UNIVERSITAS INDONESIA
PROSEDUR AUDIT DALAM MENILAI KEWAJARAN CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI PEMBIAYAAN MURABAHAH DALAM AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN PT BANK SYARIAH X
LAPORAN MAGANG
ANDHIKA PARSAORAN HOTTUA 1006662723
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK JULI 2014
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
PROSEDUR AUDIT DALAM MENILAI KEWAJARAN CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI PEMBIAYAAN MURABAHAH DALAM AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN PT BANK SYARIAH X
LAPORAN MAGANG Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
ANDHIKA PARSAORAN HOTTUA 1006662723
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK JULI 2014
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat, kasih dan perlindungan-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini. Penulisan laporan magang ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan tulisan akibat terbatasnya kemampuan penulis. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis sangat mengharapkan adanya saran pembaca untuk menyempurnakan laporan magang ini. Berbagai macam tantangan dan halangan yang penulis alami saat menulis laporan magang ini, maka dari itu penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari awal masa perkuliahan sampai pada penyusunan laporan magang ini, sangatlah sulit untuk menyelesaikan laporan magang ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terbatas kepada: 1.
Ibu Wasilah, SE., ME , selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan laporan magang ini;
2.
KAP ABC yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan, Partner dan jajaran pimpinan KAP ABC divisi Financial Services yang telah memberikan saya kesempatan dan pengarahan selama proses magang, dan PT Bank Syariah X tempat saya menjalankan proses audit;
3.
Tim audit yang sudah banyak membantu penulis dalam melakukan proses audit yang sudah banyak memberikan bimbingan, pengalaman dan pengetahuan yang berharga;
4.
Bapak Roy Darmawan SE, M.Psi, CH, CHT atas bimbingan, pengarahan, dan kesempatan yang diberikan kepada penulis dalam mengembangkan kemapuan personal dan profesional dalam kurun waktu 4 tahun studi, serta
v Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Bapak Sunardji SE., M.M atas pelajaran berharga yang diberikan kepada penulis dalam mengembangkan karakteristik dan kemampuan profesional; 4.
Teristimewa buat kedua Orang Tua dan keluarga penulis, yang selalu membimbing penulis selama 22 tahun tanpa balas dan menjadi semangat utama dari penulis dalam menyelesaikan laporan magang dan studi.
5.
Untuk sahabat terbaik penulis (Adrianus, Wafi, Randy, Gilang, Yokeu, Tata, Andrey) atas kebersamaan dan solidaritas selama penulis melaksanakan studi dalam waktu 4 tahun kebelakang dan semoga pertemanan ini dapat terus berlangsung untuk waktu kedepan;
6.
Keluarga besar AIESEC Universitas Indonesia dan AIESEC di Indonesia, atas pengalaman dan pelajaran “tanpa batas” yang diberikan kepada penulis, terutama kepada tim Executive Board AIESEC Universitas Indonesia 2012/2013 atas satu tahun kepengurusan yang tidak ternilai harganya;
7.
Untuk sahabat terhebat penulis (Roby, Almirazada, dan Maria), atas dukungan yang tanpa kalian sadari menjadi motivasi ekstra bagi penulis dalam menempuh keseluruhan proses studi;
7.
Untuk pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih atas semua doa, dukungan.
Atas semua dukungan dan doa yang penulis terima, penulis hanya bisa memanjatkan Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar semua pihak selalu diberkati dan dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Akhir kata, semoga laporan magang ini membawa manfaat bagi pembaca khususnya rekan-rekan mahasiswa dan penulis sendiri. Depok, xx Juni 2014
Penulis
vi Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
ABSTRAK Nama : Andhika Parsaoran Hottua Program Studi : Akuntansi Judul : Prosedur Audit dalam Menilai Kewajaran Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Pembiayaan Murabahah dalam Audit atas Laporan Keuangan PT Bank Syariah X Laporan Magang ini bertujuan untuk menjelaskan bahan prosedur audit untuk menilai kewajaran nilai Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) pembiayaan murabahah PT Bank Syariah X, memaparkan proses audit yang dilakukan oleh KAP ABC terhadap CKPN pembiayaan murabahah PT Bank Syariah X. Pembahasan akan memaparkan prosedur-prosedur audit yang dibutuhkan oleh auditor KAP ABC untuk menilai kewajaran nilai CKPN pembiayaan murabahah pada PT Bank Syariah X sesuai dengan PSAK 102 (Revisi 2013) dan PAPSI. Prosedur audit akan mencakup prosedur audit secara umum dan prosedur audit secara khusus pada akun CKPN pembiayaan murabahah pada PT Bank Syariah X. Dari prosedur audit CKPN pembiayaan murabahah yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa penyajian dan pengungkapan terkait nilai CKPN piutang murabahah telah sesuai dengan standar yang diatur oleh PAPSI dan PSAK 102 (Revisi 2013) Kata kunci : Prosedur audit, audit, pembiayaan murabahah, CKPN
viii Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
ABSTRACT Name : Andhika Parsoran Hottua Study Program : Accounting Title : Audit Procedure in Assessing Fairness of Allowance for LossesMurabahah Loan Impairment in the Financial Statements of PT X This Internship Report aims to explain the audit procedures to assess the reasonable value of allowance for losses-murabahah loan impairment in PT Bank Syariah X, describe the audit process conducted by KAP ABC of allowance for losses-murabahah loan impairment in PT Bank Syariah X. The discussion will describe the procedures needed by the auditor of ABC KAP to assess the fairness value of allowance for losses-murabahah loan impairment in accordance with the PAPSI and PSAK number 102 (Revised in 2013). Audit procedures will include general audit procedures and audit procedures specifically on account of allowance for losses- murabahah loan impairment in PT Bank Syariah X. Based on audit procedures for Allowance for Losses Murabahah Loan Impairment in the Financial Statement of PT Bank Syariah X 2013, it can be concluded that the presentation and disclosure related to allowance for losses-murabahah loan impairment in PT Bank Syariah X has complied with the Standard of PAPSI 2013 and PSAK 102 (Revised in 2013). Key words: Audit procedures, audit, murabahah loan, impairment.
ix Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... iv KATA PENGANTAR ....................................................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.................................... vii ABSTRAK ...................................................................................................................... viii ABSTRACT ...................................................................................................................... ix BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1 1.1
Latar Belakang Permasalahan ............................................................................ 1
1.2
Ruang Lingkup Permasalahan ........................................................................... 3
1.3
Topik Pembahasan ............................................................................................. 4
1.4
Tujuan Pembahasan ........................................................................................... 4
1.5
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang .......................................................... 4
1.6
Sistematika Penulisan ........................................................................................ 5
BAB 2 LANDASAN TEORI ............................................................................................ 7 2.1
Konsep Audit Secara Umum.............................................................................. 7
2.1.1
Definisi Audit..................................................................................................... 7
2.1.2
Jenis Audit ......................................................................................................... 8
2.2
Audit Laporan Keuangan ................................................................................... 8
2.2.1
Tanggung Jawab Auditor ................................................................................... 8
2.2.2
Tujuan Audit Laporan Keuangan ....................................................................... 9
2.2.3
Audit Atas Piutang ........................................................................................... 11
2.2.3.1
Pengertian Piutang Usaha ................................................................................ 11
2.3
Murabahah ....................................................................................................... 15
2.3.1
Pengertian Murabahah..................................................................................... 15
2.3.2
Dasar Syariah Murabahah ............................................................................... 16
2.3.2.1
Sumber Hukum Akad Murabahah ................................................................... 16
2.3.2.2
Rukun dan Ketentuan Akad Murabahah ......................................................... 17
2.3.3
Jenis Murabahah .............................................................................................. 18
2.3.4
Cakupan Standar Akuntansi Murabahah ......................................................... 19
2.3.4.1
Pengakuan dan Pengukuran ............................................................................. 20
2.3.4.2
Penyajian .......................................................................................................... 23
2.3.4.3
Pengungkapan .................................................................................................. 23
2.3.4.4
Acuan Alternatif............................................................................................... 24
2.3.4.5
Ketentuan Transisi ........................................................................................... 24
x Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
2.3.4.6
Tanggal Efektif ................................................................................................ 26
2.3.5
Prosedur Audit Pembiayaan Murabahah ......................................................... 26
2.3.6 Penurunan Nilai Aset Keuangan – PSAK 55 (Revisi 2011); PSAK 102 (Revisi 2013) ................................................................................................................... 28 2.3.6.1
Konsep Umum Penurunan Nilai ...................................................................... 28
2.3.6.2
Penurunan Nilai Individual .............................................................................. 30
2.3.6.3
Penurunan Nilai Kolektif ................................................................................. 33
2.3.7 Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI) – Bagian III Keterterapan..................................................................................................................... 39 2.3.8
Perhitungan Nilai Amortisasi Dengan Metode Effective Interest Rate ............ 40
2.3.9
Cadangan Penurunan Nilai Aset Keuangan ..................................................... 40
BAB 3 PROFIL PERUSAHAAN................................................................................... 42 3.1
Profil Kantor Akuntan Publik (KAP) ABC ..................................................... 42
3.2
Profil PT Bank Syariah X ................................................................................ 43
3.2.1
Gambaran Umum Perusahaan .......................................................................... 43
3.2.2
Produk Pembiayaan Murabahah pada PT Bank Syariah X ............................. 44
3.2.3
Kebijakan Akuntansi Pembiayaan Murabahah pada PT Bank Syariah X ....... 45
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................................... 47 4.1 Prosedur Audit Laporan Keuangan PT Bank Syariah X terhadap Pembiayaan Murabahah Secara Umum............................................................................................... 47 4.2
Pengendalian Internal PT Bank Syariah X Terhadap CKPN ........................... 48
4.3
Prosedur Audit Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) ....................... 48
4.3.1 Prosedur 1: Penentuan Penurunan Nilai Individual (Individual Impairment) dan Penurunan Nilai Kolektif (Collective Impairment)................................................... 50 4.3.2
Prosedur 2: Uji Bucket ..................................................................................... 54
4.3.3
Prosedur 3: Pengujian Nilai CKPN Individu dan Kolektif .............................. 57
4.3.3.1
Perhitungan CKPN Individu ............................................................................ 57
4.3.3.2
Perhitungan CKPN Kolektif ............................................................................ 62
4.3.3.2.1 Proses Penentuan Probability of default (PD) .................................................. 62 4.3.3.2.2 Proses Penentuan Loss given default (LGD) .................................................... 69 4.3.3.2.3 Proses Penentuan Nilai Outstanding ................................................................ 73 4.3.4
Prosedur 4: Perhitungan Nilai CKPN Final PT Bank Syariah X ..................... 78
4.3.5 Penyajian dan Pengungkapan Perhitungan CKPN pada Laporan Keuangan PT Bank Syariah X .......................................................................................................... 81 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 85 5.1
Kesimpulan ...................................................................................................... 85
5.2
Saran ................................................................................................................ 85
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 88
xi Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perbedaan PSAK 102 (Revisi 2013) Dengan PSAK 102 Sebelumnya ..20 Tabel 2.2. Ilustrasi Penurunan Nilai Kolektif ..........................................................35 Tabel 2.3. Metode Penurunan Nilai Kolektif Roll Rate ..........................................36 Tabel 2.4. Jumlah Rata-rata Roll-Rate Ratio Untuk Setiap Periode Tunggakan .....37 Tabel 4.1. Tujuan Audit Terkait CKPN Pembiayaan Murabahah ...........................50 Tabel 4.2. Hasil Filterisasi Pembiayaan Murabahah ................................................52 Tabel 4.3. Tampilan Prosedur Audit Uji Bucket ......................................................56 Tabel 4.4. Penggolongan Data Pembiayaan Murabahah .........................................63 Tabel 4.5. Rekalkulasi PD Dengan Menggunakan Roll-Rate ..................................64 Tabel 4.6. Rata-Rata Persentase PD dalam Tiga Tahun Terakhir ...........................66 Tabel 4.7. Tes Validitas PD – Konsumsi Perumahan ..............................................67 Tabel 4.8. Tes Kontrol Perbedaan ............................................................................68 Tabel 4.9. Tes Validasi Data LGD ...........................................................................70 Tabel 4.10. Tes Perbedaan LGD ................................................................................70 Tabel 4.11. Cash flow Projection – PT Bintang Gelap ..............................................76 Tabel 4.12. Perhitungan Carrying Value Dengan Metode Effective Interest Rate ....77
xii Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat pada umumnya beraktivitas
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik itu yang bersifat primer, sekunder, maupun tersier. Ada kalanya, dalam pemenuhan kebutuhan tersebut masyarakat tidak memiliki cukup dana sehingga membutuhkan jasa pembiayaan dari pihak ketiga dalam memenuhi kebutuhan dasarnya maupun meningkatkan produktivitas ekonomi dari masyarakat tersebut. Hal ini mendukung perkembangan jasa pembiayaan yang ditawarkan oleh lembaga keuangan bank, baik yang menggunakan prinsip konvensional maupun menggunakan prinsip syariah sebagai dasar pembiayaannya. Indonesia merupakan negara dengan populasi penduduk muslim terbesar di dunia. Kondisi ini kemudian menciptakan pertumbuhaan kebutuhan akan layanan jasa keuangan syariah dan mendukung perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia, terutama pada sektor layanan jasa perbankan syariah. Dalam perkembangannya, telah terdapat lebih dari sebelas Bank Umum Syariah di Indonesia dan lebih dari lima puluh bank yang mempunyai Unit Usaha Syariah dan Layanan Syariah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan layanan perbankan dengan prinsip syariah. Jenis-jenis pembiayaan didalam bank syariah terdiri dari murabahah, mudhrabah, musyarakah, salam, dan istishna. Dalam implementasi dan perkembangannya, murabahah merupakan jenis pembiayaan dengan kontribusi terbesar dalam komposisi pembiayaan yang diberikan oleh bank umum syariah dan unit usaha syariah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Dalam aplikasinya di perbankan, terdapat pembiayaan murabahah yang keuntungannya diakui secara anuitas. Hal ini dikarenakan terdapat substansi murabahah sebagai kegiatan pembiayaan, bukan jual beli. Kondisi ini diperjelas
1 Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
2
dengan dikeluarkannya Fatwa no 84/DSN-MUI/XII/2012 yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyatakan bahwa pengakuan keuntungan murabahah dalam implementasinya dapat dilakukan secara proporsional, yaitu telah dicantumkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 102 tentang akuntansi murabahah, dan secara anuitas selama sesuai dengan „urf (kebiasaan) yang berlaku di kalangan lembaga keuangan syariah. Selanjutnya, Dewan Standar Akuntansi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan Buletin Teknis no 9 pada bulan Januari 2013 dan difinalisasi melalui dikeluarkannya PSAK 102 Revisi 2013 yang menjelaskan bahwa murabahah yang menggunakan metode anuitas dalam pengakuan keuntungannya harus dikategorikan sebagai pembiayaan (financing) dan murabahah yang substansinya dikategorikan sebagai kegiatan pembiayaan (financing) harus mengacu pada PSAK 55, PSAK 50, dan PSAK 60 dalam metode pengakuan dan pengukuran sampai pada pengungkapannya. Dalam praktik di ruang lingkup industri perbankan nasional, terdapat Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI) yang menjabarkan secara lebih lanjut mengenai beberapa PSAK yang relevan bagi Industri Perbankan Syariah. PAPSI yang berlaku saat ini adalah PAPSI 2013 yang telah melakukan penyesuaian dalam PSAK oleh IAI, termasuk PSAK Khusus terhadap transaksi syariah, PSAK nomor 50 (Revisi 2010) tentang instrumen keuangan: Penyajian, PSAK nomor 55 (Revisi 2011) tentang instumen keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, PSAK no 60 tentang instrumen keuangan: Pengungkapan, serta PSAK nomor 48 (Revisi 2009) tentang Penurunan Nilai Aset. Maka dalam implementasinya, penyesuaian PAPSI dari PAPSI 2003 menjadi PAPSI 2013 mempunyai pengaruh terhadap dasar peraturan yang digunakan industri perbankan syariah terkait pembiayaan murabahah. Transformasi dasar peraturan yang digunakan dalam mengatur praktik pembiayaan murabahah pada bank syariah di Indonesia seperti dijelaskan diatas, secara umum, ditujukan untuk meningkatkan
market discipline
dalam
implementasi penyaluran pembiayaan yang menggunankan prinsip syariah di Indonesia. Hal ini bukan berarti bahwa penerapan dasar peraturan yang telah mengalami penyesuaian tersebut dapat dilakukan secara mutlak dalam waktu yang
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
3
singkat. Terdapat beberapa tantangan dan kendala yang berpotensi dihadapi bank syariah dalam menerapkan penyesuaian pada peraturan tersebut, salah satunya adalah dalam ruang lingkup Pengakuan dan Pengukuran. Salah satu tantangan yang harus dihadapi bank syariah dalam penerapan penyesuaian dasar akuntansi mengenai Pengakuan dan Pengukuran (PSAK 102 Revisi dan PAPSI 2013) terhadap pembiayaan murabahah adalah mengenai Penyisihan Kerugian Kredit (Loan-Loss Provisioning) atau Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN). Penyisihan kerugian ini penting untuk dilakukan sehingga laporan keuangan bank dapat mencerminkan keadaan yang sebenarnya dan memenuhi prinsip representation faithfullness. Namum, permasalahannya adalah
implementasi
penyesuaian
dasar
penerapan
akuntansi
tersebut
membutuhkan kesiapan dalam unsur teknologi, biaya, maupun kesiapan sumber daya. Selain itu, periode transisi yang dibutuhkan dalam melaksanakan metode penyisihan kerugian kredit yang disesuaikan akan menentukan optimisasi penerapan metode tersebut sesuai dengan perubahan pada dasar akuntansi yang berlaku dewasa kini. Bank Syariah X merupakan salah satu bank syariah pada industri perbankan nasional, dimana pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan dengan proporsi terbesar dalam total pembiayaan syariah yang dimiliki. Berdasarkan pemaparan kondisi teraktual mengenai penyesuaian terkait dasar akuntansi untuk pembiayaan murabahah diatas, maka penulis tertarik untuk melaporkan mengenai prosedur audit perhitungan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai pembiayaan murabahah pada Bank Syariah X dan kesesuaiannya dengan PAPSI 2013 dan PSAK 102 Revisi mengenai akuntansi murabahah. 1.2
Ruang Lingkup Permasalahan Ruang lingkup permasalahan yang dibahas dalam laporan ini terbatas pada
metode dan perhitungan yang digunakan oleh PT Bank Syariah X dalam menentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai pembiayaan murabahah, prosedur audit yang dilakukan oleh KAP ABC terhadap metode perhitungan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai pembiayaan murabahah, serta bagaimana kesesuaian metode perhitungan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai pembiayaan yang digunakan dengan PAPSI 2013 dan PSAK 102 Revisi 2013 mengenai
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
4
akuntansi murabahah. Selain itu, ruang lingkup penulisan laporan magang meliputi periode penerapan PSAK 102 Revisi 2013 pada PT Bank Syariah X, yang melakukan penerapan dini. 1.3
Topik Pembahasan Topik pembahasan permasalahan yang terdapat di dalam laporan ini yaitu: a.
Metode perhitungan penyisihan kerugian kredit pembiayaan yang digunakan pada Bank Syariah X serta prosedur audit yang dilakukan oleh KAP ABC terhadap metode perhitungan penyisihan kerugian kredit pembiayaan murabahah,
b.
Kesesuaian
metode
perhitungan
penyisihan
kerugian
kredit
pembiayaan murabahah yang digunakan pada Bank Syariah X dengan PAPSI 2013 dan PSAK 102 (revisi 2013), mengenai akuntansi murabahah serta periode penerapan PSAK 102 Revisi 2013 pada PT Bank Syariah X yang melakukan penerapan dini. 1.4
Tujuan Pembahasan Berdasarkan topik pembahasan diatas, penelitian ini bertujuan untuk
membahas dan melaporkan tentang: a.
Metode perhitungan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai pembiayaan yang digunakan pada Bank Syariah X
serta prosedur audit yang
dilakukan oleh KAP ABC terhadap metode perhitungan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai pembiayaan murabahah, b.
Kesesuaian
metode
perhitungan
penyisihan
kerugian
kredit
pembiayaan murabahah yang digunakan pada Bank Syariah X dengan PAPSI 2013 dan PSAK 102 (revisi 2013), mengenai akuntansi murabahah. 1.5
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang Penulis mendapatkan kesempatan magang di Kantor Akuntan Publik
(KAP) ABC, salah satu kantor akuntan publik terbesar di Indonesia dan di dunia. KAP ABC memiliki 5 divisi, yaitu Consumer Business, Energy & Resources, Manufacturing, dan Technology and Media Telecommunication. Program magang ini dilaksanakan selama 6 bulan, yaitu dari tanggal 8 Januari 2014 - 30 Juni 2014.
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
5
Posisi penulis di KAP ABC adalah sebagai Intern. Penulis ditempatkan pada divisi Financial Services (FS ) - Assurance. 1.6
Sistematika Penulisan BAB 1. PENDAHULUAN Dalam bab ini, dijelaskan mengenai latar belakang, ruang lingkup, topik pembahasan, serta tujuan dari pembahasan permasalahan yang ada dalam laporan ini. Selain itu, dalam bab ini juga dibahas mengenai latar belakang, tujuan, serta waktu dan tempat pelaksanaan magang.
BAB 2. LANDASAN TEORI Dalam bab ini, akan dijelaskan mengenai landasan teori yang terkait dengan tema laporan magang yang dipilih, yang juga digunakan untuk menganalisis dan mengajukan saran bagi perusahaan. Teori yang dibahas mencakup konsep audit, konsep murabahah, Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI) 2013, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 102 Revisi (2013) tentang akuntansi murabahah, konsep perhitungan perhitungan penyisihan kerugian kredit pembiayaan murabahah berdasarkan PAPSI 2013 dan PSAK 102 Revisi (2013) tentang akuntansi murabahah.
BAB 3. PROFIL PERUSAHAAN Dalam bab ini akan dideskripsikan mengenai profil dan gambaran umum kegiatan perusahaan, baik perusahaan tempat dilaksanakannya magang maupun perusahaan klien yang dipilih untuk dibahas dalam laporan ini.
BAB 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini akan mencakup analisis terhadap metode perhitungan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai pembiayaan yang digunakan pada Bank Syariah X, prosedur audit yang dilakukan oleh KAP ABC terhadap metode perhitungan penyisihan kerugian kredit pembiayaan murabahah, dan kesesuaian metode perhitungan penyisihan kerugian kredit pembiayaan
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
6
murabahah yang digunakan pada Bank Syariah X dengan PAPSI 2013 dan PSAK 102 (revisi 2013), mengenai akuntansi murabahah
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Bab terakhir ini berisi kesimpulan penulis dari analisis dan pembahasan yang ada dalam bab 4. Dalam bab ini juga terdapat saran dari penulis yang ditujukan untuk
KAP ABC, perusahaan yang diaudit dan FEUI.
