BAB II
KAJIAN TERKAIT
Untuk mendukung tugas akhir ini, diperlukan beberapa pengetahuan mendasar yang perlu diketahui. Pengetahuan mendasar tersebut meliputi : 1.
Konsep klasifikasi dengan metode taxonomy.
2.
Konsep klasifiksasi dengan metode folksonomy.
3.
Pengetahuan singkat mengenai metadata yang meliputi dublincore dan GDL metadata.
2.1
Taxonomy Taxonomy merupakan metode pengelompokan yang menggunakan prinsip
penurunan (inheritance). Dengan prinsip penurunan ini, terdapat sebuah class utama (domain umum) yang kemudian bercabang menjadi beberapa subclass yang memiliki domain lebih spesifik [SHA05]. Gambar II-1 memberikan ilustrasi mengenai prinsip dasar taxonomy.
Gambar II-1. Prinsip dasar taxonomy.
Taxonomy dikategorikan menjadi beberapa jenis, yakni : 1. Simple Taxonomy. 2. Faceted Taxonomy, dan 3. Thesaurus.
II‐1
2.1.1
II‐2
Simple Taxonomy Taxonomy ini memiliki sebuah domain umum yang kemudian akan bercabang
menjadi sub domain yang lebih spesifik. Taxonomy sederhana ini dapat diilustrasikan sesuai gambar II-2.
Gambar II-2. Taxonomy dari Institut Teknologi Bandung.
Gambar II-2 merupakan ilustrasi sederhana dari simple taxonomy yang diterapkan pada ITB. ITB sebagai organisasi utama memiliki 2 sub organisasi yakni fakultas dan sekolah. Masing-masing fakultas dan sekolah memiliki sub-sub fakultas dan sub-sub sekolah. 2.1.2
Faceted Taxonomy Metode ini dipopulerkan oleh S.R.Ranganathan pada tahun 1930-an. Dengan
pengelompokan ini sebuah objek dapat dikelompokkan menjadi beberapa domain yang berbeda. Faceted taxonomy diilustrasikan pada Gambar II-3. Untuk memberikan gambaran bagaimana metode ini diterapkan, terdapat informasi pada tabel II-1.
Dari informasi pada table II-1 dapat dibuat faceted
taxonomy seperti pada gambar II-4. Gambar II-4 memberikan ilustrasi pengelompokan objek berdasarkan subjectnya. Dari informasi yang diberikan pada tabel II-1, domain subject dapat di kelompokkan menjadi sub domain yang lebih kecil yakni Computer, Management,
II‐3
Art, dan Politics. Dari sub domain ini, kemudian langsung berhubungan dengan objek yang dikelompokkan.
Gambar II-3. Faceted taxonomy.
Objek
Author
Country Publisher
Subject
A
Mr. Andi
Indonesia
Computer
B
Mr. Budi
Indonesia
Management
C
Mr. Budi
Thailand
Art
D
Mr. Dani
China
Politics
E
Mr. Andi
Malaysia
Politics
Tabel II-1. Informasi beberapa objek buku.
Gambar II-4. Faceted taxonomy by Subject
II‐4
Gambar II-5 memberikan ilustrasi pengelompokan objek berdasarkan Country publisher-nya. Dari informasi yang diberikan pada tabel II-1, domain Countrypublisher dapat di kelompokkan menjadi sub domain yang lebih kecil yakni Indonesia , Thailand, China, dan Malaysia. Dari sub domain ini, kemudian langsung berhubungan dengan objek yang dikelompokkan.
Gambar II-6 memberikan ilustrasi pengelompokan objek berdasarkan Authornya. Dari informasi yang diberikan pada tabel II-1, domain Author dapat di kelompokkan menjadi sub domain yang lebih kecil yakni nama pengarang (Mr.Andi, Mr. Budi, dan Mr. Andi). Dari sub domain ini, kemudian langsung berhubungan dengan objek yang dikelompokkan.
