Wahana Fisika, 1(1), 2016, 54-76 http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
Hubungan Parameter Sifat Magnetik Dan Sifat Keteknikan Tanah Pada Tanah Residual Vulkanik (Studi Kasus Daerah Longsor Desa Langensari Kabupaten Bandung Barat) Mela Faridlah1, Adrin Tohari2, Mimin Iryanti1 1DepartemenPendidikan Fisika, FMIPA - UPI Jl. Setiabudi 229 Bandung 2Pusat Penelitian Geoteknologi- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPIBandung) Jl. Sangkuriang –Bandung e-mail :
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Penelitian mengenai karakteristik tanah residual vulkanik menggunakan metode magnetik dan metode geoteknik telah dilakukan pada lereng stabil dan lereng longsor yang berada di Desa Langensari Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran karakteristik suseptibilitas magnetik dan parameter keteknikan tanah residual vulkanik. Karakteristik geoteknik ditentukan melalui uji fisik berupa uji bobot isi, berat isi tanah basah, berat isi tanah kering, kadar air, derajat kejenuhan dan porositas, uji batas atterberg serta uji ukuran butir tanah.. Karakteristik magnetik
ditentukan melalui uji suseptibilitas magnetik
menggunakan Bartington MS2B (Magnetic Suseptibility System sensor B) dual frekuensi yaitu 470 Hz dan 4,7 kHz. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan nilai-nilai χLF (suseptibilitas frekuensi rendah)
dan χFD%
(suseptibilitas bergantung frekuensi) kearah horizon bagian atas profil tanah residual. Peningkatan nilai-nilai χLF dan χFD% ke arah horizon bagian atas
54 | Copyright © 2016, Wahana Fisika
Wahana Fisika, 1(1), 2016, 54-76 http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
merupakan karakteristik dari suseptibilitas magnetik.Dari hasil penelitian geoteknik dan magnetik didapatkan hasil jenis tanah residual vulkanik tersebut merupakan tanah lempung dengan mineral dominan yaitu Ilmenit. Hubungan antara parameter magnetik dan keteknikan tanah yaitu beberapa parameter keteknikan yang mempengaruhi sifat kemagnetan diantaranya berat isi tanah basah dan kadar air.
Kata kunci : tanah residual vulkanik, sifat keteknikan, sifat magnetik.
(Studi Kasus Daerah Longsor Desa Langensari Kabupaten Bandung Barat)
ABSTRACT Research on volcanic residual soil characteristics using magnetic methods and geotechnic methods was carried out on a stable slope and landslide slope are located in Langensari Lembang west Bandung, West Java Province. This study are intended to describe the characteristics of the magnetic susceptibility and residual volcanic soil engineering parameters. Geotechnical characteristics were determined by physical properties tests such as bulk density test, wet density, dry density, water content, degree of saturation and porosity, atterberg limit test and grain size distribution test. Magnetic characteristics were determined by magnetic suseptibility test using Bartington MS2B (Magnetic Suseptibility System sensor B) dual frequency are 470 Hz and 4,7 kHz. This research show the increased of value of χLF (low frequency susceptibility) and χFD% (frequency dependent susceptibility) towards the upper horizon of the residual soil profile. The increase of the value of χLF dan χFD% towards the upper horizon is the characteristic of magnetic susceptibility. The result of this research shows that the type of the volcanic residual soil is clay with Ilmenit as the dominant mineral. Relation between magnetic parameter and geotechnical parameter is some geothecnical parameters influence magnetic properties are wet density and water content.
55 | Copyright © 2016, Wahana Fisika
Wahana Fisika, 1(1), 2016, 54-76 http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
Keyword : volcanic residual soil, geotechnic properties and magnetic properties. hujan di atas normal, terutama pada
1. PENDAHULUAN Bencana longsor adalah salah satu bencana
alam
yang
sering
mengakibatkan kerugian harta benda maupun korban jiwa.Bencana alam tanah longsor dapat terjadi karena pola pemanfaatan lahan yang tidak mengikuti
kaidah
kelestarian
lingkungan, seperti gundulnya hutan sehingga infiltrasi air hujan berjalan lancar dan hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan bencana longsor.
Provinsi
Jawa
Barat
termasuk salah satu daerah yang sangat potensial terjadinya bencana tanah longsor. Hal ini disebabkan topografi sebagian besar wilayahnya yang
berbukit
dan
bergunung.
Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah di Provinsi Jawa Barat bulan Februari 2015
(
Badan
Geologi,
Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), di Kecamatan Lembang termasuk
zona
potensi
terjadi
gerakan tanah menengah sampai tinggi artinya pada daerah ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah
daerah
yang
berbatasan
dengan
lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan dan gerakan tanah lama dapat aktif kembali. Tanah adalah material alam yang perlu diketahui sifat-sifat fisik dan mekanik nya untuk analisis dan desain keteknikan, sehingga bidang geoteknik khususnya mengenai teori sangat
dibutuhkan
dalam
menganalisis tanah longsor tersebut. Selain keteknikan , metode magnetik juga dilakukan pada analisis tanah longsor.Beberapa penggunaan
dekade
metode
terakhir
kemagnetan
batuan pada tanah telah banyak digunakan untuk kajian kontaminasi tanah,
perubahan
iklim,
dan
pedogenesa pada tanah (Kapicka dkk, 2001; petrovsky
dkk, 2001;
Hanesch dkk, 2003; Maher dkk, 1999; Huliselan dan Bijaksana, 2006; Safiuddin
dkk,
2001;
Agustine,
2015). Kemagnetan batuan untuk kajian lingkungan dapat dilakukan karena mineral magnetik ditemukan
56 | Copyright © 2016, Wahana Fisika
Wahana Fisika, 1(1), 2016, 54-76 http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
di semua jenis lingkungan termasuk
informasi mengenai sifat magnetik
pada batuan, tanah sedimen, debu,
tanah
jaringan organik dan bahan buatan
daerah
manusia.Metode kemagnetan relatif
diketahui karakteristik tanah secara
mudah, murah, cepat, dan tida
fisik maka akan didapatkan jenis
merusak, sehingga dapat digunakan
tanah yang terdapat pada lokasi
untuk contoh yang banyak (Maher,
penelitian sehingga didapatkan jenis
1999). Penelitian ini dilakukan yaitu
mineral
untuk
gambaran
menentukan jenis tanaman yang
karakteristik tanah residual vulkanik
cocok ditanami pada mineral tanah
pada tanah lereng longsor dan lereng
tersebut.
memperoleh
dan sifat teknik tanah pada rawan
tanah
longsor.
yang
Dengan
dapat
stabil dengan mengetahui parameter keteknikan
dan
parameter
kemagnetan
tanah,
memperoleh
pola
suseptibilitas
Tanah residu vulkanik adalah tanah
magnetik terhadap ketinggian dan
hasil pelapukan batuan gunungapi
memperoleh
parameter
dan masih tertinggal diatas batuan
parameter
induk (in-situ). Beberapa istilah lain
kemagnetan tanah. Penelitian ini
yang sering dipakai adalah saprolit
dibatasi
(saphrolith),
gambaran
hubungan
keteknikan
serta
oleh
pengukuran
nilai
2. TEORI
tanah
volkanik
Suseptibilitas magnetik tanah dan uji
(volcanic soils), paleosol, dan mantel
keteknikan tanah di Laboratorium
pelapukan (weathered mantle). Jenny
Geomekanika dengan sampel tanah
(1941) dalam (Darmawijaya, 1980;
diambil dari lereng longsor dangkal
Widodo, 2006) menyebutkan bahwa
dan lereng stabil Desa Langensari
proses
Kabupaten Bandung Barat. Metode
dipengaruhi lima faktor yang bekerja
pengambilan
magnetik
sama dalam berbagai proses baik
menggunakan alat Bartington MS2B.
reaksi fisik maupun kimia, yaitu
Hasil
dapat
faktor iklim, bahan induk, topografi,
memberikan
waktu dan organisme. Tanah longsor
dari
digunakan
data
penelitian untuk
ini
pembentukan
tanah
57 | Copyright © 2016, Wahana Fisika
Wahana Fisika, 1(1), 2016, 54-76 http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
adalah suatu konsekuensi fenomena
batuan dibandingkan dengan metoda
dinamis
alam
untuk
mencapai
lain terlihat lebih ekonomis, cepat,
kondisi
baru
akibat
gangguan
mudah, dan non destruktif (Dearing
keseimbangan lereng yang terjadi,
dkk, 1999). Sifat kemagnetan pada
baik secara alamiah maupun akibat
tanah dikaji berdasarkan kandungan
ulah manusia (Anwar dkk, 2003).
mineral magnetik yang ada pada
Tanah longsor akan terjadi pada
material induk dan mineral-mineral
suatu lereng, jika
keadaan
lain yang terbentuk selama proses
yang
pedogenesa tanah tersebut. Material
menyebabkan terjadinya suatu proses
tanah induk dari tanah vulkanik tidak
mekanis, mengakibatkan sebagian
selalu berasal dari batuan kasar
dari lereng bergerak mengikuti gaya
karena
gravitasi, dan selanjutnya setelah
terbentuk
terjadi longsor lereng akan seimbang
vulkanik.
ada
ketidakseimbangan
atau stabil kembali. Jadi longsor merupakan pergerakan massa tanah atau
batuan
mengikuti
menuruni
gaya
gravitasi
lereng akibat
terganggunya kestabilan lereng.
untuk
dari
sebagian abu
atau
Parameter
suseptibilitas
digunakan
meliputi
suseptibilitas
besar debu
yang
parameter
magnetik
berbasis
massa. Suseptibilitas magnetik massa diperlihatkan pada persamaan1.
