tabung 12x75 & rak tabung ) Tabung reaksi kaca pyrex ukuran.12x75 Bloodgrouping plate Pipet Pasteur uk 1 ml Mikropipet uk 5 ul, 25 ul, 50 ul Labu semprot Timer Gelas wadah bilas pipet Pasteur Gunting Kaca objek Ember kecil untuk limbah cair Wadah limbah infeksius Wadah limbah non infeksius
JUMLAH
secukupnya secukupnya secukupnya 1 buah 2 buah 2 buah 2 buah Secukupnya 2 buah Secukupnya Secukupnya
Bahan Habis Pakai : Kantong limbah infeksius Kantong limbah non infeksius Kertas saring 4.2 Tissue Parafilm Spidol Artline 70 Yellow Tip Sarung tangan ukuran S,M,L
Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya 1 roll 2 buah Secukupnya Secukupnya
1 buah 1 1 1 1 1 1 1 1
buah buah buah buah buah buah buah buah
secukupnya secukupnya
- 72 NO
JENIS KELENGKAPAN Desinfektan instrumen
Reagensia : Antisera A, B, D IgM monoklonal@10 ml 4.3 Bovine Albumin 22% @ 10 ml Anti Human Globulin@ 10 ml Anti D IgG @ 10 ml Test Sel Standar A, B, O NaCl 0,9 % LissCoomb’s Card Diluent Reagen Skrining dan identifikasi allo antibodi donor dan pasien Pengolahan Komponen Darah Peralatan : Hand Sealer Electric Sealer Timbangan darah Digital Balance Refrigerated Centrifuge Plasma Extractor Klem Gunting 5.1 Freezer -30°C Blast freezer (pengganti dry ice + Alkohol 96% ) Platelet Incubator dan Agitator Tempat Tissue Tempat sampah infeksius Tempat sampah non infeksius Laminary Air Flow ( kelas 2B )
JUMLAH 1 botol
3 vial 3 vial 3 vial 2 vial Dibuat sendiri 5 liter Secukupnya Secukupnya 1 set
5
Bahan dan alat habis pakai : Kantong darah ganda, triple 5.2 Capillary tube Kapas
1 1 1 1 1 1 2 2 1
buah buah buah buah buah buah buah buah buah
1 buah 1 1 1 1 1
buah buah buah buah buah
Secukupnya Secukupnya Secukupnya
- 73 NO
JENIS KELENGKAPAN Alkohol 70% Alkohol 96%. secukupnya. Dry Ice Washing bag secukupnya. NaCl 0,9%. Crito seal Alumunium ring
JUMLAH Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya
Peralatan Laboratorium Pemeriksaan IMLTD Metode Rapid Test (untuk jumlah darah donor <3500 kantong/tahun) Tabung Reaksi uk.12x75 mm Secukupnya 6.1 Rak Tabung reaksi 40 lubang 2 buah Timer 2 buah 6
Metode Elisa Manual/Semi Otomatik(untuk jumlah darah donor >3500 kantong/tahun) Tip kuning Secukupnya Tip biru Secukupnya Tabung Reaksi uk.12x75 mm Secukupnya Rak Tabung reaksi 40 lubang 6 buah Mikropipet ukuran 5-50 ul 2 buah 6.2 Mikropipet ukuran 50-200 ul 2 buah Mikropipet ukuran 200-1000 ul 2 buah Dry Incubator 1 buah Washer 1-2 buah Reader 1-2 buah Printer + Computer 1-2 buah Gelas Ukur 2 buah Timer 3 buah Mengingat pelayanan darah mempunyai resiko cukup tinggi, maka peralatan UTD harus memiliki kualitas tinggi. Kriteria peralatan yang dapat diusulkan:
- 74 c.
d.
Bagi UTD yang telah operasional : 1)
Peralatan yang belum dimiliki sesuai persyaratan teknis di atas, sedangkan bahan habis pakai dan reagensia tidak dapat diusulkan karena merupakan bagian dari operasional UTD.
2)
Peralatan pengolahan komponen darah hanya bagi UTD yang telah memiliki tenaga yang kompeten dan adanya permintaan komponen darah dari klinisi. Pengolahan komponen darah akan lebih efisien apabila dilakukan di UTD dengan jumlah donasi lebih dari 3500 kantong pertahun.
Bagi UTD yang belum operasional : Pemenuhan peralatan, bahan habis pakai dan reagensia yang belum dimiliki sesuai persyaratan teknis di atas, kecuali peralatan pengolahan komponen darah tidak dapat diusulkan.
G.
Pemenuhan Peralatan Kalibrasi di Rumah Sakit Pemenuhan peralatan kesehatan di Rumah Sakit, Provinsi/Kabupaten/Kota dari Dana Alokasi Khusus dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan sesuai kemampuan pelayanan. Peralatan kesehatan harus diuji dan dikalibrasi secara untuk memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan layak pakai. Pengujian dan kalibrasi dilakukan oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan (BPFK), Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan (LPFK) dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang. Dalam rangka penjaminan mutu keamanan dan layak pakai secara berkesinambungan, Rumah Sakit dapat melaksanakan pengujian dan kalibrasi internal dengan memenuhi persyaratan ketersediaan alat pengujian dan kalibrasi, sumber daya manusia yang kompeten, standar mutu pengujian dan kalibrasi serta dibawah pembinaan dan pengawasan BPFK. Terhadap produk yang dihasilkan melalui sistem pengukuran yang valid, menghindari cacat atau penyimpangan hasil ukur terhadap peralatan kesehatan, yang bertujuan mencapai ketertelusuran pengukuran. Hasil pengukuran dapat dikaitkan/ditelusur sampai ke standar yang lebih tinggi/teliti (standar primer nasional dan/
- 75 internasional), melalui rangkaian perbandingan yang tak terputus, menentukan deviasi (penyimpangan) kebenaran nilai konvensional penunjukan suatu instrument ukur, menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar nasional maupun internasional. 1.
2.
3.
Persyaratan Umum a.
Rumah Sakit kelas A dan B.
b.
Memiliki SDM berijazah diploma (D3) di bidang teknik elektromedik minimal 3 orang.
c.
Memiliki ruangan khusus untuk pelayanan pengujian dan kalibrasi ukuran minimal 3x3 m² dan memenuhi persyaratan sebagai ruangan kalibrasi.
d.
Memiliki struktur/pejabat penanggung jawab keteknisian.
Persyaratan Khusus a.
Membuat surat pernyataan bahwa peralatan pengujian dan kalibrasi yang dimiliki hanya digunakan untuk kebutuhan pelayanan pengujian dan kalibrasi internal.
b.
Membuat surat pernyataan bersedia melaksanakan standar mutu pengujian dan kalibrasi dibawah pembinaan dan pengawasan BPFK.
c.
Pernyataan kesanggupan menyediakan anggaran peningkatan kapabilitas dan kompetensi tenaga/teknisi pengujian dan kalibrasi.
d.
Pernyataan kesanggupan menyediakan anggaran pemeliharaan dan rekalibrasi peralatan pengujian dan kalibrasi.
e.
Melengkapi dokumen inventaris alat kesehatan pengujian dan kalibrasi yang dimiliki.
dan alat
Jenis Peralatan Pengujian dan Kalibrasi Rumah Sakit hanya diperbolehkan mengusulkan jenis peralatan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan sebagai berikut: a.
Non Invasive Blood Pressure (NIBP Simulator).
b.
Defibrillator Analyzer.
c.
INCU incubator analyzer.
d.
Infusion device analyzer.
e.
Fetal Simulator.
f.
Electrical Safety Analyzer.
g.
Patient Simulator.
- 76 -
4.
h.
Ultrasound Transducer Leakage Tester.
i.
Oxygen Analyzer.
j.
Gas anaesthesi monitor.
k.
Digital thermometer/Thermocouple.
l.
Digital Pressure Meter (DPM).
m.
SPO2 Simulator.
n.
Ventilator simulator.
o.
Electro Surgery Unit (ESU) Analyzer.
p.
Insulation Tester.
q.
Thermograph/ Thermo Imaging.
r.
Surveimeter Digital Pocket Dosimeter Film Badge.
s.
Beam Alignment Test Tool.
t.
Densitometer.
u.
Sensitometer.
v.
Collimator Tool.
w.
Safe Light Test.
x.
Automatic Beam Analyzer.
y.
Termometer untuk cairan prosessing film alat pengukur suhu dan kelembaban disesuaikan dengan alat.
Acuan a.
Undang-Undang Nomor Legal.
2 Tahun 1981 tentang Metrologi
b.
Undang-Undang Nomor Ketenaganukliran.
c.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
d.
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
e.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 363/Menkes/Per/IV/1998 tentang Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan.
f.
Peraturan Mentari Kesehatan Nomor 394/MenkesSos/SK/V/2001 tentang Institusi Penguji Alat Kesehatan.
g.
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
10
Tahun
1997
tentang
- 77 BAB V SUBBIDANG PELAYANAN KEFARMASIAN
Penyediaan dan pengelolaan obat terutama obat generik dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) adalah bagian dari upaya untuk peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar, serta untuk mendukung pelayanan kesehatan sekunder dan tersier dalam rangka percepatan penurunan angka kematian ibu dan anak, perbaikan status gizi masyarakat, pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, terutama untuk pelayanan kesehatan penduduk miskin dan penduduk di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) serta Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK). Menu DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian Tahun 2014 ditujukan untuk mendukung pencapaian ketersediaan obat terutama obat generik dan vaksin di Kabupaten/Kota. A.
Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan/Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) 1.
Persyaratan Umum a.
Besaran alokasi DAK untuk Kabupaten/Kota dihitung berdasarkan biaya minimal obat perkapita penduduk Penerima Bantuan Iuran (PBI) di Kabupaten/Kota dan biaya obat perkapita bagi seluruh penduduk Kabupaten/Kota dengan memperhatikan jumlah kunjungan Puskesmas.
b.
Penyediaan Obat dan BMHP dari DAK meliputi obat generik, BMHP, reagensia dan vaksin skala Kabupaten/Kota (tidak termasuk penyediaan vaksin imunisasi dasar) yang digunakan untuk pelayanan kesehatan dasar (PKD) (termasuk Bufferstock Kabupaten/Kota). DAK dapat juga digunakan untuk mendukung pembiayaan APBN dalam rangka memenuhi kekurangan obat dan BMHP yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL), Program Gizi dan Kesehatan Ibu Anak (KIA), Program Prioritas Kementerian Kesehatan lainnya dan pada saat terjadi bencana/Kejadian Luar Biasa (KLB).
- 78 -
2.
c.
Penyediaan obat, terutama Obat Generik, dan BMHP dalam DAK Bidang Kesehatan TA 2014 Subbidang Pelayanan Kefarmasian dipergunakan sesuai dengan menu Penyediaan Obat dan BMHP yang terdapat dalam Petunjuk Teknis DAK Bidang Kesehatan TA 2014. Bila ketersediaan obat dan BMHP di masing-masing Kabupaten/Kota telah terpenuhi minimal selama 18 bulan, Kabupaten/Kota diperkenankan mengusulkan pengalihan alokasi DAK Penyediaan Obat dan BMHP ke kegiatan lainnya dengan batasan masih dalam satu Subbidang Pelayanan Kefarmasian dan dilaksanakan sesuai Petunjuk Teknis DAK Bidang Kesehatan TA 2014.
d.
Pengalihan alokasi DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam butir c harus dengan persetujuan Menteri Kesehatan cq Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
e.
Pemerintah daerah Kabupaten/Kota harus menyediakan anggaran dari APBD Kabupaten/Kota untuk pengadaan obat dan BMHP, biaya operasional, biaya distribusi obat dan BMHP serta biaya lain terkait proses pengadaan obat dan BMHP di Kabupaten/Kota.
Persyaratan Teknis a.
Penyediaan obat terutama Obat Generik dan BMHP di Kabupaten/Kota dilakukan setelah melalui penelaahan terhadap tingkat kesakitan (morbidity) dan tingkat kematian (mortality) akibat penyakit untuk mengetahui jenis obat dan BMHP yang paling dibutuhkan.
b.
Penyediaan obat dan BMHP hanya dapat digunakan untuk pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan Puskesmas Perawatan.
c.
Kabupaten/Kota membuat usulan penyediaan Obat dan BMHP sesuai Daftar Obat Essensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional (Fornas) yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan diketahui oleh Bupati/Walikota.
- 79 d.
Kabupaten/Kota membuat Surat Pernyataan Kesanggupan Pelaksanaan Pekerjaan yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan diketahui oleh Bupati/Walikota.
e.
Pemilihan jenis obat, BMHP, reagensia dan vaksin skala Kabupaten/Kota (diluar imunisasi dasar) mengacu pada Daftar Obat Essensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional (Fornas), kecuali Kepala Puskesmas mengajukan usulan kebutuhan obat di luar DOEN dan Fornas atau usulan kebutuhan obat tradisional (Obat Herbal Terstandar, Fitofarmaka) dengan mendapatkan persetujuan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
f.
Proses penyediaan Obat dan BMHP untuk kebutuhan Obat dan BMHP di Pelayanan Kesehatan Dasar dilaksanakan dengan mengacu pada Perpres Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah melalui mekanisme e-catalogue yang sudah tersedia.
g.
Proses penyediaan Obat dan BMHP agar memperhatikan dan mengacu pada peraturan perundang-undangan serta aturan perubahan dan aturan turunannya yang berlaku.
h.
Tata cara pengajuan Permohonan Rekomendasi Realokasi DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian Tahun 2014 adalah dengan mengirimkan Surat Permohonan Rekomendasi Realokasi DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian Tahun 2014 yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan persetujuan Bupati/Walikota, ditujukan kepada Menteri Kesehatan cq Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (formulir 1) dengan melampirkan dokumen pendukung sebagai berikut: 1) Rincian Rencana Penggunaan DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian TA 2014; 2) Tingkat Ketersediaan Obat selama 18 bulan (formulir 2); 3) Rincian Anggaran Biaya (RAB) Pembangunan baru/Rehabilitasi Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) dan/atau Penyediaan sarana pendukung IFK.
- 80 B.
Pembangunan Baru/Rehabilitasi dan/atau Penyediaan Pendukung Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) 1.
Sarana
Persyaratan Umum a.
Pembangunan Baru Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) diperuntukan bagi: 1) Kabupaten/Kota yang belum memiliki IFK (termasuk di dalamnya Kabupaten/Kota hasil pemekaran/bentukan baru). 2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ingin memperluas atau merelokasi Instalasi Farmasi yang sudah ada. Apabila salah satu kondisi tersebut telah terpenuhi, maka Kabupaten/Kota harus mempunyai lahan siap bangun (pembebasan, sertifikat tanah dan pematangan lahan (pemerataan dan pemadatan) merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota)
b.
Rehabilitasi dan Perluasan Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) Rehabilitasi dan Perluasan IFK diperuntukan bagi IFK yang: 1) Mengalami kerusakan berat dan spesifikasinya telah ditentukan oleh instansi berwenang (Dinas PU setempat). 2) Memiliki luas penyimpanan tidak mencukupi untuk menyimpan obat dan BMHP yang dikelola (sesuai kebutuhan daerah). 3) Belum memenuhi standar untuk menyimpan obat dan BMHP.
c.
Penyediaan sarana pendukung Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK). Sarana pendukung IFK hanya diperuntukkan bagi Kabupaten/Kota dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Belum memiliki sarana pendukung tersebut. 2) Sarana pendukung yang ada telah rusak berat. 3) Kapasitas sarana pendukung yang ada tidak memadai (lebih kecil dari kebutuhan).
- 81 Pengadaan sarana pendukung IFK dilakukan berdasarkan analisa kebutuhan, pertimbangan operasional serta kondisi dan letak geografis/topografi daerah. d.
2.
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menyediakan biaya operasional dan biaya pemeliharaan IFK.
Persyaratan Teknis a.
Pembangunan Baru IFK 1)
Luas lahan dan bangunan disesuaikan dengan kebutuhan daerah berupa volume obat dan BMHP yang akan disediakan (minimal memiliki ruang penerimaan, ruang karantina, ruang penyimpanan, ruang pengemasan, ruang penyerahan, ruang obat kadaluarsa dan ruang Kepala IFK).
2)
Kabupaten/Kota membuat usulan pembangunan dengan melampirkan master plan, gambar/block plan, unit cost (per m²) dan RAB. Unit cost masing-masing daerah ditetapkan oleh Dinas Pekerjaan Umum setempat dan ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan diketahui oleh Bupati/Walikota setempat.
3)
Kabupaten/Kota membuat Surat Pernyataan Kesanggupan Pelaksanaan Pekerjaan yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan diketahui oleh Bupati/Walikota.
4)
Proses pengadaan pembangunan harus mengacu kepada peraturan perundang-undangan serta aturan perubahan dan aturan turunannya yang berlaku.
5)
Denah tata ruang Rencana tata ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi sebagai sarana penyimpanan obat publik dan BMHP serta mengacu pada buku Standar Sarana dan Prasarana di Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota.
- 82 b.
c.
Rehabilitasi dan Perluasan IFK 1)
Rehabilitasi dan Perluasan bangunan IFK disesuaikan dengan kebutuhan Kabupaten/Kota berupa luas serta volume obat dan BMHP yang harus disediakan.
2)
Kabupaten/Kota membuat usulan rehabilitasi dan perluasan pembangunan IFK dengan melampirkan master plan, gambar/block plan, unit cost (per m²) dan RAB. Unit cost masing-masing daerah ditetapkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Daerah setempat dan ditandatangani oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota serta diketahui oleh Bupati/Walikota.
3)
Kabupaten/Kota membuat Surat Pernyataan Kesanggupan Pelaksanaan Pekerjaan yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan diketahui oleh Bupati/Walikota.
4)
Proses pengadaan rehabilitasi dan perluasan bangunan harus mengacu kepada peraturan perundang-undangan serta aturan perubahan dan aturan turunannya yang berlaku.
5)
Denah dan rencana rehabilitasi tata ruang/bangunan IFK agar memperhatikan fungsi sebagai sarana penyimpanan obat publik dan BMHP serta mengacu pada Standar Sarana Dan Prasarana Di Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Pengadaan Sarana Pendukung IFK 1)
Sarana pendukung IFK hanya diperbolehkan untuk: a) Sarana penyimpan yaitu Vaccine Cooler, Refrigerator, Generator Set, AC split, Hand Forklift, Palet, Rak obat dan BMHP, Lemari Narkotika dan Psikotropika dan Trolley. b) Sarana Distribusi Obat dan BMHP yaitu Mobil Box Roda Empat yang spesifikasinya memperhatikan kebutuhan distribusi dan kesesuaian geografis wilayah. c) Sarana Pengamanan yaitu Alarm Kebakaran, CCTV, Tabung Pemadam Kebakaran (alat pemadam api ringan (APAR)), Pagar dan Teralis.
- 83 d) Sarana Pengolah data yaitu Komputer (PC), Printer, serta Uninteruptable Power Supply (UPS). e) Sarana Telekomunikasi, yaitu Mesin Faksimili dan perangkat konektivitas jaringan internet berupa modem.
C.
2)
Kabupaten/Kota membuat usulan pengadaan sarana pendukung IFK dengan melampirkan RAB dan unit cost yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan diketahui oleh Bupati/Walikota.
3)
Kabupaten/Kota membuat Surat Pernyataan Kesanggupan Pelaksanaan Pengadaan yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan diketahui oleh Bupati/Walikota.
4)
Proses pengadaan harus mengacu kepada peraturan perundang-undangan serta aturan perubahan dan aturan turunannya yang berlaku.
5)
Pengadaan sarana pendukung IFK disesuaikan dengan kebutuhan serta mengacu pada Standar Sarana Dan Prasarana di Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Pembangunan Baru/Rehabilitasi dan/atau Pendukung Instalasi Farmasi Provinsi (IFP) 1.
Penyediaan
Sarana
Persyaratan Umum a.
Pembangunan IFP 1)
Pembangunan baru Instalasi Farmasi Provinsi dimaksudkan jika Dinas Kesehatan Provinsi ingin memperluas atau merelokasi Instalasi Farmasi yang sudah ada.
2)
Apabila kondisi tersebut telah terpenuhi, maka Provinsi wajib mempunyai lahan siap bangun (pembebasan, sertifikat tanah dan pematangan lahan (pemerataan dan pemadatan) merupakan tanggung jawab Pemerintah Provinsi).
- 84 b.
Rehabilitasi dan Perluasan IFP Rehabilitasi dan Perluasan Instalasi Farmasi Provinsi diperuntukan bagi IFP yang :
c.
1)
Mengalami kerusakan berat dan spesifikasinya telah ditentukan oleh instansi berwenang (Dinas PU setempat)
2)
Memiliki luas penyimpanan tidak mencukupi untuk menyimpan obat dan BMHP yang dikelola (sesuai kebutuhan daerah).
3)
Belum memenuhi standar untuk menyimpan obat dan BMHP
Penyediaan Sarana Pendukung IFP Sarana pendukung IFP hanya diperuntukan bagi Provinsi dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Belum memiliki sarana pendukung tersebut 2)
Sarana pendukung yang telah rusak berat
3)
Kapasitas sarana pendukung yang ada tidak memadai (lebih kecil dari kebutuhan)
Pengadaan sarana pendukung IFP dilakukan berdasarkan analisa kebutuhan, pertimbangan operasional serta kondisi dan letak geografis/topografi daerah. d.
2.
Pemerintah Daerah Provinsi menyediakan operasional dan biaya pemeliharaan IFP.
biaya
Persyaratan Teknis a.
Pembangunan Baru IFP 1)
Luas lahan dan bangunan disesuaikan dengan kebutuhan daerah berupa volume obat dan BMHP yang akan disediakan (minimal ruang penerimaan, ruang karantina, ruang penyimpanan, ruang pengemasan, ruang penyerahan, ruang obat kadaluarsa dan ruang Kepala IF).
- 85 2)
Provinsi membuat usulan pembangunan dengan melampirkan master plan, gambar/block plan, unit cost (per m²) dan RAB. Unit cost masing-masing daerah ditetapkan oleh Dinas PU setempat dan ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan diketahui oleh Gubernur setempat
3)
Provinsi membuat Surat Pernyataan Kesanggupan Pelaksanaan Pekerjaan yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan diketahui oleh Gubernur.
4)
Proses pengadaan pembangunan harus mengacu kepada peraturan perundang-undangan serta aturan perubahan dan aturan turunannya yang berlaku.
5)
Denah Tata Ruang Rencana tata ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi sebagai sarana penyimpanan obat publik dan BMHP serta mengacu pada buku Standar Sarana dan Prasarana di Instalasi Farmasi Provinsi dan kabupaten/Kota.
b.
Rehabilitasi dan Perluasaan IFP 1)
Rehabilitasi dan Perluasan bangunan IFP disesuaikan dengan kebutuhan Provinsi berupa luas serta volume obat dan BMHP yang harus disediakan.
2)
Provinsi membuat usulan rehabilitasi dan perluasan pembangunan IFP dengan melampirkan master plan, gambar/block plan, unit cost (per m²) dan RAB. Unit cost masing-masing daerah ditetapkan oleh Dinas PU Pemda setempat dan ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi serta diketahui oleh Gubernur.
3)
Provinsi membuat Surat Pernyataan Kesanggupan Pelaksanaan Pekerjaan yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan diketahui oleh Gubernur.
4)
Proses pengadaan rehabilitasi dan perluasan bangunan harus mengacu kepada peraturan perundang-undangan serta aturan perubahan dan aturan turunannya yang berlaku.
- 86 5)
c.
