UNIVERSITAS INDONESIA
TES IS
PENA WARAN DAN PERMINTAAN BERAS SERT A PROSPEKNYA DALAM ERA PERDAGANGAN BEBAS : SUATU PENDEKATAN PERSAMAAN SIMULTAN
OLEH: MOCHAMMAD TABER ROCHMADJ
NPM: 8498050677
PROGRAMPASCASARJANA MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLJK FAKULTAS El{ONOMI Ul\"IVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2001
UNIVERSITAS INDONESIA
PENA WARAN DAN PERMINTAAN BERAS SERT A PROSPEKNYA DALAM ERA PERDAGANGAN BERAS : SUATU PENDEKATAN PERSAMAAN SIMULTAN
TES IS
Dlajukan Scbagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi
Program J.\>lagisccr l'erencanaao Dan Kebijalum Publik Univenitas Indonesia
OLEH: MOCHAMMAD TAHER ROCHl\.lADI NPM: 8498050677
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK FAKUL TAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, 2001
PENGESAHAN
JUDUL TESIS
Penawaran Dan Pennintaan Beras Serta Prospeknya Dalam Era Perdagangan Bebas : Suatu Pendekatan Persamaan Simultan.
NAMA MAHASISW A NOMORPOKOK
Mochammad Taher Rochmadi
PROGRAM STUDI
PERENCANAAN DAN KEBIJAK.AN PUBLIK
8498050677
Tesis ini telah disetujui dan Dipertahankan Didepan Sidang Penguji Program Magister Perencanaan Dan Kebijakan Publik Program Pascasarjana Universitas Indonesia
Pada Hari : Selasa Tanggal : 3 Juli 200 I Tempat : Ruang Sidang Gedung LPEM Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Jalan Salemba Raya No. 4 Jakarta
Menyetujui: Pembimbing Tesis
Mengetahui : Ketua Program Studi Perencanaan dan Kebijakan Publik Pascasarjana Universitas Indonesia
~GKASAN
Mocbammad Taher Rochmadi. Penawaran Dan Pennintaan Beras Indonesia Dan Prospeknya Dalam Era Perdagangan Bebas : Suatu Pendekatan Persamaan Simultan,
(Dibimbing Oleh Dr. Sulasrri Surono). Tujuan pcnulisaa thesis ini adalah melihar faktor-faktoryang berpengaruh pada
pasar beras domestik Indonesia dan kaitmnya dengan pasar beras dunia. Setelah kita mengetahui factor-faktor tersebut di atas barulah kita melakukan pcramalan untuc rnasa depan terhadap penawar.m, pcmrintaan bcras Indonesia dikairkan dcngan pasar ducia.
Dalam penelitian ini memakai data tahun 1974-1996 dengan metode Two Stage Least Squares (2SLS) dipakai untuk mengestimasi model simultan yang dinamik. Model
terdiri dari 11 persamaan, yaitu 8 persamaan perilaku clan 3 persamaan
identitas; meliputi 11 persarnaan endogen. 23 variabel eksogen, 7 variabel Jag eadogenus, Kernudian untuk validasi nilai nktual variabel cndogcn menggunakan kriteria statistika yailu Root Mean Square Percentage error (RMSPE), proporsi
dekomposisi Mean Square Error (MSB) dari bias peramalan Theil's Inequality Coefficient, {U-Theil's) Proporsi bias CUM), bias regresi (UK), dan bias distribusi (Uo), R'. Selanjutnya jika didekomposisikan kedalam proporsi bias CUM), bias regresi (UR), dan proporsi distribusi kesalahan non sistematik atau bias distribusi (Uo), maka tampak bahwa sebagian besar nilai-nilai Uw dan UR n:endekati no! (0), serta mlai Uo mendekati satu (!). Artinys sebagian penyimpangan sirm.lasi lebih bersifat non sistematik dibanding penyimpangan regresi dan sistematik. Dengan demikian dapat
disirnpulkan bahwa model ekonometrika komoditas gula yang telah diestimasi dalam penelitian ini cukup cukup valid untuk simnlasi alternatifkebijakan dan non kebijakan melalui analisis simulasi historis maupun peramalaa thistorical and simulation).
ex-ante
Keterbatasan
utama penelitian
ini adalah luasnya lingkup permasalahan
(aggregate) dan sifat ekonometrika yang termasuk ekonomi positif (arbitrary),
sehingga tidak dapat menetapkan kebijakan terbaik secara spesifik.
Era liberalisasi menghendaki dihapuskannya berbagai bentuk proteksi, tanpa retriksi pe:dagangan. Indonesia melakukan kebijakan perdagangan bebas sejak tanggal I februari tahun 1998 dcngan rnenghapus monopoli impor beras bulog dan mcmbcbaskan swasta untuk mengunpor betas, hal ini tentu mengubah penawaran dun permintaan beras Indonesia. Dengan melihat
hasil
peramalan periode tahun 1997-2010, jika krta
melaksanakan swasernbada absolut dengan menutup kran imper, hanya akan
rnenaikan harga beras domestilc., barga beras imper dan harga beras dunia tanpa mengubah secara signifikan terhadap harga produksi beras. Dilihat dari tingkat kesejahteraan, sangat meeguutungkan produsen (bias produsen) dengan kenaikan
surplus produsen yang sangat tinggi tetapi mengurangi surplus konsurnen. Jik11 kita laksenaken kebijakan liberalisasi perdagangan dengan mengintcgrasi
pasar domestlk dan pasar intemasional melalui pembubaran peranan monopoll bulog dalam pengadaan impor beras serra menghilangkan interverensi pemcrintah yang
terjadi adalah penurunan harga bcras dnnia sekitar 19 %, penurunan harga beras impor sekitar 62 %, penurunan harga beras domestik: sekitar 9,4 o/o periode tabun 1997-2010. Jika kiLa rnelaksanakan kebijakan kenaikan harga gabah 20 %, peugeuaaan lttrif impor betas JU "lo dan nilai tukar rupiah riil terdepresiasi S % setiap tanun yang terjadi adalah kenaiksn produksi beras sekitar 9 %, tetapi perlu menyediakan penambahan pelepasan beras untuk OPK sekitar 186 %.
PERMASALAHAN BERAS INDONESIA (1984-1996) l . hmlal> Pendufuk
l Pruduktiviw ltvdillS off.
2.Terbata.scya ;,oggaran Pemeriaah.
Bcrtambah. 2.D1verrn1kasi pangan gaga!. 3. R1>p1ah Overvalued.
3. Fak101 Alam : iklim
+
...
Defisn Prcduksi : Pcrrumhuhall Prodntsi (2,38%) < Perrumbuban Konsumsi (3,25%) lmpor msaingbt
-
lllpotcsa:
L D:duga im;>or bt"'u ludoOOS1a merop&ku variabcl yar.g mempeagarulu h•rga beras dunia [b,g eo"•'"Y 11.fJllMption). 2. Diduga tcbtJabn hbctah.!w pcrd•gangan bcras mcrup~lwl falclor yang mcmpcngarulu pro
mengubah disuibu.1> kcse.)3h1c:iaan.
.
T11jua11 Pe11elUian: Mengkaji dan Meramalkan I.
Penawar>.a, p)lllUl)lun dan lwga Betas.
2. Ounpd'. Simulas! Kebijakan ~Non KebiJalmi. 3. Oampaknya tulnd.lp ringat kescjahtoi:no. ~
Model Peadekatan Ekoo01J>etrika
...
Pemlliban Dan Sptsiflkali Modet : S. Koasums1 Bens
l. Luu Aro at hdl. 2. Produk:tivnas Padl.
6. Pel~o
3.Stol:: Bera. N"'1oiul. 4. Hw:i:aBeras lmpo1
7. Harga lle,... Doinctrilc S. lial'.ga Beras Dwiia
Betas untuk OPK
1'
LJ
I dea ti fikasi : Over Identified Estimasi model : Two- State Least Squre ··-
I
Hasll Penelitian Peadugaan : AP!= -1946.96 + 5.61 P(ll-2.64 Lag PF+ 0.73 CHI+ 639.9i YI+ 0.66 Lag AP!. Yl 0.000218 All > 0.00!8&> Lag JP! -0.082982 PIDA + 0.631007 Lag YI. 3. STBl= ·661.39 - 0.51 LSBI + O.l!S ASH!+ 0.655 lMBl- 25.811!.R + 0.496 Lag S TB!. 4. PIM=-315.3013 + l.262097PBW+0.6918801.agPIM. S. KB!= -725.99 -0.02&9 RGDP + 0.15 POP-2.06 PBDI + 15.38 PJK. 6. Llilll= - 320.65 - 0.o30!29 PRB! + 4.-14 PGI +0.536 LagLSBI. 7. Pllnt=-67.54 +0.71 PC11"'().000097PIM"ER1+0.00741'Bl-0.09lPBI · 0036 STBl "0.JOlag PBDl. 8. l'BW• 295.765'/+ 0.0649 ™BI -0.010833 TW + 0.4057 PBW. 1.
2.
0
Validtsi Model dan Ptrbalklltt I IJt ~:in.sill: RMS!'&
81aT ,,._,.,(\Im) Biat bzrui (U:~ (U()
I/Hu°"""""' u.~ 1....,_a!Jry
Owf}.ettltl
It'
-
+
I I
Skcurlo Si111ulasl:
•
' -·Oa1npak Sw.,cmboda at.olut·-
~mpok Llbcnlisui l'crd•g&ngan: I. Produksi menurun 1.75%. 2. Kcsum•I nalk 0,, 1 %.
6. Produksi mcwmin 2.99%. 7. Kos••mol na•k 0.73 %. ~. ll•·g• beru l\ooun 10,87 %. S Surplus l'rOdusen nalk. 10. &urplut K<Jltumm lllrun
Keslrnpulan:
I I
3. Harga bont• t"Nn 9.39% 4. Surplus Proousen naik. S. surplus Koraumm wnm
•
koiuwnsi don borga betas •e~ 61multl.O Sllllng berpeJlllaruh lang&uog m•upun tdalc langsun&. 2. Model yaoe disurun dal)3t meJl&alcomodui bert>.gai penlal.'Uclari sni pcnowaian, permwlaau don k
meaunmkan haiia 9.39%. surJ;tus koraumeri.
""'"!lclran sUllllu9 """"'9eil. tolapl menu:ul'll
Saran Kebijakan: I. Kebij alcan swa.cmbada baik ihl absolut ata11 yang ben;i!at yang lebih lu.oalr. serta kcbi1akan yan& bemlil libcnl (libcrabsasi pl!l'dagangan domestik) h.uus J•g• dillltiha ke<Jua pelaku yo1IU produsee dau konsumen, di ••rnplllg teotunya
peJUW1
pemcrinw yaitu kcmallll)Uill
mougalokaoikan &n83trllll. 2. Altcrnatif kebijakan yang daandw> odalah kc:m.ibn lwga gabah 20 %, pengenaaan 13ti! ilnpor beras JO% dan nilai tubr n;piah riil teedcpresiasi 5 % seriap lahWI yang tocrjadi adalah ker.r.i.lamproduksiberss sckitar 9 %, tetapi perlu meny
Gambar 1.1. Dtagram Kcterkauaa Iadustri Beras di Indonesia
l'an
Gunh
Stok
H11J•n Areal Pa
llarga Pupllt
l?roduklivit:llS
Totol Pr:rmintaa
Keterangan:
!
0=
I~
Peubah Endogen
KATA PENGAl\'TAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kchadirat Uahi Rabbi, oleh karena atas iradah, rahmat, tauflq, cum hidayah-Nya semata hingga thesis ini dapar diselesaikan dengan judul
"PENAWARA?-." DAN PERMlNfAAN BER..o\S SERTA PROSPEKNYA DAL.AM ERA PEKOAGANGAN Bf.BAS: SUATU PENDEKATAN PERSAMAAN SlMULTAN".
Tulisan ini guna merncnuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan srudi Program
Pcrencanaan dan Kebijakan Publik Pascasarjaoa Universitas Indonesia. 'Iujuan Penelitian tesis ini adalah : (i) Untuk mengerahui fakror-Iaktor yang berpengaruh • terhadap pcnawaran, permintaan dan harga beras domesrik, (ii) Mengaralisis dampak alte.natif kebijakan peuierintah Indonesia seperti liberalisasi perdagangen, penghapusan subsidi
pnpuk
terhadap komponen-komponen
distribusi kescjahteraan,
pasar beras domestik dan lerhadap
bail seat !alu (simulasi historis) maupun prospek y1urg akau
darang (simulasi ex-ante).
Thesis ini dapat diselesaikan dengan baik alas bantuan, arahan, dukungan dan dorongan bcrbagai pihak. Pcnul.s mcngucapkan terima kasih yang tulus, diiringi rasa hormat yang
mcndalam kcp ..ca
:
1. Bapak Rektor Universitas Indonesia Prof. Asman Boedisantoso Ranakusuma, Dapak Robert Simsniuntak, selaku Ketua Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Putlik 2. lbu
Sulastri Surono, se\aku pembimbing yang telah bersedie meluangkan banyak
waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan arahan, bimbingan, dan saran kepada
penulis dengar; penuh keseberan. 3. Bapak Suryana dan Bapak W. Sitanggang, selaku pimpinan dimana penulis bekerja, yang selalu mernbcri dorongan clan diskusi yang mernperkaya intelektcal penulis, kepaca lrwan 1 Lkmawan rekan sekerja pcnulis yang sclalu menemani penulis dalan. meugcsjakan th~;;is sete.ah wakiu knntor selesai.
4. Kepala
Biro
Peudidikan
dan Latihau
Perencanaan
Jan Pembangunan,
Badan
Perencanaan dan Pembangunan Nasional yang Lela!1 memberikan bantuan beasiswa pencidikan program master kepada penulis,
5. Bapak Amon Hendranata, yang telah mcluangkan banyak waktu dalam mcmbantu mengatasi berbagai problem SAS-ETS yang dialami penulis. 6. Para pengajar Program Magister Perencsnaan
can Kcbliakan Publik, yang telah
memberikau pcngetahuan yang sangar berguna bagi pcnulis.
7. Kepaca Bapak Robert Siman]untak dan Bapak Bambang P. Brodionegoro yang mernberiken "pcncerahau"
kepada penulis, saat kedua beliau membcrikan
pcmbekalan tentang pcnulisan thesis yang baik, walaupcn pcnulis merasa bclum
mencapai stander thesis yang kedua beuau harapkan, 8. Kepada rekan-rekan Angkatan V MPKP, yang telah menciptakan tradisi kei Inman yang tinggi, tidak sekcdar uormetif soia (baca: sekedar mencari nilai saja) baik dalam
tugas kelornpok.tugas pribadi dan diskusi kelompok, khusus kepada Rina yang telah membantu menyclesaikan bab V, Mbak Woro yang selalu memoeri semangat setiap hari deugan dengan rnenanyakan kcmajuan thesis, Rully yang tela;1 membantu
menyelesaikan bab I - IV, Mas J oko dengan penuh atensi rnenanyakan kemajuan thesis penul is sampai saat-saat akhir pcnulisan thesis ini dan Ronny teman yang jauh di mata dekat di hatt,
9. Kcpada Rekan Sabar dan Irrnanto, yang bcrsarna penulis selama 1.5 tahun menJalani suka duka pembuatan thesis bersama-sama, saling mendorong dan memberi semangat adalah kunci sukses pcmbuatau thesis kami.
I 0. Kepada rekan-rekan kelompok "Kohesi Sosial" dimana penulis menjadi anggotanya, Mas Tito yang rnemperkeaalkan program SAS-.1:'.TS, Pak Didier yang selalu mengajak belajar bersama selama kuliah, Pak Doddy yang selalu tampil penuh semangat dalam setiap mengerjakan tugas kelompok, Pak Ketut dengan kctenanganoya yang sclalu bekeija tanpa banyak bersuara, dan temu saja Pak Rauf dan keluarga yang selalu
menyambu: kedatangan kami di Boger dengan makan siangnya. 11. Kepada rckan-rekan peserta program S3 ckonomi lPB angkatan 95 terutama Bapak Zainal Abidin dan Zulkifli Alamsyuh, yang bcnyak rnemberikan mcmpe-olch
data, buku teks, dan peugetahuan
Ji
buntuan dalam
dalam meugoperasikan
pcraugkat
•
Iunak SA.S-ETS, scrta bcrbagai "pengayaan" pengetahnan yang terkait dengan thesis ini, dalam berbagai diskust yang intens,waktu tenaga, dan pildran yang iercurah sangat bermanfaat bagi penulis. Selamat kepada kedua beliau yang telah I ulus program S3 Ekonoml !PB. 12. Para Stuf sekretariat MPKP yang penuh ded:kasi melayanl proses kcgiatan belajar mcngajar sorta kcbutuhan penulis. 1.3. Orang Tua Penulis Bapak dan lbunda Roclunadi, rasa hormat paling dalam kepada
mcreka. Ucapan "terima kasih" terlalu ringan
unruk
semua yang telah rnereka berikan,
J uga kepada Saudara/i kn ; Ketuarga Atief yang merelakan komputemya selarna l~hih dari satu tahun untuk dipiojamkan kcpada penulis, Keluarga Mirza yang telah
mevedlakan tempat tinggal sclama penulis kuliah, Keluarga Abi, Kcluarga Adi. 14. Dan tentu saja buat Sahabatku Rudi yang merelakan flatnya menjadi markas pembuatan thesis kami bertiga,
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Lesis ini maslh j auh dari sempurna, kekurar.gan semata karena keterbatasan kerrampuan den pengetahuan yang kami miliki, Saran dari b~rb11gai pihak unluk l"'rbaikan dhnasa datang me1~adi damoaan kami.
Semoga talisan ini dapat memberi makna dau manfaat.
Depok, Juli 2001
Moch. Tahcr Rochmadi
in
DAFTARJSl
BAB
Halaman
KA TA PENG ANT AR
.
DAFT AR ISI..... ..
..
iv
DAFTAR TABEL.......................................................................
vii
OAFTAR G.AtvffiAR....
. .. . .. .. .. .. ..
.. .. .
. . .. . . . .. . . . . .
..
viii
DAFT AR LA1fil1RAN............................................................................
r.
ix
PENDAHULUAN
.
I.I. Latarbclakang.............................
. . . .. . . . . . . .
I
1.2. Permasalahan.i. .. .. . . . . . .. .. . . . . . . . .. . . . . . . . . . .
3
1.3. Tujuan Penelitian..............
4
1.4. Hipoccsis.......
.. .. ..
..
1.5. Ruang Lingkup Penelitian...,
..
.. .. ..
..
4
..
5 5
1.6. Mctodologi.................................................................................
IJ.
1.6.1.
Peagumpulan Data . .. .. ..
.. . . .. . .. .. . . .. .. . .. .. . .. . . .. .. . . ..
S
1.6.2.
Metode Analisis
,
(i
1.6.3.
Model dan Pelaksanaau A.ualisi~ Persamaaa Siroultan......
15
1.6.4.
Spesiflkasi Model Ekonomeai... .. .. . . . . . . . .. . . . . . . . . .. .. .. . . .. . .
16
1.6.5. Identifikasi Dan Metode Pendugaan Model....................
16
l.G.6.
Valida~i Medel......................................................
18
1.6.7.
Skenario Simula.si ..
..
..
..
19
l.7. Sistematika Penulisan,
21
PERANGKAT KEBT.JAKA.N PERDAGA..~GAN
23
2.1. Penawaran, Pcnnintaan dan Perdagangan Suatu Komoditi.............. ..
24
2.2. Dampak Keseimbangan Parsial Akibat Pembedakuan Tarif................
28
iv
Ill.
2.3. Dampak Pemberlakuan TarifTerbadap Tingkat Kesejahter:un............
29
2.4. Stuui Tenlahulu Tentaag Pasar Beras Iudon~ia...................................
31
BERAS DAN PERKEMBANGANNYA......
..
36
Indonesia....................................
36
3.1. Peranan Beras Bagi Bangsa 3.2. Konsumsi Beras
,.................
3.3. Produksi Beras lndcnesai.
..
. ..
3.4. Pasar Beras Dunia....
IV.
36
..
.. . . .. .. .. . . .
38
. .. ..
42
3.5. Ha.rgaBeras Dan Kebijakan Harga Beras Indonesia....................
45
3.6. Kebiiakan Tariflndonesia..... ..
48
KER~GKA
PEMIKIRAN
.. .. .. .. . .. .. .. . .. .. .. . ..
MODEL
PENAWARAN
PERJ\flNTAAN BERAS DI INDONESIA 4.1. Perilaku Prodaksi........ 4.2. Perilaku Konsumsi....
52
..
. .. . .. .
DAN
.. .
..
.. .. . .. .. .. .. . . . . .. . .. . ..
52 53
4.3.Pc:rilaku Stok Dan Harga Beras...................................................
55
4.4. Model Operasional Pasar Beras...................................................
56
4.5. Spesifikasi Model Ekonometri.
57
4.5.1.
Luas Areal Padi Sawah
4.5.2. Produktifitas Padi.....
.
.. .. ..
.. . .. . .. .. . ..
Indonesia................................... .. .. ..
. . .. .. . .. . .
4.5.3. Produksi Padi Dan Produks.i Beras....
.. . . .. .
57 57
..
58
4.5.4. Stok Beras Nasional....................................................
58
4.5.5. Harga Impor Beras.....................................................
59
4.5.6. Total Penawarsn Beras Di Pasar Domestik..
59
. .. ..
4.5.7. Konsumsi Beras........................................................
59
4.5.8. Pelepasan Stok...........
GO
4.5.9. Harga Beras Domestik..
.. . ..
.. .. . .. .. . . . .. .. .. .. .. .
60
4.5.1 O.
V.
Harga Beras Dunia.
..
.. .. ..
.. ..
61
4.6. Identifikasi Model.................................................................
61
PENDUGAA.~ MODEL EKONOMETRIKA PENAWARAN DAN
G2
PER.'\1INT AAN BERAS INDO?\~IA
.
S.l. Umum.....
62
5.2. Keragaan Penawaran Dan Pennintaan Beras...............................
63
5.2.1.
Luas Areal Padi Sawah Jndonesia..... .. .
5.2.2.
Respon Pcoduktifitas P:uli..........
5.2.3.
Stok Beras Nasional....................................................
65
5.2.4.
Harga lmpor Beras.....................................................
66
5 ..2.S.
Konsumsi Beras
67
S.2.6.
Pelepasan Stok..........
VI.
. .. . .. . .. . .. .
64
Harga Beras Dunia, .. .
. .. . .. . .
68
.. . .. ... . .
69
.. . . . . .. • . .
69
SIMULASI MOUEL PERBERASAN INDONESIA...........................
71
6.1. V alidasi Model.. .. . . . . • . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .. . . . . . . . . .. . . . .. .. . . . .
71
6.2. Evaluasi Dampak Kebijakan. ... •...... .. . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . .. . . . . . . ..
73
6.3. Ramalan Dampak Krisis Ekooomi .. . . . .
. . .. .. .
77
. . . .. . . ..
6.4. Dampak Simulasi Perama!an Jangka Panjang... . . . . VII.
63
~.....................................
S.2. 7. Herga Beras Domestik, 5.2.8.
..
. . . . . . . .. . . . . . . .
7')
KESIMPULAN DAN SARAN . . .. .. ... . . . . . . . . . . . . . . ... . . . .. . ... . . .. . . . . . .. ....
83
7 .1. Kesimpulan . . . .. .. . . . . .. . •. . . . . . . . .• . . . . . .. .. . . . . . .. • . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
83
7.2. Prospek Masa Depan Bkonomi Beras Indonesia .. .. . .. ....... .. ... ...
87
7.3. Saran . . .. . .. . . . . . . . . . . . . . .. . .. . • . . .• • ... . . . . . . . . • . . . . . .. .. . . . . .. . . . . . . . . . .. . . . . .
88
DAFTARPUSTAKA..................................................................
89
LAl\'ll'IRAN...
.. . . . .
.. . . .
.. .. . .
.. ..
92
yj
DAFTAR TABEL Tabel
Teks
·-
Halaman
I 2
Komitmea IMF Yang Mempeng11l\Jhi Kebijakan Pangan Dampak Kebijakan Pemerintah Terli•dap Kesejahteraan, Transfer Penerirna.an Dan Pengeluaran
2 14
3
Perubahan Tingkat Kesejahteraan
31
4
5~ 6 7
8 9 10 11
12
tJ 14 IS 16 17 18 19 20
2: 22
23 24 25 30 31
32 33
Laj u Pertumbuhan Produksi Padi ~Pertumbuhan Produktifitas Padi Nasienal Penawaran Dan Permintaan Beras Dunia . lmpor Beras Indonesia Harga Beras Da\arn Negeri, Luar Negeri, Barga Border Dan NPR Harga Beras Dalarn Negcri Dan Tinglcat NPR Komponen-Komponen Model Pasar Beras Indonesia \ Identifikasi Model Hasil Pendugaan Luas Area.L Padi Sawah , Hasil Pendugaan Produktifitas Padi Sawah Hasil Pendugaan Stok Beras Nasional
Hasll Pendugaan Harga Imper Beras
40 41 42
44
47 52 56 61 64
65 66
66
Hasil Pendugaan Konsumsi Beras · Hasil Pcndugaan Pelepasan Beras Hasil Pendugaan Harga Beras Domestik
67
. Hasil Pendugaan Harga Beras Dunia
70
l i
Hasil Pengujian Daya Prediksi Model Penawaran Dan Pcrmintaan Beras ' Simuiasi Histories, Tahun 19&4-1996 Dampak Altematif Kebijakan Terhadap Rerata Peubah Bndogen Perubahan lndikatorKesejahteraanEkonomi Domestik Simulasi Histories, Tahun 1984-1996 Dampak Altematif Keb1jakan • -, Rerata Peubah Endo gen akibat simulasi kri sis ekonomi Perubahan indicator kesej ahleraan ekonomi domestik akibar altematifkebijakan domesnk Scenario simulasi jangka psnja.ng periode 1997-201 Q Darnpak Alternatif Kebijakan Terhadap Rerata Peubah Bndogen akibat simulasi j angka panj ang Perubahan indicator kesej ahteraan ekonomi domestik akibat . . altematif kebij akan domestic selama 1997-2010
68 69 72 73
74 75 78 7g 79 7')
80 80
vii
'
DAFTAR GAMBAR
Gumbar
Teks
1
Model Dampak intervensi kebijakan pemerintah terhadap
Halaman 8
penawaran, permmtaan, harga dan margin pemasaran beras
=r:':
K.ebijakan subsidi pupuk daa dampaknya pada pasar beras
3
11
Kurva pennintaan ekspor domestik
25 -
-··
4
K.urva penawaran ekspor asmg
s
Keseimbangan pasar dunia
27
6
' Dampak tariff terhadap harga
28
26
7
Dampak pemberlakuan tarifimpor
29
8
\ Dampak kurs lerhadap harga beras
4g
9
I
Kerangka pemikiran model pasar beras
-
54
VUI
I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia 3ejak bulan juli 1997 telah mcrusak sendiscndi
ekoaomi
yang
menyebabkan
ketidakstabilan
ekonomi,
sosial d an
po litik.
Ketidakstabilan ekonomi dapat dilihat dari jatulmya nilai tuksr, inflasi yang sangat tinggi, pertumbuhan ekonomi yang negatif yang pada akhimya menyebabkan mcnaiknya tingkat pcngangguran dan bertambahnya masyar
Indonesia berupaya keluar dari krisi.s tersebt:t melalui program yang lebih dikenal dengan istilah stabilization and structural adjllSfmCtU (SSA)1• Menurut John Weiss (1995) ada beberapa ha! yang diperlukan
dalam program stabilisasi yaitu, penama di bidang
fiskal defisit anggaran diusahakan terkendali dan kedua kebijakan mengenai nilai tukar yang dapat menciptakan daya saing intemssion:ll dan sebagai instrumcn pcnekan inflas ..
Kebijakan structural adjustment hams lebih mengedepankan kekuatan pssar serta lcbih bersifat jangka panjang dengan mengurmgi distorsi pasar, Hal yang lain yang harus dipcrl:atikrut adalah investasi di bidang SDM dan infrastruktur serta melindungi miskin dan rcntan {protection of the
poor and vulnerablt:). Kebijakan
kaum
yilllg rnelindungi
kaum miskin ini perlu karena selama program berlangsung terjadi perubanan seperti naiknya tingkat harga barang yang diimpor, subsidi bagi kawn miskin berkurang, naiknya
tiog)cat pajak dan lain- lain. Dengan
bantuan
IMF dan Bank Dunia yang
bertindak sebagai
donor
dan
mensupervisi program SSA tersebut Indonesia mclalrukan berbagai kebij akan reformasi di bidang fiskal.moneter dan sektor riil yang tentunya akan berdampak pada sektor pangan serta kesuksesan kcbijakan sektor pangan yang sedang dijalankan. 1 Kcenponen stabillsa.si wnumnya rcrdui dari kebijakan fukaJ dan moneter unwk meaekan mflas), Di b1dang fiskal, kebijakan diarahkan untuk mengurangi defisil mggaiau a!au bahkan menjadikannyaSIUJ)lus, anlan lam melalu1 ~nundun proyek- proyek mega lbn alaU peniagbwl basis pajak. Di bidang monerer, upa}'3 menurunka., mflasi sering diaa•loiiknn dcngan kebijoloaa 118111 keta~ yang umumnya mclalui kcnallc.>n tingka1 lmuga dau panb•tasanjwnl,th krecrt, Kornponea kcdu•, yaitu struaura! ad,'UJtmenl· di lndoocsia lebih dikenal deogan kebijakan sektnr ral- leb1h CA:?kait dengan upaya mencapai ringlm efoiensi yang lebih tinggi yang lebih bemfat market fric~dly dimAna harg~ lebih citenll.lbn !"'•at. Berbe.gai ~nruk ~ ymg bcrtlljuu inmgunl13i bamb~wi perdagongan, baik ranr maupun non tarif, men:,:ura:igi pasar yang bemf.at manopoli, meoghilangkan komoditas )lallg harganya d1kontrol pemeontah termas'1k dalam bregon kebijsbn iDi.
