UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT AVENTIS PHARMA JALAN JEND. A. YANI, PULOMAS JAKARTA PERIODE 2 SEPTEMBER – 31 OKTOBER 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
EFI PUSPITASARI S.Farm 1206329530
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT AVENTIS PHARMA JALAN JEND. A. YANI, PULOMAS JAKARTA PERIODE 2 SEPTEMBER – 31 OKTOBER 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
EFI PUSPITASARI S.Farm 1206329530
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 ii
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
IIALAMAI\ PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh : Efi Puspitasari., S. Farm Nama 1206329530 NPM Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Program Studi Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Judul Laporan PT. Aventis Pharma Jl. Jend. A, Yani, Pulomas, Jakarta Periode 02 September - 31 Oktober 2013.
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Apoteker- Fakultas FarmasiUniversitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing
I : Dra. Yeni Suciani,
(
Apt.
ry:Y:::li:)Fliiarma
Pembimbing II: Dr. Herman Suryadi, MS, Apt.
penguji rr
Penguji
: Dr. P"tb n Lesura ,AVL
III : hs.AreL 5I.9" lshn&,r hH"H t;.AFL
Ditetapkan di
: Depok
Tanggal
:
i6
Jnnuq,Rt
Joi{
111
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
:................)
HALAMAN PER}TYATAAN ORISINALITAS
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
Efi Puspitasari, S.Farm.
NPM
t2a6329530
Tanda Tangan
1)
4A -7'.F 16 Januafi20l4
Tanggal
lV
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Aventis Pharma pada periode 02 September – 31 Oktober 2013. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Dr. Mahdi Jufri, M.Si, Apt., Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan praktek kerja profesi apoteker ini.
2.
Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., selaku Pjs. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia sampai dengan 20 Desember 2013 yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan praktek kerja profesi apoteker ini.
3.
Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
4.
Dr. Herman Suryadi, MS, Apt., selaku pembimbing yang selalu memberikan bimbingan, saran dan wawasan selama penulisan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini.
5.
Bapak Rajesh Kamat selaku Head of Industrial Affair PT. Aventis Pharma atas izin dan kesempatan yang telah diberikan sehingga terlaksananya Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Aventis Pharma.
6.
Dra. Yeni Suciani, Apt., selaku Head of Industrial Quality and Compliance (IQC) atas bimbingan, kesempatan, dan fasilitas yang telah diberikan untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Aventis Pharma.
7.
Nina Kurniawaty, S.Si, Apt., selaku Quality Assurance Manager PT. Aventis Pharma atas pembelajaran selama Praktek Kerja Profesi Apoteker.
8.
Dra. Rica Sri Rahmawati, Apt., selaku Production Manager atas pembelajaran selama Praktek Kerja Profesi Apoteker. v
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
9.
Asih Putri Ana, S.Si, Apt., selaku Quality Control Supervisor PT Aventis Pharma atas pembelajaran selama Praktek Kerja Profesi Apoteker.
10. Seluruh karyawan di PT. Aventis Pharma, khususnya di bagian Quality Assurance (Bu Ika, Mbak Kathie, Mbak Resti, Mbak Cory, Mas Bambang dan Mas Sandi) atas segala keramahan, ilmu, pengarahan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama melaksanakan PKPA. 11. Seluruh dosen dan tata usaha Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis. 12. Seluruh keluarga yang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral, perhatian, dan kasih sayang yang tak ternilai. 13. Seluruh teman-teman apoteker angkatan 77 yang telah memberikan banyak sekali bantuan dan dukungan kepada penulis. Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, namun penulis berharap semoga laporan ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Penulis 2013
vi
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
TIALAMA}I PERNYATAAII PERSETUJUAI\I PUBLIKASI TUGAS AKIIIR IINTTIK KEPENTINGAI\I AKADEMIS
Sebagai sivias akademik Universitas lndonesia, saya yang bertanda tangan dibawah
ml: Nama
Efi Puspitasari, S.Farm.
NPM
na$29530
Program Studi Apoteker Fakultas
Farmasi
Jenis karya
Laporan Praktek Keda Profesi Apoteker
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right'l atas karya ilmiah saya yang berjudul:
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT AVENTTS PHARMA JALAht JENID. A. YAhlr, PULOMAS JAKARTA PERIODE 2 SEPTEMBER- 31 OKTOBER 2OI3 beserta perangkat yang ada (bila diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti Non eksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,mengalih media/ formatkan, mengelola dalam bentuk basis data, merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik
Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat
di
: Depok
Pada Tanggal
:
16 Januari 2014
Yang menyatakan
A
qlxA f-t-(8fi Puspitasari, S.Farm.) vll
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
ABSTRAK
Nama NPM Program Studi Judul
: Efi Puspitasari S. Farm : 1206329530 : Profesi Apoteker : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Aventis Pharma Jalan Jend. A. Yani, Pulomas Jakarta Periode 2 September – 31Oktober 2013
Praktek Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di PT. Aventis Pharma Jalan Jend. A. Yani, Pulomas Jakarta. Kegiatan PKPA ini bertujuan agar mahasiswa profesi apoteker dapat mengetahui penerapan CPOB di industri farmasi, khususnya PT. Aventis Pharma serta untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab Apoteker di industri farmasi terutama sebagai penanggung jawab produksi, pemastian mutu dan pengawasan mutu. Tugas khusus yang diberikan berjudul Evaluasi Pelaksanaan Peninjauan dan Penilaian Mutu Produk Tahunan (Annual Product Review) Tablet Telfast® 60 mg Periode 2011 - 2012. Tugas khusus ini bertujuan untuk memahami prosedur Annual Product Review di industri farmasi, khususnya PT. Aventis Pharma dan menilai pelaksanaan penyusunan laporan pengkajian dan penilaian tahunan (Annual Product Review) untuk Tablet Telfast® 60 mg Periode 2011 – 2012 serta membandingkan sistem Annual Product Review di PT. Aventis Pharma dengan CPOB yang berlaku. : PT. Aventis Pharma, Annual Product Review, Tablet Telfast® 60 mg Tugas umum : xiii + 230 halaman; 7 tabel; 14 lampiran Tugas khusus : v + 38 halaman; 1 lampiran Daftar Acuan Tugas Umum : 14 (1990 - 2013) Daftar Acuan Tugas Khusus : 20 (1996 - 2013) Kata kunci
viii
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
ABSTRACT
Name NPM Program Study Title
: Efi Puspitasari, S.Farm : 1206329530 : Apothecary profession : Pharmacist Internship Program at PT. Aventis Pharma Jalan Jend. A. Yani, Pulomas Jakarta Period September 02nd - October 31th 2013
Pharmacists Professional Practice implemented in PT. Aventis Pharma Jalan Jend. A. Yani, Jakarta Pulomas. PKPA activity is intended that the student pharmacist profession can know the implementation of GMP in the pharmaceutical industry, especially PT. Aventis Pharma as well as to know the duties and responsibilities of pharmacists in the pharmaceutical industry is mainly in charge of production, quality assurance and quality control. The titled of special task is The Annual Product Review of Telfast ® 60 mg Tablets on period 2011-2012. This particular task aims to understand the Annual Product Review procedures in the pharmaceutical industry, especially PT. Aventis Pharma and assess the implementation of the assessment and preparation of annual assessment report (Annual Product Review) for Telfast ® 60 mg Tablets on period 2011-2012 and compare systems Annual Product Review at PT. Aventis Pharma with GMP regulations. Keywords
: PT. Aventis Pharma, Annual Product Review, Telfast ® 60 mg Tablets. General Assignment : xiii + 230 pages; 7 tables; 14 appendices Specific Assignment : v + 38 pages, 1 appendices Bibliography of General Assignment: 14 (1990 - 2013) Bibliography of Specific Assignment: 20 (1996 - 2013)
ix
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... iv KATA PENGANTAR ............................................................................................v HALAMAN PUBLIKASI................................................................................... vii ABSTRAK .......................................................................................................... viii DAFTAR ISI ...........................................................................................................x DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................1 1.1 Latar Belakang..................................................................................1 1.2 Tujuan ...............................................................................................3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................4 2.1 Industri Farmasi ................................................................................4 2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik ......................................................6 BAB 3 TINJAUAN UMUM PT AVENTIS PHARMA ...................................21 3.1 Sejarah PT Aventis Pharma ...........................................................21 3.2 Visi dan Misi PT Aventis Pharma .................................................22 3.3 Lokasi dan Sarana Produksi ..........................................................22 3.4 Karyawan Sanofi Group Indonesia ................................................23 3.5 Struktur Organisasi Sanofi Group Indonesia ..................................24 3.6 Produk PT Aventis Pharma ............................................................24 BAB 4 TINJAUAN KHUSUS DIVISI INDUSTRIAL AFFAIRS ..................27 4.1 Industrial Quality and Compliance Department ............................27 4.2 Production Department ..................................................................58 4.3 Technical Services Department .....................................................67 4.4 Health, Safety, and Environment Department ................................75 4.5 Plant Logistics Department ............................................................86 4.6 Purchasing Department..................................................................99 BAB 5 PEMBAHASAN ...................................................................................100 5.1 Manajemen Mutu..........................................................................103 5.2 Personalia .....................................................................................104 5.3 Bangunan dan Fasilitas .................................................................106 5.4 Peralatan .......................................................................................108 5.5 Sanitasi dan Higiene .....................................................................109 5.6 Produksi .......................................................................................112 5.7 Pengawasan Mutu .........................................................................114 5.8 Inspeksi Diri dan Audit Internal ...................................................115 5.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali x
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
Produk dan Produk Kembalian .....................................................116 5.10 Dokumentasi .................................................................................118 5.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak ............................119 5.12 Kualifikasi dan Validasi ...............................................................119 Universitas Indonesia
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................121 6.1 Kesimpulan ...................................................................................121 6.2 Saran .............................................................................................121 DAFTAR ACUAN ..............................................................................................122
xi
Universitas Indonesia Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7.
Klasifikasi ruangan PT Aventis Pharma ..........................................123 Spesifikasi pemeriksaan portable water, purified water dan purified waterMilliQ plus ..................................................................124 Jenis – jenis Air Handling Unit .........................................................125 Tingkatan Occupational Exposure Band (OEB) ...............................126 Kategori produk PT Aventis Pharma berdasarkan OEB ..................126 Parameter baku mutu air kategori D .................................................127 Karakteristik yang berlaku untuk identifikasi, pengujian terhadap impuritas dan prosedur penetapan kadar ............................127
xii
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3.
Struktur organisasi PT Aventis Pharma .......................................128 Struktur organisasi Industrial Affairs ...........................................129 Struktur organisasi Departemen Industrial Quality and Compliance ...................................................................................130 Lampiran 4. Diagram pengambilan keputusan terhadap hasil di luar spesifikasi .....................................................................................131 Lampiran 5. Contoh – contoh label ...................................................................132 Lampiran 6. Alur pemeriksaan bahan baku ......................................................133 Lampiran 7. Persyaratan jumlah bakteri, total koliform, dan ko liform tinja pada masing – masing jenis air............................................ 134 Lampiran 8. Pembagian iklim, tipe pemeriksaan, kondisi penyimpanan dan waktu pemeriksaan pada uji stabilitas ...................................135 Lampiran 9. Skema purified water plant ..........................................................136 Lampiran 10. Alur pengumpulan dan penyimpanan MSDS bahan produk PT Aventis Pharma ..........................................................137 Lampiran 11. Alur penanganan limbah...............................................................138 Lampiran 12. Skema waste water treatment plant .............................................139 Lampiran 13. Denah warehouse .........................................................................140 Lampiran 14. Implementasi CPOB di PT. Aventis Pharma ...............................141
xiii
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berusaha memajukan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan yang menyeluruh, terarah dan terpadu di segala bidang, salah satunya adalah di bidang kesehatan. Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional karena kesehatan menunjang semua aspek kehidupan manusia. Tujuan utama pembangunan di bidang kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat sesuai dengan yang tercantum dalam UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Satu diantara upaya yang dilakukan
adalah
dengan
melakukan
kegiatan
dalam
memelihara
dan
meningkatkan kesehatan. Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan diperlukan sarana kesehatan. Industri farmasi merupakan salah satu sarana untuk mendukung upaya peningkatan pelayanan kesehatan tersebut. Industri farmasi di Indonesia turut
andil
dalam
peningkatan
kualitas
kesehatan
masyarakat
dengan
meningkatkan kuantitas dan kualitas obat yang diproduksi. Sebagai produk dari industri farmasi, obat
yang beredar tentunya harus dapat dijamin keamanan,
khasiat dan mutunya. Oleh karena itu diperlukan suatu pedoman yang meliputi seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu sehingga setiap obat yang dihasilkan selalu memenuhi ketentuan mutu yang telah ditetapkan. Pasar industri farmasi di Indonesia saat ini terus berkembang yang dapat dilihat dengan semakin bertumbuhnya industri farmasi baru baik besar maupun kecil, baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang ingin ikut bermain dalam bidang ini. Semakin banyak pesaing tentu akan meningkatkan persaingan dalam merebut pangsa pasar dan hal ini menyebabkan konsumen semakin selektif dalam memilih produk. Persaingan produk dapat berupa persaingan kualitas, harga, ketersediaan produk maupun variasi produk. Dalam menjamin tersedianya obat yang bermutu, aman, dan berkhasiat dikeluarkanlah Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 43/MENKES/SK/II/1988 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik yang menjadi pedoman wajib 1
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
2
bagi Industri farmasi dalam penerapan CPOB. Upaya tersebut diikuti oleh Badan POM (Pengawasan Obat dan Makanan) dengan mengeluarkan Surat Keputusan Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) adalah pedoman pembuatan obat bagi industri farmasi di Indonesia yang bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya.CPOB menyangkut keseluruhan aspek produksi dan pengendalian mutu. Pengendalian mutu dapat berpengaruh dalam menjamin konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Semua industri farmasi harus menerapkan CPOB dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan pembuatan obat. (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012). Sumber daya manusia menjadi faktor penting dalam penerapan sistem pemastian mutu. Oleh karena itu penyediaan personil yang berkualitas dengan kapasitas yang memadai menjadi faktor penting dan merupakan tanggung jawab industri farmasi. Seorang apoteker merupakan kunci dalam penerapan segala aspek yang tercantum dalam CPOB. Apoteker tidak hanya membutuhkan pengetahuan teoritis, tetapi juga pengalaman langsung di lapangan. Untuk mewujudkan hal tersebut dijalin kerjasama dengan industri farmasi untuk menyelenggarakan praktek kerja apoteker. Berdasarkan hal tersebut, seorang calon Apoteker harus dapat memahami tanggung jawab profesinya secara nyata. Melalui teori yang dibekali sebelumnya, calon Apoteker diharapkan memiliki pemahaman awal sebelum menerapkannya di dunia kerja nyata dapat dibentuk melalui sebuah praktek kerja profesi di industri farmasi dan akan lebih dipahami oleh calon Apoteker. Oleh karena itu, Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI mengadakan kerjasama dengan PT Aventis Pharma dalam menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) agar dapat menjadi sarana pembelajaran di industri farmasi bagi para calon Apotekernya. Praktek kerja profesi ini dijalankan dari periode 2 September31 Oktober 2013.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
3
1.2. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di industri farmasi bertujuan untuk mengetahui penerapan ketentuan CPOB di industri Farmasi, khususnya pada PT Aventis Pharma, serta untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab apoteker di industri Farmasi terutama sebagai penanggung jawab produksi, pemastian mutu, dan pengawasan mutu.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Industri farmasi Menurut peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia No HK.03.1.33.12.12.8195 tahun 2012, industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Sedangkan obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi, yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi untuk manusia, sedangkan bahan obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012). Setiap industri farmasi wajib memiliki izin usaha dari Menteri Kesehatan. Izin usaha industri farmasi diberikan kepada pemohon yang telah siap berproduksi sesuai dengan persyaratan CPOB. Untuk mendapatkan izin usaha industri farmasi, sebelumnya harus melalui tahap persetujuan prinsip. Persetujuan prinsip ini diberikan kepada industri farmasi untuk melakukan persiapan-persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan dan pemasangan instalasi peralatan. Persetujuan prinsip tersebut berlaku selama jangka waktu 3 tahun dan setiap tahun perusahaan yang bersangkutan menyampaikan informasi kemajuan pembangunan proyeknya kepada Kepala Badan pengawas Obat dan Makanan. Bagi industri farmasi yang melakukan penambahan kapasitas produksi atau penambahan bentuk sediaan tidak memerlukan izin perluasan. Izin usaha industri farmasi yang diberikan dapat berlaku untuk seterusnya selama perusahaan industri farmasi yang bersangkutan berproduksi dan tidak melanggar ketentuan yang telah ditetapkan dalam surat keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 245/MENKES/SK/V/1990.
4
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
5
2.1.1
Persyaratan usaha industri farmasi Usaha industri farmasi wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas. b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat. c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). d. Memiliki secara tetap paling sedikit tiga orang apoteker warga negara Indonesia (WNI) masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu. e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung ataupun tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).
2.1.2
Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi Izin Usaha Industri Farmasi dapat dicabut dengan alasan:
a. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi melakukan pemindahtanganan hak milik Izin Usaha Industri Farmasi. b. Perluasan tanpa memiliki izin sesuai dengan ketentuan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan. c. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi tidak menyampaikan informasi industri farmasi secara berturut-turut tiga kali atau dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar. d. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi melakukan pemindahan lokasi usaha industri tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Menteri Kesehatan. e. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi dengan sengaja memproduksi obat jadi atau bahan baku obat yang tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku atau obat palsu. f. Tidak dipenuhinya ketentuan dalam Izin Usaha Industri Farmasi yang ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
6
2.2.
Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012) Cara pembuatan obat yang baik atau sering disebut CPOB, adalah cara
pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu yang bertujuan untuk menjamin bahwa produk obat dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan penggunaannya. CPOB merupakan pedoman yang bertujuan untuk memastikan agar sifat dan mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan yang dikehendaki. Bila perlu dapat dilakukan penyesuaian dengan syarat bahwa standar mutu obat yang telah ditentukan tetap dicapai. Selain itu, CPOB merupakan bagian dari sistem pemastian mutu yang mengatur dan memastikan obat diproduksi dan mutunya dikendalikan secara konsisten sehingga produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan sesuai tujuan penggunaan poduk disamping persyaratan lainnya. Tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian, tetapi yang lebih penting adalah bahwa mutu harus dibentuk ke dalam produk tersebut. Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan pengemas, proses produksi, dan pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai dan personil yang terlibat. Pemastian mutu suatu obat tidak hanya mengandalkan pada pelaksanaan pengujian tertentu saja, namun obat dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau secara cermat. Pedoman ini juga dimaksudkan untuk digunakan oleh industri farmasi sebagai dasar pengembangan aturan internal sesuai kebutuhan. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan, dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012). Ruang lingkup CPOB 2012 meliputi: manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, proses produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
7
obat, penarikan kembali obat dan obat kembalian, dokumentasi, pembuatan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi.
2.2.1
Manajemen mutu Di setiap industri farmasi perlu adanya manajemen yang bertanggung
jawab agar obat yang dihasilkan sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi), dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah, atau tidak efektif. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya suatu “Kebijakan Mutu”, yang memerlukan partisipasi dan komitmen jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok, dan para distributor. Unsur dasar manajemen mutu adalah: a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya. b. Tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Semua bagian sistem Pemastian Mutu harus didukung dengan ketersediaan personil yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang cukup dan memadai. Konsep dasar pemastian mutu, cara pembuatan obat yang baik (CPOB), pengawasan mutu, dan manajemen risiko mutu adalah aspek manajemen mutu yang saling terkait. Pemastian mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan. Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Karena itu pemastian mutu mencakup CPOB ditambah dengan faktor lain di luar pedoman ini, seperti desain dan pengembangan produk. CPOB merupakan bagian dari pemastian mutu yang memastikan bahwa obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
8
izin edar dan spesifikasi produk. Sedangkan pengawasan mutu merupakan bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan tidak digunakan, serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok, sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat. Selain itu dalam manajemen mutu juga dijelaskan mengenai manajemen risiko mutu yang merupakan suatu proses sistematis untuk melakukan penilaian, pengendalian, dan pengkajian risiko terhadap mutu suatu produk. (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
2.2.2. Personalia Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaannya. Industri farmasi hendaklah memiliki personil yang terkualifikasi dan berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil hendaklah tidak dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindarkan risiko terhadap mutu obat. Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk serta mempunyai tingkat kualifikasi yang memadai. Hendaklah aspek penerapan CPOB tidak ada yang terlewatkan ataupun tumpang tindih dalam tanggung jawab yang tercantum pada uraian tugas. Personil kunci dalam industri farmasi terdiri dari kepala bagian produksi, kepala bagian pengawas mutu, dan kepala bagian manajemen mutu. Posisi personil kunci dalam industri farmasi dirancang sedemikian rupa sehingga bagian Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
9
produksi dan bagian pengawasan mutu, maupun bagian manajemen mutu dipimpin oleh orang yang berlainan, yang tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain (independen). Masing-masing hendaklah diberi wewenang penuh dan sarana cukup yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif. Personil kunci tidak boleh mempunyai kepentingan lain di luar organisasi pabrik, yang dapat menghambat atau membatasi tanggung jawabnya atau yang dapat menimbulkan pertentangan kepentingan pribadi atau finansial. Kepala bagian produksi, pengawasan mutu, dan manajemen mutu hendaklah seorang apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dalam bidang pembuatan obat, dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara profesional. Masing-masing kepala bagian produksi, pengawasan mutu dan manajemen mutu (pemastian mutu) memiliki tanggung jawab bersama dalam menerapkan semua aspek yang berkaitan dengan mutu, yang berdasarkan peraturan Badan POM mencakup: a. Otorisasi prosedur tertulis dan dokumen lain, termasuk amandemen. b. Pemantauan dan pengendalian lingkungan pembuatan obat. c. Higiene pabrik. d. Validasi proses. e. Pelatihan. f. Persetujuan dan pemantauan terhadap pemasok bahan. g. Persetujuan dan pemantauan terhadap pembuat obat berdasarkan kontrak. h. Penetapan dan pemantauan kondisi penyimpanan bahan dan produk. i. Penyimpanan catatan. j. Pemantauan pemenuhan terhadap persyaratan CPOB. k. Inspeksi, penyelidikan, dan pengambilan sampel untuk pemantauan faktor yang mungkin berdampak terhadap mutu produk (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
2.2.3
Bangunan dan fasilitas Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain,
konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
10
dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan
kesalahan lain, serta memudahkan
pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat. Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindarkan pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah dan air, serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak sesuai, hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap pencemaran tersebut. Bangunan dan fasilitas hendaklah didesain, dikonstruksi, dilengkapi, dan dirawat sedemikian agar memperoleh perlindungan maksimal terhadap pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah, serta masuk dan bersarang serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain. Hendaklah tersedia prosedur untuk pengendalian binatang pengerat dan hama. Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area penyimpanan, koridor, dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur dan diperbaiki bila perlu. Perbaikan dan perawatan bangunan dan fasilitas hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak memengaruhi mutu obat pasokan. Adapun kegiatan-kegiatan yang hendaknya dilakukan di area yang ditentukan antara lain penerimaan bahan, karantina barang masuk, penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas, penimbangan dan penyerahan bahan atau produk, pengolahan, pencucian peralatan, penyimpanan peralatan, penyimpanan produk ruahan, pengemasan, karantina produk jadi sebelum memperoleh pelulusan akhir, pengiriman produk, dan laboratorium pengawasan mutu (Badan Pengawas Obat dan Makanan 2012).
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
11
2.2.4
Peralatan Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai, serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets, dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran, dan hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada mutu produk. Pada prinsipnya pengadaan peralatan harus mempertimbangkan apakah sesuai dengan penggunaan dengan produksi/ pengujian obat dan apakah terbuat dari material yang memenuhi syarat dan aman dalam penggunaannya. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara, atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi, atau absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu, atau kemurnian di luar batas yang ditentukan. Peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci serta disimpan dalam keadaan bersih dan kering. Peralatan pencucian dan pembersihan hendaklah dipilih dan digunakan agar tidak menjadi sumber pencemaran. Peralatan untuk mengukur, menimbang, mencatat, dan mengendalikan hendaklah dikalibrasi dan diperiksa pada interval waktu tertentu dengan metode yang ditetapkan. Catatan yang memadai dari pengujian tersebut hendaklah disimpan. Filter cairan yang digunakan untuk proses produksi hendaklah tidak melepaskan serat ke dalam produk. Filter yang mengandung asbes tidak boleh digunakan walaupun sesudahnya disaring kembali menggunakan filter khusus yang tidak melepaskan serat. Pipa air suling, air deionisasi, dan bila perlu pipa air lain untuk produksi hendaklah disanitasi sesuai prosedur tertulis. Prosedur tersebut hendaklah berisi rincian batas cemaran mikroba dan tindakan yang harus dilakukan (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
12
2.2.5
Sanitasi dan higiene Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, bahan pembersih dan desinfeksi, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Program higiene yang rinci hendaklah dibuat dan diadaptasikan terhadap berbagai kebutuhan di dalam area pembuatan. Program tersebut hendaklah mencakup prosedur yang berkaitan dengan kesehatan, praktik higiene, dan pakaian pelindung personil. Prosedur hendaklah dipahami dan dipatuhi secara ketat oleh setiap personil yang bertugas di area produksi dan pengawasan. Program higiene hendaklah dipromosikan oleh manajemen dan dibahas secara luas selama sesi pelatihan. Semua personil hendaklah menerapkan higiene perorangan yang baik. Hendaklah mereka dilatih mengenai penerapan higiene perorangan. Semua personil yang berhubungan dengan proses pembuatan hendaklah memerhatikan tingkat higiene perorangan yang tinggi. Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan dikonstruksi dengan tepat untuk memudahkan sanitasi yang baik.Hendaklah ada prosedur tertulis yang menunjukkan penanggung jawab untuk sanitasi serta menguraikan dengan cukup rinci mengenai jadwal, metode, peralatan dan bahan pembersih yang harus digunakan untuk pembersihan sarana dan bangunan. Prosedur tertulis terkait hendaklah dipatuhi. Segala praktek tidak higienis di area pembuatan atau area lain yang dapat berdampak merugikan terhadap mutu produk, hendaklah dilarang. Prosedur sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala agar cukup efektif dan selalu memenuhi persyaratan (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
2.2.6
Produksi Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang senantiasa menjamin produk Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
13
yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar. Adapun aspek produksi yang diatur pada CPOB meliputi: a. Bahan awal Pembelian bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan dan bila memungkinkan, langsung dari produsen. Pada tiap penerimaan hendaklah dilakukan pemeriksaan visual tentang kondisi umum, keutuhan wadah dan segelnya, ceceran, dan kemungkinan adanya kerusakan bahan dan tentang kesesuaian catatan pengiriman dengan label dari pemasok. Bahan awal yang diterima hendaklah dikarantina sampai disetujui dan diluluskan untuk pemakaian oleh kepala bagian pengawasan mutu. Label yang menunjukkan status bahan awal hendaklah ditempelkan hanya oleh personil yang ditunjuk oleh kepala bagian pengawasan mutu. b. Validasi proses Perubahan signifikan terhadap proses pembuatan termasuk perubahan peralatan atau bahan yang dapat memengaruhi mutu produk dan atau reprodusibilitas proses hendaklah divalidasi. c. Pencegahan pencemaran silang Risiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat tidak terkendalinya debu, gas, uap, percikan, atau organisme dari bahan atau produk yang sedang diproses, dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian kerja operator. Tingkat risiko pencemaran ini tergantung dari jenis pencemar dan produk yang tercemar. Di antara pencemar yang paling berbahaya adalah bahan yang dapat menimbulkan sensitisasi kuat, preparat biologis yang mengandung mikroba hidup, hormon tertentu, bahan sitotoksik, dan bahan lain berpotensi tinggi. Produk yang paling terpengaruh oleh pencemaran adalah sediaan parenteral, sediaan yang diberikan dalam dosis besar dan atau sediaan yang diberikan dalam jangka waktu yang panjang. d. Sistem penomoran bets/ lot Hendaklah tersedia sistem yang menjelaskan secara rinci penomoran bets/ lot dengan tujuan untuk memastikan bahwa tiap bets/ lot produk antara, produk ruahan, atau produk jadi dapat diidentifikasi. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
14
e. Penimbangan dan penyerahan Penimbangan atau penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas, produk antara, dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus produksi dan memerlukan dokumentasi serta rekonsiliasi yang lengkap. f. Pengembalian Semua bahan awal, bahan pengemas, produk antara, dan produk ruahan yang dikembalikan ke gudang penyimpanan hendaklah didokumentasikan dengan benar dan direkonsiliasi. g. Operasi pengolahan produk antara dan produk ruahan Semua kegiatan pengolahan hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur yang tertulis. Tiap penyimpangan hendaklah dipertanggungjawabkan dan dilaporkan. h. Bahan dan produk kering Untuk mengatasi masalah pengendalian debu dan pencemaran silang yang terjadi pada saat penanganan bahan dan produk kering, perhatian khusus hendaklah diberikan pada desain, pemeliharaan, serta penggunaan sarana dan peralatan. Apabila layak, hendaklah dipakai sistem pembuatan tertutup atau metode lain yang sesuai. i. Produk cair, krim, dan salep (nonsteril) Produk cair, krim, dan salep mudah terkena kontaminasi terutama terhadap mikroba atau cemaran lain selama proses pembuatan. Oleh karena itu, tindakan khusus harus diambil untuk mencegah kontaminasi. Untuk melindungi produk terhadap kontaminasi disarankan memakai sistem tertutup untuk pengolahan dan transfer. j. Bahan pengemas Pengadaan, penanganan, dan pengawasan bahan pengemas primer dan bahan pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang sama seperti terhadap bahan awal. Tiap penerimaan atau tiap bets bahan pengemas primer hendaklah diberi nomor yang spesifik atau penandaan yang menunjukkan identitasnya. k. Kegiatan pengemasan Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan menjadi produk jadi. Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
15
pengendalian yang ketat untuk menjaga identitas, keutuhan, dan mutu produk akhir yang dikemas. l. Pengawasan selama proses Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian, atau pemeriksaan yang harus dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu) dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin menjadi penyebab variasi karakteristik produk dalam proses. m. Bahan dan produk yang ditolak, dipulihkan, dan dikembalikan Bahan dan produk yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang jelas dan disimpan terpisah di “area terlarang” (restricted area). Bahan atau produk tersebut hendaklah dikembalikan kepada pemasoknya atau bila dianggap perlu, diolah ulang atau dimusnahkan. Langkah apa pun yang diambil hendaklah lebih dulu disetujui oleh kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu) dan dicatat. n. Karantina dan penyerahan produk jadi Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian sebelum penyerahan ke gudang dan siap untuk didistribusikan. Sebelum diluluskan untuk diserahkan ke gudang, pengawasan yang ketat hendaklah dilaksanakan untuk memastikan produk dan catatan pengemasan bets memenuhi semua spesifikasi yang ditentukan. o. Catatan pengendalian pengiriman obat Sistem distribusi hendaklah didesain sedemikian rupa untuk memastikan produk yang pertama masuk didistribusikan lebih dahulu. Penyimpangan terhadap konsep first-in first-out (FIFO) atau first-expire first-out (FEFO) hendaklah hanya diperbolehkan untuk jangka waktu yang pendek dan hanya atas persetujuan manajemen yang bertanggung jawab. p. Penyimpanan bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
16
Semua bahan dan produk hendaklah disimpan secara rapi dan teratur untuk mencegah risiko kecampurbauran atau pencemaran serta memudahkan pemeriksaan dan pemeliharaan. Bahan dan produk hendaklah disimpan dengan kondisi lingkungan yang sesuai. Penyimpanan yang memerlukan kondisi khusus hendaklah disediakan. Kondisi penyimpanan obat dan bahan hendaklah sesuai dengan yang tertera pada penandaan berdasarkan hasil uji stabilitas (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
2.2.7
Pengawasan mutu Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari CPOB untuk
memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tetapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Pengawasan mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analisis yang dilakukan di laboratorium, termasuk pengambilan sampel, pemeriksaan, dan pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi. Kegiatan ini mencakup juga uji stabilitas, program pemantauan lingkungan, pengujian yang dilakukan dalam rangka validasi, menyusun dan memperbaharui spesifikasi bahan dan produk, serta metode pengujiannya (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
2.2.8
Inspeksi diri, audit mutu, dan audit & persetujuan pemasok Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara objektif. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin, di samping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
17
dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif. Audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar, independen, atau suatu tim yang dibentuk khusus, untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu) hendaklah bertanggung jawab bersama bagian lain yang terkait untuk memberi persetujuan pemasok yang dapat diandalkan memasok bahan awal dan bahan pengemas yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Jika audit diperlukan, audit tersebut hendaklah menetapkan kemampuan pemasok dalam pemenuhan standar CPOB (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
2.2.9
Penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan
terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan teliti, sesuai dengan prosedur tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif. Semua keluhan dan laporan keluhan hendaklah diteliti dan dievaluasi dengan cermat, kemudian diambil tindak lanjut yang sesuai dan dibuatkan laporan. Tindakan penarikan kembali dilakukan segera setelah diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan. Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian dikembalikan ke pabrik karena adanya keluhan, kerusakan, daluwarsa, masalah keabsahan, atau sebab lain mengenai kondisi obat, wadah, atau kemasan sehingga menimbulkan keraguan akan keamanan, identitas, mutu, dan jumlah obat yang bersangkutan. Pabrik hendaklah membuat prosedur untuk menahan, menyelidiki, dan menganalisis obat yang dikembalikan serta menetapkan apakah obat tersebut dapat diproses kembali atau harus dimusnahkan (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012). Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
18
2.2.10 Dokumentasi Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi Induk/ formula pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, serta laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah sangat penting. Dokumen hendaklah didesain, disiapkan, dikaji, dan didistribusikan dengan cermat. Dokumen hendaklah disetujui, ditandatangani, dan diberi tanggal oleh personil yang sesuai dan diberi wewenang. Dokumen hendaklah dikaji ulang secara berkala dan dijaga agar selalu mutakhir. Bila suatu dokumen direvisi, hendaklah dijalankan suatu sistem untuk menghindarkan penggunaan dokumen yang sudah tidak berlaku secara tidak sengaja (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
2.2.11 Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui, dan dikendalikan untuk menghindarkan kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara jelas yang menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu). Semua pengaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak termasuk usul perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain hendaklah sesuai dengan izin edar untuk produk bersangkutan. Kontrak yang dibuat hendaknya mengizinkan pemberi kontrak untuk mengaudit sarana dari penerima kontrak. Dalam hal analisis berdasarkan kontrak, pelulusan akhir harus diberikan
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
19
oleh kepala bagian manajemen mutu pemberi kontrak (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
2.2.12 Kualifiksi dan validasi CPOB menguraikan prinsip kualifikasi dan validasi yang dilakukan di industri farmasi. CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan
yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas,
peralatan dan proses yang dapat mempengruhi mutu produk
divalidasi.
Pendekatan dengan kajian risiko digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi. Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. RIV hendaklah merupakan dokumen yang singkat, tepat, dan jelas. RIV hendaklah mencakup sekurang-kurangnya data sebagai berikut: kebijakan validasi; struktur organisasi kegiatan validasi; ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi; format dokumen; format protokol dan laporan validasi; perencanaan dan jadwal pelaksanaan; pengendalian perubahan; dan acuan dokumen yang digunakan. Protokol validasi hendaklah merinci langkah kritis dan kriteria penerimaan. Laporan harus dibuat mengacu pada protokol kualifikasi dan atau protokol validasi dan memuat ringkasan hasil yang diperoleh, tanggapan terhadap penyimpangan yang terjadi, kesimpulan, dan rekomendasi perbaikan. Tiap perubahan terhadap rencana yang ditetapkan dalam protokol hendaklah didokumentasikan dengan pertimbangan yang sesuai. Kualifikasi terdiri dari: a. Kualifikasi desain b. Kualifikasi instalasi c. Kualifikasi operasional d. Kualifikasi kinerja
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
20
Sedangkan validasi terdiri dari: a. Validasi proses b. Validasi pembersihan c. Validasi metode analisis d. Validasi ulang (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
BAB 3 TINJAUAN UMUM PT AVENTIS PHARMA
3.1.
Sejarah PT Aventis Pharma PT Aventis Pharma merupakan perusahaan farmasi global yang
merupakan hasil penggabungan/merger antara dua perusahaan besar kimia farmasi yaitu PT Rhone Poulenc dengan PT Hoechst Marion Roussel Indonesia. PT Hoechst Marion Roussel Indonesia (merupakan pendahulu PT Aventis Pharma) berasal dari Hoechst Indonesia yang berdiri pada tahun 1956. Kemudian, PT Hoechst
Indonesia
melakukan
pengembangan
menjadi
PT.
Hoechst
Pharmaceutical Indonesia pada tahun 1969. Kemudian tahun 1972 dilakukan produksi tablet novalgin untuk pertama kalinya. Pada tahun 1996 Hoechst Pharmaceutical Indonesia mengakuisisi Marion Merrel Dow, yaitu suatu perusahaan farmasi Amerika Serikat dan bersamaan dengan itu Hoechst AG mendirikan perusahaan divisi farmasinya, yaitu Hoechst Marion Roussel Indonesia. Karena perubahan tersebut, setahun kemudian PT HPI berubah nama menjadi PT Hoechst Marion Roussel Indonesia. Pada akhir tahun 1999 Hoechst Marion Roussel Indonesia bergabung dengan Rhone – Poulenc Rorer, suatu perusahaan kimia-farmasi Perancis, membentuk Aventis SA (suatu Holding Company) yang berkedudukan di Strassbourg, Perancis. Aventis SA mempunyai anak – anak perusahaan baru, antara lain Aventis Pharma AG yang berkedudukan di Frankfrut, Jerman. Di Indonesia, penggabungan antara PT Hoechst Marion Roussel Indonesia dengan PT Rhone – Poulenc Rorer diresmikan pada tahun 2001 dengan nama PT Aventis Pharma. Pada bulan Mei tahun 2007, PT. Aventis Pharma mendapatkan sertifikat ISO 14000 dan OHSAS 18001. Pada bulan Januari sampai Maret 2010, PT Aventis Pharma mendapatkan sertifikasi TGA. Setelah bergabung dengan Sanofi Synthelabo di tahun 2004, nama perusahaan berubah menjadi SanofiAventis, untuk kemudian berubah lagi menjadi Sanofi di tahun 2011. Sanofi Group Indonesia terdiri atas 2 (dua) badan hukum yaitu : PT Aventis Pharma dan PT Sanofi Aventis Indonesia. 21
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
22
3.2.
Visi dan Misi PT Aventis Pharma (Sanofi Aventis, 2012)
3.2.1
Visi PT Aventis Pharma Visi PT Aventis Pharma adalah menjadi perusahaan terkemuka yang
didorong oleh inovasi, mampu memanfaatkan kesempatan-kesempatan dalam bidang ilmu kehidupan (Life Sciences) yang tengah berkembang pesat saat ini, bertekad untuk berperan utama dalam peningkatan kualitas kehidupan manusia dan turut bersumbangsih kepada pembangunan dunia, khususnya dengan mengatasi dan menangani berbagai penyakit melalui teknik diagnosa, terapi vaksin, dan cara pengobatan yang inovatif.
3.2.2
Misi PT Aventis Pharma Misi PT Aventis Pharma yaitu Aventis Pharma adalah perusahaan farmasi
global yang memiliki tekad untuk memberi arti bagi para pasien, pemilik saham, karyawan, dan masyarakat luas dengan menemukan, mengembangkan, dan memasarkan produk-produk farmasi inovatif yang akan dapat memenuhi kebutuhan medis yang belum teratasi serta menuju pelayanan kesehatan dengan biaya lebih rendah. Perusahaan juga mempunyai tekad untuk menjadi pemimpin dalam era di mana perubahan-perubahan terjadi dengan cepat di industri ini.
3.3.
Lokasi dan Sarana Produksi (Sanofi Aventis, 2012) PT Aventis Pharma Site berlokasi di Jalan Jendral Ahmad Yani, Pulo Mas
Jakarta, berdiri di atas tanah seluas 37.500 m2 atau 150 x 250 m, dan berupa lapangan rumput seluas 24.000 m2. Di kawasan ini terdapat beberapa gedung utama: 1. Factory building yang terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian produksi (processing dan packaging) dan warehouse, seluas 3160 m2. Peluasan warehouse dibangun dan diperbaiki mengikuti synergi project factory upgrade (SPFU). Factory building terdiri dari dua lantai yaitu: a. Ground floor yang digunakan untuk warehouse, solid processing, cream and ointment processing, primary and secondary packaging, dan aktivitas penunjang lainnya. Warehouse memiliki satu incoming airlock dan satu outgoing airlock. Antara warehouse dan area processing terdapat dua Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
23
airlock untuk transfer material. Di antara warehouse dan secondary packaging terdapat dua airlock, yaitu airlock untuk mentransfer secondary packaging material dari warehouse ke secondary packaging area dan untuk mentransfer finished goods dari secondary packaging area ke warehouse. Layout dan design di ground floor diatur sedemikian rupa untuk menyediakan alur kerja dan urutan lalu lintas bahan satu arah untuk menghindari resiko mixed up. b. First floor terutama digunakan untuk fasilitas-fasilitas seperti loker, ruang ganti pakaian, dan technical area. 2. Office building 1, seluas 540 m2. 3. Office building 2, seluas 540 m2. 4. Multi purpose building, digunakan untuk office, bagian quality operation seluas 450 m2. 5. Energy building and workshop, seluas 485 m2.
3.4.
Karyawan Sanofi Group Indonesia Dari 110.000 karyawan di 100 negara, lebih dari 700 orang karyawan PT
Aventis Pharma berada di Indonesia, mereka berprestasi bersama mendukung dan membentuk Aventis Pharma untuk menjadi salah satu perusahaan farmasi terkemuka di dunia. PT Aventis Pharma mengangkat calon-calon karyawan dari lulusan terbaik dan berbakat dari berbagai universitas dan institusi pendidikan lain di Indonesia. Mereka kemudian mendapat kesempatan untuk dilatih diberbagai disiplin industri, seperti teknik, kesehatan, keuangan, pemasaran, dan teknologi informasi. Perusahaan juga mendorong budaya kewirausahawan yang berorientasi pada pasar dan yang diinspirasi oleh fleksibilitas, kerjasama, dan pembuatan keputusan berdasarkan data, bukan tradisi. Kelangsungan kegiatan operasi merupakan hal yang diutamakan di PT Aventis Pharma. Demikian juga dengan pengakuan terhadap kepentingan yang sejajar
antara
pelanggan
dan
kesejahteraan
karyawan.
Disamping
mempertahankan hubungan yang baik dengan serikat pekerja, kesejahteraan karyawan juga dijamin oleh berbagai program menarik, seperti penggantian biaya kesehatan karyawan, kompensasi yang kompetitif, bonus, serta paket tunjangan Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
24
hari tua. Penghargaan diberikan berdasarkan keberhasilan individu dan tim. Semua ini menciptakan lingkungan kerja yang menyajikan tantangan sekaligus produktif dan membanggakan.
3.5.
Struktur Organisasi Sanofi Group Indonesia (Sanofi Aventis, 2013) Sanofi Group Indonesia dipimpin oleh seorang Presiden Direktur yang
membawahi 13 Divisi, yaitu: a. National Sales b. Marketing c. Strategy Development and Diabetes d. Oncology Unit e. Communication and Public Affairs f. Finance and Accounting g. Business Development h. Human Resources i. Medical and Regulatory j. Senior Legal k. Industrial Affairs l. Vaccine m. Country Compliance Bagan struktur organisasi Sanofi Group Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.6.
Produk PT Aventis Pharma PT.
Aventis
Pharma
menghasilkan obat - obat
dikenal
sebagai
perusahaan
farmasi
yang
sesuai dengan kebutuhan bidang kesehatan di
Indonesia. Aventis Pharma Global akan mendukung dan mempertahankan predikat tersebut melalui penerapan teknologi tinggi dalam pengembangan solusi untuk menghadapi berbagai penyakit yang diderita masyarakat Indonesia. Melalui penelitian di bidang kardiovaskuler, penyakit infeksi, asma, alergi, diabetes, radang sendi, kanker serta di bidang vaksin dan protein terapetik ( therapeutic proteins), PT Aventis Pharma yakin bahwa produk-produk yang dihasilkan akan
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
25
memainkan peranan penting dalam membantu masyarakat Indonesia mengatasi masalah kesehatan di Indonesia. Produk PT Aventis Pharma diperoleh dengan berbagai cara, antara lain dengan memproduksi obat tersebut menggunakan fasilitas produksi yang tersedia, kontrak dengan perusahaan farmasi lain (toll manufacturing), dan mengimpor baik produk ruahan untuk dikemas akhir (re-pack) maupun produk jadi yang telah dikemas namun masih memerlukan pelabelan (penempelan stiker). Produk PT Aventis Pharma secara garis besar dapat dibagi menjadi enam, yaitu: 1.
Produk yang diproduksi sendiri di pabrik (Jakarta site) untuk keperluan lokal (dalam negeri) dan eksport (luar negeri).
2.
Produk impor dari Aventis Global yang dikemas ulang (repackaging) di pabrik (Jakarta site)
3.
Produk impor yang berupa finished goods.
4.
Produk yang bulk-nya diimpor dan kemudian dikemas di pabrik (Jakarta site) untuk keperluan lokal dan ekspor.
5.
Produk toll manufacturing yang dibuat oleh PT Boehringer-Ingelheim Indonesia untuk PT Aventis Pharma.
PT Aventis Pharma telah menghasilkan serangkaian obat-obat inovatif untuk pengobatan pasien yang menderita beraneka ragam penyakit serius. Hal ini terlaksana berkat dukungan dari sumber daya yang profesional, manajemen dan pimpinan perusahaan yang penuh komitmen, serta dengan research and development anggaran terbesar di industri farmasi. Upaya riset Aventis Pharma difokuskan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan medis yang belum teratasi dan diarahkan pada 7 bidang utama, yaitu: 1.
Anti infeksi, dengan pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.
2.
Radang sendi/tulang, dengan pengobatan untuk radang sendi dan osteoporosis.
3.
Kardiologi/thrombosis, untuk pengobatan infark jantung, penyakit jantung koroner dan kelainan jantung lainnya.
4.
Sistem saraf pusat, untuk pengobatan berbagai penyakit degeneratif otak dan Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
26
tulang belakang. 5.
Metabolisme, untuk pengobatan diabetes dan penyakit metabolisme lainnya
6.
Onkologi, untuk pengobatan tumor ganas.
7.
Respiratori, untuk pengobatan asma dan alergi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
BAB 4 TINJAUAN KHUSUS DIVISI INDUSTRIAL AFFAIRS
Berdasarkan struktur organisasi, Divisi Industrial Affairs (Industrial Affairs/IA Division) berada langsung dibawah Presiden Direktur PT Aventis Pharma, yang dikepalai oleh Head of Industrial Affairs Division. Berikut ini adalah departemen yang dibawahi oleh IA Division: a.
Industrial Quality and Compliance Department
b.
Production Department
c.
Technical Services Department (TSD)
d.
Health, Safety, and Environment Department (HSE Dept.)
e.
Plant Logistic Department
f.
Purchasing Department
Struktur organisasi Industrial Affairs Division dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.1.
Industrial Quality and Compliance Department (Aventis Pharma, 2012) Industrial Quality and Compliance (IQC) Department adalah salah satu
bagian dari IA Division yang bertanggung jawab terhadap pengendalian mutu menyeluruh dalam arti pengendalian mutu terhadap produk yang dihasilkan sejak bahan awal, produk setengah jadi (termasuk In Process Control/IPC), sampai dengan produk jadi yang siap digunakan, termasuk didalamnya penilaian terhadap pemasok dan distributor. Untuk menjamin mutu produk yang dihasilkan serta menjamin ketelitian pemeriksaan perlu dilakukan pengecekan, validasi, dan kalibrasi dari alat dan ruangan yang digunakan untuk memeriksa produk. IQC Department juga perlu melakukan pemeriksaan stabilitas untuk memonitor secara tidak langsung mutu obat yang telah beredar. Departemen ini dipimpin oleh seorang Head of IQC yang membawahi dua unit kerja, yaitu Quality Assurance Unit (QA Unit) dan Quality Control Unit (QC Unit). Struktur organisasi dari IQC Department dapat dilihat pada Lampiran 3. Berikut ini penjelasan mengenai QA Unit dan QC Unit. 27
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
28
4.1.1. Quality Assurance Unit (Unit Pemastian Mutu) Unit ini bertanggung jawab dalam menjamin mutu suatu produk mulai dari pemesanan bahan baku dan kemasan obat sampai obat siap dikonsumsi konsumen, termasuk didalamnya pemilihan pemasok dan distributor. Sistem mutu di PT Aventis Pharma ditetapkan berdasarkan CPOB, Aventis Global Quality Standards dan Global IQC Directive. Pengendalian mutu dilakukan terhadap semua faktor yang dapat mempengaruhi mutu obat yaitu mulai dari bahan awal, bahan pengemas, proses pembuatan, bangunan, peralatan, dan personalia. Unit ini dipimpin oleh seorang QA Manager yang bertanggung jawab kepada Head of IQC. Aspek-aspek yang ditangani oleh unit ini adalah:
4.1.1.1 Penanganan personel Unit Pemastian Mutu bertanggung jawab terhadap koordinasi perencanaan dan penyelenggaraan pelatihan karyawan bidang operasional. Menurut CPOB, seluruh karyawan yang langsung ikut serta dalam kegiatan obat dan yang karena tugasnya mengharuskan mereka masuk ke daerah pembuatan obat hendaklah dilatih mengenai kegiatan tertentu yang sesuai dengan tugasnya maupun mengenai prinsip CPOB. Sejalan dengan hal itu, standar Health, Safety, and Environment juga mensyaratkan pelatihan yang memadai bagi seluruh karyawan di bidang HSE (HSE Department). Secara garis besar pelatihan dibedakan menjadi dua, yaitu: a.
Pelatihan dasar, meliputi
teori
dan praktek CPOB, pengenalan
mikroorganisme, keselamatan kerja, dan lain-lain. b.
Pelatihan tambahan, misalnya keluar masuk di cold storage room yang ada di warehouse, pelatihan khusus tentang pengoperasian suatu alat/mesin.
Tanggung jawab lain QA adalah untuk memastikan bahwa program pelatihan yang disiapkan sesuai dengan aturan-aturan pemerintah maupun Global HSE Standard serta memonitor pelaksanaannya. Pelatihan dilakukan secara kontinu untuk menjamin personel terbiasa dengan persyaratan CPOB yang berkaitan dengan tugasnya dan untuk menjaga agar sistem yang telah ditetapkan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Setiap awal tahun masing-masing departemen harus merencanakan program pelatihan untuk satu tahun mendatang untuk departemennya yang Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
29
mencakup topik pelatihan, waktu pelaksanaan, peserta, serta instrukturnya. Pelatihan yang dilakukan diutamakan untuk prosedur tetap (protap) baru atau protap yang diubah atau direvisi karena suatu temuan pada saat inspeksi diri atau temuan pada suatu failure investigation (penyelidikan terhadap kegagalan), kecelakaan kerja, dan sebagainya. Khusus untuk karyawan baru selain mengikuti pelatihan dasar mengenai teori dan praktek dari CPOB atau HSE, mereka juga harus menerima pelatihan yang sesuai atau berkaitan dengan tugasnya baik umum maupun khusus. Untuk mengevaluasi efektifitas dari pelatihan, dilakukan dengan pelatihan pemahaman karyawan terhadap materi pelatihan dengan menggunakan metode scoring (berdasarkan hasil tertulis) maupun dengan pengamatan langsung terhadap karyawan dalam melaksanakan SOP tersebut. Contohnya: pada saat pelatihan
pengunaan
alat
tertentu,
karyawan
langsung
diminta
untuk
mendemonstrasikan cara menggunakan alat. Hal ini kemudian dinilai oleh pelatih.
4.1.1.2 Penanganan dan pengaturan sistem dokumentasi Tugas QA Unit adalah menangani dokumen yang berlaku, baik dalam hal penyimpanannya, fotokopi dokumen induk, serta penanganan dokumen yang sudah tidak berlaku. Dokumen adalah segala sesuatu berupa catatan tertulis atau tercetak, seperti instruksi, raw data, formulir, panduan dan kebijakan yang berhubungan dengan proses pengembangan, pembuatan, pemeriksaan, distribusi obat, yang diperlukan untuk pemenuhan persyaratan CPOB, Sanofi Aventis directives dan peraturan pemerintah yang berhubungan yang digunakan di PT Aventis Pharma. Dokumennya antara lain adalah General Manufacturing Instruction, Test method (produk, bahan baku dan bahan pengemas), Test Method Validation, Stability Study, Global IQC Directive, Global HSE, Drug Surveillance Action Plan (DSAP), dan dokumen registrasi. Termasuk di dalamnya pula adalah dokumen pembuatan obat yang merupakan bagian manajemen sistem informasi yang meliputi spesifikasi, prosedur pembuatan, metode pemeriksaan, serta laporan lain yang diperlukan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi seluruh rangkaian kegiatan pembuatan obat atau seluruh dokumen yang dipersyaratkan dalam CPOB. Jenis dokumen ada 2 macam, yaitu:
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
30
a.
Batch related document, contohnya: PPI (Prosedur pengolahan atau pengemasan induk); catatan pengolahan/pengemasan bets; Spesifikasi dan catatan hasil pemeriksaan bahan baku, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan, obat jadi (termasuk kromatogramnya); raw data; test method, protap, catatan distribusi obat.
b.
Non batch related document, contohnya: kualifikasi dan validasi, penelitian terhadap kegagalan (FIR), catatan pembersihan dan sanitasi, program stabilitas, pengendalian hama, audit, registrasi, change control, gambar tekhnik, pemeriksaan dan kalibrasi alat, penanganan keluhan dan obat kembalian, pemantauan lingkungan, log book, pelatihan pegawai, technical agreement, dan dokumen lainnya.
4.1.1.3 Menyusun dan mengendalikan prosedur tetap (protap) Menurut CPOB dan ketentuan dari Global IQC Directives maupun Global Health Safety and Environment (HSE) untuk setiap kegiatan yang dilakukan hendaklah disiapkan suatu prosedur tertulis berupa Protap. Prosedur Tetap (Protap), atau yang juga dikenal sebagai Standard Operating Procedure (SOP), adalah prosedur tertulis yang telah disahkan oleh pejabat berwenang dan berisi instruksi untuk pelaksanaan tugas yang tidak khusus berkaitan dengan suatu produk atau bahan tertentu, tetapi lebih bersifat umum, misalnya pengoperasian, pemeliharaan dan pembersihan mesin, kalibrasi, validasi, pembersihan gudang dan pengendalian kondisi lingkungan, pengambilan contoh (sampling), dan inspeksi diri. Protap dimaksudkan untuk: a.
Memastikan bahwa semua proses setiap kali dilakukan dengan cara yang sama oleh petugas.
b.
Memastikan bahwa proses dilakukan sesuai dengan ketentuan CPOB dan HSE.
c.
Memudahkan pengendalian proses baru atau perubahan dari proses yang telah berlaku.
d.
Membantu melatih karyawan baru. Protap ada dua macam, yaitu:
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
31
1)
Protap umum, yang berisi hal-hal umum
a)
Berguna untuk menjelaskan dan mendokumentasikan sistem QA pada IA Division dalam bidang CPOB dan HSE.
b)
Suatu bagian dari buku pedoman dari sistem penjaminan mutu atau protap panduan mutu.
c)
Sangat tidak cocok digunakan sebagai protap di “lapangan” meskipun berbagai operasi yang dilukiskan adalah bersifat umum.
2)
Protap khusus, yang berisi hal-hal khusus
a)
Berguna untuk menjelaskan dan mendokumentasikan sistem QA dan HSE dalam masing-masing lingkungan departemen dan lingkungan kelompok pada IA Division.
b)
Mengatur seluruh kegiatan yang berkaitan dengan CPOB dan HSE yang bersifat spesifik bagi departemen atau kelompok unit tertentu.
c)
Bermanfaat sebagian untuk digunakan sebagai protap di “lapangan” apabila protap tersebut merinci departemen terkait. Pada dasarnya tiap protap dibuat oleh departemen atau unit yang
bersangkutan dengan bekerjasama dan berkonsultasi dengan IQC Department atau QA Unit dan departemen lain yang berhubungan. IQC Department bertanggung jawab mengkoordinir penyiapan, penerbitan, dan implementasi semua protap yang ada. Protap dikaji ulang minimal setiap tiga tahun sekali. Protap diperiksa oleh QA Manager, Department Manager yang bersangkutan dan Department Manager yang berkaitan, serta disetujui oleh Head of IQC Department. Bila penerbitan protap dimaksudkan untuk mengganti protap yang telah ada, maka Department Manager yang bersangkutan harus menarik dokumen lama dan salinannya dengan Formulir Penarikan Salinan Protap. Salinan protap kemudian dimusnahkan seluruhnya dengan membuat Berita Acara Pemusnahan Protap, sedangkan protap asli disimpan dalam dokumen khusus. Protap yang berhubungan dengan produk selama sepuluh tahun dan protap yang tidak berhubungan dengan produk selama 2 edisi. Selama lima tahun sebelum akhirnya dimusnahkan oleh QA Unit. Formulir Penarikan Salinan Protap dan Berita Acara Pemusnahan Protap dilampirkan pada protap asli yang berlaku. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
32
4.1.1.4 Validasi Menurut CPOB, validasi berarti suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa setiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan, atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. a. Validasi proses Menurut Aventis Pharma, validasi proses adalah cara pemastian dan memberi pembuktian terdokumentasi bahwa proses berlangsung dalam parameter desain yang telah ditentukan mampu dan dapat dipercaya menghasilkan produk sesuai dengan kualitas yang diinginkan dan memiliki tingkat keterulangan yang tinggi. Validasi proses dilakukan dengan cara yang berbeda tergantung pada status produk, yaitu dapat dilakukan dengan cara: 1)
Prospective Validasi yang dilakukan terhadap produk baru sebelum dipasarkan atau
bila ada perubahan (pada pabrik atau proses pembuatan) yang akan mempengaruhi kualitas produk. Untuk validasi ini, minimal dilakukan terhadap 3 bets sebelum produk tersebut dipasarkan (bila memungkinkan). Biarpun produk baru, tetapi bila dalam 1 tahun jumlah bets kurang dari 3, dapat dilakukan secara concurent, asalkan disertai dengan dokumen pengkajian resiko. 2)
Concurrent Validasi ini hampir sama dengan validasi prospective kecuali pemasaran
produk tidak menunggu proses validasi hingga selesai, validasi dilanjutkan selama produksi secara rutin.Validasi ini dilakukan bila terdapat perubahan yang direncanakan yang sedikit berpengaruh terhadap produk. Validasi concurent ini diperbolehkan jika jumlah bets yang diproduksi sedikit. 3)
Retrospective Validasi yang didasarkan pada pengumpulan data yang diperoleh dalam
proses produksi dan pemeriksaan pada produk yang sudah dipasarkan/dibuat. Validasi dari proses ini tetap memerlukan protokol yang memanfaatkan data historis sehingga bukti terdokumentasi. Jenis validasi ini tidak dianjurkan untuk digunakan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
33
4)
Revalidasi Validasi yang dilakukan secara internal dalam bentuk evaluasi kembali.
Revalidasi dapat dilakukan jika terjadi perubahan: a)
Bahan baku (sifat fisik misalnya viskositas, ukuran partikel, dan lain-lain).
b) Pabrik pembuat bahan baku. c)
Bahan pengemas primer, misal botol,
d) Proses, misalnya waktu pencampuran, suhu pengeringan. e)
Peralatan, misalnya alat menjadi otomatis.
f)
Area produksi dan sistem penunjang, misalnya tata letak berubah. Validation Steering Team yang telah dibentuk akan menyusun protocol
validasi untuk produk yang akan divalidasi. Protokol validasi merupakan bagian dari validasi yang berupa panduan kerja dalam melakukan validasi. Tim validasi bekerja sama dengan departemen yang bersangkutan akan menyusun rincian kegiatan validasi mencakup kualifikasi peralatan ( Installation/ Operational / Performance Qualification), validasi metode analisis, dan pelatihan karyawan yang terlibat dalam kegiatan validasi. Kegiatan validasi akan dilakukan oleh departemen yang bersangkutan, dimonitor, dan didokumentasikan oleh tim validasi. Setiap akhir validasi harus dibuat suatu laporan validasi sebagai pertanggungjawaban. Protokol validasi dibuat berdasarkan data-data dari laporan optimalisasi/pengembanagan produk (jika ada) atau prosedur pengolahan, dengan harus memperhatikan aspek penting dari suatu validasi sebagai berikut: a)
Karakteristik produk
b) Spesifikasi produk c)
Desain pabrik dan keterbatasannya
d) Desain proses, kemungkinan dan keterbatasannya e)
Metoda analisis dan spesifikasi
f)
Mikrobiologi
g) Pembersihan h) Quality Assurance
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
34
b. Validasi pembersihan untuk ruangan dan peralatan Ruangan dan peralatan setelah selesai digunakan untuk membuat atau mengemas akan segera dibersihkan. Untuk mendapatkan ruangan dan peralatan yang bersih dan memenuhi syarat yang sudah ditetapkan, maka cara pembersihan, deterjen, dan desinfektan yang digunakan, serta frekuensi desinfeksi harus sesuai dengan protap pembersihan dan sanitasi yang sudah ditetapkan. Untuk itu prosedur pembersihan dan sanitasi yang digunakan tersebut harus divalidasi. Validasi pembersihan ruangan dan peralatan bertujuan untuk memastikan dan membuktikan bahwa prosedur untuk pembersihan yang dilakukan sesuai dengan protap yang telah ditetapkan dapat menghilangkan residu bahan aktif dan deterjen serta mengurangi jumlah cemaran mikroba sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam melakukan validasi ini adalah: 1)
Karakteristik bahan aktif
2)
Desain ruangan atau peralatan
3)
Jenis/tipe desinfektan yang digunakan
4)
Prosedur pembersihan dan sanitasi
5)
Metode analisis yang digunakan Head of IQC bersama QA manager akan menetapkan prioritas ruangan
yang akan divalidasi berdasarkan jenis produk yang dibuat (sukar larut dalam air, dosis rendah, toksisitasnya lebih besar, sering dibuat). Di samping itu, ruangan baru dan lama perlu juga diperhatikan dalam prioritas. Untuk ruangan baru, harus dilakukan pembersihan sebelum digunakan dan proses harus diverifikasi. Siapkan prosedur pembersihan dan lakukan validasi. Sedangkan untuk ruangan lama, perhatikan apakah prosedur pembersihan dibedakan antara pembersihan setelah ganti bets atau ganti produk, mulai produksi / setelah pemeliharaan / pembersihan. Hal ini semua perlu diperhatikan dalam proses validasi.