Kajian tentang pemanfaatan sifat kemagnetan
biasanya
𝜒=
mendeteksi
𝜅 𝑚3 𝜌( ) 𝑘𝑔
(1)
pencemaran lingkungan telah banyak digunakan mengingat
keunggulan
metoda ini yaitu lebih murah dan cepat (Liu dan Li, 2003; shilton dkk, 2005;
Agustine,
2015).Analisis
menggunakan metode kemagnetan Sifat
magnetik
pada
bahan
digolongkan menjadi lima, yaitu:
dimana rho merupakan rapat massa sampel (Maher, 2011). Pengukuran 𝜒 sangat memperhitungkan seberapa besar massa sampel yang akan diukur. ferromagnetik,
ferrimagnetik,
antiferromagnetik,
paramagnetik,
58 | Copyright © 2016, Wahana Fisika
Wahana Fisika, 1(1), 2016, 54-76 http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
dan diamagnetik (Dearing, 1999).
bergantung
spesifik
Nilai suseptibilitas magnetik yang
diperlihatkan pada Tabel 1.
massa
Tabel1 Parameter Magnetik Berbagai Macam Mineral Mineral
Volume
Mass
Js
susceptibility (10-6
susceptibility
(Am2/
SI)
(10-8 SI)
kg)
Magnetit
1.000.000-5.700.000
20.000-110.000
90-92
Hematit
500-40.000
10-760
0.4
Maghemit 2.000.000-2.500.000
40.000-50.000
70-80
Ilmenit
2.200-3.800.000
46-80.000
Pyrhotit
35-5.000
1-100
Pyrit
3.200.000
69.000
29
Geothit
1.100-12.000
26-280
<1
Sumber: (Hunt et al, 1995 dalam Aliyah, 2015) Selain
parameter
magnetik,
parameter
yang digunakan
peredaran udara dan pergerakan akar
pada
tanaman.Besar kecilnya nilai berat
penelitianini adalah parameter sifat
volume tanah dipengaruhi oleh berat
fisik ( keteknikan tanah) diantaranya
jenis partikel, susunan partikel dan
yaitu:
bahan organik. Pada umumnya berat volume tanah untuk tanah pertanian
1. Berat Isi Berat
volume
tanah
(Bulk
density) merupakan perbandingan berat tanah dengan volume total tanah.Berat volume tanah salah satu sifat
tanah
porositas
yang
tanah,
mempengaruhi pergerakan
air,
berkisar antara 1,1 – 1,6 g/cm3 ( Puja, 2008). 2. Berat Jenis Berat
jenis
partikel
adalah
perbandingan antara berat kering tanah dengan volume tanah (tidak termasuk pori yang terdapat di
59 | Copyright © 2016, Wahana Fisika
Wahana Fisika, 1(1), 2016, 54-76 http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
antara partikel), yang dinyatakan
antara
dalam gram persentimeter kubik.
1,50g/cm3. Penetapan berat jenis
Berat jenis partikel tanah-tanah
partikel
mineral umumnya berkisar antara
pergerakan partikel tanah dalam air,
2,60 sampai dengan 2,70 g/cm3,
laju pengendapan dan perhitungan
sedangkan
porositas tanah
bahan
berat
organik
jenis
partikel
tanah,
berkisar
3. Kadar Air air adalah
sejumlah air yang suatu
terkandung benda,
tanah), bebatuan,
dan
dan volume udara.
yang digunakan untuk menentukan Kadar air gravimetrik (𝑢).
bahan pertanian,
diekspresikan
dalam
rasio, dari 0 (kering total) hingga nilai jenuh air di mana semua pori Nilai nya bisa secara ataupun
gravimetrik
(massa), basis basah maupun basis kering.
𝑢=
𝑚𝑤
(3)
𝑚𝑡
dimana 𝑚𝑤 adalah
massa
air
dan 𝑚𝑡 adalah massa curah. Massa curah dapat dianggap sebagai massa total. Untuk mengubah kadar air gravimetrik
menjadi
volumetrik,
cukup kalikan kadar air gravimetrik dengan berat jenis dari bahan. 4. Porositas Porositas atau ruang pori tanah
Persamaan 2 merupakan rumus yang digunakan untuk menentukan Kadar air volumetrik (θ). 𝑉𝑤
𝜃=𝑉
𝑉𝑤 adalah
dan 𝑉𝑇 yaitu
total
adalah volume seluruh pori-pori dalam suatu volume tanah utuh, yang dinyatakan dalam persen. Porositas
(2)
terdiri dari ruang diantara partikel
volume air
pasir, debu dan liat serta ruang
𝑇
dimana
(Puja, 2008).
seperti
secara luas dalam bidang ilmiah dan
volumetrik
dalam
Persamaan 3 merupakan rumus
dan sebagainya. Kadar air digunakan
terisi air.
dipergunakan
dengan
di
tanah (yang disebut juga kelembaban
teknik
sampai
mencakup volume tanah, volume air,
Kadar
dalam
1,30
volume
yang
diantara
agregat-agregat
tanah.