Tabel I. Komitmcn IMF yang Mempengaruhi Kebijakan rangan
Kehijakan Fiskal l
Mcnghapus subsidi untuk gula pasir, tepung
1 Oktober 1998
terigujagung, bungkil kedelei dan tepung ikan Kebij akan Perdagangan Dalam dan Luar Negeri l
Mengurangi tarif untuk semua jenis produk
I Februari 1998
pangan hingga maksimwn s % 2
ketentuan mengenai kandungan
Menghapus
1 Februari 1998
lokal untuk produk susu 3
monopoli Bulog dan membuka l Februari 1998 peluang tcrcipranya persaingan bebas dalam : Menghapus
a
Imper gandum dan tepung terigu
b
Penjualan dan distribusi tepung terigu, dan
c
Imper dan pemasaran gula pasir.
4
Sw11Sta bebaa untuk melakukan impor bcras
5
Melarang
pemerintah Dati I mernbatasi
September 1998 September 1998
perdagangan antar dan intra propinsi. Jaring Pengaman Sosial 1
Melakukan penyaluran beras bersubsidi untuk
1998/1999
kelompok masyarakat rniskin S•ml>
Di bidang fiskal, penghapusan subsidi untuk komoditas gula pasir, tepung terigu, jagung, bungkil kedelai dan tepung iknn dimulai tanggal 1 Februari 1998, sedang di bidang perdagangan luar negeri, penurunan tarif untul:: semua jenis komoditas pangan hingga maksimum S% dimulai tanggal 1 Februari 1998. Selain itu Indonesia juga mengnapus monopoli Bulog dan membuka peluang terciptanyn persaingan bcbas dalam impor gandum dan tepung terigu serta gula pasir. Dan yang terpenting dan berkaitan
2
dengan beras adalah kebijakan penlagangan berupa pembebasan mengimpor beras bagi swasta dengan tarif bea masuk 0% yang berlaku sejak September 1998.
Dengan terbukanya isclasi pasar beras domestik ierhadap pasar beras dunia akan tcrjadi ckualisasi harga bcras dunia dan domestik. Bagi Indonesia kebijak.au yllllg bersifa; insentf bagi konsumen ini akan mengurangi keberhasilan atau keefektifan
kcbijakan
pangan Indonesia yang pada umumnya bersifat insentif bagi prodnsen,
Kebijakan pangan Indonesia berupa Iastrumen kebijakan subsidi pupuk, subsidi pestisida, pembangunan irigasi, dulrungan harga, pemberian bibit unggul pada dasamya o.dalah untuk rnenguragi biaya input petani sehingga petani masih mau menanam padi (insen.if bagi produsen) tetapi harga masih terjangk:au oleh konsumen sesuai dengan salah
satu konsep k.etahanan pangan, Kebijakan pemerintah yang saling berlcwanan, ynog satu bcrsifat insentif bagi produsen sedang yang luinnya bersifat insentlf bagl konsumen akan menciptakan "free rider'. Ambit contoh. di satu sisi pemerintah mempunyai kebijakan membeli produksi padi dan gabah domestik dengan tingkat harga yang lebih tinggi dari tingkat harga beras dunia
dan di sisi lain swasta dibolehkan untuk mengimpor beras yang hurganya Iebih murah daripada harga domestik, sementara itu lcita ketahui fungsi pengawasannya masih lemah, maka beberapa pengimpor bcras bckcrja
sllll14
dengan beberapa pctani clan koperasi
mengcplos beras domestlk dan beras imper kemudian dijual kepada pemerintah yang ciakui sebagai beras domestik. Oknum tersebut rnemperoleh keuntungan tanpa bekerja keras sebesar marjin perbedaan harga beras domesti.k: dikurangi harga beras irnpor, sedang pemerintah mengeluarkan biaya yang lebih besar dari yang seharusnya. 1.2. Permasalahan Selama periode penelitian tahun 1974-1996 ini permintaan dan penawaran dan harga beras Junia bukan merupacan pennintaan
faktor yang berpengaruh langsung kepada penawaran,
dan harga beras domestik, karena pasar beras domestik diproteksi dengan
berbagai kebijakan oleh pemerintah Indonesia. Di dalam sisi penawaran, pemerintah melakukan pemberian monopoli impor beras oleh Bulog, yang telah mengisolssi
pasar
3
beras domestik dari ketidakstabilan
barga beras dunia, Kebijakan impor ini dilakukan
dengan alasan untuk melindungi petani dari gejolak harga beras dunia. Dampak kebijakan struktural berupa pembebasan swasta mengimpor beras tanpa bca masuk (0%) secara langsung membuka isolasi pasar beras domestik terhadap pasar beras dunia. Dengan pernbebasan tarif tersebut, pasar beras dornestik berintegrasi langsung
deagan pasar beras dunia. Permasalahan
utama
yang dibahas
adalah variabel-variabel
berpengaruh
terhadap penawaran, permintaan
menyebabkan
pertumbuhan
apa
saja
yang
dan harga beras dornestik yang
produksi lebih keciJ daripada pertumbuhan
konsurnsinya,
Kedua, cengan melihat kaitan antara pasar beras domestik dan pasar betas dunia, bagaimana dampak kebijakan yang dilaksanasan
pemerintah tersebut di atas terhadap
perrnintaan, penawaran dan harga beras domestik dan harga beras dunia. K etiga, bagalmana
dampak kebijakan tersebut bagi distribusi kesejahteraan? Hal ini dapat
diketahui melalui analisis surplus produsen dan surplus konsumen.
1.3. T11juan Penelitian Tujuan Penelitian adalah :
I. Untuk mengetahui faktor-faktor yang betpengaruh terhadap penawaran, pennintaan
dan harga beras domestik. 2. Menganaliiis dampak alternatif kebtjakan pemerintah Indonesia seperti liberalisasi perdagangan, penghapusan subsidi pupuk terhadap komponen-kompcnen pasar beras
domestik dan tcrhadap distnbusi kesejahteraan, baik saat lalu (simulasi historis)
maupun prospek yang akan datang (simulasi ex-ante],
J .4. Htpotcsis Hipotesis penulisan ini adalah : I. Diduga imper beras Indonesia merupakan variabel yang dnpat mempengaruhi harga beras dunia (big country =mption).
4
2. Diduga kebijakan libernlisasi
perdagangan beras Indonesia akan mernpengaruhi
produk:si, konsumsi dan harga beras di Indonesia. 3. Diduga kebijakan Iiberalisasi perd!lgangan beras yang dilaksanakan indozesia akan rnengubah cistribusi kesejahteraan, dimana Jconsumen akan dirugikan sedangkan produsen akan diuntungkan,
l.5. Ruang Llngkup l'enelitian
Ruang lingkup pembahasan dalarn tesis ini melipuri : I. Mendasarkan pada teori-teori yang ada sena basil penelitian ekonomi betas yang sudah ads sebelumnya.
Z. Dalam penulisan ini tidak dilakukan pem.isahan komodiras beras domestik menurut kualitas atau jenisnya, harga yang digunakan ndalah herga kclas medium, scdang harga untuk beras dunia :icfalah harga beras Thailand kualitas kadar pecah 5%
ci
Pelabuhan Bangkok secara POB . 3. Perileku produksi beras domestik merupakan agregasi produksi seluruh wilayah Indonesia sedang yang d1hitunt,i sebagai produksi adalah produksi padi sawah saja, 4. Perilaku pcnnintaan beras dornestik juga hanya ditelaah secara agregat saja, sedangkan permintaan- ksrena masalah ketersediaan data dihitung berdasarkan data
kerersediaan beras unruk kcasumsi (apparentconsumption) .
1.6. Metodologi t.6.1.
Pengumpulan data Penulisan ini dititikbcratkan pada bidang perberasan dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari I) Badan Pusat Statistik (BPS) untuk data-dam seperti areal sawah, curah hujan, luas intenfikasi, irigasi, upah, harga eceran pupuk, dll, 2) Baden Urusan Loglstik (BULOG) untuk data-data barga beras eceran, harga beras pedagang beras, stok awal dan akhir, operasi pasar, 3) Food and Agriculture Organization (FAO), IRlU scrta Intemasional Monetery Fund
s
(IMF) untuk data-data ekspor d:111 impor dunia serta kurs masing-masing negara peugirnpor dan pengekspor dunia. Data yang digunakan merupakan data time series mulai tahun 1974 sampai dengan tahun 1996. 1.6.2. Metode aoalisu
Dalam kerangka teoritis akan dibahas bagaimana keterkaitan antar komponenkomponen produksi, penawaran, konsumsi, impor dan ekspor beras Indonesia, pasar beras dunia, dan kcbijakan pemcrintah Indonesia dalam bidang perberasan. L'ntuk memahami
ckonomi
komprehensif Berdnsarkan
beras Indonesia diperlukan
pendekatan yang
tinjauan pustaka, antara komponen penawaran,
pennintaan, hargs, pendapatan petani, marjin pemasarsn, pengelolaan stok, impor-ekspor, dan pasar dunia mempunyai kaitan yang simultan dan dinamls,
Attinya perubahan salah satu komponen akan mempenga.ruhi komponen lainnya dan umurnnya nkan tcrjadi efek balik pada period« yang sama atau pada periode berikutnya, Keterkaitan antar tomponcn dalam ekonomi bcras dimodifikssi dari model
Meier (1987},
Simotupang (1995)
dan Mulyaaa
(1998).
Dalam
perekonomian terbuka, penawar.m total beras tahun tenentu merupakan jwnlah produksi dornestik, jwnlah yang diimpor da11 juiulah st.ok beras awal tahun
tertentu tersebut, sedangkan swasembada beras terjadi pada kondisi jumlah produksi beras domestik ditambah stok awaJ tahun mampu rnemenuhi kebutuhan konsumsi paagan masyarakat, benih, pakan dan suatu jumlah tertentu untuk stok akhir tahun sebagai pcnyangga (buffer stock) (Mulya.ua, 1998). BULOG melakukan operasi pengadaan dan pelepasan stok untuk menjaga kestabilan harga dan ketersediaan betas sepanjang tahun, yllllg dikaitkan dengan kebijakan
harga dasar dan harga eceran tertinggi. Pengadaan stok ditujukan
untuk rnenjamin
harga yar.g layak bagi petani
sesuai harga dasar yang
ditentukan, secangksn pelepasan stok. (operasi pasar) bertujwm agar konsumen dapat membeli beras pada harga yang tcrjangkau.
Hubungan
antara pasar beras domestik
perubahan impor, ekspor selain
dan pasar beras dunia juga, baik
ditentukan intervensi pemerintah juga
ditentukan faktor lainnya yang bersifat endogen, eksogen, predetermined. Gambar 1. (Mulyana, 1998) merupakan suatu ilustrasi surplus konsumen, surplus produsen, dan perubahan marjin pemasaran sehubungan adanya intervensi kebijakan pemerintah pada ektor heras. Kurva D, adalah kurva permintaan beras ditingkat konsurr.en akhir sedang kurva Di merupakan kurva permintaan beras di tingkat petani. Kurva Sr merupakan kurva penawaran beras di tmgkat petani sedangkan kurva S, adalah kurva penawaran beras di tingkat konsumcn. Pada perekonomian tertutup dan tanpa intervensi pemerintah, jumlah beras yang dluansaksikan di tingkat petani maupun di tingkat koasumen adalah Q1 dengan harga
Pr unruk petani dan P.' untuk konsumen, sedangkan perbedaan harga
Pr'P0' adalah marjin pemasaran beras. Adapun surplus konsumen di tingkat pasar
petan.i u1aupw1 pooar konsumen sama besamya yaitu DrFPf .. D.EPc', begitu pula surplus produsennya, P,FSr • P:Es •• karcna kurva pcrmintaan dan penawaran masing-masing pasar sejajar dan jumlah transaksinya sama, Dengan asumsi pemerintah lngln mempertahankan harga beras dunia sama dengan harga heras domestik yang tertinggi bagi konsumen ( Pw = P0 ), menurut Rarker dan Hayami (1976) dun Barker et al (1978) kebutuhnn heres konsumen domestik . Dengan asumsl pemerintah ingin mempertahankan hatga beras dunia sama dengan harga tertinggi untuk konsumen domestik, P w = P. (Baker dalam
Mulyana, 1998), kebutuhan beras konsumcn sebcsar OQ3 dapat dipenuhi dengan empat cara yaitu I) mengimpor beras sebanyak QiQ3; 2) memberikan dukungan harga yang diterima petani sebesar P/; 3) rnensubsidi harga pupuk yang cukup untuk monggoscr kurvn penawnrllll ke kanan dari Sr mcnuju Sr1 hingga memotong kurva pennintaan ditingkat petani (D1) di titik D sehingga tercapai
tingkat harga di tingkat petan.i sebesar Pt; 4) membangun jaringan irigasi yang mcnycbabka.n produktifitas men.ingkat schingga mcnggcscr kurva pcnawaran di tingkat petani seperti kasus 3) dari Srmenoju Sr1; 5) menerapkan teknologi usaha tani misalnya bibit unggul yang akan menggeser kurva penawaran di tingkat
7
Gambar l Model Dampak laten'ensi Kebijakan Pemerintah Terhadap Pcnawaran, Permintaan, Harga Dan Marjin Pemasaran Beras. Sc
Harga (P)
pw'
--4-----1,
Pw'
J' fA
., • .,.,.~---
Dr Sr
s,' s ,• 0
Jurnlah (Q)
Sumber . Mulyant1, Andi. 1998.
8
petani bergeser seperti kasus 3) dari Sr bergeser ke Sr1; 6) menggabungkan
dua
atau lebih kebijakan seperti rnemberi dukungan harga p;1daa petani, subsidi harga
pupuk, investasi mgasi dan penerapan teknologi usaha tani. Kebijakan I) merupakan kebijakan penyediaan kebutuhan beras yang sesuai dengan prinsippainsip perdagangan bebas yang ramah pasar (market .friendly) dan jika tidak ada
k:ebijakan tambahan seperti kebijakan dukungan harga akan bersifat memberi ins<:ntif bagi konsumen yang cenderung menggeser kurva permintaan konsumen bergeser kt: k.anan dan sebali.knya merugikan bagi produseu sehingga cenderung
menggeser kurva penawaran tingkat produsen bergeser ke kiri atas atau dengan kata Jain menyebabkan produksi domestik menurun karena tingkat harga yang tidak menarik bagi produsen untulc berproduksi. Dengan melihat kondisi objektif Indonesia dimana kebutuhan beras sangat tinggi dan perdagangan beras dunia yang relatif tipis, kebijakan beraa yang bersifat insentif bagi konsumen tidaklah bijaksana
jika diterapkan
secara murni, pedu dilunja.ng dengan
kebijakan
lainnya, seperti kebijakan dukungan harga, dan atau mengisolasi pasar dornestik dengan cara melarang
impor bagi pelaku pasar selain Bulog. Walaupun
kebijakan l) tidak menguntungkan perekonomian secara keseluruhan tctapi perlu dipalcai sebagai acuan perbandingan bagi kebijakan betas lainnya Kebijal:an 2) sampai 6) bersifat insentif bagi produsen yang cenderung
menggeser kurva penawaran di tingkat petani bergeser kc kanan yang bagi Indonesia ini berarti kecenderungan swasembada beras akan lebih mungkin tercapai (on trend) tetapi yang harus diinga.t selain merugikan konsumen- karena mengurangi surplus konsumen ali.bat harga yang dibayar lebih tinggi dari harga dunia- juga menyebabkan sabsidi pemerintah menjadi lebih besar.
Kita perlu mengakomodasi beberapa kejadian seperti terja.di perubahan harga, jika harga dunia lebih rendah dari harga domestik (P..,1
OzQJ
dan menjual
di atas harga dunia
pemerintah mendapat lceuntungan. Kebijakan ini bersifat inscntif bagi produsen tetapi merugikan konsumcn (surplus konsumen berlcurang), sebaliknya knlau pemerintah tetap mempertahankan impor sejumlah QzQ~ pada kondisi Pw2 > P0,
9
konsumen akan diunrungkan sedang produsen akan dirugikan Jan pemerintah akan menanggung subsidi yang lebih besar. 1. Kehijakan l,iberalisasi Pecdagaogao
Pencrapan tarif impor 0% bagi beras dan penghapusan monopoli Bulog umuk imper beras pada dasarnya sama dengao Iiberalisasi perdagangan beras seperti kebijakan I) yang bersifat insentif bagi konsumen konsumen domestlk dan merupakan disinsersif bagi produsen domestik. Untuk memenuhi kebutuhan
domestik, impor beras dapat terjadi pada situasi harga dunia di bawah harga keseimbangan yang berlaku di pasar konsumen domestik (Pw < Pc0) dan terjadi keseimbangan yang baru dimana tingkat harga dunia sama dengan tingkar harga
dornestik (P., • P,) dengan jumlah beras yang diimpor sebesar Q2Q3. Harga di tingkat petani
Pt dan produksi
domesuk sehesar Q2 clengan asurnsi nilai marjin
pemasaran tidak berubah. Konsurnen akan menilanatl kesejahteraan dcngan bertambahnya surplus konsumen sebc&ar P,1 EBP,. atlu PfPDPfw, sedangkan produsen berkurang kescjahteraan karenu surplus produsen urengecil menjadi PtCSr. Pedagang atau
Bulog menilanati marjin pemasaran tetap seperti kondisi tanpa imper. meskipun pcnerimean totnl.nya berkurnng akibat bcrkurangnya produksi domestik. ya:ng dipasarkan. Sedang pengeluaran devisa negara untuk meugirupor beras Q2Q3
sebesar ABQ3<-0. 2. Kebijakan Dukuogno Harga Jika kurva penawaran S1Sr tetap, kondisi t11.11pa imper (swasembada) terjadi
dengan menentukan harga dasar di tingkat petani sebesar
Pl
dengan tlngkat
produksi sebesar Qi, namun diperlukan biaya pengadaan sebesar KLQiQi untuk mcmbeli kelebihan penawaran bores di tingkat produsen. P11dR barge cceran yang
ditentukan P. ,,,p.,. marjin pemasaran yang diterima lembaga pemasaran menurun menjadi P,-P" per unit beras denganjwnlah yang diperdagangka.n scbanyak Q2• Sedangkan
biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk melakukan operasi
pengadaan betas serta marjin pemasaran untuk dijual kembali ke konsumen
10
akan terturupi oleh harga yang dibayar konsumen pada ting,kat narga P, "' Pw tersebut, sehingga dengan dukungan harga tersebut dihemai devisa untuk imper
sebesar ABQJQ; dan produsen diuntungkan sedang konsumen tidak berkurang kesejahteraannya. Tetapi jika harga dunia lebih rendah (P~1), kebijakan dengan
pola dukungan harga mengbilangkan kesempatan penerimaan pemerintah sehesar ABTI, sedang jika harga dunia lebih tinggi (P}) akan mengurangi beban biaya pemerintah sebesar ABHG. 3. Kebijakan Subsidi Papuk
Sclain dukungan harga di tingkat petani, peningkatan penawaran domestik juga dapat dicapai dengan cam mensubsidi harga pupuk sebagai input produksi padi. Turunnya harga pupuk akan menggeser lrurva penawaran ke kanan- pada kasus ini- mcnjadi Sr1, dan hargn di ting!rnt petani sebesar Pr", marjin pemasaran sebesar Pt~c setiap unit betas dan Uun!ungan pemerintan lidak me:ngeluarkan biaya untuk melakukan operasi pasar, tetapi pemerintah harus mengeluarkan
anggaran subsici sebesar BDPJ>,.. seperti tampak pada gambar 1. Gambar 3. Kebijakan Subsidi Pupuk d1111 Dampaknya Pada Pasar Beras
Harga
E
B
Pwl--~~~.....,."--~~_,,,,.~'"""T~~~~ Ps
Quantitas (X)
11
Petani sebagai pruduseu akan menikmati keuntungan yaitu dapat mcmbeli yang diinginkan pada tiagkat harga yang lebih murah sehingga menghemat biaya ACP,P., seperti pada gambar 1, dan juga mempero\eh tarnbahan nilai produksi sebesar ABQiQ2 pada gambar I dikurangi biaya tambahan penggu=
karena harga lebih murah, sebesar CD~
pupuk
pada gambar 2.Penghematan devisa
negara dapat dilihat dari pengurangan pengeluaran devisa sebesar ABQiQ2 pada gambar I dikurangj kenaikan pengeluaran devisa untuk mengimporpupuk
sebesar AbXiXi pada gambar 2 Sedang kesejahtaraan konsumen tidak berubah karena tetap mengkonsumsi beras sebesar (b. 4. Kebijakan Investasi Pembaaganan lrlgasi Peningkatan penawaran domestik dapat juga dengan cara mernbangun jaringan irigasi yang mengurangi biaya produksi akan menggeser kurva penawaran produscn kc kanan menjadi Sr1, karena kurva penawaran mewalcili kurva biaya marjinal. Kebijakan ini meninglralkan produksi dari Qi menjadi Qi, sedang
konsumen kesejahteraannya tidak mcngalami perubahan jika dibandingkan kasus imper Q2Q3. Namun kebijakan ini memberatkan pemerintah karena biaya pembangunan sarana trigasi yang besar,
5. Kebljakan Penerapan Teknologi Usahatanl Penerapan teknologi usahatani seperti pemakaian bibit unggul berfungsi
menggeser kurva penswaran prodosen ke kanan meojadi Sr1• Bersifat insentif bagi prcousen, sedang surplus konsumennya tidak berubah. Permasalahannya adalah untuk menemukan bibit unggul yang baik perlu dana penelitian yang bcsar, sedang jika kita mengimporbeaih dari luar negri memerlukan devisa yang cukup besar, sehingga penentuan pelaksenaan kebijakan ini harus benar bcnar mernpertimbangkan manfaatnyabagi perekonomian nasional, 6. Kebijakan Kombinasi Pada kasus di Indonesia lebih sering kebijakan yang dilaksanakan merupakan kebijakan campuran harga dasar, subsidi pupuk, invcstasi irigasi dan penerapan
teknologi usaharani, Hal ini dapat dilibat, misalnya, tidak rnungkin untuk :neneapai swasembada beras pemerintah menerapkan kebijakan dukungan harga 12
mclalui
pcncrapan
harga
dasar gabab
kepentingan konsumen. Demikian
terlalu tinggi
tanpa
mcngabaikan
pula dalam upaya menggeser kurva
penawaran di tingkat petani, tidalc monglcin hanya melalui kebijakan subsidi pupuk, karena kita ketahui cfektiiitas penggunaan pupuk terhadap tingkat produktivitas produksi beras juga tergantung dari bibit padi yang ditanarn.
Penerapan kombinasi kebijakan subsidi pupuk, pembangunan irigasi, dan penerapan teknolcgi usahatani dapat lebih cepat menggeser kurva penawaran beras ke kanan, dibandingkan penerdpllll k.ebijakan tunggal saja, Misalnya kalau dianggap jatuhnya harga Pt ak.an merugikan produsen, maka pemerintah dapat
rncnerapkan suatu kcbijakan dukungan harga dengan harapan tcrcapainya kestabilan dan penmgkatan pendapatan petani dengan menerapkan harga dasar sebesar Pr' yang mcnyebahkanknrva penawaran berubah menjadi S11 dan terjadi kclcbihan pcnawaran Q1Q, di tingkat pctani. Schingga pcmcrintah perlu mengadakan kebijakan pembelian beras petani rnelalui Bulog dan dari jumlah tersebut dapat dijual kembali sebanyak Q1QJ untuk memenuhi swasemhada beras sedang sisanya rnenjadi stok nasional. Yang perlu diingat penerapan kebijakan dulrungan harga jaogan terlalu tinggi roisalnya sebesar P/, ak<111 rnenyebabkan kelebihan penawaraa yang berarti perlu dana yang lebih besar dalam melakukan operasi pengadaan bass serts stok beras penyangga akan lebih banyak. Dengan melihat kendala dana, pergeseran kurva penawaran beras cukup
mcncapai kerva
sl
dengan harga dasar Pr', scdang kelebihan penawaran di
tmgkat petani yang disebabkan kcmbinasi kebijakan subsidi pupuk, investasi irigasi, dan penerapan teknologi usabatani hanya Q1Ql,
sehingga dana
pengadaan beras lebih kecil jika dibandingkan pergeseran kurva penawaran di tingkat petani di S r1 dan juga alcan menghemat biaya penyimpanan k arena pengadaan Q1Q3 sama dcngan dib·.rtuhkan konsumen dalam pola swasembada
beras,
13
~. 0
'
·-"" I~ II
....,,
6
1.6.3. Model Dan Pelaksanaaa Analisis Persamaan Simultnn Untuk mengetehui surplus kon.somen rnaupun surplus produsen kita pcrlu
rnengetahui pasar beras domestik maupun dunia baik penawaran dan pernuntaan beras domestik dan harga beras dunia serta keterkaitan antar komponennya.
Hubungan dan keterkaitan antar komponen dalam pcrekonomian bcras dirnodifikasi dari model yang digunakan Naso! (1975), Meyers et cl (1987), Simatupang (1995) daa Mulyana (1998). Dalam studi ini, representosi sistem
ekonomi betas Indonesia dikelompokkan dalam dua pasar yaitu: pasar beras domestik dan pasar bcras dunia, yang keduanya dlkaitkan oleh imper beras, harga beras domestik, perdagangan beras dunia dan narga beras dunia. Dalam pasar terdapat komponen penawaran, permintaan clan harga, selain itu tcrdapat
pula perangkat kebijakan yang mempengaruhi sistem terapi tidak dipengaruhi sistem (eksogcn), tctapi ada pula perubahan kebijak:an yang merupakan respon dari perubaban dalam sistem (endogen) seperti pelepasan beras,
Hubungan
yang
secara
ekooomi
terdapat diantara
variabel-variabel
diformulasikan dalam suatu model ekonometri, sehingga dapat dicari nilai baik tanda maupun besaran penduga paramater setiap persarnaan pe:ilakunya yang akan digunakan untuk menganalisis dampak kebijakan kebijakan tarif irnpor 0% pada komoditi beras serta pengh.apt:san monopoli imper beras oleh BULOG
ternadap perekonomian beras pada khususnya dan perekonornian Indonesia pada umumnya. Modifikasi model dalam tulisaa ioi diperoleh dari model yang dikembangkan Mulyana (J 998) yang terdiri dari 73 komponen persamaan yang akan diuhah
rnenjadi 11 komponen persamaan, Perbedaan ini terutama hanyalah agregasi wilayah produksi padi di Indonesia sehingga tidak mengubah logika ekonominya tetapi hanya mc:ngubah hubungan matemati s dan stetistiknya.
15
1.6.4. Spesi.fikasi Model Ekonometrl
Perumusan
spesifikasi
model
ekonometrika
pasar
beras
Indonesia
dideskripsikan mclalui persamaan simultan berupa pcrsamaan struktural sebagai reprensentasi seluruh variabel endogen dan variabel eksogen yang secara operasional menghasilkan tanda dan besaran nilai-nilai penduga parameter yang sesuai secara teoritis. Pemakaian veriabel bedakala lagged variables) untuk mcngakomodasi sifat dinamis dari pcnewaran, pcrrnintaan dan lingkat harga. Persamaan -persamaan ekonometri tersebut dapat dilihat pada Bab tiga. 1.6.5. ldeotifikasi d1111 Metode Pendugaan Model Model yang telah dibuat di atas merupakan persamaan simullan dengan demikian perlu dilakukan identifikasi model scbelum ditcntukan metode untuk rnenduga parametemya. ldentifikasi model menggunakan metode Order Condition sebagal syamt perlu (11<1ccssary condition) dan Rank Condition subugai ~yw:.u k1:1.;ukup.uuiya <~Vifflr.:l"nt con
Rumusan identifikasi model persamaan simultan berdasarkan Order condition adalab (Koutsoyiannis, hal.., 1977) ; (K-M)>(G-l)
Dimana : K
•
Total
variabel
dal:un model
baik
endogen
dan
variabcl
predetermined; M = Jumlah variabel endogen dan eksogen yang termasuk dalam suatu
persamaan tertentu dalarn model ; G
=
Total persamaan dalam model, yaltu jumlah variabel endogen dalarr. model.
Suatu persamaan dalam model dikalakan teridentifikasi sccara berlebih (overidentrfied) jika kondisinya menunjukkan (K - M) > (G - l); persamaan dikatakan teridentifikasi secara tepat (exactly identified) jika kondisinya menunjukkan (K - M)
=
(G - I); pcrsamaan dikatakan tidak teridentifikasi
(unidentified) jika kondisinya menunjukkan (K - M) < (G - I). Agar dapat
16
diduga parameternya
persamsan struktural hasil idcntifikasi
harus exactly
idenlifir;d atau overidentified. Kriterie ra11k condition menentukan bahwa suatu persamaan teridcntifikasi jika
dan J11.111ya jika dimungkinkan untuk membentuk minimal satu determinan bukan nol paca order (G - I) dari parameter struktural variabel yang tidak termusuk dalam persamaan tersebut,
Pendugaan model menggunakan program aplikasi komputer SAS/ETS (Staustica]A1111ly.~is System/Econometric Time Series) terhadap data sekundcr untuk kurun wakru 1977 - I 997 yang diperoleh melalui publikasi Departemen Pertanian, BPS, IRRI, BULOG, PAO, IMF. Karena model yang dirumuskan dalam penelitian ini mengandung persarnaan simultan dan variabcl endogen bcdakala (lagged endogenous variables), maka
uji statisnk t dan uji korelasi serial dengan menggunakan statistik DW (D11rbinWatson Statistic) tidak valid digunakan. Namun demikian statistik t masih cukup h.andal sebagai suatu perangkat yang sistimatik
untuk mengcvahrasi
persamaan-persamaan penduganya (Adam and Haynes, 1980), selain itu yang lebih difokuskan dalem tulisan ini adalah terpenuhinya spesifikasi tanda dan besaran pc111luga parameter persamaan dalam model yang telah ditentukan
secara apriori. Sebaga! pengganti statistik D\V untk menguji ada atau tidsk adanya korelasi serial yang serius
m
(1 - 0 ,5 DW )(TI {l - T (VarBhart
)
}]'J,s
Dirnana : h
= angka staristik Durhin-h,
T
- jumlah pengamatan contoh,
Var Bhart = varian dari koefisien lagged endogenous variable, DW
= nilai statistik Durbin-Watson.