4.1.1.5 Mengadakan audit terhadap pemasok (Vendor Audit) Pemasok yang dimaksud meliputi pabrik pembuat, pemasok bahan yang mempunyai gudang, atau pemasok yang tidak mempunyai gudang (sale agent / broker). Penilaian terhadap pemasok dilakukan oleh tim yang terdiri dari wakil – Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
35
wakil Quality Assurance dan Purchasing, serta kepala tim adalah Quality Assurance Manager. Pada kasus tertentu anggota tim dapat diperluas dengan mengikutsertakan QC unit, Techinal Services Department dan Medical and Regulatory Affairs dan departemen lain yang terkait. Hal – hal yang perlu dinilai dari pemasok adalah proses pengadaan bahan baku, proses pembuatan, perujukan dan pemeriksaan bahan baku dan produk jadi, penanganan sisa, dokumentasi, serta prosedur dan persyaratan. Sertifikasi pemasok dimulai dari urutan status “not approved”, “approved”, dan “certified”. Sertifikasi status “not approved” atau belum disetujui merupakan sertifikasi untuk pemasok yang baru yang akan dijadikan pemasok tetap. Sertifikasi status “approved” atau disetujui diberikan kepada pemasok yang telah memenuhi persyaratan menurut standar kualitas PT Aventis Pharma dan menjadi pemasok tetap. Sedangkan sertifikasi status “certified” atau tersertifikasi diberikan kepada pemasok tetap yang konsisten dalam hal kualitasnya. Pemasok dengan status belum disetujui, masih dalam tahap penilaian mengenai kualitas produk yang akan dipasok. Pada saat proses pre-approval, maka supplier harus menyerahkan minimum tiga bets material untuk diperiksa oleh Sanofi Aventis. Setelah pre-approval, status pemasok dapat meningkat menjadi approved supplier yang telah disetujui secara formal sebagai pemasok yang dapat memasok material atau servis tertentu. Untuk selanjutnya bahan awal hanya boleh didapatkan dari pemasok berstatus disetujui ini. Selanjutnya pemasok yang telah disetujui ini dimasukkan dalam Daftar Pemasok Disetujui atau List Approved Supplier. Apabila suatu pemasok yang disetujui menunjukkan kualitas serta kinerja yang konsisten, maka pemasok tersebut dapat ditingkatkan statusnya menjadi “pemasok tersertifikasi” atau “certified supplier”. Pemasok Tersertifikasi diputuskan melalui program evaluasi terhadap hasil analisa dan penerapan aspek kualitas, regulasi dan penilaian kinerja. Evaluasi tersebut dilakukan terhadap setiap pengiriman pemasok yang menggambarkan konsistensi pemasok untuk menghasilkan material yanng memenuhi syarat yang ditentukan. Penilaian ini dilakukan oleh divisi QA, QC, pembelian dan produksi. Pemasok yang dapat menjadi pemasok tersertifikasi adalah pemasok yang telah disetujui minimal selama dua tahun dan telah mengirimkan minimal sepuluh bets. Evaluasi Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
36
konsistensi supplier dalam mengirimkan material yang memenuhi syarat. Evaluasi ini harus didasarkan pula pada kriteria kritis seperti out of specification atau penyimpangan kritis lainnya yang dilaporkan selama sepuluh bets pengiriman terakhir. Pada proses peningkatan status menjadi Pemasok Tersertifikasi, harus dilakukan juga perbandingan antara metoda analisa pemasok dan Sanofi Aventis. Hasilnya harus menunjukkan bahwa supplier memiliki persamaan metoda analisa dengan Sanofi Aventis. Jika terdapat perbedaan, maka harus dilakukan validasi untuk membandingkan bahwa metoda tersebut dapat diterima oleh Sanofi Aventis. Hasil uji pemasok tersebut juga harus mendekati dengan hasil uji yang dilakukan oleh Sanofi Aventis.
4.1.1.6 Inspeksi diri (self inspection) Inspeksi diri adalah cara meninjau kembali seluruh tata kerja diri sendiri dari setiap segi yang mungkin berpengaruh terhadap produk. Tujuan dari inspeksi diri ini adalah untuk menilai apakah seluruh aspek produksi dan pengawasan mutu selalu memenuhi CPOB. Dalam melaksanakan inspeksi diri tidak cukup hanya mengenali cacat dan kelemahan, melainkan harus pula dapat menetapkan cara yang efektif untuk mencegah dan memperbaikinya. PT Aventis Pharma Indonesia mempunyai internal audit sistem (self inspection) untuk meyakinkan kesesuaian yang berhubungan dengan CPOB, GMP, regulatory requirement, dan Company Global Quality Standard. Inspeksi diri yang dilakukan meliputi: a.
Inspeksi di bidang GMP
1.
Inspeksi diri tri wulanan (quarterly GMP self inspection) Inspeksi ini dilakukan setiap 3 bulan sekali pada minggu kedua/ketiga bulan Januari, April, Juli, dan November. Tim ini terdiri dari Quality Assurance Manager (ketua tim), supervisor processing, supervisor packaging, supervisor Quality Control, supervisor TS & HSE, dan Quality Assurance inspector. Pada inspeksi ini dilakukan pemeriksaan terhadap lingkungan warehouse, production area (termasuk gowning) kelas 3 dan kelas 2, Technical System Departemen, dan Industrial Quality Compliance (Quality Assurance dan Quality Control).
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
37
2.
Inspeksi diri Semester (IDS) Ruang Lingkup IDS yaitu aspek keselamatan kerja Aventis dengan mengacu pada GMP dan HSE Guideline. IDS dilakukan paling sedikit selama 3 hari. IDS dilakukan setiap 6 (enam) bulan pada bulan Juni dan Desember. Dalam pelaksanaan IDS terdapat anggota tetap dan anggota pendamping. Anggota tetap meliputi Head of IQC (sebagai ketua), QA Manager, HSE & TSD Manager, Production Manager, Plant Logistic Manager. Anggota pendamping meliputi
QC
supervisor, TSD supervisor, processing
supervisor, packaging supervisor, dan warehouse supervisor. Pemeriksaan di lapangan dilakukan dengan urutan yaitu lingkungan pabrik, warehouse, processing, gowning area, packaging kelas 2 dan 3, technical services (purified water plant, AHU-areas, workshop, utilities dan sebagainya), purchasing, dan Information System. Jika selama IDS ada temuan penyimpangan maka dicatat dan selanjutnya berdasarkan temuan tersebut, QA akan menyusun GMP CAPA (Correction Action and Preventive Action) yang mencakup Observation, Corrective/Preventive Action, Dead-line dan Responsible Person. Setelah laporan IDS disetujui oleh IQC Manager, maka didistribusikan kepada Department Head dan Unit yang bersangkutan untuk ditindak lanjuti. 3.
Audit CPOB (GMP audit) Audit CPOB (GMP Audit) dilakukan 1 kali dalam setahun pada minggu terakhir bulan November atau Desember. GMP audit mencakup seluruh aspek CPOB di seluruh unit dan pemeriksaan tersebut dilakukan berdasarkan GMP ASET (Annual Site Evaluation Tool). Pada GMP audit tidak harus mengevaluasi ke masing-masing area tetapi dapat dilakukan hanya pada pertemuan reguler.
4.
Audit Global Quality dan atau Global HSE Global quality / HSE audit mencakup seluruh aspek CPOB / HSE yang ada di seluruh site Jakarta. Tim inspeksi biasanya diketuai oleh Head of IQC untuk Global Quality Audit atau Supervisor HSE untuk Global HSE Audit, yang beranggotakan Kepala Divisi Industrial Affairs, Manager Produksi, Manager Plant Logistic, Manager TS/ HSE, dan Manager Quality Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
38
Assurance. Laporan audit akan diterima maksimal dalam waktu 15 hari kerja. 5.
Audit dari badan otoritas (Badan POM, Badan Sertifikasi ISO, dan lain-lain) Jadwal audit tergantung pada jadwal badan otoritas. Audit mencakup seluruh aspek CPOB atau aspek yang terkait serta hasil temuan sebelumnya dari badan otoritas yang bersangkutan. Anggota tim inspeksi badan otoritas didampingi oleh kepala departemen atau unit yang terkait.
b.
Inspeksi di bidang HSE Inspeksi yang diadakan 3 bulan sekali ini dilakukan untuk mengetahui
apakah karyawan sudah bekerja memenuhi standar HSE perusahaan, dilakukan untuk melihat langsung ke lapangan penyesuaian antara training HSE yang pernah dilakukan dan pelaksanaannya sehari-hari sebagai suatu cara untuk menilai keberhasilan suatu training. Keluaran yang diharapkan adalah sebuah perbaikan yang terus menerus, sehingga yang tidak benar menjadi benar, dan yang sudah benar tetap dijaga agar pelaksanaannya selalu benar. Temuan di lapangan yang berkaitan dengan HSE dibagi menjadi 2 yaitu unsafe act dan unsafe condition. Tim inspeksi diri ini dilakukan oleh bagian HSE bersama pihak yang berkompeten dan berwenang di departemen tersebut, wakil dari TSD. Hasil inspeksi diri ini dicatat dan dilaporkan kemudian didistribusikan ke departemendepartemen terkait. Selain inspeksi triwulanan, HSE juga mengadakan dan mengupayakan self inspection yang diadakan sewaktu-waktu, atau temuan yang ditemukan ketika sedang berkunjung ke lapangan (langsung diberitahukan kepada Manager).
4.1.1.7 Penolakan dan pelulusan terhadap obat jadi Obat jadi adalah bentuk sediaan obat yang telah selesai dikemas yang telah siap dipasarkan setelah lulus dari pemeriksaan. Pengambilan keputusan untuk meluluskan/menolak obat jadi dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan dan evaluasi yang meliputi hasil pemeriksaan selama proses pengolahan dan pengemasan, pemantauan lingkungan (jika ada), pemeriksaan produk ruahan, pemeriksaan kelengkapan bahan pengemas produk jadi, atau pemeriksaan Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
39
dokumen catatan pengolahan dan pengemasan bets, serta dokumen-dokumen lain jika ada, seperti Failure Investigation Report atau Out of Specification (OOS). Pelulusan atau penolakan obat jadi dilakukan oleh QA Manager dan disetujui oleh Head of IQC. Pemeriksaan yang harus dilakukan sebelum memutuskan status produk adalah sebagai berikut: a.
Penyerahan Catatan Hasil Pemeriksaan (CHP) produk jadi lokal maupun impor yang telah disahkan oleh QC Supervisor kepada QA Manager.
b.
Pemeriksaan kelengkapan dokumen yang terkait dengan pelulusan, yang terdiri dari : Catatan Pengemasan dan atau pengolahan, Catatan Hasil Pemeriksaan (CHP) selama proses IPC pengolahan dan atau pengemasan, Catatan Hasil Pemeriksaan (CHP) produk ruahan QC, dan dokumen pendukung lain (jika ada), seperti data mikrobiologi, hasil pemantauan lingkungan, dokumen Out of Specification (OOS), Failure Investigation Report (FIR), dan hasil pemeriksaan validasi proses.
c.
QA Manager akan mengkaji kelengkapan dokumen dari obat jadi tersebut.
d.
Hasil pemeriksaan terhadap produk jadi tersebut dicatat pada formulir “Daftar Pemeriksaan Pelulusan Produk Jadi”. QA Manager akan memutuskan apakah produk jadi tersebut diluluskan atau ditolak, lalu menandatangani catatan pemeriksaan
beserta
tanggal
pelulusan/penolakkan
produk
tersebut.
Pelulusan/penolakan obat jadi juga dilakukan pada sistem SAP (System Application Product). Untuk
produk
jadi
dari
Toll
Manufacturer,
proses
pelulusan/
penolakannyadilakukan dengan memeriksa Catatan Pengolahan Bets, Catatan Pengolahan Bets, dan Catatan Hasil Pemeriksaan Produk yang bersangkutan. Untuk produk jadi yang di-Toll-kan di PT. Aventis Pharma, proses pelulusan/ penolakannya dilakukan dengan memeriksa Catatan Pengolahan Bets, Catatan Pengemasan Bets, Catatan Hasil Pemeriksaan Produk yang bersangkutan dan GMP Conformance.
4.1.1.8 Penanganan hasil uji di luar spesifikasi (Out of Specification / OOS) Mutu suatu produk ditentukan oleh yang membuat produk tersebut dalam arti tahapan proses pembuatan suatu produk akan sangat mempengaruhi hasil Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
40
akhir dari mutu produk. Untuk menguji apakah produk yang dibuat memenuhi persyaratan, perlu dilakukan pemeriksaan di laboratorium baik secara kimia, fisika, maupun mikrobiologi. Ada kalanya hasil pemeriksaan suatu produk tidak memenuhi persyaratan atau hasil pemeriksaan mendekati batas spesifikasi yang telah ditetapkan. Salah satu kemungkinan ketidaksesuaian tersebut diakibatkan oleh cara pemeriksaannya. Oleh karena itu, sebelum diambil keputusan akhir mengenai status produk yang bersangkutan perlu dilakukan penyelidikan yang seksama dimana ketidaksesuaian tersebut terjadi. Penyelidikan hasil di luar spesifikasi (Out of Specification/OOS) atau dapat juga dianggap sebagai atypical test result (Out of Trend / OOT) yang berlaku untuk hasil pemeriksaan kalibrasi alat dan pemeriksaan kalibrasi alat dan pemeriksaan stabilitas produk. Sumber ketidaksesuaian
hasil
harus
diteliti
secara
sistematis.
Apabila
terjadi
penyimpangan hasil di luar spesifikasi pada saat analisis maka hal yang harus dilakukan adalah segera menyiapkan laporan tertulis mengenai insiden/kegagalan yang terjadi baik kegagalan pemeriksaan secara kimia, fisika, atau mikrobiologi. Cara kerja pada saat mempersiapkan contoh untuk pemeriksaan, alat yang digunakan harus diperiksa kembali. Bila hasilnya masih menyimpang baik itu OOS dari pemeriksaan kimia, fisika, atau mikrobiologi maka dibuat laporan Failure Investigation Report (FIR). Tindak lanjut yang dapat diambil sesuai dengan hasil pemeriksaan yang didapat, antara lain: a.
Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh yang sama dan produk yang sudah released.
b.
Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh yang sama oleh pemeriksa yang berbeda.
c.
Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh baru oleh pemeriksa yang pertama (bila perlu).
d.
Membandingkan hasil pemeriksaan ulang diatas dengan persyaratan test method dan farmakope (EP, USP, dan FI).
e.
Contoh untuk pemeriksaan ulang tersebut diambil sebanyak 2 kali dari pemeriksaan normal. Apabila dianggap perlu, dilakukan pemeriksaan terhadap prosedur
pengolahan bets produk yang bersangkutan. Apabila diduga penyimpangan Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
41
tersebut berasal dari test method atau sebab-sebab lain yang tidak diketahui dapat dikonsultasikan dengan mother plant. Perincian urutan pengambilan keputusan terhadap pemeriksaan di luar spesifikasi dapat dilihat pada . Penyelidikan terhadap OOS harus diselesaikan maksimal 30 hari.
4.1.1.9 Penanganan Penyimpangan Penyimpangan adalah suatu kejadian atau pelanggaran yang tidak direncanakan terhadap suatu prosedur atau spesifikasi yang telah ditetapkan. Head of IQC dan QA Manager harus menilai dan memeriksa prosedur yang harus dilakukan menurut bidang dan tanggung jawabnya untuk memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Mereka yang bertanggung jawab agar proses penyelesaian berlangsung cepat dan kembali kepada pengirim untuk ditindak lanjuti. Menurut tingkat kekritisannya, penyimpangan dikategorikan menjadi: a. Critical Deviation Adalah kekurangan material, produk obat, alat kesehatan, sistem atau jasa yang dapat secara signifikan mempengaruhi kualitas, keamanan atau efikasi dari obat/alat kesehatan atau yang dapat menyebabkan kondisi yang mengancam jiwa. Pengertian lainnya adalah kekurangan apapun yang dapat menyebabkan produk obat/alat kesehatan menjadi non compliant atau menyebabkan terjadinya situasi yang dapat dikategorikan sebagai critical oleh badan regulasi. Contoh: kesalahan / penyimpangan dalam melaksanakan suatu tahap proses pembuatan, kesalahan dalam pemakaianbahan/material, kesalahan dalam penimbangan atau tercampur dengan bahan lain, hasil uji stabilitas diluar spesifikasi. b. Major Deviation Penyimpangan yang tidak termasuk kritikal, yang secara potensial dapa mempengaruhi kualitas, keamanan, efikasi atau pemenuhan persyaratan CPO dari suatu produk obat atau alat kesehatan. Salah satu contoh major deviation adalah kesalahan dalam melaksanakan suatu protap misalnya protap sanitasi da penyimpangan-penyimpangan yang tidak ditanggulangi secara sepihak tanp mengikutsertakan atau memperoleh informasi tambahan dari depertemen lai seperti kesalahan pencetakan nomor bets, tanggal daluarsa, tapi produk belu diluluskan. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
42
c. Minor Deviation Deviasi yang tidak termasuk kritikal atau major, yang secara potensial berdampak pada sistem GMP, utilities, peralatan, bahan, komponen, lingkungan atau dokumentasi, tetapi tidak mempengaruhi kualitas, keamanan atau efikasi dari produk obat atau alat kesehatan. Salah satu contoh minor deviation adalah batas penyimpanan maksimum produk terlampaui dan perekatan label tidak sempurna. Sedangkan menurut golongan, kegagalan atau penyimpangan dibagi menjadi dua yaitu: a.
General Failure Semua penyimpangan yang terjadi di Site dan hal tersebut tidak
berhubungan secara langsung dengan suatu produk tertentu,
misalnya
penyimpangan pada persiapan produk, penyimpangan sistem pengolahan air dan sebagainya. b.
Batch deviation Semua penyimpangan yang terjadi pada proses pembuatan atau
pengemasan suatu produk, misalnya kegagalan salah satu tahapan proses, pengemasan dan sebagainya. Apabila terjadi kegagalan, tindakan yang pertama kali diambil adalah penghentian proses dan produk tersebut dikarantina. Kegagalan tersebut kemudian dilaporkan ke Manager bagian bersangkutan diteruskan ke Head of IQC yang akan memeriksa dan mengevaluasi serta mengambil keputusan tindakan yang harus dilakukan. Terhadap semua penyimpangan, baik besar maupun kecil, akan diambil langkah selanjutnya oleh IQC Department. Bila dianggap perlu, IQC Department akan mengundang departemen yang bersangkutan dan departemen lain yang terkait untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul. Hasil penilaian terhadap langkah yang telah atau yang akan dilakukan oleh departemen produksi, departemen IQC, atau departemen lainnya yang terkait akan dikirimkan kembali ke departemen yang bersangkutan. Apabila proses dapat dilanjutkan, maka departemen produksi harus segera mencatat tindakan yang diambil pada catatan pengolahan bets / catatan pengemasan bets dari produk yang bersangkutan. Apabila produk tersebut dapat diolah ulang, departemen produksi harus segera
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
43
membuat prosedur pengolahan ulang atau apabila produk tersebut harus dihancurkan maka harus disiapkan proses penghancuran terhadap produk tersebut.
4.1.1.10 Pengkajian/penilaian tahunan terhadap produk (Annual Product Review/APR) Setiap tahun Departemen Produksi memproduksi berbagai macam sediaanfarmasi baik berupa sediaan padat maupun sediaan semipadat. Data mengenai produk yang dihasilkan selama satu tahun, termasuk peralatan yang digunakan, proses produksi, cara dan hasil pemeriksaan dikumpulkan untuk dievaluasi sehingga dapat disimpulkan atau dihasilkan suatu saran yang berguna untuk mempertahankan atau memperbaiki mutu produk. Isi dari APR adalah: a.
Gambaran dari suatu produk yang dibuat ditest
b.
Parameter kritis dalam In Process Control (IPC)
c.
Evaluasi
dari
semua
batch
yang
tidak
memenuhi
syarat
besertainvestigasinya. d.
Keluhan (Product Technical Complaint)
e.
Penarikan produk
f.
Produk kembalian
g.
Tren analisis dari data pelulusan beserta analisa data secara statistik
h.
Tren analisis dari data stabilitas
i.
Perubahan yang terjadi dari proses produksi, pengemasan, pemeriksaan dan lainnya (seperti supplier, peralatan, dan lain-lain)
j.
Status validasi yang dilakukan (validasi proses dan pengemasan)
k.
Rekomendasi dari hasi audit BPOM dan regulatory issue
l.
Formula
m.
Pengumpulan parameter kritis pada proses produksi
n.
Pengumpulan parameter kritis dari produk yang diperiksa di laboratorium
o.
Seluruh data yang akan dirangkum menjadi satu dalam raw data APR, dibuat grafik tren analisa dan diolah secara statistik
p.
Evaluasi dari APR berupa kesimpulan
q.
Tindakan selajutnya yang direncanakan sebagai akibat dari evaluasi Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
44
Penyiapan APR diselenggarakan pada semua produk. QA akan menggagas persiapan APR setiap 4 bulan sekali (akhir bulan April, Agustus, dan Desember) dengan membuat memo kepada departemen yang berkaitan. Tim kerja dari Production Department yaitu Procesing Supervisor dan Packaging Supervisor serta QC dan QA Manager bersama dengan Head of IQC bertanggung jawab untuk menyiapkan APR dalam bentuk tes kimia fisika dan bioanalisis. Tindakantindakan selanjutnya yang direncanakan sebagai hasil evaluasi dapat berupa peningkatan
proses
produksi,
perbaikan
formulasi,
perbaikan
metode
pemeriksaan, review spesifikasi semi finished/finished product, revalidasi, atau penarikan obat jadi. Laporan annual product review kemudian diperiksa dan ditandatangani oleh Quality Assurance Manager, Production Manager, dan disetujui oleh Head of IQC dan diketahui oleh IA Head. Proses review dari APR harus selesai dalam waktu 60 hari dari waktu akhir tahun penilaian, sedangkan semua proses harus selesai dalam waktu 90 hari dari waktu akhir tahun penilaian.
4.1.1.11 Penanganan Obat Kembalian Obat kembalian adalah obat jadi yang kembali setelah diserahterimakan dari PT Aventis Pharma ke pihak ketiga (distributor, ekspedisi) dan dikembalikan ke gudang PT Aventis Pharma dengan alasan : a.
Masalah keabsahan maupun salah kirim
b.
Penarikan produk dan atau pack size dari pasaran
c.
Kerusakan obat atau pengemasnya (setelah keluar dari gudang PT Aventis Pharma selama pengiriman/ penyimpanan
d.
Kelainan dari segi kualitas (baik kualitas obat maupun kualitas bahan pengemas). Sedangkan obat yang sudah kadaluarsa di distributor dan dikembalikan ke
PT Aventis Pharma tidak termasuk ke dalam penggolongan obat kembalian karena pada prinsipnya PT Aventis Pharma tidak menerima pengembalian obat yang sudah kadaluarsa. Obat kembalian dapat berasal dari : a.
Gudang yang diawasi oleh PT Aventis Pharma
b.
Gudang distributor yang diawasi oleh PT Aventis Pharma
c.
Gudang distributor yang tidak diawasi oleh PT Aventis Pharma termasuk Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
45
lembaga lain : rumah sakit, apotek dll. Penerimaan obat kembalian dapat diberikan langsung ke IQC departemen jika dalam jumlah kecil (sampai satu master box). Jika dalam jumlah besar maka produk untuk sementara dapat dititipkan di gudang Aventis Pharma.
4.1.1.12 Penanganan Keluhan Keamanan obat yang dikonsumsi masyarakat merupakan tanggung jawab setiap perusahaan farmasi. Keamanan obat erat kaitannya dengan masalah efek samping obat dan masalah kualitas obat. Oleh karena itu, keluhan yang menyangkut efek samping obat maupun keluhan kualitas obat harus diselidiki dan dievaluasi serta diambil tindak lanjut yang sesuai guna mencari penyelesaian yang sebaik mungkin. Keluhan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: a.
Keluhan yang menyangkut Efek Samping Obat (ESO)
b.
Keluhan yang menyangkut Keuhan Teknis Kualitas Obat (KTKO). Untuk keluhan yang berhubungan dengan medis maka pelaporan ditujukan
ke Medical and Regulatory Division sedangkan yang menyangkut pharmaceutical atau KTKO akan ditujukan ke IQC Department. Keluhan digolongkan menjadi: a.
Kelas I Kerusakan pada produk yang dapat mengancam jiwa atau mengakibatkan
resiko besar terhadap kesehatan. Misalnya kesalahan penempelan label dan tercampurnya satu produk dalam satu pengemas. b.
Kelas II Kerusakan pada produk yang dapat menyebabkan sakit pada pasien dan
menyebabkan kegagalan proses penyembuhannya. Misalnya kesalahan informasi pada leaflet, kontaminasi kimia maupun fisik. c.
Kelas III Kerusakan pada produk yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
yang tidak major, hanya menimbulkan gangguan kesehatan minor pada pasien dalam hal penggunaan produk. Misalnya tidak rapatnya bahan pengemas, kesalahan penulisan expired date.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
46
d.
Kelas IV Kerusakan pada produk yang tidak mengancam jiwa manusia namun
hanya menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien ketika menggunakan produk tersebut sehingga menyebabkan rusaknya nama baik perusahaan. Misalnya tablet pecah atau retak, hilangnya blister dalam folding box. Hasil penyelidikan mengenai asal keluhan, jenis keluhan, dan tindak lanjut dilaporkan ke Head of IQC atau Medical and Regulatory Division. Tindak lanjut yang dilakukan dapat berupa penggantian produk atau penarikan produk (recall). Penarikan obat jadi dapat dilakukan karena keinginan produsen (misalnya karena stabilitas obat tidak baik atau mau mengganti bahan pengemas) atau keinginan Badan POM. Produk kembalian yang ditarik akan disimpan di gudang. Penanganan selanjutnya dapat dihancurkan, dijadikan stok kembali (misalnya jika produk masih baik dan sudah diperiksa di QC), atau diolah kembali.
4.1.13 Penarikan Kembali Obat Jadi Penarikan kembali obat jadi biasanya disebabkan oleh : a.
Adanya permasalahan kualitas, keamanan dan efikasi dari produk sanofi, misalnya terjadi deviasi, keluhan teknis kualitas obat, keluhan terkait reaksi obat yang tidak diinginkan, dll.
b.
Penyesuaian dengan kebijakan administratif dari pihak berwenang (pemerintah, Badan POM, dll). Penarikan kembali obat jadi harus dilakukan segera setelah evaluasi
laporan dan bila perlu hasil pemeriksaan contoh per tinggal di Laboratorium Pengawasan Mutu selesai dilakukan. Selain cepat, penarikan obat jadi harus tuntas dalam arti semua obat yang telah terlanjur beredar di tingkat distributor, sub distributor maupun pengecer (Toko Obat, Apotek) dan dari pemakai langsung (Rumah Sakit, Dokter dsb) diusahakan untuk dapat ditarik kembali. Prosedur penarikan kembali obat jadi juga berlaku untuk vaksin, alat kesehatan, sampel medis, dan produk investigasional. Untuk produk toll-in, prosedur penarikan kembali obat jadi dilakukan berdasarkan quality agreement. Penarikan kembali obat jadi (recall) diawali dengan peringatan pendahuluan yang berasal dari pihak internal atau eksternal (dapat berupa Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
47
keluhan, deviasi, OOS, temuan audit dll). Apabila peringatan yang diterima memiliki potensi untuk dilakukannya penarikan kembali obat jadi, maka IQC departemen akan membentuk Alert Team bersama departemen lain yang terkait sesuai dengan jenis peringatan yang diterima, yaitu Quality Alert Team, Product Alert Team, dan atau Safety Alert Team. Distributor utama dan distributor regional diperintahkan untuk memberikan informasi dalam waktu kurang dari 3 (tiga) jam kepada PL & MSC departemen PT. Aventis Pharma mengenai jumlah obat yang diterima dari PT. Aventis Pharma, persediaan yang belum terjual/ tersisa, jumlahyang terjual, dan tujuan produk yang telah terjual.
4.1.1.14 Pengendalian terhadap perubahan (change control) Perubahan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang terjadi pada proses pembuatan atau pemeriksaan produk yang telah diproduksi, dapat meliputi tata cara pembuatan obat termasuk bahan bakunya, control test, protap, perubahan terhadap sistem pendukung seperti mesin, ruang, tata udara, dan sebagainya, serta mencakup juga bila terjadi perubahan supplier baik untuk bahan baku maupun bahan pengemas. Sasaran dari pengendalian terhadap perubahan ini adalah untuk menjamin bahwa perubahan yang dilakukan terhadap proses produksi, jenis bahan baku yang digunakan, termasuk sistem pendukung (alat, ruangan, mesin-mesin, prosedur pemeriksaan, cara penyimpanan), maupun perubahan protap yang mendukung proses secara keseluruhan tidak akan menimbulkan dampak negative terhadap mutu produk yang dihasilkan maupun terhadap kondisi HSE. Pengendalian terhadap perubahan menguraikan persiapan dan pelaksanaan dari suatu perubahan yang berkaitan dengan segala aspek pengolahan, pengemasan, pemeriksaan, penyimpanan atau distribusi yang mempengaruhi mutu produk, GMP/CPOB termasuk kualifikasi/ validasi, HSE dan regulatori. Perubahan yang dimaksud juga meliputi bahan/ raw material (perubahan supplier, proses, spesifikasi dan lain – lain), proses, formula, spesifikasi dan test method dari komponen, bulk dan finished goods, primary packaging, penyimpanan dan pelabelan, alat kesehatan, peralatan, instrument, produk baru, utilitas dan fasilitas yang digunakan untuk mendukung dokumen GMP/ CPOB.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
48
Perubahan didokumentasikan dengan sistem manajemen perubahan (GIMC) yang merupakan suatu sistem komputerisasi yang akan digunakan untuk mengatur pembuatan perubahan. Sistem ini mengatur alur perubahan mulai dari pengajuan, evaluasi, hingga persetujuan perubahan. Rancangan perubahan dibuat oleh departemen yang bersangkutan yang akan mengadakan perubahan dan diinformasikan kepada IQC Department. IQC Department bersama-sama dengan departemen terkait akan merencanakan dan memutuskan tindakan apa yang harus dilakukan dalam menanggapi perubahan tersebut.
4.1.1.15 Penanganan obat di distributor Mutu produk obat jadi sangat dipengaruhi antara lain oleh cara penanganan mulai dari penerimaan, penyimpanan, dan penyerahan produk kepada konsumen. Penanganan obat di distributor meliputi masalah: a.
Penerimaan obat jadi (disertai delivery note resmi)
b.
Penyimpanan obat jadi (harus sesuai kondisi yang dipersyaratkan)
c.
Pengiriman obat jadi (harus sesuai kondisi yang dipersyaratkan)
d.
Penanganan keluhan
e.
Penanganan bahan obat yang pecah atau tumpah
f.
Obat kembalian dan penarikan kembali obat jadi
g.
Penanganan Taxotere (penerimaan, pengiriman, dan penyimpanan)
h.
Pelatihan
Audit pada distributor yang dilakukan secara berkala setiap 2 tahun sekali, kecuali jika dianggap segera perlu untuk dilakukan. Audit tersebut meliputi tata cara penerimaan, penyimpanan, dan pengiriman.
4.1.16 Penanganan transfer proses pengolahan dan atau pengemasan Transfer proses produksi adalah suatu jenis proses alih teknologi dan pembuatan dan atau pengemasan produk dari suatu pabrik ke pabrik lainnya. Transfer proses pengolahan dan pengemasan tersebut meliputi:
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
49
a.
Golongan 1 Produk-produk Aventis Pharma yang sudah atau akan diproduksi dan telah dipasarkan, ditetapkan suatu produk Aventis Pharma sebagai produk induknya (mother plant).
b.
Golongan 2 Produk-produk Aventis Pharma yang ada saat ini diproduksi di beberapa negara/region, tetapi tidak mempunyai pabrik induk. Seperti Avil, Sofradex yang dilakukan antara Aventis Pharma ke Aventis Pharma lain, dari Aventis Pharma ke toll manufacturing Aventis Pharma, kontraktor ke kontraktor lain.
c.
Golongan 3 Produk yang hanya diproduksi atau dipasarkan oleh 1 pabrik Aventis Pharma di suatu negara/region. Transfer produk golongan 3 dikoordinasikan oleh regional manufacturing/ regional Quality Operations dan dilakukan antara Aventis Pharma ke Aventis Pharma, dari Aventis Pharma ke toll manufacturing Aventis Pharma, kontraktor ke kontraktor lain.
4.1.2
Quality Control Unit Quality Control Unit dikepalai oleh seorang Quality Control Supervisor.
Unit ini bertanggung jawab kepada Head of IQC. QC Supervisor bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan pengendalian dalam kegiatan pengambilan contoh; pemeriksaan contoh bahan baku, bahan pengemas, produk ruahan, dan produk jadi; memberikan pelatihan yang berhubungan dengan QC; menyusun, merevisi, serta memuktahirkan protap di QC; memeriksa dan memastikan kebersihan ruangan dan peralatan yang digunakan; serta melakukan uji stabilitas. Untuk melaksanakan pemeriksaan, QC membuat prosedur analisis yang disebut test method. Test method untuk bahan baku berasal dari Farmakope Indonesia, Farmakope Eropa, USP, Farmakope Perancis, dan prosedur dari mother site. Test method ditangani sama dengan prosedur tetap (protap) dan dibuat dalam Bahasa Indonesia agar mudah dalam pengendalian, pengawasan, serta memudahkan penelusuran apabila terjadi kesalahan. Prosedur pemeriksaan yang digunakan harus sudah divalidasi. Untuk prosedur dari farmakope tidak perlu divalidasi, Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
50
hanya perlu diverifikasi yaitu kesiapan penggunaan prosedur analisis tersebut sesuai dengan yang dipersyaratkan. Untuk prosedur yang berasal dari mother site walaupun sudah divalidasi tetapi perlu dilakukan validasi kembali. Dalam pelaksanaan tugasnya, QC Unit dibagi dalam 4 bagian, yaitu, Chemical and Physical Control (bahan baku, produk ruahan, produk jadi), Packaging
Material
and
Other
Material
Control
and
Calibration,
Microbiological Control dan Stability Study.
4.1.2.1 Chemical and physical control (Pengawasan secara kimia dan fisika) Bagian ini bertugas untuk melakukan pemeriksaan bahan baku, produk ruahan, produk jadi secara kimia dan fisika sesuai dengan spesifikasinya. a.
Bahan baku (raw material) Bahan baku adalah semua bahan, baik yang berkhasiat maupun tidak, yang
berubah maupun tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat walaupun tidak semua bahan tersebut masih terdapat di dalam produk ruahan. Setiap bahan baku yang datang harus selalu disertai dengan sertifikat analisisnya. Sertifikat analisis tersebut penting karena dipakai sebagai acuan pada pemeriksaan bahan tersebut. Bahan baku yang baru datang akan diperiksa sesuai dengan spesifikasi. Setelah itu dibuat slip penerimaan barang (Good Receipt Slip / GRS) oleh bagian gudang. Bahan baku tersebut akan masuk ke gudang dengan status quarantine. Gudang akan mengirimkan GRS ke bagian QC. Berdasarkan GRS yang diterima, QC melakukan pengambilan contoh (sampling) terhadap bahan tersebut. Pengambilan contoh untuk semua bahan aktif dan bahan penolong harus disertai dengan lembar permintaan material (Material Request Form). Pengambilan contoh bahan baku secara benar merupakan faktor/ langkah penting karena hanya dari contoh yang terjamin kebenarannya, informasi/ data pemeriksaan bahan baku dapat dipertanggungjawabkan. Pengambilan contoh dilakukan di bawah Laminar Air Flow (LAF) di ruang sampling yang berada di gudang pada suhu tidak lebih dari 25°C, perbedaan tekanan diatas 7,5 Pa dan kelembaban 30 - 60%. Wadah untuk contoh harus dilengkapi dengan data-data mengenai contoh yang diambil yang meliputi kode barang, nomor bets, tanggal kadaluarsa, dan tanggal pengambilan contoh. Wadah bahan baku yang telah Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
51
diambil contohnya harus disegel kembali secara khusus dan diberi label kuning SAMPLE TAKEN. Setelah proses sampling selesai, semua alat-alat yang telah digunakan untuk sampling dibungkus dengan plastik dan tempelkan label kotor/merah pada alat yang sudah digunakan untuk memberitahu agar dibersihkan. Hasil pemeriksaan fisika, kimia, maupun mikrobiologi bahan-bahan ditulis dalam suatu Catatan Hasil Pemeriksaan (CHP) dan kemudian dibuatkan formulir rangkap tiga TT755 yang menyatakan bahwa bahan baku yang diterima telah diluluskan (released) atau ditolak (rejected). CHP, formulir TT755, dan label RELEASED atau REJECTED diserahkan ke QC untuk diperiksa dan disahkan. Setelah diperiksa dan disahkan oleh QC Supervisor, formulir tersebut didistribusikan ke QC, Warehouse, Factory, Plant Logistic Department. Sedangkan label RELEASED atau REJECTED diserahkan ke analis untuk ditempelkan pada wadah bahan baku yang telah diperiksa/diambil contohnya. Label RELEASED (warna hijau) ditempelkan menutupi label QUARANTINE pada wadah bahan baku yang diluluskan dan jika bahan baku tidak memenuhi persyaratan maka ditempel label REJECTED (warna merah) beserta label yang menyatakan penanganan selanjutnya. Bahan baku yang ditolak (rejected) akan ditempatkan pada area rejected yang ada di gudang. Label RELEASED, SAMPLE TAKEN, QUARANTINE, dan REJECTED dapat dilihat pada Lampiran 5. Sebagian contoh bahan baku yang sudah dinyatakan lulus disimpan sebagai contoh pertinggal (retained sample) sebanyak yang diperlukan untuk pemeriksaan satu kali dan tiga kali pengulangan. Bahan baku yang tidak mencantumkan masa daluarsa dan masa simpannya tidak tertera di CA harus diperiksa ulang (retest) setiap 6 bulan atau 2 tahun sekali. Untuk bahan baku yang mencantumkan waktu uji ulang/masa simpan pada CA, pengujian ulang dilakukan sesuai waktu uji ulang tersebut dan untuk bahan baku yang mempunyai masa daluarsa tercantum pada CA tidak dilakukan uji ulang karena masa pakainya sesuai dengan masa daluarsa tersebut. Pengujian kembali dilakukan terhadap semua produk yang tidak mempunyai waktu daluarsa untuk semua bahan-bahan yang telah jatuh tempo tanggal uji ulangnya yang tersimpan di gudang. Pengambilan contoh untuk pengujian kembali dilakukan sesuai dengan yang Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
52 direkomendasikan pada “Daftar Daluarsa Bahan dan Obat Jadi” yang diterbitkan oleh QA setiap bulannya. Ketentuan yang harus diperhatikan dalam pengujian ulang yaitu: 1)
Untuk bahan baku tanpa waktu daluwarsa dengan retest tiap 2 tahun sekali mempunyai masa pakai 8 tahun dengan kata lain pengujian kembali hanya dapat dilakukan maksimum 3 kali.
2)
Untuk bahan baku tanpa waktu daluwarsa dengan retest tiap 6 bulan sekali mempunyai masa pakai 2 tahun dengan kata lain pengujian kembali hanya dapat dilakukan maksimum 3 kali. Pemeriksaan penuh (Full Analysis) diberlakukan untuk seluruh bahan baku
yang akan diuji ulang baik yang berasal dari Mother Company maupun dari pemasok luar. Pada Form TT755 harus diberi catatan mengenai beberapa kali bahan baku tersebut telah diuji ulang sebagai informasi kepada bagian gudang – Plant Logistic. Jika dari hasil pengujian ulang tersebut dinyatakan lulus, maka dibuatkan sertifikat analisisnya dan bahan boleh digunakan untuk produksi. Jika tidak lulus maka bahan tersebut harus dimusnahkan. Alur pemeriksaan bahan baku dapat dilihat pada Lampiran 6.
b. Produk ruahan (semi finished goods) Produk ruahan adalah produk yang telah selesai diolah dan siap untuk dikemas. Terdapat 2 jenis produk ruahan di PT Aventis Pharma, yaitu produk ruahan hasil produksi PT Aventis Pharma sendiri dan produk ruahan impor. Pengambilan contoh dilakukan pada saat pembuatan berlangsung yaitu pada awal, tengah, dan akhir proses (oleh bagian produksi). Untuk semi finished goods impor, pengambilan contoh dilakukan di ruang sampling QC yang terdapat di gudang oleh petugas QC. Cara pengambilan contoh (sampling) sama dengan yang dilakukan pada bahan baku. Produk ruahan harus segera diperiksa sesuai dengan spesifikasi masing-masing produk yang telah ditetapkan dan hasilnya dicatat dalam CHP. Jika dalam pemeriksaan ditemukan hasil yang menyimpang dari spesifikasi, maka dilakukan penyelidikan terhadap hasil di luar spesifikasi (Out of Spesification/OOS). Pada produk setengah jadi impor yang belum dikemas dalam
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
53
kemasan primer dilakukan pemeriksaan sesuai dengan spesifikasi dan prosedur pemeriksaannya. Semua hasil pemeriksaan dicatat dalam CHP.
c. Produk jadi (finished goods) Produk jadi adalah produk yang telah melewati seluruh tahapan produksi, termasuk pengemasan, dan telah siap untuk didistribusikan. Terdapat dua macam produk jadi di PT Aventis Pharma yaitu produk jadi hasil produksi sendiri (lokal) dan produk jadi impor. Untuk produk jadi lokal, pengambilan contoh dilakukan pada proses pengemasan yaitu pada awal, tengah, dan akhir proses pengemasan. Terhadap produk jadi dilakukan pemeriksaan: 1) Tanggal penerimaan 2) Nomor batch lengkap 3) Jumlah contoh pertinggal 4) Waktu kadaluarsa 5) Informasi tentang produk, semi finished good, bahan pengemas 6) Kelengkapan kemasan (jumlah isi, cetakan, kode bets, dan tanggal kadaluarsa). Hasil pemeriksaan dicatat dalam CHP. Untuk obat jadi impor dilakukan pemeriksaan kelengkapan pengemas yang digunakan beserta sertifikat analisa (CoA) yang menyertainya. Penerbitan label released/rejected atau label penandaan lainnya untuk obat jadi impor harus diparaf oleh QC Supervisor.
4.1.2.2 Packaging Material and Other Material Control and Calibration Tugas dari bagian ini adalah mengambil contoh dan memeriksa bahan pengemas serta barang lain sesuai dengan spesifikasi dan prosedur yang telah ditetapkan. Barang lain yang diperiksa adalah bahan-bahan pelengkap yang tidak terlibat langsung dalam proses produksi obat, seperti masker, sarung tangan, dan sebagainya. Bahan pengemas digolongkan dalam 2 jenis, berdasarkan kontak atau tidaknya dengan produk, yaitu: a.
Bahan pengemas primer (Primary Packaging Materials), yaitu bahan pengemas yang berhubungan langsung dengan produk seperti PVC-foil Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
54
untuk blister, alufoil untuk blister, cold forming foil, botol, dan tube aluminium. b.
Bahan pengemas sekunder (Secondary Packaging Materials), yaitu bahan pengemas yang tidak bersentuhan langsung dengan produknya, seperti folding box, packing insert, label, dan lain-lain. Sebelum bahan dipesan, film untuk bahan pengemas tercetak disiapkan
berdasarkan artwork yang disetujui. Setelah bahan pengemas dipesan, bagian ini akan melakukan sampling terhadap bahan pengemas yang datang. Pada waktu pengambilan contoh kemasan primer, dilakukan di ruang sampling di bawah LAF. Untuk kemasan sekunder pemeriksaannya dapat langsung dilakukan di gudang. Pengambilan contoh (sampling) kemasan dilakukan secara random sesuai dengan prosedur yang berlaku. Pemeriksaan packaging material meliputi pemeriksaan terhadap primary packaging material, packing insert, dan folding box. Hasil pemeriksaan dicatat di CHP dan proses selanjutnya sama dengan proses terhadap bahan baku. Sejumlah contoh bahan pengemas primer yang telah lulus disimpan sebagai contoh pertinggal sesuai dengan ketentuan lengkap dengan identitasnya.
4.1.2.3 Microbiological control Microbiological
control
bertanggung
jawab
dalam
mendukung
pengawasan mutu dalam hal mikrobiologi seperti permeriksaan mikrobiologi bahan baku, produk ruahan, dan produk jadi; pemeriksaan cemaran partikel dan mikroba di ruang produksi dan laboratorium mikrobiologi; serta pemeriksaan mutu air. Kegiatan yang dilakukan oleh bagian ini, antara lain: a.
Pemeriksaan mikrobiologi bahan baku, produk ruahan, dan produk jadi Pemeriksaan bahan baku disini meliputi bahan baku yang berasal dari
nabati (tepung jagung, sukrosa) serta bahan baku yang berasal dari hewani (gelatin). Bahan baku yang harus diuji mikrobiologinya, yaitu sugar crystal, maize starch, lactose, gummi arabicum, avicel pH 102, Mg stearat, glucose anhydrous, gelatine, talcum, starch syrup, pregelatinized starch, carestar snowflake, kollidon. Uji batas cemaran mikroba dilakukan terhadap produk-produk non steril, termasuk bahan baku, bahan pengemas, produk ruahan, dan produk jadi yang tidak mensyaratkan steril. Produk-produk tersebut harus bebas dari beberapa jenis Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
55
mikroba seperti Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella sp., dan E. coli atau mikroba lain sesuai spesifikasi. b.
Pemeriksaan cemaran partikel dan mikroba di ruang produksi dan laboratorium mikrobiologi Ruang produksi yang ada di PT Aventis Pharma adalah ruang produksi
non steril. Ruang produksi ini diklasifikasikan menjadi ruang kelas 3, kelas 2, dan kelas 1. Setiap ruang memiliki persyaratan yang berbeda dalam hal jumlah partikel dan jumlah mikrobanya, seperti dapat dilihat pada Tabel 1. Pemeriksaan harus segera dilakukan jika terjadi hal-hal yang dapat menyebabkan kondisi ruangan berubah, misalnya perbaikan Air Handling Unit (AHU), perbaikan atau penggantian HEPA filter, dan lain-lain. Pemeriksaan cemaran yang dilakukan antara lain: 1) Pemeriksaan cemaran partikel Pemeriksaan cemaran partikel di udara dilakukan dengan menggunakan alat penghitung partikel yaitu particle counter HIAC-ROYCO 245A. Pemeriksaan tersebut dilakukan terhadap: a) Ruangan LAF dan ruangan-ruangan produksi b) HEPA filter 2) Pemeriksaan cemaran mikroba di udara Pemeriksaan cemaran mikroba di udara dilakukan secara: a) Passive settle plate (sedimentasi), dengan menggunakan lempeng agar yang dibiarkan 4 jam di ruangan. Tujuannya adalah untuk memonitor mikroba yang jatuh bebas dan mengendap di lantai. Media yang digunakan adalah TSA (Tryptone Soya Agar). Jumlah mikroba yang muncul merupakan indikasi kebersihan suatu ruangan. b) Active air sample dengan menggunakan alat MAS-100. MAS-100 digunakan untuk memantau jumlah mikroba yang ada di udara (per m3 udara)
dengan
cara
menghisap
sejumlah
udara
tertentu
dan
dihembuskan ke permukaan media padat (TSA) pada cawan petri yang diletakkan dalam alat MAS. Penggunaan alat MAS di kawasan kelas 3 adalah selama 2 menit untuk 200 ml udara.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
56
3) Pemeriksaan cemaran mikroba di permukaan Pemeriksaan cemaran mikroba di permukaan dilakukan secara apus (swab) dan atau secara tempel contact plate menggunakan swab test atau RODAC test. Pemeriksaan ini dilakukan pada permukaan lantai, meja, dinding, alat kerja, dan lain-lain. Hasil pemantauan jumlah mikroba dan partikel di ruangan produksi dicatat di lembar pemantauan bakteri dan partikel di udara area produksi; hasil pemantauan ruang mikrobiologi dicatat pada lembar pemantauan bakteri dan partikel di udara laboratorium mikrobiologi. Sedangkan hasil pemeriksaan masing-masing HEPA-filter dicatat pada lembar LAF vertikal ruang pengemasan, LAF horizontal laboratorium mikrobiologi, LAF untuk sampling. Hasil pemeriksaan yang sudah disahkan oleh Head of IQC disirkulasikan ke QA, TSD, dan departemen produksi sebagai informasi. Lembar hasil pemeriksaan tersebut kemudian disimpan sebagai arsip di laboratorium mikrobiologi.
c. Pemeriksaan terhadap mutu air Dalam proses pembuatan obat, air merupakan salah satu bahan yang selalu digunakan dalam proses pengolahan, baik sebagai salah satu komponen produk maupun sebagai pencuci. Oleh sebab itu, air tersebut harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan, antara lain standar terhadap kadar kimia, cemaran partikel dan mikroba. Pemeriksaan mutu air dilakukan terhadap semua jenis air yang digunakan meliputi air sumur, PAM, portable water, purified water, dan purified water yang berasal dari MiliQ-plus. Pemeriksaan ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa air yang digunakan untuk proses pembuatan dan analisis obat sesuai dengan standar yang ditetapkan. Persyaratan pada masing-masing jenis air dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Tabel 2. Jadwal pemeriksaan contoh air adalah: 1)
Air PAM dilakukan sebulan sekali
2)
Pemeriksaan air sumur dilakukan 6 bulan sekali
3)
Pemeriksaan portable water seminggu sekali terhadap total cemaran mikrobanya dan sebulan sekali diperiksa secara kimia, total cemaran koliform, dan koliform tinja
4)
Pemeriksaan terhadap purified water dilakukan setiap minggu secara kimia dan total cemaran mikroba Bila hasil pemeriksaan portable water, purified Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
57
water melebihi alert dan action limit yang telah ditentukan, maka tindakan selanjutnya adalah menerbitkan OOS dan FIR, dengan melakukan evaluasi secara sistematis dan menyelidiki dimana, kapan, dan apa penyebab penyimpangan tersebut.
4.1.2.4 Stability Study Tujuan dilakukannya pemeriksaan stabilitas adalah untuk: a.
Mengetahui perubahan dan penguraian bahan aktif sehingga dapat digunakan untuk menentukan batas waktu kadaluarsa atau batas waktu penyimpanannya.
b.
Memastikan bahwa produk yang dipasarkan stabil sampai tanggal daluarsa yang tercantum pada label.
c.
Memenuhi persyaratan registrasi obat jadi.
d.
Menentukan jenis kemasan yang tepat pada kondisi penyimpanan.
e.
Mengetahui apakah cara pembuatan dari setiap bets sama. Menurut Global Standar Aventis, dikenal 5 jenis pemeriksaan stabilitas,
yaitu: 1) Tipe 0: Bets preformulasi Tipe 0 adalah bets untuk merancang formulasi produk baru. Stability study ini dilakukan untuk memutuskan komposisi akhir dari formula tersebut. Sampel disimpan dalam kondisi dipercepat (accelerated testing condition) selama 3 bulan. 2) Tipe I: Bets skala laboratorium Pemeriksaan awal terhadap stabilitas dari bahan aktif dan produk atau campuran dari excipient dan bahan aktif. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan pada kondisi dipercepat (accelerated testing condition) atau under stress. 3) Tipe II: Bets skala pilot Penyelidikan lanjutan atas stabilitas bahan aktif atau obat jadi setelah dilakukan scale up Production. 4) Tipe III: Bets komersial Pemeriksaan stabilitas dari bahan aktif atau obat jadi yang akan dipasarkan untuk mendapatkan atau mencari waktu daluarsanya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
58
5) Tipe IV: Post marketing studies Untuk pemeriksaan stabilitas rutin terhadap produk yang telah dipasarkan. Pemeriksaan dilakukan satu bets per tahun mulai dari 0 bulan kemudian setiap tahun hingga waktu kadaluarsa tercapai. 6) Tipe V: Follow up stability testing Yang dilakukan terhadap bahan aktif atau produk yang mengalami beberapa perubahan, misalnya perubahan bahan baku, perubahan proses, dan sebagainya. 7) Tipe khusus : Studi yang tidak termasuk dalam kategori di atas.
Pada umumnya pemeriksaan stabilitas tipe 0, I, II, dan III dilakukan oleh mother plant, sedangkan tipe IV dan V dilakukan oleh Jakarta Site. Perubahan yang dimaksud pada uji stabilitas tipe V ada dua jenis yaitu minor changes dan major changes. Perubahan kecil (minor changes) merupakan perubahan yang tidak memberikan dampak berarti pada kestabilan obat, contohnya perubahan kecil pada sintesa bahan aktif, perubahan jumlah bahan pembantu sesuai dengan kisaran tertentu yang telah dipersyaratkan, perubahan pemasok bahan pembantu, dan lain sebagainya. Perubahan besar (major changes) merupakan perubahan yang secara potensial dapat memberikan dampak terhadap kestabilan obat, contohnya setiap perubahan baik kualitatif maupun kuantatif dari setiap bahan pembantu yang sedikit mengubah sifat obat, perubahan pemasok bahan aktif, dan lain sebagainya. Pembagian iklim, tipe pemeriksaan, kondisi penyimpanan dan waktu pemeriksaan pada uji stabilitas dapat dilihat pada Lampiran 8. Parameter pemeriksaan stabilitas yang dilakukan meliputi pemeriksaan wadah seperti keadaan botol, keutuhan segel, kondisi label, dan lain-lain; dan pemeriksaan sifat fisik dan kimia yang meliputi pemerian, berat rata-rata obat, waktu hancur, kekerasan, kadar air, keseragaman kadar, kemurnian, pH, dan lain-lain.
4.2 Production Department (Prosedur Tetap Production, 2010) Secara umum, Production Department dibagi menjadi dua unit yaitu Processing dan Packaging.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
59
4.2.1 Processing Kegiatan di bagian Processing secara umum dibagi menjadi dua yaitu pengolahan untuk produk solid (tablet polos dan tablet salut selaput) dan pengolahan untuk produk semi solid (cream, ointment, suppositoria, dan ovule). Kegiatan ini berlangsung di kawasan kelas 3. Karyawan di kawasan kelas 3 memakai pakaian biru muda, penutup kepala putih, dan sepatu putih dan biru muda. Bangunan di bagian produksi PT Aventis Pharma Indonesia memiliki rancang bangun yang memudahkan pelaksanaan kerja, pembersihan, dan pemeliharaan, serta dilengkapi sarana kerja yang memadai sehingga dapat menghindari terjadinya kesalahan dan pencemaran silang yang mempengaruhi mutu obat, keselamatan, dan kesehatan kerja karyawan. Bangunan juga didesain untuk melindungi kegiatan maupun produk dari pengaruh cuaca, banjir, dan rembesan air tanah. PT Aventis Pharma Indonesia mengacu pada standar GMP tertinggi dari Amerika, Jepang, dan Eropa yang terdapat dalam standar GMP dari Aventis Pharma induk (Mother Company) yang dikenal sebagai Aventis Global Guidelines. Standar ini secara berkala selalu diperbaharui dan ditingkatkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan produk yang dihasilkan oleh PT Aventis Pharma Indonesia. Bangunan PT Aventis Pharma Indonesia di ruang produksi, sebagian gudang, dan QC memiliki konstruksi sebagai berikut: a.
Dinding: Hebel, yaitu batu bata putih ringan, anti api, diplester dengan campuran pasir dan semen dan cat dinding epoksi.
b.
Flavon/langit-langit: Eterpan board (anti api) dan cat acrylic paint.
c.
Lantai: beton bertulang dan cat epoksi mortar (anti gores, anti bakteri). Pada area kelas 3 dilapisi dengan cat epoksi sedangkan pada area kelas 2 dilapisi dengan cat acrylic paint. Lantai epoksi bangunan merupakan lantai kedap air yang digunakan untuk mencegah rembesan air tanah. Lantai tersebut harus dijaga supaya tidak tergores dan rusak karena dapat mengurangi fungsinya dan dapat menjadi tempat akumulasi debu/partikel. Upaya yang dilakukan untuk menghindari kerusakan pada lantai antara lain dengan penggunaan sepatu khusus yang beralaskan karet. Bentuk-bentuk sudut pada dinding, langit-langit, maupun lantai sebaiknya dihilangkan dengan mengganti
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
60
bentuk lengkungan yang mencegah terjadinya akumulasi debu/partikel sehingga memudahkan pembersihan.
Ruangan produksi dibagi menjadi 2 lantai yaitu: a.
First floor digunakan untuk kegiatan-kegiatan sosial (social activites) yaitu loker sebagai ruangan untuk ganti pakaian dan sepatu sebagai persiapan sebelum masuk ke area kelas 3 dan kelas 2.
b.
Ground floor digunakan sebagai area untuk Processing maupun Packaging. Persyaratan di ruang produksi meliputi kebersihan ruangan (jumlah partikel dan cemaran mikroba), suhu, RH, intensitas cahaya, serta perbedaan tekanan udara. Sebelum dipakai untuk kegiatan produksi ruangan harus bersih. Setiap
ruangan yang telah dibersihkan diberi label “BERSIH” berwarna hijau, dan jika ruangan telah digunakan dipasang label “UNTUK DIBERSIHKAN” yang berwarna merah. Ruangan tersebut maksimal harus sudah dibersihkan dalam waktu 1 minggu, tetapi biasanya setelah digunakan ruangan segera dibersihkan. Pembersihan ruangan dilakukan oleh cleaner, akan tetapi pembersihan alat, mesin, dan utilitasnya dibersihkan oleh operator yang menggunakannya, untuk kemudian kode bersih itu ditandatangani oleh yang membersihkan dan disetujui bersih oleh foreman atau supervisor di bidang masing-masing (solid dan semisolid). Masa berlaku kode bersih berlaku adalah 1 bulan. Jika waktu tersebut terlampaui, maka alat,mesin, dan utilitasnya perlu dibersihkan kembali. Setiap kegiatan yang berkaitan dengan produksi baik itu Processing maupun Packaging harus selalu mengikuti pedoman yang disebut PPI (Prosedur Pengolahan / Pengemasan Induk) yang selalu diperbaharui secara berkala untuk disesuaikan dengan standar GMP, disesuaikan dengan alat yang dipunyai (jika ada alat baru), dan untuk menjaga keseragaman serta kualitas produk yang dihasilkan dari waktu ke waktu. Prosedur Pengolahan Induk berisi cara pembuatan atau pengolahan obat tahap demi tahap. PPI disusun oleh Supervisor perbagian (solid, semisolid, dan packaging) yang diperiksa oleh Production Manager dan QA Manager serta disetujui oleh Head of IQC. Selain PPI, ada juga pedoman yang disebut Protap yang juga harus dilaksanakan oleh pihak yang bersangkutan. Kedua pedoman ini Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
61
harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh karyawan di bagian produksi. Sebelum digunakan, ruangan di Processing harus selalu dicek agar RH < 60%, temperatur < 25°C, dan perubahan tekanan (ΔP) minimal 7,5 Pa. Untuk memudahkan pemeriksaan kelengkapan dan kesiapan ruangan di masing-masing bagian produksi dibuatkan check list yang dijadikan 1 berkas dengan PPI produk yang akan dibuat. Pengecekan dilakukan oleh operator, dan ditandatangani / disetujui oleh foreman atau Supervisor bagian produksi. Setiap kali hendak melakukan produksi, maka dilakukan process order (PO) untuk memesan bahan yang diperlukan berdasarkan pada formula induk (bill of material/master recipe). PO yang diterbitkan diterima oleh warehouse yang akan menyiapkan material yang diperlukan. Material ini didatangkan dari warehouse melalui airlock dan disimpan sementara di material transit room. Warehouse merupakan ruangan kelas 1 sehingga airlock tersebut dilengkapi sistem interlock untuk meminimalkan kontaminasi ruangan produksi. Dalam material transit room, bahan baku yang diberikan dari gudang diperiksa jumlah, jenis, tanggal kadaluarsa, dan label released yang tertera. Selanjutnya dilakukan pengecekan bets. Setelah itu, dilakukan batch determination pada SAP, bahwa material sudah diambil dari batch yang dikirim. Stock adjustment dilakukan untuk memastikan jumlah bahan yang ada. Setelah batch determination selesai, maka PO direlease untuk kemudian dibuat Good Issue. Good Issue ini menggambarkan jumlah barang yang benar-benar digunakan. Setelah dihasilkan bulk product, dikeluarkan GRS untuk menginformasikan jumlah produk yang berhasil diproduksi. Pada tahap selanjutnya dilakukan konfirmasi working hour (labour hour dan machine hour) untuk memudahkan evaluasi terhadap produktivitas kegiatan produksi. Setelah proses produksi selesai, maka diberi keterangan TeCo (Technically Completed) pada sistem untuk menandai bahwa produksi produk tersebut telah diselesaikan.
4.2.2 Packaging Proses pengemasan berlangsung di kawasan kelas 3 dan kelas 2, yaitu kelas 3 untuk pengemasan primer dan kelas 2 untuk pengemasan sekunder. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
62
Karyawan di kawasan kelas 3 memakai pakaian biru muda, penutup kepala putih, sepatu putih dan biru muda. Karyawan di kawasan kelas 2, memakai pakaian biru tua dan penutup kepala putih serta sepatu biru. Loker bagi karyawan yang hendak ke area kelas 3 dan kelas 2 dibuat terpisah. Persiapan proses pengemasan perlu dilakukan dengan seksama agar tidak terjadi kekeliruan dalam penggunaan produk ruahan dan atau bahan pengemas, salah penandaan atau cross contamination antar produk maupun antar bets. Kegiatan pengemasan meliputi: a.
Meminta konfirmasi pemeriksaan Catatan Pengemasan Bets ke Processing Supervisor
b.
Persiapan dokumen (Prosedur Pengemasan Induk)
c.
Permintaan bahan-bahan (Pengemas dan Produk Ruahan)
d.
Penanganan bahan pengemas dan produk ruahan
e.
Penanganan kunci lemari penyimpanan folding box dan packing insert
f.
Persiapan mesin dan peralatan
g.
Pemeriksaan jalur pengemasan
h.
Pengawasan dalam pengemasan
4.2.2.1 Meminta konfirmasi pemeriksaan Catatan Pengemasan Bets ke Processing Supervisor Pastikan catatan pengolahan bets dan produk ruahan yang akan dikemas telah disahkan oleh Supervisor Processing produk yang bersangkutan dan Production Manager atau wakilnya.
