Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
WIRAUSAHAWAN SEBAGAI PENGGERAK UTAMA PEMBANGUNAN EKONOMI P. Julius F. Nagel Faculty Business Widya Mandala Catholic University Surabaya Email:
[email protected]
ABSTRAK Pembangunan ekonomi yang cepat akan menyebabkan adanya penurunan nilai (degradasi) terhadap sumber daya alam dan lingkungan. Dari tahun ke tahun masalah pangan menjadi masalah krusial. Apalagi dengan jumlah penduduk dunia yang terus bertambah pesat, kebutuhan pangan tentunya akan ikut meningkat. Namun dengan adanya pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat, tidak selamanya persediaan pangan akan mencukupi kebutuhan pokok. Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran, Bandung, Ina Primiana membenarkan sejak awal petani memang dibiarkan sendirian. Akibatnya, kehidupan petani rentan dan marjinal. Untuk mengantarkan petani agar berpartisipasi dan mendapatkan keuntungan dalam ekonomi global diperlukan adanya pemberdayaan (empowerment) dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan (enterpreneurship). Pemberdayaan petani sudah barang tentu harus dilakukan secara bertahap. Pemberdayaan dapat dilakukan antara lain dengan menstimulasi munculnya jiwa kewirausahaan di antara para petani kecil. Untuk lebih memajukan agroindustri di Indonesia, sebagai pelaku bisnis agroindustri harus mampu mengatasi masalah atau problem di sektor ini. Masalah yang harus diselesaikan pertama kali adalah peningkatan SDM bagi para pelaku UMKM di sektor agroindustri. Hal ini dapat dilakukan dengan cara penyuluhan dari pemerintah tentang prospek UMKM agroindutri di Indonesia, sehingga semakin banyak masyarakat yang ingin dan bersemangat untuk terjun di sektor ini. Selain itu, pemerintah dan instansi yang terkait harus menumbuhkan jiwa entrepreneurship bagi para pelaku UMKM agroindustri. Sehingga pelaku UMKM ini dapat menjadi pengusaha yang tangguh dan memiliki motivasi untuk mengembangkan usahanya. Kata kunci: pembangunan ekonomi, pemberdayaan, kewirausahaan, agroindustri PENDAHULUAN Dari tahun ke tahun masalah pangan menjadi masalah krusial. Apalagi dengan jumlah penduduk dunia yang terus bertambah pesat, kebutuhan pangan tentunya akan ikut meningkat. Pangan sebagai kebutuhan pokok manusia semestinya tersedia di tempat yang diperlukan. Kecukupan pangan harus meliputi jumlah yang mencukupi, mutu yang layak keamanan untuk dikonsumsi dan harga yang terjangkau. Namun dengan adanya pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat, tidak selamanya persediaan pangan akan mencukupi kebutuhan pokok. Dalam waktu 35 tahun, jumlah penduduk Indonesia naik dua kali lipat. Apabila pada tahun 2000 jumlah penduduk di Indonesia sebanyak 210 juta jiwa, diperkirakan pada 2035 akan mencapai 400 juta jiwa. Dari ilustrasi tersebut, dapat dibayangkan tingginya ketersediaan pangan yang harus disediakan untuk memenuhi ratusan juta nyawa itu. Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Kemiskinan petani di Indonesia diperparah dengan kondisi lahan pertanian yang semakin menyempit. Banyak petani tidak memiliki lahan pertanian. Mereka menjadi buruh yang hasil kerjanya tidak pernah dinilai. Sebab para tengkulak sebagai pembeli hasil pangan dari petani, membeli dengan harga sangat murah. Tidak ada hitungan untuk upah kerja. Kebijakan sektor pangan di Indonesia selalu dikaitkan dengan kebijakan dengan harga bahan bakar minyak, distribusi produksi, dan pengembangan pangan. Namun pemerintah terkesan belum memiliki politik pangan yang mapan. Ditambah lagi utang Negara cukup besar dengan penduduk yang banyak, yang turut memengaruhi kondisi ketersediaan pangan nasional. Seharusnya Indonesia