Jika nilai statistik-h lcbih besar dari nilai kritis distribusi normal, maka model
tidak mengalami korelasi serial, namun demikian nilai stetistik-h tidak akan
17
diperoleh hasilnya jika h~il kali T. (Var Bhart) lebih besar dari satu yang
berarri ada angka negatif yang tidak ada nilai okarnya. 1.6.6. Validasl l\1ooei Agar model cukup valid digunakan untuk simulasi alternatif kebijakan, non kebijakan dan peramalan, lcriabih dahulu dilakukan validasi model. Kritena
statislik yeng digunakan unmk validasi nilai peneugaan modei ekonometri adalah
kesalahan
rataan lrundrot terkecil atau root-mean
square percent
(RMSPE) dan Theil's inequality Coefficient (U). Knteria-knteria yang dipakai sebagai berikut (Pindycli: dan Rubinfeld, 1991) :
RMSPE
=
o.s[11r{.
,.1
(r•1-Y•1)1(r•1f]
Dimana : RMSE =- root me1111 square error,
RMSPE "' root mean square percent error, ti
- koefisien keddaksamaan Theil (Theil's inequality coefficient),
Yet
= nilai dugaan model,
Yat
~ nilai pengamatan contoh, dan
T
= jumlah pengamaran dalara suuulasi.
Statisnk RMSPE djgunakan untuk mengukur seberapa jauh nilai-nilai variabel cndogen basil pendugaan menyimpang dari alur nilai-uilai aktualnya dalam
ukursn rclatif (persen), dengan kata lain seberspa dekat nilai-nilai dugaan itu mengikuti perkembangan nilai aklualnya. Sementara statistik V juga merupakan
18
bcsamya
penyimpangan
nilai-nilai dugaan tersebut yang bermanfaat
untuk
rnengetahui kemampuan model uncuk analisis simulasi peramalan. I.6.7. Skenariu Simuliui
Setelah dilakukan pendugaan model baru dilakukan sirmlasi kebijakan, untuk itu ditentukan periode simulasinya, yaitu: Periode 1984- 1996 (historis), simulasinya adalah : I. Kebijakan swasembada Absolut yaitu kebutuhan konsurnsi beras dipenuhi
dornestik tanpa impor beras .
2. Kebijakan hberalisasi l'erdagangan dengan simulasi menghilangkan interverensi pemerintah, menghilangkan pengadaan beras untuk stok beras
dan pelepasan becas until}; OPK. '.l. Kebijakan mcmberi subsidi harga pupuk sehesar 20 % dari harganya dan
mencmbah areal sawah beririgasi. 4. Kebijakan sama dengan simulasi 3 ditambah mendeveluasi nilai tukar riil
rupiah sebesar l 0 %.
5. Kebijakan menaikkan harga dnsat gnbah sebesar 20 % dan rnembcn to.rif imper beras scbesar 25 %. 6. Kebijakan sama dengan simulasi 5 ditambah mcndevaluasi nilai tukar riil rupiah scbcsar I 0 %. Periode 1997-2001 (periode krisis ekonomi), simulasi yang digunakan adatah : I. Skenario simulasi periode krisis diakomodasi dengan turunnya Produksi
Domesuk Bruto Nasional secara riil turun 30 %, nilai tukar rupiah turun 300%, harga pupuk naik 20%, Pengadaan beras untuk stok beras turun 30%, areal padi berkurang 20%, perdaganga.n beras dunia naik I 0%. Periode 1997-2010 (periode Jangka panjang), simulasinya adalah : I. Kebijakan swascmbada Absolut yaitu kebunihen konsumsi beras dipenuhi
domestik tanpa imper beras . 2. Kebijakan pengenaan tarif impor 30%.
19
J. Kebijakan kenaikan harga dasar gabah 20% dan nilai riil tukar rupiah tcrdeprcsiasi 5% tiap tahun. 4. Kebijakan kenaikan harga dasar gabah 20% dan nilai riit tukar rupiah terdcpresiasi S% tiap tahun dan pengenaan tarif impor 30%.
5. Kebijakan
pengurangan
proteksi
perdagangan
beras
dunia
yang
menyebabkan perdagangan beras naik 10 %.
6. Kebijakan subsidi pupuk 20% dan penambahaa areal irigasi 5% dan nilai riil tukar rupiah terdepresiasi 5% tiap tahun. 7. Kebijakan liberalisasi perdagangan beras Indonesia melalui penghapuean stok beras nasioaal, peaghapusan intervereusi pemerimab dan naiknya
perdagangan dberas dunia sebesar JO % dan rupiah terdepresiasi 5% tiap tahun,
Semua simulasi bersifat dinamis, artinya periode
t
digunakan
nilai-nilai variabel endogen bedakala dari periode 1-T bukan nilai aktnal variabel endogen beda.kala tersebut, Untuk mengetahui dampak dari simulasi tersebut terhadap surplus konsumen,
su11>IJs produsen dan pengeluaran pemerintah dapat dihitung menggunakan rumus (Sinaga, 1984) sebagai berikut:
I. Perubaaan dalam surplus produsen : Qsb (lfb- II,)+
Vi (Qsb -
Qs.) (Hh -
BJ
2. Perubahan dalam surplus konswne.n : Qsb (Hb - H,) + Y. {Qsb - Qss) (Hb - H.)
Dimana :
Qs .. jwnlah penawaran gabah/beras Qd = jumlah permintaan beras H
= Barga cceran bcras
B dan s merupakan subscnpt nilai pemecahan dasar dan nilai simulasi.
20
1.7. Sistematika Scsuai
Penulisan
dengan
pokok
pcrrnasalahan
yang
telah
dikemukakan
serta
untuk
mempermudah pembahasan lebih laniut, thesis ini direncanakan disusun dalam tuj uh bab
cengan sistimanka sebagai berikul : Bab pertsme, berisi uraian pendahuluan, yang dimaksudkan memberi masukan informasi tcntang pokok-pokok y1111g berkaitan deagaa: (i) latar belakang, (ii) ruang lingkup,
(iii) permasalahan, (iv) tujuau penulisan clan hipotesa, (v) Metodologi, dan (vi) sistematika penulisan. Bab kedaa, menyajikan konsep-konsep, teori-teori, dan model-model yang sccara
teoritis berkaitan dengan (l) Kebijakan, (ii) Proteksi, dampak tarif terhadap surplus produsen, surplus konsumen, dan pendapatan pemerinlah
serta rnemberikan garnbaran temang
bcbcrapa basil penelitian iudustri beras sebelwnnya Bab ketiga, memberikan gambaran tentang Perkernbangan Ekonomi perberasan di Indonesia yang meliputi: perkembangan produksi, konsumsi, imper, dan kebij akan bulog, alum melihat perkembangan beras intemasional yang mcliputi : negara produsen utama
beras, konsumen beras dan harga beras intemasional, negara irnportir dan eksportir, Bab
keempat,
menggambarkan
tentang model ekonometri
penawaran
da.n
pcrmintaaan beras Indonesia. Hab kelima, rnembahas nilai-mlai hasil pendugaan persamaan struktutal dalam model ekonometrika, Keragaan umum model (persamaan perilakunya) berdasarkan pada besaran koefisien determinasi (R•), F dan t statistik serta Durbin-Watson. Kemudian
dilanjutkan dengan implikasi ekonomi mengenai tanda dan besaran dugaan parameter.
21
Bab keenam, Merupakan cvaluasi kebijakan dan non kebijakan secara historis (ex-
post) periodc 1984-1996, kcmudian ramalan (ex-ante) kcbijakan dan non kebijakan periodc 1997-2010. Kemudian yang terakhir Bab ketujull, berisi kcsimpulan dan implikasi kebijakan yang mcnggambarkan seluruh isi pembahasan sebelumnya serta saran untuk pcnclitian
laniutan.
22
II. PERANGKAT
KEBIJAKAN
PERDAGANGAN:
TINJAUAN l'EORI TENTANG TARIF
Telah kita ketahui perdagangan bebas (free trade) secara teoritis dapat memaksimalkan output duuia dan keunrungan bagi setiap negara yang terlibat di dalamnya (Salvatorc,Dominick,l996, ha!. 270). Namun dalam kenyataanya hampir
senap negara
rnasih menerapkan berbagai hambatan demi
berlangsungnya
perdagangan intemasional yang bebas, ha! ini berkaitan erat dengaa kepenfiugan perdngangan atau komersial dari masing-rnasing negara. Walaupun merupakan hambatan-bersifat distorsif terhadap pasar- tindakan tersebut disebut sebuah kebijakan, yang lazim disebut kebijakan perdagangan (trade poll~)') atau kebijulam komersiu! {commercialpolicy).Walaupun penerapan kebijakan
perdagangan berdalih sebagai a!at untuk meningkatlcan kesejahteraan nasional, dalam banyak ha! Iebih bertolak dari kepentingaan sepihak dari sekelompok tertentu yang paling diuntungkan oleh pemberlakuan hambatan-hambaten perdagangan tau1. Kelompok tersebut dapat mcrupakan baglan dari produsen rnaupun konsumen. Hambatan tersebut meliputi pengenaan pajnk terhadap beberapa fransaksi
mtemasicnal, subsidi, subsidi uutuk transaksi lainnya, pernbatasu» resmi terhadap nilai atau volume impor, dan bebcrapa pengaturan lainnya (Krugman,Paul R. and Obstfeld, Maurice,1991).
Kebijakan perdagangan yang penting dan menonjol adaleh tarif
(tarijf), yang dirnaksud ccngen tarif disioi adalah sejenls pajalC yang dlkeoakan atas baraag-baraag lrupor. Tarif merupekan
kebijakan perdagangan yang paling tun dan eccara
rradisional merupakan sumber penedmaan pemermtahan sebelum rnengandalkan pajak pendapatan pada penduduknya sendiri, seperti yang terjadi di Amerika Serikat. Namun, maksud utarna pengenaan tarif biasanya bukan semata-mata mempcroleh pendapatan tetapi juga unruk rnelindungi sekior tertentu di dalam negeri terutama pada saat ini tujuan yang terakhir ini lebih menonjol. Di awal abad kcsembilan belas lnggris menerapkan tarif (Com law yang termashur ltu) untuk melindungi hasil-hasil pertanian dari persalngsn impor. Di
penghuj wig abad kcsembilan belas baik Jerman maupun Amerika Serikat melindungi
sektor-sektor yang baru tumbuh dengan mengenakan tarif impor atas beberapa barang manufaktur demikian juga Indonesia pada sekitar nwal tahwt
rujuhpuluhan
menerapkan tarif impor yang tinggi bagi industri komponen otomocif untuk melindungi induslri oromotif yang masih relatifbaru. Peranan tarif di negara industri telah menurun dalnm em. modem ini, tepatnya sejak Perang Dunia Kedua, khususnya untuk sector manufaktur, karena pemerintah dari berbagai negara kini lebih suka dan terbiasa melindungi industri domestik rnereka dcngan
memberlakukan
bcrbagai
macam
bcntuk
dan
hambatan
nontarif
(JMF,1992,hal. 192). Meskipun demikian, pemahaman tentang dampak tarif tetap merupakan landasan yang arnat penting untuk memahami kebijak.anperdagangan pada umumnya.yang ada sekaraag ini. Apalagi bagi Indonesia dimana tarif sector pertanian masih memegang peranan penung, ini d.apat dilibat dari tlngginya tarif sector tersebut di dunia, yang berarti kebijakan tarif sektor pertanian sangat efelctif sebagai kebjjakan
pcrdagangan. Dalam menganalisis dampak tarif dapat dilihat dalam kerangka keseimbangan parsial (partial equilibrium). Keseimbangan parsial dalam banyak hal (meskipun tidak. selalu) banyak digunakan untuk mcuganalisis kcbijakan penlagangan, dimana d11mp11k
kcbijakao pcrdagaogao satu sektor dlpahaml
taopa mclibat dampaknya
terbadap sektor loiouya biasanya menggunakan kurva-kurva permiotaa11 dao penawaran. Dampak yang akan dianallsis terdiri dari produksi, konsumsi, perdagangan, dan tingkat kesejahteraan di negara yang memberlakukan tarif , dalam hat ini adalah Jndoncsia. Meskipun demikian bagian-bagian lain dari perekonomian akan selalu menjadi penimbangan dao sebagai latar belakang. 2.1. Penawaran, Permtntaan, dan Perdogangaa Suatu Komoditi Andaikan ada dua ncgara, Domestik dan Asing, keduanya mengkonsumsi bcras, yang dapat diangkut dari satu negara ke negara lain tanpa menimbulkan biaya
(biaya pengangkutan dianggap nol). Perdagangan beras di kedua negara betul-betul kompctitif dimana kurva penawaran dan permintaan merupakan Iungsi harga pasar,
24
Kita asumsikan nilai tukar antara kedua mata uang tidak dipengaruhi oleh bentuk kebijakan perdagangan yang diterapkan
dipasar beras ini, ksrena
itu kita
mencantumksn harga di kedua pasar dalam mata uang domestik. Perdagangan di pasar beras akan terjadi bila terdapac perbedaan harga scwaktu
beras be'urn diperdagangkan. Misall::an barga beras domestik lebih tinggi daripada di asing, Kemudian terjalin hubungan dagang antara kedua negara, karena harga bcras di domestik lebih tinggi daripada di asing, pihalc pedagang mulai mengirim beras dari asing ke domestik. Ekspor beras meningbtkan harga beras di negara asing dan menurunkan harga beras di domcstik eampai perbedaan harga tidak terjadi lagi. Untuk menentukan harga keseimbangan dan jumlah yang diperdsgangkan, adalah
sangat rnembantu kalau kita membuat dua kurva baru, yaitu: kurva pennintaan
untuk Impor (impor! tlemurul curve) Domestik dan kurva penawaran unuik ekspor (expon supply c11rve) Asing, yang pada dasamya dipecolch dari kurva penawaran dan
pcrmintaan dalam negeri. Permhuaan untuk 1.mpor Domcstik merupakan kelebih1an darl apa yaui: dlulluta kuesumen 111a1 yang dltawarkan oleh produsen domesnk, scdangkan pcaawaran ditGwarkan
darl ekspor Asing mernpak.an kelebihan dari npa yang
oleh prod uscn Aslng atas yang dimiota olell konsumco ,A,iog.
Harga, P
Harga, P
--------------~ I _1_ - -
l I I
I
l-
I I
---------D
J - - __
_J_ -I I
-
MD 01 -S Kuantitas, Q
Gambar J. Kurva Permlotao Ekspor Domestik
25
Cara memperoleh kurva permintaan untuk impor Domestik (MD) dapat dilihat
pada gambar 3. Pads harga P1 konswnen Domestik rneminta sebanyak D;. sedangkan penawaran Domestlk hanya
s . sehingga permintaan impor Domestik adalah D
1 -
Jika hacga mcningkat menjadi
P,
S1•
pennintaan Konsumen Domestik hallya D1,
sementara produsen Domesdk meningkatkan penawaran :ncnjadi
permintaan impor turun menjadi D1 - ~-Karena
s,
sehinggn
itu kurva permintaan untuk impor
domestik berbentuk menunm dari kiri atas ke kanan bawah (downward-sloping). Pada P., penawaran dan permintaan Domestik sama besar atau tidak terjadi perdagangsn,
artinya tidak. ada imper. Harga.P
Harga, P
----------- -------- -------
~
-- --------
pl --L--
...
1 I I
I
P1.'
I
- ~ --L-1
I I
I I
-·-
- - _ _._ - - - - - - -
I I
I
I
I I
I I
I
I
S..2 Kuantitas, Q
Gambar 4. Kurva Penawaran Ekspor Aslng
Cara mempcroleh kurva penawaran ekspor untuk Asing (X.S) dapat dilihat pada gambar 4. Pada P1 produsen Asing mensuplai
s", sedang permintaan konsumen Asing
hanya JJ •1, sehingga terjadi kelebihan pcnawaran yang alcan di ekspor oleh Asing
26
sebesar S'1
-
D01• Pada p2 produsen Asing meningkatkan penawarannya mcnjad1
s'.
konsumen Asing menurunkan permintaannya menjadi D'2, sehingga penawaran untuk
ekspor Asing meningkat meniadi
s'1 -
D.,.Dengan demikian kurva penawaran untuk
ekspor Asing berbentuk menaik dari kiri ke kanan (upward-sfoping).Jika yang terjadi adalah
P/
maka penawaran sama dengan pennintaan atau tanpa perdagangan dimana
pada harga P.' kurva penawaran umuk ekspor Asing memotong sumbu vertikal. Keseimbangan
harga terjadi bila pennint.aan untuk impor Domestik sarna
dcngan penawaran untuk ekspor Asing, seperti terlihai pada garnbar 5. Jika kita dunia hanya terdiri dua negara, Domestic dan Asing. pada harga P ... k.<:tiu kedua kurva bcrpotongan, penawaran dunia sama dengan permintaan dunia. Pada keseimbangan di titik l menunjukkan: l'ermintaan
Domcstik • penawaraa
Domestik = penawara11 Asiog •
permintaan Asfng Dengan menambahkan clan rnengurangi kedua sisi; persamaan menjadi: Permintaan
Domestik + Pcrmintaan
Asing • Penawaran
Domestik
+
peaawaran Asing Aran, dengan kata lain, Permintaan Duoia = PCllawantn Dnnia. Harga, P
XS
Pw
MD Qw
Kuantitas, Q
Gambar S. Keseimbangae Pasar Dunia
27
2.2. Dampak Keseimbangan Parsial Aldbat Pemberlakuaa
Gambar 6 menggambarkan dampak tarif sebesar Rp
Tarif t
per unit beras. Tsnpa
tarif, harga beras di kedua negara akan sama, yaita P,.. Namun, setclah ada tarif,
pcngirim tak mau mengaugkut beras dari Asing ke Domesuk kecuah jika selisih harga di Domestic dan Asing paling tidak sebesar Rp t. Pengenaan meouruukau
tarif mengakibatkna
ke PT dan
harga di Domestik meaiogkat
uarga di Asing ke PT• ~ Pr - t. Dengan harga domestik yang lebih
tinggi, produsen Domestik meningkatkan penawarannya, sedangkan konsumen Dcmestik akan menurunkan
permintaanya, sehingga permiataan
impor uatuk
Domestik akan berkurang. Di Asing harga yang yang lebib rendah menyebackan penawaran turun dan permintaan meningkat, sehingga penawaran
untuk ekspor
bents di Asing meuuruu. Dengan demikian perdagnagan beras meroset akibat pembebaaan tarif dari Q.,, 111enjadi Qr.
Harga,P
Harga, P
Harga,P
P.
MD Kuantitas, Q
Kuantitas, Q
o· Kuantitas, Q
Gambar 6. Dampak tarifTerhadap Barga
2&
Pada volume perdagangan Q,, permintaan untuk impor Dorncstik sama dengan
penawaran untuk ekspor Asing jika Pr- PT•= r. Peningkatan harga di Domestik, dari P... ke P,, Jehih kecil daripada besarnya tarif, karena sebagian dari tarif tercermin dalara penurunan harga ekspor ole'l Asing dan karenanya tidak terbebankan kepada konsumen doruestik, Hal ini wajar akibat dari kebijakan perdagangan yang bersifat membatasi impor. Namun, dalam kenyataannya besarnya dampak ini sangat kecil, seperti jika suatu negara yang relatif kecil mengenakan larif imper bagi komoditi tertenru maka kecil pula pengaruhnya terhadap perdagangan
komcditi tersehut, sehingga pengenaan tarif hanya berpengaruh kecil
terhadap harga komoditi tersebut di dunia. 2.3. Dampak Pemberlakuan TariCTerbadap Tingkat Kesejahteraan
(a)
(b)
(c)
ES
ED
Gambar 7. Dampak Pemberlakuan T~riflmpor.
29
Dampak ekonomi dari pcmberlakuan tarif impor olch ncgara Domestik (importir) dapat dijelaskan secara grafis pada gambar 7. Dengan asumsi domesrlk sebagai uuporur sedang yang lainnya adalah eksporrir dan domestik dalam ha! ini
[ndonesia adalah pengimpor beras yang besar di dunia, sehingga perubahan-perubahan impor akan mempengaruhi pasar dunia terutama harga heras dunia, (Krugman.Paul, 199 l dan Dominick ,Salvatore, 1996)
Pemberlakuan tarif impor terhadap beras akan menguntungkan produsen beras domestik karena harga beras impor relatif lebih mahal dihandingkan. dengan hems domestik,sehingga kuantitas impor akan berkurang. Gambar 7(b) menunjukkan pcmberlakuan tari f menycbabkan biaya impor m1mjadi lebih tinggi, sehtngga menggeser kurva ED ke bawah secara paralel dengan jarak vertikal sebesar tarif (t) menjadi ED.I. Akibatnya harga dunia turun menjadi Pw1, sedangkan harga yang ditcrima olch kcrsumen domestik menjadi
P.,l+t,
seperti tampak pada gambar 8 (a). Pada harga terse but beras yang harus diimpor turun menjadi q, 1-qp 1• Sebaliknya di
negara eksportir, dengan harga dunia Pc', kelebihan penawaran tun.mmenjadi Q~1-Qol yang besamya sama dcugan qcl-qp I atau terjadi keseimbangan barn pada pasar dunia, pada titik (q.1.P .,1).
Dari u:aian di alas j elas pemberlakuan tarif imper menyebabkan kenaikan harga produk beras di negara importir, penurunan konsumsi, peningkatan produksi, penurunan imper serta adanya penerimaan pemerintah dari tari f. Sedangkan di negara
eksportir tcrjadi pcnurunan harga dan penurunan ekspor. Dampak kesejahteraan dari pemberlakuan tarif imper dibandingkan der.gan
perdagangan bebas dianalisis melalui pentbahan-perubahan pada surplus konswnen dan surplus produsen serta penenmaan yang diperolch pemcrintah, dapat dilihat pada tabel 3
30
Dari tabel 3 terliaat secara umum dampak tarif imper akan menurunkan keseiahteraan
dunia. Di
negara
elcsportir
terjadi
penurunan
kesejahteraan
nasional tab el J. Peruba.llan Tmgkat Kesejabteraan Perubahao pads :
Ebportir
Importir
Konswncn surplus
-(a+O+c+d)
l
Produsen surplus
a
·(1-t 2+ 3+4)
Penerimaan pemerintah Kesejaateraan nasional bctsih
c+e
--·
e-b-d
·(2+3+4)
Kesejahteraan dunia bersih
sebesar daerah (2+3+4),
I
b-d-2-4
'
sedangkan di negara importir dampaknya
terhadap
kesejahtcraan sangst ditentukan oleil elastisitas penawaran (SA). Semak:in clastis kurva penawaran
se:nakin besar daerah (b+d} akan semakin merugikan nogara irnportir,
Secara umurn terif imper akan merugikan kesejahteraan negara importir.
2.4
Studi Terdahulu Teotaog Pasar Beras Indonesia Studi permintaan dan penawaran beras aecara serentak untuk mengevaluasi d211
memprediksi dampak perubahan kebijakan harg;i (harga pupuk, harga dasar gabal!, dan atau devaluasi
rupiah) telah dilakukan
oleb Ras•han (1983), Jatileksono ( 1987),
Meyers et al {1987), Team Fakultas Pertanian IPB (1992), Sinaga (1995), Simatupang et al (1995), Hutauruk (1996), Rosegranr ct al (1997), Robinson et al (1997), dan Mulyana (1998). Pada tulisan mengenai studi t«dahulu tentang pasar beras ini penulis
ban yak rnengutip dari Mulyana, Andi, (1998). Dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku pemerintah Indonesia yang mengalami dcfisit beras dalam melaksanakan
perdagangan
luar negeri dan
dampak intervensinya di pasar domestik, Rasahan (1983) membangun
dua model
pendekatan yang tidak berhubungan langsung, yaitu (I) model perdagangan Juar negeri (impor) beras yang bcrbcnruk persemaan autoregresstve, dan (2) model persamaan simultan pasar beras dcmestik. Pada model pertama imper beras yang menggambarken
31
pcrilaku pemerintah ditentukan secara endogen, sedangkan pada model kcdua, imper beras dianggap eksogen bagi pelalcu elconomi pasar beras domestik, sesuai dengan
hipotesisnya, Dengan demikian imper beras pada model kedua merupakan factor cksogen yang menentukan pelepasan cadangan beras ke pasar oomestik, Salah satu kesimpulan
dari penelitian Rasahan adalah tekanan untuk mencapai tersedianya
pangan sccara stabil dan murah di pasar domestik lebih besar dibandingkan dorongan rnencapai swasembada beras, dan impor mempunyai peranan penting dalam ha! ini. Struktur penawaran dan pennintaan
komoditi pangan yang diekspresik:m
dalam bcntuk perssmaan simultan dijadikan model cvaluasi perubahan kebijakn harga dan devaluasi oleh Meyers et al (1987). Secara konseptual kerangka model tersehut
dimaksudkaa untuk rnengevaluasi
kebijabn-kel>ijakan subsidi input, harga dasar,
harga eceran tertinggi, nilai tukar rupiah, dan penyediaan dan pelepasan stok beras,
Namun pada implementasinya hanya dicontohkan dua kebijakan saja, yaitu (1) penurunan subsidi input pupuk 6-0"/o sehelum iahun l 993, dan (2) kombinasi penurunan subsidi sebesar itu dengan kenaikan harga bcras yang lebih cepat laj uuya untul mengkompeasasi
kcnaikan harga pupuk. Selain itu persamaan
impor yang
dinyatakan dengan persamaan identitas hanya merupak.an sisa dari permintaan dikurangi penawaran domestik, bukan pcrsamaan perilaku. Begitu pula, persamaan stok akhir han ya di anggap sebagai perseotase tertentu dari konsumsi pang an domestic,
tidak ditentukan oleh faktor-faktor Iain. Model AIDS (Almost Ideal Demand Sys/em) untuk analisis perruintaan beras dan beberapa kornoditas lainnya digonakan pula oleh Simatupang et al (1995} dalam studinya tentaag proyeksi dan implikasi kebijakan penawaran dan permintaan beras dalam jangka menengah dan jangka panjaog. Untuk analisis respon area dipakai model alokasi areal tanam dengan fungsi logistik multinominal, sama seperti studi Rosegrant (1990). Data untuk analisis pennintaan adalah SUSENAS 1990, sementara untuk
analisis respon areal digunakan data silang kurun waktu 1983 hingga 1991. Namun untuk analisis proycksi penawaran dan permintaan komoditi tersebut digunakan fungsi
respon basil masing-masmg k:omoditas yang diestimasi secara simultan dengan fungsi permintaan
masukannya, Sedangkan fungsi respon areal suatu komoditas
diduga
32
secara simultan dengan fungsi respon areal kcmcditas lainnya. Untuk permintaan
yaitu persamaan
permintaan
pangan
dan persamaan
pennintaan pakan. Nilai-nilai parameter yang telah diduga dengan model AIDS untuk
permintaan, dan model fungsi logislik multinominal digunakan pada model proyeksi tersebut, Selain itu untuk nilai variabel-variabel
penentunya diproyeksi dengan
beberapa mctodc, Sinaga (1995) mengkaji dampak pengurangan biaya pemerintah di sekror pangan tcthadap kesej ahteraan konsurnen dan produsen padi dan kedelai dengan
model persamaan simultan, Antar kedua komoditi saling lcrkail pada sisi penawaraanya, yaitu melalui pengaruh harga secara silang terhadap areal dan terhadap indeks harga bersama yang kemudian menentukan kredit usaha taninya masing-
masing, Kebija.l<:an yang dievaluasi adalah peoumnau k:redit usaha tani, pengurangan subsidi pupuk, penlngk.atan suku bunga, peningkatan harga dasar, dan gabungan penJngkatan harga pupuk dan harga dasar, dengan metode simulaai, namun model ini hanya menunjuk.lcan siniasi pasar kornoditl yang tertutup tanpa melibatkan penman imper, seh.ingga kurang relevan dengan keadaan scbenamya. Hutauruk(199G)
menggunakan model ekonometri persemaan simultan untuk
menganalisis dampak kebijak.an penetapan dan perubahan harga dasar pad! dan subidi pupuk terhadap knndisi permintaan dan penawaran beras, dan terhadap perubahan kesejahteraan konsumen dan produsen beras di Iadonesiu, Khusus untuk anabis penawaran , yaitu respon areal
rum respon hesll dilakukan disagregasi untuk jawa dan
luar jawa. Asumsi ekonomi terbuka tercennin dengan adanya peranan imper dalam model ini, namun tidak dikailkmt dengan perilaku pengimpor atau pengckspor lainnya kerena ha! itu bukan tujuannya. Walaupen model suuktural yang digunakan cukup
baik, salah satu kelemahan yang perlu diperbaiki untuk penelitian selanjutnya adalah tidok adanya umpan balik produksi padi/bcras domestik dan permintaan terhadap harga padi/beras. Tsuji (1982) menelaah keterkaitan pasar beras domestik Indonesia dengan pasar beras dunia yang dircprescntasikan dcngan persamaan-persamaan perilaku dalam model persamaan simultan. Model persamaan simultan yang dirancang memiliki 36
33
total persamaan
y•.ug tercakup dalam empar submodel, yaitu 9 persamaan untuk
Thailand, 11 persamaan untuk Indonesia, 13 persamaan untuk Jepang, dan 3
persamaan untuk sisa pasar dunia, Pendugaan dilakukan dengan metode Ordinary
Least Square (OLS), yang
Dengan asurnsi yang mendasari model adalah (1) pcrdagangan bcras dwlia dilakukan setiap pemerintah, dan (2) variasi k:ualitas beras pada setiap negara dapat diagregasi menjadi satu kualitas yang homogen. Hasil analisis kebijakan yang dilakukan mengenai penentuan premi ekspor, Thailand menolak anggapan bahwa kebijakan itu ceuderung merugikan petani domestiknya, kebijakan ekspor Amerika Serikat dan
Jepang akan merugikan keragaan ekspor Thailand Mulyana {1998) juga menelaah kelcrkaitan paism beras Indonesia dan pasar
beras dunia yang direpresentasikan dengan persamaan perilaku dalam model simultan, Dengan jwnlah 73 persamaan yang dikelompokkan dalam dua submode! yaitu 55
persamaan submode! pasar model domestik dao IS persamean untuk submode! pasar beras dunia. Pendugaan melalui two-stage least square. (2SLS) karena ketika diidentifikasi, model tersebut cvorldcntiftcd • Kontnbusi penelitian Mulyana adalah
mcngkaitkan pa.slll' beras du11.i11 yang mcmpunyai karakteristlk yang dinamis, saling bergantung antar pengekspor dan pengimpor, dan system kompetisi ekonorni dan kelembagaan, teknologi, dan lingkungan alamnya, maka pasar be111S Indonesia harus
mampu mencerminkan karakteristik tersebut. Menjelang era liberalisasi perdagangsn dan globalisasi ekonomi, analisis tertutup kurang relevan unruk diterapkan. Perilaku impor beras Indonesia, yoog diantaranya dipengaruhi kestabilau pasar beras dunia
yang tipis, dan akun direspon baik oleh negara pengekspor maupun pengimpor lainnya. Fenomena tersebut belum begitu diakomodasikan pada model-model penelitian
terdahulu.