Denah dan rencana rehabilitasi tata ruang/bangunan IFP agar memperhatikan fungsi sebagai sarana penyimpanan obat publik dan BMHP serta mengacu pada Standar Sarana dan Prasarana di Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota
Pengadaan Sarana Pendukung IFP 1)
Sarana pendukung IFP hanya diperbolehkan untuk:
a) Sarana penyimpan yaitu Refrigerator, Generator Set, AC split, Hand Forklift, Palet, Rak obat dan BMHP, Lemari Narkotika dan Psikotropika, Trolley dan Incinerator (spesifikasi mengacu pada Incinerator dalam Subbidang Pelayanan Kesehatan Rujukan). b) Sarana Distribusi Obat dan BMHP yaitu Mobil Box Roda Empat/Enam yang spesifikasinya memperhatikan kebutuhan distribusi dan kesesuaian geografis wilayah. c) Sarana Pengamanan yaitu Alarm Kebakaran, CCTV, Tabung Pemadam Kebakaran Alat Pemadam Api Ringan (APAR), Pagar dan Teralis d) Sarana Pengolah data yaitu Komputer (PC), Printer dan Uninteruptable Power Supply (UPS) e) Sarana Telekomunikasi, yaitu Mesin Faksimili dan perangkat konektivitas jaringan internet berupa modem. 2)
Provinsi membuat usulan pengadaan sarana pendukung IFP dengan melampirkan RAB dan unit cost yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan diketahui oleh Gubernur.
3)
Provinsi membuat Surat Pernyataan Kesanggupan Pelaksanaan Pengadaan yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan diketahui oleh Gubernur.
4)
Proses pengadaan harus mengacu kepada peraturan perundang-undangan serta aturan perubahan dan aturan turunannya yang berlaku.
- 87 5)
3.
Pengadaan sarana pendukung IFP disesuaikan dengan kebutuhan serta mengacu pada Standar Sarana dan Prasarana di Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota
Acuan a.
Daftar Obat Essensial Nasional (DOEN) yang berlaku
b.
Formularium Nasional (Fornas) yang berlaku
c.
Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang harga Serum dan Vaksin Program Imunisasi yang berlaku
d.
Keputusan Menteri Kesehatan tentang Harga Perbekalan Kesehatan dan Obat Gigi yang berlaku.
e.
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Obat dengan Prosedur epurchasing berdasarkan e – catalogue yang berlaku
f.
Surat Edaran Menteri Kesehatan tentang Pengadaan Obat Pemerintah melalui mekanisme e-purchasing berdasarkan katalog elektronik (e-catalogue) yang berlaku
g.
Standar Sarana dan Prasarana di Instalasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang berlaku.
h.
Peraturan Perundang-undangan tentang Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka yang berlaku.
Farmasi
- 88 BAB VI PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KESEHATAN
A.
Pemantauan Dan Evaluasi 1.
2.
Tujuan Pemantauan dan Evaluasi a.
Memastikan pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan di Provinsi/Kabupaten/Kota tepat waktu dan tepat sasaran sesuai dengan penetapan alokasi DAK Bidang Kesehatan TA 2014 dan Petunjuk Teknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2014.
b.
Mengidentifikasi permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan TA 2014, yang nantinya digunakan untuk perbaikan perencanaan dan pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2015.
c.
Memastikan pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan bermanfaat bagi masyarakat di Provinsi/Kabupaten/Kota mengacu pada tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan pembangunan nasional.
d.
Meberikan masukan untuk penyempurnaan kebijakan dan pengelolaan DAK Bidang Kesehatan yang meliputi aspek perencanaan, pengalokasian, pelaksanaan, dan pemanfaatan DAK Bidang Kesehatan ke depan.
Ruang Lingkup Pemantauan dan Evaluasi a.
Kesesuaian antara kegiatan DAK Bidang Kesehatan dengan usulan kegiatan yang ada dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
b.
Kesesuaian pemanfaatan DAK Bidang Kesehatan dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran – Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD) dengan petunjuk teknis dan pelaksanaan di lapangan.
c.
Realisasi waktu pelaksanaan, lokasi, pelaksanaan dengan perencanaan.
d.
Evaluasi pencapaian sasaran kegiatan DAK berdasarkan input, proses, output sejauh mana bila memungkinkan sampai outcome dan impact.
dan
sasaran
- 89 -
3.
e.
Pencapaian manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan
f.
Dampak (impact) yang ditimbulkan dalam pelaksanaan DAK.
Tata Cara Pemantauan dan Evaluasi a.
Review atas laporan triwulan/laporan akhir yang disampaikan oleh Gubernur/Bupati/Walikota dan Dinas Kesehatan Provinsi setiap akhir triwulan sesuai dengan format laporan.
b.
Kunjungan lapangan atau studi evaluasi.
c.
Forum koordinasi untuk menindaklanjuti hasil review laporan dan atau kunjungan lapangan.
Pemantauan dan evaluasi dilakukan oleh Organisasi Pelaksana dan atau Tim Koordinasi di tingkat Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota sesuai dengan petunjuk teknis dalam Surat Edaran Bersama (SEB) Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas, Menteri Keuangan, dan Menteri Dalam Negeri Tahun 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemantauan Teknis Pelaksanaan dan Evaluasi Pemanfaatan DAK.
B.
Pelaporan Kepala Daerah menyampaikan laporan triwulan yang memuat pelaksanaan kegiatan dan penggunaan DAK kepada: 1. Menteri Kesehatan 2. Menteri Dalam Negeri 3. Menteri Keuangan Penyampaian laporan triwulan pada kegiatan DAK Bidang Kesehatan TA 2014 dilakukan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah triwulan yang bersangkutan berakhir (Maret, Juni, September dan Desember). Kepatuhan daerah dalam menyampaikan laporan triwulanan dapat dijadikan pertimbangan dalam pengalokasian DAK tahun berikutnya sesuai peraturan perundang-undangan. 1.
Jenis Pelaporan Laporan dari kegiatan pemantauan teknis pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan terdiri:
- 90 -
2.
a.
Laporan triwulan yang memuat jenis kegiatan, lokasi kegiatan, realisasi keuangan, realisasi fisik dan permasalahan dalam pelaksanaan DAK, yang disampaikan selambat-lambatnya 14 hari setelah akhir triwulan berakhir. Contoh laporan triwulan sebagaimana tercantum dalam formulir 3, 4, dan 5.
b.
Laporan penyerapan DAK disampaikan kepada Menteri Keuangan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Trasfer Ke Daerah yang berlaku.
c.
Laporan akhir merupakan laporan pelaksanaan akhir tahun, yang disampaikan dua bulan setelah tahun anggaran berakhir. Contoh laporan akhir sebagaimana tercantum dalam formulir 6.
Alur Pelaporan a.
b.
Pelaksanaan di Kabupaten/Kota 1)
Kepala SKPD menyampaikan laporan triwulan kepada Sekretaris Daerah dan selanjutnya Sekretaris Daerah melakukan kompilasi laporan SKPD. Bupati/Walikota menyampaikan kompilasi laporan SKPD kepada Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Teknis (Menteri Kesehatan).
2)
Kepala SKPD (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan RS Kabupaten/Kota) menyampaikan laporan triwulan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan selanjutnya Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan kompilasi laporan pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota kepada Menteri Kesehatan melalui Sekretaris Jenderal up. Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran.
Pelaksanaan di Provinsi 1)
Kepala SKPD menyampaikan laporan triwulan kepada Sekretaris Daerah dan selanjutnya Sekretaris Daerah melakukan kompilasi laporan SKPD. Gubernur menyampaikan kompilasi laporan SKPD kepada Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Teknis (Menteri Kesehatan).
- 91 2)
c.
Kepala SKPD (Dinas Kesehatan Provinsi dan RS Provinsi) menyampaikan laporan triwulan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan selanjutnya Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan kompilasi laporan pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan di Provinsi kepada Menteri Kesehatan melalui Sekretaris Jenderal up. Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran.
Laporan Triwulanan disampaikan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah triwulan yang bersangkutan berakhir. (Maret, Juni, September dan Desember).
Bagan 1. Alur Laporan Triwulan di Tingkat Kabupaten/Kota
SKPD
SEKDA KABUPATEN/KOTA
BUPATI/WALIKOTA
MENTERI KEUANGAN
MENTERI DALAM NEGERI
DINAS KESEHATAN PROVINSI
Ket : : laporan langsung SEB : laporan langsung
MENTERI KESEHATAN
- 92 Bagan 2. Alur Laporan triwulan di Tingkat Provinsi
SKEMA LAPORAN TRIWULANPELAKSANAAN DI PROVINSI SKPD
SEKDA PROVINSI
GUBERNUR
MENTERI KEUANGAN
MENTERI DALAM NEGERI
DINAS KESEHATAN PROVINSI
Ket : : laporan langsung SEB : laporan langsung
MENTERI KESEHATAN
- 93 BAB VII PENUTUP
Petunjuk Teknis ini dibuat untuk dijadikan acuan penggunaan DAK Bidang Kesehatan TA 2014 yang diarahkan untuk kegiatan yang dapat meningkatkan daya jangkau dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat di Provinsi/Kabupaten/Kota terutama daerah dengan derajat kesehatan yang belum optimal sehingga warga masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan bermutu. Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan 2014 ini merupakan pilihan kegiatan bagi tiap subbidangnya. Dimana tiap subbidang pelayanan kesehatan dasar, subbidang pelayanan kesehatan rujukan dan subbidang pelayanan kefarmasian masing–masing mempunyai beberapa pilihan kegiatan di tiap subbidangnya dan tidak diperkenankan adanya pengalihan anggaran dan kegiatan antar subbidang karena adanya keterikatan dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2014 dan Undang-Undang APBN 2014. Kegiatan-kegiatan yang bisa didanai dari DAK Bidang Kesehatan 2014 ini sebagaimana diuraikan di atas sifatnya adalah pilihan. Kepala Daerah bisa memilih satu atau lebih kegiatan sesuai prioritas daerah. Pemilihan kegiatan DAK Bidang kesehatan seharusnya merupakan bagian program jangka menengah sesuai Rencana Strategis Kementerian Kesehatan dan Rencana Strategis Daerah. Selanjutnya dalam pelaksanaan kegiatannya agar disinergikan dengan kegiatan yang bersumber dari pendanaan lainnya (seperti dana Tugas Pembantuan, APBD Provinsi/Kabupaten/kota dan sumber pembiayaan lainnya) sehingga lebih berdaya guna dan berhasil guna.
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd NAFSIAH MBOI
LAMPIRAN 1
DEFINISI OPERASIONAL 1. Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) Alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam peraturan perundangan. 2. Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) Unit di rumah sakit yang mempunyai peran dalam mendukung pelayanan darah yang berkualitas di rumah sakit dengan sistem satu pintu. 3. BOR (Bed Occupancy Rate) kelas III RS Persentase pemanfaatan tempat tidur di kelas III untuk pelayanan rawat inap pasien miskin/tidak mampu di rumah sakit dalam kurun waktu tertentu. 4. Daerah Kepulauan Suatu gugusan pulau, termasuk bagian pulau dan perairan di antara pulau pulau tersebut, dan lain-lain wujud alamiah yang hubungannya satu sama lain demikian eratnya. 5. Daerah Perbatasan Daerah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berbatasan langsung dengan wilayah kedaulatan negara tetangga, baik perbatasan darat dan laut. 6. Daerah Terpencil Kecamatan atau desa yang karena letak dan atau kondisi alam memiliki kesulitan, kekurangan atau keterbatasan prasarana dan sarana perhubungan, pelayanan kesehatan, persediaan kebutuhan 9 bahan pokok, SLTP serta kebutuhan sekunder lain, yang menimbulkan kesulitan bagi penduduk yang tinggal di wilayah tersebut. 7. Daerah Tertinggal Suatu daerah kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional.
8. Fitofarmaka Sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah distandarisasi. 9. Gender Pandangan masyarakat tentang perbedaan peran, fungsi dan tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki yang merupakan hasil konstruksi sosial budaya dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan dukungan masyarakat itu sendiri. 10. Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota Suatu unit pengelola obat dan perbekalan kesehatan di kabupaten/kota untuk mendukung ketersediaan obat dalam pelayanan kesehatan dasar. 11. Keadilan Gender Langkah-langkah yang diperlukan untuk menghentikan berbagai hal yang secara sosial dan menurut sejarah telah menghambat perempuan dan laki-laki untuk bisa berperan dan menikmati hasil dari peran yang dimainkannya. Keadilan gender mengantar ke kesetaraan gender. 12. Kesetaraan Gender Perempuan dan laki-laki menikmati status yang sama dan memiliki kondisi yang sama untuk menggunakan hak-haknya dan kemampuannya secara penuh dalam memberikan kontribusinya kepada pembangunan politik, ekonomi, sosial, dan budaya. 13. Obat Herbal Terstandar (OHT) Sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah distandarisasi. 14. Obat Tradisional Bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
15. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (Pelayanan Kesehatan Primer/Dasar) Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan dasar.(sesuai UU No. 36 Tahun 2009 pasal 30 ayat 2a). 16. Peningkatan Peningkatan status Puskesmas, menjadi Puskesmas perawatan.
sebagai
contoh:
Puskesmas
17. Peralatan kesehatan Peralatan dasar minimal (medis dan non medis) untuk Puskesmas dan jaringannya sebagaimana mengacu pada buku Pedoman Peralatan, Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2008. 18. Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah rumah tangga yang seluruh anggotanya berperilaku hidup bersih dan sehat, yang meliputi 10 indikator yaitu : Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan; Bayi Diberi Asi Eksklusif; Balita Ditimbang Setiap Bulan; Menggunakan Air Bersih; Mencuci Tangan Dengan Air Bersih Dan Sabun; Menggunakan Jamban Sehat; Memberantas Jentik Di Rumah Sekali Seminggu; Makan Sayur Dan Buah Setiap Hari; Melakukan Aktivitas Fisik Setiap Hari; dan Tidak Merokok Di dalam rumah. Apabila dalam rumah tangga tersebut tidak ada ibu yang melahirkan, tidak ada bayi dan tidak ada Balita, maka pengertian rumah tangga berPHBS adalah rumah tangga yang memenuhi 7 indikator. 19. Perluasan Penambahan ukuran dan/atau penambahan ruangan untuk peningkatan fungsi pelayanan, termasuk kelengkapan/sarana pendukungnya. 20. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa.
21. Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular Pos pembinaan terpadu PTM (Posbindu PTM) adalah kegiatan yang diselenggarakan secara terintegrasi (“di-Poskan”) oleh kelompok aktif masyarakat dalam upaya preventif dan promotif pengendalian PTM. 22. Pulau Terluar Pulau dengan luas area kurang atau dengan 2000 Km2 (dua ribu kilometer persegi) yang memiliki titik-titik dasar koordinat geografis yang menghubungkan garis pangkal laut kepulauan sesuai dengan hukum internasional dan nasional. 23. Puskesmas Unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. 24. Puskesmas Pembantu Unit pelayanan kesehatan sederhana yang merupakan bagian integral dari Puskesmas yang melaksanakan sebagian tugas Puskesmas. 25. Puskesmas Perawatan Puskesmas yang dilengkapi dengan fasilitas perawatan berfungsi sebagai rujukan antara dan dapat melaksanakan tindakan pra rujukan (bila diperlukan), sebelum dirujuk ke institusi rujukan. 26. Puskesmas PONED Puskesmas perawatan yang memiliki Dokter, bidan dan perawat terlatih PONED dan mampu memberikan pelayanan langsung terhadap ibu hamil/ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir, baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, Bidan di desa dan Puskesmas non perawatan. Puskesmas PONED dapat melakukan pengelolaan kasus dengan komplikasi tertentu sesuai dengan tingkat kewenangan dan kemampuannya atau melakukan rujukan ke Rumah Sakit. 27. PONED Kit Peralatan yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program/ pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil/ibu bersalin, nifas dan bayi baru lahir di Puskesmas (mengacu pada buku Pedoman Peralatan Puskesmas, Ditjen. Bina Kesmas, Depkes RI, 2008).
28. Rehabilitasi Upaya memperbaiki kerusakan bangunan yang terjadi agar bangunan dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. 29. Responsif Gender Perhatian yang konsisten dan sistematis terhadap perbedaanperbedaan perempuan dan laki-laki di dalam masyarakat, yang disertai upaya menghapus hambatan-hambatan struktural dalam mencapai kesetaraan. 30. Ruang Persalinan Suatu ruangan/tempat yang digunakan untuk melakukan pertolongan persalinan pada ibu melahirkan dan penanganan bayi baru lahir. 31. Rumah Dinas Rumah yang diperuntukkan bagi Dokter/Dokter Gigi/Paramedis yang bertugas di Puskesmas. 32. Rumah Sakit Siap PONEK (Pelayanan Obstetri, Neonatal, Emergency dan Komprehensif) Rumah Sakit siap PONEK 24 jam adalah Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan kedaruratan maternal dan neonatal secara komprehensif dan terintegrasi selama 24 jam. 33. Rusak Berat Kerusakan berat adalah kerusakan pada sebagian besar komponen bangunan, baik struktural maupun non struktural yang apabila setelah diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. Penentuan tingkat kerusakan adalah setelah berkonsultasi dengan instansi teknis setempat yang bertanggung jawab terhadap pembinaan bangunan gedung. 34. Sarana pendukung Fasilitas/alat-alat untuk kegiatan.
mendukung
terselenggaranya
suatu
35. Sarana dan Prasarana yang Responsif Gender Sarana prasarana peralatan kesehatan yang mengakomodasikan permasalahan, kebutuhan dan aspirasi yang berbeda antara lakilaki dan perempuan.
36. Sensitif Gender Kemampuan untuk memberikan perhatian secara konsisten dan sistematis untuk melihat perbedaan kebutuhan perempuan dan laki-laki dalam upaya mencapai keadilan gender. 37. SPGDT (Sistem Penanganan Gawat Darurat Terpadu) Sistem penanganan penderita gawat darurat pra RS (di tengah masyarakat, Poskesdes, Puskesmas, selama dalam transpor), RS (Instalasi Gawat Darurat (IGD), High Care Unit (HCU), Intensive Care Unit (ICU), kamar jenazah) dan antar RS. 38. Unit Transfusi Darah di Rumah Sakit (UTD di RS) Salah satu instalasi di RS yang mempunyai peran sebagai penyedia darah transfusi yang aman (lulus skreening IMLTD/Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah).