menjadi Negara eksportir pangan dunia, bila dilihat potensi sumber daya manusia dan alamnya. Apalagi di jaman sekarang, sektor pangan pun harus bisa menjawab tantangan besar di bidang pertanian. Mulai dari peningkatan produksi, kualitas produk, penganekaragaman produk, peningkatan daya saing, diversifikasi produk kearah produk akhir, hingga perluasan pasar. Bila tantangan itu bisa dijawab, maka membangun kemandirian di bidang pangan akan mudah dilaksanakan. Kemandirian pangan akan berhasil bila ketersediaan dan aksesibilitas benih, pupuk, dan mekanisasi pertanian diterapkan. Dunia pertanian juga harus menggalakkan diversifikasi pangan, sehingga kebutuhan pangan tidak tergantung pada tanaman pangan tunggal seperti padi. Teknologi dan inovasi di sektor pangan juga dibutuhkan. Transfer teknologi pertanian maju kepada para petani harus digiatkan untuk memajukan sektor pertanian nasional. Lembaga riset di Indonesia harusnya berlomba-lomba menciptakan inovasi di sektor pertanian. (Muchtadi, 2011). PERMASALAHAN Mateus Krivo “Penggerak Lumbung”. Kasus gizi buruk, kematian ibu melahirkan, kematian anak di bawah usia lima tahun, yang akhirnya bermuara pada rendahnya sumber daya manusia, terus menimpa warga Nusa Tenggara Timur. Persoalan memprihatinkan tersebut selalu mendominasi masalah kemanusiaan di daerah itu, dari tahun ke tahun. Dua tahun terakhir ini, kasus-kasus itu mulai teratasi. (Kompas, 16 – 02 – 2012). Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran, Bandung, Ina Primiana membenarkan sejak awal petani memang dibiarkan sendirian. Akibatnya, kehidupan petani rentan dan marjinal. Menurut Ina, tak ada kesamaan visi dan langkah antar lembaga untuk mengembangkan usaha pertanian. “Tak heran muncul pertanyaan di mana Kementerian Pertanian saat kapabilitas petani rendah?” ungkap Ina. Pemerintah kurang menyentuh kemampuan dan pengetahuan petani untuk mengembangkan diversifikasi produk, meningkatkan produktivitas, dan penguatan kelembagaan petani. Oleh karena itu, menurut Ina, harus ada pembagian wewenang secara jelas agar ada keterpaduan rantai pasok dari hulu ke hilir. (Kompas, 30 – 03 – 2012). Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
Petani Tetap Merugi, Harga Gabah Terus Anjlok. Jakarta, Kompas – Di tengah panen padi di banyak tempat yang membaik, petani ternyata tetap merugi. Kondisi ini akibat harga gabah yang dilaporkan terus anjlok, kualitas gabah yang turun akibat hujan masih turun saat panen, dan rantai penjualan yang tidak menguntungkan. (Kompas, 28 – 02 – 2012). Petani Cemaskan Panen Akhir Maret. Subang, Kompas – Sejumlah petani mencemaskan anjloknya harga gabah pada puncak panen musim tanam 2011/2012 yang diperkirakan terjadi akhir Maret 2012. Selain kecenderungan penurunan yang mulai terjadi saat ini, anjloknya harga juga dikhawatirkan terjadi karena panen relatif serempak. (Kompas, 25 – 02 – 2012). Harga Beras Berangsur Turun, Petani Minta Jaminan. Subang, Kompas – Harga gabah kering panen di Kabupaten Subang, Jawa Barat, berangsur turun dari Rp 4.700 menjadi Rp 4.000 per kilogram dalam sebulan terakhir. Selain karena guyuran hujan, penurunan itu dinilai turut dipicu meluasnya area panen padi. (Kompas, 23 – 02 – 2012). Produksi Jadi Prioritas, Anggaran Harus Diarahkan pada Peningkatan Pangan. Sragen, Kompas – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginginkan peningkatan produksi pangan menjadi prioritas bangsa. Untuk itu, perhatian, program, dan anggaran harus diarahkan untuk mencapai peningkatan produksi pangan tersebut. (Kompas, 28 – 02 – 2012). Dana Lumbung Pangan Tersedot Pilkada. Madiun, Kompas – Dana bergulir untuk penguatan cadangan pangan