4.2.2.2 Persiapan dokumen (Prosedur Pengemasan Induk) Siapkan Catatan Pengemasan Bets dari kopian prosedur pengemasan induk (PPI) untuk bets yang bersangkutan. Dalam Catatan Pengemasan Bets berisi tentang nama produk, jumlah bets, material yang dibutuhkan beserta jumlahnya, dan lain-lain. Pembuatan atau revisi dan sirkulasi Prosedur Pengemasan Induk dilakukan oleh bagian produksi. Penyimpanan Prosedur Pengemasan Induk asli disimpan di ruang QA Manager dan setiap peminjaman atau fotokopi harus dengan izin QA Manager. Penggunaan dokumen tersebut harus dicatat dalam buku Catatan Pemakaian Prosedur Pengemasan Induk. Prosedur Pengemasan Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
63
Induk disusun oleh Packaging Supervisor, diperiksa oleh Production Manager dan QA Manager, serta disetujui oleh Head of IQC.
4.2.2.3 Permintaan bahan-bahan (Pengemas dan Produk Ruahan) Permintaan bahan-bahan ke gudang dilakukan dengan mencetak material list dari SAP yang mencantumkan nama bahan, nomor kode bahan dan jumlah, serta diberikan keterangan tambahan nomor bets produk jadi yang akan dibuat dan nomor PO.
4.2.2.4 Penanganan bahan pengemas dan produk ruahan a. Bahan pengemas primer Bahan-bahan pengemas primer seperti tube dipindahkan ke dalam keranjang aluminium di ruang transit antara gudang dan ruang pengemasan kelas 3. Alufoil, PVC foil, cold forming, dan rotoplast dikeluarkan dari kardusnya, diperiksa keutuhan core dan pembungkus plastiknya kemudian dibawa ke ruang penyimpanan bahan pengemas primer di kawasan kelas 3. b. Bahan pengemas sekunder (cetakan) Tiap bahan pengemas yang diterima, diperiksa dan dipastikan telah diluluskan oleh bagian QC dengan penandaan label hijau “RELEASED”. Tiap bahan pengemas diperiksa dan dipastikan cetakan yang diterima telah dicocokkan dan sesuai dengan spesifikasi yang ada pada display bahan pengemas yang berlaku. Pada tahap ini juga dipastikan dan diperiksa bahwa jumlah setiap bahan sesuai dengan permintaan. Penerimaan bahan tersebut termasuk nomor betsnya dicatat dalam Catatan Pengemasan Bets. Bahan pengemas yang telah dikirimkan oleh bagian gudang diletakkan pada ruang Air Lock Secondary Packaging Material yang kemudian dipindahkan ke atas pallet plastik yang bersih dan diteruskan ke ruang persiapan untuk ditangani sesuai dengan instruksi Prosedur Pengemasan Induk. Hasil cetakan pertama (folding box dan master box) ditunjukkan pada Supervisor dan dimintakan paraf serta tanggal persetujuannya oleh operator. Pembuatan folding box mengacu kepada persyaratan global PT Aventis Pharma.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
64
c. Produk ruahan Pada produk ruahan dilakukan pemeriksaan terhadap segel wadah. Wadah bagian terluar dibersihkan dan diperiksa batas waktu pengemasan yang tertera pada produk ruahan. Produk ruahan disimpan di bulk staging pada ruang kelas 1 sebelum dikemas.
4.2.2.5 Persiapan mesin dan peralatan Dilakukan pemeriksaan kebersihan alat dan mesin yang akan digunakan oleh Supervisor.
4.2.2.6 Pemeriksaan jalur pengemasan Jalur pengemasan dibersihkan dari sisa produk ruahan, bahan pengemas, dan dokumen bets sebelumnya. Label “BERSIH” berwarna hijau yang melekat pada mesin dan jalur diambil dan ditempelkan pada Catatan Pengemasan Bets yang bersangkutan. Pemeriksaan jalur pengemasan dilakukan untuk mencegah mix-up antar produk jadi dalam proses pengemasan dan juga untuk memeriksa kebenaran alat kontrol isi folding box.
4.2.2.7 Pengawasan dalam pengemasan Pengawasan dalam proses pengemasan bertujuan untuk mengontrol atau mencegah terjadinya kesalahan dalam setiap tahap dalam proses pengemasan. Hal-hal yang dilakukan dalam pengawasan tersebut meliputi: a.
Pengawasan yang pertama kali dilakukan adalah pada saat ganti pakaian di ruang ganti.
b.
Pemeriksaan persiapan jalur pengemasan (Packaging line). Apabila dalam satu hari kerja jalur pengemasan dipakai untuk mengemas dua jenis produk berturut-turut, maka sebelum digunakan untuk produk kedua harus dilakukan pemeriksaan jalur pengemasannya.
c.
Pemeriksaan kesesuaian display dan catatan pengemasan produk yang meliputi nama produk, batch number, batch size, tanggal mulai pengemasan, tanggal kadaluarsa, tanggal pengambilan contoh, dan tanggal selesai pengemasan. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
65
d.
Pemeriksaan dalam proses pengemasan dilakukan minimal 3 kali setiap hari kerja dan apabila terjadi penyimpangan proses segera dihentikan dan dilaporkan kepada Supervisor dan jika tidak dapat diselesaikan dilaporkan kepada Production Manager dan QC untuk diambil langkah selanjutnya.
e.
Pemeriksaan kebocoran blister atau rotoplast dengan menggunakan leakage tester instrumen oleh bagian pengemasan.
f.
Pengambilan contoh bahan pengemas (folding box dan packing insert yang telah dicap) dan produknya di awal, tengah, dan akhir pada setiap hari pengemasan dengan mencatat jumlah contoh, tanggal pengambilan, dan paraf pada catatan pengemasan bets yang bersangkutan. Petugas QC akan mengambil contoh tersebut setiap harinya. Bagian pengemasan primer dibagi menjadi 4 jalur (line) yaitu line 1, line
2, line 3, dan line 4. a.
Line 1 untuk pengemasan PVC – alu dan alu – alu blister Di kawasan kelas 3, dilakukan pengemasan primer menggunakan blister
yang terbuat dari bahan PVC dan aluminium serta alumunium dan alumunium. Bagian atas blister yang datar disebut alupush terbuat dari aluminium dan bagian bawah (tempat tablet) disebut genotherm terbuat dari PVC atau cold forming foil terbuat dari aluminium. Mesin blister yang digunakan adalah “Marchesini LB421”. Mesin ini mempunyai sensor colour camera untuk memeriksa dan memastikan kebenaran serta kelengkapan blister. Sampah yang dihasilkan pada line ini ditimbang, diberi label dan dilaporkan. Sampah yang dihasilkan diberi label set-up waste untuk blister kosong yang telah dicetak; re-blister waste untuk blister yang telah sampai ke secondary packaging tetapi dikembalikan, kemudian isi diambil, dan dikemas kembali; running waste untuk sisa potongan blister pada tepian; dan reject waste untuk blister yang di-reject sebelum sampai ke secondary packaging. Pada kawasan kelas 2, tablet yang telah diblister dikemas dalam folding box ditambahkan packing insert dan dimasukan dalam folding box. Selanjutnya folding box dicetak no bets dan expired date pada inkjet print. Masing-masing folding box ditimbang menggunakan Checkweigher. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kekurangan blister atau packing insert. Kemudian folding Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
66
box dimasukkan ke dalam master box dan disegel sebelum dikirim ke bagian gudang. Sebelum masuk gudang, masing-masing master box ditimbang dengan timbangan “Mettler Toledo” yang kapasitas maksimalnya 30 kg. Hasil penimbangan harus memenuhi batas yang telah ditentukan. Jika tidak memenuhi batas maka master box dibuka kembali untuk memeriksa jumlah folding box-nya. Jika ada sisa tablet dalam blister yang tidak penuh dan dimasukkan dalam folding box, maka sisa tablet ini dilaporkan dan kemudian dihancurkan. Sedangkan pada master box yang tidak penuh, pada sisi luar folding box ditulis (incomplete) jumlah isi sebenarnya. b.
Line 2 untuk pengemasan alu-alu blister Di kawasan kelas 3 dilakukan pengemasan primer yang semuanya terbuat
dari aluminium. Bagian atas blister yang datar disebut alupush dan bagian bawah (tempat tablet) disebut cold forming foil. Mesin yang digunakan pada line ini adalah “Uhlmann UPS 300/955”. Mesin ini mempunyai sensor mekanik yang dapat mendeteksi blister yang kosong. Mesin ini dapat digunakan untuk mengemas berbagai obat dengan mengganti spare parts yang sesuai. Obat-obat yang dikemas dengan menggunakan mesin ini adalah Telfast 60, Telfast 120, Telfast 180, Telfast plus, Amaryl 1, Amaryl 2, Amaryl 3, Amaryl 4, Triatec 10, Triatec 5, dan Triatec 2,5. c.
Line 3 untuk pengemasan PVC-alu blister Di kawasan kelas 3 dilakukan pengemasan pimer menggunakan bahan dari
aluminium, PVC, atau tripleks. Bagian atas blister yang datar disebut alupush dan bagian bawah (tempat tablet) disebut cold forming foil. Mesin yang digunakan pada line ini adalah “Uhlmann B1240”. Mesin ini mempunyai kamera yang dapat mendeteksi blister yang kosong. Mesin ini dapat digunakan untuk mengemas berbagai obat dengan mengganti spare parts yang sesuai. Obat-obat yang dikemas dengan menggunakan mesin ini adalah Telfast 60, Telfast 120, Telfast 180, Telfast plus, Amaryl 1, Amaryl 2, Amaryl 3, Amaryl 4, Triatec 10, Triatec 5, dan Triatec 2,5. d. Line 4 untuk pengisian krim ke dalam tube serta pengisian suppositoria/ovula ke dalam rotoplast
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
67
Di kawasan kelas 3 dilakukan pengemasan pimer untuk krim. Mesin “Axomatic Optima 900” digunakan untuk mengisikan krim ke dalam tube, untuk melipat bagian ujung tube yang kosong dan untuk mencatat penandaan berupa nomor bets dan tanggal daluarsa pada lipatan tube. Mesin ini berada di bawah LAF.
4.3 Technical Services Department (TSD) (Prosedur Tetap TSD, 2009) Technical Services Department (TSD) dipimpin oleh seorang manajer. Beberapa hal yang menjadi tanggung jawab TSD adalah kualifikasi peralatan, fasilitas, dan sistem penunjang (utility); Air Handling Unit (AHU); Water Generation Plant (WGP); serta perawatan fasilitas, peralatan, dan sarana penunjang.
4.3.1 Kualifikasi Peralatan, Fasilitas dan Sistem Penunjang (Utility) Kualifikasi adalah pembuktian secara tertulis yang menunjukkan bahwa suatu alat, fasilitas, sistem penunjang, komputer, dan proses pengemasan secara otomatis bekerja sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan sehingga secara konsisten dapat menghasilkan produk dengan standar mutu yang ditetapkan. Kualifikasi hanya dilakukan sekali yaitu pada saat awal penggunaan alat, mesin, maupun sarana penunjang. Kualifikasi mencakup: a.
Design Qualification (DQ) Dokumen Design Qualification berisi tinjauan tentang persyaratan spesifik
yang diinginkan user menyangkut desain alat, spesifikasi, konstruksi, dan hasil yang akan dicapai alat bersangkutan. Dokumen ini disusun sebelum alat bersangkutan dibeli. DQ hanya dilakukan untuk Prospective Qualification yaitu untuk alat atau sistem baru dan harus disiapkan sebelum Installation Qualification (IQ), tidak dilakukan untuk mesin lama. Ada beberapa hal yang harus diuraikan dalam DQ, yaitu: 1) User Requirement Specification (URS) URS berisi deskripsi detail dari user mengenai hal-hal apa saja yang diperlukan dalam proyeknya. Selain itu URS mengandung informasi yang diperlukan oleh perancang guna memulai deskripsi teknis yang ditemukan pada Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
68
spesifikasi fungsional dan digunakan sebagai dasar untuk Performance Qualification (PQ). 2) Functional Specification (FS) FS berisi uraian teknis yang diperlukan untuk mencapai URS. FS diperlukan untuk menyiapkan Operation Qualification (OQ). 3) Technical Specification (TS). TS menjelaskan persyaratan yang harus dipenuhi dalam rangka mewujudkan FS, sehingga TS adalah FS yang lebih detail. TS memberi landasan dan daftar item yang harus diverifikasi saat IQ. Jika diperlukan, audit pemasok dilakukan untuk melengkapi DQ. DQ dibuat oleh tim TSD, unit IQC, dan pengguna alat tersebut. Setelah DQ terdefinisikan, dilakukan pengesahan DQ kemudian diikuti dengan FAT (Factory Acceptance Test). Dokumen FAT diperoleh dari pembuat alat tersebut. FAT adalah dokumen released dari produsen untuk meyakinkan bahwa alat/mesin/utilitas berjalan sebagaimana mestinya. Pada saat proses released tersebut, pihak pembeli, dalam hal ini PT Aventis Pharma Indonesia,
diundang
untuk
datang.
Saat
FAT
dapat
dilakukan
perubahan/modifikasi sesuai keinginan perusahaan.
b.
Installation Qualification (IQ) Installation Qualification adalah pembuktian secara tertulis bahwa
peralatan bersangkutan dibuat dan dipasang dengan benar, semua komponen, serta sistemnya ada dan sesuai DQ. IQ menguji atribut statis dari suatu alat atau sistem. Dokumen IQ meliputi identifiers; engineering specification; utility and installation testing; instrument calibration; preventive maintenance; change parts, tooling and software; service documents; special procedures; serta final engineering drawings. Pemasangan instalasi dilakukan bersama dengan wakil/teknisi pemasok. Pada saat pemasangan mesin biasanya disertai dengan pelatihan
secara
langsung
dari
teknisi
pemasok
tentang
pemasangan,
Pemeliharaan, dan perbaikan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
69
c.
Operation Qualification (OQ) Operation Qualification adalah pembuktian secara tertulis bahwa peralatan
bersangkutan dapat beroperasi sesuai kriteria/desain yang telah ditentukan, yang kebenaran kerjanya dapat dibandingkan dari kriteria penerimaannya. OQ menguji atribut dinamis dari suatu alat atau sistem. Mesin tersebut dikualifikasi dalam keadaan dijalankan/running untuk mengetahui apakah mesin beroperasi sesuai fungsinya.
d.
Performance Qualification (PQ) Performance Qualification adalah pembuktian secara tertulis bahwa
peralatan atau suatu product contact utility dapat secara konsisten memberikan kinerja yang baik. Hal ini dimaksudkan agar alat dapat menghasilkan produk sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Protokol PQ meliputi critical parameters,
acceptance
parameters
and
acceptable
ranges,
serta
test
methods/procedures to complete the test of critical parameters.
4.3.2 Air Handling Unit (AHU) Air Handling Unit (AHU) merupakan peralatan yang digunakan untuk mengkondisikan udara di dalam suatu ruangan. AHU digunakan agar semua parameter kritis dari kualitas udara dapat dikontrol sesuai dengan kelas ruangannya menurut Global Engineering Guideline. Parameter kritis dari kualitas suatu udara adalah suhu, tekanan, kelembaban (RH, air change per hour, jumlah partikel, dan jumlah mikroba. Technical
Services
Department
merupakan
divisi
yang bertugas
memonitor sistem AHU. AHU hanya diterapkan di pabrik (Warehouse, Processing, dan Packaging) dan tidak di ruangan kantor. Sistem yang mengontrol AHU adalah Building Management System (BMS). BMS merupakan sistem yang menempatkan sensor pada tiap ruangan dan AHU itu sendiri. Dari sistem ini akan dikontrol baik kondisi udara yang terdapat pada AHU serta yang dihasilkan di ruangan. Ada 14 tipe AHU yang berada di area gudang dan di area produksi baik pengolahan (kawasan kelas 3) maupun pengemasan (kawasan kelas 3 dan kelas 2). Jenis-jenis AHU beserta ruang yang disuplai dapat dilihat pada Tabel 3. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
70
Setiap 6 bulan sekali dilakukan kualifikasi terhadap sistem AHU. Setiap ruangan mempunyai return line dan supply line yang berbeda sehingga selalu tersedia udara bersih dalam ruangan. Pada ruangan Processing dan Primary Packaging juga dilengkapi dengan exhauster yang berfungsi untuk membuang udara keluar (tidak mengalami resirkulasi). AHU yang ada merupakan AHU yang bertingkat dimana AHU yang pertama mengambil udara segar dari luar yang disebut dengan AHU-FA (AHU-Fresh Air), kemudian udara tersebut akan dialirkan ke AHU. AHU bertingkat dimaksudkan untuk mengurangi beban kerja AHU dalam mendinginkan udara sehingga akan meningkatkan masa kerja dari AHU tersebut. Udara pada AHU mengalir dari intake module kemudian didinginkan oleh cooling coil di dalam coil module. Sistem pendinginan pada cooling coil ini berasal dari chilled water. Akan tetapi ada juga AHU yang sumber dinginnya berasal dari refrigerant, sering juga disebut dengan Direct Expantion AHU (DX AHU). Tujuan pendinginan ini adalah untuk menurunkan suhu dan menurunkan kelembaban dengan mengembunkan uap air yang ada di dalam udara. Sensor suhu (Pt 100) dipasang pada pipa suplai dan return chilled water, sehingga perubahan suhu pada chilled water dapat dipantau/ dimonitor setiap saat sesuai dengan kebutuhan. Udara dihisap melalui fan module, setelah didinginkan oleh cooling coil kemudian didorong oleh supply fan untuk masuk ke ruangan-ruangan yang disuplai. Sebelum keluar, udara disaring untuk mengurangi partikel dan bakteri yang ada menggunakan filter. Udara yang masuk ke AHU akan mengalami penyaringan berkali-kali. Ada 3 jenis filter dalam sistem AHU, yaitu pre filter (efisiensi 30%), medium filter (efisiensi 80-95%) dan HEPA filter (efisiensi 99,995%). Tidak semua AHU dilengkapi dengan HEPA filter. AHU yang memiliki HEPA filter, yaitu AHU-02, AHU-03, AHU-04, AHU-05A, AHU-05B, AHU-06, dan AHU-DX03. Differential pressure dipasang pada medium filter dan HEPA filter untuk mengetahui besarnya perbedaan tekanan di filter dan memudahkan untuk mengetahui kondisi keabsahan filter tersebut.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
71
4.3.3 Water Generation Plant (WGP) Dalam kegiatan industri yang dijalankan PT Aventis Pharma, terdapat berbagai macam tingkat air yang digunakan. Dalam proses produksi, pencucian, serta kegiatan lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan uji laboratorium, PT Aventis Pharma menggunakan purified water. Untuk uji laboratorium (kimia dan mikrobiologi) digunakan ultra purified water, hasil pengolahan purified water diperoleh dari alat Milli Q-Plus. Sumber utama purified water adalah potable water (air PAM yang telah melewati sand filter dan mengalami klorinasi). Sumber purified water dapat juga dari air sumur (well water) jika air PAM (drinking water) tidak mengalir. Purified water di area produksi disuplai dari water generation plant, sedangkan untuk laboratorium QC disuplai dari alat Milli RX 75. Pemeriksaan purified water dilakukan setiap hari Senin, salah satunya adalah pemeriksaan terhadap filter. Dalam sistem Water Generation Plant, ada 3 bagian penting
yang
semuanya
berlangsung
dan
dikontrol
secara
otomatis
(computerized), yaitu: a.
Osmotron berkapasitas 500 L/jam, yaitu sistem pengolahan air melalui reverse osmosis (RO) dan electro de ionization (EDI).
b.
Water tank, yaitu tempat penampungan purified water setelah melalui RO.
c.
Loopo, yaitu sistem sirkulasi dan distribusi purified water dari water tank ke pengguna (user point). Tahap-tahap pengolahan purified water dapat dilihat pada Lampiran 9
dengan penjelasan sebagai berikut: 1.
Air mengalir dari sumber air ke WGP system (letaknya disamping ruang office di pharma factory dengan pintu khusus). Sumber air ada 2 yaitu air PAM/drinking water (akan diubah menjadi potable water) dan well water. Well water dipakai jika air PAM tidak mengalir.
2.
Air akan menuju multimedia filter yang berfungsi untuk menyaring partikelpartikel besar. Filter ini memiliki mekanisme pembersihan secara otomatis (diprogram setiap jam 11 malam melalui metode backwashing).
3.
Kemudian air akan disaring lagi dalam backwash filter (proses pembersihan diri terjadi secara otomatis dan kontinyu, diatur supaya air masuk dan kotoran langsung dibuang ke drain). Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
72
4.
Air masuk ke dalam water softener yang di dalamnya terdapat resin. Di sini kesadahan air (water hardness) dikurangi dengan mekanisme pengikatan ion, sehingga kandungan ion dalam air berkurang (konduktivitas air belum diukur). Pada proses ini diinjeksikan NaCl sebagai pengikat ion, ion positif akan diikat oleh Na+ dan sebaliknya oleh Cl-. Terdapat 2 tanki softener pada proses ini, di dalamnya terdapat resin (mediator pengikat ion) yang perlu diregenerasi secara berkala. Dua tanki softener bertujuan untuk meringankan beban kerja (1 tanki sudah dapat memberikan kontribusi 100%, dengan adanya 2 tanki beban kerja itu dibagi). Ketika tanki 1 diregenerasi maka katup pada tanki 1 tertutup dan proses softening dilakukan oleh tanki yang lain. Air selalu mengalir dari tanki 1 ke tanki 2 karenanya perbandingan regenerasi tanki 1 dan tanki 2 adalah 3:1. Regenerasi dilakukan dengan mencuci ion-ion yang ada pada resin (resin berumur kerja 5 tahun). Air yang telah melalui water softener kemudian dideteksi tingkat kesadahannya dengan residual hardness meter. Tingkat konduktivitas air sampai tahap ini adalah sekitar 1400 μS/cm. Konduktivitas air PAM berkisar antara 1600 μS/ cm. Air yang telah mengalami water softening disebut soft water.
5.
Soft water akan mengalir ke filter 5 μm. Disini terjadi penginjeksian sodium bisulfit yang digunakan untuk mengikat kelebihan ion Cl maupun Cl bebas.
6.
Soft water akan mengalami proses RO. Disini terjadi proses desalinasi untuk menghilangkan kandungan garam dari soft water. Hasil RO dari soft water disebut permeate, sedangkan sisanya (concentrate) akan dibuang. Pada osmotron terdapat water conversion factor (WCF) yang mengatur perbandingan soft water dan permeate menjadi 75%. Semua air buangan yang ditampung dalam drain diolah di WWTP. Permeate memiliki nilai konduktivitas sebesar 10 μS /cm.
7.
Permeate akan mengalami electric de ionization (EDI) dalam septron. Pada proses EDI terjadi pertukaran ion dengan bantuan stimulasi listrik (dengan sengaja dialirkan listrik pada air, sehingga molekul akan pecah menjadi ionion yang reaktif, selanjutnya air terstimulasi ini digunakan untuk mencuci permeate). RO dan EDI bertujuan untuk menurunkan konduktivitas Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
73
air. Hasil pengolahan permeate dalam septron disebut diluted purified water yang memiliki nilai konduktivitas sebesar 0,09 μS/cm3 (limit yang dipersyaratkan 1,3 μS/cm3), selanjutnya air akan ditampung dalam water tank. 8.
Water tank dilengkapi dengan valve dan switch level. Jika water tank sudah penuh akan mengaktifkan switch level untuk menutup valve, sehingga purified water tidak masuk lagi ke dalam water tank. Air akan tersirkulasi kembali dan bergabung dengan soft water untuk diolah kembali (WCF yang tadinya 75% menjadi 90%). Mode operation system-nya berubah dari operation menjadi circulation dimana volume dan kecepatan pompa diatur (computerized). Purified water harus selalu mengalir dan kecepatan alirannya dijaga untuk menghindari pertumbuhan bakteri.
9.
Purified water kemudian didistribusikan ke user points dengan loopo distribution system. Pada sistem ini terdapat heat and cooling exchanger yang berguna untuk mengubah suhu air sehingga sesuai dengan parameter purified water. Suhu setelah keluar dari water tank adalah 30°C, setelah dilewatkan dalam exchanger dan terjadi penyeimbangan kalor (asas Black) suhu menjadi 25°C. Pendingin dalam exchanger berasal dari chilled water (5°C).
10.
Setelah beberapa waktu akan muncul lapisan biofilm di permukaan dalam pipa, dibersihkan dengan loopo sanitation system. Air dari water tank dipanaskan sampai 85°C selama 90 menit dalam exchanger dengan menggunakan superheated water (120°C bertekanan 6 bar dan berwujud cair). Ketika sanitasi dilakukan water tank berisi 24%, valve tidak boleh dibuka, sehingga mode yang berjalan adalah sirkulasi seperti ketika water tank penuh, chilled water valve tertutup otomatis, sementara di user points tidak boleh ada karyawan untuk alasan HSE. Proses sanitasi di loopo system ini dilakukan 2 kali setahun.
11.
Pembersihan yang dilakukan di osmotron dilakukan dengan menggunakan H2O2 (desinfektan) yang diinjeksikan selama 15 menit ke pipa sebelum tanki softener, setelah air dibiarkan dalam keadaan diam selama 3 jam (ada waktu kontak dengan permukaan pipa/wadah/RO membrane/EDI) agar Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
74
proses desinfeksi efektif. Setelah proses pencucian otomatis, air sisa pembersihan dibuang. Pembersihan osmotron juga dilakukan 2 kali setahun (Juni dan Desember). 12.
Tanki NaOH 5% hanya diinjeksikan jika sumber air yang dipakai adalah well water karena banyak mengandung logam berat dan bakteri. NaOH diinjeksikan ke pipa sebelum membran 5 μm secara otomatis dan terus menerus selama well water dipakai. Dengan well water maka WCF yang dipakai pada proses RO adalah 50%.
4.3.4
Perawatan Fasilitas, Peralatan, dan Sarana Penunjang (Utility) Semua fasilitas, peralatan, dan utility yang digunakan dalam kegiatan
produksi perlu dirawat menurut sistem yang memadai. Sistem maintenance di PT Aventis
Pharma
dikontrol
secara
terkomputerasi
dengan
Maintenance
Management System (MMS). Aplikasi MMS dinilai perlu untuk dilakukan perubahan karena aplikasi MMS merupakan program aplikasi yang lama yang sudah tidak kompatibel dengan sistem windows yang baru. Selain itu, pemakaian aplikasi MMS juga tidak bisa diperbaharui lagi sehingga mesin – mesin terbaru tidak dapat dicantumkan informasi dan jadwal perawatannya. Hal lain yang dirasa kurang dari aplikasi MMS ini adalah adanya kekurangan dari versi MMS yang memiliki interval software yang masih dalam week basis. Interval ini menyebabkan tidak presisinya keterulangan schedule setelah beberapa lama. Untuk melengkapi kekurangan MMS, maka dikembangkan suatu sistem baru yang dapat menghasilkan hasil kerja yang lebih baik. Sistem ini dinamakan e- MMS adalah web aplikasi yang digunakan untuk melakukan penjadwalan maintenance terhadap mesin yang ada. Aplikasi ini sedang dikembangkan agar siap untuk digunakan di PT. Aventis Pharma. Untuk itu, perlu adanya suatu proses validasi yang meyakinkan bahwa aplikasi ini dapat digunakan dan menghasilkan kinerja sesuai yang diinginkan. Alasan dilakukan pemeliharaan terhadap alat-alat maupun utility adalah agar: a.
Alat maupun utility yang digunakan tidak membahayakan keselamatan kerja dari karyawan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
75
b.
Alat maupun utility yang digunakan tetap menghasilkan produk dengan kualitas terjamin.
c.
Masa/umur penggunaan alat dan utility berlangsung lama. Maintenance alat maupun utility di perusahaan ada 2 macam yaitu:
1.
Preventive maintenance, bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan sehingga mengurangi jumlah kerusakan alat maupun utility.
2.
Break down maintenance, bertujuan untuk memperbaiki peralatan maupun utility yang rusak.
4.4
Health, Safety, and Enviroment Department (HSE Dept.)
4.4.1
Health, Safety, and Enviroment (HSE) (Prosedur Tetap HSE, 2011) Health, Safety, and Enviroment (HSE) merupakan aspek yang mendasari
semua kegiatan di PT Aventis Pharma selain CPOB. HSE PT Aventis Pharma Indonesia berada di bawah Industrial Affairs Division yang bertanggung jawab menangani masalah kesehatan (health), keselamatan (safety), dan lingkungan (environment) di PT Aventis Pharma. Sebelumnya departemen ini bernama EHS (Environment, Health, and Safety), kemudian diubah menjadi HSE karena di suatu industri farmasi pengolahan, timbulnya gangguan kesehatan bagi personel yang terkait merupakan kemungkinan yang terbesar dibandingkan kedua aspek HSE lainnya. HSE dikepalai oleh seorang supervisor yang membawahi bagian yang menangani lingkungan hidup dan kesehatan dan bagian yang menangani keselamatan kerja. Tujuan HSE adalah: a.
Untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja, mencegah dan menanggulangi segala macam bahaya yang mengancam seluruh karyawan, kontraktor, dan tamu.
b.
Untuk meminimalkan pencemaran lingkungan selama proses produksi dari mulai penanganan bahan baku hingga setelah produk jadi dihasilkan.
c.
Mencegah kontaminasi selama proses produksi terhadap personel terkait.
d.
Meminimalkan kontaminasi produk sampingan terhadap lingkungan.
e.
Mencegah kontaminasi terhadap produk baik dari lingkungan maupun karyawan. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
76
Dasar yang digunakan oleh PT Aventis Pharma dalam melaksanakan HSE adalah Global HSE Standar, HSE guidelines, HSE key requirement, dan peraturan negara mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja (Depnaker), serta Upaya Kesehatan Kerja yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan (Depkes). K3 kemudian lebih dikenal sebagai LHK3 (Lingkungan Hidup, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja). Berdasarkan global HSE, hierarki dokumen HSE dari tingkatan tertinggi sampai tingkatan terendah berturut-turut adalah sebagai berikut: a. Kebijakan HSE (HSE Policy) b. Persyaratan Utama (Key requirements) c. Standard (Standard) d. Panduan (Guidelines) e. Prosedur Tetap (Standard Operating Procedures/SOP) Semua dokumen tersebut kecuali Prosedur Tetap (Protap) disusun oleh Aventis Global untuk dilaksanakan di seluruh Aventis site. Sementara itu, protap disusun di masing-masing Aventis site untuk dilaksanakan di site yang bersangkutan. Key requirements HSE merupakan elemen esensial minimum yang harus diterapkan di suatu site. Standar HSE menjelaskan hal-hal yang perlu dilakukan oleh site saat menerapkan Key requirements. Guidelines adalah dokumen yang umumnya berisi informasi teknis dalam bentuk protap. Sasaran kebijakan program HSE di PT Aventis Pharma berpedoman pada prinsip pengembangan yang berkesinambungan yaitu: a.
Secara aktif berusaha mencegah dampak yang merugikan terhadap udara, air tanah, sumber daya alam, dan kesehatan manusia.
b.
Menghindarkan terjadinya cedera pada semua karyawan, kontraktor, dan masyarakat sekitar.
c.
Memberi
perhatian pada aspek HSE
dalam
perancangan pabrik,
perancangan dan pengembangan produk baru, serta mengelola resiko HSE dari semua produk. d.
Mengatasi dampak lingkungan yang timbul.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
77
e.
Mengukur kinerja dan menyampaikan hasilnya secara terbuka untuk membangkitkan keyakinan dan pengakuan pada semua pihak yang berkepentingan. Untuk menjamin realisasi tujuan HSE dan memastikan program-program
HSE terselenggara, diperlukan sistem pengelolaan HSE yang komprehensif. Sistem managemen HSE mencakup pengembangan kebijakan, pengorganisasian, perencanaan dan implementasi, pengukuran kinerja, evaluasi kinerja, dan pengauditan. Proses sistem manajemen tersebut berlangsung secara berulang dan berkesinambungan.
4.4.2
Health (Kesehatan Kerja) Kebijakan yang dimiliki oleh PT Aventis Pharma dalam bidang kesehatan,
yang menjadi tanggung jawab HSE adalah dalam pelaksanaan Industrial Hygiene (IH) dan Occupational Health (OH). Untuk melaksanakan IH, harus dilakukan terlebih dahulu identifikasi bahaya dan faktor yang dapat membahayakan keamanan pekerja dan alat kerja di tempat itu. Faktor resiko yang perlu diwaspadai adalah prosedur kerja, material, serta proses dan alat kerja yang dipakai. Upaya untuk melindungi pekerja terhadap bahaya kontaminasi produk adalah dengan exposure monitoring terutama terhadap bahan OEB level 3 dan 4. Tujuan exposure monitoring adalah untuk meyakinkan bahwa lingkungan kerja aman dan tidak mengganggu kesehatan, sehingga hak karyawan terhadap kesehatannya ketika tidak lagi bekerja di perusahaan ini dapat dijamin, serta terjadinya penyakit akibat kerja dan kontaminasi pada lingkungan oleh produk dapat dihindari. Langkah-langkah dalam exposure monitoring: a.
Sampling, alat yang digunakan adalah sampling plump yang alirannya (flow) disesuaikan dengan wujud zat aktif yaitu high flow (2 L/menit) untuk dust, dan low flow (0,75 L/menit) untuk favour gas. Collecting media yang spesifik untuk menampung partikel bahan aktif dan filter untuk menyaring udara yang masuk sehingga udara bersih bisa dikeluarkan kembali.
b.
Hasil sampling dikirim ke Global Hygiene Laboratory di Bridgewater, Amerika Serikat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
78
Selanjutnya, dilakukan program penanggulangan bahaya. Program ini harus jelas mencantumkan judul, tujuan, jadwal kegiatan, biaya, penanggung jawab, dan ukuran keberhasilannya (cara evaluasi). Setelah itu, program yang telah disusun tersebut dilaksanakan dengan memperhatikan aspek komunikasi (sosialisasi kepada karyawan) dan persyaratan administratif (meninjau kembali apakah persyaratan sertifikasi peralatan, kualifikasi operator, zoning daerah resiko tinggi, dan sebagainya telah dilaksanakan sesuai dengan standar yang berlaku). Pada akhir pelaksanaan program, dilakukan evaluasi yang mencakup aspek teknis dan mutu, biaya, serta waktu pelaksanaan. Penilaian terhadap suksesnya pelatihan dilakukan dengan diadakannya inspeksi diri sewaktu – waktu terhadap aspek HSE. Peningkatan self awareness karyawan terhadap HSE adalah dengan usaha safety talk, briefing, dan training. Dalam pemantauan kesehatan kerja perlu diperhatikan nilai ambang batas pemaparan yang lebih dikenal dengan istilah OEB (Occupational Exposure Band) dan OEL (Occupational Exposure Limit). Penggolongan OEB diperoleh dari OEL yang disederhanakan. Aventis mengkategorikannya berdasarkan konsentrasi paparan aktif yang dipercaya aman untuk kesehatan karyawan. OEB adalah paparan yang dapat diterima 8 jam kerja per hari atau 40 jam kerja seminggu. Dengan mengetahui nilai OEB suatu senyawa, kesehatan dan keamanan kerja karyawan dapat ditingkatkan. Tingkatan OEB dapat dilihat pada Tabel 4. Kategori produk PT Aventis Pharma berdasarkan OEB dapat dilihat pada Tabel 5. Nilai ambang batas pemaparan lain yang harus diperhatikan adalah kebisingan dan paparan gas. Batas pemaparan suara yang dapat menyebabkan kebisingan adalah 85 dB. Contohnya mesin GUK di bagian Packaging memiliki pemaparan suara 90 dB sehingga diperlukan usaha noise reduction dengan menggunakan earpug dan earmuf. Paparan gas beracun banyak terjadi di laboratorium dan usaha untuk mengatasinya adalah dengan pembuatan protap, pelatihan penggunaan lemari asam, dan pemisahan jenis limbah cair di laboratorium.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
79
4.4.3 Safety (Keselamatan kerja) Tanggung jawab HSE dalam bidang keselamatan (safety) sangat besar dalam rangka menjamin keselamatan pekerja, tamu, dan kontraktor. Program yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan keselamatan kerja antara lain: a.
Pelaksanaan inspeksi diri dan risk assesment di tempat kerja.
b.
Penerapan hasil risk assessment.
c.
Penggunaan tangga dan pintu darurat.
d.
Pengadaan sistem izin kerja dan izin penggunaan peralatan untuk semua pekerjaan yang dilakukan di lingkungan perusahaan.
e.
Sosialisasi program-program HSE dan pelatihan bagi karyawan. Tanggung jawab HSE diantaranya adalah menyiapkan fire protection
untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran, antisipasi banjir, emergency preparedness, dan training. Yang termasuk dalam fire protection adalah smoke detector, fire extinguisher, hydrant, sprinkler, dan foam cart (untuk kebakaran yang disebabkan karena bahan kimia). Fasilitas lain adalah emergency exit di setiap ruangan untuk memudahkan orang keluar saat terjadi bahaya yang secara otomatis akan mengaktifkan alarm. Untuk mengantisipasi keluarnya air yang sudah terkontaminasi bahan berbahaya dan beracun (B3) dari gudang ke luar daerah gudang dipasang water barrier (Blobel Water Retention BL/BED-PM) di Warehouse. Pemasangan dilakukan di warehouse karena di tempat inilah sebagian besar inventory pabrik disimpan, sehingga jika terjadi kontaminasi pada daerah warehouse air tidak akan terbawa keluar area gudang. Emergency preparedness adalah suatu drill evakuasi (terhadap kebakaran dilakukan 3 bulan sekali) yang dilakukan sebagai latihan evakuasi jika suatu waktu tertentu terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di pabrik, seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, teror, atau sabotase, dan sebagainya. Untuk meningkatkan partisipasi seluruh departemen dalam menjaga keselamatan kerja, maka HSE mengadakan program LTI (Lost Time Injury) atau IWLT (Injury Without Lost Time). LTI adalah suatu cedera yang menyebabkan hilangnya hari kerja. Sedangkan IWLT adalah keadaan dimana cedera yang ditimbulkan tidak menyebabkan kehilangan hari kerja, walaupun membutuhkan medical treatment seperti dijahit, pingsan, dan lain-lain. Setiap departemen Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
80
memiliki papan untuk mencantumkan jumlah hari yang telah dilewati tanpa terjadinya LTI dan jumlah hari tanpa IWLT. Sehingga bila ada bagian yang jumlah LTI atau IWLT-nya di atas rata-rata dapat langsung diketahui, dievaluasi, dan diambil langkah-langkah pencegahan yang paling sesuai. Training dilakukan untuk memperkenalkan aturan-aturan di pabrik sehingga dalam bekerja dapat terjamin keamanan dan keselamatan kerja. Training ini dilakukan terhadap karyawan baru dan kontraktor yang akan bekerja di pabrik. Kontraktor juga perlu diberi training (safety orientation) karena pada suatu waktu terjadi persentase kecelakaan kerja kontraktor lebih tinggi daripada karyawan (misal pada saat renovasi pabrik). Program HSE untuk karyawan baru adalah dengan memberikan booklet tentang HSE dan pelatihan yang diadakan di bawah departemen masingmasing. Dalam HSE dikenal adanya hierarchy of control (hierarki pengendalian), dimana upaya yang dilakukan dalam mengendalikan seluruh aspek yang berhubungan dengan HSE dilakukan menurut prioritas utama terlebih dahulu. Apabila prioritas utama tidak mungkin diterapkan, baru dipertimbangkan untuk mengambil langkah berikutnya. Misalnya untuk mengurangi paparan bahan aktif yang berlebihan dapat dicari solusi dengan menerapkan hierarki pengendalian sebagai berikut: a. Eliminasi Prosedur ini dilakukan dengan menghilangkan faktor yang menjadi sumber permasalahan, misalnya menghilangkan bahan atau alat yang berbahaya. b. Subtitusi Prosedur ini dilakukan dengan mengganti faktor yang menjadi sumber permasalahan dengan bahan lain yang lebih aman. c. Engineering control Cara ini dilakukan dengan mengatur variabel mesin/peralatan menjadi lebih aman untuk digunakan, misalnya mendesain dan memodifikasi alat, merancang sebuah bentuk alat, mesin, dan sarana penunjang apapun yang bersifat ergonomis (penyesuaian terhadap anatomi tubuh dan kebiasaan bersikap dalam bekerja) yang dapat memudahkan suatu pekerjaan untuk dilakukan sehingga karyawan merasa nyaman dalam bekerja dan tidak mudah merasa lelah. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
81
d. Administrative control Dilakukan dengan cara menerapkan SOP atau mengatur waktu paparan pekerja terhadap faktor yang membahayakan, misalnya dengan mengatur shift kerja karyawan. e. Penggunaan alat pelindung diri (APD) Langkah ini dilakukan sebagai upaya terakhir yang dilakukan untuk melindungi karyawan atau bisa juga diterapkan sebagai solusi sementara pada saat engineering approach masih didesain, misalnya penggunakan, earpug, masker, dan sarung tangan. Dalam rangka pengukuran kinerja HSE, pencegahan pengulangan kejadian setiap kecelakaan dan nyaris celaka harus diselidiki dan dilaporkan. Finding kecelakaan dibedakan menjadi 3 yaitu: a. Critical (harus diselesaikan hari itu juga) b. Major (diberi waktu 2 hari dalam penyelesaiannya) c. Minor Keselamatan kerja dipengaruhi oleh 2 aspek yaitu perilaku yang tidak aman dan lingkungan kerja yang tidak aman. Finding dalam perilaku kerja harus diselesaikan saat itu juga, sedangkan untuk kondisi kerja diselesaikan dalam waktu 2 hari. Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki berupa benturan antara dua massa/energi sehingga timbul kerusakan, cedera, dan kerugian. Near miss adalah suatu kejadian dimana dua massa/energi hamper bersentuhan sehingga tidak sampai menimbulkan kerugian fisik. Arti penting dari kejadian near miss adalah kecelakaan dapat terjadi dengan situasi dan kondisi yang sama dengan kejadian ini. Oleh karena itu dengan melakukan investigasi terhadap near miss dapat berguna untuk mencegah terjadi kecelakaan di kemudian hari. Prioritas kecelakaan yang perlu diinvestigasi adalah: 1.
Jatuh dari ketinggian
2.
Penanganan dan penggunaan bahan kimia, termasuk jika terjadi tumpahan bahan kimia. Tumpahan bahan kimia dapat tergolong keadaan darurat jika tumpahan bervolume 200 L atau lebih
3.
Berhubungan dengan mesin dan alat kerja
4.
Menyebabkan cedera berat
5.
Kecelakaan berulang Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
82
6.
Pelanggaran peraturan. Tim investigasi terdiri dari kepala unit/departemen tempat kejadian, staf
HSE, Human Resource Administration, wakil serikat kerja, dan Technical Production/IQC sebagai pengkaji laporan. Laporan hasil investigasi dibuat paling lambat 2x24 jam setelah kejadian dan ditujukan kepada Depnaker dan Global/Regional Aventis. Laporan tersebut berupa: a.
Immediate reporting untuk kecelakaan besar.
b.
Real time reporting untuk Lost Time Injuries dan Injury Without Lost Time.
c.
Monthly reporting untuk karyawan dan kontraktor.
Tim investigasi melakukan investigasi dengan sistematika sebagai berikut: a.
Melakukan evaluasi menyeluruh di tempat kejadian (situasi tempat kerja, mesin dan alat kerja yang dipakai, prosedur kerja, dan urutan kejadian).
b.
Mengambil gambar/foto sebelum tempat kejadian dibersihkan.
c.
Membuat sketsa dan ukuran situasi di tempat kejadian.
d.
Mencatat semua saksi dan melakukan wawancara untuk evaluasi. Program lain dari HSE adalah:
a. Menciptakan sistem pengumpulan Material Safety Data Sheet (MSDS) yang efektif dan efisien terhadap semua bahan kimia yang dipergunakan di kawasan Aventis Pharma b. Menetapkan sistem yang menjamin bahwa MSDS yang tersedia adalah valid dan MSDS yang berlaku tersebut tersimpan baik dan mudah ditemukan saat diperlukan oleh yang membutuhkan. Material Safety Data Sheet adalah suatu bentuk info tertulis yang pada umumnya memuat data mengenai identifikasi produk kimia dan perusahaan pembuat, identifikasi bahaya, pertolongan pertama pada kecelakaan, langkah penanganan bila terbuang ke lingkungan secara tidak sengaja, penanganan dan penyimpanannya, serta pengendalian pemaparan dan perlindungan dari personel. Selain itu MSDS juga berisi data mengenai sifat-sifat fisika dan kimia bahan, stabilitas dan reaktivitas, toksikologi, dan informasi lainnya. Alur pengumpulan dan penyimpanan MSDS bahan produk Aventis Pharma dapat dilihat pada Lampiran 10.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
83
4.4.4 Environment (Lingkungan Hidup) Dalam bidang lingkungan, tanggung jawab HSE department adalah dalam hal: a. Environmental Management System (EMS) Meliputi seluruh sistem pendokumentasian standar lingkungan yang berada di PT Aventis Pharma Indonesia. Laporan implementasi Rencana Kegiatan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan lingkungan (RPL) disusun oleh perusahaan untuk dilaporkan ke Badan Pemeriksa Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) tiap 3 bulan sekali.
b. Environmental Risk Assessment (ERA) Environmental Risk Assessment (ERA) merupakan program yang mencakup analisis dampak lingkungan hidup bagi seluruh karyawan PT Aventis Pharma. Program ini mencakup segala kegiatan dan aspek-aspeknya, fasilitas, dan lingkungan yang dapat memberikan dampak bagi kesehatan dan keselamatan karyawan.
c. Waste Management System Merupakan usaha dalam pengelolaan sampah, dengan melakukan waste minimizing maupun reduction dengan cara eliminasi/reduksi, daur ulang, dan disposal (insinerasi atau ditanam). Limbah yang dihasilkan ini harus dikelola agar tidak mencemari lingkungan di sekitarnya. Jenis limbah dari PT Aventis Pharma adalah limbah padat, limbah cair, limbah suara, dan limbah gas. Alur penanganan limbah dapat dilihat pada Lampiran 11. Limbah padat ada dua macam, yaitu: 1. Limbah padat B3 Pengelolaan limbah padat B3 (misalnya hasil pemeriksaan laboratorium, produk expired, produk rejected, bahan padat yang kontak langsung dengan bahan obat maupun obat jadi, dan debu obat dari dust collector), dilakukan oleh PPLI (Prasadha Pamunah Limbah Industri). Limbah tersebut disimpan di waste storage, kemudian dibawa ke PPLI setelah 90 hari.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
84
2. Limbah padat non B3 (bahan berbahaya dan beracun) Limbah padat non B3, misalnya sampah dari kantor, pengelolaannya adalah dengan dijual atau dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir oleh petugas seminggu 2 kali. Limbah cair ada tiga macam, yaitu:
1. Limbah cair B3 Limbah cair B3 seperti limbah dari laboratorium berupa zat organik, anorganik, alkohol, asam, garam, juga dari TSD seperti NaOH untuk pembuatan purified water, air aki, dan sodium metabisulfit dikelola di PPLI. Limbah cair B3 disimpan dalam waste storage. Limbah cair B3 yang beratnya <50 kg/hari boleh disimpan lebih dari 90 hari, tetapi jika beratnya >50 kg/hari tidak boleh disimpan lebih dari 90 hari. 2. Limbah cair non B3 Limbah cair non B3 seperti limbah cair domestik (air cucian, septic tank, kantin, dan kantor) dikelola melalui IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) atau waste water treatment plant (WWTP), karena menurut peraturan pemerintah limbah cair harus diolah dulu sebelum dibuang. 3. Limbah cair berupa oli Limbah cair berupa oli yang digunakan untuk perawatan kompresor dan genset disimpan dalam waste storage untuk kemudian dikirimkan ke pengolah limbah PT Nirmala Tipa. Pengolah limbah cair yang lain adalah PT Dongwoo, tapi PT Dongwoo juga mengirimkan limbah padat hasil olahannya ke PPLI sebagai satu-satunya pengolah limbah B3 maupun non B3 baik cair maupun padat. Menurut Keputusan Gubernur Kepala DKI Jakarta No. 582/1995 tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai/Baku Badan Air Serta Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah DKI Jakarta dan Keputusan Gubernur DKI Jakarta N0.299/1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai/Badan Air Serta Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah DKI Jakarta, maka ditetapkan buangan limbah cair PT Aventis Pharma Indonesia dibuang ke kali Sunter dimana peruntukannya adalah untuk pertanian dan usaha
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
85
perkantoran. Buangan limbah cair tersebut sebelum dibuang harus diperiksa dan parameternya harus memenuhi persyaratan yang dapat dilihat pada Tabel 6. IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) atau WWTP (Waste Water Treatment Plant) digunakan untuk mengolah air (limbah cair non B3) sebelum dibuang ke lingkungan. Air yang berasal dari pabrik ini harus diolah terlebih dahulu karena masih mengandung zat-zat yang berbahaya yang dapat mencemari lingkungan. Bagan WWTP dapat dilihat pada Lampiran 12. Pada intinya, prinsip dari WWTP adalah sebagai berikut: 1)
Limbah dari office building 1 dan 2 akan masuk ke dalam septic tank, kemudian airnya dialirkan masuk ke Collecting pit (CP) 1. Limbah dari Multi Purpose Building (MPB), Quality control (QC), dan Workshop akan masuk septic tank, kemudian airnya dialirkan masuk CP 2. Limbah dari factory masuk ke dalam septic tank kemudian airnya dialirkan ke CP 3. Air dari CP 1, CP 2, dan CP 3 akan masuk dengan menggunakan switch level, jika tinggi permukaan cairan di masing-masing CP sudah mencapai batas maka pompa akan secara otomatis mengalirkan cairan ke equalization tank (di atasnya terdapat perforated screen/penyaring kotoran seperti daun, plastik, dan lain-lain).
2)
Di equalization tank, dimana air dengan berbagai konsentrasi dan kondisi dari ketiga collecting pit tersebut mengalami ekualisasi sehingga parameter variatif dapat disetarakan untuk meringankan beban aerasi. Kapasitas equalization tank adalah 50 m3 dan aliran yang terjadi per harinya adalah 100 m3, proses ini memakan waktu 8 jam, sementara total pengolahan air adalah 24 jam.
3)
Selanjutnya, air masuk ke dalam aeration tank dengan menggunakan switch level dimana terjadi aerasi untuk memberikan udara (oksigen) yang cukup bagi bakteri pengurai (sebagai syarat aerasi) dan menghilangkan bau. Dalam proses aerasi ini digunakan proses biologik aerobik dengan menggunakan bakteri aerob (pembiakan bakteri sebesar 50 m3 yang dibiakkan dan dibiarkan selama kurang lebih 10 jam).
4)
Selanjutnya aliran limbah menuju sedimentation tank. Bakteri yang mati, kotoran, tanah, partikel padat akan tersedimentasi (proses overflow tanpa Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
86
pompa) menjadi sludge dan diendapkan dalam sedimentation tank yang berbentuk kerucut di dasar, sludge mengendap ke bawah sementara air bersih berada di atas. Dari sedimentation tank, air akan dialirkan ke clean water tank yang sebelumnya telah mengalami klorinasi dengan hipoklorit NaOCl 12% untuk membunuh sisa bakteri yang belum tersedimentasi (kecepatan tetesan diatur) kemudian dialirkan ke sungai. Sebelum air dibuang ke sungai, harus dilakukan pemeriksaan BOD, COD, pH, total nitrogen, TSS (Total Suspended Solid), KMnO4, antibiotika, dan kadar fenol terlebih dahulu setiap 24 jam sekali. Pemeriksaan dilakukan menggunakan instrumen dan reagen khusus sesuai protap. 5)
Sludge (lumpur) yang telah diendapkan dalam sedimentation tank akan masuk ke sludge tank dengan menggunakan pompa. Kemudian sludge dikeringkan dalam sludge drying bed. Sludge kering selanjutnya dibawa ke PPLI untuk proses lebih lanjut.
6)
Khusus untuk limbah cair yang berasal dari sisa mencuci alat yang mengandung antibiotik dipisahkan, kemudian diproses terlebih dahulu dalam pre-treatment tank untuk merusak struktur molekul antibiotic sehingga tidak mengganggu proses aerasi karena antibiotik dapat membunuh bakteri yang ditumbuhkan dalam aeration tank.
4.5
Plant Logistic Department (Prosedur Tetap Plant Logistic, 2010) Plant Logistic Department ini terdiri dari 2 bagian, yaitu warehouse dan
planning. Planning membawahi Inter-company Section, Export Section, dan External manufacturing Section. Plant Logistic Department di PT Aventis Pharma Indonesia ini dapat dipahami fungsinya sebagai departemen yang menjembatani komunikasi antara bagian produksi dan pemasaran. Plant Logistic Department bertugas untuk melakukan perencanaan pengadaan material yang akan dipakai pada proses produksi obat, penyusunan jadwal proses produksi di pabrik, dan mengendalikan persediaan bahan baku dan produk jadi yang ada di gudang. Tugas Plant Logistic adalah menerima forecast yang telah dibuat oleh bagian pemasaran untuk kemudian dianalisis dengan mempertimbangkan prioritas, Plant Cycle Time, dan Track Record dari pemasaran, kemudian bersama bagian produksi Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
87
menyusun rencana produksi. Demikian pula dengan pengadaan barang di gudang dibuat dengan dasar perkiraan (forecast) terhadap penjualan obat jadi atau distribusi obat jadi ke supplier atau Pedagang Besar Farmasi (PBF). Rencana produksi disusun berdasarkan kebutuhan pasar akan barang-barang, stok barang di gudang, dan berdasarkan jadwal penggunaan mesin untuk produksi obat lain. Forecast dari pemasaran tidak diterima begitu saja oleh Plant Logistic, pemasaran harus memberikan presentasi dan argumen yang kuat berkaitan dengan forecast yang dibuatnya serta estimasi kemampuannya untuk memasarkan produk. Karena
tidak
selamanya
forecast
yang
diberikan
pemasaran
disertai
kemampuanuntuk memasarkannya, perlu bagi Plant Logistic untuk menganalisis lebih lanjut. Jumlah permintaan berdasarkan forecasting sangat tergantung dari kegiatan pemasaran bulan itu misalnya sedang ada kegiatan sosial atau advertising dimana dimungkinkan jumlah penjualan besar yang harus ditunjang oleh produksi. Tetapi harus tetap dijaga untuk mencegah terjadinya over stock. Sosialisasi forecast dijabarkan dalam Sales and Operation Planning (S&OP) yang terbagi menjadi 2 level yaitu: a.
S&OP Level Satu, merupakan pertemuan dengan pemasaran yang mempertimbangkan pengaruh eksternal (pemasaran) 1) S&OP level 1A Data permintaan atau forecast serta rencana penjualan didasarkan pada informasi stok dari distributor (ex distributor) 2) S&OP level 1B Forecast didasarkan pada stok yang ada di factory (ex factory).
b.
S&OP Level Dua, merupakan pertemuan yang mempertimbangkan masalah internal secara umum, yang berkaitan dengan industrial pada bulan tertentu. Pertemuan ini bersifat strategik, yang dilakukan untuk mengoptimalkan faktor-faktor yang ada di produksi. S&OP level II merupakan meeting yang dihadiri oleh seluruh kepala dan Manager yang termasuk dalam Industrial Affairs dan dipimpin oleh Plant Logistic Department. Hasil pertemuan ini dibawa ke pertemuan mingguan dalam weekly
meeting, dihadiri oleh production department, technical service department, industrial quality and complience. Pertemuan ini dipimpin oleh Plant Logistic Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
88
untuk membahas penjabaran yang bersifat operasional untuk menetapkan weekly schedule. Plant Logistic memimpin pertemuan ini dengan membawa semua data yang dimiliki (posisi persediaan di gudang maupun di distributor, yang statusnya harus released) untuk kemudian membicarakan final forecasting yang harus dipenuhi oleh bagian produksi. Di sini juga dibicarakan isu-isu yang berkaitan dengan produksi, misalnya akan adanya mesin/ alat baru atau renovasi yang dapat menyebabkan kegiatan produksi berhenti dan pabrik juga kosong, juga jika ada trial terhadap mesin atau kondisi baru di pabrik dan kapan pabrik bisa beroperasi lagi. Jika ada masalah yang tidak bisa ditemukan solusinya, masalah dapat dibawa ke rapat S&OP.
4.5.1 Export Section, Inter-company Section 4.5.1.1 Export Section Seksi ini menangani produk-produk yang akan diekspor ke berapa Negara seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Tujuan ekspor adalah selalu interco Aventis di negara-negara yang dimaksud. Kinerja seksi ini dilihat dari Customer Service Level (CSL). Jika delivery date (yang telah disepakati antara PT Aventis Pharma Jakarta site dan interco tujuan) di salah satu negara tersebut tidak tepat/terlambat akan berakibat menurunnya nilai CSL (missed). Customer Level Service dari PT Aventis Pharma Indonesia diukur oleh Aventis Global berdasarkan delivery date within minus 7 dalam bulan yang sama (working days). Jika keterlambatan terus terjadi, dapat mengakibatkan site Jakarta tidak lagi dipercaya oleh interco di negara-negara tersebut yang kemudian dapat mengalihkan pesanannya ke site Aventis lain selain Indonesia.
4.5.1.2 Intercompany Section Seksi ini melakukan tugasnya dalam hal procurement receptionist, dan menangani produk-produk yang didatangkan dari Aventis site yang lain (intercompany atau sering disebut sebagai interco) mulai dari pemesanan sampai dengan barang datang. Produk-produk yang sering didatangkan dari interco adalah active materials. Interco yang dituju sebagai produsen active materials yang dimaksud, merupakan site rujukan yang telah ditetapkan oleh mother company Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
89
dalam rangka menjamin konsistensi mutu dan kualitas produk yang dihasilkan. Untuk produk yang dibeli dari pihak luar (third party) ditangani oleh Purchasing Department. Intercompany PT Aventis Pharma Indonesia antara lain: a. Aventis Limited India b. Aventis Pharma Deutschland GmbH c. Aventis Pharma Inc. Kansas City, USA d. Aventis Pharma SA e. Aventis Pharma Sp A, Scoppito Italia f. Aventis Pharma, Doma France g. Fison Pharmaceutical h. HMR Interphar i. Hoescht Procurement Int. Trading & Services (HPI, T&S) j. Nippon Aventis Service
4.5.2
Warehouse (Gudang) Gudang adalah tempat penerimaan, penyimpanan, dan distribusi barang
berupa bahan baku, bahan pengemas, produk ruahan, obat jadi, dan bahan lain yang dibutuhkan untuk membantu kelancaran proses produksi maupun proses pengemasan, yang mempunyai nilai ekonomis, sehingga perlu ditangani secara khusus agar barang yang disimpan tersebut senantiasa sesuai secara kuantitatif antara stok secara fisik (aktual) dengan stok secara administratif (stok di SAP). Mutu suatu produk sangat dipengaruhi oleh cara penanganan bahan awal, mulai dari penerimaan, penyimpanan, dan distribusi ke bagian pengolahan maupun pengemasan. Alur keluar masuknya barang di Warehouse PT Aventis Pharma diatur sedemikian rupa sehingga berjalan satu arah. Barang masuk dan barang keluar melalui pintu yang berbeda dan begitu barang masuk akan langsung berada di area karantina. Setiap ada penerimaan barang dari supplier, selalu dilakukan pengecekan fisik barang dan dokumen yang menyertainya termasuk ada tidaknya label supplier pada master box. Demikian juga untuk distribusi barang, baik internal (Processing, Packaging, QC) maupun eksternal (distributor), harus diperiksa kelengkapan dokumennya (Material Request Note dan Sales Order). Denah warehouse PT Aventis Pharma dapat dilihat pada Lampiran 13. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
90
Gudang PT Aventis Pharma termasuk dalam area kelas 1 (setara dengan kelas E pada CPOB 2006) yang menurut suhunya dibagi menjadi tiga daerah yaitu:
4.5.2.1 Ruangan cold storage Ruangan ini mempunyai suhu antara 2°-8°C. Ruangan ini digunakan untuk penyimpanan bahan-bahan yang tidak tahan terhadap suhu tinggi seperti vaksin (produk Aventis Pasteur). Jika pegawai masuk ke ruangan ini harus dilengkapi dengan pakaian khusus yang melindungi karyawan dari suhu ini. Ruangan ini dikunci dengan pengawasan khusus. Pada ruangan ini terdapat alat control khusus, dimana jika suhu di bawah 2°C atau di atas 8°C maka alarm akan berbunyi secara otomatis.
4.5.2.2 Ruangan cool storage Ruangan ini merupakan ruangan dengan suhu terkendali yaitu antara 16°25° C. Ruangan dengan suhu ini terdapat dua area yaitu: a. Starting material cool storage untuk menyimpan raw material (bahan baku dan bahan pengemas primer) dan semi finished goods. b. Finished material cool storage untuk menyimpan produk jadi.
4.5.2.3 Ruangan dengan suhu kamar (ambient temperature) Ruangan ini mempunyai suhu sesuai dengan kondisi ruangan tanpa adanya pengendalian suhu. Ruangan yang temasuk pada kategori ruangan dengan suhu kamar adalah: a.
Ruang penerimaan barang, dimana ruangan ini berfungsi untuk penerimaan barang dari distributor maupun supplier yang lain.
b.
Ruang pengeluaran barang, dimana ruangan ini berfungsi khusus untuk pengeluaran barang.
c.
Ruang khusus rejected material untuk menyimpan barang yang direject. Ruangan ini dibatasi dari ruangan lain dengan teralis besi dengan warna merah. Ruangan ini dikunci dengan pemegang kunci hanyalah orang-orang tertentu yang bertanggung jawab terhadap barang yang ada di dalamnya. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
91
d.
Rak returned goods untuk menyimpan produk-produk kembalian yang dikarantina.
e.
Rak untuk pengemas sekunder, rak ini digunakan untuk menyimpan bahanbahan pengemas sekunder. Area ini dibagi menjadi area karantina dengan batas garis berwarna kuning dan area released dengan batas garis berwarna hijau.
f.
Lemari terkunci untuk menyimpan packing insert. Packing insert ini dimasukkan dalam lemari terkunci agar tidak tertukar satu dengan yang lain.
g.
Ruang transit 1 untuk mengirim bahan baku dari gudang ke bagian pengolahan (kawasan kelas 3).
h.
Ruang transit 2 untuk mengirim produk ruahan dan pengemas primer dari gudang ke bagian pengemasan yang ada pada kawasan kelas 3.
i.
Ruang transit 3 untuk mengirim pengemas sekunder (folding box dan master box), packing insert, dan produk repacking dari gudang ke bagian pengemas di kawasan kelas 2.
j.