LAMPIRAN 2 STANDAR PERALATAN DAN LOGISTIK POSKESDES Peralatan dan logistik Pos Kesehatan Desa meliputi peralatan medis, peralatan non medis, obat, bahan habis pakai, dan alat penyuluhan. Adapun peralatan dan logistik minimal yang harus ada di Pos Kesehatan Desa adalah sebagai berikut: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
Nama Alat Bidan kit Meja gynekologi Meteran Palu pengukur reflex Pelvimeter obstetrik pengukur panggul Spekulum vagina (cocor bebek ukuran besar) Spekulum vagina (cocor bebek ukuran sedang) Spekulum vagina (cocor bebek ukuran kecil) Stetoskop dupleks dewasa Foetal Stetoskop pinnard monorial alumunium Sudip lidah panjang Tensimeter Tensimeter manset anak Termometer klinis Termometer bayi ARI timer Pipet tetes 3 ml plastic Alat pengisap lendir Dr. Lee Alat resusitasi tabung dan sungkup/ resusitator infant Nasogastric tube no. 14 F Alat pemasang IUD Alat pengait IUD Gunting bedah standar lurus Gunting bedah standar lurus ujung tajam/tajam Gunting bedah standar lurus ujung tajam/tumpul Gunting bedah standar lurus ujung tumpul/tumpul Kateter karet No. 10 (Nelathon) steril Kateter karet No. 14 (Nelathon) steril Kateter logam no. 12 untuk wanita Klem tampon uterus 25 cm (bozeman) Klem tampon uterus 25 cm (schroder) Korentang lengkung penjepit alat steril 23 cm (Cheattle) Korentang penjepit sponge (Forester) Pinset anatomis 14,5 cm Pinset anatomis 18 cm Semprit glycerin 30 cc Surgical hand brush terbuat dari nylon Sonde uterus Sterilisator Celemek plastik (short) panjang 52 inchi Perlak tebal lunak (200x90 cm)
No 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76
Nama Alat Sarung tangan ukuran 5,6,7 & 7,5 Sarung tangan sebatas siku ukuran 5,6,7 & 7,5 Baki logam tempat alat steril Mangkok untuk larutan Meja instrumen alat Hemoglobin set (Sahli) Silinder korentang steril 17 cm Standart Waskom Torniquet karet Waskom bengkok (Nier-bekken) 12 cm Waskom cekung 36 cm Waskom cuci 40 cm Tiang infuse Pompa Payudara untuk ASI Doppler Timbangan injak dewasa 136 kg Timbangan dacin 25 kg Timbangan bayi Timbangan dewasa + tinggi badan Alat pengukur panjang badan bayi type caliper Infus set pediatric pak isi 10 Vena cateter for infant no. 26 G pak isi 10 Spuit disposible 1 cc Spuit disposible 2,5 cc Tempat tidur periksa Tempat tidur tindakan (persalinan) Tempat tidur pasien rawat inap Boks bayi Selimut bayi Lemari alat Lemari arsip Meja biro Kursi Bangku tunggu Tempat tidur periksa
BIDAN KIT No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama Alat Apron plastik tebal Alat pengisap lendir Dr. Lee ARI timer untuk bayi standar Unicef Autoclik device Baby scale 7 kg + celana Bak instrumen 509 (21x11x4,5 cm) Blood lancet 28 G Bowel metal 12 cm Catgut plain 2/0, 1,5 cm (expired date minimum 3 tahun) Kateter disposible No. 12 Duk kain katun 60x60 cm steril Funduscope kayu/ foetal stetoscope Gunting episiotomi 14 cm Gunting operasi lurus 14 cm, tajam/tumpul Gunting tali pusat 16 cm
Jumlah 1 2 1 1 1 1 1 2 1 10 2 1 1 1 1
No 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
Nama Alat HB Talquis book Hechting Nald, GR 12 Hechting Nald, GT 12 Infusion set dewasa Infusion set paediatric IV catheter no 18 G IV catheter no. 26 untuk bayi Jarum disposible 23 G, box/ 100 Kocker lurus 16 cm, stainless Meteran/ metline 1,5 m Mucous suction (pengisap lendir) Nasogastric tube no. 14 F Needle holder Mayo 14 cm Nelathon catheter no. 12 steril Nier-bekken 20 cm stainless Pinset anatomi 14 cm stainless Pinset bedah 14 cm stainless Pinset bedah 18 cm stainless Resusitator bayi standart : - Balon resusitasi untuk bayi baru lahir (tidak boleh melebihi 750ml) - Sungkup bertepi dengan bantalan nomor 0 (BBLR) dan nomor 1 (bayi cukup bulan) Sarung tangan bedah no. 6,5; 7; 7,5 Selimut bayi Senter besar Setengah kocker ss 14 cm Sheet plastik tebal Sikat tangan dari nylon halus Tensimeter Spiritus lamp sumbu 2 Spuit disposible 1 cc Spuit disposible 3 cc Stetoskop duplex dewasa + 1 membran + 1 ps ear loop Termometer bayi axilla Termometer digital 8 detik Timbangan bayi 20 kg Timbangan dewasa 130 kg Ukuran lengan ibu hamil Umbilical cord klem bahan nylon Tas bidan kit Tas partus kit Selimut bayi Wing Needle No. 23 & 25 G
Jumlah 1 1 1 5 5 5 5 1 2 1 5 2 2 5 2 1 1 1 1
30 ps 2 1 1 2 1 1 1 1 box 1 box 1 1 1 1 1 1 10 1
LAMPIRAN 3 DAFTAR 183 KABUPATEN TERTINGGAL No 1 2
Provinsi ACEH ACEH
Nama Kabupaten Simelue Aceh Singkil
No 93 94
3
ACEH
Aceh Selatan
95
4
ACEH
Aceh Timur
96
5 6 7 8
ACEH ACEH ACEH ACEH
Aceh Barat Aceh Besar Aceh Barat Daya Gayo Lues
97 98 99 100
Provinsi Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Sulawesi Utara
9 10 11
ACEH ACEH ACEH
Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah
101 102 103
Sulawesi Utara Sulawesi Utara Sulawesi Tengah
12 13 14 15 16 17 18 19
ACEH Sumatera Sumatera Sumatera Sumatera Sumatera Sumatera Sumatera
104 105 106 107 108 109 110 111
Sulawesi Sulawesi Sulawesi Sulawesi Sulawesi Sulawesi Sulawesi Sulawesi
20 21 22
Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat
112 113 114
Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan
Sigi Selayar Jeneponto
23
Sumatera Barat
Pidie Jaya Nias Barat Nias Utara Nias Tapanuli Tengah Nias Selatan Pakpak Barat Kepualauan Mentawai Pesisir Selatan Solok Sawahlunto/ Sijunjung Padang Parian
115
Sulawesi Selatan
24 25 26 27
Sumatera Sumatera Sumatera Sumatera
116 117 118 119
Sulawesi Sulawesi Sulawesi Sulawesi
28 29 30 31 No 32 33 34 35 36 37 38 39
Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Provinsi Sumatera Selatan Sumatera Selatan Bengkulu Bengkulu Bengkulu Bengkulu Bengkulu Bengkulu
Solok Selatan Dharmas Raya Pasaman Barat Ogan Komering Ilir Lahat Musi Rawas Banyu Asin OKU Selatan Nama Kabupaten Ogan Ilir Empat Lawang Kaur Seluma Muko-Muko Lebong Kepahiang Bengkulu Tengah
Pangkejene Kepulauan Toraja Utara Buton Muna Konawe
120 121 122 123 No 124 125 126 127 128 129 130 131
Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Provinsi Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Gorontalo Gorontalo Gorontalo Sulawesi Barat Sulawesi Barat Sulawesi Barat
Utara Utara Utara Utara Utara Utara Barat
Barat Barat Barat Selatan
Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah
Selatan Tenggara Tenggara Tenggara
Nama Kabupaten Kayong Utara Seruyan Barito Kuala Hulu Sungai Utara Kutai Barat Malinau Nunukan Kepulauan Sangihe Kepulauan Talaud Kepulauan Sitaro Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Donggala ToliToli Buol Parigi Moutong Tojo Una-Una
Konawe Selatan Bombana Wakatobi Kolaka Utara Nama Kabupaten Konawe Utara Buton Utara Gorontalo Utara Boalemo Pohuwato Majene Polewali Mandar Mamasa
40 41 42
Lampung Lampung Lampung
Pesawaran Lampung Barat Lampung Utara
132 133 134
Sulawesi Barat Sulawesi Barat Maluku
43 44 45 46
Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau Kepulauan Riau
Way Kanan Bangka Selatan Natuna Anambas
135 136 137 138
Maluku Maluku Maluku Maluku
47
Jawa Barat
Sukabumi
139
Maluku
48
Jawa Barat
Garut
140
Maluku
49 50
Jawa Timur Jawa Timur
Bondowoso Situbondo
141 142
Maluku Maluku Utara
51
Jawa Timur
Bangkalan
143
Maluku Utara
52 53
Jawa Timur Jawa Timur
Sampang Pamekasan
144 145
Maluku Utara Maluku Utara
54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66
Banten Banten NTB NTB NTB NTB NTB NTB NTB NTB NTT NTT NTT
146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158
Maluku Utara Maluku Utara Maluku Utara Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Papua
67 68 69 70 71 72
NTT NTT NTT NTT NTT NTT
159 160 161 162 163 164
Papua Papua Papua Papua Papua Papua
Nabire Biak Numfor Paniai Puncak Jaya Mimika Boven Digoel
73
NTT
165
Papua
Mappi
74 75 No 76
NTT NTT NTT
Pandeglang Lebak Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Dompu Bima Sumbawa Barat Lombok Utara Sumbawa Nagekeo Sumba Tengah Sumba Barat Daya Manggarai Timur Sabu Raijua Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Nama Kabupaten Lembata
Halmahera Tengah Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur Morotai Kaimana Teluk Wondama Teluk Bintuni Sorong Selatan Sorong Raja Ampat Tambrau Maybrat Merauke Jayawijaya
166 167 No 168
Papua Papua Provinsi Papua
77 78 79 80 81 82
NTT NTT NTT NTT NTT NTT
Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao
169 170 171 172 173 174
Papua Papua Papua Papua Papua Papua
Asmat Yahukimo Nama Kabupaten Pegunungan Bintang Tolikara Sarmi Keerom Yapen Waropen Supiori
Provinsi
Mamuju Mamuju Utara Maluku Tenggara Barat Maluku Tengah Buru Kepulauan Aru Seram Bagian Barat Seram Bagian Timur Maluku Barat Daya Buru Selatan Halmahera Barat
83 84 85
NTT Kalimantan Barat Kalimantan Barat
Manggarai Barat Sambas Bengkayang
175 176 177
Papua Papua Papua
86 87 88 89 90 91 92
Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan
Landak Sanggau Ketapang Sintang Kapuas Hulu Sekadau Melawi
178 179 180 181 182 183
Papua Papua Papua Papua Papua Papua
Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat
Mamberamo Raya Lany Jaya Mamberamo Tengah Nduga Yalimo Puncak Dogiyai Deiyai Intan Jaya
LAMPIRAN 4 DAFTAR 101 PUSKESMAS PRIORITAS PROGRAM YANKES DTPK (Keputusan Menteri Kesehatan RINo. 758/Menkes/SK/IV/2011) NO 1
2
PROPINSI SUMUT
KEPRI
KABUPATEN
KECAMATAN
NAMA PUSKESMAS
STATUS Non TT TT
JML
Keterangan
Nias Selatan Pulau-Pulau Batu
Pulau Tello
1
1
Pulau terluar
Pulau Laut Subi Serasan
Pulau Laut Subi* Serasan
1 1 1
1 1 1
Perbatasan Pbtsn & PPKT Perbatasan
Tebing
Tebing
Belakang Padang
Blk Padang
Enggano
Enggano
Paloh Sajingan Besar
Paloh Sajingan
Entikong
Natuna
Karimun 1
1
Pulau terluar
Batam
3
4
BENGKULU
KALBAR
1
1
Pulau terluar
1
Pulau terluar
1 1
1 1
Perbatasan Perbatasan
Entikong Balai Karangan
1
1
1
1
Senaning
1
1
Perbatasan
Merakai
1
1
Perbatasan
1
1
Bengkulu Utara 1
Sambas
Sanggau
Sekayam Sintang Ketungan Hulu Ketungan Tengah Kapuas Hulu Nanga Kantuk Sei Antu Badau Desa Sepandan
Nanga Kantuk Puring Kencana Badau Lanjak Ba Martinus
1 1 1
1
1 1 1 1
Perbatasan Perbatasan Perbatasan Perbatasan
Siding Jagoi Babang
1
1
Perbatasan
1
1
Perbatasan
Tiong Ohang Long Pahangai
1
1
Perbatasan
1
1
Perbatasan
Bengkayang Seluas Jagoi Babang 5
KALTIM
Kutai Barat Long Apari Long Pahangai
NO
PROPINSI
KABUPATEN
KECAMATAN
NAMA PUSKESMAS
STATUS Non TT TT
JML
Keterangan
Malinau Kayan Hulu Kayan hilir Pujungan
Lg.Nawang Data Dian Lg.Pujungan Long Ampung Long Alango
1 1 1
1 1 1
Perbatasan Perbatasan Perbatasan
1 1
1 1
Perbatasan Perbatasan
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
Perbatasan Perbatasan Perbatasan Perbatasan Pbtsn & PPKT Pbtsn & PPKT
1
1
Pbtsn & PPKT
Sebuku
Long Bawan Long Ayu Mansalong Nunukan Setabu (*) Aji Kuning(*) Sei Nyamuk(*) Pembelianga n
1
1
Perbatasan
Maratua
Maratua
1
1
Pulau terluar
Miangas Karatung(*) Dapalan (*) Gemeh(*) Kakorutan
1 1 1 1
1 1 1 1 1
Perbatasan Pbtsn & PPKT Pbtsn & PPKT Pbtsn & PPKT
Wori
Wori
1
1
Pulau terluar
Kendahe Tabukan Utara Siau Barat
Kendahe Marore Ondong
1 1 1
1 1 1
Pulau terluar
Dampal Utara
Ogutua
1
1
Pulau terluar
Amfoang Utara Amfoang Timur
Naikliu Noelpoi
1 1
1 1
Perbatasan Perbatasan
Miomafo Barat
Eban
1
1
Perbatasan
Miomafo Barat Miomafo Timur Miomafo Timur Miomafo Barat Insana Utara
Tasinifu Nunpene Bitefa Oeolo Wini
1 1 1 1 1
Perbatasan Perbatasan Perbatasan Perbatasan Perbatasan
Kayan Selatan Bahau Hulu Nunukan Krayan Krayan Selatan Lumbis Nunukan Sebatik Sebatik Sebatik
1
Berau (*) 6
SULUT
Kep. Talaud
Gemeh Minahasa Utara Sangihe
Sitaro 7
SULTENG
Toli-Toli
8
NTT
Kupang
1
Pulau terluar
TTU
Belu
1 1 1 1 1
NO
PROPINSI
KABUPATEN
KECAMATAN
NAMA PUSKESMAS
Tasifeto Timur Lamaknen Lamaknen Tasifeto Barat Kobalima Raihat Kakuluk Mesak Kakuluk Mesak Raimanuk
Wedomu Weluli Nualain Laktutus Alas Haekesak Silawan Haliwen Webora
Alor Selatan Alor Timur Alor Barat Daya Mataru
Padang Alang Maritaing Buraga Kalunan
Tanimbar Selatan Selaru Selaru Tanimbar Utara
Saumlaki Adaut Namtabung Larat
Babar Timur Mdona Hiera Lemola Pp. Terselatan Wetar Wetar
Marsela Lelang Serwaru Wonreli Ilwaki Ustutun
Aru Tengah Aru Tengah
Koijabi Meisiang
STATUS Non TT TT 1 1 1 1 1 1 1 1 1
JML
Keterangan
1 1 1 1 1 1 1 1 1
Perbatasan Perbatasan Perbatasan Perbatasan Perbatasan Perbatasan Perbatasan Perbatasan Perbatasan
1 1 1 1
Pulau Pulau Pulau Pulau
terluar terluar terluar terluar
1 1 1 1
Pulau Pulau Pulau Pulau
terluar terluar terluar terluar
1 1
1 1 1 1 1 1
Pulau Pulau Pulau Pulau Pulau Pulau
terluar terluar terluar terluar terluar terluar
1 1
1 1
Pulau terluar Pulau terluar
1
Perbatasan Perbatasan Perbatasan
Alor
9
MALUKU
1 1 1 1
MTB 1 1 1 1
MBD 1 1 1 1
Kepulauan Aru
10
11
MALUT
PAPUA
Halmahera Utara Sopi Wayabula Bere-bere
1 1
1 1 1
Koya
1
1
Perbatasan
Sarmi
1
1
Pulau terluar
Ulilin Bupul Sota Rimba Jaya Kimaam
1 1 1
1 1 1 1 1
Perbatasan Perbatasan Perbatasan Perbatasan Pulau terluar
Jayapura(Kota ) Sarmi Merauke
1 1
NO
PROPINSI
KABUPATEN
KECAMATAN
NAMA PUSKESMAS
STATUS Non TT TT
JML
Keterangan
Supiori (*) Supiori Barat Supiori Timur
Sabarmiokre Sorendoweri
1 1
1 1
Pulau terluar Pulau terluar
Oksibil Iwur Batom Mindiptanah Waropko Towe Hitam Waris Senggi Ubrub
1
1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
Perbatasan Perbatasan Perbatasan Perbatasan Perbatasan Perbatasan Perbatasan Perbatasan Perbatasan
Dorekar
1
1
Peg. Bintang
Boven Digoel
Keerom
12
Papua Barat
1 1 1 1 1
Raja Ampat
LAMPIRAN 5 PERALATAN PUSKESMAS PONED 1. Komponen Maternal No
Alat
A
Ukuran
Jml
Pemeriksaan Umum
Satuan 0
1
Meja instrumen 2 rak
1
buah
2
Bak Instrumen tertutup kecil Bak Instrumen tertutup medium Bak Instrumen tertutup besar (Obsgin) Tromol kasa
1
buah
1
buah
1
buah
diameter sekitar 27 cm ukuran 23 cm
2
buah
2
buah
ukuran 30 cm
2
buah
sekitar 430 x 320 x 70 mm ketinggian dapat diatur sekitar 105 185 cm
1
buah
1
buah
1
unit
1
buah
1
buah
1
buah
1 m3
1
unit
Dewasa
2
unit
2
unit
3 4 5
*
6
*
7
*
Nierbekken/ Kidney disk Nierbekken/ Kidney disk Timbangan injak dewasa Standar infus
8 9
10
Lampu periksa Halogen
11
Tensimeter/ sphygmomanometer dewasa Stetoskop dupleks dewasa Termometer klinik (elektrik) Tabung oksigen + Regulator Masker oksigen + Kanula nasal Tempat tidur periksa (examination bed)
12 13
*
14 15 16
No
Alat
17 18
B
*
Ukuran
manset dewasa
Jml
Satuan
Rak alat serbaguna
1
buah
Penutup baki rak alat serbaguna
2
buah
1
buah
Pemeriksaan Obstetri 1
Meteran/ metline
1,5 meter
No
Alat
2
Ukuran
Jml
Satuan
Pita pengukur lengan atas (LILA) Stetoskop janin Pinard/ Laenec Pocket Fetal Hearth Rate Monitor (Doppler) Tempat tidur untuk persalinan (Partus bed) Plastik alas tidur
1
buah
1
buah
1
unit
2
unit
1
buah
1
Klem kasa (korentang)
2
buah
2
2
buah
3
Tempat klem kasa (korentang) Spekulum Sims
Kecil
1
buah
4
Spekulum Sims
Medium
1
buah
5
Spekulum Sims
Besar
1
buah
6
Spekulum cocor bebek Grave Spekulum cocor bebek Grave Spekulum cocor bebek Grave
Kecil
1
buah
Medium
1
buah
Besar
1
buah
1
unit
1
buah
3 4 5 6 C
Pemeriksaan Ginekologi
7 8
D
Penanganan Emergensi Dewasa 1
Kit resusitasi dewasa
2
Endotracheal tube dewasa
No
Alat
3 4 5 6 7
E
Ukuran Endotracheal tube dewasa Endotracheal tube dewasa Stilet untuk pemasangan ETT Nasogastric tube dewasa Nasogastric tube dewasa
2,5
Jml
Satuan
3
1
buah
4
1
buah
No. 1
2
buah
5
1
buah
8
1
buah
Pencegahan Infeksi 1
Kacamata/ goggle
2
buah
2
Masker
1
kotak
No
Alat
Ukuran
3
Apron
4
Sepatu boot
5
Tong/ ember dengan kran
6 7
*
8
*
9
*
F
Jml
Satuan
Bahan : Plastik
2
buah
42 - 44
2
pasang
minimal volume 20 liter
2
buah
Sikat alat
1
buah
Perebus instrumen (Destilasi Tingkat Tinggi) Sterilisator kering
1
buah
1
buah
3
buah
sekitar 40 x 60 x 80 cm
Tempat sampah tertutup Persalinan Normal
1
Setengah Kocher
14 cm
4
buah
2
Gunting episiotomi
14 cm
4
buah
3
Gunting talipusat
16 cm
4
buah
4
Gunting benang
14 cm
4
buah
5
Pinset anatomis
14 cm
4
buah
6
Pinset sirurgis
14 cm
4
buah
7
Needle holder
14 cm
4
buah
8
Nelaton kateter
14 cm
4
buah
9
Jarum jahit tajam (cutting) Jarum jahit tajam (cutting)
9
1
amplop
11
1
amplop
10
No G
Alat
Ukuran
Jml
Satuan
Persalinan Patologis Pervaginam 1
H
Ekstraktor Vakum Manual
1
unit
Penatalaksanaan Abortus Inkompletus 1 2
I
Aspirator Vakum Manual Waskom
sekitar 206 x 96 x 104 mm diameter 40 cm
1
unit
2
unit
Klem Kelly/ Klem Kocher lurus
25 cm
1
buah
Penatalaksanaan Perdarahan Pasca Salin 1
No
Alat
2
Ukuran
Jml
Satuan
3
*
Klem Fenster/ Klem Ovum Needle holder
4
*
Pinset anatomis
18 cm
1
buah
5
*
Pinset sirurgis
18 cm
1
buah
1
Mangkok iodin
10 cm
1
buah
2
Tenakulum Schroeder
1
buah
3
Klem kasa lurus (sponge foster straight) Gunting Mayo CVD
1
buah
1
buah
Aligator ekstraktor AKDR Klem penarik benang AKDR Sonde uterus Sims
1
buah
1
buah
1
buah
J
25 cm
4
buah
18 cm
2
buah
Insersi dan ekstraksi AKDR
4 5 6 7
No K
Alat
Ukuran
Jml
Satuan
Laboratorium sederhana 1
Hemoglobin meter elektronik Tes celup Urinalisis Glukose & Protein Tes celup hCG (tes kehamilan)
2 3
L
1
kit
1
kit
200
buah
Bahan Habis Pakai 1
Benang chromic (jarum tapper 0) Benang chromic (jarum tapper 0)
2/0
1
kotak
3/0
1
kotak
4
Spuit disposable (steril)
1 ml
100
buah
5
Spuit disposable (steril)
3 ml
200
buah
6
Spuit disposable (steril)
5 ml
200
buah
7
Spuit disposable (steril)
10 ml
50
buah
8
Spuit disposable (steril)
20 ml
50
buah
9
1
buah
10
Three-way Stopcock (steril) Infus Set Dewasa
50
buah
11
Kateter intravena
50
buah
2 3
16 G
No
Alat
Ukuran
Jml
Satuan
12
Kateter intravena
18 G
50
buah
13
Kateter intravena
20 G
50
buah
14
8
1
buah
10
1
buah
16
Kateter penghisap lendir dewasa Kateter penghisap lendir dewasa Sarung tangan steril
7
50
pasang
17
Sarung tangan steril
7,5
50
pasang
18
Sarung tangan steril
8
50
pasang
19
Sarung tangan panjang (manual plasenta)
7,5
5
pasang
Ukuran
Jml
Sarung tangan panjang (manual plasenta) Sarung tangan rumah tangga (serbaguna) Sabun cair untuk cuci tangan Plester non woven
8
15
No
Alat
20 21 22 23
5 x 5 cm
Satuan 5
pasang
2
pasang
1
buah
1
buah
2. Komponen Neonatal No A
Alat
Pemeriksaan Umum 1 Tensimeter/ sphygmomanometer bayi 2 3 4 5 6 7 8
B
* *
*
Tensimeter/ sphygmomanometer neonatus Stetoskop dupleks bayi Stetoskop dupleks neonatus Termometer klinik (elektrik) Timbangan neonatus + bayi ARI timer standar Lampu emergensi
Penanganan Emergensi Neonatus 1 Meja resusitasi dengan pemanas (infant radiant warmer) 2 Kit resusitasi neonatus 3 * Balon resusitasi neonatus mengembang sendiri, dengan selang reservoir 4 5 6
* * *
Sungkup resusitasi Sungkup resusitasi Sungkup resusitasi
Ukuran
Jumlah
manset bayi
1
buah
manset neonatus
1
buah
1 1 1 1 1 4
buah buah buah buah buah buah
1
buah
1 1
unit set
1 1 1
set set set
ketinggian 90-125 cm (dapat diatur)
Neonatus Bayi Anak
No
Alat
7
Laringoskop neonatus bilah lurus (3 ukuran)
Ukuran Bilah Miller nomor 00
Jumlah 1
set
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
set buah buah buah buah buah buah buah unit set unit
6
buah
12,5 cm 12,5 cm
1 1
buah buah
Klem arteri Pean mosquito Pinset sirurgis Pinset jaringan kecil Pinset bengkok kecil Needle holder Gunting jaringan Mayo ujung tajam Gunting jaringan Mayo ujung tumpul
12,5 cm 14 cm 14 cm 14 cm 14 cm 12 cm 12 cm
1 1 1 1 2 1 1
buah buah buah buah buah buah buah
Gunting jaringan Iris lengkung Skalpel Bisturi Baskom kecil
12 cm 3 11
1 1 5 1
buah buah buah buah
1 1
buah buah
Bilah Miller nomor 0 Bilah Miller nomor 1 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
* * * * * * * *
19
*
C 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 D 1 2
No 3 4 5 6 7 8 9 10
*
T piece resusitator Endotracheal tube anak Endotracheal tube anak Endotracheal tube anak Endotracheal tube anak Nasogastric tube neonatus Nasogastric tube neonatus Nasogastric tube neonatus Tabung oksigen + Regulator Pompa penghisap lendir elektrik Penghisap lendir DeLee (neonatus)
2,5 3 3,5 4 3 5 8 1 m3
Handuk pembungkus neonatus
Pemasangan infusi umbilikus Klem arteri Kocher mosquito lurus Klem arteri Kocher mosquito lengkung
Vena seksi Needle Holder Matheiu Jarum Ligasi Knocker
Alat Doyeri Probe lengkung Pinset jaringan Semken Pinset kasa (anatomis) Pinset jaringan (sirurgis) Gunting Iris lengkung Gunting operasi lurus Retraktor Finsen tajam Skalpel
kanan dan kiri
Ukuran 14,5 cm 13 cm 10,5 cm 10,5 cm 20,5 cm 13 cm 7 cm No. 3
Jumlah 1 1 1 1 1 1 1 1
buah buah buah buah buah buah buah buah
No
Alat
11 12 13 14 15 16 17 18 E
Skalpel Bisturi Bisturi Bisturi Klem mosquito Halsted lurus Klem mosquito Halsted lengkung Klem linen Backhauss Klem pemasang klip Hegenbarth
1
Inkubator * Kantong Metode Kanguru
2
*
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Bahan habis pakai Infus Set Pediatrik Three-way Stopcock (steril) * Kanula penghisap lendir neonatus * Kanula penghisap lendir neonatus * Kanula penghisap lendir neonatus Klem tali pusat Kateter intravena Kateter umbilikus Kateter umbilikus
F
Inkubator Transport
Ukuran No. 4 No. 11 No. 20 No. 21 12,5 cm 12,5 cm 9 cm 12,5 cm
Sesuai ukuran neonatus sesuai ukuran bayi & neonatus
6 8 10 24 G 3 5
Jumlah 1 5 5 5 2 2 2 1
buah buah buah buah buah buah buah buah
10
buah
1
buah
1 1 2 2 2 100 50 3 3
kotak buah buah buah buah buah buah set set
LAMPIRAN 6 RUANG PERSALINAN PUSKESMAS NON PERAWATAN 4.000
4
8
9
5 4.500 6
1
7
3
2 11
1.750
10
1.750 Ruang tersebut harus mempunyai ventilasi yang baik (cross ventilation), dan pencahayaan alami secukupnya (bovenlicht). Ruangan tersebut di atas khusus untuk dokter/bidan dan pasien (ibu melahirkan dan nifas)
Keterangan : 1. Tempat tidur kebidanan 2. Meja perawatan bayi baru lahir/resusitasi 3. Meja instrumen 4. Box bayi 5. Tempat tidur pemulihan 6. Lemari obat 7. Lemari alat 8. Meja dokter/bidan 9. Kursi
10. Bak mandi 11. Kloset Lampu Wastafel Saklar Garis putus – putus = gordyn Peralatan Alat Kesehatan
Alat Perkantoran
- 2 (dua) tempat tidur - 2 (dua) bed side Cabinet - Alat medik set - Lemari simpan Alkes/ obat - Boks bayi - Meja perawatan bayi baru lahir/resusitasi - Kursi dokter - Meja ½ Biro
Bangunan Arsitektur
Lantai; dinding; Plafond; mengacu pada bangunan khusus tindakan medik
Struktur MEP (Mechanical, Electrical & Plumbing)
- Stop kontak - Lampu TL Baret - Wastafel - KM/WC (duduk/jongkok)
LAMPIRAN 7 PERALATAN PUSKESMAS NON RAWAT INAP (SET PERALATAN BERSALIN) Nomor Urut
Nomor Kode
1 2 3 4 5 6 7
D-12 D-13 D-26 D-27 D-28 M-7 M-8
8 9 10
M-18 M-30 M-16
11 12 13 14 15 16 17 18 19
M-37 M-45 M-58 M-59 M-60 M-61 M-62 M-69 M-71
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 29 31 32 33 34 35 36 37 38
M-72 M-77 M-79 M-93 M-95 M-96 M-98 M-99 M-135 U-37 U-37 U-73 D-16 M-148 M-149 M-150 M-151 M-146 M-144
Nama Alat
Jumlah
Nomor Gambar
Manset Anak Dengan Pengait Meja Ginekologi Spekulum Vagina (Cocor bebek) Besar Spekulum Vagina (Cocor bebek) Kecil Spekulum Vagina (Cocor bebek) Sedang Benang Cat Gut (15 M) Benang Sutera (100 M) Gunting Episiotomi (Barun-Stadler) (14.5 Cm) Gunting Tali Pusar (13.5 Cm) Gunting operasi lurus 14 Cm, tajam/ tumpul Jarum jahit, Ginekologi, 7/16 Lingkaran, Penampang Segitiga Jarum Jahit Uterus (Martin) Kateter, Selang Penghisap Lendir Bayi Kateter, Karet No. 10 (Nelaton) Kateter, Karet No. 12 (Nelaton) Kateter, Karet No. 14 (Nelaton) Kateter, Logam Untuk Wanita No. 12 Klem Arteri 14 Cm (Kocher) Klem Tampon Uterus, 25 Cm (Bozemann) Klem/Pemegang Jarum Jahit, 18 Cm (MayoHegar) Klem/Penjepit Porsio, 25 Cm (Schroder) Korentang, Penjepit Sponge (Foerster) Perforator (Naegele) Pinset Anatomis, 14,5 Cm Pinset Anatomis, 18 Cm Pinset Bedah, 14,5 Cm Pinset Bedah, 18 Cm Sonde Uterus/Penduga Meja Instrumen/Alat Meja Instrumen/Alat Waskom Cekung Pelvimeter Obstetri Jarum suntik, Disposible (No.02) Jarum suntik, Disposible (No.12) Jarum suntik, Disposible (No.14) Jarum suntik, Disposible (No.20) Disposible Syringe, 1 CC Disposible Syringe, 10 CC
1 1 2 5 1 1 1
9a 10 20a 20a 20a 205 205
1 1 1
208 217 207
2 1 1 1 1 1 1 2 1
223 228 233 234 234 234 235 240 242
1 2 3 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 12 12 12 12 5 5
243 248 250 263 265 265 266 266 293 118 118 142 13
39 40 Nomor Urut 41 42 43 44 45 46 47 48
M-145 M-147
Disposible Syringe, 3 CC Disposible Syringe, 5 CC
U-52 U-26 S-22-24 S-25 S-21 S-11 S-16 S-32
Silinder Tabung/ Tempat Korintang Sperei Sarung tangan Selimut Sarung bantal Handuk Waslap Formulir Askep/ Kebidanan
1 3 3 3 3 3 6 1 Set
49 50 51 52 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
S-33 U-83 M-137 W-15 U-31 L-47 M-159 L-10 D-44 U-75 U-77 M-156 U-81 M-58 U-54 S-4 U-44 D-40 D-41 D-17 U2
Alat Tulis Tromol untuk alat steril Sterilisator Tempat sampah basah dan kering, Bertutup Lampu senter Untuk pemeriksaan urine/ Urinometer Peralatan Immunisasi Hemoglobinometer Set (Sahli) Termometer for Infant Resusitator for Infant Tabung/Sungkup Resusitator Klem Tali Pusat Lampu sorot Penghisap lendir Standar Infus Celemek Pompa payudara Timbangan bayi Timbangan dewasa Pengukur panjang bayi Bak logam untuk alat steril
1 1 1 2 1 1 Set 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1
71
D-53
Pengukur LILA
Nomor Kode
Nama Alat
5 5 Jumlah
1
Nomor Gambar 126
259 112 188 159
233 128 190 123 29 30 101
LAMPIRAN 8 STANDAR POJOK ASI EKSKLUSIF 1. Luas Lahan dan Bangunan Apabila tidak tersedia ruangan maka dilakukan penambahan ruangan untuk Pojok ASI Eksklusif secara khusus dengan ukuran minimal 3 x 4 M2 yang dilengkapi dengan wastafel, lemari penyimpanan, meja dan kursi.Bila luas lahan yang tersedia tidak memungkinkan, maka pembangunan disesuaikan dengan kondisi setempat dengan tetap memperhatikan kebutuhan minimal pelayanan. 2. Peralatan Kesehatan (peralatan standar untuk memerah ASI) Untuk mempercepat peningkatan cakupan pemberian ASI Eksklusif agar di Puskesmas menyediakan Peralatan untuk memerah ASI yang standar yang terdiri: a. b. c. d. e. f.
