WHAT IF DUA KITAB SUCI TERBESAR DIPERBANDINGKAN SESAMANYA?
oleh: Ram Kampas Al-Quran adalah kitab suci umat Islam yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan malaikat Jibril. Diturunkan dalam bahasa Arab yang jelas. Al-Quran adalah kitab yang paling unik dalam arti kata tidak ada contoh serupa yang pernah ada didunia. Ia dianggap mencakup segala kebaikan, dan memberi petunjuk kepada jalan yang paling lurus, serta mencakup semua hal yang akan membahagiakan dan menyelamatkan manusia dari kegelapan, menuju cahaya. Allah berfirman: "(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji" (Ibrahim: 1). Kitab ini akan terus menjadi “mukjizat” dari segi keindahan bahasa, syariat, ilmu pengetahuan, sejarah dan lain sebagainya. Sampai Allah mengambil kembali bumi dan yang ada di dalamnya, tidak akan terdapat sedikitpun penyelewengan dan perobahan terhadapnya, sebagai bukti akan kebenaran firman Allah: "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran, dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya" (Al-Hijr: 9). "(Inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu" (Huud: 1). Al Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur (cicilan) sesuai dengan peristiwa yang terjadi. Keseluruhannya terturun 6240 ayat selama 23 tahun kenabian Muhammad (rata-rata matematikal adalah kurang dari 1 ayat per hari!). Ia dianggap oleh setiap Muslim sebagai buku suci yang lurus, dan mujizat yang paling sempurna didunia, seolaholah Kitab-kitab Allah yang lain tidak suci dan bukan mujizat! Hanya Al-Quran yang dipercaya setiap kata dan hurufnya adalah total wahyu yang tidak mengandung kelemahan, perbenturan, inkonsistensi atau kesalahan terkecilpun. Sebab Muslim percaya bahwa ia bukan ditulis oleh manusia, tetapi sepenuhnya telah tergores di Lauhul Mahfudz disisi Allah sejak semula tanpa awalnya, sama-sama merupakan entitas kekekalan bersama Allah. Tetapi dengan postulasi ini, tidakkah entitas Allah dan Firman Allah yang sama-sama kekal itu tetap berbeda dalam “Dzat-Nya” yang mana akan menentang balik azaz Tauhid? Dimata orang Muslim, Quran adalah wahyu Allah yang penghabisan diturunkan kedunia. Ia adalah manifesto final dari kehendak Allah bagi umat manusia. Kalau dulu ia diturunkan ditanah Israel khusus bagi kaum Israel dan belum lengkap, kini ia diturunkan ditanah Arab bagi seluruh orang dunia, dengan sastra tertinggi dan tak tertandingi. Kalau dulu Taurat dan Injil hanya terbatas cakupannya, kini Quran datang sebagai wahyu penutup dan penyempurna risalah yang dibawa oleh semua nabi-nabi sebelumnya. Risalah yang diturunkan secara langsung, tanpa cacat atau kekurangan dan kelemahan, tanpa pertentangan serta tidak ada keraguan didalamnya. Itu sebabnya Quran tidak boleh diragu-kan dan dipertanyakan, kecuali ditaati. Ia wajib dibaca oleh setiap umat untuk mendapatkan pahalanya yang luar biasa. Diriwayatkan oleh ibnu Masud yang berkata, “Rasul saw. bersabda: "Barang siapa membaca satu huruf dari Alquran, maka ia akan memperoleh kebaikan. Kebaikan itu berlipat sepuluh kali. Aku tidak mengatakan, Alif Laam Miim satu huruf, akan tetapi, Alif adalah huruf, Lam huruf, dan Mim huruf. (H. R. Tirmizi. Nomor:3075)
Ia adalah Kalam Allah yang dinuzulkan kedunia oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad pada malam kemuliaan lailatul qadar. Tidak ada kebengkokan didalamnya. Tidak ada kebatilan dihadapannya maupun dibelakangnya, sebab ia diturunkan dari Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. Quran satu-satunya yang menyatakan dirinya bersih dari keraguan (la rayba fihi), dan dijamin keseluruhannya (wa inna lahu la-hafizun). Ia adalah petunjuk jalan dan pengukur segala kebenaran bagi yang pernah dan yang akan muncul dimuka bumi. Quran diklaim pula sebagai kitab satu-satunya