Selain itu, belum ada pula yang rnemasukkan pengaruh perkembangan konversi lahan sawah terhadep pertumbuhan produksi beras di Indonesia dalam model penelitiannya. Padahal secara deskriptif sudah sering dikemukakan bahwa konversi
34
lahan pertanian ke uonpetanian di Jawa telah mengurangi areal sawah prodcknf dan
dapat memperlambat laju peningkatan bahkan menurunkan produksi padi. Dalam penelitian tersebut juga dapat dilihat suatu pendekatan terhadap kebijakan interveasi harga eceran beras oleh pemerintah yang diperlakukan sebagai variabel endogen pada an!isis structural dan beberapa simulasi, narnun diperlakukan sebagai variabe!
eksogcn pada simulasi lainnya ketika dilakukan penghapusan
intervensi tersebut, Begitu pula dengan peranan Bulog dalam pengendalian pasar beras domestik melalui mekanisme pengadaan dan operasi pasar beras dimasukkan dalam model sebagai varis.bel endogen, kemudian dalam simulasinya dapat diperlakukan sebagai variabel eksogen ketika peranannya dihapuskan.
35
III. BERAS DAN PERKEMBANGA1"1\\'A
Perkembangan komponen-komponen
beras dapat
dengan
mengidentifikasi
perkembangan
utamanya scperti konsumsi, produksi, impor dan ekspor, program
dan kebijakan pemerintahyang intensiflkaei,
dilihat
berkaitan dengan komponen tersebut seperti program
kebijakan subsidi masukan, pengendalian
harga beras yang ditun] ang
dengan pengclolaan slok beras nasional, dan lain-lain. 3.J.
Penman Beras Bagi Bangsa Indonesia Beras hagi bangsa Indonesia merupakan komoditi yang sangat pcnting, iui dapat kita pandang dari berbagai sisi, Beras memberikan kontribusi lcbih dari
setengah keperluan kalori dan protein bagi bangsa Indonesia, sebagai lempat bergantungnya Iebih dari 26 juta keluarga pedesaan, belum Iagi jika dihitung
pedagang kccil dan menengah di perkotaan yiwg terlibat dengan perberssan. Beras juga berperan terutama dalam masa krisis amat besar hagi ketahanan pangsn untuk kelompok miskin dan terkait dalam use.ha pengentasan kemiakinan dan perbaikan gizi kcluarga, Jadi beras tidak hanya menghasilkan satu produk (si11gle product) saja melainkan menghasilkan sejurolllh produk lainnya (11111/lip/e products) Tabor menyi:;bul komodiras beras sebaglli barang kuasi publik (qu'1si public good)- l:iagi bangsa Indonesia (Tabor,.Steven,R.1999). Kehilangan sawah-walaupun tanpa mengurangi produksi beras misalnyakita akan kehilangan hampir segalanya seperti air bersih, penahan erosi, penyerspan air, pengatur suhu udara dan udara segar, pemandangan yang elok, dan lain-lain. Hal ini berarti beras mcnyumbang
ek.stemalilas positlf (positive externalities),
schingga tidak bijaksana jika kita menerapkan b11rga beras tanpa terlebib dnbulu mengintern11lkao eksleroalilas positiftersebut.
3.2. Konsumst Beras Beras rnerupakan bahan rnakanan pokor sebagian besar masyarakat Indonesia ~cjak dulu. Bahkan daerah yang dahulu secara tradislone!
bukan
rnengkonsomsi beras soperti jagung atau sagu telah beralih mengkonsumsi
beras.
Hal ini terjadi tidak saja karena alasan yang rasional seperti harga yang terjangkau dan kalori yang diproduksi lebih baik dari bahan pokok yang lainnya tetapi juga karena kebijakan pemerintah
dengan adanya penyaluran
beras yang ditujukan
kelompok target anggaran seperti pegawai negeri dan ABRI, yang pada saat itu merupakan golongan yang amat besar pengaruhnya pada bidang ekonomi, politik, dan sosial di seluruh Indonesia baik daerah yang berbahan pangan pokok beras maupun non beras, selain itu pemerintah menerapkan harga beras yang rendah agar golongan pendapatan
tetap di perkotaan tidak
resah atau dengan kata lain
kebijakannya bias perkotaan. Akibatnya adalan sangat fatal, karena konsumsi beras/kapita meningkat dengan pesat dari 99,14 kg/kapita pada tahun 1969 menjadi 137,28 kg/kapita pada tahun 1996 atau konsums:. beras 11,294 juta ton pada tahun 1969 menjadi 29,315 juta ton pada tahun 199<) (Neraca Bahan Makanan, BPS, beberapa tahun penerbitan). Kenaikan konsums i beras Indonesia tersebut selain karena naiknya jumlah penduduk juga karena perubahan pola konsumsi rnakanan pokok, baik karena meningkatnya konsumsi beras tiap penduduk Indonesia maupun terjadinya perubahan makanan pokok dari non beras menjadi beras. Berbagai negara seperti J epang sukses menurunkan dengan jalan
mengubah
pola makan,
konsumsi berasnya
sebagai ilustrasi jika Indonesia
dapat
mengubah pola makan makanan pokok dari 152,13 kg/kapita menjadi 120 kg/kapita maka kebutuhan (demand) akan beras berkurang sekitar 20 %, suatu jumlah yang tidak kecil. Beberapa cara untuk mengubah pola malcan dapat dilihat pada persamaan 5.2.5. tentang konsumsi beras Indonesia. Di persamaan itu tampak bahwa faktor yang berpengaruh signifikan
terhadap konsumsi beras, selain harga beras dan
barang substitusinya adalah tingkat pendapatan rnasyarakat dan jumlah penduduk. Semakin tinggi pendapatan semakin rendah konsumsi beras perkapitanya. Artinya perubahan
selera
kesejahteraannya
makan-
dalam
hal
ini
beras-
ditentukan
oleh
tingkat
yang pada akhimya akan mengubah konsumsi beras pada saat
mendatang. Berbagai
kalangan termasuk pemerintal. mengartikan
kebijakan
tentang
perberasan hanya dipandang dari sisi penawaran (supply) seperti subsidi input,
37
kebijakan harga dan lainnya, yang intinya memberi iasentif bagi produsen untuk berproduksi sehingga agregat penawaran bcrgeser kc kanan, yang pada akhirnya harga keseimbangan dernikian.dari
yang baru akan lebih rendah, Dungan pengertian
konteks
tersebut
di
yang
atas dapat dilihat, pemerintah dalarn
melaksanakaa kebijakannya sangat bias pada sisi penawaran dan dilaksanakan dc:1ga:1 sepenuh daya upaya (at all cost), tanpa memperhatikan kebijakan di sisi pcrmintaan. Dan herbagai kebijakan tersebut saru clan lainnya tidak kcnsisten. Sebagai contoh, ditinjau dari sisi penawarao baas kebijas.anseperti yang disebut di atas telah berhasil meningkatkan produlcsi beras Indonesia (agregutsupply bergeser ke kanan), tetapi di sisj permintaan pemerintah membl.lllt kcbijakan yang juga mcnggeser kurva permintaan ke kanan, seperti pemberian beras bagi pegawai negeri maupun ABRI di seluruh Indonesia tanpa melihat kebutuhan makanan pokok
pegawai negeri dan ABRI tersebut, Dengan lcata lain keberbasilan kebijakan di sisi penawaran dibapuskan oleh kebijalca.n pemerintah di slsi pennintaan. Untuk itn pemerintah pertu menelaah kembali kebijakan di sisi permintaan tcrutama yang
berkaitan dcngan pola
lrulkllll,
seperti program diversiflkesi pangan perlu lebih
dlbudayakan kembali, 3.3. Produksi Beras Indoocsia Jika cita lil.lal produksi beras mulai Pelita yang pertama yang dimulai tahun 1969 tarupak keberhasilan pertumbuhan produksi beras dipengcruhi due ha.I yaitu: pertumbuhan luas areal paaen padi dcngan konlribu.si 25% dan pertUmbuhan prcduktivitasnya dengan kontribusi 7S'Y•• sedang Pelita keenarn (1994 - 1998) pertumbuhen produksi beras disebabkae pertumbuhan areal panen padi mernbcri kontribusi 1508 o/o sedang pertumbuhan produktivitas menyumbang 1.408 % (lihat label 4.). Hal ini dapat diJelaskan sebagai berikut; pada awal pehra pertama pertumbuhan pada produktivitas yang tinggi karena lahan rnasih rnampu menerima teknologi pertanian, bahkan ada korelasi yang positif dengan tingkat teknologinya. Semakin tinggi tingkat teknologinya semekin tinggi produktiviras lahan. Sedang pada akhir pelita V{ tcrjadi pertumbuhan produktivitas yang negatif diseoabkan
38
sudah jenuhnya lahan terhadap teknologi terutarna yang berkaitan dengan pupuk dan pestisida. Produksi beras Indonesia mengalarni pertumbuhan yang pesat terutama pada Pelita III jika kita tinjau dari produktivitasnya
sebesar 5,51 % dan produksinya
sebesar 7,72% (hhat tabel 4) kemudian menurun secara relatif walaupun jika k.ita lihat meningkat secara absolut, hal ini terjadi karena alasan teknologi sepeni yang disebutkan di atas.
Tubel 4 menampilkan kecenderungan produksi padi, areal panen, dan produktivitasnya, dan dari label tersebut dapat ditampilkan berbagai kesimpulan (Tabor, StevenR., Dillon,H.S. Sawit, Husein, Simarupang, Pancar, 1999):
a
Dari tohun 1969 sampai 1984, produksi padl mcningkat rata-rata sctiap tahun
5,01 %, sedangkan permlntaan padi hanya meningkat 4,6!i% per tahun. Jni bcrani penawaran padi domestik dapat melampui sisi demand domestik sehingga terjadi swasernbada (selfs11flicion1) beras tahun 1984. 0
Dari tahun 1984 sampai 1998, produksi padi domestik tumbuh sekitar 1,7% per tahun sedangkan perrnintaan beras denga.n asumsi pertumbuhan peoduduknya mclcbihi deri pcrtumbuhan terscbut. Dcngan kata lain sisi pennintaan domestik melcblh! slsl penawaran domesuk,
0
Permasalahan lainnya adalah pertumbuban yang rendab pada produksi beras juga dibarengi dengan ketidakstabilan sisi pcnawaran beras secara keseluruhan. Hal tersebut terjadi tidak saja karena rendahnya produksi padi tetapi juga semakin rendahnya produktivitas penggilingan padi, dari sekotar 70 % pads sekitar tahun 1950 mcnurun mcnjedi sekitar 62 % pada sekitar tahun 1990-atl.
Sedang jika kita lihat mengenai luas areal panen yang terdiri padi sawah dan padi ladang, ada ha! yang menarik, karena terjadi penurunan 0.3% per tahun dalam kurun waktu 1969-1995 pada pad.i ladang, yang disebabkan (1) adanya pcrubahan
lahan kering menjadi meniadi lahan sawah basah sejalan dengan dibangunnya saluran irigasi; (2) makin mampu bersaingnya tanaman palawija di lahan kering (Team
Fakultas Pertanian
IPB,1992). Walaupun demikian, produktivitas padi
ladang melonjak sangat besar dari 1083,52 kg per hektar pada tahun 1969 menjadi
39
2164 kg per hektar pda tahun 1995, atau rata-rata naik sebesar 2,7% per tahun (lihat
tabel 11). Tabel: 4. Laju l'erlumbuban Produk'I Padi per Satuan Waktu Periede I.
Pertumbuhan(%) Luas Panen ProdUktivitas
Produksi
Periodc:
Pelita :
t. 1969- 1973
2.
1974-1978
3. 1979- 1983
4. 1984-1988
5.
1989-1993
6. 1994-1998 II.
Pcriodc: 1. 1970-1979
1,13 (25) 1,22 (34)
3,37 (75) 2,42
(lOiJ)
(66)
(100)
O,Sl
5,78 (92) 1,36 (39) 1,24
6,29 (JOO) 3,32 (IOO) 2,9 (100) 0,12 (100)
(8) 2,02 (61) 1,66 (57) 1,181 (1508)
2. 1980 - 1989
1,04 (28) 1,79 (34)
3. 1990 - 1998
(169)
1,SO III.
Sebelum/Sesudah swasembada 1969- 1984 1985 - 1998
1.31 (26) 1,51 (88)
(43)
-1,69 (-1408) 2,74 (72)
3,SJ (60) ·0,61 (-69)
3,70 (74) 0,21 (12)
4,50 3,64
3,78 (100) 5,32 (IOO) 0,89 (100)
5,01 (100) 1,71 (100)
Cctatun : Dalam kurung beram perseua...
Sumber : H.S. Dillon, M. Husei« Sawit, Ponca Simatitpa~g dan Sre.er: R. 1'abo1·, 1999.
Sedar.g jika kita lihat luas areal panen yang terdiri padi sawah dan padi ladang, ada bal yang menarik, karena terjadi penurunan 0.3% per tahun dalam kurun waktu 1969-1995 padis padi ladang, )'lll18 disebabkait (1) adanya perubahan lahan kering menjadi menjadi lahan sawah basah sejalan dengan dibangunnya saluran irigasi; (2) makin mampu bersaingnya tanaman palawija di lahan kering (Team Fakultas Pertanian IPB,1992). Walaupun demikian, produktivitas padi
'1()
ladang melorjak sangat besar dari 1083,S2 kg per hektar pada tahun 1969 meniadi 2164 kg per hektar pada tahun !99S, atau rata-rats naik sebesar 2, 7% per tahun).
Tabel 5. Pcrtumbuban Produkrlvltas Padi Nasional
Tahun
Produktivitas Padi (Kg'ha) P. Sawah P.Ladang Padi
Periode
Pertumbuhan (%) per tahun P.Sawah
P.Ladang
Padi
Pelira 1
2,il
2,21
3,27
Pelita II
2,36
2,60
2,49
Pelita III
5,50
4,86
5,51
Pelita IV
1,43
3.tt
1,70
Pelita V
0,46
1,28
0,44
0,59
3,83
Pertumbuhan produktivitas 1969- 1995 2,39 Sumber , Buku S1t1tu1tk Tahu11an lndc11esui (beberapa tahun penerlman)
2,70
1969
2510,37
1083,52
2248,70
1974
2864,26
1208,53
2641.22
1979
3223,64
1374,27
1984
4213,96
1742,06
2986.59 3905,99
1989
4524,50
2036,18
4250,38
1994
4630,20
2163,49
4'.l4S,29
1995
4642.86
2164,49
4348,7'.\
1998
4439
2196
4199,19
1999
4465
2196
~251,9
:
2.57
Dcngan mclihat variabel-variabel yang berpengaruh terhadap pertumbuhan produksi beras Indonesia, yaitu areal lahao, produktivitas dan tingkat leknologi
maka yang berpengaruh signifikan saat ini adalah penambahan luas areal panen padi dan penernuan teknologi bibit unggul. Sedangkan pemberian pupuk dan pestis;da sudah sulit untuk mengembangkan prcduktivitas lahan malahan sudah rnencapai titik jenuhnya. Kondisi produktivitas seperti ini disehut levelling off Berdesarkan studi ya11g dilakukan Departemen Keuangan dan CPJS (Center for Pu/icy and lmplementaiion) ada dua ha! penting yang berkaitan dengan pupuk. Penama. penggunaan pupuk TSP di jawa $Udah terlalu tinggi dan marginal respon terhadap produktivitas lahan adalah nol, Ini berarti pupuk TSP untuk tahun-tahun mendatang sudah tidak berpengaruh pada pcningkatan produktifitas padi, Kebijakan pcngurangan subsldi TSl' pupuk akan mengurangi penggunaan
pemakaian pupuk TSP tanpa meoguraogi produlsi padi. Kedua, penggunaan pupuk nitrogen, terutama urea, sudeh tinggi dan marginal respon basil masih positif
41
Artinya masih ada pengaruh penambahan pupak terhadap peningkatan produktifitas lahan, Kenaikan barga urea akan bcrdampak negatif terhadap produktifitas lahan,
tetapi dapatdikompensasikan dengan kenaikan harga dasar, Kenaikan harga pupuk pada tahun 1989 sebesar Rp 30/Kg, dari Rp 135/Kg menjadi Rp 165/Kg, kurang berpengaruh
terhndap produksi kareaa dikompeasasikan dengan kenaikan barga
dasar sebesar Rp 40iKg (Amang, Beddu; Hesein Sawit,M., 1999,hal.62). Sclain hasil terscbut di atas, kejadian di atas membulctikan bahwa petani memberikan respon positif terhadap harga input 4.4.
Pasar Beras Dunla. Kenyataan perdagangan beras intemasional relatif tipis dibandingkan pasar jcnis biji-bijian lainnya (Tabor, Steven,R, 1999, hal.12), dikaitkan dcogan kcbijakan
pasar beras yang tidak tidak kompetitif dan sangat rentan terhadap politik suatu negara, Indonesia sebagai negara yang besar dalam mengkcnsumsi berasmelaksanakan kebijakan swascmbada betas dan mcmprotcksi pasar beras
domestiknya terhadap perdagangan beras dunia. Tipisnya pasar beras dunia dapat dilihat dari sekitar l 2 juta ton pada sekitar tahun 1980-an dan meucapai puncaknya sekitar 27,4 juta ton peda tahun 199i/J998. Jika kita lihat persentase terhadap produksi dunia sekitar 4,S% pada tahun 1980-an
meningkat menjadi 7% pada tahun l997il998 (rabe! 6). Memang kecendcrungan perdagangan beras mengalami peningkaran tetapi jika kita lihat stok beras juga
mengalami penurunan dari 15-18% per total konsumsi pada tahun 1980-an rnenjadi 13-14% pada tahun 1990-an. Tabel 6. Penawaran dan Permfntaan Beras Dunia (perkiraan USDA) Area
Harvest
Y1eld (Rough)
.Production
World Trade
World
Tow
Ending
Stocks
trade as% prod.
Use
Stock
as%or Cons.
1979i80
141,2
2,67
376,6
256,8
12,S
4,8
257,2
53,7
20.9
1980i81
144,4
2,75
397,0
Tl{),0
12,7
4,7
275,.~
~8.5
17,7
! 98 Li81.
144,4
2,83
4og~
277:>
n.s
4,14
2$3,J
43,3
IS,3
1982183
140,S
2,98
418,3
285,0
11.S
4,()4
284,8
43,S
15,3
1983/84
144,6
3,11
451,9
306,9
12,1
3,94
302,6
47,9
15,S
1984/85
144,1
3,23
464,9
316,7
11,S
3,63
309,0
SS,6
18,.~
42
1985/86
144,8
3,2l
467,3
318,0
11,7
3,68
319,l
54,4
17.1
1986187
144,8
3,21
464,6
316,0
12.8
4,05
319,8
50,7
15,9
1987188
141,6
3,28
464,0
314,0
11,2
3,57
320,S
44,8
14,0
1988189
146,1
3,3S
4S9,7
331,4
14,0
4,22
327,4
48,6
14,9
1989/90
146,5
3,47
SOS, I
343,9
11,7
3,44
3~8.2
54,$
16,I
1990/91
146,6
3,SS
520,5
352,1
12,2
3,46
347,4
59,1
17,0
1991/92
147,4
3,56
525,2
354,7
14,3
4,03
356,7
57,1
16,0
1992193
180,4
2,92
527,0
355,7
14,9
4,19
357,7
55,1
15,4
1993/94
144,9
3,64
526,9
JSS,4
16,3
4,59
358,1
$2,4
14,6
1994195
147,4
3.66
540,2
364,S
20,9
S,73
366,6
S0,4
13,7
1995196
148,1
3,72
SSl,3
371,4
19,7
S,30
371,4
S0,4
13,6
1996197
149,8
3,76
563,7
3&0,4
18,8
4,94
379,6
Sl,2
13,S
1997198
lSl,2
3,79
573,2
386,2
27,4
7,09
383,6
53,7
14,0
1998199
152,2
3,75
515,5
387,5
23,3
389,2
52,6
13,4
394,6
51,6
12,9
1999100 3,80 IS3,8 584,4 393,5 23,2 Caratan : • StGk, ekspor dan konsumst d"Ulatakan dalamJutaan ton. - Luas dalm j>iaan ha.
J,,,,u,,,.,,_,,.
• Pert/11grmgc:n JU6U dulam;uluun tuhun k.leru/er • Data siatisllk penlaxa1Jga1J st;iak 1979 ,;,/ J 980 tiJak memusukkan perdagangan Mcayarafot Ek011om1 Eropa Sumber : US. D.4 (1999)
intra
Di samping tipisnya pasar beras dunia, Indonesia merupakan pengimpor beras utama dunia bahkan pemah yang terbesar di dunia, Kondisi ini secara teoritis akan menyebabkan pasar beras dunia akan tergamung keadaan pasar beras Indonesia baik dilinjau dari sisi penawaran, permintaan
maupun
harga
(Krugman,Paul,1991 dan, Dominick, Salvatore,1993). Kita ambit contoh, saat Indonesia mengalami krisis pangan tahun 1998.
suplai beras yang berasal dari produksi dalam negeri merosot tajarn karena pengaruh El Nino yang kemudian diikuti La Nina. Produksi dalarn negeri merosot mencapai -3,4% tahun 1997 daa -4,6% tahun 1998 menyebabkan pemerintah mengimpor beras sebesar 7,1 juta ton atau sekuar 26% (liha; tabel 7) dari perdagangan beras dunia. Hal ini menyebabkan harga beras dunia meningkat
mencapai puncaknya sekitar US $ 27S pada bulan september dan oktober 1998 denf!an berkura.ngnya irnpor oleb Indonesia.Apabila Indonesia mengimpor beras di atas 500.000 ton maim setiap 1
kemudian
menurun
kembali
seiring
43
juta ton kelebihannya itu diperkirakan
akan meningkatkan
harga beras di pasar
dunia sebesar US$ 12,5 sampai dengan US$ 50 per ton (Pearson dalam Tabor,
1999). Dengan melihat pengalaman tersebut di atas, Indonesia tidak dapat begitu saja mcnggantungkan kebutuhan beras terhndap pasar beras dunia karena pasar beras dunia dan pasar beras indonesia saling mempengaruhi dan berjalan secara simultan. Asas big co11111ry assumption juga berlaku bagi Cina dan India di Asia, menandakan ncgara tcrscbut merupakan faktor stabiliser seknligus destabiliser bagi
pasar beras dunia. Jika ketiga negara tersebut dapat mencukupi sendiri pangannya, maka pasar beras dunia akan aman, tetapi sebalikllya jika salah satu atau ketiganya kekurangan bcras dan mcngimpor beras otomatis harga beras dunia nkon naik atnu rnenimbulkan nega11ve extemaltties bagi negara pengimpor lainnya, Dengan melihat pengalaman tersebut di atas, Indonesia mau tidak mau harus memperhatikanproduksi dnlrun negeri, dengnn earn memberi insentifbagi produsen (baca: petani) untuk berproduksi dan mengurangi dampak ketldakstabilan pasar dunia terhadap pasar domestik maupun sebaliknya, daropak ketidakstabilan pasar dornestik 111rhadap pasar dunia (asas big country assumption). Secara ekonomi, Ada beberapa cara, antara lain rnengisolasi pasar domestik dengan mengembalikan monopoli pembelian beras impor oleh Bulog stau pengenaan tarif bea rnasuk bagi imper beras. Tabel 7. lmpor Beras Indonesia 1990 Sampal 2000 Tahun 1990
lmoor (Ton)
TahWl
29.839
1991
178.880 634.217
1996 1997 1998
1992
1993 1994 1995
876.240 3.014.204
1999
2000
lmnor Cl'onl 1.090.258 406.000
7.100.000 5.014.000 1.384.800
Sumber: Bulog (1999), dalam Surono (2QOO).
44
4.5. Barga Beras da11 Kebljakan l:farea Ueras Indonesi11. Dalam subbab ini sebagian besar disarikan dari tulisan Amang, Beddu dan Sawit, M. Husein,
1999. Harga merupakan sinyal utama dalarn pasar beras
domestik, yang bagi konsumcn mencntukan pola konsumsinya [ingat pola konsurnsi seoagian besar masyarakat
Indonesia masih
berupa makanan).
Sedang
bagi
produsen harga akan mernberi inseutif bagi petani untuk menanam padi, jika dirasa terlalu rendah mereka kurang tertarik unruk menanam padi. Disinilah peranan pemerintah sangat penting dalam menentukan kebijakan harga. Harga Dasar untuk melindungi petani jika harga merosot saat panen raya dan kebijkan Harga Eceran Tertinggi untuk melindungi konsumen pada saat harga cenderung naik saat paceklik. Di samping penentuan harga yang tepat agar memberi sinyal yang benar pada produsen dan konsumen, hal yang penting dipcrhaukan adalah kestabilan harga tersebut, Penetapan harga dasar yang sudah dilakukan sejak tahun 1969 memberikan kontribusi yang bcsar pada produksi bcras labih dua kali lipat sclama tiga Pelita yang dihasifkan dari kon:ribusi harga d.uar, harga pupuk sena pestisida sebesar 40% dan kontribusi faktor lainnya seperti benih unggul, irigasi, dan pengetahuan
dari petani secara bersama-sama menyumbang 60% bagi keuaikan produksi padi. Untuk roelindungi
konsumen
pemerintah mclaksanakan
harga eceran
tertinggi local. Bulog melakuk.an penyebaran persedian beras di seluruh Indonesia. orienrasi Bulog dalam distnbus! pangan tersebut adalah harga, sesual dengan tugas pokok Bulcg untuk menstabilkan harga. Penanganan persediaan pangan oleh Bulog mcmpunyai tujuan yaitu menjaga variasi harga a.ntar musim dao ardor tempat, Kehijakan pangan juga ditujukan umuk rnengatasi kemnngkinan timbulnye kekurangan pangan penduduk. Untuk rnengurangi kekurangan pangan temperer dan kronis yang
mungkin terjadi pada waktu dan tempat
tertentu, pemerintah
mcnetapkan sistem pcncrapan harga serta kelompok sasaran yang selektif, Sebagai contoh, pada tahun 1988 pemah pemerintah menetapkan harga pcmbelian beras dan gabah yang berbeda antar daerah, namun beralih pada satu harga patokan pembelian. Tujuan dari perbedaan harga tersebut adalah mencapai jnmlah pengadaan yang hesar, guna menutupi pengurangan persediaan akibat
45
kemarau panj ang pada tahun 1987. Dengan adanya peroedaan harga tersebut,
dimana hatga pembehan di daerah yang defisit akan memberikan insentif positif bagi produksi beras dacrah tcrscbut. Sclain itu, pcrbcdaan harga diharapkan akan ada aliran beras dari daerah surplus ke daerah defisit. Perkembangan harga beras terutama dalam masa knsis sejak talum 1997 arnat lidak stabil ha! ini lebih disebabkan dari ketidakstabilan
nilai tukar rupiah
tcrhadap US $ daripada berkurangnya suplai beras dalam negeri, karena kekurangan beras dalam negeri sering terjadi lagipula selalu ditutupi dengan beras impor, dan
mampu mcnstabilkan harga beras domestik. Harga heras (FOB) dengan 25% broken di Bangkok menurun sejak hulan oktobcr 1998 (Iihet tabel 8). Peuurunan ini disebabkan pnnen rayo. di sejumlah
negara penghasil beras seperti Thailand, Vietnam dan China yang panennya sama dengan musim pacekhk di Indonesia. Sejak krisis moneter l 997, pemerintah membuat kebijakan menekan harga
beras domcstik dcngan cara menambah suplai beras di pasar domestik dengan harga subsidi. Beras tersebut diperoleh dengan jalan mengimpor. Tetapi harga beras tetap naik disebabkan ponurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amcrika Serikat,
contob pada bulan Jauuari 1998 harga beras kualitas medium sekitar Kp 1.290/kg meningkat menjadi Rp 3.010/kg pada bulan September 1998 atau meningkat sekitar 2,S kalinya. Penekanan
aarga ini bcrdampak
negatif pada sisi produksi dengan
berkurangnyn surplus produsen sebesar Rp 21 trilyun dan berdampak positif bagi konsumen dengan bertambahnya surplus produsen sebesar Rp 42 trilyun Tabor dkk
( 1999). Dengan metihat kcnyataan, sebagian besar petani adalah petani kecil, ongkos yang ditanggung menjadi semakin memperburuk distribusi pendapatan. Bclum lagi jika kita 1;hat tingkat keefektifan kebijakan subsidi harga beras tersebut rawan penyelundupan ke luar negeri, karena harga subsidi lebih rendah dari harga boarder (:ihat label 8). Untuk
meminimalkan
penyelundupo.n
bems
pemeri.ntah melarang perdagangan beras antar pulau yang justru memperparah aliran barang yang selama in mcmang sudah parah.
46
Tabel 8. Hnrga Beras di Dalam dao Luar !Segeri, Barga Boarder, Tingkat Proteksi N ominnl (NPR), dirinci per bu Ian 1998 dan 1999 Bulan
Harga Beras Thalland1> $US/Tons
Harga Kurs
FOB
(Rp/$ US)
Rp/Kg
Harga Hrg Beras Boarder di PIC Jakarta?! NPR41 (Rp/Kg)2> Jenis IR III (Tanf=O) (N.p/Kg)
Jan-98
250,00
10.375 2.593,75
3.300,39
1350
(59,10)
Fei>-98
243,00
8.750 2.126,25
2.791,86
1.300
(53,44)
Mar-98
246,00
8.325 2.047,95
2.596,16
1.200
(53,78)
Apr-98
253,00
7.970 2.016,41
2.513,43
1.200
(52,26)
Mei-9S
265,00
U).52S 2.789,13
3.403,79
1.350
(60,34)
Jun-98
266,00
14.990 3.987,34
4.835,18
1.850
(61,74)
Jul·98
270,00
13.000 3.SIO,IJO
4.319,67
1.900
(56,02)
Agu-98
265,00
12.700 3.365,50
3.781,21
3.200
(15,37)
Harga Beras Tha11and0
Ilarga Boarder
Hrg Beras
Bulan
$
usrrons
Kur;
llarga FOB
(Rp/S US)
Rp/Kg
di PIC Jakarta" NPR•1 (Rp/Kg)2) Jems JR III (Tarif=O) (Rp/Kg)
Sep-98
275,00
10.700 2.
3.707,55
2.725
(26.Sf!)
Okt-98
275,00
7.550 2.076,25
2.357,38
2.S2S
7,11
Nop-98
257,00
8.200 2.107,40
2.384,33
2.527
5,98
~s-91!
255,00
7.S7'.J 1.932,115
2.181,47
2.775
27,21
Jan-99
259,00
8.519 2.206,42
2.490,50
2.751
10,46
Feb-99
243,00
8.797 2.137,67
2.412,90
2.594
7,SI
Mitr-99
228,00
9.008 2.053,82
2.318,25
2.382
2,7S
K~ltrong11J1• J) Be:as kualm.s 2~% broken (data Roalu Bulog)
.l)
4)
Bulog Horga CIF od:ilah harga fOB d1111mbnspor/onskos pem ... c.. lamnya .sompao tmgkat wltoleS<ar lndok Jakarta (PIC) NPR (No1ni11a/Proteceo« Raie) dohilung dari seluih harga do PIC dengan h"'g~ boa:der, d1bag1 dcngan
bargobeardee (dalam persen). Su11ibtr· ~1ur.ber Atno,.g. Bedd», Sa'lt'rt. M Hu.ssem Keb:)aka" Beraa don Pcurgan Ncu1onal TaAun 1999
47
Garubar 8. Dampak Kurs terbadap Harga Beras 16,000
,.__
14,000 12,000 10,000 8,000
I •
2,000
/
\
,,...._
....
0
\..
I ............
6,000 4,000
-..._ ~
-
-
-
-c-: .
.
.
.
.
5f""';-"' •"'"'l",,:""'~·~~~.§~ ~;; """'~"' 11!3';/' ,.,4's"~ ,,
~., "<• ~,.,.
llulan --1\un
(Mpl$ USJ
4.6 Kebljakan tarif Cm.tonesia Pemeriotah dalam jangka pendek perlu melakukan suatu k:cbijakan yang dapat melindungi petani, agar sisi produksi domestik mendapat insentif yang layak 11chi11gga pasar domestik tidak tergantung dengan gejolak (volatilj) fllkror-faktor eksogen dari pasar dunia. Kebijakan tarif merupakao altematif yang dipilib pemerintah dengan
alasan lebih transparan dan ongkosnya lebih murah
dibandingkan seperti kebijakan stoic publik ya.u1:1 selama ini dilaksanakan pemerintah. Kebijakan tarif akan berpengaruh terhadap efisiensi, penyerapan tenaga kerja, peningkatau produksi, harga, konsumsi. Tarif dapat menlngkatkan beras, sehingga
dapat
memberi
insentif bagi petani
h11Ii1a
untuk berproduksi dan
mengurangi tingkat konsurnsi beras yang pada akhimya mempercepat diversifikasi
paugan. Kebijakan tarif impor betas bagi lndonesia, akan berdampak positif bagi perekonomian
Indonesia, karena akan meningkatkan produksi beras yang pada
akhirnya akan menstabilkan pasar beras dunia, karena impor beras Indonesia
berkurang Indonesia berfungsi sebagai falctorstabiliser pasar beras dunia.
48
Ditinjau dari sisi disrribusi, tarif imper menyebabkan meningkat
daa mengurangi
sU1plus konsumen,
surplus produsen
di&ini tampak
keberpibakan
pemerintah terhadap produsen (baca.petani) beras yang relatif sebagian bcsar adalah
petani lahan sempit dan penggarap yang miskin. Selain itu, dengan meningkatnya produksi bcras akan mengurangi devise yang kcluar,
sehingga akan memperbaiki neraca pembayaran dan pemerintah
mendapat pendapatan dari tarif imper tersebut yang dapat digunakan untuk pembangunan. Karena tarif imper bersifat protektif tingkat proteksi dari suatu komoditi
oleh suatu negara dapat dilihat dari tarif lmpor tersebut. Tabor, dklc (1999) menghitung tingkat proteksi beras dengan menggunakan tingkat proteksi nominal (numinul protection rate= NPR). Tanda besaran NPR dapat positi f maupun negatif
Jika NPR bertanda positif berarti h.arga beras domestik lebih tinggi dari harga beras dunia atau harga boarder. Besaran angka NPR menggambarkan tingkat proteksi
beras, Tabel 8. (kolom 7) menunjukkan NPR (tanpa tarit) mula-mula negati f kemudian positif sejak bulan Oktober 1998. K.etikn NPR negatif sebesar 52% • 62%
yang bcrlangsung mulai Januari sampai dengan Juli 1998, harga beras dunia lebih tinggi 52% sampai deagan 62% daripada harga beras domestik rnenyebebkan tingginya inscnli!' bagi swasta uutuk menyelundupkan beras ke uegara lain terutama dori Kalimantan d1111 Surnatera. Pada situasi sebaliknya seperti saar ini, NPR menjadi positif dan nilainya cukup tiuggi sekitar 27% pada bulan Desember 1998, harga beras domesnk mcnjadi
lebih tinggi. sekitar 27% dibandingkan harga beras dunia, yang membenkan insentif swasta untuk mengimpor beras. Ditengarai kelesuan harga hems dornestik selama panen raya taliun 1999, buk.au saja karena suplai beras melimpah ksrena panen raya '.etapi juga disebabkan impor beras yang dilakukan pihak swasta Kebijakan tarif impor perlu dilaksanakan untuk mengatasi keadaan tersebut
dan seharusnya dilakukan sejak bulan September 1998 untuk membukukan keberpibakan kepada petani, yang akan memberi insentif bagi petani untuk menanam padi.
49
Masalah selanjutnya adalab berapa besar tingkat tarif impor yang perlu
dikeuakan? Penentuan tingkat tarif impor yang tepat haruslah mempertimbangkan sisi penawaran dimana harga beras memberikan
insentif bagi petani untuk
menanam padi dan juga mempertimbangkan kemampuan konsumen untul:: membeli, selain dampak yang sudah imcbut di atas. Tabor, dkk (1999) menghituog ~R dalarn menentukan tingkat tarif yang sesuai dan menguntungkan petani, seeara teoritis dapa; dilihat pada table 9. Dalam perhitungannya
Tabor lebih menekankaa
tiga kcmponen, yaitu harga beras
domestik, harga beras luar negeri dan tingbt kurs rupiah dalam menentukan tingkat tarif impor. Dalam siruulasi, kebijakan tingkal. tarif imper yang sesuai adalah yang
mempunyai nilai NPR negatif(dalam label NPR negatifditunjukkan dengan angka yang diberi kurung) , artinya harga beras domestik lebih rendah dari luar negeri, Dari label lcrscbut, tingkat tarifimpory;mg layak, pada skenario Al-A7 danBl-B7, NPR yang bertanda negarif hanya tercapai jika kurs rupiah Rp 1 O.OOO/US$ pada tingk.at tarif impor sebesar 5%. Saat ini bulan Agustus 2000 dengan tingkat kurs
rupiah sckitar Rp 8500/USS dan harga betas dunia sekitar US$ 210iton tingkat tarif impor yang ideal minimal 25o/o, Sistem penentuan tarif yang berdasarkan NPR bukan berarti tidak
mempunyai kelemahan. Mcnurut penulis, kelemahan mendasar, pertama, tidak memperhitungkan alokasi sumber daya serta distribusi pendapatan. Seperti kita ketahui, akibat adanya tarif akan menyebabkan biaya ekonomi (dead weigh loss) clan surplus konsumcn yang seharus didapat bedrurang dibandingkan deugan taupa
tarit~ yang diambil oleh produsen serta akibat biaya ekonomi tersebut, Semakin tinggi
tarif
impor semakin
tinggi
biaya ekonomi tersebut. Kedua, Tarif
menycbabkan harga scmakin tinggi yang akan membebani kcmampuan membeli bahan pokok bagi penduduk miskin di Indonesia yang beriumlah sekitar 11 juta keluarga (Surono, Sulastri,2000}.
50
:;;
~t, e ~ ~ t ~ i,~ ~ ~ ~ ~ !§ ~j:J ~ ~ ~ ~ ~ 5 a= ~ 1~ ~ ~ a~ 1 i
~ ~ s ~a~ ; ~; ~
JV. KERANGKAPEMIK1RAN
MODEL PENAWARAND.Al'\ PERJ\.llNTAAN
BERAS L'IDONESIA Untuk mengetahui dampak tarif terbadap perekonomian seperti yang sudah dijelaskan pada Bab I serta penjelasan
teoritis mengenai tarif dan dampaknya pada Bab Il, kita harus
mengetahui daa mcngidcntifikasi pennintaan, penawaran beras Indonesia, melalui hubungan
dan keterkaitan antar komponen-komponennya. Komponen-kompcnen tersebut adalah produksi, penawaran, konsumsi, impor dan ekspor beras Indonesia, pasar beras dunia, d>111 kebjjakan pemerintah Indonesia dalam perberasan nasional. Agar hubungan kuantitatif dari pendekatan ini dapat diketahui, akan diurailcm pula beberapa teori dan rumusan fungsional
yang relevan dengan masing-masing komponen tersebut. Pad11 dasaruya lrubungan antar komponen penawaran, permintaan, harga, pengelolaan stok, impor-ekspor.dan diaamis.maksudnya
pasar beras dunia mcmpunyai lceterkaitan yang bersifat simultan dan
perubahan satu lcomponen alcan mempengamhi komponen yang lainnya
dan biasanya akan terjadi efek baliJc atau kc dcpan pada periode yang sama atau ke herikutnya. Intervensi pemerintah
pada berbagai komponeo tersebut tidak menyebabkan hubungan
simultannya hilang, bahkan mnkin menguat karma kebijalcan pada s1u11u komponen
akan
:ner.ipengw:uhi komponen Iainnya,
4.1. Perllaku Produksl Faktor-fak.1or yang mempcngaruhi perilalcu produksi bcras Indonesia terutama adalah iuus areal padilgabah, produktivitas sawah, (Andi Mulyao.a, 1998). Sedangkan jika lihat saru persaru komponen tersebut, luas arecl padi dipengll!Uhi harga beras (PG), harga komoditas altematif (PA), suku bunga kredit (R), upah tenaga letja \'N), harga masukan (PI), luas
konversi lahan (K), pencetakan sawah baru (I!), curah najan (H) dan luas areal sebelwnnya (A,. 1).
Fungsi respon areal adalah (RA0,1989) dan (Andi M.1998) adalah :
A,= f(PG1, PAt.Ri. We.Ph ~.H., YG,.i, A,.1)
(4.1)
Paktor-fcktor yang mempengaruhi produktivitas padi adalah harga padi (PG), luas areal (A), jumlah pemakaian masukan (M), jumlah pinjaman kredit untuk usaha tani psdi (LO),
proporsi areal intensiflkasi (B), proporsi =I
varieias baru (V), dan proporsi areal beririgasi
(I), sehingga fungst respon produkthiras adalah : YG, = f(PG,, At, M., LO., B. V~ I., Y.. 1 )
,.
(4.2)
Karena iru pula produksi pad:tgabah (G) dapat dirumuskan sebagai berikut :
G, ~A. Y,
(4.3)
Sedangkan produksi beras (QB) mcrupakan basil pengolahan (penggilingan) gabah,
yaitu dengan mengalikan produksi gabah dengan suatu factor konversi (K), Ylllll!: nilainy a berkisar antara 0,6 - 0,65 (Tabor et al,1987;BPS,1995;Hutauruk,1996),
sehingga fungsinya
menjadi; QB,~ K, G,
(4.4)
4.2. Periloku Konsumst Sebagaimana fungsi permintaan komoditi pada umumnya dimana jumlah pcrmintaan dipengaruhi Harga beras itu sendiri (PB), harga barang substitusinya (PN), dan tingkat pcndapatan masyarakatnya (Y), pada kenyataannya juga dipengaruhi oleh selera, jumlah penduduk (0), clan lain-lainnya. Beberapa studi mengungkapkan bahwa berdasarkan lokasi, te:dllpat perbedaan kcccnderungan konsumsi beras yaitu di perkotaan menurun, kecuali di daerah perkotaan dalam wilayah yang penduduknya sebelumnya bukan konsumeo beras; seballknya di daerah pedesaan konsumai beras ceaderung meningkat (Benu, 1996; Amin, 1997; Erwidodo dan Ariani, 1997) ini menuniukkan pengaruh perubahan selera, sehingga permintaan
konsumsi bcras dimasa datung akan juga ditentukan proporsi penduduk perkotaan, pedesaan dan wilayah tradisional bukan konsurnen beras. Sesuai penjelasan di ates fungsl permlntaan betas adalah :
Ci• f( 1:'8~
rs, Y,, O,, Ok,tO., C,.,)
(4.5).
G:ambar 1 O. Kerangka Pemtklran Model Pasar Beras
~ ~
Areal
T
Padi
Siok
Akhu
Horp Beras
lnetr vens.1 Pemennlala
Produlcso lier.is
To1al Pena\\trtn
Popul..,1
Keterangan:
D
o
= Variabel Endoge:i = Vanabel Eksogen
54
4.3. Perilaku Stok dan Harga Beras. Sesuai sifatnya, dimana produksi yang dihesilkan pennintaannya relatif kontinyu sepanjang
um\U\
musiman, sementara
itu
serte stabil, maka barga beras-seperti
komoditas pertanian lainnya- berfluktuasi sepanjang tahun. Pada saat panen harga beras akan anjlok dan akan mengurangi pendapatan petani sedang pada saat paceklik atau selang wakru
antar panen harga cendcrung akan naik scbingga akan mcresahkan konsumen. Disini diperlukan suatu mekanisme yang membuat harga relatif stabil sepanjang tahun perilaku dan peranan stok beras merupakan aspek yang penting dalam rnenjelaskan mekanisrne keija pasar beras, Pengelolaan stok beras sebagai persedian untuk memenuhi permintaan sepanjang tahun dipengaruhi beberapa faktor.Faktor-faktor tersebut antara lain daya tahan betas,
kondisi
tempat
penyimpanan, dan
dana
yang
tersedia
untuk
membiayai
penyirnpauannya.
t'enentuan kebijakan harga dasar dan harga tertinggi mclalui pengelulaan stok beras oleh Bulog merupakan upaya membantu peningkatan produksi serta menjamin tersedianya bahan pokok yang harganya l~rjoogkau kousumen. Kebijakan pengelolaan ~11>k beras rnelalui pengadaan dan pelepasan stok betas dengan Bulog sebagai lembaga pelaksananya, mekanisme
ini dikenal dengan istilah pengelolaan stok penyangg11 (buffer stock management). Sedangkan jwnlab stok beras yang dilepaskan tergantung pada harga beras yang berlaku pada konsumen (PB). inilasi (Cf), anggaran operasional (AO), jumlah stok yang tersedia awal periode (ST ,..1), pengadaan stok domestik (AS), imper beras (IM)dan kemampuan pelepasan stok bcras pcriode sebelumnya (LSl.1), sehiagga fungsi pelepasan stok adalah (Ylulyana,A.1998,hal59): LSt - f (PB,, If~ AOl, ST,.1, AS,, IM., LS,.1)
(4.6)
Stok akhir tahun (ST) ditentukan barga beras (PB), jumlah pengadaan stok (AS), pelepasan stok melalui operasi pssar (LS), jumlah beras yang diimpor (JM), tingkat suku bunga pinjaman Bulog (R), perbedaan harga di tingkat konsumen dan tingkat harga petani (MP), dan slok akhir tahun periode sebelumnya (ST,.,), sehingga fungsi stok akhir tahun adalah (Mulyana.A, 1998,Ha\60):
ST, - f(PB, AS., LS,, IM,, Rt, MP,, sr,.,)
(4.7)
Sedangkan harga beras eceran (PBDI) dipengaruhi harga impor bcras (PIM), nilai tukar rupiah terhadnp dollar USA (KURS), interverensi harga betas eceran (IPBI), harga gabuh
55
diungkat petani (PGI), jumlah pelepasan stok melalui operasi pasar L:)), dan harga bcras di tingkat
konsumen
domestik(PBD),
sehingga
fungsi
harga
beras
eceran
adalah
(MULYANA.A,1998, hal.95):
PBDI, = f (PIM,,IPBI,,PGI.,LS.,PBI)i)
(4.8)
4.4. l\1Q del 0 peraslu nal Pasar Beras
Berdasarkan pendekatan teoritis di atas maka dapat diromuskan model penawaran dan permintaan beras Indonesia. Huhungan-hubungan ekonomi yang terdapat antara variabel dalam model diformulasikan dalam suatu model ekonometri, sehingga dapat dilakukan penghitungan nilai (tanda dan besaran) p<;:mlu~a parameter selfap persamaaa perilakunya, dan kemudian
ekonomi beras Indonesia yang berjumlah 11 komponen dan sekaligus merupakan variabel endogen dan 23 variabel eksogenlpredetmnined
dalam penelitian disajikan pada tabel 10.
Tab el 1 o. K{lmponen-kornpo11en model paiar beras Indonesia I'.o. Persamaaq Komponeu Blok Luas areal padi l>llWah Indonesia l'asar Beras l Produktivitas sawah padi Indonesia Dornestik 2 Produksi padi lndooesia 3 Produksi beras Indonesia 4 Jumlah stok baas akhir tahun di Bulog 5 Harga. impor beras 6 7 Penawaran betas Indonesia Pennintaan beras UDtUk konsumsi 8 Pelepasan st<1k beras oleh Bulog 9 Harga b= domestilc 10
1
Pasar Beras Dunia
lI
Harga beras dunia
Model ekonomi beras pada garnbar 10 mendeskripsikan hubungan teknis dan ekonomi di antara variabel-variabel yang termasuk da1arn pasar beras domestic clan pasar beras dunia.
Tenda panah satu arah dari suatu variabel
tcrbM~
variabel lainnya menunjukkan pengaruh
56
satu arah, sedangkan tanda panah dua arah menunjukkan adanya hubungan yang saling
mcmpengaruhi sccara simultan pada variabel-variabcl terkait, 4.5. Spcsiflkasi Model Ekonometrj
Pada bagian ini akan dirumuskan spesifikasi model ekonomerri pasar beras Indonesia pada ekonomi terbuka, yang rncrupakan dcskripsi persamaan struktural sebagai reprentasi dari seluruh variabel endogen dan variabel ekscgen yang secara operasicnal menghasilkan tanda dan besaran nilai-nilai penduga parameter yang sesuai dengan harapan teoritis secara apriori. Sifat dinamis dlri penawaran, pcrmintaan, dan harga j uga diakomodasikan dcngan cam
memasukkan variabel-variabel b:dalcala(lagged variable) ke dalam model. 4.S.1. luas Areal Padi Sawah Indonesia
API, ~ 0o+a1 PGI,+
=
Luas areal padi sawah Indonesia (1000 ha)
PGI
= Harge gabah di tingkat petani (Rplkg) didefl11Si dengan indeks harga
pedagang besar Indonesia (tahun 1990 = 100)
=
PFI
Harga pupuk kombinasi (Rplkg) dideflasikan dengan indeks harga umum
Indonesia CHI
= Curah hujan Indonesia (mmllh)
YJ
= Produktifitas padi sawah (1000 kg/ha)
u
= \1ariabelpengganggu.
t
~
Tahun ket
i-t
=
Bedakala satu tahun dari tahun
t
Tanda dan nilai besaran parameterdugaan yang diharapkan (hipotesis) dalam persamaan: ai, a3, ~ > O; a2 < O; O
Uimana: YI
= Produktivitas padi sawah (lOOOkgl ha)
57
Lues areal sawah beririgasi (t 000 Ila)
All
:
PIBA
= Rasio harga beras Indonesia dibandingkan harga pupuk (PRDl/PFI)
JPI
:
Penggunaan pupuk (kg/ha)
Tanda daa nilai besaran parameter dugaan yang dih.arapkan dalam persamaan adalah: bi. b2, b) >O; 0
4.5.3. Produksi P11dl dao Produksi Bena PRPI,= API1* YI,
(03)
PRB1, = K *(PKl'l1 +PRLP,)
(04)
Dimaria: PRPI
=
Produksi padi sawah Indonesia (1000 ton)
AP!
=
Leas areal padi sawah ( I 000 ha)
YI
=
Produktivitas padi sawah (lOOOkglha) Produksi beras Indonesia (1000 ton}
PRBI K
=
Suani factor kcnversi dari padi menjadi gabah, konversi berkisar 0,6 0,65
PRLP
=
Produksi padi ladang Indonesia
4.S.4. Stok Beras Nasional
Dimana : STBI
=
Jurnlah stok beras uesiunal akhir taiwu di Bu log (lOOO ton)
LSBI
=
Jumlah pelepasan stok beras Butog \llltl1k operasi pasar ( J 000 ton)
ASBI
=
Jurnlah pengadaan beras dari dalam negeri untuk stok beras (I 000 ton)
I.MBI
=
Jumlah imper beras Indonesia (1000 ton)
RR
=
Tingkat suku bunga rii l, tingkat suku bunga nominal dikurangi inflasi.
Tanda dan uilai besaran parameter dugaan yang diharapkan dalam persamaan adalah : c,, c. < O; c2, c1; 0
58
4.5.S. Barga Impor Beras. Harga imper beras Indonesia berupa persamaan perilalru, yaitu :
PIMt = do+d1PDW,+di.PIM1.1+U4
.(06)
Dimana: =
PIM
Harga imper beras Indonesia (US $/kg) dideflasikan dengan indeks harga pcdagang besar Indonesia.
PBW
=
Harga beras dunia yaitn harga beras kualitas 5% broken di Bangkok
fob (USS/kg) didet1asikan dengan indeks harga pedagang besar USA Tanda dan nilai besaran parameter dugaan yang diharapkan dalam persamaaa adalah : d, >O; 0
4.5.6. Total Penawaran Beras di Pasar D
(07)
Dimana : QBI
=Total penawaran beras di pasar domestik {IOOO ton)
EXBI = Jumlah ekspor beras Indonesia(\OOOton). 4.5.7. Kousumsi Beras
KBI, = eo+e1 In RGDP,+e2POP1+e:i Jn PBDI1+e. PJK.+ U6
(08)
Dimana : KBI
=
RGDP -
Konsumsi betas (1000 ton) Pendapatan riil per kapita penduduk Indonesia (Rp juta/capita) dengan tahun dasar 19\IU = 100
POP
=
Jumlah total penduduk Indonesia (1.000.000 orang)
I'DDI
=
Harga beras domestik dideflasiken deagan indeks harga pedagang besar
Indonesia PJK
=
Barga jagung di tingkat lconsumen domestilc (Rp/kg) dideflasikan dengan indcks harga wnum Indonesia
Tanda dan nilai besaran parameter dugaan yang dibarapkan adalah : Cl, C4 > 0;
Ct, CJ<
0
59
4.5.8. Pelepasan Heras Untuk OPK Persamaan pelepasan stok betas untuk operasi pasar adalah ;
LSBI, = f0+f, PRBI, +fi.PGI ,+ f;LSBJ1.,+lh
{09)
Dimana : LSBI
=
Jurnlah pelepasan stole beras Bulog untuk operasi pasar(IOOO ton)
PRBI
=
Produksi bents Indonesia (1000 ton)
l'GI
=
Harga gabah di tingkat petani (Rp)cg) dideflasi dengan indeks harga pedagang besar Indonesia (tahun 1990 = I 00)
Tanda dan nilai besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah:
f2 > 0; f, < O; O< 4
l>BDI, = go+g1PGl+&i(PrM,*BRI,) +6) .KB[,++g.IPBI~ STB[+ !;6PBDI,.1 +Us ... (10) Dimanu : PBDI
.. Harga eceran beras di pasar domesti.k secara nasional(Rp/kg) didetlasikan dcngnn indeks harga pedagang besar Indonesia.
P01
• Harga gabab di tinglait petani (Rplkg) dideflasi dengan indeks harga pedagang besar Indonesia (tanun I 990- 100)
Pl'.111
= 'Harga impor beras Indonesia (US $/kg) dideffasikan dengan indcks harga podagang besar Indonesia
ERI
"
Nilai tulw rupiah terhadap dolar USA (Rp!US S) dideflasi deagan rasio indcks harga konsumen Indonesia dim USA
lP'Bl
~
lnterverensi pemerintah adalzh selisih riil harg.a beras impor uibanuinglrnn harga beras domesrik.
Tanda dan nilai besaran parameter dugaan yang dibarapkan dari perssmaan IO adalah :
g1, g2,g,. > O; 84, gs
60
4.5.10. Harga Berns Dunia. Untuk mengetahui keterkaitan antara pasar beras domestik dan pasar beras dunia perlu kita ketahui harga beras dunia dan pengaruh L'.ebijabn tarif yang dilakukan Indonesia terhadap
harga bcras dunia. Sedangkan harga beras dunia merupakan persamaan perilaku yang ditentukan perilaku imper dan ekspor negara produsen dan konsumen dunia dan harga beras dunia pada periode sebelumnya, yaitu : PB,V1 = ho+h1l111MBI+}QTIV,+h3 PBW,.,
+ U,
(11)
Tanda nilai besaran parameter dugaan yang dibarapkan pada persamaan ada\ah :
h1 > O;
< O; O
h2
Dimana : PB\V
~
Harga beras dunia yaitu hatga beras kualitas 5% broken di Bangkok.free
on board (US $,'kg) dideflasikan dengan indeks harga pedagang besar USA IMBI
=
Jumlah imper beras Indonesia (1000 ton)
TW
~
Perdagangan beras dunia (1000 ton}
4.6. ldcntifikasi Model Identifikasi terhadap model awal diperoleh basil pada tabel 9, menunjukkan bahwa tiap persamaan
tiap model diidentifikasikan over ideruified sehingga metode 2SLS dapat
digunakan dalarn menduga parameter model. Tabel 11. Identifikasi Model Pasar Beras Indonesia Model Luas areal padi sawah Indonesia Produktivitas sawah padi Indonesia Produksi padi Indonesia
K-k 28
m-I
Kesimpulitn
JO
28
IO
k'roduksi beras Indonesia
31
Jumlah stok bcras akhir tahun di Bulog
29
JO JO
Harga imper beras
30 29
JO 10
30
Harga beras dornestik di tingkat konsumen
27
10 10
Over identified Over identified Over identified Over identified Over identified Over identified Over identified Over identified Over identified
Harga ekspor betas dunia
31
IO
Over identified
Permintaan beras untuk konsumsi Pelepasan sto k beras o leh Bulog
19
10
61
V. PENDUGAAN
MODEL EKONOME'IRIKA
PENA\VARAN DAN PERMINTAAN
BERAS INDONESIA
5.1. Umum Dalam
bab ini akan ditampilkan
dan dibahas
nilai-nilai
basil pcndugaan
pcrsamaan
struktural dalam model ekonometrika penawaran dan permintaan beras. Model ekonometrika penawaran dan permintaan beras tersebut yang mengintegrasikan pasar hems dunia, pasar beras domestik dan kebijakan domestik, yang menjadi dasar untuk simulasi kcbijakan dan
non kebijakan dalam simulasi historts maupun simulasi peramalan. Penyajian diawali dengan intepretasi hasil pendugaan model secara keseluruhan, yaitu keragaan wnwn persamaan perilakunya berdasarkan besaran koefisen determinasi (R2), F dan I statisrik, dau uji ctokorelaal (Durbin-Watson Statisnk). Model ekonomJ yang dirumuskan telllh diduga dengan menggunakan metode pangkat dua tcrkecil dua twp (two-stage least squares method) terhadap data sekunder seri waktu tahun 1974
1996. Dari kedelupan persumaan perilak:u, semua persamaan memenuhi prinsip-
pnnsip ekonomi, terbukti Landa variabel-variabel masing-masing persamaan struktural tersebut sesuai dengan kaidah ekonorni, Berdasarksn kriteria pengujian hipotesis berbeda nyata dengan not pada taraf a "" 0, 15 atau ditulls dengan notasi "s" dan tidak berbeda nyata dengan not pada taraf c > 0, 15 atau ditulis dengan notasi "ns", dengan arah positif ditulis dengaa notasi «,» atau dengan arah yang berlawanan ditulis denga notasi "-". Kedua notasi ditelis dalam kurung setelah variabcl, variabel-variabcl tersebut sebagian besar signifiken. Dari uji I tersebut menunjukkan bahwa variabel penentu dalam persamaan perilaku tersebut secara sendiri-sendiri berpengaruh nyata terhadap varisoel endogennya. Berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2) masiug-masing persarnaan perilaku dalam model berkisar antara 0.7041 sampai 0.9996 Sedangkan jika kita
lihat dari nilai statistik F scmua persamaan perilaku dalam. model mempunyai nilai F yang
tinggi, bcrkisar antara 9.055 sampai 15075.594 maka dapat diinterpretasikan bersama-sama
veriabel-variebel
penentu berpengaruh
bahwa secara
nyata terhadap variabel
endogen
disetiap persamaan perilakunya.
Mcngingat masalah otokorclasi hanya mengurangi efisiensi pendugaan parameter don tidak menimbulkan bias parameter regresi (Pindyck dan Rubinfeld, 1991). DW bcrkisar antara 1.186 sampai 2.684, maka basil pendugaan model dalam penelitian ini dapar dinyatakan cukup rcprcscntatlf dalam menggarnbazkan fenomena ekonomi perberasan di Indonesia dan kaitannya dengan pasar beras dunia. 5.2.Keragaan Penawaran dan Permintaau Beras 5.2.1. Luas Areal Padi Sawah Indonesia
Hasil pendugaan luas areal padi sawah Indonesia atau API menghasilkan nilai R 2 yang tinggi sekitar 0,9618 menunjukkan tingginya kemampuan vanabel-variabel eksogen menerangkan perilaku variabel endogennya. Sedangkan jika kita liha; uji
t
untuk
masing-masing variahel eksogen yaitu, harga gabah ditingkat petani atau PGT (+, s), harga pupuk kombmasi atau PFl (-, s),
curah hujan Indonesia atau CHI (+, s),
produktivitas padi sawah atau Y1 (+, s) dan bedakala luas areal padi sawah Indonesia atau APII (+, s), setiap variabel eksogen berbeda nyata dengan nol untuk a=15% artinya secara individu variabel-variabel eksogeunya berpengaruh secara signiflkan terhadap luas areal padi sawah (API). Jika kita lihat uji F yang mempunyai nilai linggi dan berbeda nyata dengan nol pada ct= l %,
mcnunjukkan variabel-variabel eksogen secara bersama-sama berpengaruh
secara signifikan terhadap API. Dengan melihat variabel bedakala luas areal padi yang nilainya lebih mendekati 1, menunjukkan proses yang lambat bagi luas areal padi untuk menyesuaikan diri jika tcrjadi perubahan pada pcrekonomian beras.
Dari elasusitasnya, tampak respon luas areal padi terhadap produktifitas padi dalam jaagka pcndek mempunyai elastisitas terbesar dibandingkan variabel eksogen lainya
63
tctapi masih iaelastis, ini berarti produkt.ifitas padi -dibandingkan variabel lainnya-
merupakan insentif terbesar bagi petani untuk menanarn padi, Sodang jlka lihat jangka panjang kebij akan yang mendorong produktilitas padi akan sangat berarti karena
elastisitasnya mendekati satu sekitar 0.9236 (unitary). Tahel 12. Hasll l>endugasn l.uas Areal Padl Sawah Indonesia Varisbel
5.2.2.
Jg
Pc11dok
l'anjani.:
0.1 21
Intnn:ep
E0.629
1gk
0.0001
Produktifitas Padl Hasil pendugaan produktivitas padi sawah Indonesia atau YI menunjukkan R' yang tinggi sekitar 0,9996 yang berarti kemarnpuan yang tinggi variabcl-variabcl eksogen menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel endogennya, sedang basil uji t menunjukan semus variabel eksogen berbeda nyata pada tingkat o=I 5% , luas areal sawah beririgasi atau AlJ (+, s), bedabla pcnggunaan pupuk atau JPII (+,s), rasio
harga betas eceran dibanding harga pupuk atau PIBA (+,s), bedakala produktivitas padi sawah atau YII (+,s), seears individu vanabel-veriebel eksogen tersebut berpengaruh seem. signifikan terhadap produktifitas padi. Sedang hasil uji F pada taraf u=l % menunjukkan secara bersama-sama variabel eksogen tersebut berpengaruh signifikan terhadap produktifitas padi. Dari variabel bedakala produktivites padi terlihat
64
memerlukan proses yang lambat bagi venabel produktivitas padi untuk menyesuaikan diri jika tcrjadi perubahan pada perekonomian beras. Tobel 13. Hasil Pendugaan Produktlflt11s Padi Sawab Indonesia Varlabel
t-Hiamg
Paramerer
Prob>lri·
Elasusoras
Dugaan
All
0.00-0218
2.622
0.0173
JPti--
0.001886
2.294
0.0341
Pill A
0.082982
1.851
0.0806
~-
o:6Jlo<:n
5.15~
0.0001
--···YI _,,.I
12751
l'fOtvr
0.0001
-
R~quare• 0.9~~1)
-··
Jglc
Jgk
Pendek
Panjang
0.2045
05538
0.1521
0.4121
0.0).l.l
0.1415
uurom· vv aescn - 2 .336
I
Dari basil pendugaan persamaan produl.1iviw padi (YI) pada Tabet 13. terlihat respon produktivitas padi positif terhadap luas areal sawah beririgasi. walaupun sifatnya inelastis dalam jangka pendek maupun [angka panjang. Sedangkan respon produktivitas
tcrhadap penggunsan pupuk positif tetapi elastisnasnya rendah dibandingkan luas areal sawah beririgasl dalam jangka pendek maupun jangka panjang, lni dapet dlmak:lumi karena penggunaan pupuk sudah mencapai taraf yang maksimum, dengan demilcia.n
k:ebijak:an pemerintah dalarn pembangunan sistern pengairan perlu dilanjutkan. S.2.3.
Stok Beras .'.'lasional Hasil pcndugaan slok beras nasioual atau STBI memperlihatkan R2 yang cukup tinggi
sekitar 0,8448, menunjukkan kemampuan variabel-variabel eksogen menielascan setiap perubahn variabel endogen cukup tinggi, sedangkan uji t menghasilkan semua variabel eksogen berbeda nyata pada tingkat c=t 5% LSBI (-, t), jumlah pengadaan beras dalam negeri atau ASBI (+, s), jumlah impor beras Indonesia atau IMBI (+, s), bedakala stok beras nasional akhir tahun di Bulog atau STBll ( 1 .s), kecuali tingkat suku bunga yang
65
berbeda nyata pada tingkat a:25%. Sedangkan hasil uji F menunjukkan secara bersamasama variabel-variabel eksogen berpengaruh secara nyata terhadap stok beras nasional. Respon stok beras nasional terhadap persediaan stok beras nasional positif dan elastis sekitar 0.9126 dalamjangka pendek, artinya persediaan stok beras nasional saat ini dapat dijadikan instrumen kebijakan dalrun memenuhi kebutuhan stok beras nasional dcmikian pula dalam j angka panjang. Tabel 14. Hasil Pendugaan Stok Beras Nasional Paremeter
Elasluitas
Dug a an g ptndc:k
Intercep
LSbl-
Jg PloJ&ng
-661.389250 · · -~3
--;-()3f:f!~r-r-....,,..=---t---;r71T21r--t--ir:rr.;.;.-t-;;-n;:;;--1
0.7309 0.1069
• 17.418
5.2.4. Harga lmpor Beras Indonesia Tabel 13. Hasll Pendugaan Harga Impor Beras Indonesia ·· --iitast1s1ta;-·· ·• ·vonabel t-ilitwig- ·-·· Prob>lr I Parameter
.....
Dugaai1 in Icreep
PBW PIM I
......
r-148.387
- .. ..
-ns.son
-z.su
IJ.0172
1:262097
··-Too·1
0.0073
0.691880 . ---8.374
0.0001
Prnb>F
0.0001
I
R-square - 0.9398
Jkg Pendek
Jgk P.1ng
0 6586
2.1376
Durbin- Watson - 1.186
66
H asi I pendugaan harga impor beras atau PIM nilai koefisien R2 ~ 0,9398 yang berarti
kemampuan variabel eksogen yang tinggi dalam menjelaakan aetiap perubaben endogennya, dan hasil uji
t
dan uji F yang menunjukkan pcngaruh yang signifikan
variabel eksogen terhadap variabcl endegen baik secara individu maupun bersama-sama, Sedang respon harga imper beras bersifat positif terhadap harga beras dunia walaupun dalan jangka pendek bersifat inelastis, tetapi harga beras dunia dalam jangka panjang bersifat elastis, artiaya dalam jangka pa.njang harga betas impor isangat dipengaruhi gejolak pasar beras dunia.
5.2.5. Konsumsi Beras Indonesia Hasil pendugaan konsumsi beras Indonesia atau KBI, menunjukkan konsumsi beras dipengaruhi oleh pendapatan riil perkapita penduduk Indonnesia atau RGDP {-,~).Iota! penduduk Jndonesia aatau POP(+, s), hargajagung di tingkat konswnen domestik atau
PJK (+, s), harga eceran beras di pasar domestik secara nasional atau PBDI (-,nt). Tingkat konsumsi beras Indonesia ternyata tidak dipengaruhi oleh hargn bcras (non significam), telapi hanya dipengamhi oleh tingkat pendapatan danjumlah penduduk. Hal ini disebabkan beras merupakan kebutuhan pokok masyarakat,
Tabcl 16. Basil Pendugaan Konsumsi Beras Indonesia Vanabel
Parameter
l·Hnung
Prob>ITI
Elasti.utas
Dug a an
Jgk
Jgk
Pendek
Panjang
Intercep
·725.9939
·0.261
0.7975
RGDP
-0.028'1
4.445
0.0004
-3483
POP
0.1500
8.668
0.0001
1.1734
PBDI
-2.0612
..0.516
0.6123
-0.0555
PJK
1~.3817
2.965
0.0087
F=
Pmb>l' = 0 0001
0.2515 Durbin.Watson= 2.684
l
R~uare • 0.9917
67
so1.~94
I
-
·-
.. ··--···-'------
Respon konsumsi beras bersifat negatif clan elastis terhadap produk domestik bruto riil Indonesia, artinya semakin tinggi pendapatan masyarakat Indonesia semakin rendah kunsumsi beras, ceteris paribus, hal ini berkaitan dengan perubahan pola makan manusia seiring dengan naiknya pendapatan. 5.2.6. Pelepasaa Beras Untuk Operasi Pasar Basil pendugaan menunjukkan pelepasan hems untuk OPK atau LSBI dipengaruhi oleh pproduksi beras lndcnesia atau PRBI {-, s), harga gabah di tingkat petani atau PGI (+, s), bedakala pelepasan stoic. beras untuk OPK atau LSBII (+, s). Tabel 17. Hasil Peadugnan Pelepasan Stok beras Uotuk Operasi Pnsnr Ougu.o Jg
Jgk
Peadek
Panjang
- • 114
-1.9793
1.8559
4.
0.7647
LSB!l
l'-14.
Prob>F • 0.000l
Durbm-
&lSOll -
1.827
Dari hasil pcndugaan persamaan LSBI pada Tabel 17. memperlihatkan respon positif pelepasan stoic. beras untuk OPK terhadap harga gabah dan sifatnya elastis yang berarti harga gabahmerupakan sinyal bagi pemerintah untuk melepaskcn stok berasnya kc pasar dalam jangka pendck, Kondisi ini dapat diterangkan karena harga beras Indonesia temyata sangat dipengaruhi oleh harga gabah, sehagsimana terlihat dari basil pendugaan pcrsamaan harga beras Indonesia (PBDI} pada Tabcl 24 di bawah, Scdangkan dalam
68
jangka panjang kesuksesan produksi beras akan mengurangi pelepasan stok beras jika kita lihat clastisitasnya.
S.2.7. Pcrilaku
Harga Ecerau
Harga beras Indonesia atau PBDI, dipengaruhi PGC (+, s), harga imper beras dalam
oleh harga gabah di tingkat petani atau
rupiah atau PIM'"ERI (+, s), konsumsi beras
Indonesia aiau KBI (+, s), intervensi pemerintah IPBI (-,ns), stok beras Bulog STB! (.ns), dan bedakala PDBII (+, s), jika kita lihat uji t , uji F, dan R2 ~ 0,9099, tetapi jika kita lihat elastisitasnya tidak ada variabel eksogen yang dapar digunakan sebagai instrurnen kebijakan discbabkan sifatnya yang inelastis, hanya harga gabah (PGI) dapat digunakan sebagai instrumcn kebijakan jangle.a panjang, Nilai variabel bedakala harga riil beras domestik yang kecil mendekati 0 (nol). menunjukkan adanya proses yang cepat bagi variabel harga riil beras domestik jika terjadi perubahan pada ekonomiberas. Tahel 18. ff asll PeudagUB Harga Beras Indonesia Y:iriab.J
Parameter Duga:IJI
t-llilung
Prcb>ITI
Elast.s11a.s
[ Jgk
Jg};
Pendek
Pan Jang
lnter<ep
-67.53$943
..(1.606
0.$53$
PG!
0.710551
2.470
0.0260
0/1092
0.5834
PIM•ERI
0.00009663
2.440
0.0276
0.1653
0.2442
KB!
0.007444
3335
0.0045
0.2767
0.0001
IP Bl
.0.090303
.0.965
0.3500
0.0160
0.0260
SlBI
-0~3552
--0.405
0.691 I
.0.0093
..() 0133
PBDll
0.300162
J.8$7
0.0923
F=
Prob>F = (1.0001
R-square = 0.9099
Durbm-Watscn = 2.407
25.262
69
5.2.8.
Harga Beras Duuia F.arga beras dunia atau PBW, dipengaruhi oleh jumlah imper beras Indonesia atau IMBI ( 1,
s), perdagangan beras dunia atau TW (-, s), bedakala harga beras dunia atau PDWl
( + ,s), jika kita lihat uji t, uji F dan R 2 ~ 0,7819, tetapi jika kita lihat elastisnasnya respon
harga dunia positif dan rnendekati elastis dalam jangka panjang. Dari hasil pendugaan persamaan PBW pada Tabel 19 di bawah, terlihat bahwa imper beras Indonesia (IM131) sangat mempengarubi pembcntukan harga beras dunia, Keadaan ini memouktikan bahwa <WIS big counsry assumption berlaku bagi Indonesia, dimana pasar beras Indonesia dan pasar beras dunia saling mempengaruhi secara simultan.
Tabet 19. HasiJ Peadugaan Harg:a Beras Duoia
varuee
Pa:ramC".cJ
t-tlitung
Pro >ITI
Dugaan J Peadck
P&OJ&llll
4.41 R-squatt • 0.7819
OW"bin-W•t•on • 1.814
21.511
70
VI. SIMULASI MODEL PERBERASAN NDONESIA
6.1. Valida:ii Model Daya prediksi model ekonometrika penawaran dan penniutaan beras dalarn peneliuan ini diuji dengan suatu simulasi dasar untnlc periode sampel pengamatan tahun 1984-1996. Validasi statistik yang digunakan adalaah root-mean-square percent error (RMSPE) untuk
mengukur seberapa dekat nilai masing-maslng variabel endogen hasil pendugaan mengikuti nilai data aktualnya selama periode pengamatan. Selain it:u juga digunakan statistik
proporsi bias (UM). proporsi regresi (UR) dan proporsii distribusi (U0), d11J1 statistik Theil inequality coefficient (U) untuk mengevalaasi kemampuan model bagi analisis simulasi historis maupun peramalan (Msrorical and ex-ante simulation). Basil yang diharapkan
adalab persamaan perilaku rnempunyai RMSPE mendekati nilai nol, nilai U~idan UR juga mendekati no!. Sedangkan nilai Uo mendekati I (satu) dan statistik U mendekati 0. Seperti terlibat pada Tabel 20, 6 (enam) dari 8 (delapan) persamaan <Warn model
penelitian ini mempunyai RMSPB di bawah 30 persen, ini menunjukkan dekatnya nilai-
nilai dugaan variabel endogen dcngan data aklualnya. Dari nilai UM, 6 (enam) persamaan mempunyai !lil.ai di bawah 0,2, sedangkan jika kit:i 1injau proporsi regresi, kedelapan persarnaan tersebut mempunyai 11.ilai (UR) di bawah 0,1, selanjutnys jika lihat proporsi
distribusinya enam persamaan mempunyai nilai Uo di atas 0,9. Sedang)can jika kita ingin mengetahui kemampuan mode! untuk simulasi peramalan dapal dilihat dari nilai statistik V,
dirnuna dari ke delapen persamaan tersebut mcmpunyainila.i di bawah 0,25. Koefisien determinasi R2 dari masing-masing persamaan perilaku dalam modeluntuk mcngetahui kcmampua.n varicbel-vericbeleksogen menjelaskanperubahan variabel
eksogen - diperoleh dari pendugaan model dalam simulasi dasamya yang mempunyai nilai Ri antara 0,3977 - 0,9905, dari kedelapan persamaan perilaku tersebut hanya 1 (saru) persamaan yang mempunyai R2 di bawab 0,5. Dengaa demikian dapat disimpulkan bahwa model ekonometri beras mempunyai kemampuan yang baik untuk mensimulasi alternatif
kebijakan dan non kebijakan dengan menggunakan analisis simulasi historis dan simulasi
peramalan. Tabel 20. Has ii Pengujlan Daya Predlksl M&del Penawaran dan Permintaan Beras Pcriode 1976-1996
Var;abel Endogen API
Luas areal padi sav.11b
u
Rl
0.992
0.0154
0.9457
0.()4(1
0.9S3
0.0096
0.9867
0.000
0.034
0.966
0.1129
0.8962
2.0604
0.0\8
0.0S3
0.930
0.0101
0.9905
5.9776
0.009
0.009
0.974
0.0285
0.7081
RMS%
l:liu
Reg
OtsL
Error
(UM)
(OR)
(UD)
3.0}68
0.001
0.007
2.1750
0.006
27.1138
Jndonesia YI
rro<1uktrv1tas p:idi
sawah PIM
Hsrga rmpor beres
Indonesia KB!
Konsums; b<:tas l~donesis
PBDI
Harga eceran bcrae di pasar domestik secara
nastoml PBW
Harga beras dunia
15 .. 3649
0.001
0.005
0.994
0.07M
0. 71l77
STBI
J umlah stok beras
41.0SSS
0.437
0.007
0.556
0.1561
0.5403
254.0577
0.478
0.026
0.496
0.2101
0.3~77
uasional akhu t.ahun dr Bulog
LSBT
Jurnlah pelepssa»
stok betas Bu log untuk operasi pasar
72
6.?.
Evalu1ui Dampak Kebijakan
Adalah suatu kewajaran simulaei historis dilakukan, aelain untuk mengevaluasi kebijakan yang telah dilakukan, teeapi juga untuk melihat dampak yang terjadi jika kita melaksanakan altematif kebijakan selarna periode yang lalu. Evaluasi disini juga dapat berarti ruernbandingkan kebijakan yang telab dilakukan dengan alternatif kcbjjakan yang
disimulasikan, sehingga didapat suatu gambaran yang dapat direkomendasikan sebagai sebagai langkah altematif dan preventif, dengan cara melakukan langkah perbaikan dengan menekan dampak negatif dan lebih menonjolkan uampak positif . Secara reknis, pengukuran dampak dalam simulasi dihitung melalui perubahan variabel-variahel endogen setiep persamaan dalam model. Perubahan yang dimaksud adalah rnembandingkan perbedaan antara nilai variabel-variabel endogen hasil dari pendugaan model -selanjutnya disebut simulasi dasar- dengan nilai hasil simulasi historis. Simulasi dasar model mempunyai rentang waktu ant.ara tahun 1984 sampai dcngaa tahun 1996, dengan 6 (enam) skenario simulasi sepcrti tergambar dalam(tabel 25.) Tabel 21. Slmulul Hlstorfs, Tabun 1984 · 1996
l
Swasembada Absolut
2
Liberalisasi ___ Perdagangan
:3
I Skcnano
Aitemallc .Kcbuakan
Snnulasi
IMtsl=O
melalui
IPBI"'°; ASBCzO;
penghapusan tata niaga beras oleh DULOG
LSBl=O;
Swasembada on trend dengan kebijakan
PFl,;;0,8; All.;1:r
non harga
...
----
I
I 4
Swasembada on trend dengan kebijak.an
PFI-0,8;
A0-1,1;
non harga serta kebijalcan devaluasi nilai ERI=l,I tukar riil rupiah 10%
73
rswasembada on trend dengan kebijakan PGI=l,2; P™=l,25
5.
harga 6
!
Swasernbada
on trend dengan kebijakan
PGI=l,2;
PIM-1,25;
non harga serta kebijakan devaluasi nilai ERI=l,I
'
f tukar riil rupiah 10%
Dari hasil simulasi keenam skenario tersebut di atas, didapat dampak pada masingmasing variabel endogen sebagairnana terlihat pada tabel 22 di bawah ini. Simulasi I: Kebijakan Swasembada Abs<>lut. Kebijakan swasembada absolut dengan menutup impor beras dari luar negeri jika dilaksanakan pada periode 1984 • 1996, tidak seperti banyak pengamat memperkirakan, Akan membuat harga beras meningkat, ternyata basil simulasi model menunjukkan basil d1
luar dugaan, yaitu akan mengurangi harga betas domestik sekitar 14,15 %, mengurangi harga beras impor sekitar 41,93 'Yo, mengurangi harga beras dunia sekitar 14,38 %, dan
menyedot stok beras bulog sebesar 31,83%.
Tabel 22. Perubahan Rerata Variabel Endcgea Akibat Bebenpa AlternatlfKebijakan Periode 1!>84 - 1996 (%) Pmil>shan Vanabel Endogeo padD
.. - "1'.'l!Di
-Komponen
Dasar
Sun I
Sim2
SJm3
Sim4
S!Jn5
S1m6
Lu .. ar
l0.49Q
·1,7
-0,l
7,61
7.79
i,54
8,6S
Pr00uk1ivi1as
),tcri:.
-0,2
-0,3
7,11
i,21
J,3
l,44
53 586
-U,4
-U,6
IS,48
15,77
)U,U)
10,28
(1000
k!Vh•)
P•uuUA.>I Paul \ 1 000
I I
l..,u) Vroduk&1
i I
Beres
33 ';<)]
-0.4
-0,6
14,ll
15,08
9,59
9.8
'
74
(IOOOicin)
- -
SIOk Bens
(1000
1.485
-31,SS
17,64
T?,98
-19,%
19,19
l:>n)
14,60
.Q,46
14,00
14,87
9,59
9,8,
il9.79
·41.~J
0,00)
0
..i.001
10.42
IU,88
:24.381
0,14
0,98
0,1
-0,001
-0,SS
-O,S7
5)6,14
-1,27
-2.,1
-SO
-51
H,82
53.0l
HaJga llcm Oomcslik (Rpikg}
52);1
-14,IS
·3.2S
0,2
-J,:.>
11,86
12,9
lfarga lfon Dunia
297,19
-14,JS
0.000
0
~.001
9,.,
9,99
Penawllr.UI
Boras
(IOOOlon)
Ha1ga BerBJ Impor . (US$11on) j
Kenscrrai
~ru
' (IOOOron)
Sto~
Pc:lcpuM untuk OPK
(1000
ton;
(US$hon)
Tabel 23. Perubahan lndlkator Kesejahteraan Ekonoml Domesdk Aklbat Alternallr Kebljakao Selama Perlode 1984 -1996
547,17
569,2J
-189.:9
-1 7,4S
38,98
·IZO,
Hal ini dapat dijclaskan melalui kaitan variabel dalam model, menutup imper beras rnemberi respon negatif terhadap harga beras dunio dan memberi rcspon ncgatif tcrhadap stok beras nasional walaupun keduanya responnya inelasus, Penurunan harga betas dunia
75
direspon secara positif oleh harga beras impor dengan sifat ela.stisnya yang moderat sekitar 0,6SS. Sedangkan penurunan harga impor beras mendapat respon positif pada harga beros dengan elastisitasnya
leblh tinggi dibandingkan
respon negatif harga beras rcrhadap
pcuurunan stok heras nasional. Dampak lainnya yang
perln diperhatikan adalah
pads perubahan
tingkat
kesejahteraan, terjadi kenaikan surplus produsen sekirar Rp 54 7 milyar clan pcnurunan surplus konsumen sekitar Rp 289 milyar, sehingga dapat disimpulkan kebijakan swascmbada absolut menguntungkan produsen bcras,
Simulasi 2 : Kebijakan Liberalisasi Perdagangan Dalam Negeri.
Dampalc. kebijak:an liberalisasi perdagangan yang dilaksanakan Indonesia jika dilaksanakan pada periode 1984-1996,
menurut model ini tidak ada perubahan yang
signifikan terhadap variabel endogennya, banya penurunan barge beras domestik sckitar 3 %, scdangkan dampaknya terhadap tingkat kesejahteraan, terjadi penurunan surplus konsumen sekitar Rp 197,5 milyar dan kenaikan surplus produsen sekitar Rp 569 milyar. Dapat dikatalcan kebijakan libcralisasi biaslmenguntungkan pihak produsen, Si111ul11sl J : J<eblj11k11n Subsldl Harga Pupuk 20% dau Perluasan Areal [rlgasl 10%.
Dampak pen ting kebijakan ini adalah kenai.kan produksi beras sekitar 14,81 %, penambahan stok beras sebesar 17%, dan karena harga beras domestik yang rclatif tidak bcrubah rnaka akan mengurangi pelepasan beras untuk keperluan OPK sekitar SO %. Sedangkan perubahan tingkat kesejahteraan, terjadi kenaikan surplus produsen sekitar Rp 389 milyar dan penurunan surplus kcnsumen sekitar Rp 14,6 milyar. Simulasi 4 : Kebijal
Dampak kebjjakan simulasi 4 hampir sama dengan kebljakan simulasi 3, yaitu terjadi kenaikan produksi beras sekitar 15 %, menaikkan stok beras nasional sekitar 17,98 % dan mengurangt petepasan stok beras sekitarS 1 %. Tetapi yang menarik adalah perubahan
76
tingkat kcsejahteraan, berlawaaan dengan kebijakan simulasi 3, terjadi penurunan surplus produsen sekitar Rp 120 milyar dan penambahan surplus produsen sekitar Rp 45 milyar, S.i.iuul11si S : Kebij akan Keoaikan Barga Dasar 20 % dao Tarlt lmpor b~ras 20%
Dampak pcnting da.ri simulasl ini adalah kenaikan produksi beras sekit.ar 9,59 %, menaikkan harga impor bcras sekltar 10,5 %, tetapi kebijakan ini akan membuat barga beras domestik melonjak sckitar 11,8 %, sehingga perlu menambah pelepasan beras untuk OPK sebesarS3,8 %. Sedangkan dampaknya bagi tingkat kesejahteraan akan mengurangi surplus produsen sekitar Rp 2 trilyun dan kenaikan surplus konsumen sebesar Rp 726,9 milayar. Simulasi 6 : Kebijakan Kenaikau Harga Dasar 20 %, Tarif lmpor 20 o/o dan Devaluasi ~ilal Tuklll' Rupiah Riil 10 %. Dampak penting simulasi ini adalah terjadi kenaikan produksi beras sekitar 9 ,8 %, menaikan harga beras imper sekitar 10,8 %, tetapi kebijakan ini akan menaikkan harga
beras domestik sekitar 12,9 %, sehingga perlu rnenambah pelepasan beras untuk OPK sebesar 50 %. 6.3.
Ramalau Dampuk Krisis Ekonomi. Simulasi peramalan diperlukan untuk melihat gambaran akan datang, jika kita
melaksanakan suatu altematif kebijakan dan non kebijakan. Khusus dalam peramalan jangka pcndek penulis ingin rnembendingkan kodisi nyata dengan hasi; peramalan dengon
menggunakan model ini, schingga didapatkan gambaran apakah model dapat mengakomodir krisis ekonomi. Simulasi yang dilakukan seperti tampak dalam tabel 24. Krisis ekonomi digambarkan terjadi penurunan riil terhadap produk dornestik bruto sckitar 30 %, Depresiasi nilai tukat rupiah sekitar 300%, harga pupuk 11.Uk 20 %, pelepasan beras untuk OPK menurun 30 %. penurunan areal padi sawah sebesar 20 % karena faktor alam, dan pcrdagangan beras dunia meningkat sebesar 10 % karena iklim di daerah penghasil beras dunia lainnya membaik. Periode simulasi mulai tahunl997 sampai dengan tahun 2001.
77
label 24. Simulasl Peramahra Krt~s f.konomi, Tahun 1997 - 2001 Stmnlasi I
Altematif Kebijakan
Skenario
Krisis Ekono:ni
RGDP=0.7
; ERl-3; PFI= 1,2
ASBl.-0,7, APl=0,8,
rw-u
Dampak simulasi yang penting kita amari adalah penuronan produksi beras Indonesia sekitar 8 %, penurunan stok beras oasional sekitar 32 %, dan naiknya harga beras domestik sebesar 10,34 %, sehingga pemerintah perlu mcnambah pclepasan beras untuk OPK sekitar 50 %. Sedangjika k.ita tirtjau dari perubahan tinglcat lresejahteraan, teriadi penurunan surplus produsen sekitar Rp2.9 l 0 milyar dsn terjadi kenaikan surplus konsumen sekitar Rp 996 milyar,
Tabel 25. Penibab1.a Rerata Vanabel F..ndoeen Ak.ibat Si.mul:ui Krisis Ekonom.l, periode 1997 - 2001 1Componcn
:'>11w Da1ar
('/.) Perubahan V>rlilbcl E:ndogeo Al:ibot Svnulasi l
Lu•> orwl (lOQ0).1•
Produkt1vll•s
ceee ~n•J
l''rudik•o f•dl (tootHun)
ll.007
·~.)2
5,6S01
-0,oo
·?,0()
u '"''"
•2.1 ...
-s.cs
2.444
-J~,, J
Ponaw•11•1Bet., (I 000 ton)
43.sJS
.s.es
l!~
248,67
noatlt11 Beras (luw t"") 8101<. 6cr.u
(lvw km)
Ile..., Imper (USS/ton)
· -Kons•ms• B
30.134
•I
·30,06
2,9
Pclcp...,, Stole uotuk OPK (1000 '"'-)
~.SS
SO,l J
HU¥• Be,.. Dorne>llk (Rplkg)
621.46
10,34
Hul'l!ll Be,.. Duma (USS/ton)
314,11
-9;/4
78
Tabel 26. Perubahan Indikator Kesejahteraan Ekonomi Domestik Akibar Alternatif Kebijaknn Sebma Perlode 1984 - 1996 Satuan
Kompcnen
Peruotnan.Kere~ahtetRanPOOa Simuliu1 Kris1s Ekonom1,Penode Tahun 199712001
Surplus Produsen
RpMil~at
·2.910,S6
Surp1us Konsumen
RpM1lyat
9~6,474
6.4. Prospek Penawaran Dan Permintaan Deras di Mesa Depan. Skcnario simulasi jangka panjang akan memberikan gambaran bagi kita mengenai ekono:ni perberasen akibat ahematif kebijakan dan non kebijakan yang akan terjadi. Ada 7 (tujuh) altematif kebijakan dan non kebijakan, baik kebijakan dan non kebijekan tunggal maupun majemuk, seperti tampak pada tabel 27. Tabel 27. Skenarlo SlmulaslJangka Panjang, Periede 1997-2010 S1n1ulasi
,\J titmo.b.f K.~IHJll.wn
Skcnano
I
Swasembada absolut
ll'Vl1;>1•U
2
Pengenaan tv1( 1mp<>r 30 %
PIM•!,3
3
Kona1km harga dasar gaba- 20% uan nllai nil :UJciir rupiah
P<JJ-1,2 ;ERi l,OS
t~Rl~pRiiu:iiS% tiap tahun
4
Kem11
ml IUkar rupiah PGl=l,2; ERi 1.05 • Pl.\f 1,3
tcrdq>
s
Pmgwangan potek&i per
TW=l,2
6
.Kel>rJalrar. $\lbsidi pupuk 2:1% dan penam1>al!an areal
PGl-1,2; PIM-1,25; ERi-i ,i
irigasi So/• dan udaJ nil tukar n1piahtcrdcprcstul S% t1ap tohwt 7
L1beral1sas1 pi=da~n
beras Indonesia
$TB!~
;
ERl•l.DS,
TWl,2
IPBl=
79
Tabet ZS. Pcruballan Rerata Yariabel Emiogen Akibat S!mulasl Jangka Panjang. perlode 1997 - 2010. (%) Perubahan Vanabel Endogen Aklbat Stmulas Sat.uanNilaJ Da-s11 LuasArea
1000 "" 1 tcnAi:a
Pro
Harga lt11!C
Koneu:ne
Simi ·1.
o.~
5,01
-1.1
0.1
U;:wtilf\
374,71
1000 1M
33.0:>
-790
Bera. Hill/• EJWO•
Rp/kl
Sm4
Sml
""' 1.1
3.1
$1'1>6
StmS
8.2•
·0.4
1.11
-0.7i
3.1.
0.7
-0.3'
·0.4'
-0.~i
-16.81
0.8.
10.H
10.Sl
l
-o 71
6~
-1 0
I
"Ol.41
0.2!
Sim:'
7.16!
-61
4i
-
-0 01
041
-e.«
o.:r.
·0.31
'
-1901
(
·19.01
•1.1 a::io·
1311146'
-1414&:
-i.1ou
1Jl.5i..)/,
-1.747t;
691,6
E:arat Hargaa...,,
Sim2
12~
355,2
Duno
"57.'
Penawara1
1uuu IOt
·~.68
Beras Incl
"rodukst.,..... rruaUMI r-.u11
IUUUb<
'h""I
IO
11.4CCll
IUUU
~""' """'
lOUUlot
t>111p•sa1
1uuulll
:;oo
-6.4•
0.1
9.02024:
9.()98771
.2•
0.1
!l..iu13>
!l.3&2o
01
s..... ~ .,.,.,n
..... ., 44.3•
14.~
0.1
·10.•
·10~.>
"'·"
12.IJ
-2.71
1!17.11::
186~
17.8
-:m.21
176,1
Bera•
-1 •• , ....1
-1
l'tl.C.Q
-10
26.6<
Tabel Z9. l'erubahan fndikator Ktsejahceraa.n Ekonumi DomeJtlk Aklbat Alternatif Kebijalran Sela.ma Perlode 1997-2010. Kompooen
l'cni1Xlh&11 l<.el<)alltlnlll PIOI S1111UIDS1 NlllS
Sah~n SurplU$
Rp
Pc«!u..,1
miliar
s'ii,:Plu$
Rp
Ko:'lsumcn
mlhar
, Penooe T•liun 1997/2010
Stn>l
""""
Sim4
S1m5
S.933,74
·lY~~&S
JJ;>l,UO
-l 447,03
2 211.02
-11?,19
-10"!,"8
Simi
-14.60
4.S.06
726,9~
Su:>6
S10:7
·!>'!,$~
Y:zso',31
792,25
-1.077,R8
80
Slmulasl 1 : Swasembada Absolut Dengan Menulup lmpor. Dampak jangka panjang yang signilikan akibat kebijakan swasembsda terhadap perubahan variabel endogen adalah
absolut
penurunan harga imper bcras Indonesia
sckiter 79%, jumlah penawaran beras nasional menurun sekitar 6,4 %.Sedangkan jika dilihat pada perubahan tingkar kesejahteraan, terjadi kenaikan surplus produsen sekitar Rp.5,98 trilyun dan penurunan surplus konsumcn sckitar Rp 1,9 trilyun selama periode 1997-2001.
Simulasi 2: Kebljakan Pengeaaan Tarlflmpor Beras JO%. Kebiiakan yang bersifat protektif ini jika dilaksanakan tidak akan memherikan dampak yang begiru signifikan hanya ada perubahan jangka panjang padn harga imper
bcras sckitar 3 %. Sedangkan perubahan tingkat kesejahteraanterjadi peaurunan surplus produsen sekitar Rp 298,85 milyar dan penurunan surplus konsumen sekitar Rp 197,48 milyar, ha! ini mu11gkin terjadi karena pemerintah mengambilkeuntungan dari pengecaan tarif imper beras tersebut. Slmulasl 3 : Kebljall:an Kenatkan harga dasar gabab 20% dan nllal rill tukar rupiah CerdepresllUI S% Clap tabua. Dampak penting jangka panjang jika simulasi ini dilak.sanakan adalah kenaikan
produksi beras sekitar 9.3% dan kenaikan penawaraa beras Indonesia sekitar 9 %, tetapi bersarnaan itu terjadi keaaikan harga beras sebesar I 0, 15 % sehingga perlu rnenambah pelepasan beras untuk OPK sekitar 187 %. Sedangkan perubahan tingkat kesejahteraan terjadi penurunan surplus produsen sekitar Rp3.332 milyar dan kenailcan surplus konsumen seki tar 1.15 5 milyar. Simuh1~i4. ; Kebijitkao kenalkan harga dasar iiabab :20% dan nilai rlil tukar rupiah terdepresiasi 5% liap tabun dan pengenaan taril in1por 30%. Darnpak penting dari simulasi ini adalah kenaikan produksi beras sekitar 9 %, tetapi
dampak lainnya adalah kenaikan harga beras domestik sehingga pemerintah perlu menaikkan
pelepasan beras untuk OPK sebesar 186 %. Seda.ng perubahan tingkat
81
kesejahteraan terjadi pemmman surplus produseo sekitar Rp 3.447 rnilyar dan kenaikan
surplus konsumen sekitar Rp 1.195 milyar. Simulasi 5 : Penguraugan protelcsi penbgangan beras dunla. Dengan anggapan perdagangan beras scmakin bebas maka dampak kebijakan
yang penting terhadap variabel endogen adalah terjadi penurunan harga beras domestik sekitar 6,4 %, penurunan harga beras impor 61 %. Sedangkan perubahan
tingkat
kesejahteraan terjadi penambahan surplus produscn sekitar Rp 2.211 milyar dan
penurunan surplus konsumen sekitar Rp 733 milyar. Simulasi 6 : Kebjjakan s11bsidi pupuk 20% dau peaambaha» areal irigasi 5% dan uilai riil tukar rupillll tenlepresiasi 5% tiap tahuu.
Dampak penting snnulasi ini adalab kenaikan produksi beras sekitar 14.5 % tanpa menaikkan
harga beras domestik
secera signifikan, sedangkan perubahan
tingkat
kesejnhteraan terjndi penurunan surplus produsen sckitar Rp 84,9 milayar dan kenaikan
surplus konsumen sekitar Rp 30 milyar. Simulasi 7 : Liberalisasi perdagangao beras Indonesia. Dampak
yang terjadi jika kita melaksaaakan kebijakan liberalisasi adalah
penurunan harga beras dunia sekitar 19 o/o, penurunan harga imper beras sekitar 62 % yang mengakibatkaa harga beras domestik menurun sekitar 9,4 o/o, yang pada akhimya mcnurunkan produksi beras sekitar 1,7 %. Sedangkan perubahan tingkat kesejahteraan,
tcrjadi kenaikan surplus produsen sekitar Rp 3.250 milyar dan penurunan surplus
konsumen sebesar Rpl.077,9 milyar.
82
VII. KESIMPULAN
DA..~ SARAN
7.1. Kesimpulan
Dari hasil penulisan ini, ada beberopa kesimpulan yang dapat ditarik, diantaranya adalah : l. Permasalahan yang terjadi pada perberasan Indonesia adalah : ( l) produktivitas
sudah mencapai titik jenuh dimana respon produksi terhadap penambahan pemakaian pupuk bersifat inelastis; (2) terbatasnya anggaran pemerintah yang menyebabkan mengurangi kemampuan pemerintah melakukan kebijakan yang bersifat inscntif bagi produseu baik. itu bersifat subsidi maupun investasi di bi dang sarana maupun prasarana pertanian; (3) iklim; (4) bertambahnya jumlah penduduk; (5) gagalnya kebijakan diversivikasi pangan; (6) Nilai tukar rupiah yallg tidak meudukung daya saing Indonesia selama periode penelitian (rupiah
overvaluedi. Keadaan tersebut menyebabkan defisit produksi dimana laju pertumbuhan produksi lebih rendah daripada laju pcrturnbuhan konsurnsi beras, schiugga pemeriutah perlu melakukan kebijakan imper beras melalui monopoli beras. 2. Indonesia melakukan kebijakan perdagangan bebas sejak tanggal l februari tahun 1998 dengan menghapus mcnopoli impor beras bulog dan membebaskan swasta untuk mengimpor beras, hal ini tentu mengubah penawaran dan pennintaan beras Indonesia. Hipotesis dalam penelitian ini ada!ah (i) Diduga imper beras Indonesia merupakan variabel yang dapat mempengaruhi barga beras dunia (big country
assumption); (ii) diduga kebijakan liberalisasi perdagangan hens Indonesia akan mempengaruhi produksi, konsumsi dan harga beras di Indonesia; (iii) diduga kebijakan liberalisasi perdagangan beras yang dilaksanakan indonesia akan
mengubah distnbusi kesejahteraan, dimana konsnmen akan dirugikan sedangkan produsen akan diuntungkan. 3. Beberapa penelitian sebelumnya yang berk.aitan dan relevan bagi penelitian ini
dapat disampaikan sebagai bahan perbandingan, antara lain (i) Rasahan berkesimpulan tekanan untuk mencapai tersedianya pangan secara stabil dan
murah
di pasar
swasembada
domestik
lebih
besar
dibandingkan
dorongan
mencapai
beras, dan impor mempunyai peranan penting dalam hal ini; (ii)
Sinaga ( 1995) mengkaji dampak pengurangan biaya pemerintah di sektor pangan terhadap kesejahteraan konsumen dan produsen padi dan kedelai dengan model persamaan simultan namun model ini hanya menunjukkan situasi pasar komoditi
yang tenutup tanpa melibatkan peranan imper, sehingga kurang relevan dengen keadaan scbcnamya; (iii) Mulyana (1998) juga rnenelaah keterkaitan pasar beras Indonesia dan pasar bcras dunia yang direpresentasikan dengan persamaan perilaku dalam model simultan. Dengan jurnlah
73 persamaan yang
dikelompokkan dalam dua submode) yaitu 55 persamaan submode! pasar model domcstik dan 18 pcrsamaan
untuk submode) pasar beras dunia, Pendugaan
melalui two-stage least square (2SLS) karena ketika diidentifikasi, model tersebut overidentified . Kontribusi penelitian Mulyana adalah mengkaitkan pasar beras
dunia yang mempunyai karakteristik yang dinamis, saling bergantung antar pengekspor dan pengimpor, dan system kompetisi ckonomi dan kelemhagaan, teknologi, d1111 lingkungan alamnya, malca pasar beras Indonesia harus mampu
mencerminkan karakteristlk tersebut, Menjelang era liberaltsasi perdagangan dan globalisasi ekonomi, analisis tertutup lrurang relevan untuk diterapkan. Perilaku imper beras Indonesia, y11.11g dientaranya dipcngaruhi kestabilan pasar beras dunia yang tlpis, dan akan dlrespon baik oleh negara pengekspor maupun pengimpor la.innyn. Fenomena tersebut belwn begitu diakomodasikan pada model-model pcnelitian terdahulu, 4. Model beras dalam penelitian ini menggunakan persamaan simultan yang terdiri delapan (&) persamaan perilaku dan tiga (3) persamaan identitas, ident.ifikasi model rnenyatakan model tersebut oYer iJi:ntif11::J, sehingga peedugaan model
menggunakan metode two-stage least square. Berdasarkan
basil pendugaan keragaan pe.nawaran dan pennintaan
beras
Indonesia dan simulasi historis dan peramalan melalui kebijakan maupun non kebijakan, baik jangka pendek dan jangka panjang dapat dieimpufkan beberapa hal bcrikut :
84
5. Model yang disusun dapat meagakomodasi berbagai perilaku dari sisi penawaran, permintaan
dan kebijakan di selctor perberasan Indonesia. Berdasarlcan nilai
koefisien determinasi (R2
)
masing-masing persamaan perilaku dalam model
bcrkisar antara 0.7041 sampai 0.9996, dari uji t yang menunjukkan secara individu variabel eksogen berpengaruh secara signifikan pada tingkat a <15%, sedang nilai uji F berkisar antara 9.055 sampai 15075.594 yang artinya secara
nyata variabel eksogen bersama-sama berpengamh secara signifikan terhadap variabelendogennya.
Perilaku luas areal padi dipengaruhi secara nyata oleh harga gabah, harga pupuk, curah hujan, produktivitss padi drui bedakala luas areal padi. Sodanglcan respon areal padi yang bcrsifat elastis terhadap curah hujan, ternadap variabel lainnya
bersifat inelastis.yang berarti tidak ada kebijakan yang efek:tif dapat dilaksanakan secara efelctif, situasi ini disebut closing cultivationfro11tu:r(Mulynna,I !>98). 6. Perilaku produktivitas padi dipengaruhi secara nyata oleh luas areal sawah
beririgasi, rasio harga beras domestik dan harga pupuk, penggunaan pupuk, dan variabel bedakala produktivites psdi, tempi respon produktivitas padi ridak ada yang elastis terhadap variabel eksogennya yang berarti 1idak ada kebijakan yang
efektif dilaksanakan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, si tuasi ini yang dinamakun le..-el/i11goff. 7.
Periluku stok beras Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh pengadaan beras dalam negeri, impor beras Indonesia, peagadaan beras untuk OPK, dao bcdakala stok beras nasionaL Respon yang bersifat clastis stok beras nasional hanya terhadup pengadaan beras dalam negeri dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
8. Perilaku harga impor beras Indonesia dipeogarubi secara nyata oleh harga beras dunia dart beda kala harga beras domestik dengan respon yang bersifat elastis untuk jangka panjang terhadap harga beras dunia yang berarti dalarn jangka
panjang - setelah Indonesia mclalcukan iniegrasi pasar beras domestiknya dengan pasar beras dunia - yang berarti harga impor beras Indonesia sangat ditentukan gejolak pasar beras dunia.
SS
9.
Perilaku konsumsi beras dipengaruhi secara nyata produksi dornestik bruto riil, jumlah penduduk dan harga subtitusi jagung, dengan respon elastis terhadap
jwnlah penduduk, yang berarti konsumsi beras sangat tergaatung dari perubahan jumlah penduduknya. 10. Perilaku pelepasan beras unruk OPK dipengaruhi secara nyata oleh produksi beras
nasional, harga gabah, dan bedakala pelepasan beras uutuk OPK, dengan respon bersifat elastis terhadap kedua variabel eksogennya, yang berartikeduanya, harga gabeh maupun produksi beras, berperan s:ing:ll penting baik dalam jangka pendek
maupunjangka panjang dalam pengadaan beras unluk OPK. l l. Perilaku harga beras Indonesia dipeng.uulli secara nyata aleh hsrga gabah, harga impor beras, konsurnsi beras, dan bedakala harga beras domestik, tetapi respon harga beras inelastis terhadap semua variabel eksogennya yang bcrarti tidak ada kebijak.an langsung yang dapat efelctif dilalc:sanalcan dalam jangka pendek maupun jangka panjan,g untuk mcrcdom atau menaiken harga beras. Persamaan perilaku Barga Beras Indonesia adalah :
Perilacu harga beras dunia
big country assumption dalam perdagangan beras dunia.
7.2. Prospek Masa Depan Ekonoml Beras Indonesia I. Dengan melihat hasil simulasi, kebijakan yang dileksanakan temyata berpengaruh terhadap penawaran, permintaan dan harga beras Indonesia serta mengubah distribusi kesejahteraan. 2. Dalarn meneotukaa alterwitif kebijalam yang akaa dilaksanakan haik itn swasembada absolut atau liberalisasi perdagangan atau kcbijakan lainnya hendaknya dikaitkan
dengan distribusi kesejahteraan, maksudnya harus
memperhatikan produsen dan konsumen, di samping tentunya kemarnpuan pemerintah dalam mengalokasikan anggaran.
3. Dengan melihat hasil peramalan perio-Oe tahun 1997-2010, jika kita melaksanakan swcsembada absolut dengan meoutup kran imper, hanya akan menaikan hsrga beras domestik, harga beras imper dau harga beras dunia tanpa mengubah sccara
signifikan terhadap harga produksi beras. Dilibat dari tingk.at kesejahteraan,
86
sangat menguntungkan produsen
produsea
(bias produsen)
dengan kenaikan
surplus
yang sangat tinggi tetapi mengurangi surplus konsumen,
4. Jika kita laksanakan kebijakan liberalisasi perdagangan dengan mengintegrasi pasar domestik dan pasar intemasional melalui pembubaran peranan monopoli bulog dalam peagadaan impor beras serta menghilangkan interverensi pemerintah yang terjadi adalah penurunan harga beras dunia sekitar 19 %, penurunan harga beras irnpor sekitar 62 %, penunman harga beras domestik sekitar 9,4 % periode
tahun 1997-2010. 5. Jika kita mela.ksanakan kebijak:an kenaikan harga gabah 20 %, pengenaaan tarif
impor beras 30 % dan nilai tulcar rupiah riil terdepresiasi 5 % setiap tahun yang terjadi adalah kenaikan produksi beras sekitar 9 %, tetapi perlu menyediakan penambahan pclepasan beras untuk OPK sekitar 186 %. 6. Jika kita melaksanakan perluasan areal irigui S % dan menambah mensubsidi
pupuk 20 % akan rueuaikkan produksi sebesar 14,5 %, tetapi yang harus kita ingat adalah tingginya investasi pernbangunan iriga.si. 7.3. Saran Uatuk Pe.nelitiaa Sehlnjumya 1. Perlu penelitinn yanis lebib lanjut tentang areal lahan dcngan mendisagregasi luas areal padi menjadi jaw a dan luar jawa. 2. Perrnintaan beras dilakukan dengan foklOr lebih luas tidak hanya konsumsi suju tetapl juga melibatkan stoic, kebutuhaa akan bibit, dan lain-lain.
3. Inregrasi pasar domestik tidalc hanya mengkaitkaa dengan variabel eksogen imper Indonesia, letapi juga perlu mempcrt.imbangka.n ckspor dunia, imper dunia, kebijakan perdagangan masing-masing negara pcngimpor dan pcngekspor bcras dunia,
R7
DAFTARPUSTAKA
Amang, B. 1985. Harga Beras dan Inflasi di Indonesia, 1967-1981. Makalah pada Seminar Perekonornian Beras Indonesia, Pusat Studi Pembangunan dan Jurusan Sosek, Fakuttas Pertanian, IPB, 7 Februari 1985. ----------- dan Sawit M.H. 1999. Kcbijakan Pangan Nasional: Pelajaran dari Oreb Baru dan Era Refonnasi. Penerbit Institut Pertanian Begor. Amin, M. 1997. Penawaran, Permintaan dan Konsumsi Beras, Jagung dan Terigu di Indonesia, Makalah pada Pra Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI: Penawaran, Pcrmintaan, dan K.onsumsi Pangan Nabati. Jakarta 22-23 Juli 1997. Pusat Penelitian Ekonorni Pertanian Balitbang Pcrtanian dan Biro Perencanaan Departcmen Pertanian. Barker, R and Y. Hayami. 1976. Price Suport Versus ln?Ul Subsidy for Food SelfSufficiency in Developing Countries. American journal of Agricultural Economic. 58(4): 617 -628. Barker, R. R. Bennagen and Y. Hayami, 1978. New Rice Technology and Policy Alternatives for Food Self-Sufficiency. In Bcoaormc Consequencies of The New Rice Technology: 337-361. IRRI, Los Banos. Benu, F.L. 1996. Analisis Struktur Produksi, Konsumsi dan Perdagcngan Berns di Propinsi Nusa Tcnggara Timur. Tesis Magister Sains (tidal< dipublikasikan). Program Pa:Jc11.1atjana, Institut Pertanian Begor. Bl'S. 1977-1997. Statistik Indonesia. BPS Jakarta. Dillon, H.S., M. Husein, S., Pantjar, S., and Steven, R. Tabor. 1999. Rice Policy: A Framework for the Next Milleniwn. Report for Internal Review Only Prepared Under Contract to Bulog, November 23, 1999. F.rwido
8S
Jatileksono T. 1987. Equity Achievement in The Indonesian Rice Economy. Gajah Maca
Unuversity Press. Yogyakarta, Koutscyiannis, A.1977. Theory of Econometrics: An Introductory Exposition of
t::conometricMethod. Second Edition. Macmillan Education Ltd. London. Krugman, 'Paul R., and Maurice Obstfeld 1997. Ekonomi International Teori dan
Kebijakan. Edisi Kedua. Penerbit Kerjasama dengan Indonesia dan HarperCollins Publishers.
PAU-FE Universitas
Meyers, H. W., S. Devadoss, S.R. Johnson, H.H. Jensen, T. Tekku, and M. Wardani. 1987. An Evaiuation of Crop and Fertilizer Price Policies in Indonesia, Policy Paper. Center for Agricultural and Rural Development, Iowa State University. Mulyana, Andi. 1998Prospck.Penawaran dan Pennintaan Beras Indonesia Menuju Era Perdagangan Beb11S: Suatu analisis Simulasi. Disertasi Doktor (tidak Dipublikasikan). Program Pascasariana, !PB, Begor. Nasol, R.L.1971. Demand Analysis for Rice in the Philippines. Journal of Agricultural Economic ar.dDevelopment, 1(1): 1-13. Pindyck, R.S. and D.L. Rubinfeld.1991. Econometric Model and Economic Forecasts. Third Edition. McUraw-Hill Inc. New York. Rasahan, C.A. 1983. Government Intervention in Food Grain Markets: An Econometric
study of the Indonesia Rice: Economy. Ph.D. Dissertation, Universityof
Minnesota. Robinson, S., M. El-Said, N.N. San, A. Suryena, Hermanto, D. Swasnka, and S. Bahri. 1997. Rice Price Policies in Indonesia: A Computable General Equilibriwn (CGE) Analysis IFPRl, Washington D.C. USA in Collaboration With CASER Bogor and ARMP. Roscgrant, M., N.D. Perez, N.N San A. Suryana, Hennanto, D. Swastika, and S. Bahri. 1997. Indonesia Agriculture to 2020: Source of Growth Projections, and Policy Implications . .IFPRl, Washington D.C. USA in Collaboration With CASER Bogor and ARMP. Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Pcnerbit Erlangga. Jakarta. Simatupa.ng,P., T. Sudaryanto, A.Purwoto, Saptana.1995. Projection and Policy Implicalion of Medium and Long-Term Rice Supply arid Demand in Indonesia. Centre for Agro-Socioeconomic Research (CASER). Bogor.
89
Surono,
Sulastri.l999. Dampak Gejolak Ekonorni Terhadap Ketahanan Pangan. Simposium Program Pengembangan dan Pembangunan Ketahanan Pangan yang Berwawasan Ekonomi Pcdcsaan, Pusat Studi Jepang .Kampne ui, Depok ,
Tabor, S.R., dan M. Husein Sawit. 1999. The OPK Program; Economy-Wide Impacts. Prepared for the State Ministry for Food and Horticulture Economic Management Services International Seeptember 4, 1999. Tim Fakultas Pertanian IPB. 1992. Pengembangan Model Penawaran dan Pcrmintaan Padi dan Palawija. Laporan Penelilian Direktorat Bina Usaha Tani dan Pengolahan Hasil Direktorat Jenderal Pestanian Tanaman P2.11gan Bekerjasama Fakultas Pertanian !PB. Tsuji, Hiroshi. 1982. A Quantitative Model of The International Rice Market and Analysis of The National Rice Policies, With Special Reference to Thailand, Indonesia, Japan, and The National United Stares. In Agriculrure Sector Analysis in Asia, pp. 291-321. Edited by Max. R. Langhan and Ralph H. Retzlaff. Singapore University Press, Singapore. Weiss John. 1995. Economic Policy in Development Countries: the Reform Agenda. Prentice Hall/Harvester Wheatsheaf.
90
Lampirart Pendugcan luas Arta1 Padi
The SAS Systeo1
SYSLIN Procedure
rwo-stage Least sqeares Estimation MO
Analysis of variance Su• of
DF
Hodel
S 34770842.91M fi954168.S808 16 1379981.7305 86248.85815
C TO't~1
21 361508?4.6)5
Error
ll:OO't M$E.
oep i.tean
c.v .
Squares
Mean
seu-ce
293.68156 %34.02273
lNTERCEP PGI
••t orr YI
APil
a-square Adj R-SQ
estimates
Parameter
Standard
T for HO: i>arameter=O
-1946.%2273 S.613299 ·2.638069 l 0.734544 l l 639.973730 0.656146 1
1261.019314 2. 945037 l.6138JS 0.<467rS 388.0774J7 0.216847
-1.544 :.906 -:.635 2. 977
OF l 1
0.·~001
80.629
l.04838 Parameter
varl•~I•
Prob>F
Square
Estimate
Error
ourbi"·W•tson (For Number of ()bs . ~ 1st order Autocorre ation
1.fi4Q
3.026 2.120
n
-0.073
p1·uL
>
ITI
0.1421 0.0748 0.1216 0.0089 O.U86 0. •J-080
Lar.ipiran Pendu9aan Prudukt1v1tas Padi
ThQ SAS !.ystefl SVSLlM Proce'dur~
TWO-Stage Least squares EstinaLion
Model: YJ (Produktivitas P3di) oependenc variable: vr Analysls of var1anct
suoi of
Me;in
DF
S
square
•
46R.4S954 0.16S3Z 468.62485
117.11488
18 22
Root ••SE
0.09583 4.55055
source ~odel e.-ror
U TDtal
;tep Mean
c.v.
F
value
12751.796
0.0001
0.00914 0.9996 0.9996
~-squart
Adj R-Sq
2.10599
uote: T~e NOlNT opt;on cha~9es tht definit;on of the R-Square ~tati&tic to: l - (Residual sum of Squa.-~s/uncor.-~cted Total sum of square,). Para11eLet Est1•a~es
variable DF All
1
PIBA
1
Yil
l
JP11
l
Parameter Estimate:
Standard Error
T for HO: Para111eter•O
0.00021.8 0.001886 0,032~82 0,6J1007
0.000083178 0.000822 0.044826 0.122347
Z.622 2.294 1.851 S.158
ourb1n-watson (For Nuoher of Obs.) !~! Ord~r Autoco.-relation
Prob > ITI 0.0173 0.0;4}.
0.0£06 0.0001
Z.336 22 -0.194
92
lamp1rar Pendugaan Stok Ber~s ~asianal
The SAS System SYS'.11t Pro(edure
TWo·St~ge Lebjt squares cstim~tion ¥1odel; :>tat (stok oera~ No.~iorial) Dependent v•riable:
ST8I
Analysis of variance
14ean
su111 of SC\ua.re.s
value
rrub>F
5 8880610.1548 177612l.0310 16 16)1529.1634 101970.57271 21 10512139. 318
11.418
0.0001
A.•Square
0.8448 o. 7963
source
MOdel Error c Total
\001: MS:l oep Mtatl
Squ.are
319.32831
f
1dj R-SQ HOl.59091 c .v, 21.26600 Paranteter Est1m.ates r for Paraneter Standard
var1 ab~ e INURCfP
LSBI
·~
o•
Estimate
fr1•or
l
-661.389250 -0.512196
339.110140
0.496186
11.455297 0.127386
1
ASOI
1
lM8t
1
ST6Il
l
1
0.881174 0.655284 •25.870122
0.191955 0.120938 0.147178
ourb!n-watson (For Hull'btr ot Obs.~
HD: Para.mece;.- ... o
950 7 .29• 4.452 -2 .077 3.595
-1.
-2 .669
Pr()b ,.. ITI
0.0689 0.0168
0.0001
0.0004 0.0543 0.0013
2 .441
n
l$': Order Autoc:orre atior. -0.28l
93
Lampi ran Penduga~n
~arga eeras Jmpor
Tht SA!. SyStea
SYSUlt Pro<:edure ~·Stage ~east Squares !S~llQtion
Model: PIM (Marga ser~s Impor) oepend@nt ~ariable: PIM Alla 1 ys is of
>;arhnce
SUD of squares
llea1I
~ource
OF
"od•l Error
2 7905344 ,04&0 39R672 .!1240 19 S06113.0!61l8 2"637 .53085 21 8411H1. ll40
c To'tal
R.oO't MSE
oep ~tean
c.v.
163.21008
69a.1sn1
sq.1are
F vr;1.)ve
ProL>=
148. 387
0.0001
0.9393 0.9335
tt-SaJare Adj .<-SO
23.3S719 PGr&111eter E$tiaa.tes
·.,rar1 ab l • [NTERCEP
PSIOI PINl
rar.lmCtcr DF
1 1 1
Estimate
-315. 301310 1.262097 o.691aao
Sta11dard
1' fof" MO:
Error
Para..e te ..=O
120.75«62 0.420SIS 0.082625
-2 .611 3.001
ourbin-watso.n (For Htn1ber of ob$.~ 1$-t ordet' AUt.ocorre arion
5.$14
1.186
o.ns22
Prob >
ITI
~.0172 ·J,(>(•73
0.0001
The SAS Syst .. SYSLl.N Procedure
TWO-Stage Leas~ Square$ £s~i~tion Model:
KBI
Iidonesia)
(KOfl!;U,n:;i eeras
oependent variable: KBl Analysis ot '/aria.net
s... at
squares
OF
source
0.0001
)7$<857 .8427 12263&.69661 21 • 561.11604 • 94 i;
Ert'(H'
c Total aee e
.MSE D•p IAE'ill" c .\I.
1.23511
Paramet~r
Variable
OF
.lNY.EMCtP
l
kGDP
1 l l
l
0.9917 0.9398
471.8460S
11100. 80091 Pira11eur
PJX
l0),994
4 4Sl396747.10 tl3099186.77
Model
POP f-~Dl
F valut
St•ndard Error
Est:iute
-7lS.993906 -0.028907 O.lSOOOS -1.061188 is. 38170.\
Est1intes
27&1.878164
0.006$0) 0.017305
3.991G9C
~.187194
ourbi n... 1J'atso,,
(For N•O!b•r of OllS-~
lst order A•rto
T for HO: Parne.i:•r~
''"~ >
ITI
-0.261
0.7975
2-965
0.0001 0.6113 0.0087
-4,HS &.668 -O.S~6
o.oeoe
z. fi84
22
-0.380
9S
Lamp,ran Pe~d~gaa• •elepasan sera• un~uk OP~ 1he ~AS system
SYSL7~ Procedure TWo-st~ge Le~st squ~rc$ Estim~~10" Model! JSBI (Pe~epasan Beras untuk Dependent var1abl~: LSBJ
OPK)
Analysis of variance sum of
sou ..ce:
OF
Stiuare$
Model
3 4857~30,)624 1619310.1208
Err•r
18 20<1172.6690 llll98.48161 21 6899103. 0314
c rotal
Root MSE
oep nean
c.v. v,._r; ab 1 c CF TIJTERCEP PRBI PGI
LSBil
1 l l l
F V&1.11,1~
Proll.>F
14.280
0.0001
o.7on
336.74691 s-seuar-e 721.31727 Adj A-SQ 46.68499 Paramet•r Estimates
Pa.ranae.ter
Standard Errol'
-120.645460 -0.030129 4.444144 0. 536501
1055.364572 0.016776 2.809531
Estim3te
0.1519'3
01.1rbin-watson (;or Number of obs.~ l~t o~der Autocorre ~t;on
o.6S48
T for HO: P.ar.lmeter..
o
-0. 304 -1. 796 1.582 3.530
ITI 0.7647 0.0893 0.1311 0.0024
Prob >
1.827 22
-D.012
96
Lampiran Pen~u9a~~ Harga s~·as oomesti< l~e SAS Syst ..
S'tSLIH Proc~~ure
n.o-s:age Lu.st SqBre$ C$t111111~1on Model:
:io&DI (H.11.-9.l ecr;l.$ oo-iEstik)
o~pende.1't v~C'1.1.ble:
P60I
AA.1.lysh of vanance source
OF 6
"odel
s""' of
78255.7410ll 77ii.33731
15 11 86000.0;838
fl'l'Ot'
c rota 1
'2..00"'t MS£
Dep Me.an
c.v.
Nem
Squares
squarie
F val11t
Prob>F
13042.623;1 516.2891~
ZS.262
0. ()()01
?Z.72200
0. 0099
S56.174B 4.04541
0.8739
Piri11tter
£sci.ates
variabh
Para111eter 0.'
tstinate
St....S.rd Error
T for HO: Pa.rueter;;Q
ll"ITERCE, PCiI Hl
1
-67. 535943 0.710SS1 0 . 0000906~3 0.•)074'4 -0.090303 -0.003552 0.298595
lll.41)9,6 0.287687 0.000039596
-0.606 2.•70 l ... ~
0.09!&1 l
--0.965 --0. 405
[PB[
STBI PBDll
l
l
1
1 1 l
0.0022)2
0.00$770 0.1660S6
ourt>in-"'l•tson
iFor Hutnber of ces. ~
SC Order Autocorre &~On
3.BS
r. 793
Prob>
m
0.5535 0.0260 0.01?€ 0.0045 0.350C
D.6911 0.0923
2.407 22 -0.2~5
91
LaMpiran Pe~d~gaan Harga aer~s Dun1a
SYSL IN Pf"l)Cf:dure
"t'No-stage Lea.st Squares f!;t·:rnat1on
Mode1: PBW (Harga seris oep~ndent ~~rl~~l~: 9a~
oun1a}
of variance ~ean Su11 of )qua re squares
Analysis
source
OF
'1Gde l f.rrtir
3 301935.12932 100645.04311 18 76S16.~3384 42S0.90744 21 378411.46316
C T(J l&l
R.O~t t.tSE
oap Me;\n
c.v.
variable
OF
l!fl"EflCEI"
l
l"'t8I
T•
Pawl
1
1 1
2).676
Standard
£$til!l.t'tt
Et"ror
295.76S677 0.064930 ·0.01083! 0.405747
100.8439-00
0.0?1697 0.0063H 0.091811
Durbtn-wa:tson (For Nu..Uer of obo.~
:~t order Autocorre atio"
0.0001
0.7978
ft-Square 65. J98Qft Adj A•SQ 25227 17. 32853 Para~eter Estina~es
0. 7641
l7<\.
l'arame-:er
vatue
F
T for HO; Paramet~r-0
).~3)
2.991 -~. 714
4.419
Prob
>
l•I
0.0089 0.0078 0.1037 0.0003
2.062 22
-o.oso
98
Lsmpiran Snnclasi dasar uncuk model b<:r.is IJ!donesia SIMHLlN
Proudure
Medelsuaairy 11 ll
MOdel lr.lM•bl._. endogenous
•9
rar•ate'ters
RAN~E. \lari ~le
TAHUN
Equat.ions
11
Hil•hEr of SUt.e.en't.S
32
Proqn• ug Le"!ltll
Sl"INLIN
Oynarri(
1
Procedure
Siault31U!OU.I
Si111U11tian
SOl111:ion Suu•ry oai:ant OptiOll
Dita.Set SJNUUSl
04TA• OUT•
TAMER
var'iable.s solved
11
Si•ul~tion La9 Leng~
1
soluti4)1'1 ~
T... 111
1975 1996
First
a.a.st
SolutlOtl Nethod COll\lEltGt-
"•x1•111 cc
NEWTON
ie-s
2.7732t·1•
MaX11MJ19 l terations
2
Tot.al ltera'tions
4,.
Aver&9e r·tel"'&tions
2
Observations Prcc.esscaid
uad
H
SoJvtd
22
uggod Firn
Last
variabl~s
S01vt.d For! API Vi~"' ~-l PlSOl PBV
t
2 2J (\ti!
P~61 ~K~1 ST'~ ~S9I
99
$1MNLJN Procedure
nynamic SiMu1taneoo' si~ulacion Soluc;on Rar.ge TAHUN • 1975 lo 1996
Descriptive Statistic$
v"ria.blie API YI PIM KAl
P8DI PBW QBI PR8l PRPI STBI L!)tsl
Nubs 22 ]2
22 22 22 22 22 22 2~ 22 22
Mean variable.
APf Yl PIM 1(81 PBD1
Pew
®l PRtI PRPI
STBI
LSBI
" 22
22 22 22
n n
22
22 22 22 22
Error 12. 7238 0.008496 -0.8572 -61.0367 4.4097 ·2. 3125 6885 6285 9107 -309.0846 299.4798
.. 22 22 22
n
22 22
22 22 22 22 2l
Pred1cted
AC~Ua1
•'ean
Std
1>1e311
9634 4.5505 715.0S::.3 21B9 554.9014 376.2520 22124 22060 l511Z 1502
9647 4. 5590 714.1942
72l.3U3
1312 0.7886 684.4855 4560 60. 3788 134.2437 4661 6860 8518 707.5154 573.1742
st~tistics
of F;~ Mean Abs% Error
0.2646 0.3089 ·l.7345 •0.4023 1.1110 1.SH4 30.1097 66.8534 24.llOS -21.6212 131.4439
2Sl.119l 0.0696 141.8752
2.60800
ZS.9058 46.7&17 6885 6285 9107 384. 2317 363.1425
1193 1021
12409 fiS0.1998 552.4182
'1098
Mean Abs Error
!45.3291
29009
1251 0.7656 608.78EO 4642 46.6469 114,8918 7359
559.3111 313.9396
Me.an%:
Error
Std
l.63la7
24,34HO 1.62131 1. 76652 l2.4B94 30.10074 66.868~7 24 .llOS4
32.40596 137 .62853
2U4S 44878
7756
RMS
RNS \Ii
Error
a-scuare
297.5516 0.0887 215 .4169 434. 9166 31.H08 60.4306 76S4 6874
3.02?3 2.1781 l7 .1138 2.08<2 S.8961 lS.3619 33 .3002 l04.2250 25.9682 41.0688 25;,s236
0.9461 0.9367 0.8962
error
lOOU
46£.4083 434.2869
0.990l
0.7~77 0.7377 -1.8247
-o.osw
-0.4S18 0.5408 0.3986
100
~IM«~lN PrOttdure
oynClmic Sim\llta.1lt:0Ui simulation solutiDl"I Range TAllUN - l~7S To 1996
Theil Forecasr Frror stat;$t1(5
variable
(R)
API
22
YI
22
PI•1 KBI
22
PDOl PB>I QBI
22 H
PRRl
PRPI Sl&l LSBI
corr
'1SE
N
S8B7
0.00788 46404 189152 982. ;415g 3652 58~85206 47255916 101016468 219~ 13860;
22
22 22
22 l2 22
0.973 0.994 0.949 0.996 0.854 0.8&8 O.'l35 0.9H 0.981
e.sss o.837
Tht11 Relat1VE
API
YI
Pl~ KBI PBDJ
"
"SE
corr
22
g.0009772 .0004983 0.0622l 0.000439$ 0.00)24 o. 02421 0,11632 0.12923 0.07H8 0.19670 4.18490
0.710 0.784 Q.063 0.807
22 Z2 22
22
nw
n
PRU
22 22 22
QB[
PRPr
nu ~ser
u
11
(UM)
(UR
(UD)
(U$)
0.002
0.007 0.039 0.034 0.052 0.024 O.C05 0.147 0.038 0.153 (l.007 0.027
0.991 0.951 0.966 0.928 0.956 0.994 0.044 0.126 0.026 0.558 0.49ij
0.040
O.OM
0.000 0.020 0.020 0.001 0.809 0.836 0.821
O.HS 0.476
Change Forecast
(UC)
0.959 o.064 o.~21 0.118 o.ae2 0.034 0.9•7 1).1$3 0. 797 o.098 o. 901 0.119 0.072 Q.016 0.148 0.1~2 0.037 0.014 0.550 0.002 0.522
(R)
o. ssa o.~2&
o.3sg
0.996 0.198 o.~01 0.517
813"
(UH)
e.eos
·~
(UR
Di•t (UD)
v-.
(us)
C.17S 0.820 0.002 C.113 0.870 o.ooo 0.021 0.626 0.354 0.054 0.046 0.016 0.939 o.os) 0.030 0.174 0.796 Q.003 0.001 O.lSl O.M6 0.002 0.823 0,151 0.021 0.016 0.769 0.034 0.198 0.021 o.ae2 0.122 O.OJ.6 o.076 0.400 0.002 0.598 o.01$ 0.213 c. 5(>5 0.212 c.ns
o.ov
1neQuality coef Ul
u
0.0306 0. OlS3 u.crsz 0.009& 0.2200 0.1129 0.0201 0.0101 0.0562 ().()2&0 0,1517 0.0766 0.3389 0.1459 o.2982 O.Ul2 0. 2736 0.1208 0.2834 O.HS9 0,4756 0.2;00
Error S~ati~t{cs
MSE Dec.omposi ti on Propol"t i 011s
Relative Cho.ngfl
var1able
MSE De,ompos1tion Proportions Bias var Covar Re~ Dist
covar
Ineq~a1itv coef Ul
IJ
(UC)
0.992 o.~ijl 0.925 0.916 0.967
0.996 !>.101 0.204 0.062
o.sas
0. §'jl)
0.6847 0.3ll8 u.S245 0.2560 1. 4613 o.~091 0.4369 0.2)30 0.9277 0.4762 O.S29S 0.4HS S.033S o. 7717 0.1914 0.0921 0.7472 5.0766 II. 5203 0.2751 l.7455 e. 5614
101
TAHUN
1975 1976 1977 :978 ~979 :960 1961 1982 19$3 1934 19a5 19ao 1937 l9$8
1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996
TAHON
1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981 1982 198] 1984 1985 1986 1937 lVS& 1989
1990 19il 19 2 1993 1994 19~5 1996
!
YI
STBI
PIM
K61
7514.16 7340. 74 7530.93 79~3.2) 84)4. 77 86S4. 64 9132. 6•) 9041.30 9518.B 10010.17 10302. 36 10441.W 10266.32 10324.77 10570.12 10JS1.8l 10466.18 10Sl2.94 10421.&i 10436.20 11365.87 11517.40
3.11!30 3.18090 3.27'36 3.46061 3.72120 3.93276 4. 10124 4.43022 4.59582 4. 75106 4.86022 4.92512 4.95185 4. 98219 s , 10310 5.17620 5. !378•)
235.H
2077.95 1801.47 1609.61 1434.89 1296.24 1198.32 1023.16 839.93 15~. 30 647.67 530.3) 428.51 336.88 284.95 234. 63 207. 61 195.B 196.41 1<5.01 118.97 138 .19 211.04
11458.46 ll869. SR 14656. 3] 15084.26 16380.09 17000.42 17742.58 1Yl7~.49
1.20646
1.18613 S.Hl42
s. 33323 s.37759
QBl
LSBI
16416.03 ,~~74. 59 17704.80 H09~.02 2186!.82 222n.b~ 24746.46 2S7Zl. 79 2905•.13 29628.82 31322.22 32540. 73 32085.Sl 32627.~~ ]2987. 28 34828 .15 34869.88 34220.87 33831.r3 35861. 30 39748.67 40193.41
13Dl. 01 1711.62 1991.88 863.67 1881. ~~ 1644,45 1457 .H 1399.72 1248.62 1037.09 867. tr 662.•9 512.01 476.71 4 8. !42
4tg·
521.SD
545.97 410.78 567 .01 ~6.U 648.13
101.35 lSS.02 48).52 418.50 1740.99 1739.84 1571.29 12U.32 )Ul9.39 1740. 39 1205.'\3 994.43 833 .28 1%1. 74 1001.76 693.80 1797. 34 16:2.78 987.97 1419.90 2279.64
lPBI
76.941 78. 741 ZJ.891 14.421 72.742 -1. 754 ·l7.62S ·99.034 -26.394 ·83.]25 -218.062 -280.742 -205.152 -182.571 -211.702 ·249.190 -!76.701 -212.llS ·193.86S -247.444 -172 .175 ·47. 941
PRPI
20405.89 21224.41 21627. 31 22549.24 2335~.92 24227.64 24702. !9 25]55. 51 25313.19 25813.03 i66J5.44 27308.48 28367.94
23634.34 )H~0.15 24643.94 27592 .83 31387.49 34036.ti~ 38368.25 40054,,, 4174).56 47619.0S 50071.7: 5142).6~ 50837.26 51439.91 53993.2& 53738.90 54819.17 54839. 37 5405:1. l~ 55067. 50 60673.62 619)5.82
PBD[
PBW
PR81
689.768 6si.ooo 621.066 575.045 604.059 571. Sl• 550.662 s51. sss 556.272 541.818 S40. 548 S28.242 p3.46l 14.661 523.781 527.809 531i.60l 531.832 500.127 538.821 S68.~8G 572.408
675.224 $}8.014 5)7.610
15131.82 14919.89 lS794.21
20109. 59
~°"" s~ s 490.268
488.6H 403. 590 H4.4H 387.8lq 1a.
Ui:H~ 290.916
llll. 5~4
285.671 290.616 298.488 257.044 264.586 294.097 341.2~·
1758~.26
19869.36 215)2. 56 2•221.87 25H3.0S 27S~9.23 3001)3.51) 31414.54 32218.97 319Jn.5s 32453.81 3]986.41 S3856.59 3441)0.93 34785. 71 34190.45 34836.44 38372 .72 ~4103.15
102
Lampi ran Data varlabel Ekonon1 Bera~ Tahun 1974 1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1<;1•n 1992 1993 1994 1g95 1996 Tahun
1974 197.!> 1976
1977
U78 197~
1980 1981
1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1389 1990 1991 1992 1993 1994 1'!95 1996
t..uas Areal (1000 ha) 7$4U.Z3 7334.48 72Z9.<2 7456.23 7698 .40 8803.56 <;100~.06 9381.84 898!.46 9162.47 9763.58 9902.29 9988.45 9922. S9 10138.16
10531.21 10502 .36 10281.S2 11103.32 11012.n 1U733.81 11438.76 115E9.n P rot.tJ k Brs
Hrg Gabah
Hrg Pupuk (Rp/KG)
•:.49 55.89 63.73 71. 73 69.46 10Ll6 lH.13
l0.6S 69.7; 73.07
147. 78 167.94 17&.40 185.22 175.72 200.83 222.l9 257.01 28D.27 307. 38 327 .03 296.8~ 379.83 459.79 479.91
&2.66 90.39 96.96 101.05 105.60 129.lS U&.43 169.44 222. 57 2H,74 280.6l Z82.45 309.21 355.EZ 409.01
130. 30
sawah (lOOOTon) 224i3.12 22339.Zl 23300. 94 233H.13 24172. 37 z41n.9o 27993.10 30988.M 31775.6-J 33294. 33 36017. 30 37027.40 37739.60 37969.60 l9316.l.O 4Z371. 70 4282S.30 42330.90 4~413.60 45558.90 43959.20 46805. 7U 47~88.10
71.09
70.95 72.35
71.6S ?1. 92
Stok Beras (1000Ton) 847 73~
541 462 1071 781 1667 2217 1666 1588 2754 2777 2Bo 1S39 705 1901 1384 885 2065 1619 525 18S6 2179.00
Areal rr1gas1 (1000 ha) 3734. S3 3730.31 3826.11
3811.90
saso.oe
39l4 .6S 40)9.33 4U7.44 4224. 53 UH.69 4158.39 41;3,63 4192.98 4001.03 4315.58 4387.47 4447.7S 4432.21 4500.40 4597. 74 4S81.E6 4687 .E9 4643.'3
Harga eeras (Rp/k1}
109.l 119.80 128.48 !32.~2 :40.46 170.U 199.40 226.19 zs4 .~2 100.so lZS.42 318.48 J4J.7S 383.66 465.82 493.00 ~lR.69 557.84 603.38 592.ZS 660.37 776.38 880.00
OPK
(.lOOOTon) 530.44 539.27 &&7.SS 1702. 74 1222.41 1801.57 1854.n 1U3.3S H47.66 771.43 287. 78 199.57
249.04 n5.l2 477. ~4 44. 35 113.47 36S.3S 2l5.3S 159.70 877.05 845.H 388.EO
Lurah Hujan Prudukt.1vita& (Ton/ha) (Mm) 1.064 2292.0 3.063 2351.33 169~.~1 3.264 3.249 1899. !3 3.403 2418.20 $,4!1$ 1935.&3 3.9&4 1871.33 4.Z04 1987 .so 4.525 1137.17 4.684 179G.17 4.718 1983.40 4.723 1872.CO 4.746 1891.60 4.886 1653.33 4.995 1753.00 5.140 1880.00 s.193 14~1).00 S.Z70 1554.00 1612.00 S.287 5.304 1670.00 5.311 1360.00 S.314 2220.75 17~2.0l S.356 P~"gadaan (10 l)Tan) n5.12 423.22 391.49 423.96 865. 77 331.07 1585.4~ 2014.27 2044.66 968.27 25~4.77 2030.48 1509. 32 13S8.74 1344.45 2577.28 1270.45 1430.34 2564.91 1953.17 938.35 922.98 14U.05
tinpor
(lOOOTon)
1070.77 672.68 1280.58 1364 .07 1!38 .26 1929.44 2DZ6.55 525.44 300.19 1154.93 414 .30 33.80 7.7.80
SS.DO
32.73 268. 32 49.~8 170.99 611.70 24.3i 633.05 1807.88 ZH0.00
103
Lanpi ran Data
Ta~un 1974 1975 1976
1977
1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986
1987
1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996
Tahun 1974 1975 1976 l~/I
1978 1979 1980 1981 1982 1983 198• 198S 1986 1987
1988 1989 1990 199: 1992 1993 1994 1995 1996
var+abe'l
suku Bun~a Rii1 (% ·33.o
-lZ.72
• l.4. Z7 -4.36 -2.11
-9.65
-12.01 -6.3
E<.onomi 6eras
Har1a lBl~or (US /Ton 49.47 485.37 Hl.48 345. 20 121. 77 109.05 140.6A
!92.81
143.45 l32 .49 Jt8.85 260.36 nz.23 223.64 265.81
-l.33
-;.87 -4.45 -1.l 0.27 -3.3 -1.47 ·3.42 8.24 ~.6 10.41 S.99 3.9~
282.1'
284 .41 310.54 282 .17 291.98 248.48 284. S9 3S6.4Z
2.S7 3.97
PD8
<~g2321 Milyar) 829&1 8369! 910Z6 98163 104304 114609 12369~ L26473 131776 :40957 :44439 :52925 :60458 ~69752 182359 195537 209132
nn~s 237172 255055 276003 297579
Kurs (Rp/115$)
•u.oo
Hrg ars Pen~gunaan Dunia (USS/Ton) PU~U ~kg/hl) 54Z.OO l. r. 7
415.00 US.00 415.00 •42.01) 623.10 627.00 631.80 66l.4C 903.3C 1025.90 1113.60 1282.GO 160.80 1685.70 1770.10 1842.80 1950.30 2029.90 2087.10 2160.80 2248 .ce 2342.JO
Pociu1as.i
(1003 Penduduk) 129390 139210 133650 156650 139960 1~32H 146631 149520 152465 155469 158531 161ESS lb4H39 168086 171~98 177~62 179829 182940 1A6043 189136 192116 195283 198343
102.87 126.46 194.24
363.00 H4.00 272.00 368.00 334.00 434.00 484,00 294.00 277.00 2;2.00 217.oo 210.00 BO.DO
227.59 223.63 272.22 301.03 311. 79 j44.80 345.£7 342.~4 378.06 347 .41 411. 71 417 .OR 417.49
3~2.00
320.00 287 .00 313.00 28?.QO 268.00 357.00 321.6! 3)8.00
318. 37
31;8.35 401.44 407.75 413.38 U9.D9
Hr~ Ja~un~ ~p/ g) 74.74 89.SS
96.65 108.25 113.10 122.29 129.64 144. 50 175.24 196.62 200.44 219.22 227 ,44 256.66 287. 41 309.23 337.75 357.88 $61. 97 37},45 44).10 sos. ?2 622,62
Intervensi
P<merlntah (Rp) lZ.54
12.98 14.63
~.86
3.36 22.47 -0.7
-7.82
-47 .18 -14.82 -51. 97 -14Z.7 ·187.76 -163.65 -152.9~ -192.31 -249.19 -187.94 -234.82 -222.79 -299.16 -232.69 -69.61
104
La~piran oata variabel Ekonomi Beras rahun 1974 197S 1976 1977 1978 1979 11Jan 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 199C 1991 1992 1993 1994 199l 1996
Tahun 1974 !975 1976
1'77
1978 1979 1980 1981 1S82 1983 1984 1985 1986 1'87 1988 1989 1990 1991 1992 199l 1994 1995 1996
Prod•ksi ar-s (lOOOton) 14021.Zl 14400.35 l40SS .91 11083,77 15546. 2a
LS8G0.62
17886.02 19770.48 20258.Sl 21296.0Z BOOS.18 23545.99 23964.Sl 2411!.07 25140.47 26919.lS 27195. 76 26957. 44 27859.40 29064.45 Z~lS.74 293lS.35
Konsums.1 Br s ( l!JOOton) 1<090 1•200.26 1•120.90 14718.47 15216. 91 16496.00
17240.87 17768.87
298?7.lS
190S4,U 20399. 35 19912.96 21102.19 222l6.87
Perda~an~an BRS ounia (liXIOTon) lOZUO 9990 10600 9600 11900 12500 12700 11500 11500 11700 12100
11500
11700 12800 11200 1400•) 1170oJ 1220·J 14lC>J 1490J 1630J
~uwa
19700
2?318.26
23493. is 23299.56 25042. 76 24931.69 24505.16 26588 ..H 270•9.21 26898.69 l8696.43
lnflas1 (%)
15.89 12. 39 20.27 10.861 s.1oa
lS.625 18.01 12.3
9.33
11.87 10.<5 4.3
S.73
I. ~•.-.a
r , Harga 0.1920 0.2265 0.2670 0.2%0 0.3200
o.usa
o.mo
~.4390 0.4930 0.5390 0 .6()'!0 0.6660 0.6%0
o.nsc
0.8070 0.1'20 0.9280 1.00 1.0940 1.1no l.2900 1.4000 1.5320 1.6550
Penua~
I. ~arga
I'd~. ~~sar urn~m IHA 0.1 69 0,1732 0.1.6&7 0.1927 0.227 0.2101 0.2519 0.2730 0.2330 0. 3089 0.3616 0.4267 0.3992 0.4789 0.4437 0.476'1 o. ;z44 o, 5862 O.S61S 0.6237 0.6475 0.6544 0.6782 0.6588 o. 7179 0.1917 O. 78•S 0.8317 0.8417 0.9084 0.9019 1.00 1.00 1.1619 1.0517 i. 3142 1.106 1. is; J..1492 1. 5423 l.Z09 1. 76:1 1.3-46 1.452 i. 8699
J:.onsuaten
ass
Ind
20420.67 20977 .32
9.35 7.47 6.42 7.16 9.4 7.59 10.01
21na.01
8.02
27513.1 26459.77 26916.79
9.H 8.03
30618.23 30191..15
23614.2 26l'l.17
2Sl22.73 25644.H
I. Har3• 1..'IRUfli U$A
0.4953 0. 5121 0. 5470 0. 5670 O.f>O!\O
0.6£90 0.700 0.8540 0.8640 0.8?30
0.8850 0.8780 0.8870 0.9020 0.9660 0.9910 1.0000 1.0090 l.0100
1.0140 1.0360 l.088•) l.0940
Produksi i>adi Udang (lOOUTon) l4 9.21 1450. 32 1449,5
1538. H
l.559 1S50.79 1658.n 1785.37 1808.06 2008.84 2119.B 2005. Sl 19s;.14
ZlOS.6 2360.1 2347.44 2353.46 2317. n 282~. 37 262~. 37 2682.35 29>8.47 2887.14
105