alat memerah ASI (pompa); botol penyimpan ASI; lemari pendingin yang hanya khusus untuk menyimpan ASI; alat sterilisasi botol; dispenser air panas; termos/coolbox dan ice pack atau tas dengan pendingin.
3. Manfaat ruang dan peralatan memerah ASI a. Ruangan dan Peralatan tersebut diatas dapat berfungsi sebagai media praktek untuk sosialisasi atau penyuluhan kepada ibu pasca bersalin atau pengunjung Puskesmas yang harus tetap melaksanakan program ASI Eksklusif meskipun ibu bekerja di luar rumah. b. Peralatan memerah ASI tesebut juga dapat dipakai untuk karyawan Puskesmas dan sekitarnya maupun pengunjung Puskesmas untuk memerah ASI secara nyaman dan aman. Acuan untuk pelaksanaan adalah Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri Kesehatan Nomor 48/Men.PP/XII/2008, Nomor PER.27/MEN/XII/2008 tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Selama Waktu Kerja di Tempat Kerja.
LAMPIRAN 9 DAPUR GIZI PADA PUSKESMAS PERAWATAN 1. Persyaratan Umum Dapur merupakan ruang yang digunakan untuk mengolah masakan dari bahan mentah menjadi bahan jadi, mulai dari persiapan, masak dan distribusi. Ruang tersebut harus mempunyai ventilasi yang baik (cross ventilation) dan pencahayaan alami yang maksimal (jendela dan bovenlicht). 2. Persyaratan Teknis Denah dapur dengan luas 3 m x 3 m. B
A
C A
H
D P I N T U
D
E
F Keterangan: A. Meja Persiapan B. Bak cuci C. Kompor D. Rak piring E. Kulkas 2 pintu, bila listrik memungkinkan F. Meja pembagian makanan / distribusi makanan
G
G. Tempat pembuatan makanan bayi dan Anak H. Tempat sampah : Alur Penyelenggaraaan Makan Catatan : Pintu dapur memiliki akses langsung ke luar, untuk memudahkan distribusi bahan makanan mentah dan matang. Letak lemari gantung - diatas meja pembagian/ distribusi makanan. - Diatas rak piring Ventilasi/ jendela harus cukup Pintu 2 lapis (lapisan luar dari kawat kasa), lebih baik yang dapat menutup secara otomatis Peralatan Alat kesehatan
Bangunan
Set alat dapur/ gizi
Arsitektur
(peralatan dapur)
Lantai,
dinding,
plafond
mengacu
pada
bangunan
umum. Furniture
Lemari simpan
MEP
Rak
Elektrikal
(Mekanikal, &
Plumbing)
Stop
kontak
buah Lampu TL Baret Washbasin
Peralatan dapur: NO
NAMA ALAT
UKURAN
JML
SAT
1
Buah
1
Buah
1
Buah
1
Buah
1
Lemari penyimpan makanan
2
Rak piring
3
Kompor gas
4
Tabung gas tanpa isi
Lemari 2 pintu, susun 4, ukuran 150X90 cm Tertutup, kaca dof, 4 pintu (2 sekat) teflon 2 sumbu, selang gas dan tutup pengaman Besi, ukuran standar 15 kg
5
Dandang/ risopan
Allumunium, diameter 34 cm
1
Buah
6
Panci ukuran sedang
Allumunium, diameter 36 cm
1
Buah
7
Panci ukuran besar
Allumunium, diameter 38 cm
1
Buah
8
Wajan ukuran sedang
Stainless steel, diameter 36 cm
1
Buah
2
NO 9
NAMA ALAT
UKURAN
JML
SAT
Wajan ukuran besar
Stainless steel, diameter 38 cm
1
Buah
10
Termos air panas
Plastik tebal, volume 1,5 liter
2
Buah
11
Gelas ukur
Kaca tahan panas, diameter 10 cm
2
Buah
12
Mangkuk sayur
Melamin, diameter 20 cm
2
Lusin
13
Piring makan
Melamin, diameter 22 cm
2
Lusin
14
Gelas minum
Melamin, diameter 8 cm
2
Lusin
15
Baskom
Stainless steel, diameter 34 cm
3
Buah
16
Sendok makan
Stainless steel
2
Lusin
17
Garpu makan
Stainless steel
2
Lusin
18
Sendok kecil
Stainless steel
2
Lusin
19
Teko air minum
Allumunium, diameter 24 cm
2
Buah
20
Tempat air minum
1
Buah
21
Sendok sayur
2
Buah
22
Sodet
2
Buah
23
Timbangan kue
Plastik tebal, volume 10 liter Stainless steel, diameter 9 cm, tangkai 27 cm Stainless steel, diameter 9 cm, tangkai 27 cm Ukuran 2 kg
3
Buah
24
Parutan
Stainless
1
buah
25
Pisau dapur
baja
3
Buah
26
Talenan
Kayu, ukuran 20x25 cm
2
Buah
27
Tutup dan tatakan gelas
Melamin, diameter 7 cm
2
Lusin
28
Saringan santan/ kelapa
Stainless steel, diameter 20 cm
2
Buah
29
Saringan the
Plastik, diameter 10 cm
4
Buah
30
Piring kecil datar
Melamin, diameter 10 cm
3
Lusin
31
Piring kue cekung
Melamin, diameter 10 cm
2
Lusin
32
Ember
Plastik, diameter 30 cm
2
buah
33
Serbet makan
Kain, ukuran 40x40
12
buah
34
Cobek dan ulekannnya
Batu
2
buah
35
Bak cuci piring 2 lubang
Stainless steel
1
buah
36
Serok
Stainless steel
2
buah
37
Stainless steel
2
buah
Plastik
2
buah
39
Baki/ nampan Tempat sampah 15 liter + tutup Loyang aluminium
Aluminium
2
buah
40
Baskom diameter 20 cm
Plastik
1
buah
41
Baskom diameter 35 cm
Plastik
1
buah
42
buah
43
Baskom diameter 50 cm Plastik 1 Bila Listrik memungkinkan, dapat ditambah penyediaan peralatan sebagai berikut : Kulkas 2 pintu 1 pintu, dilengakapi dengan frizer 1
44
Blender
Standar
1
Buah
45
Rice cooker
Stainless steel, dalam teflon
1
buah
46
Oven
Stainless steel
1
buah
38
Buah
NO
NAMA ALAT
UKURAN
JML
SAT
47
Mixer dengan dududkan
Plastik , stainless steel
1
buah
48
Bakaran roti
stainless steel (oven toaster)
1
buah
Ruang Konsultasi Gizi: 1. Sarana a. Ruang Konseling yang strategis (minimal 2 X 2.5 m2) b. Lemari, kursi , meja c. Lemari buku 2. Peralatan a. Komputer dan printer b. Software Nutriclin c. Timbangan Injak dan Timbangan Bayi d. Microtice e. Length Board f. Pita LILA g. Food Model h. Leaflet i. Form Anamnesa
LAMPIRAN 9 DAPUR GIZI PADA PUSKESMAS PERAWATAN 1. Persyaratan Umum Dapur merupakan ruang yang digunakan untuk mengolah masakan dari bahan mentah menjadi bahan jadi, mulai dari persiapan, masak dan distribusi. Ruang tersebut harus mempunyai ventilasi yang baik (cross ventilation) dan pencahayaan alami yang maksimal (jendela dan bovenlicht). 2. Persyaratan Teknis Denah dapur dengan luas 3 m x 3 m. B
A
C A
H
D P I N T U
D
E
F Keterangan: A. Meja Persiapan B. Bak cuci C. Kompor D. Rak piring E. Kulkas 2 pintu, bila listrik memungkinkan F. Meja pembagian makanan / distribusi makanan
G
G. Tempat pembuatan makanan bayi dan Anak H. Tempat sampah : Alur Penyelenggaraaan Makan Catatan : Pintu dapur memiliki akses langsung ke luar, untuk memudahkan distribusi bahan makanan mentah dan matang. Letak lemari gantung - diatas meja pembagian/ distribusi makanan. - Diatas rak piring Ventilasi/ jendela harus cukup Pintu 2 lapis (lapisan luar dari kawat kasa), lebih baik yang dapat menutup secara otomatis Peralatan Alat kesehatan
Bangunan
Set alat dapur/ gizi
Arsitektur
(peralatan dapur)
Lantai,
dinding,
plafond
mengacu
pada
bangunan
umum. Furniture
Lemari simpan
MEP
Rak
Elektrikal
(Mekanikal, &
Plumbing)
Stop
kontak
buah Lampu TL Baret Washbasin
Peralatan dapur: NO
NAMA ALAT
UKURAN
JML
SAT
1
Buah
1
Buah
1
Buah
1
Buah
1
Lemari penyimpan makanan
2
Rak piring
3
Kompor gas
4
Tabung gas tanpa isi
Lemari 2 pintu, susun 4, ukuran 150X90 cm Tertutup, kaca dof, 4 pintu (2 sekat) teflon 2 sumbu, selang gas dan tutup pengaman Besi, ukuran standar 15 kg
5
Dandang/ risopan
Allumunium, diameter 34 cm
1
Buah
6
Panci ukuran sedang
Allumunium, diameter 36 cm
1
Buah
7
Panci ukuran besar
Allumunium, diameter 38 cm
1
Buah
8
Wajan ukuran sedang
Stainless steel, diameter 36 cm
1
Buah
2
NO 9
NAMA ALAT
UKURAN
JML
SAT
Wajan ukuran besar
Stainless steel, diameter 38 cm
1
Buah
10
Termos air panas
Plastik tebal, volume 1,5 liter
2
Buah
11
Gelas ukur
Kaca tahan panas, diameter 10 cm
2
Buah
12
Mangkuk sayur
Melamin, diameter 20 cm
2
Lusin
13
Piring makan
Melamin, diameter 22 cm
2
Lusin
14
Gelas minum
Melamin, diameter 8 cm
2
Lusin
15
Baskom
Stainless steel, diameter 34 cm
3
Buah
16
Sendok makan
Stainless steel
2
Lusin
17
Garpu makan
Stainless steel
2
Lusin
18
Sendok kecil
Stainless steel
2
Lusin
19
Teko air minum
Allumunium, diameter 24 cm
2
Buah
20
Tempat air minum
1
Buah
21
Sendok sayur
2
Buah
22
Sodet
2
Buah
23
Timbangan kue
Plastik tebal, volume 10 liter Stainless steel, diameter 9 cm, tangkai 27 cm Stainless steel, diameter 9 cm, tangkai 27 cm Ukuran 2 kg
3
Buah
24
Parutan
Stainless
1
buah
25
Pisau dapur
baja
3
Buah
26
Talenan
Kayu, ukuran 20x25 cm
2
Buah
27
Tutup dan tatakan gelas
Melamin, diameter 7 cm
2
Lusin
28
Saringan santan/ kelapa
Stainless steel, diameter 20 cm
2
Buah
29
Saringan the
Plastik, diameter 10 cm
4
Buah
30
Piring kecil datar
Melamin, diameter 10 cm
3
Lusin
31
Piring kue cekung
Melamin, diameter 10 cm
2
Lusin
32
Ember
Plastik, diameter 30 cm
2
buah
33
Serbet makan
Kain, ukuran 40x40
12
buah
34
Cobek dan ulekannnya
Batu
2
buah
35
Bak cuci piring 2 lubang
Stainless steel
1
buah
36
Serok
Stainless steel
2
buah
37
Stainless steel
2
buah
Plastik
2
buah
39
Baki/ nampan Tempat sampah 15 liter + tutup Loyang aluminium
Aluminium
2
buah
40
Baskom diameter 20 cm
Plastik
1
buah
41
Baskom diameter 35 cm
Plastik
1
buah
42
buah
43
Baskom diameter 50 cm Plastik 1 Bila Listrik memungkinkan, dapat ditambah penyediaan peralatan sebagai berikut : Kulkas 2 pintu 1 pintu, dilengakapi dengan frizer 1
44
Blender
Standar
1
Buah
45
Rice cooker
Stainless steel, dalam teflon
1
buah
46
Oven
Stainless steel
1
buah
38
Buah
NO
NAMA ALAT
UKURAN
JML
SAT
47
Mixer dengan dududkan
Plastik , stainless steel
1
buah
48
Bakaran roti
stainless steel (oven toaster)
1
buah
Ruang Konsultasi Gizi: 1. Sarana a. Ruang Konseling yang strategis (minimal 2 X 2.5 m2) b. Lemari, kursi , meja c. Lemari buku 2. Peralatan a. Komputer dan printer b. Software Nutriclin c. Timbangan Injak dan Timbangan Bayi d. Microtice e. Length Board f. Pita LILA g. Food Model h. Leaflet i. Form Anamnesa
LAMPIRAN 10 STANDAR INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RUMAH SAKIT Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009
Berbagai nama untuk unit/instalsi pelayanan gawat darurat di rumah sakit diseragamkan menjadi INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) 1. KLASIFIKASI Klasifikasi Pelayanan Instalasi Gawat Darurat terdiri dari: a. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level IV sebagai minimal untuk Rumah Sakit Kelas A. b. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level III sebagai minimal untuk Rumah Sakit Kelas B. c. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level II sebagai standar untuk Rumah Sakit Kelas C. d. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level I sebagai standar untuk Rumah Sakit Kelas D.
standar standar minimal minimal
2. TARGET PENCAPAIAN STANDAR: a. Target pencapaian STANDAR INSTALASI GAWAT DARURAT Rumah Sakit secara nasional adalah maksimal 5 tahun dari tanggal penetapan SK. b. Setiap Rumah Sakit dapat menentukan target pencapaian lebih cepat dari target maksimal capaian secara nasional. c. Rencana pencapaian dan penerapan STANDAR INSTALASI GAWAT DARURAT Rumah Sakit dilaksanakan secara bertahap berdasarkan pada analisis kemampuan dan potensi daerah.
3. JENIS PELAYANAN Level IV
Level III
Level II
Level I
Memberikan pelayanan sebagai berikut: 1. Diagnosis & penanganan: Permasalahan pd A,B,C dgn alat lengkap termasuk ventilator 2. Penilaian disability, Penggunaan obat, EKG, defibrilasi 3. Observasi HCU/ R ResusitasiICU 4. Bedah sito
Memberikan pelayanan sebagai berikut: 1. Diagnosis & penanganan Permasalahan pada A,B,C dengan alat yg lebih lengkap tmsk ventilator 2. Penilaian disability, Penggunaan obat, EKG, defibrilasi 3. HCU/resusitasi 4. Bedah sito
Memberikan pelayanan sebagai berikut: 1. Dianosis & penanganan: Permasalahan pada jalan nafas (airway problem), ventilasi pernafasan (breathing problem) dan sirkulasi 2. Penilaian disability, Penggunaan obat, EKG, defibrilasi(observ asi HCU) 3. Bedah sito
Memberikan pelayanan sebagai berikut: 1. Dianosis & penanganan: Permasalahan pd A: jalan nafas (airway problem), B: ventilasi pernafasan (breathing problem) dan C: sirkulasi pembuluh darah(circulation problem) 2. Melakukan stabilisasi dan evakuasi
4. SUMBER DAYA MANUSIA IGD Kualifikasi Tenaga
Level IV
Level III
Level II
Level I
-
-
Dokter Subspesialis
Semua jenis on call
-
Dokter Spesialis
4 Besar + Anastesi on site.
Bedah,Obsgin, Anak, Penyakit Dalam on site (dokter spesialis lain on call)
(dr Spesialis lain on call) Dokter PPDS Dokter Umum (+pelatihan kegawat daruratan)GELS,ATLS, ACLS, dll
Bedah,Obgyn , Anak, Penyakit Dalam on call.
-
On site 24 jam
On site 24 jam (RS Pendidikan)
-
-
On site 24 jam
On site 24 jam
On site 24 jam
On site 24 jam
IGD Kualifikasi Tenaga Perawat Kepala S1 DIII (+Emergency Nursing) Perawat (+Pelatihan Emergency Nursing) Non Medis Bagian Keuangan Kamtib(24jam) Pekarya(24jam)
Level IV
Level III
Level II
Level I
Jam kerja/Diluar jam kerja
Jam kerja / diluar jam kerja
Jam kerja
Jam Kerja
On site 24 jam
On site 24 jam
On site 24 jam
On site 24 jam
On site 24 jam
On site 24 jam
On site 24 jam
On site 24 jam
5. KETENTUAN UMUM SARANA a. Ketentuan umum Fisik Bangunan: 1) Luas bangunan IGD disesuaikan dengan beban kerja RS dengan memperhitungkan kemungkinan penanganan korban massal/bencana. 2) Lokasi gedung harus berada dibagian depan RS, mudah dijangkau oleh masyarakat dengan tanda–tanda yang jelas dari dalam dan dari luar Rumah sakit. 3) Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda dengan pintu utama (alur masuk kendaraan/pasien tidak sama dengan alur keluar) kecuali pada klasifikasi IGD level 1 dan 2. 4) Ambulans/kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di depan pintu yang areanya terlindung dari panas dan hujan (catatan: untuk lantai IGD yang tidak sama tinggi dengan jalan ambulans harus membuat ramp). 5) Pintu IGD harus dapat dilalui oleh brankar. 6) Memiliki area khusus parkir ambulans yang bisa menampung lebih dari 2 ambulans (sesuai dengan beban RS). 7) Susunan ruang harus sedemikian rupa sehingga arus pasien dapat lancar dan tidak ada “cross infection”, dapat menampung korban bencana sesuai dengan kemampuan RS, mudah dibersihkan dan memudahkan kontrol kegiatan oleh perawat kepala jaga. 8) Area dekontaminasi ditempatkan didepan / diluar IGD atau terpisah dengan IGD. 9) Ruang triase harus dapat memuat minimal 2 (dua) brankar. 10) Mempunyai ruang tunggu untuk keluarga pasien.