yang bertahan mengatasi segala peneropong-an mikroskopis dan teleskopis sekaligus. Ia menghadapkan dua wajah yang berbeda bagi yang taat dan yang melecehinya, sebab “Quran adalah hujjah (dalil) bagimu atau hujjah (penuntut) bagimu”. Akhirnya, ialah sebagai “filling all the gaps and correcting all the errors”.... Itulah antara lain penggambaran Quran yang sering didengungkan, yang sering kita dengar dan baca. Dengan peyakinan yang begitu muluk dan mutlak untuk Quran, ia sebaliknya juga telah ditempatkan sebagai entitas non-dunia yang paling rawan. Sebab dengan penempatan ini Quran bukan hanya menerima kehormatan tertinggi, tetapi juga tanggung jawab tertinggi untuk membukti dirinya “noltoleran” terhadap cacat semikron-pun, baik dalam bentuk maupun isinya. Satu kesalahan (atau kelemahan) saja, cukup menggugurkan seluruh Al-Quran sebagai wahyu mutlak surgawi dari Allah SWT! Sayangnya Muslim tidak pernah sungguh-sungguh membuktikan hal ini kecuali menslogan-kannya. Sebagai salah satu contoh terkecil seperti diatas, walau ditegaskan bahwa wahyu diturunkan dalam bahasa Arab yang jelas agar orangorang dapat memahaminya (Qs. 26:195, 16:103, 12:2 dll), namun ternyata Allah swt tidak persis menepati janjiNya seperti yang manusia pahami. Ada banyak kata-kata Al-Quran dimana nabi Muhammad dan umat Islam tidak bisa mengklaim itu adalah berasal dari bahasa Arab, seperti Alif, Laam, Miim, Thaa, Sin, Kaaf, Haa, Yaa dst yang tak diketahui apa artinya dan untuk apa ia diturunkan! Juga kata Firdaus (Persia), Adam (Accadia), Tabut (Abessynia), zakat (Syria), Injil (berasal dari kata “euaggelion” Yunani) dll.
Contoh terbesar dari kelemahan Al-Quran adalah terfaktanya dekrit khalifah Utsman yang diakui oleh setiap ulama Muslim bahwa semua pemilik naskah-wahyu diharuskan untuk memusnahkan seluruh koleksinya dalam bentuk apapun: “Utsman mengirim kepada setiap propinsi satu kitab yang telah mereka salin, dan memerintahkan agar semua naskah Quran selainnya, dalam bentuk fragmen maupun yang lengkap, harus dibakar semua.” (HS.Bukhari VI, p.479; Tafsir Tabari I, p.20)
Dengan demikian, Muslim sesungguhnya samasekali tidak memiliki mushaf Al-Al-Quran surgawi seperti yang didengungkannya. Sebab yang dari surga seharusnya dishahih-kan oleh Muhammad seorang, sebagai penanggung jawab final untuk setiap Sura, ayat, kata, ucap lafal dengan titik dan komanya serta urut susunannya, demi memenuhi klaim ‘WAHYU LANGSUNG’ yang mutlak dari surga! Namun kenyataannya Quran tidak dinyatakan sebagai FINAL, sebelum dipaksakan final oleh dekrit Khalifah Utsman (seperti Hadis Bukhari yang dikutip diatas), sekitar tahun 30 H. Yaitu lewat pergumulan penyusunan ulang lepasan-lepasan ayat yang berhasil dicari, dikumpulkan, diurutkan (tanpa menurut kronologi turunnya ayat, melainkan diurutkan acak berdasarkan panjangnya setiap Surat) dan disahhih-kan oleh Utsman dan teman-temannya, sambil menolak dan memusnahkan mushaf atau naskah Quran selainnya hasil koleksi para sahabat Nabi. Padahal mushaf dan naskah selainnya (khususnya mushaf paling primer dari Ali bin Abi Talib dan Ibn Mas’ud, Ubay ibn Ka’b dll yang berlainan dengan mushaf Utsmani) adalah kumpulan ayat-ayat paling awal yang dicatat dari mulut Muhammad sendiri dan yang tidak pernah dipersalahkan oleh siapapun (Hadis Bukhari V, p. 96, 97). Dan 70 Sura yang dibacakan Ibn Mas’ud dihadapan Muhammad, justru tak ada satupun yang dikoreksikan oleh Nabi (Hadis Muslim IV, p.1312, dan 1313). Dekrit yang beralaskan kekuasaan dan bukan keshahihan itulah yang memicu luka terbuka hingga sampai hari ini dalam perselisihan diantara Islam Shiah terhadap Sunni. Muslim perlu menyimak-nya secara lebih kritis dari pelbagai sumber sejarah rekonstruksi AlQuran, demi tidak tersihir dalam sejarah yang sudah “didandani”.
Sering disodorkan bahwa Al-Quran itu wahyu terakhir dari satu Allah yang sama dengan Tuhan Yahweh Israel. Dan sebagai yang terakhir, Quran diklaim berisikan kelanjutan wahyu yang paling lengkap dan sempurna dari semua wahyu yang ada sebelumnya. Heran, kenapa orang Yahudi tidak secuilpun melihatnya datang dari Tuhan yang sama. Lebih heran lagi, orang Nasrani -- ketika hubungannya masih baik-baik dengan Muslim -- juga berposisi seperti Yahudi terhadap Quran, walau mereka justru yang dimusuhi/ dianiaya oleh Yahudi! Akhirnya Al-Quran diklaim sebagai self-sufficient dalam dirinya, sekaligus melengkapi dan mengkoreksi wahyu yang selainnya! Kalau begitu, kenapa pula Muhammad membenarkan Alkitab berpuluh kali, bahkan beliau diperintahkan Allah untuk berkonsultasi dengan orangorang yang membaca Alkitab (sura 10:94, 16:43)? Agar lebih terang dan komprehensif, maka kita jejerkan disini perbedaan perbedaan pokok dan kontras diantara Al-Quran dengan Alkitab. Perenungan terhadap ringkasan padat dari skema perbandingan ini akan memberikan pencerahan yang sangat berguna perihal KEOTENTIKAN wahyu Tuhan!
ALQURAN
ALKITAB
Ditulis dari sumber 1 orang 40 orang Hanya 1 kitab, terdiri atas 114 66 kitab Surat Diturunkan dalam 23 tahun
Dalam kurun 1.500-an tahun
Ditulis dalam radius 500 km
Dalam radius 5.000 km
Ditulis dalam 1 budaya Arab
Multi budaya: Israel, Babylon, Asyria, Mesir, Yunani, Romawi, dll.
Hanya bahasa Arab. Diluar Alkitab asli ditulis dalam bahasa bahasa Arab, tak ada Ibrani dan Yunani. Ia welcome Quran,melainkan Tafsir Al-Quran. dalam segala bentuk bahasa
Quran diklaim ditulis dalam bahasa Arab yang Murni dan jelas, (namun ternyata banyak yang tidak murni Arab, mis. firdaus, zakat, injil, Isa, dll dan bahkan tidak diketahui apa artinya alif, laam, miim, dll).
dunia, sebab tidak ada bahasa surga didunia ini; yang penting isi, makna, dan pesan Tuhan tidak nyeleweng.
Volume, 18% Alkitab (lebih tipis Volume 100% dari P.Baru) Berisi sekitar 6.240 ayat
Berisi 41.173 ayat
Semua ayat adalah hasil tuturan 1 orang yang mengklaim tanpa disertai bukti/saksi mata. Dengan kata lain Muhammad menyaksikan “wahyunya” Muhammad sendiri, tanpa ada kuasa adikodrati yang meneguhkannya.
Setiap isi kitab adalah hasil pengilhaman dalam lingkup kuasa Tuhan (Roh Tuhan, malaikat, nubuat, mujizat) yang betul-betul disaksikan oleh para saksi mata.
Allah berbicara dan menurunkan wahyu-Nya dalam 23 tahun menurut urut waktu. Ayat-ayat dicatat dan dikumpulkan oleh masing-masing sahabat Nabi secara lepas-lepas diatas tulang, kayu, daun, batu, ingatan dll. Jumlah isi dan ayat-ayat kumpulan masing-masing berbeda. Selama hidupnya, Muhammad sendiri tidak mengumpulkannya dan tidak mengesahkan naskah Al-Quran manapun. Setelah kematian beliau, ayat-ayat tsb baru terasa harus dikumpulkan dan disusun seperti aslinya diturunkan.
Pengilhaman Alkitab tidak terjadi menurut ayat perayat lepas yang kacau, melainkan menurut apa adanya message yang disampaikan. Praktis disajikan menurut kronologi dalam untaian zaman ribuan tahun, mulai dari penciptaan jagad raya hingga akhir zaman. Alkitab dibagi menurut Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Namun para sahabat Nabi hanya bisa menghasilkan susunan unitunit ayat secara acak walau harus dikumpulkan berulangkali (pertama oleh Abu Bakar, lalu diulang oleh Utsman). Referensi kronologi telah hilang dalam keacakan. Belakangan Muslim hanya mampu mengidentifikasi dan mengurutnya secara umum menurut Surat Makkiyah dan Madaniyah. Setelah ayat-ayat terkumpul oleh Utsman (khalifah ke-3) dalam mushafnya, maka didekritkannyalah bahwa semua naskah Quran yang lain (sekalipun paling primer), diharuskan untuk dibakar habis (HS.Bukhari VI, p.479), tanpa dinyatakan apa salah/kekurangannya naskahnaskah tsb. Mushaf Utsmani inilah yang disahkan oleh Utsman sebagai Quran asli persis seperti keaslian “Quran surgawi”. Inilah pengesahan yang “mewakili” Muhammad IN ABSENTIA. (Islam Shiah menyesalkan pembakaran naskah Ali bin Abi Thalib, dan menuduh tindakan Utsman cs sebagai ilegal).
Hanya para musuh kafir yang membakar Alkitab. Dari dulu hingga kinipun. Namun tak ada Alkitab yang sengaja dibakar oleh orang Kristen sendiri demi menghilangkan sebuah kebenaran sejarah. Semua kitab apokrif tetap dibiarkan exist untuk diperbandingkan.
Susunan acak diperparah karena sisipan ayat-ayat susulan yang diberlakukan oleh Nabi (tauqifi Nabi), disamping perintah
Tak ada kekacauan, keacakan, sisipan atau penyusulan ayat yang satu terhadap yang lain dalam. Setiap kitab praktis
Utsman kelak untuk menyusun urutan Surat berdasarkan panjangnya. Ini berakibat kacaunya seluruh susunan Quran, mis. wahyu pertama ditempatkan sebagai Surat ke96. Itupun hanya 5 ayat pertamanya, kemudian disusul oleh Sura 74. Sebaliknya, wahyu terakhir Quran adalah Surat 5:3 dan bukan terletak diakhir Surat 5; atau-setidaknya terletak diakhir Surat yang paling akhir diturunkan (yaitu Sura 9). Lihat Muqaddimah Surat Yunus, dimana 3 ayat Medinah disisipkan ke batang tubuh Surat Yunus ini yang telah terturun sebelum-nya di Mekah! Ini semua telah terkacau oleh tangan-tangan manusia, dan sekaligus menampik sifat Allah yang rapi, terperinci dan Mahateliti (Surat 11:1).
tersusun baik dalam lembaran tulisan, bukan disusun dari lepasan ayat per ayat yang ditulis diatas kepingan-kepingan lepas, yang kelak bisa dicomot dan disisipkan kepelbagai kitab lainnya.
Tidak ada rujukan tempat dan lokasi. Kisah diberitakan dalam ruang kosong. Dimana Zakharia tinggal? Kemana Maryam larikan dirinya ketimur? Israa’ kemana persisnya? Tak ada kata Yerusalem dalam Quran, apalagi Betlehem. Bahkan tak disebutkan nama anak Ibrahim sebagai anak yang mau dikurbankan. Sumber tidak otentik sehingga memungkinkan praktek pencocokan belakangan. (Mis.
Mencantumkan waktu dan tempat yang spesifik, dimana berguna untuk menunjuk-kan keotentikan, atau untuk pembuktian, verifikasi dan validasi secara lurus tanpa usaha-usaha pencocokan. Sekaligus meneguhkan kebenaran yang hendak diujikan orang.
Kisah-kisah dalam Hadis yang dicocokkan kemudian demi “mendukung” Muhammad/Quran, seperti kisah Jibril perkenalkan diri, mujizat Muhammad, dll). Tidak utuh, harus dilengkapi oleh Utuh, lengkap, pengajaran, Hadis, bahkan perlu penjelasan moral etika, hikmat, hukum dan otoritatif /konfirmatif dari Alkitab jalan, keselamatan yang pasti. (10:94, 16:43) Didiktekan kata per kata lewat perantara “Ruh”. Siapa dan apa itu Ruh tidak dipahami (Q.17:85), tetapi kemudian ia dianggap sebagai “Jibril”, sipembawa wahyu, bahkan disamakan dengan “Ruhulqudus” secara spekulatif.
Disuarakan atau diilhamkan langsung oleh Tuhan Elohim/ Roh Kudus sendiri tanpa perantara. Alkitab dengan jelas membedakan Roh Kudus (Rohnya Yahweh) dengan Gabriel, ciptaanNya.
Nama pribadi Tuhan Al-Quran adalah ALLAH, dan nama asli Yahweh tidak pernah muncul sekalipun. Tidak ada bukti dan dokumentasi apapun akan existensi Allah SWT ini.
Nama pribadi Tuhan Alkitab adalah YAHWEH (sedangkan Allah adalah terjemahan kata God atau Elohim dalam Alkitab bahasa Arab). Existensi Tuhan Alkitab ditampilkan dalam pelbagai perjalanan sejarah kenabian.
Allah tidak mengasihi para kafir, musyirik, Yahudi dan Nasrani, melainkan harus dimusuhi/ dikerasi/ dilaknati/ diperangi/ ditawan/ dipancung/ dibunuh (4:76, 89, 91, 144; 2:190-3; 5:51; 8:12, 39, 60, 67, 73, 123; 9:5, 14, 29, 30; 22:19-22; 33:61; 47:4; 66:9; 98:6 dll. dll). Allah menyesatkan siapa yang
Elohim mengasihi manusia (berdosa) dengan kasih tanpa syarat (Roma 5:8, Matius 9:13). KasihNya besar mengatasi langit (Mazmur 108:5), dan itu dibuktikan-Nya (bukan slogan) dengan mengurbankan diri-Nya. Yaitu menyerahkan Yesus Sang Putera untuk membayar harga penebusan kematian kita yang
Dia kehendaki, dan memberi sudah dinscayakan karena dosapetunjuk kepada siapa yang Dia dosa kita (upah dosa ialah maut, kehendaki (14:4). Roma 6:23). Allah adalah sebesar-besar “Tuhan Yahweh tidak berdusta” penipu daya (Khairul Maakiriin) (Titus 1-2) Dan “Yahweh tidak (Sura 3:54). Ia mendustakan mungkin berdusta” (Ibrani 6:18) sosok Isa dengan seorang yang diserupakan Isa, sehingga tertipulah seluruh manusia (4:157-158), paling tidak hingga Allah akhirnya mengungkapkan sendiri penipuan-Nya lewat Muhammad diabad ke-7! Pemilik dan pembawa wahyuNya -Allah dan Jibril-tidak memperkenalkan diri dalam wahyu-Nya, melainkan muncul dadakan dan acak tanpa definisi, sehingga keotentikan jati-diriNya amat sumir. Kenapa nama pribadi YAHWEH yang bersifat kekal itu berubah menjadi ALLAH tidak dijelaskan. Sementara itu, nama Jibril juga muncul secara misterius, hanya 3x disebut diseluruh Quran, belasan tahun setelah “perkenalan” (tanpa nama) dengan Muhammad (Sura 2:97, 98 dan 66:4).
Muhammad tidak bertemu atau bicara
Yahweh dan Gabriel memperkenalkan diriNya dalam kemunculan/ manifestasi pribadiNya sendiri: “Aku adalah Aku… Yahweh, Elohim leluhurmu, Elohim Abraham, Elohim Ishak dan Elohim Yakub… itulah namaKu untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turuntemurun” (Kel.3:14-15)… Sedangkan malaikatNya memperkenalkan jati-dirinya dan membuktikannya dengan disertai mujizat dan nubuat: “Akulah Gabriel, yang melayani Elohim dan aku telah diutus … untuk menyampaikan kabar baik ini…” (Luk.1:19). Seluruh kabar baik tsb adalah nubuat yang berisi mujizat, yaitu istri yang mandul tua akan langsung hamil!
pernah Semua dengan langsung
nabi-nabi dengan
berbicara Tuhannya
Allahnya. Tetapi Quran mengakui bahwa Allah berbicara dengan Musa dan Isa Al-Masih secara langsung (4:164; 5:110, 3:48, 55). Tidak ada penjelasan Allah dalam Al-Quran kenapa Dia sepertinya “mendiskriminasikan Nabi Terakhir”.
dalam keberadaannya (dalam bahasa ibunya). Sebab “Tuhan merindukan setiap orang mendengar Kabar Baik-Nya, dan mendapat kesempatan untuk me-response!”
Wahyu bersifat total monolog, satu arah dalam bahasa Arab. Walau sudah dalam bahasa Arab, tak ada relasi dan ruang tanyajawab antara Nabi dengan Allahnya. (Sebaliknya dalam salat, nabi/ umat Muslim dipercaya bisa bicara langsung dengan Allahnya asalkan dalam bahasa Arab). Dalam Al-Quran, Muhammad juga tidak sekalipun diberi kesempatan bertanya balik kepada Jibril, melainkan kepada Ahli Kitab (Surat 10:94).
Tuhan berbicara dengan manusia secara dialogis dan langsung. Dia mengadakan Perjanjian dengan nabi-nabi dan umatNya. Mereka dapat bertanya balik. Maria bertanya bebas kepada Malaikat: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Dan dia mendapatkan jawaban. Puncak keintiman dialog terjadi pada “turunnya” Firman Elohim sendiri dalam sosok Yesus Almasih, dan masuk dalam sejarah dialog manusia dengan Tuhannya.
“Wahyu” disampaikan kepada Disampaikan kepada hamba “Nabi” ketika belum hamba Tuhan yang amat mengetahui Allah (masih mengenal Tuhan Elohimnya. bingung, tidak tahu jalan, QS 93:7). “Wahyu” pertama digua Hira semula dikira disampaikan oleh setan. Diturunkan lewat kejadian/pengalaman yang mencekam, berat dan menyiksa sipenerimanya (terasa dicekik, dering lonceng ketelinga, nafas
Disampaikan secara damai, memberi kelepasan/lega. Tak ada nabi Tuhan yang FirmanNya disampaikan dengan cara-cara teror, terjajah, dan dikenakan
berat, terjatuh dengan bibir aniaya fisik. Tuhan gemetar. (Padahal Allah swt menterorkan nabiNya diyakini tak bermaksud diutusNya sendiri. menyusahkan Nabi, lihat surat 20:2) Tidak ada ayat universal yang dinyatakan sebagai Hukum (Yang) Paling Utama dari Al-Quran untuk kemanusiaan. Padahal Quran dikatakan sebagai kepanjangan Taurat dan Injil, dan penyempurna Firman. Quran tidak mempertanggung jawabkan kenapa ayat paling mulia tersebut dikosongkan dari HukumNya.
haram yang
Mempunyai universal Golden Rule, Hukum yang terutama: Hukum Kasih, dinyatakan paling penting dalam Taurat dan Injil: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Dan Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Matius 22: 37-40). Termasuk kitab Quran!
Sebaliknya, ada ayat “setan” bisa Murni, tak ada pewahyuan setan masuk kedalam mulut rasul yang bisa masuk dalam Alkitab untuk dituangkan kedalam Quran (Amsal 30:5) surgawi, walau kemudian dibersihkan Allah kembali (22:52-53, 53:19-20, 17:73-75) Walau sudah “dibersihkan”, Mulut Tuhan haram menirukan masih ada kalimat asli setan mulut setan dengan mengulang yang diucapkan Allah kembali ayat setan scara verbatim. untuk meniru-kannya secara verbatim, dan masuk nyelonong dalam kekudusan Quran (mis.8:48) Ayat-ayat dapat dibatalkan dan “Segala titah-Nya diganti dengan yang baru (Mzm111:7), bersifat
teguh” kekal,
(nasakh), yg dianggap lebih baik (2:106). Menjadikan Firman rancu dan tidak bisa dipegang. Firman Allah dinyatakan tidak kekal padahal semua sifat-sifat Allah adalah kekal! Akibatnya “Ayat-ayat merpati” yang diturunkan di Mekah boleh diganti oleh “ayat-ayat pedang” di Medinah, mengikuti perkembangan situasi dan kebutuhan Muhammad yang berubah.
seperti sifat diriNya yang kekal. Tuhan dan sifat-sifatNya selalu sama: dahulu, sekarang, dan selamanya. Tidak dikenal azaz “wahyu Tuhan Semesta meniadakan wahyu”. Wahyu adalah Konstitusi Surgawi yang kekal selamanya.
Quran di klaim sebagai mujizat terbesar. Taurat dan Injil tidak disebutkan sebagai mujizat. Tapi ternyata Quran tidak memuat apa-apa yang bersifat mujizat adikodrati, atau yang bersinggung-an langsung dengan kuasa Allah. [Sebaliknya Injil adalah setiap kata yang keluar dari mulut Isa (Kalimatullah), kapanpun itu diucapkan oleh Isa (19:30-34), tanpa usah tunggutunggu Jibril… Dan Taurat secara ajaib digores langsung oleh tangan Allah diatas loh batu/alwah, Qs.7:145. Itu semua menjadi bagian dari mujizat yang hebat]
Alkitab adalah Firman yang berotoritas ilahiah, sebab penuh dengan tanda dan nubuat yang mustahil namun tergenapi. Goresan jari tangan Tuhan diatas loh batu Taurat (Kitab Keluaran 31:18, 24:12) adalah tanda mujizatNya Taurat. Setiap ucapan Yesus (yang adalah Injil) seperti: “Jadilah!”, “Sembuh!” atau “Bangkitlah!” (dari kematian) dan benar terjadi seperti itu, adalah Firman yang penuh dengan kuasa mujizat.
Muhammad tidak bermujizat (Surat 13:7, 10:20 dll). Pembawa Quran samasekali bukanlah pembuat mujizat apapun, sama seperti pembawa
Pembawa Taurat dan Injil menunjukkan kuasa dalam bermujizat yang disaksikan dihadapan masa (Matius 9:29; Lukas 5:13). Alkitab berisi
Kitab-kitab sebelumnya juga tidak dinyatakan Allah swt sebagai pelaku mujizat. Pembuat mujizat adalah mereka yang menghadirkan mujizat supranatural yang ditampakkan langsung kehadapan orang lain demi memuliakan Tuhan dan meneguhkan iman.
ratusan mujizat dan nubuat adikodrati yang terbukti/ terjadi. Tak ada cara untuk menolak bukti seperti ini. Ia otomatis harus dianggap mujizat ilahi dan dipercaya.
Quran hanya berisi list tentang mujizat Isa, tapi mengosongkan setting dan latar belakang maksud dan tujuan Isa setiap bermujizat. Maka Muslim pembaca Quran tidak mendapat petunjuk akan seberapa kasih dan kuasanya Isa ketika Ia menyembuhkan seseorang. Quran justru menepis kuasa mujizat Isa dan mengatakan itu datangnya hanya karena izin Allah semata.
Alkitab menjelaskan mujizat Yesus dengan segala latar belakang yang menyertainya. Tak ada mujizatNya yang tak bertujuan. Ia juga menyatakan mujizatNya datang dari dalam diriNya sendiri: “Aku mau, jadilah engkau tahir” (Luk.5:13 dll), bukan hasil minta izin kepada Elohim (Yoh.5:21). Tidak ada permintaan izin khusus oleh Yesus kepada Bapa untuk menyatakan mujizatNya.
Berisi hanya 10 jenis mujizat Isa, tanpa keterangan apapun, sambil menafikan kematian dan kebangkitannya. Pengangkatan Isa kesurga disembunyikan diam-diam oleh Allah, sehingga semua orang tertipu (termasuk murid-murid dan ibunda Isa!) dengan sosok isa-isa-an yang diserupakan oleh Allah diatas kayu salib (4:157-158). Tak ada saksi mata, dan jauh dari mutawatir!
Mujizat strategis yang dikosongkan Quran dari Alkitab banyak sekali, misalnya: Yesus mengusir setan/roh jahat, berjalan diatas air tasik, menaklukkan badai dan gelombang, memberi makan 5000 orang laki-laki dewasa, mengubah air jadi anggur, membangkitkan diriNya dari kematian DAN mengangkat diriNya naik kesorga dengan disaksikan banyak orang secara mutawatir!
Allah Quran menamakan (menggantikan) Almasih itu ISA. Dan nama ini dikosongkan dari makna keilahian, bahkan kosong dari arti apapun!
