Validitas Dan Reliabelitas Data Makalah Di Susun Guna Memenuhi Tugas Makalah:Metodologi Penelitian Dosen Pengampu:Thohir Yulikusmanto,S.sos.,M.SI
Disusun Oleh: Ratna Wijayanti Saipul Anam Ulya Sofa Qumaruddin
(121211083) (121211085) (121211098) (121211)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2013/2014
[1]
I.
PENDAHULUAN Keabsahan data merupakan hal yang paling penting dalam penelitian kualitatif. Tujuannya tidak lain adalah untuk mengangkat derajat keilmiahan dalam penelitian kualitatif. Oleh sebab itu pengujian keabsahan data sangatlah penting dalam suatu penelitian ilmiah disamping itu kriterian keabsahan dan teknik pemeriksaan ditetapkan untuk mempertanggung jawabkan suatu penelitian dari segala segi yang ada.
II.
RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian Validitas dan Reliabilitas ? 2. Apa saja Kriteria keabsahan dan teknik pemeriksaan data? 3. Bagaimana Cara Menguji Validitas Dan Reabelitas?
III.
PEMBAHASAN A. VALIDITAS 1. PENGERTIAN Sebelum membahas secara detail tentang apa yang dimaksud dengan keabsahan data. Maka terlebih dahulu membahas tentang alasan dan acuan dalam keabsahan data. Oleh sebab itu keabsahan data harus memenuhi: a. Mendemonstrasikan nilai yang benar, b. Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, c. Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibut tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya. 1 Validitas adalah persoalan yang berhubungan pertanyaan sejauh mana
suatu alat ukur telah mengukur apa yang seharusnya diukur.
1
Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M. A., Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, 2009, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), hal 320-321.
[2]
Suatu alat pengukur dapat dikatakan valid atau sahih atau sah apabila alat ukur tersebut telah digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Alat pengukur timbangan dapat dikatakan valid apabila kita gunakan untuk mengukur berat barang, atau termometer kita gunakan untuk mengukur suhu. Apabila kita menggunakan termometer tersebut untuk mengukur berat badan, atau timbangan untuk mengukur jarak maka alat pengukur tersebut menjadi tidak valid, atau tidak sahih, atau tidak sah. Persoalan validitas dengan demikian adalah persoalan apakah kita telah mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk mengetahuai atau mengukur validitas suatu alat ukur, yakni apakah alat ukur itu valid atau tidak valid ada tiga faktor yang harus diperhatikan, yakni : a.
Faktor pewawancara
b.
Faktor responden dan
c.
Faktor alat pengukur
Tidak ada aturan khusus atau cara yang langsung untuk dapat mengukur validitas penelitian. Ada beberapa strategi yang dapat digunakan untuk menentukan validitas atau kecermatan pengukuran, namun demikian dalam praktek peranan pertimbangan memiliki peranan yang sangat penting, terutama dalam menguji indikator-indikator dan definisi operasional. Ada beberapa penyebab valid atau tidak validnya suatu pengukuran, antara lain : a.
Adanya perubahan pada unit atau orang yang diukur. Dalam hal ini ada perubahan sejak pengukuran yang pertama dengan pengukuran berikutnya.
b.
Perubahan terjadi pada saat wawancara berlangsung, mungkin disebebkan karena telah, mendapat pengaruh orang lain, atau karena perubahan penafsiran.
c.
Adanya perubahan situasi/tempat pengukuran, perubahan situasi/ tempat pada saat pengukuran pertama dengan yang berikutnya.
d.
Kekeliruan dalam mencatat hasil pengamatan/ wawancara, atau salah dalam memberikan kode-kode.
[3]
2.
JENIS VALIDITAS Masri Sangarimbun dan Sofian Effendi, membedakan validitas dalam 6
jenis, yakni selain 5 jenis validitas seperti yang dikemukakan oleh Anastasi ditambah satu jenis validitas yakni validitas budaya. Validitas dapat dibedakan dalam beberapa jenis. Lima jenis validitas yang dikemukakan Anastasi: a.