Ruang transit 4 untuk mengirim finished goods dari bagian pengemasan di kawasan kelas 2 ke bagian gudang untuk disimpan. Selain ruangan-ruangan tersebut masih ada ruang untuk pengambilan
contoh atau disebut ruang sampling. Ruangan ini merupakan ruangan dengan kategori kelas 3, dimana suhu, tekanan, dan kelembabannya diatur sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan untuk ruang kelas 3 dan dilengkapi dengan LAF. Ruang sampling digunakan oleh bagian QC untuk mengambil contoh bahan baku dan bahan pengemas primer. Sedangkan untuk bahan baku yang disimpan di gudang ruang cold storage, pengambilan contoh dilakukan di ruangan cold storage. Sedangkan untuk pengambilan contoh pengemas sekunder dilakukan pada ruang dengan suhu kamar. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di gudang, antara lain: a.
Penerimaan barang
1) Penerimaan barang dari pemasok Pada saat penerimaan barang dari pemasok, dilakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen, antara lain surat pengantar pemasok, invoice, CoA. Bahan yang tidak terdapat dalam Purchase Order (PO) dari PT Aventis Pharma hanya Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
92
dapat diterima jika ada persetujuan dari Plant Logistic dan selanjutnya dibuatkan Goods Receipt Slip (GRS) ke dalam SAP setelah dibuatkan PO oleh purchasing. Bahan yang datang dicocokkan dengan PO, apakah sesuai dengan jumlah dan waktu pemesanan. Bahan yang datang diperiksa keutuhan kemasan dan kebenaran label yang melekat pada wadahnya, antara lain nama bahan, nomor batch atau lot dari pabrik atau supplier, nama pembuat/pemasok, jumlah bahan, nomor PO, tanggal kadaluwarsa. Untuk memeriksa kuantitasnya, dilakukan pemeriksaan berat atau jumlah dengan menimbang atau menghitung. Apabila terdapat dokumen yang tidak lengkap, kemasan rusak, berat/jumlah tidak sesuai, harus memberitahukan ke Plant Logistic, IQC, dan purchasing, serta diinformasikan dalam GRS yang dibuat. Untuk bahan baku, produk ruahan, produk jadi impor, dan produk toll manufacturing diperiksa setiap wadahnya. Untuk bahan pengemas diperiksa sejumlah √n+1, dengan n adalah jumlah wadah yang diterima. Dalam penerimaan bahan aktif, bulk, semi finished goods, dan finished goods harus dilakukan pemeriksaan silang oleh foreman. Untuk produk yang disimpan dalam gudang dingin dimasukkan ke gudang dingin dan diperiksa di sana. Surat pengantar dari pemasok ditandatangani dan diberi stempel perusahaan. Barang pengantar yang sudah diperiksa diberi label karantina dengan ketentuan: a)
Untuk raw material, semi finished goods import dan packaging material siapkan label sesuai dengan jumlah wadah yang diterima.
b)
Untuk finished goods dan repacked semi finished goods, setiap pallet ditutup dengan penutup atau jaring kemudian diberi satu label per pallet. Tempatkan bahan pada area karantina atau rak karantina dengan
memperhatikan persyaratan penyimpanan. Untuk barang yang belum diberi label karantina tetapi harus masuk ruang karantina karena alasan tertentu, misalnya: karena barang datang pada malam hari maka dapat dimasukkan atau disimpan di area karantina dan diberi label karantina sementara. Kemudian alamat bahan dicatat pada buku penerimaan atau karantina. 2) Penerimaan bahan dan produk jadi dari processing dan packaging Pemeriksaan dokumen yang menyertai penyerahan produk yaitu GRS. Produk jadi yang diserahkan harus ditutup dengan jaring untuk menghindari Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
93
terjatuh atau bercampur/tertukar dengan produk jadi yang lain. Dilakukan pemeriksaan penandaan label pada wadah yang mencakup nama produk, nomor bets, berat bersih/jumlah satuan kemasan, label ”SAMPLE TAKEN” dari QC, petunjuk penyimpanan khusus. Produk yang diterima diperiksa dengan menghitung atau menimbang satu persatu kemudian disimpan di rak penyimpanan. 3) Penerimaan obat kembalian Obat kembalian adalah obat jadi yang kembali setelah diserahterimakan dari PT Aventis Pharma ke pihak ke tiga (distributor, ekspedisi) dan dikembalikan lagi ke gudang PT Aventis Pharma dengan alasan: a)
Masalah keabsahan atau salah kirim
b)
Penarikan produk dan/atau pack size dari pasaran
c)
Kerusakan obat dan pengemasnya (setelah keluar dari gudang PT Aventis Pharma) selama pengiriman atau penyimpanan
d)
Kelainan dari segi kualitas obat (kualitas obat/kualitas bahan pengemas)
PT. Aventis Pharma menerima obat kembalian yang berasal dari gudang yang sudah diawasi oleh PT Aventis Pharma, gudang distributor yang sudah diawasi oleh PT Aventis Pharma, dan gudang distributor yang tidak diawasi oleh PT Aventis Pharma termasuk lembaga rumah sakit, apotek, dan lain-lain. Adapun prosedur dalam penanganan obat kembalian adalah: a)
Surat pengantar dari distributor ditandatangani sebagai bukti bahwa barang telah diterima di gudang.
b)
Data dimasukkan dalam SAP kemudian dilakukan posting goods issue untuk mencatat obat kembalian yang diterima ke dalam SAP, selanjutnya penyerahan surat jalan berupa GRS sebagai bukti penerimaan obat kembalian kepada QC setelah ditambahkan semua informasi yang diperlukan QC.
c)
Tempelkan label QUARANTINE pada produk yang bersangkutan dan disimpan pada area karantina, terpisah dari produk lain (dalam keranjang yang terkunci) sesuai dengan kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
94
b. Penyimpanan bahan dan produk jadi Sistem penyimpanan menggunakan zoning system, dimana material disimpan dengan memperhatikan: 1)
Sebelum
penyimpanan
material,
periksa
petunjuk
mengenai
cara
penyimpanan dengan melihat status, jenis material, dan suhu penyimpanan. 2)
Tempatkan material pada rak penyimpanan sesuai jumlah yang diperlukan dan dilakukan pencatatan alamat rak bahan, nama produk, jumlah, nomor batch pada buku alamat (address card).
3)
Pisahkan pallet berisi bahan yang sedang ditahan (blocked) dan ditempatkan pada area karantina sambil menunggu penanganan lanjut sesuai disposisi dari IQC Departemen atau Purchasing Department.
4)
Tempatkan bahan yang ditolak (rejected) pada material rejected area.
5)
Tempatkan debu produksi (garbage) pada waste area.
6)
Penyimpanan produk Toll-in diberi tanda pada rak.
c. Pengeluaran barang 1)
Pengeluaran bahan baku Warehouse pharmacist/ foreman mencari dan menentukan bahan/bets yang akan dikeluarkan dengan prebatch determination pada sistem SAP. Untuk bahan baku yang akan diproses dan bahan pengemas, harus ada label ”RELEASED” yang disahkan dengan adanya nomor CoA dan diparaf oleh QC Unit. Bahan yang lebih dulu waktu kadaluarsanya (First Expired First Out/FEFO) merupakan pilihan pertama yang lebih dulu dikeluarkan dan barang yang lebih dulu diterima (First In First Out/FIFO) merupakan pilihan kedua. Bilamana kedua hal di atas sama maka bahan dalam jumlah terkecil harus dikeluarkan lebih dahulu. Petugas mengambil bahan yang disimpan dengan mencari alamat di address card. Bahan-bahan dipisahkan sesuai dengan material list yang diterima dari bagian produksi (satu pallet diperuntukkan satu PO). Dari hasil catatan lakukan posting transfer dari warehouse oleh warehouse pharmacist atau wakilnya ke Production Supply Area (PSA). Penyerahan bahan hanya dapat dilakukan atas permintaan
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
95
Supervisor atau foreman dengan menyertakan transfer slip yang telah ditandatangani oleh pelaksana dan mendapat paraf Supervisor dan foreman. 2)
Pengeluaran produk ruahan dan bahan pengemas atas permintaan packaging/processing Warehouse pharmacist/ foreman mencari dan menentukan bahan/bets yang akan dikeluarkan dengan prebatch determination pada SAP. Untuk bahan baku yang akan diproses dan bahan pengemas, harus ada label ”RELEASED” yang disahkan dengan adanya nomor CoA dan diparaf oleh QC Unit. Bahan yang lebih dahulu waktu kadaluarsanya (FEFO) merupakan pilihan pertama yang lebih dulu dikeluarkan dan barang yang lebih dulu diterima (FIFO) merupakan pilihan kedua. Jika mana kedua hal di atas sama maka bahan dalam jumlah terkecil harus dikeluarkan lebih dahulu. Petugas mengambil bahan yang disimpan dengan mencari alamat di address card. Bahan-bahan dipisahkan sesuai dengan material list yang diterima dari bagian produksi (satu pallet diperuntukkan satu process order). Penyerahan bahan hanya dapat dilakukan atas permintaan Supervisor atau foreman dengan menyertakan transfer slip yang telah ditandatangani oleh pelaksana dan mendapat paraf Supervisor dan foreman. Produk ruahan ex-import hanya boleh dikirim ke bagian Packaging setelah diluluskan IQC departemen dan ditempelkan label ”RELEASED”. Produk ruahan ex-lokal boleh langsung dikirim tanpa menunggu label ”RELEASED” kecuali ada produk yang berlabel ”QUARANTINE”.
3)
Pengeluaran produk jadi Pengeluaran produk jadi dapat terjadi untuk dijual, diserahkan ke bagian yang bertanggung jawab dalam distribusi, untuk diambil contohnya, dikembalikan ke bagian produksi untuk suatu proses tertentu, dan untuk dimusnahkan. Hanya yang berlabel released yang boleh dikeluarkan untuk dijual, diserahkan ke bagian yang bertanggung jawab dalam distribusi. Warehouse pharmacist atau wakilnya memerintahkan pengambilan produk jadi dengan mencatat Picking List yang dilengkapi alamat tempat penyimpanan produk. Bahan yang lebih dahulu waktu kadaluarsanya (FEFO) merupakan pilihan pertama yang lebih dahulu dikeluarkan dan Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
96
barang yang lebih dahulu diterima (FIFO) merupakan pilihan kedua. Bilamana kedua hal di atas sama maka bahan dalam jumlah terkecil harus dikeluarkan lebih dahulu. Surat jalan dibuat dan diparaf oleh Warehouse pharmacist/ wakilnya untuk menyerahkan produk jadi yang bersangkutan ke distributor. Di sini dilakukan pemeriksaan jumlah dan nomor betsnya. Pengiriman produk jadi ke distributor/ ekspor selama perjalanan harus memperhatikan kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan. Untuk produk yang harus disimpan pada suhu 2°-8°C dikemas pada box dari styrofoam dan ditempatkan pada ice packed atau menggunakan sarana transportasi yang memiliki fasilitas pendingin sehingga persyaratan suhu terpenuhi. 4)
Pengeluaran bahan di luar keperluan produksi dan penjualan Pengeluaran bahan untuk keperluan di luar produksi dan penjualan harus dibuat material request form yang disahkan oleh Supervisor atau kepala
departemen
dari
departemen
yang
bersangkutan
termasuk
pengeluaran bahan Operating Supplies (OS) yang digunakan untuk keperluan produksi atau produk jadi untuk contoh pertinggal.
d. Penanganan bahan yang tersimpan lama Bahan yang tersimpan lama di gudang dengan permintaan dari IQC untuk diretesting akan dipindahkan ke area karantina. Label karantina disiapkan sesuai informasi yang tertera pada label released. Barang ini setelah diuji oleh QC dan memenuhi syarat maka akan menjadi bahan released kembali dan jika tidak memenuhi syarat maka akan menjadi bahan rejected.
e. Penanganan bahan yang tidak digunakan lagi Plant Logistic Department menerbitkan scrap form yang menyebutkan nama material, nomor material, dan jumlah material yang tidak digunakan lagi. Scrap form harus ditandatangani oleh Head of Industrial Affairs. Untuk bahan rusak selama penyimpanan di gudang, Plant Logistic Department akan membuat scrap form berdasarkan laporan dari gudang.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
97
f. Penanganan bahan yang kadaluarsa Setiap satu bulan sekali IQC Department akan memberikan daftar produk yang
kadaluarsa
maupun
produk-produk
yang
hampir
kadaluarsa
dan
didistribusikan ke gudang. Setelah menerima daftar tersebut, bagian gudang akan mengganti label bahan tersebut dengan label “QUARANTINE”. Selanjutnya dari QC akan melakukan test ulang terhadap produk-produk tersebut apakah masih bisa dipakai lagi atau tidak. Apabila bagian QC menyatakan produk-produk tersebut masih memenuhi syarat maka akan kembali digunakan dengan diberi label “RELEASED” lagi. Akan tetapi jika hasil retest menyatakan sudah tidak memenuhi syarat maka produk-produk tersebut akan diberi label “REJECTED”.
g. Penanganan bahan yang ditolak (rejected) Bahan yang di-rejected dari IQC Department, pada setiap kemasan diberi label “REJECTED” dan dipindahkan ke area rejected. Apabila bahan rejected merupakan tanggung jawab: 1)
Perusahaan, maka bahan tersebut dikeluarkan dari stok dengan membuat scrap form.
2)
Supplier/ vendor, maka dilakukan proses return to vendor.
3)
Packaging material yang di-rejected harus dihancurkan oleh PT Aventis Pharma.
h.
Penanganan bahan yang tumpah Penanganan
bahan
yang
tumpah
secara
umum
adalah
dengan
mengumpulkannya dengan vacuum cleaner yang dilengkapi dengan HEPA filter (untuk bahan padat kering) dan menggunakan lap kering atau chemical absorbent (untuk bahan cair). Isi vacuum cleaner dimasukkan ke dalam wadah yang diberi label yang mencakup nama isi (generik), jumlah, dan tandai dengan “untuk dikirim ke PPLI”. Penanganan untuk bahan berbahaya seperti Claforan dan Taxotere ditangani sesuai dengan sifat masing-masing material.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
98
i.
Penanganan limbah Limbah pabrik diberi identitas dan status (untuk dimusnahkan) dan
disimpan di tempat penyimpanan limbah. Limbah dan rejected material hanya boleh disimpan di waste/rejected area maksimal 90 hari dan selanjutnya harus sudah dimusnahkan atau dikirim ke PPLI.
j.
Inventory Stock Taking Stock Taking merupakan pengecekan jumlah dan jenis seluruh barang yang
ada
digudang.
Tujuannya
adalah
untuk
mengetahui
adanya
penyimpangan/perbedaan stock secara fisik dan administratif dan melakukan koreksi atas perbedaan stock tersebut, sehingga stock yang ada mencerminkan keadaan sebenarnya, serta untuk mencegah secara dini penyimpangan akibat salah guna dan dalam proses kerja. Kegiatan ini dilakukan minimal 1 tahun sekali. Jika terdapat perbedaan antara aktual dan SAP dilakukan adjustment yang dibuat oleh accounting Department dan didistribusikan ke Plant Logistic Department, warehouse unit.
k.
Pemeriksaan stock barang secara acak Pemeriksaan alamat bahan dan perhitungan stok barang secara acak
minimal 5 item berbeda setiap hari untuk setiap Packaging material, raw material, dan finished good.
l.
Pelaksanakan program Health, Safety, and Environment (HSE) Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika bekerja di Warehouse,
yaitu safety dan dilakukannya pemantauan lingkungan. Safety harus diperhatikan karena pekerjaan di warehouse selalu berhubungan dengan alat berat, untuk itu saat bekerja di warehouse harus memakai helm dan sepatu khusus. Selain itu, untuk proteksi dari suhu dingin, maka personel yang masuk ke cold storage harus memakai pakaian khusus. Untuk safety di warehouse sendiri, maka warehouse harus dilengkapi dengan hydrant, fire extinguisher, sprinkler (untuk mengatasi kemungkinan kebakaran), water barrier, dan emergency exit. Pemantauan lingkungan yang dilakukan adalah pemantauan suhu, kelembaban, dan tekanan. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
99
4.6 Purchasing Department Selain bagian-bagian di atas, terdapat pula Purchasing Department yang terkait erat dengan divisi Industrial Affairs. Purcashing department dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab kepada Plant Director dan membawahi dua orang officers. Purchasing department bertanggung jawab terhadap pembelian (barang dan layanan) dan memastikan bahwa proses pembelian sesuai dengan prinsip-prinsip kebijakan perusahaan, peraturan setempat, dan standar etika. Barang-barang yang dibeli oleh purcashing meliputi: a. Stock Items Industrial Affairs (COGS) Stock item disebut juga inventory items atau COGS (cost of goods sold). Yang termasuk kategori barang-barang ini adalah bahan-bahan yang akan digunakan dalam produksi obat di Aventis Jakarta, berupa bahan baku obat dan bahan pengemas. Disebut stock items IA (Industrial Affairs) karena bahan-bahan ini hanya dipergunakan di bagian Industrial Affairs (factory). Dalam pembelian bahan tersebut, Purcashing Department juga bertanggung jawab dalam izin maupun surat impor yang diperlukan. Untuk barang-barang stock items ini proses pengadaannya melalui vendor evaluation dan audit yang dilakukan bersama dengan Quality Assurance. Pembelian barang-barang ini harus mengikuti daftar pemasok resmi yang dikeluarkan oleh Quality Assurance. b. Non Stock Items IA (non COGS) Yang termasuk dalam kategori ini adalah barang atau jasa yang diperlukan dalam Industrial Affairs namun bukan merupakan stock items. Contohnya adalah technical and spare parts, project/ machinery, factory and laboratory supplies. c. Non Stock Items Commercial Operations Barang dan jasa dalam kategori ini adalah barang yang diperlukan oleh bukan hanya Industrial Affairs Division tetapi juga oleh semua divisi dalam PT Aventis Pharma. Yang termasuk dalam kategori ini adalah barang dan jasa seperti travel dan hotel, stationery, office equipment, motor, dan mobil.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
BAB 5 PEMBAHASAN
Pasar industri farmasi di Indonesia saat ini terus berkembang, dapat dilihat dengan semakin bertumbuhnya industri farmasi baru, baik besar maupun kecil, baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang ingin ikut bermain dalam bidang ini. Semakin banyak pesaing tentu akan meningkatkan persaingan dalam merebut pangsa pasar dan hal ini menyebabkan konsumen semakin selektif dalam memilih produk. Persaingan produk dapat berupa persaingan kualitas, harga, ketersediaan produk maupun variasi produk. Industri farmasi harus selalu mengacu pada Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Berdasarkan CPOB, kualitas obat tidak hanya ditentukan oleh produk akhir, namun harus dibangun ke dalam produk (built in quality). Untuk memenuhi hal tersebut, maka seluruh aspek yang berkaitan dengan proses pembuatan obat harus terpantau dengan cermat dan terkendendali. Aspek-aspek yang turut menentukan mutu obat antara lain bahan awal, proses pembuatan, pengawasan mutu, bangunan, peralatan yang dipakai, sampai pada personalia yang terlibat dalam proses pembuatan PT Aventis Pharma merupakan salah satu Industri Farmasi yang telah beroperasi di Jakarta dan memproduksi produk-produk farmasi sejak Agustus 1972, telah melalui empat kali proses penggabungan. Proses yang terakhir tersebut adalah antara PT Aventis Pharma Indonesia dengan PT Sanofi Synthelabo dengan nama baru Sanofi Group. PT Aventis Pharma berkewajiban memenuhi ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan
RI
melalui
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
43/Menkes/SK/II/1988 tentang Pedoman CPOB dan ditindaklanjuti dengan ditetapkannya SK Dirjen POM No. 05411/A/SK/XII/1989 tentang penerapan CPOB di industri farmasi. Hal ini bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa produk obat yang dihasilkan selalu memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. 100
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
101
PT Aventis Pharma Indonesia merupakan bagian dari Sanofi Global. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kualitas produk obat yang selalu konsisten PT Aventis Pharma selalu berpedoman kepada Global Quality Standard yaitu standar mutu
yang
ditetapkan
oleh
induk
perusahaannya
secara
global
dan
dikombinasikan dengan standar mutu negara masing-masing. Jika di Indonesia, maka standar mutu yang digunakan adalah Farmakope Indonesia dan ketentuan CPOB. Namun karena beberapa produk yang diproduksi di PT Aventis Pharma ditujukan untuk pasar ekspor, maka terdapat beberapa standar lain seperti standar yang mengacu pada Euro Pharmacopeia dan GMP dan PT Aventis Pharma akan menyesuaikan dengan persyaratan yang dimiliki oleh negara tujuan ekspor. Dalam menentukan suatu pabrik memenuhi persyaratan CPOB atau tidak dapat dilihat melalui lima aspek utama yang menjadi pilar CPOB, diantaranya : a.
Spesifikasi Semua peralatan, bangunan, ruangan, bahan baku, dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan proses pembuatan obat sampai terbentuk sediaan obat jadi yang siap dipasarkan harus memenuhi kriteria dan persyaratan yang telah ditetapkan. b.
Prosedur Tetap (Standard Operating Procedure) Setiap pekerjaan yang dilakukan, yang berkaitan secara langsung maupun
tidak langsung dengan proses pembuatan obat, harus dilakukan mengikuti suatu standar tertentu untuk menjamin suatu keseragaman kerja. c.
Validasi Semua peralatan maupun prosedur tetap yang dipakai harus dapat
dibuktikan kebenaran atau kesesuaiannya dengan persyaratan yang telah ditetapkan. d.
Monitoring Sebelum melakukan proses produksi, harus selalu dilakukan pengecekan
secara rutin terhadap semua aspek produksi untuk menjamin proses produksi terlaksana sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
102
e.
Dokumentasi Semua kegiatan yang dilakukan dalam penerapan CPOB tersebut, harus
selalu dicatat atau didokumentasikan sebagai bukti bahwa hal tersebut memang benar telah dilakukan. PT Aventis Pharma telah memenuhi kelima pilar CPOB tersebut dalam setiap tahapan yang berhubungan dengan proses pembuatan obat. Untuk meyakinkan hal ini maka dapat dilihat secara garis besar melalui aspek hardware, software dan humanware yang tervalidasi dan terkualifikasi. Hardware terdiri dari equipment (peralatan), facility (bangunan), dan utility (air, listrik, AHU system). Setiap peralatan, bangunan, ruangan, bahan baku, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses pembuatan obat telah ditetapkan terlebih dahulu spesifikasi dan persyaratan yang diinginkan sebelum pengadaannya. Indikator dan sensor – sensor yang menjadi parameter pada peralatan, bangunan, dan ruangan telah dikalibrasi secara berkala. Peralatan, bangunan, dan ruangan dipastikan memenuhi persyaratan melalui proses kualifikasi dan validasi, sedangkan bahan baku dipastikan memenuhi persyaratan melalui pengujian di Quality Control. Hardware ini tidak bisa berjalan apabila tidak ada software sehingga diperlukan adanya software seperti prosedur tetap, manual instruction, dan lain – lain. Selain itu, terdapat humanware yaitu personel atau manusia yang juga harus dikendalikan agar dapat menjamin kualitas produk tetap dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, industri farmasi harus menyediakan personel yang memenuhi kualifikasi tertentu serta terlatih melalui program pelatihan berkesinambungan dan seluruh prosedur tetap yang berlaku harus dilatihkan terlebih dahulu kepada karyawan. Proses pelatihan, kualifikasi, validasi, spesifikasi dan lainnya yang berkaitan dengan mutu obat didokumentasikan dengan baik dan benar pada departemen Quality Assurance sehingga apabila diperlukan adanya proses investigasi dan penelusuran bukti dokumen dapat mudah dilakukan. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) Sebagaimana telah ditetapkan dengan keputusan Kepala BPOM Nomor HK.00.05.3.0027 Tahun 2006 tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik Tahun 2006 sebagaimana
telah
diubah
dengan
Peraturan
Kepala
BPOM
Nomor
HK.03.01.23.09.10.9030 Tahun 2010 sudah tidak sesuai dengan perkembangan Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
103
ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pembuatan obat dan bahan obat. Oleh karena itu ditetapkan Peraturan Kepala BPOM Nomor HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik Tahun 2012. PT Aventis Pharma telah mendapatkan Sertifikat CPOB untuk seluruh produk atau bentuk sediaan yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh aspek CPOB yang tertuang di dalam Pedoman CPOB telah dipenuhi oleh PT Aventis Pharma Indonesia. Aspek CPOB ini telah dilakukan secara menyeluruh terhadap setiap tahapan dari proses pembuatan obat mulai dari pemilihan pemasok bahan awal sampai penilaian terhadap distributor yang akan menyalurkan produk PT Aventis Pharma hingga ke tangan konsumen. Berikut ini adalah hasil pengamatan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker (02 September – 31 Oktober 2013) mengenai penerapan 12 aspek CPOB 2012 di PT Aventis Pharma.
5.1
Manajemen Mutu Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan
tujuan penggunaannya dan memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen
izin
edar
(registrasi)
serta
tidak
menimbulkan
risiko
yang
membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab untuk mencapai tujuan tersebut melalui suatu kebijakan, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, dan pihak ketiga (pemasok) Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar. Unsur dasar manajemen mutu adalah suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya. Tindakan yang sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi sehingga produk yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Dalam manajemen mutu terdapat manajemen resiko mutu yaitu suatu proses sistematis untuk melakukan penilaian, pengendalian dan pengkajian risiko terhadap mutu suatu produk, dimana harus memastikan bahwa evaluasi risiko terhadap mutu dilakukan berdasarkan Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
104
pengetahuan secara ilmiah, pengalaman dengan proses dan pada akhirnya terkait pada perlindungan pasien, dan juga tingkat usaha, formalitas dan dokumentasi dari proses manajemen risiko mutu sepadan dengan tingkat risiko. Berdasarkan pengamatan selama PKPA, PT Aventis Pharma telah menerapkan aspek manajeman mutu yang meliputi pengawasan dan pemastian mutu dengan konsep dasar CPOB. Dalam struktur organisasi PT Aventis Pharma, terdapat IQC Departement yang bertanggung jawab terhadap pengendalian mutu menyeluruh dalam arti pengendalian mutu terhadap produk yang dihasilkan sejak bahan awal, produk setengah jadi (termasuk In Process Control/IPC), sampai dengan produk jadi yang siap digunakan, termasuk didalamnya penilaian terhadap pemasok dan distributor. Penerapan sistem manajemen resiko mutu pada PT. Aventis Pharma belum sepenuhnya diterapkan.
5.2
Personalia Industri farmasi hendaklah memiliki personel yang terkualifikasi dan
berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai sehingga tiap personel tidak dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindari resiko terhadap mutu obat. Industri farmasi juga harus memiliki struktur organisasi dengan pembagian tugas spesifik dan kewenangan dari masing-masing personel sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam penerapan CPOB. Berdasarkan CPOB, personalia dalam industri farmasi harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sesuai dengan tugasnya, juga memiliki kesehatan mental dan fisik yang baik sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara profesional. Selain itu mereka harus mempunyai sikap dan kesadaran tinggi untuk mewujudkan CPOB. Dalam melaksanakan sistem manajemen mutu, PT. Aventis Pharma didukung
oleh
Sumber
Daya
Manusia
(SDM)
yang memadai.
SDM
dikelompokkan dalam bidang-bidang tertentu dan memiliki tugas serta tanggung jawab masing-masing. Dari struktur organisasi (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa Production Departement dan IQC Departement masing-masing dipimpin oleh apoteker yang berbeda dan tidak saling bertanggung jawab satu dengan yang lain dan memiliki wewenang serta tanggung jawab yang penuh dalam melaksanakan tugasnya masing-masing. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
105
Seluruh personalia yang langsung ikut serta dalam kegiatan pembuatan obat dan yang karena tugasnya mengharuskan mereka masuk ke daerah pembuatan obat hendaklah dilatih mengenai kegiatan tertentu yang sesuai dengan tugasnya maupun mengenai prinsip CPOB. PT Aventis Pharma melalui bagian Human Resources Department telah melaksanakan perekrutan personil yang terkualifikasi serta telah melakukan program pelatihan (training). Pelatihan tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan dengan frekuensi yang memadai untuk menjamin agar personalia terbiasa dengan persyaratan CPOB yang berkaitan dengan tugasnya. Catatan pelatihan personalia mengenai CPOB harus disimpan dan efektivitas program pelatihan harus dinilai secara berkala. Dan setelah mengadakan pelatihan, prestasi personalia perlu dinilai untuk menentukan apakah mereka memiliki kualifikasi yang memadai untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Pelatihan personel yang dilakukan oleh PT Aventis Pharma secara garis besar terdiri dari dua jenis, yaitu: a.
Pelatihan umum CPOB Pelatihan ini mencakup teori dan praktek CPOB secara umum, pengenalan
mikroorganisme, HSE, personnel hygiene, safety awareness dan prosedur. b.
Pelatihan khusus CPOB Pelatihan ini diberikan sesuai dengan tugas spesifik yang diberikan pada
personalia tersebut untuk dilaksanakan dalam area spesifik seperti area bersih, dan area steril, dll. QA Unit bertanggungjawab untuk memastikan bahwa program pelatihan yang disiapkan sesuai dengan persyaratan dari pemerintah ataupun Global Quality Standard dan juga memonitor pelaksanaan dari pelatihan tersebut selalu memenuhi persyaratan. Frekuensi pelatihan tergantung pada setiap departemen. Departemen harus yakin bahwa setiap karyawan mengerti mengenai ketentuan-ketentuan CPOB. Apabila terdapat perubahan prosedur tetap atau adanya prosedur tetap baru, maka pelatihan tambahan harus diatur oleh departemen yang bersangkutan. Para partisipan yang terlibat dalam prosedur, dilatih oleh supervisor divisi yang bersangkutan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
106
5.3
Bangunan dan Fasilitas PT Aventis Pharma telah ditunjang oleh gedung, sarana dan fasilitas yang
memadai. Bangunan di PT Aventis Pharma didesain berdasarkan Sanofi Global Quality Standard dan Sanofi Global Engineering yang terdiri dari pabrik, kantor, gudang, dan laboratorium. Bangunan ini telah memiliki desain, ukuran dan letak yang memudahkan pelaksanaan kerja, pembersihan dan pemeliharaannya. Desain dan tata letak ruang produksi dibangun dengan mengelompokkan kegiatan produksi sesuai jenis produk, sehingga dapat menghindari terjadinya kesalahan dan pencemaran silang yang mempengaruhi mutu obat, keselamatan dan kesehatan kerja. Selain itu, kegiatan produksi dapat berlangsung tanpa harus berhubungan dengan daerah di luar kegiatannya sehingga seluruh karyawan dan arus kerja dapat berjalan lancar, komunikasi dan pengawasan dapat berjalan secara efektif. Hal ini telah sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan dalam CPOB. Gedung produksi dan gudang dibuat terpisah tetapi terdapat beberapa akses keluar masuk yang ketat dari gudang ke ruang produksi dan sebaliknya. Area penyimpanan barang di gudang dikelompokkan berdasarkan status material yang bersangkutan (quarantine, released, atau rejected), suhu penyimpanan, dan tipe material (bahan baku, produk jadi, bahan pengemas). Ruangan gudang terdiri dari area penerimaan, pengeluaran, karantina, penyimpanan material (packaging material, raw material, semifinished product, dan finished product) dan ruang administrasi. Sekarang ini, PT Aventis Pharma telah menerapkan Warehouse Management System (WMS) untuk mengontrol pergerakan dan penyimpanan bahan dalam gudang dan proses terkait, termasuk pengiriman dan penerimaan barang, penyimpanan (quarantine, released dan rejected material). Sistem manajemen gudang memanfaatkan identifikasi secara otomatis dan teknologi pengambilan, seperti barcode scanner, sistem komputer, LAN nirkabel untuk secara efisien memantau aliran produk . Setelah data telah dikumpulkan, akan ada batch sinkronisasi dengan transmisi nirkabel real-time ke database pusat. Database kemudian dapat memberikan laporan yang berguna tentang status barang di gudang . Desain gudang dan desain proses dalam gudang juga merupakan bagian dari WMS. Aspek dari WMS meliputi aspek logistik dan manajemen rantai pasokan . Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
107
Persyaratan ruang produksi meliputi kebersihan ruangan (terhadap partikel dan cemaran mikroba), suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan perbedaan tekanan udara. Pada ruang produksi PT Aventis Pharma, permukaan lantai, dinding, langit-langit dan pintu dibuat kedap air, tidak terdapat sambungan untuk mengurangi pelepasan atau pengumpulan partikel dan mencegah pertumbuhan mikroba. Lantai tersebut dilapisi dengan cat epoksi agar mudah dibersihkan dan untuk mencegah terjadinya perembesan air tanah. Lantai harus dijaga agar tidak tergores dan rusak karena dapat mengurangi fungsinya dan dapat menjadi tempat akumulasi debu serta kotoran. Untuk menghindari kerusakan pada lantai maka seluruh personalia yang berada di ruang tersebut harus menggunakan sepatu khusus yang beralaskan karet. Bentuk-bentuk sudut pada dinding, langit-langit maupun lantai dihilangkan dan menggantinya menjadi bentuk lengkungan untuk mencegah akumulasi debu dan kotoran serta memudahkan pembersihan. Area di PT Aventis Pharma terbagi menjadi tiga kelas, yaitu ruang kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Ruang kelas 3 di PT Aventis Pharma lebih bersih dibanding ruang kelas 2, demikian pula ruang kelas 2 lebih bersih dibanding ruang kelas 1. Ruang kelas 3 setara dengan kelas kebersihan E yang digunakan sebagai ruang produksi (processing) dan pengemasan primer (primary packaging). Sementara itu, ruang kelas 2 yang setara dengan kelas kebersihan F merupakan ruang pengemasan sekunder (secondary packaging), dan ruang kelas 1 diperuntukkan untuk gudang. Pada ruang-ruang tertentu, terdapat airlock yang berfungsi untuk mencegah kontaminasi silang antar ruangan, seperti di ruang granulasi, tabletting, penyalutan, serta ruang antara gudang dan processing. Untuk proses pengolahan obat yang berbahaya, disediakan peralatan dan perlakuan khusus tersendiri. Contohnya adalah pada proses cetak tablet Rovamycine digunakan turret karena Rovamycine termasuk dalam kategori OEB (Occupational Exposure Band) 4. Selain itu, saat pengolahan Rovamycine, operator juga harus mengenakan pakaian khusus yang dapat melindungi dari pengaruh buruk Rovamycine yang sesuai dengan persyaratan HSE. Antara gudang dan area produksi terdapat ruang transit untuk memindahkan barang atau suplai bahan. Hal ini bertujuan untuk menghindari penyebaran debu dari gudang ke area produksi. Selain itu, terdapat gowning area Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
108
untuk meminimalkan terjadinya pengotoran oleh partikel debu yang terbawa oleh karyawan. Di area produksi terdapat empat ruang transit, yaitu: 1.
Ruang transit 1 untuk mengirim bahan baku dari gudang ke bagian processing yang ada di area kelas 3.
2.
Ruang transit 2 untuk mengirim produk ruahan dan primary packaging material dari gudang ke bagian pengemasan primer yang ada di area kelas 3.
3.
Ruang transit 3 untuk mengirim secondary packaging material dari gudang ke bagian pengemasan sekunder di area kelas 2.
4.
Ruang transit 4 untuk mengirim finished product dari bagian packaging di area kelas 2 ke bagian gudang untuk disimpan.
Seluruh bangunan PT Aventis Pharma terawat dengan baik, senantiasa dalam keadaan rapi dan bersih serta dilengkapi dengan peralatan dan utilitas untuk menunjang pelaksanaan kegiatan dengan memprioritaskan pada terciptanya sanitasi, higiene, keamanan dan keselamatan kerja serta kelestarian lingkungan sekitar. Selain itu, setiap bangunan PT Aventis Pharma dilengkapi dengan pintu emergency untuk keadaan darurat. Pintu ini selalu ditutup rapat untuk mencegah pencemaran. Pintu emergency pada PT Aventis Pharma tidak dikunci dan tidak boleh ada barang-barang yang menghalangi pintu, sehingga pada keadaan darurat pintu ini dapat langsung dibuka. Untuk menjamin keamanan, maka pada setiap pintu emergency diberi segel berupa stiker, sehingga jika pintu pernah dibuka, segel akan rusak dan terdapat alarm yang terhubung dengan security.
5.4
Peralatan Semua peralatan di PT Aventis Pharma memiliki dokumen kualifikasi,
prosedur tetap untuk operasional, pembersihan dan pemeliharaan, serta log book untuk kalibrasi dan pemakaian alat. Peralatan-peralatan tersebut ditempatkan dengan benar sehingga memudahkan pembersihan, perawatan dan perbaikan. Peralatan dipilih dan diletakkan sesuai dengan fungsinya. Peralatan juga dibersihkan secara teratur, sesuai prosedur pembersihan alat yang dirinci dalam prosedur tetap, untuk mencegah kontaminasi yang dapat merubah identitas, kualitas atau kemurnian suatu produk. Untuk proses pembersihan alat-alat Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
109
produksi, dilakukan sendiri oleh operator alat tersebut. Pada pembersihan ruangan, PT Aventis Pharma melakukan kerja sama dengan perusahaan out source cleaning service. Validasi pembersihan dilakukan pada setiap peralatan yang critical untuk menyediakan verifikasi bahwa prosedur pembersihan tersebut reprodusibel. Tiap peralatan utama diberi nomor identifikasi. Nomor tersebut dipakai pada semua instruksi kerja dan pada catatan pengolahan dan pengemasan bets yang menunjukkan bahwa alat tersebut digunakan pada proses tertentu. Seluruh peralatan utama dan kritis yang digunakan harus dikualifikasi terlebih dahulu meliputi kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional, dan kualifikasi kinerja. Cara kualifikasi di PT. Aventis Pharma telah diuraikan dalam prosedur tetap kualifikasi peralatan. Setiap peralatan yang digunakan selalu dilengkapi catatan yang menerangkan pemeliharaan, penggunaan, kalibrasi, dan perbaikan dalam satu kesatuan pencatatan. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, menguji, dan mencatat selalu diperiksa ketelitiannya secara teratur dan dikalibrasi berdasarkan jadwal dan prosedur tetap kalibrasi. Setiap peralatan yang akan digunakan untuk pengujian harus dipastikan bahwa jadwal kalibrasi peralatan tersebut masih berlaku, sehingga hasil yang diperoleh dari pengujian menggunakan peralatan tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan menunjukkan hasil yang sebenarnya. Untuk peralatan yang digunakan untuk proses produksiobat, sebelum digunakan harus dipastikan terlebih dahulu bahwa alat tersebut telah dibersihkan sebelumnya dan telah diberi label “BERSIH”. Hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi produk oleh produk yang dibuat sebelumnya
5.5
Sanitasi dan Higiene Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam CPOB, PT Aventis
Pharma menerapkan tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi, meliputi personalia, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi dan setiap hal yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Mutu produk harus dijaga agar terbebas dari kontaminasi akibat pengaruh lingkungan maupun karyawan. Oleh karena itu,
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
110
penerapan sanitasi dan higiene karyawan mutlak diperlukan dalam proses pembuatan obat. PT Aventis Pharma sangat memprioritaskan kesehatan dan keselamatan kerja karyawan dan lingkungannya agar terhindar dari paparan produk yang berbahaya. Untuk itu, PT Aventis Pharma melaksanakan seluruh kegiatannya menggunakan standar yang ditetapkan oleh HSE dengan berpedoman kepada Global HSE Standard, yaitu suatu standar yang bertujuan untuk meminimalkan bahaya paparan produk terhadap karyawan dan lingkungan. Tindakan nyata yang telah dilaksanakan oleh HSE adalah pelatihan yang menyangkut kesehatan, keselamatan kerja, dan lingkungan. Program sanitasi dan higiene personalia yang diterapkan antara lain program pemeriksaan kesehatan, dan penerapan kebersihan perorangan seperti cuci tangan sebelum memasuki ruang produksi, penggunaan pakaian bersih, serta kebiasaan higienis seperti dilarang makan dan minum di ruang produksi. Di bidang kesehatan, setiap tahun dilaksanakan pemeriksaan kesehatan pada seluruh personalia untuk mengetahui hubungan antara jenis kegiatan yang dilakukan dengan perkembangan kesehatannya. Selain itu, PT Aventis Pharma juga menyediakan dokter umum pada setiap hari kerja, sehingga karyawan PT Aventis Pharma yang mengalami gangguan kesehatan dapat memeriksakan kesehatan dirinya sehari-hari. Evaluasi hasil pelaksanaan program HSE berdasarkan pada laporan terjadinya kecelakaan kerja. Sejak tanggal 1 September 2003 sampai 24 Mei 2012, processing telah bekerja selama 2513 hari, tanpa hilang hari kerja dan 2513 hari tanpa cedera, sedangkan unit packaging sejak tanggal 24 Agustus 2004 sampai 24 Mei 2012, telah bekerja selama 2783 hari, tanpa hilang hari kerja dan 4732 hari tanpa cedera. Di dalam ruang loker pria/wanita (berlokasi di lantai pertama), semua personel melepaskan pakaian dan sepatu yang dipakainya sejak dari rumah dan menyimpannya di dalam loker pakaian dan loker sepatu individual. Pada ruang loker melalui ruang pencucian, dimana mereka diharuskan untuk mencuci tangan mereka. Bagi pengunjung yang tidak memiliki baju dan sepatu individual, maka disediakan baju disposable dan shoe cover yang dibuang setiap kali dipakai. Untuk menjamin keamanan karyawan dan untuk menjamin perlindungan terhadap produk dari pencemaran, maka karyawan menggunakan pakaian Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
111
pelindung badan yang bersih, dan juga alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan dan kacamata. Masker, sarung tangan, dan kaca mata yang digunakan memiliki spesifikasi yang berbeda-beda untuk setiap produk. Spesifikasi perlengkapan pelindung diri untuk setiap produk yang sedang diproduksi pada suatu rungan tertentu tercantum pada bendera produksi yang ditempel di depan ruang produksi produk tersebut. Personel yang bekerja pada bagian processing menggunakan pakaian seragam (biru muda) sedangkan personel yang bekerja di ruang packaging menggenakan seragam kerja (biru tua). Perlengkapan ini dikenakan di gowning room sebelum karyawan memasuki daerah produksi atau laboratorium. Pada gowning room di daerah produksi terdapat wastafel untuk mencuci tangan. Kegiatan makan dan minum tidak boleh dilakukan di daerah produksi dan laboratorium. Bagi karyawan yang ingin makan dan minum dapat melakukan kegiatan makan dan minum di kantin. Personel yang hendak meninggalkan area pekerjaannya, seperti makan siang, mereka harus mengganti pakaiannya dengan pakaian yang mereka pakai dari rumah dengan mengikuti prosedur kebalikan dari prosedur di atas. Ruangan-ruangan dan lemari untuk menyimpan pakaian bekerja yang bersih termasuk sepatu diatur sesuai dengan prosedur tetap yang ada. Pakaian kerja kotor dan lap pembersih kotor (yang dapat dipakai ulang) disimpan dalam wadah tertutup hingga saat pencucian, dan bila perlu, didisinfeksi atau disterilisasi. Di PT Aventis Pharma, bangunan dilengkapi dengan toilet, tempat cuci tangan dalam jumlah yang cukup dan letaknya terjangkau dari tempat kerja karyawan. Bagi karyawan yang hendak ke toilet, maka karyawan tersebut tidak boleh mengenakan pakaian dan sepatu pabrik. Semua peralatan yang digunakan, dibersihkan menurut prosedur yang telah ditetapkan serta dijaga dan disimpan dalam kondisi yang bersih. Sebelum dipakai, kebersihannya harus selalu diperiksa ulang. Catatan mengenai pelaksanaan pembersihan dan sanitasi disimpan dengan baik. Selain itu, prosedur sanitasi dan higiene dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa hasil penerapan prosedur yang bersangkutan cukup efektif dan selalu memenuhi persyaratan. Selain itu, pakaian kerja kotor dan lap pembersih
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
112
kotor (yang dapat dipakai ulang) disimpan dalam wadah tertutup hingga saat pencucian.
5.6
Produksi Proses produksi dilakukan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB agar dapat menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Mutu obat yang dihasilkan tidak hanya ditentukan pada hasil akhir analisa obat tetapi juga ditentukan sejak kedatangan material hingga proses produksi selesai, sehingga ada prosedur baku untuk tiap langkah proses beserta persyaratan yang harus diikuti seperti yang tercantum dalam prosedur pengolahan induk dan prosedur pengemasan induk, sehingga mutu obat yang diproduksi dapat terjamin dan sesuai spesifikasi yang telah ditentukan. Pembelian bahan awal hanya dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan, dan bila memungkinkan, langsung dari produsen. Selama rekonsiliasi ditemukan perbedaan yang signifikan atau tidak normal antara jumlah produk ruahan dan bahan pengemas cetak dibandingkan terhadap jumlah unit yang diproduksi, maka sebelum diluluskan dilakukan investigasi dan pertanggungjawaban. Industri farmasi menyiapkan harus memiliki prosedur untuk penahanan, penyelidikan dan pengujian produk kembalian serta pengambilan keputusan apakah produk kembalian dapat diproses ulang atau harus dimusnahkan setelah dilakukan evaluasi secara kritis. Di PT Aventis Pharma, pembelian bahan awal hanya dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan. Semua bahan awal yang digunakan dalam kegiatan produksi telah dinyatakan lulus oleh QC Unit. Pemindahan barang dari gudang ke area kelas 2 dan kelas 3 melewati ruang transit material menggunakan sistem airlock untuk menghindari pencemaran ke area produksi. Sebelum proses pengolahan, dilakukan check list terhadap suhu, kelembaban dan tekanan udara dan semua hasil pemeriksaan tersebut dicatat. Semua peralatan yang digunakan dalam proses produksi harus diperiksa sebelum
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
113
digunakan. Selain itu juga dilakukan line clearance untuk mencegah mix up dari produk sebelumnya. Selama proses produksi maupun pengemasan selalu dilakukan In Process Control (IPC) sebagai suatu bentuk pengawasan mutu produk. IPC dilaksanakan melalui kerjasama antara Production Department dengan QC Unit. Parameter yang diperiksa selama proses IPC pada setiap produk memiliki rentang hasil dan jenis pemeriksaan yang berbeda. Rentang hasil dan jenis pemeriksaan produk, tercantum dalam prosedur pengolahan induk yang bersangkutan. Selama proses IPC,
dilakukan
evaluasi
parameter-parameter
kritis,
diantaranya
adalah
keseragaman bobot, kekerasan, keregasan, waktu hancur, dan lain-lain. Sampling dilakukan oleh Production Department, sedangkan pemeriksaannya dilakukan bersama-sama oleh bagian produksi dan QC. Production Department hanya melakukan pemeriksaan keseragaman bobot, keregasan, kekerasan, dan waktu hancur, sedangkan pemeriksaan kadar zat aktif tablet dan uji disolusi dilakukan oleh QC. Pemeriksaan oleh Production Department dilakukan di ruang IPC yang terletak di dalam pabrik dan dilakukan oleh opertaor yang sedang memproduksi produk tersebut. Setelah dilakukan pemeriksaaan IPC, maka opertaor akan menuliskan hasil pemeriksaannya pada prosedur pengolahan induk dan menempelkan print out mesin sebagai bukti bahwa operator telah melakukan pemeriksaan. Sedangkan pemeriksaan yang dilakukan oleh QC dilakukan pada laboratorium QC yang terletak di luar pabrik. Apabila pada suatu proses ditemukan adanya kelainan atau kegagalan maka harus diselidiki, diatasi, dan didokumentasikan. Proses pengemasan dilakukan di dua kelas, yaitu pengemasan primer dilakukan di area kelas 3, sedangkan pengemasan sekunder dilakukan di area kelas 2. Proses pengemasan dilaksanakan dengan pengawasan yang ketat untuk menjamin identitas, keutuhan, kelengkapan, dan kualitas produk yang telah dikemas. Sebelum pengemasan dimulai, dipastikan bahwa peralatan dan ruangan atau jalur pengemasan dalam keadaan bersih dan bebas dari produk lain yang tidak diperlukan dalam pengemasan. Penandaan pada label, dus ataupun komponen lain dengan nomor bets, tanggal kadaluarsa, dan informasi lain diawasi secara ketat pada setiap tahap pengemasan. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
114
Bentuk pengawasan mutu dalam pengemasan ini adalah pemeriksaan kebocoran blister yang dilakukan pada awal, tengah, dan akhir proses pengemasan.
Pemeriksaan
kebocoran
pengemas
ini
dilakukan
dengan
menggunakan alat vakum, dengan cara merendam produk yang telah dikemas dalam methylene blue dalam sebuah bejana yang menyerupai desikator. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan bahwa produk obat tersebut tetap memenuhi spesifikasi yang ditentukan mulai dari pengemasan hingga dikonsumsi oleh konsumen. Sisa produk atau produk yang rusak selama pengemasan, dihitung, dicatat kemudian dihancurkan. Begitu pula dengan kemasan sekunder atau packing insert yang tersisa selama proses pengamasan. Selanjutnya, produk jadi dikirim ke gudang untuk dikarantina. Keputusan bahwa produk bersangkutan dapat dipasarkan atau tidak (released atau rejected) tergantung hasil pemeriksaan dari QC Unit.
5.7
Pengawasan Mutu Pengawasan mutu di PT Aventis Pharma secara menyeluruh dilakukan
oleh IQC Department. Pengawasan mutu ini dilakukan terhadap bahan awal, produk setengah jadi sampai dengan produk jadi yang siap digunakan, termasuk di dalamnya penilaian terhadap pemasok dan distributor. IQC Department membawahi dua unit kerja, yaitu Quality Assurance Unit (QA Unit) dan Quality Control Unit (QC Unit). QA Unit bertanggung jawab penuh terhadap mutu obat yang dihasilkan mulai dari bahan awal, proses produksi, environment monitoring, dokumentasi,
validasi,
stabilitas,
kualifikasi
dan
kalibrasi,
penanganan
penyimpangan dan hasil uji diluar spesifikasi, inspeksi diri dan audit internal, pengendalian
terhadap
perubahan,
pelatihan
personalia,
audit
pemasok,
penanganan distribusi obat jadi, penangan keluhan dan penangan sample tertahan. Di lain hal, QC Unit bertanggung jawab penuh pada pemeriksaan spesifikasi bahan awal, produk antara dan produk jadi. QC Unit di PT Aventis Pharma telah memiliki sarana laboratorium pemeriksaan yang sangat baik. Laboratorium dilengkapi dengan peralatan yang lengkap. Ada tiga laboratorium di departemen ini, yaitu laboratorium kimia, laboratorium instrumen, dan laboratorium mikrobiologi. Dalam melakukan Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
115
tugasnya, seluruh personel diwajibkan untuk memakai pakaian pelindung dan alat pengaman seperti masker, kacamata, dan sarung tangan yang disesuaikan dengan keperluannya. Di laboratorium kimia, pereaksi yang dibuat diberi label yang sesuai, seperti nama pereaksi, konsentrasi, waktu pembuatan, batas waktu penggunaan dan tanda tangan analis yang membuat pereaksi yang bersangkutan. Dengan demikian identitas seluruh pereaksi yang digunakan dapat diketahui dengan jelas guna menjamin kebenaran hasil pengujian. Selain itu, terdapat pula baku pembanding yang disimpan secara rapi menurut kondisi penyimpanannya. Pengawasan mutu terus dilakukan meskipun proses produksi telah selesai dilaksanakan yang diwujudkan dalam bentuk pemeriksaan hasil akhir dari masing-masing tahapan proses. Pemeriksaan ini dilakukan oleh QC yang didasarkan pada CoA yang menyertai pengiriman produk dan spesifikasi yang ditetapkan oleh PT Aventis Pharma. Hasil pemeriksaan dituangkan dalam Catatan Hasil Pemeriksaan (CHP) dan pengesahan status produk dilakukan oleh QC Supervisor. QA Unit harus dapat menjamin bahwa obat yang dibuat dan dipasarkan telah memenuhi persyaratan CPOB, HSE dan Global Quality Standard. Mutu produk tidak hanya diperoleh dari serangkaian pengujian yang dilakukan terhadap produk akhir tetapi mutu harus dibentuk ke dalam produk sejak awal. Oleh karena itu, QA selalu mengontrol setiap langkah dalam proses produksi, melakukan analisa bila terjadi kegagalan, serta melakukan audit terhadap supplier dan semua aspek yang mempengaruhi mutu produk. Setelah dipasarkan, dilakukan pengawasan mutu dengan melakukan stabilitas on-going yang bertujuan untuk memantau mutu obat selama masa edar, dengan jumlah bets dan frekuensi pengujiannya adalah minimal satu bets per tahun dari produk yang dibuat untuk tiap kekuatan. Selain itu, sampel pembanding dan sampel pertinggal yang digunakan untuk uji stabilitas ini harus dipisahkan. Pada PT. Aventis Pharma hal tersebut sudah diterapkan.
5.8
Inspeksi Diri dan Audit Internal Inspeksi diri dilakukan untuk menilai kesesuaian antara seluruh aspek
produksi dan pengendalian mutu dalam industri farmasi dengan ketentuan CPOB, Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
116
serta untuk mengevaluasi dan menentukan tindakan apa yang harus diambil sebagai langkah korektif jika terjadi suatu penyimpangan. Kegiatan ini harus dilakukan secara teratur untuk menjamin tercapainya kesesuaian secara kontinu. Inspeksi diri harus dilakukan oleh suatu tim auditor yang kompeten serta memahami peraturan atau regulasi yang terkait secara teoritis maupun praktis. Dengan adanya inspeksi diri, maka dapat dilakukan perbaikan terus menerus terhadap berbagai kelemahan dan memacu setiap departemen untuk selalu menerapkan dan meningkatkan kesadaran CPOB pada setiap personel. Standar yang digunakan untuk inspeksi adalah Quality Manual Aventis, GMP Internasional, serta CPOB yang ada di Indonesia. Semua prosedur, catatan, dan laporan inspeksi diri di PT Aventis didokumentasikan dan disimpan oleh QA Unit. Laporan inspeksi ini selanjutnya dilaporkan kepada IQC Manager. IQC Manager akan mengevaluasi laporan dan menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan agar penyimpangan yang terjadi tidak terulang dimasa mendatang (Corrective Action Plan). Laporan inspeksi selanjutnya juga dilaporkan kepada Aventis Pharma Global yang selanjutnya akan melakukan penilaian terhadap PT Aventis Pharma Indonesia.
5.9
Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian Keluhan terhadap produk obat dibagi menjadi dua, yaitu keluhan yang
menyangkut Efek Samping Obat (ESO) dan menyangkut Keluhan Teknis Kualitas Obat (KTKO). Keluhan terhadap obat dapat berasal dari dalam maupun luar perusahaan. Keluhan dari dalam perusahaan dapat berasal dari semua pihak yang berhubungan dengan kegiatan manufaktur. Sedangkan keluhan dari luar perusahaan dapat berasal dari distributor, dokter, pasien, apoteker, Rumah Sakit (RS) atau klinik, pemerintah (Badan POM), dan media massa. Bila terdapat keluhan terhadap obat produksi PT Aventis Pharma, maka sampel obat segera diperiksa dan diadakan diskusi dengan departemen terkait untuk dilakukan perbaikan. Investigasi dan penyelesaian kasus harus diselesaikan dalam waktu satu bulan kemudian dibuat surat tanggapan atas keluhan kepada konsumen atau pelapor. Keluhan yang berhubungan dengan medis ditujukan ke Medical & Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
117
Regulatory Division, sedangkan yang menyangkut KTKO ditujukan ke IQC Department. Tindak lanjut dari keluhan tersebut dapat berupa penggantian produk atau penarikan produk. Penarikan Kembali Obat Jadi (PKOJ) dilakukan bila ditemukan ada produk obat yang tidak memenuhi persyaratan mutu atau atas dasar pertimbangan adanya efek samping obat yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan. Penarikan obat jadi ini dapat dilakukan atas keinginan produsen (misalnya karena stabilitas obat tidak baik) atau keinginan Badan POM (keluhan dari segi medis dan farmasi). PKOJ harus dilakukan segera setelah evaluasi laporan dan bila perlu setelah didapatkan hasil pemeriksaan contoh pertinggal (retained sample) di laboratorium QC. PKOJ diselidiki hingga tingkat mana produk tersebut ada pada jaringan distribusi. Tingkat PKOJ ditentukan berdasarkan luas dan jauhnya obat jadi tersebut beredar di pasaran, yakni: a.
Tingkat I : bila obat baru mencapai distributor pusat.
b.
Tingkat II : bila obat sudah mencapai sub-distributor (di daerah).
c.
Tingkat III : bila obat sudah didistribusikan dan sudah mencapai sarana pelayanan obat seperti apotek, rumah sakit, poliklinik dan toko obat.
d.
Tingkat IV : bila obat sudah didistribusikan secara luas dan telah mencapai konsumen seperti dokter, serta pemakai akhir yaitu pasien. Untuk mempermudah pelaksanaan PKOJ, PT Aventis Pharma melakukan
audit kepada distributor yang akan dipilih. Hal ini dilakukan untuk menjaga mutu produk PT Aventis Pharma agar setelah keluar dari pabrik dapat terjamin mutunya saat sampai ke konsumen. Salah satu penilaiannya adalah distributor harus mempunyai suatu sistem distribusi yang baik artinya mengetahui kemana saja produk tersebut didistribusikan. Obat kembalian adalah obat jadi yang kembali setelah diserahterimakan dari PT Aventis Pharma ke pihak ketiga (distributor) dan dikembalikan ke gudang PT Aventis Pharma dengan alasan masalah keabsahan maupun salah kirim, penarikan produk dan atau pack size dari pasaran, kerusakan obat atau pengemasnya selama pengiriman atau penyimpanan dan kelainan dari segi kualitas obat maupun bahan pengemasnya. Obat yang sudah kadaluarsa di distributor dan dikembalikan ke PT Aventis Pharma tidak termasuk dalam Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
118
penggolongan obat kembalian karena pada prinsipnya PT Aventis Pharma tidak menerima pengembalian obat yang sudah kadaluarsa. Ada prosedur tetap dalam menyelidiki dan menganalisis obat yang dikembalikan serta menetapkan apakah obat tersebut dapat diolah kembali atau dimusnahkan. Obat kembalian disimpan di gudang pada tempat khusus dan menunggu keputusan QC, apakah akan dikemas ulang, di-rework, atau dimusnahkan. Obat kembalian yang tidak dapat diolah kembali akan dimusnahkan dan dibuat Berita Acara Pemusnahan.
5.10
Dokumentasi Salah satu hal yang sangat fundamental dalam pengoperasian suatu
perusahaan farmasi agar dapat memenuhi persyaratan CPOB adalah dokumentasi. Sistem dokumentasi yang dirancang atau digunakan hendaknya mengutamakan tujuannya yaitu menentukan, memantau atau mencatat mutu dari seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Dokumentasi ini diperlukan pula untuk memastikan bahwa setiap petugas mendapat instruksi secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas yang harus dilaksanakan, sehingga memperkecil risiko kekeliruan yang biasanya timbul apabila hanya mengandalkan komunikasi lisan. Hal ini dikarenakan sistem dokumentasi menggambarkan riwayat lengkap dari setiap bets atau lot suatu produk, sehingga memungkinkan penyelidikan serta penelusuran terhadap bets atau lot produk yang bersangkutan. Selain itu, sistem dokumentasi digunakan pula dalam pemantauan dan pengendalian kondisi lingkungan, perlengkapan, dan personalia. Semua kegiatan di setiap departemen PT Aventis Pharma sudah memiliki dokumentasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan fungsi dan tugasnya masing-masing. Semua dokumen disahkan oleh departemen terkait, atas persetujuan IQC Department. Semua dokumen mempunyai sistem penomoran yang memudahkan penelusuran apabila diperlukan, dan dijaga agar selalu aktual sehingga setiap dokumen ditinjau ulang secara berkala atau dilakukan perbaikan bila diperlukan yang diatur dalam protap penanganan dokumen. Protap asli disimpan, didistribusikan dan dipantau jika sewaktu-waktu terjadi perubahan oleh QA Unit. Segala bentuk modifikasi terhadap dokumen dikendalikan melalui
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
119
prosedur change control. Semua dokumen secara jelas mempunyai judul, tujuan dan isi, serta semua dokumen harus dijaga dan didistribusikan secara confidential.
5.11
Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Adakalanya suatu produk disebabkan oleh suatu alasan tertentu (misalnya
keterbatasan fasilitas) yang tidak dapat dibuat oleh pabrik milik PT Aventis Pharma, sehingga produk tersebut dibuat oleh pabrik lain yang ditunjuk. Dalam hal ini, semua kontraktor atau pabrik yang ditunjuk untuk membuat produk harus disetujui status GMP dan standar mutunya sebelum kontrak untuk memproduksi obat tersebut disetujui bersama. Terdapat beberapa kategori perjanjian kerjasama (kontrak). Kategori tersebut adalah kontrak dasar dan quality agreement. Pada quality agreement, di samping hal-hal yang mencakup perjanjian dasar, kontrak tersebut harus mencakup persetujuan tentang pharmaceutical quality. Persetujuan tersebut harus mencerminkan semua aktifitas GMP pada proses pengolahan, pengemasan, analisa, penyimpanan, dan distribusinya baik yang mencakup keseluruhan aktifitas maupun sebagian. Ketentuan mengenai kerjasama kontrak ini diatur dalam prosedur tetap Contract Manufacturer. PT. Aventis Pharma menjalin kontrak kerjasama dengan PT Boehringer-Ingelheim Indonesia (PT BII). PT BII membuat produk toll manufacturing yang ditujukan untuk PT. Aventis Pharma untuk produk – produk likuid karena PT Aventis Pharma tidak mempunyai fasilitas produksi likuid. PT Aventis Pharma menjalin kontrak dengan PT Indofarma, dimana PT Aventis Pharma membuat produk toll manufacturing untuk PT Indofarma.