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Konsep Audit Secara Umum
2.1.1 Definisi Audit Definisi audit menurut Arens (2009) adalah “Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person.” Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa audit terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut: a. Information and Established Criteria Dalam pelaksanaan audit diperlukan data dan informasi serta suatu standar atau kriteria tertentu yang dijadikan tolak ukur untuk mengevaluasi informasi yang ada. b. Accumulating and evaluating audit evidence Bukti-bukti audit yang didapatkan diakumulasikan dan dievaluasi guna mencapai kesimpulan. c. Competent and independent person Proses audit harus dilakukan oleh seseorang dengan tingkat kompetensi yang memadai dan merupakan seseorang yang mempunyai tingkat independensi yang tinggi. d. Reporting Tahap terakhir dari proses audit adalah melaporkan hasil dan temuan audit kepada pengguna laporan audit.
7 Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
hŶŝǀĞƌƐŝƚĂƐ/ŶĚŽŶĞƐŝĂ
8
2.1.2 Jenis Audit Arens (2009) membedakan jenis audit kedalam beberapa kelompok, yaitu: a. Operational Audit Audit operasional mengevaluasi dan menilai efektivitas dan efisiensi dari prosedur operasi atau metode operasi suatu bagian perusahaan. b. Compliance Audit Audit kepatuhan dilakukan untuk menentukan dan memastikan apakah perusahaan yang diaudit telah memenuhi peraturan dan standar maupun perundang-undangan yang ditentukan oleh suatu otoritas. c. Financial Statement Audit Audit atas laporan keuangan dilakukan untuk menilai apakah keseluruhan laporan keuangan telah disajikan dengan wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 2.2
Audit Laporan Keuangan
2.2.1 Tanggung Jawab Auditor Didalam PSA no 1 (Seksi 110) dalam SPAP disebutkan bahwa auditor memiliki tanggung jawab untuk merancang dan menjalankan proses audit, untuk menyatakan pendapat tentang laporan keuangan yang wajar dan bebas dari kesalahan pencatatan yang material, baik karena kesalahan yang tidak disengaja maupun kecurangan. Oleh karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan yang memadai, namun tidak bersifat mutlak, bahwa salah saji material terdeteksi. Tetapi, auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit dengan tujuan memperoleh keyakinan bahwa salah saji yang tidak material terhadap laporan keuangan terdeteksi, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun yang disebabkan kecurangan. Auditor juga bertanggung jawab dalam memberikan keyakinan memadai (reasonable assurance). Tingkat assurance yang digunakan pada audit merupakan tingkatan yang tinggi yang menggambarkan tingkat keyakinan auditor pada saat penyelesaian audit. Audit yang telah dilaksanakan sesuai standar audit mungkin saja gagal dalam mendeteksi kesalahan pencatatan yang material. Salah satu
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
9
penyebabnya adalah bukti audit yang digunakan didapatkan dari menguji beberapa sampel dari sebuah populasi, bukan keseluruhan populasi yang ada. Hal itu menjelaskan bahwa auditor bertanggung jawab atas assurance yang reliable, bukan bersifat mutlak. Selain itu, auditor juga harus memiliki sikap professional skepticism, dimana auditor harus selalu berpikir kritis terhadap suatu bukti audit. Berdasarkan hal tersebut, maka auditor harus mampu mengidentifikasi kemungkinankemungkinan yang mungkin terjadi untuk setiap bukti audit. Konsep tanggung jawab auditor tersebut menjadi dasar yang digunakan oleh KAP ABC dalam mengimplementasikan prosedur audit secara keseluruhan terhadap laporan keuangan PT Bank Syariah X. Tujuan untuk mendapatkan keyakinan bahwa nilai komponen laporan keuangan telah disajikan secara wajar dan pada nilai yang akurat menjadi krusial, terutama dalam penilaian komponen pembiayaan murabahah pada PT Bank Syariah X, yang merupakan komponen pembiayaan terbesar pada perusahaan dan memiliki korelasi signifikan terhadap kondisi keuangan perusahaan. Dalam hal ini, prosedur audit terhadap CKPN menjadi sangat berpengaruh dalam menentukan kewajaran nilai pembiayaan murabahah pada kondisi yang sebenarnya. 2.2.2 Tujuan Audit Laporan Keuangan Secara umum, Arens (2009) menyatakan bahwa tujuan audit laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan. Auditor melaksanakan audit terhadap laporan keuangan dengan melaksanakan tes audit atas transaksi yang menghasilkan ending balances dan juga melaksanakan tes audit terhadap account balances dan penyajian lain yang terkait. Tujuan audit secara garis besar dapat dibedakan menjadi: 1 Tujuan audit terkait transaksi (Transaction-related audit objectives) Tujuan audit ini adalah untuk menyediakan kerangka untuk membantu auditor dalam mengumpulkan bukti yang cukup dalam rangka memenuhi standard fieldwork yang ditetapkan serta memutuskan bukti audit yang diperlukan untuk kelas-kelas transaksi yang ada. Terdapat 6 tujuan audit terkait transaksi yaitu:
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
10
a. Occurrence, yaitu memastikan bahwa transaksi yang dicatat oleh perusahaan benar-benar terjadi. b. Completeness, yaitu memastikan bahwa transaksi yang terjadi telah dicatat. c. Accuracy, yaitu memastikan bahwa transaksi yang dicatat oleh perusahaan disajikan dalam jumlah yang benar. d. Posting and summorization, yaitu memastikan bahwa transaksi dicatat di dalam data master dan diringkas dengan benar. e. Classification, yaitu memastikan bahwa transaksi yang dicatat oleh klien telah diklasifikasikan dengan benar. f. Timing, yaitu memastikan bahwa transaksi telah dicatat pada tanggal terjadinya. 2 Tujuan audit terkait saldo (Balance-related audit objectives) Tujuan audit ini adalah untuk menyediakan kerangka untuk membantu auditor mengumpulkan bukti yang cukup terkait saldo akun yang terdapat di perusahaan. Terdapat 8 tujuan audit terkait saldo yaitu: a. Existence, yaitu memastikan bahwa nilai yang dicatat benar-benar terjadi. b. Completeness, yaitu memastikan bahwa nilai yang seharusnya dicatat telah dicatat. c. Accuracy, yaitu memastikan bahwa nilai yang dicatat oleh perusahaan telah disajikan dengan tepat. d. Classification, yaitu memastikan bahwa nilai yang terdapat pada klien telah diklasifikasikan dengan benar. e. Cut-off, yaitu untuk memastikan bahwa transaksi yang terjadi dekat dengan tanggal neraca telah dicatat pada periode yang benar. f. Detail Tie-in, yaitu memastikan bahwa rincian saldo akun sesuai dengan yang terdapat pada data master, dijumlahkan secara tepat, dan sesuai dengan jumlah pada buku besar. g. Realizable Value, yaitu memastikan bahwa aset dicatat pada nilai wajar yang dimiliki.
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
11
h. Rights and Obligation, yaitu memastikan bahwa aset maupun kewajiban telah benar-benar dimiliki sebelum dimasukkan kedalam laporan keuangan. 3. Tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan (Presentation and disclosure-related audit objectives) Terdapat 4 tujuan audit yang harus dipenuhi sebelum auditor dapat menyatakan bahwa penyajian dan pengungkapan yang telah dilakukan oleh perusahaan telah disajikan secara wajar: a. Occurrence and rights and obligations, yaitu untuk memastikan bahwa kejadian yang diungkapkan benar-benar terjadi dan merupakan hak dan kewajiban perusahaan. b. Completeness, yaitu untuk memastikan bahwa semua pengungkapan yang perlu dilakukan telah dicantumkan didalam laporan keuangan. c. Accuracy and valuation, yaitu untuk memastikan bahwa informasi keuangan yang ada telah diungkapkan dengan wajar dan jumlahnya tepat. d. Classification and understandibility, yaitu untuk memastikan bahwa jumlah yang terdapat di laporan keuangan maupun catatan atas laporan keuangan telah diklasifikasikan dengan benar dan apakah pengungkapan yang dilakukan dapat dimengerti oleh pengguna laporan keuangan. 2.2.3 Audit Atas Piutang 2.2.3.1 Pengertian Piutang Usaha Menurut Agoes (2004), piutang muncul ketika perusahaan menjual barang atau jasa secara kredit dan berhak mernerima penerimaan kas di masa mendatang. Agoes (2004) menyatakan bahwa piutang terbagi menjadi: a. Piutang Dagang/Usaha, yang merupakan piutang yang terjadi berdasarkan kegiatan normal perusahaan dalam menjual barang atau jasa secara kredit b. Piutang Non-Dagang, yang merupakan piutang yang terjadi bukan dari kegiatan utama perusahaan, sebagai contoh piutang surat berharga 2.2.3.1 Tujuan Audit Piutang Usaha Menurut Agoes (2004), tujuan pemeriksaan perkiraan piutang usaha adalah:
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
12
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian internal, baik atas piutang dan trasnsaksi penjualan piutang dan penerimaan kas 2. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity dari pada piutang 3. Untuk memeriksa tingkat kolektibilitas (collectibility) piutang dan cukup tidaknya perkiraan penyisihan piutang tak tertagih, atau dalam industri perbankan disebut dengan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) 4. Untuk mengetahui apakah terdapat kewajiban bersyarat (Contingent Liability) yang timbul karena pendiskontoan wesel tagih (Notes Receivable) 5. Untuk memerksa apakah penyajian piutang di neraca telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/ sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Pembahasan dalam karya tulis ini selanjutnya akan membahas secara spesifik mengenai poin ketiga, yakni tingkat kolektibilitas piutang murabahah dan cukup tidaknya perkiraan penyisihan CKPN yang dilakukan pada PT Bank Syariah X. 2.2.3.2 Proses Audit Piutang Usaha Prawitt (2009) menyatakan langkah-langkah auditor selama melakukan proses audit terhadap piutang usaha adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi usaha Auditor melakukan pemahaman mengenai industri dan lingkungan eksternal
klien
mengidentifikasi
serta risiko
mengevaluasi bisnis
klien
tujuan yang
manajemen signfikan.
guna Ketika
mengevaluasi risiko inheren dan bukti yang direncanakan dalam piutang usaha, auditor mengembangkan risiko yang mempengaruhi piutang usaha, sebagai contoh risiko pada nilai realisasi bersih piutang usaha. 2. Menetapkan level salah saji yang dapat ditoleransi dan menetapkan risiko bawaan Auditor harus memutuskan perimbangan pendahuluan mengenai materialitas laporan keuangan secara keseluruhan dan kemudian mengalokasikan jumlah pertimbangan pendahuluan ke setiap akun
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
13
neraca yang signifikan, termasuk piutang usaha. Secara khusus piutang usaha merupakan salah satu akun yang paling material. Auditor mengidentifikasi
risiko
kecurangan
tertentu
dalam
pengakuan
pendapatan. Lebih khusus, dalam industri perbankan, perlu dilakukan identifikasi secara khusus terhadap risiko salah saji pada nilai realisasi penyisihan piutang tak tertagih atau CKPN karena sulit untuk menentukan nilai saldo yang benar. 3. Merencanakan audit Perencanaan audit dilakukan dilakukan dengan tujuan menghasilkan proses audit yang efektif dan efisien. Proses perencanaan tersebut akan mengkonsiderasi faktor-faktor yang telah diidentifikasi pada proses dan langkah audit yang dilakukan sebelumnya. 4. Menguji Sistem Pengendalian Internal Perusahaan Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan jumlah sample yang akan digunakan dalam melakukan proses audit terhadap piutang usaha. Apabila pengendalian internal yang dijalankan perusahaan telah baik, maka jumlah sample yang digunakan akan semakin sedikit. Demikan juga dengan kondisi sebaliknya. 5. Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis Prosedur analitis dilakukan dalam tiga tahap, yaitu audit perencanaan, ketika melaksanakan pengujian yang terinci, dan saat penyelesaian audit. Terkait dengan piutang usaha, auditor melaksanakan prosedur analitis untuk siklus penjualan dan penagihan secara keseluruhan, bukan hanya piutang usaha. Hal ini dikarenakan hubungan yang erat antara akun-akun laporan laba rugi dan neraca. Jika prosedur analitis dalam siklus penjualan dan penagihan mengungkapkan fluktuasi yang tidak biasa, auditor harus melontarkan pertanyaan tambahan kepada manajemen dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap respon manajemen tersebut. 6. Merancang dan melaksanakan pengujian atas rincian saldo piutang usaha
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
14
Pengujian dilakukan dengan menetapkan asersi dan pengujian atas transaksi, saldo akun dan pengungkapan piutang usaha, Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN), dan beban piutang tak tertagih. Prawitt (2009) menyatakan bahwa asersi dan pengujian yang dilakukan untuk saldo akun piutang adalah sebagai berikut: a. Keberadaan, terbagi menjadi melakukan konfirmasi atas piutang usaha yang dipilih dan melakukan prosedur alternatif atas perbedaan konfirmasi piutang usaha dan konfirmasi yang tidak terjawab. b. Hak dan kewajiban, terbagi menjadi melakukan review terhadap konfirmasi bank untuk mengetahui piutang yang digadaikan, melakukan tanya jawab kepada manajemen, melakukan review perjanjian kredit, dan melakukan review terhadap risalah rapat dewan komisaris untuk mengetahui indikasi piutang usaha yang telah dijual. c. Kelengkapan, terbagi menjadi proses mendapatkan neraca saldo umur piutang usaha sampai pada melakukan pencocokan jumlahnya dengan akun pengendali buku besar, melakukan review hasil pengujian untuk menentukan risiko pengendalian untuk asersi kelengkapan, serta menelusuri dokumen pengiriman kejurnal penjualan dan buku besar pembantu piutang jika pengujian tersebut tidak dilakukan pada pengujian pengendalian. d. Penilaian dan alokasi, terbagi menjadi pemeriksaan hasil konfirmasi atas piutang usaha yang dipilih serta memeriksa kecukupan penyisihan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN). Prawitt (2009) menyatakan bahwa asersi dan pengujian yang dilakukan untuk pengungkapan piutang adalah sebagai berikut: a. Keterjadian & hak dan kewajiban, terbagi menjadi identifikasi apakah piutang telah dijaminkan, dialihkan, atau didiskontokan serta menentukan apakah hal-hal tersebut memerlukan pengungkapan atau tidak. b. Kelengkapan, yang meliputi melengkapi daftar cek pelaporan keuangan untuk memastikan bahwa seluruh pengungkapan laporan keuangan, sehubungan dengan piutang usaha dan akun-akun yang berhubungan dengan piutang usaha yang telah diungkapkan.
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
15
c. Klasifikasi dan kemampuan untuk dipahami, yang terdiri dari melakukan review neraca saldo umur untuk kredit yang material, piutang usaha jangka panjang, dan piutang selain usaha, serta menentukan apakah hal-hal tersebut memerlukan pengungkapan terpisah pada neraca. d. Akurasi dan penilaian, terdiri dari identifikasi catatan kaki dan informasi lain yang relevan untuk memastikan bahwa informasi adalah akurat dan disajikan secara wajar pada jumlah yang tepat. e. Menyelesaikan audit Prosedur ini meliputi penyelesaian audit proses bisnis dan akun laporan keuangan, yang dalam konteks ini adalah piutang sampai pada mengikhtisarikan dan mengevaluasi bukti-bukti yang didapatkan selama proses audit. Disamping itu, sebelum memasukkan hasil dari proses audit pada laporan keuangan, auditor harus mempertimbangkan isu-isu tambahan yang dapat mempengaruhi laporan keuangan. Evaluasi terakhir dalam menyelesaikan proses audit yakni terkait bukti komunikasi dengan komite audit dan manajemen terhadap penemuan dan fakta yang ada pada tanggal laporan auditor. f. Mengevaluasi hasil dan menerbitkan laporan audit Setelah
seluruh
proses
sebelumnya
dilaksanakan,
maka
auditor
mengevaluasi hasil audit dan menerbitkan laporan audit, dengan memberikan opini sesuai dengan hasil audit yang ditemukan, yang dalam hal ini meliputi piutang. Proses audit piutang usaha tersebut dijadikan acuan dalam merencanakan dan mengimplementasikan prosedur audit terhadap pembentukan CKPN, dimana proses tersebut akan distandardisasikan dengan menggunakan regulasi yang mengatur praktik pengakuan instrumen keuangan serta standar prosedur operasional KAP ABC terkait prosedur audit terhadap instrumen keuangan. 2.3
Murabahah
2.3.1 Pengertian Murabahah Murabahah berasal dari kata “Ribh” yang berarti keuntungan laba atau tambahan (Widodo : 2010). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 102 Revisi 2013 paragraf 5 tentang akuntansi murabahah mendefinisikan
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
16
murabahah sebagai akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan
ditambah
keuntungan
yang
disepakati
dan
penjual
harus
mengungkapkan biaya perolehan tersebut kepada pembeli. Berdasarkan definisi tersebut, Nurhayati dan Wasilah (2013) menyatakan bahwa murabahah merupakan transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli 2.3.2 Dasar Syariah Murabahah 2.3.2.1 Sumber Hukum Akad Murabahah Berikut ini adalah dalil-dalil umum dari Al-Quran dan Al-Hadis mengenai akad murabahah: 1. Al-Quran “Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antaramu…” (QS 4:29)
“Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu…” (QS 5:1)
“Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.” (QS 2:275)
“…dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai ia berkelapangan.” (QS 2:280)
“…dan tolong menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa…” (QS 5:2)
“Hai orang yang beriman! Jika kamu melakukan transaksi utang piutang untuk jangka waktu yang ditentukan, tuliskanlah…” (QS 2:282) 2. Al-Hadis Beberapa dalil dari Al-Hadis adalah sebagai berikut:
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
17
a. Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasullah SAW bersabda: “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka.” (HR. Al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan shanih menurut Ibnu Hibban) b. Rasullah SAW bersabda, “Ada tiga hal yang mengandung keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib) c. “Allah mengasihi orang yang memberikan kemudahan bila ia menjual dan membeli serta di dalam menagih haknya.”(Dari Abu Hurairah) d. “Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan melepaskan kesulutannya di hari kiamat, dan Allah senantiasa menolong hamba Nya selama ia (suka) menolong saudaranya.” (HR. Muslim) e. “Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu menghalalkan harga diri dan pemberian sangsi kepadanya.” (HR. Abu Dawud, Ibn Majah, dan Ahmad) f. “Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu kezaliman.” (HR. Bukhari & Muslim) g. “Sumpah itu melariskan barang dagangan, akan tetapi menghapus keberkahannya.” (HR. Al Bukhari) 2.3.2.2 Rukun dan Ketentuan Akad Murabahah Nurhayati dan Wasilah (2013) menyatakan bahwa Rukun dan Ketentuan Murabahah, yaitu: 1. Pelaku Pelaku cakap hukum dan baligh (berakal dan dapat membedakan), sehingga jual beli dengan orang gila menjadi tidak sah sedangkan jual beli dengan anak kecil dianggap sah, apabila seizin walinya. 2. Objek Jual Beli, harus memenuhi: a. Barang yang diperjualbelikan adalah barang halal b. Barang yang diperjualbelikan harus dapat diambil manfaatnya atau memiliki nilai, dan bukan merupakan barang-barang yang dilarang diperjualbelikan, misalnya: jual beli barang yang kedaluwarsa
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
18
c. Barang tersebut dimiliki oleh penjual d. Barang tersebut dapat diserahkan tanpa tergantung dengan kejadian tertentu di masa depan e. Barang
tersebut
diidentifikasikan
harus oleh
diketahui pembeli
secara sehingga
spesifik tidak
dan ada
dapat gharar
(ketidakpastian) f. Barang tersebut dapat diketahui kuantitas dan kualitasnya dengan jelas, sehingga tidak ada gharar g. Harga barang tersebut jelas h. Barang yang diakadkan ada di tangan penjual 3. Ijab Kabul Ijab kabul mengartikan pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi yang modern. 2.3.3 Jenis Murabahah PSAK 102 (Revisi 2013) mengenai akuntansi murabahah menjelaskan bahwa terdapat dua jenis murabahah, yaitu murabahah yang dilakukan berdasarkan pesanan dan murabahah yang dilakukan tanpa berdasarkan pesanan. Dalam murabahah yang dilakukan berdasarkan pesanan, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli. Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat, pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya. Jika aset murabahah yang telah dibeli oleh penjual mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli, maka penurunan nilai tersebut menjadi tanggungan penjual dan mengurangi nilai akad. Adapun murabahah yang bersifat tidak mengikat bahwa walaupun telah memesan barang tetapi pembeli tersebut tidak terikat, maka pembeli dapat menerima atau membatalkan barang tersebut. Adapun Murabahah tanpa pesanan merupakan jenis murabahah yang bersifat tidak mengikat. Penyediaan barang dalam murabahah ini dilakukan
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
19
sendiri oleh penjual karena murabahah ini dilakukan tanpa melihat ada pemesanan atau tidak terlebih dahulu. 2.3.4 Cakupan Standar Akuntansi Murabahah Standar akuntansi tentang jual beli murabahah mengacu pada Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no 102, yang menggantikan pengaturan murabahah dalam PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah. PSAK 102 direvisi pada 13 November 2013 terkait dengan pengaturan untuk murabahah yang mengacu pada PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian, PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, dan PSAK 60: Instrumen Keuangan: Penyajian. Revisi tersebut berdsarkan pada Fatwa DSN MUI no. 84/DSNMUI/XII/2012 tentang Metode Pengakuan Keuntungan Tamwil Bi Al-Murabahah (Pembiayaan Murabahah) di Lembaga Keuangan Syariah. Secara umum, perbedaan dari PSAK 102 (Revisi 2013) dengan PSAK 102 sebelumnya adalah sebagai berikut:
Issues
Tabel 2. 1 Perbedaan PSAK 102 (Revisi 2013) dengan PSAK 102 Sebelumnya Sumber: KAP ABC Audit Bulletin - November 2013 PSAK 102 (Revisi 2013) PSAK 102 (Revisi 2007)
Tipe Transaksi
Murabahah
Murabahah
sebagai
yang
dikategorikan Murabahah
aktivitas
menggunakan
jual
standar
beli dikategorikan sebagai
akuntansi aktivitas jual beli.
sesuai dengan PSAK 102. Murabahah sebagai
yang
dikategorikan
aktivitas
pembiayaan
menggunakan
standar
akuntansi
sesuai dengan PSAK 50, 55, dan 60. Metode Pengakuan Diakui dengan menggunakan analisa Diakui Pendapatan
risiko sesuai dengan PSAK 102.
dengan
menggunakan analisa risiko sesuai dengan
Diakui dengan menggunakan metode
PSAK 102.
effective rate sesuai dengan PSAK 55.
