Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS IV DI SD NO.1 JINENGDALEM I G Supraptayana1, Nym Murda2, Kt Pudjawan3 1,2,3 Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa Kelas IV Semester I SD No.1 Jinengdalem Kecamatan Buleleng Tahun Ajaran 2012/2013, dan (2) mengetahui peningkatan hasil belajar siswa Kelas IV Semester I SD No.1 Jinengdalem Kecamatan Buleleng Tahun Ajaran 2012/2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV Semester I SD No.1 Jinengdalem Kecamatan Buleleng Tahun Ajaran 2012/2013 sebanyak 21 orang siswa, dengan 10 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Data tentang aktivitas belajar siswa dikumpulkan melalui lembar observasi dan data tentang hasil belajar siswa dikumpulkan melalui tes hasil belajar. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yaitu 50,57% (cukup aktif) pada siklus I menjadi 73,92% (aktif) pada siklus II, begitu juga ketuntasan hasil belajar siswa yaitu 66,66% (belum tuntas) pada siklus I menjadi 100% (tuntas) pada siklus II. Kata kunci : pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), aktivitas belajar, dan hasil belajar ABSTRACT This study aims to ( 1 ) determine the increase in students' learning activities Class IV SD Semester 1 Jinengdalem Buleleng Academic Year 2012/2013 , and ( 2) to improving student learning outcomes Class IV SD Semester 1 Jinengdalem Buleleng Year Doctrine 2012/2013 . This research is action research that consists of three cycles . Each cycle consists of planning, action, observation , and reflection . The subjects were students of class IV SD Semester 1 Jinengdalem Buleleng Academic Year 2012/2013 as many as 21 students , with 10 male students and 11 female students . Data collected about students' learning activities through observation sheets and data on student learning outcomes are collected via the achievement test . The data collected were analyzed using descriptive analysis . The results showed that the application of problem-based learning approach (problem based learning ) to improve student learning activity that is 50.57 % ( moderately active ) in the first cycle to 73.92 % ( active ) in the second cycle , as well as mastery of student learning outcomes are 66.66 % ( not yet completed ) in the first cycle to 100 % ( complete ) in the second cycle . Keywords: problem-based learning approach (problem based learning), learning activities, and learning outcomes
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu pondasi penting dalam peningkatan mutu hidup manusia yang tidak dapat lepas dari kehidupan. Dengan Pendidikan, suatu bangsa dapat terangkat derajatnya dan meningkat kebudayaannya di mata dunia. Sumber daya manusia (SDM) akan lebih berkualitas baik dari segi spiritual, intelegensi dan skill apabila mutu pendidikan berkualitas pula. Hal tersebut tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk itu pelaksanaan pendidikan hendaknya dijalankan seefektif mungkin agar diperoleh hasil yang maksimal dan berkualitas. Pemerintah telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Upaya tersebut antara lain penyempurnaan kurikulum yang disesuaikan dengan tuntutan kemajuan IPTEK dan jaman, peningkatan kualitas guru, peningkatan mutu managemen pendidikan yang modern dan profesional serta pengadaan sarana dan prasarana pendidikan. Untuk merealisasikan upaya tersebut pemerintah juga menganggarkan biaya sebesar 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Bahkan pemerintah berusaha mengubah pandangan negatif masyarakat terhadap profesi guru dengan meningkatkan kesejahteraan guru dalam konteks kompetensi (Lasmawan, 2004). Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah terkait dengan peningkatan mutu pendidikan ini ternyata belum sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pihak yang berkecimpung di dalam dunia pendidikan khususnya satuan pendidikan. Paradigma pendidikan yang memandang proses pembelajaran sebagai kegiatan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa masih saja ditemukan dalam praktek pembelajaran di kelas. Padahal