5.12
Kualifikasi dan Validasi CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang
perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Validasi proses adalah salah satu jenis validasi yang dilakukan untuk memastikan dan memberi pembuktian terdokumentasi bahwa proses (berlangsung dalam parameter desain yang telah ditentukan) mampu dan dapat dipercaya menghasilkan produk sesuai Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
120
dengan kualitas yang diinginkan dan memiliki tingkat keberulangan yang tinggi. Terdapat tiga jenis validasi proses, yaitu validasi prospektif, validasi konkuren dan validasi retrospektif. Di samping itu, juga dilakukan validasi pembersihan yang bertujuan untuk memastikan bahwa prosedur pembersihan yang dilakukan dapat menghilangkan residu bahan aktif dan deterjen serta mikroba sesuai persyaratan yang ditetapkan. Selain itu dilakukan juga kualifikasi, yaitu pembuktian secara tertulis berdasarkan data yang menunjukkan bahwa suatu peralatan, fasilitas sistem penunjang (utility) komputer dan proses pengemasan secara otomatis bekerja sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan sehingga secara konsisten dapat menghasilkan produk dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Validasi metode analisis umumya dilakukan terhadap empat jenis, yaitu uji identifikasi, uji kuantitatif kandungan impuritas, uji batas impuritas, dan uji kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan aktif obat atau obat atau komponen tertentu dalam obat. Tabel mengenai karakteristik yang berlaku untuk identifikasi, pengujian terhadap impuritas dan prosedur penetapan kadar terdapat pada Tabel 7. Kualifikasi terdiri atas empat tahap, yaitu Design Qualification (DQ), Instalation Qualification (IQ), Operational Qualification (OQ) dan Performance Qualification (PQ). Keempat tahapan kualifikasi dilakukan untuk peralatan dan sistem baru, sedangkan untuk peralatan dan sistem yang dimodifikasi tidak dilakukan tahap Design Qualification. Di PT Aventis Pharma telah dilakukan validasi dan kualifikasi terhadap aspek fasilitas, sistem, proses, dan peralatan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh PT Aventis Pharma dalam Global Quality Standard. Berdasarkan objek yang divalidasi, PT Aventis Pharma melakukan validasi terhadap proses produksi (process validation) dan pembersihan (cleaning validation) baik untuk ruangan maupun peralatan, serta validasi metode analisis. Semua aktivitas kualifikasi dan validasi dituangkan dalam Validation Master Plan (VPM). VPM harus dikaji ulang minimal dalam setiap dua tahun sekali atau jika ada perubahan jadwal secara signifikan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
6.1.1. PT Aventis Pharma telah menerapkan setiap aspek CPOB dengan baik dan mengacu pada GMP internasional dan Aventis Global Standard dalam hal menjamin kualitas produk yang dihasilkan. 6.1.2. Apoteker memiliki peranan penting di industri farmasi sebagai pendorong dan pengarah dalam penerapan CPOB, serta yang berkaitan dengan mutu obat terutama pada posisi kunci, yaitu di bidang manufacturing (Production Department) dan pengawasan mutu (Industrial Quality and Compliance Department). PT Aventis Pharma telah memaksimalkan peran apoteker dengan baik pada posisi kunci.
6.2
Saran
6.2.1. Penerapan setiap aspek CPOB di PT Aventis Pharma perlu terus dipertahankan dan ditingkatkan untuk menjamin konsistensi mutu produk yang dihasilkan. Peningkatan kesadaran para karyawan akan pentingnya penerapan CPOB dalam segala aspek. 6.2.1. Perlunya pengembangan sistem peralatan pada bagian Packaging area dari manual system ke otomatic system sehingga pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien. 6.2.2. Sebaiknya setiap karyawan fokus mengerjakan jobdesk-nya masing – masing sehingga menghindari terjadinya double job dan jam kerja menjadi lebih efektif.
121
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia No.23 tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta; 2009. Aventis Pharma. (2007). Prosedur Tetap Purchasing Department. Jakarta. Aventis Pharma. (2010). Prosedur Tetap Technical Service Department. Jakarta. Aventis Pharma. (2010). Prosedur Tetap Plant Logistic Department. Jakarta. Aventis Pharma. (2010). Prosedur Tetap Production Department : Processing and Packaging Unit. Jakarta. Aventis Pharma. Aventis Pharma. (2011). Prosedur Tetap HSE Department. Jakarta. Aventis Pharma. Aventis Pharma. (2013). Prosedur Tetap Human Resources Department. Jakarta. Aventis Pharma. (2013). Prosedur Tetap IQC Department : Quality Assurance & Quality Control Unit. Jakarta. Aventis Pharma. (2013). Sanofi Group Indonesia Organization.Jakarta. Aventis Pharma. (2013). Industrial Affairs Organization. Jakarta. Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik, Edisi 2006. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan. Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawasan
Obat
dan
Makanan
Republik
Indonesia
Nomor
HK.03.1.33.12.8195 tahun 2012 tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi. Jakarta. Sanofi Aventis. (2013). Sanofi Group Indonesia. http://www.sanofi-aventis.co.id. diakses pada tanggal 29 Oktober 2012
122
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
TABEL
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
123
Tabel 1. Klasifikasi ruangan PT. Aventis Pharma
Kelas
Jumlah cemaran mikroorganisme Jumlah cemaran (beroperasi) partikel Sampel Sedimentasi Swab test/ HIAC ROYCO 245 A udara rodac plate Limit Limit Limit Tidak Beroperasi (koloni/ (koloni/ m3) (koloni/ beroperasi m3 ) m3 ) ≥ 0,5 µm ≥ 5,0 µm Kelas ≤ 500 ≤ 100 ≤ 80 3.500.000 20.000 3 Kelas Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak 2 ditetapkan ditetapkan ditetapkan ditetapkan ditetapkan Kelas Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak 1 ditetapkan ditetapkan ditetapkan ditetapkan ditetapkan
Perbedaan Pergantian Suhu tekanan udara udara
Kelembaban
Pa
Kali jam
% RH
≥ 7,5
≥ 10
19 -25
≥0
Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
19 -25
-
per °C
30 - 60
Sesuai kebutuhan Sesuai Sesuai kebutuhan kebutuhan
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
124
Tabel 2. Spesifikasi pemeriksaan portable water, purified water dan purified water MilliQ Potable water Pemeriksaan Pemerian
Purified water Spesifikasi Pemeriksaan Larutan Pemerian jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa
Purified water MilliQ - plus Spesifikasi Pemeriksaan Spesifikasi Larutan jernih, Pemerian Larutan tidak jernih, tidak berwarna, berwarna, tidak berbau, tidak berbau, dan tidak dan tidak berasa berasa
Konduktivitas
1,3 µS/cm
Jumlah zat terlarut
≤ 1000ms/L
Larutan harus Partikel jernih bebas partikel 5 -7 pH
Larutan harus jernih bebas partikel 5-7
Seng
≤5,0 mg/ml
Konduktivit as
1,3 µS/cm
Konduktivitas
1,3 µS/cm
Krom
≤0,05mg/ml Resapan 400-200 200 190
≤ 0,05 mg/ml ≤ 0,01 mg/ml ≤ 0,01 mg/ml
Zat yang mudah teroksidasi
Larutan tetap berwarna merah muda
Klorida
Larutan tidak keruh ≤0,2 mg/ml
Partikel
pH
Aluminium
≤0,2mg/ml
Besi
≤0,3 mg/ml
Kesadahan CaCO3
≤ 500mg/ml
Klorida
≤ 250mg/ml
Mangan
≤0,1mg/ml
Nitrat sebagai N
≤10,0mg/ml
Nitrit sebagai N
≤1,0mg/ml
Ammonium
pH
6,5 – 8,5
Kalsium dan ≤ 0,1mg/ml Magnesium
Sianida
≤0,1 mg/ml
Kalsium
Sulfat
≤ 400mg/ml
Sulfida
≤0,05mg/ml
Tembaga
≤ 1,0 mg/ml
Zat total
Timbal
≤0,05mg/ml
CO2
Zat yang Larutan tetap berwarna mudah Nitrat merah muda teroksidasi Sulfat ≤0,05mg/ml Klorida
Tidak terjadi warna biru
≤0,5mg/ml
Nitrat Sulfat
Kalsium dan Tidak terjadi Magnesium kekeruhan ≤ 0,2mg/ml Ammonium Logam berat Pb
Tidak terjadi Zat padat warna biru total Logam berat Tidak terjadi kekeruhan Pb CO2
Tidak terjadi warna biru ≤0,1mg/ml ≤0,1mg/ml ≤ 1mg/100 ml Campuran tetap jernih
padat ≤0,3mg/100ml Campuran jernih
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
125 Tabel 3. Jenis – jenis AHU Jenis AHU AHU – FA 01 AHU – FA 02 AHU 01 AHU 02
AHU 03 AHU 04
AHU 05 A AHU 05 B AHU 06 AHU 07 dan 08 DX AHU 01 DX AHU 02 DX AHU 03
Ruang yang Disuplai Mensuplai AHU – 01, AHU – 02, dan AHU – 06 Mensuplai AHU – 03, AHU – 04, AHU – 05A, AHU – 05B Secondary packaging (area kelas 2) Corridor, staging bulk, workshop & tools, primary packaging material transit, staging primary packaging material transit, primary packaging line 1, primary packaging line 2, primary packaging line 3, primary packaging line 4, LAF, corridor class 3 between line 3 & 4, corridor class between line 1 & 2. Coating, technical area of coating, dirty container staging and washing Corridor production wet granulation, lubrication, washing, semisolid, sundry, office (processing), production manager, punches and die. Weighing, remaining material, broken material, staging IPC, tabletting korsch, tableting fette 1200, granulating and staging, filling suppository Gowning area Warehouse Quarantine raw and packaging material cool storage (< 25 °C) Released raw and packaging material cool storage (< 25 °C) Airlock sampling area, sampling raw material, change room, airlock & personal entrance/ exit
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
126
Tabel 4. Tingkatan Occupational Exposure Band Kategori OEB 1
Nilai OEL (mcg/m3) 1000- 5000
OEB 2
100 – 1000
OEB 3
10 – 100
OEB 4
1 -10
OEB 5
<1
Karakteristik Senyawa tidak berbahaya, tidak iritatif dan/atau memiliki aktivitas farmakologi yang rendah berbahaya/iritatif dan/atau dengan aktivitas farmakologi sedang agak toksik dan/atau dengan aktivitas farmakologi tinggi toksik, mungkin korosif atau genotoksik dan/atau dengan aktivitas farmakologi sangat tinggi sangat toksik, mungkin korosif atau genotoksik dan/atau dengan aktivitas farmakologi yang sangat tinggi
Tabel 5. Kategori produk PT. Aventis Pharma berdasarkan OEB Kategori OEB 1 OEB 2
OEB 3
OEB 4 OEB 5
Contoh nama produk Batrafen (Ciclopirox olamine) Trental (Pentoxyfyline) Avil (Pheniramine maleat) Lasix (Furosemide) Novalgin (Metamizole sodium) Profenid suppo (Ketoprofen) Rulid (Roxithromycin) Urbason (Methyl prednisolon) Amaryl (glimepiride) Daonil (glyburide) Dermatop (prednicarbate) Esperson (desoximethasone) Flagyl forte, flagyl suppo (metronidazole) flagystatin ovule (metronidazole + nystatin) Frisium (clobazam) Triatec (ramipril) Rovamycin (spiramycine) -
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
127
Tabel 6. Parameter Baku Mutu Air Kategori D Parameter
sintesis kadar max (mg/L)
BOD (5 hari, 20ºC) COD (bichromat) TSS (padatan tersuspensi total) fenol total nitrogen pH zat organik (KmnO4) tes antibiotik
75
formulasi beban limbah max kadar max (mg/L) (kg/L) 1,875 75
100 60
2,5 1,5
100 60
0,5 30 6-9 85
0,0125 0,75 2,125
0,5 30 6-9 85
-
-
-
Tabel 7. karakteristik yang berlaku untuk identifikasi, pengujian terhadap impuritas dan prosedur penetapan kadar Parameter Validasi
Identifikasi
Pengujian Impuritas Kuantitatif Batas
Akurasi Presisi Ripitabilitas Presisi Intermediat Spesifikasi (2) Limit Deteksi Limit Kuantitas Linearitas Rentang
-
+
-
+ -
+ +(1) + - (3) + + +
+ + -
Penetapan Kadar - Disolusi* - Kandungan/Potensi + + +(1) + + +
Keterangan : (-) Tidak dipersyaratkan. (+) Dipersyaratkan. (1) Dalam hal telah dilakukan test reprodusibiltas, maka presisi intermediat tidak dipersyaratkan. (2) Kekurangan spesifisitas dari salah satu prosedur analisis dapat dikompensasikan dengan prosedur analisis yang lain yang dapat menunjang. (3) Hanya diperlukan pada kasus tertentu. *) Hanya untuk mengetahui kadar zat terlarut.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
LAMPIRAN
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
128
Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Aventis Pharma
President Director
Executive Assistant
National Sales Director
Head of Marketing
Strategy Development and Diabetes Director
Oncology Unit Director
Communication & Public Affairs Director
Chief Financial Officer
Head of Commercial Excellence & Business Devt
Human Resources Director
Medical & Regulatory Director
Senior Legal Manager
Plant Director
General Manager Vaccine
Country Compliance Officer
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
129
Lampiran 2. Struktur Organisasi Industrial Affairs
Vice President Industrial Affairs, APJ Region
Plant Director
Executive Assistant
IA HR Manager
IA Controlling
Head of Industrial Quality & Compliance
Country Procurement Head
Head of Logistics
Technical Services Manager
Production Manager
HSE Manager
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
130
Lampiran 3. Struktur Organisasi Industrial Quality & Compliance Head of Industrial Quality & Compliance IQC Admin Assistant
QC Supervisor
Microbiology Analyst
QC Analyst
QA Manager
QC Analyst QA Officer
QA Officer
QA Officer
QA Officer
QC Analyst
QC Analyst
QC Analyst
QC Analyst
QC Officer
QC Sampler
QC Sampler
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
131
Lampiran 4. Diagram Pengambilan Keputusan Terhadap Hasil di Luar Spesifikasi Hasil TMS Periksa kondisi analisis (Gunakan daftar periksa)
Ditemukan kesalahan
Tidak ditemukan kesalahan
Lakukan Perbaikan
Investigasi Diperluas
Hasil OOS tidak berlaku
Investigasi Batch Record/Prod atau kesalahan bets
Periksa cara sampling (gunakan daftar periksa)
Cek Ulang Ditemukan Kesalahan
Bets ditolak
Kesalahan tidak ditemukan
Ditemukan Kesalahan
Evaluasi dan menentukan rancang strategi yang tepat Variabel: Persiapan contoh/ ganti analis/alat/ periksa contoh thd yang sudah diluluskan
Lakukan Perbaikan
Ditemukan Kesalahan
Bets diluluskan
Kesalahan tidak ditemukan
Bets ditolak
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
132
Lampiran 5. Contoh-contoh Label
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
133
Lampiran 6. Alur Pemeriksaan Bahan Baku Penerimaan Bahan Baku Pemeriksaan dokumen fisik OK Label “Quarantine” Pembuatan dan distribusi GRS Penerimaan GRS oleh QC -Log book bahan baku -Log book pengujian ulang
Pencatatan Data bahan Baku
Persiapan Pengambilan Contoh -Input Voucher Quantitiy -Wadah dan etiket -Label “Sampel Taken” -Pakaian Pelindung Alat
Pengambilan Contoh Pengujian Bahan Baku Pemeriksaan Hasil Pengujian
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat OOS
Released Penyelidikan -Label Released -Pemindahan Bahan Baku dari area karantina ke area released
-Label Rejected -Pemindahan Bahan Baku dari area karantina ke area rejected
Perbaikan
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Rejected
Released
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
134
Lampiran 7. Persyaratan Jumlah Bakteri, Total Koliform, dan Koliform Tinja pada Masing-masing Jenis Air
No.
1.
Jenis
Air
Cemaran
Sumur
Air PAM
Portable
Purified
MiliQ-
Water
Water
plus
Jumlah
Tidak
100
100
100
100
bakteri
ditetapkan
(kol/
(kol/ml)
(kol/ml)
(kol/ml)
ml) 2.
Total
<10
0 (kol/ml)
0 (kol/ml)
-
-
-
-
0 (kol/ml)
-
-
koliform 3.
Koliform tinja
Keterangan: 1. Air sumur adalah air yang diperoleh langsung dari sumur artris tanpa pengolahan awal. Air sumur diperiksa setiap 6 bulan sekali. 2. Air PAM adalah air yang berasal dari olahan PAM city water. Air PAM diperiksa setiap 1 bulan sekali. 3. Potable water adalah air yang diperoleh dari pengolahan air sumur/PAM. Air ini dapat digunakan sebagai bahan baku untuk purified water. Potable water diperiksa setiap 1 bulan sekali. 4. Purified water adalah air yang diperoleh dari hasil pengolahan potable water dengan cara deionisasi, reverse osmosis, polishing (mixed bed procedure), electro-deionisasi/kombinasi, reverse osmosis dengan electrto-deionisasi. Purified water diperiksa setiap 1 minggu sekali. 5. Purified water MiliQ-Plus adalah air yang diperoleh dari hasil pengolahan purified water dengan alat MiliQ-Plus.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
135
Lampiran 8. Pembagian Iklim, Tipe Pemeriksaan, Kondisi Penyimpanan dan Waktu Pemeriksaan Pada Uji Stabilitas Pada dasarnya pembagian zona iklim dibagi atas:
Zona iklim
Zona I (sedang)
Suhu ratarata tahunan Suhu nyata
<25oC
Zona II (subtropis dengan kelembaban tinggi) 25oC
Zona III Zona IV (panas kering) (panas lembab)
25o±2oC
25o±2oC
30o ±2oC
RH rata-rata
≤40%±5%
60%±5%
≤40%±5%
30oC
>30oC 30o ±2oC 70% ± 5% 75% ± 5%*
Post Marketing Studies (Tipe IV)
Zona
Kondisi Penyimpanan
Frekuensi Pengujian (bulan)
Iklim
Suhu/RH
0
12
24
36
48
60
II
<25oC/50%-90%*
X
X
X
x
x
X
IV
<30oC (25o-33oC)/50-90%
X
X
X
x
x
X
Catatan: a. Untuk perbandingan pengujian pada umumnya dilakukan follow up stability test pada climatic zone II dan IV. b. Periode pengujian tergantung pada daluarsa atau sesuai dengan rencana pemeriksaan yang dibuat c. Kondisi penyimpanan (suhu dan RH) sesuai dengan kondisi yang sebenarnya d. *) sesuai dengan rata-rata data suhu dan kelembaban ruang penyimpanan contoh pertinggal Follow Up Stability Testing (Tipe V)
Zona Kondisi
Penyimpanan
iklim Suhu/RH Kondisi
II
Sebenarnya IV
+25oC ±2 oC /60±5% +30oC ±2 oC /70±5% o
Frekuensi pengujian (bulan) 0
3 6 9 12 18
24
36
X
x x x
x
x
x
x
x
x
x x
x
x
x
x
x
-
-
-
-
o
+30 C ±2 C /75±5% Kondisi
+40oC ±2 oC /75±5%
X x
-
dipercepat Catatan: a. Pengujian dilakukan hingga batas waktu daluarsa b. Zona II : untuk produk yang akan dipasarkann di zona I dan II c. Zona IV : untuk produk yang akan dipasarkan di zona II dan IV
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
136
Lampiran 9. Skema Purified Water Plant Potable water or W ell water
CHIRST OSMOTRON – 500 L / h Multimedia Filter
High Presure Pump
Filter 5 μm
Softener 1
RO
Electro Delonization Module
Storage Tank 3000 L
C Pump
T Sample
T,C
F CHRIST LOOPO
Softener 2
Y
Drain
Drain
Y
Y
Drain
Y
NaCL for Regeneration
Sodium Metabisulfit
Superheated Water Chilled Water
Recorder
NaOH Duly with Well water
Y
Drain
Cooler / Heat Exchanger
< 25 °C 8 U
7 S
Washung (411) FBD Filter
U
6 S
Washing Corner 412
U
5 S
Solution Preparation 440
U
4 S
Wetgra Nulation 440
U
3 S
Coating Ex 434
U
1
2 S
Oinment 432
U
Printer
Drain
Circulation Pump H2O2 for Desinfection
TOC
S
Technical Area ofcoating 606
U
S
Central Washing Corner 428
Superheated Water Chilled Water
U : User Point S : Sampling Point C : Conductivity T : Temperature F : Flow TOC : Total Organic Carbon
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
137
Lampiran 10. Alur pengumpulan dan penyimpanan MSDS bahan produk PT.Aventis Pharma
Daftar Bahan (Masih diproduksi)
Daftar Bahan (Produk Baru)
Informasikan kepada HSE staff dan QA unit
Kirim copy MSDS ke QA
Cari MSDS dari intranet, internet/HSE global
Simpan file MSDS di folder I Simpan file elektronik MSDS Update daftar bahan kimia dan distribusikan ke manager departemen yang berkaitan Print MSDS
Dilakukan oleh HSE staff
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
138
Lampiran 11. Alur penanganan limbah
B3 DOMESTIK
CAIR
MCK
CAIR
PADAT
KANTIN
SEPTIK TANK
TEMPAT SAMPAH
CAIRAN KONTAM INASI
PADAT
BAHAN PRODUKSI, OLI EKAS/ CECERAN SOLAR
BAK PENAMPUNG SAMPAH
POND REMBESA
DINAS KEBERSIHAN DKI
WWTP
BATERAI GENERATOR
DEBU DUST COLLECTOR
PRODUK REJECT, OBAT KEMBALIAN, RETAINED SAMPLE DAN OBAT JADI KADALUARSA
TIMBANG, CATAT DI CHP
SIMPAN DALAM WADAH TIDAK MUDAH PECAH DAN TIDAK MUDAH BOCOR
PPLI
1. Label ; UNTUK DIMUSNAHKAN 2. Catatan tentang jenis dan karakteristik lim- bah, waktu limbah di- dihasilkan,nama pengankut limbah
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
139
Lampiran 12. Skema waste water treatment plant
Office building, security, packaging, warehouse,
Multi purpose building
Production,purified water
Antibiotik waste
Collecting pit 1
Collecting pit 2
Collecting pit 3
Perforated bath stream
Equalization tank
Aeration tank
Sedimentation tank Sludge
Water
Sludge tank
Clean water tank
Sludge drying bed
Dry sludge
River
Connect to WWTP operator room for sampling purposes
Effluent/water
PPLI
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
140 Lampiran 13. Denah Warehouse
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
141
Lampiran 14. Implementasi CPOB di PT Aventis Pharma BAB 1 MANAJEMEN MUTU
No 1
Poin dalam CPOB 2012 Konsep dasar Pemastian Mutu, Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu adalah aspek manajemen mutu yang saling terkait.
PT Aventis Pharma √
Keterangan Diuraikan di dalam Prosedur Tetap Panduan Mutu AG 00001/H
PEMASTIAN MUTU 2 Sistem Pemastian Mutu yang benar dan tepat bagi pembuatan obat hendaklah memastikan bahwa: a) desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang memerhatikan persyaratan CPOB;
√
Sesuai
b) semua langkah produksi dan pengawasan diuraikan secara jelas dan CPOB diterapkan;
√
Diuraikan di dalam Prosedur Pengawasan dalam Prosedur Tetap Proses Produksi A000019/W
c) tanggung jawab manajerial diuraikan dengan jelas dalam uraian jabatan;
√
Diuraikan dalam Prosedur Tetap Panduan Mutu AG 00001/H pada bagian Prosedur (Struktur Organisasi dan tanggung Jawab)
d) pengaturan disiapkan untuk pembuatan, pemasokan dan penggunaan bahan awal dan pengemas yang benar;
√
Sesuai
e) semua pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan selama-proses lain serta dilakukan validasi;
√
Dilakukan In Process Control terhadap produk dan validasi proses. Diuraikan di dalam PROTAP Validasi Proses AV 000-02/G
f) pengkajian terhadap semua dokumen terkait dengan proses, pengemasan dan
√
Sebelum produk diluluskan, Quality
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
142
pengujian tiap bets, dilakukan sebelum memberikan pengesahan pelulusan untuk distribusi produk jadi. Penilaian hendaklah meliputi semua faktor yang relevan termasuk kondisi produksi, hasil pengujian selama-proses, pengkajian dokumen pembuatan (termasuk pengemasan), pengkajian penyimpangan dari prosedur yang telah ditetapkan, pemenuhan persyaratan dari Spesifikasi Produk Jadi dan pemeriksaan produk dalam kemasan akhir;
Assurance melakukan pengkajian terhadap Batch Record yang terdiri atas Catatan Pengolahan Bets, Catatan Pengemasan dan Catatan Hasil Pemeriksaan oleh Quality Control.
g) obat tidak dijual atau didistribusikan sebelum kepala Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan dikendalikan sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam izin edar dan peraturan lain yang berkaitan dengan aspek produksi, pengawasan mutu dan pelulusan produk;
√
Diuraikan di dalam Prosedur Tetap Cara Pelulusan Obat Jadi AO 000-18/Q; pelulusan obat jadi dilakukan oleh IQC Manager atau delegasinya.
h) tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa, sedapat mungkin, produk disimpan, didistribusikan dan selanjutnya ditangani sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa simpan obat;
√
Sesuai
i) tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu yang secara berkala mengevaluasi efektivitas dan penerapan sistem Pemastian Mutu;
√
Diuraikan di dalam Prosedur Tetap Inspeksi Diri dan Audit CPOB AO 000-03/M
j) pemasok bahan awal dan bahan pengemas dievaluasi dan disetujui untuk memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan oleh perusahaan;
√
Audit pemasok dilakukan oleh Quality Assurance dan perwakilan dari Purchasing Dept.
k) penyimpangan dilaporkan, diselidiki dan dicatat;
√
Diuraikan di dalam PROTAP Penanganan Peyimpangan dan Kegagalan No. AO 00002/N
l) tersedia sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak pada mutu produk;
√
Diuraikan di dalam PROTAP Pengendalian terhadap Perubahan No. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
143
AO 000-04/R m) prosedur pengolahan ulang produk dievaluasi dan disetujui; dan
√
Diuraikan di dalam PROTAP Pengerjaan Ulang No. AO 000-26/B
n) evaluasi berkala mutu obat dilakukan untuk verifikasi konsistensi proses dan memastikan perbaikan proses yang berkesinambungan.
√
Evaluasi berkala mutu obat dilakukan melalui Peninjauan dan Penilaian Tahunan terhadap Produk (Annual Product Review). Diuraikan di dalam PROTAP No. AO 000-05/F
CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK (CPOB) 3 CPOB mencakup Produksi dan Pengawasan Mutu. Persyaratan dasar dari CPOB adalah: a) semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas, dikaji secara sistematis berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu secara konsisten menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi yang telah ditetapkan; b) tahap proses yang kritis dalam pembuatan, pengawasan proses dan sarana penunjang serta perubahannya yang signifikan divalidasi; c) tersedia semua sarana yang diperlukan dalam CPOB termasuk: personil yang terkualifikasi dan terlatih Bangunan dan sarana dengan luas yang memadai Peralatan dan saranan penunjang yang sesuai Bahan, wadah dan label yang benar Prosedur dan instruksi yang disetujui ; dan Tempat penyimpanan dan transportasi yang memadai d) prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa yang jelas,
√
Diuraikan di dalam PROTAP Validasi Proses AV 000-02/G
√
Diuraikan dalam Prosedur Tetap Validasi Proses No. AV000-02/G
Sesuai √
√
Sesuai Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
144
tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada sarana yang tersedia; e) operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara benar;
√
Terdapat Pelatihan Personil oleh Opreator
f) pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat selama pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan dalam prosedur dan instruksi yang ditetapkan benar-benar dilaksanakan dan jumlah serta mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Tiap penyimpangan dicatat secara lengkap dan diinvestigasi;
√
Terdapat Form Catatan Hasil Pemeriksaan (CHP) yang diisi oleh bagiam QC
g) catatan pembuatan termasuk distribusi yang memungkinkan penelusuran riwayat bets secara lengkap, disimpan secara komprehensif dan dalam bentuk yang mudah diakses;
√
Sesuai
h) penyimpanan dan distribusi obat yang dapat memperkecil risiko terhadap mutu obat;
√
Sesuai
i) tersedia sistem penarikan kembali bets obat manapun dari peredaran; dan
√
Diuraikan dalam Prosedur Tetap Penarikan Kembali Obat Jadi No. AO000-21/I
j) keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu diinvestigasi serta dilakukan tindakan perbaikan yang tepat dan pencegahan pengulangan kembali keluhan.
√
Diuraikan dalam Prosedur Tetap Penanganan Keluhan No. AO000-20/L
PENGAWASAN MUTU 4 Setiap industri farmasi hendaklah mempunyai fungsi Pengawasan Mutu. Fungsi ini hendaklah independen dari Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
145
bagian lain. Sumber daya yang memadai hendaklah tersedia untuk memastikan bahwa semua fungsi Pengawasan Mutu dapat dilaksanakan secara efektif dan dapat diandalkan. Persyaratan dasar dari Pengawasan Mutu adalah bahwa: a) sarana dan prasarana yang memadai, personil yang terlatih dan prosedur yang disetujui tersedia untuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, dan bila perlu untuk pemantauan lingkungan sesuai dengan tujuan CPOB; b) pengambilan sampel bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi dilakukan oleh personil dengan metode yang disetujui oleh Pengawasan Mutu; c) metode pengujian disiapkan dan divalidasi;
√
Sesuai
d) pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat selama pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan dalam prosedur pengambilan sampel, inspeksi dan pengujian benar-benar telah dilaksanakan Tiap penyimpangan dicatat secara lengkap dan diinvestigasi; e) produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan yang disetujui pada saat pendaftaran, dengan derajat kemurnian yang dipersyaratkan serta dikemas dalam wadah yang sesuai dan diberi label yang benar; f) dibuat catatan hasil pemeriksaan dan analisis bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi secara formal dinilai dan dibandingkan terhadap spesifikasi; dan Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
146
g) sampel pertinggal bahan awal dan produk jadi disimpan dalam jumlah yang cukup untuk dilakukan pengujian ulang bila perlu. Sampel produk jadi disimpan dalam kemasan akhir kecuali untuk kemasan yang besar. PENGKAJIAN MUTU PRODUK 5 Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses.
√
Sesuai
MANAJEMEN RISIKO MUTU 6 Manajemen risiko mutu adalah suatu √ proses sistematis untuk melakukan penilaian, pengendalian dan pengkajian risiko terhadap mutu suatu produk. Hal ini dapat diaplikasikan secara proaktif maupun retrospektif. 7
Manajemen risiko mutu hendaklah memastikan bahwa: a) evaluasi risiko terhadap mutu dilakukan berdasarkan pengetahuan secara ilmiah, pengalaman dengan proses dan pada akhirnya terkait pada perlindungan pasien; b) tingkat usaha, formalitas dan dokumentasi dari proses manajemen risiko mutu sepadan dengan tingkat risiko.
Sesuai
√
Sesuai
BAB 2 PERSONALIA No
Poin dalam CPOB 2012
UMUM 1 Industri farmasi hendaklah memiliki personil yang terkualifikasi dan berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. 2 Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan kewenangan
PT Aventis Pharma
Keterangan
√
Sesuai
√
Diuraikan di dalam Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
147
dari personil pada posisi penanggung Prosedur Tetap Paduan jawab hendaklah dicantum-kan dalam Mutu. AG 000-01/H uraian tugas tertulis. PERSONIL KUNCI 3 Personil Kunci mencakup kepala bagian Terdapat masing-masing Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu seorang Production dan kepala bagian Manajemen Mutu Manager, Head of IQC (Pemastian Mutu). Posisi utama tersebut √ yang membawahi dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala Quality Assurance bagian Produksi dan kepala bagian Manager dan Quality Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / Control Manager yang kepala bagian Pengawasan Mutu harus independen satu dengan independen satu terhadap yang lain. yang lain ORGANISASI, KUALIFIKASI DAN TANGGUNG JAWAB 4 Struktur organisasi industri farmasi hendaklah sedemikian rupa sehingga Ketiga personil kunci di bagian produksi, pengawasan mutu, PT. Aventis Pharma manajemen mutu (pemastian mutu) √ dipimpin oleh yang dipimpin oleh orang yang berbeda serta berbeda tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain 5
Kepala bagian Produksi hendaklah seorang apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dalam bidang pembuatan obat dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara profesional. Kepala bagian Produksi hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam produksi obat, termasuk: a) memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur agar memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan; b) memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan produksi dan memastikan bahwa petunjuk kerja diterapkan secara tepat; c) memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani oleh kepala bagian Produksi sebelum diserahkan kepada kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu); d) memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian produksi; e) memastikan bahwa validasi yang sesuai
√
Kewenangan dan tanggung jawab Production Manager sekilas diuraikan ddalam Prosedur tetap Paduan Mutu AG000-01/H
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
148
6
7
telah dilaksanakan; dan f) memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan. Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah seorang apoteker terkualifi-kasi dan memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara profesional. Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam pengawasan mutu, termasuk: a) menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi; b) memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan; c) memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja pengambilan sampel, metode pengujian dan prosedur pengawasan mutu lain; d) memberi persetujuan dan memantau semua analisis berdasarkan kontrak; e) memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian pengawasan mutu; f) memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan; dan g) memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah seorang apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara profesional. Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh untuk melaksanakan tugas yang
√
√
Kewenangan dan tanggung jawab Quality Control Manager sekilas diuraikan di dalam Prosedur Tetap Paduan Mutu AG000-01/H
Kewenangan dan tanggung jawab Quality Assurance Manager sekilas diuraikan di dalam Prosedur Tetap Paduan Mutu AG00001/H
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
149
8
berhubungan dengan sistem mutu/ pemastian mutu, termasuk: a) memastikan penerapan (dan, bila diperlukan, membentuk) sistem mutu; b) ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan manual mutu perusahaan; c) memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala; d) melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian Pengawasan Mutu; e) memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal (audit terhadap pemasok); f) memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi; g) memastikan pemenuhan persyaratan teknik atau peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) yang berkaitan dengan mutu produk jadi; h) mengevaluasi/mengkaji catatan bets; dan i) meluluskan atau menolak produk jadi untuk penjualan dengan mempertimbangkan semua faktor terkait. Masing-masing kepala bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) memiliki tanggung jawab bersama dalam menerapkan semua aspek yang berkaitan dengan mutu, yang berdasarkan peraturan Badan POM mencakup: a) otorisasi prosedur tertulis dan dokumen lain, termasuk amandemen; b) pemantauan dan pengendalian lingkungan pembuatan obat; c) higiene pabrik; d) validasi proses; e) pelatihan; f) persetujuan dan pemantauan terhadap pemasok bahan; g) persetujuan dan pemantauan terhadap pembuat obat berdasarkan kontrak; h) penetapan dan pemantauan kondisi penyimpanan bahan dan produk; i) penyimpanan catatan; j) pemantauan pemenuhan terhadap persyaratan CPOB; k) inspeksi, penyelidikan dan pengambilan
√
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
150
9
10
11
12
13
14
sampel, untuk l) pemantauan faktor yang mungkin berdampak terhadap mutu produk. PELATIHAN Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil yang karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk personil teknik, perawatan dan petugas kebersihan), dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk. Di samping pelatihan dasar dalam teori dan praktik CPOB, personil baru hendaklah mendapat pelatihan sesuai dengan tugas yang diberikan. Pelatihan berkesinambungan hendaklah juga diberikan, dan efektifitas penerapannya hendaklah dinilai secara berkala. Hendaklah tersedia program pelatihan yang disetujui kepala bagian masingmasing. Catatan pelatihan hendaklah disimpan. Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada personil yang bekerja di area di mana pencemaran merupakan bahaya, misalnya area bersih atau area penanganan bahan berpotensi tinggi, toksik atau bersifat sensitisasi. Pengunjung atau personil yang tidak mendapat pelatihan sebaiknya tidak masuk ke area produksi dan laboratorium pengawasan mutu. Bila tidak dapat dihindarkan, hendaklah mereka diberi penjelasan lebih dahulu, terutama mengenai higiene perorangan dan pakaian pelindung yang dipersyaratkan serta diawasi dengan ketat. Konsep Pemastian Mutu dan semua tindakan yang tepat untuk meningkatkan pemahaman dan penerapannya hendaklah dibahas secara mendalam selama pelatihan. Pelatihan hendaklah diberikan oleh orang yang terkualifikasi
√
√
√
√
√ √
QA bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pelatihan personil. Diuraikan dalam Prosedur Pelatihan Tetap Pelatihan Personil No. AL-000-01/L Pelatihan khusus diberikan sesuai dengan tugas dari personil tersebut. Terdapat competency card repots berisi penilaian terhadap pelatihan yang diikuti oleh setiap personil. Catatan pelatihan didokumentasikan ke dalam suatu file Diuraikan dalam Prosedur Tetap Pelatihan Personil AL000-01/L
Setiap personil yang masuk ke area produksi dan laboratorium QC harus diberi pelatihan terlebih dahulu
Terdapat pre test dan post test untuk mengukur kemampuan personel menangkap isi pelatihan Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
151
BAB 3 BANGUNAN DAN FASILITAS No
1
2
3
4
5
Poin dalam CPOB 2012 UMUM Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindarkan pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah dan air serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak sesuai, hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap pencemaran tersebut. Bangunan dan fasilitas hendaklah didesain, dikonstruksi, dilengkapi dan dirawat sedemikian agar memperoleh perlindungan maksimal terhadap pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarang serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain. Hendaklah tersedia prosedur untuk pengendalian binatang pengerat dan hama Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat, dibersihkan dan, bila perlu, didisinfeksi sesuai prosedur tertulis rinci. Catatan pembersihan dan disinfeksi hendaklah disimpan
Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur dan diperbaiki di mana perlu. Perbaikan serta perawatan bangunan dan fasilitas hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak memengaruhi mutu obat. Tenaga listrik, lampu penerangan, suhu, kelembaban dan ventilasi hendaklah tepat agar tidak mengakibatkan dampak yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap produk selama proses pembuatan dan penyimpanan, atau terhadap ketepatan / ketelitian fungsi dari peralatan.
PT Aventis Pharma
Keterangan
Sesuai
Pest Control Management dilakukan oleh pihak ketiga, yaitu Aardwolf. Diuraikan di dalam Prosedur Tetap Penanggulangan hama (pest control) No. AO000-17/J
Diuraikan dalam Prosedur Tetap Pembersihan dan terdapat catatan pembersihan dan desinfeksi berupa logbook Diuraikan di dalam Prosedur Tetap Pemeliharaan Gedung No. TO000-06/C serta Prosedur Tetap Perawatan Fasilitas, Peralatan & Utility No. TO000-13/I
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
152
6
7
8
9
10
Desain dan tata letak ruang hendaklah memastikan : a) kompatibilitas dengan kegiatan produksi lain yang mungkin dilakukan di dalam sarana yang sama atau sarana yang berdampingan; dan b) pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum bagi personil dan bahan atau produk, atau sebagai tempat penyimpanan bahan atau produk selain yang sedang diproses. Tindakan pencegahan hendaklah diambil untuk mencegah personil yang tidak berkepentingan masuk. Area produksi, area penyimpanan dan area pengawasan mutu tidak boleh digunakan sebagai jalur lalu lintas bagi personil yang tidak bekerja di area tersebut.
Kegiatan di bawah ini hendaklah dilakukan di area yang ditentukan: penerimaan bahan; karantina barang masuk; penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas; penimbangan dan penyerahan bahan atau produk; pengolahan; pencucian peralatan; penyimpanan peralatan; penyimpanan produk ruahan; pengemasan; karantina produk jadi sebelum memperoleh pelulusan akhir; pengiriman produk; dan laboratorium pengawasan mutu AREA PENIMBANGAN Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan cara penimbangan hendaklah dilakukan di area penimbangan terpisah yang didesain khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area penyimpanan atau area produksi. AREA PRODUKSI Untuk memperkecil risiko bahaya medis
Sesuai
Untuk masuk ke area produksi, terlebih dahulu harus melalui secure lock door dan dijaga oleh satpam untuk menghindari personil yang tidak berkepentingan masuk ke area produksi.
Sesuai
Ruang penimbangan di PT Aventis Pharma terdapat di area produksi.
-
PT Aventis Pharma tidak Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
153
11
12
13
14
yang serius akibat terjadi pencemaran silang, suatu sarana khusus dan selfcontained harus disediakan untuk produksi obat tertentu seperti produk yang dapat menimbulkan sensitisasi tinggi (misal golongan penisilin) atau preparat biologis (misal mikroorganisme hidup). Produk lain seperti antibiotika tertentu, hormon tertentu (misal hormon seks), sitotoksika tertentu, produk mengandung bahan aktif tertentu berpotensi tinggi, dan produk nonobat hendaklah diproduksi di bangunan terpisah. Dalam kasus pengecualian, bagi produk tersebut di atas, prinsip memproduksi bets produk secara ‘campaign’ di dalam fasilitas yang sama dapat dibenarkan asal telah mengambil tindakan pencegahan yang spesifik dan validasi yang diperlukan telah dilakukan. Pembuatan produk yang diklasifikasikan sebagai racun seperti pestisida dan herbisida tidak boleh dibuat di fasilitas pembuatan produk obat Tata letak ruang produksi sebaiknya dirancang sedemikian rupa untuk: a) memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang saling berhubungan antara satu ruangan dengan ruangan lain mengikuti urutan tahap produksi dan menurut kelas kebersihan yang dipersyaratkan; b) mencegah kesesakan dan ketidakteraturan; dan c) memungkinkan komunikasi dan pengawasan yang efektif terlaksana. Luas area kerja dan area penyimpanan bahan atau produk yang sedang dalam proses hendaklah memadai untuk memungkinkan penempatan peralatan dan bahan secara teratur dan sesuai dengan alur proses, sehingga dapat memperkecil risiko terjadi kekeliruan antara produk obat atau komponen obat yang berbeda, mencegah pencemaran silang dan memperkecil risiko terlewat atau salah melaksanakan tahapan proses produksi atau pengawasan. Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian dalam ruangan di mana terdapat
memproduksi produkproduk tersebut
PT Aventis Pharma tidak memproduksi produk – produk tersebut.
Area ruang produksi terhubung melalui koridor. Raw material dan produk ruahan cukup menumpuk di staging room
-
Raw material dan produk ruahan cukup menumpuk di staging room. Namun, pemberian label dapat memperkecil resiko kekeliruan
Sesuai Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
154
bahan baku dan bahan pengemas primer, produk antara atau produk ruahan yang terpapar ke lingkungan hendaklah halus, bebas retak dan sambungan terbuka, tidak melepaskan partikulat, serta memungkinkan pelaksanaan pembersihan (bila perlu disinfeksi) yang mudah dan efektif. 15
Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air, permukaannya rata dan memungkinkan pembersihan yang cepat dan efisien apabila terjadi tumpahan bahan. Sudut antara dinding dan lantai di area pengolahan hendaklah berbentuk lengkungan.
Sesuai
16
Pipa, fiting lampu, titik ventilasi dan instalasi sarana penunjang lain hendaklah didesain dan dipasang sedemikian rupa untuk menghindarkan pembentukan ceruk yang sulit dibersihkan. Untuk kepentingan perawatan, sedapat mungkin instalasi sarana penunjang seperti ini hendaklah dapat diakses dari luar area pengolahan. Pipa yang terpasang di dalam ruangan tidak boleh menempel pada dinding tetapi digantungkan dengan menggunakan sikusiku pada jarak cukup untuk memudahkan pembersihan menyeluruh. Pemasangan rangka atap, pipa dan saluran udara di dalam ruangan hendaklah dihindarkan. Apabila tidak terhindarkan, maka prosedur dan jadwal pembersihan instalasi tersebut hendaklah dibuat dan diikuti. Lubang udara masuk dan keluar serta pipapipa dan salurannya hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran terhadap produk. Saluran pembuangan air hendaklah cukup besar, didesain dan dilengkapi bak kontrol untuk mencegah alir balik. Sedapat mungkin saluran terbuka dicegah tetapi bila perlu hendaklah dangkal untuk memudahkan pembersihan dan disinfeksi. Area produksi hendaklah diventilasi secara efektif dengan menggunakan sistem
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Terdapat AHU pada area produksi yang senantiasa
17
18
19
20
21
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
155
pengendali udara termasuk filter udara dipantau oleh bagian dengan tingkat efisiensi yang dapat TSD serta bagian Quality mencegah pencemaran dan pencemaran Control. Quality Control silang, pengendali suhu dan, bila perlu, yang melakukan peran pengendali kelembaban udara sesuai pemantauan lingkungan kebutuhan produk yang diproses dan kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan dan dampaknya terhadap lingkungan luar pabrik. Area produksi hendaklah dipantau secara teratur baik selama ada maupun tidak ada kegiatan produksi untuk memastikan pemenuhan terhadap spesifikasi yang dirancang sebelumnya. KLASIFIKASI KEBERSIHAN RUANG PEMBUAT OBAT 22 Tingkat kebersihan ruang/area untuk PT Aventis Pharma pembuatan obat hendaklah diklasifikasikan menggunakan klasifikasi sesuai dengan jumlah maksimum partikulat kelas kebersihan 1, 2, udara yang diperbolehkan untuk tiap kelas dan 3 kebersihan 23 Ruangan lain yang tidak diklasifikasikan, Sesuai hendaklah dilindungi sesuai tingkat perlindungan yang diperlukan 24 Area di mana dilakukan kegiatan yang Terdapat dust collector di menimbulkan debu (misalnya pada saat area-area tersebut pengambilan sampel, penimbangan bahan atau produk, pencampuran dan pengolahan bahan atau produk, pengemasan produk kering), memerlukan sarana penunjang khusus untuk mencegah pencemaran silang dan memudahkan pembersihan 25 Fasilitas pengemasan produk obat Terdapat empat ruang hendaklah didesain spesifik dan ditata pengemasan primer yang sedemikian rupa untuk mencegah masing-masing hanya kecampurbauran atau pencemaran silang. berisi satu jalur pengemasan 26 Area produksi hendaklah mendapat Sesuai penerangan yang memadai, terutama di mana pengawasan visual dilakukan pada saat proses berjalan. 27 Pengawasan selama-proses dapat In Process Control dilakukan di dalam area produksi dilakukan di ruang sepanjang kegiatan tersebut tidak terpisah dari area menimbulkan risiko terhadap produksi pengolahan obat. 28 Pintu area produksi yang berhubungan Pintu emergency di area langsung ke lingkungan luar, seperti pintu produksi untuk keadaan bahaya kebakaran, hendaklah ditutup rapat. darurat selalu ditutup Pintu tersebut hendaklah diamankan rapat untuk mencegah Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
156
29
30
31
32
33
34
sedemikian rupa sehingga hanya dapat digunakan dalam keadaan darurat sebagai pintu ke luar. Pintu di dalam area produksi yang berfungsi sebagai barier terhadap pencemaran silang hendaklah selalu ditutup apabila sedang tidak digunakan. AREA PENYIMPANAN Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas yang memadai untuk menyimpan dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk seperti bahan awal dan bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, produk dalam status karantina, produk yang telah diluluskan, produk yang ditolak, produk yang dikembalikan atau produk yang ditarik dari peredaran. Area penyimpanan hendaklah didesain atau disesuaikan untuk menjamin kondisi penyimpanan yang baik; terutama area tersebut hendaklah bersih, kering dan mendapat penerangan yang cukup serta dipelihara dalam batas suhu yang ditetapkan Apabila kondisi penyimpanan khusus (misal suhu, kelembaban) dibutuhkan, kondisi tersebut hendaklah disiapkan, dikendalikan, dipantau dan dicatat di mana diperlukan Area penerimaan dan pengiriman barang hendaklah dapat memberikan perlindungan bahan dan produk terhadap cuaca. Area penerimaan hendaklah didesain dan dilengkapi dengan peralatan yang sesuai untuk kebutuhan pembersihan wadah barang bila perlu sebelum dipindahkan ke tempat penyimpanan Apabila status karantina dipastikan dengan cara penyimpanan di area terpisah, maka area tersebut hendaklah diberi penandaan yang jelas dan akses ke area tersebut terbatas bagi personil yang berwenang. Sistem lain untuk menggantikan sistem karantina barang secara fisik hendaklah memberi pengamanan yang setara. Hendaklah disediakan area terpisah dengan lingkungan yang terkendali untuk pengambilan sampel bahan awal. Apabila
pencemaran
Area penyimpanan yang dimiliki PT. Aventis Pharma cukup memadai
Sesuai
Suhu dan kelembaban area penyimpanan selalu dipantau, termasuk cold storage area
Sesuai
Terdapat penandaan yang jelas terhadap area karantina di PT. Aventis Pharma
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
157
35
36
37
38
39
40
kegiatan tersebut dilakukan di area penyimpanan, maka pengambilan sampel hendaklah dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran atau pencemaran silang. Prosedur pembersihan yang memadai bagi ruang pengambilan sampel hendaklah tersedia Area terpisah dan terkunci hendaklah disediakan untuk penyimpanan bahan dan produk yang ditolak, atau yang ditarik kembali atau yang dikembalikan
Bahan aktif berpotensi tinggi dan bahan radioaktif, narkotik, obat berbahaya lain, dan zat atau bahan yang mengandung risiko tinggi terhadap penyalahgunaan, kebakaran atau ledakan hendaklah disimpan di area yang terjamin keamanannya. Obat narkotik dan obat berbahaya lain hendaklah disimpan di tempat terkunci. Bahan pengemas cetakan merupakan bahan yang kritis karena menyatakan kebenaran produk menurut penandaannya. Perhatian khusus hendaklah diberikan dalam penyimpanan bahan ini agar terjamin keamanannya. Bahan label hendaklah disimpan di tempat terkunci. AREA PENGAWASAN MUTU Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area produksi. Area pengujian biologi, mikrobiologi dan radioisotop hendaklah dipisahkan satu dengan yang lain. Laboratorium pengawasan mutu hendaklah didesain sesuai dengan kegiatan yang dilakukan. Luas ruang hendaklah memadai untuk mencegah pencampurbauran dan pencemaran silang. Hendaklah disediakan tempat penyimpanan dengan luas yang memadai untuk sampel, baku pembanding (bila perlu dengan kondisi suhu terkendali), pelarut, pereaksi dan catatan. Suatu ruangan yang terpisah mungkin diperlukan untuk memberi perlindungan instrumen terhadap gangguan listrik, getaran, kelembaban yang berlebihan dan
Terdapat area penyimpanan untuk produk kembalian, produk recall, dan produk yang di-reject di gudang Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
158
gangguan lain, atau bila perlu untuk mengisolasi instrumen 41 Desain laboratorium hendaklah memerhatikan kesesuaian bahan konstruksi yang dipakai, ventilasi dan pencegahan terhadap asap. Pasokan udara ke laboratorium hendaklah dipisahkan dari pasokan ke area produksi. Hendaklah dipasang unit pengendali udara yang terpisah untuk masing-masing laboratorium biologi, mikrobiologi dan radioisotop. SARANA PENDUKUNG 42 Ruang istirahat dan kantin hendak-lah dipisahkan dari area produksi dan laboratorium pengawasan mutu 43 Sarana untuk mengganti pakaian kerja, membersihkan diri dan toilet hendaklah disediakan dalam jumlah yang cukup dan mudah diakses. Toilet tidak boleh berhubungan langsung dengan area produksi atau area penyimpanan. Ruang ganti pakaian hendaklah berhubungan langsung dengan area produksi namun letaknya terpisah. 44 Sedapat mungkin letak bengkel perbaikan dan perawatan peralatan terpisah dari area produksi. Apabila suku cadang, asesori mesin dan perkakas bengkel disimpan di area produksi, hendaklah disediakan ruangan atau lemari khusus untuk penyimpanan alat tersebut 45 Sarana pemeliharaan hewan hendaklah diisolasi dengan baik terhadap area lain dan dilengkapi pintu masuk terpisah (akses hewan) serta unit pengendali udara yang terpisah. BAB 4 PERALATAN No
Poin dalam CPOB 2012
DESAIN DAN KONSTRUKSI 1 Peralatan manufaktur hendaklah didesain, ditempatkan dan dirawat sesuai dengan tujuannya. 2 Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan
Sesuai
Sesuai
Toilet di area produksi terdapat di setiap ruang ganti pakaian dan terpisah dengan area produksi
Bengkel perbaikan terdapat di luar area produksi (di TSD). Terdapat ruangan khusus tempat menyimpan alat, suku cadang, dan sesori mesin di area produksi Tidak terdapat sarana pemeliharaan hewan di PT Aventis Pharma
-
PT Aventis Pharma
Keterangan
√
Sesuai
√
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
159
3
4
5
6
7
8
9
10
reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang ditentukan. Bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus, misalnya pelumas atau pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga tidak memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk antara ataupun produk jadi Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor, tetesan pelumas dan hal sejenis atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi dan adaptasi yang tidak tepat Peralatan manufaktur hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci serta disimpan dalam keadaan bersih dan kering. Peralatan pencucian dan pembersihan hendaklah dipilih dan digunakan agar tidak menjadi sumber pencemaran. Peralatan produksi yang digunakan hendaklah tidak berakibat buruk pada produk. Bagian alat produksi yang bersentuhan dengan produk tidak boleh bersifat reaktif, aditif atau absorbtif yang dapat memengaruhi mutu dan berakibat buruk pada produk. Semua peralatan khusus untuk pengolahan bahan mudah terbakar atau bahan kimia atau yang ditempatkan di area di mana digunakan bahan mudah terbakar, hendaklah dilengkapi dengan perlengkapan elektris yang kedap eksplosi serta dibumikan dengan benar Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan ketelitian yang tepat untuk proses produksi dan pengawasan Peralatan untuk mengukur, menimbang, mencatat dan mengendalikan hendaklah dikalibrasi dan diperiksa pada interval waktu tertentu dengan metode yang ditetapkan. Catatan yang memadai dari pengujian tersebut hendaklah disimpan
√
Sesuai
√
Perawatan fasiltas, peralan. Dan sarana penunjang merupakan tanggung jawab TSD
√
Terdapat prosedur pembersihan setiap alat
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
160
11
Filter cairan yang digunakan untuk proses produksi hendaklah tidak melepaskan serat ke dalam produk. Filter yang mengandung asbes tidak boleh digunakan walaupun sesudahnya disaring kembali menggunakan filter khusus yang tidak melepaskan serat. 12 Pipa air suling, air deionisasi dan bila perlu pipa air lain untuk produksi hendaklah disanitasi sesuai prosedur tertulis. Prosedur tersebut hendaklah berisi rincian batas cemaran mikroba dan tindakan yang harus dilakukan PEMASANGAN DAN PENEMPATAN 13 Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah risiko kesalahan atau kontaminasi 14 Peralatan satu sama lain hendaklah ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindarkan kesesakan serta memastikan tidak terjadi kekeliruan dan kecampurbauran produk. 15 Semua sabuk (belt) dan pulley mekanis terbuka hendaklah dilengkapi dengan pengaman. 16 Air, uap dan udara bertekanan atau vakum serta saluran lain hendaklah dipasang sedemikian rupa agar mudah diakses pada tiap tahap proses. Pipa hendaklah diberi penandaan yang jelas untuk menunjukkan isi dan arah aliran. 17 Tiap peralatan utama hendaklah diberi tanda dengan nomor identitas yang jelas. Nomor ini dicantumkan di dalam semua perintah dan catatan bets untuk menunjukkan unit atau peralatan yang digunakan pada pembuatan bets tersebut kecuali bila peralatan tersebut hanya digunakan untuk satu jenis produk saja. 18 Peralatan yang rusak, jika memungkinkan, hendaklah dikeluarkan dari area produksi dan pengawasan mutu, atau setidaknya, diberi penandaan yang jelas PERAWATAN 19 Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau pencemaran yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk. 20 Kegiatan perbaikan dan perawatan
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Seluruh alat yang rusak harus diberi penandaan yang jelas dan diltekkan di ruang workshop TSD
√
Sesuai
√
Sesuai Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
161
21
22
23
24
25
26
27
28
hendaklah tidak menimbulkan risiko terhadap mutu produk. Bahan pendingin, pelumas dan bahan √ kimia lain seperti cairan alat penguji suhu hendaklah dievaluasi dan disetujui dengan proses formal Prosedur tertulis untuk perawatan peralatan √ hendaklah dibuat dan dipatuhi.
Pelaksanaan perawatan dan pemakaian suatu peralatan utama hendaklah dicatat dalam buku log alat yang menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan dan nomor setiap bets atau lot yang diolah dengan alat tersebut. Catatan untuk peralatan yang digunakan khusus untuk satu produk saja dapat ditulis dalam catatan bets. Peralatan dan alat bantu hendaklah dibersihkan, disimpan, dan bila perlu disanitasi dan disterilisasi untuk mencegah kontaminasi atau sisa bahan dari proses sebelumnya yang akan memengaruhi mutu produk termasuk produk antara di luar spesifikasi resmi atau spesifikasi lain yang telah ditentukan. Bila peralatan digunakan untuk produksi produk dan produk antara yang sama secara berurutan atau secara kampanye, peralatan hendaklah dibersihkan dalam tenggat waktu yang sesuai untuk mencegah penumpukan dan sisa kontaminan (misal: hasil urai atau tingkat mikroba yang melebihi batas). Peralatan umum (tidak didedikasikan) hendaklah dibersihkan setelah digunakan memproduksi produk yang berbeda untuk mencegah kontaminasi silang. Peralatan hendaklah diidentifikasi isi dan status kebersihannya dengan cara yang baik. Buku log untuk peralatan utama dan kritis hendaklah dibuat untuk pencatatan validasi pembersihan dan pembersihan yang telah dilakukan termasuk tanggal dan personil yang melakukan kegiatan tersebut.
√
Sesuai
Diuraikan di dalam Prosedur Tetap Perawatan Fasilitas, Peralatan, dan Utility No. TO 000-13/I Sesuai
√
Terdapat Prosedur Pembersiahan pada setiap alat
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
162
BAB 5 SANITASI DAN HIGIENE No
Poin dalam CPOB 2012
HIGIENE PERORANGAN Tiap personil yang masuk ke area 1 pembuatan hendaklah mengenakan pakaian pelindung yang sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakannya.
2
3.
4
5
Prosedur higiene perorangan termasuk persyaratan untuk mengenakan pakaian pelindung hendaklah diberlakukan bagi semua personil yang memasuki area produksi, baik karyawan purna waktu, paruhwaktu atau bukan karyawan yang berada di area pabrik, misal karyawan kontraktor, pengunjung, anggota manajemen senior dan inspektur. Untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk keselamatan personil, hendaklah personil mengenakan pakaian pelindung yang bersih dan sesuai dengan tugasnya termasuk penutup rambut. Pakaian kerja kotor dan lap pembersih kotor (yang dapat dipakai ulang) hendaklah disimpan dalam wadah tertutup hingga saat pencucian, dan bila perlu, didisinfeksi atau disterilisasi. Program higiene yang rinci hendaklah dibuat dan diadaptasikan terhadap berbagai kebutuhan di dalam area pembuatan. Program tersebut hendaklah mencakup prosedur yang berkaitan dengan kesehatan, praktik higiene dan pakaian pelindung personil. Prosedur hendaklah dipahami dan dipatuhi secara ketat oleh setiap personil yang bertugas di area produksi dan pengawasan. Program higiene hendaklah dipromosikan oleh manajemen dan dibahas secara luas selama sesi pelatihan. Semua personil hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat direkrut. Merupakan suatu kewajiban bagi industri
PT Aventis Pharma √
√
Keterangan
Tiap personil yang masuk ke area pembuatan harus memakai baju kelas 3 (berwarna biru muda) sepatu khusus, hair cover dan shoe cover. Diuraikan dalam Prosedur Tetap Cara Keluar Masuk Pabrik Utama yang menjabarkan prosedur berpakaian untuk tamu dan karyawan
√
Diuraikan dalam Prosedur Tetap Penerapan Higiene Perorangan AG 00016/B
√
Diuraikan dalam Prosedur Tetap Penerapan Higiene Perorangan AG 00016/B
√
Terdapat pemeriksaan kesehatan personil pada saat direkrut dan Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
163
6
7
8
9
10
11
agar tersedia instruksi yang memastikan bahwa keadaan kesehatan personil yang dapat memengaruhi mutu produk diberitahukan kepada manajemen industri. Sesudah pemeriksaan kesehatan awal hendaklah dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja dan kesehatan personil secara berkala. Petugas pemeriksa visual hendaklah menjalani pemeriksaan mata secara berkala. Semua personil hendaklah menerapkan √ higiene perorangan yang baik. Hendaklah mereka dilatih mengenai penerapan higiene perorangan. Semua personil yang berhubungan dengan proses pembuatan hendaklah memerhatikan tingkat higiene perorangan yang tinggi. Tiap personil yang mengidap penyakit atau √ menderita luka terbuka yang dapat merugikan mutu produk hendaklah dilarang menangani bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses dan obat jadi sampai kondisi personil tersebut dipertimbangkan tidak lagi menimbulkan risiko.