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
20
Menurut PSAK 102 (Revisi 2013), cakupan ketentutan akuntansi yang diatur dalam akuntansi murabahah dapat ditetapkan lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah yang melakukan transaksi murabahah baik sebagai penjual maupun pembeli. Selain itu, standar akuntansi tentang jual beli murabahah dalam konteks implementasi pada perbankan syariah, mengacu pada Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia 2013 yang juga akan dibahas pada bagian ini. Konsep dan ketentuan yang diatur dalam PSAK 102 (Revisi 2013) menjadi dasar perlakuan akuntansi yang digunakan dalam prosedur audit terhadap pembiayaan murabahah PT Bank Syariah X, yang melakukan penerapan dini. Dasar dan ketentuan berikut juga menjadi dasar dan menentukan kesesuaian prosedur audit yang dilakukan terhadap kewajaran nilai CKPN pembiayaan murabahah pada PT Bank Syariah X dengan standar akuntansi murabahah yang diterapkan secara menyeluruh. 2.3.4.1 Pengakuan dan Pengukuran Pengakuan dan pengukuran telah diatur pada PSAK 102 (Revisi 2013) sebagai berikut: 1. Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan. Dalam transaksi ini, entitas syariah akan mencatat sebagai berikut: Dr. Cr.
Persediaan murabahah Kas
xxx xxx
2. Pengukuran persediaan murabahah setelah perolehan terbagi dua, yaitu aktiva tersedia untuk dijual dalam murabahah pesanan mengikat dan pesanan tidak mengikat. Adapun pengukuran untuk aktiva tersedia dijual dalam murabahah pesanan mengikat adalah sebagai berikut: a. Dinilai berdasarkan biaya perolehan, dan b. Jika terjadi penurunan nilai aktiva karena usang atau rusak, penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai aset. Dalam hal terjadi penurunan nilai, maka yang akan dicatat adalah sebagai berikut: Dr. Cr.
Beban penurunan nilai Persediaan Murabahah
xxx
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
xxx
Universitas Indonesia
21
Sedangkan, untuk pengukuran terhadap murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak mengikat adalah sebagai berikut: a. Dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasikan, mana yang lebih rendah. b. Jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan maka selisihnya diakui sebagai kerugian. Dalam hal tersebut, entitas akan mencatat pengakuan kerugian sebagai berikut: Dr. Cr.
Kerugian penurunan nilai persediaan murabahah Cadangan penurunan nilai persediaan murabahah
xxx xxx
3. Diskon atau potongan pembelian dari pemasok diakui sebagai: a. Pengurang biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi sebelum akad murabahah b. Liabilitas kepada pembeli, jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak pembeli c. Tambahan
keuntungan
murabahah,
jika
terjadi
setelah
akad
murabahah dan sesuai akad menjadi hak penjual, atau d. Pendapatan operasi lain, jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak diperjanjikan dalam akad 4. Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aset murabahah ditambah keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai neto yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian piutang. Berdasarkan poin tersebut, maka nilai penyisihan kerugian piutang harus mampu merepresentasikan faktor risiko dan potensi gagal bayar yang dimiliki oleh pembiayaan murabahah sehingga merepresentasikan pembiayaan murabahah pada kondisi dan nilai sebenarnya. Pada waktu akad, maka lembaga keuangan syariah akan melakukan pencatatan sebagai berikut: Dr. Cr. Cr.
Kas/piutang murabahah Persediaan murabahah Pendapatan marjin murabahah
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
xxx xxx xxx
Universitas Indonesia
22
5. Keuntungan murabahah diakui: a. Pada saat terjadinya penyerahan barang, jika dilakukan secara tunai atau secara tangguh yang tidak melebihi satu tahun, atau b. Selama periode akad sesuai dengan tingkat risiko dan upaya untuk merealisasikan keuntungan tersebut untuk transaksi tangguh lebih dari satu tahun. Metode-metode berikut ini digunakan dan dipilih yang paling sesuai dengan karakteristik risiko dan upaya transaksi murabahah-nya: 1. Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah. Metode ini terapan untuk murabahah tangguh di mana risiko penagihan kas dari piutang murabahah dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya relatif kecil. 2. Keuntungan diakui proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang murabahah. Metode ini terapan untuk transaksi murabahah tangguh di mana risiko piutang tidak tertagih relatif besar dan/atau beban untuk mengelola dan menagih piutang tersebut relatif besar juga. 3. Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih. Metode ini terapan untuk transaksi murabahah tangguh di mana risiko piutang tidak tertagih dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya cukup besar. Dalam praktik, metode ini jarang dipakai, karena transaksi murabahah tangguh mungkin tidak terjadi bila tidak ada kepastian yang memadai akan penagihan kasnya. 6. Pengakuan keuntungan dalam paragraf b2, dilakukan secara proporsional atas jumlah piutang yang berhasil ditagih dengan mengalikan persentase keuntungan terhadap jumlah putang yang berhasil ditagih. Persentase keuntungan dihitung dengan perbandingan antara marjin dan biaya perolehan aset murabahah.
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
23
Dasar-dasar terkait pengakuan dan pengukuran pada PSAK 102 (Revisi 2013) tersebut merupakan dasar-dasar yang relevan dan diterapkan dalam melakukan prosedur audit CKPN pembiayaan murabahah pada PT Bank Syariah X. 2.3.4.2 Penyajian Berdasarkan PSAK 102 (Revisi 2013), penyajian transaksi murabahah di laporan keuangan bergantung pada rekening yang terpengaruh oleh transaksi murabahah. Berikut adalah penyajian rekening-rekening yang berkaitan dengan transaksi murabahah: 1. Piutang murabahah disajikan sebesar nilai neto yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang 2. Marjin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah 3. Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) utang murabahah. Bagian pertama dalam ruang lingkup penyajian tersebut mempunyai kaitan yang sangat erat dengan prosedur audit CKPN pembiayaan murabahah. Prosedur audit pembiayaan murabahah harus mampu memberikan keyakinan bahwa penyisihan kerugian piutang murabahah telah merepresentasikan kondisi dan keadaan yang sebenarnya, sehingga nilai neto yang dapat direalisasikan dari piutang murabahah merepresentasikan nilai yang sebenarnya. 2.3.4.3 Pengungkapan Berdasarkan PSAK 102 (Revisi 2013), bank syariah sebagai penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak terbatas pada: 1. Harga perolehan aset murabahah, 2. Janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai kewajiban atau bukan, 3. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
24
2.3.4.4 Acuan Alternatif 1. Penjual yang tidak memiliki risiko signifikan terkait dengan kepemilikan persediaan untuk transaksi
murabahah
merupakan penjual
yang
melaksanakan transaksi pembiayaan murabahah. Perlakuan atas transaksi tersebut mengacu pada PSAK 50: Instrumen Keuangan, Penyajian,PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengkauan dan Pengukuran, dan PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan yang terkait aset keuangan dalam kategori pinjaman yang diberikan dan piutang, yang dalam penerapannya disesuaikan dengan prinsip, karakterisitik, dan istilah transaksi syariah. Transaksi murabahah di PT Bank
Syariah X merupakan transaksi
pembiayaan murabahah. Hal tersebut menjelaskan bahwa perlakuan akuntansi atas transaksi pembiayaan murabahah di PT Bank Syariah X mengacu pada PSAK 50, 55, dan 60 mengenai instrumen keuangan. 2. Risiko yang terkait dengan kepemilikan persediaan antara lain: a. Risiko perubahan harga persediaan b. Keusangan dan kerusakan persediaan c. Biaya pemeliharaan dan penyimpanan persediaan d. Risiko pembatalan pesanan pembelian secara sepihak Bagian acuan alternatif merupakan bagian utama yang membedakan antara PSAK 102 (Revisi 2013) dengan PSAK sebelumnya. Fokus dalam bagian penjelasan berikut ditujukan untuk menerapkan tingkat disiplin perlakuan akuntansi terkait pelaku dalam industri syariah yang mempunyai karakterisitik transaksi murabahah. Dengan adanya bagian tambahan dalam standar akuntansi berikut, maka diharapkan praktik perlakuan akuntansi murabahah, terutama dalam ruang lingkup perbankan, dapat diterapkan secara disiplin dan menyeluruh sesuai dengan metode akuntansi yang relevan, dimana pengaturannya telah ditetapkan dalam standar akuntansi. 2.3.4.5 Ketentuan Transisi 1. Pernyataan ini berlaku secara prospektif untuk transaksi murabahah yang terjadi setelah tanggal efektif. Untuk meningkatkan daya banding laporan keuangan maka entitas dianjurkan menerapkan pernyataan ini secara retrospektif.
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
25
2. Penerapan ketetapan pada bagian acuan alternatif diterapkan secara prospektif dengan ketentuan sebagai berikut: a. Jumlah tercatat piutang murabahah, margin murabahah tangguhan, dan biaya transaksi terkait merupakan jumlah tercatat awal (deemed cost). b. Tingkat imbal hasil efektif ditentukan berdasarkan arus kas masa depan sejak tanggal penerapan PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian, PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, dan PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan sampai dengan akhir akad. c. Pada awal penerapan PSAK 50, PSAK 55, dan PSAK 60, entitas menentukan penurunan nilai aset keuangan dari transaksi murabahah berdasarkan kondisi pada saat itu. Selisih antara penurunan nilai tersebut dengan penurunan nilai yang ditentukan berdasarkan kebijakan akuntansi sebelumnya diakui langsung ke saldo laba pada saat awal penerapan PSAK 50, PSAK 55, dan PSAK 60. Jika entitas menentukan penurunan nilai berdasarkan PSAK 50, PSAK 55, dan PSAK 60 tidak di awal penerapan PSAK tersebut, maka entitas memisahkan penurunan nilai yang berasal dari periode berjalan yang diakui dalam laba rugi dan penurunan nilai yang berasal dari periode sebelumnya yang diakui langsung ke saldo laba. Jika entitas tidak dapat memisahkan penurunan nilai tersebut, maka penurunan nilai diakui dalam laba rugi dan fakta tersebut diungkapkan secara memadai dalam catatan atas laporan keuangan. d. Jika entitas tidak memiliki data yang memadai terkait dengan pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai secara kolektif, maka entitas: 1. Menggunakan data kerugian dari peer group atas kelompok aset keuangan yang sebanding 2. Jika kondisi nomor 1 tidak tersedia, maka entitas dapat menggunakan kebijakan akuntansi sebelumnya dalam menentukan penurunan nilai secara kolektif. Penggunaan kebijakan akuntansi
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
26
ini hanya dapat dilakukan untuk periode tahun buku yang berakhir pada atau sebelum 31 Desember 2014. Fakta tersebut diungkapkan secara memadai dalam catatan atas laporan keuangan. Poin berikut adalah penjelasan utama yang mendasari PT Bank Syariah X dalam menggunakan peer group data dalam pembentukan CKPN pembiayaan murabahah. 2.3.4.6 Tanggal Efektif 1. Pernyataan ini berlaku untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2008. 2. Penjelasan pada bagian Acuan Alternatif satu dan dua, serta pada bagian Ketentuan Transisi berlaku untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2014. Penerapan dini diperkenankan. Penerapan dini yang diperkenankan dalam satu sisi menuntut kesiapan sumber daya yang relevan untuk melakukan implementasi yang efektif secara bertahap. Hal ini kemudian berorientasi kepada kebutuhan akan dilakukan tes audit secara menyeluruh untuk memastikan bahwa penerapan dini dari PSAK 102 (Revisi 2013) dapat dilakukan secara tepat dan efektif. Berkaitan dengan poin analisa tersebut, maka KAP ABC melakukan prosedur audit secara full test dalam prosedur audit CKPN pembiayaan murabahah PT Bank Syariah X, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari prosedur audit piutang murabahah PT Bank Syariah X. 2.3.5 Prosedur Audit Pembiayaan Murabahah Prosedur audit pembiayaan murabahah terbagi menjadi beberapa prosedur audit, berdasarkan Panduan Audit Bank Syariah 2005 yang dikeluarkan oleh IAIKAP, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Konfirmasi: pembiayaan
Terdiri
dari
melakukan konfirmasi
yang diberikan dan konfirmasi
piutang atau
keberadaan
atau
kepemilikan dokumen sampai pada meminta konfirmasi agunan yang tidak dipegang oleh nasabah. 2. Inspeksi: Meliputi penelaahan laporan internal audit loan review dan laporan audit piutang untuk mengidentifikasi kelemahan pengendalian internal, melakukan
review
laporan konsentrasi
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
piutang atau
Universitas Indonesia
27
pembiayaan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa, sampai pada mengevaluasi apakah restrukturisassi piutang atau pembiayaan murabahah telah dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku. 3. Perhitungan Ulang: Meliputi pengujian rekonsiliasi, pengujian keakuratan atas laporan tunggakan, rekonsiliasi saldo akhir dengan neraca saldo, buku besar, dan catatan tas laporan keuangan, melakukan rekonsiliasi item yang signifikan, sampai pada menguji pendapatan marjin murabahah yang ditangguhkan dengan menghitung ulang jumlah akrual dengan menggunakan data dan teknik audit berdasarkan informasi. 4. Inquiry: Mendapatkan daftar nominatif pembiayaan murabahah dan perkiraan yang terkait seperti pendapatan marjin murabahah ditangguhkan, jatuh tempo, dan piutang pendapatan yang belum diterima. 5. Observasi: Mengidentifikasi proses keseluruhan dan sumber daya yang terlibat dalam proses pembiayaan murabahah. 6. Prosedur analitis: Meliputi analisa dan evaluasi atas perubahan komposisi pembiayaan murabahah, melakukan analisa dan evaluasi perbandingan antara laporan aging di periode berjalan, melakukan analisa dan evaluasi saldo pembiayaan murabahah rata-rata pada tahun berjalan, sampai pada melakukan analisa dan evaluasi rata-rata yield yang dihasilkan terkait pembiayaan murabahah. 7. Teknik audit berbantuan sistem informasi: Meliputi menstratifikasi pembiayaan dan mengakumulasikan baki debet, menstratifikasi ratarata tertimbang marjin bagi hasil pembiayaan murabahah, sampai pada melaporkan pembiayaan murabahah dengan kolektibilitas tertentu yang nilai taksasi agunannya tidak memenuhi persyaratan. Penjelasan mengenai prosedur audit berikut relevan dengan prosedur audit pembiayaan murabahah yang digunakan dalam mengukur CKPN pembiayaan murabahah pada PT Bank Syariah X, dimana prosedur tersebut menitikberatkan fokus dalam mendapatkan keyakinan bahwa pembiayaan murabahah disajikan
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
28
pada nilai yang wajar dan akurat, dengan menggunakan proses spesifik dan melakukan prosedur secara full test. 2.3.6 Penurunan Nilai Aset Keuangan – PSAK 55 (Revisi 2011); PSAK 102 (Revisi 2013) 2.3.6.1 Konsep Umum Penurunan Nilai Pembahasan konsep penurunan nilai berdasarkan PSAK 55 (Revisi 2011) didasarkan karena ketentuan dalam PSAK 102 (Revisi 2013) yang menyatakan bahwa untuk setiap transaksi pembiayaan murabahah yang tidak memiliki risiko signifikan terkait dengan kepemilikan persediaan mengacu pada PSAK 55 terkait dalam ruang lingkup pengakuan transaksi murabahah. Hal ini menjelaskan bahwa PT Bank Syariah X dalam penurunan nilai transaksi murabahahnya menggunakan ketentuan yang diatur oleh PSAK 55. Maka, konsep umum penurunan nilai PSAK 55 dalam ruang lingkup pengakuan menjadi kerangkan dalam keseluruhan prosedur audit terkait CKPN pembiayaan murabahah di PT Bank Syariah X yang akan dibahas aplikasinya pada bagian 4 karya tulis ini. Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam PSAK 55, bahwa piutang dari setiap pelaporan keuangan harus dilakukan evaluasi untuk menentukan apabila terdapat bukti objektif aset keuangan tersebut telah mengalami penurunan nilai. Bukti objektif tersebut dapat terjadi oleh akibat dari satu atau lebih peristiwa setelah pengakuan awal yang merugikan dan berdampak pada arus kas di masa depan.
Adapun peristiwa-peristiwa yang dapat mengakibatkan kerugian dan
berdampak pada arus kas di masa depan (Loss Events) diantaranya adalah sebagai berikut: a. Kesulitan keuangan signifikan yang dialami oleh pihak peminjam atau debitur. b. Pelanggaran kontrak seperti terjadi penundaaan pembayaran bunga maupun pokok. c. Pihak pemberi pinjaman atau kreditur memberikan kelonggaran akibat kesulitan keuangan yang dialami peminjam. d. Peminjam dinyatakan pailit oleh pengadilan. e. Memburuknya kondisi ekonomi, sebagai contoh krisis keuangan dunia, yang menyebabkan kemampuan membayar debitur menjadi menurun.
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
29
Secara umum, konsep mengenai penurunan nilai dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Melakukan evaluasi bukti objektif terhadap individual atau debitur. b. Jika terdapat bukti objektif, maka kerugian penurunan nilai dihitung berdasarkan selisih antara nilai tercatat piutang dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan, dimana perhitungan arus kas masa depan dari piutang dihitung dengan menggunakan tingkat diskonto, yakni suku bunga efektif yang berlaku pada saat pengakuan awal dari aset tersebut. c. Selisih antara nilai tercatat piutang dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan kemudian akan diakui sebagai kerugian penurunan nilai dan nilai tercatat piutang akan dikurangi, baik secara langsung ataupun melalui mekanisme pencadangan. d. Kerugian penurunan nilai tersebut kemudian diakui dalam laporan laba rugi. Dalam konsep penurunan nilai aset keuangan, piutang dapat digolongkan menjadi piutang dagang yang tidak dapat dibayar dan piutang dagang yang dapat dibayar, namun pembayarannya lebih lama dari yang dijanjikan. Apabila piutang dagang telah terbukti tidak dapat dibayar, maka terdapat opsi untuk kondisi apabila piutang tersebut memiliki jaminan atau tidak memiliki jaminan. Apabila piutang tersebut tidak memiliki jaminan maka semua piutang tersebut akan dihapuskan dan diakui oleh perusahaan sebagai beban. Apabila piutang tersebut memiliki jaminan, maka jumlah penurunan nilai yang diakui adalah sebesar nilai piutang yang tercatat sebesar nilai jaminan yang dikuasai oleh perusahaan. Hal ini juga menjelaskan bahwa kerugian penurunan nilai hanya diakui sebesar piutang yang tidak ada jaminannya. Sedangkan, apabila piutang tersebut masih dapat ditagih, namun proses pembayarannya terlambat maka perusahaan mengestimasi waktu penerimaan kas dari piutang tersebut untuk kemudian menghitung nilai sekarang piutang tersebut dengan menggunakan tingkat bunga pasar. Dalam perhitungan penurunan nilai aset piutang, terlebih dahulu harus dilakukan perhitungan apakah perhitungan penurunan nilai piutang menggunakan penurunan nilai individu atau menggunakan penurunan nilai kolektif. Hal ini disebabkan oleh kondisi sebagai berikut:
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
30
a. Tidak semua piutang yang dimiliki perusahaan bersifat signifikan. b. Tidak semua piutang yang signifikan mengalami penurunan nilai. c. Keseluruhan piutang, baik yang bersifat signifikan dan mengalami penurunan nilai, harus dievaluasi penurunannya secara kolektif. 2.3.6.2 Penurunan Nilai Individual Secara umum, konsep penurunan nilai dengan menggunakan penurunan nilai individual dilakukan pada aset keuangan yang bersifat signifikan. Adapun aset keuangan yang bersifat siginifikan mempunyai definisi meliputi poin sebagai berikut: a. Tidak mempunyai panduan yang spesifik. Artinya, tidak dapat peraturan teknis yang mengatur penggolongan aset sebagai aset keuangan yang bersifat signifikan disebabkan perbedaan karakteristik maupun cakupan dari suatu perusahaan. b. Bersifat relatif terhadap pada setiap portofolio perusahaan. Sebagai contoh, nilai sebesar sepuluh juta rupiah dapat diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang tidak bersifat signifikan untuk PT A yang mempunyai jumlah aset keuangan senilai ratusan miliar rupiah, namun nilai tersebut diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang bersifat signifikan untuk PT B yang mempunya jumlah aset keuangan kurang dari satu miliar rupiah. c. Beberapa praktik umum yang diterapkan perusahaan-perusahaan secara umum dalam mengklasifikasikan aset keuangan sebagai aset keuangan yang bersifat
signifikan adalah sebagai
contoh dengan dengan
mengkategorikan aset keuangan pada lima puluh nasabah terbesar, mempunyai nilai lebih dari seratus juta rupiah, dan berbagai contoh pendekatan lainnya. Menjadi pembahasan berikutnya adalah apakah setiap aset keuangan yang bernilai tinggi dan signifikan membutuhkan perhitungan penurunan nilai individual. Hal ini akan bergantung pada beberapa faktor pembeda, seperti level manejemen hubungan dan kustomisasi klien yang dimiliki oleh perusahaan. Oleh karena itu, aset keuangan diklasifikasikan sebagai aset keuangan individual dan bersifat
signifikan
dengan
konsiderasi
manajemen
perusahaan
dengan
menentukan apa yang disebut dengan treshold materiality, yang menjelaskan
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
31
tingkatan, faktor, serta konsiderasi yang digunakan perusahaan dalam menilai nilai dan pengaruh aset keuangan pada perusahaan tersebut. Berdasarkan PSAK 55 (Revisi 2011) instrumen keuangan: Pengakuan, faktor-faktor yang digunakan dalam menentukan kerugian penurunan nilai aset keuangan individu adalah sebagai berikut: a. Tingkat penyajian atau keterbukaan informasi perusahaan terhadap customer-nya. b. Tingkat kehandalan dari model bisnis perusahaan dan kemampuan untuk melakukan aktivitas jual beli ditengah kesulitan kondisi keuangan dan kemampuan menghasilkan arus kas dalam mengelola portofolio pinjaman. c. Jumlah dan ketepatan waktu dari ekspektasi jumlah pembayaran bunga dan pokok pinjaman (recoveries). d. Jumlah dividen yang tersedia pada saat likuidasi atau dinyatakan bangkrut. e. Kemungkinan pemberi pinjaman yang lain untuk mendukung perusahaan secara finansial, perpanjangan komitmen pemberi pinjaman serta penggunaan skema pari passu dengan Bank. f. Nilai sekuritas yang dapat direalisasikan dan kemungkinan untuk memilikinya. g. Kemungkinan dari pengurangan biaya yang terdapat dalam jumlah pembayaran bunga dan pokok pinjaman. Adapun, perhitungan penurunan nilai individual dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan nilai wajar dari jaminan (fair value of collateral). Konsep fair value of collateral akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Pinjaman yang telah diturunkan nilainya diakui berdasarkan nilai pembayaran bunga dan pokok angsuran yang dilakukan secara tepat waktu dan jumlah (recoverable value). 2. Dalam menentukan jumlah pinjaman yang dapat dikembalikan secara tepat jumlah dan waktu, perusahaan harus mempertimbangkan arus kas kedepan dari penyitaan jaminan, apabila memenuhi salah satu dari kondisi berikut: a. Kredit bersifat collateral dependent, yaitu apabila penyelesaian atau pembayaran hanya bersumber dari jaminan.
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
32
b. Apabila sulit untuk menentukan jumlah dan waktu dari arus kas masa depan dari pinjaman atau bunga. c. Penyitaan jaminan sangat mungkin untuk dilakukan dan didukung oleh aspek legal dari perjanjian pinjaman. 3. Bukti terbaik dari nilai wajar didasarkan pada nilai jaminan yang terdapat pada pasar aktif: a. Apabila nilai pasar dari jaminan tidak terdpat dalam pasar, perusahaan dapat menggunakan harga transaksi (quotation price) yang mempunyai kondisi yang sama dengan jaminan tersebut. b. Apabila nilai pasar dari jaminan yang mempunyai kondisi sama tidak tersedia dipasar, maka perusahaan dapat menggunakan tekhnik perhitungan nilai wajar jaminan yang dapat dihandalkan. 4. Perusahaan harus mampu menggunakan informasi yang tersedia untuk memperkirakan nilai wajar jaminan seakurat mungkin, termasuk didalamnya antisipasi waktu penyitaan atau penjualan jaminan. 5. Pengukuran nilai jaminan harus merupakan nilai terendah diantara nilai wajar jaminan dan nilai jaminan yang terdapat pada perjanjian. 6. Tahapan yang dilakukan dalam memperkirakan nilai wajar adalah sebagai berikut: a. Penunjukan tim penilai independen (independent appraiser) yang akan melakukan proses penilaian jaminan; b. Mengidentifikasi perkiraan biaya terkait dengan penjualan jaminan, sebagai contoh adalah biaya legal; c. Mengidentifikasi nilai jaminan yang dapat direalisasikan setelah memperhitungkan perkiraan biaya penjualan; d. Menentukan waktu atau realisasi penjualan jaminan; e. Menentukan nilai wajar yang muncul dari penjualan atau realisasi nilai jaminan apabila terdapat perbedaan waktu (time lag) antara tanggal penentuan nilai wajar dan waktu penjualan atau realisasi nilai dari jaminan. 7. Beberapa ketentuan standar yang harus dipenuhi dalam menentukan nilai wajar dari jaminan meliputi:
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
33
a. Deskripsi proses penilaian jaminan. b. Detil penyesuaian yang digunakan dalam proses penilaian, sebagai contoh yaitu perkiraan biaya penjualan jaminan. c. Penjelasan bagaimana perusahaan memperoleh perkiraan nilai wajar jaminan. d. Dokumentasi yang meliputi unsur kualifikasi, kemampuan (skills), dan independensi yang dimiliki oleh perusahaan penilai jaminan. 2.3.6.3 Penurunan Nilai Kolektif Seperti telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, bahwa seluruh piutang, baik itu yang bernilai signifikan ataupun mengalami penurunan nilai, akan dievaluasi penurunannya dengan menggunakan penurunan nilai kolektif. Penurunan nilai kolektif akan mengukur penurunan nilai pinjaman dengan basis segmentasi pinjaman. Artinya, akun-akun pinjaman atau pembiayaan akan dikelompokkan pada segmentasi-segmentasi yang relevan dengan karakter dan risiko dari pinjaman atau pembiayaan tersebut. Kemudian, akan dilakukan evaluasi segmentasi untuk menghasilkan analisa penurunan nilai yang lebih akurat untuk tiap segmen pembiayaan tersebut. Berdasarkan PSAK 55, tahapan-tahapan untuk melakukan segmentasi pinjaman atau pembiayaan dengan menggunakan penurunan nilai kolektif adalah sebagai berikut: 1. Menentukan tipe aset keuangan yang akan dinilai secara kolektif Tipe aset keuangan yang akan dinilai secara efektif secara umum mempunyai kondisi yaitu yang pertama adalah pinjaman yang telah penurunan nilainya telah dilakukan secara individu, namun tidak ditemukan bukti objektif (objective evidence) penurunan nilai. Kondisi kedua adalah pinjaman yang mempunyai karakteristik yang sama, penurunan nilainya tidak dilakukan secara individu, dan mempunyai bukti objektif penurunan nilai. Kondisi ketiga adalah pinjaman yang mempunyai karakteristik yang sama, penurunan nilainya tidak dilakukan secara individu, dan tidak mempunyai bukti objektif penurunan nilai. 2. Mengklasifikasikan segmentasi aset keuangan sesuai dengan karakteristik
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
34
Pinjaman atau pembiayaan dapat diklasifikasikan kedalam satu atau lebih karakteristik, seperti berdasarkan penilaian risiko kredit, jenis jaminan, sektor industri, ataupun lokasi geografis. Sebagai contoh, pada perusahaan yang menyalurkan pembiayaan komersil secara umum mengklasifikasikan segmentasi pembiayaan kedalam segmen pembiayaan untuk korporasi dan segmen pembiayaan untuk individual. 3. Menentukan tipe pem-bucketan aset sesuai dengan karakteristik dengan basis data observasi pada rentang waktu tertentu Dalam menilai segmentasi atau bucket aset keuangan, diperlukan identifikasi lebih lanjut terhadap model statistik yang digunakan dan melakukan uji kembali terhadap model statistik tersebut untuk menghasilkan informasi yang handal. 4. Mengumpulkan data kerugian penurunan nilai pada rentang waktu tertentu untuk setiap segmentasi, yang dapat didefinisikan kedalam bentuk: a. Pergerakan status aset keuangan tak tertagih, terdapat dari bucket tertinggi hingga terendah (roll rate). b. Peringkat analisa pergerakan aset keuangan. c. Menggunakan data peer group yang memiliki kesamaan pada aset keuangan, apabila tidak terdapat data perusahaan. d. Mengumpulkan data cash recovery dari setiap segmen aset pada rentang waktu periode observasi tertentu. PSAK 55 (Revisi 2011) menyatakan data historis aset keuangan yang harus disediakan oleh perusahaan dalam perhitungan penurunan nilai aset keuangan adalah minimal tiga tahun periode observasi. Artinya, apabila PT X hendak memperhitungkan nilai CKPN untuk periode tahun 2013, maka PT X harus mampu menyediakan data historis aset keuangan dalam periode sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Apabila PT X belum memiliki data historis tersebut, sebagai contoh karena baru mulai beroperasi pada tahun 2010, maka PT X dapat menggunakan data peer group yang memiliki kesamaan karakteristik terkait dengan aset keuangannya. Adapun metode perhitungan penurunan nilai kolektif berdasarkan PSAK 55 (Revisi 2011) meliputi metode pembebanan rata-rata (average charge method)
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
35
dan metode roll rate. Adapun yang termasuk unsur perhitungan utama dengan meggunakan metode pembebanan rata-rata adalah sebagai berikut: 1. Mendasarkan jumlah penurunan nilai berdasarkan data historis rata-rata tingkat kerugian pinjaman. 2. Memperoleh data saldo piutang, jumlah piutang yang dihapuskan serta jumlah piutang yang telah dihapuskan namun dapat ditagih untuk masingmasing periode tahun observasi. 3. Menghitung jumlah pinjaman neto yang dihapuskan dengan menselisihkan jumlah pinjaman yang dihapuskan dikurangi pinjaman yang telah dihapuskan namun dapat ditagih (recovery). 4. Menghitung rata-rata kerugian pinjaman tiap tahun dengan membandingkan pinjaman neto yang dihapuskan dengan rata-rata pinjaman untuk masingmasing tahun selama periode tahun observasi. Untuk memberikan penjelasan yang dapat memberikan gambaran secara spesifik, berikut disajikan ilustrasi perhitungan penurunan nilai kolektif dengan menggunakan asumsi periode tahun observasi selama lima tahun: Tabel 2. 2 Ilustrasi Penurunan Nilai Kolektif Sumber: Data yang Diolah Penulis 2005
2006
2007
2008
2009
450,000,000
420,000,000
400,000,000
390,000,000
380,000,000
(80,000,000)
(78,000,000)
(70,000,000)
(64,000,000)
(60,000,000)
dihapuskan
370,000,000
342,000,000
330,000,000
326,000,000
320,000,000
Pinjaman
36,500,000,000
35,800,000,000
36,800,000,000
38,000,000,000
38,600,000,000
Rata-rata pinjaman
36,500,000,000
36,150,000,000
36,300,000,000
37,400,000,000
38,300,000,000
Rata-rata kerugian
0.0101
Average
Pinjaman dihapuskan Recovery Loan Pinjaman
net
yg
0.0095
0.0091
0.0087
0.0084
Dengan asumsi total pinjaman yang dievaluasi secara kolektif tahun berikutnya adalah sebesar Rp48.000.000.000,00, maka perhitungan penurunan nilai dengan menggunakan metode pembebanan rata-rata pada tahun tersebut adalah sebesar Rp360.000.000,00, yang didapatkan dari perkalian antara jumlah pinjaman yang dievaluasi secara kolektif dikali dengan rata-rata data historis kerugian pinjaman. Sedangkan metode lainnya yang dapat digunakan untuk menghitung penurunan nilai aset keuangan kolektif adalah dengan menggunakan metode roll
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
0.0092
36
rate. Dengan menggunakan metode ini, perhitungan penurunan nilai aset keuangan kolektif dihitung dilakukan dengan menghitung kemungkinan (probability) piutang pada periode sekarang akan tetap menjadi piutang pada periode berikutnya. Perhitungan penurunan nilai aset keuangan dimulai dengan pengelompokan piutang yang belum tertagih untuk tiap bulan periode 1 tahun. Kemudian, dilakukan perhitungan nilai roll rate ratio, yakni perbandingan jumlah piutang yang belum tertagih pada satu periode dibandingkan dengan periode sebelumnya dan nilai perhitungan dalam tiap jangka waktu satu tahun tersebut dirata-ratakan dengan menggunakan jumlah periode tahun observasi yang digunakan dan menghasilkan rata-rata roll rate. Simulasi
perhitungan
metode
penurunan
nilai
kolektif
dengan
menggunakan metode roll rate, disimulasikan dalam periode Januari-Februari 2010 adalah sebagai berikut: Tabel 2.3 Metode Penurunan Nilai Kolektif Roll rate Sumber: Data yang Telah Diolah 0 - Tidak
1-30 Hari
31-60 Hari
Terdapat
61-180
181-336
Hari
Hari
>365 Hari
Tunggakan
Januari 2010
5,000,000
Februari 2010 Roll rate
20%
Berdasarkan
1,500,000
1,000,000
800,000
400,000
1,000,000
600,000
500,000
560,000
40%
tabel
diatas,
50%
nilai
70%
roll
rate
80%
didapatkan
320,000 100%
dengan
membandingkan jumlah piutang yang belum tertagih dibandingkan dengan periode sebelumnya. Sebagai contoh, jumlah piutang yang belum jatuh tempo pada bulan Januari 2010 adalah sebesar Rp5.000.000,00. Pada bulan Februari, terdapat jumlah yang belum tertagih sebesar Rp1.000.000,00 berdasarkan jumlah piutang yang belum jatuh tempo pada bulan sebelumnya. Maka roll rate ratio adalah sebesar 20%, yakni perbandingan antara nilai yang tidak tertagih sebesar Rp1.000.000,00 dibandingkan dengan jumlah piutang yang tidak tertunggak pada periode bulan sebelumnya. Langkah berikutnya adalah menghitung roll rate ratio untuk keseluruhan periode observasi. Sebagai contoh periode observasi yang digunakan adalah selama tiga tahun, yakni 2012, 2011, dan 2010. Maka perhitungan roll rate ratio akan diperhitungkan untuk setiap bulan dari Januari 2010 sampai dengan
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
37
Desember 2012. Setelah mendapatkan hasil roll rate ratio untuk seluruh periode observasi, maka langkah selanjutnya adalah dengan merata-ratakan jumlah roll rate ratio untuk setiap periode tunggakan. Simulasi perhitungannya akan ditampilkan sebagi berikut, dengan asumsi data yang disajikan adalah perhitungan rata-rata roll rate untuk tahun 2010:
Tabel 2.4 Jumlah Rata-rata Roll- rate Ratio untuk Setiap Periode Tunggakan Sumber: Data yang Telah Diolah Bulan/Tahun Current
1-30 Hari
31-60 Hari
61-180 Hari
181-365 Hari
>365 Hari
Jan-10
20%
30%
40%
60%
70%
100%
Feb-10
25%
32%
44%
58%
68%
100%
Mar-10
22%
34%
40%
52%
68%
100%
Apr-10
25%
35%
42%
60%
68%
100%
May-10
26%
33%
36%
56%
76%
100%
Jun-10
28%
31%
38%
54%
74%
100%
Jul-10
26%
30%
40%
58%
70%
100%
Aug-10
25%
31%
42%
62%
72%
100%
Sep-10
18%
28%
44%
56%
70%
100%
Oct-10
19%
28%
42%
58%
66%
100%
Nov-10
18%
26%
40%
60%
70%
100%
Dec-10
18%
28%
38%
56%
68%
100%
Average
22.5% 30.5% 40.5%
57.5%
70%
100%
Tabel tersebut menunjukkan perhitungan dari rata-rata roll rate ratio untuk keseluruhan periode observasi di tahun 2010. Dengan asumsi menggunakan periode observasi sejak tahun 2010, 2011, dan 2012 maka perhitungan rata-rata roll rate ratio akan dilakukan untuk ketiga tahun periode tersebut. Apabila ratarata roll rate ratio telah didapatkan untuk suatu tahun berjalan, maka kita dapat menggunakan data tersebut untuk menghitung persentase penurunan nilai aset keuangan dengan metode roll rate, dengan perhitungan sebagai berikut: 1. Umur Tunggakan (Current;0): 22.5%*30.5%*40.5%*57.5%*70%*100% = 1.12% 2. Umur Tunggakan (1-30 Hari): 30.5%*30.5%*40.5%*70%*100% = 4.97% 3. Umur Tunggakan (31-60 Hari): 40.5%*70%*100% = 16.30%
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
38
4. Umur Tunggakan (61-180 Hari): 57.5%*70%*100% = 40.25% 5. Umur Tunggakan (181-365 Hari): 70%*100% = 70% 6. Umur Tunggakan (>365 Hari): 100% Pada implementasinya, terdapat empat unsur utama dalam perhitungan penurunan nilai aset keuangan yang menggunakan metode roll rate ratio, yaitu Exposure at Default (EAD), Probability of default (PD), Loss given default (LGD), dan Loss Identification Period (LIP). Penurunan nilai aset keuangan didapatkan dengan mengalikan empat faktor utama tersebut. Exposure at Default (EAD) merupakan total nilai aset keuangan pada tingkat risiko tertinggi debitur tidak mampu membayar pinjaman. EAD dihitung menggunakan pokok pinjaman ditambah dengan pembayaran bunga yang harus dibayarkan. Adapun, Probability of default (PD) merupakan tingkat kemungkinan bahwa pinjaman dinyatakan gagal dibayar. PD dihitung pada setiap segmentasi kelompok pembiayaan yang didasarkan oleh fasilitas kredit yang memiliki kesamaan profil risiko. Sedangkan, Loss given default (LGD) merupakan jumlah pembiayaan yang telah benar-benar tidak tertagih yang disebabkan peminjam tidak mampu memenuhi kewajiban mereka. Pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur LGD adalah dengan menggunakan expected recoveries. Pendekatan ini mengukur jumlah pembiayaan yang telah benar-benar tidak tertagih dengan menggunakan basis cash recovery pada keseluruhan periode observasi. Cash recovery merupakan jumlah pendapatan pembayaran dari pembiayaan yang awalnya telah dihapuskan, namun kemudian dapat ditagih. Maka, nilai LGD didapatkan dengan mengurangkan total pembiayaan secara absolut (1) dengan persentase tingkat pembayaran yang berasal dari pembiayaan yang awalnya telah dihapuskan (recovery rate) yang telah didiskontokan. Faktor terakhir adalah Loss Identification Period (LIP) adalah total periode waktu yang dibutuhkan sejak kerugian penurunan nilai diidentifikasi sampai pada bukti objektif penurunan nilai tersebut telah dilakukan penilaian secara individu. Faktor ini menggunakan basis data empiris dan secara umum akan sangat bergantung pada sudut pandang penilaiain dan keputusan manejemen.
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
39
2.3.7 Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI) – Bagian III Keterterapan Berdasarkan PAPSI 2013, penurunan nilai aset keuangan merupakan suatu kondisi dimana terdapat bukti obyektif terjadinya peristiwa yang merugikan sebagai akibat dari terjadinya perisitwa yang merugikan, dimana peristiwa merugikan tersebut diantaranya adalah kesulitan keuangan yang signifikan, pelanggaran kontrak, kemungkinan pailit, sampai pada penurunan estimasi arus kas masa depan sebagaimana faktor-faktor tersebut telah disebutkan dalam PSAK 55 (Revisi 2011). PAPSI juga menggolongkan aset yang mengalami penurunan nilai dimana aset keuangan dalam kategori ‘diukur pada nilai wajar melalui laba rugi’ tidak diterapkan ketentuan penurunan nilai. Sedangkan, aset keuangan dalam kategori ‘tersedia untuk dijual, dimiliki hingga jatuh tempo, pinjaman yang diberikan dan piutang’ ditetapkan ketentuan penurunan nilai. Dalam PAPSI 2013, disebutkan bahwa estimasi penurunan nilai secara kolektif harus didasarkan pada evaluasi pengalaman kerugian yang spesifik dan apabila Bank tidak atau kurang memiliki pengalaman kerugian yang spesifik tersebut maka Bank juga dapat menggunakan pengalaman peer group atas kelompok aset keuangan yang sebanding. PAPSI 2013 juga menyatakan bahwa dalam hal Bank belum dapat melakukan proses estimasi yang memadai dan belum memiliki data kerugian historis yang memadai untuk menentukan besarnya penurunan nilai atas Pembiayaan secara kolektif sesuai persyaratan dalam PSAK 55, maka pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dapat menggunakan estimasi yang didasarkan pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Syariah. Dalam konteks penerapan, estimasi penurunan nilai secara kolektif dapat diterapkan paling lambat sampai dengan tanggal 31 Desember 2014. Terhitung sejak 1 Januari 2015, Bank harus mengukur penurunan nilai dan membentuk CKPN atas pembiayaan secara kolektif dengan menggunakan data pengalaman spesifik atau kerugian historis dari peer group. Sedangkan dalam konteks pengungkapan,
PAPSI
2013
menyebutkan
bahwa
bank
wajib
untuk
mengungkapkan penerapan estimasi penurunan nilai pembiayaan secara kolektif dalam kebijakan akuntansi pada Catatan Atas Laporan Keuangan.
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
40
2.3.8 Perhitungan Nilai Amortisasi Dengan Metode Effective Interest Rate Effective Interest Rate (EIR) merupakan salah satu metode amortisasi yang digunakan sesuai dengan PSAK 55 (Revisi 2011), dalam perhitungan nilai amortisasi transaction costs dan pendapatan administrasi yang terjadi berkaitan langsung dengan suatu pembiayaan. Metode amortisasi EIR digunakan pada aset keuangan yang memiliki jadwal arus kas (estimated cash flow). Pada prosedur audit CKPN yang dilakukan pada PT Bank Syariah X, metode effective interest rate digunakan dalam menentukan nilai carrying value dalam perhitungan pembentukan CKPN kolektif pada pembiayaan murabahah yang telah menerapkan implementasi dini PSAK 102 (Revisi 2013). Dalam konteks perbankan, sebelum penerapan PSAK 55 (Revisi 2011), setiap pendapatan administrasi atau transaction costs yang terkait dengan pembiayaan langsung dapat diakui sebagai pendapatan bank dalam kolom laba rugi. Namun, dengan diterapkannya PSAK 55 (Revisi 2011), maka pendapatan administrasi tersebut, apabila dinilai material oleh bank, harus diakui sebagai pendapatan dengan diamortisasi pada setiap periode pembayaran angsuran. Dalam menghitung nilai amortisasi pendapatan administrasi untuk setiap periode angsuran dengan menggunakan effective interest rate, maka digunakan rumus sebagai berikut: =
(
Keterangan:
)
+(
)
+(
)
PV = Present Value
CF1 sampai CFn = Cash Flow dari periode 1 hingga n EIR = Effective Interest Rate 2.3.9 Cadangan Penurunan Nilai Aset Keuangan Secara umum, cadangan penurunan nilai aset keuangan dalam suatu perusahaan dihitung sebagai berikut: Cadangan Penurunan Nilai Awal Periode
xxx
Beban Penurunan Nilai
xxx
(Berdasarkan Hasil Perhitungan) Piutang yang Dihapuskan
(xxx)
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
41
(Individu dan Kolektif) Piutang Recovery (Sudah Dihapuskan namun Dapat Ditagih)
xxx +
Penurunan Nilai Aset Keuangan
xxx
Adapun jurnal akuntansi yang dibentuk terkait dengan pencadangan penurunan nilai aset keuangan adalah: Dr. Beban Penurunan Nilai Piutang
xxx
Cr. Cadangan Penurunan Nilai Piutang
xxx
Sedangkan, jurnal akuntansi yang dibentuk terkait dengan penghapusan piutang atau aset keuangan adalah: Dr. Cadangan Penurunan Nilai Piutang xxx Cr. Piutang Dagang
xxx
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 3 PROFIL PERUSAHAAN Di dalam bab ini, penulis akan membahas profil perusahaan, baik tempat penulis melakukan kegiatan magang, yaitu Kantor Akuntan Publik (KAP) ABC, serta perusahaan klien tempat KAP ABC melakukan proses audit, yaitu PT Bank Syariah X. Di bab ini akan dijabarkan mengenai profil perusahaan secara umum, serta gambaran mengenai layanan jasa yang diberikan oleh KAP ABC maupun jenis usaha yang dilakukan oleh PT Bank Syariah X. 3.1
Profil Kantor Akuntan Publik (KAP) ABC KAP ABC merupakan kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan ABC
Global, yang merupakan salah satu dari Big Four, yaitu empat perusahaan penyedia jasa audit dan akuntansi serta jasa profesional lainnya yang terbesar di dunia. Di Indonesia, jaringan ABC dibagi menjadi 3 fokus industri, yaitu: 1. Kantor Akuntan Publik ABC; 2. PT A, yang bergerak di bidang jasa perpajakan dan hukum; 3. PT B, yang bergerak di bidang jasa konsultasi keuangan. Jasa yang ditawarkan oleh jaringan ABC adalah sebagai berikut: a. Assurance and Advisory Services; b. Audit Advisory Services; c. Tax Services; d. Financial Advisory; e. Enterprise Risk Services; f. IFRS accounting advisory services; g. Consulting.
42 Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
43
Layanan Audit and Advisory Services dalam KAP ABC terbagi menjadi: 1. Finance Function Resourcing and Outsourcing, yang menyediakan jasa penerapan dan kontrol sistem akuntansi yang meliputi fungsi supporting akuntansi dalam kegiatan operasional perusahaan sampai pada implementasi kepatuhan praktik akuntansi yang sesuai dengan standar dan regulasi yang berlaku ; 2. Financial Services industry, yang menyediakan jasa assurance bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, yang meliputi bidang manajemen risiko, tata kelola keuangan perusahaan, sampai pada kepatuhan dengan standar dan regulasi yang berlaku ; 3. Global Offering Services, yang menyediakan jasa dan pelayanan yang berkaitan dengan perencanaan penjualan kepemilikan di pasar modal, sebagai
contoh
membantu
perusahaan
dalam
mempersiapkan
perencanaaan keuangan untuk Initial Public Offering (IPO), sampai pada perencanaan perusahaan dalam melakukan keputusan akuisisi atau penjualan perusahaan ; 4. Financial Accounting and Reporting Services, yang menyediakan jasa keuangan berkaitan dengan kebutuhan perusahaan terhadap aspek akuntansi dan laporan keuangan, seperti persiapan pembuatan laporan keuangan, aplikasi dan implementasi dari standar akuntansi yang kompleks dalam kaitannya dengan IFRS, Standar Akuntansi Keuangan, serta standar pelaporan
Securities and Exchange
Commission (SEC). 3.2
Profil PT Bank Syariah X
3.2.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Bank Syariah X memiliki sejarah yang panjang dalam proses pendiriannya. Pendirian PT Bank Syariah X diawali dengan pendirian PT Bank Syariah Y pada tahun 19XX. Seiring dengan perkembangannya, PT Bank Syariah Y kemudian diakuisisi oleh PT Bank Z, yang merupakan peer group dari PT Bank Syariah X dalam perkembangan kedepannya. Pada tahun 20XX, PT Bank Syariah Y secara resmi diubah namanya menjadi PT Bank Syariah X dengan operasi kegiatan berdasarkan prinsip syariah.
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
44
Adapun, yang menjadi visi dan misi PT Bank Syariah X adalah sebagai berikut: Visi: “Menjadi Bank retail yang amanah, bertanggung jawab dan membawa berkah bagi masyarakat.“ Misi: a. Mewujudkan layanan keuangan syariah secara profesional, amanah dan bertanggung jawab. b. Memberikan produk dan layanan dengan standar terbaik sesuai kebutuhan nasabah. c. Menjalin hubungan muamalah yang saling menguntungkan dan profesional dengan seluruh stakeholder d. Menumbuhkan dan menjaga pertumbuhan usaha perbankan syariah yang sehat Dengan kantor pusat yang berlokasi di Jakarta, PT Bank Syariah X memiliki struktur organisasi yang semakin kuat dengan melaksanakan pemenuhan sumber daya manusia yang kompeten terutama dibidang bisnis/pemasaran untuk terus mempercepat akselerasi pertumbuhan. Selain itu, untuk meningkatkan pelayanan dan perluasan jaringan, PT Bank Syariah X telah memiliki layanan jaringan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang bekerjasama dengan PT Z, dimana nasabah giro dan tabungan PT Bank Syariah X dapat melakukan transaksi di seluruh jaringan ATM milik PT Z yang berjumlah lebih dari 600 unit di seluruh wilayah Indonesia. 3.2.2 Produk Pembiayaan Murabahah pada PT Bank Syariah X Terkait dengan produk perbankan, PT Bank Syariah X menawarkan produk pendanaan berupa giro dan akad wadi’ah serta produk tabungan dan deposito dengan akad mudharabah. Sedangkan untuk pembiayaan, produk yang ditawarkan adalah piutang murabahah yang terfokus pada sektor ritel, pembiayaan mudharabah, musyarakah, dan ijarah yang terutama digunakan oleh kalangan usaha. Terkait dengan portofolio pembiayaan pada PT Bank Syariah X sepanjang tahun 2013, pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan dengan proporsi terbesar. Dari total lebih dari dua triliyun rupiah pembiayaan yang dilakukan oleh
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
45
PT Bank Syariah X, kurang lebih 48% pembiayaan merupakan pembiayaan murabahah. Terdapat dua jenis pembiayaan murabahah pada PT Bank Syariah X, yaitu pembiayaan murabahah sektor joint financing dan pembiayaan murabahah sektor non-joint financing. Yang membedakan pembiayaan murabahah sektor joint financing dengan pembiayaan murabahah sektor non-joint financing adalah pembiayaan murabahah sektor joint financing merupakan pemberian pinjaman kepada pelanggan perusahaan pembiayaan (multi-finance company) dengan sumber dana yang berasal dari bank, yang secara praktik menanggung sebagian besar dana, dan dari perusahaan pembiayaan itu sendiri dengan menggunakan skema pembiayaan murabahah. Pertumbuhan sektor joint financing terjadi secara signifikan karena pertambahan permintaan kredit untuk kepemilikan aset tetap oleh pelanggan, misalnya sepeda motor dan mobil, tidak diikuti dengan kemampuan yang cukup dari perusahaan pembiayaan untuk menyediakan dananya. Dalam praktik pembiayaan murabahah sektor joint financing di PT Bank Syariah X, perusahaan dan bank bekerja sama untuk menjual jasa pembiayaan dengan menggabungkan sumber daya yang mereka miliki sehingga membentuk sinergi, dimana perusahaan pembiayaan memiliki jaringan pemasaran serta kemampuan operasional yang efektif dan bank memiliki dana atau akses pada pendanaan yang lebih besar. 3.2.3 Kebijakan Akuntansi Pembiayaan Murabahah pada PT Bank Syariah X Terkait dengan kebijakan akuntasi yang digunakan terhadap pembiayaan murabahah, PT Bank Syariah X melakukan penerapan dini implementasi PSAK 102 (Revisi 2013) sejak periode tahun buku 2013, sebagaimana hal tersebut mengacu pada PSAK 102 (Revisi 2013) bahwa penerapan baru berlaku pada periode tahun buku yang dimulai pada tanggal 1 Januari 2014 dan penerapan dini diperkenankan. Maka, pada akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai neto yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian piutang. Terkait dengan pengakuan keuntungan murabahah, karena karakteristik pembiayaan murabahah PT Bank Syariah X tidak memiliki risiko yang signifikan
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
46
terkait dengan kepemilikan persediaan untuk transaksi murabahah, maka dengan melakukan penerapan dini PSAK 102 (Revisi 2013), PT Bank Syariah X menggunakan metode anuitas dalam mengakui keuntungan pembiayaan murabahah. Dengan melakukan penerapan dini PSAK 102 (Revisi 2013), PT Bank Syariah X melakukan pemisahan penurunan nilai piutang murabahah yang berasal dari periode berjalan yang diakui dalam laba rugi dan penurunan nilai yang berasal dari periode sebelumnya yang diakui langsung ke saldo laba. Terkait dengan pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang akan digunakan dalam penilaian piutang murabahah untuk periode tahun buku 2013, PT Bank Syariah X melakukan penerapan dini PSAK 102 (Revisi 2013) dengan menggunakan data kerugian dari peer group, yaitu PT Bank Z, atas kelompok aset keuangan yang sebanding. Hal ini dikarenakan PT Bank Syariah X tidak memiliki data yang memadai terkait dengan pembentukan CKPN, yang disebabkan oleh faktor seperti penilaian kegiatan operasional pembiayaan murabahah yang belum berlangsung minimal lebih dari tiga tahun. Kebijakan akuntansi terkait pembiayaan murabahah yang dijelaskan kemudian menentukan strategi prosedur audit yang akan digunakan oleh KAP ABC dalam menilai kewajaran nilai pembentukan CKPN piutang murabahah pada PT Bank Syariah X.
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Di dalam bab ini akan dibahas mengenai Penyisihan Kerugian Kredit (Loan-Loss Provisioning) atau Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) untuk pembiayaan murabahah yang dilakukan perusahaan, prosedur audit yang dilakukan oleh auditor untuk menilai apakah nilai CKPN yang tercatat di laporan keuangan PT Bank Syariah X telah disajikan secara wajar atau tidak, dan kesesuian antara metode penentuan CKPN dengan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI) 2013 dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 102 Revisi mengenai akuntansi murabahah. 4.1
Prosedur Audit Laporan Keuangan PT Bank Syariah X terhadap Pembiayaan Murabahah Secara Umum KAP ABC melakukan prosedur audit terhadap nilai CKPN pembiayaan
murabahah PT Bank Syariah X sebagai bagian yang tidak terpisahkan terhadap prosedur audit atas pembiayaan murabahah. Mengingat batasan ruang lingkup, laporan magang ini khusus membahas tentang audit atas CKPN, sehingga pembahasan mengenai pembiayaan murabahah akan dilakukan secara ringkas. Secara umum, audit atas pembiayaan murabahah dilakukan dengan melalui beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Perencanaan: Prosedur ini meliputi pemahaman ruang lingkup bisnis terkait pembiayaan murabahah sampai pada pengendalian internal yang diterapkan terkait pembiayaan murabahah guna mengidentifikasi proses risiko yang terdapat pada pembiayaan murabahah secara komprehensif 2. Pelaksanaan: Prosedur ini meliputi beberapa pengujian yang akan dilakukan dalam menilai nilai piutang murabahah. Pengujian tersebut meliputi konfirmasi yang meliputi konfirmasi data kepemilikan sampai agunan, inspeksi yang meliputi identifikasi kelemahan pengendalian internal sampai pada restrukturisasi piutang murabahah, sampai pada merancang dan melaksanakan pengujian atas saldo piutang murabahah dimana pengujian dilakukan dengan menetapkan asersi dan pengujian
47 Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
48
atas transaksi, saldo akun dan pengungkapan piutang usaha, Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dan beban piutang tak tertagih. 3. Pelaporan dan penyajian: Prosedur ini meliputi penyajian nilai piutang murabahah bersih yang terealisasi pada laporan keuangan PT Bank Syariah X setelah memasukkan faktor CKPN sebagai contra accountnya. Pada bagian ini, juga akan disajikan mutasi pergerakan penyisihan CKPN yang dibutuhkan pada periode tahun 2013 pada catatan atas laporan keuangan mengenai pembiayaan murabahah. 4.2
Pengendalian Internal PT Bank Syariah X Terhadap CKPN Terkait pengendalian internal CKPN, dikarenakan implementasi penerapan
PSAK 102 (Revisi 2013) baru diterapkan dan PT Bank Syariah X masih menggunakan peer group data, maka belum terdapat prosedur internal yang diterapkan terkait akun CKPN yang disepekati akan diuji dalam perencanaan audit. Berdasarkan keadaan tersebut, untuk memitigasi faktor risiko yang terdapat pada pembentukan CKPN pembiayaan murabahah, prosedur audit terhadap CKPN pada PT Bank Syariah X akan dilakukan secara full test. Hal ini berarti akan dilakukan prosedur audit menyeluruh terhadap aspek yang mempengaruhi perhitungan CKPN, mulai dari penentuan probability of default sampai pada penilaian carrying amount. Prosedur audit secara menyeluruh juga akan diterapkan untuk keseluruhan perhitungan penurunan nilai aset keuangan, baik yang dihitung secara kolektif maupun individu. 4.3
Prosedur Audit Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) Dengan mengacu pada standar prosedur operasional KAP ABC terkait
dengan proses audit atas industri keuangan, prosedur audit secara khusus terhadap CKPN pembiayaan murabahah pada PT Bank Syariah X terbagi menjadi empat tahapan besar yaitu: 1. Penentuan penurunan nilai pembiayaan murabahah yang dilakukan secara individu ataupun kolektif. 2. Bucket test, yakni pengujian penggolongan pembiayaan murabahah pada sektor dan bucket yang tepat. 3. Uji kewajaran nilai CKPN yang dihitung secara individu maupun secara kolektif.
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
49
4. Pengujian nilai CKPN secara final berdasarkan keseluruhan prosedur yang telah dijalankan sebelumnya, untuk menentukan jumlah pencadangan piutang murabahah yang harus dilakukan PT Bank Syariah X periode tahun buku 2013. Adapun prosedur audit untuk menilai pembentukan CKPN pada PT Bank Syariah X dilakukan untuk mendapatkan keyakinan bahwa pembentukan CKPN oleh PT Bank Syariah X telah dilaksanakan dengan mengikuti standar akuntansi yang berlaku secara umum. Proses yang akan dilakukan dalam melakukan penilaian tersebut adalah dengan mengevaluasi aset keuangan terhadap indikator penurunan nilai pada setiap tanggal neraca. Aset keuangan diturunkan nilainya bila terdapat bukti objektif, sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset keuangan, dan peristiwa tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan atas aset keuangan yang dapat diestimasi secara handal. Bukti obyektif penurunan nilai termasuk pada kondisi-kondisi berikut ini: a. Kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam. b. Pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran atau pokok bunga. c. Terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan. d. Penurunan yang signifikan atau jangka panjang pada nilai wajar dari investasi ekuitas di bawah biaya perolehannya. Berikut ditampilkan tujuan audit untuk setiap prosedur yang dilakukan terkait dengan CKPN pembiayaan murabahah pada PT Bank Syariah X, dengan menggunakan dasar standar prosedur operasional KAP ABC yang juga mengacu pada standar dan regulasi akuntansi yang berlaku di industri keuangan nasional:
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
50
Tabel 4.1 Tujuan Audit terkait CKPN Pembiayaan Murabahah Sumber: Data yang Telah Diolah
C A C E R O / O O
No.
Prosedur
1.
Klasifikasi Individual Impairment dan Collective Impairment
√
2.
Uji Bucket
√
3.
Uji Nilai CKPN Individu dan CKPN Kolektif Uji Nilai CKPN Final
√ √
4.
P V D
√ √
√
Keterangan: C
: Completeness
A
: Accuracy
Co
: Cutoff
E/O
: Existence/Occurance
RO
: Rights & Obligations
PD
: Presentation & Disclosure
V
: Valuation
Pada bagian berikutnya, akan dijelaskan secara lebih lanjut mengenai prosedur-prosedur khusus yang digunakan dalam menentukan kewajaran pembentukan nilai CPKN pada PT Bank Syariah X. 4.3.1 Prosedur 1: Penentuan Penurunan Nilai Individual (Individual Impairment) dan Penurunan Nilai Kolektif (Collective Impairment) Prosedur pertama yang dilakukan untuk menilai kewajaran pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) pembiayaan murabahah adalah memverifikasi penentuan jenis impairment (penurunan nilai) dari keseluruhan pembiayaan murabahah yang ada. Jenis impairment tersebut terbagi menjadi individual impairment dan collective impairment. Seperti telah dijelaskan pada bab pembahasan teori sebelumnya, baik individual impairment dan collective impairment, masing-masing memiliki karakteristik dan kriteria yang pada akhirnya membedakan prosedur perhitungan antar satu sama lain.
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
51
Prosedur ini dilakukan untuk meminimalisasi risiko dari terdapatnya risiko salah penggolongan jenis impairment yang dapat mengakibatkan nilai CKPN yang ditentukan tidak merepresentasikan kondisi dan risiko yang dihadapi perusahaan dalam keadaan sebenarnya. Sebagai contoh, apabila terdapat pembiayaan debitur yang sehasrusnya ditetapkan untuk dihitung dengan menggunakan individual impairment, namum dalam proses perhitungannya dihitung dengan menggunakan collective impairment, maka nilai CKPN yang dihitung akan lebih kecil dari yang seharusnya ditetapkan oleh perusahaan terkait dengan besarnya risiko dan potensi gagal bayar yang dimiliki pada pembiayaan debitur tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan proses yang bertujuan memverifikasi apakah penentuan jenis impairment dalam keseluruhan pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan telah dilakukan secara tepat. Adapun kriteria yang digunakan dalam menentukan jenis impairment untuk pembiayaan murabahah pada PT Bank Syariah X, yang disesuaikan dengan level materialitas yang ditetapkan dalam proses audit laporan keuangan PT Bank Syariah X dan standar prosedur operasional KAP ABC terkait proses audit pada industri keuangan, adalah sebagai berikut: a. Penurunan Nilai Individual (Individual Impairment) Menggunakan individual impairment apabila outstanding dari pembiayaan debitur
lebih
besar
dari
Rp10.000.000.000,00
serta
mempunyai
kolektibilitas pembayaran golongan tiga, empat, dan lima. b. Penurunan Nilai Kolektif (Collective Impairment) Menggunakan collective impairment apabila outstanding dari pembiayaan debitur kurang dari Rp10.000.000.000,00 serta mempunyai kolektibilitas satu dan dua. Penentuan kriteria ini menjelaskan bahwa perlu dicapainya
masing-
masing dua kategori tersebut untuk menentukan penurunan nilai yang digunakan, baik itu individual impairment maupun collective impairment. PT Bank Syariah X mempunyai kurang lebih dua ratus pembiayaan murabahah dalam portofolio pembiayaan yang dimiliki perusahaan, yang terdiri dari pembiayaan murabahah sektor non-joint financing dan pembiayaan murabahah sektor joint financing. Untuk pembahasan pertama, akan ditampilkan
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
52
simulasi yang menjelaskan proses penentuan jenis impairment pada pembiayaan murabahah non-joint financing yang dimiliki oleh PT Bank Syariah X, sebagai berikut: 1. Langkah pertama adalah, setelah mendapatkan data outstanding untuk keseluruhan pembiayaan murabahah non-joint financing yang dimiliki perusahaan dalam nominatif, melakukan filterisasi outstanding tersebut kedalam penggolongan “outstanding diatas sepuluh miliar.”
Tabel 4.2 Hasil Filterisasi Pembiayaan Murabahah Sumber: Data yang Telah Diolah
N o
Nama Cabang
Nama Nasabah
JP
Outstanding Piutang Final
Kolektibilitas
Tunggakan (DPD)
Jenis Investasi
3
KCP Rawa Hijau
PT A
Murabahah
30,000,000,000
1
Xxx
Xxx
8
KCU Melati Raya
PT B
Murabahah
20,000,000,000
1
Xxx
Xxx
70
KCU SiangMalam
PT C
Murabahah
11,000,000,000
1
Xxx
Xxx
Setelah dilakukan proses filterisasi seperti yang dijelaskan diatas, maka didapatkan data hanya tiga debitur pembiayaan murabahah non-joint financing yang mempunyai pembiayaan lebih dari Rp10.000.000.000,00. Selain itu, data pada tabel simulasi diatas juga menjelaskan bahwa tidak terdapat outstanding piutang dari debitur yang mempunyai kolektibilitas tiga, empat, ataupun lima, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pembiayaan murabahah non-joint financing seluruhnya dihitung dengan menggunakan collective impairment dan sesuai dengan PSAK 55 (Revisi 2011) instrumen keuangan; Pengakuan, menggunakan tiga faktor utama, yaitu Exposure at Default (EAD), Probability of default (PD), dan Loss given default (LGD). 2. Langkah
berikutnya,
dilakukan
penilaian
untuk
sektor
pembiayaan
murabahah joint financing. Dengan menggunakan asumsi terdapat sepuluh debitur pembiayaan murabahah joint-financing, setelah melakukan filterisasi data nominatif pembiayaan, terdapat dua debitur yang mempunyai
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
53
kolektibilitas diatas dari dua, dimana keseluruhan pembiayaan murabahah joint-financing adalah diatas sepuluh miliar rupiah. 3. Langkah berikutnya dilakukan perhitungan nilai CKPN secara individu dengan menggunakan tiga kriteria, yang disesuaikan dengan standar prosedur operasional KAP ABC dalam proses audit terhadap industri keuangan serta standar dan regulasi yang mengatur mengenai penurunan nilai aset keuangan secara umum. Adapun kriteria tersebut meliputi: a. Kondisi 1: Agunan yang digunakan dalam pembiayaan telah dijual atau mempunyai status dijual untuk menutupi gagal bayar pembiayaan, namun dana dari penjualan agunan tersebut belum diterima oleh PT Bank Syariah X sampai dengan cut off date yakni tanggal 31 Desember 2013. Oleh karena itu, audit belum dapat melakukan penyesuaian terhadap saldo pembiayaan, namun audit tetap mengajukan downgrade kolektibilitas debitur menjadi 5. b. Kondisi 2: Agunan yang digunakan dalam pembiayaan telah dijual atau mempunyai status dijual untuk menutupi gagal bayar pembiayaan dan dana tersebut telah diterima PT Bank Syariah X, namun belum dilakukan eksekusi oleh PT Bank Syariah X. Audit akan menyesuaikan saldo setelah memperhitungkan dana dari hasil penjualan agunan yang telah diterima kemudian melakukan downgrade kolektibilitas debitur menjadi 5. c. Kondisi 3: Agunan yang digunakan dalam pembiayaan telah dijual atau mempunyai status dijual untuk menutupi gagal bayar pembiayaan, dana penjualan telah diterima PT Bank Syariah X, dan PT Bank Syariah X telah melakukan eksekusi. Audit akan melakukan downgrade kolektibilitas debitur menjadi 5 karena sisa outstanding pembiayaan sudah tidak dapat ditagih lagi. Maka pada pembahasan bagian prosedur, yakni pada bagian penjelasan berikutnya dalam bagian analisa dan pembahasan ini, akan dijelaskan secara lebih lanjut mengenai prosedur yang digunakan dalam menentukan nilai dari masingmasing faktor utama dalam perhitungan penyusutan nilai aset keuangan tersebut, baik secara individu maupun kolektif. Nilai tersebut kemudian akan
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
54
dikalkulasikan dalam penentuan nilai CKPN pembiayaan murabahah PT Bank Syariah X. Berdasarkan prosedur audit yang dijelaskan diatas, maka asersi terhadap aspek akurasi, yakni penentuan penurunan nilai piutang pembiayaan murabahah pada PT Bank Syariah X dinilai dengan menggunakan penurunan nilai individu atau dinilai dengan menggunakan penurunan nilai kolektif secara tepat, telah tercapai dan mencapai tujuan audit akurasi. Prosedur audit juga telah sesuai dengan salah satu poin dalam tahapan penilaian penurunan nilai pembiayaan pada PSAK 55, yakni menentukan tipe aset keuangan yang kaan dinilai secara kolektif dan individu. 4.3.2 Prosedur 2: Uji Bucket Setelah melakukan prosedur uji penentuan jenis impairment, prosedur berikutnya yang dilakukan dalam menilai kewajaran pembentukan CKPN pada PT Bank X adalah melakukan uji bucket, dimana prosedur berikut juga tertera pada salah satu tahapan untuk menilai penurunan nilai aset keuangan berdasarkan PSAK 55 mengenai pengakuan aset keuangan. Prosedur ini dilakukan untuk menilai apakah pengklasifikasian pembiayaan murabahah dalam bucket oleh perusahaan telah sesuai dengan tanggal tunggakan. Prosedur dalam uji bucket CKPN pembiayaan murabahah PT Bank Syariah X akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Akan dilakukan proses identifikasi sektor ekonomi yang sesuai dengan karakteristik pembiayaan murabahah yang ada pada PT Bank Syariah X dengan dasar sektor ekonomi yang penggolongannya dilakukan oleh peer group, PT Bank Z. Hal ini dilakukan dimana PT Bank Syariah X masih menggunakan data historis peer group sebagai dasar perhitungan CKPNnya dan identifikasi harus dilakukan karena penggolongan sektor ekonomi yang dilakukan oleh PT Bank Z belum tentu sesuai secara mutlak dengan sektor ekonomi pembiayaan murabahah yang dimiliki oleh PT Bank Syariah X. Berikut klasifikasi sektor-sektor ekonomi yang digunakan dalam pembiayaan murabahah PT Bank Syariah X setelah dilakukan proses identifikasi kesesuaian sektor ekonomi yang digunakan oleh PT Bank Z:
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
55
1.
Industri pengolahan - Industri bahan kertas(pulp), kertas, dan hasilhasil kertas, percetakan
2.
Industri pengolahan - Industri pengolahan bahan kimia dan hasil kimia, hasil-hasil minyak bumi, batu
3.
Industri pengolahan – lainnya
4.
Jasa-jasa sosial/masyarakat – Kesehatan
5.
Jasa-jasa sosial/masyarakat – Pendidikan
6.
Jasa-jasa sosial/masyarakat – Lainnya
7.
Konstruksi – Listrik
8.
Konstruksi – lainnya
9.
Pengangkutan, pergudangan dan komunikasi – Komunikasi
10. Pengangkutan, pergudangan dan komunikasi - Pengangkutan umum 11. Perdagangan, restoran, dan hotel - Perdagangan eceran 12. Perdagangan, restoran, dan hotel – Lainnya 13. Perdagangan, restoran, dan hotel - Restoran dan hotel 14. Lain-lain – Perumahan 15. Lain-lain – lainnya 2. Proses kedua setelah melakukan proses identifikasi kesesuaian sektor ekonomi yang sesuai dengan pembiayaan murabahah pada PT Bank Syariah X adalah memasukkan setiap pembiayaan murabahah yang terdapat pada PT Bank Syariah X kedalam bucket yang dalam implementasinya menggunakan dasar tanggal tunggakan. Klasifikasi bucket pembiayaan yang digunakan oleh PT Bank Syariah X, yang disesuaikan dengan PSAK 55 yang menyatakan bahwa penentuan tipe bucket harus disesuaikan dengan karakteristik yang relevan dengan periode observasi tertentu dan juga dengan menggunakan standar prosedur operasional KAP ABC, adalah sebagai berikut: a. Bucket 1: Tidak terdapat tanggal tunggakan / DPD 0 b. Bucket 2: 1-30 hari tanggal tunggakan / DPD 1-30 c. Bucket 3: 31-60 hari tanggal tunggakan / DPD 31-60 d. Bucket 4: 61-90 hari tanggal tunggakan / DPD 61-90 e. Bucket 5: 91-120 hari tanggal tunggakan / DPD 91-120 f. Bucket 6: 121-150 hari tanggal tunggakan / DPD 121-150
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
56
g. Bucket 7: 151-180 hari tanggal tunggakan / DPD 151-180 h. Bucket 8: 181-210 hari tanggal tunggakan / DPD 181-210 i. Bucket 9: 211-240 hari tanggal tunggakan / DPD 211-240 j. Bucket 10: 241-270 hari tanggal tunggakan / DPD 241-270 k. Bucket 11: Lebih dari 270 hari tanggal tunggakan / DPD > 270 3. Proses ketiga, berdasarkan keterangan pada proses sebelumnya, maka dilakukan pengklasifikasian pembiayaan murabahah sesuai dengan bucket masing-masing. 4. Prosedur terakhir yang dilakukan dalam melakukan uji bucket adalah melakukan uji perbedaan dengan membandingkan data pengklasifikasian bucket yang dilakukan dalam prosedur audit dengan data pengklasifikasian bucket yang telah dilakukan oleh PT Bank Syariah X. Berikut merupakan simulasi yang memberikan tampilan uji bucket yang dilakukan dalam proses audit: Tabel 4 3 Tampilan Prosedur Audit Uji Bucket Sumber: Data yang Telah Diolah
DPD
Bucket by Client
Bucket by Audit
Contr ol Diffe rence
Xxx
-
1
1
-
Jasa SosialLainnya
Xxx
-
1
1
-
KCP Bogor
Konstruksi Listrik
Xxx
15
2
2
-
KCP Palu
Lain-lain Lainnya
Xxx
275
11
11
-
Cabang Bank
Sektor Ekonomi
Outstandi ng Piutang
PT Hijau Daun
KCP Bandung
Jasa SosialLainnya
PT Pesona Awan
KCP Bogor
PT Bintang Gelap
PT Maju Selalu
Nama Nasabah
Berdasarkan
data
diatas,
tidak
ditemukan
perbedaan
antara
pengklasifikasian pembiayaan murabahah yang dilakukan oleh PT Bank Syariah X dan yang dilakukan oleh KAP ABC dalam melakukan uji bucket. Maka, untuk
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
57
prosedur audit uji bucket didapatkan kesimpulan bahwa berdasarkan prosedur yang telah dilakukan, pem-bucketan yang telah dibuat oleh klien telah sesuai. Prosedur audit ini juga menunjukkan pengelompokan pembiayaan murabahah pada bucket telah dilakukan secara akurat sesuai dengan tujuan audit akurasi (accuracy). Juga, prosedur audit telah meliputi ketentuan yang diatur dalam PSAK 55 dalam hal pengklasifikasian aset keuangan dan penentuan tipe bucket sesuai dengan karakteristik yang relevan dengan hasil observasi pada rentang waktu tertentu. 4.3.3 Prosedur 3: Pengujian Nilai CKPN Individu dan Kolektif Prosedur pengujian nilai CKPN Individu dan kolektif dilakukan dengan melakukan perhitungan ulang faktor-faktor pembentuk nilai CKPN individu dan kolektif. Prosedur ini bertujuan untuk melakukan penilaian kembali pada tingkat risiko pada pembiayaan murabahah, sesuai kondisi dan karakteristiknya, dan yang berkaitan dengan pembentukan CKPN piutang murabahah pada PT Bank Syariah X. Selain itu, prosedur audit ditujukan untuk memastikan bahwa nilai yang digunakan sebagai faktor pembentuk CKPN individu dan kolektif telah menggunakan nilai yang akurat, sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku mengenai perhitungan CKPN piutang murabahah. 4.3.3.1 Perhitungan CKPN Individu Berdasarkan deskripsi yang dijelaskan pada bagian penilaian individu dan penilaian kolektif sebelumnya, dijelaskan bahwa terdapat 20% dari jumlah debitur pembiayaan murabahah joint-financing yang harus menggunakan penilaian individu dalam menentukan CKPNnya. Dengan menggunakan dasar kriteria perhitungan CKPN Individu yang telah dijelaskan sebelumnya, maka pada bagian berikut ini akan dilakukan simulasi prosedur audit perhitungan CKPN Individu yang digunakan oleh PT Bank Syariah X. Dalam simulasi, digunakan PT AB dan CD sebagai debitur pembiayaan murabahah joint financing yang penentuan CKPN-nya dilakukan secara individu. Data perhitungan yang akan digunakan adalah PT AB, yang merupakan debitur joint financing yang membiayai kepemilikan kendaraan bermotor. Proses pertama yang dilakukan adalah mendapatkan data historis dari pembiayaan yang dilakukan PT AB kepada seluruh nasabahnya. Setelah mendapatkan data tersebut, proses
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
58
berikutnya adalah melakukan kalsifikasi data tersebut kedalam perhitungan CKPN untuk debitur dengan menggunakan tiga kondisi, yang merupakan hasil penyesuaian dengan standar prosedur operasional KAP ABC, yaitu: a. Kondisi 1: Agunan yang digunakan dalam pembiayaan telah dijual atau mempunyai status dijual untuk menutupi gagal bayar pembiayaan, namun dana dari penjualan agunan tersebut belum diterima oleh PT Bank Syariah X sampai dengan cut off date yakni tanggal 31 Desember 2013. Oleh karena itu, audit belum dapat melakukan penyesuaian terhadap saldo pembiayaan, namun audit tetap mengajukan downgrade kolektibilitas debitur menjadi 5. b. Kondisi 2: Agunan yang digunakan dalam pembiayaan telah dijual atau mempunyai status dijual untuk menutupi gagal bayar pembiayaan dan dana tersebut telah diterima PT Bank Syariah X, namun belum dilakukan eksekusi oleh PT Bank Syariah X. Audit akan menyesuaikan saldo setelah memperhitungkan dana dari hasil penjualan agunan yang telah diterima kemudian melakukan downgrade kolektibilitas debitur menjadi 5. c. Kondisi 3: Agunan yang digunakan dalam pembiayaan telah dijual atau mempunyai status dijual untuk menutupi gagal bayar pembiayaan, dana penjualan telah diterima PT Bank Syariah X, dan PT Bank Syariah X telah melakukan eksekusi. Auditor akan melakukan downgrade kolektibilitas debitur menjadi 5 karena sisa outstanding pembiayaan sudah tidak dapat ditagih lagi. Berikut merupakan contoh pembiayaan yang perhitungan CKPNnya dilakukan dengan kriteria 1: Nasabah PT AB 1 Nama
: Jerry
Pokok Pinjaman
: Rp7.721.536,00
Margin yang Disepakati
: Rp1.817.924,00
Tanggal Cair
: 30 Oktober 2012
Accru
: Rp271.836,00
Margin Seutuhnya
: Rp1.817.924,00
Tanggal Angsuran Pertama
: 25 November 2012
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
59
Tenor
: 34
Tanggal Jatuh Tempo
: 5 Desember 2014
Kolektibilitas
:5
Nilai Agunan
: BPKB, dengan nilai Rp16.288.000,00
Status Agunan:
: Sold
Nilai agunan yang telah dijual tercatat sebesar Rp5.370.000,00. Pencatatan nilai agunan yang telah dijual adalah pada tanggal 1 April 2013. Maka, nilai outstanding piutang setelah dikurangi nilai penjualan agunan yang diterima adalah sebesar Rp2.351.236,00. Namun, dana yang didapatkan dari penjualan agunan tersebut belum diterima oleh PT Bank Syariah X, sampai dengan tanggal cut off yakni 31 Desember 2013. Oleh karena itu, auditor belum dapat melakukan penyesuaian untuk penghapusan buku dan hutang pembiayaan tersebut, namun dapat menurunkan kolektibilitas debitur dengan menurunkan jumlah hari tunggakan. Berdasarkan hal tersebut ditunjukan juga bahwa PT Bank Syariah X wajib menghitung nilai CKPN Individual, dengan tingkat probability of default senilai 100%. Nilai CKPN individual yang terbentuk untuk nasabah pada kondisi 1 ini kemudian akan diperhitungkan sebagai penambah pada beban CKPN piutang murabahah PT Bank Syariah X. Maka, prosedur audit yang digunakan untuk melakukan perhitungan CKPN pembiayaan murabahah dengan kondisi 1 adalah dengan mengalikan antara PD dengan LGD, yang dalam simulasi ini diasumsikan senilai 60%, dan dengan outstanding piutang setelah dikurangi nilai penjualan agunan yang diterima. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, didapatkan nilai CKPN individual yang harus dibentuk untuk Jerry adalah senilai Rp1.410.742. Berikut merupakan contoh pembiayaan yang perhitungan CKPNnya dilakukan dengan kriteria 2: Nasabah PT AB 2 Nama
: Joni
Pokok Pinjaman
: Rp8.588.603,00
Margin yang Disepakati
: Rp459.610,00
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
60
Tanggal Cair
: 13 Februari 2013
Accru
: Rp86.829,00
Margin Seutuhnya
: Rp546.439,00
Tanggal Angsuran Pertama
: 8 Maret 2013
Tenor
: 22
Tanggal Jatuh Tempo
: 5 Desember 2014
Kolektibilitas
:3
Nilai Agunan
: BPKB, dengan nilai Rp15.600.000,00
Status Agunan
: Sold
Nilai agunan yang telah dijual telah diterima oleh PT Bank Syariah X, namun belum sepenuhnya dieksekusi. Audit akan melakukan penyesuaian sebesar nilai penjualan agunan yang diterima. Dalam simulasi ini, nilai penjualan agunan yang diterima adalah sebesar Rp7.965.000,00 dan sisanya masuk kedalam rekening eskrow. Maka, audit melakukan jurnal eksekusi pelunasan sebesar nilai agunan yang dijual pada giro eskrow dengan mendebit akun Kas, sebesar nilai penjualan yang diterima pada akun eskrow dan menkredit akun Piutang, sebesar nilai penjualan yang diterima, pada akun eskrow. Maka, didapatkan nilai sisa pokok pinjaman setelah menerima hasil penjualan agunan untuk Joni sebesar Rp623.603,00 yang merupakan selisih dari pokok pinjaman dan nilai penjualan agunan. Berikutnya, nilai sebesar pokok pinjaman setelah menerima hasil penjualan agunan langsung digunakan sebagai dasar perhitungan CKPN senilai 100%. Perhitungan total nilai CKPN dari sisa pokok yang dihapuskan kemudian akan membentuk total hapus buku dari PT AB dan CD. Berikut merupakan contoh pembiayaan yang perhitungan CKPNnya dilakukan dengan kriteria 3: Nasabah PT AB 3 Nama
: Jono
Pokok Pinjaman
: Rp4.236.344,00
Margin yang Disepakati
: Rp1.007.244,00
Tanggal Cair
: 26 Maret 2013
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
61
Accru
:-
Outsanding Piutang
: Rp4.236.344,00
Tanggal Angsuran Pertama
: 22 April 2013
Tenor
: 36
Tanggal Jatuh Tempo
: 10 Maret 2013
Kolektibilitas
:3
Nilai Agunan
: BPKB, dengan nilai Rp11.750.000
Status Agunan:
: Sold
Nilai agunan yang dijual telah diterima dan dieksekusi oleh PT Bank Syariah X pada periode tahun 2013, sehingga audit melakukan hapus buku dan hapus tagih nilai pokok pinjaman dan margin. Karena sisa outstanding pembiayaan sudah tidak dapat ditagih lagi, maka audit melakukan downgrade kolektibilitas debitur menjadi 5. Selanjutnya nilai dari sisa pokok yang dihapuskan sebesar Rp4.236.344,00 langsung digunakan sebagai CKPN senilai 100%. Perhitungan total nilai CKPN dari sisa pokok yang dihapuskan kemudian akan membentuk total hapus buku dari PT AB dan CD. Adapun, review nilai outstanding pada PT Bank Syariah X menggunakan data nasabah dari debitur joint financing dengan total sebanyak kurang lebih 3.000 nasabah. Berdasarkan total nasabah tersebut, terdapat total lebih dari 50% merupakan nasabah yang pembiayaannya dihitung dengan menggunakan kriteria 3, 20% nasabah yang pembiayaannya dihitung dengan menggunakan kriteria 2, dan 30% nasabah yang pembiayaannya dihitung dengan menggunakan kriteria 1. Prosedur yang telah dijelaskan diatas memberikan kesimpulan proses audit telah membuktikan bahwa nilai pembiayaan murabahah yang dihitung dengan menggunakan penurunan nilai individu telah memenuhi asersi eksistensi, dimana prosedur auditor telah membuktikan bahwa pembiayaan-pembiayaan murabahah yang dibentuk nilai CKPNnya berdasarkan penurunan nilai individu telah secara individu dinyatakan gagal bayar.dan sesuai dengan tujuan audit eksistensi. Selain itu, prosedur audit yang dilakukan telah memenuhi tujuan audit akurasi, dimana prosedur telah membuktikan perhitungan penurunan nilai CKPN yang dinilai secara individu telah dilakukan secara tepat dan akurat. Prosedur audit juga
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
62
mencakup perhitungan penurunan nilai individual yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan nilai wajar jaminan, sesuai dengan PSAK 55 mengenai pengakuan aset keuangan. 4.3.3.2
Perhitungan CKPN Kolektif
4.3.3.2.1 Proses Penentuan Probability of default (PD) Seperti telah dijelaskan pada pembahasan teori sebelumnya, secara umum Probability of default (PD) merupakan variabel yang menjelaskan probablitas nasabah untuk gagal melakukan pembayaran bunga dan pokok pinjaman kembali secara penuh dan tepat waktu. Data PD diperoleh dari observasi data kredit/piutang selama minimal tiga tahun, sebagaimana tertera dalam PSAK 55 Revisi 2011 dan penjelasan Buletin Teknis 5 dan 9 oleh Dewan Standar Akuntansi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (DSAS IAI) yang telah dijelaskan pada bagian pembahasan teori sebelumnya. Dalam pembahasan berikut ini, akan dijelaskan proses perhitungan ulang (rekalkulasi) PD dengan menggunakan data historis 3 tahun kebelakang, yakni 2013, 2012, dan 2011. Pada bagian ini juga akan dijelaskan implementasi prosedur audit yang dilakukan dalam menilai LGD di PT Bank Syariah X, yang menerapkan penerapan dini, yakni menggunakan peer group data. Terkait dengan simulasi, akan dilakukan rekalkulasi dengan sampel data pembiayaan murabahah pada sektor ekonomi Konsumsi Perumahan. Dalam simulasi perhitungan PD akan digunakan data pembiayaan murabahah bucket Konsumsi Perumahan untuk periode September 2013. Setelah melakukan uji bucket pada prosedur sebelumnya, proses penentuan PD dilakukan sebagai berikut: 1. Data pembiayaan murabahah dalam bucket pembiayaan perumahan digolongkan kedalam masing-masing DPD, sesuai dengan tanggal tunggakan pembiayaan tersebut. Perhitungan untuk masing-masing DPD tersebut dilakukan dengan menjumlahkan nominal pembiayaan sesuai dengan tanggal tunggakan sebagai berikut:
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
63
Tabel 4 4 Penggolongan Data Pembiayaan Murabahah pada Masing-masing DPD Sumber: Data yang Telah Diolah Periode
DPD 0
DPD 1
DPD 8
DPD 11
TOTAL
2013-09
50,000,000,000
2,000,000,000
2,000,000,000
1,000,000,000
55,000,000,000
KPR
50,000,000,000
1,990,000,000
2,000,000,000
1,000,000,000
54,990,000,000
-
10,000,000
-
-
10,000,000
Diff
2. Langkah berikutnya, dengan melakukan rekalkulasi bucketing berdasarkan layer tersebut, dapat dilakukan pengelompokan data dalam bentuk historical data rollrate. Historical data rollrate menampilkan pergerakan pembiayaan murabahah dalam jangka waktu periode 2011-2013 sesuai dengan tanggal tunggakannya. Historical data rollrate menjelaskan pergerakan jumlah tunggakan yang terdapat dalam total jumlah data pembiayaan yang menunggak pada satu periode. Historical data rollrate menunjukkan pergerakan data yang menunjukkan pergerakan jumlah data tertunggak pada satu periode sebelumnya senilai berapa untuk periodeperiode berikutnya. Hasil tersebut dapat menjadi sebuah indikasi kemampuan pembayaran untuk data tertunggak pembiayaan murabahah. Sebagai contoh, data tertunggak pada bulan April 2012 senilai Rp50.000.000,00 tetap pada nilai Rp50.000.000,00 pada periode Mei sampai November 2012, dan berubah menjadi Rp20.000.000,00 atau Rp70.000.000,000 pada bulan Desember 2012 yang menunjukkan penambahan atau pengurangan dari jumlah data tertunggak tersebut. 3. Dengan memperoleh historical data rollrate, langkah berikutnya adalah melakukan rekalkulasi persentase perhitungan PD dengan menggunakan metode rollrate. Metode rollrate mengklasifikasikan nominal pembiayaan murabahah
berdasarkan
tanggal
tunggakan
per
periode
waktu
pembiayaan, sebagaimana data yang sesuai dalam historical data rollrate. Berdasarkan data tersebut, dilakukan perhitungan persentase per periode, untuk menjelaskan pergerakan data pembiayaan yang tertunggak untuk
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
64
setiap periode tunggakannya. Kemudian, data persentase per periode, mulai dari awal tahun 2011 sampai pada periode tahun 2013, untuk setiap pembiayaan tersebut dirata-ratakan untuk melihat persentase nominal pembiayaan yang tertunggak pada setiap tanggal tunggakannya. Simulasi proses rekalkulasi persentase perhitungan PD dengan menggunakan metode rollrate akan ditampilkan sebagai berikut, dengan menggunakan data sampel 3 periode waktu terakhir, yakni Oktober 2013 sampai dengan Desember 2013: Tabel 4.5 Rekalkulasi PD dengan Menggunakan Metode Roll-rate Sumber: Data yang Telah Diolah RUPIAH DAN VALAS Konsumsi Perumahan Umur Ko Tunggak de an
Persentase Perhitungan PD (dalam %)
Historical data rollrate
Oct-13
Nov-13
Dec-13
Oct -13
Nov13
Dec13
Averag e
0
Xxx
50,100,000,000
52,000,000,000
50,000,000,000
Xxx
103.79
96.15
98
1-30
Xxx
400,000,000
400,000,000
1,500,000,000
Xxx
0.80
2.88
2
31-60
Xxx
4,500,000
350,000,000
-
Xxx
87.50
0.00
20
61-90
Xxx
3,500,000
4,500,000
-
Xxx
100.00
0.00
50
-
-
4,500,000
Xxx
0.00
100.00
60
-
-
-
Xxx
0.00
0.00
82
-
-
Xxx
0.00
0.00
77
-
Xxx
74.43
0.00
95
Xxx
0.00
100.00
96
Xxx
0.00
0.00
98
Xxx
0.00
0.00
2000
91-120
Xxx
121-150
Xxx
151-180
Xxx
181-210
Xxx
-
211-240
Xxx
-
-
241-270
Xxx
-
-
> 270
Xxx
19,552,345
1,620,000,000
14,552,345
1,610,000,000
14,552,345 1,600,000,000
Berdasarkan simulasi dalam tabel perhitungan persentase PD diatas, dapat diketahui bahwa persentase PD didapatkan dari perhitungan rata-rata historical data rollrate, dengan membandingkan historical data rollrate pada periode sebelumnya. Sebagai contoh, persentase PD sebesar 2.88% untuk periode Desember 2013 dalam kolom umur tunggakan 1-30 hari menunjukkan jumlah dana yang telah tertunggak selama 1-30 hari pada Desember 2013 dibandingkan dengan dana yang tertunggak selama 0 hari pada November 2013. Untuk contoh lainnya, persentase sebesar 100%
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
65
pada PD untuk periode Desember 2013 klasifikasi tertunggak selama 211240 hari merupakan perbandingan antara jumlah pembiayaan yang telah tertunggak selama 211-240 hari pada Desember 2013 dengan jumlah pembiayaan yang telah tertunggak selama 181-210 hari pada November 2013. Berdasarkan data tersebut, jumlah pembiayaan yang tertunggak dalam periode 181-210 hari di bulan November tidak mengalami pergerakan (dapat dalam bentuk pengurangan atau penambahan) pada bulan berikutnya. Pergerakan jumlah pembiayaan yang tertunggak dalam setiap periode waktu tunggakan yang ditampilkan melalui metode rollrate secara umum dapat menggambarkan perkembangan risiko yang dihadapi oleh portofolio pembiayaan. Secara umum, semakin besar peningkatan persentase PD dapat mengindikasikan besarnya pembiayaan yang tertunggak. Namun, penurunan atau peningkatan dari persentase PD dengan menggunakan metode rollrate tidak dapat dijadikan sebagai tolak ukur secara serta merta mengenai kemampuan pelunasan atau penambahan jumlah pembiayaan yang tertunggak dalam suatu pembiayaan, karena pergerakan yang terjadi dapat disebabkan oleh kombinasi penambahan atau pengurangan pembiayaan. 4. Dengan mendapatkan persentase untuk setiap periode yang berlaku, maka langkah berikutnya untuk mendapatkan nilai PD adalah dengan merataratakan keseluruhan persentse dalam tiga tahun periode terakhir yang kemudian akan ditampilkan sebagaimana tabel simulasi berikut:
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
66
Tabel 4.6 Rata-rata Persentase PD dalam Tiga Tahun Terakhir Sumber: Data yang Telah Diolah
PT Bank Syariah X Perhitungan Collective impairment - PD As of 30 December 2013 UMUR_TGK Konsumsi Perumahan 0 1-30 31-60 61-90 91-120 121-150 151-180 181-210 211-240 241-270 > 270
LAYER_P
Ratarata
RR Maksimum
IDR-PX-TX IDR-PX-TX IDR-PX-TX IDR-PX-TX IDR-PX-TX IDR-PX-TX IDR-PX-TX IDR-PX-TX IDR-PX-TX IDR-PX-TX IDR-PX-TX
98% 2% 20% 50% 60% 82% 77% 95% 96% 98% 2000%
98% 2% 20% 50% 60% 82% 77% 95% 96% 98% 100%
PD 0.07% 0.05% 3.79% 18.94% 37.88% 63.14% 77.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
Tabel diatas menjelaskan bagaimana cara memperoleh nilai PD yang akan digunakan dalam perhitungan CKPN. Dengan menggunakan rata-rata dari keseluruhan periode, maka RR maksimum dapat dihitung. RR maksimum yang ditentukan adalah sebesar 100%. Apabila persentase rata-rata melebihi RR maksimum sebesar 100%, maka RR maksimum dari periode tunggakan tersebut akan tetap 100%. Berdasarkan tabel diatas, jugadapat diketahui bahwa batas kolektibilitas tertinggi adalah 151-180 hari. Artinya, pembiayaan yang tertunggak selama lebih dari periode tersebut mewajibkan perhitungan PD senilai absolut atau 100%. Sedangkan, rata-rata yang berada dibawah nilai 100%, perhitungan RR maksimum akan tetap dinilai sebesar persentase rata-rata tersebut. Adapun perhitungan PD dilakukan dengan metode roll rate, dengan mengalikan jumlah RR maksimum dengan RR maksimum yang tertunggak sampai dengan batas kolektibilitas tertinggi. Berdasarkan prosedur tersebut, didapatkan nilai PD yang kemudian akan dilakukan verifikasi terhadap perhitungan PD yang dilakukan oleh perusahaan. Pada PT Bank Syariah X, prosedur audit yang dilakukan adalah dengan
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
67
melakukan tes validitas PD dari data base PD yang diberikan oleh PT Bank Z kepada PT Bank Syariah X dengan data base PD yang telah dites validasinya oleh audit team yang pada pelaksanaan audit untuk periode tahun-tahun sebelumnya. Bila tidak terdapat perbedaan, maka data PD yang digunakan dalam perhitungan CKPN untuk piutang murabahah PT Bank Syariah X dapat dinyatakan valid. Adapun tampilan tes validitas yang dilakukan terhadap PT Bank Syariah X dengan sampel konsumsi perumahan adalah sebagai berikut: Tabel 4.7 Tes Validitas PD – Konsumsi Perumahan Sumber: Data yang Diolah
Sektor Ekonomi Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan
DPD Bucket 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Client Data (in percentage) PD PD 2012 2013 0.0005 0.023 0.0555 0.766 0.0777 2.123 0.3185 3.877 0.5114 7.665 0.8763 8.909 1.5992 15.34 3.5555 26.64 20.788 42.73 40.1 68.79 100 100
Audit check (in percentage) PD PD 2012 2013 0.0005 0.023 0.0555 0.766 0.0777 2.123 0.3185 3.877 0.5114 7.665 0.8763 8.909 1.5992 15.34 3.5555 26.64 20.788 42.73 40.1 68.79 100 100
Berdasarkan hasil dari tes validitas Pd tersebut dilakukan tes kontrol perbedaan dengan menyelisihkan data PD dari PT Bank Syariah X dengan data audit check, dan pada data diatas ditunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan, maka dihasilkan tes kontrol dengan tampilan sebagai berikut:
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
68
Tabel 4.8 Tes Kontrol Perbedaan Sumber: Data yang Telah Diolah
Control Difference Sektor Ekonomi Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan
DPD Bucket 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
PD 2012 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
PD 2013 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Berdasarkan uji validasi PD diatas, maka dapat disimpulkan bahwa data PD yang digunakan oleh PT Bank Syariah X valid. Oleh karena itu, data tersebut valid untuk digunakan dalam perhitungan CKPN piutang murabahah pada tahun 2013. Maka, dapat didapatkan kesimpulan bahwa prosedur audit telah memenuhi asersi akurasi, dimana nilai tingkat risiko yang dimiliki oleh PT Bank Syariah X telah valid dan akurat pada nilai tingkat kemungkinan risiko yang dihadapi perusahaan, yang menunjukan prosedur audit telah sesuai dengan tujuan audit akurasi. Berdasarkan PSAK 55 (Revisi 2011), perusahaan dapat melakukan penyesuaian nilai PD apabila nilai PD yang berasal dari peer group data tersebut dinilai tidak merepresentasikan keadaan sebenarnya dari tingkat kemungkinan risiko yang dihadapi perusahaan. Dalam hal ini, dibutuhkan analisa dan dasar yang didokumentasikan yang digunakan untuk menjelaskan bahwa risiko yang dihadapi tidak sebesar yang dinilai oleh peer group. Dalam konteks PD, PT Bank Syariah X tidak melakukan penyesuaian, dikarenakan nilai PD dari data peer group dinilai masih mampu merepresentasikan tingkat kemungkinan gagal bayar pada pembiayaan murabahah PT Bank Syariah X dan juga PT Bank Syariah X belum mempunyai data analisa dan perhitungan yang terdokumentasikan secara
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
69
keseluruhan yang menunjukkan bahwa tingkat kemungkinan gagal bayar yang dimiliki PT Bank Syariah X tidak sebesar tingkat kemungkinan gagal bayar pada PT Bank Z, sebagai peer group. Maka, prosedur audit ini telah memenuhi tujuan audit penilaian (valuation), dimana tingkat PD yang digunakan oleh PT Bank Syariah X dicatat pada nilai yang wajar. 4.3.3.2.2 Proses Penentuan Loss given default (LGD) Seperti telah dijelaskan ada pembahasan teori sebelumnya, bahwa Loss given default (LGD) secara umum menjelaskan jumlah pembayaran bunga dan pokok pinjaman yang telah gagal dibayar oleh nasabah secara penuh dan tepat waktu. PD didapatkan dengan menyelisihkan antara total pembiayaan secara penuh (100%) dengan total pembayaran bunga dan pokok pinjaman yang telah dibayar secara penuh dan tepat waktu. Perhitungan Loss given default (LGD) yang menjelaskan nilai pembayaran bunga dan pokok pinjaman yang telah gagal dibayar akan memperhitungkan unsur nilai pada tingkat risiko tertinggi untuk terjadinya kegagalan pembayaran dengan nilai pembayaran yang telah dilakukan terhitung dari tanggal nasabah tersebut dinyatakan gagal bayar. Perbandingan kedua unsur tersebut kemudian akan membentuk recovery rate yang menggambarkan tingkat pembayaran bunga dan pokok pinjaman yang dilakukan secara tepat waktu dan penuh. LGD adalah selisih antara total pembayaran bunga dan pokok pinjaman secara absolut (100%) dibandingkan dengan recovery rate tersebut. Adapun untuk prosedur perhitungan dan audit yang dilakukan atas LGD di PT Bank Syariah X, dengan kondisi data LGD yang digunakan adalah peer group data dari PT Bank Z, maka prosedur audit yang dilaksanakan adalah melakukan tes validasi terhadap nilai LGD yang digunakan oleh PT Bank Syariah X tersebut. Tes validasi dilakukan dengan membandingkan antara nilai LGD yang digunakan oleh PT Bank Syariah X, yang berasal dari peer group yakni PT Bank Z, dengan nilai LGD yang telah dilakukan tes validasi oleh other audit team pada keseluruhan periode audit, dimana dalam hal ini tim audit PT Bank Z berada dalam engagement partner yang sama sehingga memungkinkan untuk dilakukan tes validasi tersebut
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
70
Berikut ditampilkan tes validasi terkait data LGD yang digunakan dalam perhitungan CKPN PT Bank Syariah X, dengan menggunakan simulasi pembiayaan sektor ekonomi konsumsi perumahan. 1. Melakukan tes validasi sebagai berikut: Tabel 4.9 Tes Validasi Data LGD Sumber: Data yang Telah Diolah Client Data (in percentage)
Auditor Data (in percentage)
Sektor Ekonomi
DPD Bucket
LGD 2012
LGD 2013
LGD 2012
LGD 2013
Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan Konsumsi Perumahan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
62 62 62 62 62 62 62 62 62 62 62
70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
62 62 62 62 62 62 62 62 62 62 62
2. Langkah kedua, berdasarkan data pada langkah pertama, audit melakukan tes perbedaan, yakni melakukan penyelisihan antara data LGD by client dan data LGD by audit, untuk menentukan apabila terdapat nilai LGD yang digunakan PT Bank Syariah X dengan LGD yang divalidasi oleh tim audit PT Bank Z, dengan tampilan sebagai berikut:
Tabel 4.10 Tes Perbedaan LGD Sumber: Data yang Telah Diolah
Control Difference DPD LGD Sektor Ekonomi Bucket 2012 Konsumsi Perumahan 1 0 Konsumsi Perumahan 2 0 Konsumsi Perumahan 3 0 Konsumsi Perumahan 4 0
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
LGD 2013 0 0 0 0
Universitas Indonesia
71
Control Difference DPD LGD Sektor Ekonomi Bucket 2012 Konsumsi Perumahan 5 0 Konsumsi Perumahan 6 0 Konsumsi Perumahan 7 0 Konsumsi Perumahan 8 0 Konsumsi Perumahan 9 0 Konsumsi Perumahan 10 0 Konsumsi Perumahan 11 0
LGD 2013 0 0 0 0 0 0 0
Berdasarkan hasil dari tes perbedaan diatas, tidak ditemukan perbedaan antara nilai LGD yang digunakan oleh PT Bank Syariah X dengan nilai LGD yang divalidasi oleh tim audit PT Bank Z, yang memiliki profil risiko sama dengan PT Bank Syariah X. Maka, data LGD yang digunakan dalam perhitungan CKPN pembiayaan murabahah pada PT Bank Syariah X valid. Maka, prosedur audit telah membuktikan bahwa nilai LGD yang digunakan dalam pembentukan CKPN pembiayaan murabahah pada PT Bank Syariah X memenuhi tujuan audit akurasi. Berdasarkan PSAK 55 (Revisi 2011), perusahaan dapat melakukan penyesuaian apabila nilai LGD yang didapatkan dari peer group data dinilai tidak merepresentasikan tingkat pembiayaan murabahah yang tidak dapat dibayar pada perusahaan tersebut. PT Bank Syariah X melakukan penyesuaian nilai LGD dengan menggunakan data write off dan Agunan Yang Diambil Alih (AYDA). Penilaian kembali terhadap LGD dari PT Bank Syariah X dilakukan dengan menggunakan data pembiayaan murabahah pada kategori joint financing. Penilaian kembali nilai LGD dilakukan pada dua debitur yang penurunan nilai aset keuangannya dilakukan secara individual, yaitu PT AB dan CD. Penilaian nilai LGD pada pembiayaan tersebut dilakukan dengan menggunakan data write off dan Agunan Yang Diambil Alih (AYDA), yang kemudian akan membentuk nilai piutang yang gagal dibayar (LGD). Nilai persentase LGD dari seluruh konsumen tersebut kemudian dirataratakan untuk melihat tingkat LGD keseluruhan pada debitur multi finance tersebut. Simulasinya, dengan menggunakan contoh PT AD, adalah sebagai berikut:
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
72
No
Nama Nasabah PT AB
1
Bobo
8,100,000
2
Badu
8,000,000
3
Budi
5,000,000
…
…
2321
Yeni
Outstanding Pokok
… 7,100,000
Porsi Bank Atas Penjualan Agunan
Tanggal Sold
8,500,000
2-Oct13
6,800,000
3-Oct13
5,500,000 … 4,500,000
2-Jan-14 … 4-Oct13
Audit checking
Belum terima dana sold Sudah dieksekusi Informasi sold tahun 2014 … Sudah dieksekusi
Recovery rate
LGD (1-RR)
100%
-
85%
15%
100%
-
…
…
63%
37%
Average
30%
Berdasarkan perhitungan diatas, didapatkan nilai LGD yang terjadi pada PT AB. Nilai LGD didapatkan dari selisih antara recovery rate dikurangi nilai pembiayaan absolut (100%), dimana recovery rate merupakan jumlah perbandingan antara porsi bank atas penjualan agunan dibanding dengan nilai outstanding pokok. Namun, apabila porsi bank atas penjualan agunan lebih besar dari nilai outstanding pokok, sebagai contoh nomor 1 dan 3, maka recovery rate dihitung senilai secara absolut, karena nilai penjualan agunan dapat menutupi nilai pembiayaan Hasilnya adalah tingkat LGD yang didapatkan berdasarkan penilaian tingkat gagal bayar konsumen dari debitur multi finance adalah 30%, sehingga tingkat LGD untuk pembiayaan murabahah kategori joint financing yang dengan menggunakan peer group data berada pada tingkat diatas 70% disesuaikan berdasarkan penilaian kembali LGD yang telah dilakukan. Prosedur perhitungan tersebut kemudian juga dilakukan pada PT CD, dan mendapatkan tingkat LGD pada nilai yang relatif sama. Maka, PT Bank Syariah X setelah melakukan penilaian kembali, menggunakan nilai LGD sebesar 30% untuk perhitungan CKPNnya dan diterapkan pada keseluruhan perhitunga CKPN yang dinilai secara kolektif.
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
73
Prosedur audit diatas telah menjelaskan tercapainya asersi untuk aspek penilaian (Valuation), dimana tingkat LGD yang digunakan dalam perhitungan CKPN pembiayaan murabahah PT Bank Syariah X telah dicatat pada nilai yang wajar. Dan juga prosedur audit telah menghitung nilai LGD secara akurat, sesuai dengan tujuan audit akurasi (accuracy) 4.3.3.2.3 Proses Penentuan Nilai Outstanding Unsur terakhir yang digunakan dalam perhitungan CKPN adalah outstanding, yang merupakan jumlah dari pokok pinjaman (principal) ditambah dengan pendapatan marjin yang disepakati. Diterapkannya PSAK 102 (Revisi 2013) kemudian memberikan perubahan pada konsep perhitungan outstanding tersebut. Hal ini terdapat pada unsur pendapatan administrasi atau biasa disebut transaction cost, sebagai contoh biaya provisi dan komisi. Bila pada penerapan sebelumnya transaction cost diakui dalam perhitungan laba rugi, namun ketentuan berdasarkan PSAK 102 (Revisi 2013) menyatakan bahwa transaction cost, ketika dinilai material, harus diamortisasi sesuai dengan skedul pembayaran dalam pembiayaan murabahah. Pada prosesnya, akan ditentukan kembali total pendapatan administrasi dari pembiayaan murabahah yang harus dihitung ulang berdasarkan metode effective interest rate untuk mendapatkan nilai outstanding final atau disebut carrying amount yang akan digunakan dalam perhitungan CKPN untuk pembiayaan murabahah di PT Bank Syariah X. Maka, apabila terdapat terdapat jumlah pendapatan administrasi sebesar Rp10.000.000.000,00 yang telah diakui dalam laba rugi, namun perhitungan treshold kemudian menunjukkan jumlah pendapatan administrasi yang dapat diakui hanya sebesar Rp5.000.000.000,00,
maka
sebanyak
Rp5.000.000.000,00
pendapatan
administrasi yang telah dilaporkan pada laba rugi tersebut harus dihitung ulang kembali. Penjelasan prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Prosedur pertama dalam melakukan rekalkulasi pendapatan administrasi dengan menggunakan metode effective interest rate adalah dengan mendapatkan kebijakan treshold yang ditetapkan oleh PT Bank Syariah X dalam penilaian jumlah pendapatan administrasi yang mesti dihitung kembali bersama pokok piutang. Tidak terdapat prosedur baku yang mengatur mengenai penetapan treshold untuk mengukur pendapatan
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
74
administrasi yang harus dihitung kembali. Namun, dalam Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) dinyatakan bahwa bank dapat menggunakan 5% dari Pendapatan Sebelum Pajak (Earning Before Text) untuk menentukan batas treshold. Hal tersebut kemudian digunakan sebagai dasar dalam penentuan batas treshold pada PT Bank Syariah X. 2. Prosedur berikutnya setelah menentukan kebijakan treshold yang digunakan adalah melakukan perhitungan ulang pendapatan administrasi yang mesti dihitung kembali bersama pokok piutang dengan menggunakan metode effective interest rate dari jumlah pendapatan administrasi yang telah diakui pada laba rugi. Simulasi dalam perhitungan jumlah pendapatan administrasi yang harus dihitung ulang pada PT Bank Syariah X adalah sebagai berikut: Reassesment: in Thousand Rp '000 Jumlah Pendapatan Administrasi yang dilaporkan dalam laba rugi Jumlah Treshold PT Bank Syariah X (5% dari EBT)
2013
2012
2011
2010
3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000
1,000,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000
Jumlah minimum pendapatan administrasi yang harus dihitung ulang
2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000
Jumlah pendapatan administrasi yang dihitung kembali
2,400,000 1,600,000
900,000
Jumlah pendapatan administrasi Murabahah setelah restate
600,000
1.100,000 800,000
900,000
Not sufficient
Sufficient Sufficient
3. Perhitungan
diatas
menghasilkan
jumlah
minimum
700,000
Sufficient
pendapatan
administrasi yang harus dihitung ulang. Nilai tersebut kemudian
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
75
diinformasikan tim audit kepada PT Bank Syariah X, untuk kemudian akan memilih data debitur pembiayaan murabahah yang pendapatan administrasinya akan dihitung ulang kembali bersama pokok piutangnya, yang juga memasukkan unsur nilai biaya administrasi dan pokok piutangnya. Sebagai simulasi, untuk tahun 2013, PT Bank Syariah X memilih 3 debitur, yaitu PT Bintang Gelap yang memiliki pendapatan administrasi sebesar Rp400.000.000,00, PT Hijau Daun yang memiliki pendapatan adminsitrasi sebesar Rp500.000.000,00, dan PT Awan Terang yang memiliki pendapatan administrasi sebesar Rp1.500.000.000,00, sehingga total pendapatan admistrasi yang dihitung kembali adalah sebesar Rp2.400.000.000,00, memenuhi jumlah minimum pendapatan administrasi yang harus dihitung ulang. Juga, berdasarkan perhitungan tersebut, didapatkan bahwa pendapatan administrasi bernilai material dimana jumlah pendapatan administrasi yang dihitung kembali melebihi jumlah minimum pendapatan administrasi yang dihitung ulang. Sehingga, berdasarkan penerapan PSAK 55 Revisi 2011, maka pendapatan administrasi tersebut harus diakui secara bertahap sesuai jadwal pembayaran angsuran. Data yang digunakan
: PT Bintang Gelap
Data yang dimiliki PT Bintang Gelap adalah sebagai berikut: Outstanding Principal Balance
: Rp80.000.000.000,00
Transaction Costs
:-
Upfront Fee
: Rp400.000.000,00
Others (Provision, Premium, others) : Effective Interest Rate per year
: 11.10%
Effective Interest Rate per month
: 0.925%
Period
: 3 years (dimulai dari tanggal 30 November 201330 November 2016)
4. Langkah berikutnya adalah mendapatkan jadwal angsuran/cashflow projection dari debitur-debitur yang dipilih tersebut. Setelah mendapatkan cashflow projection, maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan effective interest rate pada tanggal cut off laporan keuangan, yakni tanggal
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
76
31 Desember 2013, 2012, dan 2011. Simulasi perhitungan yang terdapat pada PT Bank Syariah X dengan menggunakan sample tahun 2013 adalah sebagai berikut: Adapun cashflow projection dari PT Bintang Gelap adalah sebagai berikut:
Tabel 4.11 Cashflow Projection – PT Bintang Gelap Sumber: Data yang Telah Diolah
Period
30-Nov13 30-Dec13 30-Jan14 28-Feb14
0 1 2 3
Period 4 … 35 36
Principal Amortization
Date
Date 30-Mar14 … 30-Oct16 30-Nov16
Income
Total Cashflow
Outstanding Principal Balance 80,000,000,000
1,892,969,593
716,666,667
2,609,636,260
78,107,030,407
1,909,927,446
699,708,814
2,609,636,260
76,197,102,961
1,927,037,213
682,599,047
2,609,636,260
74,270,065,748
Principal Amortization
Income
Total Cashflow
Outstanding Principal Balance
1,944,300,254 …
665,336,006 …
2,609,636,260 …
72,325,765,494
2,563,501,139
46,135,121
2,609,636,260
2,586,465,828
2,586,465,828
23,170,432
2,609,636,260
0
5. Berikutnya, berdasarkan periode pembayaran dan tanggal yang sama, dilakukan perhitungan audit untuk carrying value dari PT Bintang Gelap, yang telah meliputi amortisasi upfront fee dengan menggunakan metode effective interest rate sebagai berikut:
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
77
Tabel 4.12 Perhitungan Carrying Value dengan metode effective interest rate Sumber: Data yang Telah Diolah
Principal Collection
Interest Collection
(79,600,000,000)
Net CashFlow
EIR (Income Recognition)
Upfront Fee Amortization
(79,600,000,000)
Carrying Value
79,600,000,000
1,892,969,593
716,666,667
2,609,636,260
736,059,467
19,392,800
77,726,423,207
1,909,927,446
699,708,814
2,609,636,260
718,734,543
19,025,729
75,835,521,489
1,927,037,213
682,599,047
2,609,636,260
701,249,416
18,650,369
73,927,134,645
1,944,300,254
665,336,006
2,609,636,260
683,602,604
18,266,598
72,001,100,989
…
…
2,563,501,139 2,586,465,828
46,135,121 23,170,432
… 2,609,636,260 2,609,636,260
… 47,601,235 23,910,153
…
…
1,466,114 739,721
2,585,726,107 0
Perhitungan dengan proses tersebut juga dilakukan untuk debitur lain yang dimasukkan kedalam data yang pendapatan administrasinya dilakukan perhitungan kembali. 6. Prosedur terakhir adalah melakukan perbandingan antara data carrying value yang dihitung kembali dalam proses audit dengan data carrying value yang digunakan oleh PT Bank Syariah X.
Setelah melakukan
perhitungan selisih dua unsur tersebut, tidak ditemukan perbedaan perhitungan antara nilai carrying value yang digunakan oleh PT Bank Syariah X dalam menghitung CKPN dengan nilai carrying value yang dilakukan perhitungan kembali dalam proses audit. Sehingga, carrying value yang digunakan PT Bank Syariah X dalam perhitungan CKPN disimpulkan valid. Prosedur tersebut membuktikan bahwa prosedur audit dalam menguji nilai outstanding final yang digunakan dalam perhitungan CKPN PT Bank Syariah X telah memenuhi asersi terhadap aspek penilaian, dimana prosedur audit telah membuktikan bahwa nilai outstanding final telah dicatat pada nilai yang wajar sesuai dengan kondisi yang berlaku. Juga, prosedur audit telah mencapai tujuan
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
78
audit akurasi dimana nilai outstanding yang digunkan dalam perhitungan CKPN telah dihitung secara akurat sesuai dengan tujuan audit akurasi. Disesuaikan dengan prosedur yang terdapat pada PSAK 55 mengenai pengakuan aset keuangan, prosedur audit penilaian CKPN kolektif pada PT Bank Syariah X menitikberatkan pada aspek tes validasi, dimana prosedur audit masih menggunakan peer group data yang didasari oleh penerapan dini PSAK 102 (Revisi 2013) dalam perlakuan akuntansi pembiayaan murabahahnya. Walaupun tidak melakukan proses audit secara keseluruhan dalam proses-proses yang terdapat pada PSAK 55, prosedur audit dengan menitikberatkan pada tes validasi data
audit
oleh
oth
er audit team terkait peer group data yang digunakan PT Bank Syariah X dalam pembentukan CKPN kolektif dapat membuktikan bahwa nilai CKPN kolektif yang digunakan oleh PT Bank Syariah X telah disajikan secara tepat dan wajar. 4.3.4 Prosedur 4: Perhitungan Nilai CKPN Final PT Bank Syariah X Setelah melakukan seluruh prosedur audit terkait CKPN PT Bank Syariah X secara full test, maka audit mendapatkan nilai total CKPN yang harus dibentuk oleh PT Bank Syariah X untuk pembiayaan murabahahnya. Nilai total CKPN yang
dibentuk
melalui
keseluruhan
prosedur
audit
menunjukkan
nilai
pencadangan piutang pembiayaan murabahah yang telah mengkonsiderasi faktorfaktor seperti risiko, potensi gagal bayar, sampai pada kejadian gagal bayar yang telah terealisasi dalam pembiayaan murabahah di PT Bank Syariah X dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Maka oleh karena itu, nilai tersebut akan dijadikan batasan dalam menentukan berapa jumlah penyisihan yang harus dilakukan oleh PT Bank Syariah X terkait pembiayaan murabahah dalam periode cut off date 31 Desember 2013. Penentuan jumlah penyisihan yang harus dilakukan dalam periode tahun berjalan 2013, setelah mendapatkan besaran CKPN piutang murabahah yang harus dibentuk, akan dipengaruhi oleh jumlah CKPN Preelimanary, yang merupakan posisi CKPN PT Bank Syariah X per tanggal 31 Desember 2013, penyesuaian saldo laba sehubungan dengan penetapan awal PSAK 55 (Revisi 2011) pada piutang murabahah di PT Bank Syariah X, serta total hapus buku dan hapus tagih yang dilakukan dalam pembiayaan murabahah PT Bank Syariah X.
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
79
Pada prosedur audit mengenai CKPN pembiayaan murabahah PT Bank Syariah X yang telah dijelaskan sebelumnya, maka telah didapatkan bahwa terdapat pembiayaan murabahah yang penurunan nilai aset keuangannya dinilai secara individu dan dinilai secara kolektif. Untuk debitur yang pembiayaannya dinilai secara individu, maka terdapat total CKPN Individu yang terbentuk dari debitur yang pembiayaannya telah dilakukan downgrade menjadi kolektibilitas 5, namun dana dari sisa penjualan agunan konsumen pada debitur belum diterima dan dieksekusi oleh PT Bank Syariah X, sehingga audit belum dapat melakukan penyesuaian pada saldo pembiayaan yang telah tidak tertagih. Selain itu, terdapat total penyisihan CKPN 100% dari sisa pokok pembiayaan yang telah dihapuskan, dimana penjualan agunan konsumen pada debitur telah diterima dan dieksekusi oleh PT Bank Syariah X sehingga audit dapat melakukan hapus buku dan hapus tagih nilai pokok pinjaman dan margin. Maka, terkait total nilai tersebut didapatkan jumlah hapus buku yang dimiliki PT Bank Syariah X selama tahun 2013. Sedangkan untuk prosedur audit CKPN kolektif, hasil perhitungan dari setiap prosedur audit yang meliputi penentuan LGD, penentuan PD, sampai pada penentuan nilai outstanding akhir dikalikan untuk mendapatkan data CKPN kolektif murabahah joint financing dan non joint financing. Dengan telah mendapatkan data-data dari CKPN individu, CKPN kolektif yang telah dijabarkan pada pembahasan sebelumnya, maka total CKPN pembiayaan murabahah yang harus dibentuk oleh PT Bank Syariah X adalah sebagai berikut, dengan data yang disimulasikan: (dalam Rp) Total CKPN Kolektif - Joint financing Total CKPN Kolektif – Non Joint financing Total CKPN Individu – PT AB (sample yang digunakan di simulasi) Total CKPN Individu – PT CD (sample yang digunakan di simulasi)
12.000.000.000,00 7.000.000.000,00
Total CKPN Murabahah yang Harus Dibentuk
20.700.000.000,00
700.000.000,00 1.000.000.000,00+
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
80
Setelah mendapatkan batasan untuk menentukan penyisihan yang harus dibentuk, maka dilakukan penilaian terhadap data CKPN yang telah dimiliki oleh PT Bank Syariah X, sebagai berikut: a. Didapatkan
bahwa
data
CKPN
Pre-eliminary
adalah
sebesar
Rp17.000.000.000,00. b. Dibutuhkan penyesuaian saldo laba sehubungan penerapan awal PSAK 50/55 sebesar Rp11.300.000.000,00 c. Total hapus buku PT AB dan PT CD adalah sebesar Rp15.000.000.000,00 Maka, perhitungan jumlah penyisihan CKPN pembiayan murabahah yang harus dilakukan oleh PT Bank Syariah X untuk tahun 2013 adalah sebagai berikut: CKPN Pre-eliminary Penyesuaian Saldo Laba Sehubungan Penerapan Awal PSAK 50/55 Hapus Buku PT AB dan PT CD Penyisihan CKPN untuk Tahun 2013
Rp17.000.000.000,00
Total CKPN Murabahah yang Harus Dibentuk
Rp20.700.000.000,00
(Rp11.300.000.000,00) (Rp15.000.000.000,00) Rp. xxxx +
Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat dilihat bahwa CKPN yang dibentuk PT. Bank Syariah X berada pada posisi negatif, ketika telah diakumulasikan dengan penyesuaian saldo laba dan mengeluarkan pembiayaan yang telah hapus buku dan hapus hutang. Nilai tersebut juga belum mampu menutupi total CKPN yang harus dibentuk. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, penyisihan CKPN untuk tahun 2013 harus dibentuk oleh PT Bank Syariah X. Maka, berdasarkan jumlah total CKPN yang harus dibentuk oleh PT Bank Syariah X, PT Bank Syariah X melakukan penyisihan CKPN sebesar: Rp20.700.000.000,00
–
(Rp17.000.000.000
-
Rp11.300.000,00
–
Rp15.000.000.000,00) = Rp30.000.000.000,00. Nilai penyisihan CKPN tersebut kemudian ditambahkan sebagai beban CKPN oleh PT Bank Syariah X untuk periode tahun 2013. Berdasarkan nilai tersebut, PT Bank Syariah X melakukan jurnal kekurangan pembentukan CKPN sebagai berikut:
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
81
Dr
Beban CKPN-Piutang Murabahah
Rp30.000.000.000,00
Cr
Rp30.000.000.000,00
CKPN Umum Piutang Murabahah
Berdasarkan prosedur audit yang telah dijelaskan diatas, maka dapat disiimpulkan prosedur audit telah membuktikan nilai CKPN pembiayaan murabahah pada nilai yang tepat, dicatat pada nilai yang wajar, serta disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Hal ini menjelaskan bahwa asersi terhadap aspek akurasi (accuracy), penilaian (valuation), dan presentation and disclosure telah tercapai melalui prosedur audit terhadap perhitungan final nilai CKPN piutang murabahah PT Bank Syariah X. Prosedur audit untuk menentukan penyisihan cadangan piutang murabahah yang dilakukan PT Bank Syariah X juga menunjukkan bahwa prosedur audit telah memenuhi salah satu tujuan dari audit atas pembiayaan murabahah, yaitu memeriksa tingkat kolektibilitas (collectibility) piutang dan cukup tidaknya perkiraan penyisihan piutang tak tertagih, atau dalam industri perbankan disebut dengan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN). 4.3.5 Penyajian dan Pengungkapan Perhitungan CKPN pada Laporan Keuangan PT Bank Syariah X Berdasarkan prosedur audit yang telah dijelaskan diatas, maka didapatkan nilai realisasi pembiayaan murabahah bersih, dengan memperhitungkan besar cadangan kerugian penurunan nilai yang dibentuk. Selain itu, berdasarkan prosedur pada pembentukan nilai CKPN pembiayaan murabahah pada PT Bank Syariah X didapatkan pula jumlah pencadangan piutang murabahah yang harus disisihkan untuk periode tahun buku 2013. Hal-hal tersebut, berdasarkan PSAK 50 mengenai penyajian, PSAK 55 mengenai penyajian, kemudian disajikan pada laporan keuangan PT Bank Syariah X. Nilai pembiayaan murabahah secara bersih disajikan pada kolom aset dalam neraca laporan keuangan PT Bank Syariah X tahun 2013, sesuai dengan nilai realisasi bersih yang dihitung setelah dikurangi CKPN pembiayaan murabahah pada prosedur audit yang telah dilaksanakan mengenai pembentukan nilai CKPN. Bentuk penyajiannya ditampilkan dalam data simulasi yang telah diolah sebagai berikut:
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
82
PT Bank Syariah X
Rp’000
Laporan Posisi Keuangan 31 Desember 2013 dan 2012 Piutang Murabahah Pihak Berelasi
8,500,000
Pihak Ketiga
2,500,000,000
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
(20,700,000)
Jumlah
+
2,487,800,000
Selain itu, pada catatan atas laporan keuangan nomor 9 mengenai pembiayaan murabahah, berdasarkan ketetapan yang diatur oleh PAPSI 2013 mengenai ketertapan PSAK 60, diungkapkan nilai CKPN yang telah dibentuk dalam prosedur audit berdasarkan sektor pembiayaan, yakni murabahah untuk konsumsi, investasi, dan modal kerja. Kemudian CKPN pembiayaan murabahah dimasukkan kedalam bucket masing-masing sesuai dengan prosedur audit yang telah dilakukan sebelumnya, untuk mendapatkan total nilai CKPN untuk masingmasing jenis bucket pembiayaan. Dengan mendapatkan nilai pembiayaan murabahah dan CKPN untuk masing-masing jenis bucket pembiayaan murabahah, maka didapatkan nilai realisasi bersih dari piutang murabahah untuk masing-masing jenis bucket dan secara total. Tampilan pengungkapan jenis dan kualitas piutang murabahah berdasarkan jenis bucket pada laporan keuangan PT Bank Syariah X tahun 2013 dengan data simulasi yang dimodifikasi adalah sebagai berikut: 31 Desember 2013 - in Rp 000
Konsumsi Modal Kerja Investasi Total Jumlah CKPN
Lancar
Dalam Perhatian Khusus
1,500,000,000
220,000,000
3,500,000
2,700,000
27,300,000
1,753,500,000
650,000,000
25,000,000
-
-
-
675,000,000
50,000,000 2,200,000,000
5,000,000 250,000,000
16,500,000 20,000,000
2,700,000
27,300,000
71,500,000 2,500,000,000
(2,500,000)
(7,500,000)
(4,500,000)
(550,000)
(5,650,000)
(20,700,000)
Kurang Lancar
Diragukan
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Macet
Total
Universitas Indonesia
83
Berikutnya, dalam catatan nomor 9 mengenai pembiayaan murabahah, berdasarkan ketetapan yang diatur oleh PAPSI 2013 mengenai ketertapan PSAK 60, diungkapkan mengenai mutasi CKPN seperti yang telah dijelaskan pada prosedur audit sebelumnya. Hal tersebut meliputi saldo CKPN pada awal tahun 2013, jumlah CKPN tahun berjalan yang dihitung secara individu dan kolektif pada prosedur audit sebelumnya, serta penghapusan pembiayaan murabahah sebagaimana diperhitungkan pada prosedur audit sebelumnya. Hal tersebut kemudian menjelaskan jumlah CKPN yang harus dibentuk untuk periode tahun 2013. Pada penjelasan mengenai catatan nomor 9, juga dijelaskan mengenai mutasi piutang yang dihapus buku selama periode tahun 2013. Selain itu, dalam catatan atas laporan keuangan nomor 9 mengenai pembiayaan murabahah, berdasarkan ketetapan dalam PAPSI 2013 mengenai ketertapan PSAK 60, diungkapkan mengenai informasi pokok lainnya sehubungan dengan piutang murabahah yang meliputi: a. Mata uang yang digunakan. b. Marjin rata-rata bagi hasil per tahun. c. Piutang yang diberikan kepada pihak berelasi. d. Agunan yang digunakan untuk menutup kerugian yang mungkin timbul. e. Informasi mengenai apakah terdapat piutang murabahah yang dijadikan agunan oleh PT Bank Syariah X. f. Rasio atas piutang bermasalah. g. Informasi mengenai apakah terdapat pembiayaan murabahah yang melewati Batas Maksimum Pemberian Pembiayaan (BMPP). h. Informasi mengenai jumlah piutang yang disalurkan dengan sistem joint financing. i. Informasi mengenai jumlah piutang murabahah yang diselamatkan kembali. Penjelasan diatas menjelaskan bahwa PT Bank Syariah X telah mencatumkan seluruh pengungkapan yang perlu dilakukan berdasarkan PAPSI 2013 dan PSAK 60 mengenai pengungkapan (completeness), mengungkapkan
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
84
informasi dan nilai pembiayaan murabahah, CKPN, serta faktor-faktor lainnya yang terkait dengan pembiayaan murabahah dengan wajar dan jumlah yang tepat (accuracy and valuation), serta mengklasifikasikan jumlah dan nilai terkait pembiayaan murabahah, CKPN, serta faktor-faktor lainnya yang terkait dengan pembiayaan murabahah secara benar dan pada sistematika yang dapat dipahami (classification and understandability). Penjelasan diatas juga menjelaskan bahwa PT Bank Syariah X telah mengimplementasikan prosedur penyajian pda PSAK 102 Revisi 2013 mengenai penyajian terhadap akun pembiayaan murabahah dan CKPN pembiayaan murabahah secara baik dan benar, diamana piutang murabahah telah disajikan sebesar nilai neto yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi CKPN yang dibentuk.
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan 1. PT Bank Syariah X menerapkan penerapan dini PSAK 102 (Revisi 2013) sebagai
kebijakan
akuntansi
untuk
pembiayaan
murabahah
dan
pembentukan CKPN pembiayaan murabahah. KAP ABC telah melakukan proses audit laporan keuangan PT. Bank Syariah X dengan menggunakan standar prosedur audit yang di terapkan oleh seluruh KAP ABC di seluruh bagian dunia. Dalam melakukan audit terhadap CKPN piutang murabahah, KAP ABC melakukan prosedur pengujian secara full test. Berdasarkan proses audit yang dilakukan KAP ABC terhadap CKPN piutang murabahah PT Bank Syariah X, tujuan audit yang ditetapkan telah tercapai. 2. Berdasarkan prosedur audit CKPN pembiayaan murabahah, dapat disimpulkan bahwa penyajian, pengakuan dan pengungkapan terkait nilai CKPN piutang murabahah telah sesuai dengan standar yang diatur oleh PAPSI dan PSAK 102 (Revisi 2013) 5.2
Saran Saran yang ingin penulis sampaikan ditujukan kepada beberapa pihak
terkait dengan program magang yang penulis ikuti, yaitu PT X (klien), KAP ABC, dan Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 1. Saran untuk PT Bank Syariah X Saran yang ingin penulis berikan kepada PT X adalah untuk tetap memperhatikan risiko yang teridentitifikasi terkait pembentukan CKPN pembiayaan murabahah, dikarenakan proporsi pembiayaan murabahah yang cukup besar dalam keseluruhan portofolio pembiayaan yang dimiliki PT Bank Syariah X.
PT Bank Syariah X juga harus lebih teliti dalam memahami dan mengimplementasikan penerapan PSAK 102 (Revisi 2013), dimana PT Bank Syariah X masih menggunakan peer group data.
85 Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
86
Diperlukan peningkatan kelengkapan sistem dan prosedur, terutama dalam konteks penilaian kembali tingkat risiko yang dimiliki pembiayaan pada PT Bank Syariah X, yang lebih lengkap dan komprehensif guna menghasilkan penilaian yang lebih objektif dan representatif.
Manajemen PT X juga harus meningkatkan kinerja dalam hal maintenance dokumen-dokumen penting, sehingga tidak ada dokumen yang terselip atau hilang. Jadi pada saat proses audit, semua transaksi bisa dibuktikan keberadaan dan akurasinya.
2. Saran untuk KAP ABC KAP ABC telah mempunyai sistem pembekalan pendidikan terkait proses audit yang cukup komprehensif sehingga memudahkan peserta program magang untuk beradaptasi terhadap lingkungan dan tantangan pekerjaan. Kedepannya, diharapkan KAP ABC dapat meningkatkan kualitas tersebut dengan mengklasfikasikan metode pelatihan kedalam periode yang lebih spesifik, sehingga memudahkan peserta magang untuk memahami materi terkait proses audit yang diberikan secara lebih komprehensif.
Diharapkan KAP ABC meningkatkan jumlah sumber daya manusia yang dimiliki dengan meningkatkan kualitas dari setiap sumber daya yang ada tanpa mengurangi kesejahteraan yang ada. Selain itu KAP ABC menjaga hubungan dan kerjasama yang baik dengan Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
3. Saran untuk Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Tahun-tahun belakangan ini peminat program magang semakin banyak dan juga program selain akuntansi juga sekarang bisa memilih untuk mengikuti program magang, oleh karena itu
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
87
Departemen Akuntansi FEUI hendaknya memperluas kerjasama dan jaringan dengan berbagai jenis perusahaan, tidak terbatas dengan kantor akuntan publik saja. Departemen Akuntansi FEUI juga harus membangun hubungan dengan kantor tempat mahasiswa melakukan magang agar bisa mendapatkan perkembangan dan menilai kinerja mahasiwanya secara nyata.
Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
A.A., Arens, Elder, dan Beasley, Auditing dan Jasa Assurance Jilid 2 Edisi kedua belas.Erlangga. Jakarta. : 2008 Nurhayati, Sri dan Wasilah.2013.Akuntansi Syariah di Indonesia.Jakarta : Salemba Empat Ikatan Akuntansi Indonesia – Kompartemen Akuntan Publik. 2005. Pedoman Industri Khusus:Panduan Audit Bank Syariah 2005. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI-KAP Peraturan Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia.2013. Jakarta : Bank Indonesia Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Akuntansi Murabahah.2013. Jakarta : Ikatan Akuntasi Indonesia Prawitt, Messier, Glover. 2009. Auditing and Assurance Services a systematic approach Jilid 2 edisi keempat.Jakarta: Salemba Empat Soekrisno Agoes. 2004. “Auditing (Pemeriksaan Akuntan) Oleh KAP. Edisi Tiga. LPFEUI Jakarta Widodo, Sugeng. 2010. Seluk Beluk Jual Beli Murabahah Perspektif Aplikatif : Yogyakarta : Asgard Chapter
88 Prosedur audit…, Andhika Parsaoran Hottua, FE UI, 2014
Universitas Indonesia