Gambar II-5. Faceted taxonomy by Country publisher
Ketiga gambar diatas (gambar II-4, gambar II-5, dan gambar II-6) memberikan ilustrasi bagaimana sebuah objek dapat dikelompokkan dari beberapa domain yang berbeda. Sebagai contoh, untuk mencapai objek E dapat dilakukan penelusuran dengan berbagai cara yakni dapat dimulai dari domain Subject, Author, atau Country publisher. Gambar II-7 memberikan ilustrasi penelusuran yang dapat dilakukan untuk mencapai objek E. 2.1.3
Thesaurus Thesaurus merupakan pengembangan dari taxonomy dengan penambahan
informasi keterkaitan antar objek (fixed relationship) seperti kesamaan (similar), Sinonim (synonym), dan perbedaan (different to). Gambar II-8 memberikan ilustrasi mengenai thesaurus.
II‐5
Gambar II-8 memberikan ilustrasi pengelompokan suatu objek. Objek student dapat dikelompokkan menjadi sub objek yang lebih kecil yakni Doktoral Student dan PhD Student. Doktoral Student bersinonim dengan Phd Student sehingga dapat diberikan sebuah garis penghubung yang menerangkan hubungan sinonim.
Gambar II-6. Faceted taxonomy by Author
Gambar II-7. Alternatif penelusuran untuk mencapai objek E.
2.1.4
Pembangunan Taxonomy Pembangunan taxonomy diawali dengan sebuah resource dibuat oleh creator
(Gambar II-9). Resource yang telah dibuat kemudian diberikan kepada pustakawan untuk dikategorikan dan diletakkan pada perpustakaan digital. Resource tersebut oleh pustakawan dipelajari dan kemudian diletakkan sesuai dengan pengelompokan yang
II‐6
telah dipetakan oleh pustakawan. Resource kemudian diberikan label sesuai dengan pengelompokan yang sesuai dengannya (Gambar II-10).
Gambar II-8. Thesaurus diagram.
Untuk mencari suatu resource (Gambar II-11), user perlu melakukan penelusuran pada skema pengelompokan yang telah dilakukan oleh pustakawan. Apabila user menemukan kategori yang sesuai dengan kehendaknya, nama kategori tersebut akan dicocokkan dengan resource yang sesuai. Resource yang sesuai dengan kategori yang dimaksud akan ditampilkan kepada user. Hal ini menyebabkan seorang user harus melakukan penulusuran dari domain yang umum ke domain yang lebih spesifik. Apabila resource yang ditampilkan pada kategori tersebut cukup banyak, user harus menelusuri daftar resource untuk mencari resource yang sesuai dengan kehendaknya. 2.2
Folksonomy Beberapa tahun terakhir, sistem folksonomy berkembang menjadi sangat
populer. Sistem ini memungkinkan pengguna untuk menambahkan kata kunci (keyword) pada internet resources (contoh: halaman web, gambar, video, dll) tanpa mengandalkan controlled vocabulary [MAR]. Folksonomy merupakan sekumpulan non-controlled dan non-hierarchical terms dari berbagai kategori yang mengelompokkan digital material pada shared environment.[BOE05]. Folksonomy merupakan bottom-up taxonomy[MAT04]. Folksonomy melakukan pengorganisasian resources dengan menggunakan tag dan
II‐7
menyediakan daftar resource untuk tag yang sama sehingga pengguna dapat memperoleh berbagai informasi untuk ruang lingkup yang spesifik.. Selain itu, folksonomy dapat dimanfaatkan untuk mengetahui topik yang menarik yakni dengan tag cloud.[OHM]. Berikut ini adalah implementasi dari tag cloud yang merepresentasikan kumpulan keyword populer yang menjadi rujukan penerapan folksonomy.
Gambar II-9. Pembuatan sebuah resource oleh creator.
a. Flickr.com Flickr merupakan website yang memberikan layanan untuk melakukan sharing foto atau gambar lainnya. Folksonomy pada Flickr (Gambar II-2) dikhususkan untuk memberikan tagging hanya pada koleksi pengguna sendiri, dalam hal ini, seorang pengguna tidak dapat memberikan atau menambah tag pada koleksi user lain kecuali kita merupakan contact dari user tersebut.
II‐8
b. Del.icio.us Del.icio.us merupakan website dimana komunitas pengguna dapat secara bebas menggunakan tag untuk mengasosiasikan sebuah URL. Hal ini menyebabkan setiap user dapat melakukan bookmark dan mendeskripsikan sebuah URL dengan tagging untuk memudahkan dalam pencarian. Gambar II-3 memberikan ilustrasi penerapan folksonomy pada del.icio.us.
Gambar II-10. Pemetaan resource ke skema pengelompokan (taxonomy).