Tuhan sendiri yang memberi nama Mesias itu YESUS (dari Yehosua), yaitu nama ILAHI yang berarti “Yahweh menyelamatkan”. Nama yang diberikan oleh Tuhan tidak tergantikan oleh siapapun. Apalagi kosong arti, dan tanpa alasan!
Quran menyatakan: Isa bukan Anak Allah, dalam pengertian “waladun” (anak,hasil kawinmawin biologis). “Maha Suci Allah dari mempunyai anak…”. “Bagamana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri” (Sura 4:171, 6:101). Padahal Quran juga menyatakan Isa tidak datang dari hasil biologis/ fisikal, melainkan spiritual: dari Kalimat Allah dan Ruh Allah (4:171).
Yesus adalah Anak Elohim! Anak dalam makna Super Spiritual, yaitu: Firman Elohim diturunkan oleh Roh Kudus kedalam Maria, yang menjadi manusia (Lukas 1:35, Yohanes 1:1-2,14). Karena melalui proses ‘kelahiran’, maka dibahasakanlah istilah “ANAK”. Jadi salah besarlah bila ada “wahyu” yang mengkaitkannya sebagai anak biologis, atau “Allah itu beranak atau diperanakkan!”
Yang difirmankan termasuk banyak kata-misterius spt AlifLaam-Mim dll. Disini Allah mewahyukan sesuatu yang mubazir, tak ada manusia dan jin yang tahu apa makna kata-kata mantra tsb.
Firman Tuhan untuk manusia. Tak ada satupun yang diucapkanNya kembali kepadaNya dengan sia-sia (Yesaya 55:11)
Al-Quran memproklamirkan Muhammad berkali-kali sebagai seorang pendosa, a.l. “Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan
Dimana-mana Yesus dinyatakan Kudus (Lukas 1:35, Yohanes 6:69 dll). Ia menantang Ahli Taurat dan kaum Farisi yang selalu mencari cari kesalahanNya: “Siapa-kah di antaramu
untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi” (Sura 40:55, 13:7). Sementara Isa dinyatakan sebagai Yang Suci (19:19), dan tidak pernah sekalipun minta pengampunan kepada Allah.
yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?” (Yohanes 8: 46). Yesus bukan hanya tanpa dosa, tetapi sekaligus berkuasa mengampuni dosa: "Hai anakKu, dosamu sudah diampuni!" (Markus 2:5).
Quran menantang orang untuk membuktikan kebenaran wahyunya. Tetapi substansi tantangannya tidak bersifat adikodrati, melainkan hanya insani, yaitu: (1).menantang menulis/membuat satu SSQ [Surat Semisal (sehebat) Quran, 0:38], atau (2).menantang untuk menemukan kontradiksi dalam Quran (4:82). (Kedua tantangan ini telah dipatahkan, namun Muslim amok sambil menuduh SSQ itu Quran palsu yang menghujat Islam)
Kebenaran Alkitab dan Yesus ditandai dengan sifat-sifat adikodrati. Maka tantangannya juga menyangkut aspek adikodrati yang tak mungkin bisa dipatahkan oleh mahkluk manapun: (1).tantangan bernubuat tepat (bukan ramalan umum/ trend), dan bermujizat secara adikodrati, terkenal dengan tantangan Tanda Nabi Yunus: "Rombak Bait Elohim ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali…”. Artinya, menantang siapapun yang dapat membangkitkan dirinya dari kematian, dan menubuat-kan hal itu terjadi pada hari ke-3. (2).tantangan membuktikan kekudusan: “Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?” (Yohanes 8: 46)
Dalam Al-Quran, Allah menjanjikan surga Muslimin, sebaliknya memastikan neraka
Tuhan Elohim menjanjikan sorga yang pasti bagi siapa yang percaya kepada Anak-Nya: “Karena begitu besar kasih
tidak bagi Allah bagi
mereka: “Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan” (19:71).
Elohim akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16)
Quran membenarkan Alkitab berpuluh kali, dan menyuruh manusia untuk mengimaninya. (Surat 2:41, 89, 91, 101, 136; 3:3; 4:136; 5: 43, 44, 46,47,48,68; 5:43,44,46,47,48,68; 6:92; 10:73, 94; 29:46; 32:23; 35:31; 46:30; 43:4;dll).
Sudah self-sufficient. Tidak membenarkan apa-apa yang bertentangan dengan Alkitab (Galatia 1: 8)