penduduk dan melindungi petani dari keterpurukan akibat jatuhnya harga gabah setiap kali musim panen raya di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, terkendala. Anggaran untuk program itu tersedot untuk pemilihan kepala daerah. (Kompas, 12 – 03 – 2012). Surplus Beras 2014 Terancam Gagal. Jakarta, Kompas – Target kemandirian pangan dengan surplus beras nasional minimal 10 juta ton per tahun akhir tahun 2014 sulit tercapai. Berbagai kendala menghadang. Hal ini antara lain didasarkan pada prediksi iklim yang menyebutkan, tahun 2013 merupakan tahun El Nino, yang menyebabkan kekeringan. Antisipasi menghadapi ancaman itu diperlukan. Harga Jagung Anjlok, Pemerintah Diminta Tekan Impor. Jakarta, Kompas – Para petani jagung mengeluhkan rendahnya harga jual jagung saat ini. Anjloknya harga jagung petani juga sebagai dampak kebijakan pemerintah yang selalu bertentangan dengan petani. Saat ini, petani butuh perlindungan harga. (Kompas, 05 – 03 – 2012). Petani Tolak Jagung Impor, Pemkab Brebes Mulai Kendalikan Bawang Impor. Bandar Lampung, Kompas – Sekitar 2.700 petani dari beberapa daerah di Lampung berunjuk rasa, Kamis (15/3), menolak kebijakan impor jagung yang dinilai ikut menjatuhkan harga jual jagung lokal. Petani juga mengeluhkan kelangkaan pupuk bersubsidi membuat biaya produksi membengkak. (Kompas, 06 – 03 – 2012). Demikian paparan dalam seminar yang diselenggarakan Masyarakat Hidrologi Indonesia di Jakarta, Selasa (20/3). Seminar itu menyambut Hari Air Dunia pada 22 Maret, yang bertema “Adaptasi Perubahan Iklim dan Bencana terhadap Ketahanan Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Pangan Dalam Rangka Pencapaian Target Surplus Beras 10 Juta Ton Tahun 2014”. Hari Air Dunia tahun 2012 bertema “Water and Food Security”. (Kompas, 22 – 03 – 2012). Impor Beras 2,25 Juta Ton, Perum Bulog Diprediksi Tak Mampu Penuhi Target. Jakarta, Kompas – Perum Bulog tahun ini diprediksi tidak akan mampu memenuhi target pengadaan beras dari produksi dalam negeri sebanyak 4,5 juta ton. Sekalipun impor beras bukan sebuah keinginan, kebutuhan beras impor tahun 2012 diperkirakan sekitar 2,25 juta ton. (Kompas, 28 – 03 – 2012). METODE PENELITIAN Metode riset sekunder (secondary research) menggunakan data riset yang telah dikumpulkan oleh orang lain dan dilaporkan dalam buku, artikel dalam jurnal profesional, atau sumber dari internet. PEMBAHASAN Menurut (Nagel, 2011) Pembangunan ekonomi yang cepat akan menyebabkan adanya penurunan nilai (degradasi) terhadap sumber daya alam dan lingkungan. Kerusakan terhadap sumber daya alam tersebut dapat berupa perusakan/penggundulan hutan (deforestation), daerah aliran sungai (watershed), kehilangan keragaman biologi (biodiversity), erosi yang berlebihan, kerusakan yang dicirikan oleh meluasnya padang alang-alang, kelebihan tangkapan ikan (overfishing), ikan mati akibat pemupukan berat dan residu pestisida dan pencemaran air oleh zat-zat kimia yang berbahaya. Saptana et al. (1995) dalam Dewi et al. (1999) mengemukakan bahwa kerusakan sumber daya alam dan lingkungan yang disebabkan oleh: Sistem ekonomi yang salah arus sehingga menghasilkan keragaman yang buruk (bad economy), dan keadaan ekonomi yang buruk ditimbulkan oleh kebijaksanaan pemerintah yang salah arah (government failure), terutama berkaitan dengan distorsi dalam ekonomi pasar. Distorsi tersebut kemudian menimbulkan terjadinya isyaratisyarat harga pasar yang salah (flase proce signal) kepada produsen dan konsumen, sehingga kejadian tersebut mengarah mislokasi sumber daya yang tidak efisien berupa kemubasiran dalam pemanfaatan sumber daya alam tersebut. Sumber daya alam sebagai hak milik bersama (common property resources), dimana hak pemilikannya (property right) tidak jelas yang cenderung untuk tidak dihargai sehingga cenderung terjadi eksploitasi sumber daya alam. Kondisi rawan pangan biasa terjadi September-Januari. Pada masa ini, Krivo selalu melakukan pemantaun ke desa-desa. Jika terjadi puncak rawan pangan, dia mengantisipasinya dengan berbagai kegiatan, termasuk memanfaatkan air embung tersisa serta menanam sayur dan kacang-kacangan. “Sayur dan kacang-kacangan sangat cepat tumbuh dan dipanen. Dua jenis tanaman ini sangat membantu warga untuk keluar dari tekanan paceklik yang biasanya berakhir dengan gizi buruk dan kematian,” papar Krivo. Berkat upaya Krivo dan kawan-kawan, sejak 2010-2011 tidak ada kasus rawam pangan atau gizi buruk di desa-desa binaan itu. Petani kelompok binaan tersebut sangat Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
kompak. Mereka saling memberi informasi mengenai perkembangan harga hasil pertanian di pasar-pasar. Krivo juga mendorong desa-desa yang sukses untuk memotivasi desa-desa binaan lain yang belum sukses melalui informasi dan contoh nyata . Jaringan ke pasarpasar terdekat juga dibangun. Para petani didorong mendayagunakan bibit lokal. Bibit ini lebih tahan terhadap serangan hama karena sesuai dengan karakter tanah, iklim, dan cuaca ketimbang bibit dari luar. “Kami juga dorong mereka mengembangkan pupuk organik sendiri. Pupuk jenis ini mudah didapatkan. Mereka tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli pupuk dari pedagang,” katanya. (Kompas, 16 – 02 – 2012). Perbaiki Nasib Petani, Banjarnegara Kembangkan Mina Padi. Banjarnegara, Kompas – Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, menyiapkan lahan pertanian seluas 80 hektar untuk percontohan program mina padi. Pola penanaman padi yang dilakukan bersama dengan pemeliharaan ikan di lahan yang sama itu ditargetkan mampu meningkatkan produktivitas padi hingga 30 persen. Kepala Bidang Perikanan pada Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan, Kabupaten Banjarnegara, Totok Setya Winarno, Selasa (6/3), mengatakan, lahan seluas 80 hektar disiapkan di Desa Mertasari, Kecamatan Purwanegara. “Lahan tersebut kami uji coba untuk mendukung program Gerakan Sejuta Hektar Mina Padi (Gentanadi) yang dicanangkan Kementerian Kelautan dan Perikanan,” ungkapnya. (Kompas, 07 – 03 – 2012). Petani Siasati Serangan Hama, Wereng Bisa Turunkan Produksi Gabah 20 – 30 Persen. Kudus, Kompas – Petani di sejumlah daerah mencoba menyiasati serangan tikus, wereng, dan jamur yang menyerang tanaman padi mereka. Di Demak dan Kudus, Jawa Tengah, petani memagari persemaian dengan plastik Adapun di Banyuwangi, Jawa Timur, petani menyemprotkan fungisida. (Kompas, 18 – 02 – 2012). “Setiap membeli hasil petani lokal, sama dengan membangun kemandirian pangan dan menyejahterakan petani.”. Rifda Ammarina, Direktur Utama PT Puteri Cahaya Kharisma, Event Organizer Performax, perempuan di balik penyelenggaraan Agrinex Expo. Pada tahun 2005, di usia 40 tahun Rifda bersama Asep Saefudin selaku Wakil Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) saat itu menggagas penyelenggaraan event yang bisa mengangkat berbagai hal terkait agribisnis sekaligus mempromosikan IPB. Maret 2007 dengan dukungan Sandiago Uno dan Michael Sampoerna lewat sponsorship Sampoerna Agro, Agrinex Expo pertama kali digelar dan Rifda, mantan anggota Majelis Wali Amanah (MWA) IPB dan senior Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), menjadi ketua panitia hingga Agrinex Expo ke-6 tahun 2012. Dalam usia Performax 10 tahun, Performax sudah menyelenggarakan banyak event besar di lebih dari 13 provinsi dan memegang berbagai rekor MURI. Semua event Performax dari event olahraga lomba lari 10K, Borobudur 10K, Bali 10K, Gema Nusa, Jakarta 10K, Indonesia 10K serentak di tujuh Kota, Gerhan, Ekowisata, conference international. Selain itu, besok bersama Institut Pertanian Bogor (IPB) didukung Kementerian Pertanian dan Yayasan Coop Indonesia akan menggelar 6th Agrinex Expo. Pada September nanti bersama Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Performax juga Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
akan menggelar 3rd IHBF Expo, pameran khusus produk Halal dan Bisnis Syariah. (Kompas, 29 – 03 – 2012). Petani Akui Ada Keuntungan, Gerakan Kerja Sama Korporasi Perlu Diperluas. Purwakarta, Kompas – Petani di Purwakarta, Jawa Barat berharap gerakan peningkatan produksi pangan berbasis korporasi diperluas. Selain menyumbang produksi pangan, program tersebut juga menambah pendapatan bagi petani berlahan sempit dan petani penggarap. (Kompas, 26 – 05 – 2012). Sisa hasil pertanian merupakan bahan bagus untuk membuat pupuk organik. SMK Negeri 2 Metro, Lampung, yang jeli melihat peluang ini, membuat mesin pencacah sampah dan alat pembuat kompos untuk memanfaatkan sampah organik sisa panen. Oleh Ester Lince Napitupulu. (Kompas, 03 – 09 – 2012). Pemberdayaan dan Kewirausahaan Petani Kecil. Bertolak dari keadaan yang telah dikemukakan, untuk mengantarkan petani agar berpartisipasi dan mendapatkan keuntungan dalam ekonomi global diperlukan adanya pemberdayaan (empowerment) dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan (enterpreneurship). Dalam hubungannya dengan pemberdayaan, Friedman (1992 dalam Molo, 1999) mengatakan bahwa rumah tangga memiliki tiga macam kekuatan: sosial, politik, dan psikologis. Kekuatan sosial menyangkut akses terhadap dasar-dasar produksi, termasuk informasi, pengetahuan, dan keterampilan, partisipasi dalam organisasi sosial, dan sumber-sumber keuangan. Jika ekonomi rumah tangga meningkatkan aksesnya pada dasar-dasar produksi, boleh diharapkan kemampuannya dalam menentukan tujuannya juga meningkat. Kekua tan psikologis direfleksikan dalam rasa memiliki potensi individu. Dalam hubungan ini peningkatan kemandirian dapat dicapai melalui pemherdayaan yang bersifat partisipatif. Artinya, untuk mencapai perubahan diperlukan partisipasi keluarga petani tanpa mengurangi esensi inisiatif program-program di atas. Pemberdayaan petani sudah barang tentu harus dilakukan secara bertahap. Pemberdayaan dapat dilakukan antara lain dengan menstimulasi munculnya jiwa kewirausahaan di antara para petani kecil. Menurut Schumpeter (dalam Molo, 1999) wirausahawan adalah penggerak utama pembangunan ekonomi, yang berfungsi untuk melakukan inovasi atau merancang kombinasi-kombinasi baru. Dengan keyakinan tersebut kita dapat berharap bahwa dengan merekayasa kewirausahaan di kalangan petani, mereka akan menjadi penggerak, dan bukan penerima pasif terhadap ide-ide pembangunan pertanian. Meredith et al., (dalam Molo, 1999) mengemukakan enam ciri dan sifat wirausaha, yaitu (1) percaya diri (mempunyai keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas yang optimis), (2) berorientasi pada tugas dan hasil (kebutuhan berprestasi, berorientasi untuk memperoleh laba, tekun dan tabah, memiliki tekad untuk bekerja keras, mempunyai motivasi kuat, energik, dan berinisiatit), (3) pengambil risiko (kemampuan mengambil risiko, suka pada tantangan), (4) kepemimpinan (bertingkah laku seperti pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain), (5) keorisinilan (inovatif dan kreatif, fleksibel, punya banyak sumber daya, serba bisa, berpengetahuan luas), dan (6) berorientasi ke masa depan (pandangan ke depan, perspektif). Sebagai usahawan para Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
petani juga diberi kesempatan untuk menghadapi berbagai risiko, termasuk di antaranya: risiko finansial (pendapatan dan modal) dan risiko moril. Terwujudnya ketahanan pangan akan tercermin atara lain dari ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup dan harga terjangkau oleh daya beli masyarakat, serta terwujudnya diversifikasi pangan baik dari sisi produksi maupun dari sisi konsumsi. Oleh karena itu, pembangunan di bidang pangan seharusnya diarahkan tidak hanya berorientasi pada beras namun juga komoditas sumber pangan pokok yang lain. Diversifikasi pangan mengandalkan bahan pangan lokal untuk menghasilkan pangan bergizi dan terjangkau, merupakan pilihan yang arif menuju terwujudnya kedaulatan pangan. Program penerapan iptek bagi masyarakat ini bertujuan untuk mengatasi rawan pangan dengan diversifikasi pangan berbasis sumber pangan lokal umbi-umbian. (Mildaryani, W. et.al. 2011) Untuk lebih memajukan agroindustri di Indonesia, sebagai pelaku bisnis agroindustri harus mampu mengatasi masalah atau problem di sektor ini. Masalah yang harus diselesaikan pertama kali adalah peningkatan SDM bagi para pelaku UMKM di sektor agroindustri. Hal ini dapat dilakukan dengan cara penyuluhan dari pemerintah tentang prospek UMKM agroindutri di Indonesia, sehingga semakin banyak masyarakat yang ingin dan bersemangat untuk terjun di sektor ini. Selain itu, pemerintah dan instansi yang terkait harus menumbuhkan jiwa entrepreneurship bagi para pelaku UMKM agroindustri. Sehingga pelaku UMKM ini dapat menjadi pengusaha yang tangguh dan memiliki motivasi untuk mengembangkan usahanya. Salah satu problem yang dihadapi oleh UMKM agroindustri adalah rendahnya mutu produk atau hasil akhir yang dihasilkan. Untuk mengatasai masalah ini kita harus memiliki standar mutu yang bisa diterima oleh pasar internasional. Apabila kita telah memiiki standar mutu produk yang bagus maka dapat dipastikan bahwa produk kita akan diterima oleh konsumen secara luas. Sebagai contohnya, buah mangga asal Probolinggo Jawa Timur sudah bisa Go Internasional ke pasar Singapura dan dijadikan makanan penutup (dessert) di hotel-hotel terkemuka di Singapura. Selain produk utama pertanian (sayur, buah, dll.) hasil sampingan dari agroindustri apabila memiliki kualitas yang baik juga merupakan komoditas ekspor. Contohnya adalah salah satu main product dari perusahaan kami yaitu Green Valley Fine Compost dan Black Gold yang telah berhasil menembus pasar Malaysia. Padahal pada hakikatnya, Green Valley Fine Compost adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran sapi yang merupakan hasil samping dari agroindustri bidang peternakan yang teah melalui dekomposisi yang sempurna. Sedangkan Black Gold adalah pupuk kompos berbentuk granule (butiran) yang berbahan dasar Green Valley Fine Compost yang telah mengalami penambahan mineral dan unsur hara yang bermanfaat bagi tanaman. Apabila kita melakukan telaah yang lebih mendalam, maka keuntungan yang diperoleh dari mengolah hasil sampingan dari limbah agroindustri akan lebih besar dari main product yang berupa hasil pertanian tersebut. (Soeharto, 2011) Krisno (2011) dalam Purnawanto (2011) menyatakan bahwa produksi beras yang cenderung stagnan pada dekade terakhir ini, terjadi sebagai akibat dari beberapa hal antara lain: 1. Laju peningkatan produktivitas usaha tani padi semakin kecil karena Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