Tags yang digunakan pada metode klasifikasi folksonomy bertujuan untuk melakukan organisasi pada content, oleh sebab itu tags berperan untuk [OHK06]: 1. Kata pendeskripsi dari item. 2. Mengacu pada konsep umum dalam berbagi untuk sekelompok orang.
II‐9
Gambar II-11. Pencarian resource oleh user pada skema pengklasifikasian (taxonomy).
Gambar II-12. Penerapan folksonomy pada Flickr.
II‐10
2.2.1
Konsep Konsep utama dari folksonomy adalah menyusun atau mengorganisasi tags
secara datar (flat namespace). Konsep ini menyebabkan folksonomy [MAT04, KNO]: 1. Tidak memiliki hierarki. Folksonomy tidak mengenal hierarki sehingga user tidak perlu melakukan penelusuran dari domain yang umum ke domain yang lebih khusus seperti halnya penerapan metode taxonomy. User dapat melakukan pencarian berdasarkan nama label. 2. Menggunakan metode narrow atau broad folksonomy. Metode ini memberikan perbedaan atas siapa yang berhak untuk memberikan keyword pada suatu content. Penjelasan lebih lengkap mengenai kedua metode ini akan dijelaskan pada subbab lain. 3. Tidak adanya keterkaitan yang jelas antar vocabulary yang menyusun tag. Keyword yang diberikan pada content tidak memiliki keterkaitan yang jelas. Hal ini disebabkan karena prinsip kebebasan dalam menambahkan suatu keyword pada content. Prinsip ini mengakibatkan tidak ada kontrol terhadap keyword. 4. Tag merepresentasikan pengguna bukan content creator. Tag yang diberikan pada suatu content menjelaskan pemahaman pengguna pada content tersebut. 2.2.2
Komponen Folksonomy Sistem tagging pada folksonomy dibangun oleh tiga komponen utama yakni
[SPE, MAR] : 1. User atau pengguna Pengguna yang membuat resource dan memberikan tag pada resource tersebut. Selain itu, user berperan serta dalam mengembangkan tags yang terdapat pada resource apabila dipandang perlu (penambahan tag baru).
II‐11
Gambar II-13. Penerapan folksonomy pada del.icio.us
2. Resource Objek yang diciptakan dan diberi tag untuk memudahkan dalam pencarian oleh user. 3. Tag Tag adalah label yang dikenakan pada resource oleh user. 2.2.3
Jenis Folksonomy Thomas Vander Wall membedakan penerapan metode folksonomy menjadi dua
jenis yakni narrow folksonomy dan broad folksonomy. Penjelasan mengenai kedua jenis folksonomy tersebut akan dibahas pada subbab 2.1.3.1 dan 2.1.3.2 berikut. 2.2.3.1 Narrow Folksonomy Terdapat
seorang
pembuat
(creator)
yang
membuat
objek
dan
mempublikasikannya ke pengguna lain. Pembuat objek memiliki akses untuk memberikan tag pada objek yang dibuatnya. Akan tetapi tidak semua pengguna lain dapat menambahkan tag pada objek tersebut. Pengguna lain yang memiliki
II‐12
kesempatan untuk menambahkan tag adalah sekelompok pengguna yang memiliki kontak dengan pembuat objek.[WAL05, DAM06]
Gambar II-14. Komponen utama folksonomy.
Gambar II-15 memberikan ilustrasi bagaimana narrrow folksonomy diterapkan. Seorang creator membuat sebuah objek dan memberikan sebuah tag (tag 1) pada objek tersebut. Hanya pengguna pada kelompok B dan F yang memiliki hak akses untuk menambahkan tag pada objek tersebut. Pengguna lain, kecuali kelompok E, dapat memanfaatkan tag yang diberikan pada objek tersebut untuk melakukan pencarian. 2.2.3.2 Broad Folksonomy Pembuat objek tidak diberikan akses untuk melampirkan tag pada objek yang dibuatnya kecuali apabila pembuat bertindak sebagai pengguna lain. Pengguna lain akan memberikan tag untuk mendeskripsikan objek tersebut sesuai dengan pemahaman mereka. Pada gambar II-16, arah panah yang mengarah ke nomor
II‐13
merepresentasikan tag yang diberikan oleh sekelompok pengguna, sedangkan panah yang mengarah ke sebaliknya menunjukkan tag yang digunakan untuk melakukan pencarian. [WAL05, DAM06].
Gambar II-15. Narrow Folksonomy.
Nama Tag
Frekuensi
Tag 1
10
Tag 2
13
Tag 3
5
Tag 4
2
Tag 5
1
Tabel II-2. Daftar pemilihan tag oleh pengguna.
II‐14
Dengan menyusun informasi yang terdapat pada tabel II-2 menjadi grafik pada gambar II-17, kita dapat memperoleh informasi bahwa tag yang populer akan banyak dipilih oleh pengguna, namun sekelompok pengguna akan merepresentasikan sebuah objek dengan tag yang kurang populer sesuai dengan pemahaman mereka.
Gambar II-16. Broad Folksonomy
2.2.4
Gambar II-17. Kurva pemilihan tag
Pembangunan Folksonomy Sebuah resource dibuat oleh creator dan diberikan label (tag) untuk
memudahkan dalam melakukan pencarian. Tag yang diberikan oleh creator pada resource tersebut kemudian diorganisasikan dengan tag yang berada pada tag space. Pada tahap ini, yakni pemberian tag dan pengorganisasian tag, peran pustakawan tidak diperlukan (Gambar II-18).
II‐15
Seorang user sebelum melakukan pencarian telah memiliki konsep, ide, atau kata yang berkaitan dengan resource yang akan dicari. User melakukan pencarian terhadap tag yang sesuai kehendak pada tag space. Apabila user telah memperoleh tag yang sesuai, tag tersebut akan disesuaikan dengan resource yang berkaitan. User kemudian melakukan kajian terhadap resource yang diberikan. Apabila user memandang perlu untuk menambahkan tag pada objek tersebut, user akan menambahkan tag pada resource yang kemudian tag yang dibuat oleh user akan diorganisasi pada tag space (Gambar II-19). Gambar II-18 dan gambar II-19 memberikan ilustrasi bahwa pembangunan folksonomy tidak memerlukan peranan dari pustakawan.
Gambar II-18 . Pembuatan sebuah resource dan pelabelan oleh creator.
II‐16
Gambar II-19. Pemberian tag oleh user dan pencarian resource dengan folksonomy.
2.2.5
Keunggulan Folksonomy Metode klasifikasi folksonomy semakin berkembang, hal ini karena
folksonomy memiliki kelebihan-kelebihan dibanding metode klasifikasi yang lain. Kelebihan-kelebihan dari metode klasifikasi folksonomy adalah [OHK06]: 1. Personal way of thinking Pemberian tag pada folksonomy dipengaruhi oleh wawasan pengguna. Hal ini memberikan kebebasan dalam menentukan tag, karena tag yang bangun oleh pengguna merupakan tag yang memudahkan pengguna untuk mencari kembali artikel/ resource tersebut. 2. Membantu pencarian Terdapat dua metode untuk mendapatkan informasi dalam web, yakni :
II‐17
1. Pencarian dengan menggunakan query. Metode ini banyak digunakan dengan menggunakan robot pencarian (cth: google) maupun mesin pencari teks (cth:Swish-e). 2. Browsing. Metode ini banyak digunakan apabila telah menemukan halaman web yang diinginkan. Browsing dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih banyak pada halaman web tersebut. Pada tahun 1990-an, Yahoo mengembangkan Yahoo directory untuk memudahkan / pengelompokan content. Pengelompokan ini dilakukan oleh seorang professional. Penggunaan orang (profesional) dalam pengelompokan tentu memerlukan waktu dan biaya serta orang yang berpengalaman juga tidak banyak. Untuk itu, folksonomy berperan penting untuk mengatasi keterbatasan akan pengelompokan yang harus dilakukan oleh profesional. Folksonomy memberikan alternatif lain dalam melakukan browsing. 3. Hasil klasifikasi mudah dimengerti Pemberian tag tidak dilakukan oleh seorang professional namun oleh pengguna dengan masing-masing bahasa yang mereka pahami. Hal ini menyebabkan tag yang terbentuk familiar oleh pengguna biasa (ordinary people). Sebagai contoh adalah pada weblog yang ditulis dengan menggunakan bahasa sehari-hari. Folksonomy akan memberikan kesan tersendiri saat browsing pada halaman weblog. 4. Biaya murah Folksonomy tidak memerlukan peranan dari seorang profesional dalam melakukan tagging atau pengorganisasian tag untuk ditampilkan. Folksonomy memberikan kemudahan dalam pelabelan suatu resource karena label yang diberikan sesuai dengan pemahaman pengguna.