Validitas konstruk
Validitas konstruk adalah validitas yang berhubungan dengan konstruksi teori atau konsep atas faktor-faktor yang diukur. Untuk mengetahui validitas konstruk sebuah skala / instrumen dapat dilakukan dengan menggunakan metode analisis faktor dan analisis multi-trait multi-method. Analisis faktor merupakan teknik untuk menganalisis pola interkorelasi di antara banyak variabel dan memisahkan dimensi-dimensi untuk menjelaskan pola-pola tersebut, serta untuk memungkinkan simpulan tentang konstruk psikologi yang direpresentasi dalam dimensi. Metode multitrait-multimethod dapat juga digunakan untuk menentukan valid atau tidaknya suatu instrumen tertentu yang telah dibuat peneliti. Penerapan model ini dilakukan dengan cara membuat beberapa alat ukur untuk mengukur satu konsep atau atribut yang sama. b.
Validitas isi
Validitas isi adalah validitas yang mirip dengan validitas luar. Validitas isi menunjuk kepada sejauh mana isi sebuah tes/skala/instrumen dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Secara sederhana jika skala tersebut ingin mengukur tentang motivasi, seharusnya skala atau tes tersebut secara representatif berisi pernyataan atau pertanyaan tentang motivasi. Biasanya validitas isi ditentukan melalui metode professional judgment, yaitu pendapat ahli (pakar kelimuan) tentang isi materi tes atau skala tersebut. c.
Validitas prediktif
Validitas prediktif adalah validitas yang berkaitan dengan prediksi apa yang (diprediksikan)akan terjadi sebagai hasil dari pengukuran atau hasil test.apabila kita melakukan pengukuran (test masuk) terhadap calon mahasiswa yang akan masuk ke perguruan tinggi,pengukuran tersebut dapat di nyatakan
[4]
valid(validitas
prediktif)apabila
ternyata
hasil
prestasi
mahasiswa(yang
diprikdisikan oleh alat pengukuran)di perguruan tinggi dimana ia di terima sebagai
mahasiswa
tersebut
ternyta
memang
tinggi.Validitas
prediktif
mempersoalkan sejauh mana suatu alat pengukuran mampu memprediksi atau meramalkan perilaku yang akan datang. d.
Validitas eksternal
Validitas eksternal adalah validitas yang timbul dari perbedaan penggunaan alat pengukuran yang baru(yang sama fungsinya)dengan (apabila)alat pengukuran yang sudah (lama yang sudah janji validitasnya)dengan cara melihat/menguji (secara statistik)hubungan korelasinya antara kedua alat pengukur tersebut.Apabila hasil uji antara statistik menunjukan korelasi yang signifikan berarti hasil pengukurannya adalah valid( validitas eksternal). e.
Validitas rupa atau face validity
Validitas rupa ini berbeda dari validitas yang lain.apabila validitas yang lain pengukuran tersebut valid atau tidak valid tergantung pada apakah kita telah mengukur terhadap apa yang seharusnya kita ukur,maka dalam validitas rupa persoalannya terletak pada apakah rupa alat pengukur tampaknya mengukur apa yang di inginkan kita ukur. f.Validitas Lintas budaya validitas lintas budaya adalah validitas yang berkaitan dengan apakah alat pengukur yang dikenakan dalam suatu masyrakat tertentu dapat dikenakan dalam suatu masyrakat lain yang berbeda kebudayaannya.Seperti alat pengukuran variabel mobilitas sosial pada masyrakat india yang memiliki sitim strata tertutup tidak mungkin digunakan untuk mengukur mobilitas masyarakat indonesia yang memiliki sistim stratifikasi sosial terbuka. g.Validitas Faktor(faktorial Validity) validitas faktor adalah validitas yang berhubungan dengan apakah itemitem yang digunakan untuk mengukur faktor-faktor sudah benar-benar dapat memenuhi fungsinya sebagai alat untuk mengukur faktor-faktor yang terkandung fakta sosial yang akan diukur.Caranya yakni dengan melihat apakah masing-
[5]
masing item yang disusun sudah sesuai atau cocok dengan item-item lainnya secara keseluruhan.
h.Validitas Empiris Validitas empiris adalah validitas yang berkaitan dengan derajat kesesuaian antara apa dihasilkan oleh alat pengukuran dengan keadaan yang sebenarnya.Validitas ini dapat diketahui dengan cara membandingkan hasil yang diperoleh individu dalam menjawab atau mengerjakan suatu instrumen dengan kemampuan atau penampilan/tingkah lakunya yang nyata sehari-hari. 2 3.
CARA MENGUJI VALIDITAS Secara umum proses penyelidikan suatu validitas dapat dilakukan dengan suatu percobaan atau try-out.Percobaan tersebut berlangsung sebagai berikut: a. Melakukan percobaan atas alat pengukur atau alat prediktor pada sejumlah sampel yang disebut kelompok standar/baku (khusus subjek validitas). b. Melakukan
observasi
dan
pengukuran
lain
dengan
menggunakan alat pengukur yang sudah dibakukan atau kriterium terhadap kelompok standardisasi tersebut. c. Mencari atau menetapkan bagaimana hubungan antara hasil prediktor dengan kriterium tersebut dengan menggunakan tehnik korelasi.
B. RELIABILITAS 1. Pengertian Realibilitas menunjukkan pada ketaatasasan pengukuhan dan ukuran yang digunakan. Pengentsan reliabilitas adalah replikasi yang biasanya digunakan dalam pengukuran butir-butir ganjil-genap, dengan tes-retes, atau dalam bentuk
2
Jusuf Soewadji,MA ,Pengantar Metodologi Penelitian,(jakarta:Mitra Wacana Media),hal.178-181
[6]
pararel.3 Dan adapun permasalahan yang muncul seprti kurang kehati-hati dalam proses pengukuran, instrument penelitian yang tidak sempurna, pengukuran yang hanya sebentar, dan kebingungan. Dari uraian diatas memberikan gambaran secara jelas, bahwa validitas dan reliabilitas, jika tidak dilakukan dengan benar, tepat, dan hati-hati, akan menimbulkan ketidak murnian dalam sebuah penelitian. Ini sebabnya dalam validitas dan reliabilitas mempunyai bayak kelemahan, jika ditinjau dari sisi nonkualitatif. Bila dilihat dari penelitian kualitatif dengan paradigm alamiahnya dan berbeda dengan paradigm nonkualitatif jelas tidak dapat menggunakan kriteria validitas dan realibilitas. 2.
Kriteria keabsahan dan teknik pemeriksaan data. Kriteria Keabsahan Data Dalam menentukan keabsahan data perlu adanya pemeriksaaan data.
Maka dari itu ada empat kriteria yang digunakan dalam memeriksa keabsahan data, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteraliahan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).4 a. Kriterium derajat kepercayaan (credibility) Derajat kepercayaan pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari nonkualitatif. Dan adapun fungsi dari kriterium ini yaitu: melaksanakan inkuiri sedemikian rupa hingga menaikan tingkat kepercayaan pada temuan yang telah dicapai, melihatkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. b. Kritelium keteralihan (transferability)
3
Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M. A., Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, 2009, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), hal 322. 4
Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M. A., Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, 2009, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), hal 324.
[7]
Kritelium keteraliahan berbeda dengan validitas keteralihan yaitu penerapan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh pada sampel yang secara representatife mewakili populasi itu. Maka dari itu peneliti diharuskan menyediakan data deskriptif secukupnya jika ia ingin membuat keputusan tentang pengalihan tersebut. c. Kriterium kebergantungan (pedendability) Kriterium kebrgantungan subtitusi istilah reliabilitas dalam penelitian yang nonkualitatif. Pada cara nonkualitif, reliabilitas ditunjukkan dengan jalan mengadakan replikasi studi. Maka dari itu jika studi dilakukan pengulangan menghasilkan suatu yang sama dan esensi yang sama, maka diakatakan reliabilitasnya telah terpenuhi d. Kriterium kepastian (cofirmality) Kriterium kepastian berasal dari ‘objektivitas menurut nonkualitatif. Nonkualititif menetapkan objektivitas dari segi kesepakatan antarsubjek. Dari sini pemastian bahwa sesuatu itu objektif atau tidak bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat, dan pememuan seseorang. Maka dari itu pengalaman seseorang itu subjektif sedangkan jika disepakati oleh beberapa atau banyak orang, barulah dapat dikatakan objektif. Teknik Pemeriksaaan Keabsahan Data Dan adapun teknik pemeriksaan keabsahan data di gambarkan oleh Moleong dibawah ini. 5 KRITERIA
TEKNIK PEMERIKSAAN
Kredibilitas
(1) Perpanjangan keikut-sertaan
5
Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M. A., Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, 2009, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), hal 327
[8]
(derajat kepercayaan)
(2) Ketekunan pengamatan (3) Triangulasi (4) Pengecekan sejawat (5) Kecukupan referensial (6) Kajian kasus negative (7) Pengecekan anggota
Kepastian
(8) Uraian rinci
Kebergantungan
(9) Audit kebergantungan
Kepastian
(10) Audit kepastian
1. Perpanjangan keikutsertaan Pada penelitian kualitatif kehadiran, peneliti sangatlah penting karena akan dapat membantu dalam memahami semua data yang telah dihimpun. Oleh sebab itu, dipastikan bahwa dalam penelitian kualitatif seorang peneliti harus melakukan wawancara dan observasi secara langsung dengan informaninformannya. Bahkan peneliti dan inforannya dapat berlama-lamaan dilapangan untuk mendapatkan informasi sampai pada titik kejenuhan samapai data tercapai. Dengan begitu peneliti dan informan lapangan dapat membantu meahami tradisi dan budaya yang melekat pada diri informan, memahami makana-makna budaya, makna simbul, dan berbagai makna lain yang hidup dan tumbuh dimasyarakat dimana informan hidup bersama dengan peneliti. 6 2. Ketekunan pengamatan 6
Prof. Dr. H. M. Burhan Bungin, S.Sos., M.Si. Penelitian Kualitaif, 2010, (Kencana Perdana Media Group: Jakarta), hal 225.
[9]
Ketekunan dalam penelitian kualitatif sangat diperlukan sebab dengan ketekunan dapat mempertinggi derajat keabsahan dalam sebuah penelitian. Maka dari itu dalam sebuah penelitian tidak hanya memakai pancaindra tertentu saja, melaikan semua pancaindra terlibat dalam sebuah penelitian yaitu indara pendengaran, perasaan, dan insting peneliti. 3. Triangulasi Triagulasi merupakan cara yang pali mudah dalam menguji keabsahan hasil penelitian. Dan adapun triagulasi yaitu (1) triangulasi kejujuran peneliti, (2) triangulasi dengan sumber data, (3) triagulasi dengan metode, (4) triangulasi dengan teori. 4. Pengecekan sejawat Pengecekan sejawat dapat dilakukan dengan cara diskusi yaitu dengan cara mengumpuklan data yang telah didapat dan didiskusikan secara bersamabersama untuk menemukan kesamaan dan informasi yang penting untuk meningkatkan keabsahan data. Dengan adanya diskusi dengan teman sejawat dapat
menghasilkan pandangan yang kritis , temeuan teori subtantif,
mengembangkan langkah berikutnya, dan pandangan sebagai pembanding. 7 Akan tetapi kalau tidak dilakukan dengan cara hati-hati akan menimbulkan maslah baru yaitu mengacaukan hasil penelitian bahkan perasaan gagal yang terdapat pada peneliti. 5. Kajian kasus negative Kajian kasus negative dilakukan dengan cara mengumpulkan kasus-kasus yang tidak sesuai dengan dan kecendrungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan untuk bahan pembanding. Dan kajian ini dialakukan dengan membandingkan dengan penelitian yang telah gagal, semisal para tidak mendapatkan informasi-informasi dari informan, sebab tidak langsung kerumah 7
Ibid hal 258.
[10]
informan, dan memakai jalan keluar dengan megumpulkan data dibalaidesa dan wawancarai mereka sekaligus. 6. Pengecekan anggota Pengecekan anggota merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam suatu penelitian, yaitu dengan menggunakan prinsip konfirmasi dengan kelompok anggota tim yang terlibat dalam suatau penelitian. Bahkan tak jarang harus melakukan tukar pendapat atau tukar silang dalam suatu tim yang terlibat dalam penelitian. Dengan begitu diharapkan mendapatkan informasi yang sama/ data sama. Akan tetapi apabila dalam suatu penelitian salah satu tim tidak ada kesamaan maka perlu dikaji ulang terhadapa informasi-informasi yang telah didapat. 7. Uraian rinci Uraian secara rinci diharapkan peneliti dapat memeberi penjelasan kepada pembaca dengan memeberikan penjelasan serinci-rincinya dari hasil suatau yang sudah diteliti. Peneliti diharuskan dapat menjelaskan secara gambling, logis, dan rasional, maka dari itu penjelasan lebar dan berulang-ulang akan menyulitkan orang yang memahami penelitian yang telah dihasilkan. 8. Auditing Dalam proses auditing konsep manajerial yang dilakukam secara ketat dapat dimanfaatkan dalam memerikasa ketergantungan dan kepastian data. Hal ini dilakukan baikdalam proses maupun terhadap hasil keluaran. 8
3.Cara Menguji Reliabelitas
8
Prof. Dr. H. M. Burhan Bungin, S.Sos., M.Si. Penelitian Kualitaif, 2010, (Kencana Perdana Media Group: Jakarta), Hal 259.
[11]
Cara menguji reliabilitas yaitu ada 3 cara(korelasi) untuk menetapkan atau menghitung tingkat reliebelitas alat ukur atau instrumen penelitian.Tiga cara tersebut yaitu:
a. Korelasi belah dua atau korelasi genap-gasal Tehnik belah dua atau pembagian genap-gasal ini digunakan untuk menentukan atau mengukur reliabelitas ekivalen.Menentukan reliabelitas dengan korelasi belah dua atau korelasi genap ganjil ini dilakukan dengan cara membagi sejumlah test dalam dua bagian(belah dua) atau dengan membagi dalam dua kelompok yakni kelompok genap dan kelompok ganjil (genap-gasal).
b. Pengulangan Test atau Test-Retest Metode pengulangan test atau test-retest ini digunakan untuk menentukan atau mengukur reliabelitas stabilitas.Menetapkan reliabelitas dengan pengulangan test atau test-retest ini dilakukan dengan menghitung korelasi antara dua distribusi nilai test yang sama dari suatu objek yang sama juga,artinya dilakukan test yang sama yang dilakukan dua kali atau beberapa kali dalam waktu yang berbeda.
c. Penggunaan Test yang Sejajar Perhitungan reliabelitas dengan penggunaan test yang sejajar atau penggunaan test seimbang atau bentuk alternatif atau bentuk keseimbangan rasional dilakukan dengan cara membuat atau merekontruksi dua buah test walaupun yang digunakansebagai alat pengumpulan data hanya salah satu dari dua test yang dibuat tersebut.9
4.HUBUNGAN ANTARA VALIDITAS DENGAN RELIABELITAS Validitas dan realibelitas sebagai alat test tidak bisa dipisahkan pada suatu tingkat yang signifikan antara validitas dan realibelitas saling berhubungan.Black
99
Jusuf Soewadji,MA ,Pengantar Metodologi Penelitian,(jakarta:Mitra Wacana Media),hal 181-182
[12]
dan champion menyebut secara umum ada 4(empat)hubungan antara validitas dengan reliabelitas sebagai berikut: 1. Suatu test yang sahih (valid) selalu dapat diandalkan (reliabel). Ini dapat diartikan bahwa apabila suatu test benar-benar mengukur apa yang akan diukur maka dapat dipastikan bahwa test tersebut adapt diandalkan. 2. Suatu test yang tidak sahih (valid)mungkin atau tidak mungkin dapat diandalkan. Dalam hal ini apabila kita menciptakan alat ukur yang akan kita gunakan untuk mengukur variabel X,namun dalam kenyataan alat ukur tersebut mungkin mengukur variabel Y,maka ini berarti bahwa kita telah membuat alat ukur yang tidak sahih (tidak valid)dalm mengukur variabel. 3. Suatu Test yang dapat diandalkan (reliabel)mungkin atau mungkin tidak sahih. Dalam hal suatu alat ukur dapat dibuktikan keandalannya (reliabelitasnya), namun demikian kita dapat memastikan apabila hal itu juga sahih (valid) sebagai suatu alat ukur untuk mengukur individu atau kelompok tertentu. 4. Suatu Alat ukuryang tidak dapat diandalkan (tidak reliabelitas) dapat dipastikan tidak pernah sahih (tidak valid). Syarat (reliabelitas).ini
kesahihan berarti
suatu bahwa
(validitas) keterandalan
adalah
keterandalan
(reliabelitas)
adalah
merupakan suatu syarat yang diperlukan oleh kesahihan (validitas),atau dengan kata lain kesahihan (validitas) tidak begitu berperan sama sekali tidak berperan dalam menentukan keterandalan(reliabelkitas)
[13]
IV.
KESIMPULAN Keabsahan data merupakan suatu yang paling penting dari sebuah
penelitian maka dari itu perlu dilakukan secara cermat dan teliti dalam semua penelitian termasuk penelitian kualitatif. Oleh sebba itu perlu adanya kriteriakriterian yang telah ditentukan dalam mengkaji keabsahan sebuah data, yaitu untuk mengangkat derajat keabsahan data (informasi) yang telah dikaji dan diteliti. Ada beberapa penyebab valid atau tidak validnya suatu pengukuran, antara lain : a.
Adanya perubahan pada unit atau orang yang diukur. Dalam hal ini ada perubahan sejak pengukuran yang pertama dengan pengukuran berikutnya.
b.
Perubahan terjadi pada saat wawancara berlangsung, mungkin disebebkan karena telah, mendapat pengaruh orang lain, atau karena perubahan penafsiran.
c.
Adanya perubahan situasi/tempat pengukuran, perubahan situasi/ tempat pada saat pengukuran pertama dengan yang berikutnya.
d.
Kekeliruan dalam mencatat hasil pengamatan/ wawancara, atau salah dalam memberikan kode-kode.
V.
PENUTUP Demikian makalah yang dapat kami susun,semoga bisa bermanfaat serta
menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.Tentunya masih banyak yang kurang dan kesalahan kami dalam penulisan maupun dalam penyusunan makalah ini.Oleh karena itu ,kami mohon maaf.Kritik dan sarannya yang kontruktif daro pembaca.Demi perbaikan makalh kami selanjutnya.Terima kasih.
[14]
DAFTAR PUSTAKA Bugin, Burhan, 2007, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana Prenada Media Group J. Moleong, Lexy, 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Soewadji,Jusuf ,MA ,Pengantar Metodologi Penelitian,jakarta:Mitra Wacana Media.
[15]