Menurut ukuranya porositas tanah
60 | Copyright © 2016, Wahana Fisika
Wahana Fisika, 1(1), 2016, 54-76 http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
dikelompokkan ke dalam
ruang
porikapiler yang dapat menghambat
6. Batas Atterberg
pergerakan air menjadi pergerakan
Suatu hal yang penting pada
kapiler, dan ruang pori nonkapiler
tanah berbutir halus adalah sifat
yang dapat memberi kesempatan
plastisitasnya.Plastisitas disebabkan
pergerakan
oleh
udara
dan
perkolasi
adanya
secara cepat sehingga sering disebut
lempung
pori drainase (Puja, 2008).
plastisitas
Porositas
total
tanah
dapat
partikel
dalam
mineral
tanah.Istilah menggambarkan
kemampuan
tanah
dalam
perubahan
bentuk
dihitung dari data berat volume tanah
menyesuaikan
dan berat jenis partikel dengan
pada volume yang konstan tanpa
menggunakan persamaan 4.
retak-retak atau remuk (Hardiyatmo,
∅ = (1 −
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑝𝑎𝑟𝑖𝑘𝑒𝑙
) 100% (4)
5. Analisis Distribusi Ukuran Butir Distribusi ukuran butiran tanah telah digunakan sebagai dasar untuk menentukan
klasifikasi
dan
memprediksi perilaku tanah. Untuk partikel tanah yang tertahan saringan No. 200 (standard ASTM) umumnya dilakukan analisis saringan mekanis, sedangkan untuk butiran yang lolos
2006). Sukirman (1992) menyatakan bahwa tanah berbutir halus lebih ditentukan
oleh
sifat
plastisitas
tanahnya, sehingga pengelompokan tanah
berbutir
halus
dilakukan
berdasarkan ukuran butir dan sifat plastisitas
tanahnya.Tanah
berplastisitas tinggi mempunyai daya dukung yang kurang baik dan peka terhadap perubahan yang terjadi.
saringan tersebut digunakan analisis hidrometer .Metode alternatif untuk mengetahui distribusi ukuran butiran
3. METODE
halus menggunakan prinsip gaya
Penelitian
apung diperkenalkan oleh Bardet &
beberapa
Young (1997) dalam (Nurly, 2004).
sampel
ini dilakukan melalui tahap yaitu pengambilan tanah,
pengukuran
61 | Copyright © 2016, Wahana Fisika
Wahana Fisika, 1(1), 2016, 54-76 http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
suseptibilitas
magnetik
yaitu untuk pengujian keteknikan
Bartingtong
dan pengujian kemagnetan tanah.
MS2B, dan uji sampel keteknikan
Menurut Syarif (2000) Pengambilan
tanah di Laboratorium, ploting grafik
contoh
dan analisis grafik .
pengujian
Pengambilan Sampel Tanah
tanah
Pengambilan sampel tanah pada
terganggu dan tanah terganggu.
menggunakan
alat
tanah
dilakukan
laboratorium
yaitu
berupa
untuk
mekanika Tanah
tak
penelitian ini dibagi menjadi dua,
Gambar 1. Sampel tanah untuk uji keteknikan
Gambar 2. Sampel tanah untuk uji kemagnetan nilai Pengukuran
suseptibilitas
suseptibilitas
disebut
dengan
yang
didapat
suseptibilitas
magnetik
frekuensi tinggi (𝜒𝐻𝐹 ). Pengukuran
Pengukuran suseptibilitas magnetik
ini dimaksudkan untuk menghasilkan
biasanya menggunakan Bartington
suseptibilitas magnetik bergantung
MS2B susceptibility meter yang
frekuensi, 𝜒𝐹𝐷 (%). Perangkat lunak
bekerja pada dua frekuensi yaitu :
yang digunakan adalah software
470 Hz, nlai suseptibilitas yang
Mulitisus. Nilai 𝜒𝐿𝐹 berbasis massa
didapat disebut dengan suseptibilitas
menyatakan
konsentrasi
mineral
frekuensi rendah (𝜒𝐿𝐹 ) dan 4.7 kHz,
62 | Copyright © 2016, Wahana Fisika
Wahana Fisika, 1(1), 2016, 54-76 http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
magnetik
yang
terdapat
dalam
contoh.
(𝜒𝐹𝐷 (%) )
nya
Persamaan 5.
Uji Laboratorium Sampel Tanah 𝜒𝐹𝐷 = [
di Laboratorium GeoMekanik Setelah dilakukan pengambilan sampel
dilapangan
dilakukan
selanjutnya
pengukuran
di
laboratorium untuk mengukur bobot isi, bobot jenis partikel, porositas, kadar
air,
batas
atterberg
dan
distribusi butir tanah.
Nilai
suseptibilitas
(𝜒𝐿𝐹 ) dan nilai
suseptibilitas frekuensi tinggi (𝜒𝐻𝐹 ). Kemudian suseptibilitas
terlebih
dihitung
nilai
magnetik
rata-rata.
setiap dahulu
pengujian
magnetik,
𝜒𝐿𝐹 −𝜒𝐻𝐹 𝜒𝐿𝐹
] × 100 (5)
pengolahan
parameter
dilakukan
pengolahan
parameter keteknikan diantaranya: Berat Isi tanah, Berat Jenis tanah (SG),
Kadar
Air
dengan
menggunakan persamaan 2 dan 3, dengan
menggunakan
persamaan 4, distribusi ukuran butir
sampel
didapatkan berupa nilai suseptibilitas frekuensi rendah
Selain
Porositas
Perhitungan Data & Analisis
Untuk
menggunakan
sampel
dihitung standar
deviasi. Selanjutnya dihitung nilai
tanah menggunakan persamaan 6. Setelah itu dilakukan ploting grafik dari masing-masing parameter dan dilakukan analisis grafik. 𝑎
% Finer = 𝑅𝑐 × 𝑊 × 100% 𝑠
Pada
Gambar
3
di
(6) bawah
merupakan diagram alur penelitian.