Semua personil hendaklah diperintahkan dan didorong untuk melaporkan kepada atasan langsung tiap keadaan (pabrik, peralatan atau personil) yang menurut penilaian mereka dapat merugikan produk. Hendaklah dihindarkan persentuhan langsung antara tangan operator dengan bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang terbuka, bahan pengemas primer dan juga dengan bagian peralatan yang bersentuhan dengan produk. Personil hendaklah diinstruksikan supaya menggunakan sarana mencuci tangan dan mencuci tangannya sebelum memasuki area produksi. Untuk tujuan itu perlu dipasang poster yang sesuai. Merokok, makan, minum, mengunyah, memelihara tanaman, menyimpan makanan, minuman, bahan untuk merokok
√
pemeriksaan berkala 1 tahun sekali
Contoh : setiap personil harus mencuci tangan saat akan masuk dan keluar area produksi
Diuraikan dalam Prosedur Tetap Penerapan Higiene Perorangan AG 000/16B dimana karyawan yang mengidap penyakit infeksi saluran nafas bagian atas harus melapor atasan dan tidak boleh bekerja sampai dinyatakan sembuh oleh dokter. Sesuai
√
Operator diruang produksi memakai sarung tangan
√
Terdapat poster prosedur masuk pabrik utama di ruang ganti menuju area produksi
√
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
164
12
atau obat pribadi hanya diperbolehkan di area tertentu dan dilarang dalam area produksi, laboratorium, area gudang dan area lain yang mungkin berdampak terhadap mutu produk Persyaratan khusus untuk pembuatan produk steril
SANITASI BANGUNAN DAN FASILITAS 13 Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan dikonstruksi dengan tepat untuk memudahkan sanitasi yang baik. 14 Hendaklah tersedia dalam jumlah yang cukup sarana toilet dengan ventilasi yang baik dan tempat cuci bagi personil yang letaknya mudah diakses dari area pembuatan. 15 Hendaklah disediakan sarana yang memadai untuk penyimpanan pakaian personil dan milik pribadinya di tempat yang tepat. 16 Penyiapan, penyimpanan dan konsumsi makanan dan minuman hendaklah dibatasi di area khusus, misalnya kantin. Sarana ini hendaklah memenuhi standar saniter 17 Sampah tidak boleh dibiarkan menum-puk. Sampah hendaklah dikumpulkan di dalam wadah yang sesuai untuk dipindahkan ke tempat penampungan di luar bangunan dan dibuang secara teratur dan berkala dengan mengindahkan persyaratan saniter. 18 Rodentisida, insektisida, agens fumigasi dan bahan sanitasi tidak boleh mencemari peralatan, bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses atau produk jadi. 19 Hendaklah ada prosedur tertulis untuk pemakaian rodentisida, insektisida, fungisida, agens fumigasi, pembersih dan sanitasi yang tepat. Prosedur tertulis tersebut hendaklah disusun dan dipatuhi untuk mencegah pencemaran terhadap peralatan, bahan awal, wadah obat, tutup wadah, bahan pengemas dan label atau produk jadi. Rodentisida, insektisida dan fungisida hendaklah tidak digunakan kecuali yang sudah terdaftar dan
-
PT.Aventis Pharma tidak memproduksi produk steril
√
Sesuai
√
Toilet dan tempat cuci tangan berada pada ruang ganti pakaian
√
Pakaian dan barang pribadi personil disimpan diloker
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Diuraikan di dalam Prosedur Tetap Penanggulangan hama (pest control) No. AO000-17/J
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
165
20
21
22
23
digunakan sesuai peraturan terkait. Hendaklah ada prosedur tertulis yang menunjukkan penanggung jawab untuk sanitasi serta menguraikan dengan cukup rinci mengenai jadwal, metode, peralatan dan bahan pembersih yang harus digunakan untuk pembersihan sarana dan bangunan. Prosedur tertulis terkait hendaklah dipatuhi. Prosedur sanitasi hendaklah berlaku untuk pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor atau karyawan sementara maupun karyawan purnawaktu selama pekerjaan operasional biasa. Segala praktik tidak higienis di area pembuatan atau area lain yang dapat berdampak merugikan terhadap mutu produk, hendaklah dilarang. Persyaratan khusus untuk pembuatan produk steril
√
Diuraikan di dalam Prosedur Tetap Penanggulangan hama (Pest control) No. AO000-17/J
√
Diuraikan di dalam Prosedur Tetap Penanggulangan hama (Pest control) No. AO000-17/J Sesuai
√
-
PEMBERSIHAN DAN SANITASI PERALATAN 24 Setelah digunakan, peralatan hendaklah √ dibersihkan baik bagian luar maupun bagian dalam sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, serta dijaga dan disimpan dalam kondisi yang bersih. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihannya diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets sebelumnya telah dihilangkan 25 Metode pembersihan dengan cara vakum √ atau cara basah lebih dianjurkan. Udara bertekanan dan sikat hendaklah digunakan dengan hati-hati dan bila mungkin dihindarkan karena menambah risiko pencemaran produk. 26 Pembersihan dan penyimpanan peralatan √ yang dapat dipindahpindahkan dan penyimpanan bahan pembersih hendaklah dilaksanakan dalam ruangan yang terpisah dari ruangan pengolahan. 27 Prosedur tertulis yang cukup rinci untuk √ pembersihan dan sanitasi peralatan serta wadah yang digunakan dalam pembuatan obat hendaklah dibuat, divalidasi dan ditaati. Prosedur ini hendaklah dirancang
PT. Aventis Pharma tidak memproduksi produk steril Setelah peralatan selesai dipakai, terdapat label kotor untuk dibersihkan. Setelah dibersihkan, peralatan tersebut disimpan diruang khusus
Diuraikan di dalam Prosedur Tetap Validasi Pembersihan untuk Peralatan No. AV 00001/E Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
166
agar pencemaran peralatan oleh agens pembersih atau sanitasi dapat dicegah. Prosedur ini setidaknya meliputi penanggung jawab pembersihan, jadwal, metode, peralatan dan bahan yang dipakai dalam pembersihan serta metode pembongkaran dan perakitan kembali peralatan yang mungkin diperlukan untuk memastikan pembersihan yang benar terlaksana. Jika perlu, prosedur juga meliputi sterilisasi peralatan, penghilangan identitas bets sebelumnya serta perlindungan peralatan yang telah bersih terhadap pencemaran sebelum digunakan Catatan mengenai pelaksanaan √ Sesuai pembersihan, sanitasi, sterilisasi dan inspeksi sebelum penggunaan peralatan hendaklah disimpan secara benar. 29 Disinfektan dan deterjen hendaklah √ Sesuai dipantau terhadap pencemaran mikroba; enceran disinfektan dan deterjen hendaklah disimpan dalam wadah yang sebelumnya telah dibersihkan dan hendaklah disimpan untuk jangka waktu tertentu kecuali bila disterilkan. VALIDASI PROSEDUR PEMBERSIHAN DAN SANITASI 30 Prosedur tertulis hendaklah ditetapkan √ Diuraikan di dalam untuk pembersihan alat dan persetujuan Prosedur Tetap Validasi untuk penggunaan bagi produksi obat, Pembersihan untuk termasuk produk antara. Prosedur Peralatan No.AV000pembersihan hendaklah rinci supaya 01/E dan Prosedur operator dapat melakukan pembersihan Tetap Validasi tiap jenis alat secara konsisten dan efektif. Pembersihan untuk Prosedur hendaklah mencantumkan: Ruangan No. AV00003/D a) Penanggung jawab untuk pembersihan alat; b) Jadwal pembersihan, termasuk sanitasi, bila perlu; c) Deskripsi lengkap dari metode pembersihan dan bahan pembersih yang digunakan termasuk pengenceran bahan pembersih yang digunakan; d) Instruksi pembongkaran dan pemasangan kembali tiap bagian alat, bila perlu, untuk memastikan pembersihan yang benar; 28
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
167
31
32
e) Instruksi untuk menghilangkan atau meniadakan identitas bets sebelumnya; f) Instruksi untuk melindungi alat yang sudah bersih terhadap kontaminasi sebelum digunakan; g) Inspeksi kebersihan alat segera sebelum digunakan; dan h) Menetapkan jangka waktu maksimum yang sesuai untuk pelaksanaan pembersihan alat setelah selesai digunakan produksi. Tanpa kecuali, prosedur pembersihan, sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitas
Hendaklah tersedia prosedur tertulis dan catatan pelaksanaan tindakan dan, bila perlu, kesimpulan yang dicapai untuk pembersihan dan sanitasi, hal - hal tentang personel termasuk pelatihan, seragam kerja, higiene; pemantauan lingkungan dan pengendalian hama.
√
√
Diuraikan di dalam Prosedur Tetap Validasi Pembersihan untuk Peralatan No.AV00001/E dan Prosedur Tetap Validasi Pembersihan untuk Ruangan No. AV00003/D Sesuai
BAB 6 PRODUKSI No
Poin dalam CPOB 2012
UMUM 1 Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten 2 Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina, pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan, pengemasan dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat. 3 Seluruh bahan yang diterima hendaklah diperiksa untuk memastikan kesesuaiannya dengan pesanan. Wadah hendaklah dibersihkan dimana perlu dan diberi penandaan dengan data yang diperlukan.
PT Aventis Pharma
Keterangan
√
Produksi diawasi oleh foreman dan supervisor produksi
√
Bahan yang datang selalu diperiksa melalui Good Receipt Slipt. Diuraikan di dalam Prosedur Tetap Penerimaan Barang di Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
168
4
5
6
7
8
9
10 11
12
Kerusakan wadah dan masalah lain yang dapat berdampak merugikan terhadap mutu bahan hendaklah diselidiki, dicatat dan dilaporkan kepada Bagian Pengawasan Mutu Bahan yang diterima dan produk jadi hendaklah dikarantina secara fisik atau administratif segera setelah diterima atau diolah, sampai dinyatakan lulus untuk pemakaian atau distribusi. Produk antara dan produk ruahan yang diterima hendaklah ditangani seperti penerimaan bahan awal. Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan pada kondisi seperti yang ditetapkan pabrik pembuat dan disimpan secara teratur untuk memudahkan segregasi antar bets dan rotasi stok. Pemeriksaan hasil nyata dan rekonsiliasi jumlah hendaklah dilakukan sedemikian untuk memastikan tidak ada penyimpangan dari batas yang telah ditetapkan. Pengolahan produk yang berbeda tidak boleh dilakukan secara bersamaan atau bergantian dalam ruang kerja yang sama kecuali tidak ada risiko terjadi kecampurbauran ataupun kontaminasi silang. Produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap pencemaran mikroba Bila bekerja dengan bahan atau produk kering, hendaklah dilakukan tindakan khusus untuk mencegah debu timbul serta penyebarannya. Hal ini terutama dilakukan pada penanganan bahan yang sangat aktif atau menyebabkan sensitisasi. Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau mesin produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah diberi label atau penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan (bila ada) dan nomor bets. Bila perlu, penandaan ini
√
√
Gudang No. SO00011/AD . pembersihan wadah dilakukan dengan penandaan label ‘kotor untuk dibersihkan.” Sesuai
√
Barang yang diterima selalu diberi label karantina sampai dinyatakan lulus oleh bagian QC Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Terdapat keterangan mengenai tindakan khusus yang dilakukan untuk menangani produk kering seperti pemakaian APD
√
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
169
hendaklah juga menyebutkan tahapan proses produksi. 13 Label pada wadah, alat atau ruangan hendaklah jelas, tidak berarti ganda dan dengan format yang telah ditetapkan. Label yang berwarna sering kali sangat membantu untuk menunjukkan status (misal: karantina, diluluskan, ditolak, bersih dan lain-lain). 14 Pemeriksaan perlu dilakukan untuk memastikan pipa penyalur dan alat lain untuk transfer produk dari satu ke tempat lain telah terhubung dengan benar. 15 Penyimpangan terhadap instruksi atau prosedur sedapat mungkin dihindarkan. Bila terjadi penyimpangan maka hendaklah ada persetujuan tertulis dari kepala bagian Pemastian Mutu dan bila perlu melibatkan bagian Pengawasan Mutu. 16 Akses ke fasilitas produksi hendaklah dibatasi hanya untuk personil yang berwenang. 17 Pada umumnya pembuatan produk non obat hendaklah dihindarkan dibuat di area dan dengan peralatan untuk produk obat. BAHAN AWAL 18 Pembelian bahan awal adalah suatu aktifitas penting dan oleh karena itu hendaklah melibatkan staf yang mempunyai pengetahuan khusus dan menyeluruh perihal pemasok. 19 Pembelian bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan, dan bila memungkinkan, langsung dari produsen. Dianjurkan agar spesifikasi yang dibuat oleh pabrik pembuat untuk bahan awal dibicarakan dengan pemasok. Sangat menguntungkan bila semua aspek produksi dan pengawasan bahan awal tersebut, termasuk persyaratan penanganan, pemberian label dan pengemasan, juga prosedur penanganan keluhan dan penolakan, dibicarakan dengan pabrik pembuat dan pemasok. 20 Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa hendaklah dicatat. Catatan hendaklah berisi keterangan
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Diuraikan di dalam Prosedur Tetap Penanganan Penyimpanan No. AO000-02/N
√
Sesuai
-
PT. Aventis Pharma tidak memproduksi produk non obat
√
Pembelian bahan awal dilakukan oleh bagian Procurement
√
Audit pemasok dilakukan oleh Quality Assurance
√
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
170
21
22
23
24
25 26
27
28
mengenai pasokan, nomor bets/lot, tanggal penerimaan atau penyerahan, tanggal pelulusan dan tanggal daluwarsa bila ada. Sebelum diluluskan untuk digunakan, tiap bahan awal hendaklah memenuhi spesifikasi dan diberi label dengan nama yang dinyatakan dalam spesifikasi. Singkatan, kode ataupun nama yang tidak resmi hendaklah tidak dipakai. Tiap pengiriman atau bets bahan awal hendaklah diberi nomor rujukan yang akan menunjukkan identitas pengiriman atau bets selama penyimpanan dan pengolahan. Nomor tersebut hendaklah jelas tercantum pada label wadah untuk memungkinkan akses ke catatan lengkap tentang pengiriman atau bets yang akan diperiksa. Apabila dalam satu pengiriman terdapat lebih dari satu bets maka untuk tujuan pengambilan sampel, pengujian dan pelulusan, hendaklah dianggap sebagai bets yang terpisah. Pada tiap penerimaan hendaklah dilakukan pemeriksaan visual tentang kondisi umum, keutuhan wadah dan segelnya, ceceran dan kemungkinan adanya kerusakan bahan, dan tentang kesesuaian catatan pengiriman dengan label dari pemasok. Sampel diambil oleh personil dan dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Pengawasan Mutu. Wadah dari mana sampel bahan awal diambil hendaklah diberi identifikasi. Sampel bahan awal hendaklah diuji pemenuhannya terhadap spesifikasi. Dalam keadaan tertentu, pemenuhan sebagian atau keseluruhan terhadap spesifikasi dapat ditunjukkan dengan sertifikat analisis yang diperkuat dengan pemastian identitas yang dilakukan sendiri. Hendaklah diambil langkah yang menjamin bahwa semua wadah pada suatu pengiriman berisi bahan awal yang benar, dan melakukan pengamanan terhadap kemungkinan salah penandaan wadah oleh pemasok. Bahan awal yang diterima hendaklah dikarantina sampai disetujui dan diluluskan
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai. Pengambilan sampel dilakukan oleh bagian analis QC
√
Sesuai
√
Terdapat form Catatan Hasil Pemeriksaan (CHP) yang diisi oleh petugas bagian QC
√
Dilakukan audit pemasok secara berkala dan pengambilan sampel selalu dilakukan untuk mengecek kebenaran tiap barang yang datang Sesuai
√
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
171
29
30
31
32
33
34
untuk pemakaian oleh kepala bagian Pengawasan Mutu Bahan awal di area penyimpanan hendaklah diberi label yang tepat. Label hendaklah memuat keterangan paling sedikit sebagai berikut: nama bahan dan bila perlu nomor kode bahan ; nomor bets/kontrol yang diberikan pada saat penerimaan bahan; status bahan (misal: karantina, sedang diuji, diluluskan, ditolak); tanggal daluwarsa atau tanggal uji ulang bila perlu. Jika digunakan sistem penyimpanan terkomputerisasi yang divalidasi penuh, maka semua keterangan di atas tidak perlu ditampilkan dalam bentuk tulisan terbaca pada label Untuk menjamin identitas isi bahan awal dari tiap wadah hendaklah dibuat prosedur atau dilakukan tindakan yang tepat. Wadah bahan awal yang telah diambil sampelnya hendaklah diidentifikasi (Lihat Bab 7 Pengawasan Mutu, Butir 7.18 – 7.19). Label yang menunjukkan status bahan awal hendaklah ditempelkan hanya oleh personil yang ditunjuk oleh kepala bagian Pengawasan Mutu. Untuk mencegah kekeliruan, label tersebut hendaklah berbeda dengan label yang digunakan oleh pemasok (misal dengan mencantumkan nama atau logo perusahaan). Bila status bahan mengalami perubahan, maka label penunjuk status hendaklah juga diubah Persediaan bahan awal hendaklah diperiksa secara berkala untuk meyakinkan bahwa wadah tertutup rapat dan diberi label dengan benar, dan dalam kondisi yang baik. Hanya bahan awal yang sudah diluluskan oleh bagian Pengawasan Mutu dan masih dalam masa simpan yang boleh digunakan Bahan awal, terutama yang dapat rusak karena terpapar panas, hendaklah disimpan di dalam ruangan yang suhu udaranya
√
Sesuai
√
Jika status bahan awal berubah, label sebelumya masih tetap ditempel
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Area penyimpanan badan awal dibedakan menjadi dua yaitu ambient (3035ºC) dan 15-25ºC Sesuai
√
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
172
35
36
37
38
39
40
dikendalikan dengan ketat; bahan yang peka terhadap kelembaban dan/atau cahaya hendaklah disimpan di bawah kondisi yang dikendalikan dengan tepat. Penyerahan bahan awal hendaklah dilakukan hanya oleh personil yang berwenang sesuai dengan prosedur yang telah disetujui. Catatan persediaan bahan hendaklah disimpan dengan baik agar rekonsiliasi persediaan dapat dilakukan. Penimbangan bahan awal hendaklah dilakukan oleh personil yang berwenang sesuai prosedur tertulis untuk memastikan bahan yang benar yang ditimbang atau diukur dengan akurat ke dalam wadah yang bersih dan diberi label dengan benar. Setiap bahan yang ditimbang atau diukur hendaklah diperiksa secara independen dan hasil pemeriksaan dicatat. Bahan yang ditimbang atau diukur untuk setiap bets hendaklah dikumpulkan dan diberi label jelas. Alat timbang hendaklah diverifikasi tiap hari sebelum dipakai untuk membuktikan bahwa kapasitas, ketelitian dan ketepatannya memenuhi Semua bahan awal yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang mencolok, ditempatkan terpisah dan dimusnahkan atau dikembalikan kepada pemasoknya
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Terdapat area terpisah dan pelabelan khusus untuk bahan yang di reject
VALIDASI PROSES 41 Studi validasi hendaklah memperkuat √ pelaksanaan CPOB dan dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Hasil validasi dan kesimpulan hendaklah dicatat. 42 Apabila suatu formula pembuatan atau √ metode preparasi baru diadopsi, hendaklah diambil langkah untuk membuktikan prosedur tersebut cocok untuk pelaksanaan produksi rutin, dan bahwa proses yang telah ditetapkan dengan menggunakan bahan dan peralatan yang telah ditentukan, akan senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu. 43 Perubahan signifikan terhadap proses √
Diuraikan di dalam Prosedur Tetap Validasi Proses AV000-02/G
Sesuai
Sesuai Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
173
44
pembuatan termasuk perubahan peralatan atau bahan yang dapat memengaruhi mutu produk dan atau reprodusibilitas proses hendaklah divalidasi Hendaklah secara kritis dilakukan revalidasi secara periodik untuk memastikan bahwa proses dan prosedur tetap mampu mencapai hasil yang diinginkan.
√
PENCEGAHAN PENCEMARAN SILANG 45 Pencemaran bahan awal atau produk oleh √ bahan atau produk lain harus dihindarkan. Risiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat tidak terkendalinya debu, gas, uap, percikan atau organisme dari bahan atau produk yang sedang diproses, dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian kerja operator. Tingkat risiko pencemaran ini tergantung dari jenis pencemar dan produk yang tercemar. Di antara pencemar yang paling berbahaya adalah bahan yang dapat menimbulkan sensitisasi kuat, preparat biologis yang mengandung mikroba hidup, hormon tertentu, bahan sitotoksik, dan bahan lain berpotensi tinggi. Produk yang paling terpengaruh oleh pencemaran adalah sediaan parenteral, sediaan yang diberikan dalam dosis besar dan/atau sediaan yang diberikan dalam jangka waktu yang panjang. 46 Tiap tahap proses, produk dan bahan √ hendaklah dilindungi terhadap pencemaran mikroba dan pencemaran lain. 47 Pencemaran silang hendaklah dihindarkan √ dengan tindakan teknis atau pengaturan yang tepat, misal: produksi di dalam gedung terpisah (diperlukan untuk produk seperti penisilin, hormon seks, sitotoksik tertentu, vaksin hidup, dan sediaan yang mengandung bakteri hidup dan produk biologi lain serta produk darah); tersedia ruang penyangga udara dan penghisap udara; memperkecil risiko pencemaran yang disebabkan oleh udara yang disirkulasi ulang atau masuknya udara yang tidak
Diuraikan di dalam Prosedur Tetap Validasi Proses AV000-02/G
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
174
48
diolah atau udara yang diolah secara tidak memadai; memakai pakaian pelindung yang sesuai di area di mana produk yang berisiko tinggi terhadap pencemaran silang diproses; melaksanakan prosedur pembersihan dan dekontaminasi yang terbukti efektif, karena pembersihan alat yang tidak efektif umumnya merupakan sumber pencemaran silang; menggunakan sistem self-contained; pengujian residu dan menggunakan label status kebersihan pada alat. Tindakan pencegahan terhadap pencemaran silang dan efektifitasnya hendaklah diperiksa secara berkala sesuai prosedur yang ditetapkan.
SISTEM PENOMORAN BETS/LOT 49 Hendaklah tersedia sistem yang menjelaskan secara rinci penomoran bets/lot dengan tujuan untuk memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara, produk ruahan atau produk jadi dapat diidentifikasi. 50 Sistem penomoran bets/lot yang digunakan pada tahap pengolahan dan tahap pengemasan hendaklah saling berkaitan. 51
Sistem penomoran bets/lot hendaklah menjamin bahwa nomor bets/lot yang sama tidak dipakai secara berulang.
√
Sesuai
√
Diuraikan didalam Prosedur Tetap Sistem Penomoran Bets/lot No. AO000-06/K
√
Diuraikan didalam Prosedur Tetap Sistem Penomoran Bets/lot No. AO000-06/K Diuraikan didalam Prosedur Tetap Sistem Penomoran Bets/lot No. AO000-06/K Sesuai
√
Alokasi nomor bets/lot hendaklah segera √ dicatat dalam suatu buku log. Catatan tersebut hendaklah mencakup tanggal pemberian nomor, identitas produk dan ukuran bets/lot yang bersangkutan. PENIMBANGAN DAN PENYERAHAN 53 Penimbangan atau penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus produksi dan memerlukan dokumentasi serta rekonsiliasi yang lengkap. Pengendalian terhadap pengeluaran bahan dan produk tersebut untuk produksi, dari gudang, area 52
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
175
54
55
56
57
58
59
60
61
penyerahan, atau antar bagian produksi, adalah sangat penting. Cara penanganan, penimbangan, penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas, produk antara, dan produk ruahan hendaklah Semua pengeluaran bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan termasuk bahan tambahan yang telah diserahkan sebelumnya ke produksi, hendaklah didokumentasikan dengan benar. Hanya bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang telah diluluskan oleh Pengawasan Mutu dan masih belum daluwarsa yang boleh diserahkan. Untuk menghindarkan terjadinya kecampurbauran, pencemaran silang, hilangnya identitas dan keraguan, maka hanya bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang terkait dari satu bets saja yang boleh ditempatkan dalam area penyerahan. Setelah penimbangan, penyerahan dan penandaan, bahan awal, produk antara dan produk ruahan hendaklah diangkut dan disimpan dengan cara yang benar sehingga keutuhannya tetap terjaga sampai saat pengolahan berikutnya. Sebelum penimbangan dan penyerahan, tiap wadah bahan awal hendaklah diperiksa kebenaran penandaan, termasuk label pelulusan dari Bagian Pengawasan Mutu. Kapasitas, ketelitian dan ketepatan alat timbang dan alat ukur yang dipakai hendaklah sesuai dengan jumlah bahan yang ditimbang atau ditakar. Untuk tiap penimbangan atau pengukuran hendaklah dilakukan pembuktian kebenaran identitas dan jumlah bahan yang ditimbang atau diukur oleh dua orang personil yang independen, dan pembuktian tersebut dicatat. Ruang timbang dan penyerahan hendaklah dijaga kebersihannya. Bahan awal steril yang akan dipakai untuk produk steril
√
√
Diuraikan di dalam Prosedur Tetap Cara Menimbang No. PO00007/P Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Terdapat check list, penimbangan untuk masing-masing bahan yang akan diproduksi PT.Aventis Pharma tidak memproduksi produk steril
-
√
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
176
hendaklah ditimbang dan diserahkan di area steril 62 Kegiatan penimbangan dan penyerahan √ Sesuai hendaklah dilakukan dengan memakai peralatan yang sesuai dan bersih. 63 Bahan awal, produk antara dan produk √ Sesuai ruahan yang diserahkan hendaklah diperiksa ulang kebenarannya dan ditandatangani oleh supervisor produksi sebelum dikirim ke area produksi 64 Sesudah ditimbang atau dihitung, bahan √ Sesuai untuk tiap bets hendaklah disimpan dalam satu kelompok dan diberi penandaan yang jelas. PENGEMBALIAN 65 Semua bahan awal, bahan pengemas, √ Diuraikan di dalam produk antara dan produk ruahan yang Prosedur Tetap dikembalikan ke gudang penyimpanan Penanganan Sisa Bahan hendaklah didokumentasikan dengan benar dari Produksi PO000-04/E dan direkonsiliasi. 66 Bahan awal, bahan pengemas, produk √ Sesuai antara dan produk ruahan hendaklah tidak dikembalikan ke gudang penyimpanan kecuali memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. OPERASI PENGOLAHAN–PRODUK ANTARA DAN PRODUK RUAHAN 67 Semua bahan yang dipakai di dalam √ Sesuai pengolahan hendaklah diperiksa sebelum dipakai. 68 Kegiatan pembuatan produk yang berbeda √ Di dalam satu ruang hanya tidak boleh dilakukan bersamaan atau berjalan proses pengolahan berurutan di dalam ruang yang sama untuk satu produk dengan kecuali tidak ada risiko terjadinya mencantumkan label pada kecampurbauran atau pencemaran silang pintu 69 Kondisi lingkungan di area pengolahan √ Kondisi lingkungan (suhu hendaklah dipantau dan dikendalikan agar dan kelembaban) di area selalu berada pada tingkat yang pengolahan dipantau dan dipersyaratkan untuk kegiatan pengolahan. dikenalikan oleh Technical Sebelum kegiatan pengolahan dimulai Support Departement hendaklah diambil langkah untuk memastikan area pengolahan dan peralatan bersih dan bebas dari bahan awal, produk atau dokumen yang tidak diperlukan untuk kegiatan pengolahan yang akan dilakukan. 70 Semua peralatan yang dipakai dalam √ Peralatan yang dipakai pengolahan hendaklah diperiksa sebelum hanya peralatan berlabel digunakan. Peralatan hendaklah dinyatakan “BERSIH” bersih secara tertulis sebelum digunakan Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
177
71
72
73
74 75
76 77
78
79
80
Semua kegiatan pengolahan hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur yang tertulis. Tiap penyimpangan hendaklah dipertanggungjawabkan dan dilaporkan. Wadah dan tutup yang dipakai untuk bahan yang akan diolah, produk antara dan produk ruahan hendaklah bersih dan dibuat dari bahan yang tepat sifat dan jenisnya untuk melindungi produk atau bahan terhadap pencemaran atau kerusakan. Semua wadah dan peralatan yang berisi produk antara hendaklah diberi label dengan benar yang menunjukkan tahap pengolahan. Sebelum label ditempelkan, semua penandaan terdahulu hendaklah dihilangkan. Semua produk antara dan ruahan hendaklah diberi label. Semua pengawasan selama-proses yang dipersyaratkan hendaklah dicatat dengan akurat pada saat pelaksanaannya Hasil nyata tiap tahap pengolahan bets hendaklah dicatat dan diperiksa Penyimpangan yang signifikan dari hasil standar hendaklah dicatat dan diinvestigasi. Dalam semua tahap pengolahan perhatian utama hendaklah diberikan kepada masalah pencemaran silang. Batas waktu dan kondisi penyimpanan produk dalam-proses hendaklah ditetapkan. Untuk sistem komputerisasi yang kritis hendaklah disiapkan sistem pengganti manakala terjadi kegagalan.
BAHAN DAN PRODUK KERING 81 Untuk mengatasi masalah pengendalian debu dan pencemaran-silang yang terjadi pada saat penanganan bahan dan produk kering, perhatian khusus hendaklah diberikan pada desain, pemeliharaan serta penggunaan sarana dan peralatan. Apabila layak hendaklah dipakai sistem pembuatan tertutup atau metode lain yang sesuai. 82 Sistem penghisap udara yang efektif hendaklah dipasang dengan letak lubang pembuangan sedemikian rupa untuk
√
Prosedur di PT. Aventis Pharma berupa Prosedur Pengolahan Induk (PPI)
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
√
Di catat di Prosedur Pengolahan Induk Dimuat di dalam laporan Failure Investigation Report (FIR) Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
178
83
84
menghindarkan pencemaran dari produk atau proses lain. Sistem penyaringan udara yang efektif atau sistem lain yang sesuai hendaklah dipasang untuk menyaring debu. Pemakaian alat penghisap debu pada pembuatan tablet dan kapsul sangat dianjurkan. Perhatian khusus hendaklah diberikan untuk melindungi produk terhadap pencemaran serpihan logam atau gelas. Pemakaian peralatan gelas sedapat mungkin dihindarkan. Ayakan, punch dan die hendaklah diperiksa terhadap keausan atau kerusakan sebelum dan setelah pemakaian. Hendaklah dijaga agar tablet atau kapsul tidak ada yang terselip atau tertinggal tanpa terdeteksi di mesin, alat penghitung atau wadah produk ruahan.
Pencampuran dan Granulasi 85 Mesin pencampur, pengayak dan pengaduk hendaklah dilengkapi dengan sistem pengendali debu, kecuali digunakan sistem tertutup. 86 Parameter operasional yang kritis (misal: waktu, kecepatan dan suhu) untuk tiap proses pencampuran, pengadukan dan pengeringan hendaklah tercantum dalam dokumen produksi induk, dan dipantau selama proses berlangsung serta dicatat dalam catatan bets. 87 Kantong filter yang dipasang pada mesin pengering fluid bed tidak boleh dipakai untuk produk yang berbeda tanpa pencucian lebih dahulu. Untuk produk yang berisiko tinggi atau yang dapat menimbulkan sensitisasi hendaklah digunakan kantong filter khusus bagi masing-masing produk. Udara yang masuk ke dalam alat pengering ini hendaklah disaring. Hendaklah dilakukan tindakan pengamanan untuk mencegah pencemaran silang oleh debu yang keluar dari alat pengering tersebut. 88 Pembuatan dan penggunaan larutan atau suspensi hendaklah dilaksanakan sedemikian rupa sehingga risiko
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
179
pencemaran atau pertumbuhan mikroba dapat diperkecil. Pencetakan Tablet 89 Mesin pencetak tablet hendaklah dilengkapi dengan fasilitas pengendali debu yang efektif dan ditempatkan sedemikian rupa untuk menghindarkan kecampurbauran antar produk. Tiap mesin hendaklah ditempatkan dalam ruangan terpisah. Kecuali mesin tersebut digunakan untuk produk yang sama atau dilengkapi sistem pengendali udara yang tertutup maka dapat ditempatkan dalam ruangan tanpa pemisah. 90 Untuk mencegah kecampurbauran perlu dilakukan pengendalian yang memadai baik secara fisik, prosedural maupun penandaan. 91 Hendaklah selalu tersedia alat timbang yang akurat dan telah dikalibrasi untuk pemantauan bobot tablet selama-proses. 92 Tablet yang diambil dari ruang pencetak tablet untuk keperluan pengujian atau keperluan lain tidak boleh dikembalikan lagi ke dalam bets yang bersangkutan. 93 Tablet yang ditolak atau yang disingkirkan hendaklah ditempatkan dalam wadah yang ditandai dengan jelas mengenai status dan jumlahnya dicatat pada Catatan Pengolahan Bets. 94 Tiap kali sebelum dipakai, punch dan die hendaklah diperiksa keausan dan kesesuaiannya terhadap spesifikasi. Catatan pemakaian hendaklah disimpan. Penyalutan 95 Udara yang dialirkan ke dalam panci penyalut untuk pengeringan hendaklah disaring dan mempunyai mutu yang tepat. 96 Larutan penyalut hendaklah dibuat dan digunakan dengan cara sedemikian rupa untuk mengurangi risiko pertumbuhan mikroba. Pembuatan dan pemakaian larutan penyalut hendaklah didokumentasikan.
√
Terdapat dust collector
√
Sesuai
√
Terdapat alat timbang di ruang IPC produksi
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
Pengisian Kapsul Keras Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
180
97
98
Cangkang kapsul hendaklah diperlakukan sebagai bahan awal. Cangkang kapsul hendaklah disimpan dalam kondisi yang dapat mencegah kekeringan dan kerapuhan atau efek lain yang disebabkan oleh kelembaban. Persyaratan-persyaratan yang tertulis pada Butir 6.89 – 6.93 pada Pencetakan Tablet juga berlaku untuk pengisian kapsul keras.
Penandaan Tablet Salut dan Kapsul 99 Hendaklah diberikan perhatian khusus untuk menghindarkan kecampurbauran selama proses penandaan tablet salut dan kapsul. Bilamana dilakukan penandaan pada produk atau bets yang berbeda dalam saat yang bersamaan hendaklah dilakukan pemisahan yang memadai. 100 Tinta yang digunakan untuk penandaan hendaklah yang memenuhi persyaratan untuk bahan makanan. 101 Hendaklah diberikan perhatian khusus untuk menghindarkan kecampurbauran selama proses pemeriksaan, penyortiran dan pemolesan kapsul dan tablet salut. PRODUK CAIR, KRIM DAN SALEP (nonsteril) 102 Produk cair, krim dan salep mudah √ terkena kontaminasi terutama terhadap mikroba atau cemaran lain selama proses pembuatan. Oleh karena itu, tindakan khusus harus diambil untuk mencegah kontaminasi. 103 Penggunaan sistem tertutup untuk produksi dan transfer sangat dianjurkan; area produksi di mana produk atau wadah bersih tanpa tutup terpapar ke lingkungan hendaklah diberi ventilasi yang efektif dengan udara yang disaring. 104 Untuk melindungi produk terhadap kontaminasi disarankan memakai sistem tertutup untuk pengolahan dan transfer. 105
Tangki, wadah, pipa dan pompa yang digunakan hendaklah didesain dan dipasang sedemikian rupa sehingga memudahkan pembersihan dan bila perlu
-
PT.Aventis Pharma tidak memproduksi produk kapsul
-
PT.Aventis Pharma tidak memproduksi produk kapsul
-
PT.Aventis Pharma tidak memproduksi produk kapsul
-
PT.Aventis Pharma tidak memproduksi produk kapsul
Sesuai
-
PT.Aventis Pharma tidak menggunakan sistem tertutup untuk produksi dan transfer
-
PT.Aventis Pharma tidak menggunakan sistem tertutup untuk produksi dan transfer Sesuai
√
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
181
106
107
108
109
110
111
112
disanitasi. Dalam mendesain peralatan hendaklah diperhatikan agar sesedikit mungkin adanya sambungan mati (deadlegs) atau ceruk di mana residu dapat terkumpul dan menyebabkan perkembangbiakan mikroba. Penggunaan peralatan dari kaca sedapat mungkin dihindarkan. Baja tahan karat bermutu tinggi merupakan bahan pilihan untuk bagian peralatan yang bersentuhan dengan produk Kualitas kimia dan mikrobiologi air yang digunakan hendaklah ditetapkan dan selalu dipantau. Perawatan sistem air hendaklah diperhatikan untuk menghindarkan perkembangbiakan mikroba. Sanitasi secara kimiawi pada sistem air hendaklah diikuti pembilasan yang prosedurnya telah divalidasi agar sisa bahan sanitasi dapat dihilangkan secara efektif. Mutu bahan yang diterima dalam tangki dari pemasok hendaklah diperiksa sebelum dipindahkan ke dalam tangki penyimpanan. Perhatian hendaklah diberikan pada transfer bahan melalui pipa untuk memastikan bahan tersebut ditransfer ke tujuan yang benar. Bahan yang mungkin melepaskan serat atau cemaran lain seperti kardus atau palet kayu hendaklah tidak dimasukkan ke dalam area di mana produk atau wadah bersih terpapar ke lingkungan. Apabila jaringan pipa digunakan untuk mengalirkan bahan awal atau produk ruahan, hendaklah diperhatikan agar sistem tersebut mudah dibersihkan. Jaringan pipa hendaklah didesain dan dipasang sedemikian rupa sehingga mudah dibongkar dan dibersihkan. Ketelitian sistem pengukur hendaklah diverifikasi. Tongkat pengukur hanya boleh digunakan untuk bejana tertentu dan telah dikalibrasi untuk bejana yang bersangkutan. Tongkat pengukur hendaklah terbuat dari bahan yang tidak bereaksi dan tidak menyerap (misal:
√
Pemantauan dilakukan oleh Quality Control Perawatan sistem tertutup untuk produksi dan transfer Sesuai
√
√
Pemeriksaan mutu bahan dilakukan oleh bagian Quality Control Sesuai
√ √
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
182
113
114
bukan kayu). Perhatian hendaklah diberikan untuk mempertahankan homogenitas campuran, suspensi dan produk lain selama pengisian. Proses pencampuran dan pengisian hendaklah divalidasi. Perhatian khusus hendaklah diberikan pada awal pengisian, sesudah penghentian dan pada akhir proses pengisian untuk memastikan produk selalu dalam keadaan homogen. Apabila produk ruahan tidak langsung dikemas hendaklah dibuat ketetapan mengenai waktu paling lama produk ruahan boleh disimpan serta kondisi penyimpanannya dan ketetapan ini hendaklah dipatuhi.
BAHAN PENGEMAS 115 Pengadaan, penanganan dan pengawasan bahan pengemas primer dan bahan pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang sama seperti terhadap bahan awal. 116
117
118
119
Perhatian khusus hendaklah diberikan kepada bahan cetak. Bahan cetak tersebut hendaklah disimpan dengan kondisi keamanan yang memadai dan orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk. Label lepas dan bahan cetak lepas lain hendaklah disimpan dan diangkut dalam wadah tertutup untuk menghindarkan kecampurbauran. Bahan pengemas hendaklah diserahkan kepada personil yang berwenang sesuai prosedur tertulis yang disetujui. Tiap penerimaan atau tiap bets bahan pengemas primer hendaklah diberi nomor yang spesifik atau penandaan yang menunjukkan identitasnya. Bahan pengemas primer, bahan pengemas cetak atau bahan cetak lain yang tidak berlaku lagi atau obsolet hendaklah dimusnahkan dan pemusnahannya dicatat Untuk menghindarkan kecampurbauran, hanya satu jenis bahan pengemas cetak atau bahan cetak tertentu saja yang
√
Diuraikan di dalam Prosedur Tetap Penanganan Bahan di Ruang Transit Bahan Baku & Bahan Setengah Jadi PO301-00/I
√
Diuraikan didalam Prosedur Tetap Penyediaan dan Penanganan film untuk Bahan Pengemas Tercetak AG000-04/I √
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
183
diperbolehkan diletakkan di tempat kodifikasi pada saat yang sama. Hendaklah ada sekat pemisah yang memadai antar tempat kodifikasi tersebut. KEGIATAN PENGEMASAN 120 Pada umumnya, proses pengisian dan penutupan hendaklah segera disertai dengan pemberian label. Bila tidak, hendaklah diterapkan prosedur yang tepat untuk memastikan agar tidak terjadi kecampurbauran atau salah pemberian label. 121 Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan menjadi produk jadi. Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas. 122 Bila menyiapkan program untuk kegiatan pengemasan, hendaklah diberikan perhatian khusus untuk meminimalkan risiko kontaminasi silang, kecampurbauran atau kekeliruan. Produk yang berbeda tidak boleh dikemas berdekatan kecuali ada segregasi fisik.
123
Hendaklah ada prosedur tertulis yang menguraikan penerimaan dan identifikasi produk ruahan dan bahan pengemas, pengawasan untuk menjamin bahwa produk ruahan dan bahan pengemas cetak dan bukan cetak serta bahan cetak lain yang akan dipakai adalah benar, pengawasan selama-proses pengemasan rekonsiliasi terhadap produk ruahan, bahan pengemas cetak dan bahan cetak lain, serta pemeriksaan hasil akhir pengemasan. Semua kegiatan pengemasan hendaklah dilaksanakan sesuai dengan instruksi yang diberikan dan menggunakan bahan pengemas yang tercantum dalam Prosedur Pengemasan Induk. Rincian pelaksanaan pengemasan hendaklah dicatat dalam Catatan Pengemasan Bets.
√
Diuraikan di Prosedur Tetap Penandaan dan / atau Penyegelan Wadah PO000-02/K
√
Sesuai
√
Terdapat empat orang pengemasan primer yang masing-masing hanya berisi satu jalur penemasan. Diuraikan di Prosedur Tetap Pengemasan, Persiapan Jalur Pengemasan
√
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
184
124
125
Sebelum kegiatan pengemasan dimulai, hendaklah dilakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa area kerja dan peralatan telah bersih serta bebas dari produk lain, sisa produk lain atau dokumen lain yang tidak diperlukan untuk kegiatan pengemasan yang bersangkutan. Kesiapan jalur pengemasan hendaklah dilaksanakan sesuai daftar periksa yang tepat. Semua penerimaan produk ruahan, bahan pengemas dan bahan cetak lain hendaklah diperiksa dan diverifikasi kebenarannya terhadap Prosedur Pengemasan Induk atau perintah pengemasan khusus.
Prakodifikasi Bahan Pengemas 126 Label, karton dan bahan pengemas dan bahan cetak lain yang memerlukan prakodifikasi dengan nomor bets/lot, tanggal daluwarsa dan informasi lain sesuai dengan perintah pengemasan hendaklah diawasi dengan ketat pada tiap tahap proses, sejak diterima dari gudang sampai menjadi bagian dari produk atau dimusnahkan. 127 Bahan pengemas dan bahan cetak lain yang sudah dialokasikan untuk prakodifikasi hendaklah disimpan di dalam wadah yang tertutup rapat dan ditempatkan di area terpisah serta terjamin keamanannya. 128 Proses prakodifikasi bahan pengemas dan bahan cetak lain hendaklah dilakukan di area yang terpisah dari kegiatan pengemasan lain. Khusus untuk proses prakodifikasi secara manual hendaklah diperhatikan untuk melakukan pemeriksaan kembali dengan interval yang teratur. 129 Seluruh bahan pengemas dan bahan cetak lain yang telah diberi prakodifikasi hendaklah diperiksa sebelum ditransfer ke area pengemasan. Kesiapan Jalur 130 Segera sebelum menempatkan bahan pengemas dan bahan cetak lain pada jalur
√
Dilakukan pemeriksaan peralatan dan area kerja sebelum kegiatan pengemasan dimulai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Diuraikan di Prosedur Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
185
131
132
133
134
135
pengemasan, personil penanggung jawab yang ditunjuk dari bagian pengemasan hendaklah melakukan pemeriksaan kesiapan jalur sesuai dengan prosedur tertulis yang disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), untuk: a) memastikan bahwa semua bahan dan produk yang sudah dikemas dari kegiatan pengemasan sebelumnya telah benar disingkirkan dari jalur pengemasan dan area sekitarnya; b) memeriksa kebersihan jalur dan area sekitarnya: dan c) memastikan kebersihan peralatan yang akan dipakai. Risiko kesalahan terjadi dalam pengemasan dapat diperkecil dengan cara sebagai berikut: a) menggunakan label dalam gulungan; b) pemberian penandaan bets pada jalur pemasangan label; c) dengan menggunaan alat pemindai dan penghitung label elektronis; d) label dan bahan cetak lain didesain sedemikian rupa sehingga masing-masing mempunyai tanda khusus untuk tiap produk yang berbeda; dan e) di samping pemeriksaan secara visual selama pengemasan berlangsung, hendaklah dilakukan pula pemeriksaan secara independen oleh bagian Pengawasan Mutu selama dan pada akhir proses pengemasan. Perhatian khusus hendaklah diberikan bila memakai label-potong dan ketika proses prakodifikasi dilakukan di luar jalur pengemasan. Produk yang penampilannya mirip hendaklah tidak dikemas pada jalur yang berdampingan kecuali ada pemisahan secara fisik. Pada tiap jalur pengemasan nama dan nomor bets produk yang sedang dikemas hendaklah dapat terlihat dengan jelas. Wadah yang dipakai untuk menyimpan produk ruahan, produk yang baru sebagian dikemas, atau subbets
Tetap Persiapan Jalur Pengemasan PO000-14/F
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
186
136
137
138
139
140
141
hendaklah diberi label atau penandaan yang menunjukkan identitas, jumlah, nomor bets dan status produk tersebut. Wadah yang akan diisi hendaklah diserahkan ke jalur atau tempat pengemasan dalam keadaan bersih. Perhatian hendaklah diberikan untuk menghindarkan dan menghilangkan cemaran seperti pecahan kaca dan partikel logam. Semua personil bagian pengemasan hendaklah memperoleh pelatihan agar memahami persyaratan pengawasan selama-proses dan melaporkan tiap penyimpangan yang ditemukan pada saat mereka menjalankan tanggung jawab spesifik tersebut. Area pengemasan hendaklah dibersihkan secara teratur dan sering selama jam kerja dan tiap ada tumpahan bahan. Personil kebersihan hendaklah diberi pelatihan untuk tidak melakukan praktik yang dapat menyebabkan kecampurbauran atau pencemaran silang. Bila ditemukan bahan pengemas cetak pada saat pembersihan hendaklah diberikan kepada supervisor, yang selanjutnya ditempatkan di dalam wadah yang disediakan untuk keperluan rekonsiliasi dan kemudian dimusnahkan pada akhir proses pengemasan. Kemasan akhir dan kemasan setengah jadi yang ditemukan di luar jalur pengemasan hendaklah diserahkan kepada supervisor dan tidak boleh langsung dikembalikan ke jalur pengemasan. Bila produk tersebut setelah diperiksa oleh supervisor ternyata identitasnya sama dengan bets yang sedang dikemas dan keadaannya baik, maka supervisor dapat mengembalikannya ke jalur pengemasan yang sedang berjalan. Kalau tidak, maka bahan tersebut hendaklah dimusnahkan dan jumlahnya dicatat. Produk yang telah diisikan ke dalam wadah akhir tetapi belum diberi label hendaklah dipisahkan dan diberi
√
Sesuai
Dilakukan di Prosedur Tetap Pelatihan Personil AL000-01/K. Personil juga diberi pelatihan tambahan sesuai dengan job desk personil tersebut √
Diuraikan di Prosedur Tetap Validasi Pembersihan untuk Ruanan AV000-03/C
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Diuraikan di Prosedur Tetap Validasi Penandaan Dan/ atau Penyegelan Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
187
142
143
144
145
146
147
148
penandaan untuk menghindarkan kecampurbauran. Bagian peralatan pengemas yang √ biasanya tidak bersentuhan dengan produk ruahan tapi dapat menjadi tempat penumpukan debu, serpihan, bahan pengemas ataupun produk yang kemudian dapat jatuh ke dalam produk atau mencemari atau dapat menjadi penyebab kecampurbauran produk yang sedang dikemas, hendaklah dibersihkan dengan cermat. Hendaklah diambil tindakan untuk mengendalikan penyebaran debu selama proses pengemasan khususnya produk kering. Area pengemasan yang terpisah diperlukan untuk produk tertentu misalnya obat yang berdosis rendah dan berpotensi tinggi atau produk toksik dan bahan yang dapat menimbulkan sensitisasi. Udara bertekanan tidak boleh digunakan untuk membersihkan peralatan di area kegiatan pengemasan di mana pencemaran-silang dapat terjadi. Pemakaian sikat hendaklah dibatasi karena dapat menimbulkan bahaya pencemaran dari bulu sikat dan/atau partikel yang menempel pada sikat Personil hendaklah diingatkan untuk tidak menaruh bahan pengemas atau produk di dalam saku mereka. Bahan tersebut hendaklah dibawa dengan tangan atau di dalam wadah yang tertutup dan diberi tanda yang jelas. Bahan yang diperlukan dalam proses pengemasan seperti pelumas, perekat, tinta, cairan pembersih, dan sebagainya, hendaklah disimpan di dalam wadah yang jelas tampak berbeda dengan wadah yang dipakai untuk pengemasan produk dan hendaklah diberi penandaan yang jelas dan mencolok sesuai dengan isinya. Alat pemindai kode elektronik, alat penghitung dan peralatan lain yang serupa, hendaklah diperiksa untuk memastikan alat-alat tersebut bekerja dengan benar. Informasi tercetak dan dalam bentuk
Wadah PO000-02/K Diuraikan di Prosedur Tetap Validasi Pembersihan untuk Peralatan AV000-01/E dan Prosedur Tetap Pembersihan sesuai dengan alat yang digunakan
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
188
huruf timbul pada bahan pengemas hendaklah terlihat jelas, tidak memudar dan tidak mudah terhapus. Pengawasan pada jalur pengemasan selama proses pengemasan hendaklah meliputi paling sedikit hal-hal sebagai berikut: a) tampilan kemasan secara umum; b) apakah kemasan sudah lengkap; c) apakah produk dan bahan pengemas yang dipakai sudah benar; d) apakah prakodifikasi sudah benar; e) apakah monitor pada jalur sudah berfungsi dengan benar.
150
151
152
Sampel yang sudah diambil dari jalur pengemasan hendaklah tidak dikembalikan. Produk yang telah mengalami kejadian tak normal hendaklah khusus diperiksa, diinvestigasi dan disetujui terlebih dahulu oleh personil yang diberi wewenang sebelum dimasukkan ke dalam proses pengemasan. Hendaklah dibuat cacatan detil dari aktifitas tersebut. Bila selama rekonsiliasi ditemukan perbedaan yang signifikan atau tidak normal antara jumlah produk ruahan dan bahan pengemas cetak dibandingkan terhadap jumlah unit yang diproduksi, maka sebelum diluluskan hendaklah dilakukan investigasi dan pertanggungjawaban secara memuaskan terlebih dahulu. Setelah proses pengemasan selesai, bahan pengemas yang tidak terpakai tetapi telah diberi prakodifikasi hendaklah dimusnahkan dan pemusnahan tersebut dicatat. Bila bahan cetakan belum diberi prakodifikasi akan dikembalikan ke persediaan gudang, hendaklah mengikuti prosedur terdokumentasi.
Penyelesaian Kegiatan Pengemasan 153 Pada penyelesaian kegiatan pengemasan, hendaklah kemasan terakhir diperiksa dengan cermat untuk memastikan bahwa kemasan produk tersebut sepenuhnya
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
189
154
155
156
157
158
159
sesuai dengan Prosedur Pengemasan Induk. Hanya produk yang berasal dari satu bets dari satu kegiatan pengemasan saja yang boleh ditempatkan pada satu palet. Bila ada karton yang tidak penuh maka jumlah kemasan hendaklah dituliskan pada karton tersebut. Setelah proses rekonsiliasi pengemasan, kelebihan bahan pengemas dan produk ruahan yang akan disingkirkan hendaklah diawasi dengan ketat agar hanya bahan dan produk yang dinyatakan memenuhi syarat saja yang dapat dikembalikan ke gudang untuk dimanfaatkan lagi. Bahan dan produk tersebut hendaklah diberi penandaan yang jelas. Supervisor hendaklah mengawasi penghitungan dan pemusnahan bahan pengemas dan produk ruahan yang tidak dapat lagi dikembalikan ke gudang. Semua sisa bahan pengemas yang sudah diberi penandaan tapi tidak terpakai hendaklah dihitung dan dimusnahkan. Jumlah yang dimusnahkan hendaklah dicatat pada Catatan Pengemasan Bets. Supervisor hendaklah menghitung dan mencatat jumlah pemakaian neto semua bahan pengemas dan produk ruahan. Tiap penyimpangan hasil yang tidak dapat dijelaskan atau tiap kegagalan untuk memenuhi spesifikasi hendaklah diselidiki secara teliti dengan mempertimbangkan bets atau produk lain yang mungkin juga terpengaruh. Setelah rekonsiliasi disetujui, produk jadi hendaklah ditempatkan di area karantina produk jadi sambil menunggu pelulusan dari kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
PENGAWASAN SELAMA-PROSES 160 Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan selama proses dari tiap bets
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Diuraikan di Prosedur Tetap Penangana Kasus Penyimpangan Batas Hasil PO000-06C
√
Sesuai
√
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
190
161
162
163
164
165
produk hendaklah dilaksanakan sesuai dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin menjadi penyebab variasi karakteristik produk dalam-proses. Prosedur tertulis untuk pengawasan selama-proses hendaklah dipatuhi. Prosedur tersebut hendaklah menjelaskan titik pengambilan sampel, frekuensi pengambilan sampel, jumlah sampel yang diambil, spesifikasi yang harus diperiksa dan batas penerimaan untuk tiap spesifikasi. Di samping itu, pengawasan selamaproses hendaklah mencakup, tapi tidak terbatas pada prosedur umum sebagai berikut: a) semua parameter produk, volume atau jumlah isi produk hendaklah diperiksa pada saat awal dan selama proses pengolahan atau pengemasan; dan b) kemasan akhir hendaklah diperiksa selama proses pengemasan dengan selang waktu yang teratur untuk memastikan kesesuaiannya dengan spesifikasi dan memastikan semua komponen sesuai dengan yang ditetapkan dalam Prosedur Pengemasan Induk. Selama proses pengolahan dan pengemasan bets hendaklah diambil sampel pada awal, tengah dan akhir proses oleh personil yang ditunjuk. Hasil pengujian/inspeksi selama-proses hendaklah dicatat, dan dokumen tersebut hendaklah menjadi bagian dari Catatan Bets. Spesifikasi pengawasan selama-proses hendaklah konsisten dengan spesifikasi produk. Spesifikasi tersebut hendaklah berasal dari hasil rata-rata proses sebelumnya yang diterima dan bila mungkin dari hasil estimasi variasi proses dan ditentukan dengan menggunakan
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Diuraikan di Prosedur Tetap Pengawasan Dalam Proses Produksi AO00019/W Terdapat Batch Record Review pada tiap bets produk jadi yang diproduksi
√
√
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
191
metode statistis yang cocok bila ada.
BAHAN DAN PRODUK YANG DITOLAK, DIPULIHKAN DAN DIKEMBALIKAN 166 Bahan dan produk yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang jelas √ Sesuai dan disimpan terpisah di “area terlarang” (restricted area). Bahan atau produk tersebut hendaklah dikembalikan kepada pemasoknya atau, bila dianggap perlu, diolah ulang atau dimusnahkan. Langkah apa pun yang diambil hendaklah lebih dulu disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan dicatat. 167 Pengolahan ulang produk yang ditolak hendaklah merupakan suatu kekecualian. √ Diuraikan di Prosedur Hal ini hanya diperbolehkan jika mutu Tetap Pengerjaan Ulang produk akhirnya tidak terpengaruh, bila AO000-26/B spesifikasinya dipenuhi dan prosesnya dikerjakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan disetujui setelah dilakukan evaluasi terhadap risiko yang mungkin timbul. Catatan pengolahan ulang hendaklah disimpan. 168 Pemulihan semua atau sebagian dari bets sebelumnya, yang memenuhi persyaratan √ Diuraikan di Prosedur mutu, dengan cara penggabungan ke Tetap Pengerjaan Ulang dalam bets lain dari produk yang sama AO000-26/B pada suatu tahap pembuatan obat, hendaklah diotorisasi sebelumnya. Pemulihan ini hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan setelah dilakukan evaluasi terhadap risiko yang mungkin terjadi, termasuk kemungkinan pengaruh terhadap masa edar produk. Pemulihan ini hendaklah dicatat. 169 Kebutuhan pengujian tambahan hendaklah dipertimbangkan oleh kepala √ Diuraikan di Prosedur Pengawasan Mutu terhadap produk hasil Tetap Pengerjaan Ulang pengolahan ulang atau bets yang AO000-26/B mendapat penambahan dari produk pulihan. 170 Bets yang mengandung produk pulihan hanya boleh diluluskan setelah semua √ Diuraikan di Prosedur bets asal produk pulihan yang Tetap Pengerjaan Ulang bersangkutan telah dinilai dan dinyatakan AO000-26/B Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
192
memenuhi spesifikasi yang ditetapkan
Produk Kembalian 171 Produk yang dikembalikan dari peredaran dan telah lepas dari pengawasan industri pembuat hendaklah dimusnahkan. Produk tersebut dapat dijual lagi, diberi label kembali atau dipulihkan ke bets berikut hanya bila tanpa keraguan mutunya masih memuaskan setelah dilakukan evaluasi secara kritis oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) sesuai prosedur tertulis. Evaluasi tersebut meliputi pertimbangan sifat produk, kondisi penyimpanan khusus yang diperlukan, kondisi dan riwayat produk serta lama produk dalam peredaran. Bilamana ada keraguan terhadap mutu, produk tidak boleh dipertimbangkan untuk didistribusikan atau dipakai lagi, walaupun pemrosesan ulang secara kimia untuk memperoleh kembali bahan aktif dimungkinkan. Tiap tindakan yang diambil hendaklah dicatat dengan baik. 172 Industri hendaklah menyiapkan prosedur untuk penahanan, penyelidikan dan pengujian produk kembalian serta pengambilan keputusan apakah produk kembalian dapat diproses ulang atau harus dimusnahkan setelah dilakukan evaluasi secara kritis. Berdasarkan hasil evaluasi, produk kembalian dapat dikategorikan sebagai berikut: a) produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan karena itu dapat dikembalikan ke dalam persediaan; b) produk kembalian yang dapat diproses ulang; dan c) produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses ulang. 173 Prosedur hendaklah mencakup: identifikasi dan catatan mutu produk kembalian; penyimpanan produk kembalian
√
Diuraikan di Prosedur Tetap Penangan Kembali Obat AO000-21/I
√
Sesuai
√
Diuraikan di Prosedur Tetap Penangan Kembali Obat AO000-21/I Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
193
174
dalam karantina; penyelidikan, pengujian dan analisis produk kembalian oleh bagian Pengawasan Mutu; evaluasi yang kritis sebelum manajemen mengambil keputusan apakah produk dapat diproses ulang atau tidak; dan pengujian tambahan terhadap persyaratan dari produk hasil pengolahan ulang. Produk kembalian yang tidak dapat diolah ulang hendaklah dimusnahkan. Prosedur pemusnahan bahan atau pemusnahan produk yang ditolak hendaklah disiapkan. Prosedur ini hendaklah mencakup tindakan pencegahan terhadap pencemaran lingkungan dan penyalahgunaan bahan atau produk oleh orang yang tidak mempunyai wewenang.
Dokumentasi 175 Penanganan produk kembalian dan tindak lanjutnya hendaklah didokumentasikan dan dilaporkan. Bila produk harus dimusnahkan, dokumentasi hendaklah mencakup berita acara pemusnahan yang diberi tanggal dan ditandatangani oleh personil yang melaksanakan dan personil yang menyaksikan pemusnahan.
√
Diuraikan di Prosedur Tetap Penangan Kembali Obat AO000-21/I
√
Diuraikan di Prosedur Tetap Penangan Kembali Obat AO000-21/I
KARANTINA DAN PENYERAHAN PRODUK JADI 176 Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian sebelum penyerahan √ ke gudang dan siap untuk didistribusikan. Sebelum diluluskan untuk diserahkan ke gudang, pengawasan yang ketat hendaklah dilaksanakan untuk memastikan produk dan catatan pengemasan bets memenuhi semua spesifikasi yang ditentukan. 177 Prosedur tertulis hendaklah mencantumkan cara penyerahan produk √ jadi ke area karantina, cara penyimpanan sambil menunggu pelulusan,persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh pelulusan, dan cara pemindahan
Sesuai
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
194
178
179
180
181
182
183
184
selanjutnya ke gudang produk jadi. Selama menunggu pelulusan dari bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), seluruh bets/lot yang sudah dikemas hendaklah ditahan dalam status karantina. Kecuali sampel untuk pengawasan mutu, tidak boleh ada produk yang diambil dari suatu bets/lot selama produk tersebut masih ditahan di area karantina. Area karantina merupakan area terbatas hanya bagi personil yang benar-benar diperlukan untuk bekerja atau diberi wewenang untuk masuk ke area tersebut. Produk jadi yang memerlukan kondisi penyimpanan khusus hendaklah diberi penandaan jelas yang menyatakan kondisi penyimpanan yang diperlukan, dan produk tersebut hendaklah disimpan di area karantina dengan kondisi yang sesuai. Pelulusan akhir produk hendaklah didahului dengan penyelesaian yang memuaskan dari paling tidak hal sebagai berikut: a) produk memenuhi persyaratan mutu dalam semua spesifikasi pengolahan dan pengemasan; b) sampel pertinggal dari kemasan yang dipasarkan dalam jumlah yang mencukupi untuk pengujian di masa mendatang; c) pengemasan dan penandaan memenuhi semua persyaratan sesuai hasil pemeriksaan oleh bagian Pengawasan Mutu; d) rekonsiliasi bahan pengemas cetak dan bahan cetak dapat diterima; dan e) produk jadi yang diterima di area karantina sesuai dengan jumlah yang tertera pada dokumen penyerahan barang. Setelah pelulusan suatu bets/lot oleh bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), produk tersebut hendaklah dipindahkan dari area karantina ke gudang produk jadi.
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Setelah pemberian label releaseoleh Head of IQC maka produk dapat dipindahkan ke area produk jadi
Sewaktu menerima produk jadi, personil Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
195
gudang hendaklah mencatat pemasukan bets tersebut ke dalam kartu stok yang bersangkutan.
√
CATATAN PENGENDALIAN PENGIRIMAN OBAT 185 Sistem distribusi hendaklah didesain sedemikian rupa untuk memastikan √ produk yang pertama masuk didistribusikan lebih dahulu. 186 Sistem distribusi hendaklah menghasilkan catatan sedemikian rupa √ sehingga distribusi tiap bets/lot obat dapat segera diketahui untuk mempermudah penyelidikan atau penarikan kembali jika diperlukan 187 Prosedur tertulis mengenai distribusi obat hendaklah dibuat dan dipatuhi. √ 188 Penyimpangan terhadap konsep first-in first-out (FIFO) atau first-expire first-out √ (FEFO) hendaklah hanya diperbolehkan untuk jangka waktu yang pendek dan hanya atas persetujuan manajemen yang bertanggung jawab.
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai Sesuai
PENYIMPANAN BAHAN AWAL, BAHAN PENGEMAS, PRODUK ANTARA, PRODUK RUAHAN DAN PRODUK JADI 189 Semua bahan dan produk hendaklah disimpan secara rapi dan teratur untuk √ Sesuai mencegah risiko kecampurbauran atau pencemaran serta memudahkan pemeriksaan dan pemeliharaan. 190 Bahan dan produk hendaklah diletakkan tidak langsung di lantai dan dengan jarak √ Sesuai yang cukup terhadap sekelilingnya. 191 Bahan dan produk hendaklah disimpan dengan kondisi lingkungan yang sesuai. √ Sesuai Penyimpanan yang memerlukan kondisi khusus hendaklah disediakan. 192 Kondisi penyimpanan obat dan bahan hendaklah sesuai dengan yang tertera √ Sesuai pada penandaan berdasarkan hasil uji stabilitas. 193 Data pemantauan suhu hendaklah tersedia untuk dievaluasi. Alat yang √ Sesuai dipakai untuk pemantauan hendaklah diperiksa pada selang waktu yang telah ditentukan dan hasil pemeriksaan hendaklah dicatat dan disimpan. Semua Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
196
194
195 196
197
catatan pemantauan hendaklah disimpan untuk jangka waktu paling tidak sama dengan umur bahan atau produk yang bersangkutan ditambah 1 tahun, atau sesuai dengan peraturan pemerintah. Pemetaan suhu hendaklah dapat menunjukkan suhu sesuai batas spesifikasi di semua area fasilitas penyimpanan. Disarankan agar alat pemantau suhu diletakkan di area yang paling sering menunjukkan fluktuasi suhu. Penyimpanan di luar gedung diperbolehkan untuk bahan yang dikemas dalam wadah yang kedap (misalnya drum logam) dan mutunya tidak terpengaruh oleh suhu atau kondisi lain. Kegiatan pergudangan hendaklah terpisah dari kegiatan lain. Semua penyerahan ke area penyimpanan, termasuk bahan kembalian, hendaklah didokumentasikan dengan baik. Tiap bets bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi yang disimpan di area gudang hendaklah mempunyai
Penyimpanan Bahan Awal dan Bahan Pengemas 198 Pemisahan secara fisik atau cara lain yang tervalidasi (misalnya cara elektronis) hendaklah disediakan untuk penyimpanan bahan atau produk yang ditolak, daluwarsa, ditarik dari peredaran atau obat atau bahan kembalian. Bahan atau produk, dan area penyimpanan tersebut hendaklah diberi identitas yang tepat. 199 Semua bahan awal dan bahan pengemas yang diserahkan ke area penyimpanan hendaklah diperiksa kebenaran identitas, kondisi wadah dan tanda pelulusan oleh bagian Pengawasan Mutu.