perkembangan teknologi produksi padi mengalami kejenuhan. 2. Keterbatasan anggaran pemerintah, sehingga tidak mampu melakukan perluasan areal irigasi dan pemberian subsidi input produksi kepada petani, dan 3. Konversi lahan pertanian terutama di Jawa ke pegunungan non sawah. Berdasarkan beberapa permasalahan tersebut di atas, kebijakan diversifikasi konsumsi pangan dipandang masih tetap diperlukan. Selain peningkatan kualitas SDM, dampak positif dari kebijakan diversifikasi konsumsi pangan antara lain memperkuat ketahanan pangan Indonesia, meningkatkan pendapatan petani dan agroindustri pangan serta menghemat devisa Negara. Manfaat diversifikasi pangan. Menurut Krisno (2011) dalam Purnawanto (2011), diversifikasi pangan masih perlu ditetapkan mengingat manfaatnya bukan saja pada peningkatan kualitas SDM, tetapi juga memiliki dampak positif sebagai berikut: a. memperkuat ketahanan pangan. Masalah ketahanan pangan menjadi isu penting akhir-akhir ini baik di dalam negeri atau di dunia internasional. Oleh karena itu upaya menurunkan peranan beras, dan menggantikannya dengan jenis pangan lain menjadi penting dilakukan dalam rangka menjaga ketahanan pangan dalam jangka panjang. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan mengembangkan dan mengintroduksi bahan pangan alternative pengganti beras yang berharga murah dan memiliki kandungan gizi yang tidak jauh berbeda dengan beras. b. Meningkatkan pendapatan petani dan agroindustri pangan. Peran sektor pertanian yang utama adalah sebagaipenyedia pangan bagi penduduk. Jenis komoditas pangan yang dihasilkan oleh sektor petanian akan sangat tergantung dari pola konsumsi masyarakat. Pelaksanaan diversifikasi pangan secara bertahap akan mengubah pola produksi pertanian di tingkat petani (diversifikasi produksi pertanian) petani akan memproduksi komoditas yang banyak dibutuhkan oleh konsumen dan yang memiliki harga cukup tinggi. Kondisi ini akan membawa dampak pad peningkatan pendapatan petani. Mereka tidak lagi tergantung pada komoditas padi sebagai sumber pendapatan usaha taninya, tetapi dapat mencoba tanaman lain yang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi. c. Menghemat devisa Negara. Produksi beras Indonesia jauh tertinggal dari permintaan dan nampak semakin fluktuatif selama dasawarsa 90 an. Akibatnya, ketergantungan Indonesia akan beras impor juga semakin besar. Keberhasilan diversifikasi pangan tidak saja akan memperkuat ketahanan pangan masyarakat tetapi juga kan bermanfaat bagi penghematan devisa Negara, yang berarti juga meringankan beban keuangan Negara. (Purnawanto, Agus Mulyadi. 2011) Alam itu sangat kompleks, kerjanya tidak bisa diatur. Beberapa inovasi tampaknya untung dan logis, namun dalam banyak hal kita belum tahu. Dengan Revolusi Hijau memang ada beberapa peningkatan, seperti bibit, pupuk, dan mesin, tetapi bila dalam aplikasinya kurang bijaksana tentu akan menimbulkan ketidakseimbangan ekosistem. Usaha manusia untuk memperoleh bahan makanan yang berasal dari tanaman sebanyak mungkin dilakukan dengan berbagai usaha. Sayangnya, setiap tindakan yang dilakukan manusia tidak selalu baik akibatnya, baik secara ekonomi, ekologi, maupun sosial. Bioteknologi pada pertanian dikembangkan sebagai cara untuk memperbaiki kualitas tanaman dengan modifikasi gen. Mendasarkan Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