suseptibilitas bergantung frekuensi
63 | Copyright © 2016, Wahana Fisika
Wahana Fisika, 1(1), 2016, 54-76 http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
Gambar 3 Diagram alur penelitian × 10−8 𝑚3 /𝑘𝑔, nilai suseptibilitas 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Data pada Gambar 4 suseptibilitas magnetik frekuensi rendah (𝜒𝑙𝑓 ) untuk sampel tanah di lereng stabil, menunjukkan
bahwa
nilai
suseptibilitas magnetik berkisar pada 339,8× 10−8 𝑚3 /𝑘𝑔
-
806,7
× 10−8 𝑚3 /𝑘𝑔, nilai suseptibilitas magnetik tersebut mengindikasikan bahwa mineral yang terkandung pada tanah tersebut adalah Ilmenit. Dan untuk sampel tanah pada
lereng
longsor menunjukkan bahwa nilai suseptibilitas magnetik berkisar pada 365,8× 10−8 𝑚3 /𝑘𝑔
–
tersebut
mengindikasikan
bahwa
mineral yang terkandung pada tanah tersebut
juga
Ilmenit.
termasuk Gambar
menunjukkan
mineral 4
bahwa
juga pola
suseptibilitas magnetik hampir sama antara sampel tanah lereng stabil dan lereng longsor, hanya beberapa
nilai
saja ada
suseptibilitas
magnetik pada lereng stabil yang terjadi
perbedaan
yang
cukup
signifikan dari lereng longsor. Dan jika
melihat
nilai
suseptibilitas
magnetik sampel tanah pada lereng longsor, nilai nya relatif dekat.
691,5
64 | Copyright © 2016, Wahana Fisika
Wahana Fisika, 1(1), 2016, 54-76 http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
1000 900 800
Ketinggian (cm)
700 600 500 400
300 200 100 0
0
500
1000 −8 SI) 3
Suseptibilitas Magnetik 𝜒( ×10 𝑚 /𝑘𝑔 𝑙𝑓 lereng stabil
lereng longsor
Gambar 4. Profil nilai suseptibilitas magnetik terhadap ketinggian Pola distribusi mineral magnetik
bergantung frekuensi terhadap nilai
yang tersebar pada tiap lapisan
suseptibilitas
ditampilkan
frekuensi
Distribusi
pada untuk
Gambar
5.
masing-masing
mengumpul
magnetik rendah
pada
cenderung
pada
kisaran
lapisan tidak memiliki posisi yang
suseptibilitas 600× 10−8 𝑚3 /𝑘𝑔 -
spesifik sehingga dapat dikatakan
800
bahwa masing-masing lapisan tidak
𝜒𝑓𝑑 berada
memiliki komposisi mineral yang
𝜒𝑓𝑑 menunjukkan dari bulir mineral
unik. Nilai suseptibilitas magnetik
yang terkandung pada sampel.
× 10−8 𝑚3 /𝑘𝑔 diatas
dengan 3.
Nilai
65 | Copyright © 2016, Wahana Fisika
Wahana Fisika, 1(1), 2016, 54-76 http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
7 longsor 6 stabil 5 χFD((%)
mixtures 4 3 2 1 0 0
500
1000
𝜒𝑙𝑓 ×10−8 𝑚3/𝑘𝑔
Gambar 5. Distribusi nilai 𝜒𝑙𝑓 (× 10−8 𝑚3 /𝑘𝑔) dengan 𝜒𝑓𝑑 (%) untuk sampel tanah lereng stabil dan lereng longsor
Hasil
penelitian
yang
diperoleh
Berat Isi Tanah Basah dan
menunjukkan bahwa sampel yang
Berat Isi Tanah Kering
bersifat
tidak
Berdasarkan hasil perhitungan
memiliki perbedaan yang berarti dari
dan penelitian didapatkan nilai
sampel tanah dari lereng yang terjadi
berat isi tanah basah pada tanah
longsor maupun tanah dari lereng
lereng stabil berkisar antara
yang stabil. Untuk sampel yang
1.397 gr/cm3 -1.627 gr/cm3 serta
bersifat alamiah , 𝜒𝑓𝑑 bertambah
pada
dengan tingginya 𝜒𝑙𝑓 .
berkisar antara 1.080 gr/cm3 -
alamiah
(tanah)
tanah
lereng
longsor
1.711 gr/cm3 dan berat isi tanah Selain hasil penelitian mengenai
kering pada tanah lereng stabil
kemagnetan,
berkisar antara 0.94 gr/cm3 –
didapatkan
hasil
pengukuran pada sifat fisik tanah
1.23 gr/cm3 serta pada tanah
66 | Copyright © 2016, Wahana Fisika
Wahana Fisika, 1(1), 2016, 54-76 http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
lereng longsor berkisar antara
maka kadar air nya pun tinggi.