11) 12)
Apotik 24 Jam tersedia dekat IGD. Memiliki ruang untuk istirahat petugas (dokter dan perawat).
b. Sarana No 1
KELAS / RUANG
LEVEL 4
RUANG PENERIMAAN a. R. Tunggu (Public Area) - Informasi - Toilet - Tlpn Umum - ATM - Kafetaria - Keamanan b. R. Administrasi - Pendaftaran pasien baru/ rawat - Keuangan - Rekam Medik
LEVEL 3
LEVEL 2
LEVEL 1
+ + + + + +
+ + + +
+ + -
+ -
+
+ +
-
-
-
+
+
+ +
+ +
+
+
+
+
+
+
+
+
+/-
+
+
+
+ +
+ +
+ +
+ +
Bisa bergabung
c. R. Triase
2
3
d. R. Penyimpanan Strecher e. R. Informasi dan Komunikasi RUANG TINDAKAN a. R. Resusitasi b. R. Tindakan - Bedah - Non Bedah / Medical - Anak - Kebidanan c. R.Dekontaminasi
+
+/-
+/-
RUANG OPERASI
+
+
+/-
KET
Tergantung IT Sistem
Bisa bergabung dengan ruangan lain +
Bisa bergabung
+/-
-
Bagi IGD yg berada dekat industri harus memiliki ruang ini. Bisa bergabung atau terpisah dan dapat diakses 24 jam
No
KELAS / RUANG
4
RUANG OBSERVASI
5
RUANG KHUSUS a. R. Intermediate / HCU . Umum . Cardiac . Pediatric . Neonatus b. R. Luka Bakar c. R. Hemodialisis d. Isolasi
LEVEL 4
LEVEL 3
LEVEL 2
LEVEL 1
+
+
+
Bisa bergabung dengan ruangan lain
+ + + + + + +
+ + +/+/+/+/+/-
+ -
-
KET
Bisa bergabung atau terpisah dan dapat diakses 24 jam
c. Fasilitas/Prasarana Medis Fasilitas dan penunjang yang harus tersedia selain ditentukan oleh kelas IGD rumah sakit dan jumlah kasus yang di tangani.
No
KELAS/RUANG
LEVEL 4
LEVEL 3
LEVEL 2
LEVEL 1
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Nasopharingeal tube
PERALATAN MEDIS + +
+
+
Oropharingeal tube
+
+
+
+
Laringoscope set Anak
+
+
+
+
Laringoscope set Dewasa Nasotrakheal tube
+
+
+
+
+
+
+
+
Orotracheal
+
+
+
+
Suction
+
+
+
+
A. RUANG TRIASE Kit Pemeriksaan Sederhana Brankar Penerimaan Pasien Pembuatan medik khusus Label (pada korban massal) B. RUANG TINDAKAN 1 Ruang Resusitasi
rekam saat
KET
Minimal 2 Rasio (Cross Sectional) (perlu dibuatkan form)
Minimal 1 setiap no Minimal 1 setiap no Minimal 1 setiap no Minimal 1 setiap no Minimal 1 setiap no Minimal 1 setiap no Sesuai jumlah TT
No
KELAS/RUANG
LEVEL 4
LEVEL 3
LEVEL 2
LEVEL 1
KET
Tracheostomi set
+
+
+
+
Bag Valve Mask (Dewasa/Anak) Kanul Oksigen
+
+
+
+
+
+
+
+
+ + + + +
+ + + + +
+ + + +/-
+ + + -
+/-
-
Infusion pump Syringe pump
+ +
+ +
+/+/-
-
Minimal 1 setiap no Minimal 1 setiap no Sesuai jumlah TT Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Sesuai jumlah TT 2 s/d 3 tiap TT
ECG Vena Section Defibririlator Gluko stick Stetoskop Termometer Nebulizer Oksigen Medis / Consentrators Warmer Imobilization Set Neck Collar Splint
+ + + + + + + +
+ + + + + + + +
+ + + + + + + +
+ + + + + + + +
+
+
+/-
-
+ +
+ +
+ +
+ +
Long Spine Board
+
+
+
+
Scoop Strecher
+
+
+
+
Kendrik Extrication Deviice (KED)
+
+
+
+
Urine Bag
+
+
+
+
NGT
+
+
+
+
Wound Toilet Set
+
+
+
+
Oksigen mask (D/A) Chest Tube Crico / Trakheostomi Ventilator Transport Vital Sign Monitor
-
Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Rasio 1:1 TT di IGD Minimal 1 Minimal Minimal set Minimal set Minimal set Minimal set
1 1 1 1 1
Minimal 1 set / TT Minimal 1 set Minimal 1 set
No
KELAS/ RUANG
2
Cairan Infus Koloid Cairan Infus Kristaloid Cairan Infus Dextrose Adrenalin Sulpat Atropin Kortikosteroid Lidokain Dextrose 50% Aminophilin Pethidin Morfin Anti convulsion Dopamin Dobutamin ATS , TT Trombolitik Amiodaron (inotropik) APD : Masker, Sarung tangan Mannitol Furosmide APD : Sarung Tangan Ruang Tindakan Bedah ALAT MEDIS Meja Operasi / tempat tidur tindakan Dressing set Infusion Set Vena Section set Torakosintetis set Metal kauter Film Viewer Tiang Infus Lampu operasi Thermometer Stetoskop Suction Sterilisator Bidai Splint Analgetik
LEVEL 4
LEVEL 3
LEVEL 2
OBAT – OBATAN DAN ALAT HABIS PAKAI + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + +
LEVEL 1 + + + + + + + + + + + + + + + + + +
+
+
+
+
+
+
+
+
Minimal 3
Minimal 3
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 10 Minimal 10 Minimal 10 Minimal 10 Minimal 10 Minimal 10 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 6 Minimal 6 Minimal 2 Minimal 3 Minimal 3 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 OBAT-OBATAN DAN ALAT HABIS PAKAI + + +
KET
Selalu Tersedia dalam jumlah yang cukup di IGD tanpa harus di resepkan Selalu Tersedia dalam jumlah yang cukup di IGD tanpa harus di resepkan
Minimal 10 Minimal 10 Minimal 2 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 +
Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup di Ruang Tindakan Bedah tanpa harus di resepkan
No
3
KELAS/ RUANG Antiseptik Cairan kristaloid Lidokain Wound dressing Alat-alat anti septic ATS Anti Bisa Ular Anti Rabies Benang jarum Ruang Tindakan Medik PERALATAN MEDIS Kumbah Lambung Set EKG Kursi Periksa Irigatoreriksaan Nebulizer Suction Oksigen Medis NGT Syrine Pump Infusion Pump Jarum Spinal Lampu Kepala Bronchoscopy Opthalmoscop Otoscope set Slit Lamp Tiang Infus Tempat Tidur Film Viewer OBAT SA Aminophilin Dopamin Kristaloid Cairan Infus Koloid Cairan Infus Kristaloid Cairan Infus Dextrose Adrenalin Sulpat Atropin Kortikosteroid Lidokain Dextrose 50% Aminophilin / 2 blokker Pethidin Morfin Anti convulsion Dopamin Anti convulsion
LEVEL 4
LEVEL 3
LEVEL 2
LEVEL 1
KET
+ + + + + + + + +
+ + + + + + + + +
+ + + + + + + + +
+ + + + + + + + +
Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup di Ruang Tindakan Bedah tanpa harus di resepkan
Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal Minimal 2 Minimal 2 Minimal 2 Minimal 2 Minimal 2 Minimal 2 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal – OBATAN DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + +
+ + + + +
+ + + + +
+ + + + +
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1
1 1 1 1 1
Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup di Ruang Tindakan Bedah tanpa harus di resepkan
No 4
5
KELAS/ RUANG
LEVEL 4
LEVEL 3
LEVEL 2
LEVEL 1
KET
Dobutamin ATS Trombolitik Amiodaron (inotropik) APD : Masker Mannitol Furosmide APD : Sarung Tangan
+ + + + + + + +
+ + + + + + + +
+ + + + + + + +
+ + + + + + + +
Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup di Ruang Tindakan Bedah tanpa harus di resepkan
Ruang Tindakan Bayi & Anak PERALATAN MEDIS Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Inkubator Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Tiang Infus Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Tempat Tidur Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Film Viewer Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Suction Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Oksigen OBAT – OBATAN DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI + + + + Stesolid + + + + Mikro drips set + + + + Intra Osseus set Ruang Tindakan Kebidanan PERALATAN MEDIS Minimal 1/ Minimal 1/ Minimal 1/ Kuret Set Minimal 1 bergabung bergabung bergabung Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Partus set Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Suction bayi Minimal 1/ Minimal 1/ Minimal 1/ Meja Ginekologi Minimal 1 bergabung bergabung bergabung Minimal 1/ Minimal 1/ Minimal 1/ Meja Partus Minimal 1 bergabung bergabung bergabung Minimal 1/ Minimal 1/ Minimal 1/ Vacuum set Minimal 1 bergabung bergabung bergabung Minimal 1/ Minimal 1/ Minimal 1/ Forcep set Minimal 1 bergabung bergabung bergabung Minimal 1/ Minimal 1/ Minimal 1/ CTG Minimal 1 bergabung bergabung bergabung Minimal 1/ Minimal 1/ Minimal 1/ Resusitasi set Minimal 1 bergabung bergabung bergabung Doppler Minimal 1/ Minimal 1/ Minimal 1/ Minimal 1 bergabung bergabung bergabung Suction Bayi baru lahir Laennec Tiang Infus Tempat Tidur Film Viewer
Minimal 1/ bergabung Minimal 1/ bergabung Minimal 1/ bergabung
Minimal 1/ bergabung Minimal 1/ bergabung Minimal 1/ bergabung
Minimal 1
Minimal 1/ bergabung
Minimal 1/ bergabung
Minimal 1/ bergabung Minimal 1/ bergabung Minimal 1/ bergabung Minimal 1/ bergabung
Minimal 1
Minimal 1/ bergabung
Minimal 1/ bergabung
Minimal 1/ bergabung
Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1
Tersedia dlm jumlah yang cukup
No
KELAS/ RUANG Uterotonika Prostaglandin
6
LEVEL 4
LEVEL 3
LEVEL 2
LEVEL 1
KET
+ +
OBAT-OBATAN + +
+ +
+ +
Tersedia dalam jumlah yang cukup
Ruang Operasi (R. Persiapan dan Kamar Operasi) A. RUANG PERSIAPAN Ruang ganti + + Brankar + + Oksigen + + Suction + + Linen
+/+/+/+/-
-
Tindakan/ operasi yang dilakukan terutama untuk keadaan Cito, bukan elektif
B. KAMAR OPERASI
Meja Operasi Mesin Anastesi Alat regional Anestesi Lampu (mobile/statis) Pulse Oximeter Vital Sign Monitor Meja Instrumen Suction C-arm Film Viewer Set Bedah dasar Set laparatomi Set Apendiktomi Set sectiosesaria Set Bedah anak Set Vascular Torakosintetis set Set Neurosurgery Set orthopedic Set urologi Emergency Set Bedah Plastik Emergency Set Laparoscopy Endoscopy surgery Laringoscop BVM Defibrilator
Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1
Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1
Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1
-
Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal -
-
Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal
1 1 1 1 1
Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal
1 1 1 1 1
Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
-
Tindakan yang dilakukan terutama untuk keadaan Cito, bukan elektif
No
KELAS/ RUANG C. RUANG RECOVERY Infusion pump Syringe pump Bed side Monitor Suction Tiang infuse Infusion set Oxygen Line
C
LEVEL 4
LEVEL 3
LEVEL 2
LEVEL 1
KET
Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal
Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal Minimal
2 2 1 1 1 1 1
Minima l2 Minimal 2 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1
-
Tindakan yang dilakukan terutama untuk keadaan Cito, bukan elektif
Minimal 1
Minimal 1
+/-
Bisa bergabung/ tersendiri dan dapat diakses 24 jam
-
2 2 1 1 1 1 1
RUANG PENUNJANG MEDIS Ruang Radiologi Minimal 1 Mobile X-ray
Mobile USG Apron Timbal CT Scan MRI Automatic Film Processor Film Viewer 2. Ruang Laboratorium a. Lab. Standar Lab. Rutin Elektrolit Kimia Darah Analisa Gas Darah CKMB (jantung) Kimia Darah Analisa Gas Darah CKMB (jantung) b. Lab. Khusus
Minimal 1 Minimal 2 Minimal 1 Tersedia 1 Minimal 1
Minimal Minimal Minimal Minimal
1
Minimal 2 Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
+ + + + + + + +
+ + + + +/+ + +/-
+ + + +/+ +/-
+ + + + -
3. Bank Darah (BDRS)
+
BMHP (Bahan Medis Habis Pakai) 4. Ruang Sterilisasi Basah Autoclave 5. Gas Medis : N2O Tabung Gas Sentral D. RUANG PENUNJANG NON MEDIS 1. Alat Komunikasi Internal Fix Mobile Radio medik 2. Alat Komunikasi Eksternal Fix
1 2 1
+
bisa bergabung
Bisa bergabung/ tersendiri dan dapat diakses 24 jam
+
+
+
+
Dapat diakses 24 jam
+ +
+ +
+ +
+ +
Minimal 1 Minimal 1
+ +
+ +
+ +/-
+ +/-
+ + +
+ +/+
+ +/+/-
+ +/+/-
+
+
+
+
No
KELAS/ RUANG Mobile Radio medik 3. Alat Rumah Tangga Tersedia 4. Alat Administrasi Komputer Mesin ketik Alat kantor Meubelair Papan Tulis
LEVEL 4
LEVEL 3
LEVEL 2
LEVEL 1
+ +
+/+
+/+
+/+
+ + + + +
+ + + + +
+/+ + + +
+/+ + +
KET
LAMPIRAN 11 DAFTAR LOKASI PRIORITAS PENANGANAN TAHUN 2010-2014 PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN (Peraturan BNPPNomor 2 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan 2010-2014)
NO 1
PROVINSI Kalimantan Barat
KABUPATEN
BATAS
Sambas Bengkayang Sanggau
D D D
Sintang Kapuas Hulu
D D D
LOKPRI I Paloh Jagoi Babang Entikong Hulu Ketanggau Hulu Badau
KECAMATAN LOKPRI II Sajungan Besar Siding Sekayam
Puri Kencana
D D 2
Kalimantan Timur
3
Kalimantan Utara **
Kutai Barat Mahakam Hulu
D D
Malinau
D D D D D D/L
Nunukan
4
Nusa Tenggara Timur
Kupang Timor Tengah Utara
Belu
LOKPRI III
Ketanggau Tengah Batang Lupar Embaloh Hulu Puttusibau Utara Putussibau Selatan
Long Apari Long Pahangai Kayan Hulu
Pujungan
Krayan Selatan Lumbis
D/L
Sebatik Barat Krayan Sebatik * Amfoang Timur
D
Insana Utara
Kafamenanu
D D D D
Bikomi Utara Bikomi Nalulat
Nalbenu Miaomaffo Barat Bikomi Tengah Mutis Musi
Atambua
Lamaknen
D D D
Kobalima Utara Lamaknen Selatan Tasifeto Timur
Kayan Hilir Bahau Hulu Kayan Selatan Sebuku
Lasiolat Raihat
5
Papua
Malaka ** Rote Ndao Alor Merauke
Bovendigul Pegunungan Bintang
7 8
Nangroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Riau
Kalabahi Eligobel Sota Merauke Mindiptana Waropko
Kota Jayapura Supiori Kota Sabang
L
Sukakarya
Serdang Berdagai
L
Rokan Hilir Bengkalis
L L L L L L L L L L
Kepulauan Meranti Kota Dumai Kepulauan Riau
Rote Barat Daya
Batom Iwur Kiwirok Arso Web Senggi Waris Muara Tami
Indrgiri Hilir
9
Tasifeto Barat Nanaet Dubesi Malaka Barat
D D D D D D D D L
Keerom
6
D D D L L D D D D D
Natuna
Kepulauan Anambas Kota Batam
L L L L L L L
Muting Ulilin Noukenjeri Jair Tanah Merah Oksibil
Jayapura Barat Supiori Barat
Tanjung Beringin Pasirlimau Kapuas
Bunguran Timur
Sinaboi Bukit Batu Bantan Rupat Utara Enok Gaung Kateman Merbau Rangsang Dumai Serasan
Jemaja Belakang Padang
Bunguran Barat Midai Pulau Laut Subi
Batam Bulang
Bintan
Karimun
10
Sulawesi Utara
Kepulauan Sangihe Kepulauan Talaud
11
Maluku
Maluku Barat Daya Maluku Tenggara Barat Kepulauan Aru
12 13
Maluku Utara Papua Barat
Morotai Raja Ampat
L L L L L L L L L L L L L L L
Bintan Timur Bintan Utara Tambelan Teluk Bintan Kundur Meral Moro Tabuan Utara Melonguane Miangas Wetar Tanimbar Selatan
Tahuna Nanusa Kisar
Werbal Morotai Selatan Kepuluan Ayau
LAMPIRAN 12.1 ALOKASI DAK BIDANG KESEHATAN TA 2014 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 180/PMK.07/2013 9 NO
KET
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67
I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 II 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 III 1 2 3 4 5 6 7 8
DAERAH
Provinsi Aceh Kab. Aceh Barat Kab. Aceh Besar Kab. Aceh Selatan Kab. Aceh Singkil Kab. Aceh Tengah Kab. Aceh Tenggara Kab. Aceh Timur Kab. Aceh Utara Kab. Bireuen Kab. Pidie Kab. Simeulue Kota Banda Aceh Kota Sabang Kota Langsa Kota Lhokseumawe Kab. Nagan Raya Kab. Aceh Jaya Kab. Aceh Barat Daya Kab. Gayo Lues Kab. Aceh Tamiang Kab. Bener Meriah Kab. Pidie Jaya Kota Subulussalam Provinsi Sumatera Utara Kab. Asahan Kab. Dairi Kab. Deli Serdang Kab. Karo Kab. Labuhanbatu Kab. Langkat Kab. Mandailing Natal Kab. Nias Kab. Simalungun Kab. Tapanuli Selatan Kab. Tapanuli Tengah Kab. Tapanuli Utara Kab. Toba Samosir Kota Binjai Kota Medan Kota Pematangsiantar Kota Sibolga Kota Tanjungbalai Kota Tebing Tinggi Kota Padangsidempuan Kab. Pakpak Bharat Kab. Nias Selatan Kab. Humbang Hasundutan Kab. Serdang Bedagai Kab. Samosir Kab. Batubara Kab. Padang Lawas Kab. Padang Lawas Utara Kab. Labuhanbatu Selatan Kab. Labuhanbatu Utara Kab. Nias Utara Kab. Nias Barat Kota Gunungsitoli Provinsi Sumatera Barat Kab. Lima puluh Kota Kab. Agam Kab. Kepulauan Mentawai Kab. Padang Pariaman Kab. Pasaman Kab. Pesisir Selatan Kab. Sijunjung Kab. Solok
10
ALOKASI
ALOKASI
PELAYANAN KESEHATAN DASAR
PELAYANAN KEFARMASIAN
4.021.060.000 2.226.030.000 3.396.290.000 2.093.450.000 3.216.580.000 1.984.420.000 3.846.570.000 4.909.030.000 3.960.790.000 2.894.640.000 2.893.990.000 2.313.500.000 1.782.950.000 1.973.360.000 1.932.570.000 3.589.650.000 3.300.200.000 2.764.030.000 1.947.180.000 2.377.670.000 3.098.780.000 1.951.140.000 1.866.890.000 4.342.470.000 2.351.970.000 2.947.960.000 1.870.370.000 3.628.350.000 3.369.300.000 1.836.380.000 3.962.250.000 2.874.880.000 2.901.660.000 1.977.730.000 2.137.280.000 2.230.980.000 1.854.270.000 2.332.870.000 2.588.110.000 1.672.960.000 2.075.290.000 2.204.860.000 3.584.230.000 2.017.380.000 2.733.980.000 2.368.630.000 2.159.600.000 2.464.690.000 2.346.670.000 2.087.630.000 2.265.320.000 2.466.780.000 3.525.700.000 2.013.590.000 2.325.270.000 2.401.550.000 4.892.630.000 2.312.800.000 2.585.500.000 4.154.160.000 2.018.640.000 1.911.020.000
1.513.620.000 1.401.100.000 1.715.950.000 1.643.120.000 1.312.290.000 1.869.890.000 1.973.030.000 2.504.330.000 3.602.430.000 2.197.480.000 2.768.850.000 1.853.610.000 2.380.890.000 1.291.600.000 1.425.790.000 2.231.400.000 2.166.980.000 1.142.730.000 2.215.250.000 1.285.160.000 1.970.910.000 1.634.980.000 1.944.910.000 1.346.730.000 2.379.400.000 2.616.700.000 1.770.810.000 4.369.140.000 1.896.930.000 1.519.420.000 2.716.600.000 2.305.890.000 1.609.720.000 2.568.500.000 1.806.440.000 2.407.940.000 1.877.870.000 1.738.060.000 1.338.620.000 3.669.800.000 1.396.340.000 1.245.990.000 1.872.530.000 1.196.340.000 1.378.090.000 1.472.300.000 2.867.730.000 1.541.620.000 2.511.920.000 1.874.390.000 2.074.300.000 1.525.010.000 1.028.170.000 1.093.840.000 1.511.040.000 1.664.220.000 1.386.640.000 1.369.100.000 1.120.770.000 2.065.540.000 2.406.420.000 1.531.650.000 2.358.500.000 1.944.070.000 3.032.720.000 1.741.360.000 2.196.760.000
(dalam rupiah) ALOKASI PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN 6.107.210.000 1.782.990.000 1.279.200.000 1.770.010.000 1.589.360.000 1.750.000.000 1.379.050.000 1.852.670.000 1.923.450.000 1.732.750.000 2.452.100.000 1.614.950.000 1.825.320.000 1.416.410.000 1.664.150.000 2.132.460.000 1.617.230.000 1.604.440.000 1.335.860.000 1.556.160.000 1.195.530.000 1.889.440.000 1.420.230.000 4.078.880.000 1.307.660.000 1.083.350.000 2.021.820.000 1.684.020.000 1.518.340.000 1.472.040.000 3.214.540.000 1.678.100.000 2.344.480.000 1.738.290.000 1.397.910.000 1.489.660.000 1.605.410.000 1.279.110.000 2.356.030.000 1.492.030.000 1.648.660.000 1.203.630.000 1.503.560.000 1.507.520.000 1.287.650.000 2.611.570.000 2.528.030.000 1.570.600.000 1.426.170.000 1.909.530.000 958.510.000 1.071.410.000 1.296.590.000 1.728.320.000 3.979.680.000 1.847.930.000 1.934.100.000 1.662.060.000 1.530.940.000 1.559.400.000 2.007.700.000 1.355.910.000 1.553.440.000
NO
KET
68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 IV 1 2 V 1 2 3 4 5 VI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 VII 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 VIII 1 2 3 4 5 6 7 IX 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 X 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
DAERAH Kab. Tanah Datar Kota Bukittinggi Kota Padang Panjang Kota Padang Kota Payakumbuh Kota Sawahlunto Kota Solok Kota Pariaman Kab. Pasaman Barat Kab. Dharmasraya Kab. Solok Selatan Provinsi Riau Kab. Bengkalis Kab. Indragiri Hilir Provinsi Kepulauan Riau Kab. Bintan Kab. Natuna Kab. Karimun Kota Batam Kab. Kepulauan Anambas Provinsi Jambi Kab. Batanghari Kab. Bungo Kab. Kerinci Kab. Merangin Kab. Muaro Jambi Kab. Sarolangun Kab. Tebo Kota Jambi Kota Sungai Penuh Provinsi Sumatera Selatan Kab. Lahat Kab. Musi Rawas Kab. Ogan Komering Ilir Kota Palembang Kota Pagar Alam Kota Lubuklinggau Kota Prabumulih Kab. Banyuasin Kab. Ogan Ilir Kab. Ogan Komering Ulu Timur Kab. Ogan Komering Ulu Selatan Kab. Empat Lawang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Kab. Bangka Kab. Belitung Kota Pangkal Pinang Kab. Bangka Selatan Kab. Bangka Tengah Kab. Bangka Barat Kab. Belitung Timur Provinsi Bengkulu Kab. Bengkulu Selatan Kab. Bengkulu Utara Kab. Rejang Lebong Kota Bengkulu Kab. Kaur Kab. Seluma Kab. Mukomuko Kab. Lebong Kab. Kepahiang Kab. Bengkulu Tengah Provinsi Lampung Kab. Lampung Barat Kab. Lampung Selatan Kab. Lampung Tengah Kab. Lampung Utara Kab. Lampung Timur Kab. Tanggamus Kab. Tulang Bawang Kab. Way Kanan Kota Bandar Lampung Kota Metro Kab. Pesawaran
ALOKASI
ALOKASI
ALOKASI
PELAYANAN KESEHATAN DASAR
PELAYANAN KEFARMASIAN
PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
2.186.770.000 1.950.570.000 1.752.860.000 2.210.820.000 1.867.290.000 1.913.370.000 2.240.800.000 1.993.770.000 2.270.790.000 2.029.050.000 2.527.330.000 5.557.210.000 3.163.090.000 1.837.820.000 3.731.000.000 2.180.260.000 2.268.380.000 3.640.480.000 3.990.780.000 3.183.040.000 2.248.520.000 2.533.590.000 2.035.250.000 1.753.620.000 2.869.300.000 2.391.830.000 1.967.650.000 3.289.050.000 2.005.380.000 1.936.430.000 2.734.420.000 2.820.430.000 1.847.180.000 1.976.370.000 2.680.160.000 2.314.240.000 2.231.170.000 1.790.430.000 1.796.620.000 2.153.280.000 2.348.990.000 2.060.330.000 1.804.960.000 4.011.690.000 2.893.920.000 3.561.650.000 2.624.830.000 3.584.970.000 3.269.160.000 3.541.240.000 3.652.260.000 2.881.190.000 2.588.660.000 3.773.630.000 2.911.120.000 2.538.260.000 2.288.330.000 3.501.560.000 3.515.870.000 2.961.160.000 2.281.870.000 2.803.670.000 1.823.970.000 2.688.110.000
1.426.140.000 1.349.480.000 1.759.080.000 3.537.130.000 1.092.650.000 1.514.280.000 1.121.380.000 1.315.820.000 2.837.320.000 1.497.270.000 1.318.540.000 1.816.780.000 1.272.300.000 3.099.010.000 936.830.000 2.041.560.000 2.545.470.000 1.637.610.000 1.923.980.000 1.583.500.000 1.775.860.000 2.252.750.000 1.961.640.000 2.834.120.000 1.041.360.000 3.100.970.000 1.230.240.000 1.569.750.000 2.281.350.000 5.149.290.000 1.088.520.000 1.466.730.000 1.532.940.000 3.109.010.000 2.411.120.000 2.343.750.000 1.368.450.000 1.153.340.000 1.343.300.000 1.162.660.000 1.374.270.000 1.059.270.000 1.252.520.000 1.372.870.000 1.092.360.000 1.118.160.000 1.579.050.000 1.597.810.000 1.958.800.000 1.628.410.000 1.284.700.000 1.759.090.000 1.322.280.000 2.092.500.000 1.322.920.000 1.723.880.000 1.367.460.000 2.600.440.000 2.310.610.000 3.914.090.000 3.406.440.000 2.346.400.000 2.788.440.000 2.151.380.000 2.065.470.000 2.151.030.000 1.422.340.000 2.159.630.000
1.507.150.000 1.650.580.000 1.075.350.000 1.543.280.000 1.608.670.000 1.190.250.000 1.265.970.000 1.356.970.000 3.223.510.000 3.617.060.000 3.524.570.000 1.421.620.000 1.877.900.000 1.468.740.000 3.538.040.000 1.522.810.000 1.271.130.000 1.850.350.000 2.716.600.000 2.290.980.000 1.386.150.000 1.313.870.000 3.340.540.000 1.347.180.000 2.527.690.000 1.476.350.000 1.494.010.000 1.456.430.000 1.231.390.000 1.231.120.000 1.937.730.000 1.907.400.000 1.011.090.000 3.342.880.000 1.349.760.000 1.234.920.000 1.434.080.000 1.331.860.000 1.238.900.000 1.161.900.000 1.240.840.000 5.852.310.000 1.619.910.000 1.592.200.000 2.069.210.000 2.404.380.000 2.466.860.000 1.685.030.000 1.942.370.000 2.388.760.000 1.398.780.000 2.213.000.000 2.369.150.000 1.635.670.000 1.353.070.000 1.136.990.000 1.583.040.000 1.836.550.000 1.566.830.000 1.035.740.000 2.034.550.000 -
NO
KET
142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215
12 13 14 XI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 XII 1 2 3 4 5 XIII 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 XIV 1 2 3
DAERAH Kab. Pringsewu Kab. Mesuji Kab. Tulang Bawang Barat Provinsi Jawa Barat Kab. Bandung Kab. Bekasi Kab. Bogor Kab. Ciamis Kab. Cianjur Kab. Cirebon Kab. Garut Kab. Indramayu Kab. Karawang Kab. Kuningan Kab. Majalengka Kab. Subang Kab. Sukabumi Kab. Sumedang Kab. Tasikmalaya Kota Bandung Kota Bekasi Kota Bogor Kota Cirebon Kota Depok Kota Sukabumi Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Kota Banjar Provinsi Banten Kab. Lebak Kab. Pandeglang Kab. Serang Kab. Tangerang Kota Serang Provinsi Jawa Tengah Kab. Banjarnegara Kab. Banyumas Kab. Batang Kab. Blora Kab. Boyolali Kab. Brebes Kab. Cilacap Kab. Demak Kab. Grobogan Kab. Jepara Kab. Karanganyar Kab. Kebumen Kab. Kendal Kab. Klaten Kab. Kudus Kab. Magelang Kab. Pati Kab. Pekalongan Kab. Pemalang Kab. Purbalingga Kab. Purworejo Kab. Rembang Kab. Semarang Kab. Sragen Kab. Sukoharjo Kab. Tegal Kab. Temanggung Kab. Wonogiri Kab. Wonosobo Kota Magelang Kota Pekalongan Kota Salatiga Kota Semarang Kota Surakarta Kota Tegal Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Kab. Bantul Kab. Gunung Kidul Kab. Kulon Progo
ALOKASI
ALOKASI
ALOKASI
PELAYANAN KESEHATAN DASAR
PELAYANAN KEFARMASIAN
PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
1.688.290.000 2.063.210.000 2.801.420.000 4.027.040.000 4.705.610.000 3.087.790.000 3.026.700.000 3.566.900.000 4.165.690.000 3.780.680.000 3.242.350.000 5.025.160.000 1.981.490.000 2.865.140.000 2.228.040.000 2.296.080.000 2.130.200.000 1.883.930.000 1.847.420.000 2.421.630.000 2.770.580.000 1.697.600.000 3.716.530.000 4.033.840.000 1.796.740.000 3.007.550.000 3.282.450.000 2.816.960.000 2.242.070.000 1.978.910.000 2.273.960.000 2.856.390.000 1.935.920.000 2.309.640.000 2.169.110.000 2.462.260.000 1.811.440.000 1.754.660.000 1.888.820.000 1.804.720.000 1.938.010.000 2.005.340.000 2.404.570.000 2.238.010.000 2.102.620.000 2.299.020.000 3.700.590.000 2.670.440.000 2.968.640.000 2.096.020.000 2.198.120.000 2.069.070.000 1.964.630.000 1.702.880.000 2.536.030.000 1.798.460.000 3.263.860.000 2.401.650.000 1.916.190.000
1.510.100.000 2.178.810.000 1.921.760.000 2.468.720.000 11.631.610.000 5.179.360.000 12.403.940.000 3.951.100.000 4.406.620.000 6.943.840.000 7.667.880.000 5.088.600.000 10.371.400.000 5.022.340.000 5.269.960.000 4.066.530.000 7.112.830.000 4.973.450.000 5.102.640.000 4.460.600.000 5.053.330.000 4.292.100.000 2.654.280.000 3.614.580.000 1.435.180.000 1.562.810.000 2.594.610.000 1.384.910.000 4.780.200.000 5.081.540.000 4.353.620.000 5.534.150.000 1.760.150.000 1.778.170.000 1.917.410.000 4.091.620.000 2.259.730.000 2.417.140.000 2.512.330.000 6.358.140.000 4.352.880.000 3.944.990.000 4.191.400.000 4.975.560.000 3.190.580.000 4.574.450.000 3.968.670.000 4.469.900.000 3.274.030.000 2.793.730.000 5.177.480.000 2.901.390.000 3.516.020.000 2.982.560.000 2.743.430.000 2.863.100.000 2.511.310.000 2.418.570.000 3.700.280.000 3.727.150.000 2.329.580.000 2.664.250.000 3.322.280.000 1.394.810.000 1.791.440.000 1.166.430.000 4.811.660.000 1.362.160.000 1.140.000.000 1.818.680.000 3.258.150.000 2.656.420.000 1.896.350.000
1.685.570.000 2.600.690.000 3.023.680.000 1.911.300.000 1.874.820.000 1.952.960.000 1.812.030.000 1.698.640.000 2.086.020.000 1.759.210.000 1.451.300.000 1.442.700.000 1.331.050.000 1.533.220.000 1.617.150.000 1.376.210.000 5.626.780.000 1.578.370.000 1.463.630.000 2.107.320.000 6.475.450.000 1.611.010.000 1.693.660.000 1.328.120.000 1.576.060.000 2.410.800.000 2.078.460.000 2.348.560.000 1.475.840.000 1.435.550.000 1.873.320.000 1.355.290.000 1.260.800.000 1.872.620.000 1.399.800.000 1.487.650.000 2.246.870.000 1.619.380.000 1.273.350.000 1.403.870.000 1.680.530.000 1.511.060.000 2.826.000.000 2.017.600.000 1.574.720.000 1.843.820.000 1.412.630.000 1.520.500.000 1.488.470.000 1.563.480.000 1.438.200.000 1.339.440.000 1.223.500.000 1.402.460.000 1.555.330.000 1.415.260.000 1.259.420.000
NO
KET
216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289
4 XV 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 XVI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 XVII 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 XVIII 1 2 3 4 5
DAERAH Kab. Sleman Provinsi Jawa Timur Kab. Bangkalan Kab. Banyuwangi Kab. Blitar Kab. Bojonegoro Kab. Bondowoso Kab. Gresik Kab. Jember Kab. Jombang Kab. Kediri Kab. Lamongan Kab. Lumajang Kab. Madiun Kab. Magetan Kab. Malang Kab. Mojokerto Kab. Nganjuk Kab. Ngawi Kab. Pacitan Kab. Pamekasan Kab. Pasuruan Kab. Ponorogo Kab. Probolinggo Kab. Sampang Kab. Sidoarjo Kab. Situbondo Kab. Sumenep Kab. Trenggalek Kab. Tuban Kab. Tulungagung Kota Blitar Kota Kediri Kota Madiun Kota Malang Kota Mojokerto Kota Pasuruan Kota Probolinggo Kota Surabaya Kota Batu Provinsi Kalimantan Barat Kab. Bengkayang Kab. Landak Kab. Kapuas Hulu Kab. Ketapang Kab. Pontianak Kab. Sambas Kab. Sanggau Kab. Sintang Kota Singkawang Kab. Sekadau Kab. Melawi Kab. Kayong Utara Kab. Kubu Raya Provinsi Kalimantan Tengah Kab. Barito Selatan Kab. Barito Utara Kab. Kapuas Kab. Kotawaringin Barat Kota Palangka Raya Kab. Barito Timur Kab. Murung Raya Kab. Pulang Pisau Kab. Gunung Mas Kab. Lamandau Kab. Sukamara Kab. Katingan Kab. Seruyan Provinsi Kalimantan Selatan Kab. Barito Kuala Kab. Hulu Sungai Selatan Kab. Hulu Sungai Tengah Kab. Hulu Sungai Utara Kab. Kotabaru
ALOKASI
ALOKASI
ALOKASI
PELAYANAN KESEHATAN DASAR
PELAYANAN KEFARMASIAN
PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
2.446.740.000 2.804.940.000 3.353.670.000 2.074.090.000 2.185.460.000 1.967.470.000 2.909.720.000 2.752.390.000 2.368.290.000 2.245.000.000 2.608.180.000 3.125.400.000 1.996.150.000 2.301.200.000 2.133.670.000 2.064.900.000 2.008.040.000 2.304.060.000 2.582.220.000 1.679.980.000 1.868.310.000 1.644.020.000 1.969.840.000 1.623.590.000 1.766.970.000 2.243.350.000 4.497.360.000 3.722.430.000 5.728.980.000 3.038.870.000 3.986.430.000 2.500.520.000 4.260.330.000 2.019.130.000 2.046.550.000 3.829.150.000 2.941.110.000 2.208.790.000 2.574.880.000 2.293.430.000 5.021.250.000 3.317.000.000 2.277.110.000 2.142.220.000 2.457.120.000 2.278.950.000 2.305.920.000 3.132.530.000 3.162.980.000 2.479.800.000 2.257.610.000 1.818.270.000 2.375.920.000 1.931.930.000 3.584.170.000
2.957.020.000 3.932.640.000 3.898.890.000 3.205.280.000 3.150.530.000 4.022.500.000 3.071.080.000 4.215.960.000 3.510.210.000 4.390.950.000 4.381.910.000 5.503.940.000 3.052.720.000 3.249.220.000 2.952.820.000 5.501.930.000 4.359.040.000 3.498.080.000 3.357.810.000 2.230.290.000 3.298.330.000 3.141.940.000 3.055.210.000 2.831.420.000 4.357.270.000 4.558.040.000 5.223.390.000 4.614.180.000 2.501.260.000 2.398.210.000 2.081.040.000 1.473.660.000 2.008.560.000 1.167.180.000 2.464.770.000 998.980.000 1.446.290.000 1.661.750.000 6.312.350.000 1.327.860.000 1.972.600.000 1.768.000.000 2.087.660.000 1.564.650.000 2.470.030.000 1.425.190.000 1.992.630.000 1.939.490.000 2.420.220.000 1.892.080.000 1.769.880.000 2.420.090.000 1.636.030.000 2.593.330.000 1.024.000.000 1.426.570.000 1.081.920.000 1.032.280.000 1.891.220.000 1.017.000.000 1.551.620.000 1.240.480.000 1.499.410.000 1.003.060.000 1.547.960.000 996.540.000 2.061.370.000 1.768.150.000 1.072.330.000 1.321.400.000 1.556.540.000 -
1.651.230.000 9.728.320.000 1.667.080.000 1.698.040.000 1.459.440.000 2.276.600.000 1.467.300.000 1.908.440.000 2.228.540.000 1.371.010.000 1.756.680.000 1.270.190.000 2.027.640.000 2.036.580.000 2.154.360.000 1.277.970.000 1.314.810.000 1.758.790.000 1.732.960.000 1.520.660.000 1.474.970.000 1.558.600.000 1.549.050.000 1.943.950.000 1.493.820.000 1.724.510.000 1.160.140.000 1.516.760.000 1.167.660.000 1.319.040.000 5.672.840.000 1.773.410.000 1.712.670.000 1.501.740.000 2.272.080.000 1.478.630.000 2.242.700.000 1.439.930.000 1.296.400.000 2.065.450.000 1.076.580.000 2.112.120.000 3.890.600.000 1.596.830.000 2.527.770.000 1.812.890.000 2.020.190.000 1.424.320.000 1.238.400.000 1.168.640.000 1.380.470.000 1.150.800.000 3.299.260.000 1.246.080.000 1.384.480.000 1.178.230.000 1.782.680.000 2.133.520.000
NO
KET
290 291 292 293 295 296 299 293 294 297 298 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361 362
6 7 8 XIX 1 2 3 XX 1 2 3 XXI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 XXII 1 2 3 4 5 6 XXIII 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 XXIV 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 XXV 1 2
DAERAH Kab. Tapin Kota Banjarbaru Kab. Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Timur Kab. Kutai Kartanegara Kab. Kutai Barat Kab. Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Utara Kab. Bulungan Kab. Malinau Kab. Nunukan Provinsi Sulawesi Utara Kab. Bolaang Mongondow Kab. Minahasa Kab. Kepulauan Sangihe Kota Bitung Kota Manado Kab. Kepulauan Talaud Kab. Minahasa Selatan Kota Tomohon Kab. Minahasa Utara Kota Kotamobagu Kab. Bolaang Mongondow Utara Kab. Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Kab. Minahasa Tenggara Kab. Bolaang Mongondow Timur Kab. Bolaang Mongondow Selatan Provinsi Gorontalo Kab. Boalemo Kab. Gorontalo Kota Gorontalo Kab. Pohuwato Kab. Bone Bolango Kab. Gorontalo Utara Provinsi Sulawesi Tengah Kab. Banggai Kab. Banggai Kepulauan Kab. Buol Kab. Toli-Toli Kab. Donggala Kab. Morowali Kab. Poso Kota Palu Kab. Parigi Moutong Kab. Tojo Una-Una Kab. Sigi Provinsi Sulawesi Selatan Kab. Bantaeng Kab. Barru Kab. Bone Kab. Bulukumba Kab. Enrekang Kab. Gowa Kab. Jeneponto Kab. Luwu Kab. Luwu Utara Kab. Maros Kab. Pangkajene dan Kepulauan Kab. Pinrang Kab. Kepulauan Selayar Kab. Sidenreng Rappang Kab. Sinjai Kab. Soppeng Kab. Takalar Kab. Tana Toraja Kab. Wajo Kota Parepare Kota Makassar Kota Palopo Kab. Luwu Timur Kab. Toraja Utara Provinsi Sulawesi Barat Kab. Majene Kab. Mamuju
ALOKASI
ALOKASI
ALOKASI
PELAYANAN KESEHATAN DASAR
PELAYANAN KEFARMASIAN
PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
1.942.460.000 2.803.120.000 3.549.370.000 2.289.290.000 3.872.900.000 3.630.930.000 2.248.500.000 3.582.840.000 3.468.350.000 3.300.590.000 2.856.150.000 2.332.220.000 4.476.710.000 2.314.020.000 2.020.030.000 2.827.820.000 2.082.360.000 5.166.130.000 2.842.540.000 2.298.750.000 2.851.560.000 2.822.140.000 3.397.290.000 2.125.450.000 2.509.900.000 3.760.090.000 3.267.470.000 2.206.390.000 2.628.850.000 3.220.970.000 2.446.180.000 2.886.420.000 2.485.450.000 2.247.890.000 2.179.800.000 1.891.730.000 2.706.830.000 3.246.420.000 3.937.690.000 1.886.430.000 2.405.370.000 3.583.780.000 2.399.140.000 2.322.680.000 3.864.670.000 2.878.850.000 2.980.060.000 3.295.420.000 3.874.900.000 4.788.760.000 2.626.540.000 3.308.350.000 3.045.160.000 3.519.670.000 1.885.840.000 2.809.530.000 2.202.480.000 2.445.060.000 2.073.470.000 3.343.140.000 1.982.080.000 2.629.420.000 3.217.800.000 2.550.360.000 2.968.060.000
1.074.030.000 1.525.030.000 1.940.830.000 1.418.830.000 1.145.450.000 1.838.040.000 1.714.710.000 3.033.910.000 1.861.470.000 1.772.270.000 2.437.130.000 2.093.200.000 2.338.680.000 1.542.230.000 1.884.200.000 1.369.080.000 1.755.850.000 1.316.620.000 1.462.960.000 1.353.400.000 1.505.830.000 1.827.460.000 1.563.070.000 2.352.510.000 1.830.900.000 1.656.370.000 1.715.450.000 1.527.670.000 1.375.420.000 1.660.540.000 1.672.740.000 1.934.750.000 1.759.390.000 1.707.040.000 1.653.080.000 1.908.720.000 2.014.680.000 2.522.230.000 1.683.920.000 1.523.330.000 1.652.500.000 1.138.400.000 1.688.150.000 3.287.380.000 2.399.090.000 2.641.780.000 4.530.260.000 2.331.540.000 1.824.310.000 1.289.890.000 1.922.190.000 1.323.010.000 2.383.090.000 2.001.810.000 2.285.240.000 1.737.150.000 1.551.220.000 2.774.760.000 2.841.260.000 1.650.930.000 1.478.190.000 1.423.420.000 2.343.890.000 1.452.150.000 1.557.970.000 1.708.900.000 1.288.950.000
1.110.910.000 1.248.710.000 3.300.770.000 1.772.650.000 2.216.250.000 1.170.480.000 1.144.710.000 4.559.680.000 1.466.360.000 1.559.840.000 2.775.580.000 1.515.540.000 4.541.210.000 2.361.610.000 1.252.880.000 1.768.640.000 1.957.430.000 1.898.560.000 1.587.980.000 1.794.340.000 1.427.280.000 2.949.570.000 1.650.090.000 3.027.540.000 3.420.760.000 1.200.700.000 1.496.590.000 1.255.710.000 1.519.370.000 1.410.700.000 2.898.310.000 1.728.540.000 1.675.580.000 1.361.540.000 1.537.560.000 4.898.720.000 1.538.380.000 1.759.920.000 1.742.790.000 1.933.650.000 1.238.460.000 1.422.850.000 1.288.180.000 1.727.800.000 1.417.570.000 1.638.260.000 1.906.420.000 1.497.530.000 1.411.490.000 1.730.240.000 1.413.340.000 1.476.110.000 1.926.570.000 1.343.770.000 1.627.160.000 1.754.100.000 1.432.030.000 1.640.770.000 2.393.630.000 1.778.990.000 1.122.790.000
NO
KET
363 364 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409 410 411 412 413 414 415 416 417 418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435 436
3 4 5 XXVI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 XXVII 1 2 3 4 5 6 7 8 XXVIII 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 XXIX 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 XXX 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 XXXI 1 2 3
DAERAH Kab. Polewali Mandar Kab. Mamasa Kab. Mamuju Utara Provinsi Sulawesi Tenggara Kab. Buton Kab. Konawe Kab. Kolaka Kab. Muna Kota Kendari Kota Bau-bau Kab. Konawe Selatan Kab. Bombana Kab. Wakatobi Kab. Kolaka Utara Kab. Konawe Utara Kab. Buton Utara Provinsi Bali Kab. Bangli Kab. Buleleng Kab. Gianyar Kab. Jembrana Kab. Karangasem Kab. Klungkung Kab. Tabanan Kota Denpasar Provinsi Nusa Tenggara Barat Kab. Bima Kab. Dompu Kab. Lombok Barat Kab. Lombok Tengah Kab. Lombok Timur Kab. Sumbawa Kota Mataram Kota Bima Kab. Sumbawa Barat Kab. Lombok Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur Kab. Alor Kab. Belu Kab. Ende Kab. Flores Timur Kab. Kupang Kab. Lembata Kab. Manggarai Kab. Ngada Kab. Sikka Kab. Sumba Barat Kab. Sumba Timur Kab. Timor Tengah Selatan Kab. Timor Tengah Utara Kota Kupang Kab. Rote Ndao Kab. Manggarai Barat Kab. Nagekeo Kab. Sumba Barat Daya Kab. Sumba Tengah Kab. Manggarai Timur Kab. Sabu Raijua Provinsi Maluku Kab. Maluku Tenggara Barat Kab. Maluku Tengah Kab. Maluku Tenggara Kab. Buru Kota Ambon Kab. Seram Bagian Barat Kab. Seram Bagian Timur Kab. Kepulauan Aru Kota Tual Kab. Maluku Barat Daya Kab. Buru Selatan Provinsi Maluku Utara Kab. Halmahera Tengah Kab. Halmahera Barat Kota Ternate
ALOKASI
ALOKASI
ALOKASI
PELAYANAN KESEHATAN DASAR
PELAYANAN KEFARMASIAN
PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
2.898.530.000 2.933.680.000 4.057.230.000 4.211.450.000 2.639.650.000 3.405.760.000 5.295.510.000 2.033.060.000 2.826.040.000 4.380.400.000 4.122.700.000 3.014.370.000 3.097.280.000 2.131.030.000 1.962.610.000 2.193.390.000 2.619.570.000 1.757.940.000 1.792.030.000 2.085.600.000 2.299.050.000 2.113.570.000 2.824.210.000 2.606.020.000 2.153.830.000 2.004.350.000 3.882.550.000 1.995.680.000 2.350.220.000 1.875.970.000 2.393.630.000 1.748.330.000 2.920.630.000 3.025.990.000 3.734.480.000 3.523.310.000 4.534.660.000 2.136.570.000 3.415.920.000 2.616.250.000 3.422.250.000 3.341.210.000 2.366.380.000 4.175.780.000 3.750.200.000 2.507.960.000 2.456.470.000 3.052.030.000 3.351.410.000 2.382.220.000 3.629.910.000 2.973.350.000 2.286.430.000 3.368.680.000 4.478.960.000 4.158.660.000 3.059.230.000 2.866.740.000 3.128.960.000 4.960.610.000 2.507.720.000 2.544.780.000 4.779.150.000 3.609.140.000 4.564.430.000 4.013.110.000 3.254.010.000
1.960.770.000 1.566.470.000 1.314.410.000 2.067.300.000 1.845.840.000 1.940.220.000 1.797.170.000 1.914.630.000 2.074.250.000 1.394.390.000 1.889.850.000 1.734.980.000 1.299.370.000 1.505.700.000 1.514.930.000 1.694.200.000 1.052.710.000 1.148.000.000 1.966.350.000 1.837.510.000 1.274.950.000 1.734.380.000 1.663.280.000 1.570.650.000 2.291.800.000 1.941.190.000 2.490.970.000 3.188.750.000 5.061.040.000 1.456.080.000 2.129.700.000 1.339.800.000 1.523.960.000 1.454.130.000 1.820.320.000 1.929.720.000 2.610.240.000 2.006.810.000 2.455.970.000 2.133.820.000 2.054.040.000 1.939.180.000 1.880.960.000 1.635.670.000 1.667.640.000 1.525.550.000 2.059.360.000 1.972.660.000 1.516.330.000 1.513.250.000 1.971.980.000 1.687.190.000 2.561.170.000 1.574.090.000 1.927.400.000 1.882.150.000 3.542.890.000 2.254.370.000 2.942.140.000 1.812.490.000 1.528.990.000 2.117.270.000 1.695.330.000 1.740.820.000 2.119.080.000 1.340.420.000 2.146.680.000 1.274.170.000 2.130.110.000 1.482.140.000 1.988.030.000 2.006.150.000
1.332.750.000 1.394.180.000 1.232.840.000 2.837.760.000 1.968.030.000 1.522.910.000 1.344.890.000 1.361.650.000 1.187.610.000 3.269.500.000 1.679.390.000 2.171.400.000 1.285.490.000 1.998.010.000 1.254.270.000 2.241.120.000 1.865.560.000 1.232.930.000 1.820.760.000 1.329.480.000 1.401.380.000 1.467.070.000 1.400.220.000 1.825.820.000 1.987.860.000 3.832.610.000 1.867.650.000 1.295.880.000 1.517.850.000 1.590.600.000 1.190.970.000 1.342.940.000 2.072.780.000 1.107.280.000 1.039.440.000 5.023.060.000 2.628.470.000 1.779.150.000 1.297.490.000 3.668.760.000 1.271.370.000 1.633.240.000 1.540.780.000 1.378.010.000 1.366.840.000 2.194.960.000 1.482.610.000 1.581.400.000 1.381.440.000 2.147.740.000 1.839.120.000 2.479.520.000 5.338.030.000 2.010.860.000 2.377.880.000 2.043.180.000 1.298.710.000 1.914.330.000 1.596.960.000 1.838.550.000 1.801.050.000 4.161.600.000 2.238.140.000 1.520.880.000 -
NO
KET
437 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 457 458 459 460 461 462 463 464 465 466 467 468 469 470 471 472 473 474 475 476 477 478 479 480 481 482 483 484
4 5 6 7 8 9 XXXII 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 XXXIII 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
ALOKASI
ALOKASI
ALOKASI
DAERAH
PELAYANAN KESEHATAN DASAR
PELAYANAN KEFARMASIAN
PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
Kab. Halmahera Timur Kota Tidore Kepulauan Kab. Kepulauan Sula Kab. Halmahera Selatan Kab. Halmahera Utara Kab. Pulau Morotai Provinsi Papua Kab. Biak Numfor Kab. Jayapura Kab. Jayawijaya Kab. Merauke Kab. Mimika Kab. Nabire Kab. Paniai Kab. Puncak Jaya Kab. Kepulauan Yapen Kota Jayapura Kab. Sarmi Kab. Keerom Kab. Yahukimo Kab. Pegunungan Bintang Kab. Tolikara Kab. Boven Digoel Kab. Mappi Kab. Asmat Kab. Waropen Kab. Supiori Kab. Mamberamo Raya Kab. Mamberamo Tengah Kab. Yalimo Kab. Lanny Jaya Kab. Nduga Kab. Puncak Kab. Dogiyai Kab. Intan Jaya Kab. Deiyai Provinsi Papua Barat Kab. Sorong Kab. Manokwari Kab. Fakfak Kota Sorong Kab. Sorong Selatan Kab. Raja Ampat Kab. Teluk Bintuni Kab. Teluk Wondama Kab. Kaimana Kab. Maybrat Kab. Tambrauw
3.942.740.000 2.350.750.000 4.798.510.000 3.852.290.000 3.758.380.000 3.796.370.000 5.445.030.000 2.741.600.000 5.900.640.000 7.267.460.000 2.628.310.000 3.933.130.000 3.813.050.000 6.467.220.000 5.045.270.000 4.212.680.000 6.596.210.000 4.046.900.000 4.563.160.000 7.433.080.000 11.398.820.000 3.476.050.000 5.039.570.000 4.861.540.000 3.805.430.000 5.146.160.000 4.842.620.000 6.475.840.000 7.753.110.000 7.941.250.000 9.038.860.000 6.155.190.000 3.991.020.000 10.011.370.000 4.137.360.000 2.756.820.000 3.986.060.000 3.955.620.000 2.432.850.000 3.687.180.000 4.837.010.000 3.891.600.000 3.812.730.000 3.390.200.000 5.788.030.000 3.329.740.000
1.338.030.000 1.603.790.000 2.080.720.000 1.454.720.000 1.611.730.000 1.845.030.000 5.050.490.000 2.363.390.000 1.878.850.000 2.918.560.000 3.044.890.000 2.836.460.000 2.412.850.000 2.913.470.000 3.914.470.000 2.262.310.000 2.351.650.000 2.498.650.000 2.140.370.000 3.305.610.000 3.168.260.000 4.670.940.000 1.659.760.000 2.213.600.000 1.784.920.000 1.555.910.000 1.718.630.000 1.883.190.000 2.937.570.000 3.641.510.000 2.874.120.000 4.453.990.000 3.537.470.000 2.880.540.000 4.131.130.000 2.616.140.000 2.532.720.000 1.358.850.000 1.968.330.000 2.783.960.000 2.325.930.000 1.404.810.000 2.790.140.000 1.481.090.000 1.313.070.000 1.463.470.000 2.658.300.000 2.299.700.000
1.704.540.000 2.486.340.000 2.694.450.000 1.581.510.000 1.789.810.000 1.996.950.000 12.030.780.000 1.786.230.000 1.501.980.000 3.404.480.000 3.250.050.000 2.324.740.000 1.934.910.000 3.064.670.000 5.837.860.000 2.988.790.000 2.303.870.000 2.350.910.000 6.710.550.000 2.132.570.000 1.780.890.000 3.013.140.000 3.221.880.000 3.639.540.000 2.708.650.000 2.237.530.000 2.587.060.000 1.653.490.000 1.511.670.000 1.591.970.000 2.164.220.000 1.452.280.000 2.115.990.000 2.962.250.000 -
418 2.994.267.943 1.251.604.000.000
438 2.378.276.256 1.041.685.000.000
372 1.764.576.075 656.422.300.000
28 2.107.142.857 59.000.000.000
26 4.661.103.846 121.188.700.000
466 2.361.984.979 1.100.685.000.000
398 1.953.796.482 777.611.000.000
Jumlah Kab/Kota Rata-rata Alokasi Jumlah Total Alokasi Jumlah Provinsi Rata-rata Alokasi Jumlah Total Alokasi Total Daerah Rata-rata nasional Jumlah Total Nasional
418 2.994.267.943 1.251.604.000.000
LAMPIRAN 12.1 ALOKASI DAK BIDANG KESEHATAN TA 2014 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 180/PMK.07/2013 9 NO
KET
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67
I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 II 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 III 1 2 3 4 5 6 7 8
DAERAH
Provinsi Aceh Kab. Aceh Barat Kab. Aceh Besar Kab. Aceh Selatan Kab. Aceh Singkil Kab. Aceh Tengah Kab. Aceh Tenggara Kab. Aceh Timur Kab. Aceh Utara Kab. Bireuen Kab. Pidie Kab. Simeulue Kota Banda Aceh Kota Sabang Kota Langsa Kota Lhokseumawe Kab. Nagan Raya Kab. Aceh Jaya Kab. Aceh Barat Daya Kab. Gayo Lues Kab. Aceh Tamiang Kab. Bener Meriah Kab. Pidie Jaya Kota Subulussalam Provinsi Sumatera Utara Kab. Asahan Kab. Dairi Kab. Deli Serdang Kab. Karo Kab. Labuhanbatu Kab. Langkat Kab. Mandailing Natal Kab. Nias Kab. Simalungun Kab. Tapanuli Selatan Kab. Tapanuli Tengah Kab. Tapanuli Utara Kab. Toba Samosir Kota Binjai Kota Medan Kota Pematangsiantar Kota Sibolga Kota Tanjungbalai Kota Tebing Tinggi Kota Padangsidempuan Kab. Pakpak Bharat Kab. Nias Selatan Kab. Humbang Hasundutan Kab. Serdang Bedagai Kab. Samosir Kab. Batubara Kab. Padang Lawas Kab. Padang Lawas Utara Kab. Labuhanbatu Selatan Kab. Labuhanbatu Utara Kab. Nias Utara Kab. Nias Barat Kota Gunungsitoli Provinsi Sumatera Barat Kab. Lima puluh Kota Kab. Agam Kab. Kepulauan Mentawai Kab. Padang Pariaman Kab. Pasaman Kab. Pesisir Selatan Kab. Sijunjung Kab. Solok
10
ALOKASI
ALOKASI
PELAYANAN KESEHATAN DASAR
PELAYANAN KEFARMASIAN
4.021.060.000 2.226.030.000 3.396.290.000 2.093.450.000 3.216.580.000 1.984.420.000 3.846.570.000 4.909.030.000 3.960.790.000 2.894.640.000 2.893.990.000 2.313.500.000 1.782.950.000 1.973.360.000 1.932.570.000 3.589.650.000 3.300.200.000 2.764.030.000 1.947.180.000 2.377.670.000 3.098.780.000 1.951.140.000 1.866.890.000 4.342.470.000 2.351.970.000 2.947.960.000 1.870.370.000 3.628.350.000 3.369.300.000 1.836.380.000 3.962.250.000 2.874.880.000 2.901.660.000 1.977.730.000 2.137.280.000 2.230.980.000 1.854.270.000 2.332.870.000 2.588.110.000 1.672.960.000 2.075.290.000 2.204.860.000 3.584.230.000 2.017.380.000 2.733.980.000 2.368.630.000 2.159.600.000 2.464.690.000 2.346.670.000 2.087.630.000 2.265.320.000 2.466.780.000 3.525.700.000 2.013.590.000 2.325.270.000 2.401.550.000 4.892.630.000 2.312.800.000 2.585.500.000 4.154.160.000 2.018.640.000 1.911.020.000
1.513.620.000 1.401.100.000 1.715.950.000 1.643.120.000 1.312.290.000 1.869.890.000 1.973.030.000 2.504.330.000 3.602.430.000 2.197.480.000 2.768.850.000 1.853.610.000 2.380.890.000 1.291.600.000 1.425.790.000 2.231.400.000 2.166.980.000 1.142.730.000 2.215.250.000 1.285.160.000 1.970.910.000 1.634.980.000 1.944.910.000 1.346.730.000 2.379.400.000 2.616.700.000 1.770.810.000 4.369.140.000 1.896.930.000 1.519.420.000 2.716.600.000 2.305.890.000 1.609.720.000 2.568.500.000 1.806.440.000 2.407.940.000 1.877.870.000 1.738.060.000 1.338.620.000 3.669.800.000 1.396.340.000 1.245.990.000 1.872.530.000 1.196.340.000 1.378.090.000 1.472.300.000 2.867.730.000 1.541.620.000 2.511.920.000 1.874.390.000 2.074.300.000 1.525.010.000 1.028.170.000 1.093.840.000 1.511.040.000 1.664.220.000 1.386.640.000 1.369.100.000 1.120.770.000 2.065.540.000 2.406.420.000 1.531.650.000 2.358.500.000 1.944.070.000 3.032.720.000 1.741.360.000 2.196.760.000
(dalam rupiah) ALOKASI PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN 6.107.210.000 1.782.990.000 1.279.200.000 1.770.010.000 1.589.360.000 1.750.000.000 1.379.050.000 1.852.670.000 1.923.450.000 1.732.750.000 2.452.100.000 1.614.950.000 1.825.320.000 1.416.410.000 1.664.150.000 2.132.460.000 1.617.230.000 1.604.440.000 1.335.860.000 1.556.160.000 1.195.530.000 1.889.440.000 1.420.230.000 4.078.880.000 1.307.660.000 1.083.350.000 2.021.820.000 1.684.020.000 1.518.340.000 1.472.040.000 3.214.540.000 1.678.100.000 2.344.480.000 1.738.290.000 1.397.910.000 1.489.660.000 1.605.410.000 1.279.110.000 2.356.030.000 1.492.030.000 1.648.660.000 1.203.630.000 1.503.560.000 1.507.520.000 1.287.650.000 2.611.570.000 2.528.030.000 1.570.600.000 1.426.170.000 1.909.530.000 958.510.000 1.071.410.000 1.296.590.000 1.728.320.000 3.979.680.000 1.847.930.000 1.934.100.000 1.662.060.000 1.530.940.000 1.559.400.000 2.007.700.000 1.355.910.000 1.553.440.000
NO
KET
68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 IV 1 2 V 1 2 3 4 5 VI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 VII 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 VIII 1 2 3 4 5 6 7 IX 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 X 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
DAERAH Kab. Tanah Datar Kota Bukittinggi Kota Padang Panjang Kota Padang Kota Payakumbuh Kota Sawahlunto Kota Solok Kota Pariaman Kab. Pasaman Barat Kab. Dharmasraya Kab. Solok Selatan Provinsi Riau Kab. Bengkalis Kab. Indragiri Hilir Provinsi Kepulauan Riau Kab. Bintan Kab. Natuna Kab. Karimun Kota Batam Kab. Kepulauan Anambas Provinsi Jambi Kab. Batanghari Kab. Bungo Kab. Kerinci Kab. Merangin Kab. Muaro Jambi Kab. Sarolangun Kab. Tebo Kota Jambi Kota Sungai Penuh Provinsi Sumatera Selatan Kab. Lahat Kab. Musi Rawas Kab. Ogan Komering Ilir Kota Palembang Kota Pagar Alam Kota Lubuklinggau Kota Prabumulih Kab. Banyuasin Kab. Ogan Ilir Kab. Ogan Komering Ulu Timur Kab. Ogan Komering Ulu Selatan Kab. Empat Lawang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Kab. Bangka Kab. Belitung Kota Pangkal Pinang Kab. Bangka Selatan Kab. Bangka Tengah Kab. Bangka Barat Kab. Belitung Timur Provinsi Bengkulu Kab. Bengkulu Selatan Kab. Bengkulu Utara Kab. Rejang Lebong Kota Bengkulu Kab. Kaur Kab. Seluma Kab. Mukomuko Kab. Lebong Kab. Kepahiang Kab. Bengkulu Tengah Provinsi Lampung Kab. Lampung Barat Kab. Lampung Selatan Kab. Lampung Tengah Kab. Lampung Utara Kab. Lampung Timur Kab. Tanggamus Kab. Tulang Bawang Kab. Way Kanan Kota Bandar Lampung Kota Metro Kab. Pesawaran
ALOKASI
ALOKASI
ALOKASI
PELAYANAN KESEHATAN DASAR
PELAYANAN KEFARMASIAN
PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
2.186.770.000 1.950.570.000 1.752.860.000 2.210.820.000 1.867.290.000 1.913.370.000 2.240.800.000 1.993.770.000 2.270.790.000 2.029.050.000 2.527.330.000 5.557.210.000 3.163.090.000 1.837.820.000 3.731.000.000 2.180.260.000 2.268.380.000 3.640.480.000 3.990.780.000 3.183.040.000 2.248.520.000 2.533.590.000 2.035.250.000 1.753.620.000 2.869.300.000 2.391.830.000 1.967.650.000 3.289.050.000 2.005.380.000 1.936.430.000 2.734.420.000 2.820.430.000 1.847.180.000 1.976.370.000 2.680.160.000 2.314.240.000 2.231.170.000 1.790.430.000 1.796.620.000 2.153.280.000 2.348.990.000 2.060.330.000 1.804.960.000 4.011.690.000 2.893.920.000 3.561.650.000 2.624.830.000 3.584.970.000 3.269.160.000 3.541.240.000 3.652.260.000 2.881.190.000 2.588.660.000 3.773.630.000 2.911.120.000 2.538.260.000 2.288.330.000 3.501.560.000 3.515.870.000 2.961.160.000 2.281.870.000 2.803.670.000 1.823.970.000 2.688.110.000
1.426.140.000 1.349.480.000 1.759.080.000 3.537.130.000 1.092.650.000 1.514.280.000 1.121.380.000 1.315.820.000 2.837.320.000 1.497.270.000 1.318.540.000 1.816.780.000 1.272.300.000 3.099.010.000 936.830.000 2.041.560.000 2.545.470.000 1.637.610.000 1.923.980.000 1.583.500.000 1.775.860.000 2.252.750.000 1.961.640.000 2.834.120.000 1.041.360.000 3.100.970.000 1.230.240.000 1.569.750.000 2.281.350.000 5.149.290.000 1.088.520.000 1.466.730.000 1.532.940.000 3.109.010.000 2.411.120.000 2.343.750.000 1.368.450.000 1.153.340.000 1.343.300.000 1.162.660.000 1.374.270.000 1.059.270.000 1.252.520.000 1.372.870.000 1.092.360.000 1.118.160.000 1.579.050.000 1.597.810.000 1.958.800.000 1.628.410.000 1.284.700.000 1.759.090.000 1.322.280.000 2.092.500.000 1.322.920.000 1.723.880.000 1.367.460.000 2.600.440.000 2.310.610.000 3.914.090.000 3.406.440.000 2.346.400.000 2.788.440.000 2.151.380.000 2.065.470.000 2.151.030.000 1.422.340.000 2.159.630.000
1.507.150.000 1.650.580.000 1.075.350.000 1.543.280.000 1.608.670.000 1.190.250.000 1.265.970.000 1.356.970.000 3.223.510.000 3.617.060.000 3.524.570.000 1.421.620.000 1.877.900.000 1.468.740.000 3.538.040.000 1.522.810.000 1.271.130.000 1.850.350.000 2.716.600.000 2.290.980.000 1.386.150.000 1.313.870.000 3.340.540.000 1.347.180.000 2.527.690.000 1.476.350.000 1.494.010.000 1.456.430.000 1.231.390.000 1.231.120.000 1.937.730.000 1.907.400.000 1.011.090.000 3.342.880.000 1.349.760.000 1.234.920.000 1.434.080.000 1.331.860.000 1.238.900.000 1.161.900.000 1.240.840.000 5.852.310.000 1.619.910.000 1.592.200.000 2.069.210.000 2.404.380.000 2.466.860.000 1.685.030.000 1.942.370.000 2.388.760.000 1.398.780.000 2.213.000.000 2.369.150.000 1.635.670.000 1.353.070.000 1.136.990.000 1.583.040.000 1.836.550.000 1.566.830.000 1.035.740.000 2.034.550.000 -
NO
KET
142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215
12 13 14 XI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 XII 1 2 3 4 5 XIII 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 XIV 1 2 3
DAERAH Kab. Pringsewu Kab. Mesuji Kab. Tulang Bawang Barat Provinsi Jawa Barat Kab. Bandung Kab. Bekasi Kab. Bogor Kab. Ciamis Kab. Cianjur Kab. Cirebon Kab. Garut Kab. Indramayu Kab. Karawang Kab. Kuningan Kab. Majalengka Kab. Subang Kab. Sukabumi Kab. Sumedang Kab. Tasikmalaya Kota Bandung Kota Bekasi Kota Bogor Kota Cirebon Kota Depok Kota Sukabumi Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Kota Banjar Provinsi Banten Kab. Lebak Kab. Pandeglang Kab. Serang Kab. Tangerang Kota Serang Provinsi Jawa Tengah Kab. Banjarnegara Kab. Banyumas Kab. Batang Kab. Blora Kab. Boyolali Kab. Brebes Kab. Cilacap Kab. Demak Kab. Grobogan Kab. Jepara Kab. Karanganyar Kab. Kebumen Kab. Kendal Kab. Klaten Kab. Kudus Kab. Magelang Kab. Pati Kab. Pekalongan Kab. Pemalang Kab. Purbalingga Kab. Purworejo Kab. Rembang Kab. Semarang Kab. Sragen Kab. Sukoharjo Kab. Tegal Kab. Temanggung Kab. Wonogiri Kab. Wonosobo Kota Magelang Kota Pekalongan Kota Salatiga Kota Semarang Kota Surakarta Kota Tegal Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Kab. Bantul Kab. Gunung Kidul Kab. Kulon Progo
ALOKASI
ALOKASI
ALOKASI
PELAYANAN KESEHATAN DASAR
PELAYANAN KEFARMASIAN
PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
1.688.290.000 2.063.210.000 2.801.420.000 4.027.040.000 4.705.610.000 3.087.790.000 3.026.700.000 3.566.900.000 4.165.690.000 3.780.680.000 3.242.350.000 5.025.160.000 1.981.490.000 2.865.140.000 2.228.040.000 2.296.080.000 2.130.200.000 1.883.930.000 1.847.420.000 2.421.630.000 2.770.580.000 1.697.600.000 3.716.530.000 4.033.840.000 1.796.740.000 3.007.550.000 3.282.450.000 2.816.960.000 2.242.070.000 1.978.910.000 2.273.960.000 2.856.390.000 1.935.920.000 2.309.640.000 2.169.110.000 2.462.260.000 1.811.440.000 1.754.660.000 1.888.820.000 1.804.720.000 1.938.010.000 2.005.340.000 2.404.570.000 2.238.010.000 2.102.620.000 2.299.020.000 3.700.590.000 2.670.440.000 2.968.640.000 2.096.020.000 2.198.120.000 2.069.070.000 1.964.630.000 1.702.880.000 2.536.030.000 1.798.460.000 3.263.860.000 2.401.650.000 1.916.190.000