anggapan, manusia diciptakan oleh Allah memiliki tugas panggilan dan tanggung jawab untuk memelihara planet bumi ini dengan segala isinya. Konsekuensi atas pilihan di muka adalah akan merevisi atau mengubah paradigma lama tentang pengelolaan usaha pertanian yang selama ini berlaku dan menciptakan paradigma baru sesuai dengan prinsi-prinsip pengelolaan usaha pertanian. Ilmu dan teknologi yang dikembangkan dan dipelajari, isi kurikulum berikut silabusnya, dan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dunia pendidikan pertanian harus bertumpu dan dibangun berdasarkan paradigma baru, yaitu usaha pertanian sebagai tugas panggilan Allah kepada manusia yang harus dipertanggungjawabkan. KESIMPULAN Usaha manusia untuk memperoleh bahan makanan yang berasal dari tanaman sebanyak mungkin dilakukan dengan berbagai usaha. Sayangnya, setiap tindakan yang dilakukan manusia tidak selalu baik akibatnya, baik secara ekonomi, ekologi, maupun sosial. Untuk mengantarkan petani agar berpartisipasi dan mendapatkan keuntungan dalam ekonomi global diperlukan adanya pemberdayaan (empowerment) dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan (enterpreneurship). Pemberdayaan petani sudah barang tentu harus dilakukan secara bertahap. Pemberdayaan dapat dilakukan antara lain dengan menstimulasi munculnya jiwa kewirausahaan di antara para petani kecil. Untuk lebih memajukan agroindustri di Indonesia, sebagai pelaku bisnis agroindustri harus mampu mengatasi masalah atau problem di sektor ini. Masalah yang harus diselesaikan pertama kali adalah peningkatan SDM bagi para pelaku UMKM di sektor agroindustri. Hal ini dapat dilakukan dengan cara penyuluhan dari pemerintah tentang prospek UMKM agroindutri di Indonesia, sehingga semakin banyak masyarakat yang ingin dan bersemangat untuk terjun di sektor ini. Selain itu, pemerintah dan instansi yang terkait harus menumbuhkan jiwa entrepreneurship bagi para pelaku UMKM agroindustri. Sehingga pelaku UMKM ini dapat menjadi pengusaha yang tangguh dan memiliki motivasi untuk mengembangkan usahanya. DAFTAR PUSTAKA http://requestartikel.com/pertanian-dalam-globalisasi 201105851.html?utm_source=twitterfeed&utm_medium=twitter (diakses tanggal 13 Mei 2012 pukul 13.30) Kompas, 03 – 09 – 2012 Kompas, 05 – 03 – 2012 Kompas, 06 – 03 – 2012 Kompas, 07 – 03 – 2012 Kompas, 12 – 03 – 2012 Kompas, 16 – 02 – 2012 Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Kompas, 16 – 02 – 2012 Kompas, 18 – 02 – 2012 Kompas, 22 – 03 – 2012 Kompas, 23 – 02 – 2012 Kompas, 25 – 02 – 2012 Kompas, 26 – 05 – 2012 Kompas, 28 – 02 – 2012 Kompas, 28 – 02 – 2012 Kompas, 28 – 03 – 2012 Kompas, 29 – 03 – 2012 Kompas, 30 – 03 – 2012 Mildaryani, W. et.al. 2011. Diversifikasi Pangan Sebagai Solusi Mengatasi Rawan Pangan. Dalam prosiding Revitalisasi Peran UMKM Dalam Pembangunan Melalui Penguatan Sektor Agroindustri yang diselenggarakan oleh Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2011. ISBN 978 – 602 – 19392-0-8 Muchtadi, R.Tien. 2011. Ketahanan Pangan dan Kebutuhan Indonesia. Dalam Media Iptek “akrab dan berwawasan” (Media Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi edisi 03/Mei – Juni 2011). Nagel, P. Julius F. 2011. Membangun Agroindustri Berkelanjutan Tinjauan Etis. Dalam prosiding Revitalisasi Peran UMKM Dalam Pembangunan Melalui Penguatan Sektor Agroindustri yang diselenggarakan oleh Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2011. ISBN 978 – 602 – 19392 – 0 – 8 Purnawanto, Agus Mulyadi. 2011. Diversifikasi Pangan Melalui Agroindustri Jagung Guna Meningkatkan Asupan Gizi Masyarakat. Dalam prosiding Revitalisasi Peran UMKM Dalam Pembangunan Melalui Penguatan Sektor Agroindustri yang diselenggarakan oleh Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2011. ISBN 978 – 602 – 19392 – 0 – 8 Soeharto. 2011. Peluang UMKM di Sektor Agroindusti. Dalam prosiding Revitalisasi Peran UMKM Dalam Pembangunan Melalui Penguatan Sektor Agroindustri yang diselenggarakan oleh Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2011. ISBN 978 – 602 – 19392 – 0 – 8
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012