0.87 gr/cm3 – 1.28 gr/cm3. Jika
Untuk sampel yang diambil pada
dibandingkan dengan berat isi
daerah
tanah basah, berat isi tanah
memiliki derajat kejenuhan yang
kering memiliki berat yang lebih
berbeda, yang satu dengan jenis
ringan , hal ini karena pada saat
tanah basah dan yang lainnya
pengeringan menggunakan oven,
lembab.
kadar air pada tanah berkurang
Spesifik Gravity
sehingga volume tanah pada
Dari hasil pemeriksaan berat
tabung menjadi berkurang.
jenis spesifikasi diperoleh nilai
Ciputri
Lembang
berat jenis, untuk : Nilai Berat Derajat kejenuhan dan Kadar
Jenis
Air
kisaran 2.28 – 2.79 yang dapat
Berdasarkan data dari beberapa
diperkirakan jenis lanau organik
sampel didapatkan nilai derajat
atau lempung organik.
Tersebut
berada
pada
kejenuhan dengan jenis tanah nya
lembab
Parameter
dan
Derajat
basah. kejenuhan
Gambar 6 merupakan Profil Berat
Jenis
tanah
terhadap
sangat berkaitan dengan kadar
ketinggian untuk data sampel
air,
tanah lereng longsor dan tanah
sehingga
kejenuhannya
jika
derajat
semakin
tinggi
lerengstabil.
67 | Copyright © 2016, Wahana Fisika
Wahana Fisika, 1(1), 2016, 54-76 http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
ketinggian (cm)
1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 2.0
2.2
2.4
2.6
2.8
3.0
Berat Jenis Tanah (gram/cm3) data SG tanah lereng stabil data SG tanah lereng longsor
Gambar 6. Profil Berat Jenis tanah terhadap ketinggian Hidrometer Dari hasil pengujian ukuran
butir meliputi analisis saringan
butir yang dilakukan pada tanah
tanah dan analisis hidrometer.
sampel dengan analisa saringan
Kurva semakin ke kanan maka
diperoleh hasil tanah tersebut
berarti semakin kasar, semakin
lebih dari 40% lolos saringan
ke kiri berarti semakin halus.
No. 200 yaitu 48%. Tanah
Tanah dengan kurva semakin
tersebut
tegak
merupakan
tanah
berbutir halus. Gambar
7
berati
variasi
ukuran
butiran semakin seragam, atau merupakan grafik
bisa
disebut
uniform.kurva
hubungan antara diameter butir
makin landai berarti ukuran
tanag dengan jumlah tanah lolos
butiran makin banyak variasinya
saringan yang dihasilkan dari
dan gradasi lebih baik.
data uji analisis distribusi ukuran
68 | Copyright © 2016, Wahana Fisika
Wahana Fisika, 1(1), 2016, 54-76 http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
LABORATORIUM GEOMEKANIKA Sub Bid Sarana Geologi teknik dan Konservasi Kebumian, Bidang Sarana Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi-LIPI JL. Sangkuriang, Bandung 40135 Telp. 022-2507771-2 Fax.022-2504595
GRAFIK PEMBAGIAN BUTIR - ASTM
100 90
JUMLAH LOLOS SARINGAN (%)
80 70 60 50 40 30 20 'Lereng Stabil'
10
'Lereng Longsor'
0 0.001
0.01
0.1 DIAMETER BUTIR
1
10
Gambar 7. Distribusi Ukuran Butir tanah pada lereng stabil
Batas – Batas Atterberg Berdasarkan
Data
Batas
Gambar 8 merupakan diagram
Atterberg akan didapatkan nilai
hasil pengukuran pada batas
Indeks Plastisitas sehingga dapat
atterberg.
dibuat grafik Indeks plastisitas
plastisitas tersebut merupakan
terhadap Batas Cair sehingga
hubungan antara batas cair dan
diperoleh bahwa sampel Tanah
indeks plastisitas untuk tanah
pada lereng stabil daerah Ciputri
pada lereng stabil.
Dimana
diagram
Lembang berada pada zona CH atau OH.
69 | Copyright © 2016, Wahana Fisika
Wahana Fisika, 1(1), 2016, 54-76 http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
Diagram Plastisitas 60
Garis U
50 Indeks Plastisitas
Garis A 40 30 20 10 0
0
20
40
60
80
100
Batas Cair
data plastisitas tanah lereng stabil
data plastisitas tanah lereng longsor
Gambar 8. Diagram plastisitas tanah pada lereng stabil Gambar 9 menunjukkan
profil
lebih besar dibandingkan pada tanah
parameter fisik tanah (berat isi tanah
lereng longsor. Pada Gambar 9b
basah, berat isi tanah kering, kadar
terlihat bahwa berat isi tanah kering
air dan kejenuhan) dari sampel tanah
untuk tanah yang berada pada lereng
pada lereng stabil dan lereng longsor
stabil memiliki nilai yang lebih besar
terhadap ketinggian. Pada Gambar 9a
dibandingkan dengan berat isi tanah
terlihat bahwa berat isi tanah basah
kering untuk tanah yang terdapat
untuk tanah yang terdapat pada
pada lereng longsor. Pada Gambar 9c
lereng stabil nemiliki nilai yang lebih
menunjukkan bahwa kadar air untuk
besar dibandingkan dengan berat isi
tanah yang berada pada lereng stabil
tanah
yang
masih memiliki nilai yang lebih
terdapat pada lereng longsor. Hal ini
besar dari dibandingkan tanah pada
disebabkan
kereng longsor.
Hal
berbeda
penelitian
basah
untuk
kadar
tanah
air
yang
terkandung pada tanah lereng stabil
dengan
ini
sangat yang
70 | Copyright © 2016, Wahana Fisika
Wahana Fisika, 1(1), 2016, 54-76 http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
menyebutkan bahwa tanah longsor
menunjukkan bahwa porositas tanah
terjadi karena adanya kandungan air
untuk tanah pada lereng stabil dan
yang berlebih pada tanah atau karena
tanah lereng longsor memiliki nilai
gangguan fisik atau mekanik tanah
yang relatif sama.
lainnya.
Gambar
9d
1000
1000
900
900
800
800
700
700
600
600
500
500
Ketinggian (cm)
yang
400
400
300
300
200
200
100
100
0
0
0.5
1.0 1.5 2.0 Berat Isi Tanah Basah (gr/cm³)
1.0
1.5
2.0
Berat Isi Tanah Kering (gr/cm³)
(a)
(b)
1000
1000
900
900
800
800
700
700
600
600
500
500
400
400
300
300
200
200
100
100
0
0 10
60 Kadar Air (%)
10
60 Porositas (%)
71 | Copyright © 2016, Wahana Fisika
Wahana Fisika, 1(1), 2016, 54-76 http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
(c)
(d)
Gambar 9. Profil parameter fisik tanah Keterangan = data sampel tanah pada lereng longsor = data sampel tanah pada lereng stabil
Gambar 10 menerangkan hubungan
ketinggian dan hubungan porositas
antara parameter fisik tanah dengan
dengan
suseptibilitas magnetik. Berdasarkan
terhadap ketinggian memiliki pola
data
dan
sebaran yang seragam (uniform) dan
suseptibilitas magnetik yang diplot
tidak bervariasi atau bisa dianggap
sesuai
maka
konstan. Dengan demikiam berat isi
dapat terlihat Gambar 10a dan
tanah kering serta porositas tidak
Gambar 10c secara berturut-turut
berpengaruh
yaitu hubungan berat isi tanah basah
suseptibilitas magnetik. Berat isi
dengan
terhadap
tanah basah sangat berkaitan erat
ketinggian dan kadar air tanah
dengan kadar air. Jika berat isi tanah
dengan
basah pada suatu sampel bernilai
parameter
dengan
fisik
ketinggian,
suseptibilitas
suseptibilitas
magnetik
suseptibilitas
besar
sebaran
Yang
terkandung di dalamnya pun besar.
artinya pada kedalaman tertentu,
Mineral tanah yang terkandung pada
berat isi tanah basah maupun kadar
sampel penelitian ini didominasi oleh
air berpengaruh terhadap perubahan
mineral Ilmenit yang termasuk ke
suseptibilitas magnetik. Lain halnya
dalam
dengan Gambar 10b dan Gambar 10d
mana pada mineral feromagnetik
secara berturut-turut yaitu hubungan
contohnya pada tanah penelitian ini
berat
masih mengandung besi meskipun
isi
bervariasi.
tanah
suseptibilitas
kering
magnetik
dengan terhadap
tidak
kadar
perubahan
terhadap ketinggian memiliki pola yang
maka
pada
magnetik
air
kelas feromagnetik,
sekuat
pada
yang
yang
ferimagnetik.
72 | Copyright © 2016, Wahana Fisika
Wahana Fisika, 1(1), 2016, 54-76 http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
Sehingga
keberadaan
besi
ini
Suseptibilita Magnetik (10^-8 SI)
dipengaruhi juga oleh berat isi tanah
basah dan kadar air yang terkandung pada tanah.
900
900
800
800
700
700
600
600
500
500
400
400
300
300
200
200
100
100 0
0 1.0
1.5
0.5
2.0
Berat Isi TanahBasah (gram/cm³)
(a) 900
800
800
700
700
600
600
500
500
400
2.0
400
300
300
200
200
100
100
0
lereng longsor h= 0-450 10
lereng stabilr h= 0-450
1.5
(b)
900
lereng longsor h= 500-950
1.0
Berat Isi Tanah Kering (gram/cm³)
60 Kadar Air (%)
(c)
0 10
60 Porositas (%)
(d)
Gambar 10. Profil Parameter Fisik tanah terhadap Suseptibilitas Magnetik 73 | Copyright © 2016, Wahana Fisika
Wahana Fisika, 1(1), 2016, 54-76 http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
Suseptibilitas magnetik pada sampel
5. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
dan
berdasarkan
pembahasan
dapat
disimpulkan
bahwa: Berdasarkan sifat kemagnetan tanah, nilai suseptibilitas magnetik tanah pada lereng stabil dan lereng longsor berkisar antara 339,8× 10−8 𝑚3 /𝑘𝑔 - 806,7 × 10−8 𝑚3 /𝑘𝑔 dan 365,8× 10−8 𝑚3 /𝑘𝑔
–
10−8 𝑚3 /𝑘𝑔
dengan
nilai
suseptibilitas
magnetik
(𝜒𝑙𝑓 )
semakin
×
691,5
bertambah
sesuai
ketinggian, artinya meningkat ke
tanah lereng stabil dan lereng longsor memiliki pola yang hampir sama, hanya saja nilai nya yang memiliki perbedaan untuk ketinggian
0-100
cm pola suseptibilitas magnetik pada lereng stabil berada di sebelah kanan dari pola suseptibilitas magnetik lereng longsor. Hubungan
parameter
kemagnetan
dan parameter keteknikan pada tanah yaitu
bersifat
linear.