1.510.100.000 2.178.810.000 1.921.760.000 2.468.720.000 11.631.610.000 5.179.360.000 12.403.940.000 3.951.100.000 4.406.620.000 6.943.840.000 7.667.880.000 5.088.600.000 10.371.400.000 5.022.340.000 5.269.960.000 4.066.530.000 7.112.830.000 4.973.450.000 5.102.640.000 4.460.600.000 5.053.330.000 4.292.100.000 2.654.280.000 3.614.580.000 1.435.180.000 1.562.810.000 2.594.610.000 1.384.910.000 4.780.200.000 5.081.540.000 4.353.620.000 5.534.150.000 1.760.150.000 1.778.170.000 1.917.410.000 4.091.620.000 2.259.730.000 2.417.140.000 2.512.330.000 6.358.140.000 4.352.880.000 3.944.990.000 4.191.400.000 4.975.560.000 3.190.580.000 4.574.450.000 3.968.670.000 4.469.900.000 3.274.030.000 2.793.730.000 5.177.480.000 2.901.390.000 3.516.020.000 2.982.560.000 2.743.430.000 2.863.100.000 2.511.310.000 2.418.570.000 3.700.280.000 3.727.150.000 2.329.580.000 2.664.250.000 3.322.280.000 1.394.810.000 1.791.440.000 1.166.430.000 4.811.660.000 1.362.160.000 1.140.000.000 1.818.680.000 3.258.150.000 2.656.420.000 1.896.350.000
1.685.570.000 2.600.690.000 3.023.680.000 1.911.300.000 1.874.820.000 1.952.960.000 1.812.030.000 1.698.640.000 2.086.020.000 1.759.210.000 1.451.300.000 1.442.700.000 1.331.050.000 1.533.220.000 1.617.150.000 1.376.210.000 5.626.780.000 1.578.370.000 1.463.630.000 2.107.320.000 6.475.450.000 1.611.010.000 1.693.660.000 1.328.120.000 1.576.060.000 2.410.800.000 2.078.460.000 2.348.560.000 1.475.840.000 1.435.550.000 1.873.320.000 1.355.290.000 1.260.800.000 1.872.620.000 1.399.800.000 1.487.650.000 2.246.870.000 1.619.380.000 1.273.350.000 1.403.870.000 1.680.530.000 1.511.060.000 2.826.000.000 2.017.600.000 1.574.720.000 1.843.820.000 1.412.630.000 1.520.500.000 1.488.470.000 1.563.480.000 1.438.200.000 1.339.440.000 1.223.500.000 1.402.460.000 1.555.330.000 1.415.260.000 1.259.420.000
NO
KET
216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289
4 XV 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 XVI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 XVII 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 XVIII 1 2 3 4 5
DAERAH Kab. Sleman Provinsi Jawa Timur Kab. Bangkalan Kab. Banyuwangi Kab. Blitar Kab. Bojonegoro Kab. Bondowoso Kab. Gresik Kab. Jember Kab. Jombang Kab. Kediri Kab. Lamongan Kab. Lumajang Kab. Madiun Kab. Magetan Kab. Malang Kab. Mojokerto Kab. Nganjuk Kab. Ngawi Kab. Pacitan Kab. Pamekasan Kab. Pasuruan Kab. Ponorogo Kab. Probolinggo Kab. Sampang Kab. Sidoarjo Kab. Situbondo Kab. Sumenep Kab. Trenggalek Kab. Tuban Kab. Tulungagung Kota Blitar Kota Kediri Kota Madiun Kota Malang Kota Mojokerto Kota Pasuruan Kota Probolinggo Kota Surabaya Kota Batu Provinsi Kalimantan Barat Kab. Bengkayang Kab. Landak Kab. Kapuas Hulu Kab. Ketapang Kab. Pontianak Kab. Sambas Kab. Sanggau Kab. Sintang Kota Singkawang Kab. Sekadau Kab. Melawi Kab. Kayong Utara Kab. Kubu Raya Provinsi Kalimantan Tengah Kab. Barito Selatan Kab. Barito Utara Kab. Kapuas Kab. Kotawaringin Barat Kota Palangka Raya Kab. Barito Timur Kab. Murung Raya Kab. Pulang Pisau Kab. Gunung Mas Kab. Lamandau Kab. Sukamara Kab. Katingan Kab. Seruyan Provinsi Kalimantan Selatan Kab. Barito Kuala Kab. Hulu Sungai Selatan Kab. Hulu Sungai Tengah Kab. Hulu Sungai Utara Kab. Kotabaru
ALOKASI
ALOKASI
ALOKASI
PELAYANAN KESEHATAN DASAR
PELAYANAN KEFARMASIAN
PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
2.446.740.000 2.804.940.000 3.353.670.000 2.074.090.000 2.185.460.000 1.967.470.000 2.909.720.000 2.752.390.000 2.368.290.000 2.245.000.000 2.608.180.000 3.125.400.000 1.996.150.000 2.301.200.000 2.133.670.000 2.064.900.000 2.008.040.000 2.304.060.000 2.582.220.000 1.679.980.000 1.868.310.000 1.644.020.000 1.969.840.000 1.623.590.000 1.766.970.000 2.243.350.000 4.497.360.000 3.722.430.000 5.728.980.000 3.038.870.000 3.986.430.000 2.500.520.000 4.260.330.000 2.019.130.000 2.046.550.000 3.829.150.000 2.941.110.000 2.208.790.000 2.574.880.000 2.293.430.000 5.021.250.000 3.317.000.000 2.277.110.000 2.142.220.000 2.457.120.000 2.278.950.000 2.305.920.000 3.132.530.000 3.162.980.000 2.479.800.000 2.257.610.000 1.818.270.000 2.375.920.000 1.931.930.000 3.584.170.000
2.957.020.000 3.932.640.000 3.898.890.000 3.205.280.000 3.150.530.000 4.022.500.000 3.071.080.000 4.215.960.000 3.510.210.000 4.390.950.000 4.381.910.000 5.503.940.000 3.052.720.000 3.249.220.000 2.952.820.000 5.501.930.000 4.359.040.000 3.498.080.000 3.357.810.000 2.230.290.000 3.298.330.000 3.141.940.000 3.055.210.000 2.831.420.000 4.357.270.000 4.558.040.000 5.223.390.000 4.614.180.000 2.501.260.000 2.398.210.000 2.081.040.000 1.473.660.000 2.008.560.000 1.167.180.000 2.464.770.000 998.980.000 1.446.290.000 1.661.750.000 6.312.350.000 1.327.860.000 1.972.600.000 1.768.000.000 2.087.660.000 1.564.650.000 2.470.030.000 1.425.190.000 1.992.630.000 1.939.490.000 2.420.220.000 1.892.080.000 1.769.880.000 2.420.090.000 1.636.030.000 2.593.330.000 1.024.000.000 1.426.570.000 1.081.920.000 1.032.280.000 1.891.220.000 1.017.000.000 1.551.620.000 1.240.480.000 1.499.410.000 1.003.060.000 1.547.960.000 996.540.000 2.061.370.000 1.768.150.000 1.072.330.000 1.321.400.000 1.556.540.000 -
1.651.230.000 9.728.320.000 1.667.080.000 1.698.040.000 1.459.440.000 2.276.600.000 1.467.300.000 1.908.440.000 2.228.540.000 1.371.010.000 1.756.680.000 1.270.190.000 2.027.640.000 2.036.580.000 2.154.360.000 1.277.970.000 1.314.810.000 1.758.790.000 1.732.960.000 1.520.660.000 1.474.970.000 1.558.600.000 1.549.050.000 1.943.950.000 1.493.820.000 1.724.510.000 1.160.140.000 1.516.760.000 1.167.660.000 1.319.040.000 5.672.840.000 1.773.410.000 1.712.670.000 1.501.740.000 2.272.080.000 1.478.630.000 2.242.700.000 1.439.930.000 1.296.400.000 2.065.450.000 1.076.580.000 2.112.120.000 3.890.600.000 1.596.830.000 2.527.770.000 1.812.890.000 2.020.190.000 1.424.320.000 1.238.400.000 1.168.640.000 1.380.470.000 1.150.800.000 3.299.260.000 1.246.080.000 1.384.480.000 1.178.230.000 1.782.680.000 2.133.520.000
NO
KET
290 291 292 293 295 296 299 293 294 297 298 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361 362
6 7 8 XIX 1 2 3 XX 1 2 3 XXI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 XXII 1 2 3 4 5 6 XXIII 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 XXIV 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 XXV 1 2
DAERAH Kab. Tapin Kota Banjarbaru Kab. Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Timur Kab. Kutai Kartanegara Kab. Kutai Barat Kab. Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Utara Kab. Bulungan Kab. Malinau Kab. Nunukan Provinsi Sulawesi Utara Kab. Bolaang Mongondow Kab. Minahasa Kab. Kepulauan Sangihe Kota Bitung Kota Manado Kab. Kepulauan Talaud Kab. Minahasa Selatan Kota Tomohon Kab. Minahasa Utara Kota Kotamobagu Kab. Bolaang Mongondow Utara Kab. Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Kab. Minahasa Tenggara Kab. Bolaang Mongondow Timur Kab. Bolaang Mongondow Selatan Provinsi Gorontalo Kab. Boalemo Kab. Gorontalo Kota Gorontalo Kab. Pohuwato Kab. Bone Bolango Kab. Gorontalo Utara Provinsi Sulawesi Tengah Kab. Banggai Kab. Banggai Kepulauan Kab. Buol Kab. Toli-Toli Kab. Donggala Kab. Morowali Kab. Poso Kota Palu Kab. Parigi Moutong Kab. Tojo Una-Una Kab. Sigi Provinsi Sulawesi Selatan Kab. Bantaeng Kab. Barru Kab. Bone Kab. Bulukumba Kab. Enrekang Kab. Gowa Kab. Jeneponto Kab. Luwu Kab. Luwu Utara Kab. Maros Kab. Pangkajene dan Kepulauan Kab. Pinrang Kab. Kepulauan Selayar Kab. Sidenreng Rappang Kab. Sinjai Kab. Soppeng Kab. Takalar Kab. Tana Toraja Kab. Wajo Kota Parepare Kota Makassar Kota Palopo Kab. Luwu Timur Kab. Toraja Utara Provinsi Sulawesi Barat Kab. Majene Kab. Mamuju
ALOKASI
ALOKASI
ALOKASI
PELAYANAN KESEHATAN DASAR
PELAYANAN KEFARMASIAN
PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
1.942.460.000 2.803.120.000 3.549.370.000 2.289.290.000 3.872.900.000 3.630.930.000 2.248.500.000 3.582.840.000 3.468.350.000 3.300.590.000 2.856.150.000 2.332.220.000 4.476.710.000 2.314.020.000 2.020.030.000 2.827.820.000 2.082.360.000 5.166.130.000 2.842.540.000 2.298.750.000 2.851.560.000 2.822.140.000 3.397.290.000 2.125.450.000 2.509.900.000 3.760.090.000 3.267.470.000 2.206.390.000 2.628.850.000 3.220.970.000 2.446.180.000 2.886.420.000 2.485.450.000 2.247.890.000 2.179.800.000 1.891.730.000 2.706.830.000 3.246.420.000 3.937.690.000 1.886.430.000 2.405.370.000 3.583.780.000 2.399.140.000 2.322.680.000 3.864.670.000 2.878.850.000 2.980.060.000 3.295.420.000 3.874.900.000 4.788.760.000 2.626.540.000 3.308.350.000 3.045.160.000 3.519.670.000 1.885.840.000 2.809.530.000 2.202.480.000 2.445.060.000 2.073.470.000 3.343.140.000 1.982.080.000 2.629.420.000 3.217.800.000 2.550.360.000 2.968.060.000
1.074.030.000 1.525.030.000 1.940.830.000 1.418.830.000 1.145.450.000 1.838.040.000 1.714.710.000 3.033.910.000 1.861.470.000 1.772.270.000 2.437.130.000 2.093.200.000 2.338.680.000 1.542.230.000 1.884.200.000 1.369.080.000 1.755.850.000 1.316.620.000 1.462.960.000 1.353.400.000 1.505.830.000 1.827.460.000 1.563.070.000 2.352.510.000 1.830.900.000 1.656.370.000 1.715.450.000 1.527.670.000 1.375.420.000 1.660.540.000 1.672.740.000 1.934.750.000 1.759.390.000 1.707.040.000 1.653.080.000 1.908.720.000 2.014.680.000 2.522.230.000 1.683.920.000 1.523.330.000 1.652.500.000 1.138.400.000 1.688.150.000 3.287.380.000 2.399.090.000 2.641.780.000 4.530.260.000 2.331.540.000 1.824.310.000 1.289.890.000 1.922.190.000 1.323.010.000 2.383.090.000 2.001.810.000 2.285.240.000 1.737.150.000 1.551.220.000 2.774.760.000 2.841.260.000 1.650.930.000 1.478.190.000 1.423.420.000 2.343.890.000 1.452.150.000 1.557.970.000 1.708.900.000 1.288.950.000
1.110.910.000 1.248.710.000 3.300.770.000 1.772.650.000 2.216.250.000 1.170.480.000 1.144.710.000 4.559.680.000 1.466.360.000 1.559.840.000 2.775.580.000 1.515.540.000 4.541.210.000 2.361.610.000 1.252.880.000 1.768.640.000 1.957.430.000 1.898.560.000 1.587.980.000 1.794.340.000 1.427.280.000 2.949.570.000 1.650.090.000 3.027.540.000 3.420.760.000 1.200.700.000 1.496.590.000 1.255.710.000 1.519.370.000 1.410.700.000 2.898.310.000 1.728.540.000 1.675.580.000 1.361.540.000 1.537.560.000 4.898.720.000 1.538.380.000 1.759.920.000 1.742.790.000 1.933.650.000 1.238.460.000 1.422.850.000 1.288.180.000 1.727.800.000 1.417.570.000 1.638.260.000 1.906.420.000 1.497.530.000 1.411.490.000 1.730.240.000 1.413.340.000 1.476.110.000 1.926.570.000 1.343.770.000 1.627.160.000 1.754.100.000 1.432.030.000 1.640.770.000 2.393.630.000 1.778.990.000 1.122.790.000
NO
KET
363 364 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409 410 411 412 413 414 415 416 417 418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435 436
3 4 5 XXVI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 XXVII 1 2 3 4 5 6 7 8 XXVIII 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 XXIX 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 XXX 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 XXXI 1 2 3
DAERAH Kab. Polewali Mandar Kab. Mamasa Kab. Mamuju Utara Provinsi Sulawesi Tenggara Kab. Buton Kab. Konawe Kab. Kolaka Kab. Muna Kota Kendari Kota Bau-bau Kab. Konawe Selatan Kab. Bombana Kab. Wakatobi Kab. Kolaka Utara Kab. Konawe Utara Kab. Buton Utara Provinsi Bali Kab. Bangli Kab. Buleleng Kab. Gianyar Kab. Jembrana Kab. Karangasem Kab. Klungkung Kab. Tabanan Kota Denpasar Provinsi Nusa Tenggara Barat Kab. Bima Kab. Dompu Kab. Lombok Barat Kab. Lombok Tengah Kab. Lombok Timur Kab. Sumbawa Kota Mataram Kota Bima Kab. Sumbawa Barat Kab. Lombok Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur Kab. Alor Kab. Belu Kab. Ende Kab. Flores Timur Kab. Kupang Kab. Lembata Kab. Manggarai Kab. Ngada Kab. Sikka Kab. Sumba Barat Kab. Sumba Timur Kab. Timor Tengah Selatan Kab. Timor Tengah Utara Kota Kupang Kab. Rote Ndao Kab. Manggarai Barat Kab. Nagekeo Kab. Sumba Barat Daya Kab. Sumba Tengah Kab. Manggarai Timur Kab. Sabu Raijua Provinsi Maluku Kab. Maluku Tenggara Barat Kab. Maluku Tengah Kab. Maluku Tenggara Kab. Buru Kota Ambon Kab. Seram Bagian Barat Kab. Seram Bagian Timur Kab. Kepulauan Aru Kota Tual Kab. Maluku Barat Daya Kab. Buru Selatan Provinsi Maluku Utara Kab. Halmahera Tengah Kab. Halmahera Barat Kota Ternate
ALOKASI
ALOKASI
ALOKASI
PELAYANAN KESEHATAN DASAR
PELAYANAN KEFARMASIAN
PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
2.898.530.000 2.933.680.000 4.057.230.000 4.211.450.000 2.639.650.000 3.405.760.000 5.295.510.000 2.033.060.000 2.826.040.000 4.380.400.000 4.122.700.000 3.014.370.000 3.097.280.000 2.131.030.000 1.962.610.000 2.193.390.000 2.619.570.000 1.757.940.000 1.792.030.000 2.085.600.000 2.299.050.000 2.113.570.000 2.824.210.000 2.606.020.000 2.153.830.000 2.004.350.000 3.882.550.000 1.995.680.000 2.350.220.000 1.875.970.000 2.393.630.000 1.748.330.000 2.920.630.000 3.025.990.000 3.734.480.000 3.523.310.000 4.534.660.000 2.136.570.000 3.415.920.000 2.616.250.000 3.422.250.000 3.341.210.000 2.366.380.000 4.175.780.000 3.750.200.000 2.507.960.000 2.456.470.000 3.052.030.000 3.351.410.000 2.382.220.000 3.629.910.000 2.973.350.000 2.286.430.000 3.368.680.000 4.478.960.000 4.158.660.000 3.059.230.000 2.866.740.000 3.128.960.000 4.960.610.000 2.507.720.000 2.544.780.000 4.779.150.000 3.609.140.000 4.564.430.000 4.013.110.000 3.254.010.000
1.960.770.000 1.566.470.000 1.314.410.000 2.067.300.000 1.845.840.000 1.940.220.000 1.797.170.000 1.914.630.000 2.074.250.000 1.394.390.000 1.889.850.000 1.734.980.000 1.299.370.000 1.505.700.000 1.514.930.000 1.694.200.000 1.052.710.000 1.148.000.000 1.966.350.000 1.837.510.000 1.274.950.000 1.734.380.000 1.663.280.000 1.570.650.000 2.291.800.000 1.941.190.000 2.490.970.000 3.188.750.000 5.061.040.000 1.456.080.000 2.129.700.000 1.339.800.000 1.523.960.000 1.454.130.000 1.820.320.000 1.929.720.000 2.610.240.000 2.006.810.000 2.455.970.000 2.133.820.000 2.054.040.000 1.939.180.000 1.880.960.000 1.635.670.000 1.667.640.000 1.525.550.000 2.059.360.000 1.972.660.000 1.516.330.000 1.513.250.000 1.971.980.000 1.687.190.000 2.561.170.000 1.574.090.000 1.927.400.000 1.882.150.000 3.542.890.000 2.254.370.000 2.942.140.000 1.812.490.000 1.528.990.000 2.117.270.000 1.695.330.000 1.740.820.000 2.119.080.000 1.340.420.000 2.146.680.000 1.274.170.000 2.130.110.000 1.482.140.000 1.988.030.000 2.006.150.000
1.332.750.000 1.394.180.000 1.232.840.000 2.837.760.000 1.968.030.000 1.522.910.000 1.344.890.000 1.361.650.000 1.187.610.000 3.269.500.000 1.679.390.000 2.171.400.000 1.285.490.000 1.998.010.000 1.254.270.000 2.241.120.000 1.865.560.000 1.232.930.000 1.820.760.000 1.329.480.000 1.401.380.000 1.467.070.000 1.400.220.000 1.825.820.000 1.987.860.000 3.832.610.000 1.867.650.000 1.295.880.000 1.517.850.000 1.590.600.000 1.190.970.000 1.342.940.000 2.072.780.000 1.107.280.000 1.039.440.000 5.023.060.000 2.628.470.000 1.779.150.000 1.297.490.000 3.668.760.000 1.271.370.000 1.633.240.000 1.540.780.000 1.378.010.000 1.366.840.000 2.194.960.000 1.482.610.000 1.581.400.000 1.381.440.000 2.147.740.000 1.839.120.000 2.479.520.000 5.338.030.000 2.010.860.000 2.377.880.000 2.043.180.000 1.298.710.000 1.914.330.000 1.596.960.000 1.838.550.000 1.801.050.000 4.161.600.000 2.238.140.000 1.520.880.000 -
NO
KET
437 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 457 458 459 460 461 462 463 464 465 466 467 468 469 470 471 472 473 474 475 476 477 478 479 480 481 482 483 484
4 5 6 7 8 9 XXXII 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 XXXIII 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
ALOKASI
ALOKASI
ALOKASI
DAERAH
PELAYANAN KESEHATAN DASAR
PELAYANAN KEFARMASIAN
PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
Kab. Halmahera Timur Kota Tidore Kepulauan Kab. Kepulauan Sula Kab. Halmahera Selatan Kab. Halmahera Utara Kab. Pulau Morotai Provinsi Papua Kab. Biak Numfor Kab. Jayapura Kab. Jayawijaya Kab. Merauke Kab. Mimika Kab. Nabire Kab. Paniai Kab. Puncak Jaya Kab. Kepulauan Yapen Kota Jayapura Kab. Sarmi Kab. Keerom Kab. Yahukimo Kab. Pegunungan Bintang Kab. Tolikara Kab. Boven Digoel Kab. Mappi Kab. Asmat Kab. Waropen Kab. Supiori Kab. Mamberamo Raya Kab. Mamberamo Tengah Kab. Yalimo Kab. Lanny Jaya Kab. Nduga Kab. Puncak Kab. Dogiyai Kab. Intan Jaya Kab. Deiyai Provinsi Papua Barat Kab. Sorong Kab. Manokwari Kab. Fakfak Kota Sorong Kab. Sorong Selatan Kab. Raja Ampat Kab. Teluk Bintuni Kab. Teluk Wondama Kab. Kaimana Kab. Maybrat Kab. Tambrauw
3.942.740.000 2.350.750.000 4.798.510.000 3.852.290.000 3.758.380.000 3.796.370.000 5.445.030.000 2.741.600.000 5.900.640.000 7.267.460.000 2.628.310.000 3.933.130.000 3.813.050.000 6.467.220.000 5.045.270.000 4.212.680.000 6.596.210.000 4.046.900.000 4.563.160.000 7.433.080.000 11.398.820.000 3.476.050.000 5.039.570.000 4.861.540.000 3.805.430.000 5.146.160.000 4.842.620.000 6.475.840.000 7.753.110.000 7.941.250.000 9.038.860.000 6.155.190.000 3.991.020.000 10.011.370.000 4.137.360.000 2.756.820.000 3.986.060.000 3.955.620.000 2.432.850.000 3.687.180.000 4.837.010.000 3.891.600.000 3.812.730.000 3.390.200.000 5.788.030.000 3.329.740.000
1.338.030.000 1.603.790.000 2.080.720.000 1.454.720.000 1.611.730.000 1.845.030.000 5.050.490.000 2.363.390.000 1.878.850.000 2.918.560.000 3.044.890.000 2.836.460.000 2.412.850.000 2.913.470.000 3.914.470.000 2.262.310.000 2.351.650.000 2.498.650.000 2.140.370.000 3.305.610.000 3.168.260.000 4.670.940.000 1.659.760.000 2.213.600.000 1.784.920.000 1.555.910.000 1.718.630.000 1.883.190.000 2.937.570.000 3.641.510.000 2.874.120.000 4.453.990.000 3.537.470.000 2.880.540.000 4.131.130.000 2.616.140.000 2.532.720.000 1.358.850.000 1.968.330.000 2.783.960.000 2.325.930.000 1.404.810.000 2.790.140.000 1.481.090.000 1.313.070.000 1.463.470.000 2.658.300.000 2.299.700.000
1.704.540.000 2.486.340.000 2.694.450.000 1.581.510.000 1.789.810.000 1.996.950.000 12.030.780.000 1.786.230.000 1.501.980.000 3.404.480.000 3.250.050.000 2.324.740.000 1.934.910.000 3.064.670.000 5.837.860.000 2.988.790.000 2.303.870.000 2.350.910.000 6.710.550.000 2.132.570.000 1.780.890.000 3.013.140.000 3.221.880.000 3.639.540.000 2.708.650.000 2.237.530.000 2.587.060.000 1.653.490.000 1.511.670.000 1.591.970.000 2.164.220.000 1.452.280.000 2.115.990.000 2.962.250.000 -
418 2.994.267.943 1.251.604.000.000
438 2.378.276.256 1.041.685.000.000
372 1.764.576.075 656.422.300.000
28 2.107.142.857 59.000.000.000
26 4.661.103.846 121.188.700.000
466 2.361.984.979 1.100.685.000.000
398 1.953.796.482 777.611.000.000
Jumlah Kab/Kota Rata-rata Alokasi Jumlah Total Alokasi Jumlah Provinsi Rata-rata Alokasi Jumlah Total Alokasi Total Daerah Rata-rata nasional Jumlah Total Nasional
418 2.994.267.943 1.251.604.000.000