II‐18
2.2.6
Kelemahan Folksonomy Folksonomy sebagai metode klasifikasi yang mulai berkembang pesat saat ini
tidak luput dari kekurangan-kekurangan. Kekurangan-kekurangan dari metode folksonomy yakni [SPE, MAT04]: 1. Ambiguitas Ambiguitas disebabkan karena memungkinkan sebuah tag memiliki penafsiran lebih dari satu macam. Sebagai contoh adalah tag ”apple”. Tag ”apple” dapat memiliki dua makna , yakni : a. Salah satu jenis buah-buahan. b. Perusahaan komputer (apple.inc). 2. Sinonim terabaikan. Kemiripan antar tag dimungkinkan muncul pada tag cloud. Sebagai contoh : library dan perpustakaan. Kedua tag ini memiliki makna sama yakni perpustakaan, yang membedakan adalah cara penulisannya yakni versi penulisan Inggris dan versi penulisan Indonesia. 3. Granularitas. Keluasan makna juga menjadi salah satu kelemahan dari folksonomy. Beberapa tag mungkin memiliki makna yang spesifik tetapi tag yang lain memiliki makna yang umum. Sebagai contoh, tag ”java” akan memiliki makna pemrograman dengan java atau salah satu nama pulau di Indonesia. Sedangkan tag ”programming” memiliki cakupan yang sangat luas. Programming dapat mengandung pemahaman bahasa pemrograman (.NET, JAVA, C, C++, dll) yang bermacam-macam. 4. Kontrol perbendaharaan kata. Folksonomy memiliki kelemahan yakni tidak mampu melakukan vocabulary control. Vocabulary ini sangat dipengaruhi oleh wawasan dari user. Sebagai contoh adalah Computer dan Komputer. Apabila folksonomy dapat melakukan vocabulary control, kedua tag tersebut dapat digabung menjadi satu (misal : Komputer). Penggabungan tersebut menyebabkan frekuensinya
II‐19
juga akan bertambah sehingga apabila memilih tag Komputer, artikel yang muncul adalah artikel yang memiliki tag computer dan komputer. 5. Spaces, multiple words. Folksonomy hanya mengorganisasi tag yang terdiri atas 1 kata. Hal ini menyebabkan keyword yang terdiri atas dua kata atau lebih harus digabung agar pada saat dilakukan parsing tidak dianggap sebagai 2 kata atau lebih. Sebagai contoh : keyword sampah organik harus disusun sebagai sampahorganik atau sampahorganik. 6. Kepopuleran Penerapan metode folksonomy direpresentasikan pada tag cloud. Hal ini menyebabkan hanya tag yang popular saja yang akan ditampilkan. Kumpulan tag ini kurang merepresentasikan keseluruhan tag yang diberikan oleh pengguna sehingga beberapa homepage menampilkan juga tag cloud berisi tag yang kepopulerannya mulai menurun, namun jumlah tag yang ditampilkan hanya sebagian. 7. Multiple tag. Folksonomy tidak mampu untuk melakukan vocabulary control sehingga dimungkinkan tag sebagai contoh web-development dan webdevelopment muncul pada daftar folksonomy. Kedua tag tersebut hanya dibedakan oleh sebuah tanda “-”. 2.2.7
Peranan Taxonomy dan Folksonomy Menurut Emanuelle Quintarelli, menggabungkan antara taxonomy dan
folksonomy akan memberikan framework yang sangat baik untuk melakukan identifikasi (identifying), berbagi (sharing), dan mencari informasi (finding information). Dia juga menyimpulkan bahwa taxonomy tidak perlu diganti dengan folksonomy karena melalui folksonomy, kita diberikan alternatif lain untuk melakukan
klasifikasi
dan
merupakan
aplikasi
baru
untuk
melakukan
pengorganisasian dan berbagi pengetahuan [BOE05]. Gambar II-20 dan gambar II21 memberikan ilustrasi bahwa sinergi dari taxonomy dan folksonomy akan memberikan sebuah produk yang mampu memberikan nilai lebih.Pada gambar II-21,
II‐20
nilai lebih dari sinergi antara folksonomy dan taxonomy dicerminkan dengan tanda bintang.
Gambar II-20. Taxonomy vs Folksonomy [WAL06]
Gambar II-21. Taxonomy dan Folksonomy [WAL06]
2.3
Metadata Metadata merupakan struktur informasi yang mendeskripsikan, menjelaskan,
menempatkan, atau membuat informasi tersebut mudah untuk diambil, digunakan, atau dikelola. Metadata bertujuan untuk memfasilitasi serta meningkatkan information retrieval[NIS01]. Metadata dapat dikategorikan menjadi 3 tipe, yakni : metadata deskriptif, metadata struktural, serta metadata administratif. Sebagai acuan pada tugas akhir ini, metadata yang digunakan adalah dublincore dan GDL metadata yang akan dibahas pada subbab 2.1.2 dan 2.1.3.
2.3.1
II‐21
Tipe Metadata Metadata pada penjelasan sebelumnya dapat dibedakan menjadi tiga tipe.
Penjelasan mengenai ketiga tipe metadata tersebut adalah sebagai berikut [NIS01]: 1. Metadata deskriptif Metadata ini mendeskripsikan sumber daya yang berkaitan dengan penemuan atau identifikasi. Pada umumnya, metadata jenis ini memiliki elemen seperti judul, abstraksi, pengarang, serta kata kunci. 2. Metadata struktural Metadata struktural mengidentifikasikan bagaimana menggabungkan objek untuk diletakkan bersama, sebagai contoh adalah bagaimana menyusun halaman-halaman untuk menjadi sebuah chapter. 3. Metadata administratif Metadata jenis ini menyediakan informasi untuk menolong dalam mengelola sumber daya, sebagai contoh adalah kapan sumber daya tersebut dibuat, tipe file, beberapa informasi teknis, dan siapa yang dapat mengaksesnya. 2.3.2
Dublincore Metadata Ide dari Dublin core metadata berawal dari diskusi pada sebuah workshop yang
disponsori oleh National Center Supercomputing Applications (1NCSA) pada 1995. Ide ini kemuadian dilanjutkan dengan dibentuknya Dublin Core Metadata Initiative (DCMI). DCMI memiliki peranan untuk menetapkan kumpulan elemen yang dapat digunakan oleh pengarang untuk mendeskripsikan web resources-nya. Dublincore bertujuan untuk membantu dalam mengelola digital content dengan mendefinisikan elemen-elemen serta beberapa aturan sederhana yang kemudian dapat diterapkan oleh noncatalogers. Dublincore telah menetapkan 15 elemen sebagai acuan untuk mengelola sumber daya web. Elemen – elemen tersebut yakni : Title, Creator, Subject, Description, Publisher, Contributor, Date, Type, Format, Identifier, Source, L:anguage, Relation, Coverage, dan Rights.[NIS01] Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan penerapan dublincore[TAY03] :
II‐22
1. Semantik dari element dirancang agar mudah dimengerti serta dipahami oleh berbagai macam pengguna, tanpa memerlukan pelatihan khusus. 2. Semua elemen yang didefinisikan adalah opsional, namun pengguna dapat menetapkan sendiri elemen-elemen yang wajib atau opsional untuk mengelola web resources-nya. 3. Semua elemen dapat diulang untuk mendeskripsikan suatu web resources.
Gambar II-22. Contoh metadata dublincore.
2.3.3
Ganesha Digital Library Metadata GDL merupakan pengembangan dari Dublincore. GDL metadata bukanlah
acuan standard internasional yang digunakan sebagai acuan metadata untuk perpustakaan digital. Perkembangan GDL metadata seiring dengan banyaknya anggota yang bergabung dalam IndonesiaDLN yang menggunakan aplikasi
II‐23
OpenSource Ganesha Digital Library. Beberapa elemen yang ditambahkan pada dublincore untuk menjadi standard pada GDL adalah hierarcy dan relation. Elemen hierarcy merupakan penerapan dari taxonomy pada repository pertama kali resource tersebut diterbitkan. Elemen ini bermanfaat untuk membuat duplikasi struktur taxonomy seperti pada repository asalnya saat resource tersebut diambil. Sedangkan elemen relation memberikan informasi letak file yang berkaitan dengan suatu resource disimpan. Elemen ini akan digunakan sebagai acuan saat pengguna ingin mendapatkan file yang diinginkan.
Gambar II-23.Contoh GDL metadata.