200
Bila identitas atau kondisi wadah bahan awal atau bahan pengemas diragukan atau tidak sesuai dengan persyaratan identitas atau kondisinya, wadah tersebut
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Dilakukan pengujian terlbih dahulu oleh pihak QC dengan pengambilan sampel yang dapat mewakili bahan awal dan bahan pengemas tersebut
√
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
197
201
202
203
204
hendaklah dikirim ke area karantina. Selanjutnya pihak Pengawasan Mutu hendaklah menentukan status bahan tersebut. Bahan awal dan bahan pengemas yang ditolak hendaklah tidak disimpan bersama-sama dengan bahan yang sudah diluluskan, tapi dalam area khusus yang diperuntukkan bagi bahan yang ditolak. Bahan cetak hendaklah disimpan di “area penyimpanan terlarang” (restricted storage area) dan penyerahan di bawah pengawasan yang ketat. Stok tertua bahan awal dan bahan pengemas dan yang mempunyai tanggal daluwarsa paling dekat hendaklah digunakan terlebih dahulu (prinsip FIFO dan FEFO). Bahan awal dan bahan pengemas hendaklah diuji ulang terhadap identitas, kekuatan, mutu dan kemurnian, sesuai kebutuhan, misal: setelah disimpan lama, atau terpapar ke udara, panas atau kondisi lain yang mungkin berdampak buruk terhadap mutu.
√
Terdapat tempat penyimapanan yang berbeda antara bahan yang ditolak dengan bahan yang dibutuhkan
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Dilakukan pengujian ulang untuk mengetahui mutu bahan awal dan bahan pengemas
Penyimpanan Produk Antara, Produk Ruahan dan Produk jadi 205 Produk antara dan produk ruahan hendaklah disimpan pada kondisi yang √ Sesuai tepat. 206 Tiap penerimaan hendaklah diperiksa untuk memastikan bahwa bahan yang √ Sesuai diterima sesuai dengan dokumen pengiriman. 207 Tiap wadah produk antara, produk ruahan dan produk jadi yang diserahkan ke area √ Terdapat second checker penyimpanan hendaklah diperiksa setiap penerimaan kesesuaian identitas dan kondisi wadah. 208 Bila identitas atau kondisi wadah produk antara, produk ruahan dan produk jadi √ Penentuan status diragukan atau tidak sesuai dengan didasarkan hasil dari datapersyaratan identitas atau kondisinya, data pengujian wadah tersebut hendaklah dikirim ke area karantina. Selanjutnya pihak Pengawasan Mutu hendaklah menentukan status produk tersebut. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
198
BAB 7. PENGAWASAN MUTU UMUM 1 Tiap pemegang izin pembuatan harus mempunyai Bagian Pengawasan Mutu. Bagian ini harus independen dari bagian lain dan di bawah tanggung jawab dan wewenang seorang dengan kualifikasi dan pengalaman yang sesuai, yang membawahi satu atau beberapa laboratorium. Sarana yang memadai harus tersedia untuk memastikan bahwa segala kegiatan Pengawasan Mutu dilaksanakan dengan efektif dan dapat diandalkan. 2 Tugas utama kepala bagian Pengawasan Mutu dijelaskan pada Bab 2 Personalia. Bagian Pengawasan Mutu secara keseluruhan juga mempunyai tanggung jawab, antara lain adalah: menerapkan semua prosedur pengawasan mutu, bahan dan produk,
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai wadah bahan dan produk,
stabilitas dari produk,
Sesuai
yang terkait dengan mutu produk,
3
Semua kegiatan tersebut hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur tertulis, dan dicatat di mana perlu. Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang diterapkan bagian Pengawasan Mutu hendaklah menjamin bahwa pengujian yang diperlukan telah dilakukan sebelum bahan digunakan dalam produksi dan produk disetujui sebelum didistribusikan.
Sesuai
Sesuai
Lihat juga Bab 1 Manajemen Mutu CARA BERLABORATORIUM PENGAWASAN MUTU YANG BAIK 4 Pereaksi dan Media Perbenihan a) Penerimaan atau pembuatan pereaksi Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
199
5
6
dan media perbenihan hendaklah dicatat. b) Pereaksi dan media perbenihan yang dibuat di laboratorium hendaklah mengikuti prosedur pembuatan tertulis dan diberi label yang sesuai. Pada label hendaklah dicantumkan konsentrasi, faktor standardisasi, masa simpan, tanggal standardisasi ulang dan kondisi penyimpanan. Label hendaklah ditandatangani dan dibubuhi tanggal oleh petugas yang membuat pereaksi tersebut. c) Baik kontrol positif maupun kontrol negatif hendaklah digunakan untuk memastikan kesesuaian media perbenihan. Konsentrasi inokulum dalam kontrol positif hendaklah disesuaikan dengan kepekaan pertumbuhan yang diinginkan. Baku Pembanding a) Baku pembanding hendaklah menjadi tanggung jawab personil yang ditunjuk. b) Baku pembanding hendaklah digunakan sesuai peruntukannya seperti yang diuraikan dalam monografi yang bersangkutan. c) Baku pembanding sekunder atau baku pembanding kerja dapat dibuat dan dipakai setelah dilakukan pengujian yang sesuai dan pemeriksaan berkala untuk mengoreksi penyimpangan yang terjadi serta menjamin ketepatan hasilnya. d) Semua baku pembanding hendaklah disimpan dan ditangani secara tepat agar tidak berpengaruh terhadap mutunya. e) Pada label baku pembanding hendaklah dicantumkan kadar, tanggal pembuatan, tanggal daluwarsa, tanggal pertama kali tutup wadahnya dibuka dan bila perlu kondisi penyimpanannya. Bila perlu, tanggal penerimaan tiap bahan yang digunakan untuk kegiatan pengujian (misal, pereaksi dan baku pembanding) hendaklah tercantum pada wadahnya. Instruksi penggunaan dan penyimpanan hendaklah diikuti. Dalam hal tertentu perlu dilakukan uji identifikasi dan/atau pengujian lain untuk bahan pereaksi pada waktu diterima atau sebelum digunakan.
Diuraikan di Prosedur Tetap Cara Pembuatan Media untuk pemeriksaan mikrobiologi QO00014/F
Sesuai
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
200
DOKUMENTASI 7 Dokumentasi laboratorium hendaklah mengikuti prinsip yang diuraikan dalam Bab 10 Dokumentasi. Bagian penting dokumentasi yang berkaitan dengan Pengawasan Mutu berikut ini hendaklah tersedia di bagian Pengawasan Mutu:
(termasuk lembar kerja analisis dan/atau buku catatan laboratorium);
diperlukan; diperlukan; dan instrumen serta perawatan peralatan. 8 Semua dokumentasi Pengawasan Mutu yang terkait dengan catatan bets hendaklah disimpan sampai satu tahun setelah tanggal daluwarsa bets yang bersangkutan. PENGAMBILAN SAMPEL 9 Pengambilan sampel hendaklah dilaksanakan sesuai dengan prosedur tertulis yang telah disetujui yang menguraikan:
digunakan;
Sesuai
Diuraikan di Prosedur Tetap Pengambilan Contoh Bahan Baku QO000-03/U; Pengambilan Contoh Produk Ruahan & Obat Jadi QO000-04/Q; Pengambilan Contoh Bahan Pengemas QO00005/J
10
diperhatikan, terutama yang berkaitan dengan pengambilan sampel bahan steril atau berbahaya; truksi pembersihan dan penyimpanan alat pengambil sampel. Wadah sampel hendaklah diberi label yang menjelaskan isinya, disertai nomor bets, tanggal pengambilan sampel dan
Diuraikan di Prosedur Tetap Pembuatan CoA & CoC QO000-11/F
sampel yang diperlukan;
Diuraikan di Prosedur Tetap Pelaksanaan Pengendalian Mutu QO000-01/G
Diuraikan di Prosedur Tetap Pembuatan Label AG000-17/A Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
201
wadah yang diambil sampelnya Kegiatan Pengambilan Sampel 11 Tiap wadah sampel hendaklah diberi label yang menunjukkan:
sampel; dan PENGUJIAN 12 Metode analisis hendaklah divalidasi. Semua kegiatan pengujian yang diuraikan dalam izin edar obat hendaklah dilaksanakan menurut metode yang disetujui. 13 Pengujian yang dilakukan hendaklah dicatat dan catatannya hendaklah mencakup paling sedikit data sebagai berikut: a) nama bahan atau produk dan, di mana perlu, bentuk sediaan; b) nomor bets dan, di mana relevan, pembuat dan/atau pemasok; c) rujukan spesifikasi dan prosedur pengujian yang relevan; d) hasil pengujian, termasuk pengamatan dan kalkulasi, dan acuan kepada semua sertifikat analisis; e) tanggal pengujian; f) paraf orang yang melaksanakan pengujian; g) paraf orang yang melakukan verifikasi terhadap pengujian dan kalkulasi, di mana perlu; h) pernyataan pelulusan atau penolakan (atau keputusan status lain) yang jelas dan tanda tangan orang yang bertanggung jawab yang dilengkapi dengan tanggal. PERSYARATAN PENGUJIAN Pemantauan Lingkungan 14 Pemantauan lingkungan hendaklah dilakukan sebagai berikut: a) pemantauan teratur mutu air untuk proses, termasuk pada titik penggunaan, terhadap mutu kimiawi dan mikrobiologis. Jumlah sampel dan metode pengujian hendaklah mampu
Diuraikan di Prosedur Tetap Pembuatan Label AG000-17/A
Sesuai
Diuraikan di Prosedur Tetap Pembuatan dan Penomoran Dokumen di QC QO000-18/E
Diuraikan di Prosedur Tetap Pemeriksaan Mutu Air QO000-16/M
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
202
mendeteksi organisme indikator dalam konsentrasi rendah, misalnya Pseudomonas; b) pemantauan mikrobiologis secara berkala pada lingkungan produksi; c) pengujian berkala terhadap lingkungan sekitar area produksi untuk mendeteksi produk lain yang dapat mencemari produk yang sedang diproses; dan d) pemantauan cemaran udara. Pengujian Ulang Bahan yang Diluluskan 15 Hendaklah ditetapkan batas waktu penyimpanan yang sesuai untuk tiap bahan awal, produk antara, dan produk ruahan. Setelah batas waktu ini bahan atau produk tersebut hendaklah diuji ulang oleh bagian Pengawasan Mutu terhadap identitas, kekuatan, kemurnian dan mutu. Berdasarkan hasil uji ulang tersebut bahan atau produk itu dapat diluluskan kembali untuk digunakan atau ditolak. 16 Bila suatu bahan disimpan pada kondisi yang tidak sesuai dengan yang ditetapkan, bahan tersebut hendaklah diuji ulang dan dinyatakan lulus oleh bagian Pengawasan Mutu sebelum digunakan dalam proses. Pengolahan Ulang 17 Pengujian tambahan terhadap produk jadi hasil pengolahan ulang hendaklah dilakukan sesuai ketentuan. 18 Uji stabilitas lanjut hendaklah dilakukan terhadap produk hasil pengolahan ulang sesuai keperluan. 19 Jumlah bets dan frekuensi pengujian hendaklah memberikan data yang cukup jumlahnya untuk memungkinkan melakukan analisis tren. Kecuali dijustifikasi lain, minimal satu bets per tahun dari produk yang dibuat untuk tiap kekuatan dan tiap jenis pengemasan primer, bila relevan, hendaklah dicakup dalam program studi stabilitas (kecuali tidak ada yang diproduksi selama setahun). Untuk produk di mana pemantauan stabilitas on-going akan
Diuraikan di Prosedur Tetap Pemeriksaan Cemaran Partikel & Mikroba di R. Produksi & Lab. Mikrobiologi QO000-15/H
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Post Market Stability
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
203
memerlukan pengujian yang menggunakan hewan dan tidak tersedia alternatif yang sesuai, teknik yang tervalidasi tersedia, frekuensi pengujian dapat mempertimbangkan pendekatan risiko – manfaat. Prinsip desain bracketing dan matrixing dapat diterapkan jika dijustifikasi dalam protokol secara ilmiah. BAB 8. INSPEKSI DIRI, AUDIT MUTU DAN AUDIT & PERSETUJUAN PEMASOK 1 Hendaklah dibuat instruksi tertulis untuk inspeksi diri yang menyajikan standar persyaratan minimal dan seragam. Daftar ini hendaklah berisi pertanyaan mengenai ketentuan CPOB yang mencakup antara lain:
personil;
pengemas dan obat jadi;
Diuraikan di Prosedur Tetap Inspeksi Diri & Audit CPOB AO000-03//I
proses;
i;
tindakan perbaikan.
2
Aspek-aspek tersebut hendaklah diperiksa secara berkala menurut program yang telah disusun untuk memverifikasi kepatuhan terhadap prinsip Pemastian Mutu. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara indipenden dan rinci oleh personil (personil) perusahaan yang kompeten. Manajemen hendaklah membentuk tim
Inspeksi diri dilakukan secara berkala & rutin setiap bulan, 3 bulan, setahun sekali dan dua Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
204
inspeksi diri yang berpengalaman dalam bidangnya masing-masing dan memahami CPOB.
4
Audit independen oleh pihak ketiga juga dapat bermanfaat. Semua hasil inspeksi diri hendaklah dicatat. Laporan hendaklah mencakup:
tahun sekali
Diuraikan di Prosedur Tetap Inspeksi diri & audit CPOB AO000-03/I
Diuraikan di Prosedur Tetap Inspeksi diri & audit CPOB AO000-03/I
Diuraikan di Prosedur Tetap Penilaian Terhadap Pemasok AO000-12/K
Diuraikan di Prosedur Tetap Penilaian Terhadap Pemasok AO000-12/K
dilakukan selama inspeksi dan, bila memungkinkan,
Pernyataan dari tindakan yang dilakukan hendaklah dicatat. AUDIT MUTU 4 Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau suatu tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak. (lihat Bab 11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak). AUDIT DAN PERSETUJUAN PEMASOK 5 Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah bertanggung jawab bersama bagian lain yang terkait untuk memberi persetujuan pemasok yang dapat diandalkan memasok bahan awal dan bahan pengemas yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. 8 Hendaklah dibuat daftar pemasok yang disetujui untuk bahan awal dan bahan pengemas. Daftar pemasok hendaklah disiapkan dan ditinjau ulang.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
205
BAB 9 PENANGANAN KELUHAN TERHADAP PRODUK DAN PENARIKAN No
Poin dalam CPOB 2012
PT Aventis Pharma
KELUHAN 1 Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk menangani keluhan dan memutuskan tindakan yang hendak dilakukan bersama staf yang memadai untuk membantunya. Apabila personil tersebut bukan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), maka ia hendaklah memahami cara penanganan seluruh keluhan, penyelidikan atau penarikan kembali produk. 2 Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang merinci penyelidikan, evaluasi, tindak lanjut yang sesuai, termasuk pertimbangan untuk penarikan kembali produk, dalam menanggapi keluhan terhadap obat yang diduga cacat. 3 Penanganan keluhan dan laporan suatu produk termasuk hasil evaluasi dari penyelidikan serta tindak lanjut yang dilakukan hendaklah dicatat dan dilaporkan kepada manajemen atau bagian yang terkait. 4 Perhatian khusus hendaklah diberikan untuk menetapkan apakah keluhan disebabkan oleh pemalsuan.
5
6
Tiap keluhan yang menyangkut kerusakan produk hendaklah dicatat yang mencakup rincian mengenai asal-usul keluhan dan diselidiki secara menyeluruh dan mendalam. Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah dilibatkan dalam pengkajian masalah tersebut. Jika produk pada suatu bets ditemukan atau diduga cacat, maka hendaklah dipertimbangkan untuk memeriksa bets lain untuk memastikan apakah bets lain juga terpengaruh. Khusus bets yang mengandung hasil pengolahan ulang dari
Keterangan
√
Sesuai
√
Diuraikan di Prosedur Tetap Penanganan Keluhan Nomor AO 000-20/ L
√
Sesuai
√
Diuraikan di dalam Prosedur Tetap Risk Management Nomor AO 00027/C Sesuai
√
√
Diuraikan di dalam Prosedur Tetap Penanganan Obat Jadi di Distributor Nomor AO 00023/E Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
206
bets yang cacat hendaklah diselidiki. Setelah melakukan penyelidikan dan evaluasi terhadap laporan dan keluhan mengenai suatu produk hendaklah dilakukan tindak lanjut. Tindak lanjut ini mencakup: tindakan perbaikan bila diperlukan; penarikan kembali satu bets atau seluruh produk akhir yang bersangkutan; dan tindakan lain yang tepat. 8 Catatan keluhan hendaklah dikaji secara berkala untuk mengidentifikasi hal yang spesifik atau masalah yang berulang terjadi, yang memerlukan perhatian dan kemungkinan penarikan kembali produk dari peredaran. 9 Badan POM hendaklah diberitahukan apabila industri farmasi mempertimbangkan tindakan yang terkait dengan kemungkinan kesalahan pembuatan, kerusakan produk, pemalsuan atau segala hal lain yang serius mengenai mutu produk. PENARIKAN KEMBALI PRODUK 10 Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk melaksanakan dan mengoordinasikan penarikan kembali produk dan hendaklah ditunjang oleh staf yang memadai untuk menangani semua aspek penarikan kembali sesuai dengan tingkat urgensinya. Personil tersebut hendaklah independen terhadap bagian penjualan dan pemasaran. Jika personil ini bukan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), maka ia hendaklah memahami segala operasi penarikan kembali. 11 Hendaklah tersedia prosedur tertulis, yang diperiksa secara berkala dan dimutakhirkan jika perlu, untuk meng-atur segala tindakan penarikan kembali. 7
12
13
Operasi penarikan kembali hendaklah mampu untuk dilakukan segera dan tiap saat. Pelaksanaan Penarikan Kembali a) Tindakan penarikan kembali produk
√
Sesuai
√
Diuraikan di dalam Prosedur Tetap Penanganan Keluhan Nomor AO 000-20/L
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Diuraikan di dalam Prosedur Tetap Penarikan Kembali Obat Jadi Nomor AO 000-21/I Sesuai
√ √
Diuraikan di dalam Prosedur Tetap Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
207
14
15
16
17
18
hendaklah dilakukan segera setelah diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan; b) Pemakaian produk yang berisiko tinggi terhadap kesehatan, hendaklah dihentikan dengan cara embargo yang dilanjutkan dengan penarikan kembali dengan segera. Penarikan kembali hendaklah menjangkau sampai tingkat konsumen; c) Sistem dokumentasi penarikan kembali produk di industri farmasi, hendaklah menjamin bahwa embargo dan penarikan kembali dilaksanakan secara cepat, efektif dan tuntas; dan d) Pedoman dan prosedur penarikan kembali terhadap produk hendaklah dibuat untuk memungkinkan embargo dan penarikan kembali dapat dilakukan dengan cepat dan efektif dari seluruh mata rantai distribusi. Catatan dan laporan termasuk hasil tindakan embargo dan penarikan kembali produk hendaklah didokumentasikan dengan baik. Otoritas pengawas obat negara ke mana produk didistribusikan hendaklah diinformasikan segera apabila akan dilakukan penarikan kembali karena cacat atau dugaan cacat. Catatan distribusi hendaklah tersedia untuk digunakan oleh personil (-personil) yang bertanggung jawab terhadap penarikan kembali. Catatan distribusi hendaklah berisi informasi yang lengkap mengenai distributor dan pelanggan yang dipasok secara langsung (dengan alamat, nomor telepon, dan/atau nomor fax pada saat jam kerja dan di luar jam kerja, nomor bets dan jumlah yang dikirim), termasuk distributor di luar negeri untuk produk yang diekspor dan sampel medis. Produk yang ditarik kembali hendaklah diberi identifikasi dan disimpan terpisah di area yang aman sementara menunggu keputusan terhadap produk tersebut. Perkembangan proses penarikan kembali
Penarikan Kembali Obat Jadi Nomor AO 000-21/I
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Diuraikan di dalam Prosedur Tetap Penanganan Obat Kembalian Nomor AO 000-07/I Sesuai
√
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
208
19
hendaklah dicatat dan dibuat laporan akhir, termasuk hasil rekonsiliasi antara jumlah produk yang dikirim dan yang ditemukan kembali. Efektivitas penyelenggaraan penarikan kembali hendaklah dievaluasi dari waktu ke waktu.
√
Sesuai
BAB 10 DOKUMENTASI No
Poin dalam CPOB 2012
PT Aventis Pharma
Keterangan
√
Diuraikan di dalam Prosedur Tetap Pembuatan Prosedur Pengolahan Induk & Prosedur Pengemasan Induk Nomor AG 00003/M
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
UMUM 1 Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi produk atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu. Dokumen Produksi Induk, Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk (Formula Pembuatan, Instruksi Pengolahan dan Instruksi Pengemasan) menyatakan seluruh bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan serta menguraikan semua operasi pengolahan dan pengemasan. Prosedur berisi cara untuk melaksanakan operasi tertentu, misalnya pembersihan, berpakaian, pengendalian lingkungan, pengambilan sampel, pengujian, dan pengoperasian peralatan. Catatan menyajikan riwayat tiap bets produk, termasuk distribusinya dan semua keadaan yang relevan yang berpengaruh pada mutu produk akhir. 2 Dokumen hendaklah didesain, disiapkan, dikaji dan didistribusikan dengan cermat. Bagian dokumen pembuatan dan hendaklah sesuai dengan dokumen persetujuan izin edar yang relevan. 3 Dokumen hendaklah disetujui, ditandatangani dan diberi tanggal oleh personil yang sesuai dan diberi wewenang. 4 Isi dokumen hendaklah tidak bermakna
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
209
5
6
7
8
ganda; judul, sifat dan tujuannya hendaklah dinyatakan dengan jelas. Penampilan dokumen hendaklah dibuat rapi dan mudah dicek. Dokumen hasil reproduksi hendaklah jelas dan terbaca. Reproduksi dokumen kerja dari dokumen induk tidak boleh menimbulkan kekeliruan yang disebabkan proses reproduksi. Dokumen hendaklah dikaji ulang secara berkala dan dijaga agar selalu mutakhir. Bila suatu dokumen direvisi, hendaklah dijalankan suatu sistem untuk menghindarkan penggunaan dokumen yang sudah tidak berlaku secara tidak sengaja. Dokumen hendaklah tidak ditulistangan; namun, bila dokumen memerlukan pencatatan data, maka pencatatan ini hendaklah ditulis-tangan dengan jelas, terbaca, dan tidak dapat dihapus. Hendaklah disediakan ruang yang cukup untuk mencatat data. Semua perubahan yang dilakukan terhadap pencatatan pada dokumen hendaklah ditandatangani dan diberi tanggal; perubahan hendaklah memungkinkan pembacaan informasi semula. Di mana perlu, alasan perubahan hendaklah dicatat. Pencatatan hendaklah dibuat atau dilengkapi pada tiap langkah yang dilakukan dan sedemikian rupa sehingga semua aktivitas yang signifikan mengenai pembuatan obat dapat ditelusuri. Catatan pembuatan hendaklah disimpan selama paling sedikit satu tahun setelah tanggal daluwarsa produk jadi. Data dapat dicatat dengan menggunakan sistem pengolahan data elektronis, cara fotografis atau cara lain yang dapat diandalkan, namun prosedur rinci berkaitan dengan sistem yang digunakan hendaklah tersedia, dan akurasi catatan hendaklah dicek. Apabila dokumentasi dikelola dengan menggunakan metode pengolahan data elektronis, hanya personil yang diberi wewenang boleh mengentri atau memodifikasi data dalam komputer dan hendaklah perubahan dan penghapusannya
√
Sesuai ; Contoh : Protap diperbaharuin setiap 3 tahun
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
210
dicatat; akses hendaklah dibatasi dengan menggunakan kata sandi (password) atau dengan cara lain, dan hasil entri dari data kritis hendaklah dicek secara independen. Catatan bets yang disimpan secara elektronis hendaklah dilindungi dengan transfer pendukung (back-up transfer) menggunakan pita magnet, mikrofilm, kertas atau cara lain. Adalah sangat penting bahwa data selalu tersedia selama kurun waktu penyimpanan. DOKUMEN YANG DIPERLUKAN SPESIFIKASI 9 Hendaklah tersedia spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi yang disahkan dengan benar dan diberi tanggal; di mana perlu, hendaklah juga tersedia spesifikasi bagi produk antara dan produk ruahan. SPESIFIKASI BAHAN AWAL 10 Spesifikasi bahan awal hendaklah mencakup, di mana diperlukan: a) deskripsi bahan, termasuk: nama yang ditentukan dan kode referen (kode produk) internal; rujukan monografi farmakope, bila ada; pemasok yang disetujui dan, bila mungkin, produsen bahan; standar mikrobiologis, bila ada; b) petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan; c) persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan; d) kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan; dan e) batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali. SPESIFIKASI BAHAN PENGEMAS 11 Spesifikasi bahan pengemas hendaklah mencakup, di mana diperlukan: a) deskripsi bahan, termasuk nama yang ditentukan dan kode referen (kode produk) internal; rujukan monografi farmakope, bila ada; pemasok yang disetujui dan, bila mungkin, produsen bahan;
√
Sesuai
√
√
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
211
12
13
14
standar mikrobiologis, bila ada; spesimen bahan pengemas cetak, termasuk warna; b) petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan; c) persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan; d) kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan; dan e) batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali. SPESIFIKASI PRODUK ANTARA DAN PRODUK RUAHAN Spesifikasi produk antara dan produk ruahan hendaklah tersedia, apabila produk tersebut dibeli atau dikirim, atau apabila data dari produk antara digunakan untuk mengevaluasi produk jadi. Spesifikasi hendaklah mirip dengan spesifikasi bahan awal atau produk jadi, sesuai keperluan. SPESIFIKASI PRODUK JADI Spesifikasi produk jadi hendaklah mencakup: a) nama produk yang ditentukan dan kode referen (kode produk); b) formula/komposisi atau rujukan; c) deskripsi bentuk sediaan dan uraian mengenai kemasan, termasuk ukuran kemasan; d) petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan; e) persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan; f) kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan khusus, bila diperlukan; dan g) masa edar/simpan. DOKUMEN PRODUKSI Dokumen yang esensial dalam produksi adalah: a) Dokumen Produksi Induk yang berisi formula produksi dari suatu produk dalam bentuk sediaan dan kekuatan tertentu, tidak tergantung dari ukuran bets; b) Prosedur Produksi Induk, terdiri dari Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk, yang masing-masing berisi prosedur pengolahan dan prosedur pengemasan yang rinci untuk suatu produk
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
212
15
dengan bentuk sediaan, kekuatan dan ukuran bets spesifik. Prosedur Produksi Induk dipersyaratkan divalidasi sebelum mendapat pengesahan untuk digunakan; dan c) Catatan Produksi Bets, terdiri dari Catatan Pengolahan Bets dan Catatan Pengemasan Bets, yang merupakan reproduksi dari masing-masing Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk, dan berisi semua data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan produksi dari suatu bets produk. Kadang-kadang pada Catatan Produksi Bets, prosedur yang tertera dalam Prosedur Produksi Induk tidak lagi dicantumkan secara rinci. DOKUMEN PRODUKSI INDUK Dokumen Produksi Induk yang disahkan secara formal hendaklah mencakup nama, bentuk sediaan, kekuatan dan deskripsi produk, nama penyusun dan bagiannya, nama pemeriksa serta daftar distribusi dokumen dan berisi hal sebagai berikut: a) informasi bersifat umum yang menguraikan jenis bahan pengemas primer yang harus digunakan atau aternatifnya, pernyataan mengenai stabilitas produk, tindakan pengamanan selama penyimpanan dan tindakan pengamanan lain yang harus dilakukan selama pengolahan dan pengemasan produk; b) komposisi atau formula produk untuk tiap satuan dosis dan untuk satu sampel ukuran bets; c) daftar lengkap bahan awal, baik yang tidak akan berubah maupun yang akan mengalami perubahan selama proses; d) spesifikasi bahan awal; e) daftar lengkap bahan pengemas; f) spesifikasi bahan pengemas primer; g) prosedur pengolahan dan pengemasan; h) daftar peralatan yang dapat digunakan untuk pengolahan dan pengemasan; i) pengawasan selama-proses pengolahan dan pengemasan; dan j) masa edar/simpan. PROSEDUR PENGOLAHAN INDUK
√
Diuraikan di dalam Prosedur Tetap Pembuatan Prosedur Pengolahan Induk & Prosedur Pengemasan Induk Nomor AG 00003/M
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
213
16
17
Prosedur Pengolahan Induk yang disahkan secara formal hendaklah tersedia untuk tiap produk dan ukuran bets yang akan dibuat. Prosedur Pengolahan Induk hendaklah mencakup: a) nama produk dengan kode referen produk yang merujuk pada spesifikasinya; b) deskripsi bentuk sediaan, kekuatan produk dan ukuran bets; c) daftar dari semua bahan awal yang harus digunakan, dengan menyebutkan masingmasing jumlahnya, dinyatakan dengan menggunakan nama dan referen (kode produk) yang khusus bagi bahan itu; hendaklah dicantumkan apabila ada bahan yang hilang selama proses; d) pernyataan mengenai hasil akhir yang diharapkan dengan batas penerimaan, dan bila perlu, tiap hasil antara yang relevan; e) pernyataan mengenai lokasi pengolahan dan peralatan utama yang harus digunakan; f) metode atau rujukan metode yang harus digunakan untuk mempersiapkan peralatan kritis (misalnya pembersihan, perakitan, kalibrasi, sterilisasi); g) instruksi rinci tahap proses (misalnya pemeriksaan bahan, perlakuan awal, urutan penambahan bahan, waktu pencampuran, suhu); h) instruksi untuk semua pengawasan selama-proses dengan batas penerimaannya; i) bila perlu, syarat penyimpanan produk ruahan; termasuk wadah, pelabelan dan kondisi penyimpanan khusus, di mana perlu; dan j) semua tindakan khusus yang harus diperhatikan. PROSEDUR PENGEMASAN INDUK Prosedur Pengemasan Induk yang disahkan secara formal hendaklah tersedia untuk tiap produk dan ukuran bets serta ukuran dan jenis kemasan. Dokumen ini umumnya mencakup, atau merujuk, pada hal berikut: a) nama produk; b) deskripsi bentuk sediaan dan kekuatannya, di mana perlu; c) ukuran kemasan yang dinyatakan dalam
√
Diuraikan di dalam Prosedur Tetap Pembuatan Prosedur Pengolahan Induk & Prosedur Pengemasan Induk Nomor AG 00003/M
√
Diuraikan di dalam Prosedur Tetap Pembuatan Prosedur Pengolahan Induk & Prosedur Pengemasan Induk Nomor AG 00003/M Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
214
18
angka, berat atau volume produk dalam wadah akhir; d) daftar lengkap semua bahan pengemas yang diperlukan untuk satu bets standar, termasuk jumlah, ukuran dan jenis bersama kode atau nomor referen yang berkaitan dengan spesifikasi tiap bahan pengemas; e) di mana sesuai, contoh atau reproduksi dari bahan pengemas cetak yang relevan dan spesimen yang menunjukkan tempat untuk mencetak nomor bets dan tanggal daluwarsa bets; f) tindakan khusus yang harus diperhatikan, termasuk pemeriksaan secara cermat area dan peralatan untuk memastikan kesiapan jalur (line clearance) sebelum kegiatan dimulai; g) uraian kegiatan pengemasan, termasuk segala kegiatan tambahan yang signifikan serta peralatan yang harus digunakan; dan h) pengawasan selama-proses yang rinci termasuk pengambilan sampel dan batas penerimaan. CATATAN PENGOLAHAN BETS Catatan Pengolahan Bets hendaklah tersedia untuk tiap bets yang diolah. Dokumen ini hendaklah dibuat berdasarkan bagian relevan dari Prosedur Pengolahan Induk yang berlaku. Metode pembuatan catatan ini hendaklah didesain untuk menghindarkan kesalahan transkripsi. Catatan hendaklah mencantumkan nomor bets yang sedang dibuat. Sebelum suatu proses dimulai, hendaklah dilakukan pemeriksaan yang dicatat, bahwa peralatan dan tempat kerja telah bebas dari produk dan dokumen sebelumnya atau bahan yang tidak diperlukan untuk pengolahan yang direncanakan, serta peralatan bersih dan sesuai untuk penggunaannya. Selama pengolahan, informasi sebagai berikut hendaklah dicatat pada saat tiap tindakan dilakukan dan - setelah lengkap hendaklah catatan diberi tanggal dan ditandatangani dengan persetujuan dari personil yang bertanggung jawab untuk
√
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
215
kegiatan pengolahan:
19
a) nama produk; b) tanggal dan waktu dari permulaan, dari tahap antara yang signifikan dan dari penyelesaian pengolahan; c) nama personil yang bertanggung jawab untuk tiap tahap proses; d) paraf operator untuk berbagai langkah pengolahan yang signifikan dan, di mana perlu, paraf personil yang memeriksa tiap kegiatan ini (misalnya penimbangan); e) nomor bets dan/atau nomor kontrol analisis dan jumlah nyata tiap bahan awal yang ditimbang atau diukur (termasuk nomor bets dan jumlah bahan hasil pemulihan atau hasil pengolahan ulang yang ditambahkan); f) semua kegiatan pengolahan atau kejadian yang relevan dan peralatan utama yang digunakan; g) catatan pengawasan selama-proses dan paraf personil yang melaksanakan serta hasil yang diperoleh; h) jumlah hasil produk yang diperoleh dari tahap pengolahan berbeda dan penting; dan i) catatan mengenai masalah khusus yang terjadi termasuk uraiannya dengan tanda tangan pengesahan untuk segala penyimpangan terhadap Prosedur Pengolahan Induk. CATATAN PENGEMASAN BETS Catatan Pengemasan Bets hendaklah tersedia untuk tiap bets yang dikemas. Dokumen ini hendaklah dibuat berdasarkan bagian relevan dari Prosedur Pengemasan Induk yang berlaku dan metode pembuatan catatan ini hendaklah didesain untuk menghindarkan kesalahan transkripsi. Catatan hendaklah mencantumkan nomor bets dan jumlah produk jadi yang direncanakan akan diperoleh. Sebelum suatu kegiatan pengemasan dimulai, hendaklah dilakukan pemeriksaan yang dicatat, bahwa peralatan dan tempat kerja telah bebas dari produk dan dokumen sebelumnya atau bahan yang tidak
√
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
216
diperlukan untuk pengemasan yang direncanakan, serta peralatan bersih dan sesuai untuk penggunaannya. Selama pengemasan, informasi sebagai berikut hendaklah dicatat pada saat tiap tindakan dilakukan dan setelah lengkap hendaklah catatan diberi tanggal dan ditandatangani dengan persetujuan dari personil yang bertanggung jawab untuk kegiatan pengemasan: a) nama produk; b) tanggal dan waktu tiap kegiatan pengemasan; c) nama personil yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan pengemasan; d) paraf operator dari berbagai langkah pengemasan yang signifikan; e) catatan pemeriksaan terhadap identitas dan konformitas dengan Prosedur Pengemasan Induk termasuk hasil pengawasan selama-proses; f) rincian kegiatan pengemasan yang dilakukan, termasuk referensi peralatan dan jalur pengemasan yang digunakan; g) apabila dimungkinkan, sampel bahan pengemas cetak yang digunakan, termasuk spesimen dari kodifikasi bets, pencetakan tanggal daluwarsa serta semua pencetakan tambahan; h) catatan mengenai masalah khusus yang terjadi termasuk uraiannya dengan tanda tangan pengesahan untuk semua penyimpangan terhadap Prosedur Pengemasan Induk; dan i) jumlah dan nomor referen atau identifikasi dari semua bahan pengemas cetak dan produk ruahan yang diserahkan, digunakan, dimusnahkan atau dikembalikan ke stok dan jumlah produk yang diperoleh untuk melakukan rekonsiliasi yang memadai. PROSEDUR DAN CATATAN PENERIMAAN 20 Hendaklah tersedia prosedur tertulis dan catatan penerimaan untuk tiap pengiriman tiap bahan awal, bahan pengemas primer dan bahan pengemas cetak. 21 Catatan penerimaan hendaklah mencakup:
√
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
217
22
23
24
25
26
a) nama bahan pada surat pengiriman dan wadah; b) nama “internal” dan/atau kode bahan [bila tidak sama dengan a)]; c) tanggal penerimaan; d) nama pemasok dan, bila mungkin, nama pembuat; e) nomor bets atau referen pembuat; f) jumlah total dan jumlah wadah yang diterima; g) nomor bets yang diberikan setelah penerimaan; dan h) segala komentar yang relevan (misal, kondisi wadah saat diterima). Hendaklah tersedia prosedur tertulis untuk penandaan karantina internal dan penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan bahan lain, sesuai keperluan. PENGAMBILAN SAMPEL Hendaklah tersedia prosedur tertulis untuk pengambilan sampel yang mencakup personil yang diberi wewenang mengambil sampel, metode dan alat yang harus digunakan, jumlah yang harus diambil dan segala tindakan pengamanan yang harus diperhatikan untuk menghindarkan kontaminasi terhadap bahan atau segala penurunan mutu (lihat Bab 7, Butir 7.17 – 7.31). PENGUJIAN Hendaklah tersedia prosedur tertulis untuk pengujian bahan dan produk yang diperoleh dari tiap tahap produksi yang menguraikan metode dan alat yang harus digunakan. Pengujian yang dilaksanakan hendaklah dicatat (lihat Bab 7 Pengawasan Mutu, Butir 7.32 – 7.36). LAIN-LAIN Hendaklah tersedia prosedur pelulusan dan penolakan tertulis untuk bahan dan produk dan terutama pelulusan untuk penjualan produk jadi oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Catatan mengenai distribusi tiap bets produk hendaklah disimpan untuk memfasilitasi penarikan kembali bets bila perlu (lihat Bab 9 Penanganan Keluhan
√
Sesuai, Terdapat di dalam Prosedur Tetap Cara Pelulusan/ Penolakan Obat Jadi AO 000-18/Q Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
218
27
28
29
30
Terhadap Produk dan Penarikan Kembali Produk). Hendaklah tersedia prosedur tertulis dan catatan yang berkaitan mengenai tindakan yang harus diambil atau kesimpulan yang dicapai, di mana berlaku, untuk: validasi, misalnya proses, prosedur, prosedur analisis, sistem komputerisasi; perakitan peralatan, kualifikasi dan kalibrasi; perawatan, pembersihan dan sanitasi; hal yang berkaitan dengan personil termasuk pelatihan, pakaian, higiene; pemantauan lingkungan; pengendalian hama; keluhan; dan penarikan kembali produk.
√
Diuraikan di dalam Prosedur Tetap : Validasi Proses Nomor AV 00003/D; KualifikasiValidasi Sistem Komputer Nomor AV 000-04/C; Kalibrasi Nomor AG 000-06/I; Pelatihan Personel Nomor AL 0001/L; Sistem Managemen HSE Nomor EG 00001/B; Penanggulangan Hama Nomor AO 000-17/J; Penanganan Keluhann Nomor AO 000-20/L & Penarikan Kembali Obat Jadi Nomor AO 000-21/I Sesuai
√
Hendaklah tersedia prosedur pengoperasian yang jelas untuk peralatan utama pembuatan dan pengujian. Hendaklah disediakan buku log untuk mencatat peralatan utama atau kritis, sesuai keperluan, semua kegiatan validasi, kalibrasi, perawatan, pembersihan dan perbaikan, termasuk tanggal, identitas personil yang melaksanakan kegiatan tersebut. Pada buku log hendaklah juga dicatat dalam urutan kronologis penggunaan peralatan utama atau kritis dan area tempat produk diolah.
√
Diuraikan di dalam Prosedur Tetap Penyiapan dan Penanganan Logbook & List Nomor AG 00011/G Sesuai
√
BAB 11 PEMBUATAN DAN ANALISIS BERDASARKAN KONTRAK No
Poin dalam CPOB 2012
PT Aventis
Keterangan
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
219
Pharma UMUM 1 Hendaklah dibuat kontrak tertulis yang meliputi pembuatan dan/atau analisis obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait. Semua pengaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak termasuk usul perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain hendaklah sesuai dengan izin edar untuk produk bersangkutan. 3 Dalam hal analisis berdasarkan kontrak, pelulusan akhir harus diberikan oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) Pemberi Kontrak. PEMBERI KONTRAK 4 Pemberi Kontrak bertanggung jawab untuk menilai kompetensi Penerima Kontrak dalam melaksanakan pekerjaan atau pengujian yang diperlukan dan memastikan bahwa prinsip dan pedoman CPOB diikuti. 5 Pemberi Kontrak hendaklah menyediakan semua informasi yang diperlukan kepada Penerima Kontrak untuk melaksanakan pekerjaan kontrak secara benar sesuai izin edar dan persyaratan legal lain. Pemberi Kontrak hendaklah memastikan bahwa Penerima Kontrak memahami sepenuhnya masalah yang berkaitan dengan produk atau pekerjaan atau pengujian yang dapat membahayakan gedung, peralatan, personil, bahan atau produk lain. 6 Pemberi Kontrak hendaklah memasti-kan bahwa semua produk yang diproses dan bahan yang dikirimkan oleh Penerima Kontrak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan atau produk telah diluluskan oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) PENERIMA KONTRAK 7 Penerima Kontrak harus mempunyai gedung dan peralatan yang cukup, pengetahuan dan pengalaman, dan personil yang kompeten untuk melakukan pekerjaan yang diberikan oleh Pemberi Kontrak dengan memuaskan. Pembuatan
√
Diuraikan di dalam Prosedur Tetap Contract Manufacturer AO000-13/E
2
√
Sesuai
√
Terdapat di dalam Technical Agreement
√
Terdapat di dalam Technical Agreement
√
Terdapat di dalam Technical Agreement
√
Terdapat di dalam Technical Agreement
√
Pada Technical Agreement terdapat hal-hal yang berhubungan dengan pengadaan & pembuatan obat Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
220
obat berdasarkan kontrak hanya dapat dilakukan oleh industri farmasi yang memiliki sertifikat CPOB yang diterbitkan oleh Badan POM. Penerima Kontrak hendaklah memastikan bahwa semua produk dan bahan yang diterima sesuai dengan tujuan penggunaannya. 9 Penerima Kontrak hendaklah tidak mengalihkan pekerjaan atau pengujian apa pun yang dipercayakan kepadanya sesuai kontrak kepada pihak ketiga, tanpa terlebih dahulu dievaluasi dan disetujui oleh Pemberi Kontrak. Pengaturan antara Penerima Kontrak dan pihak ketiga mana pun hendaklah memastikan bahwa informasi pembuatan dan analisis disediakan kepada pihak ketiga dengan cara yang sama seperti yang dilakukan pada awalnya antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak. 10 Penerima Kontrak hendaklah membatasi diri dari segala aktifitas yang dapat berpengaruh buruk pada mutu produk yang dibuat dan/atau dianalisis untuk Pemberi Kontrak. KONTRAK 11 Kontrak hendaklah dibuat antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak dengan menetapkan tanggung jawab masingmasing pihak yang berhubungan dengan produksi dan pengendalian mutu produk. Aspek teknis dari kontrak hendaklah dibuat oleh personil yang kompeten yang mempunyai pengetahuan yang sesuai di bidang teknologi farmasi, analisis dan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Semua pengaturan pembuatan dan analisis harus sesuai dengan izin edar dan disetujui oleh kedua belah pihak. 12 Kontrak hendaklah menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan dan memastikan bahwa tiap bets telah dibuat dan diperiksa pemenuhannya terhadap persyaratan izin edar yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu
√
termasuk petunjuk CPOB, gedung, material, dan kualifikasi material serta personil. Terdapat di dalam Technical Agreement
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Terdapat di dalam Technical Agremeent
√
Sesuai
8
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
221
13
14
15
16
17
(Pemastian Mutu). Kontrak hendaklah menguraikan secara jelas penanggung jawab pengadaan, pengujian dan pelulusan bahan, produksi dan pengendalian mutu, termasuk pengawasan selama-proses, dan penanggung jawab pengambilan sampel dan fungsi analisis. Dalam hal analisis berdasarkan kontrak, kontrak hendaklah menyatakan apakah Penerima Kontrak mengambil atau tidak mengambil sampel di sarana pembuat obat. Catatan pembuatan, analisis dan distribusi, serta sampel pertinggal hendaklah disimpan oleh, atau disediakan untuk, Pemberi Kontrak. Semua catatan yang relevan untuk penilaian mutu produk, bila terjadi keluhan atau cacat produk, harus dapat diakses dan ditetapkan dalam prosedur penanganan produk cacat dan penarikan kembali obat yang dibuat oleh Pemberi Kontrak. Kontrak hendaklah memuat izin Pemberi Kontrak untuk menginspeksi sarana Penerima Kontrak.
√
Sesuai
√ Sesuai
Dilakukan “preeliminary” evauation antar lain berupa “pre-audit” kemampuan “ Contractor” di seluruh aspek kritis
√
Dalam hal analisis berdasarkan kontrak, Penerima Kontrak hendaklah memahami bahwa dia merupakan subjek untuk diinspeksi oleh Badan POM. Kontrak hendaklah menguraikan penanganan bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan ruahan, dan produk jadi bila bahan atau produk tersebut ditolak. Kontrak hendaklah juga menguraikan prosedur yang harus diikuti bila analisis berdasarkan kontrak menunjukkan bahwa produk yang diuji harus ditolak.
√
Sesuai
√
Sesuai
BAB 12 KUALIFIKASI DAN VALIDASI No
Poin dalam CPOB 2012
PT Aventis
Keterangan
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
222
Pharma PERENCANAAN VALIDASI 1 Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. 2 RIV hendaklah merupakan dokumen yang singkat, tepat dan jelas. 3 RIV hendaklah mencakup sekurangkurangnya data sebagai berikut: kebijakan validasi; struktur organisasi kegiatan validasi; ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi; format dokumen: format protokol dan laporan validasi, perenca naan dan jadwal pelaksanaan; pengendalian perubahan; dan acuan dokumen yang digunakan. 4 RIV terpisah mungkin diperlukan untuk suatu proyek besar. DOKUMENTASI 5 Protokol validasi tertulis hendaklah dibuat untuk merinci kualifikasi dan validasi yang akan dilakukan. Protokol hendaklah dikaji dan disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Protokol validasi hendaklah merinci langkah kritis dan kriteria penerimaan. Hendaklah dibuat laporan yang mengacu pada protokol kualifikasi dan/atau protokol validasi dan memuat ringkasan hasil yang diperoleh, tanggapan terhadap penyimpangan yang terjadi, kesimpulan dan rekomendasi perbaikan. Tiap perubahan terhadap rencana yang ditetapkan dalam protokol hendaklah didokumentasikan dengan pertimbangan yang sesuai. 7 Setelah kualifikasi selesai dilaksanakan, hendaklah diberikan persetujuan tertulis untuk dapat melaksanakan tahap kualifikasi dan validasi selanjutnya. KUALIFIKASI
√
Sesuai
Sesuai √
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
6
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
223
8
9
10
11
12 13
14
15
16
KUALIFIKASI DESAIN (KD) Kualifikasi Desain (KD) adalah unsur pertama dalam melakukan validasi terhadap fasilitas, sistem atau peralatan baru. Desain hendaklah memenuhi ketentuan CPOB dan didokumentasikan. Kualifikas Instalasi (KI) Kualifikasi Instalasi (KI) hendaklah dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan peralatan baru atau yang dimodifikasi. KI hendaklah mencakup, tapi tidak terbatas pada hal berikut: a) instalasi peralatan, pipa dan sarana penunjang dan instrumentasi hendaklah sesuai dengan spesifikasi dan gambar teknik yang didesain; b) pengumpulan dan penyusunan dokumen pengoperasian dan perawatan peralatan dari pemasok; c) ketentuan dan persyaratan kalibrasi; dan d) verifikasi bahan konstruksi. KUALIFIKASI OPERASIONAL (KO) KO hendaklah dilakukan setelah KI selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui. KO hendaklah mencakup, tapi tidak terbatas pada hal berikut: a) pengujian yang perlu dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang proses, sistem dan peralatan; dan b) pengujian yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas operasional atas dan bawah, sering dikenal sebagai kondisi terburuk (worst case). Penyelesaian KO yang berhasil hendaklah mencakup finalisasi kalibrasi, prosedur operasional dan prosedur pembersihan, pelatihan operator dan persyaratan perawatan preventif. Setelah selesai KO maka pelulusan fasilitas, sistem dan peralatan dapat dilakukan secara formal. KUALIFIKASI KINERJA (KK) KK hendaklah dilakukan setelah KI dan KO selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui. KK hendaklah mencakup, tapi tidak
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
224 terbatas pada hal berikut: √ Sesuai a) pengujian dengan menggunakan bahan baku, bahan pengganti yang memenuhi spesifikasi atau produk simulasi yang dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang proses, fasilitas, sistem dan peralatan; b) uji yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas operasional atas dan bawah. 17 Meskipun KK diuraikan sebagai kegiatan terpisah, dalam beberapa kasus √ Sesuai pelaksanaannya dapat disatukan dengan KO. KUALIFIKASI FASILITAS, PERALATAN DAN SISTEM TERPASANG YANG TELAH OPERASIONAL 18 Hendaklah tersedia bukti untuk mendukung dan memverifikasi parameter √ Sesuai operasional dan batas variabel kritis pengoperasian alat. Selain itu, kalibrasi, prosedur pengoperasian, pembersihan, perawatan preventif serta prosedur dan catatan pelatihan operator hendaklah didokumentasikan. VALIDASI PROSES UMUM 19 Ketentuan dan prinsip yang diuraikan Diuraikan di dalam dalam bab ini berlaku untuk pembuatan Prosedur Tetap sediaan obat, yang mencakup validasi √ Validasi dan proses baru (initial validation), validasi Pembersihan untuk bila terjadi perubahan proses dan validasi AV000-01/E ulang. 20 Pada umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk dipasarkan (validasi √ Sesuai prospektif). Dalam keadaan tertentu, jika hal di atas tidak memungkinkan, validasi dapat juga dilakukan selama proses produksi rutin dilakukan (validasi konkuren). Proses yang sudah berjalan hendaklah juga divalidasi (validasi retrospektif). 21 Fasilitas, sistem dan peralatan yang digunakan hendaklah telah terkualifikasi √ Sesuai dan metode analisis hendaklah divalidasi. Personil yang melakukan validasi hendaklah mendapat pelatihan yang sesuai. 22 Fasilitas, sistem, peralatan dan proses hendaklah dievaluasi secara berkala untuk √ Sesuai Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
225
verifikasi bahwa fasilitas, sistem, peralatan dan proses tersebut masih bekerja dengan baik. VALIDASI PROSPEKTIF 23 Validasi prospektif hendaklah mencakup, tapi tidak terbatas pada hal berikut: uraian singkat suatu proses; ringkasan tahap kritis proses pembuatan yang harus diinvestigasi; daftar peralatan/fasilitas yang digunakan termasuk alat ukur, pemantau dan pencatat serta status kalibrasinya; spesifikasi produk jadi untuk diluluskan; daftar metode analisis yang seharusnya; usul pengawasan selama-proses dan kriteria penerimaan; pengujian tambahan yang akan dilakukan termasuk kriteria penerimaan dan validasi metode analisisnya, bila diperlukan; pola pengambilan sampel (lokasi dan frekuensi); metode pencatatan dan evaluasi hasil; fungsi dan tanggung jawab; dan jadwal yang diusulkan; 24 Dengan menggunakan prosedur (termasuk komponen spesifik) yang telah ditetapkan, bets berurutan dapat diproduksi dalam kondisi rutin. Secara teoritis, jumlah proses produksi dan pengamatan yang dilakukan sudah cukup menggambarkan variasi dan menetapkan tren sehingga dapat memberikan data yang cukup untuk keperluan evaluasi. Secara umum, 3 (tiga) bets berurutan yang memenuhi parameter yang disetujui dapat diterima telah memenuhi persyaratan validasi proses. 25 Ukuran bets yang digunakan dalam proses validasi hendaklah sama dengan ukuran bets produksi yang direncanakan. 26 Jika bets validasi akan dipasarkan, kondisi pembuatannya hendaklah memenuhi ketentuan CPOB, hasil validasi tersebut
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
226
hendaklah memenuhi spesifikasi dan sesuai izin edar. VALIDASI KONKUREN 27 Dalam kondisi khusus, dimungkinkan tidak menyelesaikan program validasi sebelum produksi rutin dilaksanakan. 28 Keputusan untuk melakukan validasi konkuren harus dijustifikasi, didokumentasikan dan disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). 29 Persyaratan dokumentasi untuk validasi konkuren sama seperti validasi prospektif. VALIDASI RETROSPEKTIF 30 Validasi retrospektif hanya dapat dilakukan untuk proses yang sudah mapan, namun tidak berlaku jika terjadi perubahan formula produk, prosedur pembuatan atau peralatan. 31 Validasi proses hendaklah didasarkan pada riwayat produk. Tahap validasi memerlukan pembuatan protokol khusus dan laporan hasil kajian data untuk mengambil kesimpulan dan memberikan rekomendasi. 32 Sumber data hendaklah mencakup, tetapi tidak terbatas pada Catatan Pengolahan Bets dan Catatan Pengemasan Bets, rekaman pengawasan proses, buku log perawatan alat, catatan penggantian personil, studi kapabilitas proses, data produk jadi termasuk catatan data tren dan hasil uji stabilitas. 33 Bets yang dipilih untuk validasi retrospektif hendaklah mewakili seluruh bets yang dibuat selama periode pengamatan, termasuk yang tidak memenuhi spesifikasi, dan hendaklah dalam jumlah yang cukup untuk menunjukkan konsistensi proses. Pengujian tambahan sampel pertinggal mungkin perlu untuk mendapatkan jumlah atau jenis data yang dibutuhkan untuk melakukan proses validasi retrospektif. 34 Pada umumnya, validasi retrospektif memerlukan data dari 10 (sepuluh) sampai 30 (tiga puluh) bets berurutan untuk menilai konsistensi proses, tapi jumlah bets
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
227
yang lebih sedikit dimungkinkan bila dapat dijustifikasi. VALIDASI PEMBERSIHAN 35 Validasi pembersihan hendaklah dilakukan untuk konfirmasi efektivitas prosedur pembersihan. Penentuan batas kandungan residu suatu produk, bahan pembersih dan pencemaran mikroba, secara rasional hendaklah didasarkan pada bahan yang terkait dengan proses pembersihan. Batas tersebut hendaklah dapat dicapai dan diverifikasi. 36 Hendaklah digunakan metode analisis tervalidasi yang memiliki kepekaan untuk mendeteksi residu atau cemaran. Batas deteksi masing-masing metode analisis hendaklah cukup peka untuk mendeteksi tingkat residu atau cemaran yang dapat diterima. 37 Biasanya validasi prosedur pembersihan dilakukan hanya untuk permukaan alat yang bersentuhan langsung dengan produk. Hendaklah dipertimbangkan juga untuk bagian alat yang tidak bersentuhan langsung dengan produk. Interval waktu antara penggunaan alat dan pembersihan hendaklah divalidasi demikian juga antara pembersihan dan penggunaan kembali. Hendaklah ditentukan metode dan interval pembersihan. 38 Prosedur pembersihan untuk produk dan proses yang serupa, dapat dipertimbangkan untuk memilih suatu rentang yang mewakili produk dan proses yang serupa. Studi validasi tunggal dapat dilakukan menggunakan pendekatan kondisi terburuk dengan memerhatikan isu kritis. 39 Validasi prosedur pembersihan hendaklah dilakukan tiga kali berurutan dengan hasil yang memenuhi syarat untuk membuktikan bahwa prosedur pembersihan tersebut telah tervalidasi. 40 ”Uji sampai bersih” (test until clean) bukan merupakan pilihan untuk melakukan validasi prosedur pembersihan 41 Untuk produk yang beracun atau berbahaya dalam keadaan tertentu dapat disimulasikan dengan produk lain yang
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
228
mempunyai sifat fisika-kimia yang sama PENGENDALIAN PERUBAHAN 42 Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang merinci langkah yang diambil jika ada usul perubahan terhadap bahan awal, komponen produk, peralatan proses, lingkungan kerja (atau pabrik), proses produksi atau pengujian ataupun perubahan yang berpengaruh terhadap mutu atau reprodusibilitas proses. Prosedur pengendalian perubahan hendaklah memastikan bahwa data pendukung cukup untuk menunjukkan bahwa proses perubahan yang diperbaiki akan menghasilkan suatu produk sesuai mutu yang diinginkan dan konsisten dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. 43 Semua perubahan yang dapat memengaruhi mutu produk atau reprodusibilitas proses hendaklah secara resmi diajukan, didokumen-tasikan dan disetujui. Kemungkinan dampak perubahan fasilitas, sistem dan peralatan terhadap produk hendaklah dievaluasi, termasuk analisis risiko. Hendaklah ditentukan kebutuhan dan cakupan untuk melakukan kualifikasi dan validasi ulang. VALIDASI ULANG 44 Fasilitas, sistem, peralatan dan proses termasuk proses pembersihan hendaklah dievaluasi secara berkala untuk konfirmasi keabsahannya. Jika tidak ada perubahan yang signifikan terhadap status validasi, peninjauan dengan bukti bahwa fasilitas, sistem, peralatan dan proses memenuhi persyaratan yang ditetapkan akan kebutuhan revalidasi. VALIDASI METODE ANALISIS JENIS METODE ANALISIS YANG HARUS DIVALIDASI 45 Validasi metode analisis umumnya dilakukan terhadap 4 jenis: uji identifikasi; uji kuantitatif kandungan impuritas (impurity); uji batas impuritas; dan uji kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan aktif obat atau obat
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
229
46
47
48
atau komponen tertentu dalam obat. Metode analisis lain, seperti uji disolusi untuk obat atau penentuan ukuran partikel untuk bahan aktif obat, hendaklah juga divalidasi. Uraian singkat mengenai jenis uji metode analisis adalah sebagai berikut: a) Uji identifikasi bertujuan untuk memastikan identitas analit dalam sampel. Uji ini biasanya dilakukan dengan membandingkan karakteristik sampel (misal: spektrum, profil kromatogram, reaksi kimia, dan lain-lain) terhadap baku pembanding; b) Pengujian impuritas dapat dilakukan melalui uji kuantitatif atau uji batas impuritas dalam sampel. Masing-masing pengujian tersebut bertujuan merefleksikan secara tepat karakteristik kemurnian sampel. Karakteristik validasi yang lain diperlukan untuk uji kuantitatif dibanding untuk uji batas impuritas; c) Prosedur penetapan kadar bertujuan untuk menentukan kadar analit dalam sampel. Dalam hal ini penetapan kadar menunjukkan pengukuran komponen utama yang terkandung dalam bahan aktif obat. Untuk obat, karakteristik validasi yang serupa juga berlaku untuk penetapan kadar zat aktif atau komponen tertentu. Karakteristik validasi yang sama juga dapat dilakukan untuk penetapan kadar yang berkaitan dengan metode analisis lain (misal uji disolusi). Tujuan prosedur analisis hendaklah jelas dan dimengerti karena hal ini akan menentukan karakteristik validasi yang perlu dievaluasi. Karakteristik validasi yang umumnya perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: akurasi; presisi; ripitabilitas; intermediate precision; spesivisitas; batas deteksi; batas kuantitasi; linearitas; dan
√
Sesuai
√
Sesuai
√
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
230
49
50
rentang. Validasi ulang mungkin diperlukan pada kondisi sebagai berikut: perubahan sintesis bahan aktif obat; perubahan komposisi produk jadi; dan perubahan prosedur analisis. Tingkat validasi ulang yang diperlukan tergantung pada sifat perubahan. Perubahan tertentu lain mungkin juga memerlukan validasi ulang.
√
Sesuai
√
Sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT AVENTIS PHARMA JL. JEND. A, YANI, PULOMAS JAKARTA PERIODE 02 SEPTEMBER – 31 OKTOBER 2013
EVALUASI PELAKSANAAN PENINJAUAN DAN PENILAIAN MUTU PRODUK TAHUNAN (ANNUAL PRODUCT REVIEW) TABLET TELFAST® 60 MG PERIODE 2011 - 2012
EFI PUSPITASARI., S. Farm 1206329530
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii DAFTAR TABEL ........................................................................................... . iii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... v BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1.1 Latar Belakang .............................................................................. ... 1.2 Tujuan ...............................................................................................
1 1 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3 2.1 Pengkajian Mutu Produk (Product Quality Review) ........................ 3 2.2 Penyiapan Annual Product Review ................................................... 4 2.3 Raw Data Template (RDT) ............................................................... 5 2.4 Isi dari Annual Product Review......................................................... 6 2.5 Pelaporan dan Dokumentasi .............................................................. 18 2.5 Kapabilitas Proses ............................................................................. 19 BAB 3. METODOLOGI PENGKAJIAN ........................................................... 3.1 Lokasi dan Waktu ................................................................................. 3.2 Metode Pengkajian ...............................................................................
25 25 25
BAB 4. PEMBAHASAN .......................................................................................