pembelajaran di kelas sangat diharapkan untuk mengikuti paradigma pendidikan saat ini. Paradigma pendidikan saat ini menekankan pada kemampuan guru untuk melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM). Penekanan utama paradigma baru lebih pada penggunaan pendekatan, model, metode maupun strategi pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa. Pengurangan dominasi guru dalam proses belajar mengajar memberi keleluasaan siswa untuk lebih berani, mandiri, aktif, kritis dan kreatif dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, siswa dapat bebas berpikir untuk memecahkan suatu masalah dengan cara mereka sendiri baik itu dengan menggunakan media atau alat bantu dalam belajar lainnya. Sebagai salah satu komponen dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), guru memiliki posisi yang menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama guru ialah merancang, mengelola, dan mengevaluasi pembelajaran. Sejalan dengan itu, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menegaskan bahwa kedudukan guru dalam kegiatan belajar mengajar sangat strategis dan menentukan. Strategis karena guru akan menentukan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Menentukan karena gurulah yang memilah dan memilih bahan pelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik. Lasmawan (2004) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi guru dalam upaya memperluas dan memperdalam materi ialah rancangan pembelajaran yang efektif, efisien, menarik, dan hasil pembelajaran yang bermutu tinggi yang dapat dilakukan dan dicapai oleh setiap guru. Berdasarkan kegiatan wawancara pada tanggal 9 Agustus 2011 dengan Bapak Putu Dana, S.Pd selaku guru mata pelajaran PKn Kelas IV SD No.1 Jinengdalem, diperoleh keterangan bahwa dalam proses pembelajaran mata pelajaran PKn sebagian siswa kurang semangat dalam belajar. Aktivitas dan hubungan sosial antara siswa dengan siswa kurang terjalin dengan baik. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut, di harapkan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
perlu adanya pendekatan pembelajaran secara aktif yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan dapat menumbuhkan hubungan sosial yang baik antar siswa, misalnya dengan pendekatan pembelajaran yang mampu mengaktifkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sehingga nantinya bisa memperoleh hasil belajar yang baik. Berdasarkan kegiatan pengamatan pada tanggal 12 Agustus 2011 di dalam kelas saat proses pembelajaran, dari hasil pengamatan di kelas dapat dilihat kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh guru (teacher centered). Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sangat minim. Proses pembelajaran belum dapat mengaktifkan siswa secara keseluruhan. Hal ini dapat diamati dari prilaku siswa yang bercakap-cakap dengan siswa lain pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dengan melakukan pencatatan dokumen pada tanggal 12 Agustus 2011 yang dilihat dari hasil ulangan harian siswa, Sebagian peserta didik mencapai hasil belajar yang kurang dengan yang ditetapkan sekolah yaitu 60. Berdasarkan beberapa permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasi faktor penyebab rendahnya aktivitas dan hasil belajar PKn siswa SD No.1 Jinengdalem yaitu sebagai berikut 1) Kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh guru (teacher centered). Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sangat minim, 2) Pendekatan pembelajaran yang diterapkan oleh guru belum dapat mengaktifkan siswa secara keseluruhan, 3) Belum diterapkannya pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn. Berdasarkan permasalahanpermasalahan tersebut dapat dilihat bahwa proses pembelajaran di kelas kurang optimal dalam upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, sehingga perlunya pemilihan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat membekali siswa agar dapat memecahkan permasalahan sepanjang hidupnya kedepan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan masalah diatas adalah Pendekatan
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses pembelajaran yang di dahului dengan mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul, setelah itu tugas guru adalah merangsang untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan persfektif yang berbeda diantara mereka (E. Mulyana, 1996). E. Mulyana (1996: 51) juga menambahkan pembelajaran aktif dengan menciptakan suatu kondisi dimana siswa dapat berperan aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran harus dibuat dalam suatu kondisi yang menyenangkan sehingga siswa akan terus termotivasi dari awal sampai akhir kegiatan pembelajaran. Hal tersebut diharapkan dapat merubah paradigma guru dalam pembelajaran PKn yang berlangsung pada SD No1 Jinengdalem, yang selama ini masih menggunakan pendekatan maupun metode yang bersifat konvensional. Yang menyebabkan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran PKn. Arnyana, (2007:57) menyatakan bahwa Problem Based Learning (PBL), adalah pengajaran yang dirancang berdasarkan masalah riil kehidupan yang bersifat tidak terstruktur (ill-structured), terbuka dan mendua. Masalah yang tidak terstruktur adalah masalah yang kabur, tidak jelas, atau belum terdefinisikan. Belajar berdasarkan masalah dapat membangkitkan minat siswa, dan sesuai untuk mengembangkan intelektual serta memberikan kesempatan agar siswa belajar dalam situasi kehidupan nyata. Sutrisno (2007:12) menyatakan bahwa “model PBL adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah”. Belajar berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menyajikan masalah sebagai rangsangan (stimulus) untuk dipecahkan. Siswa menemukan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
pemecahan masalah (problem solving) dalam pembelajaran kelompok kecil yang dipandu oleh guru. Berdasarkan pengertian Problem Based Learning (PBL) diatas maka dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu pembelajaran dengan menggunakan masalah riil/kontekstual sebagai bahan pelajaran dalam mengembangkan kemampuan berpikir khususnya dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah melalui pembentukan kelompok kecil dengan bimbingan guru. Problem Based Learning diterapkan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Peran guru dalam pembelajaran ini adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Lebih penting lagi, guru melakukan scaffolding yaitu suatu kerangka dukungan yang memperkaya inkuiri dan pertumbuhan intelektual siswa (Sutrisno, 2007). Problem Based Learning tidak terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Problem Based Learning terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Problem Based Learning merupakan salah satu strategi dari pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL). Pendekatan kontekstual merupakan satu pendekatan pembelajaran yang banyak digunakan di Indonesia. Pendekatan ini merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa serta mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki denga penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini hasil belajar diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami dan bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya. Peranan guru
adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberikan informasi. Problem Based Learning memiliki sintak sebagai berikut: Mengajukan pertanyaan atau masalah. Problem Based Learning mengorganisasikan pertanyaan dan masalah yang sangat penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata/autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi tersebut. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun Problem Based Learning berpusat pada mata pelajaran tertentu seperti IPA, Matematika, atau IPS, masalah yang dipilih untuk dikaji pemecahannya ditinjau dari banyak mata pelajaran. Penyelidikan autentik. Problem Based Learning mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian masalah secara nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi dan merumuskan simpulan sebagai solusi terhadap masalah yang diajukan. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya. Problem Based Learning menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk tersebut dapat berupa transkip, laporan, model fisik, video, atau program komputer. Produk ini bertujuan untuk menunjukkan apa yang telah dilakukan siswa dan menyampaikannya pada teman lain. Kerja sama. Problem Based Learning juga dicirikan oleh siswa bekerja sama antara yang satu dengan lainnya dalam bentuk berpasangan atau berkelompok (antara 4-8 siswa) dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Dalam pembelajarannya, siswa bekerja sama antara satu dengan yang lain, dapat memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan berpeluang berbagi inkuiri
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
dan berdialog untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir. Problem Based Learning biasanya terdiri dari lima tahap utama yang dimulai dari guru memperkenalkan kepada siswa suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Jika masalah yang dikaji sedang-sedang saja, kelima tahapan mungkin dapat diselesaikan dalam 2 sampai 3 kali pertemuan. Hal tersebut diharapkan dapat merubah paradigma guru khususnya dalam pembelajaran PKn yang berlangsung pada SD No1 Jinengdalem, yang selama ini masih menggunakan pendekatan maupun metode yang bersifat konvensional. Yang menyebabkan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran PKn. Berdasarkan uraian di atas maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, dirancang untuk meningkatkan Aktivitas belajar dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas IV di SD No.1 Jinengdalem Kecamatan Buleleng Tahun pelajaran 2012/2013 melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan pada siswa kelas IV semester I di SD No.1 Jinengdalem tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian tindakan kelas digunakan untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Menurut Agung (2010: 2) menyatakan “PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional”. Jadi dapat disimpulkan PTK merupakan penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan di dalam kelas untuk memecahkan permasalahan yang ada di dalam kelas dengan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2012/2013. Penentuan waktu penelitian mengacu kepada kalender akademik sekolah SD No 1 Jinengdalem. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan Di SD No 1 Jinengdalem Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng, dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Subyek penelitian ini adalah 21 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 11 siswa Perempuan di kelas IV Semester I di Sekolah Dasar No. 1 Jinengdalem Tahun Ajaran 2012/201. Rancangan penelitian ini, menggunakan 2 siklus, dimana masingmasing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dengan masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Adapun prosedur penelitian dalam penelitian ini yaitu : (a) Observasi awal, (b) Refleksi awal, (c) Identifikasi masalah, (d) Analisis masalah, (d) Perumusan masalah, (f) Merumuskan hipotesis tindakan, (g) Pelaksanaan penelitian. Objek dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa pada pembejaran pendidikan kewarganegaraan dengan menggunakan pendekatan problem based learning dalam suatu materi pelajaran di kelas IV semester I SD No.1 Jinengdalem tahun ajaran 2012/2013. Dalam penelitian ini akan dilakukan oleh peneliti dan berkolaborasi dengan guru mata pelajaran. Permasalahan yang diteliti merupakan permasalahan riil berkaitan proses belajar mengajar. Permalasahan ini akan dipecahkan melalui penelitian tindakan kelas dengan menerapkan Penerapan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Penelitian ini mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan sebagaimana dikemukakan Kemmis dan Taggart (dalam Agung, 2005:91) yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu: (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi atau evaluasi, serta (d) refleksi. Berikut ini adalah model penelitian yang menggambarkan beberapa siklus secara berkelanjutan.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua metode yaitu: 1) metode observasi dengan menggunakan alat atau instrumen berupa perangkat observasi dan 2) metode tes dengan menggunakan alat atau perangkat berupa butir-butir soal dan uraian. Metode observasi adalah suatu cara memperoleh atau mengumpulkan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu (Agung, 2005:54). Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Observasi ini dilakukan oleh guru mata pelajaran selaku observer dalam proses pembelajaran dan hasil observasi ini digunakan sebagai gambaran atau refleksi untuk menyusun perencanaan tindakan pada siklus berikutnya. Metode tes adalah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan oleh seseorang atau kelompok orang yang dites (testee), dan dari tes tersebut dapat menghasilkan suatu data berupa skor/data interval (Agung, 2005:59). Sedangkan Nurkancana dan Sunartana (1990:34) menyatakan bahwa
tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan. Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kuantitatif. Dalam pengantar metodologi penelitian Agung (2005) menyatakan bahwa: “metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tingkatan tinggi rendahnya hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan dan keaktifan proses belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Adapun penilaian tersebut dilakukan dengan penetapan skor pada setiap aspek yang dinilai sebagai berikut.
Tabel 1. Penilaian acuan patokan skala lima Skor
Kriteria
X ≥ Mi + 1,5 SDi
Sangat aktif
Mi + 0,5 SDi < X < Mi + 1,5 SDi
Aktif
Mi - 0,5 SDi < X < Mi + 0,5 SDi
Cukup aktif
Mi – 1,5 SDi < X < Mi - 0,5 SDi
Kurang aktif
X < Mi – 1,5 SDi
Sangat kurang aktif (Candiasa, 2011)
Data yang berhubungan dengan aktivitas belajar siswa diperoleh dengan menggunakan instrumen observasi yang diadaptasi dari Parwati (dalam Wiranata, 2009:43). Lembar observasi terdiri dari 7 indikator dan masing-masing indikator terdiri dari 3 deskriptor. Untuk setiap
deskriptor yang muncul diberi skor 1 dan yang tidak muncul diberi skor 0. Data tentang aktivitas belajar siswa akan dikumpulkan pada setiap kegiatan pembelajaran oleh peneliti melalui format lembar observasi aktivitas belajar siswa.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Berikut format lembar observasi aktivitas belajar siswa. Kriteria keberhasilan untuk aktivitas belajar siswa adalah rata-rata skor aktivitas berada dalam kategori aktif, sedangkan untuk hasil belajar, dikatakan tuntas secara individu memperoleh nilai minimal 60 dari hasil belajar PKn. Sedangkan, secara klasikal siswa dikatakan tuntas jika ketuntasan belajar mencapai 75% dari keseluruhan siswa dengan KKM yang di tetapkan di sekolah yaitu 60. HASIL DAN PEMBAHASAN Data aktivitas belajar dengan implementasi pembelajaran Problem Based Learning diperoleh menggunakan lembar observasi. Berdasarkan hasil analisis, dikemukakan bahwa aktivitas siswa pada siklus I sebesar 50,57 % berada pada interval 41,66% x < 58,34%. Interval tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa berada pada kategori cukup aktif. Hasil observasi pada siklus I menunjukkan bahwa dalam penerapan Pendekatan Problem Based Learning terdapat beberapa kendala atau permasalahan yang harus diperbaiki. Adapun kendala atau permasalahan tersebut adalah sebagai berikut 1) Beberapa siswa masih terlihat kurang aktif melakukan diskusi dalam kelompoknya. Masih ada beberapa siswa dalam kelompoknya yang diam saja, sedangkan teman yang lain bekerja. Hal ini bisa disebabkan karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara klasikal/kelompok, 2) Dalam diskusi kelompok, siswa masih raguragu dan takut untuk mengungkapkan pertanyaan ataupun berbagai hal yang ingin mereka ketahui. Ini disebabkan, karena mereka belum terlatih untuk mengungkapkan pendapat ataupun pertanyaan terhadap kelompok lain. Oleh sebab itu, pelaksanaan tindakan kelas perlu dilanjutkan ke siklus II dengan melakukan beberapa penyempurnaan pembelajaran. Penyempurnaan dilakukan dengan memperbaiki kendalakendala pada siklus I sehingga hasil belajar dan aktivitas siswa pada siklus II hasilnya lebih optimal. Adapun penyempurnaan
yang dilakukan sebagai berikut, 1) Membimbing siswa agar dapat berperan secara aktif dalam proses melihat, mengamati, dan melakukan diskusi tentang masalah yang diberikan guru dalam kelompoknya, sehingga siswa terlatih untuk aktif bekerja secara kelompok, 2) Memotivasi siswa dan menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa dalam melakukan wawancara, agar siswa tidak ragu-ragu dan takut untuk mengungkapkan pendapat ataupun pertanyaan yang mereka miliki. Sedangkan pada siklus II dikemukakan bahwa aktivitas siswa sebesar 73,92% berada pada interval 58,34% x < 75,01%. Interval tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada siklus II berada pada kategori aktif. Dalam proses pembelajaran siklus II, siswa sudah mampu mengikuti pembelajaran sesuai sintak pembelajaran problem based learning. Hasil aktivitas belajar siswa sudah meningkat dan hasil belajar pun sudah semakin baik dan sangat meningkat. Hal ini terbukti sebagai berikut, 1) Siswa sudah berperan secara aktif dalam proses melihat, mengamati, dan melakukan diskusi tentang masalah yang diberikan guru, 2) Siswa sudah bisa menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa dalam melakukan wawancara, agar siswa tidak ragu-ragu dan takut untuk mengungkapkan pendapat ataupun pertanyaan yang mereka miliki. Berdasarkan hasil refleksi siklus II dapat dilihat adanya peningkatan aktivitas siswa di kelas, hal ini dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas belajar yang mengalami peningkatan dari siklus I, begitu juga hasil belajar siswa mengalami peningkatan berdasarkan hasil tes di akhir siklus I. Berikut ringkasan data aktivitas dan hasil belajar PKn selama penelitian. Data hasil belajar siswa dikumpulkan pada setiap kegiatan pembelajaran oleh peneliti dengan tes esai. Pada siklus I hasil belajar dikemukakan bahwa terdapat 14 siswa (66,66%) yang memenuhi kriteria ketuntasan, dan 7 siswa (33,33%) belum memenuhi standar minimal. Ini menunjukkan bahwa kriteria keberhasil penelitian ini belum tercapai. Sedangkan pada siklus II Hasil belajar
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
dikemukakan bahwa 21 orang (100%) telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Ini menunjukkan bahwa kriteria
keberhasilan penelitian telah tercapai pada siklus II. Berikut ringkasan data aktivitas dan hasil belajar PKn selama penelitian.
Tabel 2. Ringkasan data aktivitas belajar Siklus I II Peningkatan
Persentase Tingkat Aktivitas Belajar Siswa (klasikal) 50,57 % 73,92 % 23, 35%
Tabel 3. Ringkasan data hasil belajar Siklus I II Peningkatan
Persentase hasil belajar Siswa (klasikal) 66,67 % 100 % 33,33 %
Berdasarkan hasil observasi di SD No. 1 Jinengdalem, pembelajaran PKn tidak sesuai harapan. Ini terbukti dengan rendahnya hasil belajar yaitu banyak siswa yang mendapat nilai dibawah 65. Berdasarkan hasil refleksi guru, adanya permasalahan ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: 1) pembelajaran masih didominasi oleh guru (teacher centered). Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sangat minim, 2) Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru belum dapat mengaktifkan siswa secara keseluruhan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti memberikan alternatif pemecahan masalah, yaitu dengan implementasi Pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa. Berdasarkan analisis data penelitian pada siklus I, dikemukakan bahwa aktivitas siswa sebesar 50,57 berada pada interval 41,66% x < 58,34%. Interval tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa berada pada kategori cukup aktif. Sedangkan hasil belajar dikemukakan bahwa terdapat 14 siswa (66,66%) yang memenuhi kriteria ketuntasan, dan 7 siswa (33,33%) belum
memenuhi standar minimal. Ini menunjukkan bahwa kriteria keberhasilan penelitian ini belum tercapai. Hal ini disebabkan adanya kendala-kendala selama pelaksanaan penelitian. Adapun kendala-kendala yang ditemui selama implementasi Pembelajaran Problem Based Learning pada pembelajaran PKn antara lain: 1) Implementasi Pembelajaran Problem Based Learning pada pembelajaran PKn merupakan hal yang baru bagi siswa sehingga terasa asing bagi siswa, karena dalam proses pembelajaran siswa diberikan masalah dalam memulai pembelajaran, 2) Dalam diskusi kelompok, siswa masih ragu-ragu dan takut untuk mengungkapkan pertanyaan ataupun berbagai hal yang ingin mereka ketahui. Ini disebabkan, karena mereka belum terbiasa untuk mengungkapkan pendapat, pertanyaan terhadap kelompok Untuk itu perlu dilanjutkan ke siklus II dengan melakukan beberapa penyempurnaan pembelajaran. Penyempurnaan dilakukan dengan memperbaiki kendala-kendala pada siklus I sehingga hasil belajar dan aktivitas siswa pada siklus II hasilnya lebih optimal. Adapun penyempurnaan yang dilakukan antara lain:
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
1) membimbing siswa agar dapat berperan secara aktif dalam proses melihat, mengamati, dan melakukan diskusi tentang masalah yang diberikan guru, dan 2) memotivasi siswa dan menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa dalam melakukan wawancara, agar siswa tidak ragu-ragu dan takut untuk mengungkapkan pendapat ataupun pertanyaan yang mereka miliki. Berdasarkan analisis data penelitian siklus II, dapat dikemukakan bahwa aktivitas siswa sebesar 73,92 berada pada interval 58,34% x < 75,01%. Interval tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa berada pada kategori aktif. Hasil belajar dikemukakan bahwa 21 orang (100%) telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Peningkatan hasil belajar dengan implementasi Pembelajaran Problem Based Learning terjadi karena di dalam proses pembelajaran Pembelajaran Problem Based Learning pada prinsipnya memberi masalah kepada peserta didik untuk melakukan kajian kemasyarakatan ke suatu daerah (lingkungan tertentu), Hal ini sesuai dengan pendapat Arnyana, (2007:57) yang menyatakan bahwa Problem Based Learning (PBL), adalah pengajaran yang dirancang berdasarkan masalah riil kehidupan yang bersifat tidak terstruktur (illstructured), terbuka dan mendua. Masalah yang tidak terstruktur adalah masalah yang kabur, tidak jelas, atau belum terdefinisikan. Belajar berdasarkan masalah dapat membangkitkan minat siswa, dan sesuai untuk mengembangkan intelektual serta memberikan kesempatan agar siswa belajar dalam situasi kehidupan nyata. Problem Based Learning diterapkan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Peran guru dalam pembelajaran ini adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Lebih penting lagi, guru melakukan scaffolding yaitu suatu kerangka dukungan yang memperkaya inkuiri dan pertumbuhan intelektual siswa. Problem Based Learning tidak terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Problem Based
Learning terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Selain itu, implementasi Pembelajaran Problem Based Learning mampu merancang pembelajaran agar siswa selalu aktif dalam menggali informasi. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi antara guru dengan siswa ataupun antar siswa itu sendiri. Hal ini membuat proses pembelajaran mengarah pada kegiatan siswa belajar secara aktif. Adanya aktivitas siswa maka membentuk pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan hasil belajar siswa. Selain itu, suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin (Wiranata, 2009). Aktivitas belajar siswa sangat mempengaruhi iklim belajar yang dapat mengarah pada peningkatan hasil belajar. Dengan suasana belajar yang kondusif siswa dapat menggunakan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas siswa yang dikaji berkaitan dengan kegiatan mengamati, menyimak, berbicara dan bekerja. Dengan demikian tujuan penelitian tentang implementasi Pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan aktivitas siswa kelas IV pada mata pelajaran PKn semester I tahun 2012/2013 di SD No. 1 Jinengdalem telah tercapai. Mengingat pembelajaran yang dipelajari ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, dan siswa pada proses pembelajaran langsung mengalami apa yang dipelajari, serta siswa bebas mengungkapkan pendapat atau solusi berdasarkan konsep yang mereka temukan. Sehingga terjadi interaksi antar siswa, siswa dengan guru dalam mencapai keberhasilan menemukan konsep. Ini membuktikan bahwa implementasi Pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD No. 1 Jinengdalem tahun pelajaran 2012/2013.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan di atas, Penerapan Pendekatan Pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan aktivitas siswa Kelas IV di SD No.1 Jinangdalem Kecamatan Buleleng Tahun Ajaran 2012/2013. Berdasarkan analisis data tentang aktivitas siswa pada siklus I menunjukkan sebesar 50,57% berada pada interval 41,66% x < 58,34%. Interval tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa berada pada kategori cukup aktif. Terjadi peningkatan menjadi sebesar 73,92% berada pada interval 58,34% x < 75,01%. Interval tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa berada pada kategori aktif. Persentase peningkatan aktivitas belajar siswa yaitu sebesar 23,35%. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas IV di SD No.1 Jinangdalem Kecamatan Buleleng Tahun Ajaran 2012/2013. Berdasarkan analisis data penelitian pada siklus I, Sedangkan hasil belajar dikemukakan bahwa terdapat 14 siswa (66,66%) yang memenuhi kriteria ketuntasan, dan 7 siswa (33,33%) belum memenuhi standar minimal. Terjadi peningkatan pada siklus II bahwa 21 orang (100%) telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Ini menunjukkan bahwa kriteria keberhasilan penelitian telah tercapai. Persentase peningkatan hasil belajar siswa yaitu sebesar 33,33%. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, adapun beberapa saran yang dapat disampaikan antara lain. Disarankan kepada siswa kelas IV SD No. 1 Jinengdalem agar pada saat mengikuti pembelajaran PKn telah menyiapkan diri baik secara fisik maupun mental sehingga ketika melakukan pembelajaran dapat berlangsung optimal dan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar secara signifikan. Disarankan kepada guru pengajar IPS di SD untuk mengimplementasikan Pembelajaran Problem Based Learning sehingga siswa SD dapat menghasilkan karya/produk laporan yang baik. Serta, guru dapat melakukan penelitian serupa,
sehingga kelemahan pada penelitian ini dapat disempurnakan kembali. Disarankan kepada kepala sekolah untuk menyediakan sarana dan prasarana pendukung meliputi buku penunjang, peta persebaran budaya sehingga proses pembelajaran lebih optimal. DAFTAR PUSTAKA Agung, 2010. “Penelitian Tindakan Kelas (Teori dan Analisis Data dalam PTK)”. Makalah disajikan dalam workshop Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Undiksha, Singaraja 27 september 2010. Agung, A. A. G. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja. Arnyana. 2007. Stategi Belajar Mengajar. Singaraja. Universitas Pendidikan Ganesha E. Mulyana. 1996. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Lasmawan. 2004. Inovasi pendidikan ilmu sosial. Bandung: Rosdakarya Press Nurkancana & Sunartana. 1990. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Sutrisno, 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). tersedia pada http.//www.Edu.PBL/science.html. (diakses tanggal 3 Februari 2014). Winataputra, Udin S. 1990. Konsep dan Strategi Pendidikan Moral Pancasila (Suatu Penelitian Kepustakaan). Jakarta:Universitas Terbuka.