Parameter
keteknikan berupa parameter fisik tanah mempengaruhi suseptibilitas magnetik yaitu berat isi tanah basah dan kadar air.
horizon bagian atas, serta mineral magnetik tanah yang mendominasi yaitu
Ilmenit.
Berdasarkan
sifat
keteknikan (sifat fisik) tanah, tanah pada lereng stabil dan lereng longsor ini
memiliki
karakteristik
tanah
lempung yang mengandung mineral lempung
berupa
Illite
dengan
plastisitas tinggi dan bersifat kohesif.
6. REFERENSI 1. Anwar, H.Z., Sutanto, E.S., Praptisih dan Rukmana, I. (2003).
Model
mitigasi
Bencana Gerakan Tanah di Daerah Tropis: studi kasus di daerah Sambeng, Kebumen. Laporan
Penelitian
Pusat
74 | Copyright © 2016, Wahana Fisika
Wahana Fisika, 1(1), 2016, 54-76 http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
Penelitian
Geoteknologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bandung.
Disertasi
Doktor
Bandung: tidak diterbitkan. 6. Aliyah,
2. Bijaksana, S. (2002). Kajian
ITB
H.
(2015).
Karakterisasi
magnetik
Sifat Magnetik pada Endapan
sedimen sungai citarum hulu
Pasir Besi di Wilayah Cilacap
dan
dan Upaya Pemanfaatannya
pencemaran
untuk Bahan Industri.Laporan
terhadap lingkungan. Skripsi
penelitian Hibah Bersaing.
Sarjana ITB Bandung : tidak
ITB.
diterbitkan.
3. Bijaksana, S., Sudarningsih, Siman,S.
dan,
(2011). Magnetit
Ibrahim.
Karaketirisasi Pada
Batuan
hubungannya
JTM. 17,(2),75 -80.
“Magnetik
Bartington
E.K.
dan
S.
(2006).
Properties
as
(1999).
Proxy Indicators of Heavy
Magnetik
Metals in Leachate : A Case
Using MS2
OMO0490. Bartington
Gadjah
Mada University Press
Bijaksana,
Susceptibility
(2006).
Erosi.Yogyakarta:
Bangkal Kalimantan Selatan.
Environmental
C.H.
berat
Penanganan Tanah Longsor&
8. Huliselan,
J.
logam
7. Hardiyatmo,
Peridotit Dari Desa Awang
4. Dearing,
dengan
the
Study from Jelekong Solid
System
Waste
Oxford:
Site,Bandung”: ITB. Jurnal
Instrument
Limited
ICMNS
Disposal
November
29-30,
2006.
5. Agustine, E. (2015). Kajian
9. Maher, B.A. (2011). The
suseptibilitas magnetik dan
Magnetic
konduktivitas
quatenary aeolian dusts and
listrik
pada
tanah vulkanik yang terpapar
sediments
pestisida
paleoclimatic
organochlorin.
properties
,
and
of
their
significance.
75 | Copyright © 2016, Wahana Fisika
Wahana Fisika, 1(1), 2016, 54-76 http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
Aeolian research. 3, p. 87144.
Cara
10. Nurly, G. (2004). Analisis Distribusi
14. Syarief, E.A. (2000). Tata
Ukuran
Butiran
Pemetaan
Penyelidikan
Dan Geologi
Teknik.: Badan Geologi
Tanah Berdasarkan Prinsip
15. [Online].
Gaya Apung. Journal from
16. Tersedia:http://pag.bgl.esdm.
#PUBLISHER# Departemen
go.id/?q=content/tata-cara-
Teknik Sipil ITB.
pemetaan-dan-penyelidikan-
11. Puja, I.N. (2008). Penuntun Praktikum
Fisika
Tanah:
Universitas Udayana. 12. Sukirman, Perkerasan
S. Lentur
geologi-teknik.html[14 Maret 2016] 17. Widodo,
(1992). Jalan
Raya. Nova: Bandung 13. Suripin. (2002). Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air.
A.
(2006).
Kontribusi Sejarah Geologi Terhadap
Sifat
Geoteknik
(Studi Kasus Tanah Residual Volkanik
G.Argopuro).
Surabaya: FTSP ITS.
Yogyakarta : Penerbit Andi.
76 | Copyright © 2016, Wahana Fisika