26
BAB 5. KESIMPULAN & SARAN ..................................................................... 33 5.1 Kesimpulan........................................................................................ 33 5.2 Saran .................................................................................................. 33
DAFTAR ACUAN ............................................................................................ 34
ii
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Klasifikasi KTKO ............................................................................. Tabel 2.2. Parameter kritis pada proses produksi tablet salut film dan tablet salut gula .... ........................................................................................ Tabel 2.3. Parameter kritis pada proses produksi kapsul ................................... Tabel 2.4. Parameter kritis pada proses produksi larutan ................................... Tabel 2.5. Parameter kritis pada proses produksi salep, krim, dan suppositoria Tabel 2.6. Rumus dan definisi Indeks Kapabilitas Proses ................................. Tabel 2.7. Interpretasi nilai Ppk ..........................................................................
iii
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
10 16 16 16 17 22 23
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Grafik proses terhadap batas spesifikasinya................................... Gambar 2.2. Grafik Cpk < 1 (Not Capable Process) .......................................... Gambar 2.3. Grafik Cpk = 1 – 1.33 (Barely Capable Process) .......................... Gambar 2.4. Grafik Cpk > 1.33 (Highly Capable Process) ..................................
iv
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
23 24 24 24
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Tabel Raw Data Template ............................................................. 36
v
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) merupakan bagian dari Pemastian
Mutu yang memastikan bahwa obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi produk. Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya (BPOM, 2012) Industri farmasi memproduksi berbagai sediaan farmasi yang dilakukan setiap tahunnya, diantaranya sediaan padat seperti tablet, sediaan setengah padat seperti salep, suppositoria dan cream, sediaan cair seperti sirup. Dalam rangka menjamin mutu terhadap khasiat, keamanan dan kualitas produk yang dihasilkan, maka industri farmasi harus menerapkan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik). Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses (BPOM, 2012). Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya dilakukan tiap tahun dan didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil kajian ulang sebelumnya yang dikenal sebagai Peninjauan & Penilaian Tahunan Terhadap Produk atau APR (Annual Product Review). Pengkajian produk tahunan ini merupakan salah satu metode evaluasi kualitas produk secara keseluruhan berupa data pengendalian mutu sediaan yang diproduksi selama satu tahun. APR (Annual Product Review) adalah dokumen yang berisi data yang berasal dari Prosedur Pengolahan Induk, Prosedur Pengemasan Induk dan Catatan Hasil Pemeriksaan mengenai produk yang diproduksi setiap tahunnya, baik untuk
1
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
2
sediaan padat (tablet, tablet salut) maupun setengah padat (krim, salep dan suppositoria) yang terdokumentasi di dalam batch record. PT Aventis Pharma melakukan pengkajian APR (Annual Product Review) setiap setahun sekali terhadap produk berdasarkan bentuk sediaan farmasinya dengan interval waktu yang berbeda – beda. Untuk sediaan tablet pengkajian APR dilakukan dalam interval bulan Januari hingga bulan Januari tahun selanjutnya. (Aventis Pharma, 2012f). Dalam laporan tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT Aventis Pharma, akan diuraikan mengenai prosedur penyusunan Annual Product Review produk Tablet Telfast® 60 mg periode 2011 – 2012.
1.2
Tujuan Tujuan dari penyusunan laporan tugas khusus Praktek Kerja Profesi ini
diantaranya : 1.2.1 Memahami prosedur penyusunan pengkajian dan penilaian tahunan (Annual Product Review) di industri farmasi, khususnya di PT. Aventis Pharma. 1.2.2 Menilai pelaksanaan penyusunan laporan pengkajian dan penilaian tahunan (Annual Product Review) untuk produk Tablet Telfast® 60 mg periode 2011 – 2012 dan membandingkan sistem Annual Product Review di PT. Aventis Pharma dengan CPOB yang berlaku.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengkajian Mutu Produk (Product Quality Review) Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor. Tujuannya adalah untuk membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses (BPOM, 2012 dan PIC/S 2013). Menurut BPOM (2012) dan PIC/S (2013), pengkajian mutu produk secara berkala
biasanya
dilakukan
tiap
tahun
dan
didokumentasikan,
dengan
mempertimbangkan hasil kajian sebelumnya dan hendaklah meliputi : a.
Kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan untuk produk, terutama yang dipasok dari sumber baru.
b.
Kajian terhadap pengawasan selama proses yang kritis dan hasil pengujian obat jadi.
c.
Kajian terhadap semua batch yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dan investigasi yang dilakukan.
d.
Kajian terhadap semua penyimpangan atau ketidaksesuaian yang signifikan dan efektivitas hasil tindakan perbaikan dan pencegahan.
e.
Kajian terhadap semua perubahan yang dilakukan terhadap proses atau metode analisis.
f.
Kajian terhadap variasi yang diajukan, disetujui, ditolak dari dokumen registrasi yang telah disetujui, terutama dokumen registrasi untuk produk ekspor.
g.
Kajian terhadap hasil program pemantauan stabilitas dan segala tren yang diinginkan.
h.
Kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan dan penarikan obat yang terkait dengan mutu produk, termasuk investigasi yang telah dilakukan.
i.
Kajian kelayakan terhadap tindakan perbaikan proses produk atau peralatan yang sebelumnya.
3
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
4
j.
Kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan pada obat yang baru mendapatkan persetujuan pendaftaran dan obat dengan persetujuan pendaftaran variasi.
k.
Status kualifikasi peralatan dan sarana yang relevan misal sistem tata udara (HVAC), air, gas bertekanan dan lain – lain.
l.
Kajian terhadap kesepakatan teknis untuk memastikan selalu up to date. Industri farmasi hendaklah melakukan evaluasi terhadap hasil kajian dan
suatu penilaian hendaklah dibuat untuk menentukan apakah tindakan perbaikan dan pencegahan ataupun validasi ulang hendaklah dilakukan. Alasan tindakan perbaikan hendaklah didokumentasikan. Tindakan pencegahan dan perbaikan yang telah disetujui hendaklah diselesaikan secara efektif dan tepat waktu. Hendaklah tersedia prosedur manajemen untuk manajemen yang sedang berlangsung dan pengkajian aktivitas serta efektivitas prosedur tersebut yang diverifikasi pada saat inspeksi diri. Bila dapat dibenarkan secara ilmiah, pengkajian mutu dapat dikelompokkan menurut jenis produk, misal sediaan padat, sediaan cair, produk steril, dan lain – lain (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012; PIC/S, 2013) Pengkajian mutu produk dilakukan secara berkala, umumnya dilakukan tiap tahun dan dituangkan dalam dokumen Pengkajian Produk Tahunan (Annual Product Review). Pengkajian produk tahunan dilakukan oleh bagian pemastian mutu dibantu oleh bagian pengawasan mutu dan bagian produksi. Pengkajian produk tahunan hendaklah dilakukan untuk tiap produk berdasarkan pengkajian risiko untuk menetapkan prioritas produk yang dikaji. Pengkajian produk tahunan mencakup pengkajian data dan penilaian terhadap tindak lanjut berupa perbaikan, pencegahan atau revalidasi jika diperlukan. Batas waktu dan penanggung jawab untuk pelaksanaan tindak lanjut tersebut hendaklah ditetapkan. Demi efektivitas, sistem Pengkajian Produk Tahunan ini perlu dikelola dengan baik dan dibuktikan melalui inspeksi diri. (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2009)
2.2. Penyiapan Annual Product Review (Aventis Pharma, 2012e) Penyiapan Annual Product Review dilakukan setiap satu tahun sekali. Annual Product Review harus diselesaikan dalam waktu 90 hari dari waktu akhir Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
5
periode penilaian terhadap produk. Penyiapan Annual Product Review dibagi menjadi empat gelombang, yaitu : a.
Sediaan tablet dilakukan dalam interval bulan Januari sampai Januari tahun selanjutnya.
b.
Sediaan krim dilakukan dalam interval bulan Maret sampai Maret tahun selanjutnya.
c.
Sediaan tablet salut dilakukan dalam interval bulan Juni sampai Juni tahun selanjutnya.
d.
Sediaan suppositoria dilakukan dalam interval bulan September sampai September tahun selanjutnya. Jika jumlah batch yang diproduksi dalam satu tahun kurang dari 5 batch,
maka Annual Product Review harus tetap dibuat dan dapat memasukkan penilaian 2 atau 3 tahun produksi. Quality Assurance akan mengambil data yang dibutuhkan untuk Annual Product Review dari Raw Data Template untuk hasil analisa QC dan batch record untuk parameter produksi dan hasil In Process Control. Tim kerja pembuatan Annual Product Review terdiri dari Supervisor Processing, Supervisor Packaging, Supervisor Quality Control, Quality Assurance Officer dan Quality Assurance Manager. Penyusunan Annual Product Review ini bertujuan untuk meninjau dan memastikan konsistensi dari suatu proses, mengevaluasi trend hasil produksi untuk akhirnya dapat memutuskan perlu tidaknya dilakukan perbaikan suatu proses, perubahan spesifikasi dan kemungkinan revalidasi.
2.3. Raw Data Template (RDT) Penyusunan APR dimulai dengan penyusunan Raw Data Template (Lampiran 1). Raw Data Template (RDT) merupakan kumpulan data yang dimasukkan ke file Microsoft Excel. Data berasal dari batch record yang berisi identitas produk yang diproduksi seperti: a.
Product name, yaitu nama produk yang diproduksi.
b.
Batch number, yaitu nomor batch produk yang diproduksi.
c.
Package, yaitu tentang jenis pengemas dan satuan pengemasan. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
6
d.
Standard Batch Size, yaitu besarnya produksi tiap satu batch.
e.
Spesifikasi raw material zat aktif meliputi nama, nomor batch, kuantitas zat aktif.
f.
Besar batch yang akan diproduksi beserta tanggal dimulainya produksi dan waktu kadaluarsa.
g.
Proses tahapan produksi dan alat yang digunakan, termasuk tipe alat, kondisi, dan lama penggunaan alat.
h.
Data In Process Control.
i.
Proses pengemasan, meliputi nomor batch, tanggal pengemasan serta yield pengemasan.
j.
Proses pengawasan mutu, meliputi data – data dari pengujian terhadap produk jadi.
k.
Data analis yang berisi nama analis yang melakukan pengujian terhadap produk.
2.4. Isi dari Annual Product Review Menurut Prosedur Tetap, Setelah semua data dari batch record dimasukkan ke RDT di komputer, selanjutnya dilakukan pengintegrasian ke dalam file APR. Isi APR adalah sebagai berikut (Aventis Pharma, 2012e) : 2.4.1. Rekomendasi hasil temuan dan langkah yang dilakukan pada Annual Product Review tahun sebelumnya.
2.4.2. Gambaran dari suatu produk yang dibuat dan ditest a. Jumlah batch dari produk tersebut yang diproduksi dan diluluskan termasuk parsial batch dalam jangka waktu tertentu. b. Jumlah batch dan prosentasi dari produk yang ditolak (tidak sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan) pada jangka waktu tertentu termasuk alasan penolakan. c. Jumlah dan prosentase batch yang mengalami proses ulang serta alasannya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
7
2.4.3. Parameter kritis IPC ( In Process Control) a. Sediaan tablet, tablet salut film, tablet salut gula, parameter kritis dalam IPC yang dilakukan adalah berat rata-rata tablet, kekerasan, keregasan, waktu hancur. b. Sediaan kapsul, parameter kritis IPC yang dilakukan adalah berat rat-rata dan waktu hancur. c. Sediaan krim dan salep adalah berat rata-rata, titik leleh dan viskositas. d. Sediaan suppositoria dan ovula seperti berat rata-rata, berat isi rata-rata dan waktu leleh. e. Larutan seperti pH, pengotor, kadar, berat jenis dan viskositas.
2.4.4. Evaluasi dari semua batch yang tidak memenuhi syarat serta investigasinya. a. Penyimpangan (Deviasi) (Aventis Pharma, 2011b) Penyimpangan merupakan suatu pelanggaran dari intruksi atau standar yang telah ditetapkan dalam proses pembuatan dan pengujian, ketidaksesuaian terhadap spesifikasi yang telah ditentukan atau kegagalan terhadap sistem GMP yang terkait. Dimana penyimpangan tersebut dapat mempengaruhi tingkat kesehatan pasien. Sebagai contoh, hasil disolusi tidak memenuhi syarat, adanya kontaminasi dalam suatu produk, kesalahan penandaan batch, dsb. Berdasarkan tingkat kekritisannya, penyimpangan dikategorikan menjadi 3 kategori, yaitu : a) Critical deviation yaitu penyimpangan/kekurangan pada material, produk obat, alat kesehatan, sistem atau jasa yang dapat secara signifikan mempengaruhi kualitas, keamanan atau efikasi dari obat atau alat kesehatan yang mengancam jiwa, kekurangan apapun yang atau menyebabkan terjadinya situasi yang dapat dikategorikan sebagai critical oleh badan regulasi. Contoh : -
Penyimpangan dalam melakukan suatu tahap proses pembuatan
-
Kesalahan dalam pemakaian bahan/material
-
Kesalahan penimbangan atau tercampur dengan bahan lain
-
Out of Spesification hasil uji/ pemeriksaan
-
Hasil uji stabilitas diluar spesifikasi Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
8
b) Major deviation, yaitu penyimpangan yang tidak termasuk kritikal, yang secara potensial mempengaruhi kualitas, keamanan, efikasi, atau pemenuhan persyaratan GMP dari suatu produk obat/ alat kesehatan. Contoh : -
Yield produk berlebih karena penimbangan eksipien atau zat tambahan lain yang tidak beresiko.
-
Kesalahan pencetakan nomor batch, tanggal daluarsa tetapi produk belum diluluskan.
c) Minor deviation yaitu penyimpangan yang tidak termasuk kritikal atau major, yang secara umum berdampak pada sistem GMP, utilities, peralatan, bahan, komponen, lingkungan atau dokumentasi, tetapi tidak mempengaruhi kualitas, keamanan atau efikasi dari produk obat atau alat kesehatan. Contoh : -
Batas penyimpangan produk setengah jadi terlampaui
-
Ditemukan imported finished good yang tidak memiliki penandaan batch pada proses repacking.
Menurut golongan, penyimpangan dibagi menjadi : a) General Failure (GF) yaitu semua penyimpangan yang terjadi di “site” dan hal
tersebut
tidak
berhubungan
langsung
dengan
suatu
produk,
penyimpangan sistem pengolahan air. b) Batch Deviation (BD) yaitu semua penyimpangan yang terjadi selama proses pembuatan atau pengemasan suatu
batch produk, misalnya
kegagalan salah satu tahapan proses, pengemasan. b. Out Of Spesification (OOS) Out Of Spesification yang terjadi selama 1 tahun tersebut, berisi nomor OOS, nomor bets produk yang mengalami OOS, dan penjelasan mengenai OOS yang terjadi. OOS adalah hasil yang menyimpang dari spesifikasi dan limit yang sudah ditetapkan. Tahapan tindak lanjut yang dapat diambil sesuai dengan hasil pemeriksaan yang didapat antara lain (Aventis Pharma, 2011c): a) Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh yang sama dan produk yang sudah released.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
9
b) Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh baru oleh pemeriksa yang berbeda. c) Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh baru oleh pemeriksa yang pertama (bila perlu). d) Membandingkan hasil pemeriksaan ulang diatas dengan persyaratan test method dan farmakope (EP, USP dan FI). e) Contoh untuk pemeriksaan ulang tersebut diambil sebanyak 2 kali dari pemeriksaan normal.
Penyelidikan terhadap OOS harus diselesaikan maksimal 30 hari. Setelah penyelidikan lengkap, hasil tersebut akan dievaluasi dan diambil keputusan akhir mengenai status produk yang bersangkutan. Jika disimpulkan OOS disebabkan oleh kesalahan QC, maka hasil analisis harus dibatalkan dan analisis baru (fresh anlysis) harus dilakukan.
c. Failure Investigation Review (FIR) Kegagalan
adalah
kejadian
yang
dapat
menyebabkan
terjadinya
penyimpangan, contohnya kesalahan informasi pada label identitas yang ditemukan sebelum produk terkait digunakan, kegagalan pada sistem AHU. Failure Investigation Review (FIR) yang terjadi selama tahun tersebut, berisi nomor FIR, nomor batch produk yang mengalami FIR dan penjelasan mengenai FIR yang terjadi.
2.4.5. Keluhan (Product Technical Complaint) (Aventis Pharma, 2012 c) Keamanan obat yang dikonsumsi masyarakat merupakan tanggung jawab setiap perusahaan farmasi. Keamanan obat erat kaitannya dengan masalah efek samping obat dan masalah kualitas obat. Keluhan yang menyangkut efek samping obat maupun keluhan kualitas obat harus diselidiki dan dievaluasi serta di ambil tindak lanjut yang sesuai guna mencari penyelesaian yang sebaik mungkin. Keluhan terdiri dari : a.
Keluhan yang menyangkut Efek Samping Obat (ESO)
b.
Keluhan yang menyangkut Keluhan Teknis Kualitas Obat (KTKO) Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
10
Keluhan yang berhubungan dengan ESO maka pelaporan ditujukan ke Medical and Regulatory Division sedangkan yang menyangkut Teknis Kualitas Obat atau KTKO akan ditujukan ke IQC Department. Keluhan digolongkan menjadi empat kelas, ditunjukkan pada tabel 2.1. Tabel 2.1. Klasifikasi KTKO sebagai berikut : Kelas Kelas I
Definisi Kerusakan pada produk yang dapat mengancam jiwa atau mengakibatkan resiko besar terhadap kesehatan.
Kelas II
Kerusakan pada produk yang menyebabkan sakit pada pasien atau menyebabkan kegagalan dalam proses penyembuhan.
Kelas III
Kerusakan pada produk yang menimbulkan gangguan kesehatan yang
tidak
major
melainkan
hanya
menimbulkan
ketidaknyamanan pasien dalam hal penggunaan produk. Kelas IV
Kerusakan pada produk yang tidak mengancam jiwa manusia tetapi dapat menyebabkan ketidaknyamanan pasien dalam menggunakan produk dan berdampak negatif terhadap nama baik perusahaan
2.4.6. Penarikan produk (Aventis Pharma, 2012d) Penarikan kembali obat jadi biasanya disebabkan oleh : a.
Adanya permasalahan kualitas, keamanan dan efikasi dari produk, misalnya terjadi deviasi, keluhan teknis kualitas obat, keluhan terkait reaksi obat yang tidak diinginkan.
b.
Penyesuaian
dengan kebijakan administratif dari pihak berwenang
(pemerintah, Badan POM) Penarikan kembali obat jadi dilakukan segera setelah evaluasi laporan dan bila perlu hasil pemeriksaan contoh per tinggal di Laboratorium Pengawasan Mutu selesai dilakukan. Penarikan obat harus tuntas dalam arti semua obat yang telah terlajur beredar di tingkat distributor, sub distributor maupun pengecer (Toko Obat, Apotek) dan dari pemakaian
langsung (Rumah Sakit, Dokter)
diusahakan untuk dapat ditarik kembali. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
11
2.4.7. Produk kembalian (Aventis Pharma, 2012b) Obat kembalian adalah obat jadi yang kembali setelah diserahterimakan dari PT Aventis Pharma ke pihak ketiga (distributor, ekspedisi) dan kembalian ke gudang PT. Aventis Pharma dengan alasan : a.
Masalah keabsahan maupun salah kirim.
b.
Penarikan produk dan/ atau pack size dari pasaran.
c.
Kerusakan obat atau pengemasnya (setelah keluar dari gudang PT. Aventis Pharma) selama pengiriman/penyimpangan .
d.
Kelainan dari segi kualitas (baik kualitas obat maupun kualitas bahan pengemas). Sedangkan obat yang sudah kadaluarsa di distributor dan dikembalikan ke
PT Aventis Pharma tidak termasuk ke dalam penggolongan obat kembalian karena pada prinsipnya PT Aventis Pharma tidak menerima pengembalian obat yang sudah kadaluarsa. Obat kembalian dapat berasal dari : 1) Gudang yang diawasi oleh PT Aventis Pharma. 2) Gudang distributor yang diawasi oleh PT. Aventis Pharma termasuk lembaga lain : rumah sakit, apotek. Penerimaan obat kembalian dapat diberikan langsung ke IQC departemen jika dalam jumlah kecil (sampai satu master box). Jika dalam jumlah besar maka produk untuk sementara dapat dititipkan di gudang Aventis Pharma.
2.4.8. Trend analisis dari key-in proses produksi dan data pelulusan serta analisis data secara statistik.
2.4.9. Evaluasi hasil data stabilitas dan trend analisis dari data stabilitas (follow up stability dan post market stability) Pemeriksaan stabilitas analisis bertujuan antara lain : (Aventis Pharma, 2013a) a.
Mengetahui perubahan penguraian bahan aktif sehingga dapat digunakan untuk menentukan batas kadaluarsa atau batas penyimpanannya.
b.
Memastikan bahwa produk yang dipasarkan stabil sampai tanggal daluarsa yang tercantum pada label. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
12
c.
Memenuhi persyaratan registrasi obat jadi.
d.
Menentukan jenis kemasan yang tepat pada kondisi penyimpanan.
e.
Mengetahui apakah cara pembuatan dari setiap batch sama. Menurut Global Standar Aventis, dikenal 6 pemeriksaan stabilitas, yaitu
(Aventis Pharma, 2013a) a.
Tipe 0 : Batch Preformulasi Batch yang dirancang untuk formula baru. Stability study ini dilakukan untuk memutuskan komposisi akhir dari formula tersebut. Sampel disimpan dalam kondisi dipercepat (accelerated testing condition) selama 3 bulan.
b.
Tipe 1 : Batch skala laboratorium Pemeriksaan awal terhadap stabilitas dari bahan aktif dan produk atau campuran dari excipient dan bahan aktif. Pemeriksaan
ini sebaiknya
dilakukan pada kondisi dipercepat (accelerated testing condition) atau under stress. c.
Tipe II : Batch skala pilot Peyelidikan lanjutan atas stabilitas bahan aktif atau obat jadi setelah dilakukan scale up production.
d.
Tipe III : Batch komersial Pemeriksaan stabilitas dari bahan aktif atau obat jadi yang akan dipasarkan untuk mendapatkan atau mencari waktu kadaluarsanya.
e.
Tipe IV : Post Marketing Studies Untuk pemeriksaan stabilitas rutin terhadap produk yang mengalami beberapa perubahan, misalnya perubahan bahan baku, perubahan proses.
f.
Tipe khusus : Studi yang tidak termasuk dalam kategori di atas. Pemeriksaan stabilitas yang di evaluasi dalam Annual Product Review adalah Follow Up Stability dan Post Market Stability.
2.4.10. Perubahan yang terjadi dalam proses produksi, pengemasan, pemeriksaan dan lainnya ( Aventis Pharma 2013b). Perubahan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang terjadi pada proses pembuatan atau pemeriksaan produk yang telah diproduksi, dapat meliputi tata cara pembuatan obat termasuk bahan baku, control test, protap, dan perubahan Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
13
terhadap sistem pendukung seperti mesin, tata udara, ruang, serta mencakup bila terjadi perubahan supplier baik untuk bahan baku maupun bahan pengemas. Sasaran dari pengendalian terhadap perubahan ini adalah menjamin bahwa perubahan yang dilakukan terhadap proses produksi, jenis bahan baku yang digunakan, termasuk sistem pendukung (alat, ruangan, mesin-mesin, prosedur pemeriksaan, penyimpanan atau distribusi yang mempengaruhi mutu produk, GMP/ CPOB termasuk kualifikasi/ validasi, HSE dan regulatori. Perubahan meliputi bahan/ raw material (perubahan supplier, proses, spesifikasi), proses, formula, spesifikasi dan test method, pelabelan, alat kesehatan, peralatan, instrument, produk baru, utilitas dan fasilitas yang digunakan untuk mendukung dokumen GMP/ CPOB. Perubahan didokumentasikan dengan sistem manajemen perubahan (GIMC) yang merupakan suatu sistem komputerisasi yang akan digunakan untuk pembuatan perubahan. Sistem ini mengatur alur perubahan mulai dari pengajuan, evaluasi hingga persetujuan perubahan. Rancangan perubahan dibuat oleh departemen yang bersangkutan yang akan mengadakan perubahan diinformasikan kepada IQC Departement, kemudian bersama-sama dengan departemen terkait akan merencanakan dan memutuskan tindakan apa yang harus dilakukan dalam menanggapi perubahan tersebut.
2.4.11. Status validasi terkait produk yang dilakukan (Validasi proses dan pengemasan, pembersihan dan metode analitik) serta kualifikasi peralatan terkait produk. a.
Validasi proses (Aventis Pharma, 2013c) Cara pemastian dan pembuktian yang terdokumentasi bahwa proses
berlangsung dalam parameter yang telah ditentukan, mampu dan dapat dipercaya untuk menghasilkan produk sesuai dengan kualitas yang diinginkan dan memiliki tingkat keterulangan yang tinggi.
b.
Validasi pengemasan Tujuannya adalah memberikan dokumentasi tertulis bahwa prosedur
pengemasan yang digunakan sesuai dengan persyaratan rekonsiliasi yang Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
14
ditentukan secara konsisten, operator melakukan proses pengemasan secara kompeten dan tidak terjadi mix up antar produk maupun antar batch.
c.
Validasi pembersihan (Aventis Pharma, 2013d) Tujuannya adalah untuk memastikan dan membuktikan efektivitas dari
prosedur pembersihan untuk menghilangkan sisa produk sebelumnya, dan mengurangi jumlah cemaran mikrobanya sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
d.
Validasi metode analitik Mengetahui apakah metode analitik sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Validasi tersebut dilakukan terhadap 4 jenis prosedur analisis yaitu uji identifikasi, uji kuantitatif impuritas, uji batas impuritas, serta uji kuantitatif zat aktif dalam sampel.
e.
Kualifikasi (Aventis Pharma, 2012a) Pembuktian secara tertulis yang membuktikan bahwa alat, fasilitas, sistem
penunjang, komputer, dan proses pengemasan secara otomatis bekerja sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Kualifikasi hanya dilakukan sekali yaitu saat awal penggunaan alat, maupun saran penunjang. Kualifikasi terdiri dari : a) Design Qualification (DQ) Dokumen pada Design Qualification berisi tinjauan tentang persyaratan spesifik yang diinginkan user menyangkut design alat, spesifikasi, konstruksi, dan hasil yang akan dicapai alat bersangkutan. Dokumen disusun sebelum alat bersangkutan dibeli. DQ hanya dilakukan untuk Prospective Qualification yaitu alat atau sistem baru dan harus disiapkan sebelum Installation Qualification (IQ), tidak dilakukan untuk mesin lama.
b) Installation Qualification (IQ) Pembuktian secara tertulis bahwa peralatan bersangkutan dibuat dan dipasang dengan benar, semua komponen serta sistemnya ada dan sesuai DQ. IQ Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
15
menguji atribut statis dari suatu alat atau sistem. Dokumen IQ meliputi identifiers, engineering spesification, utility and installation testing, instrument calibration, special procedures, serta final engineering drawings. Pemasangan instalasi dilakukan bersama dengan wakil / teknisi pemasok. Pada saat pemasangan mesin biasanya disertai dengan pelatihan secara langsung dari teknisi pemasok tentang pemasangan, pemeliharaan dan perbaikan.
c) Operation Qualificatin (OQ) Pembuktian secara tertulis bahwa peralatan bersangkutan dapat beroperasi sesuai kriteria/ desain yang telah ditentukan, yang kebenaran kerjanya dapat dibandingkan dari kriteria penerimaanya. OQ menguji atribut dinamis dari suatu alat atau sistem. Mesin dikualifikasi dalam keadaan dijalankan untuk mengetahui apakah mesin beroperasi sesuai dengan fungsinya.
d) Performance Qualification (PQ) Pembuktian secara tertulis bahwa peralatan atau suatu product contact utility dapat secara konsisten memberikan kinerja yang baik, agar alat dapat menghasilkan produk sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Protokol PQ meliputi critical parameters, acceptance parameters and acceptable ranges serta test methods/procedurs to complete the test of critical parameters.
2.4.12. Rekomendasi dari hasil audit BPOM dan regulatory issue terkait produk.
2.4.13. Formula (termasuk formula yang berlaku dan lama)
2.4.14. Pengumpulan parameter kritis pada proses produksi : (Aventis Pharma, 2012e) Parameter kritis pada produksi tablet, tablet salut dan tablet salut gula, kapsul, larutan, dan salep, krim serta suppositoria dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
16
a.
Tablet, tablet salut dan tablet salut gula
Tabel 2.2. Parameter kritis pada proses produksi tablet, tablet salut film dan tablet salut gula. No 1 2 3 4 5 6
7 b.
Tahap Pencampuran
Parameter Kritis a. Waktu pencampuran b. Kecepatan pencampuran Granulasi a. Kecepatan mesin granulasi b. Waktu granulasi Pengeringan a. Suhu (inlet dan outlet) b. Waktu pengeringan Pencampuran akhir / a. Waktu pencampuran Lubrikasi b. Kecepatan pencampuran Pencetakan a. Gaya/tekanan pencetakan b. Kecepatan pencetakan Penyalutan a. Kecepatan mesin penyalutan b. Kecepatan penyemprotan c. Flow rate d. Suhu (inlet/outlet) e. Waktu penyalutan Yield dari proses processing dan packaging
Kapsul
Tabel 2.3. Parameter kritis pada proses produksi kapsul. No 1
Tahap Pencampuran
2
Pengisian
a. b. a. b. c.
Parameter Kritis Waktu pencampuran Kecepatan pencampuran Kecepatan pengisian Kelembapan udara Suhu ruangan
c. Larutan Tabel 2.4. Parameter kritis pada proses produksi larutan No 1
2
Tahap Pencampuran
Parameter Kritis a. Waktu pencampuran a. Suhu pelarutan/pencampuran b. Kecepatan pengadukan Yield dari proses processing dan packaging Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
17
d. Salep, krim dan suppositoria Tabel 2.5. Parameter kritis pada proses produksi salep, krim, suppositoria No 1 2
3 4
Tahap Pencampuran
Parameter Kritis a. Waktu pencampuran b. Kecepatan pencampuran Homogenisasi c. Waktu pencampuran b. Kecepatan pencampuran c. Suhu akhir Pengisian d. Lama proses pengisian Yield dari proses processing dan packaging
2.4.15. Pengumpulan parameter kritis dari produk yang diperiksa di laboratorium a.
Tablet, tablet salut film, tablet salut gula parameter kritis yang diperiksa yaitu berat rata-rata, kekerasan, keregasan, waktu hancur, pengotor, kadar dan keseragaman kadar, pelepasan obat, data stabilitas (bila ada).
b.
Kapsul parameter kritisnya yaitu berat isi rata-rata, kadar dan keseragaman kadar, pengotor, pelepasan obat, waktu hancur, data stabilitas (bila ada).
c.
Larutan, parameter kritisnya meliputi pH, pengotor, kadar, berat jenis, viskositas, data stabilitas (bila ada), cemaran mikroba.
d.
Salep, krim dan suppositoria meliputi berat rata-rata (suppositoria), berat isi rata-rata (salep dan suppositoria), waktu leleh (suppositoria), titik leleh (salep dan krim), pH, pengotor, kadar (keseragaman kadar bila perlu), viskositas, data stabilitas (bila ada), cemaran mikroba.
2.4.16. Seluruh data dirangkum menjadi satu dalam Raw Data APR, dibuat grafik trend analisis dan diolah secara statistik.
2.4.17. Evaluasi dari Annual Product Review diberi kesimpulan 2.4.18. Tindakan – tindakan selanjutnya yang direncanakan sebagai akibat dari evaluasi (rekomendasi), antara lain : b.
Perbaikan proses produksi.
c.
Perbaikan formula.
d.
Perbaikan metode analisis. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
18
e.
Perbaikan spesifikasi IPC dan produk jadi.
f.
Validasi ulang.
g.
Penarikan obat.
h.
Perbaikan bahan pengemas.
2.5. Pelaporan dan Dokumentasi 2.5.1. Siapkan laporan dan mendokumentasikan laporan tersebut sesuai dengan susunan yang telah ditetapkan sebagai berikut : 2.5.1.1. Cover Berisi nama produk, kekuatan (dosis) produk,
nomor produk, ukuran
standar batch dan unit pengemasan. 2.5.1.2. Index 2.5.1.3. Rekomendasi hasil temuan dan langkah yang dilakukan berdasarkan Annual Product Review tahun sebelumnya. 2.5.1.4. Ikhtisar dari batch (batch yang dibuat) a. Jumlah batch dari produk tersebut yang diproduksi dan diluluskan termasuk parsial batch. b. Jumlah batch dan prosentase dari produk tersebut yang ditolak serta alasan penolakan. c. Jumlah dan prosentase batch yang diproses ulang serta alasan. 2.5.1.5. Penyimpangan (deviasi, out of specification dan failure investigation) 2.5.1.6. Keluhan Teknis dan Kualitas Obat (KTKO) terhadap produk yang di “review”. 2.5.1.7. Penarikan kembali obat jadi terhadap produk yang di “review”. 2.5.1.8. Produk kembalian. 2.5.1.9. Spesifikasi Produk. 2.5.1.10. Evaluasi In Process Control test dan tren analisis pelulusan obat jadi beserta analisa data secara statistik. 2.5.1.11. Tren Analysis produk yang diluluskan serta data produk stabilitas. 2.5.1.12. Status Validasi yang dilakukan (validasi proses dan validasi pengemasan, pembersihan dan metode analitik) dan evaluasi kualifikasi peralatan yang terkait produk. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
19 2.5.1.13. Perubahan yang dilakukan terhadap produk yang di”review” dalam periode tertentu. 2.5.1.14. Observasi/ rekomendasi dari hasil inspeksi regulatory (BPOM, TGA, NADFC, dll). 2.5.1.15. Review contoh pertinggal. 2.5.1.16. Kesimpulan dari evaluasi
2.5.2. Laporan Annual Product Review kemudian diperiksa dan ditandatangani oleh Quality Assurance Manager, Production Manager, disetujui oleh Head of Industrial Quality and Compliance dan diketahui oleh IA Head. Annual Product Review harus diselesaikan dalam waktu 90 hari dari waktu akhir periode penilaian.
2.5.3. Annual Product Review yang asli disimpan oleh Quality Assurance.
2.5.4. Ringkasan Annual Product Review adalah bagian dari Laporan Tahunan IQC Department.
2.6. Kapabilitas Proses Kapabilitas proses merupakan level kinerja proses jangka panjang yang berada dalam control statistic dengan menggunakan control chart untuk mendeteksi dan mengeliminasi penyebab variasi yang tidak natural dari keadaan statistik normal. Kapabilitas proses juga menggambarkan kemampuan kombinasi dari man (manusia), machine (mesin), method (metode), mother nature atau environment (lingkungan), material (bahan), dan measurement (pengukuran) untuk menghasilkan suatu produk atau jasa yang konsisten memenuhi persyaratan atau spesifikasi yang telah didesain dan diharapkan. (Symphony Technologies, 2013). Kapabilitas proses menggambarkan suatu performance atau penampilan proses dalam menghasilkan produk. Proses dikatakan capable jika (Montgomery, 1996) :
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
20
1.
Proses terkendali Proses terkendali jika semua titik pengamatan berasal dalam batas kendali atas maupun bawah dan menyebar secara random atau acak.
2.
Memenuhi spesifikasi
3.
Presisi dan akurasi tinggi Presisi merupakan tingkat kedekatan antara satu pengamatan dengan pengamatan yang lain, sedangkan akurasi merupakan tingkat kedekatan antara suatu hasil pengamatan dengan nilai target. Analisa Kapabilitas Proses adalah suatu analisa untuk memprediksi seberapa
konsisten proses memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Proses dikatakan “capable” jika mampu menghasilkan hampir 100% output yang sesuai spesifikasi dan sesuai target. Proses “tidak capable” jika ditemui variabilitas prosesnya tidak sesuai target. Dalam melakukan analisis kapabilitas proses diperlukan capability index, yaitu suatu indeks yang menggambarkan seberapa jauh proses memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Dengan mengetahui capability index akan membantu memfokuskan pada nilai target, yaitu nilai yang paling diinginkan. Indeks kapabilitas proses, sebagai ukuran dari kinerja proses, telah popular dalam penilaian kapabilitas proses manufacturing sejak dekade lalu. Pada awalnya, Cp dan Cpk digunakan di industri otomotif Jepang dan Amerika Serikat. Indeks kapabilitas proses digunakan di industri manufacturing untuk menyediakan pengukuran kuantitatif seberapa baik sebuah proses dapat menghasilkan produk yang dapat diterima (Shinde dan Katikar, 2012). Tujuan dari manufacturing (produksi) yaitu menduplikasi produk – produk yang telah didesain oleh bagian Research & Development. Dalam satu periode produksi, akan dihasilkan ribuan bahkan juataan produk. Proses produksi tidak pernah cukup stabil untuk setiap produk menjadi produk yang diinginkan dan selalu sama. Oleh karena itu, penting bagi industri manufacturing untuk memastikan bahwa produk – produk yang dihasilkan selalu memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan dengan deviasi proses yang sempit yang mengindikasikan bahwa prosesnya capable (Mottonen, Belt, Harkonen, Haapasalo, dan Kess, 2008). Analisis kapabilitas proses akan menentukan tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas produk agar Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
21
dapat memenuhi permintaan dari pelanggan. Selain sebagai sebuah metode statistik, kapabilitas proses juga berguna untuk validasi proses di industri farmasi (Spirifonica, 2011). Studi kapabilitas proses termasuk dalam data yang harus dikaji dan dilaporkan dalam tahap validasi retrospektif. Indikator untuk analisis kapabilitas proses diawali oleh nilai indeks kapabilitas proses (Cpk) atau indeks kinerja proses (Ppk). Indeks kapabilitas proses adalah indeks yang menggambarkan kapabilitas potensial yang digunakan untuk menilai potensial kapabilitas sistem, sedangkan indeks kinerja proses adalah indeks yang menggambarkan kapabilitas aktual yang digunakan untuk menilai kesesuaian sistem terhadap spesifikasinya (Shinde dan Katikar, 2012). Nilai Cpk dan Ppk yang biasa digunakan di Indonesia adalah ≥ 1,33, namun diketahui bahwa nilai Cp dan Cpk merupakan indeks yang kurang baik untuk menilai suatu proses, maka untuk penilaian yang lebih baik untuk suatu proses dibutuhkan Pp dan Ppk, dimana nilai Pp dan Ppk ini juga memperhatikan variasi dari data. Cp dan Pp merupakan indeks kapabilitas potensial, dimana jika nilainya ≥ 1 proses dikatakan potensial capable sehingga masih terdapat kecenderungan proses dikatakan incapable. Untuk mengetahui proses mutlak capable atau tidak capable adalah dengan menggunakan Cpk dan Ppk. Jika Cpk dan Ppk ≥ 1 maka proses dikatakan capable. Cpk dapat digunakan untuk pengukuran kapabilitas proses untuk jangka pendek dan untuk proses dalam “state of control”, serta dapat memprediksi kapabilitas proses di masa yang akan datang. Perbedaannya dengan Cpk, PPk dapat digunakan untuk pengukuran kapabilitas proses untuk jangka panjang, serta pengukurannya berdasarkan data yang sudah ada sehingga tidak dapat memprediksi proses di masa yang akan datang (Shinde dan Katikar, 2012). Hal – hal yang harus diperhatikan dalam perhitungan nilai indeks kapabilitas proses, nilai standar deviasi (σ) harus dihitung menggunakan jumlah sampel yang cukup besar agar diperoleh nilai deviasi (σ) yang bermakna. Selain itu, dalam perhitungan nilai Cp, seluruh data atau proses diasumsikan berada atau berpusat ditengah rata – rata kisaran spesifikasi. Jadi nilai Cp tidak bergantung pada rata – rata proses tersebut. Oleh karena itu, untuk tetap menjamin data berpusat di tengah rata – rata spesifikasi digunakan indeks satu sisi, yaitu indeks kapabilitas proses Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
22
sisi atas (Cpu) dan indeks kapabilitas bawah (Cpl). Nilai Cpu dan Cpl terkecil yang diperoleh akan digunakan sebagai nilai indeks kapabilitas proses (Cpk). Untuk data yang hanya memiliki satu sisi spesifikasi (one sided specification) atau spesifikasi batas, nilai Cpk hanya dihitung berdasarkan salah satu spesifikasi saja, yaitu nilai Cpk sama dengan Cpu saat hanya terdapat USL atau sama dengan Cpl saat hanya terdapat LSL, sedangkan nilai Cp tidak ditentukan. Rumus dan definisi macam – macam indeks kapabilitas proses ditunjukkan pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6. Rumus dan definisi Indeks Kapabilitas Proses Index
Rumus
Cp
Definisi Kapabilitas proses terhadap spesifikasi
Cp =
𝑈𝑆𝐿−𝐿𝑆𝐿 6𝜎
limit
atas
dan
bawah
serta
tidak
memperkirakan pemusatan suatu proses (rata – rata proses)
Cpu
Cpl
Cpk
Cpu =
Cpl = Nilai
𝑈𝑆𝐿−𝑋 3𝜎
𝑋−𝐿𝑆𝐿 3𝜎
minimal
Cpu, Cpl
Kapabilitas proses terhadap spesifikasi limit atas
Kapabilitas proses terhadap spesifikasi limit bawah dari Kapabilitas proses untuk memperkirakan kecenderungan pemusatan proses pada dua arah spesifikasi limit (atas dan bawah)
[Sumber : Symphony Technologies, 2013]
Jika kita mengukur kapabilitas proses, maka dapat mengukur konsistensi proses dalam menghasilkan produk dengan karakteristik yang telah ditetapkan. Indeks kapabilitas proses (Cpk) menggambarkan seberapa dekat data proses berpusat atau tersebar terhadap batas – batas spesifikasi yang telah ditentukan dari parameter – parameter yang terkait dengan mutu produk, sebagai contoh untuk tablet yaitu average weight, assay, dissolution, yield dari tablet, dan yield dari
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
23
pengemasan. Interpretasi dari nilai indeks kapabilitas proses ditunjukkan pada Tabel 2.7. Terdapat kriteria penilaian sebagai berikut : a.
Jika Cpk = Cp, maka proses terjadi di tengah spesifikasi
b.
Jika Cpk = 1, maka proses menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi
c.
Jika Cpk < 1, maka proses menghasilkan produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi
d.
Kondisi ideal : Cp > 1,33 dan Cp = Cpk, semakin tinggi nilai Cpk dan Cp maka akan semakin sedikit produk yang mungkin berada di luar spesifikasi.
Tabel 2.7. Interpretasi Nilai Ppk Nilai Cpk Cpk < 1,00 1,00 ≤ Cpk ≤ 1,33 Cpk > 1,33
Interpretasi Tidak memadai (not capable process) Biasa-biasa saja (barely capable) Sangat memadai (highly capable process)
[Sumber : Symphony Technologies, 2013] Interpretasi dari nilai indeks kapabilitas proses ditunjukkan pada Gambar 2.1 – 2. 4.
Gambar 2.1. Grafik proses terhadap batas spesifikasinya
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
24
A Non-Capable Process: Voice of the Process > Customer Expectations
Gambar 2.2. Grafik Cpk < 1 (Not Capable Process)
Barely Capable Process: Voice of the Process = Customer Expectations
Gambar 2.3. Grafik Cpk = 1 – 1.33 (Barely Capable Process)
A Highly Capable Process: Voice of the Process < Specification ( or Customer Expectations ).
Gambar 2.4. Grafik Cpk > 1.67 (Highly Capable Process) Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN
3.1
Lokasi dan Waktu Tugas khusus di Quality Assurance (QA) di PT. Aventis Pharma adalah
mengkaji pelaksanaan Peninjauan dan Penilaian Tahunan terhadap Produk (Annual Product Review) Tablet Telfast® 60 mg . Pengkajian ini berlangsung di PT. Aventis Pharma Jalan Jend. A. Yani, Pulomas, Jakarta pada bulan September – Oktober 2013.
3.2
Metode Pengkajian Metode yang digunakan dalam mengkaji Pelaksanaan Peninjauan dan
Penilaian Tahunan terhadap Produk (Annual Product Review) Tablet Telfast® 60 mg Periode 2011 – 2012 di PT. Aventis Pharma adalah dengan menelusuri literatur (studi pustaka). Tahapan pengkajian laporan ini adalah sebagai berikut : 1.
Penelusuran dan pengumpulan literatur mengenai Annual Product Review (APR).
2.
Pemahaman tentang APR pada literatur yang ada seperti pada CPOB dan PIC/S, kemudian dilanjutkan dengan pemahaman mengenai Prosedur Tetap Peninjauan dan Penilaian Tahunan terhadap Produk (Annual Product Review) PT. Aventis Pharma.
3.
Pemahaman mengenai tahapan penyusunan APR di PT. Aventis Pharma melalui praktek penyusunan APR untuk produk Tablet Telfast® 60 mg periode 2011 – 2012.
4.
Perbandingan penerapan APR di PT. Aventis Pharma dengan ketentuan CPOB yang berlaku.
5.
Penulisan Tugas Khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Aventis Pharma.
25
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Annual Product Review Tablet Telfast® 60 mg PT Aventis Pharma merupakan salah satu industri farmasi yang memproduksi berbagai macam sediaan farmasi setiap tahunnya, baik dalam bentuk sediaan padat seperti tablet dan kapsul, sediaan setengah padat seperti krim, salep dan suppositoria, maupun sediaan cair seperti sirup. Berdasarkan konsep manajemen mutu di dalam Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), semua produk obat hendaknya dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan harus dilakukan evaluasi secara berkala terhadap produk yang dihasilkan agar produk dapat selalu memenuhi persyaratan serta sebagai acuan untuk memperbaiki mutu produk. Pengkajian mutu produk dilakukan secara berkala, umumnya dilakukan tiap tahun dan dituangkan dalam dokumen Pengkajian Produk Tahunan (Annual Product Review) (BPOM, 2009). Setiap tahun sekali Quality Assurance PT. Aventis Pharma melakukan penyiapan Annual Product Review terhadap produknya. Apabila batch yang diproduksi dalam 1 tahun kurang dari 5 bets, maka pengkajian dan penilaian terhadap mutu produk dilakukan berdasarkan data produk 2 atau 3 tahun produksi. Pelaksanaan Pengkajian Produk Tahunan (Annual Produk Review) di PT Aventis Pharma telah sesuai dengan CPOB 2012, yaitu dilaksanakan setiap tahun untuk setiap produk oleh bagian Quality Assurance dengan dibantu oleh bagian Quality Control dan bagian Produksi. Secara terperinci, tim kerja pembuatan Annual Product Review di PT Aventis Pharma adalah Supervisor Processing, Supervisor Packaging, Supervisor Quality Control, Quality Assurance Officer dan Quality Assurance Manager, masing – masing bertanggung jawab untuk menghimpun data yang dibuat, mencatat dan mendokumentasikan serta mengevaluasinya. Tim kerja dari tiap departemen bersama dengan Quality Assurance harus menetapkan Annual
Product
Review.
Quality
Assurance
bertanggung
jawab
mengkoordinasikan kegiatan – kegiatan tersebut yang berkaitan dengan departemen lain. Quality Assurance akan memberikan bantuan dalam penyiapan Annual Product Review. 26
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
27
Penyusunan Annual Product Review (APR) dilakukan terhadap produk Tablet Telfast® 60 mg yang merupakan obat antihistamin, digunakan untuk meredakan gejala – gejala yang berhubungan dengan rhinitis alergi. Kegiatan penyusunan Annual Product Review (APR) Tablet Telfast® 60 mg periode 2011 – 2012, dilakukan bulan September – Oktober 2013. Penyusunan laporan APR ini mengacu pada Prosedur Tetap Peninjauan dan Penilaian Tahunan terhadap Produk (Annual Product Review) dengan nomor protap AO 000-05/F (Aventis Pharma, 2012e). Tujuan dari penyusunan APR adalah untuk meninjau dan memastikan konsistensi dari suatu proses, mengevaluasi trend hasil produksi untuk akhirnya dapat memutuskan perlu tidaknya dilakukan perbaikan suatu proses, perubahan spesifikasi dan kemungkinan revalidasi. 4.2. Tahapan Penyusunan Annual Product Review Tablet Telfast® 60 mg 4.2.1. Penyusunan Raw Data Template Penyusunan APR dimulai dengan penyusunan Raw Data Template (RDT). RDT merupakan kumpulan data yang dimasukkan ke komputer dimana data tersebut berasal dari batch record. Batch record produk terdiri atas Catatan Pengolahan Bets, Catatan Pengemasan Bets, dan Catatan Hasil Pemeriksaan Quality Control. Data dari parameter – parameter In Process Control Tablet Telfast® 60 mg terdiri dari pemerian dengan spesifikasi tablet salut film bulat bikonveks mengandung 60 mg fexofenadine HCL, kadar air, keseragaman bobot rata – rata, keseragaman kandungan rata – rata, kemurnian, dan yield pengemasan dalam RDT tersebut diolah secara statistik sehingga diperoleh nilai minimal dan maksimal, nilai rata – rata, dan simpangan baku relatif. Selain itu, dibuat trend analysis dari parameter – parameter tersebut. Trend analysis ini dimaksudkan untuk menganalisis apakah nilai dari parameter – parameter tersebut masih berada di dalam spesifikasi yang telah ditetapkan dan untuk melihat kecenderungan tren atau persebaran data terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan. Dalam penyusunan APR untuk produk Tablet Telfast® 60 mg, data yang digunakan hanya berasal dari Catatan Pengemasan Bets dan Catatan Hasil Pemeriksaan Quality Control karena untuk produk tersebut hanya dilakukan proses pengemasan saja oleh PT Aventis Pharma. Data dari parameter – parameter Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
28
In Process Control produk Tablet Telfast® 60 mg diperoleh dari Certificate of Analysis senyawa zat aktifnya yaitu Fexofenadine HCL.
4.2.2. Pengkajian Mutu Produk Setelah trend analysis, lalu dibuat perhitungan statistik control limit dari parameter kritis untuk mengetahui kapabilitas proses. Kapabilitas proses menjadi hal terpenting untuk dikaji dalam APR. Tujuan dari mengetahui kapabilitas proses dari parameter – parameter In Process Control (IPC) dan yield pengemasan adalah untuk melihat kecenderungan persebaran data dan mengukur konsistensi proses dalam menghasilkan produk sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, tim kerja penyusunan APR akhirnya dapat memutuskan perlu atau tidaknya dilakukan perbaikan suatu proses, perubahan spesifikasi, dan kemungkinan revalidasi. Kapabilitas proses dari Telfast® 60 mg diukur dengan menggunakan nilai Process Performance Index, yang terdiri atas Pp; Ppu; Ppl; dan Ppk, dan parameter berat rata – rata, kekerasan, keregasan, assay, waktu hancur, disolusi dan yield pengemasan. Jika terdapat parameter yang kapabilitas prosesnya tidak memenuhi syarat, harus dianalisis penyebabnya serta pada bagian summary (Ringkasan Evaluasi) dapat dicantumkan rekomendasi untuk meningkatkan nilai kapabilitas proses tersebut pada periode selanjutnya. Dalam laporan pengkajian mutu produk, terdapat ketentuan hal – hal yang hendaknya dikaji dalam laporan tersebut. Ketentuan CPOB 2012 tentang pengkajian mutu produk yang dibuat oleh BPOM selaras dengan ketentuan cGMP yang dibuat oleh European Commission dan PIC/S. Menurut BPOM (2012) dan PIC/S (2013), pengkajian mutu produk hendaklah paling sedikit berisi kajian – kajian di bawah ini : a.
Kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan untuk produk, terutama yang dipasok dari sumber baru. Pada penyusunan APR untuk semua produk di PT Aventis Pharma secara umum, termasuk Tablet Telfast® 60 mg tidak mencantumkan kajian terhadap bahan awal yang digunakan. Kajian terhadap bahan awal perlu dilakukan mengingat suatu produk dipengaruhi oleh mutu bahan awal yang digunakan. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
29
b.
Kajian terhadap pengawasan selama proses yang kritis dan hasil pengujian obat jadi. Kajian terhadap pengawasan selama proses pengemasan untuk produk Tablet Telfast® 60 mg
dilakukan terhadap beberapa parameter diantaranya dry
mixing time (waktu pencampuran kering), total granulation time (waktu total granulasi), lubrication time (waktu lubrikasi), kadar senyawa zat aktif dalam tablet, kadar air, keseragaman bobot rata – rata, keseragaman kandungan rata – rata, kemurnian dan yield pengemasan. Dalam APR, dievaluasi apakah terdapat data yang berada di luar spesifikasi yang telah ditetapkan, serta dilakukan dengan analisis data secara statistik, analisis tren dan analisis kapabilitas proses. c.
Kajian terhadap semua batch yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dan investigasi yang dilakukan. Kajian ini mencakup semua batch yang tidak memenuhi spesifikasi yang terjadi selama satu tahun, berisi nomor Out of Specification (OOS), nomor batch produk yang mengalami OOS serta penjelasan mengenai OOS yang terjadi.
d.
Kajian terhadap semua penyimpangan atau ketidaksesuaian yang signifikan, dan efektivitas hasil tindakan perbaikan dan pencegahan. Kajian ini mencakup penyimpangan yang terkait produk. Berisi nomor FIR, nomor batch produk yang mengalami penyimpangan, dan penjelasan mengenai penyimpangan yang terjadi, serta hasil investigasi yang terkait dengan penyimpangan.
e.
Kajian terhadap semua perubahan yang dilakukan terhadap proses atau metode analisis. Kajian terhadap semua perubahan yang terjadi pada produk dalam periode satu tahun, seperti perubahan dimensi kemasan, perubahan metode analisis, perubahan ukuran batch, dan lain – lain. Berisikan nomor dokumen perubahan (change control) serta penjelasan mengenai perubahan yang dilakukan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
30
f.
Kajian terhadap variasi yang diajukan, disetujui, ditolak dari dokumen registrasi yang telah disetujui, termasuk dokumen registrasi untuk produk ekspor. Pembuatan APR di PT Aventis Pharma tidak mencantumkan kajian terhadap variasi yang diajukan, disetujui, ditolak dari dokumen registrasi yang telah disetujui, termasuk dokumen registrasi untuk produk ekspor.
g.
Kajian terhadap hasil program pemantauan stabilitas dan segala tren yang diinginkan. Kajian ini mencakup rangkuman hasil uji stabilitas produk, yaitu hasil Follow Up Stability dan Post Market Stability. Studi stabilitas yang di review merupakan data stabilitas yang diperiksa selama periode pembuatan APR.
h.
Kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan dan penarikan obat yang terkait dengan mutu produk, termasuk investigasi yang telah dilakukan. Kajian ini mencakup rangkuman keluhan yang diterima selama satu tahun, berisi nomor batch produk, penjelasan mengenai keluhan, rangkuman penarikan kembali obat jadi serta hasil investigasi keluhan dan kembalian.
i.
Kajian kelayakan terhadap tindakan perbaikan proses produk atau peralatan yang sebelumnya. Pada pembuatan APR di PT Aventis Pharma terdapat rekomendasi yang disarankan berdasarkan hasil APR tahun sebelumnya. Pada kesimpulan disebutkan
apakah
perbaikan
yang
disarankan
tersebut
telah
diimplementasikan dan efektif untuk memperbaiki mutu produk. j.
Kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan pada obat yang baru mendapatkan
persetujuan
pendaftaran
dan
obat
dengan
persetujuan
pendaftaran variasi. Pembuatan APR di PT Aventis Pharma tidak mencantumkan komitmen pasca pemasaran. k.
Status kualifikasi peralatan dan sarana yang relevan, misal sistem tata udara (HVAC), air, gas bertekanan, dan lain – lain. Pembuatan APR di PT Aventis Pharma mencantumkan status kualifikasi dari semua pemasaran yang digunakan dalam proses produksi, baik Design
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
31
Qualification, Installation Qualification, Operation Qualification maupun Performance Qualification. l.
Kajian terhadap kesepakatan teknis untuk memastikan selalu up to date. Pembuatan APR di PT Aventis Pharma tidak mencantumkan kajian terhadap kesepakatan teknis.
Dalam penyusunan APR seringkali ditemukan permasalahan seperti terhambatnya proses peng-input-an data dari RDT karena jumlah produk yang dihasilkan PT Aventis Pharma sangat banyak. Padahal proses peng-input-an data dalam rangka penyusunan APR sangat penting karena suatu produk baru dapat dianalisis dan dibuat laporan APR-nya apabila data semua batch produk tersebut yang diproduksi selama satu tahun telah di-input. Oleh karena itu, diperlukan sejumlah anggota tim penyusun APR yang handal dan jumlah yang memadai agar proses peng-input-an data dapat berjalan lancar dan tepat waktu. Masalah lainnya adalah lamanya proses analisis statistik. Hal ini dikarenakan analisis dilakukan secara manual sehingga menghabiskan waktu yang cukup banyak. Sebaiknya analisis dilakukan menggunakan software statistik, seperti Minitab. Minitab adalah program statistik yang digunakan untuk pengolahan data statistik di industri. Kelebihan software Minitab, diantaranya : a. Mudah men-input-kan data karena data dapat dicopy dari file Microsoft Excel dan Word. b. Jika dibandingkan dengan Microsoft Excel, Minitab menyediakan fasilitas membuat grafik secara mudah dan menyampaikannya dalam bentuk yang lebih menarik dan informatif. c. Analisis data menggunakan Minitab lebih praktis dibandingkan dengan Excel. Analisis data dilakukan dengan mengklik menu – menu dalam Minitab. Dalam analisis indeks kapabilitas dan kinerja proses, cukup dilakukan dengan satu kali proses input data untuk menghasilkan nilai Cp, Cpl, Cpu, Cpk, Pp, Ppl, Ppu dan Ppk sekaligus, selain itu juga memperoleh nilai rata – rata dan standar deviasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
32 Secara umum, isi dari APR Tablet Telfast® 60 mg periode 2011 – 2012 yang disebutkan di atas telah memenuhi ketentuan CPOB 2012 mengenai hasil – hasil yang perlu dikaji dalam pengkajian mutu produk.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
BAB 5 KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan
5.1.1. Penyusunan laporan pengkajian dan penilaian tahunan (Annual Product Review) untuk produk Tablet Telfast® 60 mg periode 2011 – 2012 dilakukan melalui empat tahap, yaitu pengumpulan data yang diperlukan untuk review, memasukkan data ke dalam Raw Data Template, menganalisis data serta menyusun laporan Annual Product Review. 5.1.2. Pelaksanaan peninjauan laporan pengkajian dan penilaian tahunan (Annual Product Review) produk Tablet Telfast® 60 mg periode 2011 – 2012 telah dilakukan dengan hasil – hasil yang dikaji dalam laporan tersebut telah sesuai dengan ketentuan CPOB 2012 dan ketentuan cGMP. Ketentuan mengenai hal – hal yang hendaknya dikaji dalam laporan pengkajian mutu produk secara garis besar telah dipenuhi dalam Annual Product Review Tablet Telfast® 60 mg periode 2011 – 2012.
5.2
Saran
5.2.1. PT Aventis Pharma hendaknya mempertahankan kinerja yang telah sesuai dengan CPOB dan cGMP yang berlaku, yaitu dengan melakukan penyusunan laporan Annual Product Review terhadap produk – produknya setiap
tahun
agar
dapat
mempertahankan
kualitas
produk
dan
meningkatkan spesifikasi produk. 5.2.2. Sistem peng-input-an data ke dalam Raw Data Template dalam penyusunan Annual Product Review hendaknya dengan menggunakan software Minitab sehingga pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien.
33
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Aventis Pharma. (2011a). Prosedur Tetap Evaluasi Terhadap Pemeriksaan Di Luar Spesifikasi Nomor AO 000-01/H. Jakarta. Aventis Pharma. (2011b). Prosedur Tetap Penanganan Penyimpangan dan Kegagalan Nomor AO 000-02/N. Jakarta. Aventis Pharma. (2011c). Prosedur Tetap Evaluasi Terhadap Pemeriksaan di Luar Spesifikasi Nomor AO 000-01/H. Jakarta. Aventis Pharma. (2012a). Prosedur Tetap Kualifikasi Peralatan, Fasilitas, dan Sistem Penunjang (Utility) Nomor AO 000-20/G. Jakarta. Aventis Pharma. (2012b). Prosedur Tetap Penanganan Obat Kembalian Nomor AO 000-07/I. Jakarta. Aventis Pharma. (2012c). Prosedur Tetap Penanganan Keluhan Nomor AO 00020/L. Jakarta. Aventis Pharma. (2012d). Prosedur Tetap Penarikan Kembali Obat Jadi Nomor AO 000-21/I. Jakarta. Aventis Pharma. (2012e). Prosedur Tetap Peninjauan dan Penilaian Tahunan Terhadap Produk (Annual Product Review) Nomor AO 000-05/F. Jakarta. Aventis Pharma. (2013a). Prosedur Tetap Pemeriksaan Stabilitas Produk Jadi Nomor AG 000-15/O. Jakarta. Aventis Pharma. (2013b). Prosedur Tetap Pengendalian Terhadap Perubahan Nomor AO 000-04/R. Jakarta. Aventis Pharma. (2013c). Prosedur Tetap Validasi Proses Nomor AV 000-02/G. Jakarta. Aventis Pharma. (2013d). Prosedur Tetap Validasi Pembersihan Untuk Ruang Nomor AV 000-03/D. Jakarta. Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2009). Petunjuk Operasional Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta. Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, Edisi 2012. Jakarta.
34
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
35
Montgomery, D. C. (1996). Introduction to Statistical Quality Control, Third Edition, New York : John Wiley & Sons. Mottonen, M., Belt, P., Harkonen, J., Haapasalo, H., dan Kess, P. (2008). Manufacturing Process Capability anf Specification Limits. The Open Industrial and Manufacturing Engineering Journal, 1, 29-36. Pharmaceutical Inspection Convention Pharmaceutical Inspection Cooperation Scheme (PIC/S). (2013). Guide to Good Manufacturing Practice for Medical Products Part I. www.picscheme.org.PE 009-10 (Part I), Geneva. Shinde, J.H. dan Katiker, R.S. (2012). Importance of Process Capability and Process Performance Indices in Machine Tool. International Journal of Research in Engineering & Applied Sciences, Volume 2, Issue 2, 1211 – 1217. Spiridonica, A.M. (2011). The Use of Statistical Process Control in Pharmaceutical Industry. Lucrari stiintifice, vol. 54, Nr. 1, serie Agronomie. Symphony Technologies. (2013). Measuring Your Process Capability. 21 Oktober 2013. http://www.symphonytech.com/articles/pdfs/processcapability.pdf.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
LAMPIRAN
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
36
Lampiran 1. Tabel Raw Data Template Produk : Tablet Telfast® 60 mg (Australia) Batch No.
Batch Size PO
Actual
Alupush Batch No.
Qty
Triplex Batch No.
Qty
Packing Insert Batch No.
Qty
Folding Box Batch Qty No.
Master Box Batch Qty No.
Sisipan Master Box Batch Qty No.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
37
Lampiran 1. Lanjutan Batch No.
Fexofenadine HCL Batch No. Batch No. No. Internal Eksternal Product
Qty (kg)
Date of Manufacture
Expire Date
Date of Packaging
Yield Packaging No. of Teoritical % Pack Pack
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
38
Lampiran 1. Lanjutan Batch No.
Assay
Water Content (%)
QC Testing Result Weight Uniformity Content Uniformity Average Min Max Min Max RSD
Impurity
Release of Active Ingredient
Deviation
Release date
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
39
Laporan praktek….., Efi Puspitasari, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia